PENGARUH KOMPENSASI EKSEKUTIF, KETERWAKILAN CFO WANITA, DAN KARAKTERISTIK EKSEKUTIF TERHADAP TINDAKAN PAJAK AGRESIF (Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2012-2014)
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Okky Oktaviyani Rahayu NIM: 109082000147
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M
DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. Identitas Pribadi
Nama
: Okky Oktaviyani Rahayu
Tempat Tanggal Lahir
: Bekasi, 08 Oktober 1990
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Flamboyan 1 No. 343 RT. 008/010 Perumnas 1 Bekasi
Agama
: Islam
Telepon
: 08989710913
E-mail
:
[email protected]
II. Pendidikan Formal 1996-2002: SD Negeri 2002-2005: SMP Negeri 07 Bekasi 2005-2008: SMA Negeri 02 Bekasi 2009-2016: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi
III. Pengalaman Kerja 2010-2010: Lembaga Pendidikan Elfast sebagai Staff Pengajar 2013-2015: PT. Mitrawan Mandiri Selaras Abadi sebagai Staff Accounting
vi
THE EFFECT OF EXECUTIVE COMPENSATION, CFOs FEMALE REPRESENTATION AND EXECUTIVE CHARACTERISTIC ON TAX AGGRESSIVENESS
ABSTRACT The purpose of this research is to analyze the effect of executive compensation, CFOs female representation, and executive characteristic on tax aggressiveness. This research used 56 sample of manufacturing firms listed in Indonesian Stock Exchange for period on 2012-2014 that acquired by purposive sampling method. The method of research analysis was used multiple regression analysis. The result of this research showed that simultaneously, executive compensation, CFOs female representation, and executive characteristic has significant effect on tax aggressiveness. Partially, executive compensation and executive characteristic has significant effect on tax aggressiveness. While the CFOs female representation has no significant effect on tax aggressiveness. Keywords:
executive compensation, CFOs female representation, executive characteristic, and tax aggresiveness.
vii
PENGARUH KOMPENSASI EKSEKUTIF, KETERWAKILAN CFO WANITA DAN KARAKTERISTIK EKSEKUTIF TERHADAP TINDAKAN PAJAK AGRESIF
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kompensasi eksekutif, keterwakilan CFO wanita, dan karakteristik eksekutif terhadap tindakan pajak agresif. Penelitian ini menggunakan sampel 56 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2012-2014 yang ditentukan berdasarkan metode purposive sampling. Metode analisis penelitian yang digunakan adalah metode analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan kompensasi eksekutif, keterwakilan CFO wanita, dan karakteristik eksekutif berpengaruh signifikan terhadap tindakan pajak agresif. Sementara secara parsial, kompensasi eksekutif dan karakteristik eksekutif berpengaruh signifikan terhadap tindakan pajak agresif. Sedangkan keterwakilan CFO wanita tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan pajak agresif. Kata Kunci: kompensasi eksekutif, keterwakilan CFO wanita, karakteristik eksekutif, dan tindakan pajak agresif.
viii
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh Alhamdulillahirabbil’aalamiin. Puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat, karunia, dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kompensasi Eksekutif, Keterwakilan CFO Wanita, dan Karakteristik Eksekutif terhadap Tindakan Pajak Agresif”. Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014, dengan baik dan lancar. Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak lepas dari berbagai hambatan dan rintangan. Penulis meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan ketetapan Allah SWT., namun penyusunan skripsi ini tidak lepas dari orang-orang di sekitar penulis yang begitu banyak memberi bantuan serta dukungan pada penulis. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materi dalam penyusunan skripsi ini kepada: 1.
Keluarga tercinta, Mama dan Bapak, serta adik-adikku, Mieke dan Dhea atas doa, dukungan, kesabaran dan keikhlasan yang tidak henti-hentinya. Syukur saya panjatkan kepada Allah karena terlahir sebagai anak dari Mama dan Bapak. Mama dan Bapak, beribu-ribu ucapan terima kasih atas segala curahan kasih sayang, kesabaran, perhatian, do’a dan motivasi yang telah mama dan bapak berikan kepada saya, yang tak akan pernah bisa saya balas. Hanya Allah yang bisa membalasnya, semoga mama dan bapak selalu ada dalam rahmat Allah, aamin.
2.
Ibu Dr. Rini, Ak., CA., selaku dosen pembimbing I dalam penulisan skripsi ini yang senantiasa dengan tulus, ikhlas, sabar dan kasih sayangnya memberikan bimbingan, arahan serta motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
3.
Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA., selaku dosen pembimbing II dalam penulisan skripsi ini yang telah tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga ix
dan pikirannya dalam memberikan pengarahan, masukan-masukan serta kritik dan saran yang membangun selama proses penulisan skripsi ini. 4.
Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid MS. selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
5.
Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA. selaku ketua jurusan akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
6.
Segenap Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu dan perhatiannya kepada para mahasiswa.
7.
Segenap karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan pelayanannya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
8.
Partner terbaikku Kamil, terima kasih atas dukungan, motivasi dan kasih sayang yang tidak terhingga untuk terus menyemangati.
9.
Sahabatku Eneng, terima kasih atas perhatian, suka cita dan kasih sayangmu. Semoga persahabatan kita tak akan pernah putus sampai akhir hayat.
10. Teman-teman dan sahabat kelas Akuntansi D, terima kasih atas semua kebersamaannya, kebahagiaan, dan persaudaraan yang telah kalian berikan. 11. Teman-teman angkatan 2009 akuntansi, terima kasih atas semua persahabatan dan motivasinya. 12. Seluruh pihak yang telah membantu kelancaran pembuatan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu semoga semua bantuan yang telah kalian berikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan dan kritik yang membangun untuk penulisan skripsi ini dari semua pihak.
Jakarta, Maret 2016
(Okky Oktaviyani Rahayu) x
DAFTAR ISI Keterangan
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI........................................................ ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF.......................... iii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI........................................... iv LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH.................. v DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................... vi ABSTRACT................................................................................................... vii ABSTRAK.................................................................................................... viii KATA PENGANTAR................................................................................. ix DAFTAR ISI............................................................................................... xi DAFTAR TABEL....................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR.................................................................................. xv DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xvi BAB I
PENDAHULUAN............................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah................................................ 1 Perumusan Masalah....................................................... 10 B. Tujuan dan Manfaat Penelitian...................................... 11 1. Tujuan Penelitian...................................................... 11 2. Manfaat Penelitian.................................................... 11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA.................................................... 13 xi
A. Teori yang berkenaan dengan variabel yang diambil..... 13 1. Tindakan Pajak Agresif............................................. 13 2. Kompensasi Eksekutif............................................... 18 3. Keterwakilan CFO Wanita........................................ 33 4. Karakteristik Eksekutif.............................................. 41 B. Penelitian Sebelumnya................................................... 45 C. Kerangka Berpikir dan Pengembangan Hipotesis.......... 49 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN....................................... 55 A. Ruang Lingkup Penelitian.............................................. 55 B. Metode Penentuan Sampel............................................. 55 C. Metode Pengumpulan Data............................................ 56 D. Metode Analisis Data.................................................... 56 1. Analisis Statistik Deskriptif...................................... 57 2. Uji Asumsi Klasik..................................................... 57 a. Uji Normalitas Residual..................................... 57 b. Uji Multikolinearitas.......................................... 57 c. Uji Heterokedastisitas........................................ 57 d. Uji Autokorelasi................................................. 58 3. Uji Hipotesis............................................................. 58 a. Uji Determinasi (R2).......................................... 59 b. Uji F................................................................... 60 c. Uji t.................................................................... 60 E. Operasional Variabel Penelitian..................................... 60 1. Variabel Independen.................................................. 61 a.
Kompensasi Eksekutif........................................ 61
b.
Keterwakilan CFO Wanita................................. 61
c.
Karakteristik Eksekutif....................................... 62
2. Variabel Dependen.................................................... 63 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN........................................... 65 xii
A. Gambaran Umum Objek Penelitian............................... 65 1. Deskripsi Objek Penelitian....................................... 65 2. Deskripsi Sampel Penelitian..................................... 65 B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian................................. 66 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif..................................... 66 2. Hasil Uji Asumsi Klasik............................................ 68 a. Uji Normalitas...................................................... 68 b. Uji Multikolinearitas............................................ 69 c. Uji Heterokedastisitas.......................................... 70 d. Uji Autokorelasi................................................... 71 3. Hasil Uji Hipotesis.................................................... 72 a. Uji Determinasi (R2)............................................ 72 b. Uji F..................................................................... 73 c. Uji t...................................................................... 74 BAB V
PENUTUP........................................................................... 79 A. Kesimpulan.................................................................... 79 B. Implikasi........................................................................ 80 C. Saran.............................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 82 LAMPIRAN............................................................................................... 87
xiii
DAFTAR TABEL Tabel 1.1
: Daftar Kasus-Kasus Penghindaran Pajak.......................... 3
Tabel 2.1
: Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu...................................... 45
Tabel 3.1
: Operasional Variabel......................................................... 64
Tabel 4.1
: Proses Seleksi Populasi Perusahaan Manufaktur.............. 66
Tabel 4.2
: Hasil Uji Statistik Deskriptif............................................. 67
Tabel 4.3
: Hasil Uji Normalitas.......................................................... 69
Tabel 4.4
: Hasil Uji Multikolonieritas................................................ 70
Tabel 4.5
: Hasil Uji Heterokedastisitas.............................................. 71
Tabel 4.6
: Hasil Uji Autokorelasi....................................................... 72
Tabel 4.7
: Hasil Uji Adjusted R2........................................................ 73
Tabel 4.8
: Hasil Uji F......................................................................... 74
Tabel 4.9
: Hasil Uji t.......................................................................... 75
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
: Kerangka Pemikiran
xv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Daftar Nama Perusahaan Lampiran 2 : Data Sampel Penelitian Lampiran 3 : Output Hasil Pengolahan Data
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama suatu negara dalam rangka pembiayaaan penyelenggaraan pemerintahan untuk penyediaan barang dan jasa publik serta pembangunan. Dalam penjelasan UndangUndang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) telah dinyatakan bahwa pajak merupakan salah satu sarana dan hak tiap wajib pajak untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan. Namun bagi pelaku bisnis dan investor, pajak tetap dianggap sebagai beban investasi. Oleh karena itu, adalah wajar apabila pengusaha berusaha untuk menghindari beban pajak dengan melakukan perencanaan pajak yang efektif. Arnold dan McIntyre (1995) dalam Gunadi (2007:276) menyebut bahwa penghindaran pajak (tax avoidance) merupakan upaya penghindaran atau penghematan pajak yang masih dalam kerangka memenuhi ketentuan perundangan (lawful fashion). Tax avoidance, harus dibedakan dari tax evasion (penyeludupan pajak) yang secara umum bersifat melawan hukum (ilegal) dan mencakup perbuatan sengaja tidak melaporkan secara lengkap dan benar objek pajak atau perbuatan melanggar hukum (fraud) lainnya. Walaupun secara legal dapat dibedakan, namun secara ekonomis baik perencanaan pajak melalui tax avoidance maupun tax evasion sama-sama berakibat berkurangnya penerimaan pajak. Rekayasa (aranggements) atas 1
transaksi-transaksi yang berpotensi meminimalkan beban pajak untuk memperoleh penghematan pajak merupakan perencanaan pajak. Menurut Ahmad (2005) dalam Gunadi (2009:279) perencanaan pajak merupakan serangkaian proses atau tindakan yang dilakukan wajib pajak untuk merekayasa sumber-sumber penghasilan dan beban maupun transaksi lainnya dengan tujuan untuk minimalisasi, penangguhan atau eleminasi beban pajak yang masih berada dalam kerangka peraturan perundang-undangan. Untuk mencapai tujuan dimaksud, pengusaha harus memanfaatkan semua pengurang, pengecualian, pembebasan, kemudahan dan kredit
yang
disediakan oleh ketentuan maupun administrasi pajak. Kalau disandingkan maka penghindaran (avoidance) melibatkan terutama komersialisasi dan pemanfaatan secara efektif kebijakan pajak dalam peraturan perundangundangan. Sementara itu, penyelundupan atau penggelapan pajak dan sejenisnya (tax evasion) terutama terjadi dengan penghilangan atau kurang melaporkan objek pajak yang kadangkala didukung dengan rekayasa legal, akuntansi, dan administratif lainnya. Sementara pajak agresif adalah perencanaan pajak yang berada di antara tax avoidance dan tax evasion, berada dalam ranah abu-abu (gray area) (Zuber, 2007:15). Sudah banyak kasus-kasus penghindaran pajak yang terjadi baik di Internasional
maupun
di
Indonesia.
Beberapa
daftar
kasus-kasus
penghindaran pajak dapat dilihat pada tabel 1.1. di halaman berikutnya.
2
Tabel 1.1 Daftar Kasus-Kasus Penghindaran Pajak No 1
Tahun 2013
Kasus Indonesia dikejutkan dengan putusan yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung yang telah memberikan vonis kepada 14 perusahaan Asian Agri Group (AAG), hal ini diakibatkan terungkapnya penggelapan pajak yang dilakukan oleh perusahaan Asian Agri Group pada tahun 2006. Penggelapan yang dilakukan oleh perusahaan Asian Agri Group adalah dengan melakukan transfer pricing. Perusahaan Asian Agri Group (AAG) menjual produk minyak sawit mentah (Crude Palm Oil) ke perusahaan afiliasi di luar negeri dengan harga di bawah harga pasar, dan kemudian dijual kembali ke pembeli riil dengan harga tinggi, maka beban pajak di dalam negeri dapat ditekan. Selain itu, rekanan perusahaan Asian Agri Group sebagian besar adalah perusahaan fiktif. Diperkirakan penggelapan pajak yang dilakukan perusahaan Asian Agri Group (AAG) telah merugikan negara sejumlah Rp 1,3 triliun (Wirawinata, 2011). 2 2013 Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatra Utara (Kakanwil Ditjen Pajak Sumut) I, Medan Harta Indra Tarigan mengungkapkan satu kasus penghindaran pajak (tax avoidance) yang ditemukan pihaknya saat bertugas di Kanwil Pajak Sumut II Pematangsiantar. Dirjen pajak menemukan tujuh modus yang dilakukan para pengembang properti dalam melakukan penghindaran pajak (tax avoidance). Pertama, penggunaan harga di bawah harga jual sebenarnya dalam menghitung Dasar Pengenaan Pajak (DPP). Kedua, tidak mendaftarkan diri menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) namun menagih Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Ketiga, tidak melaporkan seluruh penjualan. Keempat, tidak memotong dan memungut Pajak Penghasilan (PPh). Kelima, mengkreditkan pajak masukan secara tidak sah. Keenam, penghindaran PPn Barang Mewah dan PPh Pasal 22 atas hunian mewah. Ketujuh, menjual tanah dan bangunan, namun yang dilaporkan hanya penjualan tanah (Siregar, 2013). Bersambung pada halaman berikut.
3
Tabel 1.1. (Lanjutan) Kasus Penghindaran pajak (tax avoidance) yang dilakukan oleh PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN). Kasus ini terjadi karena pemisahan perusahaan perakitan mobil (manufacturing). Pemisahan perusahaan ini mengakibatkan terjadinya penurunan gross margin sebesar 7%, yang seharusnya jika digabungkan dapat menghasilkan gross margin sebesar 14%. Hal ini yang membuat Dirjen Pajak mempertanyakan perbedaan selisih dari gross margin ini, karena pemisahan perusahaan ini seharusnya tidak berdampak pada berkurangnya keuntungan (gross margin) (Idris, 2013). 4 2014 Eropa diguncangkan dengan polemik fasilitas perpajakan Irlandia yang menyebabkan banyak perusahaan multinasional besar seperti: Amazon, Apple, Facebook, Paypal, Twitter memilih markas di Irlandia guna membayar pajak yang lebih rendah dibandingkan jika membuka markas di negara eropa lainnya. Hal tersebut tentunya menimbulkan kemarahan negara sumber penghasilan, seperti: Perancis, Inggris, dan USA yang merasa kontribusi pajak yang dibayarkan tidak sebanding dengan penghasilan yang diperoleh dari negara tersebut (Santosa, 2015). 5 2014 Kasus penghindaran pajak yang menyangkut banyak perusahaan multinasional. Kasus tersebut melibatkan negara Luxembourg sebagai negara yang memberikan fasilitas pajak dengan skema pajak yang rumit dengan dibantu oleh kantor akuntan handal internasional (Santosa, 2015). 6 2015 Eropa kembali dikejutkan kasus perpajakan yang dilakukan oleh HSBC Swiss. International Consortium of Investigative Journalist (The Guardian dan BBC Inggris, Le Monde Perancis, dan 50 media lainnya) mengungkap kasus ini ke publik. HSBC Swiss diduga telah membantu customer kaya untuk menghindari pajak (Tax Avoidance) dengan menawarkan skema agresif untuk mengurangi pajak di negara asal, khususnya Eropa. Secara serentak, otoritas pajak negara Eropa: HMRC Inggris, CFE Perancis, dan negara belahan dunia lain seperti ATO Australia segera melakukan penyelidikan guna menemukan keterlibatan warganya yang menyembunyikan pundi-pundi kekayaannya (Santosa, 2015). Sumber: Diolah dari beberapa penelitian sebelumnya No 3
Tahun 2013
4
Dalam kasus lain, banyak perusahaan besar Indonesia memilih kantor pusat di Singapura padahal sumber penghasilan berada di Indonesia, dengan varian pembayaran jasa, royalti ke kantor pusat. Labuan FSA, dengan fasilitas seperti negara Tax Haven countries, menjadi lokasi menarik untuk pendirian entitas anak usaha. Walaupun tarif pajak Corporate tax Indonesia sudah diturunkan menjadi 25% pada tahun 2010, namun tarif ini relatif masih tinggi apabila dibandingkan dengan negara tetangga di ASEAN (Santosa, 2015). Kasus-kasus penghindaran pajak di atas menunjukkan bahwa sebagian besar tindakan ini dimotivasi oleh usaha perusahaan melakukan penghindaran dan penghematan pajak, guna mengurangi biaya pembayaran pajak agar lebih kecil. Hal ini didukung dengan prinsip yang dimiliki oleh perusahaan yaitu berusaha untuk menghasilkan laba sebesar-besarnya dengan cara mengurangi biaya-biaya perusahaan termasuk biaya untuk membayar pajak, jika diperlukan perusahaan akan berusaha untuk dapat menghilangkan biaya untuk membayar pajak. Tindakan pajak agresif dapat memberikan marginal benefit maupun marginal cost. Marginal benefit yang mungkin didapat adalah adanya penghematan pajak (tax savings) yang signifikan bagi perusahaan, sedangkan marginal cost yang mungkin timbul adalah munculnya biaya atas kemungkinan dikenainya denda atau sanksi perpajakan apabila dilakukan pemeriksaan, penurunan harga saham perusahaan, reputational cost dan political cost. Dalam penelitian ini tindakan pajak agresif diukur menggunakan effective tax rate (ETR). ETR digunakan karena dianggap 5
dapat merefleksikan perbedaan tetap antara perhitungan laba buku dengan laba fiskal (Frank et al., 2009:471). Kompensasi merupakan komponen penting dalam penciptaan suatu manajemen yang efektif dan kondusif. Kompensasi adalah bagian dari manajemen. Sistem kompensasi yang baik dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap keberhasilan bisnis. Sistem kompensasi membantu dalam memberi penguatan terhadap nilai-nilai kunci organisasi serta memfasilitasi pencapaian tujuan organisasi (Sutrisno, 2011:181). Kompensasi juga menjadi pendorong seseorang untuk bekerja. Karena berpengaruh terhadap moral dan disiplin tenaga kerja (Sastrohadiwiryo, 2003:181). Thomson (2002) dalam Kadarisman (2012:26) mengemukakan bahwa kompensasi merupakan faktor penting yang mempengaruhi bagaimana dan mengapa orang-orang bekerja pada suatu organisasi dan bukan pada organisasi lainnya. Kebijakan penentuan kompensasi eksekutif merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan dalam rangka mendorong peningkatan kinerja. Eksekutif bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik atau pemegang pemegang saham, dan sebagai imbalannya eksekutif akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Pemilik perusahaan mengharapkan pihak eksekutif dapat meningkatkan kinerja dengan kebijakan pemberian kompensasi yang tepat (Santi dan Puji, 2014 dalam Khasanah, 2015:5).
6
Tindakan pajak agresif bisa muncul dari berbagai faktor, salah satunya merupakan kompensasi. Manajemen memegang peranan penting dalam memilih strategi yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kekayaan para pemegang saham. Hal tersebut dilakukan dengan meningkatkan kinerja perusahaan menjadi lebih baik dan efisien. Salah satu strategi yang dilakukan pihak manajemen adalah dengan efisiensi pembayaran pajak (Putri, 2014:2). Sebelumnya, ada Armstrong et al. (2011:36) melakukan penelitian mengenai hubungan kompensasi yang diterima oleh eksekutif perusahaan, khususnya direktur pajak, terhadap tax planning perusahaan. Dalam penelitian tersebut, mereka membuktikan adanya hubungan yang kuat antara kompensasi yang diterima direktur pajak perusahaan dengan tax planning melalui Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) effective tax rate. Selain kompensasi, tindakan pajak agresif juga bisa muncul dari berbagai faktor lain. Francis et al. (2014:27) melakukan penelitian mengenai keterwakilan perempuan sebagai Chief Financial Officer (CFO) dalam perusahaan-perusahaan Amerika yang terdaftar di ExecuComp database terhadap tindakan pajak agresif. Dari hasil penelitian tersebut belum ditemukan bukti bahwa keterwakilan wanita sebagai CFO berbeda dari perilaku rekan-rekan pria dalam upaya pajak agresif (penghindaran pajak). Namun dalam pelaporan keuangan perusahaan, Chief Financial Officer (CFO) bersama Chief Executive Officer (CEO) merupakan pihak utama yang terlibat dan berpengaruh secara langsung, yaitu keduanya merupakan pihak yang menandatangani laporan keuangan dan bertanggung jawab atas 7
informasi yang disajikan. CFO bertanggung jawab untuk perencanaan keuangan dan pencatatan, serta pelaporan keuangan untuk manajemen yang lebih tinggi. Dalam beberapa sektor CFO juga bertanggung jawab untuk analisis data. Dalam penelitian lainnya menunjukkan bahwa CFO wanita memiliki pengaruh secara signifikan dengan tingkat manajemen laba (Peni dan Vahaama, 2010:643). Oleh karenanya maka penelitian ini ingin menguji bagaimana pengaruh keterwakilan perempuan sebagai CFO terhadap perilaku pajak agresif pada perusahaan-perusahaan di Indonesia, khususnya industri manufaktur. Selain ingin menguji pengaruh kompensasi eksekutif dan keterwakilan CFO wanita terhadap tindakan pajak agresif, penelitian ini juga ingin meneliti bagaimana pengaruh karakteristik eksekutif pada perusahaan terhadap tindakan pajak agresif. Dyreng et al. (2010:1185-1186) menyebutkan bahwa karakter dari setiap individu eksekutif akan menentukan seberapa besar tingkat agresifitas yang dilakukan perusahaan dalam melakukan penghindaran pajak. Walaupun tidak melanggar hukum, namun penghindaran pajak tidak begitu saja dilakukan oleh semua perusahaan. Eksekutif yang memiliki karakter pengambil resiko (risk taker) cenderung lebih berani untuk melakukan penghindaran pajak dengan agresif. Sebaliknya, eksekutif yang memiliki karakter penghindar resiko (risk averse) akan cenderung lebih berhati-hati, karena walaupun tidak melanggar undang-undang, pembebanan
8
biaya yang tidak wajar dapat
menimbulkan peluang dilakukannya
pemeriksaan pajak. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan di Indonesia sebelumnya. Budiman dan Setiyono (2012:15), dan Swingly dan Sukartha (2015:58) menemukan bahwa karakteristik eksekutif memiliki pengaruh terhadap tingkat penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menguji apakah terdapat pengaruh karakteristik eksekutif terhadap tindakan pajak agresif yang dilakukan perusahaan. Melanjutkan penelitian sebelumnya, penelitian ini menggabungkan pengujian yang dilakukan oleh Desai dan Dharmapala (2004), Peni dan Vahaama (2010), Dyreng et al. (2010), Putri (2014), Francis et al. (2014), Armstrong et al. (2014), Carolina, dkk. (2014), dan Swingly dan Sukartha (2015). Dengan komprehensivitas literatur yang menjadi acuan, maka beberapa hal baru yang terdapat dalam penelitian ini adalah: (1) Pengujian pengaruh kompensasi eksekutif terhadap tindakan pajak agresif perusahaan publik di Indonesia (khususnya industri manufaktur); (2) Pengujian pengaruh keterwakilan CFO wanita terhadap tindakan pajak agresif perusahaan publik di Indonesia (khususnya industri manufaktur); (3) Pengujian pengaruh karakteristik eksekutif perusahaan terhadap tindakan pajak agresif perusahaan publik di Indonesia (khususnya industri manufaktur).
9
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis bermaksud untuk menyusun skripsi dengan judul “Pengaruh Kompensasi Eksekutif, Keterwakilan CFO Wanita, dan Karakteristik Eksekutif terhadap Tindakan Pajak Agresif”. Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang dikemukakan di atas maka perumusan masalah yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah kompensasi eksekutif, keterwakilan CFO wanita dan karakteristik eksekutif secara simultan berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif? 2. Apakah kompensasi eksekutif berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif? 3. Apakah keterwakilan CFO wanita berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif? 4. Apakah karakteristik eksekutif berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif?
10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan sebagai berikut: a. Untuk menganalisis pengaruh kompensasi eksekutif, keterwakilan CFO
wanita dan karakteristik eksekutif terhadap tindakan pajak agresif secara simultan. b. Untuk menganalisis pengaruh kompensasi eksekutif terhadap tindakan
pajak agresif. c. Untuk menganalisis pengaruh keterwakilan CFO wanita terhadap
tindakan pajak agresif. d. Untuk menganalisis pengaruh karakteristik eksekutif terhadap tindakan
pajak agresif.
2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut: a. Kontribusi Teoritis 1) Bagi Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan di bidang akuntansi dan perpajakan khususnya
mengenai
pajak
agresif
dan
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya, dan dapat menjadi bahan acuan serta referensi bagi mahasiswa untuk penelitian selanjutnya. 2) Bagi Masyarakat, sebagai pengetahuan mengenai perilaku-perilaku perpajakan. 11
3) Bagi peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi peneliti lainnya yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini. 4) Bagi penulis, penelitian ini diharapkan untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan tentang perpajakan khususnya yang berkaitan
mengenai
pajak
agresif
dan
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya serta dapat bermanfaat bagi penulis di masa yang akan datang. b. Kontribusi Praktis 1) Bagi pembuat kebijakan perpajakan, penelitian ini diharapkan sebagai pengetahuan agar dapat
memberikan perhatian lebih kepada
perusahaan yang melakukan tindakan pajak agresif agar penerimaan negara yang bersumber dari pajak dapat dimaksimalkan. 2) Bagi investor diharapkan sebagai pengetahuan agar lebih berhati-hati dalam menanamkan modalnya di perusahaan supaya tidak terkena kemungkinan dampak dari tindakan pajak agresif yang dilakukan perusahaan karena perusahaan yang agresif dalam tindakan pajaknya cenderung agresif dalam pelaporan keuangannya.
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori yang berkenaan dengan variabel yang diambil 1. Tindakan Pajak Agresif Frank et al. (2009:468) mendefinisikan tindakan pajak agresif sebagai suatu tindakan pengelolaan yang bertujuan untuk menurunkan laba kena pajak melalui perencanaan pajak baik menggunakan cara yang tergolong tax evasion atau tidak. Tax evasion merupakan upaya yang dilakukan oleh wajib pajak untuk mengurangi beban pajak dan memperoleh penghematan pajak dengan melakukan perencanaan pajak yang secara umum bersifat melawan hukum (ilegal) dan mencakup perbuatan sengaja tidak melaporkan secara lengkap dan benar objek pajak atau perbuatan melanggar hukum (fraud) lainnya. Sedangkan tax avoidance merupakan upaya penghindaran atau penghematan pajak yang masih dalam kerangka memenuhi ketentuan perundangan (lawful fashion) (Arnold dan McIntyre, 1995 dalam Gunadi, 2007:276). Sementara Zuber (2007:15) menyatakan bahwa: “Between tax avoidance and tax evasion, there exist potential gray area of aggressiveness. This gray area exists because there are tax shelters beyond what is specifically allowed by the tax law and the tax law does not specifically address all possible tax transaction. A bright line does not exist between tax avoidance and tax evasion because neither term adequately describes all transactions. Therefore, aggressive transactions and decision-making may potentially become either tax avoidance or tax evasion issues”.
13
Berdasarkan pemikiran tersebut, dikemukakan bahwa di antara tax avoidance dan tax evasion terdapat daerah abu-abu yang berpotensi terjadinya agresivitas pajak. Transaksi dan pengambilan keputusan yang agresif mungkin secara potensial dapat menjadi masalah penghindaran pajak maupun penggelapan pajak. Pajak yang dibayarkan perusahaan merupakan proses transfer kekayaan dari pihak perusahaaan kepada pemerintah sehingga beban pajak yang dibayarkan tersebut menjadi biaya yang sangat besar bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan akan cenderung melakukan usaha penghindaran dan/atau penghematan pajak sebagai upaya untuk dapat membayar pajak dengan seefisien mungkin (Hanlon dan Slemrod, 2009:126). Perusahaan yang berorientasi laba, baik perusahaan domestik maupun perusahaan multinasional akan berusaha meminimalkan beban pajak dengan cara memanfaatkan kelemahan sistem ketentuan pajak dari suatu negara (Darussalam dan Septriadi, 2009). Di banyak negara, skema penghindaran pajak dibedakan menjadi penghindaran pajak yang diperkenankan (acceptable tax avoidance) dan penghindaran pajak yang tidak diperkenankan (unacceptable tax avoidance). Istilah lain yang sering dipergunakan untuk menyatakan penghindaran pajak yang diperkenankan adalah defensive tax planning dan istilah untuk penghindaran pajak yang tidak diperkenankan adalah aggressive tax planning (Darussalam dan Septriadi, 2009).
14
Kemudian lebih lanjut Harari, et.al. (2013:9) menyatakan bahwa agresivitas pajak dapat didefinisikan sebagai: “The main purpose of the activity or activities that are the object of tax planning is to avoid paying taxes or to lower taxes significantly, and the commercial reason for that activity, if any, is marginal”. Berdasarkan pemikiran tersebut, dikemukakan bahwa tindakan pajak agresif merupakan tujuan utama dari aktivitas perencanaan pajak untuk menghindari pembayaran pajak atau membuat rendah beban pajak yang dibayarkan secara signifikan. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa tindakan pajak agresif dilakukan sebagai upaya paling akhir dari spektrum serangkaian perilaku perencanaan pajak untuk tujuan mengurangi beban pajak dan penghematan pajak yang nantinya dapat menghasilkan pelaporan pajak yang agresif. Dalam melakukan tindakan pajak agresif,
terdapat
beberapa
keuntungan dan kerugian. Chen et al. (2010:8) menyebutkan 3 keuntungan tindakan pajak agresif, yaitu: a.
Penghematan pajak, sehingga bagian kas untuk pemegang saham menjadi lebih besar.
b.
Kompensasi bagi manajer yang berasal dari pemegang saham atas tindakan pajak agresif yang dilakukan manajer tersebut.
c.
Kesempatan bagi manajer untuk melakukan rent extraction, yakni tindakan manajer yang tidak memaksimalkan kepentingan pemilik. Hal ini dapat berupa penyusunan laporan keuangan yang agresif, 15
pengambilan sumber daya atau aset perusahaan untuk kepentingan pribadi, atau melakukan transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa. Sedangkan Desai dan Dharmapala (2004:18) menyebutkan 3 kerugian dari tindakan pajak agresif, yaitu: a.
Adanya kemungkinan perusahaan terkena hukuman dari instansi perpajakan
akibat
ditemukannya
kecurangan-kecurangan
yang
mungkin terjadi pada saat proses audit. b.
Tercederainya reputasi perusahaan akibat audit oleh instansi perpajakan.
c.
Turunnya harga saham perusahaan akibat adanya anggapan dari para pemegang saham bahwa tindakan pajak agresif yang dilakukan oleh manajer merupakan tindakan rent extraction yang dapat merugikan pemegang saham. Umumnya suatu negara telah membuat suatu ketentuan untuk
menangkal praktik unacceptable tax avoidance atau aggressive tax planning. Di Australia, skema-skema yang dapat dikategorikan sebagai aggressive tax planning oleh Australian Taxation Office (ATO) adalah sebagai berikut: a.
Transaksi yang dibuat semata-mata untuk tujuan menghindari pajak. Dengan kata lain transaksi tersebut tidak mempunyai tujuan bisnis, kalaupun ada tujuan bisnisnya tetapi sangat tidak signifikan.
16
b.
Berusaha untuk mendapatkan fasilitas pajak yang sebenarnya fasilitas pajak tersebut tidak ditujukan kepadanya.
c.
Membuat transaksi yang berputar-putar yang akhirnya transaksi tersebut akan kembali lagi kepadanya (round-robin flow of funds).
d.
Penggelembungan nilai aset untuk mendapatkan biaya penyusutan yang besar di masa yang akan datang.
e.
Memanfaatkan suatu entitas usaha dimana penghasilan yang diterima oleh entitas usaha tersebut dikecualikan sebagai objek pajak.
f.
Transaksi bisnis yang melibatkan negara-negara yang dikategorikan sebagai tax haven countries. Sedangkan di Indonesia, dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku saat ini, belum ada definisi yang jelas mengenai acceptable tax avoidance dan unacceptable tax avoidance atau aggressive tax planning (Darussalam dan Septriadi, 2009). Tindakan pajak agresif mempunyai lima komponen pengukuran, yaitu effective tax rate (ETR), cash effective tax rate (CETR), book-tax difference Manzon-Plesko (BTD_MP), book-tax difference DesaiDharmapala (BTD_DD) dan tax planning (TAXPLAN) (Sari dan Martani, 2010:10). ETR digunakan karena dianggap dapat merefleksikan perbedaan tetap antara perhitungan laba buku dengan laba fiskal (Frank et al., 2009:471). Sedangkan CETR digunakan karena diharapkan dapat mengidentifikasi keagresifan perencanaan pajak perusahaan yang dilakukan menggunakan 17
perbedaan tetap maupun perbedaan temporer (Chen et al., 2010:16). Menurut Desai dan Dharmapala (2004:2-3), book-tax difference bisa timbul karena adanya aktivitas perencanaan pajak dan manajemen laba, maka nilai residu dari regresi nilai book-tax difference dan nilai total akrual diharapkan murni merupakan cerminan dari aktivitas perencanaan pajak. Sedangkan nilai tax planning (TAXPLAN) digunakan karena dianggap dapat menggambarkan tingkat subsidi pajak yang digunakan. 2. Kompensasi Eksekutif Kompensasi merupakan salah satu fungsi penting dalam manajemen. Karena kompensasi merupakan aspek yang paling sensitif di dalam hubungan kerja. Kasus yang terjadi dalam hubungan kerja mengandung masalah kompensasi dan berbagai segi yang terkait, seperti tunjangan, kenaikan kompensasi, struktur kompensasi, dan skala kompensasi. Kompensasi juga merupakan komponen penting dalam penciptaan suatu manajemen yang efektif dan kondusif. Sistem kompensasi yang baik dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap keberhasilan bisnis. Sistem kompensasi membantu dalam memberi penguatan terhadap nilainilai kunci organisasi serta memfasilitasi pencapaian tujuan organisasi. (Sutrisno, 2011:181). Masalah kompensasi selain sensitif, juga menjadi pendorong seseorang untuk bekerja. Karena berpengaruh terhadap moral dan disiplin tenaga kerja (Sastrohadiwiryo, 2003:181). Sistem kompensasi yang baik dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap keberhasilan bisnis (Khasanah, 2015:4). 18
Nitisemito (1996:90) menyatakan bahwa kompensasi adalah balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada pekerjanya, yang dapat dinilai dengan uang dan cenderung diberikan secara tetap. Kompensasi merupakan masalah yang sangat penting, karena salah satu tujuan utama seseorang menjadi pekerja adalah adanya kompensasi. Hal senada juga dikemukakan oleh Thomson (2002) dalam Kadarisman (2012:26) yaitu kompensasi sebagai faktor penting yang mempengaruhi bagaimana dan mengapa orang-orang bekerja pada suatu organisasi dan bukan pada organisasi lainnya. Kompensasi merupakan kontra prestasi terhadap penggunaan tenaga atau jasa yang telah diberikan oleh tenaga kerja. Kompensasi menjadi semacam jumlah paket yang ditawarkan organisasi kepada pekerja sebagai imbalan atas penggunaan tenaga kerjanya (Wibowo, 2013:348). Werther
dan
Davis
(1982)
dalam
Kadarisman
(2012:1)
mengemukakan kompensasi sebagai berikut: “Compensation is what employee receive in exchange of their work. Whether hourly wages or periodic salaries, the personnel department usually designs and administers employee compensation”. Berdasarkan pemikiran tersebut, dikemukakan bahwa kompensasi adalah apa yang seorang pekerja terima sebagai balasan atas kontribusinya kepada organisasi. Baik upah per jam ataupun gaji periodik yang didesain dan dikelola oleh bagian Sumber Daya Manusia (Kadarisman, 2012:1). Kompensasi merupakan imbalan jasa atau balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada para tenaga kerja, karena tenaga kerja tersebut 19
telah memberikan sumbangan tenaga dan pikiran demi kemajuan perusahaan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Sastrohadiwiryo, 2002:181). Lebih lanjut, Admosudiro (1994) dalam Kadarisman (2012:9) mengemukakan bahwa kompensasi merupakan penghargaan kepada pekerja secara adil dan layak untuk prestasi kerja dan atas jasa yang telah dikeluarkan terhadap tujuan organisasi demi tercapainya tujuan organisasi. Hal senada juga dikemukakan oleh Nawawi (1998) dalam Kadarisman (2012:25), yaitu sebagai berikut: “Kompensasi bagi organisasi/perusahaan berarti penghargaan atau ganjaran pada para pekerja yang telah memberikan kontribusi dalam mewujudkan tujuannya, melalui kegiatan yang disebut dengan bekerja.” Sebagai penghargaan atas penyerahan dan pemberian segenap hasil kerja atau performance pekerja kepada organisasi, maka organisasi memberikan balas jasa, imbalan jasa, penghargaan, penghasilan, kompensasi atau reward. Ditinjau dari sisi pandang organisasi, pemberian imbalan jasa atau penghasilan akan selalu dikaitkan dengan kuantitas, kualitas dan manfaat jasa yang dipersembahkan oleh pekerja bagi organisasi. Hal tersebut akan mempengaruhi seberapa jauh tujuan organisasi dapat dicapai, bahkan dapat mempengaruhi kelangsungan hidup organisasi tersebut (Kadarisman, 2012:6). Kompensasi mengandung arti yang lebih luas daripada upah atau gaji. Upah atau gaji lebih menekankan pada balas jasa yang bersifat finansial,
20
sedangkan kompensasi mencakup balas jasa finansial maupun nonfinansial (Samsudin, 2006 dalam Kadarisman, 2012:49). Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kompensasi merupakan suatu bentuk penghargaan yang diberikan kepada tenaga kerja yang jumlahnya tergantung dari hasil yang dicapai baik berupa finansial maupun non-finansial. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong tenaga kerja untuk bekerja lebih giat dan lebih baik sehingga prestasi dapat meningkat yang pada akhirnya tujuan perusahaan dapat tercapai. Jenin-Jenis Kompensasi a.
Direct Financial Compensation Bentuk dari pemberian kompensasi ini adalah (Panggabean, 2002 dalam Sutrisno 2011:187): 1) Upah atau gaji (Wages or Salaries). Upah biasanya berhubungan dengan tarif gaji perjam (semakin lama kerjanya, semakin besar bayarannya). Upah merupakan basis bayaran yang kerap digunakan bagi pekerja-pekerja produksi dan pemeliharaan. Sedangkan gaji umumnya berlaku untuk tarif mingguan, bulanan atau tahunan. 2) Insentif (Incentive). Merupakan tambahan-tambahan gaji diatas atau diluar gaji atau upah yang diberikan oleh organisasi. Program-program insentif disesuaikan dengan memberikan bayaran tambahan berdasarkan
21
produktivitas, penjualan, keuntungan-keuntungan atau upaya-upaya pemangkasan biaya. 3) Bonus. Dalam pemberian bonus sebagai kompensasi ini setiap orang akan memperolehnya 10 berdasarkan hasil yang dicapai perusahaan tanpa memperhitungkan upah aktual seseorang. b.
Indirect Financial Compensation Bentuk dari pemberian kompensasi ini adalah (Panggabean, 2002 dalam Sutrisno 2011:187): 1) Tunjangan (Benefit). Contoh-contoh tunjangan seperti asuransi kesehatan, asuransi jiwa, liburan-liburan yang ditanggung perusahaan, program pensiun dan tunjangan-tunjangan lainnya yang berhubungan dengan kepegawaian. 2) Fasilitas (Facility). Merupakan kenikmatan/fasilitas seperti mobil perusahaan, keanggotaan klub, tempat parkir khusus.
c.
Non Financial Compensation Suatu penghargaan bagi tenaga kerja yang bukan berbentuk keuangan, dalam hal ini merupakan kebutuhan tenaga kerja yang bukan berwujud uang, misalnya: 1) Pekerjaan dan jabatan yang menjanjikan masa depan. 2) Pengaturan jam kerja yang lebih santai dan fleksibel. 22
Macam-Macam Kompensasi Menurut Wibowo (2013:348) dilihat dari cara pemberiannya kompensasi dapat dibagi menjadi 2, yaitu : a. Kompensasi Langsung Kompensasi langsung seperti upah dan gaji atau pay for performance, seperti insentif dan gain sharing. b. Kompensasi Tidak Langsung Kompensasi tidak langsung merupakan kompensasi tambahan yang diberikan terhadap semua tenaga kerja sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan para pekerja. Contohnya, berupa fasilitas-fasilitas seperti: asuransi, tunjangan, uang pensiun atau jaminan keamanan dan kesehatan. Tujuan kompensasi tidak langsung antara lain sebagai berikut (Hasibuan, 2011 dalam Hakim, 2011:173): 1) Untuk meningkatkan kesetiaan dan keterikatan tenaga kerja kepada perusahaan. 2) Memberikan ketenangan dan pemenuhan kebutuhan bagi tenaga kerja beserta keluarganya. 3) Memotivasi gairah kerja, disiplin, dan produktivitas tenaga kerja. 4) Menurunkan tingkat absensi dan turnover tenaga kerja. 5) Menciptakan suasana kerja yang baik dan nyaman. 6) Membantu kelancaran dalam pekerjaan untuk mencapai tujuan. 7) Memelihara kesehatan dan meningkatkan kualitas tenaga kerja. 23
8) Mengefektifkan pengadaan tenaga kerja. 9) Membantu pelaksanaan program pemerintah dalam meningkatkan kualitas manusia Indonesia. 10) Mengurangi kecelakaan dan kerusakan peralatan perusahaan. 11) Meningkatkan status sosial tenaga kerja beserta keluarganya. Syarat Pemberian Kompensasi Menurut Panggabean (2002:92) syarat pemberian kompensasi agar mencapai tujuan dari pemberian kompensasi adalah: a. Sederhana, peraturan dari sistem kompensasi harus singkat, jelas dan dapat dimengerti. b. Spesifik, karyawan harus mengetahui dengan tepat apa yang diharapkan untuk mereka lakukan. c. Dapat dicapai, setiap karyawan mempunyai kesempatan yang masuk akal untuk memperoleh sesuatu. d. Dapat diukur, sasaran yang dapat diukur merupakan dasar untuk menentukan rencana kompensasi. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kompensasi Beberapa faktor yang mempengaruhi kompensasi, yaitu (Noviyanto, 2011:2): a.
Faktor Intern Organisasi. 1) Dana Organisasi. 2) Serikat Pekerja.
24
b. Faktor Pribadi Tenaga Kerja. 1) Produktivitas Kerja. Produktivitas kerja dipengaruhi oleh prestasi kerja. Prestasi kerja merupakan faktor yang diperhitungkan dalam penetapan kompensasi.
Pemberian
kompensasi
ini
dimaksud
untuk
meningkatkan produktivitas kerja pekerja. 2) Posisi dan Jabatan. Posisi dan jabatan seseorang dalam organisasi menunjukkan keberadaan dan tanggung jawabnya dalam hierarki organisasi. Semakin tinggi posisi dan jabatan seseorang dalam organisasi, semakin besar tanggung jawabnya, maka semakin tinggi pula kompensasi yang diterimanya. Hal tersebut berlaku sebaliknya. 3) Pendidikan dan Pengalaman. Pekerja yang lebih berpengalaman dan berpendidikan lebih tinggi akan mendapat kompensasi yang lebih besar dari pekerja yang kurang pengalaman dan atau lebih rendah tingkat pendidikannya.
Pertimbangan
faktor
ini
merupakan wujud
penghargaan organisasi pada keprofesionalan seseorang yang dapat memacu pekerja untuk meningkatkan pengetahuannya. 4) Jenis dan Sifat Pekerjaan. Besarnya kompensasi pekerja yang bekerja di lapangan berbeda dengan pekerja yang bekerja dalam ruangan, demikian juga kompensasi untuk pekerjaan klerikal akan berbeda dengan 25
pekerjaan administratif. Begitu pula halnya dengan pekerjaan manajemen
berbeda
dengan
pekerjaan
teknis.
Pemberian
kompensasi yang berbeda ini selain karena pertimbangan profesionalisme pekerja juga karena besarnya resiko dan tanggung jawab yang dipikul oleh pekerja yang bersangkutan. c.
Faktor Ekstern Organisasi. 1) Penawaran dan Permintaan Kerja. Mengacu pada hukum ekonomi pasar bebas, kondisi dimana penawaran (supply) tenaga kerja lebih dari permintaan (demand) akan menyebabkan rendahnya kompensasi yang diberikan. Sebaiknya bila kondisi pasar kerja menunjukkan besarnya jumlah permintaan tenaga kerja sementara penawaran hanya sedikit, maka kompensasi yang diberikan akan besar. 2) Biaya Hidup. Besarnya kompensasi terutama upah/gaji harus disesuaikan dengan besarnya biaya hidup (cost of living). Yang dimaksud biaya hidup disini adalah biaya hidup minimal. 3) Kebijaksanaan Pemerintah. Sebagai pemegang kebijakan, pemerintah berupaya melindungi rakyatnya dari kesewenang-wenangan dan keadilan. Dalam kaitannya dengan kompensasi, pemerintah menentukan upah minimum, jam kerja/hari, untuk pria dan wanita, pada batas umur tertentu. 26
4) Kondisi Perekonomian Nasional. Kompensasi yang diterima oleh pekerja di negara-negara maju jauh lebih besar dari yang diterima negara-negara berkembang dan atau negara miskin. Besarnya rata-rata kompensasi yang diberikan oleh organsasi-organisasi dalam suatu negara mencerminkan kondisi perekonomian negara tersebut dan penghargaan negara terhadap sumber daya manusianya. Tujuan Pemberian Kompensasi Menurut Notoadmodjo dalam Sutrisno (2011:188), ada beberapa tujuan dari kebijakan pemberian kompensasi meliputi: a.
Menghargai prestasi kerja.
b. Menjamin keadilan sistem kompensasi. c. Mempertahankan karyawan. d. Memperoleh karyawan yang bermutu. e. Pengendalian biaya. f. Memenuhi peraturan-peraturan.
Fungsi Kompensasi Menurut
Martoyo (1994) dalam Noviyanto (2011:1), fungsi
kompensasi adalah: a.
Penggunaan Sumber Daya Manusia secara lebih efisien dan lebih efektif.
b.
Mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi. 27
Kompensasi yang efektif seharusnya dapat memenuhi kebutuhan dasar, mempertimbangkan adanya keadilan internal dan eksternal, dan pemberiannya disesuaikan dengan kebutuhan individu (Cascio, 1995 dalam Sutrisno, 2011:186). Hal senada juga dikemukakan oleh Robbins (1993)
dalam
Sutrisno
(2011:186)
yang
mengemukakan
bahwa
penghargaan dapat meningkatkan prestasi kerja dan kepuasan kerja apabila: a.
Mereka merasakan adanya keadilan dalam kompensasi.
b.
Penghargaan yang mereka terima dikaitkan dengan kinerja mereka.
c.
Berkaitan dengan kebutuhan individu. Menurut Cascio (1995) dalam Sutrisno (2011:186-187), diantara
prinsip-prinsip tersebut di atas yang paling penting adalah adanya keadilan. Keadilan di tempat kerja, termasuk dalam pemberian kompensasi ada dua macam, yaitu keadilan distributif dan prosedural. Keadilan distributif berusaha untuk menjelaskan bagaimana seseorang bereaksi terhadap jumlah kompensasi yang diterima, sedangkan keadilan prosedural yang digunakan untuk menentukan kompensasi. Dengan kata lain, keadilan distributif berkaitan dengan hasil akhirnya, sedangkan keadilan prosedural berkaitan dengan alatnya. Sebagai akibatnya, keadilan distributif lebih mempengaruhi kepuasan terhadap apa yang diberikan. Adapun keadilan prosedural lebih mempengaruhi kepuasan terhadap pimpinan dan komitmen organisasi.
28
Menurut Panggabean (2002) dalam Sutrisno (2011:185), agar pemberian kompensasi terasa adil, maka proses yang harus dilakukan adalah: a.
Menyelenggarakan survei kompensasi, yaitu survei mengenai jumlah kompensasi yang diberikan bagi pekerjaan yang sebanding di perusahaan lain (untuk menjamin keadilan eksternal).
b.
Menentukan nilai tiap pekerjaan dalam perusahaan melalui evaluasi pekerjaan (untuk menjamin keadilan internal).
c.
Mengelompokkan pekerjaan yang sama/sejenis ke dalam tingkat kompensasi yang sama pula (untuk menjamin keadilan karyawan).
d.
Menyesuaikan tingkat kompensasi dengan peraturan perundangundangan yang berlaku (menjamin kompensasi layak dan wajar).
Kriteria Keberhasilan Sistem Kompensasi Menurut
Irianto
(2001:103)
dalam
mengukur
keberhasilan
implementasi sistem kompensasi, dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:: a.
Mendukung pencapaian tujuan-tujuan organisasi.
b.
Sesuai dengan dan mendukung strategi dan struktur organisasi.
c.
Menarik dan dapat mempertahankan individu yang berkompeten sesuai dengan standar keahlian yang ditetapkan.
d.
Menetapkan spektrum yang lebih luas atas perilaku tugas (task behavior) yang diinginkan dari seluruh anggota organisasi.
e.
Merefleksikan ekuitas (persamaan-keadilan) bagi seluruh anggota organisasi. 29
f.
Sejalan dengan hukum atau perundang-undangan yang berlaku dalam suatu wilayah yuridiksi tertentu dimana organisasi berada.
g.
Dapat mencapai keenam kriteria tersebut dengan biaya yang proposional sesuai dengan kondisi keuangan internal.
h.
Dapat mencapai ketujuh kriteria tersebut diatas dalam kondisi dengan penggunaan biaya yang paling efektif.
Kompensasi Eksekutif Menurut
Siagian (1992) dalam Septyani (2013:1), eksekutif
merupakan seseorang yang menduduki jabatan kepemimpinan tertentu dalam
suatu
organisasi
serta
mempunyai
hak
dan
wewenang
menggerakkan orang lain yang disebut “bawahan” dan para bawahan itulah yang memikul tanggung jawab melaksanakan berbagai kegiatan operasional dalam pencapaian tujuan organisasi. Dengan kata lain bahwa eksekutif adalah manajer tingkat atas dari suatu organisasi, yang memberikan pengaruh yang besar terhadap perusahaan, seperti direktur utama, wakil direktur utama, direktur, manajer eksekutif termasuk didalamnya komisaris utama dan komisaris. Kebijakan penentuan kompensasi eksekutif merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan dalam rangka mendorong peningkatan kinerja. Eksekutif bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik atau pemegang pemegang saham, dan sebagai imbalannya eksekutif akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Pemilik perusahaan mengharapkan pihak eksekutif dapat meningkatkan kinerja 30
dengan kebijakan pemberian kompensasi yang tepat (Santi dan Puji, 2014 dalam Khasanah, 2015:5). Paket kompensasi eksekutif pada dasarnya berisi hampir sama dengan paket kompensasi karyawan pada umumnya yaitu terdiri dari komponen gaji pokok, bonus, insentif, fasilitas serta tunjangan. Yang membedakan adalah adanya jenis kompensasi khusus yang tidak diterima oleh karyawan yaitu kompensasi dalam bentuk opsi saham (Dessler, 2007:58). Opsi saham (stock options) merupakan hak untuk membeli saham perusahaan pada harga tertentu selama jangka waktu tertentu, dengan harga saham di bawah harga pasar dan selisih harga itu merupakan bonus (Sirait, 2007:205). Program kompensasi eksekutif yang dirancang dengan baik dapat memacu pertumbuhan kinerja perusahaan melalui dua cara, yaitu: a.
Dapat membantu perusahaan menarik orang-orang yang memiliki bakat yang tepat dalam tugas dan tanggung jawab tertentu guna mendorong pertumbuhan perusahaan.
b.
Penempatan posisi kepemimpinan yang tepat. Rancangan rencana kompensasi
dapat
memperkuat
strategi
pertumbuhan
melalui
pengukuran kinerja dan tujuan-tujuan tertentu yang mempengaruhi pertumbuhan perusahaan dan/atau unit usaha, selain itu dapat menekan laju perputaran manajemen yang disebabkan oleh kinerja manajemen yang buruk karena tidak puas dengan kompensasi yang diterima (Burchman dan Jones, 2006:40). 31
Beberapa penelitian tentang kompensasi dikaitkan dengan teori keagenan (agency theory). Teori keagenan memandang adanya hubungan antara pemilik (prinsipal) dan manajemen perusahaan (agen). Prinsipal mempercayai agen yang memberikan jasa manajerialnya. Dengan jasanya tersebut, agen menerima kompensasi dari prinsipal.
Kompensasi
merupakan nilai jasa yang diberikan pemilik perusahaan kepada manajemen (Jensen dan Meckling, 1976:5). Armstrong et al. (2011:36) melakukan penelitian mengenai hubungan kompensasi yang diterima oleh eksekutif perusahaan, khususnya atas kompensasi yang diterima oleh direktur pajak terhadap tax planning perusahaan. Dalam penelitian tersebut, mereka membuktikan adanya hubungan yang kuat antara kompensasi yang diterima direktur pajak perusahaan dengan tax planning melalui GAAP effective tax rate. Rego dan Wilson (2008:27) juga menemukan hubungan antara kompensasi CEO dan CFO terhadap tindakan pajak agresif perusahaan yang dikaitkan dengan kinerja perusahaan.
Desai dan Dharmapala (2006:30) meneliti bagaimana insentif kompensasi berbasis ekuitas mempengaruhi keputusan berlindung pajak. Karena insentif berbasis ekuitas harus menyelaraskan kepentingan manajerial dengan para pemegang saham. Desai dan Dharmapala memprediksi bahwa insentif tersebut harus mendorong manajer untuk mengurangi pengalihan sewa dan meningkatkan kegiatan berlindung pajak mereka. Namun, Desai dan Dharmapala juga menduga bahwa transaksi 32
penampungan pajak yang kompleks yang dirancang untuk mengaburkan substansi ekonomi transaksi juga dapat mengaburkan laporan keuangan perusahaan dan meningkatkan peluang bagi manajerial diversion. Irawan dan Farahmita (2012:20) juga menemukan bahwa kompensasi direksi berpengaruh terhadap penghindaran pajak perusahaan. Namun hasil tersebut berlawanan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2014:15), dan Dewi dan Sari (2015:62), hasil penelitian keduanya menunjukkan bahwa kompensasi eksekutif tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. 3. Keterwakilan CFO Wanita CFO (Chief Financial Officer) adalah jabatan di suatu perusahaan yang memiliki tanggung jawab utama untuk mengelola resiko keuangan perusahaan. Pejabat ini juga bertanggung jawab untuk perencanaan keuangan dan pencatatan, serta pelaporan keuangan untuk manajemen yang lebih tinggi. Dalam beberapa sektor CFO juga bertanggung jawab untuk analisis data. Dalam pelaporan keuangan perusahaan CEO dan CFO merupakan pihak yang terlibat secara langsung, yaitu keduanya adalah pihak yang menandatangani laporan keuangan dan bertanggung jawab atas informasi yang disajikan (Nalikka, 2009:102). Antara pria dan wanita pada dasarnya memiliki perbedaan yang dapat ditinjau dari dua macam konsep, yaitu konsep biologis yang menekankan pada jenis kelamin, dan konsep non-biologis yang lebih dikenal dengan konsep gender. Perbedaan atas dasar konsep biologis lebih menunjuk pada 33
hal-hal yang berkaitan dengan perbedaan fisiologis, terutama pada fungsi reproduksi, sedangkan konsep gender lebih menekankan pada perbedaan atas dasar konstruksi sosiokultural (Thompson dan Priestley, 1996 dalam Partini, 2013:1). Walaupun gender berkaitan dengan perbedaan jenis kelamin, tetapi tidak semata-mata bertumpu pada perbedaan fisiologis. Tumpuan lainnya adalah perbedaan psikologis. Ada dua teori untuk melihat adanya perbedaan tersebut, yaitu teori Nature dan teori Nurture (Budiman,
1985 dalam Partini,
2013:1).
Pengikut
teori Nature
beranggapan bahwa perbedaan psikologis antara pria dan wanita disebabkan oleh faktor-faktor biologis. Sedangkan pengikut teori Nurture beranggapan bahwa perbedaan tercipta melalui proses belajar dari lingkungan. Teori nature mengungkapkan bahwa perbedaan antara pria dan wanita adalah kodrat yang harus diterima. Perbedaan biologis memberikan dampak berupa perbedaan peran dan tugas diantara keduanya. Baik pria maupun wanita memiliki perbedaan kodrat sesuai dengan fungsi masingmasing. Terdapat peran dan tugas yang dapat dipertukarkan, tetapi ada pula yang tidak dapat dipertukarkan karena memang berbeda secara kodrat alamiah (Budiman, 1991 dalam Partini, 2013:209). Deaux dan Kite (1987) dalam Partini (2013:10) menyebutkan bahwa pada umumnya, pria adalah orang yang lebih kuat, lebih aktif, serta ditandai dengan kebutuhan besar mencapai tujuan, dominasi, otonomi, dan agresi. Sebaliknya, wanita dipandang sebagai lebih lemah dan kurang 34
aktif, lebih menaruh perhatian pada afiliasi, berkeinginan untuk mengasuh, serta mengalah. Literatur psikologi dan manajemen telah mengakui bahwa terdapat perbedaan berbasis gender yang signifikan antara pria dan wanita. Sebagai contoh adalah perbedaan dalam gaya kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, konservatisme, menghindari resiko, dan pembuatan keputusan (Peni dan Vahaama, 2010:630). Karam dan Ballington (1999) dalam Woischnik (2012:5) mengatakan bahwa keterwakilan wanita memiliki peran yang sangat penting, karena diyakini dapat memberikan perubahan positif dalam proses pembuatan kebijakan yang lebih baik. Kehadiran kaum wanita merupakan prasyarat bagi terwujudnya kesetaraan gender. Gender berasal dari kata dalam bahasa Arab “Jinsiyyun” yang kemudian diadopsi dalam bahasa Perancis dan Inggris menjadi “gender” (Fakih, 1999:8). Gender diartikan sebagai perbedaan peran dan tanggung jawab wanita dan pria yang ditentukan secara sosial. Gender berhubungan dengan bagaimana persepsi dan pemikiran serta tindakan yang diharapkan sebagai wanita dan pria yang dibentuk masyarakat, bukan karena perbedaan biologis. Peran gender dibentuk secara sosial, institusi sosial memainkan peranan penting dalam pembentukkan peran gender dan hubungan. Istilah gender digunakan dalam konteks sosial untuk menjelaskan karakteristik antara pria wanita maupun antara sifat-sifat feminim dan 35
maskulin dalam masyarakat. Menurut World Health Organizations (WHO), “Gender” refers to the socially constructed roles, behaviours, activities, and attributes that a given society considers appropriate for men and women. Yang berarti gender merujuk pada peran, perilaku, aktivitas dan atribut yang dibentuk secara sosial dianggap sesuai untuk pria dan wanita (Kartikarini dan Mutmainah, 2013:2). Dengan perbedaan gender tersebut, diasumsikan bahwa pria dan wanita akan bertindak atau memiliki respons yang berbeda dalam menghadapi masalah yang sama. Pria dan wanita akan menggunakan pertimbangan yang berbeda dalam proses pengambilan keputusan dalam rangka merespon masalah yang dihadapinya. Parson dan Bales (1955) dalam Partini (2013:11) mengungkapkan bahwa wanita lebih cocok pada pekerjaan yang bersifat ekspresif, sedangkan pria lebih sesuai pada pekerjaan instrumental. Stoler (1982) dan Boserup (1970) dalam Partini (2013:11) menggunakan istilah pekerjaan domestik untuk wanita dan publik untuk pria. Sedangkan Doringer dan Piore (1971) serta Standing (1978) dalam Partini (2013:11) menyebut istilah jenis pekerjaan primer untuk pria, dan sekunder untuk wanita. Sebenarnya pembagian kerja secara seksual bukan merupakan sesuatu yang keliru atau salah, asalkan hal itu dapat menunjukkan adanya keseimbangan (Budiman, 1991 dalam Partini, 2013:2). Konsekuensi adanya pembagian kerja terlihat tatkala wanita masuk ke dalam angkatan
36
kerja, di mana terdapat pembedaan upah dan kesempatan (Carrel et al., 1995 dalam Partini, 2013:2). Teori peran memperhatikan perbedaan antar jenis kelamin yang diekspresikan melalui perbedaan harapan, sikap, tingkah laku yang telah mempola, dan kemungkinan berkarakteristik psikologis. Pria dianggap memiliki intelektualitas dan emosi yang lebih tinggi, serta menginginkan kerja yang penuh arti dengan harapan-harapan yang lebih besar daripada wanita (Partini, 2013:13). Schein (1994) dalam Partini (2013:24-25) menyatakan bahwa posisi yang banyak diduduki wanita hanya pada tingkat bawah. “Most women are still concentrated in lower management levels. Women represent only 11% of high level directors and managers, and no more than 3% at the top level of management of large companies in the private sector.” Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Wagnerova (1983) dalam Partini (2013:25) yang menunjukkan bahwa walaupun partisipasi tenaga kerja wanita semakin bertambah, namun jika ditinjau dari kategori pekerjaan maka wanita yang tergolong sebagai pekerja ahli hanya 25%. Pria banyak memonopoli pekerjaan-pekerjaan manajerial, pria dikembangkan sedemikian rupa sehingga menyisihkan wanita dari penyusunan berbagai macam program ketika perusahaan harus membuat suatu keputusan penting (Reskin dan Phipps, 1988 dalam Partini, 2013:36). Pekerjaan menjadi semakin birokratis dan berbagai macam aturan personal yang menghalangi wanita juga semakin diformalisasikan (Taylor, 1977 dalam Partini, 2013:36). Namun kini peluang wanita untuk 37
memperoleh pekerjaan sebagai manajer dan administratur jumlahnya semakin bertambah secara sangat perlahan-lahan. Di Amerika, pada tahun 1970 pekerjaan manajer dan administratur yang dipegang oleh wanita adalah 16,6%. Angka ini menjadi 26,1% pada tahun 1980, walaupun manajer wanita hanya berada pada pekerjaan sosial dan perpustakaan (Reskin dan Phipps, 1988 dalam Partini, 2013:36). Dewan direksi dan komisaris perusahaan yang heterogen akan mampu untuk membuat keputusan berdasarkan evaluasi dari beberapa alternatif dibandingkan dengan dewan direksi yang lebih homogen. Direktur wanita memiliki pengalaman kerja yang berbeda dibandingkan dengan direktur pria. Direktur wanita memiliki pemahaman yang lebih baik atas segmen pasar perusahaan dibandingkan pria dan hal ini dapat mengembangkan kualitas dalam proses pengambilan keputusan perusahaan (Singh & Vinnicombe, 2004 dalam Nathania, 2014:77). Management diversity menjadi hal yang penting untuk diperhatikan berkaitan dengan corporate governance di Indonesia karena masih adanya anggapan bahwa pria lebih layak untuk menduduki jabatan penting dalam perusahaan. Kehadiran wanita dalam perusahaan sangat menguntungkan untuk pengambilan keputusan. Sebagai contoh, partisipasi wanita dalam dewan perusahaan dapat membantu menghindari proyek yang terlalu beresiko karena wanita umumnya lebih menghindari resiko (risk averse) dibandingkan pria (Byrnes et al., 1999 dalam Nathania, 2014:78) dan memiliki sikap kehati-hatian yang tinggi (Kusumastuti, Supatmi dan 38
Sastra, 2007 dalam Nathania, 2014:78). Kedua, pria dan wanita memiliki perbedaan kognitif (Hambrick dan Mason, 1984 dalam Nathania, 2014:78), wanita cenderung memiliki norma, perilaku, keyakinan, dan perspektif yang berbeda (Pelled et al., 1999 dalam Nathania, 2014:78). Pola kognitif ini akan memungkinkan dewan untuk mempertimbangkan pilihan-pilihan yang lebih luas dan solusi terkait dengan permasalahan perusahaan (Konrad et al., 2008 dalam Nathania, 2014:78). Perbedaan
gender
dalam
perilaku
pengambilan
resiko
telah
dieksplorasi secara luas di bidang sastra maupun ekonomi sastra. Studi yang ada menunjukkan bahwa wanita pada umumnya lebih menolak resiko daripada pria (Francis et al., 2014:1). Jianakoplos dan Bernasek (1998:620) dalam penelitiannya menyatakan bahwa wanita cenderung memiliki aset kurang beresiko di portofolio investasi dan lebih untuk memenuhi peraturan. Sedangkan Aspray dan Cohoon (2007) dalam Arini, dkk. (2010:138) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara peran gender dan tingkah laku pengambilan resiko, yaitu peran gender feminim lebih cenderung menghasilkan tingkah laku pengambilan resiko yang lebih tinggi. Namun tampaknya masih diperlukan penelitian yang lebih banyak karena minimnya penelitian yang dilakukan. Peran gender adalah sejauh mana seseorang menghayati sifat dan fungsi dirinya (sesuai dengan jenis kelamin dan gender yang ia yakini) sehingga dapat direpresentasikan dalam tingkah laku. 39
Peran gender inilah yang mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap sifat dan tingkah laku yang semestinya ditampilkan oleh jenis kelamin tertentu. Padahal belum pasti bahwa generalisasi dapat dilakukan pada seluruh orang yang memiliki jenis kelamin yang sama karena setiap orang juga memiliki keunikan individual (Hyde, 2007 dalam Arini, dkk., 2010:134). Walaupun dapat memudahkan kategorisasi sosial, namun terdapat juga dampak negatif dari peran gender yaitu kesalahan atribusi agresifitas dan prestasi. Pria dipandang memiliki tingkat agresivitas yang tinggi padahal kenyataannya tidak semua pria seperti itu. Wanita selalu dianggap tidak memiliki keinginan untuk berprestasi oleh karenanya terjadi standar ganda bagi wanita, yaitu wanita harus bekerja ekstra keras untuk memperoleh kesuksesan dan rnendapatkan pengakuan dan masyarakat (Hyde, 2007 dalam Arini, dkk., 2010:134). Penelitian yang dilakukan oleh Vermeir dan Kenhove (2008:281) menunjukkan bahwa wanita cenderung lebih beretika dalam membuat pertimbangan dan perilakunya dibanding pria. Sementara Barber dan Odean (2000:3) menyatakan bahwa wanita cenderung menghindari resiko dibanding pria. Dapat dikatakan bahwa perbedaan gender dari top manajemen perusahaan akan mempengaruhi pengambilan keputusan dan arah kebijakan perusahaan. Dikaitkan dengan manajemen laba, perbedaan gender dari top manajemen perusahaan tentunya dapat diasumsikan akan memiliki implikasi pada praktik manajemen laba dan kualitas pelaporan 40
keuangan. Peni dan Vahaama (2010:643) menyatakan bahwa keberadaan salah satu dari CEO wanita ataupun CFO wanita akan menurunkan tingkat manajemen laba. Sedangkan Barua et al. (2010) dalam Francis et al., (2014:2) menyatakan bahwa CFO wanita memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Sementara itu, Francis et al. (2014:27) tidak menemukan bahwa keterwakilan sampel perempuan sebagai CFO berbeda dari perilaku rekanrekan lelaki dalam upaya pajak agresif (penghindaran pajak). Dengan kata lain, keterwakilan perempuan sebagai CFO tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tindakan pajak agresif. 4. Karakteristik Eksekutif Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karakteristik adalah ciri-ciri khusus atau mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu. Karakteristik merupakan ciri khas seseorang dalam meyakini, bertindak ataupun merasakan. Berbagai teori pemikiran dari karakteristik tumbuh untuk menjelaskan berbagai kunci karakteristik manusia (Boeree, 2009:426). Dyreng et al. (2010:1185-1186) menyatakan bahwa karakter dari setiap individu eksekutif akan menentukan seberapa besar tingkat agresifitas yang dilakukan perusahaan dalam melakukan penghindaran pajak. Kemudian Low (2006:1) menyebutkan bahwa dalam menjalankan tugasnya sebagai pimpinan perusahaan eksekutif memiliki dua karakter 41
yakni sebagai risk taker dan risk averse. Eksekutif yang memiliki karakter risk taker adalah eksekutif yang lebih berani dalam mengambil keputusan bisnis dan biasanya memiliki dorongan kuat untuk memiliki penghasilan, posisi, kesejahteraan, dan kewenangan yang lebih tinggi (Maccrimon dan Wehrung, 1990:423). Eksekutif yang memiliki karakter risk taker tidak ragu-ragu untuk melakukan pembiayaan dari hutang (Lewellen, 2003:3), hal ini dilakukan supaya perusahaan tumbuh lebih cepat. Berbeda dengan risk taker, eksekutif yang memiliki karakter risk averse adalah eksekutif yang cenderung tidak menyukai resiko sehingga kurang berani dalam mengambil keputusan bisnis. Eksekutif risk averse jika mendapatkan peluang maka dia akan memilih resiko yang lebih rendah (Low, 2006:1). Biasanya eksekutif risk averse memiliki usia yang lebih tua, sudah lama memegang jabatan, dan memiliki ketergantungan dengan perusahaan (Maccrimon dan Wehrung, 1990:424). Dibandingkan dengan risk taker, eksekutif risk averse lebih menitik beratkan pada keputusan-keputusan yang tidak mengakibatkan resiko yang lebih besar. Menurut Hartono (2008) dalam Budiman dan Setiyono (2012:4), resiko ada kaitannya dengan return yang diperoleh perusahaan, bahwa resiko merupakan penyimpangan atau deviasi dari outcome yang diterima dengan yang diharapkan. Dengan demikian dapat diartikan semakin besar deviasi antara outcome yang diterima dengan yang diharapkan mengindikasikan semakin besar pula resiko yang ada. Seorang investor akan menghadapi resiko investasi berupa kemungkinan terjadinya 42
perbedaan hasil yang diharapkan (expected return) dengan hasil yang benar-benar terjadi (Penman, 2007 dalam Budiman dan Setiyono, 2012:4). Hampir senada dengan Hartono (2008) dalam Budiman dan Setiyono (2012:4), Paligorova (2010:8) mengartikan resiko perusahaan (corporate risk) merupakan volatilitas earning perusahaan, yang bisa diukur dengan rumus deviasi standar. Dengan demikian dapat dimaknai bahwa resiko perusahaan (corporate risk) merupakan penyimpangan atau deviasi standar dari earning baik penyimpangan itu bersifat kurang dari yang direncanakan (downside risk) atau mungkin lebih dari yang direncanakan (upside
potential),
semakin
besar
deviasi
earning
perusahaan
mengindikasikan semakin besar pula resiko perusahaan yang ada. Tinggi rendahnya resiko perusahaan ini mengindikasikan karakter eksekutif apakah termasuk risk taker atau risk averse (Paligorova, 2010:24). Coles at al., (2004:432) menyebutkan bahwa resiko perusahaan (corporate risk) merupakan cermin dari policy yang diambil oleh pimpinan perusahaan.
Policy
yang
diambil
pimpinan
perusahaan
bisa
mengindikasikan apakah mereka memiliki karakter risk taking atau risk averse (Coles et al., 2004:432). Semakin tinggi corporate risk maka eksekutif semakin memiliki karakter risk taker, demikian sebaliknya. Terkait dengan karakter eksekutif, Lewellen (2003:3) menyebutkan contoh perbedaan pengambilan keputusan bisnis oleh eksekutif yang memiliki karakter risk taker dengan eksekutif yang memiliki karakter risk averse. Eksekutif yang memiliki karakter risk taker tidak ragu-ragu untuk 43
memilih pembiayaan yang tinggi yang bersumber dari hutang, walaupun pembiayaan yang terlalu tinggi dari hutang dapat menimbulkan resiko kebangkrutan perusahaan. Sedangkan bagi eksekutif yang memiliki karakter risk averse akan lebih berhati-hati dalam menentukan komposisi hutangnya agar tidak terlalu besar untuk menghindari resiko kebangkrutan yang tinggi. MacCrimmon dan Wehrung (1990) dan Lewellen (2003) menyatakan bahwa fokus utama eksekutif yang memiliki karakter risk taker adalah pencapaian hasil atau memaksimalkan nilai perusahaan. Eksekutif ini berusaha memaksimalkan nilai perusahaan, salah satunya dengan cara memilih pembiayaan yang tinggi yang bersumber dari hutang, walaupun pembiayaan yang terlalu tinggi dari hutang dapat menimbulkan resiko kebangkrutan perusahaan. Bunga atas hutang ini di dalam peraturan perpajakan termasuk ke dalam biaya yang diperkenankan menjadi pengurang penghasilan kena pajak, sehingga banyak eksekutif risk taker lebih suka memperbesar komposisi hutangnya dengan tujuan memperbesar bunga hutang.
44
B. Penelitian Sebelumnya Adapun hasil penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1. Tabel 2.1. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu Pengaruh Kompensasi Eksekutif (X1), Keterwakilan CFO Wanita (X2), dan Karakteristik Eksekutif (X3) terhadap Tindakan Pajak Agresif (Y) No 1
2
Peneliti, Judul, Tahun Mihir A. Desai dan Dhammika Dharmapala. Corporate Tax Avoidance and High Powered Incentives (2004) Sonja Olhoft Rego dan Ryan Wilson. Executive Compensation, Tax Reporting Aggressiveness, and Future Firm Performance (2008)
Metode Penelitian Sampel: 943 perusahaan pada periode 1993-2002 Metode Analisis: Regresi OLS Variabel Lainnya: Corporate Governance
Hasil
X1
Variabel X2 X3 Y
Insentif kompensasi menjadi penentu yang signifikan terhadap aktivitas penghindaran pajak (tax avoidance) √
√
√
√
Sampel: 1.360 perusahaan Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan antara kompensasi CEO dan CFO pada periode 1992-2006 terhadap tindakan pajak agresif perusahaan Metode Analisis: Regresi yang dikaitkan dengan kinerja perusahaan.
Bersambung pada halaman berikut. 45
Tabel 2.1. (Lanjutan) No 3
4
5
6
Peneliti, Judul, Tahun Emilia Peni dan Sami Vahamaa. Female Executives and Earnings Management (2010) Scott D. Dyreng, Michelle Hanlon dan Edward L. Maydew. The Effects of Executives on Corporate Tax Avoidance (2010) Christoper S. Armstrong, Jennifer L. Blouin dan David F. Larcker. The Incentives for Tax Planning (2011) Judi Budiman dan Setiyono. Pengaruh Karakter Eksekutif Terhadap Penghindaran Pajak (2012)
Metode Penelitian Sampel: 500 perusahaan pada periode 2003-2007 Metode Analisis: Regresi
Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa ratarata CFO wanita cenderung lebih agresif dalam praktik manajemen laba dibandingkan CFO pria.
Sampel: 1.138 perusahaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada periode 1992-2006 karakter dari setiap individu eksekutif akan menentukan seberapa besar tingkat Metode Analisis: Regresi agresifitas yang dilakukan perusahaan dalam melakukan penghindaran pajak.
Sampel: 423 perusahaan pada periode 2002-2006 Metode Analisis: Regresi
Hasil penelitian membuktikan adanya hubungan yang kuat antara kompensasi yang diterima direktur pajak perusahaan dengan tax planning melalui GAAP effective tax rate.
Sampel: 41 perusahaan pada periode 2006-2010 Metode Analisis: Regresi
Hasil pengujian menunjukkan bahwa karakter eksekutif perusahaan memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak.
X1
Variabel X2 X3 Y
√
√
√
√
√
√
Bersambung pada halaman berikut. 46
Tabel 2.1. (Lanjutan) No 7
8
9
Metode Penelitian Peneliti, Judul, Tahun Bill Francis, Iftekhar Sampel: 974 perusahaan Hasan, Qiang Wu dan pada periode 1988-2007 Meng Yan. Are Metode Analisis: Regresi Female CFOs Less Berganda Tax Aggressive? Evidence From Tax Aggressiveness (2014) Verani Carolina, Maria Natalia dan Debbianita. Karakteristik Eksekutif Terhadap Tax Avoidance dengan Leverage sebagai Variabel Intervening (2014) Christoper S. Armstrong, Alan D. Jagolinzer dan David F. Larcker. Corporate Governance, Incentives and Tax Avoidance (2014)
Sampel: 20 perusahaan manufaktur pada periode 2010-2012 Metode Analisis: Regresi
Hasil X1 Hasil penelitian menunjukkan tidak menemukan bukti bahwa keterwakilan sampel perempuan sebagai CFO berbeda dari perilaku rekan-rekan lelaki dalam upaya pajak agresif (penghindaran pajak). Dengan kata lain, keterwakilan perempuan sebagai CFO tidak berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh karakteristik eksekutif terhadap aktivitas penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan.
Variabel X2 X3 Y
√
√
√
Sampel: 4.128 perusahaan Kompensasi Insentif berpengaruh positif pada periode 2007-2011 terhadap aktivitas penghindaran pajak (tax avoidance), dan merupakan penyumbang Metode Analisis: Regresi yang besar terhadap tindakan penghindaran OLS pajak. Variabel Lainnya: Corporate Governance
√
√
√
Bersambung pada halaman berikut. 47
Tabel 2.1. (Lanjutan) No 10
11
Peneliti, Judul, Tahun Fertika Nofisa Putri. Pengaruh Karakteristik Kepemilikan dan Kompensasi Eksektif Terhadap Tax Aggressive (2014)
Calvin Swingly dan I Made Sukartha. Pengaruh Karakter Eksekutif, Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Sales Growth Pada Tax Avoidance (2015)
Metode Penelitian
Hasil
Sampel: 158 perusahaan Kompensasi Eksekutif yang diproksikan (manufaktur) pada periode dengan logaritma natural dari total 2009-2012 kompensasi yang diterima oleh eksekutif tidak berpengaruh terhadap tax aggressive Metode Analisis: Regresi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar Berganda di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode Variabel Lainnya: tahun 2009-2012. Karakteristik Kepemilikan
Sampel: 41 perusahaan Hasil menunjukkan bahwa karakter (manufaktur) pada periode eksekutif yang di proksikan dengan resiko 2011-2013 perusahaan berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Metode Analisis: Regresi Berganda Variabel Lainnya: Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Sales Growth Sumber: Diolah dari beberapa penelitian sebelumnya
X1
Variabel X2 X3 Y
√
√
√
√
48
C. Kerangka Berpikir dan Pengembangan Hipotesis 1. Pengaruh antara Kompensasi Eksekutif, Keterwakilan CFO Wanita dan Karakteristik Eksekutif terhadap Tindakan Pajak Agresif secara simultan Kompensasi menjadi komponen penting dalam penciptaan suatu manajemen yang efektif dan kondusif. Kompensasi adalah bagian dari manajemen. Sistem kompensasi yang baik dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap keberhasilan bisnis. Termasuk CFO yang menjadi salah satu bagian dari suatu manajemen dalam perusahaan. CFO memiliki tanggung jawab utama untuk mengelola resiko keuangan perusahaan dan merupakan pihak yang terlibat secara langsung. Pimpinan di dalam perusahaan (termasuk di dalamnya terdapat CFO) sebagai pihak pengambil kebijakan dan keputusan memiliki karakter yang berbeda-beda. Dan adanya kehadiran wanita dalam manajemen perusahaan dapat membantu menghindari proyek yang terlalu beresiko karena wanita umumnya lebih menghindari resiko (risk averse) dibandingkan pria. Oleh karena itu, hipotesis yang dirumuskan adalah: H1: Kompensasi Eksekutif, Keterwakilan CFO Wanita, dan Karakteristik Eksekutif secara simultan memiliki pengaruh terhadap tindakan pajak agresif. 2. Pengaruh Kompensasi Eksekutif terhadap Tindakan Pajak Agresif Kompensasi merupakan komponen penting dalam penciptaan suatu manajemen yang efektif dan kondusif. Kompensasi adalah bagian dari
49
manajemen. Sistem kompensasi yang baik dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap keberhasilan bisnis. Sistem kompensasi membantu dalam memberi penguatan terhadap nilai-nilai kunci organisasi serta memfasilitasi pencapaian tujuan organisasi (Sutrisno, 2011:181). Kompensasi juga menjadi pendorong seseorang untuk bekerja. Karena berpengaruh terhadap moral dan disiplin tenaga kerja (Sastrohadiwiryo, 2003:181). Thomson (2002) dalam Kadarisman (2012:26) mengemukakan bahwa kompensasi merupakan faktor penting yang mempengaruhi bagaimana dan mengapa orang-orang bekerja pada suatu organisasi dan bukan pada organisasi lainnya. Kebijakan penentuan kompensasi eksekutif merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan dalam rangka mendorong peningkatan kinerja. Eksekutif bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik atau pemegang pemegang saham, dan sebagai imbalannya eksekutif akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Pemilik perusahaan mengharapkan pihak eksekutif dapat meningkatkan kinerja dengan kebijakan pemberian kompensasi yang tepat (Santi dan Puji, 2014 dalam Hasanah, 2015:5). Armstrong et al. (2011:36) melakukan penelitian mengenai hubungan kompensasi yang diterima oleh eksekutif perusahaan, khususnya atas kompensasi yang diterima oleh direktur pajak terhadap tax planning perusahaan. Dalam penelitian tersebut, mereka membuktikan adanya
50
hubungan yang kuat antara kompensasi yang diterima direktur pajak perusahaan dengan tax planning melalui GAAP effective tax rate. Rego dan Wilson (2008:27) juga menemukan hubungan antara kompensasi CEO dan CFO terhadap tindakan pajak agresif perusahaan yang dikaitkan dengan kinerja perusahaan. Kemudian, Irawan dan Farahmita
(2012:20) juga menemukan bahwa kompensasi direksi berpengaruh terhadap penghindaran pajak perusahaan. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: H2: Kompensasi Eksekutif memiliki pengaruh terhadap tindakan pajak agresif. 3. Pengaruh Keterwakilan CFO Wanita terhadap Tindakan Pajak Agresif CFO (Chief Financial Officer) adalah jabatan di suatu perusahaan yang memiliki tanggung jawab utama untuk mengelola resiko keuangan perusahaan. Pejabat ini juga bertanggung jawab untuk perencanaan keuangan dan pencatatan, serta pelaporan keuangan untuk manajemen yang lebih tinggi. Dalam beberapa sektor CFO juga bertanggung jawab untuk analisis data. Dalam pelaporan keuangan perusahaan CEO dan CFO merupakan pihak yang terlibat secara langsung, yaitu keduanya adalah pihak yang menandatangani laporan keuangan dan bertanggung jawab atas informasi yang disajikan (Nalikka, 2009:102). Variasi jenis kelamin dewan direksi dan dewan komisaris dalam perusahaan-perusahaan besar semakin berkembang ditandai dengan lebih
51
banyaknya jumlah wanita yang berperan dalam perusahaan dengan latar belakang etnis, suku, dan gaya hidup yang berbeda-beda (Langdon, McMenamin & Krolik, 2002:181). Sedangkan Aspray dan Cohoon (2007:33) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara peran gender dan tingkah laku pengambilan resiko, yaitu peran jender feminim lebih cenderung menghasilkan tingkah laku pengambilan resiko yang lebih tinggi. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: H3: Keterwakilan CFO Wanita memiliki pengaruh terhadap tindakan pajak agresif. 4. Pengaruh Karakteristik Eksekutif terhadap Tindakan Pajak Agresif Dyreng et al. (2010: 1185-1186) menyebutkan bahwa karakter dari setiap individu eksekutif akan menentukan seberapa besar tingkat agresifitas yang dilakukan perusahaan dalam melakukan penghindaran pajak. Walaupun tidak melanggar hukum, namun penghindaran pajak tidak begitu saja dilakukan oleh semua perusahaan. Eksekutif yang memiliki karakter pengambil resiko (risk taker) cenderung lebih berani untuk melakukan penghindaran pajak dengan agresif. Sebaliknya, eksekutif yang memiliki karakter penghindar resiko (risk averse) akan cenderung lebih berhati-hati, karena walaupun tidak melanggar undangundang, pembebanan biaya yang tidak wajar dapat menimbulkan peluang dilakukannya pemeriksaan pajak.
52
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan di Indonesia sebelumnya. Budiman dan Setiyono (2012:15), dan Swingly dan Sukartha (2015:58) menemukan bahwa karakteristik eksekutif memiliki pengaruh terhadap tingkat penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: H4: Karakteristik Eksekutif memiliki pengaruh terhadap tindakan pajak agresif.
53
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar 2.1. Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Kasus-kasus penghindaran pajak yang mengurangi pendapatan pajak negara
Perusahaan Manufaktur di BEI
Variabel Independen
Variabel Dependen
Kompensasi Eksekutif (X1) Keterwakilan CFO Wanita (X2)
Tindakan Pajak Agresif (Y)
Karakteristik Eksekutif (X3)
Metode Analisis : Analisis Regresi Berganda
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan, Keterbatasan dan Saran
54
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas yang digunakan untuk menjelaskan variabel independen, yaitu Kompensasi Eksekutif, Keterwakilan CFO Wanita, dan Karakteristik Eksekutif terhadap variabel dependen yaitu Tindakan Pajak Agresif. Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode yang diambil untuk pengamatan dilakukan dari tahun 2012 sampai dengan 2014.
B. Metode Penentuan Sampel Sampel pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Metode yang digunakan peneliti adalah pemilihan sampel bertujuan (purposive sampling), dengan kriteria sebagai berikut: 1. Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan keuangan dan laporan tahunan dengan data yang lengkap dari tahun 2012 sampai dengan 2014. 2. Perusahaan manufaktur yang menggunakan satuan nilai rupiah dalam menerbitkan laporan keuangannya dari tahun 2012 sampai dengan 2014.
55
3. Perusahaan manufaktur yang memiliki kelengkapan data terkait dengan variabel yang digunakan dalam penelitian dari tahun 2012 sampai dengan 2014.
C. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan, yaitu data diperoleh dari beberapa literatur yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti, penelusuran data ini dilakukan dengan cara: 1. Penelusuran secara manual untuk data dalam format kertas hasil cetakan. Data yang disajikan dalam format kertas hasil cetakan yang antara lain berupa jurnal, buku, skripsi dan thesis maupun situs dari internet. Ini dikarenakan kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data sekunder (Indriantoro dan Supomo, 2002:150). 2. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yaitu data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) (Indriantoro dan Supomo, 2002:147). Data dalam penelitian ini didapatkan dari factbook dan download melalui situs www.idx.co.id.
D. Metode Analisis Data Analisis yang digunakan untuk mengukur penelitian ini memakai statistik deskriptif dan pengujian hipotesis. 56
1. Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberi gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), minimum, maksimum dan standar deviasi, varian, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2011:19). 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Residual Uji normalitas dapat dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan one-sample kolmogrov-smirnov test, yang mana jika nilai asymp.sig (2-tailed) > 0,05 maka distribusi data dikatakan normal (Ghozali, 2011:160). b. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya hubungan antara variabel-variabel bebas. Uji multikolinearitas diuji dengan Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai tolerance. Apabila nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10 maka dikatakan tidak terdapat gejala multikolinearitas (Ghozali, 2011:105). c. Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain (Ghozali, 2011:139). Untuk menguji 57
terjadi atau tidaknya heterokedastisitas digunakan uji Glejser. Apabila nilai sig > 0,05 maka tidak terjadi gejala heterokedastisitas (Ghozali, 2011:142). d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi adalah uji yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antar data yang diurutkan berdasarkan urutan waktu (time series). Untuk pengujian autokorelasi dilakukan dengan metode
Durbin-Watson.
Apabila
nilai
Durbin-Watson
yang
dihasilkan berada dalam rentang -4 sampai dengan +4 maka dapat dinyatakan bahwa model regresi terbebas dari gangguan autokorelasi (Ghozali, 2011:111). 3. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan model persamaan regesi berganda. Model ini digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio dalam suatu persamaan linier (Indriantoro dan Supomo, 2002:211). Variabel independen terdiri dari Kompensasi Eksekutif, Keterwakilan CFO Wanita, dan Karakteristik Eksekutif sedangkan variabel dependennya adalah Tindakan Pajak Agresif. Persamaan regresi yang diinterpretasikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = o + β1X1+ β2X2 + β3X3 + ε
58
Keterangan: Y : Tindakan Pajak Agresif 0 : Intercept atau konstanta β1 : Koefisien regresi pertama, yaitu besarnya perubahan Y apabila X1 berubah sebesar 1 satuan X1 : Kompensasi Eksekutif β2 : Koefisien regresi kedua, yaitu besarnya perubahan Y apabila X2 berubah sebesar 1 satuan X2 : Keterwakilan CFO Wanita β3 : Koefisien regresi ketiga, yaitu besarnya perubahan Y apabila X3 berubah sebesar 1 satuan X3 : Karakteristik Eksekutif ε : Error term Pengujian hipotesis dilakukan melalui uji koefisien determinan Adjusted R Square (Adj R2), uji F dan uji t. a.
Uji Determinasi (R2) Koefisien determinasi (Adj R2) pada intinya adalah mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai Adj R2 adalah diantara nol dan satu. Jika nilai Adj R2 berkisar hampir satu, berarti semakin kuat kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen dan sebaliknya jika nilai Adj R2 semakin mendekati angka nol, berarti
59
semakin lemah kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen (Ghozali, 2011:97). b.
Uji F Uji ini pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap
variabel dependen
(Ghozali, 2011:98). Jika nilai signifikansi < 0,05 maka Ha diterima dan sebaliknya, jika nilai signifikansi > 0,05 maka Ha ditolak. c.
Uji t Uji ini pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual (parsial) dalam menerangkan variasi variabel dependen. Langkah yang digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah dengan menentukan level of significance-nya. Level of significance yang digunakan adalah sebesar 5 % atau (α) = 0,05. Jika sign. t > 0,05 maka Ha ditolak namun jika sign. t < 0,05 maka Ha diterima dan berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen (Ghozali, 2011:99).
E. Operasional Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi variabel dependen dan independen. 1. Variabel Independen 60
a.
Kompensasi Eksekutif Kompensasi merupakan komponen penting dalam penciptaan suatu manajemen yang efektif dan kondusif. Kompensasi adalah bagian dari manajemen. Sistem kompensasi yang baik dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap keberhasilan bisnis. Sistem kompensasi membantu dalam memberi penguatan terhadap nilainilai kunci organisasi serta memfasilitasi pencapaian tujuan organisasi
(Sutrisno,
2011:181).
Kompensasi
juga
menjadi
pendorong seseorang untuk bekerja. Karena berpengaruh terhadap moral dan disiplin tenaga kerja (Sastrohadiwiryo, 2003:181). Kompensasi menjadi faktor-faktor penentu keputusan kebijakan perusahaan. Pada penelitian ini menggunakan proksi yang dilakukan oleh Amstrong et al. (2011:36), dimana hanya menguji tingkat kompensasi yang diberikan kepada dewan eksekutif. Penelitian ini menggunakan proksi logaritma natural dari nilai total kompensasi yang diterima direksi dan komisaris selama satu tahun (Putri, 2014:5). Data kompensasi dewan eksekutif terdapat dalam pengungkapan Catatan atas Laporan Keuangan Perusahaan. b.
Keterwakilan CFO Wanita Untuk menguji pengaruh gender dan keterwakilan (keterkaitan) wanita terhadap agresivitas pajak, penulis mengumpulkan informasi jenis kelamin dari data yang tersedia dalam laporan tahunan perusahaan. Dalam penelitian ini tingkat keterwakilan wanita diukur 61
dengan keterwakilan wanita sebagai CFO (Chief Financial Officer) dalam jajaran direksi suatu perusahaan. CFO adalah jabatan di suatu perusahaan terutama di suatu perusahaan terutama bertanggung jawab untuk mengelola resiko keuangan perusahaan. CFO juga bertanggung jawab untuk perencanaan keuangan dan pencatatan, serta pelaporan keuangan untuk manajemen yang lebih tinggi. Dalam beberapa sektor CFO juga bertanggung jawab untuk analisis data. CFO sering kali disebut juga dengan direktur keuangan. Variabel ini diproksikan dengan variabel dummy, jika perusahaan memiliki CFO wanita diberi nilai 1 (satu) dan jika tidak memiliki CFO wanita diberi nilai 0 (nol) (Francis et al., 2014:16). c.
Karakteristik Eksekutif Low (2006:1) mengatakan bahwa setiap individu eksekutif memiliki salah satu dari 2 karakter yaitu sebagai pengambil risiko (risk taker) atau penghindar risiko (risk averse). MacCrimmon dan Wehrung (1990:423) menerangkan bahwa eksekutif yang bersifat risk taker merupakan individu yang lebih berani dalamm mengambil setiap keputusan bisnis. Eksekutif yang memiliki karakter risk taker ini lebih berani dalam memanfaatkan setiap peluang yang ada sekalipun peluang tersebut memiliki risiko yang cukup tinggi. Fokus utama eksekutif ini adalah pencapaian hasil atau memaksimalkan nilai perusahaan (MacCrimmon dan Wehrung, 1990; Lewellen, 2003). 62
Untuk mengetahui karakter eksekutif maka digunakan risiko perusahaan (corporate risk) yang dimiliki perusahaan (Paligrova, 2010:8). Corporate risk mencerminkan penyimpangan atau standar deviasi dari pendapatan, baik penyimpangan itu bersifat kurang dari yang direncanakan atau mungkin lebih dari yang direncanakan. Semakin besar penyimpangan terhadap laba mengindikasikan semakin besar pula risiko perusahaan yang ada. Oleh Paligrova (2010:8) untuk mengukur risiko perusahaan ini dihitung melalui standar deviasi dari EBITDA (Earning Before Interest, Tax, Depreciation,
and
Amortization)
dibagi
dengan
total
aset
perusahaan. Adapun rumus standar deviasi yang dimaksud adalah sebagai berikut: Corporate Risk = standar deviasi dari 2. Variabel Dependen Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tindakan pajak agresif. Dalam penelitian ini tindakan pajak agresif diukur menggunakan effective tax rate (ETR) dalam mengukur tingkat tindakan pajak agresif. Effective tax rate (ETR) digunakan sebagai pengukuran karena dianggap dapat merefleksikan perbedaan tetap antara perhitungan laba buku dengan laba fiskal (Frank et al. 2009:471). Effective tax rate (ETR) dihitung dengan cara membagi total beban pajak perusahaan dengan laba sebelum pajak penghasilan. ETR
=
total tax expense pretax income 63
Tabel 3.1. Operasional Variabel Variabel Independen Kompensasi Eksekutif. Putri (2014)
Pengukuran
Dependen
Skala
Proksi logaritma natural dari nilai total Nominal kompensasi yang diterima direksi (eksekutif) selama satu tahun.
Keterwakilan CFO Wanita. Francis et al. (2014)
Variabel ini diproksikan dengan variabel dummy, Rasio jika perusahaan memiliki CFO wanita diberi nilai 1 (satu) dan jika tidak memiliki CFO wanita diberi nilai 0 (nol).
Karakteristik Eksekutif. Carolina dkk. (2014)
Proksi corporate risk yaitu standar deviasi dari Rasio EBITDA (Earning Before Interest, Tax, Depreciation and Amortization) dibagi dengan total Aset. Corporate Risk = standar deviasi dari
Tindakan Pajak Agresif. Putri (2014)
ETR (Effective tax rate) = total tax expense pretax income
Rasio
Sumber: Diolah dari beberapa penelitian sebelumnya
64
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Deskripsi Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai tahun 2012 sampai dengan 2014. Perusahaan manufaktur tersebut telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum 1 Januari 2012 dan selama periode penelitian tersebut tidak keluar dari Bursa Efek Indonesia atau mengalami delisting. Fokus penelitian ini adalah ingin melihat pengaruh kompensasi eksekutif, keterwakilan CFO wanita dan karakteristik eksekutif terhadap tindakan pajak agresif dalam perusahaan manufaktur. 2. Deskripsi Sampel Penelitian Dalam penelitian ini, sampel dipilih dengan metode purposive sampling dengan menggunakan kriteria-kriteria sebagai berikut: a.
Merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari periode tahun 2012 sampai dengan 2014.
b.
Laporan keuangan dinyatakan dalam mata uang rupiah.
c.
Laporan keuangan yang dipublikasikan memiliki data yang tersedia lengkap yang diperlukan dalam penelitian.
65
Adapun proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan untuk perusahaan manufaktur dalam Tabel 4.1 sebagai berikut: Tabel 4.1 Proses Seleksi Populasi Perusahaan Manufaktur Uraian Jumlah Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI 132 dari tahun 2012 sampai dengan 2014. Perusahaan Manufaktur yang mempublikasikan laporan tahunan tidak (69) lengkap 2012-2014. Perusahaan Manufaktur yang tidak menggunakan satuan nilai rupiah dalam (7) laporan keuangannya dari tahun 2012. Jumlah perusahaan yang digunakan untuk 56 penelitian. Total keseluruhan sampel selama 3 tahun 168 (2012-2014). Sumber: Data Diolah Adapun nama perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran 1. B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai pengaruh variabel independen (kompensasi eksekutif, keterwakilan CFO wanita, dan karakteristik eksekutif) terhadap tindakan pajak agresif. 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan fasilitas elektronik dengan menggunakan Microsoft Excel dan SPSS versi 21.0 untuk memudahkan perolehan data sehingga dapat menjelaskan variabel-variabel yang diteliti. Langkah pertama dalam penelitian ini adalah melakukan 66
penentuan sampel dengan metode purposive sampling atau penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu pada perusahaan manufaktur periode 2012-2014 berdasarkan kriteria-kriteria yang telah dipilih. Tabel deskriptif menjelaskan variabel-variabel independen yaitu, kompensasi eksekutif, keterwakilan CFO wanita dan karakteristik eksekutif, dan variabel dependen yaitu tindakan pajak agresif. Data yang akan diolah adalah data laporan tahunan periode 2012-2014. Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diperoleh sebanyak 168 data observasi untuk perusahaan manufaktur yang berasal dari perkalian antara periode penelitian 3 tahun dari tahun 2012 sampai 2014 dengan jumlah perusahaan sampel sebanyak 56 perusahaan. Berikut adalah tabel hasil olahan data mengenai statistik deskriptif, dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
ETR
168
,101
,421
,24958
,039994
KE
168
16,274
27,726
23,19008
1,883757
FMCFO
168
0
1
,19
,394
RISK
168
,008
,120
,02835
,020169
Valid N (listwise)
168
Sumber: Data Sekunder Diolah Tabel 4.2 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian. Berdasarkan Tabel 4.2, hasil analisis variabel dependen dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap ETR menunjukan nilai minimum sebesar 0,101, nilai maksimum sebesar 0,421 dengan rata-rata 67
sebesar 0,24958 dan standar deviasi 0,039994. Hasil analisis variabel independen dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap kompensasi eksekutif (KE) menunjukkan nilai minimum sebesar 16,274, nilai maksimum sebesar 27,726 dengan rata-rata sebesar 23,19008 dan standar deviasi 1,883757. Hasil analisis variabel independen dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap keterwakilan CFO wanita (FMCFO) menunjukkan nilai minimum sebesar 0, nilai maksimum sebesar 1 dengan rata-rata 0,19 dan standar deviasi 0,394. Hasil analisis variabel independen dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap karakteristik eksekutif yang diproksikan dengan nilai corporate risk (RISK) menunjukan nilai minimum sebesar 0,008 nilai maksimum sebesar 0,120 dengan rata-rata 0,02835 dan standar deviasi 0,020169. 2. Hasil Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik diperlukan agar model regresi menjadi suatu model yang lebih representatif. Analisis data uji asumsi klasik dalam penelitian ini antara lain melalui uji normalitas, multikolonieritas, heterokedastisitas, dan autokorelasi. a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji KolomogrovSmirnov. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, variabel pengganggu atau residual dari analisis mempunyai distribusi yang normal. Model regresi yang baik adalah 68
model regresi yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Selengkapnya mengenai hasil uji normalitas penelitian dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences
168 Mean Std. Deviation
,0000000 ,03871180
Absolute
,100
Positive
,100
Negative
-,085
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
1,295 ,070
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: Data Sekunder Diolah Dari tabel 4.3. didapat bahwa nilai Kolomogrov-Smirnov sebesar 1,295 dengan signifikansi 0,070. Data terdistribusi normal bila signifikansinya lebih dari 0,05. Karena asymp sig. yang didapat lebih dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian ini terdistribusi normal. b. Uji Multikolonieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari multikolonieritas. Selengkapnya mengenai hasil uji multikolonieritas dapat dilihat pada tabel 4.4 di halaman berikutnya. 69
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolonieritas Coefficientsa Model
Collinearity Statistics Tolerance
1
VIF
(Constant) KE
1,000
1,000
FMCFO
,980
1,020
RISK
,980
1,020
a. Dependent Variable: ETR
Sumber: Data Sekunder Diolah Dari tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa semua variabel independen dan kontrol memiliki nilai Tolerance > 0,10 dan VIF < 10. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini telah terbebas dari masalah multikolonieritas. c. Uji Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah model
regresi
yang
bebas
dari
masalah
heteroskedastitisitas
(homoskedastisitas). Uji heterokedastisitas penelitian ini menggunakan uji glejser. Selengkapnya mengenai hasil uji untuk heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel 4.5 di halaman berikutnya.
70
Tabel 4.5 Uji Heterokedastisitas Coefficientsa
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
,026
,026
KE
,005
,001
FMCFO
,000
RISK
,107
Beta
t
Sig.
,989
,324
-,006
-,076
,940
,005
-,001
,015
,988
,107
,079
1,004
,317
a. Dependent Variable: ABS_RES1
Sumber: Data Sekunder Diolah Indikator terjadinya heteroskedastisitas adalah adanya signifikansi < 5% antara variabel independen terhadap variabel dependen nilai Absolut Residual (ABS_RES1). Dari hasil uji di atas, semua variabel independen tidak memiliki signifikansi terhadap variabel dependen. Ini menandakan tidak adanya heteroskedastisitas pada data yang diolah. d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan metode DurbinWatson. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode tertentu dengan periode sebelumnya. Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari masalah autokorelasi. Selengkapnya mengenai hasil uji autokorelasi penelitian dapat dilihat pada tabel 4.6 di halaman berikutnya.
71
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb
Model 1
R
Durbin-Watson
,251a
2,239
a. Predictors: (Constant), RISK, KE, FMCFO b. Dependent Variable: ETR
Sumber: Data Sekunder Diolah Dari tabel 4.6. di atas menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson (DW hitung) sebesar 2,239. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan DW hitung berada dalam rentang -4 sampai dengan +4 maka dapat disimpulkan bahwa variabel terbebas dari autokorelasi. 3. Hasil Uji Hipotesis a. Uji Adj R2 Pada model regresi berganda penggunaan adjusted R2, atau koefisien determinasi yang telah disesuaikan, lebih baik dalam melihat seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen bila dibandingkan dengan R2 (koefisien determinasi). Kelemahan dalam menggunakan nilai R2 adalah karena adanya bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Selengkapnya mengenai hasil uji Adj R2 penelitian dapat dilihat pada tabel 4.7. di halaman berikutnya.
72
Tabel 4.7 Hasil Uji Adjusted R2 Model Summaryb Model
1
R
R Square
a
,251
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
,063
,046
,039064
a. Predictors: (Constant), RISK, KE, FMCFO b. Dependent Variable: ETR
Sumber: Data Sekunder Diolah Dari tabel 4.7. di atas menunjukkan bahwa nilai Adj R2 sebesar 0,046 dalam hal ini sebesar 4,6% variasi variabel dependen (ETR) yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen (KE, FMCFO, dan RISK), sedangkan sisanya yang sebesar 95,4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian. Faktor lain yang dapat mempengaruhi tindakan pajak agresif diantaranya adalah karakteristik kepemilikan (Putri, 2014:15); Corporate Governance (Desai dan Dharmapala, 2004:30; Armstrong et al., 2014:23); Ukuran Perusahaan (Swingly dan Sukartha, 2015:58); Leverage (Swingly dan Sukartha, 2015:58); Sales Growth (Swingly dan Sukartha, 2015:58) dan Etika Bisnis (Labelle et al., 2012:12). b. Uji F Uji F bertujuan untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen secara bersama-sama (simultan) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Signifikansi model regresi pada penelitian ini diuji dengan melihat nilai signifikansi (sig.) yang ada di tabel 4.8. Selengkapnya mengenai hasil uji F penelitian dapat dilihat di halaman berikutnya. 73
Tabel 4.8 Hasil Uji F ANOVAa Model 1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
,017
3
,006
Residual
,250
164
,002
Total
,267
167
F 3,681
Sig. ,013b
a. Dependent Variable: ETR b. Predictors: (Constant), RISK, KE, FMCFO
Sumber: Data Sekunder Diolah H1 : Kompensasi Eksekutif, Keterwakilan CFO Wanita, dan Karakteristik
Eksekutif
secara
simultan
memiliki
pengaruh terhadap tindakan pajak agresif. Dari tabel 4.8. menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 3,681 dengan nilai sig. sebesar 0,013. Hal ini menandakan bahwa model regresi dapat digunakan untuk memprediksi tindakan pajak agresif karena nilai signifikansi < alpha (α = 5%). Maka dapat disimpulkan H1 dapat diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara kompensasi eksekutif, keterwakilan CFO wanita, dan karakteristik eksekutif terhadap tindakan pajak agresif. c. Uji t Uji t bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel independen secara individual (parsial), yaitu kompensasi eksekutif (KE), keterwakilan CFO wanita (FMCFO), dan karakteristik eksekutif yang diwakili oleh corporate risk (RISK) dalam menerangkan variabel dependen, yaitu tindakan pajak agresif (ETR). Variabel independen 74
ditambahkan satu demi satu kedalam regresi effective tax rate (ETR). Signifikansi model regresi pada penelitian ini diuji dengan melihat nilai sig. yang ada di tabel 4.9. Tabel 4.9 Hasil Uji t Coefficientsa
Model 1 (Constant) KE FMCFO RISK
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
B
Std. Error
,341
,038
-,004
,002
,010 -,333
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
9,083
,000
-,170
-2,253
,026
1,000 1,000
,008
,101
1,327
,186
,980 1,020
,151
-,168
-2,202
,029
,980 1,020
a. Dependent Variable: ETR
Sumber: Data Sekunder Diolah H2 : Kompensasi eksekutif memiliki pengaruh terhadap tindakan pajak agresif. Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa variabel kompensasi eksekutif (KE) berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif. Hal ini dapat dilihat pada nilai signifikansinya sebesar 0,026. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikansi < 0,05 yang berarti bahwa H2 yang menyatakan kompensasi eksekutif berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif diterima. Hasil ini berbeda dengan penelitian Putri (2014:15), namun mendukung penelitian Armstrong et al. (2011:36) dan (2014:23), Desai dan Dharmapala (2004:30), dan Rego dan Wilson (2008:27) yang menemukan bahwa kompensasi eksekutif yang diproksikan dengan logaritma natural dari total kompensasi yang diterima pihak 75
eksekutif selama satu tahun berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif. Hal tersebut berarti semakin rendah kompensasi yang diberikan perusahaan
kepada eksekutif
maka semakin tinggi
probabilitas terjadinya tindakan pajak agresif. Dengan memberikan kompensasi yang rendah terhadap eksekutif, maka akan memotivasi eksekutif untuk memperkecil pajak perusahaan. Dan buruknya nilai perusahaan
menyebabkan
setiap
peningkatan
penyelarasan
kepentingan antara eksekutif dan pemegang saham menjadi alasan utama yang mendorong eksekutif mengurangi tingkat penghindaran pajak yang menyebabkan pembayaran pajak menjadi lebih tinggi. H3 : Keterwakilan CFO wanita memiliki pengaruh terhadap tindakan pajak agresif. Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa variabel keterwakilan CFO wanita (FMCFO) terhadap tindakan pajak agresif tidak berpengaruh. Hal ini dapat dilihat pada nilai signifikansinya sebesar 0,186, lebih besar dari α = 0.05. Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda secara individual dapat disimpulkan bahwa H3 yang menyatakan keterwakilan CFO wanita berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif ditolak. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Peni dan Vahaama (2010:643), namun mendukung hasil penelitian Francis et al. (2014:27). Terbatasnya jumlah sampel dan tahun untuk keterwakilan CFO wanita dibandingkan dengan jumlah CFO pria pada perusahaan 76
manufaktur di Indonesia periode 2012-2014 yang diduga menjadi perbedaan hasil dengan penelitian sebelumnya. Kemungkinan lain, jika sebelumnya variabel dependen yang diuji adalah manajemen laba kali ini peneliti menguji mengenai tindakan pajak agresif yang sebelumnya baru dilakukan untuk perusahaan Amerika yang tercatat di ExecuComp database (Francis et al., 2014:27). Perbedaan negara dan jumlah sampel namun menemukan hasil yang saling mendukung, bahwa antara keterwakilan CFO wanita dan tindakan pajak agresif tidak berpengaruh. Hal tersebut berarti perilaku CFO wanita tidak berbeda dari perilaku CFO pria dalam upaya pajak agresif. Dan perbedaan gender tidak mempengaruhi pengambilan keputusan, arah kebijakan, pertimbangan maupun resiko. H4 : Karakteristik eksekutif memiliki pengaruh terhadap tindakan pajak agresif. Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa variabel karakteristik eksekutif yang diwakili oleh proksi corporate risk (RISK) berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif. Hal ini dapat dilihat pada nilai signifikansinya sebesar 0,029, lebih kecil dari α = 0.05. Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda dapat disimpulkan bahwa H4 yang menyatakan karakteristik eksekutif berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif diterima. Hasil ini mendukung penelitian Dyreng et al. (2010:1185), Budiman dan Setiyono (2012:15), Carolina dkk. (2014:418), dan 77
Swingly dan Sukartha (2015:58) yang menemukan bahwa karakteristik eksekutif yang diproksikan dengan corporate risk berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif. Hal tersebut berarti semakin tinggi nilai corporate risk maka semakin rendah probabilitas terjadinya tindakan pajak agresif. Semakin tinggi nilai corporate risk perusahaan maka eksekutif semakin memiliki karakter risk taker. Hal ini berarti perusahaan yang memiliki nilai corporate risk yang tinggi atau dalam kata lain memiliki eksekutif yang cenderung risk taker maka akan cenderung menyajikan laporan keuangan apa adanya untuk melihat seberapa jauh kinerja yang telah dilakukan oleh perusahaan sehingga peluang untuk melakukan penghindaran pajak menjadi rendah.
78
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Merujuk pada hasil analisis, pengujian hipotesis, pembahasan serta temuan penelitian, maka dapat dikemukakan beberapa simpulan penelitian sebagai berikut: 1. Peran kompensasi eksekutif, keterwakilan CFO wanita, dan karakteristik eksekutif berpengaruh signifikan secara simultan terhadap tindakan pajak agresif. 2. Variabel kompensasi eksekutif berpengaruh signifikan terhadap tindakan pajak agresif. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Putri (2014:15), namun mendukung penelitian Armstrong et al. (2011:36) dan (2014:23), Desai dan Dharmapala (2004:30), dan Rego dan Wilson (2008:27)
yang
menemukan
bahwa
kompensasi
eksekutif
yang
diproksikan dengan logaritma natural dari total kompensasi yang diterima pihak eksekutif selama satu tahun berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif. 3. Variabel keterwakilan CFO wanita tidak berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif. Hasil ini mendukung penelitian Francis et al. (2014:27), bahwa tidak ditemukan pengaruh yang signifikan antara hubungan keterwakilan CFO wanita terhadap tindakan pajak agresif.
79
4. Variabel karakteristik eksekutif yang diproksikan oleh corporate risk berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif. Hasil ini mendukung penelitian Dyreng et al. (2010:1185), Budiman dan Setiyono (2012:15), Carolina dkk. (2014:418), dan Swingly dan Sukartha (2015:58) yang menemukan bahwa karakteristik eksekutif yang diproksikan dengan corporate risk berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif. Hal tersebut berarti semakin tinggi nilai corporate risk (karakteristik eksekutif) maka semakin rendah probabilitas terjadinya tindakan pajak agresif.
B. Implikasi Dari kesimpulan diatas, maka implikasi penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi investor maupun kreditor, investor dan kreditor harus mampu menilai laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan dengan melihat aspek
penting
lainnya
dalam perusahaan untuk
menjadi
bahan
pengambilan keputusan. Kompensasi eksekutif dan karakteristik eksekutif melalui nilai corporate risk perusahaan juga harus menjadi bahan acuan bagi investor dan kreditor. Perusahaan dengan kompensasi eksekutif dan corporate risk yang rendah mengindikasikan probabilitas tindakan pajak agresif perusahaan yang tinggi. 2. Bagi pihak Direktorat Jenderal Pajak serta pembuat kebijakan, penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk mengindikasikan perusahaanperusahaan yang melakukan tindakan pajak agresif, sehingga dapat 80
merumuskan kebijakan pencegahan atas tindakan agresifitas pajak tersebut. 3. Bagi akademisi, peneliti serta pembaca, diharapkan untuk dapat melanjutkan penelitian yang berkaitan mengenai kompensasi eksekutif, keterwakilan CFO wanita, karakteristik eksekutif dan tindakan pajak agresif, sehingga bermanfaat bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan.
C. Saran Dari hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan sebelumnya, saran-saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut: 1. Menggunakan sampel yang lebih besar yang berasal dari berbagai industri yang ada di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek indonesia sehingga hasil yang pengujian lebih menyeluruh atau tergeneralisasi. 2. Menambahkan jumlah tahun penelitian agar dapat melihat pengaruhnya secara lebih baik. 3. Menggunakan proksi pengukuran tindakan pajak agresif yang lain selain effective tax rate (ETR), seperti cash effective tax rate (CETR), book-tax difference Manzon-Plesko (BTD_MP), book-tax difference DesaiDharmapala (BTD_DD) dan tax planning (TAXPLAN).
81
DAFTAR PUSTAKA
Arini, Rachel, Wustari Mangundjaja dan Gagan Hartana TB. “Hubungan Peran Jender dan Tingkah Laku Pengambilan Resiko Pada Wirausaha Perempuan dengan Usaha Kecil”, Jurnal ISSN Vol. 1 No. 2, 2010. Armstrong, S. Christopher, Jennifer L. Blouin, dan David F. Larcker. “The Incentives for Tax planning”, SSRN Working Paper Series, 2011. Armstrong, S. Christopher, Alan D. Jagolinzer dan David F. Larcker. “Corporate Governance, Incentives and Tax Avoidance”, Financial Journal, 2014. Barber, Brad M dan Terrance Odean. “Boys Will Be Boys: Gender, Overconfidence,
and Common Stock Investment”, Financial Analysts Journal, 2000. Barua, Abhijit, Dasaratha V. Rama dan Vineeta Sharma. “Audit Committee Characteristics and Investment in Internal Auditing”, Journal Accounting Public, 2010. Boeree, C. George. “Personality Theory: A Biosocial Approach”, 2009. Budiman, Judi dan Setiyono. “Pengaruh Karakter Eksekutif Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)”, Working Paper, 2012. Burchman, Seymour dan Blair Jones. “Executive Compensation as a Support for a Growth Strategy”, World at Work Journal, 2006. Chen, Shuping, Xia Chen, Qiang Cheng dan Terry Shelvin. “Are Family Firms More Tax Aggressive than Non-Family Firms?”, Journal of Financial Economics, 2010. Coles, Jeffrey L., Naveen D. Daniel dan Lalitha Naveen. “Managerial Incentives and Risk Taking”, Journal of Financial Economics, 2004. Darussalam dan Danny Septriadi. “Tax Avoidance, Tax Planning, Tax Evasion, dan Anti Avoidance Rule”, Diakses pada tanggal 14 November 2015 melalui: www.ortax.org/ortax/?mod=issue&page=show&id=36&q=&hlm. Desai, Mihir A. dan Dhammika Dharmapala. “Corporate Tax Avoidance and High Powered Incentives”, Economics Working Paper, 2004. Dessler, Gary. “Manajemen Sumber Daya Manusia”, Indeks, Jakarta, 2007. Dewi, Gusti Ayu Pradnyanita dan Maria M. Ratna Sari. “Pengaruh Insentif Eksekutif, Corporate Risk dan Corporate Governance Pada Tax Avoidance”, Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 2015.
82
Dyreng, Scott D., Michelle Hanlon dan Edward L. Maydew. “The Effects of Executives on Corporate Tax Avoidance”, The Accounting Review Vol. 85 No. 4, 2010. Fakih, Mansour. “Analisis Gender dan Transformasi Sosial”, Insist Press dan Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999. Francis, Bill, Iftekhar Hasan, Qiang Wu, dan Meng Yan. “Are Female CFOs Less Tax Aggressive?Evidence from Tax Aggressiveness”, Journal of American Taxation Association, 2014. Frank, Mary Margaret, Luann J. Lynch dan Sonja Olhoft Rego. “Tax Reporting Aggressiveness and Its Relation to Aggressive Financial Reporting”, The Accounting Review of American Accounting Association, 2009. Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011. Gunadi. “Akuntansi Pajak”, Grasindo, Jakarta, 2009. Gunadi. “Pajak Internasional”, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2007. Hakim, Khairul. “Pengaruh Kompensasi dan Motivasi Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai”, Jurnal Manajemen dan Bisnis Vol. 11 No. 02, 2011. Hanlon, Michelle dan Joel Slemrod. “What Does Tax Aggressiveness Signal? Evidence from Stock Price Reactions to News About Tax Shelter Involvement”, Journal of Public Economics, 2009. Harari, Moran, Ofer Sitbon dan Ronit Donyets Kedar. “Aggressive Tax Planning and Corporate Social Responsibility in Israel”, Accountancy Business and The Public Interest Working Paper, 2013. Idris, Umar. “Sengketa Pajak Toyota Motor”, Diakses pada tanggal 18 November 2015 melalui: www.nasional.kontan.co.id/news/sengketa-pajak-toyotamotor-menanti-palu-hakim. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. “Metodologi Penelitian Bisnis”, BPFE Yogyakarta, 2002. Irawan, Hendra Putra dan Aria Farahmita. “Pengaruh Kompensasi Manajemen dan Corporate Governance Terhadap Manajemen Pajak Perusahaan”, Jurnal Universitas Indonesia, 2012. Irianto, Yusuf. “Tema-Tema Pokok Manajemen Sumber Daya Alam”, Insan Cendekiawan, Surabaya, 2001.
83
Jensen, Michael C. Dan William H. Meckling. “Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure”, Journal of Financial Economics Vol. 3 No. 4, 1976. Jianakoplos, Nancy Ammon dan Alexandra Bernasek. “Are Women More Risk Averse?”, Proquest Social Science Journals, 1998. Kadarisman, M. “Manajemen Kompensasi”, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012. Kartikarini, Nurrahmah dan Siti Mutmainah. “Analisis Pengaruh Diversitas Gender Terhadap Voluntary Corporate Governance Disclosure dalam Laporan Tahunan Perusahaan”, Jurnal Akuntansi Universitas Diponegoro, 2013. Khasanah, Iswatin. “Pengaruh Kompensasi Manajemen Eksekutif Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Pada 50 Perusahaan Best of The Best Versi Majalah Forbes Indonesia Tahun 2013)”, Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya, 2015. Lewellen, Katharina. “Financing Decisions When Managers Are Risk Averse”, Working Paper of MIT Sloan School, 2003. Low,
Angie. “Managerial Risk-Taking Behavior and Equity-Based Compansation”, Working Paper Ohio State University, 2006.
MacCrimmon, Kenneth R. Dan Donald A. Wehrung. “Characteristics of Risk Taking Executives”, Journal of Management Science, 1990. Nalikka, Aminah. “Impact of Gender Diversity on Voluntary Disclosure in Annual Reports”, Accounting and Tax Journal, 2009. Nathania, Aditha. “Pengaruh Komposisi Dewan Perusahaan Profitabilitas Perusahaan”, Finesta Vol. 2 No. 1, 2014.
Terhadap
Nitisemito, Alex S. “Manajemen Personalia: Manajemen Sumber Daya Manusia”, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1996. Noviyanto. “Sistem Informasi Sumber Daya Manusia”, Working Paper Universitas Gunadarma, 2011. Paligorova, Teodora. “Corporate Risk Taking and Ownership Structure”, Working Paper Bank of Canada, 2010. Panggabean, Mutiara S. “Manajemen Sumber Daya Manusia”, Ghalia Indonesia, Bogor, 2002. Partini. “Bias Gender dalam Birokrasi”, Edisi Kedua, Tiara Wacana, Yogyakarta, 2013.
84
Peni, Emilia dan Sami Vahamaa. “Female Executives and Earnings Management”, Journal of Managerial Finance Vol. 36 No. 7, 2010. Putri, Fertika Nofisa. “Pengaruh Karakteristik Kepemilikan dan Kompensasi Eksekutif terhadap Tax Aggressive (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI), Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang, 2014). Rego, Sonja Olhoft dan Ryan Wilson. “Executive Compensation, Tax Reporting Aggressiveness, and Future Firm Performance”, Working Paper of University Iowa, 2008. Santosa, Anggoro Budi. “Pemagaran Pelarian Pajak Penghasilan”, Diakses pada tanggal 15 Februari 2016 melalui: www.pajak.go.id/content/article/pemagaran-pelarian-pajak-penghasilan. Sari, Dewi Kartika dan Dwi Martani. “Karakteristik Kepemilikan Perusahaan, Corporate Governance dan Tindakan Pajak Agresif”, SNA 13 Purwokerto, 2010. Sastrohadiwiryo, B. Siswanto. “Manajemen Tenaga Kerja Indonesia: Pendekatan Administratif dan Operasional”, Bumi Aksara, Jakarta, 2003. Septyani, Icha. “Peranan Eksekutif dalam Mengarahkan Perusahaan Melalui Persaingan Dalam Perencanaan Jangka Panjang”, Makalah Universitas Gunadarma, 2013. Sirait, Justine T. “Memahami Aspek-Aspek Pengelolaan Sumber Daya Manusia dalam Organisasi”, Grasindo, Jakarta, 2007. Siregar, Sarsin. “Ditjen Pajak Temukan 7 Modus Penghindaran Pajak Properti”, Diakses pada tanggal 18 November 2015 melalui: www.mdn.biz.id/n/50052/. Sutrisno, Edy. “Manajemen Sumber Daya Manusia”, Prenada Media Group, Jakarta, 2011. Swingly, Calvin dan I Made Sukartha. “Pengaruh Karakter Eksekutif, Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Sales Growth pada Tax Avoidance”, Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 2015. Vermeir, Iris dan Patrick Van Kenhove. “Gender Differences in Double Standards”, Journal of Business Ethics, 2008. Wibowo. “Manajemen Kinerja”, Edisi Ketiga, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2013.
85
Wirawinata, Ari. “Kasus Penggelapan Pajak oleh PT. Asian Agri Group (AAG)”, Diakses pada tanggal 18 November 2015 melalui: http://ariwirawinata.blogspot.co.id/2011/10/makalah-kasus-penggelapan-pajakoleh-pt.html. Woischnik, Jan. “Perempuan, Partai Politik, dan Parlemen”, Gading Inti Prima, Jakarta, 2012. www.idx.co.id Zuber, Jill M. “Corporate Manager Aggressiveness in Tax Decision Making”, Dissertation of Philosophy University of Arkansas, 2007.
86
Lampiran 1 : Daftar Nama Perusahaan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Emiten PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk PT. Alkindo Naratama Tbk PT. Asahimas Flat Glass Tbk PT. Asiaplast Industries Tbk PT. Arwana Citra Mulia Tbk PT. Astra International Tbk PT. Astra Auto Part Tbk PT. Sepatu Bata Tbk PT. Beton Jaya Manunggal Tbk PT. Cahaya Kalbar Tbk PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk PT. Delta Djakarta Tbk PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk PT. Darya Varia Laboratoria Tbk PT. Ekadharma International Tbk PT. Gudang Garam Tbk PT. Gajah Tunggal Tbk PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk PT. Champion Pasific Indonesia Tbk PT. Indal Alumunium Industry Tbk PT. Indofood Sukses Makmur Tbk PT. Indospring Tbk PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk PT. Jembo Cable Company Tbk PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk PT. Kimia Farma Tbk PT. KMI Wire and Cable Tbk PT. Kabelindo Murni Tbk PT. Kedawung Setia Industrial Tbk PT. Kedaung Indah Can Tbk PT. Kalbe Farma Tbk PT. Lion Metal Works Tbk PT. Martina Berto Tbk PT. Merck Indonesia Tbk PT. Mayora Indah Tbk PT. Nippres Tbk PT. Pyridam Farma Tbk Bersambung pada halaman berikut. 87
Kode AISA ALDO AMFG APLI ARNA ASII AUTO BATA BTON CEKA CPIN DLTA DPNS DVLA EKAD GGRM GJTL HMSP ICBP IGAR INAI INDF INDS INTP JECC JPFA KAEF KBLI KBLM KDSI KICI KLBF LION MBTO MERK MYOR NIPS PYFA
Lampiran 1 (Lanjutan) Emiten No 39 PT. Ricky Putra Globalindo Tbk 40 PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk 41 PT. Supreme Cable Manufacturing and Commerce Tbk 42 PT. Sekar Bumi Tbk 43 PT. Sekar Laut Tbk 44 PT. Holcim Indonesia Tbk 45 PT. Semen Gresik Tbk 46 PT. Selamat Sempurna Tbk 47 PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk 48 PT. Indo Acitama Tbk 49 PT. Siantar Top Tbk 50 PT. Mandom Indonesia Tbk 51 PT. Surya Toto Indonesia Tbk 52 PT. Trisula International Tbk 53 PT. Trias Sentosa Tbk 54 PT. Tempo Scan Pasific Tbk 55 PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk 56 PT. Unilever Indonesia Tbk Sumber: www.idx.co.id
Kode RICY ROTI SCCO SKBM SKLT SMCB SMGR SMSM SQBB SRSN STTP TCID TOTO TRIS TRST TSPC ULTJ UNVR
88
Lampiran 2: Data Sampel Penelitian NO
KODE
TAHUN
KE
FMCFO
RISK
ETR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
AISA ALDO AMFG APLI ARNA ASII AUTO BATA BTON CEKA CPIN DLTA DPNS DVLA EKAD GGRM GJTL HMSP ICBP IGAR INAI INDF INDS INTP JECC JPFA KAEF KBLI KBLM KDSI KICI KLBF LION MBTO MERK MYOR NIPS PYFA
2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012
16,27432987 20,99100747 24,07737161 22,26766882 22,22065425 27,573392 24,67308547 23,29747984 20,58215367 22,44872292 25,53710736 23,04858318 23,13482898 23,44301902 22,18188086 24,67437493 25,20643787 24,919249 25,4340655 20,66858734 22,77918283 26,9232759 23,01798483 24,54183494 21,4605476 26,80037583 23,1746473 22,80558736 21,44597182 23,16451352 21,72508809 24,29897659 21,7974471 20,95421459 23,4887079 25,67737826 22,13766163 21,57869458
0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0,016379392 0,012779405 0,012512174 0,026429705 0,024190736 0,013609388 0,011556432 0,03944557 0,077934194 0,024392835 0,085174057 0,014241995 0,044174663 0,048943513 0,016554717 0,008156188 0,030036124 0,022207239 0,019196235 0,033810242 0,020452089 0,021319016 0,022017863 0,026994889 0,014289929 0,035578573 0,01625898 0,037351957 0,010859317 0,020574533 0,041726505 0,010635494 0,038945183 0,018373538 0,015781545 0,029104867 0,009610417 0,010721832
0,218208435 0,254650547 0,252695057 0,294816301 0,252446404 0,184816116 0,100884303 0,300602855 0,235535006 0,303055517 0,2060202 0,25767891 0,196791538 0,271756454 0,244786772 0,264333497 0,223104844 0,256885226 0,245671129 0,244116973 0,254335725 0,242356133 0,258464682 0,236581484 0,350675073 0,212701234 0,260598298 0,274541844 0,255346838 0,226674684 0,266396773 0,230898743 0,176343107 0,308654115 0,261157209 0,224404336 0,26403074 0,334138045
89
NO
KODE
TAHUN
KE
FMCFO
RISK
ETR
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78
RICY ROTI SCCO SKBM SKLT SMCB SMGR SMSM SQBB SRSN STTP TCID TOTO TRIS TRST TSPC ULTJ UNVR AISA ALDO AMFG APLI ARNA ASII AUTO BATA BTON CEKA CPIN DLTA DPNS DVLA EKAD GGRM GJTL HMSP ICBP IGAR INAI INDF
2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013
23,50877078 23,75427772 22,22191396 21,35433312 20,91597633 23,97993828 24,76277998 24,3033652 21,50638762 23,31327644 21,54951839 22,76804806 20,73145422 21,32043723 20,41529099 24,71962999 21,19825701 24,45637746 16,38314861 21,2605239 24,02622542 22,29922684 22,51335725 27,61387496 24,62102763 23,14921834 20,6681793 22,78736882 25,45219229 23,29224223 23,55985874 23,64534274 22,22734323 24,68201974 25,30912068 25,27097639 25,95610557 20,89049358 23,67838443 27,12045546
0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0
0,04812595 0,021407445 0,027249495 0,052546341 0,014145321 0,047331184 0,014815001 0,042501664 0,010937206 0,119823347 0,043785603 0,014654192 0,022290835 0,03020209 0,025541739 0,020253931 0,038349991 0,011558154 0,016379392 0,012779405 0,012512174 0,026429705 0,024190736 0,013609388 0,011556432 0,03944557 0,077934194 0,024392835 0,085174057 0,014241995 0,044174663 0,048943513 0,016554717 0,008156188 0,030036124 0,022207239 0,019196235 0,033810242 0,020452089 0,021319016
0,24547867 0,253479539 0,244505186 0,232978074 0,317320524 0,278697952 0,216433259 0,22385989 0,252347953 0,2450773 0,198574441 0,260201123 0,29836961 0,256810339 0,26781924 0,21812906 0,228264885 0,251689987 0,22879043 0,251584585 0,249349422 0,313903822 0,248622688 0,189877557 0,173989449 0,304035031 0,222082661 0,248219567 0,267329464 0,245253655 0,234870996 0,284258194 0,241162902 0,261492361 0,277180083 0,254396814 0,247287318 0,276863115 0,189832762 0,294094784 90
NO
KODE
TAHUN
KE
FMCFO
RISK
ETR
79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118
INDS INTP JECC JPFA KAEF KBLI KBLM KDSI KICI KLBF LION MBTO MERK MYOR NIPS PYFA RICY ROTI SCCO SKBM SKLT SMCB SMGR SMSM SQBB SRSN STTP TCID TOTO TRIS TRST TSPC ULTJ UNVR AISA ALDO AMFG APLI ARNA ASII
2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2014 2014 2014 2014 2014 2014
23,20433161 24,76798238 21,44330613 26,07008285 24,0181502 22,85671048 21,37036908 23,21658207 21,89190545 24,53701427 21,88210377 22,05000418 23,50659647 25,7870927 22,33030086 21,62962991 23,47552429 24,55533996 22,28243839 21,8817605 21,04567164 24,08980276 24,93390804 24,42745254 21,43853403 23,82815574 21,52962239 23,12344359 21,58671308 21,47204431 23,27242525 24,79263441 21,25858893 24,85527542 17,06514834 21,28602693 24,05629144 22,3000579 22,74216088 27,7263313
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
0,022017863 0,026994889 0,014289929 0,035578573 0,01625898 0,037351957 0,010859317 0,020574533 0,041726505 0,010635494 0,038945183 0,018373538 0,015781545 0,029104867 0,009610417 0,010721832 0,04812595 0,021407445 0,027249495 0,052546341 0,014145321 0,047331184 0,014815001 0,042501664 0,010937206 0,119823347 0,043785603 0,014654192 0,022290835 0,03020209 0,025541739 0,020253931 0,038349991 0,011558154 0,016379392 0,012779405 0,012512174 0,026429705 0,024190736 0,013609388
0,200301209 0,240003493 0,201623797 0,284961052 0,24103123 0,300906557 0,280480904 0,236836373 0,254136597 0,234038854 0,238344276 0,293884886 0,252253861 0,252578683 0,256932555 0,27107622 0,303291124 0,250419379 0,276913936 0,255897425 0,310750572 0,287489114 0,226302132 0,235159159 0,250454701 0,220323797 0,198614778 0,266375851 0,268088018 0,236340678 0,244388164 0,230620713 0,255524636 0,252302199 0,219685839 0,253193688 0,232804233 0,420786562 0,248948058 0,191101199 91
NO
KODE
TAHUN
KE
FMCFO
RISK
ETR
119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158
AUTO BATA BTON CEKA CPIN DLTA DPNS DVLA EKAD GGRM GJTL HMSP ICBP IGAR INAI INDF INDS INTP JECC JPFA KAEF KBLI KBLM KDSI KICI KLBF LION MBTO MERK MYOR NIPS PYFA RICY ROTI SCCO SKBM SKLT SMCB SMGR SMSM
2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014
24,5437874 23,10908853 20,71197562 22,9406353 25,51854385 23,40534858 23,54067031 23,9147354 22,29188175 24,71572532 25,58668414 25,40492473 25,90012153 21,16480678 23,82452861 27,16898883 23,3461395 24,88427167 21,62611017 26,23042091 24,08780388 23,16962116 21,36511972 23,27096362 22,1098417 24,52234408 22,41810234 22,56799736 23,23484631 25,91752324 22,41129106 22,14911132 24,02677688 24,35410852 22,32131021 22,20148624 21,36076881 24,53055036 25,12176752 24,52779271
0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0
0,011556432 0,03944557 0,077934194 0,024392835 0,085174057 0,014241995 0,044174663 0,048943513 0,016554717 0,008156188 0,030036124 0,022207239 0,019196235 0,033810242 0,020452089 0,021319016 0,022017863 0,026994889 0,014289929 0,035578573 0,01625898 0,037351957 0,010859317 0,020574533 0,041726505 0,010635494 0,038945183 0,018373538 0,015781545 0,029104867 0,009610417 0,010721832 0,04812595 0,021407445 0,027249495 0,052546341 0,014145321 0,047331184 0,014815001 0,042501664
0,136857827 0,284500462 0,203488537 0,281591254 0,170985509 0,240950849 0,154987462 0,235551193 0,30594611 0,25126158 0,31515839 0,257846545 0,25291046 0,275990888 0,179865203 0,293486889 0,238049355 0,223222657 0,280592016 0,29067052 0,250561526 0,256637972 0,251069186 0,232656284 0,256730141 0,232517943 0,220436009 0,23215677 0,26667003 0,226309286 0,256043791 0,368232226 0,239086889 0,25393515 0,24529212 0,188091513 0,300004725 0,336042295 0,213966826 0,221164187 92
NO
KODE
TAHUN
KE
FMCFO
RISK
ETR
159 160 161 162 163 164 165 166 167 168
SQBB SRSN STTP TCID TOTO TRIS TRST TSPC ULTJ UNVR
2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014
21,49618353 23,81409413 21,64358907 22,70284159 21,77264614 21,22261415 23,28944639 24,78886793 21,65621701 24,84864061
0 0 0 1 0 1 0 1 0 0
0,010937206 0,119823347 0,043785603 0,014654192 0,022290835 0,03020209 0,025541739 0,020253931 0,038349991 0,011558154
0,251235422 0,168034873 0,264057622 0,271957373 0,230643632 0,245997954 0,249005811 0,213319778 0,245089425 0,252477425
93
Lampiran 3: Output Hasil Penelitian 1. Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
ETR
168
,101
,421
,24958
,039994
KE
168
16,274
27,726
23,19008
1,883757
FMCFO
168
0
1
,19
,394
RISK
168
,008
,120
,02835
,020169
Valid N (listwise)
168
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
168 Mean
Normal Parametersa,b
,0000000
Std. Deviation
Most Extreme Differences
,03871180
Absolute
,100
Positive
,100
Negative
-,085
Kolmogorov-Smirnov Z
1,295
Asymp. Sig. (2-tailed)
,070
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
b. Uji Multikolonieritas Coefficientsa Model
Collinearity Statistics Tolerance
1
VIF
(Constant) KE
1,000
1,000
FMCFO
,980
1,020
RISK
,980
1,020
a. Dependent Variable: ETR
94
c. Uji Heterokedastisitas Coefficientsa Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model 1
B
Std. Error
(Constant)
,026
,026
KE
,005
,001
FMCFO
,000
RISK
,106
Beta
t
Sig.
,992
,323
-,006
-,071
,943
,005
-,002
-,022
,982
,107
,079
,995
,321
a. Dependent Variable: ABS_RES1
d. Uji Autokorelasi Model Summaryb Model
R
Durbin-Watson a
1
,251
2,239
a. Predictors: (Constant), RISK, KE, FMCFO b. Dependent Variable: ETR
3. Hasil Uji Hipotesis a. Uji Adj R2
Model Summaryb Model
1
R
R Square
a
,251
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
,063
,046
,039064
a. Predictors: (Constant), RISK, KE, FMCFO b. Dependent Variable: ETR
95
b. Uji F ANOVAa Model 1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
,017
3
,006
Residual
,250
164
,002
Total
,267
167
F
Sig.
3,681
,013b
a. Dependent Variable: ETR b. Predictors: (Constant), RISK, KE, FMCFO
c. Uji t Coefficientsa
Model 1 (Constant) KE FMCFO RISK
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
B
Std. Error
,341
,038
-,004
,002
,010 -,333
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
9,083
,000
-,170
-2,253
,026
1,000 1,000
,008
,101
1,327
,186
,980 1,020
,151
-,168
-2,202
,029
,980 1,020
a. Dependent Variable: ETR
96