Pengaruh Ekstrak Akar Valerian (Valeriana officinalis L.) Terhadap Waktu Reaksi Sederhana (WRS) Pada Laki-Laki Dewasa Indra Wijaya*, Pinandojo Djojosoewarno**, Rosnaeni*** *Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung **Bagian Fisiologi Fakultas kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung ***Bagian Farmakologi Fakultas kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri No. 65, Bandung ABSTRAK Valerian (Valeriana officinalis L.) merupakan salah satu obat tradisional yang secara empiris digunakan sebagai obat penenang ringan dan untuk sulit tidur (insomnia). Bagian tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah akar (Valerianae radix). Akar valerian memiliki senyawa yang berefek depresi sistem saraf pusat (SSP). Depresi SSP akan memperpanjang waktu reaksi. Tujuan penelitian adalah untuk menilai pengaruh ekstrak akar valerian terhadap waktu reaksi sederhana (WRS) pada laki-laki dewasa. Desain penelitian ini bersifat eksperimental sungguhan, memakai Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan rancangan pre-test dan post-test, dilakukan terhadap 30 orang subjek penelitian. Data yang diukur adalah waktu reaksi untuk cahaya merah, kuning, hijau dan biru sebelum dan sesudah meminum ekstrak akar valerian dalam satuan detik. Pengukuran WRS dilakukan selama 60 menit dengan interval 15 menit. Analisis data menggunakan uji “t” berpasangan dengan α = 0.05. Kemaknaan berdasarkan nilai p < 0,05. Data diolah menggunakan perangkat lunak komputer. Hasil penelitian yang didapat adalah WRS sesudah minum ekstrak akar valerian untuk cahaya merah, kuning, hijau dan biru berturut-turut 0,155; 0,156; 0,154; 0,161 detik , lebih panjang daripada WRS sebelum minum ekstrak akar valerian 0,095; 0,098; 0,099; 0,109 detik dengan perbedaan sangat signifikan (p<0.01). Simpulan dari penelitian ini adalah ekstrak akar valerian memperpanjang WRS pada 30 orang laki-laki dewasa. Kata kunci : akar valerian, WRS, laki-laki ABSTRACT Valerian (Valeriana officinalis L.) is one of the traditional medicines that empirically used as mild sedative and for difficulty sleeping (insomnia). Part of plant that used as traditional medicine is the root (radix Valerianae). Valerian’s root has a compound that effecting central nervous system (CNS ) depression. CNS depression will extend reaction time. Research objective was to assess the effect of valerian root extract on simple reaction time on adult males. The research design was real experimental method, used Random Completed design, pre-test and post-test design and conducted on 30 research subjects. The measurements data were reaction time of red, yellow, green and blue light before and after drinking valerian root extract in seconds. Research time was 60 minutes with a 15 minute interval. Data analysis used the paired t-test with α = 0.05 using a computer software. The result shows that the simple reaction time head after drinking the valerian root extract for the red, yellow, green and blue light respectively 0.155; 0.156; 0.154; 0.161 seconds was much
longer than before drinking the valerian root extract which are 0.095; 0.098; 0.099; 0.109 seconds with very significant differences (p <0.01 ). The conclusion is valerian root extract extends the simple reaction time on 30 adult males. Keywords: valerian root extract, simple reaction time, male
PENDAHULUAN Waktu reaksi adalah waktu yang diperlukan seseorang untuk menjawab sesuatu rangsangan secara sadar dan terkendali, dihitung mulai saat rangsangan diberikan sampai dengan timbulnya respon dari subjek yang menerima rangsangan.1, 2 Waktu reaksi terdiri dari 2 jenis, yaitu Waktu Reaksi Sederhana (WRS) dan Waktu Reaksi Majemuk (WRM). Waktu reaksi seseorang merupakan hal penting yang dibutuhkan seseorang ketika melakukan suatu aktivitas yang memerlukan kosentrasi penuh, seperti saat berkendara di jalan dan faktor keamanan ketika seseorang bekerja di pabrik. Waktu reaksi dipengaruhi oleh intensitas stimulus, jenis stimulus, dan konsentrasi. Faktor lain yang juga mempengaruhi waktu reaksi adalah umur, jenis kelamin, latihan, kelelahan, alkohol, dan konsumsi obat-obatan.3 Obat-obatan berdasarkan bahan bakunya dapat dibedakan menjadi obat konvensional dan obat tradisional. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan 4 pengalaman. Obat tradisional dianggap memiliki efek samping yang lebih ringan dibandingkan obat konvensional, sehingga obat tradisional banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Obat tradisional telah diterima secara luas di negaranegara yang tergolong berpenghasilan rendah sampai sedang. Bahkan di beberapa Negara,
obat tradisional telah dimanfaatkan dalam pelayanan kesehatan formal. Hingga saat ini, obat tradisional masih menjadi pilihan masyarakat dalam mengobati diri sendiri. Presentase penduduk Indonesia yang pernah mengonsumsi jamu sebanyak 59,12% yang terdapat pada semua kelompok umur, laki-laki dan perempuan, baik di pedesaan maupun perkotaan. Penduduk Indonesia yang mengonsumsi jamu, sebesar 95,60% merasakan manfaatnya pada semua kelompok umur dan status ekonomi, baik di perdesaan maupun perkotaan.5 Valerian (Valeriana officinalis L.) merupakan salah satu obat tradisional yang secara empiris digunakan sebagai obat penenang ringan dan untuk sulit tidur (insomnia). Akar dari tanaman valerian (Valerianae radix) adalah bagian tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional.6 Akar valerian secara umum digunakan di Eropa Utara.7 Di Indonesia, sejak zaman dahulu masyarakat memanfaatkan akar valerian dengan cara direbus atau diseduh. Seiring dengan perkembangan zaman obat tradisional sudah mulai diproduksi secara modern, salah satunya bentuknya adalah sediaan kapsul. Manfaat dari akar valerian antara lain mengatasi : ansietas seperti gugup, gelisah, stress, sulit tidur; migrain, kaku kuduk; tekanan darah tinggi akibat stress dan ansietas; kejang.6 Penggunaan obat tidur akan menyebabkan seseorang menjadi tenang, kondisi ini akan memperpanjang waktu reaksi seseorang.3, 8 Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti pengaruh dari ekstrak akar
valerian terhadap waktu reaksi, dalam hal ini yang dilakukan adalah Waktu Reaksi Sederhana (WRS) pada laki-laki dewasa. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ialah untuk menilai pengaruh ekstrak akar valerian terhadap Waktu Reaksi Sederhana (WRS) pada laki-laki dewasa. BAHAN / SUBJEK DAN METODE PENELITIAN Desain penelitian adalah eksperimental sungguhan, memakai Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan rancangan pre-test dan posttest. Data yang diukur adalah Waktu Reaksi Sederhana (WRS) dalam satuan detik untuk cahaya merah, kuning, hijau dan biru, sebelum dan sesudah meminum kapsul ekstrak akar valerian. Pengukuran WRS dilakukan selama 60 menit dengan interval 15 menit. Analisis data dengan uji “t” berpasangan dengan α = 0.05. Kemaknaan berdasarkan nilai p < 0,05. Data diolah menggunakan perangkat lunak komputer. Alat : Chronoscope dengan lampu berwarna merah, kuning, hijau, dan biru Stopwatch Bahan : Ekstrak akar valerian (Valerianae radix) dalam bentuk kapsul, produksi pabrik jamu “B”, masingmasing kapsul mengandung 550 mg ekstrak etanol dari akar valerian Air mineral 250 ml
Subjek penelitian: Subjek penelitian 30 orang Mahasiswa Falkultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha yang dipilih dengan kriteria sebagai berikut : Kriteria inklusi : Jenis kelamin laki-laki Berusia 18-23 tahun Bersedia menjadi subjek penelitian secara sukarela dan menandatangani surat persetujuan penelitian yang telah disahkan oleh komisi etik FK UKM Kriteria ekslusi: Buta warna Sering mengonsumsi akar valerian, kopi, teh, pala, coklat, makanan dan minuman yang mengandung alkohol Sedang mengonsumsi obatobatan yang merangsang atau menghambat SSP Melakukan aktivitas yang berlebihan dan melelahkan sehari sebelum dan pada hari tes dilakukan. Persiapan Subjek Penelitian: Sehari sebelum test, subjek penelitian perlu memenuhi persyaratan: Tidak boleh melakukan aktivitas fisik yang berlebihan dan melelahkan; Harus cukup istirahat; Makan teratur; Tidak boleh mengonsumsi akar valerian, kopi, teh, coklat, makanan dan minuman yang mengandung alkohol, obat-obatan yang mengandung diazepam, anti
histamin, obat flu, dan obat hipnotik sedatif. Pada hari tes, subjek penelitian perlu memenuhi persyaratan: Tes dilakukan minimal 2 jam setelah makan ringan dan 4 jam setelah makan berat; Tidak boleh mengonsumsi akar valerian, kopi, teh, coklat, makanan dan minuman yang mengandung alkohol, obat-obatan yang mengandung diazepam, anti histamin, obat flu, dan obat hipnotik sedatif; Dilakukan pengukuran waktu reaksi pada ruangan yang tenang (tidak berisik). Prosedur Penelitian: 1. Subjek penelitian duduk istirahat selama 10 menit lalu meminum air mineral 250 ml. 2. Ukur WRS secara berturutturut untuk cahaya merah, kuning, hijau, dan biru masing-masing sebanyak 5 kali, lalu masing-masing diambil reratanya. 3. Subjek penelitian meminum 2 kapsul ekstrak akar valerian berserta air mineral 250 ml. 4. Setelah 15 menit ukur lagi WRS secara berturut-turut untuk cahaya merah, kuning, hijau, dan biru masingmasing sebanyak 5 kali,dan masing-masing diambil reratanya.
5. Setiap 15 menit kemudian, ukur lagi WRS secara berturut-turut untuk cahaya merah, kuning, hijau, dan biru masing-masing sebanyak 5 kali,dan masingmasing diambil reratanya sampai 60 menit.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Rerata WRS Pada Laki-laki Dewasa Untuk Warna Merah, Hijau, dan Biru Selama Pengamatan 60 Menit WRS (detik) Warna N thit Sebelum Sesudah Merah 30 0,095 0,155 -10,864 Kuning 30 0,098 0,156 -9,360 Hijau 30 0,099 0,154 -7,562 Biru 30 0,109 0,161 -7,821 Keterangan WRS : Waktu Reaksi Sederhana n : Jumlah subjek penelitian ** : Sangat signifikan (p < 0,01)
Kuning, p ,000** ,000** ,000** ,000**
Tabel 2 Hasil Uji t Berpasangan dari Rerata WRS Pada Laki-laki Dewasa Untuk Warna Merah, Kuning, Hijau, dan Biru Untuk Waktu 15 Menit WRS (detik) p Warna N thit Sebelum Sesudah Merah 30 0,095 0,119 -3,934 ,000** Kuning 30 0,098 0,120 -3,316 ,004** Hijau 30 0,099 0,123 -2,445 ,042* Biru 30 0,109 0,133 -4,191 ,000** Keterangan WRS : Waktu Reaksi Sederhana n : Jumlah subjek penelitian ** : Sangat signifikan (p < 0,01) * : Signifikan (p < 0,05) Tabel 3 Hasil Uji t Berpasangan dari Rerata WRS Pada Laki-laki Dewasa Untuk Warna Merah, Kuning, Hijau, dan Biru Untuk Waktu 30 Menit WRS (detik) p Warna n thit Sebelum Sesudah Merah 30 0,095 0,138 -6,682 ,000** Kuning 30 0,098 0,139 -5,193 ,000** Hijau 30 0,099 0,141 -5,884 ,000** Biru 30 0,109 0,144 -5,364 ,000** Keterangan WRS : Waktu Reaksi Sederhana n : Jumlah subjek penelitian ** : Sangat signifikan (p < 0,01)
Tabel 4 Hasil Uji t Berpasangan dari Rerata WRS Pada Laki-laki Dewasa Untuk Warna Merah, Kuning, Hijau, dan Biru Untuk Waktu 45 Menit WRS (detik) p Warna n thit Sebelum Sesudah Merah 30 0,095 0,172 -9,974 ,000** Kuning 30 0,098 0,166 -10,502 ,000** Hijau 30 0,099 0,161 -7,564 ,000** Biru 30 0,109 0,169 -6,892 ,000** Keterangan WRS : Waktu Reaksi Sederhana n : Jumlah subjek penelitian ** : Sangat signifikan (p < 0,01) Tabel 5 Hasil Uji t Berpasangan dari Rerata WRS Pada Laki-laki Dewasa Untuk Warna Merah, Kuning, Hijau, dan Biru Untuk Waktu 60 Menit WRS (detik) p Warna n thit Sebelum Sesudah Merah 30 0,095 0,192 -9,893 ,000** Kuning 30 0,098 0,200 -8,949 ,000** Hijau 30 0,099 0,191 -8,072 ,000** Biru 30 0,109 0,199 -7,020 ,000** Keterangan WRS : Waktu Reaksi Sederhana n : Jumlah subjek penelitian ** : Sangat signifikan (p < 0,01)
DISKUSI Waktu reaksi adalah waktu yang diperlukan seseorang untuk menjawab sesuatu rangsangan secara sadar dan terkendali, dihitung mulai saat rangsangan diberikan sampai dengan timbulnya respon dari subjek yang menerima rangsangan.1, 2 Salah satu faktor yang mempengaruhi waktu reaksi adalah kesadaran (arousal) atau keadaan sadar, termasuk ketegangan otot. Waktu reaksi menjadi cepat ketika kesadaran seseorang dalam tingkat menengah, dan akan menjadi lambat ketika seseorang teralu tenang atau terlalu tegang.3 Pada percobaan waktu reaksi dan aktivasi EEG didapatkan bahwa waktu reaksi pada saat kondisi tenang lebih panjang jika dibandingkan pada saat kondisi siaga.8 Kesadaran dan kewaspadaan berhubungan dengan keadaan terjaga, yang dipengaruhi oleh reticular formation yang terdapat pada batang otak dengan berbagai kelompok neuron yang mentransmisikan impuls aktivasi asending nonspesifik via thalamus ke area yang luas di otak bagian frontal : Ascending Reticular Activating (Arousal) System (ARAS). Perpindahan dari keadaan sadar ke tidur di pengaruhi oleh Ventrolateral Preoptic Nucleus (VLPO), ketika teraktivasi VLPO menyebabkan keadaan tidur dengan cara menghambat ARAS lewat neurotransmiter Gamma-aminobutyric Acid (GABA) dan galain.9 GABA merupakan neurotrasmiter yang disekresi oleh syaraf terminal didalam medula spinalis, cerebellum, basal ganglia, dan banyak area di cortex. GABA memiliki efek spesifik yaitu membuka anion channel, yang
menyebabkan sejumlah besar ion klorida berdifusi masuk sehingga terjadi akumulasi klorida. Akumulasi ion klorida menyebabkan penghambatan transmisi sinaptik.10 Masuknya ion klorida menyebabkan sel menjadi hiperpolarisasi sehingga sel lebih sulit untuk terangsang. Mekanisme ini digunakan didalam obat-obat anastesi seperti diazepam, sehingga terjadi penurunan kesadaran.11 Akar valerian mengandung banyak senyawa kimia, antara lain : Iridoid valepotriates (0.5% - 2.0%) Volatile essential oil (0.2 - 2.8%): valerenic acid Alkaloids (0.01 - 0.05%) Lignans: hydroxypinoresinol.12 Kandungan valepotriates dikaitkan dengan efek akar valerian pada sistem saraf pusat. Selain itu valerenic acid juga memiliki efek spasmolitik, relaksasi otot, dan menghambat pemecahan GABA di sistem saraf pusat. Alkaloid akar valerian dilaporkan mempunyai aktivitas cholinesterase. Sedangkan ligan hydroxypinoresinol diduga mengikat reseptor benzodiazepine di amygdala dan diperkirakan bekerja secara sinergis dengan bornyl acetate, valerenic acid, dan valepotriates dalam keseluruhan efek sedatif akar valerian.12 Efek klinis dari akar valerian disimpulkan berasal dari kombinasi berbagai senyawa aktif, bukan dari satu senyawa tertentu saja.13 Mekanisme kerja yang diduga menyebabkan efek sedasi dari akar valerian adalah peningkatan GABA pada synaptic cleft. Hal ini disebabkan karena ekstrak akar valerian menyebabkan pelepasan GABA dari akhiran syaraf otak dan
mengeblok penyerapan GABA 14 kembali ke sel syaraf. Sebagai tambahan, velerenic acid menghambat enzim 4-aminobutyrate transaminase yang akan menguraikan GABA.15 Ekstrak valerian juga mengandung sejumlah kecil kandungan GABA, namun kemampuan GABA ini untuk melintasi blood-brain barrier belum diketahui. Hasil rerata WRS yang diamati selama 60 menit, WRS sesudah mengonsumsi ekstrak akar valerian menunjukkan hasil lebih panjang daripada WRS sebelum mengonsumsi ekstrak akar valerian. Hasil ini tampak untuk semua warna yang diujikan seperti terlihat pada Tabel 1. Dari hasil uji t berpasangan menunjukkan adanya perbedaan yang sangat signifikan untuk warna merah, kuning, hijau, biru dengan nilai p<0,01. Tabel 2 menunjukkan hasil yang signifikan pada WRS menit ke-15 untuk warna hijau, serta perbedaan sangat signifikan untuk warna merah, kuning, dan biru. Hal tersebut disebabkan karena akar valerian akan meningkatkan jumlah GABA yang bersifat mendepresi SSP, sehingga akan memperpanjang waktu reaksi. Pada menit ke-30 sampai menit ke-60 didapatkan perbedaan yang sangat signifikan (p<0,01) untuk semua warna. Hal ini disebabkan karena lama kerja akar valerian adalah sekitar 4 jam.12 Hipotesis Penelitian adalah ekstrak akar valerian memperpanjang Waktu Reaksi Sederhana (WRS) laki-laki dewasa. Hal-hal yang mendukung adalah dari hasil uji t berpasangan untuk nilai p secara berturut-turut dari warna merah, kuning, hijau, biru
adalah 0,000; 0,000; 0,000; dan 0,000. Hal ini menunjukkan ada perbedaan yang sangat signifikan untuk warna merah, kuning, hijau, biru dengan nilai p<0,01. Dalam penelitian ini, WRS untuk warna merah, kuning, hijau, dan biru sesudah mengonsumsi ekstrak akar valerian lebih panjang daripada WRS untuk merah, kuning, hijau, dan biru sebelum mengonsumsi ekstrak akar valerian. Sedangkan hal-hal yang tidak mendukung tidak didapatkan. Oleh karena itu, hipotesis penelitian diterima dan teruji oleh data. SIMPULAN Ekstrak akar valerian memperpanjang Waktu Reaksi Sederhana (WRS) pada laki-laki dewasa. SARAN Bagi para pekerja yang membutuhkan konsentrasi dan kewaspadaan tinggi dalam perkerjaannya, contohnya : mengendarai mobil, motor, dan operator mesin disarankan untuk menghindari konsumsi ekstrak akar valerian sebelum bekerja. Untuk penelitian selanjutnya perlu dilanjutkan dengan waktu penelitian yang lebih lama dari 60 menit (misal 8-10 jam). Penelitian juga dapat dilanjutkan dengan membandingkan pengaruh berbagai konsentrasi ekstrak akar valerian terhadap waktu reaksi sederhana. Selain itu subjek penelitian dapat diganti menjadi perempuan dewasa.
DAFTAR PUSTAKA 1. Houssay. Human physiology. 2nd Edition. London : Mc Graw Hill Book , 1955. pp. 762-763, 839-840, 854-855. 2. Ganong, William F. Review of Medical Physiology. 23th. s.l. : Mc graw hill Lange, 2010. p. 160. 3. Kosinski, Robert J. [Online] September 2012. [Cited: January 10, 2013.] http://biae.clemson.edu/bpc/ bp/lab/110/reaction.htm. 4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003. PENYELENGGARAAN PENGOBATAN TRADISIONAL. [Online] 2003. [Cited: January 20, 2013.] http://www.gizikia.depkes.go .id/wpcontent/uploads/downloads/ 2011/03/KMK-No.-1076-Th2003-ttg-PenyelenggaraanPengobatan-Tradisional.pdf. 5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset kesehatan dasar. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2010. 6. Dalimartha, Setiawan. Atlas tumbuhan obat Indonesia jilid 4. Jakarta : Puspa Swara, 2006. pp. 112-113. 7. Houghton, P J. The scientific basis for the reputed activity of Valerian. J Pharm Pharmacol. [Online] May 1999. [Cited: January 16, 2013.] http://www.ncbi.nlm.nih.gov /pubmed/10411208.
8. Morgan, Clifford T. Physiological Psyhology. 3rd. Tokyo : McGraw-Hill Kogakusha, Ltd, 1965. p. 351. 9.Silbernagl, Stefan and Despopoulos, Agamemmon. Color Atlas of Physiology. 6th. New York : Thieme, 2009. pp. 338-340. 10. Guyton, Arthur C. and Hall, John E. Textbook of Medical Physiology. 11th edition. Philadelphia, Pennsylvania : Elsevier Saunders, 2006. p. 563; 567. 11. Saladin, Kenneth S. Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function. 3rd. s.l. : McGraw-Hill, 2003. p. 629. 12. Kemper, Kathi J. Longwood Herbal Task Force. [Online] December 15, 1999. [Cited: January 16, 2013.] http://www.longwoodherbal. org/valerian/valerian.pdf. 13. Tyler, VE. Herbs of choice : the therapeutic use of phytomedicinals. New York : Pharmaceutical Products Press, 1994. p. 209. Vol. xvi. 14. Santos MS, Ferreira F, Cunha AP, Carvalho AP, Macedo T. An aqueous extract of valerian influences the transport of GABA in synaptosomes. Planta Medica. 1994, Vol. 60, pp. 278279. 15. Morazzoni, P and Bombardelli, E. Valeriana officinalis: traditional use and recent evaluation of activity. Fitoterapia. 1995, Vol. 66, pp. 99-112.