Volume 1, edisi 2, November 2013
PENGARUH TERAPI MODALITAS: TERAPI MUSIK TERHADAP KUALITAS TIDUR LANSIA YANG MENGALLAMI INSOMNIA DI PANTI TRESNA WERDHA TERATAI PALEMBANG Trilia1, Budi Santoso2, Yanti Adriyani3 Program Studi D III Keperawatan STIKes Muhammadiyah Palembang 2 Politekhnik Kesehatan Jurusan Keperawatan Kota Palembang 3 Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Muhammadiyah Palembang Email:
[email protected] 1
ABSTRAK
Lansia merupakan suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia yang panjang. Kualitas tidur merupakan kepuasan seseorng terhadap tidur,sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah,sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk. Sementara itu insomnia adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesulitan untuk tidur, terutama dimalam hari. pengobatan insomnia terbagi dua yaitu farmakologi dan non farmakologi, pengobatan non farmakologi salah satunya adalah terapi musik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ada pengaruh terapi modalitas: terapi musik terhadap kualitas tidur lansia yang mengalami insomnia di Panti Tresna Werdha Teratai Palembang. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian pre eksperimental dengan pendekaktan “one group pretest postest” “Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian lansia yang berada di panti sosial tresna werdha teratai palembang, tekhnik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik “non probability Sampling” dengan menggunakan metode purposive sampling sehingga jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 37 jiwa. lansia yang bersedia menjadi responden mengisi lembar Informed consent terlebih dahulu. Hasil uji statistik Shapiro Wilk diperoleh nilai P = 0,000, ada pengaruh terapi musik terhadap kualitas tidur yaitu rata-rata skor kualitas tidur sebelum diberikan terapi musik adalah 6,64 dan rata-rata skor kualitas tidur sesudah diberikan terapi musik adalah 5,27. Hasil penelitian ini hendaknya dapat memberikan gambaran kepada panti sosial tresna werdha teratai tentang adanya pengaruh terapi musik terhadap kualitas tidur Sehingga petugas panti diharapkan dapat memberikan promosi kesehatan pada masyarakat tentang pentingnya kebutuhan istirahat dan tidur dengan memberikan terapi musik. Kata Kunci : Lansia, Kualitas Tidur, Insomnia, Terapi Musik
PENDAHULUAN
kuantitas, dengan keadaan tidur yang
Lanjut usia merupakan periode akhir
kehidupan
setiap
individu
seseorang akan
hanya sebentar dan susah tidur
dan
(Hidayat,
2006).
Dari
berbagai
mengalami
masalah yang diderita lansia, salah
proses penuaan dengan terjadinya
satunya adalah Insomnia. Insomnia
perubahan pada berbagai aspek fisik
adalah
atau fisiologis, psikologis, dan sosial
ketidakmampuan mendapatkan tidur
(Miller, 2004).
yang adekuat, baik kualitas maupun
suatu
keadaan
Insomnia adalah suatu keadaan
kuantitas, dengan keadaan tidur yang
ketidakmampuan mendapatkan tidur
hanya sebentar dan susah tidur
yang adekuat, baik kualitas maupun
(Hidayat, 2006). 36
Volume 1, edisi 2, November 2013
Terapi Insomnia dilakukan dengan pengobatan
observasi pertama (Pretest) yang
Farmakologi
menggunakan
obat-obatan
memungkinkan peneliti dapat menguji
dan
perubahan
Pengobatan dengan non farmakologi
Setelah
yang kaitanya dengan terapi musik modalitas
adalah
terjadi
setelah
adanya eksperimen.
salah satunya adalah terapi modalitas
Terapi
yang
mendapat
izin
dari
kepala Panti Sosial Tresna Werdha
yang
Teratai
Palembang
maka
peneliti
merupakan metode pemberian terapi
mengadakan
yang menggunakan kemampuan fisik
seluruh responden untuk mengambil
atau
data.
elektrik.
Terapi
modalitas
pendekatan
Sampel
kepada
berjumlah
37
bertujuan untuk membantu proses
responden yang memenuhi kreteria
penyembuhan
mengurangi
inklusi, sedangkan terdapat 6 orang
oleh
yang
keluhan
yang
dan dialami
klien
mengalami
gangguan
(Lundy & Jenes, 2009). Terapi musik
pendengaran, dan 8 orang yang
adalah keahlian menggunakan musik
mengalami perawatan tirah baring, 5
atau
orang
elemen
musik
meningkatkan, serta
untuk
mempertahankan,
mengembalikan
yang
mengalami
kronis, dan 4
kesehatan
insomnia
orang mengalami
keterbatasan gerak (atritis, rematik),
mental, fisik, emosional dan spiritual.
3 tidak koopertaif, 2 belum termasuk
Penelitian
untuk
lansia
terapi
bersedia menjadi responden.
ini
mengetahui modalitas:
bertujuan pengaruh
terapi
musik
dan
6
lansia
yang
tidak
terhadap
Data yang dikumpulkan adalah
kualitas tidur lansia yang mengalami
data primer yaitu data yang diperoleh
insomnia di Panti Sosial Tresna
langsung
Werdha Teratai Pelembang.
pengisian kuesioner PQSI (Pittsburgh
dari
responden
Sleep Quality METODOLOGI PENELITIAN Desain penelitian ini yaitu pre-
melalui
Index) yang telah
disiapkan
yang
terdiri
dari
7
komponen
yang
menggambarkan
eksperimental dengan rancangan one
tentang kualitas tidur secara subjektif,
group
waktu mulainya tidur, lamanya tidur,
pretest-postest
Secara
kuantitatif. Rancangan ini tidak ada
efisiensi
kelompok
(Control)
kebiasaan penggunaan obat-obatan
tetapi paling tidak sudah dilakukan
dan aktivitas yang mengganggu tidur
pembanding
37
tidur,
gangguan
tidur,
Volume 1, edisi 2, November 2013
serta
aktivitas
sehari-hari
terkait
Variabel
dengan tidur. Analisa data dihitung Kualitas Tidur
dengan memakai Uji Dua kelompok
responden,
pada
dengan
jumlah
–
SD
1,28
MinMax
95%
3,00 – 8,00
4,84 – 5,69
tabel diatas dapat
dilihat bahwa rata-rata skor kualitas
Penelitian ini dilakukan 3 kali seminggu
5,27 5,00
Berdasarkan
Berhubungan (Paired sampel t test).
dalam
MeanMedian
tiap
tidur sesudah diberikan terapi musik
37
yaitu 5,27 dan nilai tengahnya 5,00
responden maka peneliti memerlukan
dengan
waktu 6 kali dalam 2 minggu. Setelah
Responden
selesai pemberian
terendah 3,00 dan nilai skor tertinggi
responden
di
kuesioner
terapi
beri
maka
yaitu
pertanyaan
yang sama pada saat
sebelum diberikan terapi musik.
Standar
8,00,
Deviasi
dengan
dari
nilai
hasil
kepercayaan
dapat
bahwa
rata-rata
95%,
1,28. skor
interval
disimpulkan nilai
skor
berkisar antara 4,84%-5,69% HASIL PENELITIAN Berdasarkan Analisa Statistik Kualitas Tidur Lansia Sebelum Dan Sesudah Diberikan Terapi Musik
Skor Kualitas Tidur Lansia Sebelum Diberikan Terapi Musik Variabel Kualitas tidur
MeanMedian 6,64 7,00
SD
–
2,45
Berdasarkan
MinMax
95%
1,00 – 11,00
5,83 – 7,46
Kualitas Tidur
tabel diatas dapat
Responden
dengan
yaitu
skor
11,00,
dari
hasil
kepercayaan
dapat
bahwa
rata-rata
95%,
2,45
0,40
5,27
1,28
0,21
tabel
37
0,000
diatas
6,64
dan
rata-rata
skor
lansia sesudah diberikan terapi musik
interval
yaitu 5,27. Hasil uji t dengan batas
disimpulkan nilai
6,64
P Value
responden mengenai kualitas tidur
terendah 1,00 dan nilai skor tertinggi yaitu
Pre-test Posttest
N
lansia sebelum diberikan terapi musik
2,45.
nilai
SE
responden mengenai kualitas tidur
yaitu 6,64 dan nilai tengahnya 7,00 Deviasi
SD
menunjukan hasil nilai rata-rata skor
tidur sebelum diberikan terapi musik
Standar
Mean
Berdasarkan
dilihat bahwa rata-rata skor kualitas
dengan
Variabel
nilai
skor
kemaknaan
a=
0,05,
dan
diperoleh nilai p.value= 0,000, karena
berkisar antara 5,83%-7,46%.
nilai p
Skor Kualitas Tidur Lansia Sesudah Diberikan Terapi Musik
38
Volume 1, edisi 2, November 2013
kualitas tidur
lansia sebelum dan
kualitas
sesudah diberikan terapi musik
karena
tidur
yang
kurang
belum adanya
baik
pemberian
terapi musik dan belum mengetahui PEMBAHASAN
cara pencegahan terhadap insomnia
Analisis Deskriftif Pretest kualitas
itu sendiri. Penilaian pada kualitas
tidur
tidur ini terdapat pada 7 komponen
Berdasarkan
hasil
penelitian
maka
skor
yang
diberikan
nilai
analisis univariat mengenai kualitas
:kualitas tidur baik jika skor ≤ 5, dan
tidur lansia sebelum diberikan terapi
kualitas tidur buruk jika skor ≥ 5.
musik pada lansia di Panti Sosial
Maka
Tresna Werdha Teratai Palembang
semangkin kecil skor mengidentifikasi
distribusi
kualitas tidur yang lebih baik.
frekuensi
responden mengalami
yaitu
37
dari
jumlah
lansia
insomnia,
yang
dapat
Kondisi
disimpulkan
lingkungan
bahwa
memang
analisis
berperan besar terhadap terjadinya
deskriftif diperoleh pretest kualitas
insomnia. Lingkungan yang ramai,
tidur responden skor rata-rata 6,64
bising dan jauh dari ketengan dan
(95% CI: 5,83 – 7,46), median 7,00
ketentraman, kebersihan kamar, bau,
dengan standar deviasi 2,45. Skor
kotor serta banyak barang-barang
terendah 1 dan skor tertinggi 11,00,
yang berantakan didalam kamar dan
Dari hasil estimasi intereval dapat
ditempat tidur dapat mempengaruhi
dikatakan
tingkat insomnia seseorang.
bahwa
95%
skor
responden adalah diantara 5,83%-
Usaha-usaha
7,26%.
menurunkan
Berdasarkan
untuk
angka
kejadian
penelitian
insomnia dengan cara memberikan
analisis univariat mengenai kualitas
lingkungan yang nyaman, tenang,
tidur lansia sebelum diberikan terapi
bersih dan diberikan wewangian yang
musik pada lansia di panti tresna
segar
werdha
ruangan serta memperhatikan lansia
teratai
hasil
panti
palembang
dapat
dan
pengharum
setiap
dilihat bahwa skornya masih tinggi
yang
dengan skor 5,83%-7,26% dan skor
baring hendaknya di mandikan dan
terendah 1,00 dan skor tertinggi
diganti
11,00. Hal ini menunjukkan bahwa
tidurnya sehingga kamar tersebut
sebagian besar responden memiliki
menjadi nyaman dan bersih. Berikan 39
mengalami
di
perawatan
pakaiannya
terta
tirah
tempat
Volume 1, edisi 2, November 2013
terapi musik secara berkala kepada
tidur,
lansia yang
mengalami insomnia
gangguan pola tidur, penggunaan
maupun lansia yang tidak mengalami
obat-obatan serta aktivitas siang hari
insomnia,
yang
memperhatikan semua
lama
tidur,
efisiensi
mengganggu
tidur
tidur,
serta
lansia yang berada di panti jangan
aktivitas sehari-hari terkait dengan
sampai lansia mengalami insomnia,
tidur
berikan pertanyaan kepada lansia tentang mengapa lansia tidak bisa tidur, apakah ada pikiran
yang
Analisis Deskriftif Postest kualitas
mengganggu lansia itu sendiri yang
tidur
menyebabkan lansia tidak bisa tidur.
Berdasarkan
hasil
penelitian
Menurut Potter dan Perry (2006),
analisis univariat mengenai kualitas
terapi
keahlian
tidur lansia setelah diberikan terapi
menggunakan musik atau elemen
musik pada lansia di panti tresna
musik oleh seseorang terapis untuk
werdha teratai palembang, distribusi
meningkatkan, mempertahankan dan
frekuensi dari jumlah responden yaitu
mengembalikan kesehatan mental,
37 lansia, analisis deskriftif diperoleh
fisik, emosional dan spiritual. Terapi
postest kualitas tidur responden skor
musik juga dapat digunakan untuk
rata-rata 5, 27 (95% CI: 4,48 – 5,69),
penyembuhan suatu penyakit dengan
median 5,00 dengan standar deviasi
menggunakan bunyi irama tertentu
1,28. Skor terendah 3 dan skor
dan salah satunya yaitu musik klasik.
tertinggi 8. Dari hasil estimasi interval
Menurut Bussy, (1989) Pengukuran
dapat dikatakan 95% skor responden
kualitas tidur dengan menggunakan
adalah diantara 4,48%-5,69%.
kuesioner PSQI (Pittsbrugh Sleep
Berdasarkan hasil penelitian analisis
Quality Indeks) adalah suatu alat
univariat
yang
untuk
lansia setelah diberikan terapi musik
mengukur kualitas tidur dan pola ukur
pada lansia di panti tresna werdha
pada lanjut usia. Dengan adanya alat
teratai
ukur ini memudahkan peneliti untuk
bahwa skornya turun yaitu dengan
mengukur
lansia
skor 4,48%-5,69% dan skor terendah
dengan komponen : kualitas tidur
3,00 dan skor tertinggi 8,00. Penilaian
secara
pada kualitas tidur ini terdapat pada 7
musik
efektif
adalah
digunakan
kuaalitas
subjektif,
tidur
waktu
mulainya 40
mengenai
palembang,
kualitas
dapat
tidur
dilihat
Volume 1, edisi 2, November 2013
komponen maka skor yang diberikan
atau irama tertentu. Terapi musik
nilai : kualitas tidur baik jika skor ≤ 5,
adalah sebuah terapi kesehatan yang
dan kualitas tidur buruk jika skor ≥ 5.
menggunakan
musik
Maka
tujuannya
adalah
semangkin kecil skor mengidentifikasi
meningkatkan
atau
kualitas tidur yang lebih baik. Hal ini
kondisi fisik, emosi, kognitif, sosial
menunjukkan bahwa sebagian besar
bagi individu dari berbagai kalangan
responden
usia.
dapat
disimpulkan
memiliki
kualitas
bahwa
tidur
yang baik karena adanya pemberian terapi
musik
dan
mengetahui
lansia
cara
Hasil
Dari
penelitian
Sutrisno
pencegahan
(2007),
efektifitas
penelitian
semarang.
membantu
gangguan
musik
penderita insomnia pada lansia di
terbukti
dalam
terapi
terhadap peningkatan kualitas tidur
panti
rehabilitasi
sejalan
hasil
menunjukkan bahwa terapi musik efektif
untuk
ini
dengan
berbagai
mana
memperbaiki
penelitian
telah
terhadap insomnia itu sendri.
di
werdha
pacung
Penelitan
ini
gading bersifat
fisik,
kuantatif dengan Metode penelitian
dalam
yang dipakai adalah kuasi experiment
menjalankan perawatan, memberikan
dengan one group pre-test dan post
dorongan emosional untuk klien dan
test tanpa kelompok control. Data
keluarga, mengekspresikan perasaan
dianalisis
dan
spearman. Berdasarkan hasil dari
peningkatan
motivasi
dalam
berbagai
proses
dengan
penelitian,
terus berkembang, baik di rumah
mengalami
sakit,
kesehatan,
kualitas tidurnya. Nilai signifikansi
pusat
kesehatan
yang
lembaga
rehabilitasi
spearman menunjukan bahwa 0,001
lembaga
sekolah-sekolah, mental
dan
%
korelasi
psikoterapi. Karena itu terapi musik
klinik,
74
uji
peningkatan
dihasilkan
dari
tempat perawatan lainnya (Djohan,
signifikansi 99 % Sehingga hipotesis
2006).
H0 ditolak dan H1 diterima. mendefinisikan
(α)
korelasi
<
(2009)
dengan
uji
dalam
ketergantungan obat, serta tempat-
Erfandi
α/2
responden
0,01
atau
Hal ini sejalan dengan penelitian
terapi musik sebagai teknik yang
yang
digunakan untuk penyembuhan suatu
Yusron
penyakit dengan menggunakan bunyi
terapi musik terhadap respon perilaku 41
di
lakukan Alkatri
oleh
Rachman
(2011),
pengaruh
Volume 1, edisi 2, November 2013
pada pasien perilaku kekerasan di
dengan standar deviasi 2, 17. Dari
Rumah
hasil uji statistik di peroleh nilai p
Sakit
dr.
Ernaldi
Bahar
Palembang 2011. Desain penelitian
Value
yang
desain
sehingga Ha diterima yang berarti
penelitian Pra-eksperimental dengan
ada pengaruh terapi musik sesudah
rancangan one group pre-test post-
dan sebelum terhadap kualitas tidur
test.
lansia.
digunakan
Dengan
adalah
tekhnik
accidental
0,000
(p
Value
<
0,05),
sampling didapat sampel berjumlah
Adanya perbedaan skor kualitas
31 responden. Hasil uji statistik Uji T
tidur lansia di panti tresna werdha
berpasangan
teratai
adanya
menunjukkan
pengaruh
terapi
bahwa musik
palembang
sebelum
dan
sesudah diberikan terapi musik, hal
terhadap respon perilaku kekerasan
Ini
sebelum dan sesudah terapi pada
kesehatan
kelompok intervensi (p= 0,000) yang
mampu meningkatkan kualitas tidur
artinya
mempunyai
responden
terhadap
respon
perilaku
pengaruh
prilaku
membuktikan
bahwa
tenaga
khususnya
dengan
perawat
diberikannya
pasien
terapi musik, terlihat dari nilai rata-
kekerasan. Terapi musik
rata kemampuan responden dalam
direkomendasikan sebagai salah satu
mendengerkan
terapi dalam merawat klien dengan
terapi musik yang diberikan.
perilaku kekerasan.
Menurut
dan
menghayati
National
Sleep
Foundation sekitar 67% dari 1,508 Analisa Bivariat
lansia di Amerika usia 65 tahun ke
Pengaruh Terapi Musik Dan
Postest
Terhadap
Pretest
atas
kualitas
lansia analisis
mengalami
gangguan tidur dan sebanyak 7,3%
tidur Berdasarkan
melaporkan
mengeluhkan
gangguan
statistik
memulai dan mempertahankan tidur
diperoleh rata-rata skor terapi musik
atau insomnia. Kebanyakan lansia
pretest adalah 6,64 dengan standar
beresiko mengalami ganggaun tidur
deviasi 2,45. Pada posttest
yang disebabkan oleh berbagai faktor
terapi
musik didapat rata-rata skor adalah 5,
seperti
27 dengan standar deviasi 1, 28
pasangan
Terlihat skor mean perbedaan antara
peningkatan
pretest dan postest adalah 1, 37
penyakit yang dialami. Pemberian 42
pensiunan, atau
kematian
teman
obat-obatan,
dekat, dan
Volume 1, edisi 2, November 2013
terapi musik terhadap lansia yang
lingkungan dari tempat penelitian itu
mengalami
sendiri.
insomnia
sangat
mempengaruhi kualitas tidur lansia. Hal
ini
membuktikan
pemberian
terapi
Adanya perbedaan skor kualitas
bahwa
musik
tidur lansia di panti tresna werdha
dapat
teratai
palembang
sebelum
dan
meningkatkan kualitas tidur lansia di
sesudah diberikan terapi musik, hal
panti Sosial Tresna Werdha Teratai
Ini
Palembang.
kesehatan
Berdasarkan
hasil
membuktikan
bahwa
khususnya
tenaga perawat
penelitian serta teori yang ada, maka
mampu meningkatkan kualitas tidur
peneliti berpendapat bahwa terapi
responden
musik dapat meningkatkan kualitas
terapi musik, terlihat dari nilai rata-
tidur lansia.
rata kemampuan responden dalam
Dari
hasil
penelitian
yang
dengan
mendengerkan
dilakukan di Panti Sosial Tresna
diberikannya
dan
menghayati
terapi musik yang diberikan.
Werdha Teratai Palembang dalam memberikan terapi musik terhadap
SIMPULAN
kualitas tidur lansia pada sekelompok
1.
Kualitas tidur lansia sebelum
lansia ini menunjukkan hasil yang
diberikan intervensi terapi musik
positif
dengan
memiliki skor diantara 5,83-7,46.
karakteristik panti tersebut sangat
Jadi dapat dikatakan sebagian
menunjang
besar responden memiliki kualitas
dan
negatif
program
pendidikan
kesehatan. Faktor positif yang dimiliki
tidur yang kurang baik.
oleh responden lansia di Panti Sosial
2.
Kualitas tidur lansia sesudah
Tresna Werdha Teratai Palembang
diberikan intervensi terapi musik
adalah
dan
memiliki skor diantara 4,48-5,69.
sangat
menghargai
memperhatikan
apa
yang
telah
Jadi dapat dikatakan sebagian
disampaikan,
diterangkan
dan
besar responden memiliki kualitas
diberikan terapi musik oleh peneliti
tidur yang baik.
dan menerima peneliti dengan baik
3.
Kualitas tidur lansia sesudah
didalam lingkungan, Faktor negatif
diberikan intervensi terapi musik
atau kendala dalam penelitian adalah
menunjukan adanya peningkatan
lebih
kualitas
terlihat
keadaan
dari
rungan
fasilitas serta
dan faktor
tidur.
Jadi
dapat
dikatakan ada pengaruh terapi 43
Volume 1, edisi 2, November 2013
musik terhadap kualitas tidur
p
(http://sakai.ohsu.edu/accsess/c ontent/user/brodym/N547A%20s pring08/appendix/PSQI.doc, diakses 1 November 2011).
Value = 0,000 (p Value < 0,05). SARAN Untuk membuat
pihak
program
memberikan upaya
panti
terapi
pencegahan,
hendaknya
terapi
musik,
musik
dalam
Catatan Sekunder Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang, September 2010.
pengobatan
Erliana, E. (2008). Perbedaan tingkat insomnia lansia. 21 Februari 2010. http://pustaka.unpad.ac.id
serta mengatasi masalah gangguan kualitas
tidur
(insomnia)
dan Kaplan, I. H. dkk. (2007). Sinopsis psikiatri : Ilmu pengetahuan perilaku psikiatri klinis.Jakarta : Bina Rupa Aksara.
khususnya pada lansia yang telah mengalami insomnia dapat diberikan terapi musik, diusulkan hendaknya memfasilitasi
dan
memperbaiki
Lundy dan Janes. 2009. Community health nursing: caring for the publick health. Dalam complementary and holistick. Bab 16, hlm.360. edisi ke 2.london: janet dan barlette publlisisers international
kenyamanan panti itu sendiri seperti ruangan/ kamar tempat tidur, lampu dan televisi sehingga lansia tidak merasa
bosan,
serta
dapat
memfasilitasi jadwal kunjungan untuk
Mubarak, Wahit I & Chayatin, N, (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas, jakarta : Salemba Medika.
keluarga, sehingga dapat mengobati kerinduan lansia pada keluarganya.
Miller, C.A. (2004) Nursing Care Of Older Adult. 2 Ed.Pennsylvania: Lippincot.
DAFTAR PUSTAKA Alimul, Aziz, (2006). Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Nugroho, Wahjudi. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik, Edisi 3. Jakarta: EGC
Arikunto, Suharsimi, (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, PT jakarta : Rineka Cipta.
Notoadmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.Rineka Cipta
Bandiyah, siti. (2009). Lansia dan keperawatan gerontik. Jakarta : Mulia medika. Buysee D, et al, 1989. The Pittsburgh Sleep Quality Index: A new Instrument for Psychiatric Practice and Research
Potter & Perry, (20005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, ,Jakarta : EGC
44
Volume 1, edisi 2, November 2013
Rafknawlagge. (2004). Terhnik relaksasi progresifterhadap insomnia pada lansia. http://herodessolation.blogspot.c om/2012/11/tehnik relaksasi progresif-terhadap.html,diakses tanggal 22 desember 2004.
Tamher.S , Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Wartonah, Tarwoto,(2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika.
Ratnaningsih ,(2007). pengaruh senam aerobic low impact terhadap penurunan derajat insomnia pada lansia. http://www.sehatherbal.blogspot .com
Wulandari, Susilo. (2011). Cara Jitu Mengatasi Insomnia, Yogyakarta : C.V.offset. (2009). Propil Dinas kesehatan. Palembang: Biro Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan
Setiadi, (2007). Konsep & Penelitian Riset Keperawatan, Surabaya : Graha Ilmu.
Yulia, (2009). Perbedaan tingkat insomnia lansia sebelum dan sesudah latihan relaksasi otot progresif. http://pustaka unpat. ac. id/wpcontent/uploads/2009/07/ perbedaan_tingkat_insomnia_la nsia. pdf, diakses tanggal 25 nopember 2010.
Setyoadi, Kushariadi.(2011). Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien Psikogeriatik. Jakarta : Salemba Medika. Silber, M.H. (2005). Chronic insomnia. the new england journal of medicine.Vol. 353;8. 21 Februari 2010. www.nejm.org
Wulandari, Susilo. (2011). Cara Jitu Mengatasi Insomnia, Yogyakarta : C.V.offset.
.
45