ANALISIS LAND RENT PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI PESISIR KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN LAND RENT ANALYSIS OF POND LAND USAGES IN SERANG REGION COASTAL AREA, BANTEN PROVINCE
Oleh: Moch. Prihatna Sobari1) , Tridoyo Kusumastanto1), dan Sandra D.E. Kaunang2) 1)
Staf Pengajar pada Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika, Sekolah Pascasarjana IPB 2) Alumni Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika, Sekolah Pascasarjana IPB
Abstract Pond fisheries is an activity whereby coastal land is used as the major of income for Serang Coastal Community. Tirtayasa Zona lies north of Serang Region and is established as the centre for pond fisheries because of its land characteristic. The major activity there, is the culture of milk fish (Bandeng). The aim of this research is to identify the characteristic of milk fish aquaculture, to measure and analyze land rent based on land fertility and distance from the main market and to measure the effect of exogenous variables changes on land rent. This research emphasizes rent because it is an important concept in understanding the efficient and optimal use of land resources. Based on Ricardian land rent concept, the value of land rent is derived from fertility and distant variables. Result of this research shows that the land rent value and its productivity has a positive relation thus Y = −1699811.56 7 + 8425.82 * X , where as the land rent value towards distance to the main market has a negative relationship Y = 2.778.774, 473 − 54.808,888 2X . The highest land rent value among the 3 unit analysis is in Pontang Rp 1.552.543,00 and lowest is in Tanara Rp 544.250,00 and in Tirtayasa is Rp 1.325.000. Sensitivity analysis, it is known that the increase of oil prices reduces the value of land rent and it is changes is affected by the distance of the pond location from the market. Key word: Land rent, pond land, milk fish, fertility, distant
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeterminasi nilai lahan atas pemanfaatannya sebagai sarana produksi dalam pengembangan kegiatan perikanan tambak di Kabupaten Serang. Untuk itu hal yang dilakukan adalah: (1) mengidentifikasi karakteristik produksi budidaya Ikan Bandeng di Lokasi Penelitian; (2) Menghitung dan menganalisis nilai land rent kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng berdasarkan faktor kesuburan dan jarak lokasi tambak ke pusat pasar; dan (3) Menghitung besarnya pengaruh perubahan variabel eksogen terhadap perubahan nilai land rent.
Sumberdaya Lahan Prabowo D dan S Reksohadiprojo (1985) mengartikan lahan/tanah sebagai ruangan atau tempat hidup ini berlangsung; atau sebagai alam atau lingkungan hidup; atau sebagai faktor produksi untuk menghasilkan pangan dan bahan mentah dan asalnya sumber energi; atau sebagai barang konsumsi seperti tempat untuk membangun, taman atau tempat rekreasi; sebagai hak milik yang mempunyai konotasi hukum, atau sebagai keadaan yang dalam dunia modern mempunyai pengertian lokasi atau jarak.
Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006
Pemanfaatan Sumberdaya Lahan Penggunaan tanah juga tergantung pada lokasi khususnya untuk daerah-daerah
40
pemukiman, untuk lokasi-lokasi industri, maupun untuk daerah-daerah rekreasi (Suparmoko 1997). Nilai Ekonomi Pemanfaatan Lahan Menurut Ricardo diacu dalam Barlowe R (1972), rente (sewa) lahan dapat dibedakan menjadi: a) Sewa lahan sebagai pembayaran dari penyewaan kepada pemilik, dimana nilai sewa lahan ini merupakan surplus yang selalu tetap (rent as an unearned increment). Konsep sewa ini sering juga disebut dengan contract rent. b) Sewa lahan yang merupakan surplus sebagai hasil dari investasi (rent as return on investment). Konsep sewa ini sering disebut sebagai land rent. Suparmoko (1997), menunjukkan penggunaan nilai produk dan kurva biaya untuk ilustrasi land rent yang merupakan surplus ekonomi setelah pembayaran biaya produksi, seperti yang tampak pada Gambar 1. Berdasarkan Gambar 1, total nilai produksi yang dihasilkan digambarkan oleh segi empat LNSP dengan total biaya dari variabel input yang ditunjukkan oleh segi empat MNSR dan menghasilkan land rent atau economic rent seluas LMRP MC
Land Rent Harga
L
P
M
AC MR =AR
R
S
N
Output
Sumber: Suparmoko (1997)
Gambar 1. Penggunaan dari Nilai Produk dan Kurva Biaya untuk Ilustrasi Konsep “Land Rent” yang Merupakan Surplus Ekonomi Setelah Pembayaran Biaya Produksi Pengaruh biaya transportasi kaitannya dengan perpindahan produk dari berbagai lokasi ke pasar terhadap sewa lahan digambarkan pada Gambar 2. Dalam gambar tersebut, dilukiskan bahwa semakin jauh jarak lokasi lahan dari pasar akan menyebabkan semakin tingginya biaya transportasi, misalnya pada jarak 0 Km (tepat di pusat pasar), biaya transportasi nol dan biaya total sebesar OC pada Gambar 2(a), dan pada jarak OK Km biaya total menjadi KT, karena biaya transportasi meningkat menjadi UT. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa land rent mempunyai hubungan terbalik dengan jarak lokasi lahan dengan pasar seperti yang dilukiskan pada Gambar 2 (b). Produktivitas Hubungan antara input dan output dalam proses produksi menurut Soekartawi (1990) disebut sebagai faktor relationship seperti pada persamaan (1).
Y = f ( X 1, X 2, X 3,..., Xn) ...................(1) dimana Y dapat dikatakan sebagai output produksi yang nilainya dipengaruhi oleh X, sementara X merupakan input produksi yang nilainya mempengaruhi nilai output yang dihasilkan dalam proses produksi. Yotopoulus PA dan JL Lawrence (1974) mengatakan bahwa produksi dapat digambarkan sebagai upaya untuk memaksimalkan keuntungan
Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006
40
dengan kendala ketersediaan teknologi, sumberdaya yang dimiliki dan harga dari input variabel. Rp
Rp T P
Land Rent
Biaya Transport
Land Rent
C U
K
O Jarak Ke Pasar (a)
L
M
Jarak Ke Pasar (b)
Sumber: Suparmoko (1997)
Gambar 2. Pengaruh Biaya Transportasi Produk dari Berbagai Lokasi ke Pasar terhadap Land Rent Biaya Tohir KA (1982) menyatakan, bahwa biaya produksi perorangan adalah semua pengeluaran dalam hal jasa-jasa, dan barang-barang yang dibutuhkan guna melaksanakan usaha. Dalam membuat keputusan-keputusan produksi, yang digunakan untuk memaksimumkan keuntungan adalah jumlah input variabel, sehingga disebutkan juga bahwa biaya variabel adalah biaya karena adanya pertambahan input-input variabel. Biaya tetap ditambah dengan biaya variabel adalah biaya total. Dalam jangka pendek, beberapa biaya adalah tetap dan biaya lain dapat diubah-ubah. Dalam periode jangka panjang, semua biaya menjadi biaya variabel, dimana biaya yang tadinya merupakan biaya tetap dapat mempengaruhi keputusan-keputusan untuk menghentikan produksi atau untuk mengubah tingkat output (Bishop CE dan WD Toussaint 1979). Biaya Transportasi Menurut Djojodipuro M (1992) harga input angkutan didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan oleh seorang pengusaha untuk memindahkan satu satuan berat barang sejauh satu satuan jarak. Struktur biaya transportasi sangat berhubungan erat dengan jarak, dengan kata lain setiap penambahan satu satuan unit jarak akan mengakibatkan tambahan biaya transportasi. Dalam kenyataannya, biaya transportasi sangat jarang berhubungan dengan jarak. Bahkan seringkali terdapat pengurangan biaya per unit barang seiring dengan bertambahnya jarak (Dicken P dan PE Lloyd 1990). Angkutan tidak perlu dipandang sebagai faktor produksi, akan tetapi mempunyai peranan penting dalam produksi maupun konsumsi (Djojodipuro M 1992). METODOLOGI PENELITIAN
Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006
2
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Studi Kasus, dengan pengembangan kegiatan perikanan tambak Ikan Bandeng sebagai bentuk pemanfaatan lahan pesisir, sebagai satuan kasusnya. Unit analisis dalam penelitian ini adalah tiga Kecamatan yang secara geografis termasuk dalam wilayah Zona Tirtayasa yang terdiri atas 3 kawasan pesisir, yaitu Kecamatan Tanara, Kecamatan Tirtayasa dan Kecamatan Pontang (Gambar 3). Jenis dan Sumber Data Semua data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross section, yang menurut sumbernya terdiri dari data primer dan data sekunder. Data pimer diperoleh melalui kuisioner, wawancara dan pengamatan langsung. Data sekunder diperoleh melaui penelusuran literatur, catatan atau dokumen instansi-instansi terkait dan studi pustaka. Metode Pengambilan Sampel Wilayah penelitian dipilih secara purposive, dengan pertimbangan bahwa Zona Tirtayasa merupakan kawasan yang dipilih untuk pengembangan kegiatan perikanan tambak di pesisir Kabupaten Serang. Responden antara lain terdiri atas: petambak dan pedagang pengumpul di masing-masing unit analisis, serta pemerintah daerah atau dinas terkait, tokoh masyarakat dan stakeholder lain yang dapat memberikan pandangan mengenai kegiatan perikanan tambak di pesisir Kabupaten Serang. Arah Utara
Laut Jawa
Perairan Zona Tirtayasa Zona Tirtayasa
Cilegon
Pontang Tirtayas a Tanara
Serang
Gambar 3. Zona Tirtayasa dalam RTRW Kabupaten Serang Metode Analisis Data Analisis yang dibangun untuk tujuan ini menggunkan konsep Ricardian land rent. Konsep ini menggambarkan harga atau nilai ekonomi lahan yang didapat sebagai hasil dari investasi, dimana lahan dipandang sebagai faktor produksi dalam kegiatan perikanan tambak. Sebagai surplus produksi nilai land rent ditentukan oleh beberapa faktor yaitu produktivitas, harga, biaya produksi dan biaya trasnportasi, seperti yang terlihat pada Gambar 4. PRODUKTIVITAS
HARGA
Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006
LAND RENT
TOTAL BIAYA
BIAYA TRANSPORTASI
3
Gambar 4. Diagram Kerangka Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Land Rent Secara matematis seperti persamaan di bawah ini:
π n = Yn (Pn − t n x − Cn ) …....….............(2) dimana: Πn Yn Pn Cn tn X N
= = = = = = =
Land Rent dari komoditas Ikan Bandeng di wilayah ke-n (Rp/Ha) Produktivitas Ikan Bandeng di wilayah ke-n (Kg/Ha) Harga komoditas Ikan Bandeng di wilayah ke-n (Rp/Kg) Total Biaya produksi komoditas Ikan Bandeng di wilayah ke-n (Rp/Kg) Biaya Transportasi untuk komoditas Ikan Bandeng di wilayah ke-n (Rp/Kg/Km) Jarak wilayah ke-n ke pusat pasar (Km) 3 titik unit analisis (Kecamatan Pontang, Kecamatan Tirtayasa dan Kecamatan Tanara
a) Produktifitas Merupakan produksi yang dihasilkan persatuan luas dari komoditas perikanan tambak yang diusahakan oleh petani tambak. Secara matematis, persamaan produktivitas dapat dituliskan sebagai berikut:
Yn =
Qn ............................................ (3) Ln
dimana: Yn = Produktivitas Ikan Bandeng di wilayah ke-n (Kg/Ha) Qn = Total produksi komoditas Ikan Bandeng di wilayah ke-n (Kg) Ln = Luasan Lahan yang digunakan untuk memproduksi komoditas Ikan Bandeng di wilayah ke-n (Ha)
b) Biaya produksi Adalah penjumlahan dari biaya tenaga kerja dan biaya Sarana produksi kegiatan perikanan tambak. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: Cn = TK + C1 + C 2 + ... + Cn ...............(4) dimana: Cn = Biaya produksi dari komoditas Ikan Bandeng wilayah ke-n (Rp/Ha) TK = Biaya tenaga kerja (Rp/Ha) C1 s/d Cn = Biaya Sarana produksi ke-1 s/d ke-n (Rp/Ha)
Dalam kegiatan perikanan tambak biaya tenaga kerja biasanya di bedakan pada saat masa persiapan, masa pemeliharaan dan masa panen, sehingga biaya tenaga kerja juga merupakan penjumlahan dari keseluruhan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam masa produksi yang dapat dituliskan sebagai berikut:
TK = w 1z 1 + w 2 z 2 + w 3 z 3 ................. (5) TK W1
= =
Z1
=
W2
=
Biaya tenaga kerja (Rp/Ha) Upah tenaga kerja pada masa persiapan (Rp/Orang) Jumlah Tenaga kerja pada masa persiapan (Orang) Upah Tenga Kerja pada masa pemeliharaan (Rp/Orang)
Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006
4
Z2
=
W3
=
Z3
=
Jumlah Tenaga Kerja pada masa pemeliharaan (Orang) Upah Tenaga Kerja pada masa pemanenan (Rp/Orang) Jumlah Tenaga Kerja pada masa pemanenan (Orang)
Biaya sarana produksi merupakan perkalian antara jumlah sarana produksi yang digunakan dengan harga sarana produksi tersebut. Sehingga secara matematis dituliskan sebagai berikut:
C = Q 1P1 + Q 2P2 + .... + Q nPn .............(6) C
= =
Biaya Sarana Produksi Budidaya Ikan Bandeng (Rp/Ha) Jumlah Sarana Produksi ke-1 (Unit)
Q1 = P1 =
Harga Sarana Produksi ke-1 (Rp/ Unit) Jumlah Sarana Produksi ke-2 (Unit)
Q2 = P2 =
Harga Sarana Produksi ke-2 (Rp/ Unit) Jumlah Sarana Produksi ke-3 (Unit)
Q3 = P3
Harga Sarana Produksi ke-3 (Rp/ Unit)
c) Komponen biaya transportasi Yang digunakan dalam persamaan nilai land rent adalah biaya transportasi per Kg hasil perikanan tambak yang didapat melalui persamaan
t ij =
Tij Q ij
...........................................(7)
tn = Biaya transportasi untuk komoditas Ikan Bandeng di wilayah ke-n (Rp/Kg) Tn = Total biaya transportasi yang dikeluarkan untuk mengangkut komoditas ke-i di wilayah ke-j ke pusat pasar (Rp) Qn = Total Produksi komoditas Ikan Bandeng di wilayah ke-n (Kg)
d) Harga Harga yang digunakan merupakan harga yang ditetapkan oleh mekanisme pasar, dan diasumsikan bahwa petani tidak bisa menentukan harga. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis nilai land rent dilakukan dengan pembahasan mengenai faktor kesuburan dan faktor jarak lahan tambak di masing-masing unit analisis. Faktor kesuburan di kuantifikasi dengan nilai produktivitas dan biaya produksi sementara jarak berhubungan dengan biaya transportasi. Berdasarkan hasil penelitian variabel-variabel tersebut teridentifikasi dimasingmasing unit analisis sebagai berikut: Produktivitas
Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006
5
Produktivitas diartikan sebagai produksi yang dihasilkan persatuan luas dari komoditas Bandeng yang diusahakan petambak. Tabel 1 menampilkan data mengenai tingkat produktivitas lahan tambak Ikan Bandeng di masing-masing unit analisis. Tabel 1. Nilai Produktivitas Rata-Rata Lahan Tambak di Masing-Masing Unit Analisis No
Unit Analisis
1. Kecamatan Pontang 2. Kecamatan Tirtayasa 3. Kecamatan Tanara Sumber: Data primer Diolah
Luas Lahan (Ha) 24 12 12
Padat Tebar (ekor) 8000 - 12000 8000 8000
Produksi (Kg) 9.600 4.500 3.450
Produktivitas (Kg / Ha) 400,0 375,0 287.5
Biaya Produksi Biaya produksi dalam kegiatan perikanan tambak, terdiri atas biaya tenaga kerja dan biaya sarana produksi. Tabel 2 menampilkan data biaya produksi budidaya tambak Ikan Bandeng di masing-masing unit analisis. Tabel 2. Rata-Rata Total Biaya Produksi Budidaya Tambak Ikan Bandeng di MasingMasing Unit Analisis Biaya Tenaga Kerja (Rp/Ha) Pontang 1.137.500,00 Tirtayasa 1.112.500,00 Tanara 1.000.000,00 Sumber: Data Primer Diolah Kecamatan
Biaya Sarana Produksi (Rp/Ha) 1.188.750,00 1.160.000,00 1.187.000,00
Total Biaya Produksi (Rp/Ha) 2.326.250,00 2.272.500,00 2.187.000,00
Biaya Transportasi Struktur biaya transportasi untuk mengangkut hasil produksi Ikan Bandeng ke Pasar Rau yang terletak di Kota Serang dari masing-masing unit analisis, tampak sebagaimana data dalam Tabel 3. Tabel 3. Biaya Trasnportasi Kegiatan Produksi Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis No Titik Jarak (Km) 1 Pontang 21 2 Tirtayasa 30 3 Tanara 39 Sumber: Data primer Diolah
Ongkos Angkut (Rp.) 250.000,00 300.000,00 350.000,00
Produksi (Kg) 960 750 575
Biaya Transport Rp/Kg/Km 12,40 13,33 15,61
Penentuan Nilai Land Rent Pertama nilai land rent dianalisis menurut faktor kesuburan lahan tambak yang dikuantifikasi dengan nilai produktivitas lahan. Hasil analisis ini disajikan dalam Tabel 4. Kedua, nilai land rent dianalisis selain berdasarkan tingkat kesuburan juga berdasarkan faktor lokasi atau jarak tambak ke pusat pasar, dalam hal ini nilai land rent dicari dengan menggunakan persamaan π = y ( p − Tx − (
Cl + Cp )) , sehingga didapat nilai pemanfaatan lahan tambak y
Ikan Bandeng sebagaimana yang disajikan dalam Tabel 4. Data Tabel 4 menginformasikan bahwa berdasarkan tingkat kesuburan lahan. Gambar 6 menampilkan plot antara nilai produktivitas lahan dengan nilai land rent di masing-masing titik analisis. Tabel 4. Nilai Land Rent Berdasarkan Tingkat Kesuburan Lahan Tambak
Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006
6
No
Kecamatan
Produk-tivitas (Kg/Ha)
1 Pontang 2 Tirtayasa 3 Tanara Sumber: Data Primer Diolah
Biaya Tenaga Kerja (Rp/Ha)
400.0 375.0 287.5
Biaya Sarana Produksi (Rp/Ha)
1.137.500,00 1.112.500,00 1.000.000,00
Harga (Rp/Kg)
1.188.750,00 1.160.000,00 1.187.000,00
10.000,00 10.000,00 10.000,00
Rente (Rp/Ha) 1.658.750,00 1.475.000,00 719.250,00
Melalui analisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai variebel-veriabel dalam peritungan land rent diketahui bahwa wilayah Kecamatan Pontang memiliki tingkat produktivitas yang tinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya, karena sumberdaya yang dimanfaatkan sebagai sarana dalam kegiatan tambak memiliki kualitas yang lebih baik, terutama dalam hal kualitas lahan dan air. Hal ini banyaknya industri yang berdiri di hulu sungai Ciujung dan Cidamar yang membuang limbahnya ke perairan Sungai tersebut, sementara sungai tersebut menjadi sumber air tawar dalam kegiatan budidaya tambak, terutama di Kecamatan Tanara. 1800000 1600000 1400000
Rent
1200000 1000000 800000 600000 400000 200000 0 0
100
200
300
400
500
Produktivitas
Gambar 5. Plot Nilai Produktivitas Lahan dengan Nilai Land Rent Kegiatan Budidaya Ikan Bandeg di Masing-Masing Unit Analisis. Nilai rent dengan produktivitas memiliki hubungan yang positif dalam arti semakin besar nilai produktivitas, maka nilai rent juga akan semakin besar. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5, dimana Kecamatan Pontang mempunya tingakt kesuburan tertinggi sebesar 400,0 kg per Ha, dan yang terendah adalah Kecamatan Tamara sebesar 287,5 Kg per Ha.
2000000 1500000 1000000
Rent
500000
y = -1699811,567+8425,82x
0 -500000
0
100
200
300
400
500
-1000000 -1500000 -2000000 Produktivitas
Gambar 6. Hubungan Antara Nilai Land Rent dengan Produktivitas Lahan Hubungan antara produktivitas tambak Bandeng dengan nilai land rent lahan tambak di lokasi penelitian, secara matematis digambarkan dalam fungsi sebagai berikut: y = −1.699.811,567 + 8.425,82x . Fungsi tersebut menyatakan bahwa setiap terjadi perubahan satu satuan produktivitas, maka akan mempengaruhi atau menambah nilai land rent sebesar Rp.8425.82. Hubungan tersebut juga diilustrasikan dalam Gambar 6. Gambar 6, tersebut
Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006
2
memperlihatkan bahwa nilai produktivitas lebih besar dari 200 Kg baru akan memberikan nilai rent yang positif. Tabel 5. Nilai Land Rent Berdasarkan Faktor Kesuburan dan Jarak Tambak No
Kecamatan
Biaya Tenaga Kerja (Rp/Ha)
Produktivitas (Kg/Ha)
Biaya Sarana Produksi (Rp/Ha)
Harga Biaya (Rp/Kg Transportasi ) (Rp/Kg/Km)
Jarak Ke Pasar (Km)
Rente (Rp/Ha)
1
Pontang
400.0
1.137.500
1.188.750
10.000
12,40
21
1.571.237
2
Tirtayasa
375.0
1.112.500
1.160.000
10.000
13,30
30
1.327.500
3
Tanara
287.5
1.000.000
1.187.000
10.000
15,60
39
513.000
Sumber: Data Primer Diolah
Data Tabel 5 menginformasikan bahwa berdasarkan faktor kesuburan dan lokasi atau jarak tambak ke pusat pasar nilai pemanfaatan tertinggi juga terdapat di Kecamatan Pontang. Hal ini disebabkan selain dinilai memiliki kesuburan lebih tinggi, juga karena Kecamatan Pontang memiliki lokasi yang paling dekat dengan pasar Rau yang terletak di Kota Serang. Jarak rata-rata titik Pontang ke pasar adalah 21 Km, sementara jarak rata-rata titik Tirtayasa ke pasar adalah 30 Km dan jarak rata-rata titik Tanara ke pasar adalah 39 Km. Hal tersebut menggambarkan kegiatan pemanfaatan lahan tambak untuk kegiatan budidaya Ikan Bandeng di Titik pontang lebih efisien dibandingkan dengan di titik Titayasa dan Tanara. Gambar 7 mengilustrasikan nilai land rent di ketiga titik unit analisis.
1,800,000 1,600,000
21, 1,552,543
Rent (Rp/Ha)
1,400,000
30, 1,325,000
1,200,000 1,000,000 800,000 600,000
39, 544,250
400,000 200,000 0
10
20
30
40
50
Jarak (Km)
Gambar 7. Nilai Land Rent Produksi Budidaya Tambak Ikan Bandeng di MasingMasing Unit Analisis. Hubungan antara besarnya nilai land rent dengan jarak ke pusat pasar di gambarkan dalam sebuah fungsi linier yang dinamakan bid rent schedulle. Dalam penelitian ini fungsi dalam bid rent schedulle diperoleh dengan cara regresi sederhana. Fungsi yang dihasilkan yaitu y=2.778.774,473-54.808,8882x dimana y adalah nilai land rent sebagai variabel dependent dan x adalah jarak sebagai variabel independent. Fungsi tersebut menjelaskan bahwa setiap terjadi perubahan satu satuan jarak akan mengurangi nilai land rent sebesar Rp. 54.808, sementara nilai land rent pada jarak 0 dari pasar adalah sebesar Rp. 2.778.774. Gambar 8 merupakan bid rent schedulle kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng di Zona Tirtayasa.
Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006
2
3000000 2500000 Rent (Rp/Ha)
y = 2.778.774,473-54.808,8882x 2000000 1500000
Rent
1000000 500000 0 0
10
20
30
40
50
60
Jarak (Km)
Gambar 8.
Bid Rent Schedulle Kegiatan Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Zona Tirtayasa
Analisis Sensitivitas Nilai Land Rent Analisis sensitivitas dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar jarak mempengaruhi perubahan nilai land rent yang diakibatkan adanya perubahan nilai biaya trasnportasi. Asumsi yang dibangun dalam analisis sensitivitas ini dilatar belakangi kondisi pada saat penelitian berlangsung. Isu pada saat ini adalah terjadinya kenaikan harga BBM yang otomatis mengakibatkan adanya kenaikan biaya transportasi sekitar 40 % sampai dengan 45 %. Harga BBM dianggap sebagai variabel eksogen yang mempengaruhi nilai biaya trasnportasi sebagai faktor endogen dalam perhitungan nilai land rent, dalam analisis ini variabel endogen lainnya seperti tingkat produktivitas, biaya produksi dan harga dianggap tetap. Ditetapkan bahwa terjadi kenaikan biaya transportasi pengangkutan Ikan Bandeng dari lokasi tambak ke pasar sebesar 40 %, sehingga data mengenai biaya transportasi berubah, sebagaimana data dalam Tabel 6. Tabel 6. Perubahan Biaya Transportasi Karena adanya Kenaikan Harga BBM No 1 2 3
Titik Pontang Tirtayasa Tanara
Jarak (Km)
Ongkos Angkut (Rp.)
21 30 39
350.000,00 420.000,00 490.000,00
Produksi (Kg)
Biaya Transport Rp/Kg/Km
967 750 575
17,5 18,7 21,9
Sumber: Data Primer diolah
Dengan adanya perubahan dalam struktur biaya trasnportasi tersebut, maka nilai land rent yang baru adalah sebagaimana tampak dalam Tabel 7. Data Tabel 7 menginformasikan bahwa terjadi penurunan nilai land rent akibat adanya kenaikan harga BBM. Di titik Pontang terjadi penurunan nilai land rent sebesar Rp 41,379 per Ha atau sebesar 2,66%. Di titik Tirtayasa, nilai land rent turun sebesar Rp 60.000,00 per Ha atau 4,53%, sementara di Titik Tanara nilai land rent turun sebesar Rp 70.000,00 per Ha atau sebesar 12,86 %. Persentasi perubahan terbesar yaitu di titik Tanara yang jaraknya paling jauh dari pusat pasar, sementara perubahan terkecil adalah di titik Pontang yang jaraknya paling dekat dengan pasar. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa kenaikan harga BBM sebagai faktor eksogen yang berpengaruh terhadap kenaikan biaya transportasi yang menjadi faktor endogen dalam analisis land rent berakibat pada penurunan nilai land rent terutama untuk lokasi budidaya yang jaraknya lebih jauh dari pasar. Tabel 7. Perubahan Nilai Land Rent Dengan Adanya Kenaikan Harga BBM
Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006
2
No
Desa
1 2 3
Pontang Tirtayasa Tanara
Jarak Dari Pasar (Km)
Rent Sebelum BBM Naik (Rp/Ha)
21 30 39
1.571.237,00 1.327.500,00 513.000,00
Rent Setelah BBM Naik (Rp/Ha)
Penurunan Nilai Land Rent
1.530.231,00 1.267.500,00 443.000,00
41.005,00 60.000,00 70.000,00
Persentase Penurunan (%) 2,61 4,52 13,65
Sumber: Data Primer diolah
Gambar 9, mengilustrasikan terjadinya perubahan nilai land rent karena perubahan biaya transportasi yang diakibatkan kenaikan harga BBM. Kenaikan harga BBM juga merubah fungsi bid rent schedulle kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng di Zona Tirtayasa. Fungsinya menjadi: y = 2.810.595,3 − 57.576,72 x , yang berarti setiap terjadi perubahan satu satuan jarak, maka nilai land rent akan berkurang sebesar Rp 57.576,72 dan nilai land rent pada jarak 0 Km adalah sebesar Rp 2.810.559,00. Gambar 10, merupakan bid rent schedulle kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeg di Zona Tirtayasa setelah kenaikan harga BBM.
Re nt (R p/ Ha )
1800000 1600000 1400000 1200000 1000000 800000 600000 400000 200000 0 0
10
20
30
40
50
Jarak (km)
Gambar 9. Perubahan Nilai Land Rent Produksi Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis yang Diakibatkan Kenaikan Harga BBM Melalui analisis disimpulkan bahwa kenaikan harga BBM dapat menurunkan nilai land rent yang mencerminkan nilai pemanfaatan sebidang lahan yang diterima oleh para pemilik lahan. Hal mengindikasikan adanya penurunan nilai kesejahteraan dalam masyarakat pesisir Kabupaten Serang, khususnya para 3000000 2500000
y = 2.810.595,3-57.576,72x
Rent (Rp/Ha)
2000000 1500000
Series1 1000000 500000 0 -500000
0
10
20
30
40
50
60
Jarak (Km)
petambak Gambar 10. Bid Rent Schedulle Kegiatan Produksi Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Zona Tirtayasa Setelah Kenaikan Harga BBM Implikasi Kebijakan
Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006
3
Berdasarkan hasil analisis land rent pemanfaatan lahan tambak di wilayah pesisir Kabupaten Serang ini antara lain adalah, kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng di Zona Tirtayasa layak untuk dilakukan dan dikembangkan, karena masih memberikan nilai pemanfaatan lahan (land rent) yang positif Kebijakan yang perlu diambil oleh pemerintah antara lain: 1) Meningkatkan produktivitas lahan, dapat dilakukan dengan menjaga kualitas sumberdaya lahan dan air dari kemungkinan adanya dampak negatif yang ditimbulkan oleh aktivitas hulu. Upaya lain yang dapat dilakukan adalah melakukan pembinaan terhadap petani tambak. 2) Meningkatkan aksesibilitas kawasan tambak. Kesimpulan 1) Biaya transportasi untuk membawa hasil produksi Ikan Bandeng ke Pasar yang tertinggi adalah di Kecamatan Tanara yaitu Rp 15,61 per Kg per Km, sementara di Kecamatan Tirtayasa adalah Rp 13,33 per Kg per Km dan Kecamatan Pontang yang terendah yaitu Rp 12,73 per Kg per Km. 2) Nilai land rent lahan tambak berdasarkan faktor kesuburan dan jarak lokasi tambak ke pusat pasar yang tertinggi adalah di Kecamatan Pontang yakni sebesar Rp 1.571.237,00, dan yang terendah adalah di Kecamatan Tanara, yaitu sebesar Rp 513.000,00, sementara nilai land rent di Kecamatan Tirtayasa adalah Rp 1.327.500,00 3) Di Zona Tirtayasa, besarnya nilai land rent dengan nilai produktivitas memiliki hubungan positif dengan persamaan Y = −1699811 .567 + 8425 .82 * X , sementara besarnya nilai land rent dengan jarak tambak ke lokasi pasar berhubungan secara negatif dengan persamaan Y = 2.778.774,473 − 54.808,8882 X . 4) Perubahan nilai land rent yang disebabkan oleh perubahan biaya trasnportasi akibat kenaikan harga BBM dimasing-masing unit analisis (titik lokasi penelitian) besarannya sangat dipengaruhi oleh jarak lokasi tersebut ke pusat pasar. 5) Kenaikan harga BBM menurunkan nilai land rent yang mengindikasikan adanya penurunan kesejahteraan masyarakat pesisir di Zona Tirtayasa khususnya petambak. Saran 1) Pemerintah Kabupaten Serang, perlu melakukan pengawasan yang ketat terhadap pembuangan limbah industri ke perairan sungai, karena sangat mempengaruhi nilai produksi kegiatan perikanan tambak Ikan Bandeng di Zona Tirtayasa. 2) Kenaikan harga BBM harus dikompensasikan dengan adanya alokasi untuk perbaikan dan pengembangan akses jalan di lokasi tambak sehingga biaya trasnportasi bisa lebih ditekan.
DAFTAR PUSTAKA Barlowe R. 1972. Land Resource Economics. New Jersey. Prentice Hall, Inc. Bishop CE dan WD Toussaint. 1979. Pengantar Analisa Ekonomi Pertanian. Tim Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada Wisnuadji; Harsojono dan Suparmoko: Penterjemah. Jakarta. Mutiara. Dicken P and PE Lloyd. 1990. Location in Space Theoritical Perspectives in Economic Geography. Third Edition. New York. Harper Collin Publishers. Djojodipuro M. 1991. Teori Lokasi. Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.
Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006
4
Hartwick JM and ND Olewiler. 1986. The Economic of Natural Resource Use.New York. Harper & Row Publishers. Prabowo D dan S Reksohadiprodjo. 1985. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Alam. Yogyakarta. BPFE. Soekartawi. 1990. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta. UI Press. Suparmoko. 1997. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Suatu Pendekatan Teoritis). Yogyakarta. BPFE. 568 halaman. Tohir KA. 1982. Ekonomi Selayang Pandang. Bandung. Bandung. Yotopoulus PA and JL Lawrence. 1974. On Modeling The Agriculture Sector in Developing Economies an Integreated Approach of Micro and Macro Economics. USA. Stanford University, Stanford, California
Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006
5