Volume 15, Nomor 1, Hal. 39-46 Januari – Juni 2013
ISSN:0852-8349
PEMANFAATAN BIOCHAR CANGKANG KELAPA SAWIT SEBAGAI SOIL AMANDEMENT ULTISOL SUNGAI BAHAR-JAMBI Endriani, Sunarti, Ajidirman Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo – Darat Jambi 36361 Email:
[email protected] ABSTRACT This research was conducted in the Experimental Field, Faculty of Agriculture, Jambi University and Soil Laboratory, from August to November 2012. The research aim to study the effect of biochar from oil palm shell as soil amandement addition in pH and Al-dd and soybean yield. The experimental with Completely Randomized Design was ameliorant addition, consists of six levels ( biochar 0; 0,5; 1,0; 1,5; 2,0 and 2,5 ton/ha). The experiment results showed that the biochar significantly improved the soil chemical characteristics such as increasing soil pH and Al-exch. The result showed that the dry weight increased significantly. Best vegetative growth performance of soybean Anjasmoro variety and best yield of dry grain of soybean was shown by application of 2 to/ha in Ultisol soil of Sungai Bahar Jambi. Key words : biochar, soil amandement, oil palm shell, Ultisol, soybean. PENDAHULUAN Provinsi Jambi terletak di daerah tropika basah sehingga sebagian besar lahan yang dimiliki adalah lahan lahan suboptimal seperti Ultisol. Tanah ini memiliki sifat kadar hara, kapasitas tukar kation (KTK), pH, dan bahan organik yang rendah, sedangkan untuk kapasitas tukar anion (KTA), kadar aluminium dapat ditukar, oksida, dan kadar liat tergolong tinggi. Tingginya kadar aluminium di dalam tanah dapat menghambat pertumbuhan dan meracuni tanaman. Menurut Lehmann dan Joseph (2009), salah satu upaya untuk mengatasi sifat toksik yang ditimbulkan dari aluminium yang dapat di-pertukarkan pada tanah masam adalah dengan memanfaatkan limbah biomassa pertanian seperti biochar. Bio-char dapat memperbaiki sifat kimia, fisik, dan biologi tanah. Pencucian pupuk N dapat dikurangi secara signifikan dengan pemberian bio-char tersebut ke dalam media tanam (Steiner, 2007). Selain itu pula, di beberapa negara telah ditetapkan suatu kebijakan untuk mengembangkan bio-char dalam skala industri guna meningkatkan simpanan
karbon di dalam tanah. Jika dikaitkan dengan kepedulian terhadap pemanasan global yang disebabkan oleh emisi CO2 dan sumber gas rumah kaca lainnya, maka pemanfaatan bio-char sebagai bahan amelioran tanah memiliki prospek yang cukup baik. Dengan kata lain, teknologi pemanfaatan (pengolahan) bio-char merupakan salah satu solusi cepat untuk mengurangi pengaruh pemanasan global yang berasal dari lahan pertanian dan juga merupakan salah satu alternatif untuk mengelola limbah pertanian dan perkebunan (Goenadi, 2008). Peranan biochar sebagai soil amandement sudah banyak diteliti, biochar yang diaplikasikan ke tanah pertanian meningkatkan pertumbuhan tanaman dengan memasok sejumlah nutrisi yang berguna serta meningkatkan sifat fisik dan biologi tanah (Glasser et al., 2002; Lehmann et al., 2003; Lehmann & Rondon, 2005; Steiner, 2007). Namun demikian kajian teknis penelitian di lapang mengenai keuntungan aplikasi bio-char dalam meningkatkan produktivitas pertanian dan perkebunan di Indonesia khususnya di Jambi masih sangat terbatas. 39
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
Potensi cangkang kelapa sawit sebagai biochar untuk pembenah tanah cukup besar, mengingat luas perkebunan kelapa sawit di Jambi. Pada tahun 2008 Provinsi Jambi memiliki luas perkebunan kelapa sawit, yaitu perkebunan rakyat terdiri dari : 320,554 ha, perkebunan negara : 18,607 ha, perkebunan swasta : 150,223 ha. Untuk setiap ton pengolahan kelapa sawit akan menghasilkan 60 kg limbah cangkang kelapa sawit dengan kandungan kalori sebesar 3500-4100 kkal/kg. Meski begitu, potensi limbah kelapa sawit baik secara kuantitas maupun kualitas seperti tersebut di atas belum dimaksimalkan untuk diolah sebagai bahan bakar alternatif (Efendi, 2008). Sementara itu, perluasan pengembangan lahan pertanian khususnya kedelai di Indonesia pada umumnya terjadi pada lahan marginal dengan tingkat kesuburan yang rendah. Dominasi tanah Ultisol di sebagian besar wilayah Indonesia menimbulkan masalah tersendiri dalam hal pencapaian produktivitas pertanian dan perkebunan yang optimal. Jenis tanah ini dicirikan dengan agregat kurang stabil, permeabilitas, bahan organik dan tingkat kebasaan rendah. Tekstur tanah berliat, mengandung mineral sekunder kaolinit yang sedikit tercampur gibsit dan montmorilonit, pH tanah rata-rata 4,2-4,8 (Prasetyo & Suriadikarta, 2006). Berdasarkan uraian beberapa hasil penelitian maka hipotesis yang berkembang adalah potensi biochar sebagai pembenah tanah, selain dapat memperbaiki kualitas tanah juga meningkatkan produksi tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan biochar cangkang kelapa sawit sebagai soil amandement Ultisol dari Sungai Bahar-Jambi. BAHAN DAN METODE Pembuatan Peralatan Pirolisis Peralatan reaktor pirolisis dibuat dengan teknologi sederhana dari bahan drum bekas dengan ukuran tebal plat ±1,5 mm, tinggi 44
48 cm, dan diameter 60 cm. Pipa penyalur asap dibuat dari besi berdiameter 2 inci dengan panjang 200 cm, yang dirancang secara bongkar pasang sebagai penghubung antara reaktor pirolisis dengan kondensor. Dari bahan yang sama dibuat kondensor dengan ukuran tinggi 88 cm dan diameter 60 cm. Selanjutnya, dari bahan yang sama pula dibuat tungku pembakaran dengan ukuran tinggi 40 cm dan diameter 60 cm. Proses Pirolisis Cangkang Kelapa Sawit Proses ini dilakukan dalam beberapa langkah. Cangkang kelapa sawit ditentukan kadar airnya terlebih dahulu, lalu ditimbang dengan bobot sesuai data Tabel 1. Selanjutnya cangkang kelapa sawit dimasukkan ke dalam reaktor pirolisis. Disiapkan bahan bakar serbuk gergaji dalam tungku lalu dibakar selama 5 jam. Selama proses, suhu proses diukur menggunakan thermocouple. Setelah proses pirolisis berlangsung selama 5 jam, api di dalam tungku dipadamkan dengan cara menyiramnya dan reaktor dibiarkan dingin secara alami (Solichin, 2009). Produk arang ditimbang dan ditentukan rendemennya. Pekerjaan tersebut diulangi dengan cara yang sama sebanyak dua kali. Selanjutnya biochar digiling dengan umuran 80 mesh. Penentuan Rendemen Rendemen produk pirolisis yang diperoleh ditetapkan berdasarkan metode Association of Official Agricultural Chemists(AOAC) International dengan menghitung bobot sampel sesuai bobot kering dan kadar airnya. Kadar Air (ASTM D 5142-02) Arang yang sudah digiling ditimbang sebanyak 1 gram, kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu 104-110 0C selama 1 jam sampai beratnya konstan dan ditimbang. Kadar air dihitung dengan menggunakan persamaan :
Endriani., dkk: Pemanfaatan Biochart Cangkang Kelapa Sawit Sebagai Soil Amandement Ultisol Sungai Bahar - Jambi
KA = X1 - X2 x 100% X2 Keterangan : K A = Kadar air (%) X1 = Bobot sampel awal (gram) X2 = Bobot sampel seteleh dikeringkan
Penentuan Rendemen Rendemen produk pirolisis yang diperoleh ditetapkan berdasarkan metode Association of Official Agricultural Chemists (AOAC) International dengan menghitung bobot sampel sesuai bobot kering dan kadar airnya (Horwitz, 2000). Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: Bobot kering cangkang (%) Rendemen boichar (%) Karakterisasi Arang Karakterisasi bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat dasar arang hasil pirolisis cangkang kelapa sawit yang dilakukan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara, Bandung. Karakterisasi tersebut meliputi kadar air, zat menguap, abu, karbon terikat). Semua prosedur karakterisasi mengikuti metode yang dikembangkan AOAC International. Analisis kimia biochar meliputi N (metode Kjeldahl), P dan K (ekstrak HCl 25 %), Corganik metode Walkley-Black, dan KTK (metode Bower). Pelaksanaan penelitian Penelitian dilaksanakan di green house dengan menggunakan tanah jenis order Ultisol yang diambil dari lahan paska peremajaan kelapa sawit Sungai Bahar Jambi. Rancangan Percobaan Percobaan dilakukan dalam rancangan acak lengkap, terdiri dari enam perlakuan,
dengan masing-masing perlakuan sebanyak tiga ulangan. Perlakuan terdiri dari: (B0) tanpa pemberian biochar (B1) biochar 0,5 ton/ha (B2) biochar 1,0 ton/ha (B3) biochar 1,5 ton/ha (B4) biochar 2,0 ton/ha (B5) biochar 2,5 ton/ha Contoh tanah mineral diambil dari daerah Sungai Bahar Jambi pada kedalam 0-30 cm. Selanjutnya sampel tanah dimasukkan ke dalam polibag sebanyak 10 kg setara bobot kering. Bahan pembenah tanah (biochar) diberikan dua minggu sebelum tanamn sesuai dengan takaran dengan cara dicampur dan diaduk merata dengan tanah kemudian diinkubasi selama 2 minggu. Kegiatan penelitian dilakukan dengan indikator tanaman kedelai, varietas Anjasmoro, jarak tanam 0,20 x 0,25 m. Pemupukan dilakukan dua kali, dengan dosis pupuk sesuai anjuran untuk tanaman kedelai. Analisis tanah penelitian meliputi: pH, dan Al –dd. Pengamatan pertumbuhan vegetatif tanaman kedelai meliputi tinggi tanaman, bobot biomassa, dan bobot pipilan kering (KA 14%) yang dilakukan pada satu musim tanam. Data yang diperoleh diolah dengan analisis ragam dan apabila ada beda nyata dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5% (Steel & Torrie, 1980). HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Ultisol Sungai Bahar Hasil analisis contoh tanah Ultisol asal Sungai Bahar sebelum perlakuan diperoleh pH (H2O) 4,36 dan pH (KCl) 3,92 tergolong masam, C-organik sangat rendah (1,98 %), N-total rendah (0,18 %), C/N rasio 11,9, KTK tergolong rendah (12,78), Al-dd 1,12 me/100g, sedangkan tekstur tanah tergolong lempung liat berpasir.
43
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
dengan tanpa pemberian biochar (Gambar 1).
Karakterisasi arang pirolisis (bio-char) asal cangkang kelapa sawit. Hasil analisis komponen biochar asal cangkang kelapa sawit disajikan pada Tabel 2, biochar mengandung 48,56 % C-organik dan C/N 35,45. R. Rasio C/N tersebut menandakan bahwa bio-char dalam tahap mineralisasi sempurna (stabil). Kadar P 0,94 %, kadar K 0,28 %, tahap mineralisasi sempurna (stabil). Jika ditinjau dari kadar hara dan KTK, hasil analisis bio-char pada dasarnya lebih rendah dari bahan pembenah umumnya. Keunggulan bio-char asal cangkang kelapa sawit yang dimanfaatkan sebagai soil amandemen karena mengandung unsur hara makro, selain itu biochar mempunyai kemampuan meretensi air yang tinggi. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Saito & Marumoto (2002). kapasitas menahan air yang cukup tinggi memungkinkan terjaganya kelembaban tanah. bahan pembawa sehingga menciptakan daya dukung lingkungan.
pH tanah akibat aplikasi biochar Hasil analisis sifat kimia tanah menunjukkan bahwa aplikasi biochar meningkatkan pH tanah dibandingkan 44
Hal ini kemungkinan disebabkan karena biochar yang diberikan ke dalam tanah memiliki pH mendekati netral yaitu 6,71, dengan demikian juga akan meningkatkan pH tanah. Pemberian biochar dengan takaran 1 ton/ha mampu meningkatkan pH tanah secara signifikan. Semakin tinggi takaran biochar yang diberikan ke dalam tanah menyebabkan pH tanah semakin meningkat. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilaporkan Chien et al., (2011), bahwa pemberian biochar dari limbah pertanian berupa biochar arang sekam padi pada tanah masam dapat menurunkan kemasaman tanah setelah 80 hari pemberian pemberian biochar. Sika (2012) melaporkan hasil penelitiannya, pemberian biochar dari limbah serbuk gergaji kayu pinus meningkatkan pH tanah dan semakin besar takaran biochar pH tanah semakin tinggi. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Van Zwieten et al. (2010), karbonat di dalam biochar meningkatkan pertumbuhan gandum dengan mengatasi efek racun dari tanah asam. Penelitian yang dilakukan oleh Novak et al. (2009) menggunakan biochar dari tempurung kemiri, mengungkapkan bahwa konsentrasi kalsium oksida (CaO) yang tinggi di dalam biochar yang menetralkan keasaman tanah sebagai berikut : 2Al –soil + 3CaO + 3H2O → 3Ca –soil + 2Al(OH)3
Endriani., dkk: Pemanfaatan Biochart Cangkang Kelapa Sawit Sebagai Soil Amandement Ultisol Sungai Bahar - Jambi
Reaksi diatas menggambarkan penurunan keasaman dapat ditukar dimana Ca menggantikan Al monomer di tapak pertukaran dan menghasilkan tanah yang alkalin. Faktor lain yang diduga menyebabkan penurunan kemasaman akibat pemberian biochar, adalah konsentrasi karbonat yang tinggi di dalam biochar. Menurut Chan and Xu (2009) ketika biochar yang memiliki konsentrasi kalsium oksida tinggi, diberikan ke tanah akan memiliki efek seperti pengapuran yang efektif untuk mengatasi kemasaman tanah. Al-dd tanah akibat aplikasi biochar Hasil analisis tanah setelah satu musim tanam menunjukkan bahwa aplikasi biochar menurunkan Al-dd di dalam tanah (Gambar 2).
Aplikasi biochar 1 ton/ha dapat menurunkan konsentrasi Al-dd secara signifikan dibandingkan dengan tanpa pemberian biochar. Semakin tinggi takaran biochar yang diaplikasikan ke dalam tanah menyebabkan semakin rendah Al-dd tanah. Namun peningkatan takaran biochar dari 2 ton/ha menjadi 2,5 ton/ha tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap penurunan Al-dd tanah. Hal ini sejalan dengan penjelasan sebelumnya, bahwa biochar yang diberikan ke dalam tanah memberi efek seperti pengapuran yang efektif menurunkan kemasaman tanah (Novak et al., 2009). Novak et al (2009) menjelaskan, tergantung pada biomassa biochar yang digunakan, kation seperti Ca, K, Mg, dan silikon (Si) dapat membentuk oksida alkali atau karbonat selama proses pirolisis.
Setelah pelepasan oksida ke lingkungan, mereka dapat bereaksi dengan H+ dan monomer Al, meningkatkan pH tanah, dan mengurangi keasaman dapat ditukar. Tinggi tanaman 8 MST akibat aplikasi biochar Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian biochar mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman setelah 8 minggu setelah tanam (MST) (Gambar 3).
Semakin tinggi takaran biochar yang diaplikasikan ke dalam tanah menyebabkan pertumbuhan tanaman semakin baik pila. Hasil penelitian ini menunjang penelitian terdahulu yang dilakukan Suppadit et al., (2012), pemberian biochar dari limbah kandang burung puyuh meningkatkan pertumbuhan tanaman kedelai dan semakin besar takaran biochar yang diberikan menyebabkan pertumbuhan semakin besar pula. Sparkes & Stoutjesdijk (2011) melaporkan dari percobaan di rumah kaca dan lapangan menunjukkan bahwa penambahan biochar ke dalam tanah yang miskin hara dan asam, dikombinasikan dengan aplikasi pupuk anorganik meningkatkan pertumbuhan tanaman, namun efek dari biochar terhadap pertumbuhan tanaman tergantung pada tingkat aplikasi dan jenis tanah, dimana semakin meningkat takaran biochar yang diberikan menyebabkan peningkatan pertumbuhan yang lebih baik. Bobot biomassa tanaman kedelai akibat aplikasi biochar Hasil analisis terhadap biomassa tanaman menunjukkan, bahwa aplikasi 43
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
biochar 0,5 ton/ha dapat meningkatkan biomassa tanaman dibandingkan tanpa pemberian biochar (Gambar 4). ).
Peningkatan takaran biochar sampai 2 ton/ha semakin meningkatkan bobot biomassa tanaman kedelai, namun takaran 2,5 ton/ha menghasilkan bobot biomassa tanaman yang tidak berbeda secara signifikan dengan takaran biochar 2,0 ton/ha. Hasil ini mengindikasikan bahwa takaran biochar 2 ton/ha memberi hasil terbaik terhadap bobot biomassa tanaman kedelai. Hasil yang diperoleh kemungkinan berkaitan erat dengan kandungan hara yang dikandung biochar yang digunakan (Tabel 2), biochar cangkang kelapa sawit yang digunakan memiliki hara N-total 1,37 %. Disamping itu aplikasi biochar ke lahan percobaan dapat meningkatkan pH tanah (Gambar 1) dan menurunkan Al-dd (Gambar 2), sehingga perbaikan kualitas tanah ini akan memberi pengaruh positif terhadap bobot biomassa tanaman kedelai. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian-penelitian sebelumnya : bahwa aplikasi biochar meningkatkan pertumbuhan dan bobot biomassa tanaman gandum (Sika, 2012) dan tanaman kedelai (Suppadit et al., 2012) Hasil kedelai akibat aplikasi biochar Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi biochar meningkatkan hasil kedelai dibandingkan dengan tanpa pemberian biochar. Peningkatan takaran biochar cenderung meningkatkan bobot biji kedelai sampai takaran 2,5 ton/ha, namun hasil tertinggi diperoleh pada takaran biochar 2,5 ton/ha. 44
Hal ini kemungkinan berhubungan dengan kualitas biochar yang diberikan ke tanah yaitu mengandung beberapa unsur hara yang dibutuhkan tanaman (Tabel 2) dan berperan sebagai soil amandement yang sudah mampu memperbaiki kualitas tanah (Gambar 1 dan Gambar 2), sehingga meningkatkan hasil kedelai. Hasil penelitian ini menunjang hasil penelitianpenelitian terdahulu: terhadap hasil gandum (Sika, 2012); hasil kedelai (Suppadit, 2012), hasil jagung (Nurida et al., 2011 dan Sukartono, 2011); hasil jagung dan ubikayu (Widowati et al., 2011). KESIMPULAN DAN SARAN Berdasar hasil penelitian mengenai pemanfaatan biochar dari cangkang kelapa sawit sebagai soil amandement maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Biochar cangkang kelapa sawit yang berasal dari Kecamatan Sungai Bahar memiliki kualitas yang hampir menyamai biochar tempurung kelapa, sehingga berpotensi untuk digunakan sebagai sumber energi alternatif. 2. Aplikasi biochar cangkang kelapa sawit dengan takaran 2 ton/ha dapat meningkatkan pH dan menurunkan Al-dd tanah Ultisol Sungai Bahar Jambi 3. Aplikasi biochar cangkang kelapa sawit dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kedelai, biomassa tanaman dan meningkatkan hasil kedelai. Hasil terbaik diperoleh pada takaran biochar 2 ton/ha. Berdasarkan hasil yang diperoleh, justifikasi yang lebih mendalam mengenai peranan biochar sebagai soil amandemen perlu lebih dikembangkan, seperti pengujian biochar dari sumber biomasa yang berbeda , serta aplikasi pada multi lokasi perlu dilakukan.
Endriani., dkk: Pemanfaatan Biochart Cangkang Kelapa Sawit Sebagai Soil Amandement Ultisol Sungai Bahar - Jambi
UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Rektor Universitas Jambi atas bantuan dana yang telah diberikan, dan Kepala Lembaga Penelitian Universitas Jambi yang telah memfasilitasi sehingga kegiatan penelitian ini dapat dilaksanakan DAFTAR PUSTAKA Chan K Y and Xu Z 2009 Biochar: Nutrient properties and their enhancement. In Biochar for environmental management: science and technology. Eds. J Lehmann and S Joseph. pp 67-84 Chien CC, YP Huang, JG Sah, W J Cheng, R Y Chang, Y S Lu. 2011. Application of Rice Husk Charcoal on Remediation of Acid Soil. Materials Science Forum, Vol.685 (2011). pp169-180 Trans Tech Publications Switzerland. www.scientific.net Diakses tanggal 21 Juli 2012. Effendi., R. 2008. Jambi Belum Ekspor Cangkang Kelapa Sawit. http://www.kabarindonesia.com. Diakses tanggal 18 Mei 2011 Gani, A. 2009. Biochar Penyelamat Lingkungan. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian.Vol.31. No.6, 2009. Glaser B, J Lehmann & W Zech (2002). Ameliorating physical and chemical properties of highly weathered soils in the tropics with charcoal –A review. Biol & Fertility of Soils 35, 219–230. Goenadi, DH. 2008. Energi alternatif biochar : Solusi untuk krisis energi dan pangan. www.unisosdem.org/article_detail. php? Diakses tanggal 18 Juni 2012.
Lehmann J & M Rondon (2005). Bio-char soil management on highlyweathered soils in the humid tropics. In: N. Uphoff (ed.), Biological Approaches to Sustainable Soil Systems, Boca Raton, CRC Press. Lehmann J, JP da Silva Jr, C Steiner, T Nehls, W Zech & B Glaser (2003). Nutrient availability and leaching in an archaeological anthrosol and a ferralsol of the Central Amazon basin: fertilizer, manure and charcoal amendments. Plant and Soil. 249, 343–357. Lehmann J and Joseph S 2009 Biochar for environmental management: an introduction. In Biochar for Environmental Management: Science and Technology. Eds. J Lehmann and S Joseph. pp 1-12. Earthscan, London, UK. Novak J M, Busscher W J, Laird D L, Ahmedna M, Watts D W and Niandou M A S 2009 Impact of biochar amendment on fertility of a southeastern Coastal Plain soil. Soil Science 174, 105-112 Nurida, NL, Sutono, A Dariah, dan A Rachman 2010 Efikasi pembenah tanah biochar dalam berbagai bentuk (serbuk, granul, dan pelet) dalam meningkatkan kualitas lahan kering masam terdegradasi. Balittanah.litbang.deptan.go.id /dokumentasi/prosiding semnas2010/ neneng.pdf Nurida NL, Sutono , A Dariah dan A Rachman. 2010. Efikasi formula pembenah tanah biochar dalam berbagai bentuk (serbuk, granul, dan pelet) dalam meningkatkan kualitas lahan kering masam terdegradasi. Prasetyo BH & DA Suriadikarta (2006). Karakteristik, potensi, dan teknologi pengelolaan tanah Ultisol untuk pengembangan pertanian lahan kering di Indonesia. J. 43
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
Litbang Pertanian 25(2), 39-46 Saito, M., Marumoto, T., 2002. Inoculation with arbuscular mycorrhizal fungi: the status quo in Japan and the future prospects. Plant and Soil 244, 273e279 Sika, Makhosazana Princess. 2012. Effect of biochar on chemistry, nutrient uptake and fertilizer mobility in sandy soil. Thesis. University of Stellenbosch. Stellenbosch University http://scholar.sun.ac.za Solichin M (2009). Teknologi asap cair ”deorub” dalam industri karet alam. Technology Indonesia. Diunduh dari: http://www.technology indonesia. com. [28 Jan 2010]. Sparkes, J & Stoutjesdijk, P 2011, Biochar: implications for agricultural productivity, ABARES technical report 11.6, Australian Bureau of Agricultural and Resource Economics and Sciences, Canberra Steiner C. 2007. Soil charcoal amendments maintain soil fertility and establish carbon sink-research and prospects. Soil Ecology Res Dev,1-6 Sukartono 2011 Pemanfaatan biochar sebagai bahan amendemen tanah untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air dan nitrogen tanaman jagung (Zea mays) di
44
lahan kering Lombok utara. Disertasi. Universitas Brawijaya Suppadit T, Nittaya Phumkokrak, and Pakkapong Poungsuk 2012 The effect of using quail litter biochar on soybean (Glycine max [L.]Merr.) production. Chilean Journal of Agricultural Research 72(2) April-June 2012. Thailand. Van Zwieten L, Kimber S, Morris S, Chan K Y, Downie A, Rust J, Joseph S and Cowie A 2010 Effects of biochar from slow pyrolysis of papermill waste on agronomic performance and soil fertility. Plant and Soil 327, 235-246 Widowati, W. H. Utomo, B. Guritno, L. A. Soehono. 2012. The Effect of Biochar on the Growth and N Fertilizer Requirement of Maize (Zea maysL.) in Green House Experiment. Journal of Agricultural Science Vol. 4, No. 5: 255-262 ; 2012 www.ccsenet.org/jas
Endriani., dkk: Pemanfaatan Biochart Cangkang Kelapa Sawit Sebagai Soil Amandement Ultisol Sungai Bahar - Jambi
43