PENCITRAAN TRAKTUS UROGENITAL Pencitraan ( imaging ) trakrus urogenital merupakan pemeriksaan yang essential dalam proses diagnosa dan terapi penyakit urologi. Dengan pemeriksaan ini didapatkan informasi tentang anatomi, fungsi dan fisiologi traktus urinarius. Pencitraan traktus urinarius yang konvensional meliputi foto polos abdomen, urography intravena, sistografi, loopography dan urethrograpy retrograd. Pemeriksaan imaging yang mutakhir meliputi ultrasonography, computed tomograpy, magnetic resonance imaging, nuclear scintigraphy dan positron emission tomography. PENCITRAAN UROLOGI KONVENSIONAL.
Walaupun armamentarium untuk pencitraan urologi mengalami kemajuan dan perkembangan yang sangat pesat, cara pemeriksaan yang konvensional, yang lama, tetap mempunyai peranan yang penting. Foto polos abdomen. Pemeriksaan ini juga merupakan foto pemandu, merupakan survey primer untuk penilaian awal adanya proses patologi di traktus urinarius atau dalam abdomen. Pemeriksaan ini juga merupakan foto awal dari suatu urography dengan kontras. Foto polos abdomen sering pula disebut sebagai KUB, BNO, dan BOF yang masing-‐masing merupakan singkatan dari Kidney, Ureter and Bladder Foto, Blaas Nier Overzicht, Buik Overzicht Foto. Pada foto polos abdomen terdapat beberapa densitas radiography yang berbeda :
-
Udara berwarna hitam
-
Kalsifikasi berwarna putih
-
Jaringan lunak berwarna abu-‐abu
Dengan memperhatikan densitas radiography tersebut, struktur intra abdomen dapat dibedakan. Kalsifikasi atau bayangan radioopak dapat merupakan bayangan dari batu di sepanjang traktus urinarius, kalsifikasi divaskular yang disebut phlebolith. Densitas yang Meningkat dari struktur tulang dapat disebabkan oleh proses osteoblastik pada metastase karsinoma prostat. Batu asam urat yang bersifat radiolusen dan batu radiopak yang super impose dengan struktur tulang sulit dilihat dengan foto polos abdomen. Cara pembacaan foto ini secara sistematis mengikuti 4S, yaitu : -
Side : -‐Batas sisi kiri dan kanan harus mencakup seluruh abdomen.
-‐Batas atas harus mencakup outline kedua ginjal. -‐Batas bawah ( caudal ) harus mencakup batas bawah tulang panggul ( Kalau perlu dengan 2 foto ). -
Sekeleton : Seluruh struktur tulang harus diperihatikan secara sistematis
-
Soft tissue : Diperhatikan kontur dari kedua ginjal, garis muskulus psoas dan kontur dari buli-‐buli.
-
Stone : perhatikan adanya bayangan opak pada sistem traktus urinarius mulai dari ginjal sampai buli
Kelebihan dan kekurangan foto polos abdomen: -
Peranan foto polos abdomen belakangan menjadi berkurang karena keberadaan Ultrasosographi dan teknik imaging lain yang lebih kompleks.
-
Foto polos abdomen memang bukan sarana yang ideal untuk diagnosa. Tetapi walaupun begitu pemeriksaan ini merupakan sarana yang ekonomis untuk follow
up batu saluran kemih opak, untuk mendeteksi benda asing yang opak dan untuk melihat posisi dari stent dan drain. PENCITRAAN UROLOGI DENGAN KONTRAS. Bahan kontras: Setelah sinar X diketemukan maka langkah berikutnya adalh berusaha mendapatkan visualisasi dari traktus urinarius. Pada tahun 1905 Voelcher dan Von Lichtenberg dari Jerman membuat sistogram dengan menggunakan larutan koloid perak, dan tahun berikutnya mencoba melakukan retrogade pyelography dengan bahan kontras yang sama. Kekurangan dari bahan kontras larutan Silver ini ialah sulit pembuatannya dan traumatis untuk ginjal. Pada tahun 1923 Osborne dan kawan-‐kawan melaporkan pemeriksaan intravena urography menggunakan larutan sodium jodide 10% sebanyak sekitar 20 gram garam yodium, visualisasi dari kandung kemih cukup baik tetapi opasitas dari traktus urinarius bagian atas tidak cukup jelas. Kemajuan yang cukup berarti terjadi pada sekitar tahun 1950-‐an dimana berhasil dibuat larutan kontras berjodium derivat dari 2,4-‐6 triiodinated dengan gugusan karboksil pada rantai 1, dengan menghilangkan gugus karboksil dan menambahkan gugus hidroksil diperoleh suatu kontras dengan osmolaritas rendah sehingga kurang nephrotoksik. Reaksi karena kontras media dapat berupa alergi, gangguan vaskular dan nephrotoksik. Angka kejadian reaksi kontras mencapai 12 % dan 3 % bila menggunakan non ionik kontras media. Sebagian reaksi kontras bersifat ringan saja dan dapat berupa nausea, vomiting, urtikaria dan edema daerah muka. Reaksi ini biasanya teratasi degan pemberian antihistamin. Bila terjadi bronkospasme diberikan β adrenergik agonist atau epineprine. Reaksi yang berat dapat menimbulkan shock dan perlu hospitalisasi. Bahan kontras dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal akut dan disebut sebagai Contrast Induced Nepropathy ( CIN ). Resiko CIN meningkat bila terdapat preexisting
renal insuffisiency lebih lagi bila terdapat faktor dehidrasi sewaktu dilakukan pemeriksaan. Penggunaan non ionik kontras juga mengurangi CIN. Bila fungsi ginjal normal kejadian CIN kurang dari 1 %. 1. Intravenous Pyelography : Intravenous Pyelography ( IVP ) adalah visualisasi traktus urinarius dengan menyuntikkan kontras intravena. Indikasi IVP sangat banyak misalnya, untuk mengetahui keadaan parenkim ginjal, sistem pyelokaliks, ureter dan kandung seni. Pemeriksaan ini digunakan untuk follow up hematuria dan urolithiasis. Belakangan peranan IVP menurun sejalan makin seringnya dilakukan pemeriksaan CT Scan. Persiapan penderita: Bila perlu dilakukan test kehamilan , persiapan usus walaupun tidak mutlak perlu dilakukan untuk memperjelas visualisasi pelviokaliks sistem. Makanan cair mulai dilakukan sejak 24 jam sebelum pemeriksaan kemudian diberikan laxan/urus-‐urus atau enema. Persiapan usus mutlak dilakukan pada pasien dengan obstipasi kronis atau gangguan neurologis usus. Dehidrasi memperbaiki visualisasi kontras tetapi meningkatkan resiko CIN. Penghentian intake cairan 6-‐8 jam sebelumpemeriksaan cukup untuk visualisasi yang optimal. Tehnik. Setelah pemeriksaan termasuk test alergi terhadap jodium, sebelum kontras disuntikkan dibuat foto polos abdomen dalam posisi telentang ( supine ). Setelah hasil foto dinilai memenuhi syarat dilanjutkan dengan penyuntikan kontras sebanyak 50-‐ 100 ml melalui jarun 18 G secara bolus atau drip. Segera setelah itu dibuat foto, ini untuk melihat nephrogram, kalau perlu dilakukan tomography 5 menit setelah injeksi kontras dibuat foto untuk melihat opasitas dari pelviokalik sistem. Kompresi abdomen dapat memperjelas visualisasi sistem kaliks. Selanjutnya dibuat foto 15 menit dan 30
menit. Foto 30 menit dibuat dengan film besar untuk menilai seluruh ureter dan kandung kemih berdasarkan sistography. Bila perlu dibuat sistography dalam posisi oblik. Setelah itu dibuat lagi foto miksi. Foto-‐foto yang lain tergantung masing-‐masing kasus. Bila terdapat indikasi bersaing antara pencitraan traktus urinarius dan traktus digestivus maka IVP dikerjakan lebih dulu. 2. Retrograd pyelograpy ( RPG ) RPG adalah visualisasi imagine dari ureter dan pelviokaliks sistem secara retrogade, melalui sistoskopi dimasukkan ureter kateter ke dalam muara ureter, kalau perlu sampai pelviokaliks sistem dan diikuti penyuntikan kontras Indikasi Retrogad pyelography adalah bila dengan pemeriksaan lain yang kurang invasive misalnya IVP informasi tentang ureter belum cukup. Selain itu RPG seringkali dilakukan sebagai bagian awal dari ureteroskopi dan perkutaneus nephrolitotripsi.. 3. Antegrade pyelography ( APG ) APG adalah pencitraan PKS dan ureter dengan jalan memasukkan kontras melalui kateter nephrostomi 4. Sistourethrography : Sistourethrography adalah pencitraan dengan kontras untuk evaluasi traktus urinarius bagian bawah. Sistourethrography terdiri dari 3 macam pemeriksaan: a. Sistography static. b. Sistography voiding c. Urethrography retrogade
a. Sistography static Indikasi : Untuk mengetahui apakah terdapat : -
ruptur buli-‐buli
-
Fistel dari buli
-
Lesi didalam buli-‐buli ( space occupying lession )
-
Evaluasi anastomose vesikourethra
Tehnik: Dimulai dengan membuat foto polos abdomen, kemudian melaui kateter dimasukkan sebanyak 200-‐400 ml kontras dan dibuat foto posisi AP dan oblique. Sebaiknya pengisian kontras dimonitor dengan fluoroskopi. Setelah itu dibuat foto post drainage. b. Sistography voiding Sering pula disebut sebagai voiding cystourethrography ( VCUG ) atau mictie cystourethrograpy ( MCUG ) Indikasi : untuk melakukan evaluasi vesiko urethra secar anatomi dan fungsional. Ini biasanya dilakukan pada anak-‐anak dengan ISK berulang untuk mencari causaprimernya seperti: VUR, value ( klep ) urethra dan ureterocele. Tehnik : Dibuat foto polos abdomen Kontras dimasukkan melalui kateter atau feeding tube ch 8 Jumlah kontras : { usia ( tahun ) + 2 } X 30 ml.
Setelah itu dibuat foto pada saat pasien miksi Foto oblique penting untuk deteksi refluks grade 1 c. Urethrography retrogade Indikasi : untuk evaluasi urethra, misalnya untuk evaluasi urethra striktur atau ruptur urethra Tehnik : Foley catheter ch 8 dimasukkan dan balon dikembangkan di fossa navicularis kemudian sebanyak 50 ml kontras dimasukkan pelan-‐pelan. Foto dibuat dalam posisi obligue dengan penis diregangkan secukupnya sehingga sudut penoskrotal hilang, dapat pula dikerjakan dengan bantuan klem Broadney. 5. Loopography Loopography adalah pencitraan dengan kontras pada pasien dengan urinary conduit. Kontras melalui kateter dimasukkan kedalam loop/stoma urine Indikasi untuk melakukan evaluasi terhadap conduit urine khususnya bila ada masalah. 6. ULTRASONOGRAPHY ( USG ) USG yaitu pencitraan dengan menggunakan gelombang high frequency . USG traktus urogenital sangat sering digunakan dalam proses diagnosa dan terapi penyakit urologi. Beberapa kelebihan dari pemeriksaam ini adalah tidak invasive, tidak menimbulkan nyeri, tanpa radiasi, memberikan gambaran anatomik yang cukup akurat, alat mudah didapat dan biaya pemeriksaaan relatif murah. Kekurangan dari pemeriksaan USG adalah operator dan alat dependent, tidak
memberi informasi fungsi ginjal, tidak bisa untuk deteksi non delated ureter, memerlukan acoustic window. Tranducer yang biasa digunakan adalah berbentuk convex dengan frekuensi antara 3,5-‐5 MHz. Untuk pencitraan organ yang superfisial misalnya testis/intrascrotal diperlukan frekuensi yang lebih tinggi. Tranduser menghasilkan gelombang suara ultra dan ditransmisikan ke dalam tubuh, oleh tubuh tergantung jaringannya, gelombang mengalami refleksi, refraksi maupun absorbsi. Udara akan merefleksi seluruh gelombang, artinya tidak bisa menghantarkan gelombang. Tulang mengabsorpsi seluruh gelombang. Gelombang echo ditangkap lagi oleh receiver didalam tranducer dan dikirimkan ke alat USG untuk diolah jadi gambar. a. USG Ginjal : USG memberikan data yang amat baik atas keadaan parenkim ginjal, dapat membedakan massa yang solid atau kistik dan juga untuk evaluasi dan menetukan derajat hidroneprosis. Selain itu USG berguna untuk evaluasi allograft dan batu ginjal. Batu ginjal ditandai dengan area hyperechoic dengan acoustic shadow, fat perirenal, kortek dan medula ginjal dapat dibedakan dengan jelas pada gambar USG. Pemeriksaan dengan doppler ( color ) dapat dipakai untuk menilai vaskularisasi dan aliran darah ginjal. b. USG Adrenal : Dengan USG dapat dideteksi beberapa kelainan dari kelenjar adrenal seperti adanya tumor, kista dan perdarahan. Kelenjar adrenal kanan lebih mudah diperiksa daripada yang kiri. Pemeriksaan dengan CT Scan dan MRI memberikan hasil yang lebih bagus daripada USG. c. USG Buli-‐buli Pemeriksaan USG buli-‐buli biasanya dikerjakan bersama dengan USG Ginjal dan disebut USG Urologi. Indikasi dari pemeriksaan ini adanya lesi intravesika, misalnya tumor buli-‐buli, batu buli-‐buli, ureterocele, pembesaran prostat, khususnya yang
intravesika, batu diuereter ostia atau bladder neck, bekuan darah intravesika, pengukuran sisa urin, kapasitas buli dan lain-‐lain. Tranduser atau probe untuk pemeriksaan buli-‐buli ada beberapa macam yaitu : tranabdominal, tranurethral, transvagina, dan transrectal. Pemeriksaan USG Buli-‐buli sebaiknya dikerjakan pada saat kandung kemih berisi optimal, tidak kososng dan tidak terlalu penuh. d. USG Prostat : USG Prostat paling baik dikerjakan dengan menggunakan probe transrectal. Dengan pemeriksaan ini volume dapat diukur dengan mengkalkulasikan panjang, lebar dan tinggi. Alat USG generasi terakhir dapat menghitung volume prostat secara langsung. Bila terdapat area hipoechoic sangat dicurigai adanya Ca Prostat. Ektensi dari Ca Prostat juga dapat diketahui dengan pemeriksaan USG ini. e. USG Scrotum. Pemeriksaan ini merupakan procedure of choise dalam diagnosa patologi intrascrota. Organ intrascrotal lokasinya superfisial karena itu probe yang digunakan adalh yang high frequency ( 7,5-‐10 MHz ). Pemeriksaan dengan Color Doppler ultrasound dapat menilai flow ( aliran ) darah intrascrotal misalnya refluks dan kongesti pada varicocele dan tidak adanya flow pada testis yang mengalami torsio f. USG Urethra USG pada urethra pria dapat untuk menilai panjangnya stiktur dan luasnya jaringan fibros. 7. COMPUTED TOMOGRAPHY SCAN (CT Scan) Belakangan ini peranan CT Scan dalam pemeriksaan traktus urogenital makin luas, makin penting dan makin sering digunakan. Pemeriksaan ini sangat berguna untuk pencitraan adrenal ginjal dan evaluasi urolithiasis. Dibandingkan IVP hasil
pemeriksaan CT Scan memberikan visualisasi yand lebih baikparenkim ginjal dan organ sekitarnya. Teknologi alat CT Scan juga mengalami perkembangan dan perbaikan yang kontinyu, dimulai dari alat yang konvensioanl kemudian helical/spiral CT dan terakhir adalah Multislices CT Scan. Pemeriksaan CT Scan dapat dikerjakan tanpa kontras ataupun dengan kontras. Kontras dapat diberikan peroral untuk memberikan opasitas pada organ cerna sehingga mudah dibedakan dengan traktus urinarius tetapi mempersulit evaluasi urolithiasis. Kontras intravena seperti pada pemeriksaan IVP. a. CT Scan Ginjal : Pencitraan ginjal dengan CT Scan terdiri dari beberapa fase, yaitu fase pra kontras ( unenhanced phase ), fase kortio medular, fase nephrogenic dan fase pyelographik. Pada fase pra kontras dapat diketahui adanya urolithiasis, keadaan parenkim, kalsifikasi vaskular dan kontur dari ginjal. Fase kortikomedular, 30 detik setelah injeksi kotras dapat dilihat kortak dan medula seratus detik setelah kontras dimasukkan , masuk ke fase nephrographik dimana nephrogram menjadi sangat jelas. Pada fase ini sangat baik menilai suatu massa didalam ginjal. Bila kontras telah memasuki pyelumdisebut sebagai fase pyelographik. Pada foto CT Scan akan tampak ginjal dikelilingi lemak perirenal yang berwarna gelap. Kapsul ginjal tidak bisa dibedakan dengan parenkim. Parenkim ginjal yang normal adalah homogen pada tiap fase. Vena renalis kiri berjalan di anterior aorta dan berada di posteroinferior ( caudal ) dari a. Mesenterica superior. Vena renalis kanan berada di posterolateral dari V kava inferior dan A renalis kiri lebih kecil dan berada di posterior dari V Renalis. Struktur yang berada disekitar ginjal kanan adalah hepar, duodenum, colon ascenden, kandung empedu, dan caput pancreas. Ginjal kiri berada dekat kauda pancreas, lien dan colon descenden. b. CT Scan Adrenal : Lesi di kelenjar adrenal seringkali terdeteksi secara insidental sehingga sering disebut insidentaloma. Keadaan patologi yang dapat mengenai adrenal adalah
keganasan baik primer maupun metastase dan fungsional adenoma seperti pheokromositoma. Bila densitas massa adrenal kurang dari 0 Hounsfield Unit ( HU ) pada fase pra kontras dicurigai adenoma. Bila densitas lebih dari 20 HU mungkin suatu metastase. Pencitraan dengan MRI memberi gambar lebh baik dari CT Scan. c. CT Scan Kandung Seni Hasil Scanning kandung seni sangat tergantung pada volume pengembangan kandung seni. Kandung seni yang kosong tidak banyak memberi informasi karena kolaps. CT Scan Prostat dan Vesikula seminalis : CT Scan jarang digunakan untuk pencitraan kelenjar prostat dan vesikula seminalis. TRUS dan MRI memberikan gambaran yang lebih baik. d. CT Scan IVP : CT Scan dengan kontras merupakan alternatif dari IVP. Setelah fase pyelogram CT Scan IVP ini dapat memberikan gambaran yang jelas dari ureter. Indikasi yang kuat untuk menggunakan CT Scan IVP adalah untuk mengevaluasi hematuri. e. CT Scan Angiography : CT Scan Angiography merupakan cara non invasive untuk melakukan pencitraan vaskulatur ginjal, tanpa harus mengakses langsung arteri renalis. Kontras disuntikkan dengan cepat dan dibuat Scan pada fase arterial. Dengan helical/spiral atau MS Scan bayangan tulang dan soft tissue dapat dieliminisasi sehingga hanya tampak vaskuler ginjal. Indikasi CT Angiography adalah persiapan donor nephrektomi, pemeriksaan anomali vaskulaar penyebab UPJ Stenosis dan hipertensi renal.
8. Magnetic Resonance Imaging ( MRI ) MRI adalah pencitraan tomographik berdasarkan perubahan/perbedaan gelombang magnet. Pemeriksaa dengan alat ini tidak perlu radiasi, tidak perlu kontras sehingga aman untuk penderita insufisiensi fungsi ginjal. Untuk pencitraan jaringan lunak ( soft tissue ). Gambar yang dihasilkan jauh lebih baik dibanding CT Scan. Beberapa kelebihan MRI dibanding CT Scan adalah : 1. Memberikan gambar yang lebih baik untuk jaringan lunak. 2. Tidak ada radiasi. 3. Tidak terhalang oleh fungsi ginjal. Kekurangan dari MRI adalah : 1. Tidak bisa untuk evaluasi urolithiasis. 2. Tidak bisa dilaksanakan bila pasien dengan pacemaker, atau adanya metal lain dari tubuhnya. 3. Biaya pemeriksaan mahal. 4. 9. SCINTIGRAPHY DENGAN NUKLIR Pencitraan dengan radionuklir dapat dipakai untuk mengetahui fungsi, fisiologi dan anatomi dari ginjal. Penggunaan Sinar X pada pemeriksaan ini jauh lebih minimal bila dibandingkan dengan pencitraan lain yang menggunakan sinar X. Radionuklir yang disuntikkan pada penderita akan dideteksi dan dihitung oleh gamma kamera dan diolah oleh ’ complex digital workstation ’ sehingga bisa diinterpretasikan. Ada beberapa bahan radionuklir yang digunakan untuk pemeriksaan ini :
1. I131 yaitu I131 orthoiodohippurate. Ini bahan yang pertama kali dipakai dan efektif untuk mengetahui renal plasma flow, ekskresi dan obstruksi. Half lifenya 8 hari karena itu digantikan oleh : 2. Techmetium 99m dengan half life 6 jam dan memberikan gambar yang lebih bagus. Techmentium 99m ini dikombinasikan dengan senyawa protein, yaitu : a. Diethylene Triamine Pentacitic Acid ( DPTA ) → baik untuk mengevaluasi fungsi ginjal dan obstruksi. b. Mercaptoacetyltriglycine ( MAG 3 ) → 99mTcMAG3 → bahan ini baik untuk mengetahui : -‐ Renal plasma flow -‐ Renal Function -‐ Diuretic scintigraphy c. Dimercatosuccinic Acid ( DMSA ) → bahan ini terikat dengan parenkim ginjal karena itu, baik untuk pemeriksaan scan kortek ginjal, misalnya mengetahui scarring pada pyolephritis kronis. 10 . Diuretic Scintigraphy : Untuk mengetahui hidroneprosis karena suatu obstruksi atau bukan dapat dilakukan beberapa cara pemeriksaan yaitu IVP, Whitaker test, Retrogade pyelography dengan wash out foto dan diuretic scintigraphy. Dalam hal ini Diuretic scintigraphy paling tidak invasive. Setelah DPTA ata MAG 3 disuntikkan secara bolus dan tracer telah mencapai collecting system disuntikkan bahan diuretic dan kurva diamati.
7. Positron Emmision tomography ( PET ) scanning : PET scanning prinsipnya pengambilan fluorodeoxyglocose ( FDG ) oleh sel-‐ sel tumor. PET scanning untuk staging pada tumot kandung seni pernah dilaporkan. Keberhasilan untuk identifikasi keganasan lymphadenopathy lebih besar daripada staging pada lesi primer kandung seni. Penggunaan PET scanning untuk evaluasi nodul pada pembuluh lympe retroperitoneal dan kelainan gambaran radiography paska chemoterapi pada pasien tumor testis pernah dilaporkan, tetapi belum diketahui manfaatnya penggunaan PET scanning maupun CT untuk mendeteksi adanya nodul secara mikrokopi.Saat ini penggunaannya secara rutin pada staging Ca prostat tidak dianjurkan.
Modul : PENCITRAAN TRAKTUS UROGENITAL Mengembangkan kompetensi Sesi didalam kelas Sesi dengan fasilitas pembimbing Sesi praktek dan pencapaian kompetensi
Waktu ….. x 2 jam (classroom session) ….. minggu (coaching session) 12 minggu (facilitation and assessment)
Tujuan Umum Setelah mengikuti modul ini peserta didik mampu menguraikan latar belakang, melakukan pencitraan urologi diagnosis, mengetahui indikasi dan penatalaksanaan serta kontraindikasinya . Tujuan Khusus / Pembelajaran Setelah mengikuti sesi ini, setiap peserta didik diharapkan mampu untuk : 1. Menjelaskan indikasi pencitraan imaging urologi secara singkat. 2. Mengetahui langkah-‐langkah persiapan imaging yang diperlukan untuk mendiagnosa kasus urologi. 3. Melakukan pilihan yang tepat terhadap modalitas radiologi 4. Mengetahui tahapan pengerjaan dan pembacaan pencitraan radiologi dari awal sampai akhir tindakan 5. Mengetahui efek samping yang dapat ditimbulkan oleh media kontras. 6. Menentukan follow up imaging berikutnya.
Proses Pembelajaran Ø Menguatkan proses pembelajaran Kenalkan diri anda, jabatan dan tanggung jawab anda dalam proses pembelajaran serta bagaimana anda berupaya untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan partisipasi penuh dari peserta didik. Ø Tujuan 1 : Menjelaskan indikasi pencitraan imaging urologi secara singkat. Metode pembelajaran : •
Kuliah singkat dan diskusi tentang pencitraan imaging urologi yang mencakup indikasi yang tepat pada kasus-‐kasus urologi. (must to know pointers)
•
Kuliah singkat dan diskusi tentang kasus-‐kasus urologi yang memerlukan pencitraan urologi.
Ø Tujuan 2 : Mengetahui langkah-‐langkah persiapan imaging yang diperlukan untuk mendiagnosa kasus urologi. Metode pembelajaran : •
Curah pendapat dan diskusi tentang langkah-‐langkah persiapan imaging yang diperlukan mendiagnosa kasus urologi (must to know pointers)
Ø Tujuan 3 : Melakukan pilihan yang tepat terhadap modalitas radiologi Metode pembelajaran : Coaching dan praktek pada pasien sungguhan, yang berupa :
•
Melakukan anamnese penderita kasus urologi
•
Melakukan pemeriksaan fisik pada penderita kasus urologi
•
Menentukan diagnosa klinis
•
Merencanakan pemeriksaan Laboratorium dasar dan foto polos abdomen.
•
Merencanakan pemeriksaan USG, IVP, Retrograde Pielografi, Antegrade pielografi, CT Scan, MRI, Diuretic scintigrafi, Positron Emmision Tomography (PET) scanning sesuai indikasi/kontraindikasi.
Ø Tujuan 4 : Mengetahui tahapan pengerjaan pencitraan radiologi dari awal sampai akhir tindakan. Metode pembelajaran : Coaching dan praktek pada pasien sungguhan, yang berupa : •
Mengetahui persiapan sebelum pengerjaan pencitraan radilogi.
•
Mengetahui tahapan pengerjaan pencitraan radiologi dari awal sampai akhir tindakan.
•
Mengetahui media kontras yang dipergunakan pada pengerjaan pencitraan radiologi.
•
Mampu dan menguasai pembacaan hasil pencitraan radiologi.
Ø Tujuan 5 : Mengetahui efek samping yang dapat ditimbulkan oleh media kontras. Metode pembelajaran : •
Kuliah singkat mengenai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh media kontras.
•
Diskusi dan coaching tentang pengenalan gejala efek samping yang dapat ditimbulkan oleh media kontras.
•
Curah pendapat dan diskusi tentang dasar pencegahan efek samping yang ditimbulkan media kontras.
Tujuan 6 : Menentukan follow up imaging berikutnya. Metode pembelajaran : •
Mampu menentukan pilihan imaging untuk follow up kasus urologi
•
Curah pendapat dan diskusi kasus mengenai pilihan follow -‐ up imaging.
Persiapan sesi •
Peralatan audiovisual,lightbox
•
Materi presentasi : Power Point tentang Pencitraan urologi
•
Kasus : Pencitraan urologi penderita Batu saluran kemih.
•
Alat bantu latih : model film masing-‐masing jenis imaging.
•
Referensi :
1. Campbell’s Urology edisi 9 2. Smith's General Urology Edisi 14
Kompetensi Mengenali dan memahami pencitraan traktus urogenital urologi. Kompetensi yang diharapkan adalah K3, P4, A4 dengan tingkat kerja skill competency. Keterampilan Setelah menyelesaikan modul ini, peserta didik diharapkan terampil 1. Menjelaskan indikasi pencitraan imaging urologi seaca singkat.
2. Mengetahui langkah-‐langkah persiapan imaging yang diperlukan untuk mendiagnosa kasus urologi. 3. Melakukan pilihan yang tepat terhadap modalitas radiologi 4. Mengetahui tahapan pengerjaan dan pembacaan pencitraan radiologi dari awal sampai akhir tindakan 5. Mengetahui efek samping yang dapat ditimbulkan oleh media kontras. 6. Menentukan follow up imaging berikutnya. Gambaran Umum Pencitraan urologi sangatlah diperlukan dalam mendiagnosa dan merencanakan tindakan serta evaluasi untuk penderita .Pemeriksaan radiologi dibidang urologi yang meliputi foto polos, foto dengan kontras, ultrasonografi dan pemeriksaan dengan memakai radionuklir. Pemeriksaan radiologi dibidang urologi sebaiknya memberikan visualisasi morfologi yang baik secara urut mulai dari ginjal sampai ke uretra. Standar pemeriksan urologi adalah foto polos abdomen atau juga dinamakan KUB (Kidney-Ureter-Bladder), sedangkan prosedur yang lebih lanjut antara lain Ultrasonografi,Intra venous pielografi (IVP), Retrograde pielografi, Antegrade pielografi, Tomography Scanning(CT Scan), Magnetic Resonance Imagng(MRI), Diuretic scintigrafi, Positron Emmision Tomography (PET) scanning. Bila imaging ini dimintakan secara benar dan dengan indikasi nantinya akan memberikan hasil yang baik untuk perencanaan perawatan dan tindakan penderita berikutnya. Penjelasan / Latar Belakang Sehubungan dengan penjelasan pada gambaran umum ynag menyatakan perlunya pencitraan urologi dalam mendiagnosa dan merencanakan tindakan serta evaluasi untuk penderita.Diharapkan sesi praktek klinis akan menjadi penunjang didalam proses belajar.Titik berat sesi ini ditekankan pada penguasaan persiapan sebelum imaging dan pembacaan hasilnya. Setelah itu diharapkan peserta didik mampu pula mengevaluasi langkah-‐langkah dan dapat merencanakan pemeriksaan berikutnya .
Contoh Kasus Penderita pria 63 tahun dengan gangguan nyeri pinggang kanan dan kiri , nyeri kolik hilang timbul dan buang air kecil kurang lancar, pancarannya melemah serta sering kencing malam. Riwayat kencing batu 1 tahun lalu. Pemeriksaan fisik didapatkan nyeri ketok pinggang kanan dan kiri, pemeriksaan colok dubur prostate membesar grade II dan temperature 36.9C. laboratorium didapatkan leukosit 11.000 dan serum creatinin 1,2,gula darah acak 189 pemeriksaan imaging foto polos abdomen menunjukkan gambaran batu ureter proximal kanan-‐kiri sedangkan gambaran Ultrasound menunjukkan hidronefrosis sedang ginjal kanan. Diskusi •
Kaitan keluhan dan faktor predisposisi dengan kasus batu dan Pembesaran prostat jinak ?
•
Apakah penderita diatas menunjukkan tanda-‐tanda obstruksi supra-‐infra vesica?
•
Bagaimana mendiagnosis tanda obstruksi?
•
Pencitraan apakah yang diperlukan dalam mendiagnosis lebih lanjut?
Rangkuman hasil diskusi
•
Keluhan dan nyeri ketok merupakan gejala batu saluran kemih.
•
Dari gejala diatas juga penderita diduga menderita Pembesaran prostate jinak.
•
Diagnosis; -‐ Anamnesis ;Nyeri pinggang kanan-‐ kiri,riwayat kencing batu(+),gangguan miksi -‐ Pemeriksaan fisik/Colok dubur : Nyeri ketok pinggang kanan-‐kiri,pembesaran prostate grade II
•
Tatalaksana :Pencitraan imaging lanjutan
Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti sesi ini,setiap peserta didik diharapkan mampu untuk:(K4) 1.Menjelaskan indikasi pencitraan imaging urologi secara singkat. 2.Mengetahui langkah-‐langkah persiapan imaging yang diperlukan untuk mendiagnosa kasus urologi. 3.Melakukan pilihan yang tepat terhadap modalitas radiologi 4.Mengetahui tahapan pengerjaan pencitraan radiologi dari awal sampai akhir tindakan 5.Mengetahui efek samping yang dapat ditimbulkan oleh media kontras. 6.Menentukan follow up imaging berikutnya. Proses Pembelajaran Ø Menguatkan proses pembelajaran Kenalkan diri anda, jabatan dan tanggung jawab anda dalam proses pembelajaran serta bagaimana anda berupaya untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan partisipasi penuh dari peserta didik. Ø Tujuan 1 : Menjelaskan indikasi pencitraan imaging urologi secara singkat. Metode pembelajaran :
•
Kuliah singkat dan diskusi tentang pencitraan imaging urologi yang mencakup indikasi yang tepat pada kasus-‐kasus urologi. (must to know pointers)
•
Kuliah singkat dan diskusi tentang kasus-‐kasus urologi yang memerlukan pencitraan urologi.
Ø Tujuan 2 : Mengetahui langkah-‐langkah persiapan imaging yang diperlukan untuk mendiagnosa kasus urologi. Metode pembelajaran : •
Curah pendapat dan diskusi tentang langkah-‐langkah persiapan imaging yang diperlukan mendiagnosa kasus urologi (must to know pointers)
•
Bedside teaching
•
Praktek klinik
Gejala:(keluhanSubjektif) 1. 2. 3. Tanda (temuan Objektif) 1. 2. 3. Ø Tujuan 3 : Melakukan pilihan yang tepat terhadap modalitas radiologi Metode pembelajaran : Coaching dan praktek pada pasien sungguhan, yang berupa : •
Melakukan anamnese penderita kasus urologi
•
Melakukan pemeriksaan fisik pada penderita kasus urologi
•
Merencanakan pemeriksaan Laboratorium dasar,penunjang dan foto polos abdomen.
•
Menentukan Diagnosis klinis
•
Merencanakan pemeriksaan USG/TRUS, IVP, Retrograde Pielografi, Antegrade pielografi, CT Scan, MRI, Diuetic scintigrafi, Positron emmision Tomography ( PET) scanning sesuai indikasi/kontraindikasi.
Ø Tujuan 4 : Mengetahui tahapan pengerjaan dan pembacaan pencitraan radiologi dari awal sampai akhir tindakan. Metode pembelajaran : Coaching dan praktek pada pasien sungguhan, yang berupa : •
Mengetahui persiapan sebelum pengerjaan pencitraan radilogi.
•
Mengetahui tahapan pengerjaan pencitraan radiologi dari awal sampai akhir tindakan.
•
Mengetahui media kontras yang dipergunakan pada pengerjaan pencitraan radiologi.
•
Mampu dan menguasai pembacaan tanda dan hasil pencitraan radiologi dari masing masing jenis imaging yang dikerjakan.(USG, IVP, Retrograde Pielografi, Antegrade pielografi, CT Scan, MRI, Diuretic scintigraphy, Positon Emmision Tomography( PET) scanning.
Ø Tujuan 5 : Mengetahui efek samping yang dapat ditimbulkan oleh media kontras. Metode pembelajaran : •
Kuliah singkat mengenai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh media kontras.
•
Diskusi dan coaching tentang pengenalan gejala efek samping yang dapat ditimbulkan oleh media kontras.
•
Curah pendapat dan diskusi tentang dasar pencegahan efek samping serta komplikasi pada kasus yang ditimbulkan media kontras.
Tujuan 6 : Menentukan follow up imaging berikutnya. Metode pembelajaran : •
Mampu menentukan pilihan imaging untuk follow up kasus urologi
•
Curah pendapat dan diskusi kasus mengenai pilihan follow -‐ up imaging.
Kasus untuk pembelajaran Penderita pria 63 tahun dengan gangguan nyeri pinggang kanan dan kiri , nyeri kolik hilang timbul dan buang air kecil kurang lancar, pancarannya melemah serta sering kencing malam hari .Riwayat kencing batu 1 tahun lalu. Pemeriksaan fisik didapatkan nyeri ketok pinggang kanan dan kiri,pemeriksaan colok dubur prostate membesar grade II dan temperature 36.9C. laboratorium didapatkan leukosit 11.000 dan serum creatinin 1,2,gula darah acak 189, Nilai PSA 4,8ng/ml. Pemeriksaan imaging foto polos abdomen menunjukkan gambaran batu ureter proximal kanan-‐ kiri,Pemeriksaan TRUS didapatkan echodensitas yang merata, volume prostate 42cc, sedangkan gambaran Ultrasound menunjukkan hidronefrosis sedang ginjal kanan. Setelah dikerjakan Foto IVP didapatkan Delayed function ginjal kanan dan obstruksi setinggi ureter proximal kanan-‐kiri, Indentasi pada dasar buli. Diskusi •
Manakah data pencitraan yang menyokong pada diagnosis?
•
Apakah sudah cukup dengan data ini saja dalam mendiagnosis dan rencana tindakan?
•
Bila dibutuhkan data dari imaging lain,apakah imaging lainnya yang diperlukan?
Rangkuman Diskusi Data penyokong diagnosis adalah …………………………………………………
Gejala dan Tanda yang memerlukan pemeriksaan lainnya……………………... ………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………........ Rencana terpilih untuk pemeriksan imaging lanjutan………………………........ Pada modul ini diharapkan peserta didik menguasai pengetahuan tentang Menjelaskan indikasi pencitraan imaging urologi secara singkat,persiapannya, memilih modalitas radiologi yang tepat,pengerjaan dan pembacaan hasinya serta mengetahui komplikasinya. Penilaian Kompetensi •
Hasil observasi selama proses alih pengetahuan dan keterampilan
•
Hasil Kuesioner
•
Hasil penilaian pembacaan Imaging
Instrumen Penilaian Kompetensi Kognitif Kuesioner sebelum sesi dimulai 1. MODUL PENCITRAAN UROLOGI BAB I Prinsip Dasar 1.Pada posterior uretra sangat baik divisualisasikan oleh voiding sistogram S/B
2.Agen kontras menyebabkan termasuk Urtikaria,edema,dan hipotensi yang dikarenakan Anafilaktik S/B 3.Faktor resiko yang berhubungan dengan nefrotoxicitas pada penderita yang mendapat media kontras hiperosmolar adalah hipoalbumin S/B
Kuesioner Tengah Pelatihan 2. MODUL PENCITRAAN UROLOGI BAB I Prinsip dasar 1.Arteriografi adalah sedikinya mungkin berhubungan dengan : a.Hematom b.Pseudoaneurisma c.Reaksi Alergi d.Trombosis 2.Pasien yang menggunakan metformin beresiko terjadi lactic asidosis jika gagal ginjal terjadi karena dipengaruhi nefrotoxicitas bahan kontras. FDA merekomendasikan pada pasien yang setelah mendapat metformin diberikan pemberian bahan kontras perlu; a.Menghentikan pengobatan 24 jam sebelum penyuntikan b.Tidak perlu menghentikan pengobatan c.menghentikan pengobatan jika menjadi lactic asidosis d.Menghentikan pengobatan 48 jam setelah penyuntikan 3.Metode yang paling akurat mendeteksi batu ginjal adalah : a.USG b.Unenhanced spiral CT c.Foto polos abdomen d.IVP
Instrumentasi Penilaian Kompetensi Psikomotor
PENUNTUN BELAJAR PROSEDUR PENCITRAAN TRAKTUS UROLOGENITAL Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala berikut: 1.Perlu perbaikan ;langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan seharusnya atau urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan) 2.Mampu;langkah yang dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus berurutan).Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaiakn atau membantu untuk kondisi diluar normal. 3.Mahir ;langkah dikerjakan dengan benar,sesuai urutannya dan waktu kerja sangat
efisien
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan) KEGIATAN
KASUS
I.MENGENALI………………………………………………….
1.Pastikan kelengkapan perlatan,bahan dan obat-‐obat esensial untuk prosedur………………………………………..
•
………………………………………………………….
II.PERSIAPAN TINDAKAN
•
……………………………………………………………
•
……………………………………………………………
III.LANGKAH-‐LANGKAH PROSEDUR………………………
Penilaian Kinerja Keterampilan (Ujian Akhir)
DAFTAR TILIK PENILAIAN KINERJA PENCITRAAN TRAKTUS UROLOGENITAL Berikan penilaian tentang kinerja psikomotorik atau keterampilan yang diperagakanoleh peserta pada saat melaksanakan status kegiatan atau prosedur, dengan ketentuan seperti yang diuraikan dibawah ini: √ :Memuaskan :Langkah atau kegiatan diperagakan sesuai dengan prosedur atau panduan standar X : Tidak memuaskan :Langkah atau kegiatan tidak dapat ditampilkan sesuai dengan prosedur atau panduan standar T/T : Tidak ditampilkan :Langkah ,Kegiatan atau keterampilan tidak diperagakan oleh selama proses evaluasi oleh pelatih.
peserta
PESERTA:……………………… TANGGAL:……………….. KEGIATAN PENCITRAAN TRAKTUS UROLOGENITAL
NILAI
Persiapan
1.Penjelasan kepada penderita mengenai langkah-‐langkah pemeriksaan pencitraan traktus urologenital,kemungkinan ada efek samping,dan komplikasi setelah prosedur pemeriksaan
2.Meminta persetujuan penderita atau keluarga
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
KEGIATAN PENCITRAAN TRAKTUS UROGENITALUROLOGI
HASIL
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
Komentar /Ringkasan: Rekomendasi : Tanda tangan Penguji-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐ Tanggal-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐