PENGARUH EDUKASI METODE CERAMAH TERHADAP PERILAKU PERAWATAN DIRI PASIEN DIABETES MELITUS Saifudin Zukhri, Anissa Nur Falaq ABSTRAK Keberhasilan edukasi pada pasien diabetes mellitus dipengaruhi oleh metode, pemberi, lingkungan, kesiapan, intelegensi, dan motivasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas edukasi metode ceramah terhadap pengendalian kadar gula darah penderita diabetes mellitus di Puskesmas Ngawen. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (quasi eksperimen) dengan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling didapatkan 40 penderita yang dibagi menjadi kelompok eksperimen dan kontrol. Instrumen yang digunakan adalah satuan acara penyuluhan (SAP), leaflet, slide dan instrument perawatn diri pasien DM. . Uji statistic menggunakan paired t-test dan independent t-test. Hasil pengukuran perilaku perawatan diri pada kelompok perlakuan adalah 4 (20 %) cukup, dan 16 (80 %) kurang, pada kelompok control 5 (25 5) cukup dan 15 (75 %) kurang. Satu bulan setelah diberikan edukasi didapatkan bahwa pada kelompok perlakuan 3 (15 %) memilki perilaku yang baik, 10 (50 %) baik dan 7 (35 %) kurang. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada yang berperilaku baik, 6 (30%) cukup dan 14 (70%) kurang.,p value 0,026 (P value< α [0,05]). Kesimpulan ada pengaruh edukasi menggunakan metode ceramah terhadap perilaku perawatan diri pada penderita diabetes mellitus. Kata kunci : Diabetes mellitus, edukasi, perawatan diri.
Saifudin Zukhri, Annisa Nur Falaq *, Pengaruh Edukasi Metode Ceramah … 23
I.
PENDAHULUAN Diabetes mellitus merupakan kelainan metabolic kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah (hipergilkemi) akibat tidak efektifnya produksi danatau kerja insulin. Pengelolaan pasien diabetes mellitus diarahkan untuk mengendalikan kadar gula dalam batas yang normal sehingga dappat mencegah terjadinya komplikasi baik akut maupun kronis. Untuk mengendalikan kadar gula darah yang normal PERKENI menetapkan empat pilar dalam penatalaksanaan diabetes mellitus yaitu edukasi, perencanaan makan (diet), latihan jasmani (olahraga) dan intervensi farmakologis. Edukasi (pendidikan kesehatan) merupakan upaya untuk merubah perilaku kearah yang sesuai dengan prinsip-prinsip perwatan penyakit. tu cara untuk mengendalikan kadar glukosa darah yaitu edukasi. edukasi menggunakan metode ceramah adalah pendidikan mengenai pengetahuan dan keterampilan bagi penderita diabetes mellitus yang diberikan melalui penuturan secara lisan pada sekolompok dengan tujuan merubah perilaku yang diperluhkan dalam mencapai keadaan optimal dan meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Keberhasilan edukasi pasien DM dipengaruhi oleh bebrapa factor, seperti metode, pemebri edukasi, kesiapan pasien, intelegensi, memori, kepercayaan, fasilitas dan motivasi. Data di Puskesmas Ngawen jumlah penderita diabetes mellitus tahun 2014 sebanyak 262 jiwa (2,02%) dan mengalami beberapa komplikasi seperti 5 jiwa (1,9%) dari 262 jiwa mengalami hipertensi, 2 jiwa (0,76%) dari 262 jiwa mengalami gagal ginjal, 2 jiwa (0,76%) dari 262 jiwa mengalami ulkus kaki, 1 jiwa (0,36%) dari 262 jiwa mengalami ketoasidosis diabetic (KAD) dan 1 jiwa (0,36%) dari 262 jiwa mengalami gangguan pengelihatan. Di Puskesmas Ngawen sudah ada Program Penyakit Kronis (Prolanis) untuk penyakit diabetes mellitus yang diikuti 20 penderita diabetes mellitus. Program Penyakit Kronis (Prolanis) tidak dapat berjalan secara optimal karena ada beberapa kendala yang dihadapi diantaranya rendahnya partisipasi masyarakat, kurang Sumber Daya Manusia (SDM) di Puskesmas, kurang dana, pergantian pemimpin dan beban kerja yang tinggi dari penanggung jawab program. Dengan demikian, apakah edukasi dapat meningkatkan pengendalian kadar gula darah pada pasien DM di Puskesmas Ngawen perlu dilakukan penelitian.
24 MOTORIK, VOL .11 NOMOR 22, FEBRUARI 2016
II. METODE PENELITIAN Desain penelitian menggunakan eksperimen semu (quasi-eksperimen) dengan pendekatan waktu cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Ngawen Kabupaten Klaten pada tanggal2-27 Juli 2015. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh penderita diabetes mellitus di Puskesmas Ngawen sebanyak 262 penderita. Sampel penelitian sebanyak 40 responden yang diperoleh denganl menggunakan purposive sampling.Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah penderita diabetes mellitusyang bersedia menjadi responden, bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Ngawen, Kabupaten Klaten, diabetes mellitusTipe 2,, kadar gula darah puasa ≥ 120 mg/dl , berusia antara 40-60 tahun dan bersedia puasa minimal 8 jam sebelum dilakukan pemeriksaan.Sedangkan untuk kriteria eksklusi adalah Penderita diabetes mellitus yang tidak hadir saat pengambilan data, mempunyai kadar glukosa darah normal dan memiliki komplikasi sehingga mengganggu penelitian. Jalannya penenlitian digambarkan sebagai berikut : Populasi (262) Kriteria inklusi Sampel (40)
Kelompk Perlakuan (20)
Kelompk Kontrol (20)
Periksa gula darah Pengukuran perilaku perawatan
Periksa kadara gula darah Pengukuran perilaku perawatan
Edukasi + leaflet
Diberi Leaflet Satu bulan kemudian
Pemeriksaan gula darah puasa Pengukuran perilaku perawatan
Pemeriksaan gula darah puasa Pengukuran perilkau perawatan
Saifudin Zukhri, Annisa Nur Falaq *, Pengaruh Edukasi Metode Ceramah … 25
Pengumpulan Dan Analisis Data Data yang dikumpulkan meliputi biodata (usia, jenis kelamin, pendidikan), kadar gula darah puasa, dan perilaku perawatn pasien DM. Kadar gula darahwatn pasien diperiksa dengan menggunakan alat glucometer digital, perilaku perawatan diukur dengan menggunakan kuisioner perilaku perawatan DM yang dikembangkan dari panduan perawatn pasien DM dari PERKENI. Analisis data Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji statistik. Analisa univariat dilakukan dengan menggunakan analisis distribusi frekuensi. Analisa bivariat untuk mengetahui pengaruh edukasi menggunakan metode ceramah terhadap perilaku dan kadar glukosa darah menggunakan uji Shapiro wilk, paired t-test dan independent t-testdengan Confidence Interval 95%. III. HASIL Berdasarkan pengumpulan data yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut : 1. Biodata Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Puskesmas Ngawen Kabupaten Klaten Tahun 2015 (n=40) Variabel Usia 41-45 tahun 46-50 tahun 51-55 tahun 51-60 tahun Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan SD SMP SMA Pekerjaan Tidak bekerja Buruh Swasta
Kel Eksperimen F %
Kel Kontrol F %
1 3 8 8
5 15 40 40
1 5 6 8
5 25 30 40
7 13
35 65
8 12
40 60
9 6 5
45 30 25
8 6 6
40 30 30
11 6 3
55 30 15
11 4 5
55 20 25
P value
0,666
0,752
0,710
0,460
26 MOTORIK, VOL .11 NOMOR 22, FEBRUARI 2016
2. Perilaku Perawatan Pasien DM dan Kadar Gula darah Tabel 2.Perilaku perawatn dan kadarbgula darah sebelum dan setelah edukasi. Variabel Pretest Perilaku Baik Cukup Kurang Posttest Perilaku Baik Cukup Kurang Pretest KGD Baik Sedang Buruk Posttest KGD Baik Sedang Buruk Jumlah
Perlakuan f %
f
Kontrol %
4 16
0 20 80
5 15
0 25 75
3 10 7
15 50 35
6 14
0 30 70
20
0 0 100
20
0 0 100
3 9 6 20
15 45 30 100
3 17 20
0 15 85 100
p value
0,666
0,026
0,573
0,012
(Sumber: data primer,2015) Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan distribusi responden berdarkan usia kelompok eksperimen sebagian besar berusia 51-60 tahun (80%) dengan jenis kelamin sebagian besar perempuan sebanyak 13 responden (65%) dengan tingkat pendidikan sebagian besar SD sebanyak 9 responden (45%) dan pekerjaan sebagian besar tidak bekerja sebanya 11 responden (55%). Sedangkan kelompok kontrol sebagian besar berusia 56-60 tahun (40%) dengan jenis kelamin sebagian besar perempuan sebanyak 12 responden (60%) dengan tingkat pendidikan sebagian besar SD sebanyak 8 responden (40%) dan pekerjaan sebagian besar adalah tidak bekerja senayak 11 responden (55%). Nilai P value pada variabel usia, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan(P value> α [0,05]) sehingga data bersifat homogen atau sejenis. Pada pengukuran pretest perilaku kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebagian besar kurang sebanyak 16 responden (80%) dan 15 responden (75%) dengan nilai p value 0,666 (P value> α [0,05])
Saifudin Zukhri, Annisa Nur Falaq *, Pengaruh Edukasi Metode Ceramah … 27
sehingga data bersifat homogen atau sejenis. Sedangkan pada pengukuran posttest kelompok eksperimen sebagian besar cukup sebanyak 10 responden (50%) dan kelompok kontrol sebagian besar adalah kurang sebanyak 14 responden (70%) dengan nilai p value 0,026 (P value< α [0,05]) sehingga data bersifat tidak homogen atau tidak sejenis Pada pengukuran pretest kadar glukosa darar (KGD) kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah buruk sebanyak 20 responden (100%) dengan nilai p value 0,573 (P value> α [0,05]) sehingga data bersifat homogen atau sejenis. Sedangkan pada pengukuran posttest kelompok eksperimen sebagian besar sedang sebanyak 9 responden (45%) dan kelompok kontrol sebagian besar buruk sebanyak 17 responden (85%) dengan nilai p value 0,012 (P value< α [0,05]) sehingga data bersifat tidak homogen atau tidak sejenis. Analisa Bivariat Analisis bivariat adalah analisa yang digunakan untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi menggunakan metode ceramah terhadap pengandalian kadar glukosa darah. Hasil analisa bivariat adalah sebagai berikut: Tabel 3 Pengaruh Edukasi Menngunakan Metode Ceramah Terhadap Pengendalian Kadar Glukosa Darah (KGD) di Puskesmas Ngawen Kabupaten Klaten Tahun 2015 (n=40) No
Variabel
1.
Perilaku
2.
KGD
Kel Eks Kontrol Eks Kontrol
N 20 20 20 20
Mean 63,35 56,25 152,80 178,60
SD 12,330 11,589 37,659 40,569
t hitung
P value
2,876
0,000
2,084
0,000
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan hasil uji statistic rata-rata perbedaan perilaku pada kelompok eksperimen sebesar 63,35 sedangkan kelompok kontrol nilai rata-rata lebih rendah sebesar 56,25. Nilai rata-rata kadar glukosa darah (KGD) pada kelompok eksperimen sebesar 152,80 sedangkan pada kelompok kontrol nilai rata-rata lebih tinggi sebesar 178,60. Hasil uji analisis t-test diperoleh nilai t hitung sebesar 2,876 dan 2,084 dimana t tabel 1,7829 (t hitung > t tabel) dan nilai p value 0,000 dimana p < (α=0,05) sehingga menunjukkan ada perbedaan perilaku dan kadar glukosa darah pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disimpulkan bahwa edukasi menggunakan metode ceramah efektif terhadap pengendalian kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus di Puskesmas Ngawen Kabupaten Klaten.
28 MOTORIK, VOL .11 NOMOR 22, FEBRUARI 2016
IV. PEMBAHASAN 1. Karakteristik responden Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa karakteristik usia pada kelompok eksperimen rata-rata berusia 54,35 tahun sedangkan pada kelompok kontrol 53,65 tahun. Pertamabahan usia akan diikuti perubahan anatomi dan fungsi sistem organ. Hati dan pancreas mengecil, sehingga terjadi penurunan kapasitas menyimpan dan mensintesis protein pada enzim pencernaan. Hal ini berdampak penurunan sensitivitas insulin terhadap kadar glukosa darah. Setelah usia 40 tahun kadar glukosa darah meningkat 1-2 mg/dl/tahun pada saat kadar glukosa darah puasa dan 5,613 mg/dl/tahun pada kadar glukosa darah sewaktu. Karakteristik jenis kelamin pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebagian besar perempuan sebanyak 13 responden (65%) dan 12 responden (60%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Irawan (2010) menyatakan bahwa Perempuan lebih berisiko terkena diabetes mellitus karena secara fisik perempuan memiliki peluang peningkatanindeks massa tubuh yang lebih besar.Proses hormonal seperti sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome) dan pasca-menopouse membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi sehingga sensitivitas tubuh terhadap insulin kurang menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah. Karakteristik tingkat pendidikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebagain besar adalah SD sebanyak 9 responden (45%) dan 8 responden (40%). Pendidikan dapat mempengaruhi pola pandang penderita untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan.Pendidikan berhubungan dengan perilaku dalam melakukan pengendalian terhadap kadar glukosa darah agar tetap stabil. Karakteristik pekerjaan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebagaian besar adalah tidak bekerja sebanyak 11 responden (55%) dan 11 responden (55%).Jenis pekerjaan mempengaruhi tingkat aktivitas fisik yang dilakukan. Aktivitas fisik dapat meningkatkan sensitivitas jaringan sehingga mengurangi kebutuhan insulindan menurunkan kadar glukosa darah. Jika responden tidak melakukan aktivitas fisik maka sensitivitas jaringan menurun sehingga menimbulkan diabetes mellitus.
Saifudin Zukhri, Annisa Nur Falaq *, Pengaruh Edukasi Metode Ceramah … 29
2. Perbedaan perilaku dan kadar glukosa darah pada kelompok eksperimen Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa kelompok eksperimen rata-rata perilaku pada pengukuran pretest adalah 53,20 dan pada pengukuran posttest setelah diberikan edukasi menggunakan metode ceramah meningkat menjadi 63,55 dengan nilai p value sebesar 0,000 (P value< α [0,05]) dan rata-rata kadar glukosa darah pada pengukuran pretest adalah 190,65 dan pada pengukuran posttest setelah diberikan edukasi menggunakan metode ceramah kadar glukosa darahmenurun menjadi 143,20 dengan t hitung sebesar 11,210 dengan nilai p value sebesar 0,000 (P value< α [0,05]) hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan perilaku dan kadar glukosa darah (KGD) responden sebelum dan sesudah diberikan edukasi menggunakan metode ceramah pada kelompok eksperimen. Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas individu yang dilakukan untuk menjaga kesehatan. Edukasi merupakan salah satu cara untuk merubah perilaku sehingga dapat mengendalikan kadar glukosa darah. Edukasi menggunakan metode ceramah adalah pendidikan mengenai pengetahuan dan keterampilan bagi penderita diabetes mellitus yang diberikan melalui penuturan secara lisan pada sekolompok dengan tujuan merubah perilaku yang diperluhkan dalam mencapai keadaan optimal dan meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Hasil ini sejalan dengan penelitian Yosephin (2013) menyatakan bahwa edukasi menggunakan metode ceramah dapat meningkatkan pengetahuan yang digunakan penderita dalam melakukan perawatan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Perubahan perilalu penderita diabetes mellitus dapat mengendalikan kadar glukosa darah. Pengendalian kadar glukosa darah adalah pemantauan status metabolic yang digunakan untuk menilai pengobatan sehingga mencegah terjadinya penyakit kronis dan mengetahui kadar glukosa darah. Hal ini sejalan dengan penelitian Sukratini (2011) menyatakan bahwa edukasi menggunakan metode ceramah dapat meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan dalam melakukan perawatan sehingga dapat menurunkan kadar glukosa darah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Apriliska (2012) menyatakan bahwa edukasi menggunakan metode ceramah dapat meningkatkan pengetahuan sehingga dapat merubah perilaku penderita untuk melakukan tindakan yang dapat menurunkan kadar glukosa darah.
30 MOTORIK, VOL .11 NOMOR 22, FEBRUARI 2016
3. Perbedaan perilaku dan kadar glukosa darah pada kelompok kontrol Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol rata-rata perilaku responden pada pengukuran pretest adalah 53,35 dan pada pengukuran posttest setelah diberikan leaflet sedikit meningkat menjadi 54,05 dengan nilai p value sebesar 0,723 (P value> α [0,05]) dan rata-rata kadar glukosa darah pada pengukuran pretest adalah 190,60 dan pada pengukuran posttest setelah diberikan leaflet sedikitmenurun menjadi 188,60 dengan nilai p value sebesar 0,231 (P value> α [0,05])hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan perilaku ndan kadar glukosa darah sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol. Peningkatan rata-rata perilaku pada kelompok kontrol dipengaruhi karena pemberian leaflet, tetapi pemberian leaflet tanpa diberikan edukasi menggunakan metode metode ceramah kurang efektif dan banyak terjadi kesalahan dalam melakukan perawatan. Penderita masih binggung atau belum mempu melakukan perawatan secara mandiri sehingga kadar glukosa darah masih tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian Setyowati (2012) menyatakan bahwa tidak ada pengaruh pemberian leaflet terhadap pengetahuan dan penurunan kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus karena penderita masih binggung dalam melakukan perawatan sehingga kadar glukosa darah masih tinggi. Penurunan rata-rata kadar glukosa darah pada kelompok kontrol dipengaruhi banyak hal. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar glukosa darah yaitu usia, stress, obesitas, latihan fisi, intervensi farmakologis dan edukasi. Hal ini sejalan dengan penelitian Qurratuaeni (2010) menjelaskan bahwa pengendalian kadar glukosa darah diperngaruhi oleh pengetahuan, pendidikan, kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi, asupan makan, aktifitas fisik, asupan obat dan komplikasi penyakit lain. 4. Pengaruh edukasi terhadap perilaku dan pengendalian kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus di Puskesmas Ngawen Kabupaten Klaten Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan hasil uji statistic rata-rata perbedaan perilaku pada kelompok eksperimen sebesar 63,35 sedangkan kelompok kontrol nilai rata-rata lebih rendah sebesar 56,25. Nilai rata-rata kadar glukosa darah (KGD) pada kelompok eksperimen sebesar 152,80 sedangkan pada kelompok kontrol nilai rata-rata lebih tinggi sebesar 178,60. Hasil uji analisis t-test diperoleh nilai p value 0,000 dimana p <
Saifudin Zukhri, Annisa Nur Falaq *, Pengaruh Edukasi Metode Ceramah … 31
(α=0,05) sehingga menunjukkan ada perbedaan perilaku dan kadar glukosa darah pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disimpulkan bahwa edukasi menggunakan metode ceramah efektif terhadap perilaku dan pengendalian kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus di Puskesmas Ngawen Kabupaten Klaten. Edukasi merupakan salah satu bentuk penatalaksanaan diabetes mellitus untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Edukasi menggunakan metode ceramah adalah pendidikan mengenai pengetahuan dan keterampilan bagi penderita diabetes mellitus yang diberikan melalui penuturan secara lisan pada sekolompok dengan tujuan merubah perilaku yang diperluhkan dalam mencapai keadaan optimal dan meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik.Tujuan edukasi yaitu meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap, mengubah perilaku serta meningkatkan kepatuhan dan meningkatkan kualitas hidup. Tahap-tahap perilaku dimulai dari kesaradaran pentingnya stimulus (obyek), individu mulai tertarik terhadap stimulus, individu melakukan penilaian terhadap stimulus, individu mulai mencoba perilaku baru dan individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.Faktor yang mempengaruhi perilaku seperti faktor predisposisi, pendukung dan penguat.Faktor predisposisi meliputi pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat social ekonomi dan pekerjaan. Faktor pendukungmeliputi ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa dan dokter. Faktor penguat meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku petugas kesehatan dan undang-undang atau peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah terkait dengan kesehatan. Hal ini sejalan dengan penelitian Sutiawati (2012) menyatakan bahwa edukasi menggunakan metode ceramah dapat meningkatkan pengetahuan untuk membantu penderita dalam melakukan perawatan secara mandiri. Hasil penelitian Fatmawatiningrum (2012) menyatakan bahwa edukasi menggunakan metode ceramah dapat meningkatkan motivasi karena didasari kesadaran penderita untuk melakukan perawatan secara mandiri dan bersifat lebih lama.
32 MOTORIK, VOL .11 NOMOR 22, FEBRUARI 2016
Perubahan perilaku penderita diabetes mellitus dapat mengendalikan kadar glukosa. Kadar glukosa darah adalah jumlah atau konsentrasi glukosa yang terdapat dalam darah yang diatur oleh hormon glucagon, epinefrin, glukokortiroid dan pertumbuhan. Peningkatan kadar glukosa darah menyebabkan sekresi insulin meningkat dan glucagon menurun. Sedangkan pengendalian kadar glukosa darah adalah pemantauan status metabolik yang digunakan untuk menilai pengobatan untuk mencegah terjadinya penyakit kronis dan mengetahui kadar glukosa darah. Tujuan pengendalian kadar glukosa darah yaitu menghilangkan gejala, menciptakan dan mempertahankan rasa sehat, memperbaiki kualitas hidup, mencegah komplikasi, mengurangi laju perkembangan komplikasi, mengobati penyakit penyerta dan mengurangi angka kematian. Faktor yang mempengaruhi kadar glukosa darah yaitu usia, stress, obesitas, latihan fisik, intervensi farmakologis dan edukasi. Hal ini sejalan dengan penelitian Yosephin (2013) menyatakan bahwa edukasi menggunakan metode ceramah dapat meningkatkan pengetahuan yang digunakan penderita dalam melakukan perawatan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Hasil ini sejalan dengan penelitian Sukratini (2011) menyatakan bahwa edukasi menggunakan metode ceramah dapat meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan dalam melakukan perawatan sehingga dapat menurunkan kadar glukosa darah. Hasil ini sejalan dengan penelitian Apriliska (2012) menyatakan bahwa edukasi menggunakan metode ceramah dapat meningkatkan pengetahuan sehingga dapat merubah perilaku penderita untuk melakukan tindakan yang dapat menurunkan kadar glukosa darah. Hasil penelitain ini sejalan dengan penelitian Sharifirad (2012) menyatakan bahwa edukasi menggunakan metode ceramah dapat meningkatkan pengetahuan penderita dan mengurangi kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah yang diberikan edukasi dan tidak diberikan edukasi memiliki perbedaan signifikan. V. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh edukasi menggunakan metode cermah terhadap perilaku perawatn diri pasien DM. di Puskesmas Ngawen Kabupaten Klaten.
Saifudin Zukhri, Annisa Nur Falaq *, Pengaruh Edukasi Metode Ceramah … 33
DAFTAR PUSTAKA Soegondo, Sidartawan. 2011. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI American Diabetes Association. 2012. Position Statement: Standars of Medical Care In Diabetes. Diabetes Care. Tersedia dalam: http://professional. diabetes.org/Congress_Display.aspx?TYP=9&CID=95010[Diakses tanggal 1 maret 2015 Jam 21.20 WIB]. Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rienka Cipta. Hadibroto. 2010. Pedoman Diabetes Melitus. Jakarta: Trubus Agriwidya. World Health Organization. 2008. Noncommunicable Disease Country Profiles. Tersedia dalam http://apps.who.int/medicinedocs/documents/s21585en/s 21585en.pdf [Diakses tanggal 20 maret 2015 Jam 20.10]. Irawan, D.2010. Prevalensi dan faktor risiko kejadian diabetes mellitus tipe 2 di daerah urban Indonesia. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia. Tersedia dalamhttp://lib.ui.ac.id/file?file=digital/124590TESIS0671%20Cha%20N 09p-Pengaruh%20Terapi-Literatur.pdf [Diakses tanggal 25 Juli 2015 Jam 15.15 WIB]. Yosephin. 2013. Evaluasi Manajemen Mandiri Karyawan Penyandang Diabetes Mellitus Setelah Mendapatkan Edukasi Kesehatan di PT Indocement Tunggal Perkasa Piantsite Citerup. Jakarta. FIKUI. Tersedia dalam http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20281698T%20Mashudi.pdf. [Diakses tanggal 30 Juli 2015 Jam 10.25 WIB]. Sukratini, K. 2011. Penatalaksanaan gizi pada diabetes mellitus, dalam buku penatalaksanaan diabetes mellitus terpadu (2 ed) cetakan ke-7. Jakarta: FK UI. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20281698T%20Sukratini.pdf. [Diakses tanggal 29 Juli 2015 Jam 20.15 WIB]. Apriliska, Wahyu. 2012. Hubungan Perilaku Perawatan Diabetes Mellitus Terhadap Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di
34 MOTORIK, VOL .11 NOMOR 22, FEBRUARI 2016
Rumah Sakit Roemani Semarang. Tersedia dalam http://jurnal. unimus.ac.id/index.php/psnl12012012/517 [Diakses tanggal 2 Agustus Jam 20.00]. Sutiawati, Kusuma. 2012. Pengaruh Keterlibatan Aktif dalam Kelompok Dukungan Persadia Terhadap Tingkat kepatuhan Pengobatan Penderita Diabetes Mellitus Di Puksesmas Pakis Surabaya. Tersedia dalam http://journal.unair.ac.id/fillerPDF/180795357_4v.pdf [Diakses tanggal 2 Agustus 20.20 WIB]. Qurratualeni, Edward. 2010. Self-efficacy, outcome expectation and self care behavior in people with type diabetes in Taiwan. Tersedia Dalam http://www.elsevier.com/locate/diabres. [Diakses tanggal 29 Juli 2015 Jam 20.30 WIB]. Fatmawatiningrum Y. 2012. Faktor-faktor Yang Berhungan Dengan Kepatuhan Pasien Dalam Berdiit Dengan Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Di RSUD Moewardi Surakarta.Undergraduate thesis Universitas Diponegoro. Tersedia dalam http://eprints.undip.ac.id/13169 [Diakses tanggal 2 Agustus 19.30 WIB]. Sharifirad, Bowling. 2012. The Diabetes: D\diabetes self manajement education program for African American affect, lipid-lowering agent prescriptions and emergency department visits. MedStar Diabetes Institute, MedStar Helath, Wangsiton. Tersedia dalam http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/ [Diakses tanggal 29 Juli 2015 Jam 22.00 WIB].