e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
PENERAPAN PERMAINAN TRADISIONAL ENGKLEK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR KELOMPOK B DI PAUD WIDHYA LAKSMI Komang Trisna Mardayani1, Luh Putu Putri Mahadewi2, Mutiara Magta3 1,3
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, 2 Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Bali
E-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini didasari atas permasalahan yang ditemukan dari hasil observasi yaitu kurangnya partisipasi anak mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan motorik kasar. Hal ini disebabkan karena kegiatan yang selalu monoton serta kurangnya di adakan permainan yang mampu mengembangkan kemampuan motorik kasarnya.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik kasar setelah diterapkannya permainan engklek pada anak kelompok B semester II di PAUD Widhya Laksmi Singaraja Tahun Pelajaran 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus dan subjek sebanyak 28 anak kelompok B semester II di PAUD Widhya Laksmi Singaraja Tahun Pelajaran 2015/2016. Data penelitian tentang kemampuan motorik kasar dikumpulkan dengan metode observasi dengan instrumen berupa lembar format observasi. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan tehnik analisis statistik deskriptif.Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kualitatif. Hasil analisis data menunjukan bahwa terjadi peningkatan rata-rata skor kemampuan motorik kasar pada anak kelompok B setelah diterapkan permainan tradisional engklek pada siklus I sebesar 56,33% yaitu kategori rendah kemudian pada siklus II menjadi 88% yang berada pada kategori tinggi. Jadi terjadi peningkatan kemampuan motorik kasar anak setelah diterapkan permainan tradisional engklek sebesar 24,17%. Kata-kata Kunci: permainan tradisional,permainan engklek, kemampuan motorik kasar Abstract This research based on the problem that found from observation result, that child’s participation in following the activities about gross motor were less. This thing caused the activities were done always about the same thing, and also seldom to do the game who able to improve the child’s gross motor skills after implementing of tradisional game of engklek toward children ub group B on second semester at Widhya Laksmi Kindergarten of Singaraja in academic years 2015/2016. This research was classroom action research, that already done in two cyles, with 28 children of group B at Widhya Laksmi Kindergarten as subject. The data was collected by observation method, with obervation sheet of paper as the instrument. The collected data was analyzed used descriptive statistic technique. The data from the research resul was analyzed by descriptive qualitative methods. The analyze result showed that the mean scores of the gross motor skills of the children in group B is increasing after implemented traditional game of engklek in fist cycle amount 56,33% (low category), and then in second cyles become 88% (high category). So that, the child’s hard motoricis increased after implemented traditional game of engklek amount 24,17%. Keywords: traditional game, game of engklek,gross motor skills.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) PENDAHULUAN Sujiono (2009:7) menyatakan bahwa “pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan peletakkan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan ( daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta beragama, bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini”. Perkembangan motorik kasar merupakan hal yang sangat penting bagi anak usia dini khususnya anak kelompok bermain/KB dan taman kanakkanak/TK. Sebenarnya anggapan bahwa perkembangan motorik kasar akan berkembang dengan secara otomatis dengan bertambahnya usia anak, merupakan anggapan yang keliru. Perkembangan motorik kasar pada anak perlu adanya bantuan dari para pendidik di lembaga pendidikan usia dini yaitu dari sisi apa yang dibantu, bagaimana membantu yang tepat/appropriate, bagaimana jenis latihan yang aman bagi anak sesuai dengan tahapan usia dan bagaimana kegiatan fisik motorik kasar yang menyenangkan anak. Kemampuan melakukan gerakan dan tindakan fisik untuk seorang anak terkait dengan rasa percaya diri dan pembentukan konsep diri. Oleh karena itu perkembangan motorik kasar sama pentingnya dengan aspek perkembangan yang lain untuk anak usia dini. Pada umumnya pembelajaran di TK untuk aspek perkembangan fisik/motoriknya lebih banyak difokuskan ke perkembangan motorik halus, sedangkan motorik kasar kurang diperhatikan. Padahal pengembangan motorik kasar anak usia dini juga memerlukan bimbingan dari pendidik. Pengembangan motorik kasar sama pentingnya dengan aspek-aspek perkembangan lainnya, karena ketidakmampuan anak melakukan kegiatan fisik akan membuat anak kurang percaya diri, bahkan menimbulkan konsep diri negatif dalam kegiatan fisik. Padahal jika anak dibantu oleh pendidik, besar
peluangnya dapat mengatasi ketidakmampuan tersebut dan menjadi lebih percaya diri. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan di PAUD Widya Laksmi Singaraja, tepatnya dalam proses pembelajaran,kegiatan yang berkaitan dengan motorik kasarnya adalah ketika akan memasuki kelas, artinya pada awal kegiatan kegiatan motoriknya dilakukan, itupun masih kurang optimal karena dari 28 anak ada 15 anak yang masih tidak mau menggerakan badannya. Hal ini disebabkan karena guru lebih (sering) memberikan anak-anak kegiatan yang monoton sehingga anak-anak menjadi bosan, kurangnya di adakan permainan yang mengembangkan perkembangan motorik kasarnya. Untuk mengotipmalkan hasil belajar pengembangan fisik motorik terutama dibidang fisik motorik kasar seperti melompat, berlari, menari, bermain bola dan melakukan permainan mestinya diperlukan pendekatan bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain.Dengan bermain anak memiliki kesempatan bereksplorasi, menemukan, mengepresikan perasaan, berkreasi, belajar secara menyenangkan. Selain itu bermain membantu anak mengendalikan dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan. Bermain adalah aktivitas yang tidak dapat terlepas dalam kehidupan seorang anak, banyak hal yang dapat dilakukan dan ditemui anak dalam aktivitas bermainnya tersebut. Menurut Muchlisin, (2009:12) menyatakan” bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil”. Jika digali lebih dalam, ternyata makna dibalik permainan tradisional tekandung pesan-pesan moral dengan muatan kearifan lokal yang luhur dan sangat sayang jika generasi sekarang tidak mengenal dan menghayati nilai-nilai yang diangkat dari keanekaragaman sukusuku bangsa di Indonesia. Tujuan dari permainan adalah untuk mengembangkan motorik kasar pada anak dengan permainan engklek.Rendahnya kemampuan motorik kasar pada anak di sebabkan karena kurangnya waktu anak untuk kegiatan.Berdasarkan uraian tersebut,
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) maka peneliti mencoba mengadakan suatu penelitian tindakan kelas melalui engklek untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak. Untuk itulah pada kesempatan ini peneliti merancang sebuah penelitian yang berjudul: “ Penerapan Permainan Tradisional Engklek untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Pada Anak Kelompok B Tahun Ajaran 2015 / 2016 di PAUD Widhya Laksmi ”. Menurut Hurlock (dalam Apriani, 2014) motorik kasar merupakan gerakan yang terjadi karena adanya koordinasi otototot besar, seperti berjalan dan melompat. Sedangkan menurut Rahyubi (dalam Kristanto, 2014:22) menyatakan bahwa aktivitas motorik kasar adalah keterampilan gerak atau gerakan tubuh yang memakai otot-otot besar sebagai dasar utama gerakannya. Suyadi (2010:68) gerak motorik kasar adalah gerak anggota badan secara kasar atau keras. Menurut Sumantri (dalam Apriani, 2014) kemampuan yang diharapkan untuk anak pada aspek ini adalah seperti berjalan, berlari, mendaki, meloncat dan berjingkat, mencongklang, menyepak, melempar, menangkap, memantulkan bola dan memukul. Menurut Yusuf & Sugandhi (2012 : 59) seiring pertumbuhan fisiknya yang beranjak matang, maka perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya.Perkembangan motorik pada permulaannya tergantung pada proses kematangan yang selanjutnya kematangan tergantung dari belajar dan pengetahuan serta pengalaman. Pengalaman masa kanak-kanak akan sangat bermanfaat pada masa dewasa, diantaranya kemampuan dalam memecahkan suatu masalah baik dalam bentuk keseharian maupun dalam bentuk kemampuan berolahraga. Menurut Schmidt (Fitriyatul: 2013) Pembelajaran motorik adalah serangkaian (internal) proses pembelajaran yang berhubungan dengan praktek atau pengalaman yang mengarah kepada perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan menanggapi sesuatu. Pembelajaran motorik dapat diartikan sebagai proses belajar keahlian gerakan
dan penghalusan kemampuan motorik, serta variabel yang mendukung atau menghambat kemampuan seseorang melalui keahlian motorik. Untuk membantu dalam meningkatkan motorik kasar tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan permainan. Perkembangan motorik (Motor development) adalah perubahan secara progresif pada kontrol dan kemampuan untuk melakukan gerakan yang diperoleh melalui interaksi antara faktor kematangan (maturation) dan latihan/pengalaman (experiences) selama kehidupan yang dapat dilihat melalui perubahan/pergerakan yang dilakukan. Meningkatkan kemampuan motorik anak saat mereka di usia AUD membuat aktifitas fisik atau motorik mereka juga semakin banyak. Tidak heran jika anak-anak gemar sekali bermain tanpa mengenal lelah. Segala kegiatan anak selalu dilakukan dengan bermain dan bermain akan meningkatkan aktifitas anak. Maxim (Susilowati,2013) menyatakan bahwa, menyatakan bahwa aktivitas fisik akan meningkatkan pula rasa keingintahuan anak dan membuat anak-anak akan memperhatikan benda-benda untuk dapat menangkapnya, mencoba melemparkannya atau menjatuhkannya, mengambil, menggosok-gosok, dan meletakan kembali benda-benda kedalam tempatnya. Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan motorik kasar adalah gerakan yang melibatkan semua tubuh yang dilakukan oleh otot-otot kecil. Oleh karena itu, gerakan motorik kasar terlalu membutuhkan tenaga, akan tetapi membutuhkan koordinasi yang cermat serta ketelitian. Keterampilan motorik setiap orang pada dasarnya berbeda-beda tergantung pada banyaknya gerakan yang dikuasainya. Lebih lanjut Sujiono (dalam Erlinda,2014) menyatakan bahwa gerakan yang timbul dan terjadi pada motorik kasar merupakan gerakan yang terjadi dan melibatkan otototot besar dari bagian tubuh, dan memerlukan tenaga yang cukup besar Memperhatikan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan motorik kasar unsur-unsurnya identik dengan unsur yang dikembangkan dalam kebugaran jasmani pada umumnya.Hal ini sesuai pendapat Depdiknas (dalam Erlinda,
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) 2004) bahwa perkembangan motorik merupakan perkembangan unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh.Ada hubungan yang saling mempengaruhi antara kebugaran tubuh, keterampilan, dan kontrol motorik. Musfiroh (dalam Erlinda, 2014) menyatakan bahwa kebugaran jasmani dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu (a) kebugaran statistik, (b) kebugaran dinamis, (c) kebugaran motoris. Sumantri (dalam Apriani, 2013) mengatakan tujuan pengembangan motorik kasar adalah sebagai berikut, (1) mampu meningkatkan keterampilan gerak, (2) mampu memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani, (3) mampu menanamkan sikap percaya diri, (4) mampu bekerjasama dan (5) mampu berprilaku disiplin, jujur dan sportif. Sedangkan untuk fungsinya adalah (a) sebagai alat pemacu pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani dan kesehatan untuk anak usia dini, (b) sebagai alat untuk membentuk dan memperkuat tubuh anak usia dini, (c) sebagai alat melatih ketrampilan dan ketangkasan gerak juga daya pikir anak usia dini, (d) sebagai alat untuk meningkatkan perkembangan emosional, (e) ebagai alat untuk meningkatkan perkembangan sosialnya dan (f) sebagai alat untuk menumbuhkan perasaan senang dan memahami mamfaat kesehatan pribadi. Adapun kemampuan motorik kasar anak usia dini, khususnya anak TK (usia antara 5 sampai dengan 6 tahun adalah sebagai berikut: (1) memanjat tanggatangga di lapangan bermain, (2) menangkap bola pada tangan dengan siku menekuk, (3) menikung pada belokan tajam dengan sepeda roda tiga, (4) melempar bola melebihi 3,5 meter, (5) tetap seimbang ketika berjalan mundur, (6) menuruni tangga langkah demi langkah, (7) membawa gelas berisi air tanpa menumpahkan isinya, (8) berjalan mundur pada garis yang ditentukan, (9) berjinjit dengan tangan di pinggul, (10) melompatlompat dengan kaki bergantian, (11) berlari dan langsung menendang bola, dan (12) mengayunkan satu kaki ke depan atau ke belakang tanpa kehilangan keseimbangan. Permainan tradisional anak adalah salah satu bentuk folklore yang berupa
yang beredar secara lisan di antara anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional dan diwarisi turun temurun, serta banyak mempunyai variasi.Oleh karena itu termasuk folklore, maka sifat atau ciri-ciri dari permainan tradisional anak sudah tua usianya, tidak diketahui asal-usulnya, siapa penciptanya dan dari mana asalnya. Permainan tradisional biasanya tersebar dari mulut ke mulut dan kadang-kadang mengalami perubahan nama atau bentuk meskipun dasarnya sama. Engklek adalah permainan yang sudah ada secara turun temurun, permainanan ini dilakukan dengan cara berjalan atau melompat dengan menggunakan satu kaki Lindawati dalam Margareta (2015). Menurut Sukirman (2004), permainan tradisional anak merupakan unsur kebudayaan, karena mampu memberi pengaruh terhadap perkembangan kejiwaan, sifat, dan kehidupan sosial anak. Permainan tradisional merupakan aset budaya, yaitu modal bagi suatu masyarakat untuk mempertahankan eksistensi dan identitasnya di tengah masyarakat lain. Permainan tradisional bisa bertahan atau dipertahankan karena pada umunya mengandung unsur-unsur budaya dan nilainilai moral yang tinggi, seperti kejujuran, kecakapan, solidaritas, kesatuan dan persatuan, keterampilan dan keberanian. Pendapat lain dipaparkan oleh Mulyati (2013: 46) bahwa dinamakan engklek karena bermainnya menggunakan satu kaki yang dalam bahasa jawa artinya ‘engklek’. Anak yang menyukai permainan sederhana ini biasanya perempuan.Tapi laki-laki pun begitu melihat bisa ikut bergabung bermain.Jumlah pemain engklek bebas, biasanya 2 sampai 5 anak.Tempat bermain tidak memerlukan pekarangan luas tetapi datar sehingga bisa dilakukan di halaman rumah. Permainan engklek merupakan permainan tradisional lompat-lompatan pada bidang-bidang datar yang digambar diatas tanah, dengan membuat gambar kotak-kotak kemudian melompat dengan satu kaki dari satu kotak kekotak berikutnya.(Montolalu 2005:34) menyatakanPermainan engklek biasa dimainkan oleh 2 sampai 5 anak perempuan dan dilakukan di halaman.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Namun, sebelum kita memulai permainan ini kita harus menggambar kotak-kotak dipelataran semen, aspal atau tanah, menggambar 5 segi empat dempet vertical kemudian disebelah kanan dan kiri diberi lagi sebuah segi empat”. Wardani (2010:15)menyatakan “permainan engklek disebut juga dengan Somdah. Somdah merupakan permainan yang menggunakan media gambar persegi empat yang digambar di lantai ataupun di tanah”. Cara bermain permainan tradisional engklek cukup sederhana dengan melompat menggunakan satu kaki disetiap petak-petak yang telah digambarkan sebelumnya di tanah.Untuk dapat bermain setiap anak harus mempunyai kereweng atau gacuk yang biasanya berupa pecahan genting, keramik lantai ataupun batu yang datar.Kreweng/gacuk dilempar kesalah satu petak yang tergambar di tanah, petak yang ada gacuknya tidak boleh diinjak/ditempati oleh setiap pemain, jadi para pemain harus melompat ke petak berikutnya dengan satu kaki mengelilingi petak-petak yang ada.Saat melemparkannya tidak boleh melebihi kotak yang telah disediakan jika melebihi maka dinyatakan gugur dan diganti dengan pemain selanjutnya. Pemain yang menyelesaikan satu putaran terlebih dahulu melemparkan gacuk dengan cara membelakangi engkleknya, jika pas pada petak yang dikehendaki maka petak itu akan menjadi “sawah”nya, artinya dipetak tersebut pemain yang bersangkutan dapat menginjak petak tersebut dengan dua kaki, sementara pemain lain tidak boleh menginjak petak itu selama permainan. Peserta yang memiliki “sawah” paling banyak adalah pemenangnya.Permainan ini sangat seru karena biasanya paling sering kesalahan yang dilakukan adalah saat kita melempar gacuk tapi tidak pas dikotaknya atau meleset dari tempatnya. Secara umum, permainan-permainan tradisional khususnya engklek memberikan manfaat yang luar biasa pada perkembangan anak.Seperti dapat melatih kemampuan motorik kasar anak, kejujuran, kerjasama, kekompakan, ketrampilan, ketangkasan, keseimbangan, dan sikap, serta dapat melatih jiwa kesosialan anak dalam menghadapi kehidupan bermasyarakat.Berdasarkan uraian diatas
maka dapat disimpulkan bahwa permainan engklek dapat menambah perkembangan motorik kasar anak, hal ini dapat dilihat dari gerakan-gerakan yang dilakukan oleh anak dan jika kegiatan ini dapat terlaksana dengan teratur dapat menyeimbangkan kelenturan motorik anak. METODE Penelitian ini dirancang dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Penelitian ini merupakan PTK karena penelitian ini dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan penerapan suatu pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar. Dipilihnya PTK karena penelitian ini akan melakukan perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran dengan melakukan refleksi dan perbaikan pada setiap siklus penelitian. Perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam penelitian ini dilakukan meningkatkan kemampuan motorik kasar anak di kelompok B di PAUD Widhya Laksmi Singaraja. Penelitian ini dilaksanakan dan disesuaikan dengan kalender pendidikan di PAUD Widhya Laksmi Singaraja Semester II Tahun Ajaran 2015/2016 dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak di kelompok B di PAUD Widhya Laksmi Singaraja. Penelitian dilaksanakan kolaboratif antara guru dan peneliti. Dari tujuan PTK di atas semakin memantapkan penelitian untuk menggunakan motode penelitian ini, serta diharapkan dapat memberikan perbaikan dan meningkatkan proses belajar mengajar di dalam kelas. Ada berbagai macam desain model PTK yaitu Kurt Lewin, kemmis dan Mc Taggart, dan Elliot. Pada penelitian ini peneliti menerapkan desain model PTK dari Kemmis dan Mc Taggart, karena desain PTK model ini diangggap lebih mudah dalam prosedur tahapannya. Berikut adalah PTK menurut Kemmis dan Mc Taggar
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
Gambar 1. Model penelitian tindakan kelas menurut (Kemmis dan Mc Taggert) Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun tahun ajaran 2015/2016.Penentuan waktunya disesuaikan dengan kalender pendidikan di PAUD Widhya Laksmi Singaraja.Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di PAUD Widhya Laksmi desa Babakan Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng dalam kegiatan permainan. Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK). Pada hakikatnya PTK merupakan penelitian yang bertujuan untuk melakukan perbaikan terhadap proses pembelajaran. Terkait dengan hal tersebut, Agung (2010:24) menyatakan bahwa “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR) merupakan penelitian yang bersifat aplikasi (terapan), terbatas, segera, dan hasilnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan program pembelajaran yang sedang berjalan”. Sedangkan Lewin (dalam Kunandar, 2008:42) menyatakan bahwa “penelitian tindakan adalah suatu rangkaian langkah yang terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi”. Sementara itu menurut Ebbut (dalam Kunandar, 2008:43) “penelitian tindakan adalah kajian sistemik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.”Kunandar (2008:45) menyimpulkan bahwa “penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas.”
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan guru di kelasnya sendiri dengan tujuan agar dapat memperbaiki strategi dalam kegiatan proses belajar mengajar dan menambah pengetahuan serta keahlian guru sehingga guru dapat memberikan bimbingan dan arahan yang sesuai dengan kebutuhan anak di dalam kegiatan proses belajar mengajar. Menurut Kerlinger (dalam Agung, 2012:41) “Variabel adalah sebagai sebuah konsep”. Kemudian Suryabrata (dalam Agung, 2012:41) menyatakan bahwa “Variabel adalah segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian. Sering pula dikatakan variabel penelitian itu sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti”. Variabel penelitian ini adalah permainan tradisional engklek untuk meningkatkan kemampuan kemampuan motorik kasar anak.Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua variabel, yakni variabel bebas dan variabel terikat.Adapun variabel yang digunakan dalam penelitan ini, sebagai berikut. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah: penerapan tradisional engklek dan variabel terikatnya adalah kemampuan motorik kasar anak . Metode observasi adalah “suatu cara memperoleh atau mengumpulkan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang suatu objek tertentu” (Agung, 2014: 27).Observasi dilakukan untuk memperoleh data-data yang diinginkan sebagai objek pengamatan secara langsung. Nurkanca dan Sunartana (1990: 51) mendefinisikan bahwa “Observasi adalah suatu cara untuk mengadakan pengamatan secar langsung dan sistematis”. Berdasarkan dua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian secara langsung dan mencatat secara sistematis dengan alat observasi digunakan untuk mengumpulkan data perkembangan bahasa anak Kriteria keberhasilan pada penelitian ini adalah adanya peningkatan dalam
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) kemampuan motorik kasar pada anak kelompok B di PAUD Widhya Laksmi Singaraja. Penelitian ini dinyatakan berhasil jika terjadi perubahan positif skor rata-rata dari siklus I ke siklus berikutnya dan jika dikonversikan pada pedoman PAP Skala lima tentang tingkat kemampuan motorik kasar berada pada rentang 80-89 dengan kriteria tinggi. Apabila terjadi peningkatan skor rata-rata dari siklus berikutnya dan mampu mencapai kriteria tinggi maka dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan permainan tradisional engklek berjalan dengan efesien dan efektif HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus.Data yang dikumpulkan adalah mengenai peningkatan kemampuan motorik kasar anak dengan menerapkan permainan tradisional engklek.Data yang dimaksud berupa hasil observasi dari kemampuan motorik kasar anakmelalui pnerapan permainan tradisional engklek.Hasil dari analisis data penelitian ini dipaparkan sebagai berikut. Siklus I dilaksanakan selama enam kali pertemuan.Lima kali pertemuan untuk melaksanakan penerapan permainan tradisional engklek dan satu kali pertemuan untuk melaksanakan evaluasi penilaian kemampuan motorik kasar pada anak kelompokB yang berjumlah 28 orang.Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 2 Mei 2016. Data hasil belajar anak pada kemampuan motorik kasar anak disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, menghitung Modus (Mo), Mean (Me), Mean (M), grafik polygon, serta membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP skala lima. Berdasarkan dari hasil penelitian bahwa, penerapan permainan tradisional engklek dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak kelompok B di PAUD WidhyaLaksmi Singaraja semester II tahun ajaran 2015/2016.Hal ini dapat dilihat dari analisis kemampuan anak yang sudah mau mengikuti permainan serta mengikuti aturan yang sudah diberikan oleh guru.
Gambar 2. Grafik Kemampuan Motorik Kasar Siklus I Grafik polygon di atas menunjukkan bahwa Mo < Me < M (4 < 5 < 5,07).Berdasarkan gambar tersebut dinyatakan bahwa kebanyakan data hasil belajar siswa.Berdasarkan gambar tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kebanyakan datahasil belajar kemampuan motorik kasar pada siklus I cenderung rendah dan kurva juling positif. Dari hasil pengamatan dan temuan yang dilakukan selama siklus I terdapat beberapa masalah yang menyebabkan hasil kemampuan motorik kasar anak berada pada kriteria rendah, sehingga masih perlu ditingkatkan pada siklus II.Adapun kendala-kendala yang dihadapi peneliti saat penerapan permainan tradisonal engklek pada siklus I adalah sebagai berikut. 1. Penjelasan atau penyampaian intruksi dari guru yang kurang dipahami anak sehingga menyebabkan anak kurang fokus memperhatikannya dalam mengikuti kegiatan permainan engklek tersebut, sehingga anak kurang memahami cara memainkan permainan tentang yang dijelaskan oleh guru.2. Beberapa anak takut untuk mengikuti kegiatan permainan engklek. Hal ini di karenakan anak takut terjatuh karena tidak seimbang.3. Beberapa anak terlihat kurang mampu melakukan karena anak lebih senang untuk melihat-lihat temannya yang lain bermain. Ada juga anak yang terlihat mengganggu temannya yang mengikuti permainan sehingga membuat hanya beberapa anak saja yang serius. Anak kebanyakan bermain dengan temannya karena anak yang berjumlah 28 didampingi
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) oleh satu orang guru sehingga anak kurang mendapat perhatian dari guru. Solusi yang dilakukan peneliti untuk mengatasi kendala-kendala diatas sebagai berikut, 1. Guru memperbaiki cara penyampaian penjelasan tentang permainan engklek agar anak tertarik serta antusias dalam mengikuti permainan.2. Menciptakan suasana yang menarik perhatian siswa sehingga siswa fokus perhatiannya saat menjelaskan. Misalnya dengan suasana duduk yang terdahulu diawali dengan bernyanyi bersama.3. Membimbing, mendampingi dan memberi reward berupa bintang maupun pujian agar anak termotivasi dan mau mencoba serta tidak merasa takut dalam melaksanakan perintah guru. Berdasarkan data hasil kemampuan motorik kasar pada siklus II maka data tersebut kemudian dianalisis dengan menyajikan pada tabel distribusi, menghitung modus, median, mean. Sebelum menyajikan data pada tabel distribusi maka ditentukan terlebih dahulu rentangan data hasil belajar anak pada siklus II.
Gambar 3 Grafik Kemampuan Motorik Kasar Siklus II Gambar tersebut menunjukan bahwa harga statistik : Mo >Me ˃M (9 >8 ˃7,92). Berdasarkan gambar tersebut dapat dapat di interpretasikan bahwa kebanyakan data hasil kemampuan motorik kasar pada siklus II cenderung tinggi dan kurva juling negatif.
Secara umum proses pembelajaran dengan menerapkan permainan tradisional engklek untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak sudah berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-rata nilai kemampuan motorik dari siklus I ke siklus II. Pelaksanaan perbaikan proses pembelajaran siklus I membuat adanya peningkatan proses pembelajaran yang diperlihatkan melalui peningkatan kemampuan motorik kasar anak pada pelaksanaan siklus II. Proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang direncanakan oleh peneliti, sehingga kemampuan motorik kasar anak akan meningkat. Dilihat dari rata-rata persentase hasil belajar kemampuan motorik kasar pada siklus I 56,33 %dan rata-rata persentase hasil belajar kemampuan pada siklus II 88 %.Hal ini menunjukan adanya peningkatan rata-rata perrsentase hasil belajar kemampuan motorik kasar anak dari siklus I ke siklus II sebesar 31,67 %.Hasil persentase dikorversikan ke dalam PAP skala lima pada siklus I berada pada kategori rendah dan siklus II berada pada kategori tinggi.Jadi penelitian ini cukup dilakukan sampai di siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa permainan tradisional engklek berpengaruh positif kemampuan motorik anak. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan pada kemampuan motorik kasar anak setelah diterapkanya permainan tradisional engklek pada anak kelompok B di PAUD Widhya Laksmi Singaraja. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian berdasarkan teori diatas maka ini berarti bahwa dengan penerapan permainan tradisional engklek dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak kelompok B semester II tahun ajaran 2015/2016 di PAUD Widhya Laksmi Singaraja. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.Terdapat peningkatan kemampuan motorik kasar anak kelompok B PAUD
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Widhya Laksmi Singaraja setelah menerapkan permainan tradisional engklek sebesar 31,67%. Ini terlihat peningkatan rata-rata persentase kemampuan motorik kasar pada siklus I sebesar 56,33% yang berada pada kategori rendah menjadi sebesar 88,00% pada siklus II yang berada pada kategori tinggi. Berdasarkan simpulan di atas, dapat diajukan saran-saran kepada guru, disarankan lebih kreatif dalam memilih dan menerapkan metode serta media pembelajaran sesuai dengan karakteristik anak.Kepada siswa disarankan lebih memperhatikan kegitan pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.Kepada kepala sekolah disarankan mampu memberikan suatu informasi mengenai metode dan media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran berlangsung secara efektif, efisien dan inovatif.Kepada peneliti disarankan untuk mengadakan peneliti lebih lanjut sebagai penyempurnaan dari penerapan permainan tradisional engklek. DAFTAR RUJUKAN Agung. A. A. Gede. 2012. MetodologiPenelitianPendidikan.Sin garaja: Undiksha. -------.2011.MetodologiPenelitianPendidikan (SuatuPengantar). Singaraja: FakultasIlmuPendidikanUndiksha Singaraja. Apriani Dian.2013. Penerapan Permainan Tradisional Engklek untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Kelompok B RA AL Hidayah 2 Tarik Sidoarjo. PaudTeratai. Vol.2 No.1tersediapadahttp://ejournal.u nesa.ac.id/index.php/paudteratai/article/view/3282 (diaksespadatanggal 21 Januari 2016) Erlinda Esti. 2014. Pengembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini Melalui Permainan”Melempar dan Menangkap Bola. Tersedia pada http://repository.unib.ac.id/8663/2/I,II ,III,II-14-est.FK.pdf (diakses pada tanggal 25 maret 2015)
Fitriyatul, Atik. 2013. Permainan “Bakiak Race” untuk Meningkatkan Motorik Kasar Anak Autis Hipoaktif. Tersedia pada http://dokumen.tips/searh (diakses pada tanggal 1 April 2015) Hurlock, Elizabeth B. 1997. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga Kanca, I Nyoman. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Singaraja :Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha. Kristanto, M. 2014. Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar (Keseimbangan Tubuh) Anak Melalui Permainan Tradisional Engklek Di Kelompok B. Tersedia padahttp://ejurnal.upgrismg.ac.id/index.php/pau dia/article/download/513/466(diakse s pada tanggal 25 maret 2016) Montolalu B,E.F, dkk. 2005. Bermain dan Permainan anak. Jakarta: Universitas Muchlisin, Badiatul. 2009. Fun Games For Kids. Yogyakarta: Power Books Mulyani, Sri. 2013. 45 PermainanTradisionalAnak Indonesia. Yogyakarta: Langensari Publishing. Rahyubi, Heri. 2012. TeoriteoriBelajardanAplikasiPembelajaran Motorik. Majalengka: Referens. Sugandhi, Nani M &Syamsu Yusuf L.N. 2012.PerkembanganPesertaDidik. Jakarta: PT RajagrafindoPersada Sudono, Anggani. 2000. Sumber Belajar dan Alat Permainan untuk PAUD. Jakarta:Depdikbud. Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar PAUD. Jakarta: Indeks. Sukirman, Damar. 2008. Permainan Tradisional Jawa. Yogyakarta: Kepel Press.. Susilowati, Evi. 2013. Upaya Meningkatkan Motorik Kasar Anak Usia Dini Melalui Gerak Tari Pada Kelompok B di Satuan Sejenis Mahardika. Tersedia pada http://e-journal.ikipveteran.ac.id/index.php/belia/article/ view/173 (diakses pada tanggal 30 maret 2015)
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Suyadi. 2010. PsikologiBelajar PAUD, Yogyakarta: Pedagogia. Universitas Terbuka Wardani, Dani. 2010. Permainan Tradisional yang Mendidik. Yogyakarta: Cakrawala.