PENERAPAN METODE PENJADWALAN BERULANG (REPETITIVE SCHEDULLING METHOD) PADA PROYEK PRINCETON TOWER EDUCITY RESIDENCE SURABAYA Bobby Armanda Akeda Damanik Yusronia Eka Putri, ST., MT., Cahyono Bintang Nurcahyo, ST., MT. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. ITS Raya, 60111, Surabaya E-mail:
[email protected] Abstrak: Penerapan Repetitive Schedulling Method (RSM) dapat menjadi alternatif dalam menjadwalkan proyek-proyek yang multi unit tersebut Dalam studi ini dilakukan pengintegrasian metode RSM kedalam model yang umum dan sedehana. Dengan menggunakan metode RSM ini, dapat menjamin penggunaaan sumber daya yang berkelanjutan tanpa adanya penundaan/slag antar pekerjaan. Metode RSM mempunyai kelebihan-kelebihan, seperti penampakan diagramnya yang lebih sederhana serta mudah dibaca, karena merupakan diagram berskala waktu. Dalam studi ini dilakukan dalam beberapa prosedur, yaitu pengumpulan data-data volume pekerjaan dan durasi proyek, perhitungan jumlah pekerja yang dibutuhkan, dan menentukan hubungan antar aktivitas. Lalu akan dilakukan perubahan penjadwalan proyek ke dalam diagram Repetitive Scheduling Method (RSM). Kata kunci : penjadwalan, Princeton Tower Educity Residence, Repetitive Scheduling Method (RSM) 1.3. Batasan masalah Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, batasan masalahnya adalah: 1. Proyek yang diamati adalah Proyek Princeton Tower Educity Residence, tidak termasuk podium. 2. Jenis pekerjaan yang ditinjau hanya unit pekerjaan yang bersifat repetitive/berulang saja, dan terbatas hanya pada pekerjaan struktur. 3. Tidak merencanakan ulang struktur dari proyek. 4. Tidak menghitung biaya. 5. Meningkatkan produktivitas dari unsur pekerja saja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penerapan Repetitive Schedulling Method (RSM) dapat menjadi alternatif dalam menjadwalkan proyek-proyek yang multi unit tersebut. Dengan menggunakan metode RSM ini, dapat menjamin penggunaaan sumber daya yang berkelanjutan tanpa adanya penundaan/slag antar pekerjaan. Metode RSM mempunyai kelebihan-kelebihan, seperti penampakan diagramnya yang lebih sederhana serta mudah dibaca, karena merupakan diagram berskala waktu (Time Scale Network), (Laksito, 2005). Tujuan dari studi adalah untuk mengetahui apa pengaruh penerapan metode RSM ini terhadap proyek Princeton Tower Educity Residence Pakuwon Surabaya. Princeton Tower adalah salah satu diantara empat gedung pada proyek Educity Residence. Gedung ini bertingkat tiga puluh yang memiliki aktivitas pekerjaan yang berulang untuk tiap lantainya.
1.5. Manfaat penelitian Manfaat dari Tugas Akhir ini ialah diharapkan pembaca dapat menjadikan tugas akhir ini sebagai salah satu pedoman untuk menambah ilmu dalam menerapkan metode penjadwalan RSM pada proyek-proyek, untuk mempercepat durasi proyek, terutama pada proyek yang dibangun vertikal, seperti Apartemen Princeton Tower ini.
1.2. Permasalahan dan Tujuan Untuk mengetahui bagaimana pengaruh metode RSM terhadap kondisi eksisting proyek jika dilihat dari segi durasi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metode penjadwalan berulang (RSM) Pada pengaplikasiannya, RSM dapat menghilangkan slag antar aktivitas sehingga 1
Dikarenakan pekerjaan B dilaksanakan setelah pekerjaan A selesai, dan juga karena durasi pekerjaan B yang lebih lama daripada pekerjaan A, dapat kita lihat pada diagram RSM pada gambar 2.2 (b) dimana garis-garis produksi semakin melebar, sehingga mengakibatkan jeda/lag
penggunaan sumber dayanya tidak terputus. Apabila sebuah proyek telah menerapkan metode RSM terhadap aktivitas berulangnya, maka aktivitas-aktivitas tersebut menjadi kritis seluruhnya, dalam arti apabila salah satu dari kegiatan tersebut berubah, missal dari sisi durasi, maka durasi keseluruhan proyekpun akan ikut berubah. Metode RSM ini disajikan secara grafis dengan sumbu X-Y 2.3 Penggambaran diagram RSM. 2.4.1 Garis-garis Produksi yang saling menyempit (konvergen) Pada 2.1 (a), dapat kita lihat bagan balok hubungan antar pekerjaan A dan B. Pekerjaan A berdurasi 3 haru, sedangkan pekerjaan B berdurasi 2 hari. Hubungan antar pekerjaan ini ialah Finish to Start (FS), yang artinya pekerjaan B dilakukan setelah pekerjaan A selesai. Gambar 2.1 (b) menunjukkan diagram RSM. Dapat dilihat hubungan FS ditunjukkan dengan garis putus-putus. Dari gambar tersebut kita juga dapet melihat ada nya jeda/lag antar unit pekerjaan B1 dengan B2, yang dapat diartikan penggunaan sumber daya pada pekerjaan tersebut terputus dan menjadi tidak efektif.
Gambar 2.2 Bar Chart dan Diagram RSM untuk tiga unit berulang dengan aktivitas Finish to Start (FS) yang saling divergen 2.6 Pengaruh Perubahan Tingkat Produksi Unit Pada tahap ini, dilakukan perubahan tingkat produksi unit dengan cara penambahan jumlah grup pekerja. Dimisalkan regu pekerja pada masingmasing kegiatan A ditambah sehingga durasi kegiatan A berubah dari tiga hari menjadi dua hari. Dengan berubahnya durasi kegiatan A, maka titik control pekerjaan AB pun ikut berubah, yang awalnya terletak setelah pekerjaan A pada unit satu selesai menjadi terletak setelah pekerjaan A pada unit tiga selesai. Hal ini berpengaruh terhadap durasi total yang awal nya 11 hari berubah menjadi 8 hari.
Gambar 2.1 Bar Chart dan Diagram RSM untuk tiga unit berulang dengan aktivitas Finish to Start (FS) yang saling konvergen 2.4.2 Garis-garis produksi yang saling melebar (divergen) Contoh garis-garis produksi yang saling melebar dapat kita lihat pada gambar 2.1 (a). Pada bagan balok, terlihat dua pekerjaan A dan B dengan hubungan FTS, dimana durasi pekerjaan A adalah dua hari, sedangkan pekerjaan B berdurasi tiga hari. 2
pengecoran kolom. Kemudia bekisting kolom dipecah lagi menjadi bekisting kolom lantai satu, bekisting kolom lantai dua, dan seterusnya. 2. Setelah mendapat WBS proyek, kemudian menentukan hubungan logis antar aktivitas berulang tersebut. Misal, pengecoran kolom dilakukan setelah pembesian kolom selesai. Gambar 2.2 Pengaruh menaikkan unit production rate dalam diagram RSM pada aktivitas-aktivitas FTS.
3.4.2 Melakukan penjadwalan serta penggambaran grafik RSM Setelah mendapatkan hubungan logis antar aktivitas yang telah dipecah menurut WBS proyeknya, yang dilakukan selanjutnya adalah membuat diagram RSM. Berikut ialah langkah-langkah penyusunan diagram RSM: 1. Merubah penjadwalan eksisting proyek dari ke kurva S menjadi bar chart dengan program bantu Microsoft Project 2. Menentukan Durasi tiap-tiap pekerjaan 3. Menghitung volume pekerjaan 4. Menghitung produktivitas pekerja 5. Menentukan jumlah pekerja dan grup pekerja untuk tiap-tiap pekerjaan 6. Penggambaran diagram RSM 7. Menghilangkan waktu jeda untuk tiap-tiap aktivitas. 8. Merubah garis produksi aktivitas untuk mengurangi durasi pekerjaan 3.7 Gambar diagram alir metodologi. Dari langkah-langkah penelitian diatas, maka dapat disajikan dalam diagram alir sebagai berikut:
2.7 Rangkaian Pengontrol Dalam metode RSM, rangkaian kegiatankegiatan menentukan durasi minimal proyek dinamakan “rangkaian pengontrol”. Rangkaian ini tetap menggunakan kaidah-kaidah teknik pendahulu, ketersediaan sumber daya, dan batasan-batasan kontinuitas sumber daya. Melalui titik kontrol (control point) yang membuat “rangkaian” berpindah dari garis produksi yang satu ke garis produksi yang lainnya Cara menentukan titik kontrol adalah dengan meninjau hubungan logis antar aktivitas, diikuti dengan melihat durasi masing-masing aktivitas tersebut. Pada umumnya, hubungan aktivitas yang melebar/divergen, titik kontrolnya akan terletak diawal unit pekerjaan itu dimulai. Misalkan, Pekerjaan A berdurasi dua hari, dan pekerjaan B berdurasi tiga hari dengan hubungan keduanya adalah Finish to Start dengan total lima unit, maka titik kontrolnya terletak setelah pekerjaan A pada unit satu selesai. Sebaliknya, apabila pekerjaan A berdurasi dua hari, dan B berdurasi satu hari, maka titik kontrolnya terletak setelah pekerjaan A pada unit lima selesai. BAB III METODOLOGI 3.4 Pengolahan data. 3.4.1 Menganalisa data proyek Data pekerjaan yang diperoleh dari proyek diolah sebagai berikut: 1. Untuk memudahkan menentukan pekerjaan struktur apa saja yang bersifat repetitif, maka perlu melihat WBS (Work Breakdown Structure) dari proyek tersebut. Misal, pekerjaan kolom dipecah menjadi bekisting kolom, pembesian kolom, dan
Gambar 3.1 Diagram Alir Pengerjaan 3
3. Membuat penjadwalan eksisting proyek dengan program bantu Microsoft project untuk memudahkan pembuatan WBS serta sequencing/urutan antar pekerjaannya. Hasilnya pembuatan WBS dengan Microsoft Project dapat dilihat pada lampiran 2 4. Menentukan durasi tiap-tiap pekerjaan 5. Menghitung produktivitas pekerja dengan cara membagi Volume pekerjaan dengan durasi pekerjaan. 6. Menghitung volume tiap-tiap pekerjaan: Dengan bantuan data berupa gambar teknik proyek, dilakukan perhitungan volume untuk tiap-tiap pekerjaan struktur berulang yang ditinjau 7. Menentukan jumlah pekerja dan grup pekerja untuk tiap-tiap pekerjaan yang ditinjau Proses analisa data proyek membuat WBS, menentukan sequencing/urutan antar pekerjaan, dan menentukan durasi tiap-tiap pekerjaan dilakukan dengan program bantu Microsoft Project. Sedangkan proses menghitung volume tiap-tiap pekerjaan, menghitung produktivitas pekerja, dan menentukan jumlah pekerja/grup pekerja dilakukan dengan program bantu Microsoft Excel Hasil perhitungan durasi tiap-tiap pekerjaan struktur berulang, perhitungan produktivitas, serta penentuan jumlah pekerja dan alokasi pekerja dapat dilihat pada tabel 4.3
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Di bab IV ini akan membahas data-data yang telah diperoleh dari proyek Princeton Tower Educity Residence Pakuwon Surabaya. Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat WBS dari pekerjaan struktur berulang yang ditinjau dengan program bantu Microsoft Project. Kemudian menentukan sequencing/urutan antar pekerjaannya. 4.1 Proses penerapan metode RSM: 4.1.1 Analisa data proyek: Data-data proyek yang telah didapat, kemudian dianalisa untuk membuat penjadwalan RSM. Langkah-langkahnya ialah sebagai berikut: 1. Data bangunan yang didapat dari proyek adalah. Data dan luas bangunan (Princeton Tower) Ground, upperground, lantai 1-31 = 432.7 m² x 34 = 14.279,1 m² Jumlah lantai = 34 lantai Durasi pekerjaan struktur = 324 hari 2. Aktivitas-aktivitas berulang yang akan dibuat metode RSM dan sequencing, tujuannya adalah agar dapat menentukan pekerjaan yang mana dulu yang dapat dikerjakan/diselesaikan, lalu menentukan pekerjaan berikutnya untuk diselesaikan. Dapat diketahui dengan melakukan survey langsung ke lapangan. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut
Tabel 4.2 Rangkuman perhitungan jumlah grup pekerja
Tabel 4.1 Hubungan antar pekerjaan
No Predecessor Successor Hubungan 1 Pembesian Shearwall Pemasangan bekisting shearwall SS + 1day 2 Pemasangan bekisting shearwall Pengecoran shearwall FS 3 Pengecoran shearwall Pembesian balok dan plat lantai FS 4 Pemasangan bekisting balok dan plat lantai Pembesian balok dan plat lantai FF 5 Pembesian balok dan plat lantai Pengecoran balok dan plat lantai FS 6 Pengecoran balok dan plat lantai Pembesian kolom FS + 3days 7 Pembesian kolom Pemasangan bekisting kolom SS + 1day 8 Pemasangan bekisting kolom Pengecoran kolom FS 9 Pengecoran balok dan plat lantai Pembesian tangga SS+4days 10 Pembesian tangga Pemasangan bekisting tangga FS 11 Pemasangan bekisting tangga Pengecoran tangga FS
No
Jenis Pekerjaan
1
Bekisting Shear Wall
2
Pembesian Shear Wall
3 Pengecoran Shear Wall
4
4
Bekisting Balok dan Plat Lantai
5
Pembesian Balok dan Plat Lantai
6
Pengecoran Balok dan Plat Lantai
7
Bekisting Kolom
8
Pembesian Kolom
9
Pengecoran Kolom
10
Bekisting Tangga
11
Pembesian Tangga
12
Pengecoran Tangga
Lantai Ground Upperground-28 Ground Upperground-28 Ground Upperground-28 Ground Upperground Lt 1-29 Lt 30-31 Atap Ground Upperground Lt 1-29 30-Atap Ground
Volume per Unit Lantai 17,23 m² 17,23 4843,37 kg 4843,37 278,8 m³ 278,8 2.621,76 941,76 954,24 m² 912,24 969,24 68939,8 48638,39 kg 44405,81 42537,17 1080,36
Upperground
236,16
Lt 1-29
246,24
30 233,64 31-Atap 145,44 Ground 600 Upperground-31 600 Ground 14700,37 Upperground-5 14700,37 Lt 6-17 7403,38 Lt 18-31 7898,13 Ground 88,00 Upperground-28 88,00 Ground-Upperground 312,39 Lt 1-31 48,06 Atap 24,03 Ground-Upperground 5889,9 Lt 1-31 979,32 Atap 532,9 Ground-Upperground 39,34 Lt 1-31 6,05 Atap 3,03
Durasi (hari) 4 2 4 2 4 3 8 3 3 3 3 4 1 1 1 6
Produktivitas (orang/hari) 2m² 150 kg 3 m³
15 m²
500 kg
2 m³
m²
kg
m³
m²
kg
m³
2 2 2 7 2 4 1 1 1 4 1 1 1 1 3 3 3 1 1 1
jumlah pekerja 4 6 8 16 30 30 24 24 24 24 24 36 96 96 96 12
Orang per grup 2 orang 8 orang 10 orang
8 orang
12 orang
8 15 m³
4 m²
250 kg
2 m³
4 m²
150 kg
2 m³
8 8 8 24 80 24 60 48 36 16 48 80 80 80 16 16 16 20 20 20
Jumlah grup 2 3 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 8 8 8 3 2
4 orang
8 orang
12 orang
8 orang
10 orang
8 orang
10 orang
2 2 2 3 10 2 5 4 3
2 6 8 8 8 2 2 2 2 2 2
dengan menambah jumlah pekerja. Percepatan dilakukan dari 3 hari menjadi 2 hari, sedangkan pada lantai ground tetap 8 hari. Jumlah grup pekerja pada pekerjaan bekisting balok dan plat lantai yang awalnya berjumlah 3 grup (24 orang), dinaikkan menjadi 4 grup (32 orang). Percepatan pekerjaan ini kemudian berpengaruh terhadap pekerjaan-pekerjaan lainnya. Durasi total pekerjaan struktur dapat dipercepat dari 233 hari menjadi 199 hari.
cp(JK) cp(GH) cp(EF) cp(BC) cp(AB) cp(CD)
10 20 30 40 50 60 70 80 90 90 100 110 120 130 140 1
E D A C 25 24 23 22 21 20 19 18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Upper Ground Ground
Gambar 4.2 Diagram RSM setelah merubah
0
F
G
4.1.2 Langkah pembuatan diagram RSM Dari pembuatan diagram RSM ini, lag/jeda antar pekerjaan dihilangkan. Sehingga penggunaan sumber daya pekerja tidak terputus. Didapat durasi baru pekerjaan struktur sebesar 233 hari. Berbeda 68 hari dari durasi eksisting pekerjaan struktur proyek, yaitu 301 hari. Hasilnya dapat dilihat pada gambar 4.1 Selain mempercepat durasi, penggunaan sumber daya yang tidak terputus ini menyebabkan idle time pekerja menjadi nol, atau dengan kata lain tidak ada pekerja yang menganggur. Dari hasil pembuatan diagram RSM yang pertama ini, didapat pengurangan idle time sebesar 68 hari. Dengan jumlah pekerja yang ada tiap harinya adalah 60 orang, dan biaya pekerja perhari adalah Rp. 75.000, maka telah dilakukan pengehematan sebesar Rp. 306.000.000.
garis produktivitas pekerjaan bekisting balok dan plat lantai Setelah mendapatkan diagram RSM yang baru, lalu dicek, pekerjaan apa yang berikutnya dapat dipercepat. Dari gambar, pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai (pekerjaan F) dapat dirubah garis produktivitasnya. Pekerjaan yang berdurasi 2 hari dari lantai upperground sampai lantai atap tersebut dapat dipercepat menjadi 1 hari. Untuk mempercepat durasi pekerjaan ini, dilakukan penambahan jam kerja (lembur). Jumlah grup pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai yang awalnya berjumlah 2 grup (4 orang), yang awalnya hanya bekerja 8 jam per hari dari pukul 08.00 pagi sampai pukul 16.00 sore, dilakukan penambahan jam kerja sebanyak 5 jam, dari pukul 17.00 sampai dengan pukul 22.00. Metode penambahan jam kerja ini jauh lebih efektif untuk pekerjaan pengecoran, dikarenakan pekerjaan ini lebih bergantung kepada produktivitas alat, concrete pump misalnya, daripada produktivitas pekerja.. Dari proses percepatan ini, didapat
Gambar 4.1 Diagram RSM setelah menghilangkan lag antar aktivitas 4.2 Merubah garis produksi untuk mempercepat durasi Pekerjaan-pekerjaan yang ada pada diagram RSM semuanya adalah pekerjaan yang termasuk pada lintasan kritis, yang artinya apabila salah satu pekerjaan dirubah durasinya, maka durasi keseluruhan proyek akan ikut berubah, dalam hal ini yang ditinjau pekerjaan struktur saja. Pekerjaan pertama yang akan dipercepat adalah pekerjaan bekisting balok dan plat lantai (pekerjaan D) yang mempunyai durasi 8 hari pada lantai ground dan 3 hari pada lantai upperground sampai atap. Peningkatan produktivitas pekerja dilakukan 5
DAFTAR PUSTAKA Laksito,
B., 2005. ”Studi Komparatif Penjadwalan Proyek Konstruksi Repetitif Menggunakan metode Penjadwalan Berulang (RSM) dan Metode Diagram Preseden (PDM)”. Media Teknik Sipil, 85-92. Ervianto, Wulfram I. 2002 . Manajemen Proyek Konstruksi . Yogyakarta : Penerbit Andi Yogyakarta Soeharto, Iman.1995 . Manajemen Proyek : dari Konseptual sampai Operasional. Jakarta, Erlangga. Harris, R. B., dan Ioannou, P. G., 1998. ”Scheduling Project with Repeating Activities”. Journal of Contruction engineering & Management. ASCE 124(4), 260-278. Project Management Institute.2004. A Guide to Project Mangement Body of Knowledge (PMBOK Guide).USA
0
cp(CD) cp(BC) cp(AB)
18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Upper Ground Ground
10
20
30
40 50
cp(EF)
60
cp(GH) cp(JK
durasi total pekerjaan struktur yang baru sebesar 166 hari. Hasil percepatan pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai ini dapat dilihat pada gambar 4.3
Gambar 4.3 Diagram RSM setelah merubah garis produktivitas pekerjaan bekisting balok dan plat lantai
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penjadwalan aktual proyek berupa kurva S, kemudian dirubah kedalam bentuk program bantu Microsoft Project didapat durasi 301 hari. Pembuatan diagram RSM pertama, yaitu setelah menghilangkan lag antar aktivitas dari penjadwalan aktual didapat durasi 233 hari. Diagram RSM kedua, merubah garis produktivitas, yaitu mempercepat pekerjaan bekisting balok dan plat lantai dengan cara penambahan pekerja, didapat durasi 199 hari. Diagram RSM ketiga, merubah garis produktivitas pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai dengan cara menambah jumlah jam kerja (lembur), didapat durasi 166 hari. 5.2 Saran 1. Penerapan RSM dapat dilakukan pada proyek seperti apartemen atau gedung bertingkat, maupun proyek jalan, pemipaan, jembatandll. 2. Pada kenyataannya, penerapan RSM pada proyek gedung bertingkat jauh lebih mudah untuk diterapkan. 3. Akan lebih baik lagi jika ada alternatif penjadwalan lain sebagai perbandingan. 6