Seminar Nasional Pengaplikasian Telematika SINAPTIKA – Jakarta – 21 September 2013 – ISSN 2086-8251
Pemodelan 3D Menggunakan Augmented Reality (Studi Kasus : Pemodelan Ikatan Kimia) Falahah1, Rini Mulyani2 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Widyatama 1,2 Jl. Cikutra no. 204 A,Bandung, 40125 E-mail :
[email protected],
[email protected] Abstract -- 3D modeling using a computer is an attractive feature for many applications, especially multimedia applications. The 3D modeling technology that continues evolved is the augmented reality. Augmented reality is widely used in various fields, including education. This study tries to apply augmented reality technology as a 3D modeling tool which is applied to modeling of chemical bonding, particularly in covalen bonding. Modeling is done by using technology-based augmented reality marker and applied to model the atomic structure of the compound 5 CsCl, NaF, NH3, CO2 and N2. This model is equipped with additional information in the form of text, 2D image, and video on the compound, thus forming an interactive multimedia application that can be used as a teaching tool about covalent bonds. This multimedia applications is built using Flash CS4, FlarToolkit, Papervision3D, Action Script, and utilize the web camera as identification markers. The results showed that the application of augmented reality as a 3D modeling tool requires the preparation of an adequate library. Library preparation process is quite complicated so as to build a complete model of the much needed library models.
pengenal marker. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan augmented reality sebagai alat pemodelan 3D memerlukan penyiapan library yang memadai. Proses penyiapan library cukup rumit sehingga untuk membangun model yang lengkap diperlukan library model yang banyak. Kata Kunci: Augmented reality, model 3D, ikatan kovalen.
marker-based,
I. PENDAHULUAN Pemodelan 3D berperan penting pada visualisasi obyek-obyek nyata ataupun konsep. Adanya kemajuan peralatan komputasi memungkinkan pembuatan model 3D dilakukan secara virtual dengan proses-proses yang relatif mudah. Penampilan model 3D secara virtual dianggap lebih menarik karena dapat digabungkan dengan aplikasi multimedia interaktif sehingga pengguna dapat mengendalikan jalannya aplikasi sesuai kebutuhan. Salah satu perkembangan teknologi pemodelan virtual yaitu augmented reality (AR). Teknologi augmented reality saat ini sudah dapat diterapkan dengan menggunakan perangkat yang relatif mudah dan terjangkau seperti piranti mobile, smartphone, tablet PC, web camera, dan lain-lain. Dengan kemudahan tersebut, terbuka lebar kesempatan pemanfaatan teknologi augmented reality di berbagai bidang seperti hiburan, sains, komersial, edukasi dan banyak lagi. Penelitian ini mencoba menerapkan teknologi augmented reality sebagai sarana pemodelan 3D, yang secara khusus dicobakan pada pemodelan ikatan kimia. Ikatan kimia yang akan dimodelkan dibatasi pada ikatan kovalen, dengan tujuan memberikan gambaran virtual posisi molekul pada suatu senyawa akibat adanya ikatan antar unsur. Model 3D ini kemudian dilengkapi dengan keterangan tambahan berupa teks, image dan video sebagai penjelasan terhadap struktur senyawa yang sedang ditayangkan. Penggabungan model 3D dengan keterangan lainnya kemudian membentuk satu aplikasi multimedia interaktif dalam bentuk Flash. Aplikasi ini diharapkan dapat menjadi alat bantu ajar bagi siapa saja dalam menerangkan konsep ikatan kimia, khususnya ikatan kovalen, sehingga lebih mudah dipahami siswa.
Keywords : Augmented reality, marker-based, 3D models, covalent bonds. Abstrak – Pemodelan 3D menggunakan komputer merupakan fitur menarik bagi aplikasi, khususnya aplikasi multimedia. Salah satu teknologi yang terus berkembang dalam pemodelan 3D yaitu augmented reality. Augmented reality digunakan secara luas di berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan. Penelitian ini mencoba menerapkan teknologi augmented reality sebagai sarana pemodelan 3D yang diterapkan untuk pemodelan ikatan kimia, khususnya ikatan kovalen. Pemodelan dilakukan dengan menggunakan teknologi augmented reality marker-based dan diterapkan untuk memodelkan struktur atom 5 senyawa yaitu CsCl, NaF, NH3, CO2 dan N2. Model ini dilengkapi dengan informasi tambahan berupa text, image 2D, dan video tentang senyawa tersebut, sehingga membentuk satu aplikasi multimedia interaktif yang dapat digunakan sebagai alat bantu ajar tentang ikatan kovalen. Aplikasi multimedia ini dibangun menggunakan Flash CS4, FLARToolkit, Papervision3D, Action Script, dan memanfaatkan web camera sebagai
47
Seminar Nasional Pengaplikasian Telematika SINAPTIKA – Jakarta – 21 September 2013 – ISSN 2086-8251
II. AUGMENTED REALITY
augmented reality kebanyakan diturunkan dari konsep visual odometri, yang terdiri atas dua bagian yaitu : Deteksi titik perhatian (interest point), atau fiduciary marker, atau aliran optik dari image kamera. Tahap pertama ini menggunakan metode feature detection seperti corner detection, blog detection, atau metoda pengolahan citra lainnya. Membangun ulang (restorasi) sistem kordinat nyata yang diperoleh dari data yang berasal dari fase sebelumnya. Augmented reality digunakan secara luas misalya di bidang militer, industri, medis, komersial, pendidikan, game, seni dan lain-lain. Implementasi augmented reality dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu marker-based dan markerless[6]. Marker-based menggunakan beberapa tipe image seperti kode QR/2D untuk memproduksi sebuah citra sebagai hasil data yang dikenali oleh sebuah sensor reader, misalnya berupa kamera pada piranti mobile. Markerless biasanya mengandalkan pada kemampuan peralatan yang akan digunakan sebagai reader misalnya lokasi GPS, pengukur kecepatan dan lain-lain. Aplikasinya biasanya mengacu pada augmented reality berbasis lokasi atau posisi (location-based atau position-based). Kedua tipe augmented reality tersebut membutuhkan perangkat lunak atau browser tertentu agar berfungsi. Marker-based biasanya lebih populer dan lebih mudah dikerjakan, sedangkan markerless masih terus berkembang karena terkendala akurasi sensor keterbatasan bandwidth. Sistem augmented reality bekerja berdasarkan deteksi citra dan citra yang digunakan adalah marker. Prinsip kerjanya sebenarnya cukup sederhana. Kamera yang telah dikalibrasi akan mendeteksi marker yang diberikan, kemudian setelah mengenali dan menandai pola marker, kamera akan melakukan perhitungan apakah marker sesuai dengan database yang dimiliki. Bila tidak, maka informasi marker tidak akan diolah, tetapi bila sesuai maka informasi marker akan digunakan untuk memproses (render) dan menampilkan objek 3D atau animasi yang telah dibuat sebelumnya [2]. Gambar 1 menunjukkan cara kerja sistem augmented reality.
Augmented reality (AR) adalah sebuah istilah untuk lingkungan yang menggabungkan dunia nyata dan dunia virtual serta dibuat oleh komputer sehingga batas antara keduanya menjadi sangat tipis. Ronald Azuma pada tahun 1997 mendefinisikan Augmented Reality sebagai sistem yang memiliki karakteristik sebagai berikut [1] : Menggabungkan lingkungan nyata dan virtual Berjalan secara interaktif dalam waktu nyata Integrasi dalam tiga dimensi (3D) Secara sederhana AR bisa didefinisikan sebagai lingkungan nyata yang ditambahkan objek virtual. Penggabungan objek nyata dan virtual dimungkinkan dengan teknologi display yang sesuai, sedangkan interaktivitas dimungkinkan melalui perangkatperangkat input tertentu. [1] AR merupakan variasi dari Virtual Environments (VE), atau yang lebih dikenal dengan istilah Virtual Reality (VR). Teknologi VR membuat pengguna tergabung dalam sebuah lingkungan virtual secara keseluruhan. Ketika tergabung dalam lingkungan tersebut, pengguna tidak bisa melihat lingkungan nyata di sekitarnya. Sebaliknya, AR memungkinkan pengguna untuk melihat lingkungan nyata, dengan objek virtual yang ditambahkan atau tergabung dengan lingkungan nyata. Tidak seperti VR yang sepenuhnya menggantikan lingkungan nyata, AR sekedar menambahkan atau melengkapi lingkungan nyata [1] Tujuan utama dari AR adalah untuk menciptakan lingkungan baru dengan menggabungkan interaktivitas lingkungan nyata dan virtual sehingga pengguna merasa bahwa lingkungan yang diciptakan adalah nyata. Dengan kata lain, pengguna merasa tidak ada perbedaan yang dirasakan antara AR dengan apa yang mereka lihat/rasakan di lingkungan nyata. Dengan bantuan teknologi AR (seperti visi komputasi dan pengenalan pola) lingkungan nyata disekitar kita akan dapat berinteraksi dalam bentuk digital (virtual) [1]. Perangkat keras yang dibutuhkan untuk augmented reality terdiri atas prosesor, display, sensor dan piranti masukan. Piranti tampilan yang dapat digunakan untuk augmented reality juga beragam, mulai dari head-mounted, eyeglasses, contact lenses, virtual retina display, eye tap, hand-held, spatial, dan tracking. Teknologi tracking yang dapat digunakan misalnya kamera digital atau sensor optik lainnya, accelerometer, GPS, RFID dan sensor wireless. Ukuran utama pada aplikasi augmented reality yaitu sejauh mana perangkat lunak dapat menghasilkan proses augmentasi terhadap dunia nyata. Perangkat lunak ini harus dapat menyajikan obyek seperti pada koordinat dunia nyata, tidak tergantung pada kamera, tetapi bergantung pada image. Proses ini disebut sebagai image registration yang menggunakan berbagai metoda computer vision, dan kebanyakan berhubungan dengan video tracking. Metoda computer vision yang digunakan pada
Gambar 1. Cara kerja sistem augmented reality [2] Marker adalah suatu pola yang dibuat dalam bentuk gambar yang akan dikenali oleh kamera. Marker adalah kunci dari AR. Informasi marker akan
48
Seminar Nasional Pengaplikasian Telematika SINAPTIKA – Jakarta – 21 September 2013 – ISSN 2086-8251
digunakan untuk menampilkan objek. Pola marker pada AR memiliki beberapa aturan diantaranya adalah [3]: 1. Bentuk: Harus kotak berbingkai hitam dan ini adalah rahasia dari pelacakan sebuah marker. 2. Ukuran: tidak lebih dari 631x634 pixel 3. Warna: selain hitam putih masih bisa dikenali oleh sistem 4. Marker membantu komputer dimana letak objek akan ditampilkan di display
dibuatnya aplikasi ini yaitu menyediakan alat bantu untuk visualisasi pembelajaran ikatan kimia yang biasanya disampaikan di kelas 1 SMA. Ikatan kimia adalah ikatan yang terjadi antar atom atau antar molekul. Terdapat beberapa jenis ikatan kimia, salah satunya adalah ikatan kovalen. Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi karena pemakaian pasangan elektron secara bersama oleh 2 atom yang berikatan. Ikatan kovalen terbentuk dari atom-atom unsur yang memiliki afinitas elektron tinggi serta beda keelektronegatifannya lebih kecil dibandingkan ikatan ion [5]. Penyampaian materi ikatan kimia selama ini disertai ilustrasi grafis berupa simbol yang menyatakan keterlibatan ion masing-masing unsur pada ikatan tersebut, seperti contoh pada gambar 3. Pemodelan 2D dengan menggunakan symbol seperti pada gambar 3 di atas seringkali kurang memberikan gambaran yang lebih realistik bagi para siswa, sehingga banyak pihak yang berusaha membuat model berbentuk 3D seperti pada gambar 4.
Gambar 2. Berbagai Contoh Marker Aplikasi augmented reality dapat dibuat menggunakan paket aplikasi Flash CS4 atau lebih. Aplikasi augmented reality pada Flash dapat memanfaatkan web camera untuk mengenali image marker dan membangun image 3D secara virtual sesuai dengan pustaka (library) yang terkait dengan marker tersebut. Flash Player 10 menyediakan satu paket aplikasi yang dapat menangani masukan dari video, manipulasi image tingkatan pixel dan sekumpulan script yang sangat fleksibel melalui ActionScript3[8]. Library yang dibutuhkan untuk membangun augmented reality menggunakan Flash adalah Flash Augmented Reality Toolkit (FLARToolkit). Library ini dapat menerima masukan dari web camera dan memetakannya kepada model 3D. Image yang digunakan untuk marker dapat dibuat, dicetak dan ditampilkan pada antarmuka. Pemodelan 3D pada Flash dapat mengenali obyek yang dibuat dengan format Collada. Collada adalah COLLAborative (kolaborasi) pada aktifitas desain untuk membangun pertukaran format file pada aplikasi 3D interaktif. Collada mendefinisikan skema XML standar terbuka pertukaran aset digital antara perangkat lunak aplikasi grafis yang memungkinkan untuk menyimpan aset mereka di berbagai format file yang tidak kompatibel. Dokumen collada mendeskripsikan aset digital berupa XML, biasanya didentifikasi dengan ekstensi (digital pertukaran aset) nama file.DAE.[4] Format Collada dapat dibuat dengan menggunakan Papervision3D. Papervision3D adalah sebuah mesin 3D open source untuk platform Flash. Papervision3D ditulis dan diperlihara oleh sekelompok tim inti kecil, dan komunitas. Papervision3D dibawah lisensi MIT. Papervision3D dibuat menggunakan bahasa ActionScript 2 dan sekarang tersedia Papervision3D yang menggunakan Action Script 3 [3].
Gambar 3. Pemodelan Ikatan Kovalen
Gambar 4. Pemodelan 3D ikatan kovalen Visualisasi model 3D ini dianggap lebih menarik bagi siswa karena mampu memberikan ilustrasi posisi molekul yang sebenarnya. Tetapi, tampilan model yang statis masih dianggap kurang menarik bagi para siswa. Oleh karena itu, dianggap perlu untuk mengembangkan model 3D yang dinamis dengan menggunakan alat bantu augmented reality. IV. PERANCANGAN APLIKASI Aplikasi pemodelan 3D menggunakan augmented realitiy ini dirancang untuk digunakan sebagai alat bantu oleh guru. Oleh karena itu, selain model 3D,
III. PEMODELAN 3D IKATAN KIMIA Pada penelitian ini implementasi augmented reality diterapkan untuk pemodelan 3D Ikatan Kimia. Tujuan
49
Seminar Nasional Pengaplikasian Telematika SINAPTIKA – Jakarta – 21 September 2013 – ISSN 2086-8251
aplikasi ini juga dilengkapi dengan keterangan dalam bentuk teks dan video untuk setiap citra 3D yang ditayangkan. Tahapan yang paling sulit dalam pengembangan aplikasi pemodelan 3D ini yaitu membuat library model 3D itu sendiri, yang harus disiapkan sebelumnya menggunakan Papervision3D sehingga menghasilkan format Collada. Model ini harus dibuat satu-persatu dan model yang dihasilkan bersifat “statis”, dalam arti bentuknya tidak dapat diubah-ubah oleh pengguna ketika nanti ditayangkan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini hanya dibuat sekitar 5 model saja sebaga contoh implementasi, yaitu untuk ikatan kimia senyawa CsCl, NaF, NH3, CO2 dan N2. Gambar 5 menampilkan contoh model 3D untuk senyawa Natrium Florida (NaF).
Fungsionalitas aplikasi yang akan dibangun direpresentasikan pada diagram use case seperti pada gambar 6. Selanjutnya dibuat skenario dan storyboard untuk setiap use case diatas. Storyboard digunakan untuk memberikan gambaran yang jelas tentang apa yang harus disajikan. Tabel 2 menampilkan contoh storyboard untuk deteksi marker.
Gambar 6. Diagram Use Case Aplikasi Pemodelan 3D
Gambar 5. Model 3D senyawa NaF
Tabel 2. Storyboard Aplikasi Pemodelan 3D untuk use case Deteksi Marker Visual
Deskripsi
Daftar Media
Melakukan pendeteksian Marker pada pattern ini
TextButton:
adalah Marker untuk molekul Naf. Marker siap
Communication
diambil dan disimpan ketika terlihat kotak pada
Pattern.
Sony Camera,
Visual save
Marker terdeteksi oleh garis-garis merah. Sony Visual Communication Camera(tipe webcam) dan save Pattern (Menyimpan Pattern). Pada Proses ini mulai menampilkan sisi Augmented
Button :
Reality pada patt005 ini menampilkan molekul Naf.
x
Objek akan terliaht pada webcam dan pattern akan
TextButton:
terdeteksi dengan tiap titik di ujung kotak tersebut
Communication
dan objek pun muncul secara 3D.
Pattern.
Setelah dibuat model library untuk masing-masing senyawa, langkah berikutnya adalah membuat marker. Proses pembuatan marker dimulai dengan pembuatan image marker yang akan digunakan sebagai penanda objek. Pembuatan image marker dapat dilakukan menggunakan software pengolah gambar yang ada pada umumnya. Untuk contoh kasus ini digunakan Adobe photoshop sebagai pengolah gambar untuk marker dan untuk proses deteksi area marker digunakan Marker generator. Hasil pembentukan marker dan molekul dapat dilihat pada gambar 6.
Sony Camera,
Visual save
Setelah semua obyek disiapkan, selanjutnya disisipkan action script untuk menyatukan semua obyek tersebut sehingga membentuk sebuah aplikasi yang berjalan pada Flash Player. Gambar 7a dan 7b menunjukkan tampilan aplikasi pada saat dijalankan. Di latar depan tampak model 3D, dan latar belakang menampilkan text keterangan senyawa yang ditampilkan.
50
Seminar Nasional Pengaplikasian Telematika SINAPTIKA – Jakarta – 21 September 2013 – ISSN 2086-8251
Gambar 6. Marker dan struktur molekul untuk Natrium Florida (NaF).
No
Nama Kelas
Nama File Fisik
Nama File Executable
4
Super Class(Class NH3,CO2,N2.CS CL,NaF)
MolekulDae.as
Molecular_structur e/src/MolekulDae.a s
5
NH3
NH3.as
Molecular_structur e/src/NH3.as
6
CO2
CO2.as
Molecular_structur e/src/CO2.as
7
N2
N2.as
8
CSCl
Cscl.as
9
NaF
Naf.as
10 11
Tampil Objek text,image, dan video Class main Video
Multiple_Mark er.as VidPlayer.as
Molecular_structur e/src/N2.as Molecular_structur e/src/Cscl.as Molecular_structur e/src/Naf.as Molecular_structur e/src/Multiple_Mar ker.as Molecular_structur e/src/VidPlayer.as
Eksekusi program diatas mengikuti langkahlangkah sebagai berikut : 1. Menetapkan komunikasi web camera dengan aplikasi (script 1) 2. Memanggil class multiple marker untuk mengenali marker (script 2) 3. Class multiple marker akan mengaktifkan superclass sebagai class utama yang akan memanggil sub class untuk masing-masing struktur senyawa (script 3) 4. Tergantung pada marker mana yang ditayangkan, kamera akan mendeteksi marker kemudian memanggil sub class (script 4). 5. Menampilkan keterangan tambahan berbentuk text, image dan video.
Gambar 7a. Tampilan Aplikasi untuk pengenalan marker senyawa NaF.
Script 1. Inisialisasi Web Camera private function initPaperVision():void { this.scene3D = new Scene3D(); this.camera3D = new FLARCamera3D(this.fm.cameraParams); this.viewport3D = new Viewport3D(640, 480, true, true); this.addChild(this.viewport3D); this.pointLight3D = new PointLight3D(true, false); ………………….. ………………….. this.lre = new LazyRenderEngine(this.scene3D, this.camera3D, this.viewport3D); this.addEventListener(Event.ENTER_FRAME, this.onEnterFrame); }
Gambar 7b. Tampilan Image untuk senyawa NaF. Rancangan diatas kemudian direalisasikan menjadi 11 class utama seperti pada tabel 3. Class yang sangat berperan sebagai pengendali pengenalan marker adalah Multiple Marker. Tabel 3. Implementasi Class No
Nama Kelas
Nama File Fisik
1
FlarCamera
Multiple_Mark er.as
2
Pattern Marker
FlarConfig.xml
3
Multiple Marker
Multiple_Mark er.as
Nama File Executable Molecular_structur e/src/Multiple_Mar ker.as Molecular_structur/ assets/flarconfig.x ml Molecular_structur e/src/Multiple_Mar ker.as
51
Seminar Nasional Pengaplikasian Telematika SINAPTIKA – Jakarta – 21 September 2013 – ISSN 2086-8251
Script 2. Class Multiple Marker
2.
public function Multiple_Markers() { this.initFLAR(); cnt.x = 275; cnt.y = 200; ………………. ………………. cnt.addEventListener(MouseEvent.MOUSE_DOWN, cnt_mouseDown); cnt.addEventListener(MouseEvent.MOUSE_UP, onmouseup); cnt.btnClose.addEventListener(MouseEvent.CLICK, onClick); cnt.addEventListener(MouseEvent.MOUSE_WHEEL, onScroll); ……………… ……………… cnt.menu.addEventListener(MouseEvent.ROLL_OUT, onrollout); cnt.menu.addEventListener(MouseEvent.ROLL_OVER, onrollover); addChild(cnt); }
3.
4.
Script 3. Superclass public Class molekulDae { public var dae:DAE = new DAE; public var light_dae : PointLight3D = new PointLight3D(true); public var scontent : Sphere = new Sphere; public var child :DisplayObject3D = new DisplayObject3D; public var str:String= "molekul"; public function molekulDae() { } public function getScale():Number { return 0; } public function getDae():DAE { return new DAE();} public function getYaw():Number { return 0; } public function getPitch():Number { return 0;} }
Adanya pemodelan 3D dengan augmented reality ini dapat menampilkan model yang lebih menarik dan interaktif. Pengembangan aplikasi pemodelan 3D dapat dilakukan dengan memanfaatkan library FLAR dan terintegrasi langsung dengan aplikasi yang berjalan dengan format flash. Kendala terbesar dalam pengembangan aplikasi pemodelan 3D dengan menggunakan teknologi augmented reality yaitu menyiapkan library model 3D itu sendiri. Persiapan ini meliputi pembuatan model dan proses generate atau render model yang memerlukan komputer dengan spesifikasi yang memadai. Untuk setiap model yang ditayangkan, harus disiapkan satu library tersendiri.
VI. DAFTAR PUSTAKA [1] Zulkarnaen Rizky. April 2011. Perancangan Aplikasi Viewer Model 3D Interaktif Berbasis Web dengan Teknologi Augmented Reality. Diakses dari : http://repository .usu.ac.id/handle/ 123456789/22891, tanggal 14 September 2011). [2] Azzahra, “Pengenalan Augmented Reality Android”, diakses dari : http://maxiandroid. blogspot.com/2012/04/pengenalan-augmentedreality-android.html. tanggal 12 Maret 2012). [3] Nurdika Choirul Ramadhan, Akuwan Saleh, S.ST, dan Muh. Agus Zainudin, S.T, M.T, Mobile Phone Augmented Reality Sebagai Model Pembelajaran, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Script 4. Sub class untuk senyawa NH3.
[4] Ensiklopedia bebas, Wikipedia Bahasa Inggris, ”Collada”, 2011. http://en.wikipedia.org/wiki/ COLLADA. (diakses pada tanggal 20 November 2011)
public function NH3() { super(); dae = new DAE(); dae.load("../assets/molekul_dae/nh3.DAE"); dae.scale = 10; light_dae = new PointLight3D(); var mat : ColorMaterial = new ColorMaterial(0x00ff00, 0); mat.doubleSided = true; mat.interactive = true; scontent = new Sphere(mat,100,20,10); scontent.addEventListener(InteractiveScene3DEvent.OBJECT_CLI CK, sphereContent); scontent.addEventListener(InteractiveScene3DEvent.OBJECT_DO UBLE_CLICK, sphereContentDouble); scontent.scale = 0.6; dae.addEventListener(FileLoadEvent.LOAD_COMPLETE, nh3_daeLoadComplete); }
[5] www.freewebs.co,/kimiadb2/MateriBab4Sem108 90.doc. (diakses pada tanggal 20 Februari 2012) [6] “Augmented Reality”, diakses dari : http://researchguides.dartmouth.edu/content.php? pid=227212&sid=1880434. [7] Hirzer, Martin, "Marker Detection for Augmented Reality Application", Technical Report on Computer Graphics and Vision, Inffeldgasse 16/2, A-8010 Graz, diakses dari: http://lrs.icg.tugraz.at/pubs/hirzer_tr_2008.pdf [8] http://www.adobe.com/devnet/flash/articles/augm ented_reality.html
V. KESIMPULAN Setelah membangun aplikasi pemodelan 3D untuk memodelkan senyawa kimia ikatan kovalen ini dapat disimpulan beberapa hal sebagai berikut : 1. Teknologi augmented reality dapat dimanfaatkan untuk visualisasi pemodelan 3D, dengan menggunakan spesifikasi hardware yang saat ini sudah banyak tersedia di pasaran dengan harga yang relatif terjangkau.
52