PENGALAMAN DALAM MENGELOLA DAN MENERAPKAN MODUL e LEARNING. Rosa Diniari ABSTRACT

PENGALAMAN DALAM MENGELOLA DAN MENERAPKAN MODUL e LEARNING Rosa Diniari ABSTRACT Since University of Indonesia got PHK institution award in 2007, Introduction to Sociology (PIS) is then promoted as a university service subject using IT so that learning innovation may increase efficiency, quality and standardization. Introduction to sociology, not only in FISIP, but other faculty in University is regarded as a required as well as non required subject, 2 to 3 SKS. Therefore, it can be said that the subject is not compulsory for all students, or optional. In the year of 2008, within one semester, two third of main issues of Introduction to sociology subject in the form of ICT based module has been produced. In 2009, the module has been tested in 3 faculties namely FIB, FH, and FISIP in UI. The experience of the content developers during module preparation could not be imagine beforehand, since it was the first one. Therefore, based on the experience, in the future, the content developers will always be assisted by some experts in technical matters. Exposure in the seminar resulting pretty good appreciation, notably when it was only the beginning of the whole project. Especially when the project is the first subject using ICT in FISIP. Moreover, student survey testified that e-learning can become an interesting teaching and learning supplement. For the students, e-learning module-test is an attractive new experience. Discussion process, quiz, and watching a film, are new interesting learning methods. From the lecturer point of view, the class quiz preparation may become a hard work, however, the next task, such as quiz scoring, can be produced automatically. Reviewing discussion and students papers need another time and effort. For lecturers who are keen on sitting a couple time in front of computers, evaluating student papers is unproblematic. However, it is quite a problem for those who are not used to. This should be a concern of the institutions conducting e-learning program. The remuneration systems for teachers/instructors is also a subject to be discussed in the future.

LATAR BELAKANG UI sampai dengan tahun 2010 memiliki 12 fakultas, dengan jumlah mahasiswa sebesar 10.000 orang. Sebagai perguruan tinggi negeri, pengembangan pembelajaran dan infrastruktur tentunya tidak diperoleh secara mandiri tapi melalui bantuan, hibah yang ditawarkan dari dalam negeri maupun luar negeri.

1 Pengalaman dalam..., Rosa Diniari, 2010

Salah satu indikatorkeberhasilan institusi pendidikan yang dinilai baik adalah ratio pembelajar dan sumber belajar yang kecil. Ketika sebuah perguruan tinggi mulai menerima mahasiswa semakin banyak namun tidak disertai dengan peningkatan sumberdaya manusia pengajarnya, diperlukan sebuah metode pembelajaran yang sesuai. Universitas Indonesia sampai dengan tahun 2009 menerima mahasiswa kurang lebih 6000 orang mahasiswa melalui berbagai jalur masuk seperti SNPTN, SPMB, UMB, SIMAK, KSDI, kelas Intrernasional, dan kelas paralel (Non regular). Sedang tenaga pengajar yang ada di UI adalah pengajar tetap yang terdiri dari PNS, BHMN, dan pengajar tidak tetap seperti dosen tamu, dosen outsource, dan tenaga pemagang. Dosen tetap ini jumlahnya lebih sedikit, dan harus didukung oleh dosen yang tidak tetap untuk keberlangsungan proses belajar mengajarnya. Mata kuliah layanan universitas merupakan strategi yang efektif untuk proses pembelajaran di banyak kelas, dengan mahasiswa yang cukup besar jumlahnya, dengan kualitas yang baik dan terintegrasi. Mata kuliah layanan universitas Indonesia saat ini adalah MPKT (Matakuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi), wajib bagi seluruh mahasiswa baru di UI.

MPKT merupakan pengembangan matakuliah yang difasilitasi oleh Proyek DUE-like UI selama empat tahun (tahun 2002, 2003, 2004 dan 2005), menghasilkan sistem pembelajaran dan model PDPT (Program Dasar Pendidikan Terpadu) mencakup kurikulum, pengajar (fasilitator), sarana dan prasarana pembelajaran yang diperlukan. Sebagai Mata kuliah baru tentunya MPKT memiliki berbagai kendala dan kelemahan seperti: Timpangnya rasio dosen-mahasiswa, dan jumlah 3 SKS dengan materi yang banyak, infrastruktur ruang kuliah sound system, In-focus, yang kurang memadai sehubungan dengan metode pembelajaran SCL. Terbatasnya penguasaan metode SCL di kalangan pengajar, materi perkuliahan yang kurang disertai kasus-kasus relevan dari kehidupan sehari-hari. Materi yang cukup banyak menyulitkan penyampaian materi dilakukan dalam waktu yang dialokasikan (hanya 3 SKS). Pengalaman mata kuliah layanan universitas MPKT dapat dijadikann refleksi bagi mata kuliah Pengantar Sosiologi yang dibutuhkan sebagai kurikulum pada sebagian besar fakultas yang ada di UI. Dapatkan pengelolaan mata kuliah Pengantar Sosiologi di


Prodi Sosiologi dan pada tingkat Universitas memberikan pelayanan terintegrasi dengan kualitas yang standar. Sebagai catatannya, bahwa strategi yang dianggap efektif dan efisien untuk menjadi mata kuliah layanan universitas adalah pembelajaran berbasis komputer (blended e learning). Sejauhmana inovasi pembelajaran ini dapat diterapkan, diterima oleh pengampu matakuliah dan mahasiswa, menjadi penting untuk dibentangkan dalam makalah ini.

GAMBARAN UMUM MATA KULIAH PENGANTAR SOSIOLOGI Sekolah Tinggi Hukum (Rechtschool-geschool) yang kini adalah fakultas hukum UI didirikan pada tahun 1924. Matakuliah Pegantar Sosiologi yang disampaikan oleh Prof. Beerling menjadi matakuliah wajib bagi mahasiswa (Inleiding tot de Sociologi). Sekitar tahun 1961, Prof. Beerling kembali ke negeri Belanda, mata kuliah ini diberikan di FE dan FH pada jurusan publisistik dengan mahasiswa sekitar 300-400 orang. Mata kuliah ini disampaikan oleh Prof. Pandam Guritno dan Soedjito (Wawancara dengan Pak Kamanto dan Pak Soelaeman). Pengajar-pengajar sosiologi saat itu memang bergelar SH karena mereka adalah asisten dari Prof. Beerling, namun kemudian mereka menganbil Master of Sociology di Eropa dan Amerika. Keberadaan FISIP sendiri permulaan masih merupakan bagian dari Fakultas Hukum yang sebutannya FH&PMK (Pengetahuan Masyarakat) bertempat di Salemba. kemudian berubah menjadi FH dan IPK (Ilmu Publisistik). Tahun 1961, Prof Suryono Hadinoto dari Fak Hukum bersama dengan Soelaeman Soemardi dan kawan-kawan mendirikan/memisahkan diri dari FH, berdiri sendiri dengan nama FIS (Fakultas Ilmu Sosial) di Rawamangun, yang sekitar tahun 1980 berubah namanya menjadi FISIP, dimana fakultas ini mewajibkan mahasiswa yang baru masuk untuk mengikuti kuliah Pengantar Sosiologi. Awalnya, orientasi pengajaran mata kuliah pengantar sosiologi pada model pengajaran dari Belanda, sehingga buku-bukunya berkiblat ke Eropa. Setelah era Pak Selo pembelajaran dan buku-buku sosiologi berorientasi ke Amerika.


Kuliah pengantar sosiologi selalu diikuti oleh banyak mahasiswa karena merupakan kuliah wajib dari Fakultas Ekonomi digabung dengan Hukum dan IPK (Bagian Publisistik). Setelh FISIP berdiri sebagai fakultas sendiri, kuliah tidak digabung dengan FH tapi diselenggarakan oleh FISIP diikuti oleh lebih dari 100 orang mahasiswa. Di Fakultas Ekonomi yang mengajar MK Pengantar Sosiologi adalah Ibu Melly G. Tan. Di Fak Teknik dminta Pak Sardjono dan Pak Selo untuk mengajar Pengantar Sosiologi. Di beberapa fakultas juga ada kulah Pengantar Sosiologi namun diselenggarakan secara parsial. Didalam perkembangannya, MK Pengantar Sosiologi di Fak Hukum tidak diwajibkan dengan alasan yang sifatnya politis. Buku yang menjadi wajib untuk dibaca tahun 50 an berjudul PENGERTIAN DAN MASALAH SOSIOLOGI yang diterjemahkan oleh Prof Suryono Hadinoto. Kemudian, buku SETANGKAI BUNGA SOSIOLOGI yang ditulis oleh Prof. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, SH.MA. Buku PENGANTAR SOSIOLOGI yang ditulis oleh Prof. Suryono Sukanto mirip pembabakannya dan pokok-pokok bahasannya dengan SETANGKAI BUNGA SOSIOLOGI. Kemudian Prof Kamnato Soenrto,PhD juga menyunting buku PENGANTAR SOSIOLOGI:Sebuah Bunga Rampai,

menulis

buku

PENGANTAR

SOSIOLOGI

dan

menterjemahkan

SOSIOLOGI Dengan Pendekatan Membumi yang ditulis oleh James Henslin. Sejak FISIP berdiri kuliah ini tidak lagi digabung dengan fakultas lain, tapi langsung disampaikan oleh Prof. Selo Soemardjan sebagai salah satu pendiri FIPK. Kuliah disampaikan dengan ceramah setiap hari Kamis dari pukul 08.00-10.00. Selama satu semester hanya ada satu kali ujian ahir semester dalam bentuk esai singkat. Bagi mahasiswa yang tidak lulus kuliah Pengantar Sosiologi dengan istilah tidak naik tingkat, harus mengikuti kuliah yang sama pada tahun berikutnya, karena belum diberlakukannya sistem kredit semester. Pada tahun 1978 FISIP UI bekerja sama dengan RULeiden mengembangkan beberapa mata kuliah yang ada di FISIP, seperti Statistik, Sosiologi Perkotaan dan Pengantar Sosiologi. Dari pihak Counterpart RUL, Rob Lablans dengan tim pengajar Pengantar Sosiologi berusaha untuk mengembangkan substansi perkuliahan dengan


menggunakan bacaan-bacaan dari Eropa dan Amerika seperti GH Mead, Giddens, James Henslin, Berger,dll. Perkuliahan dilakukan lebih terstuktur menurut pokok-pokok bahasan sosiologi. Dari tahun-ketahun jumlah mahasiswa yang mengikuti kuliah ini bertambah menjadi 200 orang disekitar tahun 70an. Dengan diterapkannya sistem kredit semester, perkuliahan ini diselenggarakan 2 kali seminggu pada hari Selasa jam 13.00-14.00 dan hari Kamis jam 08.00-10.00. pada hari Selasa diselenggarakan kulah umum. Sekembalinya Prof. Kamanto Sunarto dari Amerika, beliau dipercayakan untuk mengasuh mata kuliah ini dan buku pengantar sosiologi yang ditulisnya merupakan suntingan dari berbagai pengarang artikel-artikel pegantar sosiologi ternama agar dapat lebih mudah dimengerti oleh mahasiswa yang baru saja menamatkan bangku sekolah. Intinya adalah bahwa pengantar sosiologi membuka mata bagi setiap orang bahwa mempelajari sosiologi sama dengan mempelajari perilaku dan kehidupan manusia seharihari, yang sering tidak disadarinya. Jumlah mahasiswa semakin bertambah, kelas paralel bertambah, perekrutan asisten pengajar sosiologi dilakukan secara berkala, dengan seleksi IPK dan nilai pengantar sosiologi yang pernah mereka peroleh. Animo mengikuti perkuliahan mulai meningkat sekalipun jumlah mahasiswa yang tidak lulus bisa mencapai 10%, yang harus nengikuti kuliah pada tahun berikutnya. Mata kuliah ini tetap diasuh oleh pengajar dari jurusan Sosiologi sekalipun melayani mahasiswa dari semua jurusan yang ada di FISIP UI. Sejak dibukanya program ekstensi di FISIPUI, mata kuliah ini pun menjadi mata kuliah wajib. Sama hal nya dengan kuliah mahasiswa reguler, tidak saja mahasiswa sosiologi tapi dari semua jurusan wajib mengikutinya, dengan asumsi bahwa setiap mahasiswa FISIP UI wajib mengetahui konsep-konsep sosiologi melalui kuliah Pengantar Sosiologi. Metode pembelajaran sudah melibatkan partisipasi mahasiswa (student oriented) melalui role play, simulasi, diskusi, dan banyak lagi metode pembelajaran dengan dilengkapi


dengan tes sumatif berupa tes kecil, multiple choice, menjodohkan, pernyataan sebab akibat, dan bentuk-bentuk lain selama 10 menit pertama. Tes kecil mingguan ini dimaksudkan agar supaya mahasiswa belajar Pengantar Sosiologi setiap minggu. Agar supaya kuliah lebih menarik, setelah tes kecil kelompok yang bertugas diminta untuk mempresentasikan dan mendiskusikan pokok bahasan dengan role playing, simulasi penelitian kecil, curah pendapat/brainstorming, yang dipandu oleh pedoman diskusi yang disusun oleh tim pengajar. Kelas dibagi dalam kelas-kelas yang lebih kecil secara paralel, agar supaya mahasiswa dapat menguasai materi perkuliahan yang di pandu oleh pengajar yang sudah di arahkan sebelumnya, agar supaya ada standarisasi perkuliahan. Selama enam belas tahun mata kuliah ini diasuh oleh Prof.Kamanto Sunarto metode pembelajaran terus berkembang baik dari segi konsep-konsep yang digunakan maupun kasus-kasus yang dipilih untuk dikaitkan dengan konsep sosiologi terus mengalami pemutakhiran. Melalui kasus-kasus yang dipilih mahasiswa diharapkan dapat menggunakan daya imajinasi sosiologis mereka, lebih peka terhadap masalah yang ada disekitar kita. Buku wajib PENGANTAR SOSIOLOGI yang disusun oleh Prof.kamanto Sunarto menjadi buku wajib sejak tahun 1997. Buku ini menjadi buku pegangan yang sangat mudah dipahami oleh mahasiswa, karena buku ini menyajikan konsep dengan contoh-contoh aktual sangat Indonesia. Isi buku ini tidak perlu lagi disampaikan dalam perkuliahan sudah bisa menjadi bahan bacaan yang bisa langsung didiskusikan oleh mahasiswa, yang dipandu oleh dosen. Dengan dimenangkahnnya PHK A2 oleh program sarjana reguler pada tahun 2004-2006, mata kuliah Pengantar Sosiologi menjadi core competences yang pengembangannya difasilitasi oleh PHK A2. Inovasi pembelajaran dengan menggunakan SCL, pemanfaatan Audio Visual sebagai pemicu pembelajaran, tayangan film-film yang menggambarkan kasus-kasus hangat menjadikan pembelajaran lebih menarik. Mahasiswa tidak lagi dinilai UTS, UAS dan test sumatif nya, tapi sikap-sikap seperti keberanian mengemukakan pendapat, keterampilan menyusun makalah, berdiskusi, menilai


partisipasi teman kelompoknya menjadi komponen penilaian yang obyektif, karena yang dinilai adalah proses belajarnya, sehingga tampak perubahan nilai secara signifikan. Departemen Sosiologi sebagai suatu institusi pendidikan yang mengelola kurikulum Sosiologi yang terintegrasi secara vertikal menempatkan mata kuliah Pengantar Sosiologi sebagai Kurikulum Inti bagi semua jenjang dari S1, S2 dan S3. PHK Institusi yang dimenangkan oleh Universitas Indonesia juga memberikan peluang kepada mata kuliah Pengantar Sosiologi melakukan pengembangan konten sosiologi (content

development) berbasis komputer dalam bentuk modul-modul e

learning. Sebagaimana kita ketahui bahwa Pengantar Sosiologi pernah menjadi bagian dari kurikulum berbagai program studi di UI, seperti FHUI, Bidang Studi Hukum Masyarakat dan Pembangunan (status wajib dan pilihan bagi Bidang Studi lainnya diikuti oleh 200 orang), Fpsikologi (semula wajib bagi semua jurusan, tahun 2008 dihapuskan), Fkeperawatan (dengan judul yang berbeda), FIB (jurusan Sejarah), FTUI (Prodi Arsitektur), Geografi, FMIPA, FE (sudah 2 tahun ditiadakan), FKM. Perkuliahan diselenggarakan secara parsial, tidak ada standarisasi mutu dan materi, serta tidak efsien. Ada fakultas yang masih menggunakan metode tatap muka yang konvensional (TCL), tetapi akan menggunakan metode student centered learning (SCL). Oleh sebab itu beberapa fakultas, kemudian merubah nama, menggabungkan dengan antropologi, bahkan meniadakan mata kulih pengantar sosiologi, sekalipun tadinya keberadaan mata kuliah ini dianggap penting. Hasil evaluasi diri menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara Nilai Pengantar

Sosiologi

dengan

IPK

lulusannya

cukup

signifikan,

yang

dapat

diinterpretasikan bahwa mereka yang IPK nya baik, baik pula nilai yang diraihnya dalam kuliah Pengantar Sosiologi. Dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran pengantar sosiologi sangant obyektif dan tepat dalam memberikan penilaian bagi mahasiswa nya. Nilai mahasiswa bukan merupakan hasil belajar tapi juga dari proses belajar selama satu semester dengan berbagai komponen penilaian.


PENGEMBANGAN MATA KULIAH PENGANTAR INOVATIF BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI.

SOSIOLOGI

YANG

Seiring dengan berjalannya waktu proses belajar mengajar di perguruan tinggi tidak saja substansi pengetahuan tapi juga metode pembelajaran yang mengalami perkembangan. Mata kuliah layanan universitas ditengarai sebagai mata kuliah yang dibutuhkan dan disampaikan pada sejumlah besar mahasiswa, di banyak kelas, program studi dan fakultas. Setelah diidentifikasi bahwa di FISIP saja, Pengantar Sosiologi wajib bagi mahasiswa dari 8 program studi reguler, 8 program non reguler, 6 kelas program ekstensi dan 1 kelas internasional (data tahun 2010). Belum ladi di prodi-prodi dari 8 fakultas lainnya, dengan skema yang berbeda. Berarti sudah waktunya program studi sosiologi sebagai penyelenggara dari mata kuliah ini mengembangkan metode pembelajaran menjadi lebih efisien dan efektif. Terlebih jika UI menambah terus jumlah mahasiswa di setiap tahunnya, sedangkan pengajar tidak bertambah jumlahnya, maka yang menjadi jalan keluarnya adalah pemanfaatan IT dalam menyampaikan materi perkuliahan. Bagi pengampu dan pengembang Pengantar Sosiologi, penyusunan modul e learning bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Tidak dapat dibayangkan sebelumnya, karena ini merupakan hal yang pertama kali dilakukan. Terlebih, para pengembang belum pernah mengikuti pelatihan e learning. Namun secara intensif para pengembang berkonsultasi dengan tenaga ahli yang menguasai segi substansi juga dari segi teknis. Pada tahun 2008 untuk pengembangan mata kuliah Pengantar Sosiologi, PHKI menawarkan 2 hibah untuk modul e learning dan 1 modul Computer Aided Instruction (CAI), tahun 2009 1 hibah modul e learning dan 1 modul CAI. Secara keseluruhan ada 5 hibah untuk 5 modul pada tahun 2008-2009, yang masing-masing hibah bernilai Rp.50 juta. 15 topik bahasan dalam 1 semester dibagi kedalam 3 modul e learning, sehingga 1 modul terdiri dari 5 topik. Dari tiga modul yang disusun selama periode 2008 dan 2009 lengkap sudah 15 pokok bahasan untuk digunakan selama satu semester. Prinsip dari e-learning adalah:


Shift from “teacher-controlled learning” to “learner-controlled learning” not Shift from “traditional physical classroom learning” to “online learning”. E-learning dahulu hanya sebatas meng-upload dan men-download bahan. Namun dalam arti yang sebenarnya, e-learning adalah pembelajaran yang menggunakan media elektronik (internet, intranet, satelit, tape audio/video, TV, CD Rom interaktif, dsb) dan disampaikan secara synchronously (dalam waktu sama; chatting) maupun asynchronously (berbeda waktu; email atau diskusi). Keuntungan dari e-learning adalah:  Mahasiswa belajar, mencari pengetahuan, mengkonstruksikan pengetahuan mereka secara mandiri, dengan demikian soft skill yang tumbuh adalah : ”Kemandirian”.  Mahasiswa dapat belajar materi yang di tayangkan oleh tim pengajar secara berulangulang mengingat ada perbedaan tingkat pemahaman mahasiswa. Pengajaran dapat diatur/disesuaikan untuk membantu mahasiswa yang lemah dan tetap memotivasi mahasiswa yang pandai. Begitu pula latihan-latihan yang disampaikan melalui elearning dapat dilakukan berulang-ulang sebagai pemahaman. Teknik ini disebut “Drill and practice”. Latihan dan praktikum dapat membantu mahasiswa menguasai materi.  Mahasiswa dapat mengakses sumber belajar lebih luas tidak saja dari sumber-sumber yang disarankan, tapi mencari sendiri. Selain itu tidak terkendala dan fleksibel dalam ruang dan waktu. Pemelajar berinteraksi dengan content melalui berbagai aktivitas dan memperluas interaksi secara lokal dan global.  Individualized berarti pemelajar memiliki kontrol terhadap proses dan content sesuai kebutuhannya. Pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan minat pemelajar. Dengan demikian e-learning mendorong pemelajar untuk merasa memiliki materi tersebut (ownership).

Mekanisme pelaksanaan kegiatan yang dikonsepkan melalu pembuatan modul elearning ini adalah perpaduan/kombinasi antara metode perkuliahan online dengan tatap muka dengan perbandingan 40 : 60. Tatap muka diperlukan dengan tujuan 9 Pengalaman dalam..., Rosa Diniari, 2010

memberi kesempatan pada mahasiswa untuk mendalami materi yang kurang dipahami. Metode online yang dimaksud adalah penggunaan SceLE untuk belajar mandiri, diskusi dan pemberian kuis. Rancangan pelaksanaan penyusunan modul e learningterdiri dari 5 tahapan kegiatan sebagai berikut: a) Tahap perencanaan Tim akan melaksanakan beberapa hal pada tahap ini untuk mempersiapkan pembuatan modul, seperti: 1) identifikasi kebutuhan dan ketersediaan materi untuk pengembangan elearning; 2) identifikasi kelemahan dan kelebihan perkuliahan pengantar sosiologi melalui penelitian pengantar sosiologi; 3) identifikasi pemetaan materi menurut tingkat kesulitannya dari kacamata mahasiswa dan tim pengajar melalui angket. Angket kemudian diolah untuk mendapatkan urutan tingkat kesulitan materi menurut persepsi kedua pihak tersebut. 4) Identifikasi pokok-pokok bahasan yang akan dikembangkan dalam bentuk modul e-learning. b) Tahap Perancangan dan Pengembangan Bahan Ajar. Pada tahap ini, materi ajar elektronik yang sudah ada direview kembali, dan kemudian dirancang pengayaan-pengayaan terhadap materi tersebut. Tentunya hal itu dilakukan dengan memperhatikan sasaran pembelajaran (TIK dan TIU) kesulitan yang dihadapi mahasiswa dalam mempelajari materi-materi tersebut selama ini, ketersediaan fasilitas penunjang, kelebihan dan kekurangan metodemetode baik tatap muka maupun SCL yang telah diterapkan selama ini.

c) Tahap Uji Coba Sistem E-Learning dan Materi Ajar Materi akan diujicobakan pada mahasiswa yang pernah mengambil dan mengulang mata kuliah ini. Tujuannya adalah mengetahui kelemahan-kelemahan


yang masih menghambat siswa dalam memahami topik bahasan dengan metode elearning ini. Dapat juga dikembangkan pre-test dan post-test.

d) Tahap Evaluasi Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui keselarasan antara tujuan (ideal) dengan pencapaian (realita). Evaluasi tidak saja dilaksanakan di akhir semester, namun juga dilaksanakan dalam setiap kelompok modul untuk mengetahui jika terdapat kekurangan dalam bahan ajar yang dikembangkan. Instrumen evaluasi dapat berupa pemberian kuis, tugas individu dan kelompok, UTS, dan lain sebagainya.

Tahun 2009 modul ini telah diuji cobakan di 3 fakultas (FIB, FH dan FISIP). Setelah ditayangkan dalam seminar, hasilnya cukup menggembirakan sebagai sebuah awal, apalagi ini adalah mata kuliah yang pertama menggunakan TIK di FISP. Hasil survei mahasiswa juga mengatakan bahwa e learning cukup menarik sebagai teaching n learning supplement. Pengalaman uji coba modul e-learning ini, dari sisi mahasiswa, pelaksanaan diskusi, kuis , serta tayangan film merupakan metode pembelajaran yang sangat menarik. Dari segi pengajar, untuk persiapan kuliah dalam membuat kuis dapat diibaratkan sebuah pekerjaan yang berat namun ketika memperoleh skor mahasiswa diperoleh secara langsung dan otomatis. (bersakit sakit dahulu, bersenang senang kmd). Namun untuk memeriksa kualitas diskusi dan memeriksa review paper mahasiswa yang di posting memerlukan curahan waktu tersendiri. Buat seorag dosen yang gemar berlama2 di depan komputer tidak masalah, tapi bagi yang lain, duduk berlama-lama untuk memeriksa paper mereka merupakan effort yg cukup lumayan. Hal ini perlu dipikirkan oleh institusi pendidikan penyelenggara program e learning dalam menghitung sistem remunerasi bagi dosen di kelas e learning.


PENGALAMAN DALAM MENGELOLA DAN MENERAPKAN MODUL e LEARNING. Rosa Diniari ABSTRACT

Recommend Documents