PENGARUH NAUNGAN TEGAKAN POHON TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS BEBERAPA TANAMAN SAYURAN INDIGENOUS
Oleh RINA EKAWATI A24054344
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
PENGARUH NAUNGAN TEGAKAN POHON TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS BEBERAPA TANAMAN SAYURAN INDIGENOUS
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh: Rina Ekawati A24054344
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN RINA EKAWATI. Pengaruh Naungan Tegakan Pohon terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Beberapa Tanaman Sayuran Indigenous. (Dibimbing oleh ANAS D. SUSILA dan JUANG GEMA KARTIKA). Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh naungan tegakan pohon terhadap pertumbuhan dan produktivitas beberapa tanaman sayuran indigenous. Percobaan dilaksanakan di Vegetable Garden, University Farm, Darmaga, Bogor mulai Februari 2009 hingga Juni 2009. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktor tunggal dengan 2 taraf naungan : naungan (N1) dan tanpa naungan (N0) dengan 4 ulangan masing-masing untuk 10 spesies tanaman sayuran indigenous sehingga kombinasi perlakuan menghasilkan 80 satuan percobaan pada luasan lahan 600 m2. Ukuran bedeng untuk setiap spesies tanaman sayuran indigenous adalah 5 m x 1.5 m dan jarak antar bedeng 60 cm. Bahan tanaman yang digunakan adalah 10 spesies tanaman sayuran indigenous: Kenikir (Cosmos caudatus), Kemangi (Ocimum americanum), Beluntas (Pluchea indica), Pohpohan (Pilea trinervia), Daun Ginseng (Talinum triangulare), Kedondong Cina (Nothopanax fruticosum), Mangkokan (Nothopanax scutellarium), Terubuk (Saccharum edule), Sambung Nyawa (Gynura procumbens), Katuk (Sauropus androgynus). Benih kenikir dan kemangi disemai pada tray semai selama 3 minggu. Bahan tanaman lainnya diperbanyak dengan cara stek batang. Jarak tanam yang digunakan untuk tanaman beluntas, kenikir, kemangi, poh pohan, terubuk, dan mangkokan adalah 50 cm x 25 cm; jarak tanam untuk tanaman katuk, daun ginseng, sambung nyawa, dan kedondong cina adalah 50 cm x 20 cm. Hasil
percobaan
menunjukkan
bahwa
naungan
meningkatkan
pertumbuhan yang lebih baik terhadap variabel pertumbuhan tanaman daun ginseng (tinggi, panjang daun, lebar daun, dan panjang cabang), sambung nyawa (diameter, panjang daun, lebar daun, dan panjang tangkai daun), katuk (panjang dan lebar daun), jumlah daun kenikir, diameter tanaman kemangi dan pohpohan (tinggi tanaman, diameter batang, panjang dan lebar daun, jumlah cabang, dan
panjang cabang) daripada perlakuan tanpa naungan. Naungan memberikan persentase edible part total tanaman kedondong cina, kenikir, kemangi dan pohpohan di lahan naungan yang lebih baik dibandingkan dengan lahan tanpa naungan. Produktivitas tanaman daun ginseng dan pohpohan di lahan ternaungi lebih tinggi dibandingkan dengan lahan terbuka. Produktivitas tanaman daun ginseng di lahan ternaungi dan terbuka berturut-turut adalah 2.620.00 kg/ha dan 1.861.30 kg/ha, sedangkan produktivitas tanaman pohpohan di lahan terbuka berturut-turut adalah 360.50 kg/ha dan 66.80 kg/ha. Naungan juga memberikan hasil yang lebih baik terhadap variabel bobot basah dan kering total per tanaman daun ginseng, sambung nyawa, dan pohpohan. Bobot basah dan kering total per tanaman tersebut pada lahan ternaungi lebih tinggi daripada di lahan tanpa naungan. Tanaman kedondong cina, daun ginseng, katuk, sambung nyawa, kenikir, kemangi dan pohpohan berpotensi untuk dikembangkan pada lahan dengan kondisi intensitas cahaya rendah (lahan ternaungi) dengan kisaran intensitas cahaya 90.23 – 272.85 Watt/m2.
Judul
:PENGARUH NAUNGAN TEGAKAN POHON TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN
PRODUKTIVITAS
BEBERAPA
TANAMAN SAYURAN INDIGENOUS Nama
: Rina Ekawati
NIM
: A24054344
Menyetujui, Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Dr. Ir. Anas D. Susila, MSi
Juang Gema Kartika, SP
NIP. 19621127 198703 1 002
NIP. 19810701 200501 2 005
Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr NIP. 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus:…………………
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Madiun, Propinsi Jawa Timur pada tanggal 14 Oktober 1987. Penulis merupakan anak pertama dari Bapak Sabar dan Ibu Sirepawati. Tahun 1999 penulis lulus dari SD Negeri Klegen 02 Madiun, kemudian pada tahun 2002 penulis menyelesaikan studi di SLTP Negeri 4 Madiun. Selanjutnya, penulis lulus dari SMU Negeri 3 Madiun pada tahun 2005. Tahun 2005 penulis diterima di IPB melalui jalur SPMB. Selanjutnya, tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Tahun 2009 penulis menjadi asisten mata kuliah Dasar-Dasar Hortikultura. Penulis juga aktif di berbagai organisasi mahasiswa. Tahun 2007 pernah menjabat sebagai sekretaris I Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Madiun, PASMAD. Tahun 2008 penulis menjadi Bendahara I OMDA Madiun. Tahun 2008/2009 menjadi Sekretaris I Himpunan Mahasiswa Agronomi Fakultas Pertanian IPB. Tahun 2008 penulis juga aktif dalam kegiatan Festival Tanaman XXIX dan menjabat sebagai Sekretaris I. Saat ini penulis menjadi asisten Tim Pengujian Efektivitas Pupuk dan Zat Pengatur Tumbuh Departemen Agronomi dan Hortikultura. Selama menjalankan studi, penulis menerima beasiswa yaitu beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik).
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan hidayah-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Naungan Tegakan Pohon Terhadap
Pertumbuhan
dan
Produktivitas
Beberapa
Tanaman
Sayuran
Indigenous” ini dilaksanakan terdorong oleh keinginan untuk mengetahui pengaruh naungan tegakan pohon terhadap pertumbuhan dan produkivitas beberapa tanaman sayuran indigenous. Penelitian ini dilaksanakan di Vegetable Garden, University Farm, IPB, Darmaga, Bogor. Ucapan terimakasih dan penghargaan tak luput penulis sampaikan kepada: 1. Ayah, ibu dan adik Yudha tercinta serta seluruh keluarga besar penulis atas doa, dukungan, motivasi, serta kasih sayangnya kepada penulis. 2. Dr. Ir. Anas D. Susila, M.Si dan Juang Gema Kartika, SP selaku dosen pembimbing atas kesabaran dan keikhlasan dalam memberikan bimbingan ilmu dan nasehat kepada penulis selama pelaksanaan penelitian. 3. Dr. Ir. Anas D. Susila, M.Si selaku pembimbing akademik atas arahan dan bimbingan ilmu yang diberikan kepada penulis. 4. Dr. Edi Santosa, SP. M.Si selaku dosen penguji atas kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan penulisan skripsi ini. 5. Seluruh teknisi kebun yang telah membantu penulis selama pelaksanaan kegiatan penelitian. 6. Saudari seperjuangan dari satu bimbingan, Diah ”Mbok” Setyowati dan Ari ”Ai” Purwanti yang selalu memberikan motivasi dan semangat. 7. Sahabat-sahabatku: Dewi Pramita, Indra Imoet, Rea, Ima, Mila, Aci, Hida, Siko, Amoy, Fefin, Muti, Dendih, Rifqi, Warno, Ady, Abdul, Rohim serta teman-teman seperjuangan di Departemen Agronomi dan Hortikultura angkatan 42 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. 8. Keluarga besar As-Shohwah angkatan 42: Ais, Mia, Iin, Tyas, Silla, Dini, Vivit, Tika, dan Fitri atas bantuan moral dan spiritualnya. 9. Keluarga besar “Pasmad Madiun”: Ribut, Meike, Rois, Uul, Rendra, Lia, dan lainnya yang penulis tidak bisa sebutkan satu per satu.
10. Mbak Nurin Andria Satya dan Mas Tri Yulianto Hari Prabowo atas dukungan dan doa restunya kepada penulis. 11. Seseorang yang selalu memberikan doa, kasih sayang, semangat, nasihat dan membuat penulis lebih positif, Nuris Gusharia Satya.
Akhirnya, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan menjadi sumber inspirasi bagi penulis, juga bagi semua pihak yang memerlukannya.
Bogor, Desember 2009
Penulis
DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN ........................................................................................ 1 Latar Belakang ............................................................................................. 1 Tujuan ........................................................................................................... 3 Hipotesis........................................................................................................ 3 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) .............................................................. Kemangi (Ocimum americanum) .................................................................. Beluntas (Pluchea indica (L) Less.).............................................................. Mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr.) ............................................. Terubuk (Saccharum edule Hasskarl.) .......................................................... Pohpohan (Pilea trinervia Wight.)................................................................ Daun Ginseng (Talinum triangulare (Jacq.) Willd.)..................................... Katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) ..................................................... Kedondong Cina (Nothopanax fruticosum) .................................................. Sambung Nyawa (Gynura procumbens) ....................................................... Pengaruh Naungan ........................................................................................
4 4 5 5 6 7 8 8 9 10 11 12
BAHAN DAN METODE ............................................................................. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................................... Bahan dan Alat ............................................................................................. Metode Penelitian ......................................................................................... Pelaksanaan Penelitian .................................................................................. Pengamatan ..................................................................................................
14 14 14 14 15 17
HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... Kondisi Umum Percobaan ............................................................................ Hasil .............................................................................................................. Mangkokan (Nothopanax scutellarium) ......................................... Beluntas (Pluchea indica (L.) Less.)............................................... Kedondong Cina (Nothopanax fruticosum) .................................... Daun Ginseng (Talinum triangulare) ............................................. Katuk (Sauropus androgynus) ........................................................ Sambung Nyawa (Gynura procumbens) ......................................... Kenikir (Cosmos caudatus) ............................................................. Kemangi (Ocimum americanum) .................................................... Pohpohan (Pilea trinervia).............................................................. Terubuk (Saccharum edule Hasskarl.) ............................................ Pembahasan ...................................................................................................
20 20 22 22 22 34 34 45 45 56 56 67 67 75
KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................
79
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
80
LAMPIRAN ..................................................................................................
83
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Rata-rata Intensitas Cahaya di Lahan Percobaan .............................
21
2.
Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan Tanaman Mangkokan ..
24
3.
Pengaruh Naungan terhadap Bobot Basah, Bobot Kering dan Kadar Air Per Tanaman Mangkokan ...............................................
26
Pengaruh Naungan terhadap Bobot Basah, Bobot Kering dan Kadar Air Per Petak Mangkokan .....................................................
27
Pengaruh Naungan terhadap Persentase Edible Part dan Produktivitas Tanaman Mangkokan.................................................
28
6.
Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan Tanaman Beluntas .......
29
7.
Pengaruh Naungan terhadap Bobot Basah, Bobot Kering dan Kadar Air Per Tanaman Beluntas.....................................................
31
Pengaruh Naungan terhadap Bobot Basah, Bobot Kering dan Kadar Air Per Petak Beluntas...........................................................
32
Pengaruh Naungan terhadap Persentase Edible Part dan Produktivitas Tanaman Beluntas ......................................................
33
Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedondong Cina...... ............................................................................................
35
Pengaruh Naungan terhadap Bobot Basah, Bobot Kering dan Kadar Air Per Tanaman Kedondong Cina .......................................
37
Pengaruh Naungan terhadap Bobot Basah, Bobot Kering dan Kadar Air Per Petak Kedondong Cina .............................................
38
Pengaruh Naungan terhadap Persentase Edible Part dan Produktivitas Tanaman Kedondong Cina ........................................
39
Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan Tanaman Daun Ginseng.............................................................................................
40
Pengaruh Naungan terhadap Bobot Basah, Bobot Kering dan Kadar Air Per Tanaman Daun Ginseng............................................
42
Pengaruh Naungan terhadap Bobot Basah, Bobot Kering dan Kadar Air Per Petak Daun Ginseng..................................................
43
4.
5.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Pengaruh Naungan terhadap Persentase Edible Part dan Produktivitas Tanaman Daun Ginseng .............................................
44
18.
Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan Tanaman Katuk............
46
19.
Pengaruh Naungan terhadap Bobot Basah, Bobot Kering dan Kadar Air Per Tanaman Katuk .........................................................
48
Pengaruh Naungan terhadap Bobot Basah, Bobot Kering dan Kadar Air Per Petak Katuk ...............................................................
49
Pengaruh Naungan terhadap Persentase Edible Part dan Produktivitas Tanaman Katuk ..........................................................
50
Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan Tanaman Sambung Nyawa.. ............................................................................................
51
Pengaruh Naungan terhadap Bobot Basah, Bobot Kering dan Kadar Air Per Tanaman Sambung Nyawa .......................................
53
Pengaruh Naungan terhadap Bobot Basah, Bobot Kering dan Kadar Air Per Petak Sambung Nyawa .............................................
54
Pengaruh Naungan terhadap Persentase Edible Part dan Produktivitas Tanaman Sambung Nyawa ........................................
55
26.
Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan Tanaman Kenikir .........
57
27.
Pengaruh Naungan terhadap Bobot Basah, Bobot Kering dan Kadar Air Per Tanaman Kenikir ......................................................
59
Pengaruh Naungan terhadap Bobot Basah, Bobot Kering dan Kadar Air Per Petak Kenikir ............................................................
60
Pengaruh Naungan terhadap Persentase Edible Part dan Produktivitas Tanaman Kenikir .......................................................
61
30.
Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan Tanaman Kemangi .......
62
31.
Pengaruh Naungan terhadap Bobot Basah, Bobot Kering dan Kadar Air Per Tanaman Kemangi ....................................................
64
Pengaruh Naungan terhadap Bobot Basah, Bobot Kering dan Kadar Air Per Petak Kemangi ..........................................................
65
Pengaruh Naungan terhadap Persentase Edible Part dan Produktivitas Tanaman Kemangi ......................................................
66
20.
21.
22.
23.
24.
25.
28.
29.
32.
33.
34.
Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan Tanaman Pohpohan ......
68
35.
Pengaruh Naungan terhadap Bobot Basah, Bobot Kering dan Kadar Air Per Tanaman Pohpohan....................................................
70
Pengaruh Naungan terhadap Bobot Basah, Bobot Kering dan Kadar Air Per Petak Pohpohan..........................................................
71
Pengaruh Naungan terhadap Persentase Edible Part dan Produktivitas Tanaman Pohpohan .....................................................
72
38.
Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan Tanaman Terubuk .........
73
39.
Pengaruh Naungan terhadap Persentase Edible Part dan Produktivitas Beberapa Tanaman Sayuran Indigenous .....................
75
36.
37.
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Lahan Terbuka...................................................................................
84
2. Lahan Ternaungi................................................................................
84
3. Pesemaian Kenikir............................................................................
84
4. Pesemaian Kemangi.... .....................................................................
84
5. Pesemaian Pohpohan ........................................................................
84
6. Pesemaian Katuk ..............................................................................
84
7. Pesemaian Sambung Nyawa ............................................................
84
8. Pesemaian Daun Ginseng .................................................................
84
9. Tanaman Beluntas di Lahan Tanpa Naungan dan Ternaungi ..........
85
10. Tanaman Daun Ginseng di Lahan Tanpa Naungan dan Ternaungi .
85
11. Tanaman Katuk di Lahan Tanpa Naungan dan Ternaungi ..............
85
12. Tanaman Sambung Nyawa di Lahan Tanpa Naungan dan Ternaungi .........................................................................................
85
DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Denah Tata Letak Percobaan.............................................................. 86 2. Contoh Perhitungan Persentase Naungan...........................................
86
3. Hasil Analisis Tanah di Lokasi Percobaan.........................................
87
4. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah.................................................
87
5. Suhu dan Kelembaban Relatif di Lahan Tanpa Naungan..................
88
6. Suhu dan Kelembaban Relatif di Lahan Naungan.............................
88
7. Data Iklim...........................................................................................
88
8. Rekapitulasi Uji F Peubah Panjang Daun Tanaman Beluntas ...........
89
9. Rekapitulasi Uji F Peubah Panjang Daun Tanaman Kedondong Cina ...............................................................................
90
10. Rekapitulasi Uji F Peubah Lebar Daun Tanaman Kedondong Cina .
91
11. Rekapitulasi Uji F Peubah Panjang Tangkai Daun Tanaman Kedondong Cina ...............................................................................
92
12. Rekapitulasi Uji F Peubah Tinggi Tanaman Daun Ginseng .............
93
13. Rekapitulasi Uji F Peubah Panjang Daun Tanaman Ginseng ...........
94
14. Rekapitulasi Uji F Peubah Lebar Daun Tanaman Daun Ginseng .....
95
15. Rekapitulasi Uji F Peubah Panjang Cabang Tanaman Daun Ginseng ....................................................................................
96
16. Rekapitulasi Uji F Peubah Tinggi Tanaman Sambung Nyawa .........
98
17. Rekapitulasi Uji F Peubah Panjang Daun Sambung Nyawa .............
99
18. Rekapitulasi Uji F Peubah Lebar Daun Tanaman Sambung Nyawa
100
19. Rekapitulasi Uji F Peubah Panjang Tangkai Daun Tanaman Sambung Nyawa ............................................................................... 101 20. Rekapitulasi Uji F Peubah Jumlah Daun Tanaman Kenikir ............. 102 21. Rekapitulasi Uji F Peubah Diameter Tanaman Kemangi ................. 103
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia yang termasuk dalam wilayah Asia Tenggara memiliki beberapa keragaman spesies tanaman. Sekitar 1 000 spesies diantaranya adalah tanaman sayuran. Walaupun sekitar 100 spesies dianggap sebagai sayuran utama dan 125 spesies sebagai sayuran pendukung, akan tetapi hanya sekitar 50 spesies sayuran yang memiliki bentuk dan nilai komersial yang tinggi. Sekitar 30 spesies telah diintroduksi dari daerah temperate dan dibudidayakan di dataran tinggi tropika (AVRDC, 2008). Menurut Bermawie (2006), lebih dari 50 jenis telah terinventarisasi
sebagai
sayuran
indigenous
yang
sebelumnya
banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat di pedesaan. Tanaman sayuran merupakan bahan pangan yang cukup penting dalam memenuhi kebutuhan manusia untuk tetap sehat. Tanaman sayuran mengandung zat-zat gizi yang bermanfaat, seperti vitamin (A, B, C, D, E dan K), mineral (Fe, Ca, Zn, Mn dan K), dan serat sehingga keberadaan tanaman sayuran sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi masyarakat. Selama ini, sayuran daun yang kita kenal hanyalah sayuran hijau yang banyak kita jumpai di pasar tradisional dan supermarket, seperti kangkung, bayam, daun pepaya, dan daun singkong. Sebenarnya, masih banyak jenis tanaman sayuran lain yang dimanfaatkan oleh masyarakat yaitu kemangi, kenikir, katuk, beluntas, dan pohpohan. Tanaman sayuran tersebut digolongkan ke dalam sayuran indigenous. Sayuran indigenous adalah sayuran asli daerah yang telah banyak diusahakan dan dikonsumsi sejak zaman dahulu atau sayuran introduksi yang telah berkembang lama dan dikenal masyarakat disuatu daerah tertentu (Kusmana dan Suryadi, 2004). Sebagian
besar
masyarakat
Indonesia
pada
umumnya
hanya
memanfaatkan tanaman sayuran indigenous sebagai tanaman pagar, tanaman penghias pekarangan, dan obat suatu penyakit karena beberapa sayuran indigenous mengandung bahan aktif yang baik untuk kesehatan. Menurut Hermanto (2008), daun tanaman kenikir memiliki aroma yang khas, dikarenakan daun tanaman kenikir mengandung minyak atsiri dan polifenol. Pemanfaatan
2
tanaman sayuran indigenous di Indonesia juga masih dilakukan oleh masyarakat tertentu dalam jumlah kecil dan tidak berkesinambungan (Hermanto, 2008), sehingga dapat dikatakan bahwa pemanfaatan tanaman sayuran indigenous ini belum optimal. Pada umumnya, tanaman sayuran indigenous banyak tumbuh secara liar di tempat-tempat terbuka seperti, pekarangan rumah, kebun, dan ladang. Bahkan, tanaman sayuran indigenous dapat tumbuh sebagai tanaman liar di sepanjang sungai-sungai (Lestari, 2008). Menurut Rahardjo (2007), tanaman krokot (Portulaca oleraceae) dapat tumbuh di tempat terbuka maupun di sela-sela tanaman lain. Tempat-tempat terbuka tersebut dalam pembudidayaan tanaman sayuran indigenous umumnya kurang intensif sehingga masyarakat kurang begitu mengenal tanaman sayuran indigenous dan produksinya juga menjadi rendah. Berdasarkan penelitian Manurung et al. (2007), terdapat beberapa sayuran yang berpotensi dikembangkan di bawah naungan dengan tingkat naungan sedang, diantaranya adalah bayam, kangkung, dan katuk (indigenous). Dengan demikian, kemungkinan sayuran indigenous dapat dikembangkan di bawah naungan. Adanya pengaruh naungan dapat menguntungkan dan juga merugikan terhadap tanaman. Pada tanaman temu-temuan (Curcuma spp.), pengaruh naungan cenderung meningkatkan beberapa sifat, seperti masa dormansi, tinggi tanaman, diameter batang semu, panjang daun, lebar daun, jumlah daun, warna daun, jumlah anakan, jumlah stomata, kandungan klorofil daun, bobot basah dan bobot kering tajuk, jumlah dan panjang rimpang, jumlah ruas dan jumlah mata tunas pada rimpang primer (Archita, 2005). Erlangga (2008) menyatakan bahwa naungan dapat meningkatkan tinggi tanaman, panjang dan lebar daun tanaman kunyit (Curcuma domestica L.), tetapi untuk jumlah anakan dan jumlah daun lebih banyak yang dalam kondisi tidak ternaungi (lahan terbuka). Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Handayani (2007) bahwa meskipun tanaman daun ginseng ditanam pada kondisi lapang tanpa naungan, tetapi produktivitas daun ginseng tergolong tinggi jika dibandingkan dengan jenis sayuran indigenous lain. Hasil yang berbeda didapat dari penelitian tentang pengaruh berbagai tingkat naungan pada pegagan (Centella asiatica L. (Urban)) (Kurniawati et al., 2005),
3
dimana bobot basah dan kering tanaman semakin menurun dengan meningkatnya taraf naungan. Sebagian besar petani memiliki pengetahuan dan pengalaman untuk membudidayakan sayuran di lahan tanpa naungan. Meskipun demikian, Wijaya et al. (2007) dalam Susila et al., (2007) menyatakan bahwa hanya 11% petani yang memiliki pengalaman untuk membudidayakan sayuran dengan sistem dudukuhan. Sistem dudukuhan merupakan nama lokal dari sistem agroforestry yang terbagi dalam empat sistem, yaitu sistem pohon-pohonan, sistem campuran antara tanaman tahunan dengan buah-kayu/pohon-pisang, sistem campuran antara buahbuahan dengan pohon/kayu, dan sistem lahan kosong yang belum ditanami. Hal tersebut memberikan peluang untuk meningkatkan dan mengembangkan produksi sayuran indigenous dengan memanfaatkan lahan-lahan di bawah naungan (intensitas cahaya rendah) yang potensial sehingga akan diperoleh spesies tanaman sayuran indigenous yang adaptif dan berproduksi tinggi pada kondisi lahan di bawah naungan. Oleh karena itu, penelitian tentang budidaya tanaman sayuran indigenous pada kondisi lahan di bawah naungan tegakan pohon perlu dilakukan untuk mendapatkan spesies tanaman sayuran indigenous yang mampu beradaptasi pada lahan tersebut.
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh naungan tegakan pohon terhadap pertumbuhan dan produktivitas beberapa tanaman sayuran indigenous.
Hipotesis Terdapat perbedaan respon pertumbuhan dan produktivitas antara beberapa tanaman sayuran indigenous pada lahan di bawah naungan tegakan pohon dengan di lahan terbuka (tanpa naungan).
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) Kenikir merupakan salah satu jenis tumbuhan tropika yang berasal dari Amerika Latin, tetapi tumbuh liar dan mudah diperoleh di Florida, Amerika Serikat, serta Indonesia. Tanaman kenikir diintroduksi oleh orang-orang Spanyol ke Filipina karena tanaman tersebut digunakan sebagai sayuran pada waktu melaut. Tanaman yang termasuk dalam famili Asteraceae ini merupakan perdu yang dapat mencapai tinggi hingga 300 cm dan berbau khas (aromatik). Batang tegak, segi empat, beralur membujur, bercabang banyak, beruas berwarna hijau keunguan. Daunnya majemuk, bersilang berhadapan, berbagi menyirip, ujung runcing, tepi rata, panjang 15-25 cm, berwarna hijau. Bunga tanaman kenikir merupakan bunga majemuk berbentuk bongkol yang memiliki panjang tangkai bunga hingga 5 cm, berbentuk seperti cawan, serta memiliki kelopak di bagian bawah bunga berwarna hijau yang berbentuk lonceng. Buah tanaman kenikir berbentuk jarum, keras dan ujungnya berambut, sedangkan bijinya berukuran kecil, keras, panjang 1 cm hingga 3 cm, dan berwarna hitam (van den Bergh, 1994). Tanaman kenikir dapat tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 1600 m dpl. Tanaman kenikir yang tidak dibudidayakan sering tumbuh sebagai gulma di lingkungan habitat manusia dan menyukai tempat-tempat terbuka atau panas yang tidak terlalu basah dan subur (van den Bergh, 1994). Daun Cosmos caudatus mengandung senyawa saponin, flavonoida, polifenol, dan minyak atsiri. Akar tanaman kenikir mengandung hidroksieugenol dan koniferil alkohol. Cosmos caudatus terutama dibudidayakan untuk konsumsi sehari-hari dan konsumsi pasar lokal dalam skala kecil. Daun kenikir banyak dikonsumsi oleh masyarakat sebagai sayuran. Secara tradisional, daun ini juga digunakan sebagai obat penambah nafsu makan, lemah lambung, penguat tulang dan pengusir serangga. Bagian yang dapat dimakan dari tanaman ini adalah daun pucuk dan daun. Setiap 100 g tanaman kenikir mengandung air 93 g, protein 3 g, lemak 0.4 g, karbohidrat 0.4 g, serat 1.6 g, Ca 270 mg, vitamin A 0.9 mg, dan
5
nilai energi tanaman ini rendah yaitu 70 kJ dari daun yang dapat dikonsumsi (van den Bergh, 1994).
2. Kemangi (Ocimum americanum) Tanaman kemangi termasuk ke dalam famili Ocinaceae (Lamiaceae). Tanaman kemangi berupa semak, dengan panjang 0.5 – 1.5 m. Daun berwarna hijau, menyirip, dan berasa dingin. Bunganya berwarna putih. Bijinya bulat kecil dan berwarna hitam. Akar tunggangnya berwarna coklat. Tanaman tumbuh tegak dengan batang berwarna hijau atau ungu, daun berbentuk lanset dengan panjang 1.7-6.4 cm dan lebar 1-3 cm berwarna hijau-hijau tua, bunga tersusun pada ujung batang utama dan cabang samping berwarna putih atau merah muda, biji lonjong berwarna coklat gelap-hitam yang terdapat dalam kapsul. Bagian yang dapat dimakan dari tanaman ini adalah daun dan biji (Adi, 2006). Tanaman kemangi merupakan tanaman tahunan tetapi lebih banyak diusahakan sebagai tanaman setahun yang dapat tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl. Kemangi juga sering tumbuh di pinggir-pinggir jalan, sawah, dan hutan jati. Tanaman kemangi menyukai cahaya matahari dan berangin. Kemangi juga dapat ditanam di pematang-pematang sawah (Sunarto, 1994). Seluruh bagian dari tanaman kemangi dapat untuk pengobatan dalam keadaan segar atau kering. Daun kemangi biasa dimakan sebagai lalap. Tanaman ini berkhasiat untuk mengatasi bau badan, bau keringat, bau mulut, badan lesu, dan ejakulasi prematur, serta dapat menyembuhkan panas dalam dan sariawan. Selain itu, juga dapat digunakan sebagai peluruh gas perut, peluruh haid, dan peluruh produksi ASI yang berlebih (Permadi, 2008). Setiap 100 g bagian tanaman kemangi yang dapat dikonsumsi mengandung air 87 g, protein 3.3 g, serat 2.0 g, Ca 320 mg, Fe 4.5 mg, dan vitamin C 27 mg. Jumlah energi tanaman kenikir adalah 180 kJ/100 g (Sunarto, 1994).
3. Beluntas (Pluchea indica (L) Less.) Beluntas (Pluchea indica (L) Less.) termasuk dalam famili Asteraceae dan genus Pluchea, tanaman tahunan, berupa tanaman perdu yang bercabang banyak, berdaun lebat, tingginya mencapai 3 m bila tidak dipangkas dan sering ditanam
6
sebagai tanaman pagar pekarangan (LIPI, 1979). Beluntas berasal dari Asia Tenggara dan umumnya tumbuh liar di daerah kering pada tanah yang keras dan berbatu. Menurut Dalimartha (2005), tanaman beluntas tumbuh pada tempat yang memerlukan cukup cahaya matahari atau sedikit naungan. Beluntas memiliki daun bertangkai pendek, berbentuk bulat telur, pinggir bergerigi, letaknya berselang, dan memberikan aroma harum bila diremas. Warna daun hijau terang, berkelenjar, dan mempunyai ukuran panjang 2,5-9 cm. Bunga berbentuk malai yang keluar di ujung cabang dan ketiak daun, bergerombol. Buahnya berbentuk gasing yang berwarna coklat yang bersudut putih (Mursito, 2002). Menurut Dalimartha (2005), tanaman beluntas berbau khas aromatis (sengir) dan rasanya getir. Secara tradisional daun beluntas digunakan sebagai obat untuk menghilangkan bau badan, obat turun panas, obat batuk, dan obat diare. Daun beluntas yang telah direbus sangat baik untuk mengobati sakit kulit. Selain itu, daun beluntas juga sering dikonsumsi oleh masyarakat sebagai lalapan. Bagian tanaman ini yang sering dimanfaatkan adalah daunnya karena berkhasiat untuk meningkatkan nafsu makan (stomakik), membantu pencernaan, meluruhkan keringat (diaforetik), meredakan demam (antipiretik), dan bersifat menyegarkan (Dalimartha, 2005). Selain itu, akar beluntas bermanfaat sebagai peluruh keringat dan penyejuk (demulcent). Menurut Adi (2006), beluntas memiliki akar yang mengandung flavonoid dan tanin. Daunnya berkhasiat untuk anti bau badan, peluruh keringat, scabies, dan anti perdarahan. Akarnya berkhasiat sebagai penyejuk, anti nyeri rematik dan tulang, serta obat sakit pinggang.
4. Mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr.) Tanaman mangkokan merupakan tanaman yang hidup sepanjang tahun dan dapat hidup dalam kondisi udara panas maupun dingin. Mangkokan yang termasuk dalam famili Aliaceae dapat hidup subur pada keadaan udara lembab dan tumbuh menyebar pada ketinggian daerah 1 – 1 000 m dpl. Mangkokan juga dapat tumbuh subur pada tanah yang lembab, namun pada tanah-tanah kering bahkan tanah kurus, mangkokan hidup meskipun dalam pertumbuhannya tidak berdaun banyak (Mahesworo, 2002).
7
Tanaman mangkokan merupakan tanaman hias perdu. Daunnya unik, yaitu berbentuk hati sampai oval dengan bagian tepi melengkung ke atas seperti mangkok. Daunnya berwarna hijau mengkilap dengan tulang daun menonjol. Diameter daun sekitar 5 cm hingga 10 cm (Mursito dan Prihmantoro, 2002). Perkembangbiakan tanaman ini sering dilakukan dengan stek. Tanaman mangkokan selain berfungsi sebagai tanaman pagar hidup juga dapat dimanfaatkan untuk sayur atau lalap, salah satu bahan ramuan untuk pembuatan minyak bacem yang digunakan untuk kesehatan rambut, sebagai tanaman hias di pekarangan rumah, dan sebagai makanan ternak piaraan. Tanaman ini mengandung : kalsium oksalat, peroksidase, amygdalin, fosfor, besi, lemak, protein, vitamin A, B1, dan C (Mahesworo, 2002).
5. Terubuk (Saccharum edule Hasskarl.) Saccharum edule Hasskarl atau terubuk adalah tanaman yang termasuk ke dalam famili Gramineae, kelas monokotil dan merupakan tanaman Angiospermae divisi Spermatophyta. Saccharum edule Hasskarl atau disebut juga dengan tebu telur berasal dari daerah Papua New Guinea. Terubuk diduga berasal dari turunan Saccharum robustum Brandes & Jeswiet ex Grassl yang dianggap sebagai tetua tanaman tebu (Saccharum officinarum L.). S. edule dikembangkan dari daerah Kalimantan dan Jawa melewati Melanesia hingga New Hebrides (Jansen, 1994). Tidak banyak diketahui tentang ekologi tanaman terubuk. Terubuk dapat tumbuh di daerah tropis panas-basah Melanesia dengan kemiringan yang rendah. Terubuk juga dapat tumbuh di daerah perbukitan yang mencapai ketinggian 2300 m dpl (Jansen, 1994). Daunnnya berbentuk tunggal, berpelepah, berbentuk lanset dengan ujung dan pangkalnya runcing, bagian tepinya rata, kasap, pertulangan sejajar, panjangnya sekitar 50-175 cm dan lebarnya sekitar 8-12 cm. Umumnya, daun tanaman ini berwarna hijau. Daun-daunnya berfungsi untuk fotosintesis. Bunganya adalah bunga majemuk berbentuk malai dengan panjang sekitar 30-90 cm. Pada bunganya terdapat tiga buah benang sari dan dua buah tangkai putik. Kepala putiknya berwarna merah keunguan. Saccharum edule dapat diperbanyak
8
dengan stek batang atau pemisahan anakan/rumpun. Bunga terubuk dapat dipanen sekitar 5 bulan setelah tanam (Jansen, 1994). Bentuk terubuk mirip dengan tanaman tebu. Terubuk dapat dikonsumsi sebagai sayuran. Bunga merupakan bagian yang dapat dikonsumsi sebagai sayuran ( sayur lodeh, asem, kari, atau opor) atau dapat juga dijadikan sebagai lalapan. Batangnya digunakan sebagai obat batuk, obat pegal linu, dan obat kuat. Setiap 100 g terubuk segar yang dikonsumsi mengandung air 89 g, protein 3.8-4.1 g, tanpa lemak, karbohidrat 6.9-7.6 g, serat 0.7 g, Ca 10 mg, Fe 0.4-21 mg, vitamin C 21 mg dan nilai energinya adalah 143-160 kJ (Jansen, 1994).
6. Pohpohan (Pilea trinervia Wight.) Merupakan tanaman terna, tumbuh tegak yang termasuk dalam famili Urticaceae yang tingginya dapat mencapai 2 m. Pilea trinervia diketahui berasal dari daerah Himalaya tropis bagian timur dan Jawa. Penyebaran untuk tanaman ini cukup luas yaitu dari India dan Srilanka hingga Taiwan, Jepang, Filipina dan Indonesia (Mahyar, 1994). Tanaman ini dapat tumbuh dengan subur di daerah pegunungan pada ketinggian 500–2 500 m dpl. Pohpohan juga dapat tumbuh di daerah lembab, baik yang mengandung sedikit maupun banyak humusnya. Pohpohan tumbuh tegak, berupa herba monoecious atau dioecious, daun berbentuk ovate-oblong dengan panjang 6-20 cm, lebar 2-10 cm, panjang bunga 5-30 cm, dan panjang petiolnya 1-6 cm. Pilea trinervia dapat dikembangbiakkan secara stek atau menggunakan biji (Mahyar, 1994). Daun pohpohan (Pilea trinervia Wight.) sering dikonsumsi masyarakat sebagai lalapan karena daunnya sangat lunak dan mempunyai aroma yang khas atau berbau harum. Pohpohan sering ditanam sebagai tanaman pagar atau ornamental (Mahyar, 1994).
7. Daun Ginseng (Talinum triangulare (Jacq.) Willd.) Merupakan tanaman herba menahun, sukulen, tergolong ke dalam famili Portulacaceae dan bukan genus Panax seperti ginseng yang digunakan untuk obat-obatan. Tanaman ini merupakan tanaman asli dari Amerika Tropis (Rifai, 1994). Daun ginseng ini adalah tanaman perdu yang tumbuhnya semi menjalar
9
dan bisa mencapai tinggi 60 cm. Daunnya oval atau lonjong berwarna hijau mengkilat. Berbunga majemuk dengan kelopak berwarna pink. Batang tanaman membentuk sudut (segitiga). Tanaman ini sangat mudah untuk dikembangbiakan, baik dengan biji maupun setek batang. Asal medianya gembur, cukup humus dan tidak tergenang air, tanaman ini bisa tumbuh subur. Daun ginseng juga cantik di tanam dalam pot sebagai tanaman hias karena bentuk daun dan bunganya menarik. Setiap 100 g daun ginseng yang dikonsumsi mengandung air 90-92 g, protein 1.9-2.4 g, lemak 0.4-0.5 g, karbohidrat 3.7-4.0 g, serat 0.6-1.1 g, abu 2.4 g, Ca 90-135 mg, Fe 4.8-5.0 mg, beta-karoten 3 mg, vitamin B1 0.08 mg, vitamin B2 0.18 mg, niacin 0.30 mg, vitamin C 31 mg dan energi total adalah 105 kJ (Rifai, 1994). Semua bagian tanaman ini bisa dimakan, mulai dari akar hingga daunnya. Biasanya akarnya tanaman ini bisa mengembung jika dibiakan melalui biji. Banyak yang memanfaatkan umbi tanaman ini untuk dikeringkan sebagai ramuan obat. Daunnya biasa dijual sebagai sayuran. Daunnya sangat cocok ditumis, dibuat cah (dimasak dengan sedikit air) atau sebagai campuran sayur bening/sup. Rasanya lezat dengan tekstur lembut dan sedikit berlendir. Secara turun-temurun akar dan daunnya dipercaya dapat meningkatkan stamina tubuh. Sejauh ini baru diketahui bahwa di dalam akar daun ginseng mengandung zat aktif seperti saponin, flavonoid dan tanin. Bagian daun mengandung vitamin A yang cukup tinggi, serat dan beragam mineral penting lainnya (Sutomo, 2006).
8. Katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) Daerah asli tanaman katuk tidak diketahui secara pasti, namun banyak yang menduga tanaman ini berasal dari India dan Srilanka. Tanaman katuk merupakan tanaman yang termasuk famili Euphorbiaceae, berupa perdu yang tumbuh menahun, berkesan ramping sehingga sering ditanam beberapa batang sekaligus sebagai tanaman pagar yang tingginya sekitar 1–2 m. Batang tanaman ini tumbuh tegak, saat masih muda berwarna hijau, setelah tua menjadi kelabu keputihan, berkayu, dan memiliki percabangan yang jarang. Daun berbentuk majemuk genap, bunganya berbentuk unik, kelopaknya keras dan berwarna putih
10
semu kemerahan, sedangkan buahnya berbentuk bulat, berukuran kecil-kecil seperti kancing, berwarna putih dan bijinya beruang empat (Muhlisah, 1999). Katuk dapat tumbuh baik pada daerah-daerah dengan ketinggian 1.300 m dpl dan biasa ditanam sebagai pagar hidup di pekarangan rumah (LIPI, 1979). Katuk ditanam luas untuk pucuk tajuknya yang lembut. Sayuran ini dikonsumsi secara luas di Indonesia, khususnya di Kalimantan dan seluruh wilayah India hingga Asia Tenggara. Semak tahunan ini memiliki adaptasi tropika dan subtropika serta produktif sepanjang tahun walaupun tanaman cenderung agak dorman pada cuaca dingin (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Sebagai sayuran daun, katuk sangat kaya akan protein. Setiap 100 g daun katuk mengandung 79.8 g protein, 1.8 g karbohidrat, 1.9 g serat, 2 g abu, 10 000 IU vitamin A, 0.23 mg vitamin B1, 0.15 mg vitamin B2, 136 mg vitamin C, 234 mg Ca, 64 mg P, 3.1 mg zat besi, dengan total energi 310 kJ (van den Bergh, 1994). Tanaman ini mulai berbunga pada 48 hari setelah tanam, daun muda dapat dipanen mulai 124 hari setelah tanam dan panen berikutnya dapat dilakukan secara kontinu sebulan sekali. Tanaman ini bermanfaat untuk memperlancar ASI bagi ibu-ibu yang baru melahirkan serta membersihkan darah kotor. Daun katuk dapat diolah menjadi sayur atau dikonsumsi sebagai lalap. Katuk juga dapat mengobati penyakit bisul, frambusia dan susah buang air kecil (Muhlisah, 1999).
9. Kedondong Cina (Nothopanax fruticosum) Menurut Mahesworo (2002), kedondong cina merupakan tanaman dalam famili Aliaceae yang hidup sepanjang tahun dan dapat hidup di daerah dengan udara panas maupun dingin, serta akan hidup subur di daerah dengan keadaan udara lembab. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian antara 11.000 m dpl dan tingginya mencapai 3 m. Kedondong Cina sangat cocok untuk dijadikan sebagai tanaman pagar sekaligus sebagai penghias pekarangan atau halaman rumah. Tanaman ini dimanfaatkan daunnya untuk lalap dan sayuran. Perbanyakan kedondong cina yang umum dilakukan adalah dengan stek sehingga untuk keperluan stek maka
11
diperlukan batang atau cabang yang sehat dan sudah berkayu. Panjang batang untuk stek ± 40 cm (Mahesworo, 2002).
10. Sambung Nyawa (Gynura procumbens) Tanaman sambung nyawa (Gynura procumbens) termasuk ke dalam suku Asteraceae, dan pada beberapa daerah dikenal dengan sebutan ngokilo. Sambung nyawa merupakan salah satu tanaman obat yang cukup potensial untuk dikembangkan yang berfungsi untuk menurunkan kadar gula darah, gangguan pada kantong kemih, menurunkan panas, menghilangkan rasa nyeri pada pembengkakan, dan juga penyakit ginjal. Sebuah hasil penelitian menyatakan bahwa ekstrak etanol daun sambung nyawa mampu menghambat pertumbuhan tumor pada mencit karena diinfus dengan benzpirena. Lebih jauh dinyatakan bahwa pada dosis 2,23 mg/0,2 ml dan 4,46 mg/0,2 ml dari ekstrak heksan mampu menghambat pertumbuhan kanker. Sambung nyawa bersifat manis, tawar, dingin dan sedikit toksik. Rasa manis mempunyai sifat menguatkan (tonik) dan menyejukkan (Manoi dan Kristina, 2007). Bagian yang dapat dimakan dari tanaman ini adalah daunnya. Sambung nyawa merupakan tanaman semak semusim dengan tinggi 20-60 cm. Batangnya lunak, dengan penampang bulat, berwarna hijau keunguan. Daun sambung nyawa tunggal, bentuk bulat telur dan berwarna ungu kehijauan, tepi daun rata atau agak bergelombang, panjang mencapai 15 cm dan lebar 7 cm. Daun bertangkai, letak berseling, berdaging, ujung dan pangkal meruncing, serta pertulangan menyirip dan berakar serabut. Tanaman ini tidak berbunga dan berbuah. Sambung nyawa dapat tumbuh di selokan, pagar rumah, pinggiran hutan, padang rumput dan ditemukan pada ketinggian 1-1.200 m dpl, tumbuh di dataran yang beriklim sedang sampai basah dengan curah hujan 1.500–3.500 mm/tahun dan tumbuh baik pada tanah yang agak lembab sampai lembab dan subur (Manoi dan Kristina, 2007).
12
Pengaruh Naungan Pada hakikatnya, satu-satunya mekanisme masuknya energi ke dalam dunia kehidupan adalah melalui fotosintesis. Fotosintesis adalah proses sintesis karbohidrat dan oksigen dari penggabungan karbondioksida dan air yang dibantu oleh cahaya matahari serta klorofil. Fotosintesis dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: air, karbondioksida, cahaya, dan suhu. Intensitas cahaya merupakan salah satu faktor yang sering sebagai faktor pembatas. Cahaya sebagai faktor pembatas dapat ditentukan dari kisaran intensitas cahaya optimum. Kisaran intensitas cahaya optimum berbeda-beda untuk tiap tanaman. Tanaman dapat digolongkan menjadi: (1) Tanaman naungan, adalah tanaman yang memerlukan intensitas cahaya rendah, (2) Tanaman setengah naungan, adalah tanaman yang memerlukan intensitas cahaya sedang, dan (3) Tanaman cahaya penuh, adalah tanaman yang memerlukan intensitas cahaya tinggi (Harjadi, 1989). Hale dan Orcutt (1987) menyatakan bahwa adaptasi terhadap naungan dicapai melalui: (i) mekanisme peningkatan luas area daun yang bertujuan untuk meminimalkan penggunaan metabolit, serta (ii) mekanisme penurunan jumlah cahaya yang ditransmisikan dan direfleksikan. Intensitas cahaya di bawah kisaran optimum menyebabkan pertumbuhan, perkembangan dan hasil panen secara relatif rendah pada keadaan kekurangan intensitas cahaya. Tanaman yang kekurangan intensitas cahaya maka jumlah energi yang tersedia untuk penggabungan karbondioksida dan air sangat rendah, akibatnya pembentukan karbohidrat yang digunakan untuk pembentukan senyawa lain juga rendah (Harjadi, 1989). Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa daun naungan berukuran lebih besar tetapi lebih tipis dibandingkan dengan daun matahari. Daun matahari menjadi lebih tebal daripada daun naungan karena membentuk sel palisade yang lebih panjang atau membentuk tambahan lapisan sel palisade. Menurut Sukarjo (2004), adaptasi tanaman terhadap naungan tergantung dari kemampuan untuk merespon kondisi kekurangan cahaya, yaitu dengan cara mengubah sifat morfologis maupun fisiologis tanaman.
13
Pengaruh naungan terhadap pertumbuhan diameter batang kakao ternyata sangat kecil (0.1 mm). Hal ini dapat terjadi karena perbedaan taraf naungan yang relatif kecil tidak segera berpengaruh terhadap diameter batang selama periode 4 bulan pengamatan. Namun, pengaruh naungan terhadap pertumbuhan tunas ternyata lebih cepat (Harris dan Napitupulu, 1991). Menurut Djukri dan Purwoko (2003), naungan 50% dapat digunakan untuk seleksi karena didasarkan atas perolehan klon talas toleran yang lebih baik dibandingkan dengan naungan 25% dan 75%. Sopandie et al., (2003) menyatakan bahwa genotipe padi gogo toleran memberikan respon terhadap naungan dengan meningkatkan panjang ruas batang sehingga tinggi tanaman bertambah. Pada genotipe toleran, penurunan jumlah anakan dan jumlah daun tidak diikuti dengan penurunan luas daun total. Hal ini menunjukkan adanya kenaikan luas daun per individu daun, seperti ditunjukkan juga oleh peningkatan luas daun bendera. Menurut Nasaruddin (2002), pada kondisi cahaya penuh nilai fotosintesis aktif rasio (PAR) pada permukaan daun mencapai 500-1.500 mmol m2/s. Intensitas cahaya yang optimal akan mempengaruhi aktivitas stomata untuk menyerap CO2, makin tinggi intensitas cahaya matahari yang diterima oleh permukaan daun tanaman, maka jumlah absorpsi CO2 relatif makin tinggi pada kondisi jumlah curah hujan cukup, tetapi pada intensitas cahaya matahari diatas 50% absorpsi CO2 mulai konstan (Nasaruddin, 2002). Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa pada tumbuhan yang hidup di bawah tegakan pohon atau terlindung oleh kanopi daun akan terjadi pemanjangan batang yang dikarenakan pada kondisi intensitas cahaya matahari yang rendah, degradasi auksin akan berkurang sehingga kandungan auksin akan meningkat.
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Februari 2009–Juni 2009 dan berlokasi di Vegetable Garden, University Farm, Darmaga, Bogor. Lokasi penelitian tersebut berada pada ketinggian 200 m dpl yang dapat dilihat pada Gambar Lampiran 1 dan 2. Jenis tanahnya merupakan tanah latosol. Pengukuran bobot basah, bobot kering, dan pengeringan tanaman dilaksanakan di Laboratorium Umum Cikabayan, IPB, Darmaga. Bahan dan Alat Bahan tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah 10 spesies tanaman sayuran indigenous, yaitu: Kenikir (Cosmos caudatus), Kemangi (Ocimum americanum), Beluntas (Pluchea indica), Pohpohan (Pilea trinervia), Daun Ginseng (Talinum triangulare (Jacq.) Willd), Kedondong Cina (Nothopanax fruticosum), Mangkokan (Nothopanax scutellarium), Sambung Nyawa (Gynura procumbens), Katuk (Sauropus androgynus), dan Terubuk (Saccharum edule Hasskarl). Bahan lainnya adalah tanah, pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, sekam, pembenah tanah (dolomit), pupuk NPK (15-15-15), hormon tumbuh akar dengan bahan aktif IBA, IAA dan NAA, pupuk daun, dan insektisida berbahan aktif karbofuran 3%. Alat-alat yang digunakan adalah polibag ukuran 15 cm x 15 cm, tray semai, meteran, jangka sorong, kertas label, spidol, kantong plastik, kamera digital, oven, pyranometer, termo-hygrometer, timbangan analitik dan alat pertanian standar. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktor tunggal dengan 2 taraf, yaitu naungan (N1) dan tanpa naungan (N0). Terdapat sepuluh paralel percobaan yang terdiri atas 10 komoditas tanaman sayuran indigenous, yaitu: Kenikir (Cosmos caudatus), Kemangi (Ocimum americanum), Beluntas (Pluchea indica), Pohpohan (Pilea trinervia), Daun
15
Ginseng (Talinum triangulare), Kedondong Cina (Nothopanax fruticosum), Mangkokan (Nothopanax scutellarium), Sambung Nyawa (Gynura procumbens), Katuk (Sauropus androgynus), dan Terubuk (Saccharum edule Hasskarl). Setiap perlakuan diulang sebanyak empat kali untuk masing-masing jenis tanaman sehingga kombinasinya menghasilkan 80 satuan percobaan. Denah tata letak percobaan dapat dilihat pada Lampiran 1. Model rancangan penelitian yang digunakan adalah: Yij = µ + αi + Bj + εij dimana : Yij
: nilai pengamatan pada perlakuan naungan ke-i dan kelompok ke-j
µ
: nilai rataan umum
αi
: pengaruh perlakuan ke-i
Bj
: pengaruh ulangan (kelompok) ke-j
εij
: pengaruh galat percobaan i = 1, 2
j = 1, 2, 3, 4
Pengolahan data dilakukan dengan Uji-F. Apabila menunjukkan hasil yang berbeda nyata dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%. Pelaksanaan Penelitian Pesemaian Sebelum penanaman di lapang, dilakukan pesemaian benih kenikir dan kemangi. Benih kenikir dan kemangi disemai pada tray semai selama tiga minggu. Kemudian, bibit dipindah-tanamkan ke lapangan. Bahan tanaman lainnya (beluntas, katuk, mangkokan, pohpohan, kedondong cina, ginseng, sambung nyawa, dan terubuk) diperbanyak terlebih dahulu dengan cara stek batang. Panjang stek beluntas dan katuk ± 30 cm, stek tanaman sambung nyawa sepanjang 7-15 cm atau beruas minimal 3 ruas, stek tanaman terubuk sepanjang 15-25 cm atau minimal memiliki 3 mata tunas. Stek tanaman tersebut ditanam di dalam polibag ukuran 15 cm x 15 cm dengan menggunakan media tanam berupa campuran tanah, pupuk kandang ayam, dan sekam dengan perbandingan 1:1:1. Sebelum ditanami, media tanam dalam polibag yang digunakan disiram dahulu dengan air supaya suhu media tanam tidak terlalu panas. Selanjutnya, bahan
16
tanaman ditanam kemudian pesemaian tersebut dirawat dengan cara disiram setiap hari. Sebelum ditanam ke dalam media pesemaian, bahan stek tanaman diberi hormon tumbuh akar dengan bahan aktif IBA, IAA dan NAA pada bagian pangkal batang yang telah dipotong atau dilukai yang bertujuan untuk merangsang pertumbuhan akar. Kondisi pesemaian tanaman katuk, sambung nyawa dan daun ginseng dapat dilihat pada Gambar Lampiran 6, 7 dan 8. Pada 4 MSS (minggu setelah semai), pesemaian kenikir dan kemangi dilakukan pemberian pupuk daun yang memiliki kandungan unsur N 21.30%, P2O5 16.44% dan K2O 15.78% dengan dosis 1 g/L air yang dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan daun. Frekuensi pemberian pupuk daun adalah 1 kali seminggu hingga pesemaian kemangi dan kenikir berumur 5 MSS. Adapun kondisi pesemaian kenikir dan kemangi disajikan pada Gambar Lampiran 3 dan 4. Pengolahan Lahan dan Penanaman Ukuran bedeng adalah 5 m x 1.5 m dan jarak antar bedeng 60 cm. Jarak tanam yang digunakan untuk tanaman beluntas, kenikir, kemangi, pohpohan, terubuk, dan mangkokan adalah 50 cm x 25 cm (populasi 80 000 tanaman/ha), sedangkan jarak tanam untuk tanaman katuk, daun ginseng, sambung nyawa, dan kedondong cina adalah 50 cm x 20 cm (populasi 100 000 tanaman/ha). Pada setiap bedeng tanaman beluntas, kenikir, kemangi, pohpohan, terubuk, dan mangkokan terdapat 60 tanaman, sedangkan untuk tanaman katuk, daun ginseng, sambung nyawa, dan kedondong cina terdapat 75 tanaman. Tanaman contoh yang diamati sebanyak 5 tanaman untuk setiap bedeng. Sebelum penanaman, dilakukan pengapuran dengan dosis 2 ton/ha. Seminggu kemudian lahan dipupuk dengan menggunakan pupuk kandang sapi dengan dosis 20 ton/ha. Pupuk kandang ditebarkan pada bedengan 1 minggu sebelum penanaman. Penanaman dilakukan setelah bibit berumur 3 minggu. Pada saat penanaman, diberikan insektisida dengan bahan aktif karbofuran 3% (dosis 10 kg/ha) dengan tujuan untuk menghindari adanya serangan serangga yang akan mengganggu perakaran tanaman pada saat tanam. Pemberian insektisida dengan bahan aktif karbofuran 3% sekitar 4-5 butir per lubang tanam. Aplikasi pemupukan dilakukan pada 2 dan 6 minggu setelah tanam (MST) dengan
17
menggunakan pupuk NPK (15-15-15) dengan dosis 150 kg/ha yang diaplikasikan pada tanaman dengan konsentrasi 10 g/L dan pupuk tersebut dikocorkan pada tanaman dengan dosis 240 ml/tanaman. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman dengan cara memanfaatkan air hujan, tetapi apabila tidak ada hujan digunakan instalasi irigasi sprinkler. Penyiraman dilakukan maksimal satu kali sehari pada sore hari. Penyiangan gulma dilakukan secara manual. Penanaman di lapang dilakukan pada waktu sore hari, hal ini dimaksudkan agar tanaman dapat menyesuaikan diri pada lingkungan yang berbeda dengan lingkungan pada saat pesemaian. Pengamatan dilakukan seminggu sekali mulai 2-10 minggu setelah tanam (MST). Panen Kegiatan panen dimulai pada 6, 8, dan 10 minggu setelah tanam (MST) berdasarkan tingkat kesiapan tanaman untuk dipanen. Kemudian panen dilakukan setiap minggu tergantung dari komoditasnya. Cara panen dilakukan dengan memotong pucuk daun atau cabang yang masih muda sepanjang 10-15 cm. Pengamatan Pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Pengamatan pertumbuhan tanaman terdiri atas: 1. Tinggi tanaman, yang diukur dari permukaan tanah hingga pucuk tanaman tertinggi (terpanjang). Metode pengukuran ini dilakukan untuk setiap jenis sayuran. Pengamatan dilakukan setiap seminggu sekali. 2. Diameter batang, yang dilakukan pada batang tua setinggi 10-20 cm dari permukaan tanah. Pengamatan dilakukan setiap seminggu sekali. 3. Panjang daun, yang diukur adalah daun dewasa (tidak tua dan tidak muda). Panjang daun tanaman terubuk adalah daun tanaman ke-10 dari pucuk tanaman. Pengamatan dilakukan setiap seminggu sekali.
18
4. Lebar daun, yang diukur dari bagian daun terlebar. Lebar daun tanaman terubuk yang diukur adalah daun tanaman ke-10 dari pucuk tanaman. Pengamatan dilakukan setiap seminggu sekali. 5. Panjang tangkai daun, yang diukur adalah daun dewasa (tidak tua dan tidak muda). Pengamatan panjang tangkai daun dilakukan pada tanaman mangkokan, kedondong cina, sambung nyawa dan pohpohan. Pengamatan dilakukan setiap seminggu sekali. 6. Jumlah Daun, dilakukan pada tanaman katuk dan kenikir. 7. Jumlah Cabang, dilakukan pada tanaman beluntas, ginseng, katuk, dan pohpohan. 8. Panjang Ruas, yang diukur adalah ruas pertama dari pangkal batang. Pengukuran dilakukan setiap seminggu sekali pada tanaman terubuk. 9. Panjang Cabang, yang diukur adalah cabang tertinggi dari titik percabangan pertama. Pengukuran dilakukan setiap seminggu sekali pada tanaman ginseng. Pengamatan terhadap produktivitas tanaman, meliputi: bobot basah, bobot kering, kadar air, dan produktivitas tanaman per satuan waktu tanaman. 1. Bobot basah tanaman, pengukuran terhadap bobot basah tanaman dilakukan sesaat setelah tanaman dipanen dengan cara ditimbang dulu, menggunakan timbangan analitik. Bagian tanaman yang dipanen hanya bagian daun lalu ditimbang. 2. Bobot kering tanaman, pengukuran terhadap bobot kering tanaman dilakukan setelah tanaman dikeringkan dengan oven pada suhu 105ºC selama 24 jam. Tanaman yang telah kering kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik. 3. Kadar air tanaman, pengukuran terhadap kadar air tanaman dilakukan pada waktu siang hari setelah tanaman mengalami proses pengeringan. Kadar air dihitung dengan menggunakan rumus : Kadar air = Bobot basah tanaman (g) – Bobot kering tanaman (g) x 100% Bobot kering tanaman (g)
19
4. Persentase bagian yang dikonsumsi (edible part), pengukuran terhadap persentase bagian yang dikonsumsi tanaman dilakukan sebelum tanaman mengalami proses pengeringan. Persentase edible part ini dihitung menggunakan rumus: Persentase edible part: Bobot bagian yang bisa dikonsumsi (g) x 100% Brangkasan (g) 5. Produktivitas tanaman, perhitungan produktivitas tanaman dilakukan setiap kali panen (6, 8 dan 10 MST). Produktivitas tanaman dalam satuan kg/ha dihitung berdasarkan rumus : Produktivitas: Bobot basah per bedeng (kg) x 10000 m2 Luas bedeng (m2)
1 ha
Selain itu, juga dilakukan pengukuran suhu, kelembaban udara, dan intensitas cahaya. Pengukuran suhu dan kelembaban dilakukan pada pukul 07.30, 13.30, dan 17.30, sedangkan pengukuran intensitas cahaya dilakukan pada pukul 09.00, 12.00 dan 15.00. Pengukuran suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya dilakukan setiap seminggu sekali di dalam dan di luar naungan. Pengukuran intensitas cahaya menggunakan alat Pyranometer dengan satuan Watt/m2. Adapun rumus untuk menghitung persentase naungan adalah sebagai berikut. Persentase (%) naungan = 100% x (1 – I/D) I = intensitas di dalam naungan D = intensitas di luar naungan
20
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Percobaan Secara umum, daya tumbuh tanaman di lahan terbuka dan ternaungi cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari persentase daya tumbuh bibit 75%-100% pada umur 1 MST (minggu setelah tanam). Tanaman kenikir, kemangi, dan pohpohan tidak ditanam bersamaan dengan tanaman lain (mangkokan, beluntas, kedondong cina, terubuk, daun ginseng, sambung nyawa, dan katuk), karena benih tanaman kenikir dan kemangi masih terlalu kecil dan pohpohan belum bertunas. Daya berkecambah benih kenikir dan kemangi mencapai 75% tetapi kondisi pertumbuhan bibitnya tidak seragam dan berukuran kecil. Untuk mengatasi hal tersebut, diberikan pupuk daun dengan kandungan unsur N 21.30%, P2O5 16.44% dan K2O 15.78% dengan konsentrasi 1 g/L air untuk merangsang pertumbuhan daun baru. Kondisi pesemaian tanaman pohpohan dapat dilihat pada Gambar Lampiran 5. Secara umum, hama penyakit tanaman (HPT) yang menyerang tanaman sayuran indigenous beragam dan tergantung dari jenis tanamannya. Adapun hama yang menyerang tanaman terubuk adalah rayap (Coptotermes curvignathus), sambung nyawa terkena hama ulat daun dan belalang hijau. Intensitas serangan penyakit tertinggi terjadi pada tanaman daun ginseng yang terkena penyakit layu bakteri, yaitu sekitar 4%. Hasil analisis tanah sebelum pemberian kapur dan pupuk kandang sapi (Tabel Lampiran 3) menunjukkan bahwa nilai C-organik pada lahan terbuka adalah 1.67%, N-total 0.21%, P2O5 29.6 ppm, K2O 11 mg/100 g, dan pH 4.2. Hasil analisis tanah pada lahan ternaungi menunjukkan bahwa nilai C-organik 1.95%, N-total 0.25%, P2O5 14.0 ppm, K2O 27 mg/100 g, dan pH 4.5. Merujuk pada kriteria penilaian sifat kimia tanah menurut Pusat Penelitian Tanah pada Tabel Lampiran 4, maka tanah pada lahan terbuka bersifat sangat masam, kadar N-total tergolong sedang, kadar C-organik tergolong rendah, kadar P2O5 tergolong sangat tinggi, dan kadar K2O tergolong rendah, sedangkan tanah pada lahan ternaungi bersifat masam, kadar N-total tergolong sedang, kadar C-organik tergolong rendah, kadar P2O5 tergolong tinggi, dan kadar K2O tergolong sedang.
21
Suhu rata-rata terendah dan tertinggi pada lahan terbuka selama pengamatan berlangsung berturut-turut yaitu 26°C dan 36.9°C. Kelembaban relatif rata-rata terendah dan tertinggi pada lahan terbuka berturut-turut yaitu 57% dan 79.89%. Suhu rata-rata terendah dan tertinggi pada lahan ternaungi selama pengamatan berlangsung berturut-turut yaitu 26.18°C dan 38.7°C. Kelembaban relatif rata-rata terendah dan tertinggi pada lahan ternaungi berturut-turut yaitu 50% dan 86%. Data suhu dan kelembaban relatif rata-rata pada periode mingguan pertanaman beberapa tanaman sayuran indigenous dapat dilihat pada Tabel Lampiran 5 dan 6. Pada Tabel 1, intensitas cahaya tertinggi terjadi sekitar pukul 12.00 dengan intensitas rata-rata 812.76 W/m2 pada lahan terbuka dan 272.85 W/m2 pada lahan ternaungi. Berdasarkan data iklim dari Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor (Tabel Lampiran 7), curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Mei yaitu 570.6 mm. Persentase naungan tertinggi terjadi pada pukul 09.00 yaitu sebesar 80.2%. Contoh perhitungan persentase naungan disajikan pada Lampiran 2. Tabel 1. Rata-rata Intensitas Cahaya di Lahan Percobaan Perlakuan
Tanpa Naungan Naungan
09.00 455.76 90.23 (80.2%)
Intensitas cahaya (W/ m2) 12.00 812.76 272.85 (66.4%)
15.00 436.57 185.61 (57.5%)
22
Hasil 1. Mangkokan (Nothopanax scutellarium) Tabel 2 menunjukkan bahwa naungan tegakan pohon tidak berpengaruh terhadap semua variabel pertumbuhan mangkokan (tinggi tanaman, diameter batang, panjang daun, lebar daun, dan panjang tangkai daun) pada umur 2 hingga 10 MST. Tanaman mangkokan sejak umur 2 hingga 10 MST terus mengalami pertambahan tinggi, namun pada umur 7 hingga 10 MST pertambahan tinggi tanaman berjalan lambat karena terdapat tanaman yang terserang hama lalu kering dan mati setelah dilakukan pemanenan. Naungan menurunkan bobot basah dan kering total per tanaman (Tabel 3) serta bobot basah total per petak tanaman mangkokan (Tabel 4), namun perlakuan naungan meningkatkan kadar air total tanaman. Bobot basah dan kering total baik per tanaman maupun per petak di lahan tanpa naungan lebih tinggi daripada dengan perlakuan naungan, namun persentase kadar air total per tanaman di lahan naungan lebih tinggi daripada di lahan tanpa naungan. Berdasarkan data pada Tabel 5, dapat diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh naungan pada Mangkokan terhadap variabel persentase edible part total dan perlakuan naungan menurunkan produktivitas total tanaman. Produktivitas total tanaman di lahan tanpa naungan lebih tinggi daripada dengan perlakuan naungan. Produktivitas di lahan tanpa naungan dan ternaungi berturut-turut adalah 98.13 kg/ha dan 52.09 kg/ha.
2. Beluntas (Pluchea indica L.) Tabel 6 menunjukkan bahwa naungan tegakan pohon menurunkan variabel diameter batang (5 MST) dan jumlah cabang tanaman beluntas pada 10 MST, namun perlakuan naungan meningkatkan panjang daun (3, 6 dan 7 MST) dan lebar daun pada 3 MST. Diameter batang dan jumlah cabang di lahan tanpa naungan lebih besar daripada di lahan naungan, sedangkan panjang dan lebar daun di lahan naungan lebih panjang dan lebar daripada di lahan tanpa naungan. Kondisi tanaman beluntas di lahan tanpa naungan dan ternaungi dapat dilihat pada Gambar Lampiran 9.
23
Naungan menurunkan bobot basah dan kering total per tanaman beluntas (Tabel 7), namun perlakuan naungan meningkatkan kadar air per tanaman dan per petak pada saat umur panen 10 MST. Bobot basah dan kering total per tanaman di lahan tanpa naungan lebih tinggi daripada dengan perlakuan naungan. Persentase kadar air per tanaman dan per petak di lahan naungan lebih tinggi daripada di lahan tanpa naungan. Berdasarkan data pada Tabel 8 dan 9, dapat diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh naungan pada beluntas terhadap variabel bobot basah, bobot kering, kadar air total per petak, persentase edible part total dan produktivitas total tanaman. Saat umur panen 6 MST, produktivitas tanaman di lahan tanpa naungan lebih tinggi daripada di lahan naungan, berturut-turut adalah 289.78 kg/ha dan 103.60 kg/ha, sedangkan persentase edible part di lahan naungan lebih tinggi daripada dengan perlakuan tanpa naungan, berturut-turut adalah 14.73% dan 7.06%.
24
Tabel 2. Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan Tanaman Mangkokan Umur Tanaman (MST) Peubah Tinggi Tanaman(cm)
Diameter Batang (cm)
Panjang Daun (cm)
Lebar Daun (cm)
Panjang Tangkai Daun (cm)
Perlakuan Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK
2 11.51±1.95 10.45±1.85 tn 16.57 0.46±0.03 0.43±0.04 tn 11.35 2.54±0.23 2.74±0.71 tn 19.89 3.12±0.48 3.43±0.91 tn 21.15 2.34±0.33 2.48±0.25 tn 14.00
3 11.94±2.07 10.94±1.67 tn 15.69 0.43±0.02 0.43±0.03 tn 8.88 3.00±0.16 2.88±0.66 tn 14.69 3.75±0.32 3.70±0.91 tn 17.29 2.53±0.17 2.37±0.56 tn 16.25
4 12.18±2.81 11.04±1.80 tn 19.23 0.46±0.05 0.44±0.03 tn 10.21 3.23±0.21 3.33±0.16 tn 2.76 4.05±0.19 3.96±0.75 tn 13.60 2.47±0.23 2.31±0.55 tn 22.12
5 13.02±2.92 11.52±1.97 tn 17.85 0.46±0.05 0.45±0.04 tn 11.39 3.61±0.44 3.25±0.55 tn 18.20 4.53±0.56 4.03±076 tn 19.33 2.34±0.2 2.20±0.43 tn 19.78
25
Tabel 2. Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan Tanaman Mangkokan (lanjutan....) Umur Tanaman (MST) Peubah Tinggi Tanaman(cm)
Diameter Batang (cm)
Panjang Daun (cm)
Lebar Daun (cm)
Panjang Tangkai Daun (cm)
Perlakuan Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK
6 13.67±3.01 12.28±1.61 tn 16.96 0.45±0.05 0.44±0.05 tn 7.44 4.00±0.14 3.45±0.49 tn 8.89 4.79±0.4 4.21±0.83 tn 15.71 2.60±0.28 2.23±0.4 tn 17.70
7 14.45±3.35 12.59±1.58 tn 15.25 0.45±0.04 0.47±0.05 tn 11.26 3.59±0.32 3.72±0.46 tn 7.82 4.27±0.41 4.44±0.81 tn 15.17 2.50±0.08 2.28±0.42 tn 12.28
8 14.61±4.18 13.04±1.40 tn 18.56 0.49±0.1 0.47±0.03 tn 18.15 3.50±1.04 3.85±0.28 tn 20.53 4.05±1.32 4.55±0.75 tn 29.84 2.56±0.68 2.49±0.76 tn 26.58
9 14.95±4.31 13.47±1.55 tn 18.60 0.43±0.08 0.45±0.02 tn 13.86 3.30±1.16 3.48±0.17 tn 25.18 3.68±1.66 4.00±0.29 tn 14.78v 2.35±0.70 2.47±0.81 tn 26.25
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut BNJ taraf 5% *: berbeda nyata pada taraf 5% **: berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn: tidak nyata v: hasil transformasi =sqrt(x+0.5) x: hasil transformasi =sqrt(x+1.5) Angka di belakang tanda (±) menunjukkan standar deviasi
10 15.68±3.22 13.80±1.70 tn 13.91 0.45±0.05 0.46±0.03 tn 12.87 3.64±1.07 3.74±0.24 tn 22.31 4.29±1.1 4.34±0.65 tn 27.20 2.18±0.54 2.59±0.89 tn 22.26
26
Tabel 3. Pengaruh Naungan terhadap Bobot Basah, Bobot Kering dan Kadar Air Per Tanaman Mangkokan Peubah
Bobot Basah (g)
Bobot Kering (g)
Kadar Air (%)
Perlakuan
Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%)
Per Tanaman 6 MST 8 MST 1 2 5.03±1.18a 13.87±0.61a 1.4±0.26b 2.83±0.68b * ** 22.88 6.01 1.17±0.71 4±0.32±0.32a 0.6±0.06 0.15±1.7±b tn ** 24.46 10.59 16.52±22.93 2.45±0.16b 11.17±5.80 27.33±6.81a tn ** 22.43v 12.28v
10 MST 3 13.33±3.10 13.6±1.15 tn 14.03 2.25±0.60 2.63±0.26 tn 17.78 4.98±5.87 4.28±0.29 tn 11.78
Total (1+2+3) 31.50a 17.37b ** 6.29 7.27a 2.90b ** 7.14 10.81b 33.08a * 21.39
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut BNJ taraf 5% *: berbeda nyata pada taraf 5% **: berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn: tidak nyata v: hasil transformasi =sqrt(x+0.5) x: hasil transformasi =sqrt(x+1.5) Angka di belakang tanda (±) menunjukkan standar deviasi
27
Tabel 4. Pengaruh Naungan terhadap Bobot Basah, Bobot Kering dan Kadar Air Per Petak Mangkokan Peubah
Bobot Basah (g)
Bobot Kering (g)
Kadar Air (%)
Perlakuan
Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%)
Per Petak 6 MST 8 MST 4 5 28.1±5.83a 25.333±2.25 10.5±4.77b 15.433±8.4 * tn 18.66 21.99 10.867±10.25 7.40±2.87 7.9±6.06 3.63±1.30 tn tn z 29.03 24.39v 3.42±3.23 3.041±2.39 1.63±2.5 3.033±0.90 tn tn 26.34x 16.84v
10 MST 6 20.167±3.96 13.133±3.45 tn 28.30 3.43±1.45 1.30±0.26 tn 11.10v 5.434±1.2 8.768±3.57 tn 28.78
Total (4+5+6) 73.60a 39.07b * 15.77 21.70 12.83 tn 28.50v 11.66 14.08 tn 15.89
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut BNJ taraf 5% *: berbeda nyata pada taraf 5% **: berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn: tidak nyata v: hasil transformasi =sqrt(x+0.5) x: hasil transformasi =sqrt(x+1.5) Angka di belakang tanda (±) menunjukkan standar deviasi
28
Tabel 5. Pengaruh Naungan terhadap Persentase Edible Part dan Produktivitas Tanaman Mangkokan Peubah
Perlakuan
Edible Part (%)
Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan
6 16.74±7.81 10.68±2.30 tn 22.60v 30.47±7.77
8 14.67±1.71 16.69±1.24 tn 10.22 32.77±3.00
10 21.40±3.99 27.32±8.14 tn 16.74v 36.77±5.27
52.81 54.69 tn 16.21 98.13a
Naungan Uji F KK
13.33±6.35 tn 18.66
21.77±11.20 tn 21.22
16.00±4.60 tn 28.30
52.09b * 15.77
Produktivitas (kg/ha)
Umur Panen (MST)
Total
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut BNJ taraf 5% *: berbeda nyata pada taraf 5% **: berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn: tidak nyata v: hasil transformasi =sqrt(x+0.5) x: hasil transformasi =sqrt(x+1.5) Angka di belakang tanda (±) menunjukkan standar deviasi
29
Tabel 6. Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan Tanaman Beluntas Umur Tanaman (MST) Peubah Tinggi Tanaman (cm)
Diameter Batang (cm)
Panjang Daun (cm)
Lebar Daun (cm)
Jumlah Cabang
Perlakuan Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK
2 20.40±4.48 24.20±2.04 tn 19.48 0.34±0.04 0.33±0.02 tn 9.89 3.59±0.13 4.21±0.39 tn 8.90 1.79±0.04 2.07±0.23 tn 7.85 4.35±0.72 4.75±1.72 tn 15.44v
3 22.22±4.06 24.74±1.53 tn 16.23 0.35±0.05 0.35±0.04 tn 9.36 4.07±0.15b 4.61±0.36a * 4.61 2.03±0.15b 2.28±0.17a * 4.59 6.05±1.5 5.40±1.57 tn 17.59v
4 23.85±4.00 27.78±3.25 tn 18.20 0.40±0.04 0.37±0.04 tn 12.32 4.51±0.27 5.19±0.47 tn 9.05 2.34±0.14 2.62±0.21 tn 7.65 6.70±1.82 6.95±0.96 tn 25.68
5 26.19±3.91 30.17±4.16 tn 17.46 0.37±0.02a 0.31±0.03b ** 2.81 4.53±0.30 5.52±0.46 tn 9.29 2.35±0.19 2.82±0.27 tn 10.24 9.95±2.7 7.60±1.37 tn 29.13979
30
Tabel 6. Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan Tanaman Beluntas (lanjutan....) Umur Tanaman (MST) Peubah Tinggi Tanaman (cm)
Diameter Batang (cm)
Panjang Daun (cm)
Lebar Daun (cm)
Jumlah Cabang
Perlakuan Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK
6 29.03±4.79 33.34±4.97 tn 17.76 0.35±0.04 0.32±0.05 tn 13.47 4.56±0.30b 5.79±0.57a * 9.93 2.43±0.23 2.96±0.37 tn 12.58 11.35±3.16 10.10±1.16 tn 28.12
7 30.57±6.84 34.05±5.77 tn 15.14 0.35±0.01 0.36±0.07 tn 11.46 4.50±0.36b 6.01±0.71a * 12.08 2.50±0.35 3.16±0.52 tn 16.78 12.20±3.07 8.35±1.54 tn 26.36
8 35.24±8.71 38.23±7.64 tn 19.06 0.42±0.03 0.37±0.05 tn 10.07 4.84±0.50 6.23±0.74 tn 12.77 2.76±0.39 3.36±0.60 tn 18.26 13.40±3.88 8.10±1.85 tn 17.19v
9 37.83±10.4 31.35±10.49 tn 16.08v 0.40±0.05 0.34±0.08 tn 17.21 4.63±0.39 5.77±1.15 tn 19.68 2.73±0.31 3.11±0.8 tn 26.01 18.30±6.11 8.00±2.20 tn 18.25v
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut BNJ taraf 5% *: berbeda nyata pada taraf 5% **: berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn: tidak nyata v: hasil transformasi =sqrt(x+0.5) x: hasil transformasi =sqrt(x+1.5) Angka di belakang tanda (±) menunjukkan standar deviasi
10 39.71±9.38 37.11±10.98 tn 16.08v 0.44±0.04 0.38±0.05 tn 10.79 4.76±0.27 5.53±0.94 tn 13.72 2.79±0.20 2.99±0.55 tn 15.57 22.90±6.67a 8.81±2.66b * 17.70v
31
Tabel 7. Pengaruh Naungan terhadap Bobot Basah, Bobot Kering dan Kadar Air Per Tanaman Beluntas Peubah
Bobot Basah (g)
Bobot Kering (g)
Kadar Air (%)
Perlakuan
Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%)
Per Tanaman 6 MST 8 MST 1 2 17.90±10.48 40.933±4.86 20.50±1.56 23.633±10.60 tn tn v 20.08 19.37 9.367±6.34 3.73±2.24 2.00±0.35 1.90±1.30 tn tn y 12.07 29.40x 1.678±1.99 16.13±15.89 9.36±0.92 12.68±5.16 tn tn v 25.58 22.52v
10 MST 3 190.63±16.25a 77.87±43.54b * 16.34 44.067a±5.37 11.533b±7.29 tn 5.96 3.3038±0.20b 5.6554±0.53a ** 9.93
Total (1+2+3) 264.47a 126.27b * 20.03 51.93a 15.53b ** 9.19 26.73 31.49 tn 16.55v
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut BNJ taraf 5% *: berbeda nyata pada taraf 5% **: berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn: tidak nyata v: hasil transformasi =sqrt(x+0.5) x: hasil transformasi =sqrt(x+1.5) Angka di belakang tanda (±) menunjukkan standar deviasi
32
Tabel 8. Pengaruh Naungan terhadap Bobot Basah, Bobot Kering dan Kadar Air Per Petak Beluntas Peubah
Bobot Basah (g)
Bobot Kering (g)
Kadar Air (%)
Perlakuan
Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%)
Per Petak 6 MST 8 MST 4 5 217.33±10.64a 25.33±141.06 77.7±23.92b 15.43±62.41 * tn 11.78 28.86v 10.87±10.66 7.40±8.27 7.90±8.41 3.63±17.11 tn tn 28.89v 16.89v 3.415±1.40 3.041±4.38 1.627±0.60 3.033±3.84 tn tn v 23.30 25.11v
10 MST 6 20.17±182.44 13.13±122.77 tn 25.22v 3.43±34.37 1.30±10.56 tn 24.96v 4.2341±0.36b 10.691±0.91a ** 5.63
Total (4+5+6) 825.00 444.40 tn 16.80v 140.03 64.57 tn 19.64v 15.89 20.70 tn 17.50v
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut BNJ taraf 5% *: berbeda nyata pada taraf 5% **: berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn: tidak nyata v: hasil transformasi =sqrt(x+0.5) x: hasil transformasi =sqrt(x+1.5) Angka di belakang tanda (±) menunjukkan standar deviasi
33
Tabel 9. Pengaruh Naungan Terhadap Persentase Edible Part dan Produktivitas Tanaman Beluntas Peubah
Perlakuan
Edible Part (%)
Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan
6 7.06±4.35b 14.73±6.40a * 18.28 289.78±14.19a
8 15.57±3.53 21.53±3.27 tn 22.07 342.60±188.08
10 26.34±8.80 29.38±18.08 tn 22.99 467.60±243.25
38.57 58.14 tn 19.21v 1100.00
Naungan Uji F KK
103.60±31.90b * 11.78
265.50±83.21 tn 28.88v
223.40±163.69 tn 25.23v
592.50 tn 16.80v
Produktivitas (kg/ha)
Umur Panen (MST)
Total
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut BNJ taraf 5% *: berbeda nyata pada taraf 5% **: berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn: tidak nyata v: hasil transformasi =sqrt(x+0.5) x: hasil transformasi =sqrt(x+1.5) Angka di belakang tanda (±) menunjukkan standar deviasi
34
3. Kedondong Cina (Nothopanax fruticosum) Tabel 10 menunjukkan bahwa naungan tegakan pohon meningkatkan variabel panjang daun pada 7 hingga 10 MST, lebar daun (7, 8 dan 10 MST) dan panjang tangkai daun tanaman kedondong cina pada 7-10 MST. Panjang daun, lebar daun, dan panjang tangkai daun di lahan naungan lebih panjang dan lebar daripada di lahan tanpa naungan. Berdasarkan data pada Tabel 11, 12 dan 13, dapat diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh naungan pada kedondong cina terhadap variabel bobot basah, bobot kering, kadar air total per tanaman maupun per petak, persentase edible part total dan produktivitas total tanaman. Saat umur panen 8 MST, naungan menurunkan variabel bobot kering dan kadar air tanaman per petak. Bobot kering dan kadar air tanaman per petak di lahan tanpa naungan lebih tinggi daripada di lahan naungan, berturut-turut adalah 10 g dan 2.13 g, sedangkan kadar air tanaman berturut-turut adalah 20.94% dan 8.34%.
4. Daun Ginseng (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) Tabel 14 menunjukkan bahwa naungan tegakan pohon meningkatkan variabel tinggi tanaman, diameter batang, panjang daun, lebar daun, dan panjang cabang tanaman daun ginseng. Variabel-variabel tersebut menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik di lahan naungan daripada perlakuan tanpa naungan. Kondisi tanaman daun ginseng di lahan tanpa naungan dan ternaungi dapat dilihat pada Gambar Lampiran 10. Naungan meningkatkan bobot basah dan kering total per tanaman daun ginseng (Tabel 15). Bobot basah dan kering total per tanaman di lahan naungan lebih tinggi daripada perlakuan tanpa naungan. Saat umur panen 10 MST, naungan meningkatkan variabel bobot basah dan kering per tanaman. Bobot basah dan kering per tanaman di lahan naungan lebih tinggi daripada di lahan tanpa naungan, berturut-turut adalah 332.47 g dan 155.13 g, sedangkan bobot kering per tanaman berturut-turut adalah 46.33 g dan 27.4 g. Berdasarkan data pada Tabel 16 dan 17 dapat diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh naungan pada tanaman daun ginseng terhadap variabel bobot basah, bobot kering, kadar air total per petak, persentase edible part total dan produktivitas total tanaman.
35
Tabel 10. Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedondong Cina Umur Tanaman (MST) Peubah Tinggi Tanaman (cm)
Diameter Batang (cm)
Panjang Daun (cm)
Lebar Daun (cm)
Panjang Tangkai Daun (cm)
Perlakuan Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK
2 13.58±2.59 10.80±0.88 tn 18.18 0.43±0.03 0.41±0.03 tn 8.14 3.03±0.28 3.49±0.35 tn 13.35 1.57±0.37 1.65±0.13 tn 21.60 5.72±0.63 7.465±0.10 tn 16.38
3 14.53±2.29 11.22±1.22 tn 15.40 0.43±0.04 0.48±0.02 tn 8.62 3.47±0.32 4.10±0.28 tn 10.52 1.79±0.18 1.93±0.01 tn 9.86 6.38±0.74b 8.28±0.58a * 10.50
4 14.51±2.35 11.38±1.20 tn 14.39 0.46±0.01 0.45±0.03 tn 8.18 3.98±0.44 4.35±0.35 tn 12.82 1.85±0.13 2.02±0.10 tn 11.05 6.93±1.21 8.60±0.73 tn 13.28
5 14.85±2.50 11.76±0.96 tn 15.34 0.45±0.04 0.45±0.04 tn 7.57 4.21±0.28 4.54±0.19 tn 6.79 1.87±0.13 1.95±0.04 tn 5.13 7.35±0.69 8.38±0.56 tn 8.69
36
Tabel 10. Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedondong Cina (lanjutan....) Umur Tanaman (MST) Peubah Tinggi Tanaman (cm)
Diameter Batang (cm)
Panjang Daun (cm)
Lebar Daun (cm)
Panjang Tangkai Daun (cm)
Perlakuan Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK
6 15.86±2.29 12.24±1.18 tn 13.31 0.45±0.03 0.48±0.02 tn 8.92 4.41±0.33 4.77±0.14 tn 6.96 1.93±0.15 2.11±0.09 tn 7.20 7.13±0.70 8.65±0.96 tn 12.86
7 16.15±2.28 12.28±1.33 tn 16.86 0.45±0.05 0.48±0.03 tn 7.54 3.63±0.65b 4.86±0.16a * 10.71 1.66±0.19b 2.12±0.09a * 8.47 6.45±0.35b 8.53±0.84a * 9.58
8 16.54±2.52 12.65±1.46 tn 18.01 0.51±0.04 0.46±0.04 tn 10.75 3.17±0.91b 4.83±0.15a * 15.03 1.51±0.34b 2.17±0.06a * 12.86 5.88±0.77b 8.50±0.73a ** 8.04
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut BNJ taraf 5% *: berbeda nyata pada taraf 5% **: berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn: tidak nyata v: hasil transformasi =sqrt(x+0.5) x: hasil transformasi =sqrt(x+1.5) Angka di belakang tanda (±) menunjukkan standar deviasi
9 16.40±2.28 12.89±1.40 tn 16.91 0.45±0.04 0.42±0.03 tn 6.79 2.37±1.11b 4.56±0.21a * 24.91 1.14±0.53 2.04±0.16 tn 25.37 3.94±2.05b 7.95±1.14a * 29.80
10 16.99±2.70 12.95±1.58 tn 19.38 0.47±0.03 0.45±0.04 tn 4.23 1.92±1.13b 4.54±0.31a * 27.68 0.99±0.52b 2.05±0.11a * 27.92 5.04±0.97b 8.08±1.18a * 20.21
37
Tabel 11. Pengaruh Naungan terhadap Bobot Basah, Bobot Kering dan Kadar Air Per Tanaman Kedondong Cina Peubah
Bobot Basah (g)
Bobot Kering (g)
Kadar Air (%)
Perlakuan
Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%)
Per Tanaman 6 MST 8 MST 10 MST 1 2 3 7.267±2.75 6.767±0.74 22.175±3.10 10.66±1.33 8.93±3.53 27.6±7.09 tn tn tn v v 15.84 16.19 21.98 0.6333±0.55 4.7667±0.06a 4.10±1.42 1.1333±0.21 0.7667±0.15b 5.33±1.48 tn ** tn 28.86 5.11 19.88v 28.03±36.35 0.419±0.14b 4.22±1.45 8.72±2.84 10.551±3.04a 4.948±3.22 tn * tn 28.63w 17.88v 29.34y
Total (1+2+3) 49.80 46.33 tn 8.75 13.20 7.47 tn 28.21v 12.25 22.25 tn 17.69v
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut BNJ taraf 5% *: berbeda nyata pada taraf 5% **: berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn: tidak nyata v: hasil transformasi =sqrt(x+0.5) x: hasil transformasi =sqrt(x+1.5) Angka di belakang tanda (±) menunjukkan standar deviasi
38
Tabel 12. Pengaruh Naungan terhadap Bobot Basah, Bobot Kering dan Kadar Air Per Petak Kedondong Cina Peubah
Bobot Basah (g)
Bobot Kering (g)
Kadar Air (%)
Perlakuan
Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%)
6 MST 4 31.775±4.2 27.55±0.60 tn 26.45 9.80±11.00 13.23±0.23 tn 29.97v 5.432±5.09 1.204±0.02 tn 28.51x
Per Petak 8 MST 5 27.6±12.50 23.167±2.72 tn 29.12 10±2.25a 2.125±4.44b ** 12.72 20.94±0.38b 8.34±7.92a * 20.27v
10 MST 6 28.17±8.34 29.17±6.84 tn 15.14v 4.83±1.70 3.70±1.15 tn 16.87v 5.3213±1.51b 8.0356±1.08a * 16.76
Total (4+5+6) 85.00 84.13 tn 18.90 19.97 23.40 tn 26.60w 11.99 18.85 tn 22.97w
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut BNJ taraf 5% *: berbeda nyata pada taraf 5% **: berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn: tidak nyata v: hasil transformasi =sqrt(x+0.5) x: hasil transformasi =sqrt(x+1.5) Angka di belakang tanda (±) menunjukkan standar deviasi
39
Tabel 13. Pengaruh Naungan Terhadap Persentase Edible Part dan Produktivitas Tanaman Kedondong Cina Peubah
Perlakuan
Edible Part (%)
Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan
6 22.75±5.20 34.81±9.60 tn 15.23v 42.37±5.60
8 14.40±6.55 21.54±3.21 tn 26.11 36.80±16.66
10 11.57±4.27 46.39±27.06 tn 20.83w 38.98±11.12
49.91 100.80 tn 20.85 113.33
Naungan Uji F KK
36.73±0.80 tn 26.45
30.89±3.63 tn 29.12
42.40±9.12 tn 15.20v
112.18 tn 18.90
Produktivitas (kg/ha)
Umur Panen (MST)
Total
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut BNJ taraf 5% *: berbeda nyata pada taraf 5% **: berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn: tidak nyata v: hasil transformasi =sqrt(x+0.5) x: hasil transformasi =sqrt(x+1.5) Angka di belakang tanda (±) menunjukkan standar deviasi
40
Tabel 14. Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan Tanaman Daun Ginseng Umur Tanaman (MST) Peubah Tinggi Tanaman (cm)
Diameter Batang (cm)
Panjang Daun (cm)
Lebar Daun (cm)
Panjang Cabang (cm)
Jumlah Cabang
Perlakuan Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK
2 12.90±2.60b 20.99±2.34a ** 7.70 0.49±0.04 0.49±0.07 tn 6.16 5.91±0.36b 7.59±1.19a * 10.93 1.95±0.06b 2.88±0.35a * 10.63 6.78±1.19b 10.64±1.51a * 15.19 3.50±0.53 3.40±1.07 tn 21.56
3 16.62±2.20b 24.27±1.46a ** 4.06 0.54±0.08 0.63±0.07 tn 7.18 6.64±0.43b 8.75±0.98a * 9.26 2.16±0.08b 3.13±0.20a ** 5.58 10.42±1.80 13.00±2.40 tn 11.29 4.70±1.76 4.95±1.31 tn 28.56
4 19.59±1.82b 28.17±2.63a ** 4.73 0.66±0.08 0.71±0.12 tn 11.91 7.18±0.74b 9.88±0.86a * 11.51 2.22±0.17b 3.41±0.14a ** 5.55 13.68±2.52 16.51±1.32 tn 9.37 5.35±1.91 7.90±2.41 tn 17.10v
5 21.71±1.99b 31.90±2.21a ** 7.61 0.71±0.12 0.74±0.15 tn 17.78 7.19±0.89b 10.36±0.82a ** 8.26 2.20±0.27b 3.59±0.22a ** 4.72 15.89±2.98 20.03±1.89 tn 15.78 6.65±1.91 10.45±3.99 tn 20.55v
6 24.20±1.81b 37.70±4.49a * 10.59 0.77±0.14 0.79±0.13 tn 16.59 7.16±1.06b 10.39±0.52a ** 7.28 2.15±0.39b 3.56±0.23a ** 5.14 18.42±3.24b 25.86±1.50a * 13.80 9.30±3.19 13.95±4.08 tn 21.82v
41 Tabel 14. Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan Tanaman Daun Ginseng (lanjutan....) Umur Tanaman (MST) Peubah Tinggi Tanaman (cm)
Diameter Batang (cm)
Panjang Daun (cm)
Lebar Daun (cm)
Panjang Cabang (cm)
Jumlah Cabang
Perlakuan Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK
6 24.20±1.81b 37.70±4.49a * 10.59 0.77±0.14 0.79±0.13 tn 16.59 7.16±1.06b 10.39±0.52a ** 7.28 2.15±0.39b 3.56±0.23a ** 5.14 18.42±3.24b 25.86±1.50a * 13.80 9.30±3.19 13.95±4.08 tn 21.82v
7 26.57±3.14b 39.32±3.20a * 11.38 0.71±0.15 0.87±0.09 tn 17.50 7.05±0.90b 10.42±0.97a ** 4.29 2.18±0.36b 3.66±0.37a ** 2.03 18.93±3.03b 22.75±3.14a ** 1.69 9.05±3.19 11.85±3.65 tn 21.14v
8 29.73±4.11b 41.83±3.89a * 10.89 0.77±0.17 0.91±0.16 tn 19.88 7.04±0.81b 10.76±1.34a ** 4.70 2.16±0.32b 3.72±0.55a ** 7.25 19.96±2.67 23.55±4.08 tn 7.39 12.60±4.72 17.20±4.83 tn 20.19v
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut BNJ taraf 5% *: berbeda nyata pada taraf 5% **: berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn: tidak nyata v: hasil transformasi =sqrt(x+0.5) x: hasil transformasi =sqrt(x+1.5) Angka di belakang tanda (±) menunjukkan standar deviasi
9 30.55±7.90 33.85±6.98 tn 26.11 0.68±0.24 0.86±0.17 tn 23.75 5.78±1.16 9.17±1.64 tn 22.64 1.73±0.36b 3.18±0.54a * 19.32 19.95±2.58 20.80±3.82 tn 18.98 15.10±4.85 15.75±4.79 tn 17.17v
10 35.64±4.23 38.43±8.41 tn 23.27 0.76±0.13 0.90±0.18 tn 13.59 5.21±1.02 8.05±1.19 tn 20.52 1.55±0.30b 2.86±0.56a * 20.82 21.06±1.95 20.45±0.48 tn 5.85 17.87±6.84 17.90±4.24 tn 18.18v
42
Tabel 15. Pengaruh Naungan terhadap Bobot Basah, Bobot Kering dan Kadar Air Per Tanaman Daun Ginseng Peubah
Bobot Basah (g)
Bobot Kering (g)
Kadar Air (%)
Perlakuan
Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%)
Per Tanaman 6 MST 8 MST 10 MST 1 2 3 61.4±4.39 57.33±7.11 155.13±4.86b 88.5±22.43 123.27±36.19 332.47±43.28a tn tn * v 17.03 16.47 12.49 11.10±5.73 3.83±0.97 27.4±6.35b 4.97±1.53 8.00±3.77 46.433±9.93a tn tn * 22.04v 22.06v 11.62 6.336±5.27 14.86±5.63 4.8308±1.11 17.001±1.18 16.91±10.93 6.2554±0.67 tn tn tn 26.16 22.74w 7.94
Total (1+2+3) 273.87b 544.23a ** 5.70 42.33b 59.40a * 4.84 26.03 40.17 tn 18.96v
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut BNJ taraf 5% *: berbeda nyata pada taraf 5% **: berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn: tidak nyata v: hasil transformasi =sqrt(x+0.5) x: hasil transformasi =sqrt(x+1.5) Angka di belakang tanda (±) menunjukkan standar deviasi
43 Tabel 16. Pengaruh Naungan terhadap Bobot Basah, Bobot Kering dan Kadar Air Per Petak Daun Ginseng Peubah
Perlakuan
Bobot Basah (g)
Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%)
Bobot Kering (g)
Kadar Air (%)
Per Petak 6 MST 8 MST 10 MST 4 5 6 562.9±267.20 455.4±322.39 488.55±96.35 721.7±160.84 910.8±312.53 421.45±182.96 tn tn tn 22.04v 6.91w 15.26 57.67±22.36 32.73±18.39 46.467±11.89 62.50±14.05 118.93±45.55 30.2±20.73 tn tn tn 22.16v 20.55v 24.26 8.048±3.99 12.20±1.97 7.176±0.99 10.362±0.44 7.62±5.30 11.35±3.50 tn tn tn 27.89 23.49v 15.72v
Total (4+5+6) 1396.00 1965.00 tn 23.65v 136.87 211.63 tn 18.76v 28.69 29.53 tn 15.47v
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut BNJ taraf 5% *: berbeda nyata pada taraf 5% **: berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn: tidak nyata v: hasil transformasi =sqrt(x+0.5) x: hasil transformasi =sqrt(x+1.5) Angka di belakang tanda (±) menunjukkan standar deviasi
44 Tabel 17. Pengaruh Naungan Terhadap Persentase Edible Part dan Produktivitas Tanaman Daun Ginseng Peubah
Edible Part (%)
Produktivitas (kg/ha)
Perlakuan
Umur Panen (MST)
Total
Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan
6 25.31±1.27 18.21±4.26 tn 11.47 750.50±356.26
8 23.81±2.01 25.06±8.37 tn 24.27 607.20±429.86
10 32.15±9.78 33.33±6.15 tn 17.40 651.40±128.46
81.27 76.60 tn 9.34 1861.30
Naungan Uji F KK
962.20±214.46 tn 22.04v
1214.40±416.70 tn 11.35w
561.93±243.95 tn 15.26
2620.00 tn 23.65v
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut BNJ taraf 5% *: berbeda nyata pada taraf 5% **: berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn: tidak nyata v: hasil transformasi =sqrt(x+0.5) x: hasil transformasi =sqrt(x+1.5) Angka di belakang tanda (±) menunjukkan standar deviasi
45
5. Katuk (Sauropus androgynus) Tabel 18 menunjukkan bahwa naungan meningkatkan variabel panjang daun (6 dan 10 MST) dan lebar daun pada 5 hingga 6 MST. Variabel panjang dan lebar daun tersebut lebih panjang dan lebar daripada di lahan tanpa naungan. Kondisi tanaman katuk di lahan tanpa naungan dan ternaungi dapat dilihat pada Gambar Lampiran 11. Berdasarkan data pada Tabel 19, 20 dan 21, dapat diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh naungan pada tanaman katuk terhadap variabel bobot basah, bobot kering, kadar air total per tanaman maupun per petak, persentase edible part total dan produktivitas total tanaman. Saat umur panen 6 MST, naungan menurunkan variabel bobot basah per petak, namun perlakuan naungan meningkatkan kadar air tanaman per petak pada umur panen 10 MST. Naungan meningkatkan produktivitas tanaman katuk saat umur panen 6, yaitu berturut-turut adalah 64.27 kg/ha dan 39.37 kg/ha.
6. Sambung Nyawa (Gynura procumbens) Tabel 22 menunjukkan bahwa naungan tegakan pohon meningkatkan variabel diameter batang, panjang daun, lebar daun, dan panjang tangkai daun tanaman sambung nyawa. Variabel-variabel tersebut menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik di lahan naungan daripada perlakuan tanpa naungan. Kondisi tanaman sambung nyawa di lahan tanpa naungan dan ternaungi dapat dilihat pada Gambar Lampiran 12. Naungan meningkatkan bobot basah total per tanaman sambung nyawa (Tabel 23). Naungan juga meningkatkan kadar air tanaman per petak saat umur panen 10 MST (Tabel 24). Bobot basah total per tanaman dan kadar air tanaman per petak di lahan naungan lebih tinggi daripada perlakuan tanpa naungan. Berdasarkan data pada Tabel 25 dapat diketahui bahwa naungan menurunkan persentase edible part total tanaman. Persentase edible part total di lahan tanpa naungan lebih tinggi daripada di lahan naungan, berturut-turut adalah 124.01% dan 56.64%.
46
Tabel 18. Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan Tanaman Katuk Umur Tanaman (MST) Peubah Tinggi Tanaman (cm)
Diameter Batang (cm)
Panjang Daun (cm)
Lebar Daun (cm)
Jumlah Cabang
Jumlah Daun
Perlakuan Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK
2 23.70±3.24 22.98±5.22 tn 22.96 0.44±0.16 0.27±0.03 tn 7.47v 3.58±0.15 4.06±0.30 tn 7.07 1.93±0.21 2.07±0.04 tn 8.55 2.30±0.70 2.20±0.75 tn 19.54 9.60±1.07 10.05±3.70 tn 29.72
3 25.33±2.99 26.76±7.03 tn 25.93 0.43±0.19 0.31±0.04 tn 8.07v 3.74±0.15 4.37±0.43 tn 9.07 1.97±0.18 2.14±0.18 tn 11.45 2.04±0.65 1.95±0.5 tn 24.50 11.18±2.09 12.15±3.70 tn 16.60v
4 26.56±2.74 32.01±7.14 tn 22.06 0.30±0.04 0.34±0.05 tn 13.99 4.05±0.38 4.78±0.39 tn 11.10 2.10±0.16 2.25±0.09 tn 7.80 2.20±0.59 2.45±0.5 tn 15.99 14.20±3.82 14.75±2.61 tn 15.20v
5 28.85±5.37 34.98±8.49 tn 29.03 0.32±0.05 0.33±0.03 tn 14.70 4.14±0.52 5.43±0.32 tn 12.13 2.12±0.15b 2.34±0.04a * 3.78 2.35±0.87 2.35±0.91 tn 27.36 16.75±4.63 16.00±3.09 tn 30.42
6 32.30±7.59 41.25±10.80 tn 16.14v 0.35±0.05 0.33±0.06 tn 13.62 4.51b±0.38 5.59a±0.26 * 8.35 2.24±0.11b 2.49±0.08a * 2.95 2.80±0.85 2.30±0.66 tn 13.20 20.85±3.19 19.05±4.47 tn 22.24
47
Tabel 18. Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan Tanaman Katuk (lanjutan....) Umur Tanaman (MST) Peubah Tinggi Tanaman (cm)
Diameter Batang (cm)
Panjang Daun (cm)
Lebar Daun (cm)
Jumlah Cabang
Jumlah Daun
Perlakuan Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK
6 32.30±7.59 41.25±10.80 tn 16.14v 0.35±0.05 0.33±0.06 tn 13.62 4.51±0.38b 5.59±0.26a * 8.35 2.24±0.11b 2.49±0.08a * 2.95 2.80±0.85 2.30±0.66 tn 13.20 20.85±3.19 19.05±4.47 tn 22.24
7 33.37±5.66 38.49±8.55 tn 27.92 0.36±0.07 0.35±0.03 tn 10.78 4.51±0.45 5.44±0.55 tn 14.14 2.16±0.09 2.54±0.23 tn 8.68 2.95±0.99 2.50±0.53 tn 13.60v 17.25±6.01 13.65±4.93 tn 21.28v
8 36.91±8.77 43.49±9.83 tn 15.76v 0.40±0.07 0.38±0.03 tn 12.28 4.69±0.31 5.54±0.49 tn 10.59 2.28±0.19 2.59±0.19 tn 6.57 3.60±0.67 3.50±1.31 tn 15.45v 20.25±6.93 16.55±5.10 tn 21.58v
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut BNJ taraf 5% *: berbeda nyata pada taraf 5% **: berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn: tidak nyata v: hasil transformasi =sqrt(x+0.5) x: hasil transformasi =sqrt(x+1.5) Angka di belakang tanda (±) menunjukkan standar deviasi
9 28.18±7.80 30.52±10.25 tn 19.13v 0.32±0.05 0.38±0.04 tn 12.98 3.99±0.66 4.45±0.36 tn 14.10 2.09±0.39 2.14±0.30 tn 12.15 3.85±2.38 3.15±0.34 tn 21.24v 17.05±7.68 9.50±3.17 tn 23.94v
10 34.72±11.67 35.79±13.55 tn 23.42v 0.36±0.05 0.42±0.03 tn 13.40 4.07±0.70b 5.10±0.37a * 6.90 2.10±0.37 2.31±0.37 tn 11.84 4.43±1.29 3.69±1.23 tn 17.10v 19.79±8.99 11.41±5.95 tn 22.14w
48
Tabel 19. Pengaruh Naungan terhadap Bobot Basah, Bobot Kering dan Kadar Air Per Tanaman Katuk Peubah
Bobot Basah (g)
Bobot Kering (g)
Kadar Air (%)
Perlakuan
Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%)
6 MST 1 9.03±2.27 10.77±5.97 tn 18.49v 1.4333±0.92 0.60±0.87 tn 23.51y 6.29±2.35 60.73±66.87 tn 19.44v
Per Tanaman 8 MST 2 22.50±9.03 12.57±3.72 tn 24.21v 3.967±2.09 2.73±2.06 tn 26.13v 7.38±8.19 7.09±8.47 tn 29.85x
10 MST 3 55.53±26.21 60.80±33.93 tn 25.98v 17.30±7.89 20.07±11.75 tn 17.34w 2.1908±0.38 2.0609±0.09 tn 15.54
Total (1+2+3) 84.50 81.00 tn 23.69v 27.43 24.37 tn 22.99v 8.36 13.18 tn 19.08v
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut BNJ taraf 5% *: berbeda nyata pada taraf 5% **: berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn: tidak nyata v: hasil transformasi =sqrt(x+0.5) x: hasil transformasi =sqrt(x+1.5) Angka di belakang tanda (±) menunjukkan standar deviasi
49
Tabel 20. Pengaruh Naungan terhadap Bobot Basah, Bobot Kering dan Kadar Air Per Petak Katuk Peubah
Bobot Basah (g)
Bobot Kering (g)
Kadar Air (%)
Perlakuan
Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%)
Per Petak 6 MST 8 MST 10 MST 4 5 6 29.525±8.36b 59.967±11.11 93.33±70.63 48.2±1.90a 56.467±10.30 40.80±15.74 * tn tn 15.31 19.26 11.77w 13.67±10.33 12.67±2.29 24.87±17.36 19.63±0.72 23.13±12.70 7.77±2.48 tn tn tn v v 22.82 23.83 29.06v 2.612±2.27 3.9282±0.68 2.7466±0.27b 1.648±0.18 2.5565±1.63 4.6043±0.42a tn tn * 26.38v 25.52 14.03
Total (4+5+6) 187.07 149.17 tn 18.60v 51.20 50.53 tn 22.06v 9.02 7.77 tn 24.61
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut BNJ taraf 5% *: berbeda nyata pada taraf 5% **: berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn: tidak nyata v: hasil transformasi =sqrt(x+0.5) x: hasil transformasi =sqrt(x+1.5) Angka di belakang tanda (±) menunjukkan standar deviasi
50
Tabel 21. Pengaruh Naungan Terhadap Persentase Edible Part dan Produktivitas Tanaman Katuk Peubah
Perlakuan
Edible Part (%)
Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan
6 15.23±5.93 13.38±6.90 tn 4.89 39.37±11.15b
8 28.69±28.72 17.94±5.17 tn 21.24w 79.96±14.81
10 22.95±10.88 14.51±6.51 tn 16.79 124.44±94.18
66.87 45.82 tn 15.47v 249.42
Naungan Uji F KK
64.27±2.53a * 15.31
75.29±13.74 tn 19.26
54.40±20.98 tn 11.03w
198.89 tn 18.62v
Produktivitas (kg/ha)
Umur Panen (MST)
Total
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut BNJ taraf 5% *: berbeda nyata pada taraf 5% **: berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn: tidak nyata v: hasil transformasi =sqrt(x+0.5) x: hasil transformasi =sqrt(x+1.5) Angka di belakang tanda (±) menunjukkan standar deviasi
51
Tabel 22. Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan Tanaman Sambung Nyawa Umur Tanaman (MST) Peubah Tinggi Tanaman (cm)
Perlakuan Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Diameter Batang (cm) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Panjang Daun (cm) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Lebar Daun (cm) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Panjang Tangkai Tanpa Naungan Daun (cm) Naungan Uji F KK
2 16.89±1.11 18.10±1.14 tn 5.70 0.61±0.02a 0.57±0.02b * 2.39 7.18±3.54 8.48±0.87 tn 10.69 3.44±0.20 4.036±0.28 tn 7.98 1.62±0.10
3 18.73±1.22 21.90±1.47 tn 7.02 0.66±0.05 0.64±0.04 tn 4.15 8.26±0.59 9.76±1.09 tn 12.71 3.96±0.29 4.59±0.27 tn 8.85 1.80±0.23
4 20.13±1.35 25.65±3.36 tn 12.76 0.67±0.06 0.66±0.03 tn 5.86 8.47±0.46 10.69±1.29 tn 12.80 4.15±0.29 5.07±0.66 tn 14.37 1.91±0.19
5 21.73±1.89 30.00±3.95 tn 15.70 0.66±0.06 0.67±0.05 tn 11.34 8.63±0.39b 11.37±1.03a * 8.92 4.19±0.17b 5.34±0.41a * 7.50 2.01±0.12
6 23.43±2.13 33.65±4.41 tn 16.10 0.62±0.05 0.71±0.04 tn 9.21 8.92±0.53b 11.78±0.97a * 10.15 4.21±0.22b 5.41±0.38a * 8.65 2.07±0.18
1.97±0.23 tn 9.99
2.33±0.23 tn 14.43
2.45±0.29 tn 15.51
2.61±0.38 tn 14.93
2.54±0.23 tn 12.48
52
Tabel 22. Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan Tanaman Sambung Nyawa (lanjutan....) Umur Tanaman (MST) Peubah Tinggi Tanaman (cm)
Diameter Batang (cm)
Panjang Daun (cm)
Lebar Daun (cm)
Panjang Tangkai Daun (cm)
Perlakuan Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK
6 23.43±2.13 33.65±4.41 tn 16.10 0.62±0.05 0.71±0.04 tn 9.21 8.92±0.53b 11.78±0.97a * 10.15 4.21±0.22b 5.41±0.38a * 8.65 2.07±0.18
7 19.95±5.39 35.88±6.71 tn 28.18 0.62±0.03b 0.74±0.02a ** 2.01 8.50±0.63b 11.84±1.32a * 13.37 3.86±0.41b 5.42±0.53a * 12.85 2.05±0.07b
8 21.30±7.19 39.38±6.67 tn 29.03 0.60±0.07b 0.78±0.06a ** 6.07 8.46±1.12 11.79±1.04 tn 14.68 3.68±0.49b 5.30±0.52a * 15.39 2.12±0.14
9 20.38±8.74 24.53±3.79 tn 27.02 0.57±0.11 0.72±0.12 tn 21.83 7.66±1.56 8.99±1.52 tn 20.22 3.32±0.71 3.97±0.72 tn 19.33 1.86±0.28
10 22.24±8.35 28.30±2.56 tn 20.44 0.54±0.06b 0.73±0.04a * 9.91 7.70±1.40 9.04±1.67 tn 17.80 3.27±0.61 3.98±0.77 tn 17.10 1.79±0.34
2.54±0.23 tn 12.48
2.62±0.31a * 10.71
2.64±0.29 tn 12.62
2.18±0.44 tn 23.05
1.98±0.33 tn 17.44
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut BNJ taraf 5% *: berbeda nyata pada taraf 5% **: berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn: tidak nyata v: hasil transformasi =sqrt(x+0.5) x: hasil transformasi =sqrt(x+1.5) Angka di belakang tanda (±) menunjukkan standar deviasi
53
Tabel 23. Pengaruh Naungan terhadap Bobot Basah, Bobot Kering dan Kadar Air Per Tanaman Sambung Nyawa Peubah
Bobot Basah (g)
Bobot Kering (g)
Kadar Air (%)
Perlakuan
Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%)
Per Tanaman 6 MST 8 MST 10 MST 1 2 3 108.38±39.89 105.025±20.02 213.13±63.57b 104.83±8.78 107.15±26.82 529.63±62.11a tn tn ** 27.40 8.52 15.40 12.13±9.16 13.067±4.18 33.467±9.96 6.57±1.53 12.1±2.96 53.967±5.51 tn tn tn v 25.49 22.63 24.96 6.706±2.04b 8.18±1.60 6.393±0.46 14.087±2.66a 8.597±3.28 9.386±1.56 * tn tn 18.21 17.09v 18.14
Total (1+2+3) 446.30b 765.77a * 7.03 58.67 72.63 tn 18.33 21.57 32.24 tn 18.74
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut BNJ taraf 5% *: berbeda nyata pada taraf 5% **: berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn: tidak nyata v: hasil transformasi =sqrt(x+0.5) x: hasil transformasi =sqrt(x+1.5) Angka di belakang tanda (±) menunjukkan standar deviasi
54
Tabel 24. Pengaruh Naungan terhadap Bobot Basah, Bobot Kering dan Kadar Air Per Petak Sambung Nyawa Peubah
Bobot Basah (g)
Bobot Kering (g)
Kadar Air (%)
Perlakuan
Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%)
Per Petak 6 MST 8 MST 10 MST 4 5 6 566±121.74 779.7±132.30 752.27a±56.95 613±83.20 1026±173.96 421.9b±25.98 tn tn tn 24.84 19.61 9.69 75.20±23.75 112.1±37.35 85.733a±3.39 58.07±21.78 263.0±261.79 27.633b±6.37 tn tn tn v w 24.39 16.72 3.76 7.56±1.32 7.72±2.65 7.8±0.98b 10.23±5.50 6.49±5.17 14.676±2.71a tn tn * 23.374v 28.26x 11.47
Total (4+5+6) 2297.80 2155.60 tn 14.70 273.00 348.70 tn 11.45w 23.07 31.39 tn 28.30
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut BNJ taraf 5% *: berbeda nyata pada taraf 5% **: berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn: tidak nyata v: hasil transformasi =sqrt(x+0.5) x: hasil transformasi =sqrt(x+1.5) Angka di belakang tanda (±) menunjukkan standar deviasi
55
Tabel 25. Pengaruh Naungan terhadap Persentase Edible Part dan Produktivitas Tanaman Sambung Nyawa Peubah
Perlakuan
Edible Part (%)
Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan
6 43.49±13.25a 15.75±0.29b * 27.95 754.70±162.33
8 42.61a±8.47a 14.20b±3.34b * 28.75 1039.60±176.40
10 36.07±8.23 27.26±3.90 tn 24.61 1003.02±75.94a
124.01a 56.64b * 19.06 3063.80
Naungan Uji F KK
817.30±110.93 tn 24.84
1367.90±231.95 tn 19.61
562.53±34.64b * 9.69
2874.10 tn 14.70
Produktivitas (kg/ha)
Umur Panen (MST)
Total
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut BNJ taraf 5% *: berbeda nyata pada taraf 5% **: berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn: tidak nyata v: hasil transformasi =sqrt(x+0.5) x: hasil transformasi =sqrt(x+1.5) Angka di belakang tanda (±) menunjukkan standar deviasi
56
7. Kenikir (Cosmos caudatus) Tabel 26 menunjukkan bahwa naungan tegakan pohon meningkatkan variabel tinggi tanaman saat umur panen 2 MST dan jumlah daun tanaman kenikir pada saat 7 MST. Variabel-variabel tersebut menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik di lahan naungan daripada perlakuan tanpa naungan. Naungan menurunkan bobot basah, bobot kering total per tanaman kenikir, namun perlakuan naungan meningkatkan kadar air per tanaman saat umur panen 10 MST (Tabel 27). Bobot basah dan kering total per tanaman di lahan tanpa naungan lebih tinggi daripada di lahan naungan. Persentase kadar air per tanaman di lahan naungan lebih tinggi daripada di lahan tanpa naungan, berturut-turut adalah 6.19% dan 3.09%. Naungan juga menurunkan bobot basah dan kering per petak tanaman pada saat umur panen 8 MST (Tabel 28). Berdasarkan data pada Tabel 29 dapat diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh naungan terhadap variabel persentase edible part dan produktivitas total tanaman kenikir. Naungan menurunkan produktivitas tanaman saat umur panen 8 MST, yaitu berturut-turut adalah 238.80 kg/ha dan 39.42 kg/ha. 8. Kemangi (Ocimum americanum) Tabel 30 menunjukkan bahwa naungan tegakan pohon meningkatkan variabel tinggi tanaman, diameter batang, panjang daun dan lebar tanaman kemangi. Variabel-variabel tersebut menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik di lahan naungan daripada perlakuan tanpa naungan. Berdasarkan data pada Tabel 31, 32 dan 33 dapat diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh naungan terhadap variabel bobot basah total per tanaman dan per petak, persentase edible part total serta produktivitas total tanaman. Naungan meningkatkan kadar air tanaman total per petak (Tabel 32). Kadar air total tanaman di lahan naungan lebih tinggi daripada perlakuan tanpa naungan, yaitu berturut-turut adalah 28.1% dan 17.43%.
57
Tabel 26. Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan Tanaman Kenikir Umur Tanaman (MST) Peubah Tinggi Tanaman (cm)
Diameter Batang (cm)
Panjang Daun (cm)
Lebar Daun (cm)
Jumlah Daun
Perlakuan Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK
1 5.61±0.30 7.93±1.19 tn 15.37 0.16±0.01 0.16±0.02 tn 12.91 5.99±0.46 6.43±1.46 tn 19.93 4.20±0.27 4.38±1.21 tn 23.92 8.00±0.71 8.15±0.64 tn 11.29
2 7.30±0.57b 10.35±1.40a * 14.87 0.19±0.02 0.19±0.04 tn 20.16 6.71±0.70 7.86±1.64 tn 21.15 5.16±0.69 5.81±1.65 tn 28.24 9.35±0.55 9.50±1.05 tn 11.71
3 10.48±0.61 14.89±2.70 tn 18.36 0.27±0.03 0.23±0.06 tn 22.51 10.13±1.22 10.25±3.54 tn 28.69 7.50±0.86 7.70±2.04 tn 25.78 14.35±2.04 11.55±1.06 tn 15.98
4 14.65±0.94 18.73±4.55 tn 22.82 0.36±0.04 0.28±0.09 tn 25.03 12.82±1.31 11.98±3.25 tn 21.22 9.83±0.78 9.13±2.65 tn 22.41 21.60±3.19 14.90±3.96 tn 25.98
5 19.86±2.65 23.08±6.10 tn 27.15 0.42±0.05 0.33±0.11 tn 23.95 15.65±0.99 14.53±4.01 tn 19.92 12.73±0.85 10.61±3.42 tn 21.41 18.80±3.14 21.80±10.15 tn 16.54v
58 Tabel 26. Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan Tanaman Kenikir (lanjutan....) Umur Tanaman (MST) Peubah Tinggi Tanaman (cm)
Diameter Batang (cm)
Panjang Daun (cm)
Lebar Daun (cm)
Jumlah Daun
Perlakuan Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK
6 27.98±6.54 28.06±6.80 tn 29.26 0.50±0.04 0.36±0.13 tn 23.44 16.92±1.09 16.36±4.97 tn 22.22 13.58±0.72 12.18±4.17 tn 22.00 22.75±3.06 23.50±9.12 tn 29.07
7 19.59±4.91 15.58±4.94 tn 16.88v 0.66±0.05 0.50±0.22 tn 28.40 15.60±1.59 14.09±4.67 tn 28.04 9.74±1.17 8.45±3.67 tn 17.25v 23.70±6.12a 25.80±1.70b ** 14.90v
8 22.00±6.62 18.94±6.74 tn 18.35v 0.65±0.07 0.51±0.22 tn 26.61 15.86±1.57 13.80±5.59 tn 16.58v 10.29±1.06 8.10±3.67 tn 17.26v 34.45±5.93 15.76±9.11 tn 19.73v
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut BNJ taraf 5% *: berbeda nyata pada taraf 5% **: berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn: tidak nyata v: hasil transformasi =sqrt(x+0.5) x: hasil transformasi =sqrt(x+1.5) Angka di belakang tanda (±) menunjukkan standar deviasi
9 19.74±7.80 17.04±6.17 tn 21.22v 0.60±-.09 0.51±0.21 tn 8.38v 13.55±2.44 11.97±5.60 tn 20.66v 8.68±1.79 6.40±3.49 tn 23.61v 24.91±8.02 8.56±7.91 tn 29.87w
10 23.80±8.36 19.92±8.02 tn 21.74v 0.62±0.09 0.47±0.19 tn 25.64 12.69±2.36 11.61±0.45 tn 13.42 8.83±1.63 5.83±0.57 tn 18.77 41.41±10.08 15.34±13.03 tn 29.12w
59
Tabel 27. Pengaruh Naungan terhadap Bobot Basah, Bobot Kering dan Kadar Air Per Tanaman Kenikir Peubah
Bobot Basah (g)
Bobot Kering (g)
Kadar Air (%)
Perlakuan
Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%)
6 MST 1 68.30±13.38 42.33±27.05 tn 23.17v 9.13±1.39 6.50±4.36 tn 23.59v 6.3393±0.38 5.2699±0.35 tn 10.92
Per Tanaman 8 MST 2 42.533±8.38a 10.933±7.00b * 25.01 6.0667±1.27a 0.7±0.66b ** 17.77 6.07±0.87 23.88±17.50 tn 16.35w
10 MST 3 162.567±19.74a 26.067±19.50b ** 12.16 38.567±4.79a 3.2±2.08b ** 13.90 3.0918±0.07b 6.1929±1.82a * 24.39
Total (1+2+3) 273.40a 79.33b * 14.81 53.77a 10.40b ** 11.41 15.74 36.12 tn 17.78v
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut BNJ taraf 5% *: berbeda nyata pada taraf 5% **: berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn: tidak nyata v: hasil transformasi =sqrt(x+0.5) x: hasil transformasi =sqrt(x+1.5) Angka di belakang tanda (±) menunjukkan standar deviasi
60 Tabel 28. Pengaruh Naungan terhadap Bobot Basah, Bobot Kering dan Kadar Air Per Petak Kenikir Peubah
Perlakuan
Bobot Basah (g)
Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%)
Bobot Kering (g)
Kadar Air (%)
Per Petak 6 MST 8 MST 10 MST 4 5 6 352.3±101.63 179.13±26.03a 283.7±124.07 358.1±209.92 29.57±24.54b 104.6±87.79 tn ** tn 10.47w 13.86 17.39w 59.20±20.27 27.07±7.99a 50.93±19.70 59.07±41.49 2.47±2.08b 13.93±13.76 tn * tn 18.01w 13.72v 28.40w 5.0356±0.37 5.81±0.99 4.3067±0.36 5.3953±0.73 16.75±10.68 6.7028±1.88 tn tn tn 14.82 24.37v 21.71
Total (4+5+6) 815.10 492.30 tn 9.68w 137.20 75.47 tn 15.93w 15.32 29.56 tn 13.07v
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut BNJ taraf 5% *: berbeda nyata pada taraf 5% **: berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn: tidak nyata v: hasil transformasi =sqrt(x+0.5) x: hasil transformasi =sqrt(x+1.5) Angka di belakang tanda (±) menunjukkan standar deviasi
61 Tabel 29. Pengaruh Naungan Terhadap Persentase Edible Part dan Produktivitas Tanaman Kenikir Peubah
Edible Part (%)
Produktivitas (kg/ha)
Perlakuan
Umur Panen (MST)
Total
Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan
6 36.59±4.09 149.64±23.42 tn 18.88v 469.80±135.51
8 23.74±10.51 35.98±11.39 tn 28.94 238.80±34.71a
10 21.70±4.16 15.78±7.10 tn 21.50 378.20±165.42
50.50 85.64 tn 24.9v 1086.80
Naungan Uji F KK
477.50±279.89 tn 9.99w
39.42±32.73b ** 13.86
139.50±117.05 tn 16.48w
656.40 tn 9.27w
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut BNJ taraf 5% *: berbeda nyata pada taraf 5% **: berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn: tidak nyata v: hasil transformasi =sqrt(x+0.5) x: hasil transformasi =sqrt(x+1.5) Angka di belakang tanda (±) menunjukkan standar deviasi
62
Tabel 30. Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan Tanaman Kemangi Umur Tanaman (MST) Peubah Tinggi Tanaman (cm)
Diameter Batang (cm)
Panjang Daun (cm)
Lebar Daun (cm)
Perlakuan Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK
1 6.40±1.17 7.40±2.50 tn 27.68 0.14±0.01 0.13±0.02 tn 8.09 3.24±0.17 3.36±0.41 tn 7.13 1.76±0.08 1.83±0.20 tn 5.50
2 9.93±1.39 13.33±3.99 tn 23.07 0.16±0.01 0.02±0.17 tn 8.11 3.65±0.29 4.28±0.55 tn 9.43 1.75±0.08 2.13±0.29 tn 9.18
3 16.68±2.75 22.71±4.68 tn 19.45 0.21±0.02 0.21±0.03 tn 14.27 4.59±0.49 5.62±0.36 tn 9.85 1.95±0.14b 2.60±0.21a ** 6.53
4 23.23±3.41 32.70±5.29 tn 19.08 0.22±0.02 0.24±0.03 tn 7.29 4.89±0.32b 6.38±0.16a ** 3.90 2.06±0.07b 2.78±0.13a ** 2.82
5 28.74±3.70b 39.40±4.09a * 13.37 0.25±0.03 0.27±0.01 tn 9.18 4.81±0.24b 6.30±0.50a ** 5.44 2.09±0.11b 2.74±0.25a ** 5.58
63
Tabel 30. Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan Tanaman Kemangi (lanjutan....) Umur Tanaman (MST) Peubah Tinggi Tanaman (cm)
Diameter Batang (cm)
Panjang Daun (cm)
Lebar Daun (cm)
Perlakuan Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK
6 30.74±2.78b 46.08±1.88a ** 8.30 0.26±0.02 0.29±0.01 tn 6.55 4.49±0.22b 6.11±0.36a ** 4.78 1.91±0.08b 2.67±0.15a ** 4.25
7 24.13±5.53 17.20±3.62 tn 25.99 0.28±0.02b 0.35±0.02a ** 5.23 3.71±0.59 4.33±0.56 tn 19.24 1.65±0.25 1.79±0.25 tn 20.06
8 24.42±4.49 20.29±3.43 tn 22.12 0.30±0.02b 0.34±0.01a * 4.30 3.60±0.51 4.01±0.36 tn 12.12381 1.64±0.22 1.92±0.18 tn 13.37
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut BNJ taraf 5% *: berbeda nyata pada taraf 5% **: berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn: tidak nyata v: hasil transformasi =sqrt(x+0.5) x: hasil transformasi =sqrt(x+1.5) Angka di belakang tanda (±) menunjukkan standar deviasi
9 21.50±3.99 18.25±4.39 tn 27.01 0.31±0.04 0.35±0.02 tn 10.51 3.30±0.48 3.38±0.28 tn 13.90 1.59±0.24 1.55±0.19 tn 17.97
10 26.16±5.30 22.45±5.04 tn 29.40 0.31±0.05 0.34±0.02 tn 12.721 3.60±0.31 4.32±0.30 tn 10.94 1.81±0.23 2.11±0.22 tn 15.91
64
Tabel 31. Pengaruh Naungan terhadap Bobot Basah, Bobot Kering dan Kadar Air Per Tanaman Kemangi Peubah
Bobot Basah (g)
Bobot Kering (g)
Kadar Air (%)
Perlakuan
Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%)
6 MST 1 71.57±30.37 31.87±22.20 tn 20.65y 6.30±3.34 5.23±2.67 tn 29.51x 6.57±5.06b 7.58±3.68a * 5.83
Per Tanaman 8 MST 2 18.03±6.75 13.97±6.18 tn 21.52v 3.3±0.6a 0.63±0.06b * 19.80 4.61±2.23 21.48±11.12 tn 22.98v
10 MST 3 66.40±29.39 35.73±8.25 tn 24.46v 16.00±3.21 4.27±2.33 tn 22.39v 3.026±0.92 9.301±5.32 tn 16.34v
Total (1+2+3) 156.00 81.57 tn 25.62v 25.60 10.13 tn 25.51v 18.86 36.63 tn 21.55v
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut BNJ taraf 5% *: berbeda nyata pada taraf 5% **: berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn: tidak nyata v: hasil transformasi =sqrt(x+0.5) x: hasil transformasi =sqrt(x+1.5) Angka di belakang tanda (±) menunjukkan standar deviasi
65
Tabel 32. Pengaruh Naungan terhadap Bobot Basah, Bobot Kering dan Kadar Air Per Petak Kemangi Peubah
Perlakuan
Bobot Basah (g)
Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%)
Bobot Kering (g)
Kadar Air (%)
Per Petak 6 MST 8 MST 10 MST 4 5 6 211.7±123.73 144.87±91.28 194.63±111.26 315.8±72.93 41.87±19.11 124.27±56.35 tn tn tn v w 26.84 15.96 13.79w 32.97±18.40b 15.60±6.07 35.57±15.52b 41.77±10.82a 3.30±1.35 12.13±6.71a * tn * w v 2.00 8.97 4.70w 5.48±0.33b 7.13±2.82b 4.288±0.70b 6.89±0.30a 11.33±1.07a 10.92±3.05a ** * * 5.17 16.72 23.10
Total (4+5+6) 551.20 481.90 tn 27.99v 84.13 57.20 tn 25.93v 17.43b 28.16a ** 1.27
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut BNJ taraf 5% *: berbeda nyata pada taraf 5% **: berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn: tidak nyata v: hasil transformasi =sqrt(x+0.5) x: hasil transformasi =sqrt(x+1.5) Angka di belakang tanda (±) menunjukkan standar deviasi
66
Tabel 33. Pengaruh Naungan Terhadap Persentase Edible Part dan Produktivitas Tanaman Kemangi Peubah
Perlakuan
Edible Part (%)
Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan
6 43.55±8.93 88.47±52.56 tn 15.19w 282.20±164.98
8 27.61±10.42 25.43±13.76 tn 11.49w 193.16±121.71
10 29.64±30.66 32.97±0.81 tn 5.70 259.50±148.34
111.62 146.96 tn 22.62 734.90
Naungan Uji F KK
421.00±97.23 tn 26.85v
55.82±25.47 tn 15.03w
165.70±75.14 tn 13.07w
642.50 tn 27.99v
Produktivitas (kg/ha)
Umur Panen (MST)
Total
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut BNJ taraf 5% *: berbeda nyata pada taraf 5% **: berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn: tidak nyata v: hasil transformasi =sqrt(x+0.5) x: hasil transformasi =sqrt(x+1.5) Angka di belakang tanda (±) menunjukkan standar deviasi
67
9. Pohpohan (Pilea trinervia) Tabel 34 menunjukkan bahwa naungan tegakan pohon meningkatkan seluruh variabel pertumbuhan tanaman pohpohan (tinggi tanaman, diameter batang, panjang daun, lebar daun, jumlah cabang dan panjang tangkai daun). Variabel-variabel tersebut menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik di lahan naungan daripada perlakuan tanpa naungan. Naungan meningkatkan bobot basah total per tanaman pohpohan (Tabel 35). Bobot basah total per tanaman di lahan naungan lebih tinggi daripada di lahan tanpa naungan. Naungan juga meningkatkan bobot basah total per tanaman saat umur panen 6, 8 dan 10 MST. Berdasarkan data pada Tabel 36 dan 37 dapat diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh naungan terhadap variabel bobot basah dan kering total per petak, persentase edible part total dan produktivitas total tanaman. Naungan meningkatkan produktivitas tanaman saat umur panen 10 MST, yaitu berturutturut adalah 73.87 kg/ha dan 20.80 kg/ha. 10. Terubuk (Saccharum edule Hasskarl.) Berdasarkan data pada Tabel 38 dapat diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh naungan terhadap variabel pertumbuhan tanaman terubuk (tinggi tanaman, diameter batang, panjang daun, dan panjang ruas batang). Naungan menurunkan variabel lebar daun terubuk saat umur 4 MST. Hingga penelitian ini berakhir tanaman terubuk belum memasuki masa panen karena umur panen terubuk yang tergolong panjang yaitu sekitar 25 MST (minggu setelah tanam) hingga 40 MST (Kurniatusolihat, 2009) sehingga data agronomis terubuk (bobot basah, persentase edible part dan produktivitas tanaman) tidak dapat dihitung.
68 Tabel 34. Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan Tanaman Pohpohan Umur Tanaman (MST) Peubah Tinggi Tanaman (cm)
Diameter Batang (cm)
Panjang Daun (cm)
Lebar Daun (cm)
Jumlah Cabang
Panjang Tangkai Daun (cm)
Perlakuan Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan
1 9.17±2.15b 15.66±1.54a ** 12.24 0.25±0.09 0.37±0.03 tn 21.74 3.89±1.31b 6.84±0.91a ** 11.27 2.59±0.69b 4.21±0.46a * 11.93 3.2±0.71 3.1±1.04 tn 26.05 1.01±0.26b
2 10.66±1.99b 15.98±1.60a * 10.33 0.25±0.07b 0.38±0.02a * 15.67 3.81±1.28b 7.35±1.11a * 15.91 2.62±0.72b 4.59±0.65a * 17.69 4.3±0.26 4.5±0.68 tn 13.64 1.06±0.28b
3 11.7±1.80b 17.725±1.26a * 10.97 0.25±0.07b 0.41±0.03a * 15.15 3.74±1.18b 8.08±1.06a * 19.38 2.59±0.69b 5.23±0.69a * 20.52 3.75±0.44 5.1±0.53 tn 14.62 1.01±0.22b
4 11.51±3.01 18.915±2.00 tn 22.59 0.25±0.09 0.46±0.04 tn 27.45 3.08±1.09b 8.57±1.49a * 29.81 2.15±0.75b 5.63±0.92a * 30.02 3.85±0.75 4.8±1.14 tn 28.30 0.93±0.35b
5 12.7±3.21 19.65±2.63 tn 25.06 0.23±0.08b 0.49±0.05a * 26.91 2.80±0.93b 8.47±2.27a * 18.74v 1.95±0.63b 5.54±1.39a * 17.09v 4.25±1.26 4.45±0.91 tn 14.67v 0.78±0.26b
Naungan Uji F KK
1.80±0.14a ** 10.94
2.03±0.23a ** 12.18
2.43±0.25a ** 14.19
2.72±0.43a * 28.24
2.75±0.74a * 15.00v
69 Tabel 34. Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan Tanaman Pohpohan (lanjutan....) Umur Tanaman (MST) Peubah Tinggi Tanaman (cm)
Diameter Batang (cm)
Panjang Daun (cm)
Lebar Daun (cm)
Jumlah Cabang
Panjang Tangkai Daun (cm)
Perlakuan Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan
6 3.38±2.92 4.54±4.90 tn 15.93v 0.20±0.08 0.40±0.10 tn 7.61v 2.33±0.52b 8.49±2.70a * 18.06v 1.58±0.35b 5.51±1.63a * 16.37v 3.25±0.64 4.55±1.26 tn 14.26v 0.59±0.13b
7 13.22±1.33 14.83±1.35 tn 8.90 0.33±0.12 0.52±0.09 tn 20.47 1.45±0.35 1.89±0.31 tn 20.79v 1.09±0.31 1.48±1.11 tn 24.92v 5.63±1.36 4.97±0.85 tn 27.44 0.41±0.08
8 12.93±1.60b 15.82±1.29a * 8.199 0.27±0.05b 0.48±0.09a * 14.76 1.60±0.71 1.79±0.65 tn 17.95v 1.22±0.65 1.38±0.71 tn 24.75v 6.69±1.28b 12.10±1.60a * 19.33 0.45±0.16
9 10.65±5.16 15.49±2.42 tn 28.31 0.34±0.05b 0.52±0.12a * 14.68 0.44±0.13b 1.12±0.15a * 26.72 0.33±0.15b 0.89±0.34a * 27.75 5.88±1.93 10.94±3.70 tn 16.84v 0.12±0.05b
10 11.52±6.08 15.62±2.34 tn 29.02 0.32±0.11 0.49±0.09 tn 23.64 0.79±0.68 1.44±0.57 tn 21.18v 0.59±0.57 1.25±0.32 tn 11.63v 7.79±1.78 10.49±2.16 tn 23.54 0.22±0.23
Naungan Uji F KK
2.86±1.03a * 16.28v
1.06±0.80 tn 22.66v
0.73±0.48 tn 19.28v
0.40±0.20a * 7.07v
0.37±0.12 tn 10.64v
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut BNJ taraf 5% *: berbeda nyata pada taraf 5% **: berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn: tidak nyata v: hasil transformasi =sqrt(x+0.5) x: hasil transformasi =sqrt(x+1.5) Angka di belakang tanda (±) menunjukkan standar deviasi
70
Tabel 35. Pengaruh Naungan terhadap Bobot Basah, Bobot Kering dan Kadar Air Per Tanaman Pohpohan Peubah
Bobot Basah (g)
Bobot Kering (g)
Kadar Air (%)
Perlakuan
Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%)
Per Tanaman 6 MST 8 MST 1 2 13.60±1.64b 2.375±1.07b 61.07±24.60a 4.225b±0.26a * * 18.50v 21.75 1.13±0.46 0.13±0.06 7.47±2.85 0.13±0.06 tn tn 5.52v 23.59v 10.54±5.39 21.67±10.69 6.82±4.69 34.67±12.10 tn tn 23.54 28.98v
10 MST 3 12.73±0.70 53.87±13.64a * 27.53 1.63±0.46b 7.13±1.24a tn 24.41 7.41±3.27 6.81±2.77 tn 17.31v
Total (1+2+3) 31.20b 132.33a * 14.31v 4.40 16.77 tn 27.68v 44.53 47.10 tn 25.75
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut BNJ taraf 5% *: berbeda nyata pada taraf 5% **: berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn: tidak nyata v: hasil transformasi =sqrt(x+0.5) x: hasil transformasi =sqrt(x+1.5) Angka di belakang tanda (±) menunjukkan standar deviasi
71
Tabel 36. Pengaruh Naungan terhadap Bobot Basah, Bobot Kering dan Kadar Air Per Petak Pohpohan Peubah
Bobot Basah (g)
Bobot Kering (g)
Kadar Air (%)
Perlakuan
Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%) Tanpa Naungan Naungan Uji F KK (%)
6 MST 4 30.07±15.67 202.27±119.00 tn 16.69w 3.47±2.30 26.13±12.72 tn 30.73w 9.34±3.79 5.91±0.70 tn 28.15
Per Petak 8 MST 5 4.43±2.39b 12.70±1.32a * 21.75 0.57±0.40 0.83±0.32 tn 14.88v 2.98±5.64 3.97±5.94 tn 26.99
10 MST 6 15.60±2.04b 55.40±12.38a * 23.63 2.80±3.08 7.73±1.65 tn 28.71x 10.40±49.01 4.46±3.30 tn 28.46
Total (4+5+6) 50.10 270.37 tn 10.36v 6.83 34.70 tn 28.67u 50.20 28.71 tn 22.63w
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut BNJ taraf 5% *: berbeda nyata pada taraf 5% **: berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn: tidak nyata v: hasil transformasi =sqrt(x+0.5) x: hasil transformasi =sqrt(x+1.5) Angka di belakang tanda (±) menunjukkan standar deviasi
72
Tabel 37. Pengaruh Naungan Terhadap Persentase Edible Part dan Produktivitas Tanaman Pohpohan Peubah
Perlakuan
Edible Part (%)
Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan
6 67.65±4.40 93.63±19.43 tn 16.45 40.10±20.89
8 10.97±7.10 6.27±1.88 tn 28.22v 5.91±3.18b
10 8.03±2.31 5.94±2.21 tn 15.86v 20.80±2.72b
86.65 105.84 tn 16.69 66.80
Naungan Uji F KK
269.70±158.67 tn 15.74w
16.93±1.76a * 21.75
73.87±16.50a * 23.63
360.50 tn 27.19v
Produktivitas (kg/ha)
Umur Panen (MST)
Total
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut BNJ taraf 5% *: berbeda nyata pada taraf 5% **: berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn: tidak nyata v: hasil transformasi =sqrt(x+0.5) x: hasil transformasi =sqrt(x+1.5) Angka di belakang tanda (±) menunjukkan standar deviasi
73
Tabel 38. Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan Tanaman Terubuk Umur Tanaman (MST) Peubah Tinggi Tanaman (cm)
Diameter Batang (cm)
Panjang Daun (cm)
Lebar Daun (cm)
Panjang Ruas Batang (cm)
Perlakuan Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK
2 33.93±5.22 38.72±3.96 tn 6.52 0.36±0.04 0.32±0.02 tn 6.07 22.16±4.67 24.45±4.69 tn 21.58 0.85±0.05 0.78±0.02 tn 5.57 -
3 36.56±5.53 42.39±5.50 tn 11.11 0.36±0.09 0.33±0.02 tn 18.25 25.06±5.46 28.52±5.08 tn 21.98 0.86±0.09 0.81±0.03 tn 7.77 -
4 43.46±6.32 48.10±6.29 tn 16.49 0.44±0.05 0.38±0.01 tn 6.96 30.16±5.89 34.25±5.09 tn 21.54 0.97±0.07a 0.79±0.02b * 5.32 -
5 48.87±10.99 51.47±7.93 tn 17.14 0.47±0.06 0.39±0.02 tn 9.86 34.94±9.18 37.46±6.09 tn 20.07 1.07±0.22 0.78±0.04 tn 17.54 -
6 49.91±19.57 54.90±6.12 tn 23.08 0.55±0.11 0.43±0.03 tn 12.83 37.13±11.35 39.49±4.96 tn 18.12 1.19±0.25 0.92±0.09 tn 15.86 9.15±2.16
-
-
-
-
9.99±0.92 tn 16.18
74 Tabel 38. Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan Tanaman Terubuk (lanjutan....) Umur Tanaman (MST) Peubah Tinggi Tanaman (cm)
Diameter Batang (cm)
Panjang Daun (cm)
Lebar Daun (cm)
Panjang Ruas Batang (cm)
Perlakuan Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F KK Tanpa Naungan Naungan Uji F
6 49.91±19.57 54.90±6.12 tn 23.08 0.55±0.11 0.43±0.03 tn 12.83 37.13±11.35 39.49±4.96 tn 18.12 1.19±0.25 0.92±0.09 tn 15.86 9.15±2.16
7 57.23±17.68 60.62±4.48 tn 17.54 0.53±0.16 0.51±0.03 tn 19.71 40.33±14.02 43.47±3.56 tn 20.77 1.26±0.26 1.07±0.09 tn 11.56 10.19±2.41
8 56.94±30.65 69.87±7.15 tn 30.14 0.44±0.28 0.48±0.04 tn 11.05v 41.67±22.46 51.21±6.62 tn 28.05 1.24±0.59 1.14±0.09 tn 12.91v 10.10±4.62
9 61.79±32.75 76.70±9.16 tn 30.49 0.52±0.39 0.52±0.06 tn 12.79v 45.74±24.76 57.76±8.56 tn 29.25 1.43±0.67 1.46±0.22 tn 27.29 10.88±5.15
10 71.93±23.57 87.33±6.64 tn 16.20 0.74±0.25 0.64±0.06 tn 20.48 53.37±18.32 67.89±6.08 tn 15.16 1.69±0.38 1.59±017 tn 9.74 13.35±3.62
9.99±0.92 tn 16.18
11.67±1.12 tn 12.44
12.78±0.99 tn 27.02
13.88±1.00 tn 28.60
15.31±1.09 tn 14.59
KK Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji lanjut BNJ taraf 5% *: berbeda nyata pada taraf 5% **: berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn: tidak nyata v: hasil transformasi =sqrt(x+0.5) x: hasil transformasi =sqrt(x+1.5) Angka di belakang tanda (±) menunjukkan standar deviasi
75
Pembahasan Secara umum, beberapa tanaman sayuran indigenous menunjukkan pertumbuhan (tinggi, diameter, panjang daun, lebar daun, panjang cabang dan panjang tangkai daun), persentase edible part dan produksi tanaman yang lebih baik dan tinggi di bawah naungan tegakan pohon (lahan ternaungi) jika dibandingkan dengan tanaman sayuran di lahan terbuka (tanpa naungan). Tanaman sayuran indigenous tersebut adalah kedondong cina (Nothopanax fruticosum), daun ginseng (Talinum triangulare), katuk (Sauropus androgynus), sambung nyawa (Gynura procumbens), kenikir (Cosmos caudatus), kemangi (Ocimum americanum) dan pohpohan (Pilea trinervia). Pengaruh naungan terhadap persentase edible part dan produktivitas total beberapa tanaman sayuran indigenous disajikan pada Tabel 39. Tabel 39. Pengaruh Naungan terhadap Persentase Edible Part dan Produktivitas Beberapa Tanaman Sayuran Indigenous Tanaman
Mangkokan Beluntas Kedondong Cina Daun Ginseng Katuk Sambung Nyawa Kenikir Kemangi Pohpohan
Persentase Edible Part (%) Naungan Tanpa Naungan 54.69 52.81 58.14 38.57 100.80 49.91 76.60 81.27 45.82 66.87 56.64 124.01 85.64 50.50 146.96 111.62 105.84 86.65
Produktivitas (kg/ha) Naungan Tanpa Naungan 52.09 98.13 592.50 1100.00 112.18 113.33 2620.00 1861.30 198.89 249.42 2874.10 3063.80 656.40 1086.80 642.50 734.90 360.50 66.80
Pada tabel di atas terlihat bahwa tanaman kedondong cina, kenikir, kemangi dan pohpohan memiliki persentase edible part total di lahan naungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan lahan tanpa naungan, berturut-turut adalah 100.80%, 85.64%, 146.96% dan 105.84%. Hal tersebut disebabkan persentase edible part berhubungan langsung dengan bobot basah per tanaman dan bobot brangkasan. Apabila bobot basah per tanaman tinggi maka persentase edible part juga akan tinggi. Tanaman daun ginseng memiliki persentase edible part total di lahan naungan yang lebih rendah dibandingkan dengan lahan tanpa naungan yaitu
76
berturut-turut adalah 76.60% dan 81.27%. Hal tersebut dikarenakan persentase edible part saat umur panen 6 MST di lahan naungan lebih rendah dibandingkan lahan terbuka yaitu sekitar 18.21%, sedangkan di lahan terbuka sekitar 25.31%. Hal tersebut juga akan mempengaruhi persentase edible part total tanaman daun ginseng karena pada saat umur panen 8 dan 10 MST, persentase edible part di lahan naungan lebih tinggi dibandingkan saat 6 MST. Tanaman daun ginseng dan pohpohan memiliki produktivitas total di lahan naungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan lahan tanpa naungan, berturutturut adalah 2.620.00 kg/ha dan 360.50 kg/ha. Hal tersebut dikarenakan produktivitas tanaman berhubungan langsung dengan bobot basah tanaman per bedeng. Apabila bobot basah tanaman per bedeng tinggi maka produktivitasnya juga akan tinggi. Pada pertumbuhan tanaman, peubah tinggi dan panjang cabang tanaman daun ginseng; peubah diameter batang dan panjang tangkai daun tanaman sambung nyawa; serta peubah tinggi tanaman, diameter batang, dan panjang tangkai daun tanaman pohpohan pada lahan ternaungi lebih tinggi daripada di lahan tanpa naungan. Saat tanaman berumur 2 MST, tinggi tanaman daun ginseng di lahan ternaungi dan terbuka berturut-turut adalah 20.99 cm dan 12.90 cm, sedangkan panjang cabang berturut-turut adalah 10.64 cm dan 6.78 cm. Pada saat tanaman berumur 7 MST, diameter batang tanaman sambung nyawa di lahan ternaungi dan terbuka berturut-turut adalah 0.74 cm dan 0.62 cm, sedangkan panjang tangkai daun berturut-turut adalah 2.62 cm dan 2.05 cm. Pada saat tanaman berumur 2 MST, tinggi tanaman pohpohan di lahan ternaungi dan terbuka berturut-turut adalah 15.98 cm dan 10.66 cm, diameter batang tanaman berturut-turut adalah 0.39 cm dan 0.25 cm, sedangkan panjang tangkai daun berturut-turut adalah 2.03 cm dan 1.06 cm. Hal tersebut disebabkan pertumbuhan tanaman yang ternaungi dan memperoleh intensitas cahaya yang rendah akan mengalami etiolasi (pemanjangan batang atau ruas tanaman). Menurut Gardner et al., (1991), pemanjangan batang (etiolasi) terjadi karena perusakan auksin oleh cahaya yang lebih sedikit pada tegakan yang ternaung dan auksin yang terdapat pada tanaman berfungsi untuk merangsang perpanjangan sel, menunda absisi daun dan buah, dan merangsang terjadinya partenokarpi (buah tanpa biji) pada buah.
77
Tanaman daun ginseng, katuk, sambung nyawa dan pohpohan pada lahan ternaungi memiliki ukuran daun yang lebih panjang, lebar dan tipis daripada di lahan tanpa naungan. Saat tanaman berumur 8 MST, panjang daun ginseng pada lahan ternaungi sekitar 10.76 cm, sedangkan pada lahan terbuka sekitar 7.04 cm. Menurut Hale dan Orcutt (1987), permukaan daun yang ternaungi akan menjadi lebih tipis dan lebar dibandingkan dengan daun matahari. Heddy (1989) menyatakan bahwa tanaman yang hidup pada kondisi ternaungi akan memiliki struktur daun yang lebih besar, tipis, dan daunnya keputih-putihan tanpa klorofil yang cukup. Hasil bobot basah per tanaman mangkokan, beluntas, kedondong cina, kenikir, dan kemangi pada lahan tanpa naungan lebih tinggi daripada di lahan ternaungi. Hal ini dikarenakan cahaya yang diterima oleh tanaman tinggi sehingga laju fotosintesis menjadi cepat yang pada akhirnya menyebabkan fotosintat yang dihasilkan meningkat. Fotosintat yang tinggi menyebabkan bobot tanaman, baik bobot basah maupun kering tanaman juga meningkat. Hasil bobot basah per tanaman daun ginseng dan sambung nyawa, bobot basah per petak tanaman katuk, dan bobot basah total per tanaman pohpohan pada lahan ternaungi lebih tinggi daripada di lahan tanpa naungan. Hal tersebut dikarenakan bobot basah di lahan ternaungi lebih banyak mengandung klorofil (terutama klorofil b) per satuan berat daun. Klorofil yang lebih banyak ini berkaitan dengan lebih banyak grana yang terbentuk pada daun ternaung dibandingkan pada daun matahari (Lakitan, 2008). Tanaman terubuk pada penelitian ini belum memasuki masa panen karena umur panen terubuk yang tergolong panjang yaitu sekitar 25-40 MST (minggu setelah tanam) sehingga data agronomis terubuk (bobot basah, persentase edible part dan produktivitas tanaman) tidak dapat dihitung. Sebenarnya, untuk mengetahui produktivitas tanaman terubuk dapat juga diperkirakan dari pengukuran biomassa tanaman. Hal tersebut dikarenakan tanaman terubuk yang tergolong ke dalam famili Gramineae adalah salah satu tanaman C4. Tanaman C4 adalah tanaman yang mampu memfiksasi CO2 untuk membentuk senyawa dengan 4 atom C, yakni asam malat dan asam aspartat, bukan senyawa PGA (asam 3fosfogliserat). Tanaman C4 ini dapat melakukan fotosíntesis dengan lebih efisien
78
pada intensitas cahaya tinggi dan menghasilkan lebih banyak biomassa dibanding tanaman C3 (Lakitan, 2004). Tanaman C3 adalah tanaman yang mampu memfiksasi CO2 untuk membentuk asam 3-fosfogliserat (PGA). Selain tanaman C3 dan C4, terdapat beberapa spesies tanaman yang mempunyai sifat yang berbeda dengan kebanyakan tumbuhan lainnya, yakni membuka stomata pada malam hari dan menutup stomata pada siang hari. Fiksasi CO2 dilakukan pada malam hari karena stomata menutup pada siang hari sehingga akan dapat mengurangi laju transpirasi dan lebih mampu untuk beradaptasi pada daerah kering. Tanaman yang memiliki metabolisme CO2 tersebut termasuk dalam famili Crassulaceae, maka metabolisme CO2 ini disebut sebagai Metabolism Acid Crassulacean (CAM).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pengaruh naungan meningkatkan variabel pertumbuhan tanaman daun ginseng (tinggi, panjang daun, lebar daun, dan panjang cabang), sambung nyawa (diameter, panjang daun, lebar daun, dan panjang tangkai daun), katuk (panjang dan lebar daun), jumlah daun kenikir, diameter tanaman kemangi dan pohpohan (tinggi tanaman, diameter batang, panjang dan lebar daun, jumlah cabang, dan panjang cabang). Pengaruh naungan meningkatkan persentase edible part tanaman (kedondong cina, kenikir, kemangi dan pohpohan), meningkatkan bobot basah dan kering total per tanaman daun ginseng, bobot basah total per tanaman sambung nyawa dan pohpohan. Produktivitas tanaman daun ginseng dan pohpohan di lahan ternaungi lebih tinggi dibandingkan dengan lahan terbuka. Produktivitas tanaman daun ginseng di lahan ternaungi dan terbuka berturut-turut adalah 2.620.00 kg/ha dan 1.861.30 kg/ha, sedangkan produktivitas tanaman pohpohan berturut-turut adalah 360.50 kg/ha dan 66.80 kg/ha. Tanaman kedondong cina, daun ginseng, katuk, sambung nyawa, kenikir, kemangi dan pohpohan berpotensi untuk dikembangkan pada lahan dengan kondisi intensitas cahaya rendah (lahan ternaungi) dengan kisaran intensitas cahaya 90.23 – 272.85 Watt/m2.
Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh taraf naungan terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman sayuran indigenous sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal. Selain itu, juga perlu digunakan jenis tanaman sayuran indigenous yang memiliki karakter yang diinginkan oleh masyarakat, seperti toleran naungan, respon terhadap pemupukan, tahan terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT), dan memiliki rasa (taste) yang berbeda dari sayuran lain (unik).
DAFTAR PUSTAKA
Adi, L.T. 2006. Tanaman Obat dan Jus Untuk Asam Urat dan Rematik. AgroMedia Pustaka. Jakarta. 172 hal. Archita, A. 2005. Pengaruh Intensitas Cahaya Rendah Terhadap Keragaan Sifat Agronomis Tanaman Temu-temuan (Curcuma spp.). Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. AVRDC. 2008. Collection and conservation of indigenous germplasm to enhance biodiversity and maintain livelihoods in ASEAN. http://www.avrdc.org. [22 Maret 2008]. Bermawie, N. 2006. Sayuran indigenous sebagai sumber nutrisi dan obat-obatan keluarga. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung. Dalimartha, S. 2005. Tanaman Obat di Lingkungan Sekitar. Puspa Swara. Jakarta. 66 hal. Djukri dan B.S Purwoko. 2003. Pengaruh naungan paranet terhadap sifat toleransi tanaman talas (Colocasia esculenta (L.) Schott). Ilmu Pertanian 10 (2): 1725. Erlangga, N. 2008. Analisis Keragaman Aksesi Tanaman Kunyit (Curcuma domestica VAL.) Pada Kondisi Naungan dan Tanpa Naungan. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Gardner, F.P., R. B. Pearce, and R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan: Herawati Susilo. Universitas Indonesia. Jakarta. 428 hal. Hale, M. G. and D. M. Orcutt. 1987. The Physiology of Plant Under Stress. John Wiley & Sons, Inc. Canada. 206 p. Handayani, D. 2007. Identifikasi Karakter Hortikultura Beberapa Sayuran Indigenous. Skripsi. Program Studi Hortikultura. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Harjadi, S.S. 1989. Dasar-dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 506 hal. Harris, A dan L.A Napitupulu. 1991. Pengaruh naungan tegakan tanaman karet tua dan naungan buatan terhadap pertumbuhan varietas kakao di pembibitan. Berita Pen. Perkeb 1 (2): 71-80. Heddy, S. 1989. Hormon Tumbuhan. Cetakan 2. CV Rajawali. Jakarta. 98 hal.
81
Hermanto, D. 2008. Koleksi dan Karakterisasi Plasma Nutfah Sayuran Indigenous. Skripsi. Program Studi Hortikultura. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Jansen, P.C.M. 1994. Saccharum edule Hasskarl, p. 243-244. In J. S. Siemonsma and K. Piluek (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.8. PROSEA: Vegetables. Bogor. Kurniatusolihat, N. 2009. Pengaruh Bahan Stek dan Pemupukan Terhadap Produksi Terubuk (Saccharum edule Hasskarl). Skripsi. Program Studi Hortikultura. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kurniawati, A, L.K Darusman dan R.Y. Rachmawaty. 2005. Pertumbuhan, produksi dan kandungan triterpenoid dua jenis pegagan ( Centella asiatica L. (Urban)) sebagai bahan obat pada berbagai tingkat naungan. Bul. Agron 33 (3): 62-67. Kusmana dan Suryadi. 2004. Mengenal Sayuran Indijenes. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung. 28 hal. Lakitan, B. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Edisi 1. Cet. 5. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. 206 hal. Lakitan, B. 2008. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Edisi 1. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 206 hal. Lestari, M.A. 2008. Pengaruh Pemupukan Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Beberapa Sayuran Indigenous. Skripsi. Program Studi Hortikultura. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. LIPI. 1979. Tanaman Pekarangan. Lembaga Biologi Nasional. Bogor. 97 hal. Mahesworo. 2002. Tanaman Pagar yang Bermanfaat. Jakarta: Penebar Swadaya. 25 hal. Mahyar, U.W. 1994. Pilea Lindley, p. 224-226. In J. S. Siemonsma and K. Piluek (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.8. PROSEA: Vegetables. Bogor. Manoi, F dan N.N. Kristina. 2007. Budidaya, kandungan kimia dan pengolahan sambang nyawa. Warta Puslitbangbun 13 (3). Manurung, G.E.S., J.M. Roshetko, S. Budidarsono and I. Kurniawan. 2007. Dudukuhan Tree Farming Systems in West Java: How to Mobilize SelfStrengthening of Community-Based Forest Management? In: [A.D. Susila, B.S. Purwoko, M.R. Reyes and M.C. Palada. Research Report SANREMCRSP: Agroforestry and Sustainable Vegetable Production in Southeast Asian Watersheds. Indonesian TMPEGS Book. Bogor].
82
Muhlisah, F. 1999. Taman Obat Keluarga. Jakarta: Penebar Swadaya. 94 hal. Mursito, B. 2002. Ramuan Tradisional untuk Penyakit Malaria. Penebar Swadaya. Jakarta. 94 hal. Mursito, B dan H. Prihmantoro. 2002. Tanaman Hias Berkhasiat Obat. Penebar Swadaya. Jakarta. 96 hal. Nasaruddin, 2002. Kakao, budidaya dan beberapa aspek fisiologisnya. Jurnal Agrisistem 2 (1): 25-33. Rahardjo, M. 2007. Krokot (Portulaca oleraceae) gulma berkhasiat obat mengandung omega 3. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 13 (1): 1-4. Rifai, M.A. 1994. Talinum triangulare (Jacq.) Willd., p. 268-269. In J. S. Siemonsma and K. Piluek (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.8. PROSEA: Vegetables. Bogor. Rubatzky, V.E. dan M. Yamaguchi. 1999. Sayuran Dunia 3: Prinsip, Produksi, dan Gizi. Edisi Kedua. Institut Teknologi Bandung. Bandung. 320 hal. Salisbury, FB dan C.W Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3. Institut Teknologi Bandung. Sopandie, D., M.A. Chozin, S. Sastrosumarjo, T. Juhaeti dan Sahardi. 2003. Toleransi padi gogo terhadap naungan. Hayati 10 (2): 71-75. Sukarjo, E.I. 2004. Toleransi beberapa jenis Curcuma spp. terhadap intensitas naungan. JIPI. 6 (2): 97-103. Sunarto, A.T. 1994. Ocimum americanum L., p. 218-220. In J. S. Siemonsma and K. Piluek (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.8. PROSEA: Vegetables. Bogor. Sutomo, B. 2006. Manfaat daun kolesom Jawa http://www.budiboga.blogspot.com. [22 Juni 2008].
(daun
ginseng).
Van den Bergh, M.H. 1994. Sauropus androgynus (L.) Merrill, p. 244-246. In J. S. Siemonsma and K. Piluek (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.8. PROSEA: Vegetables. Bogor. Wijaya, K., S. Budidarsono, and J.M. Roshetko. 2007. Socioeconomic Baseline Studies: Agro-forestry and Sustainable Vegetables Production in Southeast Asian Watershed. In: [A.D. Susila, B.S. Purwoko, M.R. Reyes and M.C. Palada. Research Report SANREM-CRSP: Agroforestry and Sustainable Vegetable Production in Southeast Asian Watersheds. Indonesian TMPEGS Book. Bogor].
LAMPIRAN
84
Gambar 1. Lahan Terbuka
Gambar 2. Lahan Ternaungi
Gambar 3. Pesemaian Kenikir
Gambar 4. Pesemaian Kemangi
Gambar 5. Pesemaian Pohpohan
Gambar 6. Pesemaian Katuk
Gambar 7. Pesemaian S. Nyawa
Gambar 8. Pesemaian Daun Ginseng
85
Tanpa Naungan
Naungan
Gambar 9. Tanaman Beluntas di Lahan Tanpa Naungan dan Ternaungi
Tanpa Naungan
Naungan
Gambar 10. Tanaman Daun Ginseng di Lahan Tanpa Naungan dan Ternaungi
Tanpa Naungan
Naungan
Gambar 11. Tanaman Katuk di Lahan Tanpa Naungan dan Ternaungi
Tanpa Naungan
Naungan
Gambar 12. Tanaman Sambung Nyawa di Lahan Tanpa Naungan dan Ternaungi
86
Lampiran 1. Denah Tata Letak Percobaan
TATA LETAK PERCOBAAN N0
N1
U4
T8 T7 T6 T9 T2 T1 T4 T3 T5 T10
T9 T4 T6 T5 T7 T10 T8 T1 T2 T3
U1
T1 T4 T10 T7 T9 T3 T6 T2 T8 T5
T7 T9 T1 T6 T4 T2 T3 T10 T5 T8
U2
T9 T6 T7 T5 T8 T10 T1 T2 T3 T4
T10 T6 T8 T7 T4 T9 T1 T3 T5 T2
U3
T4 T9 T3 T10 T1 T2 T8 T7 T6 T5
T5 T6 T10 T7 T4 T8 T1 T9 T3 T2
Keterangan: N0 N1 U1 – U4 T1 – T10
: tanpa naungan : naungan : ulangan 1, 2, 3, 4 : jenis tanaman 1, 2, 3,……, 10
Lampiran 2. Contoh Perhitungan Persentase Naungan Contoh perhitungan persentase naungan pada pukul 09.00 adalah sebagai berikut. % naungan = 100% x (1 – I/D) = 100% (1 – 90.23/455.76) = 100% x (0.802) = 80.2%
87
Tabel Lampiran 3. Hasil Analisis Tanah di Lokasi Percobaan Tabel Kriteria Penilaian Hasil Analisis Tanah Parameter
Tanpa Naungan
Naungan
Nilai 1.67 0.21 8 29.6 11 11.21 3.03 0.81 0.13 0.13 37 4.2
Kriteria rendah sedang rendah sangat tinggi rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah sangat masam Sumber: Balai Penelitian Tanah Bogor (2009) C-organik (%) N (%) C/N ratio P2O5 (ppm) K2O (mg/100 g) KTK (cmol(+)/kg) Ca (cmol(+)/kg) Mg (cmol(+)/kg) K (cmol(+)/kg) Na (cmol(+)/kg) KB (%) pH
Nilai 1.95 0.25 8 14 27 12.07 3.85 1.2 0.31 0.07 45 4.5
Kriteria rendah sedang rendah tinggi sedang rendah rendah sedang rendah sangat rendah sedang masam
Tabel Lampiran 4. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah Parameter Sangat Rendah C-organik (%) N (%) C/N Ratio P2O5 (ppm) K2O (mg/100/g) KTK/CEC (cmol (+)/kg) Susunan Kation: Ca (cmol (+)/kg) Mg (cmol (+)/kg) K (cmol (+)/kg) Na (cmol (+)/kg) KB (%)
<1 < 0.1 <5 <4 < 10 <5
<2 < 0.3 < 0.1 < 0.1 < 20
Rendah 1–2 0.1 – 0.2 5 – 10 5–7 10 – 20 5 – 16
Nilai Sedang 2–2 0.21 – 0.5 11 – 15 8 – 10 21 – 40 17 – 24
Tinggi 3–5 0.51 – 0.75 16 – 25 11 – 15 41 – 60 25 – 40
Sangat Tinggi >5 > 0.75 > 25 > 15 > 60 > 40
2 -5 6 – 10 11 – 20 > 20 0.4 – 1.0 1.1 – 2.0 2.1 – 8.0 >8 0.1 – 0.3 0.4 – 0.5 0.6 – 1.0 >1 0.1 – 0.3 0.4 – 0.7 0.8 – 1.0 >1 20 - 40 41 - 60 61 - 80 > 80 pH Sangat Masam Masam Agak Netral Agak Alkalis Masam Alkalis < 4.5 4.5 – 5.5 5.5 – 6.5 6.6 - 7.5 7.6 – 8.5 > 8.5 Sumber: Pusat Penelitian Tanah (1980)
88
Tabel Lampiran 5. Suhu dan Kelembaban Relatif di Lahan Tanpa Naungan Umur (MST) 2 3 4 5 6 7 8 9
09.00 27.1 27.4 26.1 28.5 26 26 26 28.4
Suhu (ºC) 12.00 36.9 35.5 27.2 27.8 35.6 34.3 33.7 32.8
15.00 25.8 28.3 27.6 27.8 30.4 27.8 27.8 30.4
Kelembaban Relatif (%) 09.00 12.00 15.00 83 57 76 80 59 73 87 75 84 79.89 75.78 75.78 80.78 60.78 73.67 80.78 60 75.78 80.78 65.67 75.78 83.89 70.56 73.56
Tabel Lampiran 6. Suhu dan Kelembaban Relatif di Lahan Naungan Umur (MST) 2 3 4 5 6 7 8 9
09.00 27.8 27.1 26.8 28.97 26.18 26.18 26.18 29.12
Suhu (ºC) 12.00 38.7 37.9 26.9 27.24 31.63 36.06 35.32 35.54
15.00 26.1 27.4 27.9 27.24 30.26 27.24 27.24 31.96
Kelembaban Relatif (%) 09.00 12.00 15.00 83 50 77 79 52 76 86 80 84 79.22 79 79 80.44 70.89 74.11 80.44 56.78 79 80.44 61.33 79 81 58.22 69.44
Tabel Lampiran 7. Data Iklim Bulan
Suhu RataKelembaban Ratarata(°C) rata (%) Februari 2009 25.1 88 Maret 2009 25.8 82 April 2009 26.2 82 Mei 2009 26.1 85 Juni 2009 26.1 83 Jumlah 129.3 420 Rata-rata 25.86 84 Sumber: Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor (2009)
Curah Hujan (mm) 305.3 261.1 259.9 570.6 338 1734.9 346.98
89
Tabel Lampiran 8. Rekapitulasi Uji F Peubah Panjang Daun Tanaman Beluntas
SK Ulangan Perlakuan Galat KK = 8.90%
Panjang Daun Tanaman 2 MST db JK KT 3 0.146032 0.0486773 1 0.758912 0.758912 3 0.361616 0.1205386
F hitung 0.40 6.30
Pr > F 0.7620 0.0870
3 1 3
Panjang Daun Tanaman 3 MST 0.327974 0.1093246 0.585362 0.585362 0.120118 0.0400393
2.73 14.62
0.2157 0.0315
3 1 3
Panjang Daun Tanaman 4 MST 0.287976 0.095992 0.919368 0.919368 0.579144 0.193048
0.50 4.76
0.7097 0.1171
3 1 3
Panjang Daun Tanaman 5 MST 0.257872 0.0859573 1.944392 1.944392 0.653416 0.2178053
0.39 8.93
0.7674 0.0582
Ulangan Perlakuan Galat KK = 9.93%
3 1 3
Panjang Daun Tanaman 6 MST 0.450392 0.1501306 3.045512 3.045512 0.792344 0.2641146
0.57 11.53
0.6729 0.0426
Ulangan Perlakuan Galat KK = 12.08%
3 1 3
Panjang Daun Tanaman 7 MST 0.68023 0.226743 4.566242 4.566242 1.20983 0.403276
0.56 11.32
0.6760 0.0436
3 1 3
Panjang Daun Tanaman 8 MST 0.886512 0.295504 3.80880 3.80880 1.497968 0.4993226
0.59 7.63
0.6614 0.0700
3 1 3
Panjang Daun Tanaman 9 MST 1.320944 0.4403146 2.571912 2.571912 3.139464 1.046488
0.42 2.46
0.7522 0.2149
Ulangan Perlakuan Galat KK = 4.61% Ulangan Perlakuan Galat KK = 9.05%
Ulangan Perlakuan Galat KK = 9.29%
Ulangan Perlakuan Galat KK = 12.79% Ulangan Perlakuan Galat KK = 19.68%
90
Tabel Lampiran 8. Lanjutan…. Panjang Daun Tanaman 10 MST SK db JK KT F hitung Ulangan 3 1.4036923 0.4678974 0.94 Perlakuan 1 1.1973781 1.1973781 2.41 Galat 3 1.4923423 0.4974474 KK = 13.72%
Pr > F 0.5195 0.2186
Tabel Lampiran 9. Rekapitulasi Uji F Peubah Panjang Daun Tanaman Kedondong Cina Panjang Daun Tanaman 2 MST SK db JK KT F hitung Pr > F Ulangan 3 0.047638 0.0158793 0.08 0.9644 Perlakuan 1 0.43245 0.43245 2.28 0.2281 Galat 3 0.568694 0.1895646 KK = 13.35% Panjang Daun Tanaman 3 MST Ulangan 3 0.075136 0.0250453 0.16 0.9183 Perlakuan 1 0.788768 0.788768 4.96 0.1122 Galat 3 0.476768 0.1589226 KK = 10.52% Panjang Daun Tanaman 4 MST Ulangan 3 0.100376 0.0334586 0.12 0.9441 Perlakuan 1 0.279752 0.279752 0.98 0.3950 Galat 3 0.855704 0.2852346 KK = 12.82% Panjang Daun Tanaman 5 MST Ulangan 3 0.068144 0.0227146 0.26 0.8528 Perlakuan 1 0.225792 0.225792 2.56 0.2080 Galat 3 0.264688 0.0882293 KK = 6.79% Panjang Daun Tanaman 6 MST Ulangan 3 0.087142 0.0290473 0.28 0.8352 Perlakuan 1 0.249218 0.249218 2.44 0.2161 Galat 3 0.306166 0.1020553 KK = 6.96% Panjang Daun Tanaman 7 MST Ulangan 3 0.727312 0.2424373 1.17 0.4495 Perlakuan 1 3.055392 3.055392 14.78 0.0311 Galat 3 0.620208 0.206736 KK = 10.71% Panjang Daun Tanaman 8 MST Ulangan 3 1.449416 0.4831386 1.34 0.4089 Perlakuan 1 5.537792 5.537792 15.30 0.0297 Galat 3 1.085552 0.3618506 KK = 15.03%
91
Tabel Lampiran 9. Lanjutan…. Panjang Daun Tanaman 9 MST SK db JK KT F hitung Ulangan 3 1.60516 0.535053 0.72 Perlakuan 1 9.539712 9.539712 12.80 Galat 3 2.23544 0.7451466 KK = 24.91% Panjang Daun Tanaman 10 MST Ulangan 3 1.743302 0.5811006 0.73 Perlakuan 1 13.67645 13.67645 17.09 Galat 3 2.40103 0.800343 KK = 27.68%
Pr > F 0.6040 0.0373
0.6006 0.0257
Tabel Lampiran 10. Rekapitulasi Uji F Peubah Lebar Daun Tanaman Kedondong Cina Lebar Daun Tanaman 2 MST SK db JK KT F hitung Pr > F Ulangan 3 0.097888 0.0326293 0.27 0.8444 Perlakuan 1 0.014792 0.014792 0.12 0.7494 Galat 3 0.362008 0.1206693 KK = 21.60% Lebar Daun Tanaman 3 MST Ulangan 3 0.028758 0.009586 0.29 0.8346 Perlakuan 1 0.04205 0.04205 1.25 0.3446 Galat 3 0.10071 0.03357 KK = 9.86% Lebar Daun Tanaman 4 MST Ulangan 3 0.050608 0.0168693 0.37 0.7830 Perlakuan 1 0.061952 0.061952 1.35 0.3289 Galat 3 0.13736 0.045786 KK = 11.05% Lebar Daun Tanaman 5 MST Ulangan 3 0.02520 0.00840 0.86 0.5475 Perlakuan 1 0.014112 0.014112 1.45 0.3153 Galat 3 0.029264 0.0097546 KK = 5.17% Lebar Daun Tanaman 6 MST Ulangan 3 0.027056 0.0090186 0.43 0.7479 Perlakuan 1 0.063368 0.063368 3.01 0.1812 Galat 3 0.063176 0.0210586 KK = 7.20% Lebar Daun Tanaman 7 MST Ulangan 3 0.060648 0.020216 0.79 0.5749 Perlakuan 1 0.419528 0.419528 16.37 0.0272 Galat 3 0.076872 0.025624 KK = 8.47%
92
Tabel Lampiran 10. Lanjutan…. Lebar Daun Tanaman 8 MST SK db JK KT Ulangan 3 0.179152 0.0597173 Perlakuan 1 0.887112 0.887112 Galat 3 0.167656 0.0558853 KK = 12.86% Lebar Daun Tanaman 9 MST Ulangan 3 0.44823 0.14941 Perlakuan 1 1.594898 1.594898 Galat 3 0.487062 0.162354 KK = 25.37% Lebar Daun Tanaman 10 MST Ulangan 3 0.309016 0.1030053 Perlakuan 1 2.2472 2.2472 Galat 3 0.539584 0.1798613 KK = 27.92%
F hitung 1.07 15.87
Pr > F 0.4789 0.0283
0.92 9.82
0.5264 0.0519
0.57 12.49
0.6708 0.0385
Tabel Lampiran 11. Rekapitulasi Uji F Peubah Panjang Tangkai Daun Tanaman Kedondong Cina
SK Ulangan Perlakuan Galat KK = 16.38% Ulangan Perlakuan Galat KK = 10.50% Ulangan Perlakuan Galat KK = 13.28% Ulangan Perlakuan Galat KK = 8.69% Ulangan Perlakuan Galat KK = 12.86%
Panjang Tangkai Daun Tanaman 2 MST db JK KT F hitung 3 0.39480 0.13160 0.11 1 6.12500 6.12500 5.26 3 3.49460 1.16486
Pr > F 0.9468 0.1057
Panjang Tangkai Daun Tanaman 3 MST 3 0.87200 0.29066 0.49 1 7.2200 7.2200 12.18 3 9.869600 0.592533
0.7133 0.0397
Panjang Tangkai Daun Tanaman 4 MST 3 2.809200 0.936400 0.88 1 5.577800 5.577800 5.26 3 3.184200 1.061400
0.5398 0.1057
Panjang Tangkai Daun Tanaman 5 MST 3 0.97380 0.324600 0.70 1 2.12180 2.12180 4.54 3 1.40100 0.4670
0.6139 0.1228
Panjang Tangkai Daun Tanaman 6 MST 3 1.1772 0.3924 0.38 1 4.6208 4.6208 4.49 3 3.0876 1.0292
0.7753 0.1243
93
Tabel Lampiran 11. Lanjutan…. Panjang Tangkai Daun Tanaman 7 MST SK db JK KT F hitung Ulangan 3 0.92215 0.307383 0.60 Perlakuan 1 8.61125 8.61125 16.75 Galat 3 1.54255 0.5141833 KK = 9.58% Panjang Tangkai Daun Tanaman 8 MST Ulangan 3 2.41220 0.804066 2.41 Perlakuan 1 13.7288 13.72880 41.14 Galat 3 1.00120 0.333733 KK = 8.04% Panjang Tangkai Daun Tanaman 9 MST Ulangan 3 7.14015 2.38005 0.76 Perlakuan 1 32.24045 32.24045 10.28 Galat 3 9.40935 3.13645 KK = 29.80% Panjang Tangkai Daun Tanaman 10 MST Ulangan 3 1.7423625 0.5807875 0.33 Perlakuan 1 18.4528125 18.4528125 10.51 Galat 3 5.2658625 1.7552875 KK = 20.21%
Pr > F 0.6585 0.0264
0.2445 0.0077
0.5870 0.0491
0.8060 0.0478
Tabel Lampiran 12. Rekapitulasi Uji F Peubah Tinggi Tanaman Daun Ginseng
SK Ulangan Perlakuan Galat KK = 7.70%
db 3 1 3
Tinggi Tanaman 2 MST JK KT 32.3484 10.78280 130.8962 130.8962 5.11060 1.70353
Ulangan Perlakuan Galat KK = 4.06%
3 1 3
Ulangan Perlakuan Galat KK = 4.73% Ulangan Perlakuan Galat KK = 7.61%
F hitung 6.33 76.84
Pr > F 0.0820 0.0031
Tinggi Tanaman 3 MST 18.88015 6.293383 117.19805 117.19805 2.06455 0.688183
9.14 170.30
0.0510 0.0010
3 1 3
Tinggi Tanaman 4 MST 26.9276 8.975866 147.2328 147.2328 3.8276 1.27586
7.04 115.40
0.0717 0.0017
3 1 3
Tinggi Tanaman 5 MST 14.0842 4.69473 207.6722 207.6722 12.4682 4.156066
1.13 49.97
0.4613 0.0058
94
Tabel Lampiran 12. Lanjutan…. Tinggi Tanaman 6 MST SK db JK KT Ulangan 3 38.1016 12.70053 Perlakuan 1 364.500 364.5000 Galat 3 32.2456 10.74853 KK = 10.59% Tinggi Tanaman 7 MST Ulangan 3 18.1188 6.0396 Perlakuan 1 325.125 325.1250 Galat 3 42.1306 14.04353 KK = 11.38% Tinggi Tanaman 8 MST Ulangan 3 50.625 16.8750 Perlakuan 1 292.8200 292.820 Galat 3 45.5500 15.1833 KK = 10.89% Tinggi Tanaman 9 MST Ulangan 3 121.5400 40.51333 Perlakuan 1 21.780 21.7800 Galat 3 212.000 70.6666 KK = 26.11% Tinggi Tanaman 10 MST Ulangan 3 43.06338 14.35446 Perlakuan 1 15.554253 15.554253 Galat 3 222.841009 74.280336 KK = 23.27%
F hitung 1.18 33.91
Pr > F 0.4471 0.0101
0.43 23.15
0.7468 0.0171
1.11 19.29
0.4664 0.0219
0.57 0.31
0.6705 0.6175
0.19 0.21
0.8949 0.6783
Tabel Lampiran 13. Rekapitulasi Uji F Peubah Panjang Daun Tanaman Daun Ginseng
SK Ulangan Perlakuan Galat KK = 10.93% Ulangan Perlakuan Galat KK = 9.26% Ulangan Perlakuan Galat KK = 11.51%
Panjang Daun Tanaman 2 MST db JK KT 3 2.99615 0.998716 1 5.638082 5.638082 3 1.633622 0.54454
F hitung 1.83 10.35
Pr > F 0.3154 0.0487
3 1 3
Panjang Daun Tanaman 3 MST 1.903846 0.6346153 8.86205 8.86205 1.524342 0.508114
1.25 17.44
0.4297 0.0250
3 1 3
Panjang Daun Tanaman 4 MST 0.975894 0.325298 14.569202 14.569202 2.890486 0.9634953
0.34 15.12
0.8018 0.0301
95
Tabel Lampiran 13. Lanjutan…. Panjang Daun Tanaman 5 MST SK db JK KT F hitung Ulangan 3 2.838576 0.946192 1.80 Perlakuan 1 20.072448 20.072448 38.23 Galat 3 1.575152 0.5250506 KK = 8.26% Panjang Daun Tanaman 6 MST Ulangan 3 2.96351 0.987836 2.42 Perlakuan 1 20.749682 20.749682 50.84 Galat 3 1.224438 0.408146 KK = 7.28% Panjang Daun Tanaman 7 MST Ulangan 3 4.796998 1.5989993 11.39 Perlakuan 1 22.754258 22.754258 162.08 Galat 3 0.421174 0.1403913 KK = 4.29% Panjang Daun Tanaman 8 MST Ulangan 3 6.835528 2.2785093 13.01 Perlakuan 1 27.647048 27.647048 157.89 Galat 3 0.52532 0.175106 KK = 4.70% Panjang Daun Tanaman 9 MST Ulangan 3 3.546888 1.182296 0.41 Perlakuan 1 23.065632 23.065632 8.06 Galat 3 8.584176 2.861392 KK = 22.64% Panjang Daun Tanaman 10 MST Ulangan 3 1.82224 0.607413 0.33 Perlakuan 1 16.085792 16.085792 8.69 Galat 3 5.554272 1.851424 KK = 20.52%
Pr > F 0.3203 0.0085
0.2434 0.0057
0.0380 0.0010
0.0317 0.0011
0.7565 0.0657
0.8078 0.0601
Tabel Lampiran 14. Rekapitulasi Uji F Peubah Lebar Daun Tanaman Daun Ginseng
SK Ulangan Perlakuan Galat KK = 10.63% Ulangan Perlakuan Galat KK = 5.58%
db 3 1 3
Lebar Daun Tanaman 2 MST JK KT 0.186384 0.062128 1.752192 1.752192 0.197584 0.0658613
3 1 3
Lebar Daun Tanaman 3 MST 0.075558 0.025186 1.877922 1.877922 0.065462 0.0218206
F hitung 0.94 26.60
Pr > F 0.5186 0.0141
1.15 86.06
0.4545 0.0027
96
Tabel Lampiran 14. Lanjutan…. Lebar Daun Tanaman 4 MST SK db JK KT Ulangan 3 0.067528 0.0225093 Perlakuan 1 2.841728 2.841728 Galat 3 0.07320 0.02440 KK = 5.55% Lebar Daun Tanaman 5 MST Ulangan 3 0.316662 0.105554 Perlakuan 1 3.880898 3.880898 Galat 3 0.056230 0.018743 KK = 4.72% Lebar Daun Tanaman 6 MST Ulangan 3 0.547096 0.1823653 Perlakuan 1 3.97620 3.9762 Galat 3 0.064728 0.021576 KK = 5.14% Lebar Daun Tanaman 7 MST Ulangan 3 0.782512 0.2608373 Perlakuan 1 4.345352 4.345352 Galat 3 0.010568 0.0035226 KK = 2.03% Lebar Daun Tanaman 8 MST Ulangan 3 1.085334 0.361778 Perlakuan 1 4.873442 4.873442 Galat 3 0.135766 0.0452553 KK = 7.25% Lebar Daun Tanaman 9 MST Ulangan 3 0.590438 0.1968126 Perlakuan 1 4.17605 4.17605 Galat 3 0.67583 0.225276 KK = 19.32% Lebar Daun Tanaman 10 MST Ulangan 3 0.567494 0.1891646 Perlakuan 1 3.416498 3.416498 Galat 3 0.63063 0.21021 KK = 20.82%
F hitung 0.92 116.46
Pr > F 0.5257 0.0017
5.63 207.05
0.0948 0.0007
8.45 184.29
0.0565 0.0009
74.05 1233.54
0.0026 0.0001
7.99 107.69
0.0608 0.0019
0.87 4.17605
0.5429 0.0231
0.90 16.25
0.5335 0.0274
Tabel Lampiran 15. Rekapitulasi Uji F Peubah Panjang Cabang Tanaman Daun Ginseng
SK Ulangan Perlakuan Galat KK = 15.19%
Panjang Cabang Tanaman 2 MST db JK KT 3 5.8474375 1.9491458 1 29.8378125 29.8378125 3 5.2522375 1.7507458
F hitung 1.11 17.04
Pr > F 0.4659 0.0258
97
Tabel Lampiran 15. Lanjutan…. Panjang Cabang Tanaman 3 MST SK db JK KT F hitung Ulangan 3 21.69735 7.23245 4.14 Perlakuan 1 13.36445 13.36445 7.65 Galat 3 5.243750 1.747916 KK = 11.29% Panjang Cabang Tanaman 4 MST Ulangan 3 18.2594 6.08646 3.04 Perlakuan 1 16.0178 16.0178 8.00 Galat 3 6.0042 2.0014 KK = 9.37% Panjang Cabang Tanaman 5 MST Ulangan 3 13.255 4.418333 0.55 Perlakuan 1 34.2792 34.2792 4.27 Galat 3 24.080 8.02666 KK = 15.78% Panjang Cabang Tanaman 6 MST Ulangan 3 10.32535 3.441783 0.37 Perlakuan 1 110.85605 110.85605 11.89 Galat 3 27.98055 9.32685 KK = 13.79% Panjang Cabang Tanaman 7 MST Ulangan 3 56.86375 18.954583 152.14 Perlakuan 1 29.26125 29.26125 234.87 Galat 3 0.37375 0.124583 KK = 1.69% Panjang Cabang Tanaman 8 MST Ulangan 3 63.4946 21.16486 8.18 Perlakuan 1 25.7762 25.7762 9.97 Galat 3 7.75860 2.5862 KK = 7.39% Panjang Cabang Tanaman 9 MST Ulangan 3 19.1350 6.37833 0.43 Perlakuan 1 1.4450 1.44500 0.10 Galat 3 44.8550 14.95166 KK = 18.98% Panjang Cabang Tanaman 10 MST Ulangan 3 7.7213343 2.5737781 1.75 Perlakuan 1 0.7472531 0.7472531 0.51 Galat 3 4.4170093 1.4723364 KK = 5.85%
Pr > F 0.1369 0.0699
0.1927 0.0662
0.6820 0.1307
0.7827 0.0410
0.0009 0.0006
0.0590 0.0510
0.7488 0.7762
0.3289 0.5276
98
Tabel Lampiran 16. Rekapitulasi Uji F Peubah Diameter Tanaman Sambung Nyawa
db 3 1 3
Diameter Tanaman 2 MST JK KT 0.001603 0.0005343 0.0032401 0.0032401 0.0005857 0.0001952
Ulangan Perlakuan Galat KK = 4.15% Ulangan Perlakuan Galat KK = 5.86%
SK Ulangan Perlakuan Galat KK = 2.39%
F hitung 2.74 16.60
Pr > F 0.2151 0.0267
3 1 3
Diameter Tanaman 3 MST 0.0110852 0.003695 0.0007031 0.0007031 0.0021540 0.000718
5.15 0.98
0.1058 0.3953
3 1 3
Diameter Tanaman 4 MST 0.0098583 0.0032861 0.000114 0.000114 0.0045346 0.0015115
2.17 0.08
0.2700 0.8014
3 1 3
Diameter Tanaman 5 MST 0.002061 0.000687 0.0004898 0.0004898 0.0170664 0.005688
0.12 0.09
0.9419 0.7883
Ulangan Perlakuan Galat KK = 9.21%
3 1 3
Diameter Tanaman 6 MST 0.0010943 0.0003647 0.0155937 0.0155937 0.0113307 0.003776
0.10 4.13
0.9568 0.1351
Ulangan Perlakuan Galat KK = 2.01%
3 1 3
Diameter Tanaman 7 MST 0.0032702 0.00109 0.031350 0.03135 0.0005609 0.0001869
5.83 167.67
0.0908 0.0010
Ulangan Perlakuan Galat KK = 6.07%
3 1 3
Diameter Tanaman 8 MST 0.017016 0.005672 0.0627642 0.0627642 0.0052325 0.001744
3.25 35.98
0.1793 0.0093
Ulangan Perlakuan Galat KK = 21.83%
3 1 3
Diameter Tanaman 9 MST 0.0185403 0.0061801 0.044253 0.0442531 0.0590673 0.019689
0.31 2.25
0.8166 0.2308
Ulangan Perlakuan Galat KK = 11.34%
99
Tabel Lampiran 16. Lanjutan…. Diameter Tanaman 10 MST SK db JK KT Ulangan 3 0.0038585 0.0012861 Perlakuan 1 0.0700128 0.0700128 Galat 3 0.0119046 0.0039682 KK = 9.91%
F hitung 0.32 17.64
Pr > F 0.8102 0.0246
Tabel Lampiran 17. Rekapitulasi Uji F Peubah Panjang Daun Tanaman Sambung Nyawa
SK Ulangan Perlakuan Galat KK = 10.69%
Panjang Daun Tanaman 2 MST db JK KT 3 1.046854 0.3489513 1 3.374802 3.374802 3 2.102598 0.700866
F hitung 0.50 4.82
Pr > F 0.7093 0.1158
3 1 3
Panjang Daun Tanaman 3 MST 0.644278 0.2147593 4.482018 4.482018 3.93471 1.31157
0.16 3.42
0.9143 0.1617
Ulangan Perlakuan Galat KK = 12.79%
3 1 3
Panjang Daun Tanaman 4 MST 1.113334 0.3711113 9.847922 9.847922 4.509174 1.503058
0.25 6.55
0.8596 0.0832
Ulangan Perlakuan Galat KK = 8.92%
3 1 3
Panjang Daun Tanaman 5 MST 1.2756 0.4252 14.949512 14.949512 2.386024 0.7953413
0.53 18.80
0.6901 0.0226
3 1 3
Panjang Daun Tanaman 6 MST 0.363078 0.121026 16.30205 16.30205 3.309942 1.103314
0.11 14.78
0.9488 0.0311
3 1 3
Panjang Daun Tanaman 7 MST 0.912022 0.3040073 22.324562 22.324562 5.540022 1.846674
0.16 12.09
0.9137 0.0401
Ulangan Perlakuan Galat KK = 12.71%
Ulangan Perlakuan Galat KK = 10.15% Ulangan Perlakuan Galat KK = 13.37%
100
Tabel Lampiran 17. Lanjutan…. Panjang Daun Tanaman 8 MST SK db JK KT F hitung Ulangan 3 0.320502 0.106834 0.05 Perlakuan 1 22.11125 22.11125 10.01 Galat 3 6.628758 2.209586 KK = 14.68% Panjang Daun Tanaman 9 MST Ulangan 3 5.78036 1.926786 0.68 Perlakuan 1 3.516552 3.516552 1.24 Galat 3 8.50388 2.834626 KK = 20.22% Panjang Daun Tanaman 10 MST Ulangan 3 7.614368 2.5381226 1.14 Perlakuan 1 3.548448 3.548448 1.60 Galat 3 6.661408 2.2204693 KK = 17.80%
Pr > F 0.9834 0.0507
0.6206 0.3466
0.4575 0.2955
Tabel Lampiran 18. Rekapitulasi Uji F Peubah Lebar Daun Tanaman Sambung Nyawa
SK Ulangan Perlakuan Galat KK = 7.98%
F hitung 0.30 7.99
Pr > F 0.8225 0.0664
3 1 3
Lebar Daun Tanaman 3 MST 0.037206 0.012402 0.796322 0.796322 0.429958 0.1433193
0.09 5.56
0.9628 0.0997
Ulangan Perlakuan Galat KK = 14.37%
3 1 3
Lebar Daun Tanaman 4 MST 0.22383 0.07461 1.681778 1.681778 1.317046 0.4390153
0.17 3.83
0.9102 0.1452
Ulangan Perlakuan Galat KK = 7.50%
3 1 3
Lebar Daun Tanaman 5 MST 0.212086 0.0706953 2.649602 2.649602 0.383158 0.1277193
0.55 20.75
0.6804 0.0198
3 1 3
Lebar Daun Tanaman 6 MST 0.048368 0.0161226 2.8800 2.8800 0.518352 0.172784
0.09 16.67
0.9588 0.0265
Ulangan Perlakuan Galat KK = 8.85%
Ulangan Perlakuan Galat KK = 8.65%
db 3 1 3
Lebar Daun Tanaman 2 MST JK KT 0.08128 0.027093 0.710432 0.710432 0.26688 0.08896
101
Tabel Lampiran 18. Lanjutan…. Lebar Daun Tanaman 7 MST SK db JK KT Ulangan 3 0.297654 0.099218 Perlakuan 1 4.848498 4.848498 Galat 3 1.06423 0.354743 KK = 12.85% Lebar Daun Tanaman 8 MST Ulangan 3 0.101958 0.033986 Perlakuan 1 5.255282 5.255282 Galat 3 1.432358 0.477452 KK = 15.39% Lebar Daun Tanaman 9 MST Ulangan 3 1.601832 0.533944 Perlakuan 1 0.850208 0.850208 Galat 3 1.489648 0.4965493 KK = 19.33% Lebar Daun Tanaman 10 MST Ulangan 3 1.740406 0.5801353 Perlakuan 1 1.02245 1.02245 Galat 3 1.152886 0.3842953 KK = 17.09%
F hitung 0.28 13.67
Pr > F 0.8384 0.0343
0.07 11.01
0.9715 0.0451
1.08 1.71
0.4769 0.2819
1.51 2.66
0.3716 0.2014
Tabel Lampiran 19. Rekapitulasi Uji F Peubah Panjang Tangkai Daun Tanaman Sambung Nyawa
SK Ulangan Perlakuan Galat KK = 9.99% Ulangan Perlakuan Galat KK = 14.43% Ulangan Perlakuan Galat KK = 15.51% Ulangan Perlakuan Galat KK = 14.93%
Panjang Tangkai Daun Tanaman 2 MST db JK KT F hitung 3 0.097312 0.0324373 1.01 1 0.24500 0.24500 7.66 3 0.09596 0.031986
Pr > F 0.4955 0.0697
Panjang Tangkai Daun Tanaman 3 MST 3 0.044614 0.0148713 0.17 1 0.563922 0.563922 6.35 3 0.26647 0.0888233
0.9119 0.0862
Panjang Tangkai Daun Tanaman 4 MST 3 0.024208 0.0080693 0.07 1 0.587528 0.587528 5.13 3 0.343816 0.1146053
0.9719 0.1085
Panjang Tangkai Daun Tanaman 5 MST 3 0.127984 0.0426613 0.36 1 0.729632 0.729632 6.13 3 0.357264 0.119088
0.7892 0.0896
102
Tabel Lampiran 19. Lanjutan…. Panjang Tangkai Daun Tanaman 6 MST SK db JK KT F hitung Ulangan 3 0.010774 0.0035913 0.04 Perlakuan 1 0.443682 0.443682 5.35 Galat 3 0.248886 0.082962 KK = 12.48% Panjang Tangkai Daun Tanaman 7 MST Ulangan 3 0.113512 0.0378373 0.60 Perlakuan 1 0.64980 0.649800 10.36 Galat 3 0.188104 0.0627013 KK = 10.71% Panjang Tangkai Daun Tanaman 8 MST Ulangan 3 0.047238 0.015746 0.17 Perlakuan 1 0.526338 0.526338 5.84 Galat 3 0.270502 0.0901673 KK = 12.62% Panjang Tangkai Daun Tanaman 9 MST Ulangan 3 0.175318 0.0584393 0.27 Perlakuan 1 0.206082 0.206082 0.95 Galat 3 0.648406 0.2161353 KK = 23.05% Panjang Tangkai Daun Tanaman 10 MST Ulangan 3 0.346966 0.1156553 1.07 Perlakuan 1 0.066978 0.066978 0.62 Galat 3 0.323542 0.1078473 KK = 17.44%
Pr > F 0.9858 0.1038
0.6558 0.0486
0.9071 0.0945
0.8444 0.8444
0.4778 0.4882
Tabel Lampiran 20. Rekapitulasi Uji F Peubah Jumlah Daun Tanaman Kenikir
SK Ulangan Perlakuan Galat KK = 11.29%
Jumlah Daun Tanaman 1 MST db JK KT 3 0.2550 0.08500 1 0.0450 0.04500 3 2.4950 0.83166
Ulangan Perlakuan Galat KK = 11.71%
3 1 3
Jumlah Daun Tanaman 2 MST 0.57500 0.19166 0.04500 0.04500 3.65500 1.21833
Ulangan Perlakuan Galat KK = 15.96%
3 1 3
Jumlah Daun Tanaman 3 MST 3.06000 1.0200 15.68000 15.68000 12.8400 4.2800
F hitung 0.10 0.05
Pr > F 0.9534 0.8310
0.16 0.04
0.9185 0.8599
0.24 3.66
0.8653 0.1515
103
Tabel Lampiran 20. Lanjutan…. Jumlah Daun Tanaman 4 MST SK db JK KT Ulangan 3 10.1800 3.3933 Perlakuan 1 89.7800 89.7800 Galat 3 67.4600 22.4866 KK = 25.98% Jumlah Daun Tanaman 5 MST Ulangan 3 1.6992636 0.5664212 Perlakuan 1 0.1350813 0.1350813 Galat 3 1.6709689 0.5569896 KK = 16.54%v Jumlah Daun Tanaman 6 MST Ulangan 3 142.2950 47.43166 Perlakuan 1 1.1250 1.12500 Galat 3 135.5350 45.17833 KK = 29.07% Jumlah Daun Tanaman 7 MST Ulangan 3 0.5909075 0.196969 Perlakuan 1 11.4766362 11.4766362 Galat 3 0.9082110 0.302737 KK = 14.90%v Jumlah Daun Tanaman 8 MST Ulangan 3 1.8072395 0.6024132 Perlakuan 1 7.875480 7.875480 Galat 3 2.8069181 0.9356393 KK = 19.73%v Jumlah Daun Tanaman 9 MST Ulangan 3 0.1868098 0.062269 Perlakuan 1 0.5824712 0.5824712 Galat 3 0.3403262 0.113442 w KK = 29.87% Jumlah Daun Tanaman 10 MST Ulangan 3 0.3321782 0.1107260 Perlakuan 1 0.6388291 0.6388291 Galat 3 0.4530163 0.1510054 KK = 29.12%w
F hitung 0.15 3.99
Pr > F 0.9226 0.1396
1.02 0.24
0.4947 0.6562
1.05 0.02
0.4845 0.8846
0.65 37.91
0.6337 0.0086
0.64 8.42
0.6368 0.0624
0.55 5.13
0.6827 0.1083
0.73 4.23
0.5976 0.1319
Tabel Lampiran 21. Rekapitulasi Uji F Peubah Diameter Tanaman Kemangi
SK Ulangan Perlakuan Galat KK = 8.09%
db 3 1 3
Diameter Tanaman 1 MST JK KT 0.0005394 0.0001798 0.0007449 0.0007449 0.0003573 0.0001191
F hitung 1.51 6.26
Pr > F 0.3716 0.0876
104
Tabel Lampiran 20. Lanjutan…. Diameter Tanaman 2 MST SK db JK KT Ulangan 3 0.000803 0.0002677 Perlakuan 1 0.0001394 0.0001394 Galat 3 0.0005427 0.0001809 KK = 8.11% Diameter Tanaman 3 MST Ulangan 3 0.0008268 0.0002756 Perlakuan 1 0.0000003 0.0000003 Galat 3 0.0026022 0.0008674 KK = 14.27% Diameter Tanaman 4 MST Ulangan 3 0.002765 0.0009216 Perlakuan 1 0.0005248 0.0005248 Galat 3 0.0008479 0.0002826 KK = 7.29% Diameter Tanaman 5 MST Ulangan 3 0.0010021 0.0003340 Perlakuan 1 0.0005611 0.0005611 Galat 3 0.0016993 0.0005664 KK = 9.18% Diameter Tanaman 6 MST Ulangan 3 0.000507 0.000169 Perlakuan 1 0.001458 0.001458 Galat 3 0.000955 0.0003183 KK = 6.55% Diameter Tanaman 7 MST Ulangan 3 0.0015692 0.0005230 Perlakuan 1 0.0092752 0.0092752 Galat 3 0.0007981 0.000266 KK = 5.23% Diameter Tanaman 8 MST Ulangan 3 0.0011779 0.0003926 Perlakuan 1 0.0039961 0.0039961 Galat 3 0.0005747 0.0001915 KK = 4.30% Diameter Tanaman 9 MST Ulangan 3 0.0008883 0.0002961 Perlakuan 1 0.0030811 0.0030811 Galat 3 0.0036333 0.0012111 KK = 10.51% Diameter Tanaman 10 MST Ulangan 3 0.0026455 0.0008818 Perlakuan 1 0.0018605 0.0018605 Galat 3 0.0052335 0.0017445 KK = 12.72%
F hitung 1.48 0.77
Pr > F 0.3775 0.4446
0.32 0.00
0.8142 0.9859
3.26 1.86
0.1788 0.2662
0.59 0.99
0.6625 0.3930
0.53 4.58
0.6920 0.1218
1.97 34.86
0.2964 0.0097
2.05 20.86
0.2853 0.0197
0.24 2.54
0.8612 0.2090
0.51 1.07
0.7053 0.3777