e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA (KETERAMPILAN MENULIS) PADA SISWA KELAS IV SD I Nyoman Wahyu Merthayasa1, I Ketut Adnyana Putra2, I Nengah Suadnyana3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia email:
[email protected] 1,
[email protected] 2,
[email protected] 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar bahasa Indonesia (keterampilan menulis) siswa kelas IV SDN 5 Bongan Tabanan Tahun Ajaran 2015/2016. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SDN 5 Bongan Tabanan Tahun Ajaran 2015/2016, sebanyak 20 orang siswa. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan tes kinerja menulis. Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitati. Analisis data dilakukan dengan membandingkan hasil dari siklus I dan siklus II. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia (keterampilan menulis) siswa kelas IV SDN 5 Bongan Tabanan Tahun Ajaran 2015/2016 sebesar 13%. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan rata-rata presentase hasil belajar Bahasa Indonesai (keterampilan menulis) siswa pada siklus 1 sebesar 61,5 % dengan kriteria sedang menjadi sebesar 94,2% pada siklus II yang ada pada kriteria tinggi. Dengan demikian penerapan model Quantum Teaching mampu meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia (ketrampilan menulis) siswa kelas IV SDN 5 Bongan Tabanan Tahun Ajaran 2015/2016. Kata kunci : Quantum Teaching, hasil belajar bahasa Indonesia,(keterampilan menulis). Abstrak This study aimed at knowing the progress of grade IV students’ learning achievement in learning Indonesian (writing skills) at SDN 5 Bongan Tabanan in academic year 2015/2016. This study is basically a classroom action research which was conducted in two cycles. The subjects of this research were grade 20 grade IV students of SDN 5 Bongan, Tabanan in academic 2015/2016. The researcher collected the data by by administering tests for writing skills. The methodology used for analyzing the data in this study was descriptive statisctics methodology and desciptive quantitative methodology. The data analysis was done by comparing the results of the cycle one and cycle two . The result of this study showed that there was progress of students’ learning achievement in learning Indonesian, in which the progress was 13%. This result can be seen from the progress of students’ writing skills in learning Indonesian in cycle one, which was raised at 61.5 % which was categorized as the intermediate progress, and raising to 94.2 % in cycle two which was categorized as advanced progress. It can be concluded that model Quantum Teaching can improve the grade IV students of SDN 5 Bongan Tabanan learning achievement in learning Indonesian (writing skills) in academic year 2015/2016. Keyword: Quantum teaching, Learning achivement of learning Indonesian, (writing skills)
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENDAHULUAN Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupannya sehari-hari untuk mengadakan interaksi sosial, baik secara individu maupun kolektif. Secara individual bahasa merupakan alat untuk mengekspresikan gagasan, pikiran, dan pengetahuan kepada orang lain. Dalam kaitannya sebagai alat komunikasi, bahasa diajarkan di sekolah yang meliputi empat aspek keterampilan, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pembelajaran bahasa Indonesi yang cukup luas cakupannya itu, mau tidak mau akan melahirkan ragam bahasa. Ragam bahasa ini pada dasarnya dapat dibagi dalam dua bagian yaitu, ragam bahasa lisan dan ragam tulis (Arifin, 2002:15). Pembelajaran bahasa secara lisan mencakup dua aspek yaitu berbicara dan menyimak. Pembelajaran bahasa secara tulis juga mencakup dua aspek yaitu membaca dan menulis. Keempat aspek keterampilan menulis tersebut saling terkait. Salah satu dari keempat keterampilan itu adalah menulis. Keterampilan menulis juga mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran, karena keterampilan menulis tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 . Dalam kurikulum tersebut dinyatakan bahwa keterampilan menulis harus ditekankan untuk mencapai kompetensi yaitu menulis secara efektif dan efisien berbagai jenis karangan dalam berbagai konteks dan tujuan. Keterampilan menulis tidaklah dapat diperoleh secara alamiah, tetapi harus melalui proses pembelajaran dan pelatihan yang sungguh-sungguh. Dengan demikian, untuk meningkatkan kemampuan menulis, diperlukan upaya guru untuk menciptakan kondisi pembelajaran menulis yang dapat memberikan peluang kepada siswa memunculkan aktivitas dan kreativitasnya dengan cara memberikan pelatihan menulis yang konkret, efektif, dan sistematis. Pembelajaran keterampilan menulis di sekolah-sekolah harus dimanfaatkan dengan baik, tidak hanya sekadar diberi teori, tetapi harus disertai dengan praktik, sehingga siswa lebih
banyak mendapat pengetahuan dan keterampilan menulis rendahnya keterampilan menulis siswa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu (1) pada umumnya siswa menganggap bahwa menulis karangan itu sangat sulit karena topik yang diberikan guru terlalu sulit dipahami siswa karena tidak sesuai dengan keadaan sekitar. Topik karangan yang ditentukan guru membuat kebebasan dan kreativitas siswa dalam menentukan topik menjadi terhambat. Padahal, guru hendaknya bertindak sebagai pendamping siswa dalam mencapai kompetensi dasar yang harus dicapai siswa. Guru dalam hal ini bukan lagi sebagai seorang yang paling tahu, guru layak mendengarkan siswasiswanya (Nurhadi, 2004:5). (2) siswa sulit menuangkan ide-idenya dalam sebuah paragraf, (3) siswa kurang memiliki keahlian dalam mengarang karena siswa kurang terlatih menulis. Berdasarkan hasil observasi, penyebab lain yang mengakibatkan siswa kurang terampil dalam menulis pembelajaran bahasa di SDN 5 Bongan telah menggunakan beberapa metode, (1) Metode Ceramah, (2) Metode Tugas, (3) Metode Tanya-jawab, (4) Metode Kelompok atau Masyarakat Belajar, (5) Metode Inquiri. Dari kelima metode pembelajaran yang digunakan, metode pembelajaran dengan metode kelompok paling berhasil, karena dengan menggunakan pembelajaran dalam bentuk kelompok, pembelajaran menjadi lebih menyenangkan (Kurnia, 2002:10). Walaupun keterampilan menulis sudah diajarkan di sekolah-sekolah, keterampilan menulis yang dimiliki siswa tetap saja masih rendah. Hal itu terlihat dari belum tercapainya Kriteria Ketuntasan Minimal untuk bahasa Indonesia ( keterampilan menulis) yang harus dicapai yaitu 75. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran yang digunakan merupakan faktor utama dalam keterampilan menulis. Oleh karena itu, perlu diterapkan suatu model pembelajaran yang inovatif yang menumbuhkan motivasi belajar siswa, memfasilitasi siswa untuk memperoleh pengalaman, dapat 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
mengonstruksi pengetahuan dan mengembangkan kemampuan alamiah siswa secara optimal. Sehubungan dengan hal di atas, maka diharapkan penelitian di SDN 5 Bongan. Model Quantum Teaching ini memiliki kelebihan yang dapat menumbuhkan minat siswa melalui tahapan-tahapan pembelajaran yang terkandung di dalamnya (Kurnia, 2002:10). Quantum Teaching dalam kerangka TANDUR ( Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan) merupakan pembelajaran yang memperhatikan lingkungan belajar, lingkungan sekeliling, penggunaan alat bantu, dan pengaturan bangku (DePorter, et al., 2006:3). Dengan penataan lingkungan tersebut akan dapat memberikan rasa nyaman bagi siswa. Selain itu, kelebihan model Quantum Teaching juga dapat dilihat dari segi teori yaitu, (1) model Quantum Teaching memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan apa yang dikehendaki siswa melalui penggalian pengalaman yang dimiliki oleh siswa dan manfaat pengalaman tersebut sebagai informasi awal untuk melaksanakan pembelajaran lebih lanjut, (2) memberikan manfaat yang akan didapat dari materi yang dipelajari sehingga dapat memberikan rasa puas dengan cara mengaitkan materi dengan konteks kehidupan nyata siswa, (3) model Quantum Teaching mengajak siswa belajar sesuai dengan kemampuannya, bagaimana menggunakan sebuah proses interaktif untuk menilai apa yang mereka ketahui , mengidentifikasi apa yang mereka ingin ketahui, mengevaluasi apa yang bisa dilakukan oleh siswa, (4) keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan sendiri melalui tuntunan guru, dan (5) memberikan rasa nyaman siswa melalui penataan lingkungan belajar dengan mengatur posisi meja dan kursi dengan format yang dinamis. Hal lain yang lebih menonjol dari model Quantum Teaching terletak pada delapan kunci keunggulan yang juga digunakan dalam Quantum Teaching ini, yaitu: integritas (kejujuran), kegagalan awal kesuksesan, berbicara dengan niat
yang positif, hidup di saat ini, komitmen, tanggung jawab, sikap luwes atau fleksibel, dan keseimbangan antar pikiran, tubuh dan jiwa (DePorter, et al., 2006:48). Model Quantum Teaching merupakan intisari dari berbagai teori pembelajaran yang memungkinkan optimalisasi proses dan hasil pembelajaran dengan cara mengupayakan daya tarik pembelajaran keterampilan menulis, memotivasi siswa belajar, dan menumbuhkan kepercayaan diri siswa melalui pengorganisasian yang dikelola oleh guru. Quantum Teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan belajar dan interaksi yang membangun landasan dan kerangka yang kuat untuk belajar. Tiga kunci yang dapat dijadikan sandaran dalam pembelajaran dengan Quantum Teaching. Ketiga kunci tersebut adalah Quantum Teaching, pemercepatan belajar, dan fasilitasi (DePorter, et al., 2006:5). 1) Quantum Teaching adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. 2) Quantum Teaching adalah pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi tersebut mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang dapat mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka dan orang lain dan dapat mempengaruhi kesuksesan siswa dalam belajar. 3) Pemercepatan belajar adalah upaya menyingkirkan hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah dengan secara sengaja menggunakan instrumen yang dapat mewarnai lingkungan sekeliling, pengemasan bahan belajar yang sesuai, cara penyajian yang efektif, dan keterlibatan aktif. Fasilitasi, adalah suatu upaya yang merujuk kepada implementasi strategi yang dapat menyingkirkan hambatan belajar, mengembalikan proses belajar ke keadaan yang mudah dan alami (DePorter, et al., 2006:6). Tiga kunci yang dimiliki oleh Quantum Teaching dapat digunakan sebagai sarana pemecahan masalah keterampilan menulis yang dihadapi oleh siswa. Melalui Quantum Teaching, pemercepatan belajar, dan fasilitasi 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
pembelajaran nantinya dapat memanfaatkan interaksi lingkungan dan pengemasan pembelajaran yang terarah dan penyampaian yang efektif guna menyingkirkan hambatan siswa dalam menulis. Dalam suatu pembelajaran, guru tentunya harus menyiapkan suatu rancangan pembelajaran yang dapat mengatur jalannya pembelajaran dengan baik. Perancangan yang tepat dapat memudahkan pencapaian tujuan belajar yang dikehendaki. Dalam penerapan model Quantum Teaching digunakan rancangan belajar yang dikenal dengan sebutan TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan) (DePorter, et al., 2006:88). Dengan demikian, pembelajaran tersebut terdiri dari enam tahap pembelajaran, yaitu sebagai berikut. 1) Pada tahap Tumbuhkan; sebagai langkah awal, yaitu menumbuhkan minat belajar siswa dengan memuaskan, tentunya dengan orientasi manfaat konsep yang akan dibelajarkan ditinjau dari segi kehidupan siswa. Dengan menumbuhkan minat dan penyampaian manfaat menulis kepada siswa dapat mempermudah menuangkan materi karena siswa telah mengetahui bahwa menulis itu sangat bermanfaat. 2) Pada tahap Alami; ciptakan pengalaman-pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh semua pelajar, memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan demontrasi atau eksperimen sendiri. Dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengalami sendiri kegiatan menulis, maka siswa akan terlibat langsung dalam pembelajaran menulis. 3) Pada tahap Namai; menyediakan kata-kata kunci, konsep, strategi, rumus, dan lain-lain yang merupakan materi utama menjadi pesan pembelajaran. Pada tahap ini, guru menyediakan kata-kata kunci, petunjuk singkat, dan penjelasan minimal tentang menulis deskripsi, kemudian didiskusikan dalam konteks apa yang diamati dalam tahap
sebelumnya. Hal ini dapat merekatkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa melalui tahapan sebelumnya. 4) Pada tahap Demontrasikan; menyediakan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan bahwa mereka tahu. Memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan pengalaman dengan data baru, sehingga menghayati dan membuatnya sebagai pengalaman pribadi. Tahapan ini memberikan peluang kepada siswa untuk menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka ke dalam pembelajaran dan dalam kehidupan mereka. Melalui tahap demonstrasi, siswa diberikan kesempatan menunjukkan kemampuannya dalam mengkontruksi pengetahuan/konsep tentang menulis deskripsi 5) Pada tahap Ulangi; tunjukan kepada siswa cara-cara mengulang materi menegaskan “aku tahu bahwa aku memang tahu ini”. Rekatkan sistematika, gambaran, atau cara mereka menggabungkan konsep yang telah mereka pahami dan manfaatkan kelompok kecil untuk menampilkan kegiatan ini. Pengulangan akan memperkuat ingatan dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku memang tahu ini”. Siswa diberi kesempatan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari yaitu tentang keterampilan menulis. Pemberian pengulangan ini dimaksudkan untuk meyakinkan pada siswa bahwa dirinya memang mengetahui apa yang diketahui tentang menulis deskripsi. Dengan demikian, siswa akan lebih mantap terhadap apa yang telah dipahami dalam menulis sebelumnya. 6) Pada tahap Rayakan; pengakuan atas upaya siswa menampilkan penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan ilmu pengetahuannya. Perayaan dapat memberikan rasa menghormati usaha, ketekunan, dan kesuksesan. Misalnya dengan pujian “kamu telah mengalami kemajuan dalam belajar!” . Perayaan dalam menulis sangat mempengaruhi kinerja siswa selanjutnya dalam 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
menulis. Maka dari itu, apapun hasil dari suatu pembelajaran harus dirayakan. Keenam tahapan dalam pembelajaran Quantum Teaching yang dikemas dalam tahapan pembelajaran TANDUR, akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran menulis karangan. Keenam tahapan pembelajaran kuantum akan dapat membuat proses pembelajaran menjadi terarah
yang menjadi objek pertama yaitu keterampilan menulis. METODE Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mana PTK adalah proses pengkajian maslah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dan upaya untuk memecahkannya dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari tindakan tersebut (Wina Sanjaya,2013:149). Dalam penelitian ini menggunakan PTK Pola Kolaboratif, pola ini biasanya inisiatif untuk pelaksanaan PTK tidak dari guru, akan tetapi dari pihak luar yang berkeinginan untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran. Guru hanya berperan sebagai anggota tim peneliti, yang berfungsi melaksanakan tindakan seperti yang dirancang oleh tim peneliti. Dengan demikian guru tidak memiliki kesempatan yang luas untuk melakukan tindakan, sebab baik perencanaan maupun bagaimana mengimplementasikan tindakan tidak ditentukan oleh guru sendiri, melainkan oleh tim peneliti. (Wina Sanjaya,2013:160) Adapun model yang dipilih dalam penelitian ini adalah model PTK menurut Kurt Lewin. Model ini adalah model yang mendasari model-model lainnya yang berangkat dari model action research. Kurt Lewin (dalam Wina,2013:154) menjelaskan bahwa ada empat hal yang harus dilakukan dalam proses penelitian tindakan yakni perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Pelaksanaan penelitian tindakan adalah proses yang terjadi dalam suatu lingkaran yang terus menerus. Perencanaan adalah proses menentukan program perbaikan yang berangkat dari suatu ide gagasan peneliti; sedangkan tindakan adalah perlakuan yang dilaksanakan oleh peneliti sesuai dengan perencanaan yang telah disusun oleh peneliti. Observasi adalah pengematan yang dilakukan untuk mengetahui egektivitas tindakan atau mengumpulkan informasi tentang berbagai kelemahan (kekurangan) tindakan yang telah dilakukan dan refleksi
(menyimak, berbicara, dan membaca). Hal ini disebabkan kemampuan menulis menghendaki pengguasaan berbagai usur kebahasaan dan unsure diluar bahasa itu sendiri. Baik unsure bahasa maupun isi baru terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan tulisan runtut dan padu, langkah awal keterampilan menulis adalah menentukan topik. Untuk merumuskan topik yang baik depergunakan ukuran 1) menarik perhartian penulis, 2) dikuasai penulis, 3) menarik dan actual, 4) ruang limgkup terbebas. Topik tersebut di kembangkan menjadi beberapa suntopik. Sebagai penulis, kita harus memulai kegiatan itu dengan mendaftar subtopik yang berhubungan dengan topik hendak di tulis, misalnya kita memilih topik olahraga, selajutnya pikirkan dan tuliskanlah subtopic yang berhubungan dengan olahraga ( Kosasih 2012 : 29). Persyaratan dalam menulis mencangkup 1) persyaratan kesatuan keutuhan 2) persyaratan pengembangan, 3) persyaratan kepaduan, dan persyaratan kekompakan perlu anda ikuti (Suparno 2008: 3.17). tujuan menulis setiap orang yang hendak menulis tetntu mempunyai niat atau maksud di dalam hati atau pikiran apa yang hendak dicapainya dengan menulis itu adapu bagaian- bagian dari tujuan menulis. 1) untuk menceritakan sesuatu, 2) untuk memberikan petunjuk atau pengarahan, 3) untuk menjelaskan sesuatu, 4) untuk meyakinkan, 5) untuk merangkum ( Atar Semi 2007 :14) pada penelitian ini 5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
adalah kegiatan analisis tentang hasil observasi hingga memunculkan program atau perencanaan baru. Berikut gambaran penelitian kelas yang telah dilaksanakan.
Refleksi
tulisan. Selain itu, siswa juga kurang mendapat kesempatan untuk menulis. Mereka lebih banyak diberikan latihan berbicara. Sesuai dengan refleksi awal, maka peneliti mencoba menerapkan model Quantum Teaching pada siswa kelas IV SD N 5 Bongan dalam pembelajaran keterampilan menulis. Penerapan model Quantum Teaching diharapkan dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa. Model Pembelajaran Quantum Teaching yang dikemas dalam langkah pembelajaran TANDUR memiliki tahapan pembelajaran yang terdiri atas Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan (DePorter., 2006:10). Berdasarkan tahapan tersebut, peneliti menyusun skenario tindakan yang digunakan pada penelitian ini sebagai berikut. Seluruh kegiatan atau tindakan dalam penelitian ini dilaksanakan oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas tersebut. Peneliti hanya bertindak sebagai pengamat. Tindakan yang telah direncanakan kemudian dilaksanakan pada tahap pelaksanaan tindakan. Selama pelaksanaan tindakan berlangsung, peneliti melakukan observasi. Tujuan dari kegiatan observasi adalah untuk mengamati pelaksanaan tindakan dan mengamati perilaku guru dan siswa selama proses pembelajaran. Peneliti mengamati kegiatan siswa dan guru kemudian mencatat dalam format yang tersedia. Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. (Arikunto,2013:67) Dalam penelitian ini metode tes digunakan pada setiap akhir pembelajaran dengan menggunakan tes untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pengetahuan Bahasa Indonesia keterampilan menulis Hasil belajar bahasa Indonesia dalam penelitian ini diukur melalui tes hasil belajar berupa tes uraian/ mengarang sesuai dengan tema. Tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan,
tindakan
Perencanaan
SIKLUS I
Pelaksanaana n
Pengamatan Perencanan
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
Gambar 1. Penelitian Tindakan Kelas Model Arikunto (2011:16) Sebelum pelaksanaan tindakan, dilakukan refleksi awal yang bertujuan mengumpulkan data awal mengenai permasalahan serta kendala-kendala yang dialami siswa pada saat proses belajar. Selain itu, refleksi awal juga dilakukan untuk mengetahui kelemahan metode pengajaran yang diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran. Hal-hal yang dilakukan dalam refleksi awal ini yaitu, mewawancarai guru mengenai strategi yang selama ini diterapkan, hambatan-hambatan dalam proses belajar-mengajar, dan mengobservasi aktivitas siswa selama belajar. Masalah yang terungkap dari hasil wawancara adalah siswa ternyata menganggap keterampilan menulis sangat sulit karena topik yang diberikan guru kurang dapat dipahami, pembentukan pengetahuan siswa masih lemah sehingga siswa sulit mengembangkan ideidenya ke dalam sebuah tulisan. Menurut salah satu keterangan guru bahasa Indonesia, masalah itu muncul karena siswa kurang terlatih dalam hal membuat 6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
mendiskusikan, memandingkan, memberiakan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan mengunakan katakata dan bahasa sendiri. (Arikunto,2002: 32) Dalam menganalisis data digunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskritif kuantitatif. Menurut agung (2014: 142) menyatakan , metode analisis statistik deskritif yaitu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistic distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (mean), median (me), modus (mo) untuk menggambarkan keadaan ojek atu variable sehingga diperoleh kesimpulan umum. Menurut Agung (2014 : 110) metode analisis deskritif kuantitatif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusus secara sistematis dalam bentuk angka- angka dan tau presentase, mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum.
12 10 8
6 4 2 0 49
Mo = 55,5
50
57
64
71
78
Me = 58,4 Mean= 61,5
Gambar 4.1. Grafik polygon kemampuan kognitif pada siklus I Dalam hasil pengamatan dan temuan selama pelaksanaan tindakan pada siklus I, kemampuan kognitif anak berada pada kriteria renah, sehingga perlu ditingkatkan pada siklus II Adapun kendala-kendala yang dihadapi saat penelitian siklus I antara lain: a) Beberapa anak belum terlibat secara mandiri dalam kegiatan, sehingga guru harus turun tangan mebujuk anak. b) Anak –anak cenderung keasykan mencoba permainan dan tidak berkomonikasi pada materi, sehingga kelas menjadi gaduh. Adapun polusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala di atas adalah sebagai berikut. a) Member stimulus pada anak yang kurang aktif, misalnya menambahkan reward anak tersebut apabila dia berani unjuk diri dalam kegiatan, atau mengajak teman-temannya untuk memberi dukungan pada anak tersebut. Hal ini mampu menambah rasa percaya diri pada anak, sehingga akan memotivasinya untuk lebih aktif lagi. b) Menetapkan dan menjelaskan aturan cara mencari bahan karang yang ada di halaman sekolah. Hal ini mampu melatih anak untuk mecari bahan
HASIL DAN PEMBAHASAN Data kemampuan kognitif pada penelitian siklus I disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung mean(M), median ( Me), modos (Mo), grafik polygon, dan membandingkan ratarata atau mean dengan model PAP skala lima. Dari oservasi yang dilaksanakan pada saat penerapan model pembelajaran Quantum Teaching menggunakan keterampilan menulis dengan menggunakan 5 indikator yang muncul dalam proses pembelajaran akan di beri bobot, yakni bobot 5 (kerapian) , bobot 4 (struktur kalimat), bobot 3 (kosa kata), bobot 2 ( penulisan huruf capital, bobot 1 (penulisan ejaan). Skor total yang diperoleh masing –masing anak dibagi bobot maksimal dikalikan 100%
7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
karangan yang ada di sekitar kita, juga dapat membantu guru utuk mengendalikan suasana kelas. c) Member penjelasan pada anak dalam mencari bahan karangan. Hal ini akan memicu anak lain untuk lebih aktif dalam mencari sebuah bahan untuk di jadikan sebuah karang yang bagus. Siklus II juga dilakukan sama seperti siklus I yang dilaksanakan selama emapat kali pertemuan. Data kemampuan kognitif pada penelitian siklus I disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung mean (M), media (Me), Modus (Mo), grafik polygon, dan membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP sekala lima
a. Secara garis besar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang direncanakan oleh peneliti sehingga kemampuan anak meningkat sesuai dengan standar yang diharapka. b. Dalam pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran kemampuan kognitif dalam keterampialan menulis c. Peneliti dalam hal ini berperan sebagai guru yang memberikan bimbingan pada anak apabila ada anak yang belum memahami kegiatan kegiatan yang sedang dilaksanakan. Secara umum proses kegiatan pembelajaran dengan penerapan model quantum teacing mengunakan ketrampilan menulis sudah berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata –rata presentase ( M%) kemampuan kognitif dari siklus I ke siklus II, sehingga penelitian ini dipandang cukup sampai di siklus II dan tidak dilajutkan ke siklus berikutnya. Penerapan model Quantum Teaching dengan konsep TANDUR ( Tumbuhkan, Alamia, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan) dalam penelitian ini mempergunakan pembelajaran keterampilan menulis, yang dapat merangsang kognitif siswa mengenai keterampialan menulis karangan siswa kelas IV SDN 5 Bongan Tabanan, dan oleh karenanya model pembelajran yang demikian sangat perlu dilakukan secara intensif dan berkelanjutan
6 5 4 3 2 1 0 81,5 85,5 89,5 93,5 97,5 103,5
Mean = 94,2 Mo = 99,16 Me = 100,5 Gabar 4.2 Gambar polygon kemampuan kognitif pada siklus II Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas telihat Mo > Me > M (100,5 < 99,16 < 94,2 ), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran skor kemampuan kognitif siswa pada siklus II berada pada kurva juling negative. Melaui proses perbaikan kegiatan pembelajaran dan pelaksanaan tindakan siklus I maka pada pelaksanaan di siklus II telah tampak adanya peningkatan proses pembelajaran yang diperlihatkan melaui peningkatan kemampuan kognitif di SD N 5 Bongan Tabanan Adapun temuan- temuan yang diperoleh selama tindakan pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dalam Bab IV, memperoleh simpulan sebagai berikut. Penerapan model Quantum Teaching dalam pembelajaran bahasa indonesia (keterampilan menulis) dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa kelas IV SDN 5 Bongan Tabanan. Dapat dilihat dari adanya peningkatan hasil dari sebelum dilaksanakannya tindakan hingga pelaksanakan tindakan berlangsung. Hasil rata-rata kelas yang diperoleh siswa sebelum pelaksanaan tindakan pada saat siklus I memperoleh rata-rata kelas 8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
DAFTAR FUSTAKA Agung A.A. Gede 2005 Metodelogi Penelitian Pendidikan. Singaraja Univesitas pendidikan Ganesa. ---------. 2014 . Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Undiksha Singaraja. Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara Atar Semi. 2007. Dasardasar Keterampilan Menulis. Bandung : Angkasaka Astawan, Gede. 2005. Implemenasi Stategi Pembelajaran TANDUR sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: IKIP. DePorter, B., Reardon., dan Nourie, S.S. 2006. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas. Bandung: Kaifa. Darmiyati Zuchi Budiasih.1996. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Ahmad Susanto. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenanda Media Grup https:// buku tarigan 4 – keterampilan – bahasa- Indonesia/ Kosasih. 2012. DasarDasar Keterampilan Menulis. Nurkancana dan Sunartana.1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional.Bandung : YRAMA WIDYA Suparno. 2008. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta:Univesitas Terbuka. Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan Jenis Metode dan Prosedur. Jakarta : Kencana Prenanda Media Grup Wena. 2013. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : Bumi Aksara Sugiyanto (1998).Penilitian Tindakan Kelas. Jakarta Winger, Win. 2004. Beyond Teaching & Learning: Memadukan Quantum Teaching dan Learning. Bandung: Nuansa.
61,5 sedangkan pada siklus II memperoleh rata-rata kelas Jadi peningkatan dari sebelum tindakan ke siklus I sampai dengan siklus II sebesar 94,2. Selain itu, temuan yang paling berarti dalam penerapan model pembelajaran Quantum Teacing dalam (keterampilan menulis) dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Kelas IV SDN 5 Bongan Tabanan. Hal ini dapat dilihat dari jawaban kuesioner siswa yang menunjukkan respons positif. Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini, peneliti dapat menyampaikan saran-saran sebagai berikut. 1) Kebada guru kelas bahasa Indonesia yang mengajar di SDN 5 Bongan Tabana menerapkan model Quantum Teaching, agar kemampuan keterampilan menulis siswa dapat meningkat. Dengan pemahaman yang baik mengenai model Quantum Teaching ini, guru akan dapat mencapai tujuan keterampilan menulis melalui penciptaan suasana belajar yang menyenangkan. Selain itu, guru hendaknya menyampaikan manfaat setiap hal yang dipelajari karena pengetahuan tentang manfaat dapat menimbulkan motivasi siswa untuk belajar. 2) Siswa perlu diberi kesempatan untuk mengembangkan keterampilan menulis yang dimiliki dalam keterampilan menulis. Pemberian kesempatan kepada siswa dapat menumbuhkan perasaan nyaman pada siswa yang dapat menciptakan suatu pembelajaran yang efektif. 3) Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah peluang bagi peneliti lain untuk dapat mempraktikkan teori-teori serta mengembangkan teori-teori pembelajaran Quantum Teaching sebagai upaya memecahkan masalah pembelajaran.
9