PERBEDAAN MINAT MEMBUAT PERENCANAAN KEUANGAN SYARIAH BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN STATUS MARITAL WANITA KARIR (Studi pada Instansi Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Oleh : MEGA RESTI WULANDARI NIM : 107046102150
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 17
Agustus
2011 M
17 Ramadhan
1432 H
Mega Resti Wulandari
ABSTRAK “Perbedaan Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Status Marital Wanita Karir (Studi pada Instansi Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya)”. Strata satu (S1) Konsentrasi Perbankan Syariah Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan minat dalam membuat perencanaan keuangan syariah oleh wanita karir yang bekerja pada instansi pemerintah daerah Kota Palangkaraya berdasarkan status marital dan tingkat pendidikannya. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif-analitis. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu terdapat perbedaan minat dalam membuat perencanaan keuangan syariah antara wanita karir yang sudah menikah dengan wanita karir yang belum menikah. Wanita karir yang sudah menikah lebih berminat untuk membuat perencanaan keuangan syariah dibandingkan wanita karir yang belum menikah. Terdapat perbedaan minat membuat perencanaan keuangan syariah pada tiap karakteristik tingkat pendidikan wanita karir. Semakin tinggi tingkat pendidikan wanita karir, semakin besar minatnya dalam membuat perencanaan keuangan syariah. Key Word : Perbedaan Minat, Perencanaan Keuangan Syariah, Tingkat Pendidikan, Status Marital, Wanita Karir
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Status Marital Wanita Karir (Studi pada Instansi Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya)” sebagai bagian dari tugas akademis di Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi umat manusia, kepada keluarga, para sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman nanti. Penulis menyadari bahwa terselesaikan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk penghargaan yang tidak terlukiskan, izinkanlah penulis menuangkan dalam bentuk ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Prof. Dr. H. Amin Suma, SH, MA, MM selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mencurahkan baktinnya kepada kami, selaku Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
i
2. Dr. Euis Amalia, M.Ag selaku Ketua Jurusan Muamalat dan Mu’min Rauf M.Ag, selaku Sekretaris Jurusan Muamalat yang telah memberikan pengarahan dan membantu penulis secara tidak langsung dalam menyiapkan skripsi ini. 3. Dr. Ir. Iwan Prijono Pontjowinoto, MM, CFP selaku pembimbing skripsi yang selalu dapat meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan nasehat kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan memberikan ilmunya kepada penulis selama di bangku kuliah. 5. Wanita karir yang bekerja pada Instansi Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data dan informasi yang penulis butuhkan untuk menyelesaikan skripsi ini. 6. Rasa Ta’zim dan terima kasih yang tak terhingga kepada ibu dan bapak tercinta yang tak kenal lelah berjuang dan berkorban untuk memberikan yang terbaik, perhatian serta cinta dan kasih sayang yang tak pernah habis. Setiap untaian do’a yang beliau panjatkan merupakan sumber kekuatan bagi ananda untuk menjalani hidup dan mencapai masa depan. 7. Keluargaku tercinta dan tersayang, Mbak Elsye, Mbak Arie, Mas Aam, Mas Budi, Chippa, dan Nayya yang telah banyak meluangkan waktunya untuk menemani dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Sepupuku Riska, Pretty dan keluarga besar yang selalu memberikan motivasi dan menghiasi hari-hari penulis dengan keceriaan, canda, dan tawa. Suster Dolly yang selalu menamani ii
dan menjaga penulis di Rumah Sakit, di kampus maupun di rumah, suster yang selalu memarahi pasiennya yang bandel ini kalau malas minum obat, suster yang selalu ada di saat sehat maupun sakit. Terima kasih untuk semua cinta yang kalian berikan. 8. GCku tersayang: williboi, dotty, cindai, nyaiboi, Idhaho. Temen-temen kosan Krustee Crab: Vna, Memsky, Mbak Syifa yang selalu berbagi dalam suka dan duka, yang setia mendengarkan keluh kesah penulis dan selalu siap membantu penulis ketika dalam kesulitan, selalu memberikan kebersamaan, canda tawa yang akan selalu berbekas di hatiku dan akan selalu kurindukan. Teman-teman Perbankan Syariah angkatan 2007 khususnya kelas B, terima kasih atas do’a dan semangat yang diberikan kepada penulis. Semoga amal dan jasa yang telah diberikan kepada penulis dapat diterima disisi Allah SWT dan dibalas-Nya dengan pahala yang berlimpah. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya.
Jakarta, 17 17
Agustus
2011 M
Ramadhan
1432 H
Mega Resti Wulandari
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................
i
DAFTAR ISI .......................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL ..............................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................
xiii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah............................................
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................
8
D. Review Studi Terdahulu ................................................................
9
E. Kerangka Berpikir ........................................................................
14
F. Sistematika Penulisan ..................................................................
17
LANDASAN TEORI A. Minat Perencanaan Keuangan .......................................................
19
B. Perencanaan Keuangan Syariah ....................................................
21
1. Hal-hal yang Berkaitan dengan Perencanaan Keuangan Syariah ....................................................................................
23
2. Hal-hal Utama dalam Perencanaan Keuangan Syariah ...........
35
3. Tahapan Proses Perencanaan Keuangan .................................
36
4. Mengelola Kekayaan ...............................................................
39
iv
BAB III
BAB IV
C. Tingkat Pendidikan dan Status Marital ........................................
40
1. Tingkat Pendidikan ...............................................................
40
2. Status Marital ..........................................................................
43
D. Wanita Karir dan Ciri Wanita Karir .............................................
43
METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ..............................................................................
46
1. Pendekatan Penelitian .............................................................
46
2. Jenis dan Sumber Data ...........................................................
47
B. Populasi dan Sampel ....................................................................
47
1. Populasi .................................................................................
47
2. Sampel ...................................................................................
47
3. Teknik Pengambilan Sampel .................................................
48
C. Pengumpulan Data ........................................................................
50
1.
Teknik Pengumpulan Data ....................................................
50
2.
Teknik Uji Instrumen Penelitian ...........................................
51
3.
Teknik Analisa Data ..............................................................
52
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Validitas dan Reliabilitas .......................................................
53
1. Landasan Syariah ..................................................................
53
2. Kebutuhan Hidup ..................................................................
55
3. Siklus Hidup ..........................................................................
56
4. Kenyataan Hidup ...................................................................
58
v
5. Dunia Keuangan ....................................................................
59
B. Gambaran Umum Responden ......................................................
61
1. Responden Berdasarkan Usia ................................................
61
2. Responden Berdasarkan Status Marital .................................
62
3. Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ........................
63
C. Minat Membuat Perencanaan Keuangan Secara Teori ................
64
D. Analisis Data ................................................................................
65
1. Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Menurut Landasan Syariah ..................................................................
66
2. Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Menurut Kebutuhan Hidup ..................................................................
81
3. Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Menurut Siklus Hidup .....................................................................................
94
4. Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Menurut Kenyataan Hidup ................................................................... 106 5. Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Menurut Dunia Keuangan ............................................................................... 118 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................. 132 B. Saran .............................................................................................. 133
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 135 LAMPIRAN ........................................................................................................ 138 vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Kesimpulan Review Terdahulu ...............................................
12
Tabel 2.1
Perubahan Kondisi Ekonomi terhadap Keputusan Keuangan .
31
Tabel 3.1
Daftar Instansi Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya ...........
49
Tabel 3.2
Format Respon Wanita Karier untuk Pernyataan Positif .........
51
Tabel 4.1
Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Dimensi Landasan Syariah ......................................................................................
54
Tabel 4.2
Reliability Statistics Dimensi Landasan Syariah .....................
54
Tabel 4.3
Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Dimensi Kebutuhan Hidup ........................................................................................
55
Tabel 4.4
Reliability Statistics Dimensi Kebutuhan Hidup .....................
56
Tabel 4.5
Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Dimensi Siklus Hidup .......................................................................................
57
Tabel 4.6
Reliability Statistics Dimensi Siklus Hidup .............................
57
Tabel 4.7
Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Dimensi Kenyataan Hidup .......................................................................................
58
Tabel 4.8
Reliability Statistics Dimensi Kenyataan Hidup ......................
59
Tabel 4.9
Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Dimensi Dunia
Tabel 4.10
Keuangan .................................................................................
60
Reliability Statistics Dimensi Dunia Keuangan .......................
60
vii
Tabel 4.11
Jumlah Responden Berdasarkan Usia ......................................
61
Tabel 4.12
Jumlah Responden Berdasarkan Status Marital ......................
62
Tabel 4.13
Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ..............
63
Tabel 4.14
Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Status Marital Wanita Karir ................................................................
65
Tabel 4.15
Mengetahui dengan Jelas Perintah Allah untuk Berzakat .......
66
Tabel 4.16
Setiap Penghasilan yang Diperoleh telah Dikeluarkan Zakatnya ..................................................................................
Tabel 4.17
Mengetahui Perintah Allah untuk tidak Hidup Berlebihlebihan ......................................................................................
Tabel 4.18
69
Hanya Membelanjakan Uang Saya pada Hal-hal yang tidak Bertentangan dengan Syariah Islam ........................................
Tabel 4.19
67
Dengan
Hidup
Sederhana
Berarti
telah
70
Melakukan
Perencanaan Keuangan yang Sesuai Syariah ..........................
72
Tabel 4.20
Mengetahui Pentingnya Merencanakan Keuangan .................
73
Tabel 4.21
Tertarik Berinvestasi pada Produk Keuangan Syariah karena Mengetahui dengan Jelas Perintah Allah SWT untuk Melakukan Perencanaan Termasuk dalam Merencanakan Keuangan .................................................................................
Tabel 4.22
75
Hanya Berminat Berinvestasi pada Hal-hal yang tidak Bertentangan dengan Syariat Islam .........................................
viii
77
Tabel 4.23
Tertarik Menabung di Bank Syariah karena Menabung adalah Salah Satu Cara untuk Hidup Hemat .......................................
Tabel 4.24
Tertarik Berinvestasi di Bank Syariah karena Bank Syariah Jauh dari Unsur Riba ...............................................................
Tabel 4.25
Hanya
Membeli
Hal-hal
yang
Memang
90
Menginvestasikan Sejumlah Dana pada Reksadana Syariah untuk Biaya Hidup di Hari Tua Nanti ......................................
Tabel 4.33
89
Menginvestasikan Sejumlah Dana pada Asuransi Syariah untuk Keperluan Proteksi Diri .................................................
Tabel 4.32
87
Tertarik Menabung di Bank Syariah untuk Berjaga-jaga apabila ada Keluarga yang Sakit ..............................................
Tabel 4.31
86
Tertarik Menggunakan Produk Tabungan Haji di Bank Syariah untuk Memenuhi Rencana Naik Haji .........................
Tabel 4.30
84
Untuk Kebutuhan tidak Terduga Menyisihkan Dana Darurat yang Diinvestasikan pada Bank Syariah ..................................
Tabel 4.29
83
Menabung di Bank Syariah agar Memiliki Kemudahan dalam Bertransaksi .............................................................................
Tabel 4.28
81
Tidak Menyukai Gaya Hidup Berlebihan, maka Kelebihan Dana Biasanya Ditempatkan pada Produk Tabungan Syariah
Tabel 4.27
80
Benar-benar
Dibutuhkan .............................................................................. Tabel 4.26
78
Tertarik
Berinvestasi
di
Pasar
Uang
Syariah
untuk
Mendapatkan Gaya Hidup yang Layak Nantinya .................... ix
92
93
Tabel 4.34
Suka Menabung .......................................................................
Tabel 4.35
Tertarik Menabung di Bank Syariah karena Mengetahui Pentingnya Menabung Sejak Kecil ..........................................
Tabel 4.36
97
Menabung di Bank Syariah untuk Meminimalisasi Resiko yang Timbul di Masa Mendatang ............................................
Tabel 4.38
96
Tertarik Menggunakan Tabungan Syariah Sejak Pertama Bekerja untuk Membantu Merencanakan Keuangan ...............
Tabel 4.37
94
98
Mengikuti Program Asuransi Syariah untuk Melindungi dari Kerugian di Masa Mendatang .................................................. 100
Tabel 4.39
Mempersiapkan Dana Pendidikan saat Memiliki Anak agar Pendidikannya Terjamin .......................................................... 101
Tabel 4.40
Menempatkan Sejumlah Dana pada Reksadana Syariah untuk Mempertahankan Gaya Hidup yang Layak di Hari Tua Nanti . 103
Tabel 4.41
Perencanaan Warisan Secara Syariah Penting Dimiliki saat Berkeluarga .............................................................................. 104
Tabel 4.42
Merencanakan Keuangan dengan Lebih Matang untuk Menghindari Resiko saat Terkena PHK .................................. 106
Tabel 4.43
Berinvestasi untuk Menghindari Naiknya Harga Barangbarang di Masa yang akan Datang ........................................... 107
Tabel 4.44
Harga Barang yang Terus Meningkat, Menuntut Perhatian Lebih pada Keuangan Pribadi dan Keluarga ........................... 109
x
Tabel 4.45
Tidak Berminat Menempatkan Dana pada Sektor Keuangan karena Imbal Hasil yang Rendah ............................................. 110
Tabel 4.46
Mengantisipasi Kenaikan Harga Bahan Pokok yang Terus Meningkat dengan Mengatur Kembali Anggaran Belanja ...... 111
Tabel 4.47
Lebih Selektif Untuk Berinvestasi karena Krisis Ekonomi yang Melanda Indonesia .......................................................... 113
Tabel 4.48
Lebih Memperhatikan Keuangan Pribadi karena Nilai Tukar Rupiah atas Mata Uang Asing yang Fluktuatif ........................ 114
Tabel 4.49
Tertarik Berinvestasi pada Pasar Modal Syariah karena Imbal Hasil Obligasi Syariah yang Tinggi ......................................... 115
Tabel 4.50
Tertarik Membuat Perencanaan Pendidikan Bagi Anak Saya karena Biaya Pendidikan dari Tahun ke Tahun yang Terus Meningkat ................................................................................ 117
Tabel 4.51
Tertarik untuk Berinvestasi karena Produk-produk Keuangan Syariah yang Beragam ............................................................. 118
Tabel 4.52
Menabung karena Merupakan Salah Satu Cara untuk Merencanakan Keuangan ......................................................... 120
Tabel 4.53
Berminat Memiliki Produk Asuransi karena Manfaatnya Sangat Banyak ......................................................................... 122
Tabel 5.54
Tertarik Berinvestasi pada Komoditas Emas karena Harganya terus Naik dari Waktu ke Waktu ............................................. 123
xi
Tabel 5.55
Tingkat Resiko yang Tinggi tidak Menjadi Penghalang untuk Tetap Berinvestasi ................................................................... 125
Tabel 5.56
Tertarik Memiliki Tabungan di Bank Syariah karena Aksesnya Mudah ..................................................................... 126
Tabel 5.57
Dunia Bisnis yang Semakin Modern Menuntut untuk Menggunakan Salah Satu Layanan Perbankan Termasuk Perbankan Syariah ................................................................... 127
Tabel 5.58
Tertarik Menyimpan Uang pada Produk Deposito Syariah untuk Investasi Jangka Pendek ................................................ 129
Tabel 5.59
Tertarik Menempatkan Dana pada Reksadana Syariah untuk Investasi Jangka Panjang ......................................................... 130
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Banyaknya PNS/CPNS Menurut Jenis Kelamin dan Golongan Kepangkatan ............................................................................
5
Gambar 1.2
Kerangka Berpikir ...................................................................
16
Gambar 2.1
Hal-hal yang Berkaitan dengan Perencanaan Keuangan Syariah .....................................................................................
23
Gambar 4.1
Karakteristik Usia ....................................................................
61
Gambar 4.2
Karakteristik Status Marital .....................................................
62
Gambar 4.3
Karakteristik Tingkat Pendidikan ............................................
63
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Allah SWT memerintahkan kita untuk berbekal dalam menghadapi suatu perjalanan atau suatu tindakan. Hal ini mengandung pengertian bahwa suatu perbuatan atau tindakan itu haruslah dimulai dengan suatu perencanaan yang konkrit, guna menghindari kekeliruan yang dapat merugikan. Dengan perencanaan yang baik dan matang, maka diharapkan manusia dapat memperbaiki kehidupannya di masa yang akan datang menjadi lebih baik. Pada dasarnya, perencanaan keuangan adalah disiplin menajemen kekayaan yang berlaku dengan kebutuhan unik dan keprihatinan individu masingmasing.1 Secara sederhana, perencanaan keuangan didefinisikan sebagai suatu proses untuk mencapai tujuan hidup melalui pengaturan keuangan yang sesuai.2 Financial Planning can be defined as the careful preparation and coordination of plans necessary to prepare for future financial needs and goals. It is not investment analisys. It involves mapping strategies to achieve your defined goals.3 Personal Financial Planning is the process of managing your money to achieve personal economic satisfaction.4 1
Agustianto Mingka dan Lutfi T. Rizki, Fiqih Perencanaan Keuangan Syariah, Jakarta, MudaMapan Publishing, 2010, h.13. 2 Adler H. Manurung dan Lutfi T. Rizky. Successful Financial Planner a Complete Guide. Jakarta, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2009, h.1. 3 Bertisch (1994) dalam Yohnshon, Peran Universitas di Surabaya dalam Meningkatkan Jumlah Keluarga Mapan di Surabaya (Jurnal Penelitian Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra, 2009), h.57. 4 Jack R. Kapoor, dkk, Personal Finance Seventh Edition, New York, America, McGraw-Hill Companies, 2004, h.4.
1
2
Perencanaan keuangan juga didefinisikan sebagai proses merencanakan keuangan untuk mencapai tujuan-tujuan keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.5 Jadi, perencanaan keuangan adalah suatu proses dalam merencanakan keuangan pribadi untuk dapat memberikan solusi perencanaan, pemilihan pengelolaan keuangan, kekayaan atau investasi agar dapat mencapai tujuan jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Hakikatnya, tidak ada perbedaan antara perencanaan keuangan biasa dengan perencanaan keuangan syariah. Namun, perencanaan keuangan syariah tidak hanya sekedar proses akuisisi dan pengumpulan kekayaan saja, tetapi memiliki definisi yang luas berkaitan dengan tugas manusia sebagai khalifah untuk memanfaatkan nikmat Allah SWT di muka bumi mengikuti aturan-aturan syariah Islam. Maka perencanaan keuangan syariah dapat didefinisikan sebagai proses perancangan suatu kehidupan yang lebih baik dengan melakukan perencanaan, pemilihan, serta pengelolaan kekayaan dan keuangan dalam kehidupan untuk mencapai tujuan hidup jangka pendek, menengah, dan panjang baik di dunia maupun di akhirat. Tujuan hidup manusia itu sendiri sangat beragam, misalnya membeli mobil, rumah, tabungan pendidikan anak, asuransi jiwa, perencanaan dana pensiun, dan lain-lain. Perencanaan keuangan merupakan salah satu solusi untuk
5
Safir Senduk. Seri Perencanaan Keuangan, Mengelola Keuangan Keluarga, Jakarta, PT. Elex Media Komputindo, 2009, h.3.
3
memecahkan masalah keuangan seseorang. Dengan memaksimalkan dana dari penghasilan kita setiap tahunnya untuk mencapai kemandirian secara finansial. Perencanaan keuangan juga dapat membantu kita mengenal sejauh mana tujuan finansial yang dibuat akan mempengaruhi aspek-aspek keuangan lainnya.6 Sebagai contoh, jika seseorang mempunyai tujuan untuk memiliki sebuah rumah, dengan membeli sebuah produk investasi yang memberikan hasil investasi yang cukup tinggi, mungkin saja hasil investasinya dapat membantu orang tersebut untuk melunasi cicilan pembiayaan rumahnya dengan lebih cepat. Jadi, dengan melihat setiap tujuan keuangan sebagai suatu kesatuan, maka tujuan hidup jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang akan lebih tertata dengan baik. Islam mengajarkan untuk selektif dalam membelanjakan harta. Dalam pengeluaran, yang perlu diperhatikan seseorang adalah prioritas, bukan berdasarkan keinginan, tetapi berdasarkan kebutuhan, baik itu jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Selain itu, pengeluaran juga harus memperhatikan aspek keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat. Karena untuk mencapai kehidupan akhirat yang baik, kita juga harus mempunyai kehidupan dunia yang baik.7 Dewasa ini, banyak sekali produk-produk keuangan yang ditawarkan oleh berbagai lembaga keuangan baik itu syariah maupun konvensional. Banyaknya
6
Manurung, Successful Financial Planner a Complete Guide, h.2. Rahmawati Dian Pratiwi. “Tingkat Kesadaran Masyarakat dalam Perencanaan Keuangan Keluarga Perspektif Islam (Studi pada Masyarakat Kelurahan Cempaka Putih Ciputat)”. (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h.3. 7
4
pilihan tersebut membuat seseorang harus melakukan perencanaan untuk dapat mengetahui jenis dan produk mana yang memang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan agar seseorang tidak banyak menghamburkan uang karena membeli produk yang salah. Untuk bisa mengatur masalah keuangan keluarga, diperlukan pengetahuan yang baik mengenai seluk beluk masalah keuangan pribadi (self finance) maupun keuangan keluarga (family finance). Wanita umumnya memiliki perhatian yang lebih terhadap dirinya maupun keluarganya terutama dalam masalah keuangan. Sebuah studi di Amerika Serikat menguak fakta bahwa rasio perempuan menikah yang memiliki kontrol atas pembelian rumah tangga jumlahnya 2:1. Bahkan lebih dari 80% konsumsi rumah tangga dibuat oleh perempuan. Perempuan bukan hanya meningkatkan angka belanja, tetapi juga angka penghasilan. Data statistik menyebutkan 60 persen dari 85,4 juta tenaga kerja di sektor UKM adalah perempuan.8 Dari kutipan yang ditulis oleh Ubaidillah Nugraha dari a women financial converence, March 2005, held by American University of Paris, menyatakan bahwa, “60% keputusan keuangan keluarga dilakukan oleh wanita. Tetapi hanya 12% perempuan bertanggung jawab untuk perencanaan uang mereka. Sedangkan rata-rata wanita hidup lebih lama dibandingkan laki-laki, karena itu wanita
8
Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu dalam sambutan Peringatan Hari Ibu ke-80 dan Perancangan Tahun Indonesia Kreatif 2009 di Jakarta Convention Centre, Senin 22 Desember 2008.
5
membutuhkan 20% lebih banyak uang untuk pensiun daripada laki-laki. Dan hampir 25% bangkrut dalam waktu 2 tahun setelah pasangan meninggal dunia.”9 Penulis memilih lokasi penelitian di Palangkaraya yang merupakan ibukota
Propinsi
Kalimantan
Tengah.
Mayoritas
masyarakat
di
Kota
Palangkaraya berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan jumlah 6.145 pegawai.10 Di Palangkaraya, terdapat 2 (dua) Bank Umum Syariah, yaitu Bank Muamalat, Tbk dan Bank Syariah Mandiri dan 3 (tiga) Baitul Maal Wat Tamwil, yaitu BMT Kubu Sejahtera, BMT Attoybah, dan BMT Aisyiah sehingga memungkinkan masyarakat di Palangkaraya mempunyai pengetahuan yang baik mengenai perencanaan keuangan secara syariah. Gambar 1.1 Banyaknya PNS/CPNS Menurut Jenis Kelamin dan Golongan Kepangkatan
Sumber: Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kota Palangkaraya Wanita karir yang menjadi objek penelitian penulis adalah Pegawai Negeri Sipil yang bekerja pada Instansi Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya. Wanita 9
Ubaidillah Nugraha, Wealth Management, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2008), h.
14. 10
Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan dalam Kota Palangkaraya dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kota Palangkaraya, 2009, h. 29.
6
yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil juga tergolong sebagai wanita karir karena mereka bekerja, memiliki jabatan, sehingga memiliki kemajuan dalam hal pekerjaan. Mereka bekerja menggunakan keahlian tertentu yang diperoleh dari bangku sekolah maupun bangku kuliah. Sebelumnya belum ada penelitian mengenai minat membuat perencanaan keuangan syariah pada wanita karir khususnya yang bekerja di Instansi Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya. Dengan mengetahui bagaimana minat wanita karir di Palangkaraya dalam membuat perencanaan keuangan syariah, maka akan diperoleh gambaran umum perekonomian wanita karir terutama mengenai tujuan hidup mereka serta bagaimana cara mereka mewujudkan tujuan tersebut. Tingkat pendidikan serta status marital yang berbeda memungkinkan terjadinya perbedaan ketertarikan wanita karir pada perencanaan keuangan syariah. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang akan dibuat dalam bentuk skripsi dengan judul “Perbedaan Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Status Marital Wanita Karir (Studi pada Instansi Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya).”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Untuk menghindari meluasnya penelitian sehingga lebih terarah pada minat
membuat
perencanaan
keuangan
syariah
berdasarkan
tingkat
7
pendidikan dan status marital wanita karir, pada penelitian ini penulis membatasi masalah pada bagaimana minat seseorang dalam membuat perencanaan keuangan syariah berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan dan status maritalnya secara teori untuk kemudian dibandingkan dengan minat wanita karir yang bekerja pada Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya dalam dalam menempatkan dananya pada instrumen keuangan syariah menurut tingkat pendidikan dan status marital wanita karir tersebut. Instrumen keuangan syariah yang dimaksud meliputi produk tabungan, iB deposito, iB tabungan perencanaan seperti iB tabungan pendidikan, iB tabungan Haji dan Umrah, iB Pensiun, dan instrumen unit link syariah. Area penelitian yaitu pada instansi-instansi pemerintah Daerah Kota Palangkaraya dengan alasan bahwa wanita karir tersebut telah memiliki pengetahuan yang cukup mengenai instrumen keuangan syariah. Adapun wanita karir yang dimaksud adalah wanita karir Muslim yang bekerja pada Dinas Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya dengan kharakteristik tingkat pendidikan SMA, Diploma 3, S1, dan S2, serta status marital belum menikah dan sudah menikah. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa pokok masalah sebagai berikut: a. Bagaimana secara teori minat perencanaan keuangan syariah berdasarkan tingkat pendidikan dan status marital seseorang?
8
b. Bagaimana minat wanita karir dalam membuat perencanaan keuangan berdasarkan tingkat pendidikan dan status maritalnya?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui bagaimana secara teori pengaruh tingkat pendidikan dan status marital seseorang terhadap minat membuat perencanaan keuangan syariah, serta b. Bagaimana minat wanita karir dalam membuat perencanaan keuangan syariah berdasarkan tingkat pendidikan dan status maritalnya. 2. Manfaat Penelitian a. Menambah
pengetahuan
dan
pengalaman
bagi
penulis
tentang
permasalahan ekonomi dan keuangan syariah dalam hal ini yang berkaitan dengan perencanaan keuangan syariah pada wanita karir, khususnya yang bekerja pada Instansi Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya. b. Sebagai bahan masukan yang diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang perencanaan keuangan syariah. c. Sebagai gambaran perekonomian wanita karir di Palangkaraya dalam merencanakan keuangannya.
9
D. Review Studi Terdahulu Penelitian tentang perencanaan keuangan telah banyak dilakukan di masyarakat, di antaranya yaitu: 1. Skripsi Rahmawati Dian Pratiwi. “Tingkat Kesadaran Masyarakat dalam Perencanaan Keuangan Keluarga Perspektif Islam (Studi Pada Masyarakat Kelurahan Cempaka Putih, Ciputat)” tahun 2010. Membahas tentang pemahaman masyarakat Kecamatan Ciputat Kelurahan Cempaka Putih tentang instrumen keuangan, perencanaan keuangan, dan hubungannya dengan tingkat kesadaran masyarakatnya dalam melakukan perencanaan keuangan dengan mengalokasikan dananya pada berbagai instrumen keuangan syariah. Dari penelitian tersebut, diperoleh hasil bahwa tingkat pemahaman masyarakat Kecamatan Ciputat Kelurahan Cempaka Putih tentang instrumen keuangan, perencanaan keuangan, dan hubungannya dengan tingkat kesadaran masyarakatnya
dalam
melakukan
perencanaan
keuangan
dengan
mengalokasikan dananya pada instrumen keuangan syariah tergolong tinggi.11 2. Jurnal Penelitian yang ditulis oleh Yohnson. “Peran Universitas di Surabaya dalam Meningkatkan Jumlah Keluarga Mapan di Surabaya (Seri Penelitian Keuangan Keluarga)” tahun 2009. Kesimpulan dari penulisan ini adalah impian setiap keluarga adalah menjadi keluarga yang mapan. Untuk mencapai impian tersebut setiap keluarga harus mau memulai untuk merencanakan 11
Rahmawati Dian Pratiwi. “Tingkat Kesadaran Masyarakat dalam Perencanaan Keuangan Keluarga Perspektif Islam (Studi pada Masyarakat Kelurahan Cempaka Putih Ciputat)”. (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010).
10
keuangannya sejak dini. Perencanaan keuangan yang baik harus dilakukan dengan pandangan tentang perencanaan keuangan yang benar (money-saving mindset) dan menaruh uang dengan tepat baik dalam bentuk investasi, proteksi dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan keluarga. Di sini diperlukan peranan universitas di Surabaya dalam memberikan pelatihan perencanaan keuangan yang tepat sehingga dapat dicapai hasil yang maksimal dari perencanaan keuangan yang dibuat oleh keluarga di Surabaya.12 3. Skripsi yang ditulis oleh Meilyanti Tanoto dan Henny Gunawan. “Analisis Perbedaan Minat Membuat Perencanaan Keuangan Keluarga Menurut Karakteristik Keluarga di Surabaya” tahun 2004. Dari hasil penelitian keuangan keluarga yang mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi minat perencanaan keuangan keluarga adalah faktor pendidikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu rumah tangga di Surabaya yang sudah mengenyam pendidikan tinggi setara S1 lebih berminat melakukan perencanaan keuangan keluarga dibandingkan dengan pendidikan menengah setara SMU, sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan minat perencanaan keuangan keluarga.13
12
Yohnshon, Peran Universitas di Surabaya dalam Meningkatkan Jumlah Keluarga Mapan di Surabaya (Jurnal Penelitian Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra, 2009). 13 Meilyanti Tanoto dan Henny Gunawan. “Analisis perbedaan minat membuat perencanaan keuangan keluarga menurut karakteristik keluarga di Surabaya.” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra, Surabaya 2004).
11
4. “The Impact of Financial Literacy Education on Subsequent Financial Behavior” oleh Lewis Mandell dan Linda Schmid Klein tahun 2009. Jurnal ini membahas tentang perbedaan Siswa Menengah Atas yang mengikuti kursus manajemen dengan yang tidak mengikuti kursus dalam aplikasi perencanaan keuangan pribadinya. Populasi berjumlah 400 orang dan sampel yang diambil sebanyak 79 orang dengan menggunakan alat uji regresi. Hasilnya tidak terdapat perbedaan dampak dari kursus secara signifikan, karena responden yang mengikuti kursus tidak lebih sadar untuk menabung dibandingkan dengan responden yang tidak mengikuti kursus.14 5. “The Effectiveness of Youth Financial Education”: A Review of the Literature oleh Martha Henn McCormick, 2009. Jurnal ini membahas tentang efektifitas pendidikan pada usia remaja karena remaja paling sering merasakan dampak kompleksitas keuangan keluarga. Oleh karena itu, sejak dini remaja harus mempelajari tentang pengelolaan keuangan pribadi. Studi ini berusaha menggambarkan pendidikan keuangan pada generasi muda saat ini dan memberikan arah ke depannya. Pengelolaan keuangan pribadi harus diterapkan mulai anak usia sekolah agar ketika dewasa dapat membuat keputusan finansial yang tepat.15
14
Lewis Mandell, The Impact of Financial Literacy Education on Subsequent Financial Behavior, 2009. 15 Martha Henn McCormick, The Effectiveness of Youth Financial Education, Journal of Financial and Counselling Planning, Vol. 20, Issuue 1, 2009.
12
Tabel 1.1 Kesimpulan Review Terdahulu N o
Judul Penelitian
Nama Peneliti
1.
Tingkat Kesadaran Masyarakat dalam Perencanaan Keuangan Keluarga Perspektif Ekonomi Islam (Studi pada Masyarakat Kelurahan Cempaka Putih, Ciputat)
Rahmawati Dian Pratiwi
Populasi
Sampel
4.573
187
Alat Statistik Analisis Deskriptif
Tahun
Hasil Temuan
2010
Pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi masyarakat Cempaka Putih, Ciputat pada instrumen keuangan syariah tergolong tinggi sehingga dapat disimpulkan bahwa masyarakat Cempaka Putih telah sadar akan pentingnya perencanaan keuangan syariah
Perbedaan
Penelitian tersebut membahas tentang tingkat kesadaran masyarakat yang berdomisili di Kelurahan Cempaka Putih, Ciputat akan perencanaan keuangan syariah sedangkan penelitian yang dilakukan penulis hanya fokus perbedaan secara teori dan keyataan di lapangan mengenai minat wanita karir terhadap perencanaan keuangan syariah berdasarkan tingkat pendidikan dan status marital wanita karir tersebut.
2.
Yohnson
Peran Universitas di Surabaya dalam Meningkatkan Jumlah Keluarga Mapan di Surabaya (Seri Penelitian
-
-
-
2009
Universitas memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan pelatihan perencanaan keuangan yang benar untuk mendukung mensejahterakan
13
Keuangan Keluarga)
masyarakat dalam pengelolaan keuangannya
Perbedaan
Penelitian yang dilakukan oleh Yohnson terfokus pada peran universitas dalam memberikan pelatihan perencanaan keuangan keluarga dan pemberian financial planner karena universitas adalah salah satu pusat studi bagi masyarakat. Ternyata peran tersebut sangat besar pengaruhnya untuk mendukung kesejahteraan masyarakat. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan masalahnya terletak pada ada atau tidaknya perbedaan minat wanita karir dalam membuat perencanaan keuangan syariah secara teori dan praktek ditinjau dari karakteristik tingkat pendidikan dan status marital wanita karir yang beragam
3.
Meilyanti Tanoto dan Henny Gunawan
Analisis Perbedaan Minat Membuat Perencanaan Keuangan Keluarga Menurut Karakteristik Keluarga di Surabaya
225.302
303
Uji t-test dan Chi Square
2004
Ibu rumah tangga S1 lebih memikirkan untuk merencanakan keuangan keluarga mereka dibanding ibu rumah tangga SMU
Perbedaan
Objek penelitan tersebut adalah ibu rumah tangga dengan karakteristik pendidikan S1 dan SMA sedangkan penelitian yang dilakukan oleh penulis mengambil objek wanita karir dengan karakteristik tingkat pendidikan (SMA, Diploma, S1, dan S2) dan status marital (belum menikah dan sudah menikah). Selain itu penelitian di atas dilakukan di Surabaya, sedangkan penulis memilih area penelitian di Palangkaraya. Perbedaan selanjutnya terletak pada minat membuat perencanaan keuangan, untuk penelitian yang dilakukan Meilyanti dan Henny hanya pada minat membuat perencanaan keuangan biasa, sedangkan penulis lebih terarah kepada minat membuat perencanaan keuangan syariah. Alat uji statistik yang digunakan juga berbeda. Penelitian sebelumnya menggunakan uji t-test dan Chi Square, sedangkan penulis menggunakan analisa deskriptif
4.
Lewis Mandell dan Linda Schmid
The Impact of Financial Literacy Education on
400
79
Regresi
2009
Tidak ada perbedaan dampak dari kursus keuangan secara
14
Subsequent Financial Behavior
Klein
signifikan, karena yang mengikuti kursus tidak lebih sadar dan lebih ingin menabung dibandingkan dengan yang tidak mengikuti kursus
Perbedaan
Perbedaannya terletak pada alat uji statistik yang digunakan. Penelitian yang dilakukan oleh Lewis Mandell menggunakan uji regresi, sedangkan penulis menggunakan uji deskriptif-analisis. Selain itu masalah yang diangkat di atas mengacu pada beda kesadaran orang yang mengikuti kursus dengan yang tidak mengikuti kursus dalam menabung, sedangkan penulis mengangkat masalah beda minat membuat perencanaan keuangan syariah oleh wanita karir berdasarkan tingkat pendidikan dan status maritalnya secara teori dan praktek.
5.
Martha Henn McCormick
The Effectiveness of Youth Financial Education: A Review of the Literature
Perbedaan
-
-
-
2009
Pengelolaan keuangan pribadi harus diterapkan mulai anak usia sekolah agar ketika dewasa dapat membuat keputusan finansial yang tepat
Penelitian yang dilakukan oleh Martha mengacu pada pendidikan keuangan remaja saat ini serta memberikan arah ke depannya. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh penulis memilih objek wanita karir yang telah mandiri secara finansial serta dapat membuat keputusan keuangan mereka sendiri untuk kemudian dikaji perbedaan minat wanita karir tersebut dalam menempatkan income yang diperolehnya pada instrumen keuangan syariah
E. Kerangka Pemikiran Untuk memudahkan penulis dalam menyelesaikan masalah pada penelitian ini, langkah pertama adalah mengobservasi masalah, kemudian membuat perumusan dari permasalahan tersebut serta penentuan metode dan
15
teknis analisis data. Untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka diperlukan adanya pengumpulan data. Data yang penulis kumpulkan merupakan data kuantitatif dengan media berupa kuesioner atau angket untuk mengetahui minat membuat perencanaan keuangan syariah pada wanita karir yang bekerja pada instansi pemerintah daerah Kota Palangkaraya. Kemudian diuji validitas dan reliabilitas dari angket yang diisi oleh para responden terpilih dan data yang diambil dipersentasekan untuk memperoleh gambaran bagaimana minat wanita karir dalam membuat perencanaan keuangan syariah berdasarkan tingkat pendidikan dan status maritalnya. Setelah hasilnya diketahui, penulis akan menarik kesimpulan dan memberikan saran baik untuk penulis sendiri, maupun untuk peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai perencanaan keuangan syariah.
16
Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran Mulai
Observasi Masalah
Perumusan Masalah
Penentuan Metode dan Teknis Analisis data Pengumpulan Data
Data Kuantitatif: Kuesioner
Uji Kualitas Data: Uji Validitas dan Reliabilitas
Analisis Data
Interpretasi Output: Menarik Kesimpulan dan Memberikan Saran
Selesai
17
F. Sistematika Penulisan Dalam hal penulisan, penulis mengacu kepada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” tahun 2007. Bahasan-bahasan dalam skripsi ini terbagi dalam lima bab, dan dari tiap bab tersebut terdiri dari sub bab dengan penjelasan sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN Bab ini berisi uraian latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, kerangka pemikiran, dan sistematika penulisan.
BAB II
LANDASAN TEORI Pada bab ini, penulis membahas tentang kerangka teori yang bersifat umum, yaitu minat membuat perencanaan keuangan, perencanaan keuangan syariah, tingkat pendidikan dan status marital, serta wanita karir dan ciri wanita karir.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN Bab ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu jenis penelitian, subjek penelitian, pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini ditujukan untuk menjawab rumusan masalah dan sub rumusan masalah, untuk itu perlu dilakukan pembahasan penelitian dengan pembagian sebagai berikut: uji validitas dan reliabilitas, gambaran
18
umum responden, teori minat perencanaan berdasarkan tingkat pendidikan dan status marital seseorang, serta uraian, deskripsi, dan analisis data mengenai minat membuat perencanaan keuangan syariah berdasarkan tingkat pendidikan dan status marital wanita karir. BAB V
PENUTUP Bab ini meliputi kesimpulan dan saran.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Minat Membuat Perencanaan Keuangan Dalam kamus psikologi, minat diartikan sebagai perasaan yang menyatakan bahwa suatu aktivitas, pekerjaan, atau objek itu berharga atau berarti bagi individu dan suatu keadaan motivasi yang menuntun tingkah laku menuju satu arah atau sasaran tertentu. Menurut Gregory (1992), “interest is a preference for particular ideas, activities, and objects; value involves the importance or worth attached to those ideas, activities and objects”.1 Menurut Winkel (1986), minat adalah ”Kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu”.2 Walgito (1985) mengatakan bahwa perhatian seseorang terhadap suatu aktivitas ini juga disertai keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut tentang sesuatu itu. Dan menurut pendapat dari Mappiare (1983) bagi seseorang yang memiliki minat yang kuat terhadap sesuatu namun tidak berhasil melaksanakan atau
1
Yohnshon, Peran Universitas di Surabaya dalam Meningkatkan Jumlah Keluarga Mapan di Surabaya (Jurnal Penelitian Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra, 2009), h.60. 2 Ibid, h. 60.
19
20
mendapatkan minat tersebut maka besar kemungkinan seseorang tersebut merasa kekecewaan yang besar.3 Menurut Syaiful B. Djamarah, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas secara konsisten tanpa ada yang menyuruh.4 Sedangkan menurut Hurlock, minat merupakan sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang diinginkan bila bebas memilih. Minat adalah kecenderunagan yang menetap untuk merasa tertarik pada bidangbidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.5 Sedangkan Suryabrata menyatakan bahwa minat adalah sebagai pemusat tenaga psikis yang tertuju pada suatu objek yang meliputi banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu kegiatan yang dilakukannya, di mana disertai dengan perasaan senang atau tidak senang individu terhadap suatu objek atau situasi tertentu.6 Pendapat lain disampaikan oleh Muhibbin Syah yang mengartikan minat sebagai kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.7
3
Ibid, h. 60. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 23. 5 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 1980), h. 32. 6 Suryabrata Sumadi, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h. 45. 7 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004), h. 35. 4
21
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia membuat adalah menciptakan, menjadikan,
menghasilkan,
melakukan,
mengerjakan,
menggunakan,
menyebabkan dan mendatangkan.8 Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa minat membuat perencanaan keuangan adalah ketertarikan atau perasaan suka yang dimiliki seseorang terhadap perencanaan keuangan yang mendorong seseorang untuk mengetahui, mempelajari lebih dalam, dan melakukannya.
B. Perencanaan Keuangan Syariah Perencanaan keuangan adalah disiplin menajemen kekayaan yang berlaku dengan kebutuhan unik dan keprihatinan individu masing-masing.9 Secara sederhana, perencanaan keuangan didefinisikan sebagai suatu proses untuk mencapai tujuan hidup melalui pengaturan keuangan yang sesuai.10 Financial Planning can be defined as the careful preparation and coordination of plans necessary to prepare for future financial needs and goals. It is not investment analisys. It involves mapping strategies to achieve your defined goals.11 Personal Financial Planning is the process of managing your money to achieve personal economic satisfaction.12
8
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 4, (Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 213. 9 Agustianto Mingka dan Lutfi Trisandi Rizki, Fiqih Perencanaan Keuangan Syariah, (Jakarta, Muda Mapan Publishing, 2010), h.13. 10 Ibid., h.1 11 Bertisch (1994) dalam Yohnshon, Peran Universitas di Surabaya dalam Meningkatkan Jumlah Keluarga Mapan di Surabaya, h.57. 12 Jack R. Kapoor, Personal Finance Seventh Edition, ( New York, America: McGraw-Hill Companies, 2004), h.4.
22
Perencanaan keuangan juga didefinisikan sebagai proses merencanakan keuangan untuk mencapai tujuan-tujuan keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.13 Jadi, perencanaan keuangan adalah suatu proses dalam merencanakan keuangan pribadi untuk dapat memberikan solusi perencanaan, pemilihan pengelolaan keuangan, kekayaan atau investasi agar dapat mencapai tujuan jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Hakikatnya, tidak ada perbedaan antara perencanaan keuangan biasa dengan perencanaan keuangan syariah. Namun, perencanaan keuangan syariah tidak hanya sekedar proses akuisisi dan pengumpulan kekayaan saja, tetapi memiliki definisi yang luas berkaitan dengan tugas manusia sebagai khalifah untuk memanfaatkan nikmat Allah SWT di muka bumi mengikuti aturan-aturan syariah Islam. Maka perencanaan keuangan syariah dapat didefinisikan sebagai proses perancangan suatu kehidupan yang lebih baik dengan melakukan perencanaan, pemilihan, serta pengelolaan kekayaan dan keuangan dalam kehidupan untuk mencapai tujuan hidup jangka pendek, menengah, dan panjang baik di dunia maupun di akhirat. Perencanaan keuangan syariah membantu seseorang untuk mendapatkan gambaran apa yang benar-benar diinginkan di dalam ataupun di luar setiap tahapan kehidupan, melindungi aset-aset yang dimiliki, mempergunakan utang
13
Safir Senduk. Seri Perencanaan Keuangan, Mengelola Keuangan Keluarga, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2009), h.3.
23
secara hati-hati, melakukan manajemen risiko dan melatih seseorang untuk mengatur risiko investasi dengan baik, menentukan asuransi perlindungan yang tepat baik untuk jiwa, kesehatan, dan harta kepemilikan, meningkatkan kekayaan, serta mengontrol pengeluaran dan biaya-biaya. 1. Hal-hal yang Berkaitan dengan Perencanaan Keuangan Syariah Gambar 2.1 Hal-hal yang Berkaitan dengan Perencanaan Keuangan Syariah Syariah
Kebutuhan Hidup
Kenyataan
Siklus Hidup
Dunia Keuangan
Perencanaan
a. Landasan Syariah Allah SWT melalui firman-Nya dalam kitab suci (QS 02: 172). Allah memerintahkan kepada semua orang yang beriman untuk hanya mengambil yang thoyib (baik). Jika itu diwujudkan, Allah SWT akan memberikan rezeki kepada mereka. Manusia juga diperintahkan untuk bersyukur, berterima kasih kepada-Nya, dan hanya kepada-Nya mereka
24
mengabdi. Maka, sebaik-baik manusia adalah mereka yang senantiasa berzikir dan banyak-banyak mengingat Allah SWT. Melalui firman-Nya dalan Kitab Suci (QS 62: 10), diperintahkan juga kepada manusia untuk bertebaran di muka bumi setelah selesai menjalankan ibadah salat Jumat, guna mencari fadhilah atau kelebihan dari Allah SWT. Meskipun sesungguhnya manusia tidak akan memperoleh kecuali apa yang diusahakannya, tetapi karena Allah Mahakarya dan Mahakuasa, maka Dia dapat memberikan tambahan balasan kepada manusia sesuai kehendak-Nya. Oleh karena itu, dalam Kitab Suci (QS 14:07), Allah SWT telah menyampaikan bahwa jika manusia bersyukur atau berterima kasih atas nikmat yang telah dianugerahkan kepadanya, maka Dia akan menambahkan nikmat-Nya. Namun, jika manusia mengingkari bahwa nikmat itu berasal dari-Nya, sesungguhnya Allah SWT akan menurunkan azab-Nya yang sangat pedih. Di samping semata-mata hidup untuk mengabdi kepada Tuhan, selalu ingat kepada-Nya, dan berterima kasih atas segala balasan-Nya, manusia juga diingatkan untuk menggunakan rezeki yang diterimanya untuk kebaikan. Dalam Kitab Suci (QS 24:22), telah diperingatkan kepada orang-orang yang mempunyai fadhil (kelebihan) dan sa’at (kelapangan) agar jangan bersumpah bahwa mereka tidak akan memberi bantuan kepada kerabatnya, kepada orang-orang miskin, maupun kepada orang-orang yang berhijrah di jalan Allah. Bila orang-orang yang
25
mempunyai kelebihan dan kelapangan itu memberi bantuan, maka dosa mereka akan diampuni. Allah SWT telah menegaskan bahwa Dia adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Jadi, kekayaan yang manusia terima sebenarnya adalah amanah yang harus digunakan atau dinafkahkan sesuai dengan ketentuan-Nya karena setiap manusia nantinya akan ditanya tentang hartanya, dengan cara apa dia memperolehnya dan bagaimana dia manfkahkannya. Kemampuan yang diberikan kepada manusia tidak dapat menjangkau hal-hal yang belum terjadi. Allah tidak memberikan kemampuan tersebut kepada manusia. Kemampuan yang diberikan kepada manusia hanya sebatas memprediksikan dan merencanakan (planning) sesuatu yang belum terjadi serta memproteksi segala sesuatu yang dirasa akan dialami oleh setiap manusia. Dalam hal ini manusia ditugaskan hanya mengatur bagaimana cara mengelola kehidupannya agar mendapatkan kebahagiaan di dunia akhirat. Adapun salah satu caranya adalah dengan menyiapkan bekal (proteksi) di masa datang agar segala sesuatu yang bernilai negatif, baik dalam bentuk musibah, kecelakaan, kebakaran ataupun kematian dapat diminimalisir kerugiannya. Hal semacam ini telah dicontohkan oleh nabi Yusuf secara jelas dalam menakwilkan mimpi Raja Mesir tentang tujuh ekor sapi gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi kurus dalam surat Yusuf: 46-49.
26
Ayat tersebut memberikan pelajaran bagi manusia pada saat ini yang secara ekonomi dituntut agar mengadakan persiapan secara matang untuk menghadapi masa yang sulit jikalau menimpanya pada waktu yang akan datang.14 b. Kebutuhan Hidup Manusia Beberapa tingkatan kebutuhan manusia menurut Firman Allah SWT dan ajaran Rasulullah SAW dapat diuraikan sebagai berikut. Pertama, dengan memakai istilah tajuu’a, terkait dengan kecukupan makanan yang dibutuhkan manusia sebagai makhluk untuk hidup. Kedua, dengan menggunakan istilah ta’roo, terkait kebutuhan yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya, yaitu kebutuhan sebagai makhluk hidup sosial untuk menutup aurat dan tampil menarik. Ketiga, dengan memakai istilah tazhma’u, terkait dengan memenuhi dahaga atau dapat disebut sebagai kepuasan, yaitu sesuatu yang membuat manusia ingin mendapat lebih. Keempat, atau yang terakhir, dengan istilah tadhhaa, yang memakai panas sinar matahari sebagai analogi. Dalam jumlah yang cukup, panas sinar matahari akan sangat berguna dan menyehatkan. Tetapi bila terlalu banyak atau berlebihan, bisa membakar kulit dan menimbulkan masalah.15
14
AM. Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam: Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 102-104. 15 Iwan P. Pontjowinoto, Kaya dan Bahagia Cara Syariah, (Jakarta, PT. Mizan Publika, 2010), h. 9.
27
Dengan demikian, manusia seharusnya dapat memahami bahwa Allah SWT telah menunjukkan adanya pembedaan (differentiation) atas semua hal yang diperlukan dalam hidup manusia. Menurut pembeda itu, hal-hal yang diperlukan dalam hidup manusia dapat dikelompokkan sebagai berikut. Keperluan (darurat), dalam konteks kebutuhan, adalah segala sesuatu yang diperlukan manusia sebagai makhluk untuk tetap hidup. Sebut saja air, oksigen, dan makanan. Bila kebutuhan yang termasuk dalam golongan darurat tidak terpenuhi, manusia tidak dapat memenuhi kebutuhannya sebagai makhluk, yang digambarkan dengan istilah tidak cukup makan (tajuu’a). Kebutuhan (haajat), dalam konteks kebutuhan, adalah segala sesuatu yang secara mendasar harus dipenuhi untuk mencapai fitrah sebagai
manusia.
Di
antaranya,
kebutuhan
untuk
berpakaian,
berkomunikasi, berkeluarga, punya tempat tinggal yang layak, dan kebutuhan lainnya. Kebutuhan-kebutuhan ini digambarkan dengan istilah tidak berpakaian atau ta’roo. Keinginan (raghbat), yaitu keinginan yang diharapkan dipenuhi untuk mencapai kepuasan yang lebih luas dari kebutuhan dasar, yang digolongkan sebagai darurat dan haajat. Keinginan ini layak menjadi motivasi untuk mencari fadhilah, kelebihan dari Alah SWT, sehingga manusia tidak melupakan haknya atas nikmat dunia, sesuai dengan
28
ketentuan-ketentuan yang telah diterapkan-Nya. Keinginan jenis ini digambarkan sebagai dahaga atau tazhma’u. Hasrat (syahwat), yaitu keinginan atau raghbat yang sebenarnya tidak diperlukan. Sehingga bila dipenuhi, manfaatnya sangat kecil atau bahkan tidak ada, sedangkan mudharatnya lebih besar. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan syahwat bukanlah semata-mata berkaitan dengan masalah seksual, tetapi segala macam bentuk rangsangan atau hasrat untuk segera memenuhi keinginan. Sesuatu yang sebenarnya tidak diperlukan, atau belum saatnya untuk dipenuhi, sehingga menjadi kelebihan yang merugikan (tadhdha). Masalah utama dalam syahwat adalah bila manusia menyegerakan sesuatu yang dianggapnya sebagai kebutuhan, padahal sebenarnya tidak pernah menjadi haknya. Contoh paling sederhana adalah makan berlebihan hingga jatuh sakit, bahkan mungkin meninggal dunia. Contoh lainnya adalah keinginan untuk memiliki barang mewah yang berada di luar jangkauan kemampuan, baik kemampuan saat ini maupun di masa mendatang. Syahwat semacam ini sangat berbahaya, karena bisa memicu timbulnya pikiran “liar” seperti menipu, mencuri, atau korupsi untuk memenuhinya. Syahwat atau rangsangan untuk segera memenuhi keinginan yang mungkin belum menjadi kebutuhan atau tidak pernah menjadi kebutuhan terbukti telah menimbulkan berbagai kerusakan di muka bumi. Bukan
29
hanya memicu timbulnya peperangan, tetapi juga dapat menjerumuskan manusia ke dalam khamar seperti narkoba, maysir seperti judi maupun spekulasi, hingga transaksi riba yang terbukti telah menciptakan resesi akibat krisis keuangan dunia.16 c. Siklus Hidup Konsumsi orang yang berumur 20 tahun tentu sangat berbeda dengan orang yang berumur 50 tahun. Faktor internal seperti umur, besarnya penghasilan, jumlah anggota keluarga, dan gaya hidup turut mempengaruhi seseorang dalam menghabiskan uang dan berinvestasi.17 Rencana-rencana keuangan akan berubah tergantung pada umur dan kondisi. Beberapa taraf atau tingkatan dalam siklus hidup untuk perencanaan keuangan pribadi adalah sebagai berikut.18 1) Dewasa belum menikah. Perencanaan terfokus pada memiliki asuransi yang sesuai, akumulasi tabungan dan kekayaan, pendidikan untuk pengembangan karir. 2) Pasangan muda yang baru menikah. Perencanaannya meliputi perhitungan mengenai apabila pasangan ingin mempunyai anak. Untuk keluarga yang lebih besar, lebih membutuhkan rumah yang tentu saja memerlukan persyaratan tertentu untuk bisa mendapatkan
16
Ibid., h. 11 Kapoor, Personal Finance Seventh Edition, h. 13. 18 Adler H. Manurung dan Lutfi T. Rizky. Successful Financial Planner a Complete Guide. (Jakarta, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2009), h.9. 17
30
Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Kebutuhan untuk asuransi kesehatan dan asuransi jiwa akan meningkat. Sebuah surat wasiat dan perencanaan warisan menjadi penting dan harus dimiliki. 3) Orang
tua
baru.
Perencanaannya
lebih
cenderung
untuk
mempersiapkan kebutuhan anak dan menyediakan dana pendidikan anak. 4) Orang tua yang baru bercerai. Salah satu dari mantan pasangan ini (biasanya ayah) memiliki kewajiban membayar tunjangan hidup kepada mantan istri (alimony) dan anaknya (child support). Kebutuhan keuangan akan meningkat karena (dari sisi sang ayah) harus mencukupi kebutuhan dua keluarga (keluarga baru bila ada dan kewajiban kepada yang diceraikan). Meskipun suami dan istri di keluarga baru keduanya bekerja, biaya-biaya hidup akan tetap meningkat. 5) Orang tua dengan anak-anak yang sudah lebih dewasa. Perencanaan warisan akan mendapatkan perhatian yang lebih penting. Program asuransi yang lebih baik dan cukup mungkin dibutuhkan. Kelebihan dana lebih baik diinvestasikan. Taraf awal perencanaan pensiunan akan dimulai. 6) Anak telah pindah dan keluar dari rumah. Orang tua bisa mempertimbangkan untuk pindah ke tempat tinggal yang lebih kecil
31
atau tempat yang lebih dekat dengan anak. Perencanaan pensiunan harus direncanakan menjadi lebih serius. 7) Memasuki masa pensiunan. Sangat penting untuk meninjau ulang (review) asuransi dan program tunjangan hidup. Pensiunan akan membutuhkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kebutuhan pribadi lainnya semasa pensiun, seperti bepergian atau berjalan-jalan. d. Kenyataan Hidup Kenyataan hidup atau yang lebih dikenal dengan faktor ekonomi juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perencanaan keuangan seseorang. Perubahan kondisi ekonomi terhadap keputusan keuangan dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Perubahan Kondisi Ekonomi terhadap Keputusan Keuangan Barometer Perekonomian Indikator perekonomian terdepan
Indikator Perekonomian Indeks indikator perekonomian ke depan
Hal yang menjadi tolak ukur Adanya tanda pertumbuhan ekonomi yang sehat
Pendapatan perkapita (GDP)
Tingkat pemesanan produk dalam perusahaan, tingkat produksi, indeks pembelian
Total produksi barang dan jasa yang dihasilkan di sebuah Negara
Pengaruhnya terhadap perencanaan keuangan Cenderung terjadi perubahan perekonomian dalam 6-9 bulan ke depan. Peningkatan indeks yang berkesinambungan akan berdampak lebih terbukanya lapangan kerja dan kesempatan untuk meningkatkan pendapatan perorangan Indikasi kondisi perekonomian yang sehat, pertumbuhan pendapatan perkapita yang berkesinambungan, mengakibatkan terbukanya lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan perorangan.
32
Tingkat PHK, lamanya menganggur, indeks bantuan pemerintah, klaim PHK Indeks harga konsumen (CPI), indeks harga produsen (PPI), deflasi terhadap pendapatan perkapita, indeks biaya gaji, produktivitas Indeks harapan konsumen, indeks kepercayaan produsen
Jumlah pengangguran yang masih mempunyai kemauan dan kemampuan untuk bekerja Ukuran dari biaya hidup dan daya beli terhadap rupiah
Perlu adanya pengurangan dana atas biaya hidup pengangguran, mereka yang menganggur seharusnya kembali bekerja untuk mengurangi utang. Tingginya tingkat pengangguran akan menghambat tingkat konsumsi Mempengaruhi kemampuan untuk membeli barang dan jasa. Harga konsumen yang tinggi serta inflasi akan menaikkan tingkat suku bunga
Permintaan konsumen atas barang dan jasa
Penjualan eceran
Penjualan eceran
Estimasi total penjualan pada tingkat penjualan eceran
Suku bunga
Potongan, suku bunga pokok, saham dan obligasi
Suku bunga pinjaman, tingkat pengembalian dari hasil tabungan dan investasi
Ketersediaan dana
M1, M2, M3
Mata uang rupiah mampu memenuhi pembelanjaan di dalam perekonomian Indonesia
Peningkatan pembelanjaan konsumen akan menciptakan lapangan pekerjaan. Tingkat pembelanjaan dan peminjaman yang tinggi akan memicu timbulnya inflasi dan tingkat suku bunga Merupakan dasar perencanaan bagi kondisi perekonomian di masa depan. Tingkat penjualan yang menurun akan mengurangi tingkat produksi dan lapangan pekerjaan Semakin tinggi suku bunga maka pembelian dalam bentuk kredit akan semakin mahal sementara investasi akan sangat menarik dan tingkat pinjaman akan menurun. Perubahan tingkat suku bunga pokok akan mempengaruhi bunga pinjaman dan penjualan perumahan akan lebih meingkat Suku bunga akan menurun apabila semakin banyak orang menabung atau berinvestasi. Apabila jumlah tabungan semakin banyak maka tingkat pembelanjaan semakin berkurang yang akan berdampak berkurangnya jumlah produksi yang berarti berkurang juga lapangan pekerjaan
PHK
Inflasi
Pembelanjaan konsumen
33
Perumahan, pembelanjaan bidang konstruksi
Perumahan
Jumlah perumahan yang sedang dibangun
Meningkatnya pembangunan perumahan akan berdampak terciptanya lebih banyak lapangan pekerjaan, pendapatan lebih tinggi, lebih banyak pembelanjaan dan pertumbuhan perekonomian yang pesat di segala bidang Apabila terjadi defisit perdagangan, suku bunga akan meningkat dan barang-barang impor serta perjalanan ke luar negeri akan jauh lebih mahal
Keseimbangan Selisih nilai ekspor tingkat dan impor dalam pembayaran suatu Negara pemerintah Indonesia, nilai rupiah Sumber: Adler H. Manurung, Successful Financial Planner a Complete Guide
Keseimbangan perdagangan
e. Dunia Keuangan Saat ini banyak sekali produk-produk keuangan yang ditawarkan oleh berbagai lembaga keuangan baik itu syariah maupun konvensional. Banyaknya pilihan tersebut membuat seseorang harus melakukan perencanaan untuk dapat mengetahui jenis dan produk mana yang memang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan agar seseorang tidak banyak menghamburkan uang karena membeli produk yang salah. Setiap investasi memiliki karakteristik sendiri-sendiri, seperti tingkat pengembalian (return), tingkat risiko (risk), status hukum dan aturan serta tingkat pajak atas hasil yang diperoleh. Secara fundamental, investasi dapat dibagi ke dalam lima kelas harta investasi. Beragam pilihan yang tersedia saat ini, merupakan turunan atau kombinasi dari beberapa kelas tersebut.
34
Kelas 1, simpanan untuk menampung dana dalam bentuk kas, seperti rekening giro, tabungan, deposito, dan reksa dana pasar uang. Kelas 2, surat berharga yang menyatakan adanya pinjaman yang diberikan investor kepada pemerintah maupun korporasi, seperti Surat Utang Negara, obligasi korporasi, obligasi ritel Indonesia, sukuk ritel, reksa dana pendapatan tetap, dan reksa dana terproteksi pendapatan tetap. Kelas 3, yaitu komoditas, seperti emas, permata, perak, logam mulia lain, kelapa sawit, lukisan, batik kuno, dan barang koleksi lainnya. Kelas 4, properti, seperti rumah, apartemen, tanah, gedung perkantoran, ruko, dan rukan. Kelas 5, surat berharga yang menyatakan adanya porsi kepemilikan investor di sebuah perusahaan atau organisasi, seperti saham atas perusahaan publik, saham atas perusahaan tertutup, penyertaan modal di sebuah bisnis baik yang dijalankan sendiri maupun orang lain, reksa dana saham, reksa dana campuran, dan reksa dana indeks.19 Daftar di atas tidak berhenti sampai di situ. Setiap tahun, akan muncul berbagai inovasi-inovasi baru yang ditawarkan industri keuangan. Semakin tinggi potensi tingkat imbal hasil suatu investasi, maka risiko yang menyertaipun akan semakin besar. Kombinasi kelas harta investasi yang dimiliki investor disebut portofolio investasi.
19
Prita H. Ghozie. Menjadi Cantik, Gaya dan Tetap Kaya. (Jakarta, PT. Elex Media Komputindo, 2010), h. 163.
35
Sebuah portofolio investasi adalah kumpulan jenis-jenis investasi yang dimiliki oleh seorang investor. Sering kali dikenal dengan nama keranjang investasi. Seorang investor memiliki portofolio investasi untuk memenuhi tujuan investasi baik itu untuk dana pensiun, dana pendidikan, atau lainnya yang telah ditetapkan sebelumnya dengan variasi investasi yang beragam sesuai dengan kebutuhannya. 2. Hal-hal Utama dalam Perencanaan Keuangan Syariah Hal-hal utama yang termasuk dalam perencanaan keuangan syariah adalah sebagai berikut.20 a. Zakat. Di dalam semua pendapatan dan harta yang diperoleh terdapat hak milik orang lain. Maka perlu adanya pembersihan bagian tersebut dalam bentuk zakat, infak, sumbangan, sedekah, ataupun wakaf. Secara luas, konsep memberikan bagian yang bukan menjadi hak kita dapat digunakan oleh masyarakat, tidak terbatas bagi kaum Muslim saja. b. Assurance. Dalam perencanaan hidup, diharuskan adanya alokasi pendapatan untuk kebutuhan yang sifatnya tidak terduga. Uang uang diperoleh harus dapat disisihkan dalam bentuk dana darurat dan pembayaran premi asuransi syariah. c. Present consumption. Pendapatan yang diperoleh harus dapat disisihkan untuk kebutuhan hidup saat ini secara wajar. Artinya, kita diharuskan
20
Ibid, h. 78
36
memiliki sejumlah uang untuk membeli makanan, pakaian, dan sarana hidup utama lainnya. d. Future spending. Cara terbaik untuk memperoleh berbagai keinginan dalam hidup adalah melalui konsep menabung. Menabung secara harfiah disebutkan sebagai menyisihkan sebagian pendapatan untuk keperluan konsumsi di masa mendatang. Tabungan yang dibentuk akan digunakan untuk keperluan hidup jangka waktu di bawah 5 tahun. e. Investment. Investasi mutlak dilakukan sebagai sarana untuk memenuhi keperluan jangka panjang atau pada masa sudah tidak produktif lagi baik itu karena faktor usia maupun faktor kesehatan. Investasi yang dimaksud di sini adalah menempatkan sebagian harta yang merupakan sisa hasil penyisihan pendapatan dan akumulasi harta pada suatu kegiatan ekonomi dengan tujuan mendapatkan tambahan nilai di masa datang tanpa mengabaikan nilai-nilai syariah. Perencanaan keuangan syariah tidak meletakkan prioritas pada kepentingan dunia tetapi juga akhirat karena perencanaan keuangan syariah meletakkan prioritas pada kewajiban agama. Perencanaan keuangan syariah tidak membenarkan berinvestasi hanya dengan melihat pada keuntungan semata dengan mengabaikan nilai-nilai syariah.21
21
Sri Khurniatun, Perencanaan Keuangan Syariah Vs Konvensional, artikel ini diakses pada tanggal 22 September 2011 pukul 02.13 p.m. dari http://srikhurniatun.blogspot.com/2008/07/perencana-keuangan-syariah-vs.html
37
3. Tahapan Proses Perencanaan Keuangan Ada beberapa tahapan yang harus dilalui dalam melakukan perencanaan keuangan yang efektif, yaitu22: a. Memeriksa kondisi keuangan saat ini Mulailah memeriksa kondisi keuangan saat ini dengan sangat memperhatikan pendapatan, tabungan, biaya hidup, dan utang. Untuk itu dibutuhkan banyak informasi khusus yang akurat mengenai investasi yang sedang berkembang pesat saat ini, kebijakan-kebijakan baru dalam dunia asuransi, keuntungan program pensiun dan informasi mengenai bagaimana aturan perpajakan yang berlaku dapat mempengaruhi semua program maupun produk investasi itu. b. Tetapkan tujuan-tujuan hidup dan keuangan Tujuan hidup dan keuangan yang spesifik sangat penting dalam sebuah perencanaan keuangan. Tujuan-tujuan keuangan sangatlah beragam,
tujuan
keuangan
bisa
saja
seperti
bagaimana
kita
membelanjakan seluruh pendapatan kita atau mulai merencanakan untuk menabung dan berinvestasi demi kemapanan keuangan di masa yang akan datang. Tujuan-tujuan tersebut harus berdasarkan pada kondisi pekerjaan, nilai-nilai dan kondisi keuangan saat ini. Dengan menetapkan tujuan-tujuan keuangan, maka akan diketahui seberapa besar risiko yang akan dihadapi. Cara terbaik untuk
22
Manurung. Successful Financial Planner a Complete Guide, h. 26
38
mempertimbangkan risiko adalah menyatukan informasi berdasarkan pengalaman-pengalaman pribadi maupun orang lain yang dapat ditemukan dalam sumber perencanaan keuangan. Tujuan-tujuan jangka pendek adalah hal-hal yang bisa dicapai dalam jangka waktu satu tahun, seperti tabungan untuk rencana liburan atau pembayaran utang dengan skala kecil. Tujuan-tujuan jangka menengah berkisar antara dua sampai lima tahun. Sementara tujuan-tujuan jangka panjang dapat dicapai dalam kurun waktu lima tahun atau lebih, contohnya mempersiapkan dana pensiun, dana untuk pendidikan anak pada perguruan tinggi, atau pembelian sebuah vila untuk berlibur. c. Analisis dan identifikasi langkah-langkah alternatif yang bisa diambil Analisis dan identifikasi langkah-langkah alternatif adalah hal penting untuk membuat keputusan keuangan yang baik. Setelah seluruh data, baik keuangan maupun non-keuangan diperoleh, maka analisis harus dilakukan dengan tujuan untuk mencapai tujuan hidup dan investasi. d. Membuat perencanaan dan mengevaluasi alternatif-alternatif Hal ini meliputi juga dengan memprediksi kondisi keuangan pada saat ini. Dalam proses ini jangan hanya melihat pada kondisi perekonomian saat ini saja tetapi juga konsekuensi dan risiko yang harus dihadapi pada tiap alternatif pengelolaan dan investasi yang dibuat. Hidup ini penuh dengan pilihan dan setiap pilihan dalam hidup mempunyai efek positif maupun negatif. Setiap keputusan yang diambil mempunyai
39
konsekuensi tertentu, misalnya jika kita memutuskan untuk berinvestasi dalam bentuk saham artinya kebutuhan liburan dalam jangka pendek pasti akan tertunda. Maka pemahaman mengenai efek yang akan terjadi dari keputusan keuangan yang diambil terhadap bagian dari kehidupan menjadi penting. e. Merumuskan dan melaksanakan tujuan-tujuan keuangan Contohnya
yaitu,
tabungan
dapat
ditambah
dengan
cara
mengurangi pengeluaran atau menambah pendapatan dengan mengambil kerja lembur atau mencari pekerjaan lain yang lebih besar. f. Memeriksa dan memperbaiki rencana secara berkala Perencanaan keuangan adalah proses yang dinamik dan tidak ada akhirnya. Predikat keuangan individu ditentukan secara tetap dengan kondisi saat ini yang belum tentu akan bertahan untuk kondisi beberapa tahun mendatang. Oleh karena itu, perlu diadakan pemeriksaan atau review yang lengkap terhadap keuangan sekali dalam setahun. Praktik yang dilakukan secara umum adalah dengan melakukan pemeriksaan minimum setidak-tidaknya setiap enam bulan sekali. Tujuan-tujuan bisa membutuhkan sebuah perubahan karena perubahan gaya hidup atau keadaan sekitar, seperti warisan, perkawinan, kelahiran, pembelian rumah, atau perubahan status pekerjaan. Peristiwa di luar kendali seperti inflasi atau perubahan pasar saham juga dapat mempengaruhi perencanaan keuangan.
40
4. Mengelola Kekayaan Kekayaan yang dilimpahkan kepada kita bukanlah semata-mata untuk diri kita sendiri. Dalam kekayaan juga terdapat amanah berupa hak pihak lain yang diberikan melalui kita manusia. Amanah tersebut adalah amanah untuk orang lain, untuk masa kini, untuk masa sulit, untuk masa depan, serta amanah untuk masyarakat yang harus dikelola.23 Pertama, hal yang penting dilakukan dalam mengelola harta adalah membersihkan harta dengan mengeluarkan zakat, infaq, dan sedekah. Kedua, menafkahkan harta untuk hidup masa kini sesuai dengan keleluasaan atau kesempitan, serta tidak melupakan hak atas kenikmatan yang halal di dunia. Ketiga, membelanjakan harta dengan hemat dan menyisihkan kelebihan untuk masa-masa sulit. Keempat, mempersiapkan untuk masa depan agar dapat hidup bahagia setelah tidak produktif, serta dapat meninggalkan keturunan dalam keadaan sehat dan kaya. Kelima, atau yang terakhir, mengembangkan harta untuk meningkatkan penyebarluasan kemaslahatan bagi masyarakat.
C. Tingkat Pendidikan dan Status Marital 1. Tingkat Pendidikan Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik 23
Pontjowinoto, Kaya dan Bahagia Cara Syariah. h. 73.
41
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.24 Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pembelajaran. Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha pengembangan sumber daya manusia dilakukan secara sistematis, pragmatis, dan berjenjang agar menghasilkan manusiamanusia yang berkualitas yang dapat memberikan manfaat dan sekaligus harkat dan martabatnya.25 Hakikat pendidikan merupakan usaha mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, baik di dalam maupun di luar sekolah. Usahausaha tersebut diselenggarakan dalam berbagai macam bentuk sebagai berikut26: a. Usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja, berencana, terarah, dan sistematis melalui suatu lembaga disebut pendidikan formal.
24
Irmayanti Meliono dkk, MPKT Modul I, (Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI, 2007), artikel ini diakses tanggal 24 Juni 2011 pukul 02.03 p.m. dari http://www.id.wikipedia.org. 25 Aditya Dwi Purwoko, Pengaruh Pelaksanaan Self Assessment System, Kualitas Pelayanan KPP, dan Tingkat Pendidikan terhadap Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajiban Pajak, Skripsi UIN, Jakarta, 2008. 26 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosda, 1997), h. 10.
42
b. Usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja, akan tetapi tidak berencana dan tidak sistematis di lingkungan keluarga disebut pendidikan informal. c. Usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja dan berencana tetapi tidak sistematis di luar lingkungan keluarga dan lembaga pendidikan formal disebut pendidikan nonformal. Peningkatan kualitas diri manusia yang dicapai melalui pendidikan mencakup beberapa aspek yaitu27: a. Peningkatan
kualitas
berpikir
(kecerdasan,
kemampuan
analisis,
kreatifitas, dan visioner). b. Peningkatan kualitas moral (ketakwaan, kejujuran, ketabahan, keadilan, dan tanggung jawab). c. Peningkatan kualitas kerja (keterampilan, profesional, dan efisien). d. Peningkatan
kualitas
hidup
(kesejahteraan
materi
dan
rohani,
ketenteraman dari terlindungnya martabat dan harga diri). e. Peningkatan
kualitas
pengabdian
(semangat
berprestasi,
sadar,
pengorbanan, dan kebanggaan terhadap tugas). Peningkatan kualitas sumber daya manusia dilakukan dengan pendidikan, tidak hanya pendidikan dalam arti sempit sekolah tetapi juga dalam arti luas mencakup pendidikan dalam keluarga dan masyarakat. Karena
27
M. Tholhah Hasan. Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Lantabora Press, 2005), h. 136.
43
pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses pembudayaan sikap, watak, dan perilaku yang berlangsung sejak dini. Melalui pendidikan sebagai proses budaya akan tumbuh dan berkembang nilai-nilai dasar yang harus dimiliki oleh setiap manusia seperti kelakuan, keimanan, disipllin, akhlak, dan etos kerja serta nilai-nilai instrumen seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi yang merupakan unsur pembentuk kemajuan dan kemandirian bangsa. 2. Status Marital Status adalah keadaan atau kedudukan orang, badan, dan sebagainya berhubungan dengan masyarakat di sekelilingnya. Sedangkan marital adalah sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan atau kedudukan perkawinan. Pernikahan itu sendiri adalah bentukan kata benda dari kata dasar nikah; kata itu berasal dari Bahasa Arab yaitu kata nikkah (bahasa Arab: ) النكاحyang berarti perjanjian perkawinan; berikutnya kata itu berasal dari kata lain dalam Bahasa Arab yaitu kata nikah (bahasa Arab: )نكاحyang berarti persetubuhan.
D. Wanita Karir dan Ciri Wanita Karir Wanita karir terdiri dari dua kata, yaitu wanita dan karir. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kata “wanita” berarti perempuan dewasa.28 Sedangkan
28
447.
WJS Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1987), h.
44
“karir” berarti perkembangan dan kemajuan dalam kehidupan pekerjaan dengan jabatan dan sebagainya.29 Menurut Hafiz Anshory wanita karir adalah wanita yang menekuni salah satu atau beberapa pekerjaan dengan keahlian tertentu yang dimiliki atau untuk mencapai kemajuan hidup, pekerjaan, atau jabatan.30 Wanita karir juga didefinisikan sebagai wanita yang berkecimpung dalam kegiatan profesi seperti bidang usaha, perkantoran dan sebagainya dilandasi pendidikan keahlian seperti keterampilan, kejujuran dan sebagainya yang menjanjikan untuk mencapai kemajuan.31 Karir dapat juga diartikan sebagai urutan-urutan status yang diiringi oleh peningkatan prestasi seseorang. Wanita yang berkarir adalah wanita yang bekerja untuk mengembangkan karir. Pada umumnya wanita karir adalah wanita yang berpendidikan cukup tinggi dalam pekerjaannya, yang cukup berhasil dalam berkarya.32 Jadi, suatu pekerjaan baru dapat dikatakan karir apabila pekerjaan itu diperoleh berdasarkan pendidikan khusus atau keterampilan dan merupakan suatu program tetap yang membutuhkan keseriusan dan pengembangannya. Di sini yang paling menentukan adalah adanya keahlian tertentu yang dimiliki dan 29
Anton M. Moelyono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989), h. 207. 30 Hafiz Anshory AZ, Ihdad Wanita Karir dan Problematika Hukum Islam Kontemporer, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996), h. 2. 31 Siti Muri’ah, Wanita Karir dalam Bingkai Islam. (Bandung: Angkasa), h. 29. 32 Atho Mudzar, dkk. Wanita dalam Masyarakat Indonesia, (Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press, 2001), h. 302.
45
tidak bersifat sampingan, yakni merupakan pekerjaan tetap dan memiliki ambisi maju dalam pekerjaannya. Berdasarkan uraian di atas, wanita karir mempunyai gambaran tersendiri seperti yang diungkapkan Hafiz Anshory, bahwa wanita karir memiliki ciri-ciri sebagai berikut33: a. Wanita yang aktif untuk melakukan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan. b. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan merupakan kegiatan profesional sesuai dengan bidang yang ditekuninya, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, ilmu pengetahuan, ketentaraan, pendidikan maupun pendidikan lainnya. c. Bidang-bidang yang ditekuni wanita karir dapat mendatangkan kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan atau jabatan dan sebagainya.
33
Muri’ah, Wanita Karir dalam Bingkai Islam, h. 31.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah field research dan library research. Field research adalah pengumpulan data dilakukan secara langsung untuk memperoleh data yang diperlukan. Library research adalah pengumpulan data dengan memberikan teori mengenai konsep-konsep yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah. Penulis mengumpulkan artikel-artikel ilmiah dan buku-buku yang relevan untuk menunjang penelitian yang penulis lakukan. 1. Pendekatan Penelitian Penulis menggunakan pendekatan kuantitatif pada penelitian ini. Data kuantitatif adalah data dalam bentuk angka.1 Penggunaan angka ini mulai dari penafsiran, penampilan serta hasil penelitiannya. Bentuk penelitian ini adalah deskriptif, yang bertujuan untuk menjelaskan berbagai kondisi dan situasi yang terjadi di masyarakat.
1
Muhammad, Metode Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif, (Yogyakarta, PT. Rajawali Pers, 2008), h. 100.
46
47
2. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan untuk penelitian ini berupa data primer. Penulis mengumpulkan jawaban-jawaban atas pertanyaan yang relevan dengan permasalahan yang penulis angkat pada penelitian ini. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber asli di lokasi penelitian atau objek penelitian.2
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal yang membentuk masalah pokok dalam suatu penelitian.3 Populasi dalam penelitian ini merupakan populasi terbatas, yaitu wanita karir yang bekerja pada instansi pemerintah daerah Kota Palangkaraya yang memeluk agama Islam berjumlah 825 pegawai. (Sumber: Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan Kota Palangkaraya per April 2011). 2. Sampel Sampel adalah bagian atau sejumlah cuplikan tertentu yang diambil dari suatu populasi dan diteliti secara rinci.4 Sehingga sampel dalam
2
Ibid., h. 103 Ibid., h. 161 4 Ibid., h. 162 3
48
penelitian ini adalah wanita karir yang bekerja pada instansi pemerintah daerah Kota Palangkaraya. 3. Teknik Pengambilan Sampel Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini adalah teknik probabilitas random sampling, artinya semua orang mempunyai peluang yang sama untuk terpilih menjadi anggota sampel dengan peluang yang sama dan menggunakan rumus, yaitu: Z2 . [P (1-P)] . N n =
Z2 . [P (1-P)] + (N-1) . e2
Keterangan: n
= Jumlah sampel
N
= Jumlah Populasi
e
= error (kesalahan yang diterima)
P
= (1-P) Variasi populasi
Z
= Mengacu pada nilai Z (tingkat kepercayaan) 1,96 [0,5 (1-0,5)] . 825 n =
1,96 [0,5(1-0,5)] + (825 – 1) . 0,052
n = 159 orang
49
Tabel 3.1 Daftar Instansi Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya No 1
Nama Instansi Dinas Pemuda dan Olahraga
2
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
3
Dinas Kehutanan
4
Dinas Perikanan dan Kelautan
5
Dinas Kesehatan
6
Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
7
Dinas Pekerjaan Umum
8
Dinas Pendapatan Daerah
9
Dinas Pendidikan
11 12
Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Dinas Perindustrian dan Perdagangan Dinas Perkebunan
13
Dinas Pertambangan dan Energi
14
Dinas Pertanian dan Peternakan
15
Dinas Sosial
16
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
10
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Sumber: www.kalteng.go.id 17
Alamat/Telepon Jl. Brigjen Katamso Jl. Cilik Riwut Km. 5,5/ (0536) 3231110 Jl. Imam Bonjol/ (0536) 3238420, 3221834, 3221192 Jl. Brigjen Katamso/ (0536) 3229663 Jl. Yos Sudarso/ (0536) 3221767 Jl. Wiliem AS/(0536) 3224058 Jl. S. Parman/ (0536) 3224655, 3225335 Jl. RTA Milono/(0536) 3226694 Jl. DI Panjaitan/ (0536) 3221295, 3229335, 3221664 Jl. S. Parman/(0536) 3221090 Jl. Yos Sudarso/(0536) 3229819 Jl. Sudirman/(0536) 3224763 Jl. Cilik Riwut Km 3,5/(0536) 3224103, 3223642, 3221946 Jl. Wiliem AS/ (0536) 3223483, 3221602 Jl. DI Panjaitan/(0536) 3221582 Jl. Wiliem AS /(0536) 3224642, 3238333, 3236229 Jl. Diponegoro/(0536) 3221715, 3224360, 3221645
50
C. Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual, penulis menggunakan angket sebagai media untuk mengumpulkan data. Angket ialah daftar pertanyaan yang dikirimkan kepada responden, baik secara langsung atau tidak langsung (melalui pos atau perantara). 5 Angket juga merupakan sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh data dari responden, dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal lain yang diketahuinya.6 Penulis menggunakan skala Likert pada penelitian ini. Karena skala Likert paling sering digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi responden terhadap suatu objek. Pembuatannya relatif mudah dan tingkat reliabilitasnya tinggi. Bentuk standar skala Likert adalah 1 sampai 5, dengan alternatif jawaban yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju.7
5
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial: Edisi kedua, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009, h. 57. 6 Burhanuddin Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2006), h.58. 7 Usman, Metodologi Penelitian Sosial, h.65.
51
Tabel 3.2 Format Respon Wanita Karier untuk Pernyataan Positif Jawaban Bobot Sangat Setuju (SS) 5 Setuju (S) 4 Ragu-ragu (R) 3 Tidak Setuju (TS) 2 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sumber: Eti Rochaety, Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS 2. Teknik Uji Instrumen Penelitian Peneliti melakukan uji instrumen penelitian sebelum penelitian dilakukan dengan total 50 item pertanyaan, masing-masing 10 item untuk landasan syariah, 10 item untuk kebutuhan hidup, 10 item untuk siklus hidup, 10 item untuk kenyataan hidup, dan 10 item untuk dunia keuangan. Uji instrumen ini dilakukan terhadap 30 orang wanita karir di Palangkaraya. Adapun tujuan dari pelaksanaan uji instrumen ini adalah: 1) Mengetahui validitas instrumen, di mana skor setiap item dikorelasikan dengan skor total. 2) Mengetahui tingkat reliabilitas instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat reliabilitas skala tersebut. Validitas adalah ukuran yang sebenarnya, untuk mengukur apa yang akan diukur, yaitu ketepatan dan kecermatan tes dalam menjalankan fungsi pengukurannya.8
8
Eti Rochaety, dkk, Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2007), h. 57.
52
Setelah uji validitas, dilanjutkan dengan uji reliabilitas yaitu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat
diandalkan,
dengan
menggunakan
rumus
alpha
cronbanch
perhitungan statistik menggunakan alat SPSS. 3. Teknik Analisa Data Teknik analisa data menggunakan analisis bersifat deskriptif yaitu teknik yang memberikan gambaran atau lukisan secara sistematis, fluktual, dan akurat mengenai fakta-fakta yang terkait dengan pembahasan. Teknik ini bertujuan untuk menjelaskan berbagai kondisi, situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Uji Validitas dan Reliabilitas Sebelum kuesioner disebarkan, penulis melakukan pengujian validitas dan reliabilitas. Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel, di mana df = n - 2. Dalam hal ini, n adalah jumlah sampel atau responden. Pada penelitian pengukuran minat membuat perencanaan keuangan syariah pada wanita karir ini jumlah sampel (n) = 30, maka besarnya df = 30 – 2 = 28, dengan alpha = 0.05. Maka diperoleh nilai r tabel = 0.3610. Pengambilan keputusan adalah jika r hasil hitung positif dan serta r hasil hitung lebih besar dari r tabel maka item tersebut valid. Sebaliknya, jika r hasil hitung lebih kecil dari r tabel maka item tersebut tidak valid. Hasil pengujian validitas dan reliabilitas akan dijelaskan sebagai berikut. 1. Landasan Syariah Dari 10 (sepuluh) item pertanyaan yang telah dibuat, maka tidak ada butir yang dianggap tidak valid. Seluruh item dikatakan valid karena menghasilkan hasil perhitungan di atas r tabel pada taraf signifikan 5% yaitu sebesar 0.3610.
53
54
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Dimensi Landasan Syariah Corrected Item-Total Correlation A1 .374 A2 .745 A3 .800 A4 .832 A5 .802 A6 .705 A7 .646 A8 .832 A9 .815 A10 .709 Sumber: data diolah Item
Kriteria Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Tabel 4.2 Reliability Statistics Dimensi Landasan Syariah Cronbach's Cronbach's Alpha Based on Alpha Standardized Items .918 Sumber: data diolah
.932
N of Items 10
Output hasil pengujian reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai Alpha Cronbach’s. Jika nilai alpha lebih besar dari 0.7 maka suatu konstruk dikatakan reliabel. Dari hasil output diperoleh nilai alpha 0.932 > 0.7, sehingga dapat disimpulkan untuk dimensi landasan syariah adalah reliabel.
55
2. Kebutuhan Hidup Dari 10 (sepuluh) item pertanyaan yang telah dibuat, maka butir yang dianggap tidak valid adalah butir nomor 5. Sisanya dianggap sebagai instrumen yang valid. Item dikatakan tidak valid karena menghasilkan hasil perhitungan di bawah r tabel pada taraf signifikan 5% yaitu sebesar 0.3610. Artinya item pertanyaan yang valid adalah item yang menghasilkan hasil perhitungan di atas taraf signifikan 0.3610. Dengan demikian, semua instrumen yang tidak valid tidak dapat digunakan sebagai alat ukur untuk mengukur besarnya minat membuat perencanaan keuangan syariah. Tabel 4.3 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Dimensi Kebutuhan Hidup Corrected Item-Total Correlation B1 .453 B2 .708 B3 .799 B4 .724 B5 -.224 B6 .631 B7 .743 B8 .711 B9 .863 B10 .781 Sumber: data diolah Item
Kriteria Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid
56
Tabel 4.4 Reliability Statistics Dimensi Kebutuhan Hidup Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
.881 Sumber: data diolah
.877
N of Items 10
Output hasil pengujian reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai Alpha Cronbach’s. Jika nilai alpha lebih besar dari 0.7 maka suatu konstruk dikatakan reliabel. Dari hasil output diperoleh nilai alpha 0.877 > 0.7, sehingga dapat disimpulkan untuk dimensi kebutuhan hidup adalah reliabel. 3. Siklus Hidup Dari 10 (sepuluh) item pertanyaan yang telah dibuat, maka butir yang dianggap tidak valid adalah butir nomor 1dan 7. Sisanya dianggap sebagai instrumen yang valid. Item dikatakan tidak valid karena menghasilkan hasil perhitungan di bawah r tabel pada taraf signifikan 5% yaitu sebesar 0.3610. Artinya item pertanyaan yang valid adalah item yang menghasilkan hasil perhitungan di atas taraf signifikan 0.3610. Dengan demikian, semua instrumen yang tidak valid tidak dapat digunakan sebagai alat ukur untuk mengukur besarnya minat membuat perencanaan keuangan syariah.
57
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Dimensi Siklus Hidup Corrected Item-Total Correlation C1 .132 C2 .402 C3 .748 C4 .709 C5 .738 C6 .766 C7 .241 C8 .796 C9 .803 C10 .764 Sumber: data diolah Item
Kriteria Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid
Tabel 4.6 Reliability Statistics Dimensi Siklus Hidup Cronbach's Cronbach's Alpha Based on Alpha Standardized Items .887 Sumber: data diolah
.873
N of Items 10
Output hasil pengujian reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai Alpha Cronbach’s. Jika nilai alpha lebih besar dari 0.7 maka suatu konstruk dikatakan reliabel. Dari hasil output diperoleh nilai alpha 0.873 > 0.7, sehingga dapat disimpulkan untuk dimensi siklus hidup adalah reliabel.
58
4. Kenyataan Hidup Dari 10 (sepuluh) item pertanyaan yang telah dibuat, maka butir yang dianggap tidak valid adalah butir nomor 3. Sisanya dianggap sebagai instrumen yang valid. Item dikatakan tidak valid karena menghasilkan hasil perhitungan di bawah r tabel pada taraf signifikan 5% yaitu sebesar 0.3610. Artinya item pertanyaan yang valid adalah item yang menghasilkan hasil perhitungan di atas taraf signifikan 0.3610. Dengan demikian, semua instrumen yang tidak valid tidak dapat digunakan sebagai alat ukur untuk mengukur besarnya minat membuat perencanaan keuangan syariah. Tabel 4.7 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Dimensi Kenyataan Hidup Corrected Item-Total Correlation D1 .682 D2 .658 D3 .339 D4 .718 D5 .459 D6 .793 D7 .741 D8 .660 D9 .576 D10 .376 Sumber: data diolah Item
Kriteria Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
59
Tabel 4.8 Reliability Statistics Dimensi Kenyataan Hidup Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
.858 Sumber: data diolah
.880
N of Items 10
Output hasil pengujian reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai Alpha Cronbach’s. Jika nilai alpha lebih besar dari 0.7 maka suatu konstruk dikatakan reliabel. Dari hasil output diperoleh nilai alpha 0.880 > 0.7, sehingga dapat disimpulkan untuk dimensi kenyataan hidup adalah reliabel. 5. Dunia Keuangan Dari 10 (sepuluh) item pertanyaan yang telah dibuat, maka butir yang dianggap tidak valid adalah butir nomor 1. Sisanya dianggap sebagai instrumen yang valid. Item dikatakan tidak valid karena menghasilkan hasil perhitungan di bawah r tabel pada taraf signifikan 5% yaitu sebesar 0.3610. Artinya item pertanyaan yang valid adalah item yang menghasilkan hasil perhitungan di atas taraf signifikan 0.3610. Dengan demikian, semua instrumen yang tidak valid tidak dapat digunakan sebagai alat ukur untuk mengukur besarnya minat membuat perencanaan keuangan syariah.
60
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Dimensi Dunia Keuangan Corrected Item-Total Correlation E1 .209 E2 .728 E3 .854 E4 .781 E5 .539 E6 .364 E7 .466 E8 .591 E9 .808 E10 .209 Sumber: data diolah Item
Kriteria Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Tabel 4.10 Reliability Statistics Dimensi Dunia Keuangan Cronbach's Cronbach's Alpha Based on Alpha Standardized Items .886
.874
N of Items 10
Sumber: data diolah Output hasil pengujian reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai Alpha Cronbach’s. Jika nilai alpha lebih besar dari 0.7 maka suatu konstruk dikatakan reliabel. Dari hasil output diperoleh nilai alpha 0.874 > 0.7, sehingga dapat disimpulkan untuk dimensi dunia keuangan adalah reliabel.
61
B. Gambaran Umum Responden Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap instrumen penelitian, kemudian kuesioner disebarkan. Maka diperoleh gambaran umum responden penelitian yang akan diuraikan secara rinci di bawah ini, yaitu berupa gambaran umum berdasarkan frekuensi dari usia, status marital, dan tingkat pendidikan responden. 1. Responden Berdasarkan Usia Gambaran umum responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel dan diagram berikut ini: Tabel 4.11 Jumlah Responden Berdasarkan Usia Usia Frekuensi (Orang) < 24 tahun 12 25-29 tahun 31 30-39 tahun 35 40-49 tahun 59 > 50 tahun 22 Total 159 Sumber: kuesioner diolah, 2011 Gambar 4.1 Karakteristik Usia
Sumber: kuesioner diolah, 2011
62
Tabel dan diagram di atas menunjukkan adanya keragaman usia responden. Dari 159 orang, 12 orang berusia < 24 tahun (8%), 31 orang berusia 25 – 29 tahun (19%), 35 orang berusia 30 – 39 tahun (22%), 59 orang berusia 40 – 49 tahun (37%), dan 22 orang berusia > 50 tahun (14%). 2. Responden Berdasarkan Status Marital Gambaran umum responden berdasarkan status marital dapat dilihat pada tabel dan diagram berikut ini: Tabel 4.12 Jumlah Responden Berdasarkan Status Marital Status Marital Belum menikah Menikah Total Sumber: kuesioner diolah, 2011
Frekuensi (Orang)
Gambar 4.2 Karakteristik Status Marital
Sumber: kuesioner diolah, 2011
21 138 159
63
Tabel dan diagram di atas menunjukkan bahwa responden ini berjumlah 159 orang, yang terdiri dari 21 orang memiliki satus belum menikah (13%) dan 138 orang memiliki status sudah menikah (87%). 3. Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Gambaran umum responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel dan diagram berikut ini: Tabel 4.13 Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan SLTA Diploma 3 S1 S2 Total Sumber: kuesioner diolah, 2011
Frekuensi 43 19 86 11 159
Gambar 4.3 Karakteristik Tingkat Pendidikan
Sumber: kuesioner diolah, 2011 Tabel dan diagram di atas menunjukkan gambaran responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhirnya. Dari 159 responden, 43 orang
64
(27%) memiliki tingkat pendidikan terakhir setara SLTA, 19 orang (12%) memiliki tingkat pendidikan terakhir setara Diploma 3, 86 orang (54%) memiliki tingkat pendidikan terakhir setara S1, dan 11 orang (7%) memiliki tingkat pendidikan terakhir setara S2.
C. Minat Membuat Perencanaan Keuangan Secara Teori Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki oleh seseorang, maka semakin tinggi pula minatnya untuk membuat perencanaan keuangan. Karena seseorang yang tingkat pendidikannya tinggi, biasanya lebih terbuka terhadap kemajuan teknologi dan inovasi-inovasi baru termasuk inovasi di bidang keuangan. Maka orang tersebut lebih sadar akan pentingnya perencanaan keuangan dan lebih berminat untuk membuat perencanaan keuangan dirinya maupun keluarganya. Seseorang yang menyandang status menikah biasanya akan lebih peduli dengan keuangan keluarganya karena orang tersebut telah memiliki tanggungan dan tanggung jawab termasuk dalam hal keuangan. Seseorang yang sudah menikah juga memiliki kebutuhan dan keinginan yang banyak. Dengan perencanaan keuangan, hal tersebut dapat diwujudkan dengan tepat waktu. Maka orang yang sudah menikah biasanya lebih berminat untuk memiliki perencanaan dalam hal finansial dibanding orang yang belum menikah. Seseorang yang belum menikah, kebutuhannya jauh lebih sedikit dibanding orang yang sudah menikah, namun biasanya orang yang belum menikah cenderung akan menghabiskan pendapatan yang mereka peroleh untuk bersenang-senang,
65
mewujudkan keinginan mereka walaupun hal tersebut kurang penting. Mereka kurang memperhatikan masa depan mereka khususnya di bidang finansial, sehingga cenderung tidak memiliki perencanaan keuangan pribadi.
D. Analisis Data Tabel 4.14 Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Status Marital Wanita Karir Tingkat Pendidikan
Jumlah Responden Berdasarkan Status Marital Belum Menikah (orang)
Menikah (orang)
SLTA
4
39
Diploma 3
4
15
S1
13
73
S2
0
11
Sumber: kuesioner diolah, 2011 Dari tabel di atas, terlihat bahwa responden terbanyak adalah responden dengan tingkat pendidikan terakhir S1 dengan status marital menikah yaitu sebanyak 73 orang (49,91%), kemudian responden dengan tingkat pendidikan terakhir SLTA berstatus menikah sebanyak 39 orang (24,53%), setelah itu responden dengan tingkat pendidikan terakhir Diploma 3 berstatus menikah sebanyak 15 orang (9,43%), responden dengan tingkat pendidikan terakhir S1 dengan status belum menikah sebanyak 13 orang (8,18%), responden dengan tingkat pendidikan terakhir S2 berstatus menikah sebanyak 11 orang (6,92%), dan yang terakhir responden dengan jumlah yang sama yaitu 4 orang (2,51%) dengan karakterisik tingkat pendidikan
66
terakhir SLTA dan Diploma dengan status belum menikah. Dalam penelitian ini tidak terdapat responden berstatus belum menikah dengan tingkat pendidikan terakhir S2. 1. Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Menurut Landasan Syariah Tabel 4.15 Mengetahui dengan Jelas Perintah Allah untuk Berzakat Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
75% 76,92% 100% 66,67% 100% 72,60% 72,73%
25% 23,08% 0 26,67% 0 26,03% 27,27%
0 0 0 6,67% 0 1,37% 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
Dari tabel di atas diperoleh gambaran bahwa pada tingkat pendidikan SLTA dengan status marital belum menikah yang persentase wanita karir yang menyatakan sangat setuju telah mengetahui dengan jelas perintah Allah SWT untuk berzakat sebesar 75% dan sisanya 25% menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 76,92% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 23,08% menyatakan setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status marital belum menikah 100% menyatakan sangat setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 66,6% menyatakan sangat setuju dan 26,67% menyatakan setuju dan 6,67% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan marital status belum menikah 100% wanita karir menyatakan sangat
67
setuju. Sedangkan pada status sudah menikah 72,60% menyatakan sangat setuju, 26,03% menyatakan setuju, dan 1,73% menyatakan ragu. Pada tingkat pendiikan S2 dengan status marital sudah menikah 72,73% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 27,27% menyatakan setuju. Maka dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa mayoritas responden sudah mengetahui dengan jelas tentang perintah Allah untuk berzakat hal ini bisa dilihat dari hasil responden yang mayoritas menyatakan sangat setuju dan setuju.
Tabel 4.16 Setiap Penghasilan yang Diperoleh telah Dikeluarkan Zakatnya Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
75% 38,46% 75% 33,3% 46,15% 50,68% 54,54%
25% 53,85% 25% 46,67% 46,15% 48,83% 45,45%
0 7,69% 0 20% 7,69% 5,48% 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
Mengenai zakat yang dikeluarkan oleh responden dari penghasilan yang mereka dapatkan, pada tingkat pendidikan SLTA dengan status marital belum menikah 75% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 25% menyatakan setuju. Sedangkan pada status sudah menikah 38,46% menyatakan sangat setuju, 53,85% menyatakan setuju, dan 7,69 menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status marital belum menikah 75% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 25% menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah
68
menikah 33,33% menyatakan sangat setuju, 46,67% menyatakan setuju, dan 20% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status marital belum menikah 46,15% wanita karir menyatakan sangat setuju, 46,15% menyatakan setuju, dan 7,69% menyatakan ragu. Sedangkan pada status sudah menikah 50,68% menyatakan sangat setuju, 48,83% menyatakan setuju, dan 5,48% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 54,54% menyatakan sangat setuju dan 45,45% menyatakan setuju. Dari pertanyaan ini didapatkan mayoritas responden dari segi pendidikan SLTA, Diploma 3, S1 dan S2 dengan marital status belum menikah dan sudah menikah memberikan jawaban positif yaitu sangat setuju atau setuju tentang zakat yang telah mereka keluarkan dari penghasilan yang mereka peroleh baik zakat. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa responden hampir seluruhnya menyadari akan pentingnya zakat yang harus dikeluarkan dari setiap penghasilan yang mereka peroleh walaupun masih ada sebagian kecil responden yang menyatakan ragu tentang hal ini.
69
Tabel 4.17 Mengetahui Perintah Allah untuk tidak Hidup Berlebih-lebihan Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
25% 48,72% 50% 53,33% 61,54% 57,53% 45,45%
75% 48,72% 50% 46,67% 38,46% 42,47% 45,45%
0 2,56% 0 0 0 0 9,1%
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
Allah melarang hamba-Nya untuk hidup berlebih-lebihan sebagaimana diterangkan dalam Al-Quran surat Al-Furqan ayat 67. Dari pertanyaan yang diberikan kepada responden didapatkan hasil dari tingkat pendidikan SLTA dengan status marital belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 75% menyatakan setuju, dengan status marital sudah menikah 48,72% menyatakan sangat setuju, 48,72% menyatakan setuju, dan 2,56% menyatakan ragu-ragu. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status marital belum menikah 50% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 50% menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 53,33% menyatakan sangat setuju dan 46,67% menyatakan setuju. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status marital belum menikah 61,54% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 38,46% menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 57,53% menyatakan sangat setuju dan 42,47% menyatakan setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 45,45% wanita karir
70
menyatakan sangat setuju, 45,45% menyatakan setuju, dan 9,1% menyatakan ragu. Dari hasil diatas didapat bahwa mayoritas responden tingkat pendidikan SLTA, Diploma 3, S1 dan S2 dengan marital status belum menikah dan sudah menikah memberikan jawaban yang positif tentang pengetahuan mengenai perintah Allah untuk tidak hidup berlebih-lebihan meskipun dari tingkat pendidikan SLTA dengan marital status sudah menikah ada 2,56% menyatakan ragu dan dari S2 dengan marital status sudah menikah 9,1% juga menyatakan ragu. Namun secara keseluruhan mayoritas dari responden memberikan jawaban yang positif yaitu sangat setuju dan setuju.
Tabel 4.18 Hanya Membelanjakan Uang Saya pada Hal-hal yang tidak Bertentangan dengan Syariah Islam Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
25% 35,9% 50% 26,7% 61,5% 41,1% 45,5%
75% 61,5% 25% 40% 38,5% 53,4% 45,5%
0 0 25% 33,3% 0 5,5% 0
0 2,6% 0 0 0 0 9,1%
0 0 0 0 0 0 0
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status marital belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 75% menyatakan setuju.Sedangkan pada status marital sudah menikah 35,9%, 61,5% menyatakan setuju, dan 2,6% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status
71
marital belum menikah 50% wanita karir menyatakan sangat setuju, 25% menyatakan setuju, dan 25% menyatakan ragu. Seangkan pada status marital sudah menikah 26,7% menyatakan sangat setuju, 40% menyatakan setuju, dan 33,3% menyatakan ragu. Tingkat pendidikan S1 dengan marital status belum menikah 61,5% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 38,5% menyatakan setuju. Sendangkan pada status sudah menikah 41,1% menyatakan sangat setuju, 53,4% menyatakan setuju, dan 5,5% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 45,5% wanita karir menyatakan sangat setuju, 45,5% menyatakan setuju, dan 9,1% menyatakan tidak setuju. Dari hasil diatas terdapat 2,6% dari tingkat pendidikan SLTA dengan marital status sudah menikah dan 9,1% dari tingkat pendidikan S2 dengan marital status sudah menikah menyatakan tidak setuju. Hal ini agak sedikit menyimpang dengan pertanyaan sebelumnya tentang mengetahui perintah Allah untuk tidak hidup berlebih-lebihan dimana tidak ada satu responden pun yang menjawab tidak setuju.
karena
sikap
untuk
tidak
hidup
berlebih-lebihan
dan
hanya
membelanjakan uang pada hal-hal yang tidak bertentangan dengan syariah Islam merupakan perintah Allah SWT yang wajib diikuti oleh setiap umat Islam.
72
Tabel 4.19 Dengan Hidup Sederhana Berarti telah Melakukan Perencanaan Keuangan yang Sesuai Syariah Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
25% 38,5% 50% 40% 46,2% 43,8% 54,5%
75% 59% 50% 40% 23,1% 52,1% 45,5%
0 2,6% 0 20% 30,8% 2,7% 0
0 0 0 0 0 1,4% 0
0 0 0 0 0 0 0
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan marital status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 75% menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 38,5% menyatakan sangat setuju, 59% menyatakan
setuju, dan 2,6% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan
Diploma 3 dengan marital status belum menikah 50% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 50% menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 40% menyatakan sangat setuju, 40% menyatakan setuju, dan 20% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan marital status belum menikah 46,2% wanita karir menyatakan sangat setuju, 23,1% menyatakan setuju, dan 30,8% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 43,8% menyatakan sangat setuju, 52,1% menyatakan setuju, 2,7% menyatakan ragu, dan 1,4% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 54,5% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 45,5% menyatakan setuju. Dari data tersebut diperoleh gambaran
73
bahwa mayoritas responden menyadari bahwa hidup hemat itu bagian dari merencanakan keuangan yang sesuai dengan nilai-nilai syariah, walaupun ada responden yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Persentase di atas menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin besar nilai persentasenya. Wanita karir yang sudah menikah memiliki nilai persentase yang lebih besar dalam menjawab pertanyaan ini dibandingkan yang belum menikah. Maka terbukti bahwa semakin tingkat pendidikan wanita karir semakin sadar dan berminatlah wanita karir tersebut pada perencanaan keuangan syariah, demikian pula halnya dengan wanita karir yang sudah menikah.
Tabel 4.20 Mengetahui Pentingnya Merencanakan Keuangan Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
25% 46,2% 25% 46,7% 53,8% 53,4% 72,7%
75% 48,7% 75% 46,7% 46,2% 43,8% 27,3%
0 5,1% 0 6,7% 0 2,7% 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status marital belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 75% menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 46,2% menyatakan sangat setuju, 48,7% menyatakan setuju, dan 5,1% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat
74
setuju dan 75% menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 46,7% menyatakan sangat setuju, 46,7% menyatakan setuju, dan 6,7% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 53,8% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 46,2% menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 53,4% menyatakan sangat setuju, 43,8% menyatakan setuju, dan 2,7% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status sudah menikah 72,7% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 27,3% menyatakan setuju. Persentase responden yang sangat mengetahui pentingnya perencanaan keuangan semakin ke bawah (semakin tinggi tingkat pendidikannya) menunjukkan persentase yang semakin besar. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pendidikan wanita karir semakin sadar mereka akan pentingnya perencanaan keuangan, sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan wanita karir tersebut, semakin berminat pula mereka terhadap perencanaan keuangan. Secara absolut wanita karir yang sudah menikah untuk tiap jenjang pendidikan menunjukkan persentase yang besar dibandingkan wanita karir yang belum menikah. Maka dapat disimpulkan bahwa wanita karir dengan status menikah lebih sadar akan pentingnya perencanaan keuangan daripada wanita karir yang belum menikah.
75
Tabel 4.21 Tertarik Berinvestasi pada Produk Keuangan Syariah karena Mengetahui dengan Jelas Perintah Allah SWT untuk Melakukan Perencanaan Termasuk dalam Merencanakan Keuangan Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
25% 33,5% 50% 33,3% 38,5% 28,8% 45,5%
75% 53,8% 50% 46,7% 53,8% 65,8% 27,3%
0 12,8% 0 20% 7,7% 2,7% 27,3%
0 0 0 0 0 2,7% 0
0 0 0 0 0 0 0
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 75% menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 33,5% menyatakan sangat setuju, 53,8% menyatakan setuju, dan 12,8% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 50% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 50% menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 33,3% menyatakan sangat setuju, 46,7% menyatakan setuju, dan 20% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 38,5% wanita karir menyatakan sangat setuju, 53,8% menyatakan setuju, dan 7,7% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 28,8% menyatakan sangat setuju, 65,8% menyatakan setuju, 2,7% menyatakan ragu, dan 2,7% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 45,5% wanita karir menyatakan sangat setuju, 27,3%
76
menyatakan setuju, dan 27,3% menyatakan ragu. Mayoritas responden menjawab setuju dan sangat setuju bahwa mereka tertarik berinvestasi pada produk keuangan syariah karena mereka menyadari dengan jelas perintah Allah SWT untuk melakukan perencanaan, termasuk dalam merencanakan keuangan. Hanya sebagian kecil yang menjawab ragu-ragu dan hanya 2,7% wanita karir dengan tingkat pendidikan S1 sudah menikah yang menjawab tidak setuju. Pada tingkat pendidikan SLTA, persentase wanita karir menikah yang menjawab sangat setuju lebih besar dibandingkan persentase wanita karir yang belum menikah. Namun, pada tingkat pendidikan Diploma persentase wanita karir menikah yang menjawab sangat setuju hanya 33,3% lebih kecil dibandingkan persentase wanita karir belum menikah yang menjawab sangat setuju yaitu sebesar 50%. Bahkan wanita karir Diploma yang belum menikah tidak ada yang ragu dengan pernyataan ini. Demikian pula halnya dengan wanita karir S1 menikah, persentase yang menjawab sangat setuju lebih kecil dibandingkan persentasi wanita karir S1 belum menikah. Bahkan 2,7% wanita karir S1 belum menikah tidak setuju dengan pernyataan ini. Namun, secara umum semakin tinggi tingkat pendidikan wanita karir, semakin besar persentase yang menjawab setuju, maka semakin tertarik ia untuk berinvestasi pada produk keuangan syariah.
77
Tabel 4.22 Hanya Berminat Berinvestasi pada Hal-hal yang tidak Bertentangan dengan Syariat Islam Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
25% 41% 50% 20% 61,5% 37% 36,4%
75% 59% 50% 60% 38,5% 58,9% 63,6%
0 0 0 20% 0 4,1% 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 75% menyatakan setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 41% menyatakan sangat setuju dan 59% menyatakan setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 50% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 50% wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 20% menyatakan sangat setuju, 60% menyatakan setuju, dan 20% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 61,5% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 38,5% menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 37% menyatakan sangat setuju, 58,9% menyatakan setuju, dan 4,1% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 36,4% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 63,6% menyatakan setuju. Dalam perencanaan keuangan syariah penting untuk melakukan investasi pada hal-hal yang tidak bertentangan dengan syariat Islam.
78
Dari hasil penelitan terhadap wanita karir di Palangkaraya, mayoritas wanita karir menjawab sangat setuju dan setuju dengan pernyataan tersebut walaupun ada sebagian kecil yang menjawab ragu-ragu, namun tidak ada wanita karir yang tidak setuju apalagi sangat tidak setuju terhadap pernyataan tersebut.
Tabel 4.23 Tertarik Menabung di Bank Syariah karena Menabung adalah Salah Satu Cara untuk Hidup Hemat Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
25% 38,5% 75% 33,3% 38,5% 27,4% 36,4%
75% 48,7% 25% 53,3% 46,2% 58,9% 36,4%
0 12,8% 0 13,3% 15,4% 13,7% 27,3%
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 75% menyatakan setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 38,5% menyatakan sangat setuju, 48,7% menyatakan setuju, dan 12,8% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 75% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 25% wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 33,3% menyatakan sangat setuju, 53,3% wanita karir menyatakan setuju, dan 13,3% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 38,5% wanita karir menyatakan sangat setuju, 46,2%
79
menyatakan setuju, dan 15,4% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 27,4% menyatakan sangat setuju, 58,9% menyatakan setuju, dan 13,7% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 36,4% wanita karir menyatakan sangat setuju, 36,4% menyatakan setuju, dan 27,3% menyatakan ragu. Setiap muslim diperintahkan Allah SWT untuk mengamalkan hidup hemat dalam kehidupan sehari-harinya. Menyisihkan sebagian pendapatan dengan menabung itu termasuk salah satu cara hidup hemat. Sebagai seorang muslim kita tidak diperbolehkan untuk mengambil riba. Menabung di Bank Syariah adalah salah satu cara menghindari riba. Responden yang masih ragu dengan hal tersebut jumlahnya sebanyak 21 orang. Jumlah ini masih lebih kecil dibandingkan jumlah responden yang setuju bahkan sangat setuju untuk menabung di Bank Syariah karena ingin hidup hemat. Hal ini berarti mayoritas wanita karir sadar akan pentingnya menempatkan sejumlah dana dalam hal ini pada Bank Syariah untuk kemudian dikelola sedemikian rupa sesuai dengan nilai-nilai syariah. Responden SLTA menikah yang menjawab sangat setuju persentasenya lebih besar dibandingkan yang belum menikah (38,5% > 25%). Namun tidak demikian dengan responden dengan tingkat pendidikan terakhir Diploma 3 menikah. persentase yang menjawab sangat setuju jumlahnya lebih kecil dibandingkan yang belum menikah (33,3% < 75%). Untuk responden S1 menikahpun demikian. Persentasenya lebih kecil dibandingkan persentase responden S1 belum menikah yang menjawab sangat setuju (27,4% < 38,5%).
80
Tabel 4.24 Tertarik Berinvestasi di Bank Syariah karena Bank Syariah Jauh dari Unsur Riba Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
25% 33,3% 50% 33,3% 46,2% 27,4% 36,4%
75% 51,3% 50% 40% 46,2% 58,9% 36,4%
0 15,4% 0 26,7% 7,7% 11% 27,3%
0 0 0 0 0 2,7% 0
0 0 0 0 0 0 0
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 75% menyatakan setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 33,3% menyatakan sangat setuju, 51,3% menyatakan setuju, dan 15,4% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 50% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 50% menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 33,3% menyatakan sangat setuju, 40% menyatakan setuju, dan 26,7% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 46,2% wanita karir menyatakan sangat setuju, 46,2% menyatakan setuju, dan 7,7% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 27,4% menyatakan sangat setuju, 58,9% menyatakan setuju, 11% menyatakan ragu, dan 2,7% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 36,4% wanita karir menyatakan sangat setuju, 36,4% menyatakan setuju, dan 27,3% menyatakan ragu. Sebagai umat muslim kita diharuskan
81
menjauhi hal-hal yang mengandung unsur riba. Berinvestasi di Bank Syariah merupakan salah satu cara untuk menghindari riba. Namun, tidak seluruh responden yang setuju dengan pernyataan ini. Berberapa masih meragukan hal tersebut, bahkan dari hasil penelitian terhadap wanita karir di Palangkaraya, masih terdapat responden yang tidak setuju dengan pernyataan ini, jumlahnya 2,7% berasal dari wanita karir dengan tingkat pendidikan S1 dengan status sudah menikah. 2. Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Menurut Kebutuhan Hidup Tabel 4.25 Hanya Membeli Hal-hal yang Memang Benar-benar Dibutuhkan Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
25% 28,2% 0 26,7% 7,7% 24,7% 45,5%
25% 64,1% 75% 53,3% 76,9% 57,5% 54,5%
50% 7,7% 25% 20% 15,4% 16,4% 0
0 0 0 0 0 1,4% 0
0 0 0 0 0 0 0
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju, 25% menyatakan setuju, dan 50% menyatakan ragu. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 28,2% menyatakan sangat setuju, 64,1% menyatakan setuju, dan 7,7% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 75% wanita karir menyatakan setuju dan 25% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital
82
sudah menikah 26,7% menyatakan sangat setuju, 53,3% menyatakan setuju, dan 20% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 7,7% wanita karir menyatakan sangat setuju, 76,9% menyatakan setuju, dan 15,4% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 24,7% menyatakan sangat setuju, 57,5% menyatakan setuju, 16,4% menyatakan ragu, dan 1,4% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 45,5% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 54,5% menyatakan setuju. Tidak semua responden sangat setuju dan menyatakan bahwa mereka hanya membeli hal-hal yang benar-benar mereka butuhkan. Kebanyakan responden menyatakan setuju dan masih banyak pula yang menyatakan raguragu, bahkan ada 1,4% wanita karir berpendidikan S1 dengan status sudah menikah menyatakan tidak setuju bahwa dirinya hanya membeli hal-hal yang benar-benar ia butuhkan. Persentase responden dengan tingkat pendidikan SLTA menikah yang menjawab sangat setuju lebih besar dibandingkan responden SLTA belum menikah. Begitu pula dengan persentase responden Diploma dan S1 menikah yang menjawab sangat setuju, jumlahnya lebih besar dibandingkan persentase responden Diploma dan S1 yang belum menikah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa wanita karir yang sudah menikah lebih memperhatikan pengeluarannya secara teliti, tidak berbelanja hal-hal yang tidak penting dibandingkan wanita karir yang belum menikah. Untuk tingkat pendidikan wanita karir secara keseluruhan, semakin tinggi tingkat pendidikan wanita karir, persentase yang menjawab sangat setuju semakin besar. Hal ini berarti tingkat
83
pendidikan juga mempengaruhi pengambilan keputusan seseorang dalam membelanjakan hartanya.
Tabel 4.26 Tidak Menyukai Gaya Hidup Berlebihan, maka Kelebihan Dana Biasanya Ditempatkan pada Produk Tabungan Syariah Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
0 20,5% 25% 6,7% 15,4% 8,2% 18,2%
50% 59% 75% 86,7% 69,2% 76,7% 54,5%
50% 17,9% 0 6,7% 15,4% 11% 27,3%
0 2,6% 0 0 0 4,1% 0
0 0 0 0 0 0 0
Gaya hidup seseorang cenderung memperlihatkan kepribadiannya. Wanita karir dengan tingkat pendidikan SLTA berstatus belum menikah setuju dengan pernyataan tidak menyukai gaya hidup berlebih-lebihan dan lebih memilih menempatkan kelebihan dana yang dimilikinya untuk ditabung persentasenya sebanyak 50% dan sisanya menjawab bahwa mereka ragu dengan pernyataan tersebut. Sedangkan untuk wanita karir SLTA yang sudah menikah, persentase yang menjawab sangat setuju sebanyak 20,5% kemudian 59% menjawab setuju dan sisanya menjawab ragu-ragu dan tidak setuju. Bisa saja yang menjawab ragu-ragu tersebut tidak setuju dengan gaya hidup berlebihan namun tidak juga menabung untuk menyimpan kelebihan dana yang dimilikinya atau sebaliknya. Pada tingkat pendidikan Diploma belum menikah persentase
84
responden yang menjawab sangat setuju lebih besar dibandingkan persentase responden Diploma menikah (25% > 6,7%). Namun, banyak juga responden Diploma menikah yang menjawab setuju yaitu sebesar 86,7%. Jumlahnya lebih besar daripada persentase responden Diploma belum menikah yaitu sebesar 75%. Untuk tingkat pendidikan S1, persentase responden belum menikah yang menjawab sangat setuju lebih besar dibandingkan yang sudah menikah.
Tabel 4.27 Menabung di Bank Syariah agar Memiliki Kemudahan dalam Bertransaksi Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
0 10,3% 25% 13,3% 15,4% 12,3% 9,1%
50% 66,7% 75% 86,7% 61,5% 69,9% 72,7%
50% 20,5% 0 0 23,1% 15,1% 18,2%
0 2,6% 0 0 0 2,7% 0
0 0 0 0 0 0 0
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 50% wanita karir menyatakan setuju dan 50% menyatakan ragu. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 10,3% menyatakan sangat setuju, 66,7% menyatakan setuju, 20,5% menyatakan ragu, dan 2,6% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 75% menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 13,3% menyatakan sangat setuju dan 86,7% menyatakan setuju. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 15,4% wanita
85
karir menyatakan sangat setuju, 69,2% menyatakan setuju, dan 15,4% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 8,2% menyatakan sangat setuju, 76,7% menyatakan setuju, 11% menyatakan ragu, dan 4,1% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 18,2% wanita karir menyatakan sangat setuju, 54,5% menyatakan setuju, dan 27,3% menyatakan ragu. Kebutuhan akan kemudahan bertransaksi menjadi perlu dimiliki oleh seorang wanita karir. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, mayoritas setuju dengan menabung di Bank Syariah akan memberikan kemudahan dalam bertransaksi. Namun, tidak semua menyetujui hal tersebut karena sebagian kecil menyatakan ragu bahkan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan SLTA, responden menikah yang menyatakan sangat setuju persentasenya lebih besar dibandingkan persentase responden yang belum menikah. Kemudian pada tingkat pendidikan Diploma, persentase responden belum menikah yang menjawab sangat setuju lebih besar daripada responden yang sudah menikah, begitu pula pada tingkat pendidikan S1.
86
Tabel 4.28 Untuk Kebutuhan tidak Terduga Menyisihkan Dana Darurat yang Diinvestasikan pada Bank Syariah Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
0 12,8% 25% 6,7% 7,7% 8,2% 9,1%
50% 61,5% 75% 80% 61,5% 72,6% 63,6%
50% 20,5% 0 13,3% 30,8% 16,4% 27,3%
0 5,1% 0 0 0 2,7% 0
0 0 0 0 0 0 0
Dana darurat adalah suatu dana yang dialokasikan atau dipersiapkan pada rekening yang terpisah atau tidak dicampur dengan rekening lainnya, terutama rekening investasi, untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya sangat darurat saja. Pada tingkat pendidikan SLTA, responden yang belum menikah tidak satupun yang menjawab sangat setuju dengan pernyataan ini, sedangkan untuk responden yang sudah menikah 12,8% menyatakan sangat setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma, responden yang yang menikah mayoritas menjawab setuju untuk menempatkan sejumlah dana darurat untuk kebutuhan yang tidak terduga jumlahnya lebih besar dibandingkan responden yang belum menikah. Kemudian pada tingkat pendidikan S1, responden menikah yang menjawab sangat setuju persentasenya juga lebih besar daripada yang belum menikah. Maka dapat disimpulkan bahwa wanita karir yang sudah menikah lebih berminat untuk menempatkan sejumlah dana darurat (emergency fund) dibanding wanita karir
87
yang belum menikah. Untuk tingkat pendidikan secara umum, semakin tinggi tingkat pendidikan terakhir wanita karir, persentasenya cenderung semakin besar sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pula tingkat pendidikan seseorang, semakin berminat pula ia pada perencanaan keuangan dalam hal ini yaitu persiapan dana darurat.
Tabel 4.29 Tertarik Menggunakan Produk Tabungan Haji di Bank Syariah untuk Memenuhi Rencana Naik Haji Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
0 23,1% 25% 13,3% 7,7% 24,7% 27,3%
25% 66,7% 75% 60% 61,5% 64,4% 54,5%
75% 10,3% 0 26,7% 30,8% 9,6% 18,2%
0 0 0 0 0 1,4% 0
0 0 0 0 0 0 0
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan setuju dan 75% menyatakan ragu. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 23,1% menyatakan sangat setuju, 66,7% menyatakan setuju, dan 10,3% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 75% menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 13,3% menyatakan sangat setuju, 60% menyatakan setuju, dan 26,7% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 7,7% wanita karir
88
menyatakan sangat setuju, 61,5% menyatakan setuju, dan 30,8% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 24,7% menyatakan sangat setuju, 64,4% menyatakan setuju, 9,6% menyatakan ragu, dan 1,4% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 27,3% wanita karir menyatakan sangat setuju, 54,4% menyatakan setuju, dan 18,2% menyatakan ragu. Setiap muslim pasti memiliki keinginan untuk naik haji, karena naik haji adalah salah satu rukun Islam. Namun tidak semua menjawab sangat setuju untuk menggunakan tabungan haji dalam mewujudkan rencana tersebut. Pada tingkat pendidikan SLTA, Diploma, S1, dan S2, responden yang sudah menikah persentase minatnya (menjawab sangat setuju) lebih besar dibandingkan responden yang belum menikah. Untuk karakteristik tingkat pendidikan wanita karir, semakin tinggi tingkat pendidikan wanita karir semakin besar nilai persentasenya, maka semakin berminat pula orang tersebut pada perencanaan keuangan dalam hal ini yaitu naik haji.
89
Tabel 4.30 Tertarik Menabung di Bank Syariah untuk Berjaga-jaga apabila ada Keluarga yang Sakit Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
0 12,8% 0 13,3% 7,7% 20,5% 9,1%
100% 59% 100% 80% 61,5% 63% 63,6%
0 25,6% 0 6,7% 30,8% 13,7% 27,3%
0 2,6% 0 0 0 2,7% 0
0 0 0 0 0 0 0
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 100% wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 12,8% menyatakan sangat setuju, 59% menyatakan setuju, 25,6% menyatakan ragu, dan 2,6% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 100% wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 13,3% menyatakan sangat setuju, 80% menyatakan setuju, dan 6,7% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 7,7% wanita karir menyatakan sangat setuju, 61,5% menyatakan setuju, dan 30,8% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 20,5% menyatakan sangat setuju, 63% menyatakan setuju, 13,7% menyatakan ragu, dan 2,7% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 9,1% wanita karir menyatakan sangat setuju, 63,6% menyatakan setuju, dan 27,3% menyatakan ragu. Tabungan untuk berjaga-jaga juga disebut dana darurat (emergency fund).
90
Tabungan yang harus dimiliki oleh setiap orang untuk memenuhi kebutuhan tidak terduga termasuk saat ada keluarga yang sakit. Pada tingkat pendidikan SLTA, Diploma, S1, dan S2, persentase wanita karir yang memikirkan pentingnya kebutuhan akan dana darurat lebih besar dimiliki oleh wanita karir yang sudah menikah. Hal ini disebabkan wanita karir yang belum menikah belum memiliki tanggung jawab atas keluarga, berbeda dengan wanita karir yang sudah menikah. Sedangkan pada untuk tingkat pendidikan wanita karir, semakin tinggi tingkat pendidikan wanita karir semakin sadar ia akan pentingnya pemilikan dana darurat untuk memenuhi kebutuhan mendesak.
Tabel 4.31 Menginvestasikan Sejumlah Dana pada Asuransi Syariah untuk Keperluan Proteksi Diri Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
0 7,7% 50% 0 7,7% 5,5% 0
50% 61,5% 25% 53,3% 61,5% 64,4% 63,3%
50% 28,2% 25% 46,7% 30,8% 24,7% 36,4%
0 2,6% 0 0 0 2,7% 0
0 0 0 0 0 2,7% 0
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 50% wanita karir menyatakan setuju dan 50% menyatakan ragu. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 7,7% menyatakan sangat setuju, 61,5% menyatakan setuju, 28,2% menyatakan ragu, dan 2,6 menyatakan tidak setuju. Pada tingkat
91
pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 50% wanita karir menyatakan sangat setuju, 25% menyatakan setuju, dan 25% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 53,3% menyatakan setuju dan 46,7% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 7,7% wanita karir menyatakan sangat setuju, 61,5% menyatakan setuju, dan 30,8% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 5,5% menyatakan sangat setuju, 64,4% menyatakan setuju, 24,7% menyatakan ragu, 2,7% menyatakan tidak setuju, dan 2,7% menyatakan sangat tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 63,3% wanita karir menyatakan setuju dan 36,4% menyatakan ragu. Salah satu cara merencanakan keuangan adalah dengan memiliki asuransi karena asuransi memiliki manfaat yang sangat banyak, salah satunya adalah memberikan rasa aman dan perlindungan. Namun, dari hasil penelitian yang dilakukan pada wanita karir di Palangkaraya, tidak semua setuju untuk berinvestasi pada asuransi syariah. Bahkan terlihat dengan jelas responden yang belum menikah hanya sebagian kecil yang setuju untuk memiliki asuransi dan sisanya masih ragu-ragu. Hal ini membuktikan bahwa wanita karir yang belum menikah tidak terlalu memikirkan resiko di masa yang akan datang sehingga belum memiliki minat untuk melakukan perencanaan asuransi, tidak demikian dengan responden yang sudah menikah.
92
Tabel 4.32 Menginvestasikan Sejumlah Dana pada Reksadana Syariah untuk Biaya Hidup di Hari Tua Nanti Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
0 5,1% 25% 0 7,7% 12,3% 0
100% 61,4% 50% 40% 46,2% 58,9% 63,3%
0 28,2% 25% 60% 46,2% 24,7% 36,4%
0 2,6% 0 0 0 1,4% 0
0 0 0 0 0 2,7% 0
Banyak sekali cara untuk berinvestasi jangka panjang, salah satunya yaitu berinvestasi pada reksadana syariah. Dari tabel di atas, terlihat bahwa tanggapan wanita karir beragam terhadap reksadana syariah. Pada tingkat pendidikan SLTA, persentase responden belum menikah yang menjawab sangat setuju untuk berinvestasi pada reksadanya syariah sebesar 0%, sisanya 100% menjawab setuju. Sedangkan untuk responden yang sudah menikah mayoritas menjawab setuju 61,4%. Untuk tingkat pendidikan Diploma, responden belum menikah mayoritas menjawab setuju 50% dan responden yang sudah menikah mayoritas menjawab setuju 60% untuk berinvestasi jangka panjang pada reksadana syariah. Kemudian pada tingkat pendidikan S1, responden yang belum menikah mayoritas menjawab setuju dan juga ragu-ragu 46,2% sedangkan untuk responden S1 yang sudah menikah mayoritas menjawab setuju 58,9%. Pada tingkat pendidikan S2, mayoritas responden menjawab setuju pula yaitu sebesar 63,3%.
93
Tabel 4.33 Tertarik Berinvestasi di Pasar Uang Syariah untuk Mendapatkan Gaya Hidup yang Layak Nantinya Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
0 2,6% 25% 6,7% 7,7% 5,5% 0
100% 69,2% 75% 60% 61,5% 68,5% 72,7%
0 25,6% 0 33,3% 23,1% 19,2% 27,3%
0 2,6% 0 0 7,7% 4,1% 0
0 0 0 0 0 2,7% 0
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 100% wanita karir menyatakan setuju Sedangkan dengan status marital sudah menikah 2,6% menyatakan sangat setuju, 69,2% menyatakan setuju, 25,6% menyatakan ragu, dan 2,6% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 75% menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 6,7% menyatakan sangat setuju, 60% menyatakan setuju, dan 33,3% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 7,7% wanita karir menyatakan sangat setuju, 61,5% menyatakan setuju, 23,1% menyatakan ragu, dan 7,7% menyatakan tidak setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 5,5% menyatakan sangat setuju, 68,5% menyatakan setuju, 19,2% menyatakan ragu, 4,1% menyatakan tidak setuju, dan 2,7% menyatakan sangat tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 72,7% wanita karir menyatakan setuju dan 27,3% menyatakan ragu. Selain berinvestasi pada
94
reksadana, ada juga investasi jangka pendek pada pasar uang seperti deposito. Dari data di atas diperoleh gambaran jawaban yang beragam dari wanita karir. Mayoritas wanita karir menjawab setuju untuk berinvestasi pada pada pasar uang syariah. Terlihat bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan wanita karir, cenderung semakin besar persentase yang menjawab setuju atas pernyataan tersebut. Begitu pula dengan status marital wanita karir. Wanita karir yang sudah menikah lebih memikirkan investasi untuk masa depan, sehingga mereka tertarik pula untuk berinvestasi pada pasar uang syariah. 3. Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Menurut Siklus Hidup Tabel 4.34 Suka Menabung Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
25% 35,9% 25% 20% 30,8% 31,5% 27,3%
50% 56,4% 50% 80% 69,2% 65,8% 72,7%
25% 7,7% 25% 0 0 2,7% 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju, 50% menyatakan setuju, dan 25% menyatakan ragu. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 35,9% menyatakan sangat setuju, 56,4% menyatakan setuju, dan 7,7% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25% wanita karir
95
menyatakan sangat setuju, 50% menyatakan setuju, dan 25% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 20% menyatakan sangat setuju dan 80% menyatakan setuju. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 30,8% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 69,2% menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 31,5% menyatakan sangat setuju, 65,8% menyatakan setuju dan 2,7% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 27,3% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 72,7% menyatakan setuju. Terlihat bahwa seluruh responden menyukai menabung, hanya sebagian kecil saja yang menjawab ragu, dan tidak ada responden yang menyatakan tidak suka menabung. Namun, dari data di atas terlihat perbedaan bahwa wanita karir yang sudah menikah lebih menyukai menabung dibandingkan wanita karir yang belum menikah. dan untuk tingkat pendidikan terdapat perbedaan minat menabung pada tiap-tiap karakteristik tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan wanita karir, semakin berminat pula ia menempatkan sejumlah dana dalam bentuk tabungan yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sekaran (present consumption) maupun kebutuhan yang akan datang (future consumption).
96
Tabel 4.35 Tertarik Menabung di Bank Syariah karena Mengetahui Pentingnya Menabung Sejak Kecil Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
25% 12,8% 25% 13,3% 23,1% 16,4% 18,2%
25% 66,7% 50% 73,3% 69,2% 68,5% 63,6%
50% 15,4% 25% 13,3% 7,7% 13,7% 18,2%
0 5,1% 0 0 0 1,4% 0
0 0 0 0 0 0 0
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju, 25% menyatakan setuju, dan 50% menyatakan ragu. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 12,8% menyatakan sangat setuju, 66,7% menyatakan setuju, 15,4% menyatakan ragu, dan 5,1% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju, 50% menyatakan setuju, dan 25% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 13,3% menyatakan sangat setuju, 73,3% menyatakan setuju, dan 7,7% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 23,1% wanita karir menyatakan sangat setuju, 69,2% menyatakan setuju, dan 7,7% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 16,4% menyatakan sangat setuju, 68,5% menyatakan setuju, 13,7% menyatakan ragu, dan 1,4% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 18,2% wanita karir menyatakan sangat setuju, 63,6%
97
menyatakan setuju, dan 18,2% menyatakan ragu. Terlihat bahwa kesadaran menabung tersebut sebagian besar telah dimiliki wanita karir sejak mereka kecil. Hanya sebagian kecil yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Untuk tingkat pendidikan SLTA, Diploma, dan S1 belum menikah persentasenya lebih besar dibandingkan yang sudah menikah. Hal ini karena penanaman kesadaran seseorang tentang pentingnya menabung sejak kecil tiap orang berbeda-beda. Namun, untuk tingkat pendidikan secara absolut terlihat bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan wanita karir semakin besar persentase yang menjawab sangat setuju dan sadar akan pentingnya menabung sejak kecil.
Tabel 4.36 Tertarik Menggunakan Tabungan Syariah Sejak Pertama Bekerja untuk Membantu Merencanakan Keuangan Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
50% 7,7% 25% 0 7,7% 12,3% 0
50% 66,7% 75% 60% 53,8% 60,3% 72,7%
0 20,5% 0 40% 35,8% 21,9% 27,3%
0 5,1% 0 0 0 5,5% 0
0 0 0 0 0 0 0
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 50% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 50% menyatakan setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 7,7% menyatakan sangat setuju, 66,7% menyatakan setuju, 20,5% menyatakan ragu, dan 5,1% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat
98
pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 75% menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 60% menyatakan setuju dan 40% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 7,7% wanita karir menyatakan sangat setuju, 53,8% menyatakan setuju, dan 35,8% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 12,3% menyatakan sangat setuju, 60,3% menyatakan setuju, 21,9% menyatakan ragu, dan 5,5% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 72,7% wanita karir menyatakan setuju dan 27,3% menyatakan ragu. Saat seseorang sudah memiliki pekerjaan, biasanya seseorang membutuhkan instrumen tabungan. Mayoritas responden menyetujui pernyataan ini. Karena perubahan siklus hidup seseorang membuat orang tersebut membutuhkan sesuatu perencanaan yang semakin banyak termasuk perencanaan tabungan.
Tabel 4.37 Menabung di Bank Syariah untuk Meminimalisasi Resiko yang Timbul di Masa Mendatang Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
0 5,1% 25% 6,7% 30,8% 11% 0
100% 64,1% 75% 93,3% 30,8% 74% 72,7%
0 30,8% 0 0 38,5% 11% 27,3%
0 0 0 0 0 4,1% 0
0 0 0 0 0 0 0
99
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 100% wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 5,1% menyatakan sangat setuju, 64,1% menyatakan setuju, dan 40,8% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 75% menyatakan sangat setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 6,7% menyatakan sangat setuju dan 93,3% menyatakan setuju. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 30,8% wanita karir menyatakan sangat setuju, 30,8% menyatakan setuju, dan 38,5% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 11% menyatakan sangat setuju, 74% menyatakan setuju, 11% menyatakan ragu, dan 4,1% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 72,7% wanita karir menyatakan setuju dan 27,3% menyatakan ragu. Mayoritas responden menjawab setuju akan perlunya memiliki emergency fund dan tertarik untuk menempatkannya pada bank syariah untuk dikelola secara syariah. Hal ini terlihat dari jawaban responden yang mayoritas menjawab setuju dan sangat setuju akan perlunya kepemilikan dana darurat bagi pemenuhan kebutuhan yang tidak terduga dan sifatnya mendesak.
100
Tabel 4.38 Mengikuti Program Asuransi Syariah untuk Melindungi dari Kerugian di Masa Mendatang Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
0 5,1% 25% 0 7,7% 8,2% 0
100% 69,2% 50% 73,3% 30,8% 64,4% 81,8%
0 20,5% 25% 26,7% 61,5% 20.5% 18,2%
0 5,1% 0 0 0 4,1% 0
0 0 0 0 0 2,7% 0
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 100% wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 5,1% menyatakan sangat setuju, 60,2% menyatakan setuju, 20,5% menyatakan ragu, dan 5,1% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju, 50% menyatakan setuju, dan 25% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 73,3% menyatakan setuju, dan 26,7% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 7,7% wanita karir menyatakan sangat setuju, 30,8% menyatakan setuju, dan 61,5% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 8,2% menyatakan sangat setuju, 64.4% menyatakan setuju, 20,5% menyatakan ragu, 4,1% menyatakan tidak setuju, dan 2,7% menyatakan sangat tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 81,8% wanita karir menyatakan setuju dan 18,2% menyatakan ragu. Asuransi juga memiliki fungsi untuk melindungi
101
kerugian yang akan timbul di masa mendatang, misalnya resiko bencana alam. Mayoritas responden wanita karir menjawab setuju akan pentingnya memiliki polis asuransi kerugian. Pada tingkat pendidikan SLTA, wanita karir yang sudah menikah lebih tertarik untuk memiliki asuransi daripada yang belum menikah. Namun tidak demikian dengan wanita karir Diploma yang sudah menikah, karena persentasenya lebih kecil dibandingkan wanita karir yang belum menikah. Kemudian pada tingkat pendidikan S1, persentase wanita karir menikah menjawab sangat setuju lebih besar dibandingkan persentase wanita karir S1 yang belum menikah. Maka dapat disimpulkan bahwa secara absolut status marital mempengaruhi minat wanita karir untuk berasuransi. Secara umum juga diperoleh gambaran bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan wanita karir, semakin besar juga minatnya untuk memiliki asuransi syariah.
Tabel 4.39 Mempersiapkan Dana Pendidikan saat Memiliki Anak agar Pendidikannya Terjamin Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
0 10,3% 0 0 23,1% 16,4% 0
100% 71,8% 75% 73,3% 38,5% 60,3% 81,8%
0 17,9% 25% 26,7% 30,8% 17,8% 18,2%
0 0 0 0 7,7% 2,7% 0
0 0 0 0 0 2,7% 0
102
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 100% wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 10,3% menyatakan sangat setuju, 71,8% menyatakan setuju dan 17,9% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 75% wanita karir menyatakan setuju dan 25% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 73,3% menyatakan setuju dan 26,7% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 23,1% wanita karir menyatakan sangat setuju, 38,5% menyatakan setuju, 30,8% menyatakan ragu, dan 7,7% menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 16,4% menyatakan sangat setuju, 60,3% menyatakan setuju, 17,8% menyatakan ragu, 2,7% menyatakan tidak setuju, dan 2,7% menyatakan sangat tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 81,8% menyatakan setuju dan 18,2% menyatakan ragu. Saat seseorang memiliki anak, seharusnya orang tersebut lebih memperhatikan pendidikannya termasuk dalam hal biaya pendidikan. Terlihat bahwa wanita karir yang sudah menikah lebih memikirkan pendidikan anak mereka saat mereka memiliki anak dibanding yang belum menikah, karena wanita karir yang sudah menikah telah memiliki pengalaman dalam hal pendidikan anak. Mereka lebih sadar bahwa pendidikan bagi anak itu penting termasuk dalam penyediaan dana pendidikan agar pendidikan anak mereka terjamin.
103
Tabel 4.40 Menempatkan Sejumlah Dana pada Reksadana Syariah untuk Mempertahankan Gaya Hidup yang Layak di Hari Tua Nanti Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
0 5,1% 0 0 7,7% 8,2% 0
75% 61,5% 75% 60% 53,8% 56,2% 72,7%
25% 30,8% 25% 40% 38,5% 27,4% 27,3%
0 2,6% 0 0 0 5,5% 0
0 0 0 0 0 2,7% 0
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 75% menyatakan setuju dan 25% menyatakan ragu. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 5,1% menyatakan sangat setuju, 61,5% menyatakan setuju, 30,8% menyatakan ragu, dan 2,6% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 75% wanita karir menyatakan setuju dan 25% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 60% menyatakan setuju dan 40% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 7,7% wanita karir menyatakan sangat setuju, 60% menyatakan setuju, dan 40% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 7,7% menyatakan sangat setuju, 53,8% menyatakan setuju dan 38,5% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 72,7% wanita karir menyatakan setuju dan 27,3% menyatakan ragu. Terlihat bahwa wanita karir yang sudah menikah lebih tertarik untuk berinvestasi pada reksadana syariah dibandingkan wanita karir
104
yang belum menikah. Sedangkan untuk tingkat pendidikan wanita karir, semakin tinggi tingkat pendidikan wanita karir, semakin berminat pula ia untuk berinvestasi pada reksadana syariah karena mereka lebih sadar pentingnya merencanakan keuangan bagi hari tua kelak.
Tabel 4.41 Perencanaan Warisan Secara Syariah Penting Dimiliki saat Berkeluarga Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
0 12,8% 50% 6,7% 15,4% 12,3% 9,1%
75% 61,5% 50% 80% 61,5% 64,4% 63,6%
25% 23,1% 0 13,3% 23,1% 17,8% 27,3%
0 2,6% 0 0 0 5,5% 0
0 0 0 0 0 0 0
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 75% wanita karir menyatakan dan 25% menyatakan ragu. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 12,8% menyatakan sangat setuju, 61,5% menyatakan setuju, 23,1% menyatakan ragu, dan 2,6% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 50% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 50% menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 6,7% menyatakan sangat setuju, 80% menyatakan setuju, dan 13,3% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 15,4% wanita karir menyatakan sangat setuju, 61,5% menyatakan setuju, dan 23,1% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah
105
menikah 12,3% menyatakan sangat setuju, 64,4% menyatakan setuju, 17,8% menyatakan ragu, dan 5,5% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 9,1% wanita karir menyatakan sangat setuju, 63,6% menyatakan setuju, dan 27,3% menyatakan ragu. Saat siklus hidup seseorang berubah dari lajang menjadi berkeluarga, orang tersebut membutuhkan perencanaan warisan yang sesuai syariah. Dari tabel di atas, secara absolut wanita karir yang sudah menikah memiliki kesadaran dan minat yang lebih tinggi akan perencanaan warisan dibandingkan wanita karir yang belum menikah. Begitu pula dengan tingkat pendidikan wanita karir. Semakin tinggi tingkat pendidikan wanita karir, semakin besar pula minatnya akan perencanaan warisan saat ia telah berkeluarga. Perencanaan warisan memiliki fungsi utama untuk menjauhkan sifat serakah. Maka perencanaan ini penting untuk dimiliki setiap orang saat berkeluarga.
106
4. Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Menurut Kenyataan Hidup Tabel 4.42 Merencanakan Keuangan dengan Lebih Matang untuk Menghindari Resiko saat Terkena PHK Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
75% 33,3% 25% 26,7% 46,2% 31,5% 18,2%
25% 61,5% 75% 60% 53,8% 61,6% 81,8%
0 2,6% 0 13,3% 0 2,7% 0
0 2,6% 0 0 0 4,1% 0
0 0 0 0 0 0 0
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 75% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 25% menyatakan setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 33,3% menyatakan sangat setuju, 61,5% menyatakan setuju, 2,6% menyatakan ragu, dan 2,6% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 75% menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 26,7% menyatakan sangat setuju, 60% menyatakan setuju, dan 13,3% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 46,2% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 53,8% menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 31,5% menyatakan sangat setuju, 61,6% menyatakan setuju, 2,7% menyatakan ragu, dan 4,1% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status
107
marital sudah menikah 18,2% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 81,8% menyatakan setuju. Resiko saat bekerja salah satunya adalah PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), maka perlu adanya perencanaan keuangan yang lebih matang seperti pengurangan biaya hidup. Seluruh responden wanita karir bekerja sebagai pegawai negeri sipil sehingga kemungkinan besar terhindar dari resiko PHK. Namun, mayoritas responden menjawab sangat setuju dan menyadari akan perlunya perencanaan keuangan yang lebih matang saat tidak memiliki pekerjaan lagi.
Tabel 4.43 Berinvestasi untuk Menghindari Naiknya Harga Barang-barang di Masa yang akan Datang Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
50% 10,3% 25% 26,7% 15,4% 21,9% 0
50% 76,9% 75% 46,7% 76,9% 67,1% 100%
0 12,8% 0 36,7% 7,7% 11% 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 50% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 50% menyatakan setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 10,3% menyatakan sangat setuju, 76,9% menyatakan setuju dan 12,8% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat
108
setuju dan 75% menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 26,7% menyatakan sangat setuju, 46,7% menyatakan setuju, dan 7,7% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 15,4% wanita karir menyatakan sangat setuju, 76,9% menyatakan setuju, dan 7,7% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 21,9% menyatakan sangat setuju, 67,1% menyatakan setuju dan 11% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 100% wanita karir menyatakan setuju. Inflasi yang terus meningkat tiap tahunnya membuat seseorang harus berinvestasi untuk mengurangi resiko tersebut. Dari tabel di atas, untuk tingkat pendidikan SLTA, Diploma, dan S1 persentase responden wanita karir menikah yang menjawab sangat setuju akan pernyataan ini lebih besar daripada persentase wanita karir yang belum menikah. Dan secara absolut pada karakteristik tingkat pendidikan wanita karir, semakin tinggi tingkat pendidikan wanita karir tersebut, semakin besar persentase yang menjawab setuju. Maka dapat disimpulkan bahwa wanita karir yang sudah menikah dan wanita karir yang tingkat pendidikannya tinggi lebih sadar akan pentingnya berinvestasi untuk mengantisipasi resiko inflasi pada harga barang-barang di masa yang akan datang.
109
Tabel 4.44 Harga Barang yang Terus Meningkat, Menuntut Perhatian Lebih pada Keuangan Pribadi dan Keluarga Tingkat Pendidikan SLTA
Status Marital
SS
S
R
TS
STS
Belum Menikah
0 12 (30,8%) 0 13,3% 15,4% 27,4% 9,1%
75%
25%
0
0
66,7%
2,6%
0
0
100% 66,7% 76,9% 65,8% 72,7%
0 20% 7,7% 5,5% 18,2%
0 0 0 1,4% 0
0 0 0 0 0
Menikah
Belum Menikah Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 Diploma 3
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 75% wanita karir menyatakan dan 25% menyatakan ragu. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 30,8% menyatakan sangat setuju, 66,7% menyatakan setuju dan 2,6% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 100% wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 13,3% menyatakan sangat setuju, 66,7% menyatakan setuju, dan 20% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 15,4% wanita karir menyatakan sangat setuju, 76,9% menyatakan setuju, dan 7,7% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 27,4% menyatakan sangat setuju, 65,8% menyatakan setuju, 5,5% menyatakan ragu, dan 1,4% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 9,1% wanita karir menyatakan sangat setuju, 72,7% menyatakan setuju, dan 18,2% menyatakan ragu. Terlihat bahwa wanita karir
110
yang sudah menikah untuk seluruh karakteristik tingkat pendidikan memiliki perhatian yang lebih besar pada keuangan keluarganya untuk mengantisipasi harga barang yang terus meningkat dari waktu ke waktu dari pada wanita karir yang belum menikah. Pada tingkat pendidikan wanita karir, secara umum terlihat bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, maka akan semakin besar pula minatnya dalam merencanakan keuangan untuk menghindari inflasi.
Tabel 4.45 Tidak Berminat Menempatkan Dana pada Sektor Keuangan karena Imbal Hasil yang Rendah Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
0 7,7% 25% 0 0 6,8% 0
0 30,8% 25% 20% 23,1% 20,5% 18,2%
25% 48,7% 50% 46,7% 53,8% 52,1% 63,6%
75% 12,8% 0 33,3% 23,1% 20,5% 18,2%
0 0 0 0 0 0 0
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan ragu dan 75% menyatakan tidak setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 7,7% menyatakan sangat setuju, 30,8% menyatakan setuju, 48,7% menyatakan ragu, dan 12,8% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju, 25% menyatakan setuju, dan 50% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 20% menyatakan setuju, 46,7%
111
menyatakan ragu, dan 33,3% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 23,1% wanita karir menyatakan setuju, 53,8% menyatakan ragu, dan 23,1% menyatakan tidak setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 6,8% menyatakan sangat setuju, 20,5% menyatakan setuju, 52,1% menyatakan ragu, dan 20,5% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 18,2% wanita karir menyatakan setuju, 63,3% menyatakan ragu, dan 18,2% menyatakan tidak setuju. Terlihat bahwa mayoritas wanita karir menjawab ragu-ragu bahkan tidak setuju atas pernyataan tidak berminat menempatkan dana pada sektor keuangan karena imbal hasil yang rendah. Ini berarti wanita karir tidak peduli akan imbal hasil yang besar dalam hal berinvestasi. Mereka tidak hanya mengejar keuntungan atau profit semata.
Tabel 4.46 Mengantisipasi Kenaikan Harga Bahan Pokok yang Terus Meningkat dengan Mengatur Kembali Anggaran Belanja Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
0 25,6% 25% 20% 30,8% 23,3% 9,1%
100% 69,2% 75% 73,3% 61,5% 69,9% 81,8%
0 2,6% 0 6,7% 7,7% 6,8% 9,1%
0 2,6% 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
112
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 100% wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 25,6% menyatakan sangat setuju, 69,2% menyatakan setuju, 2,6% menyatakan ragu, dan 2,6% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 75% menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 30,8% menyatakan sangat setuju, 61,5% menyatakan setuju, dan 7,7% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 23,3% wanita karir menyatakan sangat setuju, 69,9% menyatakan setuju, dan 6,8% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 9,1% menyatakan sangat setuju, 81,8% menyatakan setuju dan 9,1% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 18,2% wanita karir menyatakan sangat setuju, 63,6% menyatakan setuju, dan 18,2% menyatakan ragu. Terlihat bahwa wanita karir untuk seluruh karakteristik tingkat pendidikan yang berbeda-beda yang berstatus sudah menikah memiliki perhatian yang lebih pada kenaikan harga bahan pokok sehingga lebih berminat untuk mengatur kembali anggaran belanjanya dibandingkan wanita karir yang belum menikah.
113
Tabel 4.47 Lebih Selektif Untuk Berinvestasi karena Krisis Ekonomi yang Melanda Indonesia Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
0 23,1% 25% 20% 30,8% 19,2% 18,2%
100% 61,5% 75% 66,7% 61,5% 68,5% 81,8%
0 15,4% 0 13,3% 7,7% 11% 0
0 0 0 0 0 1,4% 0
0 0 0 0 0 0 0
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 100% wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 23,1% menyatakan sangat setuju, 61,5% menyatakan setuju dan 15,4% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 75% menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 20% menyatakan sangat setuju, 66,7% menyatakan setuju, dan 13,3% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 30,8% wanita karir menyatakan sangat setuju, 61,5% menyatakan setuju, dan 7,7% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 19,2% menyatakan sangat setuju, 68,5% menyatakan setuju, 11% menyatakan ragu, dan 1,4% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 18,2% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 81,8% menyatakan setuju. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menuntut sikap yang selektif dalam berinvestasi. Dari
114
tabel di atas, mayoritas wanita karir setuju dengan pernyataan tersebut. Maka dapat disimpulkan seluruh responden wanita karir menyadari dan berminat untuk melakukan perencanaan dalam hal investasi untuk menghindari resiko krisis ekonomi.
Tabel 4.48 Lebih Memperhatikan Keuangan Pribadi karena Nilai Tukar Rupiah atas Mata Uang Asing yang Fluktuatif Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
0 10,3% 25% 13,3% 7,7% 17,8% 9,1%
100% 71,8% 50% 60% 76,9% 64,4% 63,6%
0 12,8% 25% 26,7% 15,4% 17,8% 27,3%
0 5,1% 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju, 25% menyatakan setuju, dan 50% menyatakan ragu. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 12,8% menyatakan sangat setuju, 66,7% menyatakan setuju, 15,4% menyatakan ragu, dan 5,1% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju, 50% menyatakan setuju, dan 25% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 13,3% menyatakan sangat setuju, 73,3% menyatakan setuju, dan 7,7% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah
115
23,1% wanita karir menyatakan sangat setuju, 69,2% menyatakan setuju, dan 7,7% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 16,4% menyatakan sangat setuju, 68,5% menyatakan setuju, 13,7% menyatakan ragu, dan 1,4% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 18,2% wanita karir menyatakan sangat setuju, 63,6% menyatakan setuju, dan 18,2% menyatakan ragu. Nilai tukar rupiah atas mata uang asing yang fluktuatif juga menuntut perhatian lebih pada keuangan pribadi wanita karir. Dari tabel di atas, terlihat bahwa persentase wanita karir yang sudah menikah untuk seluruh karakteristik tingkat pendidikan yang menjawab sangat setuju secara umum menunjukkan angka yang lebih besar daripada persentase wanita karir yang belum menikah. Dan terlihat perbedaan persentase minat pada tiap karakteristik pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan wanita karir, semakin peduli mereka terhadap keuangan pribadi maupun keluarganya.
Tabel 4.49 Tertarik Berinvestasi pada Pasar Modal Syariah karena Imbal Hasil Obligasi Syariah yang Tinggi Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
0 2,6% 25% 6,7% 7,7% 6,8% 0
100% 53,8% 50% 46,7% 30,8% 56,2% 45,5%
0 28,2% 25% 46,7% 53,8% 30,1% 45,5%
0 15,4% 0 0 7,7% 4,1% 9,1%
0 0 0 0 0 2,7% 0
116
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 100% wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 2,6% menyatakan sangat setuju, 53,3% menyatakan setuju, 28,2% menyatakan ragu, dan 15,4% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju, 50% menyatakan setuju, dan 25% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 6,7% menyatakan sangat setuju, 46,7% menyatakan setuju, dan 46,7% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 7,7% wanita karir menyatakan sangat setuju, 30,8% menyatakan setuju, 53,8% menyatakan ragu, dan 7,7% menyatakan tidak setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 6,8% menyatakan sangat setuju, 56,2% menyatakan setuju, 30,1% menyatakan ragu, 4,1% menyatakan tidak setuju, dan 2,7% menyatakan sangat tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 45,5% wanita karir menyatakan setuju, 45,5% menyatakan ragu, dan 9,1% menyatakan tidak setuju. Dari tabel di atas mayoritas menjawab setuju dan ragu-ragu. Ini berarti wanita karir tidak peduli akan imbal hasil yang besar dalam hal berinvestasi. Mereka tidak hanya mengejar keuntungan atau profit semata. Dalam perencanaan keuangan syariah, tidak diperkenankan hanya mengejar profit, tetapi yang paling penting adalah berinvestasi pada sektor yang tidak bertentangan dengan syariat Islam.
117
Tabel 4.50 Tertarik Membuat Perencanaan Pendidikan Bagi Anak Saya karena Biaya Pendidikan dari Tahun ke Tahun yang Terus Meningkat Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
0 25,6% 50% 26,7% 38,5% 35,6% 27,3%
100% 71,8% 50% 60% 46,2% 57,5% 54,5%
0 2,6% 0 13,3% 15,4% 4,1% 18,2%
0 0 0 0 0 2,7% 0
0 0 0 0 0 0 0
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 100% wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 25,6% menyatakan sangat setuju, 71,8% menyatakan setuju, dan 2,6% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 50% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 50% menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 26,7% menyatakan sangat setuju, 60% menyatakan setuju, dan 13,3% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 38,5% wanita karir menyatakan sangat setuju, 46,2% menyatakan setuju, dan 15,4% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 35,6% menyatakan sangat setuju, 57,5% menyatakan setuju, 4,1 % menyatakan ragu, dan 2,7% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 27,3% wanita karir menyatakan sangat setuju, 54,5% menyatakan setuju, dan 18,2% menyatakan ragu. Inflasi bukan hanya meningkatkan harga barang-barang, tetapi
118
juga biaya pendidikan. Untuk mengantisipasinya, diperlukan adanya perencanaan pendidikan agar pendidikan anak menjadi terjamin. Dari tabel di atas, secara umum diperoleh gambaran bahwa wanita karir yang belum menikah untuk setiap karakteristik tingkat pendidikan belum terlalu memperhatikan perencanaan pendidikan bagi anaknya karena mereka belum memiliki anak. Berbeda dengan yang sudah menikah, mereka sangat setuju dan sadar akan pentingnya perencanaan pendidikan bagi anak-anak mereka karena naiknya biaya pendidikan dari tahun ke tahun. 5. Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Menurut Dunia Keuangan Tabel 4.51 Tertarik untuk Berinvestasi karena Produk-produk Keuangan Syariah yang Beragam Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
0 5,1% 25% 6,7% 7,7% 8,2% 9,1%
50% 64,1% 75% 66,7% 76,9% 69,9% 81,8%
50% 28,2% 0 26,7% 15,4% 15,1% 9,1%
0 2,6% 0 0 0 4,1% 0
0 0 0 0 0 2,7% 0
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 50% wanita karir menyatakan setuju dan 50% menyatakan ragu. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 5,1% menyatakan sangat setuju, 64,1% menyatakan setuju, 28,2% menyatakan ragu, dan 2,6% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25% wanita karir
119
menyatakan sangat setuju dan 75% menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 6,7% menyatakan sangat setuju, 66,7% menyatakan setuju, dan 26,7% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 7,7% wanita karir menyatakan sangat setuju, 76,9% menyatakan setuju, dan 15,4% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 8,2% menyatakan sangat setuju, 69,9% menyatakan setuju, 15,1% menyatakan ragu, 4,1% menyatakan tidak setuju, dan 2,7% menyatakan sangat tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 9,1% wanita karir menyatakan sangat setuju, 81,8% menyatakan setuju, dan 9,1% menyatakan ragu. Dunia keuangan saat ini menawarkan beragam produk keuangan baik itu syariah maupun konvensional. Maka perlu adanya pemilihan jenis dan produk mana yang benar-benar dibutuhkan agar tidak membuangbuang uang karena membeli produk yang salah. Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa mayoritas responden saat ditanyai pendapat bahwa mereka tertarik berinvestasi karena produk-produk keuangan syariah yang beragam dan mayoritas menjawab setuju dengan pembagian sebagai berikut. Pada tingkat pendidikan SLTA dan S1, persentase responden menikah yang menjawab sangat setuju lebih besar daripada persentase responden yang belum menikah. berbeda halnya dengan responden dengan tingkat pendidikan Diploma yang sudah menikah, persentase jawaban sangat setujunya lebih kecil dibandingkan yang belum menikah. Namun secara umum dapat disimpulkan bahwa responden yang sudah menikah untuk tiap-tiap karakteristik tingkat pendidikan lebih tertarik
120
berinvestasi karena produk keuangan syariah yang beragam daripada responden wanita karir yang belum menikah. Untuk tingkat pendidikan secara umum, terlihat persentase yang meningkat untuk tingkat pendidikan yang semakin tinggi. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin terbuka orang tersebut akan perkembangan zaman termasuk perkembangan dalam bidang keuangan.
Tabel 4.52 Menabung karena Merupakan Salah Satu Cara untuk Merencanakan Keuangan Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
0 17,9% 25% 20% 38,5% 20,5% 18,2%
100% 61,5% 50% 73,3% 46,2% 71,2% 72,7%
0 15,4% 25% 6,7% 15,4% 5,5% 9,1%
0 2,6% 0 0 0 0 0
0 2,6% 0 0 0 2,7% 0
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 100% wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 17,9% menyatakan sangat setuju, 61,9% menyatakan setuju, 15,4% menyatakan ragu, 2,6% menyatakan tidak setuju, dan 2,6% menyatakan sangat tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju, 50% menyatakan setuju, dan 25% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 20% menyatakan sangat
121
setuju, 73,3% menyatakan setuju, dan 6,7% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 38,5% wanita karir menyatakan sangat setuju, 46,2% menyatakan setuju, dan 15,4% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 20,5% menyatakan sangat setuju, 71,2% menyatakan setuju, 5,5% menyatakan ragu, dan 2,7% menyatakan sangat tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 18,2% wanita karir menyatakan sangat setuju, 72,7% menyatakan setuju, dan 9,1% menyatakan ragu. Salah satu instrumen perencanaan keuangan baik itu syariah maupun konvensional adalah tabungan. Dari tabel di atas diperoleh gambaran bahwa mayoritas wanita karir setuju dengan pernyataan tersebut, walaupun ada sebagian kecil yang menjawab ragu dan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan SLTA, persentase responden menikah yang menjawab sangat setuju lebih besar daripada persentase responden yang belum menikah. Namun berbeda halnya dengan responden menikah dengan tingkat pendidikan Diploma dan S1, karena persentasenya lebih kecil dibandingkan yang belum menikah.
122
Tabel 4.53 Berminat Memiliki Produk Asuransi karena Manfaatnya Sangat Banyak Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
0 15,4% 0 6,7% 23,1% 19,2% 0
100% 56,4% 100% 73,3% 38,5% 61,6% 90,9%
0 25,6% 0 13,3% 38,5% 12,3% 9,1%
0 2,6% 0 6,7% 0 4,1% 0
0 0 0 0 0 2,7% 0
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 100% wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 15,4% menyatakan sangat setuju, 56,4% menyatakan setuju, 25,6% menyatakan ragu, dan 2,6% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 100% wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 6,7% menyatakan sangat setuju, 73,3% menyatakan setuju, 13,3% menyatakan ragu, dan 6,7% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 23,1% wanita karir menyatakan sangat setuju, 38,5% menyatakan setuju, dan 38,5% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 19,2% menyatakan sangat setuju, 61,6% menyatakan setuju, 12,3% menyatakan ragu, 4,1% menyatakan tidak setuju, dan 2,7% menyatakan sangat tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 90,9% wanita karir menyatakan setuju dan 9,1% menyatakan ragu. Seperti pernyataan sebelumnya bahwa produk
123
asuransi memiliki manfaat yang sangat banyak. Responden kembali ditanyakan hal yang sama dan mereka menunjukkan kekonsistenan dalam menjawab. Dapat kita lihat bahwa responden yang belum menikah secara umum kurang berminat untuk memiliki produk asuransi dibandingkan responden wanita karir yang sudah menikah karena mereka merasa belum membutuhkan proteksi diri dan lain-lain.
Tabel 4.54 Tertarik Berinvestasi pada Komoditas Emas karena Harganya terus Naik dari Waktu ke Waktu Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
0 10,3% 25% 6,7% 15,4% 11% 0
75% 53,8% 50% 53,3% 46,2% 64,4% 72,7%
25% 23,1% 25% 33,3% 38,5% 16,4% 27,3%
0 12,8% 0 6,7% 0 8,2% 0
0 0 0 0 0 0 0
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 75% wanita karir menyatakan setuju dan 25% menyatakan ragu. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 10,3% menyatakan sangat setuju, 53,8% menyatakan setuju, 23,1% menyatakan ragu, dan 12,8% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju, 50% menyatakan setuju, dan 25% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 15,4% menyatakan sangat setuju, 46,2% menyatakan setuju, dan 38,5% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan
124
S1 dengan status belum menikah 15,4% wanita karir menyatakan sangat setuju, 46,2% menyatakan setuju, dan 38,5% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 11% menyatakan sangat setuju, 64,4% menyatakan setuju, 16,4% menyatakan ragu, dan 8,2% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 72,7% wanita karir menyatakan setuju dan 27,3% menyatakan ragu. Sekarang ini investasi dalam bentuk emas sangat diminati oleh masyarakat terutama wanita karena harganya yang cenderung untuk naik dari waktu ke waktu. Dari tabel di atas diperoleh gambaran bahwa wanita karir mayoritas menjawab setuju dengan hal tersebut. Untuk tingkat pendidikan SLTA, Diploma, dan S1 dengan status marital wanita karir sudah menikah, persentase yang menjawab sangat setuju dan setuju lebih besar dibandingkan wanita karir yang belum menikah. Untuk tingkat pendidikan wanita karir secara umum terdapat peningkatan persentase untuk tiap kenaikan tingkat pendidikan wanita karir.
125
Tabel 4.55 Tingkat Resiko yang Tinggi tidak Menjadi Penghalang untuk Tetap Berinvestasi Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
0 7,7% 25% 6,7% 7,7% 1,4% 0
25% 38,5% 25% 40% 15,4% 42,5% 36,4%
75% 43,6% 50% 53,3% 69,2% 45,2% 54,5%
0 7,7% 0 0 7,7% 11% 9,1%
0 2,6% 0 0 0 0 0
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan setuju dan 75% menyatakan ragu. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 7,7% menyatakan sangat setuju, 38,5% menyatakan setuju, 43,6% menyatakan ragu, 7,7% menyatakan tidak setuju, dan 2,6% menyatakan sangat tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju, 25% menyatakan setuju, dan 50% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 6,7% menyatakan sangat setuju, 40% menyatakan setuju, dan 53,3% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 7,7% wanita karir menyatakan sangat setuju, 15,4% menyatakan setuju, 69,2% menyatakan ragu, dan 7,7% menyatakan tidak setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 1,4% menyatakan sangat setuju, 42,5% menyatakan setuju, 45,2% menyatakan ragu, dan 11% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 36,4% wanita karir
126
menyatakan setuju, 54,5% menyatakan ragu, dan 9,1% menyatakan tidak setuju. Semua bentuk investasi memiliki resikonya masing-masing. Semakin tinggi kemungkinan keuntungan yang akan diperoleh semakin tinggi pula resikonya (high risk high gain). Dari tabel di atas diperoleh gambaran bahwa mayoritas wanita karir tidak menyukai dan takut akan resiko berinvestasi. Tidak banyak yang menjawab sangat setuju atau setuju pada pernyataan di atas. Antara wanita yang belum dan sudah menikah memiliki jawaban yang hampir sama.
Tabel 4.56 Tertarik Memiliki Tabungan di Bank Syariah karena Aksesnya Mudah Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
0 12,8% 0 6,7% 30,8% 6,8% 27,3%
100% 69,2% 100% 73,3% 61,5% 67,1% 63,%
0 15,4% 0 13,3% 7,7% 17,8% 9,1%
0 2,6% 0 6,7% 0 8,2% 0
0 0 0 0 0 0 0
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 100% wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 12,8% menyatakan sangat setuju, 69,2% menyatakan setuju, 15,4% menyatakan ragu, dan 2,6% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 100% wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 6,7% menyatakan sangat setuju, 73,3% menyatakan setuju, dan 13,3% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1
127
dengan status belum menikah 30,8% wanita karir menyatakan sangat setuju, 61,5% menyatakan setuju, dan 7,7% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 6,8% menyatakan sangat setuju, 67,1% menyatakan setuju, 17,8% menyatakan ragu, dan 8,2% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 27,3% wanita karir menyatakan sangat setuju, 63,6% menyatakan setuju, dan 9,1% menyatakan ragu. Dari tabel di atas diperoleh gambaran bahwa fasilitas yang menunjang kemudahan nasabah dalam transaksi menjadi penting untuk dimiliki oleh tiap produk keuangan. Terbukti dari respon wanita karir di atas, mayoritas menjawab setuju bahwa akses mudah membuat mereka tertarik untuk menggunakan salah satu produk keuangan.
Tabel 4.57 Dunia Bisnis yang Semakin Modern Menuntut untuk Menggunakan Salah Satu Layanan Perbankan Termasuk Perbankan Syariah Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
0 7,7% 25% 6,7% 46,2% 12,3% 18,2%
100% 74,4% 75% 73,3% 46,2% 78,1% 72,7%
0 12,8% 0 13,3% 7,7% 8,2% 9,1%
0 5,1% 0 6,7% 0 1,4% 0
0 0 0 0 0 0 0
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 100% wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah
128
7,7% menyatakan sangat setuju, 74,4% menyatakan setuju, 12,8% menyatakan ragu, dan 5,1% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 75% menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 6,7% menyatakan sangat setuju, 73,3% menyatakan setuju, 13,3% menyatakan ragu, dan 6,7% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 46,2% wanita karir menyatakan sangat setuju, 46,2% menyatakan setuju, dan 7,7% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 12,3% menyatakan sangat setuju, 78,1% menyatakan setuju, 8,2% menyatakan ragu, dan 1,4% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 18,2% wanita karir menyatakan sangat setuju, 72,7% menyatakan setuju, dan 9,1% menyatakan ragu. Dunia bisnis yang semakin modern dan berkembang menuntut seseorang untuk memiliki berbagai layanan perbankan salah satunya perbankan syariah. Dari tabel di atas diperoleh gambaran bahwa mayoritas wanita karir setuju pada pernyataan tersebut.
129
Tabel 4.58 Tertarik Menyimpan Uang pada Produk Deposito Syariah untuk Investasi Jangka Pendek Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
0 7,7% 25% 6,7% 15,4% 6,8% 0
50% 53,8% 25% 60% 38,5% 47,9% 83,6%
50% 23,1% 50% 13,3% 30,8% 28,8% 36,4%
0 12,8% 0 13,3% 7,7% 12,3% 0
0 2,6% 0 6,7% 7,7% 4,1% 0
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 50% wanita karir menyatakan setuju dan 50% menyatakan ragu. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 7,7% menyatakan sangat setuju, 53,8% menyatakan setuju, 23,1% menyatakan ragu, 12,8% menyatakan tidak setuju, dan 2,6% menyatakan sangat tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju, 25% menyatakan setuju, dan 50% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 6,7% menyatakan sangat setuju, 60% menyatakan setuju, 13,3% menyatakan ragu, 13,3% menyatakan tidak setuju, dan 6,7% menyatakan sangat tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 15,4% wanita karir menyatakan sangat setuju, 38,5% menyatakan setuju, 30,8% menyatakan ragu, 7,7% menyatakan tidak setuju, dan 7,7% menyatakan sangat tidak setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 6,8% menyatakan sangat setuju, 47,9% menyatakan setuju, 28,8% menyatakan ragu, 12,3%
130
menyatakan tidak setuju, 4,1% menyatakan sangat tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 83,6% wanita karir menyatakan setuju dan 36,4% menyatakan ragu. Investasi jangka pendek dalam bentuk deposito menjadi salah satu alternatif dalam berinvestasi. Dari tabel di atas diperoleh jawaban responden yang beragam. Mayoritas menjawab setuju dan sebagian kecil ada yang menjawab tidak setuju bahkan sangat tidak setuju.
Tabel 4.59 Tertarik Menempatkan Dana pada Reksadana Syariah untuk Investasi Jangka Panjang Tingkat Pendidikan
Status Marital
Belum Menikah Menikah Belum Menikah Diploma 3 Menikah Belum Menikah S1 Menikah S2 Menikah Sumber: kuesioner diolah, 2011 SLTA
SS
S
R
TS
STS
0 5,1% 25% 0 7,7% 8,2% 0
50% 59% 50% 33,3% 30,8% 50,7% 72,7%
50% 25,6% 25% 46,7% 46,2% 24,7% 27,3%
0 7,7% 0 13,3% 7,7% 12,3% 0
0 2,6% 0 6,7% 7,7% 4,1% 0
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 50% wanita karir menyatakan setuju dan 50% menyatakan ragu. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 5,1% menyatakan sangat setuju, 59% menyatakan setuju, 25,6% menyatakan ragu, 7,7% menyatakan tidak setuju, dan 2,6% menyatakan sangat tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju, 50% menyatakan setuju, dan 25% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 33,3%
131
wanita karir menyatakan setuju, 46,7% menyatakan ragu, 13,3% menyatakan tidak setuju, dan 6,7% menyatakan sangat tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 7,7% wanita karir menyatakan sangat setuju, 30,8% menyatakan setuju, 46,2% menyatakan ragu, 7,7% menyatakan tidak setuju, dan 7,7% menyatakan sangat tidak setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 8,2% menyatakan sangat setuju, 50,7% menyatakan setuju, 24,7% menyatakan ragu, 12,3% menyatakan tidak setuju, 4,1% menyatakan sangat tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 72,7% wanita karir menyatakan setuju dan 27,3% menyatakan ragu. Reksadana syariah juga menjadi salah satu alternatif dalam berinvestasi. Dari tabel di atas, jawaban responden juga beragam. Mayotitas menjawab setuju atas pernyataan tersebut. Pada tingkat pendidikan SLTA dan S1, persentase responden wanita karir yang sudah menikah yang menjawab sangat setuju jumlahnya lebih besar daripada persentase wanita karir yang belum menikah. Sedangkan untuk tingkat pendidikan Diploma, persentase wanita karir yang sudah menikah yang menjawab sangat setuju lebih kecil dibandingkan persentase wanita karir yang belum menikah. Namun secara umum status marital wanita karir yang sudah menikah memiliki minat yang lebih besar dalam berinvestasi jangka pendek pada reksadana syariah dibandingkan wanita karir yang belum menikah. Secara umum juga semakin tinggi tingkat pendidikan wanita karir semakin tinggi pula persentase yang menjawab setuju akan pentingnya investasi jangka panjang pada reksadana syariah.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Secara teori, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin berminat pula ia untuk membuat perencanaan yang sesuai dengan syariah. Status marital yang berbeda-beda juga menimbulkan perbedaan dalam membuat perencanaan keuangan syariah. Seseorang yang sudah menikah lebih berminat untuk membuat perencanaan keuangan syariah dibandingkan seseorang yang belum menikah. 2. Terdapat perbedaan minat membuat perencanaan keuangan syariah antara wanita karir yang berstatus belum menikah dengan wanita karir yang berstatus sudah menikah. Wanita karir yang sudah menikah lebih berminat untuk membuat perencanaan keuangan keluarganya dibandingkan wanita karir yang belum menikah. Terdapat perbedaan minat membuat perencanaan keuangan syariah pada masing-masing karakteristik tingkat pendidikan wanita karir. Semakin tinggi tingkat pendidikan wanita karir, semakin besar minatnya dalam membuat perencanaan keuangan syariah bagi dirinya maupun bagi keluarganya. Produk keuangan yang paling banyak dipilih oleh wanita karir berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan dan status maritalnya antara lain: wanita karir dengan tingkat pendidikan SMA belum menikah paling banyak
132
133
memilih produk tabungan syariah, sedangkan yang sudah menikah paling banyak memilih produk tabungan haji, wanita karir dengan tingkat pendidikan Diploma 3 belum menikah paling banyak memilih asuransi jiwa, sedangkan yang sudah menikah paling banyak memilih tabungan haji dan asuransi syariah, wanita karir dengan tingkat pendidikan S1 belum menikah paling banyak memilih produk tabungan syariah, sedangkan yang sudah menikah paling banyak memilih
tabungan haji, dan wanita karir dengan tingkat
pendidikan S2 dengan status menikah paling banyak memilih tabungan haji dalam merencanakan keuangannya.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, beberapa saran diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi bahan pertimbangan bagi pembaca di antaranya: 1. Wanita karir yang sudah menikah lebih berminat untuk melakukan perencanaan keuangan syariah dibandingkan yang belum menikah. Padahal perencanaan keuangan sangat penting bagi semua orang terutama termasuk yang belum berumah tangga. Maka diperlukan adanya sosialisasi mengenai pentingnya merencanakan keuangan pribadi pada wanita karir. 2. Wanita karir yang memiliki tingkat pendidikan tinggi (Sarjana) lebih berminat untuk melakukan perencanaan keuangan dibandingkan dengan yang pendidikannya belum sarjana. Maka di sini diperlukan pula peran pemerintah
134
maupun mahasiswa untuk menyadarkan wanita karir betapa pentingnya merencanakan keuangan baik untuk diri sendiri maupun untuk keluarga. 3. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti faktor lain selain status marital dan tingkat pendidikan wanita karir yang mempengaruhi minat membuat perencanaan keuangan syariah. Faktor tersebut di antaranya: a. Kepribadian seseorang Wanita karir yang mempunyai sifat hemat, disiplin, hati-hati dan terencana lebih berminat untuk membuat perencanaan keuangan pribadi maupun keluarga. b. Usia Wanita karir yang usianya lebih matang biasanya lebih berminat dalam merencanakan keuangan keluarga. c. Pendapatan. Wanita karir yang pendapatannya maupun keluarganya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, kurang tertarik untuk membuat perencanaan keuangan jangka panjang, karena para responden wanita karir cenderung untuk lebih memikirkan mengatur keuangan sehari-harinya dan kurang memikirkan untuk merencanakan keuangan masa yang akan datang. d. Pola pikir Wanita karir yang mempunyai pemikiran berorientasi pada masa depan, cenderung untuk tertarik membuat perencanaan keuangan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul Karim dan Terjemahannya. 2007. Departemen Agama. Ali, AM Hasan. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam: Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritis, dan Praktis. 2004. Jakarta: Prenada Media. Anshory, Hafiz. Ihdad Wanita Karir dan Problematika Hukum Islam Kontemporer. 1996. Jakarta: Pustaka Firdaus. Badan Pusat Statistik Kota Palangkaraya. Palangkaraya dalam Angka. 2009. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 4. 2008. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Dewi, Herlina P. Mengelola Keuangan Pribadi Untuk Perempuan Lajang dan Menikah. 2009. Yogyakarta: Stiletto Book. Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. 2002. Jakarta: Rineka Cipta. Fakultas Syariah dan Hukum. Buku Pedoman Penulisan Skripsi. 2007. Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ghozie, Prita Hapsari. Menjadi Cantik, Gaya, dan Tetap Kaya. 2010. Jakarta: Elex Media Komputindo. Hasan, M. Tholhah. Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia. 2005. Jakarta: Lantabora Press. Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.1980. Jakarta: Erlangga. Kapoor, Jack R., dkk. Personal Finance Seventh Edition. 2004. New York, America: McGraw-Hill Companies. Mandell, Lewis. The Impact of Financial Literacy Education on Subsequent Financial Behavior. 2009. Manurung, Adler H dan Lutfi T. Rizky. Successful Financial Planner a Complete Guide. 2009. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
135
136
McCormick, Martha Henn. The Effectiveness of Youth Financial Education, Journal of Financial and Counselling Planning. Vol. 20. Issuue 1. 2009. Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu dalam sambutan Peringatan Hari Ibu ke-80 dan Perancangan Tahun Indonesia Kreatif 2009 di Jakarta Convention Centre, Senin 22 Desember 2008. Mingka, Agustianto dan Lutfi Trisandi Rizki. Fiqih Perencanaan Keuangan Syariah. 2010. Jakarta: MudaMapan Publishing. Moelyono, Anton M. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1989. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Mudzar, Atho. Wanita dalam Masyarakat Indonesia. 2001. Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press. Muhammad. Metode Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif. 2008. Yogyakarta: PT. Rajawali Pers. ___________ Metodologi Penelitian Pemikiran Ekonomi Islam. 2004. Yogyakarta: Ekonisia. Muri’ah, Siti. Wanita Karir dalam Bingkai Islam. Bandung: Angkasa. Nugraha, Ubaidillah. Wealth Management. 2008. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Pratiwi, Rahmawati Dian. Tingkat Kesadaran Masyarakat dalam Perencanaan Keuangan Keluarga Perspektif Islam (Studi pada Masyarakat Kelurahan Cempaka Putih Ciputat. 2010. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Poerwadarminta, WJS. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1987. Jakarta: Balai Pustaka. Pontjowinoto, Iwan P. Kaya dan Bahagia Cara Syariah. 2010. Jakarta, PT. Mizan Publika. Purwoko, Aditya Dwi. Pengaruh Pelaksanaan Self Assessment System, Kualitas Pelayanan KPP, dan Tingkat Pendidikan terhadap Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajiban Pajak. 2008. Skripsi UIN Jakarta. Rochaety, Ety. Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS. 2007. Jakarta: Mitra Wacana Media.
137
Santoso, Singgih. Bank Soal Statistik dengan SPSS. 2005. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Senduk, Safir. Seri Perencanaan Keuangan, Mengelola Keuangan Keluarga. 2009 Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Sumadi, Suryabrata. Psikologi Pendidikan, 2001. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. 1997. Bandung: Rosda. ______________ Psikologi Belajar. 2004. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial: Edisi kedua. 2009. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Yohnshon. Peran Universitas di Surabaya dalam Meningkatkan Jumlah Keluarga Mapan di Surabaya. 2009. Jurnal Penelitian Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra.
Internet: http://kalteng.go.id/viewcat.asp?id=80 Irmayanti Meliono dkk, MPKT Modul I. 2007. Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI. Artikel ini diakses tanggal 24 Juni 2011 pukul 02.03 p.m. dari http://www.id.wikipedia.org. Sri Khurniatun, Perencanaan Keuangan Syariah Vs Konvensional, artikel ini diakses pada tanggal 22 September 2011 pukul 02.13 p.m. dari http://srikhurniatun.blogspot.com/2008/07/perencana-keuangan-syariah-vs.html
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Untuk Wanita Karir Muslim yang Bekerja pada Instansi Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya sebagai Responden
PENGANTAR Kuesioner ini ditujukan untuk memperoleh data dan informasi yang terkait dengan permasalahan yang diteliti dalam bentuk skripsi dengan judul “Perbedaan Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Status Marital Wanita Karir (Studi pada Instansi Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya)”. Peneliti berharap kepada responden yang terpilih sebagai responden dalam penelitian ini dapat bekerja sama dalam memberikan informasi serta jawaban atas pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner ini secara benar, jujur, dan objektif. Atas bantuan dan kerjasamanya, peneliti mengucapkan terima kasih. Jakarta,
Juni 2011 Peneliti,
Mega Resti Wulandari
IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama responden/inisial
:
2. Usia
:
a. < 24 Tahun b. 25 – 29 Tahun c. 30 – 39 Tahun d. 40 – 49 Tahun e. > 50 Tahun 3. Status pernikahan
:
a. Belum Menikah b. Menikah 4. Tingkat pendidikan terakhir a. SLTA/MA b. Diploma 3 c. Sarjana S1 d. Sarjana S2 e. Lainnya…..
:
PETUNJUK PENGISIAN: Jawab pertanyaan dengan memberikan tanda checklist (√) pada kolom yang telah tersedia Contoh pengisian kuesioner: No 1
Pertanyaan
SS
Saya adalah Pegawai Negeri Sipil
SS
= Sangat Setuju
S
= Setuju
R
= Ragu-ragu
TS
= Tidak setuju
STS
= Sangat Tidak Setuju
S
R
TS
STS
√
A. LANDASAN SYARIAH No
Pertanyaan
SS
1
Saya mengetahui dengan jelas perintah Allah untuk berzakat
2
Setiap penghasilan yang saya peroleh telah saya keluarkan zakatnya
3
Saya mengetahui perintah Allah untuk tidak hidup berlebih-lebihan (hemat)
4
Saya hanya membelanjakan uang saya pada hal-hal yang tidak bertentangan dengan syariah Islam
5
Dengan
hidup
melakukan
sederhana
perencanaan
berarti
keuangan
saya yang
telah sesuai
syariah 6
Saya mengetahui pentingnya merencanakan keuangan
7
Saya
tertarik
untuk
berinvestasi
pada
produk
keuangan syariah karena saya mengetahui dengan jelas perintah Allah SWT untuk melakukan perencanaan termasuk dalam merencanakan keuangan 8
Saya hanya berminat untuk berinvestasi pada hal-hal yang tidak bertentangan dengan syariat Islam
S
R
TS
STS
No
Pertanyaan
9
Saya tertarik untuk menabung di Bank Syariah karena
SS
S
R
TS
STS
SS
S
R
TS
STS
menabung adalah salah satu cara untuk hidup hemat 10
Saya tertarik untuk berinvestasi di Bank Syariah karena Bank Syariah jauh dari unsur riba
B. KEBUTUHAN HIDUP No
Pertanyaan
1
Saya hanya membeli hal-hal yang memang benarbenar saya butuhkan
2
Saya tidak menyukai gaya hidup berlebihan, maka kelebihan dana biasanya saya tempatkan pada produk tabungan di Bank Syariah
3
Saya ingin menabung di Bank Syariah agar memiliki kemudahan dalam bertransaksi
4
Untuk kebutuhan tidak terduga saya akan menyisihkan dana darurat yang saya investasikan pada bank syariah
5
Untuk memenuhi rencana saya naik haji, saya tertarik untuk menggunakan produk tabungan haji di Bank Syariah
6
Saya tertarik menabung di Bank Syariah untuk berjaga-jaga agar tersedianya dana apabila ada keluarga yang sakit
7
Untuk
keperluan
proteksi
diri,
saya
akan
menginvestasikan sejumlah dana pada asuransi syariah 8
Saya berminat menginvestasikan sejumlah dana pada reksadana syariah untuk biaya hidup di hari tua nanti
No
Pertanyaan
9
Saya tertarik berinvestasi pada pasar uang syariah
SS
S
R
TS
STS
SS
S
R
TS
STS
untuk mendapatkan gaya hidup yang layak nantinya
C. SIKLUS HIDUP No
Pertanyaan
1
Saya suka menabung
2
Saya tertarik untuk menabung di Bank Syariah karena saya mengetahui pentingnya menabung sejak kecil
3
Sejak saya pertama bekerja saya tertarik untuk menggunakan instrumen keuangan tabungan syariah untuk membantu merencanakan keuangan saya
4
Saya
ingin
menabung
di
bank
syariah
untuk
meminimalisasi resiko yang timbul di masa yang akan datang 5
Untuk melindungi dari kerugian di masa yang akan datang, saya akan mengikuti program asuransi syariah
6
Saat memiliki anak, agar pendidikannya terjamin, saya ingin mempersiapkan dana pendidikan dengan cara menempatkannya pada asuransi syariah
7
Untuk mempertahankan gaya hidup yang layak di hari tua nanti, saya ingin menempatkan sejumlah dana reksadana syariah
8
Menurut saya perencanaan warisan secara syariah menjadi penting untuk dimiliki saat saya berkeluarga
D. KENYATAAN HIDUP No
Pertanyaan
SS
1
Untuk menghindari terjadinya resiko saat terkena PHK, saya akan merencanakan keuangan saya dengan lebih matang
2
Untuk menghindari naiknya harga barang-barang di masa yang akan datang saya akan mulai berinvestasi
3
Harga barang yang terus meningkat, menuntut saya untuk lebih memperhatikan keuangan saya
4
Imbal hasil yang rendah membuat saya tidak berminat untuk menempatkan dana pada sektor keuangan
5
Saya mengantisipasi kenaikan harga bahan pokok yang terus meningkat dengan cara mengatur kembali anggaran belanja saya
6
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia membuat saya lebih selektif untuk berinvestasi
7
Nilai tukar rupiah atas mata uang asing yang fluktuatif membuat
saya
lebih
memperhatikan
keuangan
pribadi saya 8
Imbal hasil Obligasi syariah yang tinggi membuat saya tertarik untuk berinvestasi di pasar modal syariah
9
Naiknya biaya pendidikan dari tahun ke tahun membuat saya tertarik untuk membuat perencanaan pendidikan bagi anak saya
S
R
TS
STS
E. DUNIA KEUANGAN No 1
Pertanyaan Produk-produk
keuangan
SS
syariah
yang
beragam
membuat saya tertarik untuk berinvestasi 2
Saya mengetahui bahwa menabung menggunakan produk
keuangan
merupakan
salah
satu
cara
merencanakan keuangan 3
Saya berminat untuk memiliki produk asuransi, karena manfaatnya sangat banyak
4
Naiknya harga emas dari waktu ke waktu membuat saya tertarik untuk berinvestasi pada komoditas tersebut
5
Tingkat resiko yang tinggi tidak menjadi penghalang bagi saya untuk tetap berinvestasi
6
Saya tertarik untuk memiliki tabungan di Bank Syariah karena aksesnya mudah
7
Dunia bisnis yang semakin modern menuntut saya untuk menggunakan salah satu layanan perbankan termasuk perbankan syariah
8
Untuk investasi jangka pendek saya tertarik untuk menyimpan uang saya pada produk deposito syariah
9
Untuk investasi jangka panjang saya tertarik untuk menempatkan sejumlah dana pada reksadana syariah
S
R
TS
STS
Lampiran 2 Skor Kuesioner A 1
A 2
A 3
A 4
A 5
A 6
A 7
A 8
A 9
A 1 0
B 1
B 2
B 3
B 4
B 5
B 6
B 7
B 8
B 9
C 1
C 2
C 3
C 4
C 5
C 6
C 7
C 8
D 1
D 2
D 3
D 4
D 5
D 6
D 7
D 8
D 9
E 1
E 2
E 3
E 4
E 5
E 6
E 7
E 8
E 9
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
2
2
4
4
4
4
3
4
3
1
1
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
3
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
3
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
4
4
5
4
4
4
5
5
4
4
4
5
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
3
3
5
5
5
5
3
4
4
3
5
3
4
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
5
4
3
3
3
3
3
3
5
4
4
2
4
4
4
3
5
3
3
3
3
3
3
3
3
3
5
4
5
4
5
5
4
4
5
5
4
4
5
4
4
5
4
5
4
5
5
5
5
4
4
4
4
5
4
5
2
5
5
5
4
5
4
5
4
4
4
4
5
5
5
5
3
4
4
3
5
3
4
4
4
4
4
3
3
4
3
4
3
3
5
4
4
4
4
4
3
4
5
4
4
3
4
4
4
3
5
4
3
3
3
3
4
4
3
3
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
3
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
3
4
4
3
3
4
4
4
3
4
3
4
4
4
3
5
4
5
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
3
3
3
2
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
5
3
3
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
3
3
5
4
4
4
3
3
3
3
3
4
4
3
4
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
3
3
4
3
3
3
3
5
5
5
5
5
5
2
5
3
2
3
3
3
3
3
3
1
1
1
4
3
3
2
1
1
1
2
4
3
4
2
4
3
3
1
5
1
1
1
2
2
3
4
2
2
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
3
4
3
3
4
4
3
3
3
5
4
4
4
3
4
4
4
3
5
4
3
4
3
3
4
4
3
3
5
5
5
5
5
5
2
5
3
2
3
3
3
3
3
3
1
1
1
4
3
3
2
1
1
1
2
4
3
4
2
4
3
3
1
5
1
1
1
2
2
3
4
2
2
4
4
4
4
4
4
3
4
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
3
4
4
4
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
5
5
5
5
5
5
4
5
4
4
4
4
5
4
4
5
3
4
4
4
4
5
5
3
3
3
4
5
4
5
4
5
3
3
3
5
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
3
4
4
4
3
3
4
5
4
4
3
5
5
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
4
4
5
4
4
4
5
5
4
4
4
5
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
3
3
5
5
5
5
5
3
4
4
4
4
4
4
3
3
4
3
3
3
4
3
4
3
3
4
3
3
3
4
4
3
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
3
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
5
3
4
4
4
4
4
4
3
3
4
3
3
3
4
3
4
3
3
4
3
3
3
4
4
3
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
5
4
5
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
3
3
3
2
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
5
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
5
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
4
3
4
4
4
3
4
3
3
4
4
3
3
3
2
2
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
3
3
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
4
4
3
3
3
4
3
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
3
3
5
4
4
4
3
3
3
3
3
4
4
3
4
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
2
2
4
2
2
2
2
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
4
4
4
5
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
5
4
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
4
4
4
5
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
5
4
5
4
5
5
5
4
5
4
4
4
5
4
4
4
4
4
5
4
5
4
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
5
5
4
4
4
4
4
4
5
5
5
2
5
5
5
4
5
3
5
4
5
3
4
4
4
3
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
3
2
5
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
3
4
4
4
3
3
2
4
2
4
2
4
4
2
2
4
4
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
5
4
4
5
5
4
4
5
5
4
5
3
3
3
4
3
3
3
4
4
5
4
3
4
4
3
5
5
4
3
5
4
5
5
5
5
4
5
5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
5
4
5
4
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
4
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
3
3
4
4
3
4
3
3
3
4
3
3
4
3
3
5
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
3
3
4
4
3
4
4
3
3
4
3
3
4
3
3
5
3
5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
5
5
3
5
3
3
5
5
5
3
5
3
3
3
5
5
5
5
2
5
5
5
5
5
5
5
5
3
5
5
5
1
1
5
4
5
5
5
5
4
4
3
3
3
3
3
3
4
4
3
3
3
4
3
3
4
3
3
3
5
5
4
5
2
4
4
4
3
4
4
4
3
4
2
4
4
3
3
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
4
4
4
4
4
4
5
5
5
4
4
5
3
4
4
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
5
2
2
3
2
3
3
2
5
5
5
3
4
4
5
2
5
2
5
5
3
2
4
2
2
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
3
4
3
4
3
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
4
5
5
4
4
5
4
4
5
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
4
4
5
5
4
5
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
5
4
4
5
4
4
4
2
4
4
4
4
4
5
4
5
5
3
4
4
5
5
5
3
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
3
5
3
4
4
4
5
4
4
3
5
5
4
3
5
4
4
3
5
4
5
5
3
3
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
5
4
5
5
5
5
4
5
4
5
5
4
4
5
4
4
5
4
3
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
2
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
2
2
5
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
2
4
2
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
2
2
5
4
5
5
4
5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
4
5
4
4
5
4
4
5
4
4
5
5
5
5
4
4
4
5
5
3
4
4
5
5
5
4
4
3
4
3
3
4
3
3
3
3
3
3
4
3
4
4
3
3
3
4
3
3
4
4
3
4
4
3
3
4
2
4
4
4
3
4
3
3
4
4
3
3
3
3
3
5
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
3
4
3
3
4
4
4
5
4
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
3
3
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
5
2
4
3
4
4
4
4
4
3
4
3
4
5
5
4
3
4
4
5
4
5
4
4
4
4
3
4
4
3
3
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
5
5
4
4
5
4
4
4
4
5
5
4
4
4
4
4
3
5
4
4
3
4
4
4
4
5
4
4
4
3
4
4
4
4
4
5
5
5
4
4
4
4
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
3
4
4
3
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
5
5
5
4
4
4
4
5
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
3
3
4
4
4
4
5
4
4
2
2
3
2
2
2
1
2
2
1
1
5
5
5
4
4
4
4
5
4
4
4
3
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
2
2
3
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
2
4
3
4
3
3
4
4
4
5
5
5
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
2
4
4
4
4
5
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
2
4
4
4
4
5
4
4
4
3
3
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
4
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
4
4
4
3
3
4
3
3
4
4
3
4
4
3
4
4
3
3
4
4
4
3
4
3
3
3
4
4
4
4
2
4
4
4
3
4
3
4
3
3
3
3
3
3
3
5
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
5
5
4
5
4
5
5
4
3
5
4
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
4
3
3
4
3
4
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
3
3
3
3
3
5
5
4
4
5
3
4
4
5
5
5
5
4
4
5
4
4
4
4
5
5
4
4
4
5
4
3
4
4
4
3
4
4
4
3
5
4
4
5
3
4
5
4
5
5
4
4
5
3
5
4
4
3
5
5
4
4
3
4
4
4
3
3
3
5
5
5
4
4
5
3
3
5
5
5
3
5
5
3
2
5
2
4
4
2
3
2
4
3
4
5
5
5
5
5
4
4
4
5
5
4
5
4
4
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
4
3
4
4
4
4
5
4
4
5
4
3
4
4
4
4
5
5
5
5
4
5
5
4
5
4
5
5
4
5
5
4
5
5
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
5
4
5
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
2
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
1
1
5
5
5
4
4
5
5
4
5
4
4
4
4
4
5
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
3
4
3
4
4
3
3
4
4
4
4
5
5
5
4
4
3
3
4
4
4
5
4
4
4
5
5
4
4
4
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
1
1
5
4
5
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
3
3
5
4
3
3
3
4
3
5
4
3
4
3
4
4
3
3
4
3
4
3
2
2
4
4
2
4
5
4
5
5
4
4
5
5
5
5
4
4
4
5
5
4
4
5
4
4
5
4
4
4
5
4
5
4
4
5
3
5
4
4
4
5
4
4
4
4
3
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
2
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
1
1
4
4
4
3
3
3
3
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
4
3
4
3
4
3
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
4
4
4
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
3
4
4
4
3
3
3
3
5
3
4
4
4
3
3
4
4
4
3
4
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
4
4
4
3
3
3
4
3
4
4
4
3
4
3
3
3
5
5
5
4
4
3
5
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
5
4
5
3
5
4
4
3
5
4
5
5
4
4
4
4
3
3
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
5
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
5
2
5
5
4
2
4
5
5
4
3
3
4
4
4
4
5
5
5
5
4
4
3
5
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
4
3
2
3
3
3
3
3
4
4
4
3
4
5
5
3
4
3
4
3
4
4
3
4
3
3
5
5
5
5
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
5
5
4
4
4
3
4
2
2
2
2
2
2
5
5
4
2
4
4
4
2
5
4
4
2
5
4
2
2
2
2
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
3
4
4
4
3
3
4
4
4
3
5
3
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
4
3
3
3
3
4
4
3
3
3
3
2
3
4
4
4
3
4
3
2
2
4
3
3
3
2
2
4
4
3
3
5
5
5
5
5
4
4
5
5
5
4
4
5
4
4
4
3
3
3
5
5
4
5
3
3
3
4
5
3
4
3
4
5
4
2
3
4
5
3
3
3
4
5
5
3
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
2
2
4
2
3
4
4
4
2
2
4
4
5
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
5
5
3
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
3
3
3
5
5
4
4
3
3
3
3
5
4
5
4
5
4
5
4
5
4
5
4
4
2
4
5
2
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
3
3
4
4
4
3
4
4
5
5
5
4
5
4
5
4
4
5
4
4
4
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
2
5
5
5
3
4
3
5
4
3
3
3
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
2
5
5
5
5
5
5
5
5
3
3
5
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
5
4
3
3
4
3
4
3
3
5
5
3
4
3
3
3
3
5
4
4
4
4
3
4
3
4
3
4
4
3
3
2
3
2
2
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
5
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
5
4
5
4
4
5
4
3
5
4
4
4
4
4
4
4
3
3
5
4
5
5
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
4
5
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
3
3
4
4
4
3
3
5
4
5
4
4
4
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
5
4
5
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
5
4
4
4
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
5
4
4
4
5
4
4
4
5
4
2
2
5
4
2
2
4
5
4
3
2
3
4
4
2
4
4
4
4
5
5
5
5
5
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
5
4
4
4
4
4
3
4
4
4
5
5
4
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
5
4
4
5
3
3
3
4
4
4
5
5
4
4
5
5
5
4
5
5
5
4
5
5
5
5
4
4
4
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
4
5
5
4
4
4
4
5
4
4
4
5
5
5
4
5
5
5
5
4
5
5
4
4
5
5
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
3
3
5
5
4
4
5
3
5
4
4
4
5
4
4
4
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
4
5
4
4
4
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
3
2
4
5
3
4
3
3
5
3
4
3
5
3
3
4
3
4
4
4
3
4
4
4
5
5
4
5
4
5
5
4
3
4
4
5
4
4
4
5
5
4
4
4
4
3
2
4
5
3
4
3
3
5
3
4
3
5
3
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
3
2
4
5
4
5
5
4
3
4
4
5
4
4
4
5
5
4
4
5
4
5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
4
4
5
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
3
5
5
5
3
5
4
4
4
4
4
5
4
4
4
5
4
4
4
5
4
4
4
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
4
5
4
5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
5
2
5
5
2
2
4
4
3
4
3
4
4
4
4
5
4
5
5
2
5
5
2
4
3
4
4
5
4
5
3
5
2
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
5
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
2
4
3
3
4
4
4
1
4
3
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
2
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
5
4
4
5
4
4
4
4
4
5
5
4
5
3
4
3
4
4
4
5
4
3
4
3
4
3
4
4
4
3
4
4
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
5
4
5
4
4
4
5
3
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
5
4
4
4
4
5
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
5
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
5
4
5
3
5
3
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
3
4
4
3
3
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
4
4
3
3
4
5
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
5
4
4
3
4
4
5
5
4
4
4
4
3
4
5
3
4
4
5
3
2
2
4
3
3
4
4
4
4
4
3
3
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
5
4
5
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
3
4
4
5
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
5
3
4
3
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
3
4
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
5
5
5
5
4
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
5
4
5
5
5
5
4
5
5
5
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
3
5
5
4
3
5
4
5
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
2
5
4
5
4
4
2
2
3
2
5
3
3
4
4
5
4
3
4
3
3
4
4
5
5
4
2
4
5
5
4
4
4
5
5
5
3
4
3
3
3
5
5
5
5
5
5
4
4
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
5
5
4
4
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
5
5
5
5
5
4
5
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
2
4
4
4
4
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
3
5
4
4
4
3
3
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
2
4
4
3
2
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
4
4
4
2
4
4
4
3
4
4
4
3
3
3
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
3
5
4
4
4
4
3
4
3
3
3
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
3
4
4
4
4
4
2
4
4
3
3
5
5
5
4
4
5
5
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
3
4
4
3
3
4
3
3
3
3
4
4
4
2
4
4
4
3
5
4
4
4
3
3
4
4
4
3
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
3
3
4
4
4
3
4
3
4
4
3
4
4
4
2
3
4
3
4
4
4
4
4
2
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
3
2
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
3
3
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
4
4
2
2
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
2
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
3
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
3
3
4
3
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
5
3
5
4
4
5
5
4
4
4
3
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
5
5
4
5
5
5
4
4
5
5
4
4
4
4
5
4
4
5
4
3
5
5
4
4
5
4
5
4
4
5
4
4
5
5
4
4
5
4
5
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
5
4
5
5
5
5
4
5
5
4
4
4
3
4
4
4
4
5
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
5
5
4
5
4
5
4
5
4
5
5
5
4
4
5
4
5
5
4
4
4
3
4
5
5
4
5
3
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
4
5
3
4
3
5
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
5
4
4
5
4
4
5
3
5
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
5
4
4
4
3
5
4
4
5
4
5
4
5
5
4
4
5
4
5
5
4
3
5
5
4
4
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
3
4
3
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
5
5
4
2
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
5
4
3
4
4
4
2
2
2
2
2
2
2
2
4
2
2
4
2
4
3
4
2
4
4
2
4
2
4
3
4
2
4
2
4
2
2
4
2
2
5
5
5
5
5
5
4
5
5
4
4
5
4
4
4
4
4
3
4
5
5
4
4
4
5
4
4
5
5
4
4
5
4
4
3
5
4
5
5
4
2
5
4
4
3
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
3
4
3
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
5
5
4
2
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
Lampiran 3 Uji Validitas dan Reliabilitas A. Landasan Syariah Case Processing Summary N Cases
%
Valid
30
100.0
0
.0
30
100.0
a
Excluded Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Cronbach's Alpha
Items
.918
N of Items .932
10
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
a1
4.7667
.56832
30
a2
4.4333
.72793
30
a3
4.6333
.49013
30
a4
4.5333
.50742
30
a5
4.5000
.62972
30
a6
4.6333
.49013
30
a7
4.1667
.91287
30
a8
4.5333
.50742
30
a9
3.9333
.82768
30
a10
3.9667
.92786
30
Inter-Item Correlation Matrix a1
a2
a3
a4
a5
a6
a7
a8
a9
a10
a1
1.000
.169
.425
.327
.241
.425
.144
.327
.406
.377
a2
.169
1.000
.751
.846
.865
.557
.458
.846
.565
.431
a3
.425
.751
1.000
.813
.838
.713
.450
.813
.533
.503
a4
.327
.846
.813
1.000
.863
.813
.471
1.000
.580
.405
a5
.241
.865
.838
.863
1.000
.614
.510
.863
.595
.443
a6
.425
.557
.713
.813
.614
1.000
.295
.813
.618
.427
a7
.144
.458
.450
.471
.510
.295
1.000
.471
.700
.821
a8
.327
.846
.813
1.000
.863
.813
.471
1.000
.580
.405
a9
.406
.565
.533
.580
.595
.618
.700
.580
1.000
.895
a10
.377
.431
.503
.405
.443
.427
.821
.405
.895
1.000
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if Deleted
Item Deleted
Corrected Item-
Squared Multiple
Cronbach's Alpha
Total Correlation
Correlation
if Item Deleted
a1
39.3333
24.230
.374
.
.925
a2
39.6667
21.126
.745
.
.907
a3
39.4667
22.671
.800
.
.907
a4
39.5667
22.392
.832
.
.906
a5
39.6000
21.559
.802
.
.904
a6
39.4667
23.085
.705
.
.911
a7
39.9333
20.478
.646
.
.917
a8
39.5667
22.392
.832
.
.906
a9
40.1667
19.937
.815
.
.903
a10
40.1333
19.913
.709
.
.912
Scale Statistics Mean 44.1000
Variance 26.645
Std. Deviation 5.16186
N of Items 10
B. Kebutuhan Hidup Case Processing Summary N Cases
%
Valid
30
100.0
0
.0
30
100.0
a
Excluded Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Cronbach's Alpha
Items
.881
N of Items .877
10
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
b1
4.0333
.61495
30
b2
3.7333
.52083
30
b3
3.7667
.72793
30
b4
3.7333
.52083
30
b5
4.5000
.57235
30
b6
3.7333
.44978
30
b7
3.7000
.70221
30
b8
3.4000
.81368
30
b9
3.3667
.85029
30
b10
3.3333
.88409
30
Inter-Item Correlation Matrix b1
b2
b3
b4
b5
b6
b7
b8
b9
b10
b1
1.000
.459
.480
.352
.343
.033
.184
.386
.372
.296
b2
.459
1.000
.740
.873
-.116
.569
.528
.423
.540
.499
b3
.480
.740
1.000
.740
-.041
.435
.870
.396
.644
.661
b4
.352
.873
.740
1.000
-.231
.569
.622
.423
.618
.574
b5
.343
-.116
-.041
-.231
1.000
-.268
-.214
-.222
-.248
-.477
b6
.033
.569
.435
.569
-.268
1.000
.611
.678
.625
.578
b7
.184
.528
.870
.622
-.214
.611
1.000
.459
.710
.722
b8
.386
.423
.396
.423
-.222
.678
.459
1.000
.877
.815
b9
.372
.540
.644
.618
-.248
.625
.710
.877
1.000
.887
b10
.296
.499
.661
.574
-.477
.578
.722
.815
.887
1.000
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if Deleted
Item Deleted
Corrected Item-
Squared Multiple
Cronbach's Alpha
Total Correlation
Correlation
if Item Deleted
b1
33.2667
19.582
.453
.691
.880
b2
33.5667
18.944
.708
.904
.866
b3
33.5333
17.085
.799
.962
.854
b4
33.5667
18.875
.724
.840
.865
b5
32.8000
23.338
-.224
.694
.917
b6
33.5667
19.702
.631
.902
.872
b7
33.6000
17.559
.743
.960
.859
b8
33.9000
16.990
.711
.957
.862
b9
33.9333
15.857
.863
.942
.847
b10
33.9667
16.102
.781
.934
.855
Scale Statistics Mean 37.3000
Variance 22.424
Std. Deviation 4.73541
N of Items 10
C. Siklus Hidup Case Processing Summary N Cases
%
Valid
30
100.0
0
.0
30
100.0
a
Excluded Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Cronbach's Alpha
Items
.887
N of Items .873
10
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
c1
4.4333
.50401
30
c2
4.1667
.53067
30
c3
3.8000
.66436
30
c4
3.7000
.59596
30
c5
3.6000
.72397
30
c6
3.4333
.81720
30
c7
4.0667
.44978
30
c8
3.6000
.89443
30
c9
3.3333
.80230
30
c10
3.6000
.67466
30
Inter-Item Correlation Matrix c1
c2
c3
c4
c5
c6
c7
c8
c9
c10
c1
1.000
.365
.268
.218
.113
.031
.172
.015
-.028
-.081
c2
.365
1.000
.685
.273
.269
.305
-.048
.363
.270
.096
c3
.268
.685
1.000
.627
.617
.483
.277
.615
.582
.508
c4
.218
.273
.627
1.000
.751
.489
.206
.414
.577
.806
c5
.113
.269
.617
.751
1.000
.594
.191
.596
.594
.720
c6
.031
.305
.483
.489
.594
1.000
.106
.859
.824
.700
c7
.172
-.048
.277
.206
.191
.106
1.000
.240
.127
.318
c8
.015
.363
.615
.414
.596
.859
.240
1.000
.865
.640
c9
-.028
.270
.582
.577
.594
.824
.127
.865
1.000
.764
c10
-.081
.096
.508
.806
.720
.700
.318
.640
.764
1.000
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if Deleted
Item Deleted
Corrected Item-
Squared Multiple
Cronbach's Alpha
Total Correlation
Correlation
if Item Deleted
c1
33.3000
22.079
.132
.404
.902
c2
33.5667
20.737
.402
.650
.889
c3
33.9333
18.271
.748
.803
.867
c4
34.0333
18.930
.709
.860
.871
c5
34.1333
17.913
.738
.699
.867
c6
34.3000
17.114
.766
.822
.865
c7
33.6667
21.747
.241
.448
.896
c8
34.1333
16.395
.796
.893
.863
c9
34.4000
17.007
.803
.863
.862
c10
34.1333
18.120
.764
.889
.866
Scale Statistics Mean 37.7333
Variance 22.961
Std. Deviation 4.79176
N of Items 10
D. Kenyataan Hidup Case Processing Summary N Cases
%
Valid
30
100.0
0
.0
30
100.0
a
Excluded Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Cronbach's Alpha
Items
.858
N of Items .880
10
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
d1
4.1333
.57135
30
d2
3.7333
.58329
30
d3
3.2667
.63968
30
d4
4.0333
.49013
30
d5
3.2000
.76112
30
d6
4.0667
.44978
30
d7
3.9000
.54772
30
d8
3.7667
.62606
30
d9
3.4000
.93218
30
d10
4.0667
.78492
30
Inter-Item Correlation Matrix d1
d2
d3
d4
d5
d6
d7
d8
d9
d10
d1
1.000
.628
.371
.722
.174
.769
.485
.476
.220
.595
d2
.628
1.000
.290
.515
.435
.596
.561
.485
.457
.191
d3
.371
.290
1.000
.301
.170
.296
.177
.161
.278
.169
d4
.722
.515
.301
1.000
.259
.928
.527
.588
.272
.532
d5
.174
.435
.170
.259
1.000
.363
.380
.318
.661
.035
d6
.769
.596
.296
.928
.363
1.000
.588
.547
.345
.573
d7
.485
.561
.177
.527
.380
.588
1.000
.835
.689
.257
d8
.476
.485
.161
.588
.318
.547
.835
1.000
.520
.243
d9
.220
.457
.278
.272
.661
.345
.689
.520
1.000
.104
d10
.595
.191
.169
.532
.035
.573
.257
.243
.104
1.000
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if Deleted
Item Deleted
Corrected Item-
Squared Multiple
Cronbach's Alpha
Total Correlation
Correlation
if Item Deleted
d1
33.4333
15.357
.682
.739
.836
d2
33.8333
15.385
.658
.589
.837
d3
34.3000
16.562
.339
.235
.862
d4
33.5333
15.706
.718
.901
.836
d5
34.3667
15.413
.459
.571
.855
d6
33.5000
15.707
.793
.924
.833
d7
33.6667
15.264
.741
.846
.832
d8
33.8000
15.131
.660
.778
.836
d9
34.1667
13.868
.576
.724
.849
d10
33.5000
15.776
.376
.484
.864
Scale Statistics Mean 37.5667
Variance 18.737
Std. Deviation 4.32860
N of Items 10
E. Dunia Keuangan Case Processing Summary N Cases
%
Valid
30
100.0
0
.0
30
100.0
a
Excluded Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Cronbach's Alpha
Items
.886
N of Items .874
10
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
e1
3.7667
.67891
30
e2
3.6000
.89443
30
e3
3.7000
.98786
30
e4
3.5667
.97143
30
e5
3.5333
.68145
30
e6
3.1000
.48066
30
e7
3.6667
.66089
30
e8
3.9333
.69149
30
e9
3.4667
1.00801
30
e10
3.3000
.98786
30
Inter-Item Correlation Matrix e1
e2
e3
e4
e5
e6
e7
e8
e9
e10
e1
1.000
.239
.252
.155
-.094
.074
-.026
.186
.215
.262
e2
.239
1.000
.874
.786
.475
.497
.350
.234
.520
.453
e3
.252
.874
1.000
.794
.604
.574
.370
.374
.665
.625
e4
.155
.786
.794
1.000
.674
.244
.412
.418
.601
.571
e5
-.094
.475
.604
.674
1.000
.147
.408
.298
.428
.318
e6
.074
.497
.574
.244
.147
1.000
.000
-.083
.327
.370
e7
-.026
.350
.370
.412
.408
.000
1.000
.629
.397
.370
e8
.186
.234
.374
.418
.298
-.083
.629
1.000
.739
.737
e9
.215
.520
.665
.601
.428
.327
.397
.739
1.000
.928
e10
.262
.453
.625
.571
.318
.370
.370
.737
.928
1.000
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if Deleted
Item Deleted
Corrected Item-
Squared Multiple
Cronbach's Alpha if Item
Total Correlation
Correlation
Deleted
e1
31.8667
31.430
.209
.239
.899
e2
32.0333
26.033
.728
.860
.866
e3
31.9333
24.202
.854
.892
.855
e4
32.0667
24.961
.781
.822
.862
e5
32.1000
29.059
.539
.654
.880
e6
32.5333
31.292
.364
.656
.889
e7
31.9667
29.689
.466
.565
.885
e8
31.7000
28.631
.591
.820
.877
e9
32.1667
24.420
.808
.902
.859
e10
32.3333
24.920
.769
.915
.863
Scale Statistics Mean 35.6333
Variance 33.482
Std. Deviation 5.78633
N of Items 10