1
PENGEMBANGAN KURIKULUM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTS RAUDLATUL MUHAJIRIN
2
KONSEP TEORITIS PENGEMBANGAN KURIKULUM Pengertian Kurikulum, Komponen Materi, Komponen Organisasi/Proses dan Komponen Evaluasi.
A. PENGERTIAN KURIKULUM Kurikulum berasal dari bahasa Latin curriculum berarti jalan, larinya, perlombaan, balap, pacuan, gelanggang, kereta balap, kereta tempur, berarti mata pelajaran atau rangkaian pelajaran pada umumnya khususnya diterapkan pada pelajaran dalam studi disuatu universitas dan sejumlah mata pelajaran disekolah atau keseluruhan pelajaran yang disajikan oleh suatu lembaga pendidikan, baik formal maupun nonformal.1 Kurikulum pada dasarnya merupakan media untuk mencapai suatu tujuan atau kompetensi pembelajaran, sebagai media maka eksistensinya sangat tergantung pada tujuan atau kompetensi pembelajaran yang akan dicapai.2 Kurikulum yang mencakupi antara lain materi, metode, dan alokasi waktu yang hendaknya dibangun atas pertimbangan.3 Kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan sebagai peganggan guna mencapai tujuan pendidikan, apa yang direncanakan biasanya bersifat idea, sesuatu cita-cita tentang manusia atau warga Negara akan dibentuk. Kurikulum ini lazim mengandung harapanharapan yang sering berbunyi muluk-muluk. Apa yang dapat diwujudkan dalam kenyataan disebut kurikulum yang real, karena 1
tak
segala
sesuatu
yang
direncanakan
dapat
Komaruddin dan Yooke Tjuparmah, Kamus istilah karya tulis ilmiah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000).hlm. 129. 2 Arief Furchan dan Muhaimin, pengembangan Kurikulum Berbasis kompetensi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005). hlm.111 3 Kadar, M.yusuf, Tafsir Tarbawi, (Pekan Baru: Amzah, 2007), hlm. 3.
3
direalisasikan, maka terdapatlah kesenjangan antara idea dan real curriculum. Berbagai tafsiran tentang kurikulum dapat kita tinjau dari segi lain, sehingga kita peroleh penggolongan sebagai berikut: 1. Kurikulum dapat dilihat sebagai produk yaitu sebagai hasil karya para pengembang kurikulum, biasanya dalam sesuatu panitia, hasilnya dituangkan dalam bentuk buku atau pedoman kurikulum yaitu misalnya berisi sejumlah mata pelajaram yang harus diajarkan. 2. Kurikulum dapat pula dipandang sebagai program, yakni alat yang dilakukan oleh sekolah untuk mencapai tujuannya. Ini dapat berupa mengajarkan berbagai mata pelajaan tetapi dapat juga meliputi segala kegiatan ynag dianggap dapat memengaruhi perkembangan siswa misalnya perkumpulan sekolah, pertandingan, pramuka, warung sekolah dan lainlain. 3. Kurikulum dapat pula dipandang sebagai hal-hal yang diharapkan akan dipelajari siswa, yakni pengetahuan, sikap, keterampilan tertentu. Apa yang diharapkan akan dipelajari tidak selalu sama dengan apa yang benar-benar dipelajari. 4. Kurikulum sebagai pengalamana siswa, ketiga pandangan di atas berkenaan dengan perencanaan kurikulum sedangkan pendangan ini mengenai apa yang secara aktual menjadi kenyataan pada setiap siswa. Ada kemungkinan, bahwaapa yang diwujudkan pada diri anak berbeda dengan apa yang diharapkan menurut rencana.4 4
Arief.Op. Cit, lm. 8-9.
4
B. KOMPONEN MATERI Materi pelajaran berada dalam ruang lingkup isi kurikulum, karena itu pemilihan materi pelajaran tertentu saja harus sejalan dengan ukuran-ukuran (kreteria) yang digunakan untuk memilih isi kurikulum bidang studi bersangkutan. Kreteria pemilihan materi pelajaran yang akan dikembangkan dalam sistem instruksional dan yang mendasari penentuan strategi belajar mengajar: 1. Kreteria tujuan instruksional 2. Materi pelajaran supaya terjabar 3. Relavan dengan kebutuhan siswa 4. Kesesuaian dengan kondisi masyarakat 5. Materi pelajaran mengandung segi-segi etik 6. Materi pelajaran tersusun dalam ruang lingkup dan urutan yang sistematik dan logis 7. Materi pelajaran bersumber dari buku sumber yang baku, pribadi guru yang ahli, dan masyarakat.5 Setiap tindak pendidikan dan pembelajaran selalu diorientasikan
pada
pencapaian
kompetensi-kompetensi
tertentu, baik berkaitan dengan pengembangan kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, sosial maupun kreatif.Untuk mencapai hal tersebut maka diperlukan media yang relavan dengan subtansi berbagai kecerdasan tersebut. Media di maksud salah-satunya adalah kurikulum.
5
Harjanto, perencanaan pengajaran.(Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2010). hlm. 222-224.
5
Kurikulum sebagai media pembelajaran, memberikan makna terhadap proses pendidikan dan pembelajaran di lembaga pendidikan, sehingga dimungkinkan terjadi adanya saling interaksi antara pendidik dengan peserta didik. Proses interaksi inilah sebenarnya yang akan mengantarkan pada pencapai berbagai kompetensi, untuk itu subtansi kurikulum bukan sekedar terdiri atas sekumpulan pengetahuan atau informasi dan jejeran mata pelajaran tetapi merupakan kajian secara
integrative
pembelajaran
berbagai
dalam
upaya
berkembang kecerdasannya.
persoalan
pendidikan
mengantarkan
dan
mahasiswa
6
C. KOMPONEN ORGANISASI Organisai kurikulum menentukan bahan pelajaran, urutannya, dan cara menyajikannya.7Organisasi kurikulum adalah susunan pengetahuan yang harus disampaikan pada peserta
didik
untuk
menguasai
kompetensi
yang
telah
ditetapkan, dimensi organisasi kurikulum terbagi menjadi 2 yaitu dimensi isi dan dimensi pengalaman belajar.8 Prosedur mereorganisasi kurikulum, diantaranya: 1. Melalui buku pelajaran Buku belajar merupakan sumber belajar yang penting bagi peserta didik oleh karena itu buku belajar harus selalu disesuaikan dengan perkembangan zaman sehingga guru
6
Arief.Op. Cit, hlm. 5. Ibid, hlm. 226. 8 Akhmad Ari Wibowo dan Diyah, Organisasi Kurikulum, (Malang: UI Malang Press, 2013), hlm 2. 7
6
dapat dengan mudah mereorganisasi kurikulum melalui buku pelajaran.
2. Melalui cara tambal sulam Dilakukan dengan mengambil model kurikulum sekolah atau daerah lain yang memiliki kurikulum yang lebih baik jika sesuai dengan kondisi dan tujuan maka kurikulum tersebut dapat dipelajari dan ditambahan pada kurikulum yang ada. 3. Melalui analisis kegiatan Dilakukan dengan menganalisis kegiatan kehidupan orang dewasa dan hasilnya dijadikan bahan pelajaran untuk peserta didik. 4. Melalui fungsi sosial Dilakukan melalui 2 tahap yaitu: merumuskan strategi sosial dan merumuskan ruang lingkup fungsi kehidupan sosial berdasarkan kreteria tertentu. 5. Melalui survey pendapat Dilakukan melalui survey terhadap beberapa pihak. 6. Melalui studi kesalahan Dilakukan melalui analisi kesalahan dan kekurangan terhadap proses dan hasil kegiatan kurikuler. 7. Melalui analisis masalah remaja Ross Moaney menganalisis 330 masalah kebutuhan remaja yang dibagi menjadi 11 kelompok yaitu: perkembangan jasmani dan kesehatan, biaya hidup dan pekerjaan, kegiatan sosial dan rekreasi, berkeluarga, hubungan secara psikologis, hubungan pribadi, moral dan keagamaan, rumah
7
tangga
dan
kerabat,
pendidikan
dan
kerjasama,
penyesuaian terhdap pekerjaan sekolah.9
D. KOMPONEN EVALUASI KURIKULUM perubahan-perubahan
kelembagaan
dalam
semua
dimensi yang disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada gilirannya menyebabkan berkembangnya arus informasi dan komunikasi yang beraneka ragam. Macammacam kebutuhan dan permintaan tersebut sudah tentu meminta pelayanan dan pemenuhan yang maksimal dari pihak lembaga
kependidikan
sebagai
penggodok
kader-kader
penerus bangsa.Dalam konteks inilah peran evaluasi kebutuhan dan kelayakan kurikulum menempati fokus perhatian yang penting dan perlu dilaksanakan secara cermat, teliti dan sistematik.10 Kurikulum
pada
dasarnya
merupakan
media
pembelajaran yang terdiri atas dua dimensi pokok, yaitu vision dan structure vision dalam kurikulum adalah hasil dugaan manusia yang meletakkan dunia dalam konsep yang nyata, artinya
menginterpretasikan
urgensi
pendidikan
dengan
kenyataan-kenyataan yang sudah dipersepsi oleh peserta didik.Hal ini dikarenakan, banyak konsepsi mengenai urgensi pendidikan dengan interpretasi yang beragam. Untuk itu pengembangan kurikulum akan selalu dikaitkan dengan kondisi rill masyarakat. Sedangkan structure dalam kurikulum adalah mengorganisir secara sistematis berbagai komponen kurikulum
9
Ibid., hlm 5-6. Arief, Op. Cit., hlm. 103.
10
8
ke dalam pengalaman-pegalaman belajar, sehingga dengan mudah dapat diimplementasikan dan dievaluasi hasilnya. 11 Menurut
sukmadinata
evaluasi
kurikulum
pada
dasarnya adalah suatau proses untuk mengecek keterbelakuan kurikulum yang harus diterapkan dalam empat tahap yakni: evaluasi terhadap tujuan atau kompetensi, evaluasi terhadap pelaksanaan,
evaluasi
terhadap
efektivitas
dan
evaluasi
terhadap hasil. Kegiatan evaluasi kebutuhan dan kelayakan terhadap kurikulum merupakan suat keharusan yang esensial dalam rangka pengembangan program kegiatan kependidikan pada umumnya dan peningkatan kualitas siswa pada khususnya. Suatu kurikulum perlu dievaluasi dan dikembangkan secara
baik
dan
berkelanjutan
yang
memacu
upaya
pembentukan dan pembinaan para pelaksana kurikulum di lapangan
yang
siap
pakai,
aktif,
kreatif
dan
mampu
menyesuaikan dengan keadaan lembaga kependidikan dimana mereka berperan dalamnya.Untuk mencapai kondisi dan maksud-maksud tersebut, diperlukan sistem kurikulum yang efektif dan efesien pada setiap kegiatan.Evaluasi kurikulum tersebut dituntut agar berlandaskan dan mengacu pada kebutuhan-kebutuhan esensial dalam lembaga kependidikan khusunya dalam lembaga kemasyarakatan pada umumnya. Untuk
itu
Tyler
menyarankan
agar
sebelum
menyusun
kurikulum perlu mengadakan penelitian kepada mahasiswa dan masyarakat pemakai kurikulum.12
11 12
Ibid, hlm. 6. Ibid., hlm.104-105
9
10
HASIL STUDI KASUS DI MTS RAUDLATUL MUHAJIRIN TANGKIT BARU
A. Latar Belakang Sejarah pendidikan di Indonesia mengalami beberapa kali perubahan dalam kurikulum, hingga yang terakhir yang sedang marak dibicarakan adalah adanya kurikulum 2013 yang dalam pelaksanaanya mengalami banyak sekali hambatan. kurikulum 2013 disusun dengan tujuan untuk menyempurnakan
kurikulum
sebelumnya
dengan
pendekatan belajar aktif berdasarkan nilai-nilai agama dan budaya bangsa. Selain
itu,
mengembangkan
kurikulum
2013
kompetensi
dirancang
yang
utuh
untuk antara
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dengan begitu, peserta
didik
tidak
hanya
diharapkan
bertambah
pengetahuan dan wawasannya, tetapi juga meningkat kecakapan dan keterampilannya serta semakin mulia karakter dan kepribadiannya. Persoalan pendidikan menengah di Indonesia dewasa ini sangat kompleks, permasalahan yang besar diantaranya yang menyangkut soal mutu pendidikan, yaitu masalah mengenai kurikulum, proses pembelajaran, evaluasi, buku ajar, mutu guru, serta sarana dan prasarana pendidikan dan lain sebagainya. Banyaknya permasalahan dalam dunia pendidikan
di
Madrasah
yang
diwujudkan
dengan
melakukan inovasi-inovasi yang salah satunya adalah inovasi dalam bidang kurikulum.
11
Perubahan kurikulum dari KTSP menjadi K 13 sangat signifikan, hasilnya dalam beberapa sekolah masih terlihat kebingungan. Penerapan K 13 memang membutuhkan sebuah
proses,
namun
proses
itulah
yang
akan
mengantarkan pada peningkatan efesiensi dan efektivitas kinerja Madrasah khususnya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Berdasarkan uraian diatas, dipandang perlu melakukan penelitian untuk mendeskripsikan keterlaksanaan K 13 mata pelajaran
Akidah-Akhlak
ditinjau
dari
aspek
kegiatan
pembelajaran. Penelitian ini akan dilaksanakan di MTS RAUDLATUL MUHAJIRIN TANGKIT BARU, MTS ini sudah menerapkan K 13 pada Tahun 2014/2015.
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengelolaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan
guru
MTS
Raudlatul
Muhajirin
dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas ? 2. Apa hambatan yang dialami guru MTS Raudlatul Muhajirin
dalam
mengelola
kegiatan
pembelajaran
berdasarkan K 13? 3. Apa kendala yang dialami guru dalam penerapan K13 dalam pelaksanaan belajar-mengajar ?
12
C. GAMBARAN UMUM MTS RAUDLATUL MUHAJIRIN 1. Sejarah MTS Raudlatul Muhajirin Tangkit Baru Yayasan Pondok Pesantren Raudhatul Muhajirin didirikan berdasarkan Akta Notaris No. 33 Tanggal 22 Juni 1978 oleh Syeikh Muhammad Said beserta 4 orang anaknya yaitu: H. Andi Tolla, H. Andi Syamsul Bahru, H. Andi Sanisiyu dan H. Andi Pawellanggi (Fuang Petta Kasau). Telah diperbaharui dengan akta notaris No. 150 Tahun 2016. Dalam Raudlatul
perjalanannya Muhajirin
Yayasan
telah
Pondok
mengalami
Pesantren
beberapa
kali
pergantian kepengerusan dan sekarang dipimpin oleh Bs. Patolai, S. Pt, M.Pt sebagai ketua umum, Andi Anwar, S.Pd sebagai ketua I. H. Baso Intang SE sebagai ketua II, Muhammad Said SE sebagai Sekretaris Umum, M. Ishak S.Ag sebagai Sekretaris I. Andi Nurhanah Am, Keb sebagai Sekretaris II, Nur Asia Jamil sebagai Bendahara Umum dan Hj. Andi Sarmadlan S.Ag sebagai Wakil Bendahara Yayasan. Adapun Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Muhajirin saat ini adalah Ustadz Habil Maulida Ibrahim. Yayasan
Pondok
Pesantren
Raudlatul
Muhajirin
menerapkan pola Pendidikan Kholafiah dimana santri yang berasal dari luar daerah tinggal di Asrama pondok dan santri yang tinggal disekitar lokasi pondok wajib mengikuti kegiatan pondok walaupun tinggal dirumah masing-masing.
2. Tujuan Madrasah Sejalan
dengan
tujuan
pendidikan
menengah
sebagaimana yang dirumuskan dalam Sistem Pendidikan
13
Nasional yaitu meletakkan dasar kecerdasan, kepribadian, akhlak mulia serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan
lebih
lanjut,
maka
Madrasah
Tsanawiyah Tangkit Baru 5 Tahun ke depan diarahkan untuk: a. Meningkatkan partisipasi orang tua dan masyarakat. b. Peningktan
kompetensi
guru
yang
sesuai
dengan
kesadaran
dalam
kualifikasi pendidikan yang dimiliki. c. Pemanfaatan
nilai-nilai
serta
beribadah. d. Peningkatan standar-standar kelulusan siswa. e. Tercapainya lingkungan sehat bersih dan disiplin. f. Menjadi juara tingkat Kabupaten, Provinsi dan Nasional dalam kegiatan pengembangan bakat dan minat yang dimiliki oleh siswa.
3. Visi-Misi Madrasah Visi : MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA YANG BERIMTAQ DAN BERIPTEK MENYONGSONG MASA DEPAN GEMILANG. Misi : a. MENGEFEKTIFKAN KEGIATAN PEMBELAJARAN. b. MENERAPKAN NILAI-NILAI AGAMA. c. MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU. d. MEMPERAT UKHUWAH ISLAMIYAH ANTARA MADRASAH, ORANG TUA DAN MASYARAKAT.
14
e. MEMBINA BAKAT DAN MINAT SISWA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI YANG BERNUANSA MADRASAH DAN LINGKUNGAN.
4. Sarana dan Prasarana Untuk mewujudkan proses pendidikan yang berkualitas baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal tersedia sarana dan prasarana sebagai berikut: Gedung, sekolah yang permanen, gedung Asrama yang permanen, Ruang UKS, Ruang Perpustakaan, Kantin/Dapur umum santri, sanggar kaligrafi yang permanen, lapangan futsal, kebun nanas dan kolam ikan untuk praktek keterampilan pertanian dan perikanan.
5. Struktur Organisasi Madrasah Susunan struktur organisasi Madrasah Tsanawiyah dapat dilihat dibagan berikut ini:
15
D. KURIKULUM 2013 Kurikulum terbaru pada bidang pendidikan dengan nama kurikulum 2013 (selanjutnya ditulis dengan K13). Kurikulum 2013 muncul dengan pembaharuan yang sedemikian rupa
16
dengan tujuan yang sama dengan maksud memaksimalkan kualitas pembelajaran di Indonesia. Kurikulum 2013 memiliki kekhasan tersendiri dari kurikulum-kurikulum sebelumnya dan ini sebagai pembeda dan kebaruan tersebut. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran sedangkan yang kedua
adalah
cara
yang
digunakan
untuk
kegiatan
pembelajaran. Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut: 1. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerjasama
dengan
kemampuan
intelektual
dan
masyarakat
yang
psikomotorik. 2. Madrasah
merupakan
bagian
dari
memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik
menerapkan
apa
yang
dipelajari
di
sekolah
kemasyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar.
17
3. Mengembangkan sikap, pengetahun dan keterampilan serta menerapkan dalam berbagai situasi di madrasah dan masyarakat. 4. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan dan keterampilan. 5. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran. 6. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasian (organizing element) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk
mencapai
kompetensi
yang
dinyatakan
dalam
kompetensi inti. 7. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan merupakan (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal). Tujuan kurikulum 2013 untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia. Konsep terpenting yang perlu mendapatkan penjelasan dalam teori kurikulum adalah konsep kurikulum, ada tiga konsep tentang kurikulum, sebagai berikut: 1. Kurikulum sebagai substansi 2. Kurikulum sebagai sistem 3. Kurikulum sebagai suatu bidang studi
18
Seperti halnya para ahli ilmu sosial lainnya, para ahli teori kurikulum juga dituntut untuk: 1. Mengembangkan definisi-definisi deskriptif dan preskriptif dari istilah-istilah teknis. 2. Mengadakan klasifikasi tentang pengetahuan yang telah ada dalam pengetahuan-pengetahuan baru. 3. Melakukan penelitian inferensial dan prediktif. 4. Mengembangkan sub-sub teori kurikulum. Kurikulum
2013
menganut
(1)
pembelajaran
yang
learned-curriculum dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk
proses
yang
dikembangkan
berupa
kegiatan
pembelajaran di madrasah, kelas dan masyarakat. (2) pengalaman
belajar
langsung
peserta
didik
(learned
curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.
E. KURIKULUM MATERI PAI Penyusunan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran Akidah-Akhlak dan me-review Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, mata pelajaran Pendidikan Agama Islam aspek keimanan/akidah
dan
akhlak
untuk
SMP/MTs,
serta
memperhatikan Surat Edaran Dirjen Pendidikan Islam Nomor: DJ.II.1/PP.ED/681/2006, Tanggal 1 Agustus 2006, tentang
19
pelaksanaan Standar Isi, yang intinya bahwa madrasah dapat meningkatkan kompetensi
lulusan dan mengembangkan
kurikulum dengan standar yang lebih tinggi. Akidah-Akhlak di Madrasah Tsanawiyah adalah salah satu mata pelajaran PAI yang merupakan peningkatan dari akidah dan akhlak yang dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Ibtidayyah/Sekolah Dasar. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari tentang rukun iman mulai dari iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, sampai iman kepada Qada dan Qadar yang dibuktikan dengan dalil-dalil naqli dan aqli, serta pemahaman dan penghayatan terhadap al-asma‟ al-husna dengan menunjukkan ciri-ciri/tanda-tanda perilaku seseorang dalam realitas akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Secara subtansial mata pelajaran Akidah-Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikkan akidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk melakukan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Alakhlak al-karimah ini sangat penting untuk bermasyarakat dan berbangsa, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negatif dari era globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia. Mata Pelajaran Akidah-Akhlak bertujuan untuk: 1. Menumbuhkembangkan pemupukan
dan
akidah
melalui
pengembangan
pemberian, pengetahuan,
penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi
20
manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. 2. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam. Ruang lingkup mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Tsanawiyah meliputi: Aspek akidah terdiri atas dasar dan tujuan akidah Islam, sifat-sifat Allah, al-asma‟ al-husna, iman kepada Allah, kitabkitab Allah, Rasul-rasul Allah, hari akhir serta qada dan qadar Allah. Aspek akhlak terpuji yang terdiri atas ber-tauhiid, ikhlas, ta‟at, khauf, taubat, tawakkal, ikhtiyaar, shabar, syukur, qona‟ah, tawaadu‟, husnuzh-zhan, tasaamuh dan ta‟aawwun, berilmu, kreatif, produktif, dan pergaulan remaja. Aspek akhlak tercela meliputi kufur, syirik, riya, nifaaq, anaaniah, putus asa, ghadlab, tamak, takabbur, hasad, dendam, ghibah, fitnah dan namiimah. Struktur konten
kurikulum
kurikulum
menggambarkan
dalam
bentuk
mata
konseptualisasi pelajaran,
posisi
konten/mata pelajaran dalam kurikulum, distribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar/minggu untuk setiap sisiwa. Kerangka
dasar
kurikulum
Madrasah
merupakan
landasan filosofis, sosiologis, psikologis, pedagogis dan yuridis yang
berfungsi
sebagai
acuan
pengembangan
struktur
kurikulum, sedang struktur kurikulum Madrasah merupakan
21
pengorganisasian kompetensi inti, mata pelajaran, bab belajar dan kompetensi dasar pada setiap Madrasah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia.
Untuk mengembangkan saya mencantumkan analisis tentang materi Akidah Akhlak MTS semester 2 kelas 7 MTS karena merupakan masa peralihan ke kelas 2 dan merupakan awal dari madrasah awal. Materi pembelajaran merupakan isi atau subtansi tujuan pendidikan yang hendak dicapai oleh
22
peserta didik dalam perkembangan dirinya. Keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan sangat tergantung pada keberhasilan guru merancang materi pembelajaran. Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa materi pembelajaran adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dikuasai guru dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan. Materi pembelajaran dipilih seoptimal mungkin untuk membantu murid dalam mencapai kompetensi. Ada lima unsur yang
tidak
boleh
diabaikan
dalam
penyelenggaraan
pembelajaran yakni tujuan sebagaimana yang telah dibahas, materi, metode, alat atau media dan evaluasi. Saran materi pendidikan Agama islam disini, pertama, memberikan nilai-nilai budi pekerti dan pengaplikasiannya sehingga murid diberikan contoh sikap yang akan membuat karakter murid yang sesuai dengan ajaran islam, kedua, materi pendidikan Agama Islam disajikan dengan metode yang sesuai dengan materi seperti metode cerita, keteladanan, diskusi, kerja kelompok dan portofolio. Ketiga, dalam sistem penilaian tidak hanya pada ranah kognitif melainkan afektif dan psikomotorik yang berupa latihan.
F. TIGA RANAH PENDIDIKAN Melakukan identifikasi terhadap materi PAI hendaknya terhadap tiga ranah yakni: 1. kognitif ditentukan berdasarkan prilaku yang menekankan aspek
intelektual,
seperti
menginggat,
memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan menciptakan.
23
Dengan demikian jenis materi yangg sesuai untuk ranah kognitif adalah fakta. 2. Melakukan identifikasi terhadap materi PAI pada ranah Afektif yakni berdasarkan prilaku yang menekankankan pada aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap dan apresiasi, meliputi rasa penghayatan. Ada banyak aspek yang berupaya ditekankan pada kurikulum
terbaru
diantaranya
yang
paling
menonjol
dibicarakan pihak steak holder adalah aspek afektif. Hal ini bisa disimak pada teks keputusan Dirjen pendidikan menyatakan bahwa tujuan K 13 untuk mempersiapkan manusia
Indonesia
agar
memiliki
kemampuan
hidup
sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan afektif serta merta berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara
dan
peradaban dunia. Senada dengan ini karakteristik K 13 yang
pertama
adalah
berupaya
mengembangkan
keseimbangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik. Disebutkan bahwa capaian pembelajaran tidak terhenti sampai pengetahuan saja, tetapi juga memuat kandungan proses yang berguna
bagi pembentukan
keterampilannya. Selain itu juga memuat pesan tentang pentingnya memahami mata pelajaran tersebut sebagai bagian dari pembentukan sikap. Hal ini penting menginggat kompetensi
pengetahuan
pengetahuna
masih
selalu
sifatnya
dinamis
berkembang.
karena
Kemampuan
keterampilan akan bertahan lebih lama dari kompetensi
24
pengetahuan sedangkan yang akan terus melekat pada dan akan dibutuhkan oleh peserta didik adalah sikap. Disamping itu diperkaya dengan penekanan kurikulum kepada karakter yang termuat dalam 18 bagian karakter. Ini menandakan bahwa aspek ini memiliki arti yang sangat mendalam dalam pembentukan karakter peserta didik (anak bangsa) yang berupaya dicanangkan oleh pemerintah dalam fungsinya tujuan pendidikan nasional. Berangkat dari tujuan yang diinginkan tersebut yakni menitikberatkan pada aspek afektif, maka tersusun dalam sejumlah kompetensi (merupakan pernyataan yang mengambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat yang merupakan berpaduan antara pengetahuan dan kemampuan ynag dapat diamati dan diukur) 3. Melakukan identifikasi terhadap Materi PAI pada ranah psikomotorik
yakni
ditentukan
berdasarkan
aspek
keterampilan/skill meliputi gerakan. a. Identifikasi Indikator Pencapaian Kompetensi b. Setelah diketahui ranah kompetensi dasar, perumusan materi ajar harus dilihat pada rumusan indikator yang ada pada silabus harus disesuaikan sehingga materi ajar yang dirumuskan berdasarkan tingkatan indikator yang ada. c. Standar kompetensi dan Standar dasar berisikan Standar kompetensi dan Kompetensi dasar untuk latar belakang yang menyatakan mengapa mata pelajaran tersebut penting, tujuan mata pelajaran tersebut, ruang lingkup yang berisikan aspek dan standar kompetensi dan standar kompetensi dasar setiap aspek yang dinyatakan
25
dalam ruang lingkup untuk setiap semester dimana aspek tersebut diajarkan. d. Dalam proses pelaksanaanya, guru sangat mungkin melakukan pengembangan yang sesuai dengan potensi peserta didik, sumber dan media belajar serta lingkungan sekitarnya. Dan perlu mendesain dan merencanakan kembali materi yang akan disampaikan sesuai kondisi dan mengkaitkan hal ihwal dilingkungan tersebut. e. Pendidikan Agama Islam sangat berhubungan langsung dengan pembentukan prilaku sehari-hari peserta didik, karena
dalam
materi
pendidikan
Islam
itu
sendiri
merupakan mengajarkan nilai-nilai yang mengandung ketentraman hubungan antar sesama manusia ini sangat mendapatkan perhatian dalam dunia pendidikan.
Dan
pembelajaran yang dilakukan pendidik perpanjangan misi ilahi tersebut. Untuk profesi keguruan tidak hanya sekedar sebagai
suatu
pekerjaan
yang
mendatangkan
kesejahteraan material terhadapnya, tetapi ia mesti dimaknai sebagai dakwah Yukhriju an-nas min al-zulumait ila al-nur yaitu memberikan pencerahan intelektual, akidah, akhlak dan moral kepada peserta didik. Setelah menjalani proses pembelajaran secara integral, lulusan Madrasah Tsanawiyah diharapkan memiliki sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai berikut: Dimensi Sikap
Kualifikasi kemampuan Memiliki
prilaku
yang
mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia,
26
berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif terhadap lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan
dan
keberadaanya.
Pengetahuan
Memiki faktual,
pengetahuan konseptual,
prosedural
dan
dalam
pengetahuan,
ilmu
teknologi,
seni, dan budaya dengan wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan,
kenegaraan,
danperadaban fenomena
dan
terkait kejadian
yang tampak. Keterampilan
Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang dipelajari dimadrasah dan sumber jenis lainnya.
sebagaimana ayat tersebut ini menjelaskan:
الطريقة اهم من المادةالمدرس اهم من الطريقة
27
Artinya: metode pembelajaran lebih penting dari pada materi, guru lebih penting daripada metode.
G. STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR
KOMPETENSI INTI KELAS VII Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. Menghargai dan menghayati prilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan
alam
dalam
jangkauan
pergaulan
dan
keberadaannya. Memahami
pengetahuan
(faktual,
konseptual
dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. Mencoba, mengolah dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi dan membuat)
dan
ranah
abstrak
(menulis,
membaca,
menggambar, dan menggarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
STANDAR KOMPETNSI
KOMPETENSI DASAR
Akidah
1.1 menjelaskan dasar dan
1. Memahami
dasar
tujuan akidah Islam
dan
tujuan akidah Islam 1.2 menunjukkan
dalil
tentang dasar dan tujuan
28
akidah Islam 1.3 menjelaskan
hubungan
Iman, Islam, dan ihsan 1.4 menunjukkan
dalil
tentang Iman, Islam, dan Ihsan 2. meningkatkan keimanan 2.1 mengindentifikasi kepada
Allah
pemahaman
sifat-
melalui
sifat Wajib Allah yang
sifat-sifat-
nafsiyah, salbiyah, ma‟ani dan ma‟nawiyah.
Nya
2.2 Menunjukkan
bukti/dalil
naqli dan aqli dari sifatsifat
wajib
Allah
yang
nafsiyah, salbiyah, ma‟ani dan ma‟nawiyah. 2.3 Menguraikan
sifat-sifat
mustahil dan jaiz bagi Allah SWT. 2.4 Menunjukkan
ciri-
ciri/tanda prilakau orang beriman kepada sifat-sifat wajib, mustahil, dan jaiz bagi Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari.
Beban belajar dan struktur kurikulum MTs, berdasarkan kompetensi inti disusun mata pelajaran dan alokasi waktu yang
sesuai
dengan
karakteristik
satuan
pendidikan.
29
Susunan mata pelajaran dan alokasi waktu untuk MTs sebagaimana table berikut:
30
31
32
H. INDIKASI PENILAIAN Penilaian
merupakan
komponen
penting
dalam
penyelenggaraan pendidikan. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan
dapat
ditempuh
melalui
peningkatan
kualitas
pembelajaran dan kualitas sistem penilainnya. Setiap materi yang diajarkan kepada peserta didik mengandung nilai-nilai yang terkait dengan prilaku kehidupan sehari-hari, misalnya mengajarkan tanda-tanda orang yang beriman
kepada
Allah,
Malaikat
dan
Rasul-Nya,
selain
keharusan menyampaikan ciri-cirinya juga terkandung nilai keadilan, kejujuran, kedisiplinan dan lain-lain. Untuk mengetahui kompetensi peserta didik sebagai pembelajaran Akidah Akhlak sebagai berikut: a. Penilaian yang dilakukan meliputi penilaian kemajuan belajar dan penilaian hasil belajar peserta didik yang terdiri dari pengetahuan, sikap dan prilaku. b. Penilain kemajuan belajar merupakan pengumpulan informasi tentang kemajuan belajar peserta didik. c. Penialian hasil belajar akidah akhlak adalah upaya pengumpulan informasi untuk menentukan tingkat penguasaan
peserta
didik
terhadap
suatu
kompetensi. d. Penilaian hasil belajar akidah akhlak secara nasional dilakukan dengan mengacu kepada kompetensi dasar, hasil belajar, materi standard an indicator yang telah ditetapkan di dalam kurikulum nasional.
33
e. Teknik dan instrument penilaian yang digunkaan adalah
yang
dapat
mengukur
dengan
tepat
kemampuan dan usaha belajar peserta didik. f. Penilain yang dilakuakan melalui tes dan nontes. g. Pengukuran terhadap ranah afektif melalui non tes h. Penilaian terhadap ranah psikomotorik dengan tes perbuatan
I. POKOK PEMBAHASAN Mata pelajaran adalah unit organisasi terkecil dari kompetensi dasar, untuk kurikulum SMP/MTS, organisasi kompetensi dasar dilakukan dengan cara mempertimbangkan kesinambungan antar kelas dan keharmonisan antara mata pelajaran yang diikat dengan kompetensi inti. Berdasarkan pendekatan ini maka terjadi regorganisasi kompetensi dasar mata pelajaran sehingga struktur kurikulum SMP/MTS menjadi lebih sederhana karena mata pelajaran dan jumlah materi berkurang. Materi pendidikan yang berbasis K 13, seluruh kegiatan pembelajaran
bermuara
pada
tercapaianya
tujuan
pembelajaran yakni meningkatkan keimanan dan ketaqwaan murid, antara aspek-aspek PAI sudah berkesinambunngan misalnya: selalu mengkaitkan materi dengan FirmanNya maupun sabdanya, sehingga dapat dipahami secara egaliter antara aspek yang terdapat dalam materi. Dan orientasi pembelajaran lebih kepada pembentukan akhlak.
34
J. EVALUASI Dalam evaluasi pendidikan ada empat komponen yang saling terkait dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan artinya kegiatan evaluasi harus melibatkan ketiga kegiatan lainnya yaitu penilaian, pengukuran dan tes (non tes), evaluasi pengajaran dapat dikategorikan menadi dua, yaitu formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu proses pembelajaran telah berjalan sebagaimana ynag direncanakan dan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang didalmnya tercakup lebih dari satu pokok bahsan, dan dimaksudkan untuk mengetahui
35
sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit berikutnya. Seseorang guru mempunyai peranan ynag strategis dalam proses pembelajaran, boleh dikata berhasil tidaknya proses pembelajarn merupakan tanggung jawab penuh seorang guru untuk mewujudkannya , keberhasilan proses pembelajaran belum cukup jika hanya diukur dari beberapa banyak siswa yang bisa lulus dan mendapatkan nilai yang baik terutama dalam pembelajaran Akidah Akhlak siswa diharapkan dapat mengaktualisasikan nilai-nilai Islam yang didapatnya dari pembelajaran dalam kehidupan nyata. Berikut data keadaan siswa MTS Raudlatul Muhajirin: Hasil belajar menurut Bloom mencakup peringkat dan tipe prestasi belajar, kecepatan belajar, dan hasil afektif, Andersen sependapat
dengan
Bloom
bahwa
karakteristik
manusia
meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan
dengan
ranah
afektif.
Ketiga
anah
tersebut
merupakan karakteristik manusia dan dalam bidang pendiidkan ketiga ranah tersebut merupakan hasil belajar. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas belajar adalah sikap. Seorang anak yang memiliki sikap positif terhadap belajar, maka anak tersebut akan memperoleh kesuksesan dalam belajar. Begitu juga sebaliknya seorang anak yang memiliki sikap negative terhadap belajar, maka anak tersebut sulit memperoleh kesuksesan dalam belajar. Oleh karena itu dalam pembelajaran seorang guru perlu memiliki kemampuan
36
untuk mendorong siswa-siswanya agar memiliki sikap yang positif terhadap mata pelajaran yang diampuhnya. Beberapa ranah efektif ynag tergolong penting adalah: a. Kejujuran:
peserta
didik
harus
belajar
untuk
menghargai kejujuran dalam berinteraksi dengan orang lain. b. Integritas: peserta didik harus mengikat pada kode nilai, misalnya moral dan artitistik. c. Adil: peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang memperoleh perlakuan hukum yang sama. d. Kebebasan: demokratis
siswa
harus
yakin
harus
memberi
bahwa
Negara
kebebasan
secara
maksimum kepada semua orang. Dalam menginterpretasi skor mentah menjadi nilai dengan menggunakan ditentukan
pendekatan
kreteria
PAP,
kelulusan
maka
dengan
terlebih
dahulu
batas-batas
nilai
kelulusan, maka terlebih dahulu ditentukan kreteria kelulusan dengan batas-batas nilai kelulusan, umumnya kreteria nilai yang digunakan dalam bentuk rentang skor berikut: Rentang Skor
Nilai
80% s.d 100%
A
70% s.d 79%
B
60% Ss.d 69%
C
45% s.d 59%
D
‹ 44%
E
Nama Siswa 1 2 3 4 5 6 Dst
Keterangan :
Nilai
Skor Skor Skor Skor Skor
1 = sangat kurang 2 = kurang 3 = cukup 4 = baik 5 = amat baik
Jumlah Skor Yang Diperoleh = -------------------------------------------- X 100
Nilai
Total Skor
Pengumpulan Tugas
Kedisiplinan Dalam
Kerapian Laporan
Digunakan
Kata dan Bahasa Yang
Kesimpulan
No
Kedalaman Analisis
Penilaian
Ketepatan Materi
Aspek
Ketepatan Analisis
37
38
K. Kesimpulan Kurikulum pada dasarnya merupakan media untuk mencapai suatu tujuan atau kompetensi pembelajaran, sebagai media maka eksistensinya sangat tergantung pada tujuan atau kompetensi pembelajaran yang akan dicapai. Setiap
tindak
diorientasikan
pada
pendidikan
dan
pencapaian
pembelajaran
selalu
kompetensi-kompetensi
tertentu, baik berkaitan dengan pengembangan kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, sosial maupun kreatif. Untuk mencapai hal tersebut maka diperlukan media yang relavan dengan subtansi berbagai kecerdasan tersebut. Media di maksud salah-satunya adalah kurikulum. Organisai
kurikulum
menentukan
bahan
pelajaran,
urutannya, dan cara menyajikannya. Organisasi kurikulum adalah susunan pengetahuan yang harus disampaikan pada peserta
didik
untuk
menguasai
kompetensi
yang
telah
ditetapkan, dimensi organisasi kurikulum terbagi menjadi 2 yaitu dimensi isi dan dimensi pengalaman belajar. Kegiatan evaluasi kebutuhan dan kelayakan terhadap kurikulum merupakan suatu keharusan yang esensial dalam rangka pengembangan program kegiatan kependidikan pada umumnya dan peningkatan kualitas siswa pada khususnya. Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang dihadapi, baik tantangan internal maupun tantangan eksternal. Disamping itu, dalam menghadapi tuntutan perkembangan zaman, perlu adanya penyempurnaan pola
pikir
dan
penguatan
tata
kelola
kurikulum
serta
pendalaman dan perluasan materi. Selain itu yang tidak kalah
39
pentingnya dalah perlunya penguatan proses pembelajaran dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuain antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan.
Daftar Rerefensi:
Mulyasa, 2013, Manajemen Pendidikan Karakter, Jakarta: Bumi Aksara. Cet III. Hasan, Hamid, 2009, Evaluasi Kurikulum, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet II. Manshur Muslich, 2008, Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan, jakarta: Bumi Aksara. M. Yusuf, Kadar, 2008, Tafsir Tarbawi Pesan-pesan Al-Qur‟an Tentang Pendidikan, Pekan Baru: Amzah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2010, Panduan Teknis Pengembangan Kurikulum Madrasah, Jakarta. As‟ad, Aliy, 2007, Tejemahan Kitab Ta‟limul Muta‟allim, Kudus: Menara kudus. Alkaaf, Idrus, 2008, Mengasah Sipritual Jiwa, Surabaya: Mutiara Ilmu. Ariyanto, dkk, Aqidah Akhlak, Surakarta: CV Surya Burda. Muslich, Mansur, 2010 Text Book Writing (Dasar-dasar Pemahaan, Penulisan, dan Pemakaian Buku Teks), Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Suryobroto, 1997, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta Mulyasa, 2010, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala sekolah, Jakarta: Bumi Aksara.
40
41
KONSEP TEORITIS (ASAS-ASAS KURIKULUM) 1. Asas Filosofis Asas filosofis dalam penyusunan kurikulum, berarti dalam penyusunan kurikulum hendaknya berdasar dan terarah pada falsafah bangsa yang dianut. Falsafah atau filsafat berasal dari bahasa Yunani : philosopis, philo, philos, philen yang berarti cinta, pecinta, mencintai, sedang Sophia berarti
kebijaksanaan,
kearifan,
nikmat,
hakikat,
dan
kebenaran. Dalam hal ini prinsip-prinsip ajaran filsafat yang dianut oleh
suatu
bangsa
seperti
pancasila,
kapitalisme,
sosialisme, fasisme, komunisme dan sebagainya dapat digolongkan sebagai falsafah dalam arti produk/ sebagai pandangan hidup atau falsafah dalam arti praktis. Dalam penyusunan kurikulum di Indonesia yang harus diacu adalah filsafat pendidikan Pancasila. Filsafat pendidikan
dijadikan
dasar
dan
terarah,
sedang
pelaksanaannya melalui pendidikan. Pandangan hidup bangsa Indonesia berdasar pada Pancasila dan dengan sendirinya segala kegiatan yang dilakuan baik oleh berbagai lembaga maupun perorangan, harapannya
tidak
boleh
bertentangan
dengan
asas
pancasila, termasuk dalam kegiatan penyusunan kurikulum. Asas
filosofis
dalam
pengembangan
kurikulum
pada
hakikatnya adalah menentukan tujuan umum pendidikan.
42
2. Asas Psikologi Asas psikologi berarti kegiatan yang mengacu pada halhal yang bersifat psikologi. Manusia sebagai makhluk yang bersifat unitas multiplex yang terdiri atas sembilan aspek psikologi yang kompleks tetapi satu. Aspek-aspek tersebut dikembangkan dengan perantara berbagai mata pelajaran yang tercantum dalam kurikulum sebagai berikut:
Aspek a ketakwaan
Dikembangkan : dengan
.
kelompok bidang agama
Aspek b cipta
Dikembangkan : dengan
.
kelompok bidang studi ekstra, sosial, bahasa, dan filsafat.
Aspek c rasa
Dikembangkan : dengan
.
kelompok bidang studi seni
Aspek d karsa
dikembangkan : dengan
.
kelompok bidang studi etika, budi pekerti, Agama, dan PPKN.
Aspek e karya (kreatif)
Dikembangkan : melalu
.
kegiatan penelitian, independen studi, dan pengembangan bakat.
Aspek f karya
Dikembangkn : dengan
(keprigelan) .
berbagai mata pelajaran
43
keterampilan. Aspek g kesehatan
Dikembangkan : dengan
.
kelompok bidang studi kesehatan, olahraga.
Aspek h sosial
Dikembangkan : melalui
.
kegiatan praktek lapangan, gotong royong, kerja bakti, KKN, PPL, dan sebagainya.
Aspek i karya
Dikembangkan : melalui
.
pembinan bakat dan kerja madiri.
3. Asas Sosial Budaya/Asas Sosiologi Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai gejala sosial hubungan antar individu dengan individu, antar golongan, lembaga sosial yang disebut juga ilmu masyarakat. Dunia sekitar merupakan lingkungan hidup bagi manusia. Masyarakat merupakan kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama hingga mereka mengatur diri mereka sendiri dan menganggap sebagai suatu kesatuan sosial. Sekolah adalah institusi sosial yang didirikan dan ditujukan untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan asyarakat. Maka kurikulum sekolah dalam penyusunan dan pelaksanaan banyak dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial yang berkembang dan selalu berubah di dalam masyarakat.
44
4. Asas Teknologi Ilmu pengetahuan dan teknologi satu sama lain tidak dapat dipisahkan sebab ilmu pengetahuan yang hanya sebagai ilmu untuk bahan bacaan tanpa praktikan untuk kepentingan umat manusia hanyalah suatu teori yang mati. Sebaliknya
praktik
yang
tanpa
didasari
oleh
ilmu
pengetahuan hasilnya akan sia-sia. Kurikulum tidak boleh meninggalkan kemajuan teknologi pendidikan. Peningkatan penggunaan teknologi pendidikan akan menyebabkan naiknya tingkat efektivitas dan efisien proses belajar mengajar selalu menonjolkan peranan guru, terutama dalam memilih bahan dan penyampaiannya. Dengan majunya teknologi informasi, diharapkan bahwa mengajar adalah membuat yang belajar mengajar diri sendiri, selanjutnya, system penyampaiannya tidak harus dengan tatap muka antara guru dan siswa. Sekarang peran guru dapat digantikan dengan media instruksional baik yang berupa media cetak maupun non cetak terutama media elektronik, misalnya komputer, internet, rekaman video, dan sebagainya. Dengan
teknologi
pendidikan
modern,
proses
pembelajaran akan dilakukan dengan berbagai system penyampaiannya, misalnya system pembelajaran jarak jauh, yang penyampaiannya dengan cara menggunakan modul, Televisi Pendidikan Nasional, siaran radio, pendidikan, metode berprogram internet dan sebagainya.
45
Pengembangan Kurikulum di MTs Tarbiyah Islamiyah Jelutung Kota Baru
Madrasah tsanawiyah tarbiyah islamiah didirikan oleh 5 orang sahabat yaitu: zoelkarnain idris, ibrahim suknani, tachsis abdullah, Drs. Mhd, Ishak HT dan kemas bujang rahman pada tahun 1972. yang berlokasi di jalan dr. Sumbiyono No.2 Rt 11 kelurahan jelutung kota jambi, yang merupakan tanah wakaf dari warga, yang dinaungi oleh badan hukum notaris fauzi agus no.12 tahun 1989. Sejak berdiri sampai tahun 2011 dikepalai oleh maraqandhus s.ag Kemudian pada tahun 2012 sampai sekarang, Madrasah Tsanawiyah tarbiyah islamiah aminah.
Adapun
secara
dikepalai oleh ibu Dra,siti
geografis,
letak
Madrasah
Tsanawiyah tarbiyah islamiah dekat food court puja serah jelutung hanya berjarak ± 45 meter dari pinggir jalan sumbiyono jelutung . Dari nol sampai sekarang Madrasah Tsanawiyah tarbiyah islamiah
terus berkembang maju dan membuat
daya tarik masyarakat, keramahan kepala sekolah, guru dan staf tata usaha juga menjadi daya tarik tersendiri bagi orang tua untuk menyekolahkan anaknya di madrasah tsanawiyah tarbiyah islamiah.kemudian di bidang akademik bahkan sampai bidang ekstrakulikuler tidak dapat diragukan lagi yang selalu membuat perubahan yang terus maju dan membawa prestasi yang baik, sarana dan prasarana dari
46
madrasah
tsanawiyah
tarbiyah
islamiah
juga
mampu
bersaing dengan sekolah pada umumnya. Sehingga dari prestasi yang baik itu kepala sekolah selalu memberikan support atau dukungan yang kuat dan semangat baik untuk para siswa-siawi , guru-guru, serta staf tata usaha Madrasah Tsanawiyah tarbiyah islamiah. Adapun Visi, Misi dan tujuan Sekolah Madrasah Tsanawiyah tarbiyah islamiyah kelurahan jelutung yaitu :
VISI MADRASAH : Unggul dalam prestasi ,cerdas,kreatif,berwibawa dan berakhlakul karimah.
MISI MADRASAH: a. Melaksanakan proses pembelajaran yang profesional dan efektif. b. Membimbing siswa agar beriman,bertakwa,berakhlak yang mulia, sehat,cerdas,kreatif,disiplin dan mandiri. c. Terwujudnya prestasi yang tinggi baik akademik maupun non akademik. d. Membangun citra madrasah menjadi mitra terpercaya di masyarakat. e. Menciptakan kendar-kendar mubakigh. f. Menciptakan calon hafizh dan hafizah.
47
TUJUAN MADRASAH : 1. Mewujudkan warga madrasah yang demokratis dan cerdas berlandaskan iman dan takwa kepada tuhan yang maha esa. 2. Memenuhi terwujudnya pelayanan pendidikan secara adil dan merata. 3. Menciptakan suasana yang kondusif dan berwawasan budi pekerti luhur untuk menompang pengembangan sekolah lebih lanjut. 4. Memenuhi terbentuknya kehidupan warga sekolah yang demokratis dalam berfikir,bersikap dan bertindak. 5. Memenuhi terwujudnya warga sekolah yang mencintai nusa,bangsa serta bahasa indonesia melalui kegiatankegiatan yang terencana dan terprogram.
A. Deskripsi Kurikulum Kurikulum adalah suatu seperangkat alat rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru bidang study akidah akhlak bapak syaiful azhar s.pd.i pada kelas VII sudah menggunakan kurikulum k13 , tetapi pada kelas VIII dan X masih menggunakan kurikulum KTSP,
itu
disebabkan
karna
buku
panduan
sudah
menggunakan kurikulum k13 sedangkan lks nya masih menggunakan kurikulum ktsp.
48
Bapak syaiful azhar S.Pd.I juga menjelaskan dalam penerapan kurikulum ktsp ketika ujian bahan ujian juga sering mengalami masalah dari soal yang diberikan dari dinas tidak sama dengan yang di buku paket maupun buku LKS. Dari penjelasan yang di dapat pada hasil wawancara itu bahwa kurikulum 2013 itu diberlakukan karena terdapat suatu kelemahan yang ada pada kurikulum sebelumnya yaitu materi/isi dalam kurikulum tersebut masih padat, belum mengembang secara utuh, kompetensi yang dikembangkan masih didominasi aspek kognitif, belum terealisasi antara soft skill dan hard skill. Dengan adanya kurikulum 2013 ini materi ataupun isi dari kurikulum nya yaitu setiap guru mengembangkan
atau
merealisasikan
antara
sikap
spiritual,social,rasa ingin tahu,kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik yang dimiliki oleh peserta didik.
B. Kurikulum (Materi akidah akhlak VII) Materi Fiqih kelas VII semester 1 dan 2 kurikulum 2013. Mata pelajaran akidah akhlak ini termasuk kedalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang di ajarkan pada sekolah menengah pertama yang bernuansa islam seperti Madrasah Tsanawiyah ini. Tujuan dari pendidikan islam ini yaitu: agar peserta didik memiliki pengetahuan, penghayatan, dan keyakinan yang benar terhadap hal-hal yang harus diimani, sehingga dalam bersikap dan bertingkah laku sehari-hari berdasarkan
49
alqur‟an dan hadis dan agar siswa memiliki pengetahuan ,penghayatan, dan keinginan yang kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik dan berusaha sekuat tenaga untuk meninggalkan akhlak yang buruk , baik dalam hubungannya dengan allah swt, diri sendiri , antar agama maupun hubungannya dengan alam lingkungan. Pada penelitian case study ini membahas tentang mata pelajaran akidah akhlak ini semester II yang tercantum pada bab I yaitu tentang iman kepada rasul yang bertujuan agar peserta didik meyakini bahwa rasul itu ada dan wajib untuk di imani yaitu: 1. Kognitif Menurut
hasil
wawancara
ranah
kognitif
yang
dikembangkan peserta didik itu berbeda-beda, ada sebagian peserta didik yang benar-benar mengerti dengan apa yang dijelaskan, sebagian lagi peserta didiknya ketika jam pelajaran berlangsung banyak yang tidak menyimak apa yang disampaikan oleh guru dan ketika disuruh membaca buku untuk memahami pelajaran mereka hanya bermainmain sehingga mereka tidak mengerti dengan apa yang dipelajari dan ada pula yang acuh tak acuh ketika jam pelajaran berlangsung. Sehingga hanya sebagian saja yang benar-benar paham pada apa yang diajarkan. 2. Afektif Ranah afektif yang dicapai oleh peserta didik setelah belajar tentang beriman kepada rasul allah , sebagian dari siswa sudah bisa menerapkan sifat-sifat yang dimiliki oleh rasul dengan bertutur kata lembut , tidak melawan kepada
50
guru,menghargai hasil karya yang dibuat teman dan menghormati orang yang lebih tua. Sebagian lagi peserta didiknya biasa-biasa saja kadang menerapkan akhlak terpuji kadang tidak. Itu dikarenakan mereka hanya mengikut-ikut teman saja. Ada pula peserta didik yang masih belum bisa menerapkan sifat-sifat teladan dari rasul allah swt , hal itu dikarenakan karena pengaruh pergaulan di luar sekolah , jika peserta didik di dalam pergaulannya suka berbicara kasar ketika sedang berada di masyarakat maka sifat itu akan dibawanya sampai kesekolah itu semua karna kebiasaan. 3. Psikomotorik Ranah psikomotorik yang dicapai peserta didik sebagian besar bisa dikatakan luar biasa , karena mereka bisa menyebutkan sifat-sifat rasul allah swt, mempraktikan perilaku yang mencerminkan beriman kepada rasul allah swt, memahami dalil yang menjelaskan tentang beriman kepada rasul allah swt dan menerapkan sifat-sifat rasul allah swt dalam kehidupan sehari-hari. Ada pula sebagian peserta didik yang memang benar-benar tidak ingin menerapkan sifat rasul allah swt dalam kehidupan sehari-hari , hal itu dikarenakan mereka tidak pernah menyimak apa yang telah di ajarkan guru ketika jam belajar berlangsung , sehingga membuat mereka tidak ingin tahu.
51
C. Pengembangan Kurikulum 1. Kompetensi Inti 1) Menghargai dan menghayati agama yang di anutnya 2) Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,tanggung jawab,peduli(toleransi,gotong-royong),santun,percaya
diri
dalam ber interaksi secara efektif, dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. 3) Memahami
dan
menerapkan
pengetahuan
(faktual,
konseptual dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,seni budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. 4) Mengolah,menyaji
ranah
konkret
(menggunakan,mengurai,merangkaai,memodifikasi
dan
membuat)
dan
dan
ranah
menalar
abstrak
dalam
(menulis,
membaca,
menghitung, menggambar dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang atau teori.
2. Kompetensi Dasar Kompetensi dasar yang harus dicapai siswa yaitu : a. Beriman kepada rasul Allah SWT b. Meyakini sifat-sifat rasul Allah SWT c. Menampilkan perilaku yang mencerminkan beriman kepada rasul Allah SWT d. Meneladani sifat-sifatnya(rasul) dalam kehidupan seharihari. e. Memahami pengertian, dalil dan pentingnya beriman kepada rasul Allah SWT
52
f. Menguraikan sifat-sifat rasul allah Allah SWT g. Menyajikan peta konsep pengertian,dalil dan pentingnya beriman kepada rasul Allah SWT h. Menyajikan peta konsep sifat-sifat rasul Allah SWT
3. Indikator Penilaian Dari hasil wawancara dengan bapak syaiful azhar S.Pd.I indikator penilaian yang digunakan di madrasah tsanawiyah tarbiyah islamiah adalah dilakukan dengan ujian, baik secara lisan maupun tulisan . 4. Pokok Pembahasan 1) Beriman kepada rasul Allah Swt Rasul menurut bahasa adalah utusan atau orang yang dikirim untuk suatu tugas. Sedangkan menurut istilah agama rasul adalah seorang lelaki yang terpilih untuk menerima wahyu dari allah swt dan ditugaskan risalah kepada manusia. Iman kepada para nabi dan rasul allah swt merupakan salah rukun iman. Keimanan seseorang itu tidak sah, sampai ia mengimani semua nabi dan rasul allah swt dan membenarkan bahwa allah swt telah mengutus mereka untuk menunjuki,membibing dan mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya kebenaran. 2) sifat-sifat bagi rasul-rasul Allah Swt Allah Swt mengangkat orang-orang yang terpilih untuk menjadi rasul dimuka bumi ini. Tugas yang di emban oleh para rasul amatlah berat, untuk suksesnya tugas yang dipercayakan Allah Swt para rasul didukung oleh sifat-sifat
53
istimewa yang diantaranya tidak sama dengan sifat-sifat manusia biasa. a. Sifat wajib rasul Allah Swt 1. Shiddiq (jujur) Setiap
rasul
pasti
jujur
dalam
ucapan
dan
perbuatannya. Apa-apa yang telah disampaikan kepada manusia baik berupa wahyu atau kabar harus sesuai dengan apa yang telah diterima dari allah tidak boleh dilebih atau dikurangkan. 2. Amanah(dapat dipercaya) Amanah berarti bisa dipercaya baik dhahir atau bhatin. 3. Tabligh (menyampaikan) Sudah menjadi kewajiban para rasul menyampaikan kepada manusia apa yang diterima dari allah berupa wahyu yang menyangkut didalamnya hukum-hukum agama. 4. Fathonah (cerdas) Dalam menyampaikan risalah allah,tentu dibutuhkan kemampuan,diplomasi,dan strategi khusus agar wahyu yang tersimpan didalamnya bisa disampaikan dengan baik kepada manusia. b.
Sifat mustahil bagi rasul-rasul allah Adalah sifat yang tidak mungkin ada pada diri rasul-rasul allah atau sifat yang berlawanan dengan sifat wajib bagi rasul-rasul allah. Adapun diantara sifat-sifat mustahil yaitu; a. Kizib (bohong) b. Khianat (berhianat atau tidak dipercaya) c. Kitman (menyembunyikan)
54
d. Baladah atau bodoh c. Sifat jaiz bagi rasul-rasul allah adalah prilaku dan sifat yang tidak mengurangi derajat kerasulan mereka dimata manusia. Jadi sifat-sifat ini boleh di katakan jaiz bagi para rasul,yaitu sifat-sifat yang boleh dilakukan dan
boleh pula ditinggalkan
seperti
makan,minum,tidur,istirahat dan lain-lain. 3. Hikmah beriman kepada rasul Allah Swt a. Bertambah
iman
kepada
Allah
Swt
dengan
mengetahui bahwa rasul itu benar-benar manusia pilihannya. b. Mengamalkan apa yang disampaikan para rasul c. Bersyukur kepada Allah Swt atas segala nikmat d. Mempercayai tugas-tugas yang dibawanya untuk disampaikan kepada umatnya. e. Lebih mencintai, menghormati dan mengagungkan rasul atas perjuangannya dalam menyampaikan kepada umatnya. f. Akan
selamat
didunia
dan
diakhirat
dengan
bimbingan yang diberikan rasul. g. Memperoleh teladan yang baik untuk menjalani hidup.
Dari kesimpulan materi pokok tersebut penulis dapat mengembangkan bahwa dalam pengembangan kurikulum pendidikan agama harus menggunakan asas-asas kurikulum melalui asas filosofis,asas sosiologis,asas psikologis dan teknologi
khususnya mata pelajaran akidah akhlak ini
55
karena pembelajarannya harus mengarahkan peserta didik memahami tentang sifat-sifat yang ada pada diri rasul dan dapat mengikuti/meneladani sifat rasul serta sifat tersebut dapat
di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sifat
tersebut diharapkan dapat menumbuhkan ketaatan kepada allah, cinta rasul allah dan antar umat beragama. Jika dilihat dan dikaitkan dengan asas-asas kurikulum maka pengembangan kurikulum pembelajarannya dalam menjelaskan pelajaran akidah akhlak tentang beriman kepada rasul harus menambahkan teknologi media dalam proses belajar mengajar seperti infocus , dan video tentang suri teladan yang dimiliki oleh rasul yang dapat menimbulkan minat belajar peserta didik ,sehingga peserta didik dapat memahami apa yang telah diajarkan oleh pendidik dan agar peserta didik dapat menerapkan sifat-sifat terpuji tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
5. Evaluasi Evaluasi yang dilakukan di madrasah tsanawiyah tarbiyah islamiah adalah dengan melakukan pengumpulan semua
materi
pokok
dirangkum
menjadi
satu
dan
dituangkan kedalam ujian tertulis, agar para peserta didik dapat
mengingat/menguraikan
pelajaran-pelajaran
yang
telah lalu/ pelajaran sebelumnya, sehingga guru dapat melihat kemampuan dari peserta didiknya selama belajar dalam satu semester. Evaluasi ini juga menjadi acuan /pedoman bagi guru, untuk meningkatkan kinerjanya dalam mendidik peserta
56
didik, guru juga dapat melihat kesalahan-kesalahan ketika mengajar
peserta
didik,
sehingga
guru
dapat
memperbaikinya di semester berikutnya.
6. Penutup Rasul menurut bahasa adalah utusan atau orang yang dikirim untuk suatu tugas. Sedangkan menurut istilah agama rasul adalah seorang lelaki yang terpilih untuk menerima wahyu dari Allah Swt dan ditugaskan risalah kepada manusia. Iman kepada para nabi dan rasul allah swt merupakan salah rukun iman. Keimanan seseorang itu tidak sah, sampai ia mengimani semua nabi dan rasul allah swt dan membenarkan bahwa allah swt telah mengutus mereka untuk menunjuki,membibing dan mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya kebenaran. pengembangan kurikulum pendidikan agama harus menggunakan asas-asas kurikulum melalui asas filosofis, asas sosiologis, asas psikologis dan teknologi khususnya mata pelajaran akidah akhlak ini karena pembelajarannya harus mengarahkan peserta didik memahami tentang sifatsifat
yang
ada
pada
diri
rasul
dan
dapat
mengikuti/meneladani sifat rasul serta sifat tersebut dapat di aplikasikan
dalam
kehidupan
sehari-hari,
pengalaman
tersebut diharapkan dapat menumbuhkan ketaatan kepada Allah, rasul dan antar umat beragama.
57
Dokumentasi Penelitian
58
Wawancara di madrasah tsanawiyah tarbiyah islamiah bersama bapak syaiful azhar s.pd.i pada tanggal 04 mei 2017. Lks Akidah akhlak untuk mts/smp semester genap kelas viii hasanah surya alfindo.
59
1. Deskripsi Kurikulum Kurikulum adalah suatu seperangkat alat rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan penulis dengan salah satu guru di MTS Tarbiyah Islamiyah yaitu bapak abdurrahman spd .Yang merupakan kepala tata usaha sekaligus guru bidang study al-qur‟an hadist kelas VIIl, beliau mengatakan pada umumnya MTS Tarbiyah Islamiyah menggunakan kurikulum KTSP, namun berbeda dengan kelas VII yang sudah menggunakan Kurikulum 2013. Perbedaan itu dimaksudkan untuk uji coba penerapan K13 yang secara bertahap yaitu dimulai dari kelas VII dan beliau
mengatakan
bahwa
jika
tempak
hasil
yang
memuaskan dari hasil belajar siswa dengan menggunakan K13 maka nantinya seluruh kelas di MTS Tarbiyah Islamiyah akan menerapkan kurikulum 2013 (k13). Bapak abdurrahman juga menjelaskan tentang kurikulum sebelumnya yaitu KTSP yang mana kata beliau dalam penerapan kurikulum KTSP banyak kendala yang dihadapi oleh sekolah salah satunya ketika ujian, bahan ujian yang sering mengalami masalah dari soal yang diberikan dari dinas tidak sama dengan yang di buku paket maupun buku lks.
60
Dari penjelasan yang di dapat pada hasil wawancara itu bahwa kurikulum 2013 diberlakukan karena terdapat suatu kelemahan yang ada pada kurikulum sebelumnya yaitu materi/isi dalam kurikulum tersebut masih padat, belum mengembang secara utuh, kompetensi yang dikembangkan masih didominasi aspek kognitif, belum terealisasi antara soft skill dan hard skill. Dengan adanya kurikulum 2013 ini materi ataupun isi dari kurikulumnya yaitu setiap guru mengembangkan atau merealisasikan antara sikap spiritual, social, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik yang dimiliki oleh peserta didik. 2. Kurikulum (Materi al-qur’an hadist kelas VlII) Pembelajaran
al-qur‟an
hadist
di
arahkan
untuk
mengantarkan peserta didik dapat memahami pokok-pokok kepedulian sosial untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehingga menjadi muslim yang selalu taat menjalankan syariat islam secara kaaffah (sempurna) Pembelajaran al-qur‟an hadist di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat : a. Siswa mampu menyebutkan keterkaitan isi kandungan surah Al-kausar dan Al-maun tentang kepedulian sosial. b. Karakter siswa diharapkan; cinta ilmu, gemar membaca, kreatif, disiplin, mandiri, ingin tahu, kerja sama. c. Berorientasi tugas dan hasil, berani mengambil resiko, percaya diri, keorisinilan, berorientasi ke masa depan.
61
Berdasarkan Peraturan Menteri Agama RI Nomor 2 Tahun 2008 tentang standar kompetensi lulusan pendidikan agama islam bahwa pada mata pelajaran al-qur‟an hadist standar kelulusannya adalah siswa dituntut untuk dapat memahami kepedulian sosial serta dapat mempraktikkan dengan benar dalam kehidupan sehari-hari. Pada penelitian case study ini membahas mata pelajaran al-qur‟an hadist semester I yang membahas bab yaitu dengan topik “kepedulian sosial”. Berdasarkan tujuan belajar diatas yang dikembangkan pada siswa yaitu : kognitif, afektif, psikomotorik. a. Kognitif Menurut hasil wawancara dari segi kognitif peserta didik itu semuanya berbeda-beda, ada sebagian peserta didik yang benar-benar paham dengan apa yang diajarkan, dan sebagian lagi ada peserta didik yang sulit untuk memahami apa yang diajarkan oleh guru, ini terjadi disebabkan beberapa faktor, pertama mungkin karena daya tangkap yang memang kurang, dan kemudian faktor lain yaitu kecilnya minat mereka untuk
belajar.
Dan
ketika
disuruh
menyimak
pembelajaran dan kemudian mempraktekkan mereka hanya bermain-main sehingga mereka tidak mengerti dengan apa yang dipelajari dan ada pula yang acuh tak acuh ketika jam pelajaran berlangsung. Sehingga hanya sebagian saja yang benar-benar paham pada apa yang diajarkan.
62
b. Afektif Dari segi afektif yang dicapai oleh peserta didik setelah belajar tentang kepedulian sosial, sebagian dari siswa sudah bisa mempraktikkan kepedulian sosial ini terbukti dengan ada saja siswa yang membantu anak yatim, dan membiasakan diri untuk ringan tangan atau suka membantu fakir miskin. Dan bukan hanya itu mereka pun selalu menjaga ibadah, terutama
sholat
wajib,
baik
waktu
maupun
kekhusukannya. Dan dilihat dari keseharian mereka disekolah tidak melawan kepada guru, mereka ramah-ramah kepada sesama dan tamu serta tampak bahwa mereka menghormati orang yang lebih tua. Namun demikian, ada juga sebagian kecil dari mereka peserta didik yang belum memiliki sikap seperti yang penulis uraikan diatas, ini mungkin didasari banyak faktor salah satunya seperti yang penulis paparkan sebelumnya diatas yaitu mereka tidak serius dalam belajar dan faktor lain yang berpengaruh besar khususnya dari segi afektif yaitu lingkungan mereka diluar jam sekolah yang sangat mempengaruhi ranah afektif mereka sebagai peserta didik.
c. Psikomotorik Dari segi psikomotorik yang dicapai peserta didik sebagian besar hasil belajar
kepedulian
sosial
63
terhadap sesama mereka lumayan memuaskan, namun bukan hanya itu sebagian mereka telah menghafal
beberapa
surah
dalam
Al-Qur‟an
diantaranya surah al-kautsar dan al-maun serta terjemahannya.. “Bahkan ada sebagian dari mereka yang telah hafal beberapa juz dalam Al-Qur‟an” tutur Bapak
Abdurrahman
spd
ketika
diwawancarai
penulis. namun, juga ada sebagian kecil dari mereka yang belum bisa menegembangkan kemampuan mereka, hal ini juga dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi salah satunya kecilnya minat mereka dalam belajar sehingga membuat mereka tidak ingin tahu.
3. PengembanganKurikulum a. KompetensiInti 1) Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. 2) Menghargai
dan
menghayati
perilaku
jujur,
disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi,gotongroyong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. 3) Memahami
dan
menerapkan
pengetahuan
(faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
64
4) Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
5) Kompetensi Dasar Kompetensi dasar yang harus dicapai siswa yaitu : 1) Memahami keterkaitan isi kandungan Q.S. Alkautsar dan Al-maun tentang kepedulian sosial ddlam fenomena kehidupan.
6) Indikator Penilaian Dari hasil wawancara dengan bapak Abdurrahman spd, yang merupakan guru mata pelajaran al-qur‟an hadist kelas VIIl. indikator penilaian yang digunakan di madrasah tsanawiyah tarbiyah islamiah adalah dilakukan dengan ujian, baik secara lisan maupun tulisan. Namun pada mata pelajaran tentang al-qur‟an hadist, indikator penilaian yang sebenarnya terdapat pada praktik dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.
65
7) Pokok Pembahasan Pokok pembahasan pada bab ini yaitu tentang kepedulian sosial. Pembahasannya yaitu; Keterkaitan QS.al-Kautsar dan al-Maa‟uun tentang Kepedulian Sosial dalam Fenomena Kehidupan. Keterkaitan antara QS. Al-Kautsar dan Al-Maa‟uun dalam hal kepedulian sosial adalah sebagai berikut : 1. Kedua-duanya mengandung pengajaran agar umat Islam memiliki kepedulian sosialdalam kehidupan. 2. Bentuk kepedulian sosial yang dimaksud dalam surat Al-Kautsar adalah penyembelihan hewan qurban, dimana dagingnya diberikan kepada arang lain utamanya kepada fakir miskin. 3. Bentuk kepedulian sosial yang dimaksud dalam surat Al-Maa‟uun adalah : a. Menyayangi dan menyantuni anak yatim b. Memperhatikan nasib orang miskin dengan menganjurkan dan atau memberi bantuan kepada mereka c. Mau membantu orang lain untuk meringankan beban dan kesulitan yang dialaminya d. Surat Al-Kautsar mengandung perintah untuk memiliki kepedulian sosial, sedangkan surat AlMaa‟uun
mengandung
ancaman
kepada
mereka yang tidak memiliki kepedulian sosial dengan dicap sebagai pendusta agama.
66
Penerapan Isi Kandungan QS al-Kaustar dan al-Maa‟uun dalam Kehidupan Sehari-hari. Nilai-nilai yang terkandung dalam Q.S Al-Kautsar yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut : a. Mengakui bahwa nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kita tak terhitung dan tak ternilai jumlah serta kualitasnya. b. Mensyukuri atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah swt. dengan cara menggunakan nikmat itu untuk hal-hal yang diridhai oleh Allah swt. seperti: 1) Mengerjakan Shalat; 2) Menyembelih hewan qurbanpada waktunya ketika mempunyai kemampun, sebagai ibadah sosial disamping beribadah kepada Allah SWT.; 3) Mengikhlaskan dalam segala bentuk ibadahnya hanya untuk Allahsemata. Nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Maa‟uun yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut : 1) Menyantuni dan menyayangi anak yatim, lebih baik lagi mau memeliharanya. 2) Tidak kikir dan berat tangan untuk memberi bantuan apa saja yang diperlukan orang miskin 3) Tidak melakukan ibadah karena riya‟, akan tetapi segala bentuk ibadahnya dikerjakan atas dasar ikhlas karena Allah semata.
67
4) Menjaga kualitas shalat lima waktu baik dari segi waktunya,
rukun
dan
syarat-syaratnya
serta
memahami arti dan maknanya. 5) Suka memberikan bantuan kepada orang lain dengan bantuan yang mereka perlukan Dari
kesimpulan
materi
pokok
penulis
dapat
menyimpulkan bahwa dalam kurikulum pendidikan agama ini khususnya mata pelajaran al-quran hadist pembelajarannya harus
memperbanyak
memotivasi.
sehingga
penghayatan,
praktek
dan
mengarahkan
peserta
didik
memahami pokok-pokok kepedulian sosial serta dapat di aplikasikan
dalam
kehidupan
sehari-hari,
pengalaman
tersebut diharapkan dapat menumbuhkan ketaatan kepada allah, disiplin dan tanggung jawab dalam kehidupan pribadi maupun sosial. 8) Evaluasi Berdasarkan
hasil
wawancara
yang
penulis
lakukan pada Madrasah Tsanawiyah Islamiyah ini, evaluasi yang dilakukan oleh guru bidang study yaitu menggunakan berbagai macam evaluasi yaitu : 1) Evaluasi formal Ada evaluasi formatif yang biasanya diberikan kepada siswa adalah tugas latihan oleh guru bidang study, siswa mengerjakan latihan-latihan pada buku LKS, latihan pada buku paket, dan soal-soal dari guru yang bersangkutan. Adapun hasil dari adanya evaluasi tersebut nilai siswa ada
68
yang memenuhi standar dan ada juga yang belum mencapai standar yang telah ditentukan.
2) Evaluasi informal Yaitu guru bidang study al-quran hadist melihat perkembangan siswa dalam keseharian mereka dalam hal sikap kepedulian sosial.
69
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
70
Konsep Teoritis Model Pengembangan Kurikulum A. Pengertian Model Pengembangan Kurikulum Definisi model pengembangan kurikulum terdari dari kata model, kurikulum, dan pengembangan. Kurikulum secara umum dapat didefinisikan sebagai rencana (plan) yang dikembangkan untuk dapat tercapainya proses belajar mengajar dengan arahan atau bimbingan sekolah serta anggota stafnya. Pengembangan mengaitkan
satu
kurikulum komponen
adalah
proses
yang
kurikulum
lainnya
untuk
menghasilkan kurikulum yang lebih baik. Model adalah abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang lainnya. Model bukanlah realitas, akan tetapi merupakan representasi realitas yang dikembangkan dari keadaan. Dengan demikian, model pada dasarnya berkaitan dengan
rancangan
menerjemahkan berkomunikasi, perspektif
yang
sesuatu atau
dapat
sarana
sebagai
digunakan
untuk
petunjuk
untuk
mempermudah yang
bersifat
untuk mengambil keputusan, atau
sebagai
petunjuk perencanaan untuk kegiatan pengelolaan. Model pengembangan kurikulum digunakan untukmengembangkan suatu
kurikulum,
dibutuhkan
dimana
pengembangan
kurikulum
untuk memperbaiki atau menyempurnakan
71
kurikulum yang dibuat untuk dikembangkan sendiri baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah atau sekolah. Jadi model pengembangan kurikulum merupakan suatu
alternatif
(designing),
prosedur
dalam
menerapkan
rangka
mendesain
(impelementation),
dan
mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model
pengembangan
menggambarkan
suatu
kurikulum proses
sistem
harus
dapat
perencanaan
pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan dalam pendidikan. Pengembangan kurikulum tidak dapat terlepas dari berbagai aspek yang memengaruhinya, seperti cara berfikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya, dan sosial), proses pengmbangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan. Aspek-aspek tersebut akan menjadi bahan yang perlu dipertimbangkan dalam suatu pengembangan kurikulum. Agar
dapat
mengembangkan
kurikulum
secara
baik,
pengembang kurikulum semestinya memahami berbagai jenis model pengembangan kurikulum. Yang dimaksud dengan model pengembangan kurikulum yaitu langkah atau prosedur sistematis dalam proses penyususnan suatu kurikulum. Dengan memahami model pengembangan kurikulum dan sejumlah alternatif model pengembangan kurikulum, para pengembang kurikulum diharapkan akan bisa bekerja secara lebih sistematis, sistemik dan optimal. Sehingga
72
haarpan ideal terwujudnya suatu kurikulum dengan berbagai kepentingan, teori dan praktik, bisa diwujudkan. ada empat penentu dalam pengembangan kurikulum: a. Menentukan tujuan pendidikan Tujuan pendidikan merupakan arah atau sasaran akhir yang harus dicapai dalam program pendidikan dan pembelajaran. Tujuan pendidikan harus menggambarkan perilaku akhir setelah peserta didik mengikuti program pendidikan. b. Menentukan proses pembelajaran Menentukan proses pembelajaran apa yang paling cocok dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam penentuan proses pembelajaran adalah persepsi dan latar belakang kemampuan paserta didik. c. Menentukan organisasi pengalaman belajar Setelah proses pembelajaran ditentukan, selanjutnya menentukan
organisasi
pengalaman
belajar.
Pengalaman belajar di dalamnya mencakup tahapantahapan belajar dan isi atau materi belajar. Bahan yang harus
dilakukan,
diorganisasikan
sedemikian
rupa
sehingga dapat memudahkan dalam pencapaian tujuan. d. Menentukan evaluasi pembelajaran. ,Jenis
penilaian
yang
akan
digunakan,
harus
disesuaikan dengan jenis dan sifat dari tujuan pendidikan atau pembelajaran, materi pembelajaran, dan proses
73
belajar
yang
penetapan
telah
jenis
ditetapkan
evaluasi
bisa
sebelumnya.
Agar
tepat,
para
maka
pengembang kurikulum disamping harus memerhatikan komponen-komponen kurikulum lainnya, juga harus memerhatikan prinsip-prinsip evaluasi yang ada.13 Untuk melakukan pengembangan kurikulum ada berbagai model pengembangan kurikulum yang dapat dijadikan acuan atau diterapkan sepenuhnya. Secara umum, pemilihan
model
pengembangan
kurikulum
dilakukan
dengan cara menyesuaikan sistem pendidikan yang dianut dan model konsep yang digunakan. Terdapat beberapa model pengembangan kurikulum yang dapat digunakan yaitu : a. Subjek akademis Kurikulum
subjek
akademis
bersumber
dari
pendidikan klasik (perenialisme dan esensialisme) yang berorientasi
pada
masa
lalu.
Semua
ilmu-ilmu
pengetahuan dan nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir pada masa lalu. Fungsi pendidikan memelihara dan mewariskan hasil-hasil budaya masa lalu tersebut. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Belajar adalah berusaha menguasai ilmu sebanyak-banyaknya. Orang yang berhasil dalam belajar adalah orang yang menguasai seluruh atau sebagian besar isi pendidikan yang diberikan atau disiapkan oleh guru. Isi pendidikan
13
Hamalik, Oemar. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2008.
74
diambil dari setiap disiplin ilmu. Para pengembang kurikulum tidak perlu susah-susah menyusun dan mengembangkan bahan sendiri. Meraka tinggal memilih bahan materi ilmu yang telah dikembangkan para ahli disiplin
ilmu,
kemudian
mereorganisasinya
secara
sistematis, sesuai dengan tujuan pendidikan dan tahap perkembangan Kurikulum
siswa
subjek
yang
akan
akademis
tidak
mempelajarinya. berarti
hanya
menekankan pada materi yang disampaikan, dalam perkembangannya secara berangsur memperhatikan proses belajar yang dilakukan siswa. Proses belajar dipilih
sangat
bergantung
pada
segi
apa
yang
dipentingkan dalam materi pelajaran tersebut. Ciri-ciri kurikulum subjek akademis : Kurikulum subjek akademis mempunyai beberapa ciri berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi. Tujuan kurikulum subjek akademis adalah pemberian pengetahuan yang solid serta melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses “penelitian”. Metode yang paling banyak digunakan dalam kurikulum subjek akademis adalah metode ekspositori dan inkuiri. Ada beberapa pola organisasi isi (materi pelajaran) kurikulum subjek akademis, yaitu : correlated curriculum, unified
atau
concentrated
curriculum,
integrated
curriculum, dan problem solving curriculum. Tentang kegiatan
evaluasi,
menggunakan
bentuk
kurikulum evaluasi
subjek
akademis
yang
bervariasi
disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajarannya.
75
b. Kurikulum humanistic Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik. Aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Mereka berasumsi bahwa anak atau siswa adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan. Mereka percaya bahwa siswa mempunyai potensi,
punya
kemampuan,
dan
kekuatan
untuk
berkembang. Para pendidik humanis juga berpegang pada
konsep
Gestalt,
bahwa
individu
atau
anak
merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan diarahkan kepeda membina manusia yang utuh bukan saja segi fisik dan intelektual tetapi juga segi sosial dan afektif (emosi, sikap, perasaan, nilai, dll). Pendidikan humanistik menekankan peranan siswa. Pendidikan mereka lebih menekankan bagaimana mengajar siswa (mendorong siswa), dan bagaimana merasakan atau bersikap terhadap sesuatu. Menurut
para
menyediakan untuk
humanis,
pengalaman
membantu
kurikulum
berfungsi
(pengetahuan)
perkembangan
berharga
pribadi
murid.
Pengajaran humanistik memfokuskan proses aktualisasi diri
(self
actualization).
Metode
guru
diharapkan
mengembangkan kreasi sendiri. Namun, yang penting guru memahami tujuan dan kegunaan kegiatan yang mereka
ciptakan.
Evaluasi
kurikulum
humanistik
berbeda dengan evaluasi pada umumnya yang lebih
76
menekankan pada hasil akhir atau produk. Sebaliknya, evaluasi kurikulum humanistik lebih memberi penekanan pada proses yang dilakukan. 14 c. Kurikulum rekontruksi sosial Kurikulum rekonstruksi sosial berbeda dengan modelmodel kurikulum lainnya. Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada problema-problema yang dihadapi dalam masyarakat.
Kurikulum
ini
bersumber
pada
aliran
pendidikan interaksional. Menurut mereka pendidikan bukan terjadi antara upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi dan kerja sama. Kerja sama ini terjadi bukan hanya guru dan siswa, tetapi juga antara siswa dengan
siswa,
siswa
dengan
orang-orang
di
lingkungannya dan dengan sumber belajar lainnya. Melalui interaksi dan kerja sama ini siswa berusaha memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.
Kurikulum
memperhatikan
rekonstruksi
hubungan
sosial
kurikulum dengan
sangat sosial
masyarakat dan politik perkembangan ekonomi. Para pendukung kurikulum ini yakin, bahwa permasalahan yang muncul tidak harus diperhatikan oleh “pengetahuan sosial” saja, tetapi oleh setiap disiplin ilmu, termasuk ekonomi, kimia, matematika, dll. Dalam kurikulum ini, guru berperan menghubungkan tujuan peserta didik dengan manfaat lokal, nasional, dan internasional. 14
Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengembangan kurikulum teori dan praktek. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2009.
77
Kurikulum humanistik menuntut hubungan emosional antara guru dan murid. Guru selain harus mampu menciptakan hubungan yang hangat dengan murid, juga mampu menjadi sumber. Ia harus menciptakan materi yang menarik dan mampu menciptakan situasi yang memperlancar proses belajar. Guru harus memberikan dorongan kepada murid atas dasar saling percaya. Peran mengajar bukan saja dilakukan oleh guru tetapi juga oleh murid. Guru tidak memaksakan sesuatu yang tidak disenangi murid. Kurikulum humanistik menekankan integrasi yaitu kesatuan perilaku bukan saja yang bersifat intelektual tetapi juga emosional dan tindakan dan juga menekankan keseluruhan, kurikulum harus memberikan pengalaman yang menyeluruh bukan pengalaman yang terpenggal-penggal.
Pandangan
rekonstruksi
sosial
berkembang karena keyakinannya pada kemapuan manusia untuk membangun dunia yang lebih baik. Juga penekanannya
tentang
peranan
ilmu
dalam
memecahkan masalah-masalah social. Tujuan utama kurikulum rekonstruksi sosial adalah menghadapkan para siswa pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi (masalah-masalah masyarakat yang dapat dikaji dalam kurikulum) dan membangun kembali dunia ekonomi politik. Metodenya kooperatif atau kerja sama. Evaluasi dalam kurikulum rekonstruksi sosial mencakup segala hal yang luas yaitu kemampuan peserta didik dalam
menyampaikan
permasalahan,
kemungkinan
78
pemecahan masalah, pendefinisian kembali pandangan mereka
tentang
dunia,
dan
kemauan
mengambil
tindakan atas suatu ide. Di samping itu, peserta didik diharapkan dapat menilai pembelajaran mandiri yang sudah dilakukan untuk melihat apa yang sudah mereka pelajari.
d. Kurikulum teknologi Perkembangan bidang
dan
teknologi
aspek
mempengaruhi
kehidupan,
termasuk
setiap bidang
pendidikan. Sejak dahulu teknologi telah diterapkan dalam
pendidikan,
tetapi
yang
digunakan
adalah
teknologi sederhana seperti penggunaan papan tulis dan kapur, pena dan tinta, sabak dan grip, dll. Dewasa ini sesuai dengan tahap perkembangannya yang digunakan adalah teknologi maju, seperti audio dan video cassette, overhead projector, film slide, motion film, komputer, internet, dll. Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi,
di
bidang
pendidikan
berkembang
pula
teknologi pendidikan. Aliran ini ada persamaannya dengan
pendidikan
klasik
yaitu
menekankan
isi
kurikulum, tetapi diarahkan bukan pada pemeliharaan dan
pengawetan
ilmu
tersebut
melainkan
pada
penguasaan kompetensi. Perspektif teknologi sebagai kurikulum ditekankan pada efektivitas program, metode dan material untuk mencapai suatu manfaat dan keberhasilan.
Penerapan
teknologi
dalam
bidang
pendidikan khususnya kurikulum adalah dalam dua
79
bentuk, yaitu bentuk perangkat lunak (software) dan perangkat
keras
(hardware).
Penerapan
teknologi
perangkat keras dalam pendidikan dikenal dengan teknologi alat (tools technology), sedangkan penerapan teknologi perangkat lunak disebut juga teknologi sistem (system technology). Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang
dirumuskan
dalam
bentuk
perilaku.
Metode
pengajaran bersifat individual dan kelompok. Organisasi bahan ajar, banyak diambil dari berbagai disiplin ilmu yang telah diramu sedemikian rupa sehingga mendukung penguasaan suatu kompetensi. Evaluasi formatif (umpan balik bagi siswa dalam penyempurnaan dan penguasaan suatu satuan pelajaran) dan sumatif (umpan balik bagi siswa pada akhir suatu program atau semester).15
e. Model Tyler Model ini merupakan model yang palik dikenal bagi perkembangan kurikulum dengan perhatian khusus pada fase perencanaan. Walaupun Tyler mengajukan model pengembangan kurikulum secara komprehensif tetapi bagian pertama dari modelnya (seleksi tujuan) menerima sambutan yang hangat dari para educator.Ada beberapa langkah pengembangan kurikulum yang diambil oleh model ini, yaitu :
15
Ibid
80
1. Perencanaan
kurikulum agar mengidentifikasikan
tujuan umum dengan mengumpulkan data dari tiga sumber, yaitu : kebutuhan peserta didik, masyarakat dan subject matter, 2. Mereview dengan cara menyaring melalui dua saringan, yaitu filosofi pendidikan dan psikologi belajar, 3. Menyeleksi pengalaman belajar yang menunjang pencapaian tujuan, 4. Mengorganisasikan pengalaman kedalam unit-unit dan menggambarkan berbagai prosedur evaluasi, 5. Mengarahkan
dan
menguatkan
pengalaman-
pengalaman belajar dan mengkaitkannya dengan evaluasi
terhadap
keefektifan
perencanaan
dan
pelaksanaan, 6. Evaluasi pengalaman belajar. f. Model Terbalik Hilda Taba Model ini dimulai dengan melaksanakan eksperimen, diteorikan kemudian diimplementasikan, dengan maksud untuk menyesuaikan antara teori dan praktik, serta menghilangkan
sifat
keumuman
dan
keabstrakkan
kurikulum, maka ada kegiatan eksperimental. Langkah yang ditempuh dalam model ini adalah: Sejumlah staf pengajar menghasilkan unit-unit kurikulum yang akan di eksperimenkan terlebih dahulu, Unit-unit kurikulum tadi diujicobakan, Merevisi serta mengkonsultaikan hasil uji coba, Mengembangkan kerangka kerja teoritis dan Mengimplementasikan hasil yang telah diperoleh.
81
D. Laporan Studi Kasus di MTs Darma Wanita Kota Jambi 1. Identitas Sekolah Madrasah Tsanawiyah Darma Wanita didirikan pada tahun 2005 yang berlokasi di jalan Majapahit No. 02 Kelurahan Payo Selincah Kecamatan Jambi Timur kota Jambi yang dinaungi oleh Kementrian Agama Kota Jambi. Madrasah Tsanawiyah Darma Wanita dari sejak berdiri sampai tahun 2006
masih bergabung dengan Madrasah
Aliyah Negri 3 Kota jambi yang di kepalai oleh Bapak A. Fatah, S.Pd. Kemudian pada tahun 2007 sampai sekarang, Madrasah Tsanawiyah Dharma Wanita dikepalai oleh Bapak Wilson Edwin, S.Pd. Dan pada 2014 Madrasah Tsanawiyah Darma Wanita berdiri sendiri tetapi masih di lokasi yang sama. Adapun secara geografis, letak Madrasah Tsanawiyah Dharma Wanita hanya berjarak ± 25 meter dari pinggir jalan Majapahit, jadi sangat mudah untuk dijangkau. Dari nol hingga sampai sekarang Madrasah Tsanawiyah Darma Wanita terus berkembang maju dan membuat daya tarik masyarakat yang hantusias agar anak-anak mereka dapat sekolah di Madrasah Tsanawiyah ini. Dari bidang akademik bahkan sampai bidang ekstrakulikuler yang ada di Madrasah Tsanawiyah Darma Wanita ini terus maju dan membawa prestasi yang baik. Sehingga dari prestasi yang baik itu kepala sekolah selalu memberikan support atau dukungan yang kuat dan semangat baik untuk para siswa-siawi , guru-guru, serta staf tata usaha Madrasah Tsanawiyah Darma Wanita .
82
Adapun Visi dan Misi Sekolah Madrasah Tsanawiyah Dharma Wanita Kelurahan Payo Selincah Yaitu: VISI MADRASAH: Mewujudkan sebuah lembaga pendidikan lanjutan tingkat pertama yang berciri khas agama islam dengan kondisi dan situasi lingkungan yang kondusif untuk menyiapkan dan mengembangkan segenap sumber daya insani yang ada sehingga dapat mencapai kualitas unggul di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan Iman dan Taqwa. MISI MADRASAH: a. Menanamkan sikap taqwa terhadap Allah SWT. b. Menanamkan sikap cinta ilmu, kreatif, inovatif, dan memiliki akhlak mulia. c. Meningkatkan kualitas layanan pendidikan. d. Mempersiapkan siswa berpengetahuan luas, berdisiplin, bertanggung jawab, dan berprilaku islami. e. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas baik bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi maupun Iman dan Taqwa dengan mewujudkan lingkungan yang bersih, asri, nyaman serta agamis, Proses Belajar Mengajar yang berorientasi pada Student Active Learning, Full Day Learning pembinaan
dan
Bimbingan
ekstrakurikuler,
Belajar
serta
pemberdayaan
efektifitas masjid
sebagai laboratorium keagamaan, pembiasaan sholat
83
berjamaah serta sholat sunnah, tartil Qur‟an, ucapan kalimat toyyibah dan perilaku sopan. f. Bekerjasama hubungan
dengan
baik
komite
dengan
Madrasah,
masyarakat,
menjalin
bekerjasama
dengan dunia usaha, sebagai perwujudan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
2. Deskripsi Kurikulum Kurikulum adalah suatu seperangkat alat rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru bidang study fiqih ibu Sri Swanti, S.Pd.I, Madrasah Darma Wanita ini menggunakan kurikulum 2013 (K-13) baik itu buku paket panduan guru maupun lembar kerja siswa (LKS). Karena menurut ibu sri swanti, S.Pd.I kurikulum 2013 ini diberlakukan pada setiap lembaga pendidikan, sehingga pada Madrasah Tsanawiyah ini juga menerapkan kurikulum 2013. Dari penjelasan yang di dapat pada hasil wawancara itu bahwa kurikulum 2013 itu diberlakukan karena
terdapat
suatu kelemahan yang ada pada kurikulum sebelumnya yaitu materi/isi dalam kurikulum tersebut masih padat, belum mengembang secara utuh, kompetensi yang dikembangkan masih didominasi aspek kognitif, belum terealisasi antara soft skill dan hard skill. Dengan adanya kurikulum 2013 ini
84
materi ataupun isi dari kurikulum nya yaitu setiap guru mengembangkan
atau
merealisasikan
antara
sikap
spiritual,social,rasa ingin tahu,kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik yang dimiliki oleh peserta didik.
3. Kurikulum (Materi Fiqih Mts kelas VII) Materi Fiqih kelas VII semester 1 dan 2 kurikulum 2013. Mata pelajaran Fiqih ini termasuk kedalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang di ajarkan pada sekolah menengah pertama yang bernuansa islam seperti Madrasah Tsanawiyah ini. Tujuan dari pendidikan islam ini yaitu unruk membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga
kedamaian
dan
kerukunan
sesama
umat
beragama. Pada penelitian case study ini membahas mata pelajaran fiqih semester II yang tercantum pada bab V yaitu tentang Meraih Khidmat Dengan Mengagungkan Jum‟at. Adapun dilihat dari tujuan belajar yang didasarkan pada taksonomi bloom yang dikembangkan pada siswa yaitu :
a. Kognitif Menurut hasil wawancara ranah kognitif yang dikembangkan siswa itu berbeda-beda, ada yang cepat memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru bidang studi, dan ada juga siswa yang lambat dalam memahami pelajaran ini. Namun, walaupun
85
berbeda dalam memahami pelajaran itu seorang guru bidang studi berusaha membuat siswa-siswi nya bisa memahami pelajaran yang disampaikannya dengan cara
menjelaskan
berulang
kali
dengan
menggunakan metode ceramah, Tanya jawab, dan diskusi antar siswa.
b. Afektif Ranah afektif yang dicapai oleh siswa setelah belajar tentang sholat jumat ini yaitu sebagian para siswa sudah bisa mengaplikasikan tentang manfaat serta tujuan pelaksanaan sholat ini pada kpribadian sehari-hari mereka, dan ada juga beberapa siswa yang masih kurang dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari nya dan dalam kepribadiannya. Siswa yang memahami mereka sangat mudah dalam mengaplikasikan
pada
masyarakat
maupun
lingkungan mereka tinggal.
c. Psikomotorik Ranah psikomotorik yang dicapai siswa juga masih ada yang kurang dalam mempraktekkan sholat, ada beberapa siswa yang ditemui dalam bacaan sholat masih ada yang kurang hapal yaitu pada bagian bacaan tahiyat awal dan akhir, dalam hal ini siswa membaca masih terbolak-balik. Namun sebagian besar banyak siswa yang sudah fasih dalam hapalan bacaan sholat. Begitu juga halnya dalam segi
86
menulis, ada sebagian kecil siswa yang sulitdan lambat
untuk menuliskan bacaan-bacaan sholat
tersebut.
E. Pengembangan Kurikulum 1. Kompetensi Inti a. Menghargai dan menghayati agama yang di anutnya b. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi dan gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara aktif dengan lingkungan social dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaanya. c. Memahami
pengetahuan
(factual,
konseptual,
dan
proseduran) dan berdasarkan rasa ingin tahu tentang ilmu
pengetahuan,
teknologi,
seni,
budaya
terkait
fenomena dan kejadian nampak mata d. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung,
menggambar
dan
mengarang)
sesuai
dengan yang dielajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
2. Kompetensi Dasar a. Kompetensi dasar yang harus dicapai siswa yaitu : b. Menyakini kewajiban melaksanakan sholat jumat c. Menghayati nilai-nilai positif dalam sholat jumat d. Memahami ketentuan sholat jumat
87
e. Menganalisis ketentuan khutbah jumat f. Mempraktikkan sholat jumat g. Mendemonstrasikan khutbah jumat 7. Indikator Penilaian No
Indikator Penilaian 1
2
kerja sama
keaktifan
1. belum memrlihatkan kerja sama dengan teman kelompok 2. mulai memperlihatkan kerja sama dengan teman satu kelompok 3. mulai berkembang kerja sama dengan teman kelompok 1. belum memperlihatkan keaktifkannya dalam berdiskusi dan selama proses pelaksanaan tugas 2. mulai melihatkan keaktifannya dalam berdiskusi 3. mulai berkembang keaktifannya
Skor 1
2
3
1
2
3
88
4.
3
kepedulian dan kesantunan
1.
2.
3.
4.
dalam berdiskusi dan proses pelaksanaan tugas mulai membudayakan keaktifannya dalam setiap menjalankan tugas diskusi tidak mau menghargai pendapat orang lain dan menyampaikan pendapatnya dengan bahasa yang kurang santun kurang dapat menghargai pendapat orang lain dan kurang santun menghargai pendapat orang lain namun kurang santun dalam menanggapi pendapat menghargai pendapat orang lain dan menanggapinya dengan santun
4
1
2
3
4
89
Pedoman penskoran pada indicator penilaian ini yaitu : Nilai =
jumlah nilai skor yang di peroleh
X 100
Jumlah skor maksimal 8. Pokok Pembahasan Adapun pokok pembahasan pada bab ini yaitu tentang shalat jum‟at. shalat jum‟at ialah shalat yang wajib dikerjakan pada waktu zuhur di hari jum‟at dan di awali dengan dua khutbah jum‟at, adapun hokum pelaksanaan shalat jumat ini adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki yang sudah baligh, berakal, merdeka, dan tidak ada halangan syar‟i. adapun syatrat sahnya shalat jumat ini yaitu diselenggarakan di masjid daerah pemukiman, dilaksanakan pada waktu zuhur secara berjamaah, dan dikerjakan setelah dua khutbah. Adapun rukun dari shalat jum‟at ini yaitu mengucapkan pujian-pujian kepada allah pada saat khutbah pertama dan kedua, mengucapkan dua kalimah syahadat pada khutbah pertama dan kedua, membaca shalawat keada nabi pada khutbah pertama dan kedua, berwasiat/ member nasihat kepada jamaah untuk bertakwa kepada allah pada khutbah pertama dan kedua, membaca ayat al-quran pada salah satu khutbah, dan berdoa untuk kaum muslim/ muslimat pada khutbah kedua. Adapun adab ketika khutbah sedang berlangsung adalah jamaah
tenang
mendengarkan
khutbah
dan
duduk
menghadap kiblat, jamaah tidak berbicara selama khutbah berlangsung, adaun jamaah yang berbicara ketika khutbah
90
berlangsung dapat merusak ibadahnya sendiri dan juga memperoleh dosa karena mengganggu jamaah lain yang hendak mendengarkan khutbah, jamaah berdoa atau membaca istighfar saat khatib didik di antara dua khutbah. Dari kesimpulan materi pokok tersebut penulis dapat mengembangkan bahwa dalam kurikulum pendidikan agama ini khususnya mata pelajaran fikih ini pembelajarannya harus mengarahkan peserta didik memahami pokok-pokok hokum islam dan tata cara pelaksanaannya serta untuk di aplikasikan
dalam
kehidupan
sehari-hari,
pengalaman
tersebut diharapkan dapat menumbuhkan ketaatan kepada allah, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosial. Jika dilihat dan dikaitkan dengan model pengembangan kurikulum maka model kurikulum pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Darma Wanita ini merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain (designing), menerapkan (impelementation), dan mengevaluasi (evaliatoon) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus
dapat
menggambarkan
suatu
proses
sistem
perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan dalam pendidikan. Model kurikulum pembelajarannya juga tidak dapat terlepas dari berbagai aspek yang memengaruhinya, seperti cara berfikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya, dan sosial), proses pengmbangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan.
91
9. Evaluasi Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan pada sekolah darma wanita itu, evaluasi yang dilakukan oleh guru bidang study yaitu menggunakan berbagai macam evaluasi yaitu : 1. Evaluasi formatif Ada evaluasi formatif yang biasanya diberikan kepada siswa adalah tugas latihan oleh guru bidang study, siswa mengerjakan latihan-latihan pada buku LKS, latihan pada buku paket, dan soal-soal dari guru yang
bersangkutan.
Adapun
hasil
dari
adanya
evaluasi tersebut nilai siswa ada yang memenuhi standard an ada juga yang belum mencapai standar yang hendak di capai.
2. Evaluasi submatif Biasa nya ini dilakukan oleh guru bidang study fikih pada akhir proses belajar mengajar siswa siswi mengungkapkan kembali apa yang telah disampaikan oleh guru bidang study.
F. Penutup 1. Kesimpulan Kurikulum adalah suatu seperangkat alat rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta
cara
yang
digunakan
sebagai
pedoman
92
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru bidang study fiqih ibu Sri Swanti, S.Pd.I, Madrasah Darma Wanita ini menggunakan kurikulum 20013 (K-13) baik itu buku paket panduan guru maupun lembar kerja siswa (LKS). Karena menurut ibu sri swanti, S.Pd.I kurikulum 2013 ini diberlakukan pada setiap lembaga
pendidikan,
sehingga
pada
Madrasah
Tsanawiyah ini juga menerapkan kurikulum 2013.
93
94
Daftar Referensi: Hamalik, Oemar. Dasar-dasar pengembangan kurikulum. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2008. Hamdani ihsan, Fuad ihsan. Filsafat Pendidikan Islam, Pustaka setia, Bandung. 2007. Kementrian Agama RI 2014, Buku Guru Fiqih (Pendekatan Saintifik kurikulum 2013), Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengembangan kurikulum teori dan praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2009.
95
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
96
STUDI KASUS DI SMP-IT TARBIYATUL UMMAH Pendidikan
nasional
berfungsi
mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Ini merupakan amanat UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kurikulum
2013
merupakan
pengembangan
dari
kurikulum sebelumnya untuk merespon berbagai tantangan tantangan internal dan eksternal. Titik tekan pengembangan Kurikulum
2013
adalah
penyempurnaan
pola
pikir,
penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan. Pengembangan
kurikulum
menjadi
amat
penting
sejalan dengan kontinuitas kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta perubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di masa depan. Aneka kemajuan dan perubahan itu melahirkan tantangan internal dan eksternal yang di bidang pendidikan pendidikan. Karena itu, implementasi Kurikulum 2013
97
merupakan langkah strategis dalam menghadapi globalisasi dan tuntutan masyarakat Indonesia masa depan. Pengembangan Kurikulum 2013 dilaksanakan atas dasar beberapa prinsip utama. Pertama, standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan. Kedua, standar isi diturunkan
dari
standar
kompetensi
lulusan
melalui
kompetensi inti yang bebas mata pelajaran. Ketiga, semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, pengetahuan peserta didik. Keempat, mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai.
Kelima,
semua
mata
pelajaran
diikat
oleh
kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian. Aplikasi yang taat asas dari prinsip-prinsip ini menjadi sangat esensial dalam mewujudkan keberhasilan implementasi Kurikulum 2013. Mudah-mudahan implementasi Kurikulum 2013 ini bisa berjalan dengan baik.
98
1. Sejarah SMP-IT Tarbiyatul Ummah Pada tahun 2014 berdirilah suatu lembaga pendidikan SMP yang berada didesa Ladang panjang dirt 05 tempatnya disamping Masjid Pinang Bambu dan lembaga tersebut diberi nama SMP Tarbiyatul Ummah Islam Terpadu yang dipimpin oleh Ky.Ahmad Asrori sebagai ketua yayasan, Ambar Asmara sebagai kepala sekolah dibantu Syaifudin, Mei Amelia S.Pd.I Siti Hardiyanti S.E. Edi Susanto dll sebagai dewan guru. Pada tahun 2014 dikarnakan ada permasalahan yang terjadi, maka pada tahun itu SMP Tarbiyatul Ummah Islam Terpadu pindah tempat menempati gedung Madrasah
yang ada diwilayah
Ladang Panjang. Untuk
menghindari
terjadi
ketimpangan
sosial
SMP
Tarbiyatul Ummah Islam Terpadu membuka cabang atau kelas jauh (Filial)di Kampung Ladang Panjang 2015 kepala sekolah Ambar asmara pada waktu itu. SMP Tarbiyatul Ummah Islam Terpadu (Filial) ada keinginan untuk memisahkan diri dari pengurus induk (pondok pesantren) membuat izin operasional sendiri diberi nama SMP Tarbiyatul Ummah Islam Terpadu dibawah naungan YPI Tarbiyatul Ummah tahun 2015. Setelah terbit izin operasional pada tahun 2015 SMP Tarbiyatul Ummah Islam Terpadu mulai mengelola sendiri dalam hal administrasi mengangkat kepala madrasah bernama Ambar Asmara dan menginduk diSMP 19 Ladang Panjang (satu tahun). SMP Tarbiyatul Ummah Islam Terpadu didesa batas dari tahun
ketahun
prestasi
makin
meningkat
dan
semakin
bertambah siswa dari berbagai desa sehingga pada tahun 2016
99
atas izin pengurus yayasan Tarbiyatur Ummah maka pindah kelas menempati di Yayasan Pondok Pesantren Tarbiyatul Ummah sampai dengan sekarang.16 VISI Terbentuknya generasi Islam yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, berilmu, sehat, cerdas dan kreatif serta mandiri sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. MISI a. Menanamkan pendidikan islam scara harfiah serta mendorong santri untuk menguasai iptek dan seni b. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dengan penuh tanggung jawab c. Menerapkan kehidupan yang islami d. Mengembangkan ukhuwah islamiyah dan sosial kemanusiaan e. Melahirkan siswa yang berprestasi f. Menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas
2. Deskripsi Kurikulum Kurikulum adalah suatu seperangkat alat rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. 16
Dokumentasi, 13 Januari 2013.
100
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru bidang study SKI M. Syaifudin menggunakan kurikulum 2013 (K-13) baik itu buku paket panduan guru maupun lembar kerja siswa (LKS). Karena menurut
M.
Syaifudin kurikulum 2013 ini diberlakukan pada setiap lembaga pendidikan, sehingga pada Madrasah Tsanawiyah ini
juga
menerapkan
kurikulum
2013.
Dan
juga
menggunakan kurikulum Kurikulum diknas dan contextual teaching and learning (ctl) kurikulum khas pptu meliputi: a. Tahfidzul qur‟an b. Kajian kitab c. Madrasah diniyah d. Character building e. Life skill and leadership Dari penjelasan yang di dapat pada hasil wawancara itu bahwa kurikulum 2013 itu diberlakukan karena terdapat suatu kelemahan yang ada pada kurikulum sebelumnya yaitu materi/isi dalam kurikulum tersebut masih padat, belum mengembang secara utuh, kompetensi yang dikembangkan masih didominasi aspek kognitif, belum terealisasi antara soft skill dan hard skill. Dengan adanya kurikulum 2013 ini materi ataupun isi dari kurikulum nya yaitu setiap guru mengembangkan atau merealisasikan antara sikap spiritual, social, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan
101
kemampuan intelektual dan psikomotorik yang dimiliki oleh peserta didik. 17
3. Kurikulum (Materi Sejarah Kebudayaan Islam kelas VIII) Materi Sejarah Kebudayaan Islam kelas VIII semester 1
kurikulum 2013. Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam
ini termasuk kedalam mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) yang di ajarkan pada sekolah menengah pertama Islam Terpadu yang bernuansa islam seperti ini. Tujuan dari pendidikan islam ini yaitu untuk membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan sesama umat beragama. Pada penelitian case study ini membahas mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam semester I yang tercantum pada bab 1 yaitu tentang . Adapun dilihat dari tujuan belajar yang didasarkan pada taksonomi bloom yang dikembangkan pada siswa yaitu : a. Kognitif Menurut
hasil
wawancara
ranah
kognitif
yang
dikembangkan siswa itu berbeda-beda, ada yang cepat memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru bidang studi, dan ada juga siswa yang lambat dalam memahami pelajaran ini. Namun, walaupun berbeda dalam memahami pelajaran itu seorang guru bidang studi berusaha membuat siswa-siswi 17
nya
bisa
Wawancara 22 febuari 2017
memahami
pelajaran
yang
102
disampaikannya dengan cara menjelaskan berulang kali dengan menggunakan metode ceramah, Tanya jawab, dan diskusi antar siswa. b. Afektif Ranah afektif yang dicapai oleh siswa setelah belajar tentang sejarah dinasti abbasiyah yaitu sebagian para siswa sudah bisa mengaplikasikan tentang manfaat serta tujuan pelaksanaan jejak dinasti abbasiyah ini pada kpribadian sehari-hari mereka, dan ada juga beberapa siswa yang masih kurang dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari nya dan dalam kepribadiannya. Siswa yang memahami mereka sangat mudah dalam mengaplikasikan pada masyarakat maupun lingkungan mereka tinggal. c. Psikomotorik Ranah psikomotorik yang dicapai siswa juga masih ada yang kurang dalam mempraktekkan sikap yang dilakukan para pahlawan pada zaman dinasti abbasiyah, ada
beberapa
siswa
yang
ditemui
masih
sering
meninggalakan nilai nilai yang di dapat dari mempelajari sejarah jejak pada dinasti abbasiyah. 18
18
Wawancara 14 April 2017.
103
4. Pengembangan Kurikulum Materi Sejarah Kebudayaan Islam SKL MP PAI
KLS/ SMT
1. Memahami dan meneladani sejarah peradapan Dinasti Abbasiyah serta menceritakan jejak masuk dan berkembangny a Islam pada zaman peradapan Dinasti Abbasiyah
VIII/I
KI
KD
1. Tarikh dan kebudaya an 2. Memaham i sejarah dan jejak peradapan Dinasti Abbasiyah
Buku panduan yang digunakan
a. menghayati ibra atau nilai dari proses berdirinya dinbasti abbasyiah b. menghayati nilai positif dari proses berkembangnya dinasti abbasyiah c. meneladani semangat juang para pahlawan dinasti abbasyiah d. memahami sejarah berdirinya dinasti abbasyiah e. menceritakan sejarah berdirinya dinasti abbasyiah.
dalam pengembangan
kurikulum pembelajaran materi PAI adalah buku Sejarah Kebudayaan Islam kelas VIII semester Ganjil.19
a. Kompetensi Inti Setelah mempelajari materi Sejarah Kebudayaan Islam terhadap
diri sendiri siswa dapat menerapkan beberapa
nilai yang di dapat di dalam peradapan dinasti abbasiyah 19
Hasibullah Syatrawi. Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Tradisional Arabic 20 pt, 2015).hlm. 5.
104
dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan individu maupun sosial. hal ini dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : Bab I. Membiasakan menanamkan nilai 1) Menghargai dan menghayati agama yang di anutnya 2) Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi dan gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara aktif dengan lingkungan social
dan
alam
dalam
jangkauan
pergaulan
dan
konseptual,
dan
keberadaanya. 3) Memahami
pengetahuan
(factual,
proseduran) dan berdasarkan rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian nampak mata 4) Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai)
b.
Kompetensi dasar 1) menjelaskan pengertian sejarah peradapan dinasti abbasiyah 2) Menampilkan sikap teladan. 3) Menjelaskan contoh-contoh nilai-nilai sosial 4) menunjukkan nilai-nilai positif dan berilmu, keja keras, kreatif, dan produktif dalam kehidupan sehari-hari.
c.
Indikator 1) Menunjukkan sikap dapat mengambil ibrah dan nilai positif dari proses berdirinya Dinasti Abbasyiah.
105
2) Menunjukkan sikap bijaksana sebagai implementasi dari pemahaman mengenai sejarah berdirinya Dinasti Abbasyiah 3) Menjelaskan sejarah berdirinya Dinasti Abbasyiah 4) Mmenjelaskanperkembangan peradaban/kebudayaan islam pada masa Dinasti Abbasyiah
d.
Indikator penilaian Dari hasil wawancara dengan bapak M Syaifuddin, indikator penilaian yang digunakan di SMP-IT Tarbiyatul Ummah Desa Ladang Panjang Kabupaten Muaro Jambi adalah dilakukan dengan cara : a. Tes tertulis Esay / pilihan ganda /jawaban singkat b. Tes tidak tertulis Tanya jawab c. Diskusi dan ceramah
Pokok Pembahasan a. Pengertian Model Pengembangan Kurikulum Definisi model pengembangan kurikulum terdari dari kata model, kurikulum, dan pengembangan. Kurikulum secara umum dapat didefinisikan sebagai rencana (plan) yang dikembangkan untuk dapat tercapainya proses belajar mengajar dengan arahan atau bimbingan sekolah serta anggota stafnya. Pengembangan kurikulum adalah proses yang mengaitkan satu komponen kurikulum lainnya untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik. Model adalah
106
abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang lainnya. Model bukanlah realitas, akan tetapi merupakan representasi realitas yang dikembangkan dari keadaan. Dengan demikian, model pada dasarnya berkaitan dengan
rancangan
menerjemahkan berkomunikasi, perspektif
yang
sesuatu atau
dapat
sarana
sebagai
digunakan
untuk
petunjuk
untuk
mempermudah yang
bersifat
untuk mengambil keputusan, atau
sebagai
petunjuk perencanaan untuk kegiatan pengelolaan. Model
pengembangan
kurikulum
digunakan
untuk
mengembangkan suatu kurikulum, dimana pengembangan kurikulum
dibutuhkan
menyempurnakan dikembangkan
untuk
kurikulum
sendiri
baik
pemerintah daerah atau sekolah.
memperbaiki yang
dari
dibuat
pemerintah
atau untuk pusat,
20
Pengembangan kurikulum tidak dapat terlepas dari berbagai aspek yang memengaruhinya, seperti cara berfikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya, dan sosial), proses pengmbangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan. Aspek-aspek tersebut akan menjadi bahan yang perlu dipertimbangkan dalam suatu pengembangan kurikulum.
20
Arif Rohman, Pengembangan kurikulum ilmu pendidikan. (Yogyakarta : cv. Aswaja pressindo.2004).hlm. 89.
107
Agar
dapat
mengembangkan
kurikulum
secara
baik,
pengembang kurikulum semestinya memahami berbagai jenis model pengembangan kurikulum.21 Yang dimaksud dengan model pengembangan kurikulum yaitu langkah atau prosedur sistematis dalam proses penyususnan suatu kurikulum.
Dengan
memahami
model
pengembangan
kurikulum dan sejumlah alternatif model pengembangan kurikulum, para pengembang kurikulum diharapkan akan bisa bekerja secara lebih sistematis, sistemik dan optimal. Sehingga haarpan ideal terwujudnya suatu kurikulum dengan berbagai kepentingan, teori dan praktik, bisa diwujudkan. ada empat penentu dalam pengembangan kurikulum: a. Menentukan tujuan pendidikan b. Menentukan proses pembelajaran c. Menentukan organisasi pengalaman belajar d. Menentukan evaluasi pembelajaran. Jenis
penilaian
yang
akan
digunakan,
harus
disesuaikan dengan jenis dan sifat dari tujuan pendidikan atau pembelajaran, materi pembelajaran, dan proses belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Agar penetapan jenis evaluasi bisa tepat, maka para pengembang kurikulum disamping
21
harus
memerhatikan
komponen-komponen
Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengembangan kurikulum teori dan praktek. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2009).hlm 123.
108
kurikulum lainnya, juga harus memerhatikan prinsip-prinsip evaluasi yang ada.22 Untuk melakukan pengembangan kurikulum ada berbagai model pengembangan kurikulum yang dapat dijadikan acuan atau diterapkan sepenuhnya. Secara umum, pemilihan
model
pengembangan
kurikulum
dilakukan
dengan cara menyesuaikan sistem pendidikan yang dianut dan model konsep yang digunakan. Terdapat beberapa model pengembangan kurikulum yang dapat digunakan yaitu : a. Subjek akademis b. Kurikulum humanistik c. Kurikulum rekontruksi sosial d. Kurikulum teknologi . e. Model Tyler f. Model Terbalik Hilda Taba23
G. Evaluasi Evaluasi juga diartikan dengan penilaian artinya suatu kegiatan
yang
direncanakan
untuk
mengukur
tingkat
kemajuan atau kemunduran suatu aktivtas tertentu dengan demikian didalam evaluasi terdapat praktek mengukur dan menilai semua bentuk aktvitas yang dilaksanakan dalam pembelajaran. 22
Hamalik, Oemar. Dasar-dasar pengembangan kurikulum. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2008), hlm. 321. 23 Ahmad, Syafii Pengembangan model kurikulum. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2001).hlm. 227.
109
Kesimpulan Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain (designing), menerapkan (impelementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang
dapat
keberhasilan
memenuhi dalam
berbagai pendidikan.
kebutuhan
dan
standar
Macam-macam
model
pengembangan kurikulum yaitu: Subjek akademis, Humanistic, Rekontruksi social, Teknologi dan Model Tayler dan Hilda Taba.
110
111
112
Daftar Pustaka Ahmad, Syafii Pengembangan model Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2001.
kurikulum.
Arif Rohman, Pengembangan kurikulum pendidikan. Yogyakarta : CV. Aswaja pressindo. 2004.
ilmu
Oemar Hamalik, Dasar-dasar pengembangan kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2008 Hasibullah Syatrawi. Sejarah Jakarta: Tradisional Arabic. 2015
Kebudayaan
Islam,
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan kurikulum teori dan praktek. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2009
113
Pengembangan Kurikulum Mata Pelajaran SKI Kurikulum adalah suatu seperangkat alat rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru bidang study SKI M. Syaifudin menggunakan kurikulum 2013 (K-13) baik itu buku paket panduan guru maupun lembar kerja siswa (LKS). Karena menurut
M.
Syaifudin kurikulum 2013 ini diberlakukan pada setiap lembaga pendidikan, sehingga pada Madrasah Tsanawiyah ini
juga
menerapkan
kurikulum
2013.
Dan
juga
menggunakan kurikulum Kurikulum diknas dan contextual teaching and learning (CTL) kurikulum khas pptu meliputi: a. Tahfidzul qur‟an b. Kajian kitab c. Madrasah diniyah d. Character building e. Life skill and leadership Dari penjelasan yang di dapat pada hasil wawancara itu bahwa kurikulum 2013 itu diberlakukan karena terdapat suatu kelemahan yang ada pada kurikulum sebelumnya yaitu materi/isi dalam kurikulum tersebut masih padat, belum mengembang secara utuh, kompetensi yang dikembangkan masih didominasi aspek kognitif, belum terealisasi antara soft skill dan hard skill. Dengan adanya kurikulum 2013 ini
114
materi ataupun isi dari kurikulum nya yaitu setiap guru mengembangkan atau merealisasikan antara sikap spiritual, social, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik yang dimiliki oleh peserta didik. 24
1. Kurikulum (Materi Sejarah Kebudayaan Islam kelas IX) Materi Sejarah Kebudayaan Islam kelas IX semester 1 kurikulum 2013. Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
ini termasuk kedalam mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) yang di ajarkan pada sekolah menengah pertama Islam Terpadu yang bernuansa islam seperti ini. Tujuan dari pendidikan islam ini yaitu untuk membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan sesama umat beragama. Pada penelitian case study ini membahas mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam semester I yang tercantum pada bab 1 yaitu tentang. Adapun dilihat dari tujuan belajar yang didasarkan pada taksonomi bloom yang dikembangkan pada siswa yaitu :
a. Kognitif Menurut
hasil
wawancara
ranah
kognitif
yang
dikembangkan siswa itu berbeda-beda, ada yang cepat memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru bidang studi, dan ada juga siswa yang lambat dalam memahami 24
Wawancara 22 febuari 2017
115
pelajaran ini. Namun, walaupun berbeda dalam memahami pelajaran itu seorang guru bidang studi berusaha membuat siswa-siswi
nya
bisa
memahami
pelajaran
yang
disampaikannya dengan cara menjelaskan berulang kali dengan menggunakan metode ceramah, Tanya jawab, dan diskusi antar siswa.
b. Afektif Ranah afektif yang dicapai oleh siswa setelah belajar tentang masuknya islam keindonesia yaitu sebagian para siswa sudah bisa mengaplikasikan tentang manfaat serta tujuan
pelaksanaan
sejarah
masuknya
agama
islam
dindonesia ini pada kpribadian sehari-hari mereka, dan ada juga
beberapa
siswa
yang
masih
kurang
dalam
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari nya dan dalam kepribadiannya. Siswa yang memahami mereka sangat mudah dalam mengaplikasikan pada masyarakat maupun lingkungan mereka tinggal.
c. Psikomotorik Ranah psikomotorik yang dicapai siswa juga masih ada yang kurang dalam mempraktekkan sikap yang dilakukan para pahlawan yang mengawali masuknya islam keindonesia ada beberapa siswa yang ditemui masih sering meninggalakan nilai nilai yang di dapat dari mempelajari sejarah masuknya agama islam keindonesia.
116
2. Pengembangan Kurikulum Materi Sejarah Kebudayaan Islam SKL MP PAI
1. Memahami dan meneladani sejarah masuknya islam keindonesia serta menceritakan peristiwaperistiwa tentang masuknya islam keindonesia dan perkembangan islam
KLS/SM T IX/I
KI
1. Tarikh dan kebudayaan
Islam 2. Memahami sejarahmasu knya islam keindonesiaa n
Buku panduan yang digunakan
KD
a. Menceritaakan sejarah masuknya islam nusantara melalui perdagangan, sosial, dan pengajaran. b. menghayati nilai positif dari proses berkembangnyab islam ke indonesia c. meneladani semangat juang para pembawa islam ke indonesia
dalam pengembangan
kurikulum pembelajaran materi PAI adalah buku Sejarah Kebudayaan Islam kelas IX semester Ganjil.25
1. Kompetensi Inti Setelah mempelajari materi Sejarah Kebudayaan Islam
25
terhadap
diri sendiri siswa dapat menerapkan
Hasibullah Syatrawi. Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Tradisional Arabic 20 pt, 2015).hlm. 5.
117
beberapa nilai yang di dapat di dalam peradapan dinasti abbasiyah dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan individu maupun sosial. hal ini dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : Bab I. Membiasakan menanamkan nilai 1) Menghargai dan menghayati agama yang di anutnya 2) Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi dan gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara aktif dengan lingkungan social dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaanya. 3) Memahami pengetahuan (factual, konseptual, dan proseduran) dan berdasarkan rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian nampak mata 4) Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, )
2. Kompetensi dasar 1) Menjelaskan pengertian sejarah masuknya islam ke indonesia 2) Menampilkan sikap teladan. 3) Menjelaskan contoh-contoh nilai-nilai sosial 4) menunjukkan nilai-nilai positif dan berilmu, kerja keras, kreatif, dan produktif dalam kehidupan seharihari.
118
3. Indikator 1) Menunjukkan sikap dapat mengambil ibrah dan nilai positif dari proses masuknya islam ke indonesia 2) Menunjukkan sikap bijaksana sebagai implementasi dari pemahaman mengenai sejarah masuknya islam ke indonesia 3) Menjelaskan sejarah masuknya islam ke indonesia
4. Indikator penilaian Dari hasil wawancara dengan bapak M Syaifuddin, indikator penilaian yang digunakan di SMP-IT Tarbiyatul Ummah Desa Ladang Panjang Kabupaten Muaro Jambi adalah dilakukan dengan cara : 1) Tes tertulis Esay / pilihan ganda /jawaban singkat 2) Tes tidak tertulis Tanya jawab 3) Diskusi dan ceramah
5. Pokok Pembahasan Definisi model pengembangan kurikulum terdari dari kata model, kurikulum, dan pengembangan. Kurikulum secara umum dapat didefinisikan sebagai rencana (plan) yang dikembangkan untuk dapat tercapainya proses belajar mengajar dengan arahan atau bimbingan sekolah serta anggota stafnya.
119
Pengembangan mengaitkan
satu
kurikulum komponen
adalah
proses
yang
kurikulum
lainnya
untuk
menghasilkan kurikulum yang lebih baik. Model adalah abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang lainnya. Model bukanlah realitas, akan tetapi merupakan representasi realitas yang dikembangkan dari keadaan. Dengan demikian, model pada dasarnya berkaitan dengan
rancangan
menerjemahkan berkomunikasi, perspektif
yang
sesuatu atau
dapat
sarana
sebagai
digunakan
untuk
petunjuk
untuk
mempermudah yang
bersifat
untuk mengambil keputusan, atau
sebagai
petunjuk perencanaan untuk kegiatan pengelolaan. Model
pengembangan
kurikulum
digunakan
untuk
mengembangkan suatu kurikulum, dimana pengembangan kurikulum
dibutuhkan
menyempurnakan dikembangkan
untuk
kurikulum
sendiri
baik
memperbaiki yang
dari
dibuat
pemerintah
atau untuk pusat,
pemerintah daerah atau sekolah.26 Pengembangan kurikulum tidak dapat terlepas dari berbagai aspek yang memengaruhinya, seperti cara berfikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya, dan sosial), proses pengmbangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan. Aspek-aspek tersebut akan menjadi bahan yang perlu 26
Arif Rohman,Pengembangan Kurikulum Ilmu Pendidikan. (Yogyakarta: CV. Aswaja Pressindo.2004).hlm. 89.
120
dipertimbangkan dalam suatu pengembangan kurikulum. Agar
dapat
mengembangkan
kurikulum
secara
baik,
pengembang kurikulum semestinya memahami berbagai jenis model pengembangan kurikulum.27 Yang dimaksud dengan model pengembangan kurikulum yaitu langkah atau prosedur sistematis dalam proses penyususnan suatu kurikulum. Dengan memahami model pengembangan kurikulum dan sejumlah alternatif model pengembangan kurikulum, para pengembang kurikulum diharapkan akan bisa bekerja secara lebih sistematis, sistemik dan optimal. Sehingga haarpan ideal terwujudnya suatu kurikulum dengan berbagai kepentingan, teori dan praktik, bisa diwujudkan. ada empat penentu dalam pengembangan kurikulum: a. Menentukan tujuan pendidikan b. Menentukan proses pembelajaran c. Menentukan organisasi pengalaman belajar d. Menentukan evaluasi pembelajaran. ,Jenis
penilaian
yang
akan
digunakan,
harus
disesuaikan dengan jenis dan sifat dari tujuan pendidikan atau pembelajaran, materi pembelajaran, dan proses belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Agar penetapan jenis evaluasi bisa tepat, maka para pengembang kurikulum disamping
27
harus
memerhatikan
komponen-komponen
Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengembangan kurikulum teori dan praktek. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2009).hlm 123.
121
kurikulum lainnya, juga harus memerhatikan prinsip-prinsip evaluasi yang ada.28 Untuk melakukan pengembangan kurikulum ada berbagai model pengembangan kurikulum yang dapat dijadikan acuan atau diterapkan sepenuhnya. Secara umum, pemilihan
model
pengembangan
kurikulum
dilakukan
dengan cara menyesuaikan sistem pendidikan yang dianut dan model konsep yang digunakan. Terdapat beberapa model pengembangan kurikulum yang dapat digunakan yaitu : a. Subjek akademis b. Kurikulum humanistik c. Kurikulum rekontruksi sosial d. Kurikulum teknologi . e. Model Tyler f. Model Terbalik Hilda Taba29
6. Evaluasi Evaluasi juga diartikan dengan penilaian artinya suatu kegiatan
yang
direncanakan
untuk
mengukur
tingkat
kemajuan atau kemunduran suatu aktivtas tertentu dengan demikian didalam evaluasi terdapat praktek mengukur dan menilai semua bentuk aktvitas yang dilaksanakan dalam pembelajaran.
28
Hamalik, Oemar. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2008), hlm. 321. 29 Ahmad, Syafii Pengembangan Model Kurikulum. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2001).hlm. 227.
122
Dokumentasi Buku
123
Kurikulum 2013
124
Konsep Teoritis: Pendidikan Islam dan Kurikulum 2013 Pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar atau disengaja guna untuk menambah pengetahuan, wawasan serta pengalaman untuk menentukan tujuan hidup sehingga bisa memiliki pandangan yang luas untuk ke arah masa depan lebih baik dan dengan pendidikan itu sendiri dapat menciptakan orang-orang berkualitas. Pendidikan memberikan
Islam
berarti
kemampuan
sistem
seseorang
pendidikan untuk
yang
memimpin
kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya, dengan kata lain pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikannya yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia baik duniawi maupun ukhrawi. Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada term al-tarbuyah, al-ta‟dib, dan al-ta‟lim. Dari keriga istilah tersebut term yang populer digunakan dalam praktek pendidikan Islam adalah term al-tarbiyah. Sedangkan term al-ta‟dib dan al-ta‟lim jarang
sekali
digunakan.
Padalah
kedua istilah tersebut telah digunakan sejak awal pertumbuhan pendidikan Islam.30 Kedatipun demikian, dalam hal-hal tertentu, ketiga terma tersebut memiliki kesamaan makna. Namun secara esensial, 30
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Press, 2002). hlm. 25
125
setiap term memiliki perbedaan, baik secara tekstual maupun kontekstual. Untuk itu, perlu dikemukakan uraian dan analisis terhadap
ketiga
term
pendidikan
Islam tersebut
dengan
beberapa argumentasi tersendiri dari beberapa pendapat para ahli pendidikan Islam.
1. Tarbiyah Penggunaan istilah al-Tarbiyah berasal dari kata rabb. Walaupun kata ini memiliki arti, akan tetapi pengertian dasarnya
menunjukkan
makna
tumbuh,
berkembang,
memelihara, merawat, mengatur, dan menjaga kelestarian atau eksistensinya.31 Dari segi etimologis, tiga asal kata tarbiyah yakni, raba, rabiya, dan rabba, kata tarbiyah mencakup makna yang sangat luas yakni (1) al-nama yang berarti bertambah, berkembang, dan tumbuh menjadi besar sedikit demi sedikit, (2) aslahahu yang berarti memperbaiki pembelajar jika proses perkembangan menyimpang dari nilai-nilai Islam, (3) tawalla
amrahu
yang
berarti
mengurus
perkara
pembelajaran, bertanggung jawab atasnya dan melatihnya, (4) ra‟ahu yang berarti memelihara dan memimpin sesuai dengan potensi yang dimiliki dan tabiyatnya (5) al-tansyi‟ah yang berarti mendidik, mengasuh, dalam arti materi (fisiknya) dan immateri (kalbu, akal, jiwa, dan perasaannya), yang kesemuannya merupakan aktivitas pendidikan.32
31
Ibid., hlm. 25 Maragustam, Mencetak Pembelajaran Menjadi Insan Paripurna (Falsafah Pendidikan Islam) (Yogyakarta: Nuha Litera, 2010), hlm. 22 32
126
Menurut Syekh Ali, kata rabba memiliki arti yang banyak yakni
merawat,
mendidik,
memimpin,
mengumpulkan,
menjaga, memperbaiki, mengembangkan, dan sebagainya. Daim menyimpulkan bahwa makna tarbiyah adalah merawat dan memperhatikan pertumbuhan anak, sehingga anak tersebut tumbuh dengan sempurna sebagaimana yang lainnya, yaitu sebuah kesempurnaan dalam setiap dimensi dirinya, badan (kinestetik), roh, akal, kehendak, dan lain sebagainya.33 Secara
filosofis
mengisyaratkan
bahwa
proses
pendidikan Islam adalah bersumber pada pendidikan yang diberikan Islam adalah bersumber pada pendidikan yang diberikan Allah sebagai “pendidik” seluruh ciptaan-Nya, termasuk manusia. Dalam konteks yang luas, pengertian pendidikan Islam yang dikandung dalam term al-tarbiyah terdiri atas empat unsur pendekatan, yaitu:34 a. Memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa (baligh) b. Mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan c. Mengarahkan seluruh fitrfah menuju kesempurnaan d. Melaksanakan pendidikan secara bertahap. Dari penjelasan tersebut dapat diringkas bahwa prinsip-prinsip dasar pengertian tarbiyah dalam Islam adalah:35 pertama, bahwa murabbi
yang
sebenarnya
hanyalah Allah, karena Dia Pencipta fitrah, potensi kekuatan dan kelemahan, dan paling tahu tentang 33
Ibid., hlm. 22 Samsul Nizar, Filsafat..., hlm. 26 35 Maragustam, Mencetak..., hlm. 23 34
127
hakikat manusia itu sendiri, karenanya perlu dipelajari terus menerus siapa sebenarnya manusia itu sesuai dengan
perintah
pengembangan
Tuhan. Kedua, penumbuhan
secara
sempurna
semua
dan
dimensi
manusia baik materi, seperti fisiknya, maupun immateri seperti akal, hati, kehendak, kemauan adalah tanggung jawab
manusia
sebagai konsekwensi menjalankan
fungsinya sebagai hamba Tuhan dan sebagai fungsi khalifah. Ketiga, dalam
proses
tarbiyah
seharusnya
mengambil nilai dan dasarnya dari Al-Qur‟an dan Sunnah dan berjalan sesuai dengan sunnatullah yang digariskan-Nya. mengarah
Keempat, setiap
kepada
aktivitas
penumbuhan,
tarbiyah perbaikan,
kepemimpinan, atau penjagaan setiap dimensi dalam diri manusia, baik aktivitas itu direkayasa atau secara nattural. Kelima, tarbiyahyang direkayasa mengharuskan adanya rencana yang teratur, sistematis, bertahap, berkelanjutan
dan
fleksibel. Keenam, bahwa
yang
menjadi subjek sekaligus objek dalam aktivitas tarbiyah adalah
manusia. Ketujuh,bahwa
kata
tarbiyah
tida
terbatas pengetiannya sebagai sekedar transfer ilmu, budaya, tradisi, dan nilai tetapi juga pembentukan kepribadian yang dilakukan secara bertahap.
2. Taklim Istilah al-Ta‟lim telah digunakan sejak periode awal pelaksanaan pendidikan islam. Menurut para ahli, kata ini lebih bersifat universal dibanding dengan al-Tarbiyah
128
maupun al-Ta‟dib. Rasyid Ridha mengartikan al-Ta‟lim sebagai proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu. Pertama,
ketika
mengajarkan
membaca
Al-Qur‟an
kepada kaum muslimin, Rasulullah SAW tidak terbatas pada membuat mereka sekedar dapat membaca, melainkan membaca dengan perenungan yang berisikan pemahaman, pengertian, tanggung jawab, penanaman amanah sehingga terjadi pembersihan diri (tazkiyah al-nufus) dari segala kotoran, menjadikan dirinya dalam kondisi siap menerima hikmah, dan mempelajari segala sesuatu yang belum diketahuinya dan yang tidak diketahuinya serta berguna bagi dirinya Kedua, kata
taklim
tidak
berhenti
hanya
kepada
pencapaian pengetahuan berdasarkan prasangka atau yang lahir dari taklid semata-mata, ataupun pengetahuan yang lahir dari dongengan hayalan dan syahwat atau cerita-cerita dusta. Ketiga, kata taklim mencakup aspek-aspek pengetahuan dan
keterampilan
yang
dibutuhkan
seseorang
dalam
hidupnya serta pedoman perilaku yang baik. Dengan demikian kata taklim menurut Jalal mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dan berlangsung sepanjang hayat serta tidak terbatas pada masa bayi dan kanak-kanak, tetapi juga orang dewasa. Sementara itu Abrasyi, menjelaskan kata taklim hanya merupakan bagian dari tarbiyah karena hanya menyangkut domain kognitif. AlAttas
menganggap
kata
taklim
lebih
dekat
kepada
129
pengajaran
atau
pengalihan
ilmu
dari
guru
kepada
pembelajaran, bahkan jangkauan aspek kognitif tidak memberikan porsi pengenalan secara mendasar.36
3. Takdib Attas menawarkan satu istilah lain yang menggambarkan pendidikan Islam, dalam keseluruhan esensinya yang fundamental yakni kata takdib. Istilah ini mencakup unsurunsur
pengetahuan
(„ilm),
pengajaran
(taklim)
dan
pengasuhan yang baik (tarbiyah). Istilah takdib dapat mencakup beberapa aspek yang menjadi hakikat pendidikan yangsalingberkaitan,seperti „ilm (ilmu), „adl (keadilan), hikma h (kebajikan), „aml (tindakan),haqq (kebenaran), natq (nalar) nafs (jiwa), qalb (ha, „aql (akal), maratib danderajat(tatanan hirarkis), ayah (simbol), dan adb (adab). Dengan mengacu pada kata adb dan kaitan-kaitanya seperti di atas, definisi pendidikan bagi al-Attas adalah:37 Sebagai pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga hal ini membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian. Makna al-ta‟dib berarti pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia
36 37
Ibid., hlm. 26 Ibid., hlm. 27
130
(peserta didik) tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan.
Tujuan Pendidikan Islam Menetapkan Al-Qur‟an dan hadits sebagai dasar pendidikan Islam
bukan
hanya
dipandang
sebagai kebenaran
yang
didasarkan pada keimanan semata. Namun justru karena kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan dibolehkan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan.38 Secara Terminologis, Tujuan adalah arah, haluan, jurusan, maksud. Atau tujuan adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melakukan sesuatu kegiatan. Atau menurut Zakiah Darajat, tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai.39 Karena itu tujuan pendidikan Islam adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan Islam. Secara
Epistemologis, Merumuskan
tujuan
pendidikan
merupakan syarat mutlak dalam mendefiniskan pendidikan itu sendiri yang paling tidak didasarkan atas konsep dasar mengenai manusia, alam, dan ilmu serta dengan pertimbangan prinsip-prinsip dasarnya. Hujair AH. Sanaky menyebut istilah tujuan pendidikan Islam dengan visi dan misi pendidikan Islam. Menurutnya, sebenarnya pendidikan Islam telah memiki visi 38
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Ke-5 (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), hlm. 133. 39 Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, cetakan III (Bandung: CV.Pustaka Setia, 2007), hlm. 68
131
dan misi yang ideal, yaitu “Rohmatan Lil „Alamin”. Munzir Hitami berpendapat bahwa tujuan pendidikan tidak terlepas dari tujuan hidup manusia, biarpun dipengaruhi oleh berbagai budaya, pandangan hidup, atau keinginan-keinginan lainnya Secara Ontologis : Dalam Islam, hakikat manusia adalah makhluq ciptaan Allah. Sedangkan menurut tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah. Sebagaimana dalam firman Allah SWT. Sebagai
bagian
dari
komponen
kegiatan
pendidikan,
keberadaan rumusan tujuan pendidikan memegang peranan sangat
penting.
Karena
memang
tujuan
berfungsi
mengarahkan aktivitas, mendorong untuk bekerja, memberi nilai dan membantu mencapai keberhasilan.40 Pendidikan Islam bertugas
mempertahankan,
menanamkan,
dan
mengembangkan kelangsungan berfungsinya nilai-nilai islami yang bersumber dari kitab suci Al-Qur‟an dan Al-Hadis.41 Sedangkan Anwar Jundi menjelaskan di dalam konsep Islam, tujuan pertama dan pokok dari pendidikan ialah terbentuknya manusia yang berpribadi muslim. Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita- cita yang di harapkan 40
Mangun Budiyanto, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Griya Santri, 2010), hlm. 27 41 Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 110
132
dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Karena tanpa pendidikan itu sendiri kita akan terjajah oleh adanya kemajuan saat ini, karena semakin lama semakin ketat pula persaingan dan semakin lama juga mutu pendidikan akan semakin maju. Tujuan
pendidikan
Islam
adalah
untuk
mencapai
keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia. Secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran, diri manusia yang rasional, perasaan dan indra, karena itu, pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik, aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif, dan mendorong semua aspek tersebut berkembang ke arah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir
pendidikan
muslim
terletak
pada
perwujudan
ketundukan yang sempurna kepada Allah SWT, baik secara pribadi kontinuitas, maupun seluruh umat manusia. Tujuan pendidikan ialah perubahan yang diharapkan pada subyek didik setelahmengalami proses pendidikan baik pada tingkahlakuindividudankehidupan pribadinya maupun kehdupan masyarakat dan alam sekitarnya dimana individu ituhidup. Sedangkan menurut Omar Muhammad Attoumy Asy-Syaebani tujuan pendidikan islam memiliki empat ciri pokok : a. Sifat yang bercorak agama dan akhlak.
133
b. Sifat kemenyeluruhannya yang mencakup segala aspek pribadi pelajar atausubyek didik, dan semua aspek perkambangan dalam masyrakat. c.
Sifat
keseimbangan,
kejelasan,
tidak
adanya
pertentangan antara unsur-unsur dan cara pelaksanaanya d. Sifat realistis dan dapat dilaksanakan, penekanan pada perubahan yangdikehendaki pada tingkah laku dan pada kehidupan,memperhitungkan perbedaanperbedaan perse orangan diantara individu, masyarakat dan kebudayaan di mana-mana
dan
kesanggupanya
untuk
berubah
di
samping
dan berkembanng bila diperlukan.
Pendidikan
Islam
bertugas
menginternalisasikan (menanamkan dalam pribadi) nilai-nilai islami, juga mengembangkan anak didik agar mampu melakukan pengamalan nilai-nilai itu secara dinamis dan fleksibel dalam batas-batas konfigurasi idealitas wahyu Tuhan. Hal ini berarti Pendidikan Islam secara optimal harus mampu mendidik anak didik agar memiliki “kedewasaan atau
kematangan”
dalam
beriman,
bertaqwa,
dan
mengamalkan hasil pendidikan yang diperoleh, sehingga menjadi pemikir yang sekaligus pengamal ajaran Islam, yang dialogis terhadap perkembangan kemajuan zaman. Dengan
kata
lain,
Pendidikan
Islam
harus
mampu
menciptakan para “mujtahid” baru dalam bidang kehidupan duniawi-ukhrawi yang berkesinambungan secara interaktif tanpa pengkotakan antara kedua bidang itu.
134
Menurut H.M. Arifin tujuan pendidikan islam adalah idealitas (cita-cita) yang mengandung nilai-nilai islam yang hendak
dicapai
dalam
proses
kependidikan
yang
berdasarkanajaran Islam secara bertahap. Prof. H. M. Arifin, M. Ed menjabarkan tujuan pendidikan yang bersasaran pada tiga dimensi hubungan manusia selaku “Khalifah” dimuka bumi yaitu sebagai berikut: a. Menanamkan sikap hubungan yang harmonis, selaras, dan seimbang dengan Tuhannya. b. Membentuk sikap hubungan yang harmonis, selaras, dan seimbang dengan masyarakatnya. c. Mengembangkan
kemampuannya
untuk
menggali,
mengelola dan memanfaatkan kekayaan alam ciptaan Allah bagi kepentingan kesejahteraan hidupnya, dan hidup sesamanya serta bagi kepentingan ubudiahnya kepadanya, dengan dilandasi sikap hubungan yang harmonis.
Tujuan pendidikan menurut Dra. Hj. Nur Uhbiyati dan Dr. Zakiyah Daradjat ada empat macam, yaitu:42 1. Tujuan Umum Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara yang lainnya. Tujuan ini meliputi seluruh aspek kemanusiaan, seperti: sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi, dengan 42
Muzayyin Arifin, Filsafat..., hlm. 111.
135
kerangka yang sama. Bentuk Insan Kamil dengan polatakwa kepada Allah swt harus dapat tergambar dalam pribadi seseorang yang sudah terdidik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah. 2. Tujuan Akhir Pendidikan Islam ini berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir. Tujuan umum yang berbentuk Insan Kamil dengan pola takwa dapat mengalami perubahan naik turun, bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang. Perasaan, lingkungan, dan pengalaman dapat mempengaruhinya. Karena itulah pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. Tujuan pendidikan adalah pengembangan akal dan akhlak yang dalam akhirnya dipakai untuk menghambakan diri kepada Allah SWT. Manusia mempunyai aspek rohani seperti yang dijelaskan dalam surat al Hijr ayat 29 : “Maka Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan meniupkan ke dalamnya roh-Ku, maka sujudlah kalian kepada-Nya”. Dan tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dari firman Allah SWT yang artinya : ”Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim berserah diri kepada Allah.” (Q.S. Ali Imran: 102). Jadi insan kamil yang mati dalam keadaan
berserah
diri
kepada
Allah
inilah
tujuan akhir dari pendidikan Islam.43 43
Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat...., hlm. 68
merupakan
136
3. Tujuan Sementara Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak
didik
diberi
sejumlah
pengalaman
tertentu
yang
direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Pada tujuan sementara bentuk Insan Kamil dengan pola takwa sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana, sekurangkurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi anak didik.
4. Tujuan Operasional Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan
pendidikan
dengan
bahan-bahan
yang
sudah
dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu. Dalam tujuan operasional ini lebih banyak dituntut dari anak didik suatu kemampuan dan keterampilan tertentu. Sifat operasionalnya lebih ditonjolkan dari sifat penghayatan dan kepribadian. Bila dilihat dari segi filosofis, maka tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu: a. Tujuan
teoritis
yang
bersasaran
pada
pemberian
kemampuan teoritis kepada anak didik. b. Tujuan
praktis
yang
mempunyai
sasaran
pada
pemberian kemampuan praktis kepada anak didik. Muhammad Athiyah al-Abrasyi, memaparkan bahwa tujuan pendidikan Islam terdiri atats 5 sasaran, yaitu: a. Membentuk akhlak mulia
137
b. Mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat c. Mempersiapkan untuk mencari rizki dan memelihara segi kemanfaatannya d. Menumbuhkan semangat ilmiah dikalangan peserta didik e. Mempersiapkan tenaga profesional yang terampil Oleh karena itu, tujuan akhir pendidikan Islam berada di dalam garis yang sama dengan misi tersebut, yaitu membentuk kemampuan dan bakat manusia agar mampu menciptakan kesejahteraan dan kebahagiaan yang penuh rahmat dan berkat Allah di seluruh penjuru alam ini. Hal ini berarti bahwa potensi rahmat dan berkat Allah tersebut tidak akan terwujut nyata, bilamana tidak diaktualisasikan melalui ikhtiar yang bersifat kependidikan secara terarah dan tepat. Jika pendidikan umum hanya ingin mencapai kehidupan duniawi yang sejahtera baik dalam dimensi bernegara maupun bermasyarakat maka Pendidikan Islam bercita-cita lebih jauh yang bernilai transendental, bukan insindetal atau aksidental di dunia, yaitu kebahagiaan hidup setelah mati. Jadi nilai-nilai yang hendak diwujudkan oleh pendidikan Islam adalah berdimensi transendetal (melampaui wawsan hidup duniawi) sampai ke ukhrawi dengan meletakkan cita-cita yang mengandung dimensi nilai duniawi sebagai sarananya. Oleh karena itu, pendidikan merupakan sarana atau alat untuk merealisasikan tujuan hidup orang muslim secara universal maka tujuan pendidikan Islam di seluruh dunia harus sama bagi semua umat Islam, yang berbeda hanyalah sistem dan metodenya.
138
Fungsi Pendidikan Islam Fungsi pendidikan islam secara mikro sudah jelas yaitu memelihara dan mengembangkan fitrah dan sumber daya insan yang ada pada subyek didik menuju terbentuknya manusia seutuhnya sesuai dengan norma islam. Atau dengan istilah lazim digunakan yaitu menuju kepribadian muslim. Lebih lanjut secara makro, fungsi pendidikan islam dapat ditinjau dari feomena yang muncul
dalam
asumsi bahwa
perkambangan peradaban
peradaban
manusia
manusia,
senantiasa
dengan
tumbuh
dan
berkembang melalui pendidikan. Fenomena tersebut dapat kita telusuri melalui kajian antropologi budaya dan sosiologi yang menunjukan bahwa peradaban masyarakat manusia dari masa ke masa semakin berkembang maju; dan kemajuan itu diperoleh melalui interaksi komunikasi sosialnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, ditinjaudarisegiantropologibudaya dan sosiologi, fungsi pendidikan i alah menumbuhkan wawasan yang tepat mengenai manusisa di alam
sekitarnya,
sehingga
dengan
demikian
dimungkinkan
tumbuhnya kreatifitas yang dapat membangun dirinya dan lingkungannya. Dalam buku Filsafat Pendidikan Islam yang ditulis oleh Abdul Halim, fungsi pendidikan dilihat secara operasional adalah:44 a. Alat
untuk
memelihara,
memperluas,
dan
menghubungan tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial, serta ide-ide masyarakat nasioanal b. Alat
untuk
mengadakan
perkembangan. 44
Pada
Samsul Nizar, Op.Cit., hlm. 34
perubahan,
garis
inovasi,
besarnya,
upaya
dan ini
139
dilakukan melalui potensi ilmu pengetahuan dan skill yang dimiliki, serta melatih tenaga-tenaga manusia (peserta didik) yang produktif
dalam menemukan
perimbangan perubahan sosial dan ekonomi yang demikian dinamis. Menurut pandangan pendidikan islam, fungsi pendidikan itu bukanlah
sekedar
mengembangkan
kemampuan
dan
mencerdaskan otak peserta didik, tetapi juga menyelamatkan fitrahnya. Oleh karena itu fungsi pendidikan dan pengajaran Islam dalam hubungannya dengan faktor anak didik adalah untuk menjaga, menyelamatkan, dan mengembangkan fitrah ini agar tetap menjadi al-fithratus salimah dan terhindar dari al-fithratu ghairus salimah. Artinya, agar anak tetap memiliki aqidah keimanan yang
tetap
dibawanya
sejak
lahir
itu,
terus
menerus
mengokohkannya, sehinggamati dalam keadaan fitrah yang semakin mantap, tidak menjadi Yahudi, Nashrani, Majusi ataupun agama-agama dan faham-faham yang selain Islam.45 Betapa pentingnya fungsi pendidikan dan pengajaran di dalam menyelamatkan dan mengembangkan fitrah ini. Di pihak lain,
pendidikan
dan
pengajaran
juga
berfungsi
untuk
mengembangkan potensi-potensi/ kekuatan-kekuatan yang ada pada diri anak agar ia bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi dirinya maupun bagi pergaulan hidup di sekelilingnya, sesuai dengan kedudukannya sebagai hamba Allah dan sebagai khalifah Allah di muka bumi ini.46
45 46
Mangun Budiyanto, Op.Cit., hlm. 107 Ibid., hlm. 108
140
KURIKULUM 2013 DI MA RAUDHATUL MUHAJIRIN TANGKIT BARU PROFIL YAYASAN Yayasan
Pondok
Pesantren
Raudlatul
Muhajirin
didirikan berdasarkan Akta Notaris No. 33 Tanggal 22 Juni 1978 oleh Syekh Muhammad Said beserta 4 orang anaknya, yaitu : 1. H. Andi Tolla (Fuang Fetta Billa), 2. H. Andi Syamsul Bahru ( Fuang Fetta Jaga), 3. H. Drs. Andi Sanisiyu ( Fuang Fetta Dunni) dan 4. H. Andi Pawellangi ( Fuang Fetta Kasau). Telah diperbaharui dengan akta notaris No. 150 Tahun 2016. Dalam perjalanannya Yayasan Pondok Pesantren Raudlatul
Muhajirin
telah
mengalami
beberapa
kali
pergantian kepengurusan dan sekarang dipimpin oleh 1. Baso Patolai, S.Pt, M. Pt
sebagai Ketua Umum,
2. Andi Anwar, S.Pd
sebagai Ketua I
3. H. Baso Intang, S.E
sebagai ketua II
4. Muhammad Said, S.E
sebagai sekretatis Umum
5. M.Ishak, S.Ag
sebagai sekretaris I
6. Andi Nurhana, Am. Keb
sebagai Sekretaris II
7. Nur Asia Jamil
sebagai Bendahara Umum
8. Hj. Andi Sarmadlan, S.Ag
sebagai Wakil Bendahara
Yayasan
Yayasan
Pondok
Pesantren
Raudlatul
Muhajirin
menerapkan pada pendidika Kholafiah dimana santri yang
141
berasal dari luar daerah tinggal diasrama pondok dan santri yang tinggal di sekitar lokasi pondok wajib mengikuti kegiatan pondok walaupun
tinggal di rumah masing-
masing. Yayasan pondok pesantren raudlatul muhajirin mengelola pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pendidikan formal terdiri dari madrasah ibtidaiyah, madrasah tsanawiyah, dan madrasah aliyah. Khusus madrasah aliyah telah
memperoleh
akterditasi
dengan
peringkat
B.
Pendidikan nonformal meliputi : madrasah taqmiliyah, taman pendidikan alquran, pelatihan kaligrafi, sebagai ciri khas unggulan adalah kursus pelatihan kaligrafi di mana santrinya sudah berprestasi tingkat nasoinal yaitu juara III. Adapun pelatih atau guru kaligrafi adalah guru yang berpengalaman dengan prestasi tingkat nasional di beberapa MTQ di indonesia. Untuk bidang olahraga pencak silat berprestasi tingkat kabupaten dan provinsi.
VISI Membentuk generasi muda islam yang taqwa, akhlak yang mulia dengan kecakapan hidup yang handal.
MISI Menyebarkan ajaran islam dengan prinsip Rahmatan Lil Alamin dengan senantiasa mendoakan keselamatan alam dan beserta isinya.
142
SARANA DAN PRASARANA Untuk mewujudkan proses pendidkan yang berkualitas baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal tersedia sarana dan prasarana sebagai berikut: gedung sekolah yang permanen, gedung asrama yang permanen, ruang UKS, ruang perpustakaan, kantin/ dapur umum santri, sanggar kaligrafi yang permanen, lapangan futsal, kebun nenas dan kolam ikan untuk praktek ketrampilan pertanian dan perikanan.
TENAGA PENGAJAR Guru dan tenaga kependidkan berasal dari berbagai latar belakang pendidikan pondok pesantren dan perguruan tinggi yang berbeda, baik dari sumatra, jawa, dan sulawesi.
POLA PEMBELAJARAN Pembelajaran di laksanakan dengan perpaduan pola tradisional dan klasik untuk setiap jenjang pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal.
PROFIL MADRASAH
1. Nama Madrasah
: MAs Raudhatul Muhajirin
2. N.S.B
: 131215050086
3. Alamat Madrasah
: Jln. Syekh Muh. Said II rt
05 Tangkit Baru 4. Kecamatan
: Sungai Gelam
5. Kabupaten
: Muaro Jambi
143
6. Provinsi
: Jambi
7. Kode Pos
: 36675
8. Telepon
: 081366601067
9. Status Madrasah
: Swasta
10. Kegiatan Belajar Mengajar
: Pagi
11. Nama Yayasan
: Ponpes Raudhatul Muhajirin
12. Nomor Akte Pendirian
: No. 33, 22 Juli 1978
13. Tahun Berdiri Sekolah
: 1987
14. Luas Tanah/Bangunan
:2H
15. Status Tanah/Kepemilikan
: Yayasan/Swasta
16. Status Bangunan
:Sendiri/Waqaf
17. Status Akreditasi
:B
Islam adalah agama yang sempurna karena segala persoalan yang ada di dunia ini termasuk semua bentuk perbuatan manusia telah diatur didalamnya. Agama islam diturunkan oleh Allah SWT untuk dijadikan pedoman hidup bagi manusia baik yang berkaitan hubungan manusia dengan allah maupun manusia dengan manusia. Hal ini karena tugas manusia di dunia ini tidak lain adalah hanya beribadah kepada Allah SWT. Fungsi pendidikan agama Islam untuk membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antar umat beragama, dan ditujukan untuk berkembangnya kemampuan peserta
didik
dalam
memahami,
menghayati,
dan
144
mengamalkan
nilai-nilai
agama
yang
menyerasikan
penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Untuk merespon beragam kebutuhan masyarakat modern, seluruh elemen dan komponen bangsa harus menyiapkan generasi masa depan yang tangguh melalui beragam ikhtiyar komrehensif. Hal ini dilakukan agra seluruh potensi generasi dapat tumbuh kembang menjadi hamba Allah yang dengan karakteristik beragam secara baik, memilik cita rasa religiusitas, mampu memancarakan kedamaian dalam totalitas kehidupannya. Aktifitas bukan hanya yang berkaitan dengan aktifitas yang tampak dan dapat dilihat dengan mata, tetapi juga aktifitas yang tidak tampak yang terjadi dalam diri seseorang dalam beragam dimensinya. Sebagai ajaran yang sempurna dan fungsional, agama
Islam
harus
diajarkan
dan
diamalkan
dalam
kehidupan nyata, sehingga akan menjamin terciptanya kehidupan yang damai dan tenteram. Oleh karenanya, untuk mengoptimalkan layanan pendidkan Islam di Madrasah, ajaran Islam yang begitu sempurna dan luas perlu di kemas menjadi beberapa mata pelajaran yang secara linear akan dipelajari menurut jenjangnya.
145
A. Kurikulum Secara etimologis, kurikulum berasal dari kata dalam Bahasa Latin “curir” yang artinya pelari, dan “currere” yang artinya tempat berlari. Pengertian awal kurikulum adalah suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari mulai dari garis start sampai garisfinish. Dengan demikian, istilah awal kurikulum diadopsi dari bidang olahraga pada zaman romawi kuno di Yunani, baru kemudian diadopsi ke dalam dunia pendidikan. Yang diartikan sebagai rencana dan pengaturan tentang
belajar 47
pendidikan.
peserta
didik
di
suatu
lembaga
Sedangkan dalam bahasa Arab diterjemahkan
dengan kata Manhaj (kurikulum) yang bermakna jalan yang terang
yang
dilalui
manusia
di
berbagai
bidang
kehidupannya.48 Definisi kurikulum menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tertuang dalam pasal 1 butir 19 sebagai berikut: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu” Secara terminologis, istilah kurikulum yang digunakan dalam dunia pendidikan mengandung pengertian sebagai sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang harus
47
Suparlan. Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum & Materi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. hal 34. 48 Abdullah Idi. Pengembangan Kurikulum:Teori dan Praktik. Hal:184
146
ditempuh atau diselesaikan siswa untuk mencapai satu tujuan pendidikan atau kompetensi yang telah ditetapkan.49 Secara operasional kurikulum dapat didefinisikan sebagai berikut: 1. Suatu bahan tertulis yang berisi uraian tentang program pendidikan suatu sekolah yang dilaksanakan dari tahun ke tahun. 2. Bahan tertulis yang dimaksudkan digunakan oleh guru dalam melaksanakan pengajaran untuk siswa-siswanya. 3. Suatu usaha untuk menyampaikan asas dan ciri terpenting dari suatu rencana pendidikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan guru di sekolah. 4. Tujuan-tujuan pengajaran,pengalaman belajar, alat-alat belajar dan cara-cara penilaian yang direncanakan dan digunakan dalam pendidikan. 5. Suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan
untuk
mencapai
tujuan
pendidikan
tertentu.50
B. Pengertian Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 sering disebut juga dengan kurikulum berbasis karakter. Kurikulum ini merupakan kurikulum baru yang
dikeluarkan
oleh
Kementrian
Pendidikan
dan
Kebudayaan Republik Indonesia. Kurikulum 2013 sendiri 49
Suparlan. Tanya Jawab Pengembangan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara,hal 37 50 Suparlan. Tanya Jawab Pengembangan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara,hal 37
Kurikulum
&
Materi
Kurikulum
&
Materi
147
merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pada pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, dimana siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam proses berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun dan sikpa disiplin yang tinggi. Kurikulum ini secara resmi menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang sudah diterapkan sejak 2006 lalu.
Dalam Kurikulum 2013 tersebut, mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik pada satu satuan pendidikan pada setiap satuan atau pun jenjang pendidikan. Sementara untuk mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik, dipilih sesuai dengan pilihan dari nmereka. Kedua kelompok mata pelajaran bersangkutan (wajib dan pilihan) terutamanya dikembangkan dalam struktur kurikulum pendidikan tingkat menengah yakni SMA dan SMK. Sementara itu mengingat usia dan perkembangan psikologis dari peserta didik usia 7 – 15 tahun, maka mata pelajaran
148
pilihan yang ada belum diberikan untuk peserta didik tingkat SD dan SMP. Beberapa aspek yang terkandung dalam kurikulum 2013 tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pengetahuan Untuk aspek pengetahuan pada kurikulum 2013, masih serupa dengan aspek di kurikulum yang sebelumnya, yakni masih pada penekanan pada tingkat pemahaman siswa dalam hal pelajaran. Nilai dari aspek pengetahuan bisa diperolehjuga dari Ulangan Harian, Ujian Tengah/Akhir Semester, dan Ujian Kenaikan Kelas. Pada kurikulum 2013 tersebut, pengetahuan bukanlah aspek utama seperti pada kurikulum-kurikulum yang dilaksanakan sebelumnya.
b. Keterampilan Keterampilan
merupakan
aspek
baru
yang
dimasukkan dalam kurikulum di Indonesia. Keterampilan merupakan upaya penekanan pada bidang skill atau kemampuan.
Misalnya
adalah
kemampuan
untuk
mengemukakan opini pendapat, berdiksusi/bermusyawarah, membuat berkas laporan, serta melakukan presentasi. Aspek Keterampilansendiri merupakan salah satu aspek yang cukup penting karena jika hanya dengan pengetahuan, maka siswa tidak akan dapat menyalurkan pengetahuan yang dimiliki sehingga hanya menjadi teori semata.
149
c. Sikap Aspek sikap tersebut merupakan aspek tersulit untuk dilakukan penilaian. Sikap meliputi perangai sopan santun, adab dalam belajar, sosial, absensi,dan agama. Kesulitan penilaian dalam aspek ini banyak disebabkan karena guru tidak
setiap
saat
mampu
mengawasi
siswa-siswinya.
Sehingga penilaian yang dilakukan tidak begitu efektif. Sementara untuk buku Laporan Belajar atau Rapor pada Kurikulum 2013 tersebut ditulis berdasarkan pada Interval
serta
dihapuskannya
sistem
rangking
yang
sebelumnya ada pada kurikulum. Hal ini dilakukan untuk meredam persaingan antar peserta didik. Upaya penilaian pada Rapor di kurikulum 2013 tersebut dibagi ke dalam 3 kolom yaitu Pengetahuan, Keterampilan, dan juga Sikap. Setiap kolom nilai tersebut (Pengetahuan dan Keterampilan) dibagi lagi menjadi 2 bagian kolom yaitu kolom angka dan juga kolom huruf, dimana setiap kolom diisi menggunakan system nilai interval
Kurikulum yang Diterapkan di Madrasah Adapun kurikulum yang digunakan pada Madrasah Aliyah swasta Raudhatul Muhajirin adalan kurikulum 2013, karena sebagai panduan dalam pelaksanaan kurikulum 2013 di Madrasah, Kementrian Agama RI telah menyiapkan model Silabus Pembelajaran PAI di Madrasah dan menerbitkan buku pegangan siswa dan buku pedoman guru. Kehadiran
150
buku bagi siswa ataupun guru menjadi kebutuhan pokok dala menerpkan kurikulum 2013 di madrasah.51
Deskripsi Mata Pelajaran Mata Pelajaran yang penulis teliti dalam studi kasus ini adalah mata pelajaran fiqh kelas x. Sebagaiamana kaidah ushul fiqih mala yatimmu al-wajibu illa bihi fahuwa wajibun ( suatu kewajiban tidak menjadi sempurna tanpa adanya hal lain yang menjdi pendukungnya, maka hal lain tersebut menjadi wajib). Atau menurut kaidah ushul fiqh lainnya, yaitu al-amru bi asy-syai‟i amrun bi wasailihi ( perintah untuk melakukan sesuatu berarti juga perintah untuk menyediakan sarananya.Pembahasan yang akan di kembangkan yakni bab 4 tentang haji dan umroh:
Haji merupakan salah satu ibadah yang istimewa karena ibadah ini tidak dapat dilaksanakan kapan saja dan sembarang tempat. Hanya waktu di musim haji dan di Masjidil
haram
ibadah
ini
dilaksanakan.
Ibadah
haji
merupakan rukun islam yang kelima dan merupakan ibadah mahdhah. Hukum melakasnakan ibadah haji adalah fardhu „ain atas mukmin yang telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Ibadah haji hanya diwajibkan sekali seumur hidup, sedangkan sedangkan yang kedua kalianya dan seterusnya hukumnya sunnah.
51
Wawancara dengan Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Raudhatul Muhajirin Ibu Hj. Besse Tendri Abang, Tanggal 4 Maret 2017
151
Ibadah haji adalah ibadah yang dilakukan di tanah suci mekkah dan merupakan wujud rasa ketaatan kepada Allah SWT.Adapun tujuan pembelajaran adalah sebagai berikut, Tujuan Pembelajaran 1. Melalui diskusi siswa dapat menunjukkan contoh kerjasama dan tolong menolong dalam pelaksanaan ibadah haji dengan benar. 2. Melalui diskusi siswa dapat menjelaskan ketentuan Islam tentang haji dan umrah dengan benar. 3. Melalui penelaahan siswa dapat mengidenfikasi Undangundang penyelenggaraan haji dan umrah dengan benar. 4. Melalui tanya jawab siswa dapat menunjukkan contoh penerapan macam-macam manasik haji dengan baik. 5. Melalui pengamatan simulasi siswa dapat mempraktikkan pelaksanaan
manasik
haji
sesuai
dengan
ketentuan
perundang-undangan haji. 6. Melalui
diskusi
siswa
dapatmenjelaskan
hikmah
pelaksanaan ibadah haji dengan baik.
Kompetensi Inti (KI) 1. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menujukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam
serta
dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan.
152
2. Memahami,
menerpkan,
menganalisis
pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan,
dan
peradaban
terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerpkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan. 3. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya disekolah secra mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar a. menunjukkan sikap kerjasama dan tolong menolong melalui praktik pelaksanaan haji b. memiliki
sikap
patuh
terhadap
undang-undang
penyelengggaraan haji dan umrah c. menjelaskan ketentuan Islam tentang haji dan umrah beseta hikmahnya. d. Mengidentifikasi undang-undang penyelenggaraan haji dan umrah e. Menunjukkan
contoh
penerapan
macam-macam
manasik haji f. Mempraktikkan
pelaksanaan
manasik
haji
sesuai
dengan ketentuan perundang-ungangan tentang haji.52 52
Kementerian Agama Republik Indonesia, Fikih kelas x, hal 52
153
Pengembangan Kurikulum Adapun pengembangan kurikulum yang dapat penulis tuangkan
ialah
bahwa
siswa
mampu
memahami,
menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan khususnya pada bab ini yakni mengenai haju dan umrah adapun dalam pelakasanaan lebih berkesan yakni pada saat praktiknya dilaksanakan di asram haji kota Jambi, agar lebih mengesankan dan seola-olah tengah berada dikota suci makkah, adapun metode yang digunakan yakni metode ceramah yang digunakan diawal pembahasan setelah itu dilanjutka dengan memutarkan video pelaksanaan haji dan umrah dimana siswa dapat melihat situasi yang ada. Dengan memahami ajaran islam mengenai haji dan umrah maka seharusnya kita memiliki sikap sebagai berikut: 1. Membiasakan diri gemar menabung untuk bekal ibadah 2. Mendekatkan diri kepada Allah SWT 3. Saling tolong menolong dan berani berkorban demi kebenaran
154
Dokumentasi Kegiatan Studi Kasus
155
156
157
158
Referensi: Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Baru), Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005.
Islam
(Edisi
Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, cetakan III. Bandung: CV.Pustaka Setia, 2007. Kementerian Agama Republik Indonesia, Fikih kelas X. Mangun Budiyanto, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Griya Santri, 2010. Maragustam, Mencetak Pembelajar Menjadi Insan Paripurna (Falafah Pendidikan Islam), Yogyakarta: Nuha Litera, 2010. Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Ke-5. Jakarta: Kalam Mulia, 2006. Samsul nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan, Historis, Teoritis, dan Praktis,Jakarta: Ciputat Press, 2002.
159
PENDIDIKAN AGAMA ISLA
160
Konsep Teoritis: Materi Ajar
Istilah materi ajar ditemukan dalam Permendiknas Nomor. 41
Tahun
2007
tentang
Standar Proses dan
Panduan
Pengembangan RPP yang disusun oleh Depdiknas Tahun 2008. Dalam mengembangkan materi ajar, mesti merujuk dalam aturan yang ada tersebut. Pada sisi lain, Depdiknas juga telah menyusun panduan pengembangan materi pembelajaran. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada sekolah dalam membuat materi ajar dalam RPP, mesti merujuk ke dalam aturan tersebut. Materi Ajar PAI dalam Standar Isi terdiri dari lima aspek, yakni aspek al-Qur‟an dan hadis, aqidah, akhlak, fiqh, tarekh dan kebudayaan
Islam.
Pengembangan
lima
aspek
tersebut
didasarkan atas tiga ranah teori Bloom yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Kelima aspek Materi Ajar PAI dimaksud mesti dirumuskan secara terukur, sehingga kompetensi yang akan dicapai oleh peserta didik mencapai sasaran yang diharapkan.
A. Pengertian Materi Ajar Materi ajar atau Bahan ajar terdiri dari dua kata yakni materi dan ajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) materi diartikan dengan benda, bahan, dan segala sesuatu yang tampak. Sedangkan Ajar diartikan dengan petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut). Berdasarkan arti kata tersebut, materi ajar diartikan dengan sesuatu yang tampak sebagai petunjuk yang diberikan kepada peserta didik
161
berupa materi yang akan diterima oleh peserta didik. Pada sisi lain, defenisi materi ajar hampir sama dengan defenisi materi pembelajaran. Dalam
Panduan
Pengembangan
Materi
Pembelajaran
(Depdiknas, 2008) dijelaskan bahwa materi pembelajaran adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. Menurut Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang standar proses memberikan ketegasan bahwa materi ajar harus memuat empat hal pokok yaitu: 1. Fakta Fakta
menurut
Dewi
Salma
Prawiradilaga
(2008)
didefenisikan sebagai informasi tentang nama orang, tempat, kejadian, julukan, istilah dan simbol serta mengenai hubungan antar informasi. Dalam konteks ini, Dewi Salma Prawiradilaga mengelompokkan fakta menjadi dua, yakni: fakta tentang istilah, seperti: kata-kata, bilangan, tanda, simbol atau gambar, dan fakta tentang rincian atau elemen, seperti: kejadian, lokasi, orang dan tanggal tertentu. Sedangkan
dalam
Panduan
Pengembangan
Materi
Pembelajaran yang diterbitkan oleh Depdiknas (2008) dan Andi Prastowo (2011) fakta didefenisikan dengan segala hal yang bewujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama-nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau komponen suatu benda, dan sebagainya. Contoh dalam mata pelajaran PAI: Peristiwa sekitar masuknya Islam di Minangkabau melalui Ulakan di Pariaman.
162
2. Konsep Konsep menurut Dewi Salma Prawiradilaga (2008) memiliki dua sifat, yakni nyata atau konkret/berwujud dan abstrak. Konsep nyata mengandung aspek kebendaan dan kasatmata, sedangkan konsep abstrak mengandung aspek usul, gagasan, pandangan, atau pendapat seseorang terhadap sesuatu hal. Sejalan dengan pendapat Dewi Salma Prawidilaga di atas, dalam
Panduan
(Depdiknas, didefenisikan
2008)
Pengembangan dan
dengan
Andi
segala
Materi
Prastowo yang
Pembelajaran (2011)
berwujud
konsep
pengertian-
pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti/isi. Contoh dalam mata pelajaran PAI: Shalat adalah gerakan yang dimulai dari takbir, diakhiri dengan salam. 3. Prinsip Dewi Salma Prawiradilaga (2008) menjelaskan prinsip dengan mengutip pendapat Kemp, et.al. dengan Merrill. Menurut Kemp, et.al prinsip merupakan menjelaskan hubungan antara dua konsep. Sedangkan menurut Merril, prinsip adalah berupa penjelasan atau ramalan atas kejadian di dunia ini dan menyangkut hukum sebab akibat dengan sifat hubungan korelasi untuk menginterpretasikan kejadian khusus. Sejalan dengan defenisi tersebut, Depdiknas (2008) dan Andi Prastowo (2011) mendefenisikan prinsip dengan berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting, meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan antarkonsep yang menggambarkan implikasi sebab
163
akibat. Contoh dalam mata pelajaran PAI adalah dalil beriman kepada Allah terdapat dalam surat al-Ikhlas ayat 1-4. 4. Prosedur Prosedur menurut Dewi Salma Prawiradilga (2008) diartikan dengan isi atau materi tentang pelaksanaan suatu pekerjaan atau tugas yang berurutan. Dalam Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran (Depdiknas, 2008) dan Andi Prastowo (2011)
prosedur
didefenisikan
dengan
langkah-langkah
sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem. Contoh dalam mata pelajaran PAI: Langkah-langkah mempratikkan wudhu‟.
B. Ruang Lingkup Materi Ajar PAI di SD/MI, SMP/MTS dan SMA/MA. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, dan ketiga hubungan manusia dengan dirinya sendiri, serta
hubungan
manusia
dengan
makhluk
lain
dan
lingkungannya. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam juga identik dengan aspek-aspek Pengajaran Agama Islam karena materi yang terkandung didalamnya merupakan perpaduan yang saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Apabila dilihat dari segi pembahasannya maka ruang lingkup pendidikan agama Islam yang umum dilaksanakan di sekolah meliputi beberapa hal sebagai berikut :
164
1. Pengajaran keimanan. Pengajaran keimanan berarti proses belajar mengajar tentang aspek kepercayaan, dalam hal ini tentunya kepercayaan menurut ajaran Islam, inti dari pengajaran ini adalah tentang rukun Islam. 2. Pengajaran akhlak Pengajaran akhlak adalah bentuk pengajaran yang mengarah pada
pembentukan
jiwa,
cara
bersikap
individu
pada
kehidupannya, pengajaran ini berarti proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajarkan berakhlak baik. 3. Pengajaran ibadah Pengajaran ibadah adalah pengajaran tentang segala bentuk ibadah dan tata cara pelaksanaannya, tujuan dari pengajaran ini agar siswa mampu melaksanakan ibadah dengan baik dan benar. Mengerti segala bentuk ibadah dan memahami arti dan tujuan pelaksanaan ibadah. 4. Pengajaran fiqih Pengajaran fiqih adalah pengajaran yang isinya menyampaikan materi tentang segala bentuk-bentuk hukum Islam yang bersumber pada Al-Quran, sunnah, dan dalil-dalil syar‟i yang lain. Tujuan pengajaran ini adalah agar siswa mengetahui dan mengerti tentang hukum-hukum Islam dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. 5. Pengajaran Al-Quran Pengajaran Al-Quran adalah pengajaran yang bertujuan agar siswa dapat membaca Al-Quran dan mengerti arti kandungan yang terdapat di setiap ayat-ayat Al-Quran. Akan tetapi dalam prakteknya hanya ayat-ayat tertentu yang di masukkan dalam
165
materi Pendidikan Agama Islam yang disesuaikan dengan tingkat pendidikannya. 6. Pengajaran sejarah Islam Tujuan pengajaran dari sejarah Islam ini adalah agar siswa dapat mengetahui tentang pertumbuhan dan perkembangan agama Islam dari awalnya sampai zaman sekarang sehingga siswa dapat mengenal dan mencintai agama Islam.
C. Ruang Lingkup Materi Ajar Pendidikan Agama Islam di SD/MI. Ruang Lingkup Materi Ajar Pendidikan Agama Islam di SD/MI adalah nilai etika yang menekankan keserasian, keselarasan, keseimbangan, kejujuran, tanggung jawab, dan toleran dalam : a. Hubungan manusia dengan Allah Subhanahu Wa Ta‟ala (SWT); b. Hubungan manusia sesama manusia; c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri; d. Hubungan manusia dengan alam sekitar (makhluk selain manusia) dan lingkungan. Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah terfokus pada aspek: a. Al Qur‟an; b. Keimanan; c. Akhlak/Tatakrama; d. Fiqih (ibadah); e. Sejarah dan Peradaban Islam.
166
D. Ruang Lingkup Materi Ajar Pendidikan Agama Islam di SMP/MTS. Ruang Lingkup Materi Ajar Pendidikan Agama Islam di SMP/MTS meliputi keserasian dalam keseimbangan antara keimanan dan akhlaq. Adapun ruang lingkup bahan pelajaran pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Pertama terfokus pada aspek : 1. Keimanan 2. Alquran/hadis 3. Akhlak 4. Fiqih/ibadah 5. Tarikh
E. Ruang Lingkup Materi Ajar Pendidikan Agama Islam di SMA/MA. Ruang Lingkup Materi Ajar Pendidikan Agama Islam di SMA/MA meliputi keserasian dalam keseimbangan antara : a. Hubungan manusia dengan Allah SWT, b. Hubungan manusia sesama manusia, dan c. Hubungan manusia dengan alam (makhluk selain manusia) dan lingkungan. Adapun ruang lingkup bahan pelajaran pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Atas terfokus pada aspek : a. Alquran/hadis, b. Keimanan, c. Syariah, d. Akhlak, e. Tarikh.
167
Contoh Materi Ajar PAI pada RPP yang meliputi aspekaspek di atas : 1. Contoh Materi ajar di SD/MI Standar Kompetensi: 1. Mengartikan al-Qur‟an surat pendek pilihan Kompetensi Dasar : 1.1 Membaca al-Qur‟an Surat al-Lahab dan al-Kafirun Indikator
: a. Melafalkan Q.S al-Lahab b. Membaca Q.S al-Lahab c. Melafalkan Q.S al-Kafirun d. Membaca Q.S al-Kafirun e. Menghafal Q.S al-Lahab f. Menghafal Q.S al-Kafirun
2. Contoh Materi ajar di MTS/SMP a. Al-Qur‟an 1) Membaca dan Mengartikan Surat-surat dalam Al-Qur‟an 2) Menetapkan hukum bacaan alif lam syamsiyah dan alif lam qamariyah b. Aqidah 1) Beriman kepada Allah 2) Beriman kepada Malaikat c. Akhlak 1) Berperilaku dengan sifat-sifat terpuji 2) Menghindari sifat-sifat tercela
168
d. Fiqih 1) Melakukan Taharah 2) Melakukan macam-macam Sujud e. Tarikh 1) Memahami keadaan masyarakat Makkah sebelum dan sesudah datang Islam 2) Memahami perkembangan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin
3. Contoh Materi ajar di SMA a. Al-Qur‟an 1) Membaca dan memahami ayat-ayat tentang manusia dan tugasnya sebagai makhluk serta mampu menerapkannya dalam perilaku sehari-hari. 2) Membaca dan memahami ayat-ayat tentang prinsip-prinsip beribadah serta mampu menerapkannya dalam perilaku sehari-hari. b. Aqidah 1) Menerapkan
prilaku
beriman
kepada
Allah
dalam
kehidupan sehari-hari. 2) Menerapkan prilaku beriman kepada Malaikat dalam kehidupan sehari-hari c. Akhlak 1) Berperilaku
dengan
sifat-sifat
terpuji
dan
mampu
menerapkannya dalam perilaku sehari-hari. 2) Menghindari
sifat-sifat
tercela
dan
menerapkannya dalam perilaku sehari-hari
mampu
169
d. Fiqih 1) Menjelaskan kedudukan Taharah 2) Menjelaskan macam-macam Sujud e. Tarikh 1) Menjelaskan keadaan masyarakat Makkah sebelum dan sesudah datang Islam. 2) Menjelaskan perkembangan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin.
Ruang lingkup materi ajar adalah sebagai berikut: Petunjuk belajar (petunjuk siswa atau guru), Kompetensi yang akan dicapai, Informasi pendukung, Latihan-latihan, Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK) dan Evaluasi. Materi Ajar PAI dalam Standar Isi terdiri dari lima aspek, yakni aspek al-Qur‟an dan hadis, aqidah, akhlak, fiqh, tarekh dan kebudayaan Islam. Pengembangan lima aspek tersebut didasarkan atas tiga ranah teori Bloom yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Kelima aspek Materi Ajar PAI dimaksud mesti dirumuskan secara terukur, sehingga kompetensi yang akan dicapai
oleh
peserta
didik
mencapai
sasaran
yang
diharapkan. Bahan ajar dalam perumusan PAI yaitu terdiri dari beberapa mata pelajaran diantaranya yaitu Al-Qur‟an, Aqidah, Akhlak, Fiqih, dan Tarikh. Dengan maksud untuk menambah pengalaman yang secara real mengenai pembahasan diatas yaitu tentang Materi Ajar. Maka penulis mencoba melakukan studi kasus (case study) di 3 sekolah yang ada di Kota jambi.
170
Studi Kasus MTs Tarbiyah Islamiyah
Kurikulum adalah suatu seperangkat alat rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan penulis dengan salah satu guru di MTS Tarbiyah Islamiyah yaitu Ibu Winda Suryanti S,kom. Yang merupakan kepala tata usaha sekaligus guru bidang study fiqih kelas VII, beliu mengatakan pada umumnya MTS Tarbiyah Islamiyah menggunakan kurikulum KTSP, namun berbeda dengan kelas VII yang sudah menggunakan Kurikulum 2013. Perbedaan itu dimaksudkan untuk uji coba penerapan K13 yang secara bertahap yaitu dimulai dari kelas VII dan beliau mengatakan bahwa jika tempak hasil yang memuaskan dari hasil belajar siswa dengan menggunakan K13 maka nantinya seluruh kelas di MTS Tarbiyah Islamiyah akan menerapkan kurikulum 2013 (K13). Bu
winda
juga
menjelaskan
tentang
kurikulum
sebelumnya yaitu KTSP yang mana kata beliau dalam penerapan kurikulum KTSP banyak kendala yang dihadapi oleh sekolah salah satunya ketika ujian, bahan ujian yang sering mengalami masalah dari soal yang diberikan dari dinas tidak sama dengan yang di buku paket maupun buku lks.
171
Dari penjelasan yang di dapat pada hasil wawancara itu bahwa kurikulum 2013 diberlakukan karena terdapat suatu kelemahan yang ada pada kurikulum sebelumnya yaitu materi/isi dalam kurikulum tersebut masih padat, belum mengembang secara utuh, kompetensi yang dikembangkan masih didominasi aspek kognitif, belum terealisasi antara soft skill dan hard skill. Dengan adanya kurikulum 2013 ini materi ataupun isi dari kurikulumnya yaitu setiap guru mengembangkan atau merealisasikan antara sikap spiritual, social, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik yang dimiliki oleh peserta didik.
1. Kurikulum (Materi fiqih kelas VII) Pembelajaran fikih ini menggunakan kurikulum 2013, walaupun belum tersedia buku panduan yang secara khusus yang di desain dengan kurikulum 2013, namun guru bidang study ini mempunyai RPP yang telah didesain dalam bentuk kurikulum 2013. Pembelajaran fikih di arahkan untuk mengantarkan peserta didik dapat memahami pokok-pokok hukum Islam dan tata cara pelaksanaannya untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehingga menjadi muslim yang selalu taat menjalankan syariat islam secara kaaffah (sempurna) Pembelajaran fikih di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat : a. Menegtahui dan memahami pokok-pokok hukum islam dalam mengatur ketentuan dan tata cara
172
menjalankan hubungan manusia dengan Allah yang diatur dalam fikih ibadah dan hubungan manusia dengan sesama yang diatur dalam fikih muamalah. b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dalam melaksanakan ibadah kepada Allah dan ibadah sosial. Pengalaman tersebut diharapkan menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosial. Berdasarkan Peraturan Menteri Agama RI Nomor 2 Tahun 2008 tentang standar kompetensi lulusan pendidikan agama islam bahwa pada mata pelajaran fikih standar kelulusannya adalah siswa dituntut untuk dapat memahami ketentuan hukum Islam yang berkaitan dengan ibadah mahdah dan muamalah serta dapat mempraktikkan dengan benar dalam kehidupan sehari-hari. Pada penelitian case study ini membahas tentang pengembangan mata pelajaran fikih semester I yang membahas bab sholat yaitu dengan topik “Nikmatnya Sholat Indahnya Hidup”. berdasarkan atas tiga ranah teori Bloom yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Maka hasil dari belajar siswa Madrasah Tsanawiyah Yayasan Tarbiyah Islamiyah dengan mengaplikasikan kurikulum 2013 yaitu sebagai berikut : a. Kognitif Menurut hasil wawancara dari segi ranah kognitif semua peserta didik tidak memiliki persamaan, ada sebagian peserta didik yang benar-benar paham
173
dengan apa yang diajarkan, dan sebagian lagi ada peserta didik yang sulit untuk memahami apa yang diajarkan oleh guru, ini terjadi disebabkan beberapa faktor, peratam mungkin karena daya tangkap yang memang kurang, dan kemudian faktor lain yaitu kecilnya minat mereka untuk belajar. Dan ketika disuruh
menyimak
mempraktekkan
pembelajaran
mereka
hanya
dan
kemudian
bermain-main
sehingga mereka tidak mengerti dengan apa yang dipelajari dan ada pula yang acuh tak acuh ketika jam pelajaran berlangsung. Sehingga hanya sebagian saja yang benar-benar paham pada apa yang diajarkan.
b. Afektif Dari segi ranah afektif yang dicapai oleh peserta didik setelah belajar tentang sholat (fardlu & sunnah), sebagian dari siswa sudah bisa mempraktikkan sholat, ini terbukti dengan ada saja siswa yang masuk masjid di pagi hari untuk melaksanakan sholat sunnah dhuha. Dan bukan hanya itu mereka pun bergegas kemasjid ketika masuk waktu sholat fardlu salah satunya yang terlihat di sekolah yaitu sholat zuhur berjamaah. Dan dilihat dari keseharian mereka disekolah tidak melawan kepada guru, mereka ramah-ramah kepada sesama dan tamu serta tampak bahwa mereka menghormati orang yang lebih tua.
174
Namun demikian, ada juga sebagian kecil dari mereka peserta didik yang belum memiliki sikap seperti yang penulis uraikan diatas, ini mungkin didasari banyak faktor salah satunya seperti yang penulis paparkan sebelumnya diatas yaitu mereka tidak serius dalam belajar dan faktor lain yang berpengaruh besar khususnya dari segi afektif yaitu lingkungan mereka diluar jam sekolah yang sangat mempengaruhi ranah afektif mereka sebagai peserta didik.
c. Psikomotorik Dari segi ranah psikomotorik yang dicapai peserta didik sebagian besar hasil belajar sholat mereka lumayan memuaskan, terbukti dengan mereka telah hafal semua rukun-rukun sholat, namun bukan hanya itu sebagian mereka telah menghafal beberapa surah dalam Al-Qur‟an yang fungsinya untuk mereka bacakan dalam sholat khususnya sholat fardlu. “Bahkan ada sebagian dari mereka yang telah hafal beberapa juz dalam Al-Qur‟an” tutur Bu winda Suryanti ketika diwawancarai penulis. namun, juga ada sebagian kecil dari mereka yang belum bisa menegembangkan kemampuan mereka, hal ini juga dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi salah satunya kecilnya minat mereka dalam belajar sehingga membuat mereka tidak ingin tahu.
175
2. Pengembangan Kurikulum a. Kompetensi Inti 1) Menghargaidanmenghayati
agama
yang
di
anutnya 2) Menghargai
dan
menghayati
perilaku
jujur,
disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotongroyong), santun, percaya diri dalam ber interaksi secara efektif, dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. 3) Memahami
dan
menerapkan
pengetahuan
(faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. 4) Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkaai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang atau teori.
b. Kompetensi Dasar Kompetensi dasar yang harus dicapai siswa yaitu : 1) Menghayati kewajiban sholat lima waktu 2) Menghayati hikmah sholat lima waktu 3) Memahami rukun-rukun sholat lima waktu 4) Memahami waktu-waktu sholat lima waktu
176
5) Mempraktikkan sholat lima waktu 6) Memahami sholat dhuha 7) Memahami hikmah sholat dhuha 8) Mempraktikkan sholat dhuha
c. Indikator Penilaian Dari hasil wawancara dengan Bu Winda Suryanti S.kom, yang merupakan kepala tata usaha sekaligus guru mata pelajaran fikih kelas VII. indikator penilaian yang digunakan di madrasah tsanawiyah tarbiyah islamiah adalah dilakukan dengan ujian, baik secara lisan maupun tulisan. Namun pada mata pelajaran tentang fikih, indikator penilaian yang sebenarnya terdapat pada praktik dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.
d. Pokok Pembahasan Pokok pembahasan pada bab ini yaitu tentang sholat fardlu dan sholat sunnah dhuha. Sholat fardlu ada 5 waktu yaitu subuh, zuhur, ashar, dan magrib dan „isya. Adapun hukum melaksanakan sholat 5 waktu ini adalah fardlu „ain. Yaitu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan muslim perempuan yang telah akil baligh. Wajib adalah jika dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan dengan sengaja tanpa uzur/halangan maka pasti akan berdosa. Sholat adalah tiangnya agama. Sholat 5 waktu sehari semalam
dikerjakan
dengan
waktu
yang
telah
177
ditentukan dan rakaat yang telah ditentukan pada tiap masing-masing waktu. Seperti sholat subuh 2 rakaat, zuhur 4 rakaat, ashar 4 rakaat, magrib 3 rakaat dan „isya 4 rakaat. Setiap masing-masing waktu sholat memiliki
keutamaan-keutamaan
yang
banyak
dijelaskan dalam kitab-kitab karangan para ulama salaf. Jadi berbahagialah kita sebagai umat islam yang dengan sholat hidup jadi teratur juga indah dan dengan sholat sebagai pembeda anatara seorang Islam dan yang bukan Islam. Sholat
sunnah
adalah
sholat
yang
apabila
dikerjakan mendapat pahala dan jika ditinggalkan tidaklah
berdosa,
namun
sholat
sunnah
mempunyai banyak keutamaan-keutamaan
ini
salah
satunya sholat dhuha sebagai pelancar segala urusan dan rezeki. Jadi sholat sunnah duha sangat di anjurkan setelah sholat malam yaitu sholat sunnah tahjjud dan witir. Dari kesimpulan materi pokok tersebut penulis dapat mengembangkan bahwa dalam kurikulum pendidikan agama ini khususnya mata pelajaran fikih pembelajarannya harus memperbanyak penghayatan, praktek dan memotivasi. sehingga mengarahkan peserta didik memahami pokok-pokok hukum islam dan tata
cara pelaksanaannya
serta
untuk di
aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, pengalaman tersebut diharapkan dapat menumbuhkan ketaatan
178
kepada allah, disiplin dan tanggung jawab dalam kehidupan pribadi maupun sosial.
e. Evaluasi Berdasarkan
hasil
wawancara
yang
penulis
lakukan pada Madrasah Tsanawiyah Islamiyah ini, evaluasi yang dilakukan oleh guru bidang study yaitu menggunakan berbagai macam evaluasi yaitu : 1) Evaluasi pre-test dan post test Kegiatan pre test dilakukan guru fikih pada setiap akan memulai materi baru namun tidak secara rutin, evaluasi ini biasanya dilakukan guru fikih tersebut hanya untuk materi-materi yang dikira mudah dan telah dikuasai para siswa sebelumnya. Tujuan dari evaluasi jenis ini yaitu hanya untuk mengidentifikasi pengetahuan siswa mengenai materi yang akan diajarkan. Sedangkan post test adalah kebalikan dari pre test. Yaitu evaluasi ini dilakukan oleh guru disetiap akhir dari penyajian materi. Tujuannya untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai materi yang telah diajarkan ataukah belum. 2) Evaluasi diagnostik Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran dengan maksud untuk mengidentifikasi materi-materi
bagian-bagian tertentu
yang
tertentu belum
atau secara
sepenuhnya dikuasai siswa. Dan evaluasi ini
179
biasanya dititikberatkan pada bahasan tertentu yang di kira membuat siswa kebingungan dan mengalami
kesulitan.
Khususnya
dalam
mempraktekkan ilmu fikih yang telah di ajarkan. Contoh pada bab sholat, jika ada sebagian siswa yang belum bisa membedakan antara rukun dan sunnah-sunnah
sholat
maka
evaluasi
ini
dibutuhkan. 3) Evaluasi sumatif Evaluasi ini dilakukan pada akhir semester atau akhir tahun ajaran berupa ujian tertulis. Dan tentunya hasil dari evaluasi jenis ini, dijadikan laporan resmi atau yang biasa dikenal dengan buku laporan hasil prestasi akademik siswa. 4) Selanjutnya evaluasi berupa pengamatan guru fikih dalam melihat kepribadian dan tingkah laku siswa sehari-hari.
180
Daftar Referensi: Djaramah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2010 Harjanto. Perencanaan Pembelajran. Jakarta: Rineka Cipta. 2005 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Offset. 2009 Sadiman, Arief Sukadi dkk. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa. 1988 Wina Sanjaya, Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Kencana. 2009
dan
Desain
Sistem
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. 2009 Andi Prastowo. Panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif. Yogjakarta: DivaPress. 2011. Abdul Rachman Shaleh. Pendidikan Agama Pembangunan Watak Bangsa. Rajawali Pers. Jakarta. 2005.
dan
181
Pendidikan Agama Islam
182
A. Sejarah SD 185/IX Ladang Panjang SDN 185/IX Desa Ladang Panjang merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang pertama kali didirikan oleh almarhum bapak asrin, dan atas dukungan dari masyarakat dan melihat banyaknya minat masyarakat desa Ladang Panjang yang begitu tinggi untuk menyekolahkan anakanaknya ke jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan juga belum adanya lembaga pendidikan SD di daerah lingkungan tersebut sehingga didirikanlah suatu lembaga pendidikan sekolah dasar (SD) pada tahun 1990/1991. Hingga saat ini SD ini masih berdiri dan dikepalai oleh ibu Nurdanelly kurang lebih 13 tahun lama nya setelah masa kepemimpinan
bapak
Isman
pada
masa
itu.Dan
terus
berkembang dengan sangat baik sampai saat ini. SDN 185 ini memiliki bangunan yang cukup baik dengan memiliki sarana dan prasarana yang cukup signifikan dengan sekolah-sekolah lain pada umumnya, sekolah ini memiliki luas tanah 1.000 M2 yang di wakafkan oleh bapak H.hasan basri pada masa itu yang kemudian dijadikanlah suatu lembaga pendidikan SD yang masih berdiri pada msaat ini.SD 185/IX Ladang Panjang ini memiliki bangunan yang sudah cukup banyak dan sudah memliki bangunan yang permanen semua nya.Dengan didirikannya SD ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi orang tua untuk memasukkan anak-anaknya ke SD
185/IX
ini
guna
untuk
mendapatkan
pengetahuan
pendidikan secara formal sekaligus dapat megaplikasikannya ke dalam kehidupan individu dan sosial.
183
Selanjutnya yang menjadi tujuan didirikanya lembaga pendidikan SD 185/IX Desa Ladang Panjang ini yaitu untuk membekali siswa dengan pengetahuan baik itu pengetahuan agama
ataupun
pengetahuan
umum,
serta
mampu
mengaplikasikannya kedalam kehidupan sehari-hari.Dalam lembaga pendidikan formal tentu mengacu pada tujuan pendidikan nasional untuk megembangkan peserta didikya secara optimal dan mengubah perilaku peserta didik dari halhal yang negative menjadi positif. Dalam perkembangannya lembaga pendidikan SDN 185/IX cukup mengalami kemajuan yang cukup baik dari bulan ke bulan dari tahun ke tahun baik dari segi siswa maupun guru dalam meningkatkan proses pembelajaran dan diharapkan dapat mengejar kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh lembaga pendidikan yang lain. Adapun yang menjadi VISI dan MISI SDN 185/IX Desa Ladang Panjang adalah sebagai berikut: VISI Terwujudnya Siswa-Siswi Yang Berakhlak Mulia dan Berprestasi.
MISI a. Melaksanakan pembinaan keamanan b. Melaksanakan pembinaan budi perkerti c. Melaksanakan pembinaan profesionalisme tenaga pendidik secara berkesinambungan d. Melaksakan inovasi belajar e. Melaksanakan manajemen partisipasi
184
f. Menggalang peran masyarakat g. Mengembangkan lingkungan sekolah yang kondusif
B. Deskripsi Kurikulum Yang Digunakan: Berdasarkan keterangan dari ibu TINARSIH S.Pd.I mengatakan bahwa Kurikulum yang digunakan di SDN 185/IX Desa Ladang Panjang ini masih menggunakan kurikulum KTSP, karna menurut ibu TINARSIH S.Pd.I selaku guru Agama di SDN 185/IX tersebut mengatakan bahwasannya di daerah Ladang Panjang
tersebut
kurikulum
karena
K-13,
belum serentak menggunakan kurikulum
K-13
tersebut
baru
digunakan di Rayon 1. Selain itu menurutnya KTSP adalah sebuah kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah atau daerah, karakteristik sekolah, sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik peserta didik. kurikulum KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprastasi. dalam hal ini sekolah di tuntut untuk mampu menerapkannya kebutuhan
sesuai
dengan
masing-masing.
potensi
dalam
tuntutan,
mengelola
dan
proses
pembelajaran maka peran guru sangat dibutuhkan dalam KTSP ini. guru harus professional serta kreatif dan inovatif dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendidik.
185
C. Penilaian kurikulum Buku panduan yang digunakan dalam pembelajaran materi PAI adalah buku Akidah Akhlak , kelas III A semester Genap. a. Kognitif Aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana,
yaitu
seperti mengingat,
sampai pada
kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa
untuk menghubungkan
dan menggabungkan
beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Menurut ibu Tinarsih S.Pd,I mengenai pembelajaran perilaku terpuji di dalam ilmu pengetahuan siswa sudah banyak yang mengerti tentang membiasakan prilaku terpuji itu yang bagaiman. Dan juga sudah ada banyak dapat yang membiasakan perilaku terpuji baik itu untuk dirinya sendiri maupun dengan orang lain.
b. Afektif Aspek Afektif
yaitu ranah yang berkaitan dengan
sikap dan nilai. ranah afektif mencakup
watak prilaku
seperti persaan, minat, sikap, emosi dan nilai. Ciri-ciri yaitu menerima atau memperlihatkan, adanya tanggapan dari siswa dan adanya karakterisasi dengan suatu nilai komplek nilai. Menurut ibu Tinarsih S.Pd.I, afektif siswa yang didapatkan setelah mempelajari membiasakan prilaku
186
terpuji.
Dalam
prilaku
siswa
ada
yang
sudah
mencerminkan membiasakan prilaku terpuji. Dan ada juga siswa yang belum mencerminkan sikap yang kurng baik.
c. Psikomotorik Aspek psikomotorik
ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Menurut
ibu
Tinarsih
S.Pd,I,
di
dalam
hal
keterampilan siswa sudah banyak mengerti, dan juga sudah dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa juga sudah ada yang terampil dan yang memcerminkan membiasakan berprilaku terpuji tersebut baik dengan diri sendiri ataupun lingkungan sekitarnya.
D. Pengembangan kurikulum Buku panduan yang digunakan
dalam pengembangan
kurikulum pembelajaran materi PAI adalah buku Agama Islam kelas III A semester Genap. 1. Standar Kompetensi setelah mempelajari materi membiasakan perilaku terpuji terhadap diri sendiri ataupun terhadap orang lain siswa diharapkan dapat menerapkan perilaku terpuji terhadap diri sendiri dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan individu maupun sosial. hal ini dapat dilakukan dengan prosedur sbagai berikut : Bab VII. Membiasakan prilaku terpuji
187
a. Peserta didik didorong untuk menyatakan kebutuhan belajar berupa kompetensi tertentu yang ingin mereka miliki dan diperoleh melaluikegiatan pembelajran. b. Peserta
didik
didorong
untuk
menggali
dan
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk memenuhi kebutuhan belajar. c. Peserta
didik
dibantu
untuk
mengenal
dan
menyatakan kemungkinan adanya hambatan dalam upaya memenuhi kebutuhan belajarnya, baik yang datang dri dalam maupun dari luar. 2. Kompetensi Dasar 5) menjelaskan pengertian membiasakan prilaku terpuji 6) Menampilkan prilaku setia kawan 7) Menyebutkan contoh-contoh setia kawan 8) menunjukkan nilai-nilai positif dan berilmu, keja keras, kreatif, dan produktif dalam kehidupan sehari-hari. 3. Indikator Penilaian Dari hasil Wawancara dengan Ibu TINARSIH S.Pd.I, indikator penilaian yang digunakan di SDN 185/IX Desa Ladang Panjang adalah dilakukan dengan cara : a. Tes tertulis Esay / pilihan ganda /jawaban singkat b. Tes tidak tertulis Tanya jawa
E. Pokok Pembahasan Makalah Materi ajar atau Bahan ajar terdiri dari dua kata yakni materi dan ajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
188
(2001) materi diartikan dengan benda,bahan,dan segala sesuatu yang tampak. Sedangkan Ajar diartikan dengan petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut). Berdasarkan arti kata tersebut, materi ajar diartikan dengan
sesuatu yang tampak sebagai petunjuk yang
diberikan kepada peserta didik berupa materi yang akan diterima oleh peserta didik. Pada sisi lain, defenisi materi ajar hampir sama dengan defenisi materi pembelajaran. Dalam
Panduan
Pengembangan
Materi
Pembelajaran (Depdiknas, 2008) dijelaskan bahwa materi pembelajaran adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. Menurut Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang standar proses memberikan ketegasan bahwa materi ajar harus memuat empat hal pokok yaitu: 1. Fakta Fakta menurut Dewi Salma Prawiradilaga (2008) didefenisikan sebagai
informasi tentang nama orang,
tempat, kejadian, julukan, istilah dan simbol serta mengenai hubungan antar informasi. Dalam konteks ini, Dewi Salma Prawiradilaga mengelompokkan fakta menjadi dua, yakni: fakta tentang istilah, seperti: kata-kata, bilangan, tanda, simbol atau gambar, dan fakta tentang rincian atau elemen, seperti: kejadian, lokasi, orang dan tanggal tertentu. Sedangkan
dalam
Panduan
Pengembangan
Materi
Pembelajaran yang diterbitkan oleh Depdiknas (2008) dan Andi Prastowo (2011) fakta didefenisikan dengan segala hal
189
yang bewujud kenyataan dan kebenaran, meliputi namanama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau komponen suatu benda, dan sebagainya. Contoh dalam mata pelajaran PAI: Peristiwa sekitar masuknya Islam di Minangkabau melalui Ulakan di Pariaman. 2. Konsep Konsep menurut Dewi Salma Prawiradilaga (2008) memiliki dua sifat, yakni nyata atau konkret/berwujud dan abstrak.Konsep nyata mengandung aspek kebendaan dan kasatmata, sedangkan konsep abstrak mengandung aspek usul, gagasan, pandangan, atau pendapat seseorang terhadap sesuatu hal. Sejalan dengan pendapat Dewi Salma Prawidilaga di atas, dalam Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran (Depdiknas, 2008) dan Andi Prastowo (2011) konsep
didefenisikan
dengan
segala
yang
berwujud
pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti/isi. Contoh dalam mata pelajaran PAI: Shalat adalah gerakan yang dimulai dari takbir, diakhiri dengan salam. 3. Prinsip Dewi Salma Prawiradilaga (2008) menjelaskan prinsip dengan mengutip pendapat Kemp, et.al.dengan Merrill. Menurut
Kemp,
et.al
prinsip
merupakan
menjelaskan
hubungan antara dua konsep. Sedangkan menurut Merril, prinsip adalah berupa penjelasan atau ramalan atas kejadian di dunia ini dan menyangkut hukum sebab akibat dengan sifat hubungan korelasi untuk menginterpretasikan kejadian
190
khusus. Sejalan dengan defenisi tersebut, Depdiknas (2008) dan Andi Prastowo (2011) mendefenisikan prinsip dengan berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting, meliputi
dalil,
teorema,
rumus,
serta
adagium,
hubungan
postulat,
antar
paradigma,
konsep
yang
menggambarkan implikasi sebab akibat. Contoh dalam mata pelajaran PAI adalah dalil beriman kepada Allah terdapat dalam surat Al-Ikhlas ayat 1-4. 4. Prosedur Prosedur menurut Dewi Salma Prawiradilga (2008) diartikan dengan isi atau materi tentang pelaksanaan suatu pekerjaan atau tugas yang berurutan.Dalam Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran (Depdiknas, 2008) dan Andi Prastowo (2011) prosedur didefenisikan dengan langkah-langkah
sistematis
atau
berurutan
dalam
mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem. Contoh
dalam
mata
pelajaran
PAI:
Langkah-langkah
mempratikkan wudhu‟.
F. Ruang Lingkup Materi Ajar PAI di SD/MI, SMP/MTS dan SMA/MA. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian,
keselarasan
dan
keseimbangan
antara
hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, dan ketiga hubungan manusia dengan dirinya sendiri, serta hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.
191
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam juga identik dengan aspek-aspek Pengajaran Agama Islam karena materi yang terkandung didalamnya merupakan perpaduan yang saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Apabila dilihat dari segi pembahasannya maka ruang lingkup Pendidikan Agama Islam yang umum dilaksanakan di sekolah meliputi beberapa hal sebagai berikut : a. Pengajaran keimanan. Pengajaran keimanan berarti proses belajar mengajar tentang
aspek
kepercayaan,
dalam
hal
ini
tentunya
kepercayaan menurut ajaran Islam, inti dari pengajaran ini adalah tentang rukun Islam. b. Pengajaran akhlak Pengajaran akhlak adalah bentuk pengajaran yang mengarah pada pembentukan jiwa, cara bersikap individu pada kehidupannya, pengajaran ini berarti proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajarkan berakhlak baik. c. Pengajaran ibadah Pengajaran ibadah adalah pengajaran tentang segala bentuk ibadah dan tata cara pelaksanaannya, tujuan dari pengajaran ini agar siswa mampu melaksanakan ibadah dengan baik dan benar. Mengerti segala bentuk ibadah dan memahami arti dan tujuan pelaksanaan ibadah. d. Pengajaran fiqih Pengajaran
fiqih
adalah
pengajaran
yang
isinya
menyampaikan materi tentang segala bentuk-bentuk hukum Islam yang bersumber pada Al-Quran, sunnah, dan dalil-dalil
192
syar‟i yang lain. Tujuan pengajaran ini adalah agar siswa mengetahui dan mengerti tentang hukum-hukum Islam dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. e. Pengajaran Al-Quran Pengajaran Al-Quran adalah pengajaran yang bertujuan agar siswa dapat membaca Al-Quran dan mengerti arti kandungan yang terdapat di setiap ayat-ayat Al-Quran.Akan tetapi dalam prakteknya hanya ayat-ayat tertentu yang di masukkan dalam materi Pendidikan Agama Islam yang disesuaikan dengan tingkat pendidikannya. f. Pengajaran sejarah Islam Tujuan pengajaran dari sejarah Islam ini adalah agar siswa
dapat
mengetahui
tentang
pertumbuhan
dan
perkembangan agama Islam dari awalnya sampai zaman sekarang sehingga siswa dapat mengenal dan mencintai agama Islam.
G. Ruang Lingkup Materi Ajar Pendidikan Agama Islam di SD/MI. Ruang Lingkup Materi Ajar Pendidikan Agama Islam di SD/MI adalah nilai etika yang menekankan keserasian, keselarasan, keseimbangan, kejujuran, tanggung jawab, dan toleran dalam : 1. Hubungan manusia dengan Allah Subhanahu Wa Ta‟ala (SWT); 2. Hubungan manusia sesama manusia; 3. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri;
193
4. hubungan manusia dengan alam sekitar (makhluk selain manusia) dan lingkungan.
Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah terfokus pada aspek: 1. Al Qur‟an; 2. Keimanan; 3. Akhlak/Tatakrama; 4. Fiqih (ibadah); 5. Sejarah dan Peradaban Islam.
H. Ruang Lingkup Materi Ajar Pendidikan Agama Islam di SMP/MTS. Ruang Lingkup Materi Ajar Pendidikan Agama Islam di SMP/MTS meliputi keserasian dalam keseimbangan antara: Adapun ruang lingkup bahan pelajaran pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Pertama terfokus pada aspek : 1.
Keimanan
2.
Alquran/hadis
3.
Akhlak
4.
Fiqih/ibadah
5.
Tarikh
194
I. Ruang Lingkup Materi Ajar Pendidikan Agama Islam di SMA/MA. Ruang Lingkup Materi Ajar Pendidikan Agama Islam di SMA/MA meliputi keserasian dalam keseimbangan antara : a. Hubungan manusia dengan Allah SWT, b. Hubungan manusia sesama manusia, dan c. Hubungan manusia dengan alam (makhluk selain manusia) dan lingkungan. Adapun ruang lingkup bahan pelajaran pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Atas terfokus pada aspek : a. Alquran/hadis b. Keimanan c. Syariah d. Akhlak e. Tarikh
Contoh Materi Ajar PAI pada RPP yang meliputi aspek-aspek diatas: Contoh Materi Ajar di SD/MI Standar Kompetensi
: 1. Mengartikan al-Qur‟an surat pendek
pilihan Kompetensi Dasar
: 1.1 Membaca al-Qur‟an Surat al-Lahab
dan al-Kafirun Indikator
: a. Melafalkan Q.S al-Lahab b. Membaca Q.S al-Lahab c. Melafalkan Q.S al-Kafirun d. Membaca Q.S al-Kafirun
195
e. Menghafal Q.S al-Lahab f. Menghafal Q.S al-Kafirun
Contoh Materi Ajar di MTS/SMP 1. Al-Qur‟an a. Membaca dan Mengartikan Surat-surat dalam AlQur‟an b. Menetapkan hukum bacaan alif lam syamsiyah dan alif lam qamariyah 2. Aqidah a. Beriman kepada Allah b. Beriman kepada Malaikat 3. Akhlak a. Berperilaku dengan sifat-sifat terpuji b. Menghindari sifat-sifat tercela 4. Fiqih a. Melakukan Taharah b. Melakukan macam-macam Sujud 5. Tarikh a. Memahami keadaan masyarakat Makkah sebelum dan sesudah datang Islam b. Memahami perkembangan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin
196
Contoh Materi Ajar di SMA 1. Al-Qur‟an a. Membaca dan memahami ayat-ayat tentang manusia dan
tugasnya
sebagai
makhluk
serta
mampu
menerapkannya dalam perilaku sehari-hari. b. Membaca dan memahami ayat-ayat tentang prinsipprinsip beribadah serta mampu menerapkannya dalam perilaku sehari-hari. 2. Aqidah a. Menerapkan prilaku beriman kepada Allah dalam kehidupan sehari-hari. b. Menerapkan prilaku beriman kepada Malaikat dalam kehidupan sehari-hari 3. Akhlak a. Berperilaku
dengan
sifat-sifat
terpuji
dan
mampu
menerapkannya dalam perilaku sehari-hari. b. Menghindari
sifat-sifat
tercela
dan
mampu
menerapkannya dalam perilaku sehari-hari 4. Fiqih a. Menjelaskan kedudukan Taharah b. Menjelaskan macam-macam Sujud 5. Tarikh a. Menjelaskan keadaan masyarakat Makkah sebelum dan sesudah datang Islam. b. Menjelaskan perkembangan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin
197
Pokok Pembahasan Materi Ajar Pai 1. Pengertian Perilaku Terpuji
a. Perilaku terpuji adalah segala sikap, ucapan dan perbuatan yang baik sesuai ajaran Islam. manusia menilai baik, namun apabila tidak sesuai dengan ajaran Islam, maka hal itu tetap tidak baik. Sebaliknya, walaupun manusia menilai kurang baik, apabila Islammeyatakan baik, maka hal itu tetap baik. b. Kita sebagai umatnya tentunya ingin dapat mengikuti apa yang terjadi tuntutan rasulullah dalam kehidupan sehari-hari sebagai suritauladan manusia. c. Orang yang baik akhlaknya tentunya didalam pergaulan sehari-hari akan senantiasa dicintai oleh sesama, dan tentunya mereka kelak dihari kiamat akan masuk surga bersama dengan nabi saw. Sebagaimana beliau bersabda dalam hadisnya yang artinya sebagai berikut: d. “Sesungguhnya (orang) yang paling aku cintai diantara kalian dan orang yang paling dekat tempatnya dariku pada hari kiamat adalah oarang yang paling baik budi pekertinya diantara kalian”. e. Harta yang banyak, pangkat yang tinggi atau dimilikinya beberapa gelar kesarjanaan tak mampu mengangkat derajat manusia tanpa dimilikinya akhlak terpuji. f. Islam hadir dimuka bumi sebenarnya sangat mengedepankan akhlak terpuji, karena Rasulullah saw. sendiri diutus untuk menyempurnakan akhlak. g. Alangkah indahnya ajaran Islam yang memerintahkan untuk berakhlakul karimah. Jika hidup kita dihiasi dengan ahklak
198
terpuji
tentunya
akan
dicintai
oleh
Allah
awt
dan
masyarakatnya akan menjadi baik, temteram dan damai. h. Sebagian manusia, berbicara tentang akhlak terpuji dalam era globalisassi seperti ini dinilai kuno dan kurang maju. Anggapan ini muncul karena sedah terpengaruh budaya barat yang dinilai maju dan modern. Akhlak terpuji amat penting dalam kehidupan manusia, termasuk dalam pergaulan remaja. Akhmad Syauki Bey (seorang penyair) mangatakan sebagai berikut: i.
Sesungguhnya suatu umat akan tetap memiliki nama harum selama uamat tersebut memiliki akhlak yang terpuji. Manakala akhlak terpuji telah lenyap, lenyap pulalah nama harum umat tersebut.
2. Membiasakan Perilaku Terpuji Di dalam kehidupan sehari - hari, kita pasti membutuhkan orang lain. Tidak mungkin manusia dapat hidup sendirian, karena manusia adalah makhluk sosial. dalam bermain saja kita membutuhkan teman, baik di rumah, di sekolah, maupun di mana saja. coba kalian bayangkan bagaimana rasanya tidak punya teman, pasti hidup kita merasa tidak nyaman karena kita tidak mempunyai teman bermain. Agar tercipta suatu pergaulan yang erat, maka kita harus tetap menjaga diri jangan sampai teman merasa tersinggung oleh sikap dan perbuatan kita, tetapi sebaliknya kita harus berusaha selalu akrab dan rukun. Di dalam pergaulan pun kita tidak boleh membeda-bedakan teman. sebab semua teman
199
adalah saudara kita, baik kaya atau miskin, baik pintar atau miskin, baik hitam atau putih. semuanya adalah teman kita. Ini sesuai dengan sabda Rasulullah shalallahu alaihi wassalam, yaitu: "Seorang muslim adalah saudara muslim, janganlah menganiaya, menghina, dan meremehkannya" ( H.R Tirmizi ) Selain sabda rasulullah, Allah subhanahu wa ta'ala juga menerangkan dalam surat Al - Hujurat yaitu :
Artinya : "Sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara, maka berbuat baiklah antara saudara saudara dan takutlah kamu kepada Allah agar kamu dirahmati." (Q.S Al Hujurat [49]: 10) Adapun peraturan yang harus dipatuhi dalam pergaulan dengan teman yaitu: 1. Berlaku jujur dan saling menghormati sesama teman 2. Jangan menyakiti dan menghina teman 3. Jika mempunyai makanan jangan lupa teman diberi 4. Jika teman mendapat kesenangan atau prestasi kita ucapkan selamat. 5. Jika teman mendapat kesulitan atau kesusahan kita harus segera menolong atau membantu, saling menasihati, mengingatkan, dan meminta maaf jika ada kesalahan 6. Jika terjadi perselisihan segera diselesaikan melalui musyawarah dengan sebaik baiknya.
200
Pengembangan kurikulum perlu dilakukan untuk mengatur pelaksaan pembelajaran di sekolah. kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya dan adat istiadat serta setatus soaial ekonomi.
Dokumentasi Kegiatan Studi Kasus
GH
201
PENDIDKAN AGAMA ISLAM
202
A. Pendidikan Agama Islam di Sekolah 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat dipahami sebagai usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi peserta didik agar mengetahui, meyakini, mengamalkan, serta menyampaikan ajaran Islam dalam kehidupan seharihari. Pengertian PAI juga dapat dipahami dari keragaman makna pendidikan Islam. Menurut Muhaimin, ada tiga pengertian untuk memahami pendidikan Islam. Pertama, pendidikan (menurut) Islam, kedua pendidikan (agama) Islam, dan ketiga pendidikan (dalam) Islam. Pada titik ini, pendidikan (agama) Islam lah yang dapat dijadikan rujukan untuk memahami pendidikan agama Islam di samping pendidikan Islam. Dari perspektif pendidikan (agama)
Islam,
PAI
dapat
dipahami
sebagai
upaya
mendidikkan agama Islam atau ajaran dan nilai-nilainya, agar menjadi way of life (pandangan hidup) dan sikap hidup seseorang. Maka dari pengertian di atas, PAI dapat berupa: a. Kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau suatu lembaga untuk membantu seseorang atau anak didik dalam
menanamkan
dan
atau
menumbuh
kembangkan ajaran Islam dan nilai-nilainya. b. Segenap fenomena atau peristiwa perjumpaan antara dua
orang
atau
lebih
yang
dampaknya
ialah
tertanamnya dan atau tumbuh kembangnya ajaran Islam dan nilai-nilainya beberapa pihak.
pada salah
satu atau
203
2. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar pelaksanaan pendidikan Agama Islam berasal dari perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah formal. Dasar yuridis formal tersebut terdiri dari: a. Dasar pancasila yaitu dasar falsafah Negeri RI, pada sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. b. Dasar struktural atau konstitusional, yaitu UUD 1945 dalam bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi bahwa : a) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, b) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaan itu. c. UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Pasal 37 yaitu Kurikulum pendidikan dasar dan menengah
wajib
memuat
pendidikan
agama,
kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olah raga, keterampilan atau kejujuran, dan muatan lokal. d. Peraturan pemerintah Nomor 55 tahun 2007 Tentang pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan.
3. Deskripsi Masalah PAI di Sekolah Permasalahan PAI di sekolah yang paling krusial salah satunya ialah jam belajar yang minim. Waktu yang hanya 2 jam dalam 1 minggu itu tentu tidak cukup untuk mencapai
204
tujuan yang diinginkan. Baik itu tujuan kurikuler, hingga ke tujuan pendidikan nasional. Penyelenggaraan pendidikan agama Islam di sekolah penuh tantangan, karena secara formal penyelenggaraan pendidikan Islam di sekolah hanya 2 jam pelajaran per minggu. Jadi apa yang bisa mereka peroleh dalam pendidikan yang hanya 2 jam pelajaran. Jika sebatas hanya memberikan
pengajaran
menekankan
aspek
agama
kognitif,
Islam
yang
lebih
mungkin
guru
bisa
melakukannya, tetapi kalau memberikan pendidikan yang meliputi
tidak
hanya
kognitif
tetapi
juga
sikap
dan
menerjemahkan
dan
keterampilan, guru akan mengalami kesulitan. Kemampuan
guru
dalam
kemudian menyusun indikator ketercapaian pembelajaran pada silabus sejauh ini hanya mengedepkan aspek kognitif dan psikomotorik saja. Sedangkan aspek afektif nyaris tidak tersentuh. Secara gamblang, dapat kita lihat dari ketercapaian yang diperoleh peserta didik misalnya pada materi shalat, masih sebatas pengetahuan tantang tata cara shalat yang benar serta bagaimana mempraktekkannya. Esensi serta hikmah shalat masih belum menancap kuat pada sanubari peserta didik, dan belum terlihat dalam kehidupan mereka sehari-hari. Problem PAI dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Dari
proses
belajar-mengajar,
guru
PAI
lebih
terkonsentrasi persoalan-persoalan teoritis keilmuan yang
205
bersifat kognitif semata dan lebih menekankan pada pekerjaan mengajar/ transfer ilmu. b. Metodologi pengajaran PAI selama ini secara umum tidak kunjung berubah, ia bagaikan secara konvensionaltradisional dan monoton sehingga membosankan peserta didik. c. Pelajaran PAI seringkali dilaksanakan di sekolah bersifat menyendiri, kurang terintegrasi dengan bidang studi yang lain, sehingga mata pelajaran yang diajarkan bersifat marjinal dan periferal. d. Kegiatan belajar mengajar PAI seringkali terkonsentrasi dalam kelas dan enggan untuk dilakukan kegiatan praktek dan penelitian di luar kelas. e. Penggunaan media pengajaran baik yang dilakukan guru maupun
peserta
didik
kurang
kreatif,
variatif
dan
menyenangkan. f. Kegiatan belajar mengajar (KBM) PAI cenderung normatif, linier, tanpa ilustrasi konteks sosial budaya di mana lingkungan peserta didik tersebut berada, atau dapat dihubungkan dengan perkembangan zaman yang sangat cepat perubahannya. g. Kurang
adanya
komunikasi
dan
kerjasama
dengan
orangtua dalam menangani permasalahan yang dihadapi peserta didik. Di samping itu, permasalahan kelas juga turut mempersulit keberhasilan pembelajaran PAI di sekolah. Mulai dari masalah individual maupun masalah kelompok. Misalnya tingkah laku yang ingin mendapatkan perhatian
206
orang lain, tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan, tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain, serta peragaan ketidakmampuan, yaitu dalam bentuk sama sekali menolak untuk mencoba melakukan apa pun karena yakin bahwa
kegagalan
pengembangan
yang
program
menjadi
bagiannnya.
pembelajaran
Prinsip
yang
harus
diperhatikan oleh guru antara lain: 1. Tujuan yang dikehendaki harus jelas, makin operasional tujuan, makin mudah terlihat dan makin tepat programprogram yang dikembangkan untuk mencapai tujuan. 2. Program itu harus sederhana dan fleksibel. 3. Program-program yang disusun dan dikembangkan harus sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
C.
Solusi Penemuan
spektakuler
Daniel
Goleman
tentang
kecerdasan emosional (EQ) telah mematahkan dominasi IQ. Banyak orang ber-IQ tinggi yang gagal, sementara mereka yang IQ-nya biasa saja justru sukses dalam hidupnya. Ke depan, mengandalkan IQ saja tidak akan mampu menghantarkan peserta
didik pada
tumbuh
kembang
potensinya secara optimal. Tanpa EQ bahkan kecerdasan spiritual (SQ), peserta didik hanya aan menjadi ilmuan tak berperasaan dan tak bermoral. Sebagai seorang pendidik, hal itu tentu sangat tidak kita inginkan. Kita tidak hanya menginginkan peserta didik hanya disebut pintar. Lebih dari itu, mereka pintar sekaligus beradab
juga
berperasaan.
Untuk
itu,
semua
pihak
207
utamanya
guru,
harus
berupaya
mewujudkan
tujuan
tersebut. Ada beberapa pendekatan yang digunakan baik itu pada tingkat sekolah dasar maupun menengah, yakni. 1. Pendekatan kepada
keimanan,
peserta
yaitu
didik
memberikan
untuk
peluang
mengembangkan
pemahaman adanya tuhan sebagai sumber kehidupan makhluk di alam ini. 2. Pendekatan pengalaman, yaitu memberikan kesempatan kepada
peserta
didik
untuk
mempraktekkan
dan
merasakan hasil-hasil pengalaman ibadah dan akhak dalam menghadapi tugas-tugas dan masalah dalam kehidupan. 3. Pendekatan pembiasaan, yaitu memberikan kesempatan kepeserta didik untuk membiasakan sikap dan perilaku yang sesuai dengan ajaran islam dan budaya bangsa dalam menghadapi masalah kehidupan. 4. Pendekatan rasional yaitu memberikan peran pada akal peserta didik dalam memahami dan membedakan berbagai
bahan
ajar
dalam
standar
materi
serta
kaitannya dengan perilaku yang baik dan buruk dalam kehidupan. 5. Pendekatan
emosional
yaitu
upaya
menggugah
perasaan peserta didik dalam menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa. 6. Pendekatan fungsional yaitu menyajikan bentuk semua standar materi (Al-Qur‟an, keimanan, akhlak, fiqih, dan
208
tarikh) dari segi manfaatnya bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti yang luas. 7. Pendekatan keteladaan yaitu menjadikan figur guru agama dan nonagama serta semua pihak sekolah sebagai cermin manusia yang berkepribadian. Sebagai ujung tombak pendidikan agama di sekolah, guru harus memiliki totalitas untuk anak didik. Masalah jam pelajaran yang hanya 2 jam dalam 1 minggu dapat disiasati dengan cara menambah pembelajaran pendidikan agama Islam melalui pembelajaran ekstra kurikuler dan tidak hanya pembelajaran formal di sekolah. Pembelajaran dilakukan bisa di sekolah, yaitu di kelas atau di mushala. Program pendidikan agama Islam ekstra kurikuler ini dapat berupa Pesantren Kilat, Rohani Islam (Rohis). Cara ini memang membutuhkan tambahan fasilitas, waktu, dan tenaga guru, tapi itulah tantangan guru yang tidak hanya mengajar tetapi memiliki semangat dakwah untuk menyebarkan ilmu di mana pun dan kapan pun. Untuk itu diperlukan koordinasi dan kerja sama yang baik antara guru dengan orang tua. Selain itu, inovasi juga perlu dilakukan oleh lembaga sekolah guna mengembangkan kurikulum yang ada, pun manajemen pendidikan agama Islam berbasis sekolah. Artinya, salah satu strategi yang dapat dilakukan ialah dengan menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif (Islami). Dengan demikian, pembelajaran PAI tidak hanya berbasis kelas, tetapi juga berbasis sekolah.
209
Namun, dalam melakukan inovasi hal-hal yang mesti diperhatikan antara lain ialah fokus pada tujuan, Adikuasa Komunikasi, Perimbangan Kekuatan Optimal Penyediaan Sumber-Sumber Organisasi, Dimensi Ketersangkutpautan (cohesivness),
Dimensi
Moral,
Keinovasian,
Adaptasi,
Otonomi, Pemecahan Masalah. 1. Fokus pada tujuan (goal focus) Penentuan fokus tujuan mesti ditentukan oleh lembaga pendidikan. Semua pihak baik itu kepala sekolah, guru mata pelajaran, siswa, karyawan, orang tua siswa, dan masyarakat umum harus tau dengan jelas pada fokus tujuan yang dirancang dan hendak dicapai. Sehingga, pada
pelaksanaannya
pihak-pihak
tersebut
saling
bekerja sama guna menciptakan lingkungan yang mendukung terhadap upaya pencapaian tujuan. 2. Adikuasa Komunikasi Lembaga pendidikan harus mampu mengembangkan komunikasi yang baik, entah itu vertikal maupun horizontal. Dari pihak pimpinan sekolah kepada guru, dari guru kepada siswa, antar sesama guru dan karyawan, maupun dari pihak lembaga pada masyarakat. 3. Perimbangan Kekuatan Optimal Upaya menyeimbangkan kekuatan di seluruh pihak lembaga harus merupakan upaya agar tidak terjadi ketimpangan di salah satu pihak, dan kemajuan di pihak lain.
210
4. Penyediaan Sumber-Sumber Organisasi Sumber-sumber organisasi merupakan sarana guna mengaktualisasikan potensi organisasi. 5. Dimensi Ketersangkutpautan (cohesivness) Rasa saling membutuhkan dan saling ketergantungan menjadi identitas sebuah organisasi. Termasuk lembaga pendidikan yang disebut sekolah. Dimensi ini menjadikan masing-masing pihak bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. 6. Dimensi Moral Inovasi dilakukan tidak hanya untuk mencapai kepuasan dalam
suatu
diarahkan
pekerjaan
untuk
melaksanakan
semata.
membuat
Melainkan
bagian
program-program
dari
juga
lembaga
yang
telah
direncanakan. 7. Keinovasian Munculnya temuan-temuan baru agar pendidikan lebih terarah pada tujuan yang hendak dicapai adalah hakikat inovasi. 8. Adaptasi Inovasi juga didasarkan pada perkembangan lingkungan sekitar, maupun fenomena yang sedang berkembang di negeri ini. Untuk itu, adaptasi dengan lingkungan dan berbagai
fenomena
yang
sedang
terjadi
atau
diprediksikan akan terjadi harus dijadikan pijakan dalam melakukan inovasi.
211
9. Otonom Kemandirian suatu lembaga pendidikan menjadi upaya agar dalam melakukan pembaharuan tidak di intervensi oleh pihak manapun. Jika sebuah lembaga pendidikan sudah mampu mandiri, ia tidak lagi ditentukan oleh keadaan, namun ia akan menjadi penentu. 10. Pemecahan Masalah Inovasi hakikatnya mencari solusi atas permasalahan yang tidak dapat dihindari dalam sebuah lembaga pendidikan. Berbagai kebijakan yang ada tidak akan terlaksana dengan baik bila tidak dikemas dalam sistem pembelajaran yang efektif dan efisien. Tugas ini harus diemban oleh seluruh lapisan masyarakat terutama para pelaksana pendidikan yang bersentuhan langsung dengan sistem pendidikan. Fenomena di atas nampaknya sudah mulai disadari oleh
para
pelaksana
pendidikan
di
Sekolah
Umum.
Keterbatasan alokasi waktu untuk Mata Pelajaran PAI harus diperkaya dengan berbagai strategi baik dalam kebijakan maupun dalam proses pembelajarannya. Keberadaan PAI tidak hanya dipandang sebagai salah satu Mata Pelajaran yang berdiri sendiri, tetapi lebih dari itu keberadaanya terkait dengan mata kuliah lainnya. Dengan demikian, porsi untuk Mata Pelajaran PAI bisa lebih memadahi dengan kebijakan tersebut.
212
Pengembangan Kurikulum 1. Kompetensi Inti a. Menghargai dan menghayati agama yang di anutnya b. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi dan gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara aktif dengan lingkungan social dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaanya. c. Memahami
pengetahuan
(factual,
konseptual,
dan
proseduran) dan berdasarkan rasa ingin tahu tentang ilmu
pengetahuan,
teknologi,
seni,
budaya
terkait
fenomena dan kejadian nampak mata d. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
2. Kompetensi Dasar Kompetensi dasar yang harus dicapai siswa yaitu : a. Menyakini ada nya malaikat allah dan makhluk gaib lainnya seperti jin, iblis, dan setan dalam fenomena kehidupan. b. Memiliki prilaku beriman kepada malaikat allah dan makhluk gaib lainnya seperti jin, iblis, dan setan dalam fenomena kehidupan.
213
c. Mendeskkripsikan tugas dan sifat-sifat malaikat allah serta makhluk gaib lainnya seperti jin, iblis dan setan. d. Menyajikan kisah-kisah dalam fenomena kehidupan tentang kebenaran adanya malaikat dan makhluk gaib lain selain malaikat.
3. Pokok Pembahasan pokok pembahasannya adalah Malaikat adalah makhluk ghaib yang diciptakan Allah dari cahaya (nur), senantiasa menyembah Allah. tidak pernah mendurhakai perintah Allah serta senantiasa melakukan apa yang diperintahkan kepada mereka. Iman kepada malaikat merupakan rukun iman yang kedua. Iman kepada Malaikat adalah menyakini adanya malaikat, walaupun tidak dapat dilihat dan diraba, dan menyakini bahwa mereka adalah ciptaan Allah. Tak ada seorang pun yang mengetahui jumlah pasti malaikat, hanya Allah saja yang mengetahui jumlah mereka dan selalu taat dan menyembah Allah, mereka tidak mempunyai hawa nafsu. Hanya sepuluh yang diketahui oleh manusia, yaitu a. Malaikat Jibril Allah memberi tugas sebagai penyampai wahyu dan risalah b. Malaikat Mikail Allah memberi tugas sebagai pengatur hujan dan membagi rezeki c. Malaikat Izrail Allah memberi tugas untuk mencabut nyawa d. Malaikat Israfil Allah memberi tugas untuk meniup sangkakala
214
Keempat malaikat diatas merupakan malaikat yang mulia dan diperinahkan oleh Allah untuk mengurusi para makhluk yang berada di alam semesta. Dan timbah enam malaikat, yaitu a. Malaikat Ridwan yaitu penjaga Surga b. Malik penjaga Neraka c. Malaikat Roqib yaitu malaikat pencatat amal baik d. Malaikat Atib yaitu pencatat amal buruk e. 5 dan 6 Malaikat Munkar dan Nakir yaitu penanya dan penyiksa di alam kubur Sifat-sifat malaikat a. Wujud halus tak nampak mata b. Tidak laki-laki tidak perempuan tidak menikah c. Hamba Allah yang mulia, tidak sekalipun menentang perintah Allah Maksud iman kepada Malaikat adalah mengimani bahwa mereka adalah perantara antara Allah dan rasul-Nya, dalam menurunkan kitab-kitab-Nya dan menyampaikan perintah dan larangannya. Barang siapa yang mengimani malaikat maka mereka tergolong kafir terhadap kitab-kitab dan RasulNya. Antara malaikat yang satu dengan lainnya memiliki beberapa perbedaan, seperti kedudukan dan bahwa Allah SWT. menciptakan malaikat bersayap. Contoh perilaku yang mencerminkan kepada malaikat, yaitu: Berkata jujur, menempati janji dan menjaga amanah, Sabar, syukur, ikhlas dan tawakkal dan Selalu menjalankan dan menjauhi larangannya.
215
Berdasarkan pembahasan tersebut dalam dikembangkan dan dikaitkan dengan Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat dipahami sebagai usaha sadar
dan terencana untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar mengetahui, meyakini, mengamalkan, serta menyampaikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian PAI juga dapat dipahami dari keragaman makna pendidikan Islam. Menurut Muhaimin, ada tiga pengertian untuk memahami pendidikan Islam. Pertama, pendidikan (menurut) Islam, kedua pendidikan (agama) Islam, dan ketiga pendidikan (dalam) Islam. Pada titik ini, pendidikan (agama) Islam lah yang dapat dijadikan rujukan untuk memahami pendidikan agama Islam di samping pendidikan Islam. Dari perspektif pendidikan (agama)
Islam,
PAI
dapat
dipahami
sebagai
upaya
mendidikkan agama Islam atau ajaran dan nilai-nilainya, agar menjadi way of life (pandangan hidup) dan sikap hidup seseorang.
4. Evaluasi Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan pada sekolah darma wanita itu, evaluasi yang dilakukan oleh guru bidang study yaitu menggunakan berbagai macam evaluasi yaitu biasanya menggunakan latihan-latihan pada lembar kerja sisiwa, dan ada juga tugas yang di berikan oleh guru. Pada penelitian study kasus ini membahas mata pelajaran akidah akhlak semester II yang tercantum pada
216
bab 2 yaitu tentang iman kepada malaikat dan makhluk ghaib lain. Malaikat adalah makhluk ghaib yang diciptakan Allah dari cahaya (nur), senantiasa menyembah Allah. tidak pernah mendurhakai perintah Allah serta senantiasa melakukan apa yang diperintahkan kepada mereka. Iman kepada malaikat merupakan rukun iman yang kedua. Iman kepada Malaikat adalah menyakini adanya malaikat, walaupun tidak dapat dilihat dan diraba, dan menyakini bahwa mereka adalah ciptaan Allah Dari penjelasan yang di dapat pada hasil wawancara itu bahwa kurikulum 2013 itu diberlakukan semua sekolah banyak yang telah menerapkan kurikulum tersebut dan dari peraturan pemerintah juga menggunakan kurikulum k 13.
217
Profil Madrasah Tsanawiyah Darma Wanita Kota Jambi
Madrasah Tsanawiyah Darma Wanita didirikan pada tahun 2005 yang berlokasi di jalan Majapahit No. 02 Kelurahan Payo Selincah Kecamatan Jambi Timur kota Jambi yang dinaungi oleh Kementrian Agama Kota Jambi. Madrasah Tsanawiyah Darma Wanita dari sejak berdiri sampai tahun 2006
masih bergabung dengan Madrasah
Aliyah Negri 3 Kota jambi yang di kepalai oleh Bapak A. Fatah, S.Pd. Kemudian pada tahun 2007 sampai sekarang, Madrasah Tsanawiyah Dharma Wanita dikepalai oleh Bapak Wilson Edwin, S.Pd. Dan pada 2014 Madrasah Tsanawiyah Darma Wanita berdiri sendiri tetapi masih di lokasi yang sama. Adapun secara geografis, letak Madrasah Tsanawiyah Dharma Wanita hanya berjarak ± 25 meter dari pinggir jalan Majapahit, jadi sangat mudah untuk dijangkau. Dari nol hingga sampai sekarang Madrasah Tsanawiyah Darma Wanita terus berkembang maju dan membuat daya tarik masyarakat yang hantusias agar anak-anak mereka dapat sekolah di Madrasah Tsanawiyah ini. Dari bidang akademik bahkan sampai bidang ekstrakulikuler yang ada di Madrasah Tsanawiyah Darma Wanita ini terus maju dan membawa prestasi yang baik. Sehingga dari prestasi yang baik itu kepala sekolah selalu memberikan support atau dukungan yang kuat dan semangat baik untuk para siswa-siawi , guru-guru, serta staf
218
tata usaha Madrasah Tsanawiyah Darma Wanita . Adapun Visi dan Misi Sekolah Madrasah Tsanawiyah Dharma Wanita Kelurahan Payo Selincah Yaitu:
VISI MADRASAH: Mewujudkan sebuah lembaga pendidikan lanjutan tingkat pertama yang berciri khas agama islam dengan kondisi dan situasi lingkungan yang kondusif untuk menyiapkan dan mengembangkan segenap sumber daya insani yang ada sehingga dapat mencapai kualitas unggul di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan Iman dan Taqwa. MISI MADRASAH: a. Menanamkan sikap taqwa terhadap Allah SWT. b. Menanamkan sikap cinta ilmu, kreatif, inovatif, dan memiliki akhlak mulia. c. Meningkatkan kualitas layanan pendidikan. d. Mempersiapkan siswa berpengetahuan luas, berdisiplin, bertanggung jawab, dan berprilaku islami. e. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas baik bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi maupun Iman dan Taqwa dengan mewujudkan lingkungan yang bersih, asri, nyaman serta agamis, Proses Belajar Mengajar yang berorientasi pada Student Active Learning, Full Day Learning pembinaan
dan
Bimbingan
ekstrakurikuler,
Belajar
serta
pemberdayaan
efektifitas masjid
sebagai laboratorium keagamaan, pembiasaan sholat berjamaah serta sholat sunnah, tartil Qur‟an, ucapan kalimat toyyibah dan perilaku sopan.
219
f. Bekerjasama hubungan
dengan
baik
komite
dengan
Madrasah,
masyarakat,
menjalin
bekerjasama
dengan dunia usaha, sebagai perwujudan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
.