Our journey
“Treasured every minute we spent… Every moment we share… And every memory we save…”
-Food Tech 43-
1
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Buat Bunda Aku teringat kata-kata yang sangat menyentuh hatiku….. “Bila ku ingat masa kecilku, ku slalu menyusahkanmu…. Bila ku ingat masa kanakku, ku slalu mengecewakanmu…. Banyak sekali pengorbananmu, yang kau berikan padaku… Tanpa letih dan tanpa pamrih, kau berikan semua itu… Engkaulah yang ku kasihi, engkaulah yang ku rindu… Ku harap slalu do’amu, dari dirimu, ya ibu… Tanpa do’amu takkan kuraih, tanpa do’amu takkan ku capai Segala cita yang kuinginkan, dari dirimu, ya ibu…”(Hawari) Kata-kata yang bagus…. Mereka susah payah menyekolahkan kita sampai ke ITP ini… Mereka menginginkan kita menjadi anak yang sholeh… Supaya di akhirat nanti kita benar-benar bisa menolong mereka dengan do’a-do’a kita… Karena amalan yang takkan terputus kepada kedua orang tua kita yaitu kita menjadi anak yang sholeh… Yuk…perbaiki diri… Karena umur siapa yang tau… Tul, gak…. Semoga bisa ngingetin kita ma ortu kita, terutama bunda… Yang begitu banyak memberi tanpa harap kembali pada kita…. Yuk,,,cintai dan sayangi mereka seutuhnya… Berdo’a pada Robb kita untuk semua jasa-jasanya pada kita… Mereka mengukir nama kita disetiap do’a-do’a mereka… Mereka memikirkan kita di setiap kenikmatan-kenikmatan yang mereka dapatkan… Untukmu Maser… Salam cintaku untuk kasihnya yang sepanjang masa….. Penuh kehangatan di setiap dekapan bunda…. Regards, Wahyu Haryati M/F24060090
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Ga Ada Pilihan !!! Selamat pagi teman-teman? Aku mau sedikit cerita tentang pengalamanku ketika UAS semester 6. Tapi sebelumnya aku mau cerita tentang diriku dulu. Aku, seorang perfectionist yang menghendaki semuanya sempurna. Aku, seorang yang suka akan tantangan dan rasa penasaran terhadap hal-hal baru. Aku, seorang yang ga bisa menolak atau berkata tidak terhadap tawaran seseorang, terutama tawaran yang menurutku bisa membuatku menjadi seseorang yang lebih baik. Demikian juga dalam hal akademik dan organisasi, aku susah menolak tawaran megikuti lomba atau bergabung dalam organisasi. Dalam hal lomba, sebut saja PKM, aku sampai ikut beberapa PKM karena aku ga bisa menolak tawaran teman-temanku. Dalam hal organisasi, aku ikut 3 organisasi dalam satu waktu. Mungkin masih ada teman kita yang ikut lebih banyak organisasi daripada aku, tapi bagiku ikut 3 organisasi sudah cukup menantang aku dalam membagi waktu. Dengan banyak ikut kegiatan softskill kita mungkin bisa bertambah, tapi kalo terlalu banyak jadi ga bisa fokus dan keteteran. Oleh karena itu, aku pikir ga ada salahnya aku berbagi sama teman-teman. Mungkin redaksional dari cerita ini agak berantakan mengingat dibuat 2
mendadak dan aku ga terbiasa untuk menuliskan cerita. Walau demikian, semoga kita dapat mengambil pelajaran dari pengalamanku ini. Hari Minggu, tepatnya tanggal 28 Juni 2009, adalah hari yang cukup berkesan bagi aku. Suatu hari yang menguras seluruh tenaga dan pikiranku. Suatu hari dimana rasa sedih, rasa senang, rasa bangga, rasa khawatir, segala macam rasa kualami dalam satu waktu. Suatu hari dimana kedewasaan dan kesabaranku diuji, ya suatu hari dimana semua tanggung jawab dan tugas harus ku tunaikan dalam satu waktu. Ketika itu, aku harus memperiapkan diri untuk menghadapi ujian mata kuliah minor Manajemen Produksi dan Operasi (MPO) dan ujian praktikum Teknologi Pengolahan Pangan. Kedua ujian ini cukup disegani oleh aku dan segelintir temen-temen ITP mengingat nilai UTS keduanya cukup hancur. Nah, walau demikian sampai hari itu aku belum bisa konsentrasi untuk belajar. Kebetulan hari itu kelompok PKMku masih sering dikontak pihak Rektorat terkait laporan PKM yang belum beres. Selain itu, aku harus mengkoordinir akomodasi mahasiswa baru dari daerahku. Dan ditambah lagi aku sering dikontak divisi produksi emulsi terkait dengan file emulsi yang bermasalah ketika akan naik cetak. Ga ada pilihan, semuanya harus aku selesaikan dalam satu waktu. Seandainya aku bisa memilih, aku memilih untuk belajar materi ujian, sama seperti teman-teman ITP yang lain. Kejadian ini sebenarnya merupakan akumulasi dari hari-hari sebelumnya. Dua hari sebelumnya aku harus membantu Abdi, ketua PKMku, menyusun laporan PKM dan laporan tersebut baru dapat diselesaikan malam minggu. Setelah laporan selesai, malam itu Abdi bergegas ke Jakarta karena ada urusan keluarga, sementara aku istirahat di kos karena beberapa malam sebelumnya aku kurang tidur. Aku beranggapan laporan PKM sudah selesai dan siap dikumpul hari Senin. Pagi harinya, aku harus mengkoordinir temanteman OMDA untuk mempersiapkan penginapan dalam rangka akomodasi mahasiswa baru asal daerahku beserta orang tuanya yang baru sampai di Bogor malam senin. Jam 11 pagi tiba-tiba Abdi telpon dan mengatakan bahwa laporan harus dikumpul maksimal hari itu jam 2 siang. Aku bergegas ke Rektorat karena mendengar berita itu, aku beranggapan semakin cepat diselesaikan akan semakin baik. Akan tetapi, 2 jam kemudian aku kembali di telpon Abdi, aku harus kembali ke Rektorat karena laporan yang kami buat masih belum sesuai dengan format yang ditetapkan DIKTI. Kebetulan hari itu hanya aku dan Widi yang berada di Bogor, celakanya lagi Widi baru bisa datang ke Rektorat setelah jam 2 siang. Ya sudah, dengan terpaksa dan berat hati aku harus bolak-balik ke Rektorat dan baru ditemani Widi setelah jam 2 siang. Dalam hatiku “Waduh, isih ujian ngene, ono-ono wae sing ganggu waktuku sinau”. Aku iri sama teman-temanku yang bisa belajar dengan tenang. Bahkan sore itu masih ada temanku yang telpon nanya foto kopian catatan MPO yang hilang. Dalam hatiku “Dasar cah ITP, kurang bahan sitik wae wis grusa-grusu”. Siangnya, sebelum ke Rektorat, aku sempat down, ingin rasanya aku menangis tapi ga bisa karena udah lama ga menangis. Aku pun sempat sms semua sahabat-sahabatku dari SMA sampai perguruan tinggi, aku minta saran dan support dari mereka. “Aku wis gede, aku kudu iso nglewati iki” itulah yang terngiang-ngiang di benakku. Aku dan Widi keluar dari gedung Rektorat sekitar jam 5 sore dengan membawa banyak PR yang harus diselesaikan. Kami sepakat mencoba menyelesaikannya di kampus, tepatnya di lingkungan Fateta. Akan tetapi karena waktu itu sudah maghrib sementara laporan belum selesai dan aku sendiri udah kecape’an, Widi berinsiatif untuk menyelesaikannya sendiri di kos. Dalam hatiku, “Alhamdulillah, wengi iki aku iso sinau MPO”. Akhirnya aku bergegas menuju kos dan di tengah perjalanan aku mampir di sebuah toko untuk membeli suplemen multivitamin. Suplemen ini aku beli dengan harapan malamnya bisa begadang untuk melahap semua materi ujian. Sesampainya di kos, kira-kira jam 6.15 sore aku langsung mandi dan kemudian sholat. Setelah sholat aku istirahat dan 30 menit kemudian adik-adikku dari OMDA datang ke tempatku. Kebetulan penginapan yang akan dipakai untuk bermalam mahasiswa baru tidak jauh dari tempatku, kira-kira 15 meter dari kamarku. Rencana awal kamarku ga dipakai sebagai tempat menginap, tapi ternyata berubah karena kekurangan kamar. Dalam hatiku, “Waduh, awan ra sinau, wengi yo kaya’e ra iso sinau, apes…apes.. tenan”. Awalnya aku agak berat hati, tapi lama-lama aku ikhlasin aja toh kalau pun kamarku ga dipakai emang 3
aku bisa belajar. Malam itu tempatku benar-benar ramai dan baru hening kira-kira jam 2 dini hari. Karena sudah jam 2 dini hari, aku putuskan buat istirahat. Singkat cerita aku hanya baca satu bab materi MPO dan sama sekali tidak baca materi ujian Praktikum TPP. Pagi harinya, sungguh luar biasa ujian yang aku hadapi. Ujian MPO aku lakukan seperti ujian bahasa Indonesia, yaitu mengarang indah asal semua soal terjawab. Ujian Praktikum TPP aku lakukan seperti mengisi teka-teki silang dengan selingan kepala terkantuk-kantuk dan sering menguap pertanda aku kurang tidur. Alhamdulillah ujian hari itu bisa aku lewati, aku hanya bisa berharap dapat nilai terbaik, nilai yang pantas dengan usahaku. Setelah ujian ini aku bertekad untuk memperbaiki manajemen waktu dan manajemen kesempatan agar kejadian ini tidak terulang lagi. Aku juga harus berani menolak segala tawaran yang sekiranya aku ga mampu kerjakan. Yogi Karsono/F24060109
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Lembayung di Perjalanan Lembayung menghiasi langit sore Darmaga hari ini. Yeah hari yang kunantikan tiba juga. Meski rintik rintik hujan menemani langkahku, kumantapkan hati untuk menyusuri jalan sepanjang Babakan Tengah dan Babakan Raya menuju jalan Raya Darmaga. Siapa yang tak semangat kalau besok adalah hari back to nature setelah UTS. Jalan yang macet dan kebanyakan angkot ngetem di jalan membuatku memutuskan untuk naik angkot didepan Al Amin Radar. Waktu terus beranjak sore. Akhirnya langkahku telah mengantarkanku di depan Al Amin, dan seketika aku nyetop angkot jurusan Laladon-Jasinga. Upss…angkot penuh, terpaksa deh harus mepet-mepet. Hihihi jadi ingat nasyid “Jangan mepet-mepet”nya siapa gitu. Angkot terus memutarkan rodanya menuju langkah ke Laladon. “Semoga tidak macet”, batinku. Tak terasa aku sudah berada di daerah Laladon, tidur di angkot sepertinya telah menyingkat waktu. Tapi, nanti dulu aku juga belum solat Ashar. Hemmmm, solat dimana ya?. Tepat pukul 5 sore aku berhenti sejenak dari perjalananku untuk solat Ashar di masjid samping rumah makan Padang. Woiiih, airnya dingin banget. Nyessss gitu rasanya. Setelah selesai kulanjutkan langkah-langkahku. Tidak ingin ketinggalan kereta aku langsung naik angkot di ujung terminal, untungnya juga tu angkot buru-buru mau berangkat gak ngetem dulu. Alhamdulillah, Masnya mengendalikan mobil dengan gesit. Tepat pukul 6 sore aku dah tiba di Stasiun. Ting tong ting tong sudah berbunyi berarti kereta segera akan berangkat. Bak kuda sembrani mengejar waktu, kupercepat langkah dengan lari-lari kecil menuju loket karcis. Siapa juga yang mau ketinggalan kereta, ya gak? Wuihhh, hampir ketinggalan. Saat menginjakkan kaki di lantai kereta, kereta sudah mulai bergerak. Ya Allah, beri aku tempat duduk, dalam batinku berdoa. Sepanjang gerbong kususuri lorong mencari tempat duduk. Ahahaa, ada tempat kosong rupanya. Tanpa pikir panjang aku langsung duduk dan tidur serta tak berniat menikmati perjalanan. Z z z z z z z z z , jeg ge jeg tutututut…………….. Nih kereta ribut banget sih, ada tukang Koran. “Koran Koran Koran Koran “ Ada penjual tahu sumedang, beverage (soft drink, water, tea, and other), pernakpernik, baju telpon, pengamen, penjual jeruk dan pengemis juga banyak. O ya pencari sumbangan atas nama untuk pembangunan pesantren antah berantah juga banyak. Pengemisnya juga bervariasi, dari anak-anak dengan dalih untuk makan, bayar sekolah dan ngaji di TPA. Caranya juga sudah “modern”. Dengan bekal amplop yang ditempel tulisan “magis” yang disebar kepenumpang. Tapi seumur-umur naik kereta sepertinya dia-dia juga yang minta, kadang ngamen kadang juga minta sumbangan dan ada pengemis-pengemis kecil baru yang terdeteksi mataku. Ehmmm, realitas kehidupan rakyat yang beragam. Orangorang kaya sekelas dunia ada, yang termiskin juga ada. Semua bisa di temui dinegeri ini. 4
Kereta menghentikan langkahnya sementara di Stasiun Cilebut. Serombongan Ibuibu masuk diikuti remaja-remaja dan Bapak-bapak. Aduhhh, hati jadi gundah. Kasih tempat duduk gak ya? Kasih enggak kasih enggak kasih? Dengan pertimbangan rasionalitas dan peri kehidupan serta kemanusiaan bahwa beliau lebih tua dan sepertinya sudah uzur segera kukasih tempat duduk. “Terima kasih Dek!”, ujarnya. Ehm, sepertinya tidak semuanya memiliki pertimbangan yang sama. Ada yang enakenakan dengerin musik meski ada wanita di depannya. Ada juga yang “pura-pura” tidur. Ada yang asyik masyuk ngobrol dengan teman wanitanya. Ada juga yang nyaman sekali ngebulngebul di dekat pintu. Nah yang satu ini membuatku tidak tahan, karena tertiup angin dari luar, asapnya langsung nyebar dengan cepat lagian posisinya juga strategis untuk itu. Tanpa pikir panjang kucari posisi bebas asap meski tidak 100%. Tak terasa sekita pukul 7 kereta sudah tiba di Depok. Tanpa pikir panjang segera ku cari angkot di bawah jembatan layang. Belum solat dan capek juga berdiri. Alhamdulillah angkot gak ngetem. Nguing nguing nguing z z z z , pusing+ngantuk membuatku tertidur setelah solat Magrib. Zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz. *** Tulat tulit tung tung, alarm menunjukkan eksistensinya. Sepertinya jam 1 pagi. Aku tak bergerak. Teng-teng jung jung, alarm kedua membahana ketiga keempat . Uaammmmmm, z,zzzzzz. Wuih sudah jam 3 pagi. Dengan langkah gontai kuambil air wudhu. Yah solatnya harus dirapel nih- Isya, Tahajjud dan Witir. Airnya dingin juga, membuat bulu kudukku berdiri dan nyesssss. Tas dah beres ditambah titipan, emmm gak lumayan banyak juga bawaannya. Semoga besok tidak repot, eitsss nanti denk. Ya Rabb sesungguhnya aku niatkan perjalanan ini untuk silaturahmi dengan Bapak dan Simbok di Purworejo. Mudahkan dan ridhoilah langkah-langkahku ya Rabb. Amin… Uammmmm………Zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz….Astagfirullah jam 4.30. Bayangkan belum mandi, subuhan dan nyetrika. Tanpa pikir panjang segera kususun langkah sepuluh menuju kamar mandi. Mandi, solat nyetrika dan beres-beres bisa rampung dalam 20 menit. Dengan diantar masku aku sudah tiba di Stasiun. Dengan membeli tiket AC ekonomi kutunggu kereta dengan perasaan “gak jelas”. Gak jelas karena takut ketinggalan kereta ke Jawa tentunya. Alhamdulillah setelah beli karcis, keretanya segera datang. Uihhh, penuh nih kereta. Akhirnya aku harus berdiri menanggung beban tas bawaan. Perasaan dag dig dug itu masih menghias dikepala sepanjang perjalanan. Nguingnguing kereta tiba di Manggarai pukul 6 kurang. Tanpa pikir panjang aku langsung ke loket. Yesss, tidak ada antrian. Semoga ini tanda-tanda yang baik. “Maaf Mas, tiket keretanya sudah tidak dijual”, kata petugas loket. Gubrak nguing nguing. “Tapi Mas, keretanya kan juga belum datang?”, jawabku. Jug..jug…tiong tong tiong tong…Ya Allah keretanya sudah datang, gimana ini? “Aduh gimana nih Pak, gak mungkin saya nunggu kereta sore”, kataku merayu. “Mau gimana lagi Mas, tiketnya sudah tidak bisa diprint, sudah otomatis” Gubrakkk, gimana ini. Masak harus balik lagi ke Depok. Pengennya sih naik kereta pagi biar bisa liat pemandangan dan tidak sumpek serta kepanasan serta terekspos bau keringat antar penumpang tentunya yang berformulasi dengan bau rokok. “Beli aja didalam kereta”, Petugas memberi solusi. Dengan hati dongkol dan perasaan tak karuan, aku segera masuk ke gerbong. Wuih lumayan sepi. Bayangkan di gerbong cuma ada cewek di ujung dengan ditemani seorang bapak di depannya. “Permisi, boleh duduk disini”,pintaku “Silahkan Mas”, jawabnya. Dengan sedikit basa-basi akhirnya Bapak yang menemaninya pergi. Aduh, segerbong berdua dengan wanita tak dikenal. Aduh, gimana nih. Perasaan deg-degan dan 5
bingung campur jadi satu. Tak berapa lama, satu dua penumpang berdatangan. Kereta pun segera melaju. Jeg ge jeg. “Mas mau turun dimana?”, katanya. Ya Allah, kok dia yang membuka pembicaraan. Seharusnya kan aku membuka pembicaraan dulu. “Oh, turun di Kutoarjo, mbaknya turun dimana?”, jawabku. Wahh ternyata dia turun di tempat yang sama. Pembicaraan pun mengalir begitu saja. Wah akhirnya aku dapat teman ngobrol yang nyambung bukan sekedar basa-basi. Ternyata dia adik kelasku di SMA dulu. Yah lebih tepatnya aku kelas XII dia baru kelas X. Dia juga pernah aktif di PMR dan Rohis sekolah. Asyik gak bakal sepi ditengah keramaian nih perjalanan. “Sekarang ambil Ilmu Gizi di UI Mas!”, jawabnya. Ya Allah nyambung banget ternyata. Aku juga pernah di PMR dan Rohis. Gizi dan pangan juga tidak beda-beda banget. Ehm, dan tentunya kalau IPB masih jadi cabang UI di Bogor tentunya masih satu Universitas. Hahaha, tapi itu dulu dan tidak mungkin gabung lagi kan? Akhirnya pembicaraan mulai mengalir dari hulu sampai hilir. Pembicaraan tentang aktivitas PMR di sekolah dulu, tugas saat upacara, Lustrum, kajian Rohis dan kota Purworejo. Yahhh, pembahasan tentang kota pensiun yang adem ayem tentrem kerto (semoga) raharjo dan gak maju-maju. Yeah, karena ukuran maju dalam pikiranku pembangunan pabrik-pabrik, mal dan bioskop yang semuanya belum ada di kota kecil ini. Kota pensiun yang gak pernah macet dan masih berkabut tiap pagi. Berkebalikan dengan pikiranku tentang Bogor. Di Purworejo ternyata lebih dingin terutama saat malam musim kemarau dan pagi masih berkabut dan masih ada tetes-tetes embun di daun waktu pagi. Tapi bedanya pas musim kemarau di sini airnya susah. Susah banget sampai harus berpeluh keringat menimba air dari sumur. Tanya kenapa? Karena pompa airnya sudah tidak kuat narik airnya dan biasanya tetangga minta air ke sumur warga yang belum kering. Kebetulan sumur di rumahku tidak pernah kering. Kereta terus melaju menyusuri rel. Di Stasiun Jatinegara kereta berhenti. Ya Rabbi, banyak banget penumpangnya. Satu persatu penumpang berebut masuk gerbong. Ada nenek-nenek, kakek-kakek, muda-mudi dan bayi juga ada. Ah kebayang gimana ntar tuh bayi pas nanti siang. “Maaf Mas, disini tempat duduk saya, ini nomor karcisnya!”, seseorang menyela pembicaraan kami. Aduh..Hiks..hiks..harus berdiri dong 8 jam. Hemmm pegel karena berdiri, panas, haus, bingung dan ngantuk menjadi bumbu yang tidak kuinginkan di perjalanan ini. Sementara hati deg-degan setiap petugas lewat. Gimana tidak, aku tidak punya karcis bro. “Mau duduk Mas?, saya juga pegel mau berdiri sebentar”, katanya. Ya Allah, baik sekali dia. Tanpa pikir panjang kuucapkan terima kasih dan langsung duduk dan tentunya tidur. Lagian mau liat pemandangan juga itu-itu aja pemukiman kumuh dan rumah warga ditepi jalan, yahhh gak menarik. Tapi lumayan, obrolan penumpang lain pada menghibur lucu dan medok. Tak tersadar sudah 1 jam aku tertidur. Ya Allah, aku jadi gak enak sama dia. Spontan aku berdiri dan mempersilahkan dia duduk. Daripada membiarkan gundah gulana terus menggelayut akupun menyusuri lorong kereta mencari petugas kereta siapa tahu ada masih jual tiket. Ups, salah orang ternyata aku kira jual tiket malah penumpang juga. Dengan wajah malu aku meninggalkannya. Ihhh ribet juga mau jalan. Mesti harus bersenggolan dengan penjaja makanan dan penumpang yang berdiri. Habis mau gimana lagi tiketnya juga murah Rp 30.000,00. Yah akhirnya ada wajah-wajah petugas juga di ujung gerbong. Tanpa pikir panjang aku utarakan maksudku. Tapi, apa yang ku terima? Dengan ketus dia menjawab kalau petugas penjual tiketnya tidak ada. Yahhh, gimana ini. Berbagai alternative mengiang dikepala. Hemmm, biasanya pemeriksaan tiket kan sebelum stasiun Cirebon. Kalau harus bayar lebih mending turun aja kali ya, lagian prasangka negatifku mengatakan kelebihannya juga masuk kantongnya. Ah tidak positif thinking Mam. Ahaii, kenapa gak nginep di tempat kakak di Ceribon aja? Akhirnya aku menemukan solusinya. Tapi tetep aja hatiku dag dig dug, tapi belum derr. Pemandangan mulai berubah, sesekali ada persawahan membentang 6
disamping rel. Walau untuk sewaktu-waktu hatiku tenang juga. Ya Allah, dia baik sekali, degdeg deg. Dengan sopannya dia mempersilahkan aku untuk duduk walau empet-empetan. Tapi risih juga sih, dia perempuan- berjilbab pula. Ahhhhh, ok ok, akhirnya aku rada menjaga jarak dengan membuat space. Meski hanya sebelah tubuh yang ditopang kursi, tapi gak papa deh. Deg-deg-deg. Jantung terus berdebar kencang. Peluh membasahi tubuhku. Keringat dingin meluncur deras tak mengenal perintah otakku. Yah keringat kan kerja otomatis. Degdeg-deg, debaran jantungku semakin kencang. Kuambil sapu tangan untuk mengelap peluhku. Ada apa dengan rasa ini, seperti sesuatu yang aneh yang terus menghantui. Tanpa sadar ku gerak-gerakkan kakiku. Jari pencat-pencet Hp gak jelas. Ternyata dia bisa membaca kegelisahanku. Aduh gimana ini. Petugas satu persatu mulai datang. Seorang penjaja minuman mengatakan agar penumpang siap-siap dengan tiketnya. Deg, intensitas kegelisahanku meninggi. Dan seorang polisi mulai menyisir lorong gerbong. Satu persatu penumpang diperiksa. Deg-deg-deg-deg. Seorang penumpang kedapatan tidak membawa karcis. Sayup-sayup terdengar dia memberikan alasan kalau karcisnya hilang. Deg-deg-deg, jantungku berdebar lebih keras. Dia akhirnya disuruh membeli tiket lagi. Deg—deg—dag-dig gimana nanti diriku -dug-dug-dig-derrr, akhirnya dia sampai di tempatku. Ya Allah , sesungguhnya aku meniatkan perjalanan ini untuk kebaikan dan silaturahmi maka mudahkanlah ya Allah. Dengan terbata-bata dan polos aku uraikan masalahku mulai dari keberangkatan di stasiun Depok sampai tidak dapat membeli karcis. Dia sempet berpikir. Deg-deg-deg. Kegelisahanku memuncak. Der, akhirnya dia melantunkan kata-kata. Alhamdulillah dia bisa memaklumi dan hanya disuruh beli tiket resistusi dengan harga yang sama. Tak hentihentinya batinku bersyukur. Akhirnya aku bisa tenang sepanjang perjalanan. Ya Allah, dia baik sekali dan jujur pula (semoga). Sepanjang perjalanan aku habiskan untuk menikmati pemandangan. Dia mulai terlelap dan tertidur. Selain itu tidak enak juga kalau diajak ngobrol. Sesekali aku berdiri untuk melepaskan kepegalanku. Ada pemandangan pegunungan yang berkelok kelok. Sawah-sawah di lereng-lereng gunung menghiasi perjalanan sepanjang Cirebon ke Purwokerto. Selain itu relnya juga berkelak-kelok indah dan jalan-jalan curam serta pemukiman terpencil. Ohhh, ada pembangunan rel ganda ternyata. Tiang-tiang pancang, penimbunan dan pengerukan tanah menghiasi perjalanan. Kereta akhirnya melewati sungai Serayu. Ya Allah indah banget, serasa terbang dengan kereta. Bayangkan dikiri dan kanan kereta terbentang sungai yang sangat luas. Hatiku jadi begidik kalau seandainya ada monster muncul dari dalam sungai atau rel ambles. Bagaimana nasib kami? Ya Allah, lindungi kami, masih banyak dosa kami yang harus ditaubati. Kereta terus melaju menyisir desa desa di Purwokerto dan Banyumas. Saat Ashar akhirnya kereta tiba di perbatasan dengan Kebumen. Asyik bentar lagi sampai, meski 2 jam tapi hatiku sudah lega. Pemandangan sepanjang perjalanan cukup indah dan sesekali kereta berhenti di stasiun-stasiun kuno peninggalan Belanda. Aku jadi ingat waktu sore-sore bareng teman-teman kecilku ramai-ramai lihat kereta yang melaju jalur sepanjang KutoarjoPurworejo. Yahh, meski hanya membawa satu gerbong dua gerbong, kereta itu cukup diminati warga Purworejo. Apalagi saat mulai dioperasikan lagi jalur tersebut saat bulan puasa, jadi bisa ngabuburit dan menghiasi masa belajar untuk berpuasa, walau akhirnya sesekali bolong juga karena laper dan banyak buah dipinggir sungai dan pematang sepanjang perjalanan yang menggoda selera. Gimana tidak? Setelah mandi di sungai yang dibendung di pinggirnya ada banyak pohon jambu berjejer. Walaupun tak semenarik Jambu konvensional tapi dia lebih eksotik dan kaya rasa. Tapi sayang pohon jambunya sekarang ada yang ditebang dan menyisakan tunas baru yang tidak tahu kapan berbuah lagi. Selain itu sungainya juga dah mulai kotor dan tidak sebersih dulu dan tentunya anak-anak sekarang sudah jarang yang bermain di alam seperti Si Bolang. Jadi miris, bisa menghargai alam gak ya nanti besarnya? Tak terasa kereta sudah memasuki stasiun Butuh dan sebentar lagi masuk Stasiun Kutoarjo, pemberhentian terakhir kereta Sawunggalih/Kutojaya. Segera kukemasi barangbarangku dan membantu si dia menurunkan tasnya. Yahh, sayang kami tidak bisa jalan 7
bareng soalnya dia sudah ada yang jemput. Aku terus berjalan sampai di depan terminal Sumber Alam tanpa menghiraukan tukang ojek dan angkot. Bayarnya bisa mahal kalau naik dari stasiun. Alhamdulillah tak berapa lama menunggu, angkot jalur A segera datang dan membuatku tak perlu lama menunggu walau masih kosong. Sekejap angkot segera penuh dengan penumpang lain yang berdatangan sehingga supirnya tak perlu ngetem lagi. Sepanjang perjalanan kucermati keadaan kotaku. Ahh, kota ini tidak banyak yang berubah. Seperti yang dulu, bersih tak ada sampah berserakan, pasar Hewan, alun-alun Kawedanan dan terminal masih seperti yang dulu. Akhirnya angkot berhenti di depan monumen Jend. A. Yani, putra Purworejo yang gugur semasa revolusi. Tak berapa lama masku datang menjemput. Uihhh, dingin banget sepanjang perjalanan. Hujan rintik-rintik menyambut kedatanganku. Katanya sih tadi malam hujan pertama sepanjang musim kemarau. Jalannya yang naik turun membuat perutku sedikit mual. Sesampainya di rumah limasan kami aku langsung sungkem sama Bapak dan Simbok. Setelah mandi serta solat jama’ qoshor Ashar dan Dhuhur, tak berapa lama adzan Magrib berkumandang. Solat di langgar penuh kenangan,membuatku teringat memori masa dulu. Hemmm, pingin rasanya bermain seperti dulu. Petak umpet, jaranan, egrang, patok lele dan yang lainnya di depan masjid, makan buah rambutan, kodondong dan sawo yang tumbuh di halamannya. Tapi sayang semuanya telah berubah, tak ada lagi teman-teman kecilku, pohon buahnya juga sudah tidak ada. Selain mati karena ulat kedondong juga disambar petir dan hanya menyisakan pohon sawo. Berebut untuk adzan dan iqomah, mendapat giliran pertama mengaji dan cepat-cepatan khatam quran. Akhirnya aku memenangkannya setelah strategi mengaji tiap habis solat fardhuku berhasil dan tentunya setiap solat harus di masjid. Akhirnya khatam al quran dalam tempo dua tahun. Selain murabbinya njelimet ngoreksi bacaannya juga karena lafal ro’ ku tidak terlalu bagus kala itu. Yahhhh, meski untuk itu aku harus membayarnya dengan khataman sendiri dan ngosngosan membaca jus 30 dan doa khatam sendirian saat khataman. Semoga pahalanya lebih banyak. Lebih cepat lebih baik. Liburan berakhir dengan indah. Selain jalan-jalan bareng teman-teman SMA dan makan durian bareng di ringin kurung alun-alun kabupaten aku juga dapat menyusuri setiap sudut kota dengan mudah. Tidak macet dan fleksibel karena menggunakan sepeda. Gereja Belanda depan SMPku berpagar baru, SMPnya ditambah gedung baru kelas internasional, Masjid Agung berlapis dinding baru, bedug Pendowo masih awet dan gede, SMA mempunyai gedung baru kelas akselerasi dan tempat makan baru di kawasan pecinan. Yah tapi tetap saja, sepi dan jarang macet dan hal ini yang membedakannya dengan Bogor. Ya Allah ternyata niat silaturahmi pada orang tua memudahkan perjalananku mudik. Terima kasih Rabb, dan aku akan meniatkan hal yang sama untuk mudik-mudik selanjutnya dan terutama mudik lebaran nanti. Saat balik ke Bogor, ternyata kami ketemu lagi di stasiun Manggarai. Deg-deg-degdeg-. Padahal gak janjian. Akhirnya ada teman ngobrol lagi. Zzzzzzzzzz…..Yah sayang sekali kami tidak sempat bertukar nomer Hp. Padahal dia berprestasi, soleh dan potensial. Imam Puro/F24060215
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Belajar dari Semut Menjalani kehidupan sebagai mahasiswa bukanlah hal yang mudah bagiku. Apalagi menjadi seorang mahasiswa IPB, kampus tempat berkumpulnya berbagai macam karakter orang. Kesibukan kuliah, tugas, laporan-laporan, dan berbagai kegiatan yang ada di kampus membuat kita belajar banyak hal. Pada suatu sore, di tengah-tengah ujian yang sedang melanda kehidupan studiku, di saat pikiranku jenuh setelah belajar seharian, aku duduk di bawah pohon di samping sekretariat KPS untuk refreshing sejenak. Di tengah-tengah waktu 8
santaiku itu, aku melihat segerombolan binatang yang berjalan berbaris dalam keteraturan dan kesibukan dengan kecepatan 1.5 cm/detik. Menurut Latreille (1809) binatang yang aku lihat itu berasal dari kerajaan Animalia, filum Artropoda, kelas insekta, dan ordo Hymenoptera. Ya! Mereka begitu sibuk mengangkat daun menuju sarang. Berdasarkan literatur yang aku baca, daun itu adalah makanan mereka yang disimpan sebagai bekal di dalam sarang untuk dikonsumsi bersama pada musim dimana mereka tidak memungkinkan untuk mencari makanan di luar sarang. Mereka begitu kecil dan tampak lemah, namun siapa sangka binatang yang berasal dari famili Formicidae ini ternyata mampu mengangkat beban sampai 10 kali lebih berat dari tubuhnya. Ck...ck..ck.. Jangan pernah meremehkan mereka yang tampak lemah! Semut-semut itu akan bekerja terus sampai musim istirahat mereka tiba. Mereka seakan tidak pernah lelah, tidak ada yang diam. Kucoba memperhatikan mereka dengan saksama, tapi aku tidak menemukan satu semutpun sedang bersantai-santai, semuanya bekerja tanpa ada yang mengawasi. Berdasarkan Wikipedia (2009) semut bukanlah budak dari siapapun. Mereka hanya memiliki seorang ratu yang bertugas melahirkan para semut, sedangkan sebagian besar semut adalah jenis pekerja dan sisanya adalah semut prajurit yang bertugas menjaga koloni dan ratu mereka, tapi tidak untuk mengontrol para pekerja. Semut adalah binatang yang bijaksana, yang menyadari bahwa untuk segala sesuatu ada masanya. Mereka menyadari ada waktu mengumpulkan dan bekerja serta ada waktu untuk beristirahat. Ketika masa untuk bekerja datang, mereka akan menggunakannya untuk mengumpulkan bekal makanan. Tak satupun dari mereka yang berusaha mencuri waktu untuk bersantai dan bersenang-senang. Karena mereka sadar ketika musim hujan tiba, mereka akan beristirahat di dalam sarangnya yang hangat, semua beristirahat, tidak ada yang bekerja. Mereka makan dan minum berpesta sambil menanti datangnya musim kemarau lagi. Sebagai semut, mereka tahu bagaimana hidup bersama dalam komunitasnya. Setiap semut paham akan tugas dan perannya masing-masing. Mereka menjalankan tugas dengan setia. Mereka tidak perlu dipaksa dan tidak perlu didikte. Mereka tetap bekerja tanpa perlu diawasi. Tiap-tiap semut akan melakukan tugasnya dengan sukarela dan sungguhsungguh. Yang satu tidak iri dengan yang lain. Wah..wah.. selain rajin ternyata semut adalah binatang yang memiliki integritas tinggi. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari semut. Semut tidak pernah menyerah, jika anda pernah mencoba menghentikan jalan sederetan semut maka apakah mereka akan berhenti? Tidak, mereka akan mencoba melewati rintangan itu dengan segala cara, baik memutar lewat kiri, kanan, ataupun memanjat rintangan tersebut. Semut tak pernah berhenti mencoba hingga menemukan jalan keluar. Semut selalu memikirkan musim dingin selama musim panas, kebiasaan bekerja keras dan bersiap sebelum halangan datang merupakan ciri bangsa semut. Mereka sadar bahwa musim panas tak akan terjadi terus menerus hingga mereka telah mempersiapkan diri mengumpulkan bahan makanan untuk menghadapi kemungkinan buruk pada musim dingin. Semut adalah bangsa yang tak sabar untuk selalu bekerja dan berprestasi. Mereka akan senantiasa menantikan saat musim panas dimana mereka bisa untuk memulai aktivitasnya. Semut selalu mencari kesempatan lebih dulu dibanding binatang lain. Lahirlah pepatah “Ada gula ada semut,” menyampaikan kepada kita bahwa mereka tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ketika kesempatan itu datang pada mereka. Bangsa semut tidak pernah berdiskusi tentang berapa hasil yang harus mereka dapatkan, mereka mengumpulkan sebanyak-banyaknya hasil pada musim panas, mereka cinta bekerja keras dan selalu mau mengoptimalkan kemampuan terbaik mereka. Bahkan seorang bijak pernah berkata: “Hai pemalas pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen”. Banyak pelajaran yang bisa aku ambil dari semut ini.. fuhh.. refreshingku sore hari itu memberikan semangat untuk menjalani ujian keesokan harinya. Ck..ck..ck.. dasar semut binatang yang bijak!!! 9
Yohanes Zega/F24060247
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Sebuah Perjalanan… Belum terlintas di pikiran ini seperti apa rumah keduaku ini. Sebuah tempat yang asing yang sebelumnya belum pernah aku singgahi. Belum sadar aku bahwa di sinilah aku akan menghabiskan bertahun-tahun menimba ilmu. Dan belum sadar juga jurang terjal dan jalan berliku yang akan aku lalui di dalamnya. Yah benar, di kota tua ini akan menjadi saksi diriku sendiri menyambung hidup, memeras keringat untuk belajar (baca : pembelajaran). Di kota ini pula akan banyak menjadi kenangan pena hidup yang akan digoreskan. Jawabannya adalah BOGOR. 2006. Tepatnya 3 tahun silam kulangkahkan kaki ini menuju sebuah kampus. Kampus yang sebelumnya tak pernah, bahkan tak ada dalam impian dan awangawangku ini yang akan kumasuki. Bertahun-tahun lalu kutatap Bandung sebagai kota keduaku. Apa daya, sebuah sistem birokrasi yang tercipta memaksa aku tidak bisa mengikuti SPMB dan hanya bisa meratapi penerimaan melalui sistem USMI. Tak ada yang patut disalahkan. Keluarga, teman, sekolah atau kampus ini, bukan yang patut disalahkan. Diri inilah yang paling patut kesal karena suatu pilihan. Pilihan yang tidak maen-maen dan sangat menentukan. Tiada kata selain penyesalan dan kekecewaan yang terucap kala itu. Saat itu banyak kesinisan. Banyak keraguan dalam jiwa ini. Satu kata yang menjadi pemacu darah ini untuk berkarya yaitu SEMANGAT. Tanpa itu tiada jalan yang terjal yang tak bisa dilalui. Mungkin sangat berbeda dengan atmosfer di kotaku. Di sini semuanya berubah. Pola hidup, cara makan, cara bergaul dan tata bahasanya. Agak bingung rasanya ketika bertahun-tahun diri ini ”bebas” kemudian diwajibkan (baca : dikerangkeng) di sebuah tempat hunian massal. Tak ayal tiap hari Anda akan melihat dua buah tempat tidur bertingkat dengan dua meja belajar dalam satu kamar. Kamar mandi yang terbatas dengan jumlah manusia yang berlimpah. Yah sekali lagi, tak pernah terbayang apakah pada bulan lalu, minggu lalu, atau pun kemaren kala itu, bahwa ku kan memulai babak baru dalam hidup ini dengan suatu lingkungan yang amat berbeda. Pembelajaran dan perjuangan mungkin kata yang terbaik dalam melukiskan keadaan kala itu. Banyak hal baru artinya banyak hal yang dapat kita dapat. Semakin fajar silih berganti dan berlalu, rasa kekesalan, penyesalan dan kekecewaan itu pun, lambat laun larut dalam suasana keakraban. Persahabatan tak mengenal suku, agama, ras. Sebuah bab baru telah dimulai di agenda hidup baru ini. Belum sempat merasakan kebebasan. Lagi-lagi suatu sistem memaksa adrenalin ini berpacu untuk sekali lagi merasakan kompetisi persaingan mendapatkan ”singgasana kursi” bagi yang terpilih. Aneh memang namun menjadikan diri ini sekali lagi menjadi lebih menjiwai dan memaknai hidup ini. Pilihan pun kembali menjadi penentu halaman berikutnya di dalam rangkaian agenda hidup ini. Agak sulit memilih apalagi pilihan yang dari awal bukan pada niatannya. Pena pun kembali digoreskan dan kembali dituliskanlah lembaran hidup baru dalam agenda hidup ini. Tak pelak di sinilah tiga tahun lagi diri ini menikmati rangkaian panjang dalam sistem yang tercipta bernama Teknologi Pangan. Nama yang sangat asing dan tak pernah terlintas dua tahun yang lalu dari masa itu. Belum tau dan hanya satu membuat diri ini ingin tahu adalah pangan. Selama umat manusia membutuhkan pangan, ilmu ini tidak akan pernah mati. Banyak hal yang dipelajari di tempat ini. Keragaman dari mulai suku, agama, ras bercampur di sini. Setiap orang dibekali kemampuan yang berbeda-beda, kemampuan lebih. Berbagai macam kepentingan, gaya, dan kemauan. Setiap orang dibekali prestasi dan prestasi itu yang banyak kutemukan di tempat ini. Kumpulan orang-orang hebat yang belum pernah kutemui di kelompok manapun. Satu kesatuan jiwa senasib sepenanggungan. Sependeritaan. Atau kah mungkin hanya sebatas kompetisi. Beberapa orang di sini bisa dibilang hanya sebagai penggembira dari rangkaian sandiwara kehidupan di kelompok ini. Hanya diam menatapi, only study. Apa seh yang dipikirkan oleh mereka. Ada hal yang lebih 10
penting yang patut diketahui kalau prestasi seseorang tidak hanya diukur only value but relationship with each other, connection and also friendship. Banyak juga ditemui beberapa orang memainkan peranan sebagai “the busy people”, sibuk dengan kesibukannya. Sebagian lagi memandang dirinya lebih tinggi di antara lain. Whatever it’s only just time. Pembelajaran tentang ini semua tidak akan pernah tergoreskan dalam agenda hidup yang singkat ini tanpa diawali dengan penyesalan, kekecewaan, putus asa di awal. Mungkin sudah takdirnya diri ini terpilih untuk masuk ke dalam kelompok orang-orang hebat ini dengan berbagai latar belakang serta potensi yang mereka miliki. Sebuah pembelajaran singkat mengenai kehidupan dicatat sebagai pena merah di dalam agenda ini. Bukan melambangkan amarah, namun merah ini merupakan kobaran api semangat diri untuk terus berkarya. Berkarya untuk nusa bangsa ini melalui pendidikan. Segala penyesalan dan kekecewaan yang terucap kala itu nampaknya telah sirna. yang terbesit adalah rasa bangga dan bersyukur kepada Allah SWT atas segala anugerah yang diberikan. Beruntung?. Maybe. Yang pasti sebuah catatan kecil tentang semua ini telah memenuhi beberapa bab dalam agenda kehidupan yang fana ini. Thanks GOD. Hanya waktu yang bisa menjawabnya. Sebuah hidup. Sebuah kisah. Sebuah perjalanan..... BOGOR, 2009 Arius Wiratama/F24060269
--------------------------OUR JOURNEY-----------------------------
11
Aku dan Diriku Langit - langit yang tak Kini lapuk dimakan Tak mungkin kembali Sampai mati
pernah waktu
terbayang
oleh
ku
Aku ada di sini Angin membawaku kemari Menemani lembutnya rembulan dan gagahnya mentari Meskipun berteman sepi, bersahabatkan imaji dan ber... mimpi Aku ada dan hidup dari tanah itu Dipijak, diinjak dan dilapangkan Tetap tersenyum walau jiwa haus Bersama-sama mimpi indah kuraih kebahagiaan Aku adalah debu yang dibawa angin Berasa sama seperti tempatku hinggap Menikmati jalan hidup di dunia apa adanya Menikmati takdir yang dibuat sungguh indah
Aku
tumbuh
dengan
egoku
Rasa yang selalu membara di dadaku Rasa yang tak terkalahkan oleh apapun Rasa yang
menggerakkan
urat – urat nadiku
Rasa yang membuatku hidup sampai saat maut menjemput Ipan Permadi/F24060277
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- BoSann............ Hari ini sudah jam 3 sore, dan hari ini saya nyaris tidak melakukan apa-apa. Hari ini hari minggu, dan hari ini saya masih berada di Bogor. Hari ini badanku malas sekali bergerak, padahal besok masih ada ujian. Hari ini begitu cerah, tapi sehari tadi saya terkapar di atas tempat tidur. Hari ini sudah bulan Juli, dan saya bingung kapan mau pulang ke Jambi Hari ini begitu suntuk tidak ada hiburan, dan siaran motogp baru berlangsung dini hari besok. Hari ini aku mencapai taraf kebosanan yang tidak terkira. Moh. Anugerah Ramadhanny/F24060336
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Semula saya sedikit bingung karena tidak tahu apa yang harus saya tulis. Tetapi saya teringat dengan sebuah buku kecil yang pernah saya buat saat masih di Tingkat 12
Persiapan Bersama (TPB) beberapa tahun yang lalu. Buku itu sebenarnya saya buat dalam rangka memenuhi tugas dari mata kuliah Kewirausahaan. Buku ini memiliki kenangan tersendiri bagi saya. Saya masih ingat bahwa saat itu saya hanya membuat buku itu dalam waktu dua jam karena saya diburu oleh waktu. Tanpa ada persiapan saya langsung mengetik di depan layar komputer dan menuangkan semua ide yang muncul di kepala saya saat itu juga. Saat ini saya masih sering membaca buku itu. Terkadang saya senyum sendiri saat membaca buku itu. Meskipun hanya sebuah penyelesaian tugas kuliah, buku itu memiliki isi yang sangat berarti bagi saya. Buku itu memuat semua visi dan tujuan hidup saya. Membaca buku itu rasanya seperti melihat diri saya 30 bahkan 50 tahun lagi. Ketika saya mendapat banyak masalah dan merasa putus asa, saya kembali membuka buku itu dan membacanya. Saya teringat kembali akan capaian apa yang akan saya raih kelak. Hal itu membuat saya terhibur dan saya menjadi sadar kembali bahwa seberat apapun langkah yang harus saya jalani, langkah saya tidak akan pernah berhenti karena saya tahu masa depan saya yang akan saya capai kelak. Mungkin kata-kata saya tampak agak berlebihan. Tapi sebenarnya memang hal itulah yang saya alami. Buku itu telah menjadi salah satu sumber semangat juang saya. Kesempatan ini akan saya gunakan untuk menuliskan kembali buku tersebut. Sebuah buku yang telah begitu berarti bagi saya. MY DREAM BOOK Aku tiba-tiba merasakan hal yang sangat menimpaku. Entah apa yang sedang terjadi padaku saat ini. Perutku terasa sangat mual. Kepalaku terasa sangat pening hingga rasanya ingin kupukuli saja kepalaku ini ke dinding-dinding di sekitarku. Tapi bahkan saat ini aku tidak sanggup lagi untuk tetap berdiri dan mengawasi keadaan di sekitarku. Belum sempat aku mengatasi rasa mual dan pening ini, aku sudah dikejutkan lagi oleh kilauan sinar yang begitu menyilaukan mataku. Hingga akhirnya aku tak sanggup lagi untuk berdiri. Aku tersungkur. Tempat apa ini? Mengapa tiba-tiba aku berada di tempat seperti ini? Semua terasa begitu asing bagiku. Perlahan-lahan kutengadahkan kepalaku. Aku mulai menegakkan kakiku. Sampai kini aku melihat sebuah gedung yang begitu megah menjulang di hadapanku. Sebuah gedung yang tak pernah sanggup untuk kubayangkan sebelumnya. Begitu tinggi menjulang, megah berdiri di tengah hiruk-pikuk kota besar yang begitu memusingkan kepalaku. Atau mungkin ini hanya ilusiku saja karena tadi aku begitu mual dan pening seperti sedang diguncang ombak lautan yang siap menerkamku. Aku tidak boleh hanya berdiri saja di sini. Aku harus segera mencari tahu tempat apa ini dan mengapa aku bisa berada di sini. Bahkan kalau bisa aku harus mencari jalan untuk pulang ke rumah. Entah mengapa kuputuskan untuk masuk ke dalam gedung megah yang ada di hadapanku itu. Luar biasa! Apa yang sedang kulihat ini? Belum pernah aku melihat mahakarya agung seperti ini. Bahkan hotel termewah di dunia yang aku ketahui pun tidak memiliki lobi seluas, seindah, dan semegah ini. Semua dindingnya berlapis emas. Bahkan langit-langitnya yang begitu tinggi bertahtakan lampu-lampu berlian yang begitu besar. Rasa penasaranku membuat aku ingin bertanya kepada orang-orang yang ada di sekitarku. Kebetulan kulihat ada seorang petugas keamanan yang memakai jas bertuliskan “Calvin Klein”. Kejutan apa lagi ini? Sedangkan aku saja selama ini hanya bisa melihat pakaian-pakaian rancangan Calvin Klein di televisi. Tapi saat ini aku benar-benar sedang melihat seorang petugas keamanan yang memakai jas itu. “Pak, gedung ini namanya gedung apa ya?” Berkali-kali aku menanyakan hal itu pada petugas keamanan tadi, tapi tidak ada jawaban. Dia seperti tidak dapat mendengarkanku. Daripada aku menghabiskan energi untuk bertanya, kuputuskan untuk melihat-lihat keindahan lobi gedung ini.
13
Tiba-tiba aku mendengar suara seorang wanita menyapaku. Saat aku menoleh ke belakang, aku melihat seorang wanita yang begitu cantik, anggun, dan ramah menatapku. Tatapan itu terus berlangsung selama beberapa menit. “Kau dapat melihatku?” sapaku memecah keheningan. “Ya, tentu saja,” jawabnya. “Kamu siapa?” Mengapa aku berada di tempat seperti ini? Sedang berada di mana kita saat ini? Tempat apa ini?” tanyaku sedikit emosi. “Baik, saya akan menjelaskan semuanya kepadamu. Tapi sekarang kita duduk dulu di kafe yang ada di sana. Tepatnya di bagian pojoknya agar tidak ada yang melihat. Nanti mereka bisa mengira bahwa aku sudah gila sehingga aku berbicara sendiri,” jawabnya dengan lembut. Dia pun mulai bercerita, “Bernand, saya adalah istrimu di masa depan. Di sini hanya aku yang dapat melihatmu dan berbicara denganmu. Bahkan “dirimu sendiri” pun saat ini tidak dapat melihatmu ataupun berbicara denganmu. Aku akan menceritakannya kepadamu. Kita menikah saat umurmu kira-kira 28 tahun. Pertemuan pertama kita terjadi di Okinawa, Jepang. Saat itu umurmu baru 23 tahun dan kita sama-sama mengambil S-2 di sana. Sebelumnya kau menyelesaikan S-1 di IPB jurusan Teknologi Pangan. Saat kau di Okinawa tidak banyak orang yang mau berteman denganmu. Mungkin karena kau terlalu fokus dengan kuliahmu dan kurang bergaul. Aku saja mulanya tidak mau menjalin hubungan denganmu saat kau melamarku untuk menjadi kekasihku. Tapi lamakelamaan akhirnya aku jatuh cinta kepadamu. Kisah cinta kita berakhir saat kau pergi bekerja ke Chicago dan aku kembali ke Indonesia. Sampai akhirnya, kira-kira saat umurmu 27 tahun kita bertemu di “International Congress on Food Technology” di Jakarta. Saat itu kau menjadi salah satu pembicaranya dan aku yang menjadi salah satu peserta kongresnya. Tentu saja saat itu aku sangat senang. Tapi yang lebih membuatku senang adalah peristiwa saat kau melamarku seusai kongres itu di hadapan ribuan peserta kongres. Aku kagum sekali padamu karena kau memiliki ambisi yang besar. Kau begitu berambisi agar hasil penelitianmu mendapat penghargaan di kancah internasional. Puncak pencapaian prestasi ilmiahmu adalah saat kau meraih “Nobel Prize in Chemistry”. Saat itu kau menginjak umur 33 tahun. Sebuah pencapaian yang mengagumkan. Itulah saat di mana kau membuktikan bahwa semua impianmu bukanlah sekedar impian biasa. Namun impian yang nyata. Aku masih ingat saat-saat itu. Saat kau naik ke atas panggung yang megah di Norwegia. Di atas panggung itu kau menyanyikan lagu “:Amazing Grace”. Yang membuatmu terkejut saat itu adalah bahwa ternyata temanmu saat kuliah di Indonesia, Dhimas juga hadir di sana untuk menerima “Nobel Prize in Peace”. Hanya beberapa minggu setelahnya banyak tawaran muncul dari berbagai institusi dunia untuk memintamu menjadi peneliti mereka. Namun kau justru menolaknya. Saat itu kau lebih memutuskan untuk mendirikan lembaga penelitianmu sendiri dengan dana dari hadiah Nobel yang kau raih dan juga dari sebagian tabunganmu yang ada di bank. Mulanya aku tidak setuju dengan keputusanmu itu. Sebab kau menggunakan modal yang sangat besar jumlahnya. Hampir seluruh pegawai dan peralatan laboratoriummu harus kau impor. Untungnya banyak lembaga ilmu pengetahuan dari seluruh dunia yang membantumu dalam hal pendanaan. Dan setelah kau memberikanku begitu banyak penjelasan, akhirnya aku mau mendukungmu juga. Setelah sebulan lamanya kau menjalani bisnismu, kita berencana untuk mempunyai anak. Saat itu kita ikut program dari dokter untuk cepat mempunyai anak. Akhirnya anak pertama kita lahir saat kau berusia 35 tahun. Dia anak yang sangat manis. Anak kita itu laki-laki. Dia begitu tampan dan lucu, seperti kau. Dia kau namai Christen Paul Joshua Simanjuntak. Kebahagiaan itu masih berlanjut. Saat kau sedang berada di puncak karirmu, anak kita yang pertama lahir. Dia seperti peri yang begitu cantik. Kau menamai dia Christen Maria Simanjuntak. Perusahaanmu terus berkembang pesat sampai kantor cabangnya ada di 53 negara. Kita pun mendirikan kantor pusat perusahaanmu di sini, di Jakarta. Ya, gedung inilah yang menjadi kantor pusat perusahaanmu. 14
“Hei, apakah semua yang kau katakan tadi benar? Gedung ini milikku? Tunggu, tunggu, aku tadi bahkan melihat betapa megahnya lobi ini. Tolong ceritakan tentang kelanjutan perjalanan hidupku,” tanyaku penasaran. “OK! Aku tidak heran kalau kau kagum dengan gedung ini. Aku yang sudah lama menjadi asistenmu saja masih suka terkagum-kagum dengan arsitektur bangunan ini. Sebenarnya kau saat ini sedang berada pada tahun 2028. Umurmu yang sebenarnya adalah 40 tahun. Saat ini kau tidak lagi benar-benar terjun ke dalam setiap perencanaan maupun pelaksanaan penelitianmu. Sebab kau sibuk melayani di Afrika.” “Kenapa bisa begitu? Maksudmu apa? Kau tidak sedang bercanda kan?” tanyaku heran. “Tentu saja tidak! Aku serius. Saat umurmu 38 tahun, kau memutuskan untuk melayani beberapa negara di Afrika yang masih dililit kemiskinan. Kau pergi ke sana lalu mendirikan rumah sakit, perpustakaan, gereja, sekolah, jalan raya, bandara perintis, pasar murah, lahan pertanian berteknologi modern, dan fasilitas lainnya. Tentu saja saat itu aku sangat mendukungmu. Bahkan aku dan anak-anak kita ikut semua ke sana. Kita banyak menghibur orang-orang yang susah dan sedih, terutama anak-anak. Kita juga mendirikan rumah kita yang sederhana di sana. Bukan hanya untuk kita, namun juga ribuan rumah lainnya untuk masyarakat di sana. Aku begitu senang karena di sanalah kita dapat saling membangun dalam kebersamaan dan kita jadi sering bertemu serta bermain dengan anak-anak. Semua itu berlangsung sampai saat ini. Hanya saja kemarin kami harus kembali ke sini untuk menyelesaikan beberapa urusan yang belum terselesaikan. Jadi, selama beberapa hari ini nikmatilah pemandangan di sini sebelum saya dan “dirimu yang di masa kini” kembali ke Afrika.” “Tunggu! Kenapa aku melayani di Afrika? Kenapa bukan di Indonesia? Di sini kan masih banyak daerah miskin?” tanyaku. “O, itu dulu. Sejak tahun 2010 pemerintah kita begitu serius membangun negara ini. Bahkan saat ini Indonesia masuk ke dalam jajaran ‘negara maju yang baru muncul’ bersama-sama dengan Malaysia, Thailand, China, dan India. Jadi, saat ini tidak ada lagi kemiskinan yang benar-benar mencolok di negara kita ini,” jawabnya. “Bolehkah aku sekarang melihat ‘diriku yang di masa kini?” tanyaku. “Tentu, akan kuantarkan kau sekarang ke lantai 134. Itu kantormu.” jawabnya dengan senyuman yang indah. Belum sempat aku melangkahkan kaki tiba-tiba aku merasa sangat pusing. Rasanya seperti ingin muntah. Semakin aku memperhatikan posisiku untuk tetap berdiri justru aku semakin tidak seimbang. Hingga akhirnya aku tersungkur. Ya, semua terjadi begitu saja sebelum aku sempat mangucapkan salam perpisahan kepada dia. Dia yang begitu mempesonaku. Huh, bahkan aku tak sempat melihat “diriku di masa kini”. Tanpa lagi mau peduli dengan apa yang terjadi padaku, kututup saja mataku sambil mengingat-ingat lagi saat-saat tadi kutatap mata wanita itu. Luar biasa. Biarlah kenangan ini terus ada di dalam benakku sambil terus kutatap masa depanku di dalam untukku kini. Saat ini. Ya, sampai waktunya kelak kulihat lagi semua yang telah diceritakan wanita cantik tadi kepadaku. Semangat! ~~~SELESAI~~~ Bernand Setia Agustinus/F24060386
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Just As I Am I`ve walked alone for along time Only looking down on the roads 15
One day he has shown to me at a corner of my ways He was pointing the way for me, who had no idea of the right path to go and he led me to the way holding my hand The first time of walking with him was so joyful that I walked with deligth.. The way, however, was very long It was very tiring and my feet hurt Others seemed to walked easily and fast I looked upon him I asked him to carry me by himself, but?? He just walked without saying anything holding my hand I saw many beautiful things beside my road, though he shook his head I tried more and more to become free of his hand escaping from him I saw him getting farther behind me I tried not to turn back to see, and as time goes by, my memory faded away I had many people who indulged me and rode speed cars.. But the day become darkened The bright lights turned off one by one Those which made me pleasant were getting stopped My feet were so weakened It was very hard to walk alone.. I turned my had up He was reaching his hands to me silently at the back side of me just as he was at first time I`m walking the old way once again There would be many hills ahead of that way There might be many things that can turn my eyes unto But I will not take his hands away any more Because as I know that my hands are bound with him tightly who is walking with me.. All I once held dear, built my life upon All this world reveres, and wars to own All I once thought gain, I have counted loss Spent and worthless now, compared to this.. Now my heart`s desire is to know you more To be found in you and know as yours To possess by faith what I could not earn, all surpassing gift of righteousness To know the power of your risen life, and to know you in your sufferings To become like you in your death, so with you to live and never die.. Knowing you.. There is no greater thing!! You`re my all, you`re the best, you`re my joy, and my righteousness In God alone, I place my trust, and find my glory in the power of the cross In every victory, let it be said of me, "my source of strength, my source of hope, is God alone.." Dhimas S. Utomo/F24060455
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- 16
HP Ku Sayang HP Ku Malang Sudah jadi kebiasaan tiap mahasiswa yang berasal dari luar daerah untuk pulang tiap liburan semester tiba. Begitu pula dengan libur semester ini banyak mahasiswa yang menyempatkan diri pulang untuk bertemu dengan keluarganya di kampung halaman. Tapi lain denganku. Aku liburan ini ingin menghabiskan waktu berdiam diri di kosan. Tempat yang kecil, tapi menurutku cukup nyaman untuk dipakai sebagai tempat berlibur. Pada awalnya ada 1 orang temanku yang menemani liburanku di kosan. Suasana itu tak bertahan lama. Dia pun pulang kampung pada pertengahan liburan. Jadi singkat cerita aku tinggal sendiri di kos. Mulailah rasa sepi menghinggapiku wakakaka. Kayak nyamuk aja hinggap. Tiba-tiba saja beberapa hari menjelang masuk kuliah, aku jadi ingin pulang rumah. Tanpa perencanaan atau apa pun aku segera berkemas dan berangkat ke stasiun kereta. Kereta api merupakan sarana transport yang paling aku sukai selama ini. Murah, cepat, dan cukup bisa diandalkan walau dari segi keamanan kurang terjamin. Kalau diingat-ingat lagi transportasi apa sih yang masih aman di Indonesia???? Rasanya hampir tidak ada. Aku cuma membawa 1 set baju dan tidak bawa apa-apa lagi kecuali dompet di kantong. Aku memang selalu menikmati perjalananku jadi selalu aku buat seperti orang mau jalan-jalan saja. Yang penting santai dan bagaimana supaya enak saja. Perjalanan memakan waktu hampir 20 jam. Cukup lama, membosankan, capek, tapi tetap aku bawa senang saja. Sepanjang perjalanan memang banyak pemandangan yang indah. Apalagi kalau sudah mulai masuk Jawa Timur. Dijamin tambah nyaman soalnya suasana lebih tenang, pedagang asongan semakin sedikit, udara jadi terasa lebih dingin, dan perasaan sudah dekat rumah membuat hati tenang. Wakakaka. Dah lama juga belum pulang kampung. Subuh aku turun di stasiun Kediri. Jam sepagi itu masih jarang kendaraan jadi aku menyempatkan duduk-duduk di pinggir alun-alun kota. Melihat aktivitas pedagang di pagi hari berangkat ke pasar. Dan tentu juga anak sekolah berangkat ke sekolah. Hihihihi. Kurang kerjaan memang. Jam 7 lebih sedikit ada bus dan aku naik ke bus jurusan Surabaya itu. Kurang lebih jam 8 aku telah turun di depan rumah. Setelah beberapa jam di rumah aku pun bersiap berangkat lagi. Nah di sini masalahnya. Kalau musim liburan tiba kereta api bisa penuh sesak. Naik kereta kelas eksekutif pun susah gara-gara tiket sudah dipesan sejak jauh hari oleh para pemudik. Waktu kereta tiba, astaga, keretanya penuh sesak!!!! Kepalang tanggung aku pun terpaksa naik kereta yang sudah penuh itu. Tak banyak pilihan memang soalnya hari Senin aku ada jadwal praktikum. Naik kereta yang penuh terasa susah dan ribet. Banyak sekali orang yang berebut naik pada saat bersamaan. Setelah ada di dalam gerbong seperti biasa aku melakukan ritual pemeriksaan barang bawaanku. Astaga!!!!! HP-ku hilang!!!! Parah, benar-benar parah. Bagaimana bisa aku seteledor itu. Padahal di dalam HP itu tersimpan banyak nomor teman-temanku. Jadi ceritanya aku telah menjadi manusia zaman batu baru yang tidak punya HP. Untuk perjalanan kali ini aku pun tak bisa terlalu banyak menikmati. Mau bagaimana lagi ada musibah yang merusak suasana. Abdi Tunggal C. S./ F24060460
--------------------------OUR JOURNEY-----------------------------
17
Ayo Dong Semangat Ilmu dan Teknologi Pangan 4 Ilmu dan Teknologi Pangan 3 Ilmu dan Teknologi Pangan 43 ITP 4 ITP 3 Ayo maju..maju
ITP 43
Ayo maju..maju
ITP43 ITP 3 ITP 4 Ilmu dan Teknologi Pangan 43 Ilmu dan Teknologi Pangan 3
Ilmu dan Teknologi Pangan 4 ITP 4 ITP 3 Mendukung
ITP 43
dan
ITP 43
Membangun
Bersama kita pasti bisa!
ITP 43 ITP 3 ITP 4
Felicia/F24060503
--------------------------OUR JOURNEY-----------------------------
18
Kehidupanku di Bogor Banyak hal yang terjadi di dalam hidupku semenjak aku berada di Bogor ini. Awalnya aku tidak pernah berharap untuk tinggal di kota hujan ini karena saat itu aku sedang mengharapkan untuk bisa melanjutkan studi tetap di sekitar Jakarta, maksudnya supaya dapat tetap tinggal di rumah. Maklum, dari kecil aku terbiasa tinggal di rumah bersama keluargaku. Namun ternyata kenyataan berkata lain. Selama aku menjalani tingkat pertama di kampus ini, aku sering merasa murung. “Kenapa aku harus di sini?!” Itulah pertanyaan terbesarku saat itu. Aku sering merasa asing di kota ini, ya walaupun saat itu ada teman SMA aku yang juga diterima di kampus ini melalui jalur USMI, namun perasaan asing itu ada. Saat itu, pulang ke rumah setiap minggu adalah cara yang aku lakukan untuk menghilangkan rasa itu. Namun ternyata pada saat-saat tertentu aku tidak bisa melakukan hal itu karena banyaknya tugas yang harus aku kerjakan. Hal tersebut yang memaksa aku untuk bisa betah di kota ini. Hingga akhirnya aku mulai menemukan komunitasku yang sesungguhnya dan aku merasa nyaman di dalamnya. Banyak pelajaran hidup yang kupetik selama aku di Bogor ini, dari mulai belajar untuk bisa mandiri/tidak tergantung dengan keluarga hingga belajar untuk berinteraksi dan memahami sesama. Dulu, aku seorang yang sangat individulis. Aku menganggap teman, sahabat itu tidak penting. Hal yang aku anggap penting hanyalah “prestasi “( terutama dalam studi). Namun, setelah aku mengenyam bangku kuliah ini, aku baru sadar ternyata aku bukan orang hebat yang serba bisa sehingga tidak membutuhkan orang lain. Aku baru sadar pentingnya persahabatan dan kekuatan komunitas. Disini aku, terutama di komunitasku, aku melihat bagaimana teman-temanku rela melakukan apa pun untuk menolong sesamanya, dari berjualan molen sampai tidur di kolong ranjang untuk menemani orang tua dari teman kami yang sakit. Saat itu sebenarnya aku masih segan karena selama ini aku belum pernah merawat orang sakit. Namun karena ketulusan mereka, aku jadi bersemangat. Selain itu, selama di sini, aku juga belajar untuk lebih bisa berani menghadapi sesuatu, bahkan termasuk menangkal rasa takutku terhadap tempat yang gelap atau hal-hal yang berbau mistis. Aku masih ingat saat itu, bagaimana aku harus sabar menangani temanku yang kerasukan setan. Hmm, itu adalah hal yang baru bagiku saat itu. Kini, aku baru menyadari bahwa ternyata kehidupanku di Bogor ini melatihku untuk bisa lebih baik atau “naik satu tingkat” lebih baik dalam pembentukan karakter dari sifat burukku sebelumnya. Aku bersyukur ternyata segala sesuatu yang terjadi dalam hidupku itu tidak sia-sia, segala sesuatu ada berkat di baliknya. Pengalaman hidup banyak mengajariku untuk bisa memaknai hidup lebih bijak. Terakhir, aku hanya bisa berkata : “Thanks God for all You’ve done”. Lisa/F24060505
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Cerita Sebelum Tidur Pada suatu hari di desa antah berantah nun jauh di sana hiduplah seorang pasangan suami istri yang sudah sangat berumur. Keduanya merupakan pasangan tersepuh di desa tersebut. Sang suami yang biasa di sapa opa telah berumur 80 tahun dan sang nenek yang biasa di sapa oma telah berumur 75 tahun. Satu hal yang paling dikagumi warga sekitar terhadap pasangan ini adalah keharmonisan mereka. Mereka telah hidup bersama bertahuntahun dan tetap saling mencintai walau keriput telah menghiasi seluruh tubuh mereka. Untuk opa, oma adalah wanita paling cantik dan dicintainya di seluruh penjuru dunia begitupun bagi oma. Setiap pagi, setelah pulang berolahraga berjalan-jalan keliling desa, opa selalu membawakan bunga untuk oma disertai kecupan di kening dan ucapan I Love You kepada 19
oma ketika bunga itu diberikan. Hal ini selalu dilakukan opa setiap hari sejak mereka menikah pada hari pertama. Ketika ditanya untuk apa opa selalu melakukan itu setiap hari? Apakah opa tidak bosan? Kemudian opa menjawab, “kenapa harus bosan? Setiap hari aku selalu semakin jatuh cinta pada istriku, tak pernah ada kata bosan untuk orang yang kita cintai.” Lain opa lain juga oma, oma juga mempunyai cara unik tersendiri untuk menunjukkan cintanya pada opa. Dansa ya dansa, oma sangat suka dan pandai berdansa, setiap hari setelah sarapan dan sebelum opa berangkat beraktivitas oma selalu mengajak opa berdansa. Keduanya lalu berdansa diiringi lagu klasik dari zaman mereka…sungguh sangat romantic. Keharmonisan mereka merupakan panutan bagi pasangan-pasangan muda lainnya di desa tersebut. Banyak yang sering bertanya pada opa, apa yang membuat dirinya begitu bisa mencintai oma hingga saat ini? Tak adakah hal yang tidak disukai opa dari oma? Benarkah oma begitu sempurna dimata opa? Kemudian opa menjawab dengan senyum simpulnya yang khas, ”Ada, ada satu hal yang tidak aku sukai darinya, yaitu dia yang membuatku tidak pernah bisa berhenti mencintainya.” Lalu opa apa yang harus kami lakukan agar kami bisa mencintai pasangan kami seperti opa mencintai oma? ”Ingatlah anakku, wanita diciptakan dari rusuk pria, bukan dari kepalanya untuk dijadikan atasan, bukan pula dari kakinya untuk dijadikan bawahan, melainkan dari sisinya untuk menjadi teman hidup dekat-dekat lengannya untuk dilindungi, dan dekat di hatinya untuk dicintai. Pahamilah itu anakku dan lakukanlah”, jelas opa. Banyak juga yang sering bertanya pada oma, ada apa dalam diri opa yang membuat oma begitu amat sangat mencintainya? Kemudian oma menjawab dengan sedikit tersenyum, ”jika kau menyukai seseorang karena fisiknya itu adalah nafsu, jika karena kebaikannya itu adalah rasa terima kasih, jika karena sifatnya itu adalah rasa simpati, tetapi jika kau menyukai seseorang karena tidak tau kenapa, ya itulah cinta”. Sungguh sangat manis bukan. Jawaban oma menyiratkan bahwa dirinya sangat tulus mencintai opa. Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan mereka yang ke 52, keduanya sangat antusias untuk merayakan perjalanan cinta mereka yang sudah sangat teruji ini. Oma yang masih terlihat kuat sibuk berkutat di dapur memasak makanan favorit opa karena malam ini mereka akan melakukan candle light dinner hanya berdua. Sungguh amat romantis, bukan? Sementara opa tampak sibuk merapikan meja dan memasang-masang lilin di meja, sungguh sangat sederhana memang tapi sungguh sangat luar biasa. Setelah menata meja kemudian opa menyemprot ruangan dengan pengharum ruangan yang menenangkan dan mulai memutar piringan hitam yang menyanyikan lagu-lagu favorit mereka berdua. Akhirnya makanan selesai dimasak dan telah dihidangkan di meja, oma dan opa pun telah siap untuk memulai ritual ulang tahun pernikahan mereka. Sebelum makan, opa dan oma akan berdansa dulu selama beberapa menit dengan lagu favorit mereka. Setelah makan di hari ulang tahun pernikahan mereka, biasanya opa akan berdiri dan mulai membacakan puisi yang dibuatnya untuk oma, yang tentunya juga mewakili perasaan oma terhadap opa. Ya..dan kali ini setelah makan, opa kembali berdiri, mendekat kepada oma, berlutut, meraih tangan oma dan mulai membacakan puisi yang dibuatnya… I LOVE YOU Terima kasih Telah mengajariku membedakan benar dan salah Mendorongku untuk mempertahankan mimpi-mimpiku Menunjukkan padaku untuk tidak terpengaruh oleh rintangan Dan untuk mengubah kebingunganku menjadi senyuman Menunjukkan padaku betapa istimewanya cinta itu Menghapuskan air mataku kala aku sedih Dan untuk menenangkanku saat aku ingin marah Memelukku ketika aku merasa sunyi Dan membisikkan padaku “Aku Sayang PadaMu” Henni Rizki Septiana/F24060529 20
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Pergi… Rini adalah salah satu dari empat sahabatku di SMA. Tapi kini dia sudah pergi dan tak akan kembali, tak akan bisa kutemukan lagi kecuali hanya lewat mimpi. Sedih…..banyak kenangan tentangnya yang tidak bisa terlupakan. Banyak hal yang kusesali karena belum sempat kuberikan. Tanggal 21 September 2007 dia pergi. Hal yang paling kusesali adalah saat dia berulang tahun tanggal 2 september aku telat mengucapkan. Maaf Rin, membuatmu sedih padahal itu terakhir kalinya aku bisa mengucapkan ulang tahun langsung padamu. Banyak hal yang takkan terlupakan. Kusyukuri kebersamaan kita di bulan Agustus 2007 meskipun hanya 2 hari tapi sangat berarti. Satu hal yang tidak akan kulupa adalah kegilaanmu pada Harry Potter yang mendorongku melahap semua seri Harry Potter yang kau pinjamkan. Suatu malam di bulan puasa, 21 September 2007, hpku berdeRing. Ada sms masuk, kubaca dan dengan hati kacau kutelpon si pengirim sms itu untuk memastikan kabar yang ia sampaikan. Kucoba, tidak bisa…kusambung lagi…tidak bisa. Semakin kacau hatiku, mataku pun mulai memanas. Terus kucoba hingga akhirnya tersambung dengan si pemberi kabar, Ani sahabatku. Tumpah sudah air mataku mendengar kebenaran berita yang ia sampaikan bahwa Rini telah tiada. Ya Allah……tak kuat rasanya kehilangan sahabat. Tak kusangka sakit yang ia derita beberapa hari yang lalu akan menerenggut nyawanya. Padahal, Agustus lalu kami baru bersama. Aku teRingat lagi ketika Ani mengabariku bahwa Rini sakit. Ani dan sahabat-sahabatku yang lain, Nisa dan Ial, berencana menjenguk sedangkan aku hanya bisa titip salam dan mendoakan dari jauh karena belum bisa pulang ke rumah. Kutanya mereka bagaimana keadaannya sepertinya bukan sakit yang mengkhawatirkan. Entah mereka tidak ingin membuatku khawatir atau bagaimana, Nisa baru bilang keadaan Rini saat mereka jenguk beberapa hari sebelum kematian Rini. Dia bilang saat mereka jenguk, Rini sudah seperti orang linglung yang tidak mengenali orang di sekelilingnya. Tapi Alhamdulillah Rini masih mengenali Ani, Nisa dan Ial. Sejak mendengar ini, aku jadi khawatir tapi tidak menyangka secepat ini. Aku berpikir lebaran nanti kita akan ketemu lagi, tapi di pertengahan puasa kau telah pergi…maafkan aku yang tak sempat menemuimu…. Bulan Agustus 2007 takkan pernah terlupa. Itulah saat terakhir kebersamaan kami. Liburan semester dua aku dan Rini janjian ketemu di Jakarta karena ada hal yang harus kami lakukan bersama. Dari Bogor aku naik bis ke Jakarta, menunggunya di Blok M. Kutunggu, kucari-cari sosoknya. Sudah seperti apakah dia sekarang??? Setiap bis yang datang, kuharap dapat menemukan sosoknya. Lama, lama……tiba-tiba ada cewek berjilbab menghampiriku. Wua…..Rini??? dulu di SMA dia tidak mengenakan jilbab. Senangnya ketemu juga…. Setelah ngobrol-ngobrol sebentar sekedar melepaskan sedikit keRinduan, kami mencari mushola karena sudah masuk waktu shalat dzuhur. Setelah shalat, Rini mengajak jalan-jalan sekalian mencari makan untuk memenuhi hak perut kami yang sudah keroncongan. Setelah makan kami lanjutkan jalan-jalan, melihat kampus Rini meskipun sekedar lewat saja. Kami naik turun bis kota untuk mencari tempat yang kami tuju. Setelah menemukan tempat tujuan, kami lanjutkan perjalanan dengan bis kota yang lain dan singgah di suatu tempat hingga sore tiba. Hari mulai gelap ketika kami memutuskan untuk pulang. Kami naik busway, inilah pertama kalinya aku naik busway. Di dalam busway Rini menceritakan tentang koridorkoridor busway, pokoknya semua tentang busway. Ternyata kami tidak langsung pulang, tapi mampir dulu ke ITC karena ada titipan dari kakak Rini yang harus dibeli. Seperti biasa, sambil menuju tempat yang dituju, Rini clingukan mencari sesuatu hal tentang Harry Potter di penjual majalah. Aku menunggu Rini yang sedang membeli nah kutitipan kakaknya sambil membaca majalah yang baru saja Rini beli, tentunya majalah yang di dalamnya memuat berita tentang Harry Potter. Kurang lebih setengah jam lamanya akhirnya Rini datang juga 21
dengan menenteng sekantung plastik berisi barang-barang. Kamipun melanjutkan perjalanan ke kontrakan kakak Rini dengan bajaj. Aku menginap di kamar Rini, sampai jam 12 kami belum tertidur. Pagi hari, saat kubangun kulihat Rini masih terlelap dalam tidurnya. Tak pernah kubayangkan seandainya sebentar lagi tubuh itu akan benar-benar terlelap tak bernyawa. Ya Allah terima kasih telah memberiku kesempatan bersamanya…. Keesokan haRinya setelah menyelesaikan urusan, kami jalan-jalan dan makan siang bareng di sebuah restoran. Setelah itu, kami jalan-jalan menelusuri pasar, pertokoan dan menyeruak keramaian jalanan. Sesekali kami berhenti di suatu tempat untuk melihat barangbarang yang menarik perhatian kami. Rini mengajakku mampir ke Gramedia. Aku dibuat heran dengan kelakuan Rini yang lama banget memandangi seri Harry Potter yang belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Aku heran karena sebenarnya dia sudah punya seri itu, sama persis. Huh….apa sih yang dilihat anak ini. Dia cuma ketawa-ketawa saat ku ungkapkan keherananku. Dia penasaran bagaimana akhir dari cerita Harry Potter, apakah benar Harry mati??? Aku tidak menyangka itu terjawab, justru kamu yang pergi duluan. Taukah kamu Rin, bagaimana akhirnya??? Harry Potter tidak mati. Kami lanjutkan ke ruang internet di lantai atas karena Rini minta dibantu membuat friendster. Yah…saat itu belum ada facebook. Belum sempat friendstermu kubuka, kau telah tiada….. Keesokan haRinya, pagi-pagi sekali aku harus pulang karena urusan yang harus kulakukan dengan Rini sudah selesai. Masih kuingat, pagi itu Rini melayaniku seperti seorang ibu, menyiapkan sarapan dan lain-lain. Setelah semuanya dirasa beres, aku pamitan pulang dan berterima kasih kepada Rini serta kakaknya atas kebaikan yang telah diberikan. Dari atas motor, kulambaikan salam perpisahan ke Rini yang melepasku dari gerbang rumah dengan senyuman. Selama bersamamu, kamu selalu tersenyum. Tak pernah kau tunjukkan kalau ada penyakit yang bersarang di tubuhmu. Tak kusangka pamitku ternyata justru menjadi pamitanmu padaku untuk selamanya. Maafkan aku, di sisa hidupmu tidak sempat menjengukmu dan terlebih sudah membuatmu kecewa karena keterlambatanku mengucapkan selamat ulang tahun. Apa yang bisa kulakukan untuk menebus kesalahanku??? Air mata selalu tak bisa kubendung saat mengingatmu, sakit hati ini seketika itu juga. Akhir Ramadhan aku pulang, ku langsung ke makammu ditemani Ani. Apa yang terjadi??? Di depan makammu aku dan Ani seolah-olah menganggap kamu di hadapan kami. Seperti biasa kami menyapamu dan menyampaikan kabar-kabar orang yang dulu pernah berarti untukmu. Kami paksakan tertawa meskipun wajah ini sudah basah dengan air mata. Kami semakin sedih, tak tega melihat orang tuamu Rin. Mereka seolah-olah meminta kami untuk tetap berkunjung ke rumahmu, menganggap rumahmu seperti rumah kami meskipun kamu telah tiada. Sampai kini, jika aku pulang ke rumah kusempatkan diri menjengukmu di peristirahatanmu. Tapi maafkan aku sahabat, sudah lama tidak menjengukmu. Setiap kali bertemu denganmu di mimpi, setiap kali juga ku semakin teRingat padamu. Melihat segala hal tentang Harry Potter, ku selalu teRingat padamu. Sahabatku, semoga kau mendapatkan kebahagiaan di sana. Kadang aku berfikir apakah kamu melihatku sekarang????? Seorang teman berkata padaku kalau ”Sahabat itu seperti bintang, tak mungkin dimilki tapi tak mungkin untuk dilupakan”. I think so…. True story of TsAni Tsani Fasikhatun/F24060569
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- …Cerita Feriana Chantique… Agustus 2006 aku harus menentukan pilihan yang berat dan sangat menentukan bagi hidupku. Pilihan untuk dimana aku menjalani pendidikan strata 1. Berbagai universitas telah menjadi bahan pertimbanganku. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk memilih salah satu universitas swasta dan mengambil jurusan Bisnis sambil menunggu hasil SPMB keluar. Aku pun telah menjalani masa orientasi di Universitas Atma Jaya. Hari terakhir di masa orientasi 22
kuw hasil SPMB keluar. Aku masuk IPB ternyata. Huhhhhhh…saat itu aku sangat bimbang. Orang tuaku tidak setuju aku di Bogor karena jarak yang cukup jauh. Selain itu, di IPB aku akan menghadapi lingkunganku yang benar-benar baru bagiku. Dari aku kecil sampai SMA lingkungan pendidikanku dominan adalah orang yang seperti aku. Bermata sipit, kulit putih, yaaaaa begitulah.. Ketakutan sempat melanda dalam hatiku bila aku kuliah di IPB. Pandanganku yang sangat sempit melanda diriku. Aku takut akan pilihanku yang salah. Keesokannya aku mendapat KRS yang akan aku jalani di Atma Jaya. Aku sangat tidak tertarik dengan mata kuliah yang diajarkan. Aku sangat tidak menyukai mata kuliah sosial. Hal itu menjadi salah satu alasan aku untuk melirik IPB. Awalnya sangat sulit untuk meyakinkan orang tuaku. Untuk meyakinkan mereka aku mangatakan banyak anak Jakarta yang kuliah di IPB, selain itu salah satu teman SMA ku, Margaret juga memilih IPB. Hari registrasi di IPB semakin mendekat aku pun belum begitu berhasil meyakinkan orang tuaku. Sampai ketika aku pulang dari ospek fakultas. Mereka memutuskan untuk mengijinkanku menempuh pendidikan di IPB. Setelah keputusan itu perasaanku bergejolak. Aku bingung apakah aku harus senang atau sedih. Karena akupun belum begitu yakin dengan pilihanku di IPB. Ya sudahlahhhh.. IPB saja.. Lagipula biaya pendidikan di IPB jauh lebih murah sehingga aku bisa meringankan beban orang tuaku. Fuihhhh…aku singkat saja ceritakuw ini langsung ke intinya.. aku merasa aku mempunyai pandangan baru mengenai hidup. Di IPB aku belajar banyak mengenai kehidupan. Belajar bagaimana menghargai orang. Aku merasa sangat nyaman di IPB. Berbagai orang yang kukenal dengan berbagai sifat mereka terutama teman-temanku ITP 43. Dari orang yang sangat baik hati yang sangat ringan tangan untuk membantu orang yang kesusahan dan senyum yang mereka tebarkan membuat hati ini sejuk. Orang yang perfeksionis yang terkadang membuat orang jengkel bila ia sedang BT, namun sebenarnya ia sangat seru bila diajak berteman. Lalu orang yang dulu aku mengira ia galak dan aku segan untuk mendekatinya, ternyata setelah di IPB ia baik hati juga. hehehehehehehe… Pasangan kekasih yang selalu berdua membuat aku bisa menyalurkan hobiku untuk selalu menghunting makanan. Hahahaha.. adapula beberapa temanku yang yaaa..boleh di bilang sedikit ‘oon’..hehehehehehe..peace ye..mereka sering membuat kelucuan dengan tingkah mereka, kesotoyan mereka dan lain-lain. Hehehehe.. arrgghhh..g gak tau mo cerita apa lagi neh. Bingung…g gak pinter cerita2 gini..aku kan pemalu….udah ahh..g baru tau nih ini cerita dikumpul paling lambat hari Selasa. Tapi g baru tau hari ini coz g gak ada akses internet dirumah.huhuhuhuhu… Feriana Chandra/F24060576
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Lewat buku kenangan ini gue mau cerita dikiiit.. hehehe.. Gue ga tau kapan kita semua bisa ngebaca isi buku ini, tapi mudah-mudahan buku ini bener-bener jadi kenangan kita.. haha.. Pernah ga sih lu ngerasa ada suatu perubahan sama personality atau kepribadian lu, terus lu “ngeh” sama perubahan lu tapi orang-orang di sekitar lu ngerasa biasa-biasa aja, tapi pas lu ketemu atau ngobrol sama orang yang udah lama ga ketemu tiba-tiba dia “ngeh” kalo ada suatu perubahan sama diri lu. Maksud perubahan di sini tuh perubahan ke arah positif ya bukan negatif.. hehe.. Pas mau nulis ini, gue baru aja ngalamin loh.. hehe.. Tadi gue baru aja chat sama temen yang udah lumayan lama ga ngobrol. Pas ngobrol-ngobrol tiba-tiba dia bilang “Tumben banget lu kayak gitu? Biasanya nggak..”. Wah, gue rada kaget aja dia ngomong gitu. Terus gue tanya “Maksud lu apa?”. Dia bilang “Lu berubah mar..now you have good personality..”. Pas gue baca, gue sempet mikir, apa iya dulu kepribadian atau personality gue buruk banget? Sampe-sampe ni orang ngomong gitu.. hahaha… Tapi gue seneng kok dikomentarin kayak gitu, berarti usaha gue selama ini berhasil. Gue emang ngerasa kalo tabiat gue rada jelek (jutek+galak) dan sekarang gue berhasil ngerubahnya. Meskipun gue masih sering marah-marah sama pasang muka jutek kalo lagi kesel.. Terus 23
terang waktu gue nulis ini, gue seneng banget.. hehe.. Keberhasilan gue ini bukan karena usaha sama keinginan gue doang, tapi juga gara-gara dorongan dari lingkungan. Yang gue ngerasa paling berperan ya temen-temen di KMB. Pendapat-pendapat mereka tentang diri gue yang memacu gue buat berubah jadi orang yang kepribadian yang lebih baik.. Gue udah berubah kan ya Fer, Fen, Yur, Syen, Chi? Tar gue kepedean sendiri lagi ngerasa berubah jadi lebih baik ternyata nggak.. hahaha.. Margaret Octavia/F24060588
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Sahabat sejati, mungkin inilah yang cocok disematkan ke Hendra Agustian, temanku sejak masih TK. Begitu banyak kenangan yang kulalui bersamanya baik kenangan yang indah maupun kenangan yang hampir saja merenggut nyawa kami berdua. Kisah yang akan aku ceritakan ini terjadi saat aku masih berada di salah satu SMP di Bengkulu Utara, kirakira tahun 2003, 6 tahun yang lalu. Ketika itu aku dan teman-teman sudah menginjakkan kaki di kelas 3 SMP dan sudah mendekati ujian akhir. Kalau tidak salah untuk lulus kami harus mendapat nilai di atas 3, waktu itu aku ngerasa mendapatkan nilai 3 itu gampang tapi gak tau kenapa teman-teman kok ngerasa cemas takut kalau-kalau mereka tidak lulus sehingga sekolah mencanangkan program tambahan belajar di sore hari. Aku dan Obeng (orang bengkel), panggilan Hendra Agustian karena ayahnya waktu itu menjabat sebagai kepala bengkel di perkebunan sawit terbesar di Sumatera, hidup bertetangga sehingga kami selalu berangkat dan pulang les bareng menggunakan motor. Jalanan di daerahku, di Bengkulu Utara masih sangat sepi, rata, dan lurus sehingga kami sangat suka ngebut baik berangkat maupun pulang. Hingga pada suatu sore ketika pulang dari les seperti biasa kami ngebut kembali di jalanan, ketika ada tikungan kecil aku berkata ke Obeng “Udah ngebut aja beng, toh biasanya jalanan sepi” “Sip…” jawab Obeng singkat Namun ketika baru menikung dengan kecepatan tinggi, kami kaget bukan kepalang karena ada konvoi mobil fuso kira-kira 10 meter di depan kami. Kontan saja aku dan Obeng teriak dan secara otomatis Obeng membanting stang ke kiri hingga kami masuk ke semaksemak dan menabrak sebuah pohon, kami terjatuh. Mobil fuso seakan tanpa merasa berdosa tetap melaju tanpa menghiraukan kami. Kami bangkit mengecek kondisi masingmasing, aku tidak apa-apa dan Obeng hanya luka sedikit di tangannya. Setelah itu justru kami tertawa, mungkin inilah ungkapan yang bisa sedikit menghibur kami, bukan ungkapan senang karena baru saja hampir mati. Waktu berjalan begitu cepat hingga akhirnya kami lulus dari SMP. Alhamdulillah lulus 100% (katanya sih ada campur tangan guru, tapi itu hanya selentingan yang terdengar dan tidak terbukti hingga sekarang). Aku lulus dengan nilai terbaik dan Obeng di urutan kedua, kami memang teman akrab yang selalu bersaing dalam hal akademik. Kami merayakan kelulusan ke pantai sambil membawa satu karung jagung untuk dibakar. Kami mandi di pantai, bakar jagung, ada juga yang ngerokok, dan lain-lain. Waktu itu aku pulang sekitar pukul 2 siang karena harus sholat zhuhur dan makan siang. Aku lelah sekali. Tapi temanku datang ke rumahku dan menjemputku lagi untuk melanjutkan ‘pesta hura-hura’ kami. Sesampainya di pantai aku langsung ditarik oleh teman-teman untuk mandi di pantai lagi. Kami berlima langsung berlari menuju ke laut seperti ikan yang merindukan air. Aku berenang paling depan, hingga sudah cukup jauh aku menoleh ke belakang dan terkejut bahwa 3 temanku tidak ada, mereka kembali ke darat dan teriak memanggilku untuk segera kembali. Aku heran, “Ada apa??” aku berusaha menginjakkan kakiku ke dasar untuk berpikir sejenak, namun alangkah terkejutnya aku, aku tenggelam, ternyata air sedang pasang. Tiga temanku berhasil ke darat, tinggal aku dan Obeng yang kembali berjuang melawan maut. Untungnya aku bisa berenang, aku bisa selamat dengan susah payah berenang. 24
Sesampainya di darat aku langsung rebahan di pasir karena kaki dan tanganku keram, lelah sekali. Aku dikelilingi oleh teman-teman, ada yang memijat kaki dan tanganku, banyak yang menangis, dan bermacam ekspresi timbul saat itu, aku tau mereka semua menyayangiku. Aku kembali teringat Obeng masih di laut, dia tidak bisa berenang, aku menoleh ke laut dan dia sudah tidak terlihat “Ya Allah, apakah Obeng telah meninggal??” kata-kata itu yang terbersit dalam hatiku. Hingga kira-kira 20 menit ternyata tubuh obeng terdampar 100 meter dari lokasi awal, teman-temaku langsung menolongnya dan ternyata dia masih hidup, namun telah pingsan. Obeng ditolong oleh 3 orang dan diantar pulang ke rumahnya. Dua kali aku dan Obeng hampir mati bersama, dia sahabat sejatiku. Sejak kejadian itu hingga saat ini aku dan Obeng selalu tertawa kalau mengingatnya dan sejak saat itu pula aku tidak berani mandi di laut lagi. Aku trauma!! Kami berpisah sejak lulus SMP, Obeng tetap sekolah di SMA kecamatan di desa kami, sedangkan aku ke SMAN 5 kota Bengkulu. Kami hanya bisa bertemu saat liburan saja. Sekarang Obeng kuliah di Farmasi Universitas Sumatera Utara (USU) dan hingga saat ini pula dia tetap menjadi teman sejatiku. Syaiful Hadi/F24060595
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Serangan si Ehem di Saat UAS Cerita ini terjadi saat aku tingkat dua di ITP. Inget banget waktu itu kejadiannya pas UAS semester 4. UAS yang paling menegangkan yang pernah ku alami. Waktu itu kostan masih di Bara 4 di Amanah B. Waktu menjelang UAS, aku memang lagi kurang enak badan, ditambah punya masalah dengan teman sekamar yang untungnya sekarang sudah tidak sekamar lagi (Alhamdulillah). Selama dua minggu UAS itu, aku ga tidur di kostan sendiri, tapi nomaden nginep gantian. Entah itu di kostan Awal yang waktu itu masih Malea, kostan Widya, atau kostan Tsani. Tiap mau ujian, genk pumprits selalu ngumpul di kostan aku. Entah itu ngebahas soal yang ga bisa, materi yang ga jelas atau apalah. Waktu itu aku masih sehat-sehat aja, walaupun agak masuk angin sedikit. Sampai akhirnya pulang ujian tuh, laper banget. Males beli makan jauh-jauh, akhirnya memutuskan beli nasi goreng di sebelah kostan, karena teman sekamar lagi nyebelin. Jadwal makan siang yang tadinya sendirian di kamar dicancel dan diganti jadi makan siang berdua Widya di kostannya. Mpe kostan Widya ternyata dia udah makan duluan, tetep aja ujung-ujungnya makan sendiri. Aku makan sambil dengerin Widya bahas soal ujian tadi pagi. Trus ketika udah selesai makan, kita sepakat untuk mengebahas mikrobiologi pangan yang akan diujikan besok. Waktu itu masih bab tentang kapang beracun. Saat itu satu jam setelah makan, tibatiba aku merasakan sesuatu yang ga enak di perut. “Wid, kok gw kayaknya mual yah?” (Risma) “Mual kenapa?” (Widya) “Tadi malem sih sempet masuk angin gitu.” (Risma) “Lu kena maag kali, ni minyak kayu putih pake aja.” (Widya) “Oke, thanks yo.” (Risma) Aku menuruti saran Widya dan memang membuatku agak baikan.. sekarang kita belajar sudah sampai bagian Bacillus cereus, yang mengkontaminasi nasi, pembentuk spora, tahan panas, jika keracunan memberikan gejala mual, kram perut, muntah-muntah. “Wid, udah ga tahan ni, kayaknya gw mau muntah beneran dah, gw ke kamar mandi dulu yah.” (Risma) “Ih lu, udah cepet sana!” (Widya) 25
Benar saja sampai di kamar mandi aku langsung muntah-muntah. Nasi goreng yang tadi aku makan aku keluarkan semua. Lalu habis itu perut ku kram.. “Wid, kayaknya gw keracunan deh, mikrobiologi pastinya coz langsung akut Wid.” (Risma) “Hah, yakin lu? Mang tadi lu makan apaan?” (Widya) “Nasi goreng.” (Risma) “Wah ris, kayaknya lu keracunan Bacillus cereus deh.” (Widya) “Masa si? Coba dong wid, gejalanya apa aja?”(Risma) Widya kembali membacakan gejala umum keracunan Bacillus cereus. “Wah kayaknya emang bener ni Wid. Pas banget sama apa yang gw alamin. Waktu onset 1 jam setelah makanan yang terkontaminasi Bacillus cereus masuk ke dalam tubuh. “ (Risma) “Kok pas banget sih Ris lu keracunan pas lagi belajar mikpang? Timingnya pas banget.” (Widya) “Enak aja, lagi ujian gini keracunan,, gimana UAS gw?”(Risma) Setelah kejadian itu aku langsung pulang ke kostan dan banyak minum air. Tapi rasa mual ga hilang-hilang padahal aku ga makan apa-apa. Jadinya untuk sehari itu aku ga makan apa-apa dulu takutnya malah percuma karena akan dikeluarkan lagi nantinya. Kalau dipikir-pikir aku kayak orang bulimia. Lapeur… makan apa yah yang kira-kira ga bikin muntah. Akhirnya malam harinya aku paksakan beli sate ayam. Maksudnya biar selera makan bertambah dan ga muntah soalnya kan sate ayamnya lumayan mahal jadi sayang muntahinnya. Malam itu aku makan dengan tenang tanpa ada rasa mual. Tapi kram perut masih ga sembuh, akhirnya aku memutuskan untuk ga ikut ujian mikpang besok dan minta anterin Awal dan Widya ke Poliklinik IPB sekalian minta surat keterangan sakit. “Eh, tadi gimana ujiannya? Susah ga? Gw susulannya hari jumat nih.”(Risma) “Eh, tadi Awal baca soal, gejala mual, pusing, muntah, biasanya rentan pada orang hamil trus pilihannya ada Bacillus cereus kata awal, kayaknya si Risma ga kayak gini deh. Untung Risma keracunan jadi Awal tau jawabannya..he..he” (Awal) “Dasar, iya deh dibalik keracunan gw ini ternyata membawa hikmah bagi kalian.”(Risma) Malam harinya aku berusaha belajar untuk UAS yang masih empat mata kuliah lagi. Sekarang tiap hari aku cuma makan sate ayam dan kadang-kadang roti dan susu. Karena cuma makanan itu yang ga bikin mual. Heran padahal udah dikasih obat dari Poliklinik tapi tetep aja mualnya ga ilang. Jadinya menu makan ku makin sedikit. Ditambah sejak keracunan itu aku tidak mau lagi makan nasi goreng, trauma euy. Beberapa hari kemudian. Akhirnya UAS selesai sudah, tinggal ngurusin persiapan Techno-F dan HACCP VI, mulai sibuk di Event Organizer nih. Di HACCP jadi team creative alias staf divisi acara trus di Techno-F jadi sekretaris umum. Kayaknya konsen ke Techno-F dulu deh, soalnya masih nyusun konsep. Sementara HACCP tinggal menunggu pelanggan datang. Malam hari ketika rapat BPH Techno-F aku mulai merasakan badan ku panas. Akhirnya minta izin untuk pulang lebih awal. Setelah istirahat sebentar di kasur suhu tubuh bukannya menurun malah makin tinggi. Sampai-sampai sms Awal minta beliin obat demam. Besok harinya sudah agak baikan, malah sempet ikut jaga Stan Open House HIMITEPA dan BEM-F sekaligus. Double Job, udah gitu pake jaket kak Nita anak 42 jadi disangka anak 42 gitu..he..he. kebetulan di Stand OH diurutkan berdasarkan Fakultas jadinya Stand HIMITEPA sebelahan dengan HIMATETA, BEM-F, dan FBI. Pas anak 45 FATETA masuk langsung deh kita semua meneriakkan yel-yel FATETA yang waktu itu bunyinya masih FATETA… JAYA!! JAYA… FATETA!!. Kalau sekarang yelnya udah diganti jadi FATETA… SOLID! SOLID! SOLID! Yang suka diplesetin sama anak-anak jadi FATETA… SULIT..SULIT...SULIT! (Bener banget) Siang hari panas teriak-teriak begitu, malam harinya badan ku demam dan lebih tinggi lagi. Wah kayaknya demam ini ga bisa dianggap enteng. Setelah konsultasi ke beberapa dokter terkemuka seperti Widya (Dokter patah tulang karena kebiasaan mijitnya yang enak banget), Olif (Dokter Hewan yang punya peliharaan Badak-sorry Lif-) dan Awal 26
(Dokter Tausiyah-sms tausiyah ke 085642534xx-). Mereka menarik kesimpulan, kayaknya Risma kena gejala Types deh. Oh.. No,, seumur hidup aku cuma dihinggapi gejala flu silih berganti tapi sekarang aku dihinggapi penyakit No. 1 Mahasiswa IPB. Gak mungkin ah,, harus bed rest dong.. banyak kerjaan yang belum terselesaikan tidak!. Aku ga mau dirawat di Bogor, aku harus pulang. Akhirnya hari Rabu setelah Rapat Techno-F -yang aku izin untuk pulang duluan-, aku pulang ke Jakarta. Nekad, sendirian. Sepanjang perjalanan di Bus aku tidur dengan badan demam. Untungnya aku pake jaket dan untungnya lagi aku ga dicopet pas lagi tidur. Sampai di rumah langsung tepar dan tidur di tempat tidur. Esok harinya Adi (adikku) langsung mengantarkanku ke klinik. Kata dokter di klinik aku kena gejala types, trus Mba Dokter langsung membuat surat rujukan ke rumah sakit. Aku diminta ke rumah sakit. Ini kedua kalinya sejak aku kecelakaan dulu. Aku dirawat (ya iyalah masa nimba) di rumah sakit Honoris (di daerah Tangerang) selama 4 hari. Aku didiagnosis terintoksikasi Salmonella typii dan hepatitis A. Selama 4 hari itu Bapak dan Adi bergantian menjagaku. Sayangnya Mama tidak bisa datang karena baru melahirkan. Oh tidak, aku kena types disaat punya adik baru. Oke, liburan ini aku isi dengan liburan di rumah sakit. Hotel mewah dengan pelayanan sarapan, makan siang, dan makan malam di tempat tidur. Tapi dasar makanan rumah sakit tetap saja tidak ada rasanya. Setelah keluar dari rumah sakit aku diharuskan istirahat. Tapi dasar bandel, setelah lima hari keluar dari rumah sakit aku langsung kembali ke kampus. Tau ga, berat badan ku turun dari 48 kg menjadi 42 kg dalam waktu kurang dari sebulan. Bagaimana kondisi kesehatan tubuh sangat berpengaruh pada berat badan. Anda ingin mencoba? Lebih baik tidak. Well, intinya jangan jajan sembarangan di barajuku. HIMITEPA harus lebih sering mengadakan penyuluhan pedagang kalau bisa ditest juga keamanan mikrobiologisnya. Oh iya lupa, kemungkinan aku terkena Salmonella Typii dari sate ayam yang aku sering makan. Ayo adakan sidak (inspeksi mendadak) pada para pedagang di Bara. Jadi malu sebagai orang pangan yang keracunan makanan. Intinya siapapun kita, bahaya keamanan pangan tetap mengintai (alah!). Cuci tangan sebelum makan dan gosok gigi sesudahnya. Itu dapat mencegah Anda dari gigi berlubang. Pelajaran yang bisa dipetik, kalau kondisi tubuh Anda sedang tidak fit jangan (ikut UAS dulu.(Bukan ini)) makan sembarangan dan sebisa mungkin jaga kondisi tubuh saat UAS. Kalau ga salah ada temen-temen yang lain yang juga sakit saat atau pasca UAS semester 4 yaitu Yogi yang kena DBD, Selma yang operasi usus buntu, Ipit yang DBD juga, Erik yang dirawat juga. Wah lumayan banyak deh. UAS semester 4 memang memakan banyak korban. Intinya (dari tadi ga selesai-selesai) Tetap Sehat, Tetap Semangat Biar Kita Bisa Jalan-Jalan dan Wisata Kuliner!! Risma Sholeh Hattunisa/F24060645
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Itik yang Mencoba Hidup Tanpa Induknya Awal revolusi dalam hidupku terjadi pada sekitar pertengahan Januari 2003 saat itu Ibuku tercinta dipanggil untuk menghadap sang pencinta pada usia 49 tahun karena penyakit kanker rahim yang telah dideritanya selama hampir dua tahun. Semenjak itu kami sekeluarga sangat merasakan kehilangan, terutama diriku, tidak ada lagi yang biasa kusalami tangannya ketika pulang sekolah lalu menghidangkan makanan, merapikan tas dan baju sekolahku terus setelah makan beliau sering menanyakan tentang yang terjadi di sekolah hingga tentang tugas, guru-gurunya bahkan hingga ke hal-hal yang pribadi misalnya tentang teman spesialku, hehehe.. Semua itu tak kualami lagi setelah beliau pergi untuk selamanya. Hidupku menjadi tak teratur, kadang aku malas untuk langsung pulang sekolah karena ujung-ujungnya hanya menemukan rumah yang sunyi. Kakak-kakakku masih kuliah lalu mendapati meja makan yang kosong kemudian membuka rental Play Station yang
27
selama ini aku dan kakak-kakakku dirikan dengan meminjam uang dari hasil menggadai sebagian perhiasan milik Beliau. “Hah, bosan sekali hidupku ini” ”Ibu, kenapa Kau pergi begitu cepat?” Kurasakan Ayahku juga mengalaminya, tak ada lagi yang menemaninya di depan TV sampai-sampai kulihat Ayah merenung lalu menitikkan air mata seakan menyesali kepergian Ibu yang begitu cepat ini. “Kalau Ibu masih ada mungkin kita takkan makan diluar seperti ini,Yan” kata Ayahku lagi-lagi seperti terdengar mau menangis. “Hmm” Aku hanya bisa menghela napas sedalam-dalamnya. Kejadian seperti ini terus berulang-ulang dalam hidupku. Sekarang tak ada lagi tempatku untuk berkeluh kesah dan bermanja-manja. Kakak perempuanku yang pertama tak lama kemudian entah musibah atau cobaan seperti apalagi yang menimpa keluargaku hingga enam bulan setelah kepergian Ibunda tercinta kemudian kakak iparku menyusul setelah dua bulan berobat di negeri jiran akibat kanker paru-paru yang dideritanya. Sejak saat itu kakakku sudah terlalu sibuk untuk mengasuh kedua anaknya. Rumahku kemudian bertambah sepi semenjak kakakku diterima kerja sebagai wartawan di media massa kemudian tinggal di mess kantornya. Kini tinggal aku, kakak dan Ayah yang tinggal di rumah. Aku dan Kakakku bergantian berada di rumah untuk menjaga rental. Aku sekolah pagi dan Kakak kuliah malam. Lama-lama Aku mulai malas berada di rumah yang sebesar ini sendirian, apalagi ketika sepupuku meminta untuk menjaga rental untuk menambah uang sakunya. Semenjak itu aku jarang langsung pulang ke rumah ketika pulang sekolah, langsung menancap motor biru untuk sekedar mencari kesenangan di daerah Kawasan Industri Pulogadung yang terkenal sebagai tempat berkumpulnya para genk-genk motor. Rupanya kakakku juga melakukan hal yang sama, namun dengan kelompok yang berbeda tentunya. Disinilah Aku merasa ’kekosongan’ dalam hidupku serasa terobati apalagi semenjak aku putus dengan pacarku. Disini juga aku mulai tumbuh menjadi remaja yang nakal. Setiap pulang sekolah langsung ke tempat tongkrongan lalu menghisap rokok kemudian kebut-kebutan di sore hari hingga menjelang maghrib Aku bergegas untuk pulang agar saat Ayah pulang Aku sudah ada di rumah. Malamnya Aku menjaga rental hingga jam 9 malam. Aku tanpa sadar larut dalam kelompok baruku ini, kemudian aku tak segan-segan menggunakan uang tabunganku untuk memodifikasi motor agar bisa ku buat balapan liar yang diadakan hampir setiap malam minggu. Ku hitung-hitung Aku dan Kakakku sudah menghabiskan dana sekitar jutaan untuk merakit motor. Kami sering bersekongkol untuk mengelabui hal ini agar Ayahku tidak tahu. Seiring berjalannya waktu, Aku semakin larut dengan hobi baruku ini hingga berani pulang ke rumah hingga larut malam bahkan ketika subuh. Saat Ayahku pergi ke Mesjid kami baru masuk dengan kunci duplikat. Kami juga beberapa kali tidur di emperan warteg dekat rumah di kursi kayu yang panjang hingga menunggu subuh agar Ayahku tak curiga. Suatu hari Aku larut dalam kemenangan kelompokku saat bertaruh balapan lalu kami merayakannya dengan mabuk-mabukkan hingga entah bagaimana Aku jadi ketagihan. Sudah beberapa jenis minuman keras yang sudah kuminum dari yang harganya paling murah, Topi Miring hingga Long Island seharga 300 ribu sebotol besar. Pernah suatu hari Aku tidak berani pulang hingga dua hari karena masih merasakan aroma akohol di tubuhku. Mana berani pulang dengan bau alkohol seperti itu. Akibat semua ini Aku jadi terlihat beda oleh teman-temanku di sekolah apalagi oleh teman-teman GPK yaitu genk yang paling exist di SMP saat itu. Prestasi belajarku juga merosot. Beberapa kali Aku dipanggil guru karena tidak mengerjakan tugas hingga suatu hari Aku melakukan hal yang sangat bodoh dalam hidupku yaitu kami berenam memanggil guru pelajaran Komputer dengan perkataan ”Guru gila guru gila” karena diberi tugas yang begitu banyak hingga kemudian kami dipanggil guru BP lalu dihukum dijemur di lapangan saat jam istirahat. Esoknya orang tua Kami dipanggil menghadap wali kelas maka diceritakanlah tentang kenakalanku bolos sekolah dengan memanjat tembok musholla ketika pendalaman materi, penurunan prestasi, dll. Lagi-lagi Ayahku cuma terdiam mengangguk 28
mendengar keluhan wali kelas tersebut. Malamnya selesai menjaga rental, Ayah memangilku. ”Yan, beginilah keadaan rumah kita sekarang, sepi, tak ada lauk jadi harus ke warteg untuk makan, kalo aja Ibumu masih ada,,,,,,” kemudian menangis lalu aku pun ikut menangis. ”Sekolahlah yang bener,Yan. Bapak ga sanggup mengawasimu, Bapak sering pulang malam, jangan lupa doain Ibumu ya.” Sambil menangis Aku mengangguk sambil menyesali kebodohanku tersebut. Aku masih beruntung masih memiliki sahabat-sahabat terbaikku, Komang, Ezi, Lukman, Fera dkk. Menjelang UAN SMP kami sering belajar bareng. Akhirnya Kami semua lulus walaupun hasil yang kubuat tak sanggup membuatku masuk SMA yang ku inginkan, akhirnya Aku masuk SMAN 12. Disini Aku berkenalan dengan teman-teman dari ROHIS lalu Aku masuk menjadi anggotanya. Namun setiap malam minggu Aku tetap saja datang ke tempat balapan liar, kadang ikut balapan atau sekedar cuma ikut taruhan, apalagi kalau Kakakku turun dalam balapan. Suatu saat sahabatku, Bita yang biasa datang bersama ke tempat balapan mengalami musibah kecelakaan saat balapan di kawasan Kemayoran. Aku sangat menyesal tak bersamanya malam itu karena sudah ada janji untuk nonton bioskop dengan teman kenalan di chatting. Aku menyesal karena tak ada yang menolongnya dan membiarkannya tergeletak di trotoar hingga ada polisi yang membawanya ke rumah sakit. Sahabatku akhirnya dipanggil Yang Maha Kuasa setelah dua minggu koma di rumah sakit. Sejak saat itu Aku memutuskan untuk berhenti ikut balapan liar lagi apalagi setelah kakakku sibuk menyelesaikan kuliahnya. Awal masuk ROHIS.Aku mendapat kritikan yang sangat pedas sekali. ”De,setahun berapa kali kamu baca Qur’an,” sindir guru pembina. Memang selama ini Aku semakin jauh dari Al-Qur’an. Tiga tahun setelah kepergian sang Ibunda, Ayahku memutuskan untuk menikah lagi setelah desakan dari para sanak saudara setelah kakak perempuanku mengadu kalau Ayah sering pulang malam dan ada kabar burung yang beredar kalau Ayah sering jalan dengan mantan kliennya dalam kasus perceraian yang kala itu telah menjanda. Ibu baruku datang dengan harapan baru yaitu bisa menggantikan ”sosok” Ibuku. Seiring berjalannya waktu ternyata Beliau gagal mengantikan peran Ibunda. Kakak-kakakku kadang berselisih dengannya Aku belum merasakan sososk ibuku yang berani menegurku ketika aku salah, menanyakan hal-hal yang terjadi di sekolah. Ibuku yang sekarang cenderung kaku dan hanya mengurusi ayahku saja. Memang sosok seorang Ibuku takkan bisa tergantikan oleh siapapun. Saat aku memasuki tahun ketiga di SMA, Aku putuskan untuk berhenti usaha rental apalagi kakakku sudah mendapat pekerjaan dan mengontrak di dekat kantornya. Lagi-lagi aku mengalami kemerosotan prestasi hingga wali kelasku memberi tahu hal tersebut ke Ibu baruku. Beliau lalu langsung menyalahkanku, menyalahkan Aku yang terlalu sering bermain, mengkambinghitamkan pacaran sebagai akibat keterpurukanku. ”Sungguh Ibu yang kaku, sok tahu dan kurang demokratis, tanpa mendengar penjelasan dariku,” gumamku dalam hati. Hal itu membuatku sering cuek kepadanya, Aku langsung meminta uang jajan kepada Ayahku tanpa memperdulikannya. Aku meminta les malam. Setelah les aku tak langsung pulang ke rumah, seperti biasa aku ke rumah pacarku lalu tidur di rumah kakakku. Belakangan Orang tua pacarku kurang senang. Siasatku selama ini beralasan belajar bareng supaya bisa kerumahnya tercium juga. Setelah jarang kerumahnya Aku putuskan untuk bermain game on-line atau PS2 hingga larut malam hingga Kami berenam hampir setiap malam minggu menghabiskan malam dengan merokok, nongkrong di kota Tua, main billiard hingga mabuk-mabukan. Keadaan ini diperparah setelah Kami kenal dengan Icha, salah satu pelayan Pub di billiard tersebut. Kami kesana dengan mobil Regi lalu main billiard dan minum minuman yang disajikan pelayan tersebut yang tentu saja mengandung alkohol. Tak jarang ,tepatnya hampir setiap dua bulan sekali Pub ini menghadirkan para penari sexy yang membuat kami rela morogoh uang yang lumayan besar supaya bisa menonton. Setelah pacarku les private setiap malam minggu mungkin ini siasat ayahnya agar kita tak bisa bertemu lagi. Walaupun pada akhirnya pacarku gagal lolos SPMB ke UI atau 29
Unpad dan akhirnya memilih jalur Ujian Mandiri. Sejak saat itu Aku semakin sering pergi ke tempat billiard untuk melepas kepenatanku. Bahkan bukan hanya malam minggu saja tetapi hari biasa sehabis les hingga akhirnya Aku berani menggunakan uang bayaran Les. Sebelum pindah ke tempat kuliahnya yang jauh dari Jakarta, Kami tak sempat bertemu hanya lewat SMS dan telepon saja. Malam sebelum berangkat, Ia meneleponku dan dengan menangis meminta untuk menyudahi hubungan ini di akhir perbincangan. Ia melantunkan syair lagu ”Kenangan Terindah”. ”Bila yang tertulis untukku adalah yang terbaik untukmu kan kujadikan kau kenangan yang terindah dalam hidupku” ”Namun takkan mudah bagiku meninnggalkan jejak hidupmu yang telah terukir abadi sebagai kenangan yang terindah......” Diiringi musik dari grup Band Samson. Sungguh malam yang menyesakkan. Sesungguhnya kenakalan-kenakalan yang kulakukan tak lain karena kehilangan sosok yang selalu mengayomi dan menasihatiku. Sosok yang tegas berani menegurku ketika berbuat salah dan menyemangatiku ketika mengikuti lomba serta orang yang pertama menciumku ketika Aku berhasil mengukir prestasi. Ibu, Kau memang takkan tergantikan. Ketika Kau pergi memang Aku sempat merasakan hawa kebebasan yang akhirnya Aku sadari bahwa itu hanya kebebasan semu. Aku menyadari betapa sulit hidup ini tanpa bimbinganmu. Akhirnya Aku putuskan untuk kuliah jauh dari rumah mengikuti jejak kakak-kakakku yang telah lebih dulu tidak serumah lagi. Akhirnya doaku agar diterima kuliah yang jauh dari rumah terjawab sudah. Aku diterima di IPB dengan harapan bahwa kelak Aku akan hidup mandiri dan tumbuh dewasa serta dapat merawat hidup sendiri seperti pesan almarhumah sebelum menghembuskan nafas terakhirnya. Tiga tahun sudah Aku kuliah disini, banyak pelajaran hidup yang kuterima disini. Aku dituntut untuk bisa mengelola hidup ini terutama masalah keuangan yang masih diberi oleh Ayah. Aku jadi menyesal betapa bodohnya Aku ketika dahulu diberi begitu banyak rezeki yang diberikan oleh Allah namun Aku hamburhamburkan dan Aku juga sering lalai kepada-Nya. Kini Aku juga bisa menerima kehadiran Ibu baruku di rumah. Ibuku bisa merawat Ayahku tercinta. Aku tak habis pikir bila Ayahku masih hidup sendiri, bisa apa Ayahku sendiri dan akhirnya akan menjadi sosok tua renta yang tak berdaya. Biarlah Ibuku setia menjaganya. Ibunda tercinta semoga Kau kekal di surga-Nya. Segala nasihat dan pesan terakhirmu takkan pernah kulupakan bahkan tangisan terakhirmu ketika memegang tangan kami menjelang ajalmu takkan sanggup kulupakan, di setiap sadar dan mimpiku Ku kan selalu berdoa untukmu, Ibu. Kini anakmu yang bandel ini ikhlas Kau tinggalkan dan Aku takkan mengusikmu dengan penyesalan-penyesalan. Walau pusaramu sudah kering namun jiwamu masih terus ada di hatiku Ini semua akan kujadikan pelajaran sebagai itik yang belajar tentang arti hidup ini ketika ditinggal induknya untuk dapat tumbuh menjadi ayam yang dewasa. Ibu, kelak kita kan berjumpa di surga nanti. Amin.... Ade Riyan Syapri/F2406o651
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- A Jazzy Trip Perjalanan dimulai ketika kami bertujuh, Ron, Dew, Ox, Ang, Haz, Ling, dan Rij, berangkat dari kampus IPB Bogor menuju UI Depok pada suatu sore di hari Minggu untuk menghadiri suatu acara musik di sana, yaitu “Jazz Goes To Campus”. Di sana, teman kami lainnya, Rin, telah menunggu karena dia tak berangkat bersama kami, dia langsung berangkat dari rumahnya di Jakarta dan berencana untuk bertemu kami di stasiun UI. Dengan persiapan seperlunya kami berangkat ke sana dengan kereta. Di dalam kereta kami pun bertemu teman lain yaitu Har dan Rat yang juga akan pergi ke acara tersebut, dan kami 30
pun lalu pergi bersamaan. Sesampainya di stasiun kami pun bertemu dengan Rin, lalu kami bersepuluh pun masuk ke kampus UI tersebut bersamaan. Kami datang sore hari menjelang maghrib dan acara yang dimulai dari siang itu pun sedang memasuki waktu istirahat dan akan dimulai kembali menjelang malam. Di sana kami bertemu teman-teman lain satu kampus maupun teman-teman lama yang kami kenal dari SMA. Kami pun mencari musholla untuk istirahat dan sholat sambil menunggu acara dimulai kembali. Saat itu, langit yang awalnya cerah tiba-tiba menjadi mendung dan kami pun segera bergegas berlarian mencari tempat berteduh. Dari sinilah awal perjalanan kami yang sebenarnya dimulai. Di suatu bangku depan musholla, dengan pakaian sedikit basah akibat hujan, kami pun mulai bercerita, membicarakan hal-hal aneh, mengenal satu sama lain lebih dekat sambil menunggu hujan reda dan segera menonton pentas musik dimana banyak artis terkenal yang akan main disana. Hujan mulai reda, masih sedikit gerimis, tapi kami sudah tidak sabar untuk segera menonton. Kami pun memutuskan untuk langsung mengantri masuk ke tempat acara berlangsung. Antrian penonton yang ingin masuk cukup panjang walaupun masih diiringi rintik hujan dan jalanan becek, tak sedikit pun mengurangi antusias penonton. Kami pun berhasil melewati antrean dan sambil berpegangan tangan satu sama lain dan berjalan bersama menuju panggung. Wow!! Suasana disini sangat ramai, penuh sesak oleh pengunjung yang mayoritas merupakan mahasiswa se-Jabodetabek. Andai suatu saat kami bisa mengadakan acara serupa di kampus kami. Setelah membeli beberapa botol minuman sponsor utama acara tersebut,dengan mendapat potongan harga dari tiket masuk tentunya, kami bersama berjalan menuju panggung yang mana saat itu Afgan, penyanyi yang saat itu sedang naik daun, sedang bernyanyi. Dengan susah payah berdesak-desakkan kami berusaha mencapai bagian depan panggung agar mendapat posisi yang enak untuk menonton. Gerimis masih membasahi arena pertunjukkan saat itu. Kami semua tak peduli, kami terbawa suasana acara. Satu per satu artis bergiliran menunjukkan penampilan terbaiknya di panggung Jazz tersebut sampai akhirnya penampilan artis yang kami tunggu, Tompi, dimulai. Salah satu teman kami, Ling, mulai mengingatkan kita akan pulang jam berapa karena tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 10 malam. Kami sebenarnya tahu kereta pulang kami menuju Bogor hanya ada sampai jam 10 malam, kendaraan umum lain juga hanya sampai tengah malam saja dan itu pun dengan kondisi jalan yang lebih jauh juga seram dengan tanpa ada salah satu pun dari kami yang tahu persis kendaraan jurusan mana saja yang harus kita naiki hinggga sampai kembali ke Bogor. Kami masih terbawa suasana dan saat itu sama sekali tak memikirkan kapan dan bagaimana kita akan pulang, yang penting saat itu hanyalah menikmati musik yang disajikan, bersatu dengan kerumunan sambil ikut menyanyikan lagu kesenangan. Udara dingin malam hari dan baju yang basah akibat dari tadi disiram air gerimis pun tak kami hiraukan seolah besok kami semua libur tak ada aktivitas kuliah, padahal besok semua kami masuk jam 7 pagi dan ada praktikum yang tak bisa kami tinggalkan. Kami pun tetap melanjutkan menikmati acara. Setelah penampilan Tompi usai, kami bersepuluh akhirnya sadar dan mulai memikirkin cara untuk pulang, pemberangkatan kereta terakhir malam itu pun sudah lewat. Sambil beristirahat di bazaar yang ada dengan sayup-sayup terdengar suara alunan musik dari Maliq and D’Essentials yang sedang tampil kami merencanakan cara untuk pulang malam itu. Tiba-tiba teman kami, Haz, yang dari tadi memang sudah mengeluh bahwa dirinya pusing-pusing jatuh tak sadarkan diri. Ia pingsan. Kami semua panik, mencari panitia penyelenggara untuk menanyakan paramedis lalu kemudian bersama-sama mengangkatnya ke ruang medis. Di ruang medis, kami bersepuluh, masih kebingungan mencari cara untuk pulang kembali ke Bogor, sambil menunggu Haz yang sedang dirawat, mulai kepanikan membicarakan masalah kuliah esok hari dengan setumpuk tugas yang harus dihadapi besok. Jangankan untuk berangkat kuliah esok hari, untuk pulang kembali ke Bogor malam ini saja kami masih kebingungan. Dengan hati penuh kepasrahan, kami menatap langit yang dipenuhi nyala kembang api sebagai tanda penutupan acara. Setelah Haz siuman dan cukup kuat untuk kembali berjalan, kami pun pergi meninggalkan ruang medis. 31
Saat itu waktu telah menunjukkan lewat tengah malam. Kami bersepuluh masih berdiri kebingungan mencari cara pulang, atau setidaknya mencari tempat beristirahat hingga esok hari baru kemudian kami pulang pagi hari. Dengan kondisi salah satu teman kami yang masih sakit, kondisi badan basah kuyup, ditambah udara malam yang sangat dingin, emosi kami mulai labil dan sempat putus asa. Sedikit pencerahan mulai datang, teman Rat yang berkuliah disana dapat dihubungi dan bersedia menerima kami untuk beristirahat di tempat kosnya. Kami langsung bergegas kesana. Karena tempat kosnya hanya untuk wanita, kami yang laki-laki hanya bisa pasrah untuk tetap menunggu di luar sampai pagi hari. Ron, Ling, Rij, dan Har kemudian memutuskan untuk mencari makan karena ternyata kami baru sadar bahwa kami belum makan dari sejak sore, saat hujan mulai mengguyur. Pantas saja kami lemas. Untungnya masih ada warung kopi yang buka dini hari. Kami pun segera memesan mi instan lau memesankan beberapa bungkus untuk diantarkan ke tempat teman-teman wanita yang juga belum makan sejak sore tadi. Kami berempat akhirnya beristirahat di teras musholla menunggu pagi yang hanya tinggal beberapa jam lagi. Tiba waktu subuh, kami ikut sholat berjamaah di musholla tersebut. Seusai sholat, bapak pengurus musholla yang mungkin sempat melihat kami berempat tertidur di depan musholla mempersilakan kami untuk beristirahat di dalam musholla sampai pagi tiba. Kami pun menerimanya dengan senang hati. Setelah semalam suntuk kedinginan di luar, akhirnya kami dapat beristirahat sejenak di dalam ruangan yang hangat dan nyaman. Ingin rasanya saat itu kami beristirahat lama sampai rasa kantuk dan lelah ini hilang, andai pagi ini tidak kuliah dan praktikum. Tak berapa lama teman-teman kami yang wanita menghampiri kami dan mengajak kami untuk segera berangkat pulang kembali ke Bogor. Dengan rasa kantuk, kami tetap memaksakan diri untuk berangkat menuju stasiun. Kami semua memang telah sepakat untuk tidak hadir kuliah pagi itu, tapi saat itu Ron harus hadir di kampus pukul 09.30 karena dia harus menjadi penyaji pada praktikum Evaluasi Sensori yang tidak bisa ia tinggalkan. Kepanikan mulai melanda kami lagi. Saat itu waktu menunjukan jam 08.00 dan kereta menuju Bogor belum ada satupun yang lewat. Emosi Ron mulai naik dan ia sempat memukuli tembok dan pagar hingga tangannya bengkak, melampiaskan kekesalannya. Bagaimana tidak kesal, ia terancam mengulang mata kuliah tersebut bila tidak hadir. Temanteman lainnya mulai berusaha menenangkannya. Sampai akhirnya kereta yang ditunggu itu pun datang. Walaupun demikian, Ron tetap saja panik dan mulai bergumam tak karuan ingin segera sampai tujuan. Sesampainya di stasiun Bogor, Ron dan Rij yang sama-sama akan praktikum Evaluasi Sensori langsung bergegas mencari ojek meninggalkan teman-teman lainnya agar bisa sampai kampus lebih dahulu untuk mengikuti praktikum. Kami berdua langsung pulang ke kosan masing-masing. Tanpa mandi, tanpa tidur dan tanpa ganti pakaian Ron langsung bergegas dari kosannya menuju tempat praktikum dan untungnya belum telat dan hadir tepat waktu. Tak tahu bagaimana kondisi teman-teman lain yang belum sampai ke kampus. Pada malam itu, Ron juga harus menjadi panitia suatu konser Jazz di kampusnya. Ya, Jazz lagi. Teman-teman lainnya pun sudah memiliki tiketnya dan berencana untuk menonton kembali. Sungguh hari yang sangat melelahkan. Ron pun melangsungkan kegiatan perkuliahannya seperti biasa sampai sore hari. Seusai kuliah, Ron langsung bergegas ke gedung Graha Widya Wisuda IPB untuk mempersiapkan pertunjukkan Jazz yang berlangsung malam harinya, tanpa istirahat setelah kejadian semalam tadi. Ron pun mendengar kabar bahwa beberapa temannya sakit dan tidak jadi menonton konser Jazz malam itu, bahkan katanya sesampai di kampus beberapa temannya sempat muntah-muntah. Malam pun tiba, konser Jazz malam itu pun segera dimulai. Teman-teman Ron yang hadir kembali saat itu hanya Rij, Ang, Dew, Rin, dan Ox, sedangkan lainnya sakit dan harus beristirahat. Setelah menyaksikan pertunjukkan Jazz di kampus orang, akhirnya kami pun bisa menonton konser Jazz di kampus sendiri, walau hanya satu artis yang berasal dari Belanda yang belum terlalu kami ketahui. Walaupun begitu, kami cukup terbawa dengan alunan musik yang dimainkannya yang bernuansa etnik. Seusai konser tersebut kami berkumpul dan mulai menceritakan pengalaman kami hari itu kepada teman-teman lain. Hari yang indah. Penuh dengan pengalaman, kegembiraan, 32
konflik dan emosi diwarnai alunan musik Jazz. What a Jazzy Trip! Sungguh suatu petualangan yang tak akan pernah terlupakan. Roni Septiawan/F24060662
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Pengalaman PIMNAS Bulan September-Oktober adalah bulan-bulan kreatifitas, disebut demikian karena di bulan-bulan ini para mahasiswa IPB mengumpulkan suatu proposal yang berisi tentang ide yang ingin direalisasikan dan dianggap bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan masyarkat. Proposal-proposal ini oleh Rektorat akan dikirimkan ke DIKTI untuk dipilih sebagai proposal yang didanai programnya, kemudian Rektorat akan mengadakan monitoring tentang jalannya kegiatan. Setelah diadakan monitoring DIKTI akan memilih beberapa dari programprogram tersebut untuk dapat mengikuti Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS). Timtim yang dipilih DIKTI akan mewakili IPB untuk maju dalam ajang PIMNAS yang rutin diadakan tiap tahun dan diikuti oleh seluruh perguruan tinggi yang ada di Indonesia. Pada tahun 2009 saya bersama teman saya mengikuti kompetisi ini dengan mengirimkan proposal tentang ide kami. Ada empat jenis bidang yang diperlombakan dan kami memutuskan untuk membuat proposal dalam bidang kewirausahaan. Kami membuat proposal tentang pembuatan minuman yang berasal dari kombinasi bunga rosella dan jahe. Sebenarnya kami hanya dan satu angkatan, sedangkan dalam kompetisi ini disyaratkan beranggotakan maksimal lima orang dan berasal dari dua atau lebih angkatan yang berbeda. Kemudian kami mencari kekurangan anggota dengan mengajak beberapa teman yang mau masuk ke tim kami. Akhirnya kami mengajak teman laki-laki satu angkatan kami dan kakak angkatan kami yang direkomendasikan oleh dosen pembimbing kami. Proposal telah kami kirim, tinggal menunggu hasilnya. Liburan semester ganjil tiba saya dan teman-teman pulang ke tempat asal kami masing-masing untuk liburan. Saat liburan tersebut saya diberitahu teman sekelas bahwa proposal yang tim kami ajukan lolos didanai DIKTI sebesar 5,4 juta. Waktu itu saya begitu senang dan saya langsung mengeceknya lewat website IPB dan ternyata benar. Kemudian saya memberitahukan kabar gembira ini kepada teman-teman setim, mereka juga sangat senang dengan kabar gembira ini. Liburan telah selesai semua mahasiswa kembali ke kampus untuk melanjutkan semester selanjutnya. Di akhir bulan Maret Rektorat memberitahukan bahwa dana dari DIKTI sudah turun dan program yang telah diusulkan dapat mulai dilaksanakan. Kami memulai kegiatan dengan melakukan coba-coba formulasi untuk mendapatkan minuman dengan rasa yang digemari oleh konsumen. Kami juga mengikuti bazar yang diadakan oleh mahasiswa suatu fakultas selama lima hari. Disini masalah mulai muncul, dari yang dapat membuat produk, berjualan, dan menjaga stand bazar tidak ada hanya saya dan seorang teman saya yang dapat melakukan secara optimal. Disini kami berdua mulai mengalami kejenuhan dengan teman-teman setim kami karena hanya kami berdua yang menjalankan program ini tidak semua anggota. Disaat kita akan melakukan penjualan di tempat lain tidak ada seorangpun dari tim kami yang dapat membantu akhirnya kami gagal melakukan kegiatan tersebut. Karena kami berdua sudah jenuh akhirnya kami menghentikan kegiatan kami dan akhirnya monitoring dari DIKTI akan dilaksanakan. Kita berdua memutar otak untuk dapat melakukan penjualan agar kegiatan ini dapat berjalan kembali. Kemudian kami berdua memutuskan untuk menjual produk minuman rosella-jahe kami dengan menitipkannya di warung makan yang ada di sekitar kampus. Pengumpulan laporan kemajuan untuk monitoring harus segera dikumpulkan sebelum diadakan presentasi. Kami berdua berencana untuk membuat laporan bersama tapi akhirnya hanya saya yang bisa mengerjakannya karena waktu itu teman saya sedang banyak tugas yang harus dia kerjakan. Saya merasakan kecewa dengan tim ini betapa tidak kompaknya, saya merasa tidak berhasil menjadi ketua tim. Sudah berbagai cara saya 33
lakukan agar tim ini berjalan tapi hasilnya nihil. Akhirnya hanya kita berdua dan seoarang teman yang bisa membantu membuat laporan di hari terakhir saat pengumpulan laporan. Presentasi digelar saya beritahukan kepada semua anggota tim untuk dapat mengikuti presentasi dan saya senang sekali semua angota dapat hadir. Namun saya tidak berharap bahwa tim ini akan lolos karena saya tahu bagaimana keberhasilan dari program kami. Beberapa hari setelah presentasi saya mendapat pesan dari pihak Rektorat bahwa tim kami termasuk 26 tim dari kewirausahaan yang mempunyai peluang besar untuk dapat lolos PIMNAS. Awalnya saya tidak tahu bahwa itu adalah pemberitahuan tentang hal tersebut kemudian saya diberitahu oleh teman saya dari lain tim bahwa itu adalah tim yang berpeluang besar masuk ke PIMNAS. Kita berdua sangat terkejut dan kaget mendengar berita tersebut karena kami merasa saat presentasi tersebut kami gagal. Semua aggota tim saya beritahu semua juga terkejut mendengarnya. Kemudian kami berlima memutar otak agar dapat masuk ke PIMNAS yang diadakan di Malang. Saat itu saya mulai senang karena tim saya bersemangat dan mereka bersedia melakukan apapun. Kami berlima berencana untuk membuat minuman dalam kemasan cup-cup kecil yang dapat langsung minum, kami telah membagi tugas untuk hal tersebut. Namun semua itu tidak berhasil 100% seperti yang mereka katakan waktu itu. Saya sangat kecewa dengan mereka bahkan di saat pengumpulan laporan akhir ada satu anggota yang sama sekali tidak berperan dalam pembuatan laporan. Masalah bermunculan mulai dari tidak adanya dosen pembimbing serta ketua departemen sehingga kami tidak memperoleh tanda tangan, ada masalah dalam pembuatan poster dan saat itu kami sedang masa ujian. Saya sangat stress saat itu menghadapi masalah ini tapi akhirnya kami bisa mengumpulkan laporan tepat pada waktunya meskipun dengan perjuangan yang panjang. Saya harus ke kampus Baranangsiang untuk mendapatkan tanda tangan beruntungnya ada teman yang juga butuh tanda tangan akhirnya kita bersama meminta tanda tangan. Setelah beberapa hari dari pengumpulan laporan, pengumuman tim yang lolos ke PIMNAS dan hasilnya tim kami tidak lolos. Saya sudah menduganya karena banyaknya kekurangan yang ada dalam tim kami. Dari pengalaman ini saya dapat mengambil hikmah yang banyak sekali. Salah satunya adalah kerjasama tim, sebuah tim tidak akan mendapatkan puncak keberhasilannya tanpa ada koordinasi dan kekompakan meskipun beberapa dari anggota tersebut sudah berusaha keras. Kedua, kadang kala kita harus tegas dalam memberikan tugas kepada tim kita sehingga keberhasilan dapat diraih. Ketiga, keberhasilan dari sesuatu itu tergantung dari usaha yang dilakukan. Dari pengalaman ini saya dapat menjadi setingkat lebih mengerti bagaimana karakter teman-teman saya. Doa saya adalah tahun depan saya dapat masuk PIMNAS dengan tim yang solid dan kompak dan saya pasti berhasil. Arini Handayani/F24060677
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Tidakkah Kau Tahu… ?
Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban terhadap apa yang telah ia lakukan di dunia)? (QS AL-QIYAMAH :36) Sesungguhnya segala Puji Hanya bagi Allah. Sholawat serta salam semoga senantiasa terlimpah kepada Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa Sallam beserta keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya dengan baik sampai hari kiamat nanti. Ini adalah ungkapan dari hati yang paling dalam yang sebenarnya ingin saya 34
ungkapkan sejak dahulu namun hal tersebut sulit untuk diungkapkan karena lain dan suatu hal. Namun mau tidak mau yang namanya suatu kebenaran haruslah tetap diungkapkan meskipun itu pahit. Karena inilah inti dakwah para Nabi dan Rasul yaitu dakwah tauhid yaitu agar manusia hanya beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun juga dan ini harus diketahui oleh setiap manusia. Hendaklah manusia mengetahui hakikat kehidupan dunia ini, bahwasanya dunia ini fana dan ada kehidupan yang kekal nan abadi yang menunggu kita di depan sana. Yang hendaknya kita persiapkan dengan baik dengan membawa bekal sebanyak-banyaknya untuk mempersiapkan kehidupan akhirat yang tiada batas. Karena jika tidak kita akan menyesal selama-lamanya. Karena hanya ada dua pilihan yaitu surga dan neraka, kalau tidak sengsara ya bahagia dan sebaliknya. Hal tersebut intinya kurang lebih adalah seperti yang tertuang berikut ini. Semoga hal ini dapat bermanfaat bagi kita yang membacanya. Saya berharap semoga tulisan ini dapat memberatkan amal kebaikan saya diakhirat kelak. Kadang terlintas di benak pikiranku, sadarkah kita bahwa kematian adalah sebuah kepastian yang tak terelakkan dan kedatangannya pun bersifat rahasia. Tidak satu jiwa pun mampu menghindarinya. Namun demikian kematian bukanlah akhir dari segalanya. Setelah itu, manusia akan dimintai mengenai pertanggungjawaban mengenai amal perbuatan yang telah dilakukan di dunia. Amal perbuatan kita akan diperhitungkan di hadapan Allah, Tuhan semesta alam yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Yang Dia adalah satu-satunya Tuhan yang berhak diibadahi dengan benar dan tidak boleh dipersekutukan dengan siapapun juga dalam beribadah kepada-Nya. Karena Dia-lah Allah yang telah menciptakan kita, menghidupkan kita, mematikan kita, memberi kita rizki (yang tak dapat dihitung jumlahnya), mengatur seluruh alam semesta ini, yang memiliki nama-nama yang baik. Maka sudah sepatutnya hanya kepada-Nyalah kita beribadah dan tidak mempersekutukanNya dengan sesuatupun juga. Tidak boleh kita mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun dalam beribadah baik itu kepada Malaikat, Nabi, orang sholih, apalagi kepada matahari, bulan, bintang, pohon, kuburan, batu dan lain sebagainya yang disembah selain Allah. Katakanlah: Dialah Allah Tuhan Yang Maha Esa. Dia adalah tempat bergantung bagi semua mahluk. (Dia) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara denganNya.(QS AL-IKHLAS :1-4). Kita (manusia) sebagai hamba-Nya hendaknya mengetahui bahwasanya Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: Hak Allah atas hamba-Nya adalah supaya hamba itu beribadah kepada-Nya (saja) dan tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan-Nya. (HR. Bukhari Muslim). Apakah kita sudah mengetahui hal tersebut. Tidakkah kau sedih melihat bahwasanya sedikit sekali manusia yang mengetahuinya dan memperjuangkannya. Bahkan sebagian besar manusia melalaikannya. Padahal sebesar-besar hak yang harus dijunjung tinggi oleh kita (manusia sebagai hamba-Nya) adalah hak Allah atas hamba-Nya. Namun sering kali kita lihat disekitar kita masih ada orang yang menyembah kepada kuburan, patung, berdo’a/meminta-minta kepada orang yang sudah mati (baik itu kepada Nabi, wali, maupun orang-orang sholih), memberi sesaji kepada Nyi … di Laut… karena takut inilah…itulah…, pergi ke dukun/peramal, praktek perdukunan dimana-mana, menggantungkan diri (hidupnya) kepada Jimat, percaya kepada zodiac, percaya kepada primbon, dsb. Ini semua adalah bentuk kesyirikan nyata yang merupakan bentuk kedholiman yang paling besar, karena menyangkut hak Allah atas hamba-hamba-Nya. Bagaimana mungkin jika ada hak manusia yang didholimi (apapun bentuknya, baik kecil maupun besar), kita serentak mengatakan dengan lantang, keras, tanpa ragu-ragu sedikitpun, bahwa HAL INI telah melanggar Hak Asasi Manusia, Kode etik, dan lain sebagainya. Akan tetapi jika kita mendengar dan menyaksikan kesyrikan terjadi dimana-mana kita diam saja, duduk termangu, tidak berbuat apa-apa, bahkan menganggapnya sebagai hal sepele yang tidak perlu dipermasalahkan??? Bagaimana mungkin hal ini adalah masalah sepele yang tidak perlu dipermasalahkan??? Wahai saudaraku hendaknya kita tahu bahwasanya Allah (Tuhan semesta alam) tidak pernah Ridho Diri-Nya dipersekutukan dengan sesuatupun. Maka sangatlah pantas, jika seseorang manusia mati dalam keadaan berbuat syirik kepada Allah dan belum bertaubat maka diancam oleh Allah akan dimasukkan ke dalam api neraka yang sangat panas dan kekal didalamnya selama-lamanya. Karena dosa syirik merupakan dosa 35
besar yang paling besar yang tidak akan diampuni oleh Allah. Adapun dosa selain syirik masih ada kemungkinan untuk diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Akan tetapi jika seorang hamba bertauhid (hanya menyembah kepada Allah saja dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu pun) maka dijamin oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya Shollallahu ‘alaihi wa Sallam dengan surga yang penuh dengan kenikmatan di dalamnya. Atau tidakkah kita sadar juga dengan musibah yang bertubi-tubi menimpa kita baik itu berupa tsunami, gempa bumi, gunung meletus, longsor, banjir, lumpur panas, penyakit-penyakit aneh yang berbahaya, mematikan, yang muncul baru-baru ini dan cepat sekali menular, bencana kelaparan dan lain sebagainya baik yang besar maupun yang kecil. Faktor utama penyebab itu semua adalah karena merajalelanya kesyirikan dimana-mana yang merupakan dosa dan maksiat yang paling besar. Namun sedikit sekali manusia yang sadar akan hal ini dan memperingatkan akan bahayanya kesyirikan tsb. Maka bagaimana mungkin hal ini dapat dianggap remeh??? Bahkan mungkin ada sebagian orang yang tidak mempedulikan hal ini. Dan perlu diingat bahwasanya kita (manusia) diciptakan di dunia ini hanya semata-mata untuk beribadah kepada Allah saja, dan tidak kepada selain-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia, melainkan hanya untuk beribadah kepada-Ku” (QS. Addzariyat :56). Apakah kita akan menyembah kepada sesuatu yang tidak bisa memberikan manfaat dan mendatangkan mudhorot, bahkan tidak mempunyai sedikitpun kekuasaan atas alam semesta ini sampai-sampai selembut dan setipis kulit ari*( * kulit ari adalah selapis kulit tipis yang terdapat pada biji kurma) sekalipun. Atau kita akan menyembah kepada sesuatu yang tidak dapat mendengar, melihat, atau sekalipun jika dapat mendengar namun tidak dapat memperkenankan/mengabulkan permintaan kita. Apakah kita tidak berpikir atau tidak menggunakan akal pikiran kita secara sehat? Tentu saja baik akal maupun hati kecil kita yang paling dalam akan mengatakan TIDAK, kita tidak akan menyembah kepada hal-hal seperti itu. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan membiarkan hamba-hamba-NYa begitu saja ,bingung dalam kegalauan. Namun Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengutus para Nabi dan Rasul. Baik nabi yang pertama, Nabi Adam ‘Alaihissalam , Rasul yang pertama Nuh ‘Alaihissalam sampai dengan Nabi sekaligus Rasul yang terakhir Muhammad Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam, untuk menjelaskan hal ini yaitu Bahwasanya Dialah Allah satu-satunya Tuhan yang berhak untuk disembah dan tidak boleh dipersekutukan dengan sesuatupun juga. Allah juga telah memberikan petunjuk hidup kepada manusia berupa agama Islam. Yang merupakan bentuk karunia dan kasih sayang Allah kepada manusia sebagai hambaNya. Dengan diutusnya Rasulullah Muhammad Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam sebagai Nabi dan Rasul terakhir maka hendaknya manusia bersyukur kepada Allah. Karena Allah yang telah menciptakan manusia, maka Dialah yang paling tahu tentang petunjuk hidup/aturan yang paling sesuai bagi manusia. Itulah agama Islam. Barang siapa yang berpaling darinya, maka amat disayangkan sekali berarti Dia telah menyia-nyiakan Nikmat Allah yang paling besar, mengambil yang buruk dan meninggalkan yang baik, bermanfaat, dan keselamatan baginya di dunia dan di Akhirat. Kadang terlintas dalam hatiku manusia bekerja mati-matian, peras keringat, banting tulang tiada henti, tiada kenal lelah, capek, tiada kenal waktu, segala pikiran dan tenaga dicurahkan habis-habisan demi menjadi yang terbaik dari urusan ataupun masalah dunia. Namun sedikit sekali dia peduli dan berlomba-lomba dalam urusan akhiratnya. Yang dia ketahui dan utamakan hanyalah dunia, dunia, dan dunia. Namun dalam urusan akhirat dia lalai. Betapa banyak orang yang tidak mau tahu/cuek bebek dengan urusan agamanya. Dan kita hanya dapat mengetahui Islam ini dengan benar ya dengan belajar/menuntut ilmu (tidak dengan santai-santai saja). Yang tentunya dilandasi dengan pemahaman yang benar, yakni pemahaman para sahabat Ridwanullohu ‘Alaihim jami’an. Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi wasallam bersabda: Menuntut Ilmu itu (ilmu syar’i) wajib atas setiap muslim. (Hadits Shohih Riwayat Ibnu Majah). Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi wasallam juga bersabda: Barang siapa dikehendaki kebaikan oleh Allah ,maka Dia akan memberikan pemahaman agama kepadanya (H.R. Bukhori dan Muslim). Kita wajib memahami Al-Qur’an dan Assunnah dengan pemahaman para sahabat, karena di zaman merekalah Al-Qur’an diturunkan dan merekalah orang yang langsung mendapat penjelasan 36
tentang arti dan maknanya secara langsung melalui lisan Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi wasallam dan merekalah sebaik-baik ummat. Jadi kita tidak boleh memahami Nash AlQur’an dan Assunnah menurut pemahaman kita sendiri-sendiri/menurut akal pikiran semata. Karena hal ini dapat menyimpangkan kita dari jalan yang benar. Jadi hendaklah kita sisihkan sebagian waktu yang kita miliki ini untuk menuntut ilmu syar’i. Islam adalah agama yang sempurna Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian, dan Aku telah cukupkan nikmat-Ku atas kalian dan Aku pun telah ridha Islam menjadi agama bagi kalian.” (QS. Al Maa’idah: 3); “Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran: 19); “Dan barang siapa yang mencari agama selain Islam maka tidak akan pernah diterima darinya dan di akhirat nanti dia akan termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Ali ‘Imran: 85). Berikut adalah firman Allah kepada Nabi-Nya Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Katakanlah: Wahai umat manusia, sesungguhnya aku ini adalah utusan Allah bagi kalian semua, Dialah Dzat yang memiliki kekuasaan langit dan bumi, tidak ada sesembahan yang haq selain Dia, Dialah yang menghidupkan dan mematikan. Maka berimanlah kalian kepada Allah dan Rasul-Nya seorang Nabi yang ummi (buta huruf) yang telah beriman kepada Allah serta kalimat-kalimat-Nya, dan ikutilah dia supaya kalian mendapatkan hidayah.” (QS. Al A’raaf: 158). Rasulullah Muhammad Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Demi Zat yang jiwa Muhammad berada di tangannya. Tidaklah ada seorang manusia dari umat ini yang mendengar kenabianku, baik yang beragama Yahudi maupun Nasrani lantas dia meninggal dalam keadaan tidak mau beriman dengan ajaran yang aku bawa melainkan dia pasti termasuk salah seorang penghuni neraka.” Hadits Shohih Riwayat Muslim. Agama Islam telah merangkum semua bentuk kemaslahatan yang diajarkan oleh agama-agama sebelumnya. Ajaran yang bisa diterapkan di setiap masa, di setiap tempat dan di masyarakat manapun. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Dan Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab dengan benar sebagai pembenar kitab-kitab yang terdahulu serta batu ujian atasnya.” (QS. Al Maa’idah: 48). Islam memerintahkan semua akhlak yang mulia dan melarang akhlak yang rendah dan hina. Islam memerintahkan segala macam amal salih dan melarang segala amal yang jelek. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Allah memerintahkan berbuat adil, ihsan dan memberikan nafkah kepada sanak kerabat. Dan Allah melarang semua bentuk perbuatan keji dan mungkar, serta tindakan melanggar batas. Allah mengingatkan kalian agar kalian mau mengambil pelajaran.” (QS. An Nahl: 90). Jika kita telah mengetahuinya maka hendaklah kita mengamalkannya sebagai bekal kita menuju kehidupan akhirat yang kekal nan Abadi. Hendaknya kita benar-benar memanfaatkan kesempatan kita hidup di dunia ini untuk beramal sholih dan jangan menyia-nyiakannya sedikitpun. Karena segala sesuatunya sekecil apapun akan diperhitungkan dan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, Tuhan semesta alam, Untuk diberikan balasan sesuai dengan amalnya masingmasing. Rasulullah SAW bersabda: ”Tidak akan bergeser kedua telapak kaki anak Adam dari sisi Rabbnya pada hari kiamat, hingga ia ditanya tentang lima hal : (1) TENTANG UMURNYA untuk apa dia habiskan, (2) TENTANG MASA MUDANYA untuk apa dia pergunakan, (3) TENTANG HARTANYA, dari mana dia dapat dan (4) kemana dia infakkan, dan (5) amalan apa yang telah diperbuat dari ilmu yang dia miliki. “ (HR at-Tirmidzi) . Rasulullah SAW bersabda :”Ada dua nikmat yang banyak manusia tertipu dengan keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.” (HR Bukhari,at-Tirmidzi,dll.). Sungguh benarlah kata-kata yang keluar dari lisan beliau. Realita di sekitar kita menjadi buktinya. Betapa banyak manusia yang enggan mempergunakan kesehatan dan waktu luang yang mereka miliki untuk mempersiapkan bekal menuju akhirat. Kebanyakan mereka justru mengisinya dengan melakukan aktivitas yang tidak bermanfaat, baik untuk dunia maupun akhirat mereka. Para pemuda menghabiskan malam sambil genjrang-genjreng tidak karuan, para pemilik warung rokok menunggu pembeli sambil bermain catur, para tukang ojek menunggu 37
sewa sambil bermain judi, sopir angkot menunggu giliran berangkat sambil main domino, tukang becak menunggu penumpang sambil meringkuk dalam becaknya, para pedagang sembako di kampung-kampung menunggu pembeli sambil ngelamun, para pengangguran tidur-tiduran saja seharian sambil menunggu kerjaan datang. Para sarjana muda bermalasmalasan di depan televisi sambil menunggu panggilan kerja, anak-anak SMP duduk bersila berjam-jam di rental PS sepulang sekolah, para mahasiswa selonjoran seharian diteras kos sambil membaca novel picisan karena tidak ada tugas kuliah, para pegawai kantor ngerumpi dengan sesama mereka karena bos mereka sedang tidak berada di tempat, para pegawai pemerintahan asyik merokok di ruang kerjanya karena sedang tidak ada kerjaan, anak-anak sekolah ribut ngobrol pada jam pelajaran karena guru yang mengajar berhalangan hadir. Ibuibu rumah tangga ngerumpi ngalor ngidul dengan tetangganya sambil menunggu suaminya pulang kerja, penjaga rental komputer khusyuk bermain game sambil menunggu kedatangan penyewa, tukang jahit duduk bengong sambil mengisap rokok menunggu kedatangan orang yang ingin menjahitkan baju, satpam masjid duduk santai setengah harian di pos jaga sambil bergurau dengan tukang sapu, tukang buah di pinggir jalan duduk diam berjam-jam di depan kios buahnya sambil memperhatikan lalu lalang orang yang lewat, para remaja tanggung nongkrong-nongkrong di halte sambil cuci mata, penumpang bis antar kota diam membisu mamandang rumah-rumah di pinggir jalan melalui kaca jendela,... Tidakkah anda sadar bahwa kelak anda akan dimintai pertanggungjawaban tentang umur yang anda hidup di dalamnya? Apakah umurnya itu digunakan untuk kemanfaatan ataukah untuk kesia-siaan? Apakah umurnya itu anda habiskan untuk kebaikan dan ketaatan kepada Allah ataukah untuk keburukan dan ketaatan kepada setan? Seandainya dikabarkan kepada Anda bahwa malaikat maut akan datang besok untuk mencabut nyawa anda, maka Apa yang akan Anda perbuat hari ini? Dalam kondisi bagaimana Anda akan menyambut kematian esok hari? Berapa banyak amal sholih yang sudah Anda siapkan untuk menemani Anda di dalam kubur? Saudaraku... Dalam salah satu nasihatnya, Umar bin Abdul Aziz berkata: “Jika kalian melewati kuburan, panggilah mereka jika engkau bisa memanggil. Lihatlah betapa berdempetnya rumah-rumah mereka. Tanyakanlah kepada orang-orang kaya dari mereka, masih tersisakah kekayaan mereka? Tanyakan pula kepada orang-orang miskin diantara mereka, masih tersisakah kemiskinan mereka? Tanyakanlah tentang lisan-lisan yang dengannya mereka berbicara, sepasang mata yang dengannya mereka melihat indahnya pemandangan. Tanyakan pula tentang kulit-kulit lembut dan wajah-wajah yang cantik jelita, juga tubuh-tubuh yang halus mulus, apa yang diperbuat ulat di balik kafan-kafan mereka? Lisan-lisan itu telah hancur, wajah-wajah yang cantik jelita itu telah dirobek-robek ulat, anggota badan mereka telah terpisah-pisah berserakan. Lalu dimana pelayan-pelayan mereka yang setia? Di mana tumpukan harta dan sederetan pangkat mereka? Dimana rumah-rumah mewah mereka yang banyak dan menjulang tinggi? Dimana kebun-kebun mereka ynag rindang dan subur? Di mana pakaian mereka yang indah-indah dan sangat mahal? Dimana kendaraan-kendaraan mewah kesukaan mereka? Dimana kolam renang dan telaga pribadi mereka? Bukankah mereka kini berada di tempat yang sangat sunyi? Bukankah siang dan malam bagi mereka sama saja? Bukankah mereka dalam kegelapan? Mereka telah terputus dengan amal mereka. Mereka telah berpisah dengan orang-orang yang mereka cintai, harta dan segenap keluarganya. Karena itu wahai orang yang tak lama lagi menyusul ke kuburan! Kenapa engkau terperdaya dengan dunia? Renungkanlah tentang orang-orang yang telah pergi meninggalkan kita. Sungguh mereka berharap untuk bisa kembali ke dunia. Agar bisa menghimpun amal sebanyak-banyaknya. Tetapi itu semua tidak mungkin terjadi karena mereka telah dikubur.” Ingatlah!!! Allah SWT berfirman:“Tiap-tiap yang berjiwa (pasti) akan merasakan mati Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung (sukses). Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS Ali Imran:185). Namun tak seorangpun tahu kapan waktu 38
kematiannya tiba. Bisa sekarang, besok, lusa, atau... Yang jelas kematian pasti akan datang, cepat atau lambat. Jika memang sudah ajalnya tak seorangpun dapat mengundurkannya. Allah SWT berfirman: ”Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha teliti (terhadap) apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Munafiqun:11). Al-Hasan al-Bashri berkata, ”Wahai anak Adam! Sesungguhnya engkau adalah hari-hari yang engkau lalui. Setiap berlalu satu hari maka hilanglah sebagian dari dirimu.” (Disadur dari:, Syarh Ushul Iman, hal. 5-8, Penerbit Darul Qasim. Penulis: Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah. Diterjemahkan oleh: Abu Muslih Ari Wahyudi. Artikel www.muslim.or.id, Menuntut Ilmu jalan menuju SURGA yang disusun oleh Ust. Yazid bin Abdul Qodir Jawas hafidzahulloh, PASPOR KEMATIAN Jalan Menuju SurgaMu yang disusun oleh Abdul Jabbar dan diterbitkan oleh Cicero publishing dan masih banyak lagi yang lainnya). Demikian beberapa patah kata yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat bagi orang yang membacanya. Oya, temen-temen aku punya beberapa pesan penting: Jika kita dalam hal dunia saja kita harus/dituntut untuk berpikir kritis dan ilmiah serta berhati-hati dalam melangkah agar tidak salah langkah, mendapatkan data yang valid, memahami sesuatu dengan benar, dan tidak berakibat fatal bagi kehidupan dunia kita (yang fana dan hanya sebentar), lebih-lebih/apatah lagi dalam urusan mencari kebenaran dalam beragama. Karena dengan kebenaran tersebutlah yang akan menentukan & mengantarkan kita kepada keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat (negeri yang kekal abadi) dan jika kita sampai salah melangkah dalam hal ini maka akibatnya akan lebih fatal lagi daripada apa yang kita bayangkan. Jadi WASPADALAH,WASPADALAH!!! dalam melangkahi kehidupan ini serta senantiasa berpikir KRITIS & ILMIAH agar tidak menyesal pada akhirnya. Janganlah lelah untuk mencari KEBENARAN dan kerahkanlah seluruh kemampuan Anda (bersungguh-sungguhlah) untuk mencarinya agar kita selamat di dunia dan di akhirat. Katakanlah yang benar itu benar dan yang salah itu salah, meskipun pahit untuk diucapkan Janganlah sekali-kali Anda menyekutukan Allah dengan sesuatupun juga/menyembah kepada sesuatu selain Allah. Karena hal tersebut dapat menyebabkan Anda diancam oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan ancaman masuk neraka Jahannam dan hal tersebut (syirik) akan menyebabkan semua amalan kebaikan anda di dunia ini akan terhapus (seberapa banyak pun amalan kebaikan yang telah anda lakukan). Karena Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, yang tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Allah. Sesembahan selain Allah adalah sesembahan yang batil dan tidak memiliki sedikitpun hak untuk disembah. Karena segala sesuatu selain Allah adalah Makhluk. Ketahuilah bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengutus Nabi akhir zaman, penutup para Nabi dan Rasul, yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, seorang nabi yang ummi (buta huruf), tidak pernah berdusta, yang diakui kejujurannya baik oleh kawan maupun lawan, yang membenarkan apa-apa yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul sebelumnya, dan yang dipercaya oleh Allah-Tuhan semesta alam- untuk membawa dan menyampaikan risalah terakhir yaitu agama Islam kepada seluruh manusia-yang merupakan jalan kebahagiaan & keselamatan bagi manusia agar terhindar dari adzab Allah (yakni: api neraka). HP: 085694578705 Frendy A.A/F24060710
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Hidup=Pilihan 39
Hidup adalah sebuah pilihan. Demikian kata pepatah, dan aku sangat percaya itu. Bagaimana tidak? Selama kita masih hidup, selama itu pula pilihan-pilihan akan datang silih berganti untuk kita pilih dan kita jalani. Dari sejak awal mula aku diciptakan, tentu Tuhan telah memilih aku untuk hidup dari sepasang sel sperma dan sel telur milik kedua orang tuaku yang bertemu secara acak dalam rahim ibuku. Tuhan juga telah memilih aku untuk dilahirkan dan dibesarkan di keluarga yang kumiliki sekarang. Keluarga yang mungkin sering kurasakan tidak sesempurna keluarga lain tetapi selalu memberikan aku kenyamanan bahkan di saat-saat tersulit dalam hidupku. Ketika aku dilahirkan, orang tuaku pun kemudian juga melakukan sebuah pilihan untuk hidupku. Mereka memilihkan diriku sebuah nama, Stella, yang berarti bintang. Tentu nama ini juga merupakan sebuah harapan dan doa bagiku agar aku dapat senantiasa mampu menjadi seorang yang dapat membawa kebaikan untuk orang-orang disekitarku, sama seperti bintang yang mampu menerangi malam yang gelap. Memasuki masa kanak-kanak, orang tuaku pun lantas memilihkanku TK terbaik menurut mereka untuk aku memulai pendidikanku. Saat akhirnya aku masuk sekolah dasar, mereka pun kembali melakukan hal yang sama untukku. Meskipun pada tahun 1998 aku sempat pindah sekolah, orang tuaku kembali memilihkanku sebuah sekolah yang baik menurut mereka dan aku pun dapat menyelesaikan pendidikanku di sekolah dasar tersebut dengan nilai yang sangat memuaskan. Selama duduk di sekolah dasar, aku bercita-cita menjadi seorang dokter bedah, sebuah pilihan yang kupilih untuk direalisasikan ketika aku dewasa. Saat lulus SD, aku pun kemudian memilih sebuah sekolah terbaik untuk diriku sendiri. Aku dapat bersekolah selama 6 tahun, dari SMP hingga SMA di sekolah yang memiliki pendidikan terbaik. Sekolah yang lengkap dengan segala fasilitas, kegiatan, lingkungan, ajaran-ajaran yang menjadikan aku seseorang yang tidak hanya mementingkan sisi akademis tetapi juga sisi sosial dan humanis. Di masa-masa ini, aku mengalami banyak mengalami permasalahan yang menuntutku untuk melakukan banyak pilihan. Ketika itu, aku harus memilih hal apa yang lebih aku prioritaskan, pendidikan atau kegiatan ekstrakurikuler dan keorganisasian. Hal ini harus aku lakukan karena seringkali ayahku melarangku mengikuti berbagai kegiatan di luar kegiatan pendidikan karena pandangannya yang sedikit konservatif tentang kegiatan di luar pendidikan intrakurikuler. Saat itu, akhirnya, tak jarang aku pun memilih untuk mengikuti keinginan ayahku meski seringkali hal ini bertentangan dengan keinginanku. Meski demikian, aku tidak menyesal karena telah memilih menjalani hal yang mungkin tidak kusenangi. Karena dengan demikian, aku belajar untuk tetap bertahan dan melakukan yang terbaik di situasi yang mungkin tidak membuatku nyaman. Sejak kelas 1 SMA, aku mulai dihadapkan pada sebuah pilihan yang lebih besar, yaitu memilih perguruan tinggi mana yang akan aku pilih sebagai tempatku melanjutkan pendidikan. Saat itu, begitu banyak pertimbangan dan masukan yang diberikan orang-orang di sekitarku meski aku belum dapat benar-benar dapat memilih jurusan dan perguruan tinggi apa yang kupilih kelak. Cita-citaku untuk menjadi seorang dokter bedah mulai pupus karena masalah lama studi serta besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk menjadi seorang dokter. Memasuki kelas 2 SMA, bedasarkan cerita seorang teman, aku kemudian memilih jurusan Teknologi Pangan IPB sebagai tempatku menimba ilmu selepas SMA. Namun, kemudian ternyata ini bukanlah pilihan terakhirku. Ketika aku mendapat saran dari sepupuku mengenai pilihan jurusan Teknik Kimia ITB, aku pun tertarik dan mulai berusaha sekuat tenaga untuk mencapai cita-citaku tersebut. Tidak hanya berusaha lebih serius di sekolah, aku pun mengikuti bimbingan belajar terbaik di Jakarta selama setahun penuh untuk mengejar cita-citaku itu. Namun, takdir tak bisa diubah. Sayang, aku kemudian gagal masuk ITB dan malah masuk IPB yang memang pilihan kedua saat SPMB. Saat itu, aku merasa sangat kecewa karena mungkin itulah kegagalan terbesar yang pernah terjadi dalam hidupku. Lagi-lagi, sebuah pilihan menuntunku menuju lembaran hidupku yang lain. Ketika aku mulai merasakan menjadi seorang mahasiswa di IPB, aku kemudian mempunyai cita-cita yang baru. Cita-cita untuk masuk ke jurusan terbaik di IPB, jurusan Teknologi Pangan, jurusan yang pernah aku cita-citakan dulu ketika SMA. Meskipun awalnya aku merasa terpuruk dan terasingkan ketika kuliah di IPB, lama kelamaan aku mulai 40
dapat menikmati masa perkuliahanku, terutama ketika akhirnya aku bisa lolos seleksi masuk ke jurusan Teknologi Pangan. Di tempat ini, aku kemudian dapat mengembangkan begitu banyak potensi dan keinginanku yang bahkan tak pernah terpikirkan dapat aku lakukan. Hingga saat ini aku akan memasuki tahun keempat di perguruan tinggi, aku telah melalui banyak hal dalam hidup ini yang menuntutku untuk melakukan sebuah pilihan. Banyak dari pilihan itu yang terkadang tidak sesuai dengan harapanku dan bahkan mengecewakanku. Namun banyak pula pilihan yang memberikanku sesuatu yang jauh lebih baik dari harapanku. Aku sangat menghargai dan mensyukuri semua pilihan yang telah aku pilih dan aku jalani. Tanpa itu semua, tentu aku bukanlah aku yang sekarang. Meskipun aku tidak tahu apa yang akan terjadi nanti, pilihan apa yang akan kuhadapi kelak, aku tetap berusaha untuk selalu memilih dengan hati nurani. Karena menurutku, itulah cara terbaik untuk menentukan pilihan mana yang paling tepat untuk kehidupan kita sendiri. Stella Darmadi/F24060717
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Kebersamaan Memegang Waktu Seandainya aku punya kesempatan untuk memutar waktu,, Waktu akan kupegang, digenggam dan dikendalikan,, Merangkai masa bersama dengan bermain roller coaster waktu,, Menyatukan helaian-helaian bulu yang mulai berpencar karena permainan detik, Mencegah pencaran tertinggal dan tetap terbang dalam sayap,, Akan sangat indah kalau cerita itp 43 lebih baik dari cerita dosen-dosen ITP, yang selalu mengatakan kalau mereka dapat dengan mudah menemukan teman sekelas mereka lagi di dunia kerja ataupun bisnis setelah selesai pada bangku kuliah. Rina yakin bahwa kebersamaan seperti itu juga yang akan kita rasakan nantinya, bahkan lebih lagi. ITP 43. Kekompakan kita tidak akan hilang dan terbuang, tapi tetap seperti helaian bulu pada sayap elang yang membawanya terbang. ITP 43. Banyak memang yang bilang angkatan ini tidak biasa dengan angkatan lainnya. Kekompakkan kita dan kebersamaan kita tidak hanya sebatas ruangan kelas dan dinding PAU. Kita tidak hanya dekat dengan teman-teman sekelas namun juga dekat dengan tetangga-tetangga himpro. Sudah mulai terlihat pada angkatan kita kalau kita dapat menjalin kerjasama dan menjalin persahabatan dengan keluarga satu fakultas. Terlihat dengan teman-teman ITP yang juga berkumpul dan berbincang dengan teman-teman dari TEP dan TIN. Keistimewaan lain yang membanggakan adalah saat kita memenangkan Red’s Cup (Gantinya Olimpiade Fateta) sebagai juara umum. Mengagetkan dan tidak masuk akal awalnya. Hampir lebih dari lima tahun ITP tidak pernah merebut juara umum. Namun dengan adanya kebersamaan ini hal itu dapat terwujud. Adit, Nina, dan Palestina, merangkai kata dan nada dengan indah sehingga membuat juri musikalisasi puisi menentukan mereka pemenangnya. Cerita-cerita canggih yang mengalir dari otak Oci sang Indi (Indikator kelemotan) tak disangka dapat menambah daftar kemenangan ITP sebagai juara satu lomba menulis cerpen. Jepretan kamera WJ pada bola yang mengambang sebelum ditendang menambah kebanggaan kita. Kontingen basket ITP memenangkan cabang olah-raga untuk ITP, dan masih banyak juara-juara lainnya. Walau memang kebanyakan berasal dari cabang non-olah raga. Benar kalau kata salah satu teman “tetangga” Himpro mengatakan “otak dapat mengalahkan otot”. Kemenangan ini memang tidak jauh tentang otak tapi tidak melulu tentang pelajaran karena di ITP tidak diajari bagaimana merangkai nada dan kata, merangkai kata-kata dalam sebuah cerita, dan mengabadikan bola yang melayang dalam gambar. 41
Kenarsisan teman-teman ITP 43 juga tidak perlu dipertanyakan karena bila disitu ada blits kamera maka kita akan berada disana. Kata lelah akan keluar kalau memang memori kamera sudah penuh. Lab tempat praktikum pun dapat menjadi studio foto bagi kita. Dari gaya yang standar hingga berfoto dengan cawan-cawan petri yang telah ditumbuhi kapang ataupun bakteri. Akan sangat mengerikan bila hp yang kita miliki ada kameranya karena akan dimasuki “virus-virus” gambar wajah-wajah mahasiswa cinta foto. Foto-foto tersebut tidak perlu kita yang mengambil tapi secara otomatis bila da yang bilang “pinjem handphonenya buat foto-foto ya?” maka “virus-virus” tadi akan bermunculan saat kita membuka folder gambar atau foto. Sebenarnya tidak hanya disebut narsis tapi kita juga memiliki jiwa untuk mengabadikan setiap momen bahagia. Momen bahagia yang diabadikan bersama salah satunya adalah saat selesai UAS terakhir PenKom semester 3 di depan GWW. Hampir semua mahasiswa ITP 43 ikut berfoto bersama. Selain itu setelah beberapa tahun tidak merasakan kebersamaan yang mewah seperti itu kami disatukan kembali dengan adanya P3B. P3B adalah program yang terdapat dalam salah satu praktikum. Sebelum acara ini sebenarnya masih lebih banyak lagi acaraacara yang menyatukan kita. Nonton bareng, syukuran kemenangan Red’s Cup, makan rujak bareng, buka puasa bersama bahkan juga sahur bersama. Saat acara makan rujak bersama piring bumbu kacang pun bersih karena ada monster pelahap bumbu pedas disini. Tersangkanya adalah Nuge. Dia mencicipi bumbunya tanpa buah hingga meminumnya seperti meminum sup dari piring. Nuge sang Monster Rujak. Pada program P3B kami dibentuk menjadi 8 kelompok dan diwajibkan untuk membuat dan mengembangkan produk baru. Awalnya hanya satu produk yang diterima pada satu kali pengajuan ke dosen, yaitu produk Moody Bubble Drink, yang pada akhirnya diketahui pembuatan produk ini cukup rumit dan membutuhkan banyak kegiatan kimiawi tapi yang bermanfaat bagi tubuh. Masih ada tujuh ide lagi yang selalu ditolak oleh pa Fahim, dosen yang baru pulang dari Prancis. Kekesalan dan kejengkelan keluar dari wajah mereka. Walaupun begitu semangat kita tak juga berhenti. Masih semangat untuk mencari ide-ide yang bisa diterima tapi tidak lewat jauh dari ide awal. Muncullah produk-produk baru yang kemudian dipresentasikan ditengah keramaian makan siang kantin sapta. Dimulai dari WITCH (sweet potato chip), Nana Chand (permen Nanas dengan nata de coco), Q Bt (Cookies bayam), Kori Cracker (Krakers daun pegagan), LaLove (Rosela dan aloevera), Fiesta (tahu rasa), Moody Bubble Drink (minuman isotonic dengan bubble), Tayashine (nugget talas). Kita mulai berkoar-koar dan mempresentasikan semua keunggulan sebagai penarik masa dan menarik pelanggan. Cara-cara unik banyak dilakukan untuk iklan, ada yang dengan kostum, iklan video, iklan live dengan menggunakan anggota kelompok sendiri, dll. Produk yang diproduksi laku habis terjual saat itu. sebenarnya lakunya juga karena dibeli oleh teman-teman dari ITP juga. Bukannya ingin mematikan pasar tapi teman-teman dari ITP 43 sendiri penasaran dan ingin mencoba produk yang dibuat oleh teman-teman ITP 43 lainnya. Selain anak ITP ada juga mahasiswa ataupun konsumen yang sedang makan di SAPTA. Setelah berpeluh untuk mengatur siapa yang beli dan siapa yang bayar sebelumnya, lagi kami berfoto dan mengabadikan kebersamaan yang mewah ini. Kebersamaan ini akan terbentuk, berkembang dan berbuah menjadi sangat manis nantinya. Jurang-jurang pemisah antara kita mulai tertimbun tanah-tanah saling menghargai dan perasaan satu keluarga. ITP 43 tidak lagi sombong tapi We Are The Best, Kompak, Yessss. Dibalik sebuah mimpi, ada sebuah harapan ada sebuah kisah yang tersimpan Berjuang untuk hidup, berjuang untuk jiwa, berjuang untuk sahabat sejati Dan aku ingin terus bermimpi.. Dan ingin mewujudkannya,, Dan kita akan terbang bersama sebagai helaian bulu dari sayap elang yang terbang menangkap mimpi. ITP,, WE ARE THE BEST ITP,, KOMPAK ITP, WE ARE THE BEST,, KOMPAK,,, YESS 42
Bogor, 6 Juni 2009, 21.45 WIB Rina B./F24060756 (A.k.a. AB)
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Kesan dan pesan selama di ITP, gimana ya.... banyak, kan kita uda sama-sama 2 tahun di ITP. Kesannya ada manis, asem, sepet, dingin-dingin empuk juga ada, yang pasti diambil yang positif aja deh biar ga stress. Makanya saya mau berbagi cerita lucu aja buat tementemen semua. Dibaca ya... Maap ya kalo garing. Hari paling sial Seorang pria yg sedang putus asa berdiam di bar selama satu setengah jam cuma memandangi minumannya. Seorang pengemudi truk yg baru datang langsung meneguk habis isi gelas itu. Si pria langsung menangis. “Hei, jangan nangis, gitu, dong!” seru si pengemudi truk. “Aku cuma bercanda. Aku beliin minuman lagi, deh!” “Bukan, nggak usah. Hari ini merupakan hari terburuk dalam hidupku. Pertama, aku telat ke kantor. Bosku marah besar dan aku dipecat. Ketika mau pulang, ternyata mobilku dicuri orang. Trus, pas naek taksi, ternyata dompet dan kartu kreditku ketinggalan di dalamnya. Sampai rumah, istriku tidur dengan tukang kebun. Aku meninggalkan rumah dan datang ke bar ini. Dan pas aku berpikir untuk mengakhiri hidupku, kau muncul dan meminum racunku.” Anak yang sombong Sebagai hadiah tahun baru, seorang anak baru saja dibelikan sebuah motor Harley David Son oleh ayahnya, padahal dia sendiri tidak mahir mengendarai sepeda motor. Tentu saja dia sangat senang sekali. Pada saat malam tahun baru tersebut, si anak berniat mengendarai Harley David Son nya keliling kota. Saking enaknya naik motor Harley, dia pun mulai kebut-kebutan di jalan. Setelah hampir dua jam kebut-kebutan, si anak tersebut menghampiri seorang pengendara motor lain yang sedang berjalan. Si anak : "Mas.. mas, Punya Motor kaya motor saya ga? " Pengendara motor : "G gax punya!", sambil berpikir "Sombong banget tuh anak!" Lalu si anak kemudian melaju lagi sambil menghampiri seorang pengendara mobil. Si anak : "Om.. om, Punya motor kaya motor saya ga? " Pengendara mobil : "G ga punya!!", sambil berpikir "Sialan, sombong banget tuh anak, baru punya harley doang!" Kemudian si anak melaju lagi sambil menghampiri seorang supir truk. Si anak : "Mas.. mas, Punya Motor kaya motor saya ga? " Supir truk : "Mana g punya!!", sambil berpikir "Wadoh ngeledek g tuh anak!", Kemudian Supir truk kembali bertanya : "Mang kenapa nanya begitu?" Si anak : "Nggak mas, anu.. saya ga tau rem nya dimana?! " Teka-teki Apa bahasa Inggrisnya orang Bali sedang jalan - jalan keliling Amerika ? Jawab: Made in Amerika Apa bedanya tukang pajak ama palak? Jawab : Kalau tukang pajak nagihnya pake surat, kalau tukang palak pake urat! Anak apa yang paling jelek di dunia? Jawab: Anak-anak bilang sih elo ! Apa beda org kurus dengan orang gendut? Jawab: org kurus udah dikasih hati minta jantung, kalo orang gendut udah dikasih hati minta 43
daging. kodoQ apa yang bisa membunuh tanpa di sentuh...? Jawab : kodokakan kau cepat mati Apa bahasa inggrisnya nenek-nenek naik pohon kelapa sambil joget Jawab: believe it or not Kenapa ninja kepalanya di tutupi pakai kain? Jawab: kalau pakai daun pisang dikirain nasi bungkus! Bis apa yang ragu² Jawab: bisa iya, bisa ngga...!!! Apa nama penyakit terkenal di cina? Jawab: Kung Flu Mengapa bahasa Inggris wanita disebut WOMEN? Jawab: Karena disaat Adam melihat perempuan pertama yaitu Hawa ia mengatakan wou..........man...!!! Kuda apa yg paling capek..?? Jawab: kuda..ki gunung sambil jongkok Sate apa yg dari jepang..?? Jawab: Sateria Baja Hitam.. Lemari apa yg bisa masuk kantong..?? Jawab: LEMARIBUAN..!! Hewan apa yg bisa kaya..?? Jawab: HE WAN to be Millionare.. Panda apa yg manis, imut, ngegemesin, dan gak ngebosenin????????? Jawab: Pandangin gua aja sampe puas............. Kenapa hantu cewek umumnya pakai daster panjang ? Jawab: karena kalau pakai tank top ntar kuburan jadi rame bunyi "suit -suiiiiitttt" Hantu apa yang paling pinter ngitung2? Jawab: han, tu, tri, four, five, dst... Apa bedanya orang kurus dan orang gemuk? Jawab: Orang kurus makan hati, orang gemuk makan tempat Hewan apa yg paling panjang? Jawab: Ular ngantre beras 5 orang berjalan di bawah satu payung kecil tapi kenapa tidak ada satupun orang yang kehujanan ? Jawab : Karena tidak hujan Jessica Andrea Yahya/F24060777
--------------------------OUR JOURNEY-----------------------------
Kesuksesan hati 44
Apa yang kita raih sekarang adalah hasil dari usaha-usaha kecil yang kita lakukan terus menerus. Keberhasilan bukan sesuatu yang turun begitu saja. Bila kita yakin pada tujuan, maka kita harus memiliki ketekunan dalam berusaha. Ketekunan adalah kemampuan kita untuk bertahan di tengah tekanan dan kesulitan. Kita harus mengambil langkah selanjutnya. Jangan hanya berhenti di langkah pertama. Memang semakin jauh kita berjalan, semakin banyak rintangan yang menghadang. Bayangkan, andai saja kemarin kita berhenti, maka kita tidak berada disini sekarang. Setiap langkah menaikkan diri kita karena ketekunan adalah daya tahan. Pepatah mengatakan bahwa ribuan kilometer langkah dimulai dengan satu langkah. Sebuah langkah besar sebenarnya terdiri dari langkah-langkah kecil. Rumah yang paling baik adalah hati. Itulah sebaik-baiknya tempat untuk memulai dan untuk kembali. Mulailah kemajuan dengan memajukan hati kita. Ketekunan akan hadir bila yang kita lakukan benar-benar berasal dari hati. Keberhasilan bukan dinilai dari hasil, tetapi proses yang telah kita lakukan. Apapun hasilnya, yang utama adalah kita harus berusaha. Jadikan proses itu sebagai ibadah karena kita dicipta hanya untuk beribadah kepada-Nya. Dia bersamamu Kenapa kau lemahkan hatimu sendiri hanya karena “nafsu keinginan”? Pernahkah kau bertanya “Apakah ini kebutuhan untukku yang Tuhan berikan?” Sombong sekali dirimu terhadap skenario Allah. Ingat ! Siapapun dirimu, Allah lebih tahu yang terbaik untukmu. Ya, mungkin tidak sekarang. Tapi yakinlah, Allah akan selalu bersamamu Tetap optimis, tersenyum, dan berjuanglah…! Bersyukur KemahalembutanMu dalam mencurahkan nikmat sering membuat kami terlena, Ketika kami lupa bersyukur, kemahadahsyatan energiMu membuat kami tersungkur, Bangkitkan kami ya Robb …. Motivasi Kualitas kehidupan kita ditentukan oleh yang kita putuskan atau yang tidak, dan oleh yang kita lakukan atau yang tidak. Tidak ada orang yang terbebas dari keharusan untuk membuat keputusan dan bertindak yang baik baginya. Jika kita tidak memutuskan dan bertindak yang baik, maka kesulitan-lah yang akan dihadirkan didalam kehidupan kita. Tetapi janganlah terlalu mengeluh, karena kesulitan adalah pemberitahuan akan adanya keharusan untuk memperbaiki keputusan dan tindakan. Jika kesulitan yang sama itu, berulang; maka itu adalah tanda bahwa kita belum memperbaiki keputusan dan tindakan kita. Sehingga sebetulnya, seseorang yang hidup lama dalam kesulitan, adalah orang yang lama bertahan dengan keputusan dan tindakan yang sama. Kapankah terakhir kali Anda membuat keputusan yang baru? Kapankah terakhir kali Anda melakukan sesuatu yang baru? Apakah semua yang Anda putuskan dan lakukan adalah hal-hal lama yang Anda bawa ke masa-masa yang baru? Maka, putuskanlah yang tebaik bagi Anda. ............................................ "Kenyataan hari ini adalah mimpi di masa lalu, dan mimpi hari ini adalah kenyataan di masa depan. Beranikanlah untuk bermimpi agar kelak hendak menjadi kenyataan" 45
..................................... Seseorang dengan latar belakang yang lemah dan serba kekurangan, akan menjadi pribadi yang cemerlang jika dia meyakini: bahwa Keberhasilan berpihak kepada yang berupaya, bahwa Upaya yang baik adalah pengubah nasib, bahwa Keajaiban berpihak kepada yang berani, dan bahwa Orang yang memuliakan kehidupan akan dimuliakan. ........................... Semua masa depan adalah kemungkinan. Tetapi, kualitas kemungkinannya ditentukan oleh apa yang kita lakukan hari ini kawan... .................... "Yang salah itu adalah Anda di masa lalu. Hari ini dan selanjutnya Anda adalah pribadi anggun yang sedang membangun kehidupan yang baik. Maafkanlah diri Anda, dan teruskanlah kehidupan Anda dengan damai" ............................. Bukan lengkap-nya persiapan Anda yang penting, tetapi utuh-nya kesungguhan Anda untuk menggunakan apapun yang ada pada Anda sebagai pembukti kesungguhan dari doa dan permintaan Anda. ........................ Kita sedang bekerja keras agar kita menjadi lebih kuat dari semua yang membatasi kita. Tanda bahwa kita mulai berhasil dalam pekerjaan kita, adalah semakin sedikitnya hal-hal yang tidak bisa kita lakukan ....................... “Tidak Perlu Menunggu Datangnya Esok Karena Boleh Jadi Esok Tidak Bisa Berbuat ApaApa. “BERBUATLAH” Sekecil Apapun Itu” ............ Lakukan saja dengan usaha yang terbaik, sisanya serahkan pada Tuhan. ......... Garis Finis sudah didepan mata kawan.... jangan pernah berhenti bermimpi, jangan pernah ragu untuk bangkit... BERGERAKLAH dalam setiap asa dan harapan. Sekali diam berarti itu "mati". ............. Pandanglah sesuatu itu jauh lebih indah dari apa yang kita bayangkan...maka kita akan menghargai setiap yang kita miliki.. ............... Orang yg sukses adalah mereka yg berhasil mengenali, menggali, & memompa seluruh potensi Diri, shg mampu menggagas karya2 & ide2 terbaik demi kemaslahatan Ummat............. ........... “Kadang Allah hilangkan sekejap matahari lalu Allah datangkan guruh dan kilat. Puas kita menangis mencari di mana matahari. Rupanya Allah ingin hadiahkan kita pelangi” ................... “Hidup itu atas kehendak yang Maha Menghidupkan..Hidup itu tiada hidup tanpa menghidupi kehendak yang Maha Menghidupkan..Hiduplah dalam kehidupan para penghidup kehendak Yang Maha Menghidupkan..Hiduplah hidupmu demi kehidupan di hari yang akan dihidupkan oleh Yang Maha Menghidupkan..” ............. Ya Allah.. Jikalau cinta ini adalah ketertawanan, tawanlah hatiku dengan cinta kepada-Mu, agar tidak ada lagi yg dapat menawan hatiku.. Jikalau rindu ini adalah rasa sakit, penuhilah rasa sakit ini dengan rindu kepada-Mu…................ ............ Rencana adalah jembatan menuju mimpi, jika tidak membuat rencana berarti tidak memiliki pijakan langkah menuju apa yang di cita-citakan............ .......... Pahlawan bukanlah orang yang berani menetakkan pedangnya ke pundak lawan, tetapi pahlawan sebenarnya ialah orang yang sanggup menguasai dirinya dikala ia marah............ ............. 46
Sesuatu yang baik, belum tentu benar. Sesuatu yang benar, belum tentu baik. Sesuatu yang bagus, belum tentu berharga. Sesuatu yang berharga/berguna, belum tentu bagus..... ......... "Gunakan KEIKHLASAN Sebagai Usaha Anda dan KEBERSERAHAN Sebagai Penantian Terbaik Usaha Anda" Fitriyah/F24060779
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Kisah Hidupku Hai para pembaca setiaku. Saat ini aku ingin berceritera tentang apa saja yang sudah aku alami dari mulai aku lahir sampai sekarang ini. Mungkin gak yah aku bisa bercerita dalam beberapa halaman padahal cerita kehidupan ini telah ku lakoni dari tahun 1988. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Semoga saja guratan tintaku yang sederhana ini dapat memberikan hiburan bagi yang membacanya. Tetapi bagi yang belum siap membaca jangan dipaksakan. Aku tidak mau bertanggung jawab kalau ada kejadian yang diinginkan. Anda sudah siap?? Mari kita mulai !! Cerita ini aku awali saja saat aku baru dilahirkan. Aku dilahirkan di rumah sakit pada tanggal 30 Juni 1988. Sejak dari lahir sampai sekarang namaku masih belum berubah yaitu Lingga Bayu Saputra. Setelah aku bisa berpikir, ternyata setiap nama mempunyai arti tersendiri. Dan aku sempat kaget setelah tahu arti dari nama itu. Mungkin setelah membaca cerita ini, kamu semua bisa browsing untuk tahu arti namaku ini. (Aduh ge-er amat yach… ) Saat awal kelahiranku, aku masih mempunyai orang tua yang lengkap. Ada ibu yang menyayangi dan bapak yang melindungi. Setiap orang pastinya ingin seperti itu. Akan tetapi garis tangan Tuhan berkata lain. Aku telah kehilangan sosok seorang ayah dalam hidupku. Hal ini baru ku ketahui setelah ibu sendiri yang bercerita. Ternyata bapak telah meninggalkan kami saat aku berumur 1 tahun. Ibu menceritakan hal ini saat aku masih memakai seragam putih-biru. Menurutku, mungkin ibu telah merancang ini saat aku sudah bisa berpikir lebih dewasa dan siap menerima kenyataan yang terjadi. Mendengar cerita ibu, hatiku sedikit tidak percaya. Kenapa hal ini bisa terjadi? Kenapa kejadian ini menipa diriku? Dan kebetulan sekali aku adalah anak semata wayang. Perang batin terjadi dalam diriku antara sedih, kecewa, tak percaya, dan semua rasa bercampur aduk. Mungkin bisa pembaca bayangkan, bagaimana jadinya bila hal ini terjadi pada diri pembaca. Bertahun-tahun hidup tanpa seorang bapak yang menemani dan baru tahu setelah remaja saat anak-anak lain bisa bersenang-senang dengan keluarga mereka yang lengkap. Sebelum ibu bercerita, sebenarnya aku telah banyak bertanya “Ibu, bapak mana yah?” dan ibuku selalu menjawab “Bapak lagi kerja ngga, kerjanya jauh banget, di laut. Jadi belum bisa pulang. Sabar aja yah.” Aku masih ingat ibu selalu mengatakan itu dan diakhiri dengan senyum yang meyakinkan sehingga tidak ada terbesit dibenakku saat itu ibu berbohong. Setelah tahu hal itu, sikapku menjadi biasa saja dan tidak ada rasa minder dalam diriku bila berhadapan dengan teman-teman atau orang lain. Mungkin inilah yang dapat disebut dengan rahasia Allah SWT. Kehilangan salah satu orang tua tidak segera membuatku menjadi anak yang putus asa. Aku berusaha agar menjadi yang terbaik untuk dapat memberikan kesenangan kepada ibuku. Hanya beliaulah yang selalu mengingatkan, menyayangi, melindungi dan memberikan semuanya hanya kepadaku. Aku tahu betul ibu sangat kewalahan dalam mengurusi rumah tangga. Ibu bisa membagi peran kapan saat menjadi ibu dan kapan saat menjadi bapak. Sikap inilah yang aku kagumi dari beliau. Melihat hal ini membuatku menjadi selalu semangat dalam menjalani kehidupan karena aku tahu betul bagaimana susahnya menjadi orang tua dengan status single parent. Masa-masa sekolah kuawali dari taman kanak-kanak. Sampai lulus TK selama 2 tahun alhamdulillah aku mendapatkan prestasi sebagai Bintang Pelajar. Tidak banyak yang 47
bisa kuceritakan saat itu karena sudah sedikit terlupakan. Tapi ada satu hal yang membuatku masih ingat yaitu aku adalah murid yang paling besar sehingga aku dipanggil Lingga gendut mirip gajah. Setelah TK, aku lanjutkan sekolah di Sekolah Dasar (SD). Pendidikan SD ini kutamatkan dalam waktu 6 tahun. Masa SD adalah masa-masa dimana aku mulai tumbuh dan berkembang. Selain dari segi pikiran dan sikap, badanku ini juga mulai tumbuh dan berkembang hingga membesar. Waktu SD adalah waktu aku mulai mengenal yang namanya teman. Maklum waktu balita aku menjadi orang rumahan. Bila ada teman juga datang ke rumahku. Temanku cukup banyak sehingga kami sering bermain sambil belajar. Ada kejadian yang membuatku masih ingat yaitu saat kelas 4, aku terkena penyakit yang disebabkan oleh Salmonella. Aku harus menginap di rumah sakit. Dan kebetulan juga, saat aku dirawat bersamaan dengan Tragedi Trisakti. Makin parahlah keadaannya. Kehendak Allah memang beda dengan akal manusia. Aku bisa selamat saat itu. Pendidikan dasar telah kuselesaikan dengan baik. Bersyukur sekali selama 6 tahun itu aku selalu mendapat yang terbaik dari segi prestasi baik akademik maupun non akademik. Pendidikan SLTP kutempuh setelah SD. Aku terdaftar sebagai siswa SLTP Negeri 115 Jakarta. Ini suatu anugerah dari Sang Pencipta. Susah payah aku berjuang dan permohonanku dikabulkanNya. Putih-biru adalah seragam kebesaranku saat itu. Sangat senang memakainya karena aku telah melewati masa putih-merah. SMP merupakan tempatku menimba ilmu lagi. Saat itu, ada yang mulai berubah dari diriku seperti cara bertindak, cara berpikir dan perubahan biologis yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Tempat ini merupakan tempat dimana aku dapat mulai mengenal tentang kehidupan. Dan ini yang aku rasakan. Kebesaran Allah SWT sudah memulai hidupku yang membuatku menjadi anak yang tidak begitu “macam-macam”. Walaupun masih ada sikap kenakalan seperti cabut dari jam pelajaran dengan alasan ke WC padahal nongkrong di kantin, ngeledekin teman dengan berakhir adu mulut dan lain sebagainya. Selain itu juga, aku mendapatkan hal baru yang ku alami saat SMP seperti aku bisa belajar menjadi seorang pemimpin. Ini kejadian yang aneh, boleh percaya atau tidak selama dari TK hingga SMA aku selalu ditunjuk sebagai ketua kelas oleh wali kelas. Setelah ku pikir lebih dalam lagi, mungkin inilah hadiah dari Tuhan karena selama hidupku tidak ada yang mengajari aku menjadi pemimpin. Seharusnya aku belajar dari bapak. Sehingga pelajaran jadi pemimpin kudapatkan secara learning by doing. Selain itu, di SMP ini aku baru tahu tentang musik, tentang olahraga, tentang percintaan, tentang persahabatan, dan berbagai bidang kehidupan. Pernah saat itu aku menjadi Pelacur. Eitss… maksudnya pelayanan curhat lho. Teman-teman sering datang kepadaku. Awalnya bertanya tentang pelajaran lama kelamaan meluas ke hal yang lain. Boleh dikatakan lebih besar bagiannya bertanya tentang cinta. Padahal saat itu aku sama sekali tidak tahu tentang cinta. Seiring berjalannya waktu aku memahaminya. Bukannya sombong nih, saat SMP sudah ada berapa orang yang jadian alias pacaran gara-gara aku. Hal ini bermula dari seorang teman cowok yang ingin dekat dengan cewek tapi cowok ini malu. Akhirnya kudekati cewek ini dan kasih tahu bahwa ada cowok yang suka. Dan, akhirnya mereka?? Tahulah kalian semua. Kalau zaman sekarang disebut Mak Comblang. Walaupun begitu, belum ada saat itu seorang Hawa mendekatiku. Semua hal yang mendasar mengenai kehidupan kudapatkan sewaktu SMP. Mungkin bisa dibilang saat itu aku menjadi yang paling tahu mengenai semua hal tetapi hal tersebut tidak membuatku menjadi sok tahu apalagi sombong. Aku semakin merunduk seperti ilmu padi karena aku mulai menyadari bahwa setiap saat apa yang aku punya dapat diambil oleh Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu, aku harus bisa membagi dengan orang lain. Buat apa aku simpan-simpan toh saat ajal menjemput tidak ada yang aku bawa selain amal ibadah dan kesalahan yang telah ku perbuat. Ketika SMP, alhamdulillah aku mendapatkan prestasi mulai dari juara kelas hingga juara umum. Tahun 2003, aku memulai babak baru dalam kehidupanku. Setelah SMP aku meningkat menjadi SMA. Aku bersekolah di SMA Negeri 3 Jakarta. Aku masih ingat sampai sekarang perkataan tentang seorang guru di SMP “Masa-masa SMA adalah pintu gerbang kamu mengetahui semua hal mulai dari hal yang terbaik sampai terburuk. Jadi jaga diri kamu 48
jangan sampai masa SMA kamu menjadi hancur gara-gara suatu hal. SMA adalah tempat dimana kamu mencari jati diri yang sesungguhnya dan berperan dalam kehidupanmu nanti di masyarakat”. Waktu itu aku tidak mempedulikannya karena aku belum terpikirkan hal tersebut. Baru setelah kulihat kejadian nyata dengan mata kepalaku sendiri, aku menjadi sadar. Ternyata benar apa yang sudah dikatakan oleh guru SMPku. Oleh karena aku sudah mendapatkan hal yang dasar dari SMP maka saat SMA aku lebih kembangkan. Menurutku, SMA adalah masa-masa yang tidak akan terlupakan. Di sini, aku seperti dibukakan mata oleh Maha Kuasa. Ini lho yang benar dan ini lho yang salah. Banyak peristiwa yang kudapatkan saat itu. Misalnya aku mendapatkan seorang guru yang aku anggap sebagai bapakku. Hal ini dikarenakan beliau care sekali kepadaku. Padahal aku sama sekali tidak pernah cerita tentang kehidupanku. Beliau seperti seseorang yang diutus oleh Rabb untuk membimbing aku dan menasihatiku. Banyak pelajaran yang aku dapat. Sifatnya memang ke bapak-an sekali. Beliau pernah berkata “Eh, Lingga. Inget sama emak bapak lu. Dia udah nyari duit buat lu. Jadi belajar yang bener. Kasian orang tua lu nyari duit susah payah. Jangan kecewain mereka. Buat seneng mereka. Nakal boleh aja, lu kan cowo tapi jangan kelewatan lu udah gede. Jadi orang yang berguna buat orang lain. Jangan nyusahin orang lain. Inget juga. Roda selalu berputar gak selamanya lu atas”. Selain itu ada juga yang berkata “Eh, Lingga. Kalau punya ilmu dibagi-bagi sama yang lain. Jangan lu simpen sendiri gak ada gunanya. Guwe ingetin lu doang jangan sampe lupa. Kalo lu mati tuh ilmu gak akan lu pake. Emang dikuburan lu masih belajar, yang ada lu ditanyain ama malaikat” perkataannya memang seperti itu, maklum beliau orang Betawi. Jadi sedikit nyablak gitu. Sebenarnya masih banyak lagi yang beliau kasih kepada diriku karena tempat tidak memungkinkan, aku mohon maaf. (Jangan kecewa yach…) Ketika itu, aku juga dikenal banyak dengan semua orang sehingga boleh dibilang aku ini cukup gaul. Maaf yah gak maksud sombong nih. Peristiwa yang aku alami sampai sekarang adalah berkecimpungnya aku di dunia musik. Padahal tidak ada darah musik yang mengalir dalam keluargaku. Semua kudapatkan secara otodidak. Pengalamanku sudah cukup di dunia ini dan alhamdulillah sudah pernah manggung kesana kesini. Mulai dari panggung kecil-kecilan hingga besar-besaran. Mulai dibayar dengan nasi bungkus sampai uang dengan nominal yang menurutku cukup. Dan yang tidak kusangka, sampai bermain ke negeri orang karena ada acara di sekolah salah satu personilku. Semua itu ku lakukan dengan sudah payah dan usaha yang tidak kenal lelah, tetapi tetap selalu berdoa dan memohon sesuatu hanya kepada Allah SWT. Mengenai perjalanan cinta, aku juga memulai saat ini. Mungkin saat SMP aku hanya bisa sebagai teori dalam cinta tetapi mulai SMA, aku juga berusaha mempraktikannya. Walaupun ada yang dekat, tetapi hanya sampai pe-de-ka-te (pendekatan) saja tidak lanjut. Suatu hari aku benar-benar menemukan first love dalam hidupku. Tetapi hubunganku dengannya berlangsung jarak jauh atau long distance karena kita berbeda sekolah. Kami hanya memadu kasih tidak sampai 1 tahun, setelah itu kita putus. Anehnya, kita nyambung lagi, terus putus lagi, nyambung lagi, dan putus lagi seperti sebuah lagu. Sejak aku kuliah sampai semester 2, aku tidak tahu lagi kemana rimbanya wanita itu. Selama di SMA, alhamdulillah aku berprestasi dari mulai akademik maupun non akademik. Setelah belajar 3 tahun di SMA, aku telah lulus. Dan saat ini aku menimba ilmu lagi di Institut Pertanian Bogor. Kuliah adalah saat dimana aku mulai langsung mempraktikan kehidupan nyata, langsung terjun ke masyarakat dan langsung menyelesaikan segala permasalahan yang terjadi. Kesempatan ini aku manfaatkan sebaik-baiknya agar aku tidak merugi. Kehidupan yang kualami wajar-wajar saja sehingga aku bisa mendapatkan karunia berupa “kelebihan” yang aku rasakan untuk bisa mengetahui isi hati dan pikiran dari orang lain dan “kelebihan” membantu meringankan orang lain. Hal ini aku gunakan untuk kebaikan orang-orang disekitarku tanpa ada rasa sombong dan angkuh. Aku sangat takut karena bisa saja apa yang aku punya dapat tiba-tiba diambil oleh Sang Pencipta. Aku berusaha menggunakan ini sebaik-baiknya. Mengenai masalah cinta alhamdulillah aku telah mendapatkan seseorang yang dapat merubahku. Sungguh susah sekali untuk mendapatkan dia. Berbagai macam cara aku 49
lakukan untuk mendapatkannya tetapi kagak ke dukun lho. Terpenting adalah usaha dan berdoa. Dan Tuhan mendengarkan doaku. Menurutku, dia itu mempunyai suatu hal yang berbeda dari kebanyakan orang. Berdasarkan penglihatanku, dia itu seperti berlian. Walaupun ditaruh di tempat mana saja tetap bersinar. Baik ditaruh di air bersih ataupun air yang sangat kotor. Aku juga banyak belajar dari dia. Hhmm.. tidak terasa itulah sedikit goresan tinta mengenai diriku. Semua yang aku dapatkan merupakan pemberian Allah SWT jika Dia ingin mengambil maka aku harus siap. Syukur nikmat atas pemberianNya dan ikhlas adalah jalan yang terbaik. Semoga cerita ini dapat menghibur hati pembaca dan mungkin saja bisa menjadi inspirasi. Terima kasih. Lingga Bayu Saputra/F24060835
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- “a + a = a” Hmm…a + a = a??? Nah lo!! Mungkin lu pikir, “Ni si Mario dah gila kali y gara2 kebanyakan belajar Anpang, masa a+a=a kalo gitu 1+1=1 dunks??ckckck, kasian…”. Eits!! Jangan salah! Gini-gini otak gw masih bener waktu bikin crita ini. Hehe, penasaran kan? Ini persamaan gw dapet waktu kelas 2 SMA. Tepatnya waktu pelajaran PPKn (tau kan PPKn apa??, kalo ga tau ya…sana buruan inisiatif bunuh diri,hehe). Guru PPKn gw namanya Pak Juwahir, tapi kita2 pada punya sebutan Pak Juwewe bwt dia. Soal kenapa dia dipanggil Juwewe ga penting. Yang penting tu satu-satunya omongan dia yang gw inget ampe sekarang, yaitu “a+a=a”. Kalo omongan dia yang laen mah sebodo amat.. Jadi…waktu itu si Pak Juwewe masuk kelas gw dengan safari yang selalu dia pake tiap hari. Gw juga ga tau apa dia cuma punya 1 safari, atw dia punya banyak safari yang modelnya sama semua. Biasanya kalo pelajaran PPKn tu anak2 kelas gw pada berebutan duduk di belakang, soalnya sang guru PPKn sering bikin ujan buatan waktu ngajar alias ludahnya muncrat2 kemana2..HIH!! Nah, hari itu lagi bad day-nya gw. Bangku2 belakang dah penuh selain tempat duduk paling depan di barisan tengah, jadi gw dah ga bisa pindah kemana2. Sigh!! Sialnya gw. Gw pikir gpp lah skali2 dengerin si bapak ini, untuk yang pertama n terakhir. Lalu dimulailah pelajaran PPKn, menit2 pertama aja gw dah ngantuk dengerin si Pak Juwewe. Omongan dia ga ad yang gw denger. Awal2 pelajaran doi masih ngajar sambil duduk di bangku guru, di pertengahan tiba2 dia berdiri trus jalan ke tengah. Tepat di depan tempat gw duduk. Brrr…Tiba2 aja gw langsung seger. Bukan karena gw takut diomelin gara2 ngantuk, tapi gara2 tu ujan buatan tiba2 membanjiri muka gw!! IDIH!! Kalo gw inget itu ampe eneq sendiri gw. HUEK! Jadi mo ga mo gw seger lagi biar gw bisa menghindar dikit2 dari gerimis tak diundang itu. Mo ga mo lagi, gw dengerin lah dy ngomong tentang Soekarno yang nyuruh Sayuti Melik buat ngetik naskah proklamasi dengan instruksi “Ti!! Tik!!”, kata Pak Juwewe gitu tu perkataannya Soekarno waktu nyuruh Sayuti. Katanya doi, Soekarno orangnya efisien banget, ampe ngomong aja disingkat2. Harusnya ngomong “SayuTi! Ini DikeTik!”, eh dia malah ngomong “TiTik!” Ga nyambung kan! Kebayang ga, ekspresi mukanya Sayuti Melik waktu itu? Sumpah!! Cengo’ abis pasti!! Trus, sampailah kita ke bagian a+a=a.. kelamaan y nyampenya??hehe, biar panjang ni cerita.. Tiba2 si bapak ngomong, “Kalian tau ga? Kalau yang namanya hidup itu tidak ada yang pasti.” Ngomong apaaaaaaa lagi ni si bapak. “…termasuk matematika yang dibilang orang2 Ilmu Pasti”, si bapak ngelanjutin. Waduh!! Koq bisa?? Ckckck, ni orang bisanya cuma nyela pelajaran laen, mentang2 kaga ada yang suka pelajaran dy. “Mau tau buktinya?”, kata Pa Juwewe. Abis itu dia ke papan tulis lah sambil nulis ini : a2 – a2 = a2 – a2 (nenek2 stroke juga tau!!) (a + a) (a – a) = a (a - a) (hmm..bole juga ni mat-nya si bapak) (a + a) (a – a) = a (a - a) (eh..eh…koq) 50
a + a = a ( lha,, iya juga y??) “jadi ga ada yang pasti di dunia ini”.. Hari ini gw mahasiswa biasa, besok bisa2 gw jadi setenar Clay Aiken (ngarep..). Atw mungkin hari ini muka lu ancur abis, besok bisa lebih ancur lagi lo!! Jadi santé aj la, jangan terlalu keras ma diri lu sendiri. Sebaik apapun lu rencanain idup lu, ga ada yang bisa jamin kalo idup lu bakalan sesuai rencana. Yang ada tu idup kita2 pasti ngikutin rencana yang uda disiapin ma SOMEONE jauh sebelum kita lahir. Ga ad yang tau besok gimana coz di idup tu ga ad yang pasti. Bisa aj besok Pa Dedi dapet wangsit supaya smua itp 43 anpangya dapet A..Yo’i ga tu? Kmrn a+a=2a, hari ini a+a bisa jadi a. Besok a+a bisa jadi z! Siapa yang bisa bilang kalo a+a ga bisa jadi z?? hehe.. Jadi inget y kalo “a+a=a”. (mario_wib) F24060850 “If everything has been written down, so why worry..”- Dewi ‘Dee’ Lestari
Mario Wibowo/F24060850
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- P2… ooh P2… “ Eh-eh lw dapet golongan apa?” ” P1 niy, lw?” ”Gw dapet di P3, wah tapi qo kayannya bentrok ma jadwal minor gw ya...waduh gimana niy???” ”Ya udah cari temen buat tukeran aja...” *** ” Duh kenapa riweuh gini yah??harus dibagi-bagi golongan praktikum segala? ” ” Yaiyalah masa kamu mau kita praktikum sekaligus 109 orang? Mana ada lab yang muat?!!” *** ” Asyiik...kita bareng niy, segolongan di P2! ” ” Wah iya-iya untung kita bareng, jadi kalo ngerjain laporan bisa contek-contekan,heuheu... ” ” Siiip...hehee...” *** Hmm...begitulah kira-kira suasana di depan papan pengumuman departemen ITP di minggu pertama semester 3, minggu-minggu yang penuh dengan hal baru. Yupz, akhirnya punya mayor juga, ITP...wuih kereeen abiz, bangga jadi mahasiswa salah satu departemen yang paling diperhitungkan di IPB (narzis niy). Di minggu pertama sepertinya baru kenal dengan 1,2,3,...yah masih bisa dihitung pake jari, teman-teman yang bener-bener aku kenal. Papan pengumuman departemen biasanya penuh di awal-awal semester karena tentu saja banyak pengumuman yang penting dan wajib dibaca disitu. Hari itu setelah melihat daftar pembagian kelompok praktikum, ternyata aku terdaftar di golongan P2. Umm...kalo ditanya seneng atau gak, ya seneng-seneng aja cz alhamdulillah gak bentrok dengan jadwal minor, kalo soal teman-temannya...kayanya sama aja, sama-sama banyak yang belum dikenalnya, hehee... Di semester 3 ini belum ada praktikum dari mayor, jadi kita masih teuteup bolak-balik ke FPIK ’n FAPET, secara yaa...interdeptnya kan banyak dari dept KIMIA ’n BIOLOGI. ”Eh neng...emang temen-temen kita di ITP tuh bener-bener individualis ya? Terus gak pernah ada yang nyontek kali ya? duh jadi takut...nanti kalo ngerjain tugas ’n laporan gimana ya?? padahal dari TPB aku dah biasa ngerjain bareng temen-temen.” Aku masih inget waktu itu ada teman yang bertanya seperti itu. Aku sendiri belum begitu tahu karakter teman-teman di ITP, meskipun memang image individualis sepertinya sudah terkenal bagi anak-anak ITP. *** 51
Satu semester berlalu begitu cepat. Hiks..hiks..hiks..IPK ku turuuuun, KIMOR dapet C lagi...hohoho...tapi tenang, aku gak sendirian, heheee... Akhirnya di semester ini mulai ada praktikum dari departemen sendiri, jadi penasaran...ngapain aja ya praktikumnya??!! Karena dari awal dah terdaftar di P2, ya sekarang juga tetep di P2, alhamdulillah lagi-lagi terlepas dari masalah bentrok. Hmm...kayanya emang jodoh ama P2 (eh ama golongan praktikumnya maksudnya, bukan sama anak golongan P2nya,hehe...jangan geer). Yupz praktikum BIOKIMPANG, golongan P2 kelompok 1, waah...bareng ipit, marmar, ’n lingling, hehee...praktikumnya belum mencerminkan ITP banget sih tapi lumayan seru dibandingin KIMOR, KIMFIS, or KIMNAL. ” Waduuh..kita gak punya uang apa buat beli spektro atau sentrifuse 1 lagi aja, masa tiap praktikum harus ngantri gini sih?? kan jamnya jadi molooor, bisa-bisa maghrib baru pulang niy.” Memang cukup disayangkan, departemen yang jadi kebanggaan IPB niy katanya, fasilitas labnya masih kurang, semoga kedepannya selalu ada perbaikan, supaya mahasiswanya gak pada ngeluh lagi. Yah..jadwal P2 waktu itu memang agak kurang enak. Paginya kita praktikum KIMFIS di FAPET, selang setengah jam setelah itu, kita harus praktikum BIOKIM di ITP. Wuih...masih inget gimana riweuhnya kita bermobilisasi bareng-bareng dari FAPET ke ITP, beruntung kalo pas praktikum KIMFISnya cepet jadi masih sempet makan, tapi kalo KIMFISnya aja moloor niy rejeki buat para tukang ojek,hehee... Teman-teman di P2 dah tambah akrab aja, ternyata waktu ngerjain laporan masih bisa kerja sama qo, berarti ITP gak individualis-individualis amat kan??? Jadi inget waktu itu karena gak sempet makan, pas praktikum BIOKIM sambil nunggu antrian pakai alat, aku ’n temen sekelompok makan bareng di SAPTA, inget gak pit, ling, ’n mar??hehee... *** Semester empat berlalu, semester lima siap tuk dihadapi. Alhamdulillah IPK bisa lebih stabil, gak ancur banget kaya semester tiga, kayanya teman-teman yang lain juga gitu, ya kan?? Satu hal lagi yang menyenangkan akhirnya bisa merasakan 100% jadi anak ITP, bebas dari interdept, hohoho...jadi gak perlu capek-capek jalan ke FPIK atau FAPET, naik ke lantai empat pula. Lihat papan pengumuman, ternyata golongan P2 masih akan tetap setia menemani saatsaat praktikumku. ” Wah gawat niy, jadwal gw bentrok.” ” Iya sama, aku juga.” ” Eh iya...aku juga bentrok, duuh dah semester 4 masih tetep bentrok juga ya? Sebel deh!” ” Sepertinya emang banyak yang jadwalnya bentrok smester ini.” ” Harus cepet-cepet cari teman buat tukeran niy, ntar keabisaaan...” ” Iya...gw juga mau cari tukeran. Oy..oy..siapa yang mau pindah ke P2?” ” Ada yang mau tuker ke P3 gak?” Hufh...di semester empat ini emang rada banyak yang jadwalnya gak pas sama minor masing-masing. Gini deh repotnya sistem mayor-minor,huhu... Kayanya bakal banyak wajah baru deh di P2. Umm...gak masalah qo,kan sekarang dah hampir semua teman aku kenal,hehe... Semester ini ada tiga praktikum PTP, MIKPANG, ’n EVSE tapi double tiap minggunya, kecuali EVSE total 5x dalam seminggu. Kayanya butuh tenaga lebih,hehe...yaah...lagi-lagi jadwal P2 emang suka rada aneh, yang lain kuliah ’n praktikum cuma sampai jumat, qo kita bisa-bisanya sampai sabtu, huhuhu...gara-gara aspraknya niy, kenapa waktu responsi yang semula harus bentrok sama jawal kuliah 42??hehe...bukan salah mereka juga deng...mav kaka-kakaku... Hari pertama praktikum...ternyata emang banyak wajah baru...ya smoga bisa bekerja sama dengan baik. MIKPANG berkutat dengan mikroba-mikroba yang gak kelihatan tapi emang ada, bisa berbahaya lagiii. Lalu PTP...kenalan sama mesin-mesin, jadi agak mirip kaya tetangga sebelah (TEP maksudnya,hehee..jadi inget dia...??). 52
MIKPANG. Pusiiing ngitungin koloni bakteri, aduh apa tuh pake MPN segala. Cari seri tabung yang positif, pilih kombinasi sesuai aturan, cocokin dengan tabel MPN. Hmm...kayanya sederhana tapi ternyata merepotkan juga. Ujian datang juga, dah diwantiwanti sih kalo soal tipe MPN ’n hitung-hitungan jumlah koloni pasti bakal banyak yang keluar. Yupz...bener-bener ’n kayanya banyak yang kejebak ’n gak teliti gitu,hehe...tapi gara-gara MPN ini kita punya satu julukan yang bagus buat teman kita di P2 yaitu Eric...knapa??cz Eric dapet nilai tertinggi untuk ujian MIKPANG bagian Bu Harsy yang banyak MPNnya itu, alhasil si Eric dapet julukan Eric MPN, ahlinya ngitung bakteri pake metode MPN, hohoho...slamat ya Ric,hehe... PTP. Waduuh apaan niy, kalo dilihat-lihat qo mirip gambar ubin, eh tapi mirip designnya anak-anak arsitektur, tapi qo garisnya banyak bangeudh yah??duuh apaan si nih?? hehee...(expresi pertama waktu lihat psycrometric chart), baru kali ini dapet diagram yang rumit gini, hebat eung yang bikinnya, bikin otak kita berputar-putar, hehe...yah selain belajar tentang cara menggunakan mesin-mesin pengolahan, di praktikum PTP kita juga belajar macem-macem teknik pengolahan mulai dari waktu, kecukupan panas, efisiensi, kesetimbangan masa, ’n kawand-kawandnya... secara namanya aja praktikum teknik pangan. Nah di sini nih, kita da praktikum hari sabtu di saat orang-orang mungkin banyak yang pulang ke rumah or sekedar nyantai di kostan. Awalnya bikin bete, sering ganggu acara-acara penting di hari sabtu. Bukan soal kencan, tapi kaya acara-acara seminar or workshop gitu...(cie,gayaaa...). Tapi lama-lama seru juga, karena kita golongan PTP yang terakhir di setiap minggunya jadi kalo da praktikum yang ngolah-ngolah makanan gitu, kita selalu dapat jatah lebih alias penghabisan... so bisa dibawa pulang juga,hehe... kebetulan dapet asprak yang baik juga jadi gak masalah... iya kan Ka Fahmi ’n Mba Dilla??? Ternyata ada cowok yang hobi masak, ketahuan deh wj... dasar cowok yang satu ini gak kan melewatkan sedikitpun bahan-bahan makanan sisa praktikum untuk diolah jadi makanan sekehendak hatinya,hehe... (lebay). Bahkan beras hasil penyosohan pun masih bisa dia manfaatkan, ya iyalah...gitu deh praktikum PTP, lebih seruuu.... EVSE. Namanya keren yah,hehe... biasa anak kuliah emang paling kreatif kalo disuruh bikin singkatan-singkatan. Yupz disini kita kenalan sama software baru namanya SPSS yang biasa dipakai untuk mengolah data hasil uji organoleptik. Tapi yang paling nyenengin ya pas dah mulai belajar uji organoleptiknya. Hmm...enaknya jadi panelis nyicipin macem-macem makanan, tapi ada gak enaknya juga kalo pas sampelnya larutan dengan rasa dasar dan konsentrasi yang berbeda-beda. Wuiihh... ada yang rasanya sampe bikin eneg gitu,uwe... kita punya dua asprak yang keren, Kak Adi yang murah senyum ’n Mba Gia yang Cantik, duh-duh sampai bikin anak-anak cowok di P2 jadi pada genit,hehe... kalo buat urusan laporan kita punya ahli olah data yaitu wj, hohoho... tapi teman-teman lain kaya Widi, Eric or Abdi juga suka bantuin, kadang data bisa langsung diolah di sela-sela praktikum.. bagusbagus..hehee.. merasa beruntung ada di P2 (hehee...teuteup narzis...) *** Nah sekarang niy kita sampai di semester enam yang baru saja berakhir UASnya, tapi masih menunggu standardize hari kamis besok, smangadh yah teman-teman... Niy praktikumnya dah tambah seru, ada ANPANG ’n TPP. Ternyata masih banyak wajah lama di P2, sama kaya semester kemarin, paling ada beberapa tambahan wajah baru. Wah...wah...teman-teman kita semakin menunjukkan sifat aslinya, gak pada malu-malu lagi, gak individualis lagi, dan ternyata banyak yang gockiiilll. Baru sadar ternyata kumpulan orang-orang ekstrim itu sarangnya ada di P2. Wj, Eric, Abdi, Yuszie, ’n Riza telah menjelma menjadi bandit-bandit P2, hohoho...selalu bikin riweuh pas praktikum, tapi tanpa mereka P2 seperti kehilangan separuh nyawanya...(wuiihh...pe segitunya). Kasihan asprak-asprak kita, mereka butuh kesabaran tingkat tinggi buat ngadepin anak-anak di P2. Gimana gak?? Ditengah-tengah praktikum aja masih ada yang sempet main perangperangan pake tutup panci ’n pengaduk dough mixer yang bentuknya kaya tangan bajak laut itu loh, hehe... lebih parah kalo aspraknya cewek, duuh kasian bangeudh cz pasti jadi sasaran empuk buat para bandit, hehee... dah banyak korbannya niy, mulai dari Mba Gia di EVSE, sekarang ada Kak Galih ’n Kak Tuthie di ANPANG, terus Kak Arya ma Kak Tjan...eh salah mereka kan cowok... 53
Kadang saat ngumpulin laporan dijadikan ajang pedekate, minta dikumpulin dikostan aja biar sekalian ngapel gitu, hehee...mav yah kaka-kakaku, kita memang suka bercanda, sebenernya biar lebih akrab ’n gak tegang aja sih... Pokoknya P2 emang seru abiiisss, kalo ada asprak pengganti pun, sepertinya mereka cukup kewalahan ’n kapok ngasprakin P2 lagi,hehee...peace... *** Segitu aja ah ceritanya, sebenernya masih banyak yang pengen diungkapin...tapi di lain kesempatan aja kali yaa...(maksudnya kapan? hehe...). Kita tunggu aja kelanjutan cerita golongan praktikum P2 di semester tujuh besok yang insyaAllah jadi semester pamungkas sebelum kita mempersiapkan diri untuk wisuda di semester delapan, amiiin... Thanks a lot...buat semua teman-teman ITP yang sudah sama-sama berbagi dalam suka dan duka selama tiga tahun terakhir ini. Terutama buat teman-teman P2 ataupun yang pernah menjadi anggota golongan P2 tercinta...(Ipit, Wina, Widi, Risma, Widya, Olif, Zatil, Ami, Prima, GH, Hasti, Stella K, Awal, Yessica, Wj, Abdi, Eric, Yuszie, Riza, Lingling, Imam, Anto, Dimdim, Phancute, ’n teman-teman lain yang terlalu banyak kalo ditulis satusatu,hehee...) Pokonya bukan Cuma P2 tapi ITP we are the best...kompak...yess...!!! *** Bogor, 6 Juli 2009 19.00 PM Nur Rita Mardiana/F24060902
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- ..u are what u are.. Nama saya Oxyana Saravirgizma. Tapi panggilan ‘Ochi’ lebih terdengar familiar di telinga saya. Bukan ingin terdengar imut (walaupun terkesan seperti itu), tapi lebih karena ingin menghindari kesalahan penulisan nama di berbagai kesempatan informal (Oki, Oksi, Osi, Ori, Ari, Joko dan berbagai nama yang hampir sama, tapi terkesan lebih norak). Sampai saat ini, hanya ada dua gambaran yang saya dapatkan dari orang-orang sekitar tentang diri saya, kalau tidak sombong, ya gila. Untuk yang kedua, mungkin hanya ungkapan karena saya terlalu banyak tertawa. Ya, tertawa memang hobi saya. Bukan karena otot mulut saya renggang, tapi mungkin karena itu cara saya menikmati hidup. Saya sering mendengar pendapat yang mengatakan bahwa orang yang banyak tertawa biasanya terlalu santai atau terlalu cuek dalam menyikapi hidup. Yah, sebagai salah satu orang yang merasa dinilai sepihak seperti itu, saya hanya bisa mengatakan bahwa pendapat itu salah. Saya jelas bukan orang yang tidak memiliki kekhawatiran dalam hidup, baik tentang kesalahan masa lalu, atau ketidaktahuan akan masa depan. Tapi seperti yang sudah seribu kali orang tua saya katakan, “Let it flow, dude”. Mungkin maksudnya jalani saja, yang penting saya menikmati prosesnya. Kata-kata itulah yang terus saya pegang hingga saat ini. Saya juga bukan orang yang dari lahir selalu bahagia. Cukup banyak masalah pribadi yang tidak bisa saya ungkapkan dalam tulisan ini. Contohnya saja dikhianati orang yang sudah menjadi sahabat saya selama lima tahun, diusir oleh orang tua karena terlalu sering bolos sekolah waktu kelas 6 SD, bertengkar karena merebut pacar orang, dan masih banyak lagi kasus-kasus serupa. Tapi semua itu jadi pelajaran hidup untuk saya. Di ITP pun saya dapat belajar banyak dari orang-orang sekitar. Tentu saja bukan tentang biokimia pangan, pengolahan, atau mikrobiologi pangan. Tapi tentang bagaimana menghargai teman, toleransi, bahkan mengucapkan kata maaf atau sekedar terima kasih. Di ITP, saya seperti mendapatkan keluarga baru. Ada kakak yang baik, adik yang lucu, keponakan, sepupu, semuanya seperti saudara. Sebuah keluarga dengan konflik dan 54
permasalahan sendiri, namun tetap tak dapat dipisahkan. Kadang-kadang memang terpecah, dan saya sangat sedih melihatnya. Tapi memang sulit menyatukan seratus orang dengan latar belakang, pemikiran, prinsip, dan sikap hidup yang berbeda-beda. Dan hal itu yang mungkin belum bisa diterima oleh semua orang. Saya selalu berpikiran positif, bahwa suatu hari nanti, setahun, sewindu, atau mungkin seabad lagi, ada saat dimana kita sedang duduk termenung, membayangkan masa-masa duduk di salah satu bangku departemen kebanggaan IPB, mengingat hal-hal lucu, menyedihkan, mengecewakan, atau bahkan membanggakan. Hal-hal yang kita lewati dengan tangis, rasa marah, atau sakit hati, namun tanpa kita sadari, menjadi bagian dari diri kita dan membuat kita semakin dewasa. Hal yang masih saya pelajari sampai saat ini adalah tentang bagaimana mencintai diri sendiri. Karena dengan menerima kekurangan diri, barulah kita bisa menerima kekurangan orang lain. Suatu pola pikir yang menurut saya sangat dibutuhkan di ITP. Beberapa bulan lalu, saya baru mengetahui bahwa saya menderita spasmofili +3, suatu ketidakmampuan tubuh dalam memetabolisme kalsium. Anak ITP pasti tahu artinya kan? Penyakit ini berpengaruh langsung terhadap kerja sistem saraf, sehingga saya harus mengkonsumsi kalsium lebih banyak dibandingkan orang lain pada umumnya, namun biasanya cukup dengan tambahan suplemen kalsium. Tanda-tanda yang paling sering terjadi itu adalah keram otot. Bukan penyakit serius memang, tapi karena membuat laporan merupakan pekerjaan yang paling sering membutuhkan tangan di ITP dan saya terlambat mengetahui penyakit tersebut, otot tangan saya entah bagaimana berubah, dan menjadi lebih sulit digerakkan. Pada awalnya memang sulit, semua pekerjaan terasa lebih lambat, dan saya harus terjaga lebih awal untuk mengerjakan laporan. Pernah suatu hari, saya menjadi orang terakhir yang belum selesai mengerjakan laporan AnPang di sapta. Saya sudah pasrah dan tidak peduli jika nilai laporan saya dikurangi karena terlambat mengumpulkan. Tapi teman-teman tetap menunggu saya walaupun mereka telah jauh lebih dulu selesai. Hal kecil sebetulnya, toh mereka pun hanya lebih dulu setengah jam dibanding saya. Mungkin kebetulan saja mereka masih ada di sana, masih ada kerjaan, atau mungkin sekedar ‘kepalang tanggung’. Bagaimanapun, ada 1000 alasan dan pilihan bagi mereka untuk pulang lebih dulu, atau setidaknya tidak berada di sana. Tapi tidak, mereka memilih menunggu saya setengah jam lagi lalu pulang dan makan bersama. Hal kecil bukan? Namun entah bagaimana, hal kecil seperti itu membuat saya begitu terharu. Bahwa kesulitan yang saya alami tidak berarti dibanding kesetiakawanan yang saya lihat malam itu. Hidup itu adalah pilihan. Suatu pepatah yang mungkin sudah begitu sering didengar. Pepatah yang mungkin saking begitu seringnya diucapkan, justru terdengar semakin lemah maknanya di telinga kita. Malam itu, beberapa teman saya membuat beberapa pilihan yang mungkin mereka anggap enteng dan sepele. Mereka tidak tahu betapa berharganya pilihan tersebut untuk saya saat itu. Saya tidak peduli dipandang aneh atau ditertawakan orang karena kekurangan saya tersebut. Bagi saya, itu lebih baik daripada dikasihani. Saat itu, saya memang sedang mengalami masa-masa yang cukup sulit. Namun sejak saat itu, muncul pemikiran baru dalam benak saya, bahwa kita tidak dibentuk dari gambaran orang lain, tapi dari pemikiran dan kepercayaan kita sendiri. Begitu juga dengan ITP, tidak peduli jika seribu orang mengatakan bahwa kita individual dan tidak kompak, tapi jika 110 orang tetap bersatu dan saling percaya, kita sudah pasti merupakan departemen paling kompak se-IPB. Selain itu, banyak pilihan-pilihan dalam hidup yang mungkin terlihat kecil dan sepele, tapi terkadang kita tidak tahu betapa berartinya keputusan yang kita ambil tersebut untuk orang lain. Setidaknya saya melihat arti dari kesetiakawanan, malam itu dan malam-malam berikutnya saat saya dan beberapa orang lainnya sedang mengukir tulisan di halaman demi halaman laporan praktikum. Persahabatan dan kesetiakawanan yang sesungguhnya.[13 Juni 2009]. Oxyana Sara Virgizma/F24060958
55
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Mencairnya Salju Putih Pendingin Hati Seekor anjing jenis Samoyed betina berwarna putih, Wayky namanya. Berbulu lebatnya warna putih, berparas anggun seperti anjing penarik kereta salju. Tubuhnya cukup besar dengan tinggi sekitar setengah meter dan beratnya sekitar 15 kilogram. Wajahnya yang bersahabat sering menatap orang di sekitarnya dengan tatapan matanya yang mempesona. Wayky sangat menyenangkan dan sangat dekat dengan anggota keluargaku. Dia tidak hanya bersahabat dengan orang-orang yang dikenalnya saja, dia selalu mencoba bersahabat dan menarik perhatian dari semua orang yang ditemuinya. Kemanjaannya sering sekali merubah suasana hati yang sedang panas menjadi dingin kembali. Wayky adalah sosok anjing yang setia, menyenangkan dan bersahabat yang telah menjadi bagian dalam keluarga. Kurang lebih enam tahun yang lalu, aku bertemu dengan Wayky pertama kali di sebuah pet shop di Mega Mall Pluit di daerah Jakarta Utara. Saat itu dia berumur 3 tahun 7 bulan. Wayky sebenarnya tidak untuk dijual, dia adalah anjing peliharaan pemilik toko tersebut. Pemilik toko tersebut melihat ketertarikan Wayky kepadaku sehingga dia menanyakan apakah aku berminta untuk bersama Wayky. Pada awalnya aku dan keluarga tidak berminat untuk membeli anjing lagi karena masih dalam kondisi berduka atas hilangnya anjing kami sebelumnya. Seminggu kemudian aku dan keluarga kembali berekreasi ke Mall tersebut dan bertemu lagi dengan Wayky. Pemilik toko tersebut kembali menawarkan Wayky kepada kami. Entah mengapa aku dan keluarga menjadi tertarik dan jatuh cinta pada anjing putih yang menarik itu. Akhirnya setelah berbincang-bincang dengan pemilik toko tersebut, kami memutuskan untuk membawa Wayky tinggal bersama kami Aku jarang bertemu dan bermain lagi dengan Wayky sejak aku meniggalkan Jakarta untuk pergi menuntut ilmu ke Institut Pertanian Bogor. Karena kesibukan dalam studi, aku jarang pulang dan punya waktu di rumah untuk bermain dengan Wayky. Setiap aku pulang Wayky selalu menyambutku dengan gong-gongannya yang khas dan penuh kehangatan. Selalu kusempatkan beberapa saat sebelum masuk untuk menyapa, mengelus, dan berinteraksi dengannya. Tidak ada hentinya dan tidak mengenal lelah seolah tidak pernah cukup baginya bercanda dan bermain. Wajar saja, dulu aku selalu bersamanya di rumah. Wayky selalu tinggal di dalam rumah dan selalu berada di dekat keluarga. Mungkin dia sangat merindukan keadaan itu dan mencoba memanfaatkan waktu di pertemuan yang singkat tersebut. Minggu lalu, aku mendengar kabar dari rumah bahwa Wayky sakit dan terkulai lemas. Aku sangat cemas dan keluarga pun membawanya ke dokter hewan terdekat untuk diperiksa. Ternyata ada tumor di kelenjar susunya dan perlu dilakukan tindakan. Keluarga berusaha merawatnya tiga hari yang lalu yaitu hari Sabtu, Wayky dibawa ke Rumah Sakit Hewan IPB dan diputuskan dirawat di sana karena kondisinya sangat lemah. Perawatan dan pemantauan pihak rumah sakit dilakukan oleh rekan-rekan mahasiswa yang menjalani asisten dokter hewan. Mereka sangat menyayangi dan memperhatikan Wayky. Aku selalu diberi informasi dan perkembangan Wayky. Kami sekeluarga memasrahkan yang terbaik pada rekan-rekan pihak rumah sakit dan hanya berharap Wayky dapat sembuh secepatnya namun jika memang tidak bisa hendaklah jangan terlalu lama tersiksa dirinya dengan sakit yang dideritanya. Rencananya Wayky akan dirawat sampai kondisi tubuhnya memungkinkan untuk operasi pengangkatan tumornya yang dijadwalkan akan dilaksanakan pada hari Kamis minggu ini. Perkembangan kondisinya ternyata memungkinkan Wayky untuk menjalani operasi lebih cepat dari yang dijadwalkan karena ternyata kondisinya membaik dan tumor tersebut dipastikan bukanlah tumor ganas. Kemarin sore, rekan-rekan yang merawat Wayky mengabarkan bahwa hari selasa sekitar pukul 10.00 WIB dapat dilakukan operasi jika kondisinya tetap stabil. Sebuah kabar yang sangat menggembirakan bagiku dan keluarga. 56
Aku berencana untuk hadir saat operasi dilakukan dan menunggu kabar yang menyenangkan. Pagi ini pukul 8.35 WIB aku dihubungi oleh rekan-rekan perawatan. Mereka meminta maaf dan mengabarkan bahwa Wayky telah tiada. Aku sangat kaget dan sedih mendengar kabar tersebut. Aku langsung bergegas menuju Rumah Sakit Hewan. Kulihat tubuh berbulu putih terbaring tidak bergerak. Mereka menjelaskan bahwa sekitar jam 8 pagi saat dibawa dari kandang menuju ruang persiapan, Wayky kejang-kejang dan seolah tidak dapat bernafas karena tercekik. Aku hanya dapat menatap dan mengelus tubuhnya yang telah dingin serta mencoba merelakan kepergiannya. Suatu sesal mendalam karena aku tidak dapat berada di sisinya ketika nafas terakhirnya terhembus. Sudah tidak ada lagi yang dapat dilakukan untuk membentuk kembali salju dari lelehan salju yang telah mencair. Kini tidak akan ada lagi sambutan hangat dari Wayky saat pulang ke rumah. Tidak akan terdengar lagi gonggongan khasnya. Tidak akan pernah ada lagi tatapan wajahnya yang mempesona. Tidak akan ada lagi ajakannya untuk bermain dan bercanda. Hanya sebuah kenangan indah yang terukir dalam hatiku dan keluarga akan sosok salju putih, Wayky tercinta. Terima kasih Wayky atas kehangatan yang selama ini telah kamu berikan. Maafkan atas segala kekurangan dan semoga ukiran yang indah juga ada di hatimu. Tulisan ini dibuat untuk mengenang kepergian Wayky, anggota keluarga tercinta. Tetesan air mata mengiringi ketikan jari tangan di papan ketik komputer. Selasa, 7 Juli 2009, pukul 12.45 WIB tulisan ini dibuat Erick /F24060969
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Kesalahan yang Membawa Berkah Kisah ini dimulai ketika salah satu praktikum TPP (Teknologi Pengolahan Pangan ) berlangsung. Pada saat itu, saya diajari oleh salah seorang teman saya suatu ilmu yaitu ilmu untuk bermain kartu UNO. Kartu UNO merupakan kartu yang berisi angka-angka dengan berbagai warna. Setelah itu, saya menjadi tertarik untuk memainkannya. Sambil menunggu waktu luang (menunggu suatu proses tertentu), saya dan beberapa teman memainkan kartu tersebut. Permainan kartu UNO yang kami mainkan tidak berlangsung lama karena kami bekerja kembali. Namun, setelah beberapa waktu kemudian ada beberapa teman saya yang melanjutkan permainan tersebut. Awalnya, saya hanya melihat saja. Tetapi, akhirnya saya tertarik juga untuk memainkannya lagi. Permainan ini pun tidak berlangsung lama karena kami menyadari bermain di selang waktu praktikum tidak diperbolehkan. Kemudian, ketika saya akan kembali ke lab TPP (kebetulan waktu itu praktikum berlangsung di pilot plant), dalam perjalanan (tepatnya di tangga menuju ke pilot plant) saya bertemu dengan Pak Fahim. Beliau menanyakan kepada teman-teman di depan saya siapa yang tadi sempat bermain kartu. Secara sadar ataupun setengah sadar (tepatnya saya juga bingung), saya langsung mengaku bahwa saya yang bermain kartu ke beliau. Akhirnya, Pak Fahim menegur saya. Saya harapkan beliau tidak menganggap saya bermain kartu remi dan sebagainya. Beliau kemudian menanyakan apakah saya telah mengamati percobaan telur asin. Saya menjawab belum dan setelah saya konfirmasi ke asisten memang telur asin diamati bukan hari itu. Tetapi beliau meminta saya untuk mengamati telur saat itu juga. Saya yang ditemani salah seorang teman saya langsung ke lab, mengambil telur, membersihkannya, dan siap merebusnya. Namun, apa boleh dikata, gas di lab habis. Akhirnya saya memutuskan untuk merebusnya di rumah saja, itu berarti telur asinnya saya bawa pulang. Telur asin, dari namanya saja ketahuankan rasanya pasti asin. Makanan ini bukan merupakan makanan yang saya sukai bahkan cenderung tidak disukai karena dalam pikiran saya, telur identik dengan anyir. Namun, karena saya disuruh mengamati karakteristik 57
organoleptik, otomatis saya rebus telurnya, saya belah, dan saya rasakan. Awalnya saya takut mencobanya, tetapi saya kumpulkan keberanian dan akhirnya saya berhasil mencoba rasanya. Ternyata rasanya asin dan tidak tercium anyir. Walaupun, telur asin tidak menjadi makanan favorit saya. Namun, karena adanya peristiwa ini semua persepsi saya yang jelek mengenai telur asin berubah dan sekarang saya mengetahui telur asin enak juga. Yang paling penting saya jadi mengetahui kebenaran dari teori yang menyebutkan telur asin dari telur bebek lebih enak daripada telur asin dari telur ayam. Nadia Tannia Hendartina/F24060988
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Ada matahari yang dapat tak terlihat dengan mata….. walau tidak sadar tetapi sinarnya tetap terasa…. Menuntunku hingga aku bisa….. kelak matahari itu jauh tak terlihat mata… sinarnya selalu terasa sebagai jalan setiap jengkal asa… waktu tak dapat menghapus dan ruang tak dapat mengubah… kalian matahari nyata untuk hidupku yang rentan di setiap goresan peristiwa… semua kenangan akan menjadi mata untuk melihat dunia Sahabat adalah kemilau pelangi yang penuh arti, lahir dari sejuta elegy, dari misteri tangis sang langit…… yang memberi arti bahagia diantara mendung dan terang matahari Love, life and laugh Cinta itu seni terindah di bumi Tak cukup arti tuk memberi Tak cukup makna tuk mengasihi Hidupnya laksana bidadari negeri khayangan Melompat berlari Terkadang menari atau Berlinang tangis dalam sunyi Cantiknya melatih diri tuk bersembunyi Dalam toleransi, Dalam misteri elegi Mendesak asa pasti di setiap detik Menuntun paradigma di setiap jejak napak tilas peristiwa hidup nan kian tegas tergaris Sejuta makna senyuman menjaga diri berdiam Dalam cermat, Dalam sedih sendu yang mendera Pelangi Candanya ceria bahagia Tawanya mengema sampai di jiwa Meresapi aura diri, mengisi setiap jengkal diri Hingga tak ada lagi jarak udara yang membatasi Kukuhnya membuatku bertahan Walaupun tidak sadar tetapi sinarnya tetap terasa Menuntunku hingga aku bias Hidup adalah untaian cinta seorang manusia, rasa yang sempurna, dalam setiap ingatan, sapaan, dan kekuatan. Cinta selalu ada dalam pencarian jati diri, dan itulah sandaran hati yang hakiki, cinta nan agung seorang hamba pada Tuhannya Bintang Endah Lestari/F24061059
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- 58
Aku Mencintai Lelaki ini Sudah hampir satu jam aku menunggu. Membaca novel dari Saffie juga enggan membuatku tenang. Konsentrasiku juga buyar karena suasana taman koleksi IPB Baranang Siang di sore ini yang sangat ramai. Ya, hari ini memang hari Minggu, taman ini memang sering dijadikan tempat bersantai tidak hanya oleh mahasiswa IPB, tetapi juga warga kota Bogor. Aku duduk di salah satu tempat duduk beton di bawah rindangnya pohon raksasa. Jam tanganku menunjukkan hampir jam empat sore. Aku semakin gelisah menunggu tamuku yang rutin menjengukku di sini setiap dua bulan sekali. Telepon genggamku berdering. Tentu saja dia yang menghubungiku. Dengan senyum girang aku menngangkat telepon. Dia mengatakan dia sudah menunggu di tempat tukang siomay di pintu masuk Damri. Apa? Tukang siomay? Tak biasanya dia makan di sembarang tempat seperti itu, dia biasanya cukup rewel mengenai makan, bisa dibilang sangat pilih-pilih. Ah, mungkin dia sudah tak sabar ingin makan, pikirku. Aku tiba di tempat siomay itu. Kulihat topi bundar yang selalu dipakainya diselipkan di sela tasnya. Kemeja, celana dan sepatunya yang casual. Ya, ciri khasnya tentu. Aku menyapanya, menyalami tanggannya yang keras dan kaku. Kulihat senyumnya mengembang di bibirnya karena melihatku. Oh Tuhan,,, betapa aku mencintai lelaki ini, pikirku. Dia menawariku untuk makan siomay, namun aku menolak. Baru tadi siang aku makan di seminar pangan halal, aku tidak terlalu lapar. Kemudian dia mengajakku masuk ke Botani Square, untuk membersihkan kaca matanya. Dia memang sering melakukan itu jika datang ke sini. Setelah itu, aku duduk di tempat duduk yang terletak di depan optik. Aku duduk disana, kursinya memang hanya cukup untuk dua orang. Di depan kami banyak orang hilir mudik jalan-jalan di mall besar ini, tapi kami tidak terusik karena saat ini kami sangat menikmati diskusi tentang pengolahan limbah. Sebuah topik yang jadi tema paperku untuk symposium di Jepang Oktober tahun ini. Aku harus akui, dia memang inspirasiku. Diskusi kami saat ini memang sangat alot. Dia sangat giat menerangkan penerapan bioseptictank untuk mengolah limbah rumah tangga menggunakan botol plastik bekas. Itu memang profesinya sebagai staf di CSR di salah satu perusahaan kontraktor di tambang minyak di Papua. Aku dengan antusias mendengarkan dan sesekali memberikan pertanyaan kritis tentang bioseptictank. “Teteh sudah pintar ya, sudah mengalahkan Bapak”, tuturnya. Aku tersenyum mendengarnya. “Rasanya, baru kemarin Bapak menimangmu, mengajak jalan-jalan di Pantai Kuta. Mengajarimu berjalan, bahkan bersiul”, lanjutnya. Pantai Kuta, ya, aku ingat di sana kuhabiskan masa balitaku, karena aku memang lahir di sana. Namun sejak itu, aku jarang sekali bertemu dia, karena dia sering merantau. Aku tak bisa berkata-kata, mataku terfokus pada setiap kerutan baru di wajahnya. Banyak hal yang aku lewatkan ternyata. Badannya yang semakin kurus, matanya yang sayu, namun senyumnya selalu terpancar ikhlas. Tapi aku tetap terpaku. Aku ingin sekali memeluknya, aku bahkan lupa kapan terakhir kali aku melakukannya. Oh Tuhan,, mengapa semakin aku dewasa, semakin besar gengsiku untuk menyatakan rasa sayangku padanya? Aku mengantarkannya ke terminal Damri. Dia harus pergi lagi ke Papua. Aku tak menyangka di usianya yang lebih dari 50 tahun, dia sangat energik, bahkan melakukan perjalanan ini setiap bulan. “Teh, doakan Bapak ya supaya selamat di jalan. Akhir-akhir ini banyak kecelakaan pesawat. Jikapun terjadi apa-apa dengan Bapak, tolong diikhlaskan dan jaga mamah dan adik-adikmu ya. Teteh harapan besar Bapak,” ujarnya. Aku hanya menunduk, menahan tangisan. Tapi aku tak bisa berkata apa-apa. Sampai terakhir dia naik bus, aku hanya mencium tangannya, lalu bus pun berangkat. Aku marah pada diriku sendiri karena tak mampu mengungkapkan betapa aku sangat sayang padanya, betapa aku ingin memeluknya, tapi aku tak bisa melakukannya. Padahal kami hanya punya waktu sekitar satu jam untuk bertemu setiap kesempatan ini, waktu yang sangat sempit. 59
Tuhan,, ampuni aku. Aku tak bisa menunjukkan betapa aku menyayaninya. Tapi Engkau Maha Penyayang, maka sayangilah dia di setiap jejak langkahnya, di setiap hembusan nafasnya, di setiap detak jantungnya. Ampunilah dosa-dosanya, Terimalah seluruh amal ibadahnya, dan tinggikanlah derajatnya. Berikanlah dia tempat yang mulia di hadapanMu. Tuhan, berilah aku kesempatan untuk menemuinya lagi, maka lindungilah dia dalam perjalanan karena Engkaulah sebaik-baiknya Penjaga. Izinkanlah aku merawatnya kelak di hari tuanya, izinkan aku menikmati masa-masa bersamanya yang telah hilang selama ini. Izinkan aku Tuhan, mengungkapkan betapa aku mencintai lelaki ini. Palestina Santana/F24061093
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Aku, Asih dan Linggar Hari ini begitu terik, matahari terasa dekat sekali dengan keningku. Rasanya aku ingin cepat-cepat sampai di rumah. Rumah memang tempat yang paling nyaman. Kira-kira sedang apa ya ibu di rumah? Aku membayangkan segelas es buah yang disiapkan ibu untukku...Hmmmm... Walaupun jarak rumahku dan sekolah tidak jauh, tapi panas seperti ini tetap saja menyiksaku. Hmmm enak mungkin seandainya aku punya pintu ajaib doraemon, seperti si nobita itu. Yah..tapi, namanya juga film, Cuma film lah... Beberapa menit kemudian aku sampai di rumah. Hmm.. senangnya. “Assalammualaikum...mamah...aku pulang...” Aku nyelonong buka pintu, masuk ke dalam rumah. Tanpa basa basi, langsung menuju ke dapur. Dengan wajah berharap aku membuka pintu dapur. “Mah...mau es buah dong...” Lho...kok, tidak biasanya ibuku tidak ada di dapur. Ke mana ya.. tadi salamku juga tak ada yang menjawab. Oh, mungkin ibu sedang shalat. Ya sudah..aku shalat dulu deh. Kubuka tasku dan kuletakkan di atas meja makan, memang bukan kebiasaan yang baik. Lalu aku masuk ke kamarku. Kubuka pintu kamar, dan...upss “Kejutan...” Ibuku berseru. Aku terkejut, ibuku disitu bersama dengan seorang anak perempuan. Dia lebih muda dariku 2 atau 3 tahun. Mungkin berumur 6 atau 7 tahun. Dia sangat kumal, kotor dan bau. Rambutnya gimbal, pakaiannya lusuh, dan wajahnya kusam. Seperti anak jalanan yang sering kulihat ketika melewati jalanan di dekat Metropolitan Mal Bekasi. Aku tertegun. Keningku berkerut dan wajahku berubah ketus. “Kenalkan, ini Asih. Dia dari Garut. Saudara jauh kita.” Ibu berkata degan ramah dan langsung meraih tanganku untuk berkenalan dengannya. Lalu ibu tersenyum padaku. Memandangku dengan tatapan yang hangat. Sepertinya Ibu tau rasa ketidaksenanganku dengan kehadiran Asih. Aku memang tidak begitu senang dengan kehadiran orang asing. Apalagi kali ini anak perempuan itu sangat asing bagiku. Berbeda sekali dengan anank-anak yang biasa kutemui. Dia begitu kotor dan kumal...hhhh. Lalu, apa yang dilakukannya di kamarku? “Asih akan tinggal di sini untuk sementara waktu. Ibunya sedang bekerja di Malaysia. Ayahnya sedang ada pekerjaan di jakarta, jadi dia tinggal di sini dulu. Kamu baik-baik ya sama Asih” Uhh...aku ingat, ibunya kan TKI dan ayahnya adalah buruh bangunan. Tak heran kalau penampilannya seperti ini. Kasihan juga anak ini. Dia pasti maen kotor-kotoran setiap hari. Tak ada seorangpun yang memperhatikannya. “Asih, mandi yuk..” kataku. Tidak tahan melihat kumalnya anak ini. “Iya...sana mandi sama teh Rina ya Asih...bibi mau siapin makan siang dulu.” Ibuku berkata sembari pergi ke dapur. 60
Kutunjukkan kamar mandiku pada Asih, lalu kuberi ia sabun dan shampo, juga sikat gigi dan pasta gigi. “Asih, bisa mandi sendiri?” tanyaku “Hmm...bisa..”, jawabnya malu-malu. “Ini sabun, buat di badan, digosok-gosok aja pake air..”jelasku. Lalu setelah itu aku mengenalkan satu per satu peralatan mandi yang ada di kamar mandiku. Setelah dia mengerti, aku menyuruhnya agar segera mandi. Kutinggalkan ia dengan benda-benda asing itu, mungkin dia agak bingung tapi ya biarlah, dia harus beradaptasi. Aku tidak mau tahu, dia harus bersih dan wangi. Aku tidak mau berbagi kamar dengan seseorang yang kumal. Aku kembali ke kamarku. Kulihat barang bawaannya, kantung plastik kumal. Lalu kubuka isinya, hanya ada dua potong pakaian kumal yang tak jauh bedanya dengan yang ia pakai. Lalu aku mengaduk-aduk isi lemariku dan aku menemukan pakaian tidurku yang sudah kekecilan. Baju itu masih bagus, mungkin cukup untuknya. Setelah ia mandi, kusuruh ia memakai pakaian ku itu. Ternyata cukup di tubuhnya. Sekarang ia sudah agak berbeda. Ia lebih wangi dan bersih walaupun masih sedikit berantakan. Hmm, mungkin biar nanti sore kumandikan saja, biar lebih bersih. Setelah itu, aku mengajaknya makan siang. Aku, Ibu dan Asih makan bersama. Kami mendengar cerita tentang kehidupannya sehari-hari. Ternyata sekecil itu, dia sudah membantu keluarganya bekerja. Ia terbiasa memungut barang bekas dan menjualnya. Aku terharu. Sorenya, ayah pulang. Kami kemudian mengobrol bersama dengan Asih di ruang tamu. Kami tertawa-tawa dan bercanda ria. Rupanya dia anak yang periang dan ceria. Menyenangkan sekali, suasana rumah kami menjadi tidak sepi lagi. Kemudian, ayah merencanakan untuk menyekolahkannya di sekolahku. Aku senang sekali, aku jadi punya teman untuk pergi dan pulang sekolah. *** Sudah enam bulan berlalu sejak kedatangan Asih di rumahku. Dia kini sangat berbeda dengan keadaan saat pertama kali dulu. Dia juga menjadi anak yang pintar di kelasnya. Nilainya selalu bagus-bagus, dia juga punya banyak teman. Sore itu, aku dan Asih sedang bermain di kebun. Kami bermain masak-masakan. Tak lama setelah itu, datang teman sebangkuku, Linggar namanya. Kami telah duduk sebangku sejak kelas 1 SD. Sekarang kami sudah kelas 5 SD. Kami sudah lama berteman, dia anak yang baik. Biasanya aku hanya bermain berdua bersama Linggar, tapi kini sejak kedatangan Asih di rumahku, kami selalu bermain bertiga. Ketika menjelang magrib, Linggar pamit pulang. Setelah itu, aku dan Asih bersiap untuk sholat maghrib. Aku, Asih, Ibu dan Ayah sholat bersama di ruang tamu. Setelah itu aku dan Asih belajar bersama. Kemudian aku mempersiapkan alat tulisku. Kubuka tempat pensilku, dan aku terkejut karena tipe-ex ku tidak ada, penggarisku juga. Padahal aku baru saja membelinya tadi sepulang sekolah. Aku heran, akhir-akhir ini aku sering kehilangan barang-barang. Kemarin buku ceritaku yang baru, hilang begitu saja tak berjejak. Lalu boneka kecilku, lalu jepit rambutku, lalu gantungan kunciku, lalu...pensil warnaku. Sekarang tipe ex dan penggarisku. Aku heran, kemana perginya barang-barangku. Aku bukan tipe orang yang berantakan, aku selalu rapih dalam menjaga barang-barangku. Esok harinya, ketika istirahat sekolah, aku menceritakan kejadian aneh itu pada Linggar. Linggar hanya santai saja, mungkin kamu lupa atau jatuh di jalan. Begitu katanya. Aku tidak yakin dengan hal itu. Tiba-tiba Linggar berkata, jangan-jangan Asih yang mengambilnya. Sebelumnya kau tidak pernah kehilangan apapun kan.. begitu katanya. Benar juga pikirku. Tidak mungkin Linggar yang melakukannya, karena sejak kelas 1 SD ia sudah biasa main di kamarku, tapi aku tidak pernah kehilangan barang-barang. Kemudian, sesampainya di rumah. Aku bertanya pada Asih tentang barang-barangku. Tapi ia bilang bahwa ia tidak pernah melihatnya. Aku tidak percaya, lalu aku menginterogasinya. Ia masih tidak mau mengaku. Kali ini aku kesal, tidak sabar dan aku membentaknya. Dia kemudian menangis. Aku tidak peduli, lalu aku semakin membentaknya. Dia tetap menangis. Lalu aku pergi dan melangkahkan kakiku ke rumah Linggar. Lalu aku menceritakannya pada Linggar.Tak kusangka, dia menangis . Kemudian dia menceritakan 61
segalanya. Ternyata dialah yang mengambil semua barang-barangku. Aku benar-benar tidak percaya. Ternyata dia yang melakukannya. Kemudian aku langsung teringat pada Asih, dia pasti sedang sedih dan menangis sendiri di rumah. Ibu sedang tidak ada, arisan di kantor ayah. Aku bergegas pulang dan kutemui Asih. Aku tidak bisa mempercayai mataku. Asih berdiri di depan pintu dengan penampilannya saat pertama kali kutemui dulu. Ia memakai pakaian kumal dan membawa kantung plastik kumal. Ia masih menangis. Lalu kutanya, ternyata ia akan pergi, entah kemana. Lalu aku memeluknya, dan aku meminta maaf. Linggar yang berdiri di belakangku ikut menangis, lalu dia meminta maaf pada Asih. Linggar juga meminta maaf padaku. Dia menyesal telah melakukannya. Ayahnya sedang dirawat di rumah sakit, dan keluarganya tidak bisa memberikan uang untuk membayar SPP. Dia merasa malu pada teman-teman, karena dia selalu ditagih SPP oleh Ibu Guru. Aku tidak tega, lalu aku memaafkannya. Sorenya, ibu dan aku berkunjung ke rumah Linggar. Ibu mengobrol dengan ibunya Linggar. Aku ,Linggar dan Asih bermain di kamar Linggar. Ibu Linggar terlihat menangis dan Ibu memeluknya. Keesokan harinya, Linggar mengucapkan terima kasih padaku karena sekarang bisa membayar uang SPP. Ia bilang Ibuku kemarin memberikan bantuan agar ia bisa membayar SPP. Aku tersenyum. Senang bisa melihat sahabatku kembali ceria. Kuharap ia tidak mengulangi perbuatannya lagi agar kami bisa terus bersahabat. Aku, Asih dan Linggar. Bogor, 7 Juli 2009 Rina Nurapriani/F24061109
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Kenangan Dia adalah hantu dalam batin dan pikiran Dia adalah kehangatan di saat kesepian dan kesendirian melanda Dia adalah lentera saat kegelapan datang Dia yang selalu setia saat semuanya lenyap tak bersisa Dia yang selalu mengingatkan tentang keberhasilan Dia yang selalu mengingatkan tentang kegagalan Kebahagiaan, kesedihan, keresahan, kecewaan, kegelisahan Semua melebur menjadi satu menghasilkan dia... Bagai cat minyak yang berdiam di atas kanvas Berwarna warni, melebur membentuk corak yang unik Membekas seperti jejak Dia menemani saat kesendirian datang menerpa Dia menginspirasi saat kebingungan melanda Dia menghangatkan hati Dia meredakan amarah Dia mendinginkan pikiran Dia menimbulkan dendam dan simpati Setiap detik setiap menit setiap jam tak terhitung waktu yang dihabiskan bersamanya Rasa itu… 62
Bayangan itu.. Hantu itu…. Dialah sang kenangan Ya....dialah sang kenangan.... Juli 2009 Primawisdawati/F24061122
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Me, My Father, My Life “Bapak tidak mengizinkan Kamu sekolah di SMP.” Tegas Bapak usai menerima pengumuman kelulusan Madrasah Ibtida’iyah dan aku menggenggam predikat peringkat pertama. Bapak tau aku begitu ingin melanjutkan pendidikan di sekolah favorit itu, bersama beberapa orang kawan. Aku juga tau Bapak akan keukeuh dengan keputusannya. Hanya saja kekanakanku tidak bisa menerima. Aku terus merajuk, bahkan dengan bantuan seorang guru. Hingga keluarlah kata-kata tegas dari mulut Bapak, “Kamu boleh sekolah di SMP, tapi jangan harap Bapak mau membiayai kamu.” Maka menitiklah air mataku satu-satu. Terbayang kawan-kawanku berlarian, bercanda, dan belajar di sekolah impianku semasa itu. Juga Mas Vidi, tetangga depan yang setahun lebih tua dariku, salah satu driving force-ku untuk berbuat lebih saat itu. Sampai suatu hari Ibu mengantarku untuk melamar sebagai calon siswi di Madrasah Tsanawiyah Negeri di dekat SMP 1, sekolah impianku. Sebetulnya sekolah ini pun tidak begitu buruk. Hanya satu tingkat di bawah SMP 1 jika mau dibandingkan. Tapi entah kenapa, mataku dikaburkan saat itu. Betapa sedihnya ketika dalam perjalanan pulang bertemu dengan teman-teman satu angkatan dan mendapati mereka bersuka cita karena telah mendaftarkan diri di SMP 1 dan yakin akan diterima. Hari bergantian, kemudian bulan, dan tahun. Di sekolah pilihan Bapak aku ditempa untuk menjadi seperti yang beliau harapkan, seorang perempuan yang shalihah. Iya. Seperti amanah beliau yang selalu kubawa kemana-mana. Namaku. Doa mereka untukku. Kini aku menapaki tahun ke dua puluh satu. Ketika akhirnya Dia menunjukkan jalanku untuk belajar di kampus yang sama sekali tak pernah terbayang sebelumnya ini, aku menyadari satu hal. Aku mengerti. Bapak benar. Ibu benar. Mereka memperkenalkanku pada cinta sejati. Cinta yang hanya patut kusimpan untukNya. Cinta dengan ketulusan penghambaan diri. Meski kemudian selesai dari MTs aku memaksa untuk melajutkan ke SMA favorit di kota-sederhanaku dengan beribu alasan, termasuk karena nilai UANku yang lumayan bagus. Bisa ditebak, seperti tiga tahun sebelumnya, Bapak akan keukeuh menitipkanku ke Madrasah Aliyah. Tapi aku sudah cukup dewasa untuk memilih jalanku, pikirku saat itu. Sombongnya. Aku bahagia ketika itu. Tapi semu kurasa. Aku menang atas egoku. Tapi rasa bersalah itu tetap ada. Pada Bapak. Pada pembangkanganku. Tapi detik masih bergulir bergantian. Aku larut dalam anggunnya dunia. Kemudian lupa dengan amanah itu. Lupa dengan cinta yang selalu kusombongkan pada hatiku. Betapa malunya aku ketika mendapati bahwa diri tak seberapa dibanding beberapa orang yang kawan seusia yang, subhanallah, betapa besar cintanya kepada Sang Pemilik Takdir. Betapa malunya ketika aku tak menemukan jejak penghambaan diri untuk menunjukkan cintaku padaNya. Bapak, Ibu, aku belum mampu menjalankan apa yang engkau amanahkan. Aku belum mampu mencintai-Nya sepenuh jiwa raga. Ada syair panjang yang membuatku menitikkan air mata ketika membacanya. Aku menyalinnya sekaligus untuk mengingatkanku bahwa aku belum seberapa. Perkenankan Aku MencintaiMu Semampuku (Azimah Rahayu, 2003) 63
Tuhanku, Aku masih ingat, saat pertama dulu aku belajar mencintai-Mu Lembar demi lembar kitab kupelajari Untai demi untai kata para Ustadz kuresapi Tentang cinta para nabi Tentang kasih para sahabat Tentang mahabbah para sufi Tentang kerinduan para syuhada Lalu kutanam di jiwa dalam-dalam Kutumbuhkan dalam mimpi-mimpi dan idealisme yang mengawang di awan Tapi Rabbii, Berbilang detik, menit, jam, hari, pekan, bulan, dan kemudian tahun berlalu Aku berusaha mencintaiMu dengan cinta yang paling utama, namun Aku masih juga tak menemukan cinta tertinggi untukMu Aku masih merasakan gelisahku membadai Dalam cinta yang mengawang Sedang kakiku mengambang, tiada menjejak bumi Hingga aku terhempas dalam jurang kegelapan Wahai Ilahi, Kemudian berbilang detik, menit, jam, hari, pekan, bulan, dan tahun berlalu Aku mencoba merangkak, menggapai permukaan bumi dan menegakkan jiwaku kembali Meratap, memohon, dan menghibaMu : Allahu Rahman, Ilahi Rabbii, Perkenankanlah aku mencintaiMu, Semampuku Allahu Rahman, Ilahi Rabbii, Perkenankanlah aku mencintaiMu, Sebisaku Ilahi, Aku tak sanggup mencintaiMu Dengan kesabaran menanggung derita Umpama Nabi Ayyub, Musa, Isa, hingga Al-Musthafa Karena itu izinkan aku mencintaiMu Melalui keluh kesah pengaduanku pada-Mu Atas derita batin dan jasadku Atas sakit dan ketakutanku Rabbii, Aku tak sanggup mencintaimu seperti Abu Bakar, yang menyedekahkan seluruh hartanya Dan hanya meninggalkan diriMu dan rasulMu bagi diri dan keluarga Atau layaknya Umar yang menyerahkan seluruh harta demi jihad Atau Utsman yang menyerahkan seribu ekor kuda untuk syiarkan dinMu Maka perkenankanlah aku mencintaiMu semampuku, Melalui seratus duaratus perak yang terulur pada tangan-tangan kecil di perempatan jalan Pada wanita tua yang menadahkan tangan di pojok-pojok jembatan Pada makanan-makanan sederhana yang terkirim ke handai tolan Ilahi, Aku tak sanggup mencintai-Mu dengan khusyuknya shalat salah seorang sahabat rasulMu, Hingga tak hirau dia pada anak panah musuh yang terhunjam di kakinya Karena itu Ya Allah, perkenankanlah aku tertatih menggapai cinta-Mu Dalam sholat yang coba kudirikan terbata-bata Meski ingatan kadang melayang ke berbagai permasalahan dunia. 64
Rabbii, Aku tak dapat beribadah ala para sufi dan rahib, Yang membaktikan seluruh malamnya untuk bercinta denganMu Maka izinkanlah aku untuk mencintaiMu dalam satu dua rakaat lailku Dalam satu dua sunnah nafilahMu Dalam desah nafas kepasrahan tidurku Yaa Maha Rahman, Aku tak sanggup mencintaimu bagai para hafidz dan hafidzah, Yang menuntaskan kalam-Mu dalam satu putaran malam. Maka perkenankanlah aku mencintaiMu semampuku, Melalui selembar dua lembar tilawah harianku Lewat lantunan seayat dua ayat hafalanku Yaa Rahiim, Aku tak sanggup mencintaiMu semisal Sumayyah Yang mempersembahkan jiwanya demi tegaknya dinMu Seandai para syuhada, yang menjual dirinya dalam jihad bagiMu Maka perkenankanlah aku mencintaiMu semampuku Dengan mempersembahkan sedikit bakti dan pengorbanan untuk dakwahMu. Maka izinkanlah aku mencintaiMu semampuku Dengan sedikit pengajaran bagi tumbuhnya generasi baru Allahu Kariim, Aku tak sanggup mencintaiMu di atas segalanya Bagai Ibrahim yang rela tinggalkan putra dan zaujahnya dan patuh mengorbankan pemuda biji matanya Maka izinkanlah aku mencintaiMu dalam segala Perkenankanlah aku mencintaiMu dengan mencintai keluargaku, Dengan mencintai sahabat-sahabatku, Dengan mencintai manusia dan alam semesta Allahu Rahmaanurrahiim, Ilahi Rabbii Perkenankanlah aku mencintaiMu semampuku Agar cinta itu mengalun dalam jiwaku Agar cinta ini mengalir di sepanjang nadiku. *** Penggenggam Hati-ku, izinkan aku mempersembahkan syurga terindah untuk mereka, dua orang yang paling kucintai setelahMu dan rasulMu… Dalam kebimbangan meniti duapuluh tahun yang tanpa apa-apa 6 Juli 2009 Awaliyatus Sholihah/F24061375
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Segalanya Akan Berubah Masa kanak-kanak adalah masa dimana seseorang berada dalam pengawasan penuh orang dewasa terutama orang tuanya. Hal itu memang menjadi sebuah kewajaran mengingat anak-anak masih memerlukan bimbingan dalam melakukan setiap tindakan. Namun, terkadang para orang tua tidak sadar bahwa pengawasan yang mereka lakukan 65
terkadang berlebihan sehingga membuat sang anak seakan kehilangan kendali atas hidup mereka sendiri. Hal inilah yang dulu pernah aku rasakan. Penetrasi yang sangat besar dari orang tua, saudara, dan orang lain di sekitar terhadap hidupku terkadang membuatku tak bisa mengambil keputusan sendiri. Semua yang terjadi dalam hidupku, kulakukan sesuai keinginan orang-orang di sekitarku. Awalnya aku merasa hal itu bukanlah suatu hal besar yang harus dipermasalahkan. Aku selalu merasa bahwa mereka akan selalu ada di sampingku dan membantuku ketika aku sedang bimbang dan gelisah. Aku juga berpikir bahwa mereka selalu dapat membantuku mencari jalan keluar atas semua masalahku. Namun, semua hal itu terbantahkan ketika aku beranjak dewasa karena aku menemukan kenyataan yang sama sekali berbeda. Masalah-masalah yang semakin rumit menuntutku untuk pandai mengambil keputusan terbaik. Mengambil keputusan dengan cepat, tepat, dan tanpa ragu menjadi semacam skill kehidupan yang tidak pernah kulatih sejak kecil. Aku merasa seperti anak kecil yang terperangkap dalam tubuh orang dewasa. Kenyataan tak menyenangkan ini makin diperparah dengan penilaian dari orang-orang di sekitarku yang menganggap bahwa sudah waktunya aku berpikiran dewasa. Saat itu terjadi, sungguh aku merasa sangat marah. Marah pada mereka yang dulu terlalu mengganggapku anak kecil, membiarkanku tidak berkembang dengan pemikiranku sendiri, dan tidak mempercayai apapun yang kulakukan. Saat itu, hanya ada gemuruh hati yang tertahan dan tak terungkap. Menyesali semua tindakan patuh yang selalu kujunjung dan semua sikap diam yang kutunjukkan. Namun, seiring berjalannya waktu aku mulai menata hatiku lagi. Aku memutuskan untuk menunjukkan kepada orang tuaku dan yang lainnya bahwa aku bisa dewasa dalam menjalani hidup. Aku akan membuat mereka bangga dengan kedewasaan yang kumiliki. Aku tidak ingin menjadi layu ketika tertimpa masalah seperti wortel yang direbus atau menjadi keras hati seperti telur yang direbus. Aku ingin menjadi kopi, yang jika disiram air panas justru akan mengeluarkan wanginya dan membuat orang lain bahagia. Maka kuputuskan untuk memulai semuanya dari awal. Kucoba untuk menghadapi masalah-masalah yang menghadang dengan hati yang lapang dan pikiran yang jernih hingga semua masalah yang menghadang dapat kuatasi dengan baik. Aku merubah sikap diamku menjadi sikap yang lebih kritis. Kuutarakan semua pendapatku dengan baik sehingga kini orang-orang sekitarku dapat mempercayai bahkan mendukung keputusan yang coba kuambil. Memang tidak mudah untuk berubah apalagi ke arah yang lebih baik. Terkadang kutemukan kegamangan dan keraguan terhadap diriku sendiri. Namun, aku senang karena kini situasinya menjadi sangat berbeda. Yah, aku merasa semuanya berkat anugrah yang diberikan oleh Allah sang penguasa. Dapat kupetik banyak pelajaran berharga selama metamorphosis hidupku ini. Suatu kesimpulan hidup bahwa selama manusia mau berubah menjadi lebih baik maka Allah akan membantu menciptakan alur kehidupan yang sangat indah bagi kita. Suatu alur hidup yang mampu menuntut manusia tersebut berubah dengan cepat menjadi manusia yang jauh lebih baik.
Siti Sri Utami/F24061389
--------------------------OUR JOURNEY-----------------------------
Tahun Pertama di IPB Saya tidak mungkin lupa tanggal 14 Agustus 2006 karena pada tanggal itulah saya pertama kali masuk IPB dan sejak saat itu dimulailah lembar dunia perkuliahan (jreng… jreng…). Waktu itu, seluruh mahasiswa baru angkatan 43 diharapkan berkumpul di GWW (Graha Widya Wisuda) pukul 08.00. Salah seorang teman saya menyarankan agar saya 66
membawa perlengkapan untuk masuk asrama. Setahu saya, asrama tidak mengharuskan mahasiswinya untuk tinggal sejak tanggal 14, melainkan tanggal 15. Namun saya pikir toh tidak ada salahnya membawa sedikit perlengkapan, jadi saya bersiap-siap tapi dengan setengah hati… hehehe.. gak niat banget deh… Besoknya, hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Saya berangkat dari Jakarta pukul 05.30 dan sampai di GWW tepat pukul 08.00. Saat itu, dengan pede-nya saya melangkah masuk ke IPB dengan memakai sepatu sandal. Tiba-tiba saja ada yang menepuk bahu saya dan ketika saya menoleh, saya melihat seorang pria bertubuh besar dengan seragam ABRI menegur saya. “Dek, tolong ganti sandalnya. Disini harus pakai sepatu” Whaaat?? Malunyaaa,, langsung saya lari pontang-panting ke mobil untuk menganti sepatu. Dalam hati saya berpiikir, “Duh, langkah pertama aja udah salah”. Satu hari belum berlalu, saya sudah mendengar berita buruk, ternyata setiap mahasiswa baru diharapkan mulai menempati asrama tanggal 14!! Waduh!! Saya kaget setengah mati…Apalagi MPKMB akan diadakan 2 hari kemudian. Selesai di GWW, saya langsung menuju asrama putri. Setelah mendaftar ulang, saya diberi kunci kamar untuk asrama 2 no 173. Saya langsung menuju kamar tersebut dan ketika membuka kamar, saya langsung bersin2. Kamar itu sangat penuh debu dan bau usang. Ternyata saya orang pertama yang datang. Sambil menunggu teman kamar saya yang lain, saya berkenalan ke sebelah kamar sambil menanyakan tugas ospek yang harus dikerjakan. Setelah itu, saya melepas kepergian ortu balik ke Jakarta… Sediih sekali apalagi melihat nyokap yang matanya berkaca-kaca… Tidak lama kemudian datanglah teman sekamar saya yang lain. Saya cukup bersyukur karena 3 teman sekamar saya ternyata adalah orang yang cukup menyenangkan. Yang menjadi masalah saat hari pertama di asrama adalah saya harus makan dimana… Kedua orang tua saya sudah pulang. Akhirnya saya diajak makan di Bara bersama teman-teman sekamar saya. Oh ya,, setiap hari nyokap selalu nanya makan dimana,, ‘ jangan makan di tempat kotor’ ya,, itu pesannya tiap hari tiap saat.. Saya jawab saja, “enggak kok, makannya di restoran kecil yang bersih.” Hahaha,, padahal restoran kecil itu ya warteg!! Tidur hari pertama bikin sakit punggung nih karena kasur yang saya dapat tidak rata. Bantalnya juga berdebu banget.. kayaknya gak pernah dijemur deh.. jangan2 udah sejak asrama IPB berdiri.. yeks…Seminggu pertama di IPB hanya sibuk oleh kegiatan ospek dan persiapannya.. Saya juga belajar beradaptasi dengan keberadaan kucing yang selalu lalulalang di depan kamar… Masih mending kalo cuma lalu-lalang.. kalo sampe pup itu loh!! Baunya kebawa ampe mimpi…(lebay d gw). Saya juga baru tau kehidupan asrama tuh kayak gini… awalnya sih ngebayanginnya kehidupan asrama tuh kayak di novel Harry Potter (Asrama Hogwarts) gitu.. atau kayak di novel-novelnya Enid Blyton.. Hahaha… khayalan tingkat tinggi banget nih. Terus, di asrama tuh setiap hari Kamis ada apel pagi… trus saya dan temen sekamar janjian deh untuk matiin lampu sambil kunci pintu kamar (biar dikira udah pergi apel). Untung aja selama 1 tahun di asrama, kita nggak pernah sekalipun ketangkep basah… hehehe…Kalo ada acara makan lorong juga bawaannya malesss banget…Mau gimana lagi, makannya di lantai dan suka ada kucing lewat…. Mana ada nafsu makan coba.. Akhirnya saya cuma ngumpul buat ngobrol aja. Pengalaman lain selama di asrama yaitu cepet-cepet lari (sampe ngos-ngosan) karena takut kena jam malam. Akhirnya sempet terlambat pulang (cuma 5 menit loh) en ditanyain sama SR yang lagi tugas. Kena deh, hukumannya ngepel tangga deket kamar…mending… temen-temen saya yang lain disuru ngepel ruang sholat dan lobby asrama A2… gempor banget tuh,, hahaha… Selain itu, saat-saat paling menyebalkan di asrama tuh pas harus antre WC.. kalo cuma nahan buang air kecil sih gak apa-apa. Masalah besar kalo yang ditahan itu buang air besar… Astaga!! Apalagi waktu itu sempet lagi diare lagi… alhasil nunggu di depan WC sambil mencak-mencak. Trus air kamar mandi suka mati lagi… Makanya, kalo urusan ini ada siasatnya, yaitu bangun lebih pagi jadi yang mandi baru sedikit (biasanya sih dengan siasat ini selalu sukses dapet air,, hoho) selain itu juga jadi gak perlu cape-cape antri. Kalo jemur 67
cucian juga harus cepet-cepet tuh.. kalo kesiangan dikit,, tempat jemurannya sudah habis… jadi permisi-permisi deh sama cucian orang,, tolong geser sedikit ya…Omong-omong soal cucian,, waktu itu saya ada kuliah jam 2. Sewaktu masih jam 12, matahari amat sangat terik menyengat. Saya ingin cucian saya cepet kering, jadi ketika akan pergi kuliah jam 2, saya tinggal cucian itu (karena PeDe gak bakal hujan, jadi gak titip ke temen sekamar). Tiba-tiba, jam baru menunjuk angka 3, hujan yang amat sangat deras dahsyat turun… Hwaahwaaa… Cucianku!! Begitulah sekelebat pengalaman di asrama yang belum lupa sampai sekarang dan sepertinya memang tidak akan lupa kecuali hilang ingatan (hihihi). Walaupun lebih banyak cerita pengalaman yang kurang menyenangkannya,, tinggal di asrama ada positifnya juga kok…bisa dapet banyak temen, bisa ngobrol sampe malem sama temen sekamar, bisa belajar bareng, bisa tuker-tukeran bahan ujian,, de el el….. Erinna N. W./F24061458
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Widya Eka Prayitno…eh, Perempuan, toh! Mmm, kalau denger nama Widya Eka Prayitno pasti mikirnya itu adalah nama seorang cowok…jawa…hitam…tinggi…botum…berkaca mata…dan mas-mas. Tapi, begitu lihat orangnya…oalah…mbakyu, toh! Hehe, aku sudah mengalami berbagai macam misidentity alias kesalahan identitas akibat nama mas-mas jawa itu. Dari SD sampai SMP aku menyembunyikan nama ketigaku, Prayitno. Aku selalu memperkenalkan diri sebagai Widya Eka P titik, dan teman-temanku menyangka bahwa huruf “P” itu adalah kepanjangan dari Pratiwi atau Pertiwi. Tapi tetep aja gak selamanya bisa menyembunyikan nama itu. Pernah ada guru yang sedang mengecek kehadiran siswa di kelas. Begitu sampai namaku yang dipanggil, “Widya Eka Prayitno…” Guru tersebut celingak-celinguk ke seantero kelas. Ketika aku mengangkat tanganku, guru itu kebingungan sejenak…”Oh, perempuan…” Grrrr, seluruh kelas menertawakanku. Dan kejadian itu gak hanya sekali terjadi. Awalnya aku malu dengan nama tersebut dan gak PD. Masa nama kaya cowok begitu, gerutuku dalam hati. Namun, seiring kedewasaanku, baik jasmani dan rohani (halah, badan tetep gak tinggi-tinggi, stop di 150-an cm), aku mulai menerima nama itu. Lagipula, kejadian salah sangka nama itu justru membuatku semakin dikenal di kelas, hehe. Masa-masa SMA adalah awal keterbukaanku pada dunia (cailah) dan awal kebangkitanku dari (kubur…SALAH!) dunia khayalan dan kefanaan. Aku sadar bahwa aku sudah harus mulai memikul tanggung jawab. Makanya, aku sedikit mengubah cara berpikir dan mulai terbuka pada hal-hal di sekitarku. Dari situ aku mulai menerima ke-Prayitno-anku (hik, kalau ingat masa SMA, jadi pengen balik lagi…oh, SMA Story). Sampai akhirnya aku kuliah…Yeah, jadi mahasisw(i)…bukan mahasisw(a),ya…Ingat! Dan kejadian itu berulang lagi…bahkan lebih parah. Waktu TPB ada pembagian kelompok PAI (Pendidikan Agama Islam) di Masjid Al Hurriyah. Tempat mahasiswa tingkat satu cowok dan cewek dipisah. Otomatis aku menuju tempat dimana para cewek berkumpul (yaiyalah). Disana aku melihat temen-temen sekelasku yang cewek sibuk mencari-cari namanya di kertas yang ditempel untuk tahu mereka ditempatkan di kelompok mana. Aku pun ikut-ikutan. Di kertas pertama, namaku gak ada. Di kertas kedua juga gak ada. Kertas ketiga, keempat, dan seterusnya, namaku tetap gak tercantum. Aku bingung. Aku pun mengulang lagi dari kertas pertama. Hasilnya sama saja. Aku merasa ada yang tidak beres. Naluri keperempuananku berkata, ada yang gak beres…(ngapain diulang, sih!). Yang membuatku curiga adalah satu nama yang tercantum di salah satu kelompok, nama Tri Umardhani. Itu adalah nama temanku, dan aku berani bersumpah bahwa itu adalah nama…cowok! 68
Otakku yang berharga mulai bekerja. Ya, ampun! Jangan-jangan nama kami tertukar?! Mungkin Tri Umardhani yang cowok tulen itu disangka cewek dan aku yang sudah sangat jelas perempuan disangka laki-laki! Hyaaa…! Aku pun segera menghubungi Umar dan bertanya apakah dia sedang mengalami nasib serupa denganku. Umar mengamini dan dia bersaksi bahwa melihat namaku tercantum di salah satu kelompok cowok. Hrrrr… Itulah sedikit dari sekian kejadian salah identifikasi jenis kelamin pemilik nama. Bukan berarti aku menyesali nama Prayitno-ku. Semakin lama aku semakin menghargai nama itu karena ada harapan orang tuaku dalam tiap untaiannya. Widya artinya benar (itu yang kutemukan di buku “Arti 99 Nama”, kalau gak salah itu judulnya), Eka berarti satu atau pertama karena aku memang anak pertama, dan Prayitno…hehe itu nama seseorang yang selalu berjuang untuk kebahagianku (hik…Bapak…). Mungkin kedua orang tuaku pun tidak memahami arti dari nama anak-anaknya (kan buku “Arti 99 Nama” waktu itu belum terbit,hoho). Tapi aku akan memenuhi harapan orang tuaku untuk selalu melakukan yang terbaik. Shakespearre boleh bilang “Apalah arti sebuah nama”. Tapi, bagiku nama sangat penting karena ada tanggung jawab dan harapan pada setiap nama yang diberikan orang tua. Oleh karena itu, sudahkah anda menghargai nama anda? Saya sudah… Widya Eka Prayitno/F24061476
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Anggota Keluarga Baru Berawal mula dari seekor anjing golden retriever di depan rumahku. Anjing ini terlihat sangat kurus, lusuh, dan bulunya pun rusak. Sepertinya ia dibuang atau kabur dari pemiliknya, karena ia menggunakan kalung anjing yang sangat bagus dan terlihat mahal. Papaku tak tega meninggalkan anjing ini di depan rumah karena kemungkinan saja ia diincar orangorang yang mau menjual anjing untuk dipotong. Saat didekati anjing ini tidak bergerak, namun tidak juga bergerak menuju rumahku. Setelah 3 hari di depan rumah, akhirnya ia mau diajak masuk ke dalam rumah. Karena belum sempat memandikan, maka kami menaruhnya di halaman depan rumah. Anjing ini kami namai Golden Berry, atau singkat saja kita panggil dia Berry. Ia kami ikat dengan rantai dan kami tempatkan di dekat mobil. Setelah sekian lama, mamaku merasa kasihan pada Berry, maka kami menempatkannya di depan pintu rumah kami, dimana lebih teduh dan nyaman. Kemudian mamaku mulai melihat bahwa Berry sering kali digigit semut dan nyamuk. Tidak jarang juga ia dikerumuni oleh kodok-kodok kecil yang terlihat sangat penasaran terhadapnya. Maka kami memutuskan untuk memasukkannya ke dalam garasi. Saat berkumpul ruang keluarga, sering kali kami melihat tatapan memelas Berry yang juga ingin ikut bergabung bersama kami. Apabila kami ke garasi dan bermain dengannya, ia sangat gembira dan melompat-lompat energik sambil mengibas-ngibaskan ekornya. Orang tuaku merasa anjing ini butuh komunitas. Maka kami mengajaknya untuk masuk ke dalam rumah. Sekarang Berry bisa berinteraksi dengan kami sekeluarga setiap saat. Bahkan ia tidur bersama-sama dengan kami. Sudah 1 tahun 3 bulan kami bersama. Bagi keluarga kami, kedatangan anggota keluarga baru ini benar-benar suatu perubahan yang sangat besar. Berry sudah dianggap sebagai adikku sendiri. Sebelumnya kami tidak pernah memiliki binatang peliharaan. Namun kami memperlakukannya tidak seperti binatang peliharaan, namun seperti anggota keluarga. Tubuhnya yang kurus mulai menampakan perubahan yang signifikan. Dengan asupan makanan yang bergizi dan perawatan yang intens, Berry yang jelek berubah menjadi golden retriever yang sangat cantik. Bulunya lebat dan tubuhnya sehat. Berry merespon semua itu dengan selalu mengikuti kami kemanapun kami berjalan. Ia senang bermanja-manja dan mengajak kami bermain. Ia menjadi “anak” kesayangan di rumah kami. Kedatangan Berry jelas merubah suasana di rumah kami, lebih ceria, terbuka, 69
penuh kasih sayang dan canda tawa. Banyak hal yang telah aku pelajari dari Berry, dimana hal tersebut tidak ditemukan pada manusia. Ia hanya mengharapkan kasih sayang dan perhatian dari tuannya, itu sudah cukup. Berbeda sekali dengan manusia yang selalu memiliki tujuan lain dibalik semua yang dilakukan, dimana ketulusan menjadi hal yang sangat langka ditemukan. Seberapa besar pun cinta seseorang kepada orang lain, tidak akan pernah terlepas dari perasaan cinta terhadap diri sendiri, sedikit atau banyak. Ketulusan dan kepolosan Berry merubah banyak keluarga kami, terutama papaku. Ia menjadi lebih ceria, terbuka dan bersemangat. Kami semua ikut merasakan keharmonisan dalam rumah yang kian bertambah setiap harinya. Akhirnya aku menyadari bahwa manusia dapat belajar dari makhluk hidup lain. Jangan selalu melihat ke atas dan mengejar kejayaan diri sendiri. Sekali-kali lihatlah ke sekeliling dan ke bawah untuk menemukan hal-hal baru yang menarik. Satu hal yang terlintas dalam pikiranku saat bermain-main dengan Berry, aku pasti akan sangat kehilangan apabila ia meninggal nanti karena umurnya memang relatif tidak panjang. Kemudian aku teringat, hidup manusia di bumi ini seperti seorang asing yang menumpang sementara di rumah seseorang yang sebentar lagi akan berangkat kembali menuju tempat tujuan akhir. Waktu yang singkat itu hendaklah diisi dengan melakukan halhal yang mendukung tercapainya tujuan tersebut. Jangan sampai kita menyesal saat semuanya sudah terlambat. Stephanie Gabriela Handy/F24061479
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Kisah Hidup Sebutir Nasi Hari ini sangat panas. Aku dengan setumpuk buku yang ada di tasku berjalan menyusuri kampus. Yahh.. setelah seharian kuliah rasanya capek, pengen cepat sampai kos dan tidur dengan tenang. Tapi langkahku terhenti. Aku teringat pada tugas mata kuliah yang harus dikerjakan. Uhh..malas.. Dengan langkah berat aku berbalik menuju warnet untuk mencari bahan-bahan tugas tersebut. Setelah hampir dua jam searching di internet, akhirnya aku menyerah juga. Aku simpan data yang sudah didapat ke flash disk dan berbalik pulang ke kos. Mataku sudah sangat, sangat dan sangat berat. Dalam perjalanan pulang, aku teringat-ingat akan data yang sudah aku dapat. Mmm.. tentang metabolisme pangan. Aku mengecek satu per satu data yang ada di ingatanku, sepertinya memang sudah cukup lengkap untuk mengerjakan tugas. Aku bergegas menghapus semua pikiranku tentang tugas, dan berjalan lebih cepat lagi. Wah, akhirnya kos sudah terlihat. Aku tersenyum puas dalam hati. Sesampainya di kos, aku cepat-cepat membersihkan diri. Setelah itu aku langsung melompat ke tempat tidur untuk beristirahat sebentar sebelum mengerjakan tugas-tugas yang sangat banyak. Mm.. tapi tetap saja aku terbayang tentang tugas metabolisme pangan. Kira-kira proses apa ya yang terjadi saat nasi dimakan…. ****** Ketika sebutir nasi masuk ke dalam lumpur pati berair ptyalin, ia langsung terperosok masuk ke dalam lorong laring dan meluncur jatuh ke lambung. Di lambung dia berenang tak karuan dalam kolam asam sampai lumat menjadi bubur. Dari lambung diremaslah dia di usus-usus, dari duabelas jari ke halus lalu ampas ke usus besar. Sebutir nasi jadi sari pati yang paling sederhana, glukosa orang biasa sebut dia. Glukosa diserap usus halus dan mengetuklah ia ke pintu membran sel. Setelah masuk dibawa ojek transfor aktif menembus segala dinding dari lipoprotein dan fosfolipid, sampai ke rumah si mitokondria. “tok..tok..tok..!” 70
Pintu mitokondria diketuk dan masuklah glukosa. “Ada perlu apa?” tanya mitokondria, “Perlu energi!” Tanpa basa-basi diapitlah glukosa ditabrakan saja dengan enzim, kalau mau kenal namanya heksokinase, sekonyong-konyong ATP ikut melabrak sampai fosfornya nempel satu ke glukosa. Glukosa yang penyok sana-sini berubah wujud jadi fruktosa-fosfat. Belum apa-apa dia sudah kena labrak ATP bareng fosfofruktokinase sampai nempel lagi itu satu fosfor, berubahlah fruktosa-fosfat jadi fruktosa-difosfat. Si fruktosa-difosfat yang sempoyongan kena tabrak, nabrak si fruktosa difosfat aldolase sampai belah menjadi dua, yang satu jadi dihidroksi aseton fosfat dan satu lagi jadi gliseraldehid fosfat. Sampai di sini, marilah cerita salah satunya saja, yaitu gliseraldehid fosfat, karena si dihidroksi aseton fosfat amat lemah tanpa kuasa. Gliseraldehid fosfat yang lahir dari belahan fruktosa-difosfat keliling beberapa nanodetik di dalam rumah mitokondria, tiba-tiba ditembak fosfor. Setelah itu elektron juga ditembakkan oleh NAD plus. Fosfor menembus dadanya dan bersarang di sana, sedang elektron menyerang kepala aldehidnya jadi karboksilat. Jadilah dia difosfogliserat. Di luar sungguh panas, tambahlah panas ketika fosfogliserat kinase mengambil fosfor dari difosfogliserat untuk dikasih ke ADP. ADP yang dapat fosfor langsung berlari dan berubah menjadi ATP, yang punya banyak energi. Suasana tegang, gara-gara fosfornya dicabut, difosfogliserat jadi tinggal punya satu fosfor, namanya tentu harus diganti. Bubur merah-bubur putih tak sempat dibuat, karena nama fosfogliserat untuk ganti namanya difosfogliserat, jadi tinggal nama. Karena setelah dimutase, yang fosfatnya digeser sedikit, dia kena fosfopiruvat kinase jadi lah dia fosfoenol piruvat. Si fosfoenol piruvat dibujuk piruvat kinase buat memberi fosfor ke ADP. Si fosfoenol yang baik hati pun merelakan fosforya untuk ADP yang kemudian berubah menjadi ATP (setelah diberi fosfor). Karena kehilangan fosfor, tak layak lagi menjadi fosfoenol piruvat (karena tidak punya fosfor), maka orang biasa memanggil dia hanya piruvat. Saat menjadi piruvat, dia keluar sebentar untuk menghilangkan kejenuhan, melihat sekitar rumah mitokondria. Dia mencari-cari peran baru yang cocok, misalnya apa mau jadi asam amino atau masuk ke siklus asam sitrat. Kalau misal dia jadi asam amino dia harus mengajukanlah lamaran ke bagian anabolisme. Sedang kalau mau berputar-putar dalam siklus asam sitrat, dia harus mencari koenzim A yang masih single untuk jadi pasangan. Dari asam aminolah tumbuh segala protein, dari proteinlah dibangun semua organel sel, dari sellah tumbuh jaringan, dari jaringanlah tumbuh organ, dari organlah tumbuh makhluk. Tapi, jangan salah, ada makhluk yang cuma butuh sel untuk disebut makhluk, seperti bakteri. Sedang bila masuk siklus asam sitrat, piruvat bersama koenzim A, berkeliling bersama dalam lingkaran berubah-ubah wujud dalam siklus. Pasangan piruvat dengan koenzim A menyatu jadi asetil koenzim A, yang kemudian masuk siklus: jadi sitrat yang jadi cis-akoninat yang jadi isositrat yang jadi alfa ketoglutarat yang jadi suksinil koenzim A yang jadi suksinat yang jadi suksinat yang jadi fumarat yang jadi malat yang jadi okslaoasetat yang jadi sitrat jadi cis-akoninat yang jadi isositrat yang jadi alfa ketoglutarat yang jadi suksinil koenzim A yang jadi suksinat yang jadi suksinat yang jadi fumarat yang jadi malat yang jadi okslaoasetat. Sampai habis tak akan berhenti ini siklus. Dari siklus didapat karbondioksida yang keluar lewat mulut kita. Dan jangan lupa, sama si NADH, FADH dan GTP yang bisa jadi si ATP berenergi tinggi. ****** Kring…Kring….Kring….. Bunyi alarm membangunkanku. Ternyata ini sudah jam 9 malam. Wahh aku bermimpi tentang proses pencernaan nasi. “Hahaha,” aku tertawa dalam hati.
71
Ternyata dalam keadaan tidak sadar pun otakku masih mau belajar. Yahh..memang tugas, ujian, laporan, dan kuis selalu menjadi mimpi buruk di hidupku dua tahun belakangan ini. Mungkin ini kisah hidup yang tidak akan pernah terlupakan dalam hidupku. Sesaat aku merenung. Mungkin mimpi tadi bukan sekedar mimpi. Kisah hidup sebutir nasi tadi bisa dijadikan pelajaran dan semangat buat hidupku. Dari sebutir nasi yang kecil bisa menjadi ATP yang berenergi tinggi. Seperti kita dari anak kecil yang tidak tahu apa-apa menjadi seseorang yang berpengaruh besar bagi bangsa dan negara. Namun tentunya perubahan itu tidak instant. Harus ada proses yang dilalui. Dari nasi harus dihancurkan, dilumat, dan dialirkan sedemikian rupa baru menjadi energi. Aku juga harus seperti nasi. Harus tahan menghadapi cobaan berupa tugas, ujian, laporan, dan kuis yang terus meneru tiada akhir, hingga pada akhirnya bisa menjadi orang yang benar-benar matang, bisa berguna bagi keluarga, nusa, bangsa, dan orang lain. Semoga kisah ini juga bisa menjadi pelajaran berharga bagi orang lain, tidak hanya berharga bagi saya. --------------
Sekian --------Dyas Semiartya Kristi/F24061484
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- ~**~Memory to Remember~**~ Saturday, June 24, 2006 KELAS 1: [ ]MOS Waktu Fenny masi cupu" nya, huehe. Yang ngebetein (smua di hari pertama neh?!)> 1.Fenny telat, kena hukuman dr kk senior yg galak. 2.Lupa Bawa topi, kena hukum lg, weks. 3.Culun bgt, semua rambut dikepang tiga (sesuai tgl lahir), kacau d, jelek abiez.. Soalnya ga tau klo rambutnya bole disisain, Fenny kira smua rambut mesti dikepang. Bgtu tau klo rambutnya bole disisain, bah, guondok bgt!! Yaud, hr kedua lgsg Fenny urai aj tuh rambut, cm kepang kecil disamping.. [ ]Kebakaran Fenny inget bgt, wktu kbakaran ini kelas Fenny harusnya ulangan bio ma P' Yulianto. Trus tiba" ad bunyi meledak gtu dr pintu msk dpn. Pas diliat ternyata power supply (atw entahlah ap namana) meledak, nyamber kena yg laen, tmasuk motor" murid yg parkir dket situ.. Klas Fenny di plg ujung yg laen, jd anak" ms pd tenang. Naethen dudutz, waktu tau kebakaran dy malah ketawa", tp bgtu diingetin ttg nasib yg bakalan menimpa motornya dy lgsg, "Oh iya! Motor g!!", he.. Kasian dy. Tp skul qta itu gpp koq, cm ad bagian yg sdkt angus, hue. Besokannya skul diliburin beberapa hari. KEL AS 2: [ ]Kena skors seminggu, gara" Emotional Breakdown Book (chat book) Klo ini bneran kasus serius, seminggu skorsing, ga bole ikut pelajaran, ga bole ikut ulangan.. Mana minggu itu lg bnyk"nya ulangan, klo ga salah sepuluh ulangan nilainya nol smua. Fenny yg seblumnya ga pernah pny nilai merah lgsg dpt 3 nilai merah, pelajaran mafia, pelajaran mayor Fenny di ipa, bayangin aj. Gila, Fenny sempet stres gr" neh mslh. Fenny yg bikin tuh buku ktangkep, wktu pelajaran P' Leksi. Wktu itu klas lg ribut"nya, Fenny lg mao ngoper tuh buku k Kenny, Fenny pikir aman aj klo Fenny lempar tuh buku soalny P' Leksi lg ngadep papan tulis + klas lg ribut bgt.. Tnyata tb" P' Leksi nengok dan ketauanlah tuh buku, huf.. Fenny wktu itu bner" ngerasa bersalah bgt (bkn ma guru" yg diejek di buku itu -soalnya Fenny ga ngejek" guru ma skali, eh, ad d dikiit, uehehe, maaf ya-, tp ma tmen" yg ikut 72
'berpartisipasi' dlm tuh buku). Soalnya gr" kasus ini nilainya pd ngedrop smua kecuali Tionk, yg tetep aj jd rank 2 di klas walaupun kna skors *Cck"*. Tp skrg neh kasus jd kenangan terindah dlm masa SMU Fenny, huehe. Saat dmana qta selalu trying to break every single rules dgn cara apapun, bahkan di klas ipa (walaupun dikasi julukan kelas ipa yg berjiwa ips ma guru") tuh.. Seru dan menegangkan! Lolz! ~WANTED: Eight Suspects~ [ ]Naek k klas 3 Gara" bis kena skorsing, naek kelas yg tdnya biasa aj jd bner" melegakan.. Hue. KEL AS 3: [ ]Study lapangan k Baduy Perjalanannya seh lmyn cape, aplg waktu jln kaki ke Baduy dr kampung terdekat. Bneran jln kaki, dengan barang bawaan bgtu bnyknya, murid" ga diperbolehin nyewa tukang buat angkat brg.. Pegel. Tp k Baduy tuh merupakan pengalaman yg ga bkl Fenny -mgkn tmen" Fenny yg laen jg- lupakan.. Waktu k sungai buat ngambil sampel airnya dll bwt makalah bio Fenny sempet"nya kecemplung lg, haizz.. Bikin malu >< Fenny kepleset gara" mao ngejar si Pengkor, hue. Bis itu si Pengkor malah ngetawain lg, huh! Dsr dy.. Si P' Yakub jg! Wew, kejamnya T_T Trus karena ud terlanjur basah dan baju kotor, Fenny memutuskan ikut anak" yg laen buat maen aer di sungai (klo bwt anak co seh bkn maen aer, tp mang mandinya dstu). Sungainya ga bner" bersih seh, malah anak" yg laen blg sering ngeliat "torpedo" lewat di dpn mereka wktu mrk mandi, hii.. Wakaka. Tp yaudlah, gpp, bis itu kan Fenny mandi lg. Hueheuhe. [ ]Wisuda Soal wisuda ini nanti Fenny ceritain 1 judul khusus di blog selanjutnya ya.. Hehe.
We Will Still Be Friends Forever.. Tuesday, April 17, 2007 Ktemu Lukito td di Gramed. Wew. Awalnya Fny ga sadar itu sapa, co yg sempet merhatiin Fny wktu Fny lg liat2 majalah. Dy persis di sebrang Fny. Trus setelah saling tatap-menatap sesaat, akhirnya dy memalingkan pandangannya dr Fny. Fny jg masi ga sadar, blom ngeh itu sapa, jd Fny ms ngeliatin dy. Beberapa detik kemudian baru Fny sadar klo itu Luki! "Luki!!", aw, saking excited nya majalah yg lg Fny pegang lgsg Fny banting. Hahah. Fny rasa dy jg ud mikir wktu ngeliat Fny, tp dy ragu2. Wktu Fny panggil dy, dy yg lgsg megang jidad gtu, ahaha! Hm, sbnernya dy ga jauh berubah dlm penampilan, cm keliatan lebih tua aj. Luki: "Masi ngenalin g aj u.." Fny : "Ya iyalah.." Luki: "G aj ud ga ngenalin u" Fny : (Gmn reaksi sewajarny wktu ad org blg bgtu dgn jujurny) "Ey!" Luki: "U berubah gila! Dulu masi kecil!" Fny : "Jelaslah, masa ga berubah-ubah seh.." Luki: (Dgn nada yg seru gtu d) "Ud taon brp skrg cb??" Fny : (Sbnerny tau mksd dy nanya gtu, dan tau pertanyaan itu cm retorika) "2007.." (Sama2 ketawa) ... Qta akhirnya ngobrol2 sbntar. Bner2 sbntar klo dibandingin sama lama qta ga ktmu. Kyknya kurang lebih ud 6 taonan d Fny ud ga ktmu ma dy.. Whoa. Perubahan yg keliatan bgt dr dy, dy jd sdkt lebih formal. Wktu akhirnya qta sama2 sadar, hal yg pertama kali dy lakukan adalah ngajak Fny salaman! Haha. Klo dulu, ga mgkn seorg Lukito yg slengean bs bgtu. Tampaknya pengaruh umur, terus jg kebawa2 kebiasaan wktu kerja tuh. Umur brp y skrg dy, mgkn 22 atw 23th..? Dulu wktu Fny SMP 1, dy ud SMA brp ya.. Lupa. Haiz. Tapi semua kenangan yg Fny dpt wktu qta ngumpul brg ga bakal Fny lupain.. Ga mgkn Fny bs lupa.. 73
Kangennya.. Huaa. Akhirnya dy pamit sm Fny, "G duluan y Fen." Fny jwb, disertai dgn senyuman tentunya, "Ya.. Salam ya buat yg laen! =) Bye.." 7:49 PM // Out of th e darkne ss and i nto the sun Fenny Suprioto/F24061488
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Syukur…. Perkenankanlah aku untuk menggoreskan sebuah tinta hitam di putihmu. Agar aku bisa memberi warna dalam kesucian hatimu dan tuluskah engkau menerima ini sebagai tanda ungkapan suara hatiku yang selalu merindukan pelukan sang pencipta, sang pemberi cahaya yang selalu menerangi kehidupan alam semesta raya. Hatiku bergemuruh bagai suara ombak yang menghantam bebatuan, selalu bersorak sorai menyerukan rasa syukur kepadaNya. Aku adalah makhluk yang tercipta sebagai manusia yang sempurna bahkan terlalu sempurna karena adanya limpahan kasih sayang dari keluargaku. Rasa itu muncul dari dalam diri terhadap apa yang telah mereka ajarkan dan tanamkan dalam jiwaku. Ayah dan bunda adalah orang yang sangat berarti bagiku, memberikan segalanya demi kebahagian anak-anaknya,meski dia menderita,tetapi menurutnya kebahagiaan anaknya adalah yang terpenting. Aku sungguh iba dan terharu melihat, mendengar,dan menyaksikan mereka membanting tulang demi aku. Mereka ingin aku supaya menjadi anak yang bahagia dan sukses nantinya. Saat seperti inilah aku ingin menangis sekuatnya dan ingin teriakan pada dunia, bahwa aku sayang mereka tetapi kenapa aku tak pernah bisa mengungkapnya. Katakata itu tercekat begitu saja diujung tenggorokanku. Aku ingin menjadi Delisa yang dengan mudah mampu mengungkapkan kata sayang itu kepada ayah dan ibunya. Sampai saat ini aku belum bisa melakukan sesuatu yang bisa membuat mereka tersenyum dan bangga terhadapku. Aku hanya bisa mendoakan mereka dari jauh walaupun menurutku itupun tidaklah cukup untuk membalas pengorbanan mereka. Bunda yang telah mengandungku selama 9 bulan lamanya, membawaku dalam segala hal kemana pun dia pergi. Ayah yang telah membanting tulang untuk hidupku dan keluargaku. Sampai aku dilahirkan kedunia ini, mereka yang merawatku, menyayangiku, membesarkanku dengan penuh cinta dan tanpa kata lelah. Pengorbanan mereka begitu besar kepadaku tak bisa aku gantikan dengan hal apapun. Mereka yang selalu menemaniku dalam kesunyian, kesedihan, kegelapan dan memberi arti kehidupan, serta selalu menuntunku kearah kebajikan. Aku juga mempunyai dua orang kakak perempuan yang selalu sayang kepadaku. Mereka selalu memompa semangatku saat diriku terjatuh. Kami saling pengertian dan saling berbagi cerita di saat sedih ataupun senang. Meskipun kita jauh tetapi tiada jarak tuk memisahkan kita tuk bersama. Aku sangat senang memiliki mereka yang sangat peduli terhadapku. Seiring berjalannya waktu aku tumbuh dan terus tumbuh seperti pohon yang menjulang tinggi dan merebakan daunnya. Aku ingin menjadi anak yang membanggakan, dan dapat menjadi tumpuan mereka di masa tua kelak. Di mataku mereka adalah orangorang yang special, sempurna, dan segalanya bagiku. Sungguh beruntung diriku karena aku masih memiliki keluarga yang lengkap dan sayang padaku. Dan aku bersyukur kepada-Mu Tuhan karena ku memiliki keluarga yang sangat luar biasa, tanpa mereka aku bagai rumput liar yang hidup di padang pasir. Mungkin hanya ini yang bisa kutorehkan dalam lembaran putihmu. Semoga ini menjadi saksi curahanku. Siti Kholifah/F24061489 74
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Ada pepatah, “Jadikanlah pengalamanmu sebagai pelajaran berharga”. Tapi bagaimana, ya? Aku tidak suka mengingat-ingat pengalaman pahit. Lebih menyenangkan jika otakku hanya menyimpan pengalaman menyenangkan yang dapat membangkitkan semangat dan selalu menjadi motivasi untuk kehidupan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, aku ingin sekali menceritakan salah satu pengalamanku yang menyenangkan, yaitu pada saat menjadi OSIS di SMA. OSIS di SMA ku, Kolose Loyola mungkin tidak sama dengan OSIS di sekolah lain. Kami menyebut OSIS adalah DKKL yang merupakan singkatan dari Dewan Keluarga Kolese Loyola. Tugas DKKL ini mirip dengan OSIS di sekolah lain, yaitu mengkoordinasi seluruh kegiatan non-akademik yang dilakukan di sekolah, namun selain itu sekaligus juga menjadi penyalur aspirasi bagi semua murid di sekolah. Jadi gabungan antara OSIS dan MPK (Majelis Permusyawaratan Kelas) begitu. Keunikan lainnya adalah, DKKL ini HANYA BERJUMLAH 9 orang, yang komposisi pastinya adalah 6 orang laki-laki dan 3 orang perempuan. Dari segi pemilihannya, DKKL dipilih melalui serangkaian kegiatan seperti pemilu. Ada pencalonan dari tiap kelas, wawancara, Latihan Dasar Kepemimpinan, kampanye, debat, dan akhirnya dilakukan pencoblosan (pemilu). Di setiap tahap, ada calon yang tereliminasi. Jadi, kandidat yang terpilih menjadi DKKL selain harus mendapat dukungan dari teman-teman, guru, karyawan, pastinya juga harus berkompeten, tahan mental, dan tahan uji (Wooow...). Persaingan untuk menjadi DKKL sangat-sangat ketat. Hampir separuh teman-teman mendaftar. Tentu saja, bisa menjadi 9 orang ‘paling dikenal’ di sekolah, selain menyenangkan, pasti juga bakal mendapat segudang pengalaman. Bagi anak-anak yang ‘bandel’, juga bisa dijadikan jalan untuk sering ‘cabut’ (ha...ha...ha...) karena DKKL ini mempunyai hak untuk tidak mengikuti pelajaran jika sedang mengurus suatu acara. Namun tentu saja konsekuensi ‘cabut’ dari kelas ditanggung sendiri. Ketinggalan pelajaran, misalnya. Kandidat untuk DKKL hanya diperuntukkan bagi siswa kelas 2 (sekarang kelas XI) dan masa jabatannya hanya satu tahun. Jadi, kesempatan untuk jadi DKKL hanya satu kali saja. Untuk menjadi pendaftar, syarat awalnya, kelas harus mendukung kandidat itu, karena kandidat tiap kelas harus terpilih berdasarkan rapat kelas. Waktu itu, teman-teman sekelasku mendukungku. Bahkan mencalonkanku untuk ikut sebelum aku mencalonkan diri. Mungkin karena aku pernah menjadi ketua kelas sewaktu kelas 1. Jadi, teman-teman sudah pernah melihat kinerjaku. Aku jadi bangga. Ha...ha...ha... Seleksi tahap pertama adalah membuat karya tulis dan mengisi formulir. Berdasarkan seleksi karya tulis dan formulir tersebut, aku berhasil lolos ke tahap selanjutnya, yaitu wawancara. Nah, tes wawancara ini menjadi salah satu seleksi terseram. Bayangkan saja, yang mewawancarai adalah guru, DKKL sebelumnya, dan petinggi sekolah (kepala sekolah atau wakil kepala sekolah, tergantung seberapa besar keberuntunganmu). Tapi menurutku sama saja, walaupun ada beberapa tim pewawancara, semua pewawancara yang dipilih adalah orang-orang yang kritis. Aku ingat sekali waktu itu aku kebagian urutan terakhir. Bisa dirasakan betapa dag dig dug-nya aku. Apalagi teman-teman yang keluar dari ruang wawancara rata-rata tidak tersenyum dan cenderung no-comment. Aku mulai diwawancarai saat hari sudah sore. Capek, lelah, cemas, semuanya sudah bercampur jadi satu. Untungnya, aku cukup puas untuk wawancara yang aku jalankan. Walaupun aku pasrah karena setelah ini, eliminasi kandidat besar-besaran akan dimulai dan BERDASARKAN KOMPOSISI. Jadi, peluang kandidat perempuan tentunya lebih sedikit. Beberapa hari kemudian lega rasanya melihat namaku tertulis di pengumuman hasil seleksi. Tapi lega dan senang-senangnya harus ditunda dulu karena seleksi berikutnya sudah di depan mata. Singkat cerita, pada akhirnya aku terpilih menjadi satu-satunya kandidat untuk mewakili kelasku. Mulai saat inilah, aku mendapat pengalaman yang tak terlupakan. Aku harus melakukan kampanye, debat massa, dan debat terbuka. Pokoknya seperti calon presiden. Aku sangat terharu sewaktu teman-teman sekelasku merelakan 75
waktunya hingga malam untuk membuat atribut kampanye. Bahkan pada saat jam pelajaran, kami semua kompak curi-curi waktu untuk membuat atribut! Kelas kami juga jadi seperti hutan karena untaian pamflet-pamflet yang belum terpasang (karena belum memasuki jadwal pemasangan pamflet, jadi pamfletnya kami pasang di kelas dulu. He...he...). Mereka juga rela berteriak-teriak mempromosikan aku selama seminggu kampanye. Aku sendiri lebih memfokuskan untuk memperkenalkan diri kepada anak kelas 1 yang notabene belum kenal dekat dengan kakak-kakak kelasnya. Masa kampanye benar-benar berlangsung seru sekali. Setiap kelas berlomba-lomba mendukung kandidatnya. Walaupun para kandidat sebenarnya bersaing secara sehat, tidak main ‘sikut’ atau ‘serang-serangan’. Kami para kandidat justru cengar-cengir bareng ketika massa tiap kelas heboh sendiri. Debat massa dan debat terbuka juga seru. Bukan hanya anak-anak, tapi guru dan karyawan juga ikut mendebat. Ada satu kejadian lucu waktu itu, yaitu ketika salah satu kandidat di’habisi’ gara-gara di program kerjanya menulis tanggal 30 Februari. Padahal tanggal 30 Februari kan tidak pernah ada. Hi...hi...hi... Tiga hari sebelum pencoblosan (bukan pencontrengan!), kandidat mengikuti Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK). LDK ini benar-benar berat. Selain materinya yang membuat mataku ‘berat’ (ngantuk....), pikiran dan fisik juga terkuras. Kami semua dituntut untuk mensimulasikan bagaimana mengelola suatu acara, terutama dalam perencanaannya. Tapi aku sangat senang jika sesi permainan tiba. Seruuuuu sekali. Walaupun kami dituntut serius, tapi sebenarnya pribadi kami (dan anak-anak SMA Kolese Loyola) adalah ceria dan humoris. Jadi, sesi permainan langsung jadi ajang hahahihi. Satu hari setelah LDK selesai adalah waktunya pencoblosan. Aku sendiri tetap seperti sikapku sebelumnya : pasrah tapi tetap optimis. Kepasrahanku beralasan. Dari 6 kandidat perempuan yang tersisa, hanya akan dipilih 3. Selain itu kandidat lain juga luar biasa, menurutku. Hari itu juga, pengumuman hasil perhitungan suara keluar (enggak usah pake quick count, lho!). Tanpa kuduga, aku berhasil masuk 3 besar suara terbanyak untuk kandidat perempuan. Walaupun aku berada di urutan ketiga, sih. Tapi itu sudah cukup untuk membawaku duduk di kursi DKKL. Setahun menjadi DKKL adalah pengalamanku yang sangat berharga dan menyenangkan. Diluar betapa beratnya kami mengkoordinasi acara sekolah sekaligus mempertahankan prestasi belajar, ada banyak sekali pengalaman menyenangkan. Misalnya saja sewaktu MOS angkatan baru. Kami serasa jadi artis. Ya iya lah, semuanya kan wajib mencari tanda tangan DKKL.... Acara ini sering dipakai jadi ajang usil kami mengerjai adikadik kelas. Biasanya, sebelum memberi tanda tangan, adik-adik kelas yang masih lucu-lucu itu kami suruh menyanyi “Balonku” dengan lafal “O” semua atau kami suruh menyanyi sambil menari. Kalau aku, sih lebih memilih cara yang lebih edukatif, yaitu dengan menanyakan pelajaran. Aku ingat betul ketika aku bertanya “Apa istilah biologi tulang paha?” ke salah satu adik kelas yang minta tanda tangan. Dia sudah mencoba menjawab sepuluh kali tapi tetap saja salah. He....he.... Akhirnya ya tidak kuberi tanda tangan (kejam nggak, sih?). Tapi hikmahnya, adik kelas yang kutanya itu, sampai sekarang masih ingat kalau istilah tulang paha adalah ‘femur’. Hi...hi...hi... Kalau ketemu dia, pasti deh kata-kata pertama yang terucap bukan ‘halo’ tapi ‘femur’. Ha...ha...ha... Hampir seminggu tiga kali kami selalu rapat. Baik rapat serius maupun hanya rapat yang ujung-ujungnya becandaan karena seru sekali kalau kami bersembilan sudah berkumpul. Tapi walaupun kami bersembilan dekat, kami bukan geng lho. Kami justru harus membaur dengan teman-teman supaya dapat menjadi penyalur aspirasi mereka. Salah satu aspirasi yang kami perjuangkan adalah mengenai rambut gondrong bagi siswa laki-laki. Sekolahku itu murid-muridnya sangat demokratis, kritis, bukan tipe ‘cupu’ seperti gaya Einstein. Mereka ingin sekali diperbolehkan berambut gondrong dengan berbagai alasan yang logis. Sebenarnya ini isu lama. Tapi hingga saat kami menjadi DKKL, pihak sekolah tetap melarang siswa berambut gondrong saat ujian. Hanya saat ujian, sih. Tapi tetap saja karena ujian adalah tiap enam bulan sekali, rambut anak-anak cowok tidak pernah panjangpanjang. Iya dong, begitu panjang sedikit, eh besoknya ujian, dipotong deh. Ha...ha...ha... Bahkan ada satu kakak kelasku yang ingin sekali berambut gondrong akhirnya entah saking 76
jengkel, frustasi, atau bentuk protes, malah menggunduli rambutnya (maunya gondrong kok ujung-ujungnya malah gundul? ^ ^) Pengalaman seru lainnya adalah saat kami bersembilan ke Yogyakarta bersama untuk menghadiri pernikahan guru kami. Kami berangkat dengan dua mobil dan kami menyetir sendiri dari Semarang hingga Yogya. Kami begitu niat karena selain ingin menghadiri pernikahan guru kami, kami juga mau JALAN-JALAN!! Yogya kan tempat yang menyenangkan untuk tujuan wisata! Kami sengaja mencari penginapan kelas melati dan cuma menyewa dua kamar (untuk cewek dan cowok) supaya hemat. Jadilah uang kami bisa dipakai untuk shopping-shopping ke Malioboro dan Pantai Parangtritis. Aku ingat betul ketika kami makan rujak bareng-bareng sambil dihembus angin pantai di Parangtritis. Ingat, ya, makannya rujak, bukan es kelapa! Lucu kan? Ha..ha...ha... Oya, diantara kami bersembilan, sebenarnya tiga diantara kami memiliki nama panggilan yang sama, lho, yaitu “Benny”. Hal ini menjadi hal unik mulai dari ketika kami kampanye hingga untuk mengusili adik kelas saat MOS (kembali ke MOS lagi....). Lucu nggak, sih kalau sewaktu perkenalan : “Nama saya Benny” “Nama saya Benny” “Nama saya juga Benny” Akhirnya kami membuat nama sebutan baru. Ada yang dipanggil “Benjo”, “BennyPur”, dan “Benny”. Tapi insting usil kami tetap jalan dong. Sewaktu MOS, trio Benny memperkenalkan diri sebagai Benny. Jadilah adik-adik kelas yang baru masuk itu kebingungan. Apalagi ketika disuruh “Ayo, lapor ke kak Benny!” atau “Minta tanda tangan kak Benny” atau “Tolong panggilkan kak Benny”. Untuk Andhika “Comboth” Bagus Hermana, Benyamin “Benny” Adhi Susanto, Bennydictus “Benjo” Ari, Benny “BennyPur” Purwanto, Kartika “Tikati” Mediani, Diana “Nonik” Liesna, Sebastianus Raditya “Didi” Narendra, Rio “Ori” Wijaya Chriswandi, aku, Stella “Ste” Kristanti Kurniawan merindukan saat-saat kita bersama. Walaupun kalian ada yang sekolah jadi pilot, kuliah di Semarang, Bandung, Jakarta, Amerika, New Zealand, aku berharap suatu saat kita bersembilan bisa kumpul bareng lagi. Aku cukup menyesal ketika aku harus masuk IPB lebih awal gara-gara USMI sehingga tidak sempat ikut jalan-jalan bareng kalian. Tapi enggak apa-apa. Sekarang sudah ada ‘facebook’! Jadi, kita tetap bisa keep in touch, deh. Terima kasih juga untuk kalian yang sudah membeli dan mengomentari novel perdanaku “Four Freedom in My World”. Jangan lupa nantikan dan beli novel karanganku berikutnya. Pokoknya, terima kasih buat semua dukungan kalian. Aku juga mau minta doa dan dukungan kalian lagi karena pada bulan Oktober 2009-September 2010, aku akan exchange ke Jepang selama setahun. Jadi, saat kalian sudah lulus, aku belum..... (hoa..hoa..hoa...). Akhir kata, aku juga mau berterima kasih untuk Pak Yadi yang sudah memberikan tugas MPPI untuk menceritakan salah satu pengalaman hidupku. Awalnya aku berpikir ‘Ngapain, sih disuruh buat karangan segala? Buat UsPen dan slide presentasi saja sudah repot!’ Tapi ketika aku mulai mengetik satu paragraf.... dua paragraf.... aku justru menikmatinya. Aku bernostalgia lagi dengan masa-masa SMA ku. And believe it or not, aku mengetik pengalaman ini sambil menahan air mata haru mengingat kebersamaan kami saat menjadi DKKL. Mungkin pengalaman yang bisa kuceritakan saat ini hanya bisa menjadi beberapa halaman. Namun sebenarnya, saat mengetik ini, semua memoriku terbuka dan memenuhi pikiranku. Rasa suka, duka, haru, lucu, konyol, menegangkan....semuanya muncul. Aku pasti akan mengingat tugas ini menjadi salah satu tugas terunik selama aku di IPB! Terima kasih...... Stella Kristanti Kurniawan/F24061492
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- 77
Pergi ke Jogja bersama teman-teman.. Ini pengalaman pertamaku pergi ke luar kota selama beberapa hari bersama temantemanku. Subuh itu..jam menunjukkan jam 4 pagi. Saya dan yang lain bertemu di bandara Soekarno-hatta untuk sama naik pesawat jam 5.45. kami tiba di bandara Adi Sutjipto jam 7 dengan disambut oleh lambaian tangan seorang gadis yang berperawakan cantik dengan dengan badan yang cukup atletis (hehe..). dia adalah Daisy alias Desonk begitu kami biasa menyebutnya. Desonk adalah teman kuliah kami, teman seperjuangan dalam melewati masa-masa yang luar biasa di IPB. Kami langsung menuju parkiran untuk menaikkan barang ke mobil. Oya, tak lupa saya akan mengenalkan sosok orang yang menjadi supir kami yang luar biasa hebat, yaitu Om Bentong. Dia hafal jalan dari klaten-jogja-solo-semarang (Hebat kan..!!). Kami sampai di Jogja dengan perut lapar karena di bandara pagi itu belum ada yang tempat makan yang buka. Oleh karena itu, sarapan menjadi pembuka Vacation trip kami. Mobil melaju ke sebuah jalan kecil yang penuh dengan rumah makan Gudeg khas Jogja. Dari sekian banyak kami diberitahu satu rumah makan langganan dari keluarga Desonk untuk jadi pelabuhan perut kami.(ga sebut merk ah.. kan saia tak dibayar buat iklan.. hehehe). sayang saya ga gitu cocok dengan gudeg, soalnya lidah ini lebih cinta rasa asin (haha..). Selesai makan kami berangkat menuju Magelang untuk ke candi Buddha terbesar di Indonesia, yaitu Candi Borobudur. Tapi ternyata Om Bentong dan Daisy mengajak makan lagi sebelum ke Borobudur. Kami mampir dulu ke Muntilan untuk makan di warung kecil yang menjual nasi brongkos dan pecel. (Nah.. ini nich bagian yang gw ga demen. Giliran yang laen pada makan nasi brongkos gw kaga bisa makan gara2 gw kaga makan sapi. hehe.. takdir.. takdir.. haha.. jadilah gw makan pecelnya, padahal semuanya pada makan itu brongkos.). Lanjut dari sana kami semua baru ke Borobudur. Setelah menikmati foto-foto di borobudur, kami bergegas pulang ke Klaten. Karena sejalan dengan Candi Prambanan, kami mampir dulu ke sana sebelum pulang ke rumah Desonk. Tapi sayang Candi Prambanan masih dalam masa pemugaran karena gempa yang terjadi beberapa tahun lalu di sana. (tapi tetep foto2 mah kaga ketinggalan.. muka mengkilap.. badan lengket dan bau bukan halangan buat tetep eksis and gaya.. haha.. sampe ada bule yang ngetawain coba.). Kami baru benar-benar pulang setelah jalan di Prambanan. Kami menyapa orang tua Desonk dengan wajah bahagia dan perasaan penuh rasa terima kasih karena diberi tempat menginap terluas dengan kapasitas 7 orang dan sarapan gratis tiap pagi. (tempat menginap termewah dengan harga paling murah yang cuma ada di Klaten, menginap 7 hari 6 malam dengan harga gratis..tis..tis.. secara rumah Desonk.. hahaha..). Kami semua bagaikan setansetan kelaparan yang tiada kenyangnya hari itu. Makan malam kami bersama-sama dengan om dan tante, nama makanannya mie cupluk. Mie cupluk sejenis mie jawa tapi digodog dan disajikan berkuah. Kalau di Jakarta mungkin bisa dibilang mie tek2. (Hebatnya adalah warung ini ga ada yang komplain biarpun makanannya dateng sejam setelah pesen.. kompor arangnya cuma 2 sich.. dah gitu cuma disini kita bisa makan dengan sensasi salju lokal ala warung mie cupluk. Mie cupluk ini adalah makanan terfavorit gw di hari pertama ini.). Selesai dari situ kami makan lagi di nasi kucing di deket rumah Desonk. Wah..sori nich yang Kaliurang kelewatan, gw lupa banget tadi pas maw diedit dah bingung. Jadi gw ceritain disini aja ya.. kami ke Kaliurang untuk lihat air terjun and makan wajiq. Disini gw juga nyobain sate kelinci, tapi kurang memuaskan soalnya agak alot. Yang paling oke itu saat-saat dimana ada monyet maw ngejambret plastik isi wajiqnya stefanus.dia teriak “MONYET..!”. sejak itu bahkan sampe setelah pulang lagi ke Jakarta, dia masi latah “eh..Monyet”. haha… Hari kedua Hari kedua adalah harinya pantai dan Malioboro. Sarapan kami lakukan di warung nasi gudangan di Jl. Mayor Kusmanto, Klaten. Pantai yang kami kunjungi adalah pantai Sundak, Baron,dan Kukup. Makan siangnya di seafood yang ada di pantai Baron. Ikanikannya harus dibeli dulu di pasar baru nanti dimasak sesuai keinginan kita bumbunya. 78
Pencuci mulut siang itu adalah es kelapa. (Best moment..di pantai minum es kelapa). Cuaca siang itu kurang bersahabat, angin kencang disertai hujan yang tidak menentu membuat kami mawas diri untuk bergegas ke mobil jika hujannya besar. Angin kencang, sangat kencang kalau saya bilang tidak menyurutkan keinginan kami untuk berfoto. Kami tetap bernafsu walaupun rambut dah kaya medusa karena ketiup angin. Makan malam dan belanja di Malioboro adalah penutup malam itu. (moment yang paling lucu hari ini adalah Oneng ngejatoin barang belanjaannya sendiri pas lagi foto2, tapi dia ga nyadar. Malah cengo pas dibilangin, kaya orang bis kehilangan kesadaran. haha…). Hari ketiga sampai hari kedelapan sorry banget ga bisa dilanjutin. Soalnya dah waktunya pulang ke rumah. Toko ortu udah tutup, kan gw ga maw ditinggal.. sorry ya guyz.. tapi yang jelas makasih buat pengalaman ini.. makasih buat Desonk and ortunya yang udah baik banget.. Tanpa kalian dan mungkin tanpa gw kuliah di IPB, moment ini ga akan pernah ada dan ga akan sesempurna ini.. thanks.. Richie Rich/F24061494
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Pengalaman Saya Selama Kuliah di Bogor Ketika masuk IPB saya mengincar jurusan Ilmu Komputer karena saya menyukai pelajaran matematik dan saya ingin mengaplikasikan ke teknologi komputer. Dosen matematik saya sering mengatakan bahwa kemajuan teknologi suatu negara dapat dilihat dari kemajuan matematiknya. Selain itu keluarga saya mendorong saya untuk masuk jurusan Ilmu Komputer karena nantinya saya akan bisa mengembangkan usaha bibi saya yaitu cetak foto pada berbagai media seperti kaos, tas, mug, pin, dompet, dan sebagainya. Saya menganggap bahwa seorang mahasiswa Ilmu Komputer harus memiliki komputer. Hal inilah yang menghambat saya untuk masuk departemen Ilmu Komputer IPB. Ketika masa pemilihan jurusan, saya mulai berminat untuk masuk jurusan ITP (Ilmu dan Teknologi Pangan) karena merupakan jurusan terfavorit di IPB, prospeknya bagus, IPK saya mencukupi, dan sesuai dengan mata pencaharian ibu saya yaitu membuat makanan tradisional, serabi, untuk dijual. Karena ITP merupakan jurusan terfavorit maka merupakan hal yang membanggakan apabila diterima menjadi mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan dan bisa meningkatkan semangat belajar. Prospek yang bagus maksudnya bahwa lulusan ITP mudah memperoleh pekerjaan karena banyak mendapat tawaran kerja. IPK saya waktu TPB adalah 3,62 dan saya merasa cukup untuk masuk ITP. Pada kuliah kewirausahaan mahasiwa/i diminta untuk membuat dream book yaitu buku yang dibuat sendiri yang isinya adalah 100 impian diri sendiri. Saya menulis salah satu impian yaitu kue serabi buatan ibu saya memiliki banyak cabang di Indonesia dan luar negeri. Dengan ilmu yang saya dapatkan di ITP dan pergaulan saya berharap bisa mengembangkan usaha kue serabi disamping karir saya di dunia kerja. Untuk itu saya berdo’a agar saya bisa masuk ITP dan Alhamdulillah do’a saya dikabulkan. Selama masa TPB orientasi saya adalah belajar dan ta’lim (mengkaji agama). Saya mengikuti pengajian-pengajian salafi sejak kelas 2 SMA sampai kuliah semester 4. Salafi merupakan suatu pemahaman agama yang mendasarkan pada jalan yang ditempuh nabi Muhammad saw, sahabat-sahabatnya, dan tabi’it tabi’in secara statis. Saya mengikuti pengajian salafi karena hidup saya lebih banyak melakukan maksiat daripada ibadah. Namun ada beberapa hal yang menjanggal dari beberapa buku salafi yaitu diantaranya selalu membid’ahkan (menyalahkan suatu amalan-amalan yang menurut mereka tidak ada keterangan dari nabi Muhammad saw, sahabat-sahabat beliau, dan tabi’it tabi’in) yang kemudian menyesatkan kaum muslimin lain. Saya sempat terlena (keasyikan) dengan debat kusir seperti itu sehingga membuat saya menjadi exclusive dari orang-orang sekitar saya. 79
Hal inilah yang membuat saya sulit untuk bersosialisasi. Selain itu saya juga terbiasa belajar secara otodidak dengan menyendiri di kamar dan membaca buku-buku kuliah tanpa mendiskusikannya dengan teman. Ketika masa akhir tinggal di asrama saya diajak untuk mengontrak rumah bersama beberapa teman sepengajian. Saya belum sempat mencari tempat yang cocok bagi saya sehingga saya menerima saja ajakannya. Tempat kontrakannya cukup jauh dari kampus IPB sehingga saya akhirnya membawa sepeda saya dari Tangerang. Saya merasa kasihan dengan teman-teman satu kontrakan karena mereka harus berjalan menempuh jarak yang cukup jauh. Apalagi ketika ada ta’lim mereka harus mengorbankan waktu mereka untuk ta’lim. Setelah saya masuk ITP, ada beberapa kesulitan yang saya hadapi karena mulai menghadapi pelajaran-pelajaran yang baru ditemui. Saya tidak membeli beberapa slide yang disediakan. Saya lebih baik membeli buku pegangan dan mempelajarinya sendiri. Menurut saya, tidak baik untuk belajar dari slide saja karena tidak akan melatih kita dalam belajar. Selain itu saya mengalami bentrok antara mata kuliah Kimia Pangan dan Perhitungan Dasar Rekayasa Proses. Saya juga mulai ikut berorganisasi dalam kepanitiaan Pelatihan Sistem Manajemen Halal (PLASMA) karena saya ingin berkontribusi dalam kegiatan yang diadakan oleh mahasiswa ITP dan saya pikir ketika kerja saya akan ditanya. Waktu belajar saya tentunya terpotong dan saya harus belajar membagi waktu namun ternyata saya belum bisa belajar dalam waktu yang dipotong tersebut. Selain itu saya masih bersifat exclusive dan sulit bergaul. Namun IP saya turun drastis dari 3,62 menjadi 2,33. Hal ini membuat saya menjadi depresi. Ketika liburan saya mengeluhkan hal tersebut kepada kedua orang tua saya. Lalu orang tua saya mengajak saya untuk berobat ke ustadz Abu Aqila untuk konsultasi masalah agama, diruqyah, dan disehatkan tubuh saya dengan cara dibekam. Ketika semester 4 saya mengajukan beasiswa melalui ibu Waysima ketika itu beliau melihat saya begitu lemas, kurang semangat, dan pucat sehingga beliau meminta saya untuk menemuinya. Beliau ternyata menawarkan saya untuk bekerja di rumahnya untuk memotong rumput 2 minggu sekali. Maksudnya agar saya bergerak dan terlatih.Saya bingung apakah menerimanya atau tidak. Pertama saya menerimanya setelah itu saya membatalkannya dengan alasan takut anjing karena kata beliau dirumahnya ada anjing. Ketika pembagian beasiswa saya menolak beasiswa tersebut karena saya takut berdosa telah menerima dua beasiswa. Ibu Waysima bertemu kedua orang tua saya yang melongok saya ketika itu beliau merekomendasikan agar saya konsultasi dengan psikiater. Pada saat liburan orang tua saya mengajak saya ke Prof. Dr. dr. Dadang Hawari, psikiater. Ketika konsultasi beliau langsung menganggap saya selalu mendengar bisikan-bisikan yang merupakan gejala penyakit skizofrenia. Saya diobati secara holistik yaitu psikofarmaka, psikoterapi (suportif, re-edukatif, re-konstruktif, kognitif, psiko-dinamik, perilaku), psikososial, dan psikoreligi. Sampai sekarang ini saya masih dalam terapi tersebut salah satunya psikofarmaka, yaitu terapi dengan cara diberi obat-obatan. Setelah itu saya meminta beasiswa kembali kepada ibu Waysima untuk membantu biaya pengobatan karena biaya pengobatannya sangat mahal. Pengobatan pertama menghabiskan biaya Rp. 1.711.000. Pengobatan tidak boleh putus artinya setiap hari saya harus mengonsumsi obat-obatan. Salah satu obat yang saya minum adalah obat tidur yang membuat saya tertidur selama dua hari. Obat-obatan itu membuat saya lebih energik. Saya berobat ke pak Dadang Hawari selama tiga bulan karena orang tua saya tidak mampu membayar biaya pengobatan itu. Orang tua saya mencari psikiater lain yang biayanya lebih murah dibanding pak Dadang Hawari. Setelah dapat psikiater lain yaitu Dr. Roam biaya konsultasinya lebih murah yaitu Rp. 200.000 sedangkan biaya obat sekitar Rp. 600.000,00. Saya berobat pada Dr. Roam selama enam bulan karena saya kuliah di Bogor sedangkan Dr. Roam berada di Jakarta. Karena itu orang tua saya mencari psikiater lain di Bogor. Akhirnya saya berobat pada Dr. Amienudin Saad. Saya mulai mengetahui kejanggalan yang terjadi selama ini yaitu saya kurang menyukai jurusan saya ini karena saya belum bisa menikmati ITP. Hal ini karena saya selalu disibukkan oleh hal-hal yang tidak perlu. Contohnya ketika di semester 3 saya harus tinggal di kontrakan yang bukan pilihan saya, kurang cocok dengan teman satu kontrakan karena tidak cocok dengan orientasi saya, 80
berguru kepada orang atau lembaga yang tidak jelas (tidak punya program) sehingga mengorbankan kampus saya, berusaha untuk merubah pribadi saya (dahulu hidup saya adalah musik lalu saya membatasi diri/menjauh dari musik), ketika di semester 4 saya bolak-balik saja ke dokter untuk mengobati penyakit yang tidak jelas penyakitnya (korban dokter), dan saya mulai merasa takut karena harus tinggal bersama orang tua (orang tua saya tinggal di dekat kampus) dimana saya selalu dipaksa berolahraga (masukan dari dokter Amienudin). Hal-hal itulah yang membuat hidup saya menjadi kaku. Apakah saya harus kembali seperti dulu yang suka bermain gitar sementara ada dua pendapat dan keluarga meminta saya untuk seperti dulu ataukah saya harus tetap seperti ini yang selalu menunggu (perubahan). Sampai saat menulis pengalaman ini saya masih berobat pada Dr. Amienudin Saad. Saya berharap pengobatan ini segera kelar, saya lekas sembuh, serta segera vit dan optimal dalam menjalankan hidup ini. Untuk itu saya mohon do’a pembaca. Didiet Rayadi /F24061503
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Suatu permulaan pada tahun 2006, ketika eksistensiku yang pindah dari ibukota Jakarta ke sebuah kota yang disebut Bogor. Bogor adalah kota yang letaknya bertetanggan dengan ibukota Indonesia. Aku melanjutkan studi pada jenjang yang lebih tinggi dari SMA (Sekolah Menengah Atas) di IPB (Institut Pertanian Bogor). Tak pernah sekalipun terpikir olehku untuk kuliah di IPB. Haha..tentu saja! untuk menentukan jurusan yang kuinginkan saja aku bingung. Tetapi Tuhan yang mengkehendaki keberadaanku di IPB. Satu tahun pertama, aku kuliah tanpa ada status yang jelas. Selama itu aku menahan malu ketika jutaan fans menanyakan ‘what is your discipline?’. Saat itu adalah pertanyaan yang paling mudah kujawab yaitu ‘belum ada’ sampai tahun berganti. Tatapan aneh mulai berdatangan padaku dengan kerutan di kening mereka semua. Hahaha… Tahun berikutnya aku masuk salah satu jurusan di IPB yang ramai disebut ITP (itepe) bagi mereka yang sering mengunjungi kampus IPB. ITP hanya boleh kusebut dengan itepe di lingkungan kampus. Ketika aku berada di luar arena, sebutan ITP begitu terasa gelap di kepala teman-temanku di luar IPB. Lalu akan menjadi lebih abu-abu ketika aku menyebutnya dengan lebih lengkap yaitu Ilmu dan Teknologi Pangan dan akan lebih putih bila kusebut dengan nama populernya yaitu Food Science and Technology. Haha… sungguh aneh ternyata globalisasi terasa begitu dekat. Disinilah aku mulai nemplok di suatu pulau dari banyak pulau di seberang kampus. Di pulau ini ternyata terbanyak orang-orang yang mirip sepertiku yaitu pindah domisili maupun eksistensinya, yang kemudian menjadi teman-temanku di ITP. Mereka adalah Erinna (erin), Jesika (bojes), Daisy (desonk), Mario, StephanieGH (oneng), Syenny (susi), Stella D (steady), Richie, Margaret (marg), Fenny, Federika (cing), Ferryana (Fery), Stefanus (anus), Yurin, Prima, Dyas, Stella K (ste), Felycia(feli), Dion, Nina dan Dessyana (dessy). Mayoritas dari mereka berasal dari Jakarta kecuali Desonk (Klaten), Dyas (Pati), dan Ste (Semarang). Kami nemplok di pulau-pulau ini yang secara geografis berdekatan dengan garis lintang dan garis bujur yang didapat dengan satu prinsip yaitu ‘siapa cepat die dapat’. Garis bujur dan lintang di pulau-pulau ini tidak berurutan, selama tidak yang memiliki boleh dipilih. Selain itu ini adalah pulau yang mungkin tidak terdaftar di peta manapun. Setiap pagi di hari kuliah, aku dan salah satu temanku yang amat sering menanyakan kondisi rambutnya padaku, sedikitnya 1 kali sehari (Erin) berangkat bersama menuju kampus karena letak garis lintang pulau kami yang sama, 51 lintang timur (LT). Pertanyaan yang paling popular yang sering ia lontarkan padaku yaitu ‘rambut g rapi gak?’. Terkadang kami pergi bersama Dessy, terkadang kami saling mendahului untuk me-reserve tempat posisi duduk di kelas. Terasa seperti akan menuju restoran kelas atas yang dengan hidangan yang menggugah selera sehingga tidak pernah habis dikunjungi pelanggan. Restoran ini mempunyai panggung yang di tengah paling depan sehingga posisi beberapa baris dari depan sangat diminati para pelanggan. Jadi setiap tamu yang hadir harus me-reserve 81
tempat terlebih dahulu untuk dapat menyaksikan pertunjukan dari para artis yang mencurahkan isi hati maupun otaknya. Berhubung keterbatasan mataku yang cantik (miopi) menyebabkan aku sangat suka berada di beberapa barisan tersebut yang amat sering penuh dengan pesanan/ titipan dengan ditemani Erin, temanku yang mulanya sangat maniak anime. Erin sangat suka menempelkan poster-poster anime di tembok kamar. Bagiku posterposter itu tidak berguna dan mengotori tembok saja mending pasang fotoku saja. hahaha…Dia adalah temanku yang sangat suka berlomba tidur denganku. Bojes adalah temanku yang dirumorkan mirip denganku. Namun itu rumor yang salah besaaarrrr… Hal ini disebabkan pada zaman dahulu, para arkeolog tua yang meneliti sejarah maupun fosil di suatu tempat yang sedang dilanda wabah penyakit katarak. Tanpa disadari ternyata para arkeolog tersebut terserang wabah penyakit tersebut ketika melihat nenek moyang kami sehingga mereka menyimpulkan bahwa nenek moyang kami mirip padahal tidak sama sekali. Lalu di generasi sekarang ini, keturunan-keturunan para arkeolog itu mewarisi penyakit katarak tersebut. Wabah penyakit katarak ini bukan penyakit katarak biasa karena telah mengalami mutasi gen yang diwarisi secara genetik. Maka dapat dimengerti dan dimaklumin jika ada sebagian orang yang menilai kami mirip karena tidak mungkin dilakukan penyelidikan secara garis keturunan. Bojes adalah temanku yang sangat menyayangi para produsen pangan di negeri ini. Dia akan membeli produk-produk makanan dengan sukarela dan ditabung seperti uang dengan bunga berupa mikroorganisme yang kemudian akan menjadi penghuni sampah. Dia sangat mudah panik dan moody. Sehubungan dengan letak geografis pulau yang dihinggapi oleh Bojes berdekatan denganku maka sering dikunjungi olehku dan Erin. Dia mempunyai hobi yang sangat unik yaitu mencuci WC. Mungkin tempat itu adalah yang paling eksotis di dalam kamarnya. Pulau 52 lintang selatan (LS) menyimpan beberapa teman-temanku yang berjenis female. Hahaha…disana ada Desonk, Steady, Oneng, Cing, Prima, Feli, dan Nina. Desonk adalah teman yang paling enak diajak mengelilingi mall dari sudut yang terlihat sampai yang tidak. Desonk, preman Klaten sehingga agak jarang pulang. Jadi bagi yang tidak pulang dapat menghubungi Desonk di nomor hp Desonk pada contact hp Anda. Selain itu, Desonk mempunyai efisiensi penyampaian impuls rangsang dari otak ke otot gerak yang tinggi di seluruh bagian tubuhnya sehingga dapat menanggapi setiap sentuhan berupa gelitik dengan cepat. Sehubungan dengan keidentikan wanita pada foto selain lemak, membuat Desonk amat sangat gemar didekati para wanita untuk foto–foto dimana saja (everywhere include restroom) termasuk aku. haha… Dengan bermodalkan gadget s.o 3.2 megapixel dalam gengaman Desonk saja telah membuat para wanita narsis apalagi dengan kamera lomo (yang ingin kumiliki) di tangan Desonk. hahaha… Stella adalah temanku yang handal di bidang menari modern dance. Tariannya oke…lho.. Awal aku mengenal Stella, aku sudah menduga dari gerak-geriknya, dia pasti sangat jago menari. Kerenn…aku sangat suka semua tentang tarian (all kind). Oneng dengan nama panggung nipel (nini pelet) ini secara behavior seperti nini yang dipengaruhi usia. Ketertarikannya yang amat besar pada musik sampai-sampai seluruh warna dalam hidupnya terpaku pada warna tuts piano. Selain itu cara berbicara dan tertawanya pun terpengaruh oleh serangkaian nada-nada yang naik dan turun yang drastis membentuk suasana nipel yang sesungguhnya untuk dipertunjukkan di panggung nipel. Cing sering mengalami keterlambatan pencernaan informasi yang didengarnya. Haha… selain itu Cing selalu memanfaatkan keseluruhan bentuk bibirnya dengan efisien ketika berkata-kata. Feli, seorang yang sangat menyukai salah satu lirik lagu ‘ada band’ yang bertuliskan ‘walau badai menghadang ku kan tetap pulang’. Mungkin diantara mereka semua, Nina dan Prima yang paling tenang. Prima, kotak penuh pertanyaan dapat diberikan padanya. Sebagian di 88 lintang sebelah barat daya (LBD) terdapat Richie, Susi, Mario, dan Anus yang nemplok. Richie, patner praktikum lab yang cukup menyenangkan karena bias diajak gossip mendua dengan praktikum. Susi , belahan jiwa Richie yang mempunyai bakat mistis yang terpendam. Susi temanku yang menyimpan senyuman penuh misteri menyaingi tokoh-tokoh mistis di negeri ini. Aku dan Erin mempunyai teman yang selalu kami ajak masuk zona khayalan tingkat tinggi tentang menginjakkan kaki di luar perbatasan dari Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Orang tersebut adalah Mario. Terkadang bersamanya di kantin 82
sapta membuat hipotesis-hipotesis untuk memenangkan Nobel in the city of error. Mario mempunyai suara bagus yang membawanya pada obsesinya menjadi penyanyi. Setiap pagi ketika diantara aku atau Erin yang lupa kembali ke dunia nyata ini menyebabkan kami melewatkan posisi barisan yang amat diminati. Selama perjalanan itu, Anus selalu menjadi sinyal keterlambatan. Bertemu dengannya menunjukkan waktu yang telah menyiapkan diri untuk menggerakkan para artis itu untuk melakukan pertunjukkannya. Bagian lain pulau yang paling terpencil yaitu pulau dengan letak geografis 99 LBD. Pulau ini yang menurutku sedikit aneh. Di sana setiap tamu yang berlalu-lalang tidak boleh meletakkan alas kakinya di dekat pintu masuk tetapi di tangga. Mereka (penjaga) memperlakukan lantai di bagian depan pintu masuk tetap sebening kristal atau seputih salju seakan-akan ada lampu bola yang berputar memantulkan cahaya warna-warni. Seakan cahaya-cahaya itu akan diserap sepenuhnya oleh ubin yang kotor atau mungkin merek ubin yang mendekati Essenza kah. Pemikiran lain, mereka mungkin menjaga keeksotisan ubin yang sama sekali tak nampak layaknya keeksotisan jalan Braga, salah satu jalan dengan suasana yang unik dan eksotis di salah satu kota Jawa Barat. Konsekwensi bagi mereka yang tidak sepaham dengan mereka maka bersiaplah untuk pulang tanpa alas kaki. Seharusnya ada pemberitahuan yang jelas di gerbang pintu yang tertuli demikian ‘Jangan parkir sandal di depan pintu, parkirlah sandal Anda di tangga. Awas ada anjing galak’. Dahulu warning ini belum ada, tetapi seiring perkembangan jalan sudah ada warning tersebut. Jadi waspadalah!! Namun di pulau itu banyak dihinggapi oleh Fery, Fenny, Marg dan Yurin. Fery membuka kelas kursus ‘you know-lah’ dengan keahlian khususnya. Salah satu muridnya yang telah lulus kursus tersebut adalah Erin. Keahlian lainnya dari Fery adalah kesukaannya memasak. Fenny, dengan kepintarannya dalam setiap subjek kuliah. Yang tidak kalah pentingnya adalah melanin pada lapisan pelindung tubuh Fenny yang sangat sedikit sehingga putihnya lapisan pembungkus Fenny menyaingi pocong. Haha…Teman sekamarnya, Marg dengan karakternya yang sesuai dengan jabatannya sebagai ketua geng. Yurin, dengan kegilaan pada warna janda yang mendominasi dunianya dan paling tenang diantara yang lainnya. Sebelah lintang utara ada Dyas yang masih kental bahasa daerahnya bersama dengan Ste, yang nemplok di pulau yang strategis. Pulau itu sangat straregis sehingga menjadi sangat rawan. Dyas yang biasa sibuk dengan Cicinnya mempunyai seorang adik kecil seperti anaknya. Selain itu di seberang jembatan bamboo yang rapuh ada Dion yang sangat suka tidak makan dua hari sebagai alasan dan tidak dapat hidup tanpa hp tercintanya (kebiasaannya ini baru ku tahu sejak P3B). Satu lagi yang tidak lupa adalah Dessy yang galak dan sangat hemat. Sering sekali aku menjadi korban kekesalannya. Inilah teman-temanku di ITP. Merekalah yang mengisi warna-warna dalam kehidupanku di kampus. Seperti pepatah yang berbunyi demikian ‘tak ada pesta yang tak bubar’. Tak lama lagi mungkin pesta ini akan bubar. Red is me Stephanie/F24061509
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Pengertian dari hidup mungkin akan berbeda dari tiap orang bergantung dari mana seseorang memandang hidup itu sendiri. Menurut saya, hidup adalah sesuatu yang sangat berharga yang diberikan oleh Tuhan kepada Manusia dan hidup ini hanya satu kali dan dengan waktu yang singkat. Oleh karena itu, saya memanfaatkan sebaik-baiknya hidup yang diberikan tersebut. Hal yang terpenting dalam hidup saya adalah keluarga di urutan pertama dan sahabat di urutan kedua. Saya sangat senang dan sangat bersyukur dengan keluarga yang bahagia seperti keluarga yang saya miliki sekarang ini. Saya sangat bersyukur memiliki keluarga seperti ini. Dimana kami dapat saling berbagi, selalu memberi support, tidak ada rahasia sedikit pun, dan memiliki hubungan yang sangat erat antara yang satu dengan yang lain. Keluarga yang baik adalah bukan karena kekayaan materi tetapi adalah kebahagiaan 83
yang terdapat di dalamnya dan hubungan yang erat di dalamnya. Kekayaan sebanyak apapun tidak akan dapat menggantikan kebahagiaan yang saya miliki sekarang ini bersama keluarga saya. Sepanjang hidup kita akan memperoleh pengalaman yang baru yang dapat kita gunakan sebagai pembelajaran untuk ke depannya. Di hidup ini, saya sangat bersyukur karena saya telah bertemu dengan sahabat-sahabat saya yang dimulai sejak SMP 3 hingga sekarang. Saya bersahabat dengan total 13 orang termasuk saya. Kami sangat senang telah bertemu dan dapat berbagi suka dan duka. Mencari teman itu mudah tapi mendapat sahabat itu sangat sulit, kalau mencari sahabat semua maka semua orang bisa dianggap sahabat. Menurut saya, sahabat dan teman itu adalah sesuatu yang berbeda. Teman memang berada di dekat kita tapi belum tentu dia akan berada di samping kita apabila kita membutuhkannya dalam keadaan susah. Menurut saya, sahabat adalah the most important thing in our life setelah keluarga. Sahabat menurut saya adalah seseorang yang berada di dekat kita baik kita dalam keadaan susah maupun senang, tempat kita saling berbagi, dan merekalah yang selalu memberikan semangat kepada saya ketika saya sedang “down”. Kami itu sudah seperti saudara kandung. Hidup telah mengajarkan banyak hal kepada saya. Saya merasa semakin tambah umur semakin complicated masalah yang kita alami dan terkadang membuat kita depresi. Dalam hidup, tidak semudah membalik telapak tangan dalam kenyataannya, kadang senang dan kadang sedih maka life is a rollercoaster. Segala yang kita alami baik hal yang membuat senang, sedih, kesel, marah, kecewa, dan lain-lain akan membuat hidup lebih berwarna. So, u don’t worry about ur life. Life is colorful. Dibawah ini beberapa puisi yang mudah2an bisa meningkatkan semangat… Ketabahan Ketika seluruh dunia semakin suram Dan semua tampak tidak begitu jelas, Ketika bayang-bayang tampak mulai menggantung Tuhan, tabahkanlah aku Ketika segalanya telah dicoba Dan kelihatan tidak ada jalan, Buatlah aku tetap ingat Kadang-kadang perjalanan memang lambat Aku mungkin hanya perlu berhenti dan beristirahat Sepanjang lintasan yang kutempuh, Saatnya untuk mencoba mengerti Dan berbincang dengan Tuhan Setelah kudapat kekuatan baru untuk lanjut Tanpa ragu atau takut Bagaimanapun aku tahu masalah akan beres Maka, tabahkanlah aku. You And I… A Whole day’s work paint a recurring lethargic image Numbed ur feelings Just heard that to solve hatred you need understanding and knowledge But words and bullets… Are flying everywhere… A lifetime’s learning of love, but without courage.. to say it loud.. to fix all those hurt… You and I… Existing on the same station on this earth.. Don’t be afraid… And face on with courage… Let the tears… Flow out, but not because of defeat… 84
The dream of happiness… It’s up to U and I… U and I… We can do it… Ini adalah puisi yang saya buat untuk ke 12 sahabat saya. Dan saya rasa ini berlaku juga untuk Keluarga di ITP’43. Ketika uda pada lulus just remember seperti apa kita dulu dan kenangan yang sudah terukir.. keep in touch yo guys,… We Are Family ITP 43…. . I’m gonna miss u all.. all my friend in ITP’43… Sahabat Sejati The most important thing in our life Tak ada sahabat Hidup terasa hampa Tidak ada arti Tidak ada makna Waktu Sesuatu yang telah mempertemukan kita Tapi tidak dapat memisahkan kita Jarak Apalah artinya jarak Tidak berarti apa-apa Apabila kita selalu merasa dekat Don’t be afraid U won’t be alone We’ll keep around u Never go far Never forget u U are still in ours mind U are still in ours heart We’ll keep around u To help u If u have a problem To protect u From someone who wants to hurt u To become the advisor If u need some advice We’ll keep around u Dalam suka maupun duka Dalam kebahagiaan & kesusahan Persahabatan kita Tak akan berakhir sampai disini U still our BEST FRIEND Until u come back Forever and Ever That’s our friendship Stefanus/F24061524
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- 85
Kecelakaan yang Membawa Hikmah Nama saya Riza Kamal Shadiq. Saya lahir dan besar di Jakarta. SD saya adalah SD Bakti Mulya 400. Suatu sekolah dasar yang berlokasi di Pondok Indah, Jakarta Selatan. Ketika SD, saya sangat senang bermain sepak bola. Saya bukan termasuk anak yang rajin belajar, tetapi, saya sering masuk 3 besar di kelas. Mungkin ini disebabkan karena pelajaran SD yang memang relatif mudah. Lulus dari sekolah dasar, saya melanjutkan sekolah di SLTPN 19. Kelas 1, saya masih masuk dalam 10 besar di kelas dalam 3 cawu yang dilalui. Ketika kelas 2 SLTP, saya sangat malas belajar. Saya sangat senang bergaul dan bermain dengan teman-teman, baik teman lama maupun teman baru, teman satu sekolah maupun beda sekolah. Hal ini membuat saya sering pulang telat setiap harinya dari sekolah. Saya sering nongkrong di berbagai macam tempat bersama teman-teman sehabis sekolah bubar. Saya pun jadi sering bolos sekolah. Sampai-sampai nama saya disebut oleh wali kelas saya saat itu sebagai siswa yang dipertimbangkan untuk naik kelas. Saya cukup panik saat itu, tapi tetap saja saya masih sering bermain, karena saya yakin saya akan naik kelas. Saya saat itu memang tidak mengerti pelajaran sama sekali. Meskipun begitu saya tetap tidak peduli dan tetap malas belajar. Begitu selanjutnya hingga lulus SLTP. Saya melanjutkan pendidikan saya di SMAN 6. Di SMA ini memang banyak sekali teman-teman yang sudah saya kenal meskipun berasal dari SLTP yang berbeda. Saya semakin giat bergaul dan malas belajar. Tidak berapa lama masuk SMA, sekolah saya akan mengadakan pentas seni. Untuk lebih memeriahkan acara tersebut, pada hari H-1 dilakukan konvoi mobil. Saya dan teman-teman yang masih duduk di kelas satu sengaja berpisah dari rombongan lain kaena ingin bebas. Saat itu kami terdiri dari dua mobil, yaitu mobil yang berisi anak laki-laki di belakang dan mobil anak perempuan di depan. Ketika hari mulai gelap, terjadi suatu kejadian mengerikan. Mobil di belakang saya sepertinya sedang tidak konsen, sehingga terjadi tabrakan beruntun. Teman saya banyak yang mengalami patah kaki. Ada juga yang jari kakinya putus. Saat itu, saya pun mengalami gangguan yang lain sendiri dibanding teman-teman saya. Saya hilang ingatan. Akhirnya saya yang dipikir sehatsehat saja langsung dilarikan ke rumah sakit juga. Saya sangat bersyukur hanya mengalami amnesia ringan. Ketika saya sembuh, saya meratapi perbuatan saya selama ini. Saya sadar bahwa selama ini saya tidak menjalankan amanat orang tua saya dengan baik. Saya berpikir bahwa saya harus berprestasi di bidang pelajaran, agar orang tua saya senang dan tidak menyia-nyiakan amanat orang tua saya untuk belajar. Semenjak itulah saya berubah menjadi orang yang peduli terhadap pelajaran. Saya tidak ingin merepotkan orang tua saya lagi. Alhamdulillah, prestasi saya di bidang pelajaran meningkat menjadi jauh lebih baik setelah kejadian tersebut. Mungkin jika tanpa kejadian itu saya tidak akan berada di sini saat ini. Riza Kamal Shadiq/F24061525
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Sang Gadis
[email protected] Alkisah di suatu kota yang dahulu disebut Kota Hujan, tinggallah seorang gadis perantau (lima jam lamanya dari kampung halaman bila naik bis atau lima bulan lamanya bila ngesot bahkan bisa pula tidak sampai-sampai bila memang tidak niat pergi). Gadis manis ini pergi ke Kota Hujan bukan untuk mencari rintik hujan namun tak lain dan tak bukan karena hendak menuntut ilmu. Kota Hujan (walaupun sekarang lebih tepat bila disebut Kota Angkot) juga merupakan kota tempat pertemuan kedua orang tua gadis itu, sehingga secara tidak 86
langsung, adanya kota tersebut mengakibatkan adanya gadis itu (?). Pesan kedua orang tua sang gadis ialah tuntutlah ilmu setinggi-tingginya. Maka sang gadis pun merantau ke kota tersebut. Saat pertama sampai di Kota Hujan, sang gadis yang memiliki penyakit kronis (sakit malas yang selalu ingin bahagia) tidak bisa menyembunyikan penyakitnya. Hari demi hari dihabiskannya dengan santai di atas kasur, jalan-jalan di pasar kaget, bahkan sampai kunjungan rutin ke Aida atau Gong Songo kerap ia lakukan karena tuntutan penyakitnya. Sering ia berusaha beraktivitas seperti layaknya orang sehat, belajar bersama teman-teman, pergi ke perpustakaan walau hanya menemani, ataupun ikut berbagai kajian dan seminar. Namun, walaupun sang gadis terlihat sudah sehat sebenarnya penyakitnya masih ada, bahkan belakangan diketahui ia terkena penyakit klasik yaitu senang mengerjakan pekerjaan mendekati deadline-nya. Beruntung baginya teman-teman tidak menjauhinya walaupun sang gadis berpenyakit. Dengan tidak melupakan tujuan kedatangannya ke Kota Hujan, sang gadis diterima sebagai calon Sarjana Teknologi Pertanian yang ahli dalam bidang pangan, suatu bidang yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak. Di tempat ini, sang gadis mendapat banyak teman yang baik. Sebagian besar teman-temannya ialah perantau yang sehat, namun ternyata ada juga beberapa yang berpenyakit sama seperti sang gadis (walau sepertinya tidak sekronis gadis itu). Di sini, di tempat ini, sang gadis menjalani kehidupannya hingga ia dapat pulang menemui kedua orang tuanya dengan menbawa gelar sarjana, gelar yang menunjukkan bahwa orang tersebut telah berhasil menuntut ilmu di tempat tersebut. Banyak kejadian-kejadian asyik yang dialami sang gadis selama berada di Kota Hujan, baik itu yang menyangkut tempat tinggal sementaranya, teman-teman di kelasnya, drawn, teman-teman sesama manusia roempoet-nya, ataupun segala macam kejadian alam yang terjadi di sekitarnya, yang bila dibukukan bisa menjadi beberapa chapter cerita. Salah satu potongan cerita tentang sang gadis ialah sebagai berikut : Seperti biasa, karena kemalasannya, sang gadis tidak mengerjakan Laporan Anpang maupun TPP di sela-sela kesehariannya melainkan menumpuknya hingga deadline pengumpulan laporan-laporan tersebut tiba. H-4 atau bahkan H-2 sang gadis baru beranjak mengerjakan laporan tersebut. ’H’ di sini bukan berarti Hari seperti yang teman-temannya pada umumnya menerapkan, melainkan Hour yang artinya ‘halou,,asisten akan segera datang’. ‘Beranjak mengerjakan laporan’ juga bukan berarti tinggal membahas data, melainkan ‘cari data percobaan’. Semula gadis itu kesepian karena merasa hanya dia sendiri yang berpenyakit tersebut. Namun, setelah mengenal lebih dekat ternyata ada beberapa temannya yang juga senang mengerjakan laporan mendekati deadline, entah itu karena penyakit yang sama maupun alasan lain. Tapi karena itu dia bahagia. Sang gadis hampir selalu menjadi salah satu dari 7 pengumpul terakhir. Pada suatu waktu, jam pengumpulan laporan TPP sudah saatnya (jam 5 teng), namun sang gadis belum menyelesaikan 5 kotak kosong pembahasan. Dari jauh terlihat asisten TPP berjalan menuju Himitepa untuk mengambil laporan. Bagaimanakah nasib sang gadis?? Rimawati Oktavia/F24061558
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- A Change in My Life Dalam kesempatan ini, saya ingin berbagi sebuah kisah tentang perubahan penting yang terjadi dalam hidup saya. Meskipun singkat, mudah-mudahan bisa diambil suatu hikmah. Karena suatu kejadian pasti akan ada hikmahnya yang menjadi sebuah pelajaran bagi kehidupan. Saya adalah seorang yang dalam hidupnya berprinsip bahwa segala sesuatu dibutuhkan perencanaan. Begitu juga dalam sekolah saya. Alhamdulillah, sejak SD-SMA, saya bersekolah di tempat yang menjadi cita-cita/ keinginan saya. 87
Untuk kuliah, cita-cita saya adalah kuliah di STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara) atau UI (Universitas Indonesia). Tempat tersebut saat itu menurut saya adalah kampus yang luar biasa karena hanya orang-orang yang pintar yang bisa kuliah di tempat tersebut. Setelah lulus SMA, saya bersama teman-teman satu SMA mengikuti bimbingan belajar Nurul Fikri cabang UI Depok. Alasan memilih tempat bimbingan belajar tersebut adalah Nurul Fikri telah berhasil membuat Kakak-Kakak kelas saya sukses untuk dapat kuliah di UI melalui jalur SPMB dan agar suasana kampus UI Depok dapat memacu semangat untuk belajar. Teknik Elektro UI dan Teknik Metalurgi UI adalah dua pilihan jurusan yang saya pilih pada setiap Try Out di Nurul Fikri. Pada setiap hasil Try Out yang didapat, saya selalu tembus untuk masuk ke Teknik Metalurgi, meskipun di Teknik Elektro hal ini tidak pernah terjadi. Hingga saat mendekati pengembalian formulir SPMB, munculah nama IPB (Institut Pertanian Bogor) dibenak pikiran saya. Saat itu pikiran saya diliputi kebimbangan antara tiga pilihan jurusan tersebut yakni Teknik Elektro UI, Teknik Metalurgi UI, dan IPB. Ya IPB, kampus yang namanya baru saya dengar dari seorang teman yang bercerita tentang saudaranya yang lulusan dari IPB. Mau tidak mau, saya harus harus memilih hanya dua pilihan jurusan karena saya mengambil bidang IPA di SPMB. Di tengah-tengah kebingungan tersebut, saya hanya bisa terus berdoa kepada Allah SWT di setiap sujud agar diberi pilihan yang kampus yang terbaik. Hingga pada akhirnya, Allah memberikan saya kemantapan hati pada jurusan Teknik Elektro UI dan IPB. Setelah belajar selama kurang lebih 1,5 bulan di Nurul Fikri, sampailah saya pada masa hari SPMB. 2 hari yang menentukan kerja keras saya. Di sepertiga malam hari 1 SPMB saya berdoa kepada-Nya agar diberi kemudahan dan kelancaran dalam mengerjakan semua soal yang ada. Dua jam sebelum pelaksanaan ujian, saya mengalami rasa ngantuk yang cukup berat dan badan yang kurang fit. Namun, kemantapan saya untuk bisa sukses di hari 1 mengalahkan rasa lelah saya. Dua jam kemudian, sampailah saya di detik-detik pelaksanaan SPMB. Semua soal sudah ada di meja ujian. Saat itu saya mendapat kursi ujian persis di depan pengawas. Di ruangan yang ber-AC tersebut, pengawas mengumumkan peraturan pengerjaan soal SPMB, salah satu kata-kata yang saya dengar adalah “waktu pengerjaannya dari jam delapan sampai setengah sepuluh”. Waktu ujian pun dimulai, dengan semangatnya saya mengerjakan soal demi soal yang materinya matematika dasar, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris. Tidak lama setelah ujian dimulai, tiba- tiba saya terserang pilek berat dan ingin buang air kecil. Saya coba tahan semuanya agar tidak membuang waktu ujian untuk ke toilet. Saat di jam tangan telah menunjukan pukul sembilan, dalam pikiran saya, artinya setengah jam lagi waktu ujian akan habis. Padahal soal yang saya kerjakan baru setengah dari total soal. Saya pun panik. Akhirnya saya putuskan untuk mengerjakan semua soal yang belum terjawab dengan cepat, tanpa dipikir dengan matang-matang. Hingga suatu ketika saya melihat jam pelaksanaan ujian di kertas soal. Saya panik saat baru sadar bahwa ujian berakhir hingga pukul setengah sebelas. Hal tersebut membuat saya semakin panik akibatnya saya menjadi tidak fokus dalam mengerjakan ujian. Waktu pun telah habis, saya sangat menyesal karena tidak tenang dalam mengerjakan ujian. Benar-benar saya sudah pasrah dengan hasil yang Allah beri. Saya hanya bisa berdoa dengan penuh keikhlasan dan kerendahan diri agar diberi kampus yang terbaik. Kampus yang dapat merubah hidup saya mejadi lebih baik, kampus yang dapat membuat saya mengeluarkan semua bakat saya yang terpendam, kampus yang menjadikan saya belajar banyak tentang kepemimpinan dan organisasi. Saya pun bertekad untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama di hari kedua ujian. Detik pengerjaan ujian SPMB hari kedua pun dimulai. Alhamdulillah saya bisa mengusai keadaan. Semua soal kemampuan bidang IPA yang berisi Matematika IPA, Fisika, Biologi, Kimia, dan IPA Terpadu, saya lahap dengan penuh antusias. Akhirnya usai sudah waktu pengerjaan ujian. Saya cukup puas dengan ujian tersebut. Setelah berikhtiar dengan sungguh-sungguh, saya hanya bisa memasrahkan hasil kepada yang Kuasa. Kurang lebih satu bulan berlalu dari hari SPMB, hari pengumuman 88
SPMB pun datang. Saya sangat penasaran dengan hasil yang ada. Dengan perasaan yang diselimuti deg-degan, saya pun pagi-pagi itu segera mencari warung internet untuk melihat pengumuman tersebut. Alhamdulillah saya diterima di kampus IPB. Meskipun pada awalnya sedikit kecewa karena tidak diterima di UI Teknik Elektro, saya bersyukur dengan hasil tersebut. Kurang lebih satu minggu setelah pengumuman tersebut, tibalah saya untuk berangkat ke Bogor. Saya mantap untuk berangkat sendiri tanpa orang tua. Hingga menginjak di IPB, masih ada kekecewaan saya karena tidak diterima di UI. Meskipun saya sudah diterima di IPB, saya mencoba keberuntungan untuk tes masuk STAN. Persiapan materi sudah saya lakukan jauh-jauh hari dengan mengerjakan berbagai soal tahun yang lama. Saya yakin dengan jawaban soal yang saya kerjakan. Kurang lebih satu bulan setelah tes tersebut, sampailah saat pengumuman hasil tes masuk STAN lewat pesan SMS. Melihat hasil tes tersebut ternyata Allah memberikan IPB sebagai kampus yang terbaik, bukan UI/ STAN. Sejak saat itu saya mencoba mencintai IPB dan melupakan UI dan STAN. Setelah sekitar satu tahun kuliah di IPB, saya baru sadar bahwa kampus IPB benarbenar telah merubah hidup saya. Perubahan yang insya Allah ke arah yang lebih baik. Saya sangat bersyukur bisa kuliah disini. Hikmah yang saya ambil dalam pengalaman hidup ini adalah bahwa Allah pasti akan memberikan hasil balasan yang terbaik bagi hamba-Nya yang telah bersungguh-sungguh ikhtiar dan tawakal. Namun terkadang apa yang kita pikir bahwa Allah memberikan hasil yang buruk adalah salah besar. Mungkin apa yang kita pikir baik menurut kita, belum tentu baik menurut Allah. Karena Allah akan membalas amalan kita dengan balasan yang lebih baik, entah itu di dunia ataupun di akhirat kelak. Wallahu ’alam. Dedi Aryanto/F24061572
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Selamanya Sahabatku Dua tahun sudah kujalani kehidupan sebagai siswi SMA. Tergambar dalam ingatan, seorang sahabat yang tidak pernah kutemui lagi setelah 2 tahun lamanya. Tiba-tiba saja teringat. Tidak pernah sedikitpun sengaja mengingat. Ketika guruku berkata bahwa sahabat yang kita miliki akan selalu mengingat kita baik dalam kedaan senang ataupun sedih, akupun tidak sengaja mengingatnya. Hari itu adalah hari ulang tahunnya, tidak ada yang dapat memberikanku cara bagaimana aku bisa menghubunginya. No.hp yang tertulis di phone book-ku tidak kuhapus meskipun aku tahu no. itu sudah tidak aktif, berharap sewaktuwaktu aku bisa menghubunginya. Meskipun kerap kali ingin mengunjungi rumahnya, kutahu dia tidak ada di sana, dia sekolah di luar kota. Sore hari setelah menjalankan rangkaian ujian semeseter, teman semejaku memintaku untuk mengantarkannya membeli CD di mall yang tidak jauh dari sekolahku. Teman semejaku ini adalah temanku semasa SMP dulu. Dia, aku, dan sebut saja A, seorang yang tidak sengaja aku ingat adalah sahabat karib. Sejak pesta perpisahan di hotel itu, aku tidak pernah lagi melihatnya. Ketika memasuki pintu mall, aku merasa ada orang yang selalu mengamati kami berdua. Aku berkata pada temanku tentang itu, tapi dia menyuruhku untuk tetap tenang. Dia berkata padaku bahwa kita akan bersenang-senang. Mendengar perkataannya aku pun mulai melupakan kekhawatiran itu. Toko demi toko kami masuki. Tiga jam lamanya kami berada dalam mall, membuat kami lapar dan akhirnya memutuskan untuk membeli makanan kecil di supermarket lantai dasar. Temanku pun memintaku untuk membeli, selagi dia berada di toilet. Aku sibuk memperhatikan makanan ringan yang tertata rapi di display sampai akhirnya aku sadar bahwa ada seseorang yang memperhatikanku dari jauh.. 89
Sadar akan hal itu, aku pun dengan cepat menuju kasir, bergegas membawa makanan-makanan itu keluar dari supermarket. Tengok kanan, tengok kiri, aku berada tepat di depan sebuah patung tempat aku dan temanku sepakat untuk bertemu. Aku tidak melihat dia.. Meneleponnya, tak diangkat.. dia sungguh membuatku khawatir. Aku kembali ke tempat semula, di lantai dua. Dugaanku benar dia bersama seseorang disana sedang berbincangbincang.. uh.. membuat orang kesal saja.. Ku menghampiri mereka, temanku melambai padaku dan orang itu pun seakan berbisik pada temanku dan pergi.. Dia membelakangiku, aku tidak tahu siapa dia. Ku berlari ingin memastikan temanku baik-baik saja, aku pun bertanya siapa dia dan kenapa dia pergi terburu-buru. Temanku hanya diam, dia hanya terus memandangi orang itu. Kupikir apakah temanku suka padanya, tapi mau dikemanakan pacarnya. Aku pun ingin melihat siapa orang itu, dan ku merasa mengenali cara dia berjalan tapi ku tidak bisa memastikan kalau itu dia karena itu tidak mungkin.. Hampir malam, aku pun mengajak temanku untuk bergegas pulang,, Setelah hari itu, aku merasa sedih bagaimana mungkin aku selalu mengingatnya tapi dia tidak mengingatku.. Hatiku berkata, sudahlah, itu hanya perasaanmu saja.. Liburan pun dimulai, aku ingin manghabiskan waktu liburanku di rumah kakek dan nenekku, meskipun sebenarnya temanku mengajakku untuk bermain, dia ingin memperkenalkan teman barunya padaku dan dia berkata bahwa kita akan menghabiskan masa liburan ini bersama. Sebenarnya ada rasa menyesal tidak bisa ikut liburan bersama mereka.. Selama liburan, aku berhubungan dengan temanku lewat sms, aku pun berkenalan dengan teman baruku lewat sms, dia tidak pernah menyebutkan namanya oleh karena itu aku sendiri yang memberikannya nama B. Temanku selalu mengabariku apa saja yang dia lakukan setiap harinya, begitu pun dengan B. Meskipun baru mengenalnya, dia mudah sekali akrab denganku padahal sebenarnya aku adalah orang yang lumayan sulit untuk akrab dengan orang lain. Meskipun lewat sms, dia membuatku seakan telah lama mengenalnya. Namanya kusimpan dalam phone book tepat dibawah no.A, entah mengapa pada awalnya aku sangat ingin menggantikan no.A dengan no. B, tapi aku tidak melakukannya karena A tidak akan tergantikan.. Berakhirlah masa liburan, tapi aku, temanku dan teman baruku masih saling bertukar pesan lewat sms. Perputaran kelas, hal inilah yang membuatku cemas setiap tahunnya, apakah aku akan satu kelas lagi dengan temanku. Aku sungguh ingin hal itu terjadi, karena aku ingin selalu bersama-sama dengan sahabatku.. Memasuki gerbang sekolah, sekolah sangat ramai dipenuhi dengan gelak tawa para siswa, bincang-bincang dengan teman yang sudah lama tidak ditemui. Aku pun ingin begitu, aku mencari temanku, dan bertanya apakah dia satu kelas dengan denganku. Aku takut pergi ke gym untuk melihat pengumuman daftar nama siswa setiap kelasnya dan tidak menemukan nama temanku satu kelas lagi denganku. Aku mencarinya di sekeliling sekolah, tidak kutemukan. Ah, dia pasti terlambat lagi, dia selalu terlambat datang ke sekolah, bukan karena rumahnya yang jauh dari sekolah tapi memang kebiasaan lamanya. Seseorang berteriak padaku dari seberang lapangan basket. Dia berteriak padaku bahwa dia sekelas denganku. Aku semakin cemas untuk bertanya padanya kelas berapa dan apakah temanku sekelas denganku. Tidak kulakukan. Aku memutuskan untuk melihatnya sendiri. Kuperhatikan nama demi nama, namanya selalu berada jauh dibawah namaku. Mulai dari urutan teratas, huruf awalan temanku sudah terlewat tapi tidak kutemukan namanya di daftar kelas itu. Ku ulangi untuk memastikan. Tetap tidak ada. Ah.. Inilah akhirnya terjadi di tahun ke-3, aku tanpa sahabatku. Sedih, namun harus kuterima. Aku pun mulai mencoba mengenali teman-teman baruku, dan mengingat apakah aku mengenali salah satu diantara mereka. Aku mulai mengurut kembali satu per satu. Setelah hampir dari setengahnya aku urut, sebagian besar diantara mereka hanya kukenal sebatas tahu saja. Aku berharap setengahnya lagi ada yang benar-benar aku kenal. Dapat,, kukenal satu nama dan aku tidak percaya nama itu tertera disana. Kubaca dengan hati-hati apakah hanya mirip atau memang itu namanya. Ternyata itu memang A. Cukup, aku sudah banyak berharap itu adalah dia. Aku tahu dia bukan murid di sekolah ini, tapi aku pun tidak ingat bahwa ada siswa yang memiliki nama sama 90
dengannya. Aku terus membungkuk sambil menatap nama itu, ingin percaya, tapi takut kecewa. Seseorang memegang kepalaku dan berkata bahwa akhirnya kita satu kelas lagi. Aku tidak tahu siapa yang berani memegang kepalaku selain temanku, tapi temanku, dia tidak sekelas denganku, dan ini suara siswa bukan siswi. Ku menengok padanya dan kutemukan dia yang selama ini aku ingat, betapa aku tidak dapat percaya menemukan dia berdiri disini dengan seragam lengkap SMA. Tidak sempat menyapanya, aku segera memastikan apakah label sekolah di baju seragamnya adalah sekolahku dan ternyata benar dia adalah siswa baru di sekolah ini. Entah mengapa hati merasa senang, tidak bisa berkata apa-apa. Aku merasa sangat senang bahwa dia akhirnya ada di sini dan satu kelas lagi denganku. Aku tidak lagi sedih karena aku bisa tetap satu kelas dengan sahabatku, aku tidak lagi sedih telah mengingatnya karena dia pun ternyata masih mengingatku sebagai sahabatnya. Meskipun terlambat aku pun megucapkan maaf dan selamat ulang tahun padanya. Aku pun bertanya no.hp-nya yang baru. Dia berkata padaku bahwa aku sudah punya no.hpnya yang baru. Aku mengelak dan berkata bahwa aku selama ini tidak menghubunginya karena tidak punya no.hp-nya yang baru dan aku pun memberikan no.hp-ku padanya. Dia menolaknya dan berkata bahwa dia sudah punya. Kebiasaan temanku untuk telat memang sudah tidak bisa diobati lagi, aku bertanya padanya dari mana saja dia,, tidak menjawab. Dengan semangat aku berkata padanya bahwa sahabat kita A, sekarang ada di sini, manjadi siswa sekolah ini dan satu kelas denganku. Dengan santai dia berkata bahwa dia sudah tahu. Aku merasa apakah aku yang terlalu berlebihan atau memang dia tidak merasakan sesuatu yang mengejutkan. Aku melanjutkan dengan bertanya pada temanku ini, berapa no.hp A, dan dia menjawab dengan jawaban yang sama dengan A bahwa aku sudah tahu. Aku tetap merasa tidak memilikinya. Aku meminta A untuk meneleponku saat itu, dan dari panggilannya keluarlah nama B. Aku tidak menyangka bahwa teman baruku selama ini adalah sahabatku sendiri. Tenyata dua sahabatku ini kecewa karena aku tidak bisa bersama dengan mereka saat liburan padahal mereka telah menyiapkan semua kegiatan selama liburan. Maafkan aku. Aku bertanya sekali lagi pada sahabatku A, mengapa dia pindah ke sekolah ini, padahal selama ini dia bercitacita untuk masuk sekolah di sana. Tanpa mengatakan alasan lain, dia berkata karena ada sahabat-sahabatnya di sini. Annisa Vania/F24061582
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- AKTB Cerita ini merupakan cerita nyata, jika ada kesamaan nama, karakter maupun kejadian itu merupakan sebuah kesengajaan. Cerita ini mengangkat dari sebuah kisah nyata yang dialami oleh seorang yang namanya boleh disebut yaitu anak kecil tak berdosa (AKTB). Mungkin beberapa orang tidak asing dengan singkatan AKTB karena sebenarnya kisah nyata ini telah beredar di dunia cyber. Penulis sengaja mengangkat kembali kisah ini agar semua lapisan masyarakat dapat mengetahui kisah nyata ini. Jika terdapat beberapa perbedaan bahasa dengan cerita lama harap dimaklumi karena ingatan penulis yang cukup limited. Cerita ini berawal ketika AKTB akan menghadapi ujian. AKTB yang merasa tidak siap menghadapi ujian yang telah berada di depan mata kakinya berinisiatif untuk belajar bersama dengan teman-teman sebaya, sedepartemen dan seangkatan. Belajar bersama akhirnya disepakati akan dilaksanakan pada hari *****(bukan diRAHASIAKAN tapi lupa ^^v)di tempat huni seorang teman yang bernama rumah merah jambu. AKTB yang kebetulan tinggal di tempat yang cukup jauh dari tempat belajar bersama berinisiatif untuk berangkat lebih pagi. Segala rintangan di pagi hari dilalui oleh AKTB demi mendapatkan ilmu. Melewati pangkalan angkot yang penuh dengan angkot, melalui Babakan Tengah yang penuh dengan 91
angkot dan akhirnya tiba di Babakan Raya yang penuh dengan angkot juga. Ternyata perjuangan AKTB belum selesai, AKTB harus menyebrangi jalan raya yang penuh dengan berbagai macam kendaraan yang akhirnya membawa AKTB di turunan yang penuh dengan bebatuan dengan permukaan tidak rata. Tak terasa keringat bercucuran, namun hal itu tak dihiraukan oleh AKTB yang akhirnya telah sampai di depan rumah berwarna merah jambu. Hati senang tak terkira karena perjuangannya tidak sia-sia. Lalu AKTB memasuki ruangan yang telah dipenuhi oleh teman-temannya dengan segala tingkah polahnya dan buku-buku yang berserakan. Dengan seksama AKTB memperhatikan salah seorang teman yang sedang duduk dengan nikmatnya seraya menikmati nasi bungkus(STYSDDNSMNB). Mata AKTB yang menangkap fenomena itu menyalurkan stimulus ke otak yang akhirnya diketahui oleh cacing-cacing yang mendiami perut AKTB. Cacing-cacing berdemo tanpa kompromi meminta input sesuap nasi bersama lauk pauknya agar seimbang. Tak dapat menahan demo yang dilakukan oleh cacing-cacing dalam perut, akhirnya AKTB meminta sesuap nasi bersama lauk pauknya kepada STYSDDNSMNB. Ternyata cacing-cacing belum berhenti berdemo ketika sesuap nasi telah sampai di ”tangan” mereka. Cacing-cacing tersebut meminta seteguk air karena “seret” (bahasa Indonesianya apa yach?????). Tangan yang mendapatkan perintah dari otak dengan cepat mengambil segelas air putih yang berada tepat di depan nasi bungkus. “Glek… glek… glek…. ahhh… segarnya,” gumam AKTB dalam hati. Senyum yang tadinya hilang sekarang bersemi kembali. Perasaan senang memenuhi dalam jiwa dan raganya. Namun perasaan senang itu berhenti seketika saat STYSDDNSMNB berkata, “Ngga (nama panggilan AKTB), lo minum air sapa????”. Tiba-tiba ruangan terasa dingin, pikiran menjadi kosong, seakan-akan kegembiraan AKTB disedot oleh DEMENTOR. Dengan tergagap AKTB menjawab, “bukannya punya lo??? kan di depan nasi lo…”. AKTB berharap sebuah mukjizat datang dan STYSDDNSMNB berkata dia bercanda. Namun harapan tinggallah harapan, ternyata segelas air yang segar itu milik seorang lelaki yang tak dikenal yang duduk di dekat meja(SLYTDYDDDM). AKTB tak kuasa melihat wajah SLYTDYDDDM, dengan senyum innocent akhirnya AKTB berkata, ”Maap ya mas, airnya keminum sama saya”. SLYTDYDDDM tersenyum yang tidak dapat didefinisikan dan berkata “ Haus ya mbak!!!”. “hehehe….”AKTB hanya dapat tersenyum aneh. Wahyu Anggarini/F24061606
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Hakikat Hidup ini Aku menangis dalam sendiri hanya aku dan Rabb-ku, mencurahkan segala isi hati Menangis dalam rasa malu Semakin tipis hatiku dengan deras air mataku Telinga batinku tertusuk-tusuk, panas, mengiang Yang terbayang dalam diriku adalah tentang hakikat hidup ini Bukan, bukan gempita musik dan terasa hampa hati Bukan harta dan kenyang semata Bukan bahana dan rasa bangga atas keluarga Bukan kenikmatan cinta dunia Tiada seutas jerit pun Meski sejauh mana Meski semua orang memicingkan mata karena imanku Meski ruhaniku mendengar cemoohan itu Maka aku pun tahu, esok hari ialah “berkurang usiaku” 92
Aku harus menapakkan kaki kaki Terjaga dalam tawakal di kala malam Menangis dalam sunyi qonaáh perwira di medan cinta-Nya Mereguk manisnya kesetiaan tauhid dalam kalimat “Laa ilaahaillallah (Tiada Tuhan selain Allah)” Aku pun mengerti, bahwa batin dan ragaku bukan milik diriku, Sebab aku telah menekan tanda jadi Ada kwitansi dalam prasasti ruhani yang terpahat kuat, nyata sekali: "Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. Dan itulah kemenangan yang besar." (Al-Qur’an Surat at-Taubah 9 : 111) Maka aku pun bertanya di bawah atap langit Untuk apa ada kematian? Jika kematian itu ditakuti Kenapa ada kaya dan ada miskin? Jika Allah itu Maha Adil Apa tujuan hidup ini? Apakah kebenaran itu ada? Lalu konsep ketuhanan mana yang benar? Malaikat dalam hatiku berkata, Jika semua konsep ketuhanan benar, maka “kebenaran itu tak ada”. Sehingga pasti ada satu Satu konsep yang benar, bukan paling benar Karena setiap konsep memiliki perbedaan yang tak bisa ditoleransi. Katakanlah: "Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu; bagi kami amalan kami, dan bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati, (AL BAQARAH (Sapi betina) ayat 139) Aku menyapa kebahagiaan yang dimiliki oleh sekelompok orang miskin Mereka berkata “kami bahagia dengan iman kami, dan kesabaran selalu menjadi teman setia kami” Aku pun tahu bahwa ukuran bahagia bukan harta dan kebaikan semata Yang terpenting adalah iman…maka nyata bahwa Allah itu Maha Adil Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rizki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas. (AL BAQARAH (Sapi betina) ayat 212) Aku tertawa jungkir balik Melihat beberapa orang yang menginginkan kematian Mereka berangan-angan syurga dengan kata-kata jihad Mereka memiliki harapan yang tinggi dibalik dosa-dosa masa lalu mereka Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain 93
hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (ALI 'IMRAN (KELUARGA 'IMRAN) ayat 185) Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling tamak kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih tamak lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (Al-Quran Surat AL BAQARAH ayat 96) Dan tentu mereka akan mengatakan (pula): "Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia ini saja, dan kita sekali-sekali tidak akan dibangkitkan" {467}. (SURAT AL AN'AAM (Binatang ternak) ayat 29) (yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka." Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami. (AL A'RAAF (Tempat tertinggi) ayat 51) Aku menangis, menyalakan obor untuk umat ini Dengan ‘Senandung’ ayat-ayat Al-Qur’an Merenungi setiap kalimat mutiara di dalamnya Bahwa kebenaran itu ada! Bahwa pasti ada tujuan dari kehidupan dan kematian dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, {injil, taurat, zabur} serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. {hari pembalasan} (Al-Quran Surat AL BAQARAH ayat 4) Kutulis untuk Kakek-ku yang beragama Katolik, untuk ayahku yang beragama Islam. Octavianti Mayasari/F24061637
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Sahabat Warnai Hidupku Hidup tanpa seorang sahabat rasanya hampa. Bagiku sahabat terbaik adalah seseorang yang mengerti aku. Saat aku sedih dia bisa menghiburku, disaat aku senang aku bisa berbagi kesenangan dengannya, dan saat aku membutuhkannya, dia ada di sampingku. ---------Aku memiliki beberapa orang sahabat, sewaktu di TPB. Namun, setelah penjurusan, kita jarang bertemu karena departemen yang kita pilih berbeda. Aku masuk departemen ITP yang katanya terdiri dari orang-orang yang individualis. Kesan pertama yang aku rasakan memang demikian. Hari-hari pertama kuliahku di ITP, aku merasa sendiri. Tak ada lagi teman yang mengetuk pintu kamarku saat akan pergi kuliah. Tak ada lagi teman yang berjalan denganku saat pergi ke kampus. Hm,,, saat itu aku benar-benar merasa sendiri. Aku jauh dari sahabat-sahabat yang selalu menemaniku. Belum ada teman sekelas yang benarbenar aku kenal. Ditengah orang banyak aku benar-benar merasa sendiri. Padahal jumlah anak ITP ada 109 orang, tapi aku masih merasa kesepian. Tak jarang aku menangis karena takut sahabat-sahabatku melupakanku. Hmm,, mungkin agak sedikit lebay kali ya... Waktu pun terus berlalu, aku semakin bisa beradaptasi dengan lingkungan baruku. Sedikit demi sedikit aku mengenal teman-teman di ITP yang jumlahnya lumayan banyak. 94
Untungnya saat praktikum kita dibagi menjadi beberapa golongan. Jadi lebih mudah untuk saling kenal. Dari situ aku mulai dekat dengan beberapa temanku. Mereka adalah Nisa Si Jenius, Dedes Si Pecinta Ungu, Angga, dan Rima. Entah apa yang membuat kita menjadi semakin dekat. Kita selalu pergi bersama, main bersama, dan mengerjakan tugas bersama. Rasanya hari-hari di ITP yang begitu melelahkan, terasa lebih baik saat bersama mereka. Begitu banyak cerita yang telah kita lalui bersama. Bersama mereka aku merasa nyaman. Aku tak merasa sendiri lagi. Mereka adalah sahabat-sahabat yang baik, lucu dan paling mengerti aku. Meskipun demikian, tak jarang mereka membuatku lelah dan menjengkelkan. Tak jarang juga kita bertengkar karena salah paham. Menjauh hanya karena masalah kecil yang dibesar-besarkan. Namun, kita selalu berusaha membuat keadaan menjadi lebih baik. Sebagai sahabat, kita berusaha untuk saling mengerti. Mengerti karakter dan sifat masingmasing. Meskipun tak selamanya membuat senang, tapi itulah yang membuat persahabatan menjadi indah dan bertahan sampai hari ini. Sahabat seperti mereka membuat hidupku berwarna. ---------Sahabat-sahabatku... Hm,,,,Entah apa jadinya aku tanpa mereka. Mereka yang menjadi kekuatan dan pengobatku disaat aku rapuh, sedih, dan terluka. Mereka yang selalu mengingatkanku saat aku berbuat salah. Mereka yang pertama kali protes saat aku berbuat salah. Bagiku mereka seperti cahaya yang menerangiku di tengah kegelapan. Seperti malaikat yang diutus oleh Tuhan untuk menemaniku di setiap rasa yang aku hadapi. Tak pernah terbayangkan jika esok saat matahari terbenam, tak ada lagi cerita tentang persahabatanku dengan mereka, seperti kemarin dan hari ini. -----Untuk sahabat-sahabatku,, Sahabat... Kala embun tak lagi menyejukkanmu Dan mentari enggan berbagi denganmu Disini ada aku yang kan menjadi sandaranmu Sahabat... Senyummu adalah bahagiaku Tangismu adalah pedihku Lidah ini tak mampu mengutarakan Betapa berartinya kau bagiku Sahabat... kita pernah merenda tawa mengukir kisah menakjubkan Jika suatu saat kita berpisah Simpan kenangan kita Dan ceritakan kembali saat kita bertemu nanti... Sahabat... Tak terlukis seberapa indah senyum yang kita uraikan bersama Tak terhitung seberapa banyak tetesan air mata yang jatuh saat kita menangis bersama Sebelum esok merenggut kebersamaan kita Aku hanya bisa berdoa Semoga persahabatan ini abadi selamanya ****Love Drawn**** Siti Winarti/F24061660
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- 95
Tugas “Aneh” MPPI Kamis, 2 Juli 2009 Pagi yang cerah, ujian termudah, tidak ada gelisah, soal pun tak susah, mudah.. Serasa bebas ujian.. sayangnya, masih ada satu ujian lagi, Anpang ChromaSpectro.. Ah, tapi itu masih lama... 3 hari, that’s pretty plenty of time, my friend.. Mari kita main game sampai pagi.. tidak terasa sudah pukul 23.58 WIB. Tapi teman-teman masih semangat, aku pun semangat.. LANJUTKAN! Jumat, 3 Juli 2009 Masih main game, astaga.. Hidup memang asyik! Sampai pulang ke kosan dah kesiangan, tepat pukul 08.00 WIB. Mari kita tidur... Terbangun siang, langsung ada sms : “Nic, u brn ngbndot g?kl mw, sore ni di ysmin. K?” Langsung aku balas: “?sp tkut? 7” Langsung diadakan clan summoning, Willy the Nafsuer, Ian the Bosener, dan Nick The Battlemaster. Ada sms dari Dentot The Cuphuer : “yo, gw dh d bra.ngebubur.” Aku balas: “otw, siap2 dibante” ... Kami telah sampai di Yasmin bandotbantaibangke game center. Terlintas di pikiran “mana dentot?”.. Ada sms dari Dentot: “Nic,gw dh d kosan.lg ngetik euy” Reaksi kami: “#@*&(&^^#@ Lalu main sampai pagi.. Sabtu, 4 Juli 2009 Masih ngebandot..pulang subuh.. Tidur.. Sebelum tidur sempat melihat slide anpang.. Terpikir “Ah, masih lama ya...santai..” Bangun-bangun sudah sore, astaga... Ketemu Dentot di kosan, langsung terjadi dialog: Willy : Tot, u cupu bgt c! Pecut ah.. Dentot : Ah, bukan cupu. Lagi ada tugas nieh –bohongNick : Udah, ntar malem main.. Dentot : Iya...Pasti.. Malamnya.. Willy : ayo, cabut.. Nick : Yosh! Bantai2.. Dentot : Aduh, cape banget nieh hari ini.. besok harus berangkat pagi nieh.. Nick : ... Willy : #F##k!1*@ Lalu permainan tetap dimulai... Minggu, 5 Juli 2009 Astaga, besok ada ujian, belum belajar.. Uspen belum beres.. Presentasi belum bikin.. 96
ASTAGA... ... Ada yang datang ke kamar: Dentot : nick, main yuk, DotA.. Nick : ... ... ... Nick : Get out, before i lost control and kill you.. Quickly.. Dentot : :7) Langsung berkutat dengan USPEN, PRESENTASI, dan UJIAN.. Tidak terasa sudah tengah malam.. ASTAGA.. Senin, 6 Juli 2009 Dini hari.. USPEN baru beres, akhirnya.. Belajar buat ujian besok.. .. .. ASTAGA, ketiduran saat-saat begini, nasib lagi jelek.. Sudah jam 04.00 WIB, 4 jam sebelum ujian.. Sambil belajar iseng ke kamar sebelah, ada MotoGP, seru.. .. Wuih, Pedrosa menang bro..Rossi kalah.. .. .. Tapi aku belum belajar.. Langsung belajar.. .. Baru selesai belajar, sudah pukul 07.20 WIB. Berangkat ujian.. Kita Datang, Kita Ujian, Kita menang TERBANTAI.. .. Kerjain presentasi... Kerjain tugas ‘aneh’.. HARI YANG ANEH... By: Nick.. Nicho Afiandi/F24061661
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- P.A.R.N.O Eitss, jangan salah baca apalagi salah sebut judul di atas jadi P.O.***. Bukan juga Parno nama orang. Yups, parno alias paranoid. Sebenernya sih dengan agak berat hati nih cerita ini, tapi mau gimana lagi, soalnya ga tau lagi mau nulis apa, daripada ga ada yang ditulis. Emm,,, tapi,,, ceritain gak ya… (ngitung kancing : cerita, gak, cerita, gak, cerita, gak, cerita) >.< yah, karena berhubung kancing di baju yang ge pake sekarang cuma ada 7, jadi terpaksa diceritain (padahal kalo hasilnya gak, diceritain juga sih, wong ini tugasnya) Hehehe… Ada satu syarat kalo mau baca cerita ini. Pokoknya jangan sekali-sekali ngerjain gw dengan hal ini, kalo gak, gw akan musuhin lo ampe cicit 7 turunan (lebay deh). Huhh, salah satu ke’parno’an gw adalah dengan hal-hal yang berbau, berunsur, berkedok, tentang mistis. Ga tw kenapa emang dari kecil itu gw penakut banget. Dan ada beberapa tingkah gw, yang baru gw sadarin sekarang betapa anehnya gw. Misalnya: waktu kecil, kalo mandi, gw ga 97
pernah tutup pintu, soalnya gw takut sesuatu terjadi di kamar mandi, kalo pintu ketutup, takut terkunci terus ga bisa cepet kabur, seinget gw waktu kecil, cuma kamar mandi itu tempat gw sendirian. Kalo udah malem, misalnya gw mau ke ruang makan mau ambil minum, gw akan minta orang temenin atau setidaknya liatin keberadaan gw di ruangan itu. Kalo bangun tengah malem kebelet pipis, gw akan bangunin cici gw (kakak) temenin keluar kamar. Di rumah juga gw tidur sekamar berdua ama cici (kakak perempuan), lampu kamar juga dinyalain waktu tidur. Gw juga paling ogah ditinggal sendiri di rumah. Hal itu tidak terjadi lagi sekarang, ya iyalah masa kalo mandi pintunya ga ditutup, kan maluuu. Hihiihi. Tapi ampe sekarang gw akan pernah mau diajak nonton film setan-setanan, biar dibayarin nonton, terus ditraktir makan bis nonton, gw gak akan pernah mau deh. Gw juga ga mau denger deh cerita-cerita tentang setan-setanan. Tapi gw juga pernah ngalamin sendiri hal-hal kaya gitu. Waktu liburan panjang SMP naik ke SMA, rencana ada kegiatan retreat di daerah St. Monica Resort yang ada kegiatan outbond. Nah, waktu itu gw sebagai panitia. Seminggu sebelum kegiatan, gw survei track out bond ke air terjun. Bersama beberapa panitia lain juga. Lintasannya menyusuri jalan setapak yang samping kanannya jurang, kiri tembok batubatu di tengah hutan. Setelah berjalan selama 1 jam lebih, kami berhasil sampai di air terjun. Yang jadi masalah saat perjalanan kembali dari air tejun. Karena itu judulnya survei, jadi kami mencoba jalan yang berbeda dari perjalanan awal. Cilakanya lagi adalah hari udah menjelang malam, dengan medan yang lebih sulit dilalui, diperparah lagi karena tidak ada satu pun dari kami yang membawa senter. Jadilah kami jalan kaki di tengah hutan, kanan kiri jurang tanpa penerangan senter, hanya mengandalkan cahaya bulan yang pada saat itu bulan purnama. Untunglah pada saat itu ada seorang pemandu yang menemani kami. Jadi pemandu itu yang menuntun kami. Dia selalu mewanti-wanti kami supaya jangan bengong, pikiran jangan kosong, liat jalan aja, gak usah tengok ke mana-mana. Wuitss, perasaan gw udah deg-deg ser aja tuh, pikiran gw udah mikir yang nggak-nggak, gimana kalo gak bisa pulang lagi. Padahal itu udah hampir 2 jam berjalan kaki dari air terjun, tapi kami tidak sampaisampai juga, sempat terlintas apakah kami ”disesatkan” oleh makhluk tak terlihat. Duh pokoknya selama jalan itu ga putus-putus doa dalam hati. Karena pemandangannya sangat gelap, jadi kalo ada sesuatu yang putih-putih itu kan keliatan jelas ya. Nah, itulah pertama kalinya gw liat. Karena gak mau bikin yang lain panik, (padahal gw udah lemes setengah mati) gw diem-diem aja. Di daerah itu juga sinyal hp dari operator apapun tidak dapat sinyal. Kami hanya pasrah menyusuri jalan itu, tanpa sendal (soalnya sendalnya dah pada hanyut di selokan-selokan yang dilewati), gelap-gelapan, kelaparan dan ketakutan campur aduk. Akhirnya setelah kurang lebih 2,5 jam berjalan. Kami sampai di jalan keluar. HUIHhh. Leganya.... Setelah kami tiba di mobil menuju perjalanan rumah, akhirnya berceritalah yang lain tentang apa yang dilihat masing-masing di kegelapan yang telah dilewati. Tenyata oh ternyata. Semuanya melihat penampakan-penampakan. Dan gw bersyukur, gw cuma liat sekali karena yang lain liat berkali-kali dan banyak. Kapokkkkk..... Sebenarnya masih ada beberapa cerita lagi di kamar gw sendiri sekarang, tapi gw ingetnya aja ngeri, apalagi ceritain. Nanti gw malah parno ga karuan lagi di kamar gw sendiri. Jadi, cukuplah sudah gw cerita yang sebenarnya kalo orang lain cerita tentang ginian ke gw, gw ga akan mau denger... hehehehe... Febriani/F24061689
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- EPISODE # 1 Malam 26 Mei 2009. Subhanallah, sudah 21 tahun ternyata kaki ini berpijak di bumi-Nya. Rasanya baru kemarin tubuh kecilku ditimang-timang, diciumi, tjups!! Inilah hidup, berjalan, berlalu, tidak kembali. Tidak seperti Bus yang terpampang PP (Pulang Pergi) di kaca 98
depannya, bus kehidupan ini hanya satu jurusan, bergerak ke depan, melaju dengan kencang, satu tujuan, apalagi kalau bukan kematian, karena kita sedang mendekat menuju sana ihhh sereem.... Dalam sebuah instrumen kehidupan (tepatnya untuk memperbaiki hidup) yang kusebut perenungan, perenungan di malam ke 21 tahunku, kulihat betapa hidup ini begitu indah. Syukurku pada-Mu ya Rabb, perlahan, saat kucoba merekonstruksi seluruh memoar di setiap bagian kehidupan yang kujalani, satu demi satu melahirkan makna tersendiri, hikmah, pendidikan, dan barangkali kebaikan untuk episode kehidupan berikutnya yang kujalani, Kamusku hanya mengenal 2 episode, kini (episode #1 yang sedang kujalani) dan episode berikutnya yang lebih indah dan lebih baik. Hidup ini begitu indah, walau terkadang telat kumenyadarinya. ...Sulit kuungkapkan dengan untaian kata yang kutulis ini. Sebuah Grand Design sang pencipta sebagai salah satu kado terindah yang Dia berikan kepadaku, kepadamu, dan siapapun yang menyadarinya, bukan karena kita pintar merekayasa kehidupan sehingga seolah tampak indah. Satu hal lagi mungkin yang membuat kehidupan ini begitu indah. Apalagi kalau bukan Do’a dari orangorang yang kucintai, darimu teman seperti DDDDD, atau mungkin dari peminta-minta jalanan yang pernah kuberi sekeping koin seratus rupiah yang membuatnya berdo’a begitu khusyuk kepada Rabb meminta kebaikan untukku ......... Kepingan pengalaman ini hanyalah sedikit dari bagian hidup yang kualami. Setidaknya bisa kuceritakan kepada putraku kelak, atau siapapun yang memandang hidup ini begitu sulit seolah masalah lebih besar dari apa yang dia punya. * * * Berita kelulusanku di IPB memang cukup membuat warga sekitarku angkat topi. Maklum cerita sukses mahasiswa sebelumnya hanya dimiliki orang yang cukup berada. Masih kuingat beberapa waktu sebelumnya saat seseorang mengatakan niatku untuk melanjutkan terlalu ketinggian. “Tak apalah, itu hanya bumbu kehidupan yang sering kualami”. Cukup mempan rasanya nasihat bijak ayah/ibu yang selalu menyuruhku supaya senantiasa bertekad dan bersabar. 5 Juli 2006 Tak tahan gerahnya cuaca di kota hujan ini. Kali pertama kuinjakkan kaki di IPB, berbekal beberapa berkas dan beberapa lembar uang untuk registrasi, “Semoga bisa dibebaskan biayanya”. Pikirku sebelum masuk gedung. Di salah satu sisi gedung biru, kuperhatikan orang-orang di sekitarku terutama mahasiswa baru yang membawa koper dan ditemani orang tuanya, ingin rasanya merasakan hal yang sama. Sempat ragu ketika hendak masuk ke tempat itu, apalagi, tepat di pinggirku seorang ibu bercakap dengan ibu lainnya “Tidak mungkinlah ada keringanan biaya”, semakin menambah keraguanku. Rupanya Rabb ku menghendaki hal lain, entah apa yang mendorong seorang bapak tua yang juga mengantarkan putrinya menghampiriku, memberikan nasihat bijaknya seolah dia tahu apa yang kurasakan, “Nak, inilah kesempatan, harapan untuk hari esok yang lebih baik, perjuangkan apa yang menjadi keinginanmu, setelah kau coba, tawakallah”. Wajah kerut, rambut putihnya mengingatkanku pada sosok ibu/bapaku. Seketika kuingat betapa banyak orang yang menitipkan harapan kepadaku, ayahku yang bertunduk sujud syukur di atas lumpur tanah saat kuberitahu kelulusanku di IPB, ustadz yang mengharapkanku menjadi pemimpin negeri, Ibu/Bapak guru yang menginginkanku jadi teladan, atau tangan anak-anak yang menengadah di pinggir jalanan kota (suatu pemandangan baru bagiku di kota hujan, tak tahan melihatnya hingga tak kuasa air mata ini menggenang), semuanya cukup mendongkrak semangatku, membulatkan tekad untuk terus maju. “Hari ini hanyalah satu episode untuk mempersiapkan episode di hari esok, pasti lebih baik, aku harus maju”, pikirku. Tahun pertama di IPB, begitu banyak kenangan, perjuangan yang indah yang kurasa, Setiap pembicaraan di lorong, di kelas, atau di manapun rasanya jarang sekali absen membicarakan nasib jurusan yang hendak diambil. ”Kamu ambil jurusan apa Zam?”, “ITP” jawabku agak ragu, maklum persiapanku hanya segitu-gitunya, lanjut bisikku di dalam hati. Satu episode yang tidak kuceritakan kepada siapapun kecuali di atas kertas ini mengenai masa itu. Masih kuingat, beberapa waktu sempat merasakan bagaimana makan hanya 99
dengan budget 2500 tiap harinya, ya hanya cukup untuk sepiring nasi, sayur ditemani tempe yang kubagi untuk pagi dan sore. Pertama kurasa lumayan berat, tapi rupanya kebiasaan shaum sunnah cukup membuatku bertahan dengan kondisi seperti itu. Hari esok pasti lebih baik, begitu pikirku setiap rasa sedih itu muncul menjenuhkan pikiran. Episode itu berlalu, dan benar ternyata, setiap kutancapkan tekad, berbagai kesempatan berlalu lalang di hadapanku. Lumayan, beberapa aktivitas membuatku survive mulai dari jualan, kuli waktu liburan, serta mengajari anak2 SMP/SMA. Yang terakhir memang paling kusuka, bahkan menjadi hobi sampai sekarang. Aktivitas satu ini menyisakan kenangan sendiri. Di awal karirku sebagai ‘Pak Guru’, lokasi tempat mengajar lumayan jauh, 3 kali naik angkot. “Wah, tekor juga gajiku kalo jauh gini”. Sebagai solusi kupilih sepeda sebagai teman hidupku waktu itu, dengan resiko yang kuambil, berangkat dalam kondisi terik, pulang keguyur hujan, belum lagi memakan waktu yang cukup lama. Komplit sudah semua itu kuambil, tapi lumayan menyenangkan, sepanjang jalan banyak hal yang kulakukan, bernyanyi, berdzikir, atau sekedar meneriakkan apa yang kuinginkan. Capek? Ya, tapi rupanya hobiku berolahraga cukup membantuku menghadapi kondisi ini. Berbagai kondisi itu memberiku berbagai nilai, nilai sebuah perjuangan, optimisme, kesyukuran dan banyak hal lagi. Tidak sia-sia kondisi itu kualami, karena inilah pendidikan Rabb yang diberikan sebagai persiapan menghadapi episode berikutnya, episode yang lebih baik. Perenungan itu sesekali diselingi tawa, sedih, sesal, atau pertanyaan-pertanyaan yang terkadang sulit untuk kujawab. Konyol dan malu kalau kuingat saat dompetku tipis, inilah saatnya mencari yang serba gratis, bahagia rasanya saat ajakan teman untuk makan menghampiri, undangan selametan, bahkan tujuh harian. Alhamdulillah, benar kata abi (bapak) kalau Rabb menciptakan sesuatu ada pasangannya, ya ini mungkin, perut dan bahan bakarnya he.. satu lagi yang membuatku malu, aktivitas yang lumayan padat tanpa diimbangi dengan olahraga, membuatku sering ambruk. Beruntung IPB punya poliklinik yang bisa kapan saja kumanfa’atkan, saking seringnya sampai suatu saat rasanya malu untuk datang lagi ke sana karena medical recordku yang lumayan penuh sampai dokternya mengenaliku. Walaupun banyak di antara temanku yang menganggap pelayanan poliklinik tidak memuaskan, bagiku poliklinik menjadi bagian penting dalam perjalanan ini bak pahlawan yang bisa kuandalkan. Sedikit memori itu hingga saat ini selalu meyakinkanku bahwa Rabbku senantiasa memberikan yang terbaik, dan aku yakin hal yang terjadi pada setiap orang juga demikian kalau saja mau terbuka dan berpikiran positif. * * * Teman, semester 6 sudah berlalu, kuharap kita lulus dengan baik di semester ini. Hitungan matematis hanya mengizinkan kebersamaan kita beberapa bulan lagi, tapi kepingan sejarah bersamamu selama di ITP, tentu akan senantiasa menjadi bagian hidupku, seperti yang kau tuliskan di buku ini. Perpisahan memang tidak pernah kita inginkan, tapi pasti datang juga. Sebelum waktu itu datang ingin rasanya kuminta maaf darimu atas segala khilaf dan salahku sebagai teman atau komti. Terima kasih, terima kasih sudah menjadi bagian sejarah hidupku. Sampai ketemu di suatu hari nanti. 085223634973 email/fb
[email protected] Anis Zamaluddien/F24061780
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Cokelat Terakhir “Nek, Emak kemana?”, tanyaku. “Waduh, Emak ngilang lagi?”, tanya nenekku sambil mencari. “Bi, liat Emak ga?”, tanyaku. 100
“Enggak non Des, coba Bibi cari dulu yah.”, sahut bibiku seraya berjalan mencari emak. Gak lama setelah itu, Bibi pun kembali dengan membawa Emak. Ternyata Emak mau kabur ke rumah adik kedua nenekku. Emak udah ga muda lagi, rambutnya pun sudah putih semua. Tetapi badannya masih kuat untuk berjalan jauh. Emak adalah ibu dari nenekku, aku sangat menyayangi beliau. Aku merupakan cucu perempuan tertua emak. Semenjak pindah ke Bogor, Emak selalu berpindah-pindah tempat. Kadang di tempat aku, di tempat adik kedua nenekku ataupun di tempat adik bungsu nenekku. Saat emak ada di rumahku, aku pun sangat senang karena aku bisa memeluknya terus. “Emak, mau sholat apa?”, tanyaku saat melihat Emak mengenakan mukena. “Mw sholat maghrib.”, sahut Emak polos. “Ya ampun Mak, ini masih jam 5 sore. Maghrib masih lama Mak.” “Oh, Emak kirain udah magrib.” Aku pun segera pergi meninggalkan Emak. Tetapi gak lama kemudian aku pun kembali lagi ke kamar Emak. Aku kaget, ternyata Emak sedang sholat. “Ya ampun Emak, udah dibilangin lum maghrib juga,” gerutuku. Tapi aku memakluminya karena Emak sudah tua, ingatannya pun sudah berkurang. Emak sering cerita tentang Almarhum Babah padaku. Dan ujung-ujungnya Emak selalu berkata, “Emak tuh ya Des, diacungin jempol ma Babah. Karena sejak Babah meninggal, Emak ga nikah lagi. Makanya Des, kamu harus setia.”, ucap Emak dengan penuh kebanggaan. Aku salut sama Emak, dari cerita-cerita Emak, aq banyak mendapatkan pelajaran berharga. Aku pun tambah sayang sama Emak. Dulu ketika aku akan berangkat sekolah, Emak selalu berpesan, “Titip cokelat ya Dez”. Sejak saat itu, kalau Emak sedang tinggal di rumahku, aku pun tak lupa membelikan Emak cokelat. Semenjak Emak tinggal di rumah adik kedua nenekku, aku jadi jarang sekali bertemu dengan Emak. Mungkin hanya 4x dalam setahun. Aku sedih kenapa Emak harus tinggal di rumah adik kedua nenekku. Padahal, di sana Emak gak diperhatiin. Berbeda kalau Emak di rumahku, pasti selalu diperhatiin. Tapi ada satu hal yang buat Emak ga bisa pergi dari rumah adik kedua nenekku itu. Yaitu anak dari adik kedua nenekku itu, Emak sangat menyayanginya. Tak peduli walaupun Emak selalu dipukuli olehnya, Emak tetap bertahan di rumah itu. Sampai pada akhirnya, Emak pun sakit karena dipukul olehnya. Karena merasa tidak terima ibunya diperlakukan seperti itu, adik bungsu nenekku pun membawa Emak ke rumahnya. Emak tinggal di rumah adik kedua nenekku aja aku jarang melihatnya. Apalagi kalau Emak tinggal di rumah adik bungsu nenekku yang berada di pedalaman. Aku hanya bisa melihat Emak kalau adik bungsu nenekku itu mengadakan acara kumpul keluarga di rumahnya. Tak lama setelah Emak tinggal di rumah adik bungsu nenekku, Emak pun mulai sakitsakitan. Aku ingin sekali menjenguk Emak, tetapi aku gak bisa karena aku sibuk kuliah. Sampai suatu ketika aku mendapat kabar kalau badan Emak sudah kurus dan kakinya pun mulai membengkak. Aku pun berdoa pada ALLAH, “Ya ALLAH, apabila Engkau ingin mengambil nyawa Emak, hamba ikhlas. Tetapi izinkan hamba untuk bertemu dengan Emak sekali lagi. Hamba ingin membelikan Emak cokelat lagi.” Suatu hari aku dan mamahku pergi ke rumah adik bungsu nenekku. Di tengah perjalanan kami membeli cokelat buat Emak. Aku membeli 2 cokelat batang. Satu untuk Emak dan satu untukku. Tetapi karena mamah ingin ngemil, cokelatku pun dimakan mamah. Merasa gak rela cokelatku dimakan mamah, aku pun ikut makan cokelat tersebut sampai habis. Setibanya di rumah adik bungsu nenekku, aku pun langsung memberi cokelatnya kepada Emak. “Emak, ini cokelat buat Emak. Yang fruit & nut loh, Mak.”, ucapku sambil menggoda Emak. “Mau dimakan sekarang gak Mak? De2s bukain ya Mak.” Sambil membuka bungkus cokelat. 101
Emak pun memakan cokelat tersebut dengan penuh kenikmatan. Mungkin selama tinggal di rumah adik nenekku, Emak ga diperbolehin makan cokelat. “Heh, udah ah Des! Tar Emak buang-buang air gimana?”, teriak adik bungsu nenekku. “Udah Des, simpen cokelatnya dikulkas. Buat tar lagi aja.”, perintah mamahku. Aku gak dengerin perintah mamah, aku membungkus cokelatnya dan aku pun memberikannya pada Emak. Setelah beberapa jam di sana, aku dan mamah pamitan untuk pulang. Aku masuk ke dalam kamar Emak. “Emak, Des pulang dulu yah.”, bisikku saat aku mencium tangannya. “Kok pulang? Di sini aja Des, temenin Emak. Nginep aja yah?”, bujuk Emak sambil memegang erat tanganku. “Ga bisa Mak. De2s besok ada kuliah Mak.” Sambil melepas tanganku dari Emak. Saat itu aku berat rasanya meninggalkan Emak. Aku pun mencium kedua pipi dan keningnya. Aku memeluk Emak dengan erat. Rasanya aku ga mau melepas pelukanku. Tetapi aku harus pulang. Dengan langkah berat, aku pun meninggalkan kamar Emak. Dan yang membuat aku tambah sedih, aku harus mengunci Emak di kamar. Selama tinggal di rumah adik bungsu nenekku, Emak selalu dikunciin di kamar. Bukan karena adik bungsu nenekku itu tidak menyayangi Emak. Tetapi karena beliau sayang sama Emak, beliau gak mau Emak kabur dari rumahnya. Ketika aku masih tidur, mamah menelpon aku. “Des, kamu dapet kabar dari nenek ga?”, tanya mamahku dari telpon. “Enggak, emang kenapa Mah?”, tanyaku penasaran. “Kamu janji yah jangan nangis?” “Emang ada apa sih Mah?” “Emak meninggal. Udah kamu jangan sedih. Kamu ada praktikum kan?”, jawab mamahku sambil menenangkanku. “E… Emak meninggal Mah? Kok bisa Mah? Kapan?”, tanyaku gak percaya. “Iya bener. Tadi jam 4 pagi meninggalnya. Sekarang mamah pulang ke Bogor.” “Huaaa…. Emaaakkkk… Des mau ikut ke sana Mah.”, ucapku sambil menangis “Kamu kan ada praktikum Des. Udah ga usah!!”, perintah mamahku. “Gak mau!!! Pokonya Des mw ikut.”, jawabku dengan sesegukan. “Desi, denger! Mamah ga suka kamu nagis!! Ga boleh ditangisin!! Kamu gak boleh ke sana kalau kamu nangis kayak gini!!”, omel mamahku. “Pokonya De2s mw ikut.”, bantahku. “Gak boleh kalau kamu masih nangis kayak gitu!!” “Iya.. iya… Des ga nangis lagi deh. Tapi de2s mau liat Emak.” “Yaudah, sekarang mamah udah di TOL. Ketemu di Yasmin aja. Perintah mamahku.” Setelah telpon ditutup, aku malah makin menjadi. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku gak percaya Emak meninggal. Padahal baru beberapa minggu yang lalu aku membelikan Emak cokelat. Baru beberapa minggu yang lalu aku mencium dan memeluk Emak. Dan baru beberapa minggu yang lalu aku mengunci emak di dalam kamar. Tak peduli dengan wajah yang berlinangan air mata, aku pun pergi meninggalkan kostanku dan pergi ke rumah adik bungsu nenekku. Aku menunggu mamah di Yasmin. Setelah mamah tiba, kami pun berangkat bersama ke rumah adik bungsu nenekku. Setibanya di sana, aku melihat nenekku menangis tersedu-sedu. Mamahku pun memeluk nenek. Saat aku masuk ke dalam rumah adik bungsu nenekku itu, aku melihat sesosok tubuh yang terlentang di lantai, ditutupi kain kafan dan kain batik. Aku mulai mendekat ke sosok tubuh tersebut. Aku tak percaya. Ternyata sosok tersebut adalah Emak. Orang yang aku sayangi, orang yang selalu menceritakan kehidupannya padaku, orang yang selalu berpesan agar aku selalu setia, orang yang selalu titip cokelat padaku. Aku sedih kenapa saat terakhir aku bersama Emak itu justru di saat aku harus mengunci Emak di dalam kamar. “Emak, De2s sayang sama Emak. Kalau ini yang terbaik buat Emak, De2s ikhlas Mak. Selamat jalan Mak. De2s akan selalu ingat pesan emak. Ya ALLAH, Terima Kasih. 102
Terima kasih karena Engkau telah memberikan aku izin untuk bisa membelikan cokelat terakhir buat Emak sebelum Engkau mengambil nyawanya.” Ucapku dalam hati. Desi Ratih/F24061912
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Yadi selaku dosen mata kuliah MPPI yang telah memberikan tugas ini sehingga saya bias mencurahkan apa yang saya lihat di sekitar saya dan tentang apa yang saya alami. Kumpulan curhat saya ini terdiri dari beberapa judul, seperti berikut ini:
Wanita Perkasa dan Rokok Curhatan pertama kali ini merupakan curahan hati saya pada salah seorang wanita yang saya kagumi. Curhatan yang beberapa waktu lalu saya alami tepatnya pada tanggal 30 Mei 2009, setelah acara PLASMA (Pelatihan Sistem Manajemen Halal) di depan tugu kujang Bogor. Cerita ini berawal ketika saya dan teman- teman panitia PLASMA hendak pulang ke Darmaga Bogor. Biip….biip….biip suara mobil angkot yang bergemuruh menandakan bahwa di pusat kota bogor tepatnya di area tugu kujang sedang terjadi kemacetan. Para sopir angkot juga saling berebutan mencari penumpang yang baru saja menyebrang dari arah Botani Square. Sungguh merupakan sebuah fenomena seleksi alam untuk tetap survive di tengah kondisi yang serba susah seperti sekarang ini. Kami menyebrang kemudian berhenti di pertigaan tugu kujang. Salah seorang dari kami mencari angkot jurusan Baranang SiangBubulak yang masih kosong. Maklumlah, waktu itu kami berjumlah lima belas orang sehingga akan lebih irit kalau mencarter satu angkot. Tatkala sedang memperhatikan sekeliling, terdengar suara kondektur wanita yang sedang mencari penumpang. “Bulak…, bulak…, bulak…,” teriak wanita tersebut. Dalam hati aku bertanya, “Betulkah suara itu suara seorang wanita?”. Aku langsung terkejut. Dari kejauhan terlihat sosok wanita berumur sekitar 42-48 tahun berusaha mengais rezeki yang ditebarkan oleh Sang Pencipta di muka bumi ini. Tampak, wanita tersebut berdiri di pinggir pintu angkot 08 jurusan Wr Jambu-Bubulak sambil menghisap rokoknya yang terus menerus mengeluarkan asap. “Tetapi, kenapa harus dia yang turun tangan membanting tulang menjadi seorang kondektur? Kemana saja suaminya?” tanyaku lagi dalam hati. Wallahu alam, yang pasti aku yakin bahwa semuanya itu dilakukan dengan tidak tanpa alasan. Sungguh sesosok wanita yang sangat mulia yang rela terjun langsung di tengah-tengah pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh kaum pria. Aku sangat iri pada wanita tersebut. Bukan karena iri hati melainkan aku iri pada semangatnya. Semangat yang besar yang mungkin dilakukannya untuk meringankan beban keluarga di tengah himpitan banyak masalah. Terlihat sangat jelas dari pancaran keikhlasan dari rona wajah wanita tersebut. Sungguh fenomena waktu sangat menyentuh hatiku. Akhirnya kami pun mendapati sebuah mobil angkot jurusan 03 yang masih kosong dan bergegas masuk ke dalam. Mobil mulai melaju ke arah kampus IPB Darmaga. Tampak wanita tersebut tersenyum sambil melambaikan tangannya ke arahku. Aku menimpalinya dengan melambaikan tanganku ke arahnya. Aku teringat dengan tawaran temanku untuk ikut lomba fotografi tema bebas. Seketika itu pula, aku langsung berpikir kenapa tidak wanita itu saja yang aku jadikan objek fotografi? Sayang sekali aku tidak membawa kamera. Alhasil kami pun melanjutkan perjalanan pulang ke kampus. Dalam hati aku ingin mengungkapkan rasa kagumku kepada wanita tersebut. Kaulah wanita perkasa… Kaulah wanita yang mulia… Kaulah wanita yang akan membuat iri banyak kaum pria karena semangatmu dan keberanianmu. Juli Hadiyanto/F24061952
103
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Impianku=Hidupku Hari itu Selasa pagi di musim semi tahun 2020. Seorang dosen dengan jilbab putih menyusuri lorong-lorong kaku yang begitu angkuh sepanjang 20 meter dari gerbang depan yang bertuliskan besar-besar FOOD SCIENCE AND TECHNOLOGY DEPARTMENT. Tapi raut wajah dosen itu begitu sejuk dan tatapannya penuh memancarkan kedalaman ilmunya. Dibukanya pintu coklat yang terbuat dari papan partikel hasil daur ulang. Di dalam ruangan itu sudah dipenuhi oleh sekitar 20 orang mahasiswa S1 yang berwajah Asia dengan mata yang mayoritas selalu seperti orang yang hampir tertidur (sipit). Dosen muda itu, meletakkan dua buah buku yang sedari tadi dipeluknya. Satu buku bercerita tentang daging dan yang lainnya sebuah jurnal pangan halal yang baru rilis seminggu lalu. "Ohayo gozaimatsu, minnasan", ia membuka kuliah hari itu dengan salam dan penuh senyuman hangat. Seperti biasa ia tidak langsung masuk kepada materi kuliah. Ia selalu terbiasa memulai kuliah dengan kultum (kuliah tujuh minggu, hehehe) yang sudah menjadi tradisi di universitasnya saat masih tinggal di republik khatulistiwa. Hari itu ia bercerita tentang sebuah film yang berjudul October Sky. Film ini berangkat dari sebuah kisah nyata seorang laki-laki tanggung yang terpesona oleh peluncuran Sputnik pada tahun 1970an. Laki-laki itu punya mimpi besar yaitu menerbangkan roket ke luar angkasa. Salah satu tokoh panutannya adalah Dr. Von Braun, ilmuwan Rusia yang menjadi kepala riset peluncuran Sputnik. Mulai saat itu laki-laki itu mulai merancang stasiun penelitian di sebuah bukit di desanya. Ia dibantu oleh teman-temannya dan pantang menyerah berusaha. Langkahnya kerapkali mendapat halangan dari kepala sekolah, warga desa, bahkan ayahnya sendiri. Namun, ia tidak pantang menyerah. Hingga akhirnya ia berhasil menemukan formula bahan bakar dan model roket yang tepat sehingga mampu melesat tinggi. Hasil risetnya tersebut akhirnya membawa ia dan timnya menjuarai karnaval sains di negara bagiannya, di Amerika. Hingga akhirnya ia mampu bertanding di tingkat nasional (Amerika). Di luar dugaan ia menang. Akhirnya ia bersama seluruh timnya memperoleh beasiswa kuliah. Setelah lulus ia pun berhasil bergabung dengan NASA dan menerbangkan ribuan roket di angkasa Amerika. Cerita tadi begitu menginspirasi mahasiswa-mahasiswa bermata sipit itu. Dosen itu membakar semangat mahasiswanya untuk berani bermimpi dan berjuang mewujudkannya. Lalu ia melanjutkan ceritanya tentang sebuah organisasi yang telah mengubah arah sejarah hidupnya. Organisasi itu ia ikuti saat masih kuliah S1 di Bogor, FORCES (Forum for Scientific Studies). Sederhana namanya tapi luar biasa prestasinya. Dari organisasi inilah yang membuatnya begitu bersemangat untuk berprestasi (walaupun belum menghasilkan karya apapun sampai saat ini). Kultum pagi itu pun berakhir. Hasilnya 20 orang mahasiswa di ruangan itu makin terbuka matanya. sebagian ada yang mengusap mata karena terharu, sebagian besar sumringah, sementara yang lain bertepuk tangan. Dosen itu memulai kuliah tentang GELATIN pada Selasa pagi itu dengan membaca basmallah di dalam hati. Ia masukkan flasdisk dan memilih slide yang telah ia baca ulang malam sebelumnya. Halaman pertama slide itu bertuliskan HALAL FOOD by : Sarah Fathia, Ph.d Tokyo University, 2020 Ucapan terima kasihku pada teman- teman ITP 43,, Tulisan ini sebagai penyemangatku untuk selalu bersemangat berkarya,, Masa lalu jadikan pelajaran yang berharga,, 104
Mohon maafku terutama pada asisten praktikum biokimiaku: Wina dan Lisa (terima kasih ya ^_^) Terima kasihku untuk Sai dan Zatil, dan teman-teman seperjuangan di UKM FORCES IPB. Moga kita semua menjadi orang yang sukses dunia akhirat. Amiin ITP !!! We’ll fight 3x for food secure !! Dahsyat !! Sarah Fathia/F24061987
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Hilangnya Seberkas Cahaya Sejenak kurasa udara semakin tipis.. Dan sinaran surya memudar..,letih mengiring waktu.. Mata air mengering..memutus ikatan dengan sungai.. Apalah sisa–sisa mimpi? Jikalau sinar dalam lorong hati tak lagi bercahaya? Jikalau dinding–dinding yang kau bangun menua dan berlumut? Aku mau cinta mengalahkan waktuku.. Seperti dedaunan kering rebah di pangkuan rumput hijau.. Hhhh… Sesaat suara kecil itu bergumam… Aku manusia biasa .. Tak mampu kutawar hilangnya rindu.. Tak dapat kutahan pudarnya sinar.. Pun jika kamu meminta keadilan.. Maka aku tetap tinggal didalam ruang yang mulai gelap dan lapuk.. Kucoba menjaga ini layaknya sebongkah prasasti tua.. Ah..hati terus menerus melayang.. Berputar–putar di ruang gamang.. Satu tanya melintas pikiran .. Dimana sembunyi keabadian? Victor T/F24062040
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Kehidupanku adalah sebuah hal terindah sekaligus penuh dengan kekecewaan. Aku, Clara Maria Selma Trinitasari lahir pada tanggal 5 Agustus 1988 di kota Bekasi. Aku adalah anak tunggal. Aku yang sekarang tentunya berbeda dengan aku yang dulu. Sekarang aku adalah seorang wanita yang mandiri, berusaha sekuat untuk mencapai keinginanku, dan semampu mungkin untuk tidak bergantung kepada orang lain selama aku bisa. Aku bersyukur karena aku mempunyai kemampuan mendengarkan orang lain dengan sangat baik, demokratis, liberalis, dan peka terhadap lingkungan sekitar. Tetapi, terkadang aku keras kepala dan menjadi tidak sabaran jika melihat sebuah pekerjaan yang terlalu lama tertunda, sehingga biasanya aku mengerjakannya sendiri, walaupun pekerjaan tersebut merupakan kewajiban orang lain. Aku sangat menyukai diriku dengan segala keterbatasan dan kelebihanku sebagai seorang manusia biasa, sehingga apapun yang dikatakan orang lain yang dapat menjadikanku lemah dan terpuruk tidak akan kuhiraukan. Aku melakukan ini karena aku tahu 105
seberapa besar diriku mampu bertahan atau berjuang, sehingga aku tidak mau jatuh ataupun menjadi rapuh. Aku pernah mengalami pengkhianatan, tidak dianggap oleh orang di sekitarku, patah hati, dan kehilangan seorang teman dekat bahkan sahabat. Hal tersebut memang menyakitkan untukku, tetapi hal tersebut pula yang mendorongku untuk bangkit dan mendapatkan prinsip dan pelajaran hidup baru yang tentunya lebih baik, sehingga dapat menjadi penyemangat dalam menjalani kehidupanku. Aku tidak ingin menjadi anggota kelompok manapun ataupun menjadi identik dengan siapapun karena sebuah kedekatan. Aku adalah tipe orang yang jika sudah menganggap seseorang adalah teman dekatku, maka aku akan menyayanginya dan rela mengorbankan uang, tenaga, waktu, dan apapun untuknya. Aku sangat tidak menyukai penolakan karena semua hal yang kulakukan adalah sebuah kesungguhan dengan niat yang sepenuh hati, sehingga saat aku mengalaminya biasanya Aku membutuhkan waktu untuk sendiri dan memikirkan segalanya terlebih dahulu sebelum aku kembali ke kehidupan yang normal. Aku sangat menyadari apa tanggung jawab dan kewajibanku, jadi tanpa didesak pun pasti semua pekerjaan tersebut akan selesai tepat waktu. Semakin didesak, biasanya aku akan menjauh sejenak untuk menata kembali apa yang acak-acakan dan menjadikannya kembali seperti apa yang diinginkan. Di lain pihak, aku juga bertumbuh menjadi wanita yang sangat setia terhadap segala sesuatu yang menjadi keyakinanku, berani mencoba tantangan baru, mau untuk belajar terus di segala bidang, selalu mencari teman sebanyak-banyaknya dari segala suku, ras, agama, negara, maupun gender, dapat memimpin dan dipimpin, memiliki kemampuan berbicara di depan umum yang cukup baik, mampu bernegosiasi dengan orang lain untuk ikut bergabung bersama Aku atau untuk mencapai tujuanku, berkeinginan kuat mencapai semua tujuanku, tidak mau menjadi nomor 2, berdaya saing tinggi, memiliki kemampuan berwiraswasta yang cukup baik, dan yang terakhir tapi merupakan hal yang utama adalah bahwa aku mau mengerti kebutuhan orang lain dan menjaga perasaan mereka. Aku mempunyai beberapa kalimat yang selalu menjadi pendorongku di kala aku terpuruk. Kalimat-kalimat berikutlah yang selalu menyadarkan bahwa aku tidak hanya sendiri dan di setiap langkah yang kuambil akan selalu ada Dia Tuhanku dan papaku yang selalu mengamatiku dari atas sana. “It doesn’t matter what people say, it doesn’t matter how long it takes. Believe in myself and I’ll fly high. And it only matters how true I am, be true to myself and follow my heart. So I won’t give up, no I won’t break down. Sooner than it seems life turns around. And I’ll be strong even if it all goes wrong when I’m standing in the dark I’ll still believe, someone’s watching over me.”
07 Juni 2009 13:00 Cahaya Bulan Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa Pada suatu ketika yang sudah lama kita ketahui Apakah kau masih selembut dulu? Memintaku untuk minum susu dan tidur yang lelap Sambil membenarkan batang leher kemejaku Kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih Lembah padatan wangi Kau dan aku tegak berdiri Melihat hutan-hutan yang menjadi suram Meresapi belaian hati yang menjadi dingin Apakah engkau masih membelaiku seperti dulu Ketika ku dekap, kau dekaplah lebih mesra Lebih dekat Apakah engkau masih akan berkata kudengar detak jantungmu Kita begitu berbeda dalam semua 106
Kecuali dalam cinta Cahaya bulan menusukku dengan ribuan pertanyaan yang tak kan pernah kutahu dimana jawaban itu bagai letusan merapi menghentakku dari mimpi sudah waktunya kuberdiri mencari jawaban kegelisahan hati
07 Juni 2009 12:00 Penantian Telah Meletakkan Takdirnya Hari selalu berganti Mentari selalu bersinar kala pagi menjelang Dan bulan selalu tersenyum kala malam datang Bintangpun ikut benderang Tidak ada yang berubah dari semua itu Yang berubah hanya hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu Tanggal 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 ,9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17,18,19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, bahkan 31 Bulan Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, Nopember, Desember Dan tahun-tahun Selama empat tahun kau datang dan pergi Kasih... Apakah maumu? Kau buatku bimbang... Layaknya seekor itik yang ingin menyebrangi sungai deras Itik itu tak kuasa untuk menyebrang Ia hanya seekor itik kecil sedangkan aliran sungainya begitu deras Ia takut hanyut Aku pun merasa begitu kasih Kau mengajakku terbang ke lapisan langit ke tujuh Tapi... kau juga yang menghempaskanku Kasih... Aku tak berubah selama itu Tapi tak jua ada kunci hatimu yang ku dapati Kasih... Aku lelah sekarang... Sangat lelah... Langkah kakiku menjadi semakin berat Dadaku sesak penuh pertanyaan, harapan, dan kehampaan Sampai kapan lagi aku harus seperti ini? Kurasa kau tak kan bisa menjawabnya Kau hanya bisa menjanjikan hari itu cepat datang Hari dimana kutanyakan semua rasa ingin tahuku Hari dimana kuceritakan semua harapku padamu Dan hari dimana mungkin hidupku akan semakin hampa Mungkin... Hari itu tak kan pernah ada Seiring penantianku kuhanya ingin melupakanmu 107
semua tentang dirimu berharap aku dapat menghilangkan degupan cinta menyerah adalah sebuah kata yang selalu mengisi penantianku akankah aku harus menyerah sekarang kasihku? Aku mohon.......!!! Jawab aku segera...!!! Aku ingin sekali membencimu....... Itu karena... aku sangat mencintaimu... Kau begitu bodoh… Aku di sini... Selalu di sini... Buat apa kau mencari wanita sempurna tapi tak menenangkan jiwamu? Aku memang bukan apa-apa Aku hanya bisa menawarkan indahnya cinta surgawi padamu Mungkin kau buta Tapi tampaknya aku yang bersalah Salah karena telah punya perasaan ini Salah karena kau yang kupilih Maafkan aku kasih... Ku tak berdaya lagi Akhirnya ku akan meletakkan penantianku pada takdir Semoga kau bahagia dalam hidupmu Aku hanya akan selalu sayang padamu Selamat tinggal cinta
16 Februari 2009 23:22 Akankah Kau Tahu? Malam ini begitu sepi... aku duduk di depan notebookku menyanyikan sebuah lagu berharap someday aku dapat melupakanmu berharap someday akan ada seseorang yang tepat buatku dan berharap someday semuanya akan indah pada waktunya Pengharapanku bukanlah suatu permintaan karena... aku tidak meminta waktu berputar mundur aku tidak meminta matahari terbit di barat dan tenggelam di timur aku tidak meminta awan mendung tidak meneteskan air matanya di kala hujan aku tidak meminta sebuah pelangi di malam hari dan aku sama sekali tidak meminta kau Pengharapanku hanya sebuah keinginan karena... sederhana... sebuah kesucian kisah melayang tinggi menembus kumpulan kapas awan kepakkan Akup ke kanan dan ke kiri membelok tajam bermanuver dengan lincah sebuah kunci pintu hanya sebuah kunci pintu hati bergembokkan luka dan kisah lain apakah kau akan memberikan kunci itu? 108
apakah aku bisa menyembuhkan lukamu? apakah someday aku bisa membukanya? Itu hanya keinginan... kuinginkan engkau... cinta di hatimu... kupersembahkan untuk Andy Wijaya...seorang teman kecilku yang sangat ku sayangi...
29 Sept 08 23:00 Akar hidup lain Air mata menetes perlahan mata menjadi bengkak manusia bersujud berakar pada permohonan hidup bervariasi mengalunkan melodinya seorang terpatri lekat di seorang yang lain tapi seorang lain tidak Paku dan palu... ombak dan riaknya... sepasang kekasih dengan dewa cinta termanis tapi... aku seorang manusia bersimpuh sendiri linglung dan bingung orientasi tak menentu proses menjadi dipertanyakan motto hidup menjadi sekedar kata-kata indah aku hampa aku kosong Tuhan... aku tahu akarku tidak kuat aku selalu terhempas ke sana ke mari tapi aku membutuhkan akar lain untuk saling menggenggam bersama aku dan dia mencengkram tanah tempat kami bertumbuh bersama aku dan dia menghadapi terpaan angin bersama dia aku tak kan sendiri lagi bersama dia aku tak kan hampa lagi Aku inginkan dia... kapankah Tuhan?
26 September 2008 22:00 Seekor Burung Aku hanya seekor burung yang tiada daya menolak... Aku benar-benar tersiksa Tuhanku... Mengapa aku harus selalu terjatuh dalam lubang yang sama? Kepak sayapku hidupku bagai awan mendung yang tak menentu kapan akan turun hujan dan kapan tidak... Sangkarku sebagian seakan ingin menutup pintu kebebasan itu tapi, sebagian lagi seakan rela membiarkan aku terbang bebas di angkasa yang luas... Bayang-bayang kesalahan dan penyesalan selalu menghantui alunan kepak sayapku ketakutan akan turunnya hujan membuat aku ingin bertengger dan membuat sarang di dahan pohon yang kokoh berdaun lebat 109
Tapi... Kemalasan mencari ranting dan dedaunan kering sebagai alas dan atap sarangku di kala ternyata tidak turun hujan membuatku berpikir bahwa masih ada pohon lain yang lebih rindang dan kokoh dari pohon ini pohon itu pasti akan lebih nyaman untukku menetap... Dan di kala hari cerah aku akan terbang membumbung tinggi menembus awan putih itu aku dapat saja kehilangan kendali dan akhirnya tidak mampu terbang lagi aku akan terhempas ke dasar tanah nan jauh di bawah awan sakit, sesak, derita, dan sesal aku akan terluka parah sayapku patah dan aku tidak akan dapat terbang lagi... aku merasa tidak ada gunanya lagi menjadi burung... tidak ada gunanya lagi hidup sebagai seekor burung tanpa sayap yang tidak bisa terbang... Tapi... haruskah aku mati? haruskah aku menjadi hewan lain yang tidak berkodrat sebagai penguasa udara? mana yang harus kupilih? Aku hanya merasa aku layak mendapatkan pohon dengan sarang ternyaman untuk hidupku Aku juga tahu harap dan inginku dapat saja tidak sesuai dengan garisMu Aku tahu aku hanya seekor burung...
19 Juni 2008 19:33 Dia Aku hanya seorang wanita penuh harap aku ingin menjadi sesuatu yang berguna bagi banyak orang aku ingin membahagiakan mama dan papaku aku kuat... aku tegar... semua hanya kebohongan! Aku rindu seseorang yang seperti impianku... aku tak tahu siapa dia? hadir sesosok bayangan lama yang sebenarnya sangat kurindu bisakah aku menggapainya walau hanya sebentar? sebuah nama yang sangat kurindu... Namamu selalu terngiang di telingaku.. apakah aku masih sayang dirinya? pelik sekali... Aku kangen ngobrol dengannya.... aku rindu bercanda dengannya... dapatkah aku merasakan semuanya lagi? hanya dia... Selma Trinitasari/F24062046
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Ironi Hidup 110
Hari berganti demi hari dan tak terasa waktu sedemikian cepat berlari. Dalam dimensi waktu yang tak kenal henti, suasana ini seakan mengajakku ‘tuk diam menanti. Suatu kata sederhana yang mampu mengungkap rumitnya emosi dan pikiran. Namun semakin ku terdiam semakin kuyakin bahwa inilah cara bagaimana harus membiarkan melodi jiwa ini mengalir. Tanpa kita sadari, hidup ini penuh ironi atau segala sesuatu yang bertentangan. Terlebih saat kita ingin memulai sesuatu namun kesempatan itu enggan menemani sampai semuanya tercapai. Saat kebenaran harus terungkap namun kepalsuaan yang memenanginya. Saat kita merasa sendiri dan kesepian namun lingkungan sekitar begitu ramai menyapa kita. Saat kita merasa berhak menerima sesuatu namun tidak ada satupun yang kita dapatkan. Contoh berikut merupakan sesuatu yang sederhana dan begitu dekat dengan kehidupan kita sebagai manusia sosial dan manusia yang punya rasa sayang terhadap sesamanya (mungkin ini pernah menjadi pengalaman kalian.. hwhw.. ;p) Menunggu. Ini pelajaran pertama mengenai cinta. Hari-hari berjalan sangat lambat, kau membuat ribuan rencana, kau membayangkan setiap percakapan yang mungkin terjadi. Kau berjanji akan mengubah beberapa sikapmu dan kau semakin gelisah sampai akhirnya kekasihmu datang. Ketika saat itu tiba, kau tidak tahu apa yang harus kau katakan. Saatsaat penantian menjelma menjadi ketegangan, ketegangan menjelma menjadi ketakutan, dan ketakutan membuatmu malu dan tak jadi menunjukkan kasih sayang. Sesuatu yang telah dipersiapkan namun tidak dapat diungkapkan. Seringkali kita menjadi jengkel akan hal ini dan kecenderungan dari kita adalah menolak bahkan menilai tidak ada kebenaran sama sekali dalam keironian itu. Keironian merupakan sesuatu yang tidak sejalan dengan apa yang diharapkan. Tanpa kita sadari dunia ini terlahir dan masih ada sampai saat ini dengan diiringi untaian melodi ironi yang terangkai indah. Pada dasarnya semuanya itu tergantung dari bagaimana kita menanggapinya. Apakah niat kita sejak semula adalah untuk membuat segala sesuatunya disamakan menurut pandangan/persepsi kita ataukah keseimbanganlah yang ingin kita capai. Terkadang sulit sekali bagi kita untuk menerima keragaman yang penuh ironi, karena terkadang semua keragaman itu membentur dan membentuk suatu keironian. Terkadang keironian itu membawa kita pada pemikiran bahwa kebenaran sesungguhnya hanyalah semu, hanya diawang-awang orang yang begitu memujanya. Namun kebenaran itu pasti ada, hanya saja menunggu waktu untuk terungkap dan hal ini membuat kita belajar untuk semakin memahami dan mengerti. Jadi, jika kita seringkali melihat dan membiarkan orang menangis dalam kebahagiaan, janganlah terkejut dan melarang yang tertawa dalam kesedihan. Hidup ini memang penuh ironi... Dessyana /F24062061
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Aku Ingin Menjadi Bubuk Kopi Alkisah, seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana mengahdapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru. Ayahnya, seorang koki, kemudian membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api. Setelah air di pancipanci tersebut mendidih, ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci yang kedua dan ia menaruh kopi di panci yang ketiga. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkatakata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api. Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk yang lain dan menuangkan kopi di mangkuk yang lain. Lalu ia bertanya kepada anaknya: ”Apa yang kau lihat nak?” Wortel, telur dan kopi”, jawab si anak. Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia 111
melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras. Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas. Setelah itu, si anak bertanya: ”Apa arti semua ini, Ayah?”. Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi kesulitan yang sama, perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda. Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar untuk dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak. Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkangnya tipis, melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras. Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut. ”Kamu termasuk yang mana?”, tanya sang Ayah. ”Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi? Bagaimana dengan kamu?” Apakah kamu wortel, yang kelihatannya keras, tapi dengan perebusan (penderitaan dan kesulitan), kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu. Apakah kamu telur, yang awalnya memiliki hati yang lembut, dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku? Ataukah kamu adalah kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat celcius. Ketika itu mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat. Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik. Dzikri Robbi/F24062119
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu Sejak kecil, aku punya rutinitas mengaji di TPA setiap sore bersama teman-temanku. Sore itu, salah seorang teman mengajakku bermain. Aku ragu menerima ajakannya karena aku harus pergi mengaji. Menjelang pukul 16.00 WIB ibu memanggilku, “Anna, nanti berangkat ke TPA, ya! Ini uang sakunya. Ibu akan pergi karena ada rapat di sekolah.” Ku hanya mengangguk. Aku sempat berpikir sejenak dan berkata dalam hati ‘Ibu kan nggak tahu jika aku nanti membolos mengaji. Lagipula ayah juga sedang pergi mengajar…’. Pekerjaan kedua orang tuaku adalah guru di sebuah sekolah swasta. Setelah ibuku pergi, aku bergegas menemui teman-teman yang sedang bermain di samping rumah. Tak jauh dari rumahku ada sebuah sungai yang biasa digunakan sebagai tempat bermain. Kami berencana untuk bermain petak umpet di sekitar sungai itu. Kami asyik berlarian kesana-kemari, saling berkejaran, dan tertawa riang. Kami semua merasa sangat bahagia. Tiba-tiba saat aku sedang berlari dengan kencangnya, terdengar suara ‘krek’ yang tak jauh dari posisiku. Aku menghentikan langkahku dan mencoba mencari tahu sumber suara itu. Ternyata, ada sebuah bambu kecil berukuran kira-kira 10 cm menusuk telapak kakiku. Awalnya, Aku tidak merasakan sakit sama sekali. Lama-kelamaan rasa sakit itu mulai muncul dan darah pun mulai mengalir keluar. Akhirnya, permainan berhenti. Teman-temanku berusaha mencari pertolongan. Salah seorang tetangga menggendongku dan membawaku ke depan rumahnya. Akupun duduk di sebuah bangku yang telah ia sediakan. Suasana mulai ramai karena beberapa tetangga juga berdatangan sambil membawa kotak PPPK. Salah seorang tetangga menawarkan untuk mencabut bambu yang masih menancap di kakiku. Awalnya aku menolak karena rasa sakit yang terasa begitu menyakitkan. Setelah ku pikir ulang, aku pun menyetujuinya. Jika luka itu dibiarkan, pasti rasa sakit itu akan sulit hilang. 112
Salah seorang tetangga mulai membersihkan luka dengan air. Obat merah terasa dingin membasahi luka di kaki. Tetanggaku bersiap akan mencabut bambu dari telapak kakiku. Aku pun memejamkan mata, berusaha untuk tidak menyaksikan apa yang terjadi. Ia pun mulai membaca basmalah dan memberi aba-aba, “Bismillahirrohmananirrohiim. Satu..dua..tiga…”. Spontan aku menangis dan berteriak kencang “Aaah!”. Rasa sakit itu memuncak. Beberapa tetangga menenangkanku. Tak lama setelah itu, ibuku datang. Ia tampak agak panik melihat anaknya kesakitan. Ibu membawaku pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, ibu menasehatiku dengan berbagai nasihat. Aku menyesali semua yang telah ku perbuat. Aku pun berharap sore itu adalah saat terakhirku membohongi ibuku. Anna Amania Khusnayaini/F24062130
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Apa Arti Sebuah Teman? Cerita klasik tentang sebuah pertemanan, buat sebagian orang teman yang baik adalah teman bisa selalu bersama disaat senang dan susah. Teman bukan suatu tempat yang bisa dimanfaatkan bila sedang diperlukan saja karena teman juga manusia yang mempunyai hati dan perasaan. Belum banyak orang mengetahui tentang makna dari sebuah teman yang sesungguhnya. Cerita ini adalah sebuah cerita pengalaman pribadi dari seseorang yang merasakan keanehan tentang arti dari seorang teman. Cerita ini dimulai saat sebut saja Hanny, sedang memasuki kuliahnya di tingkat 2 semester 3 di sebuah universitas ternama di Indonesia. Hanny memasuki lingkungan yang amat individualistis, mengutamakan kepentingan pribadi menjadi hal yang paling menonjol saat ia mulai memasuki lingkungan ini. Ia merasa asing di lingkungan barunya tersebut. Ia pernah merenung dan berpikir apakah ia bisa mendapatkan seorang teman yang sejalan dengan pemikiran dan hatinya? Namun Hanny meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua keadaan ini bisa ia lewati tanpa mengganggu studynya. Seiring berjalannya waktu ia menemukan 3 orang teman yang baik, yaitu Tari, Yati dan Nur. Hanny merasa nyaman bersama mereka, Hanny merasa bahwa mereka adalah teman yang baik dan nyaman untuk diajak cerita. Lama-lama ia mulai merasakan perubahan dari teman-temannya itu. Awalnya Hanny berpikir, “Apa karena saya sudah punya kekasih? Mengapa mereka mulai berubah?”. Lalu ia berusaha mencari tahu mengenai hal itu, ternyata mereka berubah karena mengerti dengan keadaan Hanny. Akhirnya Hanny menyadari bahwa ia sudah tidak bisa selalu bersama dengan ketiga orang temannya itu. Tapi Hanny merasa pertemanan tidak akan pernah putus dan mereka bertiga tetap teman Hanny. Waktu terus berjalan, dan tidak terasa Hanny sudah memasuki kuliahnya di tingkat 3 semester 6. Hanny mulai sedikit tidak peduli dengan keindividualistisan di lingkungannya tersebut. Hanny mulai mencari dunianya sendiri yang membuat ia masih bisa bertahan dan merasa santai menjalani kesehariannya di lingkungan tersebut. Semakin lama Hanny menemukan banyak teman yang bisa diajak senang bersama. Mata Hanny terbuka saat ia mengetahui ternyata orang-orang yang selama ini ia rasa individual tidak selamanya seperti itu. Mereka masih mau peduli dengan yang lain asalkan kita bisa terbuka dengan mereka. Hanny mulai merasa nyaman dengan kehidupannya. Namun suatu waktu, ada suatu kejadian yang menimpa Hanny. Kejadian ini diawali saat Hanny berkumpul dengan 7 orang teman yaitu Nanda, Ana, Tari, Yati, Rini, Wawan dan Puji, 2 diantaranya adalah Tari dan Yati, teman Hanny saat dekat di semester 3 lalu. Hanny bersama ke-7 orang temannya banyak merencanakan sebuah kegiatan, mulai dari kegiatan serius, sosial sampai bersenang-senang. Mereka pernah berlibur bersama, berjalan-jalan bersama dan kumpul bersama. 113
Suatu ketika, Hanny dan Angga (kekasih Hanny) tidak bisa mengikuti satu rencana kegiatan yang mereka akan jalankan. Alasan Hanny adalah masalah keuangan. Namun salah satu orang merasa kecewa dan meremehkan masalah yang dihadapi Hanny. Hanny merasa tersinggung karena Hanny memang orang serba cukup bukan orang yang berlebih seperti mereka. Hanny sangat tersinggung dengan sikap itu. Namun Hanny berusaha mengerti tentang sifat dari temannya itu maka Hanny tidak marah dan meminta maaf karena tidak bisa mengikuti kegiatan teman-temannya untuk kali ini. Hanny pun pernah merasa “ditusuk dari belakang” oleh temannya sendiri karena suatu masalah yang menurut Hanny tidak penting untuk dipermasalahkan. Hanny berusaha untuk cerita dengan Angga, lalu Angga memberikan nasehat pada Hanny. Angga memberitahu bahwa hal ini sudah biasa terjadi dalam teman, maka jangan mudah percaya dengan teman. Angga bilang sulit mencari teman yang bisa bersama saat senang dan susah. Akhirnya Hanny pun berusaha mengerti dan berlapang dada atas sikap dari temantemannya tersebut. Kejadian lain yang membuat Angga dan Hanny kecewa. Mereka merasa setiap ada pengumuman yang berhubungan dengan pendidikannya misalnya mengenai beasiswa, perlombaan, pengumuman kegiatan perkuliahan dan sebagainya, mereka berusaha untuk membagi informasi dengan teman-temannya yang lain. Namun mereka tidak merasakan hal yang sama, sehingga tidak jarang mereka tertinggal informasi karena baru mengetahuinya sendiri saat berusaha mencari informasi sendiri. Angga dan Hanny merasa ini tidak adil, mereka memutuskan untuk tidak terlalu terbuka dengan teman-temannya lagi. Lama-lama Hanny merasa pertemanannya dengan ke-7 orang tersebut mulai aneh dan sedikit memecah. Saat Hanny mengamati, 2 orang teman, Nanda dan Ana, berusaha mencari teman baru yang bisa selalu diajak bersenang karena sederajat dengan mereka, Tari dan Yati sudah mulai fokus dengan tugas akhirnya, Rini sudah mempunyai hubungan khusus dengan seseorang dan 2 orang yang lain yaitu Wawan dan Puji juga mempunyai hubungan yang spesial. Hanny mulai merasa perpecahan ini mulai aneh, Hanny merasa apa hal ini terjadi karena sebuah rencana kegiatan yang sudah kita buat bersama mengalami sedikit hambatan. Hanny berusaha menceritakan hal tersebut kepada Angga, kekasih Hanny. Angga sedikit marah dengan Hanny. Angga memberi tahu pada Hanny bahwa tidak usah menghiraukan teman yang sudah mengecewakan kita, selama kita belum merasa sangat dirugikan dengan mereka lebih baik kita diam. Tetapi diam bukan berarti mengalah, diam adalah tanda sikap yang bijaksana bagi Hanny untuk menghadapi persoalan ini. Hanny mulai menjalankan kehidupannya kembali tanpa menghiraukan masalah yang ada. Namun ternyata di tengah keadaan ini, 2 teman Hanny yaitu Puji dan Wawan masih mau bersama dengan Hanny dan Angga. Hanny merasa mereka masih mau menjalani bersama baik susah ataupun senang. Mereka masih mau saling membantu bila masingmasing sedang ada persoalan. Mereka saling mengerti kondisi masing-masing. Hanny pun masih mempunyai hubungan pertemanan yang baik dengan Tari, Rini, dan Yati, namun tidak sedekat dulu. Hubungan Hanny dengan Ana masih cukup baik karena mereka masih ada hubungan kerabat dalam perkuliahan. Namun Hanny sangat merasa kurang nyaman dengan sikap Nanda kepadanya, Angga menyarankan pada Hanny untuk tidak menghiraukan apa yang ia perbuat baik untuk Hanny ataupun untuk orang lain. Saat ini Hanny semester 7, dan sampai saat ini keadaan ini belum mencair malah semakin meregang. Hanny memutuskan untuk fokus dengan kuliahnya dan rencana tugas akhirnya. Karena Hanny berpikir, ia masih punya tanggung jawab dengan orang tuanya mengenai kuliahnya. Daripada ia harus memikirkan teman-temannya yang telah mengecewakannya lebih baik menjalani hidup dengan santai dan berteman dengan siapapun masih mau bersikap baik dengannya dan masih saling menghargai keadaan. Dari cerita Hanny di atas, kita bisa mengambil pelajaran yang sangat berharga dari kejadiannya yang dialami Hanny. Tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk mendapatkan teman yang bisa saling mengerti dalam keadaan apapun baik susah ataupun senang. Teman tidak bisa dibeli dengan uang, teman kita dapatkan dengan perasaan dan saling menghargai. Jangan juga mudah percaya dengan teman yang hanya memanfaatkan 114
kelebihan yang kita punya namun meremehkan kekurangan yang kita miliki. Berhati-hati dalam memilih teman karena teman membawa pengaruh yang cukup besar dengan kehidupan kita. Teman tidak ada batasnya karena teman berlaku selamanya dan tidak ada habisnya. NB : sebuah kisah nyata dari salah satu orang teman di ITP 43 Hasti Wiaranti/F24062144
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- My Sister is My Idol Menjadi anak kedua dari dua bersaudara menurutku adalah suatu keberuntungan. Kenapa? Aku punya adik, punya kakak. Adik yang bisa disuruh-suruh dan kakak yang bisa melindungi dan ada buat dengerin cerita ,bukan cuma dengerin tapi juga kasih solusi . Tapi bukan berarti ga pernah bertengkar. Justru itu bumbunya yang bikin kangen kalau lagi di kosan. Namun dibalik semua canda tawa antara aku dan saudara-saudaraku. Aku mengagumi sosok kakak perempuanku. Tanpa sadar karakternya, apa yang dilakukannya menginspirasiku. Dia sosok perempuan biasa namun aku kagum akan ketenangannya dalam menghadapi persoalan. Dia memiliki komitmen yang menurutku cukup tinggi terhadap apa yang dilakukannya seperti dedikasinya untuk murid-muridnya, dia relakan waktunya untuk memberi waktu lebih untuk mengajari murid-muridnya belajar tidak hanya itu dia juga bersedia membimbing murid-muridnya jika ada masalah. Namun dia pun seorang yang tegas apabila ada muridnya yang salah. Dan yang aku suka dari dia adalah cara kakakku menegur murid-muridnya tidak memojokkan dan membuat malu, sehingga orang yang ditegurnya tidak merasa terancam atau malu. Itulah sebabnya tidak jarang murid-muridnya datang ke rumah kami hanya untuk bercerita dengannya. Dia sosok guru yang dicintai oleh muridmuridnya. Sebagai kakak, aku rasa ia pun kakak yang baik. Ia merelakan sebagian penghasilannya untuk membantu biaya pendidikanku dan adikku. Padahal menurutku sebagai perempuan dewasa ia pun memiliki kebutuhan yang cukup besar. Namun jarang aku mendengarnya mengeluh, ia selalu menyuruhku berserah pada Tuhan ketika aku mulai mengeluh terlalu banyak. Ia ada untuk mendengarkanku dan memberikannku kata-kata yang seringkali sangat bermakna bagiku. Walaupun begitu kadang-kadang sifat kekanak-kanakannya muncul dia suka sekali menjahili aku ketika aku mulai serius dengan apa yang aku kerjakan dan ia akan bertambah senang kalau mukaku mulai terlihat kesal. He…he tapi entah mengapa dia selalu bisa membuatku tertawa lagi, menghilangkan penatku. Ya, kakakku adalah idolaku, dan aku bersyukur Tuhan mengirimkan dia menjadi kakakku. Semoga aku pun bisa menjadi adik yang baik baginya, dan aku pun akan berusaha untuk menjadi kakak yang baik bagi adikku. Intinya aku sayang kakak dan adikku apapun yang kami alami aku bersyukur ada mereka disampingku. Septi Dwi Utami/F24062167
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Mimpi, Harapan, dan Perjuangan 115
Waktu itu pertama kali aku memulai kuliah di jurusan yang tak kusangka-sangka akhirnya kudapatkan juga. Agak deg-degan sih, bangga, sekaligus menyeramkan. Di sinilah aku pertama kali menemukan suatu yang berbeda dari apa yang biasanya kudapatkan. Perlahan ku tapi pasti kulalui jejak-jejak perjuangan, yang kala itu masih dengan terpaku pada nilai IPK semata. Hingga suatu saat kubaca suatu buku yang luar biasa (tebak hayoo….) Tidak dinanya buku ini memang bukan buku sembarangan dan tidak semua orang akan kuat membacanya dengan penuh hasrat dan perjuangan (kecuali jika…). Yah kitab suci itu adalah kitab yang sangat diperlukan untuk kami mahasiswa ITP semester 3 yang ingin melalui dengan sukses salah satu mata kuliah paling berbahaya dengan tingkat kewaspadaan SIAGA 4 (nah lho,,status kayak begini perlu gak sih dilakukan evakuasi??), Kimia Organik karangan maestro tersohor di bidangnya, Michael H. Hart. Eng ing eng…. Tapi fokus saya bukan pada materi buku itu (walaupun tetap saja isinya juga penting salah satunya buat lulus dan ga ngulang mata kuliah kali ya, hehehe). Ketika halaman cover dibuka satu persatu ada tulisan bagi saya sangat khas, tapi kujumpai satu kalimat yang menurut saya sangat bermakna. Pada lembar tersebut tertulis kalimat “Untuk Indonesia yang Lebih Baik.” Sejenak ku berpikir, duh ni orang idealis amat sih. Sampai-sampai bukunya ditulis seperti itu, kadang aku berpikir orang tersebut mungkin kelak ambil lanjutan akademi militer biar jadi PEJOANG. Tapi kok kayaknya ga mungkin ya..(maaf bukannya mau meremehkan tapi emang jarang suka terlihat olahraga, hahahaha). Ungkapan pada buku itu sebenarnya sederhana tapi sarat dengan pengharapan dan perjuangan, tapi bagi saya ungkapan itu lebih dititikberatkan pada pencarian arti diri saya sendiri. Pencarian diri saya yang sebenarnya, untuk apa saya di dunia, apa tujuan, harapan, mimpi, dan apa guna saya (hehehe..kok lama-lama agak hiperbolis ya). Suatu ungkapan yang terkenal dari seorang politikus terkenal dunia asal Amerika Serikat, John F. Kennedy yang berkata “Janganlah kau tanya apa yang telah diberikan negaramu padamu, tapi tanyalah apa yang telah diberikan oleh dirimu kepada negaramu!” Ketika saya mengetahui diri saya masuk ITP (mayor prestisius lho…cuit-cuit…bangga? Jelas!!! Walopun sudah jungkir balik terus ga balik-balik lagi deh sampai sekarang). Entah ini memang suatu takdir atau memang mimpi yang jadi kenyataan. Perasaan yang kuat dari sejak kecil tentang pangan (dulunya pas masih kecil doyannya susu lho daripada makanan kayak sekarang, merek …) dan diikuti dengan keprihatinan terhadap kondisi pertanian dan kemiskinan bangsa ini (ampun dah berat banget bahasannya). Stop!! Intinya saya mau menjadikan diri saya berguna untuk orang lain, untuk masyarakat, untuk bangsa ini, bangsa Indonesia dengan memberikan suatu persembahan yang dibutuhkan oleh semua orang yakni pangan. Impian saya dulu sebenarnya tidak muluk-muluk kok, dunia pangan yang saya yakini akan (memang dan pasti) memberikan kontribusi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Walaupun saya sendiri memang memilih jalan bukan sebagai peneliti atau akademisi kelak, tapi saya harap dengan apa yang saya tekuni ini akan merubah Indonesia menjadi Lebih Baik lagi… Tak lupa saya berterima kasih kepada orang tua, keluarga, dan staf pengajar IPB terutama mayorku sekarang ITP yang telah memberi saya bimbingan untuk tetap terus maju dan tentunya tulisan “Untuk Indonesia yang Lebih Baik” yang telah membuat saya sadar apa arti dan tujuan hidup ini bukan untuk kepuasan materi atau kedudukan semata tetapi untuk suatu perjuangan dan manfaat bagi orang lain. Dan tentunya teman-teman ITP, dua tahun bersama kalian adalah masa penuh makna, semoga kita nanti kelak dapat lulus tepat waktu dan berhasil meraih impian kita masing-masing. Dan untuk teman-teman Ladang Jagung…I’m proud to be with you all. Let’s make our dreams come true!!! We were strangers, on a crazy adventure Never dreaming, how our dreams would come true Now here we stand, unafraid of the future At the beginning with you (At The Beginning, OST Anastacia) 116
Widi Pinasthi/F24062225
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Kehilangan… Sobat, kali ini saya cuma mau berbagi pengalaman dengan kalian semua. Siapa tau ada yang punya pengalaman yang sama atau mungkin sedang mengalami. Semoga ini bisa membuat kalian yang mengalaminya tidak merasa sendiri. Sewaktu saya kelas 6 SD, ayah saya memang sudah mengalami masalah dengan matanya disebabkan adanya penyumbatan darah di mata. Tapi, sungguh tidak disangka bahwa penyakit itu bisa menjadi sangat serius dan sampai akhirnya ayah harus dirawat di rumah sakit. Kejadian itu terjadi saat hari-hari saya harus menghadapi EBTANAS. Ya, karena itu, saya tidak bisa sering menengok ayah di rumah sakit, apalagi papi juga dirawat di Jakarta. Hanya nenek, ibu, dan adik saya yang saat itu masih berumur 4 tahun yang menemani ayah di rumah sakit di Jakarta. Saya harus bersiap-siap untuk EBTANAS di Bogor sehingga saya tidak begitu sering ke Jakarta untuk mengunjungi ayah. Sampai akhirnya hari terakhir EBTANAS, saya senang sekali karena saya pasti bisa bertemu ayah dan telah selesai dengan semua tugas belajar untuk ujian. Sampai saya tiba di rumah sakit pun, saya belum diberi tahu bagaimana perkembangan keadaan ayah sampai hari itu. Yang saya tahu terakhir adalah keadaan ayah semakin membaik dan itu cukup membuat saya tenang. Ternyata orang tua dan saudara saya memang sengaja tidak memberitahukan kepada saya bagaimana keadaan ayah yang sebenarnya supaya saya tidak terganggu saat menghadapi ujian. Tapi setelah saya mengerti maksud mereka, saya tidak marah. Saya tau maksud mereka adalah baik. Tanpa saya sangka, ternyata hari itu Tuhan berkehendak lain, saya harus kehilangan orang yang saya sayangi selama-lamanya, tepat di hari saya datang menengoknya. Hah... Saya sempat tidak percaya juga kenapa begitu cepat Tuhan mengambil ayah. Baru saja melihat ayah dan berbicara sebentar dengannya siang hari, sore harinya Tuhan sudah mengambilnya. Air mata terus mengalir ketika saya dalam perjalanan pulang membawa jenazah ayah ke Bogor. Singkat cerita, saya sempat berpikir bagaimana saya akan hidup tanpa ayah. Ibu hanya seorang ibu rumah tangga. Saya sama sekali tidak menyesalkan keberadaan ibu saya yang hanya seorang ibu rumah tangga. Saya hanya berpikir bagaimana kami bisa menjalani hidup ke depannya. Saya sempat sakit selama seminggu setelah ayah dimakamkan. Mungkin saat itu di alam bawah sadar saya, saya belum bisa menerima kepergiannya. Saya juga tidak tahu jelasnya. Sampai-sampai saya demam tinggi dan mengigau. Tapi, kemudian, saya berpikir apa gunanya saya terus bersedih dengan kepergian ayah, bukan karena saya kurang sayang ayah, tapi karena saya percaya ayah sudah berada di Surga bersama dengan Tuhan dan hidup saya tetap harus jalan terus. Saya hanya seorang anak kecil saat itu. Yang saya tahu adalah saya harus berserah sama Tuhan apapun keberadaan saya dan saya berserah. Setelah itu, Tuhan memang buka jalan. Setelah ayah meninggal, kami harus membayar biaya rumah sakit di Jakarta selama 40 hari dirawat. Wow, biayanya luar biasa mahalnya dan rasanya belum bisa dibayar sampai sekarang sekalipun kami menjual rumah kami. Tapi apa?? Ternyata Tuhan buka jalan. Biaya rumah sakit ayah semuanya ditanggung kantor ayah. Praise the Lord!! Selesai satu masalah, masih ada masalah lain. Kami harus mengurus biaya pemakaman ayah, saya harus masuk SMP, dan adik saya harus masuk TK. Semua biaya yang masih ada mungkin tidak cukup. Tapi, lagi-lagi Tuhan buka jalan. Ada saja hal-hal yang tidak terduga yang Dia kerjakan dalam hidup kami. Tuhan berikan berkat melalui orang-orang di sekitar kami, saudara dan kerabat. Puji Tuhan... Sampai sekarang, saya percaya semua yang saya miliki dan nikmati adalah karena kasih dan kemurahan Tuhan. 117
Fren, itu hanya sebagian kecil dari pengalaman hidup saya. Ketika kita kehilangan orang yang sangat kita sayangi, siapapun itu, jangan berkecil hati. Menangis dan bersedih boleh saja dan sangat manusiawi. Tapi, kita tidak perlu terus berlarut-larut dalam kesedihan. The life must go on, right?? So, saat kita ga bisa lakukan apa-apa lagi, serahkan semuanya sama Tuhan. Saat kita ”angkat tangan” (bukti penyerahan kita), Tuhan pasti akan ”turun tangan” untuk anak-anak-Nya. Dia ga akan pernah tinggal diam. Di balik kejadian apapun yang kita alami, baik itu kehilangan, kesedihan, sakit hati, kecewa, kesenangan, sukacita, atau apapun itu, ingat selalu ada hikmah dan maksud Tuhan. Dia ingin kita menjadi semakin dewasa dan naik kelas dalam menghadapi kehidupan kita sehingga hidup kita akan semakin berkualitas. Bicara memang mudah, tapi melakukan semuanya itu mungkin sulit. Saya pun belum sempurna dan masih harus banyak belajar. Mari sama-sama serahin setiap kekuatiran kita sama Tuhan dan sama-sama belajar untuk punya respon yang positif atas setiap masalah karena pasti ada rencana yang indah yang udah Tuhan sediain buat kita di balik masalah yang kita hadapi. God bless u all Sandra Mariska/F24062269
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Goresan Tinta Tanpa Nama 090307 Inikah serial hidup yang tlah terjadi Dan aku hanya bisa menjalaninya Aku tak bisa kendalikannya Hanyalah Engkau Sang Pemilik Hidup Mungkin bukan saatnya kudapat rasakannya Kudapatkan kesendirian dan kesunyian Hanya dalam seonggok ruang hampa dalam ragaku Entah siapa, kapan, dimana kan terisi Pastinya kutau suatu saat nanti kan terisi Hanyalah masalah waktu Setelah terjadinya insiden ini Baru kurasa apa yang selama ini tak kusadari Tak bohong lagi jika kupernah sadari Tapi tumpukan telah kukemas rapi Dan suatu saat nanti akan kukirim Kini bukanlah saat itu Mungkin tujuan itu telah pindah Kutau areanya Hanya tangan tak sampai yang nihil menjangkaunya
120709 Hidup ini hanyalah sekali dan senantiasa berputar, nikmatilah hidupmu selagi engkau masih diberi kesempatan. Namun semua hal dalam hidup tidaklah hanya satu. Begitu banyak arah yang dapat digunakan untuk melihat dan menggapainya. Arah yang ingin kau tempuh sesuai dengan pilihan yang kau ambil. Semua pilihan mempunyai baik dan buruk. Semua itu akan 118
memperkuat dirimu untuk menggapai yang telah kau pilih. Karena semua hal yang terjadi dalam hidupmu mempunyai hikmah tersendiri, meskipun hal itu bukanlah hal yang kau inginkan. 240608 3 hal yang paling berharga dalam kehidupan: cinta, keluarga, sahabat 3 hal dalam hidup yang tak akan kembali: waktu, perkataan, kesempatan 3 hal dalam kehidupan yang jangan sampai hilang: kehormatan, harapan, kejujuran Dewi Puji Lestari/F24062299
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Ck.. Ck.. Ck.. Dasar Sadek .. Kejadian ini terjadi sewaktu duduk di bangku kelas 1 SMA. Ini mungkin adalah peristiwa paling “metal” dalam hidupku. Bayangkan saja, kecelakaan motor sampai masuk ke kolong truk! Tiap kali aku mengingat kejadian ini, aku selalu membayangkan adegan film action di tipi-tipi. Semua orang yang mendengar ceritaku pasti miris dan tertawa mendengar kebandelanku. Semua berawal ketika ulang tahunku yang yang keenam belas. Saat itu aku dan teman-temanku pergi ke rumahku yang berada di desa untuk merayakannya disana. Sejak SMP teman-temanku memang sering main ke rumahku yang di desa karena suasananya yang tenang, udara yang dingin, terletak di bawah gunung, halaman luas yang dengan berbagai macam buah-buahan, serta dekat dengan sawah dan sungai. Kala itu, pagi-pagi benar temanku sudah datang jadi semua masakan belum siap. Sambil menunggu nasi tumpeng siap, kami bermain-main dulu. Akhirnya kami memutuskan untuk pergi berenang untuk menghabiskan waktu, Singkat cerita, setelah capek berenang kami memutuskan untuk berenang. Saat itu aku dibonceng temanku yang bernama Herman. Karena tiba-tiba gerimis, aku mengajak temanku yang lain untuk ikut naik supaya semua bisa cepat pulang. Akhirnya temanku yang bernama Andika duduk di belakangku. Alhasil kami naik motor bertiga dan aku diapit oleh teman-teman lelakiku. Gerimis pun semakin deras dan Herman pun mengendarai motor dengan kecepatan yang sangat tinggi, hingga gas pol. Saat melewati pos amal yang sempit, kami hampir jatuh karena ada motor dari arah yang berlawanan yang melaju dengan kencang pula. Saat itu aku berteriak, “Herman, awas! Aku takut.” Dengan santainya Herman menjawab, “Tenang aja, Dek. Aku sudah biasa.” Aku pun bisa mulai sedikit tenang. Tiba-tiba ketika melewati tikungan di dekat jembatan, tiba-tiba aku merasa motor yang kami tumpangi oleng. Kami jatuh. Saat aku mulai terjatuh, aku sempat berkata dalam hatiku, “Ah, kali ini beneran jatoh akhirnya.” Saat pipiku mulai menyentuh aspal, aku merasakan panasnya terseret di aspal. Setelah itu aku tidak merasakan apa-apa lagi… Tiba-tiba antara sadar dan tidak, remang-remang aku mendengar suara orang-orang yang gaduh di sampingku. Aku dengar mereka berteriak, ”Bantalnya berdarah!” Seketika itu aku merasa badanku terangkat. Aku merasakan kepalaku dijahit tanpa biusan sedikitpun. Aku bisa merasakan jahitan-jahitan yang menembus kulit kepalaku. Jrep..jrep.. Aku hanya bisa menahan sakit, tanpa bisa mengucap sepatah kata pun, apalagi untuk teriak meminta tolong. Kemudian aku mendengar mereka berteriak lagi, “Tangannya juga berdarah!” Perawat langsung membersihkan luka di tanganku dengan revanol yang sangat perih. Aku hanya sempat melihat luka di tanganku yang sangat lebar, dalam, dan sepertinya sampai menembus tulang. Mereka langsung membungkus lukaku dengan perban sehingga aku tidak dapat melihatnya lagi. Ketika aku sudah merasa lelah dengan kesakitan itu, aku berusaha untuk memejamkan mataku lagi. Tiba-tiba aku mendengar tangisan adikku sambil memanggil 119
namaku. Aku sebenarnya tidak tahu apa yang terjadi dengan diriku, aku ikut-ikutan menangis dan berpelukan dengan adikku seperti di sinetron-sinetron. Tidak lama kemudian ibuku datang dengan tergesa-gesa. Ibuku lantas menanyakan bagaimana keadaanku. Ketika ibuku menanyakan keadaanku, tiba-tiba aku merasa amnesia sesaat. Aku berusaha mengingat apa yang terjadi dengan diriku tapi aku tidak bisa. Aku terus berusaha keras untuk mengingatnya. “ Apa ya yang terjadi dengan aku? “ Setelah beberapa menit, aku akhirnya aku berhasil mengingat semuanya. Aku ingat saat itu hari sudah sore. Tadi siang aku berenang dengan teman-temanku, lalu aku kecelakaan, dan akhirnya aku ada di poliklinik seperti sekarang. Aku pusing sekali karena berusaha mengingat. Aku ingin sekali minum, tapi perawat tidak memperbolehkan aku minum karena harus menunggu hasil rontgen. Setelah dirontgen, aku baru pulang ke rumah. Ibuku memaksa membawaku pulang karena takut aku dijadikan kelinci percobaan oleh pihak rumah sakit yang tampaknya kurang profesional. Sampai di rumah, sudah banyak orang yang ramai menunggu. Tidak ada yang berani menyentuh nasi tumpengnya, dan selamatan ulang tahunku pun gagal total. Orang-orang bercerita kepadaku. Jadi ternyata, temanku berusaha menghindari selip saat di tikungan. Karena waktu itu sedang gerimis lumayan deras, jadi jalanannya licin. Akibatnya motor yang kami tumpangi tergelincir. Karena saat itu kami sedang melaju dengan kecepatan yang sangat kencang, jadinya kami bertiga terlempar dari motor. Kala itu dari arah yang berlawanan datanglah sebuah truk. Aku terlempar kemudian terseret hingga masuk ke bawah kolong truk. Untungnya truk sedang tidak melaju kencang, jadi sopir masih bisa mengendalikan kendaraannya dan aku pun masih bisa terselamatkan. Aku pun ternyata juga tidak sadar ketika itu aku ditolong tukang ojek, dibawa naek motor menuju klinik terdekat. Alhasil ada empat jahitan di kepalaku, bekas luka yang cukup besar di punggung tangan kiriku, dan yang lebih penting ada sebuah pelajaran yang bisa diambil hikmahnya. Semua bekas luka menjadi kenang-kenangan yang bisa aku ceritakan ke semua orang supaya juga bisa mengambil pelajaran dan jangan sampai ada yang mengulanginya. Ketika aku menceritakannya, semua orang miris dan banyak yang menertawakan kebandelanku. Mereka tidak menyangka kalo aku dulu pernah seperti itu. Nur Fathonah Sadek/ F24062530
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Caraku Menikmati ITP Semester pertama di ITP buat qyu stres mati-matian, huch susah amat melihat tementemen yang super rajin… tapi qyu juga gak bisa rajin2 mpe sekarang masih ja malesszzzzzzz….. hehehehe….. ya tapi tetep jalanin hidup ni di ITP mpe sekarang n gak da niatan buat pindah…. kan da resepnya…. mang pa???? (mau masak pa???)) kok da resepnya …. hwahwa yach dalam jalanin hidup ni da resepnya…. nyari ja kuliah yang bikin happy yang sesaat dapat melupakan ITP…hahaha (mang penting ya bu???)))) terserah yang mau liatnya, tapi bagiku punya arti sendiri.. tiap detak jantung, hembusan nafas, dan langkahqyu menuju PAU… yukkzzz!!!!! mulai nglantur… Atu lagi resepnya,,,.. ikhlas. yaitu kata yang paling mujarab bila dah menthok gak da semangat.. Dulu, buat pa ya masuk ITP? Di situ kuliahnya ngapain? Ya namanya masuk ITP waktu tu taruhan niali, mau gimana lagi. Kata orang di ITP susah, kuliahnya bahasa Inggris semua (mang benar sich).. waduch gimana ya kalau ancur sendiri? Tapi setelah dijalani semua itu terasa biasa saja. Biasa saja bagiku bukan berarti aku bisa atau akan dapat nilai yang terbaik.. baik ja belum tentu kudapat palagi yang terbaik. Tapi lama kelamaan aku suka dan menikmati nikmatnya ITP. Dari sini aku punya banyak harapan setelah lulus nanti… yach walau harapan ini dah banyak yang tau (teman2-red) .. yupz aku ingin punya industri susu.. masak kotaku yang terkenal dengan kota susu, aku aja gak suka susunya.. hehehe 120
aku kan maunya susu yang telah mengalami olahan lanjut. Gimana kotaku bisa maju kalau nanti generasinya seperti aku yang gak mau susu produksi dalam kota. Padahal kita sama2 tau kalau susu itu bagus buat tubuh. :p Kini di ITP aku sudah cukup nyaman tapi jadi gak nyaman dengan orang2 sekitar. Mereka slalu menilai kalau di ITP pasti segalanya ter…terpinter,terbisa, ter pa ja c… Aku jadi pusat pertanyaan atau paling bisa menyelesaikan masalahku… hehe jadi sombong nich. Tapi dari situ aku belajar dewasa untuk bisa memberikan yang terbaik yang diharapkan oleh orang sekitar. Aku jadi merasa bermanfaat. Hal ini sangat kontra dengan apa yang terjadi bila aku pulang ke rumah. Tak seorang pun (tetangga, saudara, bahkan orang tua) yang tau apa sich makna kuliahku. Yang mereka tau aku kuliah di IPB entah kuliahnya apa. Maklumlah, dari desaku yang kuliah cuma beberapa orang (4 orang saja) tu pun kuliah hukum, teknik, & STAN. Jadi mereka gak pernah mengerti kuliah panganku, mereka tau pertanian kali.. heheh. Eh, aku bilang gak da yang kuliah bukan berarti desaku miskin (kalau keluargaku iya heheh ). Cuma saja mereka kurang mengerti makna menuntut ilmu toh akhirnya2nya jadi pekerja di pabrik, yang perempuan jadi ibu rumah tangga (lulus sekolah nikah). Di tempatku orangnya mampu2, tanahnya hektaran, sapi gak cuma 2 (asal kalian tau harga 1 sapi lebih dari 10jt) jadi mereka bukan miskin. Daripada sekolah tinggi2 mending ke ladang atau ternak sapi dan bisa menjamin kelangsungan hidup. Apalagi biaya hidup di desa gak mahal (hampir kebutuhan sehari2 dapat dipenuhi dari hasil kebun atau ladang) Ya kalau di rumah susah sekali merasakan kalau diri ini bermanfaat. Itulah yang menjadikanku ingin buktiin bahwa aku kuliah pasti akan berguna bagi daerahku. Seenggaknya menyadarkan mereka bahwa menuntut ilmu itu baik untuk laki-laki maupun perempuan. Perempuan yang berpendidikan tidak hanya meningkatkan derajat keluarga dengan materi tapi juga akan membawa keluarga dalam kehidupan yang lebih baik moral, kesehatan, dll. Yach yang jadi bagian hidupku di ITP adalah kuliah dan praktikum yang apabila dipikirkan lanjut sangat erat kaitannya dengan kehidupan. Walau gak akan diaplikasikan di industri tapi dapat diaplikasikan dalam keseharian. Hehehe sok banget!!!!! Palagi teman2 yang jumlahnya 100-an, berbeda adat, kebiasaan yang buat kita blajar banyak suatu adat tanpa harus berkunjung ke daerahnya. Atau makan makanan khas suatu daerah apabila habis mudik.. asyikk kan?? Atau suatu hari nanti bila ingin jalan2 gak da tempat singgah kan bisa nitip singgah (hwek pengen bangetz gratisan)) _n_` Eka Setyaningsih/F24062630
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- “Sesuatu yang Kita Inginkan Tidak Harus Sejalan Apa yang Kita Dapatkan,, Tapi Bisa Menjadi Harapan” 2006,,, July Saat pertama menginjakkan kaki di kota Bogor,,, rasanya tidak percaya akhirnya harus meneruskan harapan di kota ini. Setelah pengumuman USMI beberapa bulan sebelumnya,, dan ternyata aku diterima di salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia,, INSTITUT PERTANIAN BOGOR (IPB). Rasa senang tapi juga sedih harus jauh dari kampong halaman,,. Perjalananku berlanjut,,, hingga aku masuk daerah yang bernama Dramaga-BOGOR. kesan pertama kali wah,, sangat menyenangkan, karena waktu itu aku datang bersama dengan 4 teman se-SMAku dan bersama kakakku. Masa perkenalan mahasiswa,, saat perkenalan kampus IPB, bersama dengan bimbingan kakak kelasku yang di IPB,, kami berlima mulai registrasi (waktu itu di GWW),, Ada kejadian aneh waktu itu,, saat aku duduk dengan teman cowok, ada wanita aneh menghampiriku kemudian dia teriak-teriak,, dosadosa,, haram,, kaget juga tiba2 seperti orang gila. Ternyata dia teriak karena aku duduk sama cowok yang bukan mukhrimnya,, duh kejadian itu benar-benar tak terlupakan. 121
Setelah 3 hari di bogor,, kami masih ditemeni bersama keluarga, dan hari keempat ternyata kita harus berpisah. Keluarga harus pulang kerumah,, dan aku harus masuk asrama,,, Kehidupan pertama di asrama,, begitu memukul hidupku, teman sekamar dari Jakarta dan Bandung,, wah, takut juga gak ada orang jawanya.. hee.. Akhirnya selama seminggu aku tidur di kosan kakak kelas. Setelah kurang lebih 2 minggu,, aku udah mulai punya teman akrab, kuliah sudah di mulai,, menerima mata kuliah Pengantar Matematika,, ya seperti mengulang SMA,, sedih juga belum ada jurusan. Terus berlalu,, aku merasakan aku gak betah lagi kuliah di IPB,, aku merasa satu tahun harus mengulang seperti pelajaran SMA, belum tahu nanti harus ngejar IPK untuk bisa mendapatkan jurusan yang kita inginkan, belum lagi peratutran yang dibuat di asrama,, rasanya semua itu membuat aku ingin keluar dari IPB. Eh ternyata,, ini bukan cuma pikiranku saja, teman baikku (cowok) yang selama ini aku sering curhat sama dia,, ternyata dia malah yang keluar dulu dari IPB, dengan alasan yang sama, kesediahanku bertambah./// Selama masa perkuliahan,, aku coba untuk bertahan, keluargaku sudah berpesan kalo aku satu tahun itu aku gak merasa senang kuliah di IPB aku boleh keluar, tapi dengan syarat satu tahun harus dilalui. Lama-lama melihat nilaiku yang bagus,, aku mulai merasa senang,, ditambah teman2 kelas yang baik2,, ada mentor keagamaan,, terasa kebersamaan itu aku rasakan di sini. Akhirnya,, satu tahun berlalu,, kebimbangan menghantui pikiranku,, antara aku meneruskan dengan pertimbangan IPKku yang bagus dengan pindah kuliah yang mungkin lebih aku inginkan sebelumnya (kedokteran),, Tapi aku mencoba berpikir lagi,, ternyata sayang juga satu tahun terbuang begitu saja,, sudah habis tenaga juga biaya yang pastinya,,, Keputusan terakhir yaitu melanjutkan,, dengan memilih jurusan yang pertamanya aku melihat karena termasuk grade terbaik di IPB.. tapi berpikir dua kali,, IPKku segitu tentunya juga banyak lagi diatas,, namun, tidak mengurung niatku,, dengan menulis daftar pilihan jurusan dari no. 1 sampai terakhir. Sebulan berlalu,, pengumuman penjurusan akhirnya datang juga,,, Dan,,, hasilnya… Alhamdullah,, sujud syukurku kepada Allah,, tenyata pilihan pertamaku terkabulnya,,, ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN (ITP),, FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN,, IPB,, wowoouuu,, great,,,, Bangga bisa masuk di tempat ini,, dari yang mulai gak suka di IPB,, sampai,,, sekarang,,, aku merasakan ITP memang sanubari aku,, sanubari KITA,,,, To Be continue,,, sampai aku nanti dapat gelar SITI KIPDYAH A, STP,,, AMiennnnnn Tersadar bahwa,, apa yang kita inginkan,, tidak selalu akan kita dapatkan,, bukan berarti yang kita dapatkan nantinya bisa jadi keinginkan kita,, itulah hidupp,,, harapan akan selalu ada jika kita mau mencoba membukanya,,,,, jangan pernah merasa bahwa yang terbaik itu selalu jadi baik,, tetapi mencoba lebih baik itu adalah akan merubah keburukan menjadi kebaikan…. be a winner,,all you need is to give all you have,,trust me//// ITP WE ARE THE BEST….. With Love Siti Kipdyah A/F24062648
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Teringat masa kecilku… Kau peluk dan kau manja,… Indahnya saat itu bwat ku melambung,.. di sisimu terngiang hangat nafas segar harum tubuhmu Kau tuturkan segala mimpi-mimpi serta harapanmu... -Ada Band-
122
Aku teringat pernah mengalami masa kecil yang berwarna-warni. Ada hijau, kuning, merah, bahkan hitam. Nah, warna yang terakhir itu yang paling mengingatkanku. HITAM, warna itu cocok dengan kulitku (meski tidak hitam amat, sebagian tetangga, kerabat, dan rekan kerja orang tuaku lebih senang menyebutku hitam manis, makin hitam makin manis). Sepupu yang selalu menjailiku, menggunakan ujung ibu jari dan telunjuknya untuk mencubit pipiku yang dulu agak tembem ini. Pembaca yang terhormat, perlu Anda ketahui, dahulu rambutku ini berwarna hitam dan LURUS! Sekarang terlihat jelas perbedaannya karena rambutku menjadi ikal (mungkin keriting lebih tepatnya). Kembali ke cerita masa kecilku. Karena hobiku makan roti, kue, atau biskuit ditambah warna kulitku yang ’gelap’ saudarasaudaraku memanggilku Landa Ireng. Sebuah bahasa ibu yang berarti Bule Item. Biarlah mereka berkata apa, yang jelas aku melangkah dengan penuh percaya diri saja, Ha ha ha,.. Hobiku tergolong banyak dan tergantung musimnya. Jika sedang berlangsung musim layangan (main layang-layang), aku akan bermain layang-layang bersama teman-temanku. Jika sedang musim hujan, aku dan teman-teman biasanya suka mencari ikan di sungai, sawah, atau parit. Karena saking rajinnya mencari ikan, aku sampai memiliki koleksi ikan Sepat sebanyak satu ember. Selain ikan, kami juga suka mencari katak di sawah pada musim ini. Katak sawah coraknya hampir semua sama jadi kami tidak terlalu susah mencarinya. Hal yang paling susah adalah menangkap dan mempertahankan genggaman agar sang katak tidak lepas dari genggaman. Karena dikerjakan beramai-ramai, kami merasa enjoy dan happy terus meski dijalani dari siang sampai menjelang maghrib. Ayahku yang kusayangi biasanya selalu marah jika melihatku pulang sore dan belepotan, paling tidak beliau atau ibu menegur. Jika aku terlalu bandel, ayah sampai menjemputku di sawah sambil membawa sebilah kayu kecil untuk sekadar menakuti dan memaksaku pulang. Itulah bentuk ungkapan kasih sayang seorang ayah dan ibu kepada puteranya. Semakin dalam menelusuri masa-masa kecilku, aku jadi semakin teringat bandelnya diriku ini. Aku masih ingat ketika dulu aku dikejar oleh tetanggaku karena aku mencuri cabe dan telur ayam milik tetanggaku. Aku kemudian bersembunyi di balik kursi bulik-ku (baca: bibi). Pernah juga aku ditegur dengan keras oleh tetanggaku karena bermain pecahan genteng di sawahnya. Aku dan teman-teman melempar pecahan-pecahan genteng ke atas permukaan air sawah tetanggaku. Kami sangat senang melihat pecahan genteng yang kami lempar bisa melompat-lompat di atas air. Kami seakan lupa bahwa pecahan genteng membawa risiko melukai kaki pemilik sawah (tetanggaku itu) ketika berjalan di sawahnya. Harap maklum, bagi anak kecil yang penting adalah menyenangkan diri dengan bermainmain bersama teman-teman. Hal-hal yang lebih ekstrim lagi pernah aku lakukan, tentunya bersama para rekanrekan sepermainanku. Kebetulan rumahku berada di dekat rel kereta api jalur selatan Jawa Tengah. Beberapa kali aku pernah memainkan permainan yang ekstrem ini. Batu-batu pondasi rel kereta aku susun berderet di atas rel, hampir sepuluh batu mungkin. Begitu ada kereta api yang lewat aku dan teman-teman mengamati dengan seksama bagaimana kereta api itu melindas habis batu-batu itu menjadi debu. Asap debu putih keluar secara berurutan dengan cepat ketika kereta melaju dengan kecepatan tinggi di atas rel tersebut. Bunyi yang dihasilkan dari lindasan kereta api itu memang tidak terlalu jelas karena berisiknya suara mesin kereta. Yang jelas, ramainya sorakanku lebih terdengar jelas melihat ’eksperimen’-ku berhasil. Namun, tiba-tiba ada tetanggaku, seorang nenek, yang menegur kami semua. Beliau marah-marah sambil menjelaskan bahaya ’eksperimen’ yang kami lakukan itu. Entahlah, mungkin dalam benak kami semua hanya terpikir betapa hebatnya sang kereta melindas habis batu-batu keras itu sambil mengeluarkan asap putih. Rasa dag-dig-dug menjelang detik-detik terlindasnya batu-batu itu yang membuatku masih mengingat peristiwa kecilku ini. Terkadang melintas pikiran betapa enaknya masa kecilku dulu, belum terpikir bahwa aku akan menghadapi hari-hari yang penuh tugas kuliah seperti saat ini. Tidak terpikir di masa kecilku lembaran-lembaran buku laporan: TPP, Anpang, PTP, Evse, Mikpang, Kimia, dll. Belum terpikir saat itu bahwa ada tanggung jawab yang besar yang harus kupikul di pundakku pada masa dewasaku ini. Belum terpikir saat itu, bahwa seorang Anto akan menjadi dewasa seperti saat ini. Harapanku aku mampu benar-benar menjadi orang yang 123
dewasa, baik akal, fisik, dan perbuatan atau sikapku. Menjadi dewasa bukan berarti melupakan masa kecilku begitu saja, menjadi dewasa berarti melewati masa kecilku dengan belajar memikul tanggung jawab yang telah diberikan, seoptimal mungkin, bukan semaksimal mungkin. Allahu a’lam, Rachmat Widyanto/F24062655
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- I’m too Complicated……. Orang orang selalu berkata bahwa hidup itu indah. Ketika senang aku menjadi pengikut filosofi itu, namun ketika hidup ini terasa sulit aku sama sekali tidak setuju dengan filosofi itu yang justru membuatku semakin gila. Aku sangat ingin mendapatkan semua yang aku inginkan dalam hidup ini, dan aku selalu berusaha untuk mendapatkannya. Tidak terlalu baik memang, karena ketika aku gagal mendapatkan apa yang kuinginkan aku merasa tidak berharga sama sekali untuk tetap bertahan. Seharusnya aku bisa lebih dewasa menjalani kehidupan ini, tidak semua yang kuinginkan bisa jadi kenyataan. Satu hal lagi yang tidak kumengerti adalah entah kenapa aku selalu merasa tidak punya banyak waktu untuk melakukan sesuatu, padahal kenyataannya aku yang terlalu berlebihan dalam memandang sesuatu. Aku selalu terburu–buru dan tidak berfikir panjang. Jika aku terus seperti ini aku tidak akan bisa menjalani kehidupan ini dengan tenang dan bahagia, karena segala sesuatu kulakukan dengan rasa panik. Satu hal lagi yang ingin kurubah dalam diriku adalah sifatku yang selalu ingin segala sesuatu terjadi tanpa adanya pengorbanan, hal ini seharusnya tidak pernah terbesit dalam pikiranku, karena sukar sekali untuk merealisasikan sesuatu tanpa adanya pengorbanan. Tidak ada yang gratis di dunia ini, bahkan aku tidak bisa mengenali diriku sendiri ketika aku sedang kalut. Kadang sulit bagiku untuk menerima kenyataan yang tidah kuinginkan, ketika hal itu terjadi hanya depresi yang kurasakan, apa salah ku?? Kenapa begini? Aku sudah melakukan yang kubisa, tapi kenapa tetap begini?? Pertanyaan–pertanyaan seperti itulah yang berseliweran di benakku ketika aku tak bisa lagi mengungkapkan kekesalanku karena gagal mendapatkan apa yang kumau. Aku harus bisa berubah, sikapku yang memandang segala sesuatu terlalu sempit dan serba berlebihan alias lebay harus bisa kubendung agar hidupku jauh lebih baik, karena tiap tetes air mata yang mengalir dari pelupuk mataku terlalu berharga untuk menangisi dan menyesali hal-hal tidak penting yang hadir dalam hidupku. Aku punya keluarga dan teman teman serta masa depan yang menurutku sangat sempurna. Aku lah yang harus menyemangati diriku bukan siapapun (JIBUN NO KOTO WA JIBUN DE SHINASAI , akulah yang akan menyelesaikan masalah ku sendiri )…… by wohao_paopao Ivani Ardelino/F24062659
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Manusia yang Tak Tahu Diri Menulis itu memang susah-susah gampang, jika kunci pembukanya sudah ketemu, lancer pun jadinya. Tulis saja perasaanmu saat mengalami sesuatu, seperti misalnya saat tulisan ini dibuat, saat teman-teman satu kelas ITP 43 sedang ‘kebingungan’ dengan urusannya masing-masing setelah mengerjakan ujian yang ‘mematikan’ Analisis Pangan 124
bapak Dedi Fardiaz. Ada yang sibuk mengurusi pengembalian alat praktikum yang telah dipinjamkan, ada yang sibuk mengerjakan “take home test MPPI” dalam bentuk ppt, bahkan ada yang cuek bebek dengan semua itu. Sifat manusia memang beragam, bahkan dapat menghabiskan berlembar-lembar kertas untuk menuliskan dan mendeskripsikannya. Namun, aku hanya bisa membedakan semuanya secara global dan dikategorikan menjadi yang baik, baik sekali, cukup baik, purapura baik, dan tidak tahu diri. Berikut ini beberapa penggal kisah yang lawan mainku kuanggap manusia tidak tahu diri.
Hal paling menyenangkan dan sukses membuatku cepat tua tahun 2009 ini adalah PKM dan EMULSI. Telah aku korbankan hati, tenaga, pikiran, waktu, dan hartaku untuk menjalankan 2 program kreativitas mahasiswa (PKM) yang kuajukan kurang lebih satu tahun lalu, dalam satu waktu. Namun, bukan bertambahnya semangat untuk menemukan jawaban dari rasa keingintahuan berdasarkan isi proposal PKM itu, tetapi umpatan dan rasa sakit hati yang kian bertambah seiring berjalannya waktu. Bukan keinginan untuk menciptakan hal tidak sepantasnya itu berjamur dalam hati. Dengan susah payah kutepis dan berusaha berpikir positif tetapi tidak ada sedikit pun alasan untuk melakukan hal tersebut. Wua...wua...sungguh payah diriku mengerjakan dan memikirkan semua ini sendirian. Tanganku hanya memiliki 10 jari walau otakku memiliki berjuta-juta neuron yang dahsyat sistem kerjanya. Sungguh tega orang-orang padaku, mereka berlagak sibuk dan acuh dengan keadaanku saat itu. Hampir sempat aku berpikir berhenti berpikir untuk semua hal, namun betapa tidak bertanggungjawabnya diriku terhadap rakyat yang telah menyumbangkan dana untuk membiayai penelitian ini. Dengan memberi semangat terhadap diri sendiri, akhirnya kujalankan penelitian dengan terbata-bata. Kukira setelah kutegur, kau akan sadar dengan sikapmu selama perjalanan ini, namun hempasan ombak tidak mampu mengikis karang yang terlindung pohon bakau di hatimu. Sang ombak masih mempunyai tenaga untuk menghempas kembali sehingga pada suatu musim kemarau, kapasitasnya tidak mampu berkutik lagi, sudah jenuh konsentrasinya. ”Tahukah dirimu, aku sudah capek dengan semua ini. Semua kukerjakan hingga serasa ini penelitianku saja.” Keluh kesahku tak kau anggap karena menurutmu, engkau lebih banyak berkorban untuk hal ini. Istilah yang lebih tepat dari gendongan bunda hingga liang lahat pun, tiap detik ku selalu memikirkannya. Bahkan, saat pengumpulan laporan pun, kebodohan dari tiap tetes darah yang mengalir kulakukan demi tanggung jawab. Sampai akhirnya pada titik yang sangat jenuh, ku tak sanggup lagi menahan bendungan kekecewaan itu meluap atau kondisi air laut sangat tenang karena tiada motivasi di dalamnya. Setelah kukorbankan semuanya untukmu, ” Kau...kau...kau...sungguh tidak tahu diri”
”Apa yang kalian inginkan sebenarnya????”, teriakku dalam hatiku yang makin ciut. ”Aku sudah berusaha menjadi ’pembantu umum’ kalian dalam menciptakan berlembarlembar artikel. Namun, apa yang kalian lakukan padaku???” Bukan ucapan atau belas kasihan yang aku inginkan dari kalian ketika kalian tidak dapat memberikan sesuatu untuk keberlangsungan kumpulan kertas hitam putih itu. Tiap manusia mempunyai prioritas dan kepentingannya, namun tidak dapatkah kalian memberikanku sedikit saja pikiran dan hati kalian. Berbagai alasan yang sebenarnya tidak logis untuk diutarakan, kalian ’rengek’kan padaku. Hatiku yang tidak dapat memaksa kalian melakukannnya dengan berbagai alasan kemanusiaan, membuat diriku sengsara akhirnya. ”Sudah puaskah kalian???” Tanpa kalian tahu, bagaimana nasibku kelak karena ulah kalian, diriku merangkak dalam kegelapan sehingga tubuhku harus kesakitan terbentur ke sana ke mari. ”Aaaaggghhhhh........ngilu rasanya.”, eluh pikiranku. Tak seharusnya aku menyalahkan kalian sepenuhnya karena hatiku juga turut andil membuat diriku menderita. Caraku kalian tolak mentah-mentah, dan tak kalian dengar seraknya suaraku saat itu. Memang tidak berharga, tapi pikiran dan waktu yang kubuang demi kalian dan lainnya merupakan hal yang 125
patut dihargai. Kalian memang tidak tahu diri, hanya bisa menyusahkan orang lain dengan sikap yang kalian buat. Bukan hanya untuk diriku, untuk kawan-kawanku yang juga berbalik menekanku karena keadaan yang menyuruhnya seperti itu. Meski tak suka akan caraku atau hilangnya rasa tertarikmu pada profesi tersebut, aku tidak berharap yang kalian lakukan justru merugikan banyak orang. Tidak penting lagi, jika ukurannya itu diriku karena aku sudah mulai kebal. ”Ha...ha...ha..”, tawaku dalam hati. Suatu saat kuharap kalian mengerti apa arti pengorbanan.
Dalam tulisan ini memang sudut pandang yang kugunakan sebagian besar dari arahku, sehingga aku mampu memvonis beberapa manusia tidak tahu diri yang pernah tergambar dari tinta takdir yang digariskan untukku. Di sudut pandang lain, bukan berarti aku manusia yang sempurna dan dapat mengerti orang lain dengan baik. Bisa saja seseorang menganggap aku sebagai manusia yang tidak tahu diri karena tingkah lakuku yang tidak sesuai dengan harapannya. Begitulah manusia yang tidak pernah berhenti berbenturan sifat dan keinginannya. Hal ini tentunya akan menjadi rahasia ”Yang Maha Kuasa” karena hanya Dia yang mampu mengatur dan membolak-balikkan hati manusia.(SHH) Saidatul Husnah/F24062670
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Kutipan dari My Diary 23 Agustus 2009 Dear diary,, Hari ini aq teringat kembali segala kekesalan, kekecewaan, kebingungan, dan semua rasa yang tercampur aduk dalam pikiranku.. Gara-gara suatu hal kecil, aq menjadi teringat semuanya.. Aq memang ingin menjadi anak yang bisa membahagiakan orang tua dan mencapai apa yang mereka inginkan,, sangat! Tapi, karena saking banyaknya beban yang aq tanggung dan pikul sendirian aq jadi bingung dan marah kepada kedua orang tuaku.. Kenapa slalu aku?! Tapi mereka tetaplah mereka, kedua orang tuaku yang sangat aqu cintai dan aqu sayangi.. Aq memang terlihat santai dan kata orang aq termasuk orang yang suka ketawa-ketawa dan jarang sekali terlihat seriuz,, tapi memang begitulah caraqu untuk mengurangi beban yang aqu pikul sendirian ini,, kadang aqu merindukan sosok adik ataupun kakak dalam kehidupanku,, mungkin saja jika ada mereka semua beban ini tidak harus aqu pikul sendirian, aqu bisa berbagi dengan mereka.. Haaaah.. Ya Tuhan,, smoga aqu diberikan sgala kekuatanMu dan ditunjukkan jalanMu agar aqu bisa mencapai apa yang kedua orang tuaqu inginkan dan aqu teramat sangat ingin membahagiakan mereka, serta aqu tidak ingin melihat satu guratan kekecewaan di wajah mereka.. Ijinkanlah hambaMu ini agar bisa membuatan guratan-guratan kebahagiaan di wajah mereka,, selalu! Amin.. Luv u, Mom n Dad Yuananda Parama Oktarani/F24062713
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- 5 Desember 2005 126
Kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi satu detik yang akan datang? Akankah kita senang, sedih, mendapat musibah ataupun berbagai kejadian lain yang akan menimpa kita. Begitu pula dengan hidup yang aku jalani. Peristiwa ini terjadi sewaktu aku duduk di bangku kelas 3 SMA. Hari itu, Senin 5 Desember 2005. Hari itu seperti hari-hari biasa aku bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Aku mengikuti pelajaran matematika yang diajarkan oleh Ibu Endang. Ternyata, ada temen satu kelasku yang bernama Briant yang berulang tahun hari tersebut. Teman-temen yang lain telah menyiapkan sebuah kejutan kecil untuknya. Sebuah kue ulang tahun dengan lilin berangka 18, telah dibawa oleh salah satu temanku. Kami sekelas menikmati acara ulang tahun sederhana ini. Bel berbunyi waktunya kita pulang sekolah, namun hari itu aku tidak langsung pulang karena aku harus les di salah satu bimbel belajar. Aku keluar dari kelas menuju mushola untuk menunaikan ibadah sholat Dzuhur. Dalam sholatku, aku berdoa semoga ujian nasional yang akan aku hadapi ini bisa dimudahkan dalam mengerjakannya sehingga bisa mendapat nilai yang memuaskan. Setelah selesai sholat, aku menuju tempat parkir motor. Akupun menyalakan motor dan mengendarainya menuju tempat bimbel belajarku. Disana aku diajar oleh Bapak Bambang, dia adalah sorang guru yang mengajar mata pelajaran biologi. Selama 2 jam, aku belajar biologi rasanya sudah ngantuk sekali menahan kelopak mata ini. Jam telah menunjukan pukul 17:00 WIB, saatnya aku pulang ke rumah. Karena sudah ingin sampai rumah maka aku menambah kecepatan motor sampai lebih dari 60 km/jam. Senang rasanya sebentar lagi aku sampai rumah. BBBBBBBBBRRRRRRRRRRREEEEEEEEEEEEKKKKKKK………….?????????? Aku tak sadar apa yang sebenarnya terjadi. Orang – orang menghampiriku. Ternyata aku menabrak seorang anak kecil yang sedang bermain di jalanan. Takut, ngeri, binggung, dan panik semua ada dalam benakku. Anak kecil itu dan aku segera di bawa ke rumah sakit sedangkan motorku dibawa oleh polisi. Kondisi anak kecil itu sangat parah sedangkan kondisiku hanya memar dan luka kecil saja, aku jadi takut dan merasa sangat bersalah dengan kejadian itu. Orang tuaku dan orang tua anak itu datang ke rumah sakit. Aku segera minta maaf kepada orang tua anak kecil itu. Ternyata orang tuanya sangat baik, mereka mau memaafkan aku dan menasehatiku agar lain kali aku tidak ngebut kalau mengendarai motor. Sungguh aku sangat bersyukur sekali kepada Allah SWT yang masih menyelamatkan aku dan anak kecil itu dari kecelakaaan motor. Hari itu menjadi pelajaran yang berarti bahwa kita sebagai manusia sangatlah kecil di hadapan-NYA. Dialah yang telah mengatur hidup kita, kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada kita nanti oleh karena itu kita harus selalu bersyukur dan berhati-hati dalam melakukan segala tindakan. Eri Suhesti/F24062753
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- You’re Not Alone Friendship isn’t how you forget, but how you forgive Not how you listen, but how you understand Not how you see, but how you feel Not how you let go, but how you hold on. Penggalan kata-kata diatas terasa sangat mendalam apabila kita dapat memaknainya. Saya merasa dengan semakin bertambahnya usia, tantangan dalam hidup juga akan semakin besar. Menjadi dewasa merupakan suatu pelajaran berharga dalam hidup. Saat mulai menapaki masa itu terkadang seakan kita ingin lari, merasa diri sangat kecil di dalam dunia yang sangat besar ini. Tapi ada suatu hal yang dapat membuat kita bertahan yaitu perasaan bahwa kita tidak SENDIRIAN, You’re not Alone seperti lagu Michael 127
Jackson. Dengan adanya perasaan itu seakan kita memiliki suatu kekuatan baru untuk berjuang dan terus menghadapi kenyataan yang ada. Bagi saya masa kuliah merupakan masa transformasi untuk menapaki dunia yang lebih luas dan menekan. Terlebih ketika masuk jurusan ITP yang sarat akan kompetisi dan mengedepankan kualitas. Saya menyadari banyak konsekuensi yang akan kita hadapi dari setiap pilihan yang kita ambil. Sekali melangkah pantang untuk berhenti atau mundur. Sewaktu saya diterima di jurusan ITP saya merasa sangat senang dan bangga, sampai sekarang pun masih demikian. Tetapi semasa menjalaninya tak dipungkiri saya mengalami masa jatuh bangun, perasaan putus asa, takut, sedih, khawatir, bosan, dan sepi. Perasaan itu terkadang hadir dalam hari-hari saya menjalani masa kuliah. Namun, perasaan itu tidak melulu membayangi hari saya, disela-sela kegiatan yang saya jalani sering terselip perasaan senang, puas, dihargai, berharap, bersemangat dan banyak perasaan lain yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Saya memiliki kisah persahabatan singkat ketika awal memasuki jurusan ITP. Perkenalan kami berawal dari ketidaksengajaan sampai pada akhirnya kami berteman. Kejadian ini berawal ketika teradapat pengumuman akan adanya lomba PKM. Saat itu saya sangat tertarik namun tidak tahu apa-apa. Meskipun demikian, rasa penasaran mendorong saya untuk mengetahuinya lebih lanjut sehingga pada akhirnya saya mengikuti workshop yang diselenggarakan di AMN. Setelah workshop berakhir, saya pikir kegiatan tersebut cukup menarik dan saya ingin ikut. Namun saya berpikir bukan untuk PKM tahun ini. Waktunya sudah mendesak dan saya masih baru dalam segala hal. Sewaktu kegiatan workshop, saya bertemu senior saya kakak 42. Dia bertanya, “Kamu mau ikutan PKM?” Saya jawab, “Belum tau, mungkin tahun depan”. Lalu saya pergi. Beberapa hari setelah itu ada SMS masuk ke handphone saya bertuliskan, “Selamat anda terpilih masuk dalam TIM PKM unggulan, tapi hanya untuk satu orang. Mau bergabung? –ArdaFaris-. Saat itu saya merasa senang namun juga bingung. Saya senang karena bisa mengikuti kegiatan itu tetapi saya juga bingung, banyak pertanyaan muncul dalam benak saya seperti siapa yang mengajak saya, mau buat tentang apa, dll. Lalu saya balas SMS itu, “Ini siapa ya? Saya mau ikut tapi belum punya ide.” Tak lama kemudian ada SMS lagi masuk “Ini Haris 42, gmn kalau ktmu hari ini di depan LSI jam 4?” Saya bingung namun pada akhirnya membalas “OK”. Setelah kuliah usai saya merasa takut dan deg-degan, ternyata yang mengajak adalah senior yang belum terlalu saya kenal. Setelah sampai di depan LSI saya celingukan mencari-cari wajah yang kira-kira tadi meng-SMS saya. Lalu terdengar suara yang memanggil, “Helen, sini!!”. Saya segera melangkah kesana. Setibanya disana saya merasa terkejut ternyata yang mengajak bergabung adalah empat kakak 42 laki-laki dan saya anak 43 perempuan sendiri. Sempat muncul perasaan takut, minder dan bingung dalam hati saya. Kenapa mereka mengajak saya padahal saya masih anak baru. Sempat ada rasa ingin kembali, tapi saya sudah melangkah. Lalu kami berkenalan, saya sudah tahu mereka karena mereka lumayan sering terlihat sewaktu acara BAUR. Mereka adalah Nanda, Ardi, Midun dan Haris. Lalu kami berkenalan. Sesaat saya merasa canggung, namun mereka langsung mengajak bicara dengan akrab dan santai. Nanda bertanya, “Kamu kenal kami kan?” dengan gayanya yang sok senior dan mata terpicing. “Oh iya, tahu”, jawab saya. Bagaimana tidak, saya ingat mereka semua: Nanda ketua BAUR, Midun, Ardi, Haris juga panitia BAUR dan saya pernah dikerjain sewaktu minta tanda tangan mereka. “Kamu mau ikut kelompok kita kan? Soalnya kalo ngga kita bisa cari yang lain”, dengan gayanya yang sombong dan sok ngga butuh, tapi saya tahu mereka cuma bercanda (ya kan?-red). Saya tidak langsung menjawab hanya berkata, “Mmmm,, gimana ya?”. Tapi mereka bilang, “GA BISA!! kalo sudah dateng berarti mau. Deal? Salaman dulu donk”. “Hah?!”, saya bingung namun pada akhirnya saya menjabat tangan mereka. Setelah mereka pergi, saya menjadi rileks dan lega. Saat itu saya merasa mungkin mereka tidak seseram dan sejahil kelihatannya, saya akan mencoba berbaur dan mengenal mereka. Setelah pertemuan itu, kami mulai menentukan topik, mencari bahan, membagi tugas, dan mengedit bersama-sama. Lalu jadilah proposal PKM kami. Kami sangat senang karena akhirnya proposal telah selesai. Setiap pertemuan, kami tidak melulu serius tetapi 128
diselingi dengan canda tawa dan tak jarang objeknya adalah saya (sebagai anggota yang paling kecil). Meskipun demikian, saya merasa senang karena bisa akrab dan mengenal mereka lebih dekat. Perasaan canggung dan takut yang menghampiri saya lenyap sudah ketika saya mengetahui bagaimana kepribadian mereka. Mereka semua baik, kocak alias humoris, PINTAR (iyalah namanya juga anak ITP), mandiri, tanggung jawab dan setia kawan. Sikap mereka itulah yang membuat saya merasa cocok dan nyaman berteman dengan mereka. Ardi menyebut kelompok kami “incredible boy+1”, karena saya bukan boy dan mereka boy yang incredible. (Hahahaaa,,, lucu juga kalo mengingatnya sekarang). Meski demikian, terdapat juga konflik yang mewarnai selama proses pembuatan proposal ini. Hal ini karena ego masing-masing, mood yang sedang ngga bagus, rasa capek, jenuh, dan masalah pribadi lainnya. Namun, sebagai satu tim terlebih karena kami telah menjadi teman, kami saling mendukung satu sama lain, memberi semangat dan berusaha untuk terus maju dan commit di tengah kesibukan kami masing-masing. Hingga akhirnya jadilah proposal tersebut. Waktulah yang akan menjawab semuanya, kami telah melakukan yang terbaik yang kami bisa, harapan selalu ada. Setelah berlalunya waktu, ternyata proposal kami berhasil lolos dan didanai. Kami merasa sangat gembira dan mulai mengerjakan proyek tersebut. Kami menjadi semakin dekat seiring dengan semakin seringnya kami berkumpul. Saya merasakan kegembiraan lebih dari yang saya bayangkan. Jika saya flashback ke belakang, sebenarnya saya cuma berharap bisa mendapatkan pengalaman ikutan PKM entah kapan. Namun ternyata hal yang saya dapatkan lebih dari itu, saya bisa ikut PKM tahun ini, tahun pertama saya masuk ITP, lalu bergabung bersama 4 sekawan yang menerima saya menjadi teman mereka, lalu kegembiraan bertambah ketika mengetahui ternyata kami berhasil lolos dan persahabatan kami semakin erat. Tidak terasa kejadian itu sudah hampir dua tahun berlalu. Saat itu saya masih awal semester 3 sekarang sudah akhir semester 6, tetapi kisah ini selalu indah untuk dikenang. Saat ini mereka sedang sibuk dengan skripsinya masing-masing dan saya dengan kegiatan perkuliahan saya. Meski sekarang ini kami jarang bertemu, mereka tetap adalah kakak dan teman bagi saya. Friendship never end... Hidup tidak mengharuskan kita perfect dalam segala hal. Tapi bagaimana kita berjuang, menerima diri dan senantiasa bersyukur atas anugerah yang telah kita terima. LIFE IS GIFT,,,. Manusia diciptakan unik, tidak ada duanya dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Remember that YOU’RE BEAUTIFULL,,, Berbicara tentang teman. Kita hidup di dunia ini tidak sendiri. Memang tidak akan mungkin ada orang lain yang dapat mengerti kita 100% dan selalu memberikan apa yang kita mau agar kita bahagia. Namun, saya percaya seorang teman sengaja dikirim Tuhan untuk menemani kita menjalani hari-hari dalam hidup ini. Teman senantiasa berganti, datang dan pergi, namun perasaan kitalah yang dapat membuatnya tetap bertahan di hati. Saat kita menemukan teman, kita seperti menemukan bagian diri kita yang lain yang dapat kita ajak berbagi. Seorang teman selalu merasa bahagia jika melihat temannya berhasil dan bahagia, merasa sakit ketika temannya dilukai dan disakiti. Teman menjadikan kita terus bertahan menjalani hidup dan membuat kita pantang menyerah dalam meraih semua impian yang kita inginkan. Helena Suri W/F24062795
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Bingung mau nulis apa buat tugas ini,,, mau cerita tapi ga tau mau mulai dari mana,,, dan pasti banyak banget ceritanya... hehehehehe... Tugas ini gw kumpulin udah telat banget,,, 129
telat 2 minggu!!! Waw,,, mantabh,, mav y ochi,,, Belum ada inspirasi soalnya... Nah daripada gw nulis yang ga jelas tentang cerita gw,,, mending gw nulis sumthin’ yang menurut gw bisa menginspirasi gw dan mudah-mdahan bisa ditularin ke temen-temen,, Sory, emang bukan asli kata-kata gw,,, ini gw ambil dari mana aja yang penting bisa menginspirasi gw,,, JANGAN MENYERAH (d’MASSIV) Tak ada manusia yang terlahir sempurna Jangan kau sesali segala yang telah terjadi Kita pasti pernah dapatkan cobaan yang berat Seakan hidup ini tak ada artinya lagi... Syukuri apa yang ada.. Hidup adalah anugerah.. Tetap jalani hidup ini melakukan yang terbaik Tuhan pasti menunjukkan kebesaran dan kuasa Nya Bagi hamba Nya yang sabar Dan tak kenal putus asa Sebelumya c gw ga pernah suka sama lagu d’MASSIV tapi karena lagu ini bermakna, gw suka deh,,hehehe... Selanjutnya,,, Inspiring note ini gw dapet dari seorang sahabat gw (di ITP tentunya),,, melalui sms di pagi hari saat umur gw menginjak 21 tahun,,, Seorang bijak pernah berkata, Seorang arsitek merancang sebuah gedung yang menjulang tinggi ke angkasa selama hampir separuh masa hidupnya hingga sempurna... Tapi, berapa lamakah kita merancang masa depan kita ??? Mungkin tanpa perencanaan,, Gedung yang tanpa dirancang dan tidak direncanakan dengan baik,, Pasti akan roboh..!!! Apalagi jika hidup tanpa perencanaan ??? Hari ini mungkin hari terbaikmu.. Pagi ini mungkin pagi terindahmu .. Jadilah arsitek yang merancang masa depanmu dengan baik,,, Gw berterimakasih banget sama seluruh teman ITP,,, kalian membuat gw melewati proses pendewasaan diri dengan sangat berarti,,, 130
Espescially, thanks for my great people in ITP : Idham, Laras, Dzikri, Sadek, Adit, Helen, Eri, Stefanus, Henni, Aan, Yua... Berkat kalian gw mengerti arti persahabatan... Banyak hal yang gw pelajarin dari persahabatan kita selama ini,,, Membuat gw lebih dewasa... (mungkin,,,hehehe) Membuat hari-hari gw lebih berwarna... ...Hidupmu indah bila kau tahu jalan mana yang benar... Della Edria/F24062797
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Arthistory Sempat jatuh dan jatuh, untuk sebuah nama yang lama ada Lebih dari 9 tahun menunggu, dan kurang dari 9 tahun ditunggu Tak perlu kata-kata manis yang heterofon, aku hanya butuh menyelesaikan harapan Untuk dia di 9 tahun yang lalu, dan demi dia di 9 tahun mendatang Sukabumi, 6 Juli 2009 Ditulis dengan beku Aditya Asmaranala/F24062845
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Bumiku Hidupku Matiku Berpijak di Atas Tanahmu Ya, Bumi adalah planet istimewa yang dipilih oleh Allah sebagai arena kehidupan manusia, makhluk paling mulia diantara makhluk yang lain. Tidak ada planet sesempurna ini yang bisa digunakan sebagai tempat hidup makhluk seperti manusia, selama jutaan tahun. Keanehan terbesar planet Bumi adalah kondisinya yang sangat ideal untuk bisa memunculkan kehidupan. Padahal, agar bisa terjadi kehidupan, planet ini harus memiliki fasilitas-fasilitas yang bukan main rumitnya. Dan harus terjaga selama miliaran tahun secara otomatis (self controlled). So, sebagai khalifah yang diamanahi memimpin di atas bumi ini, maka manusia harus merawatnya (Masa tempat kita hidup tiap hari gak dirawat, tubuh tempat ruh kita tinggal aja dirawat, gak malu sama bumi?). Gimana caranya?? Ya kalau gak punya ide brilian yang bisa mengubah keadaan bumi yang sudah mengenaskan ini secara global, paling gak dengan hal yang kecil-kecil saja deh... gak usah jauh-jauh, yang deket saja. Sudahkah anda membuang sampah pada tempat sampah?? Ya, keliatannya sepele SAMPAH, anorganik khususnya misalnya plastik. Kemasan plastik bila dibuang sembarangan, apalagi kalau di bumi kita tercinta (di tanah maksudnya) nggak bisa membusuk bahkan hingga ratusan tahun. Artinya, plastik memiliki dampak negatif juga, selain banyak juga fungsinya. Kalaupun terpaksa menghasilkan sampah plastik, sebisa mungkin mengimbanginya dengan menerapkan reuse atau menggunakan kembali. Misalnya aja dengan menggunakan 131
produk model isi ulang. Dan kalo nggak bisa dipake ulang, barulah menerapkan sistem recycle alias mendaur ulang. Jangan dibuang sembarangan... Jika semua orang mau menjalankan prinsip kecil ini dalam kehidupan sehari-hari, bumi kita akan tersenyum dan mengucap banyak terima kasih pada kita (walaupun kita sering menjahilinya). SO kawanku semua, ayo rawat bumi kita... agar kita hidup dan mati bahagia di pangkuan bumi kita we have BIG IDEA for our SMALL PLANET, our earth... inspired by Ayatullah, Al A'raaf (7): 25 "Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan.QS. Tito Tegar/F24062873
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- ORANG BODOH VS ORANG PINTAR (by Mario Teguh) Orang bodoh sulit dapat kerja, akhirnya berbisnis... Agar bisnisnya berhasil, tentu dia harus rekrut orang pintar. Walhasil boss-nya orang pintar adalah orang bodoh. Orang bodoh sering melakukan kesalahan, maka dia rekrut orang pintar yang tidak pernah salah untuk memperbaiki yang salah. Walhasil orang bodoh memerintahkan orang pintar untuk keperluan orang bodoh. Orang pintar belajar untuk mendapatkan ijazah untuk selanjutnya mencari kerja. Orang bodoh berpikir secepatnya mendapatkan uang untuk membayari proposal yang diajukan orang pintar. Orang bodoh tidak bisa membuat teks pidato, maka dia menyuruh orang pintar untuk membuatnya. Orang bodoh kayaknya susah untuk lulus sekolah hukum (SH). oleh karena itu orang bodoh memerintahkan orang pintar untuk membuat undang-undangnya orang bodoh. Orang bodoh biasanya jago cuap-cuap jual omongan, sementara itu orang pintar percaya. Tapi selanjutnya orang pintar menyesal karena telah mempercayai orang bodoh. Tapi toh saat itu orang bodoh sudah ada di atas. Orang bodoh berpikir pendek untuk memutuskan sesuatu yang dipikirkan panjang-panjang oleh orang pintar. Walhasil orang orang pintar menjadi staf-nya orang bodoh. Saat bisnis orang bodoh mengalami kelesuan, dia PHK orang-orang pintar yang berkerja. Tapi orang-orang pintar DEMO. Walhasil orang-orang pintar ' meratap-ratap ' kepada orang bodoh agar tetap diberikan pekerjaan. Tapi saat bisnis orang bodoh maju, 132
orang pintar akan menghabiskan waktu untuk bekerja keras dengan hati senang, sementara orang bodoh menghabiskan waktu untuk bersenang-senang dengan keluarganya. Mata orang bodoh selalu mencari apa yang bisa dijadikan duit. Mata orang pintar selalu mencari kolom lowongan perkerjaan. Bill gate (Microsoft), Dell, Hendri (Ford), Thomas Alfa Edison, Tommy Suharto, Liem Siu Liong (BCA group). Adalah contoh orang-orang yang tidak pernah dapat S1, tapi kemudian menjadi kaya. Ribuan orang-orang pintar bekerja untuk mereka. Dan puluhan ribu jiwa keluarga orang pintar bergantung pada orang bodoh. PERTA N YAA N : Mendingan jadi orang pinter atau orang bodoh?? Pinteran mana antara orang pinter atau orang bodoh ??? Mana yang lebih mulia antara orang pinter atau orang bodoh?? Mana yang lebih susah, orang pinter atau orang bodoh?? KESIMPULA N : Jangan lama-lama jadi orang pinter, lama-lama tidak sadar bahwa dirinya telah dibodohi oleh orang bodoh. Jadilah orang bodoh yang pinter daripada jadi orang pinter yang bodoh. Kata kunci nya adalah ' resiko ' dan ' berusaha ' , karena orang bodoh perpikir pendek maka dia bilang resikonya kecil, selanjutnya dia berusaha agar resiko betul-betul kecil. Orang pinter berpikir panjang maka dia bilang resikonya besar untuk selanjutnya dia tidak akan berusaha mengambil resiko tersebut. Dan mengabdi pada orang bodoh... Di manakah posisi anda saat ini... Berhentilah meratapi keadaan anda yang sekarang... Ini hanya sebuah Refleksi dari semua Retorika dan Dinamika kehidupan. Semua Pilihan dan Keputusan ada ditangan anda untuk merubahnya, Lalu perhatikan apa yang terjadi... Semoga seuprit inspirasi ini bisa memotivasi kalian ya teman…..hehe….
[email protected] Daisy Natalia/F24062916
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- 1095 Hari. Juli. Agustus. September. Oktober. Nopember. Desember. Januari. Februari. Maret. April. Mei. Juni. Juli. 06.55. Pertemuan. Persahabatan. Aku. Dirimu. Mereka. Dia. Kita. Kami. Putih. Abu. Hitam. Gelap. Cahaya. Terang. Pelangi. Doa. Harapan. Cita-cita. Ketiadaan. Hampa. Hangat. Dingin. Airmata. Marah. Tergila. Duka. Lara. Canda. Tawa. Tangis. Bahagia. Malu. Benci. Miracle. Cinta. Optimis. Pesimis. Apatis. Iri. Sedih. Rapuh. Perpecahan. Perpisahan. Walk to remember 1095 hari. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 133
Menapaki 1095 hari masa SMA-ku yang sangat berwarna. Disini kumulai kehidupanku dengan apa dirinya aku. Disini persahabatan itu dimulai dan disini pula persahabatan itu diakhiri. Sungguh banyak cerita nyata yang mengisi kehidupanku. Tapi aku ingin menceritakan sepenggalah kisah persahabatanku dengan seseorang. Diawali saat kami sama-sama mengikuti kegiatan ekskul KIR pada awal tahun, aku mengenalnya sebagai seorang yang lemah lembut, manja, dan sangat kewanitaan, tak lama bagi kami untuk dapat akrab. Karena ekskul kami yang mengharuskan seperti itu. Satu tahun pun kulewati dengan begitu indah tanpa ada halangan berarti. Tahun kedua, ternyata Allah menjodohkan kami untuk satu kelas. Dia pun mengajakku untuk duduk sebangku. Setelah menjadi teman sebangku akupun semakin dekat dengannya dan juga semakin aku tidak dapat mengerti watak dan sikapnya. She is so different from me!!! Aku yang blak-blakan dan terbuka sangat berbeda jauh dengan dirinya yang pendiam dan sangat tertutup akan kehidupan pribadinya. Namun sedikit demi sedikit dia mulai terbuka walaupun hanya sebagian kecilnya saja yang ia ingin ceritakan kepadaku. Sungguh itu sangat mengganggu, karena naluriku ingin mengetahui apa yang dia alami agar aku dapat membantunya. Karena perbedaan watak dan cara pandang kami yang sangat mencolok dan kami tidak dapat mengerti satu sama lain akhirnya pertengkaran pun tidak dapat terelakkan. Tidak tanggung-tanggung kami saling diam selama berbulan-bulan, tidak hanya sekali tapi berulang kali. Aku tau saat kami bertengkar, saling diam masing-masing dari kami pun terluka oleh keadaan itu dan ingin segera mengakhirinya. Dan tak jarang dia pun sering jatuh sakit dan pingsan karena pertengkaran kami menambah beban hidupnya. Dia mempunyai fisik yang tidak kuat dan daya tahan tubuhnya sering sekali drop. Pada saat itu pun aku ingin sekali merawatnya, menungguinya istirahat di UKS sampai dia sadar sama seperti pada saat kami baikan (tidak berantem). Namun keinginan itu seringkali dikalahkan oleh keegoisanku saat itu, aku lebih mementingkan perasaanku dibandingkan persahabatan kami. Aku merasa dia mencari perhatian teman-teman kelasku atas kerapuhannya sehingga membuat temantemanku iba dan menyalahkanku atas apa yang terjadi pada dirinya. Aku tau aku salah, tidak seharusnya aku berpikir demikian, namun saat itu adalah saat kejiwaanku masih berkembang dengan emosi yang sangat labil. Seharusnya saat itu aku tak menuruti egoku sehingga kami dapat tetap bersama dalam ikatan persahabatan. Awal kelas 3 aku masih dipertemukan dengannya dalam satu kelas. Namun aku memutuskan untuk tidak sebangku lagi dengannya. Semakin hari kami semakin jauh, semakin menjaga jarak, dia pun begitu semakin tertutup akan masalahnya. Padahal kutau tidak banyak orang yang dapat dipercayainya untuk dibaginya mengenai kehidupannya. Namun aku telah menghianati kepercayaannya. Aku berpikir bahwa dia akan lebih baik jika tidak dekat denganku. Dia pun semakin membaik dan lebih ceria dengan teman dekat baru disisinya. Aku pun mendapatkan teman dekat yang baru yang lebih menyenangkan dan lebih dapat saling mengerti. Namun jauh disudut hatiku ada secuil bagian yang hilang. Yang aku rasa namun aku selalu menutupinya dengan egoku, namun perasaan itu terus memgelayutiku semakin hari semakin berat membebani hidupku. Aku salah, kupikir dengan menjauh dari hidupnya dan tidak berkomunikasi dengannya dapat menghilangkan beban itu. Namun beban itu semakin hari semakin berat kubawa. Sekarang kusadari secuil bagian hatiku telah dibawanya pergi bersama putusnya persahabatan kami. Sekarang kusadari sebanyak apapun aku mencari dan menjalin persahabatan, namanya tidak akan pernah tergantikan di lubuk hati ini. Sekarang kusadari betapa inginnya aku kembali ke masa itu untuk memperbaiki semua yang terlewat agar hatiku ini tetap utuh. Masihkah ada kesempatan untukku?? untuk menjadi tempat mengadunya di kala ingin mengadu untuk menjadi pengokoh langkah ini di saat goyah 134
untuk menjadi penyemangat di kala lelah untuk bersama-sama menapaki jalan-Nya dan untuk menjadi sahabatnya kembali . . . . . . . . . . . . . . Membawa beban sesungguhnya sangat tidak menyenangkan. Memaafkan adalah pekerjaan yang lebih mudah, daripada membawa beban kemana saja kita melangkah. Ada harga yang harus kita bayar untuk sebuah kepahitan yang kita simpan, dan dendam yang terus menerus. Getir, berat, aroma yang tidak sedap, itulah nilai yang akan kita dapatkan saat memendam amarah dan benci. Memaafkan mungkin adalah hadiah bagi yang kita beri maaf. Namun, pemberian itu, adalah juga buat kita sendiri: hadiah untuk sebuah kebebasan dari rasa tertekan, rasa dendam, rasa amarah, dan kekotoran hati .
Zakiyah/F24062920
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- TOMODACHI *), Will Always Be Badan rasanya pegal-pegal setelah seharian di kampus. Ada saja yang harus dikerjakan, tak kunjung beres. Setelah dua minggu berkutat dengan slide-slide kuliah, modulmodul, dan tetek bengek lainnya, dan senam jantung sesaat akan memasuki ruang ujian, pagi tadi aku masih harus ke kampus juga. Mengurus izin laboratorium lah, ada rapat persiapan penyuluhan pedagang di Cirebon lah, sosialisasi dari LPPM lah, mengerjakan tugas lah…. Aaaargh… rasanya aku ingin menghilang saja. Rasanya nyaman sekali merebahkan tubuh yang lelah ini. Hujan mulai turun selepas Isya tadi. Sepi sekali di rumah kost. Anak kost lain sudah banyak yang pulang, melepas rindu dengan keluarga mumpung liburan semester ini lumayan lama, satu bulan. Hanya tinggal beberapa anak saja yang masih tinggal di rumah kost, termasuk aku. Liburan ini aku memang tidak bisa pulang ke Cirebon walau satu minggu sekalipun. Mau bagaimana lagi. Aku harus mengerjakan tugas yang diberikan dosen pembimbingku, mengerjakan proyek penelitiannya bersama dengan mahasiswa bimbingannya yang lain. Yaah… bersabar sedikit, berusaha menahan keinginanku untuk pulang, berkumpul dengan ayah, mama, adikku, toh tugas ini pun untuk kepentinganku juga, untuk bahan penelitian skripsiku kelak. Tak terasa, sudah tiga tahun aku kuliah di IPB. Hanya tinggal satu tahun lagi untuk bisa memakai toga kebanggaan. Tapi mungkin bagiku memerlukan waktu sedikit lebih lama. Aku teringat kenangan itu, kawan. Waktu pengumuman penerimaan jurusan. Waktu itu kita berkumpul di rumah kost Dewi. ¤¤¤ “Alhamdulillah!! Essa, Ebol… Dewi masuk AGB!!”, seru Dewi kepadaku dan Essa. “Aku diterima di ITP Dew!!”, lanjutku. “Essa engga nyangka bisa masuk IE!!”, teriaknya girang. Tak lama, datang Arum dan Sela, membawa kabar yang tak kalah gembira. “Dewee… Essaa.. Ebol... Arum sekarang jadi anak FKH!!”, katanya dengan wajah sumringah. “Sela di Biokim, teman-teman!!”, katanya sambil tertawa riang. Tawa yang khas Sela. Kawanku yang satu ini memang mirip Julie Estelle versi badan mungil. “Biar kita engga satu jurusan, A1 122+ harus wisuda bareng ya!!” teriak Essa dengan kedua tangan mengepal di udara. A1 122+. Itu adalah nomor gedung asrama tempat kami tinggal dulu, waktu pertama kali masuk IPB. Di kamar 122, kami pertama kali bertemu, berkenalan dengan canggung, saling mengenal pribadi masing-masing, hingga kami menjadi sahabat sampai sekarang. Kami sebut kamar kami 122+ karena diisi oleh lima orang, tapi seharusnya hanya bisa diisi oleh empat orang saja. Lho, kenapa bisa sampai lima orang? Ya, karena begitu adanya. Kami sulit dipisahkan. Ha ha ha…. Kami datang dari daerah yang berbeda dengan latar belakang yang berbeda pula. Aku dan Dewi sama-sama berasal dari Cirebon dan dari SMA 135
yang sama. SMP pun satu sekolah. Essa asal Bukittinggi asli. Arum datang dari Lampung, tapi asli Solo. Sela memang berdomisili di Bogor. Senang rasanya mengetahui kami semua masuk jurusan pilihan pertama kami masing-masing, mengingat perjuangan kami sebelumnya. Setiap tengah malam, kami bersujud, memohon pada-Nya untuk memudahkan segala urusan, untuk memberi petunjuk dalam kebimbangan memilih jurusan mana yang akan dipilih. Memohon kemudahan kepadaNya agar kami semua dapat masuk jurusan yang kami inginkan. Begitu banyak kenangan di asrama bersama mereka. Kami sering menghabiskan waktu bersama walau hanya sekadar mengobrol, jalan sore di Bara, atau menonton tv. Tapi aku sering melewatkan waktu bersama mereka kalau mereka jalan-jalan ke Kota Bogor, aku sering tidak ikut, walaupun mereka memaksaku ikut, tapi aku tidak mau merepotkan mereka. Banyak orang bilang, berat di ongkos. Bagiku juga, sangat berat di ongkos, waktu itu. Aku sering merasa bersalah jika menghabiskan uang untuk hal yang kurasa tidak terlalu penting. Mengingat Ayahku cukup sulit membiayaiku kuliah, karena harus menanggung biaya kakakku dan aku kuliah di IPB dan adikku yang waktu itu baru masuk Sekolah Dasar. Aku tahu, bagi ayahku, sangat sulit untuk menanggung semua itu mengingat penghasilannya tidak seberapa. Jadi, aku harus hidup prihatin agar dapat bisa tetap kuliah. “Biar kita engga satu jurusan, A1 122+ harus wisuda bareng ya!!” Kata-kata itu terus terngiang-ngiang di kepalaku. Ah, seandainya aku bisa kembali ke masa itu. Seandainya aku tidak terlalu bodoh untuk menceritakannya. Seandainya saja….. Penyesalan memang datang terakhir kali, Kawan. Waktu itu aku akan memasuki semester 4 di ITP. Dengan berlinangan air mata aku keluar dari kantor bagian Kemahasiswaan di Rektorat. Waktu itu aku seorang diri. Aku perlu seseorang. Aku gamang, merasa sangat tak berdaya. Ingin rasanya menghubungi Dewi atau Arum atau Essa atau Sela. Tapi aku tidak mau merepotkan mereka. Mereka mungkin sedang kuliah. Tapi, aku tidak sanggup. Akhirnya aku menghubungi Essa untuk datang ke tempatku berada waktu itu. Aku harus mengulang kembali mata kuliah semester 3! Aku sangat sedih mengingat waktu itu aku terus masuk kuliah dan mengikuti ujian, dan semua nilai ujianku cukup baik. Aku tidak menyangka semua itu sia-sia saja karena status mahasiswaku dianggap nonaktif dan nilai-nilaiku tidak dapat masuk. Semua nilai mata kuliah! Waktu semester 3 itu, Ayahku terlambat mengirimiku uang untuk membayar SPP semester 3. Terpaksa aku mengajukan permohonan penundaan SPP. Namun, Ayah tidak juga mengirimiku uang sampai batas pembayaran pun berakhir. Waktu itu, aku merasa sangat cemas. Namun Ayah meyakinkan bahwa masalah pembayaran SPP bisa diselesaikan belakangan, karena sebelumnya kakakku pernah mengalami hal yang sama, dan masalah itu dapat teratasi. Aku percaya saja. Dan bodohnya lagi aku tidak tanggap untuk mencari informasi mengenai hal itu. Dan akhirnya, terjadilah apa yang seharusnya tidak perlu terjadi. Seandainya saja aku lebih tanggap. Seandainya saja aku berusaha mencari pinjaman uang. Bodohnya aku!!! Teramat sangat bodoh!!! Terisak-isak aku menceritakannya kepada Essa. Dia memelukku, mengelus-elus punggungku, berusaha menenangkanku. “Ya Allah… Ebol… itu kan udah lama! Kenapa engga cerita sih? Kita kan bisa bantu…”, dengan suara yang serak karena menahan tangis. Aku tidak sanggup berkata apa-apa. Hanya menggeleng-geleng kepala di pelukannya. Tenggorokanku tercekat. Ingit menjerit rasanya. “Sabar ya Bol…. Ambil hikmahnya aja…. Tenang aja Bol, kita akan selalu ada buat Ebol…”, lanjut Essa dengan suara makin tercekat menahan tangis. Sudah cukup, Essa. Jangan menangis!! Jeritku dalam hati. Itu hanya membuatku semakin merasa bersalah pada diriku, pada kalian. Jangan menangisi kebodohanku ini yang menyianyiakan kalian, padahal kalian pasti akan membantu kalau aku ada masalah. Seberat apapun masalah itu. Aku semakin erat memeluk Essa. Hari-hari berikutnya, aku menjalani kuliah semester 4 seperti biasanya. Ayahku sangat merasa bersalah dengan apa yang menimpaku. Ayah berusaha mengirimiku uang 136
untuk SPP semester 4 secepatnya, takut terjadi lagi masalah seperti dulu. Itu artinya Ayah harus ekstra bekerja dan berusaha mencari pinjaman uang. Semenjak kejadian di Rektorat itu, aku belum bertemu Dewi. Aku ingin sekali menceritakan apa yang terjadi. Yaah… walaupun aku bakal dimarahinya habis-habisan. Suatu hari, aku bertemu dengan Dewi, dan menceritakan semuanya. Benar saja, dia memarahiku. Memarahiku karena tidak menceritakan masalahku dari awal. Biar saja aku dimarahi, karena memang pantas aku dimarahi. “Ebol!!! Kenapa sih engga cerita ke Dewi dari awal?? Jadinya begini, kan? Yang namanya teman itu bukan cuma buat senang-senang aja!! Inget engga, waktu itu kita semua bilang, bakal wisuda bareng!! Hah?? Coba cerita dari awal!! Dewi bakal bantu. Kita bisa bantu!! Kita bisa aja patungan buat nalangin SPP-mu dulu. Haaaaah…..”, Dewi menarik nafas panjang setelah panjang lebar memarahiku. Duduk di sampingnya, aku hanya bisa menunduk. Iya, Dewi, kataku dalam hati. Aku memang bodoh. Tidak cerita dari awal. Aku semakin sedih mengetahui bahwa aku tidak bisa wisuda bersama mereka. Dewi terdiam. Setelah marah-marahnya itu, dia merangkul pundakku. Berusaha mengusir kesedihanku. ¤¤¤ Rasanya waktu berjalan dengan cepat. Tinggal satu tahun lagi mereka akan wisuda. Hhmm…. Kalau mengingat kejadian itu, air mataku tak bisa tertahan. Kejadian itu akan selalu aku kenang. Bukan untuk menyesalinya, tapi hal itu merupakan pelajaran hidup yang berharga. Kejadian itu memang sangat menyesakkan dada. Biar saja dada ini sakit, tapi dari kejadian itu aku banyak mendapatkan pelajaran, banyak hikmah yang dapat aku ambil. Kejadian itu membuatku lebih tegar menghadapi masalah hidup. Dan satu hal. Ada mereka. Selalu ada mereka untuk berbagi suka duka, canda tawa. Aku teringat kata-kata Arum. Manusia itu seperti titik hujan. Jika cobaan menerpa, dapat dengan mudahnya jatuh. Jatuh dari tempat yang tinggi, sampai mencapai tanah. Tidak ada yang dapat menahannya. Namun dengan setitik hujan itulah, seberkas sinar putih, sinar yang tak tampak, malah, dapat menjadi pancaran sinar berwarna yang berkilau. Merah, kuning, hijau, biru…. membentang indah di langit. Membuat tersenyum siapa saja yang melihatnya. Membahagiakan hati siapa saja yang melihat kilau indahnya. Membuat siapa saja menyebut nama Allah, mensyukuri segala anugerah dan hikmah hidup yang diberikan-Nya. “Biar kita engga satu jurusan, A1 122+ harus wisuda bareng ya!!” Dewi, Essa, Arum, Sela…. Maafkan aku. Aku mungkin tidak bisa melewatkan detikdetik bersejarah itu bersama kalian. Tidak bisa merasakan kebahagian yang meledak-ledak itu bersama-sama. Tapi aku yakin. Kalian akan selalu ada. Seyakin aku menyematkan kalian di hati ini. Selalu…… Keep smiling keep shining Knowing you can always come only for sure That’s what friends are for In good times and bad times I’ll be on your side forever more That’s what friends are for…. *) sahabat _21.00 WIB 04 Juli 2009 Bogor_ Dwi Febiyanti/F24062963
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- 137
Aku adalah anak sulung dengan dua orang adik. Adikku yang paling kecil memiliki 47 buah kromosom (syndrome down) sehingga dia memiliki keistimewaan tersendiri. Dia bernama Rizky Tri Hantoro atau biasa dipanggil Kiki atau dede ndut. Umurnya 13 tahun tapi banyak orang yang tidak bisa menebak karena wajahnya masih seperti anak kecil. Aku beruntung dan sangat bersyukur kepada Allah SWT telah dianugerahi adik seperti dia. Dia satu-satunya orang yang tidak pernah membuatku sakit hati ataupun marah. Setiap kali hatiku gundah, sedih, kesal, ataupun marah, aku akan langsung mengingatnya dan saat itu juga perasaanku baik kembali. Dia adalah orang yang begitu bahagia dengan kehadiranku. Begitu aku menyampaikan pesan ingin pulang ke rumah, dia akan setia menungguku di depan rumah dan tersenyum bahagia ketika menyambutku. Kalau bukan karena dia, mungkin aku tidak akan ada di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB karena dia adalah motivator terbesarku. Aku sangat ingin membahagiakannya. Aku ingin menjadi orang sukses dan membuatnya tersenyum bahagia. Kebahagiaan dia tidak seperti orang kebanyakan. Dia tidak pernah memikirkan harta ataupun jabatan. Dia bahagia hanya dengan musik dan makanan. Setiap hari dia menghabiskan waktunya di depan TV untuk menonton acara musik. Mungkin dia adalah satu dari sedikit orang yang benar-benar hapal penyanyi dan lagu Indonesia. Hanya dengan mendengar intro lagunya, dia bisa menebak nama penyanyinya. Makanan adalah hal kedua yang membuatnya bahagia. Dia sangat menyukai Indomie dan dalam sehari dia bisa menghabiskan lebih dari dua bungkus Indomie. Aku tidak bisa melarangnya karena senyumannya ketika melihat Indomie seperti senyuman seorang bayi tanpa dosa. Simpel kan? Doaku untuknya hanya satu, semoga dia menjadi penghuni surga karena dia adalah orang yang tidak punya dosa. Laras Aryandini/F24063017
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Pengalaman Memilih Presiden Pengalamanku yang pertama dalam memilih presiden bagi Negaraku yang tercinta, akan terjadi tahun ini, tepatnya pada tanggal 8 Juli 2009. Lima tahun yang lalu usiaku baru 16 tahun sehinnga aku belum mempunyai hak untuk memilih. Sekarang usiaku telah beranjak 21 tahun, usia yang cukup dewasa untuk dapat memilih siapa calon presiden yang berhak memimpin bangsa ini dengan segenap kemampuan dan tanggung jawab mereka. Demi memeriahkan momen besar ini, berbagai iklan dan kampanye untuk mendukung ketiga capres pilihan, telah lama digencarkan oleh para tim sukses masingmasing capres. Segala macam slogan dan janji-janji dibuat oleh para capres untuk mengambil hati rakyat Indonesia agar dapat memilih mereka. Dari sekian banyak iklan capres yang ditayangkan, ada beberapa yang menarik bagiku antara lain ada capres yang mengandaikan Indonesia sebagai sebuah keluarga besar yang harusnya dipimpin oleh seorang “Ayah dan Ibu yang bijaksana dan peduli pada anak-anaknya”, dengan si ibu yang menjadi kepala keluarganya. Selain itu, ada capres yang dengan bangga mengumandangkan slogan “Lanjutkan!!”, karena capres yang satu ini mempunyai pengalaman menjadi presiden di periode sebelumnya dan ada pula capres yang berjanji memberikan “Modal Usaha Mandiri untuk Pemuda”, bila beliau terpilih menjadi presiden periode ini. Para capres boleh saja membuat berbagai janji untuk rakyat tapi benar tidaknya janji itu akan dijalankan atau tidak, hanya waktu yang dapat menjawab dan masing-masing capres tersebutlah yang harus bertanggung jawab atas janji yang pernah mereka ucapkan. Rabu, 8 Juli 2009 Datang juga hari itu. Pukul 09.30 pagi, aku terbangun dengan malasnya, setelah mendengar teriakan mamaku yang menyuruhku bangun untuk nyontreng. Ya..itulah istilah yang sekarang 138
digunakan untuk pemilihan orang-orang penting yang duduk di kursi pemerintahan. Mungkin dulu kita pernah dengar istilah lain sebelum nyontreng, yaitu nyoblos. Kedua istilah itu sebenarnya memang agak kurang enak didengar tetapi begitulah bahasa yang digunakan agar masyarakat lebih mudah mencernanya dibanding harus memakai istilah election yang terdengar lebih keren. Mendengar kata mencontreng, aku jadi teringat tugas MPPI-ku yang belum kubuat sama sekali. Aku berpikir, “Kenapa aku gak pake topik nyontreng aja buat tugasku itu?!” Yupz..akhirnya kuputuskan topik itu yang akan kuambil. Bangun tidur, aku langsung menyalakan komputer dan mulai mengetik cerita ini. Beberapa baris awal sebagai pengantar cerita, kuketik dengan penuh sukacita karena masih semangat telah menemukan topik yang sesuai untuk tugas ini. Namun, makin lama kuketik, rasa malas mulai menyelimuti diriku lagi. “Hu’uh..kenapa sih mesti ada tugas tambahan ini?”, teriakku sambil menghela nafas panjang. Sejenak kutinggalkan pengerjaan tugas ini dengan menonton acara infotaiment untuk sekedar menyegarkan otak. Berita yang sedang hot pekan ini adalah berita duka dari The King of Pop dunia, Michael Jackson. Sungguh mengharukan memang berita itu, seorang penyanyi legendaris dunia, telah meninggal diusianya yang masih bisa dibilang produktif, 50 tahun. Padahal diusianya itu, semestinya ia masih dapat menciptakan karya-karya indah yang dapat menghibur para penggemarnya. Beberapa saat kemudian, mamaku yang sedari tadi bersemangat untuk nyontreng memanggilku lagi, “Naaa..ayo mandi dulu..bis itu kita nyontreng..” Aku hanya bisa menjawab, “Yaaa maaa…” Aku bergegas mandi kemudian jalan ke TPS (Tempat Pemungutan Suara). Aku pergi bersama mama dan kakakku. Sebelumnya aku bingung mengapa papaku tidak ikut bersama kami, ternyata mamaku bilang, ia telah nyontreng tadi pagi. Dalam hati aku berkata, “Waw..ternyata si papa lebih semangat nyontreng daripada mama..haha..” Selama perjalanan ke TPS, aku terus berpikir, “hmm..pilih siapa yah nanti??” Sesampainya di TPS, tempat itu terlihat sepi, hanya terdapat para panitia pemungutan suara yang diberikan tanggung jawab untuk menjalankan tugas penting dari Negara, tidak ada antrian warga lain yang ingin menyontreng. Oleh karena itu, aku, kakakku, dan mamaku langsung dipersilahkan untuk menyalurkan suara kami. Namun, sebelumnya kami didata terlebih dahulu dengan menyerahkan surat pemberitahuan waktu dan tempat pemungutan suara kepada panitia. Setelah itu, masing-masing dari kami diberikan kertas suara oleh panitia yang lain. Kertas suara itu telah terbuka dan terdapat tiga pasang wajah capres dan cawapres dengan nomornya masing-masing. Sambil berjalan ke meja pemungutan suara untuk menyontreng, aku memandangi wajah-wajah calon pemimpin bangsaku itu. Dalam otakku, aku masih terus berpikir, ”Aduuhh...contreng yang mana nih??” Meja pemungutan suara telah berada dihadapanku. Dengan mengambil nafas dalamdalam, aku mulai menjalankan prosedur pemungutan suara sesuai hati nuraniku. Nomor 1, aku ambil dan buka spidol yang telah disiapkan di meja, nomor 2, aku contreng, dan nomor 3, aku tutup kertas suara tersebut. Lalu aku berjalan dari meja pemungutan suara untuk memasukan kertas suaraku ke kotak pemungutan suara. Hal terakhir yang harus kulakukan adalah menyelupkan salah satu jariku ke dalam tinta sebagai tanda bahwa aku telah menggunakan hakku sebagai warga negara yang peduli pada negaranya. Selesai sudah tugasku untuk menyontreng. Aku berharap pilihanku tepat dan semoga saja bila beliau terpilih menjadi presiden RI, beliau dapat memimpin bangsa ini dengan baik sehingga peristiwa “5 menit untuk 5 tahun” yang telah kujalani tidak berakhir sia-sia. Tiba-tiba aku teringat pada suatu hal, “Tugas MPPI..!! Ooh..eeeM.. Jiii..!! Aku ampir lupain tugas itu lagi..” Segera aku berjalan pulang, kembali duduk di depan komputer dan mengetik lanjutan dari cerita ini. Kata demi kata kurangkai menjadi kalimat yang utuh yang dapat dimengerti oleh siapapun yang membacanya hinga rampung menjadi suatu cerita. Untung saja ”si setan malas” tidak menghampiriku lagi sehingga aku dapat menyelesaikan tugasku yang satu ini. 139
Yurina Haryanti/F24063034
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- SDN Pinggirpapas I, itulah salah satu SD di Pinggirpapas, letaknya cukup dekat, sekitar 500 meter dari rumah. Sebenarnya ada dua sekolah yaitu SDN Pinggirpapas I dan SDN Pinggirpapas II, SDN Pinggirpapas II cukup jauh dari rumah sehingga orang tua memilih SDN Pinggirpapas I sebagai sekolah saya agar lebih mudah diawasi, selain pertimbangan jarak juga karena kualitas di SD tersebut lebih baik. Waktu kelas dua SD, ada seorang guru yang lumayan galak, sebut saja namanya bapak xxx. Setiap siswa yang belum ngerjain PR akan mendapat hukuman, hukumannya bisa disuruh berdiri di depan kelas, disuruh keliling lapangan sekolah, menulis kalimat “saya tidak akan mengulangi lagi” yang banyaknya dua halaman penuh atau disuruh piket ruang kelas selama seminggu. Hari itu tepat hari Senin, hari pertama masuk setelah libur Idul Adha, sebelum libur bapak xxx memberi PR matematika ke seluruh siswa, dan parahnya saya baru ingat 5 menit sebelum masuk kelas, PRnya lumayan banyak dan gak bakal sempet kalau dikerjakan dalam waktu 5 menit. Saat itu saya berfikir untuk bolos saja atau tetep masuk sekolah dengan konsekuensi mendapat hukuman untuk yang ketiga kalinya selama dikelas dua. Hukuman pertama karena ketiduran di kelas dan yang kedua gara-gara telat masuk sekolah. Karena kelamaan mikir, bapak xxx udah keburu masuk kelas, suasana kelas tiba-tiba sepi, keringat dingin mulai keluar dari kulit, jantung kian berdetak kencang menyertai setiap langka bapak xxx menuju tempat duduknya. Saat itu hanya ada satu kata yaitu “pasra”, pasra menerima hukuman dan dalam hati terus berdoa moga bapak xxx lupa memeriksa PRnya. Setelah sampai ditempat duduknya, bapak xxx dengan muka galaknya memandang kedepan dan berkata “Sekarang keluarkan PR matematikanya, bapak akan periksa satu persatu”, mendengar suara itu jantung kian berdetak kencang dan keringat membasahi seragam putih merah. Waktu kelas dua saya duduk di bangku belakang sebelah kiri dengan Firdi, bapak xxx memeriksa PR dari depan kebelakang. Setelah beberapa menit akhirnya tiba juga dibangku belakang “Opek keluarkan PRnya”, mendengar suara itu saya langsung memandang wajah bapak xxx dengan penuh rasa takut, “Maaf pak saya lupa ngerjainnya” jawab saya, bapak xxx tampak kurang senang mendengar itu dan langsung menyuruh kedepan kelas untuk menerima hukuman. Setelah bapak xxx selesai memeriksa semua siswa, ternyata ada satu orang lagi yang disuruh maju kedepan, dia adalah Firman, Firman maju ke depan karena PRnya ketinggalan dirumah. Bapak xxx menghampiri kami dan menyuruh kami mengikuti beliau, kami ikut saja perkataannya dengan penuh pasra. Satelah berjalan cukup jauh tibalah di bangunan yang berwarna putih dan hitam, bangunan itu adalah gudang sekolah, “Kalian masuk ke dalam, bapak akan keluarkan kalian setelah jam matematika selesai dan ingat jangan diulangi lagi”, “Iya pak” sahut kami, setelah itu bapak xxx mengunci pintunya "krek krek”. Gudang sekolah letaknya cukup jauh dari kelas kami sehingga suasananya cukup sunyi, di dalam ruangannya cukup gelap dan lembab, banyak bangku-bangku rusak berjejer. Saya dan Firman ngobrol-ngobrol untuk menghilangkan rasa takut. Setelah sekitar 3 jaman di dalam gudang, kami mulai gelisah, khawatir, takut, bercampur aduk menjadi satu karena seharusnya bapak xxx sudah mengeluarkan kami dari gudang yang menyeramkan itu, kami berinisiatif untuk berteriak sekencang-kencangnya biar orang-orang sekitar mendengar dan mengeluarkan kami dari gudang yang kotor itu. Kami teriak dengan sekuat tenaga tetapi usaha kami sia-sia mungkin karena suara kami terlalu kecil dan ruangannya cukup tertutup rapat. Setelah sekitar 5 jaman di dalam gudang, tiba-tiba ada suara detak sepatu mendekat, kami mulai senang dan berharap itu bapak xxx yang akan mengeluarkan kami dari gudang yang seram itu, “krek krek” bunyi suara pintu dibuka dan ternyata bener yang membuka pintu adalah bapak xxx, melihat bapak itu kami menangis dengan kencang dan bapak xxx dengan wajah penuh bersalah mendekati kami, “Maaf Firman, Opek bapak lupa mengeluarkan kalian dan baru inget sekarang”, terus saya menjawab dengan polosnya “Iya pak gak apa-apa tapi jangan diulangi lagi ya, janji?!” 140
Moh. Taufik / F24063110
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Satu Pernyataan ... Malam semakin larut, namun lampu di kamar Ocha masih menyala. Ia menatap kosong layar komputer di hadapannya. E-mail terakhir dari Radit masih terpampang di layarnya.
To :
[email protected] From :
[email protected] Subject : [Welcome Indonesia..] Dear Ocha, Hai pa kabar? Ada kabar gembira... Minggu depan gue bakal pulang ke Indo.. Gue gak sabar, pengen makan karedok yang masih suka mangkal di ujung jalan kompleks perumahan lo... Abang Tarjo masih jualan karedok kan? Gue juga kangen sama si gitar... Lo masih nyimpen gitar gue kan? Gitar gue masih aman di tangan lo kan? Gue baru aja dapet kerjaan di salah satu cafe di sini... Coba elo tebak, kira-kira kerjaan apa yang gue dapet? Yup, gue jadi pemain gitar freelance di sana. Whoaa.!!! Rasanya seneng banget.. Sayang, si gitar nggak sama gue. Kalo iya, hmm... dia pasti bangga setengah mati gue mainin di depan para bule. Udah lama banget nih gak ketemu lo... Kangen ngobrol sama lo... Regards, Radit Ocha menarik napas dalam-dalam seakan bernapas merupakan beban berat baginya. Ia masih menimbang-nimbang akan membalas e-mail Radit atau tidak. Ocha berjalan gontai ke salah satu sudut kamarnya. Di dekat rak buku, tergantung pula sebuah gitar cokelat muda yang tampak mengkilap [karena selalu dilap sama Ocha hampir tiap hari]. Ocha menurunkan gitar itu. Lalu ia duduk di ranjangnya sambil menenteng gitar Radit. Tak lama kemudian, ia mulai bersenandung pelan. Menyanyikan sebuah lagu sambil memetik gitar. Sometimes I feel ♫ like I am drunk behind the wheel ♪ the wheel of possibility however it may roll ♪ Give it a spin ♫ see if you can somehow factor in you know there's always more than one way ♫ to say exactly what you mean to say © Ocha mendendangkan lirik lagu Out of My Head-nya Fastball. Lagu ini selalu mengingatkannya pada Radit karena ini adalah lagu favorit Ocha saat sedang bercanda bersama dengan Radit. Ocha lagi-lagi tersenyum lebar. Radit bakal pulang minggu depan!!! Radit... Radit... Radit... Terlalu lama mereka tak bersua. Namun yang namanya sahabat kan nggak bisa kadaluarsa. Dan Ocha sangat senang dengan kenyataan itu, bahwa mereka adalah sahabat yang nggak akan pernah expired! Ocha bangkit perlahan dari posisi duduknya. Ia meraih keyboard komputer dan mulai membalas e-mail dari Radit. 141
To :
[email protected] From :
[email protected] Subject : Re: [welcome Indonesia..] Akhirnya setelah sekian lama, lo balik juga ke Jakarta.. Gue pikir lo udah betah banget tinggal di LA dan udah mengganti kewarganegaraan... Btw, jadi lo balik ke Jakarta buat ketemu gue, makan ketoprak, mao ketemu sama si gitar sih atau malah mau bawa si gitar keluar negeri? Wah, jadi pamer nih... Oh ya, ada cafe ice cream and cake yang baru buka di Jakarta. Namanya Midsummer. Waktu itu gue nyobain banana split-nya dan bikin nagih! You must try it... Kalo lo udah balik, gue pasti bakal bawa lo ke sana, dan gue yakin lo nggak bakal nyesel. Cheers, Ocha PS: Barusan gue baru maenin lagu Out of my head sama si gitar. Do you remember this song?
To :
[email protected] From :
[email protected] Subject :Re: Re: [welcome Indonesia..] One of our favourite songs of course... Humm... Pilihan yang sulit, Ca... Sebenernya, gue balik ke Jakarta karena pengen ngenalin seseorang ke elo, Ca... Gue mao ngenalin cewek gue ke elo en ortu gue, Ca... Makanya, gue pengen cewek gue ini ketemu sama elo. Oh ya, namanya Rachel. Orangnya baik, lucu, manis, dan mirip banget sama lo. Just wait and see... You will like her. I bet you will... Radit NB: Heran deh... Katanya takut gendut... Kok doyan makan es krim? Hati Ocha langsung mencelos ketika membaca e-mail dari Radit. Jadi, selama ini Radit udah punya cewek di LA? Bukannya mereka sahabat? Kenapa Radit tidak memberitahunya sama sekali. Kenapa harus dadakan kaya gini sih? Ocha membaca ulang e-mail dari Radit. Tidak. Ia tidak salah baca. Rachel. Namanya bagus. Jangan-jangan bule lagi. Bisik hati Ocha yang herannya terasa pilu. Ocha langsung membalas e-mail Radit.
To :
[email protected] From :
[email protected] Subject : engagement? I’m truly happy with your announcement, Dit.. Kenapa lo nggak pernah cerita sebelumnya sih, Dit? Tau-tau lo udah mau tunangan aja... Hellow??! Sahabat gue, Radit, bakal kawin muda dan gue Ocha, sahabatnya, nggak tau apa-apa gitu? Parah lo emang, Dit... Kalo lo mau minta maaf, boleh... Tapi lo harus beliin gue banana split dulu di Midsummer, baru gue maapin. Sebodo amat, pokoknya kalo elo udah nyampe Indo langsung hubungin gue ya... buat cerita-cerita tentang cewek lo atau mungkin bisa gue perjelas... CALON TUNANGAN.... Sahabat lo yang lagi sebel karena nggak tau apa-apa, 142
Ocha Selesai membalas e-mail Radit, Ocha dengan sigap mengetik e-mail kepada Adrianna, seorang sahabat lama. Adrianna adalah salah satu sahabat Ocha yang waktu SMP pindah ke Amerika. Hebatnya, mereka masih tetep saling kontek-kontekan. Apalagi semasa SMP, teknologi internet lagi heboh-hebohnya. Akhirnya, teknologi itu pula yang menjaga persahabatan mereka.
To :
[email protected] From :
[email protected] Subject : [no subject] Dear, Adrianna... Dri, Radit mao pulang ke Indo. Ternyata dia udah punya cewek di situ.. Kok dia gak pernah cerita ya? Gue sebel banget nih.. Kok sekarang dia maen rahasiarahasiaan sama gue? Apa ini yang dinamakan dengan sahabat? Gue taulah kalo gak semua cerita bisa dibagiin ke sobat lo, tetep ada yang harus jadi rahasia pribadi. Tapi kalo udah masalah kaya gini, ceritain kek ke gue... Bahwa dia tu pulang ke Indo buat ngenalin ceweknya sama keluarga dia dan gue. Elo tau kan apa artinya itu? I really need your prescription to fix this problem... xoxo Ocha
To :
[email protected] From :
[email protected] Subject : are you sure? Dear Ocha yang lagi sebel, Ca, lo tuh marah karena Radit nggak ngabarin elo kalo dia udah punya cewek? Atau... karena elo jealous? Mungkin nggak sih kalo ini karena elo nggak rela? Nggak rela ngelepas dia sama cewek lain, nggak rela kalo perhatiannya ke elo jadi kepecah, nggak rela kalo waktu yang harusnya bisa dihabisin buat elo jadi berkurang? Just because he’s not single anymore... Come on, girl.. Cewek dan cowok itu nggak diciptain buat jadi sahabat, tapi buat jadi pasangan. Mungkin perasaan lo ke dia udah beda, Ca.. Nonsense menurut gue kalo selama 4 tahun gak muncul perasaan apa-apa di antara kalian berdua.. Meskipun gue belom pernah ketemu sama Radit-Radit yang sering lo ceritain ini, tapi gue yakin dia orang baik. Ca, apa elo yakin kalo elo berdua tuh CUMA sahabat? Tanpa embelembel yang lain? Everybody can feel that you two are in love.. xoxo Adrianna PS: Ada 1000 rahasia yang boleh lo simpen, tapi inget.... Ada 1 yang harus lo sampein. Kalo nggak, lo bakal nyesel seumur hidup. Ocha membaca ulang e-mail dari Adrianna untuk yang kelima kalinya. Ia meresapi setiap kalimat, lalu bertanya pada hatinya. Gue? suka sama Radit? Nggak mungkin... Nggak... Nggak... Nggak... Anehnya, semakin ia mencoba menyangkal, ia malah semakin yakin bahwa ia suka Radit. Kesepuluh jari Ocha masih terdiam di atas keyboard. Kehilangan kekuatannya untuk mengetik. Ocha mengangkat tangannya dari keyboard, membatalkan niatnya untuk 143
membalas e-mail Adrianna. Ocha beranjak dari meja komputer dan menuju ranjangnya. Ia perlu mengendapkan pikirannya. Lalu menyaring perasaannya kembali. To :
[email protected] From :
[email protected] Subject : Re: engagement? Dear Ocha, Cha, bukan maksud gue nggak ngasih tau elo. Kan elo tau, gue sibuk banget di sini. Lagian ini kan bukan hal yang penting-penting banget.. Ayolah, Cha... Dewasa dikit dong... Sahabat lo udah mao balik ke Indo nih! Masa gue jauh-jauh dateng ke Jakarta dari LA malah dijutekin.. Iya, gue janji bakal cerita... Tenang aja, Cha.. Elo yang bakal mendapat kesempatan pertama untuk mendengarkan cerita gue. Bukan bokap gue, bukan nyokap gue, dan juga bukan abang gue. Gimana? Sahabat lo yang menyesal, Radit To :
[email protected] From :
[email protected] Subject : Guess what? Dear Radit, Iya gue terima permintaan maaf lo... Hmm... tau gak sih, Dit? Tadi gue ngeliat album foto kita. . [gue baru sadar kalo ternyata kita narsis juga ya..] Dit, jangan ketawa ya.. Setelah gue peratiin, foto kita pas lagi hang out di Monas tuh kaya foto orang jadian loh.. Gue sampe kaget, baru nyadar sekarang soalnya. Hari itu, gue seneng banget lo mao ngabulin salah satu daftar yang ada di wish list gue. Thanks banget ya, Dit.. Hari itu pertama kalinya gue ke Monas.. And maybe, this is a little too late Dulu gue sempet suka sama elo, lho Dit.. Sekarang rasa suka itu udah berubah jadi rasa sayang.. Gobloknya, gue baru sadar itu sekarang. Jadi, apapun yang terbaik buat elo, akan selalu gue dukung. . Jangan ketawa dan jangan berubah, anggep aja ini obrolan ringan kita seperti biasa. Gue nggak mao ya kalo gara-gara gue bilang kaya gini, trus hubungan kita jadi canggung dan akhirnya persahabatan kita jadi rusak. Gue cuma mao ngasih tau aja soal perasaan gue. Cuma buat ngebikin hati gue jadi plong. Thanks for being my best friend, Dit.. Ocha
To :
[email protected] From :
[email protected] Subject : Re: Guess what? Dear Ocha, I’m stunned when I read your e-mail... And now, I’m speechless.. Because, I feel the same way.. Dulu, gue selalu mengekang diri gue buat nggak ngomong hal ini ke elo. Gue udah cukup nyaman dan puas dengan elo yang selalu ada di samping gue, meskipun dengan status 144
hanya sebagai sahabat. Gue terlalu takut untuk kehilangan itu semua, Ca. Dan akhirnya gue mendem rasa itu juga sambil terus ngingetin diri gue sendiri kalo kita hanya sahabat dan nggak boleh lebih dari itu. Goblok ya kita... seandainya hal ini terucap dari dulu, pasti kita udah jadian.. Tapi gue nggak pernah nyesel kok, Ca... Dengan menjadi sahabat lo, gue bisa menembus daerah di hati lo yang mungkin nggak bakal gue dapetin seandainya gue jadi cowok lo [curhatan lo, sedihnya elo, senengnya elo..]... Radit PS: Could you repeat your words for me? Just wait me in Jakarta and tell me in front of my face..
To :
[email protected] From :
[email protected] Subject : [no subject] Dear Rachel, I’m so sorry.. Gue nggak bisa ngelanjutin hubungan kita lagi karena gue baru menyadari bahwa ada cewek yang lebih gue sayang. Yang kalo lo denger ceritanya, mungkin lo bakal ngetawain gue.. I didn’t mean to hurt you.. I’m just chasing my love.. I hope you’ll get your Mr. Right soon (and that’s not me).. I’m just a jerk who doesn’t have any courage.. Elo berhak ngedapetin cowok yang lebih baik daripada gue, Hel.. Jauh lebih baik daripada gue... Cowok yang bakal lebih sayang sama lo.. Sekali lagi, sorry, Hel.. Radit Radit mengakhiri e-mailnya pada Rachel Adrianna Tirtawinata. Lima belas menit lagi pesawatnya akan berangkat. Radit menutup laptopnya kemudian memasukkannya ke dalam tas. Ketika nama pesawatnya disebut, Radit berdiri dan mulai melangkah sambil tersenyum puas. Kepulangannya kali ini ke Jakarta bakal seru. I’M COMING JAKARTA!!! Federika Rosephin/F24063130
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Dapatkah Seorang Imam Hanya Memiliki Sebelah Kaki?? Ini adalah kisah seorang imam mesjid yang sudah sekian lama tidak mendendangkan lantunan ayat suci Al-Quran karena tidak mampu lagi berdiri. Kaki beliau terluka dan diperparah oleh diabetes yang beliau alami sehingga luka tersebut kian membesar. Bahkan untuk shalat berjamaah pun sangatlah sulit untuk beliau lakukan. Shalat jumat merupakan satu-satunya momen untuk melepas rindu pada mesjid yang sangat beliau cintai tersebut. Satu minggu sekali. Selebihnya, beliau hanya dapat berbaring lemah di rumah tanpa bisa bepergian jauh. Di masa muda, beliau merupakan sosok yang sangat aktif, baik berorganisasi, berpolitik maupun bekerja. Tiada hari tanpa keluar rumah. Masa senggang di rumah pun dihabiskan dengan berjalan-jalan mengitari rumah. Di malam hari, beliau akan membuka tiap pintu kamar anak-anak untuk mengecek apa yang sedang mereka lakukan saat itu. Hal itu dilakukan tiap setengah jam sembari beliau berjalan-jalan di rumah. Tiap kali ditanyai perihal 145
kebiasaan beliau mengenai jalan-jalan tersebut, beliau selalu mengatakan bahwa beliau sedang berolahraga. Namun, kesibukan beliau tidak lantas menarik beliau dari rutinitas agama. Beliau tetap tunduk pada aturan agama dan ajaran orang tua untuk selalu menjadi manusia yang bertaqwa. Hal itu pula yang ditularkan pada anak-anaknya. Seiring waktu, penambahan umur, memutihnya rambut, dewasanya anak-anak, kecenderungan beliau untuk lebih mendekat kepada Tuhan semakin kentara. Suatu masa pada tahun 2004, beliau mengalami titik balik dari semua aktivitas yang telah beliau rintis semasa muda. Titik balik yang menampar beliau dengan kenyataan bahwa kesibukan yang beliau jalani tidak selamanya memberikan kepuasan batin yang beliau cari. Juga momen yang menunjukkan betapa keluarga dan persaudaraan merupakan hal yang sangat penting untuk diraih dan dijaga. Sebuah peristiwa yang mengantarkan beliau secara langsung ke jantung mesjid yang sangat beliau cintai, yaitu Mesjid Quba. Tuhan seakan telah menunggu beliau untuk masuk ke dalam pelukan-Nya. Kian hari, hatinya kian terpaut oleh mesjid. Sebagian besar waktunya dihabiskan disana hingga beliau dipercaya untuk memimpin jamaah dan mengumandangkan khutbah. Aktivitas agama yang beliau tekuni tidak kalah padatnya dengan aktivitas duniawi yang dahulu sempat memadati waktunya. Namun, entah ini merupakan titik balik selanjutnya atau bukan, aktivitas itu terpaksa untuk berhenti berputar. Luka itu memaksa beliau untuk menghabiskan waktunya di rumah. Kerinduan terhadap mesjid terpaksa hanya beliau tumpahkan satu minggu sekali. Hingga hampir setahun beliau bersabar untuk menerima cobaan Tuhan karena sakit, beliau harus menerima vonis dokter untuk merelakan sebelah kakinya diamputasi. Allah akan segera mencabut kaki yang telah Dipinjamkan sekian lama. Tidak mudah memang, bagi seorang yang sangat aktif seperti beliau. Apalagi selama ini beliau menopangkan tubuhnya untuk berdiri mengimami jamaah di mesjid Quba. Beliau mempercayakan keseimbangan tubuhnya untuk mengisi mimbar mesjid dan memberi seruan dakwah. Meskipun saat ini beliau masih diberi waktu untuk memiliki kedua belah kaki, namun bayangan mengenai hidup dengan satu kaki telah terbayang di hadapan. Tetapi, masih ada asa untuk mempertahankan kaki tersebut, masih ada usaha dan bantuan untuk kembali ke rutinitas sebelumnya, masih ada semangat dari istri dan anak-anak tercinta untuk tidak putus asa terhadap karunia-Nya. Allah memang selalu punya cara, untuk meberi kabar bahagia, untuk mengajarkan duka, untuk memperkenalkan pahit getir berusaha, untuk menyadarkan akan dosa, untuk membuka mata akan limpahan nikmat, menegur jika kita lupa dan berbisik bahwa Allah akan selalu ada bersama kita. Yakinlah bahwa Allah selalu menyayangi kita. Kisah ini ditulis oleh seorang anak yang sangat meneladani ayahnya. Jika memang amputasi merupakan jalan terbaik, semoga kami semua dapat mengetahui rahasia Allah di balik cobaan ini. Amiin Tuhan tolonglah Sampaikan sejuta sayangku untuknya Ku trus berjanji takkan khianati pintanya Ayah, dengarlah Betapa sesungguhnya ku mencintaimu Kan ku buktikan ku mampu penuhi maumu (Ada Band) Kandi Jelita/F24063180
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Jiang Su Memoir 146
Something I would love to share about my experience as a participant and presenter in Tri-University Joint Seminar and Symposium in Jiang Su University, China on 2008. The most valuable experience that I got was the experience of meeting with students and lecturers from different countries. Let me just explain what I learnt from the 5 days symposium. The first things I notice from Indonesian students are we have so many things to talk about; we did not pay that much attention on the presenters. We had a lot of opinions about things. But the positive thing about us is that we are very critical and other lecturers praised how we question things that are basic yet important. What I can learn from Japanese is their humility. They are very humble even though they have higher technology and because most of them are post-graduate students, they are still modest. The important thing was what Prof. Nobutaka Ito (one of the founders of the symposium) delivered during his speech. He asked that students should get the best of their study life by putting their enthusiasm in whatever they do. The factors for good projects are preparation, determination and enthusiasm. He also said that by putting in more enthusiasm, you can multiply the projects experience exponentially. The Japanese knows how to work hard and play hard. When it is time for them to focus on the seminar and symposium, they are focusing on it. But after it is over, they know how to have fun., They didn’t pull back on the games, they had fun doing some karaoke and they did not mind doing something new like trying our Poco-Poco dance steps. All in all, they are very polite, fun loving and smart bunch of people. The Thai students whom I met there are very polite and some of them had really good English, some did not, so sometimes it is difficult for us to communicate. They also know how to had fun. They danced their traditional dance which looks like Tari Piring to us Indonesians. Their lecturers are humble yet I can tell that they are really smart. On the speeches I can tell that Indonesia and Thailand have almost the same environmental problems. They even have slums on the river banks, like the ones we have on Ciliwung banks. Most probably because we are developing countries and some of the countrymen are irresponsible enough to taint and pollute the environment. Besides, both of our countries are tropical countries so we went through flood and drought as our main concerns. The Chinese, as they were our hosts, made sure that we were comfortably accommodated there. I must admit that their campus is far better than ours, their so-called AMN is even bigger than our Auditorium Rektorat, it is better equipped (good seats, lighting, sound and projector). They have dormitories in the campus ground too, but it really looks like condominium, far better than our Rusunawa. Jiangsu University has varied faculties, from the agricultural to medicine faculty. Since their campus is big (forgot how big it is compared to IPB, but most importantly the land in their campus are all used, there are no forest inside the campus like the one we have in IPB), they usually go everywhere by bicycles. They have a lot of communal parks inside the campus which are used by the students as recreational spots, study spots or even “dating” spots.. Hehe, What I can learn from Jiangsu tourism is that they are exploiting their culture and sell it to the tourists. They even recreated old villages in order to make it more attractive to tourists. The temples are open for tourists even though there are people praying and do their rituals to the Gods. Hehe, should we open Masjid Istiqlal or Katedral Jakarta to tourists? it would be too far-stretched..We even visited the White Snake Temple. Still remember the pagoda where Pai Su Cen was held by a monk? We went there and they sell that legend as their tourist attraction. Should we recreate Kampung Nyai Dasima or Kampung si Pitung, the Betawi legend? Maybe we should think more on how to ensure that the tourists can get a full Indonesia experience whenever they visit us. We should have more cultural places and soon the tourists will know more about our culture and say “Hey, the Tari I saw in Discovery Channel is the dance I saw in Bali, not in M****sia!!” Haha, I think I went overboard with the last sentence.. So let me recap some things I learnt. First, from the Japanese: humility does not mean humiliation. As the proverb says “Semakin tua padi semakin merunduk”,the smarter you get, you should know that there are a lot more things that you do not know and that knowledge will lead to a humbler you. From the 147
Thai: the environmental problems are there to be solved. They had taken few steps earlier compared to us in solving environmental issues, so why don’t we start now? From the Chinese: do the best for your guests and expose the tourists to your culture. Well, I did have fun during my seven days trip to China. So, let me say that if you see the chance to do anything, please seize it. Even though your preparation seems inadequate it’s okay as the opportunities rarely come twice. So, are you ready to show some enthusiasm and lead a better life? Yeah!!! I have seen lots of enthusiastic people in ITP 43. Some people who are very concerned to the class well being, whoever you are, you know that it’s you. I would like to extend my gratitude to you all. Maybe the class would not be this great without you all. ITP43, We are the best! ITP Kompak! Itp 43 We are the best, kompak, Yes! -310809Yessica Dwi Ariesta/F24063189
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Sesaat untuk 1000 Tahun yang Abadi Bogor, di tempat inilah aku menimba ilmu. Tak terasa satu tahun telah lewat, dua tahun telah lewat, dan kini tiga tahun telah lewat. Usia yang tak lagi untuk bermanja-manja, namun mencoba untuk lebih bertanggung jawab. Hidup jauh dari orang tua dan kampung halaman. Aku berjuang untuk membanggakan orang tua dan keluarga. Sendiri, itulah awal yang kualami. Tak ada tempat untuk berbagi dan mencurahkan segala kegelisahan hidup. Namun, kesendirian itu tak selamanya bersarang dalam hidupku. Sahabat yang kukenal mengubahnya menjadi sebuah canda pengurai kusut benang hidupku. Sahabat, Kutahu, aku mengenalmu hanya sesaat. Dalam sesaat itu, aku menatap matamu. Dalam sesaat itu aku melihat raut wajahmu. Dalam sesaat itu, aku berbincang denganmu. Dalam sesaat itu aku berbagi suka dan duka denganmu. Dan dalam sesaat itu pula, kita saling mengerti satu sama lain. Namun, meski hanya sesaat, kau telah hadir menggoreskan tinta emas di dalam lembaran hidupku. Lembaran yang selama ini hampa tanpa huruf dan angka. Satu per satu, kau goreskan dengan indah di dalamnya, laksana canting yang menggoreskan lilin di dalamnya pada kain putih sehingga terciptalah pola indah kain batik. Tahukah engkau, Waktu adalah hal yang telah mempertemukan kita. Dan waktu pula yang memisahkan kita. Pagi kita berjumpa, siang kita bersama, sore kita bercanda, dan malam kita berpisah. Dalam perjumpaan itu kutemukan seorang kawan. Dalam kebersamaan itu kutemukan hidup. Dalam canda tawa itu kutemukan kebahagiaan. Dan dalam perpisahan itu kutemukan arti persahabatan yang abadi sepanjang masa. Seperti jarum jam yang senantiasa berputar dan kembali ke tempatnya semula, aku yakin suatu saat nanti kita akan bertemu kembali. Sahabat, Selama kita bersama, aku tahu, aku sering membuatmu marah, membuatmu sedih, dan membuatmu kecewa. Namun, dengan sabar kau dapat memahamiku dengan baik. Maafkan aku sahabat, ku tak tahu lagi apa yang harus kulakukan untuk menebus semua kesalahan-kesalahanku. Memang benar kata pujangga, sahabat akan selalu ada dalam suka maupun duka. Sungguh aku tak menyangka dapat bertemu dan mengenalmu. Sungguh kebahagiaan yang tak akan ternilai dengan intan maupun permata. Terima kasih atas semua hal yang telah kau bagi bersamaku. Hidup ini akan selamanya terus berjalan dan tak akan pernah berhenti. Karenanya, janganlah pernah kau berhenti untuk terus berkarya hingga jantung berhenti berdetak. Kejarlah mimpi indahmu dan 148
raihlah apa yang selama ini kau inginkan. Meski kau tak ada bersamaku, namun ingatlah selalu, kau akan selalu abadi ada dalam sanubariku. Sampai jumpa sahabatku,, Agus Danang Wibowo/F24063215
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- That Sunday Kejadian ini terjadi persis sehari sebelum deadline pengumpulan tugas MPPI ini. Saat itu Minggu, tanggal 5 Juli 2009. Sehari sebelum ujian analisis pangan bagian pak Dedi Fardiaz sekaligus pengumpulan tiga tugas MPPI, yaitu usulan penelitian, file presentasi, dan cerita pengalaman ini. Beberapa hari sebelumnya adikku, Kiki panggilannya, mengabari bahwa dia diterima di Institut Teknologi Surabaya melalui jalur kemitraan, dalam hal ini dengan pemerintah daerah Nanggroe Aceh Darussalam. Sebenarnya kemungkinan itu sempat terlintas di pikiranku sebelumnya karena aku tahu dia sedang mengikuti berbagai tahapan seleksi untuk mendapatkan beasiswa penuh S-1 dari Pemda dan dia pernah menanyakan pendapatku tentang ITS. Tapi tetap saja aku terkejut mendengarnya. Tentu saja aku senang. Namun karena Kiki mengatakan dia dan rombongan akan berangkat hari Minggu, yang notabene hanya berselisih empat hari dari waktu pengumuman hasil seleksi, aku langsung membayangkan kehebohan di rumah. Keluargaku, yang tergolong keluarga besar, pasti sibuk menyiapkan segala sesuatunya. Persiapan untuk keberangkatan, registrasi, kuliah, dan banyak lagi. Aku jadi teringat ‘kasusku’ tiga tahun lalu yang nyaris sama dengan kondisi Kiki saat itu. Hingga hari Sabtu, tanggal 5, aku yakin diriku akan ke bandara Soekarno Hatta walaupun tujuan utamanya hanya untuk sekedar bertemu dengan Kiki untuk waktu yang sangat singkat. Soalnya menurut jadwal, hanya ada selisih satu jam antara waktu kedatangan pesawat yang akan Kiki tumpangi dengan keberangkatan pesawat yang akan membawanya ke Surabaya. Meski ada keraguan aku tidak bisa bertemu dengan Kiki, entah kenapa hingga hari Sabtu aku yakin aku harus ke bandara hari Minggu. Sebenarnya Minggu itu aku dihadapkan dengan pilihan lainnya, yaitu berangkat ke Cimahpar untuk Musyawarah Besar OMDA-ku (Ikatan Mahasiswa Tanah Rencong), belajar ujian, dan menyelesaikan tugas. Tapi entah kenapa aku mengabaikan opsi-opsi tersebut. Namun itu hanya sampai hari Sabtu. Pada hari Minggu pagi aku mulai bingung. Pasalnya tersiar kabar bahwa hanya sedikit pengurus dan anggota OMDA yang bisa hadir pada Mubes. Aku jadi mencemaskan teman-temanku yang akan ‘dibantai’ oleh forum. Tugas usulan penelitian juga membuat keningku berkerut. Masih banyak yang belum selesai, euy! Padahal jika mau ke bandara aku harus menyelesaikan tugas itu maksimal sebelum Dzuhur. Pusing!!! Ditambah lagi dengan fakta jika aku ke bandara, otomatis aku harus menjemput rombongan calon mahasiswa IPB angkatan 46 (yang terlambat datang) dan mengantarkan mereka ke asrama Aceh sementara aku sendirian! Meskipun ada panitia yang khusus dibentuk untuk penyambutan mahsiswa baru ini tapi mereka juga dimintai tenaganya untuk Mubes. Rasanya kepalaku saat itu penuh banget… Aku menelpon kakakku dan ternyata dia bersikeras menginginkan aku ke bandara. Aku tahu alasannya karena family sense, ditambah titipan Mama untukku yang harus kuambil. Mama sudah menyiapkan makanan spesial untukku yang akan dibawa beberapa jam lagi oleh Kiki. Aku tidak tega juga jika melukai perasaan Mama dengan tidak menghargai pemberiannya. Ketika aku mengatakan tentang kemungkinan aku dan Kiki tidak bisa bertemu karena singkatnya waktu, Kak Zura berinisiatif memastikannya ke Garuda. Hasilnya, menurut karyawan Garuda waktu yang singkat itu tidak menjadi kendala. Aku jadi yakin kembali untuk ke bandara. Untunglah aku tidak sepusing sebelumnya karena ada teman 149
yang datang meringankan tugas uspenku. Aku juga sempat curhat padanya, katakan saja namanya W. W, yang sekelas denganku, menganggap aku aneh karena ke Jakarta di saat esoknya ujian anpang. Satu fakta, kebanyakan anak ITP akan berpikir seribu kali untuk mempertaruhkan nilainya. Tapi saat itu moodku mulai membaik jadi aku hanya menganggapnya salah satu hal nekat yang pernah kulakukan. Jadilah siang Minggu itu aku berangkat ke Cengkareng. Aku tiba di bandara pukul 17.20 sementara adikku, juga rombongan IPB angkatan 46, dijadwalkan tiba pukul 17.55. Aku menunggu tapi hingga waktunya tiba pesawat dari Banda Aceh belum juga diumumkan mendarat. Ternyata penerbangan ditunda. Akhirnya pesawat itu mendarat juga. Saat itu hampir jam 7 malam. Belum lagi pengambilan barang di bagasi dan tetek bengek lainnya. Aku dan Kiki beberapa kali berkomunikasi lewat ponsel hingga ia memintaku menunggu di gate F4. Aku pun menuju gate tersebut tapi tidak jua kutemukan sosok Kiki. Ternyata yang dia maksudkan adalah gate F4 di bagian transit. Tentu saja aku tidak bisa masuk karena bagian tersebut khusus untuk penumpang. Kiki berusaha keluar tapi dia kebingungan menemukan posisiku. LG KC 550-ku menunjukkan pukul 19.40 yang berarti Kiki akan segera berangkat (keberangkatan ke Surabaya pukul 20.00). Aku meminta Kiki kembali ke teman-temannya di ruang runggu karena aku tidak ingin dia ketinggalan pesawat. Aku tahu dia sangat menyesal tidak dapat memberikan titipan Mama padaku dan aku tahu dia sudah berusaha. Saat itu mataku mulai berkaca-kaca, bukan karena tidak mendapatkan titipan Mama tapi karena kecewa tidak bisa bertemu Kiki dan karena aku tahu bagaimana sesalnya Kiki. Aku tidak bisa bilang aku sangat dekat dengan Kiki dan menjadi kakak yang baik baginya, tapi aku tahu dia anak yang tulus. Meski mukanya mirip brimob. Jadilah aku turun ke gate F2 untuk menjemput rombongan IPB. Ternyata ada 12 orang, termasuk calon mahasiswa, bapak dari Pemda, dan keluarga yang mengantar. Jika kalian pernah berinteraksi dengan orang Aceh dari generasi yang sebaya dengan orangtuaku, terutama yang kultur Acehnya kental, kalian pasti bisa melihat something different yang menjadi ciri khas komunikasi dengan orang Aceh. Aku sangat menghargai ‘ciri’ tersebut, tapi juga itu yang membuatku jadi rendah diri. Misalnya, saat orang tua salah satu anak menanyakan alamat asalku yang ternyata dekat dengan kawasan rumah mereka, pasti pembicaraan akan dilanjutkan dengan menanyakan apakah aku kenal dengan bapak X atau ibu Y. Bagiku ini masalah karena aku dulu anak rumahan. Banget! Jadi aku kurang tahu seluruh tetangga (di Aceh, yang dikatakan tetangga adalah 40 keluarga yang tinggal di sekitar rumahmu) dan orang-orang satu kampung. Fakta kedua, aku memang masih kuper jadi perlu lebih banyak interaksi dengan lingkungan sekitar. I have to try hard for this! Dengan mobil carteran kami melaju ke Bogor. Rasa rendah diriku mulai berkurang tapi emosiku masih tinggi. Aku masih sedih karena tidak bertemu Kiki dan jadi kesal pada kakakku. Untuk yang terakhir, aku kesal karena kata-kata kak Zuralah yang membuat aku pergi tapi hasilnya nihil. Tapi tentu saja aku tidak benar-benar kesal karena tahu kakakku tidak salah. Mungkin ini hanyalah sebentuk uji untuk rasa kekeluargaanku dan menurutku hasilnya pasti lebih baik daripada beberapa tahun yang lalu. Pelan-pelan emosiku diredupkan oleh logika. Aku memang masih perlu belajar dan diuji mentalnya untuk jadi ‘seseorang’. Kami tiba di asrama Aceh, yaitu Malahayati (untuk putri) dan Leuser (untuk putra) sekitar jam setengah 10. Setelah membereskan beberapa urusan kecil aku pamit pulang. Aku memang tidak tinggal di asrama tapi nge-kost di Balio. Sesampainya di kost, emosiku kembali menyeruak. Tanpa benar-benar tahu alasannya aku menangis, cukup lama. Mungkin karena ditambah rasa capek dan sakit perut emosiku saat itu makin kompleks. Aku berjuang keras untuk belajar dan menyelesaikan tugas membuat file presentasi, tapi tidak berhasil banyak. Alhasil aku tertidur. Besoknya saat mengerjakan ujian anpang aku merasa kesulitan. Tapi aku tidak sedih-sedih amat. Tentu saja aku tidak ingin mengulang. Jangan sampai!!! Tapi jika memang harus mengulang anpang aku punya satu rencana. Aku akan memaksa kak Zura untuk membelikanku sesuatu yang kusukai dengan dalih gara-gara dialah aku terpaksa ikut kuliah untuk kedua kalinya. Hehe… 150
Zatil Afrah/F24063240
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Ini cerita tentang cinta.
Guys, saia mau berbagi tentang cerita cinta saia dengan kekasih saia saat ini. “SOMEWHERE OUT THERE - OUR LADY PEACE” Last time I talked to you You were lonely and out of place You were looking down on me Lost out in space Laying underneath the stars Strung out and feeling great Watch the red orange glow Watch it float away Down here in the atmosphere Garbage and city lights Gonna save you’re tired soul You’re gonna save our lives Turn on the radio to Find you in satellite I’m waiting for the sky to fall I’m waiting for a sign And all we are Is all so far Chorus: You’re falling back to me The star that I can see I know you’re out there somewhere out there You’re falling out of reach Defying gravity I know you’re out there Somewhere out there Hope you remember me When you’re homesick and need a change I miss you’re purple hair I miss the way you taste I know you’ll come back some day On a bed of nails I wait I’m praying that you don’t burn out Or fade away
151
And all we are Is all so far You’re falling back to me The star that I can see I know you’re out there You’re falling back to me I know, I know
yEAh BabY!! I kno u’re OuT THerE!!! Kata-kata itu terngiang di kepala daku, dan menguatkan hati daku yang sedang sendu….. -…2 YeArs PassEd…Huff, lagi pulang kampoeng neh pren… lagi hang out ma pacar saia yang pertama, lagi lunch di hari siang yang terik dan panas… “I’m eating my steak”.. then suddenly my phones are ringing, one message… “Hi, blh knalan g? namaq Hana Anita Anasstasia, km sypa??” Kaget boo, ada orang gila ngajak kenalan gak pake malu.. hahahah… lagi makan sama pacar tentu saya tidak merespon,, , Tak lama kemudian, hp saia berdering lagi, … sebuah panggilan dari nomor tadi,, hmm, sungguh persisten ini wanita… yasudah, saia angkat saja… Dan itu pertama kali saia mendengar suaranya… -..couple months passed..Hehehe, back to the beautiful days guys, when we passed the first level, TPB. Ini masamasa paling beautiful dalam hidup beta. Beta tak lagi banyak pikiran. Ujian sudah berlalu, dan liburan segera datang. Dalam beberapa bulan terakhir, beta menjadi teman dekat dengan itu perempuan. Sebelumnya kami pernah janjian mau ketemuan, tapi gagal. Akhirnya pada hari yang telah ditentukan, datang juga kesempatan untuk bertatap muka dengannya. Hari itu hari terakhir sebelum ujian AEROBIK! Paginya latian dari jam 6 mpe jam 11. trus buru-buru deh pulang asrama mandi, dandan wangi, rapih, keren, ganteng.. hahahaha, tapi gak juga dink, orang masih punya pacar resmi di kampoeng sono. Ya biasa aja deh. Segera berdiri di depan jalan,, nyetop angkot… hehehe.. <now, really missed that mean of transport, NOSTALGIC!!> Di tempat yang telah ditentukan, kami bertemu….. saat itu, kucari wanita dengan baju hijau yang duduk di depan Optik Melawai. Sesampainya, Kutatap mata penuh asa Seringai senyum di wajah sahaja Membelai hati yang dingin dalam luka Memberi sekerat hangat nuansa Iman dalam kasih yang sejati Mendekap harapan akan cinta yang pasti Jika kau memang terpilih Pasti kudatang menjemputmu Ku disini bukan inginku.. Bukan kekuatanku, Jikalau bukan oleh karenamu Langkah pria ini tak sanggup menangguh 152
Hai wanita! Elok rayuan tatap, Ditengah lembayung senyum gemerlap! Akankah cakrawala menjadi saksi, Akan pertemuan kita? Yup, honestly, I can’t even forget that first sight of her. Then, we decided to go to a restaurant, having lunch. Disana kita saling berbagi cerita, hingga waktu gak kerasa kok udah sore. Pertemuan pertama itu begitu mengesankan buat beta. Beta merasa ada yang berubah di hidup beta. Ini titik balik kehidupan beta. Setelah pertemuan pertama yang begitu mengesankan ini, kita jadi sahabat baik. Dua minggu setelahnya, kita janjian lagi, kita maw survey ke KRB. Hey! Disana pertama kalinya saia melihat keindahan seorang wanita! . Setalah itu, kita makin deket, sering smsan, telponan tiap malem mpe jam 11 pake esia... Dan terus, terus, terus… mpe suatu hari lagi, kita mau maen ke dufan, kita mau refresing. Tapi ternyata bukan hanya refresing, tapi SUPER REFRESING. Hahahaha… the day we first holding hands, and that’s so beautiful, itu hari paling menyenangkan dalam kehidupan fana saya. Ge-eR abis boo, padahal doi pegang tangan saya karena doi takut pas kita lagi nae HALILINTARTM. . Tapi bikin darah berdesir lebih kencang, dari ujung kaki sampai ujung kepala. Setalah kejadian itu, 1 minggu kemudian tepatnya, daku putus dengan pacar saia sebelumnya. Hal ini bukan karena dia tentu, tapi karena memang cinta tak berpihak padanya. Daripada saia jalan dengan dia tanpa cinta lebih baik saia putuskan saja. Ini lebih baik. Eh, bukan kebetulan di hari yang sama, dia juga mutusin pacarnya yang ke-31. hahahaha. Emang cinta tak kemana. Keadaan tambah mendukung buat mendapatkannya. Hingga pada tanggal yang sama dengan “MY NEW BORN” a.k.a dibaptis, kita sampai juga di tempat yang sangat tepat untuk saya meneguhkan janji ini. . Waktu itu, keadaan sangat ramai, orang berjalan kesana kemari, mobil dan motor berseliweran, tapi ada satu senandung sayup tapi pasti terdengar… “MELODIES OF LIFE – EMIKO SHIRATORI” Alone for a while I've been searching through the dark For traces of the love you left inside my lonely heart To weave by picking up the pieces that remain Melodies of life--love's lost refrain Our paths they did cross, though I cannot say just why We met, we laughed, we held on fast, and then we said goodbye And who'll hear the echoes of stories never told? Let them ring out loud till they unfold In my dearest memories, I see you reaching out to me Though you're gone, I still believe that you can call out my name *A voice from the past, joining yours and mine 153
Adding up the layers of harmony And so it goes, on and on Melodies of life, To the sky beyond the flying birds--forever and beyond So far and away, see the bird as it flies by Gliding through the shadows of the clouds up in the sky I've laid my memories and dreams upon those wings Leave them now and see what tomorrow brings In your dearest memories, do you remember loving me? Was it fate that brought us close and now leaves me behind? * Repeat If I should leave this lonely world behind Your voice will still remember our melody Now I know we'll carry on Melodies of life Come circle round and grow deep in our hearts As long as we remember lagu ini mengiringi ucapan yang lembut kepada dia yang terpilih, aku cinta kamu aku takkan pernah meninggalkanmu **Kisah ini diperuntukkan untuk teman-teman seperjuangan ITP43, dan terkhusus untuk perempuan, Hana Anita Anasstasia. Love u. Dion Sugianto/F24063252
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- ITP Oh..ITP Aku gak pernah nyangka bakal kuliah di IPB. Dulu sewaktu SMA, aku selalu menyangka IPB itu hanya mempelajari pertanian dan kalah populer dengan UI, ITB, atau UGM. Aku selalu disuruh keluargaku agar masuk jurusan Kedokteran di universitas negeri di kotaku, Solo. Aku tidak boleh memasuki jurusan lain selain Kedokteran. Aku tahu, aku tidak suka menghafal setiap hari. Aku lebih suka pelajaran menghitung. Jadi, kayaknya aku gak kompeten buat masuk Kedokteran. Namun, demi keluargaku aku tetap berniat masuk Kedokteran walaupun sebenarnya aku pengen masuk Teknik Kimia ITB. Aku nggak boleh kuliah di luar Solo, bahkan UGM yang dekat pun nggak boleh padahal Teknik Kimia UGM tergolong cukup bagus dibanding Teknik Kimia UNS. Aku nggak tau kenapa ibuku nggak ngebolehin aku masuk UGM. Katanya sih takut pergaulan Jogja gitu. Aku nggak tau lagi harus gimana waktu itu, nurutin ibu milih Kedokteran atau melanjutkan impianku buat masuk Teknik Kimia. Aku ngobrolin semua masalah ini sama ibuku, katanya aku boleh masuk universitas lain asalkan di daerah dekat Jakarta coz kakakku udah menetap di Jakarta jadi ada yang ngawasin aku. Yah…maklum kalo ibu agak protect coz aku anak terakhir di keluargaku. Akhirnya, aku mulai mencari-cari jurusan favorit and universitas negeri sekitar Jakarta. Pertamanya sih aku pengen di Teknik Kimia ITB atau UI, tapi setelah aku lihat kayakna gak mungkin coz gradenya lebih tinggi dibanding Kedokteran UNS. Aku harus 154
mencari jurusan yang gradenya lebih rendah dibanding Kedokteran UNS coz Kedokteran UNS aku taruh di pilihan pertama buat SPMB. Sampai hari terakhir pengumpulan formulir pendaftaran SPMB, pilihan ke dua belum aku tentukan. Aku tanya ibu and kakak, katanya terserah. Ya udah…aku akhirnya pilih IPB coz di IPB ada jurusan Teknologi Pangan. Keluargaku nggak ada yang tahu aku milih IPB. Semuanya cuma tahu aku pilih Kedokteran UNS buat pilihan pertama. Aku pengen Teknologi Pangan soalnya aku mikir kayaknya kalo masuk jurusan itu, pasti bakal dapet kerja. Nggak mungkin industri makanan atau minuman berhenti. Semakin lama, pasti makin menjamur. Aku nggak tahu apa pun soal IPB coz di SMA ku nggak ada penyuluhan dari kakak kelas yang udah masuk IPB. Sebenarnya aku juga aneh sih soalnya tertulis jurusan dipilih setelah setahun perkuliahan. Aku nggak tahu kalo IPB di daerah yang tergolong dusun (he..he..), mesti masuk asrama yang lumayan ketat (sampai sering banget dihukum) selama setahun, dan parahnya aku nggak tahu kalo ITP jurusan paling favorit di IPB (he,,he,,masak cieh??). Hari pengumuman mahasiswa yang lolos SPMB pun tiba. Aku sih udah pesimis masuk Kedokteran. Setelah mencari-cari namaku, yang tergolong jarang coz diawali huruf O dengan mudah aku menemukan nama Ovi Saraswati. Langsung aja aku teriak eh…ada namaku. Spontan, keluargaku langsung memberi selamat. Katanya, Alhamdulillah bisa masuk Kedokteran juga ya??. Namun, kesenangan itu langsung berubah menjadi agak kecewa dan kebingungan setelah aku bilang kalo aku nggak masuk Kedokteran coz aku hafal banget kode Kedokteran dan di sebelah namaku bukan kode Kedokteran UNS tapi kode IPB. Keluargaku langsung bingung kenapa aku masuknya IPB. Kakakku juga makin menyudutkan aku, dia bilang mau jadi apa masuk IPB, IPB kan belajar pertanian lagian jauh banget dari Solo. IPB memang belum terkenal di Solo jadi banyak yang memandang rendah. Rasanya sakiiit banget digituin ma keluargaku, sampe aku bilang mau cuti setahun buat ikutan kursus atau apalah. Kau janji tahun depan masuk Kedokteran. Hari pengumuman kelolosan SPMB yang bagi sebagian orang membahagiakan malah menjadi hari menyedihkan bagiku. Hiks..hiks.. Ibuku akhirnya menyarankan aku agar aku masuk IPB setahun biar pikiranku nggak mandeg terus tahun depan nyoba Kedokteran lagi, tapi sekarang jadi Kedokteran UI bukan UNS. Yah…tetep aja Kedokteran is the best for my family. Perjuangan belum berakhir. Aku pun masuk IPB dan tahu kalo pengen masuk ITP mesti punya IPK bagus pas TPB coz ITP jurusan paling favorit di IPB. Aku berjuang buat dapet IPK bagus and alhamdulillah IPK ku bagus. Finally, aku masuk ITP deh. Keluargaku nggak nyuruh buat masuk Kedokteran lagi setelah ngeliat IPK ku bagus dan aku bisa masuk jurusan paling beken di IPB. He..he.. ITP emang jurusan yang anak-anaknya pinter-pinter and serius. Kayaknya aku nggak seserius mereka. Awalnya sih aku agak takut di komunitas yang semua orang kayaknya pengen jadi the best. Akhirnya individualis deh jadinya. Namun, setelah dua tahun barengbareng aku tau kita tuh nggak individual koq. Kita sebenarnya juga bisa kompak tapi kalo dikompakkin sih..aku nggak pengen ntar pas bis lulus kita ilang silaturahmi. Semoga kita tetep jadi keluarga selamanya…Amien…ITP Oh..ITP.. Ovi Saraswati/F24063321
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Diorama Hidup Oktober 2008 Massage: Pelita kecil dihatiku ... Berikan cahaya saat kelam... Berikan harapan saat asa tenggelam.. Berikan senyuman saat bermuram... 155
Buat kerinduan semakin mendalam... Itulah arti dirimu bagiku... Reply: Hatimu adalah muara kisah ini... Tempat awal cinta kita bertemu... Kan kujaga selalu hatimu, karena disanalah pelita kecil bersinar.. Sinar abadi yang tak akan pernah redup menghangatkan hatimu... Juli 2008 Gerobak dan roda adalah suatu kesatuan Roda mempermudah hidup gerobak... Gaya dorong dari sebuah perjanjian sebagai penggerak. Gerobak berjalan dengan laju menurun Seiring berubahnya energi kinetik menjadi panas akibat gesekan dengan kerikil jalan Namun gerobak tetap berjalan tertatih. Di depan sebuah batu menghadang, Aku adalah batu yang tak ingin menghalang laju mereka,, Ingin ada harapan tuk mengubah vektor gerak, Tapi apa daya tak ada gaya lain yang menolong.. Ingin rasanya batu berubah menjadi elastis sempurna Dan mangembalikan laju gerobak.. Juni 2007 Witing trisno jalaran soko kulino.. Tapi bendungan tak lagi kokoh menahan air bah kebohongan Hancur manakala angin merayu. Teringat olehQ sebuah petuah: “Kalau kamu mencintai seseorang karena dia PINTER, Itu bukan cinta tapi KAGUM Kalau kamu mencintai seseorang karena dia CAKEP, Itu bukan cinta tapi NAFSU Kalau kamu mencintai seseorang karena dia TAJIR, Itu bukan cinta tapi MATRE Kalau kamu mencintai seseorang karena dia BAIK sama kamu, Itu bukan cinta tapi RASA TERIMA KASIH Tapi kalau kamu mencintai seseorang tanpa tau sebabnya, ITULAH CINTA YANG SEBENARNYA” Dan mungkin terima kasihlah yang cukup untuk membenarkan awal kisah ini.. 2006 Dan ketika kantin biru terdiam menjadi saksi Ku hanya diam memandangi tanpa satu katapun. Tawa penentang hati menghias bibirku Nuansa canda tak lagi menyapaku.. Qurrotul Aini Meta Puspita Sari/F24063385
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- It’s Hard to Miss Someone in Front of You… Dingin saat mata belum terbuka. 156
“Dan inginkah terjaga?” “Tidak, belum saatnya. Mata masih terlalu lelah dan hati belum mengizinkan.” Sebuah perasaan untuk hinggap dan tenggelam bersama sinar yang menyilaukan. Kirimlah sebuah harapan hari ini. Mungkin bisa menyajikan sebuah kenangan yang terlupakan dalam derap angan. Tak terkendali, mengantar hati untuk terjaga lagi. Tapi tidak, hari ini berbeda. Terbelenggu kerinduan akan sebuah kenyataan yang menyakitkan. Menjadikan saatsaat angan bergerak bebas dalam kegelapan, sebuah pengharapan yang luar biasa hebat. Tak terasa lagi, hanya apa yang terlihat. Mimpi ini terlalu indah, bahkan untuk tetap berada di dalamnya. Menyentak perasaan akan halusnya kehilangan, saat-saat menjadi sendiri dalam kehidupan. Dan kembali, masih belum ingin terjaga. Bimbang dalam impian, dan tak sanggup menahan perasaan akan kehidupan yang terlampau nyata. Sembari membayangkan wajahnya, dan akankah dia merasa, sebingkai kenangan mengunjungi. Ketika belum ingin terjaga lama berselang. Pohon-pohon yang daunnya tak lagi hijau, hanya menambah sebuah kepedihan di sudut mata yang sulit terbuka. Hanya tidak ingin terjaga saat ini, belum saatnya, bukan waktunya memikirkan semuanya. Dan impian masih terlalu indah. Ternyata tiba, saat yang diinginkan terakhir kali sebelum membaca narasi kehidupan. Sedangkan hati tak begitu sanggup menahan gemuruh jiwa yang semakin menggelora. Mungkin tak seharusnya, tapi kuharap tak seperti ini. Terdiam dan melalui sendiri detik-detik berharga. Dalam hening, mungkin sedikit terasa…dan hanya benar-benar sedikit ketenangan. Namun biarlah, mungkin bukan saatnya. Terlambat lagi untuk memberi, semoga tak mengurangi hal yang berarti. Terlalu lama ternyata menunggu hari dan tergantinya malam. Dan seharusnya bahagia, mungkin…. Ku lihat senja ini sedikit menyiratkan kesedihan. Dan tak kusangka akan menjadi akhir yang tidak begitu berbeda dari hari-hari sebelumnya. Terdiam di sini, menatap indah sedihnya yang tergambar jelas dalam setiap jejak mentari yang semakin menghilang. “Dan mengapa dia masih tersenyum? Adakah senja yang biasa-biasa ini begitu indah baginya…” Tak ada satupun yang kumengerti tentang kesedihannya dan mungkin kebahagiaannya. Dan saat ku coba sedikit menyelami apa yang dirasakannya, hanya mentari di sana, tak seredup senja, namun siang hari tetap lebih bisa menerangi. “Namun kenapa hari ini?” Saat setiap angan hanya ada dalam belenggu kenyataan, dia bersandar dalam keharuan. Mengetuk setiap sisi terdalam dan tidak terlihat yang sangat peka dalam hati. Aku benci mengatakan ini. Tapi ada yang harus kulakukan. “Menjaganya, mungkin? “Menemani setiap langkah dalam gelapnya masa depan yang belum terkena cahaya.” “Dan bahagia, bisakah bersamanya?” “Karena aku benar-benar ingin bersamanya.” Dia melihatku di sana. Terdiam tanpa kata-kata, bersandar dalam keraguan, dan mungkin sedikit tidak berdaya. Hangat, saat dia menjaga matanya pada setiap isak dan air mata yang terbenam kepedihan. Aku menghargai hidupnya, dan apa yang kulakukan hanya untuk bersamanya. Tidak selamanya, tapi mungkin sepanjang perjalanan matahari ke hari terakhirnya. Dan tidak akan terjadi, saat-saat setiap manusia hanya merasakan sedikit kepedihan. Dan biarlah apapun, aku hanya ingin bersamanya. Menatap hangat matanya dalam setiap keharuan yang mendalam. Dan wajahnya saat senja, mengiringi hati tuk menyambut malam. Serta mimpi akan kehidupan, saat pagi bersinar dan menerangi senyumnya. Cukuplah hari ini, aku ingin bersamanya. Rijali Aroni/F24063451
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- 157
Gara-Gara Maz Mur Kejadian ini berlangsung beberapa bulan yang lalu. Saat itu aku dan beberapa teman teman KPAku (Komisi Pelayanan Anak PMK-IPB) yang se-angkatan baru pulang rapat tim pelayanan. Seperti biasa setelah pulang kami makan malam dulu di salah satu warung nasi goreng di Bara. Sambil menunggu pesanan masing-masing, maka kami bercerita (ngegossip ding…) apalagi ini kan kumpul pertama setelah liburan yang cukup lama jadinya pasti banyak hal yang akan dibicarakan. Pesanan pun datang dan tentunya kami pun tetap bercerita, padahal sesuai aturan dan norma kesopanan yang berlaku seharusnya dilarang berbicara sambil makan. Ya…tapi tetap saja kami ngobrol hehe.. hingga akhirnya seseorang teman pun memulai cerita tentang teman cewek kami juga,sebut saja W yang sekarang sedang pedekate dengan cowok yang ditemuinya pas di Bandung. Wah.. gossip asyik nih,, pikirku dalam hati. Karena di antara teman-teman yang lain aku yang paling buta soal gossip maka aku tanyain ampe mendetail. Beginilah kira-kira percakapan kami sambil makan…(^_^) Yen : “Oh, jadi si W lagi pedekate ya.. Ketemu dimana mereka?” Teman1 :” Itu,,,pas si W lagi liburan ke Bandung,,katanya teman lama gitu.” Yen : “Angkatan berapa cowonya? Bukan berondong kan? Kan si W ga suka cowo yang lebih muda (tetep sok tau ^_^ ) Teman2 : “Seangkatan kita kok, tapi umurnya lebih tua kira kira 4 bulan. Tapi cocok kok. Iya ga teman- teman?? Semuanya :” Iya….” Yen : “Bagus deh,,tinggal nunggu PJ (Pajak Jadian) dong kita hehe… Asyik,,bakal makan gratis nih. Btw nama cowonya siapa?” Teman3 :”Masmur.” Yen : “Siapa?? Coba ulangi. Masmur?? Teman4 : “Iya. Masmur, yen namanya..” Yen : “Mur apa??” Semuanya :”Hahahahaha …… (semuanya ngetawain aku, hingga ada seorang teman yang mungkin lagi mau nelan makanan jadi tersedak,,batuk- batuk ampe nangis dan matanya merah banget,,parah kan?? Hehe) Aku bingung, khawatir, kaget, pokoknya semua campur aduk. Trus aku tanyain ke semuanya kenapa mereka ngetawain aku. Emang aku salah apa, nanya nama lengkapnya si Mur itu apa… kan aneh masa nama Mur doang?? Tawa teman–temanku pun mulai reda satu persatu (mungkin karena ngeliat aku yang mulai BT kali ya,,abis diketawain sih..). Salah seorang dari mereka pun mulai menjelaskan : Teman1 : “Yen,yen, kau emang polos banget ya.. Selain polos, ga mau dikasi tau lagi. Nama cowonya emang Mazmur. Ga pake embel embel apapun. Itu lho,,nama kitab di Alkitab,, Mazmur, Amsal dll. Nah.. cowonya itu namanya Mazmur, yen. Mudeng ga?? Yen :” Gitu ya , hahahaha… ternyata kita beda pemikiran. Aku pikir dia itu orang Jawa makanya kalian semua manggil dia dengan sebutan Mas,,jadi dalam pikiranku namanya Murdiono misalnya, karena dia orang Jawa makanya dipanggil dengan Mas,,Mas Mur. Makanya aku tanya nama lengkapnya siapa, gitu…” Teman2 :”Ya ampun yen, kau mikir aneh banget hehe.. Kan tadi kami bilang MAZMUR.” Yen :” Ye.. mana aku tau kalau masmur tuh ejaannya M-A-Z-M-U-R. Kan aku dengarnya pake S, MasMur. ( tetap ga mau ngalah hehe)” Teman3 :“ Hahahaha.. emang dasar ya kita semua. Hah..gara gara si Mazmur nih..jadinya aku tersedak nih… sakit banget.” Ya udah deh,, karena makannya juga udah selesai maka kami pun pulang ke kosan masing-masing. Tapi tetap aja masalah si Mazmur jadi bahan yang dibahas di sepanjang jalan. Hah.. gara gara Mazmur nih.. Hmm..aku jadi pengen kenal ama Mazmur,, siapa tau kami jodoh.. Iya ga?? Hahaha… (^_^) 158
Yenni M.S Nababan/F24063517
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Menurut saya semua orang pasti ingin sukses. Semua orang pasti ingin bahagia. Saya yakin teman-teman semua pasti juga sedang berusaha dalam mewujudkan konsepsi mengenai kesuksesan dan kebahagiaan yang ada di kepala teman-teman. Saya sendiri sering memikirkan konsepsi mengenai kesuksesan dan kebahagiaan saya sendiri. Di saat waktu terasa sempit karena tugas-tugas menumpuk, janji-janji yang kadang terlalai hingga kesehatan yang terabaikan, saya bertanya kepada diri saya sendiri, “Apakah yang dicari dalam hidup ini?” Teman-teman pasti pernah membaca, mendengar atau mengetahui kisah hidup orang sukses. Kadang saya merasa terintimidasi dengan kisah mereka, menyadari bahwa saya belum melakukan apa-apa selama dua puluh tahun ini. Perasaan itu juga terkadang muncul bila saya membandingkan diri saya dengan seseorang yang telah melakukan suatu prestasi tertentu. Terutama berada di lingkungan ITP dimana setiap anak memiliki kemampuan lebih. Saya menyadari banyak sekali kekurangan yang saya miliki. Kesadaran ini bahkan sempat membuat saya tidak menghargai diri saya sendiri, merasa kecil, rendah diri, tidak layak dan tidak berguna. Padahal masih banyak hal yang dapat dilakukan dalam hidup ini, masih banyak kemungkinan yang tidak terbatas yang dapat kita eksplorasi. Saya sadar bahwa saya tidak boleh tenggelam dalam perasaan seperti itu. Cerita tentang burung puyuh berikut ini memberi saya inspirasi: ”Ada seekor anak burung puyuh berada di tengah hutan. Di sana ia melihat berbagai burung: ada perkutut dengan suaranya yang elok tengah berkicau dengan indahnya, ada elang gagah yang tengah terbang mengangkasa dengan membentangkan sayapnya yang kokoh, ada merak dengan warnawarni ekornya yang menawan. Semua burung di hutan itu memiliki kelebihan masingmasing, burung-burung dengan warna elok dan suara indah. Si burung puyuh ini menundukkan kepala, terbang pun ia tidak bisa. Sayapnya kecil tidak mampu membuatnya terbang bak elang di angkasa. Bulunya tidak seelok burung-burung lain. “Tidak ada yang bisa dibanggakan,” gumamnya dalam hati. Si burung puyuh pun terus berjalan ke danau, melihat bebek dan angsa yang anggun sedang berenang di sana. “Ah mungkin aku bisa berenang,” gumamnya. Tetapi ia sadar kaki-kakinya yang kecil dan tidak berselaput tak mungkin membuatnya bertahan di atas air. Bebek-bebek di danau pun tertawa mengejek usahanya. Si burung puyuh kecil, kembali berjalan dengan kepala tertunduk. Saat berjalan di tengah hutan, si burung puyuh menyadari ada keganjilan. Seluruh penduduk hutan panik, berlarian dan keadaan kacau. Ternyata ada kebakaran di hutan itu. Si burung puyuh pun ikut berlari menyelamatkan diri. Ia berlari dan terus berlari sekencang mungkin. Kaki-kakinya yang kecil kuat dan cocok untuk berlari. Ia akhirnya selamat dari kebakaran hutan itu. Si burung puyuh bersyukur ia diberi dua kaki yang mampu berlari kencang sehingga ia selamat dari kebakaran hutan. Kisah ini membuat saya sadar bahwa setiap orang itu unik dan diberi kelebihan oleh Tuhan. Kelebihan yang unik juga pada tiap masing-masing individu, yang cocok dengan situasi atau “habitat” yang ia tempati. Kelebihan yang membuatnya bertahan di tiap situasi yang ia hadapi, jika ia mau menggunakan kelebihannya itu. Jika kita iri terhadap suatu kelebihan orang lain yang tidak kita miliki, mungkin Tuhan tidak memberikan kelebihan itu kepada kita karena kita tidak membutuhkannya untuk bisa bertahan hidup di kondisi yang kita hadapi. Mungkin jika dianalogikan seperti burung dan ikan. Apakah burung elang harus iri pada ikan yang mampu berenang dan melihat indahnya isi laut? Kita tahu bahwa makanan elang tidak berada di dalam laut dan ia tidak memerlukan kemampuan berenang di laut. Tetapi ia tidak boleh menyombongkan diri dan memandang rendah ikan yang tidak mampu terbang sepertinya. Karena setiap individu memang dibekali kemampuan dan potensi yang 159
unik. Mensyukuri nikmat yang telah diberikan dan menggunakannya sebaik-baiknya. Apa yang saya miliki sekarang memang apa yang saya butuhkan. Jika saya belum memiliki sesuatu, saya seharusnya tidak bersedih karenanya. Tetapi dengan tetap memiliki harapan dan keyakinan bahwa saya dapat mencapai apa yang saya inginkan itu membantu saya dalam menikmati hidup ini. Terkadang memang kesedihan atau stres muncul jika kenyataan tidak sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Stres dalam jumlah kecil memang diperlukan, tetapi jika sudah berlebihan, rasanya tidak baik juga. Selain itu, alangkah indahnya jika hidup ini bukanlah dipandang sebagai persaingan semata, perbedaan kemampuan bukanlah dipandang sebagai potensi persaingan, melainkan potensi untuk saling bekerja sama satu sama lain. Saling membantu untuk maju bukan untuk menghambat yang lain. (Unnamed)
--------------------------OUR JOURNEY----------------------------- Sayankmu Rimba. April,2009 Ranyndia. Nama yang istimewa bagiku, dulu tepatnya. Masih sedikit terselip bayangnya di tiap senyap malam. Sampai sekarang. Teman-temanku sudah lelah bertanya, “Kenapa dia? Kenapa cuma dia?” Bagiku Dia memang bukan masalah, tapi buat temantemanku lain soal. Dia, orang yang bisa membuat ku jadi berbeda. Berbeda dari orang waras kebanyakan. Berbeda dengan diriku yang selalu periang, peduli dan friendly. Buatku rasanya sama saja, toh tidak ada yang dirugikan atau merasa dirugikan. Bukan hal singkat untuk mengenal Dia, meski bisa saja berkebalikan menurutnya. Masih lekat dalam ingatan, malam hari yang membawaku menjadi seperti sekarang. Dalam perjalanan pulang menuju asrama, tak sengaja mata ini menatap sesosok tubuh semampai nan anggun. Tak ada yang istimewa, sungguh. Semua tampak biasa. Dari kejauhan ia sama seperti anak gadis kebanyakan. Tapi, ada yang membuatnya terasa berbeda, mungkin. “Ah, itu kan dua tahun yang lalu !”, pikirku. Tepatnya saat kami sama-sama masih jadi anak asrama. Asrama yang membosankan dan sumpek dengan segala aturan feodalnya. Meskipun kadang aku juga meindukan kebersamaan dengan teman-teman satu lorong. Masa ketika pikiran masih picik dan bergelut dengan ego semata. Maklum, itu tahun pertama aku harus hidup mandiri, jauh dari orang tua. Jauh dari kenyamanan. Jauh dari rasa aman. Jauh dari masakan bunda… hal yang sungguh tidak mengenakkan. 2007. “Gibran,,, jangan kau kira cinta datang dari keakraban yang lama dan pendekatan yang tekun. Cinta adalah anak kecocokan jiwa dan jika itu tak pernah ada, cinta tidak akan pernah tercipta dalam hitungan tahun bahkan millenia.” Dentang berganti, hari terlewati dan sampai aku keluar dari asrama, aku tak pernah tahu siapa dia. Meski hanya sekedar nama. Semua berjalan seperti biasa. Keluar dari asrama. Menempati indekos baru, tempat segala cerita dan kisah akan terukir, walau hanya diatas air. Dan akhirnya,,, aku mendapatkan jurusan juga di fakultas nomor wahid di kampus ini. Buah kerja keras sejak mengenyam bangku kuliah dasar, yang membosankan dan suka bikin emosi. Kaget. Itu yang aku rasa ketika masa orientasi dimulai. Dia yang dulu sempat membuat aku penasaran ternyata satu fakultas dengan ku! Kaget campur senang, aneh, ga nyangka!! Kok dia bisa ada disini? Satu fakulas! Aku belum berani menyapanya. Masak baru ketemu SKSD? Tengsin ah! Dalam hati aku berharap kita satu jurusan, kan enak, bisa kenal lebih jauh. Masa orientasi selesai. Kenalan baru, pelajaran hidup, rasa jengkel terhadap senior yang sok berkuasa, kaki lecet, kurang tidur, kurang makan sampai nyeri sendi mewarnai 160
sepanjang masa orientasi. Tak ada sesal yang menggelayut. Kapan lagi coba? Inilah masa muda. Tak bisa terulang, hanya sanggup dikenang. Puas rasanya saat semua tugas gajebo dan “penyiksaan” ini berkesudahan. Saatnya KULIAH!!!. Ranyndia. “Rimba, kita udahan aja yuk..”, ujar ku. Kata-kata itu akhirnya meluncur deras dari bibirku untuk yang kedua kalinya. Ya, dua kali. Aku benar-benar tak berani menangkap ekspresi wajahnya. Aku tak berani menatap matanya. “Kenapa?”, katanya. Hanya satu kata yang Rimba ucapkan. Tapi satu kata itu tak mudah untuk kujawab. Sungguh. Masih adakah cinta di antara kita? Pertanyaan berikutnya, adalah, mungkinkah selama ini tak pernah ada cinta? Pacar, apa definisinya secara gamblang? Hanya status? Interaksi dua manusia yang saling cinta? Belum tentu. Sama-sama cocok? Ngga juga. Kebergantungan? Mungkin. Tempat bersandar dari kepungan masalah hidup? Bisa jadi. Tempat ngelaba? Ih, amit-amit. Rimba. “Rimba, kita udahan aja yuk..” Kata-kata Dia menyentakku. Aku tidak pernah meng-iya-kan atau menyetujui permintaan Dia agar kita bubaran. Sampai sekarang. Bukan karena aku tak mau melepasnya, tapi karena Dia tak mau menjelaskan alasannya. Alasan? Pentingkah? Ranyndia. “Semester depan aku sibuk banget. Aku ga akan bisa ngeluangin waktu buat kamu.” Kataku mencoba menjelaskan ke Rimba, kenapa aku minta bubaran. Meski sebenarnya ada alasan lain. Aku tak tega, atau dasarnya aku yang munafik? Ah, aku tak mau tahu. Yang jelas, keputusan ini sudah bulat. “Aku ga mau kita lebih sakit lagi nantinya.” Sakit? Sakit kenapa? Ya Tuhan.. Kenapa aku jadi ngelantur kemana-mana? Sorot tajam matanya tak bisa kutatap. Entah karena aku takut atau karena aku sebenarnya masih sayang Rimba. Malam ini semuanya harus berakhir!! “Tapi kita masih bisa jadi sahabat kok.”, lirihku. Benarkah? Ah, aku tak berani membayangkan apa yang Rimba rasakan sekarang. Sakit, hancur, perih, atau apalagi? Aku benar-benar tak memberi kesempatan padanya untuk sekedar menanggapi omonganku. Rimba. “Terserah kamu.”, jawabku. Tak ada tanggapan lain yang bisa kuberikan saat ini. Toh, aku tahu, Dia tak membutuhkan tanggapanku. Keputusannya sudah bulat. Aku juga tak bisa memaksanya untuk tetap bertahan. Bukan karena aku pecundang. Tapi ini mungkin satu-satunya cara untuk bisa mencintainya. Membiarkannya pergi dengan pilihannya sendiri. Bule, yang paling terkenal playboy di antara teman-temanku, pernah berujar. Kata Bule, kebahagiaan cuma beda tipis sama kesedihan. Sedetik lalu kita bahagia, sedetik kemudian bisa langsung jadi sedih. Kata Bule juga, kalau kita berani jatuh cinta, kita harus berani patah hati. Kalau kita berharap banyak sama orang, kita harus siap untuk kecewa. Karena orang yang paling kita sayang, punya peluang besar untuk menyakiti hati kita. Bule memang playboy, tapi terkadang kata-katanya mengandung makna yang dalam. “jika cinta memanggilmu, ikutilah. Meski jalan yang kau tempuh licin dan terjal, dan bila sayapnya merangkulmu, pasrahlah. Meski pedang yang tersembunyi di ujung sayapnya melukaimu….” Gibran. Dan itulah yang aku rasakan sekarang. Hatiku laksana dilukai pedang tajam yang menghujam dalam. Tapi sebagai laki-laki, aku tak mau meneteskan air mata, hanya karena kecewa dalam cinta. Aku merasa harus menanggung semua resiko yang ada. Alone again naturally,,, 161
Ranyndia dan Rimba. Sekarang Mereka berjalan masing-masing. Memiliki dunianya sendiri-sendiri. Berusaha bersikap acuh tak acuh atau memang sudah tak peduli satu sama lain? Pura-pura tak peduli walau sesungguhnya masih sangat peduli? Hanya mereka berdua yang tahu. Manusia memiliki cara yang berbeda dalam menyikapi sesuatu. Rimba tenggelam dalam kesibukannya. Kesibukan yang dipakai untuk membunuh kebosanan dan kesendirian. Ia masih betah sendiri. Tak pernah berusaha mencari pengganti Dia meski ada saja gadis yang datang dan pergi dari kesehariannya. Apakah Rimba bodoh? Atau terlalu bodoh? Walau diluar Ia mendengar kalau Ranyndia sudah punya kekasih lagi. Ya, Rimba sekarang tahu kalau alasan yang dulu pernah Ia terima cuma omong kosong. Tak lebih dari sekedar bualan penentram jiwa. Rimba terima. Lagi pula tak ada gunanya juga kalau Ia tak bisa terima. Yang jelas Rimba tahu, Ia bukan pecundang yang mudah menyerah. Ranyndia menjalani hari-harinya seperti biasa. Sibuk, meski tidak terlalu sesibuk yang Dia bayangkan sebelumnya. Kini sudah ada kekasih baru yang menemaninya, mewarnai harinya, dan menjadi tempat berkeluh kesah. Menutup semua akses pada siapapun yang berharap menjadi kekasihnya. Tak perlu waktu lama sejak Dia bubaran dengan Rimba. Dia hanya perlu saran dan beberapa kali konsultasi dengan sahabatnya untuk mengambil keputusan memiliki kekasih (lagi). Dan keputusan itu telah Dia ambil. Tak pernah ada yang tahu takdir, suratan, nasib atau apalah itu namanya. Manusia hanya berhak berjuang dan berusaha. Ada sesuatu yang nantinya akan menuntun manusia menuju tempat kemana harusnya Ia tertuju. Tak ada gunanya menangisi nasib, karena nasib sungguh tak pantas untuk ditangisi. Ini pesan untuk Dia yang belum sempat Rimba katakan. “I have struggled in vain. It will not do. I cannot restrain my feelings. You must allow me to tell you how much I passionately, I adore, and I love you,,,” “women, forgiven but not forgotten.” (Unnamed)
162