RINGKASAN EKSEKUTIF
Laporan akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah (LAKIP) merupakan amanat INPRES No. 7 tahun 1999 sebagai bentuk transparansi pemerintah kepada masyarakat. LAKIP disusun dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab serta untuk mengetahui kemampuan dalam pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi. Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor adalah Mewujudkan Masyarakat Kabupaten Bogor Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat. Penetapan visi ini dimaksud bahwa setiap penduduk mampu berpikir, bersikap dan bertindak secara kreatif dan inovatif dalam mengatasi masalah kesehatan atas kehendak dan dorongan diri sendiri bahkan diharapkan mampu mempengaruhi lingkungan untuk bersikap dan berprilaku hidup sehat. Keterjangkauan dan kemandirian masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan tidak terbatas pada pemanfaatan sarana kesehatan pemerintah saja tetapi juga sarana kesehatan swasta. Pada tahun 2014, dari dana APBD Kabupaten Bogor telah ditetapkan anggaran kesehatan sebagai berikut : anggaran pendapatan dari retribusi pelayanan kesehatan sebesar Rp. 109.613.348.000,- Anggaran belanja Dinas Kesehatan tahun 2014 sebesar Rp. 420.431.329.000,- terdiri dari belanja tidak langsung (BTL) sebesar Rp.89.529.609.000,- (21,29%) dan belanja langsung (BL) sebesar Rp. 330.901.720.000,- (78,71%) Pada belanja tidak langsung (BTL) terdiri dari belanja pegawai Rp. 89.529.609.000,- (100%) sedangkan pada belanja langsung (BL) proporsi terbesar adalah untuk belanja Barang dan Jasa Rp.241.018.709.000,(72,84%) belanja Modal Rp. 73.574.669.000,- (22,24%) kemudian belanja pegawai Rp. 16.308.342.000,- (4,9%). Dalam APBD termasuk juga anggaran kesehatan yang berasal dari APBD Propinsi/Bantuan Gubernur sebesar Rp. 22.687.327.680,- APBN (DAK) sebesar Rp. 14.016.453.000,- Disamping itu anggaran kesehatan berasal juga dari TP BOK sebesar Rp.9.171.150.000,- dan TP Kesling Rp. 368.885.000,Pencapaian indikator sasaran seperti yang ditetapkan dalam Rencana Strategis dalam rangka mencapai visi dan misi adalah sebagai berikut : Rasio sarana pelayanan kesehatan dasar ; Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per penduduk mencapai 1: 9.383 dari target 1:9.550, Rasio Rumah Sakit per penduduk 1:193.836 dari target 1:218.066, Prosentase pengadaan obat essensial mencapai 100 % dari target 100 %, cakupan pelayanan kesehatan rujukan masyarakat miskin mencapai 100 % dari target 100 %, cakupan pelayanan kesehatan masyarakat mencapai 58,85 % dari target 66,00 %, Cakupan pengawasan obat dan makanan berbahaya mencapai 102,0 % dari target 100,0 %, Prosentase balita gizi buruk mencapai 0.0202 % dari target 0.020 %, Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan mencapai 100 % dari target 100 %, Rasio posyandu per Satuan Balita baru mencapai 8,91 % dari target 11,55 %, Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan baru mencapai 87,60 % dari target 90,00 %, Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani mencapai 77,90 % dari target 80,00 %, Cakupan kunjungan bayi 96,03 % dari target 95,00 %, Cakupan puskesmas 252,50 % dari target 252,50 %, Cakupan puskesmas pembantu 30,18 % dari target 30,65 %, Cakupan UCI mencapai 95,16 % dari target 100,00 %, Rasio dokter per satuan penduduk mencapai 1:4.016 dari target 1:3.879 Rasio tenaga medis per satuan
penduduk 1 : 2.730 dari target 1:2.637, Penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA mencapai 92,11 % dari target 82,00 %, Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD mencapai 100 % dari target 100 %, Rumah dengan bebas jentik didaerah endemis mencapai 96,19 % dari target 95,00 %, Prosentase TTU yang memenuhi syarat mencapai 79,02 % dari target 77,72 %, Prosentase TPM yang memenuhi syarat telah mencapai 90,20 % dari target 89,96 %, cakupan Sarana Air Bersih (SAB) yang memenuhi syarat kesehatan mencapai 70,68 % dari target 70,57 %, cakupan Jamban Keluarga (JAGA) yang memenuhi syarat mencapai 71,07 % dari target 70,63 % dan peningkatan Cakupan desa siaga aktif mencapai 60,14 % dari target 60 %. Untuk mendukung pencapaian Misi ke-satu dan ke-tiga telah ditetapkan 3 (tiga) sasaran, 13 program dan 225 kegiatan, dengan realisasi pencapaian sasaran sebesar 99,22 % Rincian pencapaian dari 2 (dua) sasaran sebagai berikut : 1. Sasaran pertama, yaitu Meningkatkan Cakupan Kepesertaan Masyarakat dalam JKN dengan indikator kinerjanya adalah : a. Terpenuhinya kebutuhan obat masyarakat dengan indikator kinerja prosentase pengadaan obat esensial dari target 100 % realisasi pencapaiannya 100 %, sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 100 %, hal ini menunjukkan bahwa pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Dibandingkan dengan capaian pada tahun 2013 yang juga mencapai 100 % menunjukkan bahwa adanya konsistensi dalam pemenuhan kebutuhan obat esensial dalam rangka pelayanan kesehatan kepada masyarakat sesuai dengan standar yang ditentukan. b. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin dari target 100 % realisasi pencapaiannya 100 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 100 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Bila dibandingkan dengan capaian tahun 2013 yang juga mencapai 100 % hal ini dikarenakan sudah adanya anggaran khusus untuk program pelayanan kesehatan penduduk miskin sehingga rujukan bagi pasien masyarakat miskin terlayani. c.
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan dari target 90,00 % realisasi pencapaiannya sebesar 87,60 % sehingga capaian kinerjanya sebesar 97,33 % meskipun belum mencapai 100 % namun berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Bila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2013 sebesar 95,68 % maka terdapat peningkatan sebesar 1,65 %. Belum tercapainya target cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan disebabkan oleh karena masih tingginya persalinan oleh paraji yang dirasakan lebih dekat secara kekeluargaan, dan masih banyak anggapan masyarakat apabila kehamilan tidak beresiko maka pemeriksaan kehamilan dan persalinan tidak perlu tenaga kesehatan. Tingginya minat masyarakat terhadap paraji ini juga ditunjukkan dengan melihat cakupan pemeriksaan ibu pada saat kehamilan dimana cakupannya cukup tinggi yaitu sebesar 99,5 % namun pada saat persalinan, ibu hamil dan keluarganya lebih memilih ditolong oleh paraji, sehingga cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan menurun ke angka 87,60 %. Salah satu upaya yang akan terus dikembangkan adalah kemitraan bidan dengan paraji, dimana paraji tetap membantu dalam tahapan pasca persalinan dan lebih difungsikan pada perawatan ibu dan bayi setelah persalinan, meningkatkan koordinasi dan kemitraan dengan organisasi profesi, optimalisasi pelaksanaan kelas ibu
hamil di desa dan pemberdayaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan keluarganya melalui program perencanaan persalinan daan pencegahan komplikasi (P4K). d.
Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani dari target 80,00 % realisasi pencapaiannya sebesar 77,90 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 97,38 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Pencapaian cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani kurang dari 100 % hal ini karena belum seluruhnya ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan keluarganya mengetahui tentang tanda bahaya atau komplikasi dan segera mendapatkan tindakan/tatalaksana kegawatdaruratan oleh petugas kesehatan, salah satu upaya yang akan dilakukan yaitu pemberdayaan ibu hamil, ibu nifas dan ibu bersalin dan keluarganya melalui program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K). Bila dibandingkan dengan capaian tahun 2013 yang mencapai 124,63 % maka terjadi penurunan yaitu sebesar 27,25 %.
e.
Cakupan kunjungan bayi dengan target 95,00 % realisasi pencapaiannya 96,02 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 101,07 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Keberhasilan capaian kinerja cakupan kunjungan bayi sebesar 101,07 % oleh karena kesadaran dan pengetahuan masyarakat terhadap pemeriksaan kesehatan bayi sudah mengalami peningkatan. Disamping itu petugas kesehatan yang aktif melakukan kunjungan rumah atau melalui kegiatan posyandu. Bila dibandingkan dengan capaian tahun 2013 yang sebesar 101,08 % menunjukan adanya kesadaran para ibu yang mempunyai bayi untuk membawa anaknya ke pelayanan kesehatan.
f.
Cakupan puskesmas dengan target 252,50 % realisasi pencapaiannya 252,50 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 100 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Keberhasilan capaian kinerja cakupan puskesmas sebesar 100 % bila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2013 yang juga mencapai 100 % menandakan tidak adanya penambahan jumlah baik jumlah puksesmas maupun kecamatan.
g. Cakupan pembantu puskesmas dengan target 30,65 % realisasi pencapaiannya 30,18 % sehingga realisasi pencapaian kinerjanya sebesar 98,47 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Capaian kinerja cakupan puskesmas pembantu dibawah 100 % yaitu sebesar 98,47 %, bila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2013 yang sebesar 100,13 % maka terjadi penurunan sebesar 1,66 %. Hal ini disebabkan tahun 2014 pemerintah Kabupaten Bogor tidak menambah jumlah pustu yang sudah ada sehingga tidak dapat mencapai target yang sudah ditetapkan upaya yang akan dilakukan yaitu meningkatkan pelayanan kesehatyan dengan mengoptimalkan kegiatan puskesmas keliling (pusling) ke daerah-daerah yang sulit dijangkau/sulit pemenuhan pelayanan kesehatan. h. Cakupan pelayanan kesehatan masyarakat dari target 66,00 % dengan realisasi 58,85 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 89,17 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Cakupan pelayanan kesehatan masyarakat dengan capaian kinerja sebesar 89,17 % hal ini disebabkan karena masyarakat tidak hanya mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan pemerintah (puskesmas) akan
tetapi ke sarana dasar lainnya seperti balai pengobatan dan kilink swasta. Sehingga bila dibandingkan dengan capaian tahun 2013 yang sebesar 100,37 % maka terjadi penurunan yaitu sebesar 11,20 %. Salah satu upaya yang akan dilakukan meningkatkan promosi kesehatan di puskesmas dan masyarakat. Diharapkan masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan mengerti dan paham sehingga datang ke pelayanan kesehatan (puskesmas). i.
Cakupan pengawasan terhadap obat dan makanan berbahaya dari target 100 % dengan realisasi 102,0 % maka pencapaian kinerjanya sebesar 102,0 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Jika dibandingkan dengan tahun 2013 maka ada peningkatan yaitu sebesar 1,8% oleh karena pelaksanaan pembinaan lebih intensif terhadap apotik dan took obat yang ada di wilayah kabupaten bogor.
2. Sasaran kedua, yaitu : Meningkatkan Cakupan pelayanan Kesehatan dan Gizi Masyarakat serta PHBS dengan indikator kinerjanya adalah : a.
Prosentase balita gizi buruk dari target 0,020 % terealisasi 0,0202 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 99,0 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Bila dibandingkan dengan tahun 2013, dimana prosentase balita gizi buruk mencapai 0,0207 % maka telah terjadi penurunan kasus sebesar 0,0005 %. Bila dilihat dari target maka dikarenakan adanya kenaikan target dari 0.021 % menjadi 0,020 %. Akan tetapi hal ini dimungkinkan bila melihat cakupan keluarga yang telah sadar gizi (Kadarzi) dimana hal tersebut menunjukan adanya peningkatan kesadaran keluarga dalam memenuhi kebutuhan makanan bergizi terutama untuk balitanya. Disamping itu diberikan pula PMT bagi balita gizi buruk sehingga kasus balita gizi buruk mengalami penurunan.
b. Prosentase balita gizi buruk mendapat perawatan dari target 100 % terealisasi 100 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 100 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Bila dibandingkan dengan tahun 2013, yang juga mencapai 100 % Hal ini menunjukan adanya penanganan balita gizi buruk secara komprehensip melalui pengembangan pelayanan rujukan ke klinik gizi di puskesmas maupun Litbang gizi serta ke Rumah Sakit disamping pelaksanaan pemantauan secara terus menerus baik dalam proses penanganan kasus maupun pasca penanganan dan adanya program pemberian PMT-P bagi balita. c. Rasio posyandu per satuan balita dari target 11,55 % terealisasi 8,91 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 77,14 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori cukup. Capaian kinerja rasio posyandu per satuan balita belum mencapai 100 % hal ini disebabkan karena jumlah posyandu yang sedikit sehingga tidak sebanding dengan pertambahan jumlah balita di Kabupaten Bogor. Bila dibandingkan dengan tahun 2013 maka terjadi penurunan capaian sebesar 24,5 %. Salah satu upaya yang akan dilakukan menggerakan masyarakat untuk dapat berperan aktif dalam Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang ada di desanya, seperti ikut serta dalam kegiatan posyandu. d. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA dari target 82,00 % dengan realisasi 91.62 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 111,73 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Target penemuan dan penanganan penderita
penyakit TBC BTA nasional adalah msh sebesar 80,0 %, bila dibandingkan dengan target tersebut pencapaian Kabupaten Bogor telah melampaui target nasional sedangkan bila dibandingkan dengan capaian tahun 2013 yang sebesar 92,08 % maka capaian tahun 2014 mengalami sedikit peningkatan yaitu sebesar 0,04 %. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran penderita untuk menjalani pengobatan secara tuntas meningkat selain itu pemantauan dari PMO (pengawas minum obat) secara intensif sangat berpengaruh terhadap tuntasnya pengobatan TB Paru yang memang membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu selama 6 bulan. e. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD dari target 100 % realisasi capaiannya 100 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 100 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Keberhasilan pencapaian kinerja 100 % ini oleh karena DBD merupakan salah satu penyakit yang diamati dan dapat menimbulkan wabah sehingga sistem kewaspadaan dini (SKD) telah dilakukan dengan baik, selain itu penaganan kasus DBD sudah memiliki standar operasional prosedur (SOP) yang jelas sehingga bila ditemukan kasus secara langsung dapat ditangani mulai dari pelacakan kasus, pengamatan, penyemprotan titik dimana kasus ditemukan sampai dengan rujukan ke Rumah Sakit, sehingga semua kasus dapat ditangani. f. Peningkatan cakupan universal child imunization (UCI) desa/kelurahan dari target 100 % dengan realisasi 95,16 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 95,16 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2013 dimana pencapaiannya sebesar 95,12 % maka ada peningkatan sebesar 0,04 %. Hal ini disebabkan oleh karena masih adanya orangtua/sekelompok masyarakat yang menolak dengan alasan kehalalan vaksin, disamping itu juga dengan ditemukannya kasus KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) diwilayah Kabupaten Bogor, masyarakat menjadi resah dan enggan untuk mendapatkan imunisasi lengkap. Namun bila dibandingkan dengan target cakupan UCI Nasional maupun Propinsi sebenarnya hanya 80,00 % sehingga capaian kita telah melebihi target Nasional dan Propinsi. Salah satu upaya yang akan dilakukan yaitu meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya imunisasi dan dampak ikutan dari kasus imunisasi sehingga masyarakat lebih tenang untuk mendapatkan imunisasi lengkap. g. Rumah dengan bebas jentik di daerah endemis, dari target 95,00 % realisasi pencapaiannya 96,19 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 101,25 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Bila dibandingkan dengan capaian tahun 2013 yaitu sebesar 95,10 % maka kinerja tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 1,09 %. Keberhasilan capaian kinerja prosentase rumah dengan bebas jentik didaerah endemis sebesar 101,25 % dikarenakan meningkatnya peran serta aktif dan kesadaran masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan jentik secara berkala (PJB) khususnya di daerah yang endemis sehingga akan dapat memutuskan mata rantai pembiakan nyamuk dan mencegah penyebaran penyakit secara lebih luas. h. Cakupan TTU yang memenuhi syarat dari target 77,72 % dengan realisasi 79,02 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 101,67 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2013 sebesar 77,22 % maka
capaian kinerja tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 1,8 % dengan adanya peningkatan realisasi jumlah TTU yang memenuhi syarat sehingga ada peningkatan dibandingkan tahun 2013. Keberhasilan meningkatnya capaian kinerja dikarenakan meningkatnya pembinaan petugas kepada masyarakat khususnya penanggung jawab tempat-tempat umum disamping itu juga meningkatnya kesadaran masyarakat sendiri akan pentingnya sarana sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan. i. Cakupan TPM yang memenuhi syarat dari target 89,96 % dengan realisasi 90,20% sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 100,27 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2013 sebesar 89,71 % maka capaian kinerja mengalami peningkatan sebesar 0,49 %. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat khususnya pemilik / penanggung jawab tempat pengelolaan makanan telah memahami , sadar dan sukarela memenuhi persyaratan kesehatan yang telah ditentukan dalam mengelola jasa pengelolaan makanannya. j.
Cakupan Inspeksi Sanitasi untuk peningkatan sarana air bersih (SAB) yang memenuhi syarat kesehatan dari target 70,57 % dengan realisasi 70,68 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 100,16 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Jika dibandingkan dengan capaian pada tahun 2013 yaitu sebesar 70,07 % maka capaian tahun 2014 ada peningkatan yaitu sebesar 0,61 %
k. Cakupan Inspeksi Sanitasi untuk peningkatan Jamban Keluarga (JAGA) dari target 70,63 % dengan realisasi 71,07 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 100,62 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Jika dibandingkan dengan capaian pada tahun 2013 yaitu sebesar 70,13 % maka capaian tahun 2014 mengalami peningkatan yaitu sebesar 0,94 %. Cakupan Inspeksi Sanitasi Jamban Keluarga (JAGA) dengan capaian kinerja lebih dari 100 %, dikarenakan keberhasilan petugas dalam pembinaan kepada masyarakat akan pentingnya penyediaan sarana sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan. Selain itu adanya koordinasi dengan SKPD yang terkait dalam pembangunan rumah sehat / layak huni yang juga meningkatkan jumlah sarana sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan. 3. Sasaran ketiga, yaitu : Meningkatkan Puskesmas Terakreditasi dan mempersiap kan puskesmas BLUD dengan indikator kinerjanya adalah : a. Rasio rumah sakit per satuan penduduk target 1 : 218.066 realisasi pencapaiannya 1 : 193.836 sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 111,11 %, maka pencapaiannnya termasuk dalam katagori baik. Jika dibandingkan dengan target tahun 2013 Rasio rumah sakit per satuan penduduk 1 : 326.538 maka target Rasio rumah sakit per satuan penduduk mengalami peningkatan artinya bila pada tahun 2013, satu rumah sakit dapat melayani penduduk sebanyak 326.538 jiwa maka pada tahun 2014 satu rumah sakit melayani 218.066 jiwa. Hal ini dapat terjadi karena sesuai dengan kebijakan pembangunan tahun 2014 ada penambahan jumlah rumah sakit, oleh karena itu Rasio rumah sakit per satuan penduduk menjadi lebih kecil. b. Rasio dokter per satuan penduduk dari target 1 :3.879 dengan realisasi 1 : 4.016 sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 96,47 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Pencapaian kurang dari 100 % oleh karena tidak sebandingnya jumlah
dokter di Kabupaten Bogor dengan pertambahan jumlah penduduk yang meningkat setiap tahunnya, salah satu upaya yang akan dikalukan mdengan menambah jumlah tenaga dokter di puskesmas. c.
Rasio tenaga medis per satuan penduduk dari target 1 : 2.637 dengan realisasi 1 : 2.730 sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 96,47 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Pencapaian kurang dari 100 % oleh karena tidak sebandingnya jumlah tenaga medis di Kabupaten Bogor dengan pertambahan jumlah penduduk yang meningkat setiap tahunnya, salah satu upaya yang akan dikalukan mdengan menambah jumlah tenaga dokter di puskesmas.
d.
Rasio puskesmas, poliklinik, puskesmas pembantu per satuan penduduk dari target 1 : 9.550 dengan realisasi 1 : 9.383 sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 101,75 %. Berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Bila dibandingkan tahun 2013 ada peningkatan dari target 1 : 10.396 menjadi 1 : 9.550, hal ini dimungkinkan oleh karena penambahan poliklinik, dan sarana swasta lainnya.
Untuk mendukung Misi 2 telah ditetapkan 3 (tiga) sasaran, 5 program dan 42 kegiatan, dengan realisasi pencapaian sasaran sebesar 100,0 %. Rincian pencapaian dari 3 (tiga) sasaran sebagai berikut : 1. Sasaran pertama, meningkatnya kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi masing-masing dengan indikator kinerja terwujudnya kelancaran pelayanan administrasi perkantoran dengan target 100 % tercapai 100 % dan terwujudnya kecepatan, kenyamanan dan keamanan kerja aparatur dengan target 100 % tercapai 100 %, berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Hal ini menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan penunjang adminsitrasi perkantoran telah dilaksanakan sesuai dengan rencana. 2) Sasaran kedua, meningkatnya jumlah dan kualitas sumber daya kesehatan dengan indikator kinerjanya terwujudnya peningkatan kapasitas dan kinerja sumber daya aparatur dengan target 100 % pencapaiannya 100 %. Pencapaian tersebut dikontribusikan dengan adanya penambahan sarana mobilitas darat , sarana kerja dan pemeliharaan sarana kerja. 3). Sasaran ketiga, terwujudnya pertanggungjawaban kinerja dan keuangan SKPD dengan indikator kinerjanya tersusunnya perencanaan dan laporan yang akuntabel dengan target kinerja 100 % dan pencapaian 100 %, berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Beberapa permasalahan yang ditemukan dalam pencapaian kinerja sasaran/kegiatan antara lain: Masih rendahnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dari target yang ditetapkan disebabkan oleh karena masih tingginya persalinan oleh paraji yang dirasakan lebih dekat secara kekeluargaan, dan masih banyak anggapan masyarakat apabila kehamilan tidak beresiko maka pemeriksaan kehamilan dan persalinan tidak perlu tenaga kesehatan. Tingginya minat masyarakat terhadap paraji ini juga ditunjukkan dengan melihat cakupan pemeriksaan ibu pada saat kehamilan dimana cakupannya cukup tinggi yaitu sebesar 99,5 % namun pada saat persalinan, ibu hamil dan keluarganya lebih memilih ditolong oleh paraji, sehingga cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan menurun ke angka 86,11 %. Salah satu upaya yang akan terus dikembangkan adalah kemitraan bidan dengan paraji, dimana paraji tetap membantu dalam tahapan pasca persalinan dan lebih
difungsikan pada perawatan ibu dan bayi setelah persalinan, meningkatkan koordinasi dan kemitraan dengan organisasi profesi, optimalisasi pelaksanaan kelas ibu hamil di desa dan pemberdayaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan keluarganya melalui program perencanaan persalinan daan pencegahan komplikasi (P4K), Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani dari target 80,00 % realisasi pencapaiannya sebesar 77,90 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 97,38 %. Pencapaian cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani kurang dari 100 % hal ini karena belum seluruhnya ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan keluarganya mengetahui tentang tanda bahaya atau komplikasi dan segera mendapatkan tindakan/tatalaksana kegawatdaruratan oleh petugas kesehatan, salah satu upaya yang akan dilakukan yaitu pemberdayaan ibu hamil, ibu nifas dan ibu bersalin dan keluarganya melalui program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K), Peningkatan cakupan universal child imunization (UCI) desa/kelurahan dari target 100 % dengan realisasi 92,86 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 92,86 %. Jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2013 dimana pencapaiannya sebesar 95,12 % maka ada penurunan sebesar 2,26 %. Hal ini disebabkan oleh karena masih adanya orangtua/sekelompok masyarakat yang menolak dengan alasan kehalalan vaksin, disamping itu juga dengan ditemukannya kasus KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) diwilayah Kabupaten Bogor, masyarakat menjadi resah dan enggan untuk mendapatkan imunisasi lengkap. Namun bila dibandingkan dengan target cakupan UCI Nasional maupun Propinsi sebenarnya hanya 80,00 % sehingga capaian kita telah melebihi target Nasional dan Propinsi. Salah satu upaya yang akan dilakukan yaitu meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya imunisasi dan dampak ikutan dari kasus imunisasi sehingga masyarakat lebih tenang untuk mendapatkan imunisasi lengkap dan Rasio posyandu per satuan balita dari target 11,55 % terealisasi 8,91 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 77,14 %. Capaian kinerja Rasio posyandu per satuan balita belum mencapai 100 % hal ini disebabkan karena jumlah posyandu yang sedikit sehingga tidak sebanding dengan pertambahan jumlah balita di Kabupaten Bogor. Bila dibandingkan dengan tahun 2013 maka terjadi penurunan capaian sebesar 24,5 %. Salah satu upaya yang akan dilakukan menggerakan masyarakat untuk dapat berperan aktif dalam Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang ada di desanya, seperti ikut serta dalam kegiatan posyandu. LAKIP Dinas Kesehatan disusun sebagai perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor dalam mencapai visi, misi dan tujuan yang ditetapkan dengan berbagai kendala dan permasalahan yang dihadapi perlu dukungan dan pertisipasi masyarkat serta stakeholder terkait dalam mewujudkan keberhasilan pembangunan kesehatan di Kabupaten Bogor.