PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PENGEMBANGAN IPTEK DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMAHAMAN AL QUR’AN* Arti menyembah adalah mengabdikan diri; melakukan semua yang diperintahkanNya dan yang disukaiNya, termasuk pantang segala sesuatu yang dilarangNya dan yang tidak disukaiNya. Perintah di dalam Al Qur’an kepada umat manusia yang lingkupnya sangat luas terdapat dalam ayat 77 surah Al Qashash yang berbunyi:
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Pada ayat di atas, memberikan isyarat bahwa yang didahulukan adalah kebahagian akhirat, karena kebahagian dunia sifatnya hanya temporer, paling hanya sepanjang umur seseorang. Namun, kita tidak diperkenankan melupakan kebahagian dunia. Sebab, mengabdikan nasib kita di dunia ini dapat berakibat sempitnya atau hilangnya sarana kita untuk memperoleh kebahagian dalam beramal shaleh dan dalam peribadatan lainnya yang penting bagi tercapainya kebahagiaan akhirat. Sabda Rasulullah: “Barangsiapa menghendaki dunia maka ia haruslah memiliki ilmunya, dan barangsiapa menghendaki akhirat maka ia harus memiliki ilmunya juga, dan barangsiapa menghendaki keduanya maka haruslah ia menguasai kedua ilmu itu pula.” Oleh karena itu, Allah SWT sebagai pencipta yang bersifat, Rahman dan Rahim telah memberikan petunjuk yang dapat kita usahakan untuk dipahami, dipikirkan, ditafsirkan, dihimpun sebagai ilmu dan dihayati serta diamalkan. Petunjuk itu adalah Al Qur’an. Al Qur’an sebagai petunjuk dengan tegas dijelaskan dalam ayat 2 surah Al Baqarah:
Kitab[1] (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa[2],
1
[1]. Tuhan menamakan Al Quran dengan Al Kitab yang di sini berarti yang ditulis, sebagai isyarat bahwa Al Quran diperintahkan untuk ditulis. [2]. Takwa yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintahperintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja.
Petunjuk yang terdapat di dalam Al Qur’an adalah seperti yang dijelaskan dalam ayat 39 surah Fathir:
Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka. Sebagai makhluk yang diberi kelebihan-kelebihan, manusia dijadikan penguasa di bumi dengan tugas, kewajiban dan segala tanggung jawabnya. Olehnya, kita harus mengetahui dan memahami secara sungguh-sungguh sifat dan kelakuan alam disekitar, baik yang bernyawa maupun yang tak bernyawa. Melihat pentingnya pemahaman sifat dan kelakuan alam di sekeliling kita ini, maka Allah SWT memerintahkan dalam ayat 101 surah Yunus:
Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman". Teguran bagi yang bermalas-malasan memperoleh pengetahuan yang berguna dalam menjalankan perananannya sebagai khalifah di bumi ada di dalam ayat 17 sampai denan 21 Surah Al Ghasyiyah:
2
17. Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, 18. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? 19. Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? 20. Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? 21. Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Dalam memperoleh pengatahuan, kita dianjurkan untuk berpikir secara kritis. Berpikir secara kritis ini ditegaskan sebagai petunjuk di dalam Al Qur’an pada ayat 11 Surah An Nahl:
11. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benarbenar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan. Namun, untuk sampai pada kesimpulan-kesimpulan yang dapat dihimpun menjadi suatu sistem yang logis atau kesatuan yang rasional yang kita sebut ilmu pengetahuan perlu digunakan pertimbangan-pertimbangan yang melibatkan akal. Hal ini diungkapkan dalam ayat 12 Surah An Nahl:
12. Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya),
3
Pentingnya penggunaan akal dalam pembentukan ilmu pengetahuan nyata dari petunjuk yang terdapat dalam ayat 9 Surah Az Zumar:
9. (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
Salah satu ayat Al Qur’an yang berkaitan dengan teknologi, misalnya ayat 80 dan 81 surah Al Anbiya:
80. Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah). 81. Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang kami telah memberkatinya. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.
Pengaruh Sains dan Teknologi Pada Pemahaman Ayat-ayat Suci Al Qur’an Adanya air merupakan kondisi yang sangat penting. Kita ingat ayat 30 Surah Al Anbiya’:
30. Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? Dari waktu ke waktu, terjadi perubahan yang mendadak setelah jenis makhluk yang tercipta itu stabil selama beberapa ratus juta tahun. Pada masa terjadinya perubahan 4
muncullah makhluk baru yng lebih tinggi tingkatnya, sedangkan yang tidak mampu hidup dalam kondisi baru akan punah. Dalam Al Qashash ayat 68 kita baca:
68. Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka[1134]. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia). Apa yang oleh Darwin disebut seleksi alamiah sebenarnya adalah seleksi Ilahiyah karena Allahlah yang memilih siapa yang akan punah dan siapa yang akan terus hidup berkembang. 1. Bagaimana pandangan ilmu pengetahuan tentang isyarat Al Qur’an berkenaan dengan adanya mahluk di luar bumi? Di dalam Al Qur’an memang ada ayat-ayat yang menyebutkan adaanya mahkluk yang berada di langit, artinya di luar bumi. Ingat ayat 49 surah An Nahl:
49. Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para ma]aikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri. 2. Apa yang dimaksud oleh Al Qur’an dengan tujuh lapis langit? Pertanyaan mengenai tujuh lapis langit dapat dijawab dengan ayat 12 Surah Fushshilat yang menyatakan:
12. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaikbaiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. 3. Pemikiran ilmiah disekitar kiamat; bagaimana terjadinya? Uraian dalam ayat 13 sampai dengan 16 surah Al Haqqah betul-betul melukiskan apa yang akan terjadi pada hari Kiamat.
5
13. Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup. 14. dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. 15. Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat, 16. dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah. Skenario Kiamat menurut Sains Skenario pertama; habisnya bahan bakar termonuklir yaitu hidrogen di dalam matahari. Kalau reaksi nuklir menjadi berkurang maka matahari akan menjadi dingin dan bumi akan membeku. Tak ada tanaman yang tumbuh dan kehidupan di bumi ini akan tamat. Waktu yang diperlukan matahari untuk menghabiskan bahan bakarnya akan berkisar lima milyar tahun. Skenario kedua; habisnya hidrogen di bumi. Andaikan kita dikaruniai pengetahuan Allah SWT untuk membangun kota-kota bawah tanah dan bertani di bawah tanah, maka dari air di samudera kita akan dapat menimbulkan reaksi termonuklir terkenali yang akan memanasi ”kota-kota” dan ”Sawah-sawah” kita itu, dengan membakar hidrogen-beratnya. Hal ini akan memperpanjang adanya manusia di bumi sampai hidrogen berat itu habis. Barangkali selama milyaran tahun juga. Jika ia habis, maka semua makhluk hidup akan mati membeku seperti pada skenario pertama. Skenario ketiga; mengembangnya matahari; sebagaimana diketahui bahwa matahari adalah salah satu bintang dalam galaksi kita yang letaknya paling dekat dengan kita karena bumi merupakana satelitnya. Evolusi matahari akan mengikuti kehidupan bintang-bintang lainnya; yaitu bila ia telah ”padam” ia akan menyusut terus menjadi kecil sampai pada suatu saat ketika energi gravitasinya berubah menjadi panas dan mengubahnya menjadi bintang raksasa merah. Pada kondisi ini, sistem tata surya sebagian akan tertelah oleh apinya, termasuk bumi kita. Kita diingatkan ayat 48 surah Ibrahim yang berbunyi:
48. (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan meraka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. Kemudian dilukiskan dalam ayat 1 sampai dengan 5 Surah Al Infithar sebagai berikut:
Apabila langit terbelah, 2. dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan, 3. dan apabila lautan menjadikan meluap, 4. dan apabila kuburan-kuburan dibongkar, 6
5. maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang dilalaikannya. Surah Al Zalzalah ayat 1 sampai dengan 3 kita temukan gambaran lain:
1. Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), 2. dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, 3. dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (menjadi begini)?", Akhirnya, dikutipkan ayat 6 sampai dengan 12 Surah Al Qiyamah:
6. Ia berkata: "Bilakah hari kiamat itu?" 7. Maka apabila mata terbelalak (ketakutan), 8. dan apabila bulan telah hilang cahayanya, 9. dan matahari dan bulan dikumpulkan, 10. pada hari itu manusia berkata: "Ke mana tempat berlari?" 11. sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung! 12. Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali. Dari informasi ini dapatlah kita mengetahui bahwa bulan pun tidak luput dari pemboman komet itu dan akan terdorong jatuh ke arah matahari. Setelah kejadian kiamat itu berlalu, maka manusia dibangkitkan kembali. Pada hari kebangkitan itu manusia seluruhnya dihadapkan kepada Allah. Kita temukan dalam ayat 68 dan 69 surah Az Zumar:
68. Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing). 69. Dan terang benderanglah bumi (padang mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya; dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing) dan 7
didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan. 4. Bagaimana Proses Perkembangan Penafsiran ayat-ayat Kauniyah seperti yang menyatakan bahwa gunung-gunung berjalan: Ayat yang menyatakan bahwa gunung itu berjalan di hari kiamat yaitu ayat 88 surah An Naml yang berbunyi:
88. Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Memang gunung-gunung itu bergerak terhadap kita. Hanya sangat lambat dan tak terasa geraknya. Dengan foto dari satelit dari tahun ke tahun pergeseran itu tampak, pada hari kiamat gerak itu lebih cepat. 5. Bagaimana pengertian ”kun fayakun”? ”kun” adalah fiil amar (kata kerja perintah); ia mengandung perintah agar sesuatu terjadi ”yakunu” adalah fiil mudhori; ia mengadung pengertian sesuatu sedang terjadi dan akan terjadi. Dan sunnatullah itu dijamin tidak akan berubah selamanya sesuai dengan sabdaNya dalam ayat 23 Surah Al Fath:
23. Sebagai suatu sunnatullah[1403] yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan peubahan bagi sunnatullah itu.
*Oleh : M.Teguh, S.Ag. Materi dapat didownload di http://pabisa.co.cc
8