PEMBINAAN KESADARAN BERAGAMA PADA KEHIDUPAN ANAK JALANAN (Studi Kasus di Rumah Singgah Anak Kurnia) Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh :
Siti Shofiah 106011000181
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432/2010
PEMBINAAN KESADARAN BERAGAMA PADA KEHIDUPAN ANAK JALANAN (Study Kasus di Rumah Singgah Anak Kurnia)
Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh :
Siti Shofiah 106011000181
Di bawah bimbingan :
Dr. Zaimudin,MAg Nip : 19590705 199103 1 002
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431/2010 i
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi berjudul : “ Pembinaan Kesadaran Beragama Pada Kehidupan Anak Jalanan ( Studi kasus di rumah singgah “Anak Kurnia”)” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqasyah pada tanggal 09 Desember 2010 dihadapan dewan penguji, karena itu penulis berhak memperoleh gelar saarjana S1 (S.Pd.I) dalam Pendidikan Agama Islam. Jakarta, 12 Desember 2010 Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan PAI)
Tanggal
Tanda
...............
......................
...............
.......................
...............
......................
...............
.......................
Tangan Bahrissalim, M.Ag NIP: 19680307 199803 1 002 Sekretaris Jurusan PAI Drs. Sapiuddin Shidik, MA NIP: 19670328 20003 1 001 Penguji 1 Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA NIP: 19471402 19651 0 001 Penguji II Drs. Sapiuddin Shidik, MA NIP: 19670328 20003 1 001
Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP: 195710051 98703 1 00 3
ii
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bernama: a. Nama Lengkap
: Siti Shofiah
b. No. Induk Mahasiswa
: 106011000181
c. Fakultas/Jurusan
: FITK/PAI (Pendidikan Agama Islam)
d. Judul Skripsi
: “Pembinaan Kesadaran Beragama pada Kehidupan Anak Jalanan (Studi Kasus di Rumah Singgah Anak Kurnia)”.
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini telah penulis cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya/skripsi ini bukan hasil karya penulis, maka penulis bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 25 November 2010
Siti Shofiah
iii
ABSTRAK Nama Nim Judul Skripsi
: Siti Shofiah : 106011000181 : “Pembinaan Kesadaran Beragama pada Kehidupan Anak Jalanan (studi kasus di Rumah Singgah Anak Kurnia)”.
Rumah Singgah merupakan lembaga non formal dengan pendekatan yang melibatkan keluarga dan masyarakat yang bertujuan mencegah anak-anak ke jalan dan mendorong penyedian sarana pemenuhan kebutuhan anak. Adapun pembinaan kesadaran beragama yang dilaksanakan pada Rumah Singgah Anak Kurnia adalah suatu bentuk proses, bimbingan, arahan, keteladanan yang dilakukan oleh pendidik kepada anak didik (anak jalanan) mengenai pembelajaran baik dan buruk untuk bekal mereka bertingkah laku yang baik di dalam kehidupannya sehari-hari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari pembinaan kesadaran beragama yang dilakukan di Rumah Singgah terhadap tingkah laku anak jalanan dalam kehidupannya sehari-hari. Adapun pembentukan sikap keagamaan itu sendiri dipengaruhi oleh dua faktor (intern dan ekstern). Yang termasuk kedalam faktor intern adalah hereditas, tingkat usia, kepribadian dan kondisi jiwa seseorang. Dan yang termasuk faktor ektern adalah keluarga, instansi/lembaga, dan masyarakat. Dari kedua faktor tesebut yang banyak mempengaruhi ke dalam sikap keagamaan seseorang adalah faktor ekstern. Karena mengingat setiap anak yang dilahirkan kedunia membawa fitrah mereka masing-masing. Dan disinilah peran penting pendidikan keluarga,instansi/sekolah, dan masyarakat. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode deskripsi analisia yaitu penelitian yang memaparkan data apa adanya dan menganalisa data. Adapun jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 20 anak yang tinggal di Rumah Singgah Anak Kurnia. Dari penelitian yang telah dilakukan, penulis memperoleh data mengenai pembinaan kesadaran beragama pada kehidupan anak jalanan yang dilakukan di Rumah Singgah Anak Kurnia baik, hal ini dapat dilihat dari hasil interpretasi data dengan nilai hasil rata-rata skor 78,8%
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim...... Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang maha pengasih dan penyayang, yang telah memberikan nikmat kepada hambanya. Berkat rahmat, taufik, dan inayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Salawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad saw., keluarga, dan para sahabatnya, dan semoga sampai kepada umatnya yang senantiasa mengikuti ajarannya hingga akhir zaman. Karya tulis yang berjudul “Pembinaan kesadaran beragama pada kehidupan anak jalanan, merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam (S.Pd.I). Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, meskipun waktu, tenaga, dan biaya telah diupayakan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki demi terselesaikannya skripsi ini. Namun, kiranya penelitian yang tertuang dalam skripsi ini dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya, dan bagi para pembaca pada umumnya. Selama proses penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bpk. Zaimudin, selaku Dosen Pembimbing skripsi, terima kasih atas segala waktu, tenaga, ilmu, kesabaran, dan keikhlasannya dalam memberikan ilmu serta membimbing dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
v
4. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya selama penulis mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang diberikan dapat bermanfaat bagi kami semua. 5. Kepala Rumah Singgah Anak Kurnia, yang telah mengizinkan penulis untuk mengadakan penelitian yayasan/lembaga tersebut, serta para guru dan pengasuh/pengelola yayasan yang telah banyak membantu penulis. 6. Pimpinan Perpustakaan Utama, Perpustakaan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Nasional yang dalam penulisan skripsi ini memberikan andil besar dalam hal penyediaan bahan pustaka dan sumber-sumber bacaan untuk kelancaran penulisan skripsi ini. 7. Orang Tua tercinta, Bapak Empik Syafrudin dan ibu Rukiah dengan segala perhatian, bimbingan, dorongan dan cinta kasih sayangnya dalam mendidik dan mengasuh penulis sehingga dapat menempuh jenjang pendidikan dasar sampai perguruan tinggi dengan baik. Semoga segala jasa dan upaya yang telah diberikan menjadi amal shaleh dan diterima di sisi Allah SWT. amin. 8. Saudara-saudaraku tercinta, lilis, wiwin, aang, irma dan neng ica, terima kasih atas segala do’a, dan semangatnya. 9. Kepada kakanda (Ropiudin) dengan segala perhatian,bimbingan serta kasih sayangnya memotivasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 10. Sahabat-sahabat terdekat (Yuli, Syifa)
dan sahabat-sahabat kostan
yang selalu menghiasi hari-hari penulis dengan kebersamaan, keceriaan dan kebahagiaan yang begitu besar. Semoga ukhuwah kita tetap terjaga dan dirahmati oleh Allah SWT. 11. Teman-teman Mahasiswa FITK angkatan 2006 khususnya mahasiswa PAI kelas E yang telah memberikan semangat, dukungan, serta menghiasi dengan kebersamaan, semoga persaudaraan kita tetap terjaga.
vi
Akhirnya penulis hanya berdo’a semoga bantuan mereka semua menjadi amal ibadah yang mendapat balasan dari Allah SWT. Setelah Penulis berusaha dan berdo’a, penulis juga berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. amin.
Jakarta, 25 November 2010
Penulis
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAAN DOSEN PEMBIMBING.................................... i LEMBAR PENGESAHAAN PANITIA UJIAN ............................................... ii LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iii ABSTRAK ............................................................................................................ iv KATA PENGANTAR .......................................................................................... v DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 5 C. Pembatasan dan Rumusan Masalah ..................................................... 5 D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6 E. Signifikasi Masalah................................................................................ 6 BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A.
Pembinaan Kesadaran Beragama a. Kersadaran beragama ..................................................................... 7 1. Pengertian ................................................................................ 7 2. Latar Belakang Manusia Memerlukan Agama ........................ 9 3. Teori sumber kejiwaagamaan manusia .................................... 10 4. Fitrah Manusia ........................................................................ 11 5. Kebutuhan Manusia ................................................................. 13 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap Keberagamaan ........ 17 7. Indikator Sikap keberagamaan ................................................. 23 b. Pembinaan Kesadaran beragama.................................................... 27
viii
B.
Kehidupan Anak Jalanan Beserta Permasalahannya 1. pengertian Anak Jalanan ................................................................ 30 2. karakteristik Anak Jalanan ............................................................. 31 3. Pendekatan Penanganan Anak Jalanan .......................................... 32 4. Masalah-masalah yang di hadapi Anak Jalanan............................. 32
C.
Kerangka Berpikir ............................................................................. 34
D.
Hipotesis .............................................................................................. 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain dan Tempat Penelitian.................................................................... 36 B. Variabel Penelitian ..................................................................................... 36 C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 36 D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 37 E. Kisi-kisi Instrumen Penelitian .................................................................... 38 F. Teknik pengolahan dan Analisis Data........................................................ 41
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................... 44 1. Sejarah Berdirinya Rumah Singgah Anak Kurnia ................................ 44 2. Visi dan Misi Rumah Singgah Anak Kurnia ....................................... 45 3. Tujuan,Sasaran dan Kegiatan Keagamaan ............................................ 46 4. Sarana dan Prasarana ............................................................................. 47 5. Profil Rumah Singgah Anak Kurnia .................................................... 47 6. Keadaan guru dan karyawan Rumah singgah anak Kurnia ................... 48
ix
B. Deskripsi Data ............................................................................................ 48 C. Analisis Data .............................................................................................. 74 D. Interpretasi Data ......................................................................................... 86 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................ 90 B. Saran .......................................................................................................... 91 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak jalanan merupakan sekelompok anak yang menghabiskan waktunya di jalanan. Berkaitan dengan anak jalanan, umumnya mereka berasal dari keluarga yang pekerjaannya berat dan ekonominya lemah. Anak jalanan tumbuh dan berkembang dengan latar kehidupan jalanan dan akrab dengan kemiskinan, penganiayaan, dan hilangnya kasih sayang, sehingga memberatkan jiwa dan membuatnya berperilaku negatif. Mereka itu ada yang tinggal di kota setempat, di kota lain terdekat, atau di propinsi lain. Ada anak jalanan yang ibunya tinggal di kota yang berbeda dengan tempat tinggal ayahnya karena pekerjaan, menikah lagi, atau cerai. Ada juga anak jalanan yang masih tinggal bersama keluarga, ada yang tinggal terpisah tetapi masih sering pulang ke tempat keluarga, ada yang sama sekali tak pernah tinggal bersama keluarganya atau bahkan ada anak yang tak mengenal keluarganya. Karena itu, keharmonisan keluarga antara bapak dan ibu mempunyai pengaruh besar terhadap tingkah laku anak. Sekian banyak penyakit moral; egois, anarkis, dan hilangnya rasa percaya diri, sombong, munafik, dan tidak bertanggung jawab adalah bersumber dan berawal dari suasana kehidupan keluarga. Sekolahan dan masyarakat tidak mampu meluruskannya. Ada memang penyakit tersebut yang disebabkan oleh pengaruh teman-temannya (salah
1
2
pergaaulan), tapi dapat kembali baik karena memiliki latar belakang keluarga yang baik dan moral yang baik yang sudah tertanam sejak kecil. 1 Manusia baik kecil maupun besar, muda ataupun tua, dibekali Allah dengan seperangkat kebutuhan jasmani yang perlu dipenuhi, tidak hanya kebutuhan jasmaniah saja yang perlu dipenuhi, akan tetapi ia juga memerlukan kebutuhan-kebutuhan kejiwaan yang menentukan perkembangan selanjutnya. Kebutuhan terpokok yang harus dipenuhi adalah kebutuhan rasa kasih sayang dan rasa aman. Setelah ia lahir, ia memerlukan pemeliharan dari orang yang dianggapnya dapat membantunya untuk melindungi dirinya setiap saat. Karena keluarga adalah sumber utama dalam pendidikan anak, yang akan membentuk kepribadian anak sesuai dengan fitrah mereka semenjak lahir, maka apabila tidak adanya kesadaran akan rasa tanggungjawab para pendidik (orang tua), itu akan menimbulkan sebab dari penyimpangan yang akan dilakukan oleh anak. Adapun faktor lainnya adalah ketidakharmonisan di dalam keluarga yang menimbulkan perceraian, dan absennya orang tua karena meninggal dunia maupun tidak bisa menjalankan fungsinya, serta konflik hubungan orang tua dengan anak akibat kekerasan dalam keluarga yang mengakibatkan anak berinisiatif untuk memilih hidup di jalanan. Dan biasanya mereka bertingkah laku yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam. Setelah anak memilih untuk keluar dari rumah, mereka akan mencari teman bermain dan bergaul untuk mengisi kekosongan. Sekiranya teman-teman itu jahat dan berperangai buruk, tidak mustahil ia akan terbawa dan tertulari. Dan kemungkinan penyimpangan dan penyelewengan yang dibuat akan semakin menjadi-jadi dan akhirnya akan menjadi bencana bagi masyarakat dan negaranya. 2
1
Abudin, Nata, dan Fauzan, Pendidikan dalam Perspektif Hadits ,(Ciputat: UIN Jakarta
Press, 2005), Cet-1. h. 236. 2
. Abdullah, Nashih Ulwan. Pendidikan Anak Menurut Islam (Pemeliharaan Kesehatan Jiwa Anak), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1990), Cet-1, h. 98.
3
Perkembangan
sosial,
budaya,
politik
ekonomi,
teknologi
serta
perkembangan pertumbuhan penduduk yang cepat, secara langsung maupun tidak mempengaruhi tatanan kehidupan dan budaya suatu bangsa. Banyak anak yang terampas haknya untuk bermain dan sekolah. Disebabkan factor ekonomi yang mengakibatkan ketidakberdayaan orang tua untuk menjaga dan melindungi mereka serta memenuhi kebutuhannya, sehingga menjadikan anak-anak mereka sebagai tumpuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau untuk pembayaran hutang. Selain faktor ekstern, ada faktor intern yang ikut mempengaruhi sikap keberagamaan pada diri seseorang. Faktor- faktor intern yang mempengaruhi tersebut antara lain ialah faktor Hereditas, tingkat usia, kepribadian dan kondisi jiwa seseorang yang turut serta mempengaruhi dan membentuk sikap dan prilaku seseorang. Masalah sikap dan tingkah laku merupakan masalah yang penting yang di dalamnya akan mencerminkan sikap dari tingkah laku yang mencerminkan seseorang beragama. Karena masalah ini penting dalam kehidupan bermasyarakat, terutama lagi dalam kehidupan anak yang berada di jalanan. Karena biasanya mereka kurang control bahkan tidak ada control dari orang tua mereka yang mengakibatkan mereka bertingkah laku yang tidak sesuai dengan norma masyarakat dan ajaran agama Islam. Dengan melihat keadaan di atas, yang menyebabkan prilaku menyimpang sebagai bagian dari kepribadian beragama tatkala seseorang menunjukan hal-hal yang tidak dapat dimaklumi sebagai prilaku yang mencerminkan kesadaran beragama, sehingga timbulah upaya untuk memperbaiki penyimpangan prilaku yang dilakukan oleh anak jalanan. Selama ini upaya yang dapat dilakukan untuk menangani anak-anak jalanan biasanya adalah dengan mengeluarkan mereka dari jalanan, memasukan mereka ke tempat singgah, tempat-tempat pelatihan dan sejenisnya dengan harapan diberikan bekal pendidikan dan keterampilan tertentu, mengurangi aktivitas dan kembalinya mereka ke jalanan.
4
Melihat begitu penting pembentukan prilaku anak jalanan yang mencerminkan prilaku kesadaran beragama, maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian berdasarkan latar belakang masalah di atas. Dengan memilih judul “Pembinaan
Kesadaran Beragama pada Kehidupan Anak
Jalanan” (study kasus di rumah singgah Anak Kurnia).
B. Identifikasi Masalah 1. Kurang efektifnya pendidikan agama dalam keluarga untuk menanamkan kesadaran beragama. 2. Berkembangan politik, ekonomi yang semakin pesat. 3. Kurang berdayanya orang tua untuk menjaga anak mereka. 4. Tidak adanya pegangan nilai dan moral agama yang dapat dijadikan pedoman hidup bagi anak jalanan. 5. Kurangnya
jiwa
tolong
menolong
di
dalam
masyarakat
menyebabkan meningkatnya jumlah anak jalanan. 6. Adanya Faktor ekstern dan intern yang ikut mampengaruhi sikap keagamaan. C. Pembatasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Penelitian ini dibatasi oleh dua aspek pembinaan kesadaran beragama dan kehidupan anak jalanan. Yaitu: 1. Kurang efektifnya pendidikan agama dalam keluarga. 2. Tidak adanya pegangan nilai dan moral agama yang dapat dijadikan pedoman hidup bagi anak jalanan dalam berprilaku yang baik. 2. Rumusan Masalah Untuk mempermudah penyusunan skripsi ini, maka permasalahan yang dibahas dapat penulis rumuskan sebagai berikut:
5
“Apakah pembinaan kesadaran beragama dapat berpengaruh pada prilaku kehidupan anak jalanan?”
D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah:
Untuk menjelaskan sejauhmana pengaruh pembinaan kesadaran beragama pada kehidupan anak jalanan.
Menganalisa hasil penerapan pembinaan kesadaran beragama pada kehidupan anak jalanan yang di selenggarakan pada rumah singgah.
Sebagai syarat penyelesaian tugas akhir S1.
E. Signifikasi Masalah a. Untuk menjadi bahan pertimbangan dalam memperbaiki dan meningkatkan
pelayanan bimbingan pada anak jalanan yang
berpengaruh terhadap prilaku berkehidupan. b. Hasil penelitian ini, dapat dijadikan sumbangan dalam pendidikan, baik bagi penulis khususnya, dan bagi rumah singgah pada umumnya.
BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Pembinaan Kesadaran Beragama a. Kesadaran Beragama 1.Pengertian Arti sadar dalam kamus ilmiah adalah ingat akan dirinya; merasa dan insyaf akan dirinya; siuman; depan; permulaan. 1 Berarti kesadaran ialah ingat akan dirinya untuk melakukan sesuatu berdasarkan dorongan yang ada dari dalam jiwa. Agama berarti “teks” atau “kitab suci” berarti agama diartikan sebagai tuntunan. Selain kata agama, kita juga mengenal kata din yang dalam bahasa Indonesia diartartikan mengandung arti dengan agama. Din dalam bahasa Arab Semit berarti undang-undang atau hukum. Dalam bahasa Arab, kata “Din” mengandung arti menguasai, menundukan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan. Selain kata diatas (agama dan din), ada juga yang disebut dengan religi yang berasal dari bahasa latin asal dari “relegere” yang berarti mengumpulkan dan membaca. Menurut pendapat lain kata tersebut berasal dari “religare” yang berarti mengikat. 2
1
Adi, Satrio, Kamus Ilmiah Populer, Visi 7, 2005, h. 524
2
M. Ali, Hasan, Study Islam Al-Qur’an dan Sunnah, ( jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), Cet.1. h. 19.
6
7
Harun Nasution mengatakan bahwa definisi agama adalah sebagai berikut: 1) pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan ghaib yang harus dipatuhi; 2) pengakuan terhadap adanya kekuatan ghaib yang menguasai manusia; 3) mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang menandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia; 4) kepercayaan pada suatu kekuaatan ghaib yang menimbulkan cara hidup tertentu; 5) suatu sistem tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari kekuatan ghaib; 6) pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan ghaib; 7) pemujaan terhadap kekuatan ghaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat sekitar alam manusia; 8) ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul. 3 Sedangkan kesadaran beragama menurut Zakiah Darajat ialah; aspek mental dari aktivitas agama. Aspek ini merupakan bagian atau segi agama yang hadir (terasa dalam pikiran dan dapat diuji melalui introspeksi. Dengan adanya kesadaran agama dalam diri seseorang yang akan ditunjukan melalui aktivitas keagamaan, maka munculah pengalaman beragama. Adapun yang dimaksud dengan pengalaman beragama ialah unsur perasaan dalam kesadaran agama, yaitu perasaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan dalam tindakan (amaliah) nyata. 4 Secara fitriyah, manusia diciptakan untuk menjadi abdi Allah, yang mana dalam hal ini akan tercremin gambaran menyeluruh tentang hubungan timbal balik antara Pencipta, manusia dan lingkungan dalam konteks pembentukan ihsan kamil (yang berakhlak karimah) sebagai tujuan akhir
pendidikan islam.
Hubungan dan keterkaitan tersebut sekaligus mencerminkan pola tingkah laku yang sejalan dengan penciptaan manusia, yaitu menjadi pengabdi Allah yang setia. 5
1, h. 10.
3
Harun Natusion, Islam ditinjau dari berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1979), jilid
4
Ramayulis, Psikologi Agama,(Jakarta:Kalam Mulia,2009), cet.9, h. 8.
5
Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), Cet.3. h. 9.
8
Firman Allah SWT: ⌧ ☺ ⌧ ☺ ⌧
⌧
Dan (ingatlah), ketika Tuhan-mu mengeluarkan keturunan anak-anak adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksiaan terhadap jiwa mereka (seraya berfirman). Bukanlah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab, tentu (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. (Q.S. Al-Araf:172). 6 Dengan demikian, anak yang baru lahir sudah memiliki potensi untuk menjadi manusia yang bertuhan. Walau ada orang yang tidak mempercayai adanya Tuhan bukanlah merupakan sifat dari asalnya, tetapi erat kaitannya dengan pengaruh lingkungan. Jadi,
pada dasarnya kesadaran untuk beragama dan mengabdikan diri
sebagai hamba Allah itu sudah dimiliki oleh masing-masing individu. Karena pada dasarnyapun hakikat penciptaan manusia untuk mengabdikan dirinya kepada Allah agar selamat di dunia dan akhirat.
2. Latar Belakang Manusia Memerlukan Agama Dalam bukunya Prof Dr. Abudin Nata (metodologi study Islam) mengatakan bahwasannya yang tiga alasan yang melatarbelakangi manusia memerlukan agama adalah sebagai berikut: 1. Latar belakang fitrah manusia Bukti bahwa manusia sebgai makhluk yang memiliki potensi beragama ini dapat dilihat dari bukti historis dan antropologis. Melalui bukti ini kita ketahui
6
Departemen Agama, Mushaf Al-Qur’an Terjemah, (Jakarta: Gema Insani, 2005), QS. Al A’raaf: 172.
9
bahwa pada manusia promitif yang kepadanya tidak pernah datang informasi tentang Tuhan, ternyata mereka mempercayai adanya Tuhan. 2. Kelemahan dan kekurangan manusia Disamping manusia memiliki berbagai kesempurnaan juga memiliki kekurangan yang melatarbelakangi untuk memerlukan agama. Hal ini antara lain diungkapkan oleh kata nafs. Menurut Abudin Natta yang dikutip dari Quraisy Shihab, bahwa dalam pandangan Al-Qur’an nafs diciptakan Allah dalam keadaan sempurna yang berfungsi menampung serta mendorong manusia berbuat kebaikan dan keburukan. 3. Tantangan manusia Faktor ini menyebabkan manusia memerlukan agama karena dalam kehidupannya manusia senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan syaitan (lihat QS 12:5;17:53). Sedangkan tantangan dari luar ialah berupa rekayasa dan upaya manusia yang secara sengaja berupaya ingin memalingkan manusia dari Tuhan. 7
3.Teori Sumber Kejiwa Agamaan pada Manusia Bahwa sesungguhnya yang menjadi keinginan dan kebutuhan manusia itu bukan hanya terbatas pada makan, minum, pakaian ataupun kenikmatankenikmatan lainnya. Pada dasrnya pada diri manusia terdapat semacam keinginan dan kebutuhan yang bersifat universal. Kebutuhan ini melebihi kebutuhankebutuhan lainnya, bahkan melebihi kebutuhan akan rasa kekuasaan. Keinginan akan kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan kodratri, berupa keinginan untuk mencintai dan dicintai Tuhan. Dapat ditarik kesimpulan bahwasannya manusia ingin mengabdikan dirinya kepada Tuhan atau sesuatu yang dianggapnya sebagai zat yang mempunyai kekuasaan tertinggi. Keinginan itu terdapat pada setiap kelompok, 7
hlm.16.
Abudin Nata, Metodologi Study Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006),
10
golongan, atau masyarakat manusia baik yang paling primitif hingga yang paling modern. Karena adanya rasa keinginan untuk mengabdikan diri kepada Tuhan atau dengan kata lain “apakah yang menjadi sumber kejiwa agamaan itu? Untuk menjawab itu timbulah beberapa teori antara lain: 1.
Teori monistik ( mono = satu ) Teori monistik berpendapat, bahwa yang menjadi sumber kejiwa agamaan
itu adalah satu sumber keagamaan. Adapun tokoh teori monistik adalah: Thomas Van Aquino, Fredrick Hegel, Fredrick Schleimacher, Rudolf Otto, Sigmund Freud, William Mac Dougall. 2.
Teori Fakulty ( Faculty Teority ) Teori ini berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu tidak bersumber
pada satu faktor tunggal tetapi terdiri atas beberapa unsur, antara lain yang memegang peranan penting adalah: fungsi cipta, rasa, dan karsa. 8 3.
Teori Fitrah Fitrah berarti mengakui ke-Esaan Allah (tauhid Allah). Manusia lahir
dengan membawa potensi tauhid, atau paling tidak ia berkecenderungan untuk mengesakan Tuhan dan berusaha secara terus menerus untuk mencari dan mencapai ketauhidan tersebut. 9 4. Fitrah Manusia Dalam literatur Islam, istilah fitrah memiliki makna yang beragam. Hal itu disebabkan oleh pemilihan sudut makna. Fitrah dapat dimaknai secara etimologi, terminologi bahkan makna nasabi. a. Makna Nasabi Makna nasabi diambil dari pemahaman beberapa ayat dan hadits Nabi dimana kata fitrah itu berbeda. Karena masing-masing ayat dan hadits 8 9
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2009), h. 53. Ramayulis, Psikologi Agama ,.... h.9.
11
memiliki konteks yang berbeda-beda maka pemaknaan fitrahpun mengalami keragaman Pertama: fitrah berarti suci. Maksud suci disini bukan berarti kosong atau netral (tidak memiliki kecenderungan baik-buruk). Kedua: fitrah berarti potensi ber-Islam Ketiga: fitrah berarti mengakui ke-Esa-an Allah. Manusia lahir dengan membawa potensi tauhid, atau paling tidak, ia berkecenderungan mengesakan Tuhan, dan berusaha terus menerus mencari dan mencapai ketauhidan tersebut. Keempat: fitrah berarti kondisi selamat dan kontinuitas. Kelima: fitrah berarti perasaan yang tulus. Manusia lahir dengan membawa sifat baik. Diantara sifat itu ialah ketulusan dan kemurnian dalam melakukan aktivitas. Keenam: fitrah berarti kesanggupan untuk menerima kebenaran. Ketujuh: fitrah berarti potensi dasar manusia atau perasaan untuk beribadah dan makrifat kepada Allah. Kedelapan: fitrah berarti ketetapan atau takdir asal manusia mengenai kebahagiaan dan kesengsaraan hidup. Kesembilan: fitrah berarti tabiat atau watak asli manusia. Kesepuluh: fitrah berati sifat-sifat Allah yang ditiupkan pada setiap manusia sebelum dilahirkan. Kesebelas: fitrah dalam beberapa hadist memiliki arti takdir atau status anak yang dilahirkan.
ﺣﺪّﺛﻨﺎ ﻋﺒْ ُﺪ: ﻗﺎل،ﻲ َاﻟْ َﺒﺼْ ِﺮيﱡ ﻄ ِﻌ ﱡ َ ﻲ َاﻟْ ُﻘ َ ْ ﺣﺪّﺛﻨﺎ ﻣﺤﻤّﺪ ﺑﻦ َﻳﺤ: ﻗﺎل ﻋﻦْ َأﺑِﻲ َ ،ِﻋﻦْ َأﺑِﻲ ﺻَﺎِﻟﺢ َ ،ْ ﺣﺪّﺛﻨﺎ َاﻟَْﺄﻋْ َﻤﺶ،ﻦ َر ِﺑ َﻌ ُﺔ اْﻟ ُﻤﻨَﺎ ِﻧﻲﱡ ُ ْاﻟ َﻌ ِﺰﻳْﺰ ﺑ ﻰ َ ) ُآﻞﱡ َﻣﻮُْﻟﻮْ ٍد ُﻳﻮَْﻟ ُﺪ ﻋَﻠ: ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻞ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠّﻢ: ﻗﺎل،َُه َﺮﻳْ َﺮة ْ َﻓ َﻤﻦ: ﷲ ِ لا ُ ْﺳﻮ ُ ﻳَﺎ َر: ﻞ َ ِﻗ َﻴ،(ﺸ ﱢﺮآَﺎ ِﻧ ِﻪ َ ﺼﺮَا ِﻧ ِﻪ َأوْ ُﻳ َﻓَﺄ َﺑﻮَا ُﻩ ُﻳ َﻬ ﱢﻮدَا ِﻧ ِﻪ َأوْ ُﻳ َﻨ ﱢ،ِاﻟْﻤﱠﻠﺔ
12
ﺣﺪﺛﻨﺎ اﺑﻦ وهّﺐ: ﺣﺪّﺛﻨﻲ أﺑﻮا اﻟﻄﺎهﺮ و أﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﻴﺴﻰ ﻗﺎل أﺧﺒﺮﻧﻰ ﻳﻮﻧﺲ اﺑﻦ ﻳﺰﻳﺪ ﻋﻦ اﺑﻦ ﺷﻬّﺎب أن أﺑﺎ ﺳﻠﻤﺔ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﺮﺣﻤﻦ ﻣﺎﻣﻦ: أﺧﺒﺮﻩ أن أﺑﺎ هﺮﻳﺮة ﻗﺎل ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻞ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻣﻮﻟﻮد اﻻ ﻳﻮﻟﺪ ﻋﻠﻰ اﻟﻔﻄﺮة ﺛ ّﻢ ﻳﻘﻮل اﻗﺮأ و اﻓﻄﺮة اﷲ اﻟﺘﻰ اﻟﻨﺎس ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻻ 11 ( )رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ.ﺗﺒﺪﻳﻞ ﻟﺨﻠﻖ اﷲ ذﻟﻚ اﻟﺪﻳﻦ اﻟﻘﻴﻢ b. Makna Terminologi Berdasarkan makna etimologi dan nasabi maka fitrah menurut terminologi ialah “citra asli yang dinamis, yang terdapat pada sistem-sistem psikofisik manusia, dan dapat dikatualisasikan dalam bentuk tingkah laku, citra unik tersebut telah ada sejak awal penciptaannya.” 12 Hasan langgulung mengatakan: “Salah satu ciri fitrah ialah, bahwa manusia menerima Allah sebagai Tuhan, dengan kata lain manusia itu dari asal mempunyai kecenderungan beragama, sebab agama itu sebagian dari fitrahnya. Dengan demikian, anak yang baru lahir sudah memiliki potensi untuk menjadi manusia yang bertuhan. Walau ada orang yang tidak mempercayai adanya Tuhan bukanlah merupakan sifat dari asalnya, tetapi erat kaitannya dengan pengaruh lingkungan. Menurut Yosep Nutti dorongan beragama merupakan salah satu dorongan yang bekerja dalam diri manusia seperti dorongan-dorongan lainnya, misalnya: makan, minum, intelek dan lain sebagainnya. Sejalan dengan hal itu dorongan untuk
beragamapun menuntut untuk dipenuhi sehingga pribadi manusiapun
mendapat kepuasan dan ketenangan. Selain itu dorongan beragama merupakan )دار اﻟﻤﻌﺮﻓﺔ،ﺢ ﻷﺑﻲ ﻋﻴﺴﻰ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﻴﺴﻰ ﺑﻦ ﺳﻮرة ُ ْﺤﻴ ِ ﻦ اَﻟﺘﱢﺮﻣِﺬِي اﻟﺠَﺎ ِﻣ ُﻊ اﻟﺼﱠ ُ ﺳ َﻨ ُ ، اﻟﺸﻴﺦ ﺧﻠﻴﻞ ﻣﺄﻣﻮن ﺷﻴﺤﺎ10 .851 . هـ( ص209-297 ﺑﻴﺮوت ﻟﺒﻨﺎن .458 . ص،( )ﻃﻪ ﻓﻮﺗﺮا ﺳﻤﺎراع،ﺻﺤﻴﺢ ﻣﺴﻠﻢ اﻟﺠﺰ اﻟﺜﻠﻨﻲ11 12 Abdul, Mujib, dkk, Nuansa-nuansa Psilkologi Islam, ( jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2002), Cet.2.h.78-84
13
dorongan insaniah yang tumbuhnya dari gabungan beberapa faktor penyebab yang bersumber pada sumber dan rasa keagamaan. 13 5. Kebutuhan Manusia 1. Kebutuhan individu Dalam bukunya Zakiayah Daradjat (peranan Agama dalam kesehatan mental), membagi kebutuhan manusia atas dua kebutuhan pokok, yaitu : 1. Kebutuhan primer, 2. Kebutuhan sekunder. a.
Kebutuhan Primer
Kebutuhan primer yaitu, berupa kebutuhan jasmaniah: seperti makan, minum, seks dan sebagainya (kebutuhan ini didapat manusia semenjak lahir tanpa dipelajari). Diantara kebututuhan tersebut yang banyak pengaruhnya terhadap kesehatan mental ialah kebutuhan seks. 1.
Kebutuhan seks Pemenuhan kebutuhan ini terutama pada masa remaja demikian
menonjolnya sehingga dapat mendatangkan pengaruh negatif, dengan tidak terpenuhinya kebutuhan seks ini akan menimbulkan gangguan kejiwaan dalam bentuk tindakan abnormal, yang disebut sebagai keabnormalan seksuil. 2.
Melarikan diri Kebutuhan manusia akan perlindungan dan keselamatan baik jasmani
maupun rohani. Perlengkapan dan persenjataan merupakan usaha manusia dalam menyalurkan kebutuhan proteksi jasmaniahnya, sedangkan agama merupakan penyaluran proteksi rohaniahnya. Jika kebutuhan ini meningkat ketaraf yang sudah tidak rasional lagi, maka timbulah rasa takut yang berlebih-lebihan (phobia). 3. Pencegahan Kebutuhan manusia untuk mencegah terjadinya reaksi melarikan diri. Kebutuhan inimerupakan dorongan manusia terhadap tantangan dari luar, kemudian berusaha menekan, menantang kemudian menyalurkannya. 4.
Ingin tahu 13
Ramayulis, Psikologi Agama , (Jakarta: kalam Mulia, 2009), h.50
14
Kebutuhan rohani manusia untuk ingin mengetahui segala sesuatu termasuk latar belakang kehidupannya. Yang mana mendorong mengembangkan dirinya sesuai kodrat hidupnya. 5.
Humor Kebutuhan manusia untuk mengendorkan beban kejiwaan yang dialaminya
dalam bentuk verbal dan perbuatan. b. Kebutuhan Sekunder Kebutuhan sekunder yaitu, kebutuhan rohaniah seperti kebutuhan sosial, kebutuhan ingin dicintai dan sebagainnya. Kebutuhan ini sudah ada sejak manusia kecil. Zakiyah Daradzat membagi kebutuhan sekunder kedalam enam macam, yaitu: 1. Kebutuhan akan rasa kasih sayang Kebutuhan akan rasa kasih sayang berperan penting dalam menentukan sikap dan tingkah laku kejiwaan seseorang.usaha untuk memperoleh rasa kasih saayang tersebut akan mengakibatkan mereka mengeluh, mengadu dan menjilat, sebagai usaha untuk memperoleh kasih sayang. Gejala sampingan kehilangan rasa nafsu makan, kurang tidur, pessimis, sakit kepala, keras kepala dan lain sebagainya. 2. Kebutuhan akan rasa aman Tidak adanya rasa aman akan menyebabkan manusia terganggu sikap intergritas dirinya dengan masyarakat dan dengan lingkungannya. Dampak negatif tidak taerpenuhinya kebutuhan ini ialah: curiga, buruk sangka, berusaha mempertahankan diri dengan menggunakan kekuatan fisik (jimat). 3. Kebutuhan akan rasa harga diri Kebutuhan ini bersifat individual. Jika kebutuhan akan rasa harga diri tidak terpenuhi menyebabkan seseorang menyombongkan diri, dan sebagainya. 4. Kebutuhan akan rasa bebas Penyaluran rasa bebas ini sampai merasa lega. Kehilangan rasa bebas akan menyebabkan seseorang merasa gelisah, tertekan, prustasi dan sebagainya. Banyak penyakit phisik seperti reumatik, darah tinggi, sakit jantung, lidah kaku,
15
maupun hilang ingatan sebagai akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan akan rasa bebas. 5. Kebutuhan akan rasa sukses Penyaluran kebutuhan ini akan menambah rasa harga diri. Pemberian tugas yang sesuai dengan kemampuan dan ganjaran batin penghargaan terhadap keberhasilan seseorang merupakan untuk menyalurkan rasa sukses. 6. Kebutuhan akan rasa ingin tahu Kebutuhan rasa ingin tahu akan terpenuhi melalui pembinaan pribadi seseorang. Kebutuhan ini jika tidak tersalurkan akan menyebabkan orang melakukan
tindakan-tindakan
negatif
yang
kurang
dapat
dipertanggungjawabkan. Menurut Zakiayah Daradjat, adanya kerjasama keenam macam kebutuhan tersebut menyebabkan orang membutuhkan agama. Melalui agama kebutuhankebutuhan tersebut dapat disalurkan. Yaitu dengan cara melaksanakan ajaran agama secara benar dan baik maka semua kebutuhan tersebut dapat terpenuhi.
2. Kebutuhan Sosial Bentuk kebutuhan ini menurut Guilford berupa: a. Pujian dan kritikan b. Kekuasaan dan mengalah c. Pergaulan d. Imitasi dan simpati e. Perhatian
3. Kebutuhan terhadap Agama Menurut howard ada 9 buah kebutuhan dasar spiritual manusia, yaitu:
16
1. Kebutuhan akan kepercayaan dasar (basic trus) yang senan tiasa secara teratur terus-menerus diulang guna membangkitkan kesadaran bahwa hidup ini adalah ibadah. 2. Kebutuhan akan makna hidup, tujuan hidup dalam membangun hubungan yang selaras, serasi dan seimbang dengan Tuhannya (vertikal) dan dengan manusia (horizontal) serta alam sekitarnya. 3. Kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungannya dalam hidup keseharian. Pengalaman agama hendaknya integratif antara ritual dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. 4. Kebutuhan akan pengisian keimanan dengan selalu secara teratur mengadakan hubungan dengan Tuhan. Ini dimaksudkan agar kekuatan iman tidak melemah. 5. Kebutuhan akan rasa bebas dari rasa bersalah dan berdosa. Rasa bersalah merupakan beban mental bagi seseorang dan tidak baik bagi kesehatan jiwa. Dengan melaksanakan ibadah secara sungguh-sungguh maka seseorang akan terbebas dari rasa bersalah dan berdosa. 6. Kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri, disinilah pentingnya agama agar martabat manusia tetap pada fitrahnya. 7. Kebutuhan akan rasa aman terjamin dan keselamatan terhadap harapan masa depan. Dengan adanya kebutuhan ini melahirkan adanya kepercayaan terhadap hari akhirat. Dengan adanya kepercayaan ini orang berusaha mencapai keselamatan hidup di akhirat. 8. Kebutuhan akan terpeliharanya interaksi dengan alam dan sesama manusia. Dengan kata lain, manusia harus menjalin hubungan dengan makhluk Tuhan yang lain, baik sesama manusia maupun lingkungan sekitar. 9. Kebutuhan akan kehidupan bermasyarakat yang sarat dengan nilainilai religiusitas. Merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi kehidupan komunitas keagamaan. Dengan melakukan berbagai
17
kegiatan peribatan bersama merupakan media selain mempererat kasih sayang dan meningkatkan keimanan. 14 Dengan demikian, dari 9 kebutuhan manusia tersebut, berarti manusia memerlukan tuntunan. Karena manusia tidak pernah bebas dari berbagai macam pengalaman senang ataupun susah, takut atau tenang, kecewa atau puas, sakit atau sehat dan sebagainya. Tuntunan naluri agama yang akan menjadi tuntunan dalam kehidupan manusia, harus berdasarkan wahyu yang diturunkan kepada Rasul-Nya. Dalam keadaan bagaimanapun dan kepada siapa pun juga, agama dapat memberikan jalan pemecahan, atau jalan keluar dari berbagai macam kesulitan yang dihadapi. Agama Islam sesuai untuk orang yang sederhana sekalipun dan sampai kepada pemikir-pemikir yang jenius. 15 Kebutuhan anak akan agama pada umumnya kurang mendapat perhatian para pendidik dan psikolog. Padahal si anak sejak lahir telah dihadapkan kepada pengalaman keagamaan, lewat penglihatan, pendengaran, dan perlakuan orang tuanya terutama di dalam keluarga yang taat beragama. Misalnya anak-anak di dalam keluarga muslim, begitu lahir telah diperdengarkan di telinganya suara adzan. Kemudian suara adzan itu akan berulangkali didengarnya setiap waktu sholat tiba. 16 6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Keagamaan. Manusia sebagai makhluk Allah yang diberi kelebihan dari pada makhluk lainnya yaitu dianugerahkan untuk mengenal tuhannya. Dari kemampuan untuk mengenal Tuhan, lahirlah kemampuan untuk beragama. Keduanya fitrah yang dianugerahkan oleh Tuhan dalam diri manusia. Dengan kemampuan mengenal Tuhan, manusia dapat memenuhi kebutuhan jiwanya seperti kebutuhan kebebasan, kebutuhan akan rasa kasih
14
. Ramayulis, Psikologi Agama.... hlm. 38
15 16
M. Ali, Hasan, Study Islam Al-Qur’an dan Sunnah, ... Cet, 1. hlm. 28.
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama,1995), Cet.2, hlm. 22.
18
sayang, rasa aman dan sebagainya. Namun demikian, tidak setiap orang mempunyai kesempatan untuk mengenal agama. Hal itu disebabkan karena orang tuanya acuh tak acuh terhadap agama, ditambah lagi dengan keadaan lingkungan yang jauh dari nilai-nilai agama. Selain itu ada juga yang mendapat kesempatan untuk mengenal agama, karena sejak kecil telah dibiasakan dan dilatih untuk menjalankan agama. Orang tuanya pun taat beribadah dan memberi contoh yang baik, di samping itu lingkungan masyarakat sekitarnya diwarnai nilai-nilai agama. Agama menyangkut batin manusia, oleh karena itu kesadaran beragama dan pengalaman seseorang lebih menggambarkan sisi-sisi batin dalam kehidupan yang ada kaitannya dengan sesuatu yang sakral dan ghaib. Dari kesadaran beragama dan pengalaman beragama yang kemudian munculah sikap keagamaan yang ditampilkan seseorang. Jadi, dapat disimpulkan bahwasanya sikap keagamaan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Di bawah ini akan lebih dijelaskan mengenai dua faktor tersebut adalah: 1. Faktor intern, yaitu faktor dari manusia itu sendiri, karena manusia adalah homo religius (makhluk beragama) yang sudah memiliki fitrah untuk beragama. 17 Di sumber lain dikatakan bahwa secara garis besar faktor-faktor yang ikut berpengaruh terhadap perkembangan jiwa keagamaan antara lain adalah sebagai berikut: a. Hereditas Jiwa keagamaan memang bukan secara langsung sebagai faktor bawaan yang diwariskan secara turun temurun, melainkan terbentuk dari berbagai unsur lainnya yang mencakup kognitif, afektif dan konatif. Menurut Sigmund Freud perbuatan yang buruk dan tercela jika dilakukan akan menimbulkan rasa bersalah (sense of guilt) dalam diri seseorang. Bila pelanggaran yang dilakukan terhadap larangan agama, maka dalam diri pelakunya akan timbul rasa berdosa, dan perasaan seperti ini barangkali yang ikut mempengaruhi perkembangan 17
Jalaludin, Psikologi Agama,... hlm. 213.
19
jiwa keagamaan seseorang sebagai unsur hereditas, sebab dari berbagai kasus pelaku zina sebagian besar memilki latar belakang keturunan dengan kasus yang sama. b. Tingkat usia Meskipun tingkat usia bukan merupakan satu-satunya faktor perkembangan jiwa keagamaan seseorang, tetapi kenyataan ini dapat dilihat dari perbedaan pemahaman agama dari tingkat usia yang berbeda. c. Kepribadian Kepribadian menurut pandangan psikologi terdiri dari dua unsur, yaitu unsur hereditas dan pengaruh lingkungan. Hubungan antara unsur hereditas dengan pengaruh lingkungan inilah yang membentuk kepribadian, dan setiap manusia memiliki kepribadian yang unik dan berbeda-beda, sehingga perbedaan tersebut membawa pengaruh terhadap perkembangan jiwa keagamaan seseorang. d. Kondisi jiwa seseorang Bagaimanapun juga kondisi jiwa seseorang akan berpengaruh pada pandangan tentang agama, seseorang yang mengidap phobia akan dicekam rasa takut yang irrasional sehingga pandanganya terhadap agama akan dipengaruhi oleh hal yang demikian juga. Sedangkan seseorang yang normal akan memandang agama secara sadar dan dapat berpikir sehat. 18 2. Faktor ekstern, yaitu lingkungan yang dinilai berpengaruh dalam perkembangan jiwa keagamaan seseorang, karena lingkungan merupakan tempat dimana seseorang itu hidup dan berinteraksi, lingkungan disini dibagi menjadi tiga, yaitu keluarga, instuisi dan masyarakat. Lingkungan Keluarga Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan menyenangkan, maka anak akan tumbuh baik pula, begitupun sebaliknya.
18
Jalaludin, Psikologi Agama,... hlm. 241-246
20
Berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah, tujuan terpenting dari pembentukan keluarga ialah sebagai berikut: •
Mendirikan syariat Allah dalam segala permasalahan rumah tangga.
•
Mewujudkan ketentraman dan ketenangan psikologis.
•
Mewujudkan Sunnah Rasulullah.
•
Memenuhi kebutuhan cinta-kasih anak.
•
Menjaga fitrah anak agar anak tidak melakukan penyimpanganpenyimpanagan 19 Jadi, keluarga adalah orang yang pertama bertanggung jawab terhadap
perkembangan atau pendidikan anak yang sedang tumbuh. Hal tersebut sebagaimana yang telah tertulis dalam Al-Qur’an surat At-Tahrim ayat 6: 20
…. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka … Dalam bukunya Abdul Rachman Shaleh, ada tiga macam lingkungan keluarga yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan keagamaan seseorang yaitu: 21 1. Keluarga yang sadar akan pentingnya pendidikan agama bagi perkembangan anak, orang tua dari lingkungan keluarga yang demikian akan selalu mendorong anaknya untuk kemajuan pendidikan agama serta bersama-sama mengajak anak untuk menjalankan perintah agama dan menjauhi laranganya. Dalam hal ini orang tua dapat mendatangkan guru ngaji atau privat agama serta menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah madrasah dan mengikuti kursuskursus keagamaan.
hlm.139.
19
Abdurrahman, An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat...,
20
Departemen Agama, Mushaf Al-Qur’an Terjemah, (Jakarta: Gema Insani, 2005), QS.
At-Tahrim ayat 6. 21
Abdul Rachman Saleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, (Jakarta: PT Gemawindu Pancaperkasa, 2000), Cet. 1, hlm. 96.
21
2. Keluarga yang acuh tak acuh terhadap pendidikan agama anak. Orang tua dari keluarga seperti ini tidak mendorong ataupun melarang terhadap kegiatankegiatan keagamaan dan bersikap acuh terhadap sikap keagamaan anak-anak mereka. 3. Keluarga yang antipati terhadap dampak dari keberadaan pendidikan agama di sekolah atau dari masyarakat sekitarnya. Orang tua dari keluarga seperti ini akan menghalangi dan menyikapinya dengan kebencian terhadap kegiatan keagamaan yang dilakukakan oleh anak mereka. Banyak alasan mengapa pendidikan agama di rumah sangat penting, yang pertama. Karena pendidikan di sekolah, di masyarakat di rumah ibadahpun prekuensinya sangat rendah. Karena Pendidikan agama di masyarakat, di rumah ibadah seperti masjid hanya berlangsung beberapa jam saja setiap minggunya, sedangkan di sekolah hanya berlangsung dua sampai empat jam pelajaran setiap minggunya. Alasan kedua, dan yang paling penting bahwasanya inti dari pendidikan agama islam adalah penanaman iman ke dalam diri seseorang, dan penanaman iman itu hanya mungkin dilaksanakan secara maksimal dalam kehidupan sehari-hari dan itu hanya mungkin dilakukan di rumah, karena pendidikan agama itu intinya adalah pendidikan keberimanan, yaitu usahaa-usaha menanamkan keimanan di hati anak-anak. 22 Pembentukan kesadaran beragama ini sangat erat kaitannya dengan peran orang tua sebagai teladan dalam pembentukan pribadi anak, karena orang tua adalah panutan dan cermin pertama kali yang mereka lihat dan mereka tiru sewbelum mereka berpaling kepada lingkungan sekitarnya. Yang mana dari kesadaran beragama tersebut akan menimbulkan sikap atau tingkah laku beragama. Perkembangan sikap sosial anak pun terbentuk mulai di dalam keluarga, orang tua yang penyayang, lemah lembut, adil, dan bijaksana, akan menumbuhkan sikap sosial yang menyenangkan pada anak, ia akan gembira dan segera akrab dengan orang lain. Karena ia merasa diterima dan disayangi oleh orang tuanya, 22
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,1999), Cet. IV, hlm. 134.
22
maka akan bertumbuh padanya rasa percaya diri dan percaya terhadap lingkungannya; hal yang menunjang terbentuknya pribadi yang menyenangkan dan suka bergaul. Seperti dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir yang artinya: “Barang siapa yang memberikan teladan suatu kebaikan, maka ia akan memperoleh pahala ditambah pahala seperti pahala yang didapat oleh mereka yang meneladaninya sesudahnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dalam Islam itu, barang siapa yang memberi teladan keburukan, maka ia akan memperoleh dosa ditambah dosa seperti yang didapat oleh mereka yang meneladaninya sesudahnya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” Dapat penulis simpulkan Jika para pendidik (orang tua) tidak bertanggung jawab atas perkembangan
serta amanah dalam menjaga anak-anaknya, dan
jeleknya pendidikan mereka dalam keluarga akan membawa atau sebab bagi seorang anak untuk melakukan penyimpangan. Diantara faktor- faktor dasar yang menyebabkan penyimpangan anak diantaranya sebagai berikut: 23 • Kefakiran yang menaungi sebagian rumah • Perselisihan dan konflik antara ibu-bapak • Perceraian dan implikasi kemiskinan • Memanfaatkan waktu luang anak dan remaja • Buruknya perlakuan orang tua terhadap anak • Kelalaian orang tua terhadap pendidikan anak • Musibah keyatiman Lingkungan Institusional Lingkungan institusional yang ikut mempengaruhi perkembangan jiwa keagamaan dapat berupa intitusi formal seperti sekolah maupun non formal seperti perkumpulan atau organisasi. 23
Al Ahwani, Abdullah, Nashih Ulwan. Pendidikan Anak Menurut Islam (Pemeliharaan Kesehatan Jiwa Anak),... hlm. 97.
23
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang melaksaanakan pembinaan pendidikan dan pengajaran dengan sengaja, teratur dan terencana. Dalam hubungan ini Zakiah Daradjat mengatakan, bahwasanya; Lembaga pendidikan yang melaksanakan pembinaan pendidikan dan pengajaran dengan sengaja, teratur dan terencana adalah sekolah. Guru-guru yang melaksanakan tugas pembinaan, pendidikan dan pengajaran tersebut adalah orang-orang yang telah dibekali dengan pengetahuan tentang anak didik, dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas pendidikan.
Guru masuk
kedalam kelas, membawa seluruh unsur kepribadiannya, agamanya, akhlaknya, pemikiranya, sikap dan ilmu pengetahuan yang dmilikinya. Penampilan guru, pakaiannya, cara berbicara, bergaul dan memperlakukan anak bahkan emosi dan keadaan jiwa yang dialaminya, ideologi dan paham yang dianutnya terbawa tanpa disengaja ketika ia berhadapan dengan anak didiknya. Seluruhnya akan terserapoleh sianak tanpa disadari oleh guru dan orang tua, bahkan anak sampai kagum dan sayang kepada gurunya. 24 Lingkungan Masyarakat Dalam kehidupan, manusia tidak akan pernah lepas dari orang lain, karena manusia adalah makhluk sosial yang dalam hidupnya saling membutuhkan satu sama lain. Untuk itu, lingkungan masyarakat merupakan salah satu faktor yang juga ikut mempengaruhi perkembangan sikap dan perilaku seseorang. Masyarakat disini dapat diartikan sebagai komunitas yang amat heterogen dengan berbagai aspeknya. Di dalamnya terdapat kegiatan dalam bidang agama, sosial, ekonomi, politik, seni budaya, ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya. Semuanya itu merupakan lingkungan yang dapat digunakan untuk kegiatan pendidikan. 25
24
Abudin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005), Cet. 1, hlm. 270. 25
Abudin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an...., hlm. 276.
24
Adapun lingkungan masyarakat yang dapat memberi pengaruh terhadap perkembangan sikap keagamaan anak dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu: 26 1. Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama. Lingkungan yang seperti ini biasanya tidak peduli terhadap segala aspek kegiatan yang bersifat keagamaan bagi masyarakatnya. Masyarakat seperti ini menganggap bahwasanya urusan agama merupakan tanggung jawab pribadi masing-masing. 2. Lingkungan yang berpegang teguh pada tradisi agama, tetapi tanpa dorongan batin. Biasanya lingkungan seperti ini manghasilkan anak-anak beragama tanpa kritik, atau beragama secara kebetulan. 3. Lingkungan yang mempunyai tradisi agama dengan sadar dan hidup dalam lingkungan agama. Bagi lingkungan yang kurang kesadarannya, anak-anak akan mengunjungi tempat-tempat ibadah dan ada dorongan orang tua, tetaapi tidak kritis dan tidak ada bimbingan. Sedangkan bagi lingkungan agama yang kuat, kemungkinan hasilnya akan lebih baik dan bergantung kepada baik buruknya pimpinan dan kesempatan yang diberikan. Suatu kehidupan masyarakat pada dasarnya dibatasi oleh berbagai norma dan nilai-nilai yang didukung oleh warganya. Oleh karena itu, setiap warga berusaha untuk menyesuaikan sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan norma dan nilai yang ada dan tolong menolong dalam hal kebajikan. Seperti firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al Maidah:2. ....
⌧
26
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. 2, hlm. 175.
25
dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. Walaupun kecenderungan beragama merupakan fitrah bagi setiap manusia, akan tetapi dalam pembentukan dan perubahannya ditentukan oleh faktor intern dan ekstern individu dan keduanya mempunyai kaitan satu sama lain dalam arti saling mempengaruhi. 7. Indikator Sikap Keagamaan Agama
menyangkut
kehidupan
manusia.
Kesadaran
agama
dan
pengalaman agama seseorang menggambarkan sisi-sisi batin dalam kehidupan yang berkaitan dengan sesuatu yang sakral dan ghaib. Dari kesadaran dan pengalaman agama inilah timbulnya sikap keagamaan yang ditampilkan oleh seseorang. Untuk dapat menilai apakah seseorang mempunyai sikap keagamaan atau tidak dapat dilihat dari lima dimensi, yaitu: 27 1. Dimensi keyakinan (ideologis) yang disejajarkan dengan akidah. Dimensi ini merujuk pada seberapa jauh tingkat keyakinan seorang muslim terhadap kebenaran ajaran-ajaran agamanya, terutama terhadap ajaran-ajaran yang bersifat fundamental dan dogmatik. Di dalam Islam, dimensi ini menyangkut keyakinan tentang Allah, para Malaikat, Nabi/ Rasul, kitab-kitab Allah, surga dan neraka dan lain-lain. Contoh: Apakah mereka percaya pada Allah, para Malaikat, Nabi/ Rasul, Kitab-Kitab Allah, surga dan neraka dan lain-lain. 2. Dimensi peribadatan/ praktek agama (ritualistik) yang disejajarkan dengan syariah. Dimensi ini merujuk pada seberapa jauh tingkat kepatuhan seorang muslim dalam mengerjakan kegiatan ritual sebagaimana diperintahkan dan dianjurkan oleh agamanya, dalam Islam dimensi peribadatan menyangkut 27
Djamaluddin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam ; Solusi Islam akan Problem Psikologi, Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2005, Cet . I, h. 77
26
pelaksanaan shalat, zakat, membaca al-Qur’an, berdoa, dan lain-lain. Contoh: apakah mereka shalat, puasa, zakat, membaca al-Qu’an, berdoa dan lain-lain. 3. Dimensi penghayatan (eksperiensal) Dimensi ini merujuk pada seberapa jauh tingkat seorang muslim dalam merasakan dan mengalami perasaan-perasaan dan pengalaman religius, dalam Islam dimensi ini terwujud dalam perasaan dekat atau akrab dengan Allah, perasaan doa-doa terkabul, perasaan bersyukur pada Allah dan lainlain. Contoh: Apakah mereka memiliki perasaan dekat atau akrab dengan Allah dan lain-lain. 4. Dimensi pengetahuan Dimensi ini merujuk pada seberapa jauh tingkat pengetahuan dan pemahaman
seorang
muslim
terhadap
ajaran-ajarannya,
terutama
mengenai ajaran-ajaran pokok dari agamanya, dalam Islam dimensi ini menyangkut pengetahuan tentang isi al-Qur’an, pokok-pokok ajaran yang harus diimani dan dilaksanakan (rukun Iman dan rukun Islam), hukumhukum Islam dan sebagainya. Contoh: Apakah mereka mengikuti pengajian, kegiatan-kegiatan keagamaan, membaca buku-buku keagamaan dan lain-lain). 5. Dimensi pengamalan (konsekuensial) yang disejajarkan dengan akhlak Dimensi ini merujuk pada seberapa jauh tingkat pengamalan seorang muslim berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya yaitu bagaimana seorang manusia berinteraksi dengan alam dan manusia lain. Dalam Islam, dimensi ini meliputi suka menolong, bekerjasama, menegakkan keadilan, berlaku jujur, bersikap sopan santun, memaafkan, tidak mencuri dan lain-lain. Secara umum cerminan sikap keagamaan dinyatakan dalam tiga hal, yaitu akidah, syariah, dan akhlak. Akidah merupakan pondasi utama yang akan menentukan sikap seseorang dengan keimanan yang tertanam dalam dirinya. Obyek keimanan yang tidak akan berubah dan tidak akan pernah hilang adalah keimanan yang ditentukan oleh agama. Akhlak itu sendiri merupakan tingkah laku
27
manusia atau sikap hidup manusia dengan pergaulan hidup, sedangkan syariah merupakan peraturan-peraturan yang diciptakan Allah atau pokok-pokok supaya manusia berpegang teguh kepadanya di dalam hubungannya dengan Tuhannya dan dengan kehidupannya. 28 Liput syariah sendiri meliputi segi hubungan manusia dengan Tuhan yang disebut dengan ibadah, dan segi hubungan manusia dengan sesama yang disebut dengan muamalah. Antara ibadah dan muamalah mempunyai ikatan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, dalam artian keduanya harus bernilai ibadah sesuai dengan maksud dan tujuan penciptaan manusia. Sementara itu, akhlak merupakan pokok esensi ajaran islam disamping akidah dan syariah. Dalam ajaran agama islam, akhlak adalah suatu ilmu yang di dalamnya terdapat ajaran tentang tingkah laku manusia atau sikap hidup manusia dengan pergaulan hidup. Ajaran akhlak merupakan indikator kuat bahwa prinsipprinsip Islam sudah mencakup semua aspek dari segi kehidupan manusia lahir maupun batin dan mencakup semua bentuk komunikasi, yaitu komunikasi vertikal dan horizontal. Dengan demikian, untuk menjadikan manusia memiliki sikap keagamaan yang sesuai dengan ajaran agama Islam, mereka memerlukan bimbingan dan pengembangan. Untuk dapat mengetahui bentuk sikap keagamaan seseorang maka dapat dilihat dari seberapa jauh keterkaitan komponen kognisi, afeksi dan konasi seseorang dengan masalah-masalah yang menyangkut agama. Karena bagaimanapun juga hal tersebut tidak ditentukan oleh hubungan sesaat melainkan hubungan proses, sebab sikap dibentuk melalui hasil belajar dari interaksi dan pengalaman. 29 Jika keagamaan adalah suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama, maka merujuk pada rumusan di atas terlihat bahwa ada tiga aspek keagamaan, yaitu:
28 29
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam...., hlm. 42-43. Jalaluddin, Psikologi Agama ..., hlm. 216.
28
1. Aspek kognisi, yaitu segala hal yang berhubungan dengan intelek manusia, dimana akal pikiran merupakan potensi manusia yang dapat dikembangkan untuk mendorongnya melakukan perbuatan yang baik dan
menghindarkan
perbuatan
yang
buruk.
Dengan
adanya
kemampuan manusia berpikir dan memahami perbuatan-perbuatannya maka manusia membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama, sehingga jiwa manusia mengakui adanya zat yang Maha Kuasa tempat untuk berlindung dan memohon pertolongan. 2. Aspek afeksi, yaitu segala hal yang berhubungan dengan segala perasan (emosional) seperti senang, setuju, tidak setuju bila seseorang percaya bahwa agama adalah sesuatu yang baik dan benar maka akan timbul perasaan suka terhadap agama sehingga menimbulkan sikap batin yang seimbang dalam menghayati kebenaran agama. 3. Aspek konasi, yaitu segala hal yang berhubungan dengan perilaku keagamaan. Aspek ini berfungsi mendorong timbulnya perasaan doktrin suatu ajaran agama untuk mengamalkan ajaran agama dengan penuh keikhlasan dalam hidupnya. Dengan demikian ketiga aspek ini saling berkaitan satu sama lain dalam pengamalan ajaran agama. Aspek kognisi berperan menentukan benar atau tidaknya ajaran agama berdasarkan pertimbangan intelaktual seseorang, aspek afeksi berperan menimbulkan sikap batin yang seimbang dan positif dalam menghayati kebenaran ajaran agama dan aspek kognisi berperan menimbulkan amalan-amalan doktrin keagamaan yang benar. Dari berbagai uraian tentang sikap keagamaan, maka yang dimaksud dengan sikap keagamaan siswa di penelitian ini adalah: suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Sikap keagamaan tersebut terjadi oleh adanya konsistensi antara pemahaman terhadap keagamaan sebagai unsur kognitif, perasaan senang sebagai unsur afektif dan perilaku terhadap agama sebagai unsur konatif.
29
Dengan demikian sikap keagamaan dari seorang yang berkepribadian muslim adalah suatu perwujudan dari keseluruhan totalitas manusia, baik sikap dan karakternya, tabiatnya, dan tindakannya sesuai dengan ajaranajaran agama Islam. Karena Islam merupakan suatu sistem yang menyeluruh, maka keagamaan dalam Islam bukan hanya diwujudkan dalam ibadah ritual saja, tetapi juga dalam bentuk aktivitas lainnya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Pembinaan kesadaran Beragama Untuk menumbuhkembangkan sikap kesadaran beragama dan pengalaman beragama seseorang, maka diperlukan metode tertentu dalam rangka menumbuh kembangkan potensi jasmani dan rohani pada diri manusia agar bermoral, berbudi pekerti yang baik dan luhur. Cara lain yang dapat ditempuh dalam pembinaan, adalah dengan cara memakai metode. 30 Metode yang tepat diantaranya sebagai berikut: a.Metode bimbingan dan penyuluhan Dalam al-Qur’an terdapat firman Allah yang mengandung bimbingan dan penyuluhan karena al-qur’an sendiri diturunkan untuk membimbing dan menasehati manusia sehingga dapat memperoleh batin yang tenang, sehat, serta bebas dari segala konflik kejiwaan. Dengan metoda ini, manusia akan mampu mengatasi segala kesulitan hidup yang dihadapi atas dasar iman dan takwanya kepada yang maha menjadikan. Di bawah ini adalah salah satu ayat yang menunjukan metoda demikian yaitu;
☺
30
⌦
⌧
Abudin, Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996) , hlm.147.
30
☺ “ Hai manusia, Sesungguhnya Telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus:57). Pendekatan yang diperlukan dalam melaksanaan metoda tersebut adalah melalui sikap yang lemah lembut dan lunak hati dengan gaya menuntun dan membimbing kearah kebenaran.
b.Metode Pemberian Contoh dan Teladan Metode yang cukup besar pengaruhnya dalam mendidik anak adalah metode pemberian contoh dan teladan dari kehidupan Nabi Muhammad adalah mengandung nilai pedagogis bagi para pengikutnya. 31 Dalam bukunya Abdullah Nashih Ulwan yang diterjemahkan oleh Jamaludin Miri dalam bukunya “Pendidikan Anak dalam Islam”, dijelaskan bahwasanya keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual, dan etos sosial anak, yang tindak tanduk sopan santunnya, disadari atau tidak akan ditiru oleh anak. 32 Menurut Drs. Heri Jauhari Muchtar dalam bukunya fikih pendidikan metode pendidikan islami yang sering digunakan di lembaga formal maupun non formal adalah 1. Metode keteladanan 2. Metode pembiasaan 3. Metode nasihat 31
117.
32
Nur Uhbiyah, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999) , hlm. 114-
Abdullah Nasih Ulwan, Buku Tarbiyatul Aulad Fil Islam, Terj.dari pendidikan Anak dalan Islam oleh Jamaludin Miri, (Jakarta: Pustaka Amani, 1995), cet.1,h. 2.
31
4. Metode memberi perhatian 5. Metode hukuman 33 6. Menegakan disiplin 7. Memberi motivasi atau dorongan 8. Memberi hadiah terutama psikologis 9. Penciptaan suasana yang berpengaruh bagi pertumbuhan positif. 34 Untuk menanamkan iman, metode di atas memilki pengaruh sangat besar, dan dapat digunakan demi terciptanya kesadaran beragama pada diri seorang anak.
B. Kehidupan Anak Jalanan beserta Permasalahannya. 1. Pengertian Anak Jalanan Anak jalanan adalah anak yang belum dewasa (secara fisik dan psikis) dan sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya. Umumnya anak jalanan berasal dari keluarga yang pekerjaannya berat dan ekonominya lemah. Anak jalanan tumbuh dan berkembang dengan latar belakang kehidupan dan akrab dengan kemiskinan, penganiayaan, dan hilangnya kasih sayang, sehingga membaratkan jiwa dan berprilaku negatif. 35 Dari devinisi di atas penulis dapat menyimpulkan bahwasannya faktor penting yang sering terkait dengan anak jalanan yaitu: a. Anak-anak b. Menghabiskan sebagian waktunya c. Mencari nafkah atau berkeliaran 33
21.
Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 18-
34 35
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam...h. 127. Arif-Ahmad, “Pemberdayaan Anak Jalanan”, dari Http://Researchengines.Com. 13
Oktober 2010.
32
d. Jalanan dan tempat-tempat umum lainnya Faktor-faktor tersebut memperlihatkan terganggunya keberfungsiaan sosial (social functioning) anak. Konsep social functioning mengacu kepada situasi dan relasi anak-anak yang melahirkan berbagai tugas atau peran. Seorang anak setidak-tidaknya berada pada situasi rumah, sekolah, lingkungan bermain yang didalamnya berelasi dengan orang-orang dalam situasi tersebut dan mempunyai peranan tertentu seperti belajar, mematuhi orang tua, bermain dll. Keadaan mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan dengan menghabiskan sebagian waktunya yang cukup banyak jelas menyimpang dengan social functional anak.
2. Karakteristik Anak Jalanan Beberapa ciri-ciri anak jalanan dituangkan dalam matrik berikut: Tabel : ciri-ciri fisik dan psikis anak jalanan Ciri-ciri fisik
Ciri-ciri Psikis
Warna kulit kusam
Mobilitas tinggi
Rambut kemerah-merahan
Acuh tak acuh
Banyak berbadan kurus
Penuh curiga
Pakaian tidak terurus
Sangat sensitif Berwatak keras Kreatif Semangat tinggi Berani menanggung resiko Mandiri
Ciri-ciri umum lainya adalah: Usia berkisar antara 6-18 tahun Intensitas hubungan dengan keluarga (masih berhubungan teratur setiap harinya, dan hubungan dengan keluarga kurang misalnya seminggu sekali, dan sama sekali tidak ada komunikasi dengan keluarga).
33
Waktu yang dihabiskan di jalanan rata-rata lebih dari 4 jam sehari. Tempat anak jalanan sering dijumpai di pasar, terminal bus, stasiun kereta api, taman-taman kota, perempatan jalan raya, pusat perbelanjaan, kendaraan umum dan pembuangan sampah. Aktifitas anak jalanan diantaranya: menyemir sepatu, pedagang asongan, pemulung, pengamen, ojek payung, pengelap mobil, kuli, pengemis, pekerja seks, joki three in one dan sebagainya. 36 3.Pendekatan Penanganan Anak Jalanan Pendekatan yang dapat dilakukan dalam penanganan Anak Jalanan dapat ditempuh dengan cara, antara lain: Street Based, merupakan pendekatan di jalanan untuk menjangkau dan mendampingi anak jalanan untuk mengenal, mendampingi anak jalanan, mempertahankan relasi dan komunikasi, serta melakukan penanganan di jalan seperti konseling, diskusi permainan, dan pemberian orientasi. Orientasi street based upaya menangkal pengaruh negatif jalanan dan membekali anak jalanan dengan nilai-nilai dan wawasaan positif. Salah satu model dalam pendekatan ini adalah mobil sahabat anak. Centre Based, merupakan pendekatan dimana anak jalanan sebagai penerima pelayanan ditempatkan pada suatu centre atau pusat kegiatan dan tempat tingkat dalam jangka waktu tertentu. Di tempat tersebut anak jalanan akan mendapatkan pelayanan sampai mencapai tujuan yang dikehendaki, salah satu pendekatan adalah boarding house. Family
and
Community
based,
merupakan
pendekatan
yang
melibatkan keluarga dan masyarakat yang bertujuan mencegah anakanak ke jalan dan mendorong penyedian sarana pemenuhan kebutuhan 36
Yani, PAI bagi Anak Jalanan, Skripsi Sarjana PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005), hlm .23, t.d.
34
anak. Family and community based
mengarah pada upaya
membangkitkan kesadaran, tanggung jawab dan partisipasi anggota keluarga dan masyarakat dalam mengatasi masalah anak jalanan, rumah singggah merupakan model program yang menggunakan tiga pendekatan sekaligus. 37 Fungsi Rumah Singgah •
Sebagai tempat perlindungan dari berbagai bentuk kekerasan yang kerap menimpa anak jalanan dari kekerasan prilaku penyimpangan seksual ataupun berbagai bentuk kekerasan lainnya.
•
Rehabilitasi yaitu mengembalikan dan menanamkan fungsi sosial anak.
•
Sebagai akses terhadap pelayanan, yaitu sebagai persinggahan sementara anak jalanan dan sekaligus akses kepada bergagai pelayanan sosial seperti pendidikan, kesehatan dll. 38
4. Masalah-masalah yang dihadapi Anak Jalanan Keberadaan anak jalanan sering dianggap mengganggu keamanan serta keresahan masyarakat. Penilaian seperti ini ada benarnya, karena secara rasional dapat dimengerti bahwa anak yang hidup di jalanan cenderung hidupnya tidak teratur dan karena kerasnya kehidupan mereka, maka anak lebih mudah untuk berbuat sesuatu yang mengganggu ketertiban dan keamanan. Misalkan berkelahi, mencuri, dsb. Sehingga dengan seringnya melakukan tindakan tersebut. Maka stigma negatif untuk anak jalanan sulit dilepaskan. Kendati begitupun, ini tidak
37
M. Rondang Siahaan, “Kampanye Sosial Penanggulangan Anak Jalanan Study Penanganan Anak Jalanan oleh Direktoriat Kesejahteraaan Anak Departemen Sosial RI”, Tesis Pascasarjana UI Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Nasional Jakarta, 2003), h.51-52,t.d. 38
Humanisclub, “Fenomena Anak Jalanan sebuah Tragedi Zaman ini”,
dari Http://Humanisclub.Wordpress.Com, 13 Oktober 2010.
35
berarti bahwa semua anak jalanan melakukan perbuatan yang meresahkan masyarakat. Dalam nasioanal kompas disebutkan, permasalahan yang sering dihadapi anak jalanan adalah rentannya kekerasan seperti kasus yang menimpa ardiansyah (9), seorang anak jalanan yang dimutilasi ayah asuhnya, dan barbagai macam kekerasan lainnya seperti pelecehan seksual. 39
C. Kerangka Berpikir Berdasarkan kajian teoritis di atas, maka penulis dapat merumuskan kerangka berpikir. Bahwasannya pembinaan kesaadaran beragama pada kehidupan anak jalanan berpengaruh pada sikap dan tingkah laku yang dilakukan oleh anak jalanan dalam kesadaran dalam berprilaku baik. Jika pembinaan tersebut dilaksanakan sebaik mungkin oleh rumah singgah, maka akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku yang baik. Begitu juga sebaliknya, jika pembinaan kesadaran beragama tidak dapat dilaksanakan dengan baik oleh rumah singgah, maka hasilnya pun kurang mempengaruhi sikap dan tingkah laku yang mencerminkan kesadaran beragama.
E. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah jawaban sementara atau dugaan sementara dari hasil teori yang akan diuji lebih lanjut. Maka untuk itulah diperlukan penelitian. Dari kerangka berpikir di atas Hipotesis yang akan di uji dalam penelitian ini adalah: 1. Ho : tidak terdapat hubungan yang positif dari pembinaan kesadaran beragama pada kehidupan anak jalanan 2. Ha : terdapat hubungan yang positif dari pembinaan kesadaran beragama pada kehidupan anak jalanan 39
Sobran-Ahmad, “Menguak Kehidupan Anak Jalanan Ayah Ibu nya pun
Orang Jalanan”, dari Http://Nasioanal.Kompas.Com, 13 Oktober 2010.
36
Jelasnya, jika hipotesa alternatif (Ha) diterima, sedangkan hipotesa nihil (Ho) ditolak, maka terdapat hubungan positif yang signifikan dari pembinaan kesadaran beragama pada kehidupan anak jalanan.
BAB III METODOLOGI PEELITIAN
A. Desain dan Tempat Penelitian Penelitian ini bersifat deskripsi, yaitu memaparkan data sebagaimana adanya dan menganalisa data. Penulis mengadakan penelitian di rumah singgah Anak Kurnia jln. Pedati No. 24 Rt 001/07 kelurahan tengah kec. Kramat jati Jak-Tim 13540. B. Variabel Penelitian Dalam setiap penelitian pasti terdapat apa yang dinamakan variable penelitian. Variabel berasal dari bahasa inggris variable dengan arti “Ubahan” atau gejala yang dapat diubah-ubah. 1 Variable dapat juga didefinisikan sebagai gejala yang bervariasi yang menjadi objek penelitian. 2 Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini memiliki dua variabel yaitu pembinaan kesadaran beragama sebagai variabel bebas, dan kehidupan anak jalanan sebagai variabel terikat. C. Populasi dan Sampel
Menurut suharsmini Arikunto populasi adalah keseluruhan subjek penelitian 3 . Adapun populasi pada penelitian ini adalah anak jalanan yang berada 1
Anas, Sudijono, Pengantar Statistik Penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, h. 36. 2 Suharsimi, Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik , Jakarta: Rineka Cipta,2002. cet. Ke-12, h. 94 3
Suharsimi, Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, ....h. 94
36
37
di Rumah Singgah Anak Kurnia kramat jati yang berjumlah 60 orang. Akan tetapi penulis hanya mengambil populasi dari anak jalanan yang bermur 8 tahun keatas. Yang berjumlah 20 orang. Agar dapat terlihat pengaruh perubahan afektif dari hasil pembinaan di Rumah Singgah Anak Kurnia.
D.Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa teknik penelitian, antara lain: 1. observasi Yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung (tanpa alat)terhadap gejala. Gejala subjek yang diselidiki, baik pengamatan dilakukan di dalam situasi sebenarnya maupun dilakukan di dalam situasi buatan yang khusus diadakan 4 2.Wawancara Wawancara yaitu proses tanya jawab secara lisan dan bertatap muka langsung dengan dua orang atau lebih. 5 Penulis mengadakan wawancara guna melengkapi data. Adapun wawancara yang dilakukan kepada pengelola Rumah Singgah Anak Kurnia, Anak binaan Rumah Singgah dan salah satu masyarakat setempat. 3. Angket Angket disebut juga questioner sampel dihubungi melalui melalui daftar pertanyaan tertulis. Angket ini penulis berikan kepada anak jalanan yang berada di rumah singgah anak kurnia untuk memperoleh data tentang pengaruh pembinaan kesadaran beraagama pada perilaku kehidupan anak jalanan.
4
Winarno, Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik, Bandung: Tarsito, 1998 . h. 161 5
72
Wardi , Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, jakarta: Logos 1997, cet 1. h.
2.
Kesadaran dalam
1.
• Menjaga kebersihan badan, pakaian dan tempat tinggal.
melaksanakan
• Melatih diri dalam melaksanakan ibadah (sholat, puasa dan membaca Al-Qur’an)
• Suka berdo’a
ibadah
Aspek Apektif
10
• Characterization
• Organization
11, 15, 16, 17, 18,
12, 13, 14,
5, 7,
• Organization
• Recaiving
3, 9,
4, 8,
1, 2, 6,
No. Soal
• Voluing
• Memiiki keyakinan • Recaiving tentang ajaran• Responding ajaran agama
Indikator
Kesadaran dalam
agama
meyakini ajaran
Dimensi
No
8
10
Soal
Jumlah
38
E. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
5.
4.
3.
• Memiliki kepedulian • Responding terhadap orang lain. • Voluing • Menepati janji • Characterization • Menunjukan sikap pemaaf
berperilaku baik
• Recaiving
• Voluing
• Responding
• Receiving
• Voluing
• Responding
• Recaiving
• Memiliki kejujuran
• Mengikuti pelatihan-pelatihan agama.
• Memiliki sikap antusias dalam menambah ilmu pengetahuan
• Mau bersyukur
• Ingat akan dosa dan pahala
• Memiliki perasaan dekat/jauh dengan Allah.
Kesadaran dalam
pengetahuan
menambah ilmu
Kesadaran dalam
kehidupan
menghayati
Kesadaran dalam 19, 20, 21, 27, 28,29. 22, 23, 24, 26,
25, 11
39
• Membiasakan berbusana sopan lagi rapih
• Memiliki sikap sopan santun terhadap sesaama.
• Membiasakan berdisiplin dalam hidup
40
41
F. Teknik pengolahan dan Analisis Data
1. Teknik pengolahan data Dalam pengolahan data, penulis menempuh cara sebagai berikut: a. Editing yaitu dalam pengolahan data, yang pertama kali harus dilakukan adalah melakukan edit atau memilih/menyortir data sehingga hanya data saja yang terpakai saja yang tinggal. Bila ada jawaban yang diragukan atau tidak dijawab oleh responden, penulis menghubungi responden yang bersangkutan untuk menyempurnakan jawabannya agar angket tersebut sah. b. Coding yaitu setelah data-data tersebut di edit, lalu penulis mengkode dan mengelompokkan data-data tersebut berdasarkan kategori pembahasan. c. Tabulasi yaitu pengolahan data dengan cara memindahkan jawaban yang terdapat di dalam angket ke dalam tabulasi.
2. Teknik analisis data Data yang dipereoleh dari hasil observasi,angket,wawancara dianalisa dengan menggunakan teknik deskriptif analisis, yang menggambarkan apa adanya, kemudian dianalisis. Langkah pertama adalah menentukan skoring semua pertanyaan, data yang diperoleh ditabulasikan berdasarkan skor/nilai dengan cara jawaban yang berupa huruf akan dirubah menjadi nilai angka, yaitu sebagai berikut: a. Untuk jawaban A, diberi nilai 4 b. Untuk jawaban B, diberi nilai 3 c. Untuk jawaban C, diberi nilai 2 d. Untuk jawaban D, diberi nilai 1 Pemberian skor di atas untuk pernyataan yang bernilai positif, adapun untuk pernyataan yang bernilai negatif adalah kebalikannya, seperti: a. Untuk jawaban A, diberi nilai 1
42
b. Untuk jawaban B, diberi nilai 2 c. Untuk jawaban C, diberi nilai 3 d. Untuk jawaban D, diberi nilai 4
Langkah selanjutnya adalah perhitungan terhadap data yang sudah diberi skor. Data yang terkumpul di analisa secara kantitatif melalui tabel distribusi frekuensi dengan persentase. Dalam hal ini penulis menggunakan rumus:
P = f x 100 % N
P
: Persentase
F
: Frekuensi ( jumlah yang mengisi )
N
: Jumlah Responden /sampel
100 % : Bilangan tetap (konstanta)
Untuk memberikan interpretasi atas nilai rata-rata yang diperoleh digunakan pedoman interpretasi yang dikemukakan oleh suharsimi Arikunto adalah sebagai berikut: 1.
Baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 76-100%
2.
Cukup baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 56-75%
3.
Kurang baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 40-55
4.
Tidak baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 40% Untuk mengetahui persentase, digunakan rumus perhitungan sederhana dengan
langkah-langkah sebagai berikut: 1.
Menentukan nilai harapan (NH), nilai dapat diketahui dengan mengalikan jumlah item pertanyaan dengan skor tertinggi.
43
2.
Menghitung nilai skor (NS), nilai ini merupaakan nilai rata-rata yang diperoleh dari hasil penelitian.
3.
Menentukan kategorinya, yaitu dengan menggunakan rumus:
P=
x 100 %
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Rumah Singgah Anak Kurnia Rumah singgah anak kurnia merupakan lembaga pendidikan non formal yang berdiri di bawah naungan yayasan akur kurnia. Rumah singgah tersebut beralamat di jl.H. Sidih No. 66 Rt 04/07 kelurahan kampung tengah kecamatan kramat jati jakarta timur 13540. Lembaga non formal ini bergerak dalam bidang sosial yang berusaha menangani masalah sosial pendidikan dan kesehatan, salah satunya adalah PMKS (penyandang masalah kesejahteraan sosial) diantaranya adalah keluarga retak, orang tua tidak mampu, yatim piatu, anak terlantar dan anak jalanan yang khususnya berada di kampung tengah kecamatan kramat jati jakarta-timur yang membutuhkan pelatihan dari masyakat maupun pemerintah. Rumah singgah anak kurnia merupakan salah satu lembaga dari yayasan akur kurnia yang didirikan pada saat krisis ekonomi di tahun 1997.
44
45
Di bawah ini adalah kebutuhan anak yang tersedia di Yayasan Akur Kurnia
Pembina Hj.Sa'adah
sekertaris
Bendahara
penanggung Jawab
sulaiman
Sri Suryani
H.Otong S
PEND. PAUD
KB
kesetar an
KETE RAMP ILAN
NPSAA
RSG
LANSIA KOPPA
PS. RSGAK
A,B,C
2. Visi dan Misi Rumah Singgah Anak kurnia a. Visi Rumah Singgah Anak Kurnia Meningkatkan kesejahteraan sosial keluarga kurang mampu khususnya dan masyarakat pada umumnya.
b. Misi Rumah Singgah Anak Kurnia Ikut berperan membantu pemerintah dalam usaha pengentasan kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan melalui UKS (usaha kesejahteraaan sosial) sehinggga di harapkan fakir miskin, yatim piatu, jompo dan para duafa serta warga yang tidak mampu dan sebagainya, dapat menikmati hidup lebih layak bagi penerus bangsa.
46
3. Tujuan, Sasaran dan kegiatan keagamaan di rumah singgah Anak Kurnia a. Tujuan 1. Berbagi rasa kebahagian dan kasih sayang kepada anak-anak yang kurang beruntung. 2.
Dengan memberikan pendidikan non formal dan olah raga di harapkan dapat mandiri.
3.
Dengan memberikan pembinaan mental dan spiritual akan menambah keimanan mereka sebagai bekal di masa yang akan datang.
4. Memberikan gizi dan pemakanan kepada anak-anak di harapkan meningkatkan pola makan yang baik sesuai dengan 4 sehat 5 sempurna. 5. Pemberian pelayanan kesehatan. 6. Memberikan motivasi akses usaha ekonomi produktif (UEP) Untuk meningkatkan ekonomi yang layak serta berguna untuk keterampilan yang hidupnya. b. Sasaran 1. Masyarakat pra sejarah di wilayah kelurahan kap tengah kelurahan kramat jati jakarta-timur khususnya dan DKI pada umumnya. 2. Anak-anak kurang mampu masih mempunyai keinginan bersekolah. 3. Anak jalanan. c. Jenis-jenis kegiatan keagamaan: Dalam memberikan pendidikan non formal kepada anak-anak yang kurang beruntung, yayasan/rumah singgah memberikan pelatihan dan pembinaan mental dan spiritual untuk menambah keimanan mereka sebagai bekal dimasa mendatang. Adapun pembinaan yang dilakukan berupa pembiasaan-pembiasaan baik yang dilakukan melalui bimbingan atau arahan dan contoh/teladan dari para
47
guru, pengurus pengelola yayasan tersebut dengan harapan menumbuhkan rasa keberagamaan mereka yang nantinya akan tercermin dari tingkah laku baik seharihari. Karena pendidikan yang baik adalah pendidikan yang memperhatikan ranah pendidikan yaitu asfek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
4. Sarana dan prasarana Adapun sarana dan prasarana yang ada di rumah singgah anak kurnia adalah sebagai berikut: Ruang sekretariat yang berukuruan kira 2x3 m, bersampingan dengan dengan ruang pimpinan, ruang belajar anak, ruang perpustakaan dan terkadang di pakai untuk memasak oleh pengelola, ruang tidur anak, dua buah kamar mandi, dan halaman bermain (dua buah ayunan dan kolam renang untuk anak). 5. Profil Rumah Singgah Anak Kurnia Rumah singgah merupakan lembaga non formal dengan pendekatan yang melibatkan keluarga dan masyarakat yang bertujuan mencegah anak-anak ke jalan dan mendorong penyedian sarana pemenuhan kebutuhan anak. Family and community based mengarah pada upaya membangkitkan kesadaran, tanggung jawab dan partisipasi anggota keluarga dan masyarakat dalam mengatasi masalah anak jalanan. Adapun rumah singgah anak kurnia beralamat Jl.H.Sidih No.66 Rt 004/07 Kp. Tengah Kramat Jati Jakarta-timur jawa-barat 13540. Rumah singgah anak kurnia berdiri pada tahun 1997 ketika krisis moneter menimpa masyarakat yang di sahkan dengan akta notaris pada tanggal 2 juni 1998 No.3 dan diperbaharui pada tanggal 13 Desenber 2006 No.3. Adapun tanah tanah yang dijadikan tempat untuk berlindung anak tersebut berstatus kontrak dan hak milik. Luas tanah kontrak 400m dan yang sudah berdiri sebagai bangunan 250m³. Selama ini dana yang diperoleh demi keberlangsungan kegiatan yang berada di rumah singgah tersebut merupaka subsidi dari dinas sosial provinsi DKI
48
6. Keadaan Guru dan Karyawan rumah singgah Anak Kurnia Guru adalah figur sentral dalam pendidikan. Tugas guru dalam mendidik, mengajar, membimbing anak didik merupakan bagian dari upayanya dalam mencerdaskan manusia dalam bekal pengetahuan dan penanaman nilai-nilai, seperti nilai agama, sosial, budaya sampai kepribadian. Adapun jumlah guru/tutor di rumah singgah anak kurnia berjumlah 14 orang, yang semuanya merupakan guru tetap yayasan akur kurnia. Dari 14 orang tersebut hanya dua orang yang telah bergelar sarjana.
B. Deskripsi Data Hasil penelitian diperoleh dari angket yang telah diisi oleh responden. Angket yang penulis sebarkan kepada 20 responden meliputi variabel kesadaran beragama pada kehidupan anak jalanan kramat jati jakarta-timur. Tabel yang disajikan merupakan jawaban-jawaban atas pernyataan-pernyataan yang diajukan, yaitu: 1.
Dimensi kesadaran dalam meyakini ajaran agama Untuk tabel pertama mengenai ajaran agama mengenai kedamaian. Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar pemahaman responden mengenai ajaran agama yang ada dalam dirinya. Tabel 1 Ajaran agama mengenai kedamaian NO Alternatif Jawaban Sangat setuju
1.
Frekuensi 12
Prosentase 60 %
Setuju
8
40 %
Tidak setuju
-
-
Sangat tidak setuju
-
-
20
100 %
Jumlah
Data di atas menunjukan bahwa 60 % responden yang menjawab sangat setuju bahwa agama mengajarkan tentang kedamaian dan 40 % responden
49
menjawab setuju dengan pernyataan
tersebut. Hal ini menunjukan bahwa
pemahaman responden akan ajaran agama mengenai kedamaian adanya sikap sangat baik (sangat tinggi). Tabel 2 Percaya kepada Malaikat NO
2.
Alternatif Jawaban Sangat setuju
Frekuensi -
Prosentase -
Setuju
13
65 %
Tidak setuju
1
5%
Sangat tidak setuju
6
30%
20
100 %
Jumlah
Dari tabel di atas menunjukan 13 responden (65 %) menjawab setuju, dan 30 % responden menjawab sangat tidak setuju, sebab mereka merasa resiko setiap perbuatan ditanggung oleh masing-masing dan merekapun merasa setiap perbuatan mereka tidak ada yang mengawasi. sedangkan 5 % lainnya menjawab tidak setuju. Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan 35% responden kurang adanya penghayatan dan pemahaman dalam keyakinan kan adanya malaikat jika dilihat dari jawaban tersebut.
50
Tabel 3 Keyakinan Akan adanya kehidupan setelah kematian No Alternatif Jawaban Sangat setuju 3
Frekuensi 9
Prosentase 45 %
Setuju
11
55 %
Tidak setuju
-
-
Sangat tidak setuju
-
-
20
100 %
Jumlah
Dari hasil yang didapat menunjukan 55 % menjawab setuju bahwasannya menjalani kehidupan yang lebih baik adalah suatu upaya persiapan diri sebelum tibanya kematian. Dan 45 % menjawab sangat setuju , sedangkan tidak ada seorangpun yang menjawab tidak setuju/sangat tidak setuju. Hal ini menunjukan bahwasannya kepercayaan atau adanya
kesadaran responden tercermin dari
jawaban mereka yang mengupayakan hidup lebih naik sebelum tibanya kematian. Tabel 4 Keyakinan untuk menjalani hidup yang lebih baik No
4
Alternatif jawaaban Sangat setuju
Frekuensi 10
Prosentase 50 %
Setuju
9
45
Tidak setuju
0
45 %
Sangat tidak setuju
1
5%
20
100 %
Jumlah
Dari tabel di atas menunjukan bahwasannya 50 % responden menjawab sangat setuju, 45 % responden menjawab setuju, dan 5 % responden lainnya menjawab sangat tidak setuju. Hal ini menunjukan bahwasannya adanya pemahaman mereka terhadap ajaran agama yang mereka anut. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwasannya upaya mereka meraih apa yang diinginkan tergolong kepada kategori sangat baik.
51
Tabel 5 Keyakinan akan pahala dan dosa. No
5
Alternatif jawaban Sangat setuju
Frekuensi 7
Prosentase 35 %
Setuju
13
65 %
Tidak setuju
-
-
Sangat tidak setuju
-
-
20
100 %
Jumlah
Data di atas menunjukan bahwa 65 % responden menjawab setuju, dan 35 % menjawab sangat setuju. Berdsarkan data di atas daapat ditarik kesimpulan bahwasannya adanya pemahaman responden akan adanya balasan (pahala/dosa) dari setiap perbuatan yang dilakukan. Tabel 6 Kayakinan akan Allah yang maha pengampun atas dosa No
6
Alternatif jawaban Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
Frekuensi 4 10 6 -
Prosentase 20 % 50 30 -
Jumlah 20 100 % Data di atas menunjukan bahwa 50 % responden menjawab setuju, 30 % responden menjawab tidak setuju, dan 20 % responden lainnya menjawab sangat setuju. Dari data di atas daapat ditarik kesimpulan bahwasannya kurangnya pemahaman mereka mengenai taubat yang dapat menghapus dosa itu tidak cukup dengan menyesal tetapi juga harus diiringi dengan tidak melakukan perbuatan dosa yang sama.
52
Tabel 7 Kayakinan akan pertanggungjawaban dari perbuatan yang dilakukan. No
7
Alternatif jawaban Sangat setuju
Frekuensi 12
Prosentase 60 %
Setuju
8
40 %
Tidak setuju
-
-
Sangat tidak setuju
-
-
Jumlah 20 100 % Data di atas menunjukan bahwasannya 60 % menjawab sangat setuju,40 % menjawab setuju, dan tidak ada seorangpun yang menjawab tidak setuju/saangat tidak setuju. Hal ini dapat ditarik kesimpulan yang meyakinkan, karena dari jumlah responden yang ada, menunjukan adanya pemahaman akan adanya kepercayaan adanya balasan dari setiap yang diperbuat. Tabel 8 Keyakinan akan Pertanggungjawaban amal di hari kiamat No Alternatif jawaban Sangat setuju
8
6
Prosentase 30 %
Setuju
12
60 %
Tidak setuju
2
10 %
Sangat tidak setuju
-
-
20
100 %
Jumlah
Frekuensi
Data di atas menunjukan bahwa 60 % responden menjawab setuju bahwa adanya pertanggung jawaban di hari kiamat atas apa yang di perbuat selama di dunia, dan 30 % responden menjawab sangat setuju. Hal ini menunjukan adanya kepercayaan responden terhadap pertanggungjawaban perbuatan di hari kiamat . dan hanya 10 % yang menjawab tidak setuju bahwa perbuatan selama di dunia tidak akan dimintai pertanggung jawaban.
53
Tabel 9 Keyakinan akan adanya siksa dan nikmat kubur No
9
Alternatif Jawaban Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
Jumlah
Frekuensi 7 12 1 -
Prosentase 35 % 60 % 5% -
20
100 %
Data di atas menunjukan bahwa 60 % responden menjawab setuju , 35 % menjawab sangat setuju dan 5 % responden lainnya menjawab tidak setuju dan tidak ada dari seorang pun dari responden yang menjawab sangat tidak setuju. Hal ini menunjukan adanya kesadaran dalam diri responden untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan perbuatan dosa. Tabel 10 Keyakinan akan adanya Nabi/Rosul sebagai Penuntun Ummat No
Alternatif jawaban Sangat setuju Setuju 10 Tidak setuju Sangat tidak setuju Jumlah
Frekuensi 11 8 1 20
Prosentase 55 % 40 % 5% 100 %
Data di atas menunjukan bahwa 55% responden menjwab sangat setuju, 40% responden menjawab setuju, 5% responden menjawab tidak setuju bahkan tidak ada seorang pun yang menjawab sangat tidak setuju. Data tersebut menunjukan bahwa adanya pemahaman dari keyakinan responden tentang Nabi dan Rosul yang di jadikan suri tauladan mereka dalam tindakan dan perbuatan mereka sehari-hari.
54
2.
Kesadaran dalam melaksanakan ibadah Tabel 11 Memulai aktifitas pekerjaan baik dengan do’a No
Alternatif jawaban Sangat setuju Setuju 11 Tidak setuju Sangat tidak setuju Jumlah
Frekuensi 11 8 1 20
Prosentase 55 % 40 % 5% 100 %
Data di atas menunjukan bahwa 55% responden menjawab sangat setuju, 40% responden menjawab tidak setuju, 5% respenden menjawab tidak setuju, dan tidak seorang pun (o%) dari responden yang menjawab sangat tidak setuju. Data tersebut menunjukan adanya dampak positif dari pembiasaan yang dilakukan di rumah singgah pada diri responden dalam kehidupannya.
Tabel 12 Khusyu dalam berdo’a No 12
Alternatif jawaban Sangat setuju Setuju
Tidak setuju Sangat tidak setuju Jumlah Data di atas menunjukan bahwa
Frekuensi 6 13
Prosentase 30 % 65 %
1 5% 20 100 % sebanyak 65% responden menjawab
setuju, 30% responden menjawab sangat setuju, 5% responden menjawab tidak setuju dan tidak ada seorangpun yang menjawab tidak setuju. Hal tersebut menunjukan adanya kepatuhan dalam diri responden untuk merasa dekat dengan Allah melalui berdo’a.
55
Tabel 13 Hikmah dari ibadah sholat No
Alternatif jawaban Sangat setuju
Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Jumlah 13
Frekuensi 13
Prosentase 65 %
7 20
35 % 100 %
Data di atas menunjukan bahwa sebanyak 65% responden menjawab sangat setuju, 35% responden menjawab setuju dan tidak ada seorangpun (0%) yang menjawab tidak setuju/sangat tidak setuju. Hal ini menunjukan bahwa adanya kesadaran menjaga kebersihan badan, pakaian dan tempat tinggal sangat tinggi pada diri responden hikmah yang dapat diambil dari ibadah sholat.
Tabel 14 Menjaga kebersihan dan kesucian diri. No
Alternatif jawaban Sangat setuju Setuju 14 Tidak setuju Sangat tidak setuju Jumlah
Frekuensi 12 6 1 1 20
Prosentase 60 % 30 % 5% 5% 100 %
Data di atas menunjukan bahwa sebanyak 60% responden menjawab sangat setuju, 30% responden menjawab setuju, dan masing-masing 5% dari responden yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Hal tersebut menunjukan data adanya kesadaran responden membiasakan mandi dua kali sehari sangat tinggi walaupun masih ada 5% dari masing-masing responden yang menjawab tidak/sangat tidak setuju untuk melakukan hal tersebut.
56
Tabel 15 Melatih disiplin waktu dengan bangun sholat subuh No Alternatif jawaban Sangat penting Penting 15 Tidak penting Sangat tidak penting Jumlah
Frekuensi 13 5 2 20
Prosentase 65 % 25 % 10 % 100 %
Data di atas menunjukan sebanyak 65% menjawab sangat penting melatih kedisiplinan dalam mengatur waktu dengan membiasakan bangun pagi untuk melaksanakan sholat subuh. 25% responden menjawab penting dan 10% dari responden lainnya menjawab tidak penting. Dengan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa kebanyakan responden merasa penting bangun bagi untuk sholat shubuh guna melatih diri dalam mengatur waktu sangat tinggi, walaupun adap beberapa orang responden yang menjawab tidak penting. Tabel 16 Membiasakan khusu’ dalam sholat . No
Alternatif jawaban Sangat setuju Setuju 16 Tidak setuju Sangat tidak setuju Jumlah
Frekuensi 9 9 1 1 20
Prosentase 45 % 45 % 5% 5% 100 %
Data di atas menunjukan 45% responden menjawab sangat setuju, 45% responden menjawab setuju, dan masing-masing 5% dari responden yang menjawab sangat/tidak setuju. Hal tersebut menunjukan adanya kepatuhan yang sangat tinggi pada diri responden dalam melaksanakan sholat dengan membiasakan khusu’ dalam pelaksanaannya. Walaupun ada sebagian dari (5%) masing-masing responden yang menjawab sangat/tidak setuju tapi itu tidak begitu berpengaruh kepada data kebanyakan responden yang menjawab sangat setuju/setuju.
57
Tabel 17 Melatih diri berpuasa sejak kecil. No Alternatif jawaban Sangat setuju Setuju 17 Tidak setuju Sangat tidak setuju Jumlah
Frekuensi 13 5 2 20
Prosentase 65 % 25 % 10 % 100 %
Data di atas menunjukan bahwa 65% responden yang menjawab sangat setuju, 25% responden menjawab setuju dan 10% dari responden menjawab tidak setuju. Dengan adanya data tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwasannya melatih diri berpuasa sejak kecil itu penting guna terbiasa menjalankan syariat di masa dewasa/akan datang. Tabel 18 Melatih diri untuk terbiasa membaca Al Qur’an. No 18
Alternatif jawaban Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Jumlah
Frekuensi 12 6 2 20
Prosentase 60 % 30 % 10 % 100 %
Data di atas menunjukan kebanyakan dari 60% responden menjawab sangat setuju, 38% lainnya menjawab setuju untuk melatih diri membaca AlQur’an sangat tinggi, walaupun ada 10% orang dari responden yang menjawab tidak setuju untuk membiasakan diri membaca Al-Qur’an sejak kecil karena menanggapnya tidak penting.
58
3.
Kesadaran dalam menghayati kehidupan Tabel 19 Bergegas melaksanakan sholat No
Alternatif jawaban Sangat baik
Baik Tidak baik Sangat tidak baik Jumlah 19
Frekuensi 13
Prosentase 65 %
7 20
35 % 100 %
Data di atas menunjukan 65% responden menjawab sangat baik untuk bergegas melaksanakan sholat ketika terdengar adzan, dan 35% lainnya menjawab baik ketika mendengar adzan bergegas untuk melaksanakan sholat. Dari tabel di atas dapat diketahui adanya kesadaran beragama untuk melaksanakan sholat tepat pada waktunya. Tabel 20 Penghayatan akan perasaan dekat dengan Allah No 20
Alternatif jawaban Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
Jumlah
Frekuensi 4 5 10 1
Prosentase 20 % 25 % 50 % 5%
20
100 %
Data di atas menunjukan kebanyak 50% responden menjawab tidak setuju dengan pernyataan mengenai “tidur nyenyak sebelum sholat isya merupakan ciri dari orang yang jauh dari mengingat Allah,” 25 % menjawab setuju, 20% responden menjawab sangat setuju, dan 5% responden lainnya menjawab sangat tidak setuju. Hal ini menunjukan
kurangnya kesadaran beragama pada diri
responden dalam pelaksanaan sholat (khususnya sholat isya), karena masih banyak yang tidak setuju (50%) dan sangat tidak setuju (5%) menggambarkan keseharian responden yang sering meninggalkan sholat isya karena ketiduran.
59
Tabel 21 Perasaan tenang dan tentram mendengar lantunan Al-Qur’an. No
Alternatif jawaban Sangat baik Baik 21 Tidak baik Sangat tidak baik Jumlah
Frekuensi 12 7 1 20
Prosentase 60 % 35 % 5% 100 %
Data di atas menunjukan 60% responden menjawab sangat baik ketika hati merasa tenang dan tentram mendengar orang membaca Al-Qur’an, dan 35% responden menjawab baik karena mendengar orang membaca Al-Qur’an hati merasa tenangdan tentram. Hal ini menunjukan adanya perasaan dekat dengan Allah sangat tinggi ketika adanya perasaan tenang dan tentram mendengarkan orang membaca Al-Qur’an. Dan hanya 5% dari responden yang tidak ada getaran/perasaan dekat dengan Allah ketika mendengar lantunan ayat suci AlQur’an. Tabel 22 Cara mendekatkan diri kepada Allah No
22
Alternatif jawaban Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
Jumlah
Frekuensi 4 10 4 2
Prosentase 20 % 50 % 20 % 10 %
20
100 %
Data di atas menunjukan 50% responden menjawab setuju upaya yang dapat mendekatkan diri kepada Allah yaitu dengan mendengarkan ceramah agama. 20% responden menjawab sangat setuju, 20% responden lainnya menjawab tidak setuju, dan 10% responden menjawab sangat tidak setuju. Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan beberapa responden masih ada yang bingung apakah perasaan bosan ketika mendengarkan ceramah agama itu tidak mencerminkan sikap ingin mendekatkan diri kepada Allah atau tidak.
60
Tabel 23 Perasaan dekat dengan Allah dengan bersabar No
Alternatif jawaban Sangat setuju Setuju 23 Tidak setuju Sangat tidak setuju Tidak menjawab Jumlah
Frekuensi 12 7 1 20
Prosentase 60 % 35 % 5% 100 %
Data di atas menunjukan 60% responden menjawab sangat setuju dan 35% responden menjawab setuju . dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan adanya sikap keagamaan yang sangat tinggi pada diri responden di lihat dari hasil jawaban angket. Walaupun masih ada dari responden yang tidak dapat menentukan pilihannya. Tabel 24 Perasaan dekat dengan Allah melalui Do’a No
Alternatif jawaban Sangat setuju Setuju 24 Tidak setuju Sangat tidak setuju Jumlah
Frekuensi 12 7 1 20
Prosentase 60 % 35 % 5% 100 %
Data di atas menunjukan kebanyakan dari 60% responden menjawab sangat setuju bahwa setiap hamba yang berdo’a pasti akan permintaannya, 35%
dikabulakna
responden menjawab setuju dan 5% responden lainnya
menjawab tidak setuju. Hal ini dapat ditarik kesimpulan adanya kesadaran perasaan dekat dengan Allah sangat tinggi dengan adanya perasaan dikabulkannya do’a-doa.
61
Tabel 25 Perasaan bersyukur pada Allah No
Alternatif jawaban Sangat setuju Setuju 25 Tidak setuju Sangat tidak setuju Jumlah
Frekuensi 6 7 5 2 20
Data di atas menunjukan 35%
Prosentase 30 % 35 % 25 % 10 % 100 %
responden menjawab setuju,
30%
responden menjawab sangat setuju bahwa kita tidak boleh merasa bangga dengan pengetahuan yang lebih daripada orang lain, dan 25 % responden menjawab tidak setuju 10% responden lainnya menjawab sangat tidak setuju. Hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa rasa sombong ada ketika orang merasa mempunyai ilmu lebih yang patut untuk dibanggakan. Tabel 26 Ikhlas dalam beramal. No
Alternatif jawaban Sangat setuju Setuju 26 Tidak setuju Sangat tidak setuju Jumlah
Frekuensi 9 7 3 1 20
Prosentase 45 % 35 % 15 % 5% 100 %
Data di atas menunjukan kebanyakan responden menjawab sangat setuju ada 45%, 35% responden menjawab setuju bahwa setiap melakukan kebaikan harus berdasarkan niat hati yang ikhlas, dan 15% responden mebjawab tidak setuju 5% responden lainnya menjawab sangat tidak setuju. Hal ini menunjukan bahwa terkadang rasa ingin dipuji atas kebaikan yang dilakukan pasti ada pada diri responden walaupun tidak sekuat data yang menjawab sangat setuju dan setuju.
62
Tabel 27 Sabar dalam menjalani kehidupan No
Alternatif jawaban Sangat baik Baik 27 Tidak baik Sangat tidak baik Jumlah
Frekuensi 2 6 10 2 20
Prosentase 10 % 30% 50 % 10 % 100 %
Data di atas menunjukan 50% dari responden menjawab tidak baik mengeluh jika ditimpa musibah atau sakit, 30% responden menjawab baik atau boleh mengeluh jika ditimpa musibah atau sakit, dan masing-masing 10% dari responden menjawab sangat baik dan sangat tidak baik mengeluh jika ditimpaa musibah atau sakit. Dari data tersebut, dapat ditarik kesimpulan kesadaran beragama yang ada pada diri responden baik/tinggi walaupun masih ada beberapa responden yang belum memahami apakah mengeluh ketika ditimpa musibah atau sakit itu baik atau tidak. Tabel 28 Bersyukur dalam menjalani kehidupan No
Alternatif jawaban Sangat setuju Setuju 28 Tidak setuju Sangat tidak setuju Jumlah
Frekuensi 6 14 20
Prosentase 30 % 70 % 100 %
Data di atas menunjukan 70% responden menjawab setuju dan 30% responden lainnya menjawab sangat setuju untuk menyatakan pernyataan bahwa sedikit banyaknya penghasilan yang didapat harus kita syukuri. Hal ini menunjukan adanya kesadaran untuk bersyukur atas apa yang dihasilkan sangat tinggi.
63
Tabel 29 Memiliki kepedulian sosial peka terhadap kondisi sesama. No
Alternatif jawaban Sangat baik Baik 29 Tidak baik Sangat tidak baik Jumlah
Frekuensi 11 8 1 20
Prosentase 55 % 40 % 5% 100
Data di atas, 55% responden menjawab saangat baik, 40% responden menjawab baik, dan 5% responden menjawab tidak baik. Hal ini menunjukan adanya rasa kepedulian sosial dalam diri responden walaupun mereka sebatas merasakan penderitaan orang yang tertimpa musibah bencana alam tersebut.
4.
Kesadaran untuk menambah ilmu pengetahuan Tabel 30 Pentingnya penerapan pendidikan agama pada usia dini No
Alternatif jawaban Sangat penting Penting 30 Tidak penting Sangat tidak penting Jumlah
Frekuensi 14 5 1 20
Prosentase 70 % 25 % 5% 100 %
Data di atas menunjukan 70% dari responden menjawab sangat penting pendidikan agama ditanamkan sejak dini, dan 25% responden menjawab penting. Hal ini menunjukan pemahaman mereka akan ajaran agama yang harus ditanamkan sejak dini. Dan hanya 5% dari responden yang menjawab sangat tidak penting.
64
Tabel 31 Keinginan dalam mendalami ajaran agama No
Alternatif jawaban Sangat penting Penting 31 Tidak penting Sangat tidak penting Jumlah
Frekuensi 13 6 1 20
Prosentase 65 % 30 % 5% 100 %
Data di atas menunjukan bahwa 65% responden menjawab selalu bertanya tentang ilmu-ilmu agama kepada orang dewasa itu sangat penting, dan 35% responden yang menjawab bertanya tentang ilmu-ilmu agama kepada orang dewa itu penting. Hal ini menunjukan adanya kesemangatan pada diri responden dalam mempelajari ajaran agama yang belum diketahuinya. Walaupun ada 5% dari responden yang menyatakan tidak penting untuk bertanya kepada orang dewasa tentang ilmu-ilmu agama. Tabel 32 Bukti orang yang mendalami ilmu agama. No
Alternatif jawaban Sangat penting Penting 32 Tidak penting Sangat tidak penting Tidak menjawab Jumlah
Frekuensi 8 10 1 1 20
Prosentase 40 % 50 % 5% 5% 100 %
Data di atas menunjukan 50% responden menjawab penting, ini berarti mayoritas dari responden mempunyai kesadaran agamanya baik, 40% responden menjawab menjawab sangat penting dari total seluruh responden. Sedangkan yang menjawab tidak penting ada 1 orang atau 5% dari responeden dan ada 5% dari responden yang tidak menyatakan apakah pergi kepengajian itu penting atau tidak guna memperdalam ilmunya tentang agama.
65
Tabel 33 Pengembangan minat dan bakat melalui perlombaan No
Alternatif jawaban Sangat penting Penting 33 Tidak penting Sangat tidak penting Jumlah
Frekuensi 5 15 20
Prosentase 25 % 75 % 100%
Data di atas menunjukan 75% responden menjawab penting mengikuti perlombaan untuk mengembangkan minat/bakat, 25% responden lainnya menjawab
sangat
penting
mengikuti
perlombaan
ceramah/adzan
untuk
mengembangkan minat dan bakat. Dan tak seorangpun dari responden yang menjawab tidak penting maupun sangat tidak penting. Dari data tersebut dapat ditarik
kesimpulan
adanya
kesadaran
dalam
diri
responden
dalam
mengembangkan minat dan bakat diri mereka itu tinggi.
5.
Kesadraran dalam berprilaku baik Tabel 34 Menjauhkan diri dari sifat bohong dengan bersikap jujur. No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase Sangat penting 12 60 % Penting 7 35 % 34 Tidak penting 1 5% Sangat tidak penting Jumlah 20 100 % Data di atas menunjukan
sebagian besar dari jumlah responden
menjawab sangat penting untuk berbicara jujur sebanayak 60%, dan 35% responden menjawab penting. Ini menunjukan tingginya kesadaran beragama pada diri responden, karena kebanyakan dari responden menjawab sangat penting walaupun ada 5% dari responden yang menjawab tidak penting dalam hal jujur berbicara.
66
Tabel 35 Menghindari prilaku yang tidak baik No
Alternatif jawaban Sangat setuju Setuju 35 Tidak setuju Sangat tidak setuju Jumlah
Frekuensi 7 10 2 1 20
Prosentase 35 % 50 % 10 % 5% 100 %
Data di atas menunjukna 50% responden menjawab setuju bahwa mencari keuntungan dalam menolong merupakan hal tidak baik, 35% responden menjawab sangat setuju, 10% menjawab tidak setuju dan 5% lainnya menjawab sangat tidak setuju. Ini menunjukan bahwa ada kesadaran dalam diri responden untuk tidak mengharapkan imbalan dari orang yang telah ditolongnya. Walaupun ada beberapa responden yang tidak setuju (10%) dan sangat tidak setuju (5%) karena masih beranggapan mencari keuntungan dalam menolong orang merupakan suatu imbalan dari apa yang dilakukannya. Tabel 36 Ciri dari seorang yang bertanggungjawab No
36
Alternatif jawaban Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Tidak menjawab
Jumlah
Frekuensi 4 10 4 1 1
Prosentase 20 % 50 % 20 % 5% 5%
20
100
Data di atas menunjukan 10 orang dari responden (50%) menjawab setuju untuk mengambil resiko/bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan. Dan 20% atau 4 orang menjawab sangat setuju, sedangkan 20% responden lainnya menjawab tidak setuju. Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kesadaran dalam mempertanggungjawabkan segala hal dari hasil perbuatannya kurang karena 20% dari masing-masing responden ragu untuk menjawab sangat setuju dan tidak setuju akan hal mengambil resiko atas perbuatan yang dilakukan
67
itu merupakan ciri dari orang yang berani bertanggung jawab, bahkan 5% dari responden menjawab sangat tidak setuju dan 5% responden lainnya tidak menentukan jawabannya. Tabel 37 Tolong-menolong kepada sesama No
Alternatif jawaban Sangat baik
Baik Tidak baik Sangat tidak baik Jumlah 37
Frekuensi 8
Prosentase 40 %
6 5 1 20
30 % 25 % 5% 100 %
Data di atas, 40% responden menjawab sangat baik, 30% menjawab baik, sedangkan yang menjawab tidak baik hanya 25% dan 5% responden menjawab sangat tidak baik. Hal ini menunjukan bahwa kesadaran dalam menolong pada diri responden hanya kepada orang yang dikenal, dan masih kurang untuk menolong orang yang tidak dikenal terlihat dari hasil jawaban responden yang kebanyakan menjawab sangat baik (40%) dan tidak baik (30%) menolong orang yang tidak dikenal. Tabel 38 Ciri dari solidaritas terhadap teman No
Alternatif jawaban Sangat baik Baik 38 Tidak baik Sangat tidak baik Tidak menjawab Jumlah
Frekuensi 10 7 1 1 1 20
Prosentase 50 % 35 % 5% 5% 5% 100
Data di atas menunjukan sebanyak 10 orang dari reponden (50%) menjawab sangat baik memarahi teman yang melakukan kesalahan, 35% atau 7 orang dari responden menjawab baik untuk memarahi teman yang berbuat kesalahan, sedangkan masing-masing 5% dari responden yang mengatakan tidak baik (5%), sangat tidak baik (5%) bahkan ada yang tidak menjawab karena
68
bingung apakah baik untuk memarahi teman yang melakukan kesalahan itu merupakan wujud dari kasih sayang kita atau bukan. Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan masing-masing kebanyakan responden salah akan memahami bagaimana meningaatkan teman yang melakukan kesalahan itu tidak selalu dengan memarahinya, akan tetapi dapat juga dengan menasehati. Tabel 39 Ikhlas dalam menolong No
Alternatif jawaban Frekuensi Sangat setuju 11 Setuju 7 39 Tidak setuju 2 Sangat tidak setuju Jumlah 20 Data di atas menunjukan kebanyakan dari
Prosentase 55 % 35% 10 % 100 % 11 orang (55%) responden
menjawab sangat setuju untuk mengorbankan uang jajan demi teman yang sedang dalam kesusahan. Dan 35% atau 7 orang responden menjawab setuju mengorbankan uang jajannya untuk menolong teman yang kesusahan. Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan sangat tingginya jiwa sosial pada diri responden dalam tolong menolong walaupun masih ada 10% dari responden yang menjawaab tidak setuju untuk mengorbankan uang jajan mereka guna menolong teman yang kesusahan. Tabel 40 Cara dalam menolong orang lain. No
Alternatif jawaban Sangat baik Baik Tidak baik Sangat tidak baik
Frekuensi Prosentase 10 50 % 8 40 % 40 2 10 % Jumlah 20 100 % Data di atas menunjukan sebanyak 10 orang (50%) responden menjawab sangat baik menolong teman walau berbuat kurang baik, 8 orang (40%) menjawab baik, dan hanya 2 orang (10%) responden yang menjawab tidak baik. Hal ini menunjukan adanya kekeliruan dalam pemahaman responden mengenai
69
tolong menolong, apakah termasuk kepedulia kita jika menolong teman walau harus berbuat kurang baik untuk menolongnya. Tabel 41 Kewajiban dalam menepati janji kepada semua orang. No
Alternatif jawaban Sangat setuju Setuju 41 Tidak setuju Sangat tidak setuju Jumlah
Frekuensi 8 9 3 20
Prosentase 40 % 45 % 15 % 100 %
Data di atas menunjukan sebanyak 9 orang (45%) dari responden menjawab setuju, 8 orang (40%) menjawab tidak setuju, dan 3 orang (15%) responden menjawab tidak setuju jika menepati janji hanya kepada orang tua saja. Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan pengamalan responden dalam hal menepati janji sangat rendah, dilihat dari hasil kebanyakan responden yang menjawab saangat setuju dan setuju jika tidak harus menepati janji terhadap teman kecuali janji terhadap orang tua yang wajib ditepati. Tabel 42 Kewajiban dalam menepati janji No
Alternatif jawaban Sangat setuju Setuju 42 Tidak setuju Sangat tidak setuju Jumlah
Frekuensi 3 13 3 1 20
Prosentase 15 % 65 % 15 % 5% 100
Data di atas menunjukan kebanyakan dari 13 orang (65%) responden menjawab setuju untuk pernyataan bahwa janji itu hutang yang wajib dibayar, 15% atau 3 orang responden menjawab sangat setuju, 15% lainnya menjawab tidak setuju, dan 5% responden menjawab sangat tidak setuju. Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan adanya kesadaran dalam diri responden untuk menepati janji sebanyak 65% dari seluruh responden dilihat dari jawaban mereka, walaupun ada beberapa responden yang merasa ragu apakah janji itu harus ditepati karena merupakan hutang yang wajib dibayar atau bukan.
70
Tabel 43 Kesadaran dalam memaafkan kesalahan orang. No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase Sangat baik 7 35 % Baik 10 50 % 43 Tidak baik 2 10 % Sangat tidak baik 1 5% Jumlah 20 100 % Data di atas menunjukan 10 orang (50%) responden menjawab baik memaafkan teman yang berbuat salah karena sifat salah adalah manusiawi, 7 orang (35%)responden menjawab sangat baik, sedangkan 10% menjawab sangat tidak baik, dan 5% lainnya menjawab sangat tidak baik. Hal ini menunjukan adanya jiwa pemaaf dalam diri responden dilihat dari kebanyakan responden yang menjawab baik untuk memaafkan teman yang berbuat salah karena sifat salah adalah manusiawi. Tabel 44 Memiliki sifat pemaaf. No
Alternatif jawaban Sangat penting Penting 44 Tidak penting Sangat tidak penting Jumlah
Frekuensi 6 10 4 20
Prosentase 30 % 50 % 20 % 100 %
Data di atas menunjukan 10 orang (50%) responden menjawab penting meminta maaf jika ada perselisilan upaya menciptakan kerukunan hidup, 6 orang (30%) responden menjawab sangat penting , dan 20% responden menjawab tidak penting untuk menciptakan kerukunan dengan cara meminta maaf ketika perselisihan terjadi. Data di atas menunjukan adanya jiwa pemaaf dalam diri responden dilihat dari kebanyakan jawaban yang ada walaupun ada 20% yang menjawab tidak penting.
71
Tabel 45 Upaya menjauhkan diri dari perbuatan syaitan (boros) dengan cara berhemat. No
Alternatif jawaaban Sangat penting Penting 45 Tidak penting Sangat tidak penting Tidak menjawab Jumlah
Frekuensi 5 5 8 2 20
Prosentase 25 % 25 % 40 % 10 % 100 %
Data di atas menunjukan sebanyak 8 orang (40%) menjawab tidak penting hemat dalam penggunaan uang, 5 orang (25%) menjawab sangat penting, dan 5 orang (25%) lainnya menjawab penting hemat dalam penggunaan uang. Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan kebanyakan responden kurang memahami untuk mengamalan hemat dalam menggunakan uang, bahkan ada 2 orang (10%) dari responden yang bingung untuk menentukan jawabannya apakah hemat dalam menggunakan uang itu upaya untuk menjauhkan diri dari perbuatan syaitan atau bukan. Tabel 46 Memiliki sikap sopan santun terhadap sesama. No
Alternatif jawaban Sangat setuju Setuju 46 Tidak setuju Sangat tidak setuju Jumlah
frekuensi 11 7 2 20
Prosentase 55 % 35 % 10 % 100 %
Data di atas menunjukan bahwa 55% responden menjawab sangat setuju untuk selalu menyapa teman walau teman kita tidak melihat, 35% responden menjawab setuju, dan 10% responden lainnya menjawab tidak setuju. Hal ini menunjukan besarnya rasa sopan santun pada diri responden sangat tinggi.
72
Tabel 47 Etika bertamu dengan cara memberi salam. No
Alternatif jawaban Sangat penting Penting 47 Tidak penting Sangat tidak penting Jumlah
frekuensi 14 3 3 20
Prosentase 70 % 15 % 15 % 100 %
Data di atas menunjukan bahwa 14 orang (70%) responden menjawab sangat penting memberi salam ketika bertamu ke rumah orang sebagai etika kita, dan 15% menjawab penting, dan 15% responden lainnya menjawab tidak penting. Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan kebanyakan responden tahu akan sopan santun bertamu walaupun ada sebagian dari responden yang ragu dilihat dari jawaban mereka yang mengatakan penting (15%) dan tidak penting (15%). Tabel 48 Sopan santun terhadap orang tua No
Alternatif jawaban Sangat penting Penting 48 Tidak penting Sangat tidak penting Jumlah
Frekuensi 12 6 1 1 20
Prosentase 60 % 30 % 5% 5% 100 %
Dari data di atas menunjukan 12 orang (60%) responden menjawab sangat penting mencium tangan kedua orang tua ketika hendak berpergian. 6 orang (30%) responden menjawab penting, dan 5% menjawab tidak penting, 5% responden lainnya menjawab tidak penting. Jika di lihat dari hasil jawaban, kebanyakan responden menjawab sangat penting untuk mencium tangan kedua orang tua ketika hendak berpergian dari jumlah seluruh responden. Hal ini menunjukan tingginya rasa kepatuhan seorang anak terhadap orang tua walaupun masih ada yang menjawab tidak penting bahkan sangat tidak penting, tetapi itu hanya sedikit dari jumlah seluruh responden.
73
Tabel 49 Ajaran Nabi Muhammad akan sopan santun. No
Alternatif jawaban Sangat baik
Baik Tidak baik Sangat tidak baik Jumlah 49
Frekuensi 9
Prosentase 45 %
11 20
55 % 100 %
Data di atas menunjukan bahwa 11 orang (55%) menjawab baik untuk selalu bersikap sopan santun terhadap semua orang, 9 orang (45%) responden menjawab sangat baik untuk selalu berbuat baik terhadap semua orang. Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya kesadaran yang tinggi dalam diri responden untuk bersikap sopan santun terhadap semua orang. Tabel 50 Adab dalam berpakaian. No
Alternatif jawaban Sangat setuju
Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Jawaban 50
Frekuensi 8
Prosentase 40 %
9 2 1 20
45 % 10 % 5% 100 %
Data di atas menunjukan 9 orang (45%) responden menjawab setuju, 8 orang (40%) responden menjawab sangat setuju untuk mengenakan busana yang menutupi aurat agar tidak memancing orang dalam melakukan maksiat, 10 % responden menjawab tidak setuju, dan 5% responden menjawab sangat tidak setuju. Jika di lihat dari hasil jawaban di atas menunjukan tingginya rasa menjaga kehormatan diri dengan cara mengenakan busana yang menutupi aurat agar tidak memancing orang dalam melakukan maksiat, walaupun masih ada dari responden yang menjawab tidak setuju bahkan sangat tidak setuju akan pernyataan di atas tapi itu hanya sedikit jika dibandingkan jika dari jumlah keseluruhan responden.
74
C. Analisis Data Dari hasil penyebaran data yang merupakan hasil data deskriptif, sekarang yang perlu dibahas adalah nilai mean atau nilai rata-ratanya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi atau gambaran masing-masing dari indikator sikap keagamaan yang dimiliki oleh responden. Berikut ini adalah hasil dari penyebaran angket terhadap 20 responden. Dari hasil penyebaran data tersebut diperoleh data tentang kesadaran beragama pada kehidupan anak jalananyang terdiri dari 5 indikator sikap keberagamaan, yaitu: kesadaran dalam meyakini ajaran agama, kesadaran dalam melaksanakan ibadah, kesadaran dalam menghayati kehidupan, kesadaran untuk menambah ilmu pengetahuan dan kesadaran dalam berprilaku baik.
Selanjutnya untuk lebih jelas, data tersebut akan diperjelas pada tabel di bawah ini. Tabel 51
1.
Kesadaran dalam meyakini ajaran agama
Jumlah Item/soal 10
2.
Kesadaran dalam melaksanakan beribadah
8
555
3.
Kesadaran dalam menghayati kehidupan
11
700
4.
Kesadaran untuk menambah ilmu
No
Aspek Penelitian
Pengetahuan 5.
Kesadaran dalam Berprilaku baik
4 17
Skor 652
273
972
Skor dalam tabel merupakan hasil dari jumlah penskoran setiap aspek dari 20 responden. Jumlah skor dari aspek pertama untuk 10 item/soal pernyataan dengan jumlah skor 625, aspek kedua untuk 8 item/soal pernyataan dengan jumlah skor 555, aspek ketiga untuk 11item/soal pernyataan dengan jumlah 700, aspek keempat untuk 4 item/soal pernyataan dengan jumlah skor 273 dan aspek kelima untuk 17 item/soal pernyataan dengan jumlah skor 972.
75
Selanjutnya untuk mengetahui gambaran tiap-tiap aspek dapat digunakan perhitingan sebagaimana tabel 52 di bawah ini. Tabel 52 Tabulasi aspek kesadaran dalam meyakini ajaran agama Nomor soal Jumlah
Responden Nia Dina Iqbal Wahyu Hendi Novi Sarwita Nova Anisa Hikmah Sofyan Yanti Akbar Ria Taufiq Fitri Gatot Rizal Fajar Raka Jumlah
1 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4
2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3
3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4
4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 1 4 4 4 4 3
5 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3
6 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4
7 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 2 3 3 3 3 4 3 3 4 2
8 2 1 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 1 2 2 2 1 3 1 2
9 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 2
10 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 3 4 3
72 67
68
68 67 67
65
42 66
70
34 37 32 30 30 30 32 34 31 34 29 34 35 37 27 33 33 33 37 30 652
Tabel di atas merupakan data hasil tabulasi aspek kesadaran dalam meyakini ajaran agama. Data tersebut merupakan hasil dari penskoran dari 10 item pernyataan dalam angket dengan ketentuan yuntuk pernyataan positif (a:4, b:3, c:2 dan d, 1), dan sebaliknya untuk pernyataan nagatif. Hasil skor tersebut dijumlahkan untuk mengetahui nilai rata-rata dari setiap aspek. Untuk mengetahui nilai rata-rata dari aspek kesadaran beragama dalam meyakini ajaran agama akan di jelaskan dalam tabel di bawah ini.
76
Tabel 53 Nilai rata-rata skor penelitian Aspek kesadaran dalam meyakini ajaran agama
Aspek Penelitian Kesadaran dalam meyakini ajaran agama
Skor
652
Nilai
Nilai
Harapan
Skor
(NH)
(NS)
10 x 4 = 40
NS x 100% NH
652 : 20= 32,6 x 100% = 40 32,6
Kategorisasi Nilai Baik
81,5
Nilai rata-rata dari hasil skor penelitian terhadap aspek kesadaran dalam meyakini ajaran agama berada pada tarap baik, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh suharsmini Arikunto dalam pedoman interpretasi yang menerangkan bahwasannya di nilai baik jika nilai yang diperoleh berada pada interval 76-100%.
77
Tabel 54 Tabulasi aspek kesadaran dalam melaksanakan ibadah Responden Nia Dina Iqbal Wahyu Hendi Novi Sarwita Nova Anisa Hikmah Sofyan Yanti Akbar Ria Taufiq Fitri Gatot Rizal Fajar Raka Jumlah
11 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 2 4 4 4 3 4 3 4 4 3 70
12 3 4 2 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3
13 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3
65
73
Nomor Soal 14 15 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 1 2 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 69
71
16 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 1 4 4 3 3 4 3 2 4 3
17 4 4 3 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 2
18 4 4 3 3 3 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 3 4 3
66
71
70
Jumlah 29 32 24 24 23 24 31 31 31 29 19 31 32 28 28 30 27 26 32 24 555
Tabel di atas merupakan data hasil tabulasi aspek kesadaran dalam melaksanakan ibadah. Data tersebut merupakan hasil dari penskoran dari 8 item pernyataan dalam angket dengan ketentuan untuk pernyataan positif (a:4, b:3, c:2 dan d, 1), dan sebaliknya untuk pernyataan nagatif. Hasil skor tersebut dijumlahkan untuk mengetahui nilai rata-rata dari setiap aspek. Untuk mengetahui nilai rata-rata dari aspek kesadaran beragama dalam melaksanakan ibadah akan di jelaskan dalam tabel di bawah ini.
78
Tabel 55 Tabulasi aspek kesadaran dalam melaksanakan ibadah Nilai Nilai Aspek NS x 100% Skor Harapan Skor NH Penelitian (NH) (NS) Kesadaran dalam
555
8 x 4 = 32
555 : 20
27,75 x100%= 32
= 27,75
86,72%
melaksanakan ibadah
Kategorisasi Nilai Baik
Nilai rata-rata dari hasil skor penelitian terhadap aspek kesadaran dalam melaksanakan ibadah berada pada tarap baik dengan nilai 86.72%, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh suharsmini Arikunto dalam pedoman interpretasi yang menerangkan bahwasannya di nilai baik jika nilai yang diperoleh berada pada interval 76-100%. Tabel 56 Tabulasi aspek kesadaran dalam menghayati kehidupan Nomor soal Resonden Jumlah 19 20 21 22 23 s.d 29 Nia Dina Iqbal Wahyu Hendi Novi Sarwita Nova Anisa Hikmah Sofyan Yanti Akbar Ria Taufiq Fitri Gatot Rizal Fajar Raka Jumlah
4 3 3 4 4 4 1 4 1 1 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 2 3 4 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 1 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 4 2 2 4 2 3 3 4 4 2 4 2 3 4 4 4 2 4 3 2 4 3 2 4 4 4 4 3 4 2 2 2 2 72 52 71 57 64
4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 2 4 4 3 3 4 4 3 4 3 70
38 32 32 28 32 32 33 41 41 39 29 41 39 33 34 36 37 34 39 30 700
79
Tabel di atas merupakan data hasil tabulasi aspek kesadaran dalam menghayati kehidupan. Data tersebut merupakan hasil dari penskoran dari 11 item pernyataan dalam angket dengan ketentuan yuntuk pernyataan positif (a:4, b:3, c:2 dan d, 1), dan sebaliknya untuk pernyataan nagatif. Hasil skor tersebut dijumlahkan untuk mengetahui nilai rata-rata dari setiap aspek. Untuk mengetahui nilai rata-rata dari aspek kesadaran beragama dalam menghayati kehidupan akan di jelaskan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 57 Tabulasi aspek kesadaran dalam menghayati kehidupan Aspek Penelitian Kesadaran dalam
Skor
700
menghayati kehidupan
Nilai
Nilai
Harapan
Skor
(NH)
(NS)
11 x 4 =
700 : 20
44
= 35
NS x 100% NH 35 x100%= 44
Kategorisasi Nilai Baik
79,54%
Nilai rata-rata dari hasil skor penelitian terhadap aspek kesadaran dalam menghayati kehidupan berada pada tarap baik dengan nilai 79.54%, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh suharsmini Arikunto dalam pedoman interpretasi yang menerangkan bahwasannya di nilai baik jika nilai yang diperoleh berada pada interval 76-100%.
80
Tabel 56 Tabulasi aspek kesadaran untuk menambah ilmu pengetahuan Responden Nia Dina Iqbal Wahyu Hendi Novi Sarwita Nova Anisa Hikmah Sofyan Yanti Akbar Ria Taufiq Fitri Gatot Rizal Fajar Raka Jumlah
Nomor Soal Jumlah 30 31 32 33 4 4 3 3 14 4 4 4 4 16 4 3 3 3 13 3 3 3 3 12 3 3 3 3 12 3 4 3 3 13 4 4 4 4 16 4 4 3 4 15 4 4 3 4 15 4 4 4 4 16 1 2 3 2 8 4 4 3 4 15 4 4 3 3 14 3 4 4 3 14 4 3 3 3 13 4 4 3 4 15 4 4 3 0 11 4 3 4 4 15 4 4 3 3 14 3 3 3 3 12 72 72 65 64 273
Tabel di atas merupakan data hasil tabulasi aspek kesadaran untuk menambah ilmu pengetahuan. Data tersebut merupakan hasil dari penskoran dari 4 item pernyataan dalam angket dengan ketentuan yuntuk pernyataan positif (a:4, b:3, c:2 dan d, 1), dan sebaliknya untuk pernyataan nagatif. Hasil skor tersebut dijumlahkan untuk mengetahui nilai rata-rata dari setiap aspek. Untuk mengetahui nilai rata-rata dari aspek kesadaran untuk menambah ilmu pengetahuan akan di jelaskan dalam tabel di bawah ini.
81
Tabel 57 Tabulasi aspek kesadaran untuk menambah ilmu pengetahuan Nilai Nilai Kategorisasi Aspek NS x 100% Skor Harapan Skor NH Nilai Penelitian (NH) (NS) Kesadaran untuk
273
4 x 4 = 16
menambah ilmu
273 : 20 = 13,65
pengetahuan
13,65 x100%= 16
Baik
85,31%
Nilai rata-rata dari hasil skor penelitian terhadap aspek kesadaran untuk menambah ilmu pengetahuan berada pada tarap baik dengan nilai 85.31%, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh suharsmini Arikunto dalam pedoman interpretasi yang menerangkan bahwasannya di nilai baik jika nilai yang diperoleh berada pada interval 76-100%. Tabel 58 Tabulasi aspek kesadaran dalam berprilaku baik Nomor Soal
Responden Nia Dina Iqbal Wahyu Hendi Novi Sarwita Nova Anisa Hikmah Sofyan Yanti Akbar Ria Taufiq Fitri Gatot Rizal Fajar Raka Jumlah
34 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 2 71
35 4 1 3 4 2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 2 4 2 4 3 62
36 3 1 3 0 3 3 3 2 4 3 4 2 3 3 3 3 4 2 3 4 56
37 1 4 3 2 2 2 3 1 1 2 1 1 1 3 2 3 2 1 1 3 39
38 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 0 27
39 3 4 3 4 3 3 4 4 2 4 2 4 3 4 4 4 4 4 3 3 69
Jumlah 40 s.d 50 1 3 1 1 2 3 2 3 2 3 2 3 1 3 3 3 1 3 1 3 1 2 1 4 1 4 2 4 2 4 2 4 3 4 3 4 1 4 1 2 33 64
48 47 44 44 45 40 54 53 47 51 41 50 51 52 51 58 51 53 51 41 972
82
Tabel di atas merupakan data hasil tabulasi aspek kesadaran dalam berperilaku baik. Data tersebut merupakan hasil dari penskoran dari 17 item pernyataan dalam angket dengan ketentuan untuk pernyataan positif (a:4, b:3, c:2 dan d, 1), dan sebaliknya untuk pernyataan nagatif. Hasil skor tersebut dijumlahkan untuk mengetahui nilai rata-rata dari setiap aspek. Untuk mengetahui nilai rata-rata dari aspek kesadaran beragama dalam berprilaku baik akan di jelaskan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 59 Tabulasi aspek kesadaran dalam berprilaku baik Aspek Penelitian
Skor
Kesadaran dalam berprilaku baik
972
Nilai
Nilai
Harapan
Skor
(NH)
(NS)
17 x 4 =
972 : 20
68
= 48,6
NS x 100% NH 48,6 x100%= 68
Kategorisasi Nilai Cukup baik
71,47% Nilai rata-rata dari hasil skor penelitian terhadap aspek kesadaran dalam berprilaku baik berada pada tarap cukup baik dengan nilai 71.47%, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh suharsmini Arikunto dalam pedoman interpretasi yang menerangkan bahwasannya di nilai baik jika nilai yang diperoleh berada pada interval 56-75%.
83
Tabel 60 Nilai rata-rata skor penelitian Aspek Penelitian
Skor
Kesadaran dalam meyakini ajaran agama
652
Kesadaran dalam melaksanakan ibadah Kesadaran dalam menghayati kehidupan Kesadaran untuk menambah ilmu pengetahuan Kesadaran dalam berprilaku baik
555
Nilai
Nilai
Harapan
Skor
(NH)
(NS)
10 x 4 = 40 8 x 4 = 32
273
27,75 x100%= 32 86,72%
Baik
35 x100%= 44 87,5%
Baik
13,65 x100%= 16 85,31%
Baik
555 : 20
11 x 4 =
700 : 20
44
= 34,95
4 x 4 = 16
273 : 20
17 x 4 =68
Nilai Baik
= 13,65 972
Kategorisasi
652 : 20= 32,6 x 100% = 40 32,6 81,5%
= 27,75 700
NS x 100% NH
972: 20 =48,6
48,6 x100%= 68 71,47%
Cukup baik
Tabel di atas merupakan nilai rata-rata dari 5 aspek kesaadaran beragama. Jika di lihat dari hasil rata-rata bahwasana sikap keagamaan yang dimiliki responden berada pada tarap baik jika dilihat dari hasil di atas.
84
Tabel 61 Tabulasi responden mengenai kesaadaran beragama No
Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nia Dina Iqbal Wahyu Hendi Novi Sarwita Nova Anisa Hikmah Sofyan Yanti Akbar Ria Taufiq Fitri Gatot Rizal Fajar Raka
Jumlah
Keterangan
163 164 145 138 142 139 166 174 165 169 126 171 171 164 153 172 159 161 173 137
Tinggi Tinggi Cukup Cukup Cukup Cukup Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Cukup Cukup Tinggi Cukup
Tabel di atas merupakan data hasil tabulasi semua aspek dalam diri responden. Data tersebut merupakan hasil dari penskoran dari 50 item pernyataan dalam angket yang dibagi ke dalam lima aspek kesadaran beragama. Yaitu, aspek 1: kesadaran dalam meyakini ajaran agama (10 item pernyataan), aspek 2: kesadaran dalam melaksanakan ibadah (8 item pernyataan), aspek 3: kesadaran dalam menghayati kehidupan (11 item pernyataan), aspek 4: kesadaran untuk menambah ilmu pengetahuan (4 item pernyataan) dan aspek 5: kesadaran untuk berprilaku baik (17 item pernyataan. Setiap aspek tersebut diberi skor dengan ketentuan untuk pernyataan positif (a:4, b:3, c:2 dan d, 1), dan sebaliknya untuk pernyataan nagatif. Hasil skor tersebut dijumlahkan untuk mengetahui nilai ratarata dari setiap aspek. Berdasarkan persentase dari hasil rata-rata nilai kesadaran beragama pada diri responden yang di dalamnya ada pernyataan positif dan negatif, untuk
85
nilai jawaban pernyataan positif = 4, dan negatif = 1, karena jumlah semua pernyataan 50 soal, jadi nilai tertinggi berada pada 200 merupakan hasil dari perkalian 200x4=200, sedangkan nilai terendah adalah 50x1=50, untuk intervalnya 200-50=150:4=37,5(38). Intervalnya: 162 – 200
: Tinggi
161 – 101
: Cukup
100 - 62
: Rendah
61 - 23
: rendah Sekali Untuk mengetahui nilai rata-rata dari kesadaran beragama dalam diri
responden akan di jelaskan dalam tabel di bawah ini. Tabel 60 Nilai rata-rata skor kesadaran beragama pada diri responden
Responden
20
Skor
3152
Nilai
Nilai
Harapan
Skor
(NH)
(NS)
50x 4 =
3152 :20
200
=157,6
NS x 100% NH 157,6 x 100% 200
Kategorisasi Nilai Baik
78,8% Nilai rata-rata dari
skor kesadaran beragama pada diri responden
berada pada tarap baik dengan nilai 78.8%, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh suharsmini Arikunto dalam pedoman interpretasi yang menerangkan bahwasannya di nilai baik jika nilai yang diperoleh berada pada interval 76-100%. Pada hasil rata-rata didapatkan nilai berkategori baik, walaupun belum sepenuhnya (100%), akan tetapi hal ini menunjukan adanya kesadaran beragama pada diri responden dan mesti ditingkatkan lagi pembinaan,arahan,dan kebutuhankebutuhan padaa diri responden guna tertanamnyapeningkatan kesadaran beragama pada diri responden.
86
C.Hasil Wawancara Nama Jabatan
: H. Otong Suryana : Kepala Rumah Singgah Anak Kurnia
Pertanyaan: 1. Apa yang melatar belakangi bapak untuk membuat Rumah Singgah? Jawab: ketika Zaman krisis moneter banyak sekali warga yang kesusahan dalam hal ekonomi, dan tidak sedikit anak-anak yang harus putus sekolah. Melihat hal demikian menggugah hati kami untuk membuat suatu wadah atau tempat dimana mereka dapat mengemban pendidikan tanpa harus memikirkan biaya. 2. Sejak kapan Rumah Singgah Anak Kurnia dibangun? Jawab: Pada tahun 1997. 3. Apakah di Rumah Singgah ini menyelenggarakan kegiatan pembinaan keagamaan? Jika ia, bentuknya seperti apa? Jawab: Ada, setiap hari kamis di Rumah Singgah Anak Kurnia sering diadakan pengajian rutin mingguan yang diselenggarakan dari Departemen Agama, adapun kegiatan lainnya adalah pengadaan binaan mental dan spiritual melalui media pesantren, sunnat massal, pembiasaan berperilaku baik (sopan santun/tatakrama).
Jakarta, 12 Februari 2010 Narasumber
H.Otong Suryana
87
Nama
: Suryani
Jabatan
: Pengelola/Bendahara
Pertanyaan: 1. Sejak kapan ibu bergabung dengan Rumah Singgah Anak Kurnia? Jawab: Sejak tahun 2000 2. Ada berapa tutor yang berada pada Rumah Singgah Anak Kurnia? Jawaban: ada 14 orang, dan dua orang yang telah sarjana. 3. Darimanakah sumber dana yang diperoleh untuk kegiatan tutorial di Anak Kurnia? Jawab: sumber dana pertama berasal dari subsidi Dinas Sosial Provinsi DKI, dan yang lainnya dari donatur/relawan yang menyumbang. 4. Kendala apa saja yang ditemui dalam proses untuk menunjang berjalannya pembinaaan di Rumah Singgah? Jawab: Kurangnya semangat dari guru dan anak yang mangharuskan pengelola untuk memanggil anak agar dapat mengikuti kegiatan belajar, terkadang kurang dana untuk menunjang kegiatan yang akan di lakukan
Jakarta, 16 Oktober 2010 Narasumber
Suryani
88
Nama
: Heri (20 Tahun)
Jabatan
: Masyarakat
Pertanyaan: 1. Sejak kapan adik mengetahui adanya Rumah Singgah? Jawab: Sejak saya duduk di bangku kelas 5, dan saya termasuk salah satu anak binaan Rumah Singgah ketika Rumah Singgah masih di tempat yang lama. Tetapi karena sekarang saya sudah besar saya tidak pernah kesana lagi (Rumah Singgah). 2. Kegiatan apa saja yang adik lakukan di Rumah Singgah tersebut? Jawab: Pembiasaan-pembiasaan baik di terapkan disana, seperti sholat berjamaah di mushola, ngaji bareng setiap hari, dan belajar. Selain itu juga kita diberi pelatihan keterampilan hidup seperti Qosidah, jahit, memasak, bermain sepak bola dan sebagainya. 3. Apa pengaruh Rumah Singgah terhadap lingkungan msyarakat sekitar? Jawab: Sangat berpengaruh, karena dengan adnya Rumah Singgah masyarakat yang tidak dapat bersekolah dapat mengambil paket A,B,C, dan Rumah Singgah tersebut mengadakan penyuluhan/pengajian rutin setiap minggunya.
Jakarta, 24 Nopember 2010 Narasumber
Heri
89
Nama
: Andre (8 Tahun)
Jabatan
: Anak Binaan Rumah Singgah
Pertanyaan: 1. Sejak kapan adik belajar di Rumah Singgah Anak Kurnia? Jawab: Sekitar dua mingguan (10 Nopember 2010). 2. Apakah adik senang belajar disini? Kenapa? Jawab: Sangat senang, karena orang tua saya pindahan dari jawa dan ketika saya pindah ke jakarta saya harus mengulang kelas satu yang seharusnya kelas lima karena tidak bisa membaca. Tetapi terkadang gurunya tidak hadir dan membuat saya harus belajar sendiri. 3. Setelah belajar lakukan?
dari Rumah Singgah kegiatan apa yang adik
Jawaab: pulang ke rumah dan pergi ke pasar untuk mengupas bawang membantu orang tua. 4. Kegiatan keagamaan apa saja yang adik lakukan ketika berada di Rumah Singgah? Jawab: Saya tidak tahu. Jakarta, 24 Nopember 2010 Narasumber
Andre
90
D.Interpretasi Data Dari hasil uji hipotesis, kesadaran beragama pada diri responden berada pada kategori mendekati baik. Hal tersebut disebabkan adanya pengaruh-pengaruh lain yang berpengaruh terhadap kehidupan anak jalanan. Pengaruh-pengaruh ini yang akan memberikan dampak lebih baik untuk masa depan meraka, khususnya dalam kehidupan keberagamaan. Dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik mereka.
Tapi terkadang juga memberikan dampak negatif bagi kehidupan
keberagamaan dalam diri anak jalanan. Pembinaan kesadaran beragama pada kehidupan anak jalanan sangat penting untuk diterapkan pada Rumah Singgah guna mengantarkan manusia kepada fitrahnya. Yaitu percaya kepada Allah SWT. Oleh karena itu pembinaan sikap keagamaan (kesadaran beragama) seharusnya diberikan kepada anak sejak dini karena akan menentukan seorang anak tersebut apakah tetap dengan fitrahnya yang meyakini agama atau sebaliknya. Dalam kajian teoritis yang penulis ungkapkan sebelumnya Kesadaran ialah melakukan sesuatu berdasarkan hati nuraninya sendiri tanpa adanya paksaan orang lain. Dan kesadaran beragama ialah aspek mental dari aktifitas agama, aspek ini merupakan bagian yang terasa dalam pikiran dan dapat diujui melalui introspeksi. 1 Keberadaan anak jalanan sering dianggap menggangu kesehatan serta keamanan masyarakat. Masyarakat beranggapan demikian karena orang yang hidup dijalanan cenderung hidupnya tidak teratur dan mudah berbuat hal yang negatif. Dalam hal ini memasukan anak kedalam rumah singgah agar mendapatkan bimbingan dan arahan terutama dalam pembinaan mental dan spiritual yang akan menambah keimanan mereka sebagai bekal di masa yang akan mendatang (salah satu tujuan di rumah singgah anak kurnia).
1
1, hlm. 10.
Harun Natusion, Islam ditinjau dari berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1979), jilid
91
Dengan beradanya anak jalanan di dalam rumah singgah maka mereka akan mendapatkan bimbingan dan arahan untuk hidup yang lebih baik serta terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan yang merupakan kebutuhan manusia. 2 Adapun faktor penghambat tercapainya tujuan pembinaan kesadaran beragama pada kehidupan anak jalanan adalah: 1. Lingkungan masyarakat yang kurang agamis 2. Tidak ada waktu untuk mendalami ajaran agama dikarenakan sibuk mencari uang atau sekedar malas. 3. Orang tua yang tidak mampu menciptakan lingkungan yang agamis dan harmonis. 4. Orang tua membebaskan anak dalam pergaulan jalanan. 5. Tuntuan ekonomi keluarga yang mengharuskan mereka hidup mencari uang dijalanan. 3 6. Semangat dari guru dan anak sendiri yang menghambat proses pelajar mengajar dan pembinaan. 4 Dalam kajian teori penulis mengemukakan sebuah teori yang mempunyai pengaruh yang amat besar terhadap perkembangan jiwa keberagamaan antara lain sebagai berikut: a. Faktor Intern •
Hereditas
Jiwa keagamaan memang bukan secara langsung sebagai faktor bawaan yang diwariskan secara turun temurun, melainkan terbentuk dari berbagai unsur lainnya yang mencakup kognitif, afektif dan konatif.
2
M. Rondang Siahaan, “Kampanye Sosial Penanggulangan Anak Jalanan Study Penanganan Anak Jalanan oleh Direktoriat Kesejahteraaan Anak Departemen Sosial RI”, Tesis Pascasarjana UI Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Nasional Jakarta, 2003), h.51-52,t.d. 3
Andre, wawancara, jakarta, 24 November 2010. Suryani pengelola Rumah Singgah Anak Kurnia, Wawancara, Jakarta, 16 Oktober 2010. 4
92
•
Tingkat usia
Meskipun tingkat usia bukan merupakan satu-satunya faktor perkembangan jiwa keagamaan seseorang, tetapi kenyataan ini dapat dilihat dari perbedaan pemahaman agama dari tingkat usia yang berbeda. •
Kepribadian
Kepribadian menurut pandangan psikologi terdiri dari dua unsur, yaitu unsur hereditas dan pengaruh lingkungan. Hubungan antara unsur hereditas dengan pengaruh lingkungan inilah yang membentuk kepribadian, karena kepribadian pada diri anak jalanan lebih dipengaruhi oleh lingkungan yang dinilai sangat jauh akan nilai agama yang akan membentuk kepribadian mereka. •
Kondisi jiwa seseorang
Kondisi jiwa seseorang akan berpengaruh pada pandangan tentang agama, seseorang yang mengidap phobia akan dicekam rasa takut yang irrasional sehingga pandanganya terhadap agama akan dipengaruhi oleh hal yang demikian juga. Sedangkan seseorang yang normal akan memandang agama secara sadar dan dapat berpikir sehat. b.
Faktor ekstern, yaitu lingkungan yang dinilai berpengaruh dalam
perkembangan jiwa keagamaan seseorang, karena lingkungan merupakan tempat dimana seseorang itu hidup dan berinteraksi, lingkungan disini dibagi menjadi tiga, yaitu keluarga, instuisi dan masyarakat. Setelah diadakan penelitian, teori tersebut tidak hanya berpengaruh besar terhadap perkembangan jiwa keagamaan, akan tetapi pada kenyataannya faktor di atas juga dapat juga dijadikan sebagai faktor penghambat pada perkembangan jiwa keberagamaan pada kehidupan anak jalanan. Contohnya faktor ekstern dari Keluarga yang acuh tak acuh terhadap pendidikan agama ana ( Hasil wawacara gilang (ojek payung), 12 Oktober 2010). Orang tua dari keluarga seperti ini tidak mendorong ataupun melarang terhadap kegiatan-kegiatan keagamaan dan bersikap acuh terhadap sikap keagamaan anak-anak mereka. 5 Hal ini kerap sekali terjadi pada kehidupan anak jalanan. 5
hlm.139
Abdurrahman, An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat...,
93
Mungkin teori tersebut tidak dapat diterima sepenuhnya karena masih ada faktor-faktor yang harus di tingkatkan yang berpengaruh terhadap kehidupan anak jalanan khususnya dalam kesadaran beragama. Dengan demikian, penulis dapat mengambil kesimpulan
dari hasil
analisis data disesuaikan dengan kajian teori yang ada bahwasanya pembinaan yang dilakukan di rumah singgah anak kurnia berpengaruh pada perilaku kehidupan ana jalanan, walaupun hasilnya belum maksimal dikarenakan adanya faktor-faktor penghambat dan mesti di tingkatkan lagi.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dari pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Pembinaan kesadaran beragama pada komunitas anak jalanan yang diselenggarakan pada Rumah Singgah Anak Kurnia berpengaruh pada tingkah laku kehidupan anak jalanan. 2. Efektivitas pembinaan kesadaran anak jalanan dalam beragama pada Rumah Singgah Anak Kurnia menunjukan hasil yang baik (78,8%), hal ini membuktikan bahwa pembinaan yang ada berpengaruh pada anak jalanan khususnya dalam kesadaran beragama agar lebih ditingkatkan supaya hasil yang didapat lebih maksimal. 3. Berdasarkan uji hipoteseis mengenai pembinaan kesadaran beragama pada kehidupan anak jalanan yang diselenggarakan di Rumah Singgah Anak Kurnia menunjukan hasil yang cukup, hal ini menunjukan sebagai bukti bahwa teori yang penulis ajukan dapat diterima walaupun belum sepenuhnya dikarenakan adanya faktor-faktor penghambat.
94
95
B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran: 1. Pendidik yang baik melakukan segala sesuatunya dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab. 2. Harus dilakukan kerjasama antara semua pihak (keluarga,lembaga,dan masyarakat) dalam menyediakan tempat untuk pemenuhan kebutuhan anak jalanan serta didukung dengan menciptakan lingkungan yang agamis guna membentuk pribadi yang sadar akan beragama di dalam kehidupan sehari-hari khususnya kehidupan anak jalanan. 3. Bagi Rumah Singgah dalam pelaksanaan program senantiasa membuat perencanaan-perencanaan yang dapat menunjang efektivitas pembinaan bagi anak didik, khuhsnya dalam pembinaan keagamaan. 4. Sebagai orang tua hendaknya mengawasi dan mendidik anak-anak mereka agar tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas yang dapat merusak budi pekerti mereka. Mengawasi dalam bergaul (dengan siapa mereka bergaul), tontonan-tontonan televisi yang tidak mendidik dll. 5. Sebagai pemerintah dan tokoh masyarakat, hendaknya memberantas dengan tegas hal-hal yang dapat merusak moral anak-anak bangsa seperti perjudian, narkoba dll yang nantinya akan berdampak negatif bagi pertumbuhan anak (khususnya anak jalanan) di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Al Ahwani, Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak dalan Islam, Terj.dari Tarbiyat al Awlad Fial Islām oleh Jamaludin Miri, Jakarta: Pustaka Amani, cet.1, 1995. _____, Pendidikan Anak Menurut Islam (Pemeliharaan Kesehatan Jiwa Anak), Terj. dari Tarbiyat al Awlad fial Islām, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet-1, 1990. An Nahlawi, Abdurrahman,
Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan
Masyarakat, Jakarta:Gema Insani, Cet.1, 1995. Ancok, Djamaluddin dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam; Solusi Islam akan Problem Psikologi, Yogyakarta: Pustaka pelajar, Cet . I, 2005. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik , Jakarta: Rineka Cipta, Cet.12, 2002. Arif-Ahmad, “Pemberdayaan Anak Jalanan”, dari Http://Researchengines.Com. 13 Oktober 2010. Bahtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos 1997, Cet. 1. Daradjat, Zakiah, Pendidikan Islam dalam keluarga dan Sekolah, Jakarta: Ruhama, Cet.2, 1995. Departemen Agama, Mushaf Al-Qur’an Terjemah, Jakarta: Gema Insani, 2005. Hasan, M. Ali, Study Islam Al-Qur’an dan Sunnah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet.1, 2000. Humanisclub, “Fenomena
Anak Jalanan sebuah Tragedi Zaman ini”,
dari
Http://Humanisclub.Wordpress.Com, 13 Oktober 2010. Jalaludin, Teologi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet.3, 2003. ______, Psikologi Islam, Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, Cet. 13, 2010. Muchtar, Heri Jauhari, Fikih Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005. Mujib, Abdul, dkk, Nuansa-nuansa Psilkologi Islam, jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet.2, 2002. Nata, Abudin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996.
_____, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, Ciputat: UIN Jakarta Press, Cet. 1, 2005. _____, Metodologi Study Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006. _____, dan Fauzan, Pendidikan dalam Perspektif Hadits, Ciputat: UIN Jakarta Press, Cet-1, 2005. Natusion, Harun, Islam ditinjau dari berbagai Aspeknya, Jilid 1, Jakarta: UI Press, 1979. Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta:Kalam Mulia, Cet.9, 2009. Saleh, Abdul Rachman, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Jakarta: PT Gemawindu Pancaperkasa, Cet. 1, 2000. Satrio, Adi, Kamus Ilmiah Populer, Visi 7, 2005. Siahaan, M. Rondang, “Kampanye Sosial Penanggulangan Anak Jalanan Study Penanganan Anak Jalanan oleh Direktoriat Kesejahteraaan Anak Departemen Sosial RI”, Tesis Pascasarjana UI Jakarta, Jakarta: Perpustakaan Nasional Jakarta, 2003. Sobran-Ahmad, “Menguak Kehidupan Anak Jalanan Ayah.Ibunyapun Orang Jalanan”, dari Http://Nasioanal.Kompas.Com, 13 Oktober 2010. Sudijono, Anas, Pengantar Statistik pendidikan, Jakarta:Pt.Grapindo Persada, 2007. Surakhmad,
Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik,
Bandung: Tarsito, 1998 . Tafsir, Ahmad,
Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: Remaja
Rosdakarya, Cet. IV, 1999. Uhbiyah, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 1999. Wardi , Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, jakarta: Logos 1997. Yani, PAI bagi Anak Jalanan, Skripsi Sarjana PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005. Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 2, 1995.
،ﺢ ﻷﺑﻲ ﻋﻴﺴﻰ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﻴﺴﻰ ﺑﻦ ﺳﻮرة ُ ْﻦ اَﻟﺘﱢﺮﻣِﺬِي اﻟﺠَﺎ ِﻣ ُﻊ اﻟﺼﱠ ِﺤﻴ ُ ﺳ َﻨ ُ ،اﻟﺸﻴﺦ ﺧﻠﻴﻞ ﻣﺄﻣﻮن ﺷﻴﺤﺎ .(هـ297-209، دار اﻟﻤﻌﺮﻓﺔ:)ﺑﻴﺮوت .( )ﻃﻪ ﻓﻮﺗﺮا ﺳﻤﺎراع،ﺻﺤﻴﺢ ﻣﺴﻠﻢ اﻟﺠﺰ اﻟﺜﺎﻧﻲ
Tabulasi Hasil Penelitian No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nia Dina Iqbal Wahyu Hendi Novi Sarwita Nova Anisa Hikmah Sofyan Yanti Akbar Ria Taufiq Fitri Gatot Rizal Fajar Raka
1 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4
2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3
3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4
4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 1 4 4 4 4 3
5 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3
6 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4
7 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 2 3 3 3 3 4 3 3 4 2
8 2 1 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 1 2 2 2 1 3 1 2
9 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 2
Nomor Soal 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 1 1 1 4 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 4 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 2 4 2 3 1 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 2 2 2 3 4 1 2 1 4 2 3 3 3 1 4 3 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 1 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 2 4 2 2 2 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 2 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 2 4 2 3 2 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 2 4 3 2 3 4 3 4 2 4 2 4 3 3 2 4 3 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 1 3 3 3 3 4 3 3 2 3 4 2 2 2 2 2 3
No
Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nia Dina Iqbal Wahyu Hendi Novi Sarwita Nova Anisa Hikmah Sofyan Yanti Akbar Ria Taufiq Fitri Gatot Rizal Fajar Raka
Nomor Soal 26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 3 4 4 3
4 4 3 0 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4
3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3
4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 2 4 4 3 3 4 4 3 4 3
4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 1 4 4 3 4 4 4 4 4 3
4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 3 4 3
3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3
3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 2 4 3 3 3 4 0 4 3 3
4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 2
4 1 3 4 2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 2 4 2 4 3
3 1 3 0 3 3 3 2 4 3 4 2 3 3 3 3 4 2 3 4
1 4 3 2 2 2 3 1 1 2 1 1 1 3 2 3 2 1 1 3
1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 0
3 4 3 4 3 3 4 4 2 4 2 4 3 4 4 4 4 4 3 3
1 1 2 2 2 2 1 3 1 1 1 1 1 2 2 2 3 3 1 1
2 1 2 1 1 2 2 3 1 1 1 3 2 2 2 3 4 1 2 2
3 4 3 3 3 3 3 2 3 4 3 2 3 3 3 4 1 4 3 2
3 1 2 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 2
3 4 3 3 3 2 4 4 2 3 2 4 2 3 3 4 3 4 3 3
3 4 2 2 3 0 2 2 3 4 2 2 4 3 2 4 0 4 3 2
3 4 3 3 3 2 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4 3 4 3
4 4 2 3 3 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3
4 4 3 3 3 1 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 3 4 4 3
3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3
3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2
Quesioner untuk Anak Jalanan Pembinaan Kesadaran Beragama pada Kehidupan Anak Jalanan (Studi Kasus di Rumah Singgah Anak Kurnia)
Identitas Responden Nama : Umur : Jenis kelamin :
Petunjuk Pengisian Angket 1. Awali dengan membaca basmalah 2. Mohon dijawab semua pertanyaan di bawah ini sejujur-jujurnya dengan memberi tanda silang (x) pada jawaban yang paling cocok dengan keadaan anda.
3. Kerahasiaan jawaban anda dijamin oleh penulis 4. Diharapkan semua soal dalam angket ini dapat terisi dan penulis ucapkan terima kasih atas partisipasinya.
5. Akhiri dengan membaca hamdalah
Kesadaran dalam Meyakini Ajaran Agama 1. Agama mengajarkan kita tentang kebaikan dan kedamaian, bukan kekerasan. Untuk itu kita harus cinta kedamaian. a. Sangat setuju
c. Tidak setuju
b. Setuju
d. Sangat tidak setuju
2. Selalu waspada ketika berbuat sesuatu agar selamat merupakan kayakinan kita terhadap malaikat. a. Sangat setuju
c. Tidak setuju
b. Setuju
d. Sangat tidak setuju
3. Percaya akan adanya kehidupan setelah kematian adalah upaya menjalani kehidupan yang lebih baik sebelum tibanya kematian. a. Sangat setuju
c. Tidak setuju
b. Setuju
d. Sangat tidak setuju
4. Setiap manusia berhak menentukan jalan kehidupan yang di jalani, supaya apa yang diinginkan dapat terwujud. a. Sangat setuju
c. Tidak setuju
b. Setuju
d. Sangat tidak setuju
5. Setiap perbuatan yang dilakukan akan mendapatkan balasan, oleh karena itu kita berusaha untuk selalu berbuat baik. a. Sangat setuju
c. Tidak setuju
b. Setuju
d. Sangat tidak setuju
6. Pahala/dosa merupakan akibat dari perbuatan kita. Maka kita harus selalu berbuat baik agar mendapatkan pahala bukan dosa. a. Sangat setuju
c. Tidak setuju
b. Setuju
d. Sangat tidak setuju
7. Perbuatan manusia di dunia akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah nanti di hari kiamat, maka ketika di dunia kita berusaha untuk tidak selalu melakuakan dosa. a. Sangat setuju
c. Tidak setuju
b. Setuju
d. Sangat tidak setuju
8. Penyesalan bagi orang yang telah berbuat dosa merupakan sikap yang dapat diharapkan untuk dapat menghapus dosa. a.
Sangat setuju
c. Tidak setuju
b.
Setuju
d. Sangat tidak setuju
9. Adanya siksa/nikmat kubur setelah kematian membuat manusia sadar untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan perbuatan dosa. a. Sangat setuju
c. Tidak setuju
b. Setuju
d. Sangat tidak setuju
10. Nabi muhammad sebagai panutan dan teladan bagi umat manusia, maka setiap perkataan, perbuatan dan keputusan yang berasal dari Nabi wajib kita tiru/teladani.
a. Sangat setuju
c. Tidak setuju
b. Setuju
d. Sangat tidak setuju
Kesadaran dalam melaksanakan ibadah 11. Setiap memulai aktifitas pekerjaan yang baik dimulai dengan membaca do’a agar hasil pekerjaan yang kita lakukan penuh berkah. a. Sangat setuju
c. Tidak setuju
b. Setuju
d. Sangat tidak setuju
12. Khusu dalam berdo’a dengan harapan dikabulkan keinginan kita merupakan sikap yang dapat mengantarkan kita untuk merasa dekat dengan Allah. a. Sangat Setuju
c. Tidak setuju
b. Setuju
d. Sangat Tidak setuju
13. Menjaga kebersihan badan, pakaian dan tempat tinggal setiap hari adalah ajaran yang dapat diambil sebagai hikmah dari ibadah sholat. a. Sangat setuju
c. Tidak setuju
b. Setuju
d. Sangat Tidak setuju
14. Membiasakan mandi dua kali sehari untuk menjaga kebersihan badan merupakan wujud dari pemeliharaan diri dengan kesehatan badan. a. Sangat setuju
c. Tidak setuju
b. Setuju
d. Sangat tidak setuju
15. Bangun pagi untuk melaksanakan sholat shubuh upaya melatih kedisiplinan dalam mengatur waktu. a. Sangat penting
c. Tidak penting
b. Penting
d. Sangat tidak setuju
16. Membiasakan khusu’ dalam sholat agar ibadah yang dilakukan diterima di sisi Allah. a. Sangat setuju
c. Tidak setuju
b. Setuju
d. Sangat tidak setuju
17. Melatih diri berpuasa sejak kecil agar terbiasa menjalankan syariat di masa mendatang. a. Sangat setuju
c. Tidak setuju
b. Setuju
d. Sangat tidak setuju
18. Melatih diri untuk terbiasa membaca Al-Qur’an dengan harapan dapat lancar membacanya. a. Sangat setuju
c. Tidak setuju
b. Setuju
d. Sangat tidak setuju
Kesadaran dalam Menghayati Kehidupan
19. Ketika mendengar adzan, anda bergegas untuk melaksanakan sholat sebagai bukti bahwa anda mensyukuri nikmat yang diberikan. a. Sangat baik
c. Tidak baik
b. Baik
d. Sangat tidak baik
20. Tidur nyenyak sebelum sholat isya merupakan ciri orang yang jauh dari mengingat Allah. a. Sangat setuju
c. Tidak setuju
b. setuju
d. Sangat tidak setuju
21. Ketika mendengar orang membaca Al-Qur’an hati merasa tenang dan tentram. a. Sangat baik
c. Tidak baik
b. Baik
d. Sangat tidak baik
22. Merasa bangga mempunyai pengetahuan agama yang cukup merupakan sikap dari orang yang sombong. a. Sangat setuju
c. Tidak setuju
b. Setuju
d. Sangat tidak setuju
23. Merasa senang mendapat pujian dalam melakukan kebaikan merupakan hal yang tidak baik a. Sangat setuju
c. Tidak setuju
b. setuju
d. Sangat tidak setuju
24. Merasa bosan ketika mendengarkan ceramah agama tidak mencerminkan sikap dari ingin mendekatkan diri kepada Allah. a. Sangat setuju
c. Tidak setuju
b. Setuju
d. Sangat tidak setuju
25. Mengeluh jika ditimpa musibah atau sakit merupakan sikap dari orang yang tidak mau bersabar. a. Sangat baik
c. Tidak baik
b. Baik
d. Sangat tidak baik
26. Barang siapa yang berdo’a pada Allah, pasti akan di kabulkan pertmintaannya. a. Sangat setuju
c. Tidak setuju
b. Setuju
d. Sangat tidak setuju
27. Allah bersama orang-orang yang beriman dan bersaabar, maka dalam menjalani kehidupan ini kita harus senantiasa harus bersabar. a. Sangat setuju
c. Tidak setuju
b. Setuju
d. Sangat tidak setuju
28. Sedikit banyaknya penghasilan dari jerih payah yang didapat harus disyukuri sebagai wujud rasa sifat qonaah yang ada. a. Sangat setuju
c. Tidak setuju
b. Setuju
d. Sangat tidak setuju
29. Ikut merasa bersedih jika mendengar bancana alam merupakan respon dari seseorang yang memiliki jiwaa kepedulian sosial. a. Sangat baik
c. Tidak baik
b. Baik
d. Sangat tidak baik
Kesadaran untuk Menambah Ilmu Pengetahuan 30. Pendidikan agama wajib didapatkan mulai sejak dini (kecil) untuk dijadikan pedoman dalam hidup dikala dewaasa nanti. a. Sangat penting
c. Tidak penting
b. Penting
d. Sangat tidak penting
31. Selalu bertanya kepada orang dewasa tentang ilmu-ilmu agama agar lebih memahami ajaran agama. a. Sangat penting
c. Tidak penting
b. Penting
d. Sangat tidak penting
32. Mengikuti perlombaan ceramah/adzan untuk mengembangkan minat dan bakat. a. Sangat penting
c. Tidak penting
b. Penting
d.Sangat tidak penting
33. Tertarik untuk pergi ke pengajian sebagai bukti ingin menggali ilmu agama lebih dalam. a. Sangat penting
c. Tidak penting
b. Penting
d. Sangat tidak penting
Kesadaran dalam berprilaku baik 34. Jujur dalam berbicara menghindarkan kita dari bersifat bohong. a. Sangat penting
c. Tidak penting
b. Penting
d. Sangat tidak penting
35. Mencari keuntungan dalam menolong orang lain merupakan hal yang tidak baik. a. Sangat setuju
c. Tidak setuju
b. setuju
d. Sangat tidak setuju
36. Berani mengambil resiko atas apa yang telah kita perbuat adalah ciri dari seorang yang bertanggung jawab. a. Sangat setuju
c. Tidak setuju
b. Setuju
d. Sangat tidak setuju
37. Tidak menolong orang yang tidak dikenal jauh dari rasa kepedulian sosial. a. Sangat baik
c. Tidak baik
b. Baik
d. Sangat tidak baik
38. Memarahi teman yang melakukan kesalahan mertupakan wujud dari rasa kasih sayang kita. a. Sangat baik
c. Tidak baik
b. Baik
d. Sangat tidak baik
39. Rela mengorbankan uang jajan untuk menolong teman yang sedang dalam kesusahan. a. Sangat setuju
c. Tidak setuju
b. Setuju
d. Sangat tidak setuju
40. Bersedia menolong teman walau berbuat kurang baik merupakan kepedulian kita terhadap teman. a. Sangat baik
c. Tidak baik
b. Baik
d. Sangat tidak baik
41. Bila saya berjanji pada teman, saya tidak harus menepatinya. Kecuali janji terhadap orang tua. a. Sangat setuju
c. Tidak setuju
b. Setuju
d. Sangat tidak setuju
42. Walau dalam keadaan terjepit, janji harus ditepati karena merupakan hutang yang harus dibayar. a. Sangat setuju
c. Tidak setuju
b. Setuju
d. Sangat tidak setuju
43. Memaafkan orang yang berbuat salah karena sifat salah manusiawi. a. Sangat baik
c. Tidak baik
b. Baik
d. Sangat tidak baik
44. Meminta maaf jika ada perselisihan untuk menciptakan kerukunan hidup. a. Sangat penting
c. Tidak penting
b. Penting
d. Sangat tidak penting
45. Hemat dalam menggunakan uang adalah upaya untuk menjauhkan diri dari perbuatan syaitan (boros). a. Sangat penting
c. Tidak penting
b. Penting
d. Sangat tidak penting
46. Bila bertemu teman, saya selalu menyapanya walau ia tidak melihat saya karena setiap manusia merupakan saudara. a. Sangat setuju
c. Tidak setuju
b. Setuju
d. Sangat tidak setuju
47. Memberi salam ketika bertamu kerumah orang merupakan sopan santun yang harus kita lakukan. a. Sangat penting
c. Tidak penting
b. Penting
d. Sangat tidak penting
48. Mencium tangan kedua orang tua ketika hendak berpergian untuk meminta do’a restu agar selamat dalam perjalanan. a. Sangat penting
c. Tidak penting
b. Penting
d. Sangat tidak penting
49. Bersikap sopan santun terhadap semua orang merupakan salah satu dari ajaran dari Nabi Muhammad. a. Sangat baik
c. Tidak baik
b. Baik
d. Sangat tidak baik
50. Mengenakan busana yang menutupi aurat agar tidak memancing orang dalam melakukan maksiat a. Sangat setuju
c. Tidak setuju
b. Setuju
d. Sangat tidak setuju
UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan daalam penulisan skripsi
yang berjudul
“Pembinaan Kesadaran Beragama pada Kehidupan Anak Jalanan (Studi Kasus di Rumah Singgah Anak Kurnia)”
yang disusun oleh Siti Shofiah NIM
106011000181 Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal 01 Desember 2010.
Jakarta, 01 Desember 2010 Dosen Pembimbing skripsi
Dr. Zaimudin,MAg Nip : 19590705 199103 1 002
UJI REFERENSI
No 1 Al
Ahwani,
Referensi Abdullah Nasih
Pendidikan
Anak
dalan
Ulwan, Islam
Hal. Skripsi 22,
,
Terj.dari Tarbiyat al Awlad Fial Islām oleh Jamaludin Miri, Jakarta: Pustaka Amani, cet.1, 1995. 2
_____, Pendidikan Anak Menurut Islam
29
(Pemeliharaan Kesehatan Jiwa Anak), Terj. dari Tarbiyat al Awlad fial Islām, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet-1, 1990. 3
An Nahlawi, Abdurrahman, Islam
di
Rumah
Masyarakat,
Pendidikan Sekolah
Jakarta:Gema
20,
dan Insani,
Cet.1, 1995. 4
Ancok , Djamaluddin dan Fuad Nashori
24
Suroso, Psikologi Islam ; Solusi Islam akan Problem Psikologi, Yogyakarta: Pustaka pelajar, Cet . I, 2005. 5
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian
36
Suatu Pendekatan Praktik , Jakarta: Rineka Cipta, Cet.12, 2002. 6
Arif-Ahmad, “Pemberdayaan Anak Jalanan”,
30
dari Http://Researchengines.Com. 13 Oktober 2010. 7
Bahtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos 1997, Cet. 1.
37
Ket
8
Daradjat, Zakiah, Pendidikan Islam dalam keluarga
dan
Sekolah,
17
Jakarta:
Ruhama, Cet.2, 1995. 9
Departemen Agama, Mushaf Al-Qur’an
8
Terjemah, Jakarta: Gema Insani, 2005. 10
Hasan, M. Ali, Study Islam Al-Qur’an dan
6, 17
Sunnah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet.1, 2000. 11
Humanisclub, “Fenomena
Anak Jalanan
sebuah Tragedi Zaman ini”,
33
dari
Http://Humanisclub.Wordpress.Com, 13 Oktober 2010. 12
Jalaludin, Teologi Pendidikan, Jakarta: PT
7,
Raja Grafindo Persada, Cet.3, 2003. 13
______, Psikologi Islam, Jakarta: PT. Raja 10, 18, 19, 27 Grapindo Persada, Cet. 13, 2010.
14
Muchtar, Heri Jauhari, Fikih Pendidikan,
30
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005. 15
Mujib,
Abdul,
dkk,
Nuansa-nuansa
12,
Psilkologi Islam, jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet.2, 2002. 16
Nata, Abudin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT
28
Raja Grafindo Persada, 1996. 17
_____,
Pendidikan dalam Perspektif
Al-
23
Qur’an, Ciputat: UIN Jakarta Press, Cet. 1, 2005. 18
_____, Metodologi Study Islam, Jakarta: PT.
9
Raja Grafindo Persada, 2006. 19
_____,
dan
Fauzan,
Perspektif
Pendidikan
Hadits,
Ciputat:
dalam UIN
2, 22
Jakarta Press, Cet-1, 2005. 20
Natusion,
Harun, Islam ditinjau dari
7,
berbagai Aspeknya, Jilid 1, Jakarta: UI Press, 1979. 21
Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta:Kalam
7, 12, 16,
Mulia, Cet.9, 2009. 22
Saleh, Abdul Rachman, Pendidikan Agama dan
Keagamaan,
Jakarta:
20,
PT
Gemawindu Pancaperkasa, Cet. 1, 2000. 23
Satrio, Adi, Kamus Ilmiah Populer, Visi 7,
6
2005. 24
Siahaan, M. Rondang, “Kampanye Sosial
33
Penanggulangan Anak Jalanan Study Penanganan Direktoriat
Anak
Jalanan
Kesejahteraaan
Departemen
Sosial
Pascasarjana
UI
Anak
RI”,
Jakarta,
oleh
Tesis Jakarta:
Perpustakaan Nasional Jakarta, 2003. 25
Sobran-Ahmad, “Menguak Kehidupan Anak Jalanan
Ayah.Ibunyapun
34
Orang
Jalanan”,
dari
Http://Nasioanal.Kompas.Com,
13
Oktober 2010. 26
Sudijono,
Anas,
Pengantar
pendidikan,
Statistik
36
Jakarta:Pt.Grapindo
Persada, 2007.
27
Surakhmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah
Dasar
Metode
Teknik,
37
Bandung: Tarsito, 1998. 28
Tafsir, Ahmad, Agama
Metodologi Pengajaran Islam,
Bandung:
21, 30
Remaja
Rosdakarya, Cet. IV, 1999. 29
Uhbiyah,
Nur,
Ilmu
Pendidikan
Islam,
29
Bandung: CV Pustaka Setia, 1999. 30
Wardi , Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu
37
Dakwah, jakarta: Logos 1997. 31
Yani, PAI bagi Anak Jalanan, Skripsi Sarjana
32,
PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005. 32
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta:
23, 26
Bumi Aksara, Cet. 2, 1995. 33
ﺢ ُ ْﻦ اَﻟﺘﱢﺮ ِﻣﺬِي اﻟﺠَﺎ ِﻣ ُﻊ اﻟﺼﱠ ِﺤﻴ ُ ﺳ َﻨ ُ ،اﻟﺸﻴﺦ ﺧﻠﻴﻞ ﻣﺄﻣﻮن ﺷﻴﺤﺎ دار: )ﺑﻴﺮوت،ﻷﺑﻲ ﻋﻴﺴﻰ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﻴﺴﻰ ﺑﻦ ﺳﻮرة
11
.(هـ297-209،اﻟﻤﻌﺮﻓﺔ .( )ﻃﻪ ﻓﻮﺗﺮا ﺳﻤﺎراع،ﺻﺤﻴﺢ ﻣﺴﻠﻢ اﻟﺠﺰ اﻟﺜﺎﻧﻲ
34
Mengetahui Dosen Pembimbing
Dr. Zaimudin,Mag Nip : 19590705 199103 1 002
12