Jurnal Ilmiah Guru NEDUBA Vol. 1, No.1, Juni 2015 ISSN: 2460-1632
PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SISWA MATA PELAJARAN IPA MATERI POKOK SIFAT-SIFAT BENDA PADA SISWA KELAS IV SDN 9 HEGARSARI TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh: Marliati, S.Pd.SD NIP. 196310161983052005
ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas VI SDN 9 Hegarsari. Berdasarkan hasil ulangan harian sebagian besar siswa masih berada dibawah KKM Hal ini dikarenakan guru lebih sering menggunakan metode ceramah sehingga pembelajaran lebih didominasi oleh guru. Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti berinisiatif untuk menerapkan metode demonstrasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan penggunaan metode demonstrasi dalam mengajarkan sifat-sifat benda. Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa hail belajar IPA materi pokok sifat-sifat benda pada siklus I dari 21 siswa terdapat 14 siswa atau 66,67% yang sudah mencapai ketuntasan dalam belajar atau telah mencapai KKM sebesar 70. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM ada 7 siswa atau 33,33%. Pada siklus II terdapat 20 siswa atau 95,23% yang sudah mencapai ketuntasan dalam belajar atau telah mencapai KKM sebesar 70. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM ada 1 siswa atau 4,77%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan melalui metode demonstrasi siswa dapat meningkatkan hasil belajar dalam materi sifat-sifat benda. Kata Kunci: Metode Demonstrasi, Hasil Belajar PENDAHULUAN Dalam proses belajar mengajar guru memiliki peranan penting, karena merupakan ujung tombak keberhasilan proses belajar mengajar. Guru mempunyai posisi strategis, artinya kehadiran guru dalam system pendidikan merupakan bagian integral yang tergantikan oleh media pendidikan tercanggih sekalipun. Namun kehadiran guru dalam proses belajar mengajar di kelas tidak menjadikan sesuatu yang mutlak. Guru bukan satu-satunya factor yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar. Ketidakhadiran guru di kelas tetap membuat siswa dapat melakukan proses belajar. Bahkan serbaliknya guru yang tidak memiliki kompetensi (capable) mengajar akan dapat berakibat buruk terhadap keberhasilan proses belajar 1
Jurnal Ilmiah Guru NEDUBA Vol. 1, No.1, Juni 2015 ISSN: 2460-1632
mengajar. Sebaliknya guru yang memiliki kompetensi mengajar akan sangat menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. Karena strategisnya posisi guru dalam proses belajar mengajar, apabila guru melakukan pergeseran dari fungsi dan kedudukannya maka akan banyak pihak yang menyoroti. Demikian juga halnya apabila guru melakukan penyimpangan dalam penyampaian konsep, baik sengaja maupun tidak, maka dampak negative dari penyimpangan tersebut akan dirasakan langsung oleh siswa. Pemberdayaan dan peningkatan kualitas guru sebagai jaminan kualitas pendidikan menjadi keharusan guna memperoleh hasil belajar yang optimal. Peningkatan strategi pembelajaran pun harus terus ditingkatkan sehingga dapat mendukung pencapaian hasil belajar siswa. Hal ini dilakukan sejalan dengan tuntutan kurikulum berbasis kompetensi bahwa : “pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa agar mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah”. Pendidikan sains disarankan untuk “mencari tahu dan berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Menurut Nurhadi (2004), sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Pembelajaran di kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudia metode ceramah sebagai pilihan utama strategi belajar. Demikian juga halnya dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar, kecenderungan disampaikan dalam bentuk ceramah akademik dalam cara penyampaian materi masih banyak yang bersifat verbal, sehingga siswa lebih banyak menyimak dan menghapal dalil dan fakta. Akibatnya adalah siswa tidak memahami konsep dasarnya. Proses belajar mengajar yang dilakukan dengan berorentasi pada target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi “mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali siswa dalam memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Pelajaran IPA seharusnya disampaikan untuk membangun logika siswa agar mampu berpikir sistematis, objektif, dan kreatif melalui keterampilan proses dan pemecahan masalah. Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains merupakan produk, sehingga tidak dapat dipisahkan dari hakitatnya sebagai proses. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Purncell (dalam Iskandar, 1992 – 20) bahwa proses sains adalah observasi dan eksperimen yang sistematis, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori dan hipotesa-hipotesa. Dalam kontek ini guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator. Metode dan pendekatan apapun yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran IPA di sekolah dasar harus menempatkan siswa sebagai pusat belajar (student center). Proses belajar mengajar harus mengubah pola “mengajar” menjadi “belajar” dengan demikian guru lebih berfungsi sebagai fasilatator dan aktivitas siswa menjadi lebih dominan. Berdasarkan hasil penelitian jelas menggambarkan tentang pentingnya penerapan strategi atau model pembelajaran yang mengarah pada keterampilan proses dimana 2
Jurnal Ilmiah Guru NEDUBA Vol. 1, No.1, Juni 2015 ISSN: 2460-1632
keterlibatan siswa sangat dominan, sehingga akan memberikan pengaruh positif terhadap pengalaman belajar siswa yang akan berdampak akhir terhadap hasil belajar siswa. Dengan demikian guru dituntut untuk dapat menciptakan lingkungan belajar yang efektif, bagaimana merancang pembelajaran, menyampaikan bahan pembelajaran dan bagaimana menyerdehanakan proses belajar sehingga memudahkan siswa belajar. Hal ini berkaitan dengan bagaimana guru mampu memilih dan merancang serta melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efesien sehingga proses pembelajaran akan lebih bermakna dengan harapan tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal. Tolak ukur keberhasilan pembelajaran pada umumnya adalah hasil belajar. Berdasarkan observasi awal, hasil belajar siswa di kelas IV SDN 9 Hegarsari Kecamatan Pataruman Kota Banjar pada pembelajaran mengidentifikasi sifat-sifta benda rata-rata baru mencapai nilai 62,38. Hasil ini jauh dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan sekolah pada pembelajaran IPA yaitu 70. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep sifat-sifat benda, Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu model atau strategi pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam memahami konsep sifatsifat benda yang didukung oleh penggunaan media pembelajaran yang sesuai. Bertumpu pada permasalahan tersebut di atas untuk memotivasi dan meningkatkan peran aktif siswa baik secara individual dan kelompok terhadap proses pembelajaran maka masalah ini harus ditangani dengan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan yang didukung dengan sarana dan prasana yang memadai. Guru sebagai pengajar dan fasilitator harus mampu melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan menggairahkan sehingga akan diperoleh hasil yang maksimal. Kenyataan selama ini kegiatan belajar mengajar masih didominasi guru yaitu kegiatan satu arah dimana penuangan informasi dari guru ke siswa dan hanya dilaksanakan dan berlangsung di sekolah, sehingga hasil yang dicapai siswa hanya mampu menghafal fakta, konsep, prinsip, hukum-hukum, teori hanya pada tingkat ingatan. Upaya yang harus dilakukan untuk memperbaiki masalah pembelajaran tersebut sesuai tuntutan lulusan yang kompetitif di era pembangunan yang berbasis ekonomi dan globalisasi adalah menyelaraskan kegiatan pembelajaran yang diindikasikan dengan keterlibatan siswa secara aktif dalam membangun gagasan dan pengetahuan oleh masing-masing individu baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah dengan motode pembelajaran yang dapat membuat siswa kreatif dalam proses pembelajaran. Motode Pembelajaran demonstrasi sebagai salah satu alternatif pembaharuan pembelajaran dipandang cocok dalam pembelajaran konsep sifat-sifat benda, dimana siswa akan secara aktif melakukan percobaan atau peragaaan dengan bimbingan guru untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan pada seluruh kelas tentang suatu proses atau suatu petunjuk untuk melakukan sesuatu. Metode Demonstrasi ialah metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan 3
Jurnal Ilmiah Guru NEDUBA Vol. 1, No.1, Juni 2015 ISSN: 2460-1632
bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu pada siswa. Metode Demonstrasi dapat memperjelas pengertian dan konsep tindakan yang harus dilakukan. Metode tersebut dalam prakteknya dapat dilakukan oleh guru atau anak didik itu sendiri. Metode Demonstrasi cukup baik apabila digunakan dalam penyampaian bahan pelajaran tatasurya, proses teknis peralatan, mengidentifikasi suatu konsep/fakta alamiah, aliran listrik, atau fiqih. Demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif sebab membantu anak didik untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta yang benar. Metode ini dapat diterapkan dalam pembelajaran Ilmu Alam, Teknik dan PAI bisa didemonstrasikan, misalnya masalah suatu fenomena alam sekitar yang menjelaskan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan atau suatu konsep terjadi. Penerapan model atau strategi pembelajaran yang efektif dan efesien sangat membantu guru dalam menyampaikan materi ajar dan membantu siswa dalam memahami materi ajar yang disampaikan. Hal ini yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian di kelas IV SD Negeri 9 Hegarsari Kecamatan Pataruman Kota Banjar. Model penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Metode Demonstrasi Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Siswa Mata Pelajaran IPA Materi Pokok Sifat-Sifat Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 9 Hegarsari Tahun Pelajaran 2012/2013” METODE A. Tempat, Waktu dan Subjek Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SDN 9 Hegarsari Tahun Pelajaran 2012/2013. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus, semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013. Siklus I : Jumat, 10 Agustus 2012 Siklus II :Jumat, 24 Agustus 2012 3. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas IV SDN 9 Hegarsari Tahun Pelajaran 2012/2013 pada materi pokok sifat-sifat benda. HASIL PENELITIAN Sebelum pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan metode diskusi, guru terbiasa menggunakan pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional. Berikut ini diperoleh data hasil belajar siswa berdasarkan hasil ulangan harian materi sebelumnya disajikan pada tabel 1. 4
Jurnal Ilmiah Guru NEDUBA Vol. 1, No.1, Juni 2015 ISSN: 2460-1632
Tabel 1 Hasil Ulangan Harian dengan Menggunakan Metode Konvensional No Nama KKM Nilai Ket 1 Adi Susanti 70 60 Tidak Lulus 2 Agus Septian 70 60 Tidak Lulus 3 Agustin Putri 70 60 Tidak Lulus 4 Aji Iskandar 70 65 Tidak Lulus 5 Aprilia 70 60 Tidak Lulus 6 Arya Permana 70 65 Tidak Lulus 7 Ayuni 70 60 Tidak Lulus 8 Devi Citra 70 70 Tidak Lulus 9 Herdiana 70 65 Tidak Lulus 10 Ade Irman 70 50 Tidak Lulus 11 Luqman Nulhakim 70 50 Tidak Lulus 12 Mulyani 70 60 Tidak Lulus 13 Novelia Nurhasanah 70 75 Lulus 14 Rama Agi Pratama 70 65 Tidak Lulus 15 Regi Rizki Mulyadi 70 50 Tidak Lulus 16 Raisa Triana 70 60 Tidak Lulus 17 Siti Komariyah 70 60 Tidak Lulus 18 Zahra Febiana 70 65 Tidak Lulus 19 Rizky Ikhwansyah 70 60 Tidak Lulus 20 Muh. Rizki Firdaus 70 75 Lulus 21 Rahsya Hidayananda 70 75 Lulus Jumlah 1310 Rata-Rata Kelas 62,381 Berdasarkan tabel 1 diketahui dari 21 siswa terdapat 3 siswa atau 25% yang sudah mencapai ketuntasan dalam belajar atau telah mencapai KKM sebesar 70. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM ada 18 siswa atau 75%. A. Analisis Hasil Penelitian 1. Siklus I a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan metode demonstrasi, dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa. b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan 5
Jurnal Ilmiah Guru NEDUBA Vol. 1, No.1, Juni 2015 ISSN: 2460-1632
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus 2012 di Kelas IV SD Negeri 9 Hegarsari dengan jumlah siswa 21. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai pengamat adalah guru SD Negeri 9 Hegarsari lainnya. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut: Tabel 2 Pengelolan Pembelajaran Pada Siklus I No
I
II III
Aspek yang diamati Pengamatan KBM A. Pendahuluan 1. Memotivasi siswa 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran B. Kegiatan Inti 1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa 2. Membimbing siswa melakukan kegiatan 3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok 4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil kegiatan belajar mengajar 5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep C. Penutup 1. Membimbing siswa membuat rangkuman 2. Memberikan evaluasi Pengelolaan Waktu Antusiasme Kelas 1. Siswa Antusias 2. Guru Antusias Jumlah
Keterangan :
Nilai
Penilaian P1 P2
Rata-rata
2 2
2 2
2 2
3 3
3 3
3 3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3 3 2
3 3 2
3 3 2
2 3 32
2 3 32
2 3 32
: Kriteria 1 : Tidak Baik 2 : Kurang Baik 3 : Cukup Baik 4 : Baik Berdasarkan tabel di atas aspek-aspek yang mendapatkan kriteria kurang baik adalah memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, pengelolaan waktu, dan siswa antusias. Keempat aspek yang mendapat penilaian kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I. Dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus II. Hasil observasi berikutnya adalah aktivitas guru dan siswa seperti pada tabel berikut. 6
Jurnal Ilmiah Guru NEDUBA Vol. 1, No.1, Juni 2015 ISSN: 2460-1632
Tabel 3 Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus I No
Aktivitas Guru yang diamati
Persentase
1 2 3 4 5 6 7 8 9 No
Menyampaikan tujuan Memotivasi siswa/merumuskan masalah Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi Menjelaskan materi yang sulit Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep Meminta siswa memikirkan untuk lebih memahami materi pelajaran Memberikan umpan balik Membimbing siswa merangkum pelajaran
10,64 10,64 12,77 10,64 8,51 14,89 8,51 10,64 12,77
Aktivitas Siswa yang diamati
Persentase
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru Membaca buku siswa Bekerja dengan sesama teman sebangku Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru Menyajikan hasil pembelajaran Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide Menulis yang relevan dengan KBM Merangkum pembelajaran Mengerjakan tes evaluasi
10,88 10,88 11,19 10,98 11,09 11,19 11,40 11,30 11,09
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan pada siklus I adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep yaitu 14,89%. Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar adalah Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya dan Membimbing siswa merangkum pelajaran yaitu masing-masing sebesar 12,77%. Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominan adalah Menulis yang relevan dengan KBM 11,40%. Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar adalah Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru, dan Merangkum pembelajaran yaitu masing- masing 11,63%. Pada siklus I, secara garis besar kegiatan belajar mengajar dengan metode demonstrasi sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru masih cukup dominan untuk memberikan penjelasan dan arahan karena model tersebut masih dirasakan baru oleh siswa. Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa seperti terlihat pada tabel berikut. Tabel 4 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I No 1 2 3
Uraian Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar
7
Hasil Siklus I 71,905 14 66,67
Jurnal Ilmiah Guru NEDUBA Vol. 1, No.1, Juni 2015 ISSN: 2460-1632
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode demonstrasi diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 71,905 dan ketuntasan belajar mencapai 66,67% atau ada 14 siswa dari 28 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 hanya sebesar 66,67% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan metode demonstrasi. c. Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: 1) Guru kurang maksimal dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran 2) Guru kurang maksimal dalam pengelolaan waktu 3) Siswa kurang aktif selama pembelajaran berlangsung d. Refisi Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya. 1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan. 2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan 3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias. 2. Siklus II a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan metode demonstrasi dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa. b. Tahap kegiatan dan pengamatan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 24 Agustus 2012 di Kelas IV SDN 9 Hegarsari dengan jumlah siswa 21 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai pengamat adalah guru SDN 9 Hegarsari yang lainnya. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau 8
Jurnal Ilmiah Guru NEDUBA Vol. 1, No.1, Juni 2015 ISSN: 2460-1632
kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut: Tabel 5. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II No
I
Aspek yang diamati Pengamatan KBM A. Pendahuluan 1. Memotivasi siswa 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran B. Kegiatan Inti 1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa 2. Membimbing siswa melakukan kegiatan 3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok 4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil peneyelidikan 5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
C. Penutup 1. Membimbing siswa membuat rangkuman 2. Memberikan evaluasi II Pengelolaan Waktu Antusiasme Kelas III 1. Siswa Antusias 2. Guru Antusias Jumlah Keterangan : Nilai : Kriteria 1 : Tidak Baik 2 : Kurang Baik 3 : Cukup Baik 4 : Baik
Penilaian P1 P2
Rata -rata
3 4
3 4
3 4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3,5
3
3
3
4 4 3
4 4 3
4 4 3
4 4 45
4 4 44
4 4 44,5
Dari tabel di atas, dapat dilihat aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus II) yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan metode demonstrasi mendapatkan penilaian cukup baik dari pengamat adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep, dan pengelolaan waktu. Penyempurnaan aspek-aspek diatas dalam menerapkan metode demonstrasi diharapkan dapat berhasil semaksimal mungkin. 9
Jurnal Ilmiah Guru NEDUBA Vol. 1, No.1, Juni 2015 ISSN: 2460-1632
Tabel 6. Aktivitas Guru dan Siswa Pada Siklus II No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Aktivitas Guru yang diamati Menyampaikan tujuan Memotivasi siswa/merumuskan masalah Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi Menjelaskan materi yang sulit Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan Memberikan umpan balik Membimbing siswa merangkum pelajaran Aktivitas Siswa yang diamati Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru Membaca buku siswa Bekerja dengan sesama teman sebangku Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru Menyajikanhasil pembelajaran Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide Menulis yang relevan dengan KBM Merangkum pembelajaran Mengerjakan tes evaluasi/latihan
Persentase 8,93 10,71 12,50 8,93 10,71 14,29 10,71 12,50 10,71
Persentase 12,09 10,62 10,85 10,93 10,93 10,85 11,01 11,47 11,24
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru pada siklus II aktivitas guru sudah merata tidak hanya dominan pada satu aktivitas saja. Sama halnya dengan aktivitas siswa sudah merata, tidak hanya dominan pada satu aktivitas saja. Berikutnya adalah rekapitulasai hasil tes formatif siswa seperti terlihat pada tabel berikut. Tabel 7. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus II No 1 2 3
Uraian Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar
Hasil Siklus II 78,81 20 95,23
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 78,81 dan dari 21 siswa yang telah tuntas sebanyak 20 siswa dan 5 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 95,23% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan metode demonstrasi sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. c. Refleksi Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar 10
Jurnal Ilmiah Guru NEDUBA Vol. 1, No.1, Juni 2015 ISSN: 2460-1632
dengan penerapan metode demonstrasi. Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut: 1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masingmasing aspek cukup besar. 2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung. 3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik. 4) Hasil belajar siswsa pada siklus II mencapai ketuntasan. d. Revisi Pelaksanaan Pada siklus II guru telah menerapkan metode demonstrasi dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. B. Pembahasan 1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode demonstrasi memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I dan II) yaitu masing-masing 66,67% dan 95,23%. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. 2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan metode demonstrasi dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan. 3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada pada pokok bahasan sifatsifat benda dengan metode demonstrasi aktivitas siswa sudah merata, tidak hanya dominan pada satu aktivitas saja. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif. Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah kegiatan belajar mengajar dengan 11
Jurnal Ilmiah Guru NEDUBA Vol. 1, No.1, Juni 2015 ISSN: 2460-1632
menerapkan metode demonstrasi dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep, menjelaskan materi yang sulit, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selamadua siklus, hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Metode demonstrasi memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (66,67%), siklus II (95,23%). 2. Metode demonstrasi dapat menjadikan siswa merasa dirinya mendapat perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, gagasan, ide dan pertanyaan. 3. Penerapan metode demonstrasi mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
DAFTAR PUSTAKA Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon. Arikunto,. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta. Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta: Usaha Nasional Budi Wahyono, Nurachmandani, (2008). Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SD/MI Kelas VI. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang: Aneka Ilmu. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta. Badan Standar Nasional Pendidikan. 2008. Model Silabus Kelas VI. Jakarta:Depdiknas Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka Djamarah. Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta. Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak. Psikologi UGM. Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. 12
Jurnal Ilmiah Guru NEDUBA Vol. 1, No.1, Juni 2015 ISSN: 2460-1632
Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Khadijah, Nyayu, (2009).Psikologi Pendidikan, Palembang, Grafika Telindo Press, Sumatera Selatan. Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineksa Cipta. Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press. Muh. Makhrus,dkk (2008) Metode Pembelajaran IPA , Jakarta : Azka Press Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press. Universitas Negeri Surabaya. Ramayulis, 2004. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Ruswandi Hermawan dkk. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Sekolah Dasar. Bandung : UPI PRESS Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAUPPAI, Universitas Terbuka. Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendekia. Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars. Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta. Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Tim Pengembang Modul PLPG. 2012.Modul Pendidikan dan latihan Propesi Guru. Yogjakarta : Rayon 111 UNY . Udin Syaefudin Saud. 2006. Inovasi Pembelajaran. Bandung: UPI PRESS Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
13