PENGEMBANGAN KAWAS AN PANTAI JATIMALANG S EBAGAI OBJEK WIS ATA
Diajukan Oleh : NOVI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERS ITAS S EBELAS MARET 2010
i
DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN
A. Judul B. Pengertian Judul C. Latar Belakang 1. Umum 2. Khusus D. Permasalahan dan Persoalan 1. Permasalahan 2. Persoalan E. Tujuan dan Sasaran 1. Permasalahan 2. Persoalan F. Batasan dan Lingkup Pembahasan 1. Batasan 2. Lingkup pembahasan G. Metodologi dan Strategi Desain 1. Metode Pencarian Data 2. Metode Pembahasan H. Sistematika Pembahasan BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori Pariw isata 1. Pengertian 2. Bentuk-bentuk w isata 3. Jenis pariw isata 4. Peranan w isata 5. Persy aratan tempat w isata 6. Fasilitas w isata 7. Wisataw an
B. Wisata pantai 1. Spesifikasi alam pantai 2. Karakteristik w ilay ah pesisir/pantai 3. Pengertian w isata pantai 4. Jenis kegiatan w isata pantai 5. Factor-faktor y ang mempengaruhi perencanaan fasilitas w isata pantai C. Teori Urban Desain 1. Urban space desain 2. Teori urban desain 3. Image kota D. Teori Arsitektur Lansekap 1. Perencanaan lansekap 2. Perencanaan tapak 3. Perencanaan detail lansekap 4. Bahan material lansekap 5. Pertimbangan lingkungan pada penataan lansekap 6. Ruang terbuka 7. Sirkulasi 8. Fasilitas parkir E. Preseden 1. Wisata bahari lamongan 2. Jatim park 3. Marina ancol BAB III TINJAUAN KOTA PURWOREJO A. Tinjauan Kabupaten Purw orejo y ang meliputi 1. Letak Geografis 2. Fisiografi 3. Geologi 4. Iklim 5. Hidrologi 6. Penggunaan lahan 7. Kemampuan lahan 8. Vegetasi 9. Sarana dan Prasarana
B. Rencana Pengembangan Kaw asan Pantai SWP II dan III Kabupaten Purw orejo 1. Rencana struktur ruang kaw asan pantai 2. Rencana peruntukan lahan UWP 2.1 dan UWP 3.1 3. Rencana pembangunan tata ruang kaw asan C. Tinjauan Pariw isata Kabupaten Purw orejo 1. Kebijakan pembangunan pariw isata kabupaten purw orejo 2. Kondisi w isata di kabupaten Purw orejo D. Tinjauan Kaw asan Pantai Jatimalang
1. 2. 3. 4.
Ekonomi,social dan budaya masyarakat Potensi pariwisata Site Potensi site
BAB IV OBJEK WISATA YANG DIHARAPKAN A. Dasar Pemikiran B. Arah Penataan Kaw asan 1. Fungsi 2. Tujuan C. Manfaat Penataan Kaw asan 1. Bagi pengunjung 2. Bagi masy arakat dan lingkungan 3. Bagi instansi terkait D. Konsep Umum Penataan Kaw asan 1. Analisa SWOT 2. Pengelompokan zona w isata E. Program Penataan Kaw asan 1. Penataan kegiatan w isata dan atraksi w isata 2. Strategi penataan kaw asan 3. Proses penataan kaw asan
F. Transformasi Fungsional 1. Tampilan fisik 2. Lansekap 3. System struktur, konstruksi, dan bahan 4. Utilitas
BAB V ANALISA PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. Analisa Kegiatan 1. Analisa Karekteristik Pelaku Kegiatan 2. Kegiatan y ang terpilih 3. Analisa alur kegiatan B. Analisa Tata ruang 1. Analisa pengelompokan kegiatan dan kebutuhan ruang 2. Analisa penentuan konsep day a tampung 3. Analisa penentuan konsep besaran ruang C. Analisa Kaw asan Perencanaan 1. Analisa kondisi kaw asan 2. Analisa pemilihan tapak 3. Strategi perencanaan pengembangan kaw asan 4. Realisasi strategi penataan kaw asan D. Analisa Tapak 1. Analisa pengolahan lingkungan dan lansekap 2. Analisa tata olah tapak pada site terpilih 3. Analisa pencapaian 4. Analisa sirkulasi 5. Analisa klimatologis 6. Analisa kebisingan 7. Analisa v iew dan orientasi 8. Analisa zoning 9. Analisa lansekap 10. Analisa struktur dan bahan bangunan 11. Analisa sy stem utilitas BAB VI KONSEP PERENCANAAN A. Konsep Kegiatan 1.Pengelola 2.Pengunjung B. Konsep tata ruang 1. Konsep Pengelompokan kegiatan dan kebutuhan ruang 2. Konsep Pemrograman ruang
C. Konsep lokasi tapak 1. Konsep pemilihan tapak 2. Konsep perencanaan pengembangan 3. Konsep pengolahan tapak 4. Konsep pencapaian 5. Konsep sirkulasi 6. Konsep pendekatan klimatologis 7. Konsep pendekatan kebisingan 8. Konsep v iew dan orientasi bangunan 9. Konsep pemintakatan 10. Konsep lansekap 11. Konsep struktur dan bahan bangunan 12. Konsep pendekatan penampilan dan tata massa bangunan 13. Konsep utilitas
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab I
BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari: A. Judul B. Pengertian Judul C. Latar Belakang D. Permasalahan dan Persoalan E. Tujuan dan Sasaran F. Batasan dan Lingkup Pembahasan G. Metodologi dan Strategi Desain H. Sistematika Pembahasan
BAB I-1
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab I
BAB I PENDAHULUAN A. JUDUL Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang sebagai Objek Wisata B. PENGERTIAN JUDUL Pengembangangan proses, cara, perbuatan mengembangkan.¹ Kawasan daerah tertentu yang mempunyai ciri tertentu seperti tempat tinggal, pertokoan, industri dsb.² Patai 1) tepi laut; pesisir; perbatasan daratan dengan laut atau massa air lainnya dan bagian yang dapat pengaruh dari air tersebut 2)daerah pasang surut dan antara pasang tertinggi dan surut terendah; landai.³ Jatimalang Nama sebuah desa di wilayah kabupaten Purworejo, propinsi Jawa Tengah Objek Benda, hal, dsb yang dijadikan sasaran untuk diteliti, diperhatikan, dsb.4 Wisata Perjalanan seseorang/ sekelompok orang yang dilakukan untuk sementara waktu, diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan untuk berusaha/ bekerja (bussines) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.5 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Indonesia.jil.3.Jakarta:Balai Pustaka 2 ibid 1 3 Ibid 1 4 Ibid 1 5 Ibid 1 1
Bahasa,
DEPDIKBUD.2005.Kamus
Besar
Bahasa
BAB I-2
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab I
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang sebagai Objek Wisata: Suatu tindakan yang dilakukan untuk mengembangkan Kawasan Pantai Jatimalang di Purworejo menjadi lebih baik dan menarik lagi sebagai sarana untuk berekreasi dan berwisata menikmati pesona alam dengan memaksimalkan potensi lokal yang dimiliki. C. LATAR BLAKANG 1. UMUM a.
Pariwisata Telah Menjadi Industri yang Mendunia Pariwisata telah menjadi industri yang mendunia, suatu bisnis yang semakin berkembang.
Penelitian menunjukkan bahwa sejak tahun 1960-an ternyata pariwisata merupakan industri berkembang yang padat karya, dan menguntungkan segala pihak. Pada tahun 1970-an (Graburn dan Jafari) P I Pearce di Australia lewat penelitian tentang gejala pariwisata, menunjukkan keuntungan yang diperoleh adalah valuta asing, mempekerjakan banyak orang, dengan biaya pengeluaran
yang
merangsang
ekonomi
daerah
sehingga
meningkatkan
taraf
kehidupan.(F.Ross,Glen.Psikologi Pariwisata ,terj.Marianto Samosir.1998.Jakarta:Yayasan Obor Indonesia) Untuk meningkatkan ekonomi daerah, peran daerah dalam membangun kepariwisataan merupakan bagian penting. Daerah harus berupaya menggembangkan dan mengupayakan penanganan terhadap potensi sumber daya yang ada. Kebutuhan akan pengembangan dan penanganan tersebut semakin mendesak dengan semakin pesatnya perkembangan kegiatan pariwisata, ditambah dengan adanya kebijakan pemerintah untuk menjadikan pariwisata sebagai sektor andalan untuk penerimaan pendapatan daerah. b.
Potensi Alam sebagai Penunjang Kegiatan Wisata Kegiatan Wisata Alam yang ditawarkan yaitu suatu kegiatan rekreasi atau wisata yang
menyuguhkan atraksi alam sebagai komponen utama penunjang rekreasi, antara lain adanya pemandangan yang berpotensi dapat menenangkan, menyegarkan, dan menyehatkan fisik dan mental. (Pendit, Nyoman S. 1980. Pariwisata Sebagai Ilmu. Hal: 160). Sehingga untuk itu Kawasan Pantai Jatimalang dapat dikembangkan sebagai Objek Wisata Alam. BAB I-3
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab I
2. KHUSUS a.
Pantai Jatimalang Pantai Jatimalang adalah pantai yang memiliki lokasi paling baik di antara pantai yang ada
di Kabupaten Purworejo. Pantai Jatimalang ini juga termasuk dalam Kawasan Bahari Terpadu (KBT), sesuai dengan rencana strategi tata ruang nasional dan rencana tata ruang wilayah propinsi Jawa Tengah bagian selatan. Pantai Jatimalang terletak di Desa Jatimalang kecamatan Purwodadi yang termasuk dalam Sub SWP III dengan peruntukan: pusat pemerintahan kecamatan, pusat pelayanan sosial ekonomi dan jasa tingkat kecamatan, pusat perdagangan SWP III, pusat permukiman, pusat pengembangan pariwisata, pengembangan tanaman lahan basah dan lahan kering, perikanan dan perindustrian. Wilayah pendukungnya adalah Kecamatan Bagelen dan Kecamatan Ngombol. Pantai ini terletak sekitar 18 km selatan Kota Purworejo dan sekitar 20 km dari D.I Yogyakarta. Faktor lokasi inilah yang menyebkan pantai jatimalang menjadi pantai paling banyak diminati pengunjung. Selain pemandangannya yang indah, pantai ini juga memiliki tempat pelelangan ikan dengan cakupan regional Kabupaten Purworejo. Keunggulan lain yang dimiliki adalah adanya balai benih udang serta tambak udang galah dan bandeng di sekitar pantai. b.
Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Salah Satu Tempat yang Memiliki Potensi Alam Kabupatan Purworejo memiliki pantai Samudra Indonesia sepanjang kurang lebih 21 km
yang memiliki potensi sumber daya perikanan sangat besar. Namun potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Saat ini nelayan di sepanjang pantai Purworejo telah melakukan penangkapan ikan melalui dua lokasi pendaratan ikan yaitu Pantai Keburuhan dan Jatimalang. Penangkapan ikan yang dilakukan masih menggunakan kapal-kapal kecil dengan motor tempel, penangkapan ikan ini belum mencapai daerah lepas pantai dan zona ekonomi eksklusif (ZEE). Padahal diberlakukannya Zona Ekonomi Eksklusif mulai tahun 1994 memungkinkan untuk memperoleh hasil tangkapan yang lebih besar karena wilayah yang semakin luas. Selain ikan tangkap, di pesisir pantai Purworejo juga dikembangkan budidaya karena terdapat hamparan tambak yang cukup luas. Potensi tambak sekitar 1200 ha, 146 ha sudah dimanfaatkan. Ini berarti baru sekitar 12% lahan tambak yang dimanfaatkan. Dari 146 ha yang sudah dimanfaatkan ± 18 ha terdapat di desa Jatimalang. Budidaya tambak yang dikembangkan adalah bandeng dan udang.(
BAB I-4
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab I
Rencana
strategi
pengembangan”kawasan
bahari
terpadu
(KBT)
selatan-selatan”
kabupaten
purworejo,bapeda purworejo 2004). Berdasarkan analisis finansial yang dilakukan kerjasama departemen kelautan dan perikanan, direktorat jendral kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil dan PT. Multidekon Internal, tingkat keuntungan yang diperoleh dari budidaya bandeng dan udang ini sebesar 11,53% . Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa usaha budidaya tambak dan bandeng lay ak untuk diupayakan dan dikembangkan lebih lanjut. Untuk pengembangan ini pemerintah daerah kabupaten Purworejo telah membangun balai benih udang (BBU) yang terletak di desa Jatimalang. Hasil tambak dan ikan tangkap di desa Jatimalang adalah yang terbanyak bila dibandingkan zona pengembangan lain di pesisir Purworejo yaitu sekitar 480.000 kg/tahun. Meskipun ikan hasil dari tambak cukup baik di desa Jatimalang bukan berarti pemanfaatan tambak di kawasan ini sudah optimal. (Penyusunan bisnis plan kegiatan perikanan kabupaten purworejo tahun 2007) Keberadaan tambak belum dimanfaatkan secara optimal. Padahal tambak selain dapat digunakan sebagai tempat budidaya ikan, juga dapat dimanfaatkan sebagai pendukung wisata terutama wisata alam dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada yang dapat mendukung sebagai objek wisata alam. Kawasan Pantai Jatimalang memiliki potensi yang sangat strategis untuk kawasan wisata dengan tambak udang dan bandengnya. Selain itu, suasana alam pedesaan yang masih alami dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Para wisatawan bisa melakukan kegiatan menjelajah (tracking) maupun berkemah (camping). Akses transportasi Kawasan Pantai Jatimalang di Purworejo sebagai Objek Wisata mudah dijangkau. Desa Jatimalang berada 1 km dari Jalur jalan lintas selatan sehingga aksesnya mudah, selain itu juga terletak di pusat kegiatan wilayah Lokasi pantai jatimalang sendiri termasuk dalam sistem jalur perdagangan, transportasi dan wisata sehingga cukup potensial untuk dikembangkan. Terlebih sekarang ini stasiun kereta api Jenar yang terletak di kota kecamatan dilalui kereta prameks yang dapat dimanfaatkan untuk kemudahan akses dari luar kota. Infrastruktur yang telah tersedia di Kawasan Pantai Jatimalang
ini adalah : listrik,
komunikasi, dan jalan aspal.
BAB I-5
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab I
Masyarakat Setempat
c.
Peran serta masyarakat setempat sangat diperlukan dalam suatu kawasan wisata untuk membuka peluang bagi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Dengan adanya peran serta masyarakat dalam kawasan wisata ini diharapkan taraf hidup masyarakat sekitar juga meningkat. Penduduk setempat dapat melayani kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan oleh wisatawan seperti penyediaan oleh-oleh, tempat-tempat kuliner, dan cinderamata. D. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN 1.
Permasalahan Merencanakan dan merancang desain kawasan Pantai Jatimalang sebagai objek wisata dengan menjaga kelestarian alam Kawasan Pantai Jatimalang dan memanfaatkan potensi keindahan alam yang ada menjadi satu kesatuan secara kontekstual.
2.
Persoalan a. Menentukan penataan kawasan yang akan diolah dan direncanakan sehingga tercipta suatu kawasan wisata alam yang menarik dan atraktif bagi pengunjung dengan pertimbangan kegiatan wisata yang dilakukan dan kelestarian dari potensi dapat terjaga. b. Penataan site plan, sirkulasi, parkir, dan pedestrian pada kawasan Pantai Jatimalang yang direncanakan sebagai objek wisata. c. Menentukan Kegiatan yang sesuai dengan potensi kawasan untuk diterapkan sehingga tetap menjaga kelestarian alam. d. Penyediaan fasilitas apa yang rekreatif sesuai dengan kelompok pengunjung e. Pemilihan struktur, tata massa, fasade dan material landscape maupun bangunan
E. TUJUAN DAN SASARAN 1. Tujuan Menyusun konsep perencanaan dan perancangan fisik fasilitas wisata di Kawasan Pantai Jatimalang yang memenuhi persyaratan secara arsitektural dan kebutuhan psikologis manusia akan rekreasi. Dan menjadikan Kawasan Pantai Jatimalang sebagai daerah tujuan wisata andalan yang mampu mendorong minat wisatawan untuk mengunjunginya dengan penataan dan pengolahan potensi yang ada. BAB I-6
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab I
2. Sasaran Mendapatkan konsep perencanaan yang meliputi : a. Konsep programming kegiatan/aktivitas wisata yang ditunjang dengan fasilitas pendukung sebagai penunjang fasilitas wisata. b. Konsep dasar penentuan dan pengolahan ruang luar/ tapak. c. Konsep dasar peruangan fasilitas wisata. d. Konsep dasar material lansekap. e. Konsep dasar struktur lansekap. f.
Konsep dasar sirkulasi dan pola jalan.
g. Konsep dasar utilitas lansekap. F. BATASAN DAN LINGKUP PEMBAHASAN 1. Batasan a. Wilayah perencanaan pada Kawasan Pantai Jatimalang yang memiliki potensi sebagai objek wisata. b. Pembahasan
aspek
sosial
menyangkut
penduduk
lokal
ikut
berpartisipasi
pembangunan dan operasional kegiatan wisata serta menikmati kesejahteraan,
dalam dan
mentransfer pengetahuan tentang potensi alam yanga ada kepada pengunjung. c. Pembahasan konsep arsitektur yang sesuai dengan karakter alam dan potensi serta budaya yang ada di masyarakat tersebut. 2. Lingkup Pembahasan Pembahasan diorientasikan pada masalah perencanaan dan perancangan Kawasan Pantai Jatimalang dalam lingkup disiplin ilmu arsitektur. Pembahasan di luar disiplin ilmu arsitektur akan dibahas sesuai dengan kebutuhan. G.
METODOLOGI DAN STRATEGI DESIAN 1. Metode Pencarian Data Metode pencarian data yang digunakan dalam melakukan konsep perencanaan dan perancangan Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang sebagai Objek Wisata adalah: BAB I-7
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab I
Tabel I - 1 Metode Pencarian Data Jenis Data
Jenis Metode
Observ asi
Data yang Dicari
Kondisi eksisting lingkungan di sekitar Kawasan
Pantai Jatimalang ,Purworejo.
Mengamati kondisi sosial ekonomi, kebiasaan dan potensi y ang dimiliki w arga daerah Kaw asan Pantai Jatimalang
Primer
Waw ancara
Studi Literatur
Internet
Dokumen pemerintah
Sekunder
Teori-teori dan artikel y ang berhubungan dengan masalah pengembangan kaw asan w isata di Indonesia. Artikel y ang berisi tentang kawasan wisata pantai y ang telah ada y ang nantiny a digunakan sebagai studi banding. Teori tentang partisipasi penduduk lokal dalam perencanaan, pembangunan, dan operasional kegiatan w isata Teori tentang transfer pengetahuan w arisan alam dan buday a. Artikel-artikel y ang berhubungan dengan perencanaan dan perancangan kaw asan w isata di daerah pantai serta segala aspekny a.
RUTRW Purw orejo, mencangkup tinjauan fisik kabupaten, kondisi sosial, buday a dan ekonomi, kondisi kependudukan dan pariw isata di Purw orejo. Data Kependudukan dan perkembanganny a serta jumlah sarana pariw isata di Purw orejo. Data monografi dari Instansi Kelurahan Jatimalang, Purw orejo. Undang-undang dan peraturan pemerintahan lainny a
Referensi pola pikir dan metode pengerjaanny a Bahan studi perbandingan
Tugas Akhir y ang sesuai dengan pembahasan
Menggali potensi di kaw asan pantai Jatimalang meny angkut buday a, partisipasi penduduk lokal dalam perencanaan, pembangunan, dan operasional kegiatan w isata serta menikmati kesejahteraan, dan transfer pengetahuan w arisan alam dan buday a. Mengamati kemungkinan lokasi dan tapak di kaw asan Jatimalang y ang nantiny a akan dikembangkan sebagai objek w isata. Kebiasaan dan perilaku dari penduduk setempat
BAB I-8
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab I
Dari hasil pengumpulan data tersebut kemudian disusun konsep perencanaan dan perancangan pengembangan pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang sebagai objek w isata. 2. Metode Pembahasan Metode pembahasan yang digunakan dalam melakukan pembahasan konsep perencanaan dan perancangan pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang sebagai objek w isata adalah: a. Metode Analisis 1) SWOT 2) Perumusan konsep Perencanaan
Menentukan kegiatan-kegiatan yang akan hadir dalam pengembangan kawasan Pantai Jatimalang,Purworejo.
Menentukan fasilitas-fasilitas yang sesuai dengan jenis-jenis kegiatan yang akan berlangsung pada kawasan Pantai Jatimalang, Purworejo
Perancangan
Menentukan tata letak bangunan-bangunan pada kawasan (siteplan/ konsep landscape) berikut sirkulasi kawasan sesuai dengan penzoningan hasil dari analisis site.
Menentukan program ruang bangunan dan fasilitas-fasilitas penunjang.
Menentukan suasana kawasan dan fisik bangunan eksterior dan interior yang memperhatikan
aspek
kenyamanan
bagi
pengunjung
sehingga
mampu
memunculkan imajinasi dan kreativitas pengunjung.
Menentukan karakter kawasan.
Menentukan konsep sistem utilitas yang mendukung keberadaan kawasan Pantai jatimalang sebagai objek wisata.
b. Metode Sintesis Membuat suatu simpulan tentang pemecahan masalah yang dapat digunakan sebagai pendekatan konsep yang selanjutnya menuju konsep perencanaan dan perancangan.
BAB I-9
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab I
H. Sistematika Pembahasan Tahap I
Bab ini mengungkapkan penjelasan judul, latar belakang, perumusan masalah, tujuan, lingkup pembahasan, metode pembahasan, sistematika pembahasan, dan pola pemikiran.
Tahap II
Bab ini mengemukakan tinjauan mengenai pariwisata secara umum, dan pengolahan tapak serta preseden.
Tahap III
Bab ini mengemukakan tinjauan lokasi sebagai gambaran tentang kondisi dan potensi yang
dapat
mendukung terhadap perencanaan dan perancangan pengembangan
kawasan Pantai Jatimalang sebagai objek wisata. Tahap IV
Bab ini mengemukakan tentang pengembangan kawasan Pantai Jatimalang sebagai objek wisata dan analisa pendekatan konsep perencanaan dan perancangan didasarkan pada pendekatan teoritik.
Tahap V
Bab ini merumuskan konsep desain perencanaan dan perancangan pengembangan kawasan Pantai Jatimalang sebagai objek wisata.
BAB I-10
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab I
BAB I-11
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
BAB II TINJAUAN TEORI Bab ini membahas teori-teori yang relevan dengan tema pengembangan kawasan. Dimana nantinya menjadi rambu-rambu atau arah dalam menganalisa. Tinjauan yang akan dipaparkan meliputi: A. Teori Pariwisata B. Wisata pantai C. Teori Urban Desain D. Teori Arsitektur Lansekap E. Preseden
BAB II-1
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
BAB II TINJAUAN TEORI A.
Pariwisata 1.
Pengertian Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat
pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya sebagai sector yang kompleks, ia juga merealisasi industri-industri klasik seperti industri kerajinan tangan dan cinderamata. Penginapan dan transportasi secara ekonomis juga dipandang sebagai industri. Pariwisata adalah kepergian orang-orang sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan pekerjaan sehari-hari serta kegiatan–kegiatan yang mereka selama berada di tempat-tempat tujuan tersebut, ini mencakup kepergian untuk berbagi maksud, termasuk kunjungan seharian atau darmawisata/ekskursi. Roberth Mcintosh bersama Sashikant Gupta mencoba mengunkapkan bahwa pariwisata adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah, tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan serta para pengunjung lainnya. 1 Menurut Keputusan Presiden No.19 tahun 1967 ditegaskan bahwa kepariwisataan merupakan kegiatan jasa yang memanfaatkan kekayaan alam dan lingkungan hidup, seperti hasil budaya, peninggalan sejarah, panorama atau pemandangan alam yang indah dan iklim yang nyaman. Pariwisata menurut Undang – Undang No.9 tahun 1990 secara jelas dan tegas dinyatakan bahwa : 1) Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Unsur yang terpenting dalam kegiatan wisata adalah tidak bertujuan mencari nafkah. 1
Nyoman.S,Pendit.2003.Ilmu pariwisata: sebuah pangantar perdana
BAB II-2
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
Tetapi apabila di sela-sela kegiatan mencari nafkah itu juga secara khusus dilakukan kegiatan wisata, bagian dari kegiatan tersebut dapat dianggap sebagai kegiatan wisata. Pengertian wisata yang dimaksud pada dasarnya mengandung 4 unsur yaitu : a) Unsur manusia (wisatawan). b) Unsur kegiatan (perjalanan). c) Unsur motivasi (menikmati). d) Unsur sasaran (obyek dan daya tarik wisata). 2) Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. 3) Pariwisata
adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk
pengusahaan obyek dan daya tarik serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. 4) Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. 5) Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lain di bidang tersebut. 6) Obyek dan daya tarik adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. 7) Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. 2.
Bentuk – Bentuk Pariwisata Bentuk pariwisata dapat dibagi menurut beberapa kategori : menurut asal wisatawan, menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran, menurut jangka waktu, menurut jumlah wisatawan, dan menurut alat angkut yang dipergunakan.
2
a. Menurut asal wisatawan 1) Dari dalam negeri disebut juga wisatawan domestik atau lokal 2) Dari luar negeri atau wisatawan mancanegara b. Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran
2
Nyoman S. pendit ,P a r i w i sa t a Se b a ga i Il mu , Se b u a h P e n ga n t a r P e r d a n a ,
BAB II-3
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
1) Kedatangan wisatawan dari luar negeri memberi efek yang positif terhadap neraca pembayaran luar negeri. Pariwisata ini disebut pariwisata aktif. 2) Warga negara yang pergi keluar negeri memberi efek negative pada pembayaran luar negeri. Pariwisata ini disebut pariwisata pasif. c. Menurut jangka waktu 1) Pariwisata jangka pendek, apabila wisatawan yang berkunjung ke daerah tujuan wisata hanya menghabiskan waktu beberapa hari saja. 2) Pariwisata jangka panjang , apabila wisatawan berkunjung ke daerah tujuan wisata hanya menghabiskan waktu sampai berbulan-bulan. d. Menurut Jumlah Wisatawan 1) Wisatawan tunggal apabila yang bepergian hanya seorang, atau keluarga 2) Wisatawan robongan apabila yang bepergian berjumla lebih dari 20 orang. e. Menurut alat angkut yang dipergunakan dibedakan menjadi 1) Pariwisata udara 2) Pariwisata darat 3) Pariwisata laut 3.
Jenis Pariwisata Jenis pariwisata dapat digolongkan menjadi sebagai berikut3 a. Wisata budaya Yaitu perjalanan yang dilakukan untuk memperluas pandangan hidup sesorang dengan cara mengadakan kunjungan ke tempat lain, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat-istiadat, cara hidup, budaya dan seni. Perjalanan serupa ini disajikan dengan kesempatan mengambil bagian dalam kegiatan budaya, seperti eksposisi seni (seni tari, seni drama, seni music dan seni suara), atau kegiatan yang bermotif kesejarahan. b. Wisata kesehatan Yaitu perjalanan seorang wisatawan dengan tujuan untuk menukar keadaan lingkungan tempat sehari-hari dimana ia tinggal demi kepentingan beristirahat
3
Nyoman.S,Pendit.2003.lmu Pariwisata: sebuah pengantar perdana
BAB II-4
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
(jasmani dan rohani). Misalnya yaitu mengunjungi tempat-tempat yang menyediakan fasilitas-faslitas kesehatan. c. Wisata olahraga Yaitu wisatawan yang mealkukan perjalanan dengan tujuan berolahraga atau memang sengaja bermaksud mengambil bagian aktif dalam pesta olahraga disuatu tempat atau Negara. d. Wisata komersial Awalnya hanya berupa kunjungan ke pameran atau pekan raya yang bersifat komersial yang dilakukan untuk tujuan tertentu urusan bisnis. Namun saat ini wisata komersial menjadi wisata yang menarik bagi masyarakat sehingga para pengusaha angkutan dan akomodasi membuat rencana-rencana istimewa untuk keperluan tersebut. e. Wisata industri Perjalanan yang dilakukan oleh pelajar atau mahasiswa, orang-orang awam ke suatu kompleks atau daerah perindustrian dimana terdapat pabrik-pabrik atau bengkelbengkel besar dengan maksud dan tujuan untuk mengadakan peninjauan atau penelitian termasukdalam golongan wisata industri ini. Hal ini dilakukan oleh Negara yang telah maju perindustriannya dimana masyarakat berkesempatan mengadakan kunjungan ke daerah-daerah atau kompleks-kompleks pabrik industri berbagai jenis barang secara masal di Negara tersebut. f.
Wisata politik Jenis perjalanan yang dilakukan untuk melakukan kunjungan atau mengambil bagian secara aktif dalam pariwisata politik seperti misalnya peringatan ulang tahun suatu neagara, serta peristiwa-peristiwa penting seperti konferensi, musyawarah, kongres atau konvensi politik yang disertai dengan darmawisata termasuk dalam jenis ini.
g. Wisata konvensi Biasanya suatu Negara akan menyediakan fasilitas akomodasi dan prasarana yang lengkap agar menarik Negara luar untuk melakukan suatu persidangan di tempat tersebut. BAB II-5
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
h. Wisata sosial Yang dimaksud dengan wisata sosial adalah pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah untuk memberi kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi rendah. i.
Wisata pertanian Wisata pertanian adalah pengoraganisasian perjalanan y ang dilakukan ke proyekproyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan study maupun melihatlihat keliling sambil menikmati obyek-obyek pertanian. Biasanya obyek wisata ini memiliki pramuwisata untuk menjelaskan segala sesuatunya kepada pengunjung.
j.
Wisata bahari atau maritime Wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olahraga air, seperti danau, pantai, teluk atau laut lepas
seperti memancing,
berlayar,
menyelam sambil melakukan
pemotretan, kompetisi berselancar, mendayung, berkeliling melihat taman laut dengan pemandangan indah di bawah permukaan air serta berbagai rekreasi perairan yang banyak dilakukan di daerah-daerahatau Negara-negara maritim. k. Wisata cagar alam Yaitu perjalanan wisata ke tampat cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegungan dan tempat-tempat yang kelestarianny a dilindungi oleh undang-undang. l.
Wisata buru Jenis wisata ini dilakukan dinegera yang memiliki daerah atau tempat yang pemerintahnya memperbolehkan dan digalakan oleh berbagai agen biro perjalanan. Wisata buru ini diatur dalam bentuk safari buru ke daerah atau hutan yang telah ditetapkan pemerintah Negara bersangkutan, contoh dari wisata ini adalah di Negara Afrika. Namun walaupun wisata buru ini disahkan Pemerintah tetap ada kebijaksanaan yang mengatur agar satwa yang ada tidak punah.
m. Wisata Pilgrim Yaitu jenis wisata yang berhubungan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. BAB II-6
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
n. Wisata bulan madu Yaitu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan-pasangan pengantin baru dengan penyediaan fasilitas-faslitas tersendiri untuk kenikmatan pengunjung tersebut. o.
Wisata petualangan Lebih dikenal dengan istilah Adventure Tourism, yaitu kegiatan wisata yang objeknya adalah hutan belantara yang belum pernah dijelajahi sehingga didalamnya menwarkan tantangan pada pengunjung Di sini wisata yang akan direncanakan pada Kawasan Pantai Jatimalang di Purworejo sebagai Objek Wisata termasuk di dalam kategori Wisata Maritim/Bahari,
4.
Peranan Wisata Wisata memiliki beberapa peranan dalam berbagai bidang,antara lain: 4 a. Kesehatan Persaingan dalam kehidupan membuat manusia harus berjuang agar dapat memenuhi kebutuhannya. Hal ini menyebabkan gangguan fisik dan mental. Untuk
mengatasi
gangguan-gangguan
tersebut
salah
satunya
adalah
berwisata. b. Ekonomi Pengembangan tempat wisata memungkinkan tersedianya lapangan kerja terutama bagi masyarakat sekitar. c. Budaya Wisata membatu peningkatan dan pelestarian seni budaya dan adat istiadat yang terdapat pada daerah wisata. 5.
Persyaratan Tempat Wisata Tempat wisata untuk
dapat menarik
pengunjung harus memenuhi beberapa
persyaratan 5: 4 5
Nyoman.S,Pendit.2003.lmu Pariwisata: sebuah pengantar perdana Nyoman.S,Pendit.2003.lmu Pariwisata: sebuah pengantar perdana
BAB II-7
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
a. Memiliki daya tarik wisata, berupa keindahan alam, kebudayaan atau manusianya itu sendiri b. Memiliki prasarana yang memadai, misalnya hotel/tempat penginapan lain, rumah makan, telekomunikasi, listrik,dll c. Tersedianya jaringan transportasi sehingga dapat dicapai dengan mudah. Berkaitan dengan persyaratan tempat wisata di atas Pantai Jatimalang telah memenuhi persyaratan memiliki daya tarik yaitu berupa keindahan pantai dan pertambakan serta budaya masyarakat yang dimilikinya, potensi hasil pertanian serta industri kerajinan rumah tangga. Sedangkan sarana penunjang pada kawasan Pantai Jatimalang masih perlu peningkatan, meskipun akses menuju pantai berupa jalan yang dapat dilalui mobil sampai ke tepi pantai sudah cukup memadai. 6.
Fasilitas Wisata a. Pengertian Fasilitas Wisata Fasilitas dapat diartikan sebagai sarana atau alat untuk mewadahi sebuah kegiatan yang berfungsi untuk memudahkan kegiatan tersebut. Sedangkan wisata adalah kegiatan perjalanan atau kegiatan yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati Obyek dan daya tarik wisata. 6 Dari dua pengertian tersebut, fasilitas wista didefiniskan sebagai salah satu hal yang memudahkan serta mendukung kegiatan penjalanan yang bersitat sukarela dan sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Dalam definisi yang lain, fasilitas wisata adalah semua sarana untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yaitu: to stay, to refresh, to shop, to eat, to get, yang memanfaatkan karakteristik lingkungan alam sekitarnya untuk menciptakan rekreasi yang spesifik. Dari hal tersebut, maka fasilitas terdiri dari : 1) Fasilitas rekreasi dan fasilitas informasi
6
UU no.9 tahun 1990 tentang kepariwisataan
BAB II-8
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
2) Fasilitas transportasi dan fasilitas penunjang seperti toko souvenir, warung makan. b. Macam Fasilitas Wisata Fasilitas Wisata yang diperlukan dalam wisata air antara lain: 1) Fasilitas Rekreasi Air Merupakan fasilitas yang mewadahi rekreasi air secara umum, seperti bersampan, memancing berenang, bersepeda air dan sebagainya. Media perairan yang ada sekarang juga sekaligus dimanfaatkan untuk berolahraga air sebagai atraksi utama dan dilengkapi dengan fasilitas penunjang seperti dermaga, tempat penyimpanan kapal dan sebagainya. 2) Fasililtas lnformasi Wisata Adalah fasilitas yang disediakan unuk memberikan informasi yang sejelasjelasnya kepada pengunjung atau pihak lain tentang objek wisata tersebut atau objek wisata lain yang saling berkaitan. 3) Fasililtas Akomodasi Merupakan fasliltas penginapan yang dapat berupa hotel , cottage, motel atau perkemahan termasuk fasliltas penunjang didalamnya berupa cafe, restoran dan sebagainya. 4) Fasilitas Hiburan Merupakan fasilitas yang memberikan rekreasi tambahan berupa hiburan, misalnya panggung terbuka, taman rekreasi, pemancingan, permainan anak dan sebagainya. 5) Fasilitas Pengelolaan Fasilitas ini diperlukan bagi orang-orang yang mengelola fasilitas baik yang bersifat administratif maupun yang langsung berhubungan dengan pengunjung. 6) Fasilitas Komersial Seharusnya menyediakan kebutuhan wisatawan akan cenderamata/ barang yang khas dari objek wisata tersebut. Fasilitas dapat berupa souvenir shop, restaurant, caffee, dan lain lain. BAB II-9
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
7) Fasilitas Pelayanan Umum Merupakan fasilitas yang mewadahi aktivitas pengunjung secara umum misalnya area parkir, pusat informasi, musholla,Toilet, dll 8) Fasilitas Pelayanan khusus Fasilitas yang mewadahi fungsi-fungsi khusus yang biasanya dipakai pada saat-saat tertentu saja, misalnya pelayanan kesehatan, tour travel, guide, dsb 7. Wisatawan a. Pengertian Wisatawan Wisatawan dapat didefiniskanantara lain sebagai berikut: Setiap orang yang berpergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dari kunjungan itu.
7
Seseorang tanpa membedakan jenis kelamin , ras, bahasa, suku bangsa, dan agama yang memasuki wilayah suatu negara yang mengadakan perjanjian yang lain daripada negara dimana orang biasanya tinggal dan berada disitu lebih dari 24 jam dan tidak lebih dari 6 bulan, dalam jangka waktu 12 bulan berturut-turut. Untuk tujuan non imigran yang legal seperti perjanjian wisata,rekreasi, olah raga, kesehatan, alasan keluarga, studi, ibadah keagamaan atau urusan usaha.(Oka A. Yoeti,1988) Seorang pengunjung untuk sekurang-kurangnya satu malam tapi tidak lebih dari satu tahun dan yang menjadi maksud utama kunjungannya adalah tidak melaksanakan suatu kegiatan yang mendatangkan penghasilan dari negeri yang dikunjungi.(Deparpostel 1992). Orang yang melakukan kegiatan wisata. 8 b.
Jenis dan Macam Wisatawan Berdasarkan
sifat
perjalanan,
lokasi
dimana
perjalan
dilakukan
dapat
diklasifikasikan sebagai berikut.: 7
Inpres no 9 tahun 1969
8
UU Republik Indonesia No 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan).
BAB II-10
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
1) Wisatawan Asing ( Foreign Tourist ) Orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang datang measuki suatu negara lain dan bukan merupakan merupakan negara diman ia tinggal. 2) Wisatawan Asing ( domestic Foreign Tourist ) Orang asing yang berdiam atau bertempat tinggal disuatu negara karena tugas dan melakukan perjalanan wisata diwilayah negara dimana ia tinggal. 3) Wisatawanlokal ( Domestic Tourist ) Seorang warga negaranya melakukan perjalanan wisatadalam wilayah negaranya sendiri tanpa melawati perbatasan negaranya. 4) Indigenous Foreign Tourist Warga negara tertentu yang karena tugas atau jabatannya, berada diluar negeri, dan pulang kenegaranya sendiri. Jenis ini merupakan kebalikan dari Domestic Foreign Tourist 5) Transit Tourist Wisatawan yang sedang melakukan perjalanan kesuatu negara tertentu yang terpaksa mampiratau singgah pada suatu pelabuhan, airport, station, bukan atas kemauannya sendiri. 6) Bussines Tourist Orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan bisnis bukan untuk wisata, tetapi ia melakukan perjalanan wisata setelah urusan bisnisnya selesai. Wisatawan menurut tujuan dan lama tinggalnya dapat dibedakan menjadi 3 jenis: 1) Visitor Seseorang yang mengunjungi suatu daerah yang berbeda dengan tempat tinggalnya dengan tujuan tidak untuk mencari uang / bekerja di tempat yang di kunjunginya. 2) Tourist Pengunjung sementara yang tinggal minimum 24 jam di daerah yang dikunjungi
dengan
tujuan
mencari
kesenangan,
berlibur,
rekreasi,
berolahraga, ataupun juga untuk melakukan kegiatan keagamaan BAB II-11
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
3) Exursionist Pengunjung yang tinggal kurang dari 24 jam di daerah yang dikunjunginya. c. Motivasi Wisatawan Melakukan Kegiatan Wisata Motivasi wisatawan dalam mengunjungi sebuah objek wisata ternyata penting diketahui
untuk
menentukan jenis
wisata,
failitas
yang diperlukan,
dan
kebutuhannya. Pada hakikatnya tujuan seseorang melakukan kegiatan wisata antara lain : 1) Untuk bersantai baik jasmani ataupun rohani 2) Menikmati keindahan alam serta menambah pengetahuan tentang budaya setempat 3) Demi kesehatan dan kesegaran, seperti mendapat cahaya matahari, udara segar, mandi air panas dan perjalanan khusus. 4) Mencari kesenangan, kenyamanan, kegembiraaan serta hal-hal lucu. 5) Melakukan kegiatan aktif dalam bidang olah raga terutama olah raga air, seperti arung jeram, memancing, berenang. 6) Mencari hal yang bersifat spiritual dan perenungan. d. Perilaku Dan Sifat Manusia Dalam Berwisata Dalam berwisata, manusia rnempunyal sifat dan perilaku yang berbeda-beda. antara lain 1)
Bebas Manusia akan bergerak bebas menurut kemauannya karena terpikat oleh suatu obyek, karena merasa rnengalami tekanan perasaan yang ditimbulkan oleh ruang.
2)
Santai - rileks
Merasa lelah berkeliling menimbulkan keinginan berada pada
kondisi santai. Wisatawan
selalu bersantai dan bersenang-senang tanpa dipengaruh oleh keterbatasan waktu seperti saat-saat bekerja (kegatan yang tidak membebani pikiran )
BAB II-12
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
B.
Wisata Pantai 1. Spesifikasi alam pantai Daerah pantai adalah bagian wilayah daratan yang berbatasan langsung dengan laut, berjarak kurang lebih 50 m -- 1000m dari laut dan tidak tergenang saat pasang. Pantai /costal area mempunyai ciri-ciri yang spesifik yang berbeda dengan daerah lain seperti pegunungan atau daratan. Ciri-ciri pantai : laut merupakan pusat perhatian dan orientasi utama, panorama pantai selalu menampilkan pemandangan khas perpaduan antara laut lepas dan daratan. Sedangkan elemen pantai: perairan laut lepas dan ombaknya, daratan berpasir, vegetasi (kelapa, bakau,nipah dll), fauna, angin dan iklim laut. 2. Karakteristik wilayah pesisir/ pantai Wilayah pesisir memiliki karakteristik yang unik baik dari aspek geofisik maupun aspek sosial, ekonmi dan budaya.(dahuri, 2001) menyatakan beberapa karakteristik pesisir yaitu: a. Terdapat keterkaitan ekologis baik antar ekosistem di dalam kawasan pesisir maupun kawasan pesisir dengan lahan atas dan laut lepas. b. Dalam satu kawasan pesisir biasanya terdapat lebih dari dua macam sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan yang dapat dikembangkan untuk kepentingan pembangunan. c. Dalam satu kawasan pesisir,pada umumnya terdapat lebih dari satu kelompok masyarakat yang memiliki ketrampilan atau keahlian dan kesenangan bekerja yang berbeda. Hal ini mengakibatkan pemanfaatan berbagai sumber daya yang ada. d. Baik secara ekologis maupun ekonomis,pemanfaatan suatu kawasan pesisir secara mono cultural adalah sangat rentan terhadap perubahan internal maupun eksternal yang menjurus kepada kegagalan usaha. e. Kawasan pesisir merupakan kawasan milik bersama (common property resources) yang dapat dimanfaatkan oleh semua orang (open acces). f.
Kawasan pesisir merupakan kawasan yang secara hayati sangat produktif dan subur. Pada kawasan pesisir juga dilakukan berbagai aktivitas manusia sehingga terjadi interaksi antara manusia dan sumberdaya pesisir dan laut. BAB II-13
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
g. Wilayah pertemuan antara berbagai aspek kehidupan yang ada di darat, laut dan udara sehingga bentuk wilayah pesisir merupakan hasil keseimbangan dinamis dari proses pelapukan dan pembangunan ketiga aspek di atas. h. Berfungsi sebagai habitat berbagai jenis ikan ,mamalia laut dan unggas untuk tempat pambesaran, pemijahan dan mencari makan. dan kehidupan darat dan laut. i.
Wilayahnya sempit, tetapi memiliki kesuburan yang tinggi dan sumber zat organik penting dalam rantai makanan dan kehidupan darat dan laut.
j.
Memiliki gradian perubahan sifat ekologi yang tajam dan pada kawasan yang sempit akan dijumpai kondisi ekologi yang berlainan.
Tempat bertemunya berbagai kepentingan pembangunan baik pembangunan sektoral maupun regional serta mempunyai dimensi internasional 3. Pengertian wisata pantai Wisata pantai adalah kegiatan yang diperoleh dengan melakukan perjalanan ke pantai dan
lingkungan
sekitarnya
yang
bertujuan
untuk
mendapatkan
kepuasan batiniah,
mengembalikan kesegaraan jasmani, istirahat dan mencari keseimbangan dan keserasian dengan lingkungannya dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu pengetahuan. 4. Jenis kegiatan wisata pantai a.
Berjemur
b.
Menikmati pemandangan alam
c.
Tour keliling: boat tour, hiking,berkuda
d.
Memancing
e.
Berenang, membutuhkan perrairan laut dengan tinggi ombak kurang dari 0,5m/ laut tenang
f.
Selancar air (surfing), yaitu olahraga yang dilakukan menggunakan papan ringan sepanjang 1,8-2,4m, membutuhkan perairan laut yang memiliki ombak cukup besar ±2m dan tidak pecah sampai ke tepi pantai.
g.
Ski air(jet ski),dayung,berlayar, membutuhkan perairan laut tenang dengan tinggi ombak kurang dari 0,5m. BAB II-14
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
h.
Olahraga: voli pantai
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perencanaan Fasilitas Wisata Pantai a.
Karakteristik, elemen-elemen pembentuk alam pantai, antara lain: ombak, garis cakrawala, matahari,batu karang, pasir, flora dan fauna
b.
Aksesibilitas,
faktor jarak
untuk mencapai obyek dan ketersediaan sarana
transportasi yang sangat berpengaruh terhadap kemudahan dan waktu tempuh. c.
Faktor alam, hidrologi, dll
d.
Faktor atraksi wisata.semakin unik sajian atraksi wisata, semakin besar peluang obyek wisata dalam menarik pengunjung. Ada dua jenis atraksi wisata yaitu atraksi pasif dan aktif. Atraksi wisata aktif adalah atraksi wisata yang melibatkan seleompok/seseorang untuk menyajikan suatu aktivitas yang bersaifat menghibur pengunjung. Atraksi wisata ini dapat berupa fasilitas yang merangsang pengunjung untuk melakukan aktifitas dalam berwisata. Atraksi wisata aktif antara lain: sajian tari, lagu, drama, play ground, kolam renang, joging track dll. Sedangkan atraksi pasif adalah atraksi wisata yang aktifitas wisatanya bersifat statis. Atraksi wisata ini biasanya
tidak
melibatkan wisatawan dalam aktivitasnya,misalnya pameran
lukisan,pemandangan alam. Faktor-faktor tersebut di atas akan mempengaruhi perencanaan fasilitas wisata Pantai Jatimalang yaitu pada pengoptimalan potensi dan karakteristik alam yang ada. Penyediaan sarana dan prasarana untuk memudahkan dan kenyamanan dalam pencapaian ke lokasi. Serta penyediaan atraksi-atraksi wisata yang dapat menarik minat pengunjung. C.
URBAN DESAIN 1. Urban Space Desain Ada dua type utama dalam space design9 a. Hard Space Elements ( Ruang Keras) 9
Eberhard H zalder, Mu lti Use Ar ch i t e ct u r e In Th e Ur b a n Co n t e st , karl karmer verlag,stutgart,1983
BAB II-15
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
Hard space adalah ruang terbuka yang tebentuk oleh elemen arsitektur berupa dinding yang mengelilinginya yang biasanya dimanfaatkan sebagai ruang publik. Dalam hard space design terdapat 3 komponen vital yang mutlak disediakan agar tercipta hard space yang berhasil yaitu : 1) Bentuk-bentuk tiga dimensional. Terbentuk dari edges, batas fisik hard space serta karakter fasade dinding yang mengelilinginya. 2) Pola 2 dimensional. Adalah bermacam perlakukan terhadap desain lantai seperti bahan, tekstur dan komposisinya serta warna-warna yang menarik dan rekreatif. 3) Objek-objek
pelengkap hard space. Berupa elemen arsitektur seperti
sculpture, kolam air, air mancur, pohon sebagai vocal point yang bisa membuat ruang terbuka mudah diingat dan yang terakhir adalah manusianya itu sendiri sebagai user yang bisa menghidupkan space.
Gambar 2.1 contoh hard space Sumber: www.urbanspace.com
b. Soft space elements ( ruang lunak) Adalah ruang terbuka didalam kota yang terbentuk secara alami dan kemudian diolah untuk tempat rekreasi diluar gedung. Biasanya berbentuk area parkir, taman kota, hutan kota dan jalur hijau disepanjang kanan kiri jalan.
Gambar 2.2 soft space Sumber: urbanspace.com
BAB II-16
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
2. Teori Urban Design a. Teori Figure Ground Teori Figure Ground berisi tentang lahan terbangun ( Urban solid ) dan lahan terbuka
( urban Void ). Pendekatan jenis ini adalah suatu bentuk usaha untuk
memanipulasi dan mengolah pola eksisting data dengan cara penambahan, pengurangan, atau pengubahan pola geometris, juga merupakan bentuk analisa hubungan antara massa bangunan dan juga ruang terbuka. 1) Urban Solid Tipe urban solid antara lain : a) Massa bangunan, monurnen-monumen publik atau institution (sesuatu yang didirikan atau dibuat). Dengan karakter : (1) Berupa obyek bangunan yang menjadi titik fokus pandangan pada kawasan tersebut. (2) Membutuhkan perletakan menonjol pada ruang terbuka. merupakan ekspresikepentingan sosial dan politik. (3) Berupa bangunan yang berdiri sendiri freestanding building). b) Persil lahan blok hunian yang ditonjolkan, yaitu area utama blok urban c) Edge yang berupa bangunan/ pengarah/ bangunan pembentuk batas.
Gambar 2.3. urban solid Sumber: www.urbanspace.com
2) Urban Void Adalah ruang terbuka dalam lingkup suatu kawasan perkotaan. Elemen urban void dibedakan menjadi 2. yaitu :
BAB II-17
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
a) Internal Void Adalah ruang terbuka dalam Iingkup suatu bangunan. b) Eksternal Void Adalah ruang terbuka di luar lingkup suatu bangunan. Tipe urban void : a) Ruang terbuka berupa pekarangan bersifat transisi antara publik dan privat. b) Jaringan utama jalan dan lapangan bersifat publik karena mewadahi aktivitas publik berskala kota. c) Area parkir bisa berupa taman parkir sebagai nodes yang berfungsi preservasi kawasan hijau. d) Sistem ruang terbuka yang berbentuk linear dan kurvalinier. Tipe ni berupa daerah aliran sungai, danau. dan semua yang alami dan basah.
Gambar 2.4. urban void Sumber: www.urbanspace.com
b. Teori Lingkage Lingkage artinya berupa garis semu yang menghubungkan antara elemen yang satu dengan yang lain, nodes yang satu dengan yang lain, atau distrik yang satu dengan yang lain. Garis ini berbentuk jaringan jalan, jalur pedestrian ruang terbuka yang berbentuk segaris dan sebagainya. Menurut Fumihiko Maki, linkage adalah semacam perekat kota yang sederhana suatu bentuk upaya untuk mempersatukan seluruh tingkatan kegiatan yang menghasilkan bentuk fisik suatu kota. Dalam urban desain harus selalu
BAB II-18
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
diperhatikan masalan hubungan antara tempat-tempat yang berciri khusus bisa berbentuk distrik secara komprehensif. Dalam linkage theory Maki membagi 3 tipe linkage urban space, yaitu; 1)
Compositional Form Bentuk ini tercipta dari bangunan-bangunan yang berdiri sendiri secara 2
dimensi. Dalam tipe ini hubungan pembentuk ruang jelas walaupun secara tidak langsung. Bentuk linkage ini terlihat sering dilahirkan oleh metode seorang arsitek profesional. 2) Mega Form Susunan-susunannya dihubungkan ke sebuah Kerangka berbentuk garis lurus dan hierarkis. Eksperimen bentuk linkage ini sangat populer digunakan pada era 1950-an. 3) Group Form Kota-kota tua bersejarah serta daerah peclesaan yang menerapkan pembangunannya dengan pola ini. Bentuk ini berupa akumulasi tambahan struktur pada sepanjang ruang terbuka. c. Teori Lokasi, (Place Theory) Esensi dari teory lokasi ini berkaitan dengan desain space terletak pada pemahaman/ pengertian terhadap budaya dan karakterstik rnanusia terhadap ruang fisik. Space akan menjadi place apabila diberi makna kontekstual dan muatan budaya atau potensi muatan lokalny a. Salah satu bentuk keberhasilan pembentukan place adalah seperti aturan yang dikemukakan Kein Lynch untuk desain ruang kota : 1) Legibility / Kejelasan Sebuah kejelasan emosional suatu kota yang dirasakan secara jelas oleh warga kota. Artinya suatu kota atau bagian kota atau kawasan bisa dikenali dengan cepat dan jelas mengenai distriknya, land marknya atau jalur jalannya dan langsung dapat dilihat polakeseluruhannya. BAB II-19
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
2) Susunan dan Identitas Susunan artinya adanya kemudahan pemahaman pola suatu bIok- bIok kota yang menyatu antar bangunan dan ruang terbukanya. ldentitas artinya image orang akan menuntut suatu pengenalan atau batas suatu obyek dimana di dalamnya harus tersirat perbedaan obyek tersebut dengan objek yang Iainya sehingga orang bisa dengan mudah mengenalnya. 3) Citra (lmegeatiility) Yaitu persepsi pengguna dalam gerak dan pengalaman ruang kota oleh pengguna atau masyarakat terhadap kualitas fisik suatu obyek sehingga mampu memberikan peluang yang besar untuk menimbulkan kesan untuk membentuk sebuah citra tertentu. Kualitas secara fisik suatu obyek yang memberikan peluang timbulnya image yang kuat yang diterima orang. Sehingga image ditekankan pada kualitas fisik suatu kawasan atau lingkungan yang menghubungkan atribut identitas dengan strukturnya. Dan suatu image dibentuk oleh 5 elemen pembentuk wajah kota yaitu landmark, paths, districts, nodes dan edges. 3. Image Kota Kevin Lynch menyatakan bahwa image suatu kota dibentuk oleh 5 elemen pembentuk wajah kota, yaitu: a. Paths Merupakan rute-rute sirkulasi yang biasa digunakan orang untuk melakukan pergerakan, suatu garis penghubung yang memungkinkan orang bergerak dengan mudah. Path ini berupa jalan, jalur pejalan kaki, rel kereta api, dll..
Gambar 2.5. path Sumber: document pribadi
BAB II-20
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
b. Edges Adalah elemen yang berupa jalur memanjang tetapi tidak berupa paths yang merupakan batas di antara 2 jenis fase kegiatan. Edges bisa berupa dinding, pantai, hutan kota dll.
Gambar 2.6. edges Sumber: document pribadi
c. Districs Elemen ini hanya dirasakan ketika orang memasukinya atau bisa dirasakan dari luar ketika ia memiliki kesan visual.
Artinya district bisa dikenali karena
adanya karakteristik suatu kegiatan dalam suatu wilayah. d. Nodes Adalah berupa titik. Titik dimana orang bisa mempunyai pilihan untuk memasuki district yang berbeda. Sebuah titik konsentrasi dimana transportasi memisah, paths melebar dan tempat mengumpulnya karakteristik fisik.
Gambar 2.7. nodes Sumber: www.urbanspace.com
e. Landmark Adalah titik pedoman objek fisik, bisa berupa fisik natural seperti gunung,bukit, atau berupa fisik buatan berupa menara, gedung, sculpture, kubah, dll. Sehingga
BAB II-21
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
orang bisa dengan mudah mengorientasikan diri dalam suatu kota atau kawasan atau lingkungan .
Gambar 2.8. landmark Sumber: document pribadi
D.
ARSITEKTUR LANSEKAP Pada hakekatnya arsitektur lansekap adalah ilmu dan seni perencanaan (palling) dan perancangan (design) serta pengaturan daripada lahan, penyusunan elemen-elemen alam dan buatan melalui aplikasi ilmu pengetahuan dan budaya, dengan memperhatikan keseimbangan dan kebutuhan pelayanan dan pemeliharaan sumber daya, hingga pada akhirnya dapat tersajikan suatu lingkungan yang fungsional dan estetis.
Bagan II. 1 : Komponen Dalam Desain Lansekap Sumber : Arsitektur Lansekap, Rustam Hakim
BAB II-22
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
Dengan demikian, arsitektur lansekap mempunyai wawasan dan berperan aktif dalam berbagai proyek mulai dari yang berskala besar serta konsultasi proyek-proyek dalam skala yang lebih kecil. Dari dasar pemikirannya arsitektur lansekap harus dapat menjembatani pemikiranpemikiran natural scientist dan land developer economist. Yaitu mampu berlaku dan bertindak mendayagunakan dan menghasilgunakan potensi dan kemampuan lingkungan alam secara bijaksana untuk berbagai kebutuhan lingkungan manusia. Komponen kegiatan arsitektur lansekap terlihat adanya klasifikasi sesuai tuntutan kebutuhan masyarakat, yaitu : perencanaan lansekap (landscape planning); perancangan tapak (site planning); perancangan detail lansekap (detailed landscape design). 1. Perencanaan Lansekap (Landscape Planning) Perencanaan lansekap (landscape planning) mengkhususkan diri pada studi pengkajian proyek berskala besar untuk bias mengevaluasi secara sistematik area lahan yang sangat luas untuk ketetapan penggunaan bagi berbagai kebutuhan di masa datang. Pengamatan masalah ekologi dan lingkungan alam sangat peka diperhatikan pada kegiatan ini. Kerja sama lintas disiplin merupakan syarat mutlak untuk bias sampai kepada produk kebijakan atau tata guna tanah. Pada perencanaan lansekap ada tiga faktor penting untuk dianalisis, yaitu : ekologi lansekap, manusia dengan social ekonomi budayanya, dan estetika. Estetika pada lansekap tidak merupakan factor yang berdiri sendiri, tetapi merupakan polarisasi dari kedua factor lainnya. 2. Perancangan Tapak (Landscape Site Planning) Perancangan tapak (landscape site planning), di dalamnya juga tercakup lansekap desain, merupakan usaha penanganan tapak (site) secara optimal melalui proses
keterpaduan penganalisisan dari suatu tapak dan kebutuhan program
penggunaan tapak menjadi suatu sintesa yang kreatif. Dengan demikian, setiap elemen dan fasilitas akan diletakkan di atas lahan dalam keterpaduan fungsi dan selaras dengan karakteristik tapak dan lingkungan alamnya. Keterpaduan dalam
BAB II-23
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
menganalisis ini sangat dituntut seperti dalam penanganan : tapak resort daerah rekreasi, tata ruang luar daerah industri, daerah pendidikan, dan sebagainya. 3. Perancangan Detail Lansekap (Detailed Landscape Design) Perancangan detail lansekap (detailed landscape design) adalah usaha seleksi dan ketepatan penggunaan komponen/ elemen, material/ bahan lansekap, tanaman, kombinasi. pemecahan detail berbagai elemen taman seperti : pedestrian, plaza, air mancur, kolam, dan sebagainya. Kesemuanya merupakan pemecahan spesifik dan berkualitas dari diagram/ program ruang dan area dari sebuah rencana rinci tapak.
Proses Perancangan Desain Arsitektur Lansekap FAKTA
ANALISIS
KO NSEP
PRADESAIN
PENGEMBANG AN DESAIN
PRO GRAMMING
SKEMATIK
DESAIN
DESAIN AKHIR-
AWAL
KEPUTUSAN
GAGASAN
KEBUTUHAN
SKEMATIK
APLIKASI
GAMBAR
AWAL
AKTIVITAS
PLAN (2
dari konsep
PERENCANAAN
PRO YEK
FUNGSI
DIMENSI)
menjadi olahan Lay out plan
Lingkungan
desain dalam
Landscape plan
PENETAPAN
ANALISIS
Zoning
bentuk 3
Planting plan
Judul proyek
TAPAK IN
Kebutuhan
dimensi
Elevation plan
Maksud
SITE-LO KASI
dengan
Section plan
T ujuan
Analisis kea rah
Interpretasi
fisik natural/
T ema
alami, yakni :
Definisi Filosofi
T anah
ruang
Kebutuhan aktivitas
Spatial (ruang)
Hidrologi
Sirkulasi
Klimatologi
T ata hijau
mempertimban gkan
T ema Komponen ruang
Lighting plan T opografi plan Drainage plan Utility plan
Bentuk, gaya, Maintenance plan Perspective style BAB II-24
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II DATA
T opografi
PRO YEK
T ata hijau
n muka
Komposisi
GAMBAR
Luas lokasi
Potensi visual
tanah
Skala
PERANCANGAN
Warna
Details design
Bahan
Landscape design
Pemilik proyek
Pembentuka Fungsi
Rekayasa ANALISIS
Sifat
LINGKUNGA
SKEMATIK
Kegiatan
N O FF SITE
DESAIN (3
T anah
Aspek social
DIMENSI)
Hidrologi
Aspek budaya
Geologi
Aspek
Klimatologi T opografi Vegetasi
ekonomi
lingkungan
TINJAUAN
Budaya/
MASTER
ekonomi
KO NSEP PEMBIAYA
Sensori
PLAN Analisis ke arah fisik buatan
System konstruksi
AN
develop
Planting design Section
Estetika
Elevation
T ekstur
Details landscape
IMAJINATIF
Aspek
Lingkungan
social/
SKETSA
material
furniture STUDI
Detail hard
MAKET
materials
(studi ruang 3 Detail soft dimensi)
material
Detail construction
Perpektif bagian rancangan
misal: PENYATAAN MASALAH
Social Ekonomi Fisik teknis
Zonasi kegiatan
MAKET PRESENTASI
Orientasi bangunan
DO KUMEN/
Arsitektur
LAPO RAN
bangunan
Fungsi bangunan
System sirkulasi
System utilitas
RANCANGAN
Dokumen rencana kerja dan syarat
Dokumen pembiayaan
Dokumen BAB II-25
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II pelelangan
Dokumen kontrak
STUDI BANDING
4. Bahan Material Lansekap Pemahaman
dan
penguasaan
terhadap
material
atau
bahan lansekap
merupakan salah satu bagian yang penting dalam perancangan lansekap. Arsitektur lansekap pada dasarnya berkaitan erat dengan pembentukan ruang luar atau ruang terbuka. Pembentukan ruang tersebut sangat tergantung dari komponen pembentuk ruang. Sedangkan komponen pembentukan ruang terdiri dari bidang alas, bidang dinding, dan bidang atap. Kualitas nilai ruang tergantung dari fungsi ruang yang diinginkan. Gubahan ruang terhadap fungsi ruang yang ingin dihasilkan dapat tergubah melalui bidang-bidang sebagai komponen pembentuk ruang. Bidang yang dimaksud terbentuk karena adanya unsur material yang direkayasa bentuk, tekstur, warna, dan ukuran dimensi yang diciptakan. Untuk hal itulah maka pengetahuan dan penguasaan serta pemahaman terhadap material lansekap menjadi penting. Di samping pemahaman terhadap karakteristik bentuk bahan, juga perlu diketahui fungsi, spesifikasi, paska pemeliharaan dari bahan, serta nilai ekonomis. Dalam arsitektur lansekap dikenal 2 (dua) bagian besar material lansekap, yakni material lunak (soft materials) dan metrial keras (hard materials). 1) Material Lunak (Soft Materials) Kelebihan dari arsitektur lansekap dalam menggubah ruang, adalah dapat “menggubah ruang” dengan komponen material lunak, yaitu tanaman/ pepohonan dan air. Tanaman merupakan material lansekap yang hidup dan terus berkembang. Pertumbuhan tanaman akan mempengaruhi ukuran besar tanaman, bentuk tanaman, tekstur, dan warna selama masa pertumbuhannya. Dengan demikian, BAB II-26
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
kualitas dan kuantitas ruang terbuka akan terus berkembang dan berubah sesuai dengan pertumbuhan tanaman. Jadi dalam perancangan lansekap, tanaman sangat erat hubungannya dengan waktu dan perubahan karakteristik tanaman. Secara dasar khususnya di iklim tropis, dikenal 2 (dua) macam tanaman ditinjau dari masa daunnya, yakni : Tanaman yang menggugurkan daun (Decidous plants) Tanaman yang hijau sepanjang tahun (Evergreen conifers) Tanaman yang menggugurkan daun (Decidous plants) yang dimaksud adalah jenis-jenis tanaman yang berubah bentuk ataupun warna daunnya sesuai dengan musimnya. Setelah musim panas daunnya berguguran, sedangkan menjelang musim hujan daun tumbuh lebat, ataupun sebaliknya. Contohnya antara lain Flamboyan
(Delonix
regia),
Angsana
(Pterocarpus
indicus),
atau
jenis
Gymnospermae.
Gambar 2.9. tanaman jenis Gymnospermae Sumber: document pribadi
Tanaman yang berdaun sepanjang musim (Evergreen conifers) dimaksudkan adalah jenis tanaman yang berdaun lebat dan berbunga sepanjang musim, tidak menggugurkan daun. Contohnya antara lain jenis cemara.
Gambar 2.10. cemara laut Sumber: document pribadi
BAB II-27
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
Pemahaman dan penguasaan dari material tanaman yang dimaksud terutama terhadap karakteristik dan habitat tanaman. Karakteristik tanaman terdiri dari : Bentuk (tajuk, batang, cabang, ranting, dan daun),
Fungsi tanaman, Tinggi dan lebar tanaman.
Tekstur (batang dan daun), Warna
(batang,
daun,
dan
bunga), Fungsi tanaman secara ekologis adalah : Menyerap CO2 dan menghasilkan O2 (Oksigen) bagi makhluk hidup di siang hari. Memperbaiki iklim setempat. Mencegah terjadinya erosi/ pengikisan muka tanah (run off). Menyerap air hujan. 2) Material Keras (Hard Materials) Hal-hal yang perlu dipahami dalam pengetahuan bahan adalah : Karakteristik bentuk bahan,
Pasca pemeliharaan dari bahan,
Fungsi,
Nilai ekonomisnya.
Spesifikasi, Material keras dapat dibagi dalam 5 (lima) kelompok besar yaitu : a. Material keras alami (organic materials) Material ini berasal dari bahan alami, yaitu kayu. Bermacam-macam jenis kayu yang dapat dijadikan bahan material bagi desain lansekap. Kayu dapat dipergunakan sebagai bahan untuk pembentukan furniture lansekap, retaining wall, ataupun perkerasan. Kekuatan kayu berbeda-beda tergantung dari
BAB II-28
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
keawetannya. Keawetan kayu tergantung dari penempatannya. Kayu yang terlindung dari hujan dan matahari tidak akan lekas rusak. Untuk mempertinggi sifat keawetan kayu, dapat diusahakan dengan mengecat/ mengurangi kadar air, diberi obat pengawet. b. Material keras alami dari potensi geologi (inorganic materials used in their natural state). Material yang dimaksud antara lain batu-batuan, pasir, and batu bata. Material batu-batuan dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan suatu susunan dinding ataupun pola lantai. Batu-batuan dapat menghasilkan kesan tekstur kasar atau halus. c. Material keras buatan bahan metal (inorganic materials used in highly modified state) Material/ bahan lansekap yang dimaksud antara lain : alumunium, besi, perunggu, tembaga, dan baja. d. Material keras buatan sintetis/ tiruan (Synthetic Materials) Contoh dari material sintetis atau tiruan antara lain : bahan plastic/ fiberglas. e. Material keras buatan kombinasi (Composite Materials) Beton dan playwood merupakan contoh dari bahan material keras buatan kombinasi. 5. Pertimbangan Lingkungan Pada Penataan Lansekap Pertimbangan lingkungan selalu menjadi aspek yang penting dalam proses perancangan sebuah lansekap tapak. Pertimbangan ini mencakup analisis mikro dan makro iklim, berbagai ekosistem dan keterkaitannya, hidrologi permukaan dan bawah permukaan, vegetasi, serta kondisi tanah bawah permukaan. a. Drainase Drainase atau saluran pembuangan merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam suatu perancangan tapak.
Genangan air yang tidak
terencana
menyebabkan efek visual yang kurang baik, selain itu dapat merusak konstruksi perkerasan. Bila genangan air terjadi pada tanah permukaan lunak atau bidang alas BAB II-29
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
rerumputan, mengakibatkan rumput menjadi rusak dan mati, demikian pula dengan tanaman hias. Pengadaan saluran air pada tapak yang dirancang sangat mutlak dipikirkan. Penempatan dan pemikiran tentang sistem saluran pembuangan air limbah atau air hujan bukanlah perkara mudah. Diperlukan adanya suatu pemikiran yang komprehensif
mengingat
saluran
pembuangan
merupakan
suatu
jaringan
yang
berhubungan dengan saluran perkotaan. Oleh karenanya pertimbangan terhadap sistem aliran air dan bentuk-bentuk saluran perlu diperhatikan. Untuk pengolahan tapak dengan permukaan tanah yang bergelombang atau berkontur, maka pemecahan masalah drainase atau saluran air lebih rumit dibandingkan dengan permukaan tanah yang relatif rata, namun kedua bentuk permukaan tanah tersebut mempunyai keuntungan dan kerugian terhadap saluran pembuangan. Pada tanah yang berkontur, aliran air akan bergerak dari kontur tertinggi menuju kontur terendah. Artinya akan selalu terjadi aliran air secara alamiah. Sedangkan pada tapak dengan tanah yang relatif datar, maka kemiringan saluran perlu diperhitungkan agar air buangan dapat mengalir menuju saluran pembuangan kota. 1) Sumber Aliran Air Air pada hakikatnya dapat bersifat statis dan dinamis yang dapat menimbulkan kerusakan dan keuntungan bilamana air bergerak. Bergeraknya air menjadi suatu aliran disebabkan karena adanya daya tarik bumi (gravitasi), serta tekanan yang dapat menuju ke semua arah. Cepat lambatnya aliran air di atas tanah tergantung dari kemiringan tanah dan daya resap tanah. Daya resap (masuknya air ke dalam tanah) tergantung pada besar kecilnya pori-pori tanah itu sendiri. Air yang mengalir di permukaan tanah berasal dari : -
Buangan air hujan, dan
-
Buangan air sisa kegiatan manusia.
BAB II-30
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
Yang dimaksudkan dengan air buangan sisa (limbah cair) kegiatan manusia adalah air buangan yang berasal dari pemakaian air untuk mandi, cuci, WC, dan penyiraman pemeliharaan tanaman. Sebelum menentukan sistem dan bentuk saluran pembuangan, maka perlu diketahui beberapa hal yang menyangkut tentang air. 2) Sifat Air Air adalah zat cair yang mempunyai permukaan rata. Karena pengaruh gravitasi maka permukaan air selalu horizontal; tidak berwarna dan tembus cahaya (dalam keadaan murni); mempunyai warna dan keruh (bila telah tercemar); tidak berbetuk kekal selalu berubah sesuai dengan tempatnya. Air yang mengalir dapat membawa benda-benda yang telah lapuk, menjadi butiran kasar dan halus, menuju tempat yang lebih rendah. Aliran kecepatan air permukaan tanah tergantung dari kemiringan tanah, kondisi tanah (besar kecilnya pori-pori tanah), banyaknya tanaman permukaan tanah, dan pengaruh gravitasi bumi. 3) Sistem Saluran Pembuangan Untuk menentukan sistem saluran pembuangan perlu diketahui terlebih dahulu hal berikut a. Tujuan dan sasaran dari rancangan tapak yang direncanakan. Misal sebagai lapangan golf, lapangan olahraga, rekreasi, atau lainnya. Untuk lapangan golf, sistem saluran pembuangan air hujan mempergunakan sistem saluran bawah tanah, demikian pula dengan lapangan sepak bola. b. Perbedaan ketinggian antara lokasi saluran induk buangan kota dengan lokasi daerah genangan air atau lokasi tapak. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan perbedaan elevasi dasar saluran terhadap saluran lainnya; kecepatan aliran air permukaan atau air buangan; berapa banyak air permukaan dapat meresap ke dalam tanah; dan berapa banyak tanaman yang dapat menahan run off di sekitar tapak.
BAB II-31
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
c. Volume air buangan yang hendak ditampung dan dialirkan. Hal ini diperlukan untuk menghitung secara matematik berdasarkan rumus-rumus kapasitas daya tampung air guna menentukan besaran ukuran saluran. Tentang hubungan antara sistem saluran pembuangan dengan aliran air permukaan, White, dalam buku Concept Source Book (terjemahan Onggo Diputro, Penerbit Intermedia Bandung) menuliskan pemecahan konsep sebagai berikut : a. Sistem aliran air terbagi menjadi aliran permukaan dan aliran bawah tanah. b. Untuk mempermudah aliran air, maka peletakan massa bangunan diusahakan pada tempat yang tinggi atau naikkan bangunan di atas gundukan tanah. c. Hindarkan drainase saluran pembuangan yang berada di bawah bangunan atau perkerasan. d. Hindarkan peletakan massa bangunan pada tanah yang rawan banjir atau pada cekungan permukaan. e. Hindarkan daerah-daerah yang terendam air dan susah dikeringkan. f.
Manfaatkan tempat-tempat yang diperkeras sebagai pengalir air.
g. Kumpulkan pengaliran air menuju arah reservoir (penampungan air buangan), kolam atau danau. h. Alirkan air ke saluran pembuangan di dalam tapak dan salurkan ke saluran pembuangan di jalan utama (riol kota). i.
Jangan limpahkan drainase pada lahan di sebelah tapak.
j.
Alirkan air ke tepi tapak atau ke sudut tapak dan alirkan ke tempat yang rendah.
k. Alirkan air ke pusat saluran utama dan keluarkan dari tapak l.
Gunakan perkerasan jalan di dalam tapak sebagai pengalir air menuju saluran pembuangan.
m. Manfaatkan kontur secara alamiah. n. Mengubah kontur untuk mengalirkan air seperti yang diinginkan. 4) Saluran Pembuangan Saluran pembuangan terdiri dari :
BAB II-32
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
a. Saluran pembuangan air di atas tanah (Open Channels), dan b. Saluran pembuangan air di dalam tanah (Subsurface strom drains) Saluran air pembuangan di atas tanah dapat dibuat dengan tertutup ataupun terbuka. Sedangkan saluran pembuangan air dalam tanah umumnya tertutup. b. Saluran Terbuka dan Saluran Tertutup di Atas Tanah (Open Channels) Untuk saluran di atas tanah, konsep dasar secara umum dikenal adanya saluran primer (saluran utama), saluran sekunder, (saluran penghubung) dan saluran tersier (saluran penampung). 1). Saluran primer merupakan saluran induk atau saluran utama dalam tapak yang berhubungan dengan saluran buangan air di luar tapak atau saluran kota. Saluran ini menampung debit air yang berasal dari seluruh tapak untuk dialirkan ke luar tapak. 2). Saluran sekunder adalah saluran yang berhubungan dengan saluran induk di dalam tapak. Merupakan saluran penampung dari saluran tersier. 3). Saluran tersier, merupakan saluran penampungan air buangan yang terdekat dengan genangan air atau sumber air buangan. Ketiga saluran tersebut saling berhubungan sesuai dengan hierarkinya. Saluran pembuangan di atas tanah dapat dibuat secara alamiah dengan mengolah
permukaan
tanah
ataupun
dibuat
dengan
perkerasan.
Agar
mendapatkan kesan visual yang lebih baik, maka saluran tersebut dapat ditutup dengan penutup beton (dekker) ataupun dengan grill besi di sepanjang saluran atau tempat-tempat tertentu seperti perpotongan dengan lintasan kendaraan atau manusia. Bentuk – bentuk saluran pembuangan di atas tanah Ada beberapa bentuk dan macam desain saluran pembuangan atas tanah, antara lain sebagai berikut. 1). Bentuk saluran pembuangan dengan membentuk muka tanah. 2). Bentuk saluran pembuangan dengan konstruksi perkerasan. BAB II-33
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
c. Saluran Pembuangan Air di Dalam Tanah (Subsurface Stroms Drains) Saluran pembuangan air bawah tanah dipergunakan pada tapak yang sangat luas atau sangat terbatas dan berada di ruang luar. Juga tergantung dari jenis kegiatan yang diinginkan. Misal pada tapak lapangan sepak bola, lapangan golf, dan lapangan olahraga lainnya. Atau taman dengan luas yang relatif kecil, namun didominasi oleh hamparan rumput. Keuntungan menerapkan saluran pembuangan dengan sistem (subsurface stroms drains) adalah lapangan menjadi tidak terganggu oleh adanya saluran pembuangan serta kesan visual menjadi menarik dan indah. Ada empat macam sistem saluran pembuangan air bawah tanah, yaitu : 1). Sistem Grid iron atau Sistem Kotak 2). Sistem Herring Bone atau Sistem Sirip Ikan 3). Sistem Dendritic atau Sistem Cabang Ranting
Gambar 2.11. system grid iron,sirip ikan(herring bone),system cabang ranting Sumber: komponen perancangan arsitektur lansekap,Rustam Hakim
Hal– hal yang berkaitan dengan penggunaan sistem saluran bawah tanah adalah sebagai berikut : 1). Tersedianya bak kontrol (main hole) Bak kontrol ini berguna sebagai lubang penangkap aliran air permukaan menuju saluran bawah tanah. Di samping itu berfungsi pula sebagai tempat penangkap benda-benda atau sampah yang terbawa oleh aliran air, tempat penangkap dan resapan air buangan hujan yang kemudian diserap oleh saluran pipa bawah tanah untuk dialirkan. 2). Besaran lubang saluran
BAB II-34
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
Lubang saluran dapat dibuat dengan penempatan besi beton, pipa PVC atau pipa besi, ataupun dibuat dari beton bertulang. Besaran diameter saluran perlu diperhitungkan agar dapat menampung aliran air buangan. 3). Kemiringan dasar saluran Agar air buangan dapat mengalir dengan lancar,
diperlukan
perhitungan kemiringan dasar pipa. d. Persediaan Air Persediaan air dibutuhkan untuk pemenuhan kuantitas air. Langkah pertama dalam memilih sumber persediaan air yang memadai adalah menentukan perkiraan kebutuhan terhadap sumber air tersebut. Unsur-unsur penting untuk menentukan kebutuhan air adalah pemakaian air rata-rata perhari dan tingkat puncak kebutuhan. Pemakaian air rata-rata per hari harus diperkirakan untuk : 1) Menentukan kemampuan sumber air untuk memenuhi kebutuhan terusmenerus sepanjang waktu genting seperti ketika aliran permukaan rendah dan ketinggian muka air tanah minim. 2) Memastikan berapa jumlah air tertampung yang mendukung kebutuhan pada masa genting tersebut. Tingkat puncak kebutuhan harus diperkirakan untuk menentukan ukuran pipa dan plambing, kehilangan tekanan dan fasilitas penyimpanan air yang diperlukan untuk menyediakan air secara memadai pada saat puncak kebutuhan. e. Elemen Air Dalam Perancangan Interaksi antara manusia dengan air, transformasi karakter air, dan hubungan timbal balik antara air dengan ruang diperoleh melalui proses perancangan yang tepat. Dalam perancangan penerapan elemen air dapat berfungsi sebagai :
BAB II-35
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
a. Pembentuk ruang
g. Mempengaruhi pandangan
b. Pembentuk dinding
h. Mempengaruhi privacy
c. Pembentuk langit-langit
i.
Mempengaruhi suhu
d. Pembentuk lantai
j.
Mempengaruhi suara
e. Pembentuk screening
k. Mempengaruhi bau
f.
l.
Mempengaruhi gerakan
Sebagai pusat perhatian
Selain itu dalam penerapannya juga harus memperhatikan bentuk, dimensi, jenis bahan konstruksi, dan struktur khusus pewadahannya. Hal ini terkait dengan perawatan kolam pewadahannya dan mutu air yang digunakan dalam perancangan tersebut. Bahan yang dapat digunakan antara lain beton, kaca, fiberglass atau aluminium. Terdapat juga faktor-faktor luar yang tidak dapat dikontrol seperti matahari, angin dan suhu yang mempengaruhi kualitas visual air. Pada perancangan obyek wisata air, dimana ruang harus menimbulkan suasana rekreatif dan nyaman. Suasana rekreatif memiliki karakter yang dibentuk oleh derajat keterbukaan, bentuk, skala, warna, tekstur, bahan, pencahayaan, penghawaan, elemen-elemen pengisi ruang, suara-suara dalam ruang, sehingga mampu memberikan pengalaman total wisata air bagi pengunjung terhadap elemen air yang melingkupi. Performasi ruang tersebut diwujudkan oleh kondisi visual, termal, dan akustik, dengan tata air dapat menunjang pencapaian kondisi yang diharapkan. Hal tersebut dikarenakan oleh : (1) Karakter dan bentuk visual air dapat menciptakan suasana yang spesifik. (2) Perpaduan elemen air dengan tata cahaya akan menghasilkan komposisi yang menarik. (3) Suara gemericik, aliran yang ditimbulkan oleh air memberikan perasaan tenang dan damai.
Ditambah dengan sentuhan arsitektural, membuat
ekspresi air menjadikan lebih hidup bahkan menakjubkan.
BAB II-36
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
(4) Tata air dapat menyembunyikan pemandangan yang tidak diharapkan, membingkai panorama, dan menonjolkan obyek yang menarik. (5) Pengendalian udara pada ruang yang membutuhkan untuk memperoleh kenyamanan termal dapat dicapai dengan pengolahan tata air. Penerapan tata air dapat memanfaatkan eksisting air berupa genangan waduk maupun bentukan baru, yang akan memiliki peran sebagai pengikat massa, detail penyelesaian sudut, pelingkup massa, dan eksisting massa bangunan. 6. Ruang Terbuka Ruang umum yang merupakan bagian dari lingkungan juga mempunyai pola. Ruang umum adalah tempat atau ruang yang terbentuk karena adanya kebutuhan akan perlunya tempat bertemu ataupun berkomunikasi satu sama lainnya. Bentuk daripada ruang umum ini sangat tergantung pada pola dan susunan massa bangunan. Menurut sifatnya ruang umum dapat dibagi menjadi 2 (dua), yakni : 1) Ruang tertutup umum : yaitu ruang umum yang terdapat di dalam bangunan 2) Ruang terbuka umum : yakni ruang umum yang terdapat di luar bangunan a. Ruang Terbuka Umum dan Khusus Pengertian tentang ruang terbuka umum dapat diuraikan sebagai berikut. a. Bentuk dasar dari ruang terbuka selalu terletak di luar massa bangunan. b. Dapat dimanfaatkan dan dipergunakan oleh setiap orang (warga). c. Memberi kesempatan untuk bermacam-macam kegiatan (multi-fungsi). Contoh ruang terbuka umum adalah jalan, pedestrian, taman lingkungan, plaza, lapangan olahraga, taman kota, dan taman rekreasi.
Gambar 2.12. ruang terbuka umum Sumber: dokumen pribadi
BAB II-37
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
Sedangkan pengertian dari ruang terbuka khusus, dapat diuraikan sebagai berikut : a. Bentuk ruang terbuka selalu terletak di luar massa bangunan. b. Dimanfaatkan untuk kegiatan terbatas dan dipergunakan untuk keperluan khusus/ spesifik. Contoh ruang terbuka khusus adalah taman rumah tinggal, taman lapangan upacara, daerah lapangan terbang, dan daerah untuk latihan kemiliteran. b. Ruang Terbuka dan Lingkungan Hidup Menurut Ian C.
Laurie,
ruang terbuka dalam lingkungan kehidupan
(lingkungan alam dan manusia) dapat dikelompokkan sebagai berikut. a. Ruang terbuka sebagai sumber produksi, anatara lain berupa daerah hutan, daerah pertanian, daerah produksi mineral, daerah peternakan, daerah perairan (reservoir, energi), daerah perikanan, dan lainnya. b. Ruang terbuka sebagai perlindungan terhadap kekayaan sumber alam dan manusia, antara lain berupa cagar alam, cagar budaya, suaka margasatwa, dan taman nasional. c. Ruang terbuka untuk kesehatan, kesejahteraan, dan kenyamanan, yaitu antara lain melindungi kualitas tanah, pengaturan dan pengelolaan limbah, mempertahankan dan memperbaiki kualitas udara, daerah rekreasi, dan daerah taman lingkungan. c. Ruang Terbuka Ditinjau Dari Kegiatannya Menurut kegiatannya, ruang terbuka terbagi atas 2 (dua) jenis ruang terbuka, yaitu ruang terbuka aktif dan ruang terbuka pasif. a. Ruang terbuka aktif, adalah ruang terbuka yang mempunyai unsur-unsur kegiatan di dalamnya misalkan bermain, olahraga, jalan-jalan. Ruang terbuka ini dapat berupa plaza, lapangan olahraga, tempat bermain anak dan remaja, penghijauan tepi sungai sebagai tempat rekreasi.
BAB II-38
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
b. Ruang terbuka pasif, adalah ruang terbuka yang di dalamnya tidak mengandung unsur-unsur kegiatan manusia misalkan penghijauan tepian rel kereta api, penghijauan tepian bantaran sungai, ataupun penghijauan daerah yang bersifat alamiah. Ruang terbuka ini lebih berfungsi sebagai keindahan visual dan fungsi ekologis belaka. d. Ruang Terbuka Ditinjau Dari Segi Bentuk Menurut Rob Rimer (Urban Space) bentuk ruang terbuka secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu ruang terbuka berbentuk memanjang (koridor) dan ruang terbuka berbentuk membulat. a. Ruang
terbuka
bentuk
memanjang
(koridor) pada umumnya hanya
mempunyai batas pada sisi-sisinya, misalkan bentuk ruang terbuka jalan, dan bentuk ruang terbuka sungai. b. Ruang terbuka bentuk membulat pada umumnya mempunyai batas di sekelilingnya, misalkan bentuk ruang lapangan upacara, bentuk ruang area rekreasi, dan bentuk ruang area lapangan olahraga. e. Ruang Terbuka Ditinjau Dari Sifatnya Berdasarkan sifatnya ada 2 (dua) jenis ruang terbuka, yakni ruang terbuka lingkungan dan ruang terbuka antar bangunan. a. Ruang terbuka lingkungan adalah ruang terbuka yang terdapat pada suatu lingkungan dan sifatnya umum. b. Ruang terbuka antar bangunan adalah ruang terbuka yang terbentuk oleh massa bangunan. Ruang terbuka ini dapat bersifat umum ataupun pribadi sesuai dengan fungsi bangunannya. f.
Fungsi Ruang Terbuka a. Fungsi sosial Fungsi sosial dari ruang terbuka antara lain : a) Tempat bermain dan olahraga; b) Tempat komunikasi sosial; c) Tempat peralihan dn menunggu; BAB II-39
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
d) Tempat untuk mendapatkan udara segar; e) Sarana penghubung antara satu tempat dengan tempat lainnya; f)
Pembatas di antara massa bangunan;
g) Sarana penelitian dan pendidikan serta penyuluhan bagi masyarakat untuk membentuk kesadaran lingkungan; h) Sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian, dan keindahan lingkungan. b. Fungsi ekologis Fungsi ekologis dari ruang terbuka antara lain : a) Penyegaran udara, mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro; b) Menyerap air hujan, c) Pengendali banjir an pengatur tata air; d) Memelihara ekosistem tertentu dan perlindungan plasma nutfah; e) Pelembut arsitektur bangunan. 7. SIRKULASI Kinetika dari sebuah gerakan merupakan gerakan ini dilakukan oleh
suatu studi tentang sifat gerakan. Studi tentang
J.O. Simond, Landscape architecture;Eckbo, Urban Landscape
Desaign dan Rubenstein, Guide to site and Environmental planning. 1. Berbagi bentuk lintasan Macam-macam bentuk lintasan, antara lain:
Gambar 2.13.pola sirkulasi Sumber: arsitektur lansekap,Rustam Hakim
BAB II-40
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
2. Pengaruh jarak pada sirkulasi Jarak dapat mengganggu pola sirkulasi yang diterapkan. Jarak yang terlalu jauh menyebabkan pola sirkulasi yang direncanakan tidak sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Perancang mempunyai tugas untuk memperkecil halangan tersebut, apalagi bila sirkulasi tersebut dikaitkan dengan factor kecepatan dan pertimbangan ekonomi. Hal ini dapat diatasi dengan penerapan pola sirkulasi yang bersifat langsung dan praktis. 8. FASILITAS PARKIR Sejalan dengan perkembangan, maka kebutuhan akan tempat parkir meningkat terutama di tempat yang padat aktivitas. Tempat rekreasi, kawasan perkantoran, kawasan permukiman, dan kegiatan lain memerlukan tempat parkir. Beberapa pengertian mengenai tempat parkir adalah sebagai berikut. 1. Parkir adalah menghentikan mobil beberapa saat lamanya,(Poerwadarminto,1984) 2. Parkir adalah tempat pemberhentian kendaraan dalam jangka waktu yang lama atau sebentar bergantung pada kendaraan dan kebutuhannya(peraturan lululintas) 3. Parkir adalah menempatkan dengan memberhentikan kendaraan angkutan atau barang(bermotor atau tidak bermotor) pada suatu tempat dalam jangka waktu tertentu(Taju, 1996) 4. Parkir adalahkeadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara( pedoman Teknis penyelenggaraan Fasilitas Parkir Direktur Jenderal Perhubungan Darat) Lokasi di mana kendaraan diparkirkan dinamakan fasilitas parkir. Peran fasilitas parkir dalam system transportasi dapat dilihat dari fungsinya dalam menyediakan tempat untuk menyimpan kendaraan di tempat-tempat
tujuan perjalanan dari pergerakan lalulintas. Pergerakan-
pergerakan lalulintas tidak muncul dengan sendirinya, melainkan sebagai akibat dari pergerakan yang menuju ke suatu tempat tujuan perjalanan. Sebuah fasilitas parkir dikatakan berfungsi dengan baik apabila dengan adanya fasilitas parkir tersebut tidak terjadi konflik pada ruas jalan di sekitar lokasi parkir tersebut. Masalah yang BAB II-41
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
timbul
pada fasilitas parkir adalah apabila kebutuhan parkir tidak sesuai atau melebihi
kapasitas parkir yang tesedia, sehingga kendaraan yang tidak tertampung pada tempat parkir akan mengganggu kelancaran arus lalu lintas pada ruas jalan sekitarnya. Dalam menentukan tata letak parkir, mempunyai beberapa criteria antara lain sebagia berikut. 1. Parkir terletak pada muka tapak yang datar 2. Penempatan parkir tidak terlalu jauh dari pusat kegiatan Hubungan pencapaian antara tempat parkir dengan bangunan atau tempat kegiatan diusahakan tidak terlalu jauh. Bila jarak antara tempat parkir dan tempat kegiatan cukup jauh, maka diperlukan sirkulasi yang jelas dan terarah menuju area parkir. Ditinjau dari penggunaanya, tempat parkir terbagi atas : o Parkir kendaraan beroda lebih dari empat, misalkan bus dan truk o Parkir kendaraan beroda empat,misalkan sedan dan minibus o Parkir kendaraan beroda tiga,missal bemo dan motor sispan o Parkir kendaraan beroda dua,missal sepeda dan sepeda motor. Ditinjau dari sudut perancangannya maka criteria dan prinsip tempat parkir seacra garis besar harus memperhatikan factor berikut. 1) Waktu penggunaan dan pemanfaatan tempat parkir Untuk kegiatan yang berlangsung sepanjang waktu maka tempat parkir perlu dilengkapi dengan penerangan yang cukup. Penerangan dapat menggunakan lampu taman setinggi 2 meter ataupun penempatan lampu jalan merkuri 2) Banyaknya kebutuhan jumlah kendaraan untuk menentukan luas tempat parkir 3) Ukuran dari jenis kendaraan yang akan ditampug 4) Mempunyai keamanan yang baik dan terlindung dari panas pancaran sinar matahari Untuk mengurangi panas sinar matahari di siang hari, tempat parkir sebaiknya diberikan tanaman peneduh diantara pembatas parkir. Pemilihan jenis tanaman dilakukan dengan pertimbangan:
Tanaman berbentuk pohon atau perdu
Tanaman cukup kuat dan tidak mudah patah
BAB II-42
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
Tanaman tidak mengeluarkan getah yang dapat merusak cat kendaraan
Tanaman mempunyai tajuk yang lebar dan cukup padat
Tanaman mempunyai system perakaran yang tidak merusak perkerasan.
Tanaman tidak menggugurkan daun dan ranting. Contoh tanaman pohon untuk tempat parkir antara lain:Biola cantik(Ficus benyamina), Kiara payung(fililicium desifiens)
5) Cukup penerangan cahaya di malam hari 6) Tarsedianya sarana penunjang parkir, missal tempat tunggu sopir, tempat sampah Pada tempat tertentu dilengkapi pula dengan pengeras suara untuk memanggil sopir. Karena tempat perkir merupakan area umum, maka diperlukan pula tempat gardu jaga untuk menjaga keamanan. 3. Bentuk tempat parkir Bentuk tempat parkir kendaraan mempunyai beberapa jenis, yakni:
Parkir tegak lurus
Parkir sudut
BAB II-43
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
Parkir parallel
4. Perkerasan dan konstruksinya Ditinjau dari segi perkerasan dan konstruksinya dapat dibagi menjadi: perkerasan kedap air dan perkerasan yang menyerap air. Perkerasan lahan parkir yang kedap air menggunakan bahan aspal kedap air. Perkerasan
yang menyerap air menggunakan bahan atau material paving
dimaksudkan agar dapat menyerap air permukaan seperti air hujan. Walaupun demikian masih diperlukan pula system drainase di sekitar tempat parkir.
G ambar 2.14. P erkerasan Sumber: Doc. P ribadi
E.
PRESEDENT 1. Wisata Bahari Lamongan Wisata bahari lamongan(WBL) hadir dengan keunikan hasil perpaduan aspek-aspek nature(alam), culture(budaya), dan architecture(arsitek) yang bernuansa global dengan tetap mempertahankan cirikhas lokal. Sebagai penyeimbang terhadap yang telah ada sebelumnya, yaitu pantai tanjung kodok dan Goa Maharani, terletak di pesisir bagian utara Pulau Jawa, tepatnya di kota Paciran,kab.Lamongan, Jawa Timur,Indonesia. Berdiri di Atas tanah seluas 17 hektar
BAB II-44
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
dengan berbagai fasilitas yang siap memanjakan pengunjung dengan konsep one stop service. Selain wahana wisata yang siap menyambut, pada bagian depan pintu utama juga terdapat souvenir shop dengan desain sangat megah yang menyajikan berbagai produk unggulan. Selain itu tersedia pula fasilitas pendukung seperti pasar Hidangan, Pasar Wisata, Pasar Buah dan Ikan serta fasilitas umum lainnya seperti Mushola,Klinik, ATM, Tempat Menyusui Ibu dan bayi, Toilet, Tempat parkir dll
Gambar 2.15.Wisata Bahari Lamongan Sumber:dokumen pribadi
BAB II-45
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
2. Jatim Park Jatim Park adalah sebuah tempat rekreasi dan taman belajar yang terdapat di Kota Batu, Jawa Timur. Obyek wisata ini berada sekitar 20 km sebelah barat Kota Malang, dan kini menjadi salah satu icon wisata Jawa Timur. Obyek wisata ini memiliki 36 wahana, diantaranya kolam renang raksasa (dengan latar belakang patung Ken Dedes, Ken Arok, dan Mpu Gandring), spinning coaster, dan drop zone. Wahana pendidikan yang menjadi pusat perhatian diantaranya adalah Volcano dan Galeri Nusantara yang juga terdapat tanaman agro, diorama binatang langka, dan miniatur candi-candi.
Gambar 2.16.Jatim Park Sumber:dokumen pribadi
3. Marina Ancol Adalah dermaga kapal pesiar bergaya kosmopolitan yang pertama di Indonesia dan merupakan satu-satunya marina terlengkap di Indonesia. Dan sekaligus sebagai pusat dermaga wisata bahari ke Kepulauan Seribu. Marina terletak di dalam kompleks Taman Impian Jaya Ancol. Dengan kelengkapannya membuat Marina Ancol bukan saja sebagai tempat bersandarnya kapal pesiar, tetapi juga tempat rekreasi dan pusat olah raga laut seperti ski air, wind surfing, memancing, menyelam dan lain-lain.
BAB II-46
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab Wisata II
Gambar 2.17.Marina Ancol Sumber:Wikipedia.com
BAB II-47
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab III
BAB III TINJAUAN KOTA PURWOREJO Purworejo merupakan salah satu kabupaten yang terletak di pesisir selatan Jawa Tengah. Memiliki hamparan pantai yang membentang dari barat ke timur di sisi selatan serta dataran tinggi pada bagian utara . Gambaran lebih jauh tentang Kabupaten Purworejo akan dibahas dalam bab ini. Bab ini terdiri dari: A. Tinjauan Kabupaten Purworejo yang meliputi :letak geografiis, fisiografi, geologi, iklim, hidrologi, penggunaan lahan, kemampuan lahan, vegetasi/tumbuhan, sarana dan prasarana B. Rencana Pengembangan Kawasan Pantai SWP II dan III Kabupaten Purworejo C. Tinjauan Pariwisata Kabupaten Purworejo D. Tinjauan Kawasan Pantai Jatimalang
BAB III-1
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab III
BAB III TINJAUAN DATA
A. TINJAUAN KABUPATEN PURWOREJO Purworejo merupakan suatu kabupaten yang laju pertumbuhan ekonominya sebagian besar bertumpu pada sektor pertanian. Akan tetapi Kabupaten Purworejo memiliki potensi yang cukup besar dalam sektor pariwisata. Ada banyak obyek wisata yang terdapat di Kabupaten Purworejo. Adapun potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Purworejo adalah: 1. Letak Geografis
gambar3.1letak geografis purworejo Letak Kabupaten Purworejo terletak pada posisi 109o 47’28” – 110o 8’20” Bujur Timur
dan 7o 32’ – 7o 54 Lintang Selatan. Batas-batasnya adalah sebagai berikut : Sebelah Selatan : Samudera Indonesia Sebelah Timur : kabupaten Kulonprogo( DI Yogyakarta) Sebelah Barat : Kabupaten Kebumen Sebelah Utara : Kabupaten Wonosobo dan Magelang
BAB III-2
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab III
Luas wilayah Kabupaten Purworejo sebesar 1.034,81752 km2 dengan kondisi wilayah sebagian merupakan daerah pantai, sebagian merupakan dataran rendah, dan sebagian lagi merupakan dataran tinggi/ pegunungan. Secara administratif,
Kabupaten Purworejo terdistribusi ke dalam 16
kecamatan, 469 desa, serta 25 kelurahan. 2. Fisiografi Keadaan rupa bumi (topografi) daerah Kabupaten Purworejo secara umum dapat diuraikan sebagai berikut : Bagian selatan merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0 – 25 meter di atas permukaan air laut. Bagian antara dan timur merupakan
daerah berbukit-bukit dengan ketinggian
antara 25 – 1050 meter di atas permukaan air laut. Sedangkan kemiringan lereng atau kelerengan di Kabupatn Purworejo dapat dibedakan sebagai berikut : o Kemiringan 0 – 2 % meliputi bagian selatan dan tengah wilayah Kabupaten Purworejo, o Kemiringan 2 – 15 % meliputi sebagian Kecamatan Kemiri, Bruno, Bener, Loano, dan Bagelen, o Kemiringan 15 – 40 % meliputi bagian utara dan timur wilayah Kabupaten Purworejo, o Kemiringan > 40 % meliputi sebagian Kecamatan Bagelen, Kaligesing, Loano, Gebang, Bruno, Kemiri, dan Pituruh. Tabel 3.1. Hubungan Antara Kemiringan Lereng Dengan Topografi Kemiringan
Topografi
Perbedaan Tinggi
Lereng (% )
(B)
(meter)
(A)
(C)
0–2
datar – hanpir datar
<5
3–7
berombak
5 - 25
BAB III-3
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab III (A)
(B)
(C)
8 – 13
beronbak- bergelombang
26 – 50
14 – 20
bergelombang – berbukit
51 - 75
21 – 140
berbukit – bergunung
76 – 100
> 140
bergunung
> 100
Sumber : Van Zuidam, 1978 Tabel 3.2 Luas Wilayah (Km2) Menurut Ketinggian di Kabupaten Purworejo Kecamatan
Kecamatan
Ketinggian (m)
Ketinggian (m)
1. Grabag
2,5
9. Kutoarjo
26
2. Ngombol
12
10. Butuh
10
3. Purw odadi
12
11. Kemiri
18
4. Bagelen
17
12. Pituruh
20
5. Kaligesing
200
13. Bruno
325
6. Purw orejo
63
14. Gebang
85
7. Bany uurip
12
15. Loano
78
8. Bay an
19
16. Bener
150
Sumber : BPS Kabupaten Purworejo 3. Geologi Secara garis besar penggolongan geologi yang terdapat di Kabupaten Dati II Purworejo terdiri atas batuan sedimen dan perselingan batuan gunung api. Sebagian besar tanah terdiri atas batuan dengan prosentase kurang lebih 60 % dari luas seluruh Kabupaten Purworejo. Sedangkan sisa dari luas tersebut berupa jenis aluvium atau dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Endapan vulkanik tua maupun endapan vulkanik campuran dengan endapan sedimen, yang sebagian besar terdaapt di bagian utara (topografi tinggi) 2. Endapan aluvium dataran dan sungai, yang sebagian besar terdapat di wilayah dengan topografi rendah (bagian selatan)
BAB III-4
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab III
Tabel 3.3 Geologi Kabupaten Purworejo Notasi
Keterangan
Lokasi
(1)
(2)
(3)
1.
Qa
Batuan sedimen dan perselingan batuan gunung api holosen
Ngombol, Grabag, Purwodadi, Banyuurip, Bayan, Butuh, Kutoarjo, Pituruh, Kemiri, Gebang, Bener
2.
Bv (1)
Batuan gunung api kuarter (2)
Pituruh, Bruno, Gebang (3)
3.
Tmps
Formasi Sentolo/Batuan sedimen dan perselingan batuan gunung api pliosen
Gebang, Loano, Bener, Kutoarjo
4.
Tmj
Formasi Jonggrangan/batuan sedimen dan perselingan batuan gunung api tersier
Kaligesing
5.
Tmoa
Batuan sedimen dan perselingan batuan gunung api miosen akhir
Bagelen, Kaligesing, Purworejo, Loano, Bener, Gebang, Bruno, Kemiri, Pituruh
6.
a
Andesil/Batuan terobosan
Bagelen, Kaligesing
7.
da
Dosit tersier/Dosit batuan terobosan miosen
Bagelen
No
Sumber : Data Pokok Kabupaten Purworejo 2001 4. Iklim Secara umum Kabupaten Purworejo mempunyai iklim tropis dengan dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau yang datang setiap enam bulan silih berganti. Suhu rata-rata maksimum di Purworejo antara 27o C – 32o C dan suhu rata-rata minimum antara 20o C – 25o C. Sedangkan kelembaban rata-rata antara 70 – 90 % . Curah hujan tertinggi pada bulan Oktober sebesar 11.334 mm, diikuti bulan November sebesar 8.236 mm.
BAB III-5
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab III
Tabel 3.4 Rata-rata Curah Hujan Perbulan di Kabupaten Purworejo No
Bulan
Rata-rata CH (mm)
Jumlah Hari Hujan
(1)
(2)
(3)
1.
Januari
8109
326
2.
Februari
5123
260
3.
Maret
7159
328
4.
April
3186
169
5.
Mei
1457
84
6.
Juni
1781
88
7.
Juli
1004
58
8.
Agustus
39
7
9.
September
61
9
10.
Oktober
11334
328
11.
November
8236
270
12.
Desember
4256
190
Sumber : Kabupaten Dalam Angka 2001 Menurut Schmidt dan Fergusson yang mengklasifikasikan tipe iklim menurut perhitungan rasio Q, yakni nilai Q merupakan perbandingan antara jumlah rerata bulan kering (3) dan jumlah rerata bulan basah (9) dikalikan 100 % , Kabupaten Purworejo berada dalam kategori iklim agak basah atau kategori C, dengan besar nilai Q yang diperoleh adalah 33,3 % . Kondisi iklim ini dimanfaatkan oleh penduduk untuk bertani dengan sawah irigasi dan sawah tadah hujan.
5. Hidrologi Di Kabupaten Purworejo potensi air berasal dari air permukaan dan air tanah. Terdapat
beberapa sungai yang mengalir di daerah ini, diantaranya Kali Bogowonto, Kali
Kodil, Kali Jali, Kali Gebang, Kali Bedono, dan anak sungainya. Sungai-sungai ini termasuk ke dalam DAS Sedayu-Luk Ulo, yang umumnya bermuara di Samura Indonesia dan hulu sungaiBAB III-6
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab III
sungai tersebut umumnya berada di bagian tengah dan utara kabupaten ini. Identifikasi sungai-sungai yang ada di Kabupaten Purworejo dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.5 Inventarisasi Sungai di Kabupaten Purworejo No
Sungai Induk (1) K. Bogowonto
Panjang (m)
Luas(km2 )
Anak Sungai
(2)
(3)
(4)
174.450
117.775
K. Bogowonto, K. Watugajaj, K. Gading, K Mongo, K. Jubleng, K. Gesing, K. Sumogiri, K. Soko, K. Bagelen, K. Lereng
K. Kodil
K. Jali
962.500
310.855
1.300.100
469.684
K. Kalibutek, K. Watugajah, K. Medana, K. Awais, K. Juweh, K. Kedungkudi, K. Kemijing, K. Jebol, K. Klapa, K. Sedayu, K. Sruni K. Pawadan, K. Mangir, K. Juweh, K. Promben, K. Tlogosoro, K. Bebeng, K. Semawung, K. Pulang, K. Plojo, K. Jetak, K. Ketaron, K. Budekan
K. Gebang
76.300
355.845
K. Cilik, K. Simalimg, K. Kedungoncoran, K. Lesung, K. Pepe
K. Bedono
60.900
35.566
K. Lamat dan K. Laos
Sumber : DPU Kabupaten Purworejo, 2001 BAB III-7
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab III
6. Penggunaan Lahan Dari hasil interpretasi dan kakulasi peta rupa bumi skala 1 : 25.000 yang juga merupakan hasil interpretasi foto udara, telah didapatkan data bentuk penggunaan lahan di Kabupaten Purworejo. Adapun bentuk penggunaan lahannya adalah sebagai berikut : Tabel 3.6.Bentuk Penggunaan Lahan Kabupaten Purworejo No.
Bentuk Penggunaan Lahan
Luas (Ha)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Hutan Perkebunan/Kebun Permukiman Rawa Rumput/Tanah Kosong Sawah Irigasi Sawah Tadah Hujan Semak/Belukar Tegalan/Ladang Danau Jumlah Sumber : Peta Rupa Bumi (Foto Udara)
1448,9519 40949,6728 19241,8621 389,5398 1059,4431 29995,4981 4845,2702 4671,4900 5752,2992 2,1948 108354,0271
% 1,337 37,792 17,758 0,360 0,978 27,683 4,472 4,311 5,309 0,002 100,000
Gambar 3.2. Struktur Penggunaan Lahan di Kabupaten Purworejo Tegalan/Ladang Semak/Belukar
Danau Hutan
Sawah Tadah Hujan
Perkebunan/Keb un
Sawah Irigasi
Rumput/Tanah Kosong
Rawa Permukiman
Selanjutnya jika dilihat dari tingkat pertumbuhan luasan penggunaan lahan dari Tahun 1990 – 2001 menunjukkan adanya pertumbuhan luasan berbagai bentuk penggunaan lahan. BAB III-8
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab III
Tabel 3.7. Pertumbuhan Penggunaan Lahan Tahun 1990 – 2001 Bentuk Penggunaan Lahan Pertumbuhan (% /th) Permukiman 12,34 Tegalan 12,28 Perkebunan 6,30 Sawah 12,00 Tambak 6,30 Sumber : Pengolahan Data Sekunder dalam RTRW Peningkatan luasan lahan sawah di Kabupaten Purworejo terjadi karena adanya perluasan jaringan irigasi yang memungkinkan dikembangkannya pertanian lahan basah. Dinamikan penggunaan lahan juga terjadi di kawasan pesisir yang ditandai adanya peningkatan luasan lahan untuk tambak yang mencapai 6,30 % /tahun. 7. Kemampuan Lahan Fungsi kaw asan dan luasanny a berdasarkan kemampuan lahan Purw orejo No.
Nama Kaw asan
Kabupaten
Luas (Ha)
%
1 2 3 4 5 6 7
Kaw asan Hutan Lahan Kering Kaw asan Pasir Pantai Terbuka Kaw asan Tnm Semusim Lahan Basah Kaw asan Lindung Kaw asan Perkebunan Permanen Kaw asan Permukiman Raw a
10827,7324 2264,5134 29994,9477 3229,7736 22593,9464 28382,2752 805,4465
9,99 2,09 27,68 2,98 20,85 26,19 0,74
8
Kaw asan Tnm Semusim Lahan Kering Jumlah Total Tabel 3.8. Sumber : Hasil Pengolahan
10257,6090 108356,2443
9,47 100,00
Kaw asan Pasir Pantai Terbuka
Sebaran kaw asan ini berada di pantai selatan Kabupaten Purw orejo dengan luasan mencapai 2.264,5 hektar y ang meliputi sebagian Kecamatan Grabag,Purw odadi dan Ngombal. Kaw asan pasir pantai terbuka ini berada pada bentuklahan gumuk pasir.
BAB III-9
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab III
8. Vegetasi/Tumbuhan Di w ilay ah kabupaten Purw orejo sub sektor pertanian tanaman pangan y ang berkembang meliputi tanaman padi , serta tanaman palaw ija berupa jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kay u, dan ubi jalar. Sedangkan sub sector tanaman perkebunan y ang berkembang meliputi tanaman kopi, cengkeh, kelapa. Sedangkan di kaw asan Pantai Jatimalang didominasi oleh tanaman kelapa,nipah dan pandan. 9. Sarana dan Prasarana Kabupaten Purw orejo telah memiliki sarana dan prasarana penunjang w isata y ang cukup lengkap seperti hotel, restoran, w artel, bank, dan kantor pos. Sarana-sarana tersebut meskipun peny ebaranny a Belum merata, Namun cukup mendukung bagi pengembangan kepariw isataan y ang ada di kabupaten Purw orejo.
B. RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PANTAI SWP II DAN SWP III KABUPATEN PURWOREJO Pantai Jatimalang terletak di SWP III berdasar Rencana Detail Tata Ruang Kawasan SWP II dan SWP III Kabupaten Purworejo sebagai berikut: 1. Rencana Struktur Ruang Kawasan Pantai Rencana
struktur
ruang
kawasan
pantai
merupakan
suatu
arahan
yang
menggambarkan hubungan dan kaitan antara fungsi-fungsi kegiatan yang membentuk kehidupan kegiatan di kawasan pantai sebagai kegiatan permukiman (bisa desa, wisata, budidaya pertanian,perikanan dll). Hubungan tersebut ditunjukkan dalam bentuk jenjang atau hierarki keterkaitan dan pelayanan yang dituangkan secara keruangan. Fungsi-fungsi kegiatan kawasan pantai dikategorikan dalam 2 macam yaitu: Fungsi primer sebagai generator pertumbuhan kegiatan di kawasan Fungsi sekunder sebagai pendukung pertumbuhan kawasan pantai Fungsi primer merupakan fungsi kawasan dengan pelayanan dan peran yang luas khususnya skala kawasan di UWP 2.1 dan UWP 3.1 di SWP II dan III. Sedangkan fungsi sekunder adalah fungsi kegiatan pendukung kawasan yang pelayanannya bersifat lokal. Di dalam rencana BAB III-10
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab III
struktur kawasan pantai yang dituju juga mencakup gambaran dan hierarki system jaringan jalan yang dapat dibedakan ke dalam beebrapa jenis yaitu unit wilayah pembangunan (UWP) pelayanan lokal dan lingkungan desa-desa di wilayah UWP 2.1 dan UWP 3.1. 2. Rencan Peruntukan Lahan UWP 2.1 Dan UWP 3.1 Rencana zona pertumbuhan lahan di UWP 2.1 dan UWP 3.1 dapat dibagi sebagai berikut: a. Kawasan konservasi pantai minimal 200m dari gelombang pasang. b. Kawasan budidaya perikanan *tambak c. Kawasan perkebunan d. Kawasan terbangun komersial dan jasa e. Kawasan permukiman dan industri kecil f.
Kawasan agrowisata hortikultura
g. Kawasan pertanian tanaman pangan h. Kawasan konservasi sungai i.
Kawasan wisata Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 3.9 rencana peruntukan lahan UWP 2.1 dan UWP 3.1 No Kode
Kode SUWP Peruntukan Dominasi Lahan
UWP 1
UWP 2.1
SUWP
Konservasi lahan pantai
2.1.a.
Budidaya perikanan/ tambak
Perkebunan
Konservasi sungai
Hutan lindung
Daerah campuran
Perdagangan dan jasa
Agrowisata Holtikultura
Wisata tirta
BAB III-11
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab III
2
SUWP2.1.b
Permukiman/perkampungan
Konservasi sungai
Permukiman
Lahan
pertanian
tanaman
pangan(padi) 3
UWP 3.1
SUWP 3.1.a
SUWP 3.1.b
Konservasi lahan pantai
Konservasi sungai
Hutan lindung
Wisata pantai
Desa wisata
Perikanan/ tambak
Budidaya pertanian
Perkebunan
Daerah campuran
Perdagangan dan jasa
Agrowisata dan hortikultura
Permukiman dan industry
Rumah tangga
Permukiman
desa
dan
industri
rumah tangga
Lahan
pertanian
tanaman
pangan(padi)
BAB III-12
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab III
3. Rencana Pembangunan Tata Ruang Kawasan
Wilayah UWP 2.1 dan UWP 3.1 sebagai sentral kota pelayanan ada di IKK Grabag untuk UWP 2.1 dan IKK Ngombol untuk UWP 3.1. Sedangkan akses primer adalah jalan jalur Selatan-Selatan dan Jalur Kulonprogo-Purwodadi Akses sekunder dibagi menjadi:
Jalan dari IKK Kutoarjo-Grabag arah utara- Selatan
Jalan dari Purwodadi-Ngombol-Grabag-Desa Sidomulyo
Secara rinci akses pelayanan dan struktur tata ruang di UWP 2.1 dan UWP 3.1 dapat dilihat pada peta rencana struktur pengembangan tata ruang kawasan. Jika dilihat dari peruntukan lahan yang direncanakan maka secara ruang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
BAB III-13
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab III
Tabel 3.10 peruntukan lahan secara ruang No
Dominasi Fungsi
Lokasi Peruntukan
Keterangan
Ruang Kawasan 1
Perumahan dan
Menyebar di masing-
perkampungan
masing desa di wilayah
-
UWP 2.1 dan UWP 3.1 2
Sosial
Di
kota
kecamatan Kantor
grabag dan Ngombol pemerintahan,pendidikan serta
desa-desa
di dan tempat ibadah
sekitar UWP 2.1 dan UWP 3.1 3
Jasa
Di wilayah kawasan Hotel,losmen,kafe wisata seperti Pantai Jatimalang
4
Perdagangan
Di IKK Grabag dan Pasar kios Ngombol,
Desa
Purwodadi dan Gesing 5
Pertanian
Desa-desa
SUWP Tanaman makanan pokok
Tanaman
2.1.a dan SWP 3.1.b
padi dan palawiaja
Pertanian
Desa
Buah-buahan
Hortikultura
Nambangan,sumber
semangka dan melon dll
Pangan 6
seperti
agung, awu-awu dan harjobinangun 7
Daerah Campuran
Desa-desa
di sekitar
-
BAB III-14
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab III
jalan
jalur
selatan-
selatan 8
Perkebunan
Membentang di sekitar Kebun kelapa jalur
selatan-selatan
yang berada di desa Kertojayan, Anom,
Pasar
Munggangsari,
Patutrejo, Depokrejo,Kasidan dan Wonoroto 9
Konservasi Pantai
Membentang sepanjang
sungai
dengan
radius
rooi
pantai
±200m
dari
gelombang pasang
Hutan bakau
Hutan
pohon
tahunan
Pengembangan daerah tambak/perikanan
10
Konservasi sungai
Membentang sepanjang
di Dikembangkan sebagai kanan kiri pendukung wisata tirta dan
sungai
wisata alam
wawar,Cokroyasan, dan
Bogowonto,
dengan rooi sungai 2550m dari bibir tebing sungai 11
Hutan Lindung
Di
muara
Cokroyasan
sungai Dikembangkan sebagai sekitar objek wisata alam
pasir puncu
BAB III-15
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab III
12
Daerah Obyek
Di
muara
wisata
Wawar
sungai Prioritas utama dan jangka dan pendek pengembangan
Cokroyasan
serta pantai Jatimalang
Pantai Jatimalang
C. TINJAUAN PARIWISATA KABUPATEN PURWOREJO 1. Kebijakaan Pembangunan Pariwisata Kabupaten Purworejo Pembangunan sektor
pariwisata terus ditingkatkan, dikembangkan dan diarahkan untuk
meningkatkan kegiatan ekonomi, memperluas serta memeratakan kesempatan dan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan daerah . disamping itu pengembangan pariwisata diarahkan untuk mendukung peningkatan devisa negara dalam rangka meningkatkan ekspor non migas. Seperti yang tercantum dalam Rencana Umum Pembangunan Daerah Kabupaten Purworejo yang diarah kan untuk:
Memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha.
Meningkatkan dan memeratakan pendapatan masyarakat.
Menujang pemeliharaan dan pelestarian nilai-nilai kebudayaan adat tradisional serta tetap memelihara keaslian dan kelestarian lingkungan hidup.
Mengadakan pembinaan dan pengaturan urusan bidang pariwisata daerah serta pemantapan struktur dan tata kerja lembaga pariwisata daerah.
Meningkatkan
kegiatn
pembinaan
masyarakat
secara
menyeluruh
dan
berkesinambungan guna memasyarakatkan sadar wisata dan sapta pesona.
BAB III-16
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab III
2. Kondisi wisata di kabupaten purworejo a) Arus wisatawan regional Kepariwisataan kabupaten purworejo yang dalam perwilayahan kepariwisataan Jawa Tengah terletak pada DTW A2(Merapi-Merbabu) bersama-sama dengan kodya dan kabupaten Magelang , Wonosobo Dan Temanggung, tidak hanya dipengaruhi oleh
perkembangan
kepariwisataan di daerah-daerah sekitarnya tetepi juga dipengaruhi oleh arus wisatawan yang terbentuk oleh kegiatan wisata pada kota-kota tujuan wisata nasional, bahkan internasional. Secara geografis Kabupaten Purworejo terletak di antara dua kota tujuan wisataan internasional yaitu Magelang dan Yogyakarta. Adanya potensi obyek wisata berskala regional, bahkan internasional
pada kedua kota tersebut ditambah dengan yang ada di kota-kota
sekitar Purworejo, telah membentuk pola jaringan arus wisatawan regional. Purworejo dikelilingi oleh kota-kota tujuan wisata yaitu: Yogyakarta, Magelang, Wonosobo dan Kebumen yang masing-masing memiliki obyek wisata yang kuat dalam menarik wisatawan seperti:
Yogyakarta : Kraton Yogyakarta dan Pantai parangtritis
Magelang : candi Borobudur dan Taman Kyai langgeng
Wonosobo : Plateu Dieng
Kebumen : pantai Karang Bolong Goa Jatijajar, Goa Petruk dll Jika disbanding dengan obyek wisata tersebut, jumlah dan intensitas kunjungan wisatawan di Purworejo relative kecil.
b) Objek wisata di Purworejo Kabupaten purworejo memiliki potensi obyek wisata yang cukup beragam dan tersebar di seluruh wilayah. Potensi pariwisata tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat karakteristik, yaitu: wisata alam, buatan, sejarah/budaya, dan agro wisata. Obyek wisata alam
Obyek wisata goa meliputi
-
Goa seplawan
-
Goa Gong
-
Goa anjani
-
Goa Silumbu BAB III-17
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab III
Goa Gajah
-
Goa Semar
Obyek wisata pantai meliputi: -
Pantai Jatimalang
-
Pantai Ketawang/pasir Puncu
-
Pantai watukuro
Obyek wisata pemandangan alam -
Air terjun Curug Muncar
-
Air terjun Curug Pengilon
-
Air terjun Curug Silangit
Obyek wisata buatan: -
Kawasan wisata geger menjangan
Obyek wisata sejarah / budaya:
Obyek wisata makam -
Makam Kyai Imam Puro
-
Makam Nyai Bagelen
-
Makam Kyai Manggul
-
Makam Cokronegoro
jaya -
Makam Pangeran Bintoro yang dijuluki Ey ang Giri
Obyek wisata bangunan kuno meliputi: -
Banguanan pemerintahan: gedung kabupaten Sawunggalih, kantor asiaten residen( sekarang gedung secret otonom)
-
Bangunan peribadatan : masjid kauman, masjid bagelen, masjid seboro krapyak, masjid jenar kidul, gereja Kyai Sadrah
-
Benteng pendem
Obyek wisata agro: -
Obyek wisata peternakan kambing peranakan etawa
-
Obyek wisata pertanian
BAB III-18
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab III
Gambar 3.3.peta persebaran obyek wisata Sumber: dinas perhubungan komunikasi informasi dan pariwisata kab.Purworejo
c) Jumlah pengunjung obyek wisata Obyek-obyek wisata yang ada di Purworejo belum sepenuhnya terpelihara dan terawat dengan baik, banyak obyek wisata yang belum memiliki pengelolaan dan pendataan dengan jelas. Data tentang jumlah pengunjung dari Dinas Perhubungan komunikasi informasi dan pariwisata adalah sebagai berikut:
BAB III-19
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab III
JUM LAH PENGUNJUNG OBYEK WISATA TAHUN 2005 S.D. 2008 No Nama Obyek Tahun Wisata 2005 2006 2007 2008 jumlah jumlah jumlah jumlah 1 Kolam renang 44.052 127.810 53.277 157.620 artha tirta 2 Pantai Jatimalang 3.255 9.600 22.908 24.495 3 Goa seplawan 6.539 4.114 6.930 10.807 4 Geger menjangan 2807 4.542 11.735 7.896 5 Museum Tosan Aji 983 930 2.021 1.310 6 PRPP Semarang 54.748 47.095 31.307 26.355 7 Bedug Pendowo 55.669 31.974 25.884 62.345 jumlah 168.053 226.065 154.062 290.827
Jml total 382.759 60.257 28.390 26.980 5.244 159.505 175.872 839.007
D. TINJAUAN KAWASAN PANATAI JATIMALANG 1. Ekonomi, Sosial, dan Budaya Masyarakat Kondisi Sosial Masy arakat Desa Jatimalang secara substansi, sosial ekonomi masy arakat desa Jatimalng meliputi kependudukan, kelembagaan, sosial buday a, dan kegiatan ekonomi masy arakat adalah sebagai berikut: Kependudukan Menurut data statistik kantor desa jatimalang jumlah kepala keluarga y ang ada di desa Jatimalng adalah 251Kk, dengan jumlah penduduk secara keseluruhan adalah 1145 jiw a. Sebagian besar penduduk ini berusia di atas 20 tahun, sehingga dapat menjadi pendukung dari pengembangn Kaw asan pantai Jatimalang. Di baw ah ini adalah tabel jumlah penduduk menurut usia <5 th
5-7th
7-12th
13-15th
16-19th
>20th
102
60
81
54
107
741
Kelembagaan Kelembagaan dalam kaw asan perencanaan secara struktural merupakan bagian dari Desa Jatimalang. Akan tetapi dalam pengembangaanny a kaw asan pantai Jatimalang langsung berada di baw ah kelembagaan dari Pemerintah Daerah Tingkat II Purw orejo.
BAB III-20
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab III
Sosial Buday a Kondisi sosial buday a masy arakat Desa Jatimalang dipengaruhi beberapa hal antara lain: a. Karakter masy arakat pedesaan berupa sikap y ang kekeluargaan dan mementingkan gotong roy ong. Ini merupakan potensi y ang bagus karena keramah tamahan penduduk dapat menjadi day a tarik pengunjung. b. Tingkat pendidikan penduduk y ang sebagian besar hany a tamatan SLTP, sehingga pola pemikiran masih rendah. c. Buday a tradisional Jaw a. Hal ini dikarenakan letak kota Purw orejo y ang sangat dekat dengan Yogy akarta. Masy arakat Jatimalang juga mengenal sedekah laut seperti daerah-daerah pesisir lain. Ekonomi Masy arakat. Masy arakat Desa Jatimalang rata-rata adalah masy arakat ekonomi menengah ke baw ah dengan mata pencaharian paling bany ak adalah bertani tetapi sekarang ini mata pancaharian sebagai nelay an lebih diminati dengan ditunjukkan peningkatan jumlah w arga y ang menjadi nelay an. 2. Potensi Pariwisata a. Jumlah wisatawan
Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi Kebudayaan Dan Pariwisata, jumlah wisatawan yang datang ke Pantai Jatimalang ini adalah sebagai berikut: Jumlah Tahun
Wisman
Winus
2005
-
3.255
2006
-
9.600
2007
-
22.908
2008
-
24.494
BAB III-21
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab III
Dari tahun ke tahun menunjukkan jumlah peningkatan wisatawan yang mengunjungi Pantai Jatimalang. b. Tinjauan Bangunan di sekitar Lokasi Pada saat ini pengembangan Pantai Jatimalang oleh pemerintah daerah sebagian sudah dibangun, antara lain: a. Bangunan Gerbang Masuk Oby ek Wisata. Bangunan ini terletak antara jembatan sungai Jatimalang dan pemukiman penduduk sehingga memposisikan area permukiman di dalam gerbang masuk. Bangunan ini berfungsi untuk penarikan uang retribusi ketika masuk ke oby ek w isata.
gambar 3.4.gerbang masuk sumber:dokumen pribadi
b. Bangunan Cafe Bangunan cafe dan karaoke ini milik pengusaha sw asta dan di bangun di pinggir jalan lingkungan. Tampilan bangunan sederhana dengan bahan bangunan batako dan atap genteng.
gambar 3.5.cafe sumber:dokumen pribadi
BAB III-22
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab III
c. Shelter /gazebo. Shelter ini berfungsi untuk tempat beristirahat y ang terlindung dari panas matahari ataupun hujan.
gambar 3.6.shelter sumber:dokumen pribadi
d. Bangunan Parkir. Bangunan parkir ini di bangun di kiri dan kanan jalan akhir pemberhentian kendaraan.
gambar 3.7.parkir sumber:dokumen pribadi
e. Rumah makan /w arung
gambar 3.8..warung sumber:dokumen pribadi
BAB III-23
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab III
f.
Rumah-rumah penduduk y ang berada di sekitar lokasi site, sebagian besar adalah bangunan rumah konv ensional. Jenis atap y ang dipergunakan adalah atap limasan dan tidak sedikit pula y ang menggunakan atap kampung.
c. Karakteristik Wisatawan Karakteristik wisatawan yang berkunjung ke kawasan Pantai Jatimalang ini adalah wisatawan domestik (wisatawan nusantara) segala usia. Pembagian usia tersebut yaitu: - Pengunjung anak-anak (usia < 12 th) - Pengunjung remaja (usia 12-21 th) - Pengunjung dewasa (usia > 21 th) d. Site dan Potensi Site
gambar 3.9.lpete JJLS kab.Purworejo sumber: Rencana detail tata ruang kawasan koridor JJLS Jawa Tengah
BAB III-24
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab III
3. Site Jalur jalan lintas selatan
Gambar 3.10.site Sumber:dokumen pribadi
4.Potensi S ite Site memiliki panorama alam pantai yang indah. Lokasi site berada tidak jauh dari Jalur Jalan Lintas Selatan dan DI Yogyakarta sehingga mudah diakses dari dalam maupun luar kabupaten Purworejo. Site memiliki keunikan,selain pantai pada site juga terdapat tambak bandeng,sungai serta sawah. Pada site juga terapat tempat pelelangan ikan dan balai benih udang yang mendukung dikembangkannya Kawasan Pantai Jatimalang sebagai objek wisata.
BAB III-25
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab III
Gambar 3.11.site Sumber:dokumen pribadi
BAB III-26
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab III
BAB III-27
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab IV
BAB IV OBJEK WISATA YANG DIHARAPKAN
Bab ini terdiri dari: A. Dasar Pemikiran B. Arah Penataan Kawasan C. Manfaat Penataan Kawasan D. Konsep Umum Penataan Kawasan E. Program Penataan Kawasan F. Transformasi Fungsional
BAB IV-1
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab IV
BAB IV OBJEK WISATA YANG DIHARAPKAN
A. DASAR PEMIKIRAN Ide Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang sebagai objek wisata muncul sebagai akibat dari adanya tinjauan teori dan tinjauan data yang diperoleh. Kawasan ini diperuntukkan bagi wisatawan yang ingin menikmati pesona alam, berekreasi, bersantai, berlibur, atau mencari pengetahuan. Pengunjung yang datang tidak terbatas pada golongan muda saja tetapi untuk semua kalangan baik tua maupun anak-anak. Kawasan Pantai Jatimalang dengan fasilitas yang ada kurang memperkenalkan dan mempromosikan aspek pariwisata serta potensi yang ada. Fasilitas saat ini tidak berorientasi jauh ke depan, yaitu kurang memadukan daya tarik atau potensi yang ada. Fasilitas yang tersedia secara apa adanya hanya mencoba memenuhi kebutuhan rekreasi dan tempat hiburan bagi masyarakat sekitar. Padahal keberadaan pariwisata Kabupaten Purworejo masih sangat memerlukan promosi, agar wisatawan mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang berbagai potensi Kabupaten Purworejo. Dukungan pengembangan sektor wisata pada kawasan Pantai Jatimalang di Purworejo juga terdapat dalam program pemerintah Kabupaten Purworejo dan Jawa Tengah. Program yang dimaksudkan dapat mewujudkan Kawasan Pantai Jatimalang sebagai objek wisata. Program pemerintah yang mendukung Kawasan Pantai Jatimang sebagai objek wisata adalah ditetapkannya kawasan ini sabagai Kawasan Bahari Terpadu. Dalam salah satu rencana penataannya, kawasan ini akan dikembangkan dengan fokus utama pada wisata air, Kawasan Pantai Jatimalang ini menjadi salah satu sektor pariwisata andalan di Kabupaten Purworejo. Oleh karena itu, perlu adanya suatu penataan pada Kawasan Pantai Jatimalang yaitu pada orientasi wisata yang menyatu dengan potensi pembangunan Kabupaten Purworejo, sehingga terbangun karakter kawasan khususnya kawasan wisata dengan gambaran potensi lokal yang ada. Agar diperoleh pengolahan tapak yang baik pada kawasan wisata yang direncanakan, maka harus diperhatikan beberapa aspek, seperti kondisi fisik maupun non fisik. Diantaranya angin, sinar matahari, view dan lain-lain. Lokasi kawasan wisata ini, mudah dijangkau dengan transportasi darat. BAB IV-2
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab IV
Penataan kawasan perlu dilakukan karena masih banyak hal-hal yang perlu dibenahi dan perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut agar keberadaan objek wisata ini mampu bertahan lebih lama, lebih banyak pengunjung, dan lebih menarik minat pengunjung. Hal-hal tersebut adalah : 1. Kawasan Pantai Jatimalang merupakan daerah untuk penatan kegiatan pariwisata baik ketirtaan maupun pariwisata alam, serta kegiatan penunjang lainnya. Namun hingga saat ini belum terlihat adanya tindakan antipasi dan optimalisasi penataan ruang di dalam Pantai Jatimalang ini. 2. Potensi alam, khususnya tambak bandeng dan udang yang sangat mendukung, hingga saat ini belum dimanfaatkan dan dikembangkan untuk menunjang kegiatan pariwisata di Kawasan Pantai Jatimalang sehingga diperlukan perencanaan kawasan yang terpadu. Dari gambaran tentang Kawasan Pantai Jatimalang yang sudah ada dapat diambil kesimpulan bahwa konsep rencana ke depan mengenai Kawasan Pantai Jatimalang sebagai Objek Wisata tersebut lebih lanjut. B. ARAH PENATAAN KAWASAN 1. Fungsi Penataan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata yang direncanakan mempunyai fungsi antara lain : a. Menciptakan suatu wadah kegiatan yang menampung segala kegiatan yang terjadi pada suatu kawasan wisata alam yang mampu memberikan rasa aman, rekreatif, atraktif, dan menarik bagi pengunjung. b. Menjadikan suatu kawasan yang memiliki karakter atau identitas yang khas sehingga mudah dikenali, dimasuki, dan memberikan kesan yang menarik untuk dikunjungi. 2. Tujuan Secara garis besar tujuan Penataan Kawasan Pantai Jatimalang sebagai Objek Wisata adalah sebagai berikut : a. Memberi suatu wahana bagi pengunjung yang ingin menikmati keindahan alam pantai dan dapat menikmati atraksi wisata yang menarik, dan terkelola dengan baik sehingga mampu menarik minat pengunjung yang banyak.
BAB IV-3
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab IV
b. Terbukanya lapangan kerja baru khususnya bagi penduduk setempat sehingga dapat menambah
pendapatan
serta
meningkatkan
kualitas
hidup
masyarakatnya.
Dalam
pengelolaannya menghendaki keikutsertaan dan peran serta pemerintah daerah yang dapat menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya. c. Dapat memberikan rangsangan terhadap pertumbuhan dan perkembangan budaya daerah setempat yang secara tidak langsung dapat mengangkat citra penduduk setempat melalui retribusi pariwisata yang bermanfaat bagi pelaksanaan pembangunan daerah setempat. 3. Sasaran Sasaran yang ingin dicapai dalam Penataan Kawasan Pantai Jatimalang sebagai Objek Wisata adalah sebagai berikut : a. Menciptakan kegiatan wisata dan rekreasi yang bervariasi, mempunyai daya tarik yang kuat, dan karakter yang khas. b. Menciptakan tata ruang dan fasilitas yang dapat menggerakkan kegiatan masyarakat agar berpartisipasi aktif dalam penataan kegiatan pariwisata. C. MANFAAT PENATAAN KAWASAN 1. Bagi Pengunjung atau Wisatawan a. Mampu memberikan alternatif baru bagi masyarakat yang ingin melakukan kegiatan wisata yang relatif murah, terjangkau, dan memberikan suatu pandangan baru bagi bentuk wisata pantai. b. Memberikan perasaan senang, gembira, nyaman, dan aman bagi pengunjung. c. Mendapatkan kesegaran jasmani dan rohani dengan melakukan kegiatan wisata. d. Menemukan karakter yang khusus (rekreasi yang unik dan spesifik) sehingga mempunyai kenangan terhadap objek wisata sehingga berkeinginan datang kembali. 2. Bagi Masyarakat dan Lingkungan Sekitarnya a. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk turut serta aktif berperan dalam kegiatan wisata sehingga
mampu memberikan manfaat dalam meningkatkan taraf hidupnya melalui
dukungannya pada sektor pariwisata baik itu berasal dari kios souvenir, penginapan, wartel, warung makan, dll.
BAB IV-4
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab IV
b. Meningkatkan kualitas lingkungan sekitar dengan adanya usaha menciptakan keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan (binaan). 3. Bagi Instansi Terkait (Pemerintah Daerah) a. Bagi PEMDA : Pemerintah Daerah akan memperolah pemasukan yang cukup besar dari sektor pariwisata jika aset wisata yang dimilikinya mampu menarik minat banyak pengunjung yang tentu saja akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). b. Bagi Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi dan Pariwisata Daerah : Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi dan Pariwisata akan mendapatkan banyak masukan dari keberadaan objek wisata baru atau hasil penataan yang akan menarik minat pengunjung dan menjadi salah satu daerah tujuan wisata yang perlu dikelola dengan baik. c. Bagi Pengembangan Ilmu Arsitektur Arsitektur tidak hanya mempelajari bangunan gedung saja, namun demikian masih banyak cakupan lainnya. Diantaranya penataan suatu kawasan yang erat kaitannya dengan Arsitektur Lansekap ini diharapkan semakin memperkaya ilmu Arsitektur saat ini. D. KONSEP UMUM PENATAAN KAWASAN 1. Analisa SWOT Agar arah penataan kawasan dapat terpenuhi baik fungsi, tujuan maupun sasaran maka diadakan analisa SWOT. Analisa ini bertujuan menggali potensi dan menentukan arah pengembangan yang sesuai. Posisi Pantai Jatimalang yang berada di selatan Jawa termasuk dalam ring of fire daerah potensi stunami. Dimana daerah yang dilalui ring of fire di Indonesia adalah sebagai berikut
GB.4.1 Ring of fire Sumber ;Wikipedia.com
BAB IV-5
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab IV
Selama ini publik cenderung menyoroti potensi tsunami di barat Sumatera dan selatan Jawa, padahal
tsunami
tercatat
paling
banyak
terjadi
di
Laut
Banda
dan
Laut
Maluku.
Kepala Subdirektorat Mitigasi Bencana dan Pencemaran Lingkungan pada Departemen Kelautan dan Perikanan, Subandono Diposaptono mengatakan hal itu, terkait dengan terjadinya gempa tektonik berkekuatan 5,7 Skala Richter yang mengguncang Gorontalo, Rabu (30/5) pada pukul 03.12 WIB. Urutan lokasi paling sering menimbulkan tsunami meliputi Laut Banda (33 persen) dan Laut Maluku (29 persen). Kemudian baru disusul di Samudera Hindia barat Sumatera, selatan Jawa, dan selat Makassar. Saat terjadi tsunami di pangandaran Jawa Barat berdampak hingga ke Jawa Timur, meskipun Kawasan Pantai Jatimalang dilewati gelombang tinggi namun tidak menimbulkan kerusakan. Oleh karena itu dalam Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata ini potensi tsunami diabaikan. Analisa SWOT yang diperoleh dengan mempertimbangkan alasan diatas adalah sebagai berikut Tabel 4.1.Analisa Variabel Lokasi Purworejo Terhadap Perikanan INTERNAL
EKSTERNAL
STRENGTH/KEKUATAN (S) WEAKNESS/KELEMAHAN (W) • kab.purw orejo dekat dg • kondisi iklim y ang kurang laut sehingga potensi baik pada bulan-bulan perikanan relatif besar teertentu y g membuat kendala dalam perikanan • tingkat curah hujan ratarata tinggi 2.265-4.370 • beberapa kaw asan belum mm/th dimanfaatkan secara baik • kondisi topografi sangat berv ariasi memudahkan dalam pengembangan sistem pengairan misalny a irigasi • letak pada 0-1064 dpl menjadikan kabupaten ini beriklim baik • sumber; peny usunan bisnis plan kegiatan perikanan kab. purw orejo
BAB IV-6
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab IV OPORTUNITY/PELUANG (O) • kab.purw orejo berada di jalur lintas selatan dg potensi pengembangan perikanan y g cukup baik • lokasi berada di jjls y ang aksesnya mudah • berada di tengah pusat kegiatan w ilay ah dan pusat kegiatan nasional (sbr: peny usunan bisnis plan kegiatan perikanan kab. purw orejo) TRHEAT/ANCAMAN (T) • kabupaten purw orejo berada di tengah antar jjls(berada di tengahtengah) sehingga hany a seperti perlintasan saja
STRATEGI (S-O) STRATEGI (W-O) • menciptakan pusat-pusat • pengendalian lahan pertumbuhan tambak di kaw asan pesisir berdasarkan potensi • pengembangan setempat untuk pengetahuan perikanan meningkatkan budiday a dan perekonomian w ilay ah tangkap,penggunaan • meningkatkan sarana & teknologi tepat guna agar prasarana pendukung kualitas dan kuantitas perikanan baik budiday a produksi meningkat maupun tangkap • pengembangan kaw asan perikanan STRATEGI (S-T) STRATEGI (W-T) • Mengembangkan sistem • Memberikan kesempatan transportasi y g baik utk sebesar-besarny a kepada mengantisipasi masy arakat setempat peningkatan aksesibilitas berpartisipasi dalam untuk pergerakan antar pengelolaan perikanan kota(regional) • Pengembangan lebih bany ak ruang-ruang publik • Pengendalian aktiv itas kegiatan perikanan di • Meningkatkan & pusat pertumbuhan dg memperbaiki sarana dan penataan ruang y g efektif prasarana y ang • Mengembangkan sarana rusak/belum optimal & prasarana perikanan guna meningkatkan produksi perikanan budiday a & tangkap(pengembangan balai benih udang)
BAB IV-7
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab IV
Tabel 4.2.Variabel: Kawasan Pantai Jatimalang INTERNAL
EKSTERNAL
OPORTUNITY/PELUANG • Stasiun kereta api jenar y ang terdapat di kota kecamatan kini dilalui kereta prameks dapat dimanfaatkan untuk kemudahan akses dari luar kota • Dibangunny a sub terminal
STRENGTH/KEKUATAN WEAKNESS/KELEMAHAN • Lokasi dekat dengan kota • Belum ada angkutan umum sekitar seperti w ates(15 y ang sampai ke lokasi km), y ogyakarta(50 km) pantai jatimalng bantul(35 km), purw orejo • Jalan menuju oby ek dari jjls (20 km), kebumen(40 km), sudah cukup baik namun magelang(60 km) kurang lebar • Dibangunny a jalur jalan • Tambak kering katika lintas selatan y ang akan musim kemarau menghubungkan kota-kota • Minimny a ketersediaan air di pesisir selatan jaw a, bersih untuk kaw asan pulau jaw a akn dikelilingi w isata oleh jalur pantura & pansela • Lahan cukup luas dan belum dimanfaatkan secara optimal • Pengunjung pantai jatimalang terus bertambah dari tahun ke tahun • Potensi tambak udang dan bandeng y ang sudah dimanfaatkan±18 ha • Hasil tambak dan ikan tangkap di desa jatimalng adalah y ang terbany ak dibandinkan zona pengembangan lain di pesisir purw orejo y aitu sekitar 480.00 ton/th • Telah tersedia tempat pelelangan ikan y ang menambah day a tarik pengunjung • Keberadaan balai benih udang STRATEGI (S-O) STRATEGI (W-O) • Pengadaan tray ek dari • Peny ediaan jasa angkutan stasiun jenar menuju pantai umum menuju objek pantai jatimalng jatimalang • Pengembangan potensi • Pelebaran jalan dari jalan tambak y ang sudah Daandels(jjls) menuju ada(w arung kaw asan pantai jatimalang apung,pemancingan)
BAB IV-8
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab IV nampurejoy ang berjarak ±1500 m dari pantai • Termasuk dalam sistem jalur perdagangan, transportasi dan w isata TRHEAT/ancaman • Minimny a air tambak saat kemarau
STRATEGI (S-T) • Peny ediaan sarana prasarana untuk meningkatkan hasil produksi tambak maupun ikan tangkap
STRATEGI (W-T) • Pembangunan sumur bor
STRENGTH/KEKUATAN • Masy arakat jatimalang mengadakan sedekah laut dengan mengadakan pertunjukan w ay ang kulit saat tahun baru islam dan acara dangdutan saat tahun baru masehi • Peny elenggaraan pacuan kuda dan balap motor selalu diminati masy arakat • Bany ak w arga usia produktif STRATEGI (S-O) • Memberday akan warga usia produktif dalam usaha pemanfaatan potensi y ang ada STRATEGI (S-T) • Meny ediakan w adah untuk mengakomodasi kegiatankegiatan y ang diselenggarakan (panggung terbuka) • Publikasi ev ent y ang diselenggarakan
WEAKNESS/KELEMAHAN Pendidikan masy arakat rendah/sdm rendah
Tabel.4.3.Masyarakat dan budaya INTERNAL
EKSTERNAL OPORTUNITY/PELUANG • Tarian daerah y ang potensial untuk menarik pengunjung/w isataw an: tari Ndolalak TRHEAT/ancaman • Acara y ang diadakan kurang terpublikasi • Adany a mitos tentang pantai selatan y ang mempengaruhi nelay an dalam penagkapan ikan • Belum ada tempat permanen y ang mengakomodasi kegiatan pacuan kuda
STRATEGI (W-O) • Pelatihan kepada masy arakat STRATEGI (W-T) • peningkatan pengetahuan masy arakat
BAB IV-9
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab IV
Tabel 4.4.Variabel: Wisata Di Purworejo INTERNAL
EKSTERNAL
OPORTUNITY/PELUANG • Arus w isataw an regional purw orejo. Yogy akarta:kraton y ogy akarta,malyoboro; magelang: candi borobudur, taman ky ai langgeng; w onosoboplateu dieng; kebumen:goa jati jajar,w aduk w adaslintang,goa petruk dll TRHEAT/ancaman • Pergantian masa pemerintahan bisa mengubah kabijakan sektor w isata • Sistem jaringan transportasi belum maksimal
STRENGTH/KEKUATAN WEAKNESS/KELEMAHAN • Mempuny ai bany ak obyek • Oby ek w isata kurang w isata antara lain:geger peraw atan dan menjangan,goa seplaw an, pengembangan pantai jatimalang,pantai • Kurangny a publikasi pantai ketaw ang/pasir, • Keterbatasan dana puncu goa silumbu, goa anjani, goa gong pegunungan manggul jay a museum tosan aji, bedug pendow o, bumi perkemahan arga putra, air terjun, curug muncar, air terjun curuk silangit, makam cokronagara, makam ny ai bagelen,beteng bendem • Industri penunjang w isata: industri any aman bambu,kay u ukir, sulam/bordir, gerabah keramik, any am tikar, batik tulis • Kantor dinas, badan di purw orejo relatif lengkap STRATEGI (S-O) STRATEGI (W-O) • Pengembangan oby ak • Memanfaatkan arus w isata w isata y g berbeda dengan regional y ogy akartalingkungan sekitar kebumen/cilacap, magelang kebumen • Peny ediaan paket w isata
STRATEGI (S-T) • Memperjelas arah pengembangan sektor w isata • Perbaikan akses ke oby ek w isata dan antar oby ek w isata
STRATEGI (W-T) • Mengembangkan konsep kemitraan dalam pengembangan kepariw isataan dengan pihak sw asta, inv estor & masy arakat setempat
BAB IV-10
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab IV
Dari strategi yang diperoleh berdasar analisa SWOT di atas tidak semuanya diterapkan pada Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata. Strategi yang terpilih disesuaikan dengan site pada kawasan yang akan dikembangkan. 2. Pengelompokan zona wisata Dengan melihat berbagai potensi yang telah ada dan mempertimbangkan kendala yang muncul serta segala kondisi pada wilayah Kawasan Pantai Jatimalang memungkinkan dikembangkan secara maksimal sebagai objek wisata. Kegiatan dan potensi kegiatan yang beragam merupakan daya tarik wisata ini. Secara keseluruhan penataan kawasan objek wisata ini menganut konsep penataan landsekap yang lebih dominan. Tata ruang dan bangunan yang tercipta berkat penataan zona kegiatan yang sesuai, mudah dijangkau, memberi ruang terbuka yaitu menghubungkan ataupun memisahkan sehingga terbentuk suatu objek wisata alam yang lebih menarik. Pada dasarnya pola tata ruang pada suatu Kawasan Pantai Jatimalang sebagai Objek Wisata ini dikelompokkan menjadi sebagai berikut : a. Zona Penerima (Introduction Space) Zona ini merupakan sebuah space yang menjadi penghubung antara ruang luar dengan objek wisata itu sendiri. Oleh karena itu, perlu ditampilkan suatu hal yang menjadi penarik perhatian bagi pengunjung dan mempermudah bagi pengunjung untuk mengenali lokasi dengan pemakaian berbagai elemen –elemen street furniture, landscape furniture, maupun penempatan gerbang/ gate yang representatif. Kebutuhan ruang yang diperlukan untuk menciptakan sebuah zone penerima yang representatif, mudah dikenali, dan menari perhatian adalah : 1) Jalur kendaraan bermotor dan jalur pedestrian Jalur kendaraan bermotor meliputi jalur bagi mobil, sepeda motor, dan bus. Sedangkan jalur pedestrian berupa jalur pejalan kaki beserta dengan elemen-elemen pendukungnya. Selain itu juga terdapat kantong parkir yang berguna untuk pengunjung dalam menikmati tiap zona wisata yang direncanakan. 2) Tiket box dan pintu masuk BAB IV-11
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab IV
Ticket box dan pintu masuk merupakan bagian dari area penerimaan ini, sehingga pengunjung yang ingin memasuki area objek wisata harus melewati ticket box ini sebelum memasuki area objek wisata. Di dalam area wisata
ini terdapat tiket untuk sistem paket yang artinya pengunjung
dapat menikmati semua atraksi wisata yang ada (terkecuali cottage). Tetapi ada juga yang non sistem paket yang artinya pengunjung hanya menikmati area wisata tertentu. Sehingga jumlah perletakkan tiket box ini disesuaikan dengan jumlah zona wisata yang ada. b. Zona Wisata Zona atraksi wisata merupakan zona yang digunakan untuk menampung kegiatan-kegiatan rekreatif yang berlangsung di area kawasan wisata. Zona atraksi wisata ini terbagi menjadi dua jenis yaitu atraksi wisata darat/ alam dan atraksi wisata air. 1) Atraksi Wisata Darat/ Alam Adapun kebutuhan ruang yang termasuk dalam kelompok kegiatan atraksi wisata darat/ alam adalah : a) Tempat Pelelangan Ikan Tempat pelelangan ikan yang sudah tersedia bisa dimanfaatkan pengunjung untuk berbelanja/membeli ikan hasil tangkap nelayan dari laut ataupun budidaya masyarakat sekitar. b) Balai Benih Udang Pada balai benih udang ini pengunjung dapat mendapatkan informasi tentang bagaimana pembenihan serta pembudidayaan udang galah yang dapat hidup di air tawar maupun air payau. c) Panggung terbuka (open stage) Panggung terbuka dibuat yang memungkinkan bagi para pengunjung untuk menikmati sajian hiburan baik itu kesenian tradisonal, musik, maupun tarian. d) Play Ground Play ground merupakan area yang diperuntukkan bagi para pengunjung yang mengajak anak-anak untuk ikut serta. Area ini berupa taman bermain dengan berbagai atraksi wisata seperti ayunan, jungkat-jungkit, papan luncur, komedi putar, dll. Sebagai elemen BAB IV-12
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab IV
pelengkap paga play ground ini ditambahkan lampu taman, tata hijau yang mendukung, sitting group, dan perkerasan untuk berjalan-jalan. e) Gazebo dan Gardu Pandang Gazebo dan gardu pandang merupakan sebuah tempat yang disediakan bagi pengunjung yang menikmati keindahan alam kawasan Pantai Jatimalang,atau sekedar beristirahat untuk menuju zona wisata selanjutnya. f)
Plaza Plaza meliputi area terbuka untuk bersantai yang merupakan penghubung antar zona dan kegiatan. Plaza dilengkapi dengan tata hijau yang mendukung, sitting group, lampu taman, air mancur, pedestrian untuk berjalan-jalan berkeliling.
g) Out Bond Aoutbond meliputi menanam padi, menangkap ikan dan juga bermain ATV. Sawah yang terdapat pada site dimanfaatkan untuk menanam padi sedangkan sebagian tambak dimanfaatkan untuk kegiatan menagkap ikan. h) Lapangan voli Lapangan voli disediakan untuk bermain voli pantai 2) Atraksi Wisata Air Adapun kebutuhan ruang yang termasuk dalam kelompok kegiatan atraksi wisata air adalah : a) Dermaga Dermaga merupakan kegiatan utama wisata air yang direncanakan. Dermaga yang direncanakan terdapat pada tambak dan juga pada laut. Area dermaga diperuntukkan bagi seluruh anggota keluarga. Area dermaga ini merupakan stasiun dari atraksi wisata perahu motor (pada laut) dan sepeda air dan kano (dermaga pada tambak). Di sini para pengunjung diharapkan dapat menikmati suguhan wisata air yang sesungguhnya dengan puas. b) Area Pemancingan dan Warung Terapung Kolam pemancingan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari rumah makan terapung karena keberadaan area pemancingan yang menyatu dengan rumah makan terapung. memberi suatu kenikmatan tersendiri bagi pengunjung yang akan makan di BAB IV-13
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab IV
warung terapung tersebut jika menikmati hasil pancingannya sendiri. Untuk itu, warung makan terapung tersebut sengaja diletakkan pada area yang cukup luas dengan kolam pemancingan. c. Zona Akomodasi Merupakan zona yang digunakan untuk mewadahi kegiatan-kegiatan penunjang dari kegiatan-kegiatan yang lainnya. Oleh karena itu, perletakannya menyebar sesuai dengan kebutuhan masing-masing kelompok kegiatan. Adapun kebutuhan ruang dari kelompok kegiatan ini adalah : 1) Rumah makan/ restaurant Rumah makan yang termasuk dalam zona akomodasi ini berbeda dengan rumah makan terapung. Rumah makan berada di tengah-tengah area persawahan. Hidangan dan perlengkapan makan yang disajikan juga merupakan hal-hal yang berkaitan dengan suasana pedesaan. Selain wisatawan dapat menikmati makanan yang tersaji, juga dapat menikmati pemandangan di sekitar area persawahan dan sungai serayu. 2) Cottage Cottage merupakan rumah penginapan yang terpisah-pisah perumah dengan luasan yang cukup kecil, dengan kapasitas pengunjung yang relatif sedikit pula. Lebih mengutamakan keselarasan dengan alam sehingga bertema alam. Cottage ini ditujukan bagi para pengunjung yang ingin menginap di kawasan wisata ini. Adapun sasaran kunjungan adalah pada hari libur akhir pekan dan libur panjang. 3) Kios Jajanan, Kios Kuliner, dan Kios Cenderamata Kios merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari suatu objek wisata, Purworejo mempunyai berbagai aset yang bisa ditawarkan sebagai souvenir baik berupa cinderamata maupun makanan khas daerah. 4) Terminal Kereta Kelinci Penggunaan kereta kelinci diperuntukkan bagi pengunjung yang sudah merasa kelelahan karena menempuh perjalana atau pengunjung yang sengaja berkeliling untuk menikmati pemandangan. Jalan untuk kereta kelinci
bersebelahan dengan jalan untuk
pedestrian dan terdapat stasiun kereta kelinci bagi pengunjung yang akan menggunakan jasa BAB IV-14
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab IV
ini. Stasiun kereta kelinci tersebar,terletak dekat dengan zona wisata sehingga memudahkan pengunjung untuk mencapainya. d. Zona Pengelola Kantor Pengelola Zona pengelola merupakan zona yang digunakan untuk mewadahi kegiatan pengelolaan dari kawasan wisata, yaitu berupa : 1) Kantor Pengelola Pusat Dengan adanya pengembangan objek wisata, diperlukan suatu struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan keberadaan dan fungsinya sehingga objek wisata ini dapat dikelola dengan baik. Kantor pengelola pusat ditempatkan pada area yang tepat sehingga dapat memudahkan bagi para pengelola untuk mencapainy a dan mengontrol kegiatan yang berlangsung dalam objek wisata ini. 2) Kantor Pengelola Cabang Di setiap area wisata terdapat kantor pengelola dan pengawas sehingga memudahkan bagi para pengelola untuk mengawasi dan mengontrol dengan lebih maksimal untuk kegiatan yang berlangsung dalam tiap zona objek wisata tersebut. e. Zona Pelayanan Umum 1) Pusat Informasi Pariwisata Pusat informasi ini diperlukan keberadaannya untuk memberikan keterangan dan informasi bagi pengunjung yang kurang jelas tentang objek wisata yang ada. Selain itu, pusat informasi ini juga memberikan informasi lain akan berbagai macam objek wisata lain yang mungkin dapat menjadi alternatif lain untuk dikunjungi. 2) Musholla Musholla digunakan oleh para pengunjung yang beragama Islam yang akan melaksanakan ibadah sholat di sela-sela kegiatan rekreasi yang dilakukan di lokasi. Oleh karena itu, musholla dilengakpi dengan tempat wudhu dan lavatory. Mushola diletakkan di tengah kawasan wisata. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan agar pengunjung tidak terlalu jauh untuk mencapainya.
BAB IV-15
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab IV
3) Penyelamatan dan Kesahatan Keberadaan bangunan penyelamatan dan kesahatan sangat diperlukan untuk menjamin keselamatan dan kesehatan pengunjung terutama akibat kejadian yang tidak diinginkan karena kecelakaan yang terjadi di lokasi yang rawan, seperti di area bermain di pantai ataupun dermaga tepi laut. 4) Lavatory Lavatory diletakkan menyebar di seluruh area wisata Hal ini untuk memudahkan pencapaian bagi para pengunjung yang membutuhkannya. f.
Zona Servis dan Maintenance Kegiatan perawatan dan pendukung sarana wisata sangat diperlukan agar setiap atraksi wisata yang ada dapat berjalan dengan baik. 1) Servis dan Maintenance Bangunan servis dan maintenance merupakan bangunan untuk perawatan dan perbaikan building, dan sarana rekreasi darat dan air. 2) Mekanikal Elektrikal Ruang mekanikal elektrikal merupakan ruang untuk mengontrol panel mekanikal dan elektrikal, mengoperasikan genset,menyimapan dan mengambil bahan bakar dan peralatan.
E. PROGRAM PENATAAN KAWASAN Penataan dilakukan dengan membuat suatu program penataan yang sesuai untuk diterapkan pada kondisi lahan beserta daya dukung lingkungannya, yaitu : 1. Penataan Kegiatan Wisata dan Atraksi Wisata Kegiatan rekreatif yang bisa dikembangkan pada kawasan ini meliputi : a. Pendayagunaan tambak menjadi suatu objek wisata air yang rekreatif berkonsep waterfront. b. Menambah nilai arsitektural yang dapat berupa bentuk fisik pada bangunan-bangunan yang direncanakan. c. Penataan area sekitar tambak dan sawah sebagai area outbond.
BAB IV-16
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab IV
d. Penataan landsekap dan tata ruang luar yang mampu mendukung keberadaan kegiatan rekreatif, menjadi pemisah antara kegiatan yang berlainan, memberi rasa nyaman melalui tata hijau yang menjadi barier dari debu, sinar matahari, sekaligus sebagai peneduh. 2. Strategi Penataan Kawasan Dalam pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang sebagai Objek Wisata, akan dilakukan penataan kawasan dengan memanfaatkan potensi alam berupa air dan pemandangan alam yang ada di kawasan ini. Hal ini menuntut adanya suatu strategi penataan yang komprehensif sekaligus tidak merusak ekosistem yang telah ada. Strategi tersebut adalah untuk : a. Menciptakan pola sirkulasi dan pola jalan yang nyaman, aman, menarik dan atraktif sehingga dapat antara tempat wisata yang satu dengan yang lainnya dapat menjadi satu kesatuan secara konstektual. b. Menciptakan Kawasan Pantai Jatimalang sebagai salah satu objek wisata yang potensial di Purworejo sebagai tempat wisata alam, air, rekreasi, dan olahraga. Dan ditunjang dengan fasilitas pendukung lainnya seperti penjualan souvenir, cottage, dll. 3. Proses Penataan Kawasan Proses penataan kawasan kegiatan dan atraksi wisata tersebut dilakukan dengan jalan redesain (perencanaan ulang). Redesain dilakukan dengan mengubah sebagian atau keseluruhan desain yang telah ada di kawasan. Pada proses perencanaan kawasan Pantai Jatimalang sebagai Objek Wisata, redesain diperlukan untuk mendapatkan desain yang serasi dan selaras dengan lingkungan atau alam.Penampilan bangunan yang akan direncanakan disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar berupa bangunan rumah yang termasuk sudah modern. F. TRANSFORMASI FUNGSIONAL Merupakan perwujudan program penataan ke dalam bentuk fisik bangunan. Program penataan tersebut yang akan diwujudkan dalam fisik tersebut meliputi : 1. Tampilan Fisik Tampilan fisik bangunan yang rekreatif, menarik, atraktif, dinamis, dan alami akan lebih menarik perhatian pengunjung dibanding tampilan fisik yang bersifat modern dan metropolis.
BAB IV-17
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata Bab IV
2. Landscape Penataan landscape yang mampu memberi rasa nyaman bagi pengunjung, menarik, mengundang, dan mudah dimengerti akan sangat mendukung keberadaan objek wisata tersebut. 3. Sistem Struktur, Konstruksi, dan Bahan Sistem struktur dan konstruksi yang didukung oleh pemakaian bahan bangunan yang mampu meningkatkan nilai jual dari objek wisata tersebut akan dapat mendukung berhasilnya penataan objek wisata ini. 4. Utilitas Pengaturan sistem utilitas bangunan dan lingkungan yang terpadu dan mampu menciptakan suatu kesinambungan yang harmonis akan sangat diperlukan dalam proses penataan yang akan dilakukan pada objek tersebut.
BAB IV-18
DAFTAR PUSTAKA
Text Book DK Ching Franchis. 1985. Arsitektur Bentuk, Ruang dan Susunannya, Jakarta: Erlangga. Frick, Heinz.1996. Arsitektur Dan Lingkungan. Yogyakarta:Kanisius Hakim, Rustam. 2003. Arsitektur Lansekap. Jakarta : Bumi Aksara. Hary Karyono, A. 1997. Kepariwisataan, Jakarta: PT. Gramedia. Suryowinoto, Sutarmi M. 2002. Flora Eksotika Tanaman Peneduh Neufret, Ernst. 1996. Data Arsitek Jilid I. Jakarta : Erlangga. Neufert, Ernst. Data Arsitek Jilid II, Terj.Sunarto Tjahyadi.2002. Jakarta : Erlangga Pendit, Nyoman S. 1980. Pariwisata Sebagai Ilmu, Sebuah Pengantar Perdana, Sarwono, Sarlito Wirawan. 1992. Psikologi Lingkungan. Jakarta : Gramedia Widia Sarana Indonesia. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia jil.3. Jakarta : Balai Pustaka. Rencana Strategi Pengembangan ”Kawasan Bahari Terpadu (Kbt) Selatan-Selatan” Kabupaten Purworejo,bappeda purworejo 2004 Pengembangan Daerah Pantai Selatan Cokroyasan-Bogowonto,Dinas Pengairan 2003 Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Daerah Tingkat II Purworejo Tahun 1996/1997-2019/2020 Laporan Akhir Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan SWP II Dan III Kabupaten Purworejo, Bappeda Rencana detail tata ruang kawasan koridor jalur jalan lintas selatan(jjls) jawa tengah tahun anggaran 2007, dinas permukiman & tata ruang pemprov jawa tengah Laporan akhir kegiatan penyusunan kawasan terpilih pusat pengembangn desa(ktp2d) geparang kec.purwodadi kabupaten purworejo 2006 Penusunan bisnis plan kegiatan perikanan kabupaten purworejo 2008 Undang Undang No. 9 Tahun 1990 tanggal 18 Oktober 1990 tentang : Kepariwisataan.
Badan Instansi Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi Dan Pariwisata Kabupaten Purworejo Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Purworejo Dinas Pengairan Kabupaten Purworejo Badan Pusat Statistik Kabupaten Purworejo Badan Pembangunan Perencanaan Daerah Purworejo Situs Internet http://www.purworejokab.ac.id http://www.puriasrikyailanggeng.com http://www.pemandiansumberairpanaskalibacin.com http://www.urbanspace.com http://www.wisataalam.com http://www.wikipedia.com http://www.jatimpark.com