PEMBUATAN FILM ANIMASI DUA DIMENSI “AIR MATA GOTAMA” ADAPTASI NOVEL “CUPU MANIK ASTAGINA”
NASKAH PUBLIKASI
diajukan oleh Annisa Arti Jayanti 13.11.7354
kepada FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2017
PEMBUATAN FILM ANIMASI DUA DIMENSI “AIR MATA GOTAMA” ADAPTASI NOVEL “CUPU MANIK ASTAGINA” Annisa Arti Jayanti1), Erik Hadi Saputra2) 1).2)
Teknik Informatika Universitas AMIKOM Yogyakarta Jl Ringroad Utara, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta Indonesia 55283
Email :
[email protected]),
Abstract - Wayang has noble values and also nation’s heritage. Eventough there was many research has been done about wayang still many young generations were not interested. It can be seen from lack of wayang themes novel sales. The making of two dimension animation movie with the story based on a novel titled “Cupu Manik Astagina” addressed to reappoint wayang story. It also addressed for attract the young generations into wayang story. The characters in this movie story are based on novel with the development inspired by shadow puppets and human puppet. This animation created with toonBoom 9.2 version application. From the process that has been done using computer technology then resulting two dimension animation movie titled “Air mata Gotama”. This movie has three minutes duration with .mp4 format.
[email protected])
pewayangan. Cerita yang diangkat merupakan sebuah bagian dari keseluruhan novel yang ditulis oleh Ardian Kresna. Bagian yang diambil berupa kisah keluarga Resi Gotama dan petaka yang dialami karena Cupu Manik Astagina, yaitu benda pusaka milik dewa. Resi Gotama sebagai seorang Raja yang bijaksana dan alim dapat terguncang batinnya karena sebuah benda yang seharusnya mengandung pelajaran mengenai delapan sifat dasar kepemimpinaan namun justru memberinya petaka. Penulis memilih cerita pewayangan sebagai wujud peran serta dalam usaha pelestarian budaya Jawa. Penelitian ini juga diharapkan mampu menarik perhatian masyarakat khususnya pemuda untuk turut serta memanfaatkan teknologi bagi kelestarian budaya bangsa. 1.3 Tinjauan Pustaka Dzaky Taufik Abidin (2016), Penerapan “GENGA” dalam Pembuatan Film Animasi Pendek 2 Dimensi „FRUITS‟, Karakter pada animasi Jepang sedikit berbeda, dengan adanya teknik Genga, membuat karakter pada animasi Jepang memiliki detail shading (arsir bayangan) dan lighting (efek pantulan cahaya) yang lebih bayak, serta bentuk tubuh yang mirip dengan aslinya. [1] Ardinata Harlan (2011), Perancangan Setting Environment Serial Animasi "Wayang Mahabarata" sebagai Media Pelestarian Kesenian Wayang untuk Anak-Anak dan Remaja dengan Konsep Cultural Retro, Film animasi sebagai salah satu alternatif untuk kembali mempopulerkan tokoh-tokoh karakter wayang di kalangan anak-anak dan remaja sekaligus mempopulerkannya. [2] Satya Rizqy Yusuf Romadhoni (2016), Penerapan Teknik Frame by Frame pada Animasi Colorful Days, penerapan teknik frame by frame berarti membuat animasi berdasarkan aturan yang telah ditetapkan sehingga bergerak sesuai real time. Memahami jumlah gambar yang harus ditetapkan dan memvariasikan jarak agar terlihat lebih dinamis. [3]
Keywords – wayang, animation movie, novel 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Wayang merupakan wanacerita yang memiliki nilai luhur. Kisahnya pun bisa dikembangkan dengan syarat masih sesuai dengan pakem yang ada. Berdasarkan hal tersebut muncul karya sastra berupa novel budaya. Kisah dari novel budaya ini diambil dari kisah-kisah pewayangan dengan tetap mengacu pada pakem yang ada. Namun meski memiliki kualitas yang baik dan banyak cerita yang ada, novel budaya belum terlalu banyak diminati saat ini. Kebanyakan orang hanya tahu atau bahkan hanya pernah mendengar tentang kisah romantisme dalam Ramayana dan peperangan dalam Mahabarata. Sementara itu hal yang lebih digemari yakni animasi. Gambar yang bergerak dengan dukungan efek maupun tambahan suara menjadi produk yang diminati. Munculnya animasi karya bangsa sendiri menjadi salah satu bukti berkembangnya animasi di Indonesia. Animasi digemari oleh semua kalangan dan semua umur. Berbagai jenis animasi baik dua dimensi maupun tiga dimensi bermunculan dengan judul dan tokoh baru. Berkembangnya animasi ini tentunya akan semakin baik dengan menyajikan tontonan yang bisa dijadikan tuntunan utamanya animasi yang sering dilihat oleh anak-anak. Berdasarkan uraian diatas, penulis membuat suatu animasi dua dimensi dengan mengadaptasi cerita novel
1.3 Landasan Teori 1.3.1 Film Film adalah alat untuk menyampaikan berbagai pesan kepada khalayak melalui sebuah media cerita. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, film adalah sebuah selaput tipis berbahan seluloid yang digunakan untuk menyimpan gambar dari sebuah objek gambar. [8]
1
Kelemahan yang ditemukan penulis dalam film animasi ini yaitu penggambaran karakter yang masih sederhana yaitu dengan menyederhanakan bentuk asli dari referensi bentuk benda-benda yang didapat. Kedua, proses perancangan membutuhkan banyak referensi selain novel sebagai referensi utama. Ketiga, animasi yang dihasilkan masih kaku dibandingkan animasi dua dimensi lain seperti Battle of Surabaya, Naruto, Doraemon, dan One Piece karena keterbatasan brainware. Opportunity atau kesempatan yang bisa diperoleh film animasi ini yaitu film ini hanya mengambil bagian awal dari keseluruhan satu novel sehingga bisa dibuat sequel atau series nya. Selain itu, belum banyak film animasi yang mengangkat cerita tentang pewayangan, utamanya versi Yogyakarta. Threat merupakan suatu ancaman dari luar maupun dari dalam yang mempengaruhi perusahaan, proyek, atau bisnis yang ada. Ancaman yang ada dalam film animasi ini adalah animasi tiga dimensi atau 3D sedang berkembang saat ini dan lebih diminati. Bisa dilihat dari peringkat Film Animasi Terpopuler yang dirilis oleh IMDB, film animasi 2D “The Lion King (1994)” berada pada posisi 10 sementara posisi teratas hingga poosisi 9 ditempati film animasi 3D. Selain itu, animator atau bahkan studio animasi yang sudah berpengalaman bisa membuat karya ini jauh lebih baik lagi contohnya MSV, Disney, Studi Gibli, dan Pixar.
1.3.2 Animasi Kata animasi berasal dari bahasa latin anima yang berarti jiwa (soul) atau nafas kehidupan (vital breath). Animasi berasal dari semua penciptaan kehidupan, meniupkan kehidupan kedalam objek yang tidak bernyawa (benda mati). [5] 1.3.3 Animasi 2D Film animasi dwi-marta (flat animation) disebut juga jenis film animasi gambar, sebab hampir semua jenis objek animasi melalui runtutan kerja gambar. Animasi dua dumensi biasa disebut juga dengan film kartun. Kartun sendiri berasal dari kata cartoon, yang berarti gambar yang lucu. [6] 1.3.4 Proses Pembuatan Film Animasi Proses pembuatan film animasi terdiri dari tiga tahap yaitu pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Proses pra produksi merupakan tahapan pertama yang digunakan untuk pembuatan film animasi. Pada tahapan ini dilakukan suatu penentuan ide cerita, tema, logline, pembuatan sinopsis, diagram scene, pengembangan karakter, riset, pembuatan skenario, dan pembuatan storyboard. Produksi merupakan tahapan kedua setelah tahapan pra produksi. Tahapan ini merupakan lanjutan dari rancangan yang dilakukan pada tahapan pra produksi. Tahapan tersebut meliputi drawing, pembuatan background, coloring (pewarnaan), dan menentukan timing. Pasca produksi merupakan tahapan terakhir dari proses pembuatan animasi. Pada tahapan ini dilakukan editing video, editing audio dan finishing berupa proses rendering. [4] 1.3.5 Wayang Wayang adalah sebuah wiracarita yang pada intinya mengisahkan kepahlawanan para tokoh yang berwatak baik menghadapi dan menumpas tokoh yang berwatak jahat. Wayang merupakan sastra tradisional yang memenuhi kualifikasi karya masterpiece, karya sastra dan atau budaya adiluhung. Dalam perspektif budaya wayang merupakan sinkretisme dan mozaikisme dari berbagai budaya yang memengaruhinya. [7]
2.1.2 Analisis Kebutuhan Perangkat keras yang dipakai dalam pembuatan animasi ini adalah Laptop dan Personal Computer (PC). Laptop yang digunakan memiliki spesifikasi processor Intel® Core™ i3 CPU M390 @2.67GHz, RAM 4 GB DDR3 PC-10600, harddisk 500GB, monitor 14”, keyboard, wacom, headset. Sementara PC digunakan untuk proses rendring dengan spesifikasi processor Intel® Core™ i3-4150
[email protected], RAM 8GB DDR3 PC-12800, harddisk 1TB, monitor 29”, keyboard, wacom, speaker. Perangkat lunak yang diperlukan untuk membuat animasi ini adalah Microsoft Windows 10 64-bit, Celtx, Adobe Photoshop CS6, Toon Boom Harmony 9.2 dan Adobe Premiere Pro CS6. Sedangkan brainware untuk storyboard artist, drawing artist, coloring artist, scannerman, editor dan sound editor dikerjakan oleh Annisa Arti Jayanti.
2. Pembahasan 2.1 Analisis 2.1.1 Analisis SWOT Strength adalah kondisi kekuatan atau keunggulan yang dimiliki oleh perusahaan, proyek ataukonsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan factor yang terdapat dalam perusahaan itu sendiri atau yang disebut faktor internal perusahaan. Penulis menemukan empat keunggulan yaitu pertama cerita film animasi ini diambil dari sebuah novel budaya dengan memadukan cerita fiktif penulis sehingga menghasilkan cerita drama yang menarik. Kedua, film animasi ini tidak memiliki dialog dalam satu Bahasa khusus sehingga cakupan penontonnya luas. Ketiga, pembuatan dan pengembangan karakter tetap mengacu pada tokoh pada pewayangan wayang kulit seperti aksesoris khas, warna kulit, dan pakaian. Keempat, film ini ditujukan untuk semua umur sehingga aman ditonton oleh anak-anak.
2.2 Perancangan 2.2.1 Ide Cerita Pada pembuatan film animasi dua dimensi berjudul Air Mata Gotama ini, cerita diadaptasi dari sebuah novel berjudul Cupu Manik Astagina “Tragedi Maha Hebat Pusaka Pemberian Batara Surya!” karya Ardian Kresna. Bagian cerita yang diambil untuk dijadikan cerita ini film ini adalah bagian awal novel, yaitu cerita awal bagaimana sebuah benda pusaka Dewa bisa merusak harmoni keluarga kerajaan dan mengawali cerita asal mula pasukan monyet dalam kisah Ramayana. Cerita dikembangkan dengan menambah cerita fiktif karangan penulis sendiri sebagai bumbu untuk mendramatisir 2
cerita asli. Nama tokoh dalam novel yaitu Gutama diubah menjadi Gotama mengikuti nama karakter wayang versi Yogyakarta. Pada novel dikisahkan beberapa kali Gutama mengalami gejolak batin hingga menitikan air mata. Dari kisah itu penulis tertarik untuk membuat cerita dengan tokoh utama Gotama, yaitu seorang raja yang juga resi atau orang alim. Orang yang dianggap paling berkuasa dan alim bisa terguncang begitu hebatnya hanya karena sebuah benda pusaka yang diam-diam dimiliki isterinya. 2.2.2 Tema Tema yang diangkat dari pembuatan film animasi dua dimensi yang diberi judul Air Mata Gotama ini adalah “Tragedi”. 2.2.3 Logline Logline dari pembuatan film aniasi dua dimensi berjudul Air Mata Gotama ini yaitu “Bagaimana jika ada seorang raja alim yang mengalami peristiwa penting yang mengguncang batin hingga membuatnya menangis yaitu bahwa isterinya berbohong dan akhirnya tragedi menghampiri keluarganya?” 2.2.4 Sinopsis Dikisahkan seorang putra kerajaan bernama Gotama diusir oleh ayahnya, Prabu Suleka, dari kerajaan karena tak kunjung menikah dan naik tahta. Dalam pengasingan Gotama berhasil mengalahkan Gajendramuka, raja berwujud raksasa, dan memperistri Dewi Indradi. Setelah pernikahan dan Gotama naik tahta berjuluk Raja Resi Gotama, lahirlah tiga anak. Ketiga anak itu adalah Anjani, Guwarsi, dan Guwarsa. Masingmasing diasuh oleh satu orang Arya. Pada suatu hari Anjani yang murung saja diberi sebuah benda oleh ibunya yaitu cupu. Tak disangka cupu itu justru membawa bencana bagi keluarga Resi Gotama. Dibawah pengaruh buruk cupu Resi Gotama mengutuk Dewi Indradi menjadi arca dan membuangnya ke taman Alengka tempat Raja Dasamuka berkuasa. Cupu pun dibuang, badan dan tutup cupu terpisah menjadi dua. Anak-anak dan para pengawal mereka mengejar cupu namunjustru mereka menjadi monyet. 2.2.5 Diagram Scene
muda tidak dijelaskan mengenai pakaian yang dipakai, informasi yang didapat hanya perwatakan Gotama muda yang tenang dan bermuka tampan. Dari informasi yang didapat kemudian penulis memadukan dengan bentuk yang ada di wayang kulit dan wayang orang. Hal selanjutnya yang dilakukan penulis setelah mendapatkan gambaran mengenai tokoh-tokoh dalam cerita ini adalah membuat gambar awal pada kertas. Setelah itu penulis membuat tokoh menggunakan Adobe Photoshop CS6. Penulis menggambar menggunakan pentab dan Adobe Photoshop CS6 karena pentab selayaknya pensil yang dapat digunakan untuk menggambar pada kertas hanya saja goresannya nampak pada kanvas Adobe Photoshop CS6 dengan memakai tools yang ada seperti brush tool.
Gambar 2 Perancangan Jembawan Biru Mulanya penulis membuat rangka tubuh tokoh terlebih dahulu menggunakan brush tool dengan warna biru muda. Warna biru dipilih untuk membedakan dengan hasil jadi perancangan tokoh. Perancangan awal diletakkan pada layer kedua terbawah tepat diatas layer Background. Pada layer Blue, opacity diubah menjadi 34% untuk mengurangi tingkat kejelasan gambar yang ada pada layer tersebut untuk memudahkan tracing pada layer selanjutnya.
Gambar 3 Perancangan Jembawan Hitam Pada proses tracing menggunakan Adobe Photoshop CS6 tidak semua garis biru ditracing secara tepat karena layer Black ditujukan untuk menampung gambar perancangan yang sudah jadi. Penulis merubah beberapa posisi garis untuk membuat gambar sesuai dengan gambaran tokoh yang diinginkan. Semua gambar perancangan dijadikan satu dalam grup draw, sementara grup painting ditujukan untuk perancangan warna tokoh. Terdapat Sembilan tokoh dengan satu tokoh utama dan delapan tokoh pendukung. Semua tokoh atau
Gambar 1 Diagram Scene 2.2.6 Pengembangan Karakter Tokoh-tokoh yang ada dalam film animasi dua dimensi Air Mata Gotama adalah penggambaran bentuk kartun yang terinspirasi dari wayang kulit. Hal ini dikarenakan tidak semua karakter digambarkan dengan jelas pada novel seperti karakter Gotama saat berusia 3
karakter yang ada dalam film animasi ini melalui tahapan yang sama pada tahap pengembangan karakter. Hasil jadi dari pengembangan karakter ini adalah gambar tokoh atau karakter dengan garis gambar warna hitam. 2.2.7 Perancangan Warna Karakter Warna tiap tokoh berbeda-beda menyesuaikan penjelasan dalam novel dan juga keterangan yang penulis dapatkan dari buku-buku. Pemilihan warna juga dipengaruhi oleh sifat tokoh masing-masing. Proses pewarnaan ini menggunakan Adobe Photoshop dimana penulis terlebih dahulu menentukan warna tokoh.
sheet berfungsi memaparkan perbandingan tinggi karakter. 2.2.9 Perancangan Properti dan Background Properti adalah objek-objek yang digunakan oleh tokoh. Dalam cerita ini properti utama adalah sebuah Cupu Manik Astagina. Pembuatan property juga menggunakan pentab dan aplikasi Adobe Photoshop CS6. Penulis melakukan langkah yang sama saat merancang property ini. Penulis juga menggunakan brush tool dan teknik masking. Perancangan background dikerjakan dengan menggunakan pentab dan aplikasi Adobe Photoshop CS6. Beberapa background digambar terlebih dahulu pada kertas baru selanjutnya finishing perancangan dilakukan pada Adobe Photoshop CS6. Namun tidak semua melalui proses penggambaran dengan kertas, ada beberapa background yang langsung dibuat pada Adobe Photoshop CS6. 2.2.10 Storyboard Sebelum membuat animasi, dibuat terlebih dahulu storyboard sebagai acuan dalam proses animasi. Dalam storyboard digambarkan keyframe dalam sebuah scene dan shot. Keterangan tentang durasi juga dituliskan dalam storyboard. Berikut cuplikan rancangan storyboard animatic film animasi Air Mata Gotama yang berdurasi 3 menit.
Gambar 4 Warna untuk Jembawan Kumpulan warna yang akan digunakan untuk mewarnai tokoh diletakkan pada layer palette dalam grup painting. Pembuatan grup ini memudahkan penulis untuk menggambar maupun mewarnai tokoh dalam tahap perancangan ini karena jika menggunakan cara konvensional yaitu menggunakan kertas dan pewarna membutuhkan waktu dan tenaga yang lebih banyak daripada menggambar dan mewarnai secara digital dengan pentab dan aplikasi Adobe Photoshop CS6.
2.3 Implementasi dan Pembahasan Pada tahapan produksi yang dilakukan penulis adalah drawing, pembuatan background, coloring, dan penentuan timing. Pada tahapan pasca produksi yang dilakukan penulis adalah editing video, editing audio, dan finishing. Urutan produksi dan pasca produksi yang dikerjakan penulis adalah sebagai berikut:
Gambar 6 Proses Produksi dan Pasca Produksi Gambar 5 Perancangan Warna Arya Jembawan
Dalam tahap drawing penulis menggambar pada Toonboom Harmony 9.2 dengan melakukan tracing yang bersumber dari gambar manual storyboard yang telah di scan. Gambar-gambar yang ada dalam storyboard dipakai sebagai key atau gambar kunci.
Pewarnaan ini memanfaatkan tool brush dan teknik masking pada Adobe Photoshop CS6. Brush tool digunakan untuk mewarnai seperti proses pewarnaan dengan cara konvensional menggunakan cat air atau crayon. Sementara teknik masking ditujukan untuk memberikan batas pewarnaan tokoh. Area yang bisa diberi warna hanya salam area yang telah ditandai. 2.2.8 Standard Character dan Character Sheet Standard character dibuat untuk masing-masing tokoh yang terdiri dari beberapa ekspresi tokoh. Desain karakter minimalnya memuat tampak muka dan tampak belakang tokoh dengan hasil karakter berwarna sebagai acuan standar pewarnaan tokoh. Sedangkan character
Gambar 7 Impor Gambar Toonboom 4
Penulis mengimpor gambar hasil scan ke Toonboom Harmony 9.2 dengan memilih vektorisasi grey karena warna yang ada dalam gambar yaitu hitam dan putih. Gambar yang diimpor diletakkan pada layer baru dengan nama sesuai nama gambar. Tidak semua gambar dalam storyboard menjadi key karena pada prosesnya ditemukan kejanggalan sehingga ada beberapa gambar dalam satu scene maupun satu cut yang harus dihapus atau diganti. Kemudian ditambahkan gambar diantara key yang satu ke key yang lain yaitu inbetween atau gambar antara. Penulis membuat background menggunakan aplikasi Adobe Photoshop CS6. Background yang dibuat menggunakan Adobe Photoshop CS6 menghasilkan file berekstensi JPEG dan PNG yang kemudian diimpor ke Toonboom Harmony 9.2. Karena keluaran berupa bitmap maka dalam proses impor juga dilakukan vektorisasi. Untuk impor background penulis menggunakan pilihan colour untuk vektorisasi karena gambar yang akan dimasukkan telah diwarnai di Adobe Photoshop CS6. Warna yang digunakan dalam proses coloring mengacu pada perancangan warna tokoh yang sudah dibuat. Perancangan warna yang dimaksud menggunakan Adobe Photoshop CS6 dan proses pewarnaan atau coloring animasi dilakukan di Toonboom Harmony 9.2 sehingga perlu dilakukan penambahan pilihan warna pada Toonboom Harmony 9.2. Secara default warna yang ada pada Toonboom Harmony 9.2 yaitu black (hitam), white (putih), red (merah), green (hijau), blue (biru), dan vectorized line (untuk warna garis hasil vektorisasi). Warna yang ditambahkan sesuai dengan warna yang dibutuhkan pada scene dan diberi warna sesuai dengan bagian yang harus diwarnai. Untuk menyamakan warna, penulis mengacu pada konsistensi warna RGB (Red Green Blue) dari warna di Adobe Photoshop CS6. Hal ini karena pada Toonboom Harmony 9.2 tidak bisa menambahkan warna dengan menginputkan kode hexa. Sebagai contoh untuk warna kulit Resi Gotama maka dipilih warna yang telah ditentukan pada saat perancangan. Dengan tool Color Picker diambil warna kulit Resi Gotama. Warna yang digunakan berasal dari pallette atau kumpulan warna yang telah dibuat. Sesuai urutan dari kiri ke kanan yaitu warna mahkota, warna rambut, warna kulit, warna pakaian Gotama muda, warna pakaian Resi Gotama.
Untuk warna kulit konsistensi warna merah (R) sebesar 226, hijau (G) sebesar 169 dan biru (B) sebesar 113. Angka-angka inilah yang dijadikan komposisi untuk menambahkan warna pada Toonboom Harmony 9.2.
Gambar 24 Color Picker Toonboom Cara menambah warna bisa dengan menekan icon + diatas warna Black. Kemudian merubah nama warna, dalam hal ini Kulit Gotama. Kemudian double klik pada kotak warna maka akan muncul pop up colour picker. Angka yang dimasukkan sesuai dengan komposisi angka pada Adobe Photoshop yaitu warna merah (R) sebesar 226, hijau (G) sebesar 169 dan biru (B) sebesar 113. Penentuan timing yang dimaksud yaitu waktu yang digunakan pada tiap-tiap adegan. Pada mulanya saat pembuatan storyboard sudah ditentukan rancangan durasi, setelah dilakukan proses drawing hingga coloring penulis menyisipkan ataupun mengurangi frame untuk menemukan waktu yang tepat untuk adegan tersebut. 2.3.2 Pasca Produksi Setelah melalui proses produksi maka animasi tiap scene di render langsung di Toonboom Harmony 9.2 dengan format keluaran video .mov. Setelah dirender maka hal yang dilakukan selanjutnya yaitu menggabungkan video animasi per scene menjadi satu animasi. Animasi yang telah dibuat menggunakan Toonboom Harmony 9.2 telah diberi nama sesuai scene sehingga hal ini memudahkan proses editing. Pada editing penulis melakukan pemotongan video animasi pada beberapa scene karena ditemukan kejanggalan jika langsung menambahkan efek transisi antarscene maupun antarcut. Musik yang digunakan merupakan instrument modern dengan kesan syahdu, sendu dan sedih. Judul dari lagu instrumental karya Di Evantile yang dipakai adalah Forgotten Dream dengan lisensi non-komersial. Musik instrumental ini dilakukan pengeditan langsung pada Adobe Premiere Pro CS6. Proses compositing merupakan penggabungan hasil editing video dan editing audio yang sudah dilakukan sebelumnya. Kemudian penulis melakukan preview berulang untuk memeriksa apakah masih perlu dilakukan editing lebih lanjut. Setelah melakukan preview kemudian dilakukan rendering dengan Adobe Premiere Pro CS6. Pengujian dilakukan oleh Wilhelmus Filianto, atau yang akrab disapa Bapak Willy, yaitu seorang illustrator
Gambar 2.3 Color Picker Adobe Photoshop CS6 5
dan animator yang juga berprofesi sebagai dosen prodi animasi di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta. Dengan menggunakan kuisioner berkaitan dengan animasi yang penulis buat. Hasil kuisioner terlampir. Secara keseluruhan visul hasil animasi dinilai cukup bagus oleh Bapak Willy. Animasi dua dimensi hasil penelitian ini dinilai tergolong semi realis. Oleh Bapak Willy penulis diarahkan untuk mendalami seni realis terlebih dahulu kemudian melakukan deformasi bentuk untuk menuju ke seni dekoratif. Hal itu disampaikan karena animasi penulis berada diantara seni realis dan dekoratif. Untuk lebih lanjut Bapak Willy menyarankan penulis untuk melihat referensi dari berbagai jenis seni, utamanya seni realis.
STMIK AMIKOM Yogyakarta, 2016. [4] M. Suyanto and A. Yuniawan, Merancang Film Kartun Kelas Dunia, Yogyakarta: Andi, 2006. [5] H. Harmen, Animasi, Yogyakarta: MMTC, 1991. [6] Y. Syahfitri, "TEKNIK FILM ANIMASI DALAM DUNIA KOMPUTER," Jurnal SAINTIKOM , 2011. [7] S. Wangi, Ensiklopedi Wayang Indonesia, Jakarta: Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia, 2008. [8] I. A. Astuti, PEMBUATAN FILM ANIMASI 2 DIMENSI “THE WAR OF BHARATAYUDHA” MENGGUNAKAN TEKNIK MOTION GRAFIS DAN PARENT PADA WAYANG KULIT, Yogyakarta: STMIK AMIKOM Yogyakarta, 2015.
3. Penutup
Biodata Penulis
3.1 Kesimpulan Berdasarkan tahap-tahap yang telah dikerjakan penulis dalam pembuatan film animasi dua dimensi “Air Mata Gotama” didapatkan beberapa kesimpulan. Pertama, kisah mengenai pewayangan menarik untuk diangkat menjadi sebuah film namun tentunya butuh usaha dari banyak pihak. Kedua, secara keseluruhan animasi ini sudah baik berdasarkan pernyataan penguji yaitu Bapak Wilhelmus Filianto, M.Sc. Ketiga, dengan teknologi komputer yang digunakan maka hasilnya berupa animasi dua dimensi dalam format .mp4 dan disimpan dalam kepingan CD. Penggunaan teknologi komputer memudahkan proses pembuatan animasi daripada menggunakan teknik konvensional. 3.2 Saran Pada pembuatan animasi ini tentunya masih terdapat beberapa kekurangan yang bisa disempurnakan pada penelitian selanjutnya atau oleh penulis selanjutnya. Untuk itu berikut beberapa saran untuk penelitian maupun penulis selanjutnya: 1. Memperbanyak referensi mengenai kisah cerita wayang dari berbagai versi. 2. Memperbanyak latihan menggambar digital. 3. Memperbanyak referensi musik baik musik tradisional maupun non tradisional untuk memperkaya hasil karya. 4. Memperhalus gerakan-gerakan dengan memperinci gambar inbetween unlimited.
Annisa Arti Jayanti, memperoleh gelar Sarjana (S.Kom) Program Studi Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas AMIKOM Yogyakarta, lulus tahun 2017. Erik Hadi Saputra, memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom), Program Studi Teknik Informatika Universitas AMIKOM Yogyakarta, lulus tahun 2002. Memperoleh gelar Magister Engineering (M.Eng) Program Studi Teknik Elektro Minat Studi Magister Teknologi Informasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Lulus tahun 2010. Saat ini menjadi Dosen di Universitas AMIKOM Yogyakarta.
Daftar Pustaka [1] D. T. Abidin , "PENERAPAN “GENGA” DALAM PEMBUATAN FILM ANIMASIPENDEK2 DIMENSI „FRUITS‟," in SeminarNasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2016 , Yogyakarta, 2016. [2] A. Harlan, Perancangan Setting Environment Serial Animasi "Wayang Mahabarata" sebagai Media Pelestarian Kesenian Wayang untuk Anak-Anak dan Remaja dengan Konsep Cultural Retro, Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November, 2011. [3] S. R. Y. Romadhoni, Penerapan Teknik Frame by Frame Pada Animasi Colorful Days, Yogyakarta: 6