Penelitian Sastra Bandingan Studi Hirtoris Persoalan Hidup dalam Puisi “Mourning” karya Georg Trakl dan puisi “Aku” karya Chairil Anwar (Disusun untuk memenuhi tugas UTS Mata Kuliyah Sastra Bandingan yang dibina oleh Nia Budiana, S. Pd dan Jamila Wijayanti, S.S.)
Disusun Oleh: 1. Khoirur Rizal Umami 115110707111012 2. Ni‟matul Fatonah 115110700111024 3. Deasy Ratna Setyawati 115110707111017
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya April 2013
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Menurut beberapa para pemerhati sastra bandingan (dalam Sutarto, A. 2012: 9) setuju bahwa “sastra bandingan merupakan disiplin ilmu yang tidak memiliki metodologi yang berasal dari dirinya sendiri. Disiplin yang satu ini dianggap sebagai cabang dari sejarah dan teori sastra.” Menurut Remak (dalam Damono, 2005: 2) menyatakan bahwa “sastra bandingan adalah kajian sastra di luar batas-batas sebuah negara dan kajian hubungan di antara sastra dengan bidang ilmu serta kepercayaan yang lain seperti seni, filsafat, sejarah, dan sains sosial.” Aminuddin, (2002:134) menyatakan bahwa “puisi diartikan sebagai „membuat‟ di atas „pembuatan‟ karena lewat puisi pada dasarnya seseorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah”. Pengertian lain dikemukakan Zulfahnur (1996:79) bahwa “puisi merupakan ekspresi pengalaman batin (jiwa) seseorang tentang kehidupan manusia, alam, dan Tuhan dengan media bahasa yang indah yang secara padu dan utuh dipadatkan kata-katanya, dalam bentuk teks.” Dari pengertian sastra bandingan dan puisi di atas peneliti tertarik untuk membandingkan puisi “AKU” karya Chairil Anwar, seorang sastrawan Indonesia dengan puisi “Mournig” karya Georg Trakl seorang sastrawan berkebangsaan Austria. Di mana kedua tokoh ini memiliki beberapa kesamaan pada sejarah hidupnya. Pada puisi “AKU” karya Chairil Anwar ini seperti sebuah lukisan diri yang dibuat oleh seorang pelukis besar Indonesia, Affandi, yang membuat lukisan wajah dirinya sendiri. Makna „Aku‟ juga seperti itu, Chairil Anwar seolah ingin mengungkapkan siapa dirinya yang sesungguhnya. Ia ingin orang tahu bahwa kepribadiannya dan kehidupannya seperti yang terlukis dalam bait-bait puisi itu. Ungkap rasa dalam puisi yang berjudul “AKU” itu menggambarkan betapa seorang Chairil Anwar adalah sosok yang tidak mudah menyerah dengan semua kekurangan yang ia miliki. Ia akan terus berjuang dan tak akan mundur walau
rintangan apapun yang menghadang. Ia tak ingin ada yang merasa iba dengan nasibnya yang terbilang tak terlalu beruntung, baik dalam percintaan maupun dalam segi kesehatan. Diusia yang masih sangat produktif, ia telah terserang penyakit TBC yang sangat kronis. Hingga kematiannya penyakit itulah yang menang. Chairil Anwar harus mengalah dalam perjuangan melawan penyakit ganas itu. Georg Trakl adalah seorang sastrawan Austria yang meninggal di usia 27 tahun karena over dosis. Tidak hanya kecanduan terhadap narkoba, sastrawan yang lahir pada 3 February 1887 dan meninggal pada 3 November 1914 dan juga pernah berprofesi di bidang farmasi ini diduga kuat menderita gangguan kejiwaan dimana seseorang tidak dapat membedakan halusinasi dari kenyataan. Mengkonsumsi narkoba sudah dilakukannya sejak usia remaja yang kemudian diperparah dengan hubungan buruknya dengan sang ibu serta kenyataan bahwa dia menjalin hubungan asmara dengan adik kandungnya sendiri (inses). Hubungan inses bersama sang adik ini semakin mengubah hidup Trakl yang sebelumnya telah jauh dari sosialisasi dengan manusia lain. Trakl yang begitu mengistimewakan adiknya menganggap jijik terhadap dirinya sendiri karena telah mencintai adiknya. Dengan segala latar belakang hidupnya yang kelam puisi-puisi karya Trakl sangat menonjolkan rasa putus asa, keterasingan manusia, dan kebencian terhadap peradaban modern. Pada makalah ini akan dibandingkan puisi “AKU” karya Chairil Anwar pada 1943 bulan maret dengan puisi “Mourning” karya Georg Trakl yang diciptanya pada era 1900-an,. Kedua puisi tersebut digunakan dalam kegiatan membandingkan sastra bandingan karena kedua karya sastra itu memenuhi syarat sastra bandingan yaitu memiliki genre sastra yang sama yakni puisi. Selain itu, kedua karya sastra tersebut memiliki tema yang sama yaitu penggambaran akhir kehidupan mereka serta cara mereka menyikapinya.
1.1
Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti menarik rumusan
masalah sebagai berikut. A.
Apakah histori atau peristiwa di balik puisi „Mourning‟ karya Georg Trak dan puisi „Aku‟ karya Chairil Anwar?
B.
Bagaimana makna yang terdapat dalam puisi tersebut?
C.
Apa persamaan dan perbedaan kedua puisi tersebut?
1.2
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti menarik rumusan
masalah sebagai berikut. A. Untuk menjelaskan histori atau peristiwa di balik kedua puisi tersebut. B. Untuk menjelaskan makna yang terdapat dalam puisi tersebut. C. Untuk menjelaskan persamaan dan perbedaan kedua puisi tersebut.
1.3
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua pihak
yang bersangkutan dalam penelitian ini, baik manfaat secara praktis maupun secara teoretis.
1.3.1
Manfaat Praktis Beberapa manfaat secara praktis dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
1.
Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai sastra bandingan, terutama dalam membandingkan Puisi “Mourning” karya Georg Trakl dan puisi “Aku” karya Chairil Anwar.
2.
Bagi pembaca, penelitian ini dapat memberikan informasi secara tertulis maupun sebagai referensi mengenai sastra bandingan mengenai kedua puisi tersebut.
1.3.2 Manfaat Teoretis Beberapa manfaat secara teoretis dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
1.
Bagi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi studi/ kajian sastra bandingan.
2.
Bagi kajian kesusastraan, manfaat penelitian ini yaitu memberikan sumbangsih maupun rujukan referensi bagi para peneliti sastra bandingan khususnya dalam membandingkan dua puisi yang berbeda.
1.4
Temuan Data Berikut ini adalah puisi „Aku‟ karya Chairil Anwar dan puisi „Mourning‟
karya Georg Trakl yang kami jadikan data penelitian. AKU1 karya Chairil Anwar Kalau sampai waktuku „Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri
Mourning2 karya Georg Trakl The dark eagles, sleep and death, Rustle all night around my head: The golden statue of man Is swallowed by the icy comber Of eternity. On the frightening reef The purple remains go to pieces, And the dark voice mourns Over the sea. Sister in my wild despair Look, a precarious skiff is sinking Under the stars, The face of night whose voice is fading. (1900-an)
Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi (Maret 1943) Berikut ini puisi „Mourning‟ karya Georg Trakl yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Berthold Damshauser.
1 2
http://tikuskepleset.blogspot.com/2012/03/puisi-pengertian-dan-jenisnya.html http://www.dreamsongs.com/Files/Trakl.pdf
“Ratapan” karya Georg Trakl3 Maut dan Kelelapan, Rajawali Muram itu. Semalaman mendengungi Kepala: Agar Citra Kencana Manusia Ditelan gigil Banjir Sang Keabadian. Poranda lah Tubuh Ungu ini di seram Karang. Dan gelap Suara Meratap di atas Lautan Wahai, Dinda kemurungan membadai Lihatlah, Sampan Cemas tengah tenggelam Di bawah Gemintang, Wajah Bisu Sang Malam.
1.5
Kajian Teori Dalam kamus Webster dikemukakan bahwa sastra bandingan mempelajari
hubungan timbal balik karya sastra dari dua atau lebih kebudayaan nasional yang biasanya berlainan bahasa, dan terutama pengaruh karya sastra yang satu terhadap karya sastra yang lain. Rene Wellek dan Austin Warren mendefinisikan tiga pengertian dari sastra bandingan. Pertama, penelitian sastra lisan, terutama tema cerita rakyat dan penyebarannya, disini istilah sastra bandingan dipakai untuk studi sastra lisan. Terutama cerita-cerita rakyat dan migrasinya, serta bagaimana dan kapan cerita rakyat masuk ke dalam penulisan sastra yang lebih artistik. Sastra lisan pada dasarnya merupakan bagian integral dari sastra tulis. Kedua, penyelidikan mengenai hubungan antara dua atau lebih karya sastra, yang menjadi bahan dan objek penyelidikannya, diantaranya soal reputasi dan penetrasi, pengaruh dan kemasyuran karya besar, atau dengan kata lain istilah sastra bandingan mencakup studi hubungan antara dua kesusastraan atau lebih. Pendekatan ini dipelopori ilmuwan Perancis, yang disebut comparatistes, digagas oleh Ferdinand Baldensperger, yang diulas yaitu soal reputasi, pengaruh, dan ketenaran Goethe di Perancis dan Inggris. 3
http://chic-id.com/membaca-trakl-sang-sastrawan-tragis-austria/
Aspek yang dipelajari antara lain: (a) citra dan konsep pengarang dan pada waktu tertentu, (b) faktor penerjemahan, (c) faktor penerimaan (receiving factor), (d) suasana dan situasi sastra pada masa tertentu. Dan yang Ketiga, penelitian sastra dalam keseluruhan sastra dunia, sastra umum dan sastra universal. Istilah sastra bandingan disamakan dengan studi sastra menyeluruh. Istilah sastra dunia menyiratkan bahwa yang dipelajari adalah sastra lima benua, mulai dari Selandia Baru sampai Islandia. Sastra umum mempelajari gerakan dan aliran sastra yang melampaui batas nasional. Konsepsi sastra universal melihat bahwa sastra tetap perlu dilihat sebagai suatu totalitas. 1.6
Metode Penelitian Menurut Maria S.W. Sumardjono, penelitian merupakan suatu proses
penentuan kebenaran yang dijabarkan dalam bentuk kegiatan yang sistematis dan terencana dengan dilandasi metode ilmiah. Seluruh proses penelitian merupakan kegiatan yang terkait. Ada suatu benang merah yang dapat ditaruh berawal dari pemilihan judul serta perumusan masalah yang harus sinkron dengan tujuan penelitian. Dengan tinjauan pustaka, yang dikemukakan dapat dilihat kerangka berpikir ini dapat diwujudkan tanpa merinci cara-cara melakukan penelitian yang menerangkan tentang darimana serta bagaimana data diperoleh, variable apa saja yang menjadi fokus penelitian, serta bagaimana data yang akan terkumpul dapat menjawab masalah penelitian. Metodologi penelitian adalah suatu cara bertindak menurut sistem aturan atau tatanan yang bertujuan agar kegiatan praktis dilaksanakan secara rasional dan terarah, sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal dan optimal. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodologi penelitian Analisis Isi/Konten. Analisis isi sering juga disebut analisis konten. Menurut Barelson (dalam Purbani, halm. 8), analisis konten adalah suatu teknik penelitian untuk menghasilkan deskripsi yang objektif dan sistematik mengenai isi yang terkandung dalam media komunikasi. Analisis konten juga dimaknai sebagai teknik yang sistematis untuk menganalisis makna pesan dan cara mengungkapkan
pesan. Pada awalnya analisis konten berkembang dalam ranah ilmu komunikasi, namun dalam perkembangannya kini dipakai dalam berbagai bidang ilmu, termasuk di antaranya ranah sastra. Di antaranya analisis konten bertujuan untuk, a. Mendeskripsikan kecenderungan isi komunikasi/pesan. b. Melacak perkembangan ilmu. c. Menyingkap perbedaan dalam isi komunikasi/pesan. d. Membandingkan media atau tingkat komunikasi/pesan. e. Menampakkan teknik propaganda. f. Mendeteksi keberadaan propagandaatau ideologi terselubung. g. Menemukan keistimewan gaya. h. Mengidentifikasikan maksud dan sifat komunikator/penulis. Meskipun
terlahir
bersifat
berkembang juga ke arah kualitatif.
kuantitatif,
analisis
konten
kemudian
Perkembangan analisis konten dengan
pendekatan kualitatif bahkan diakui oleh pakar Content Analysis kuantitatif Krippendorf. Analisis konten kualitatif berkembang dan berakar dari kajian sastra, kajian sosial, dan kajian kritis kontemporer seperti cultural studies dan teori-teori feminisme. Dalam beberapa hal, analisis konten kualitatif mirip dengan analisis wacana (discourse analysis) dan bersifat interpretif. Para peneliti feminis seperti dilaporkan Reinharz memanfaatkan metode analisis konten kualitatif untuk memaknai suara-suara orang pinggiran, catatan harian, sastra kelas rendah, rekaman, lagu-lagu rakyat, artifak dan dokumen masyarakat yang tersimpan di museum, karena sumber-sumber data tersebut dianggap lebih jujur dan menyuarakan kebenaran tentang perempuan daripada pidato-pidato pimpinanyang telah lebih dahulu dimasak. Hal yang inti dari suatu analisis konten adalah mencari tahu isi dan maksud suatu teks. Untuk mencari tahu isi diperlukan kajian deskriptif, sedangkan untuk mengetahui maksud teks dilakukan dengan cara membuat inferensi dan tafsiran berdasarkan konstruk analisis (analytical construct) yang dibangun. Konstruk analisis merupakan patokan atau panduan peneliti tatkala melakukan analisis dan interpretasi terhadap teks agar inferensi dapat dilakukan dengan tepat. Kecuali menggunakan konstruk analisis, peneliti harus berusaha agar dalam
menganalisis tidak keluar terlalu jauh dari makna simbolis. Carney dalam Zuchdi menyarankan teknik yang dapat membantu. Kajian sastra bandingan adalah kajian sastra lintas budaya, lintas disipliner dan paling memiliki kepedulian pada pola hubungan karya sastra lintas waktu dan lintas tempat. Apa yang dikemukakan Gifford terinspirasi
oleh pernyataan
Matthew Arnold “....di mana-mana terdapat hubungan. Tiada sekelumit peristiwa, tiada sepenggal sastra yang dapat dipahami secara memadai kecuali hubungannya dengan peristiwa lain, dengan penggal sastra yang lain” dan Goethe yang menyatakan bahwa “puisi adalah harta semua manusia” atau Gayley yang menyatakan: “all cultural differences disappear when readers take up great works; arts is seen as an instrument of universal harmony and the comparist is one who facilitates the spread of harmony.” Dari rumusan tersebut biasanya metode dirumuskan kemungkinankemungkinan yaitu suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam sebuah penelitian, suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan dan cara tertentu untuk melaksanakan suatu prosedur. Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah: 1.
Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan kualitatif yaitu data atau keterangan-keterangan yang telah
terkumpul semuanya kemudian disusun, diklasifikasikan dengan kategori yang ada dan dijelaskan, kemudian penulis menyajikan dalam bentuk laporan berdasarkan kenyataan yang ada dan terakhir menarik kesimpulan berdasarkan data yang telah terkumpul, untuk menggambarkan jawaban dari permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. Pada penelitian ini penulis menitikberatkan pada kajian bandingan antara kedua puisi, dengan jenis pendekatan kualitatif. Adapun dinamakan pendekatan kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara lain dari kualifikasi (pengukuran). Adapun jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (uraian, paparan) mengenai situasi kejadian-kejadian. Sedangkan
tujuan penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat research tengah dilakukan dan untuk memeriksa sebab-sebab dari sesuatu gejala tertentu. Berdasarkan pendapat di atas pendekatan kualitatif ini dimaksudkan untuk menjelaskan peristiwa atau kejadian yang dialami penyair sehingga mampu menghasilkan karya sastra itu. Namun selain itu dalam penelitian ini juga akan digunakan sebuah pendekatan historis. Menurut Aminuddin, (2011: 46) menyatakan bahwa, “Pendekatan historis adalah suatu pendekatan yang menekankan pada pemahaman tentang biografi pengarang, latar belakang peristiwa kesejarahan yang melatarbelakangi masa-masa terwujudnya cipta sastra sastra yang dibaca, serta tentang bagaimana perkembangan kehidupan penciptaan maupun kehidupan sastra itu sendiripada umumnya dari zaman ke zaman. Prinsip dasar yang melatar belakangi lahirnya pendekatan ini adalah anggapan bahwa cipta sastra bagaimanapu juga merupakan bagian dari zamannya.” 2.
Sumber Data Sumber data dalam penelitian kualitatif adalah “kata-kata dan tindakan
selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lain-lain”. Data dalam penelitian ini adalah semua data atau informasi yang diperoleh dari data tertulis dari puisi tersebut yang dianggap penting. Adapun yang digunakan dalam penel;itian adalah data tertulis, yaitu data yang terbentuk tulisan ini dianalisis dengan metode yang sudah dipaparkan di atas. 3.
Teknik Pengambilan Data Untuk memperoleh data dilapangan dalam rangka mendeskripsikan dan
menjawab permasalahan yang diteliti, maka metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini antara lain: a.
Metode Pengamatan Metode ini merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan dengan
cara pengamatan dan analisis secara sistematis terhadap isi pesan dalam kedua puisi tersebut. b.
Analisi isi
Metode ini merupakan teknik pengumpulan data dengan menganalisis isi dari setiap puisi yang akan dibandingkan. Hal ini juga digunakan untuk mengetahui latar belakang histori kejadian yang dialami penyair melalui karya sastranya. 4.
Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi
data, penyajian data, menarik kesimpulan. Adapun penjelasannya, a.
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemfokusan penelitian pada penyederhanaan, penggolongan dan transformasi data mentah atau data yang muncul dari catatan-catatan tertulis yang muncul dilapangan. Reduksi data dilakukan dengan meringkas, mengembangkan sistem pengkodean, menelusuri tema, membuat gugus-gugus, dan menuliskna memo.
b.
Penyajian data adalah proses penyusunan informasi yang kompleks ke dalam bentuk yang sistematis sehingga menjadi lebih sederhana dan selektif serta dapat dipahami maknanya.
c.
Penarikan kesimpulan adalah langkah terakhir yang dilakukan peneliti dalam menganalisa data secara terus-menerus baik pada saat pengumpulan data atau setelah pengumpulan data.
Pembahasan I.
Analisis puisi „Aku‟ karya Chairil Anwar
1. Historis Chairil Anwar Chairil Anwar dilahirkan di Medan pada 26 Juli 1922. Dia merupakan anak tunggal dari pasangan Toeloes dan Saleha. Ayahnya bekerja sebagai pamongpraja. Ibunya masih mrmpunyai pertalian keluarga dengan Sutan Sjahrir, Perdana Menteri pertama Indonesia. Chairil dibesarkan dalam keluarga yang berantakan. Kedua orang tuanya bercerai dan ayahnya menikah lagi dengan wanita lain. Setelah perceraian itu, Chairil mengikuti ibunya merantau ke Jakarta. Saai itu, ia baru lulus SMA. Semasa kecil di Medan, Chairil sangat dekat dengan neneknya. Keakraban ini memberikan kesan lebih pada hidup Chairil. Sesudah nenek, ibu adalah wanita kedua yang paling Chairil sayangi. Dia bahkan terbiasa menyebut nama ayahnya, Tulus, di depan sang Ibu. Hal itu ia lakukan sebagai tanda bahwa ia yang mendampingi nasib ibunya. Di depan ibunya juga, Chairil sering kali kehilangan sisi liarnya. Wanita adalah dunia Chairil sesudah buku. Tercatat nama Ida, Sri Ayati, Gadis Rasyid, Mirat, dan Roosmeini sebagai gadis yang dikejar-kejar Chairil. Semua nama gadis itu masuk ke dalam puisi-puisi Chairil. Hapsah adalah gadis kerawang yang menjadi pilihannya untuk menemani hidup dalam rumah tangga. Pernikahan itu tak berumur panjang. Karena kesulitan ekonomi dan gaya hidup Chairil yang tak berubah, Hapsah meminta cerai. Saat itu, anaknya baru berumur tujuh bulan dan Chairil pun menjadi duda. Sejak kecil, semangat Chairil terkenal kegigihannya. Seorang teman dekatnya, Sjamsul Ridwan, pernah membuat suatu tulisan tentang kehidupan Chairil Anwar ketika semasa kecil. Menurut dia, salah satu sifat Chairil pada masa kanak-kanaknya ialah pantang dikalahkan, baik pantang kalah dalam suatu persaingan, maupun dalam mendapatkan keinginan hatinya. Keinginan dan hasrat untuk mendapatkan itulah yang menyebabkan jiwanya selalu meluap-luap, menyala-nyala, boleh dikatakan tidak pernah diam.
Pukul 15.15 WIB, 28 April 1949, Chairil meninggal dunia. Ada beberapa versi tentang sakitnya, namun banyak pendapat yang mengatakan bahwa TBC kronis dan sipilislah yang menjadi penyebab kematiannya. Umur Chairil memang pendek, 27 tahun Aku adalah sebuah puisi karya Chairil Anwar, karya ini mungkin adalah karyanya yang paling terkenal dan juga salah satu puisi paling terkemuka dari Angkatan '45. Aku memiliki tema pemberontakan dari segala bentuk penindasan. Penulisnya ingin "hidup seribu tahun lagi", tetapi ia sadar akan keterbatasan usianya, dan kalau ajalnya tiba, ia tidak ingin seorangpun untuk meratapinya. 2. Lapis makna Kalau sampai waktuku 'Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Bait pertama bermakna bahwa kebulatan keyakinan pengarang tidak bisa dirayu siapapun. Tidak juga kekasinya walaupun menjadi seorang yang dekat atau bisa menjadi siapa saja. Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Bait kedua Si “aku” memesankan kepada orang-orang terdekatnya supaya melepasnya, jika saatnya telah tiba menghadap sang Khalik. Bahkan dia menyebut-nyebut dirinya sebagai binatang jalang, sebuah lambang kehinaan. Walaupun bernuansa menghibur sebenarnya hal itu bermaksud menegaskan bahwa dirayu dengan cara apapun penulis tak akan goyah. Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Bait tersebut tergambar bahwa Chairil sedang „diserang‟ dengan adanya „peluru menembus kulit‟, tetapi ia tidak mempedulikan peluru yang merobek
kulitnya itu, ia berkata “Biar”. Meskipun dalam keadan diserang dan terluka, Chairil masih memberontak, ia „tetap meradang menerjang‟ seperti binatang liar yang sedang diburu. Selain itu, lirik ini juga menunjukkan sikap Chairil yang tak mau mengalah. Tokoh “aku” menyadari apa yang sedang di deritanya, tapi dia tetap mencoba pantang menyerah untuk menjalaninya sendiri. Tetap semangat melawan sakit yang ia rasa. Karena jika saatnya tiba nanti, semua rasa perih akan hilang. Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Walaupun penulis menyadari atas apa yang ia derita, tetapi semangatnya membara. Ia menjalani hari-harinya tanpa peduli dengan apa yang menimpanya. Ia bersemangat seakan-akan ia akan bisa hidup lebih lama lagi, yakni seribu tahun lagi. hal ini pun ternyata dapat diwujudkannya, bahwa walau jasadnya memang sudah tiada, tetapi namanya masih tetap dikenal orang seribu tahun lagi sejak sepeninggalannya. Tidak lain yakni lewat karya-karyanya. 3. Historis puisi aku
II.
Analisis puisi „Mourning‟ karya Georg Trakl
1. Historis Georg trakl Georg Trakl atau yang lebih sering dipanggil Trakl oleh adalah seorang sastrawan Austria yang dianggap sebagai salah satu sastrawan dunia. Karya-karya tulisannya yang dikenal suram, yang diciptanya pada era 1900-an. Georg Trakl meninggal di usia 27 tahun karena over dosis. Tidak hanya kecanduan terhadap narkoba, sastrawan yang lahir pada 3 February 1887 dan meninggal pada 3 November 1914 dan juga pernah berprofesi di bidang farmasi ini diduga kuat menderita skizofrenia atau gangguan kejiwaan dimana seseorang tidak dapat membedakan halusinasi dari kenyataan. Mengkonsumsi narkoba sudah dilakukannya sejak usia remaja yang kemudian diperparah dengan hubungan buruknya dengan sang ibu serta kenyataan bahwa dia menjalin hubungan asmara dengan adik kandungnya sendiri (inses).
Lebih buruk lagi hubungan inses itu disetujui sendiri oleh sang adik dan telah mereka lakukan saat usia mereka begitu muda. Hubungan inses bersama sang adik ini semakin mengubah hidup Trakl yang sebelumnya telah jauh dari sosialisasi dengan manusia lain. Trakl yang begitu mengistimewakan adiknya menganggap jijik terhadap dirinya sendiri karena telah mencintai adiknya. Dengan segala latar belakang hidupnya itu puisipuisi karya Trakl sangat menonjolkan rasa putus asa, keterasingan manusia, dan kebencian terhadap peradaban modern. 2. Lapis makna Sama halnya dengan puisi “Aku” karya Chairil Anwar, puisi “Mourning” karya Georg Trakl juga memiliki makna yang disampaikan melalui rangkaian kata-katanya The dark eagles, sleep and death, Rustle all night around my head: The golden statue of man
Pada rangkaian kata di atas penyair menggunakan kata sleep and death yang memiliki arti kelelapan dan kematian, dimana kelelapan dan kematian pasti akan dialami semua makhluk hidup tanpa kecuali, tetapi di sini penyair mengisyaratkan adanya suatu keburukan pada kata sleep and death, penyair memberikan pesan bahwa adanya seseorang yang tidak memiliki tujuan hidup, hidupnya selalu terbayang-bayang akan suatu kondisi yang kelam, kondisi tersebut diperjelas pada kata the dark eagles yang memiliki arti Rajawali hitam. Rajawali merupakan burung yang secara luas dianggap memiliki penglihatan yang jauh lebih bagus daripada manusia, burung pemakan daging, tetapi penyair menambahkan kata the dark yang berarti kegelapan. Ini mengindikasikan bahwa kondisi seseorang ataupun bahkan penyair sedang mengalami suatu ketidakpastian dalam hidupnya, suatu yang kelam yang bisa membuatnya mengalami suatu kelelapan, kelelapan di sini adalah tidak adanya logika ataupun kehilangan pikiran, yang membuatnya hingga bisa mengalami kematian. Kondisi kelam
tersebut dialami seseorang ataupun penyair tiap waktu, hingga sulit lepas dari kondisi tersebut seperti pada kata Rustle all night around my head . Keadaan kelam tersebut sebenarnya juga tidak diharapkan, The gold statue of man melalui baris ke-3 inilah seseorang tersebut menginginkan kehidupan yang normal, seseorang yang berarti bagi orang lain, memberikan kemanfaatan bagi dirinya dan sekitarnya.
Is swallowed by the icy comber Of eternity. On the frightening reef The purple remains go to pieces
Perjuangan laki-laki tersebut memiliki kehidupan yang normal seakan sirna oleh keadaan dan lingkungan, dia tak mampu lepas dari keadaan yang kelam Is swallowed by the icy comber Dari penggalan puisi inilah dapat digambarkan laki-laki tersebut sudah tak mampu lagi untuk kehidupannya yang lebih baik, kehidupannya seakan sudah sirna oleh banjir yang dingin, kehidupannya sudah tak bisa dihangatkan lagi. Kehidupannya yang kelam sudah merasuk dan mengakar kuat ke dalam jiwanya Of eternity. On the frightening reef
yang memiliki arti abadi di karang yang
menakutkan.
And the dark voice mourns Over the sea.
Suara kegelapan sudah meraung-raung di dalam sanubari kehidupannya, yang sudah mengakar di atas lautan, di sini penyair menggambarkan betapa kesepiannya seseorang tersebut dalam menjalani kehidupannya Over the sea.
Sister in my wild despair Look, a precarious skiff is sinking Under the stars, The face of night whose voice is fading
Penyair seperti ingin menggambarkan betapa inginnya seseorang dalam puisi tersebut memberitahukan keadaannya kepada orang lain, dia ingin adanya suatu masukan untuk kehidupannya, Sister in my wild despair, Look, a precarious skiff is sinking. Dinda, kehidupanku sudah seperti badai, badai yang merusak apapun yang ada di hadapannya.
III.
Persamaan dan Perbedaan dalam Puisi “Aku” dan “Mourning” Dalam kedua puisi di atas terdapat suatu persamaan dan perbedaan yang
sangat terasa. Dilihat dari sudut pandang penyair dalam menggambarkan kehidupannya pada salah satu puisinya dan historis pengarang semasa hidupnya. Persamaan yang ada lebih dominan terlihat dari kedua penyair puisi tersebut yakni telah mengetahui usianya yang sudah tidak lama lagi. Kedua sastrawan penulis puisi tersebut sama-sama meninggal pada usia 27 tahun walaupun dengan tahun yang sangat berbeda dan tempat yang berjauhan. Sama sekali tidak ada unsur kesengajaan dalam penentuan kematian mereka. Hal itu murni ajal yang harus ditemuinya. Persamaan lain dari kedua penyair adalah dunia wanita menjadi dunia yang penting dari kedua penyair itu berdasarkan pemaparan dalam historis masing-masing penyair di atas, dan tema yang diangkat dalam puisi tersebut yakni tentang perjuangan hidup. Sedangkap perbedaan dalam kedua puisi tersebut yakni sikap penyair dalam menyikapi nasib hdupnya yang tergambar dalam puisi tersebut sebagai cerminan kehidupannya. Kedua penyair terlihat sangat berbeda, jika seorang Chairil yang tau usianya tidak lama lagi tetap berkobar semangatnya. Dalam puisinya tergambar semangatnya untuk hidup lebih lama lagi pada penggalan baris „Aku mau hidup seribu tahun lagi’ tetapi dalam puisi Georg Trakl terlihat sebuah sikap pesimis yang tergambar pada penggalan baris „Of eternity. On the frightening reef „. Hal ini menunjukkan bahwa penyair pasrah akan suatu kehancuran karena keabadian itu tidak ada. Selain itu dalam historisnya pun juga terlihat bahwa seorang Trakl adalah menonjolkan rasa putus asa, keterasingan manusia, dan
kebencian terhadap peradaban modern.
Penutup Kesimpulan Historis dari kedua penyair yakni meninggal pada usia ke 27 tahun. Chairil Anwar merupakan sastrawan Indonesia dan Georg Trakl adalah sastrawan Austria. Puisinya Chairil Anwar yang berjudul „Aku‟ dan Georg Trakl yang berjudul „Mourning‟ mengisahkan tentang perjalanan hidup di akhir hayatnya ketika kedua sastrawan itu mengetahui hidupnya yang tidaklah lama lagi. Jika dilihat dari makna puisi „Aku‟, pengarang sangat keras kepala dalam berkarya. Walau tokoh aku menyadari apa yang sedang di deritanya, tapi dia tetap mencoba pantang menyerah untuk menjalaninya. Berbeda dengan Georg Trakl, dia justru memandang gelap kehidupannya ke depan. Tiada semangat dalam hidupnya. Persamaan yang ada lebih dominan terlihat dari kedua penyair puisi tersebut yakni telah mengetahui usianya yang sudah tidak lama lagi. Kedua sastrawan penulis puisi tersebut sama-sama meninggal pada usia 27 tahun. Persamaan lain dari kedua penyair adalah dunia wanita menjadi dunia yang penting dari kedua penyair. Sedangkap perbedaan dalam kedua puisi tersebut yakni sikap penyair dalam menyikapi nasib hdupnya yang tergambar dalam puisi tersebut sebagai cerminan kehidupannya. Kedua penyair terlihat sangat berbeda, Chairil selalu optimis, tetapi Trakl justru sebaliknya.
Daftar Pustaka Ahira, A. 2012. Mengenal Chairil Anwar dan Kumpulan Puisi Karya Chairil Anwar. (On Line), (http://tikuskepleset.blogspot.com/2012/03/puisipengertian-dan-jenisnya.html), diakses pada 6 April 2013. Aminuddin, 2011. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Damono, S. P. 2005. Pegangan Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Purbani, W. ____. Metode Penelitian Sastra. (On Line), (http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=7 &cad=rja&ved=0CFcQFjAG&url=http%3A%2F%2Fstaff.uny.ac.id%2Fsy stem%2Ffiles%2Fpengabdian%2Fdr-widyastuti-purbani-ma%2Fmetodepenelitiansusastra.pdf&ei=hIFjUfXkJcSlrQeh_4GICA&usg=AFQjCNFk6hZtglYo9 WQNyxCA28F8SYR7_Q&sig2=Sb-F1p5uDf7ffWsb6bpAw&bvm=bv.44990110,d.bmk), diakses pada 6 April 2013. Sutarto, A. 2012. Sejarah Sastra Bandingan dan Sejarah Sastra. Jember: Fakultas Sastra Universitas Jember Bekerja Sama dengan Majelis Sastra Asia Tenggara (MASTERA) dan Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia. Surajah, W. 2013. Membaca Trakl, Sang Sastrawan Tragis Austria. (On Line), (http://chic-id.com/membaca-trakl-sang-sastrawan-tragis-austria/), diakses pada 6 April 2013. Wright , James dan Bly, Robert. ___. Twenty Poems of Georg Trakl, (On Line), (http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1 &ved=0CCsQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.dreamsongs.com%2FFil es%2FTrakl.pdf&ei=9PecUbGiDonVrQfIgoDoAw&usg=AFQjCNFUbnT tmKhU6LQtme9lc4F1gY7sw&sig2=i4si3LSQvsYcZyxMoqfbQQ&bvm=bv.46751780,d.bmk), diakses pada 22 Mei 2013.