Nomor
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Nomor
Tanggal : 24 – 03 – 2008 Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
: 01
Halaman : 1 dari 42
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Tanggal : 24 – 03 – 2008 Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
: 01
Halaman : 2 dari 42
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET Penjelasan Revisi Revisi
Tanggal
Penjelasan
01
24/03/2008
Penyesuaian dan revisi mengenai beberapa istilah dekomisioning yang sebelumnya memakai istilah tahap 1, 2 dan 3 disesuaikan dengan istilah strategi dekomisioning yang dipakai IAEA sekarang sesuai dengan Safety Reports Series no.50 1. Dismantling segera 2. Dismantling yang ditunda 3. Penguburan
PUSAT TEKNOLOGI LIMBAH RADIOAKTIF BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL 2008
1
2
Nomor
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Nomor
Tanggal : 24 – 03 – 2008 Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
: 01
Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
Halaman : 3 dari 42
DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN …………………………………………………………… 1.1 Latar Belakang ………………………………………………… 1.2 Tujuan ………………………………………………………….. 1.3 Ruang Lingkup ………………………………………………… 1.4 Definisi ................................................................................ 2. TANGGUNGJAWAB DAN STRATEGI DEKOMISIONING ……….. 2.1 Tanggungjawab ……………………………………………….. 2.2 Strategi dekomisioning…………………………………….…. 2.2.1 Dismantling segera .................................................... 2.2.2 Dismantling yang di tunda ......................................... 2.2.3 Penguburan ............................................................... 3. PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN DEKOMISIONING ……… 3.1 Pertimbangan yang mempengaruhi strategi dekomisioning. 3.2 Perencanaan ……………………………………………………. 3.3 Manajemen …………………………………………………….. 3.3.1 Dokumentasi …………………………………………… 3.3.2 Sumber daya manusia ………………………………… 3.3.3 Keamanan ……………………………………………… 3.3.4 Biaya dan Pandanaan …………………………………. 4 ASPEK PERATURAN …………………………………………………. 5 ASPEK TEKNIS ………………………………………………………… 5.1 Persiapan dekomisioning …………………………………….. 5.1.1 Pengambilan bahan bakar bekas ……………………. 5.1.2 Aspek kunci lainnya …………………………………… 5.2 Teknik Dekontaminasi …………………………………………. 5.3 Teknik dismantling secara umum ……………………………. 5.3.1 Beton ……………………………………………………. 5.3.2 Dismantling internal reaktor ………………………….. 5.3.3 Perkakas khusus ………………………………………. 5.3.4 Material di bawah permukaan tanah ………………… 5.4 Pemeliharaan, Pengawasan dan Pemantauan …………….. 5.4.1 Pemeliharaan, termasuk uji dan inspeksi …………… 5.4.2 Pengawasan dan pemantauan ………………………. 6 KESELAMATAN RADIASI DAN NON RADIASI …………………… 6.1 Inventori radionuklida …………………………………………. 6.2 Bahaya dan kajian resiko …………………………………….. 6.3 Manajemen keselamatan dan pemantauan ………………… 6.4 Kegiatan setelah proyek dan survei radiologi akhir ............. 3
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Tanggal : 24 – 03 – 2008
6 6 7 8 8 9 10 10 12 12 12 13 13 17 18 20 21 21 21 21 22 22 22 23 26 27 27 28 29 29 30 30 31 31 32 33 34 35
: 01
Halaman : 4 dari 42
7 PENGELOLAAN LIMBAH ……………………………………………… 7.1 Klasifikasi ……………………………………………………….. 7.2 Clearance level …………………………………………………. 7.3 Kuantitas dan Aktivitas ………………………………………… 7.4 Penanganan dan pengolahan ………………………………… 7.5 Material berbahaya non radioaktif ……………………………. 8 JAMINAN MUTU …………………………………………………………. 9 PENUTUP …………………………………………………………………. LAMPIRAN …………………………………………………………………….. DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………... ..
4
35 36 36 37 37 38 38 39 40 41
Nomor
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Nomor
Tanggal : 24 – 03 – 2008 Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
: 01
Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
Halaman : 5 dari 42
DAFTAR TABEL Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8.
Statistik reaktor riset di seluruh dunia ............................................ Keuntungan dan kerugian tiap strategi dalam dekomisioning ....... Paparan akibat kerja dekomisioning reaktor riset daya rendah (dalam man-mSv) ......................................................................... Perkiraan biaya dekomisioning reaktor riset daya rendah (dalam US $ x 106) ....................................................................... Langkah-langkah untuk dekomisioning reaktor riset dan fasilitas nuklir kecil lainnya ........................................................................ Daftar isi rencana dekomisioning ................................................. Teknik dekontaminasi reaktor riset jenis kolam ............................. Kemungkinan kecelakaan tidak terduga selama dekomisioning ...
5
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Tanggal : 24 – 03 – 2008 : 01
Halaman : 6 dari 42
1. PENDAHULUAN 9 14 16 16 17 19 27 33
1.1.
Latar Belakang
Saat ini terdapat tiga reaktor riset yang beroperasi di Indonesia, yaitu Reaktor TRIGA 2000 Bandung (2000 kW), Reaktor Kartini Yogyakarta (100 kW), dan Reaktor Serba Guna Serpong (30 MW), yang ketiga-tiganya dioperasikan oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Usia ketiga rektor riset tersebut bervariasi antara 19–42 tahun, sejak reaktor tersebut mencapai kritikalitasnya. Menurut sejarahnya, reaktor TRIGA 2000 Bandung adalah yang tertua, karena mencapai kritikalitas pertama pada 1964, namun reaktor ini sudah beberapa kali mengalami modifikasi. Pada awalnya dioperasikan pada daya 250 kW kemudian di upgrade menjadi 1000 kW tahun 1971 dan terakhir di upgrade menjadi 2000 kW tahun 2000. Berdasar upgrade terakhir ini, reaktor Bandung kemungkinan mampu beroperasi sampai 2015. Reaktor riset Kartini Yogyakarta mencapai krtitikalitas pertama kali pada 1979, sedangkan Reaktor Serba Guna Serpong pada 1987. Melihat kenyataan tersebut maka dalam beberapa tahun ke depan perlu disiapkan suatu program dekomisioning reaktor riset. Dokumen ini memberikan pedoman untuk penyusunan program dekomisioning reaktor riset di Indonesia yang mengacu pada dokumen yang diterbitkan International Atomic Energy Agency (IAEA) maupun pengalaman beberapa negara yang telah melakukan dekomisioning reaktor riset. Diharapkan pedoman ini mampu memberikan gambaran menyeluruh tentang dekomisioning reaktor riset, baik untuk pengambil keputusan maupun pelaksana teknis di lapangan. Di seluruh dunia tercatat lebih dari 650 buah reaktor riset, sebagian diantaranya sedang dibangun, atau direncanakan akan dibangun. Dari sejumlah tersebut, 350 diantaranya telah dihentikan fungsinya (shutdown) dan didekomisioning untuk beberapa tahap. Tabel I menunjukkan situasi terkini status reaktor riset di seluruh dunia, dan sekitar 220 buah reaktor riset yang beroperasi sekarang ini akan mencapai usia 30 tahun dan menjadi kandidat untuk dekomisioning . Empat puluh lima tahun ke depan terdapat ribuan fasilitas yang menggunakan bahan radioaktif yang perlu dilakukan proses dekomisioning. Fasilitas tersebut mulai dari yang kompleks (seperti pembangkit listrik tenaga nuklir dan fasilitas reprosesing), hingga yang sederhana (seperti fasilitas untuk penelitian dan atau laboratorium di universitas). Setiap fasilitas memiliki bagian spesifik, tetapi dasar yang digunakan untuk proses dekomisioning adalah sama. Pemilihan strategi dekomisioning berpengaruh terhadap hampir seluruh tahap proses perencanaan dan implementasinya. Hal ini berpengaruh signifikan terhadap keselamatan, jumlah/volume limbah, biaya, pekerja, dan isu sosial. Untuk memilih strategi dekomisioning yang terbaik dapat menjadi sangat komplek jika semua faktor dipertimbangkan.
6
Nomor
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Nomor
Tanggal : 24 – 03 – 2008 Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
: 01
Halaman : 7 dari 42
Selama ini, beberapa metode telah digunakan untuk menentukan strategi dekomisioning yang sesuai dengan fasilitas yang ada. Dahulu, salah satu metode untuk menentukan strategi dekomisioning dibuat dengan urutan tahap 1, 2 dan 3. Hal ini tidak cukup meyakinkan karena ketiga tahap tersebut diinterpretasikan dan dihubungkan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Sejak 1996, penamaan strategi dekomisioning dengan urutan penahapan seperti di atas tidak digunakan lagi di IAEA. Pendekatan tiga strategi dekomisioning yang digunakan saat ini adalah sebagai berikut [2]: (1) Dismantling segera/tidak ditunda (immediate dismantling) (2) Dismantling yang ditunda (deferred dismantling) (3) Penguburan/Penimbunan (entombment).
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Tanggal : 24 – 03 – 2008 Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
: 01
Halaman : 8 dari 42
1.3. Ruang Lingkup Dokumen ini dapat dipakai untuk keperluan dekomisioning yang meliputi jenis reaktor riset serta peralatan pendukung lainnya yang beroperasi di Indonesia. Beberapa informasi dari dekomisioning reaktor daya dan fasilitas nuklir diadaptasi sesuai dengan relevansinya. Dokumen ini tidak dapat diterapkan untuk dekomisioning reaktor riset yang sudah tidak beroperasi karena kecelakaan. Banyak teknik yang dijelaskan dapat juga diterapkan untuk dekomisioning fasilitas nuklir kecil, seperti laboratorium radiokimia, hot cell, fasilitas pengolahan limbah dan dekontaminasi. 1.4. Definisi
Pada dasarnya semua strategi ini dapat diaplikasikan pada semua fasilitas pengguna bahan radioaktif. Walaupun demikian, beberapa strategi mungkin tidak tepat diterapkan berdasarkan beberapa pertimbangan : aspek politik, persyaratan keselamatan lingkungan, keuangan, dan kodisi setempat . Banyak dokumen IAEA menjelaskan dekomisioning untuk fasilitas nuklir. Beberapa Seri Keselamatan IAEA menjelaskan pokok bahasan dekomisioning dalam program Radioactive Waste Safety Standard (RADWASS). Seri Keselamatan IAEA lain digunakan untuk hal-hal spesifik mengenai dekomisioning. Aspek teknologi dekomisioning di fasilitas nuklir secara umum tercakup pada seri IAEA Technical Report [5-9] dan dokumen lain yang mengacu pada pustaka [10]. Pustaka [11, 12] memberikan panduan untuk perencanaan dan pengelolaan serta keselamatan dekomisioning untuk reaktor riset, tetapi hanya memberi sedikit penekanan pada teknik dekomisioning dan tidak memberi panduan yang sesuai untuk jenis-jenis reaktor riset khusus. Sampai beberapa tahun yang lalu, pengalaman teknis yang diperoleh terutama berasal dari laporan-laporan terpisah. Namun sejak semakin banyak jumlah proyek dekomisioning, maka pengalaman-pengalaman tersebut semakin bertambah, sehingga kesimpulan umum teknik dekomisioning untuk berbagai jenis reaktor riset dapat dibuat.
Definisi yang terkait dengan istilah-istilah pokok pada pedoman ini dijelaskan pada lampiran (lihat lampiran)
1.2. Tujuan Tujuan dokumen ini adalah memberikan informasi yang dapat dimanfaatkan dalam persiapan dan pelaksanaan proyek dekomisioning reaktor riset di Indonesia. Dokumen ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam meningkatkan efisiensi, efektivitas, menjamin kesehatan, keselamatan pekerja dan masyarakat serta melindungi lingkungan hidup saat proyek dekomisioning dilaksanakan. Diberikan pedoman dan contoh-contoh untuk pemecahan masalah yang dihadapi dalam proyek-proyek yang sejenis.
7
8
Nomor
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Nomor
Tanggal : 24 – 03 – 2008 Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
: 01
Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
Halaman : 9 dari 42
2.1.
TOTAL
584 109 693
TOTAL
290 373 11 17 2 693
TOTAL
239 211 80 46 100 17 693
TOTAL
62 227 1 290
Status Beroperasi Shut Down Dalam Pembangunan Direncanakan Tidak diketahui
Daya (P) P≤1 kW 1kW
Usia reaktor yang beroperasi (A) A<20 tahun 20 tahun ≤ A Tidak diketahui
Status dekomisioning reaktor yang shut down Dikonversi, dibangun ulang atau ditransfer Direncanakan untuk dekomisioning
Dalam proses dekomisioning
Status saat ini, selesai
ke tahap 1 (Dismantling ditunda) ke tahap 2 (Dismantling ditunda) ke tahap 3 (Dismantling segera) ke tahap 1 (Dismantling ditunda) ke tahap 2 (Dismantling ditunda) ke tahap 3 (Dismantling segera) ke tahap 1 (Dismantling ditunda) ke tahap 2 (Dismantling ditunda) ke tahap 3 (Dismantling segera)
Status tidak diketahui TOTAL
9
: 01
Halaman : 10 dari 42
2. TANGGUNGJAWAB DAN STRATEGI DEKOMISIONING
Tabel 1. Statistik reaktor riset di seluruh dunia Jumlah Reaktor Riset Seri Data Pustaka IAEA No.3 [1] Informasi tambahan (di databank)
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Tanggal : 24 – 03 – 2008
14 14 2 8 16 27 22 157 113 373
Tanggungjawab
Organisasi pelaksana bertanggungjawab atas seluruh aspek dekomisioning suatu reaktor riset. Termasuk di dalamnya adalah persiapan rencana dekomisioning serta pengajuan ijin ke badan pengawas. Organisasi pelaksana dapat membuat kontrak dengan organisasi lain untuk suatu tugas, tetapi tidak untuk tanggungjawabnya. Badan pengawas harus diberitahu dan menyetujui pendelegasian tugas yang dilakukan oleh organisasi pelaksana kepada organisasi lain. Organisasi pelaksana harus menjamin bahwa kontraktor yang melaksanakan tugas memenuhi syarat untuk rencana dekomisioning yang telah diijinkan. Organisasi pelaksana dapat memindahkan material radioaktif atau berbahaya lainnya keluar lokasi. Biasanya badan pengawas mensyaratkan bahwa penanggungjawab untuk material-material tersebut berada pada penerima. Tanggung jawab organisasi pelaksana terus berlangsung selama pelaksanaan rencana dekomisioning sampai badan pengawas mengijinkan pelepasan lokasi untuk penggunaan lain yang tidak membutuhkan syarat yang ketat atau dilimpahkan tanggungjawabnya ke pihak lain. Biasanya organisasi lain mengambil alih operator fasilitas dengan tugas khusus untuk rencana dan pelaksanaan dekomisioning. Sekali lagi, dibutuhkan ijin persetujuan dari badan pengawas, dengan demikian organisasi dekomisioning tersebut mengambil alih tanggung jawab operator fasilitas. Badan pengawas mempunyai tanggungjawab untuk mengkaji dan memberikan ijin persetujuan proposal dekomisioning serta memeriksa dan menguji persyaratan yang dibutuhkan selama implementasi rencana dekomisioning. 2.2.
Strategi dekomisioning
Prinsip dan tujuan dekomisioning adalah menempatkan fasilitas/alat ke dalam kondisi yang tidak membahayakan terhadap masyarakat, pekerja, dan lingkungan. Untuk memastikan bahwa bahaya yang ditimbulkan masih dalam batas yang dapat diterima, dibutuhkan beberapa tindakan khusus. Jika suatu fasilitas sudah berhenti dan tidak dilakukan didekomisioning, maka fasilitas tersebut dapat mengalami degradasi dan berpotensi menimbulkan bahaya radiologi lingkungan di masa depan. Setelah operasi dihentikan, fasilitas tidak boleh ditinggalkan atau dibuang begitu saja. Secara keseluruhan, tujuan dekomisioning adalah untuk mencapai titik akhir program dekomisioning. Oleh karena itu, pemilihan waktu, efisiensi biaya, yang mendukung keselamatan, keamanan dan perlindungan keselamatan lingkungan perlu dihitung dan dikembangkan. Tujuan inti dari pengembangan dan implementasi strategi dekomisioning ini adalah:
10
Nomor
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Nomor
Tanggal : 24 – 03 – 2008 Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET • • • •
: 01
Halaman : 11 dari 42
Untuk memastikan keselamatan terhadap masyarakat, pekerja, dan perlindungan lingkungan yang berkesinambungan. Untuk mengurangi bahaya, karena itu harus dilakukan dengan perencanaan yang tepat. Untuk mencapai keseimbangan yang tepat dalam pemanfaatan lingkungan, sosial, dan sumber ekonomi, baik saat ini maupun di masa yang akan datang. Untuk memindahkan fasilitas, bahan, peralatan dan lokasi dari daerah kendali regulasi ke tempat yang memungkinkan.
Faktor berikut dapat diaplikasikan dalam pengembangan strategi dan rencana dekomisioning: •
• •
• •
•
•
Strategi yang digunakan harus sesuai dengan peraturan pemerintah dan memperhitungkan pandangan kelompok yang berkepentingan dan permasalahan pada industri. Dekomisioning dilakukan secara layak dengan memperhitungkan semua faktor yang relevan. Identifikasi strategi yang dianjurkan dilaksanakan secara sistematis, konsisten, dan strategi yang dapat diperiksa secara ilmu pengetahuan, ilmu ekonomi dan teknik terbaik, serta memperhitungkan faktor sosial, politik, resiko dan hal-hal yang tak terduga. Banyak opsi yang perlu dipertimbangkan, tetapi prioritas yang diberikan adalah metode yang mutakhir dibandingkan dengan percobaan pertama kali Pendekatan fleksibel untuk pengembangan dijaga supaya tidak dihentikan tibatiba, sehingga memaksimalkan kemampuan seiring dengan perubahan yang terjadi, contohnya pengembangan teknik dan regulasi atau ketersediaan fasilitas pembuangan limbah. Strategi dan rencana dikaji terus-menerus selama pengembangan dan implementasinya sehingga proses dekomisioning dipastikan memenuhi persyaratan. Belajar dari pengalaman dan memperhitungkan setiap perubahan dalam hipotesis dan kemajuan teknologi. Selama periode dekomisioning yang ditunda, tiap limbah radioaktif yang tersisa dikelola dan disimpan dalam fasilitas yang aman untuk meminimalisasi kendali /pengawasan , sistem keamanan, pemeliharaan, monitoring, dan intervensi manusia.
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Tanggal : 24 – 03 – 2008 Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
: 01
Halaman : 12 dari 42
(1) Dismantling segera (2) dismantling yang ditunda (3) Penguburan Strategi ini akan dijelaskan pada paragraf selanjutnya. 2.2.1. Dismantling segera Dismantling segera adalah strategi dimana peralatan, struktur, komponen, dan bagian fasilitas yang mengandung bahan radioaktif dihilangkan/diluruhkan atau didekontaminasi sampai pada tingkat yang diperbolehkan untuk dibuang. Pada suatu kasus ketika pembuangan tidak dimungkinkan, fasilitas mungkin dibuang oleh pihak terkait dengan batas yang ditentukan oleh badan regulasi. Implementasi strategi dekomisioning dimulai setelah kegiatan akhir operasional untuk fasilitas yang dimaksud, normalnya dalam dua tahun. Dismantling segera melibatkan seluruh proses penghilangan/pemindahan bahan radioaktif dari fasilitas ke fasilitas penyimpanan jangka panjang atau pembuangan (disposal). Sedangkan struktur, bangunan dan bahan non-radioaktif mungkin masih tersisa di sekitar fasilitas. Dismantling segera biasanya merupakan strategi dekomisioning yang banyak dipilih[2]. 2.2.2. Dismantling yang di tunda Dismantling yang ditunda adalah strategi yang menunda proses pembongkaran akhir, sedangkan fasilitas tidak digunakan dan fasilitas tetap dijaga pada keadaan yang aman. Strategi ini mungkin melibatkan dekontaminasi atau pembongkaran awal, tetapi bahan utamanya akan tetap tersisa untuk waktu tertentu. Periode ini mungkin berkisar antara beberapa tahun hingga lebih dari 50 tahun, sampai proses dekomisioning selesai dan fasilitas dapat dilepas dari pengawasan regulasi. Pilihan dismantling yang ditunda biasanya digunakan pada area multifasilitas artinya satu atau lebih fasilitasnya dihentikan ketika yang lainnya tetap beroperasi. Khususnya untuk fasilitas dengan sistem yang saling berhubungan satu sama lain. 2.2.3. Penguburan
Informasi dan catatan yang tepat perlu dipertahankan dan dijaga selama proses dekomisioning. Hal ini penting dilakukan terutama pada saat kegiatan dekomisioning ditunda dilakukan. Strategi yang dipilih untuk dekomisioning dapat berbeda untuk tiap daerah dan fasilitas. Seluruh strategi dekomisioning melibatkan beberapa strategi pembuangan limbah yang membutuhkan pengaturan khusus. Seperti disebutkan sebelumnya, ada tiga strategi umum untuk fasilitas dekomisioning yaitu :
Penguburan adalah strategi di mana setelah fasilitas dihentikan kontaminan radioaktif yang ada disimpan dengan bahan yang kuat dan tahan lama sampai radioaktifitasnya meluruh hingga ke tingkat yang diperbolehkan untuk dilepaskan dari fasilitas dengan ijin dari pengawas regulator. Bahan radioaktif yang berumur panjang masih akan tersisa karena untuk proses peluruhan memerlukan jangka waktu yang sangat panjang berarti fasilitas ini akhirnya akan menjadi seperti area pembuangan limbah dekat permukaan maka kriteria khusus untuk fasilitas ini diperlukan dan harus memenuhi persyaratan yang diijinkan.
11
12
Nomor
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Nomor
Tanggal : 24 – 03 – 2008 Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
: 01
Bila keputusan telah diambil untuk menutup reaktor riset maka dekomisioning harus memperhitungkan penggunaan masa depan lokasi atau fasilitas tersebut. Bila lokasi atau fasilitas akan digunakan kembali untuk kegiatan radioaktif maka tidak memerlukan persyaratan pelepasan tanpa batas. Namun sebaliknya bila akan digunakan untuk hal non nuklir maka dipersyaratkan adanya pelepasan untuk penggunaan tidak terbatas. 3.1.
Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
Halaman : 13 dari 42
3. PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN DEKOMISIONING
Tabel 2. Keuntungan dan kerugian tiap strategi dalam dekomisioning [2] Keuntungan
a.
b. c.
1. 2. 3. 4.
Hasil karakterisasi radiologi reaktor dan fasilitas terkait Kondisi fisik reaktor dan fasilitas terkait Potensi bahaya radiologi dan non radiologi dari reaktor dan fasilitas terkait Perubahan akibat aktivitas dekomisioning yang diusulkan dan terhadap waktu 5. Persyaratan radiologi dan keselamatan konvensional 6. Penyimpanan dan/atau penyimpanan lestari bahan bakar bekas 7. Pengelolaan limbah radioaktif 8. Penggunaan kembali komponen, alat, bangunan dan tanah 9. Perlunya alat dan teknik baru 10. Biaya dan variasinya terhadap waktu 11. Dampak sosial, politik dan lingkungan 12. Persyaratan peraturan dan perijinan 13. Adanya personil yang berpengetahuan dan berpengalaman Tabel 2 menunjukkan kajian kualitatif terhadap hal-hal di atas dalam rangka pengembangan strategi dekomisioning. Adanya fasilitas tempat penyimpanan untuk bahan bakar bekas dan limbah dekomisioning merupakan prasyarat untuk penerapan program dekomisioning sampai selesai. Bila tujuan dekomisioning adalah dismantling segera, maka paparan radiasi yang tinggi yang akan diterima personil dekomisioning harus diperhitungkan dengan baik. Paparan yang tinggi selama pelaksanaan dismantling yang bersifat segera dapat dikurangi dengan teknik operasi peralatan jarak jauh. Paparan akibat kerja pada dekomisioning daya rendah dan tinggi suatu reaktor riset setelah beberapa waktu ditunjukkan pada Tabel 3. Biasanya untuk reaktor riset berdaya rendah maka inventori radionuklidanya kecil. Maka teknik yang sederhana dapat digunakan untuk dekomisioning fasilitas
13
: 01
Halaman : 14 dari 42
semacam itu, artinya penyimpanan yang lama dengan pemantauan hanya memberikan sedikit keuntungan saja. Dalam menetapkan strategi dekomisioning maka biaya untuk pengawasan dan pemeliharaan periode panjang harus dievaluasi dibandingkan dengan biaya dismantling yang bersifat segera. Estimasi biaya untuk dekomisioning reaktor riset setelah beberapa waktu ditunjukkan di Tabel 4.
Pertimbangan yang mempengaruhi strategi dekomisioning
Jika reaktor riset sudah diputuskan untuk ditutup dan didekomisioning, maka hal-hal berikut perlu dipertimbangkan dan dikaji sehingga dapat menentukan strategi dekomisioning yang sesuai baik saat pelaksanaan maupun skala waktunya [5, 12, 14]:
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Tanggal : 24 – 03 – 2008
d.
e.
f.
Kerugian Dismatling segera Seluruh radioaktivitas di atas batas a. Potensi paparan radiasi terhadap dihilangkan, dibuang, atau disimpan pada pekerja yang lebih tinggi (karena fasilitas penyimpanan sementara. waktu yang pendek untuk peluruhan radioaktif). Area dapat digunakan untuk keperluan lain b. Diperlukan komitmen yang besar secepatnya. Tenaga kerja operasional yang memiliki mengenai ketersediaan sumber pengetahuan tinggi terhadap fasilitas dana. tersedia untuk mendukung (dan mungkin c. Diperlukan komitmen untuk untuk merencanakan dan melaksanakan) penyediaan tempat pembuangan aktivitas dekomisioning. atau penyimpanan. Potensi pembatasan dampak sosial akibat penutupan fasilitas terhadap komunitas lokal. Penggunaan langsung fasilitas pembuangan menghilangkan ketidakpastian akan ketersediaannya di masa yang akan datang. Potensi penghematan anggaran akibat dari peningkatan biaya di masa depan (karena sebagian besar kegiatan aktivitas yang dilakukan pada dismantling segera juga dilakukan pada strategi penyimpanan sementara.
14
Nomor
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Nomor
Tanggal : 24 – 03 – 2008 Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
: 01
Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
Halaman : 15 dari 42
a. b. c. d. e. f.
: 01
Halaman : 16 dari 42
Tabel 3. Paparan akibat kerja dekomisioning reaktor riset daya rendah (dalam man-mSv)a,b
Tabel 2. Keuntungan dan kerugian tiap strategi dalam dekomisioning [2] Keuntungan
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Tanggal : 24 – 03 – 2008
Kerugian
Dismantling yang ditunda Biaya awal yang rendah pada awal tahun a. Area tidak dapat digunakan untuk setelah penghentian permanen keperluan lain selama masa Reduksi radioaktivitas karena peluruhan penyimpanan. radioaktif selama masa penyimpanan b. Pada kasus dismantling ditunda Kemungkinan pengurangan dosis yang untuk waktu yang lama, pekerja diterima pekerja selama proses dismantling. mungkin tidak aktif dan tim Potensi pengurangan jumlah tempat dekomisioning dapat kehilangan pembuangan yang dibutuhkan. kemampuan dan kerjasama. Potensi reduksi paparan radiasi terhadap Menjaga persyaratan yang publik karena hanya sedikit bahan radioaktif dibutuhkan menjadi hal yang sangat yang dibuang ke area pembuangan. penting. Diperoleh waktu untuk mengumpulkan dana c. Ketidakpastian karena potensi perubahan regulasi dan ketersediaan untuk dekomisioning. dana. Ketersediaan dan biaya untuk area limbah radioaktif mejadi lebih penting. d. Diperlukan kontinuitas untuk pemeliharaan, keamanan, pengawasan dan dana. Potensi peningkatan biaya untuk dekontaminasi dan pembuangan, dengan asumsi biaya meningkat selama penutupan fasilitas.
Penguburan a. Biaya yang relatif rendah untuk transportasi dan 9 pembuangan limbah. b. Mengurangi jumlah pekerjaan yang rumit pada pengemasan fasilitas struktur secara subtantif 10 dalam jangka panjang c. Paparan dengan pekerja lebih rendah dibandingkan paparan dari fasilitas dekomisioning 11 dan pembuangan. d. Mengurangi paparan dengan publik akibat transportasi limbah ke tempat penyimpanan, proses, atau area pembuangan. e. Mengurangi luas area yang perlu diawasi . f. Kemungkinan pemanfaatan kembali atau konversi area pembuangan limbah untuk fasilitas lain.
15
Tidak sesuai sebagai fasilitas penyimpanan untuk radionuklida berumur panjang. Biaya yang perlu dikeluarkan untuk pemantauan dan kontrol dalam jangka waktu yang lama. Kesediaan publik untuk menerima pembangunan area pembuangan limbah dekat dengan permukaan
Kegiatan dekomisioning
a b
Persiapan penyimpanan Perhatian secara kontinyu Dismantling Pengiriman truk selama persiapan penyimpanan Pengiriman truk selama dismantling TOTAL
Dismantling segera NA NA
Penyimpanan 10 tahun 30 tahun 131 131 Neg Neg
100 tahun 131 Neg
183 NA
15 1
1 1
1 1
3
Neg
Neg
Neg
186
147
133
133
Diambil dari Pustaka NA: tidak digunakan; Neg; negligible (dapat diabaikan)
Tabel 4. Perkiraan biaya dekomisioning reaktor riset daya rendah (dalam US $ x 106) a,b,c,d Elemen dekomisioning Dismantling segera Persiapan penyimpanan Perhatian secara kontinyu Dismantling tunda TOTAL a. b. c. d.
Dismantling segera 1,22 NA NA
Penyimpanan 10 tahun 30 tahun NA NA 0,67 0,67 0,41 1,3
100 tahun NA 0,67 4,3
NA
1,21
1,08
0,95
1,22
2,29
3,05
5,92
Nilai ini termasuk 25% keadaan darurat dengan nilai dollar konstan pada 1986. Setiap ekstrapolasi terhadap nilai dollar harus memperhitungkan asumsi ekonomi yang dibuat pada pustaka [14]. Nilai ini tidak termasuk pembuangan teras terakhir dan biaya pembongkaran struktur non radioaktif. Diadaptasi dari pustaka [14] NA: Tidak digunakan
Adanya personil yang mempunyai pengetahuan yang cukup (terutama staf yang berasal dari reaktor sendiri) merupakan faktor penting lainnya yang harus diperhatikan dalam memutuskan strategi dekomisioning. Pengetahuan mereka terhadap operasi di masa lalu serta kejadian-kejadian lainnya mendukung untuk mengidentifikasi masalah dalam tahapan perencanaan. Personil-personil ini mempunyai pengetahuan detail bagaimana sistem beroperasi dan modifikasi yang telah dilakukan selama operasi normal.
16
Nomor
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Nomor
Tanggal : 24 – 03 – 2008 Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
: 01
3.2.
Perencanaan
Perencanaan awal harus dimulai selama fase desain, konstruksi reaktor dan diperbaharui secara periodik selama reaktor tersebut beroperasi. Apabila rencana dekomisioning awal tidak ada untuk suatu operasi reaktor maka persiapan rencana harus dilakukan secepatnya tanpa ditunda. Rencana detail dan pembiayaan untuk dekomsioning harus dimulai beberapa tahun sebelum reaktor dihentikan operasinya. Apabila pelaksanaan dekomisioning diputuskan maka harus ditunjuk pimpinan proyek dan tim manajemen untuk mengembangkan strategi dekomisioning serta menyiapkan rencana dekomisioning. Langkah-langkah yang biasa diambil dalam dekomisioning dan contoh isi rencana dekomisioning masing-masing ada di Tabel 5 dan 6. Tabel 5. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) a. b. c.
Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
Halaman : 17 dari 42
Evaluasi kuantitatif dapat dilakukan untuk menyimpulkan dimana posisi tahapan yang diinginkan untuk jangka pendek dan jangka panjang tiap proyek. Hal ini dapat diselesaikan dengan analisis kuantitatif informasi yang dinyatakan di atas.
Langkah-langkah untuk dekomisioning reaktor riset dan fasilitas nuklir kecil lainnya.
Kumpulkan gambar bangunan dan tinjau bahwa dokumen tersebut mencerminkan status saat ini reaktor dan fasilitas terkait Tetapkan prinsip-prinsip keselamatan dan lingkungan Persiapkan inventori radiologi dan bahan beracun di tempat fasilitas Tetapkan prosedur pengelolaan limbah Kaji alternatif opsi dekomisioning Penegasan terhadap opsi yang diajukan Siapkan paket pekerjaan detail, termasuk persyaratan kebutuhan/sumber Definisikan kebutuhan peralatan dan sumber daya manusia Kaji keselamatan dan lingkungan Persiapkan estimasi biaya, tetapkan sumber pendanaan dan persetujuannya Siapkan rencana dekomisioning berdasar data-data di atas Ajukan rencana dan permohonan ijin dekomsioning ke badan pengawas Dapatkan persetujuan dari badan pengawas untuk rencana yang diajukan Laksanakan rencana dekomisioning yang telah disetujui Apabila tidak masuk ke dismatling segera, maka pelaksanaan program pengawasan/ perawatan yang disetujui Selesaikan dismantling Dapatkan persetujuan untuk survei radiologi terakhir dari badan pengawas, apabila dipersyaratkan Selesaikan pembersihan (cleanup) lokasi dan survei radiologi c Dapatkan persetujuan dari badan pengawas untuk pelepasan dari tanggungjawab lokasi
3.3.
: 01
Halaman : 18 dari 42
Manajemen Aktivitas manajemen meliputi:
(1) Rencana teknis a. Peninjauan tentang aturan operasi, pemeliharaan dan kedaruratan serta pengaturan pemantauan kesehatan untuk mencerminkan perubahan status fasilitas b. Definisi pekerjaan untuk personil kunci, termasuk definisi antarmuka diantara personil fasilitas, kontraktor dan staf pengawas c. Identifikasi dan penunjukan tim dekomisioning d. Identifikasi dan penunjukan staf pendukung e. Kualifikasi personil dan training untuk dekomisioning serta aktivitas pengawasan f. Inspeksi rutin serta pengaturan pemeliharaan g. Spesifikasi paket pekerjaan h. Persiapan prosedur khusus, alokasi kerja dan pengaturan review/peninjauan i. Koleksi data, rekaman, laporan, dan pembaharuan dokumen yang ada j. Pengaturan mengenai pengumpulan foto-foto yang relevan dan video untuk proyek k. Sebuah laporan proyek untuk tiap strategi atau paket l. Seleksi dan ketrampilan untuk alat khusus m. Implementasi pengaturan managemen keselamatan
Berdasar informasi pustaka [11] Beberapa aktivitas dapat dilakukan secara paralel. Badan pengawas kemudian menetapkan bahwa lokasi tersebut dapat digunakan untuk yang lain.
17
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Tanggal : 24 – 03 – 2008
18
Nomor
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Nomor
Tanggal : 24 – 03 – 2008 Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Tanggal : 24 – 03 – 2008
: 01
Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
Halaman : 19 dari 42
: 01
Halaman : 20 dari 42
Tabel 6. Daftar Isi Rencana Dekomisioninga Tabel 6. Daftar Isi Rencana Dekomisioninga No. (1) (2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7) (8) (9) (10) (11)
Isi Pendahuluan Deskripsi Fasilitas Deskripsi fisik lokasi dan fasilitas Sejarah operasi fasilitas, termasuk kejadian penting yang mungkin berdampak pada dekomisioning Peralatan sistem Karakterisasi dan inventori radiologi dan bahan berbahaya, termasuk metode yang digunakan. Strategi dekomisioning Tujuan Alternatif dekomisioning Prinsip dan kriteria keselamatan Jenis, volume dan rute limbah Estimasi dosis Estimasi biaya Pengaturan pembiayaan Seleksi dan penegasan opsi yang paling layak Manajemen Proyek Sumber Organisasi dan tanggungjawab Peninjauan dan pengaturan pemantauan Training dan kualifikasi Pelaporan dan catatan Aktivitas dekomisioning Gambaran dan jadwal fase dan kegiatan Aktivitas dekomisioning Dismantling Pengelolaan Limbah Program pengawasan/perawatan Kajian keselamatan Batasan dan kondisi operasi Kriteria pelepasan yang diajukan Prediksi dosis untuk penugasan Penampilan ALARA untuk penugasan Pemantauan radiasi dan sistem proteksi Kendali keamanan fisik dan material Pengaturan kedaruratan Pengelolaan Keselamatan Analisis Resiko Peraturan dan prosedur operasi Penegasan tentang keselamatan bagi pegawai, masyarakat dan lingkungan Kajian dampak lingkungan Program jaminan mutu Proteksi Radiasi dan program keselamatan Pengawasan/pemeliharaan kontinyu (untuk dekomsioning tunda) Proposal survei radiasi akhir
19
No. (12)
a.
Isi Laporan dekomisioning akhir Ringkasan kerja Detail bangunan tersisa Detail even yang signifikan selama dekomisioning Demonstrasi pemenuhan persyaratan Hasil dosis akibat kerja Hasil survei akhir Kuantitas dan karakteristik limbah radioaktif Bahan dan peralatan yang dibebaskan untuk penggunaan kembali Penggunaan di masa dating dan batasan-batasan Pelajaran yang dipetik Aktivitas dekomisioning di masa depan
(13) Berdasar informasi yang diberikan pustaka [11]
(2) Aktivitas administratif a. Penentuan dan persetujuan anggaran proyek b. Perekaman dan pemantauan pengeluaran c. Kendali biaya dan jadwal d. Alokasi dan kendali kontrak e. Komunikasi dengan badan pengawas f. Komunikasi dengan jasa personil dan staf 3.3.1
Dokumentasi
Dokumentasi secara penuh dan yang telah diperbarui dibutuhkan untuk persiapan dan eksekusi suatu program dekomisioning. Hal ini berlaku terutama untuk gambar teknis, foto bangunan, spesifikasi bahan konstruksi, data daerah radiasi dan data kontaminasi [14]. Sangat dianjurkan untuk memelihara dan menyimpan dokumen yang telah diperbarui yang relevan untuk dekomisioning. Pemeliharaan dan kemampuan untuk mengambil kembali rekaman merupakan hal yang kritis bila dismantling ditunda untuk jangka waktu yang lama. Selama proyek dekomisioning sebuah log book atau database operasi harus dipelihara untuk memfasilitasi laporan akhir dan sebagai acuan proyek yang mirip. 3.3.2
Sumber daya manusia
Staf reaktor yang mempunyai pengetahuan mengenai reaktor dan fasilitas terkait adalah aset yang tidak tergantikan sehingga sangat penting untuk mentransfer pengetahuan mereka sebelum mereka pindah, pensiun atau sedapat mungkin mempertahankan mereka untuk membantu proyek dekomisioning. Hal ini penting terutama bila ada kekurangan pada rekaman, dimana ada perubahan yang
20
Nomor
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Nomor
Tanggal : 24 – 03 – 2008 Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
: 01
Halaman : 21 dari 42
terjadi yang tidak terdokumentasi selama pembangunan atau backfitting, dan dimana fasilitas eksperimen akan didekontaminasi. Kekhususan biasanya tidak dipersyaratkan selama operasi rutin reaktor, sehingga sangat dibutuhkan untuk mendapatkan jasa dari pakar kajian inventori radionuklida, kesehatan industri, pembongkaran dan teknik bangunan. 3.3.3
Keamanan
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Tanggal : 24 – 03 – 2008 Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
: 01
Halaman : 22 dari 42
terdapat suatu persetujuan antara operator dan badan pengawas bahwa clearance level adalah 50% dari level regulasi yang diadopsi dalam hal ini untuk memperhitungkan kesalahan instrumen dan kesalahan statistik. Pustaka memberikan suatu daftar komprehensif peraturan di berbagai Negara, juga pelaksanaannya serta studi mengenai pelepasan tidak terbatas
5. ASPEK TEKNIS
Pengaturan keamanan reaktor harus dipelihara sesuai dengan tingkatannya sampai strategi dismantling segera tercapai. Secara umum keamanan dapat dikurangi setelah bahan bakar dan sumber radiasi yang tingkat aktivitasnya tinggi aktivitasnya diambil.
5.1. Persiapan dekomisioning 5.1.1. Pengambilan bahan bakar bekas
Sampai saat ini Indonesia dan beberapa negara anggota IAEA juga belum mempunyai peraturan khusus mengenai dekomisioning reaktor riset. Sehingga sangat dianjurkan sebelum melakukan proses dekomisioning untuk menyusun peraturan dekomisioning. Bila memang tidak ada peraturan dekomisioning, sangat penting bagi organisasi pelaksana untuk melakukan diskusi dengan badan pengawas. Namun demikian, dengan makin seringnya aktivitas dekomisioning di banyak negara maka pedoman dan peraturan dapat dipelajari dan diadopsi dari negara-negara yang telah punya pengalaman melakukan dekomisioning . Biasanya badan pengawas terlibat dalam proses penetapan strategi dekomisioning. Peraturan untuk dekomisioning bisa berbeda dengan peraturan operasi reaktor misalnya peraturan penanganan limbah akibat melonjaknya jumlah limbah khusus. Adanya peraturan baru menyangkut masalah pengambilan bahan bakar bekas dari reaktor. Badan pengawas dapat mensyaratkan bahwa pelaksanaan dekomisioning secara bertahap; dengan akhir tujuan adalah diijinkannya pembebasan lokasi dari pengawasan (baik terbatas atau tidak terbatas). Clearance level sangat perlu menjadi perhatian, dan badan pengawas seharusnya sudah menetapkan sebelum program dekomisioning dilaksanakan. Berbagai macam laju dosis dapat diadopsi, misalnya 10µR/jam di atas background pada saat kontak; <5µR/jam di atas background pada jarak 1 m; atau ≤50µR/jam. Tingkat aktivitas maksimum yang diijinkan untuk penggunaan yang tidak terbatas dalam arti aktivitas jenis dan kontaminasi permukaan biasanya mempunyai jangkauan 0,37 sampai dengan 3,7 Bq/gr untuk aktivitas jenis untuk kontaminasi beta-gamma dari 0,37 sampai dengan 3,7 Bq/cm2 dan untuk kontaminasi alfa dari 0,037 sampai 0,37 Bq/cm2. Berdasar pengalaman di banyak Negara, kadang
Kegiatan dismantling segera antara lain adalah pengambilan bahan bakar bekas dari teras reaktor ke fasilitas penyimpanan yang sesuai. Berhasilnya dismatling segera sangat bergantung pada pengambilan bahan bakar bekas dari teras reaktor ke fasilitas penyimpanan lain atau ke penyimpanan lestari. Perkembangan di dunia menunjukkan bahwa pengambilan bahan bakar bekas merupakan masalah yang serius. Misalnya, beberapa negara bersedia menerima bahan bakar untuk reaktor riset dari negara lain dan operator reaktor ingin mengembalikan bahan bakar bekasnya ke supplier negara asal tersebut. Sangat penting bagi operator sedini mungkin untuk memikirkan apa yang akan dilakukan dengan bahan bakar bekas. Sangat disarankan untuk membangun penyimpanan bahan bakar bekas kalau tidak harus ada alternatif lain. Hal ini harus dipikirkan dengan mengacu pada keadaan lokal, nasional dan regional. Beberapa negara mempertimbangkan penggunaan instalasi penyimpan bahan bakar bekas independent dan berkaitan dengan teknologi penyimpanan kering (dry storage) (misalnya, cask, module, pile, dan vault). Saat ini teknologi tersebut merupakan metode yang sukses untuk menyimpan bahan bakar bekas. Apabila bahan bakar bekas dipindahkan dan/atau disimpan ke suatu tempat dengan kondisi baru, maka kajian kritis harus dilakukan. Untuk penyimpanan jangka panjang maka harus dipikirkan masalah bentuk fisik, komposisi, pengkayaan dan burnup, demikian pula kerusakan yang timbul selama operasi. Dua kondisi perlu ditambahkan untuk penyimpanan bahan bakar bekas, yaitu kemampuan untuk menghilangkan panas peluruhan dari lokasi penyimpanan bahan bakar bekas; dan pemeliharaan terhadap kualitas air bila bahan bakar harus disimpan dalam kolam. Air yang secara kimia kualitasnya buruk akan menghasilkan kegagalan cladding bahan bakar, yang akan mempersulit pengangkutan dan penyimpanan di area dekomisioning. Alat transport bahan bakar bekas mungkin perlu diadakan untuk lokasi penyimpanan yang terpisah dari reaktor. Bila hal tersebut tidak tersedia maka operator yang bersangkutan harus segera mendesain dan membuat transport flask. Persetujuan/ijin dari badan pengawas harus didapat untuk penggunaan transport flask tersebut dan tentu saja kajian keselamatan dapat saja dipersyaratkan untuk pengangkutan dan penyimpanan bahan bakar. Pertimbangan selanjutnya adalah bagaimana memindahkan bahan bakar bekas ke transport flask dengan memenuhi syarat proteksi radiasi. Misalnya bila
21
22
3.3.4
Biaya dan Pendanaan
Pedoman persiapan estimasi biaya dan untuk pendanaan proyek dapat dilihat di pustaka. Suatu model estimasi biaya ditunjukkan pada pustaka .
4
ASPEK PERATURAN
Nomor
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Nomor
Tanggal : 24 – 03 – 2008 Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
: 01
Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
Halaman : 23 dari 42
reaktor mempunyai kolam atau kolam bahan bakar bekas maka transport flask harus didesain bisa mengambil di bawah air. Penanganan bahan bakar bekas dan penyimpanannya ada kemungkinan menimbulkan konflik dengan kegiatan dekomisioning lainnya. Misalnya pengambilan assembly bahan bakar yang cacat dapat saja mengkontaminasi daerah yang sebelumnya telah didekontaminasi. Demikian pula pada saat dismantling dekat daerah bahan bakar bekas dapat merusak atau menimbulkan dosis yang tidak diinginkan bagi operator. Evaluasi harus dilakukan untuk meminimisasi konflik seperti itu serta meminimisasi potensi bahaya terkait.
(1)
Pembuangan fluida kegiatan: Selain pendingin dan moderator reaktor, cairan yang digunakan untuk kegiatan selama operasi reaktor, misalnya pelumas dan minyak hidrolik. Cairan ini harus diambil sehingga pengaturan untuk pengambilan dan penyimpanannya harus dibuat. Pertimbangan khusus harus dilakukan untuk pembuangan senyawa organik radioaktif. Beberapa cairan non radioaktif yang berbahaya memerlukan suatu prosedur khusus.
(2)
Fasilitas akses dan tempat ganti: Terkadang fasilitas akses dan tempat ganti sudah tidak cukup akibat kenaikan jumlah staf serta kenaikan kerja selama dekomisioning. Maka perlu perluasan dan modifikasi misalnya dengan pemasangan shower, pemberian peralatan pemantauan radiologi, penetapan rute akses dan pembuatan dinding baru serta penguatan lantai.
(3)
Ventilasi: Meskipun ventilasi yang ada masih beroperasi namun modifikasi mungkin diperlukan untuk mengakomodasi persyaratan khusus. Misalnya, beberapa pengaturan kembali ducting dan valve dilakukan untuk membuat tekanan negatif di lokasi pekerjaan (lihat poin 4 di bawah). Demikian pula kipas angin dan filter tambahan diperlukan karena muculnya partikel-partikel di udara selama dekomisioning. Bila modifikasi dilakukan pada bagian ventilasi yang ada maka evaluasi harus dilakukan untuk aliran udara di bagian lain di dalam sistem. Beberapa tambahan filter misalnya unit ventilasi udara portable dibutuhkan untuk mengendalikan partikulat di udara selama aktivitas dekomisioning atau dismantling.
23
: 01
Halaman : 24 dari 42
(4)
Penahan tambahan: Tambahan penahan semacam tenda dan tempat pojok/kamar terkadang diperlukan untuk retensi particulate di area dismantling. Tekanan sedikit negatif harus dijaga di dalam penahan tersebut sehingga membuat udara mengalir ke dalam dan mencegah debu terkontaminasi keluar dari area. Penahan tersebut harus diuji sebelum digunakan dan aliran udara dimonitor secara regular (biasanya dengan tekanan yang berbeda). Biasanya laju aliran 1 m/det disekitar bukaan. Penahan khusus diperlukan untuk memberikan isolasi area dan kendali lokal terhadap kontaminasi misalnya wadah stainless steel dalam kolam bahan bakar bekas selama proses pemotongan. Penahan portable semacam tas sarung plastik dapat digunakan untuk mengendalikan pelepasan cairan dari pipa selama dismantling.
(5)
Pengelolaan Limbah: Karakterisasi, penanganan, pengolahan dan pemaketan untuk operasi menghadapi volume limbah yang besar akibat kegiatan dekomisioning membutukan tempat kerja yang luas. Tempat ini harus dipilih sehingga tidak menimbulkan gangguan bagi kegiatan dekomisioning. Perencanaan, pengadaan bahan dan wadah harus diperhitungkan sesuai standard dan drum harus dipilih sebaik-baiknya. Tempat kerja dengan background yang rendah harus disediakan untuk menetapkan tingkat aktivitas paket limbah dan mengkarakterisasi limbah sesuai dengan regulasi yang ada.
(6)
Area penyimpanan sementara: Beberapa komponen dan peralatan yang didismantling, teraktivasi dan terkontaminasi (misalnya perlengkapan eksperimen) mungkin perlu disimpan sementara secara lokal sebelum diproses. Harus dipertimbangkan ruang yang cukup dan perisai selama fase perencanaan. Tempat penyimpanan yang terpisah harus dialokasikan untuk komponen dan peralatan non radioaktif. Space harus diberikan untuk penyimpanan bahan habis pakai dan peralatan yang digunakan untuk operasi dekomisioning.
5.1.2. Aspek kunci lainnya Tergantung pada target strategi dekomisioning yang diinginkan, persiapan tambahan dibutuhkan untuk menetapkan kondisi pekerjaan yang aman dan ekonomis serta memberikan fasilitas dan sistem yang dibutuhkan untuk pelatihan dekomisioning. Hal penting yang harus diperhatikan pada potensi radiologi selama pelaksanaan dekomisioning. Pertimbangan untuk topik yang ada di daftar dijelaskan di bawah ini, demikian pula untuk topik lain yang umum dihadapi di tahapan-tahapan dekomisioning.
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Tanggal : 24 – 03 – 2008
(7)
Pengangkutan Limbah: Pembuangan limbah dengan kuantitas yang besar yang terkait dengan dekomisioning biasanya memerlukan pengangkutan yang lebih intensif dibanding keadaan normal. Sehingga sangat disarankan memperoleh persetujuan badan pengawas untuk pengangkutan ini, termasuk adanya wadah untuk pengangkutan limbah radioaktif, sistem penerimaan dan konfirmasi, rute dan jadwal.
(8)
Fasilitas dekontaminasi: Area yang digunakan harus dipersiapkan untuk penempatan alat operasi dekontaminasi seperti wadah, pompa, sistem pencuplikan dan pemurnian serta suplai air dan daya. Cairan yang dihasilkan selama proses dekontaminasi harus dipindahkan ke sistem proses limbah.
24
Nomor
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Nomor
Tanggal : 24 – 03 – 2008 Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
: 01
Halaman : 25 dari 42
(9) Pemantauan radiologi: pemantauan radiologi disediakan untuk: a. Lingkungan, baik internal maupun eksternal b. Operasi, yaitu instrumentasi yang digunakan untuk pekerjaan khusus, termasuk pemantauan radiasi area yang mengukur medan radiasi dan pemantauan beningan yang mengukur partikel udara dan untuk beberapa kasus, konsentrasi partikel air radioaktif c. Personil misalnya monitor personal individu dan instrument portable d. Limbah misalnya medan radiasi dan kontaminasi. (10) Drainage dan pengeringan: Apabila sistem akan dibilas atau disiram (flush) dan dipersiapkan untuk dismantling atau untuk penyimpanan jangka panjang maka drainage dan pengeringan yang sesuai harus dipersiapkan. Beberapa modifikasi harus dilakukan untuk sistem pengumpulan limbah yang ada dengan tujuan untuk menangani limbah semacam ini. Beberapa peralatan yang ada (compressed air, ventilasi, dan vacuum) dapat digunakan untuk mengambil cairan residu. (11) Area yang digunakan untuk dismantling: Untuk memfasilitasi dismantling dan mengurangi dosis akibat kerja maka area khusus harus disediakan sehingga banyak komponen dapat dipindahkan untuk pemotongan dan pemaketan. Biasanya area yang dipilih ada di sebelah sistem yang didismantling. Kendali radiologi harus diberikan misalnya ventilasi, perisai dan penahan. (12) Pemurnian air: Purifikasi air dibutuhkan selama dekomisioning untuk mengurangi kandungan partikel dalam air. Misalnya, pada penggunaan kolam untuk pemotongan di dalam air, maka tambahan filter air dan demineralisasi mungkin dibutuhkan untuk menjaga supaya kegiatan tetap terlihat serta mengurangi aktivitas dalam air.
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Tanggal : 24 – 03 – 2008 Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
: 01
Halaman : 26 dari 42
(15) Suplai daya dan koneksinya: Selama dekomisioning, suplai daya ke beberapa tempat pekerjaan dan ke beberapa komponen dan instrument mungkin diputus terkadang suplai listrik utama. Sehingga sistem suplai listrik khusus diperlukan. Panel kendali sementara harus dipertimbangkan untuk ventilasi, monitor radiasi, distribusi listrik dan pencahayaan. Sangat penting bahwa seluruh sistem daya diberi label secara jelas, yang mengindikasikan fungsinya dan apakah terkoneksi atau terputus. (16) Peralatan pengangkat: Crane dan alat angkat harus terkualifikasi dengan inspeksi dan uji. Alat angkat tambahan mungkin dibutuhkan untuk menangani beban yang melebihi beban pekerjaan crane yang ada. (17) Alat monitor: Sangat penting untuk menginstal alat monitor di dalam area dengan menggunakan pengatur remote. Hal ini dapat disediakan dengan sirkuit remote TV atau teknik lain seperti endoskopi. (18) Perisai portable: Selama dekomisioning, kemungkinan ada kenaikan paparan radiasi. Dosis okupasi dapat dikendalikan dengan perisai portable dari bahan air, beton dan timbal. (19) Peralatan khusus: Alat khusus misalnya alat kendali jarak jauh dan mocksup mungkin dibutuhkan untuk dekomisioning. (20) Pelindung kebakaran: deteksi kebakaran, alarm, kemampuan lainnya harus dikaji dan diperluas bila diperlukan hal ini untuk menjamin pemenuhan regulasi selama dekomisioning. (21) Infrastruktur pendukung: perkantoran, ruang makan, pengangkut personil, komunikasi, kendali keamanan dan fasilitas kesehatan sangat dibutuhkan. 5.2. Teknik Dekontaminasi
(13) Sistem aliran udara pernafasan: Kegiatan dekomisioning harus selalu dievaluasi hal ini kaitan dengan proteksi terhadap pekerja. Bila aktivitasnya kemungkinan menimbulkan kuantitas partikel di udara yang besar, maka sistem ventilasi harus ditingkatkan. Biasanya disediakan dengan unit kompresor udara portable, yang dihubungkan ke pusat tangki udara atau ke pakaian bertekanan. Pengaturan ini memberikan suatu mobilitas serta beban yang minimum pada kegiatan. Namun, menggunakan tabung udara untuk pernafasan mungkin sangat diperlukan untuk kedaruratan.
Dekontaminasi radioaktif sangat dibutuhkan di hampir semua proyek dekomisioning. Keuntungan yang di dapat adalah: • reduksi tingkat radiasi di tempat kerja • pengurangan berat/volume limbah radioaktif; dan • kemungkinan penggunaan kembali (terbatas atau tidak terbatas) bahan dan peralatan.
(14) Komunikasi dan penerangan: Pada banyak kasus, komunikasi dan penerangan yang ada sudah cukup. Perluasan harus dipertimbangkan untuk area dimana pekerja dekomisioning beraktivitas dengan menggunakan baju bertekanan.
25
26
Nomor
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Nomor
Tanggal : 24 – 03 – 2008 Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
: 01
Halaman : 27 dari 42
Tabel 7. Teknik dekontaminasi reaktor riset jenis kolam Jenis Reaktor Kolam
Aplikasi utama Coating dinding (cat, lantai, logam) Permukaan beton Air Kolam Sirkuit pendingin
Teknik Pengelupas cat, pencuci bertekanan tinggi, particle blasting Particle blasting, scabbling dan water jet Filter dan penukar ion Pembilas kimia
Tujuan dekontaminasi dan metode yang digunakan harus ditetapkan dan dioptimalkan sebagai bagian dari rencana dekomisioning. Harus dipertimbangkan limbah sekunder akibat proses dekontaminasi termasuk mempertimbangkan dosis personil yang mengelola limbah dan persoalan yang timbul selama pembuangan. Fasilitas yang cukup harus diberikan untuk metode dekontaminasi yang telah ditetapkan. Fasilitas ini harus sudah beroperasi sebelum dismantling terkait mulai dilaksanakan. 5.3. Teknik dismantling secara umum Hampir semua teknik dismantling menggunakan pembongkaran secara konvensional. Bedanya adalah adanya kendali radiologi untuk membatasi paparan personil, tempat kerja dan lingkungan. Hal utama yang harus diperhatikan adalah: • menjaga supaya teknik dismantling dan peralatan yang digunakan sesederhana mungkin • menggunakan atau mengadopsi peralatan industri yang telah terbukti kualitasnya • adanya pengalaman dismantling terhadap penunjang sarana atau sistem tidak tekontaminasi • menunda sementara dismantling sistem yang mempunyai potensi bahaya sampai adanya rasa percaya diri diantara staf serta adanya peralatan yang sesuai • serta menggunakan mocks-up untuk menguji peralatan. 5.3.1. Beton Di hampir semua kasus dismantling segera pada reaktor riset melibatkan dismantling struktur bangunan beton, utamanya perisai biologi. Teknik dismantling bangunan beton bersifat konvensional, tetapi hal-hal berikut harus dipertimbangkan: • bahan dengan jumlah yang besar • beton dengan kerapatan tinggi • volume yang besar • radioaktivitas terkait
27
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Tanggal : 24 – 03 – 2008 Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
: 01
Halaman : 28 dari 42
• timbulnya limbah radioaktif • perlu adanya kendali partikel di udara. Beberapa teknik biasa digunakan yaitu: surface scabbling; jack hammering; diamond sewing and coring, arc sawing, abrasive water jet, explosive technique, thermic lancing dan teknik perluasan non eksplosif . Lapisan bagian dalam perisai biologi mempunyai radioaktivitas yang lebih tinggi daripada lapisan di bagian luar dan metode yang digunakan adalah memulai dismantling bangunan dari bagian luar sehingga mendapat pengalaman sebelum mencapai bagian yang lebih sulit. Dalam beberapa kasus lebih baik memulai dari sekeliling perisai atau penahan dan mulai dismantling bagian dalam dengan teknik eksplosif. Pendekatan ini berguna bila logam di bagian dalam tidak terikat dengan beton. Pelaksanaan dekomisioning ini melibatkan radioaktifitas maka pekerja yang melakukan pembongkaran harus memakai pelindung atau dengan penanganan jarak jauh. Suatu contoh unik pada kegiatan dekomisioning sedapat mungkin menghindari pekerjaan dismantling yaitu “one piece reaktor removal method” yang dijelaskan di pustaka . Dalam hal ini, seluruh reaktor termasuk struktur pendukung, tangki reaktor, perisai biologi serta seluruh komponen reaktor diambil sebagai satu kesatuan. 5.3.2. Dismantling internal reaktor Biasanya bagian internal reaktor merupakan komponen-komponen yang aktivitasnya tinggi, sehingga kehati-hatian sangat dipersyaratkan. Teknik minimisasi dosis misalnya penggunaan perisai tambahan dan reduksi ukuran harus dipertimbangkan. Bila diperlukan maka dismantling bagian dalam reaktor dapat dilakukan di bawah air. Pelaksanaannya dapat dilakukan di kolam bahan bakar bekas atau di kolam teras sendiri. Aktivasi reaktor dan perlengkapan untuk eksperimen biasanya tidak homogen. Karena pewadahan serta pengiriman untuk pembuangan sebagai limbah merupakan proses yang mahal, maka sebaiknya peralatan-peralatan tersebut dipisah berdasar tingkat aktivitasnya untuk mengurangi biaya dan dosis. Sangat dianjurkan untuk memberi label pada komponen sebelum pemotongan untuk memfasilitasi identifikasi radiologi di masa depan untuk masing-masing limbah. Paku pateri/las digunakan secara ekstensif selama pembangunan fasilitas. Biasanya tidak diberi tanda termasuk pada gambar teknisnya. Adanya pateri tersebut akan mempersulit dalam pemotongan logam berat; komplikasi ini harus dipertimbangkan dalam persiapan dismantling.
28
Nomor
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Nomor
Tanggal : 24 – 03 – 2008 Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
: 01
Halaman : 29 dari 42
5.3.3. Perkakas khusus Biasanya beberapa kegiatan memerlukan perkakas dan peralatan khusus, beberapa contoh ditunjukkan di bawah ini: a.
b.
Remote handling tools: Beberapa kegiatan dekomisioning melibatkan operasi yang dikendalikan dari jarak jauh. Remote handling tools dapat digunakan untuk mengurangi paparan yang diterima pekerja selama dismantling, demikian juga untuk pengurangan ukuran dan dekontaminasi komponenkomponen reaktor. Pada beberapa hal sangat praktis untuk memasang peralatan kendali jarak jauh tersentralisasi seperti sebuah tiang yang mendukung beberapa peralatan yang berbeda. Peralatan dan manipulator dapat dikaitkan dengan peralatan untuk memotong dan dismantling. Sangat dianjurkan untuk memberikan pelindung proteksi atau coating yang dapat dilepas untuk meminimisasi kontaminasi pada perkakas. Perkakas harus bersifat mudah diganti dan dijaga supaya paparan radiasi pekerja seminimum mungkin. Dimanapun dismantling dilakukan misalnya di kolam bahan bakar bekas, maka peralatan tambahan dapat digunakan, misalnya meja putar kendali jarak jauh untuk mendukung komponen yang berat selama dipotong. Uji mock-up dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa pekerjaan dekomisioning sebenarnya sering kali kotor. Sludge dan debu pemotongan mengurangi daya lihat dan menimbulkan masalah pada peralatan kendali jarak jauh. Plasma cutting juga menimbulkan kontaminasi udara di atas kolam pemotongan. Perkakas khusus dan asesorinya: Banyak perkakas khusus dan asesorinya dibutuhkan selama dekomisioning. Berikut ini beberapa contoh perkakas khusus tersebut: plasma arc cutter; abrasive cutter; guillotine saws; spark erosion; crushing tools; manipulator; foam injection, untuk memperbaiki kontaminasi sebelum pemotongan; gunting hidraulik khusus yang memisahkan dan menjepit bagian ujung tabung atau komponen; unit dekontaminasi bergerak; suction cup untuk menggerakkan komponen teraktivasi (misalnya: graphite block); alat angkat terkendali remore; dan glove box dan glove bag untuk kendali kontaminasi lokal. Perkakas khusus dan peralatan yang digunakan untuk operasi normal biasanya tetap digunakan untuk dekomisioning.
5.3.4. Material di bawah permukaan tanah Sejumlah komponen operasi reaktor sebagian terletak di bawah tanah misalnya pipa drainage, tangki penyimpan, dan tabung penyimpan bahan bakar. Komponen-komponen ini mungkin rusak setelah bertahun-tahun dan mempunyai potensi melepaskan radioaktif ke lingkungan. Biasanya badan pengawas mensyaratkan komponen tersebut diambil. Tetapi pada beberapa kasus dimana komponen tersebut dapat diisolasi dari masyarakat
29
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Tanggal : 24 – 03 – 2008 Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
: 01
Halaman : 30 dari 42
dan radioaktivitasnya sangat rendah maka analisis risk-benefit dilakukan untuk mengetahui apakah pendekatan tersebut dapat diterima, yaitu komponenkomponen tetap berada di tempatnya. Suatu pemyimpanan in-situ dapat merupakan cara efektif untuk memblok kontaminasi pipa dan tangki. 5.4. Pemeliharaan, Pengawasan dan Pemantauan 5.4.1. Pemeliharaan, termasuk uji dan inspeksi Bila reaktor riset mengalami shut down maka operator harus mereview pengaturan pemeliharaan yang ada, termasuk uji dan inspeksinya untuk menjamin bahwa pengaturan tersebut cukup untuk dekomisioning dan bila perlu memperbaikinya. Pada prinsipnya, sistem dan peralatan yang penting untuk keselamatan dekomisioning harus secara kontinyu beroperasi penuh layaknya pada keadaan normal. Peralatan yang akan dipakai dalam kegiatan dekomisioning nantinya harus dipelihara berdasar analisis cost-benefit. Selama bahan bakar tetap berada dalam teras reaktor, maka sistem/peralatan berikut ini harus tetap dipelihara supaya tetap bekerja yaitu: • ruang kendali dan sistem shut down serta pemantauannya • batang kendali dan mekanisme scram • monitoring radiasi dan alarm • penerangan, daya listrik dan alat komunikasi • crane dan alat angkut • alarm kebakaran dan keamanan untuk bangunan reaktor • fuel flasks dan peralatan terkait • sistem pemurnian kolam • dan sistem ventilasi. Bila dismantling segera tercapai, maka bahan bakar dan sumber pembangkit neutron harus diambil dari reaktor. Hasilnya adalah berkurangnya pemeliharaan peralatan untuk keselamatan. Operator harus mempertimbangkan periode pemeliharaan yang harus dilakukan. Misalnya, untuk jangka pendek adalah selesainya dismantling segera serta menunda untuk beberapa tahun. Hal ini menyebabkan perlunya pemeliharaan secara kontinyu sistem/peralatan seperti, pemantauan radiasi, alarm kebakaran, keamanan, sistem ventilasi, alat penerangan, daya listrik dan alat komunikasi. Kegagalan untuk memelihara sistem/alat tersebut berakibat pekerjaan perbaikan kemudian hari yang mahal. Analisis cost-benefit harus dilakukan dalam hal ini. Rencana dekomisioning harus memasukkan pula up-grade sistem pemeliharaan, uji dan inspeksi yang ada.
30
Nomor
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Nomor
Tanggal : 24 – 03 – 2008 Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
: 01
Halaman : 31 dari 42
5.4.2. Pengawasan dan pemantauan Pada masa dilakukan dekomisioning, maka layaknya ada personil/staf dalam bangunan reaktor di siang hari. Namun bila jam kerja telah selesai, maka pengaturan keamanan dan pemantauan (kunci, alarm suhu, alarm radiasi, alarm penyusup dan alarm kebakaran) harus ada dan berfungsi untuk mencegah masuknya orang yang tidak berwenang ke dalam bangunan reaktor, disamping sistem ini juga untuk memantau keselamatan reaktor. Bila bahan bakar dan sumber neutron telah diambil dari reaktor maka kebutuhan keamanan menjadi berkurang/minimal. Namun tetap saja persyaratan lain harus tetap diberlakukan untuk mencegah orang masuk, mengingat potensi bahaya radiasi masih tetap ada. Disamping itu, kemungkinan bahaya besar yang biasa terjadi pada penggunaan alat dan teknik dalam kegiatan dekomisioning tetap ada. Operator mungkin akan menunda dismantling segera, sehingga pengawasan/pemantauan harus selalu dievaluasi dan diperbaiki. Misalnya, lebih praktis menutup dan mengamankan bangunan reaktor, mengaktifkan alarm radiasi, suhu, kebakaran, keamanan, dan mengatur kunjungan pengawasan sesuai jadwal. Sangat menolong bila setiap pengawasan dilakukan menggunakan checklist untuk setiap lokasi yang dikunjungi dan aspek apa saja yang harus diinspeksi (misalnya operasi ventilasi, kebocoran pipa, atau kebocoran akibat cuaca). Perlu dipertimbangkan pula survei untuk radiasi dan kontaminasi dalam jadwal yang ditetapkan. Hal sangat berguna bila tidak ada monitor radiasi dan lingkungan ditempat tersebut. Satu masalah yang mungkin timbul akibat ditundanya dismantling segera yaitu rusaknya komponen reaktor dan bangunannya. Program pengawasan harus melibatkan evaluasi secara periodik untuk reaktor dan bangunan untuk menjamin integritasnya. Dalam beberapa kasus maka kajian teknik integritas reaktor dan bangunan dipersyaratkan. Contoh kerusakan adalah korosi komponen reaktor dan bangunan akibat kelembaban, kebocoran air; gaya alami yang menyebabkan melemahnya struktur; dampak dari aktivitas disekitar reaktor (konstruksi dan penggalian) dan banyak kegiatan manusia yang berdampak pada kecelakaan atau intrusi.
6. KESELAMATAN RADIASI DAN NON RADIASI Suatu program proteksi radiasi dibutuhkan selama dekomisioning. Untuk tiap kegiatan maka proteksi radiasi harus direncanakan dan diimplementasikan. Langkah pertama adalah mengestimasi inventori radionuklida kemudian merencanakan aktivitas dekomisioning untuk menjamin paparan memenuhi prinsip ALARA. Langkah berikutnya adalah melaksanakan program dengan pemantauan dari dekat daerah radiasi dan paparannya. Langkah terakhir adalah, survei penyelesaian dekomisioning untuk menunjukkan bahwa persyaratan kondisi radiologi reaktor telah tercapai.
31
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Tanggal : 24 – 03 – 2008 Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
: 01
Halaman : 32 dari 42
Bahaya konvensional tetap harus dipertimbangkan dalam perencanaan dan implementasi aktivitas dekomisioning. Secara khusus, survei harus dilaksanakan untuk karakterisasi bahan berbahaya non radioaktif. Perencanaan dekomisioning termasuk persyaratan kajian keselamatan telah dijelaskan di Tabel 6. Kajian tersebut harus mempertimbangkan kemungkian bahaya dan resiko yang terkait seluruh aspek kegiatan dekomisioning. Kadangkala, kajian dampak lingkungan dipersyaratkan oleh badan pengawas sebelum ijin persetujuan diberikan untuk aktivitas dekomisioning. 6.1. Inventori radionuklida Faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam penetapan metode dan strategi dekomisioning adalah estimasi kuantitas radionuklida yang ada serta prinsip bentuk fisik dan kimianya. Radionuklida dengan waktu paruh panjang yang ada dalam jumlah signifikan sangat mempengaruhi penetapan panjangnya waktu penundaan beberapa aktivitas dekomisioning. Terlepas dari bahan bakar bekas, inventori radionuklida dapat dibagi ke dalam 2 kategori: (1) (2)
aktivasi bahan struktur; dan kontaminasi permukaan.
Kontaminasi ini mungkin terdiri dari aktivasi produk korosi, fragmen bahan bakar dan/ atau hasil belah. Fragmen bahan bakar dan hasil belah mungkin dapat ditemukan di luar teras reaktor, hal ini terjadi bila bahan bakar gagal selama berfungsinya reaktor. Biasanya, radionuklida yang paling diperhitungkan untuk beberapa tahun setelah shutdown adalah Co-60, utamanya sebagai hasil dari aktivasi komponenkomponen stainless steel. Sementara komponen aluminium teras reaktor sulit teraktivasi, bagian-bagian stainless steel seperti mur, baut, tiang dan plat-plat dapat menimbulkan radiasi tinggi. Radionuklida lain yang menjadi perhatian adalah Zn54, Zn-65, Fe-55 dan Ni-63. Hidrogen-3 dan C-14 ditemukan di grafit, utamanya karena adanya litium dan nitrogen sebagai pengotor. Cesium-137 , Eu-152 dan Eu154 adalah hasil belah dan kemungkinan ditemukan di permukaan dalam sirkuit primer. Isotop europium dan tritium (dari lithium) dapat saja ada sebagai hasil aktivasi di perisai beton. Daftar radionuklida-radionukida tersebut yang mungkin ada di dalam dekomisioning fasilitas nuklir. Bila fluks neutron, komposisi bahan dan sejarah penggunaannya diketahui, maka inventori radionuklida dapat diperkirakan dengan perhitungan. Namun, pada banyak kasus, misalnya, di perisai biologi dan di peralatan eksperimen, distribusi fluks tidak menentu, maka kalkulasi harus didukung dengan pengambilan sampel secara statistik, dan dengan mengukur aktivitas nyatanya. Kontaminasi permukaan dapat dievaluasi dengan pengukuran langsung dan menggunakan teknik pengusapan.
32
Nomor
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Nomor
Tanggal : 24 – 03 – 2008 Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
: 01
Halaman : 33 dari 42
6.2. Bahaya dan Kajian Resiko Persiapan kajian bahaya harus dilakukan dengan mempertimbangkan estimasi dosis radiasi dan dampak bahaya konvensional.Dosis tempat kerja dapat diestimasikan dari inventori radionuklida, tingkat kontaminasi dan dari data radiasi. Setiap langkah kerja harus diestimasikan dosis yang kemungkinan diterima oleh pekerja, dengan mempertimbangkan jarak dari sumber radiasi dan waktu yang dibutuhkan menyelesaikan aktivitas tersebut. Dosis bukan akibat tempat kerja harus juga dikaji dan harus berdasar pada source term dan exposure pathways (jalur paparan). Pengalaman dengan proyek dekomisioning mengindikasikan bahwa dosis ke masyarakat umum kecil. Metode untuk mengestimasi dosis bukan karena kerja. Tabel 8 Kemungkinan kecelakaan tidak terduga atas selama dekomisioninga Kegiatan Pengambilan bahan bakar
Survei radiasi
Dekontaminasi
Dismantling, termasuk pengambilan beton
Kejadian yang tidak diharapkan Elemen bahan bakar jatuh selama penanganan Hilangnya pendinginan selama pemindahan bahan bakar teriradiasi Kritikalitas di penyimpanan bahan bakar Daerah yang tidak diduga mempunyai radiasi tinggi Tidak berfungsinya alat proteksi Tidak berfungsinya instrumen monitor Kebakaran di cairan kimia terkontaminasi Pecahnya kantong vakum filter Tumpahnya cairan terkontaminasi dan bahaya lainnya. Terhentinya service sarana penunjang. Kegagalan lokal terhadap kendali kontaminasi Kegagalan alat pemotong Kecelakaan pemotongan untuk bahan teraktivasi Tidak cukupnya mesin pendukung untuk komponen yang dipotong Terhentinya service sarana penunjang. Ledakan oksiasetilen Ledakan yang berlebihan Kegagalan filter HEPA Kebakaran limbah yang mudah terbakar Beban yang jatuh
a
Diadopsi dari pustaka [12]
Resiko bahaya konvensional harus juga diperhatikan untuk mengestimasi dampak yang terjadi. Termasuk di dalamnya kemungkinan adanya pelepasan bahan beracun dan korosif, resiko bahaya seperti yang terjadi di industri, serta kejadian lainnya. Beberapa kejadian dapat menghasilkan kenaikan paparan radiasi. Paling berbahaya adalah radioaktivitas partikel udara sebagai akibat
33
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Tanggal : 24 – 03 – 2008 Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
: 01
Halaman : 34 dari 42
kegagalan engineering safeguard (misalnya rusaknya ventilasi/filtrasi); aktivitas partikel udara akibat kebakaran; dan paparan yang tidak perlu sebagai hasil kegagalan pemberian perisai. Suatu contoh yang relevan mengenai kejadian yang tidak diinginkan atau kecelakaan yang terkait dengan kegiatan dekomisioning diberikan di Tabel 9 . Kecuali untuk kasus sederhana, sangat diinginkan bahwa teknik struktur seperti resiko bahaya dan studi pengoperasian digunakan untuk mengidentifikasi resiko bahaya dan penginisiasi kejadian. Resiko bahaya dan penginisiasi kejadian harus diuji lebih lanjut, menggunakan probabilitas realistis dalam jangkauan kejadian-kejadian yang mungkin, sehingga memberikan pernyataan-pernyataan yang terkuantifikasi mengenai kajian resiko. Keselamatan dapat dipertegas dengan bantuan argument deterministic (misalnya, argument logis dan tegas untuk mengklaim bahwa suatu kejadian tidak akan melebihi suatu kriteria spesifik), dengan menggunakan kajian resiko numeric. Kajian resiko numeric berdasar pada resiko bahaya khusus dan penginisiasi kejadian yang terkait berdasar kajian resiko bahaya. 6.3. Manajemen keselamatan dan pemantauan Strategi dan rencana dekomisioning yang cermat, dengan mempertimbangkan secara hati-hati prinsip ALARA, akan menghasilkan reduksi sumber-sumber radiasi, laju dosis dan waktu kerja di zone radioaktif. Sebagai contoh, urutan aktivitas dekomisioning akan berdampak signifikan pada dosis yang diterima pekerja selama dekomisioning serta penanganan limbah. Informasi umum tentang metode untuk mengurangi paparan akibat kerja selama dekomisioning fasilitas nuklir dan pada program proteksi radiasi. Minimisasi paparan radiasi ke personel memerlukan sistem prosedur kendali radiologi. Sistem ini termasuk penetapan akses terkendali daerah kerja; ijin melakukan pekerjaan radiasi; penggunaan pakaian pelindung dan alat pernafasan; kendali penyimpanan dan pemantauan fisika kesehatan. Perkakas remote dan kemungkinan penggunaan perisasi untuk mereduksi paparan radiasi ke personil. Pemantauan termasuk pengukuran secara kontinyu tingkat radiasi di tempat kerja; rekaman dan kajian paparan ke personil selama dan setelah kerja; survei kontaminasi permukaan; dan pemantauan tingkat kontaminasi udara. Pemantauan udara mungkin diperlukan selama operasi tertentu, misalnya selama pengambilan beton dan grafit. Teknik memantau personil termasuk monitor tangan dan badan (hand and body monitor); dosimeter alarm; whole body counting; bioassay; dan dosimetri film. Selama proyek dekomisioning dipersyaratkan adanya data alokasi sumber daya manusia, dosis kolektif pekerja dan timbulnya limbah sehingga dapat dilakukan verifikasi kalkulasi prediksi dan menunjukkan bahwa ALARA telah tercapai.
34
Nomor
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Nomor
Tanggal : 24 – 03 – 2008 Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
: 01
Halaman : 35 dari 42
Selama perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan dekomisioning dianjurkan pakar dekomisioning hadir baik untuk konsultasi maupun membantu dalam pelatihan. Pelatihan pekerja dekomisioning harus meliputi resiko bahaya radiologi dan konvensional dan harus diselesaikan sebelum pekerjaan dilaksanakan. Supervisor dan pekerja kunci lainnya harus berpengalaman dalam proteksi radiasi dan familiar dengan reaktor. 6.4. Kegiatan setelah proyek dan survei radiologi akhir Paling tidak beberapa rekaman berikut harus terpelihara setelah dekomisioning: • deskripsi fasilitas yang di-dekomisioning • detail kejadian yang abnormal dan pertimbangan keselamatan selama dekomisioning • dosis akibat kerja dan dosis masyarakat selama dekomisioning • kriteria pelepasan radiologi bagi peralatan, bahan dan lokasi • persetujuan survei akhir, dengan detail dari radioaktifitas residu • tujuan dan karakterisasi seluruh material limbah radioaktif dan bahan berbahaya, termasuk material yang akan didaur ulang dan digunakan kembali • dan pembatasan, bila ada, penggunakan lokasi yang didekomisioning. Laporan akhir yang disampaikan ke badan pengawas harus berdasarkan pada survei radiologi akhir untuk menunjukkan selesainya secara sukses program dekomisioning.
7. PENGELOLAAN LIMBAH Dekomisioning (khususnya untuk dismantling segera) akan menimbulkan sejumlah besar limbah yang terdiri dari: (1) (2)
Limbah radioaktif yang harus diproses, disimpan atau dibuang sesuai dengan kebijakan pengelolaan limbah radioaktif nasional Material non-radioaktif yang akan dibebaskan untuk penggunaan yang tidak terbatas atau terbatas untuk aplikasi tertentu atau pembuangan, sesuai dengan ketentuan badan pengawas dan material berbahaya yang mungkin memerlukan pengaturan pengelolaan limbah secara khusus
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Tanggal : 24 – 03 – 2008 Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
: 01
Halaman : 36 dari 42
aspek pengelolaan limbah dalam rangka proyek dekomisioning diberikan di seksi berikut; sedangkan detailnya diberikan di pustaka. 7.1. Klasifikasi Klasifikasi dan karakterisasi limbah yang timbul dari dekomisioning reaktor riset digunakan untuk menetapkan prosedur penanganan dan pengangkutan serta metode pembuangan. Saat ini, pendekatan nasional untuk klasifikasi limbah radioaktif di banyak negara berbeda-beda. Program RADWASS IAEA juga menyinggung hal ini dan berusaha mengharmonisasi pendekatan nasional yang berbeda tersebut. Limbah harus dikategorisasikan dan dipisahkan secepat mungkin setelah timbul dari kegiatan dekomisioning. Sangat dianjurkan untuk memisahkan lokasi penyimpanan untuk kategori limbah yang berbeda. Tiap wadah atau paket limbah harus dimonitor radioaktifitasnya dengan sampling atau pengukuran langsung, sehingga klasifikasi dapat dilakukan. Paket limbah harus diidentifikasi secara jelas untuk memperlancar penanganan dan menjaga hubungan dengan rekaman dokumen terkait. Kategori limbah yang berbeda akan menentukan rute pembuangan, dokumentasi, sertifikasi dan persyaratan perijinan dari badan pengawas. 7.2. Clearance level Clearance level didefinisikan sebagai suatu kumpulan nilai yang ditetapkan oleh badan pengawas di suatu negara, yang mengespresikan konsentrasi aktivitas dan/atau aktivitas total di atau dibawah dimana suatu material/bahan dapat dibebaskan dari kendali regulasi. Untuk memenuhi kriteria proteksi radiasi dan regulasi lingkungan yang digunakan oleh suatu negara, beberapa limbah yang terkontaminasi bahan radioaktif dengan aktivitas sangat rendah dapat dimasukkan tingkatan clearance dan dapat dibebaskan dari kendali regulasi karena resiko minor yang dihadapi masyarakat dan lingkungan. Clearance dapat mengurangi biaya pengangkutan dan pembuangan. Bahan dan peralatan yang dilepaskan dapat digunakan kembali atau didaur ulang. Pedoman prinsip-prinsip dan praktek untuk clearance sumber radiasi dari kendali regulasi dan juga merupakan pokok bahasan Seri Keselamatan di program RADWASS IAEA. 7.3. Kuantitas dan Aktivitas
Dekomisioning diperkirakan menghasilkan jenis dan kuantitas limbah radioaktif yang dapat dikelola secara efektif sesuai dengan kebijaksanaan nasional tentang pengelolaan limbah radioaktif. Namun, strategi penyimpanan atau pembuangan limbah merupakan prasyarat dalam implementasi proyek dekomisioning. Suatu diskusi singkat untuk beberapa
Diperkirakan bahwa kuantitas limbah yang timbul selama dekomiisoning akan lebih tinggi dari yang timbul akibat operasi reaktor. Tetapi banyak dari limbah tersebut bukan radioaktif dan pemisahan dengan limbah ‘bersih’ tersebut harus dilakukan. Pemisahan limbah ke kategori yang paling mampu mereduksi biaya. Biaya yang terkait dengan pengelolaan limbah dapat lebih besar dari biaya pekerja dekomisioning.
35
36
Nomor
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Nomor
Tanggal : 24 – 03 – 2008 Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
: 01
Halaman : 37 dari 42
Harus diperhitungkan timbulnya limbah sekunder seperti baju pelindung, filter, peralatan dekomisioning yang terkontaminasi serta cairan dekontaminasi. Limbah semacam itu termasuk cairan aktivitas rendah yang timbul dari penanganan kimia untuk komponen-komponen yang terkontaminasi, serta air yang digunakan untuk membersihkan debu selama pekerjaan dismantling (seksi 6.3.). 7.4. Penanganan dan pengolahan
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Tanggal : 24 – 03 – 2008 Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
: 01
Halaman : 38 dari 42
implementasi untuk proses minimisasi timbulnya limbah semacam itu. Bila material berbahaya ada maka harus ditangani dan dibuang sesuai dengan peraturan nasional. Pembuangan limbah campuran, yaitu limbah radioaktif sekaligus berbahaya secara kimia memerlukan perhatian khusus.
8. JAMINAN MUTU
Berikut adalah beberapa aspek penanganan dan pengolahan limbah yang harus dipertimbangkan: (1) Biaya dekomisioning sangat terkait dengan volume limbah radioaktif, aktivitas dan kategorisasi (hubungan biaya dekomisioning dan volume limbah radioaktif secara jelas digambarkan untuk reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir) (2) Jalur limbah harus teridentifikasi dan disetujui oleh badan pengawas sebelum dilaksanakan dekomisioning (3) Penundaan beberapa aktivitas dekomisioning dapat dibenarkan bila fasilitas penyimpanan atau pembuangan limbah belum ada. (4) Penyimpanan sementara harus ada untuk mengakomodasi limbah sebelum diproses dan diangkut (5) Evaluasi cost-benefit dibutuhkan baik untuk limbah yang dibuang tanpa proses, atau melalui proses reduksi volume atau dekontaminasi (6) Sebelum proyek dilaksanakan, sangat penting untuk menjamin bahwa paket limbah sesuai dengan regulasi pengangkutan dan pembuangan (paket standar harus digunakan sedapat mungkin) (7) Limbah harus dipisahkan sesuai dengan aktivitas dan tingkat kontaminasinya (8) Wadah limbah dan drum harus diisi seefektif mungkin sehingga meminimisasi jumlah paket limbah (9) Akumulasi paket limbah harus diminimalkan dan harus dikendalikan untuk menjamin paparan yang tidak diinginkan tidak terjadi Mungkin ada suatu contoh dimana bahan-bahan tertentu diambil selama dekomisioning disimpan secara lokal dan diperpanjang penyimpanannya. Misalnya, bahan bakar, sumber netron, atau peralatan eksperimen. Bila diperlukan penyimpanan lokal jangka panjang, kendali radiologi dan pengukuran keselamatan harus ditetapkan. Reduksi volume limbah radioaktif dapat dilakukan dengan metode pemotongan, kompaksi, insinerasi, presipitasi, melting, pertukaran ion dan evaporasi. 7.5. Material berbahaya non radioaktif Bahan berbahaya non radioaktif mungkin ditimbulkan selama pelaksanaan dekomisioning. Termasuk di dalamnya asbestos, merkuri, berilium, cairan pembersih dan minyak. Perhatian harus diberikan pada saat seleksi dan
37
Program jaminan mutu (QA) direncanakan dan diimplementasikan sebelum dilaksanakan dekomisioning, sebagai bagian dari rencana dekomisioning secara menyeluruh. Pedoman prinsip-prinsip dan tujuan penetapan program jaminan mutu diberikan pada dua Seri Keselamatan IAEA tentang reaktor daya. Bila suatu reaktor riset tidak mempunyai program jaminan mutu maka investigasi serta pengumpulan data diperlukan untuk memberikan dasar bagi program jaminan mutu dekomisioning. Tujuan dari program jaminan mutu adalah menunjukkan dan menjamin bahwa pengaturan yang mencukupi telah dilakukan untuk mencapai suatu proyek dekomisioning yang sukses dari segi manajemen. Seluruh tanggung jawab dan struktur organisasi yang terkait harus didefinisikan secara jelas, bersama-sama dengan prosedur dan instruksi kerja yang meliputi berbagai aspek rencana dekomisioning. Sangat penting untuk menerbitkan prosedur dan instruksi kerja tertulis untuk pekerjaan yang berhubungan dengan keselamatan, termasuk untuk menjamin bahwa prosedur dan instruksi kerja tersebut secara independen ditinjau dan diikuti secara benar. Kemampuan mengidentifikasi bahaya pada saat melakukan dekomisioning secara aman dan efektif yang sesuai dengan prosedur serta instruksi bergantung pada pengalaman, pengetahuan dan ketrampilan dari staf yang terlibat. Biasanya badan pengawas akan mensyaratkan bahwa organisasi pelaksana menggunakan staf terkualifikasi (bersertifikat) dan berpengalaman untuk pekerjaan dekomisioning. Beberapa pelatihan tambahan diperlukan untuk menjamin agar staf pelaksana dekomisioning mempunyai kemampuan melaksanakan pekerjaan dengan baik dan benar. Beberapa pelatihan yang diperlukan antaralain : (1) Pemahaman mendalam tentang reaktor riset dan fasilitas terkait (2) Teknik dekontaminasi dan dismantling (3) Peralatan khusus, termasuk alat penanganan remote (4) Kursus pengetahuan tentang kajian resiko, fisika nuklir dan inventori radionuklida (misalnya bahwa staf dekomisioning dapat mengimplementasikan secara sukses hasil kajian pakar untuk topik terkait) (5) Pengaturan tanggap darurat, termasuk pelatihan kedaruratan dan hubungan dengan jasa kedaruratan setempat (6) Perundang-undangan dan peraturan (7) Pemantauan radiasi dan proteksi radiasi
38
Nomor
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Nomor
Tanggal : 24 – 03 – 2008 Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET (8) (9)
: 01
Halaman : 39 dari 42
Pekerjaan dengan bahaya non radiasi seperti asbestos, merkuri, dan berbagai bahan kimia proses Keselamatan industri konvensional, termasuk penanganan beban berat dan praktek kerja di lapangan.
Penggunaan mock-up sering kali sangat membantu dalam pelatihan. Ditambah lagi, pelatihan terhadap kedaruratan dapat berdasar pada satu atau lebih skenario kecelakaan yang diperhitungkan dalam kajian resiko bahaya. Satu aspek dekomisioning yang membutuhkan perhatian khusus sehubungan dengan prosedur jaminan mutu adalah survei akhir radiologi. Untuk tujuan tersebut jaminan mutu terdiri dari antara lain: prosedur tertulis; tinjauan independen terhadap prosedur dan hasilnya; kalibrasi instrumen oleh pihak ketiga; serta back-up terhadap file data. Rekaman dekomisioning harus dipelihara untuk periode yang cukup sesuai dengan peraturan nasional. Pengukuran untuk mengidentifikasi, mengumpulkan dan menyimpan rekaman-rekaman tersebut harus masuk dalam program jaminan mutu.
9. PENUTUP Meskipun informasi mengenai dekomisioning reaktor riset ada, namun sangat penting untuk lebih memperhatikan karakteristik fasilitas dan peralatan yang akan didekomisioning. Juga sangat penting untuk memperhatikan identifikasi dan penanganan bahaya konvensional dalam proyek dekomisioning nuklir. Dalam beberapa kasus, sangat dibutuhkan untuk memperhatikan penanganan limbah campuran (mixed waste) yang terdiri dari limbah radiologi dan limbah berbahaya dan beracun. Perencanaan dan pelaksanaan dekomisioning reaktor riset di Indonesia diharapkan mengacu pada dokumen ini dengan mempertimbangkan faktor lokal masing masing reaktor.
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Tanggal : 24 – 03 – 2008 Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
: 01
Halaman : 40 dari 42
LAMPIRAN background radiation : radiasi latar : Radiasi yang terdapat dalam lingkungan alam, termasuk sinar kosmik dan radiasi dari unsur radioaktif alam, di luar dan di dalam tubuh manusia dan hewan serta tumbuhan. cladding : kelongsong : Lapisan terluar elemen bakar nuklir. Kelongsong mencegah terjadinya korosi elemen bakar nuklir dengan demikian mencegah penglepasan produk fisi ke dalam pendingin. Pada umumnya bahan kelongsong terbuat dari aluminium atau logam paduannya, baja nir-karat dan paduan zirkon. clearance levels : tingkat klierens : Kumpulan nilai batas kadar atau kandungan zat radioaktif dalam bahan dibebaskan dari pengawasan. Nilai batas ini ditetapkan oleh instansi berwenang dari negara yang bersangkutan. decommisioning : dekomisioning : Upaya yang dilakukan pada akhir masa operasi fasilitas dan instalasi nuklir dengan memperhatikan keselamatan pekerja, masyarakat dan lingkungan. decommissioning phase : fase dekomisioning : Bagian terencana dari proses dekomisioning. Sebelumnya dipakai istilah tahap dekomisioning (decommisioning stages). decommissioning, phased : dekomisioning bertahap : Tahap kegiatan dekomisioning yang dibatasi oleh kurun waktu tertentu decontamination : dekontaminasi : Proses menghilangkan atau mengurangi kontaminasi zat radioaktif dalam bahan menggunakan cara fisika dan atau kimia. dismantling : dismantling : Pembongkaran atau penglepasan struktur dari suatu sistem atau bagian-bagiannya pada proses dekomisioning instalasi nuklir. reactor, research : reaktor penelitian : Reaktor yang dayanya digunakan untuk penelitian. remote maintenance : perawatan jarak-jauh : Perawatan peralatan radioaktif yang terkontaminasi dengan manipulator yang dioperasikan dari balik perisai. shutdown : penghentian : Penghentian sementara atau selamanya kegiatan operasi fasilitas nuklir. shutdown system : sistem penghentian : Sistem yang diperlukan untuk mematikan reaktor dengan pengurangan reaktivitas secara cepat, baik secara manual atau pada saa\t menerima sinyal dari sistem proteksi. storage, dry : penyimpanan kering : Penempatan sementara bahan bakar bekas atau limbah padat lain di fasilitas nuklir dengan aliran udara untuk tujuan pengolahan atau penyimpanan di kemudian hari. storage, wet : penyimpanan basah : Penempatan sementara bahan bakar bekas atau bahan padat lain di fasilitas nuklir dengan menempatkannya dalam kolam air untuk tujuan pengolahan atau penyimpanan di kemudian hari
39
40
Nomor
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Nomor
Tanggal : 24 – 03 – 2008 Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
: 01
Revisi
PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET
Halaman : 41 dari 42
[15] DAFTAR PUSTAKA [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13]
[14]
INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Status of the Decommissioning of Nuclear Facilities Around the world, IAEA, Vienna (2004). INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Decommissioning of Facilities Using Radioactive Material, IAEA Safety Standards Series No.WSR-5, IAEA, Vienna (2006). INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Application of The Concepts of Exclusion, Exemption and Clearance, IAEA Safety Standards Series No.RS-G-1.7, IAEA, Vienna (2004). INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Near Surface Disposal of Radioactive Waste, IAEA Safety Standards Series No.WS-R-1, IAEA, Vienna (1999). INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Classification of Radioactive Waste, Safety Series No.111-G-1.1, IAEA, Vienna (1994). INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Regulations for the Safe Transport of Radioactive Material, 2005 Edition, IAEA Safety Standards Series No.TS-R-1, IAEA, Vienna (2005). INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Release of Sites from Regulatory Control on Termination of Practices, IAEA Safety Standards Series No.WS-G-5.1, IAEA, Vienna (2006). INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Application of Remotely Oper.ted Handling Equipment in the Decommissioping of Nuclear Facilities, Technical Reports Series No. 348, IAEA, Vienna (1992). INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGEECY, Methods for Reducing Occupaional Exposures During the Decommissioni~g of Nuclear Facilities, Technical Reports Series No. 278, IAEA, Vienna (1987). INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Decommissioning Nuclear Facilities, IAEA News Features, No.6 (Feb. 1990). INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Planning and Management for the Decommissioning of Research Reactors and Other Small Nuclear Facilities, Techical Reports Series No. 351, IAEA, Vienna (1993). INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Safety in Decommissioning of Research Reactors, Safety Series No. 74, IAEA, Vienna (1986). STOVER, R.L., MURPHIE, W.E., "Decision making process to shut down, refurbish/modify or decommission research reactors,", Ageing, Decommissioning and/or Refurbishment of Research Reactors, IAEA Seminar for Asia and the Pacific, Bangkok, May 1992 (Unpublished paper). UNITED STATES NUCLEAR REGULATORY COMMISSION, Technology, Safety and Costs of Decomissioning of Reference Nuclear Research and Test Reactors, Rep. NUREG/CR-756, Vo1s. 1-2 P982); Addendum on Sensitivity of commissioning lRadiation ixposures and qosts to Selected Parameters, NRC, Washington, DC (1983).
41
: PLR/3/Dekom/I/001/01/2008
Tanggal : 24 – 03 – 2008 : 01
Halaman : 42 dari 42
MILLER, C.E., E1RICH, AJ, "Engineering and planning for the Shippingport tation decommissioning project", Decommissioning (Proc. Symp. Seattle, 1982), Rep. CONF-821005, United States Department of Energy Office of Scientific and Technical Information, Oak Ridge, TN (1982) VII-24.
42