Novel Sebelas Patriot Karya Andrea Hirata Suatu Kajian Semiotik Voni Mutia Ariani Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan terhadap novel Sebelas Patriot karya Andrea Hirata dengan menggunakan pendekatan semiotik. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan pemaknaan heuristik dan hermeneutik novel Sebelas Patriot karya Andrea Hirata (2) mendeskripsikan hipogram novel Sebelas Patriot karya Andrea Hirata. Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis, dan penyajian hasil analisis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Selanjutnya dianalisis dengan menggunakan pendekatan semiotik Riffaterre, yang diawali dengan pembacaan heuristik dan dilanjutkan dengan pembacaan hermeneutik. Operasi semiotik Riffaterre ini pada akhirnya menghasilkan pemaknaan yang utuh dan mendalam melalui korelasi antar sistem tanda. Hasil analisis data disajikan secara deskriptif menggunakan kutipan-kutipan penunjang dari sumber data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembacaan heuristik dan hermeneutik yang dilakukan terhadap novel Sebelas Patriot menimbulkan pemaknaan secara semiotik yang diartikan melalui tandatanda yang ada di dalam novel tersebut. Pembacaan heuristik novel Sebelas Patriot baru pada tahap arti dalam referensial. Makna semiosis baru ditemukan pada pembacaan hermeneutik yang mengimplikasikan makna bahasa berdasarkan identifikasi matriks, model, dan hipogram. Kata kunci: Sebelas Patriot dan Semiotik.
1.
Pendahuluan Kehidupan manusia dipenuhi oleh tanda, dengan perantaraan tanda-tanda
proses kehidupan menjadi lebih efisien dengan perantaraan tanda-tanda manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya, sekaligus mengadakan pemahaman yang lebih baik terhadap dunia (Paul dan Litza dalam Ratna, 2004: 97). Karya sastra dapat dianalisis dengan pendekatan semiotik, salah satunya adalah novel Sebelas Patriot karya Andrea Hirata. Judul novel tersebut memiliki
1
tanda budaya yang dapat dikaji secara semiotik. Judul ini memiliki ketidaksesuaian-ketidakseseuaian,
dalam
kajian
semiotik
disebut
dengan
ungramatikalitas. Ungramatikalitas yang muncul mengakibatkan teks Sebelas Patriot pada judul novel menimbulkan asosiasi makna yang berhubungan dengan tanda semiotika tentang sepakbola dan negara. Semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda (Rudito, 2009:111).
Secara konsepsi (Nurgiyantoro, 1995)
menyatakan bahwa tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain, yakni dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan, dan lain-lain. Penelitian ini akan membahas tanda dalam novel Sebelas Patriot yang bercerita tentang sepakbola. Dalam novel Sebelas Patriot pertandingan sepakbola menjadi salah satu cara Indonesia membela dan memperjuangkan negaranya dari negara jajahan yaitu Belanda. 2.
Landasan Teori Penelitian ini menggunakan teori semiotik. Semiotik adalah ilmu tentang
tanda-tanda (Rudito, 2009:111).
Secara konsepsi (Nurgiyantoro, 1995)
menyatakan bahwa tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain, yakni dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan, dan lain-lain. Dengan demikian, yang dapat menjadi tanda bukan hanya bahasa saja, melainkan berbagai hal yang melingkupi kehidupan ini. Pengkajian semiotik dilakukan terhadap teks sastra. Menurut Riffaterre karya sastra merupakan ekspresi bahasa yang dapat dipahami apabila pembacanya menguasai konvensi bahasa. Namun pembacaan berdasarkan konvensi bahasa tersebut belum mencukupi untuk memahami makna 2
karya sastra yang sesungguhnya. Hal ini disebabkan karena pembacaan konvensi bahasa belum menjangkau pada sesuatu yang lain yang dimaksudkan. Bahasa karya sastra berbeda dengan bahasa sehari-hari akibat adanya displacing (penggantian) makna, creating (penciptaan) makna baru, dan distorting (penyimpangan makna) dari bahasa sehari-hari (Riffaterre, 1978:2). Pembacaan berdasarkan konvensi bahasa oleh Riffaterre (1978:5) disebut sebagai pembacaan heuristik. Pembacaan heuristik disebut sebagai tataran pertama dalam memahami teks karya sastra. Mengingat pembacaan heuristik belum mencukupi untuk memahami makna karya sastra yang sesungguhnya, maka pembacaan dilanjutkan pada tataran kedua yaitu pembacaan berdasarkan konvensi kesusastraan yang disebut pembacaan retroaktif atau pembacaan hermeneutik. Pembacaan ini dilakukan untuk memahami signifikansi (makna) karya sastra yaitu makna yang sesungguhnya yang muncul dari bahasa karya sastra. Pada tataran pembacaan retroaktif atau hermeneutik pembaca menyimak teks, mengingat apa yang telah dibaca dan memodifikasi pemahamannya berdasarkan hasil pembacaan yang dilakukan. Pembacaan retroaktif dilakukan dari awal sampai akhir teks dengan melakukan peninjauan, revisi, komparasi secara reversal (bolak balik) dari awal sampai akhir, kemudian mengingat peristiwa-peristiwa di dalam teks dan memodifikasi terhadap peristiwa-peristiwa yang telah dibaca (Riffaterre, 1978:6).
3
Pembacaan
hermeneutik
dilakukan
secara
struktural.
Pembacaan
hermeneutik bermula karena adanya gejala ungramatikalitas pada teks. Sifat ungramatikalitas tersebut memungkinkan terjadinya interpretasi teks yang melampaui interpretasi secara linguistik yatu bergerak ke tataran lebih tinggi (semiosis) (Riffaterre, 1978:6). Menurut Rifaterre (1978:13), matriks merupakan konsep abstrak yang ada pada hakikatnya tidak pernah teraktualisasi dan strukturnya dapat dinyatakan dalam kata atau kalimat. Matriks merupakan sumber dari keseluruhan makna yang ada dalam setiap kata dan kalimat yang ada di dalam karya sastra. Kata atau kalimat sebagai wujud matriks akan tampak atau teraktualisasi dalam varianvarian
dan
ungramatikalitas-ungramatikalitas
secara
berurutan.
Matriks
mempersatukan berbagai pasangan oposisional yang tersebar dalam keseluruhan teks dan menjadi roh dalam berbagai hubungan ekuivalensi. Model adalah aktualisasi pertama dari matriks, dapat berupa kata atau kalimat yang bersifat puitik. Model tersebut selanjutnya dikembangkan dan akan memunculkan teks secara keseluruhan. Oleh karena itu, matriks saja tidak akan mencukupi untuk menjelaskan derivasi tekstual, demikian juga dengan model, karena hanya dengan kombinasi keduanya yang mampu menciptakan bahsa khusus. Dalam kompleksitasnya teks berbuat tidak lebih dari mengatur matriks. Dengan demikian, matriks merupakan penggerak derivasi tekstual, sementara model membulatkan derivasi tekstual tersebut (Riffaterre, 1978).
4
Model merupakan sebuah tanda berupa kata-kata atau kalimat yang bersifat puitik. Sebuah tanda akan menjadi puitik apabila mengacu pada hipogram tertentu atau bersifat hipogramik dan karenanya monumental (Susena, 2000: 1213). Hipogram merupakan sistem tanda yang berisi setidak-tidaknya satu pernyataan, dan dapat sama luas dengan teks. Hipogram dapat bersifat potensial karena dapat dilihat pada bahasa, dan bersifat aktual yang dapat dilihat pada teksteks terdahulu atau yang ada sebelumnya (Riffaterre, 1978:12). Hipogram aktual diistilahkan oleh Riffaterre dengan intertekstual. Selain itu, hal yang perlu diperhatikan dalam sistem tanda adalah bahwa sebuah tanda dalam karya sastra harus dipertimbangkan tidak hanya dalam hubungannya dengan hipogram yang non tekstual, melainkan juga dalam hubungannya dengan matriks, keseluruhan teks (Susena, 2000: 14). Ada dua sifat hipogram, pertama: hipogram potensial karena dapat dilihat pada bahasa atau segala bentuk implikasi dari makna kebahasaan, baik yang berupa presuposisi, makna-makna konotatif yang sudah dianggap umum. Kedua, bersifat aktual karena dapat dilihat pada satu teks-teks terdahulu atau pada teksteks yang sudah ada sebelumnya. Dalam hal ini, hipogram merupakan ruang kosong yang tidak ada secara tekstual, tetapi menentukan terbentuknya karya sastra sebagai sebuah karya sastra. Hipogram potensial atau hipogram deskripsi dapat disebut sebagai potensi sistem tanda pada sebuah teks karya sastra tanpa mengacu pada teks-teks yang ada sebelumnya, sehingga signifikasi teks cukup dipahami pada karya sastra tersebut. Pengertian tersebut tidak akan ditemukan di dalam kamus, karena telah ada dalam 5
pikiran penutur bahasa pada umumnya. Sementara hipogram aktual, signifikansi teks harus ditemukan dengan mengacu pada teks-teks yang sudah ada sebelumnya, baik berupa mitos, karya sastra lain, dan sebagainya (Riffaterre, 1978: 27). Hipogram jenis ini oleh Riffaterre disebut intertekstual. 3.
Pembahasan Kajian semiotik terhadap tanda-tanda pada novel Sebelas Patriot karya
Andrea Hirata dibatasi pada pembahasan yang berhubungan dengan Sepakbola dan patriot. Pembacaan heuristik dan hermeneutik novel Sebelas Patriot karya Andrea Hirata yaitu sebagai berikut: 3.1 Pembacaan Heuristik 3.1.1 Sebelas Patriot Sebelas Patriot terdiri dari dua kata yaitu Sebelas dan Patriot. Secara heuristik, kata Sebelas adalah bilangan yang dilambangkan dengan angka 11 (Arab) atau XI (Romawi). Sebelas merupakan angka sesudah 10 dan sebelum angka 12 (KBBI, 2008: 162). Sedangkan, Patriot merupakan pecinta (pembela) tanah air (KBBI, 2008: 1031). Tanda sebelas dan patriot tersebut terlihat pada kutipan berikut: Tak lama kemudian, ada lagi kompetensi sepak bola.Pelatih Amin dan tiga saudara kembali dilarang terlibat dalam sepak bola. “Namun, mereka tak menghiraukan larangan itu.Sebelas pemain, sebelas patriot berbaris tegak, tak dapat lagi ditakuti Belanda.” (Hirata, 2011: 28).
6
Berdasarkan pembacaan heuristik yang diinterpretasikan secara lingual, tanda sebelas seperti yang telah dipaparkan di atas mengacu pada angka, sebelas mengacu kepada jumlah pemain dalam satu tim di lingkungan sepakbola atau disebut juga dengan kesebelasan. Selain kutipan di atas, Andrea juga menjelaskan bahwa kata sebelasyang berarti sebagai lambang atau angka terdapat pada kutipan berikut: Namun, situasi akan sangat gawat jika bola berada di kaki si bungsu, bocah 14 tahun, bernomor punggung 11 itu. Larinya sederas menjangan (Hirata, 2011: 18).
Pada kutipan di atas, angka 11 merupakan nomor punggung yang dipakai Aku (Ikal) dalam bermain sepakbola. Patriot berdasarkan pembacaan heuristik mengacu pada pecinta atau pembela tanah air, patriot mengacu kepada orang yang cinta dan berjuang kepada negara dengan mewujudkan cintanya tersebut membela negara.Perjuangan seorang patriot tersebut, terlihat pada kutipan berikut: Aku tak menjawab.Air mataku mengalir makin deras melihat bekas-bekas luka di punggungnya.Betapa aku telah salah menduga lelaki yang senyap ini. “Aih, tak apa-apa, hanyalah berhitung, janganlah takut.” Dadaku mengembang karena bangga memeluk seorang patriot (Hirata, 2011: 31).
Terlihat pada kutipan di atas, seorang anak yang bernama Ikal mengetahui bahwa bekas luka yang ada di punggung ayahnya disebabkan beliau disiksa oleh Belanda karena kepintarannya bermain sepakbola dan membuat Belanda marah karena penjajah tidak boleh kalah dengan orang jajahan. Beliau disiksa oleh 7
Belanda demi mempertahankan negaranya, oleh karena itu ayahnya pantas disebut seorang patriot. Berdasarkan analisis heuristik tersebut dapat digariskan pemahaman bahwa judul Sebelas Patriot merujuk pada sebelas pemain dalam sepakbola. 3.1.2 Sepakbola Sepakbola adalah olahraga permainan beregu di lapangan, menggunakan bola sepak dari dua kelompok yang berlawanan yang masing-masing terdiri atas sebelas pemain, berlangsung selama 2 x 45 menit, kemenangan ditentukan oleh selisih gol yang masuk ke gawang lawan (KBBI, 2008: 1278). Sebagai sebuah olahraga
yang
dipertandingkan,
olahraga
memiliki
perangkat-perangkat
diantaranya lapangan, gawang, bola, pemain, wasit, peluit, pelatih, dan penonton. Sepakbola dapat dilihat pada kutipan berikut: Pada pertandingan-pertandingan selanjutnya, tiga saudara dilarang tampil. Posisi tim parit yang telah berada di ambang kemenangan kompetisi menjadi kritis. Dalam sebuah pertandingan, mereka nekat tampil.Mereka tak menghiraukan bahaya yang bahkan dapat mengancam jiwa.Mereka tak dapat menahan diri untuk tidak bermain sepakbola.Karena sepakbola adalah kegembiraan mereka satu-satunya. (Hirata, 2011: 21). Berdasarkan kutipan di atas, terlihat bahwa sepakbola adalah olahraga permainan untuk dipertandingkan. Pertandingan sepakbola dapat diadakan pada waktu-waktu tertentu. 3.1.3 Lapangan
8
Lapangan merupakan tempat atau tanah yang luas (biasanya rata); alunalun; medan (KBBI, 2008:789). Lapangan berfungsi sebagai tempat atau gelanggang untuk berlatih, bermain, dan pertandingan sepakbola, bulu tangkis, bola voli, bola basket, dan lain sebagainya. Hal tersebut dapat dilihat
pada
kutipan berikut: Karena mereka tahu bahwa sepakbola berarti bagi rakyat jelata yang mendukung mereka. Lapangan bola adalah medan pertempuran untuk melawan penjajah (Hirata, 2011:21). Pada kutipan di atas, lapangan merupakan tempat pertandingan sepakbola. 3.2 Pembacaan Hermeneutik 3.2.1 Sebelas Patriot Sebelas Patriot terdiri dari dua kata yaitu Sebelas dan Patriot. Kata Sebelas dalam novel Sebelas Patriot memiliki makna kesatuan dalam sepakbola. Pemain sepakbola di lapangan terdiri dari 11 orang dalam satu tim disebut juga dengan kesebelasan, mereka memiliki kesatuan yang kuat untuk memenangkan suatu pertandingan. Mereka bersatu menghadapi tim lawan untuk menjadi pemenang. Dalam novel, tim sepakbola Indonesia yaitu berisi Ikal dan temantemannya yang berjuang untuk negara. Ikal yang terinspirasi dari kegagalan ayahnya menjadi pemain PSSI ingin mewujudkan kegagalan itu menjadi keberhasilan, agar ayahnya bangga terhadap Ikal. Sebelas juga bermakna sebagai ikatan. Ikatan antara pemain dalam satu tim untuk mengalahkan lawan agar menjadi pemenang. Selain itu, kata sebelas
9
juga diartikan sebagai angka keberuntungan. Angka keberuntungan terkait dengan sebuah mitos atau kepercayaan. Kepercayaan bahwa angka sebelas merupakan angka keturunan, seperti Ikal yang mempercayai bahwa dia juga ingin menjadi pemain yang lincah dan pintar seperti ayahnya dulu. Ayahnya menjadi idola orang Melayu untuk memenangkan pertandingan melawan Belanda. Sebagaimana terdapat pada kutipan berikut: Di lapangan hijau, aku memilih nomor punggung 11 seperti nomor punggung Ayah dulu (Hiarata, 2011: 43).
Ikal memilih nomor punggung 11 karena dahulu ketika ayahnya (si bungsu) bermain sepakbola juga memakai angka punggung 11. Ikal juga menginginkan dapat bermain seperti ayahnya yang menjadi pemenang dan menjadi idola di kampungnya. Sementara itu, Patriot dimaknai sebagai orang yang berkorban untuk negara atau disebut sebagai pejuang. Seorang pejuang yang memperjuangkan negaranya (tanah air). Pengorbanan dapat berupa fisik, materi, maupun pikiran, bahkan nyawa. Patriot dalam novel Sebelas Patriot merujuk kepada kisah masa lalu seseorang yang berkorban untuk negaranya dari penjajahan Belanda. Patriot merupakan orang yang berjuang dengan mengorbankan jiwa dan raga, dalam novel ditandai dengan pincang dan luka-luka padanya. Belanda merusak fisiknya (patriot) dengan maksud agar dia tidak lagi dapat bermain dan bergabung dengan tim sepakbolanya.
10
Patriot disebut juga sebagai seorang pahlawan. Seorang pahlawan memiliki sifat rela berkorban dan
berjiwa besar. Sebagaimana terdapat pada
kutipan berikut: “Belanda berang mendengar ayahmu tak berhenti berteriak Indonesia!” Pemburu tercenung. “Pelatih Amin, ayahmu, dan abang-abangnya diangkut ke tangsi. Mereka dikurung selama seminggu.Ayahmu pulang dengan tempurung kaki kiri yang hancur.Dia takkan pernah bisa main sepakbola lagi.Usianya baru tujuh belas tahun” (Hirata, 2011: 29). Kini aku mengerti mengapa foto itu selalu tampak bagiku seakan lapisanlapisan kisah, dan kini kupahami mengapa di punggung Ayah banyak bekas luka, dan mengapa jika berjalan dia terpincang-pincang. Aku bergegas menuju sepeda.Aku mengayuh sepeda dengan kencang.Aku ingin segera menemui Ayah (Hirata, 2011: 30).
Pada kutipan di atas, terlihat pengorbanan seorang untuk negaranya yang ditandai dengan cidera pada tubuhnya dan pincang pada kakinya. Tim sepakbola Belanda dikalahkan oleh tim sepakbola Indonesia. Oleh karena itu, Belanda marah dan membawa Ayah Ikal dan teman-temannya ke tangsi dan menyiksa mereka, agar tidak dapat bermain lagi. Dengan demikian, patriot merujuk pada pengorbanan dan kecintaan seseorang kepada negara (tanah air). Bekas luka dan kaki yang pincang adalah bentuk pengorbanan seseorang untuk negaranya, yang disebut sebagai seorang patriot. Pengorbanan yang dilakukan adalah untuk memperjuangkan negaranya dari penjajah. Pengorbanan untuk menjadi seorang patriot tidak hanya dengan berperang dengan menggunakan senjata, tetapi dapat berjuang dengan memenangkan pertandingan sepakbola. 11
Sebelas Patriot menunjukkan peperangan antara Indonesia dengan Belanda.
Patriot
adalah
rakyat
yang
berjuang
untuk
memperebutkan
kemerdekaan. Kemerdekaan dalam novel ditandai dengan kemenangan dalam sepakbola. Dengan demikian, permainan sepakbola dalam novel Sebelas Patriot yaitu bermakna peperangan rakyat Indonesia terhadap penjajah Belanda untuk merebut kemerdekaan. Pemaknaan
tersebut
memunculkan
potensi
ketidaksesuaian
atau
ungramatikalitas. Judul novel Sebelas Patriot karangan Andrea Hirata merujuk pada kesatuan tim dalam memperjuangkan dan membela negaranya (Indonesia) dengan bertanding sepakbola melawan negara Belanda sebagai negara penjajah. Mereka mempertahankan negaranya yang dijajah oleh Belanda, dalam teks ditandai secara puitik dengan permainan bola. Permainan bola adalah semiosis dari sebuah peperangan. Sementara patriot adalah rakyat yang berjuang atau pahlawan. Kemenangan adalah sebuah kemerdekaan. Dalam teks novel Sebelas Patriot makna (signifikansi) muncul dari pasangan oposisi antara penjajah dan yang dijajah, rakyat dengan penguasa, kesebelasan Indonesia dengan kesebelasan Belanda.
3.2.2 Lapangan Lapangan secara semiosis mengandung makna tempat peperangan. Lapangan juga sebagai tempat perlawanan terhadap penjajah. Permainan
12
sepakbola adalah strategi perjuangan
melawan penjajah, sebagaimana yang
dilakukan masyarakat Belitong pada kutipan berikut: Pada pertandingan-pertandingan selanjutnya, tiga saudara dilarang tampil. Posisi tim parit yang telah berada di ambang kemenangan kompetisi menjadi kritis. Dalam sebuah pertandingan, mereka nekat tampil.Mereka tak menghiraukan bahaya yang bahkan dapat mengancam jiwa.Mereka tak dapat menahan diri untuk tidak bermain sepakbola.Karena sepakbola adalah kegembiraan mereka satu-satunya.Karena mereka tahu bahwa sepakbola berarti bagi rakyat jelata yang mendukung mereka. Lapangan bola adalah medan pertempuran untuk melawan penjajah (Hirata, 2011: 21).
Permainan sepakbola di lapangan adalah tanda yang menunjukkan peperangan
antara
rakyat
dan
penjajah.
Oleh
karena
itu,
lapangan
mengimplikasikan tempat pertempuran atau peperangan antara rakyat dengan penjajah. Dalam permainan sepakbola ada pemain yang cidera dan luka. Cidera dan luka dalam pertandingan sepakbola mengimplikasikan korban pertempuran yang terjadi di tempat peperangan. Lapangan mempunyai oposisi dengan taman. Taman merupakan tempat yang damai, indah, dan memberikan kesejukan dengan bunga-bunganya. Taman bukanlah tempat untuk melangsungkan peperangan, tetapi tempat yang damai.
3.2.3 Sepakbola
13
Secara semiosis sepakbola mengandung makna perang. Perang memiliki implikasi pertentangan (perbedaan), dan perampasan. Perang cenderung mempertentangkan antara satu kelompok dengan kelompok lain yang memiliki perbedaan dalam memperebutkan kekuasaan untuk menjadi pemenang atau penguasa. Selain itu, Sepakbola dalam pembacaan hermeneutik pembacaan semiotik, berimplikasi kepadap persatuan, kebanggan, kekerasan,dan perjuangan. Sepakbola mengandung konsepsi persatuan. Dalam sepakbola dapat mempersatukan sesuatu perbedaan seperti: agama, bangsa, suku, ras, dan kedudukan. Pada pertandingan sepakbola tidak ada perbedaan satu sama lain, semua pemain memiliki status dan kedudukan yang sama. Sepakbola mempersatukan perbedaan-perbedaan yang ada. Dua negara juga dapat bekerja sama dalam sepakbola. Sepakbola juga mengandung konsepsi kekerasan. Kekerasan yang terjadi pada sepakbola mengakibatkan cidera atau luka.Oleh karena itu, setiap pemain dituntut untuk berjuang sampai titik darah penghabisan. Secara semiosis, pemain merupakan pejuang yang rela mengorbankan segalanya sampai nyawanya sendiri. Sepakbola adalah perjuangan untuk memperebutkan kemenangan. Pertandingan sepakbola adalah memperebutkan sebuah kemenangan, untuk mencapai kemenangan tersebut dibutuhkan perjuangan yang kuat. Perjuangan secara semiosis merupakan perkelahian (merebut sesuatu), usaha yang penuh dengan kesukaran dan bahaya. Usaha dalam pertandingan sepakbola merupakan wujud untuk memperjuangkan agar mencapai kemenangan.
14
Pemain berusaha mencetak gol sebanyak mungkin dalam rangka merebut kemenangan. Mencetak gol secara semiosis berarti membunuh musuh, apabila musuh banyak yang terbunuh maka kemenangan mudah diraih. Sehingga, secara semiosis dapat dibaca mencetak gol terbanyak untuk meraih kemenangan adalah membunuh lawan untuk mendapatkan kemenangan atau kemerdekaan. Dalam teks tergambar dalam kutipan berikut: Sementara itu, Pelatih Toharun hilir mudik, mulutnya komatkamit.Sesekali dia berteriak-teriak tak keruan.Selama babak pertama tidak terjadi gol, namun sangat mencemaskan karena gawang kami berkali-kali terancam. Babak kedua berlangsung lebih cepat dan keras. Kedua tim meninggalkan strategi defensive yang cenderung diterapkan pada babak pertama. Keduanya harus mencetak gol karena itu menjadi ofensif, bahkan agresif (Hirata, 2011: 49). Tahu-tahu, dalam keruwetan yang memuncak dan benturan-benturan antarpemain, bola muntah ke arahku.Tanpa ambil tempo, kusongsong bola itu lalu kubabat sekuat tenaga dengan kaki kiri.Saking kuatnya tendanganku, aku limbung dan tersungkur-sungkur. Aku tak tahu ke mana arah bola yang kusikat tadi, namun beberapa detik kemudian kudengar teriakan gagap gempita dari ribuan penonton: gooooooolllllll!!! (Hirata, 2011:50).
Berjuang mencetak gol sebanyak mungkin merupakan usaha yang cukup sukar. Cidera patah tulang, pingsan hingga mengalami tewasadalah perjuangan pemain di atas rumput hijau. Pemain sepakbola pun harus memiliki fisik yang kuat agar siap bertarung dengan pemain lawan. Cidera membuktikan perjuangan pemain dalam sepakbola.
Sepakbola juga dapat diinterpretasikan sebagai kebanggaan. Setiap pertandingan ada pemenang dan ada yang kalah, begitu juga dalam permainan 15
sepakbola. Seperti halnya tim yang bertanding sepakbola, pemain-pemain dalam setiap tim menginginkan menjadi pemenang karena merupakan sebuah kebanggaan, yang dapat membawa nama baik untuk diri sendiri dan negara. Dalam konteks kemerdekaan, perperangan adalah salah satu strategi untuk mendapatkan kebebasan kekuasaan dari penjajah. Pejuang atau pahlawan berkorban untuk mempertahankan negaranya agar tidak dikuasai oleh penjajah. Seorang pejuang yang disebut patriot, membela negaranya dengan rela mengorbankan dirinya sendiri untuk memperebutkan sebuah kemerdekaan. Kemerdekaan merupakan wujud kemenangan. Berdasarkan pembacaan hermeneutik teks “Sebelas Patriot” memiliki makna sebuah perjuangan dan dan kekuatan cinta kepada negara dengan mengorbankan diri sendiri yang dialami oleh seorang ayah dalam novel tersebut sebagaimana berhubungan dengan judul novel “Sebelas Patriot”. 3.3 Hipogram Hipogram merupakan sistem tanda yang berisi setidak-tidaknya satu pernyataan, dan dapat sama luas dengan teks. Ada dua sifat hipogram, pertama: hipogram potensial karena dapat dilihat pada bahasa atau segala bentuk implikasi dari makna kebahasaan, baik yang berupa presuposisi, makna-makna konotatif yang sudah dianggap umum. Kedua, bersifat aktual karena dapat dilihat pada satu teks-teks terdahulu atau pada teks-teks yang sudah ada sebelumnya. Dalam hal ini, hipogram merupakan ruang kosong yang tidak ada secara tekstual, tetapi menentukan terbentuknya karya sastra sebagai sebuah karya sastra.
16
Hipogram yang terdapat dalam novel Sebelas Patriot karya Andrea Hirata adalah sebagai berikut: 3.3.1 Merebut Kemerdekaan Sebagaimana diketahui bahwa presiden Indonesia yang pertama adalah Ir.Soekarno dan Mohammad Hatta sebagai wakil presiden yang pertama. Kedua Bapak Bangsa ini adalah seorang proklamator, dan berjuang dalam proses berdirinya negara Indonesia. Mereka berjuang untuk rakyat dan negara agar merdeka dari negara penjajah. Soekarno dan Hatta adalah pahlawan nasional yang sangat berjasa dalam merebut kemerdekaan Indonesia. Mereka berdua adalah patriot dalam membela Indonesia dari negara jajahan. Ikal dan ayahnya adalah dua orang laki-laki yang memiliki sifat rela berkorban dan mempunyai jiwa patriot yang tinggi. Ikal terlahir dari keluarga yang hidupnya berkecukupan. Ayahnya bekerja sebagai kuli di PN Timah dan menerima gaji kecil dan beras 60 kilogram setiap tanggal 1, selalu begitu setiap tahunnya. Akan tetapi, ayah Ikal menyimpan kisah masa lalu yang pahit. Pincang dan luka-luka pada punggungnya adalah bukti pengorbanannya kepada negara. Dia membela negara dengan rela mengorbankan dirinya sendiri untuk memperebutkan kemerdekaan dari negara penjajah (Belanda). Ayah Ikal adalah seorang pemain bola yang pintar dan lincah dalam bermain sepakbola. Setiap pertandingan, tim sepakbola Belanda selalu dikalahkan oleh tim sepakbola Indonesia. Tim sepakbola Indonesia yang menjadi pemenang 17
dalam pertandingan sepakbola, ayah Ikal tidak henti-hentinya berteriak Indonesia! dan membuat Belanda marah. Oleh karena itu, Belanda mengurung ayah Ikal dan teman-temannya selama seminggu agar tidak dapat lagi bermain sepakbola. Ayah Ikal pulang dengan tempurung kaki kiri yang hancur dan luka-luka pada punggungnya. Diktum memperebutkan kemerdekaan ada semenjak dahulu, yaitu pada waktu Indonesia dijajah oleh Jepang dan Belanda. Secara semiosis, diktum perjuangan untuk merebut kemerdekaan oleh rakyat Indonesia. seperti halnya pahlawan nasional Soekarno Hatta, berusaha merebut kemerdekaan dari negara penjajah. Perjuangan Soekarno Hatta yang rela berkorban dan memiliki jiwa patriot, sebagaimana perjuangan ayah Ikal yang berjuang mewujudkan kemerdekaan dari negara penjajah (Belanda) melalui sepakbola dalam teks novel Sebelas Patriot. 4.
Penutup Novel Sebelas Patriot merupakan sistem tanda yang mempunyai makna,
yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya, dengan demikian novel Sebelas Patriot dianggap sebagai tanda yaitu tanda semiotik. Sebagai tanda semiotik, makna (signifikansi) teks novel Sebelas Patriot dapat ditentukan dengan melakukan pembacaan heuristik dan hermeneutik. Signifikansi teks novel Sebelas Patriot bermakna kesatuan tim dalam memperjuangkan dan membela negaranya (Indonesia) dengan bertanding sepakbola melawan negara Belanda sebagai penjajah. Teks ditandai secara puitik
18
dengan permainan bola. Permainan bola adalah semiosis dari sebuah peperangan. Sementara patriot adalah rakyat yang berjuang. Teks novel Sebelas Patriot makna (signifikansi) muncul dari pasangan oposisi antara penjajah dengan yang dijajah, rakyat dengan penguasa, kesebelasan Indonesia dengan kesebelasan Belanda. Demikianlah analisis novel ini dengan menggunakan pendekatan semiotik, masih banyak permasalahan yang dapat dianalisis dengan pendekatan dan tinjauan yang berbeda seperti sosiologi pengarang, strukturalisme genetik dan lainnya yang dapat menambah khazanah penelitian terhadap novel Sebelas Patriot.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
19
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa; Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum. Hirata, Andrea. 2011. Sebelas Patriot. Yogyakarta: Bentang. Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Riffaterre, Michael. 1978. Semiotics Of Poetry. London: Indiana University Press. Rudito, Bambang, Danang Susena dan Wasana. 2009. Folklor Transmisi Nilai Budaya. Jakarta: Indonesia Center Sustainable Development. Susena, Danang. 2000. Hikayat Sultan Ibrahim Ibn Adham (Tesis). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
20