e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 3 - Tahun 2016)
PENGARUH PERMAINAN KONSTRUKTIF TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK A2 RABAITULMUTAALLIM TEGALINGGAH SINGARAJA Ni Putu Ratna Udyani Putri1, Putu Aditya Antara2, Luh Ayu Tirtayani3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya kemampuan motorik halus anak usia 4-5 tahun di RA Baitul Mutaallim Desa Tegallinggah Singaraja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh permainan konstruktif menggunakan lego.Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment) dengan rancangan ”post test only control group design”.Sampel penelitian ini adalah anak kelompok A2 di RA Baitul Mutaalim Desa Tegallinggah Singaraja Tahun Ajaran 2016/2017 TK yang berjumlah 20 anak.Data hasil kemampuan motorik halus dikumpulkan menggunakan lembar observasi.Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial yaitu uji-t.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemapuan motorik halus anak persentase kemampuan motorik halus pada kelompok eksperimen adalah 84,75% lebih besar dari rata-rata persentase kemampuan motorik halus kelompok kontrol adalah 60%.Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa permainan konstruktif dengan menggunakan lego berpengaruh terhadap kemampuan motorik halus anak. Kata-kata kunci : anak usia dini, perkembangan motorik halus, permainan konstruktif.
Abstract The problem in this study was the lack of fine motor skills of 4-to-5-year-old children in RA BaitulMutaallim,Tegallinggah Village Singaraja. This study aimed at observing the effect of constructive game byeLego. The study was a quasi-experiment applying “posttest only control group design”. The sample of this study was the children of A2 group in RA Baitul Mutaalim, Tegallinggah Village Singaraja in Academic Year 2016/2017, in a kindergarten consisting of 20 children in total. The data on the fine motor skills were gathered by using observation sheets. The data analyzed by using descriptive statistic analysis technique and inferential statistic analysis technique, which was t-test. The result of the study showed that there were differences on the fine motor skills on the children of the group treated constructive game using Lego and the ones of the group which was not treated by any constructive game. The comparison of the average percentage of fine motor skills of the experimental group was 84,75% bigger in number than the average percentage of the control group which was 60%. Based on the result, it could be concluded that constructive game by using Lego gave impact on children’sfine motor skills.
Keywords: early childhood, fine motor development, constructive game
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 3 - Tahun 2016) PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, hal ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan.Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.Berbicara mengenai pendidikan bagi anak, tidak lepas dari seberapa jauh orang tua dalam mempersiapkan pendidikan anaknya. Orangtua yang sadar akan pentingnya pendidikan pasti akan memutuskan untuk memberikan pendidikan kepada anaknya di usia dini. Pendidikan sejak usia dini dalam istilah saat ini di sebut dengan pendidikan anak usia dini atau pra sekolah. Anak usia dini pada saat mengenyam bangku sekolah, memiliki karakteristik yang aktif, rasa ingin tahu yang tinggi, banyak bertanya, dan senang bereksplorasi dengan lingkungannya, yang tercermin dalam kegiatan pembelajaran yang menyenangkan bagi anak. Gowan (dalam Mutiah, 2010: 45) juga mengungkapkan pada tahap golden age anak akan kreatif dan mendapat dukungan dari perkembangan kemampuan intelektual yaitu berpikir formal, konseptual, analitis, kritis, dan evaluatif. Dalam mengenyam pendidikan anak usia dini, terdapat dua perkembangan yang terjadi pada anak. Perkembangan tersebut adalah perkembangan motorik halus dan perkembangan motorik kasar.Motorik halus merupakan keterampilan yang memerlukan kontrol dari otot kecil dari tubuh untuk mencapai tujuan dari keterampilan.Secara umum keterampilan motorik halus meliputi koordinasi mata dan tangan keterampilan ini membutuhkan kecermatan yang tinggi. Contohnya saja seperti kegiatan melukis, menjahit, menggunting, mencocok dan lain sebagainya. Kemampuan motorik halus anak perlu distimulasi karena motorik halus bukan hanya terkait dengan perkembangan fleksibilitas tangan dan jari-jemari untuk melakukan aktivitas seperti menyuapkan makanan ke mulut, menulis, menggambar,
berpakaian maupun bermain dengan permainan yang membutuhkan koordinasi tangan. Tetapi motorik halus juga termasuk koordinasi otot-otot kecil di daerah seperti lidah, bibir, dan otot-otot pipi. Sedangkan pada usia 5 tahun, koordinasi motorik halus pada anak lebih meningkat lagi. Tangan, lengan, dan tubuh semua bergerak bersama dengan lebih baik di bawah komando mata (Santrock, 2009:15).Sehingga motorik halus anak dikatakan berkembang apabila mampu mengkoordinasikan tangan dan mata secara seimbang.Salah satu cara dalam mengembangkan kemampuan motorik halus anak dapat dilakukan dengan cara yang menyenangkan bagi anak usia dini yaitu dengan cara bermain. Menurut (Hurlock, 1978: 320) menyatakan bahwa bermain ialah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir.Seorang anak memang tidak asing dengan hal bermain. Mendengar kata bermain, maka yang ada di dalam pemikirannya adalah hal bersenang-senang dan banyak lagi yang lain. Salah satunya yaitu dengan bermain lego, merupakan aktivitas yang menarik bagi anak. Bermain lego merupakan salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan motorik halus lego adalah sejenis alat permainan bongkah plastik kecil, bongkahan serta kepingan lain bisa disusun model apa saja serta memiliki warna yang berwarna-warni, memiliki ukuran berbeda ukuran dan berjumlah banyak. Untuk itu lego merupakan salah satu yang efektif dalam mengembangkan kemampuan motorik halus anak. Terkait permasalahan di atas diperoleh masalah pada kemampuan motorik halus anak kelompok A di RA Baitul Mutaallim. Masih banyak anak yang kemampuan motorik halusnya belum seimbang. Hal tersebut terlihat ketika guru tidak membatasi anak bermain lego, anak terlihat kesulitan saat anak berusaha mengambil lego. Di samping kesulitan megambil lego, anak juga terlihat kesulitan
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 3 - Tahun 2016) dalam memasang lego untuk dijadikan bentuk yang baru. Tak hanya itu, anak juga kesulitan dalam melepas mainan lego tersebut. Berdasarkan permasalahan di atas peneliti mencoba memberikan solusi atas permasalahan tersebut. Solusi yang dihadirkan oleh peneliti yaitu dengan menerapkan permainan lego adu cepat.Kelebihan permainan lego adu cepat ini yakni dalam berman terdapat persaingan dalam suatu pertandingan yang memerlukan kecepatan gerak tangan dalam menyusun lego dan kecepatan berpikir dalam ketepatan penyusunan yang benar.Hal tersebut untuk meraih kemenangan pada permainan.Permainan lego adu cepat terdiri atas beberapa bongkahan lego, kemudian anak-anak membuat kompetisi kecil yaitu adu cepat merangkai lego.lego itu sendiri memberikan manfaat bagi anak yaitu anak dapat belajar menciptakan misi, belajar mengerti pondasi, belajar mengerti alat bantu, belajar berkomunikasi, dan sharing ide, melatih kemampuan melatih motorik halus (Yulianti 2009: 41). Permainan lego adu cepat bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus dalam kurikulum taman kanak-kanak tahun 2010 yang harus dicapai oleh semua anak TK usia 4-5 tahun pada kelompok A. Kemampuan motorik halus anak harus dilatih setiap hari dengan hal yang menyenangkan serta disukai anakanak.Dengan demikian, permainan lego menjadi permainan yang menarik dan menjadi hal baru, yang membuat anak merasa tertantang serta menghilangkan rasa jenuh. Kejenuhan yang terjadi dikarenakan setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda saat menerima materi yang sama, salah satu variasi yang mampu menghilangkan kejenuhan pada anak adalah dengan bermain. Dengan adanya permainan lego adu cepat yang bervariasi membuat anak merasa senang berada di sekolah serta dapat menghilangkan kejenuhan yang muncul, serta permaian tersebut dapat merangsang motorik halus pada anak. Pada
dasarnya pendidikan untuk anak usia dini, harus mengacu pada prinsip bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain, karena dunia anak adalah dunia bermain. Ini berarti, seluruh kegiatan “belajar” yang diprogramkan untuk anak tidak boleh mengandung unsur pemaksaan, serta program pendidikan untuk anak harus menyenangkan bagi peserta didik. Bagi anak, bermain merupakan aktivitas yang penting untuk dilakukan karena dengan bermain anak-anak akan bertambah pengalaman dan pengetahuannya. Mengingat dunia anak adalah dunia bermain, maka cara belajar anak sesungguhnya juga lewat permainan itu sendiri.Bahwa melalui bermain, anak memperoleh penalaran yang mengandung aspek perkembangan psikologis, intelektual, sosial, dan emosi hal ini sependapat dengan (Abul’id dan Marsa, 2009: 6). Menurut pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa permainan dapat mengembangkan daya imajinasi, memfokuskan konsentrasi, mengambil keputusan, membuat kesimpulan, berhatihati dalam melakukan sesuatu, dapat menghadapi sesuatu secara tiba-tiba dan menemukan alternatif untuk memecahkan suatu masalah. Permainan dapat mengembangkan nilai sosial anak karena dalam suatu permainan terkadang perlu kerjasama antar teman di samping itu perlu adanya lawan bermain untuk mengetahui kelebihan dari masing-masing. Memengaruhi perkembangan emosi karena setiap anak mempunyai masalah dan keinginan yang tak terpenuhi, sehingga dalam permainan tersebut anak dapat menumpahkan segala emosi dan masalah yang dihadapi maka dari itu masalah yang di miliki anak akan berkurang. Sumantri (dalam Asril,dkk,2014), menyatakan bahwa motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan otot-otot kecil seperti jari jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan menggunakan alat-alat untuk mengerjakan
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 3 - Tahun 2016) suatu objek. Menurut Tedjasaputra (dalam Muflihah, 2014) yang termasuk dalam jenis permainan konstruktif adalah: (a) Balok, yaitu jenis mainan yang dapat disusun menjadi bentuk utuh yang terbuat dari kayu, misalnya: membentuk rumah, istana, benteng, dan robot, (b) Menggambar, yaitu jenis permainan yang menuangkan sebuah imajinasi dengan cara menggambarkan objek dengan nyata, yang diperkuat dengan warna yang natural agar gambar terlihat lebih indah dan menarik, (3) Puzzle, yaitu suatu jenis permainan yang mengasah otak anak melalui motorik halus dan menggunakan daya ingat, (4) Play Dough atau Plastisin, yaitu suatu jenis permainan yang membutuhkan keahlian motorik halus dan membutuhkan suatu kreatifitas yang tinggi. Sebab dalam permainan ini anak dapat membentuk dan membuat jenis benda.Motorik anak dapat berkembang dengan baik dan sempurna perlu dilakukan stimulasi terarah dan terpadu.Adapun faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik halus anak diantaranya menurut Hurlock (2000:154) “faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik halus adalah sifat genetik termasuk bentuk tubuh dan kecerdasan”. Rumini dan Sundari (2004:24) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik halus adalah sebagi berikut, faktor Genetika, individu mempunyai beberapa faktor keturunan yang dapat menunjang kemampuan motorik halus misalnya otot kuat, syaraf baik, kecerdasan yang menyebabkan kemampuan motorik individu tersebut menjadi baik dan cepat. faktor kesehatan pada periode prenatal, janin yang selama dalam kandungan dalam keadaan sehat, tidak keracunan, tidak kekurangan gizi, tidak kekurangan vtamin dapat membantu mempelancar kemampuan motorik anak, faktor kesehatan gizi, kesehatan dan gizi yang baik pada awal kehidupan pasca melahirkan akan mempercepat kemampuan motorik bayi. faktor Rangsangan, adanya rangsangan bimbingan orang tua dan kesempatan anak
untuk menggerakkan semua bagian tubuh akan mempercepat kemampuan motorik bayi, faktor Kebudayaan, peraturan daerah setempat dapat mempengaruhi kemampuan motorik anak misalnya ada daerah yang tidak mengizinkan anak putri naik sepeda maka tidak akan diberi pelajaran naik sepeda roda tiga. Jadi berdasarkan pendapat di atas maka dalam faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik halus yaitu: kondisi mental lemah dapat menjadi hambatan belajar perkembangan motorik halus, kondisi lingkungan sosial negatif yang dapat merugikan anak, sehingga kurang dorongan, rangsangan, kesempatan belajar dan pengajaran yang tidak sesuai dengan kondisi anak. Permainan lego konstruktif yang berbentuk balok-balok dengan bahan dasar plastik merupakan alat permainan yang dapat merangsang kemampuan kognitif anak, karena untuk menjadi sebuah konstruksi anak harus memikirkan bagaimana membuat pondasi yang kuat serta ingin dibuat bentuk apalego tersebut.Melalui kegiatan memasang setiap keping lego, anak dituntut untuk dapat mengkoordinasikan berbagai unsur yang menentukan seperti otot, syaraf dan otak. Apabila dilatih secara intensif, unsur-unsur tersebut akan melaksanakan masingmasing perannya secara interaksi positif untuk mencapai koordinasi yang sempurna. Anak-anak pada dasarnya ingin mempelajari dan mengetahui apa saja yang dilihatnya. Dengan demikian anak bisa menyibukkan daya imajinasinya, mengembangkan kecakapan daya cipta anak.Anak-anak menjumpai mainan yang bisa dipergunakannya dengan kreatif.Misal, bermain bongkar pasang balok warna alias lego sangat mengasyikkan.Permainan ini bisa meningkatkan kemampuan kognitif anak karena bermain lego membutuhkan imajinasi dan daya pikir pemainnya. Model tertentu yang diinginkan pemain seperti gedung, hewan, kapal, maupun bentuk lainnya menjadi buah karya yang bisa memacu daya pikir otak serta dapat
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 3 - Tahun 2016) memperagakan hasil imajinasinya. legotelah dimainkan lebih dari 400 juta anak di seluruh dunia, termasuk Indonesia yang baru digandrungi pada awal tahun 1980-an (Cahyo, 2011: 55). Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin mengetahui “ pengaruh kegiatan bermainl lego secara konstruktif terhadap kemampuan motorik halus anak kelomopok A di RA Baitul Mutaallim “. Beberapa pendapat tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa permainan lego merupakan salah satu permainan yang dapat menarik perhatian dan sesuai dengan kebutuhan anak. Manfaat permainan lego juga banyak yakni untuk meningkatkan kemampuan kognitifnya antara lain dapat mengembangkan imajinasinya dan menfokuskan konsentrasi. Maka dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Permainan Konstruktif Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok A2 Di RA BAitul Mutaallim Desa Tegallinggah Singaraja Tahun Ajaran 2016/2017” METODE Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang meneliti hubungan sebab akibat, dengan memanipulasi satu atau lebih variabel pada satu atau lebih kelompok eksperimental.Hasil yang diperoleh kemudian dibandingkandengan kelompok kontrol (yang tidak dimanipulasi).Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu (quasi experiment).Penelitian eksperimen semu adalah jenis penelitian yang mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2012). Kelas
Treatment
Post-Test
E
X1
O1
K
X2
O2
(Dimodifikasi dari Sugiyono, 2012)
Keterangan: X1:
pembelajaran dengan menggunakan media lego konstruktif X2: tidak mendapatkan perlakuan khusus namun tetap mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran langsung (perlakukan konvensional) O1: Observasi awal meliputi tes kemampuan motorik halus anak pada kelompok kontrol dan eksperimen O2: Observasi akhir (setelah mengikuti perlakukan) meliputi tes kemampuan motorik halus pada kelompok kontrol dan eksperimen Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek/objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut Agung (2014: 69) “Populasi adalah keseluruhan objek dalam suatu penelitian”.Populasi dalam penelitian ini, didefinisikan sebagai jumlah atau kesatuan individu yang memiliki beberapa kesamaan ciri atau sifat, dan kepada merekalah kesimpulan penelitian ini diberikan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelompok A2 di TK RA Baitul Mutaallim. Jumlah kelas keseluruhan adalah 2 kelompok. Sampel adalah bagian dari keseluruhan populasi yang akan diteliti. Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil, yang dianggap mewakili seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu.Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling merupakan cara pengambilan sampel dengan maksud dan tujuan tertentu. Penentuan sampel dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan usia, permasalahan, kondisi kelas dan jumlah anak. Dilihat dari segi usia. Dilihat dari permasalahan, yaitu kelompok yang memiliki permasalahan yang sama pada kemampuan motorik halus anak. Dilihat dari
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 3 - Tahun 2016) kondisi kelas, yaitu kelompok yang memiliki ruang kelas dengan luas yang sama dan media serta sumber pembelajaran yang sama. Sedangkan, dari jumlah anak yaitu anak dengan jumlah yang sama. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka diperoleh kelompok A1 dan kelompok A2 sebagai sampel penelitian.Penentuan dalam memilih kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan teknik undian, yaitu dengan cara menulis kode subjek penelitian pada sebuah kertas, kemudian digulung dan dimasukkan ke dalam toples yang diberi lubang.Selanjutnya gulungangulungan tersebut dikocok dan dikeluarkan melalui lubang yang disediakan.Gulungan kertas dengan kode kelompok yang keluar pertama ditetapkan sebagai kelompok eksperimen, sedangkan sisanya ditetapkan sebagai kelompok kontrol.Berdasarkan undian tersebut, gulungan yang pertama kali keluar adalah kelompok A1.Dengan demikian, kelompok A1 ditetapkan sebagai kelompok eksperimen dan kelompok A2 sebagai kelompok kontrol. Variabel merupakan sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dalampenelitian ini. Variabel merupakan suatu konsep sangat penting di dalam penelitian.Menurut Agung (2014) “variabel adalah suatu gejala berupa konsep yang akan menjadi titik fokus penelitian”. Dalam penelitian ini hanya melibatkan satu variabel bebas (independent variable) dan satu variabel terikat (dependent variable).Variabel bebas yaitu satu atau lebih dari variabel-variabel yang sengaja dipelajari pengaruhnya terhadap variabel tergantung.Sedangkan variabel terikat yaitu variabel yang keberadaanya atau munculnya bergantung pada variabel bebas.Berdasarkan pemaparan variabel penelitian, selanjutnya dijelaskan mengenai definisi operasional masing-masing variable sebagai berikut. (a)Permainan lego konstruktif merupakan salah satu permainan yang menggunakan berbagai benda yang ada untuk menciptakan suatu hasil karya tertentu (b)Model pembelajaran konvesional merupakan cara pengajaran
yang berlangsung sebagaimana biasanya dan bukan merupakan pembalajaran yang inovatif (c)Kemampuan motorik halus merupakan kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan serta saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan kontinu secara rutin. Sesuai dengan rancangan penelitian ini yaitu penelitian eksperimen dengan post test only control group design maka dalam penelitian ini secara ringkas adalah melalui pemberian perlakuan pembelajaran yang berbeda kepada dua kelas yaitu kelompok eksperimen diberikan pembelajaran lego kontruktif sementara itu kelompok kontrol mendapatkan pembelajaran secara konvensional, kemudian hasilnya berupa kemampuan motorik halus setelah perlakuan berakhir pada dua kelompok dibandingkan. Secara lebih rinci pelaksanaan penelitian ini meliputi tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap perlakuan atau eksperimen, dan tahap akhir yaitu evaluasi atau post test. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Perbedaan kemampuan motorik halus yang signifikan antara anak yang mengikuti permainan konstruktif dengan yang tidak mengikuti permainan konstruktif menggunakan lego dapat dinyatakan melalui hipotesis penelitian. Kebenaran hipotesis ini berdasarkan deskripsi data hasil penelitian, kelompok anak yang mengikuti permainan konstruktif memperoleh skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok anak yang tidak mengikuti permainan konstruktif. Tinjauan ini didasarkan pada rata-rata skor kemampuan motorik halus. Data tabel distribusi kemampuan motorik halus anak kelompok eksperimen dapat digambarkan menjadi grafik polygon seperti pada gambar 1.1 sebagai berikut
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 3 - Tahun 2016) (sebagian besar skor hasil kemampuan motorik halusanak cenderung rendah).
7 5
7
4
6
3
Frekuensi
Frekuensi
6
2 1 0
15
16
17
18
19
20
3 2 0
10 11 12 13 14 15
Mo = 18
skor
Md= 17 Gambar 1. Grafik Polygon Data Hasil Kemampuan Motorik Halus Kelompok Eksperimen Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon diatas terlihat nilai Mo Md M atau
4
1
skor
M=16.95
5
18 17 16.95.Maka
data
tersebut
termasuk pada distribusi juling negatif (sebagian besar skor hasil kemampuan motorik halusanak cenderung tinggi). Sedangkan untuk data tabel distribusi kemampuan motorik halus anak kelompok kontrol dapat digambarkan menjadi grafik polygonseperti pada gambar 1.2 sebagai berikut. Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon pada gambar 2 didapatkan nilai Mo Md< M atau 10 < 11,5 < 12. Maka data tersebut termasuk pada distribusi juling positif
M = 12 Mo=10 Md= 11,5 Gambar 2. Grafik Polygon Data Hasil Kemampuan Motorik Halus Kelompok Kontrol Berdasarkan uji prasyarat analisis data, diperoleh bahwa data hasil kemampuan motorik halusanakkelompok eksperimen dan kontrol adalah normal dan homogen.Setelah diperoleh hasil dari uji prasyarat analisis data, dilanjutkan dengan pengujian hipotesis penelitian (H1) dan hipotesis nol (H0). Pengujian hipotesis tersebut dilakukan dengan menggunakan uji-t sampel independent (tidak berkorelasi) dengan rumusSeparated Varians dengan kriteria H0 ditolak jika thit> ttab dan H0 diterima jika thit< ttab. Rangkuman uji hipotesis disajikan pada Tabel 02.
Tabel 02 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis
Kelompok Data Hasil Belajar Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
N
X
s2
20
16.95
2.471
20
12
3.473
thitung
ttabel
Kesimpulan
22.137
2.042
thitung> ttabel H0 ditolak
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 3 - Tahun 2016) Berdasarkan hasil perhitungan uji-t di atas, diperoleh thit adalah 22.137 sedangkan ttabel dengan taraf signifikansi 5% dan db = 20+20-2 =38 adalah 2.042. Hal ini berarti, thitung lebih besar dari ttabel (thit >ttabel), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima.Jadi terdapat perbedaan signifikan kemampuan motorik halusantara kelompok anak yang diberikan permainan konstruktif dan kelompok anak yang tidak diberikan permainan konstruktif pada anak kelompok A di RA Baitul Mutaallim Desa Tegalinggah Singaraja. Pembahasan hasil-hasil penelitian dan pengujian hipotesis penelitian terkait dengan pengaruh permainan konstruktif menggunakan media permainan lego terhadap kemampuan motorik halus anak kelompok A2 semester I di RA baitul Mutaalim Desa Tegalinggah tahun ajaran 2016/2017. Pembahasan hasil penelitian dan pengujian hipotesis penelitian yang dimaksud yaitu terkait dengan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen yang dimaksudkan adalah kelompok yang diberikan teratmen dengan permainan konstruktif dengan menggunakan lego, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak diberikan treatmen permainan konstruktif menggunakan permainan lego. Berdasarkan hasil analisis deskriptif data penilaian menunjukkan bahwa anakanak yang diberikan treatmen menggunakan permainan konstruktif mendapatkan peningkatan keterampilan motorik halus, dibandingkan dengan anakanak yang tidak mendapatkan teratmen dengan menggunakan permainan konstruktif. Hal ini didasarkan dari perolehan hasil rata-rata presentasi skor keterampilan motorik halus anak dengan permainan konstruktif menggunakan lego. Rata-rata presetase skor keterampilan motorik halus anak yang mengikuti permainan konstruktif menggunakan lego adalah 84,75% yang berada pada kategori tinggi, dan persentase skor keterampilan motorik halus anak yang tidak mengikuti
permainan konstruktif menggunakan lego adalah 60% yang masuk ke dalam kategori rendah. Skor hasil kemampuan motorik halus anak yang mendapatkan treatmen permainan konstruktif menggunakan lego jika digambarkan dalam bentuk grafik polygon, maka dapat dilihat bahwa grafik polygon sebaran data yang diperoleh merupakan grafik polygon juling negatif yang menunjukkan bahwa sebaran data skor anak cenderung tinggi. Hal tersebut berbeda dengan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan treatmen permainan konstruktif menggunakan lego, jika digambarkan ke dalam grafik polygon menunjukkan kurve juling postif, hal ini menunjukkan bahwa sebaran data yang diperoleh anak cenderung rendah. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, diperoleh thit adalah 22.137 sedangkan ttabel dengan taraf signifikansi 5% adalah 2.042. Hal ini berarti, thitung lebih besar dri ttabel (thit> ttabel), sehingga hasil penelitian signifikan. Hal ini berarti, terdapat perbedaan signifikan keterampilan motorik halus antara kelompok yang diberikan treatmen permainan konstruktif menggunakan lego dan kelompok kelompok yang tidak diberikan treatmen permainan konstruktif menggunakan lego pada anak kelompok A2 di RA Baitul Mutaallim desa Tegalinggah Singaraja. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa kegiatan dengan permainan konstruktif menggunakan lego mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan motorik halus pada anak. Perbedaan yang signifikan diperoleh antara anak yang diberikan permainan konstruktif dengan anak yang tidak diberikan treatmen permainan konstruktif dipengaruhi oleh perbedaan teknik, strategi, dan perlakuan pada setiap tahapan pembelajaran. Secara teknis pemberian perlakuan pada kelompok eksperimen di lakukan selama 8 hari pertemuan, dengan permainan konstruktif menggunakan lego. Sedangkan pda kelompok control tidak di berikan perlakuan menggunakan permainan
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 3 - Tahun 2016) konstruktif. Pada pertemuan kesembilan masing-masing kelompok diberikan posttest. Permainan konstruktif yang diberikan kepada kelompok eksperimen adalah menggunakan permainan lego, dengan membuat bentuk yang disesuaikan dengan tema di kelas. Sedangkan permainan konstruktif yang diberikan adalah permainan balok. Kegiatan-kagiatan yang diberikan disesuaikan dengan tahap perkembangan anak usia dini, agar mudah dipahami dan dilakukan oleh anak. Pada kelompok eksperimen yang diberikan treatmen permainan konstruktif menggunakan lego, sebelum melakukan kegiatan guru memberikan penjelasan kepada siswa tentang tujuan permainan konstruktif, alat-alat dan bahan yang akan digunakan, variabel yang harus dikontrol, langkah-langkah yang akan dilakukan. Pada saat proses kegiatan guru mengawasi perilaku anak, dan setelah selesai guru mendiskusikan hasilnya. Peneliti menemukan hal yang berbeda pada kelompok kontrol yang tidak mendapatkan treatmen permainan konstruktif menggunakan lego. Terlihat keterampilan motorik halus anak dari pertemuan pertama sampai kesembilan, hanya ada beberapa anak yang mau memperhatikan ketika guru menginstruksikan kegiatan yang akan dilakukan. Peran guru selama kegiatan adalah menyampaikan tema dan menerangkan kegiatan yang akan di laksanakan pada hari tersebut. Pada awal kegiatan guru mengajak anak tanya-jawab mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan. Pada kegiatan inti guru menjelaskan dan memberi contoh terkait dengan kegiatan permainan konstruksi, namun media yang digunakannya berbeda dari kelompok eksperimen. Pada kelompok kontrol guru tidak memberikan anak kesempatan untuk bermain menggunakan lego, namun menggunakan media lain yang bisa di gunakan untuk kegiatan membangun seperti balok.
PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil perkembangan motorik halus antara anak yang mengikuti pembelajaran melalui pembelajaran konstruktif menggunakan lego dengan anak yang tidak mengguanakn pembelajaran konstruktif dengaqn lego pada kelompok A2 tahun pelajaran 2016/2017 di RA Baitul Mutaallim Desa Tegalinggah Singaraja hal ini dapat dibuktikan dengan hasil pembelajaran di kelompok eksperimen permainan konstruktif menggunakan lego dengan M% = 84,75 tergolong pada kriteria tinggi dan hasil pembelajaran di kelompok control permainan konstruktif menggunakan lego dengan M% = 60% tergolong pada criteria rendah. Kemudian dari perhitungan uji hipotesis melalui uji-t ditemukan thitung = 22.137 > ttabel = 2,042 dengan taraf signifikansi 5%. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa penerapan permainan konstruktif menggunakan lego dengan permainan konstruktif yang tidak mengguankan lego. Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut.1.Kepada kepala sekolah, disarankan untuk memberikan pembinaan lebih lanjut tentang metode dan media pembelajaran yang menarik untuk diterapkan dalam proses pembelajaran sehingga mampu meningkatkan keterampilan anak. 2.Kepada guru, disarankan untuk lebih memperhatikan pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran yang diberikan, sehingga pembelajaran lebih menyenangkan, dapat menarik minat anak, dan dapat menumbuhkan rasa ingin tahu anak. 3. Kepada peneliti lain, disarankan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut terkait permaianan konstruktif menggunakan lego terhadap kemampuan motorik halus anak agar mencapai hasil yang optimal sebagai penyempurnaan dari penelitian ini.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 3 - Tahun 2016) DAFTAR RUJUKAN Agung, A. A. Gede. 2014. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.
Asril,
Nice Maylani, Dkk. 2014. Metodologi Pengembangan Motorik Halus. Singaraja: : Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.
Hurlock, Elizabeth B. 2000. Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Muflihah, Anik. 2014. Upaya Mengembangkan Kemampuan Motorik Halus Dengan Media Lego Konstruksi Pada Anak Kelompok B di TK BA Sentono Ngawonggo Ceper Laten Tahun Ajaran
2013/2014. Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta. (Jurnal Penelitian) Mutiah, Diana. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada. Santrock, Jhon W. 2007. Perkembangan Anak Edisi Kesebelas. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama. Santrock, John. 2007. Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga.