PENGANTAR Latar Belakang Konsumsi daging telah dikenal dan menjadi pola hidup masyarakat sejak lama. Daging merupakan salah satu produk hasil ternak yang memiliki nilai gizi tinggi dan berguna bagi kesehatan tubuh. Konsumsi daging di Indonesia masih rendah dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia yang sudah mencapai 46,87 kg/kapita/tahun, Thailand sebanyak 18 kg/kapita/tahun, dan Filipina 13 kg/kapita/tahun, sementara Indonesia pada tahun 2013 konsumsi daging baru 4,38 kg/perkapita/tahun (Anomimus, 2013). Kontribusi itik sebagai penyedia daging untuk konsumsi baru sebesar
0,11 kg/tahun, masih jauh di bawah
unggas lain seperti daging ayam ras 2,25 kg/tahun dan ayam buras sebesar 0,65 kg/tahun (Anomimus, 2014). Upaya peningkatan ternak itik sebagai penghasil daging dan telur diharapkan mampu memberikan kontribusi yang nyata dalam rangka pemenuhan angka kecukupan gizi masyarakat Indonesia yang saat ini masih kurang. Populasi itik di Kalimantan Selatan tahun 2013 sebanyak 4.735.624 ekor dengan produksi daging 2.031.865 kg atau 3,15% dari total produksi daging unggas di Kalimantan Selatan, sementara produksi telur sebesar 30.105.890 kg (20,84%) (Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan, 2013). Dengan semakin meningkatnya pendidikan maka kesadaran akan pentingnya protein hewani yang disertai dengan perbaikan sosial ekonomi masyarakat menyebabkan permintaan bahan pangan hewani juga semakin meningkat. Sejalan dengan meningkatnya kecerdasan masyarakat, maka mereka juga semakin selektif dalam memilih produk hasil peternakan. Umumnya
1
yang menjadi pertimbangan dalam menentukan pilihan adalah kandungan lemak dan kolesterol produk ternak tersebut baik daging maupun telur. Daging itik dibanding spesies unggas lainnya (ayam buras maupun ayam ras/broiler), mengandung lemak jenuh yang lebih tinggi yaitu sebesar 35,7%, (Pisulewski, 2005) dan kolesterol mencapai 186,26 mg/100 g (Ismoyowati et al., 2011), demikian juga telur itik mengandung kolesterol 2 kali lebih besar dari kolesterol ayam yakni sebesar 884 mg (Jalaludeen dan Churchil, 2006) dan 1036 mg/100 g telur (Azis et al., 2012). Kolesterol mempunyai efek langsung kepada ketidakstabilan membran dan mempunyai suatu peran penting untuk otak
seperti pada sistem kekebalan tubuh (Ockene et al., 2004). Konsumsi
kolesterol 300 mg perhari diperkirakan dapat meningkatkan serum kolesterol 1,5 mg per hari (Hopkins,1992). Mengingat akan hal tersebut maka tidak mungkin untuk menghilangkan lemak maupun kolesterol namun diusahakan untuk bisa diturunkan atau diminimumkan. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah manipulasi pakan dengan memanfaatkan bahan-bahan pakan lokal yang kaya akan asam lemak terutama asam lemak tidak jenuh. Golden snail atau lebih dikenal dengan keong mas (Pomacea canaliculata)
merupakan
sumber
protein
pakan
yang
potensial
karena
kandungan proteinnya hampir sama dengan tepung ikan. Di Kalimantan Selatan keong mas banyak terdapat di daerah rawa baik rawa pasang surut maupun rawa lebak, yang kondisi dua tempat ini sangat berbeda. Daerah pasang surut letaknya dekat pantai yang setiap saat ketika pasang teraliri air laut yang membawa biota-biota laut ke habitat keong mas sehingga menjadi makanan keong mas, sementara rawa lebak airnya berasal dari air hujan dan limpasan air
2
permukaan di wilayah tersebut sehingga sumber makanan dari keong mas juga berasal dari lokasi tersebut. Komposisi nutrien tepung keong mas adalah bahan kering 87,34 %, protein kasar 54,17%, lemak kasar 4,83%, serat kasar 2,37%, ETN 5,84% dan energi bruto 1884 kcal/kg (Sundari, 2004), sementara tepung ikan mengandung bahan kering 92 %, protein kasar 52,6%, lemak kasar 6,8%, serat kasar 2,2%, kalsium 5,11% dan phosphor 2,88% dan energi metabolism 2820 Kkal/kg (Hartadi et al., 1997). Selain itu keong mas juga mengandung asam lemak tidak jenuh yang tinggi yaitu oleat 20,37%, linoleat 20,26% dan linolenat 12,83% (Subhan et al., 2010). Asam lemak tidak jenuh dapat berperan mempercepat katabolisme dan peningkatan jumlah reseptor LDL (Louigh et al., 1992; Murray et al., 2003). Asam lemak tidak jenuh terutama dari golongan mono unsaturared fatty acid (MUFA) seperti asam oleat merupakan komponen utama lemak daging yang
mempunyai
pengaruh
hipokolesterolemik
menurunkan
kolesterol
(Soeparno, 2007). Selanjutnya menurut Kinsella et al. (1990), omega-3 mempunyai pengaruh terhadap mekanisme produksi lipoprotein transport dalam hati yang disekresikan ke dalam darah sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol darah. Demikian juga asam lemak omega-9 (oleat) dapat mengurangi absorbsi lemak sehingga kolesterol darah berkurang dan terjadi peningkatan kadar kolesterol HDL (Hartoyo et al., 2005). Sementara Louigh et al., 1992 ; Murray et al.,1997) menyatakan bahwa peranan asam lemak tidak jenuh melalui pengaruhnya pada kecepatan katabolisme dan peningkatan jumlah reseptor LDL. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi keberadaan keong mas di daerah rawa lebak dan pasang surut guna pemanfaatan sebagai alternatif
3
sumber pakan itik yang tidak bersaing dengan kebutuhan pangan manusia. Selanjutnya melihat potensi kandungan nutrien yang ada pada keong mas tersebut yang pada akhirnya bisa dijadikan sebagai bahan pakan yang berkualitas. Para nutrisionist optimis dan percaya bahwa dengan pakan yang baik secara kualitas maupun kuantitas akan memberikan pertumbuhan yang baik pula kepada ternak. Meningkatnya produktivitas sejalan dengan meningkatnya kualitas produksi di bidang peternakan yang berujung pada kedaulatan pangan hewani bagi masyarakat.
Perumusan Masalah Perkembangan kesadaran masyarakat tentang pentingnya protein hewani secara tidak langsung memberikan tantangan terhadap dunia peternakan karena menyebabkan masyarakat semakin selektif dalam memilih produk asal ternak yang dikonsumsi. Misalnya konsumen produk daging kini menghendaki daging yang aman dan sehat untuk dikonsumsi, terutama rendah kandungan lemak dan kolesterol Itik Alabio merupakan plasma nutfah Kalimantan Selatan dijadikan sebagai salah satu komoditas andalan untuk penyedian protein hewani yang murah yang dapat terjangkau oleh masyarakat semua kalangan yaitu berupa telur dan daging. Namun kandungan kolesterol pada daging maupun telurnya yang cukup tinggi dibandingkan dengan produk unggas lain (ayam broiler dan ayam buras) menjadi problem yang harus diatasi. Kolesterol yang tinggi dalam darah dapat memicu munculnya penyakit degeneratif seperti stroke dan penyakit jantung koroner. Ini semua diduga karena mengkonsumsi makanan yang mengandung asam lemak jenuh dan asam lemak trans. Asam lemak tidak jenuh dapat menurunkan kadar kolestrol secara
4
ekstrinsik dengan menghambat penyerapan kolesterol dari usus, menghindari kolesterol di dalam misel garam empedu, meningkatkan ekskresi garam empedu atau menghindari esterifikasi kolesterol di dalam mukosa intestinal. Keong mas menjadi problem bagi petani karena menjadi hama dan merusak tanaman padi umur muda. Di Kalimantan Selatan keong mas ini banyak terdapat di daerah rawa baik rawa pasang surut maupun rawa lebak. Antara dua tempat ini sangat berbeda, daerah pasang surut letaknya dekat pantai, sementara rawa lebak airnya berasal dari air hujan dan limpasan air permukaan di wilayah tersebut. Di sisi lain keong mas mengandung nutrien yang cukup tinggi bahkan melebihi kandungan nutrien
tepung daging, karena selain
mengandung protein yang tinggi juga mengandung asam lemak tidak jenuh yang lebih tinggi dibandingkan kandungan asam lemak jenuhnya. Asam lemak tidak jenuh seperti omega-3 dapat menghambat sintesis VLDL dan produksi LDL menjadi berkurang. Selain itu juga menurunkan penyerapan kolesterol dan asam empedu pada usus halus, meningkatkan ekskresi fecal asam empedu dan steroid. Hal ini menyebabkan hati lebih banyak merubah kolesterol dalam tubuh menjadi asam empedu sehingga menurunkan kolesterol dan aktivitas reseptor kolesterol LDL meningkat yang mengakibatkan peningkatan dalam laju penurunan kadar kolesterol. Kolesterol yang tinggi dalam darah dapat memicu munculnya penyakit degeneratif seperti stroke dan penyakit jantung koroner. Ini semua diduga karena mengkonsumsi makanan yang mengandung asam lemak jenuh dan asam lemak konfigurasi trans. Asam lemak tidak jenuh dapat menurunkan kadar kolestrol secara ekstrinsik dengan menghambat penyerapan kolesterol dari usus, menghindari kolesterol di dalam misel garam empedu, meningkatkan ekskresi
5
garam
empedu atau menghindari esterifikasi kolesterol di dalam mukosa
intestinal. Penelitian ini mencoba penggunaan keong mas dalam formulasi pakan itik Alabio sebagai sumber asam lemak tidak jenuh untuk menurunkan kolesterol yang ada pada produk itik tersebut (daging dan telur). Oleh karena itu permasalahan dalam penelitian ini adalah: a. Apakah ada perbedaan potensi ketersediaan keong mas antara habitat rawa lebak dengan rawa pasang surut. Dengan adanya perbedaan habitat keong mas tersebut hidup dan berkembang biak apakah kandungan nutrien yang terkandung di dalam tubuhnya juga berbeda. b. Apakah penggunaan keong mas dalam formulasi pakan itik Alabio meningkatkan performan,
memperbaiki kualitas daging
dan telur
(menurunkan kolesterol), menurunkan fertilitas dan daya tetas telurnya c. Apakah penggunaan keong mas menyebabkan daging dan telur semakain amis sehingga menurunkan daya terima konsumen terhdap produk itik tersebut.
Keaslian Penelitian
Penelitian tentang pemanfaatan keong untuk pakan unggas memang sudah banyak dilakukan tetapi hanya terfokus pada manfaatnya sebagai pengganti protein dari sumber protein lainnya. Bahan pakan tersebut diaplikasikan pada puyuh, ayam maupun itik, sementara itu penelitian ini dilakukan untuk memanfaatkan keong mas dalam pakan itik Alabio betina yang dipelihara secara intensif.
6
Keaslian penelitian ini adalah meneliti kandungan asam lemak tidak jenuh yang
ada pada keong mas dengan dua sumber habitat pengambilan
yang
berbeda yaitu disentra pengembangan itik Alabio di rawa lebak dan di luar sentra pengembangan yaitu rawa pasang surut. Selain itu mengamati peranan dan pengaruhnya terhadap penurunan kandungan kolesterol yang ada pada darah itik betina dan penurunan kolesterol pada produk ternaknya berupa daging dan telur juga terhadap fertilitas dan daya tetas telur serta daya terima konsumen terhadap produk itik tersebut
Tujuan Penelitian 1. Mengevaluasi populasi, potensi ketersediaan, dan kandungan nutrien asam lemak keong mas di sentra (rawa lebak) dan di luar sentra (rawa pasang surut) pengembangan itik sebagai bahan lokal pakan Itik Alabio 2. Mengevaluasi respon ternak itik betina yang diberi pakan dengan komposisi keong mas sebagai sumber asam lemak pakan terhadap performan, profil lemak darah (Trigliserida, LDL, HDL, kolesterol), karakteristik penetasan (fertilitas dan daya tetas), serta kualitas kimia dan fisik telur dan daging,. 3. Mengevaluasi efek pemanfaatan keong mas dalam pakan itik terhadap daya terima konsumen terhadap produk dari itik tersebut.
Manfaat Penelitian 1.
Diketahui potensi bahan pakan alternatif sebagai sumber pakan untuk itik yang ketersediaanya tersebar di daerah rawa lebak dan rawa pasang surut dengan nilai nutrien, baik dari kualitas maupun kuantitas yang unggul.
7
2.
Diketahui
bahwa penggunaan keong mas untuk pakan itik dapat
meningkatkan performan, kualitas telur dan daging, berpotensi menurunkan kadar kolesterol daging dan telur itik, selain itu juga meningkatkan fertilitas dan daya tetas. 3.
Diketahui bahwa penggunaan keong mas dalam pakan tidak merubah citra rasa dari produk tersebut sehingga tidak ada kekhawatiran dari masyarakat akan menyebabkan daging dan telur semakin amis.
8