Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.2, Juni 2015
THE EFFECT OF PICURE STORY VIDEO MEDIA ON THE SPEAKING SKILLS IMPROVEMENT OF CHILDREN WITH INTELLECTUAL CHALLENGES AT GRADE IV SPECIAL EDUCATION SCHOOL CLASS C (SPLB-C) OF CIPAGANTI SPECIAL EDUCATION FOUNDATION (YPLB CIPAGANTI) PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO CERITA BERGAMBAR TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK TUNAGRAHITA KELAS IV SPLB-C YPLB CIPAGANTI Oleh : Nia Sutisna Departemen Pendidikan Khusus Fakultas Pendidikan Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia Email :
[email protected] Abstract. Children with intellectual challenges are those who experience barriers to intelligence, such as low academic skills, low personal and vocational abilities and have impaired speech. Further, those children have to deal with fine motor skills and hand-eye coordination which are essentially needed in speaking and performing various daily activities such as writing. The problem that is often faced by children with intellectual challenges is difficulty in beginning writing at the stage of imitating or copying text. Another problem found in children with intellectual challenges is related to communication barrier or developing oral language skills in accordance with society norms so that they are able to catch the feeling and the idea of the people they speak to and play active role in the society. To achieve the goals, there needs to be sufficient speaking practice or speech education using picture story video media with supporting activities. Therefore, this research aimed to find out the effect of using picture story video media in improving the speaking skills of children with intellectual challenges. This research used experimental method with One Group Pre Post Test design and Wilcoxon test. The subjects are four children with intellectual challenges at Grade IV SPLB-C YPLB Cipaganti. Keywords: video media, children with intellectual challenges, speaking skills Abstrak. Anak tunagrahita adalah mereka yang mengalami hambatan dalam inteligensi, seperti rendahnya kemampuan akademik, kemampuan personal, kemampuan vokasional, dan mengalami gangguan berbicara. Selain itu, anak tunagrahita ringan mengalami motorik halus dan koordinasi mata tangan sangat diperlukan untuk berbicara dan melakukan berbagai aktivitas yang terkait dengan kehidupan sehari-hari seperti untuk menulis. Adapun masalah yang sering dihadapi anak tunagrahita dalam kemampuan menulis permulaan yaitu pada tahapan meniru atau menyalin tulisan. Masalah yang ditemukan pada anak tunagrahita yaitu berkaitan dengan hambatan berkomunikasi atau mengembangkan kemampuan bahasa lisan/berbicara sesuai dengan norma lingkungan dan dapat menangkap perasan dan gagasan lawan bicara serta berperan aktif dalam lingkungan. Untuk merealisasikan usaha tersebut perlu adanya latihan berbicara atau speech education yaitu melalui media video cerita yang memadai dan bentuk kegiatan yang menunjang. berdasarkan latar belakang masalah tersebut timbullah sebuah rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: “Adakah pengaruh penggunaan media cerita bergambar terhadap peningkatan kemampuan berbicara Anak Tunagrahita Ringan?” 184 Pengaruh Penggunaan Media Video Cerita Bergambar Terhadap Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Tunagrahita Kelas IV SPLB-C YPLB Cipaganti
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.2, Juni 2015 Dalam menjawab permasalahan penelitian tersebut, peneliti menggunakan metode eksperimen dengan bentuk One Group Pre test Post test Design uji Wilcoxon. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah empat orang siswa tunagrahita kelas IV SPLB-C YPLB Cipaganti Kata kunci: media video, tunagrahita, kemampuan berbicara
A. PENDAHULUAN Belajar merupakan aktivitas rutin
sebagai
suatu
proses
usaha
yang
individu yang dilakukan secara sadar
dilakukan individu untuk memperoleh
dengan harapan tercapainya aktivitas
suatu perubahan perilaku yang baru
yang lebih baik dari waktu ke waktu.
secara keseluruhan sebagai hasil dari
Berdasarkan
pengalaman individu itu sendiri dalam
pengalaman,
individu
dapat belajar sehingga pengalaman
interaksi
dengan
yang kurang baik tidak dapat terulang
Menerima pelajaran di sekolah bagi
kembali.Belajar merupakan proses dari
anak tunagrahita memiliki hak yang
perkembangan hidup manusia. Dengan
sama
belajar, manusia melakukan perubahan-
umumnya,
meski anak tunagrahita
perubahan kualitatif individu sehingga
yang
merupakan
tingkah lakunya berkembang ke arah
kecerdasannya di bawah rata–rata,
yang lebih baik. Nasution (1997:4)
yang ditandai dengan keterbatasan
menjelaskan bahwa :
intelegensi dan ketidakcakapan dalam
seperti
lingkungannya”.
orang
normal
pada
kondisi
Belajar dalam arti luas diartikan
interaksi sosial, sehingga memerlukan
sebagai proses yang memungkinkan
perlakuan khusus. Soemantri (1995:
timbulnya
156)
tingkah
atau laku
berubahnya sebagai
suatu
intelegensi
dari
mengakibatkan anak tunagrahita sulit
terbentuknya respon utama, dengan
mengikuti pembelajaran di sekolah
syarat
biasa
bahwa
hasil
“Keterbatasan
perubahan
atau
secara
munculnya tingkah laku yang baru itu
Ketidakmampuan
bukan
disebabkan
kematangan
atau
klasikal”. dalam
disebabkan oleh
interaksi
oleh
adanya
sosial
oleh
adanya
hambatan yang umumnya diderita oleh
perubahan sementara karena sesuatu
anak
hal.
kesimpulanya proses pemberian suatu Menurut
Surya
dalam
hambatan–
berbicara.
Jadi
(2004:48)
pelajaran terhadap anak tunagrahita
menjelaskan bahwa “Belajar diartikan
perlu diperhatikan dan tidak membeda-
185 Pengaruh Penggunaan Media Video Cerita Bergambar Terhadap Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Tunagrahita Kelas IV SPLB-C YPLB Cipaganti
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.2, Juni 2015
bedakan karena keterbatasan yang dimiliki.
Penyampaian materi pelajaran oleh guru merupakan kegiatan yang cukup
Menurut
Pamuji
(2002:35)
berperan dalam keberhasilan proses
menyatakan bahwa “Berbicara adalah
belajar
kemampuan
bunyi
berlangsung.
untuk
pelajaran akan lebih mudah dimengerti
mengekspresikan pikiran, gagasan dan
apabila disertai dengan penggunaan
perasaan”. Tujuan utama berbicara
media
adalah komunikasi. Ide itu dapat
tercapainya
disampaikan secara efektif seyogyanya
ditetapkan
pembicara memahami makna sesuatu
mengajar akan sangat dipengaruhi oleh
yang ingin dikomunikasikan, mampu
cara penyampaian materi pelajaran dan
mengevaluasi
komunikasinya
pengadaan media pembelajaran dalam
terhadap sasaran, memahami prinsip–
proses belajar mengajar. Mengingat
prinsip
situasi
pentingnya peranan berbicara dalam
umum
kehidupan sehari–hari, maka perlu
maupun perorangan. Rendahnya taraf
ditingkatkan pelatihan berbicara di
kecerdasan
anak
sekolah. Pelatihan akan lebih efektif
tunagrahita mengalami kesulitan untuk
jika dalam pelaksanaannya dibantu
mengamati rangsangan yang diterima
dengan sarana atau media yang sesuai
dari lingkungannya. Hal inilah yang
dengan kemampuan siswa.
artikulasi
mengucapkan atau
yang
pembicaraan
mengakibatkan
kata–kata
efek
mendasari baik
secara
menyebabkan
anak
mengajar
yang
sedang
Penyampaian
pembelajaran. tujuan dalam
materi
Sehingga yang
proses
telah belajar
tunagrahita
Media video cerita bergambar
mengalami hambatan dalam berbicara.
menurut Rinanto (1992:22) memberi
Gangguan atau hambatan–hambatan
batasan bahwa “Media video cerita
yang pada umumnya dialami oleh anak
bergambar adalah salah satu jenis
tunagrahita dalam berbicara antara
bahasa yang memungkinkan terjadinya
lain:(1)
komunikasi,
Kelainan
artikulasi
atau
media
video
cerita
ucapan, bunyi–bunyi bahasa yang tidak
bergambar merupakan jenis bahasa
jelas;(2) Kelainan suara;(3) Kelainan
yang diekspresikan lewat tanda dan
ritme; (4) Kelainan simbol.
simbol”.
Gambar
yang
digunakan
dalam penelitian ini mengandung pesan 186 Pengaruh Penggunaan Media Video Cerita Bergambar Terhadap Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Tunagrahita Kelas IV SPLB-C YPLB Cipaganti
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.2, Juni 2015
tentang
kehidupan anak, sehingga
video dapat menyajikan informasi,
mudah dan menarik untuk diceritakan,
memaparkan
dan
konsep-konsep
dapat
membantu
mempermudah
serta
meningkatkan
kemampuan
berbicara
anak
proses,
menjelaskan
yang
rumit,
dan
mengajarkan keterampilan, mengatasi dalam
jarak
dan
waktu,
dan
tunagrahita. Gambar yang digunakan
mempengaruhi sikap. Media video
dapat menimbulkan partisipasi siswa
diharapkan
supaya mau dan mampu berbicara
memperjelas
tentang
Gambar
gambar
yang
dilihatnya.
dapat
membantu
penyampaian
pesan.
yang ditampilkan melalui
Disamping itu pengunaan media video
video tampak lebih hidup seperti
cerita bergambar ini didasari karena
aslinya, antara gerakan gambar dan
anak tunagrahita cenderung tertarik
suara menjadi sejalan, sehingga anak
pada visualisasi gambar.
merasa lebih tertarik untuk menyimak
Video dapat mempermudah dan memperjelas proses daya simak siswa sehingga
media
video
dapat
materi yang disampaikan. Berdasarkan
latar
belakang
masalah di atas penulis tertarik untuk
meningkatkan perhatian siswa terhadap
meneliti
dan
mengambil
pelajaran sekaligus meningkatkan daya
“Pengaruh Penggunaan Media Video
simak. Media video saat ini sudah
Cerita
mudah diperoleh, kemampuan media
Peningkatan Kemampuan Berbicara
video dapat melukiskan gambar secara
Anak Tunagrahita Kelas IV SPLB-C
hidup dan bersuara sehingga dapat
YPLB
Bergambar
judul
Terhadap
Cipaganti”.
memberi daya tarik tersendiri. Media 1. Metode Disampaikan
oleh
Nazir
penelitian dibutuhkan metode yang
(2005:84) “Penelitian adalah suatu
ilmiah,
proses mencari sesuatu secara
memecahkan masalah yang akan
sistematik dalam waktu yang lama
diteliti. Metode yang digunakan
dengan
metode
harus sesuai dengan masalah yang
ilmiah serta aturan – aturan yang
akan diteliti dan tujuan penelitian.
berlaku”.
Menurut
menggunakan Jadi
dalam
setiap
sebagai
alat
Sugiyono
untuk
(2010:2)
187 Pengaruh Penggunaan Media Video Cerita Bergambar Terhadap Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Tunagrahita Kelas IV SPLB-C YPLB Cipaganti
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.2, Juni 2015
“Metode penelitan pada dasarnya
eksperimen
merupakan
untuk
langsung yang dilakukan terhadap
mendapatkan data dengan tujuan
suatu objek untuk menentukan
dan kegunaan tertentu”. Sedangkan
pengaruh suatu variabel terhadap
menurut
variabel
cara
ilmiah
Arikunto
(1997:151)
adalah
tertentu
“Metode penelitian adalah cara
pengontrolan
yang
Mengenai
digunakan
dalam
oleh
peneliti
mengumplkan
data
penelitian”.
dalam
penelitian
ini
peneliti
dengan
yang
ketat”.
tujuan
penelitian
eksperimen dijelaskan oleh Nazir (2005:64)
Kaitannya dengan hal tersebut
penelitian
adalah
“Untuk
ada
tidaknya
menyelidiki hubungan
sebab
akibat
serta
hubungan
sebab
menggunakan metode eksperimen.
berapa
besar
Disampaikan
akibat
tersebut
oleh
Sugiyono
“Metode
eksperimen
memberikan perlakuan – perlakuan
dapat diartikan sebagai metode
tertentu pada beberapa kelompok
penelitian yang digunakan untuk
eksperimen”.
(2010:72)
mencari
pengaruh
perlakukan
Penelitian
tertentu terhadap yang lain dalam
mempunyai
kondisi
desain.
yang
Selanjutnya
terkendalikan”. dijelaskan
oleh
Arikunto (2007:207) bahwa : Penelitian
dengan
cara
eksperimen berbagai
macam
Penggunaan
desain
tersebut, disesuaikan dengan aspek penelitian serta pokok masalah
eksperimen
yang ingin diungkapkan.
Atas
yang
dasar hal tersebut, maka penulis
dimaksudkan untuk mengetahui
menggunakan The One Group
ada tidaknya akibat dari sesuatu
Pretest-Posttest
yang
desain penelitiannya.
merupakan
penelitian
dikenakan
pada
subjek
selidik. Dengan kata lain penelitian
Dalam
Design
desain
ini
sebagai
sampel
eksperimen mencoba meneliti ada
diperoleh dari sejumlah populasi,
tidaknya hubungan sebab akibat.
kemudian diadakan tes awal atau
Sedangkan Siregar (2004:56) menjelaskan
bahwa
“Penelitian
Pretest sebanyak empat kali untuk mengetahui
kemampuan
awal
188 Pengaruh Penggunaan Media Video Cerita Bergambar Terhadap Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Tunagrahita Kelas IV SPLB-C YPLB Cipaganti
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.2, Juni 2015
sampel.
Kemudian
sampel
diberikan
perlakuan
Treatment.
Untuk
permasalahan akan
atau
menjawab
tersebut
memberikan
peneliti perlakuan
X
= Perlakuan, dalam hal
ini
penggunaan
media
cerita
bergambar O2
= Post test setelah diberi
perlakuan “Sampel adalah bagian dari
sebanyak delapan kali pertemuan. Setelah masa perlakuan berakhir
jumlah dan karakteristik
maka dilakukan tes akhir atau
dimiliki oleh populasi tersebut”
Posttest
Sugiyono
sebanyak
empat
kali.
Setelah data tes awal dan tes akhir
menentukan
terkumpul
peneliti
disusun
maka diolah
data dan
tersebut dianalisis
yang
(2010:81).
Dalam
sampel
tersebut
menggunakan
teknik
purposive sampling.
secara statistik. Hal ini dilakukan
Dengan
demikian,
maka
untuk mengetahui hasil perlakuan
penelitian ini berjumlah 6 orang
peneilitan yang telah dilaksanakan.
siswa kelas IV SPLB C YPLB
Rancangan penelitian The One Group
Pretest-Posttest
Cipaganti.
Design,
Tabel 2.
Sugiyanto (2010:211). Mekanisme
Sampel Penelitian.
penelitian ini sebagai berikut :
No
Subyek
Tabel 1.
1.
RM
2.
DS
Desain Penelitian Pre test
Treatment
Post test
3.
DP
01
X
02
4.
GH
5.
MI
6.
SA
Keterangan : O1
=
Pre
test
sebelum
diberikan perlakuan
B. HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang diperoleh dari hasil penelitian berupa data skor pre test dan
dianalisis jawaban diteliti.
sehingga dari
memeperoleh
permasalahan
Menurut
yang
Surakhmad
skor post test kemudian diolah dan 189 Pengaruh Penggunaan Media Video Cerita Bergambar Terhadap Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Tunagrahita Kelas IV SPLB-C YPLB Cipaganti
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.2, Juni 2015
(1998:102) mengolah data dijelaskan
kepada anak tunagrahita kelas IV
sebagai berikut:
SPLB-C
Mengolah data adalah usaha yang kongkrit untuk membuat data itu berbicara, sebab betapapun besarnya
(sebagai
pelaksanaan
hasil
pengumpulan
organisasi
dan
diolah
ini dilakukan untuk mengetahui skor yang diperoleh anak tunagrahita ringan kelas IV belum diberikan
data).
menurut
perlakuan treatment 2. Memberikan perlakuan (treatment), dalam hal ini bentuk perlakuan yang
sistematik yang baik, niscaya data itu
diberikan adalah penggunaan media
tetap merupakan bahan-bahan yang
video cerita bergambar terhadap
membisu seribu bahasa.
peningkatan kemampuan berbicara
Selain diolah data tersebut juga
dengan
dianalisis sesuai dengan ilmu statistik. Menurut
Sugiyono
“Kegiatan
analisis
adalah
mengelompokan
data
berdasarkan
variabel
jenis
responden,
dan
3. Melakukan test akhir (post-test), untuk
masalah,
kelas
skor
yang
IV
setelah
diberikan
perlakuan.
dan Perbedaan jumlah skor pre-test dan
melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan”. Langkah-langkah
mengetahui
diperoleh anak tunagrahita ringan
diteliti, melakukan perhitungan untuk rumusan
bahasan
di tampilkan.
menyajikan data tiap variabel yang
menjawab
subpokok
menceritakan kembali isi cerita yang
(2010:147) data
adalah
1. Melakukan tes awal (pre-test). Tes
fase
Apabila tidak disusun dalam satu
Cipaganti
sebagai berikut:
jumlah dan tingginya nilai data yang terkumpul
YPLB
post
pengambilan
data yang dilakukan oleh peneliti
test
yang
diperoleh
anak
tunagrahita ringan kelas IV SPLB-C YPLB
Cipaganti
dapat
dili
hat pada tabel 4.1. Tabel 3. Skor Pre Test dan Post Test Kemampuan Berbicara Anak Tunagrahita Ringan Kelas IV SPLB-C YPLB Cipaganti
190 Pengaruh Penggunaan Media Video Cerita Bergambar Terhadap Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Tunagrahita Kelas IV SPLB-C YPLB Cipaganti
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.2, Juni 2015
No.
S (Subjek Penelitian)
Skor Pre Test
Skor Post Test
1.
RM
20
26
2.
DS
25
36
3.
DP
25
32
4.
SA
19
23
5.
GH
18
24
6.
MI
19
24
Berdasarkan pada tabel di atas,
bergambar
dalam
mata
pelajaran
dapat dilihat perbedaan skor pada
bahasa
Indonesia
subjek sebelum dan setelah diberikan
bahasan
menceritakan
perlakuan
(treatment)
cerita. Data tersebut dalam grafik
penggunaan
media
berupa
video
cerita
adalah
dengan
pokok
kembali
sebagai
isi
beriku
t.
Grafik 1. Skor Pre Test dan Post Test Kemampuan Berbicara Anak Tunagrahita Ringan Kelas IV SPLB-C YPLB Cipaganti Tabel menunjukan
dan skor
Grafik
di
sebelum
atas diberi
hasil belajar pada anak tunagrahita ringan
kelas
IV
SPLB-C
YPLB
perlakuan dan skor sesudah diberi
Cipaganti.
Adapun gambaran data
perlakuan. Dapat dilihat bahwa setelah
sampel berdasarkan yang diperoleh
diberi perlakuan terdapat peningkatan
adalah sebagai berikut:
191 Pengaruh Penggunaan Media Video Cerita Bergambar Terhadap Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Tunagrahita Kelas IV SPLB-C YPLB Cipaganti
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.2, Juni 2015
a.
b.
c.
d.
RM Sebelum diberikan perlakuan
MI Sebelum diberikan perlakuan
memperoleh skor Pre Test 20 dan
memperoleh skor Pre Test 19 dan
setelah diberikan perlakuan skor
setelah diberikan perlakuan skor
Post Test 26. Hal ini dapat
Post Test 24. Hal ini dapat
diartikan ada peningkatan setelah
diartikan ada peningkatan setelah
diberikan perlakuan / treatment.
diberikan perlakuan / treatment.
DS Sebelum diberikan perlakuan
Secara umum anak tunagrahita
memperoleh skor Pre Test 25 dan
ringan
setelah diberikan perlakuan skor
Cipaganti setelah diberi perlakuan
Post Test 36. Hal ini dapat
mengalami
diartikan ada peningkatan setelah
Peningkatan skor tersebut mulai skor 4
diberikan perlakuan / treatment.
sampai 7 skor. Skor terendah anak
DP Sebelum diberikan perlakuan
kelas IV saat pre-test adalah 18 setelah
memperoleh skor Pre Test 25 dan
diberikan perlakuan menjadi 24 . skor
setelah diberikan perlakuan skor
tertinggi saat pre test adalah 25 dan
Post Test 32. Hal ini dapat
setelah
diartikan ada peningkatan setelah
tertinggi menjadi 36. Hal ini dapat
diberikan perlakuan / treatment.
diartikan bahwa terdapat perbedaan
SA Sebelum diberikan perlakuan
yang signifikan antara skor pre-test dan
memperoleh skor Pre Test 19 dan
skor post-test
kelas
IV
SPLB-C
peningkatan
diberikan
perlakuan
YPLB
skor.
skor
setelah diberikan perlakuan skor
Pengolahan data yang dilakukan
Post Test 23. Hal ini dapat
peneliti meliputi:
diartikan ada peningkatan setelah diberikan perlakuan / treatment. e.
f.
GH Sebelum diberikan perlakuan memperoleh skor Pre Test 18 dan setelah diberikan perlakuan skor Post Test 24. Hal ini dapat diartikan ada peningkatan setelah diberikan perlakuan / treatment.
1. Penilaian: setelah semua jawaban terkumpul
langkah
selanjutnya
adalah memeriksa jawaban siswa dan melakukan penelitian terhadap jawaban
siswa
sesuai
dengan
kriteria penilaian. 2. Pengelompokan jenis data: data yang telah terkumpul dan diberikan nilai, selanjutnya dipisahkan antara
192 Pengaruh Penggunaan Media Video Cerita Bergambar Terhadap Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Tunagrahita Kelas IV SPLB-C YPLB Cipaganti
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.2, Juni 2015
lembar jawaban pre-test dan lembar
a.
Menghitung selisih skor pre-test
jawaban post-test.
dan post-test,
3. Perhitungan, perhitungan data yang
b.
Memberikan peringkat pada setiap
telah terkumpul menggunakan uji Wilcoxon. Hal ini dilakukan atas
selisih skor pre-test dan post-test, c.
Memberikan tanda positif (+) dan
pertimbangan jumlah sampel yang
tanda
tidak
dijumlahkan,
terlalu
perpasangan.
banyak
dan
Adapun
data
langkah-
d.
negatif
Berdasarkan
(-)
hasil
kemudian
penjumlahan
langkah perhitungan uji Wilcoxon
tersebut ambil skor hitung. Berikut
adalah sebagai berikut:
hasil
perhitungan
rumus
penggunaan
uji
Wilcoxo.
Tabel 5. Perhitungan Uji Ranking Bertanda Wilcoxon N
Subjek
Pre-
Post
Bed
Ra
o.
Penelit
Test
Test
a
nk
ian
(X)
(Y)
│X-
Tanda Posi
Negat
tif
if
Y│ 1
RM
20
26
6
3,5
3,5
-
2
DS
25
36
11
1
1
-
3
DP
25
32
7
2
2
-
4
SA
19
23
4
6
6
-
5
GH
18
24
6
3,5
3,5
-
6
MI
19
24
5
5
5
-
21
0
Jumlah
Berdasarkan
perhitungan
uji
tidak ada siswa yang memiliki selisih
Wilcoxon pada tabel, terlihat bahwa
negatif, sehingga semua siswa diberi
193 Pengaruh Penggunaan Media Video Cerita Bergambar Terhadap Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Tunagrahita Kelas IV SPLB-C YPLB Cipaganti
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.2, Juni 2015
tanda positif, tabel di atas menunjukan
bergambar. Hal ini bahwa media cerita
bahwa jumlah ranking yang bertanda
bergambar
dapat
positif T = 21 dan jumlah ranking yang
kemampuan
berbicara
bertanda negatif = 0. Maka yang
tunagrahita
ringan.
dijadikan Thitung pada tabel diatas
hambatan
adalah T = 0, karena harga mutlak
tunagrahita ringan dalam berbicara
tersebut lebih kecil dari T
dapat ditangani dengan menggunakan
tabel
= 2.
Diketahui bahwa yang dijadikan Thitung
kritis uji Wilcoxon dengan sampel/n = 6,
pada
diperoleh
taraf T
kepercayaan
tabel
=
2.
0,05
Dengan
demikian Thitung < T tabel.
pada
siswa
Hambatan-
dialami
anak
media cerita bergambar.
menurut tabel di atas adalah T = 0 berdasarkan tabel diatas nilai-nilai
yang
meningkatkan
Dengan
demikian
dapat
disimpulkan bahwa media video cerita bergambar efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak tunagrahita ringan kelas IV SPLB-C YPLB Cipaganti dan ada
C. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan
pengaruh yang signifikan.
pembahasan yang telah dijelaskan pada
D.
DAFTAR PUSTAKA
bab sebelumnya menunjukkan bahwa
Amin, M. 1995. Ortopedagogik Anak
anak tunagrahita ringan mengalami
Tuna
peningkatan
Depdikbud.
kemampuan
berbicara
sebagai pengaruh perlakuan dengan menggunakan bergambar.
media
video
Peningkatan
cerita tersebut
ditunjukan dengan adanya peningkatan skor pada anak setelah diberikan
Grahita.
Bandung:
Arifin, Z. 1990. Evaluasi Instruksional: Prinsip-Teknik-Prosedur. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Arikunto, S. 2002. Prosedur Suatu
perlakuan dengan menggunakan media
Pendekatan
video cerita bergambar dibandingkan
Rineka Cipta.
Praktek.
Jakarta:
skor anak sebelum diberikan perlakuan dengan penggunaan media tersebut pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan materi menceritakan isi cerita
Arikunto,
T.M.
Penelitian.
(2007).
Prosedur
Jakarta :
Rienika
Cipta.
194 Pengaruh Penggunaan Media Video Cerita Bergambar Terhadap Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Tunagrahita Kelas IV SPLB-C YPLB Cipaganti
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.2, Juni 2015
Delpie, B. 2005. Bimbingan Perilaku Adaptif. Malang. Elang Emas Furchan,
A.
Penelitian
1982.
Pengantar
dalam
Pendidikan.
Surabaya: Usaha Nasional. Hadi, S. 1990. Metodologi Research. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
Nazir, Moh. (2005). Metode Penelitian. Ghalia Indonesia - IKAPI. Bogor Pamuji. 2002. JJR. Tahun 12 No.1 ISSN
Surakarta:
Pusat Penelitian Rehabilitasi dan Remediasi
(PPRR)
Lembaga
Penelitian UNS. Prasodio,
Hamzah, A. 1985. Media Audio-Visual
0854-0020.
S.
1999.
Gangguan
Psikiatrik. IKIP: Balai Pustaka.
untuk Pengajaran, Penerangan
Rinanto, A. 1992. Media Pendidikan.
dan Penyuluhan. Jakarta: PT.
Jakarta: Pustek Kondikbub dan
Gramedia.
PT. Grafindo Persada.
Maidar G. Arsyad dan Mukti U.S.
Somantri,
H.T.
Sutjihati.
1995.
1991. Pembinaan Kemampuan
Psikologi ALB. Jakarta: Dirjen
Berbicara
Dikti Proyek Pendidikan Tenaga
Bahasa
Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
Guru.
Munawir Y. Sunardi dan Abdurrahman
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian
M. 2003. Pendidikan bagi Anak
Kuantitatif
dengan Problema Belajar. Solo:
Bandung: Alfabeta.
PT.
Tiga
Serangkai
Pustaka
Mandiri. Munzayanah. 1999. Tuna Grahita. Surakarta: FKIP UNS. Nasution N, dkk. 1998, Psikologi Pendidikan, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka. Jakarta.
dan
Kualitatif.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Kualitatif
Pendekatan Kuantitatif
R&D.
Bandung. Alfabeta Sukarno, A. 2003. Pengantar Statistik. Surakarta:
Departemen
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Universitas
Sebelas Maret. 195 Pengaruh Penggunaan Media Video Cerita Bergambar Terhadap Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Tunagrahita Kelas IV SPLB-C YPLB Cipaganti
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.2, Juni 2015
Suparlan,
YB.
1983.
Pendidikan
Anak
Pengantar Mental
Subnormal. Yogyakarta: Pustaka Pengarang. Surya,
M.
Tarigan D, HG. Tarigan. 1990. Teknik Pengajaran
Berbahasa. Bandung: Angkasa. Universitas
2004.
Psikologi
Keterampilan
(2012).
Pendidikan
Indonesia.
Pedoman
Penulisan
Pembelajaran Dan Pengajaran,
Karya Ilmiah. Bandung : UPI
PT
Press.
Pustaka
Bani
Quraisy.
Bandung. Suryabrata,
S. 1997. Metodologi
Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
196 Pengaruh Penggunaan Media Video Cerita Bergambar Terhadap Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Tunagrahita Kelas IV SPLB-C YPLB Cipaganti