PENGARUH KOMBINASI TOMAT (Solanum lycopersicum L.) DAN ZINK TERHADAP JUMLAH OOSIT TIKUS PUTIH BETINA GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK RADIASI PONSEL (Skripsi)
Oleh DEVITA WARDANI
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
PENGARUH KOMBINASI TOMAT (Solanum lycopersicum L.) DAN ZINK TERHADAP JUMLAH OOSIT TIKUS PUTIH BETINA GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK RADIASI PONSEL
Oleh DEVITA WARDANI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA KEDOKTERAN Pada
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
ABSTRACT
THE EFFECT OF COMBINATION TOMATO (Solanum lycopersicum L.) AND ZINC TO THE AMOUNT OF OOCYTE TOWARDS FEMALE RAT STRAINS Sprague dawley THAT INDUCED HANDPHONE’S ELECTROMAGNETIC WAVE
BY
DEVITA WARDANI
Background: Menstrual disorders or infertility in female mostly caused by hormonal disturbance. One of the factors which can disturb hormonal system is the electromagnetic waves from cell phone that can increase the free radicals.. Tomato and zinc are antioxidants that can inhibit the formation of free radicals. Objective: To determine the effect of tomato and zinc combinationto the number of female oocytes from white rats Sprague dawley strain induced by electromagnetic waves from mobile phone radiation (SAR=1,56 W/kg). Method: The study uses 25 rats that were divided into 5 groups: no treatment (K1), only induced by electromagnetic waves (K2), 1,85gr tomato and 0,54mg zinc treatment (P1), 3,7gr tomato and 0,27mg zinc treatment (P2), 7,4gr tomato and 0,135mg zinc treatment (P3). The groups were exposed to electromagnetic waves for 2 hours in 30 days. The data were analyzed by using the Post Hoc test. Result: The average number of oocytes obtained in K1 is 66.8; K2 is 42,4; P1 is 61.8; P2 is 64,83; and P3 is 63,2. Conclusion: There is an effect of combination between tomato and zinc to the number of female oocytes from white rats Sprague dawley strain induced by electromagnetic waves of mobile phone radiation. Keywords: Electromagnetic waves, oocytes count, mobile phone, tomato, zinc
ABSTRAK
PENGARUH KOMBINASI TOMAT (Solanum lycopersicum L.) DAN ZINK TERHADAP JUMLAH OOSIT TIKUS PUTIH BETINA GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK RADIASI PONSEL
Oleh
DEVITA WARDANI
Latarbelakang: Gangguan siklus menstruasi atau infertilitas pada wanita disebabkan oleh gangguan hormonal. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan gangguan sistem hormonal adalah gelombang elektromagnetik dari radiasi ponsel. Penggunaan ponsel dapat meningkatkan radikal bebas dan tomat serta zinc merupakan antioksidan yang dapat menghambat pembentukan radikal bebas. Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh kombinasi tomat dan zinc terhadap jumlah oosit tikus putih betina galur Sprague dawley yang diinduksi gelombang elektromagnetik radiasi ponsel (SAR=1,56 W/kg). Metode: Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus dibagi dalam 5 kelompok, yaitu Kontrol 1 (K1) yang tidak diberikan perlakuan, kontrol 2 (K2) hanya diinduksi gelombang elektromagnetik ponsel, perlakuan 1 (P1) diberi 1,85gr tomat dan 0,54mg zinc, perlakuan 2 (P2) diberi 3,7gr tomat dan 0,27mg zinc, perlakuan 3 (P3) diberi 7,4gr tomat dan 0,135mg zinc dan dilakukan paparan selama 2 jam dalam 30 hari. Data dianalisis menggunakan uji Post hoc. Hasil: Diperoleh hasil K1 rerata jumlah oosit sebanyak 66,8; K2 sebanyak42,4; P1 sebanyak 61,8; P2 sebanyak 64,83; dan P3 sebanyak 63,2. Simpulan: Terdapat pengaruh pemberian tomat dan zinc terhadap jumlah oosit tikus putih betina galur Sprague dawley yang diinduksi gelombang elektromagnetik radiasi ponsel pada P1, P2 dan P3. Kata kunci: Gelombang elektromagnetik, jumlah oosit, ponsel, tomat, zinc
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Metro, pada tanggal 21 Desember 1994, sebagai anak kedua dari dua bersaudara, dari Bapak Drs. Bejan Santoso dan Ibu Dra. Murti Siswantini, M.Pd. Penulis memiliki 1 kakak perempuan yaitu Rista Rahmawati Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) di TK Aisyiyah Metro tamat pada tahun 2001, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Swasta Xaverius Metro pada tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMP Negeri 1 Metro pada tahun 2010 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA Negeri 2 Bandarlampung pada tahun 2013.
Tahun 2013, penulis mengikuti alur tertulis Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Selama menjadi Mahasiswa, penulis aktif pada berbagai organisasi, diantaranya Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FK Unila, Perhimpunan Mahasiswa Pecinta Alam Tanggap Darurat (PMPATD) Pakis Rescue Team dan Lampung University Medical Research (LUNAR)
Sebuah Karya Yang Dipersembahkan Untuk Ibu, Bapak, Kakak, Saudara Serta Sahabat Tersayang
Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya (Q.S. Al-Baqarah: 286)
SANWACANA
Puji syukur Penulis ucpkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhamad S.A.W. Skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian Kombinasi Zinc dan Tomat Terhadap Jumlah Oosit Tikus Putih Betina Galur Sprague dawley yang Diinduksi Gelombang Elektromagnetik Radiasi Ponsel” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Universitas Lampung. Dalam Kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada: -
Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas Lampung
-
Dr. Dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes, Sp.PA, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
-
Ibu Soraya Rahmanisa S.Si., M.Sc, selaku Pembimbing Utama atas kesediaanya untuk memberikan bimbingan, saran dan masukan serta kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini
-
dr. Ratna Dewi Puspita Sari, Sp.OG, selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan proses penyelesaian skripsi ini
kritik dalam
-
dr. Ety Apriliana, M.Biomed selaku Penguji Utama pada ujian skripsi atas masukan, ilmu dan saran-saran yang telah diberikan
-
dr. Ade Yonata, M.MolBiol., Sp.PD selaku Pembimbing Akademik saya yang telah memberikan bimbingan, arahan dan ilmu selama menjalani masa perkuliahan
-
Ibu Nuriah
selaku asisten laboratorium yang telah membantu dalam
pelaksaan penelitian -
Seluruh Staf Dosen FK Unila atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis untuk menambah wawasan yang menjadi landasan untuk mencapai cita-cita
-
Seluruh Staf TU, Administrasi, dan Akademik FK Unila, serta pegawai yang turut membantu dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini
-
Ibu Murti Siswantini dan Bapak Bejan Santoso sebagai orang tua yang selalu mendukung, mendorong, memberikan motivasi, merawat dan selalu memberikan yang terbaik untuk hidup saya
-
Kakak kandung Rista Rahmawati yang selalu memberikan masukan dan dukungan dalam menjalankan pendidikan
-
Keluarga besar Kakek, Nenek, Pakde, Bude, Om, Tante, Sepupu semuanya yang sudah mendukung dalam menyelesaikan masa perkuliahan dan pembuatan skripsi.
-
Teman-teman Kelompok Belajar yaitu Azzren Virgita Pasya, Tri Novita Sari, YuliaCahya Khasanah, Dani Kartika Sari dan Dara Marissa WP atas dukungan, canda dan tawa selama menjalani masa perkuliahan
-
Tim Penelitian saya yaitu Nabila Luhfiana, Neza Ukhalima Hafia, Tara Aulianova, Diah Ayu Larasati, dan Triola Fitria atas kerja sama, canda, tawa dan bantuannya selama pelaksanaan penelitian dan penyelesaian skripsi
-
M.Marliando Satria PC, Andre Parmonangan, Tarrinni Inastyarikusuma yang telah memotivasi belajar, mewarnai hari-hari selama perkuliahan dan menghibur satu sama lain untuk terus survive selama perkuliahan
-
Keluarga besar Kost Arbenta yaitu Wulan, Farras, Dara, Natasyah, Ayu, Dani, Siti Nur Indah, Siti Masruroh, Nidya Tiaz, Hesti Ariyanti, Romana Julia yang telah menjadi lini satu dari awal perkuliahan hingga akhir-akhir pre klinik.
-
Seluruh teman-teman angkatan 2013 CERE13ELLUMS yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, terimakasih atas kebersamaan yang terjalin dan memberi motivasi belajar
-
Semua yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terimakasih atas doa dan dukungannya.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Akan tetapi, sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin. Bandarlampung,Januari 2017 Penulis
Devita Wardani
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI ........................................................................................................ i DAFTAR TABEL ..............................................................................................iii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... v
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 4 1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4 1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 4 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 6 2.1.1 Tomat dan Zink ................................................................................ 6 2.1.2 Oogenesis ....................................................................................... 10 2.1.3 Stres ................................................................................................ 13 2.1.4 Gelombang Elektromagnetik ......................................................... 15 2.1.5 Tikus Putih ..................................................................................... 17 2.1.6 Hubungan stres pada perkembangan folikel oosit ......................... 20 2.2 Kerangka Teori........................................................................................ 22 2.3 Kerangka Konsep .................................................................................... 23 2.4. Hipotesis................................................................................................. 23 III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ................................................................................. 24 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 24 3.3 Alat dan Bahan ..................................................................................... 25 3.4 Subyek Penelitian ................................................................................. 26 3.5 Variabel Penelitian ............................................................................... 29 3.6 Diagram Alir ........................................................................................ 31 3.7 Prosedur Penelitian .............................................................................. 32 3.8 Analisis Statistika................................................................................. 39
ii
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil .................................................................................................... 41 4.2 Pembahasan .......................................................................................... 47 4.3 Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 55 V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 56 5.2 Saran .................................................................................................... 56
Daftar Pustaka ................................................................................................... 57 Lampiran ........................................................................................................... 61
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 2. 3. 4. 5.
Halaman
Kandungan Likopen Dalam Beberapa Buah Dan Sayur .............................. 7 Perlakuan Hewan Coba .............................................................................. 28 Definisi Operasional. ................................................................................. 30 Hasil Pengukuran Oosit ............................................................................. 41 Hasil Uji Post Hoc LSD ............................................................................. 46
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Spektrum elektromagnetik ............................................................................ 17 2. Mekanisme stres terhadap sistem reproduksi ................................................ 21 3. Kerangka Teori.............................................................................................. 22 4. Kerangka Konsep .......................................................................................... 23 5. Diagram Alir ................................................................................................. 31 6. Ovarium Tikus Putih Betina Galur Sprague dawley (K1) ............................ 42 7. Ovarium Tikus Putih Betina Galur Sprague dawley (K2) ............................ 42 8. Ovarium Tikus Putih Betina Galur Sprague dawley (P1) ............................. 43 9. Ovarium Tikus Putih Betina Galur Sprague dawley (P2) ............................. 43 10. Ovarium Tikus Putih Betina Galur Sprague dawley (P3) ........................... 44
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Persetujuan Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Lampiran 2. Surat Identifikasi Tanaman buah Tomat Lampiran 3. Hasil Data Penelitian Jumlah Oosit Tikus Putih Betina dan Analisis Data Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian Lampiran 5. Berat Tikus Setelah Aklimatisasi
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Gangguan menstruasi merupakan masalah yang cukup sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer. Tahun-tahun awal menstruasi merupakan periode yang rentan terjadi gangguan, yakni 75% wanita pada tahap remaja akhir mengalami gangguan menstruasi seperti menstruasi yang tertunda, tidak teratur, nyeri, dan perdarahan yang banyak pada waktu menstruasi (Lee, 2006) Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan siklus menstruasi pada wanita usia reproduktif menjadi ireguler termasuk kehamilan, penyakit endokrin yakni gangguan pada sentral Gonadotropin-Releasing Hormone (GnRH), penurunan berat badan yang nyata, aktivitas yang berlebihan, perubahan pada pola makan dan waktu tidur, dan tingkat stres yang berlebihan juga kondisi medik. Semua faktor ini berhubungan dengan pengaturan fungsi endokrin hipotalamik-pituitari (American Academy of Pediatrics, 2006). Stres bisa berarti ketegangan, tekanan batin, dan konflik yang berarti seperti frustasi dan kondisi psikologis yang disebabkan karena adanya kecemasan dan persepsi ketakutan (Kartono & Gulo, 2003). Pada keadaan
2
stres, hipotalamus menyekresikan CRH yang mempunyai pengaruh negatif terhadap pengaturan sekresi GnRH, ketidakseimbangan CRH memiliki pengaruh terhadap penekanan fungsi reproduksi manusia sewaktu stres (Breen & Karsch, 2004; Sherwood, 2011). Pada keadaan stres, penurunan kadar GnRH juga akan mempengaruhi kadar FSH dan LH. Penurunan kadar LH akan mempengaruhi ovulasi dan menghambat korpus luteum untuk menghasilkan progesteron. Sedangkan penurunan kadar FSH akan menghambat perbesaran folikel ovarium dan bersama-sama LH akan menghambat sekresi estrogen dan ovarium (Guyton & Hall, 2007). Di tingkat ovarium, kortisol yang dipengaruhi CRH secara langsung menghambat produksi hormon steroid dan menginduksi apoptosis. Penghambatan kortisol terhadap estradiol akan mempengaruhi fungsi sel granulosa dan berdampak pada maturasi folikel dan berkurangnya jumlah oosit yang dapat dipetik (Matthiesen, et al., 2011). Stres dapat dipicu oleh tingkat paparan gelombang elektromagnetik dari berbagai frekuensi, peningkatan paparan cahaya pada malam hari, perubahan suhu lingkungan dan tekanan lainnya baik dari eksternal maupun internal. Salah satupaparan gelombang elektromagnetik adalah melalui ponsel. Pengguna ponsel yang semakin tinggi membuat para pengguna harus lebih mencermati efek samping penggunaan ponsel terhadap kesehatan manusia. Efek samping yang dikhawatirkan oleh para pengguna adalah adanya paparan tubuh terhadap radiasi gelombang elektromagnetik ponsel yang digunakan sebagai media transfer data (Merhi, 2012).
3
Salah satu bentuk stres adalah stres oksidatif, yakni keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan antara oksidan dan antioksidan. Stres oksidatif terjadi apabila kadar oksidan meningkat pesat atau kadar antioksidan yang sangat kurang. Keadaan ini dapat menyebabkan kerusakan sel dan jaringan jika berlangsung secara masif. Oksidan atau radikal bebas merupakan zat yang sangat reaktif dan dapat bereaksi dengan protein, asam nukleat, lipid, dan molekul lain yang menyebabkan kerusakan jaringan (Murray et al., 2009). Sebab itu tubuh kita memerlukan antioksidan yang dapat membantu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas. Antioksidan berfungsi mengatasi atau menetralisir radikal bebas sehingga diharapkan dengan pemberian antioksidan mencegah terjadinya kerusakan tubuh dari timbulnya penyakit (Kosasih et al., 2006). Antioksidan dapat berupa alami dan buatan. Antioksidan alami dapat berupa enzim, vitamin seperti vitamin A, E, C, Beta-karoten dan senyawa lain seperti flavonoid, karetonoid, fenolik, alkaloid, bilirubin, albumin (Winarsi, 2007). Antioksidan sintentik seperti Butylated Hydroxyanisol (BHA) dan Butylated Hydroxytoluene (BHT). Namun
kekahwatiran
terhadap
efek
samping
antioksidan
sintetik
menjadikan antioksidan alami sebagai alternatif terpilih (Hartoyo, 2003). Tomat merupakan salah satu buah yang didalamnya terdapat senyawa karotenoid
yang
memiliki
manfaat
untuk
mencegah
penyakit
kardiovaskular, osteoporosis, infertilitas dan kanker, termasuk di dalamnya kanker endometrial, payudara, kolon, paru dan prostat. Di dalam tomat terdapat likopen yang bereaksi dengan radikal bebas agar berhenti merusak
4
sel-sel, dimana kemampuannya mengendalikan radikal bebas 100 kali lebih efisien daripada vitamin E atau 12500 kali dari pada gluthation (Maulida & Zulkarnaen, 2010). Zink juga merupakan salah satu bentuk kofaktor antioksidan yang dibutuhkan tubuh. Zink berfungsi menstimulasi hormon androgen (Tandung et al., 2015). Maka dari itu peniliti ingin mengetahui bagaimana efek pemberian kombinasi antioksidan tomat dan zink terhadap jumlah oosit tikus yang diberi paparan radiasi ponsel 1.2
Rumusan masalah Apakah ada pengaruh pemberian kombinasi tomat (Solanum lycopersicum L.) dan zink terhadap jumlah oosit tikus putih betina galur Sprague dawley yang diinduksi gelombang elektromagnetik radiasi ponsel?
1.3
Tujuan penelitian Untuk mengetahui pengaruh pemberian kombinasi antioksidan tomat (Solanum lycopersicum L.) dan zink terhadap jumlah oosit tikus putih betina galur Sprague dawley yang diinduksi gelombang elektromagnetik radiasi ponsel
1.4. Manfaat penelitian 1. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan menambah pengetahuan masyarakat dalam mengkonsumsi antioksidan secara bijaksana
5
2. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan menambah pengalaman dalam menerapkan ilmu yang sudah didapat 3. Bagi Institusi FK Unila Dapat dijadikan kepustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dan memberikan tambahan pengetahuan bagi pengunjung perpustakaan yang membacanya 4. Bagi Peneliti lain Dapat dijadikan sumber acuan dalam penelitian lebih lanjut pada bidang ilmu terkait
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan pustaka 2.1.1 Tomat dan Zink 2.1.1.1 Tomat Buah tomat (Solanum lycopersicum) berasal dari Amerika tropis, ditanam sebagai tanaman buah di ladang, pekarangan, atau ditemukan liar pada ketinggian 1 - 1600 mdpl. Tanaman ini tidak tahan hujan, sinar matahari terik, serta menghendaki tanah yang gembur dan subur. Kandungan yang terdapat dalam buah tomat meliputi alkaloid solanin (0,007%), saponin, asam folat, asam malat, asam sitrat, biflavonoid, protein, lemak, gula (fruktosa, glukosa), adenine, trigonelin, kolin, tomatin, mineral (Ca, Mg, P, K, Na, Fe, sulfur, klorin), vitamin (B1, B2, B6, C, E, niasin), histamin, dan likopen (Dalimartha, 2007). Likopen adalah pigmen merah yang terdapat pada tomat, merupakan senyawa flavonoid dari kelompok karetonoid yang berfungsi sebagai antioksidan efektif
7
yang serbaguna. Likopen bekerja pada jaringan dengan sasaran utamanya plasma pada prostat, testis, perut, kolon dan dubur. Likopen diyakini ada hubungannya dengan turunnya risiko kanker prostat, kanker saluran pencernaan dan masih banyak lagi. Makanan yang kaya likopen adalah tomat dan produk olahannya berupa saus atau pasta. Sekitar 85% sumber likopen adalah dari bahan makanan. Sumber lain seperti minyak sait, stroberi, anggur dan semangka (Health, 2006). Berikut tabel sumber likopen dari beberapa bahan makanan (Sulistyowati, 2006). Tabel 1. Kandungan Likopen Dalam Beberapa Buah Dan Sayur Bahan Makanan Jumlah (μg/100 g) Tomat segar Tomat rebus Jus Tomat Saos Tomat Semangka Anggur merah Jambu biji
3000 – 3100 9700 8600 – 9300 9900 – 17000 4100 – 4900 1500 – 3400 5400
Likopen merupakan penetral oksigen singlet yang paling reaktif dalam sistem biologis. Sifat antioksidan ini dapat mencegah sidasi LDL kolesterol menjadi bentuk aterogenik, yang berarti mengurangi risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK). Produk tomat yang diolah dengan pemanasan seperti saus tomat ternyata menyumbangkan likopen enam kali dibandingkan dengan tomat yang utuh dan segar (Silalahi, 2006).
8
Antioksidan seperti vitamin C dan E dan kofaktor antioksidan seperti selenium, zink, dan tembaga mampu mengurangi
jumlah
pembentukan
Reactive
Oxygen
Species (ROS) yang dapat menyebabkan stres oksidatif. Antioksidan
memiliki
peran
penting
pada
sistem
reproduksi wanita. Pada wanita yang mengonsumsi banyak antioksidan yang terdapat pada buah dan sayur akan mengurangi dampak dari stres oksidatif (Ruder, et al.,
2009).
Likopen
sebagai
antioksidan
memiliki
kemampuan untuk melawan kerusakan sel-sel tubuh akibat radikal bebas di dalam aliran darah dengan mengurangi efek toksik dari ROS, sehingga diasosiasikan dengan penurunan resiko terjadinya berbagai macam penyakit (Sulistyowati, 2006). Berdasarkan
Acceptable
Daily
Intake
(ADI),
likopen dapat dikonsumsi dengan kadar 0,5 mg/kgBB per hari dari semua sumber likopen (Bresson et al., 2008). Tingginya konsumsi buah-buhan dan sayuran terutama tomat dapat mengakibatkan intake likopen sebesar 20mg per hari (Journal, 2005)
2.1.1.2 Zink Zink merupakan zat esensial untuk kehidupan yang telah diketahui sejak lebih dari seratus tahun yang lalu.
9
Penelitan
mendalam
selama
20
tahun
terakhir
menghasilkan pengertian lebih baik tentang peranan secara biokimia zink di dalam tubuh dan gejala klinik yang timbul akibat defisiensi zink pada manusia. Tubuh mengandung 2-2,5 gram zink yang tersebar di hampir semua sel. Sebagian besar berada di dalam hati, pankreas, ginjal, otot dan tulang. Jaringan yang banyak mengandung zink
adalah
bagian-bagian
mata,
kelenjar
prostat,
spermatozoa, kulit, rambut, dan kuku. Di dalam cairan tubuh, zink terutama merupakan ion intraseluler. Zink di dalam plasma hanya 0,1% dari seluruh zink di dalam tubuh yang mempunyai masa pergantian yang cepat (Almatsier, 2009). Zink termasuk mineral esensial yang memiliki efek antioksidan yang efektif dalam jaringan. Zink dianggap mempunyai 2 mekanisme antioksidan, yakni kemampuan mengganti
logam
transisi
(Fe2+
atau
Cu2+)
dan
menginduksi terbentuknya protein yang dapat menetralisir ROS (Ardhie, 2011). Fungsi zink banyak sekali dalam tubuh, seperti berperan dalam pemeliharaan keseimbangan asam basa dengan cara membantu mengeluarkan karbondioksida dari jaringan, dalam pencernaan protein, sintesis dan degradasi kolagen, pembentukan kulit, metabolisme jaringan ikat
10
dan penyembuhan luka serta berperan pula dalam detoksifikasi alkohol dan metabolisme vitamin A. Tanda-tanda kekurangan zink adalah gangguan pertumbuhan, dan kematangan seksual, fungsi pencernaan terganggu karena gangguan fungsi pankreas, gangguan pembentukan kilomikron dan kerusakan permukaan saluran cerna, gangguan fungsi kekebalan, gangguan metabolisme vitamin A, ganguan nafsu makan, penurunan ketajaman indra serta memperlambat penyembuhan luka. Sedangkan kelebihan
zink di dalam tubuh dapat
menyebabkan muntah, diare, demam, kelelahan, anemia dan
gangguan
reproduksi.
Suplemen
zink
bisa
menyebabkan keracunan (Almatsier, 2009).
2.1.2 Oogenesis Fungsi ovarium sebagai organ reproduksi wanita adalah menghasilkan ovum atau oogenesis dan mengeluarkan hormon seks wanita, estrogen dan progesteron. Sel germinativum primordial yang belum berdiferensiasi di ovarium janin, membelah secara mitosis untuk menghasilkan 6 juta sampai 7 juta oogonia pada bulan kelima gestasi. Pada akhir-akhir janin di dalam rahim, oogonia melakukan pembelahan meiotik pertama namun tidak secara sempurna. Oogonia ini sering disebut sebagai oosit primer. Sebelum lahir,
11
setiap oosit primer dikelilingi oleh satu lapisan granulosa. Satu oosit dan sel sel granulosa di sekitarnya membentuk folikel primer. Oosit yang tidak membentuk folikel akan mengalami kerusakan melalui proses apoptosis. Oosit primer di dalam foliker primer masih merupakan suatu sel diploid yang mengandung 46 kromosom ganda. Pada saat pubertas hingga menopause, sebagian dari kumpulan folikel ini mulai berubah berkembang menjadi folikel sekunder secara siklis. Pembentukan folikel sekunder ditandai oleh pertumbuhan oosit primer dan karena adanya diferensiasi lapisan-lapisan sel sekitar. Oosit membesar sekitar seribu kali lipat, disebabkan karena penimbunan bahan sitoplasma yang akan dibutuhkan oleh mudigah. Tepat sebelum ovulasi, oosit primer menyelesaikan pembelahan meiotik pertamanya dan menghasilkan dua sel anak masing-masing mempunyai sel haploid 23 kromosom ganda. Hampir semua sitoplasma tetap berada di salah satu sel anak, yang sekarang disebut oosit sekunder dan kemudian menjadi ovum, sedangkan sel lain dengan sedikit sitoplasma membentuk badan polar. Ovum sekunder itulah yang sebenarnya diovulasi dan dibuahi. Ovarium sendiri secara terus menerus mengalami dua fase secara bergantian, yaitu fase folikular yang didominasi oleh keberadaan folikel matang dan fase luteal yang ditandai oleh adanya korpus luteum.
12
1. Fase folikular Satu lapisan sel granulosa pada folikel primer berproliferasi membentuk beberapa lapisan yang mengelilingi oosit. Sel granulosa mengeluarkan cairan kental mirip gel yang membungkus oosit dan memisahkan dari sel granulosa. Membran ini dikenal sebagai zona pelusida. Pada saat yang sama, ketika oosit sedang membesar dan sel granulosa berproliferasi, sel-sel jaringan ikat ovarium yang berkontak dengan sel granulosa membentuk satu lapisan luar bernama sel teka. Sel granulosa dan sel teka ini dinamai sel folikel dan berfungsi untuk mengeluarkan estrogen. Selama tahap perkembangan folikel, terbentuk suatu rongga berisi cairan atau antrum dibagian tengah sel granulosa. Cairan folikel sebagian berasal dari transudasi plasma dan sebagian lagi dari sekresi sel folikel. Folikel tumbuh lebih cepat daripada yang lain, berkembang menjadi folikel matang. Folikel matang yang telah membesar ini menonjol dari permukaan ovarium, membentuk daerah tipis yang kemudian pecah untuk membebaskan oosit saat ovulasi. 2. Fase luteal Folikel yang pecah yang tertinggal di ovarium setelah mengeluarkan ovum mengalami perubahan. Sel granulosa dan sel teka mula-mula kolaps ke dalam ruang antrum yang kosong dan sebagian telah terisi oleh bekuan darah. Sel ini membentuk korpus luteum. Sel ini menjadi jaringan aktif menghasilkan hormon
13
steroid. Fungsi korpus luteum berfungsi mengeluarkan banyak progesteron dan sedikit estrogen ke dalam darah. Hormon ini penting untuk menyiapkan uterus dalam implantasi apabila ovum telah dibuahi. Jika ovum tidak dibuahi dan tidak terjadi implantasi, korpus luteum berdegenerasi menjadi korpus albikans. Satu siklus ovarium telah selesai (Sherwood, 2011).
2.1.3 Stres 2.1.3.1 Pengertian stres Stres adalah respon nonspesifik generalisata tubuh terhadap
setiap
faktor
yang
mengalahkan,
atau
mengancam untuk mengalahkan kemampuan kompensasi tubuh
untuk
mempertahankan
homeostatis.
Agen
penginduksi respons secara tepat disebut sebagai stresor, sementara stres merujuk pada keadaan yang ditimbulkan oleh stresor. Jenis jenis rangsangan yang menganggu berikut ini menggambarkan ragam faktor yang dapat menginduksi respon stres: fisik (trauma, pembedahan, panas, atau dingin hebat), kimia (penurunan pasokan O2, ketidakseimbangan asam-basa), fisiologik (olahraga berat, syok hemoragik, nyeri), infeksi (invasi bakteri), psikologis atau emosional (rasa cemas, takut, kesedihan) dan sosial (konflik perseroangan, perubahan gaya hidup).
14
Baum et al (1984) menyatakan bahwa, ”Stres sudah menjadi konsep yang populer untuk menjelaskan variasi luas dari hasil akhir, yang kebanyakan negatif, yang sebenarnya tidak membutuhkan penjelasan.” Mereka mengatakan bahwa stres digunakan sebagai label untuk gejala psikologis yang mendahului penyakit, reaksi ansietas, ketidaknyamanan dan banyak keadaan lain. 2.1.3.2 Stres Oksidatif Stres oksidatif adalah stres yang timbul akibat reaksi metabolik yang menggunakan oksigen. Stres ini mengakibatkan gangguan pada keseimbangan antara oksidan dan antioksidan sel. Menurut Halliwell (2006) stres oksidatif adalah suatu keadaan ketidakseimbangan antara radikal bebas dengan antioksidan, saat jumlah radikal bebas lebih banyak dibandingkan dengan jumlah antioksidan. Jika
jumlah
radikal
bebas
melebihi
jumlah
antioksidan yang dihasilkan intrasel maka kelebihan radikal
bebas
tersebut
sangat
potensial
dalam
menyebabkan kerusakan sel. Kerusakan ini yang sering disebut sebagai kerusakan oksidatif. Kerusakan oksidatif adalah
kerusakan
biomolekul
penyusun
sel
disebabkan karena reaksi oksidan dan radikal bebas.
yang
15
Peningkatan stres oksidatif berdampak negatif pada komponen penyusun membran sel, yaitu kerusakan pada lipid membran untuk membentuk malonaldehid (MDA), kerusakan protein, karbohidrat dan DNA (Kevin et al, 2006). Kerusakan oksidatif yang diakibatkan oleh radikal bebas juga berimplikasi pada berbagai kondisi patologis, seperti kerusakan sel, jaringan, dan organ seperti hati, ginjal, jantung baik pada manusia maupun hewan. Kerusakan ini dapat berakhir pada kematian sel sehingga terjadi percepatan timbulnya berbagai penyakit degeneratif (Valko et al., 2007; Kevin et al. 2006)
2.1.4 Gelombang elektromagnetik Radiasi sangat mungkin diasumsikan sebagai akibat dari paparan
elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik meliputi
gelombang mikro, inframerah, sinar yang tampak dan laser, sinar ultraviolet (UV-A, UV-B dan UV-C), sinar X, sinar gamma. Urutan ini merupakan urutan panjang gelombang yang makin menurun. Kerusakan sel akibat radiasi elektromagentik bergantung pada panjang gelombang, intensitas, dan lama pajanan (Jeyaratnam & Koh, 2009). Spesific Absorption Rate (SAR) adalah satuan ukuran yang digunakan
untuk
menyatakan
banyaknya
gelombang
elektromagnetik yang diserap tubuh dan dinyatakan dalam watt
16
perkilogram
(W/kg)
atau
miliwatt
persentimeter
kuadrat
(mW/cm2). International Commision on Non-Ionizing Radiation Protection (ICNIRP) menyatakan bahwa nilai maksimal SAR adalah 2 W/kg, sedangkan menurut Federal Communication Commision (FCC) nilai maksimal untuk SAR adalah 1,6 W/kg. Kedua nilai inidigunakan pada daerah yang berbeda. Negaranegara Eropa dan juga Indonesia menggunakan batasan nilai yang ditetapkan oleh ICNIRP (Swamardika, 2009). Radiasi elektromagnetik gelombang radio yang paling terkenal adalah penggunaan telepon seluler atau ponsel. Efek yang timbul umumnya terjadi akibat panas yang timbul saat interaksi antara energi gelombang mikro dengan materi biologik yang dikenal sebagai efek thermal. Efek ini berbahaya terutama pada mata dan testis yang sangat sensitif terhadap kenaikan suhu jaringan tubuh (Anies, 2006). Akhir-akhir ini muncul kontroversi tentang efek dari pemakaian ponsel terhadap kesehatan seperti emisi telepon seluler saat antena berada di dekat kepala selama beberapa menit dapat menaikkan suhu sel-sel di dekat otak sekitar 0,1oC. Ada dua penyebab yang sudah dibuktikan dari penggunaan ponsel terhadap kesehatan yaitu, electromagnetic compatibility (EMC) dan electromagnetic radiation (EMR) yang dapat menimbulkan kanker (Anies, 2009).
17
Spektrum elektromagnetik dikelompokkan berdasarkan panjang gelombang, frekuensi serta efeknya seperti dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 1. Spektrum elektromagnetik Radiasi ponsel termasuk radiasi non pengion, frekuensi berkisar antara 900-1900 Mhz (Moulder, 2004)
2.1.5
Tikus putih (Rattus norvegicus) Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus), karena tikus ini memiliki yaitu mudah dipelihara dalam jumlah banyak, lebih tenang dan ukurannya yang lebih besar dari mencit. Tikus putih juga mewakili kelas mamalia, karena kelengkapan organ, metabolisme kimia, kebutuhan nutrisi, sistem reproduksi, pernafasan, peredaran darah dan ekskresi menyerupai dengan manusia. Biasanya untuk umur 4 minggu, berat tikus 35-40gram dan berat badan dewasa rata-rata 200-250gram (Fakultas Kedokteran Hewan UGM, 2006). Untuk galur dari tikus Rattus norvegicus yang digunakan dalam penelitian
18
ini adalah galur Sprague dawley. Alasan dalam pemilihan galur ini adalah karena tikus ini lebih tenang dan lebih mudah untuk ditangani. Berikut adalah taksonomi spesies Rattus norvegicus (Suckow et al., 2006) Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Subfilum
: Vertebrata
Kelas
: Mamalia
Ordo
: Rodentia
Subordo
: Myomorpha
Family
: Muridae
Genus
: Rattus
Species
: Rattus norvegicus
Siklus ovarium Selama berlangsungnya siklus ovarium, terjadi perubahan terutama pada folikel ovarium, yaitu perubahan pada folikel primordia menjadi folikel sekunder kemudian berubah menjadi folikel tersier dan terakhir menjadi folikel de Graaf. Setelah terjadi ovulasi, folikel de Graaf akan berubah menjadi korpus luteum. Semua
proses
tersebut
di
atas
dikenal
dengan
nama
folikulogenesis. Semenjak mamalia betina lahir, terdapat banyak folikel primer di dalam korteks ovarium. Masing-masing terdiri dari sebuah oosit primer yang dibungkus oleh selapis sel folikel.
19
Sebuah lamina basal terdapat di bawah sel folikel dan merupakan pembatas antara folikel avaskular dengan stroma ovarium. Perkembangan selanjutnya dari folikel primer adalah membentuk folikel sekunder. Pada fase ini untuk pertama kalinya folikel mengalami perbanyakan sel dan terdapat lapisan kedua di sekitar
oosit.
Selanjutnya
sel-sel
folikel
tersebut
bersatu
membentuk lapisan granulosa. Oosit primer mulai tumbuh dan memperbesar ukurannya. Pada perkembangan akhir, folikel sekunder terlihat dikelilingi oleh ruangan yang tidak teratur dan merupakan hasil diferensiasi sel-sel epitel dari stroma ovarium. Sel-sel epitel tersebut kemudian secara bersama-sama membentuk teka folikuli. Folikel sekunder dengan teka folikuli ini disebut juga sebagai folikel preantral. Pada perkembangan akhir, folikel sekunder terjadi pemisahan teka folikuli menjadi teka interna dan teka eksterna. Folikel tersier disebut juga folikel antral, dicirikan dengan adanya antrum dan diferensiasi teka folikuli menjadi teka interna dan teka eksterna. Pertumbuhan folikel tersier terutama disebabkan pembelahan yang sangat cepat dari sel-sel folikel. Folikel matang (De Graaf) tampak sebagai vesikel transparan yang menonjolkan permukaan ovarium. Ketika folikel benar-benar matang dan membesar, maka folikel akan pecah dan ovum dilepaskan ke dalam rongga abdomen. Peristiwa ini disebut sebagai ovulasi (Karlina, 2003).
20
2.1.6
Hubungan stres pada perkembangan folikel oosit Respon saraf utama terhadap rangsangan stres adalah pengaktifan sistem saraf simpatis generalisata. Secara bersamaan, sistem simpatis mengatifkan penguatan hormon dalam bentuk pengeluaran besaran-besaran epinefrin dari medula adrenal.Selain epinefrin, hormon lain berperan dalam stres (Sherwood, 2011). Stres menyebabkan peningkatan ACTH di hipofisis anterior dan
menyebabkan
kenaikan
hormon
kortisol
di
adrenal.
Peningkatan kadar ACTH ini menyebabkan penurunan kadar GnRH, yang berakibat pada pengurangan pelepasan hormon gonadotropin. Penurunan hormon gonadotropin dapat menunda pematangan folikel, mencegah ovulasi dan mengurangi fungsi korpus luteal. Oleh karena itu terjadi penurunan produksi hormon steroid dan mengurangi kemungkinan implantasi (Nepomnaschy, et al., 2004)
21
Gambar 2. Mekanisme stres terhadap sistem reproduksi (Prasad, et al., 2016)
22
2.2 Kerangka Teori Gangguan siklus menstruasi Paparan elektromagnetik ↑ Radikal bebas (oksidan)
Stres Oksidatif
↓ Antioksidan
↑ Sekresi hormon ACTH Likopen dan Zink untuk meningkatkan antioksidan
↓ Sekresi hormon GnRH
↓ FSH dan LH
↑ Kortisol
↓ Sekresi hormon gonadotropin
- Menunda pematangan folikel - Mencegah ovulasi dan - Mengurangi fungsi korpus luteal
Jumlah oosit primer dan sekunder
Gangguan siklus menstruasi
Yang masuk dalam penelitian
Gambar 3. Kerangka Teori (Nepomnaschy et al., 2004; Ruder et al., 2009)
23
2.3
Kerangka Konsep Paparan Gelombang Elektromagnetik
Perubahan jumlah oosit pada ovarium
Pemberian Kombinasi Zink dan Likopen
Gambar 4. Kerangka Konsep
2.4
Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah H0 : Tidak adapengaruh pemberian kombinasi tomat dan zink terhadap jumlah oosit pada tikus yang diinduksi radiasi ponsel H1 : Adapengaruh pemberian kombinasi tomat dan zink terhadap jumlah oosit pada tikus yang diinduksi radiasi ponsel
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan Post Test Only Control Group Design. Pengambilan data dilakukan hanya pada saat
akhir
penelitian
setelah
dilakukannya
perlakuan
dengan
membandingkan hasil pada kelompok yang diberi perlakuan dengan kelompok yang tidak diberi perlakuan. 3.2
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini mencakup pemeliharaan yang dilakukan di Animal House FK Unila.Hewan coba dipelihara di Animal House FK Unila dari masa adaptasi, perlakuan hingga terminasi. Pembedahan di Laboratorium Biomolekuler Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, pembuatan preparat di BPPV Lampung serta pembacaan hasil preparat di Laboratorium
Patologi
Anatomi
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Lampung. Penelitian ini akan dilakukan kurang lebih selama 4 bulan (September-Desember 2016).
25
3.3
Alat dan bahan 3.3.1
Alat Penelitian Alat-alat yang digunakan untuk penelitian ini diantaranya: a. Neraca elektronik untuk menimbang tikus b. Kandang tikus c. Botol minum tikus d. Tempat makan tikus e. Sonde lambung f. Ponsel dengan SAR=1,56 W/kg g. Spuit h. Object glass i. Cover glass j. Slicer preparat k. Mikroskop cahaya berkamera
3.3.2
Bahan penelitian Bahan-bahan yang digunakan untuk penelitian ini diantaranya: a. Tikus putih betina galur Sprague dawley b. Tomat c. Zink d. Pakan tikus e. Air minum tikus f. Air mineral g. Hematoksilin eosin h. Alkohol
26
3.4
Subyek Penelitian 3.4.1
Populasi Populasi penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) dewasa betina galur Sprague dawley berumur 2,5-3,5 bulan dengan berat badan antara 200-300 gram yang diperoleh dari Palembang Tikus Center
3.4.2
Sampel Sampel penelitian ini adalah tikus putih galur Sprague dawley yang telah diberi paparan radiasi ponsel dengan nilai SAR 1,56W/kg selama 2 jam dalam 30 hari. Besar sampel dihitung dengan metode rancangan acak lengkap dapat menggunakan rumus Frederer yaitu (t-1)(n-1)>15, t adalah jumlah kelompok percobaan dan n merupakan jumlah sampel tiap kelompok. (t-1)(n-1)≥15 (5-1)(n-1)≥15 4(n-1)≥15 4n-4≥15 4n≥19 n≥5 Besar sampel (n)
=txn =5x5 = 25 ekor tikus
27
Jadi dalam penelitian ini, dibutuhkan 25 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) betina galur Sprague dawley. Untuk menghindari drop out, ditambahkan tikus menggunakan rumus sebagai berikut: 𝑛
N= f1−𝑓 Keterangan : N = besar sampel koreksi n = jumlah sampel berdasarkan estimasi f = perkiraan proporsi drop out sebesar 10% (Sastroasmoro dan Ismael, 2010) 5
N= 1−𝑓 5
N= 1−10% 5
N= 0,9 N = 5,55 N= 5 (Pembulatan) Jadi jumlah sampel yang diperlukan untuk menghindari terjadinya drop out adalah 30 ekor tikus betina. Banyak total tikus 30 ekor yang terbagi dalam 5 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 6 tikus, yaitu:
28
Tabel 2. Perlakuan Hewan Coba
3.4.3
No 1.
Kelompok Kelompok 1 (A)
2.
Kelompok 2 (B)
3.
Kelompok 3 (C)
4.
Kelompok 4 (D)
5.
Kelompok 5 (E)
Perlakuan Kelompok tikus yang tidak diberikan paparan radiasi elektromagnetik ponsel maupun kombinasi antioksidan tomat dan zink. Hanya diberikan pakan biasa dengan ukuran sama seperti 4 kelompok lainnya. Kelompok tikus yang diinduksi radiasi elektromagnetik ponsel selama 2 jam dalam 30 hari Kelompok tikus yang diinduksi radiasi elektromagnetik ponsel selama 2 jam dalam 30 hari dan diikuti dengan pemberian kombinasi tomat dan zink dengan dosis tomat yaitu 1,85gr dan zink 0,54mg yang dilarutkan akuades per 1 ml Kelompok tikus yang diinduksi radiasi elektromagnetik ponsel selama 2 jam dalam 30 hari dan diikuti dengan pemberian kombinasi tomat dan zink dengan dosis tomat yaitu 3,7gr dan zink 0,27mg yang dilarutkan akuades per 1 ml Kelompok tikus yang diinduksi radiasi elektromagnetik ponsel selama 2 jam dalam 30 hari dan diikuti dengan pemberian kombinasi tomat dan zink dengan dosis tomat yaitu 7,4gr dan zink 0,135mg yang dilarutkan akuades per 1 ml
Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.4.3.1 Kriteria Inkulsi : a. Sehat (tikus dengan bulu yang tidak kusam, bergerak aktif, konsumsi pakan dalam jumlah normal) b. Memiliki berat badan sekitar 200-300 gram 3.4.3.2 Kriteria Ekslusi a. Terdapat penurunan berat badan lebih dari 10% setelah masa adaptasi di laboratorium
29
b. Sakit (tampak tikus dengan rambut kusam, rontok, dan aktivitas kurang atau tidak aktif, keluar eksudat yang abnormal dari mata, mulut, anus, genital) c. Tikus mati 3.5
Variabel Penelitian 3.5.1
Variabel bebas (Independent variable) Variabel bebas pada penelitian ini adalah kombinasi dosis antioksidan tomat dan zink
3.5.2
Variabel terikat (Dependent variable) Variabel terikat pada penelitian ini adalah jumlah oosit tikus putih betina galur Sprague dawley yang diinduksi radiasi ponsel
30
3.5.3
Definisi Operasional
Tabel 3. Definisi Operasional Variabel
Puree tomat
Zink
Jumlah oosit pada ovarium
Definisi Pemberian puree tomat dibuat dari perebusan buah tomat yang kemudian dibuat dilumatkan Zink diberikan dalam bentuk serbukan yang dilarutkan dengan akuades Sediaan histologi dilihat menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 40x
Alat Ukur
Hitung manual
Hitung manual
Mikroskop cahaya
Hasil Ukur
Skala
1=1,85gr 2=3,7gr 3=7,4gr
Kategorik
1=0,54mg, 2=0,27mg 3=0,135mg
Kategorik
Banyaknya jumlah oosit
Numerik
31
3.6
Diagram Alir Persiapan Hewan Coba Aklimatisasi Hewan Coba Menimbang Hewan Coba Perlakuan Hewan Coba
A
B
C
Tidak diinduksi radiasi ponsel
Diinduksi radiasi ponsel selama 2 jam per hari dalam 30 hari
Diinduksi radiasi ponsel selama 2 jam per hari dalam 30 hari dan diberi kombinasi tomat dan zink dalam dosis 1
D Diinduksi radiasi ponsel selama 2 jam per hari dalam 30 hari dan diberi kombinasi tomat dan zink dalam dosis 2
Terminasi tikus Pembedahan Pengambilan organ ovarium
Pembuatan preparat dan pengamatan di mikroskop Interpretasi hasil
Gambar 5. Diagram Alir
E Diinduksi radiasi ponsel selama 2 jam per hari dalam 30 hari dan diberi kombinasi tomat dan zink dalam dosis 3
32
3.7
Prosedur Penelitian 3.6.1
Ethical Clearance Penelitian ini mendapatkan Ethical Clearence dari Fakultas Kedokteran
Universitas
Lampung
dengan
nomor
096/UN26.8/DL/2017 untuk melakukan penelitian menggunakan 30 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) betina dengan galur Sprague dawley 3.6.2
Pengadaan Hewan Coba Pada penelitian hewan coba yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) betina dengan galur Sprague dawley sebanyak 30 ekor yang diperoleh dari Palembang Tikus Centre (PTC)
3.6.3
Aklimatisasi Hewan Coba Aklimatisasi hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) betina dengan galur Sprague dawley yang berusia 2,5-3,5 bulan dengan berat antara 200-300gr yang akan menjalani masa adaptasi selama 1 minggu di tempat pemeliharaan untuk menyeragamkan cara hidup dan makanannya sebelum diberikan perlakuan. Tikus ditempatkan dalam kandang dengan tutup terbuat dari kawat dialasi sekam, makanan tikus berupa pelet. Pemberian
makanan
dan
minuman
diberikan
ad
libitum.
Lingkungan kandang dibuat agar tidak lembab, suhu kandang dijaga sekitar 25oC dan diberikan pencahayaan yang cukup. Masing-masing kelompok tikus diletakkan dalam kandang
33
tersendiri dan disekat sehingga tidak saling berinteraksi. (Febrianti et al, 2013) 3.6.4
Pembuatan puree tomat Puree merupakan produk yang hampir sama dengan bubur dengan viskositas atau kekentalan sedang. Puree dibuat dengan memasak daging buah tomat hingga diperoleh kekentalan yang diinginkan. Kandungan likopen tidak rusak dan jumlahnya tidak jauh berubah selama pemanasan. Bahkan kandungan likopen akan meningkat 10 kali lipat ketika tomat dimasak menjadi saus atau pasta tomat. Pengolahan tomat dilakukan dengan cara direbus. Cara membuat: a. Buah tomat dicuci dengan air mengalir b. Buah tomat dibelah menjadi dua bagian, biji dan air di bagian tengah buah dibuang c. Daging buah tomat direbus atau dikukus pada suhu 100oC selama kurang lebih 3 menit d. Setelah itu, ditiriskan, kulit buah tomat dibuang e. Daging buah tomat dihancurkan dengan blender hingga menjadi bubur tomat f. Puree tomat yang telah jadi dan dingin siap dikemas atau dibekukan untuk memperpanjang daya simpan (Dewanti, T. et al., 2010) Konversi dosis manusia menjadi dosis tikus, yakni dosis tikus=0,018 dosis manusia (Donatuset al., 1992). Dosis likopen
34
yang biasa diberikan adalah 20 mg/hari. Sehingga didapatkan konversi dosis menjadi 0,36 mg/kgBB, (Sulistyowati, 2006) Di dalam 100 gram tomat rebus mengandung 9700µg. Maka dari itu, dilakukan perhitungan dosis tomat rebus agar mendapatkan 0,36 mg/kgBB. Berikut perhitungan dosis tomat untuk tikus 100𝑔𝑟 9700µ𝑔 = 𝑥 360µ𝑔 𝑥=
360000𝑔𝑟 9700
𝑥 = 3,71 𝑔𝑟 Pemberian dosis likopen pada tikus menggunakan tiga dosis perlakuan. Dosis pertama 3,71 gr akan diturunkan menjadi 1,85 gr dan dinaikan dua kali lipat menjadi 7,4 gr. 3.6.5
Pemberian Zink Zink yang digunakan dalam penelitian ini adalah zink serbuk. Dosis yang biasa digunakan pada manusia yaitu 15 mg (Prasad, 2014). Kemudian dikonversi ke dalam dosis tikus dengan perbandingan berat badan tikus 200 gram dengan berat badan manusia 70 kg. 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑡𝑖𝑘𝑢𝑠 = 0,018𝑥 Dengan x adalah dosis yang digunakan pada manusia. Sehingga didapatkan dosis pada tikus yaitu 0,27 mg. Dosis tersebut diturunkan setegahnya menjadi 0,135 mg dan dinaikan dua kali lipat menjadi 0,54 mg yang dilarutkan dalam akuades. Pemberian
35
kombinasi likopen dan zink dilakukan 30 menit sebelum diinduksi dengan gelombang elektromagnetik ponsel. Sehingga kombinasi likopen dan zink yang dimaksud di atas dibagi menjadi dosis 1= tomat 1,85 gr dan zink 0,54 mg, dosis 2= tomat 3,7 gr dan zink 0,27 mg, dosis 3= tomat 7,4 gr dan zink 0,135 mg 3.6.6
Induksi Radiasi Gelombang Elektromagnetik Radiasi gelombang elektromagnetik ponselmenggunakan ponsel dengan SAR=1,56 W/kg dilakukan dengan menggunakan kandang yang memiliki tempat khusus untuk menaruh ponsel selama proses pemaparan. Ponsel diletakkan dalam keadaan hidup berada di tengah-tengah kandang, lalu dilakukan panggilan telepon dengan menggunakan ponsel lainnya. Tikus dimasukkan ke dalam kandang tanpa dibatasi gerakan dan diberikan paparan sesuai dengan kelompok perlakuan.
3.6.7
Terminasi Hewan Coba Terminasi tikus dilakukan setelah perlakuan terakhir. Tikus diterminasi dengan cara cervical dislocation. Cara melakukan cervical dislocation terhadap tikus yaitu dengan meletakkan ibu jari dan jari telunjuk di setiap sisi leher pada dasar tengkorak untuk memberi tekanan ke bagian posterior dasar tulang tengkorak dan sumsum tulang belakang, sementara tangan lainnya pada bagian ekor lalu ditarik dengan cepat sehingga terjadi pemisahan vertebra servikal dari tengkorak dan terjadi pemisahan sumsum tulang
36
belakang dari otak. Setelah itu dilakukan pembedahan pada tikus untuk mengambil bagian ovariumnya (Ridwan, 2013). Dilanjutkan dengan memasukkan jaringan ovarium ke dalam tabung penyimpanan organ dan dimasukkan dalam lemari es dengan suhu sebesar -4oC selama 1 hari. Setelah itu, dimasukkan ke dalam upright freezer pada suhu -80oC (Atmaja, 2008) 3.6.8
Prosedur pembuatan slide a. Fixation 1. Memfiksasi spesimen berupa potongan organ ovarium yang dipilih segera dengan larutan pengawet formalin 10% 2. Mencuci dengan air mengalir b. Trimming 1. Mengecilkan organ menjadi 3 mm 2. Memasukkan potongan organ ovarium ke dalam embeding cassette c. Dehidrasi 1. Mengurangi kadar air dengan meletakkan embeding cassete pada kertas tisu 2. Berturut-turut melakukan perendaman organ ovarium dalam alkohol bertingkat 80% dan 95% masing-masing selama 1 jam d. Clearing Untuk membersihkan sisa alkohol, dilakukan clearing dengan xylol I, II, III masing-masing selama 1 jam
37
e. Impregnasi Impregnasi dengan menggunakan parafin I, II, III masingmasing selama 2 jam f. Embeding 1. Membersihkan sisa parafin yang ada dengan memanaskan beberapa saat di atas api dan usap dengan kapas 2. Menyiapkan parafin cari dengan memasukkan parafin ke dalam cangkir logam dan memasukkan ke dalam oven dengan suhu di atas 58oC 3. Menuangkan parafin ke dalam cairan pan 4. Memindahkan satu per satu dari embeding cassete ke dasar pan dengan mengatur jarak satu dengan lainnya 5. Memasukkan pan ke dalam air 6. Melepaskan parafin yang berisi potongan ovarium dari pan dengan memasukkan ke dalam suhu 4-6oC beberapa saat 7. Memotong parafin sesuai dengan letak jaringan yang ada menggunakan scapel hangat 8. Meletakkan pada blok kayu, ratakan pinggirnya dan buat sedikit meruncing 9. Memblok parafin siap dipotong dengan mikrotom g. Cutting 1. Melakukan pemotongan pada ruangan dingin 2. Sebelum memotong, mendinginkan blok terlebih dahulu
38
3. Melakukan
pemotongan
kasar,
dilanjutkan
dengan
pemotongan halus dengan ketebalan 4-5m 4. Memilih
lembaran
potongan
yang
paling
baik,
mengapungkan pada air dan menghilangkan kerutannya dengan cara menekan salah satu sisi lembaran jaringan tersebut dengan ujung jarum dan sisi yang lain ditarik menggunakan kuas runcing 5. Memindahkan lembaran jaringan ke dalam water bath selama beberapa detik sampai mengembang sempurna 6. Dengan gerakan menyendok mengambil lembaran jaringan tersebut dengan slide bersih dan menempatkan di tengah atau sepertiga bawah ata atas, jangan sampai ada gelembung udara di bawah jaringan 7. Menempatkan slide yang berisi jaringan pada inkubator suhu 37oC selama 24 jam sampai jaringan melekat sempurna (Wibhisono et al, 2014) 3.6.9
Prosedur Pewarnaan a. Larutan hematoksilin Timbang ekstrak hematoksilin 1 gram, potasium alumunium sulfat sebanyak 50 mg dan sodium iodida 0,2 gram dilarutkan dalam 1 liter akuades menggunakan alat pengaduk dengan sedikit dipanaskan, kemudian disimpan satu malam dalam temperatur ruangan. Keesokan harinya larutan tersebut
39
ditambahkan asam sitrat sebanyak 50 gram dan chloral hydrate 50 gram b. Larutan eosin Timbang serbuk eosin Y 7,5 gram, erythrosin 7,5 gram dan calcium chloride 2,5 gram dilarutkan dalam 1 liter akuades kemudian disaring c. Proses pewarnaan Preparat yang akan diwarnai diletakkan pada rak khusus dan dicelupkan secara berurutan ke dalam larutan. Preparat diangkat satu persatu dari larutan dalam keadaan basah diberi satu tetes cairan perekat dan selanjutnya ditutup dengan kaca penutup .
3.8
Analisis Statistika Analisis statistika yang digunakan untuk mengolah data adalah analisis bivariat. Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan uji statistik. Analisis hasil penelitian diawali dengan uji normalitas untuk melihat apakah sampel terdistribusi normal atau tidak menggunakan uji Shapiro-Wilk karena sampel ≤50. Kemudian dilakukan uji One Way ANOVA jika data terdistribusi normal. Jika data tidak terdistribusi normal atau non parametrik, maka menggunakan uji Kruskal-Wallis. Hipotesis
40
dianggap bermakna apabila p<0,05. Jika pada uji One Way ANOVA atau Kruskal-Wallis menghasil p<0,05 dilanjutkan dengan analisis data Posthoc LSD untuk mengetahui perbedaan antar kelompok perlakuan.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan Pada penelitian ini didapatkan kesimpulan yaitu terdapat pengaruh bermakna pemberian kombinasi tomat dan zink terhadap jumlah oosit tikus putih
betina
galur
Sprague
dawley
yang
diinduksi
gelombang
elektromagnetik radiasi ponsel
5.2
Saran 1. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini menggunakan antoksidan sebagai penghambat stres oksidatif dengan dengan dosis efektif pemberian tomat dan zink 2. Bagi masyarakat, diharapkan dapat lebih bijaksana dalam menggunakan telepon seluler baik sebagai alat komunikasi, alat berinteraksi sosial, bermain games dll. 3. Bagi masyarakat, diharapkan dapat mengkonsumsi buah-buahan yang kaya akan likopen, vit C untuk menangkal radikal bebas yang terpapar dalam tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Agarwal S, Rao AV. 2000. Tomato lycopene and itsrole in human health and chronic diseases.CMAJ.163:739-744. Almatsier S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. American Academy of Pediatrics, 2006. Menstruation in Girls and Adolescents: Using the Menstrual Cycle as a Vital Sign, Official Journal of The American Academy of Pediatrics.118(5) Anies. 2006. SUTET, Potensi Gangguan Kesehatan Akibat Elektromagnetik SUTET. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Radiasi
Anies MKP. 2009. Cepat Tua Akibat Radiasi? Pengaruh Radiasi elektromagnetik dan Berbagai Peralatan Elektronik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Ardhie AM. 2011. Radikal Bebas dan Peran Antioksidan dalam Mencegah Penuaan. Medicinus. 24(1):4-9 Atmaja DA.2008. Pengaruh ekstrak kunyit terhadap gambaran mikroskopik mukosa lambung mencit balb/c yang diberi parasetamol. Artikel ilmiah. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Breen KM, Karsch FJ. 2004. Does Cortisol Inhibit Pulsatile Luteinizing Hormone Secretion at the Hypothalamic or Pituitary Level? Endocrinology. 145(2): 692–698. Bresson J, Flynn A, Heinonen M, Hulshof K, Korhonen H, Løvik M, Verhagen H. 2008. Safety of ‘ Lycopene Cold Water Dispersible Products from Blakeslea Scientific Opinion of the Panel on Dietetic Products , Nutrition and Allergies.The EFSA Journal. 893:1–15. Dalimartha S. 2007. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Trubus Agriwidya. Dewanti T, Rukmi DW, Nurcholis M, Maligan JM. 2010. Buku Aneka Produk Olahan Tomat dan Cabe. Malang: Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya
58
Donatus IA, Suhardjono D, Nurlaila, Sugiyanto, Hakim L, Wahyono D, et al.1992. Petunjuk Praktikum Toksikologi, Edisi ke-1. Yogyakarta:Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada Fakultas Kedokteran Hewan UGM. 2006. Tikus Laboratorium. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Febrianti RV, Wahyuningsih, I. 2013 . Ibuprofen−polivinilpirolidon (pvp) pada tikus putih jantan ulcerogenic effect of ibuprofen solid dispersion in rats male. Journal of Pharmaciana.3(2):29–36 Guyton AC, Hall J. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi Ke 9 (Terjemahan). Jakarta: EGC. Hartoyo A. 2003. Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan. Yogyakarta: Kanisius. Halliwell B. 2006. Reactive spesies and antioxidants: Redox biology is a fundamental theme of aerobic life. Plant Physiol. 141:312-322 Halliwell B, Whiteman M. 2004. Measuring reactive species and oxidative damage in vivo and in cell culture: how should you do it and what do the results mean? Br J Pharmacol. 142(2): 231–255. Health V. 2006. Seluk Beluk Food Suplemen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Jeyaratnam J, Koh D. 2009. Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja. (R. N. E. Sihombing & P. Widyastuti, Eds.). Jakarta: EGC. Journal TE. 2005. Opinion of the Scientific Panel on Food Additives, Flavourings, Processing Aids and Materials in Contact with Food on a request from the Commission related to an application on the use of α -tocopherol containing oil suspensions and cold water dispersib. 1–17. Karlina Y. 2003. Siklus Estrus dan Struktur Histologis Ovarium Tikus Putih (Rattus norvegicus) Setelah Pemberian Alprazolam. [skripsi]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Kartono K, Gulo D. 2003. Kamus Psikologi. Bandung: Pionir Jaya. Kevin C, Kregel, Hannah J, Zhang. 2006. An integrated view of oxidative stress in aging: basic mechanisms, functional effects, and pathological considerations. Am J Physiol Regul Integr Comp Physiol. 292(1):18-36 Kosasih E, Tony S, Hendro H. 2006. Peran Antioksidan pada Lanjut Usia. Jakarta: Pusat Kajian Nasional Masalah Lanjut Usia.
59
Kusumo MG. 2014. Pengaruh Pemberian Vitamin C Dan Zinc Terhadap Jumlah Sperma Mencit Balb/C Yang Terpapar Asap Rokok [skripsi]. Surakarta: Univeritas Muhammadiyah Surakarta Lee LK, Chen PCY, Lee KK, Kaur J. 2006. Menstruation among adolescent girls in Malaysia: a cross-sectional school survey. Singapore Med J. 47(10):869874 Matthiesen SMS, Frederiksen Y, Ingerslev HJ, Zachariae R. 2011. Stress, distress and outcome of assisted reproductive technology (ART): A meta-analysis. Human Reproduction, 26(10):2763–2776. Maulida D, Zulkarnaen N. 2010. Ekstraksi Antioksidan (Likopen) Dari Buah Tomat Dengan Menggunakan Solven Campuran n-Heksana, Aseton dan Etanol.[Skripsi]. Semarang: Universitas Dipenogoro Maysara R, Yuliani S. 2011. Efek Likopen Terhadap Tikus Putih Galur SD (Sprague dawley) yang diinduksi Parasetamol dengan Melihat Aktivitas SGPT Dalam Darah. Jurnal Ilmiah Kefarmasian. 1: 23 – 33. Merhi ZO. 2012. Challenging cell phone impact on reproduction: A Review. Journal of Assisted Reproduction and Genetics, 29(4):293–297. Moulder JE. 2004. Power lines and cancer. Diakses pada 20 April 2016. Tersedia dari: http://www.mcw.edu/gcrc/cop/powerlines-cancer-FAQ/toc.html Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. 2009. Biokimia Harper. (27th Ed.). Jakarta: EGC. Nepomnaschy PA, Welch K, McConnell D, Strassmann BI, England BG. 2004. Stress and female reproductive function: A study of daily variations in cortisol, gonadotrophins, and gonadal steroids in a rural Mayan population. Am J of Hum Biology. 16(5):523–532. Paik IK. 2001. Application of chelated minerals in animal production. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 14:191 – 198 Prasad AS. 2014. Zink is an antioxidant and anti-inflammatory agent: its role in human health. Frontiers in Nutrition. (1):1-10 Prasad S, Tiwari M, Pandey AN, Shrivastav TG, Chaube SK. 2016. Impact of stress on oocyte quality and reproductive outcome. J Biomed Sci. 23:36. Porrini M, Riso P. 2000. Lymphocyte lycopene concentration and DNA protection from oxidative damage is increased in women after a short period of tomato consumption. J Nutr.130:189-192.
60
Powers SK, Jackson MJ. 2008. Exercise-Induced Oxidative Stress: Cellular Mechanisms and Impact on Muscle Force Production. Physiol Rev. 88:1243-1276 Ridwan E. 2013. Etika pemanfaatan hewan percobaan dalam penelitian kesehatan. Jurnal Ikatan Dokter Indonesia. 63(3):112–116. Ruder EH, Hartman TJ, Goldman MB. 2009. Impact of oxidative stress on female fertility. Current Opinion in Obstetrics & Gynecology. 21(3):219–222. Sastroasmoro S, Ismael S. 2010. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis (3rd ed). Jakarta: Sagung Seto Sherwood L. 2011. Sistem Reproduksi. Dalam: Fisiologi Reproduksi Wanita Edisi Ke-6 (Terjemahan). Jakarta: EGC. Silalahi J. 2006. Makanan Fungsional. Yogyakarta: Kanisius. Suckow M, Weisbroth S, Franklin C. 2006. The laboratory rat. Edisi ke-2. Burlington: Elseveir Academic Press Sunarmani, Tanti K.2008. Parameter Likopen Dalam Standarisasi Konsentrat Buah Tomat.Penelitian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Sulistyowati Y. 2006. Pengaruh Pemberian Likopen terhadap status antioksidan (vitamin C, vitamin E dan gluthathion peroksidase) tikus putih (Rattus norvegicus galur Sprague dawley) hiperkolesterolemik. [tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro Susilo J. 2000. Pengaruh Vitamin C Terhadap Absorbsi Zinc Secara In Vitro. PhD Thesis. Swamardika IBA. 2009. Pengaruh Radiasi Gelombang Elektromagnetik Terhadap Kesehatan Manusia. Teknologi Elektro. 8(1):106–109. Tandung KK, Satiawati L, Wantow B. 2015. Pengaruh Pemberian Zink (Zn) Terhadap Kualitas Spermatozoa Wistar Jantan Dewasa (Rattus norvegicus) yang Diberikan Monosodium Glutamat (MSG). Jurnal E-Biomedik (eBM). 3(1):285–290. Tremallen K. 2008. Oxidative Stress and Male Infertility – A Clinical Perspective. Human Reproduction Update. 14(3):243-258 Valko M, Leibfritz D, Moncol J, Cronin MTD, Mazur M, Telser J. 2007. Review: Free radicals and antioxidants in normal physiological functions and human disease. Inter J Biochem Cell Biol. 39:44-84
61
Winarsi H, Muchtadi D, Zakaria FR, Purwanto A. 2005. Efek suplementasi Zn terhadap status imun wanita premenopause yang diintervensi dengan minuman isoflavon. 82-86 Winarsi HMS. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius. Wibhisono H, Busman H, Susantiningsih T. 2014. Efek protektif ekstrak etanol daun binahong (Anredera cordifolia) terhadap gambaran histopatologi lambung tikus putih galur Sprague dawley yang diinduksi etanol. Majority Journal, 3(6): 170−178. Widhyari SD. 2012. Peran Dan Dampak Defisiensi Zink (Zn) Terhadap Sistem Tanggap Kebal. Wartazoa. 22(3): 141-148