e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN PEMBERIAN SUGESTI POSITIF DENGAN MODEL SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V Nyoman Dewi Septiani1, I Nyoman Jampel2, I Komang Sudarma3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar1, Jurusan Teknologi Pendidikan2, Jurusan Teknologi Pendidikan3, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar Matematika dengan menerapkan sugesti positif dan model SAVI pada siswa kelas V tahun pelajaran 2015/2016 di SD Mutiara Singaraja. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan selama dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V tahun pelajaran 2015/2016 di SD Mutiara Singaraja, yang berjumlah 24 siswa. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes dan data dianalisis dengan teknik analisis statistik deskriptif. Berdasarkan hasil tes, pada siklus I rata-rata hasil belajar Matematika siswa yang diperoleh sebesar 78,5% (kategori cukup). Sedangkan siklus II rata-rata hasil belajar Matematika siswa sebesar 88% (kategori tinggi). Hal ini menunjukan bahwa penerapan pemberian sugesti positif dengan model SAVI dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Mutiara Singaraja. Kata kunci: Hasil Belajar, Model SAVI, Sugesti Positif
Abstract This research was aimed to know improvement the learning outcomes of mathematical by implementing positive suggestions and models SAVI in class V students in academic year 2015/2016 in SD Mutiara Singaraja. This research is a classroom action research conducted during two cycles. The subject of the research is the fifth grade students in the academic year 2015/2016 in SD Mutiara Singaraja, with 24 students. Collecting data in this study using the test method and the data were analyzed with descriptive statistical analysis techniques. Based on the test results, in the first cycle the average result of learning mathematics students who obtained 78.5% (enough category). While the second cycle average mathematics student learning outcomes by 88% (high category). This result showed that the implementing positive suggestions with SAVI model can improve learning outcomes Mathematical fifth grade students of SD Mutiara Singaraja. Key words: Learning outcomes, SAVI Model, Positive suggestions
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENDAHULUAN Guru merupakan salah satu unsur yang berperan di dalam proses pendidikan. Ketidak mampuan guru di dalam mengajar akan berdampak terhadap hasil belajar siswa pada setiap mata pelajaran, khusunya mata pelajaran matematika. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diwajibkan di Sekolah Dasar dari kelas rendah sampai dengan kelas tinggi. Menurut Subekti (2011:2), “matematika bukanlah sebuah pengetahuan yang tersendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri”. Selain itu Menurut Soedjadi (2003:143) “dewasa ini matematika sering dipandang sebagai bahasa ilmu, alat komunikasi antara ilmu dan ilmuwan serta merupakan alat analisis” Dengan demikian Matematika merupakan sebagai sarana strategis dalam mengembangkan kemampuan dan keterampilan intelektual. Pendidikan Matematika pada jenjang pendidikan dasar mempunyai peranan yang sangat penting sebab jenjang ini merupakan pondasi yang sangat menentukan dalam membentuk sikap, kecerdasan, dan kepribadian anak. Oleh karena itu, pelajaran matematika yang diberikan terutama pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dimaksudkan agar pada akhir setiap tahap pendidikan, peserta didik memiliki kemampuan tertentu bagi kehidupan selanjutnya. Adapun tujuan dibelajarkannya mata pelajaran matematika khusus di Sekolah Dasar aau Madrasah Ibtidayah menurut Japa dan Suarjana (2012:3) yaitu “siswa mampu memahami konsep matematika, mampu meemcahkan masalah dan mampu, mengkomunikasikan gagasan dengan media diagram, dll. Di lapangan menunjukan bahwa pembelajaran matematika sampai saat ini masih merupakan mata pelajaran yang ditakuti oleh sebagian anak didik. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman konsep yang dimiliki siswa dan kurangnya kemampuan guru dalam menyampaikan pembelajaran di dalam kelas. Selain itu, terkadang guru secara tidak sengaja maupun sengaja memberikan sugesti negatif kepada siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Sugesti negatif
yang diberikan guru secara tidak langsung dapat menghancurkan semangat dan niat belajar siswa. menurut Deporter, dkk (2005: 103) yaitu “kekuatan sugesti sangatlah mendalam”. Seseorang mampu mempengaruhi sesamanya dengan pemberian sugesti secara terus menerus. Dengan demikian, siswa menjadi tidak percaya diri di dalam belajar dan pada akhirnya siswa akan takut dengan mata pelajaran matematika. Rendahnya pemahaman konsep siswa dan kemampuan guru dalam mengajar akan berdampak pada hasil belajar matematika siswa yang bersangkutan sehingga dapat menyebabkan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan tidak tercapai. Dengan kata lain, pembelajaran dapat dikatakan kurang berhasil. Dewasa ini pelaksanaan pembelajaran Matematika di SD memang mengalami banyak permasalahan terutama mengenai rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika. Menurut Kofka (Abdurrahman, 2012: 24) hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kogniif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Hasil belajar yang diperoleh siswa dipengarhui oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari psikologis. Hasil belajar siswa yang rendah kemungkinan dipengaruhi oleh intelegensi, kemauan, dan bakat yang dimiliki siswa di dalam belajar. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa, salah satunya adalah penggunaan metode/model di dalam proses pembelajaran. Hal ini juga di tegaskan oleh Slameto (2003:65) bahwa “model atau metode mengajar mempengaruhi hasil belajar. Sehingga kesalahan guru di dalam memilih metode/model akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pada kenyataannya, permasalahan di atas terjadi pada siswa kelas V di SD mutiara Singaraja. Berdasarkan observasi langsung pada saat pembelajaran dan wawancara bersama bapak Made Egar Gunawan selaku guru mata pelajaran Matematika kelas V yang dilaksanakan di SD mutiara singaraja pada saat PPL Real 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
tahun 2015, diketahui permasalahan pelaksanaan pembelajaran Matematika sebagai berikut. 1) siswa kurang mampu memahami dan mengerti materi yang disampaikan guru. Hal ini mungkin dikarenakan kurangnya pemahaman konsep siswa 2) pembelajaran yang berlangsung hanya menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas yang mengakibatkan siswa merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran. 3) guru mengucapkan sebuah asumsi/sugesti negatif kepada siswa mengenai pembelajaran matematika. Setelah mengetahui salah satu penyebab rendahnya hasil belajar siswa adalah sugesti negatif sehingga dilakukan observasi mengenai pengucapan sugesti pada saat pembelajaran berlangsung. Observasi dilaksanakan di gugus VIII Kecamatan Sawan. Sujanto (2004:93) menyatakan bahwa “Sugesti merupakan rangkaian kata yang disusun dan disampaikan dengan cara, situasi, dan tujuan tertentu untuk mempengaruhi kehidupan seseorang”. Sugesti dibuat agar mampu mempengaruhi seseorang begitu juga dengan sugesti yang diucapkan guru pada saat pembelajaran berlangsung mampu mempengaruhi fikiran siswa. Jika seorang guru mampu memberikan sugesti positif secara terus-menerus maka siswa akan menerima pengalaman belajar yang positif, dan begitu sebaliknya (Meier, 2002) Berdasarkan hasil observasi, guru-guru cenderung lebih sering mengucapkan sugesti negatif dibandingkan dengan sugesti positif pada saat pembelajaran berlangsung. Berdasarkan observasi sugesti negatif yang sering disebutkan guru adalah ‘perhatikan, nanti anak-anak tidak bisa menjawab soal yang diberikan!’. Pengucapan sugesi negatif seperti yang disebutkan di atas mampu memberikan perasaan negatif kepada diri siswa. Sehingga siswa merasa materi yang sedang dipeljarinya memang benar-benar sulit. Selain itu, dapat membuat siswa merasa tegang karena harus benar-benar memperhatikan guru menjelaskan. Sedangkan sugesti positif yang sering diucapkan guru pada saat mengajar berdasarkan observasi yaitu ‘materi yang kita pelajari hari ini sangat membantu
anak-anak ketika belajar di jenjang yang lebih tinggi’. Pengucapan sugesti positif seperti yang dijelaskan mampu memberikan perasaan positif kepada siswa. Mengucapkan sugesti dengan penuh harapan dan ekspresi wajah yang meyakinkan mampu membuat siswa merasa bahwa materi yang sedang dipelajarinya akan sangat berguna ketika berada di jenjang yang lebih tinggi. Dengan begitu siswa dengan sendirinya akan memperhatikan guru menjelaskan. Gambar 1. Menunjukan bahwa kebiasaan guru mengucapkan sugesti negatif lebih sering daripada sugesti positif. 55% 50% 45% Sugesti Positif
sugesti Negatif
Gambar 1. Pengucapan Sugesti
Berdasarkan gambar 1. dapat simpulkan bahwa masih banyak guru-guru yang mengucapkan sugesti negatif pada saat pembelajaran berlangsung. Tanpa disadari, pengucapan sugesti tersebut nantinya akan berimbas pada hasil belajar siswa. Melalui studi dokumentasi, didapatkan nilai hasil belajar matematika siswa pada refleksi awal (pra siklus) kelas V SD Mutiara Singaraja sebelum diterapkan sebuah model pembelajaran dan pemberian sugesti positif. Kurve menunujukan bahwa nilai siswa cenderung rendah. Dari 24 siswa hanya 5 siswa yang sudah mencapai KKM yaitu 76. Artinya, sebanyak 19 siswa yang belum tuntas atau mencapai KKM Berdasarkan analisis angka ketuntasan belajar siswa yaitu 20,8% dan presentase rata-rata hasil belajar siswa adalah 64,5%. Untuk lebih jelasnya akan disajikan dalam bentuk tabel 1.
3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Tabel 1. Hasil Analisis Nilai Hasil Belajar Siswa Pada
Refleksi Awal Presentase Rata-Rata 64,5%
Mean
Median
Modus
12,9
14
12
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka dirasa perlu ditemukan solusi yang tepat guna mengoptimalkan kegiatan pembelajaran, sehingga siswa mampu menguasai materi dengan baik khususnya pada mata pelajaran Matematika. Oleh karena itu perlu diterapkannya sebuah model pembelajaran yang mampu mengoptimalkan siswa secara menyeluruh, membuat siswa ikut serta dan aktif dalam mengikuti pembelajaran, mampu melibatkan seluruh anggota tubuh untuk belajar dan mampu meningkatkan perhatian siswa. Pemilihan model pembelajaran harus dilandaskan pada pertimbangan menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar, yang tidak hanya menerima secara pasif apa yang disampaikan oleh pendidik, tetapi juga dapat mendorong peserta didik untuk aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran yang akan dijadikan solusi adalah model pembelajaran SAVI. SAVI (Somatic, Auditory, Vizualitation, Intellectualy) menurut Colin Rose (2002:115) “model SAVI adalah model pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki siswa”. Somatic adalah belajar dengan mengalami dan melakukan, Auditory adalah belajar dengan berbicara dan mendengar, Vizualitation adalah belajar dengan melihat, Intellectualy adalah menggunakan kemampuan berfikir. Meier (2002: 100) mengatakan bahwa “belajar bisa optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam satu peristiwa pembelajaran”. Maksudnya adalah Seorang siswa dapat belajar sedikit dengan menyaksikan presentasi (V), tetapi ia dapat belajar jauh lebih banyak jika dapat melakukan sesuatu ketika presentasi sedang berlangsung (S), membicarakan apa yang mereka pelajari (A), dan memikirkan cara menerapkan informasi dalam presentasi tersebut untuk
Ketuntasan Belajar 0%
menyelesaikan masalah-masalah yang ada (I). Pembelajaran dengan model SAVI akan tercapai dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, apabila mengikuti langkahlangkah dari model tersebut yaitu dimulai dari tahap persiapan. Pada tahap persiapan, guru membangkitkan minat belajar siswa dengan memerikan perasaan positif sebelum pembelajaran dimulai. Kedua tahap penyampaian, guru membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan cara yang menarik dan menyenangkan. Ketiga tahap pelatihan, guru membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Keempat tahap penampilan hasil, guru membantu siswa untuk menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru siswa. Selain dengan menerapkan model pembelajaran dalam mengajarkan matematika, guru harus mampu memberikan sebuah sugesti atau bayangan yang bersifat positif kepada siswa mengenai mata pelajaran matematika yang dewasa ini memiliki nilai negatif. Pemberian sugesti juga mampu untuk meningkatkan niat siswa dalam belajar dan membuat siswa menyadari bahwa sesungguhnya matematika ialah mudah. Dengan demikian, hasil belajar yang diperoleh cenderung maksimal. Pemberian sugesti akan terjadi sesuai dengan yang diharapkan apabila mengikuti empat tahapan dalam mensugesti. Empat tahapan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Memberikan tarikan dari luar, tarikan yang diberikan adalah berupa pengaruh dengan cara membujuk, memuji atau dengan menunjukkan kelemahan-kelemahan orang yang akan disugesti. Pengaruh yang diberikan mampu memberikan rangsangan untuk orang yang akan disugesti; 2) Rangsangan yang diberikan dapat 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
menyentuh hati bagi yang akan terkena; 3) Terjadinya pertentangan didalam diri seseorang. Pertentangan antara pertimbangan pribadi dengan pertimbangan yang diajurkan oleh orang yang membuat sugesti; 4) Seseorang tidak mampu mempertahankan pertimbangan pribadinya, sehingga terjadilah sugesti (Sujanto, 2004:94). Berdasarkan faktor-faktor di atas, model pembelajaran SAVI dengan pemberian sugesti positif ditengarai dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas V SD. Untuk itulah perlu dilaksanakan penelitian dengan judul “Penerapan Pemberian Sugesti Positif Dengan Model SAVI (Somatic, Auditory, Vizualitation, Intellectualy) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Di SD Mutiara Singaraja Tahun Pelajaran 2015/2016”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa setelah menerapkan pemberian sugesti positif dengan model SAVI kelas V di SD Mutiara Singaraja tahun pelajaran 2015/2016. Secara teoritis manfaat penelitian adalah untuk pengembangan keilmuan dibidang pembelajaran Matematika dan untuk menambah wawasan dalam penerapan sugesti positif terhadap guru di bidang matematika. Manfaat praktis yaitu (1) Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai Penerapan sugesti positif dengan model SAVI untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika. (2) Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan Dapat memberikan dorongan belajar yang tinggi melalui model pembelajaran matematika sehingga belajar lebih menarik. Dengan penerapan sugesti positif mengenai mata pelajaran matematika akan membangkitkan semangat belajar siswa dan merubah pola pikir siswa. (3) Bagi guru, hasil penelitin ini diharapkan Dapat dijadikan acuan dalam memilih dan mengembangkan model pembelajaran yang inovatif dan kreatif serta sesuai dengan materi yang akan diajarkan, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. selain itu, dengan menyelipkan
penerapkan sugesti positif mengenai mata pelajaran matamatika. (4) Bagi lembaga/Kepala sekolah, hasil peneltian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman dalam mengembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik sekolah sehingga Proses Belajar Mengajar (PBM) berjalan dengan lancar. Selain itu, dapat digunakan pula untuk perbaikan kualitas pembelajaran di sekolah masing-masing. METODE PENELITIAN Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di kelas V SD Mutiara Singaraja. Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2015/ 2016 pada bulan Februari 2016 sampai bulan Maret 2016. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Mutiara Singaraja yang berjumlah 24 siswa; 14 siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki. Objek penelitian ini adalah sugesti positif, hasil belajar matematika, dan model pembelajaran SAVI. Siklus yang dirancang pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini terdiri atas perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi. Pada siklus I dilaksanakan empat tahapan dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK), setelah tahap perencanaan, pelaksanaan, dan observasi/evaluasi berakhir maka akan di lakukan refleksi. Refleksi pada siklus I nantinya akan digunakan untuk menentukan tindakan selanjutnya yaitu dengan melanjutkan ke siklus II dengan tujuan agar penelitian yang diharapkan tercapai. Siklus II nantinya akan dilaksanakan untuk menindaklanjuti kendala-kendala yang ditemui pada siklus I. Tahapan yang dilakukan di siklus I dan siklus II adalah tetap. Pada siklus II juga terdapat tahap refleksi. Refleksi yang dilakukan di siklus II digunakan untuk mengetahui penelitian yang dilakukan sudah berhasil atau sebaliknya. Apabila tindakan di siklus II sesuai dengan indikator/ kriteria keberhasilan maka penelitian bisa dihentikan dan dapat dilaksanakan selama 2 siklus saja. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Maka dari 5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
itu, digunakan metode tes untuk mengumpulkan data hasil belajar matematika kelas V di SD Mutiara Singaraja. Tes yang diberikan berupa soal objektif dan soal isian yang terdiri dari 10 soal objektif dan 4 soal isian. Setelah data terkumpul langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menganalisis data atau mengolah data. Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif., Agung (2010: 76) menyatakan bahwa ”metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan menyusun secara sistematis angka-angka atau persentase mengenai keadaan suatu objek sehingga diperoleh kesimpulan umum”. Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tingkatan tinggi rendahnya hasil belajar Matematika Siswa yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan Matematika skala lima. Sebelum data yang di dapat ditentukan ke dalam Penilaian Acuan Patokan Matematika skala lima, data diolah dengan menghitung mean, median, modus untuk mengetahui nilai siswa cenderung rendah atau tinggi yang kemudian akan disajikan dalam bentuk kurve. Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan menentukan: a. Menentukan tabel distribusi frekuensi b. Menghitung modus dengan rumus: 𝑏1 Mo = b + i [ ] (i)
e. Menyajikan data ke dalam grafik poligon dan menentukan letak Mo, Me, M dalam kurva. Hubungan antara mean (M), median (Md), dan modus (Mo) dapat digunakan untuk menentukan kemiringan histogram distribusi frekuensi. Analisis hasil belajar Matematika siswa untuk menghitung angka rata-rata (Mean) digunakan rumus yang dimodifikasi dari Agung sebagai berikut sebagai berikut.
Selanjutnya, rumus yang digunakan dalam menghitung persentase hasil belajar adalah sebagai berikut.
𝑛− 𝑓𝑘𝑏 𝑓𝑚
]
KB =
100% (v)
∑𝑁 𝑁
𝑥 100%
(vi)
Keterangan : KB = Ketuntasan belajar N = Jumlah individu ΣN=Jumlah siswa yang mendapatkan nilai di atas kriteria yang diharapkan
(ii)
Tingkatan hasil belajar Matematika siswa dapat ditentukan dengan membandingkan M% atau rata-rata persen ke dalam PAP skala lima. Seperti 90-100 dikatagorikan sangat tinggi, 80-89 dikatagorikan tinggi, 65-79 dikatagorikan sedang, 55-64 dikatagorikan rendah dan 054 dikatagorikan sangat rendah. Untuk lebih jelasnya akan disajikan pada tabel 2.
X n
𝑁𝑀𝐼
Keterangan: M(%) = Rata-rata Persen M = Rata-rata Nilai SMI = Skor Maksimal Ideal
d. Menghitung mean dengan rumus:
M
𝑀
M%
c. Menghitung median dengan rumus: 1
(iv)
𝑁
Keterangan: M = Mean (rata-rata) Σf X = Jumlah nilai klasikal N = Jumlah individu
𝑏1+𝑏2
Me = b + i [2
∑ fx
…
M
(iii)
6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Tabel 2. PAP Skala Lima Hasil Belajar Matematika
Persentase (%)
Kriteria Hasil Belajar Matematika
90 – 100 80 – 89 65 – 79 55 – 64 0 – 54
Sangat tinggi Tinggi Cukup kurang Sangat kurang
Kriteria keberhasilan yang sudah ditentukan di penelitian ini yaitu dikatakan tuntas apabila ≥ 85% siswa mendapatkan skor sama dengan atau lebih dari 85. Hal ini berarti bahwa siswa sudah memahami materi dengan baik atau tuntas maka tindakan dapat dihentikan.
Nilai rata-rata hasil belajar Matematika pada siklus I sebesar 78,5%. Tingkat hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika dengan materi Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang siklus I berada pada kategori cukup. Kriteria tingkat hasil belajar pada siklus I berada pada kategori cukup, maka untuk meningkatkan kadar proses lebih tinggi diperlukan alternatif tindakan kelas yang lebih tepat dan diduga lebih efektif dalam meningkatan kualitas proses dan belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pemberian sugesti positif dengan model SAVI dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan persentase hasil belajar Matematika siswa. Pada siklus I (M%) sebesar 78,5% dengan Ketuntasan Belajar yaitu 60%. Hasil yang diperoleh ini tentu saja belum memenuhi target yang diharapkan, untuk itu perlu diadakan perbaikan-perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus berikutnya yang sesuai dengan kekurangan maupun kendala-kendala yang ditemukan pada pelaksanaan pembelajaran siklus I. Nilai matematika yang diperoleh siswa pada siklus I sesuai dengan kurve menunjukan kurve juling positif yaitu Mo>Md>M, 78,9>78,6>78,8 yang berarti nilai siswa pada siklus I ratarata masih cenderung rendah.
HASIL PENELITIAN Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas selama ini secara umum telah berlangsung sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun yaitu penerapan model SAVI. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, dimana setiap siklus dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan yang terdiri dari 3 pertemuan tatap muka dan 1 kali pertemuan untuk pemberian tes, dengan menggunakan RPP yang telah dipersiapkan dahulu. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, yaitu data tentang hasil belajar Matematika siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. RPP 1 membahas mengenai sifat-sifat bangun segitiga, persegi panjang, dan lingkaran. RPP 2 membahas mengenai sifat-sifat bangun trapesium, jajar genjang, dan belah ketupat. RPP 3 membahas mengenai mengidentifikasi sifat-sifat bangun prisma tegak dan limas serta menggambar bangun prisma tegak dan limas. RPP 4 membahas mengenai membuat jaring-jaring bangun ruang sederhana yaitu kubus, balok dan tabung. RPP 5 membahas mengenai sifat-sifat simetri lipat dan menentukan jumlah simetri lipat pada bangun datar. RPP 6 membahas mengenai sifat-sifat simetri putar dan menentukan jumlah simetri putar pada bangun datar.
15 10
5 0 64
7
73
82
91
100
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
10
Gambar 2. Kurve Juling Positif Siklus Berdasarkan hasil pengamatan dan temuan selama pemberian tindakan pada siklus I terdapat beberapa kendala yang menyebabkan hasil belajar siswa berada pada kriteria cukup. Seperti siswa masih belum terbiasa dengan penggunaan model SAVI, siswa masih terkesan individual ketika belajar bersama kelompok. Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa belajar bersama kelompok sehingga tidak mampu disiplin waktu, siswa masih mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pendapatnya dan menjawab pertanyaan yang diberikan guru, siswa belum terbiasa dengan pemberian sugesti positif. Maka dari itu, adapun solusi yang diberikan sebelum melaksanakan tindakan pada siklus II, seperti siswa diberikan penjelasan mengenai kegiatan atau proses pembelajaran yang akan diterapkan, memberikan kesempatan siswa menjawab atau bertanya dengan menunjuk nomor urut sesuai dengan tanggal pada hari tersebut, lebih menekankan pemberian sugesti positif pada saat pembelajaran berlangsung dan menjelaskan kepada siswa tujuan belajar bersama kelompok serta menyampaikan hasil belajar siswa di siklus I dengan tujuan untuk memotivasi siswa untuk lebih semangat mengikuti pembelajaran. Hal ini dijadikan refleksi untuk perbaikan proses pembelajaran berikutnya. Nilai rata-rata hasil belajar Matematika siswa pada siklus II (M%) sebesar 88% dan ketuntasan belajar sebanyak 99%. Tingkat hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika dengan materi kesebangunan siklus II berada pada kategori tinggi. Nilai matematika yang diperoleh siswa pada siklus II sesuai dengan kurve menunjukan kurve juling negatif karena Mo>Md>M, 90>89,4>>89 yang berarti nilai siswa pada siklus II adalah cenderung tinggi.
5 0 82
87
92
97
102
Gambar 3. Kurve Juling Negatif siklus II Pelaksanaan pada siklus II lebih maksimal jika dibandingkan dengan siklus I. Setelah pelaksanaan siklus II di dapatkan temuan-temuan yang diperoleh yaitu Kondisi pembelajaran pada siklus II tampak lebih kondusif, hal ini dikarenakan siswa sudah dapat beradaptasi dengan proses pembelajaran model SAVI dengan pemberian sugesti positif. Siswa tidak lagi membeda-bedakan teman dan membuang banyak waktu dalam memilih kelompok karena kelompok langsung ditentukan oleh guru. Dari 24 orang siswa, 15 orang siswa sudah berani dan antusias dalam menjawab pertanyaan yang diberikan tanpa menunjuk nomor urut siswa. Namun, masih terdapat 1 siswa yang belum mencapai kriteria yaitu 85. Meskipun demikian hasil penelitian pada siklus II sudah memenuhi kriteria keberhasilan. Pemberian sugesti positif mampu mempengaruhi diri siswa, hal ini dapat dilihat dari tes hasil akhir siklus II yang menunjukkan hasil belajar siswa sudah mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Bertitik tolak pada hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas V SD Mutiara Singaraja dalam mata pelajaran Matematika dengan materi Kesebangunan pada siklus II berada pada kategori tinggi. Hasil analisis terhadap hasil belajar Matematika siswa dengan metode tes pada siklus I dan siklus II ditampilan dalam grafik dan tabel rekapitulasi hasil analisis hasil belajar matematika siswa pada siklus I dan siklus II.
8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Selain itu, meningkatnya hasil belajar matematika siswa dengan model SAVI 90 dikarenakan oleh keunggulan dari model 85 SAVI yaitu adanya intelektual dalam proses pembelajaran. Intelektual/ kemampuan 80 berfikir di model SAVI ini mampu 75 memberikan tantangan belajar kepada siswa di dalam proses pembelajaran. 70 Siklus I Siklus II Dengan adanya tantangan, siswa akan menemukan sendiri pemecahan masalah Gambar 4. Rekapitulasi Hasil Analisis yang dihadapinya sehingga proses Hasil Belajar siswa pada siklus I pembelajaran lebih bermakna. Meier dan siklus II (2002:90) menyatakan bahwa “Sisi Intelektual dalam belajar yaitu mampu menciptakan makna dalam pikiran Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Analisis Hasil Belajar siswa pada siklus I dan siklus II Hasil Penelitian Hasil Belajar
M% 78,5%
Siklus I kategori Cukup
Berdasarkan grafik peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Mutiara Singaraja, penelitan terhadap hasil belajar matematika dapa dihentikan. Hal ini dikarenakan hasil penelitian pada siklus II sudah mencapai kriteria keberhasilan yang ditentukan.
M% 88%
Siklus II Kategori Tinggi
sehingga belajar tidak hanya mendengar, melihat, berbicara, bergerak tanpa ada makna”. Proses pembelajaran yang dilakukan sudah menantang siswa untuk berusaha mengembangkan kemampuan berfikirnya dalam memecahkan masalah, yaitu seperti menentukan jaring-jaring bangun ruang sederhana dari bangun ruang itu sendiri kemudian membuat sebuah lagu mengenai sifat-sifat simetri lipat dari sebuah bangun datar bersama kelompok. Menurut Meier (2002:85) bahwa ”belajar semakin cepat dan mendalam jika seluruh otak terlibat begitu juga dengan seluruh perasaan”. Perasaan yang dimaksud adalah perasaan positif yang mampu diciptakan siswa untuk melakukan pembelajaran. Perasaan positif tersebut muncul dari dalam diri sendiri dan dari guru. Selain itu Meier (2002) menjelaskan bahwa implikasi penelitian otak pada pembelajaran yang terdapat pada Model SAVI yaitu mampu menciptakan lingkungan belajar yang dapat mengurangi sterss dan menciptakan perasaan positif dalam diri seseorang (siswa) sehingga mampu ‘naik tingkat’ dengan cara pemberian sugesti positif; (2) mampu memberikan sebuah pelatihan didalam
PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan pemberian sugesti positif dengan model SAVI dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas V. Penerapan rancangan pada siklus II yang merupakan perbaikan dari tindakan pada siklus I memberikan peningkatan hasil yang signifikan. Peningkatan hasil belajar siswa yang terus meningkat mulai dari refleksi awal hingga penelitian siklus II, ini membuktikan bahwa penerapan pemberian sugesti positif dengan model SAVI dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V di SD Mutiara SIngaraja. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu penerapan model yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur. Kemudiaan pemberian sugesti positif yang terusmenerus diberikan kepada siswa selama proses pembelajaran berlangsung. 9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
mengahadapi masalah dan pelatihan mendapatkan informasi, yang dapat merangsang siswa seseorang berfikir; (3) pembelajaran yang bersifat sosial. Kerja sama diantara pelajar melibatkan lebih banyak daya otak keseluruhan dan meningkatkan kualitas serta kuantitas belajar; (4) mampu mengajak seseorang untuk beranjak dari tempat duduk mereka dan sediakan kesempatan untuk gerakan dan aktivitas fisik sebagai bagian dari proses belajar. Pembelajaran menjadi bermakna apabila mampu melibatkan siswa atau student center dengan menuntun siswa untuk memperoleh pengetahuan baru dan menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari. Selain itu, Astawan (2012:62) mengemukakan bahwa “keempat bagian di dalam tahap pembelajaran model SAVI sesuai dengan enam prinsip belajar menurut perspektif konstruktivisme”. Keempat bagian tersebut yaitu 1) siswa harus merasa bahwa materi yang akan dipelajari adlaah berguna; 2) siswa harus berbuat sesuatu terhadap informasi yang telah didapatkan dalam berbagai bentuk; 3) siswa mengaitkan materi baru dengan informasi yang telah mereka ketahui; 4) siswa harus secara terus menerus mengecek dan memperbaharui pengetahuan mereka berdasakan pengalaman baru; 5) pembelajaran baru tidak bisa otomatis ditransfer pada konteks baru yang relevan; 6) siswa akan menjadi pembelajar yang mandiri jika mereka tahu cara belajarnya sendiri, termasuk strategi untuk mengaitkan materi baru dan untuk menguji pemahaman mereka. Oleh sebab itu, hasil belajar Matematika siswa di SD Mutiara Singaraja ditingkatkan. Dari hasil analisis tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model SAVI dengan sugesti positif dapat diterapkan di sekolah dasar. Keberhasilan penelitian ini didukung pula oleh beberapa penelitian yang relevan. Penelitian yang mendukung adalah Redika, A.U (2014) menyatakan bahwa implementasi dari model pembelajaran SAVI dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika. Selain peningkatan hasil belajar siswa, hal-hal lain yang mampu
dirubah ke arah yang positif yaitu kerjasama siswa ketika belajar bersama kelompok, kemampuan siswa dalam melibatkan seluruh anggota tubuh ketika belajar. Penelitian lain yang juga mendukung adalah penelitian yang dilakukan oleh Mei Yudiari (2013) yang menyatakan model pembelajaran SAVI berbantuan mind maping dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA. Peningkatan hasil belajar IPA siswa dikarenakan model SAVI yang diterapkan dapat mengubah situasi belajar yang tadinya masih berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang tidak hanya berpusat pada guru saja melainkan juga berpusat pada siswa. Siswa dapat lebih leluasa untuk belajar dengan memikirkan permasalahan yang dibahas secara mandiri terlebih dahulu kemudian mendiskusikan pemikirannya dengan pasangannya /kelompoknya dan akhirnya berbagi kepada seluruh teman-temannya di dalam kelas. Berdasarkan pemaparan tersebut, penelitian ini dikatakan telah berhasil karena kriteria yang ditetapkan sebelumnya telah terpenuhi. Jadi, dapat diinterpretasikan bahwa penerapan pemberian sugesti positif dengan model SAVI dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Mutiara Singaraja. SIMPULAN Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. Model SAVI dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Mutiara SIngaraja. Hal ini dapat dilihat pada siklus I persentase hasil belajar siswa pada siklus I diperoleh persentase sebesar 78,5% berada pada kategori cukup dan rata-rata hasil belajar 15,7. Sedangkan pada siklus II diperoleh persentase hasil belajar sebesar 88% dengan kategori tinggi dan rata-rata hasil belajar meningkat menjadi 17,9. Dengan demikian dari siklus I ke siklus II hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 9,50%. SARAN 10
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan dan temuan-temuan yang terjadi di kelas selama penelitian berlangsung, maka dapat diajukan beberapa saran guna meningkatkan kualitas pembelajaran matematika ke depannya yaitu sebagai berikut. 1. Kepada guru-guru SD Mutiara Singaraja tetap menerapkan model SAVI dengan pemberian sugesti positif walaupun penelitian ini telah berakhir. Dan penerapan model SAVI dengan pemberian sugesti positif dapat diterapkan pada mata pelajaran lain sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Kepada siswa-siswi kelas V SD Mutiara Singaraja supaya lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang memuaskan. 3. Kepada kepala sekolah/Lembaga, sosialisasi penggunaan model SAVI dan pemberian sugesti positif sangat diperlukan guna meningkatkan hasil belajar siswa. 4. Kepada peneliti lain yang berminat untuk meneliti lebih lanjut penggunaan model SAVI dengan pemberian sugesti positif, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi pelaksanaan penelitian.
Japa
dan Suarjana. 2012. PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD. Singarja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Koyan, I Wayan. 2012. STATISTIK PENDIDIKAN Teknik Analisis Data Kuantitatif. Singaraja: Undiksha Press. Meier, D. 2002. THE ACCELERATED LEARNING HANDBOOK: PANDUAN KREATIF DAN EFEKTIF MERANCANG PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN. Bandung: Kaifa. Rose Colin dan Nicholl, M. 2002. Cara Belajar Cepat Abad XXI. Jakarta: Nuansa. Subekti, A. 2011. Ensiklopedia Matematika Jilid I. Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi. Sujanto, A. 2004. PSIKOLOGI UMUM. Jakarta: PT Bumi Aksara.
DAFTAR RUJUKAN Astawan, I Gede. 2012. Model-model Pembelajaran Inovatif. Singaraja: Undiksha. Abdurrahman Mulyono. 2012. Anak Berkesulitan Belajar: teori, diagnosis, dan remediasinya. Jakarta: Pt Rineka Cipta. Agung, A.A. Gede. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: FIP Undiksha. Deporter, Reardon, dan Nourie. 2005. QUANTUM TEACHING Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang –Ruang Kelas. Bandung: Kaifa. 11