PENDAHULUAN
Latar Belakang Sektor pertanian sudah seharusnya mendapat prioritas dalam kebijaksanaan strategis pembangunan di Indonesia. Selama lebih dari 30 tahun terakhir, sektor pertanian di Indonesia, masih berperan penting baik dari kontribusinya terhadap PDB dan devisa non-migas, maupun dalam penyerapan surplus tenaga kerja. Meski pangsa sektor pertanian terhadap PDB terus menurun menjadi 15,94% dibanding pangsa sektor industri sekitar 23,63% tahun 20021, namun dalam hal penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian masih tetap yang tertinggi. Kenyataan tersebut mencerminkan masih pentingnya peranan sektor pertanian sehingga patut menjadi prioritas pembangunan ekonomi, termasuk pembangunan infrastruktur penunjang pertanian di pedesaan2. Sektor pertanian, sebagai sumber utama pendapatan rumahtangga di pedesaan, terlebih setelah krisis ekonomi melanda dunia. Hal ini menunjukkan ketangguhan sektor pertanian dalam menunjang perekonomian nasional dan penyerap surplus tenaga kerja. Di samping itu, mayoritas penduduk Indonesia hidup di pedesaan dengan usaha pertanian sebagai sumber matapencaharian utama mereka. Kondisi perekonomian nasional yang belum stabil, berdampak pada belum mampunya sektor di luar pertanian menyediakan lapangan kerja yang dibutuhkan. Keadaan ini turut menjadikan sektor pertanian sebagai penampung melimpahnya para pencari kerja. Seiring meningkatnya angkatan kerja baru dalam penawaran (supply) di pasar tenaga kerja dan perkembangan teknologi, sarana komunikasi dan transportasi, mendorong mereka berusaha mencari pekerjaan di luar sektor pertanian. Keadaan ini juga dipengaruhi makin sempitnya lahan pertanian yang dapat mereka usahakan akibat tingginya konversi ke non-pertanian, serta relatif kecilnya pendapatan dari usahatani semata. Dengan kondisi demikian salah satunya mencerminkan keterbatasan (miskin secara ekonomi) yang umum melekat pada petani, sehingga pengembangan diversifikasi usaha sebagai sumber pendapatan rumahtangga di pedesaan sangat perlu dilakukan. 1 2
BPS, 2000-2003. Data Pendapatan Nasional. Simatupang, et al. 2004.
1
Keberagaman pendapatan yang diperoleh dari diversifikasi usaha rumahtangga salah satunya digambarkan pedesaan Jawa Barat, dimana sekitar 20,6% berasal dari usaha sendiri (dagang, dan usaha lain). Dari usaha buruh non-pertanian sebesar 21,5% (termasuk PRT, TKI, pengamen, pedagang asongan, pengemis, pemulung). Pendapatan utama sebesar 51% tetap masih berasal dari sektor pertanian.3 Dengan demikian, diversifikasi usaha sebagai sumber pendapatan rumahtangga perlu dipandang sebagai suatu kekuatan dan peluang yang harus diberdayakan dan dikembangkan ke arah yang bersifat usaha mandiri. Meski demikian, aset sumberdaya pertanian yang dikuasai petani perlu dikelola secara optimal, agar produktif dan mampu meningkatkan pangsa sektor pertanian terhadap sumber utama pendapatan rumahtangga petani. Adanya kecenderungan makin menurunnya jumlah anggota rumahtangga yang bekerja di sektor pertanian4, menunjukkan kegiatan ekonomi sebagian masyarakat petani di pedesaan beralih ke sektor luar pertanian. Kecilnya pendapatan dari usahatani semata memicu rumahtangga untuk mencari tambahan pendapatan dari luar pertanian. Pekerjaan non formal, seperti: tukang/buruh bangunan, dagang, industri rumahtangga, PRT (Pembantu Rumah Tangga), pengamen, pengemis, pemulung, atau menjadi TKI (Tenaga
Kerja
Indonesia),
mengindikasikan
terdapatnya
diversifikasi
usaha
rumahtangga sebagai sumber pendapatan di pedesaan. Namun, sektor pertanian tetap mereka pertahankan sebagai sumber pendapatan utama. Belum stabilnya kondisi sosial politik dalam negeri, dan belum pulihnya perekonomian di sektor riil, serta sempitnya lapangan kerja di Indonesia telah memicu tingginya tingkat pengangguran. Kondisi tersebut mencerminkan makin meningkatnya penduduk miskin, menganggur/sulit mendapat pekerjaan. Bagi mereka, menjadi TKI merupakan keputusan tepat, dipicu fakta/berita bahwa bekerja ke luar negeri memberi prospek dan gaji lebih baik. Fakta demikian dapat menjadi penarik dan pendorong bagi pekerja migran sebagai upaya memperoleh pendapatan dalam ketidakberdayaan di negara asal. Hal ini juga mengindikasikan terjadinya perubahan perilaku ekonomi dan orientasi kerja masyarakat. 3 4
Susilowati, et al. (2002). Hasil penelitian Yusdja, et al (2003).
2
Di era globalisasi kini, TKI menjadi momentum fenomenal yang dilematis, sebab dengan keterbatasan tingkat pendidikan dan ketrampilan, mereka nekad pergi bekerja ke negara lain yang penuh resiko demi meraih kehidupan yang memadai dan berkecukupan. Pilihan yang fenomenal dan dilematis tersebut sebagai salah satu solusi mereka memperoleh pendapatan rumahtangga. Terutama bagi mereka yang tidak lagi memiliki lahan memadai untuk melakukan usahatani secara subsisten sekalipun. Di sisi lain, remitans yang dihasilkan para TKI telah menjadi kontribusi pendapatan yang sangat besar terhadap devisa non-migas negara Indonesia. Nyatanya, ratusan milyar rupiah yang mereka sumbangkan, baik secara langsung (resmi) atau tidak langsung melalui remitans (kiriman uang), yang harus diakui keberadaannya. Bekerja di luar negeri sebagai TKI, juga memiliki potensi besar sebagai alternatif penyerap surplus tenaga kerja di dalam negeri. Keadaan ini dapat merupakan bukti sebagai salah satu solusi dari keterbatasan pemerintah dalam menyediakan lapangan pekerjaan bagi penduduk yang termasuk angkatan kerja. Kebijakan sebagai bentuk keberpihakan pemerintah untuk mengantisipasi dan melindungi keberadaaan mereka di luar negeri dan memperkecil resiko ketertindasan dari berbagai pihak terkait. Untuk mengetahui peran remitans dan diversifikasi usaha rumahtangga di pedesaan
yang
dapat
dikembangkan
terkait
dengan
peningkatan
pendapatan
rumahtangga petani di pedesaan, maka penelitian mengenai remitans bekerja dari luar negeri dan diversifikasi usaha rumahtangga di pedesaan ini dilakukan. Studi ini diharapkan dapat menggerakkan masyarakat pedesaan untuk mampu menangkap potensi dan peluang kesempatan kerja dan berusaha di luar usahatani itu sendiri melalui berbagai diversifikasi usaha rumahtangga di pedesaan. Diversifikasi usaha tersebut selama ini mungkin tidak disadari telah mereka lakukan, diupayakan untuk dikembangkan sebagai sumber pendapatan rumahtangga.
Perumusan Masalah Terdapatnya keberagaman usaha sebagai diversifikasi usaha rumahtangga yang terkait dengan sumber pendapatan rumahtangga di pedesaan, seperti: 1) bekerja dari luar negeri (TKI) semakin berperan sebagai sumber pendapatan rumahtangga melalui
3
remitans kepada keluarga di desa asal; 2) adanya indikasi fleksibilitas kinerja ketenagakerjaan dan kesempatan kerja di luar pertanian, terkait dengan TKI. Relatif kecilnya skala penguasaaan dan pengusahaan lahan oleh petani akan menyebabkan kekurangefisienan sistem usahatani. Disamping itu, kendala fisik lahan dan iklim, kondisi infrastruktur yang kurang memadai turut mengurangi akses petani terhadap pasar input dan output, yang akhirnya mempengaruhi rendahnya pendapatan rumahtangga dari usahatani. Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka beberapa permasalahan yang coba dirumuskan dalam penelitian ini, yakni: 1) bagaimana peran remitans TKI terhadap pendapatan rumahtangga dan mobilitas sosialnya di pedesaan; 2) bagaimana kontribusi pendapatan on-farm, off-farm, dan non-farm terhadap pendapatan rumahtangga di pedesaan; 3) bagaimana hubungan diversifikasi usaha rumahtangga terhadap penguasaan dan pengusahaan lahan, tingkat pendidikan, dan pendapatan di pedesaan; 4) bagaimana dinamika dan pergeseran struktur ketenagakerjaan di lokasi penelitian. Dengan demikian, penelitian mengenai remitans bekerja dari luar negeri dan diversifikasi usaha rumahtangga di pedesaan ini dilakukan, dan diarahkan untuk menghasilkan berbagai saran dan implikasi kebijakan terkait dengan hubungan diversifikasi usaha dengan pendapatan rumahtangga sebagai sumber usaha peningkatan pendapatan , termasuk peran remitansi dan peluang mobilitas sosial TKI di pedesaan.
Justifikasi Pelaksanaan pembangunan di berbagai bidang telah membawa dampak terjadinya berbagai perubahan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat, seperti: penggunaan teknologi (adop teknologi usahatani), penguasaan dan pengusahaan aset produksi, pola berpikir, pendapatan. Perubahan tersebut berhubungan dengan perubahan terhadap: norma dan tatanilai; terkait dengan pola perilaku sosial, ekonomi dan konsumsi; menyangkut struktur kesempatan kerja; serta berdampak pada makin tergesernya masyarakat desa (terpinggirkan) yang tergolong miskin secara ekonomi. Lebih lambatnya kemampuan mereka dalam mengantisipasi perubahan berdampak pada
4
ketimpangan penyebaran pendapatan yang semakin tidak terhindarkan, meningkatnya pengangguran, serta berbagai dampak terkait lainnya. Pertumbuhan perekonomian yang pesat di Indonesia akibat pelaksanaan pembangunan, telah menyebabkan perubahan struktur ekonomi sektoral. Meski demikian, belum sepenuhnya mampu diimbangi pergeseran struktur tenaga kerja. Hal ini mengindikasikan bahwa laju pergeseran tenaga kerja relatif lebih lambat dibanding laju pergeseran ekonomi sektoral; dimana titik balik untuk aktivitas ekonomi di Indonesia lebih dulu tercapai dibanding titik balik penggunaan tenaga kerja (labour turning point).5 Problema penciptaan lapangan pekerjaan di pedesaan tampaknya selalu menjadi tantangan berat bagi pembangunan pertanian. Hal ini dilandasi oleh kurang mampunya sektor non-pertanian menyerap limpahan tenaga kerja, makin terbatasnya lahan pertanian yang dapat diusahakan akibat tingginya konversi (alih fungsi) lahan ke nonpertanian yang terus berlangsung. Beberapa penyebab tingginya tingkat konversi lahan adalah dikarenakan kebutuhan lahan untuk kawasan industri, prasarana ekonomi, dan pemukiman yang semakin meningkat. Petani di Indonesia secara umum menguasai dan mengusahakan lahan yang relatif sempit (bahkan landless), sehingga pendapatan yang diperoleh hanya dari usahatani relatif kecil. Pada kondisi tersebut, petani sering tidak mampu mencukupi kebutuhan dasar rumah tangga. Oleh karena itu, diversifikasi usaha rumahtangga diharapkan dapat memberi peluang bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteraannya (bukan sekedar subsisten belaka). Salah satu alternatif yang dipilih para tenaga kerja di pedesaan sebagai diversifikasi usaha rumahtangga mereka adalah bekerja di luar negeri menjadi TKI. Berbagai bukti keberhasilan para TKI yang dapat mengangkat status sosial ekonomi keluarganya, yang diperoleh dari teman dan kerabat yang pernah ataupun masih bekerja sebagai TKI, penjadi faktor penarik dan pendorong minat mereka untuk menjadi TKI. Meski dengan nekad menghadapi berbagai bahaya dan resiko yang mungkin akan dihadapi di negara lain, asalkan dapat bekerja dan memperoleh pendapatan yang memadai, merekapun berangkat bekerja ke luar negeri. Bekerja di luar negeri (TKI) 5
Seperti yang dikemukakan Manning (1995).
5
secara mikro dapat meningkatkan taraf hidup TKI maupun rumahtangganya. Imbasan pendapatan TKI dan remitansnya terhadap lingkungan antara lain dengan membantu finansial pembangunan tempat ibadah di sekitar tempat tinggalnya. Dilihat dari sisi devisa yang dihasilkan (inflow) dan kontribusi pendapatan diberikan (dihitung berdasarkan remitansinya), secara makro cukup mendukung keuangan negara.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran lebih komprehensif tentang diversifikasi usaha rumahtangga yang berperan dan berpeluang dikembangkan sebagai peningkatan pendapatan rumahtangga di pedesaan, dengan: 1. Menganalisis peran remitans bekerja dari luar negeri (TKI) terhadap pendapatan rumahtangga dan mobilitas sosial TKI di desa asal; 2. Menganalisis kontribusi pendapatan on-farm, off-farm, non-farm sebagai diversifikasi usaha terhadap pendapatan rumahtangga di pedesaan; 3. Menganalisis diversifikasi usaha rumahtangga terhadap penguasaan dan pengusahaan lahan, tingkat pendidikan, dan pendapatan di pedesaan. 4. Mengungkap dinamika dan pergeseran struktur ketenagakerjaan di lokasi penelitian.
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan: 1. Menambah wawasan dan wacana pengetahuan peneliti maupun pembaca mengenai peran remitans bekerja dari luar negeri terhadap pendapatan rumahtangga di pedesaan dan mobilitas sosial TKI di daerah asal; kontribusi pendapatan on-farm, off-farm, dan non-farm terhadap pendapatan rumahtangga di pedesaan; hubungan diversifikasi usaha rumahtangga terhadap penguasaan dan pengusahaan lahan, tingkat pendidikan, dan pendapatan di pedesaan; kondisi dinamika dan pergeseran struktur ketenagakerjaan di lokasi penelitian;
6
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi penyusun kebijakan strategi pembangunan pertanian dan pedesaan terkait sumber pendapatan rumah tangga di pedesaan dan sumberdaya manusia yang lebih tepat dan lebih berpihak; 3. Sebagai informasi yang dapat dimanfaatkan untuk penelitian lanjutan dalam pengkajian yang berkaitan dengan tema penelitian ini.
Defenisi dan Batasan Operasional •
Pertanian adalah aktivitas masyarakat dalam mengusahakan, mengolah, mengelola, dan memanfaatkan tanah untuk dapat menghasilkan bahan makanan atau bahan lain yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup.
•
Aktivitas pertanian adalah salah satu kegiatan campur tangan masyarakat terhadap alam melalui usaha memodifikasi ekosistem (alam: lingkungan, iklim, tanah) agar memperoleh manfaat (produksi) yang diinginkan.
•
Buruh tani adalah seseorang bekerja di bidang pertanian, baik memiliki dan atau tidak memiliki tanah pertanian, sehingga bekerja dengan menerima upah, baik sebagai pekerjaan utama dan atau sampingan.
•
Rumahtangga adalah satuan unit keluarga terkecil dalam masyarakat yang berdiam dalam satu tempat tinggal, yang umumnya terdiri dari keluarga inti (suami/KK, istri dan anak-anak).
•
Remitans adalah kiriman uang kepada keluarga di daerah asal yang umumnya merupakan sebagian dari gaji/pendapatan si TKI selama bekerja di luar negeri.
•
Pendapatan adalah imbalan atau penghasilan selama sebulan baik berupa uang maupun barang yang diterima seseorang yang bekerja dengan status pekerja bebas di pertanian atau pekerja bebas di non pertanian.
•
Pendapatan Rumah Tangga adalah pendapatan yang diterima oleh rumahtangga, yang diperoleh kepala keluarga dan anggota rumahtangga; dapat berasal dari balas jasa tenaga kerja (upah/gaji, keuntungan, bonus, bagi hasil, dll) dan pendapatan yang berasal dari pemberian pihak lain (transfer/kiriman uang).
•
Kontribusi adalah besarnya sumbangan yang dapat diberikan pada suatu waktu dan keadaan.
7
•
Kontribusi pendapatan mengindikasikan besarnya andil atau peran setiap jenis usaha dalam memberikan pendapatan (sumbangan penghasilan) terhadap pendapatan suatu rumahtangga.
•
Diversifikasi usaha rumahtangga adalah berbagai/keberagaman usaha sebagai upaya untuk memperoleh pendapatan ataupun sebagai tambahan/peningkatan pendapatan suatu rumahtangga.
•
Tenaga kerja adalah setiap orang (laki-laki atau wanita) berusia 15 tahun ke atas yang sedang dan atau akan melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup dan masyarakat.
•
Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.
•
Kesempatan kerja adalah lowongan pekerjaan yang dapat diisi oleh tenaga kerja yang sedang mencari pekerjaan; mengandung pengertian lapangan pekerjaan dan kesempatan untuk bekerja, yang ada dalam suatu kegiatan ekonomi (produksi). Dengan demikian, kesempatan kerja adalah termasuk lapangan pekerjaan yang sudah diduduki dan masih lowong. Tingkat kesempatan kerja diukur sebagai persentase orang yang bekerja terhadap jumlah penduduk yang termasuk angkatan kerja.
•
Tingkat partisipasi angkatan kerja adalah perbandingan antara jumlah angkatan kerja dan jumlah seluruh penduduk usia kerja.
•
Dinamika dan pergeseran struktur ketenagakerjaan adalah perubahan (naik/ turun) dan beralihnya suatu susunan, arah ataupun orientasi tenaga kerja, yang diperlukan di dalam suatu perekonomian pada suatu waktu tertentu, yang dirinci menurut jenis pekerjaan atau profesi, tingkat kualifikasi dan jumlah pekerjaan yang tersedia atau yang diperlukan.
8