PANDUAN
KELOMPOK KECIL
SUB BIDANG PEMBINAAN WARGA GEREJA SINODE GEREJA KRISTUS YESUS
KATA PENGANTAR Peranan Kelompok Kecil yang menghasilkan pertumbuhan gereja yang dinamis telah menjadi suatu fenomena yang meliputi seluruh dunia. Gereja-gereja yang paling cepat pertumbuhannya di dunia zaman ini adalah gereja-gereja yang sukses di dalam persekutuan Kelompok Kecilnya. Melalui Kelompok Kecil, penginjilan kepada jiwa-jiwa baru lebih bisa terjangkau dan pemuridan dalam gereja menjadi lebih cepat dan berkesinambungan. Oleh sebab itu semakin banyak pemimpinpemimpin gereja yang menyadari pentingnya persekutuan Kelompok Kecil sebagai ujung tombak pertumbuhan gereja dan pemuridan. Menyadari akan kebutuhan ini, kami mencoba menyusun sebuah buku panduan yang secara praktis menolong kita melayani persekutuan Kelompok Kecil. Harapan kami buku ini dapat dipakai sebagai salah satu acuan dalam pelayanan Kelompok Kecil dan bermanfaat bagi pelayanan rekan-rekan sekalian yang terlibat dan berbeban dalam pelayanan Kelompok Kecil. Akhir kata segala puji syukur, hormat dan kemuliaan hanya bagi Tuhan. Soli Deo Gloria! Jakarta, Juli 2012 Pdt Joni Sugicahyono Ketua Sub Bidang Pembinaan Warga Gereja Sinode Gereja Kristus Yesus
DAFTAR ISI Kata Pengantar .................................................................... 3 Bab 1: Pendahuluan ............................................................ 7 Bab 2: Kehidupan Sebuah Kelompok Kecil . ....................... 15 Bab 3: Pemimpin Kelompok Kecil ....................................... 19 Bab 4: Pertumbuhan Dan Pengembangan Kelompok Kecil ......................................................... 26
Bab 1 PENDAHULUAN A. KEBUTUHAN AKAN KELOMPOK KECIL Di dalam sebuah komunitas, setiap individu dibutuhkan untuk dapat saling melengkapi satu sama lain. Gereja juga adalah suatu komunitas yang warganya juga saling melengkapi satu sama lain. Gereja didirikan Tuhan untuk menjadi saksi Kristus dan melayani sesama. Dan gereja juga menjadi tempat untuk umat Tuhan dibentuk, dibina, dan diajar, supaya dapat menjadi semakin serupa Kristus dan dapat menjadi saksi Kristus di dalam kehidupannya. Pembentukan kerohanian anggota jemaat tidak hanya diperoleh melalui khotbah dan pembinaan, tetapi juga melalui kehidupan bersama saudara seiman, dan melalui interaksi satu sama lain. Di dalam komunitas yang besar seperti di dalam ibadah raya pada hari minggu, interaksi di antara saudara seiman tidak bisa intensif terjalin. Relasi yang intensif dimungkinkan dapat terjadi di dalam komunitas yang lebih kecil, yang tidak hanya berlangsung di dalam gereja, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari di luar gereja. Selain itu, ketersediaan Rohaniwan yang relatif terbatas, mengakibatkan pelayanan pastoral/penggembalaan kepada setiap anggota jemaat tidak dapat maksimal. Suatu Kelompok Kecil dapat menjadi perpanjangan tangan untuk pelayanan pastoral kepada anggota jemaat, dengan memberi perhatian pada kehidupan mereka yang berada di dalam kelompok itu. Pembentukan kerohanian melalui Kelompok Kecil juga akan berjalan lebih efektif, pendalaman firman Tuhan dapat dilakukan lebih intensif dan praktis, dan dapat melengkapi pemberitaan firman Tuhan yang disampaikan melalui khotbah-khotbah di kebaktian umum dan kebaktian lainnya. Selain itu kerohanian juga
akan lebih baik terbentuk di dalam kehidupan yang saling memperhatikan dan menguatkan sesama saudara seiman dalam Kelompok Kecil ini. Kelompok Kecil yang bertumbuh semakin teguh di dalam iman dan kerohanian, akan menjadi saksi Kristus yang efektif. Pada akhirnya, Kelompok Kecil juga dapat menjadi sarana penginjilan kepada orang-orang di lingkungan rumah tangga, kepada tetangga di dalam satu blok, atau juga tetangga di lingkungan yang lebih besar. Seringkali pertemuan-pertemuan rumah tangga lebih mudah menjangkau masyarakat, karena lebih mudah mengundang mereka datang ke pertemuan semacam ini, daripada mengundang mereka datang ke gereja.
B. DEFINISI DAN TUJUAN KELOMPOK KECIL Dengan semua pemikiran itu, gereja memerlukan kelompok-kelompok yang lebih kecil untuk bentuk-bentuk pelayanan tersebut di atas. Karena itu Gereja Kristus Yesus membentuk Persekutuan Kelompok Kecil di masing-masing jemaat. Kelompok Kecil adalah persekutuan antara saudara seiman dalam satu kelompok yang terdiri dari 8-12 orang atau sesuai dengan kebijakan masing-masing gereja lokal, yang digerakkan oleh semangat “saling memperhatikan/caring.” Kehidupan yang saling memperhatikan ini menjadikan Kelompok Kecil suatu persekutuan yang indah, diwujudkan dalam kehidupan yang saling mengasihi, saling mendoakan dan bertumbuh bersama dalam kebenaran firman Tuhan. Tidak hanya di antara sesama anggota, tindakan “caring” juga dilakukan terhadap “orang luar,” yaitu masyarakat sekitar lingkungan Kelompok Kecil itu. Dengan demikian, Kelompok Kecil menjadi saksi Kristus bagi dunia dan kehidupannya memancarkan terang kemuliaan Allah di tengah-tengah kegelapan dunia.
Tujuan dari sebuah Kelompok Kecil adalah:
1. Melibatkan seluruh anggota jemaat dalam persekutuan Kristiani yang hangat dan dinamis dan penuh kasih. 2. Terciptanya pertumbuhan kehidupan rohani anggota jemaat yang
sehat. 3. Terciptanya perhatian pastoral yang intensif dan berkualitas secara menyeluruh. 4. Memberi kesempatan kepada jemaat untuk melayani Tuhan, mengembangkan talenta, membagikan berkat Tuhan melalui sharing atau kesaksian. 5. Memenangkan lebih banyak jiwa baru untuk Tuhan. Kelompok Kecil dapat menjadi sarana yang memudahkan jemaat untuk memberitakan Injil keselamatan Kristus kepada anggota keluarga, sahabat, tetangga dan relasi yang sulit terjangkau melalui kebaktian-kebaktian di gedung gereja.
C. LANDASAN ALKITABIAH PERSEKUTUAN KELOMPOK KECIL Alkitab mencatat banyak orang selalu mengikuti Tuhan Yesus kemana pun Dia pergi. Dari sekian banyak itu, ada dua belas murid yang masuk di dalam kelompok yang paling dekat dengan-Nya. Dari kedua belas orang itu juga ada tiga orang yang lebih banyak mendapat kesempatan bersama-sama Yesus di dalam peristiwa-peristiwa penting. Pola kehidupan di dalam kelompok seperti yang dilakukan oleh Tuhan Yesus lebih memungkinkan untuk pemuridan, di mana kita bisa belajar firman Tuhan lebih mendalam, dan juga lebih memungkinkan kita untuk mempraktekkan kehidupan yang saling mengasihi, saling memperhatikan, saling mendukung dan membantu satu sama lain. Ada beberapa model Kelompok Kecil yang dicatat dalam Alkitab, yaitu:
a. Model dalam Perjanjian Lama
1. Model Nuh dan keluarganya, delapan orang dalam Persekutuan Kelompok Kecil (Kejadian 7–9). 2. Model Yitro Dalam Perjanjian Lama (Keluaran 18:13–27). Supaya Musa dapat secara efektif memimpin dan menggembalakan bangsa Israel yang jumlahnya sangat banyak, maka atas anjuran Yitro, Musa mendistribusikan tugas kepemimpinan dan penggembalaannya kepada pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh
orang. 3. Model Empat Sekawan: Daniel, Hananya, Misael dan Azarya (Daniel 1:13-20).
b. Model dalam Perjanjian Baru
1. Yesus dan ke-12 rasul-Nya (Matius 10:1-5). 2. Model Gereja Mula-mula (Kisah Para Rasul 2:41-47). Kegiatan gereja mula-mula diselenggarakan di rumah-rumah, di dalam kelompok-kelompok yang kecil. Mereka saling mengasihi dan saling mendukung, “... kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama,” (ayat 44). Dalam ayat 46 dikatakan bahwa mereka tidak hanya berkumpul tiap-tiap hari di Bait Allah, tetapi juga di rumah masing-masing secara bergilir. Sistem ini membuat para rasul yang hanya sedikit jumlahnya itu dapat memimpin dan menggembalakan ribuan anggota jemaat dengan baik. Kehidupan yang “saling mengasihi” ini disukai banyak orang dan Tuhan terus menambahkan jumlah mereka dengan orang-orang yang diselamatkan (ayat 47).
D. PERANAN KELOMPOK KECIL DALAM KEHIDUPAN BERGEREJA Keadaan gereja pada umumnya memperlihatkan bahwa mayoritas anggota jemaat hanya mengikuti Kebaktian hari Minggu. Rata-rata hanya 10–15 persen anggota jemaat yang mengikuti Kebaktian Doa atau Kelas Pendalaman Alkitab dan aktif melayani. Jauh lebih sedikit lagi yang mengabarkan Injil. Kelompok Kecil diharapkan dapat mengatasi masalah itu dan dapat memberi sumbangsih yang berarti kepada jemaat, terutama dalam hal pemerhatian dan penggembalaan. Kelompok Kecil juga diharapkan membina dan menggerakkan anggota jemaat untuk ambil bagian dalam pelayanan, mendorong pertumbuhan gereja.
Peranan Kelompok Kecil dalam kehidupan gereja adalah: 1. Sarana pembinaan sistematis dan keseimbangan dalam iman (believing), pengetahuan (knowing) dan perilaku (doing). Alkitab adalah dasar kepercayaan dan kehidupan orang Kristen. Sayang sekali kebanyakan dari mereka tidak berakar dalam kebenaran, bahkan kadangkala kerohanian anggota jemaat mencair bahkan semakin mundur, karena faktor manusiawi atau karena realita hidup atau pergumulan tertentu. Rasul Petrus mengingatkan dalam 2 Petrus 3:18, ”Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.” Juga dalam 1 Petrus 3:15b, ”...Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat.” Jemaat perlu memiliki keyakinan akan firman Tuhan, namun memahami firman Tuhan tidak cukup diperoleh hanya dari khotbah di dalam kebaktian-kebaktian saja. Meskipun khotbah dalam kebaktian Minggu telah disusun untuk secara sistematis membina kerohanian jemaat, tetapi kalau hanya didengarkan secara pasif, khotbah-khotbah ini bisa saja dilupakan setelah beberapa waktu. Di dalam Kelompok Kecil anggota jemaat dilibatkan dalam suatu pembahasan interaktif, dan firman Tuhan digali dan didiskusikan. Bukan hanya dibicarakan, firman Tuhan juga dipraktekkan di dalam kehidupan bersama dengan saling menasehati, saling menguatkan, saling mendorong dan saling mengingatkan untuk selalu menjalani hidup sesuai firman Tuhan. Pertumbuhan rohani tidak selalu bersandar pada penambahan pengetahuan, tetapi banyak melalui realita kehidupan dan melalui persekutuan ini, yang menyatakan firman hidup yang menghidupi jemaat dalam kelompok sharing ini. 2. Memperkuat hubungan dan pemerhatian antar sesama anggota jemaat. Kehidupan dunia di zaman akhir ini yang semakin sibuk dan keras menyebabkan banyak orang tenggelam dalam kesibukan dan 10
pergumulan hidup, sehingga kehilangan komunikasi yang wajar dengan sesamanya. Keadaan semacam ini juga melanda jemaat Tuhan. Dengan adanya persekutuan Kelompok Kecil ini sesama anggota akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk saling memperhatikan, saling sharing dan saling mendoakan. Hal ini tidak dapat diberikan secara maksimal oleh Kebaktian Umum hari Minggu yang lebih bersifat proclamation the word of God yang lebih bersifat satu arah saja. Dengan demikian melalui Kelompok Kecil, sesama anggota kelompok dapat lebih membina relasi yang erat, hangat dan saling memperhatikan. Dalam Kelompok Kecil ini masing-masing anggota dapat saling sharing mengutarakan pengalaman dan perasaan pribadi. Melalui sharing ini kita dapat lebih mengenal karakter baik positif maupun negatif sehingga dapat saling mengingatkan dan menguatkan. Diharapkan akan terjalin suasana persekutuan yang dinamis, hangat, penuh kasih sehingga gereja pun penuh dengan suasana kasih dan persaudaraan yang hangat. Ini sumbangsih yang berarti dari Kelompok Kecil terhadap gereja. Dengan aktifitas yang ”saling memperhatikan” ini Kelompok Kecil dapat menjadi jalur komunikasi yang efisien dan efektif untuk meneruskan informasi dari gereja kepada anggota jemaat. Demikian juga sebaliknya melalui Kelompok Kecil, gereja dapat segera mengetahui bila ada kejadian penting yang dialami anggotanya. Kelompok Kecil juga dapat menjadi ”penolong pertama” bila ada kondisi darurat dialami seorang anggotanya, sebelum ditangani oleh pengurus gereja yang terkait. 3. Mobilisasi dan Pengkaderan Pelayan dan Aktivis. Kesempatan bagi setiap anggota untuk belajar melayani, memimpin pujian dan doa, dan lain-lain menjadi lebih terbuka melalui Kelompok Kecil, bila dibandingkan dengan kebaktian umum. Biasanya orang yang baru atau belum pernah melayani, tidak berani berdoa atau bersaksi atau memimpin pujian, dan lain-lain di depan banyak orang apalagi di hadapan orang-orang yang belum terlalu dikenalnya. Namun di dalam kelompok yang lebih kecil ini, mereka akan lebih mudah melakukannya karena sudah saling kenal. Dan ini sangat menolong kaderisasi pelayan dan aktivis gereja. 11
4. Mendorong orang menerima Kristus dan mempercepat pertumbuhan gereja. Persekutuan Kelompok Kecil ini akan lebih memotivasi orang mencari jiwa dan mendorong orang menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi. Pembinaan anggota jemaat akan berjalan lebih sistematis dan terarah dalam Kelompok Kecil mulai dari orang yang belum percaya, baru bertobat, belum pernah melayani sampai menjadi aktivis dan pengurus gereja. Hal-hal ini jelas akan mendorong pula pertumbuhan gereja baik secara kualitatif dan kuantitatif.
•••••
12
Bab 2 KEHIDUPAN SEBUAH KELOMPOK KECIL Kehidupan sebuah Kelompok Kecil yang sehat adalah kehidupan yang saling mengasihi di antara para anggotanya, saling memperhatikan, saling mendoakan, dan bersama-sama bertumbuh dalam firman Tuhan. Karakter ini tidak boleh hanya menjadi semboyan yang teoritis, tetapi harus menjadi tindakan nyata dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari anggota kelompok. Bila di dalam kehidupan Kelompok Kecil tidak ada komitmen dan tindakan nyata dari para anggotanya, maka akhirnya kelompok itu akan mengarah pada titik jenuh yang mengakibatkan penyusutan, bukannya pengembangan.
A. SALING MENGASIHI Sebelum Tuhan Yesus meninggalkan murid-murid-Nya, Ia telah memberikan teladan dengan mencuci kaki para murid. Tujuannya ialah agar mereka dapat mempelajari dan melakukan kebenaran rohani yang ada di dalamnya, dikatakan di dalam Yohanes 13:34-35, ”Aku memberikan perintah baru kepadamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” Tindakan kasih yang dapat dipraktekkan antara lain: 1. Meluangkan waktu untuk mendengar keluhan-keluhan, isi hati dan hal-hal yang mengganggu pikiran dari sesama anggota. 2. Memberi saran, nasihat, teguran, dorongan dan bimbingan kepada mereka yang membutuhkannya. 13
3. Melawat/mengunjungi anggota yang sakit dengan berbagai penghiburan atau anjuran yang berguna. 4. Menemani sesama anggota dalam menghadapi pergumulan-pergumulan berat. 5. Memberi penghiburan kepada sesama anggota yang dalam kedukaan. 6. Membantu memikirkan dan mencari jalan keluar bagi yang tertekan dalam problematika hidup. 7. Memberi bantuan konkrit untuk menolong sesama anggota yang dalam kesulitan.
B. SALING MEMPERHATIKAN Alkitab berkata, ”Marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.” (Ibrani 10:24). Beberapa hal yang bisa dilakukan : 1. Memberikan perhatian pada sesama anggota Kelompok Kecil sehubungan dengan kehadirannya dalam kebaktian umum, kebaktian doa, dan persekutuan-persekutuan komisi, serta aktivitas yang ada dalam gereja. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara: • Mendorong dan menyambut kehadirannya dalam kebaktian-kebaktian tersebut. • Berusaha mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapinya untuk hadir dalam kebaktian dan mencarikan jalan keluarnya. • Menjemput atau menemaninya datang beribadah ke gereja. 2. Mengadakan perkunjungan sesama anggota baik secara pribadi atau bersama anggota Kelompok Kecil yang lain. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam perkunjungan adalah: • Membuat janji untuk perkunjungan. • Membuat catatan singkat tentang keadaan anggota untuk mendapat perhatian lebih lanjut. • Bila tidak berjumpa, meninggalkan/menitipkan kartu visitasi ke rumah yang bersangkutan (kartu visitasi sesuai kebijaksanaan gereja lokal masing-masing). 3. Mengingat atau mencatat hari-hari khusus sesama anggota (ulang tahun, ulang tahun pernikahan, dan lain-lain). 14
C. SALING MENDOAKAN Rasul Paulus dalam suratnya, sering membicarakan tentang doa bagi orang-orang kudus (Filipi 1:4; Kolose 1:3; 1 Tesalonika 1:2; Filemon 4). Dia juga meminta jemaat berdoa baginya karena dengan dukungan doa, pelayanannya akan efektif dan berhasil (Kolose 4:2-3; Efesus 6:9, 2 Korintus. 1:11). Paulus juga menasehati jemaat, dalam segala doa dan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang kudus (Efesus 6:18). Ia juga mengingatkan Timotius, ”Pertama-tama aku menasehatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang.” Demikian Yakobus mengatakan, ”Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh” (Yakobus 5:16). Beberapa hal praktis yang bisa dilakukan: 1. Menanyakan tentang pokok-pokok doa pribadi anggota. 2. Mengingat sesama anggota dalam doa syafaat. 3. Mengikuti perkembangan pergumulan pribadi anggota. 4. Menganjurkan sesama anggota untuk berani menyaksikan kuasa doa yang mereka alami kepada yang lain.
D. BERTUMBUH DALAM FIRMAN TUHAN Rasul Paulus menulis, ”Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau.” (1 Timotius 4:16). Demikian juga Petrus mengingatkan jemaat bahwa iman dikaruniakan oleh Kristus (1 Petrus 1:58). Tetapi kita kita harus dengan sungguh-sungguh berusaha menambahkan kepada iman itu kebajikan, lalu pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, kasih akan saudara-saudara dan kasih akan semua orang. ”Sebab apabila semua itu ada padamu dengan berlimpah-limpah kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita.” Inilah pertumbuhan dalam firman Tuhan.
15
Beberapa hal praktis yang dapat dilakukan : 1. Mengikuti pembekalan dan pengarahan mengenai bahan renungan bagi Pemimpin Kelompok Kecil/Fasilitator yang ditunjuk untuk memimpin pertemuan kelompok. 2. Aktif dalam diskusi kelompok dan pembahasan bahan persekutuan Kelompok Kecil. 3. Sharing tentang kebenaran firman Tuhan yang diperoleh dalam saat teduh, bacaan rohani dan pemberitaan firman Tuhan melalui mimbar. 4. Memperkenalkan kaset-kaset, video, buku-buku rohani yang bermutu (yang sudah dikonsultasikan lebih dulu dengan Rohaniwan atau Pembina Persekutuan) kepada sesama anggota. 5. Berusaha membimbing dan mengangkat kondisi kehidupan rohani anggota yang lemah. 6. Berkonsultasi dengan Rohaniwan untuk memberi penjelasan atau penerangan bagian-bagian firman Tuhan tertentu. 7. Memberi dorongan terhadap sesama anggota untuk melayani Tuhan. 8. Membuat proyek ketaatan atas firman Tuhan dengan target untuk dapat saling mengingatkan satu sama lainnya.
•••••
16
Bab 3 PEMIMPIN KELOMPOK KECIL Kelompok Kecil dipimpin oleh seorang Pemimpin Kelompok Kecil/ Fasilitator dan dibina seorang Pembina/Rohaniwan Wilayah.
I. PEMIMPIN KELOMPOK KECIL A. KUALIFIKASI PEMIMPIN KELOMPOK KECIL
1. Seorang Kristen yang sudah lahir baru. Orang yang sudah lahir baru akan memiliki beban kepada jiwa-jiwa yang sesat dan memperhatikan pertumbuhan rohani sesamanya. Pelayanan ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan rohani, oleh sebab itu pengalaman akan hidup baru harus menjadi syarat utama. 2. Memiliki kerohanian yang baik. 3. Memiliki kesaksian hidup yang baik. 4. Menerima beban dari Tuhan untuk melayani, membimbing, caring sehingga memiliki gairah, antusias dan siap memikul segala tantangan untuk mengembangkan Kelompok Kecil yang dipimpinnya. 5. Bersedia dan setia mengikuti pembekalan dasar dan lanjutan bagi Pemimpin Kelompok Kecil, agar senantiasa diperbarui dan diberdayakan untuk giat melayani.
B. PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK KECIL
1. Sebagai Hamba (Markus 10:45). 2. Sebagai Teladan (1 Timotius 4:12). 3. Sebagai Bapa (1 Korintus 4:15; 1 Tesalonika 2:11). 4. Seperti Seorang Ibu (1 Tesalonika 2:6-7). 5. Sebagai Gembala (1 Petrus 5:2-4). 17
6. Sebagai Penasehat dan Penguat (1 Tesalonika 2:11). 7. Sebagai Pekerja yang tidak usah malu (2 Timotius 2:15).
C. DESKRIPSI TUGAS
1. Hadir dan mengikuti dengan seksama pertemuan rutin Kelompok Kecil, serta mengikuti kelas persiapan dan pembekalan bahan renungan untuk persekutuan kelompok tersebut. 2. Melapor ke Tata Usaha mengenai tanggal, alamat rumah/tempat persekutuan kelompok diselenggarakan, dan nomor telepon/ponsel tuan rumah, paling lambat dua minggu sebelum persekutuan berlangsung. Serta melaporkan penyelenggaraannya, dalam waktu selambat-lambatnya satu minggu. 3. Memikirkan topik-topik diskusi yang ada di dalam bahan persekutuan Kelompok Kecil dan mempersiapkan pokok-pokok doa syafaat tambahan (sesuai pergumulan kelompok/wilayah masingmasing). 4. Membangun relasi yang intensif di antara anggota kelompoknya secara khusus, dan secara umum dengan anggota jemaat lain di gereja. • Peka terhadap pergumulan dan kebutuhan anggotanya. Menjaga rahasia pribadi setiap anggota, khususnya yang disharing-kan di persekutuan Kelompok Kecil. • Meredam gosip atau perbincangan negatif, baik di antara anggota kelompoknya, maupun menyangkut pribadi lain dalam lingkungan gereja. • Berusaha menjadi pendamai atau katalisator apabila timbul gesekan/konflik di antara sesama anggota Kelompok Kecil atau dengan anggota jemaat lain di gereja. • Menjaga agar tidak ada anggota jemaat di lingkungan kelompoknya yang undur atau menjauhi persekutuannya dengan Tuhan. 5. Membangun suasana persekutuan yang khusuk sehingga peserta mengalami persekutuan dengan Tuhan dalam pertemuan itu. 6. Menjadwal dan melakukan visitasi rutin di wilayahnya, dan secara berkala melaporkan kegiatan visitasi kepada Ketua Wilayah. Saat visitasi, memastikan membawa kelengkapan penunjang visitasi. • Kartu visitasi yang berisi catatan tentang pribadi anggota kelompoknya. 18
• Kartu yang akan ditinggalkan bila anggota yang dikunjungi tidak berada di tempat, untuk meninggalkan pesan bahwa dia telah dikunjungi. • Kartu Ulang Tahun bagi anggota yang berulang tahun. 7. Melaporkan kepada pembina/Rohaniwan dan Ketua Wilayah (untuk diteruskan kepada bidang terkait) bila ada masalah yang dihadapi oleh anggota kelompoknya, misalnya sakit yang berat atau kerabat yang meninggal. Cepat tanggap menangani “situasi darurat” yang timbul sebelum ditangani oleh (bidang terkait) gereja. 8. Berusaha mengembangkan Kelompok Kecil yang dipimpinnya dengan menarik semua anggota jemaat yang tinggal di wilayahnya untuk aktif terlibat di dalam kegiatan Kelompok Kecil. Pemimpin Kelompok Kecil juga bertugas melakukan pendekatan kepada anggota jemaat baru, yang diberikan oleh Sub Bidang Pemerhati, dan mengajaknya ke dalam kelompok. 9. Melakukan kaderisasi dan dengan persetujuan Pembina dan Ketua Wilayah, menunjuk seorang Wakil Pemimpin (Kualifikasi, Peran dan Deskripsi Tugas sama seperti Pemimpin), yang bertugas menggantikan Pemimpin bila berhalangan. Wakil Pemimpin dipersiapkan untuk menjadi Pemimpin Kelompok Kecil baru, apabila ada multiplikasi. 10. Catatan: Hal-hal teknis lainnya sesuai kebijakan masing-masing gerejal lokal.
D. SARAN UNTUK DILAKUKAN DAN DIHINDARI
1. Hindari perasaan bisa mengatasi semua persoalan sehingga tidak men-sharing-kan kepada Pembina/Rohaniwan. 2. Jangan memaksa anggota kelompok mempercayai anda untuk menceritakan rahasianya. Ingat, Pemimpin Kelompok Kecil hanyalah pendengar sepanjang anggota merasa aman dan nyaman untuk menceritakannya. Jangan sembarangan atau terlalu cepat mengkritik sebuah sharing dari anggota. 3. Jangan mengundang pembicara luar dalam persekutuan Kelompok Kecil. 4. Kelompok Kecil sebaiknya menghindari kegiatan lain di luar aktivitas kerohanian yang telah ditetapkan oleh gereja. Terutama hindari kegiatan yang melibatkan uang (arisan, penjualan barang, dan sebagainya). 19
II. FUNGSI PEMIMPIN KELOMPOK KECIL DI DALAM KEGIATAN KELOMPOK KECIL. Pemimpin Kelompok Kecil berfungsi sebagai Fasilitator di dalam kegiatan Kelompok Kecilnya.
A. SEBAGAI FASILITATOR, PEMIMPIN KELOMPOK KECIL BERFUNGSI SEBAGAI:
1. Starter (pemula) dan motivator untuk membangkitkan antusiasme anggota Kelompok Kecil untuk memuji Tuhan di dalam persekutuan, juga supaya setiap anggota berperan aktif di dalam pembahasan firman Tuhan dan diskusi. 2. Pemimpin diskusi/moderator membahas materi persekutuan, Fasilitator harus peka terhadap suasana diskusi yang sedang berlangsung. 3. Stimulator: Fasilitator tidak mendominasi pembicaraan, sebaliknya merangsang setiap anggota agar berperan aktif dalam diskusi. Untuk itu Fasilitator perlu melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang efektif. 4. Pendengar yang aktif/Active Listener. Fasilitator harus bersedia mendengarkan pembicaraan peserta, tetapi secara aktif memberi tanggapan-tanggapan yang diperlukan untuk menghidupkan suasana diskusi. Fasilitator juga harus mampu memotong pembicaraan yang bertele-tele dengan cara yang simpatik. 5. Pendamai/harmonizer, dapat menyelaraskan perbedaan-perbedaan dan meredakan suasana perdebatan yang memanas.
B. SARAN UNTUK DILAKUKAN DAN DIHINDARI
1. Fasilitator harus mempersiapkan diri dengan mempelajari dan menghayati lagu-lagu yang akan dinyanyikan, renungkan dan mohon pimpinan Roh Kudus memberikan hikmat dan kemampuan. 2. Beberapa hal yang harus diperhatikan atau dilakukan sebelum memimpin pembahasan firman Tuhan: • Membaca, menguasai dan menghayati bahan renungan. • Perhatikan hal-hal yang ditekankan dan yang hendak disampaikan, cobalah merenungkannya dan hubungkan dengan kejadian20
kejadian sehari-hari. • Untuk menjelaskan sesuatu haruslah berdasarkan pada apa yang dipikirkan/dirasakan oleh penulis Alkitab, bukan apa yang anda sendiri rasakan saja. • Giat dan tekun berdoa, agar semuanya mau taat dan mengikuti petunjuk firman Tuhan tersebut. 3. Beberapa hal yang harus diperhatikan atau dilakukan sewaktu memimpin diskusi: • Ajaklah setiap yang hadir dalam persekutuan untuk memikirkan dan merenungkan bagian tersebut dengan baik. • Berilah kesempatan kepada peserta persekutuan untuk mengemukakan pendapat, sharing singkat, sehingga apa yang dibicarakan terasa sangat praktis dan aktual. • Perhatikanlah waktu yang digunakan dalam diskusi. Hentikanlah pembicaraan yang keluar dari pokok pembicaraan atau yang terlalu memakan waktu banyak dengan cara yang baik dan halus. • Dengarkan pendapat atau pandangan yang dikemukakan anggota dengan seksama, jangan terlalu cepat mengomentarinya sebelum benar-benar mengerti apa yang disampaikannya. • Bila anggota mempunyai pandangan yang salah, bimbinglah mereka untuk mengetahui kesalahannya dan ajak mereka memikirkan pandangan yang benar. • Dapat menguasai temperamen anggota dan selalu menampilkan mimik muka yang ramah, pandangan mata yang menghargai setiap orang. • Akhirnya rumuskan atau simpulkanlah apa yang telah dibicarakan baik dalam renungan kita maupun apa yang telah di-sharing-kan peserta Kelompok Kecil. Kesimpulan harus tegas dan mengandung unsur tantangan atau komitmen.
•••••
21
22
Bab 4 PERTUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN KELOMPOK KECIL I. STRATEGI PERTUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN KELOMPOK KECIL Strategi pertumbuhan dan pengembangan Kelompok Kecil mencontoh model pertumbuhan ”sel” yang ada dalam tubuh makhluk hidup. Bila sebuah sel sudah ”matang” maka ia akan membelah dirinya sendiri menjadi dua bagian. Masing-masing bagian dari sel tersebut menjadi sel yang baru. Demikian juga dengan Kelompok Kecil, bila jumlah anggota sudah mencapai batas maksimum yang sudah ditentukan, maka untuk pengembangan selanjutnya Kelompok Kecil tersebut harus ber-multiplikasi menjadi dua Kelompok Kecil. Konsep dasar yang penting ini harus sudah jelas waktu memulai sebuah Kelompok Kecil. Dengan demikian bila anggota Kelompok Kecil sudah melampaui jumlah maksimum tertentu (sesuai dengan kebijakan gereja lokal masing-masing), maka kelompok itu bisa memecah diri menjadi dua Kelompok Kecil. Pemimpin Kelompok yang baru akan ditetapkan oleh Pembina dan Ketua Wilayah. Kelompok Kecil dikembangkan pertama-tama dengan menarik sebanyak-banyaknya anggota jemaat di wilayah masing-masing untuk ikut aktif terlibat dalam semua kegiatan Kelompok Kecil. Selain itu anggota Kelompok Kecil juga harus secara aktif berusaha memenangkan jiwa-jiwa baru yang belum percaya, khususnya orangorang yang tinggal di lingkungannya. 23
II. KENDALA-KENDALA UMUM DALAM KELOMPOK KECIL Kelompok Kecil dapat terhambat pertumbuhannya, kehidupannya ”suam-suam kuku,” bahkan dapat ”mati” dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Beberapa kendala yang harus diwaspadai antara lain: A. Ketidakberfungsian Kelompok Kecil
Kesalahan-kesalahan yang terjadi karena kelalaian pemimpin atau anggota akan menyebabkan Kelompok Kecil kehilangan daya fungsi yang sejatinya. 1. Kehilangan arah dalam menuju sasaran. Perubahan situasi dan kurang mementingkan evaluasi serta perbaikan menyebabkan Kelompok Kecil kehilangan arah. 2. Kehilangan kualitas kerohanian. Jika Kelompok Kecil hanya memusatkan perhatiannya pada aktivitas, maka sifat-sifat rohani setiap anggota akan hilang, sehingga Kelompok Kecil hanya merupakan spiritual activity dan bukan bersifat esensi rohani. 3. Berpusat pada kelompoknya sendiri dan bukan pada Gereja. Masalah ini timbul jika hubungan sesama anggota kelompok sangat intim dan sangat eksklusif yang menjadikan anggotanya mementingkan kelompok sendiri sehingga mengabaikan azas dan tujuan Gereja seutuhnya. Kelompok Kecil bukan tujuan terakhir sebuah gereja, melainkan hanya Allah yang menjadi titik pusat dan Alkitab yang menjadi pedoman prinsip dan Gereja yang menjadi sarana untuk mencapainya. Perlu diingat Kelompok Kecil diadakan sebagai sebuah sel, bagian dari tubuh, untuk mendukung Gereja dalam hal persekutuan, pemerhatian/caring, dan pertumbuhan rohani. 4. Mengakibatkan gereja terbagi-bagi dalam berbagai golongan.
B. Permasalahan terkait Pemimpin Kelompok Kecil
Masalah-masalah yang mungkin dapat timbul karena kelalaian atau kelemahan pemimpin kelompok, antara lain: 1. Pemimpin menyimpang dan ekstrim dalam doktrin. Jika dasar iman pemimpin tidak memadai, maka konsep pemikiran 24
kelompoknya akan menyimpang, sehingga jalur kerohanian anggotanya pun akan menyeleweng. Oleh sebab itu pemimpin harus berjaga-jaga dalam imannya, agar tidak menyimpang dari doktrin gereja dan menjadi ekstrim serta menimbulkan perpecahan gereja. 2. Pemimpin terlalu antusias melibatkan diri, dominan dan mengambil alih partisipasi anggota. 3. Pemimpin kurang bertanggung jawab, kurang berkomitmen dan sering meniadakan pertemuan kelompok. 4. Kualifikasi pemimpin kurang memadai, mengakibatkan suasana persekutuan menjadi suam-suam atau kering. 5. Tidak ada generasi penerus, tidak mau ber-multiplikasi dan bertumbuh. Kelompok yang sudah bertahan lama dan sangat erat hubungan antar sesama anggotanya, sebaiknya rela ber-multipilasi dan berpisah dan membentuk kelompok yang baru agar terus bertumbuh. Tetapi hal ini menjadi masalah jika tidak ada kader dan tidak ada generasi penerus. Oleh sebab itu sejak awal pemimpin perlu mempersiapkan kader-kader dan melatih pemimpin berikutnya.
C. Permasalahan interaksi dan etika anggota kelompok.
Masalah lain yang sering ditemukan adalah ketidakdewasaan anggota. Masalah pribadi selalu menjadi masalah yang umum di dalam berbagai organisasi. Kelemahan-kelemahan anggota yang perlu menjadi perhatian pemimpin adalah sebagai berikut: 1. Relasi yang dingin. Hubungan yang dingin terjadi karena sikap yang kurang terbuka, tidak memperhatikan orang lain ketika mereka berbicara, bersaksi dan menutup diri. Penyebab lainnya juga karena perbedaan latar belakang sosial, keluarga, tingkat kerohanian. Relasi yang dingin akan menyebabkan anggota sulit untuk melibatkan diri. 2. Menutup diri dan menolak orang asing. Sebaliknya hubungan yang terlalu erat di antara anggota dapat menjadi masalah, seperti kurang dapat menerima orang baru, terlalu asyik dengan kelompoknya, menutup diri sehingga menyulitkan orang luar masuk ke dalam. Sejak awal pemimpin perlu memikirkan bagaimana orang luar bisa mudah diterima dan nyaman masuk ke dalam kelompoknya. 25
3. Kurang menjaga diri. Hubungan yang terlalu baik atau terlalu intim, jika tidak hati-hati akan mengabaikan disiplin, kewibawaan dan menimbulkan kelancangan dalam perkataan, sembrono dalam tingkah laku dan akan menciptakan suasana yang tidak pantas atau menimbulkan hubungan yang kurang baik di antara sesama anggota. Kadangkadang perhatian sesama anggota akan membuat seseorang terlalu bergantung pada kelompoknya sehingga menggantikan ketergantungannya pada Allah. Akhirnya ini akan menimbulkan krisis yang merugikan Kelompok Kecil. 4. Tidak dapat memegang rahasia. Ketidaksanggupan anggota kelompok dalam memegang rahasia –terutama yang telah di-sharing-kan– akan mengakibatkan gagalnya Kelompok Kecil. 5. Kurang penyerahan diri/komitmen. Anggota yang kurang menyerahkan diri, sering absen, kurang taat pada Tuhan dan mengabaikan harga yang harus dibayar untuk mengikut Tuhan, terutama dalam pertumbuhan rohani akan menyebabkan keruntuhan Kelompok Kecil. 6. Perdebatan dan Pertentangan. Dalam aktivitas Kelompok Kecil seringkali terjadi beda pendapat dan perdebatan. Sebenarnya hal ini adalah sesuatu yang wajar. Tetapi jika pemimpin dan anggota tidak tahu cara untuk mengatasinya, maka akan merusak atau memecah belah kelompok itu.
D. Permasalahan dalam aktifitas kelompok.
1. Mengutamakan pengalaman pribadi daripada firman Tuhan. Umumnya setiap orang suka membicarakan hal-hal yang bersangkut paut dengan kehidupan pribadinya, apalagi jika hubungan sesama anggota sangat intim. Tetapi jika setiap kali berdiskusi hal itu yang menjadi perhatian utama dan bukan firman Tuhan yang seharusnya menjadi topik utamanya, maka kelangsungan hidup persekutuan kelompok yang sehat akan terancam. 2. Hanya mementingkan penelaahan Alkitab, namun mengabaikan aplikasinya. 3. Hanya berhenti di tahap persekutuan tetapi tidak ada tindakan.
26
E. Permasalahan dalam hal komunikasi.
1. Kabur dalam penyampaian konsep. Pemimpin yang menambahkan komentar sendiri di luar bahan yang diberikan, harus berhati-hati, jangan sampai komentar atau kesimpulannya justru mengaburkan isu yang dibahas. Diskusi juga harus dijaga agar tidak melebar sehingga mengaburkan tema. 2. Sikap ”sok tahu.” Rasul Paulus menulis, ”... tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar,” (Filipi 2:12). Itu merupakan peringatan kepada jemaat agar senantiasa merendahkan diri di hadapan Tuhan. Jangan menggunakan akal pikiran sendiri, tetapi hendaklah kita senantiasa menyerahkan diri untuk dituntun oleh Roh Kudus untuk mengerti firman Tuhan. Juga jangan merasa diri tahu segala sesuatu, kita juga harus belajar mendengar pendapat orang lain. 3. Prasangka. Prasangka membatasi pikiran kita dengan pikiran kita sendiri, dan memengaruhi sikap dan tindakan kita. Prasangka dapat memicu sikap negatif dan permusuhan. 4. Beda latar belakang budaya. Perbedaan latar belakang budaya dan adat istiadat dapat memicu konflik apabila orang tidak terbuka pada keragaman. Setiap orang harus mempunyai sikap saling menghargai. 5. Nada dan volume dalam penyampaian berita. 6. Faktor emosi.
•••••
27
28