e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015
PANDANGAN DUNIA DALAM NOVEL TEMPURUNG KARYA OKA RUSMINI DAN MANFAATNYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS TEKS DI SEKOLAH MENENGAH ATAS Ni Luh Putu Wulan Dewi Saraswati1, I Wayan Artika2, I Made Sutama3 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:{
[email protected],
[email protected],
[email protected]}
ABSTRAK Penelitian deskriptif ini bertujuan mendeskripsikan pandangan dunia dalam novel Tempurung karya Oka Rusmini dan manfaatnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks di sekolah menengah atas. Subjek penelitian adalah novel Tempurung karya Oka Rusmini. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi.Data yang diperoleh melalui beberapa tahap, yaitu (1) deskripsi data, (2)identifikasi data, (3) klasifikasi data, (4) penyajian data, dan (5) penarikan kesimpulan. Hasil penelitian secara umum membuktikan bahwa pertama, pandangan dunia patriarki terdapat dalam novel Tempurung secara implisit melalui permasalahan yang dihadapi tokoh perempuan. Terdapat delapan persoalan yang menjadi topik perlawanan terhadap pandangan dunia patriarki, (1) gairah seks perempuan, (2) kehidupan ranah domestik, (3) ranah biologis perempuan, (4) keadaan ekonomi perempuan, (5) perempuan kelas dua (second sex), (6) eksploitasi tugas biologis perempuan, (7) kepercayaan diri perempuan, dan (8) perempuan sebagai kepala keluarga. Kedua, novel Tempurung dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran berbasis teks di sekolah menengah atas sebagai teks model untuk materi teks cerita ulang, teks anekdot, teks drama, dan teks cerita pendek. Kata kunci : pandangan dunia,Tempurung, pembelajaran
ABSTRACT This descriptive research aimed to depict the world view in Oka Rusmini’s Novel entitled Tempurung and its usefulness in Learning Indonesian language which text-based in Senior High School. The subject of this research is a novel entitled Tempurung which is written by Oka Rusmini. The data was collected using documentation method. Several steps in collecting the data were 1) data description, (2) data identification, (3) data classification, (4) data presentation, and (5) conclusion making. Generally, the result of this research proved that first, patriarchal world view is existed in novel entitled Tempurung implicitly through problem that is faced by the woman character. There are eight problem which are being the oppositive topic toward patriarchal world view, (1) woman’s sexual desire, (2) domestic life, (3) woman’s biology, (4) woman’s financial, (5) women of second class (second sex), (6) the exploitation of woman’s biological task, (7) women’s confidence, and (8) woman as breadwinner. Second, novel entitiled Tempurung can be used in text-based learning in serior high school as exemplary text to teach repeated text material, anecdote text, drama text, and short story text. Key words : world view, Tempurung, learning
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015
PENDAHULUAN Posisi laki-laki dalam sistem sosial Bali lebih tinggi ketimbang kaum perempuan. Hal tersebut didasari oleh ide purusha yang memandang perempuan Bali sebagai subordinat laki-laki. Pembagian wilayah tersebut berkaitan dengan struktur sosial masyarakat Bali, yakni patriarki. Menurut Tirka (2011:15) kultur patrairki berhasil mengontruksi citra, peran, kedudukan, dan fungsi perempuan sebagai warga kelas dua. Pembagian wilayah pekerjaan secara gender dengan perempuan mengambil wilayah domestik dan laki-laki wilayah publik menjadikan ruang lengkup perempuan semakin terbatas. Pandangan patriarki tentu dalam rangka menjungjung tinggi ideologi purusa. Di dalam ideologi ini kehadiran yoni (simbol perempuan) tertutupi oleh lingga (simbol laki-laki) yang dipuja (Artika, 2015: 9). Posisi perempuan Bali yang sudah mulai memasuki ranah publik tidak jadi jaminan kemajuan perempuan. Ketertindasan masih saja terjadi. Hal itu juga diungkapkan dalam karya sastra. Penulis perempuan Bali yang kerap mengangkat tema perempuan dalam karya sastra yakni Oka Rusmini. Penulis asal Bali tersebut lebih banyak menyinggung perlawanan terhadap dominasi laki-laki yang bermuara pada penindasan perempuan. Situmorang (2009) mengatakan bahwa sistem sosial memungkinkan laki-laki mendominasi perempuan dalam semua relasi sosial. Pemahaman ini kemungkinan besar menjadi eksploitasi. Perempuan cenderung dieksploitasi karena didominasi oleh kultur patriarki. Patriarki yang menjadi gagasan pemikiran masyarakat Bali tersebut merupakan pandangan dunia yang sudah dibentuk sejak lama. Pandangan dunia memiliki hubungan langsung dengan struktur masyarakat. Adapun yang dimaksud dengan pandangan dunia itu sendiri menurut Goldmann (dalam Faruk,
2012: 65) tidak lain daripada kompleks menyeluruh dari gagasan-gagasan, aspirasi, dan perasaan-perasaan yang menghubungkan secara bersama-sama anggota-anggota suatu kelompok sosial. Oka Rusmini mengangkat pandangan dunia yang dianut oleh masyarakat Bali ke dalam karyanya yakni novel Tempurung. Novel Tempurung bermula dari cerita bersambung yang dimuat pada Media Indonesia pada tahun 2004. Karya Oka Rusmini menjadi sangat penting karena mampu merepresentasikan perempuan Bali yang mencerminkan suatu identitas sosial yang didiskriminasi di lingkungan masyarakat modern. Persoalan kasta, pertentangan dengan adat serta tradisi yang kaku, juga masalah-masalah yang berkaitan dengan posisi tawar perempuan dalam budaya patriarki memang masih dibicarakan. NovelTempurung merepresentasikan pandangan dunia yang menjadi dasar pengembangan cerita. Karya sastra yang dapat merepresentasikan eksistensi suatu kelompok adalah karya sastra besar. Goldmann (dalam Ratna, 2011: 128) memaparkan bahwa karya sastra besar adalah karya yang mampu menampilkan pandangan dunia tertentu. Karya Oka Rusmini dalam Tempurung cetakan Grasindo tahun 2004,dapat digolongkan sebagai karya besar. Terbukti novel ini telah menerima penghargaan SEA Write Award. Selain itu, novel Tempurung memuat aspek problematis sehingga dibahas oleh beberapa pemerhati sastra. Salah satunya penulis Ni Made Purnamasari dalam artikelnya yang berjudul PerempuanPerempuan Imajiner di Simpang Kenyataan pada media Bali Post 4 April 2010. Dalam artikelnya, ia menyatakan bahwa novel Tempurung mengangkat permasalahan ekonomi kemiskinan dan keterbatasan akses pun diangkat sedemikian rupa sehingga menjadi tema yang menarik, terlebih setelah dikaitkan dengan
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 ketegangan peran antara perempuan dan lelaki. Keberadaan Tempurung yang merepresentasikan posisi perempuan akan lebih tampak jika dijadikan subjek penelitian sastra. Hal itu dimaksudkan untuk menemukan pandangan dunia apakah yang mendasari novel tempurung, kemudian dampak apa yang muncul sabagai akibat pandangan dunia tersebut, dan bagaimana sikap pengarang terhadap pandangan dunia tersebut. Sehubungan dengan hal itu maka penelitian ini dilakukan. Goldmann (dalam Yasa, 2012: 29) menyatakan bahwa pandangan dunia adalah subjek kolektif yang gagasangagasan dan aktivitas-aktivitasnya cenderung kea rah penciptaan suatu pandangan yang lengkap dan menyeluruh dan mengenai kehidupan manusia. Pandangan dunia menurut Kutha Ratna (2011: 127) merupakan ide pokok, pesanpesan penulis baik sebagai individu maupun kelompok sosial yang diwakilinya. Ratna (2011:129) juga menambahkan bahwa pandangan dunia memiliki unsur yang paling relevan baik bagi penelitian sastra dalam rangka memperoleh pemahaman mengenai eksistensi kelompok tertentu. Pandangan dunia itu oleh strukturalisme genetik dipandang sebagai produk hubungan antara kelompok sosial yang memilikinya dengan situasi sosial dan ekonomi pada saat tertentu. Dalam menemukan pandangan dunia, pemahaman isi cerita yang dihubungkan dengan kehidupan sosial, sangat dibutuhkan. Hal itu sejalan dengan konsep pandangan dunia menurut Goldmann (dalam Yasa, 2011:30) bahwa pandangan dunia menghubungkan karya sastra dengan kehidupan masyarakat yang memiliki situasi dan ekonomi pada saat terttu sehingga terwujud keterpaduan antara struktur dalam teks karya sastra dengan struktur konteksnya yang disebut struktur global. Keterpaduan teks sastra dengan konteks sosial dapat dilihat dari manfaatmanfaat yang diberikan. Selain
mendeskripsikan pandangan dunia, peneliti juga mencari manfaat novel Tempurung pada pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks. Hal tersebut ditujukan untuk mempermudah pemahaman peserta didik terkait dengan teks. Menghubungkan teks dengan konteks tentu akan mempermudah pemahaman peserta didik. Teks menurut Mashun (2014:1) yakni satuan bahasa yang digunakan sebagai ungkapan suatu kegiatan sosial baik secara lisan maupun tulis dengan struktur berpikir yang lengkap. Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa cici teks yakni berupa bahasa yang dituturkan atau dituliskan yang digunakan untuk menyatakan apa saja yang dipikirkan. Maka dari itu, kata-kata dan kalimat yang diproduksi haruslah disesuaikan dengan konteks situasi. Konteks sosial yakni suatu proses sosial yang memiliki ranah-ranah pemunculan tergantung tujuan sosial apa yang hendak dicapai melalui proses sosial tersebut. Ranah-ranah yang menjadi tempat pemunculan proses sosial itulah yang disebut konteks sosial. Sementara itu proses sosial akan dapat berlangsung jika ada sarana komunikasi yang disebut bahasa. Dengan demikian, proses sosial akan merefleksikan diri menjadi bahasa dalam konteks situasi tertentu sesuai tujuan proses sosial yang hendak dicapai. Oleh karena itu. Mashun (2014:4) mengatakan bahwa bahasa yang muncul berdasakan konteks situasi akan menghasilkan bahasa sebagai teks. Novel Tempurung mampu dimanfaatkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah menengah atas. Mengingat keterbatasan media sebagai penunjang pembelajaran sastra di sekolah kurang, maka penelitian ini sangat penting untuk membantu menunjang pembelajaran sastra. Kurikulum 2013 yang berbasis teks, mengharuskan peserta didik untuk terampil dalam membaca dan menulis. Teks sastra dipandang mampu membantu ketercapaian pembelajaran tersebut. Maka dari itu, penelitian ini mengupayakan melihat
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 kebermanfaatan novel Tempurung dalam pembelajaran berbasis teks. Teks menjadi sangat penting bagi pembelajaran bahasa Indonesia. Menurut Halliday dan Ruqiyah (dalam Mashun, 2014: 1) teks merupakan jalan menuju pemahaman tentang bahasa. Maka dari itu, teks merupakan bahasa yang berfungsi atau bahasa yang sedang melaksanakan tugas tertentu dalam konteks situasi. Oleh sebab itu, teks adalah ungkapan pernyataan suatu kegiatan sosial yang bersifat verbal. Kebermanfaatan tersebut secara langsung untuk memenuhi tuntutan Kurikulum 2013 yakni pada kompetensi inti keempat (KI-4) tentang ranah keterampilan. KI-4 yakni mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan. Adapun ketercapaian kompetensi dasar yakni pada menginterpretasi, memproduksi, dan mengonversi teks. Peserta didik dalam mempelajari teks sastra akan mampu menginterpretasi teks, mengonversi teks, sehingga mampu memproduksi berbagai jenis teks dengan tema yang serupa atau dari bahan bacaan yang sama. Mashun (2014: 106) mengatakan bahwa ranah pengetahuan dan keterampilan berhubungan dengan konsep teori kebahasaan yang memandang teks dihasil sebagai suatu produk proses sosial dengan tujuan sosial tertentu. Pada tahap pembelajaran ini, peserta didik akan diberikan teks model, kemudian bekerja secara mandiri untuk memproduksi berbagai jenis teks. Memproduksi teks ragam teks. dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan sistem pembelajaran berbasis teks yang menggunakan teks model. Berawal dari penugasan untuk membaca teks model, peserta didik dapat memperkaya wawasan tentang jenis-jenis teks. Peserta didik diharap mampu memproduksi berbagai jenis teks usai membaca teks model
tersebut. Teks model yang digunakan yakni novel Tempurung karya Oka Rusmini. Novel Tempurung digunakan mengingat novel ini adalah teks lokal. Teks lokal akan memuat unsur-unsur budaya dan merupakan produk dari proses sosial. Novel Tempurung adalah sebuah teks lokal yang merepresentasikan proses sosial masyarakat Bali. Hal tersebut akan mampu menjadi jembatan peserta didik dengan konteks situasi sosial di masyarakat. Maka dari itu, kehadiran teks lokal seperti Tempurung dapat digunakan untuk membangun konteks dan memperluas wawasan siswa terhadap teks. Guna mencapai tuntutan KI-4 dan memenuhi tuntutan pada Kompetensi Dasar (KD-4) yakni mengonversi teks, maka dalam penelitian ini, akan dideskripsikan kebermanfaatan novel Tempurung dalam menunjang pembelajaran berbasis teks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penelitian yang berjudul “Pandangan Dunia dalam Novel Tempurung Karya Oka Rusmini dan Manfaatnya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Teks” dilakukan. Penelitian ini berupaya menyempurnakan penelitian-penelitian terkait dengan teori pandangan dunia Lucien Goldmann. Selain itu penelitian ini berupaya mendeskripsikan manfaat novel Tempurung karya Oka Rusmini dalam pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks. METODE Metode penelitian bermanfaat untuk menuntun peneliti dalam penelitian yang dilakukan. Metode penelitian menjelaskan prosedur yang ditempuh dalam penyelenggaraan penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini antara lain (1) ancangan penelitian, (2) subjek dan objek penelitian, (3) metode pengumoulan data, (4) instrumen penelitian, dan (5) metode analisis data. Ancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Pada dasarnya, ancangan penelitian deskriptif kualitatif memiliki tujuan untuk memberikan deskripsi
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 atau gambaran, sesuai dengan pernyataanpernyataan penelitian. Menurut Arikunto (1998: 11) dalam penelitian kualitatif peneliti berusaha menggambarkan sesuatu sebagaimana adanya dengan menggunakan kata-kata. Ancangan penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan pandangan dunia dalam novel Tempurung karya Oka Rusmini dan manfaatnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks di sekolah menengah atas. Subjek penelitian dapat disebut sebagai istilah untuk menjawab siapa sebenarnya yang akan diteliti dalam sebuah penelitian. Wendra (2014:32) menyatakan bahwa subjek penelitian adalah benda, hal atau orang, tempat variabel melekat, dan yang dipermasalahkan dalam penelitian. Subjek penelitian pada penelitian ini adalah novel Tempurung karya Oka Rusmini. Objekpenelitian merupakan hal yang dikaji dalam penelitian tersebut (Wendra, 2013:54). Adapun objek dari penelitian ini adalah pandangan dunia dalam novel Tempurung karya Oka Rusmini dan manfaatnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Dalam metode dokumentasi, peneliti melakukan pengumpulan, pengolahan, pemilihan, dan penyampaian informasi dalam bidang pengetahuan; pemberian gambar pengumpulan bukti dan keterangan seperti kutipan. Metode dokumentasi dengan teknik baca catat merupakan metode pengumpulan data yang tepat. Hal tersebut dikarenakan penelitian ini berupa dokumen tertulis yang terdapat dalam novel Tempurung karya Oka Rusmini. Instrumen penelitian sangat terkait dengan metode pengumpulan data yang digunakan. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Dalam hal ini, peneliti sebagai human instrument. Peneliti sendiri berfungsi menetapkan fokus
penelitian, memilih sumber data, melakukan pengumpulan data, melakukan analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan file (kartu data) untuk mencatat kutipan-kutipan data dalam novel Tempurung karya Oka Rusmini, sehingga data tersebut akan mendukung pandangan dunia Lucien Goldmann. Dalam menganalisis data yang sudah dikumpulkan, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah metode menganalisis data dengan cara menginterpretasikan data dengan kata-kata (penjelasan). Data yang diperoleh melalui teknik dokumentasi, kemudian dianalisis menggunakan pandangan dunia Lucien Goldmann dan metode deskriptif kualitatif. Kegiatan analisis deskriptif kualitatif ini meliputi (1) mengidentifikasi data, yaitu mendata kutipan-kutipan dalam novel Tempurung, karya Oka Rusmini, (2) menganalisis data, yaitu menganalisis kutipan-kutipan tersebut menggunakan pandangan dunia Lucien Goldman, dan (3) menyimpulkan data, sehingga dapat diketahui pandangan dunia Lucien Goldman dalam novel Tempurung karya Oka Rusmini. Reduksi data dilakukan mulai dari pengumpulan data sampai dengngan analisis setelah data terkumpul. Dalam reduksi data, penulis akan memilah-milah data yang valid dan tidak valid. Data berupa kutipan-kutipan yang telah ditranskripsikan, diidentifikasi, dan menentukan mengenai pandangan dunia perempuan dalam novel Tempurung karya Oka Rusmini. Deksripsi data dilakukan guna untuk menginterpretasi data-data yang berupa kutipan. Interpretasi tersebut akan membantu untuk memahami data. Deskripsi data akan menguraikan intrepratasi yang menjadi tema utama dalam novel. Data yang berupa kutipan tersbut akan ditafsirkan secara ringkas dan jelas agar memperoleh ide-ide pokok yang mendasari sebuah novel. Identifikais data adalah penetapan identitas unsur-unsur data. Identifikasi data
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 bertujuan untuk memberi identitas yang merupakan ide pokok yang dibicarakan dalam novel Tempurung. Klasifikasi data yakni pengelompokan berdasarkan unsureunsur yang sama atau satuan data yang serupa. Data-data yang teridentifikasi serupa akan dikelompokan sesuai dengan identitas masing-masing. Setelah digolongkan sesuai dengan rumusan masalah, selanjutnya data diolah dan dianalisis untuk memperoleh jawaban yang tepat dan relevan dengan rumusan masalah, sehingga nantinya data tersebut dapat menjawab permasalahan yang diangkat. Dalam hal ini, penulis menguraikan data yang sudah didapat dengan mengeksplor hasil yang diperoleh dalam bentuk deskriptif mengenai pandangan dunia perempuan dalam novel Tempurung karya Oka Rusmini. Penyimpulan terkait data-data yang sudah diuraikan sangatlah penting. Maka dari itu sebagai langkah akhir dalam analisis data penulis akan menarik simpulan. Pengambilan simpulan yakni penulis merumuskan simpulan berdasarkan data yang diperoleh dan menyajikan secara deskriptif kualitatif yaitu menyajikan temuan dalam novel Tempurung karya Oka Rusmini dengan mendeskripsikan kutipan-kutipan dari novel Tempurung. Penarikan simpulan ini disesuaikan dengan temuan yang disajikan dalam penyajian data dan berkaitan pula dengan rumusan masalah. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pada hasil kutipan novel Tempurung karya Oka Rusmini, dapat diketahui bahwa pertama, novel ini menyajikan pandangan dunia patriarki secara implisit melalui persoalan perempuan Bali atau perempuan yang tertuntut dan tertuduh. Kedua, teks sastra dalam hal ini novel Tempurung, dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran berbasis teks di sekolah menengah atas sebagai teks model. Peserta didik dapat menjadikan kutiapn di dalam novel Tempurung sebagai teks model dalam pemebalajaran teks cerita ulang, teks
anekdot, teks drama, dan teks cerita pendek. Temuan yang pertama yakni pandangan dunia patriarki dalam novel Tempurung karya Oka Rusmini. Sulit dipungkuri bahwa novel Tempurung karya Oka Rusminimengusung pandangan dunia patriarki, hal itu tampak melalui penggambaran tokoh perempuan. Tokoh perempuan Bali dibicarakan oleh Oka Rusmini dalam berbagai persoalan. Terdapat delapan persoalan yang dihadapi tokoh perempuan dalam novel Tempurung yakni (1) gairah seks perempuan, selain itu (2) kehidupan ranah domestik juga menjadi pembahasan dalam novel ini. Kemudian pada (3) ranah biologis perempuan, yang menuntut perempuan untuk menikah, mengandung, melahirkan, dan merwa anak. Kemudian (4) keadaan ekonomi perempuan, juga merupakan hal yang timbul ketika perempuan sudah mampu mencari penghasilan sendiri. Selanjutnya (5) perempuan kelas dua (second sex), merupakan permasalahan yang menggap perempuan sebagai pelacur bagi suaminya. Selanjutnya (6) eksploitasi tugas biologis perempuan, merupakan permasalahan penting bagi perempuan yang dituntut terus untuk melahirkan anak laki-laki. Kemudian dengan (7) kepercayaan diri perempuan, ia mampu mengambil keputusan-keputusan penting bagi dirinya dan hidupnya. Hla iu agar perempuan tidak selalu menjadi objek bagi laki-laki, namun perempuan mempunyai ha katas tubuhnya dan hidupnya sendiri. Terakhir (8) perempuan sebagai kepala keluarga, secara tidak langsung mengambil alih posisi laki-laki sebagai kepala keluarga. Keputusan tersebut dikarenakan suami atau laki-laki tidak mampu menjalankan kewajiban sebagaimana mestinya. Dari beberapa kutipan mengenai gairah seks perempuan, dapat disimpulkan bahwa ternyata pandangan dunia patriarki tidak didukung oleh novel ini, tetapi justru ditentang. Salah satu contoh dapat kita lihat pada kutipan berikut.
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 Kadang aku berpikir, perempuan tak hanya perlu genit, kadang harus sedikit seronok, sedikit nakal dan berani. Bukankah tubuh mereka adalah rajutan keindahan sejati. Apalagi otaknya berisi. (hal. 3) Kutipan di atas mengenai gairah seks perempuan. Kutipan di atas secara implisit menentang pandangan dunia patrarki. Pertentangan itu terlihat pada kebutuhan perempuan yang pertama, kecantikan, kedua keindahan, ketiga imajinasi seks perempuan, keempat lesbianisme, dan terakhir pemujaan terhadap tubuh buat dirinya sendiri. Hal tersebu merupakan suatu bentuk gugaan perempuan yang ingin disejajarkan dengan laik-laki. Perempuan dalam persolana ini memandang tubuhnya sebagai miliknya sendiri dan bagi sesamanya. Perempuan juga mempunyai imajinasi seks yang dianggap tabu dalam dunia patriarki. Tidak hanya itu, perempuan yang menyukai sesama jenis juga merupakan suatu bentuk penolakan terhadap patriarki. Persoalan ranah domestik juga dapat disimpulkan bahwa ternyata pandangan dunia patriarki tidak didukung oleh novel ini, tetapi justru ditentang. Hal itu dapat dilihat pada contoh kutipan berikut. Upacara kecil yang kulakukan, sebelum aku melakukan tugas perempuanku: menjadi ibu: menjadi koki: menjadi pembantu (memasak, memandikan anak, menyiapkan ini-itu dan membersihkan rumah), menjadi buruh di tempat kerja, kadang menjadi pelacur suamiku. (hal. 4) Kutipan tersebut secara implisit menentang pandangan dunia patriarki yang dimana perempuan dianggap cerdas bila berurusan dengan dapur dan rumah. Perempuan menggap dirinya ‘babu’ bagi anak dan suami dan ‘pelacur’ bagi suaminya merupakan pernyataan kasar untuk pandangan dunia patriarki. Perempuan menguga keadaan tersebut dengan pendapat bahwa perempuan yang menjadi ‘babu’ dan ‘pelacur’ adalah perempuan cerdas karena mampu mengatur segala bentuk urusan rumah tangga.
Ranah biologis yang digambarkan dalam novel Tempurung adalah masalah mengenai tugas-tugas perempuan sebagai istri dan ibu. Perempuan sebagai istri dan ibu tentu tidak terlepas dari kodratnya untuk melahirkan. Hal itu dapat dilihat pada kutipan berikut. Namanya perempuan, kalau tidak pakai pil KB, ratusan anak bisa lahir. Yang repot siapa? Perempuan juga. (hal. 9) Dapat disimpulkan bahwa persoalan ranah biologis yang dihadapi perempuan Bali dalam novel Tempurung merupakan suatu penolakan terhadap patrarki. Penolakan tersebut terlihat melalui keluhankeluhan yang diuangkapkan tokoh perempuan. Dalam pandangan dunia patriarki, perempuan harus menikah, mengandung, melahirkan, dan merawat anak. Namun, di sisi lain perempuan menolak pandangan tersebut karena dianggap membawa persoalan-persolan bagi dirinya sendiri dan tubuhnya. Pada bagian ini akan dibahas mengenai keadaan ekonomi perempuan. Cinta lelaki terhadap perempuan juga dikarenakan ekonomi perempuan yang lebih baik. Hal ini sangat bertolak belakang dengan pandangan dunia patriaki yang menjadikan lelaki sebagai kepala keluarga, harus mencari nafkah untuk keluarga. Namun, di sisi lain laki-laki tidak memenuhi kewajiban tersebut, sehingga mencari perempuan yang memiliki keadaan ekonomi yang lebih baik. Seperti pada kutipan berikut. Kau tahu Saring, kenapa Barla mau mencintai perempuan itu? Karena uang! Apalagi? Lelaki miskin model Barla punya modal apa? (hal. 32) Perempuan seperti kutipan di atas mampu menunjang ekonomi keluarga. Perempuan memiliki pemasukan sendiri untuk menghidupi keluarga dan dirinya. Kutipan di atas jelas sebagai upaya penolakan terhadap pandangan dunia patrarki yang tidak mewajibkan perempuan untuk bekerja di luar dari ranah domestiknya. Kutipan tersebut menyatakan bahwa perempuan haruslah mempunyai
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 pekerjaan atau profesi, karena lelaki atau suaminya kelak belum tentu mampu bekerja dengan baik. Pandangan dunia patrarki menyatakan bahwa perempuan adalah second sex. Kaum perempuan diposisikan sebagai warga nomor dua yang dalam hubungan suami-istri dianggap sebagai pelayan laki-laki Wahyuni (dalam Sugihastuti, 2015: 269). Perempuan dianggap pelacur bagi laki-laki atau bagi suaminya sendiri. Pelacur bermakna ‘teman tidur’ untuk suaminya. Seperti diungkapkan pada kuipan berikut. Upacara kecil yang kulakukan, sebelum aku melakukan tugas perempuanku: menjadi ibu: menjadi koki: menjadi pembantu (memasak, memandikan anak, menyiapkan ini-itu dan membersihkan rumah), menjadi buruh di tempat kerja, kadang menjadi pelacur suamiku. (hal. 4) Perempuan memang memiliki tugas biologis untuk mengandung dan melahirkan. Namun, tugas biologis tersebut dapat dieksploitasi atau digunakan secara berlebihan untuk suatu tujuan. Eskploitasi yang dialami oleh Ibu Sipleg dengan tujuan melahirkan anak laki-laki. Kewajiban perempuan Bali yakni melahirkan anak lakilaki. Jika hal itu belum terpenuhi maka ia harus melahikan lagi, atau keluarga tersebut dikaakan keluarga terkutuk. Sepertgi kutipan berikut. Kata bapak, perempuan yang tidak bisa melahirkan bayi laki-laki, perempuan sial! Hidup tanpa keturunan lelaki kiamat! Hidup itu sudah mati tanpa lelaki! Dan, si tolol itu percaya. (hal. 88) Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kutipan-kutipan tersebut memandang perempuan yang dieksploitasi pada ranah biologisnya. Kutipan tersebut juga merupakan benuk penolakan halus terhadap pandangan dunia patraiarki. Seperti tokoh Ibu Sipleg yang hanya tahu melahirkan, tanpa peduli anak-anaknya yang lain. Ia hanya tahu melahirkan, tanpa tahu mengurusi anak. Kutipan tersebut menggambarkan eksploitasi kewajiban perempuan yang dituntun untuk terus
melahirkan sampai mendapat bayi laki-laki. Sampai akhirnya rahim Ibu Sipleg rusak akibat eksploitasi tersebut. Hal tersebut merupakan bentuk penolakan perempuan secara harus terhadap pandangan dunia partriarki dalam novel Tempurung. Perempuan haruslah memiliki kepercayaan diri. Hal tersebut sanga berguna untuk mengambil keputusan. Pandangan dunia patrarki secara tidak langsung tidak memberi kesempatan perempuan untuk menentukan pilihan. Seolah perempuan sudah disediakan jalan, sehingga ia hanya menjalani kewajiban yang sudah diberikan untuknya. Namun di sisi lain, perempuan yang sudah jenuh dengan kewajibannya dan mengakibatkan menurunnya harga dirinya, maka perempuan akan melakukan sesuatu yang membuat dirinya terhindar dari masalah itu. Perempuan juga berupaya untuk menjaga harga dirinya, jika harga dirinya tercemar dan terinjak maka ia akan melakukan penolakan baik secara kasar maupun halus. Perempuan yang melindungi harga dirinya tersebut tentu memiliki kerpercayaan diri yang tinggi. Seperti kutipan berikut. Sipleg menggigil bila ingat kejadian itu. Rasanya dia ingin bersekutu dengan seluruh setan untuk membunuh lelaki yang menggerus tubuhnya seperti serpihan kecil tak berguna. (hal. 274) Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perempuan yang memiliki keprcayaan diri adalah perempuan yang mampu mempertanggungjawabkan segala sikap dan keputusannya. Kepercayaan diri perempuan muncul karena ingin melindungi dirinya dari berbagai upaya bentuk ketertindasan terhadap dirinya. Hal ini merupakan bentuk perlawanan perempuan terhadap pandangan dunia patriarki. Pandangan dunia patrarki yang memandang bahwa perempuan harus menerima kewajiban yang telah ditujukan pada dirinya. Namun, pada pembahasan ini, perempuan mampu mengambil keputusan sendiri. Mampu mengambil keputusan dan mampu mempertanggungjwabkannya untuk mengubah kehidupannya agar tidak
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 bergantung pada lelaki atau suaminya kelak. Perempuan sebagai kepala kelarga adalah persoalan yang diakibatkan laki-laki sebagai kepala keluarga tidak menjalankan kewajibannya. Sehingga, perempuan secara tidak langsung mengambil alih kewajiban tersebut. Dimulai dari mencari nafkah, mengurusi ekonomi keluarga, mengurusi biaya sekolah anak, membeli kebutuhan keluarga, sampai mengambil keputusan terhadap masalah-masalah rumah tangga. Hal tersebut dapat disimak pada kutipan berikut. Wayan sekarang kuliah di Institut Teknologi Surabaya. Made di Teknik Sipil Universitas Udayana. Semua biaya dari keringatku. (hal. 57) Maka dapat disimpulkan bahwa kutipan-kutipan mengenai perempuan sebagai kepala keluarga adalah kutipan yang menyatakan pertentangan terhadap pandangan dunia patriarki. Hal tersebut dapat dilihat dari pengambilan kewajiban sebagai kepala keluarga. Dunia patriarki memandang bahwa laki-laki adalah kepala keluarga namun tidak demikian dengan tokoh perempuan dalam Tempurung. Perempuan dalam novel Tempurung mampu menjadi kepala keluarga yang menjadi tulang punggung keluarga, mencari nafkah, dan membiayai pendidikan anak. Di dalam pemanfaatan teks sastra, Tempurung dapat menjadi teks model. Hal itu karenapertama, Bali mempunyai banyak teks lokal. Yang kedua, perubahan budaya muncul di Bali dan terekam dalam teks novel atau sastra. Tiga, teks harus diajarkan secara konteks dan otentik. Salah satu kendala dalam pembelajaran teks adalah tidak jelasnya kriteria pemeilihan teks oleh guru, sehingga teks yang dipergunakan hanya yang dirujuk di dalam buku plajaran. Teks yang kaya dengan pengatahuan lokal, teks yang kaya dengan perubahan akhirnya tidak terpikirkan oleh guru. Setelah kajian pada persoalan pertama, dengan fokus pada pandangan dunia patriarki dan pertentangnnya, novel Tempurung perlu dikaji dalam pengajaran
bahasa Indonesia berbasis teks di Bali sesuai dengan Kurikulm 2013. Mengacu pada silabus tersebut tentu novel Tempurung mampu dimanfaatkan untuk menunjang pembelajaran berbasis teks di SMA sebagai teks model/ contoh teks. Peserta didik dapat melihat contohcontoh teks melalui teks model. Hal itu juga untuk memenuhi tujuan pemebelajaran berbasis teks. Tujuan akhir dari pembelajaran berbasis teks ialah menjadikan pembelajar memahami serta mampu menggunakan teks sesuai dengan tujuan sosial teks-teks yang dipelajarinya (Mashun, 2014: 112). Untuk mencapai kompetensi tersebut, diperlukan beberapa tahapan. Yang pertama, memberi contoh dan menguraikan struktur serta satuansatuan kebahasaan yang menjadi penanda keberadaan teks itu (pemodelan). Yang kedua, upaya menciptakan kemampuan siswa untuk memproduksikan sendiri teks yang diajarkan, secara bersama-sama. Yang ketiga, upaya menciptakan kemampuan siswa untuk memproduksikan sendiri teks yang diajarkan, secara mandiri. Tahapan pembelajaran sebagai berikut. a. Tahap pemodelan (percontohan) b. Tahap bekerja sama membangun/mengembangkan teks, dan c. Tahap membangun/ mengembangkan teks secara mandiri (Mashun, dalam Knapp dan Watkins, 2014: 112) Dengan demikian, pembelajaran berbasis teks dapat menunjang pembelajaran yang menekankan kompetensi sikap (pembentukan moral anak bangsa) Teks genre sastra dapat dimanfaatkan dalam kegiatan mongonversi teks. Berangkat dari novel Tempurung karya Oka Rusmini, peserta didik dapat membuat empat jenis teks, yakni teks cerita ulang, anekdot, drama, dan cerita pendek. Pertama, teks cerita ulang. Teks cerita ulang memiliki kesamaan struktur dan unsur-unsurnya dengan novel Tempurung. Struktur teks cerita ulang yakni judul, orientasi/pengenalan, dan rekaman
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 kejadian. Maka dari itu, novel Tempurung mampu dimanfaatkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks menjadi model teks cerita ulang. Hal tersebut untuk memenuhi tuntutan KD-4 yakni pada ranah keterampilan memproduksi teks. Peserta didik di sekolah mengah atas, khususnya pada kelas XI dapat memanfaakan novel Tempurung untuk menunjang pembelajaran. Guru dapat mengarahkan siswa membaca teks Tempurung sebagai bahan ajar berbasis teks. Kedua, teks anekdot. Teks anekdot yang mempunyai struktur yakni abstrak, orientasi/pengenalan, krisis/masalah, reaksi, dan koda. Novel Tempurung mampu menjadi model teks anekdot. Hal itu dikarenakan kecocokan karakteristik dari segi struktur, unsur pembangun, dan interrpretasi terhadap teks. Teks anekdot tidak saja menghibur untuk membuat tertawa. Tetapi teks anekdot adalah bentuk sindiran (satire) terhadap suatu keadaan yang benar-benar terjadi. Teks anekdot juga merupakan kritik sosial terbukti tema yang digunakan pada materi ini yakni Kritik dan Humor dalam Layanan Publik. Ketiga, teks drama. Teks drama merupakan karya sastra yang berupa dialog yang dimainkan atau diperankan oleh seorang aktor. Novel Tempurung sangat memungkinkan dikonversi menjadi teks drama karena terdapat dialog-dialog antar tokoh. Keempat, teks cerita pendek. Novel Tempurung mampu menjadi model teks cerpen. Hal tersebut dikarenakan terdapat kesamaan struktur dan unsur-unsur pembangun teks. Maka Tempurung dapat memenuhi tuntutan kurikulum yakni pada KI-4 tentang ranah keterampilan memproduksi teks. Kegiatan ini dapat diterapkan di sekolah menengah atas kelas XI pada materi teks cerita pendek. Selain mengenal teks cerpen, peserta didik juga mampu melihat kelokalan novel Tempurung melalui permasalahan-permasalahan yang diangkat. Sehingga, pesera didik mampu membuka wawasan tenang proses sosial.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dipaparkan pada Bab IV, dapat disimpulkan beberapa hal mengenai penelitian ini. Yang pertama pandangan dunia dalam novel Tempurung karya Oka Rusmini. Kedua, manfaat novel Tempurung karya Oka Rusmini dalam pembelajaran berbasis teks di sekolah menengah atas. Temuan yang pertama yakni pandangan dunia patriarki dalam novel Tempurung karya Oka Rusmini. Sulit dipungkuri bahwa novel Tempurung karya Oka Rusminimengusung pandangan dunia patriarki, hal itu tampak melalui penggambaran tokoh perempuan. Tokoh perempuan Bali dibicarakan oleh Oka Rusmini dalam berbagai persoalan. Terdapat delapan persoalan yang dihadapi tokoh perempuan dalam novel Tempurung yakni (1) gairah seks perempuan, (2) kehidupan ranah domestik, (3) ranah biologis perempuan, (4) keadaan ekonomi perempuan, (5) perempuan kelas dua (second sex), (6) eksploitasi tugas biologis perempuan, (7) kepercayaan diri perempuan, dan (8) perempuan sebagai kepala keluarga. Novel Tempurung mengandung pandangan dunia patriarki, hanya saja pandangan dunia tersebut diekspresikan dengan cara yang berbeda. Oka Rusmini dalam Tempurung mengekespresikan pandangan dunia patriarki dengan bentuk penolakan-penolakannya yang tercermin melalui tokoh-tokoh perempuan dalam menghadapi persoalan-persolan rumah tangga. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa novel Tempurung karya Oka Rusmini mengekpresikan pandangan dunia patriarki dalam bentuk gugatan atau penolakan terhadap pandangan dunia patriarki tersebut. Temuan yang kedua yakni pemanfaatan teks sastra dalam hal ini novel Tempurung karya Oka Rusmini yakni dapat dimanfaatkan sebagai teks model. Hal tersebut untuk memenuhi KI-4 yaitu keterampilan. Dengan teks sastra dalam hal
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 ini novel Tempurung karya Oka Rusmini mampu menjadi sumber belajar. Mengacu pada silabus tersebut tentu novel Tempurung mampu dimanfaatkan untuk menunjang pembelajaran berbasis teks di SMA sebagai teks model/ contoh teks. Peserta didik dapat melihat contohcontoh teks melalui teks model. Hal itu juga untuk memenuhi tujuan pemebelajaran berbasis teks. Berdasarkan pemaparan mengenai hasil penelitian dan simpulan, adapun saran-saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah berkenaan dengan kebermanfaatan teks sastra sebagai sumber pembelajaran bahasa Indonesia. Pertama, sastra yang merupakan representasi kehidupan sosial masyarakat yang mengandung pandangan dunia dapat menjadi materi yang penting bagi peserta didik. Hal tersebut untuk membuka wawasan peserta didik tentang lingkungan sosialnya. Kedua, teks sastra diharapkan mampu menunjang pembelajaran bahasa Indoensia dalam keterampilan membaca dan menulis. Peserta didik harus lebih diarahkan pada kegiatan mengonversi teks. Kegiatan tersebut mampu membantu peserta didik mengenali jenis-jenis teks. Pembelajaran berbasis teks seperti arahan Kurikulum 2013, dapat memanfaatkan novel sebagai contoh atau sebagai model untuk membantu siswa mengetahui jenis-jenis teks. DAFTAR PUSTAKA Adnyana, Komang. 2012. Ketika Perempuan Terluka Bercerita. http://www.balipost.co.id/mediadetail.p hp?module=detailberitaminggu&kid=2 8&id=68117. Diunduh 3 September 2015. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bina Aksara. Artika, I Wayan. 2015. Kembali ke Bali. Denpasar: Arti Foundation. Faruk. 2012. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kreatif. 2014. Bahasa Indonesia SMA/MA Kelas X Semester Gasal. Viva Pakarindo. Mahsun. 2014. Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Purnamasari, Ni Made. 2010. Perempuanperempuan Imajiner di Simpang Kenyataan.http://www.balipost.co.id/m ediadetail.php?module=detailberitami nggu&kid=15&id=33001. Diunduh 3 September 2015. Ratna, Nyoman Kutha. 2005. Sastra dan Cultural Studies. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rusmini, Oka. 2010. Tempurung. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Sarmidi, Gatot.2010. Kecenderungan Tematis Karya Oka Rusmini Sebagai Kajian Responsif Gender Dalam Prosa Fiksi Indonesia. Jurnal Inspirasi: Universitas Kajuruhan Malang. Selden, Raman. 1993. Panduan Pembaca Teori Sastra Masa Kini. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Situmorang, Saut. 2009. Politik Sastra. Yogyakarta: Sic. Suaka, I Nyoman. 2004. Dinamika Kesusastraan Indonesia. Denpasar: Balai Bahasa. Syuropati, Mohammad A & Agustina Soebachman. 2012. 7 Teori Sastra Kontemporer & 17 Tokohnya. Yogyakarta: IN AzNa Books. Wendra, I Wayan. 2014. Buku Ajar Penulisan Karya Ilmiah. Singaraja: Undiksha. Widanti, Ni Putu Tirka. 2011. Model Kebijakan Pemerdayaan Perempuan di Bali. Denpasar: Jagat Press. Yasa, I Nyoman. 2012. Teori Sastra dan Penerapannya. Bandung: Karya Putra Darwati.