2
Pendidikan karakter merupakan salah satu wacana pendidikan yang dianggap mampu memberikan jawaban atas kebuntuan dalam sistem pendidikan. Sistem pendidikan saat ini menuntut dalam praktik penyelengaraan pendidikan pada aspek perkembangan karakter pada peserta didik. Karakter adalah sebuah nilai yang menjadi dasar dalam melakukan tindakan. Pada umumnya pendidikan karakter menekankan pada keteladanan, penciptaan lingkungan, dan pembiasaan; melalui tugas keilmuan dan kegiatan kondusif. Dengan demikian, apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan dikerjakan oleh peserta didik dapat membentuk karakter mereka. Pendidikankarakterdimaknaisebagaipendidikan
yang
mengembangkannilainilaibudayadankarakterbangsapadadiripesertadidiksehinggamerekamemilikinilaid ankaraktersebagaikarakterdirinyamenerapkannilainilaitersebutdalamkehidupandirinyasebagaianggotamasyarakatdanwarganegaraya ng
religious,
nasionalis,
produktif,
dankreatif.Istilahkaraktersamasekalibukansatuhal yang barubagikita.Ir.Soekarno, SalahseorangpendiriRepublikIndonesia,telahmenyatakantentangpentingnyanation charter
buildingbaginegara
barumerdeka.Konsepmembangunkarakterjugakembali
yang di
kumandangkanolehIr.Soekarno era 1960 andenganistilahberdiri di atas kaki sendiri (berdikari). Dalam melaksanakan penerapan pendidikan karakter yang diharapkan sekolah menjadi sasaran utama. Anak sekolah dasar pada umumnya berusia 6-12
3
tahun. Dalam usia tersebut peserta didik masih mencari sebuah karakter dalam diri. Peserta didik belum menemukan karakter yang sebenarnya. Didalam karakter yang diharapkan, terdapat 18 karakter yang telah dirumuskan secara garis besar. Sikap-sikap tersebut adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/ berkomunikasi, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Dari semua karakter yang ada, semua memuat karakter pada diri seseorang. Semua dapat dibentuk pada diri peserta didik. Salah satu cara yang dapat ditempuh dalam dunia pendidikan adalah pelaksanaan dalam proses pembelajaran. “Implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, mamahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu ( Dipi 2014:34)”. Guru dalampembelajaranmenggunakankurikulum 2013 iniberperansebagai motivator
danfasilitatorpadapembelajaran
agar
siswamampumengembangkanpotensi yang adadalamdirimereka. Rasa ingintahu yang
tinggi
yang
lebihaktif,efektif,
dimilikisiswaakanmenunjangkegiatanbelajarmereka danefisien,
sehingga
harusmempertimbangkansegalahaldalambelajaritudirasakanolehsiswa. guru
agar guru
Peranan
disekolahialahmembimbingproses
belajarmengajaruntukmencapaitujuanpendidikan. Dengan kata lain, tugas guru
4
bukanhanyamengajar, tetapijugaharusmendidiksetiap guru hendaknyaberusaha mendidikpesertadidiknyamenjadimanusiadewasa yang pancasilais. Padadirisiswaterdapatkekuatan mental yang menjadipenggerakbelajar, siswabelajarkarenadidorongolehkekuatanmentalnya.Kekuatan ituberupakeinginan,
perhatian,
ahlipsikologipendidikan
yang
kemauan,
mental ataucita–cita.Ada
menyebutkankekuatan
mental
yang
mendorongterjadinyabelajartersebutsebagaimotivasibelajar. Dari
uraian
yang
dikemukakandiatasdalam
kurikukulum
2013mencobamemberikaninovasiterhadapsuatupendekatanpembelajarandenganm enggunakanpendekatansaintifik, denganpendekataninisiswalebihberperanpentinguntukmenggalipotensi adadalamdirinya.
yang
Dalampendekataninisiswadituntut
agarmampumenggaliinformasimelaluipengamatan,
mengajukanpertanyaan,
melakukaneksprimen, mengasosiasikanmelaluipenalarandanberpikirrasionalsertamampumengembangka njaringandankomunikasi. Dengan
demikian,
saintifikdiharapkan
siswa
pendidikan dapat
karakter
meningkatkan
melalui dan
pendekatan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji, dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilainilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam kehidupan sehari-hari. Sekolah berkarakter pada umumnya dimana sekolah ini mengembangkan sistem pendidikan dengan memperhatikan dan mengembangkan aspek kecerdasan (kognitif), perilaku (psikomotorik) dan perasaan (afektif) dengan seimbang
5
sehingga sekolah mampu membangun kebiasaan atau karakter tertentu, yang akan menjadikan peserta didik menjadi sosok yang berkepribadian. Pada kenyataannya dunia pendidikan di Indonesia masih mengutamakan kecerdasan kognitif saja, hal ini dilihat dari sekolah-sekolah yang mempunyai peserta didik dengan lulusan nilai tinggi akan tetapi tidak sedikit dari mereka yang mempunyai nilai tinggi itu justru tidak memiliki perilaku cerdas dan sikap yang baik, serta kurang mempunyai mental pribadi yang baik pula, sebagaimana nilai akademik yang mereka raih di bangku-bangku sekolah serta melihat dari kelulusan peserta didik yang ditentukan oleh hasil ujian akhir nasional saja. Permasalahan yang timbul dilapangan adalah sering terdengar dan terlihat, sikap dan perilaku siswa sekolah yang tidak menunjukan akhlak yang mulia. Berdasarkan hasil observasi terhadap guru dan siswa di SDN 66/IX Sengeti pada saat peneliti guru kelas VA melaksanakan proses
belajar mengajar tampak
muncul penanaman sikap pada proses pembelajaran tersebut. Namun itu belum maksimal seperti yang diharapkan pada perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP). Persoalaan lain yang tidak kalah serius adalah kebohongan-kebohongan yang ada dalam dunia pendidikan contoh pada saat peneliti melaksanakan PPL masih ditemukan beberapa anak-anak usia sekolah terlihat ada perilaku kurang sopan terhadap guru, mengambil barang teman tanpa minta izin, lupa mengucapkan terima kasih atau meminta maaf, bahkan ditemui pula siswa yang merampas uang jajan temannya sendiri, mencontek pada saat melakukan ujian sekolah. Jika pada saat menjadi peserta didik telah membiasakan tipu-menipu dalam ujian sekolah, lalu apa jadinya jika telah menjadi sarjana dan bekerja, hal
6
ini disebabkan karena karakter dalam peserta didik tidak terbentuk. Untuk mengatasi problema yang ada, dunia pendidikan menjadi peran yang sangat besar. Dunia pendidikan turut bertanggung jawab dalam menghasilkan lulusan yang memiliki nilai akademis yang bagus dan dalam segi karakter juga bagus atau tidak bermasalah. Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai penerapan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran melalui pendekatan saintifik
dan mengangkatnya dalam penelitian dengan judul “Implementasi
Pendidikan Karakter dalam Proses Pembelajaranmelalui Pendekatan Saintifik siswa kelasVA SD Negeri 66/IX Sengeti ”. 1.2 Fokus Penelitian Berdasarkanlatarbelakang
yang
telahdiuaraikanmakadiperlukanfokus
masalah
agar
penelitianinilebihfokusdanterarah.Penelitianiniinginmembahasimplementasi pendidikan karakter dalam proses pembelajaran melalui pendekatan saintifik siswa kelasVA SD Negeri 66/IX Sengeti. 1.3 Pertanyaan Pendidikan Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Implementasi pendidikan karakter dalam proses pembelajaran melalui pendekatan saintifiksiswa kelasVA SD Negeri 66/IX ?” 1.4 Tujuan Penelitian
7
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter dalam proses pembelajaran melalui pendekatan saintifik siswa kelasVA SD Negeri 66/IX Sengeti. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Teoritis a. Secara teoritis penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan dalam pelaksanaan pendidikan karakter yang membentuk sikap siswa b. Dapat menjadi masukan dan evaluasi terhadap sikap yang dimiliki oleh siswa c. Menjadi acuan peneliti agar lebih teransang dan termotivasi dalam mengkaji sikap siswa 2. Manfaat Praktis a. Bagi Pendidik Dengan pelaksanaan penelitian ini, dapat diketahui seberapa besar implementasi pendidikan karakter yang telah dilaksanakan, serta dapat berusaha mengimplementasikan dengan lebih baik lagi. b. Bagi Semua Komponen Pendidikan Dapat dijadikan tolak ukur sejauh mana keberhasilan dari penerapan pendidikan karakter di sekolah tersebut, sehingga dapat memperbaiki lagi penerapan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran. 1.6 Definisi Operasional
8
1. Pendidikan Karakter Pendidikan
karakter
adalah
pendidikan
yang
menanamkan
dan
mengembangkan nilai-nilai karakter-karakter yang baik kepada peserta didik yang meliputi kemauan, kesadaran, pengetahuan sehingga nilai-nilai tersebut dapat diterapkan dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat.
2. Pendekatan Saintifik Pendekatan saintifik merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang berbasis pengamatan, mengumpulkan informasi, mengolah informasi dan mengkomunikasikan. 1.7 Kerangka Berfikir Penelitian Implementasi adalah penerapan terhadap sesuatu hal yang telah dirancang/ terprogram. Sedangkan pendidikan karakter adalah suatu proses penerepan sikap/ kepribadian untuk menjadi manusia seutuhnya dalam semua dimensi (hati, pikiran, rasa, karsa dan raga). Adapun tujuan yang ingin dirumuskan adalah yang telah dirumuskan diatas berdasarkan indikator yang diinginkan. Indikatorindikator tersebut merupakan indikator yang diharapkan dalam proses pembelajaran. Untuk lebih jelasnya, lihatlah bagan dibawah ini:
Implementasi Pendidikan karakter dalam proses pembelajaran
Melalui pendekatan saintifik
Tujuan yang diharapkan