PENGARUH PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN NYERI DISMINOREA PADA MAHASISWI TINGKAT II AKBID GRIYA HUSADA SURABAYA Rachel Dwi Wilujeng* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.110 Surabaya Email :
[email protected] ABSTRAK Pendahuluan : Dismenorea adalah nyeri kram (tegang) didaerah perut mulai terjadi pada 24 jam sebelum terjadi perdarahan haid dapat bertahan selama 24-36 jam meskipun beratnya hanya berlangsung 24 jam pertama. Akibat dismenorea berlebihan dan tidak tertangani secara tepat dapat menyebabkan penderita tidak berdaya dalam menahan nyerinya tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah teknik relaksasi nafas dalam berpengaruh terhadap penurunan nyeri haid (dismenorea) pada mahasiswa tingkat II Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya Tahun 2015. Metode : Penelitian ini menggunakan metode pre eksperimen one group pre and post. Populasi yang diteliti adalah semua mahasiswa tingkat II program studi D-III Kebidanan Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya Tahun 2015 yang mengalami nyeri haid (dismenorea) yaitu sejumlah 23 mahasiswa dengan teknik pengambilan sampel menggunakan “Purposive Sampling” yaitu 16 mahasiswa. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar kuesioner. Hasil uji normalitas wilcoxon menunjukan bahwa pvalue<α (,001 <0,05). Hasil penelitian kemudian dianalisa dengan menggunakan wilcoxon. Hasil : Hasil penelitian yang yang dilakukan menunjukan bahwa sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas dalam sebagian besar responden (62,5%) atau 10 orang mengalami nyeri sedang dan setelah diberikan teknik relaksasi nafas dalam sebagian besar (68,8%) atau 11 orang dari responden sudah tidak mengalami nyeri. Diskusi : Diharapkan responden dapat menerapkan metode penanganan non farmakologis yaitu teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri haid (dismeonorea). Kata Kunci : Teknik Relaksasi Nafas Dalam Nyeri Haid (Disminorea) PENDAHULUAN Dalam kehidupannya, seorang wanita akan mengalami berbagai tahapan mulai dari masa kanak-kanak, remaja, dewasa hingga tua. Puncak dari serangkaian perubahan tersebut adalah mulainya seorang remaja putri mengalami menstruasi. Menstruasi adalah perdarahan uterus yang terjadi secara siklik dan dialami oleh sebagian besar wanita usia reproduksi, (Errol Norwitz dkk, 2008). Walaupun menstruasi datang setiap bulan, banyak wanita yang mengalami ketidaknyamanan fisik atau merasa tersiksa saat menjelang atau selama haid berlangsung. Salah satu ketidaknyamanan fisik pada saat menstruasi adalah nyeri haid atau yang biasa disebut dismenorea. Dismenoreaadalah nyeri kram (tegang) yang dirasakan di daerah perut bagian bawah tetapi dapat menjalar kepunggung atau permukaan dalam paha. Sifat dan derajat nyeri ini bervariasi mulai dari ringan sampai berat.(Hendrik, 2011) Nyeri pada dismenorea disebabkan oleh kontraksi otot rahim yang berlebihan. Untuk
mengatasi dismenorea dapat dilakukan secara farmakologis dan non farmakologis dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan yang lazim untuk meredakan nyeri menstruasi dan secara non farmakologis salah satunya dapat dilakukan dengan teknik reklasasi nafas dalam. Menurut data dari WHO didapatkan kejadian sebesar 1.769.425 jiwa (90%) wanita yang mengalami dismenorea dengan 10-15% mengalami dismenonerea berat. Di Indonesia angka kejadian dismenorea sebesar 107.673 (64,25%), yang terdiri dari 59,671 jiwa (54,89%) mengalami dismenorea primer dan 9.496 jiwa (9,36%) mengalami dismenorea sekunder (info sehat, 2010). Di jawa timur jumlah remaja putri yang reproduktif yaitu berusia 10-24 tahun adalah sebesar 56.565 jiwa (1,07% hingga 1,31%) (BPS Provinsi Jawa Timur, 2010). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang diperoleh dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti kepada mahasiswa tingkat II program studi (D-III) Kebidanan di 35
Akbid Griya Husada Surabaya pada bulan Agustus 2015. Dari 34 orang yang mengalami nyeri haid sejumlah 23 orang. Diantaranya yang mengalami nyeri haid ringan 7 (30%) orang, yang mengalami nyeri haid sedang sejumlah 9 (39%) orang, yang mengalami nyeri haid berat sejumlah 7 (30%), dan yang tidak megalami nyeri haid sejumlah 11 (47%) orang. Mereka yang mengalami nyeri haid mengatakan bahwa nyeri haid yang mereka alami kurang dari dua hari namun cukup mengganggu aktivitas rutin yang dilakukan. Hal ini menunjukan bahwa masih banyaknya mahasiswa yang mengalami dismenorea hingga mengganggu aktivitas. Dismenorea terjadi akibat endometrium mengandung prostaglandin dalam jumlah besar maka dengan banyaknya prostaglandin akan menyebabkan kontraksi miometrium yang kuat dan mampu menyempitkan pembuluh darah yang menyebabkan iskemia, disintegrasi endometrium, perdarahan dan nyeri (Geri Morgan dkk, 2009). Nyeri ini dapat berlangsung 1-2 hari jarang melebihi 72 jam. Gejala sistemik yang menyertai berupa mual, diare, sakit kepala dan perubahan emosional, (Price, 2005). Faktor penyebab dari dismenorea primer ada beberapa faktor peranan antara lain : faktor endokrin, faktor kelainan organik, faktor kejiwaan atau gangguan psikis, faktor konsitusi (ketahanan terhadap nyeri), dan faktor alergi (Bobak, 2004). Dismenorea sekunder disebabkan oleh kondisi patologik yang teridentifikasi di uterus, tuba, ovarium, atau pada peritoneum pelvis. Nyeri ini terasa saat proses patologik tersebut megubah tekanan didalam atau disekitar pelvis, mengubah atau membatasi aliran darah, atau menyebabkan iritasi di peritoneum pelvis (Smith, 2003). Dampak yang timbul dari dismenorea adalah banyak wanita yang terpaksa beristirahat atau berakibat pada menurunnya kinerja dan berkurangnya aktivitas sehari-hari (bahkan membuat tidak berdaya) (Proverawati & Misorah, 2009). Ada beberapa cara dalam penanganan nyeri haid (dismenorea) diantaranya yaitu obatobatan, relaksasi nafas dalam, hipnoterapi, dan alternatif pengobatan lain. Salah satunya adalah dengan cara melakukan Deep Breathing Relaxation (relaksasi nafas dalam) dengan cara ini diharapkan untuk menurunkan tingkat nyeri. Terapi pernafasan menggunakan segala jenis pola pernafasan untuk merelaksasi, memperkuat, atau membuka jalur emosional, dengan
menggunakan terapi relaksasi nafas dalam ini bertujuan agar klien dapat menunjukkan penurunan kecemasan dan ketegangan dari hasil intervensi relaksasi (Potter & Perry, 2011). Dengan metode relaksasi nafas dalam ini dapat untuk mengatasi nyeri dan sakit saat menstruasi caranya adalah dengan menenangkan pikiran. Tinggalkan sejenak segala masalah. Ambil nafas dalamdalam, tahan selama lima detik, lalu hembuskan `secara perlahan-lahan hingga habis (Laila, 2011). Dengan data yang didapatkan, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Nyeri Dismenorea Pada Mahasiswi Tingkat II D-III Kebidanan di Akbid Griya Husada SurabayaTahun 2015”. METODE PENELITIAN Jenis penelitian pre-experiment dengan pendekatan one group pre and post testdesign yaitu kelompok subyektif diberikan kuesioner sebelum dilakukan intervensi, dan kuesioner diberikan lagi setelah intervensi. Praexperimental design dengan jenis one group pretest-posttest design. Populasinya semua mahsiswi tingkat II di akbid Griya Husada Surabaya sebanyak 56 mahasiswa dengan perhitungan besar sampel ditentukan sebanyak 16 mahasiswi. Penelitian ini dilaksanakan di ruang Lidia Akbid Griya Husada Surabaya pada bulan Oktober – November 2015. HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden BerdasarkanUmur Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Pada Mahasiswa Tingkat II Akbid Griya Husada Surabaya Usia 16-18 tahun 19-21 tahun
Frekuensi 3 13
Presentase (%) 18,8 81,3
Jumlah
16
100,0
Sumber : Data Primer Penelitian (2015)
Berdasarkan tabel 1 dapat diinterprestasikan bahwa hampir seluruh (81,2 %) berada pada rentang usia respondenyaitu sebanyak 13 responden. Karakteristik Responden Berdasarkan Penanganan Nyeri Haid (Dismenorea) 36
Tabel
2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penanganan Nyeri Haid (Dismenorea) Pada Mahasiswa Tingkat II Akbid
GriyaHusada Surabaya Penanganan Nyeri haid (dismenorea) Menggunakan obat-obatan Tidur Tidak melakukan apa-apa Jumlah
Frekuensi
Presentase (%)
5
31,3
7 4
43,8 25,0
16
Lama menstruasi 100,0
Sumber : Data Primer Penelitian (2015)
Berdasarkan tabel 2 dapat diinterprestasikan bahwa hampir setengahnya (43,8%) melakukan penananganan nyeri haid dengan cara tidur yaitu sebanyak 7 responden. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Menarche Tabel 3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Menarche Pada Mahasiswa Tingkat II Akbid Griya Husada Surabaya Usia menarche
Frekuensi
Presentase (%)
10-13 tahun 14-17 tahun 18-21 tahun
11 4 1
68,8 25,0 6,3
Jumlah
16
100,0
Sumber:Data Primer Penelitian (2015)
Berdasarkan tabel 3 dapat diinterprestasikan bahwa sebagian besar (68,8%)dariresponden usia menarche yaitu sebanyak 11 responden. Karakteristik Responden Berdasarkan Siklus Menstruasi Tabel 4 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan siklus menstruasi pada Mahasiswa tingkat II Akbid Griya Husada Surabaya Siklus menstruasi
Frekuensi
Presentase (%)
Siklus pendek ( < 21 hari) Siklus normal (28-35 hari) Siklus panjang ( > 35 hari) Jumlah
3 9
18,8 56,3
4
25,0
16
100,0
Sumber:Data Primer Penelitian (2015)
Berdasarkan tabel 4 dapat diinterprestasikan sebagaian besar (56,2%) dariresponden siklus menstruasi yaitu sebanyak 9 responden. KarakteristikResponden Berdasarkan Lama Menstruasi Tabel 5 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menstruasi Pada Mahasiswa Tingkat II Akbid Griya Husada Surabaya Frekuensi
Presentase (%)
4 hari 5 hari 5 hari 6 hari
2 3 5 6
12,5 18,8 31,3 37,5
Jumlah
16
100,0
Sumber:Data Primer Penelitian (2015)
Berdasarkan tabel 5 dapat diinterprestasikan bahwa hampir setengahnya (31,3%) memiliki lama menstruasi 7 hari yaitusebanyak 6 responden. Nyeri Hiad (Dismenorea) Yang Dirasakan Sebelum Dilakukan Teknik Relaksasi Nafas Dalam Pada Mahasiswa Tingkat II Akbid Griya Husada. Tabel 6 Distribusi responden berdasarkan nyeri haid (dismenorea) sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas dalam pada Mahasiswa tingkat II Akbid Griya Husada Surabaya Sebelum diberikan teknik relaksasi nafas dalam Nyeri ringan Nyeri sedang Jumlah
Frekuensi
Presentase (%)
6 10
37,5 62,5
16
100,0
Sumber:Data Primer Penelitian (2015)
Berdasarkan tabel 6 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar responden (62,5%) sebelum diberikan teknik relaksasi nafas dalam mengalami nyeri sedang. Nyeri Haid (Dismenorea) Yang Dirasakan Setelah Dilakukan Teknik Relaksasi Nafas Dalam Pada Mahasiswa Tingkat II Akbid Griya Husada Tabel 7 Distribusi responden berdasarkan nyeri haid (dismenorea) setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam pada
37
Mahasiswa tingkat II Akbid Griya Husada Surabaya Setelah diberikan teknik relaksasi nafas dalam Tidak nyeri Nyeri ringan Jumlah
Frekuensi
Presentase (%)
11 5
68,8 31,3
16
100,0
Berdasarkan tabel 7 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar responden (68,8%) setelah diberikan teknik relaksasi nafas dalam sudah tidak mengalami nyeri PengaruhPemberianTeknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Nyeri Haid (Dismenorea) Pada Mahasiswa Tingkat II Akbid Griya Husada Surabaya Tahun 2015
Sumber:Data Primer Penelitian (2015)
Tabel 8 Pengaruh Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Nyeri (Dismenorea) Pada Mahasiswa Tingkat II Akbid Griya Husada Surabaya Setelah pemberian teknik relaksasi nafas TidakNyeri NyeriRingan 4 2 NyeriRingan 25,0% 12,5% Sebelumpemberianteknikrel aksasinafas 7 3 NyeriSedang 43,8% 18,8% 11 5 Total 68,8% 31,2% pvalue = ,001 α = 0,05
Total
6 37,5% 10 62,5% 16 100,0%
Sumber:Data Primer Penelitian (2015)
Berdasarkan tabel 8 diatas dapat diinterpertasikan bahwa (68,8%) atau 11 orang responden yang sudah diberikan teknik relaksasi nafas dalam yaitu sudah tidak mengalami nyeri, Sedangkan sebagian kecil dengan nyeri ringan (13,3%) atau 5 orang responden. Pada uji normalitas shapiro wilk pemberian teknik relaksasi nafa dalam sebelum dan sesudah pemberian teknik relaksasi nafas dalam 0,000 dan 0,000 maka uji normalitas sebaran dapat disimpulkan pada pvalue>α dengan α = 0,05 sehingga, sebaran data tidak normal dan dapat digunakan uji parametrik dengan uji wilcoxon signed rans test. Berdasarkan uji statistic Wilcoxon maka diperoleh maka pvalue ,001 maka nilai pvalue<α (,001<0,05). Hal ini berarti (H0) ditolak dan (H1) diterima. Jadi kesimpulannya didapatkan bahwa ada pengaruh pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri haid (dismenorea) pada Mahasiswa Tingkat II Akbid Griya Husada PEMBAHASAN Kejadian Nyeri Haid (Dismenorea) Sebelum Diberikan Teknik Relaksasi Nafas Dalam Pada Mahasiswa Tingkat II Akbid Griya Husada Surabaya. Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan hasil responden yang mengalami nyeri haid
(dismenorea) sebelum diberikan teknik relaksasi nafas dalam bahwa sebagian besar responden (62,5%) atau 10 orang dari responden sebelum diberikan teknik relaksasi nafas dalam mengalami nyeri sedang, dikarenakan sebagian besar responden mengatasi nyeri haidnya dengan tidur artinya kondisi responden membutuhkan penanganan untuk mengurangi nyeri haid sehingga tidak adanya penurunan kinerja dan berkurangnya aktivitas sehari-hari. Secara teori penyebab nyeri berasal dari otot rahim. Seperti semua otot lainnya, otot rahim dapat berkontraksi dan relaksasi. Kontraksi yang lebih kuat adalah akibat dari prostaglandin (Proverawati, 2009). Didapatkan hasil penelitian, pada mahasiswa tingkat IIAkbid Griya Husada Surabaya hampir seluruh responden mengalami nyeri sedang. Jika dihubungkan dengan usia responden 18-21 tahun. Ini sejalan dengan penadapat Bobak at al (2004) bahwa dismenoreamerupakan salah satu masalah ginekologi yang paling umum dialami wanita dari berbagai tingkat usia. Jika dihubungan dengan penanganan nyeri haid yang dilakukan oleh responden hampir setengahnya responden (43,8%)atau 7 orang mengatasi nyeri haidnya dengan tidur. Hal ini sejalan dengan pendapat Junizar ( 2001) Dismenorea adalah nyeri haid yang sedemikian hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidup sehari-hari untuk 38
beberapa jam atau beberapa hari. Sehingga dengan melakukan dengan melakukan teknik relaksasi nafas dalam pada responden diharapkan nyeri menstruasinya dapat berkurang. Jika dihubungkan dengan usia menarche sebagian besar responden (68,8%) atau 11 orang berusia 10-13 tahun. Hal ini sejalan dengan pendapat Bare dan Smeltzer (2002) Menarche lebih awal menyebabkan alatalat reproduksi belum berfungsi secara optimal dan belum siap untuk mengalami perubahan sehingga timbul nyeri saat menstruasi. Jika dihubungkan dengan lamanya menstruasi hampir setengah responden (37,5%) atau 6 orang mengalami menstruasi selama 7 hari. Hal ini sejalan dengan pendapat Bare & Smeltzer (2002) yaitu Menstruasi yang lebih dari normal (7hari), akanmengakibatkan uterus lebihseringberkontraksi, dansemakinbanyak prostaglandin yang dikeluarkan.Prostaglandin yang berlebihanmenimbulkan rasa nyeri, sedangkankontraksi uterus yang terusmenerusmenyebabkansuplaidarahke uterus terhentidanterjadidismenorea. Jika dihubungkan dengan nyeri menstruasi yang dirasakan bahwa sebagian besar (62,5%) atau 10 orang dari responden yang mengalami nyeri sedang. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Proverawati & Misorah (2009) bahwa Sebelum menstruasi terjadi zat ini meningkat dan saat menstruasi terjadi kadar prostaglandin menurun. Menurut pendapat peneliti dari 16 responden didapatkan 10 responden yang mengalami nyeri sedang, dan 6 responden yang mengalami nyeri ringan, dikarenakan sebagian besar responden mengatasi nyeri haidnya dengan tidur artinya kondisi responden membutuhkan penanganan untuk mengurangi nyeri haid sehingga tidak adanya penurunan kinerja dan berkurangnya aktivitas sehari-hari. Hal ini disebabkan karena meningkatnya prostaglandin di miometrium. Prostaglandin yang berlebihan menimbulkan rasa nyeri sedangkan kontraksi uterus yang terus menerus menyebabkan suplai darah ke uterus terhenti sehingga memicu terjadinya dismenorea. Kejadian Nyeri Haid (Dismenorea) Setelah Diberikan Teknik Relaksasi Nafas Dalam Pada Mahasiswa Tingkat II Akbid Griya Husada Surabaya Berdasarkan tabel 7 didapatkan hasil responden yang mengalami nyeri haid (dismenorea) sesudah diberikan teknik relaksasi nafas dalam sebagian besar (68,8%) atau 11
orang dari responden sudah tidak mengalami nyeri. Menurut teori Smeltzer & Bare ( 2002) teknik relaksasi nafas dalam Dengan merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang disebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga meningkatkan terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah kedaerah yang mengalami spasme dan iskemik. Teknik relaksasi nafas dalam mampu merangsang tubuh untuk melepaskan endogen yaitu endorphin dan enkefalin. Prinsip yang mendasari penurunan nyeri oleh teknik relaksasi terletak pada fisiologi system saraf otonom yang merupakan bagian dari system saraf perifer yang mempertahankan sistem homeostatis lingkungan internal individu. Menurut pendapat peneliti bahwa dari 16 responden yang sudah diberikan teknik realsasi nafas dalam didapatkan 11 orang responden sudah tidak mengalami nyeri, sedangkan sebagian kecil dengan nyeri ringan ada 5 orang responden. Kesuksesan teknik realaksasi nafas dalam yang dilakukan secara optimal mampu menurunkan nyeri haid (dismenorea) sehingga responden mampu melakukan aktivitas seharihari dan meningkatkan kinerja dengan baik. Pengaruh Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Nyeri Haid (Disemenorea) Pada Mahasiswa Tingkat II Akbid Griya Husada Surabaya. Berdasarkan tabel 8 di atas dapat diinterpretasikan bahwa 11 orang responden yang sudah diberikan teknik relaksasi nafas dalam mempunyai tingkat nyeri (68,8%) yaitu tidak ada nyeri. Sedangkan sebagian kecil dengan nyeri nyeri ringan (13,3%) atau 5 orang responden. Berdasarkan uji statistic dengan uji Wilcoxon berpasangan didapatkan negative ranksnya 14 artinya sebanyak 14 responden yang mengalami penurunan nyeri dan ties 2 artinya 2 orang responden tidak mengalami perubahan maka diperoleh pvalue ,001 maka nilai pvalue<α (,001< 0,05). Hal ini berarti (H0) ditolak dan (H1) diterima. Jadi kesimpulannya didapatkan bahwa ada pengaruh pemberian teknik relaksasi nafas dalam pada Mahasiswa Tingkat II Akbid Griya Husada Surabaya. Menurut Smeltzer & Bare (2002) teknik relaksasi nafas dalam dapat dipercaya dapat menurunkan intensitas nyeri melalui mekanisme yaitu : Dengan merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang disebabkan oleh 39
peningkatan prostaglandin sehingga meningkatkan terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah kedaerah yang mengalami spasme dan iskemik. Teknik relaksasi nafas dalam mampu merangsang tubuh untuk melepaskan endogen yaitu endorphin dan enkefalin. Mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat. Relaksasi melibatkan system otot dan respires sehingga tidak membutuhkan alat lain dan mudah dilakukan sewaktu-waktu atau kapan saja. Prinsip yang mendasari penurunan nyeri oleh teknik relaksasi terletak padafisiologi system saraf otonom yang merupakan bagian dari system saraf perifer yang mempertahankan system homeostatis lingkungan internal individu. Menurut pendapat peneliti, pada hasil penelitian yang dilakukan di Akbid Griya HusadaD-III kebidanan semeter II sejalan dengan penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini tingkat nyeri haid (dismenorea) berkurang setelah diberikan teknik relaksasi nafas dalam. Dikarenakan relaksasi nafas dalam memberikan rasa nyaman bagi responden yang sedang mengalami nyeri serta dapat mengurangi atau menurunkan sensasi nyeri. KeterbatasanPenelitian Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam penelitian (Nursalam, 2003). Adapun keterbatasan yang dihadapi peneliti dalam penelitian ini adalah Perlakuan teknikrelaksasinafasdalam 5-10 menit sebanyak 3 kali dalam selang waktu minimal 3 jam pengukuran kembali selama 20 menit setelah melakukan teknik relaksasi nafas dalam tetapi dalam pelaksanaannya memiliki keterbatasan waktu dimana peneliti hanya memberikan perlakuan pada 3 jam pertama saja, selanjutnya responden melakukan relaksasi nafas dalam secara mandiri. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sebagian besar mahasiswa Tingkat II Akbid Griya Husada Surabaya. Sebelum diberikan teknik relaksasi nafas dalam yaitu nyeri sedang apabila sudah diberikan teknik relaksasi nafas dalam mengalami penurunan yaitu tidak ada nyeri. Ada pengaruh pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri haid (disminorhea)
Saran Mengingat pentingnya mengetahui pengaruh pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri haid (dismenorea) sehinngga didapatkan hasil yang lebih berguna guna mengurangi kejadian nyeri haid (dismenorea) DAFTAR PUSTAKA Arikunto (2006) Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta Andarmoyo (2013). Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Jakarta: EGC Bobak. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas (Edisi Keempat). Jakarta: EGC Baziad, Ali & Prabowo (2003). Buku Ilmu Kandungan. Jakarta : EGC Dewi, s. (2003). Tingkat Pengetahuan Tentang Menstruasi Pada Siswi SLTP KelasI Desa dan Kota di Propinsi Riau. Karya Tulis Ilmiah: Yogyakarta. Errol Norwitz & Jhon Schorge (2008) Mengatasi Gangguan Menstruasi. Jogjakarta Ernawati, Hartiti, T., & Hadi, T. (2010). Terapirelaksasi terhadap nyeri dismenore padamahasiswi Universitas MuhammadiyahSemarang. Prosiding Seminar Nasional.UNIMUS. French L.(2005). Dysmenorhea american family physician. Guyton, Hall. (1997). Buku Ajar Fisologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta : EGC Grenspan (1998). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga Hendrik. (2011). Teknik Mengurangi Rasa Nyeri. Yogyakarta: Cendikia Press. Heitkemper & Dirksen. (1991). Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi 3 Junizar G, Sulianingsih and widya. K.D. (2001). PengobatanDismenore Secara Akupuntur Judha, M. Dkk (2012). Teori Pengukuran Nyeri Dan Nyeri Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika Kurnianingsih (2009) Buku Ajar; Keperawatan Pedeatrik. Edisi 6 Laila, Nur Najmi. (2011).Buku Pintar Menstruasi. Jakarta: Buku Biru 40
Manuaba. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC Miltenberger (2004). Buku Progressive Relaxation.Chicago University Press Megawati, Ginna. (2006). Bahaya Mengintai Wanita Perokok. Pikiran Rakyat Moh Nasir . (1999) Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia Nursalam(2008).Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika Ns. Eni Kuyati Dkk (2006) Perbandingan Metode Relaksasi: Guide Imagery Dan Nafas. Potter & Perry. (1997).Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses Dan Praktek, Volume 2, Edisi 4. Jakarta: EGC Price (2005). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC Proverawati & Misaroh. (2009). Menarche : Menstruasi Pertama Penuh Makna, Yokgyakarta : Nuha Medika. Priyani, Ni Putu Ani (2009) Buku Ajar Keperawatan Maternitas Metode Penelitian Kebidanan Dan Analisis Rahayuningrum, C.D. (2012). Perbedaan Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Dengan Kompres Hangat Dalam Menurunkan Dismenore Pada Remaja SMA Negeri 3 Padang. Penelitian Keperawatan Maternitas. Fakultas keperawatan universitas andalas padang . Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Buku ajar keperawatan medikal-bedah Brunner &Suddarth. Jakarta: EGC. Sarwono prihardjo. (2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina. Taufan Nugroho (2014) . Buku Ajar Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika Wiknjosastro, Hanifa. (2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan BinaPustaka Sarwono Prawirohardjo Wiknjosastro, Hanifa (2005). Ilmu Kandungan.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Jakarta
41