Jurnal Keperawatan & Kebidanan – Stikes Dian Husada Mojokerto
PENGARUH IMPLEMENTASI 10 LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN ASI PADA BAYI USIA 0-3 BULAN Niken Grah Prihartanti Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Minat Studi Kesehatan Ibu dan Anak Program Studi IKM Universitas Airlangga Email :
[email protected]
ABSTRAK Angka kematian bayi dan merupakan masalah di Indonesia. Peningkatan praktek pemberian ASI merupakan salah satu faktor kunci berkontribusi untuk menurunkan angka kematian bayi. Tapi, praktek pemberian ASI belum dilaksanakan serta kita harapkan. Oleh karena itu, kita harus menurunkan angka kematian bayi dengan meningkatkan status gizi masyarakat menggunakan program menyusui terus menerus. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain crosssectional. Penelitian ini menggunakan pelaksanaan program menyusui sebagai variabel independen dan perilaku ibu tentang praktek pemberian ASI pada bayi berusia 0-3 bulan sebagai variabel dependen. Perilaku ibu yang dievaluasi menggunakan pengetahuan, sikap, praktek, dan teknik menyusui. Penelitian ini menggunakan 58 responden yang dibagi menjadi kelompok pelaksanaan dan kelompok kontrol. Instrumen yang digunakan untuk evaluasi kuesioner dan daftar yang telah terbukti validitas dan reliabilitas periksa. Analisis data menggunakan uji chi-square dan fisher tepat jika tidak memenuhi persyaratan untuk uji chi-square. Pnilai untuk setiap aspek pengetahuan adalah 0,048 dan 0,033 sikap. Karena p <0,05 disimpulkan bahwa ada pengaruh pelaksanaan program menyusui pengetahuan dan sikap ibu tentang praktek pemberian ASI pada bayi berusia 0-3 bulan. Dengan pelaksanaan program menyusui, praktek pemberian ASI ibu juga akan meningkat. Ini akan mendukung keberhasilan sasaran ASI eksklusif.
Kata kunci: Program menyusui, pengetahuan dan sikap ibu
Hal 57
Jurnal Keperawatan & Kebidanan – Stikes Dian Husada Mojokerto
PENDAHULUAN Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih tinggi di Indonesia. Banyak faktor yang menyebabkan AKB tinggi di Indonesia antara lain faktor kesehatan anak, faktor lingkungan dan faktor nutrisi (Menkokesra,2012). Faktor nutrisi dapat diatasi salah satunya dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI). Peningkatan Pemberian ASI merupakan faktor kunci yang berkontribusi pada penurunan angka kematian anak (UNICEF 2009). Untuk itu pemerintah berupaya menekan angka kematian bayi dengan perbaikan gizi masyarakat melalui program pemberian ASI eksklusif (Menkokesra, 2012). Pemberian ASI eksklusif dari lahir sampai 6 bulan dan dilanjutkan sampai 2 tahun yang sesuai anjuran World Health Organization (WHO) diketahui dapat menurunkan kejadian kekurangan gizi pada bayi dan balita (UNICEF, 2002). Manfaat ASI bagi bayi antara lain : melindungi bayi dari infeksi, meningkatkan daya tahan tubuh bayi, membentuk sistem pencernaan yang sehat, dan meningkatkan kecerdasan. Berdasarkan telaah Entwistle, Kendall, (2010) terhadap beberapa hasil penelitian bahwa ASI tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan bayi, tetapi juga bagi ibu dan negara. Manfaat bagi ibu yakni membantu menurunkan berat badan, membantu uterus kembali ke ukuran normal lebih cepat dan mencegah perdarahan, mencegah kanker payudara serta merupakan metode kontrasepsi yang alami. Manfaat bagi Negara yakni untuk mendapatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, penghematan devisa untuk pembelian susu formula, serta menghemat subsidi untuk anak sakit dan obat-obatan (Depkes RI, 2001). Berbagai studi telah menunjukkan pentingnya pemberian ASI, akan tetapi cakupan ASI eksklusif belum memuaskan. Pemberian ASI eksklusif di Indonnesia pada tahun 2010 pada bayi 0 bulan adalah 39,8%. Pada bayi usia 1 bulan sebesar 32,5%, bayi usia 2 bulan 30,7%, bayi usia 3 bulan 25,2%, bayi 4 bulan sebesar 26% dan bayi usia 5 bulan sebesar 15,3% (Riskesdas, 2010). Data tersebut menunjukkan terjadi penurunan pemberian ASI eskslusif seiring dengan bertambahnya usia bayi. Hasil capaian pemberian ASI ekslusif di Propinsi Jawa Timur dan Kabupaten Jombang adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1 Cakupan ASI Ekslusif Tahun 20122013 di Propinsi Jawa Timur No Tahun Cakupan 1 2012 71,87% 2 2013 68,3% Target 80 % (Sumber : Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur tahun 2014) Tabel 1.2 Cakupan ASI Ekslusif Tahun 20132014 di Kabupaten Jombang No Tahun Cakupan 1 2013 79,42% 2 2014 76,91% Target 80 % (Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang tahun 2014) Data diatas menunjukkan bahwa cakupan pemberian ASI ekslusif belum terlaksana dengan baik. Di propinsi Jawa Timur, cakupan ASI eksklusif pada tahun 2012 sebesar 71,87% sedangkan pada 2013 menurun menjadi 68,3%. Angka tersebut semakin menjauhi dari target nasional yaitu sebesar 80%. Sama halnya yang terjadi di Propinsi Jawa Timur, cakupan ASI eksklusif di Kabupaten Jombang mengalami penurunan.Tahun 2013 cakupan ASI eksklusif kabupaten Jombang sebesar 79,42% dan pada tahun 2014 menurun menjadi 76,91% (Dinkes Kabupaten Jombang, 2014). Rendahnya pemberian ASI eksklusif dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain ibu, bayi dan lingkungan. Berdasarkan telaah Entwistle, Kendall, Mead (2010) terhadap beberapa hasil penelitian bahwa faktor ibu untuk memberikan ASI antara lain pengalaman, status social ekonomi, sikap ibu, dukungan dari peyedia layanan kesehatan, serta keyakinan diri ibu untuk memberikan ASI. Seorang ibu menyusui memerlukan persiapan yang cukup untuk menghadapi masa laktasi agar dapat menyusui bayinya. Oleh karena itu, ibu hamil perlu mendapatkan informasi yang cukup tentang perawatan kehamilan, manfaat menyusui, pengenalan tentang teknik menyusui yang benar, serta solusi bagi ibu bekerja agar dapat mencukupi kebtuhan ASI pada bayinya. Secara umum semua hal tersebut terangkum dalam sebuah program laktasi yang dijalankan oleh pemerintah untuk mendukung ASI ekslusif. Pemerintah melakukan serangkaian upaya yang harus dilakukan secara Hal 58
Jurnal Keperawatan & Kebidanan – Stikes Dian Husada Mojokerto
berkesinambungan oleh seluruh unsur masyarakat Indonesia. Upaya pemerintah ini tertuang dalam bentuk program 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM). Implementasi 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui adalah 1) membuat kebijakan tertulis tentang menyusui dan dikomunikasikan kepada staff pelayanan kesehatan; 2) melatih semua staff pelayanan dalam ketrampilan menerapkan kebijakan menyusui; 3) menginformasikan kepada semua ibu hamil tentang manfaat dan manajemen menyusui; 4) membantu ibu menyusui dini dalam 60 menit pertama persalinan; 5) membantu ibu cara menyusui dan mempertahankan menyusui meskipun ibu dipisah dari bayinya; 6) memberikan ASI saja kepada bayi baru lahir kecuali ada indikasi medis; 7) menerapkan rawat gabung ibu dengan bayinya sepanjang waktu (24 jam); 8) menganjurkan menyusui sesuai permintaan bayi; 9) tidak memberi dot/kempeng kepada bayi; 10) mendorong pembentukan kelompok pendukung ASI dan merujuk ibu kepada kelompok tersebut setelah keluar dari sarana pelayanan kesehatan tersebut (Kemenkes Kesehatan RI, 2010). Puskesmas Blimbing Gudo merupakan salah satu Peskesmas di Kabupaten Jombang yang mengutamakan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Ditunjukkan dengan implementasi program yang dijalankan yakni 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui. Dengan adanya implementasi program tersebut maka diharapkan dapat meningkatkan capaian ASI ekslusif di wilayah kerja Puskesmas Blimbing Gudo. Akan tetapi menurut studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di wilayah kerja pusksmas Blimbing Gudo, pada 4 orang yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu 2 orang bidan dan 2 orang ibu menyusui. Hasil studi pendahuluan peneliti pada bulan Maret 2015 di Puskesmas Blimbing Gudo, 2 orang bidan menginformasikan bahwa masih ada ibu yang memberikan bayi susu formula jika ASI belum keluar atau bayi menangis terus. Konseling ASI yang menjadi pelayanan aktif sudah dilaksanakan dengan diitunjang adanya pondok laktasi dan memiliki petugas konselor yang telah mengikuti pelatihan serta mengajarkan teknik menyusui pada ibu postpartum. Standar kebijakan tertulis terkait program 10 Langkah Keberhasilan Menyusui juga telah ada.
Hasil wawancara dengan 2 orang ibu postpartum menginformasikan bahwa pihak Puskesmas telah mengajarkan cara menyusui dan menginformasikan pada pihak keluarga untuk tidak memberikan susu formula pada bayinya. Akan tetapi ibu berencana akan memberikan susu formula pada bayinya dengan alasan tidak percaya diri bahwa ASI akan mencukupi kebutuhan bayinya. Alasan lain yang disampaikan oleh ibu postpartum tersebut ialah waktu cuti kerja yang telah usai sehingga ibu tidak mempunyai banyak waktu untuk menyusui bayinya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai implementasi 10 LMKM dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini melakukan pengambilan data pada variabel bebas yaitu implementasi 10 LMKM dan variabel terikat yaitu perilaku ibu dalam pemberian ASI pada bayi usia 0-3 bulan. Peneliti melakukan pengambilan data variabel bebas yaitu implementasi program 10 LMKM dan variabel terikat yaitu perilaku ibu dalam pemberian ASI pada bayi sia 0-3 bulan di wilayah kerja Puskesmas Blimbing Gudo. Peneliti menggunakan 2 kelompok subjek penelitian yakni sekelompok ibu yang pernah melahirkan di tempat persalinan dengan implementasi 10 LMKM dan sekelompok ibu yang melahirkan ditempat persalinan tidak mengimplementasikan 10 LMKM. Penelitian dilakukan mulai pada bulan Mei sampai dengan Juni 2015. Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki bayi berusia 0-3 bulan di wilayah kerja Puskesmas Blimbing Gudo yaitu sebanyak 105 ibu. Sampel adalah bagian dari jumlah atau karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: 1. Ibu yang memiliki bayi berusia 0-3 bulan; 2. Ibu yang pernah atau masih menyusui; 3. Ibu yang persalinannya di fasilitas kesehatan wilayah kerja Puskesmas Blimbing Gudo; 4. Ibu yang sehat jasmani dan rohani; 5. Ibu yang bersedia menjadi responden. Hal 59
Jurnal Keperawatan & Kebidanan – Stikes Dian Husada Mojokerto
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Ibu yang bayinya mengalami lahir mati; 2. Ibu yang menolak menjadi responden Berdasarkan kriteria inklusi yang terkumpul, maka peneliti menentukan besar sampel penelitian. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Besar sampel antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol jumlahnya sama. Dari hasil rumus penghitungan sampel diperoleh besar
sampel yaitu 28 responden untuk masing masing sampel. Sehingga jumlah keseluruhan sampel dalam penelitian ini yaitu 58 responden. Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah Implementasi 10 Langkah Menuju Kebrhasilan Menyusui. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Perilaku Ibu Dalam Pemberian ASI. Variabel confounding terhadap hasil penelitian ini yaitu : usia, pendidikan, pekerjaan, paritas, pendapatan keluarga.
HASIL PENELITIAN Perbedaan Pengetahuan Ibu Dalam Pemberian ASI Pada Bayi Usia 0-3 bulan di Puskesmas Blimbing Gudo Berdasarkan tabel 1.3 dapat dijelaskan bahwa proporsi ibu berpengetahuan baik lebih besar pada kelompok implementasi 10 LMKM dibandingkan ibu pada kelompok non 10 LMKM. Dari 29 ibu pada kelompok implementasi 10 LMKM sebanyak 17 ibu (58,6%) berpengetahuan baik. Dari 29 ibu pada kelompok non 10 LMKM sebanyak 23 ibu (79,3%) berpengetahuan cukup dan kurang. Berdasarkan hasil analisis uji Chi Square di dapatkan nilai p= 0,013 < α (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengetahuan ibu dalam pemberian ASI pada bayi usia 0-3 bulan melalui implementasi program 10 LMKM dan non program 10 LMKM di Wilayah Kerja Puskesmas Blimbing Gudo. Tabel 1.3 Perbedaan pengetahuan ibu dalam pemberian ASI pada bayi usia 0-3 bulan Implementasi 10 non program 10 LMKM Pengetahuan LMKM n % n % Kurang 6 20,7 11 37,9 Cukup 6 20,7 12 41,4 Baik 17 58,6 6 20,7 Total 29 100 29 100 P value = 0,013 Proporsi ibu berpengetahuan baik lebih besar pada kelompok implementasi 10 LMKM dibandingkan ibu pada kelompok non 10 LMKM. Ibu pada kelompok implementasi 10 LMKM mempunyai tingkat pengetahuan lebih tinggi dibandingkan tingkat pengetahuan ibu menyusui pada kelompok non 10 LMKM. Sebanyak 58,6% ibu pada kelompok 10 LMKM berpengetahuan baik, sedangkan pada ibu kelompok non 10 LMKM sebesar 79,3% berpengetahuan cukup dan kurang. Pengetahuan yang baik menjadi salah satu bekal bagi ibu dalam proses pemberian ASI. Ibu dengan pengetahuan yang baik berpotensi berperilaku positif bagi diri dan bayinya, serta tidak memberikan minuman ataupun makanan prelakteal di usia dini. Pengetahuan yang rendah akan berdampak terhadap pemberian minuman/makanan non ASI bagi bayinya. Perbedaan tingkat pengetahuan pada kelompok implementasi 10 LMKM dibandingkan kelompok non 10 LMKM tidak terlepas dari upaya Puskesmas Blimbing Gudo melalui programprogram pemberian pelayanan dasar kesehatan, antara lain yang relevan dengan ASI ekslusif adalah promosi ASI pada ibu dan keluarga. Perbedaan Sikap Ibu Dalam Pemberian ASI Pada Bayi Usia 0-3 bulan di Puskesmas Blimbing Gudo Berdasarkan tabel 1.4 dapat dijelaskan bahwa proporsi ibu yang memiliki sikap positif lebih besar pada kelompok implementasi 10 LMKM dibandingkan ibu pada kelompok non 10 Hal 60
Jurnal Keperawatan & Kebidanan – Stikes Dian Husada Mojokerto
LMKM. Dari 29 ibu pada kelompok implementasi 10 LMKM sebanyak 22 ibu (75,9%) yang memiliki sikap positif dalam pemberian ASI. Sedangkan diantara ibu kelompok non 10 LMKM , dari 29 ibu sebanyak 18 ibu (62,1%) memiliki sikap negatif dalam pemberian ASI. Berdasarkan hasil analisis uji chi square di dapatkan nilai x2 hitung= 7,030 > χ2 tabel ; p= 0,008 < α (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan sikap ibu dalam pemberian ASI pada bayi usia 0-3 bulan melalui implementasi program 10 LMKM dan non program 10 LMKM di Wilayah Kerja Puskesmas Blimbing Gudo. Tabel 1.4 Perbedaan Sikap ibu dalam pemberian ASI pada bayi usia 0-3 bulan Implementasi 10 LMKM non program 10 LMKM Sikap Ibu n % n % Negatif 7 24,1 18 62,1 Positif 22 75,9 11 37,9 Total 29 100 29 100 χ2 = 7,030 ; p = 0,008 Ditinjau dari sikap ibu dalam pemberian ASI, kelompok ibu menyusui di fasilitas kesehatan 10 LMKM memiliki proporsi ibu yang memiliki sikap positif lebih besar dibandingkan sikap ibu pada kelompok non 10 LMKM. Sebanyak 75,9% ibu memiliki sikap positif dalam pemberian ASI, sedangkan pada kelompok non 10 LMKM sebanyak 62,1% yang memiliki sikap negatif dalam pemberian ASI. Sikap ibu dalam pemberian ASI ekslusif akan berdampak pada sistem endokrin yang akan mempengaruhi perkembangan emosional anak. Sehingga anak-anak yang tidak mendapatkan ASI cenderung lebih berisiko terserang depresi dan masalah emosional lainnya. Sikap dapat digunakan untuk memprediksikan tingkah laku yang akan terjadi. Dengan demikian sikap dapat diartikan sebagai suatu predisposisi tingkah laku yang akan datang. Sikap positif yang dimiliki oleh seseorang khususnya ibu dalam pemberian ASI menjadi predictor kuat dalam pemberian ASI ekslusif. Sikap positif ibu dengan mengutamakan pertumbuhan dan perkembangan bayi hendaknya diterapkan dalam praktik menyusui sehingga diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak terutama dalam menurunkan Angka Kematian Bayi.
KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 25 Mei – 25 Juni 2015 di wilayah kerja Puskesmas Blimbing Gudo dapat disimpulkan sebagai bahwa karakteristik responden di wilayah kerja Puskesmas Blimbing Gudo proporsi terbanyak merupakan ibu berusia 20-35 tahun yang memiliki tingkat pendidikan tinggi dengan jumlah anak lebih dari 1 dan berpenghasilan ≤ Rp. 1.500.000 tiap bulan. Selain itu, sebagian besar ibu adalah sebagai ibu bekerja. Implementasi program 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) di Puskesmas Blimbing Gudo telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Ada perbedaan pengetahuan dan sikap ibu dalam pemberian ASI antara kelompok ibu implementasi 10 LMKM dengan kelompok non 10 LMKM. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh implementasi 10 LMKM terhadap
pengetahuan dan sikap ibu dalam pemberian ASI pada bayi usia 0-3 bulan. SARAN 1. Bagi Institusi Puskesmas seharusnya melakukan tindak lanjut dengan memberikan pembinaan kepada seluruh petugas kesehatan. Setiap petugas kesehatan dalam mengimplementasikan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) harus memiliki pemahaman yang benar terkait menyusui bayi. Oleh karena itu, perlu adanya sosialisasi kepada setiap petugas kesehatan berupa workshop tentang 10 LMKM. Selain itu, Puskesmas diharapkan dapat melengkapi SOP (Standar Operasional Prosedur) atau kebijakan tertulis dalam pemberian asuhan kebidanan terkait menyusui kepada seluruh petugas kesehatan.
Hal 61
Jurnal Keperawatan & Kebidanan – Stikes Dian Husada Mojokerto
2. Bagi Tenaga Kesehatan Bidan Praktik Mandiri (BPM) sebagai sarana pelayanan kesehatan ibu dan anak seharusnya mampu menerapkan program 10LMKM. Bidan memegang peranan penting sebagai salah satu kunci sukses pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan kebidanan untuk mendukung keberhasilan menyusui yang berpengaruh terhadap pencapaian ASI ekslusif. Dengan dukungan para tenaga kesehatan di lingkungan puskesmas (dokter, bidan dan perawat) agar dapat disosialisasikan ke masyarakat, maupun ke fasilitas pelayanan kesehatan lainnya sehingga dapat mengoptimalkan asuhan maternal neonatal terutama di bidang laktasi. 3. Bagi Masyarakat Masyarakat diharapkan lebih memanfaat-kan sebaik-baiknya fasilitas pelayanan kesehatan untuk memperoleh kemudahan informasi kesehatan terutama ibu dan bayi. Masyarakat khususnya ibu menyusui diharapkan ebih memberikan ASI pada bayi dan melakukan perubahan perilaku yaitu mrubah kebiasaan-kebiasaan yang kurang tepat dalam proses menyusui dengan cara berusaha mencari informasi mengenai ASI atau mengikuti Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) yang berfungsi untuk memberikan motivasi dan pelatihan pada ibu selama masa menyusui. DAFTAR PUSTAKA Grah,Niken.2015.Pengaruh Implementasi 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui Terhadap Perilaku Ibu Dalam
Pemberian ASI Pada Bayi Usia 0-3 Bulan.Tesis.Universitas Airlangga. Departemen Kesehatan RI.2001. Panduan Manajemen Laktasi.Retrieved form http://www.depkes.go.id/ 2001/panduanmanajemen-laktasi.diunduh pada tanggal 03 Maret 2015 pukul 14:15. Entwistle,Kendall.2010.Breastfeeding supportthe importance of self efficacy for low income women.Maternal&Child Nutrition.228-242. Kementrian Kesehatan RI.2010.Strategi Peningkatan Makanan Bayi dan Anak (PMBA).Jakarta:KemenKes RI. Menkokesra. 2012.Perbaikan Gizi Kunci Utama Penekanan Angka Kematian Bayi dan Balita.Retrieved form http://www.menkokesra.go.id.diunduh pada tanggal 1 Maret 2015 pukul 13:50. Roesli, Utami.2000.Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Puspa Swara. United Nation Children’s Fund (UNICEF).2009.Baby-friendly ospital initiative revised,updated and expanded for integrated care.Genewa:UNICEFWHO United Nations Children’s Fund (UNICEF). 2002. Fact for life.New York:Author. WHO. 2001. The optimal durations of exclusive breastfeeding. New York: Nutrition
Hal 62