WePFi Vol.1 No.3, Desember 2013
PENGARUH PENERAPAN METODE EXPERIMENTING AND DISCUSSION (ED) DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP D.E. Nurjanah, H. Rusnayati*, H. Novia* Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
[email protected],
[email protected],
[email protected] ABSTRAK
Pengaruh Penerapan Metode Experimenting and Discussion (ED) dalam Pembelajaran terhadap Hasil Belajar Fisika dan Sikap Ilmiah Siswa SMP Hasil belajar fisika pada tingkat SMP kelas VIII tampaknya masih rendah, dari hasil studi pendahuluan nilai rata-rata UTS siswa masih rendah, yaitu 5,2. Selain itu sikap ilmiah siswa masih minim berkembang, seperti sikap ingin tahu, teliti, kerjasama, berpikir kritis, dan objektif. Sehingga dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana pengaruh metode Experimenting and Discussion (ED) terhadap hasil belajar fisika dan sikap ilmiah siswa SMP. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif-deskriptif. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 4 Bandung pada tahun ajaran 2012-2013 dengan sampel siswa kelas VIII-F sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-C sebagai kelas kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sample. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes ranah kognitif berupa soal pilihan ganda 20 soal untuk pretest-posttest, angket sikap ilmiah diakhir pembelajaran pada kelas eksperimen, dan lembar observasi keterlaksanaan metode. Berdasarkan penelitian ini ternyata siswa yang mendapat pengaruh dari penerapan metode Experimenting and Discussion (ED) mendapatkan hasil belajar fisika yang lebih baik dengan rata-rata 6,03 dibandingkan kelas konvensional dengan rata-rata 4,5 dan dari hasil uji T (Independent Sample T-Test) dengan taraf signifikansi 5%, ternyata nilai signifikansi nya 0,0000 atau lebih kecil dari 0,05, hal ini menunjukan dengan penerapan metode Experimenting and Disscussion (ED) dalam pembelajaran, berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar pada ranah kognitif. Sikap ilmiah siswa dapat berkembang dengan baik, dengan pencapaian rata-rata 82% (sangat baik), meliputi aspek sikap ingin tahu, sikap bekerjasama, sikap refleksi kritis, sikap respek terhadap data, dan sikap ketekunan. Kata kunci : experimenting, discussion, hasil belajar, sikap ilmiah
ABSTRACT Influence The Experimenting and Discussion (ED) Method on Learning Outcomes of Physics and Scientific Attitudes at Junior High School Students Learning outcomes of physics at the junior high school in class VIII apparently still low, the results of a preliminary study of the average value of mid-semester students is still low at 5,2. Besides the scientific attitude of students was minimal developed, such as the curious attitude, meticulous, collaboration, critical thinking, and objectivity. So this research is to find out how to influence the Experimenting and Discussion (ED) method on learning outcomes of physics and scientific attitudes at junior high school students. This research is quantitative-descriptive. The population
2
D. E. Nurjanah, dkk, - Pengaruh Penerapan Metode Experimenting…
was students in class VIII Junior High School 4 Bandung in the academic year 2012-2013 with a sample of eighth-grade students as an experimental class F and class VIII-C as a control class. Sampling was conducted with a purposive sample technique. The instrument research that used was a cognitive domain test, it was a 20 multiple choice questions for the pretest-posttest, scientific attitude questionnaire was given at the end of learning of the experimental class, and observation sheets to evaluate methods ED. Based on this study, students who are under the influence of Experimenting and Discussion (ED) method get better learning outcome of physics with an average of 6.03 compared to the conventional class with an average of 4.5 and the results of T- tests (Independent Sample T-Test ) with a significance level of 5%, it turns out its significance value of 0.0000 or less than 0.05, suggesting that the application of the experimenting and disscussion (ED) method in learning, significantly influence the cognitive learning outcomes. Scientific attitude of students was develop well, with average achievement 82% (very good), covering aspects curiosity, co-operation, critical reflection, respect for evidence, and perseverance. Keywords : experimenting, discussion, learning outcomes, scientific attitude
Pada tingkat SMP fisika mulai diperkenalkan sebagai bagian dari IPA yang mulai dipelajari terpisah oleh siswa dan termasuk kedalam IPA Terpadu. Proses penguasaan konsep fisika sebaiknya tidak dilakukan dengan menghafal. Akan tetapi kebanyakan siswa cenderung belajar fisika dengan cara menghafal saja. Hal ini mengakibatkan hasil belajar fisika siswa rendah. Dari hasil studi pendahuluan disalah satu SMP kelas VIII di Kota Bandung menunjukan bahwa hasil belajar fisika masih rendah, terlihat dari nilai ratarata UTS siswa, yaitu 5,2 dari nilai KKM 7,0. Selain itu siswa SMP kelas VIII 82,86% kurang menyukai proses pembelajaran fisika yang cenderung ceramah saja, karena sekitar 68,57% lebih menyukai pembelajaran fisika dengan eksperimen. Pembelajaran fisika pada tingkat SMP selain bertujuan untuk mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam hal yang berkaitan dengan IPA untuk kemudian dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, juga bertujuan untuk mengembangkan sikap positif. Sehingga selain siswa harus memahami dan menguasai konsep IPA untuk dapat memperoleh hasil belajar fisika yang baik, juga diharapkan sikap positif
siswa dapat berkembang. Dalam IPA dikenal adanya sikap ilmiah. Sikap ilmiah merupakan sikap yang biasanya muncul saat seseorang melakukan kinerja ilmiah. Dalam hal ini siswa melakukan suatu eksperimen dan diskusi dalam pembelajaran. Melalui eksperimen dan juga diskusi pembelajaran akan menjadi bermakna. Sehingga tujuan pembelajaran IPA diatas dapat tercapai, maka dalam pembelajaran dibarengi dengan suatu eksperimen dan diskusi sebagai penguatan. ‘Metode eksperimen adalah penyajian pelajaran yang menuntut siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari’ (Djamarah (Muna, Z, Sukisno, M, dan Yulianto, A., 2009, 10)). Sehingga melalui metode eksperimen siswa akan mendapatkan sendiri konsep-konsep fisika. Tentunya dengan demikian pemahaman konsep fisika siswa akan lebih baik, sehingga hasil belajar fisika siswa pada ranah kognitifpun lebih baik lagi. Menurut Sudjana (2005), “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.
WePFi Vol.1 No.3, Desember 2013
Hasil belajar diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, dalam dunia pendidikan dikenal klasifikasi hasil belajar Bloom yang membaginya menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan psikomotoris. Pada penelitian ini hasil belajar yang akan diukur peningkatannya adalah pada ranah kognitif yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual, terdiri dari 6 tingkatan kognitif, yaitu dari C1-C6, dengan urutan pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Wartono (2003, 100) menyatakan bahwa: hanya dengan cara melakukan seperti inilah (eksperimen) anak dapat dilatih menggunakan metode ilmiah (scientific method) dan sikap ilmiah (scientific attitude). Dengan pembelajaran eksperimen, maka siswa secara tidak langsung akan dapat mengembangkan sikap ilmiahnya. Menurut Baharuddin (dalam Mar’at 1982, 34) mengemukakan bahwa: ”Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan”. Sikap ilmiah yang dilihat bagaimana perkembangannya pada penelitian ini mengacu pada teori Harlen, yaitu meliputi sikap ingin tahu, sikap bekerjasama, sikap refleksi kritis, sikap respek terhadap data, dan sikap ketekunan. Hasil eksperimen yang siswa dapatkan mungkin berbeda satu sama lain, sehingga dalam hal ini dibutuhkan metode diskusi yang menyertai proses pembelajaran eksperimen. Menurut Rahman (2012 : 3), “metode diskusi adalah metode mengajar yang menyajikan bahan-bahan pembelajaran dalam bentuk masalahmasalah yang harus dipecahkan oleh siswa dan guru”. Penggabungan kedua metode ini pernah dilaksanakan disalah satu sekolah SMA di Kroasia pada siswa kelas XII pada semester 2, yaitu apa yang disebut metode Experimenting and Discussion (ED), hal ini berdasarkan jurnal yang berjudul: Effects of two different types of physics
3
learning on the results of CLASS test (Efek dari dua jenis pembelajaran fisika yang berbeda pada hasil tes CLASS), penulisnya Mirko Marusic dan Josip Slisko. Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana efektivitas kedua metode tersebut pada peningkatan sikap dan keyakinan siswa pada fisika, kemudian hasilnya di evaluasi menggunakan tes CLASS. Sedangkan langkah-langkah Metode Experimenting and Discussion (ED) pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Guru mengawali pertemuan dengan melakukan percobaan. b. Siswa diminta untuk memprediksi hasil percobaan dan mencatatnya. c. Siswa memberikan penjelasan dari prediksi hasil percobaan dan dikelompokkan berdasarkan prediksinya. d. Siswa melakukan percobaan untuk membuktikan prediksinya. e. Siswa mengamati percobaan yang dilakukan dan mencatat hasil percobaan. f. Siswa menyusun laporan percobaan. g. Siswa mempresentasikan laporan percobaan, kemudian berdiskusi antar kelompok. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah “bagaimana pengaruh metode penerapan Experimenting and Disscussion (ED) dalam pembelajaran terhadap hasil belajar fisika dan sikap ilmiah siswa SMP. Rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Apakah dengan penerapan metode Experimenting and Disscussion (ED) dalam pembelajaran di kelas eksperimen dapat mempengaruhi hasil belajar fisika menjadi lebih baik dibandingkan kelas konvensional ? 2. Bagaimanakah pengaruh penerapan metode Experimenting and Disscussion (ED) dalam pembelajaran terhadap pembentukan sikap ilmiah ?
4
D. E. Nurjanah, dkk, - Pengaruh Penerapan Metode Experimenting…
METODE Penelitian ini dilakukan di SMPN 4 Kota Bandung. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII-F yang berjumlah 35 orang untuk kelas eksperimen yang mendapat pembelajaran dengan penerapan metode Experimenting and Disscusin dan untuk kelas kontrol yang merupakan kelas konvensional berjumlah 29 orang. Metode penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif deskriptif, dimana peneliti memperoleh data secara kuantitatif kemudian dianalisis secara deskriptif mengapa hal tersebut demikian. Prosedur penelitian ini dapat dilihat pada bagan dibawah, terdapat pada Gambar 1.
Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar fisika (ranah kognitif) dan sikap ilmiah siswa, yang meliputi sikap ingin tahu, sikap bekerjasama, sikap refleksi kritis, sikap respek terhadap data, dan sikap ketekunan. Data hasil belajar fisika pada ranah kognitif diperoleh dengan soal pilihan ganda 20 soal dengan 4 alternatif pilihan jawaban. Sedangkan data sikap ilmiah siswa diperoleh dengan angket skala sikap, dengan rating scale 5 poin (SS, S, RR, TS, STS). Angket tersebut terdiri dari 30 pernyataan, yang terdiri dari penyataan positif dan negatif tentang sikap ilmiah.
Studi Pustaka Telaah kurikulum materi penelitian
Materi
Perizinan, konsultasi, diskusi dengan pihak sekolah
Pengembangan instrumen penelitian, dan RPP
Pre Test : tes ranah kognitif
Kelas Eksperimen
Metode ED
Kelas Kontrol
Metode Tradisional
Observasi Sikap Metode ED Post Test : tes ranah
Angket Sikap Ilmiah
Pengolahan dan Analisiss Data
Kesimpulan
Gambar 1 Alur Penelitian
WePFi Vol.1 No.3, Desember 2013
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan dengan total 6 kali pertemuan, dimana pada pertemuan pertama dilaksanakan pretest, berupa soal tes kognitif materi pembiasan cahaya sebanyak 20 soal pilihan ganda. Proses pembelajaran dengan menerapkan metode Experimenting and Discussion (ED) dilaksanakan pada pertemuan kedua sampai kelima. Sehingga jumlah pertemuan untuk proses pembelajaran adalah empat kali pertemuan. Selama proses pembelajaran siswa diberikan LKS prediksi tiap siswa dan LKS eksperimen tiap kelompok untuk membuktikan prediksi mereka. Post test dilaksanakan pada pertemuan terakhir, yaitu pada pertemuan keenam, berupa tes kognitif dengan soal yang sama saat pretest dan pemberian angket sikap ilmiah pada siswa. Selama proses pembelajaran berlangsung observasi dilakukan untuk mengamati keterlaksanaan metode. Pengamatan keterlaksanaan metode dilakukan oleh observer hanya melihat apakah langkah metode Experimenting and Discussion (ED) dilaksanakan oleh guru ataukah tidak, dengan memberi tanda checklist Ya/Tidak pada kolom yang sesuai, selain itu disediakan pula bagian catatan observer yang memuat saran/masukan terkait kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat mengevaluasi bagaimana pembelajaran yang telah berlangsung dan memperbaiki kekurangan tersebut. Sehingga pada penelitian selanjutnya menjadi lebih baik lagi. Dari hasil pengolahan data pretest, diketahui bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen adalah 6,17, sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol adalah 6,67 dari skor maksimum ideal adalah 20. Nilai rata-rata pretest yang tidak terlalu berbeda jauh pada kedua kelas menunjukan bahwa kemampuan kognitif awal siswa sama. Setelah dilakukan uji statistik MannWhitney, ternyata memang kemampuan
5
kognitif awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sama secara signifikan. Berikut hasi pengolahan data deskriptif dan statistik data pretest dan hasil uji MannWhitney. Tabel 1 Data Deskriptif Pretest Kelas n Eksperimen 35 Kontrol 29
Mean Min 6,17 1 6,69 3
Max 12 16
Tabel 2 Hasil Uji Mann-Whitney Data Pretest Nilai Mann-Whitney U
461.000
Asymp.Sig.(2-tailed)
0,526
Tabel di atas menunjukan data deskriptif pretest dan hasil uji statistik Mann-Whitney, dari kedua data tabel tersebut terlihat jelas bahwa kemampuan kognitif awal siswa tidak terlalu berbeda jauh. Sehingga untuk melihat bagaimana hasil belajar ranah kognitif siswa setelah diterapkan metode Experimenting and Discussion (ED), diolah data post test secara deskriptif dan statistik. Hasil dari posttest secara deskriptif menunjukan bahwa hasil belajar siswa pada ranah kognitif yang mendapat pembelajaran metode Experimenting and Disscussion (ED) lebih baik bila dibandingkan dengan kelas kontrol, hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata kelas eksperimen sebesar 12,06 dibandingkan kelas kontrol, yaitu 9,1. Akan tetapi hal ini tidak cukup signifikan untuk menyimpulkan demikian. Maka dilakukan uji statistik selanjutnya. Berikut data deskriptif posttest dan hasil Uji T (Independent Sample T-Test dengan software SPSS 16).
6
D. E. Nurjanah, dkk, - Pengaruh Penerapan Metode Experimenting…
Tabel 3 Data Deskriptif Posttest Kelas N Mean Min Eksperimen 35 12,06 6 Kontrol 29 9,1 4
Max 19 16
Tabel 4 Hasil Uji T (Independent Sample T-Test)
Tabel 5 Rekapitulasi N-Gain Ternormalisasi Kelas Eksperimen Kelas Kontrol %
pre test
post test
%
6,2 12,1
0,424
6,69
9,1
0,168
Kriteria
Sedang
pre post test test
t-test for Equality of Means
Equal variances
T
df
Sig.
3,8
62
0,000
assumed
Dari pengolahan data gain ternormalisasi, diketahui bahwa kelas eksperimen memperoleh peningkatan ratarata sebesar 0,42, sedangkan kelas kontrol sebesar 0,17. Setelah dilakukan uji statistik Mann-Whitney untuk skor gain ternormalisasi, didapat hasil bahwa peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif kelas kelas eksperimen yang mendapat metode Experimenting and Discussion (ED) lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol dengan pembelajaran biasa pada umumnya. Hasil tersebut juga menunjukan adanya perbedaan peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dimana pada kelas eksperimen peningkatannya tergolong sedang, sedangkan pada kelas kontrol tergolong kurang. Berikut data hasil penelitian untuk N-gain ternormalisasi.
Kriteria
Kurang
Tabel 6 Hasil Uji Mann-Whitney N-Gain Nilai Mann-Whitney U
199.000
Asymp.Sig.(2-tailed)
0,000
Hasil belajar pada ranah kognitif yang dilihat pada penelitian ini dibatasi pada aspek C1-C4, yaitu meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, dan analisis. Dari hasil pretest dan posttest bisa didapat data N-gain untuk setiap aspek kognitif tersebut. Untuk aspek C1 (pengetahuan), pada kelas eksperimen rata-rata peningkatannya 0,28 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0,03. Dapat dilihat bahwa peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif aspek pengetahuan pada siswa kelas eksperimen jauh lebih baik bila dibandingkan kelas kontrol, meskipun demikian keduanya masih berada pada kategori kurang. Hal ini menunjukan ingatan akan pengetahuan yang mereka peroleh masih belum terlalu baik. Hal ini berkaitan pula dengan metode pembelajaran yang diterapkan pada kelas eksperimen yang kurang menekankan pada peningkatan aspek pengetahuan (C1). Sedangkan pada aspek C2 (pemahaman), rata-rata peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif aspek pemahaman pada siswa kelas
WePFi Vol.1 No.3, Desember 2013
keempat ini perbedaan peningkatan rata-rata hasil belajar siswa pada ranah kognitif aspek analisis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda sangat jauh, dimana pada kelas eksperimen sebesar 0,53 berada pada kategori sedang, sedangkan pada kelas kontrol sebesar -0,1. Aspek analisis menunjukan peningkatan paling besar dari ketiga aspek yang lain. Hal ini dimungkinkan karena dalam proses pembelajaran dengan metode Experimenting and Discussion (ED), siswa dituntut untuk menganalisis mengapa eksperimen yang mereka lakukan demikian, mengapa hasil eksperimen yang mereka dapatkan demikian. Selain itu dalam kegiatan diskusi, siswa menganalisis apabila hasil eksperimen meraka berbeda dangan temannya, mengapa hal itu terjadi demikian. Perbandingan N-gain tiap aspek kognitif dapat dilihat pada Gambar 2. (Jdl graf terlalu besar)
Perbandingan Ngain Aspek Kognitif 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 -0.1 -0.2
Eksperimen Pengetahua… Pemahaman… Penerapan… Analisis (C4)
N-gain Penguasaan Konsep
eskperimen adalah sebesar 0,51, sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0,35. Pada aspek pemahaman konsep kelas eksperimen lebih baik bila dibandingkan kelas kontrol, dimana pada kelas eksperimen berada pada kategori sedang, sedangkan pada kelas kontrol berada pada kategori kurang. Hal ini menunjukan pada kelas eksperimen siswa sudah dapat mengaitkan hubungan antara konsepkonsep fisika yang telah mereka peroleh. Melalui eksperimen dan diskusi, siswa siswa dapat lebih memahami dari mana konsep fisika yang sudah ada di buku, karena mereka membuktikannya sendiri, dan memahami keterkaitan antara konsepkonsep tersebut. Kemudian untuk aspek C3 (penerapan), kelas eksperimen mengalami peningkatan rata-rata sebesar 0,21, sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0,09. Meskipun keduanya berada pada kategori kurang, namun rata-rata peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif aspek penerapan kelas eskperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Pada aspek penerapan ini kedua kelas berada pada kategori kurang. Pada kelas eksperimen meskipun mereka melakukan suatu eksperimen fisika untuk membuktikan teori, akan tetapi memang pada langkahnya tidak aka percobaan yang mengarah kepada pengetahuan siswa akan penerapan pada kehidupan seharihari mengenai konsep fisika yang mereka temukan. Hanya saja pada LKS percobaan untuk beberapa LKS dicantumkan pertanyaan mengenai aplikasi atau penerapan dari konsep fisika terkait materi yang mereka pelajari. Akan tetapi hal ini mungkin saja belum cukup untuk dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa pada aspek penerapan. Selanjutnya yang terakhir, yaitu aspek C4 (analisis), pada aspek yang
7
Kontrol
Ranah Kognitif
Gambar 2 Perbandingan N-gain Aspek Kognitif Dari hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata persentase pencapaian sikap ilmiah tersebut di atas 50%, dengan pencapaian sikap yang paling tinggi adalah sikap bekerjasama (88%). Hal ini menunjukan bahwa siswa
8
D. E. Nurjanah, dkk, - Pengaruh Penerapan Metode Experimenting…
senang menyelesaikan tugas yang diberikan kepada mereka bersama-sama dengan temannya, tentunya hal ini dalam konteks yang positif. Sedangkan sikap yang paling sedikit muncul adalah sikap respek terhadap data. Hal ini menunjukan siswa saat mengisi LKS sebagai bentuk laporan hasil eksperimen mereka tidak benar-benar melihat dari hasil eksperimen yang mereka dapatkan. Siswa mungkin cenderung menggabungkan hasil eksperimen yang mereka peroleh dan melihat jawaban mereka apakah benar atau salah dari buku teks yang mereka punya. Dapat dilihat pada Gambar 3. (Jdl graf terlalu besar)
Pencapaian Persentase Sikap Ilmiah Persentase
90 85 80
Pencapaia n Persentas e Sikap Ilmiah (Angket)
75 70
Sikap Ilmiah
Gambar 3 Pencapain Sikap Ilmiah KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Pengaruh penerapan metode Experimenting and Disscussion (ED) pada kelas eksperimen terhadap hasil belajar ranah kognitif siswa ternyata
menyebabkan hasil belajar siswa pada ranah kognitif lebih baik dengan ratarata nilainya 6,03 bila dibandingkan dengan kelas konvensional dengan ratarata nilainya 4,5. Selain itu dari hasil uji T (Independent Sample T-Test) dengan taraf signifikansi 5%, ternyata nilai signifikansi nya 0,0000 atau lebih kecil dari 0,05, hal ini menunjukan dengan penerapan metode Experimenting and Disscussion (ED) dalam pembelajaran, berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar pada ranah kognitif. 2. Sikap ilmiah siswa dapat berkembang dengan baik sebagai akibat pengaruh metode Experimenting and Disscussion (ED) pada kelas eksperimen, dengan pencapaian rata-rata 82% (sangat baik). Sikap ilmiah tersebut terdiri dari aspek sikap ingin tahu, sikap bekerjasama, sikap refleksi kritis, sikap respek terhadap data, dan sikap ketekunan. DAFTAR PUSTAKA Wartono. (2003). Strategi Belajar Mengajar Fisika. Malang: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UNM. Marusic, Mirko, dan Slisko, Josip. (2012). Effect of Two Different Types of Physics Learning on The Result of CLASS Test. Physics Education Research.8, 1-12. Muna, Z, Sukisno, M, dan Yulianto, A. (2009). “Pengajaran Pokok Bahasan Pesawat Sederhana dengan Metode Eksperimen pada Siswa Sekolah Dasar”. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 5, 8-13. Rahman, T. (2012). Bahan Ajar Biologi Metodologi Pembelajaran SMP/SMA. Bandung : UPI. Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito. Mar’at. (1982). Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya. Jakarta: Ghalia Indonesia.