Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang 2015
HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR GURU DENGAN INTERAKSI EDUKATIF PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 10 PALEMBANG Nova Afriyanti Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sense of humor guru dengan interaksi edukatif pada siswa kelas XI di SMA Negeri 10 palembang. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara sense of humor guru dengan interaksi edukatif pada siswa kelas XI di SMA Negeri 10 Palembang. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 440 orang siswa kelas XI dan yang dijadikan sampel penelitian sebanyak 245 orang yang didapat melalui teknik proporsional random sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala sense of humor dan skala interaksi edukatif. Teknik analisis menggunakan teknik analisis regresi sederhana dengan bantuan SPSS versi 20.0. Hasil analisis data penelitian dengan komputer menggunakan program SPSS 20.0 for Windows, menunjukkan koefisien korelasi secara umum (r) sebesar 0,456 dengan koefisien determinasi (R square) sebesar 0,208, serta nilai p = 0,000 (p<0,01) pada uji anova dua jalur. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara sense of humor guru dengan interaksi edukatif pada siswa kelas XI di SMA Negeri 10 Palembang. Sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat sebesar 20,8 %. Kata kunci : Sense of Humor, Interaksi Edukatif Abstract This research aims to know whether is there any correlation between the sense of humor teacher with educative interaction of eleven grade students of SMA 10 Palembang. Methods of data analysis using simple regression correlation techniques. The result showed a correlation coefficient in general (r) of 0.456 with a coefficient of determination (R square) of 0,208 and p = 0,000 (p<0,01). This suggests that the hypothesis is accepted. The results showed that there is significant correlation between the sense of humor teacher with educative interaction of eleven grade students of SMA 10 Palembang. The contribution of the independent variable (sense of humor teacher) on the dependent variable (educative interaction) was 20,8%. The conclusion of this study is that there was a significant relationship between between the sense of humor teacher with educative interaction of eleven grade students of SMA 10 Palembang. Keywords : Sense Of Humor Teacher, Educative Interaction.
kegiatan belajar-mengajar. Proses yang baik
PENDAHULUAN Pendidikan dan pengajaran adalah
dan
benar
kemungkinan
besar
akan
suatu proses yang mempunyai tujuan yang
memberikan hasil yang baik pula (Sardiman,
jelas. Kegiatan belajar mengajar merupakan
2003).
suatu kegiatan yang terikat dan terarah. Proses
Proses
belajar
senantiasa
tersebut
kegiatan
interaksi antara dua unsur, yaitu siswa sebagai
belajar yang baik. Kesuksesan dalam kegiatan
pihak yang belajar dan guru sebagai pihak
belajar-mengajar dapat dilihat dari hasilnya,
yang mengajar, dengan siswa sebagai subjek
tetapi harus tetap diperhatikan prosesnya. Pada
pokok dalam meraih cita-cita, siswa juga
proses inilah siswa akan melakukan aktivitas
memiliki
membangkitkan
1
tujuan
dan
proses
akan
belajar mengajar dikatakan baik jika proses dapat
merupakan
mengajar
kegiatan
kemudian
ingin
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang 2015
mencapainya secara optimal. Hasil belajar
pengajaran atau lebih dikenal dengan istilah
akan menjadi optimal jika ada interaksi
interaksi belajar-mengajar. Interaksi dalam
edukatif yang baik di kelas. Perwujudan
belajar-mengajar mengandung suatu arti yaitu
interaksi guru dan siswa harus lebih banyak
adanya kegiatan interaksi dari tenaga pengajar
berbentuk pemberian motivasi dari guru
yang
kepada siswa, agar siswa merasa bergairah
adanya siswa, dimana dalam interaksi itu guru
memiliki semangat, potensi, dan kemampuan
harus
yang akan meningkatkan harga diri. Dengan
mengembangkan motivasi serta reinforcement
demikian siswa diharapkan lebih aktif dalam
kepada siswa agar dapat melakukan kegiatan
kegiatan belajar mengajar. Peranan guru
belajar secara optimal (Sardiman, 2001).
sangat penting, bagaimana usaha guru untuk menumbuhkan
dan
memberikan
melaksanakan tugas
mampu
mengajar dan
memberikan
dan
Suardi (Djamarah, 2010) merincikan
motivasi
ciri-ciri interaksi edukatif sebagai berikut : 1)
kepada siswa, sehingga untuk mencapai tujuan
Interaksi belajar-mengajar memiliki suatu
pembelajaran dengan baik sangat diperlukan
tujuan, yakni untuk membantu siswa dalam
proses dan interaksi edukatif yang baik
suatu perkembangan; 2) Ada suatu prosedur
(Sardiman, 2003).
jalannya
interaksi
yang
didesain
untuk
Interaksi Edukatif di kelas dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan; 3)
pendidikan adalah hubungan timbal balik
Interaksi belajar mengajar ditandai dengan
secara langsung antara guru dan siswa dalam
satu penggarapan materi yang khusus; 4)
suatu
tempat
mengajar
untuk
Ditandai dengan adanya aktivitas siswa. Siswa
Dalam
proses
merupakan sentral, maka aktivitas siswa
pembelajaran komunikasi merupakan hal yang
merupakan syarat bagi berlangsungnya belajar
sangat penting. komunikasi dalam proses
mengajar;
pembelajaran
mengajar, guru berperan sebagai pembimbing;
membentuk
belajar
kepribadian.
tersebut
melibatkan
dua
5)
belajar-
6)
dan pelajar sebagai komunikan. Cara belajar
dibutuhkan disiplin; 7) Ada batas waktu. Dari
interaksi
interaksi
komponen, yakni guru sebagai komunikator
sangat dipengaruhi oleh cara berinteraksi di
Didalam
Dalam
hasil
belajar-mengajar
observasi
awal
yang
dalam kelas maupun di rumah dan dalam
dilakukan pada tanggal 03 sampai dengan 05
masyarakat yang lebih luas. Guru perlu
Februari 2015 dengan mengamati hal yang
mengetahui bagaimana cara menciptakan kelas
sama dilakukan juga pada kelas X di beberapa
yang penuh dengan informasi dan mendorong
kelas, tetapi pada kelas X tidak banyak
terciptanya
perilaku yang terlihat, hanya beberapa saja.
kerjasama
dengan lingkungan
(Herlina, 2013).
Sedangkan perilaku yang ada di kelas XI
Interaksi edukatif adalah interaksi
merata hampir pada semua siswa yaitu 440
yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk
yang ada di kelas XI, sehingga peneliti
melaksanakan
memfokuskan penelitian yang ada di kelas XI
tujuan
pendidikan
dan
2
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang 2015
saja. Perilaku pada siswa kelas XI akan terlihat
ditekuk dan buku dihadapannya dibuka agar
pada hasil observasi yang akan dipaparkan
guru mengira bahwa siswa tersebut sedang
dibawah ini .
membaca, merasakan jenuh, sebagian siswa
Dari
hasil
observasi
awal
yang
putri memaikan handphone di tangan kanan
dilakukan pada tanggal 03 sampai dengan
sambil
memperhatikan
tanggal 06 Februari 2015 dengan mengamati
menjelasakan, mengobrol dengan teman satu
hal yang sama yaitu pada mata pelajaran yang
bangku,
banyak menjelaskan teori yang dilakukan di
mencoret-coret buku dengan tulisan-tulisan
kelas XI IPS 3 pada pelajaran bahasa inggris
yang bergaya dan bosan ketika pelajaran
,XI IPS 1 pada pelajaran Bahasa Indonesia,
berlangsung.
ada
siswa
guru
yang
yang
menggambar,
dan XI IPA 3 pada pelajaran kimia, masalah
Sedangkan di kelas XI IPS 4 pada
yang terjadi di kelas XI IPS 3 ini adalah pada
pelajaran sejarah dan Kelas XI IPA 3 pada
saat guru menjelaskan didepan kelas siswa
pelajaran Bahasa Inggris, masalah yang terjadi
hanya
di kelas ini adalah siswa ada yang mengobrol
mendengarkan
saja,
tidak
ada
komunikasi timbal balik kepada guru apa yang
dengan
teman
sebangku
dipahami atau yang belum dipahami oleh
seolah-olah
siswa; jika guru bertanya apakah siswa telah
penting
mengerti dengan apa yang dijelaskan oleh
kenyataannya
guru, siswa banyak diam dan terlihat bingung
berbincang tentang hal yang lebih menarik
untuk menjawabnya; banyak siswa sibuk
(musik, film, gossip, bahkan membicarakan
dengan aktivitas dibangkunya masing-masing;
guru yang sedang mengajar), bercerita tentang
metode yang digunakan oleh guru sangat
film bioskop yang ditonton, curhat masalah
monoton; guru hanya masuk didalam kelas
pacar, menggambar, sms-an, fb-an, instagram,
dan memberikan tugas tanpa ada interaksi
dan media sosial lainnya.
siswa
yang
dengan
tersebut
disampaikan para
siswa
memo,
mencatat
hal
guru.
Pada
sedang
asik
edukatif di dalam kelas; guru masuk dan
Berdasarkan hasil angket awal 22
memberikan tugas merangkum pada siswa
April 2015, dari jawaban 40 orang siswa, 37,5
dikelas; aktifitas siswa yang aktif tidak
% siswa menyatakan bahwa guru selalu
terlihat; tidak ada pembuatan materi khusus
memberikan
oleh guru pada saat mengajar; prosedur yang
diajarkan diakhir pelajaran, 57,5 % siswa
telah
tidak
menyatakan tidak mengerti dengan apa yang
terjalankan dengan semestinya; tujuan belajar
dijelaskan guru, 67,5 % siswa menyatakan
tidak tersampaikan dengan baik, guru hanya
bahwa
menjelaskan saja di depan kelas, siswa pasif di
menyenangkan, 70 % siswa menyatakan bahan
dalam kelas , dampak dari interaksi edukatif
belajar sangat sulit untuk dipahami, 72,5 %
yang tidak baik tersebut yaitu ada siswa yang
siswa menyatakan tidak memahami materi
mengantuk, tidur di kelas dengan kepala
yang dijelaskan, 77,5 % siswa menyatakan
dibuat
pada
saat
mengajar
3
tugas
guru
tentang
yang
materi
mengajar
yang
tidak
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang 2015
guru tidak memberikan contoh yang jelas, 80
Missa ( 2014) dalam interaksi edukatif
% siswa menyatakan guru belum berhasil
memungkin
menjelaskan materi dengan baik dikelas, 82,5
(afektif). Hal ini erat kaitannya dengan
% siswa menyatakan bahwa bahan belajar
perubahan sikap peserta didik. Tidak hanya
yang dijelaskan didepan kelas kurang menarik,
menyangkut
90 % siswa menyatakan suasana kelas tidak
menyangkut kesenangan dalam mengikuti
menyenangkan, 92, 5 % siswa menyatakan
kegiatan belajar mengajar. Perasaan senang
cara
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
mengajar
yang
digunakan
kurang
menarik.
terjadinya
transfer
norma-norma
tetapi
norma
juga
Dalam hal ini guru seharusnya bersikap luwes
Berdasarkan
hasil
angket
yang
dan humoris.
disebarkan pada tanggal 22 april 2015 didapat
Setelah memahami pengertian dari
hasil bahwa; 1) dalam interaksi belajar
interaksi edukatif, selanjutnya kita akan
mengangar yang memiliki tujuan , apa yang
membahas pengertian dari sense of humor
menjadi tujuan pembelajaran, banyak siswa
guru. Guru dengan sense of humor yang baik
yang belum dapat menerima tujuan belajar
cenderung sangat populer
dengan baik, belum jelas dengan tujuan yang
mereka. Survey pada siswa telah menemukan
sebenarnya; 2) Prosedur yang dijalankan
bahwa sense of humor atau rasa humor yang
belum sistematis, langkah-langkahnya masih
dimiliki guru biasanya dinilai sebagai salah
ditentukan sendiri oleh guru yang mengajar; 3)
satu karakteristik yang paling diinginkan dari
interaksi belajar mengajar tidak dibuat secara
seorang guru yang efektif ( Fortson dan Brown
khusus untuk mengajar , hanya menjelaskan
dalam Martin 2007).
materi yang ada di bahan pengajaran saja; 4)
Mueliono (1990)
dengan siswa
pengertian guru
aktivitas siswa dikelas hanya mendengarkan
dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan
apa yang dijelaskan oleh guru tanpa membuat
sebagai orang yang pekerjaannya adalah
siswa yang menjadi pusat perhatian dengan
mengajar.
cara
sebagai
mendefinisikan bahwa mengajar adalah suatu
pembimbing dan membuat motivasi agar
aktivitas yang bersifat interpersonal dan
interaksi edukatif menjadi kondusif tidak
interaktif.
berjalan dengan seharusnya; 6) siswa dan guru
komunikasi verbal yang dilakukan dengan
tidak menjalankan yang seharusnya terjadi di
tujuan untuk membantu satu atau lebih siswa
dalam tata tertib dikelas, masih banyak siswa
agar dapat belajar atau mengubah cara mereka
menggunakan cara mereka sendiri di dalam
dalam bertingkah laku.
kelas; 7) ada waktu yang dibuat agar tujuan
Hadis
aktif
di
kelas;
5)
guru
Selanjutnya
Secara
(2006)
(Elliot,
khusus
1996)
melibatkan
mengatakan
bahwa
bisa dicapai, tetapi waktu yg dibuat sangat
kemampuan guru dalam menyisipkan sense of
terbatas , sehingga banyak tujuan yang belum
humor atau menceritakan hal-hal yang lucu
bisa dipahami dengan baik di kelas.
dalam
4
proporsi
yang
wajar
dan
tidak
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang 2015
mengganggu pelajaran merupakan sesuatu
lakukan atau bahkan dianggap lucu dan
yang dapat mewujudkan situasi belajar yang
cenderung membuat orang lain tertawa, serta
kondusif dan menyenangkan. Dalam survei
proses mental yang masuk dalam menciptakan
nasional terhadap seribu siswa berusia antara
dan memahami suatu stimulus lucu, dan juga
13 sampai 17 tahun, para siswa tersebut
respon afektif yang terlibat dalam kenikmatan
menyebutkan beberapa karakter penting yang
mempunyai humor. Humor diartikan sebagai
harus dipunyai oleh seorang guru, diantaranya
rasa atau gejala yang merangsang kita untuk
adalah mempunyai sense of humor yang baik,
tertawa atau cenderung tertawa secara mental,
mampu membuat kelas menjadi menarik dan
humor bisa berupa rasa atau kesadaran dalam
menguasai materi yang diajarkan. Karakter
diri kita yang disebut sense of humor
guru yang dimaksud yaitu mampu membuat
(Rahmanadji, 2007).
kelas
menjadi
dengan
metode
games
sebagai
O’Toole, 2001) menyebutkan ciri-ciri sense of
sarana menyisipkan sense of humor, belajar
humor seseorang yaitu orang yang secara
sambil bermain dengan porsi yang seharusnya,
signifikan dinilai sebagai orang yang ramah,
mampu memodifikasi materi yang tidak
menyenangkan,
menarik menjadi lebih menarik, menerangkan
imajinatif,
materi
mata
cerdas, dan tanggap, serta kurang mengeluh
pelajaran sehingga tidak menggunakan bahasa
dan namun terkadang cenderung dingin dan
buku yang panjang, mau meluangkan waktu
pasif.
belajarnya,
menarik
menggunakan
dengan
jelas
,
menguasai
Cann
untuk membantu dan melihat siswa pada saat bahwa
Charles dan Senter (2005) menyatakan suasana
belajar
mengajar
Calhoun
(Beins
kooperatif,
kreatif,
pintar,
and
menarik,
mengagumkan,
Apte (Kristiandi, 2009) menyatakan
belajar (Santrock, 2004).
bahwa
dan
agar
merasakan
dapat
atau
mengamati
humor,
mengungkapkan
humor,
yang
seseorang memerlukan sense of humor. Begitu
menyenangkan membuat siswa memusatkan
pula halnya dengan seorang guru. Sense of
perhatiannya secara penuh saat belajar. Guru
humor yang dimilki oleh guru merupakan
bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan
kemampuan
dan menentukan jenis lingkungan di dalam
mengapresiasikan, menciptakan sesuatu yang
kelas dan humor merupakan salah satu cara
lucu dalam menjalankan tugasnya tanpa
yang digunakan untuk menjalankan tanggung
mengakibatkan individu lain terluka secara
jawab tersebut. Selanjutnya penting bagi guru
fisik maupun psikis. Guru yang memiliki
untuk menggunakan humor di dalam kelas
keahlian dalam menciptakan sense of humor
(Manning, 2002).
yang baik akan membuat kelas menjadi lebih
Martin (2007) mengatakan bahwa
seorang
guru
dalam
menarik.
sense of humor merupakan istilah luas yang
Berdasarkan Masalah yang ditemukan
mengacu pada sesuatu yang orang katakan dan
pada Guru di SMA Negeri 10 Palembang yaitu
5
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang 2015
guru pada pelajaran Bahasa Inggris, kimia,
Berdasarkan hasil Observasi yang
Bahasa Indonesia dan sejarah kurang ramah
dilakukan pada tanggal 10 maret 2014 dan
dengan siswa, guru memperlihatkan raut
tanggal 4 april 2015 kepada siswa kelas XI
wajah yang tidak menyenangkan di dalam
IPS 1 di SMA Negeri 10 Palembang. Ternyata
kelas, kurang kooperatif dalam mengajar di
beberapa hal yang terjadi pada saat kegiatan
dalam kelas, materi yang diajarkan sangat
belajar mengajar berlangsung yaitu guru tidak
monoton dan tidak menarik, kurang imajinatif
mampu mengekspresikan humor dengan baik,
dalam
dalam
guru hanya menjelaskan materi tanpa mampu
mengajar, sering marah-marah di dalam kelas.
menciptakan humor, guru dinilai sangat
Selain itu guru yang mengajar pada mata
membosankan, tidak menarik perhatian siswa
pelajaran
mempunyai
di dalam kelas, guru banyak mengeluh dan
pengalaman mengajar yang sangat baik, usia
marah didalam kelas. Dampak yang terjadi
yang matang yaitu 40 tahun keatas, tetapi
apabila guru tidak mempunyai sense of humor
masih banyak menerapkan cara mengajar yang
atau rasa humor, akan membuat siswa tidak
lama selama mengajar.
nyaman dikelas, perilaku yang ditunjukkan
mengajar,
kurang
tersebut
Berdasarkan
kreatif
telah
dengan
siswa yaitu tidak betah dikelas karena materi
beberapa siswa di SMA Negeri 10 Palembang
yang diajarkan dianggap sangat monoton
yang dilakukan pada tanggal 4 April 2015,
dengan hanya menjelaskan materi saja dikelas
pada kelas XI IPS 1. Siswa mengungkapkan
terbukti sebelum waktunya kegiatan belajar
ada beberapa guru yang menurut siswa suka
mengajar kelas berakhir hampir 10 orang
menyampaikan humor pada saat
belajar
siswa dari 40 orang siswa dikelas meminta izin
yang
keluar kelas , dan ternyata ada yang duduk di
diungkapkan seorang siswa kelas XI IPS 1
musholah, dikantin dan di tempat duduk yang
SMA Negeri 10 Palembang. “ senang sekali
ada disekitar sekolah. Selain itu siswa juga
kalau ada guru yang masuk di dalam kelas
sering bolos terlihat dari absensi yang ada
suka memberikan humor, jadi kelas tidak
dikelas, sering tidak masuk sekolah dengan
membosankan. Kalau gurunya ketat dalam
banyak alasan yaitu izin, alfa dan sakit.
mengajar, apalagi tidak pernah tersenyum saya
Walaupun siswa berada didalam kelas, para
rasanya ingin cepat keluar dari kelas. Ada
siswa
beberapa guru yang sangat menyenangkan di
dijelaskan, tidak fokus dengan apa yang
dalam kelas. Sering membuat lucu yang
dipelajari mengobrol, sekian banyak guru yang
membuat kami semangat belajar. Kalau guru
mengajar di SMA tersebut hanya terdapat
tersebut masuk suka cerita yang lucu-lucu, dan
hanya 3 orang yang disenangi oleh siswa
kami diberikan teka teki tentang pelajaran,
dalam belajar, karena guru tersebut memiliki
yang membuat kelas jadi lebih menarik.
rasa humor misalnya didalam proses belajar
mengajar
wawancara
berlangsung.
Seperti
tidak
memperhatikan
apa
yang
penyampaiannya santai dan kadang-kadang
6
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang 2015
melucu, sehingga siswa tidak tegang dan kaku
yang monoton, 92,5 % siswa menyatakan guru
dalam belajar dan bisa memahami dengan baik
yang mengajar kurang imajinatif.
apa yang dijelaskan. Berdasarkan hasil observasi dengan
METODE
beberapa siswa SMA Negeri 10 Palembang
Pada penelitian ini, definisi operasional
yang telah dilakukan oleh peneliti, diperoleh
variabel penelitian yang digunakan adalah
gambaran bahwa siswa SMA 10 Palembang
sebagai berikut:
gambaran yang baik terhadap sense of humor
interaksi edukatif adalah hubungan dua
guru, karena siswa lebih menyukai guru yang
arah antara guru dan siswa kelas XI SMA
sering
satu
Negeri 10 Palembang dengan sejumlah norma
contohnya dalam pemilihan guru terbaik di
sebagai mediumnya untuk mencapai tujuan
sekolah, yang terpilih menjadi guru terbaik
pendidikan, yaitu dengan interaksi yang
adalah guru matematika dan guru Bahasa
dikatakan sebagai interaksi edukatif apabila
Inggris, kedua guru tersebut selalu terpilih
secara
menjadi guru favorit karena dalam mengajar
mengubah
mereka selalu menyisipkan humor sehinga
seorang.
memberikan
humor.
Salah
membuat para siswa menyukainya. Para siswa
sadar
meletakan
tingkah
interaksi
laku
edukatif
dan
untuk
perbuatan
tersebut
akan
juga menambahkan bahwa pemberian humor
diungkapkan
di kelas dalam bentuk tertentu membuat siswa
Djamarah (2010) dengan menggunakan skala
semangat untuk belajar.
yang akan dibuat sendiri oleh peneliti dengan
Berdasarkan hasil angket awal 22
dengan
tujuan
menggunakan
teori
April 2015, dari jawaban 40 orang siswa, 52,5
mengacu pada aspek-aspek kegiatan sebelum 49 belajar, kegiatan inti belajar, dan kegiatan
%
akhir belajar.
siswa
menyatakan
guru
memberikan
penilaian yang tidak tepat terhadap siswa, 67,5 %
siswa
menyatakan
guru
Sense of humor adalah kemampuan
memberikan
siswa dalam menangkap suatu kelucuan dari
pertanyaan siswa dengan kalimat yang sulit
Guru yang mengajar di kelas XI SMA Negeri
dimengerti, 70 % siswa menyatakan cara
10 Palembang termasuk dari dalam dirinya
mengajar guru tidak menyenangkan, 80 %
sendiri
siswa menyatakan guru menjelaskan materi
mengekspresikannya dengan tersenyum atau
yang sulit dipahami, 82,5 % siswa menyatakan
menertawakannya.
banyak guru yang megeluh, 82,5 % siswa
Sense
menyatakan guru yang mengajar tidak ramah,
diungkapkan
85 % siswa menyatakan guru kurang semangat
Martin (2007) dengan menggunakan skala
dalam mengajar, 87,5 % siswa menyatakan
yang akan dibuat sendiri oleh peneliti dengan
metode mengajar sangat membosankan, 90 %
mengacu
siswa menyatakan guru menjelaskan materi
menciptakan
7
dan
of
menikmatinya,
Humor
dengan
pada humor,
lalu
tersebut
akan
menggunakan
teori
aspek-aspek
Aspek
mengatasi
masalah
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang 2015
dengan humor, penghargaan terhadap humor,
Cara
sikap menyenangi humor.
random sampling dengan cara undian , yaitu
Menurut Sugiyono (2012) populasi
pengambilan
sample
Proposional
nama-nama siswa dikumpulkan yang sudah
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
berupa
gulungan-gulungan,
objek atau subjek yang mempuyai kualitas dan
dimasukkan ke dalam kotak dan kotak tersebut
karakteristik tertentu yang ditetapkkan oleh
di goncang, nama-nama yang keluar atau
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
sisanya yang akan dijadikan try out. Dibawah
kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya
ini
orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam
sampling sebagai berikut :
terdapat
yang lain. Populasi bukan sekedar jumlah yang
rumus
kemudian
Proposional
random
Rumus : N x N1
ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi
Keterangan :
meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang
X = populasi kelas
dimiliki oleh subjek atau objek itu. Dalam
N = jumlah populasi keseluruhan
penelitian ini yang menjadi populasi adalah
N1= jumlah sample yang ditentukan.
siswa SMA NEGERI 10 Palembang kelas XI.
Pengumpulan data dalam penelitian ini
Adapun karakteristik populasi dalam
dimaksud untuk memperoleh informasi yang
penelitian ini sebagai berikut : Remaja putra
relevan, adekuat dan reliable. Prosedur ini
dan putri Kelas XI di SMA Negeri 10
sangat
Palembang dan Berumur antara 15-18 tahun
penelitian
Menurut
Sugiyono
(2012)
sampel
penting
karena
baik
tergantung
buruknya
pada
teknik
pengumpulan data ( Hadi, 2004).
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
Skala dalam penelitian ini menggunakan
yang dimiliki oleh populasi tersebut. Metode
skala likert. Pada skala likert disediakan 5
pengambilan
pada
alternatif jawaban yaitu SS ( sangat setuju), S
penelitian ini adalah teknik Proposional
(setuju), N (netral), TS ( tidak setuju), STS (
random sampling, teknik ini menghendaki
sangat tidak setuju). Untuk menghindari efek
cara pengambilan sample dari tiap-tiap sub
tendensi
populasi
mengumpul di tengah dan kecenderungan
sampel
dengan
yang
dipakai
memperhitungkan
besar
sentral
atau
kecilnya sub-sub populasi tersebut. Cara ini
pengumpulan
dapat memberi landasan generalisasi yang
jawaban (Azwar, 2014).
jawaban
jawaban
pada
yang
alternative
lebih dapat dipertanggung jawabkan dari pada tanpa memperhitungkan besar kecilnya sub
HASIL DAN PEMBAHASAN
populasi dan tiap-tiap sub populasi. Apa bila
Berdasarkan
hasil
perhitungan
teknik proposional sampling disertai random
stastistik
maka disebut Proposional random sampling.
membuktikan bahwa terdapat hubungan yang
Sample yang diperoleh dengan teknik ini
sangat signifikan antara sense of humor
disebut Proposional sample (Hadi, 2012).
dengan interaksi edukatif pada siswa kelas XI
8
yang
telah
dilakukan
untuk
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang 2015
SMA
Negeri
10
Analisis
rangkuman; guru memberikan evaluasi di
dilakukan dengan menggunakan uji regresi
akhir kegiatan belajar; guru mengajar sangat
sederhana yang hasilnya adanya penerimaan
monoton dan membosankan; menurut siswa
terhadap
Hasil
semua guru terlalu serius; semua guru mampu
tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien
membuat kata-kata yang lucu; lebih dekat
korelasi r = 0, 456 dengan nilai signifikansi (p)
dengan guru yang suka membuat kata-kata
= 0,000 atau dengan kata lain p < 0,01. Ini
yang lucu dalam mengajar; guru membuat
menunjukkan bahwa ada hubungan yang
siswa tertawa untuk meredakan situasi yang
sangat signifikan antara sense of humor
tegang akan sia-sia saja; suka bila guru
dengan interaksi edukatif pada siswa kelas XI
berkata-kata diiringi dengan hal-hal yang
SMA Negeri 10 Palembang. Data tersebut
kocak; guru malu saat mengajar dengan
menunjukkan
penelitian
diselipkan humor; hanya ada beberapa orang
diterima, artinya ada hubungan antara sense of
guru yang mengatakan hal-hal yang lucu
humor guru dengan interaksi edukatif pada
dalam mengajar; guru jarang menggunakan
siswa kelas XI SMA Negeri 10 palembang.
ide
hipotesis
Palembang.
yang
bahwa
diajukan.
hipotesis
Penyebaran skala tryout dilakukan analisis
koefisien
korelasi
lucu
dalam
mengajar,
sehingga
mempersulit saya menerima materi; ketika
dengan
kami
stress
mengerjakan
soal,
guru
menggunakan batas minimum 0,30 dan pada
menceritakan hal-hal lucu sehingga membuat
saat di lihat ternyata banyak aitem yang gugur
saya lebih pusing; bagi siswa hanya beberapa
atau tidak valid, dengan banyaknya aitem yang
guru yang suka membuat ide-ide lucu yang
tidak valid sebanyak 32 aitem untuk interaksi
menyenangkan ; guru jarang melontarkan hal-
edukatif dan 37 untuk aitem sense of humor,
hal yang lucu saat mengajar; kata-kata lucu
dengan banyaknya aitem yang tidak valid atau
yang dilontarkan guru dapat menyegarkan
gugur tersebut peneliti menurunkan taraf
suasana kelas; guru akan membuat kelas
minimum koefisien korelasi menjadi 0,25 dan
menjadi ribut bila guru melucu di kelas; guru
di dapat hasil aitem yang baik dengan jumlah
kreatif di dalam kelas; siswa yang berbagi
43 aitem yang valid untuk interaksi edukatif
pengalaman lucu tidak pernah dihargai oleh
dan 40 aitem yang valid untuk sense of humor.
guru.
Maka dari itu peneliti menggunakan batas minimum
koefisien
korelasi
0,25
Dapat dilihat dari beberapa aitem yang
pada
dijelaskan
penelitian ini.
diatas
bahwa
siswa
rata-rata
memilih guru yang memiliki sense of humor,
Hubungan yang erat antara sense of
menjadi guru yang menyenangkan dikelas dan
humor guru (variabel bebas) dan interaksi
dapat membuat suasana kelas lebih ceria dan
edukatif (variabel terikat) yaitu terlihat pada
materi
aitem skala penelitian yang disebarkan yaitu
monoton. Jika guru dapat membantu siswa
siswa senang jika guru memberikan tugas
agar bisa mendapatkan interaksi edukatif
9
yang
disampaikan
tidak
terlihat
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang 2015
dengan
baik,
maka
seharusnya
guru
berarti bahwa masih terdapat 79,2% dari faktor
mempunyai sense of humor yang cukup baik
lain yang mempengaruhi interaksi edukatif,
untuk membuat kelas menjadi lebih menarik
tetapi variabel itu tidak diteliti oleh peneliti
pada saat interaksi edukatif berlangsung. Hal
yaitu faktor tujuan , bahan atau isi, guru dan
itu menunjukkan bahwa sense of humor yang
peserta
dimilki oleh guru sangat mempunyai pengaruh
pelajaran, alat dan peralatan, dan faktor
yang cukup besar terhadap interaksi edukatif
evaluasi (Yoseph dan Sighiarti, 2013).
siswa saat belajar yaitu sebesar 20,8%. Ahmadi
dan
metode,
situasi,
sumber
Perilaku siswa di SMA Negeri 10 (1985)
Palembang ini sesuai dengan ciri-ciri menurut
mengatakan bahwa Interaksi edukatif harus
Djamarah (2010) yang mengatakan bahwa
mengambarkan hubungan aktif dua arah
Interaksi belajar-mengajar memiliki suatu
dengan
sebagai
tujuan, yakni untuk membantu siswa dalam
mediumnya, sehingga interaksi itu merupakan
suatu perkembangan; Ada suatu prosedur
hubungan yang bermakana dan kreatif. Semua
jalannya
interaksi
unsur interaksi harus berproses pada ikatan
mencapai
tujuan
tujuan
Interaksi belajar mengajar ditandai dengan
sejumlah
pendidikan.
Syuhadi
didik,
pengetahuan
Karena
itu,
interaksi
yang
didesain telah
ditetapkan;
satu
aktif dua arah antara guru dan peserta didik
Ditandai dengan adanya aktivitas siswa. Siswa
yang
merupakan sentral, maka aktivitas siswa
dalam
ikatan
tujuan
pendidikan. Kategorisasi
materi
untuk
edukatif adalah suatu gambaran hubungan
berlangsung
penggarapan
yang
yang
khusus;
merupakan syarat bagi berlangsungnya belajar interaksi
edukatif
mengajar; Dalam interaksi belajar-mengajar,
menunjukkan dari 245 siswa kelas XI SMA
guru berperan sebagai pembimbing; Didalam
Negeri 10 palembang yang dijadikan subjek
interaksi belajar-mengajar dibutuhkan disiplin;
penelitian, terdapat 51 siswa atau 21% yang
Dan ada batas waktu. Dengan demikian dapat
memiliki interaksi edukatif yang tinggi dan
disimpulkan bahwa interaksi edukatif pada
189 siswa atau 77% siswa yang memiliki
siswa kelas XI SMA Negeri 10 Palembang
interaksi edukatif yang sedang, serta 5 siswa
adalah masuk dalam kategori sedang, seperti
atau 2% siswa yang memiliki interaksi
yang di peroleh dari hasil analisis data yang
edukatif yang rendah. Interaksi edukatif pada
menunjukkan dari 245 siswa terdapat 195
siswa kelas XI SMA Negeri 10 Palembang
siswa (80%) melakukan interaksi edukatif.
masuk kedalam kategori sedang terlihat dari
Adapun
(2014)
penelitian
yang
dengan
judul
siswa yang ada di dalam kelas saat interaksi
dilakukan
edukatif berlangsung.
pentingnya interaksi edukatif pendidik (guru)
Besarnya nilai sumbangan Sense of
Nazi
hasil
dalam upaya pembentukan akhlak
peserta
humor (variabel bebas) terhadap interaksi
didik di sekolah (study mata pelajaran akidah
edukatif (variabel terikat) adalah 20,8% yang
akhlak di mts miftahul amal). Hasil penelitian
10
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang 2015
tersebut adalah guru Akidah Akhlak telah melaksanakan berdasarkan
kegiatan pada
Charles dan Senter (2005) menyatakan
pembelajaran
Suasana
belajar
mengajar
yang
pelaksanaan
menyenangkan membuat siswa memusatkan
pembelajaran (RPP) dan melakukan interaksi
perhatiannya secara penuh saat belajar. Guru
edukatif dalam proses pembelajarannya baik
bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan
secara verbal atau non verbal. Beliau juga
dan menentukan jenis lingkungan di dalam
sebagai panutan dan teladan yang sangat baik
kelas dan humor merupakan salah satu cara
di sekolah. Sehingga peserta didik dapat
yang digunakan untuk menjalankan tanggung
mengamalkan ilmu yang sudah didapat selama
jawab tersebut. Selanjutnya Penting bagi guru
di sekolah.
untuk menggunakan humor di dalam kelas
Missa edukatif
(
rencana
bahwa
2014)
Dalam
interaksi
(Manning, 2002).
Memungkin terjadinya transfer
Berdasarkan penjelasan teori diatas
norma (afektif). Hal ini erat kaitannya dengan
ternyata guru memang harus menyisipkan
perubahan sikap peserta didik. Tidak hanya
humor
menyangkut
juga
kemampuan guru menyisipkan humor sangat
menyangkut kesenangan dalam mengikuti
penting agar suasana kelas tidak kaku. Suasana
kegiatan belajar mengajar. Perasaan senang
kelas yang tidak kaku akan membuat siswa
dapat meningkatkan motivasi belajar peserta
senang belajar di dalam kelas.
norma-norma
tetapi
didik.
ketika
mengajar
Kategorisasi Berdasarkan teori-teori
interaksi
edukatif
di
sekolah
di
sense
kelas.
of
Jadi
humor
yang
ada,
menunjukkan bahwa dari 245 siswa kelas XI
itu
ada
SMA Negeri 10 Palembang yang dijadikan
hubungannya dengan proses interaksi edukatif
subjek
penelitian,
terdapat
67
siswa
yang menyenangkan yang disampaikan oleh
menyatakan atau 27% yang guru memiliki
para pendidik yaitu guru. Karena dalam
sense of humor yang baik, kemudian 126
interaksi belajar mengajar itu terdapat proses
siswa atau 52 % siswa yang menyatakan guru
pemberian pengetahuan, penanaman nilai-nilai
memiliki sense of humor yang cukup baik, dan
atau norma-norma ke dalam diri peserta didik
52 siswa atau 21% siswa yang menyatakan
seperti pemberian contoh atau teladan yang
guru memiliki sense of humor yang kurang
diberikan oleh seorang guru. Dengan kata lain
baik.
guru tidak hanya mengajar (mentransfer ilmu)
Hal ini dapat dilihat dari kebanyakan
tapi juga mendidik sehingga akan membentuk
siswa SMA Negeri 10 Palembang Siswa
peserta didik. Hal tersebut mengandung
mengungkapkan bahwa beberapa guru yang
pengertian
dapat
menurut siswa suka menyampaikan humor
mempengaruhi pembentukan peserta didik
pada saat interaksi edukatif berlangsung.
adalah guru yang mempunyai sense of humor
Seperti yang diungkapkan beberapa siswa
dalam mengajar.
kelas XI bahwa siswa senang sekali kalau ada
bahwa
faktor
yang
11
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang 2015
guru yang masuk di dalam kelas suka memberikan
humor,
jadi
kelas
Hal ini menunjukkan ada kaitan yang
tidak
erat antara interaksi edukatif dengan sense of
membosankan. Ada beberapa guru yang
humor, dengan sense of humor yang cukup
sangat menyenangkan di dalam kelas. Banyak
baik
mempunyai strategi yang unik agar kami
menyampaikan materi pada saat interaksi
semangat belajar.
edukatif berlangsung maka interaksi edukatif
yang
dimiliki
oleh
guru
dalam
Hal ini sesuai dengan pernyataan Cann
di dalam kelas juga akan cukup baik yang
dan Calhoun (Beins and O’Toole, 2001)
ditunjukan dengan hasil 126 atau 52% untuk
menyebutkan
sense of humor dan 189 atau 77 % untuk
ciri-ciri
sense
of
humor
seseorang yaitu orang yang secara signifikan
interaksi edukatif.
dinilai
ramah,
Berdasarkan uraian dan hasil analisis data
menarik,
diatas, peneliti menyimpulkan bahwa hipotesis
mengagumkan,
yang diajukan yaitu ada hubungan antara sense
cerdas, dan tanggap, serta kurang mengeluh
of humor guru dengan interaksi edukatif pada
dan namun terkadang cenderung dingin dan
siswa kelas XI SMA Negeri 10 Palembang
pasif. Dengan demikian dapat disimpulkan
dalam penelitian ini diterima. yaitu ada
guru yang mengajar di dalam kelas, khususnya
hubungan yang sangat signifikan antara sense
kelas XI SMA Negeri 10 Palembang memiliki
of humor guru dengan interaksi edukatif pada
sense of humor yang cukup baik seperti yang
siswa kelas XI SMA Negeri 10 Palembang.
sebagai
orang
menyenangkan, imajinatif,
yang
kooperatif,
kreatif,
pintar,
di peroleh dari hasil analisis data yang dinyatakan oleh siswa menunjukkan dari 245
DAFTAR PUSTAKA
siswa terdapat 140 siswa (57%) memilih guru
Anwar,
Desy. (2003). Kamus Bahasa Indonesia Terbaru. Surabaya. Penerbit Amalia. Azwar, S. (2006). Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. ------------. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. ------------. (2014). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta. Pustaka Belajar. Beins., O’Toole. (2001). Searching for the Sense of Humor: Stereotypes of Ourselves and Other. Europe’s Journal of Psychology vol. 6(3), pp. 267-287. Ithaca College. Chamdani. (2015, April 15). Hubungan Kemandirian Belajar Dan Interaksi Edukatif Dengan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Sekecamatan
yang memiliki sense of humor yang cukup baik. Adapun dilakukan
hasil
Kartika
penelitian
(2013)
yang
dengan
judul
hubungan antara sense of humor dan intimate friendship pada remaja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara sense of humor dengan intimate friendship pada
remaja.
Hasil
penelitian
juga
menunjukkan bahwa sense of humor dan intimate friendship berkorelasi secara positif, yang menandakan bahwa semakin tinggi sense of
humor
seseorang,
maka
intimate
friendshipnya juga akan tinggi.
12
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang 2015
Purworejo. Diakses dari http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/p gsdkebumen/article/viewFile/1630/11 96. Chandra, L. (2014). Hubungan Antara Intensitas Interaksi Sosial Dengan Sense Of Humor Pada Mahasiswa Di Kecamatan Seberang Ulu I Palembang (Skripsi, tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi. Palembang. Charles, C. M., Senter, G. W. (2005). Elementary Classroom Management. USA. Pearsons Educational Inc. Djamarah, S. B. (1997). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif di Sekolah. Jakarta. PT Rineka Cipta. ---------------------. (2010). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif di Sekolah. Jakarta. PT Rineka Cipta. Elliot, S. N. (1996). Educational psychology, Effective teaching effective learning. Singapore. Brown and Benchmark Publishers. Fatimahningrum. (2015, April 19). Karakteristik Guru Dan Sekolah . Fitriani, A., Hidayah, N. (2012). Kepekaan Humor dengan Depresi pada Remaja ditinjau dari Jenis Kelamin. Jurnal Humanitas, Vol. IX No.1 Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Gunawan, M. A. (2013). Statistik Untuk Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Parama Publishing. Herlina. (2015, April 15). Interaksi Edukatif Dalam Pembelajarn. Diakses dari http://herlinabastari.blogspot.com/201 3/09/upaya-mengefektifkan-interaksiedukatif.html. Hamidah, N. (2015, April 15). Interaksi Edukatif di Sekolah. Diakses dari http://hamidahmenulis.blogspot.com/2 013/01/interaksi-edukatif-disekolah_31.html. Hughes, L. W. (2008). A Correlation Study of the Relationship Between Sense of Humor and Positive Psychological Capacities. Economics & Bussiness
Journal: Inquiries & Perspectives Vol.1 No.1. University of Nebraska at Kearney. Hartanto, A. (2013). Hubungan antara interaksi edukatif dengan kreativitas verbal pada siswa pondok pesantren imam syuhodo sukoharjo (skripsi, tidak diterbitkan). Universitas Muhammadiyah. Surakarta. Kristiandi. (2009). Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru Dengan Motivasi Belajar Di Kelas 7 Internasional Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan (Skripsi, tidak diterbitkan). Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara. Liberna, H. (2007). Membangun interaksi edukatif yang bernilai normatif melalui pengajaran berbasis aktifitas. Jurnal Formatif 2(2): 149-157 ISSN: 2088-351X. Jakarta. Universitas Indraprasta PGRI. Missa, D. Y. (2015, April 07). Kompasiana Edukatif. Diakses dari http://m.kompasiana.com/post/read/67 1522/3/relasi-guru-dengan-pesertadidik-interaksi-edukatif.html. Moeliono, A. M. (1990). Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. Manning, K. I. (2002). Lighten Up ! An Analysis of The Role of humor As an Instructional Practice in the Urban and or Culturally Diverse middle School Classroom. Journal of student development, 36, 35-36. Martin, R. A. (2007). The Psychology of Humor: An Integrative Approach. California: Elsevier Academic Press. Nugroho. (2015, April 18). Mengenal Interaksi Edukatif. Diakses dari https://topiknugroho.wordpress.com/2 011/05/03/mengenal-interaksiedukatif/. Nurchasanah, dkk. (2004). Model Interaksi Edukatif Untuk Menciptakan Kreativitas Berbahasa Indonesia Siswa Taman Kanak-Kanak Di Kota Malang
13
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang 2015
( Skripsi, tidak diterbitkan). Fakultas Sastra. Malang. Nazi, M. (2014). Pentingnya interaksi edukatif pendidik dalam upaya pembentukan akhlak peserta didik di sekolah MTs Miftahul Amal (Skripsi, tidak diterbitkan). Universitas Islam Negeri jakarta. Jakarta. Parman, R. (2013). Penyesuaian Diri LakiLaki dan Perempuan dengan Mengendalikan Variabel Sense of Humor. Jurnal Online Psikologi Vol.1 No.2. Malang. Universitas Muhammadiyah Malang. Puspita, A. I. (2007). Hubungan Antara Self Efficacy dan Sense of Humor dengan Partisipasi Kerja Karyawan (Skripsi, tidak diterbitkan). Universitas Katolik Soegijapranata. Semarang. Rahmanadji, D. (2007). Sejarah, Teori, Jenis, dan Fungsi Humor. Jurnal Bahasa dan Seni. Malang. Universitas Negeri Malang. Sardiman. (2003). Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. ------------. (2014). Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta. -------------. (2014). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sujarwo, Sawi. (2013). Modul Kuliah dan Praktikum: Aplikasi Komputer SPSS (Untuk kalangan sendiri). Palembang. Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma. Sulaiman. (2007). Hubungan antara sense of humor dengan kebermaknaan hidup pada masyarakat betawi (skripsi, tidak diterbitkan). Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Thorson, J.A., Powell, F.C. (1993). Sense of Humor and Dimensions of Personality. Journal of Clinical Psychology Vol.49 No.6. University of Nebraska at Omaha. Thyas, dkk. (2011). Perbedaan sense of humor pada mahasiswa laki-laki dan perempuan penggemar tayangan korean variety show. Jurnal Program study psikologi. Malang. Universitas Brawijaya malang. Yoseph., Sughiarti. (2015, April 19). TahapTahap Interaksi Edukatif. Diakses dari http://analisism.blogspot.com/2013/05/tahap-tahapinteraksi-edukatif.html . Zahra, dkk. (2015, april 19). Interaksi Edukatif. Diakses dari http://makalahinteraksi-edukatif-kel8-belpem/.
14