I !
Pendidikan $i:'xl,kasi'ut P
Ros Es
r
D
ENrr F|KAS'
ai*nari$:.
n*o[;:[j:t3*t
Pn
:rmT.oI}lf
DALAM KE LUARGA
M u
I
PARADlGMA POLITIK PENDIDIKAN DI INDONESIA Dr. Maisah, M.Pd.l
KEPEMIMPINAN KYAI DALAM MEREVITALISASI PESANTREN M. Syahran Jailani
DAMPAK E.LEARNING DALAM PEMBELAJARAN Nurazmi Aziz MASALAIT YANG
D
I
HADAP'r?,h:ilffi:
rJ 3,'
m*
AGAMA
D
EWASA
I
NI
s LI M
Vol. 5, Tahun 2014
ISSN:2087-8176
AT-THLTMr
r Jurnal Pendidikan Agama lslam Terbit setahun sekali Penanggung Jawab : Dr. H. KasfulAnwar Us, M.Pd
Redaktur: Drs. H. KasfulAnwar, M.Ag
Editor: Drs. Wahab, M.Ag Musli, S.Ag., M.Pd.l
Desain Grafis : Drs. M. Amin, M.Pd.l
Sekretariat
:
Bessek Jamaliah, SE Rts. Mahdalena, SE
Pembuat Artikel
:
Dr. H. KasfulAnwar Us, M.Pd
Dra. Hj.Anna Firdaus, M.Pd.l Dr. Maisah, M.Pd.l Drs. M. Syahran, M.Pd Dra. Nurazmi Aaiz, M.Pd.l Dra. Latifah Adnan, M.Hl Dra. Saidah Ahmad, M.Pd Dra. Dewi Hasanah, S.Pd., M.Ag Ely Surayya, S.Ag., M.Pd Jaya, S.Ag., M.Pd lrfan, S.Pd.l, M.Pd Muhammad Qodri, M.Pd.l Ridwan, S.Psi., M.Psi Drs. Constantin, M.Ag
Jr.
Jambi- rtta. suri#ffi3lir,rno sunsai Duren Telp (0741) 583572
DAFTAR ISI AKULTURASI BUDAYA ISLAM DI NUSANTARA (lkhtiar Membangun lslam Rahmatan lil'Alaminl Dr. H. KasfulAnwar US, M.Pd. PROSES IDENTIFIKASI ANAK TERHADAP ORANG TUA DALAM KELUARGA MUSLIM 13 Dra. Hj. Anna Firdaus, M.Pd.l PARADIGMA POLITIK PENDIDIKAN DI INDONESIA Dr. Maisah, M.Pd.l
26
KEPEMIMPINAN KYAI DALAM MEREVITALISASI PESANTREN M. Syahran Jailani
37
DAMPAK E.LEARNING DALAM PEMBELAJARAN Nurazmi 42i2.........
48
MASALAH YANG DIHADAPI OLEH PENDIDIKAN AGAMA DEWASA INI Dra. Latifah Adnan, M.H.l
68
MOTIVASI BELA.JAR: ANALISIS SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM Saidah
76
OTONOMI PENDIDIKAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN Dewi Hasanah
90
PENDIDIKAN YANG BERNILAIAKHLAK DI SEKOLAH UMUM ...... 106 Ely Surayya,
M.Pd
METAMORFOSA IAIN KE UIN (Analisis Terhadap Pendekatan Sistem Untuk Pengembangan Pendidikan Tinggi) Jaya, S.Ag, M.Pd
30
PERSEPSI DALAM AL.QUR'AN
lrfan.........
....
156
ISLAM DAN PERUBAHAN SOSIAL; (STUDI TENTANG PERILAKU KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN DI KECAMATAN
I
..--.---
llt
KEPEMIMPINAN KYAI DALAT MEREVTTALISASI PESANTREil
*Dosen
r"##ilf+i,ihll
Kegunran lAlN Sulthan Thaha Saifuddin Jamtri Email :
[email protected]. CP .08it27 n9578
Abstrack: lslamic Boarding School is institute educatirxr d Ham belodunder head a Kyai, either through forma! band and abo nqr formal with aim to study and practice teaching of idam pass/through study of book turn yellow by emphasizing retgirrs moral as guidance in have my me to all day long santi. Of so much many leadership style ( style leadership) which in tellirB by all is expert, but is most of and popular of serig in debate and in making reference by all researcher and practitioner only four leadership style, that is: otokrastis, democratic, faires laisser the (free-style), and situasional. Kyai as leader of pesantren in guiding all vinicity society or santri wear approach of situasional. This matter Look in interaction [among/between] Kyai and its its his in educating, teaching book, and give advice, also as consultancy place of is problem of, so that a Kyai sometime function also as a old at the same time teacher which can meet infinitely of time. Condition of like this visua! that Ieadership of Kyai of[is full (of) responsibility, all one's ear, powerful draw and very is having an effect on. Behavioral thereby kiai can perceive, to be followed the example of, and meant by all its follower derect interaction all day long.
Kata Kuncl: Kepemimpinan Kyai, revitalisasi pesantren. A. PENDAHULUAN Sejak puluhan tahun, pondok pesantren di lndonesia sudah diperbincangkan para ahli dan peneliti dalam berbagai disiplim ilmu. Secara sosiologis, kehadiran pondok pesanten di tengah-tengah masyarakat lndonesia telah memberikan konstribusi yang besar bagi keberlangsungan pendidikan di lndonesia. Berbagai kompleksitas yang ada di pesantren, seperti visi, misi, tujuan, sasarcln, kurikulum, metode dan pendekatan dalam proses belajar mengajar, manajemen pengelolaan, sarana prasarana, tata letak lingkungan, kebersihan, ketertiban, keindahan sampai kepersoalan kemimpinan sang Kyai 37
AT-TA7-1M; VoL
S
Tahun 2Ol4
menjadi bahan l€ii{m para df peneliti dan pemerhati . Kajian para ahli dan peneliti tersebut pat umumnya mengatakan, bahwa berbagai komponen yang ada d pesantren tersebut masih belum menggambarkan cita-cita ideal ajaran lslam. Nurcholis Madjid misalnya, melihat tentang lingkungan, penghuni atau santri, kurikulum, kepemirnpinan, dan alumni pesantren secara
dalam tradisi pesantren di dalamnya
umum belum menggembirakan-
Tidak hanya itu, kajian terhadap pola kepemimpinan pondok pesantren pun mulai mendapatkan perhatian dari para ahli dan peneliti. Nurcholish Madjid dalam hal ini mengatiakan:Kenyataan bahwa pora kepemimpinan seorang Kyai adalah pla kepemimpinan kharismatik sudah cukup menunjukkan segi tidak demokratisnya, sebab tidak rasional. Apalagi jika disertai dengan tindakan-tindakan yang secara sadar maupun tidak bertujuan memelihara kharisma itu, seperti prinsip "keep distanre" atau "keep aloof fiaga jarak dan ketinggian) dari para santri, maka pola kepemimpinan itu benar-benar akan kehilangan kualitas demokratisnya. Karena kepemimpinan kiai adatah khafismatik maka dengan sendirinya juga bersifat pribadi atau "perconal". Kenyataan itu mengandung implikasi bahwa seorang kiai tak mungkin digantikan oleh orang lain serta sulit ditundukan ke bawah "rule of the game'nya administrasi dan managemen modem. Seorang Kyai selain menjadi pimpinan agama sekaligus merupakan "truditionat mobility" dalam masyarakat feodal. Dan feodalisme yang berbungkus keagamaan ini bila disalahgunakan jauh lebih berbahaya daripada feodalisme biasa. Kyai lebih mampu menggerakkan masa daripada pemimpin feodar biasa, apalagi banyak kyai yang sekaligus juga membanggakan dirinya sebagai bangsawan. seorang kyai memiliki "inertia" terhadap gejalagejala perubahan sosial. lni disebabkan oleh kecenderungan bawah sadar untuk tetap mempertahankan kedudukannya yang memungkinkan itu. Dari ungkapan tersebut dapat diketahui, bahwa pola kepemimpinan Kyai adalah kepemimpinan yang kharismatik, personal dan religion feodalisne. Pola kepemimpinan ini dinirai sebagai yang kurang positif dilihat dari segi pengembangan demokrasi, egalitarian, keterbukaan dan akses publik Hal ini misatnya terrihat pida adat kebiasaan ya.ng diberlakukan kepada pam tamu yang datang kepadanya, bahwa tamu hanya menunggu kesempatan simpai kia-i sendiri berkenan rnenanyakan keperluannya. para pefugas tamu tidak berani memberitahukan kepada Kyai, bahwa ia sedang ditunggu tamu, kecuali untuk tamu{amu tertentu, seperti pejabat pemerintah yang diatur oleh protokoler atau yang telah mengadakan perjanjian terlebih oinutu. Namun demikian, ddngan segala kekurangannya yang ada, termasuk dalam pola kepemimpinannya, ternyata pesantren yangada di lndonesia termasuk salah satu ins-tifusi yang paring mampu merespon
-
38
l"ru"J*'-rl,r-;;
tantangan modemisasi dibandingkan dengan sejenis yang ada di negara lain. Pesantren saat ini tidak hanya melaksanakan tiga fungsitradionalnya, yaitu transmisi dan transfer itmutmu'lslam, pemeliharaan tradisi lslam dan reproduksi ulama, tetapi iuga menjadi pusat penyuluhan kesehatan, pusat pengembangan teknologi tepat guna bagi masyarakat pedesaa; pusat usaha-usaha penyelematan dan pelestarian lingkingan hklup; dan lebih penting lagi menjadi pusat pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitamya. Dalam konteks terakhir ini, terlihat semakin banyak pesantren yang terlibat dalam ativitas-aktivitas vocational dan ekonomi, seperti dalam usaha-usaha agrobisnis yang nrencakup pertanian tanaman pangan, petemakan, perikanan, dan kehutanan, pengembangan industri rumah tangga atau industri kecil seperti konveksi, kerajinan tangan, pertokoan, kopenasi dan sebagainya. Respon pondok pesantren terhadap modemisasi pendidikan lslam dan perubahan-perubahan sosial ekonomi yang berlangsung di lndonesia mencakup pembaruan substiansi atau isi pendidikan pesantren dengan memasukan subjeksubjek umum dan vocational, pembaruan metodologi, seperti sislem klasikal, penjenjangan dan pembaruan kelembagaan, seperti kepemimpinan pesantren, diversifikasi lembaga pendklikan, dan pembaruan fungsi kependidikan, sosial dan ekonomi. Berdasar pada fenomena ini, Azyumardi Azra menyimpulkan, bahwa pengalaman Turki dan Mesir agaknya cukup memadai untuk menggambarkan prosesproses memudar dan lenyapnya sistem pendidikan hadisional lslam dalam gelombang modemisasi yang diterapkan para penguasa di masing-masing negara tersebut. situasi-situasi sosiologis dan potitis yang mengitari medresse Turki atau madrasah kuttab di lrresir dalam segLsegi tertentu agaknya berbeda dengan situasi sosiologis yang mengitari pesantren di lndonesia. Perbedaan-perbedaan tersebut itu, pada gilirannya membuat pesantren manpu tetap bertahan. Pesantren telah lama menjadi lembaga yaflg memiliki kontribusi penting dalam ikut serta menerdaskan bangsa. Banyaknya jumlah pesantren di lndonesia, serta besamya jumlah santri pada tiap pesantren menjadikan lenbaga ini diperhitungkan dalam kaitannya dengan pembangunan bangsa di bidang pendidikan dan moral. Tantangan era globalisasi dan teknologi yang kian hari kian merambah sendi-sendi kehidupan manusia, dengan menawarkan berbagai produk pilihan yang telah memberikan berbagai akses, kemudahan, fasilitas, informasi, dan komunikasi telah momotivasi pesantren untuk senantiasa mengadakan inovasi terhadap sistem yang ada. Berupa perbaikan-perbaikan yang se@ra terus menerus dilakukan, baik dari segi manajemen, administrasi, akademik (kurikulum) maupun fasilitas, menjadikan pesantren keluar dari kesan tradisional dan kolot
lafk
AT-TA'LIM; VoL 5, Tahun 2014
yang selama ini disandangnya. Beberapa pesantren bahkan telah menjadi model dari lembaga pendidikan yang leading. pesantren merupakan lembaga pendidikan yang unik. Tidak saja karena keberadaannya yang sudah sangat tama, tetapi juga karena kultur,
metode, dan jaringan yang diterapkan oleh lembaga agama tersebut. Karena keunikannya itu, c. Geertz menyebutnya seblgai subkultur masyarakat lndonesia (khususnya Jawa)1. pada zaman penjajahan, pesantren menjadi basis perjuangan kaum nasionatis-pribumi. Banyak
perlawanan terhadap kaum kolonial yang berbasis pada dunia
pesantren.
B. PEMBAHASAN 1. Pengertian Pesantren Kata 'Pesantren" berasal dari kata ,,sanfrr,,dengan awalan pe dan akhiran an berarti tempat tingga! para santri2. Rtau pengertian lain mengatakan bahwa pesantren adarah sekolah berasrama untuk mempelajari agama lslam. sumber lain menjelaskan pula bahwa pesantren berarti tempat untuk membina manusia menjadi orang baik.3
. Sedangkan asal usul kata "santri", datam pandangan Nurcholish Madjid dapat dilihat dari dua pendapat. pertaha, penda_pat yang mengatakan bahwa "santri" berasal dari perkataan "sasfr/', sebuah kata dari bahasa sanskerta yang artinya melek huruf.a Di sisi lain, Zamkhsyari Dhofier oerpenoaf,at bahwa, kata
"santri" dalam bahasa lndia berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu, atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Atau secam umum dapat diartikan buku-buku suci buku-buku agama, atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan.sKedua, pendapat yang mengatakan bahwa perkataan santri sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa, yaitr dari rata "cantik, berarti seGorang yang selalu mengikutisgorarE guru kemana guru itu pergi menetap.Dalam pemakaian seharHrari, istilah pesantien bisa disebut dengan pondok saja atau kedua kata ini digabung menjadi pondok pesantren. secara esensial, semua istilah ini mengandung'makna yang sama, kecuali sedikit perbedaan. Asrama yang menjadi penginapan santri sehari-hari dapat dipandang seoigai pembeoa antara pondok dan pesantren. Kata "pondok" berasai dari bahasa lclifford Geertz, The Javanese Kjaji: The chaniging Rote of ilo m O 7 r9.tive sfudrbs o n S ociety,, vot.4 (Cam brid ge, ZbO51 'Basori, lhe louding Father;(Jakarta : inceis, ZO-OA) n. Sd "Yasmadi,
a
cuftural Brokers
Modernisasi Pesantren; Kritik Nurcholiih Majid Terhadap pendidikan tslam Tradisional(Jakarta: Quantum Teaching, 2OO5), h. 61 -Nurcholish Madjid, Bilik-bilik pesantren; sebuah potret perjalanan (cet. 4; Jakarta: Paramadina, 2006), h. 19 "Zamkhasyari Dhofier, Tradisi pesantren (Cel. ll l; Jakarta Mizan), h. 1 g
40
Kepemimpinan...
Arab yarg berarti fundug arlinya tempat mengi,nap (asrama). Dinamakan demikian karena pondok merupakan tempat penampungan sedefiana bagi para pelajar yang jauh dari tempat asalnya.6
Kuntowijolp menanggapi penamaan pondok pesanfren ini dalam komentamya bahwa, sebenamya penggunaan gabungan kedua istilah secara integral, yakni pondok dan pesanfren menjadi pondok pesantren dianggap kurang jami'mdni (singkatpadat). Selagi pengertiannya dapat diwakili istilah yang lebih singkat maka istilah pesantren bbih tepat digunakan untrk menggantikan pondok dan pondok pesantren. Lembaga Reearcfi lslam (Pesanhen luhur) mendefinisikan pesanten adalah suatu tempat yang tersedia untuk para sanffi dalam menerima pelajaran-pelajaran agama lslam sekaligus tempat berkumpul dan tempat tirggalnyaDari berbagai pendapat tentang teori penamaan pesantren tersebut dapat disimpulkan bahwa pesanten adalah lembaga pendidikan lslam dibawah pimpinan seorang Kyd, bak nrdalui jalur formal rnaupun non formal lrang bertujuan untuk menp*iari dan mengamalkana ajaran lslam melalui pembelajaran kitab kunirg dengan menekankan monal keagamaan sebagai pedornan dalam berprilaku keseharian santri. 2. Kedudukan Kyai sebagai Pemimpin Umrnat Sebelum mengurailcan kedudukan (kepemimpinan) hfiaa di pesantren, terlebih dahulu penulis uraikan pengertian kyai. Kata "Kyaf berasal dari bahasa Jawa kuno "kiya-kiya' yang artinya orang yang dihormati. Sedangkan dalam pemakaiannya dipergunakan unfuk pertama, benda atau hewan )ang dikeramatkan, seperti Kyai Pbred (tombak), Kyai Rebo dan Kyai Wage (gajah di kehrn binatang Gembira loka Yogyakarta), kedua orang tua pda uriltmnya, ketiga, omng yang memiliki keahlian pesantren. dalam agama lslam, yang mengajar santri
di
sedangkan secara terminobgis menurut tvlanfred Zemnek
pengertian Kyai adalah'pendiri dan pemimpin seh.rah pesantren sebagi muslim terpelaiaf telah nrembaldikan hklupnya "demi Allah" serta menyebarluaskan dan rnendalami ajaran-ajaran dan
pandangan Islam melalui kegiatil panditlikan lslam. Namun pada umumnya di masyarakat kata a)fiar disejajarkan pengertiannya dengan ulama dalam khazanah ldam. Kharisma yang dimiliki Kyai merupakan satah satu kekuatan yang dapat menciptakan pengaruh dalam masyarakat. Ada dua dimensi yang perlu diperhatikan, yaitu:. pertama, kharisma yang fuahjoetomo, Perguruan Tlnggi pesantren; peN*lkan Attematif Masa Depan (cet. Ill; Jakarta: Gerna lnsani Press, 2007), h. 90
41
At-TlLrytfr- A T*Ln nl{
frerden obh
seseorang (Kyai) secara given, sperti tubuh besar,
suara png keras dan mata yang tajam serta adanya ikatan gEnealogb denga kyai karismaik sebelumnya,Kedua, kharisma
yang diperoleh melalui kemampuan dalam penguasaan terhadap pengetahuan keagamaan disertai moralitas dan kepribadian yang saleh, dan kesetiaan menyantuni rnasyanakat Posisi kepemimpinan Klrai di pesantren lebih rnenekankan pada aspek kepemilikan saham pesantren dan moralitas serta kedalaman ilmu agama, dan sering mengabaikan aspek manajerial. Keumuman Kyai bukan hanya sekedar pimpinan tetapi juga sebagai sebagai pemilik persantren. posisi Kyaiiuga sebagai pembimbing para santri dalam segala hal, yang pada gilirannya menghasilkan pemnan Kyai sebagai peneliti, penyaring dan akhimya similator aspek-aspek kebudayaan dari luar, datam keadaan sepertiitu dengan sendirinya menempatkan Kyai sebagai cultural brokers (agen budaya).7 Pesantren adalah lembaga pendidikan lslam dibawah pimpinan seorang Kyai, baik melalui jalur formal maupun non formalyang bertujuan unfuk mempelajari dan mengamarkan ajaran islam melalui pembelajaran kitab kuning dengan menekankan moral keagamaan sebagai pedoman dalam berprilaku keseharian santri. Dari sekian banyak gaya kepemimpinan (teadership styte) yang di kemukakan oleh para pakar, namun yang paling popular dan serig di bahas dan di jadikan rujukan oreh para praktisi dan peneliti hanya empat gaya kepemimpinan, yaitu: otokrastis, demokratis, fhe /aisser faires (gaya bebas), dan situasional. Kyai sebagai pemimpin pesantren dalam membimbing para santri aiau masyarakat sekitarnya memakai pendekatan situasional. Hat ini Nampak dalam interaksiantara kiai dan santrinya dalam memdidik, mengajarkan kitab, dan memberikan nasihat, juga sebagai tempat konsultasi masalah, sehingga seorang Kyai kadang berfungsi pula sebagai orang tua sekaligus guru yang bisa dltemui tanp- batas waktu. Kondisi seperti ini menunjukan bahwa kepemimpinan kiai penuh tanggung jawab, penuh perhatian, penuh daya tarik dan sangat berpengaruh. Dengan demikian perilaku kiai dipat diamati,
dan dimaknai oleh para pengikutnya (secara langsung)dalam interaksi keseharian. Dari sekian banyak gaya kepemimpinan (teadership styte) yang dikemukakan oleh para pakar, namun yang paling poputei dan sering dibahas dan dijadikan rujukan oleh para pririisi oan peneliti hanya ernpat gaya kepemimpinan, yaitu; otokrastis, Demokratis, The Laisser faire (gaya bebas), dan Situasional,.
dicontoh,
pembaharuan,EdisiRevisi(Jakarta: LP3ES 2005), hat z0 (Miftah Thoha, 2OOg).
Igr*.qf Yrdj9, Pesantren dan "Fred Fiedler, Modelkepemimpinan. 42
Kepemimpinan...
Kepemimpinan di Pesantren lebih menekankan kapada proses bimbingan, pengarahan dan kasih sayang. Menurut Mansur,gaya kepemimpinan yang ditampilkan oleh pesantren
bersifat kolektif atau kepemimpinan institusional. Lebih lanjut ia menyetakan bahwa gaya kepemimpinan di pesantren .mempunyai ciri patemalistik, dan free rein leadership, dimana pemimpin pasrf, sebagai seorang bapak yang memberikan kesempatan kepada anaknya untuk berkreasi, tetapi juga otoriter, yaitu rnemberikan kata-kata final untuk memutuskan apakah karya anak buah yang bersangkutan dapat diteruskan atau tidak. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa Kyai sebagai pimpinan pesantren dalam membimbing para santri atau masyarakat sekitarnya memakai pendekatan situasional. Ha! ini nampak dalam interaksi antiara kyai dan santrinya dalam mendidik, mengaiarkan kitab, dan memberikan nasihat, juga sebagai tempat konsultasi masalah, sehingga seorang kyai kadang berfungsi pula sebagai omng tua sekaligus guru yang bisa ditemui tanpa batas waktu. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa kepemimpinan kyai penuh tanggung jawab, penuh perhatian, penuh daya tarik dan sangat berpengaruh. Dengan demikian perilaku kyai dapat diamati, diontoh, dan dimaknai oleh para pengikutnya (secara langsung) dalam interaksi keseharian. 3. Kepemimpinan Kyai dalam llembentuk Moral Santri Apakah sebenamya Karakter/Prilaku? Karakter?Perilaku merupakan seperangkat perbuatan/tindakan seseorang dalam melakukan respon terhadap sesuatu dan kemudian dijadikan kebiasaan karena adanya nilai yang diyakini. Perilaku manusia pada dasarnya terdiri dari komponen pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor) atau tindakan. Dalam konteks ini maka setiap perbuatran seseorang dalam merespon sesuatu pastilah terkonseptualisasikan dari ketiga ranah ini. Perbuatan seseorang atau respon seseorang terhadap rangsang yang datang, didasari oleh seberapa jauh pengetahuannya terhadap rangsang tersebut, bagaimana perasaan dan penerimaannya berupa sikap terhadap obyek rangsang tersebut, dan seberapa besar keterampilannya dalam melaksanakan atau melakukan perbuatan yang diharapkan. Bagi tradisi pesantren setidaknya kepemimpinan Kyai ada 6 pendekatan metode yang diterapkan dalam membentuk perilaku santri, yakni 1) Metode Keteladanan (Uswah Hasanah);2) Latihan dan Pembiasaan; 3) Mengambil Pelajaran (ibrah); 4) Nasehat (mauidzah); 5) Kedisiplinan; 6) Pujian dan Hukuman (targhib wa tahzib)
43
AT-TA'LIM; Vd.5, Talrun 2011
a) Metode kebhdanan
Secara psikologis, manusia sangat
memerlukan
keteladanan untuk mengembangkan sifat-sifai dan petensinya. Pendidikan perilaku lewat keteladana adalah pendidikan dengan cara memberikan contoh-contoh kongkrit bagi para santri. Dalam pesantren, pemberian contoh keteladanan sangat ditekankan. Kiai dan ustadz harus senantiasa memberikan usr,nah yang baik bagi para santri, dalam ibadah-ibadah ritual, kehidupan -setrari-traii
maupun yang lain, karena nilai mereka ditentukan dari aktualisasinya terhadap apa yang disampaikan. semakin konsekuen seorang kiai atau ustadi menjaga tingkah lakunya,
semakin didengar ajarannya. b) Itletode ktihan dan Pembiasaan Mendidik perilaku dengan latihan dan pembiaasaan adalah mendidik dengan cara memberikan latihan{atihan terhadap norma-norma kemudian membiasakan santri u ntuk mela kukannya. D--ahm pendklikan di pesantren metode ini biasanya a(an diterapkan pada ibadah-ibadah amatiyah, seperti shalat beriamaah, kesopanan pada kiai dan ustadz. Latihan dan pembiasaan ini pada akhimya akan menjadi akhlak yang terpatri dalam diri dan menjadi yang tidak terpisahkan. nt-ctrizati menyatiakan: "sesungguhnya perilaku manusia menjadi kuat dengan seringnnya dilakukan perbuatan yang sesuai dengannya, diiertai ketaatan dan keyakinan bahwa apa )€ng dilakukannya adalah baik dan diridhai"e
c) ilendidik mehlui ibrah (mengambit petajaran)
secara sederhana, ibrah uerarti merenungkan
memikirkan, dabm
arti umum bisanya dimaknakai
mengambil pelajaran dari setiap peristiwa.
dan dengan
Tujuan Paedagogis dari ibrah adarah
mengntarkan manusia pada kepuasaan pikir tentang perkara agama ying bisa menggenakkan, mendidik atau menambah perasaln keigairaan. Adapun pengambilan ibrah bisa dilakukan metalui xiGh-kisah teladan, fenomena alam atau peristiwa-peristiwa yang terjadi, baik di masa lalu maupun sekaranglo. d) Mendidik melalui mauidzah (nasehat) Mauidzah berarti nasehat. Rasykl Ridta mengartikan mauidzah sebagai berikut."Mauidzah adalah nasehat perlngatan atas kebaikan dan kebenaran dengan jalan apa yang dapat
thya Utumuddin, Jitid ilt , (Dar-at-Mishri: Beirut:2005) h.61 lfl:nne4l,Burhanuddin, Akhtak pesantren..so/usi
Iamyrz
ITTIQA PRESS :2001), h. 57
44
bagiKerusakan Akhtak, (yogyakarta;
Kepemimpinan ...
menyentuh hanti dan membangkitkannya untuk mengamalkan'/1 Metode mauidzah, harus mengandung tiga unsur, yakni : a). Uraian tentang kebaikan dan kebenaran yang harus dilakukan oleh seseorcng, dalam hal ini santi, misalnya tentang sopan santun, harus berjamaah maupun kerajinan dalam beramal; b). Motivasi dalam melakukan kebaikan; c). Peringatan tentang dosa atau bahaya yang bakal muncul dari adanya larangan bagi dirinya sendiri maupun orang lain. e) Mendidik melalui kedisiplinan Dalam ilmu pendidikan, kedisiplinan dikenal sebagai cara menjaga kelangsungan kegiatan pendidikan. Metode ini identik dengan pemberian hukuma atau sangsi. Tujuannya untuk menumbuhkan kesadaran siswa bahwa apa yang dilakukan tersebut tidak benar, sehingga ia tidak mengulanginya lagi. Pembentukan lewat kedisiplinan ini memerlukan ketegasan dan kebijaksanaan. Ketegasan mengharuskan seorang pendidik memberikan sangsi bagi pelanggar, sementara kebijaksanaan mengharuskan sang pendidik sang pendidik berbuat adil dan arif dalam memberikan sangsi, tidak terbawa emosi atau dorongan lain. Dengan demikian sebelum menjatuhkan sangsi, seorang pendidik harus memperhatikan beberapa hal berikut : (1) perlu adanya bukti yang kuat tentang adanya tindak pelanggaran; (2) hukuman harus bersifat mendidik, bukan sekedar memberi kepuasan atau balas dendam dari si pendidik; (3) harus mempertimbangkan latar belakang dan kondisi siswa yang melanggar, misalnya frekuensinya pelanggaran, perbedaan jenis kelamin atau jenis pelanggaran disengaja atau tidak. pesantren, hukuman ini dikenal dengan istilah takzir.l2Takzir adalah hukuman yang dijatuhkan pada santri yang melanggar. Hukuman yang terberat adalah dikeluarkan dari pesantren. Hukuman ini diberikan kepada santri yang telah berulang kali melakukan pelanggaran, seolah tidak bisa diperbaiki. Juga diberikan kepada santri yang melanggar dengan pelanggaran berat yang mencoreng nama baik pesantren. f) Mendidik melalui targhib wa tahzib Metode initerdiri atas dua metode sekaligus yang berkaitan satu sama lain; targhrb dan tahzib. Taryhib adalah janji disertai dengan bujukan agar seseorang senang melakukan kebajikan dan menjauhi kejahatan. Tahzib adalah an@man untuk menimbulkan rasa takut berbuat tidak benar. Tekanan metode targhib terletak pada harapan untuk melakukan kebajikan, sementara tekanan
Di
llRasyid Ridha, IafsrT al-Manar, Jilid ll, (Mesic Maktabah al-Qahirah, tt), h. 404 12Ta'iir berarti menghukum atau melatih disiplin. Lihat Warson Kamus Al-Munawwir, h. 952
45
AT-TA'LIM; Vot. S, Tahun 2014
metode tahzj! pada upaya menjauhi kejahatan atau dosa. lerretak rrleskidemikian , metode initidak sama pbda metode hadiah cr?n hukuman. perbedaan terletak pada akar pengambitan materi 9"1 tujugn yang nenoak oicapai. rirghib iiniinrioberakar pada Tuhan (ajaran agama) yang tujuannya memantapkan rasa keagamaan dan membanlkitkan ittat raooaiiyan, tahpa terir
:r., :
pada hukum rasio (hukum
qo!) ygng sempft (dfiiawi)- yfig
tujuannya masih terikat ruang oan'wirtul Di pesantren, metode ini biasanya diterapkan daram pengajian-penia;ian, oait sorogan maupun bandongan. g) Mendidik melalui kemandirian Kemandirian tingkah-raku adatah kemampuan santri untuk mengambil dan melaksanakan keputusan secalra bebas. proses pengambilan dan peraksanaan keputusan santri yang ui"r, berlangsung di pesan-tren dapat dikaiegorikan mLn;adr 0,I", v"it, keputusan yang-gepif.at. penting_monu mental da n keputu# bersifat harian. pada tulisan inr, keputu""n y"n! oimaksud adalah keputusan yang bersifat rutinitas harian. Terkait kebiasan santri yang bersifat rutinitas menunjukkan .dengan keoenderungan santri tebih riampu dan berani dalam mengambil dan melaksanakan keputurrn'r"""o misalnya pengelolaan keuangan, perencanaan mandiri, belanja, perencanaan aktivitas rutin, dan.gebagainya. Hat ini tioar-iepli dari kehidupan .mereka yang tidak tingjat oersama orangtua mereka dan tuntutan pesantren yang menginginkan santri-santri hidup dengan berdikari. dantna oapit iietarutan ,n*ing 9".p:t kehidupan dengan teman-teman santri riinnyi- y"ng mayoritas seusia (sebaya).y_ang pada dasamya memiiiti fec6nO"irngrn yang sama. Apabira kemandirian tingkah-raku dikaittan rutinitas santri, maka kemungkina-n santri memiriki oenian tingkat kemandirian yang tinggi.
i;;
KESIMPULAN Pesantren merupakan sarah satu rembaga pendidikan yang tertua di lndonesia,rahir dan tumbuh seiring oengai pL*"ro"ngan rsram di lndonesia. Kehad.iran pesantren l"un - ,e*rrnai dan memberi konstribusi besar bagi pendidikan di rndoensia. Tiga .perkembangan komponen utama pesantren, yaitu:rieberio""n xv"i, .rntri, dan asrama merupakan pirar dan soko guiu yang menyatu daram satu bingkai vang tak bisa dipisahkan. Kepemimpinan . . {yai sebagai simbol dan kekuatan dalam membangun nilai-nilai. karakter sintri, r"rrnggrhnya-ouxan sekadar
berurusan dengan proses pendidikan 46
tunai muda yang
sedang
Kepemimpinan ...
mengenyam masa pembentukan di dalam pesanten, melainkan juga bagi setiap santri memiliki tugas sebagai penerus dan pendidik dikemudian hari, penyebar misi da'wah lslam yang pada akhirnya menjadipenjaga dan benteng ummat. DAFTAR PUSTAKA Al-Ghazali, lhya Ulumuddin. Jilid lll , Dar-al-Mishri: Beirut : 2005 Basori, Ruchman, The Fouding Father, Jakarta :lnceis : 2008 Burhanuddin, Tamyiz, Akhlak Pesantren : so/usi bagi Kerusakan Akhlak, Yogyakarta; ITTIQA PRESS :20O7 Dhofier, Zamkhasyari, Tradisi Pesantrcn, Cet. Vl; Jakarta; Mizan 2005 Fiedf er, Fred, Model kepemimpinan.Jakarla ; Miftah Thoha, 2008. Geertz, Clifford, The Javane* Kjaji: The Changing Role of a Cultural Brokers "Comparative sfudies on Society" vol.4 (Cambridge, 2005) Madjid, Nurcholish, Bilik-bilik Pesntrcn; Sebuah Potret Perjalanan, Cet. 4; Jakarta: Paramadina, 2006 Rahardjo, Dawam, Pesantren dan Pembaharuan,( Jakarta: LP3ES 2005) Ridha, Rasyid, Tafsir al-Manar, Jilid ll, Mesir; Maktabah al-Qahirah, 2007 Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantrcn; Pendidikan Alternatif Masa Depan, Cet. !ll; Jakarta: Gema lnsani Press, 2007 Yasmadi, Modemisasi Pesanfren; Kritik Nurdtolish Majid Terhadap Pendidikan lslam Tradisional , Jakarta: Quantum Teaching, 2005
47