PENDIDIKAN HOLISTIK DI SEKOLAH DENGAN KONSEP LEARNING ORGANIZATION UNTUK MENCAPAI TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL
1,2,3
Nur Rizqiyah Rohmah1, Husnah2, Bintang Gumilang3 S1 Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga Kampus C Unair Mulyorejo: Surabaya, 60115,
[email protected]
Abstrak Permasalahan remaja masa kini tidak terlepas dari hasil pendidikan formal di sekolah. Munculnya fenomena tawuran, seks bebas, narkoba dan masalah sosial lainnya menunjukkan bahwa remaja Indonesia belum memiliki karakter dan adab. Pendidikan formal saat ini sebagai instrumen utama tampaknya belum cukup memerankan fungsinya. Sehingga, diperlukan penataan ulang pendidikan Indonesia agar menghasilkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan saat ini dinilai tidak mendidik manusia secara keseluruhan. Hanya sisi kognitif atau intelektualitas yang cenderung diperhatikan. Padahal fungsi pendidikan nasional adalah sebagai pengembangan kemampuan manusia dan membentuk watak yang beradab dan bermartabat. Beradabnya manusia memerlukan pendidikan yang menyeluruh (holistik) atas diri manusia. Pendidikan holistik merupakan alternatif pendidikan Indonesia. Pendidikan holistik memandang manusia secara utuh atas unsure kognitif, afeksi, dan perilakunya bahkan keterkaitan dengan lingkungan serta keyakinannya kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Sekolah sebagai sarana pembelajaran semestinya memiliki paradigma yang holistik. Dalam menerapkan pendidikan holistik, konsep Learning Organization (LO) diperlukan sekolah untuk mengubah budaya dan pola pikir pembelajaran. Sekolah sebagai organisasi pendidikan dalam konsep LO akan melakukan pembelajaran secara simultan. Dari sisi manajemen sekolah akan melalui siklus perencanaan (planning) sampai evaluasi (controlling). Siklus tersebut senantiasa berputar menghasilkan pembelajaran yang diarahkan pada model pendidikan holistik sebagai titik akhir pencapaian sekolah. Pendidikan holistik di sekolah akan mencakup empat aspek pendekatan. Aspek tersebut adalah learning culture, processes, tools and techniques, dan skills and motivation. Kolaborasi keseimbangan tersebut diharapkan akan menghasilkan siswa dengan karakter intelektual diimbangi dengan nilai moral dan agama yang tinggi. Sehingga, karakter siswa yang dihasilkan utuh sebagai manusia sesuai tujuan pendidikan nasional. Kata Kunci: pendidikan holistik, learning organization, sekolah
Abstract Problems of the youth can’t be separated from the formal education at school. The appearance of the phenomenon brawl, free sex, drugs and other social problems show that youth doesn’t have the
character and manners yet. Formal education as the main instrument seems not enough figures. Thus, it’s necessary to rearrangement Indonesian education to produce better human resources. Education is considered not educate the whole human being. Only cognitive or intellectual side that to be considered. The function of education is a human capacity development and establish a civilized and dignified character. Civilization requires a thorough education (holistic). Holistic education is an alternative education in Indonesia. Holistic education consider the whole elements of cognitive, affective, and behavior even relationship with the environment as well as his faith in God. School as a learning center should have a holistic paradigm . Applying holistic education, the concept of Learning Organization (LO) required to change the culture and mindset of learning at school. School as an educational organization in the concept of LO will do evaluation simultaneously. Management is going through the planning cycle (planning) to evaluation (controlling). The cycle rotates constantly produce learning that is directed at a holistic education model as the goal. Holistic education will approach four aspects. The learning aspect is the culture, processes, tools and techniques , and the skills and motivation. The balance of the collaboration is expected to produce the intellectual character balanced with moral and religious values. Thus, student character intact as the man as the national education goals. Key Words: holistic education, learning organization, school
bentuk narkoba (UNODC, 2011). Beberapa
PENDAHULUAN
data lainnya adalah survei Badan Narkotika Dewasa ini, di Indonesia tampak fenomena kegagalan pendidikan. Ini bisa dilihat
dari
banyaknya
permasalahan
remajanya. Merujuk pada remaja, karena usia ini adalah masa seorang manusia mendapatkan pendidikan formal. Beberapa
yang
adalah tingginya tawuran siswa. Tercatat pada tahun 2010 terdapat 128 tawuran dan meningkat pada tahun 2011 sebanyak ebih 100%
menewaskan
yaitu 82
330 pelajar.
kasus
yang
Dilanjutkan
dengan kasus narkoba yang diperkirakan meningkat pada usia 10-20 tahun hingga 2,5% pada tahun 2013. Sebuah
hasil
survei
perusahaan
free sex pada remaja yang berumur 14-24 tahun tercatat sekitar 40-45% dan mereka secara
pernah memakai NAPZA sebesar 5,8% dari total kelompok umur, sedangkan yang pernah memakai sebesar 3,9% selama terakhir,
dan
prevalensi
penyalahgunaan NAPZA lebih tinggi terjadi pada tingkat SMA keatas daripada tingkat pendidikan yang ada di bawahnya. Semua data tersebut menunjukkan bahwa pendidikan
dalam
sekolah
formal
di
Indonesia belum mampu memberikan bekal bagi
peserta
didiknya
untuk
menjadi
manusia yang berkarakter dan beradab. Hal ini bisa jadi dikarenakan pendidikan yang memisahkan antara ilmu pengetahuan dan
dari
kondom pada tahun 2005 menyatakan kasus
menyatakan
kelompok pelajar dan mahasiswa yang
setahun
permasalahan
menunjukkan bahwa pendidikan ini gagal
dari
Nasional (BNN, 2003) memperkirakan
terbuka
pernah
melakukan seks pra nikah, serta data HIV/AIDS pada tahun 2007 remaja yang berumur 15-29 tahun tercatat sekitar 8.000 atau 57,1% dari total penderita HIV/AIDS di Indonesia, dengan 37,8% terinfeksi dari hubungan seksual yang tidak aman dan 62,2% terinfeksi dari penggunaan narkoba dengan jarum suntik (Komunitas AIDS, 2007).
agama, budi pekerti, serta norma yang berlaku. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka sudah seharusnya sistem pendidikan bangsa ini mulai dievaluasi. Oleh karena itu, pendidikan holistik di sekolah sangat dibutuhkan sebagai alternatif pendidikan menuju Indonesia yang lebih baik. Peserta didik tidak hanya mengerti pelajaran yang diberikan, namun mereka paham
bagaimana
menerapkannya
berdasarkan nilai agama, budi pekerti, dan norma yang berlaku. Sehingga, pendidikan formal di sekolah bukan hanya mencetak manusia yang cerdas saja, namun juga
Bahkan di tingkat internasional,
manusia yang bermanfaat dan bermartabat.
Indonesia hingga saat ini merupakan negara utama yang menjadi negara transit untuk metamfetamin yang merupakan salah satu
KAJIAN PUSTAKA
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
1. Pendidikan Suratman
(1987)
berpendapat
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
bahwa pendidikan merupakan usaha yang
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
bermaksud memberikan bimbingan kepada
yang demokratis serta bertanggung jawab.
manusia untuk mendapat kemajuan lahir
Di
samping
itu,
prinsip
dari
batin menuju ke arah adab kemanusiaan.
penyelenggaraan pendidikan adalah
Masih menurut beliau, Ki Hajar Dewantara,
a. Diselenggarakan secara demokratis dan
bapak pendidikan Indonesia, mengatakan
berkeadilan serta tidak diskriminatif
bahwa pendidikan adalah usaha kebudayaan
dengan menjunjung tinggi hak asasi
yang bermaksud memberi bimbingan dalam
manusia, nilai kegamaan, nilai kultural,
hidup tumbuhnya jiwa raga anak agar
dan kemajemukan bangsa.
dalam kodrat pribadinya serta pengaruh lingkungannya,
mereka
memperoleh
kemajuan lahir batin menuju ke arah adab kemanusiaan.
b. Pendidikan
konsep
pendidikan
sistem terbuka dan multimakna.
suatu
diselenggarakan
proses
pemberdayaan
mengembangan
berlangsung sepanjang hayat.
serta
membentuk watak serta peradaban bangsa
d. Pendidikan
sebagai
pembudayaan
nasional, fungsi dari pendidikan adalah kemampuan
sebagai
satu kesatuan yang sistematis dengan
c. Pendidikan
Menurut
diselenggarakan
peserta
didik
diselenggarakan keteladanan,
dan yang
dengan
yang bermartabat. Hal tersebut menjadi
memberi
tolak ukur keberhasilan suatu pendidikan.
kemauan,
Apakah fungsi tersebut tercapai atau tidak.
kreativitas peserta didik dalam proses
Karena, apabila fungsi pendidikan tidak
pembelajaran.
dan
membangun
mengembangan
bisa dijalankan dengan baik, maka bisa dikatakan bahwa pendidikan tersebut gagal.
2. Pendidikan Holistik
Fungsi dan tujuan pendidikan Indonesia
Holistik menurut Yuwono (2011)
berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003
bermakna
tentang
Sisdiknas
menyeluruh
atau
utuh.
meliputi
fungsi
Pendekatan holistik memandang manusia
kemampuan
dan
secara utuh, dalam arti manusia dengan
membentuk watak serta peradaban bangsa
unsur kognitif, afeksi dan perilakunya.
yang
rangka
Manusia juga tidak bisa berdiri sendiri,
bangsa.
namun terkait erat dengan lingkungannya.
untuk
Manusia tidak bisa terlepas dari manusia
berkembangnya potensi peserta didik agar
lain, demikian pula dengan lingkungan fisik
menjadi
atau
pengembangan
bermartabat
mencerdaskan Pendidikan
dalam
kehidupan juga
manusia
bertujuan
yang
beriman
dan
alam
sekitarnya.
Manusia
juga
tergantung kepada Tuhan yang Mahakuasa
dapat
memperoleh
kebebasan
selaku pencipta dan penentu hidupnya.
psikologis, mengambil keputusan yang
Menurut kamus psikologi Reber
baik, belajar melalui cara yang sesuai
(2010), holistik adalah sebuah istilah umum
dengan dirinya, memperoleh kecakapan
yang
sosial, serta dapat mengembangkan
diterapkan
filosofis
apapun
kepada yang
pendekatan
berfokus
pada
karakter dan emosionalnya.
keseluruhan organisme hidup. Aksioma dasar tentang sebuah pandangan holistik
3. Learning Organization (LO)
bahwa sebuah fenomena yang kompleks
Secara
definitif,
tidak bisa dimengerti lewat sebuah analisis
organization
terhadap bagian penyusunnya saja. Lawan
bentuk ideal hasil dari organizational
dari elementarisme dan atomisme. Teori
learning (OL). OL sendiri merupakan
Gestalt dan teori Freudian adalah contoh
proses atau aktivitas dalam organisasi yang
klasik pendekatan bagi pendekatan holistik
senantiasa berubah sesuai dengan kondisi
di dalam psikologi.
dan kebutuhan zaman. Menurut
Menurut pendidikan
Akhmad
holistik
Sudrajat
merupakan
suatu
“Learning
melalui
where new and expansive patterns of thinking are nurtured, where collective
seperti kasih sayang dan perdamaian.
aspiration is set free, and where
Menurut Rubiyanto & Haryanto
people are continually learning to see
dalam Muslihin (2013) bahwa tujuan
the whole together.”
pembelajaran holistik di sekolah adalah: mengembangkan
potensi Secara
individu dalam suasana pembelajaran yang
lebih
menggairahkan,
people
create the results they truly desire,
hubungan
masyarakat, dan nilai-nilai kemanusiaan
a. Membantu
where
are
continually expand their capacity to
individu dapat menemukan identitas, makna hidup
sebuah
Peter
Organizations
organizations
pemikiran bahwa pada dasarnya seorang
tujuan
merupakan
Senge (1990) dalam Smith (2011).
filsafat pendidikan yang berangkat dari
dan
(LO)
learning
menyenangkan demokratis
dan dan
humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. b. Melalui pendidikan holistik, peserta didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri (learning to be). Dalam arti
umum,
LO
merupakan
organisasi yang terus menerus melakukan proses
pembelajaran
terhadap
seluruh
anggota organisasi. Bentuk tersebut adalah hasil
dari
proses
OL.
Dalam istilah
manajemen ada perbedaan mendasar dalam penyebutan antara OL dan LO.
Tabel 1. Perbedaan Organizational
working for
Learning dan Learning Organization
long
(Oèrtenblad, A., 2001) Organizational
Learning
toward new
learning
organization
idea
Karakter isi Proses
Bentuk organisasi Jumlah norma
Deskriptif Eksis secara alami
invented here, reject it
Who’s
areas such as R and D
innovation?
Membutuhkan Main fear
aktivitas
reinvented
Everyone in organization
Making
Not learning,
mistakes
not adapting
Memiliki Netral
invented or
here, reject it
Traditional
responsible for
Normatif
If it was
If it wasn’t
Attitude
Ability to
kecenderungan yang disukai
Competitive advantage
Kebutuhan
Bukan kebutuhan
Dapat diperoleh
Tidak dapat dicapai
Products and
learn,
service
knowledge and expertise
Managers job
Control others
Enable others
Target kelompok Akademik
Konsultan praktisi Konsep LO dalam buku The Fifth Discipline (1990) yang ditulis Peter Senge
OL adalah konsep yang menuju LO.
dalam Smith (2011) mendapat pengakuan
Sehingga LO sendiri merupakan sebuah
luas dari masyarakat. Kelima prinsip dalam
bentuk model organisasi yang ideal Beda
The Fifth Discipline tersebut adalah
antara
tradisional
organisasi
dan
LO
ditunjukkan dalam tabel berikut ini.
a. Systems thinking b. Personal mastery
Tabel 2. Perbedaan Traditional Organization dan Learning Organization (Robbins, 2003)
Attitude toward change
c. Mental models d. Shared vision, and e. Team learning Sistem LO (Smith, 2001) sangat
Traditional
Learning
Organization
Organization
penting
If you aren’t
informasi dan berkolaborasi pada seluruh
changing, it
spesialisasi
won’t be
berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengan
If it’s working, don’t change it
bagi
anggota
untuk
berbagi
fungsional organisasi yang
meminimalkan atau menghilangkan batas-
batas struktural dan fisik yang ada. LO
utuh.
Konsep
mencakup hal berikut ini.
merupakan
pendidikan
konsep
holistik
pendidikan
yang
mengampu tujuan tersebut. a.
Learning Culture Terciptanya iklim organisasi yang menghasilkan
suasana
Dalam konsep pendidikan holistik,
pembelajar
manusia dibina sebagai sebuah entitas utuh.
yang kental. Karakteristik ini dekat
Manusia memiliki akal pikiran sehingga
dengan adanya inovasi.
dibina intelektualitasnya, memiliki tubuh sehingga dibina raganya, memiliki hati dan
b.
Processes Proses
ruhani
yang
mendorong
adanya
interaksi di luar batas organisasi tersebut, ada infrastruktur, dan proses pengembangan. c.
kerohaniannya.
dibina
spiritualitas
Pendidikan
holistik
menekankan pembentukan manusia secara keseluruhan
dengan
memerhatikan
itu
semua.
Tools and Techniques
Kepribadian manusia merupakan
Metode yang dapat digunakan bagi seorang
individu
seperti
kreativitas
dan
kelompok,
dan
teknik
pemecahan masalah. d.
sehingga
bidang yang kompleks. Pembentukannya di dalam sebuah sistem pendidikan tentu memerlukan komponen pendukung yang lengkap. Tidak cukup bangunan fisik
Skills and Motivation
sekolah
dan
guru,
Diperlukan untuk pembelajaran dan
diutamakan dalam konsep pendidikan ini.
beradaptasi.
Di
samping kualitas
kualitaslah
intelektual
yang
yang
didukung, keseimbangan dengan aspek PEMBAHASAN
kualitas yang lain juga harus dijaga.
Konsep Pendidikan Holistik dan Tujuan
Sehingga, output dari pendidikan tidak
Pendidikan Nasional
sekadar teoritis tetapi juga terimplementasi sebagai sebuah adab dan perilaku yang baik
Cita-cita pendidikan nasional tidak hanya mencakup tingginya pengetahuan
sebagai hasil dari pendidikan holistik tersebut.
masyarakat secara kognitif. Yang menjadi titik tolak dalam tujuan pendidikan nasional adalah tingginya harkat dan martabat bangsa. Hal ini tentunya tidak cukup disanggah
dengan
kecerdasan
Sekolah sebagai Learning Organization (LO)
secara
intelektual. Tetapi, butuh komponen lain
Pendidikan formal di Indonesia
pembentukan kepribadian manusia yang
sekarang tampak jelas memisah-misahkan
kecerdasan hanya pada dua bagian: IPA dan
Sekolah dengan LO sebagai basis,
IPS. Beberapa institusi memang sudah ada
untuk mencapai pendidikan holistik akan
yang menjadikan bahasa sebagai entitas
mencakup beberapa hal berikut ini.
lainnya, namun jumlahnya tidak signifikan. Pengerdilan dari pendidikan ini jauh dari
Learning Culture
konsep humanis manusia bahwa manusia
Learning culture merupakan aspek
memiliki aktualisasi diri sebagai makhluk
organisasi yang dekat dengan inovasi.
yang tidak cukup terdidik di aspek kognitif,
Sekolah dengan konsep pendidikan holistik
tetapi harus terdidik pula di aspek afektif
memungkinkan
dan psikomotor.
mendorong tercapainya manusia secara
Konsep LO diterapkan dalam upaya menjadikan pendidikan holisitik sebagai visi akhir sekolah sebagai organisasi. Sekolah
merupakan
seperangkat
adanya
inovasi
yang
utuh. Penerapannya akan berkaitan dengan pengondisian budaya yang dibentuk di antara komponen sekolah.
yang
Prinsipnya,
pendidikan
holistik
terdiri atas sumber daya pengajar dengan
dalam budaya sekolah terimplementasikan
sistem pengajaran yang terpadu yang
dalam
bertujuan untuk mendidik siswa. Sehingga,
lingkungan. Untuk menciptakan budaya
sekolah bisa dianggap sebagai organisasi
intelektualitas harus diawali dari budaya
dalam
Sebagai
baca-diskusi-tulis. Budaya ini lantas juga
mengalami
harus diimbangi dengan kemasan budaya
pengertian
organisasi,
normatif.
sekolah
akan
dinamisasi layaknya organisasi.
kebiasaan
yang
dibentuk
di
belajar yang menyenangkan, melibatkan
Sebagai organisasi, sekolah akan
aspek emosional dalam belajar.
melalui proses perencanaan (planning)
Iklim saling menasihati, bertanya,
sampai evaluasi (controlling). Dalam ilmu
dan sharing harus tumbuh. Sehingga,
manajemen, siklus tersebut akan senantiasa
belajar tidak menjadi aspek yang sifatnya
berputar dengan evaluasi yang simultan
individual,
sebagai
sesuatu dianggap
hasil
pembelajaran
pembelajaran.
Sehingga
prestasi bila mampu
dirasakan secara komunal. Iklim kompetitif
pendidikan
akan lebih hidup bila prestasi dilakukan
holistik sebagai titik akhir pencapaian
secara komunal akibat dari learning culture.
sekolah.
Iklim
pada
yang
komunal.
nantinya
mengarahkan
itulah
Hasil
tetapi
model
Pendidikan Holistik Berbasis Learniung Organization (LO) di Sekolah
ini
penanaman
bisa nilai
ditumbuhkan kebersamaan
dengan yang
ditanamkan secara spiritual dalam konteks agama. Salah satu nilai yang dibawa,
misalkan
bahwa
kebersamaan
dalam
kebaikan amat dianjurkan.
hukum, dan lain sebagainya.
Processes
Tools and Techniques
Proses dalam LO ini merupakan sebuah prinsip pengembangan belajar di luar
sistem.
Artinya,
belajar
lebih
menitikberatkan proses tanpa menafikan hasil. Proses dalam upaya menumbuhkan pendidikan
olahraga, seni-budaya, sosial-politik,
holistik
haruslah
Perangkat ini meliputi metode dan teknik penerapan pendidikan holistik di sekolah. Jika perihal kultural dan kurikulum telah dibahas di atas, aspek ini lebih pada perangkat keras yang menunjang proses pembelajaran.
memperhatikan setiap potensi dari masingmasing siswa, Multiple intelligence, bahwa
a. Guru
kecerdasan seseorang itu ada berbagai
Konsep keholistikan pendidikan bisa
macam (Chatib, 2011).
tercapai bila diemban oleh guru yang mumpuni menjalankannya. Tidak ada
Sekolah dalam penerapannya harus mampu memfasilitas segala bentuk proses pembelajaran
yang
dibutuhkan
siswa.
Sehingga, sekolah yang paripurna memang harus komprehensif dalam menata urusan tata laksana kurikulumnya. Kurikulum yang dibentuk sekolah harus terdiri dari dua kluster: dasar dan tingkat lanjut. a. Kurikulum
dasar
berisi
yang bisa memungkiri bahwa guru merupakan ujung tombak berhasilnya pendidikan. Guru yang dibutuhkan adalah sosok yang tidak cukup hanya bisa mengajar, tetapi mampu menjadi teladan dan inspirasi. Inspiring teacher menurut Chatib (2011) merupakan sifat paripurna dari guru.
kurikulum
b. Fasilitas fisik
dalam aspek umum menjadi bahan ajar
Fasilitas fisik dibuat dengan prinsip
yang harus diberikan kepada semua
mendorong pendidikan holistik siswa.
siswa secara merata. Aspek tersebut
Di samping kelas yang mendorong
meliputi: agama, moral, kepribadian,
motivasi belajar, diperlukan fasilitas
dasar hitung, bahasa, dan pengetahuan
olahraga,
umum.
gedung serba guna, dan segala fasilitas
b. Kurikulum
tingkat
lanjut
berisi
kesenian,
pemenunjang
siswa.
peribadatan
Serta,
spesifikasi bahan ajar yang sesuai
adanya
dengan potensi siswa. Potensi tersebut
pemenuhan hak spiritualitas siswa.
meliputi: science, teknik, kesehatan,
sarana
potensi
laboratorium,
c. Sistem yang seimbang
sebagai
Semua komponen dalam sekolah tidak
menjadikan
pendidikan
holisitik
akan selaras menuju tujuan pendidikan
sebagai visi akhir. Sebagai organisasi,
holistik tanpa adanya sistem yang
sekolah akan mengalami pembelajaran
mengaturnya. Seyogyanya sistem yang
layaknya organisasi. Hasil itulah yang
dibuat adalah sistem yang seimbang
nantinya mengarahkan pada model
dalam mengatur antara pemenuhan
pendidikan holistik sebagai titik akhir.
intelektualitas sampai kerohanian dalam
3. Pendidikan holistik di sekolah akan
diri siswa. Setiap potensi harus mampu
mencakup empat hal learning culture,
dikembangkan
tanpa
processes, tools and techniques, dan
mengesampingkan sisi pembentukan
skills and motivation. Kolaborasi aspek
keribadian
tersebut meliputi secara struktur dan
di
sekolah
dan
karakter.
kultur pendidikan, baik secara teknis fasilitas dan juga kurikulum yang
Skills and Motivation
mengarah pada pembentukan karakter. Motivasi dan kemampuan mencapai tujuan pendidikan holistik ini adalah tanggung jawab institusi pendidikan.
PUSTAKA RUJUKAN
Tentunya stakeholder harus membuat kebijakan
sedemikian
rupa
yang
membangun sistem tersebut. Dengan pendekatan terbentuk,
sistem, dan
budaya
motivasi
akan menuju
pendidikan holistik untuk Indonesia yang lebih baik akan tercapai.
Badan
Narkotik Indonesia
Nasional (BNN
“Kumpulan
Republik
RI).
Hasil
2007.
Penelitian
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia Tahun 20032006”. Puslitbang & Info Lakhar BNN.
SIMPULAN
Chatib, Munif. 2011. “Gurunya Manusia”. Bandung: Mizan
1. Dalam pendidikan holistik, manusia dibentuk secara utuh. Di samping kualitas intelektual yang didukung, keseimbangan dengan aspek kualitas yang lain juga harus dijaga. Sehingga, output dari pendidikan terimplementasi sebagai sebuah adab dan perilaku. 2. Learning Organization diterapkan pada sekolah sebagai organisasi. Konsep ini
Indonesia,
Komunitas
“Komunitas
AIDS,
AIDS
2007.
Indonesia”.
(Online) (http://www.aidsina.org/modules.php?name=News&fi le=article&sid=222) [19 Okt 2013]. Mushlihin, Al-Hafizh. 2013. “Sejarah dan Tujuan
Pendidikan
Holistik.”
Smith, M. K., 2001. “’Peter Senge and The
(online)
Organization’,
(http://www.referensimakalah.com/2
Learning
013/02/sejarah-dan-tujuan-
Encyclopedia
pendidikan-holistik.html)
[19
Okt
2013].
Informal (online)
Education.”
(www.infed.org/thinkers/senge.htm)
Oèrtenblad, A., 2001. “On Differences Between Organizational Learning and
of
The
Learning
Organization”.
[20 Sep 2011]. Suratman,
Ki.
Ketamansiswaan”.
(online)
Majelis
(http://www.eclo.org/pages/uploads/
Siswa.
File/Emerald%20Papers/Anders%20
1987.
Luhur
“Pokok-pokok Yogyakarta:
Persatuan
Taman
United Nations Office on Drugs and Crime
Ortenblad%20Differences%20Betwe
(UNODS). 2011. “WORLD DRUG
en%20LO%20and%20OL.pdf)
REPORT 2011”. Vienna: United
[29
Sep 2011].
Nations Publication.
Reber, Arthur S. & Reber, Emily S. 2010. “Kamus Santoso.
Psikologi”, Yogyakarta:
terj.
Yudi Pustaka
Pelajar. Robbins, S. & Coulter, M. (Eds.). 2003. “Management, Edition”. Education.
Seventh Canada:
Canadian Pearson
Yuwono, Susatyo. 2011. “Pendekatan Holistik dalam Pendidikan Anak”. (online) (http://susatyoyuwono.blogdetik.com/2011/ 02/17/pendekatan-holistik-dalampendidikan-anak/) [17 Feb 2011