Siti Wulandari | 587
PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KONKRET UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SD Oleh Siti Wulandari
[email protected] Krisma Widi Wardani
[email protected] Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendiskripsikan penerapan pendekatan scientific dengan menggunakan media konkret, 2. Meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika melalui penerapan pendekatan scientific dengan menggunakan media konkret pada siswa kelas 3 SD Negeri Sidorejo Lor 01. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang menggunakan model dari Kemmis dan McTaggart. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus yang masing-masing siklusnya terdiri dari 3 pertemuan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 3 SD Negeri Sidorejo Lor 01 sebanyak 38 siswa. Teknik pengumpulan data yang dilakukan menggunakan tes, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini yaitu: 1. Penerapan pendekatan scientific dengan menggunakan media konkret dilaksanakan dengan langkah-langkah (1) Mengamati: Melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi dalam proses pembelajaran. (2) Menanya: Mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu dan kemampuan merumuskan pertanyaan. (3) Mencoba: Mengembangkan ketelitian, kesopanan, menghargai pendapat orang lain, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi. (4) Menalar: Kompetensi yang tercapai adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, dan berpikir kritis dalam menyimpulkan. (5) Mengomunikasikan: Mengembangkan ketelitian, toleransi, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. 2. Penerapan pendekatan scientific dengan menggunakan media konkret meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran matematikakelas 3 SD Negeri Sidorejo Lor 01. Peningkatan ketuntasan hasil belajar pada pra siklus sebesar 34%, siklus I sebesar 71%, pada siklus II meningkat menjadi 92%. Kata Kunci: Pendekatan Scientific, Media Konkret, Hasil Belajar Matematika. PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu ilmu yang mendasari perkembangan teknologi dalam mengembangkan daya pikir manusia. Pembelajaran matematika
588 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 5, Juli 2017
membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Dalam Kurikulum SD/MI tahun 2013 pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam 3 (tiga) hal, yaitu integrasi sikap, kemampuan/keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran serta pengintegrasian berbagai konsep dasar yang berkaitan (dokumen kurikulum 2013). Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 dilaksanakan salah satunya dengan pendekatan ilmiah (scientific). Penerapan pendekatan scientific menjadi tantangan guru melalui pengembangan aktivitas siswa yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan. Pendekatan scientific tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir, namum proses pembelajaran dipandang sangat penting, oleh karena pembelajaran scientific menekankan pada keterampilan proses. Pendekatan scientific ini menekankan pada proses pencarian pengetahuan daripada transfer pengetahuan. Peserta didik dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, guru hanyalah seorang fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar. Siswa didorong lebih mampu dalam mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan atau mempresentasikan hal-hal yang dipelajari dari fenomena alam ataupun pengalaman langsung (Kemendikbud, 2013:203, 212). Berdasarkan observasi yang dilakukan pada siswa kelas 3 SD Negeri Sidorejo Lor 01 kota Salatiga mata pelajaran matematika, diketahui bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Dilihat dari hasil Penilaian Akhir Semester I, masih banyak siswa yang mendapat nilai dibawah KKM, dimana KKM yang di tentukan adalah 70. Dari 38 siswa yang belum mencapai KKM sejumlah 25 siswa, dan yang mencapai KKM ada 13 siswa. Rendahnya jumlah siswa tuntas KKM karena kurang maksimalnya penerapan pendekatan pembelajaran yang baik. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya kreatifitas yang ditumbuhkan dalam proses belajar mengajar seta minimnya kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengungkapkan pendapatnya dan bebas bereksplorasi. Siswa lebih banyak menerima apa yang disampaikan guru secara teoritis. Hal ini membuat siswa kurang aktif dan sulit memahami apa yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa merasa cepat bosan dan ini akan mempengaruhi nilai yang didapat siswa. Belajar matematika akan lebih efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan (Wardani, 2012). Untuk mengatasi masalah yang dihadapi, perlu adanya inovasi baik dalam penerapan pendekatan pembelajaran atau model pembelajaran yang akan digunakan serta perlu adanya media pembelajaran yang dapat mendukung proses belajar mengajar. Penerapan pendekatan scientific menggunakan media konkret dalam pembelajaran matematika ini lebih menekankan kepada peserta didik sebagai subjek belajar yang harus dilibatkan secara aktif, yakni siswa dapat mencari tahu sendiri fakta-fakta dan pengetahuan yang dikaitkan dengan materi pembelajaran. Penggunaan media konkret dipercaya dapat membantu guru menyampaikan pesan-pesan pembelajaran secara mudah sehingga siswa dapat menguasai pesan-pesan pembelajaran tersebut secara cepat, dan akurat. Rumusan masalah penelitian ini yaitu sebagi berikut: (1) Bagaimana penerapan Pendekatan Scientific dengan menggunakan media konkret dapat meningkatkan hasil
Siti Wulandari | 589
belajar matematika siswa kelas 3 SDN Sidorejo Lor 01? (2) Apakah dengan penerapan Pendekatan Scientific dengan menggunakan media konkret dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 3 SDN Sidorejo Lor 01? Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian adalah: (1) Mendiskripsikan penerapan Pendekatan Scientific dengan menggunakan media konkret untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika kelas 3 SDN Sidorejo Lor 01. (2) Meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika kelas 3 SDN Sidorejo Lor 01 dengan menerapkan Pendekatan Scientific dengan menggunakan media konkret. KAJIAN PUSTAKA Hakikat Matematika Matematika adalah ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Matematika merupakan ilmu pasti yang menggunakan nalar atau logika dan bahasa simbul atau ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif atau ilmu tentang pola keteraturan dan struktur yang terorganisasi yang digunakan untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan ke ruangan yang memudahkan manusia berfikir dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari (Ruseffendi dalam Heruman 2007:1, Abdurrahman 2012:225). Dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu pasti yang menggunakan nalar atau logika, dengan bahasa simbul yang digunakan untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan ke ruangan yang memudahkan manusia berfikir dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari dan bersifat universal, serta suatu badan ilmu yang di gunakan untuk menguasai teknologi masa depan. Pendekatan Scientific Pendekatan scientific atau ilmiah merupakan suatu cara atau mekanisme pembelajaran untuk memfasilitasi siswa agar mendapatkan pengetahuan atau keterampilan dengan prosedur yang didasarkan pada suatu metode ilmiah (Kemdikbud, 2013). Permendikbud no. 65 tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah telah mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran yang dipanduh dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah (scientific) dalam proses pembelajaran ini sering di sebut sebagai ciri khas dan menjadi kekuatan tersendiri dari keberadaan kurikulum 2013, yang tentunya menarik untuk di pelajari dan dielaborasi lebih lanjut. Secara sederhana pendekatan scientific merupakan suatu cara atau mekanisme untuk mendapatkan pengetahuan dengan prosedur yang didasarkan pada suatu metode ilmiah. Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non ilmiah. Pendekatan non ilmiah dimaksud meliputi semata-mata berdasarkan intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis. Perubahan proses pembelajaran (dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu) dan proses penilaian (dari berbasis output menjadi berbasis proses dan output). Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic assesment) yang menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar secara utuh (Permendiknas No.65 Tahun 2013).
590 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 5, Juli 2017
Pembelajaran scientific merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkahlangkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Pembelajaran merupakan proses ilmiah, karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan scientific dalam pembelajaran (Kemdikbud, 2013). Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah (scientific), para ilmuan lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive reasoning) ketimbang penalaran deduktif (deductive reasoning). Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. Metode scientific adalah proses berfikir untuk memecahkan masalah secara sistematis, empiris dan terkontrol. Kemdikbud (2013), memberikan konsepsi tersendiri bahwa pendekatan saintifik (scientific appoacch) dalam pembelajaran, di dalamnya mencakup komponen: (1) Mengamati (observasi). (2) Menanya (questioning). (3) Menalar (associating). (4) Mencoba (experimenting). (5) Mengkomunikasikan (comunicating). Pendekatan scientific merujuk pada teknik-teknik investigasi atas fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Dari pendapat di atas, pendekatan scientific merupakan pendekatan dalam proses pembelajaran dimana siswa di ajak mengamati suatu obyek yang akan di pelajari dan diberikan kesempatan untuk membuat pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari hasil pengamatannya, kemudian siswa diberikan keleluasaan untuk melakukan percobaan dengan pengalaman keilmuan yang dimilikinya serta mengelolah hasil dari percobaan yang dilakukan, juga diharapkan siswa mampu untuk menyajikan serta menarik kesimpulan dari apa yang telah dipelajari, selainitu siswa juga dapat menciptakan sesuatu yang dikumpulkan dari fakta-fakta keilmuan yang dimiliki. Adapun karakteristik pendekatan scientific menurut Kemdikbud (2013), adalah sebagai berikut: 1. Subtansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. 2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. 3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran. 4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran. 5. Mendorong dan menginspirasi siswa dalam memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. 6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan.
Siti Wulandari | 591
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem penyajiannya. Media Konkret Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Menurut Gagne (dalam Shofyan, 2010) menyatakan bahwa media pembelajaran yaitu berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangya untuk berpikir. Schram (dalam Sudrajat, 2008) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfatkan untuk keperluan pembelajaran. Menurut Ibrahim dan Nana Syaodih (2003:119), menyatakan bahwa “media benda konkret adalah objek yang sesungguhnya yang akan memberikan rangsangan yang amat penting bagi siswa dalam mempelajari berbagai hal, terutama yang menyangkut pengembangan keterampilan tertentu. “Pengertian media benda konkret juga dapat diartikan alat peraga seperti yang dikemukakan oleh Subari (1994:95), bahwa “alat peraga adalah alat yang digunakan oleh pengajar untuk mewujudkan atau mendemonstrasikan bahan pengajaran guna memberikan pengertian atau gambaran yang sangat jelas tentang pelajaran yang diberikan.” Selanjutnya Subari juga menjelaskan bahwa ditinjau dari sifatnya alat peraga dibedakan menjadi tiga, yaitu: alat-alat peraga yang asli, alat-alat peraga dari benda pengganti, alat-alat yang terbuat dari benda abstrak. Berdasarkan tiga macam alat peraga yang disebutkan, masing-masing mempunyai pengertian yang berbedabeda. Pengertian yang berkaitan dengan media benda konkret yaitu alat peraga yang asli, dimana menurut Subari “alat-alat peraga yang asli maksudnya adalah bendabenda yang digunakan untuk alat peraga itu benda yang sebenarnya.” Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Media Benda Konkret ini merupakan benda yang sebenarnya, benda/media yang membantu pengalaman nyata peserta didik. Media benda konkret memiliki fungsi selain untuk memberi pengalaman nyata dalam kehidupan siswa juga berfungsi untuk menarik minat belajar siswa. Hasil Belajar Keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran dapat dilihat melalui hasil belajar. Menurut Mulyasa (2008), hasil belajar merupakan prestasi belajar siswa secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan. Kompetensi yang harus dikuasai siswa perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar siswa yang mengacu pada pengalaman langsung. Suprihatiningrum (2014:37), mengemukakan bahwa hasil belajar adalah suatu (kapabilitas) kemampuan yang telah diperoleh siswa setelah melakukan proses belajar-mengajar, kemampuan yang diperoleh yaitu terdiri dari 3 aspek: aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal ini sejalan dengan Abdurrahman (2012:29), hasil belajar merupakan kemampuan yang di peroleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Abdurrahman (2012:26), secara garis besar membagi hasil belajarmenjadi tiga aspek antara lain: Kognitif, Efektif dan Psikomotor. Ketiga aspek tersebut sangat berkaitan dan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Apabila
592 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 5, Juli 2017
aspek-aspek tersebut tidak ada dalam diri siswa, maka hasil belajar siswa tidak akan terjadi secara maksimal. Selain itu, antara suatu aspek dengan aspek yang lain juga harus seimbang, agar hasil belajar yang dicapai dapat maksimal. Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa sesuatu yang disebut Hasil Belajar adalah hasil yang dicapai berupa ketercapaian indikator berupa nilai yang didapatkan atau diperoleh siswa, kemampuan yang diperoleh yaitu terdiri dari 3 aspek: aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas atau PTK. Penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa kelas 3 semester II. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus dengan 4 tahapan yaitu: Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi dan Refleksi. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendekatan scientific dengan menggunakan media konkret sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar. Penelitian di laksanakan di SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga pada 22-27 Juni 2017. Dengan subjek yang diteliti adalah siswa kelas 3 semester II mata pelajaran matematika materi bangun datar dan bangun ruang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini anatara lain: 1. Teknik Tes, tes yang digunakan adalah untuk mengukur hasil belajar kognitif dalam bentuk tes soal pilihan ganda dan uraian. 2. Teknik Observasi, dengan menggunakan lembar observasi untuk mendapatkan data tentang pencapaian pengajar dalam pemberian perlakuan di dalam kelas. 3. Teknik Dokumentasi, dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan menghimpun dokumen-dokumen baik tertulis, gambar, maupun elektronik. Dalam penelitian ini yang paling utama adalah dokumen berupa gambar kegiatan siswa saat proses pembelajaran. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Scientifik dengan menggunakan media konkret Siklus I Pelaksanaan siklus I ini dilakukan dalam 3 kali pertemuan dengan alokasi waktu masing-masing pertemuan selama 6 x 35 menit. Pertemuan pertama pada siklus I tahap pelaksanaan Siswa diminta mengamati bentuk planet dan matahari yang berbentuk lingkaran menggunakan media konkret bangun datar (Mengamati), Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai teknik membuat lingakaran dengan menjiplak, menggunakan jangka, juga melalui kegiatan melipat dan menggunting kertas (Mengamati). Siswa diminta berlatih membuat lingkaran sebanyak 9 buah, dengan berbagai ukuran, untuk mewakili planet-planet dan matahari (Mencoba). Lingkaran yang dibuat akan diberi gambar dan diwarnai seperti planet dan matahari, gambar tersebut diminta agar ditempelkan pada gambar lintasan/orbit pada tata surya yang ada di buku (Mencoba). Siswa bersama guru meneliti hasil karya siswa (Menalar). Siswa diminta mengamati bentuk-bentuk bangun datar selain lingkaran (Mengamati). Siswa diminta membuat pertanyaan dengan menggunakan kata “Apa” sesuai apa yang mereka telah amati, kemudian siswa diminta untuk menanyakan hal
Siti Wulandari | 593
tersebut kepada guru (Menanya). Siswa bersama dengan guru membahas tentang bangun datar yang ditanyakan (Menalar). Siswa diminta menuliskan bentuk bangun datar sebanyak-banyaknya (Mencoba). Siswa diminta menuliskan hasil pengamatan kedalam LKS yang telah dibagikan (Mencoba). Siswa bersama guru membahas tentang bentuk dan sifat dari bangun datar. (persegi, persegi panjang, segitiga, trapesium, jajaran genjang, belah ketupat, layang-layang, sisi dan sudut) (Menalar). Siswa mengidentifikasi benda-benda yang memiliki kemiripan bentuk dengan bangun datar yang disebutkan (Menalar). Siswa mengidentifikasi hubungan antar bangun datar. Misalnya, bangun segitiga dapat dibuat dari bangun persegi dan persegi panjang (Menalar). Siswa berlatih membuat berbagai bangun datar dengan cara melipat dan menggunting kertas, lalu di minta untuk menempelkan pada tempat yang tersedia (Mencoba). Salah satu kelompok diminta untuk mempersentasikan hasil karyanya di depan kelas (Mengkomunikasikan), media tersebut bermanfaat untuk a) Mengidentifikasi bentuk-bentuk bangun datar. b) Menjelaskan hubungan dua bangun datar. c) Membuat bangun datar melalui kegiatan melipat dan menggunting. Pada pertemuan kedua mengulas mengenai Membuat jaring-jaring bangun ruang dan cara memudahkan pemahaman siswa tentang jaring-jaring bangun ruang dapat memanfaatkan kertas lipat, kertas karton maupun kemasan-kemasan bekas yang berbentuk bangun ruang, seperti bekas kemasan pasta gigi, kemasan obat, kemasan alat kecantikan dan lain-lain sebagai media, yang kemudian kemasan-kemasan tersebut digunting menurut jaring-jaringnya. Tahapan pendekatan scientifik pada pertemuan kedua yaitu Siswa mengamati globe yang menyerupai bentuk bangun ruang bola (Mengamati). Siswa diminta menyebutkan bangun-bangun ruang lainnya yang mereka kenal (Mengkomunikasikan). Siswa diberikan kesempatan bertanya mengenai bangun ruang dan jika siswa sulit mengungkapkan pertanyaanya, siswa diminta untuk menuliskanya (Menanya). Siswa dan guru membahas pertanyaan yang muncul (Menalar). Siswa diminta untuk membawa kardus bekas atau kemasan untuk mengamati bentuk-bentuk bangun datar yang membentuk kardus (Mengamati). Siswa diminta untuk membuka kardus kemasan dan mengamati bentuk jaring-jaring bangun (Mengamati). Siswa bersama guru membahas tentang jaring-jaring merupakan gabungan dari bangun datar (Menalar). Siswa menanggapi penjelasan guru mengenai jaring-jaring sebagai gabungan bangun datar pembentuk bangun ruang (Mengkomunikasikan). Siswa mengidentifikasi jaring-jaring balok, kubus, tabung, kerucut, bola, limas dan prisma (Mengamati). Siswa berdiskusi dalam kelompok dan mencoba untuk membuka kotak kardus kemasan dengan cara yang berbeda dari sebelumnya Kegiatan ini bisa dilakukan dengan menggunting bagian rusuk kotak kardus (Mencoba). Siswa mengamati dan menggambarkan bentuk baru dari jaringjaring bangun yang telah di buka. (Mengamati dan Mencoba) Siswa diminta untuk mempresentasikan hasil kerjanya. (Mengkomunikasikan) Pada pertemuan ketiga siklus I, siswa diminta untuk mengerjakan soal evaluasi guna mengetahui hasil belajar dari siklus I. Hasil belajar pada siklus I menunjukkan bahwa rata-rata kelas yang diperoleh adalah 73 hal ini menunjukkan bahwa ada kenaikan rata-rata kelas, namun masih ada siswa yang belum tuntas sebanyak 11 siswa sehingga perlu untuk dilanjutkan siklus II.
594 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 5, Juli 2017
Siklus II Pada siklus II ini terdiri dari 3 pertemuan. Tujuan pembelajaran pada pertemuan pertama yaitu Menghasilkan berbagai bangun datar yang diperoleh melalui kegiatan melipat dan menggunting atau cara lainnya. Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut tahapan penerapan pedekatan scientifik yang dilakukan ialah Siswa diminta untuk memperhatikan gambar permukan bumi pada buku siswa dan bagian sudut yang ditandai pada gambar (Mengamati). Siswa dimotivasi untuk berani mengajukan pertanyaan-pertanyaan tersebut dalam bentuk lisan mengenai hal lain yang ingin mereka ketahui tentang bentuk rupa bumi (Menanya). Siswa diminta mengidentifikasi beberapa sudut lain yang terbentuk dari ketampakan muka bumi. Misalnya, puncak gunung, tebing, petak- petak sawah, dan kelokan sungai. (Menalar). Siswa mengamati benda-benda di sekitar yang membentuk sudut. (Mengamati). Siswa membandingkan besar sudut yang dibentuk oleh suatu benda dengan benda lain (Menalar). Siswa diajak untuk berpikir tentang pengertian sudut berdasarkan contohcontoh yang sudah diberikan. (Menalar). Siswa mendengarkan dan menanggapi penjelasan guru mengenai jenis-jenis/kelompok sudut, yaitu sudut tumpul, siku-siku, dan lancip. Guru menggambar beberapa jenis sudut di papan tulis dan meminta siswa untuk mengidentifikasi kelompok masing-masing sudut tersebut (Mencoba). Siswa diminta memperhatikan benda-benda disekitar dan menebak jenis sudut yang terbentuk dari objek tersebut (Menalar). Siswa mengerjakan latihan di buku siswa untuk mengidentifikasi sudut lancip, tumpul, dan siku-siku pada bangun dan benda-benda di sekitar (Mencoba). Siswa diminta untuk mempresentasikan hasil pekerjaan didepan kelas (Mengkomunikasikan), media yang digunakan pada petemuan pertama ialah Bola Dunia/Globe, kardus/kertas karton dan media konkret bangun datar. Pertemuan kedua dilakukan dengan tahapan sebagai berikut Siswa diminta membuat pertanyaan mengenai apa yang mereka temukan. (Menanya). Siswa dan guru bersama-sama mereview kembali tentang jenis-jenis bangun datar yang sudah mereka kenal, beserta dengan ciri-cirinya, jumlah sisi dan sudut (Menalar). Siswa diminta menyebutkan contoh bentangan alam di sekitar mereka yang menyerupai pola bangun datar yang sudah mereka kenal sebelumnya. Siswa diminta untuk menjelaskan alasan dari contoh yang mereka berikan (Mencoba). Siswa memerhatikan gambar beberapa bangun datar dan menyebutkan bangun yang memiliki sudut lancip, siku-siku, dan tumpul (Mencoba). Siswa menghitung jumlah sudut lancip, siku-siku, dan tumpul pada setiap bangun dan kemudian melengkapi tabel yang terdapat pada buku siswa (Mencoba). Siswa diminta untuk mempresentasikan hasil pekerjaaanya (Mengkomunikasikan). Siswa dan guru bersama-sama mendiskusikan tabel hasil pengamatan siswa (Menalar). Siswa diminta untuk membuat 3 bangun datar dari kertas. Bangun pertama dilipat/digunting dengan posisi sembarang sehingga membentuk dua bangun datar yang baru (Mencoba). Siswa kemudian membandingkan sudut yang terbentuk dari bangun sebelumnya dengan sudut dari bangun yang baru (Menalar). Bangun kedua dilipat/digunting dengan posisi lipatan melintang diagonal dari salah satu sudut ke sudut lainnya. Seperti sebelumnya, siswa membandingkan besar dan jenis sudut yang terbentuk, apakah lancip, siku-siku, atau sudut tumpul (Mencoba) Siswa diminta untuk melipat/menggunting bangun yang ketiga dengan membagi dua sama besar salah satu sudut pada bangun datar tersebut, Guru membantu siswa yang kesulitan dan
Siti Wulandari | 595
membutuhkan bantuan jika diperlukan (Mencoba). Siswa diminta untuk mempresentasikan hasil pekerjaanya (Mengkomunikasikan), media pembelajaran yang digunakan ialah kertas lipat, kardus bekas dam contoh-contoh bentuk bangun datar dari kertas karton (media konkret). Pada pertemuan ketiga tindakan yang dilakukan ialah Siswa diminta mengamati dan mengidentifikasi hewan air yang membentuk pola bangun datar beraturan dan tidak beraturan pada buku siswa, ada bagian tubuh hewanhewan tersebut yang membentuk sudut. Misalnya, bintang laut dan beberapa jenis ikan (Mengamati). Siswa diminta untuk mengamati jumlah sudut dan jenis sudut yang terbentuk pada pola gambar hewan tersebut (Mengamati). Siswa diberikan kesempatan bertanya mengenai adakah sudut lancip, tumpul, maupun siku-siku dari hasil yang telah diamati (Menanya). Siswa mengidentifikasi contoh bangun datar beraturan dan tidak beraturan yang serta mencoba menggambarkannya (Menalar dan mencoba). Siswa juga diminta untuk membuat sebuah bangun datar tidak beraturan dari kertas dengan menggunakan gunting dan penggaris (Mencoba). Siswa diminta untuk menunjukkan bangun datar yang telah dibuat pada kelompok lain (Mengkomunikasikan). Siswa mengidentifikasi jenis sudut yang dimiliki bangun datar yang telah dibuat dan membandingkannya (Menalar). Siswa diminta untuk menghitung jumlah sudut dan membandingkan besar sudut yang terbentuk pada bangun-bangun datar tidak beraturan yang terdapat pada buku teks (Mencoba). Siswa bersama guru membahas tentang bangun-bangun datar beraturan dan tidak beraturan (Mengkomunikasikan). Siswa diarahkan untuk dapat menyimpulkan bahwa bangun datar yang memiliki jumlah sisi yang sama belum tentu memiliki besar sudut yang sama (Mengkomunikasikan). Hasil belajar siswa menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas diperoleh sebesar 84 dan nilai terendah adalah 60. Terdapat 8% atau 3 siswa yang belum tuntas, agar siswa ini dapat mencapai ketuntasan hasil belajar guru memberikan remidiasi dan pengulangan kepada 3 siswa yang belum tuntas. Dari siklus II ini hasil belajar siswa menunjukkan bahwa 92% siswa telah tuntas. Hal ini berarti secara klasikal hasil belajar siswa mengalami peningkatan mencapai 92% dari jumlah siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan scientific dengan menggunakan media konkret dalam mata pelajaran matematika dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar. Deskripsi Hasil Belajar Data kondisi awal dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan observasi, wawancara terhadap guru kelas dan dokumentasi daftar nilai hasil belajar siswa kelas 3 SDNegeri Sidorejo Lor 01 Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di sekolah yaitu 70. Nilai prasiklus diperoleh dari daftar nilai ulangan semester I. Selanjutnya pada Siklus I dan Siklus II dalam proses pembelajaran telah dilakukan tindakan berupa penerapan pendekatan scientific dengan menggunakan media konkret pada mata pelajaran matematika. Adapun hasil belajar siswa dapat dilihat perbandingannya pada tabel 1 Analisis Ketuntasan hasil belajar matematika.
596 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 5, Juli 2017
Tabel 1 : Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II No Ketuntasan Pra Siklus Siklus I Siklus II Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Tuntas 13 34% 27 71% 35 92% 2 Tidak Tuntas 22 66% 11 29% 3 8% Jumlah 38 100% 38 100% 38 100% Nilai rata-rata 58 73 84 Nilai tertinggi 85 80 95 Nilai terendah 35 50 60 Sumber : Data Hasil Penelitian (2017) Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat ketuntasan hasil belajar siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Dari tabel di atas nampak bahwa bukan hanya peningkatan jumlah Siswa Tuntas saja yang mengalami peningkatan, namun juga nilai rata-rata siswa juga meningkat, diikuti dengan peningkatan nilai pada nilai terendah baik di siklus I dan siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pendekatan scientific dengan menggunakan media konkret dalam mata pelajaran matematika dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar. Perbandingan persentase ketuntasan hasil belajar matematika pada pra siklus, siklus I, dan siklus II dapat digambarkan melalui diagram gambar sebagai berikut: Gambar 1:Diagram Perbandingan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II 100%
92%
80% 60% 40%
66%
73% Tuntas
34%
20%
Tidak Tuntas
27% 8%
0% Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Sumber : Data Hasil Penelitian (2017) Semakin meningkatnya persentase Tuntas dan menurunnya persentase Tidak tuntas membuktikan bahwa penerapan pendekatan scientific dengan menggunakan media konkret dalam mata pelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar. PEMBAHASAN Penerapan pendekatan scientific dengan menggunakan media konkret dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagi berikut: (1) Mengamati (Observing): melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal-hal yang penting menggunakan media konkret bangun datar dan
Siti Wulandari | 597
bangun ruang. Pelaksanaan tersebut mendorong peserta didik tertantang, senang terhadap proses pembelajaran, dan dapat memenuhi rasa keingin tahuan. Adapun kompetensi yang tercapai adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi dalam proses pembelajaran. (2) Menanya (Questioning): Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dan dibaca. Peserta didik dibimbing untuk dapat mengajukan pertanyaan tentang hasil pengamatan terhadap media konkret. Dalam hal ini, pertanyaan yang digunakan peserta didik dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik. Adapun pertanyaan yang digunakan dalam proses pembelajaran sebagai berikut: (a) Pertanyaan faktual: nama dan sifat bangun datar serta bangun ruang. (b) Pertanyaan konseptual: pengertian bangun datar dan bangun ruang. (c) Pertanyaan prosedural: cara membuat dan menghubungan bangun bangun datar sehingga membentuk jaring-jaring dan bangun ruang. (d) Pertanyaan hipotetik: cara membentuk jaring-jaring dan bangun ruang. Kompetensi yang dicapai dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu dan kemampuan merumuskan pertanyaan. (3) Mencoba (Experimenting):Peserta didik mencoba membuat sesuatu, mendemonstrasikan dan bereksperimen untuk mendapatkan jawaban atau penemuan dari percobaanya menggunakan media konkret. Adapun kompetensi yang tercapai adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari. (4) Menalar (Associating):Peserta didik menganalisis informasi yang telah diperoleh dari percobaanya melalui media konkret. Adapun kompetensi yang dicapai adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, dan berpikir kritis dalam menyimpulkan. (5) Mengomunikasikan (Communicating): Peserta didik menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media yang digunakan dalam pembelajaran.Adapun kompetensi yang dicapai dalam kegiatan mengkomunikasikan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Penerapan pendekatan scientific dengan menggunakan media konkret meningkatkan hasil belajar siswa kelas 3 SD Negeri Sidorejo Lor 01. Peningkatan ketuntasan hasil belajar pada pra siklus sebesar 34%, siklus I sebesar 71%, pada siklus II meningkat menjadi 92%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Khajati, Urohmah, Sulistiyono yang melakukan penelitian dengan penerapan pendekatan pembelajran yang sama yaitu penerapan pendekatan scientific dengan menggunakan media konkret telah membuktikan bahwa dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada materi bangun datar, bangun ruang dan menunjukkan bahwa penerapan pendekatan scientific dengan menggunakan media konkret dapat berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatkan hasil belajar matematiksa siswa.
598 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 5, Juli 2017
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas maka dapat simpulkan bahwa: 1. Penerapan pendekatan scientific dengan menggunakan media konkret pada mata pelajaran matematika dapat diterapkan dengan langkah-langkah; (1) Mengamati: Melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi dalam proses pembelajaran. (2) Menanya: Mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu dan kemampuan merumuskan pertanyaan. (3) Mencoba: Mengembangkan ketelitian, kesopanan, menghargai pendapat orang lain, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi. (4) Menalar: Kompetensi yang tercapaian dalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, dan berpikir kritis dalam menyimpulkan. (5) Mengomunikasikan: Mengembangkan ketelitian, toleransi, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. 2. Penerapan scientific dengan menggunakan media konkret dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa kelas 3 SDN Sidorejo Lor 01 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Saran Pendekatan scientific dengan menggunakan media konkret dapat menjadi salah satu pilihan pendekatan pembelajaran guna membantu menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta mutu pembelajaran di sekolah. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak Kesulitan Belajar Teori, Diagnosis, dan Remediasinya. Jakarta: Rineka Cipta. Aisyah, Nyimas, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Depdiknas. Anonim, 2012. Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: BumiAksara. BSNP. 2013. Permendikbud nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdikbud. Daryanto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah. Yogyakarta: Gava Media. Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Indriana, Dina. 2011. Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Mengenal, Merancang,dan Mempraktikannya. Yogyakarta: DIVA Press. Iskandar. 2008. MetodologiPenelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: GP Press. Kemendikbud. 2016. Panduan Teknis Pembelajaran dan Penilain di Sekolah Dasar. Jakarta: Kemendikbud.
Siti Wulandari | 599
Kemendikbud. 2013. Pengembangan Kurikulum 2013. Paparan Mendikbud dalam Sosialisasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kemdikbud. Mendiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 41 Tahun 2007 Tentang “Standar Proses”. Jakarta: Depdiknas. Mulyasa. 2008. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nurul Syifa Urohmah. 2014. Penerapan Pendekatan Scientific dengan Media Konkret Dalam Peningkatan Pembelajaran Matematika Tentang Bangun Ruang Pada Siswa Kelas V Sd Negeri 2 Kaleng Tahun Ajaran 2014/2015. Jurnal Kalam Cendekia. Vol. 3,No. 3.1: 225-230.
Permendikbud. 2016. Standart Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Permendikbud. Purwanto. 2013. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Sri Khajati. 2016. Penerapan Pendekatan Saintifik dengan Media Konkret Dalam Peningkatan Hasil Belajar Matematika Tentang Bangun Datar Pada Siswa Kelas V Sd Negeri 2 Karangsari Tahun Ajaran 2016/2017. Jurnal Kalam Cendekia.Vol. 5,No. 2.1:142-146.
Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sudono. 2008. Sumber Belajar dan Alat Permainan. Jakarta: PT Grasindo. Sulistiyono, Azhar. 2014. Penerapan Pendekatan Scientific dengan Media Realia Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SDN Blotongan 03 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 (Tesis). Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana. Suparni & Ibrahim. 2012. Pembelajaran Matematika Teori Dan Aplikasinya. Yogyakarta: Suka press. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: Alfabeta. . 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. . 2015. Metodologi Penelitian dan Inovasi Pendidikan. Salatiga: Satya Wacana University Press. Wardani, Krisma Widi. 2012. Efektivitas Penerapan Permainan Menggunakan Aturan Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Matematika Kelas IV Semester I di SD Negeri Kawengen 02 Ungaran Timur Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2011/2012 (Doctoral dissertation, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP-UKSW). Wardani, Naniek Sulistya. 2012. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar. Salatiga: Widya Sari. Yamin, Martinis. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.