e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 3 - Tahun 2016)
PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK USIA 4 - 5 TAHUN TK SAIWA DHARMA I Gusti Ayu Sri Purnami Dewi1, I Ketut Gading2, Mutiara Magta3 1,2
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini 2 Jurusan Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif dengan penerapan metode eksperimen pada anak usia 4 - 5 tahun Semester I di TK Saiwa Dharma Banyuning Singaraja Tahun Pelajaran 2016/2017. Subjek penelitian ini melibatkan 24 anak, 13 anak perempuan dan 11 anak laki-laki. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Data tentang kemampuan kognitif anak dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik inferensial. Dari hasil observasi diperoleh data bahwa anak usia 45 tahun di TK Saiwa Dharma Banyuning Singaraja, dalam hal kemampuan kognitif masih kurang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak dibuktikan dengan adanya peningkatan gains skor anak pada siklus I adalah 0,37 yang berada pada katagori sedang. Gains skor pada siklus II sebesar 0,72 berada pada katagori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan metode eksperimen ternyata sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan kogitif anak, karena adanya peningkatan gains skor dari siklus I ke siklus II sebesar 0,35. Oleh karena itu guru harus mampu menerapkan proses pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan tahapan usia anak agar pembelajaran bermanfaat untuk anak, serta menggunakan metode eksperimen untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak usia 4-5 tahun. Kata-kata kunci: Kemampuan kognitif, Metode eksperimen, Anak usia dini Abstract This study aims to determine the cognitive ability increases with the application of the experimental method in children aged 4-5 years in kindergarten Saiwa Semester Dharma Banyuning Singaraja in academic year 2016/2017. Subjects of this study involving 24 children, 13 girls and 11 boys. This research is a classroom action research. Data on the cognitive abilities of children in this study were collected by using observation method. Data analysis in this research using descriptive analysis and inferential statistical analysis methods. From the observation data showed that children aged 4-5 years in kindergarten Saiwa Dharma Banyuning Singaraja, in terms of cognitive abilities are lacking. The results showed that the application of the experimental method can improve cognitive abilities evidenced by an increase in gains scores of children in the first cycle was 0.37 which are in the moderate category. Gains score on the second cycle of 0.72 is at a high category. This indicates that the application of the experimental method was very effective for improving children's ability kogitif, due to increased gains scores from the first cycle to the second cycle of 0.35. Therefore, teachers should be able to apply the learning process in accordance with the characteristics of the child's age and stage
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 3 - Tahun 2016) of learning to be beneficial for children, as well as the use of experimental methods to improve the cognitive abilities of children aged 4-5 years. Keywords: Cognitive abilities, Experimental method, Early childhood
PENDAHULUAN Kesadaran akan pentingnya pendidikan anak usia dini telah mendorong pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional untuk membentuk Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) guna memfasilitasi masyarakat di bidang layanan pendidikan anak usia dini (0 - 6 tahun). Kualitas pendidikan di Indonesia selalu mendapat sorotan tajam dari berbagai pihak. Pendidikan dianggap tidak mampu menghasilkan sumber daya manusia yang kompeten sehingga tidak mampu bersaing pada era gelobalisasi saat ini.Menurut undang -undang Nomor 20 tahun tentang sistem pendidikan Nasional pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini (PAUD ) adalah satu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang di lakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan salah satu upaya pembinaan yang di tunjukan bagi anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam menghadapi pendidikan yang lebih lanjut. Untuk itu pendidikan anak usia dini dikatakan sebagai dasar bagi pecapaian keberhasilan pendidikan yang lebih tinggi. Menyadari akan pentingnya hal tersebut maka memberikan layanan pendidikan sejak dini sangat diperlukan untuk merangsang otak anak. Sebab pendidikan bagi anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang disesuaikan pada pertumbuhan dan
perkembangan fisik anak ( koordinasi motorik halus dan kasar , Kognitif daya pikir, daya cipta, kecerdasan sarana dan prasarana yang tidak mendukung emosi, kecerdasan spiritual , sosial emosional atau sikap dan prilaku serta beragama bahasa atau komunikasi dan nilai agama dan moral. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengarui kreativitas seorang anak. Oleh karena itu lingkungan perlu dirancang sedemikian rupa supaya dapat mengembangkan dan menyempurnakan apa yang dibawa anak sejak lahir dan pengembangan kreativitas sangat penting dikembangkan. Guru merupakan salah satu tenaga pendidik yang membantu mengarahkan anak didiknya ketingkat yang lebih optimal tentu harus menguasai metode - metode pendidikan di TK. Sebagai guru pada anak usia dini dalam kegiatan mengajar yang mengandalkan kertas dan pensil menyebabkan anak merasa jenuh atau bosan. Piaget (dalam Hurlock, 1997) mengelompokkan tahap–tahap perkembangan kognitif menurut usianya yaitu: tahap sesori motor dari usia 0–2 tahun ini, dimana pada tahap ini anak mulai berkembang dengan indra dan motoriknya, tahap praoperasional dari usia 2–7 tahun, dimana anak pada tahap ini anak masih dalam berpikir egosentrik dan masih memandang dirinya sendiri, tahap operasional kongkrit dari usia 7–11 tahun, dimana pada tahap ini anak msih terikat dengan hal – hal yang kongkrit dan yang terakhir yaitu tahap operasional formal dari usia (11 tahun keatas), dimana pada tahap ini anak sudah mulai berpikir abstrak. Anak usia 4–5 tahun berada pada tahapan praoperasional. Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan tersebut. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan mempresentasikan objek
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 3 - Tahun 2016) dengan gambaran dan kata–kata yang sudah dipelajari oleh anak. Dan pada tahap ini pemikiran anak itu masih bersifat egosentris, anak kesulitan untuk melihat sudut pandang dari orang lain. Kenyataan yang ditemukan di TK Saiwa Dharma Banyuning Singaraja adalah anak mengalami kesulitan dalam menyesuaikan proses pembelajaran terutama dalam kemampuan kognitif yang diberikan oleh guru. Dimana dalam kegiatan pembelajaran mengenai kemampuan kognitif yang kurangbisa diikuti oleh anak misalkan: mengelompokkan atau memasangkan benda yang sama dan sejenis atau sesuai dengan pasangnya, menyebutkan bilangan 1 – 10, mengelompokkan lebih dari 5 warna dan membedakanya, dan menyebutkan 4 bentuk seperti lingkaran, persegi, segitiga dan persegi panjang . Berdasarkan observasi awal yang telah dilaksanakan melalui wawancara dengan kepala sekolah, dari hasil wawancara penelitian dengan Bu Putu, selaku guru kelas kelompok A2 di TK tersebut, memberikan informasi bahwa di kelas tersebut ada beberapa anak didiknya mengalami kesulitan didalam kemampuan kognitifyang meliputi:mengelompokkan atau memasangkan benda yang sama dan sejenis atau sesuai dengan pasangnya, menyebutkan bilangan 1-10, mengelompokkan lebih dari 5 warna dan membedakanya, dan menyebutkan 4 bentuk seperti lingkaran, persegi, segitiga dan persegi panjang . Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti lanjut terhadap penyebabab kekurangan anak dalam perkembangan kognitif dikelas A2 ditemukan beberapa hal sebagai berikut: satu media yang digunakan untuk proses pembelajaran terbatas, Dua media yang kurang menarik bagi anak, Tiga metode yang digunakan oleh guru itu terlalu monoton, Empat kegiatan pembelajaran yang bersifat abstrak. Dimana dalam proses mengajar, guru cendrung menggunakan metode itu-itu saja, sehingga anak menjadi tidak tertarik dan merasa bosan. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran anak usia dini, guru anak usia
dini seharusnya menerapakan pembelajaran yang membuat anak aktif, inovaktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, ada juga interaksi diantara anak, dan pembelajaran menarik untuk anak. Dalam meningkatkan kemauan belajar anak guru harus menciptakan suasana belajar yang baru atau yang menarik bagi anak. Semakin menarik proses pembelajaran maka anak semakin senang dan suka untuk belajar, dan anak semakin antusias untuk melakukan suatu kegiatan yang di berikan oleh guru. Salah satu metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran anak usia dini yaitu metode eksperimen, metode ini memberikan kesempatan pada anak untuk lebih bereksplorasi dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Sujiono (2011:7.90) mennyatakan bahwa metode eksperimen adalah suatu cara anak untuk melakukaan berbagai percobaan yang dapat dilakukan anak sesuai dengan usianya dan guru sebagai fasilitator dengan alat yang sudah disiapakan oleh gurunya sendiri. Dengan menggunakan metode ini anak dapat menemukan sesuatu hal yang baru dengan pengalamannya sendiri. Metode eksperimen merupakan cara yang digunakan untuk menyajikan pembelajaran, dimana anak melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajarai (Djamarah dan Aswan, 2006:84). Selaras dengan hal diatas Abimanyu (2009:7.17), metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran yang memungkinkan anak melakukan percobaan sendiri untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Ada beberapa tujuan dari metode eksperimen, pertama siswa mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data yang diperoleh, kedua siswa mampu merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan melaporkan percobaannya, ketiga siswa mampu menggunakan logika berfikir indukif untuk menarik keismpulan dari fakta, informasi atau data yang dikumpulkan melalui percobaan. Keempat siswa mampu beripikir sistematis, disiplin tinggi, hidup teratur dan
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 3 - Tahun 2016) Berdasarkan permasalahan tersebut maka peneliti melakukan penelitian tentang penerapan metode eksperimen terhadap peningkatan kemampuan kongnitif pada anak usia 4-5 tahun di TK Saiwa Dharma Banyuning Singaraja. Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. rapi
(Abimanyu,
2009:7.17).
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif pada anak setelah diterapkan metode eksperimen pada usia 4–5 tahun semester I Tk Saiwa Dharma Banyuning Singaraja. Hasil penelitian ini di harapakan dapat bermanfaat bagi pengembangan teori pembelajaran khususnya tentang metode eksperimen untuk meningkatkan kemampuan kongnitif bagi anak usia dini. Manfaat bagi siswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kongnitif anak dalam proses belajar mengajar dan mudah di pahami Manfaat bagi guru, diharapkan pertama, membantu guru menambah secara professional. Kedua, membantu guru menambahkan wawasan dan mengetahui model pembelajaran serta media yang tepat. Ketiga, dapat meningkatkan keterampilan guru dengan media gambar dalam menghitung dapat menarik minat anak dan menyenangkan. Keempat, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pendidik. Manfaat bagi sekolah, diharapkan dapat meningkatkan mutu sekolah melalui penelitian tindakan kelas sebagai sekolah yang di kenal di lingkungan sekitar dan masyarakat. Pengertian kemampuan kongnitif meliputi aspek–aspek kemampuan yaitu, bagaimana individu itu memperhatikan, mengamati, dan memikirkan menghafal serta bentuk-bentuk mental lainnya. Kognitif bukan merupakan suatu benda atau kekuatan yang memiliki sedikit atau banyak. Jadi kongnitif ini berfungsi sebagai mental yang kompleks yang di manifestasikan dalam tingkah laku cepat atau lambatnya individu dalam memecahkan sesuatu yang dihadapi untuk memperoleh pengertian yang jelas. Perkembangan kongnitif merupakan salah
satu perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengetahuan yakni semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana
individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Proses seperti ini disebut anamilasi yaitu anak mengetahui sesuatu karena sudah ada pengalaman sebelumnya, selain asimilasi piaget mengatakan bahwa ada proses lain yang penting dalam mengajar yaitu akomodasi yang artinya proses memodifikasi apa yang diketahui sebelumnya karena menghadapi fenomena baru.Semua kecerdasan yang lebih tinggi termasuk ilustrasi, ada dalam otak sejak lahir dan selama lebih dari tujuh tahun pertama kehidupan, kecerdasan ini dapat disiapkan jika dirawat dengan baik. Teori mengenai perkembangan kongnitif ialah: “anak ternyata bukan merupakan miniature replika orang dewasa dan cara berpikir anak–anak tidak sama dengan cara berpfikir orang dewasa. Dapat dibuatkan kesimpulan yaitu: kemampuan kognitif merupakan salah satu kemampuan yang paling awal untuk tumbuh kembang anak nantinya. Selain paling awal bagaimana individu itu memperhatikan, mengamati, dan memikirkan bentuk–bentuk dengan mental anak. Dari kemampuan kognitif anak juga bisa berhadaptasi atau mengiterprestasikan objek dan kejiadian– kejadian yang ada disekitarnya.
Kemampuan kognitif dapat dikatagorikan menjadi perkembangan kognitif pengetahuan yang secara umum dan pengetahuan sains, selain perkembangan kognitif secara umum dan sains ada juga perkembangan kognitif dalam bentuk konsep warna, ukuran, konsep bilangan, konsep lambang bilangan dan konsep huruf. Berkenaan dengan teorinya piaget mengemukakkan tiga cara agar anak samapai pada tahap mengetahui sesuatu, yang pertama melalui interaksi sosial, yang kedua melalui pengetahuan fisik dan yang ketiga yang disebut logical mathematical. Logical mathematical ini meliputi pengertian tentang: angka, seriasi, klasifikasi, waktu, dan ruang.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 3 - Tahun 2016) Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a). angka merupakan suatu simbol yang disepakati dan diterima begitu saja. Contoh: anak mampu mengurutkan angka satu sampai sepuluh. b). seriasi merupakan menyusun objek mengikuti urutan berdasarkan kreteria tertentu. Contoh: mengurutkan benda dari kecil ke besar. c). klasifikasi merupakan suatu kegiatan mengelompokkan benda sesuai dengan jenisnya. Contoh: mengklasifikasikan benda berdasarkan warna. d). waktu merupakan serangkaian proses berlangsungnya suatu perbuatan. Contoh: anak tepat waktu saat datang kesekolah. e). ruang merupakan wujud fisik wilayah dalam dimensi geografis yang merupakan wadah bagi manusia. Contoh:
anak mampu mengenal bangun ruang. Dari beberapa uraian diatas penelitian ini lebih medalami tentang angka, seriasi dan klasifikasi Tahap–tahap perkembangan kognitif menurut Piaget (2012) dikemukakkan menjadi 4 tahapan yaitu: Tahap Sensori Motor (usia 0 – 2 tahun) Pada tahap ini bayi menggunakan kemampuan perasaan dan motor untuk memahami dunia berawal dari reflex dan berakhir dengan kombinasi kompleks dari kemampuan sensori motor Tahap Pra – Operasional (usia 2 – 7 tahun) Pada tahap ini anak mempunyai gambaran mental dan mampu untuk berpura - pura langkah pendek untuk menggunakan symbol. Tahap Operasional Kongkrit (usia 7 – 11 tahun) Pada tahap ini anak tidak hanya menggambarkan simbol tapi dapat memanifulasi simbol secara logika cukup sebuah prestasi tapi pada poin ini mereka harus masih menampilkan cara kerja ini tanpa kontek dari situasi konkret.
Tahap Operasional Formal usia 11 tahun keatas. Pada tahap ini anak mempunyai waktu yang sulit menggunakan kemampuan logika baru nya untuk pristiwa tidak konkret (abstrak) jika ibu berkata kepada junior kamu tidak seharusnya mempermainkan hidung
anak itu bagaimana perasaanmu bila kamu di perlakukan seperti itu. METODE
Rancangan dari penelitian tindakan kelas (PTK) ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Pelaksanaan Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Refleeksi
Pelaksanaan
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Refleksi
n?
Gambar 1. Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Dimodifikasi dari Arikunto (dalam Damiyanti, 2013: 122) Penelitian ini dilaksanakan di TK Saiwa Dharma Banyuning Singaraja pada semester I tahun pelajaran 2016/2017. Waktu penelitian ini disesuaikan dengan kalender pedidikan yang ada di TK. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok A sesmester I tahun pelajaran 2016/2017 dengan jumlah anak 25 orang. Penelitian ini dirancang melalui satu siklus, namun tidak menutup kemungkinan akan dilakukan siklus selanjutnya apabila siklus I belum berhasil. Setiap siklus terdiri
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 3 - Tahun 2016) dari empat tahap, yaitu tahap pertama rencana tindakan, tahap kedua pelaksanaan, tahap ketiga evaluasi/observasi, dan terakhir adalah refleksi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi. Menurut Nurkencana (dalam Agung, 2014:94) menyatakan bahwa “metode observasi adalah suatu cara untuk mengadakan penilian dengan jalan mengadakan pengmatan secara langsug dan sistematis”. Dengan metode observasi ini dapat kita lakukan dengan mencatat langsung kejadian atau aktifitas – aktifitas yang muncul disaat anak melakukan suatu kegiatan pembelajaran. Dalam metode observasi ini ada dua jenis metode yaitu : metode observasi langsung dan metode observasi tak langsung, dalam penelitian ini menggunakan metode observasi langsung. Dalam penelitian ini menggunakan tehnik observasi langsung. Observasi langsung merupakan kegiatan observasi langsung dengan peneliti terlibat langsung pada objek atau subjek yang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan penelitian, peneliti ikut mengerjakan apa yang sedang dikerjakan oleh sumber data dan ikut merasakan suka dukanya. Instrumen Pengumpulan Data Pada prisipnya dalam sebuah penelitia adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitia disebut instrument. Jadi instrument penelitian adalah suatu alat yang diguanaan mengukur fenomea-fenomena alam maupun social yang diamati secara spesifik fenomena disebut variabel. Jumlah instrument penelitia tergantung pada variabel penelitian yang telah ditetapkan untuk diteliti. Menurut Suhasimi Arikunto (2000;134), menyatakan bahwa “ Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya”. Jadi secara garis besa instrument penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen ini dapat berupa kuisioner (daftar pernyataan),
formulir observasi atau formulir-formulir lainnya yang terkait dengan pencatatan data. Setelah data dalam proses penelitian terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data. Dalam menganalisis data ini digunakan metode analisis data statistik deskriptif dan metode analisis data deskriptif kuantitatif. Metode analisis statistik deskriptif adalah salah satu metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini. Menurut Agung (2012) mengatakan analisis statistik deskriptif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti: distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata, median, modus, mean dan standar deviasi untuk menggambarkan suatu obyek atau variabel tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum. Penerapan metode analisis statistik deskriptif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dan disajikan ke dalam a) tabel distribusi frekuensi, b) menghitung modus, c) menghitung median, d) menghitung angka rata-rata (mean), e) menyajikan data ke dalam grafik polygon. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun peajaran di TK Saiwa Dharma Banyuning Singaraja. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok A2 yang berjumlah 24 anak, terdiri dari 10 anak perepuan dan 14 anak laki – laki. 2016. Secara umum pelaksanaan proses pembelajaran selama penelitian ini telah berlangsung sesuai dengan rencana program pembeajaran harian (RPPH) yang telah disusun.Tahap observasi yaitu melakukan pengamatan terhadap metode eksperimen untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan refleksi yakni berdiskusi dengan guru mengenai permasalahan yang ditemukan dan solusi yang akan digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Penerapan metode eksperimen untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak pada sia 4-5 tahun semester I di TK Saiwa Dharma Bhanyuning Singaraja Tahun pada
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 3 - Tahun 2016) anak di TK Saiwa Dharma Banyuning Singaraja berjalan secara lancar. Banyak hal yang ditemui selama penerapan pembelajaran, mulai dari tahap perencanaan awal sampai tahap akhir pengambilan siklus II. Ditemukan beberapa masalah sebelum penerapan metode eksperimen untuk meningkatkan kemampuan kogitif anak diatanaranya yaitu: Ketika kegiatan pembelajaran berlangsung terlihat beberapa anak yang kurang fokus dalam mengikuti pembelajaran., terdapat beberapa anak yang rebutan media karena kurangnya media danada anak yang tidak antusias dalam menerima pembelajaran., sehingga kegiatan yang diberikan kurang menarik bagi anak maka dari itu perhatian anak saat kegiatan pembelajaran berlangsung kurang fokus. Berdasarkan permasalahan diatas bahwa maka peneliti menerapkan metode eksperimen untuk mengatasi masalah yang dialami anak untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak. Hasil penelitian yang telah dilaksanakan di TK Saiwa Dharma pada anak usia 4 – 5 tahun semester I tahun pelajaran 2016/2017 Selama dua siklus ini menunjukkan terjadinya peningkatan kemampuan kognitif setelah diterapkanya metode eksperimen. Pembahasan Penelitian ini dilaksanakan dua kali siklus dan masing – masing siklus terdiri dari delapan kali pertemuan. Dan data yang diperoleh adalah mengenai peningkatan kemampuan kognitif dengan metode eksperimen. Data yang telah terkumpul kemudian di analisi dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif. Pada tahap awal, pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan kognitif anak kelompok A2 di TK Saiwa Dharma Banyuning sebelum penerapan metode eksperimen. Tahap refleksi awal ini dijadikan skor awal kemampuan kognitif sebelum melakukan tindakan perbaikan pada proses pembelajaran. Berdasarkan permasalahan diatas bahwa maka peneliti menerapkan metode eksperimen untuk mengatasi
masalah yang dialami anak untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak. Hasil penelitian yang telah dilaksanakan di TK Saiwa Dharma pada anak usia 4 – 5 tahun semester I tahun pelajaran 2016/2017 Selama dua siklus ini menunjukkan terjadinya peningkatan kemampuan kognitif setelah diterapkanya metode eksperimen. Sebelum diberikan tindakan persentase tingkat kemampuan kognitif di TK Saiwa Dharma Banyuning Singraja masih tergolong rendah. Sedangkan setelah diterapkannya penelitian pada siklus I pada anak tersebut mengalami tingkat kemampuan kognitif dalam kategori sedang dari hasil analisis dengan menggunakan gains skor perolehan rata – rata skor sebesar 0,35. Selama penelitian di siklus I, peneliti juga menemukan beberapa kendala, yang dapat menganggu kelancaran penelitian. Kendalakendala yang ditemui saat penelitian yaitu, terdapat beberapa anak sulit untuk diatur dan kurang konsentrasi dalam menerima penjelasan langkah-langkah kegiatan, karena situasi lingkungan TK saat itu sangat ramai. Hal tersebut mengalihkan perhatian anak dan membuat anak kurang konsentrasi dalam menerima arahan guru. Beberapa anak bingung terhadap perintah yang diberikan guru dan saat pelaksanaan kegiatan anak lupa dengan petunjuk guru. Hal tersebut disebabkan karena guru terlalu lama memberikan penjelasan dan tidak memberikan contoh langsung, sehingga anak cepat lupa petunjuk guru. Saat menyampaikan langkah-langkah kegiatan guru perlu memberikan petunjuk yang jelas agar anak dapat memahami yang disampaikan guru. Peningkatan kemampuan kognitif terjadi karena kegiatan disajikan dengan cara yang menarik dan menyenangkan melalui metode eksperimen menggunakan bola warna – warni dananak-anak sudah mampu mengenal perbedaan panjang pendek menggunakan pipet dan stik es cream, mengenal perbedaan angka satu samapai sepuluh dengan menggunakan balok angka, mengenal bentuk geometri dan memasangkan dengan benda nyata yang
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 3 - Tahun 2016) ada di lingkungan TK. Anak juga sudah mampu mengklasifikasikan bentuk warna dan ukuran menggunakan balok yang ada di TK Seorang pendidik tidak dapat meminta kepada anak untuk memahami sesuatu hal hanya melalui sebuah ceramah dan meminta anak untuk membayangkannya saja, tetapi anak harus memperoleh kesempatan untuk melakukannya secara langsung dan mencocokkannya dengan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya. Plato (dalam Yunanto, 2013) dalam penelitiannya mencatat bahwa anak lebih mudah mengenal aritmatika ketika diajarkan melalui kegiatan bermain. Eksperimen ini membuktikkan bahwa anak lebih mampu memahami sesuatu yang menurutnya sulit melalui kegiatan bermain. Peningkatan kemampuan kognitif pada anak dapat dilihat dari perubahan yakni meningkatnya kemampuan kognitif anak dalam mengenalkan angka, mengklasifikasi ukuran, warna, bentuk dan seriasi ini menggunakan media balok, bola dan balok angka. Hal tersebut dapat dilihat saat anak mampu menemukan solusi untuk mengingatangakyang sudah pernah dikenalkan oleh gurunya, anak mampu mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk, warna, dan ukuran, anak mampu memasangkan benda yang berdasarkan pasangan atau persamaannya, dan anak mampu memasangkan bentuk geometri dengan benda yang sebenarnya. Peningkatan kemampuan kognitif juga dapat dilihat dari kemampuan anak untuk menceritakan perbedaan dan persamaan benda-benda yang diperolehnya, yang dimana di awal kegiatan siklus I beberapa anak belum mampu menceritakan bendabenda yang diperolehnya. Pelaksanaan tindakan siklus I ke siklus II pada kemampuan kognitif mengalami peningkatan dari kategori sedang ke kategori tinggi. Peningkatan kemampuan kognitif anak tidak mencapai kategori sangat tinggi dikarenakan keterbatasan waktu yang tersedia dalam penelitian. Keterbatasan waktu disebabkan karena pada saat memulai penelitian anak-anak di TK Saiwa Dhara Banyuning Singaraja akan libur hari raya
galungan dan kuningan setelah libur hari raya akan mengadakan jeda semester. Selain karena keterbatasan waktu, kemmapuan kognitif anak sudah berada pada kategori tinggi sehingga penelitian tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Berdasarkan hasil dan uraian tersebut, maka penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan dengan kemampuan kognitif anak dengan kategori tinggi pada usia 4 -5 tahun semester I tahun pelajaran 2016 / 2017 di TK Saiwa Dharama Banyuning Singaraja. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak pada usia 4–5 tahun di TK Saiwa Dharma Banyuning Singaraja. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I memproleh gains skor 0,37. Setelah perbaikan pada siklus II , nilai rata–rata gains skor kemampuan kognitif semakin meningkat sebesar 0,72. Terdapat peningkatan kemampuan kognitif anak pada usia 4 – 5 tahun di TK Saiwa Dharma Banyuning Singaraja setelah diterapkan metode eksperimen. Ini terlihat peningkatan gains skor ternomalisasi kemampuan kognitif pada siklus I sebesar 0,37 yang berda pada katagori sedang menjadi 0,72 pada siklus II yang berda pada katagori tinggi. Jadi terjadi peningkatan kemampuan kognitif pada anak sebesar 0,35. Penelitian ini menggunakan sebelas indikator yang diataranya 7 indikator yang cendrung meningkat setelah menerapkan metode eksperimen. Dari ke 7indikator tersebut, diantaranya Satu, membilang angka satu samapai sepuluh, Dua, mengurutkan benda dari tebal – tipis atau sebaliknya, Tiga mengurutkan benda dari panjang – pendek atau sebaliknya, Empat, mengurutkan benda dari besar – kecil atau sebaliknya, Lima mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk, Enam, mengklasifikasikan benda berdasarkan ukuran, dan Tujuh. mengklasifikasikan benda berdasarkan
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 3 - Tahun 2016) warna. Hal ini didukung, ketika penerapan medote eksperimen menggunakan media balok, bola dan angka yang warna – warni dapat meningakatkan kemampuan kognitif anak. Penerapan metode eksperimen untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak tentang pengenalan angka warna – warni dapat menghadirkan suasana belajar yang menyenangkan bagi anak, selain itu dapat meningkatkan minat anak untuk belajar di kelas sehingga anak mampu memahami konsep angka, klasifikasi warna, ukuran dan bentuk selain itu juga anak mampu memahami atau mengurutkan benda dari besar ke kecil, panjang pendek dengan baik. Penggunaan metode eksperimen untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak dengan media balok, bola warna – warni dan balok angka juga anak mampu memberikan suasana belajar yang dapat meningkatkan tangung jawab anak untuk dapat menyelesaikan tugas dan memberikan kebebasan anak pada saat bermain balok warna – warni disesuaikan dengan prosedur yang diberikan oleh guru, sehingga keberhasilan dari penelitian ini tergolong dalam katagori tinggi. Berdasarkan kriteria keberhasilan yang telah diterapkan, maka pelaksanaan tindakan ini secara keseluruhan dapat dikatakan berasil karena telah memenuhi kriteria yaitu keberasilan daya serap mencapai katagori tinggi dengan ketuntasan klasikal minimal mencapai 0,35. Berdasarkan temuan hasil penelitian dan simpulan yang telah dipaparkan diatas, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut. Pertama. Kepada anak diharapkan dalam melakukan suatu kegiatan pembelajaran lebih aktif, kreatif, efektif, dan inovaktif dengan memperhatikan kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung, sehingga kemapuan yang diperoleh benar – benar berkembang sesuai dengan tahap kemampuan anak. Kedua. Kepada guru diharapkan lebih kreatif dan aktif dalam menyiapkan media pembelajaran dan memilih metode pembelajaran yang tepat dan harus disesuiakan dengan tema dan
kurikulum 2013, sebelum mulai pembelajaran guru harus melihat suasana dikelas dan menyiapkan media yang lucu dan unik, sehingga anak lebih tertarik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan suasana pembelajaran akan menjadi lebih menyenangkan. Pertama, Kepada kepala sekolah, diharapkan agar mampu memberikan informasi tentang metode pembelajaran dan media untuk pembelajaran, karena pada saat pembeajaran berlangsung nantinya anak mampu memahami atau meningkatkan kemampuannya dengan baik, sehingga pembelajaran inipun dapat berlangsung secara efisien dan efektif. Kedua, Kepada peneliti lain hendaknya saat melaksanakan PTK harus mempelajari langkah–langkah penerapan metode pembelajaran yang lain, belum sepuhnya dapat terjangkau dalam penelitian ini, dengan adanya penelitian ini akan dapat dijadikan sebagai pembanding dalam melakukan suatu penelitian berikutnya. DAFTAR RUJUKAN Agung,
A. A. Gede. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan, Suatu Pengantar. Singaraja: FIP Undiksha Singaraja.
----------. 2010. Evaluasi Pendidikan, Suatau Pengantar.Singaraja: FIP Undiksha Singaraja. ----------. 2011. Skripsi PTK Upaya Peningkatan Kemampuan Mengenal Bilangan Dengan Pemanfaatan Media Dadu. Tersedia pada http://repository.upi.edu.com/. (diakses tanggal 12 januari 2012 ). Arikunto, Suharsimi, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Hurlock, B. Elizabeth. 1997. Perkembangan Anak Jilid I.Jakarta: Erlangga.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 3 - Tahun 2016) Milati, Nurarina. 2010. Upaya Kemampuan Berhitung Melalui Tata angka (PTK di BA Aisyiyah Jetis II Sukoharjo). Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhamadiyah Surakarta. Moeslichatoen. 2004. Metode Pengajaran di Taman Kanak–Kanak. Jakarta: Rineka Cipta. Mulyasa. 2014. Manajemen Paud. Bandung. PT Remaja Rosdakarya Offset Nurkancana. Wayan. 1990. Pendidikan. Surabaya: Nasional.
Evaluasi Usaha
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2013, tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembina TK dan SD. Ramli. 2010. Penanaman Konsep Bilangan Pada Anak Usia Dini. Tersedia pada http://ramlimpd.blogspot.com/2010/pe nanaman-konsep-bilangan-padaanak_20.html. (diakses tanggal 15 Januari 2012 ). Rohmitawati, S.Si. 2007. Matematika Pertamaku Mengasah Kecerdasan Matematika Logis Anak Sejak Usia Dini. Tersedia pada http://llimas.p4tkmatematika.com. (diakses tanggal 13 Januari 2012 ). Sudjana, Nana. 1989. Media Bandung: Sinar Baru.
Mengajar.
Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Predana Media Group.
Wina.
2011. “Upaya Meningkatkan Kemampuan Penguasaan Membilang 1-10 Dengan Menyusun Kartu ”. Tersedia pada http://ghendenk.blogspot.com/2011/12 /skripsi-pendidikan-upayameningkatkan/ (diakses tanggal 15 Januari 2012).
Yunato, A. H. 2013. Penerapan Metode Bermain Bowing Aritmatika untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif. Skripsi (online). Tersedia pada: http://www.lib.unnes.ac.id/18771/1/16 0110004.pdf (Diakses pada tanggal 20 Juni 2016)