perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
TUGAS AKHIR
“PENGENDALIAN MUTU PROSES PEMBUATAN MINYAK ATSIRI DAUN CENGKEH (CLOVE LEAF OIL)”
Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai gelar Ahli Madya Teknologi Hasil Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
HERMAWATI DIAN JAYANTI H3108011
PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
TUGAS AKHIR
“PENGENDALIAN MUTU PROSES PEMBUATAN MINYAK ATSIRI DAUN CENGKEH (CLOVE LEAF OIL)”” Yang Disiapkan dan Disusun Oleh HERMAWATI DIAN JAYANTI H3108011
Telah dipertahankan di hadapan dosen penguji Pada tanggal : ……………………….. Dan dinyatakan memenuhi syarat Menyetujui, Dosen Pembimbing/Penguji I
Dosen Pembimbing/Penguji II
Ir. Kawiji, M.P. NIP. 19611214 198601 1 001
Ir. Choiroel Anam M.P, M.T. NIP. 19680212 20050 1 001
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S. NIP. 19560225 198601 1 001
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali orang-orang yang khusyu’.” (Al Baqarah: 45)
“Sukses itu lahir dari kejujuran, keuletan dan ketekunan yang diiringi doa” (Unknown)
“Jadikan hari ini lebih baik dari kemarin dan jadikan esok lebih baik dari hari ini” (Unknown)
“Life is an adventure” (Unknown)
“I’ll do the best, lets God does the rest” (Unknown)
“Hidup akan lebih berguna bila kita bisa berguna untuk orang lain” (Unknown) commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Buah karya ini kupersembahkan untuk:
My Self Bapak & Ibu ku tercinta Kakak & Adik ku tersayang Keluarga besar ku Seseorang yang spesial & Sahabat-sahabat ku terkasih
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayah–Nya yang berupa kesehatan, lindungan, serta bimbingan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul: “PENGENDALIAN MUTU PROSES PEMBUATAN MINYAK ATSIRI DAUN CENGKEH”. Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Ahli Madya Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dengan diselesaikannya Tugas Akhir ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, bantuan, dan dorongan kepada penulis. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Allah SWT, Sang Pencipta yang telah memberiku ridho-Nya menyelesaikan Tugas Akhir ini dan mengantarkanku menjadi seorang Ahli Madya. 2. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ir. Bambang Sigit Amanto, Msi, selaku Ketua Program Diploma Tiga Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Ir.Basito, Msi, pembimbing akademik yang selalu memberikan pengarahan dalam perkuliahan selama berada di jurusan Diploma Tiga Teknologi Hasil Pertanian angkatan 2008 UNS. 5. Ir. Kawiji, MS selaku dosen pembimbing 1/penguji 1 yang telah meluangkan waktu, perhatian, dan kesabarannya dalam membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun hingga menyelesaikan Tugas Akhir ini. 6. Ir. Choirul Anam MP selaku dosen pembimbing 2/penguji 2 yang telah meluangkan waktu, perhatian, dan kesabarannya dalam membimbing dan commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengarahkan penulis dalam menyusun hingga menyelesaikan Tugas Akhir ini. 7. Semua Dosen Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberi ilmunya kepada kami. 8. Bapak Sunarno dan karyawan penyulingan minyak daun cengkeh yang telah memberikan banyak ilmu tentang proses pembuatan minyak daun cengkeh. 9. My Lovely Parent, Bapak dan Ibu tercinta, Sunarman dan Sri Mulyani, yang selalu memberikan kasih sayang yang tulus, semangat, perhatian, dan doa yang tak pernah ada putusnya. Terima kasih untuk segalanya. 10. My Lovely Sister & Brother, Panuntun Sarwi Utami & Nugroho Noto Susanto yang selalu menyemangati dan mendukungku. 11. My Lovely Family, Keluarga besar Mulyawiyoto dan Keluarga besar Martowiryono yang selalu mendukung dan mendoakan untuk kesuksesanku. 12. Saudara-saudara sepupuku Tifa, Dian, Nilla, Tyas, Kiki, dan juga keponakankeponakanku, terima kasih untuk persaudaraan yang indah ini. 13. Sekartaji girl (Mbak Jo, Mbak Vina, Mbak Lia, Mbak Muli, Mbak Yuli, Mbak Retno, Mbak Tia, Retha, Tika, Cempluk, Joy, Cita), thanks for being my family in Solo. Kebersamaan yang tak akan pernah terlupakan J. 14. Seseorang yang selalu menemaniku, memberiku semangat & doa, Pringgo Winoto, thanks for your love, care, and spirit J. 15. Sahabat-sahabat SMA ku, Rahma, Andri, Kunti, dan Eva yang selalu menjadi sahabatku meski kita tidak selalu bersama. 16. Sahabat-sahabat selama berada di bangku kuliah, Pam2, Soraya, Zakiyah, Wahyu Putri, dan teman-teman sekelas ku yang selalu bersama-sama dalam melewati suka duka perkuliahan. Love you all.... 17. Teman seperjuanganku Putri Novita Soraya & Putri Pamungkas S tibalah kita di langkah terakhir kita. Tetap SEMANGAT kawand J. 18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. 19. The last but not least, kepada pembaca dari karya kecil ini, penulis berterima kasih apabila karya ini dapat diterima dengan baik. commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk penyempurnaan yang lebih lanjut. Semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya, dan dapat menambah wawasan pembaca pada umumnya.
Surakarta,
Juni 2011
Penulis
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
ii
MOTTO .......................................................................................................
iii
PERSEMBAHAN .......................................................................................
iv
KATA PENGANTAR .................................................................................
v
DAFTAR ISI................................................................................................ viii DAFTAR TABEL........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. .
xi
BAB I.
PENDAHULUAN ....................................................................
1
A. Latar Belakang .....................................................................
1
B. Rumusan Masalah ................................................................
2
C. Tujuan ..................................................................................
3
TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................
4
A. Minyak Atsiri ......................................................................
4
B. Bunga Cengkeh ..................................................................
4
C. Daun Cengkeh .....................................................................
6
D. Proses Produksi ...................................................................
7
E. Pengendalian Mutu .............................................................
12
F. Manajemen Resiko...............................................................
15
BAB III. TATA LAKSANA PELAKSANAAN .....................................
18
A. Pelaksanaan .........................................................................
18
B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan .........................................
18
C. Metode Pengambilan Data ..................................................
18
D. Analisa Uji Mutu Produk ....................................................
19
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................
25
A. Gambaran Umum Industri Minyak Atsiri Daun Cengkeh ..
25
B. Penyediaan Bahan Baku .....................................................
25
1. Daun Cengkeh ............................................................... commit to user 2. Air .................................................................................. viii
25
BAB II.
29
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V.
digilib.uns.ac.id
C. Proses Pengolahan ...............................................................
30
D. Randemen ............................................................................
38
E. Pengawasan Mutu Produk Akhir ........................................
39
F. Mesin dan peralatan .............................................................
43
G. Limbah Produksi .................................................................
44
H. Manajemen Resiko...............................................................
44
Kesimpulan dan Saran .............................................................
47
A. Kesimpulan .........................................................................
47
B. Saran ....................................................................................
48
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Syarat mutu minyak atsiri daun cengkeh .........................................
10
Tabel IV.1 Kualitas produk akhir minyak daun cengkeh ................................
40
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Bunga cengkeh ..........................................................................
5
Gambar II.2 Daun cengkeh ............................................................................
6
Gambar II.3 Penyulingan dengan Air ............................................................
7
Gambar II.4 Penyulingan dengan Air dan Uap ...............................................
8
Gambar II.5 Penyulingan dengan Uap ...........................................................
9
Gambar II.6 Fishbone warna tak sempurna pada minyak daun cengkeh ......
15
Gambar IV.1 Proses penjemuran daun cengkeh .............................................
28
Gambar IV.2 Tempat penyimpanan daun cengkeh ........................................
28
Gambar IV.3 Kolam Pendingin .....................................................................
30
Gambar IV.4 Proses penyulingan minyak daun cengkeh ........................ ......
31
Gambar IV.5 Pembersihan ketel ....................................................................
31
Gambar IV.6 Pemasukan daun ......................................................................
32
Gambar IV.7 Proses penyulingan ..................................................................
33
Gambar IV.8 Skema proses penyulingan .......................................................
34
Gambar IV.9 Air dan minyak hasil penyulingan ...........................................
36
Gambar IV.10 Penampungan minyak dan air hasil penyulingan ..................
36
Gambar IV.11 Tangki minyak daun cengkeh ................................................
37
commit to user xi
QUALITY CONTROL PRODUCTION PROCESS OF CLOVE LEAF OIL’S Hermawati Dian Jayanti1 Ir. Kawiji, M.P.2 Ir. Choirul Anam, M.P.3
ABSTRACT Clove (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perry) is one of species belonged to Myrtaceae family. In this research, clove oil was taken from ground leaf of clove. Metode extraction in research is use indirect distillation. The general clove leaf oil’s product from the farmer, so oli result distillation not belong quality condition. Leaf’s from farmer is wet, in usaha distillation have a treatment, there are to dry leaf’s help the light the sun. Oil’s will be lost when save in dry season depand from any factor there are material condition, long a save, and compotition chemical oil in material. Material available clove leaf’s depand of season. In dry season a lot of material leaf available. Average clove leaf oli’s result have ± 8 kg every distillation. The yield clove leaf oli’s result is 1,6 %. Quality control should be implemented at all stages of that process to obtain a good clove leaf oil’s. Quality test of final product made by clove leaf oil’s by test coulor, flavour, density,the indeks of refrection, eugenol, and β caryophillen are respectively about yellow, specific clove leaf oil’s, 1.031, 1.526, 75.64 %, 21.03 %. Quality of clove leaf oil’s depand of characteristic nature from each oil’s and strange materials mix in them. Strange materials will be decrease quality clove leaf oil’s. Component standart quality clove leaf oil’s depand from quality clove leaf oil’s and pure it. The other factor there are kind of trees, age of harvest, behavior materials before destilation, kind of used tools and condition process, behavior oil after destilation, packaging, and place saving. Keywords: Quality Control, Clove Leaf Oil’s, Yield Description: 1. Student Programs / D-III Study Program Technology of Agriculture Product, Faculty of Agriculture, Sebelas Maret University named Hermawati Dian Jayanti, NIM H3108011 2. Lecturer1 / Examiners1 3. Lecturer 2 / Examiners2
PENGENDALIAN MUTU PROSES PEMBUATAN MINYAK ATSIRI DAUN CENGKEH (CLOVE LEAF OIL) Hermawati Dian Jayanti1 Ir. Kawiji, M.P2. Ir. Choiroel Anam, M.P, M.T3.
ABSTRAK Cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perry) merupakan spesies dari famili Myrtaceae. Pada penelitian ini, minyak atsiri diekstrak dari daun-daun cengkeh yang telah kering dan gugur. Metode ekstraksi yang dipakai pada penelitian ini adalah penyulingan uap dan air. Minyak cengkeh umumnya diproduksi oleh para petani, sehingga minyak yang dihasilkan tidak memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan. daun yang diperoleh dari petani tidak kering, di usaha penyulingan ini memiliki treatment khusus dengan cara mengeringkan daun cengkeh tersebut dengan bantuan sinar matahari. Penyusutan minyak selama penyimpanan dalam udara kering tergantung dari beberapa faktor yaitu kondisi bahan, metode penyimpanan, lama penyimpanan, dan komposisi kimia minyak dalam bahan. Ketersediaan bahan baku daun cengkeh sangat tergantung pada musim. Pada musim kemarau bahan baku ketersedian daun sangat banyak. Rata-rata minyak daun cengkeh yang dihasilkan ± 8 kg setiap penyulingan. Randemen minyak atsiri yang dihasilkan masih sangat rendah yaitu 1,6 %. Pengendalian mutu harus dilakukan pada semua langkah agar didapatkan minyak daun cengkeh yang berkualitas. Hasil uji mutu minyak daun cengkeh dengan test uji warna, bau, berat jenis, indeks bias, kadar eugenol, dan β caryophillen. Kualitas atau mutu minyak atsiri ditentukan oleh karakteristik alamiah dari masing-masing minyak tersebut dan bahan-bahan asing yang tercampur di dalamnya, adanya bahan-bahan asing akan merusak mutu minyak atsiri. Komponen standar mutu minyak atsiri ditentukan oleh kualitas dari minyak itu sendiri dan kemurniannya. Faktor lain yang berperan dalam mutu minyak atsiri adalah jenis tanaman, umur panen, perlakuan bahan sebelum penyulingan, jenis peralatan yang digunakan dan kondisi prosesnya, perlakuan minyak setelah penyulingan, kemasan dan penyimpanan. Kata Kunci : Mutu, Minyak Daun Cengkeh, Randemen Keterangan : 1. Mahasiswa Jurusan/Program Studi D-III Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan nama Hermawati Dian Jayanti, NIM H3108011 2. Dosen Pembimbing/Penguji 1 3. Dosen Pembimbing/Penguji 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Negara Indonesia termasuk negara penghasil minyak atsiri dan minyak ini juga merupakan komoditi yang menghasilkan devisa negara. Oleh karena itu, pada tahun-tahun terakhir ini minyak atsiri mendapat perhatian yang cukup besar dari pemerintah Indonesia. Sampai saat ini Indonesia baru menghasilkan sembilan jenis minyak atsiri yaitu: minyak cengkeh, minyak kenanga, minyak nilam, minyak akar wangi, minyak pala, minyak kayu putih dan minyak sereh wangi. Dari sembilan jenis minyak atsiri ini terdapat enam jenis minyak yang paling menonjol di Indonesia yaitu: minyak pala, minyak nilam, minyak cengkeh dan minyak sereh wangi. Peluang pasar komoditi minyak atsiri ini masih terbuka luas baik di dalam maupun luar negeri. Permintaan minyak atsiri diperkirakan terus meningkat dengan bertambahnya populasi penduduk dunia. Kegunaan minyak atsiri sangat banyak, tergantung dari jenis tumbuhan yang diambil hasil sulingnya. Minyak atsiri ini digunakan sebagai bahan baku minyak wangi, komestik dan obat-obatan. Minyak atsiri juga digunakan sebagai kandungan dalam bumbu maupun pewangi (flavour and fragrance ingredients). Industri komestik dan minyak wangi menggunakan minyak atsiri sebagai bahan pembuatan sabun, pasta gigi, sampo, lotion dan parfum. Industri makanan menggunakan minyak atsiri sebagai penyedap atau penambah cita rasa. Industri farmasi menggunakannya sebagai obat anti nyeri, anti infeksi, pembunuh bakteri. Fungsi minyak atsiri sebagai wewangian juga digunakan untuk menutupi bau tak sedap bahan-bahan lain seperti obat pembasmi serangga yang diperlukan oleh industri bahan pengawet dan bahan insektisida. Komoditi minyak atsiri banyak dikembangkan oleh negara-negara, seperti Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Jepang, Jerman, Irlandia, dan Kanada.
commit to user 1
Swiss, Belanda, Hongkong,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
Di Indonesia dikenal beberapa tanaman penghasil minyak atsiri yang salah satunya adalah berasal dari tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum L.) famili dari Myrtaceae. Tanaman cengkeh yang berasal dari Maluku ini sudah banyak dibudidayakan untuk diambil bunga dan minyaknya. Pohon cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh dengan tinggi 10–20 m, mempunyai daun berbentuk lonjong yang berbunga pada pucuk-pucuknya. Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau, dan berwarna merah jika bunga sudah mekar. Cengkeh akan dipanen jika sudah mencapai panjang 1,5-2 cm (Tia, 2009). Kualitas atau mutu minyak atsiri ditentukan oleh karakteristik alamiah dari masing-masing minyak tersebut dan bahan-bahan asing yang tercampur di dalamnya, adanya bahan-bahan asing akan merusak mutu minyak atsiri. Komponen standar mutu minyak atsiri ditentukan oleh kualitas dari minyak itu sendiri dan kemurniannya. Faktor lain yang berperan dalam mutu minyak atsiri adalah jenis tanaman, umur panen, perlakuan bahan sebelum penyulingan, jenis peralatan yang digunakan dan kondisi prosesnya, perlakuan minyak setelah penyulingan, kemasan dan penyimpanan (Hernani,dkk 2006). Untuk mencapai kualitas minyak atsiri daun cengkeh yang baik dan sesuai kriteria yang dipersyaratkan maka dalam setiap tahapan prosesnya perlu dilakukan pengawasan dan pengendalian, mulai dari penerimaan bahan baku hingga produk siap untuk dipasarkan. Agar mutu serta kualitas minyak daun cengkeh tetap terjaga dan dipertahankan hingga ketangan konsumen.
B. Rumusan Masalah Rumusan
masalah
dari
pelaksanaan
Praktek
Quality
Control
“Pengendalian Mutu Proses Pembuatan Minyak Atsiri Daun Cengkeh” ini adalah : 1.
Bagaimana proses pembuatan minyak atsiri daun cengkeh?
2.
Bagaimana konsep pengendalian mutu minyak atsiri daun cengkeh? commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
3.
Bagaimana pengendalian mutu proses pembuatan minyak atsiri daun cengkeh dari bahan baku, proses produksi dan hasil produk akhirnya?
C. Tujuan Tujuan dari pelaksanaan Praktek Quality Control “Pengendalian Mutu Proses Pembuatan Minyak Atsiri Cengkeh” ini adalah : 1. Mengetahui proses pembuatan minyak atsiri daun cengkeh 2. Membuat konsep pengendalian mutu minyak atsiri daun cengkeh. 3. Mengetahui variabel mutu di setiap bahan baku, proses produksi, dan produk akhir minyak atsiri daun cengkeh.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Minyak Atsiri Minyak yang terdapat di alam dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu: minyak mineral (mineral oil), minyak yang dapat dimakan (edible fat) dan minyak atsiri (essential oil). Di Indonesia banyak dibuat jenis-jenis minyak atsiri, seperti minyak nilam, minyak cengkeh, minyak pala, minyak lada, minyak sereh, dan lain-lain. Minyak atsiri dikenal juga dengan nama minyak teris atau minyak terbang (volatile oil) yang dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir (pungent teste), berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya (Guenther, 1987). Umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut air. Minyak atsiri ini merupakan salah satu dalam hasil sisa dari proses metabolisme dalam tanaman yang terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia dengan adanya air. Minyak tersebut disintesa dalam sel glandular pada jaringan tanaman dan ada juga yang terbentuk dalam pembuluh resin, misalnya minyak terpentin dari pohon pinus. (Ketaren, 1981). Tanaman penghasil minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150-200 spesies tanaman yang termasuk dalam famili Pinaceae, Labiatae, Compositae, Lauraceae, Myrtaceae dan Umbelliferaceae. Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian tanaman, yaitu, dari daun, bunga, buah, biji, batang atau kulit dan akar atau rizhome. Minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman, dapat juga bentuk dari hasil degradasi oleh enzim atau terdapat dibuat secara sintetis (Richards, 1944). B. Bunga Cengkeh CengkEh (Syzygium aromaticum, syn. Eugenia aromaticum), dalam bahasa Inggris disebut cloves, adalah tangkai bunga kering beraroma dari commit toadalah user tanaman asli Indonesia, banyak keluarga pohon Myrtaceae. Cengkeh
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
digunakan sebagai bumbu masakan pedas di negara-negara Eropa dan sebagai bahan utama rokok kretek khas Indonesia. Cengkeh ditanam terutama di Indonesia (Kepulauan Banda) dan Madagaskar; selain itu juga dibudidayakan di Zanzibar, India, dan Sri Lanka. Tumbuhan ini adalah tanaman identitas Provinsi Maluku Utara. Pohon cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh dengan tinggi 10-20 m, mempunyai daun berbentuk lonjong yang berbunga pada pucuk-pucuknya. Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau, dan berwarna merah jika bunga sudah mekar. Cengkeh akan dipanen jika sudah mencapai panjang 1,5-2 cm (Anonima, 2011).
Gambar II.1 Daun Cengkeh Menurut, Mangunwiyoto (1973) sistematika tanaman cengkeh :
Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae Kelas
: Dicotyledoneae
Sub kelas : Monochlamydae Bangsa
: Caryophylalles
Suku
: Caryophillaceae
Famili
: Myrtaceae
Spesies
: Syzygium aromaticum (L.) Meer. & Perry
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
C. Daun Cengkeh Daun cengkeh tidak termasuk daun lengkap karena memiliki tangkai daun, helaian daun, namun tidak memiliki upih/pelepah daun. Daunnya berbentuk lonjong dan berbunga pada bagian ujungnya. Termasuk daun majemuk karena dalam satu ibu tangkai ada lebih dari satu daun. Bangun daunnya adalah lanset, ujungnya adalah runcing pangkalnya adalah meruncing, susunan tulang daunnya adalah menyirip penninervis, tepi daunnya adalah rata dan daging daunnya adalah seperti kertas, tipis tetapi cukup tegar.
Gambar II.2 Daun Cengkeh
Daun ini berwarna hijau. Daun, bunga, dan tangkainya mengandung minyak cengkeh yang banyak disenangi orang karena baunya yang khas. Selain itu minyak tersebut mempunyai sifat stimulan, anestetik, karminatif, antiemetik, antiseptik dan antispasmodik. Bunga dan buahnya muncul pada ujung rantingnya. Warna dari bunganya keungu-unguan lalu menjadi kuning kehijau-hijauan pada saat muda dan menjadi merah muda ketika telah tua (Citrosupomo, 1985). Minyak yang diperoleh dari daun cengkeh disebut minyak cengkeh (Clove Leaf Oil) dengan cara destilasi uap dari daun cengkeh yang sudah tua atau yang telah gugur. Kadar minyak cengkeh tergantung kepada jenis, umur dan tempat tumbuh tanaman cengkeh yaitu sekitar 5-6 %. Komponen utama minyak cengkeh adalah eugenol yaitu sekitar 70-90 % dan merupakan cairan tak berwarna atau kuning pucat, bila kena cahaya matahari berubah menjadi commit to user coklat hitam yang berbau spesifik (Bulan, 2004).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
D. Proses Produksi Minyak daun cengkeh biasa diperoleh dari daun cengkeh yang sudah gugur. Komposisi minyak yang dihasilkan bervariasi tergantung dari keadaan daun serta cara destilasinya, minyak yang dihasilkan biasanya mengandung eugenol antara 80 - 88 % dengan kadar eugenol asetat yang rendah tetapi kadar caryophyllene yang tinggi. Penyulingan daun dengan kadar air sekitar 7 - 12% yang dilakukan dalam tangki stainless steel volume 100 selama delapan jam, menghasilkan minyak dengan rendemen 3,5% dan total eugenol 76,8% (Nurdjannah et al., 1993). Di Indonesia dikenal 3 macam sistem penyulingan, yaitu: 1) Penyulingan dengan air
Gambar II.3 Penyulingan dengan air Bahan yang akan disuling langsung kontak dengan air mendidih. Simplisia yang telah dipotong–potong, digiling kasar atau digerus halus dididihkan dengan air, uap air dialiri melalui pendingin, sulingan berupa minyak yang belum murni ditampung. Penyulingan dengan cara ini sesuai untuk simplisia kering yang tidak rusak dengan pendidihan. Keuntungan dari penyulingan air adalah alatnya cukup sederhana, kuat, harganya lebih murah, serta dapat dipindah–pindahkan. Kelemahan dari penyulingan air adalah pengekstraksian minyak atsiri tidak dapat berlangsung dengan sempurna walaupun bahan dirajang dan komponen minyak yang bertitik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
didih tinggi dan bersifat larut air tidak dapat menguap secara sempurna sehingga komponen minyak yang dihasilkan tidak lengkap.
2) Penyulingan dengan air dan uap
Gambar II.4 Penyulingan dengan air dan uap Bahan diletakkan di atas piring yang berupa ayakan yang terletak beberapa sentimeter di atas permukaan air dalam ketel penyuling. Cara ini baik untuk simplisia basah atau kering yang rusak pada pendidihan. Untuk simplisia kering perlu dimaserasi lebih dulu, sedangkan untuk simplisia segar yang baru tidak perlu maserasi. Keuntungan menggunakan penyulingan uap dan air adalah bahan dan suhu dapat dipertahankan sampai 100°C karena uap berpenetrasi secara merata ke dalam jaringan, lama penyulingan relatif singkat, rendemen minyak lebih besar dan mutunya lebih baik jika dibandingkan dengan minyak hasil sistem penyulingan dengan air, dan bahan yang disuling tidak dapat menjadi gosong. Penyulingan dengan cara ini adalah cara yang paling banyak digunakan oleh petani Indonesia untuk mendapatkan minyak atsiri yang terdapat pada cengkeh.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
3) Penyulingan dengan uap
Gambar 2.4 Penyulingan dengan uap Air sebagai sumber uap panas terdapat dalam boiler yang letaknya terpisah dari ketel penyuling. Uap yang dihasilkan mempunyai tekanan lebih tinggi dari tekanan udara luar. Penyulingan dengan uap sebaiknya dimulai dengan tekanan uap rendah (kurang lebih 1 atm), kemudian secara berangsur–angsur tekanan uap dinaikkan menjadi kurang lebih 3 atm. Jika permulaan penyulingan dilakukan pada tekanan tinggi, maka komponen kimia dalam minyak akan mengalami dekomposisi. Jika minyak dalam bahan dianggap sudah habis tersuling, maka tekanan uap perlu diperbesar lagi yang bertujuan untuk menyuling komponen kimia yang bertitik didih tinggi. Cara ini baik digunakan untuk membuat minyak atsiri dari biji, akar, kayu yang umumnya mengandung komponen minyak yang bertitik didih tinggi, misalnya minyak cengkeh, kayu manis, akar wangi, ketumbar, sereh, minyak “boise de dose”, “ssassafras”, “cumin”, “cendar wood”, kamfer, kayu putih, “pimento”, “eucalyptus” dan jenis minyak lainnya yang bertitik didih tinggi (Ketaren, 1985). Penyulingan dengan menggunakan air dan uap adalah cara yang paling banyak digunakan. Cara ini hanya cocok untuk jenis minyak atsiri yang tidak rusak oleh panas uap air. Salah satunya adalah minyak daun cengkeh. Bahan baku diletakkan terpisah dengan air. Untuk memudahkan proses penguapan, bagian ketel untuk bahan baku harus diberi ruang yang cukup. Bahan tidak boleh dipadatkan. Setelah siap, ketel ditutup dan kemudian dipanaskan selama 5-7 jam. Uap air dan uap minyak commit dauntocengkeh user dicairkan dengan mengalirkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
pipa melingkar ke dalam kolam pendingin (kondensor). Suhu udara sangat berpengaruh pada suhu air. Pipa yang berada di dalam kolam pendingin kurang lebih memiliki panjang 10 meter. Semakin panjang pipa yang digunakan, semakin baik proses kondensasi yang terjadi. Pipa tidak boleh bocor dan suhu air harus dijaga untuk selalu tetap dingin agar proses kondensasi dapat berlangsung dengan baik. Hasil sulingan minyak daun cengkeh dan air dialirkan ke dalam tempat berupa drum yang sudah disediakan. Setelah proses penyulingan selama kurang lebih 7 jam, hasil proses penyulingan didiamkan beberapa saat sehingga air dan minyak daun cengkeh terpisah. Minyak daun cengkeh berada di bawah air karena memiliki berat jenis yang lebih besar. Air dan minyak daun cengkeh dapat dipisahkan dengan sejenis kain khusus atau dipisahkan secara manual. Sisa air yang telah dipisahkan masih mengandung minyak daun cengkeh dan masih dapat dipisahkan lagi setelah beberapa lama (Tia, 2009). Tabel II.1 Syarat mutu minyak atsiri daun cengkeh : No Jenis uji Satuan Persyaaratan 1 Keadaan 1.1 Warna Kuning – coklat tua 1.2 Bau Khas minyak cengkeh 2 Bobot jenis 20°C/20°C 1,025 – 1,049 3 Indeks bias (nD20) 1,528-1,535 4 Kelarutan dalam etanol 70% 1 : 2 jernih 5 Eugenol total %, v/v Minimum 78 6 Beta caryophillene % Maksimum 17 Sumber : SNI 06-2387-2008 Menurut Hidayati (2003), komponen minyak daun cengkeh dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu : 1. Senyawa fenolat Senyawa fenolat yang terdapat dalam minyak daun cengkeh adalah eugenol. 2. Senyawa non-fenolat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
Senyawa non-fenol merupakan bagian kecil komponen minyak daun cengkeh. Senyawa non fenolat yang terdapat dalam minyak daun cengkeh adalah β-kariofilen, α-kububen, α-kopaen, humulen, δ-kadien, dan kadina 1,3,5-trien. Eugenol dapat diperoleh dari minyak daun cengkeh dengan cara ekstraksi reaktif. Reaktan yang akan bereaksi dengan eugenol adalah NaOH atau basa kuat lain untuk membentuk natrium eugenolat. Natrium eugenolat yang dihasilkan bisa berada dalam fasa air maupun fasa kariofilin yang membentuk kesetimbangan. Untuk mengambil sebanyak-banyaknya natrium eugenolat yang masih terdapat fasa kariofilin, maka ditambahkan pelarut yang masih dapat memisahkan natrium eugenolat dengan konstituen lain yang terdapat dalam fase kariofilin. Setelah terjadi kesetimbangan baru maka dua fase tersebut dipisahkan dengan cara decanter. Untuk memperoleh kembali eugenol maka larutan natrium eugenolat diasamkan sampai pH 3. Reaksi ini bertujuan untuk mengganti atom Na dengan atom H. Pemurnian perlu dilakukan untuk memperoleh eugenol dengan kemurnian tinggi yaitu dengan cara distilasi. Eugenol reaktif terhadap basa kuat khususnya NaOH dan KOH. Sifat ini dimanfaatkan untuk mengambil eugenol dari minyak daun cengkeh. Eugenol berupa zat cair berbentuk minyak tidak berwarna atau sedikit kekuningkuningan. Larut dalam alkohol, klorofom, eter dan sedikit larut dalam air, berbau tajam minyak cengkeh, berasa membakar dan panas di kulit. Eugenol memiliki titik didih 255 °C dan tekanan uap 10 mmHg pada 123 °C (Iwasa, 1999), densitas 1,064-1,068 g/mL dan indeks bias 1,541 pada 20 °C (NTP, 2001). Menurut Gennaro (1985), pengambilan eugenol dari minyak daun cengkeh dapat dilakukan dengan empat tahap. Tahap pertama, minyak daun cengkeh direaksikan dengan NaOH ekses sehingga membentuk natrium eugenolat yang larut dalam air. Pada reaksi ini hanya eugenol yang beraksi dengan NaOH. Reaksi antara eugenol dengan NaOH merupakan reaksi yang to user cepat mencapai kesetimbangancommit (Sulistyo, 2000).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
Tahap kedua, campuran reaksi diekstraksi dengan eter untuk menghilangkan komponen lain dalam minyak. Tahap ketiga, campuran diasamkan dengan HCl sampai pH 3. Pengasaman ini bertujuan untuk memperoleh eugenol kembali dari larutan natrium eugenolat. Dan tahap keempat adalah pemurnian eugenol, yang dapat dilakukan dengan distilasi vakum. Cara lain yang dapat dilakukan yaitu dengan proses saponifikasi dan pemisahan komponen-komponen lain dalam minyak sehingga kadar eugenol bisa mencapai 96% kemudian dimurnikan lagi dengan distilasi (Nurdin, 2001).
E. Pengendalian Mutu Mutu diputuskan konsumen berdasarkan pengalaman mengenai kesesuaikan harapan konsumen terhadap produk dengan aktualisasi produk yang diterima konsumen. Mutu berdasarkan sifat produk dapat ditinjau dari dua sisi konsumen dan sisi produsen. Konsumen mendefinisikan mutu dengan sangat subyektif dan abstrak, akibatnya penilaian mutu antara satu konsumen dengan konsumen lain berbeda. Penilain mutu dari segi produsen diamati berdasarkan klasifikasi produk secara fisik maupun kimia berdasarkan standar mutu produk tertentu (Ibrahim 2000). Pentingnya mutu dapat dijelaskan dari dua sudut, yaitu dari sudut manajemen operasional dan manajemen pemasaran. Dilihat dari sudut manajemen operasional, mutu produk merupakan salah satu kebijaksanaan penting dalam meningkatkan daya saing produk yang harus memberi kepuasan kepada konsumen melebihi atau paling tidak sama dengan mutu produk dari pesaing. Dilihat dari sudut manajemen pemasaran, mutu produk merupakan salah satu unsur utama dalam bauran pemasaran (marketing-mix), yaitu produk, harga, promosi, dan saluran distribusi yang dapat meningkatkan volume penjualan dan memperluas pangsa pasar perusahaan (Nasution, 2005). Ada empat langkah dalam melakukan Quality Control, yaitu sebagai berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
1. Menetapkan standar kualitas produk yang akan dibuat. Sebelum produk berkualitas dibuat oleh perusahaan, ada baiknya ditetapkan standar yang jelas batasannya untuk mempermudah pengendalian. 2. Menilai kesesuaian kualitas yang dibuat dengan standar yang ditetapkan. Sebelum produk berkualitas dibuat oleh perusahaan, ada baiknya ditetapkan standar yang jelas batasannya untuk mempermudah pengendalian. 3. Mengambil tindakan korektif terhadap masalah dan penyebab yang terjadi dimana hal itu mempengaruhi kualitas produksi. Bila suatu kejadian terjadi pada proses produksi dan ini sangat mengganggu kualitas produk sebaiknya mengambil tindkan yang tepat dalam penanggulangan. 4. Merencanakan perbaikan untuk meningkatkan kualitas. Bila perusahaan ingin produknya berada dalam posisi pasar yang sangat menguntungkan maka perlu mengadakan perencanaan perbaikan. (Anonim, 2009). Pengendalian
kualitas
merupakan
manajemen
untuk
mengukur
karakteristik dari produk dan membandingkannya dengan spesifikasi serta mengambil sebuah tindakan perbaikan yang sesuai jika terdapat perbedaan antara produk dengan spesifikasi yang ditentukan. Pengendalian kualitas merupakan salah satu cara untuk memelihara serta meningkatkan mutu sehingga produk yang dihasilkan dapat memuaskan konsumen. Beberapa macam alat yang digunakan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah dalam sebuah pengendalian kwalitas antara lain : 1. Check Sheet Check Sheet merupakan alat bantu yang berbentuk formulir pemeriksaan yang berisikan indikator-indikator untuk mengumpulkan dan menganalisis data. Check Sheet disajikan dalam bentuk yang komunikatif sehingga mudah untuk dipahami. Bentuk check sheet dapat berbeda untuk setiap situasi dan dapat dibuat sesuai dengan kebutuhannya, seperti check sheet untuk jenis kecacatan, check sheet jumlah produk cacat, check sheet untuk penyebab kecacatan dan lain-lain. Apabila memungkinkan akan to usersedemikian rupa sehingga dapat lebih baik jika modelnyacommit dirancang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
menunjukkan lokasi kecacatan. Kreativitas memegang peranan penting dalam merancang check sheet. Tujuan pembuatan check sheet ini adalah untuk mempermudah proses pengumpulan data sesuai dengan kebutuhan kita. 2. Diagram Pareto Diagram pareto merupakan alat bantu berupa diagram batang terurut berdasarkan data yang paling besar ke nilai data yang paling kecil. Data yang di plot kebanyakan data prosentase kecacatan atau penyebab kecacatan. Dengan diagram pareto dapat dilihat adanya faktor-faktor yang mempunyai dampak paling besar terhadap proses, yang kemudian dapat mempermudah kita untuk menganalisa dan menemukan solusi yang paling tepat untuk sebuah perusahaan. 3. Diagram Tulang Ikan Diagram tulang ikan merupakan suatu alat bantu yang berbentuk garis yang tersusun dari garis-garis dan simbol untuk menggambarkan hubungan sebab dan akibat dari permasalahan. Dengan adanya diagram tulang ikan ini maka dapat memudahkan kita untuk mengetahui berbagai penyebab suatu masalah secara terorganisir sehingga memudahkan kita untuk mencari atau memberikan solusi dari permasalahan tersebut dan memudahkan kita untuk menganalisa permasalahan tersebut. Sebabsebab yang ada dikelompokkan menjadi beberapa sebab utama, yaitu : material, pekerja (man), metode kerja (method), mesin (machine), dan lingkungan (environtment) (Anonim, 2008).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
method
man Waktu penyulingan
Kurang terampil
Suhu penyulingan Kurang cermat
Kerusakan alat
Kesalahan penggunaan alat
Kualitas minyak atsiri daun cengkeh
Kesalahan pengujian alat machine
Gambar II.6 Fishbone warna tak sempurna pada minyak daun cengkeh
F. Manajemen Resiko Manajemen resiko adalah proses pengukuran atau penilaian resiko serta pengembangan strategi pengelolaannya. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan resiko kepada pihak lain, menghindari resiko, mengurangi efek negatif resiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi resiko tertentu. Manajemen resiko tradisional terfokus pada resiko-resiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal seperti bencana alam atau kebakaran, kematian serta tuntutan hukum (Anonimb, 2011). Beberapa resiko lebih penting dibandingkan resiko lainnya. Baik penting maupun tidak sebuah resiko tertentu bergantung pada sifat resiko tersebut, pengaruhnya pada aktifitas tertentu dan kekritisan aktifitas tersebut. Aktifitas beresiko tinggi pada jalur kritis pengembangan biasanya merupakan penyebabnya. Untuk mengurangi bahaya tersebut maka harus ada jaminan untuk meminimalkan resiko atau paling tidak mendistribusikannya selama pengembangan tersebut dan idealnya resiko tersebut dihapus dari aktifitas yang mempunyai jalur yang kritis (Anonimc, 2011). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
Strategi yang dapat digunakan dalam manajemen resiko antara lain mentransfer resiko pada pihak lain, mengindari resiko, mengurangi efek buruk dari resiko dan menerima sebagian maupun seluruh konsekuensi dari resiko tertentu. Proses identifikasi resiko yang mungkin terjadi dalam suatu aktivitas usaha. Identifikasi resiko secara akurat dan komplit sangatlah vital dalam manajemen resiko. Salah satu aspek penting dalam identifikasi resiko adalah mendaftar resiko yang mungkin terjadi sebanyak mungkin. Setelah melakukan identifikasi resiko, maka tahap berikutnya adalah pengukuran resiko dengan cara melihat potensial terjadinya seberapa besar severity (kerusakan) dan probabilitas terjadinya resiko tersebut. Penentuan probabilitas terjadinya suatu event sangatlah subyektif dan lebih berdasarkan nalar dan pengalaman. Beberapa resiko memang mudah untuk diukur, namun sangatlah sulit untuk memastikan probabilitas suatu kejadian yang sangat jarang terjadi. Sehingga, pada tahap ini sangtalah penting untuk menentukan dugaan yang terbaik supaya nantinya kita dapat memprioritaskan dengan baik dalam implementasi perencanaan manajemen resiko. Kesulitan dalam pengukuran resiko adalah menentukan kemungkinan terjadi suatu resiko karena informasi statistik tidak selalu tersedia untuk beberapa resiko tertentu. Selain itu, mengevaluasi dampak severity (kerusakan) sering kali cukup sulit untuk asset immaterial (Anonimd, 2011). ISO 31000 memuat prinsip-prinsip, sebuah kerangka kerja, dan proses untuk orang mengelola dari segala bentuk resiko, termasuk keselamatan dan lingkungan, disemua organisasi-organisasi kemasayarakatan, terlepas dari ukuran. Tidak ada perintah yang cocok untuk semua pendekatan namun menekankan prinsip-prinsip dan pedoman untuk kebutuhan khusus dan struktur organisasi. Proses manajemen resiko terkandung dalam ISO 31000 berikut dengan baik dikenakan memimpin ditetapkan oleh Australia dan New Selandia Standar AS / NZS 4360, yang terdiri dari: komunikasi dan konsultasi, menetapkan konteks, penilaian resiko yang terdiri dari
tiga langkah
identifikasi, analisis, evaluasi, penanganan resiko onitoring dan review commit to user (Knight, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
ISO 31000 mendefinisikan resiko sebagai efek ketidakpastian terhadap sasaran organisasi dan manajemen resiko sebagai aktivitas terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan suatu organisasi dalam kaitannya dengan resiko yang dihadapi organisasi. Proses manajemen atau pengelolaan resiko melibatkan metode logis dan sistematis untuk komunikasi dan konsultasi sepanjang proses, penetapan konteks, identifikasi, analisis, evaluasi, dan penanganan resiko yang terkait dengan semua aktivitas, proses, fungsi, proyek, produk, layanan, atau asset, pemantauan dan pengkajian resiko, serta pencatatan dan pelaporan hasil dengan tepat (Anonime, 2011).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN
A. Pelaksana Nama
: Hermawati Dian Jayanti
NIM
: H 3108011
Program studi
: D3 Teknologi Hasil Pertanian
B. Tempat dan waktu pelaksanaan Kegiatan pembuatan Tugas Akhir ini dilakukan penelitian pada awal bulan Maret di home industri Minyak Atsiri Daun Cengkeh di desa Salam Karangpandan Karanganyar, laboratorium Rekayasa Pangan Dan Hasil Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, laboratorium FMIPA Kimia Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta dan laboratorium Instrumental FMIPA Kimia Universitas Gajahmada Yogyakarta.
C. Metode Pengambilan Data 1. Pengumpulan Data secara Langsung a) Wawancara Yaitu melaksanakan wawancara secara langsung dengan pekerja yang berkaitan dengan masing-masing proses mulai dari bahan baku sampai menjadi produk akhir. b) Observasi Yaitu melakukan pengamatan secara langsung mengenai kondisi dan kegiatan yang ada di lokasi industri kecil menengah. 2. Pengumpulan Data secara Tidak Langsung a) Studi Pustaka Yaitu mencari dan mempelajari pustaka mengenai permasalahanpermasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan. b) Dokumentasi dan Data - Data commit to user
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
Yaitu mendokumentasikan dan mencatat data atau hasil-hasil yang ada pada pelaksanaan kegiatan.
D. Analisa Uji mutu produk 1. Penentuan warna · Prinsip
: metode ini didasarkan pada pengamatan visual
dengan menggunakan indra penglihatan langsung, terhadap contoh minyak daun cengkeh. · Peralatan
: - Tabung reaksi kapasitas 15 ml atau 20 ml - Pipet gondok atau pipet berskala kapasitas 10 ml - Kertas atau karton berwarna putih ukuran 20cm x 30cm
· Cara kerja 10 ml minyak daun cengkeh dipipet dimasukkan ke dalam tabung
Minyak daun cengkeh disandarkan tabung reaksi berisi pada kertas atau karton berwarna putih
Warnanya diamati dengan mata langsung ·
Penyajian hasil uji
: hasil uji yang disajikan dibandingkan
dengan warna minyak daun cengkeh SNI 06-2387-2006 yaitu kuning-coklat tua. 2. Bau Metode
ini
didasarkan
pada
pengamatan
visual
dengan
menggunakan indra penciuman langsung terhadap minyak daun cengkeh yang dibandingkan dengan bau minyak daun cengkeh SNI 06-2387-2006 yaitu khas minyak cengkeh. 3. Penentuan bobot jenis · Prinsip
: perbandingan antara berat minyak dengan berat air pada commit to user volume yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
· Peralatan
: - Neraca analitik dengan ketelitian 0,001 g. -
Penangas air yang dilengkapi dengan thermistat
-
Piknometer berkapasitas 5 ml.
· Cara kerja : Piknometer dicuci dan dibersihkan dengan etanol dan dietil eter
Piknometer dikeringkan dan ditimbang
Didinginkan pada lebih rendah dari suhu penetapan
Piknometer diisi dengan cairan dan pasang tutupnya
Diletakkan pada penangas air pada suhu tertentu
Piknometer diangkat dan didiamkan pada suhu kamar
Keringkan dan timbang · Penyajian hasil uji : bobot jenis = w1 w w1 = bobot contoh w = bobot air 4. Penetuan indeks bias · Prinsip
: metode ini didasarkan pada pengukuran langsung
sudut bias minyak yang dipertahankan pada kondisi suhu yang tetap. · Peralatan
: - Refraktometer - Penangas air - Lampu natrium commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
· Cara kerja : Air dialirkan melalui refraktometer Suhu dipertahankan dengan toleransi ± 0,2 °C Suhu minyak disamakan dengan suhu alat
Minyak diletakkan didalam alat Pembacaan dilakukan bila suhu sudah stabil · Penyajian hasil uji :
= pembacaaan yang dilakukan pada suhu pengerjaan nD
= indeks bias pada suhu 20 °C
t1
= suhu yang dihasilkan pada suhu pengrjaan
t
= suhu referensi (20 °C)
0,0004 = faktor koreksi untuk indeks bias setiap derajat 5. Penentuan kelarutan dalam etanol ·
Prinsip
: kelarutan minyak daun cengkeh dalam etanol
absolut atau etanol yang diencerkan yang menimbulkan kekeruhan dan dinyatakan sebagai larut sebagian atau larut seluruhnya. Berarti bahwa minyak tersebut membentuk larutan yang bening dan cerah dalam perbandingan-perbandingan seperti yang dinyatakan. ·
Bahan kimia
·
Peralatan : - labu ukur 50 ml
: Alkohol 70 %
- Gelas ukur bertutup 10 ml atau 25 ml.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
·
Cara kerja : 1 ml minyak diambil dan diukur di dalam gelas ukur yang berukuran 10 ml atau 25 ml
Alkohol 70 % ditambahkan setetes demi setetes Setiap penambahan dikocok sampai diperoleh suatu larutan yang sebening minyak
Kelaruatan dalam alkohol dinyatakan dalam jumlah alkohol yang dibutuhkan untuk melarutkan 1 ml minyak daun cengkeh
·
Penyajian hasil uji : kelarutan dalam etanol 70 % = 1 volume dalam Y volume, menjadi keruh dalam 2 volume. Bila larutan tersebut “lebih besar dari pada”, “sama” atau “lebih kecil dari pada” kekeruhan larutan pembanding.
6. Penentuan eugenol total ·
Prinsip
: senyawa fenol beraksi dengan alkali membentuk
fenolat. Beta caryophillene merupakan senyawa non fenol yang tidak beraksi dengan alkali dan dihitung dari selisih minyak sebelum dan sesudah reaksi. ·
Bahan kimia
: larutan NaOH 10 N
·
Peralatan
: labu takar 100 ml dan pipet volume 10 ml.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
·
Cara kerja
:
Minyak daun cengkeh dipipet 10 ml ke dalam labu takar 100 ml Larutan NaOH ditambahkan 35 ml
Selama 5 menit dikocok
Dipanaskan di atas penangas air selama 10 menit Larutan NaOH1N ditambahkan lagi sampai permukaan cairan berada pada skala labu takar
Didiamkan selama1 hari Dibaca volume terpen ·
Penyajian hasil uji : Eugenol total = Volume Eugenol x 100 % Volume Contoh
7. Penentuan beta caryophillene menggunakan kromatografi cairan gas ·
Prinsip
:
beta
caryophillene
dan
komponen
lainnya
dipisahkan dengan teknik kromatografi gas. ·
Bahan baku
: beta caryophillene
·
Peralatan
:
a. Instrumen kromatografi gas yang dilengkapi dengan : - Tabung gas berisi gas nitrogen “HP” dengan regulatornya - Tabung gas berisi gas hidrogen “HP” dengan regulatornya - Tabung gas berisi gas tekan dengan regulatornya - Kolom terbuat dari gelas atau logam yang “inert” untuk kolom kemasan panjang 2m-4m diameter ¼ inchi commit to user - Kolom silikon kapiler
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
b. Detektor ionisasi nyala (flame ionization FID). c. Rekorder-integrator d. Alat suntik dengan volume 1 mikroliter ·
Kondisi analisa
:
- Panjang kolom
: 2 meter, diameter ¼ inchi
- Isi kolom-fasa diam
: carbowax 20 M 15 %
- Padatan penyangga
: chromosorb WHP 80 mesh-100
mesh - Fasa gerak
: nitrogen
- Kecepatan alir hidrogen
: 30 ml/menit
- Kecepatan alir gas tekan
: 300 ml/menit
- Atenuasi
: 128
- Suhu
: 200 °C
- Sistem kolom
: - suhu awal : 80 °C, - suhu akhir : 200°C - kenaikan suhu : 5°C/menit - volume contoh : 0,1 mikroliter - kecepatan kertas : 0,5 cm/menit
·
Penyajian hasil uji : % beta Caryophillene = A x 100 B Ket : A : konsentrasi Beta caryophillene dalam contoh B : konsentrasi Beta caryophillene standar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Industri Minyak Atsiri Daun Cengkeh Desa Salam merupakan salah satu dari 11 (sebelas) desa atau kelurahan di Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar. Desa Salam sampai sekarang masih dikenal dan terkenal sebagai desa sentra industri minyak atsiri antara lain minyak atsiri daun cengkeh dan minyak atsiri nilam. Dikenal sebagai desa sentra industri pembuatan minyak atsiri karena sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai penghasil minyak atsiri. Salah satu penduduk yang memproduksi minyak atsiri sejak tahun 2005 adalah Bapak Sunarno. Pengembangan industri pembuatan minyak atsiri ini dibantu dengan 4 tenaga kerja. Dimulai dari ikut berkerja disalah satu pengrajin minyak daun cengkeh bapak Sunarno berkeinginan untuk mencoba usaha penyulingan minyak daun cengkeh tersebut. Merasa telah cukup mendapat ilmu dari bekerja ditempat sebelumnya bapak Sunarno mencoba usaha peyulingan yang relatif mudah dan menggunakan modal yang sedikit. Usaha penyulingan ini dimulai pada pertengahan tahun 2005, usaha penyulingan ini bertempat di desa Salam Rt 1/ Rw VI, Karang, Karangpandan. Pada awal mulanya penyulingan minyak daun cengkeh ini hanya menggunakan satu ketel saja. Karena peningkatan permintaan dari pedangang bapak Sunarno menambah ketel penyulingan menjadi dua buah. Sampai saat ini penyulingan tersebut masih tetap berlangsung.
B. Penyediaan Bahan Baku 1. Daun cengkeh Cengkeh (Syzygium aromaticum) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki batang pohon besar dan berkayu keras, cengkeh commit bahkan to user sampai ratusan tahun, tingginya mampu bertahan hidup puluhan
25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
dapat mencapai 20 - 30 meter dan cabang-cabangnya cukup lebat. Cabangcabang dari tumbuhan cengkeh tersebut pada umumnya panjang dan dipenuhi oleh ranting-ranting kecil yang mudah patah. Tajuk pohon cengkeh berbentuk kerucut . Daun cengkeh berwarna hijau berbentuk bulat telur memanjang dengan bagian ujung dan pangkalnya menyudut, rata-rata mempunyai ukuran lebar berkisar 2-3 cm dan panjang daun tanpa tangkai berkisar 7,5 -12,5 cm. Bunga dan buah cengkeh akan muncul pada ujung ranting daun dengan tangkai pendek serta bertandan. Selain dari bunga dan tangkai bunga, minyak cengkeh bisa dan sudah lama diperoleh dari daun cengkeh. Di Indonesia upaya penyulingan minyak umumnya dari daun cengkeh dan telah lama dilakukan oleh usaha kecil dan menengah (UKM). Minyak daun cengkeh (clove leaf oil) adalah minyak atsiri hasil sulingan daun cengkeh kering (umumnya yang sudah gugur). Daun cengkeh dikumpulkan dari petani dan satu kg daun cengkeh dijual dengan harga Rp 1.000,00. Untuk setiap kali pemasak satu ketel membutuhkan 500 kg daun cengkeh kering. Daun cengkeh yang biasa digunakan sudah kering benar berwarna dan tak ada daun cengkeh yang berwarna merah maupun hijau. Pengawasan mutu bahan baku dilakukan untuk memperolah bahan yang baik. Bahan baku merupakan bagian terpenting pada proses produksi, tanpa bahan baku suatu proses produksi tidak akan berjalan. Bahan baku juga mempengaruhi mutu produk yang dihasilkan, sehingga perlu pengawasan mutu yang baik pada bahan baku yang akan diolah. Jumlah ketersedian daun sangat tergantung oleh musim. Pada musim penghujan jumlah daun lebih sedikit dibading pada musim kemarau. Pada musim penghujan tidak terdapat daun yang distock untuk penyulingan, selain daun yang dibeli langsung dilakukan proses penyulingan. Daerah-daerah yang menyuplai daun cengkeh diperoleh dari daerah Tawangmangu, Karangpandan, Ngargoyoso, Mateseh, Magetan, dan Boyolali. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
Usaha penyulingan minyak atsiri ini memiliki standar penerimaan bahan baku, dalam hal ini mengenai penerimaan terhadap daun cengkeh dari petani tanaman cengkeh. Standar daun cengkeh yang ditetapkan antara lain : a. Daun telah gugur dari pohonnya b. Daun berwarna coklat sampai kuning c. Daun tidak busuk d. Daun utuh Pengecekan kondisi daun cengkeh dilakukan saat pembelian daun dari petani. Saat penimbangan daun cengkeh dilihat secara acak kondisi daun cengkeh sesuai kriteria atau tidak. Untuk menghindari daun busuk saat
penyimpanan
diusahakan
daun
cengkeh
segera
dilakukan
penyulingan. Biasanya pembelian daun dilakukan pada saat pagi hari agar cepat dilakukan penyulingan. Akan tetapi, para petani sering mencampur daun-daun lain agar lebih banyak berat daun yang dijual. Pengawasan mutu terhadap bahan baku merupakan hal yang harus diperhatikan guna mencapai hasil minyak yang berkualitas dengan mutu yang tinggi. Cara penyimpanan bahan baku juga dapat mempengaruhi mutu minyak daun cengkeh yang akan dihasilkan. Cara penyimpanan bahan baku yang berupa daun cengkeh adalah ruang penyimpanan mempunyai sirkulasi pertukaran udara yang cukup dan tempat penyimpanan harus kering guna menghindari terjadinya hidrolisis pada daun. Apabila daun yang diperoleh dari petani tidak kering, di usaha penyulingan ini memiliki treatment khusus dengan cara mengeringkan daun cengkeh tersebut dengan bantuan sinar matahari dapat dilihat pada gambar IV.1. Hal ini dilakukan agar proses penyulingan minyak daun cengkeh dapat berlangsung dengan maksimal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Gambar IV.1 Proses penjemuran daun cengkeh Tempat penyimpanan bahan olah sebelum pengolahan juga mempengaruhi penyusutan minyak atsiri. Tempat penyimpanan daun cengkeh sebelum diolah dapat dilihat pada gambar IV.2. Penimbunan daun cengkeh sering dilakukan akibat hambatan proses penyulingan atau kapasitas penyulingan yang kurang besar. Penguapan secara bertahap selama penyimpanan mengakibatkan kehilangan minyak atsiri, yang sebagian besar disebabkan oleh proses oksidasi dan resinifikasi, jika bahan harus disimpan sebelum diproses, maka penyimpanan dilakukan pada udara kering yang bersuhu rendah dan udara disirkulasikan. Kehilangan minyak dalam bahan tersebut dapat dihindari, jika bahan diproses dengan segera.
Gambar IV.2 Tempat penyimpanan daun cengkeh Kehilangan
minyak
atsiri
dari
bahan
tanaman
sebelum
penyulingan. Biasanya dipengaruhi oleh proses penyimpanan setelah panen. Proses penimbunan ini, tanaman masih mengandung sejumlah besar air dalam sel dan dengan proses difusi akan turut membawa minyak ke permukaan dan akhirnya terjadi penguapan. Jika suatu saat jumlah air commit to user dalam bahan berkurang atau habis, maka bahan olah menjadi kering dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
proses hidrodifusi tidak dapat berlangsung. Penyusutan minyak selama penyimpanan dalam udara kering tergantung dari beberapa faktor yaitu kondisi bahan, metode penyimpanan, lama penyimpanan dan komposisi kimia minyak dalam bahan. Kendala produksi utama yang dihadapi oleh pengusaha minyak daun cengkeh ini terutama terkait dengan pengadaan bahan baku yang bersifat musiman. Ketersediaan bahan baku daun cengkeh sangat tergantung pada musim. Pada musim penghujan, pasokan bahan baku sangat sedikit sehingga para pengusaha hanya melakukan proses penyulingan satu kali pemasakan. Hambatan yang kedua adalah kapasitas produksi yang masih sangat terbatas. Seringkali pengusaha kecil penyulingan minyak daun cengkeh tidak dapat memenuhi permintaan konsumen dalam jumlah besar pada waktu tertentu.
2. Air Air pada pembuatan minyak daun cengkeh befungsi dalam pelarut dan pendingin pada kondensor. Persediaan air bersih di lokasi UKM minyak atsiri daun cengkeh sangat melimpah sehingga memudahkan dalam proses produksi. Air yang dipergunakan dalam UKM minyak atsiri daun cengkeh berasal dari air sungai dan PAM (Perusahaan Air Minum). Air menjadi berbahaya jika tidak bersih atau sudah tercemar kotoran, apalagi bila air sudah tercemar oleh mikroba patogen maupun oleh logam berat. Pengendalian mutu yang dilakukan terhadap bahan pembantu air ini sangat dibutuhkan untuk menjaga kualitas produk minyak daun cengkeh yang dihasilkan. Pada proses pendinginan air yang digunakan dalam bak penampung yang diatur sirkulasi airnya. Sirkulasi air dijaga agar air dalam kondensor selalu dingin. Air ini dipergunakan untuk mengubah uap menjadi cair yang berupa minyak. Air kolam pendingin ini berasal dari sungai yang terletak didekat lokasi penyulingan. Kolam pendingin yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
dipergunakan dalam UKM tersebut dapat dilihat pada Gambar IV.3 sebagai berikut
Gambar IV.3 Kolam Pendingin C. Proses Pengolahan Proses penyulingan minyak daun cengkeh dilakukan menggunakan penyulingan dengan air dan uap. Penyulingan dengan air dan uap saat ini menjadi populer dikalangan usaha kecil. Penyulingan yang dihubungkan hanya dengan api langsung. Cara ini hanya cocok untuk jenis minyak atsiri yang tidak rusak oleh panas uap air. Salah satunya adalah minyak daun cengkeh. Pengendalian mutu adalah suatu cara atau teknik yang dilakukan untuk mengendalikan kontaminasi yang mungkin terjadi pada pangan sehingga dihasilkan produk yang aman untuk dikonsumsi karena hanya produk hasil industri yang bermutu yang dapat memenuhi kebutuhan pasar. Pengendalian mutu ini dilakukan dengan cara pengawasan mutu. Pengawasan mutu tersebut berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Makin modern tingkat industri makin kompleks dan makin canggih pula ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan untuk menangani mutunya. Flow proses penyulingan minyak daun cengkeh dapat dilihat pada gambar IV.4 sebagai berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
Daun cengkeh
Didistilasi
Kondensasi
Pemisahan minyak dan air
Minyak daun cengkeh Gambar IV. 4 Proses penyulingan minyak daun cengkeh
Langkah-langkah dalam pembuatan minyak daun cengkeh sebagai berikut : 1. Persiapan ketel daun Tujuan persiapan ketel daun untuk membersihkan ketel daun dari sisa-sisa daun dari proses penyulingan sebelumnya. Cara pembersihan yang dilakukan adalah menyapu ketel dengan menggunakan tenaga manusia. Pada penyulingan minyak daun cengkeh ini terdapat dua ketel untuk pengukusan daun cengkeh.
Gambar IV.5 Pembersihan ketel commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
2. Pemasukan daun ke ketel daun Pada proses persiapan ketel daun ini, bahan baku diletakkan terpisah dengan air. Pemisahan air ini dilakukan untuk memudahkan proses penguapan, bagian ketel untuk bahan baku harus diberi ruang yang cukup. Proses pengisian daun cengkeh, daun cengkeh ditekan sampai terisi penuh. Tiap ketel daun memiliki kapasitas tiap 500 kg daun cengkeh. Setelah proses pemasukan daun cengkeh ke dalam ketel daun, kemudian ketel daun ditutup rapat-rapat agar uap minyak tidak bocor. Proses penyulingan minyak daun cengkeh dilakukan dengan memanaskan bahan baku berupa daun cengkeh dan air yang dimasukkan dalam ketel yang kemudian dipanaskan.
Gambar IV.6 Pemasukan daun Ketel suling biasa disebut tangki berfungsi sebagai wadah tempat air dan/atau uap untuk mengadakan kontak dengan bahan, serta untuk menguapkan minyak atsiri. Pada bentuk sederhana, ketel suling berbentuk silinder atau tangki yang mempunyai diameter sama atau lebih kecil dari tinggi tangki. Pada penyulingan air dan uap dipasang suatu saringan (grid) atau dasar semu diatas dasar ketel suling, sehingga air yang mendidih tidak kontak dengan bahan yang pada disuling. Pada umumnya ketel termasuk bagian tutup dilapisi dengan udara dingin dan angin. Jika dinding luar ketel tidak diberi isolasi, maka sebagian uap akan berkondensasi di dalam ketel akibat adanya panas yang hilang. Hal ini mengakibatkan bahan yang disuling menjadi lembab, partikel bahan akan menggumpal dan melekat, sehingga jumlah air yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
dibutuhkan lebih banyak, penyulingan lebih lama dan biasanya menghasilkan randemen minyak yang lebih rendah.
3. Proses penyulingan Setelah ketel terisi penuh pemanasan akan segera dilakukan. Proses penyulingan minyak daun cengkeh berlangsung selama 5-7 jam. Proses pemanasan dapat menggunakan bahan bakar berupa limbah daun yang disuling sebelumnya dan ban bekas. Satu kali proses pemasakan membutuhkan ban bekas sebanyak 50 buah. Pengapian ini dijaga terus agar panas tetap stabil.
Gambar IV.7 Proses penyulingan Cara penyulingan minyak menggunakan cara penguapan. Cara ini sangat menguntungkan baik dari segi waktu, kualitas, dan jumlah randemen minyak yang dihasilkan dibandingkan dengan cara penyulingan yang lain. Uap panas dihasilkan dari proses pemanasan air dibawah sangsang. Apabila ketel daun sudah siap (sudah terisi penuh daun cengkeh dan sudah ditutup rapat) maka, api akan dinyalakan untuk menghasilkan uap panas. Pengaturan panas pada tungku pemanasan perlu diperhatikan agar proses penyulingan dapat berlangsung dengan baik. Rata-rata minyak daun cengkeh yang dihasilkan ± 8 kg setiap penyulingan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
air
Bahan baku
air
air api
Gambar IV.8 Skema proses penyulingan Uap air dan uap minyak daun cengkeh akan mengalir melalui pipa masuk ke dalam kondensor. Sebuah pipa yang terdapat dibagian atas ketel daun yang menghubungkan antara ketel daun dengan kondesor. Kondensor merupakan salah satu perlengkapan penyulingan. Kondensor berfungsi untuk mengubah seluruh uap air dan uap minyak menjadi fase cair. Jumlah panas yang dikeluarkan pada peristiwa kondensasi sebanding dengan panas yang diperlukan untuk penguapan uap minyak dan uap air serta sejumlah kecil panas tambahan dikeluarkan untuk mendiginkan hasil kondensasi, yang berguna untuk menjaga supaya suhunya di bawah titik didih. Pipa kondesor ini memiliki panjang 50 meter. Semakin panjang pipa yang digunakan, semakin baik proses kondensasi yang terjadi. Uap air dan uap minyak daun cengkeh dicairkan dengan mengalirkan pipa melingkar ke dalam kolam pendingin (kondensor). Pipa kondensor ini tidak boleh bocor dan suhu air harus dijaga untuk selalu tetap dingin agar proses kondensasi dapat berlangsung dengan baik. Suhu udara sangat berpengaruh pada suhu air. Kondensor tersebut dapat berupa kolam. Kolam pendingin ini berukuran 3mx5m dengan kedalaman 2 meter. Semakin lama uap minyak daun cengkeh dan uap air berada dalam kolam pendingin, semakin baik proses kondensasi yang terjadi. Air kolam harus terus dijaga agar tetap berada pada suhu yang commit to user dingin.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Metode penyulingan dengan menggunakan air dan uap memiliki kelebihan tersendiri. Salah satu keuntungan penyulingan air dan uap adalah bahan yang disuling tidak dapat menjadi gosong. Pada penyulingan tipe ini, perhatian ditujukan terhadap uap yang kontak dengan bahan dan uap-uap lain yang terbentuk, dan air dalam ketel penyulingan. Timbulnya gosong atau bahan yang mengering dapat dicegah karena suhu tidak akan melebihi suhu uap jenuh pada tekanan 1 atm. Pengisian bahan ke dalam ketel harus diatur, agar uap dapat berpenetrasi serta merata di dalam bahan, sehingga randemen minyak yang dihasilkan lebih tinggi. Penyulingan dengan air dan uap ini relatif murah atau ekonomis. Biaya yang diperlukan relatif rendah dengan rendemen minyak daun cengkeh yang memadai dan masih memenuhi standar mutu yang diinginkan konsumen. Kelemahan adalah karena jumlah uap yang dibutuhkan cukup besar dan waktu penyulingan lebih lama. Dalam proses ini sejumlah besar uap akan mengembun dalam tumpukan bahan, sehingga bahan bertambah basah, mengalami algutinasi, dan menghasilkan minyak dalam waktu yang lama.
4. Pemisahan minyak dan air Minyak yang telah didinginkan di dalam kondensor dialirkan ke dalam separator. Separator ini berfungsi untuk alat pemisahan minyak dari air suling. Separator berupa drum yang menampung minyak dan air. Cara kerja separator dalam pemisahan minyak dan air didasarkan perbedaan berat jenis antara minyak dengan air. Jumlah volume air suling selalu lebih besar dari jumlah minyak, dalam hal ini diperlukan agar air suling tersebut terpisah secara otomatis dari minyak atsiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
Gambar IV.9 Air dan minyak hasil penyulingan Minyak atsiri dan air suling tidak melarut, karena perbedaan bobot jenis, maka larutan tersebut akan terpisah, di mana minyak berada di bawah lapisan air. Jika bobot jenis minyak lebih besar dari 1, maka minyak akan berada pada dasar tabung pemisah. Dengan perbedaan berat jenis tersebut maka minyak dapat terpisahkan dari air.
Gambar IV.10 Penampungan minyak dan air hasil penyulingan Drum penampung minyak terdapat empat buah. Drum pertama terdapat kran dibawah yang berfungsi untuk mengambil minyak. Pengambilan minyak ini di letakkan pada ember. Di letakkan pada ember karena dikhawatirkan masih terdapat air yang tercampur dalam minyak. Pemisahan minyak ini dilakukan secara manual. Pada drum kedua, ketiga, dan keempat terdapat pipa penghubung yang terdapat diatas drum yang berfungsi untuk mengalirkan minyak dan air. Minyak akan berada pada bagian bawah pada masing-masing drum. Minyak yang terdapat di drum kedua, ketiga, dan keempat diambil setiap satu bulan sekali.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
5. Penampungan dan penyimpanan Hasil sulingan minyak daun cengkeh dan air dialirkan ke dalam tempat berupa drum yang sudah disediakan. Drum penampungan harus dari bahan yang tidak dapat merusak sifat-sifat minyak. Tempat penyimpanan harus tertutup rapat dan tidak tembus cahaya. Bila terkena cahaya dikhawatirkan akan terjadi proses oksidasi yang berpengaruh pada kualitas minyak.
Gambar IV.11 Tangki minyak daun cengkeh Setelah proses penyulingan selama kurang lebih 7 jam, hasil proses penyulingan didiamkan beberapa saat sehingga air dan minyak daun cengkeh terpisah. Produksi minyak daun cengkeh dengan ketel kapasitas 500 kg daun cengkeh dapat menghasilkan kurang lebih 7 kg minyak daun cengkeh. Minyak daun cengkeh berada di bawah air karena memiliki berat jenis yang lebih besar. Air dan minyak daun cengkeh dapat dipisahkan dengan sejenis kain khusus atau dipisahkan secara manual. Sisa air yang telah dipisahkan masih mengandung minyak daun cengkeh dan masih dapat dipisahkan lagi setelah beberapa lama.
Setelah penyulingan selesai, air dalam ketel suling dibuang dan kemudian diganti dengan air yang baru. Sebaiknya dipergunakan air yang baru untuk setiap kali penyulingan sebab sebagian uap selalu mengembun di dalam tumpukan bahan yang kemudian akan bercampur dengan air yang terdapat dalam
ketel.
Penggunaan commit air to suling user secara
berulang-ulang
akan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
mengakibatkan
dekomposisi
zat
ekstraktif
dalam
bahan,
sehingga
menghasilkan zat mudah menguap dan berbau tidak enak yang berpengaruh pada mutu minyak atsiri yang dihasilkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyulingan dengan air dan uap antara lain ukuran bahan tanaman yang seragam dan ruang antar bahan yang cukup agar uap dapat berpenetrasi, penyebaran bahan harus merata di dalam ketel, sehingga uap dapat menembus bahan olah secara merata dan menyeluruh. Dari aspek ketenagakerjaan, usaha penyulingan minyak daun cengkeh ini tidak menyerap jumlah tenaga kerja yang banyak. Tetapi memiliki pengaruh ke belakang setidaknya pada usaha pembuatan peralatan dan petani cengkeh yang menjadi pemasok bahan baku. Usaha ini pun memiliki nilai tambah yang tinggi. Penyerapan tenaga kerja dari usaha ini dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar di pedesaan yang umumnya petani dan memiliki dampak langsung terhadap peningkatan pendapatan dan ekonomi mereka. Dengan berkurangnya pengangguran secara langsung akan berdampak pada kondisi sosial masyarakat seperti penurunan tingkat kriminalitas.
D. Randemen Rendemen dan mutu dari minyak yang dihasilkan dipengaruhi oleh asal tanaman, varietas, mutu bahan, penanganan bahan sebelum penyulingan, metode penyulingan serta penanganan minyak yang dihasilkan. (Nurdjannah et al., 1993). Kandungan utama dari minyak cengkeh adalah eugenol, eugenol asetat dan caryophyllen. Randemen yang dihasilkan di UKM ini masih sangat rendah yaitu 1,6 %. Faktor-faktor yang mempengaruhi randemen minyak daun cengkeh: 1. Daun cengkeh Ketersediaan bahan baku untuk daun cengkeh bersifat musiman. Bahan baku utama yang digunakan pada minyak daun cengkeh adalah daun commit usermenyebabkan usaha minyak daun cengkeh kering yang sudah gugur.to Ini
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
cengkeh bersifat musiman karena sangat tergantung pada ketersediaan bahan baku. Bahan baku daun cengkeh didapatkan dari beberapa daerah antara lain Tawangmangu, Karangpandan, Ngargoyoso, Mateseh, Magetan, dan Boyolali. Bahan baku yang diperoleh dari berbagai daerah tersebut memiliki keragaman varietas, jenis, dan umur tanaman yang dapat mempengaruhi randemen minyak daun cengkeh. 2. Waktu destilasi Waktu destilasi yang digunakan untuk mengambil minyak daun cengkeh ini adalah 7-8 jam. Akan tetapi dalam kenyataannya pengrajin hanya melakukan penyulingan selama 5-7 jam saja. Hal ini dapat menyebabkan belum semua komponen dalam daun terdestilasi dan mempengaruhi nilai dari eugenol. Waktu penyulingan yang lebih singkat juga mempengaruhi kualitas minyak daun cengkeh yang dihasilkan. 3. Proses produksi Mutu minyak daun cengkeh dipengaruhi oleh kondisi peralatan yang digunakan. Ketel dengan bahan anti karat akan menghasilkan minyak daun cengkeh yang lebih baik dibandingkan penyulingan dengan menggunakan ketel yang terbuat dari besi plat biasa, apalagi dengan menggunakan drumdrum kaleng bekas. 4. Penanganan hasil produksi Minyak daun cengkeh yang seharusnya ditampung dan disimpan dalam kemasan dari bahan gelas, plastik atau bahan anti karat lainnya akan menurun mutunya jika hanya disimpan dalam kemasan dari logam berkarat. Minyak daun cengkeh mudah beroksidasi dengan bahan logam.
E. Pengawasan Mutu Produk Akhir Pengawasan mutu adalah suatu tindakan atau kegiatan sehubungan dengan keinginan untuk menghasilkan suatu produk yang baik, dapat memuaskan konsumen dan produsen, bermutu tinggi dengan tingkat mutu yang dapat dipertahankan untuk setiap produksinya. Pengawasan mutu commit tomengarah user dilaksanakan di industri seluruhnya kepada pencapaian produk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
akhir yang sesuai dengan standar mutu produk yang berlaku dan produk yang seragam. Hal yang perlu diperhatikan dari proses penanganan produk akhir adalah proses penyimpanan minyak daun cengkeh disimpan didalam tangki penampung minyak yang tertutup rapat dan tidak terkena matahari secara langsung. Hal ini bertujuan agar minyak yang dihasilkan tidak terhidrolisis dan mutu minyak dapat tetap terjaga. Tabel IV.1 Kualitas produk akhir minyak daun cengkeh No Jenis uji satuan Persyaratan 1 Keadaan 1.1 Warna Kuning 1.2 Bau Khas minyak cengkeh 2 Bobot jenis 20°C/20°C 1,031 3 Indeks bias (nD20) 1,526 4 Kelarutan dalam etanol 70% 1 : 2 jernih 5 Eugenol total %, v/v 75,64 6 Beta caryophillene % 21,03 1. Warna Warna merupakan komponen penting dalam minyak atsiri daun cengkeh, karena warna akan mempengaruhi bau, indeks bias, kelarutan dalam etanol, eugenol total, dan beta caryophillene. Hasil warna minyak atsiri daun cengkeh berwarna kuning. 2. Bau Bau merupakan komponen penting dalam minyak atsiri daun cengkeh. Hasil penyulingan minyak daun cengkeh ini mempunyai bau khas minyak daun cengkeh yang telah sesuai dengan SNI. 3. Bobot jenis Metode ini didasarkan pada perbandingan antara berat minyak pada suhu yang ditentukan dengan berat air pada volum yang sama dengan volum minyak pada suhu tertentu. Hasil menunjukkan bahwa berat jenis minyak daun cengkeh telah sesuai. Bobot jenis minyak atsiri daun cengkeh sebesar 1,031. Berdasarkan standar mutu minyak daun cengkeh dari SNI 06-2387commit to user 2008, nilai tersebut telah sesuai dengan standar yaitu 1,025 sampai 1,049.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
4. Indeks bias Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya dalam ruang hampa udara. Bila seberkas sinar mengenai sebuah bidang batas dari 2 zat yang transparan maka cahaya tersebut sebagian akan dipantulkan, diabsorbsi dan diteruskan. Tergantung pada besarnya sudut jatuh maka sinar yang diteruskan mungkin searah dengan sinar jatuh atau ditentukan dengan arah yang dibelokkan/dibiaskan. Indeks bias minyak daun cengkeh yang dihasilkan ini sebesar 1,526, hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan dengan pustaka. Indeks bias minyak daun cengkeh dapat menyimpang (menurun) jika terdapat pemalsuan karena eugenol dapat menghasilkan indeks bias cahaya yang tinggi dengan demikian semakin tinggi eugenol maka makin tinggi indeks biasnya. 5. Kelarutan dalam alkohol Kelarutan minyak dalam alkohol berdasarkan hasil analisis menunjukkan larut dalam segala perbandingan, hal ini dikarena kandungan eugenol yang tinggi dan eugenol merupakan suatu senyawa kelompok alkohol. 6. Eugenol total Kualitas minyak daun cengkeh ditentukan oleh kandungan eugenol di dalamnya. Semakin tinggi kadar eugenolnya maka semakin baik kualitasnya dan nilai jualnya juga semakin tinggi. Penambahan pelarut ke dalam campuran reaksi dapat meningkatkan pengambilan eugenol dari minyak cengkeh. Setelah didiamkan akan terbentuk 2 fase yaitu : fase air yang mengandung Na eugenol dan fase kariofolin, kedua fase dipisahkan kemudian fase air di asamkan dengan HCl untuk memperoleh kembali eugenol. Eugenol rektif terhadap basa kuat khusunya NaOH dan KOH sifat ini dimanfaatkan untuk mengambil eugenol dari minyak daun cengkeh, eugenol berupa zat cair berbentuk minyak tidak berwarna atau sedikit kekuning-kuningan larut dalam alkohol, kloroform, eter dan sedikit larut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
dalam air berbau tajam minyak cengkeh, berasa membakar dan panas dikulit. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak daun cengkeh ternyata cukup baik karena mengandung eugenol sebesar 76,5%. Akan tetapi hasil pengujian mengunakan kromatografi gas (GCMS) menunjukkan hasil yang berbeda, yaitu sebesar 74,78%. Namun, nilai tersebut tidak sesuai dengan standar SNI. Hal ini disebabkan oleh proses penyulingan yang masih menggunakan alat yang sederhana dan waktu penyulingan yang relatif singkat. Belcher (1965) menyatakan bahwa kandungan eugenol dari minyak tergantung dari waktu destilasi. Waktu destilasi yang singkat (cepat) menghasilkan minyak dengan kandungan eugenol yang jauh lebih tinggi daripada yang biasa dilakukan dengan waktu yang lebih lama. 7. Beta caryophillen Spesifikasi minyak cengkeh sebagai sumber rasa dan aroma tidak hanya ditentukan oleh kandungan eugenol saja, tapi oleh komponen lain seperti eugenol asetat dan caryophyllen. Analisis penyusun-penyusun bukan fenolat dengan cara kromatografi gas dan spektroskopi massa menghasilkan 8 komponen (Hardjono, 1981). Enam diantaranya diidentifikasi sebagai : αkubena, α kopaen, β karyofillen, humulen, kadina 1,3,5-trien dan δ kadinen. Penyusun utama dari fraksi bukan fenolat adalah β karyofillen. Dari hasil uji, minyak daun cengkeh ini memiliki kadar β karyofillen sebesar 21,03 %. Hasil ini tidak sesuai dengan standar SNI yaitu maksimal 17%. Minyak daun cengkeh biasa diperoleh dari daun cengkeh yang sudah gugur. Komposisi minyak yang dihasilkan bervariasi tergantung dari keadaan daun serta cara destilasinya, minyak yang dihasilkan biasanya mengandung eugenol antara 80 - 88 % dengan kadar eugenol asetat yang rendah tetapi kadar coryophyllene yang tinggi (Nurdjannah et al., 1993).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
F. Mesin dan peralatan Proses penyulingan minyak daun cengkeh ini dengan teknologi sederhana dapat memprosesnya dengan mudah. Tidak diperlukan mesin-mesin dengan ketrampilan khusus untuk usaha ini. Fasilitas produksi yang utama adalah ketel dari platbesi (plateser), tungku dan kondensor. 1. Ketel Ketel yang digunakan dalam proses penyulingan minyak daun cengkeh terbuat dari platbesi. Di usaha penyulingan minyak daun cengkeh ini menggunakan dua ketel besi dan aluminium. Ketel ini berukuran 3 meter dengan diameter 1 meter. 2. Tungku Dalam proses penyulingan minyak daun cengkeh tungku ini terdapat dibawah ketel yang berfungsi untuk pengapian, sumber panas. 3. Kondensor Kondensor berupa kolam yang di dalamnya terendam pipa dengan bentuk spiral atau pipa baja biasa yang dibentuk melingkar. Pipa kondesor ini memiliki panjang 50 meter. Kolam pendingin ini berukuran 3mx5m dengan kedalaman 2 meter. Air pada kolam ini dipantau terus agar air didalamnya tetap dalam kondisi dingin. 4. Perlalatan lain
Peralatan lain yang diperlukan berupa 4 drum plastik untuk menampung minyak daun cengkeh, garu, sendok, 5 jerigen, corong minyak, dan gayung. Alat ini merupakan alat pendukung yang digunakan dalam proses penyulingan minyak daun cengkeh. Drum plastik tersebut digunakan untuk menampung minyak daun cengkeh hasil penyulingan sebelum dimasukkan ke dalam tangki. Garu dan sendok digunakan untuk mengambil minyak daun cengkeh yang masih tercampur. Corong minyak digunakan untuk mempermudah proses pemasukan minyak daun cengkeh dari drum ke tangki. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
G. Limbah Produksi Usaha pengolahan minyak daun cengkeh menghasilkan limbah cair yang tidak berbahaya dan dapat ditoleransi lingkungan. Limbah cair tersebut adalah air sisa penyulingan. Jika proses pemisahan air dan minyak daun cengkeh berlangsung dengan sempurna, maka air yang tersisa tidak berdampak buruk pada lingkungan. Limbah padat yang lain adalah abu daun kering sisa pembakaran yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Limbah daun dari proses penyulingan dimanfaatkan untuk bahan pembakaran dalam proses penyulingan. Secara umum, usaha penyulingan minyak daun cengkeh ini termasuk usaha yang ramah lingkungan.
H. Manajemen Resiko Resiko merupakan sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu contoh adalah mutu minyak daun cengkeh, apabila mutu minyak daun cengkeh yang dinilai dari kadar eugenolnya, maka usaha penyulingan tersebut akan menderita kerugian. Kemungkinan yang lain adalah tidak terjadi nilai kadar eugenol dibawah standar. Pelaksanaan manajemen resiko adalah untuk mengurangi resiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, dan organisasi. Di sisi lain pelaksanaan manajemen resiko melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia. Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau
merugikan.
Ketidakpastian
yang
menimbulkan
kemungkinan
menguntungkan dikenal dengan istilah peluang (Opportunity, sedangkan ketidak pastian yang menimbulkan akibat yang merugikan dikenal dengan istilah risiko (Risk). Untuk mengurangi bahaya tersebut maka harus ada jaminan untuk meminimalkan resiko atau paling tidak mendistribusikannya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
selama pengembangan tersebut dan idealnya resiko tersebut dihapus dari aktifitas yang mempunyai jalur yang kritis. Resiko dari sebuah aktifitas yang sedang berlangsung sebagian bergantung pada siapa yang mengerjakan atau siapa yang mengelola aktifitas tersebut. Evaluasi resiko dan alokasi staf dan sumber daya lainnya erat kaitannya. Langkah-langkah dalam manajemen proses adalah : 1. Identifikasi resiko Proses ini meliputi identifikasi resiko yang mungkin terjadi dalam suatu aktivitas usaha. Identifikasi resiko secara akurat dan komplit sangatlah vital dalam manajemen resiko. Salah satu aspek penting dalam identifikasi resiko adalah mendaftar resiko yang mungkin terjadi sebanyak mungkin. Indentifikasi resiko yang timbul dari proses penyulingan minyak daun cengkeh adalah persediaan bahan baku yang tergantung oleh musim, permintaan pasar yang banyak yang tidak diimbangi dengan adanya bahan baku, dan standar penerimaan dari produsen. 2. Analisa resiko Setelah melakukan identifikasi resiko, maka tahap berikutnya adalah pengukuran resiko dengan cara melihat potensial terjadinya seberapa besar severity (kerusakan) dan probabilitas terjadinya resiko tersebut. Penentuan probabilitas terjadinya suatu event sangatlah subyektif dan lebih berdasarkan nalar dan pengalaman. Beberapa resiko memang mudah untuk diukur, namun sangatlah sulit untuk memastikan probabilitas suatu kejadian yang sangat jarang terjadi. Sehingga, pada tahap ini sangatlah penting untuk menentukan dugaan yang terbaik supaya nantinya kita dapat memprioritaskan
dengan
baik
dalam
implementasi
perencanaan
manajemen resiko. Analisa resiko dari proses penyulingan minyak daun cengkeh antara lain : ·
Bahan baku daun yang fluktuatif Bahan baku daun cengkeh yang sulit didapatkan pada musim penghujan
mengakibatkan produksi penyulingan commit to user Penyulingan hanya dilakukan satu kali saja pada satu hari.
menurun.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
·
Permintaan pasar yang banyak Permintaan pasar yang banyak yang tidak sesuai dengan kondisi ketersediaan daun. Untuk memenuhi permintaan pasar yang banyak ditanggulangi produsen dengan cara mencari bahan baku ke berbagai daerah agar dapat memproduksi. Daerah-daerah yang menyuplai daun cengkeh diperoleh dari daerah Tawangmangu, Karangpandan, Ngargoyoso, Mateseh, Magetan, dan Boyolali. Penyulingan dilakukan pada dua ketel bertujuan untuk memenuhi permintaan pasar.
·
Standar dari konsumen Konsumen perlu menstandarkan minyak daun cengkeh. Standar yang diberikan
masih
dapat
dipenuhi
oleh
produsen.
Konsumen
mensyaratkan PA diatas 30. Untuk memenuhi hal tersebut produsen menggunakan daun yang bagus, alat penyulinggan yang bersih, dan waktu penyulingan yang tepat 5-7 jam. Sebarang usaha untuk mengurangi sebuah risk exposure atau untuk melakukan sebuah rencana kontigensi akan berhubungan dengan biaya yang berkaitan dengan usaha tersebut. Merupakan hal yang penting untuk menjamin bahwa usaha ini dilaksanakan dengan cara yang paling efektif dan diperlukan cara untuk memprioritaskan resiko sehingga usaha yang lebih penting dapat menerima perhatian yang lebih besar. Estimasi nilai likehood dan impact dari masing-masing usaha tersebut akan menentukan nilai risk exposure.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan di atas adalah sebagai berikut: 1. Penyulingan minyak daun cengkeh menggunakan penyulingan uap dan air. 2. Tahap penyulingan minyak daun cengkeh terdiri dari persiapan ketel daun, pemasukan daun ke ketel daun, proses penyulingan, pemisahan minyak dan air, penampungan, dan penyimpanan 3. Pada hasil pengujian warna telah sesuai dengan SNI 06-2387-2008 yaitu kuning. 4. Pada hasil pengujian aroma telah sesuai dengan SNI 06-2387-2008 yaitu khas minyak daun cengkeh. 5. Pada hasil pengujian berat jenis telah sesuai dengan SNI 06-2387-2008 yaitu 1,031. 6. Pada hasil pengujian kelarutan alkohol telah sesuai dengan SNI 06-23872008 yaitu 1 : 2 jernih. 7. Pada hasil pengujian indeks bias telah sesuai dengan SNI 06-2387-2008 yaitu1,526. 8. Pada hasil pengujian eugenol minyak daun cengkeh memiliki nilai sebesar 75,64%, hal ini tidak sesuai dengan SNI 06-2387-2008 yaitu minimum 78%. 9. Standar daun cengkeh yang ditetapkan antara lain daun telah gugur dari pohonnya, daun berwarna coklat sampai kuning, daun tidak busuk, dan daun utuh. 10. Proses penanganan produk akhir adalah proses penyimpanan minyak daun cengkeh disimpan didalam tangki penampung minyak yang tertutup rapat dan tidak terkena commitmatahari to user secara langsung.
47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
11. Pengolahan minyak daun cengkeh menghasilkan limbah cair yang tidak berbahaya dan dapat ditoleransi lingkungan, dan limbah padat yang digunakan untuk bahan bakar penyulingan.
B.
Saran Cara yang lebih baik meningkakan mutu dan rendemen ialah menggunakan ketel dan kolom pendingin dari besi tahan karat dan kondensasinya berlangsung dengan pengaliran air. Waktu destilasi yang digunakan untuk mengambil minyak daun cengkeh ini adalah 7-8 jam digunakan secara optimal. Perlu proses pemurnian minyak daun cengkeh di home industry tersebut. Penyimpanan minyak hasil penyulingan sebaiknya ditempatkan pada tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung.
commit to user