e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)
PENGARUH MODEL KONTEKSTUALTERHADAP HASIL BELAJAR IPA DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS IV Gede Yogi Pramana Putra1, Ni Ketut Suarni 2, Made Suarjana3 1,3
Jurusan PGSD, 2Jurusan BK, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan (1) mengetahui perbedaan hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran kontekstual dengan model pembelajaran konvensional, (2) mengetahui pengaruh interaksi antara model pembelajaran kontekstual dengan kecerdasan emosional terhadap hasil belajar IPA, (3) mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi yang mengikuti model pembelajaran kontekstual dengan model pembelajaran konvensional, (4) mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah yang mengikuti model pembelajaran kontekstual dengan model pembelajaran konvensional. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan melibatkan sampel sebanyak 70 siswa. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif. Uji hipotesis menggunakan analisis ANAVA 2 jalur, jika FAB signifikan dilanjutkan dengan uji hipotesis menggunakan uji Tukey. Hasil penelitian : (1) terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kontekstual dengan model pembelajaran konvensional (FAhitung = 14,36 > Ftabel = 1,74), (2) terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran kontekstual dengan kecerdasan emosional belajar terhadap hasil belajar IPA (FAxBhitung = 15,33 > Ftabel = 1,74), (3) terdapat perbedaan hasil belajar IPA untuk siswa yang mengikuti model pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran konvensional pada siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi (Thitung = 2,88 > Ttabel = 1,980), (4) terdapat perbedaan hasil belajar IPA untuk siswa yang mengikuti model pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran konvensional pada siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah (Thitung = 3,73 > Ttabel = 1,980). Adanya perbedaan yang signifikan antara pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar IPA ditinjau dari kecerdasan emosional. Kata-kata kunci : model kontekstual, kecerdasan emosional dan hasil belajar
Abstract This study aims to (1) determine differences in science learning outcomes of students who follow the model of contextual learning with conventional learning model, (2) determine the effect of the interaction between contextual learning model with the emotional intelligence of the science learning outcomes, (3) determine differences in learning outcomes between groups IPA students who have high emotional intelligence that follows the model of contextual learning with conventional learning model, (4) determine differences in outcome between groups of students learn science that have a low emotional intelligence that follows the model of contextual learning with conventional
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) learning models. This research is a quasi-experimental study involving a sample of 70 students. The data obtained were analyzed using descriptive statistics. Hypothesis testing using ANOVA analysis of two lines, if significant FAB followed by hypothesis testing using the Tukey test. The results found that . (1) there is a significant difference in learning outcomes between students who take the mathematical model of contextual learning and students who take conventional learning models , obtained ( FAcount = 14.36 > Ftable = 1.74 ) , (2) there is an interaction effect between learning model contextual learning emotional intelligence to learn science results obtained ( FAxB count = 15.33 > Ftable = 1.74 ) , (3) there are differences in science learning outcomes for students who follow the model of contextual learning with conventional learning on a group of students who have high emotional intelligence , acquired (Tcount = 2.88 > Ttable = 1.980) , (4) there are differences in science learning outcomes for students who follow the model of contextual learning with conventional learning on the group of students who have low emotional intelligence , acquired (Tcount = 3.73 > Ttable = 1.980) .The existence of a significant difference Suggests that contextual learning using learning models to science learning outcomes in terms of emotional intelligence as Compared to conventional learning models. Key words : contextual models , emotional intelligence and learning outcomes
PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan dapat diartikan pula sebagai kegiatan seseorang dalam membimbing dan memimpin anak menuju ke pertumbuhan dan perkembangan secara optimal agar dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab. Pendidikan berkaitan erat dengan segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan manusia mulai perkembangan fisik, kesehatan keterampilan, pikiran, perasaan, dan kemauan sosial. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 yang menyebutkan bahwa kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran inti. Salah satu mata pelajaran tersebutadalah mata pelajaran IPA. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman untuk mengembangkan kemampuan siswa agar mampu menjelajahi dan memahami lingkungan alam secara ilmiah. Kemampuan ini akan terwujud apabila pendidikan IPA berhasil menumbuhkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif dan berinisiatif terhadap perubahan dan pembangunan. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Trianto (2010:137) menyatakan bahwa “ hakikat IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah”. IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tidak hanya berupa produk saja, akan tetapi mencakup keingintahuan, keterampilan, dalam hal melakukan penyelidikan dan sikap ilmiah. Dalam proses pembelajaran IPA penekanan terhadap produk, proses dan sikap ilmiah, secara tidak langsung dapat mengarahkan siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri. Selain hal tersebutsiswa diharapkan mampu melatih kecerdasan emosionalnya dengan melakukan penilaian-penilaian yang masuk akal terhadap gejala yang ditemukan dalam IPA melalui percobaan atau mencari buktibukti terkait dengan materi yang dipelajari. Emosi adalah pengalaman yang dapat dirasakan secara fisik. Setiap orang itu unik, tetapi semua cenderung merasakan kategori emosi pada bagian tubuh yang sama. Ketakutan dapat dirasakan sebagai ketegangan atau tekanan pada beberapa bagian tubuh. Menurut Goleman (2009), Kecerdasan Emosional adalah dasar bagi lahirnya kecakapan emosi yang diperoleh dari hasil belajar, dan dapat menghasilkan kinerja yang menonjol dalam pekerjaan. Inti dari kecakapan emosi ini adalah kemampuan empati dan keterampilan sosial.
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) Keberhasilan antarpribadi yang berasal dari kecerdasan emosionalakan menjadi salah satu keterampilan paling penting dalam hidup. Beranjak dari pentingnya kecerdasan emosional dalam pembelajaran IPA, maka perlu kiranya dikaji permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran IPA. Berdasarkan hasil observasi dilapangan ditemukan berbagai masalah, diantaranya yaitu pembelajaran yang masih berpusat pada guru dan ditemukan siswa yang kurang aktif dalam proses pembelajaran. Siswa yang kurang aktif tersebut meliputi siswa yang hanya diam dan tidak dapat mengemukakan pendapat atau kurang berpartisipasi dalam pembelajaran. Hal itu juga senada dari hasil wawancara yang dilakukan kepada guru mata pelajaran IPA kelas IV di SD Banyuasri. Dalam pembelajaran dikatakan bahwa peran serta dan partisipasi siswa dalam pemecahan masalah dan sumbangan berpikir siswa, baik dalam mengeluarkan pendapat dan menjawab pertanyaan guru masih kurang. Siswa juga terlihat kurang mampu menguasai konsepkonsep yang telah disampaikan oleh guru, hal tersebut terlihat dari proses tanya jawab serta hasil evaluasi yang diberikan guru . Hal tersebut juga diperkuat oleh hasil studi dokumen yang dilakukan di seluruh sekolah dasar di Banyuasri Kecamatan Buleleng tanggal 7 Desember 2013 pada pembelajaran matematika, diketahui bahwa hasil Ulangan Tengah Semester siswa kelas IV menunjukkan ratarata nilai ulangan IPA belum mencapai KKM. Jika dikonversikan terhadap skala PAP, interval tersebut berada pada kategori sedang. Dari permasalahan tersebut, dapat diketahui bahwa salah satu penyebab utama dari tidak tercapainya KKM karena guru masih menerapkan model pembelajaran konvensional. Nampaknya dalam proses pembelajaran IPA perlu adanya model pembelajaran yang didukung dengan metode pembelajaran aktif yang dapat membangkitkan kebiasaan belajar siswa secara keseluruhan dalam satu kelas serta dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPA. Model
pembelajaran yang dirasakan cocok untuk memecahkan permasalah yang muncul seperti gambaran di atas adalah Model Pembelajaran Kontekstual Ditinjau dari Kecerdasan Emosional. Tujuan penelitian ini yaitu: (1) Mengetahui perbedaan hasi lbelajar IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran kontekstual dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional.(2) Mengetahui pengaruh interaksi antara model pembelajaran kontekstual dengan kecerdasan emosional terhadap hasil belajar IPA, (3) Mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi yang mengikuti model pembelajaran kontekstual dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional, (4) Mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah yang mengikuti model pembelajaran kontekstual dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional METODE Penelitian ini tergolong penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah Sekolah Dasar di Desa Banyuning. Penelitian ini menggunakan rancangan pretest-posttest control group design (Arikunto, 2002). Desain ini dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. pretest-posttest control group design E : P :
O1 O1
X -
O2 O2
Dengan memperhatikan variabel penelitian di atas, maka penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 2 x 2.Desain penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) Tabel 1. Desain Penelitian Model Pembelajaran Kecerdasan Emosional Kecerdasan Emosional tinggi (B1) Kecerdasan Emosional rendah (B2)
Pembelajaran Kontekstual(A1)
Konvensional (A2)
A1B1
A2B1
A1B2
A2B2
Populasi yang digunakan adalah siswa Kelas IV semester genap Sekolah Dasar di Banyuasri kecamatan Buleleng yang berjumlah 174 siswa.Teknik pengambian sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik adalah teknik random sampling. Dalam menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen dilakukan teknik undian, dimana kelas IV SD Negeri 1, 2, 3, 4 dan 5 di Banyuasri.. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes dan non tes. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik deskriptif, yang artinya bahwa data dianalisis dengan menghitung nilai ratarata, modus, median, standar deviasi, varians, skor maksimum, dan skor minimum. Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk histogram.Teknik
yang digunakan untuk menganalisis data guna menguji hipotesis penelitian adalah uji ANAVA Dua Jalur. Sebelum melakukan uji hipotesis, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan perlu dibuktikan. Persyaratan yang dimaksud yaitu: (1) data yang dianalisis harus berdistribusi normal, (2) mengetahui data yang dianalisis bersifat homogen atau tidak. Untuk memenuhi persyaratan tersebut maka dilakukan uji prasyarat analisis dengan uji normalitas dan uji homogenitas (dengan mengunakan uji barlet). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Adapun hasil analisis data statistik deskriptif disajikan pada table 2.
Frekuensi
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Kontekstual. Frekuensi Relatif No. INTERVAL Frekuensi Absolut Nilai Tengah (%) 1 70 – 74 1 72 2,63 2 75 – 79 2 77 5,26 3 80 – 84 2 82 5,26 4 85 – 89 9 87 23,68 5 90 – 94 14 92 36,84 6 95 – 100 10 97,5 26,32 Jumlah 38 Berdasarkan data di atas terlihat bahwa 23,68% siswa memproleh nilai disekitar 20 rata-rata, 63,16% siswa memproleh nilai di 10 atas rata-rata, dan 13,15% siswa 0 memproleh nilai di bawah rata-rata untuk siswa yang mengikuti model pembelajaran 72 77 82 87 92 97,5 pembelajaran kontekstual. Nilai Tengah Gambar 1. Histogram hasil belajar siswa . Data di atas dapat disajikan dalam bentuk yang mengikuti model pembelajaran histogram seperti Gambar 1. kontekstual.
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) Rata-rata nilai siswa yang mengikuti model pembelajaran kontekstual adalah
88,82 termasuk pada kategori sangat tinggi.
Tabel 3. Distribusi frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa yang Mengikuti Pembelajaran Konvensional. Nilai Tengah INTERVAL 70 – 74 75 – 79 80 – 84 85 – 89 90 – 95 Jumlah
Frekuensi Absolut 3 4 6 11 8 32
Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa hasil yang diperoleh siswa yang mengikuti pembelajaran konvnsional adalah 18,75% siswa memproleh nilai disekitar rata-rata, 59,38% siswa memproleh nilai di atas rata-rata, dan 21,88 % siswa memproleh nilai di bawah rata-rata.. Data di atas dapat disajikan dalam bentuk histogram seperti gambar 2.
Frekuensi
No. 1 2 3 4 5
Frekuensi Relatif (%) 9,38 12,50 18,75 34,38 25
72 77 82 87 92,5
15 10 5 0 72
77
82
87
92,5
Nilai Tengah
Gambar 2. Histogram Hasil Belajar IPA Siswa yang Mengikuti Pembelajaran dengan Menggunakan Pembelajaran Konvensional. Rata-rata nilai siswa yang mengikuti model pembelajaran Konvensional adalah 83,13 termasuk pada kategori sangat tinggi.
Tabel 4. Distribusi frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Kontekstual yang Memiliki Kecerdasan Emosional Tinggi
No. 1 2 3 4 5
INTERVAL 70 – 74 75 – 79 80 – 84 85 – 89 90 – 95 Jumlah
Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa hasil yang diperoleh siswa yang mengikuti model pembelajaran kontekstual yang memiliki kecerdasan emosional tinggi adalah 21,05% siswa memproleh nilai disekitar rata-rata, 68,42% siswa memproleh nilai di atas rata-rata, dan 10,52 % siswa memproleh nilai di bawah rata-
Frekuensi Absolut 3 4 6 11 8 32
Nilai Tengah 72 77 82 87 92,5
Frekuensi Relatif (%) 9,38 12,50 18,75 34,38 25
rata. Data di atas dapat disajikan dalam bentuk histogram seperti gambar 3.
Frekuensi
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) Kontekstual yang Memiliki Kecerdasan Emosional Tinggi. Rata-rata nilai siswa yang mengikuti model pembelajaran pembelajaran kontekstual yang memiliki kecerdasan emosional tinggi adalah 90,53 termasuk pada kategori sangat tinggi.
10
5 0 77
82
87
92
97,5
Nilai Tengah
Gambar 3. Histogram Hasil Belajar IPA Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Tabel 5. Distribusi frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Pembelajaran Kontekstual yang Memiliki Kecerdasan Emosional Rendah
INTERVAL 75 – 79 80 – 84 85 – 89 90 –94 95 – 100
Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa hasil yang diperoleh siswa yang mengikuti model pembelajaran kontekstual yang memiliki kecerdasan emosional rendah adalah 26,32% siswa memproleh nilai disekitar rata-rata, 57,90% siswa memproleh nilai di atas rata-rata, dan 15,79 % siswa memproleh nilai di bawah ratarata. Data di atas dapat disajikan dalam bentuk histogram seperti gambar 4.
Frekuensi
No. 1 2 3 4 5 Jumlah
Frekuensi Absolut 1 1 4 6 7 19
Nilai Tengah 77 82 87 92 97,5
Frekuensi Relatif (%) 5,26 5,26 21,05 31,58 36,84
10
5 0 76,5
80,5
84,5
88,5
93
Nilai Tengah Gambar 4.Histogram Hasil Belajar IPA Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Pembelajaran Kontekstual yang memiliki kecerdasan emosional rendah Rata-rata nilai siswa yang mengikuti model pembelajaran kontekstual yang memiliki kecerdasan emosional rendah adalah 87,11 termasuk pada kategori sangat tinggi.
Tabel 6. Distribusi frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa yang Mengikuti Pembelajaran Konvensional yang Memiliki Kecerdasan Emosional Tinggi
No.
INTERVAL
1 2 3 4
80 – 83 84 – 87 88 – 91 91 – 95 Jumlah
Frekuensi Absolut
Nilai Tengah
3 5 5 3 16
81,5 85,5 89,5 93,5
Frekuensi Relatif (%) 18,75 31,25 31,25 18,75
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa hasil yang diperoleh siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional yang memiliki kecerdasan emosional tinggi adalah 31,25% siswa memproleh nilai disekitar rata-rata, 18,75% siswa memproleh nilai di atas rata-rata, dan 50% siswa memproleh nilai di bawah ratarata.Data di atas dapat disajikan dalam bentuk histogram seperti gambar 5.
Konvensional yang Memiliki Kecerdasan Emosional Tinggi Rata-rata nilai siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional yang memiliki kecerdasan emosional tinggi adalah 87,50 termasuk pada kategori sangat tinggi.
Frekuensi
6 4 2 0
81,5
85,5 89,5 93,5 Nilai Tengah Gambar 5. Histogram Hasil Belajar IPA Siswa yang Mengikuti Pembelajaran Tabel 7.
Distribusi frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa yang Mengikuti Pembelajaran Konvensional yang Memiliki Kecerdasan Emosional Rendah
No. 1 2 3 4
INTERVAL 70 – 73 74 – 77 78 – 81 82 – 85 Jumlah
Frekuensi
Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa hasil yang diperoleh siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional yang memiliki kecerdasan emosional rendah adalah 18,75% siswa memproleh nilai disekitar rata-rata, 37,50% siswa memproleh nilai di atas rata-rata, dan 43,75 % siswa memproleh nilai di bawah ratarata. Data di atas dapat disajikan dalam bentuk histogram seperti gambar 6.
10 5 0 71,5
75,5
79,5
83,5
Nilai Tengah Gambar 6. Histogram Hasil Belajar IPA Siswa yang Mengikuti Pembelajaran
Frekuensi Absolut 3 4 2 6 32
Nilai Tengah 71,5 75,5 79,5 83,5
Frekuensi Relatif (%) 18,75 25,00 18,75 37,50
Konvensional yang Memiliki Kecerdasan Emosional Rendah. Rata-rata nilai siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional yang memiliki kecerdasan emosional rendah adalah 78,75 termasuk pada kategori sangat tinggi. Pembahasan Berdasarkan distribusi frekuensi data hasil penelitian di atas secara rinci pembahasan hasil hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, mengacu pada hasil analisis data antar dua model pembelajaran, diperoleh harga FA (hitung) sebesar 14,36 sedangkan harga Ftabel dengan dbA = 1, dbdalam = 66, α = 0,05 sebesar 1,74. Dengan demikian, terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) kontekstual dan model pembelajaran konvensional. Penggunaan model pembelajaran kontekstual lebih efektif digunakan. Nurhadi (dalam Rusman. 2013) menyatakan bahwa model pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluargadan masyarakat. Sejalan dengan pendapat diatas menurut Suprijono (2009) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep yang membantu guru dalam mengaitkan materi ajar dengan dunia nyata, serta mendorong peserta didik membuat hubungan anatara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan seharihari. Kedua, hasil ANAVA dua jalur menujukkan harga FAxB (hitung) sebesar 3,15, sedangkan FAxB (tabel) sebesar 1,74 sehingga FAxB (hitung) > FAxB (tabel). Selain itu hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai hasil belajar IPA siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi yang mengikuti model pembelajaran kontekstual adalah 90,53 sedangkan nilai hasil belajar IPA siswa dalam pembelajaran konvensional adalah 87,50. Dengan demikian, siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran kontekstual lebih besar dari pada pembelajaran konvensional. Sedangkan nilai hasil belajar IPA siswa dengan kecerdasan emosional rendah dalam pembelajaran konvensional 78,75 lebih kecil dari nilai hasil belajar IPA siswa dalam pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual dengan nilai ratarata 87,11. Hasil belajar IPA dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu, salah satunya adalah kecerdasan emosional siswa. Faktor kecerdasan emosional siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai.
Sejalan dengan pendapat diatas menurut Slameto (2003) mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah “kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang dikecerdasan emosional seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa saying”. Kecerdasan emosional siswa juga mempengaruhi hasil belajar siswa dan model pembelajaran yang digunakan. Ketiga, berdasarkan hasil perhitungan uji Tukey diperoleh Thitung lebih besar dari Ttabel (Thitung = 2,38 > Ttabel = 1,980). Hal ini berarti hipotesa nol (Ho) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kontekstual dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi, ditolak. Sedangkan hipotesa alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi, diterima. Skor rata-rata hasil belajar IPA yang memiliki kecerdasan emosional tinggi yang mengikuti model pembelajaran kontekstual sebesar 90,53 lebih tinggi dari pada nilai rata-rata hasil belajar IPA yang memiliki kecerdasan emosional tinggi mengikuti pembelajaran konvensional sebesar 87,50. Dengan demikian, terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kontekstual dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensioal. Keempat, berdasarkan hasil perhitungan uji Tukey diperoleh Thitung lebih besar dari Ttabel (Thitung = 3,73 > Ttabel = 1,980). Hal ini berarti hipotesa nol (Ho) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kontekstual dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah, ditolak. Sedangkan hipotesa alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) konvensional pada siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah, diterima. Skor rata-rata hasil belajar IPA yang memiliki kecerdasan emosional tinggi yang mengikuti model pembelajaran kontekstual sebesar 87,11 lebih tinggi dari pada skor rata-rata hasil belajar IPA yang memiliki kecerdasan emosional rendah mengikuti pembelajaran konvensional sebesar 78,75. Dengan demikian, terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kontekstual dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensioal. Mengacu pada hasil uji hipotesis diperoleh hasil bahwa secara keseluruhan model pembelajaran kontekstual lebih baik dari pada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar IPA. Hal itu dapat dilihat dari rata- rata nilai siswa yag memiliki kecerdasan emosional tinggi maupun rendah pada kelas eksperiment atau kelas yang mendapatkan model pembelajaran kontekstual lebih besar dibadingkan dengan kelas yang mendapatkan model pembelajaran konvensional. Untuk siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi maupun yang kecerdasan emosional rendah lebih baik mengikuti model pembelajaran kontekstual dibandingkan pembelajaran konvensional sebagai upaya meningkatkan hasil belajar IPA. Hal ini dapat menyatakan bahwa selain model yang baik bagi suatu pembelajaran, kecerdasan emosional siswa sangat mempengaruhi hasil belajarnya. PENUTUP Berdasarkan hasil perhitungan ANAVA Dua Jalur dan uji Tukey, penelitian ini diperoleh temuan sebagai berikut: (1) Terdapat perbedaan hasil belajar IPA pada siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran kontekstual secara signifikan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa Kelas IV Sekolah Dasar di Desa Banyuasri, (2) Terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara penerapan model pembelajaran kontekstual dengan kecerdasan emosional terhadap hasil belajar pada siswa Kelas IV Sekolah Dasar di Desa Banyuasri, (3) Terdapat perbedaan
hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran melalui model pembelajaran kontekstual dengan siswa yang mengikuti pembelajaran secara konvensional pada siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi, (4) Terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran melalui model pembelajaran kontekstual dengan siswa yang mengikuti pembelajaran secara konvensional pada siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah. Berdasarkan hasil temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar IPA ditinjau dari kecerdasan emosional siswa kelas IV di SD Banyuasri Kecamatan Buleleng Kabupaten BulelengTahun Pelajaran 2013/2014. Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: (1) Bagi siswa, untuk saling bekerja sama dalam memecahkan suatu permasalahan yang ada di dalam maupun diluar kelas serta dapat menciptakan rasa kebersamaan dalam proses pembelajaran agar mampu meningkatkan hasil belajar secara maksimal, (2) Bagi guru, agar menggunakan model pembelajaran kontekstual khususnya dalam mata pelajaran IPA dan mata pelajaran lain pada umumnya dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa, (3) kepala sekolah, untuk membina para guru dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, (4) Bagi peneliti lain, agar dapat menggunakan laporan hasil penelitian ini sebagai acuan kepustakaan dalam melakukan penelitian yang sejenis. DAFTAR RUJUKAN Goleman, D. 2009. Emotional Intelegence: Kecerdasan Emosional Mengapa EI Lebih Penting dari IQ. Jakarta: GramediaPustakaUtama. Permendiknas. No. 22. 2006. Standar Isi. Jakarta: Depdiknas RI. Rusman. 2013. Model – Model Pembelajaran Mengembangkan
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) Profesionalisme Guru.Jakarta : PT Raja GrafindoPersada. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori&Aplikasi Pakem.Jogjakarta :PustakaPelajar. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher