Editorial
Norma Pendidikan dan Penelitian Terintegrasi di Universitas: Menyempurnakan sebuah Mitokondria*
Farid Anfasa Moeloek Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Pendahuluan Pertanyaan mendasar yang saya sampaikan disini adalah: apa visi dan misi pendidikan serta penelitian dalam menghadapi peradaban manusia pada abad ke-21 di Universitas Indonesia saat ini? Pertanyaan tersebut sulit saya jawab. Beberapa waktu yang lalu kita pernah menjawabnya: UI akan membawa misi sebagai universitas riset. Apakah hanya sampai sebatas itu? Di Muktamar Ikatan Dokter Indonesia XXV, 7 Oktober 2003, Balikpapan,1 saya pernah membayangkan apa yang akan terjadi di dalam pelayanan dunia kedokteran di abad ke-21 ini? Sebagai bayangan dalam dunia pendidikan dan penelitian kedokterannya, saya sampaikan: ………’’Pergeseran norma, dan perilaku kemanusiaan kini dan di masa datang, akan senantiasa bergeser dinamis. Hal itu terjadi karena terbawa kemajuan ilmu yang menyangkut bukan hanya ilmu kedokteran, genetika, dan * Disampaikan pada Rapat Dewan Wali Amanat Universitas Indonesia dan Rektor Universitas Indonesia, di Kampus UI Depok, 28 Juli 2009
Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 9, September 2009
teknologinya saja; namun juga perubahan sosial, pengembangan intelektual kesisteman dan pengaturan manajemen kemasyarakatan baik di daerah/nasional, regional dan internasional. Selain itu, juga dipengaruhi oleh hukum yang lebih beradab, desakan ekonomi yang bervariasi, perdagangan komersial dan kapital2 yang bersinggungan dan tidak jarang berbentur dengan kemanusiaan, komputerisasi dan telekomunikasi modern serta informasi elektronik yang maya. Semua itu akan menyertai dan tetap membawa sebutan ‘dokter yang baik’; dokter yang menjalankan tugas profesinya dalam kaidah etika profesi yang baik pula. Etika Kedokteran pun akan bergeser dinamis dengan bergesernya bentuk budaya yang berkembang di masyarakat. Mungkinkah nanti di masa mendatang telah dibuka ‘mall genetics’ sebagai bentuk perseroan, minimal kooperasi kedokteran untuk merangkai kesempurnaan genetik, sebagai ekspresi genetik pesanan bayi yang diidamkan oleh seorang gadis atau seorang pemuda single parent sebagai ekspresi kasih sayang manusia abad itu. Itulah pergeseran dari kemajuan dan peradaban manusia di zamannya! Seperti juga yang diramalkan oleh Naissbitt et al,3 bahwa nantinya akan terjadi
397
Norma Pendidikan dan Penelitian Terintegrasi di Universitas dialog besar yang tidak dapat dihindari, sebagai pergeseran lebar dari alam pikir manusia, masing-masing dalam ilmu normatif dan empiris, antara agama dan ilmu pengetahuan meskipun agamawannya adalah ilmuwan dan ilmuwannya adalah agamawan. Masih adakah paradoks pada saat itu? Sebagai pembunuh anak-anak kita masa kini? Masih banyakkah diare pada saat itu, atau tuberkulosis, atau malaria? Masih adakah tatapan hampa dari mata kering bayi yang tidak lagi sanggup menangis, hanya untuk mengisap puting susu ibunya yang telah kerontang pula? Ilmu kedokteran didapat dengan penyelenggaraan pendidikan akademik dan penelitian yang sebagian besar dikembangkan dengan pendekatan empirik. Di lain pihak ilmu kedokteran dapat pula dikembangkan dalam pendidikan ilmu terapan/applied science dan penelitian/applied research yang bersifat interdisiplin. Saat ini gambaran dokter yang baik sebagian disebutkan dan dilukiskan sebagai the five stars doctors yang berperan sebagai the agent of change dan berfungsi, berkemampuan, berkompetensi sebagai: care provider, decision maker, communicator, community leader dan sebagai manager.1 yang di dalamnya senantiasa ada ranah etika, sebagai perilaku dalam menjalankan keprofesiannya. Bagaimana dengan ilmu lain yang dikembangkan dalam bentuk pendidikan dan penelitian di Universitas Indonesia ini? Saya yakin tidak berbeda banyak dengan pendidikan dan penelitian di bidang ilmu kedokteran. Ada pendidikan jalur akademik dan ada pula pendidikan jalur profesi/applied science dan applied research-nya yang senantiasa perlu dikawal oleh kode etik masing-masing, yang dinamis pula sifatnya. Ilmu Pengetahuan Apa sesungguhnya ilmu pengetahuan itu? Ilmu pengetahuan adalah alam terkembang ini, nyata atau maya, sebagai jawaban (sementara) atas berbagai fenomena fisik, sosial dan budaya yang ada dan berkembang di dalamnya. Pengetahuan pertama yang didapat manusia adalah pada saat seseorang mulai dapat menyampaikan pertanyaan dan ia mendapat jawaban yang benar atas pertanyaan tersebut. Sebagian besar kita mempunyai anak, keponakan, cucu, yang mulai menyampaikan pertanyaan saat mereka berusia 2 tahun. Ini apa Bu?…....Itu apa Kak?; yang kemudian dijawab, ini kursi, itu meja dstnya. Jawaban kursi dan meja itulah yang merupakan pengetahuan pertama yang didapatnya sebagai manusia. Demikianlah, ia akan terus bertanya dan mendapat jawaban dari orang tuanya atau gurunya atas pertanyaannya yang semakin sulit dijawab. Mengapa kapal laut dapat terapung atau mengapa pesawat udara dapat terbang? Pertanyaan tersebut kadang kala perlu dijelaskan dalilnya atau kaidahnya atau hukumnya seperti hukum Boyle, hukum Archimedes, rumus Einstein dsbnya; sehingga ia dapat menerima jawaban atas pertanyaan tersebut 398
secara rasional. Dalam pendidikan akademik, siswa/mahasiswa diwajibkan untuk menulis skripsi atau tesis atau disertasi, maka pada awal penelitiannya ia harus dapat memformulasikan pertanyaan, dari berbagai fenomena atau keganjilan (sebagian dirumuskan dalam bentuk masalah) yang dikehendaki ada jawabannya karena belum pernah ada jawabannya. Pembimbingnya sekalipun belum dapat menjawab dengan pasti pertanyaan tersebut. Dengan menggunakan metode yang telah disepakati oleh peer tertentu, hasil penelitian tersebut adalah jawaban atas pertanyaan itu; dapat berbentuk dalil, tesis, atau hukum tertentu. Kumpulan atau produk atas pertanyaan/masalah dan jawabannya tersebut, dengan menggunakan metode yang dibenarkan oleh peer-nya, disebut sebagai ilmu pengetahuan yang sifatnya benar untuk sementara waktu karena pada dasarnya keberadaan tesis (fakta) dapat diikuti dengan antitesis (fakta baru), empiris atau normatif yang kemudian dapat bersintesis dalam menyelesaikan masalah. Dengan demikian ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh dengan suatu metode tertentu (metode ilmiah) yang dibenarkan oleh peer-nya. Ilmu termasuk bagian dari pengetahuan manusia. Pemanfaatan ilmu pengetahuan bagi manusia dan alam lingkungannya, diejawantahkan dalam bentuk teknologi. Lahirlah berbagai ilmu terapan yang sering disebut sebagai applied science antara lain ilmu kedokteran klinik, ilmu manajemen (ada perbedaan antara ilmu manajemen sebagai keilmuan murni dan ilmu manajemen sebagai keilmuan terapan), psikologi (ada psikologi sebagai keilmuan murni dan ada psikologi sebagai keilmuan terapan). Masih banyak lagi, termasuk bidang keilmuan lain seperti ilmu teknik, hukum, dan ilmu sosial lainnya. Sejarah perkembangan ilmu memang panjang, tercatat dimulai sejak filsafat Thales tentang kosmologi dan astronomi, fisika, geometri, sampai dengan logika yang dikembangkan oleh Aristoteles. Sampai abad ke-20 ini, telah berkembang filsafat analitik berbagai ilmu baru, berbagai cabang matematika, dan logika modern……..; ataukah pasca modern sekalipun. Penggolongan Pengetahuan Menurut Pendidikan Untuk tujuan simplifikasi dalam menjawab fenomena atau pertanyaan di atas, maka lebih baik penggolongan pengetahuan untuk maksud pendidikan dibagi atas bidang: 1. Ilmu Alamiah, 2. Ilmu Sosial, dan 3. Ilmu Pengetahuan Budaya. Obyek kajian pada ilmu alamiah adalah alam semesta berikut benda alamnya (termasuk manusia dalam bentuk fisik). Obyek kajian ilmu sosial adalah manusia dengan alam pikirnya yang senantiasa berkembang dinamis. Obyek kajian ilmu pengetahuan budaya adalah citra dan atau karya manusia dengan berbagai nilai, bentuk dan peradabannya. Pendekatan (approach) dari ilmu alamiah bersifat Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 9, September 2009
Norma Pendidikan dan Penelitian Terintegrasi di Universitas empiris, ilmu sosial bersifat normatif dan juga dapat bersifat empiris, sedangkan ilmu pengetahuan budaya bersifat normatif. Sering didengar penggolongan ilmu dalam bentuk ilmu keras (hard sciences) dan ilmu lunak (soft sciences). Ilmu alamiah disebut ilmu keras atau disebut juga science. Ilmu sosial-budaya disebut sebagai ilmu lunak atau disebut juga scholar. Istilah scholar belum ada padanannya yang tepat dalam bahasa Indonesia. Di USA, mereka yang menyelesaikan pendidikannya dalam bentuk science biasanya mendapat gelar MSc, mereka yang menyelesaikan pendidikannya dalam bentuk scholar mendapat gelar MA. Tidak ada perbedaan nilai di antara gelar MSc dan MA; pendekatan keilmuan dan pendidikannya saja yang membedakan kedua gelar tersebut. Keluaran/outcome hard sciences adalah apa yang sesungguhnya, sedangkan keluaran/outcome soft sciencies adalah apa yang sebaiknya. Sebagai contoh: desain sayap pesawat terbang sesungguhnya harus melintang/memanjang ke samping, bukan memanjang ke atas. Arsitektur istana itu sebaiknya seperti ini, bukan seperti itu. Semua jawaban (sementara) atas fenomena empiris dan atau normatif dari bidang ilmu tersebut dapat disebut sebagai pengetahuan (ilmu). Dengan memperhatikan uraian di atas, maka pada hakekatnya kegiatan ilmu, termasuk bidang pendidikan dan penelitian adalah menyusun teori, hukum, dalil, kaidah, rumus, yang (relatif) benar dan berlaku umum untuk kemanfaatan atau penyelesaian masalah tertentu yang sebagian dapat diejawantahkan dalam bentuk ilmu terapan/applied science. Pengertian Cabang Ilmu dan Disiplin Ilmu Cabang ilmu atau disiplin ilmu adalah sekumpulan pengetahuan yang berada dalam ruang lingkup yang jelas dan dibenarkan oleh asas-asas yang dianggap benar. Pengetahuan tersebut diperoleh dengan cara atau metode atau prosedur tertentu. Berbagai Pengertian dalam Pendekatan Berbagai Disiplin Ilmu Multidisplin ilmu, merupakan pengertian dari suatu penelitian atau pendidikan yang melibatkan lebih dari satu cabang ilmu pengetahuan, yang masing-masing displin berdiri sendiri. Contoh: kesehatan dapat dikaji dari berbagai disiplin yang berdiri sendiri seperti ilmu kedokteran, ilmu sosial, ilmu administrasi, antropologi, ilmu perilaku/psikologi, ilmu pengetahuan budaya, dll. Inter-disiplin, yang mempunyai pengertian sebagai pengetahuan didapat dari paduan beberapa cabang ilmu pengetahuan. Contoh: ilmu kedokteran yang merupakan paduan berbagai cabang ilmu fisika, biokimia, biologi, parasitologi, ilmu sosial, ilmu komunikasi dalam satu kesatuan pikir/paradigma, yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Ilmu ekologi lingkungan pun pada saat ini Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 9, September 2009
merupakan interdisiplin-ilmu. Ilmu yang termasuk di dalamnya paduan antara berbagai cabang ilmu seperti ekologi, ilmu hukum, ilmu administrasi, biologi, ilmu teknik, dsbnya; yang merupakan satu kesatuan pikir/paradigma yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Lintas disiplin, diartikan sebagai pengetahuan yang melampaui batas dari cabang ilmu pengetahuan tertentu, tanpa bermaksud menciptakan cabang ilmu pengetahuan baru. Contoh: penelitian dalam bidang psikologi, dapat meminjam berbagai teori dalam ilmu kedokteran untuk menjelaskan fenomena tertentu dalam penelitian psikologi. Penelitian dalam ilmu kedokteran dapat meminjam berbagai teori dalam ilmu sosial untuk menjawab fenomena tertentu. Transdisiplin, sebagai pengertian dari suatu kerangka teori yang mencakup lebih dari satu cabang ilmu pengetahuan. Contoh, dalam kajian ketahanan nasional, adanya kerangka teori baru dari berbagai macam disiplin ilmu untuk menjelaskan fenomena tertentu, misalnya terorisme, trafficking, dan banyak yang lainnya. Pendekatan Sistem dalam Mencari Jawaban dari suatu Fenomena Sampai saat ini cara pikir kita banyak dipengaruhi cara pikir linier sebagai kaidah hubungan sebab-akibat. Satu sebab dapat terjadi satu akibat atau satu sebab dapat terjadi banyak akibat atau banyak sebab dapat terjadi satu akibat, dan atau kemungkinan lainnya yaitu banyak sebab dapat terjadi banyak akibat. Kaidah itu melahirkan uji statistik uni dan multivariat untuk mencari kemaknaan hubungan antara sebab dan akibat tersebut. Pada kenyataannya, suatu kejadian atau peristiwa atau fenomena tertentu, adalah puncak dari sebuah gunung es yang di dasarnya terdapat pola dan masing-masing pola mempunyai struktur yang saling berinteraksi dan berinterelasi di antara unsur-unsur yang membentuk pola dan struktur tersebut. Cara pikir yang terakhir itu disebut system dynamics atau dynamic thinking. Perubahan pola, struktur, dan unsur dapat menggeser pola atau struktur lain, baik bersifat positif atau negatif. System thinking, adalah cara memandang masalah atau peristiwa atau kejadian sebagai sebuah sistem; yaitu memandang masalah, peristiwa, atau kejadian secara menyeluruh dan adanya keterkaitan antar unsur dari sistem atau disebut juga sebagai emerging discipline for understanding complexity and change. Way of Thinking Pada pameran lukisan yang bergengsi, saya pernah melihat sebuah lukisan indah mengenai fauna (gajah, jerapah, kambing, rusa, dll) termasuk manusia sedang berkohabitasi. Saya bertanya di dalam hati, apa persepsi para pengunjung pada lukisan yang indah itu? Apakah lukisan tersebut melukiskan pornografi, seni, atau melukiskan lingkungan hidup? Mungkin salah satu diantaranya; namun seandainya di antara pengunjung tersebut ada ahli biologi, mungkin dia 399
Norma Pendidikan dan Penelitian Terintegrasi di Universitas mempunyai pikiran dan persepsi lain. Pikirannya mungkin menerawang ke ilmu yang sedang ditekuninya, yaitu tentang mitokondria (pada hewan), dan klorofil (pada tumbuhtumbuhan). Mitokondria menghasilkan ATP, kemudian dengan proses aerobik, osmotik, elektrik, kimia, enzimatik, dan lain-lain dapat membangkitkan energi di dalam sel tersebut. Disinilah awal kekuatan (energi) yang membuat kemampuan proses kohabitasi itu dapat terjadi, yang dilukiskan di lukisan yang indah itu. Proses tersebut terjadi di dalam ukuran nano (10-9) dan sangat mungkin nantinya dapat dijelaskan dalam ukuran dan bentuk yang lebih kecil lagi, mungkin dalam ukuran pico (10-12) atau ukuran femto (10-15), atau lebih kecil lagi, atto (10-18). Lihat Gambar 1. Sebagai konsekuensinya, saat ini sulit membagi klasifikasi ilmu pengetahuan, antara monodisplin ilmu, interdisiplin, dan multidisplin ilmu, karena energi yang berawal dari proses di sitoplasma itu merupakan pengetahuan yang kompleks yang tidak lagi dibatasi oleh klasifikasi ilmu yang lazimnya dijelaskan dalam pengajaran konvensional. Bahkan saat ini energi sebagai subyek telah berkembang dalam bentuk pengetahuan sosial, seperti manajemen, ekonomi, hukum dan sebagainya.
berada di bawah permukaan gunung es itu, yang unsur dan strukturnya saling berkaitan, berinteraksi dan berinter-relasi satu dengan yang lainnya (lihat gambar 2.) Cara pikir lama dengan pendekatan seperti pemecahan masalah atau problem solving, lambat laun mulai ditinggalkan karena dianggap terlambat atau reaktif sifatnya. Cara pikir skenario atau scenario planing dianggap sebagai cara pikir antisipatif, ke depan sifatnya atau proaktif, untuk dapat memperkecil masalah atau menghilangkan masalah. Memahami ‘Kejadian’
Fenomena Gunung Es
Kejadian
Pola
Struktur Gambar 2. Fenomena Gunung Es
Mitochondrial activity is primary to product ATP. It should be in aerobic condition, change chemical metabolic energy in cytoplasm to ATP, energy that easily use by cell, for not only osmotic activity, but also cell’ mechanic, electric, and also chemical activity. This ATP production has been made by oxidative phosphorylation enzymes which has been known as respiration chain enzyme. There are 5 respiration chain enzyme complexes that may be impaired, complex I,II,III,IV,V.
Tengok saja masalah lingkungan hidup, yang sebagian besar saat ini diantisipasi dalam bentuk pendekatan model skenario (mental model) sebelum masalah tersebut benarbenar terjadi. Dengan demikian antisipasi suatu kejadian atau masalah tertentu sudah dapat diprediksi pada hari ini. Keputusan penting (termasuk kebijakan tertentu) sudah dapat dibuat hari ini. Kita sudah dapat memprediksi besaran suatu masalah atau kejadian yang dapat direduksi (yang diharapkan) sesuai dengan model skenario yang kita buat dalam kurun waktu tertentu. Seandainya struktur tersebut adalah mitokondria yang rusak atau defek, yang tidak dapat menghasilkan energi lagi, maka mental model adalah pendekatan, upaya atau usaha untuk memperbaiki mitokhondria yang rusak atau defek tersebut (lihat gambar 3.)
Gambar 1. Mitokhondria sebagai Sumber Energi
Kembali kepada ilmu pengetahuan nano di atas. Sulit dibayangkan apabila elemen atau unsur yang membangun struktur di dalam sitoplasma tersebut mengalami pergeseran atau perubahan, atau dengan perkataan lain terjadi defek sistem di dalam struktur sitoplasma itu. Mungkinkah ini yang disebut kiamat? Tidak ada lagi energi di dalam kehidupan ini. Pengetahuan inilah yang membangkitkan para ilmuwan untuk membangun cara berpikir baru (relatif baru) yang disebut sebagai system thinking. Pada saat sebelumnya suatu masalah, peristiwa atau kejadian hanya dipandang sebagai puncak gunung es (the tip of the iceberg) belaka. Kita masih jarang mengkaji pola dan struktur kejadian yang
400
Gambar 3. Mental Model
Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 9, September 2009
Norma Pendidikan dan Penelitian Terintegrasi di Universitas Dengan pendekatan sistem sebagai alat berpikir kita dapat berpikir lebih obyektif, berwawasan lebih luas dengan melihat keterkaitan antara satu atau beberapa fenomena dengan fenomena lainnya. Bukan hanya terpaku, terjebak pada keterkaitan yang pendek, yaitu sebab-akibat tunggal di alam semesta ini, termasuk kehidupan di masyarakat. Seorang ahli pikir sosiologi terkemuka Talcott Parson,5,6 dengan konsep sistem ini membuat teori tentang keterkaitan, interaksi dan atau interrelasi antara sistem organisme, kepribadian, sosial, dan sistem budaya yang disebutnya action theory (teori aksi). Dengan menggunakan teori aksi tersebut, ia dengan jelas memperlihatkan keterkaitan antara manusia, sistem di dalam dan di luar tubuh manusia, termasuk kepribadian manusia itu sendiri, atau sekelompok manusia (masyarakat), dan budaya. Dengan menggunakan teori itu, ia lebih mudah menjelaskan apa yang sesungguhnya disebut sakit (sick role). Dengan mempelajari sistem dan keterkaitan di antara sistem tersebut, maka konsep sakit dalam arti fisik atau kehidupan bermasyarakat lebih mudah dipahami. Sesungguhnya terdapat keterkaitan, interaksi dan atau interrelasi, antara sakit fisik (organisme) dan sakit pada sistem lain di luar tubuh manusia dan sebaliknya. Tuhan (Agama)
Sistem Budaya
Pengetahuan Budaya
Sistem Sosial
Ilmu-ilmu Sosial
Kepribadian
Psikologi
Organisma/ Manusia Ilmu Mikro-/Biologi Ilmu Tubuh Manusia/ Ilmu Kedokteran
Gambar 4. Keterkaitan dalam Bentuk Sistem Antara Organisme, Kepribadian, Sistem Sosial, Budaya, Agama, dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Lahirnya berbagai disiplin atau cabang ilmu pengetahuan dapat pula dikaji dari konsep sistem. Sistem organisme (manusia) melahirkan ilmu genetika, mikrobiologi atau ilmu tubuh manusia sebagai sumber ilmu kedokteran. Sistem kepribadian melahirkan psikologi, sistem sosial melahirkan Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 9, September 2009
ilmu-ilmu sosial, dan sistem budaya melahirkan pengetahuan budaya (lihat gambar 4). Etika dalam Pendidikan dan Penelitian Ilmu etika merupakan bagian dari ilmu filsafat. Pengertian ilmu filsafat sesungguhnya diartikan sebagai pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi, mengenai sebab-sebab, asas-asas, hukum dan sebagainya, daripada segala yang ada di alam semesta, ataupun mengenai kebenaran dan arti adanya sesuatu. Ilmu etika itu sendiri, yang merupakan bagian ilmu filsafat, didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari asas akhlak dan moral. Akhlak dalam pengertian budi pekerti, watak atau tabiat seseorang. Moral diartikan sebagai ajaran tentang baik dan buruk perbuatan dan kelakuan seseorang, atau sekelompok orang, yang berhubungan pula dengan akhlak, kewajiban, dsbnya. Pendidikan akhlak adalah pendidikan yang berhubungan dengan pendidikan budi pekerti. Etiket berbeda dengan etika. Etiket adalah aturan sopan santun dalam pergaulan sehari-hari, yang dapat menggambarkan budaya seseorang, peradaban seseorang atau sekelompok orang. Pengertian kode etik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan aturan tata susila, sikap, dan akhlak. Dapat tertulis, belum atau tidak tertulis dan dapat merupakan sebuah konvensi. Kode etik banyak dilatarbelakangi oleh budaya manusia yang bersifat dinamis. Ada 7 sistem budaya yaitu: 1. Sistem ilmu pengetahuan, 2. Sistem teknologi, 3. Sistem sosial, 4. Sistem ekonomi, 5. Kesenian, 6. Bahasa dan 7. Religi. Ke 7 sistem budaya manusia itu, baik kedalaman dan keluasannya, akan menggambarkan budaya fisik, perilaku, dan budaya abstrak manusia, yang terus menerus berubah secara dinamis dan dipengaruhi oleh kedalaman dan keluasani masing-masing dari ke-7 kesisteman tersebut.7 Ada baiknya etika dipelajari dan didiskusikan pada setiap proses pendidikan dan penelitian akademik, serta proses pendidikan dan penelitian profesi di universitas ini. Mungkin pula diberikan etiket untuk para siswa dan mahasiswanya. Penutup Kembali ke penggolongan pengetahuan menurut pendidikan untuk maksud pendidikan yang dibagi atas bidang: 1. Ilmu alamiah, 2. Ilmu sosial, dan 3. Ilmu pengetahuan Budaya ada turunan bidang ilmu yang dilahirkannya, antara lain: 1. Ilmu alamiah, 2. Ilmu kesehatan, 3. Ilmu perilaku, 4. Ilmu sosial, 5. Ilmu ekonomi, 6. Ilmu hukum, 7. Ilmu teknik, 8. Ilmu (ekologi)-lingkungan, 9. Ilmu pengetahuan budaya, 10. Bidang kajian (multidisiplin), dan 11. Ilmu Terapan masingmasing dengan program studinya. Rancangan turunan di atas dan masing-masing program studinya perlu disempurnakan dalam bentuk kesepakatan yang dibuat oleh peer masing-masing karena ilmu pengetahuan nyata atau maya merupakan bentuk yang tidak 401
Norma Pendidikan dan Penelitian Terintegrasi di Universitas berbatas dan tidak berujung. Pendidikan sarjana biasanya mono-disiplin atau dapat inter-disiplin; pendidikan pascasarjana dapat dalam bentuk mono-disiplin, multi-disiplin, inter-disiplin, lintas-disiplin, atau trans-disiplin keilmuan. Disinilah keunikan pendidikan pascasarjana; sebuah program studi dapat diasuh oleh banyak ahli dalam berbagai disiplin ilmu. Di samping pendidikan pascasarjana jalur akademik, perlu dikembangkan pendidikan pascasarjana jalur profesi sebagai bentuk dari applied science. Pendidikan pascasarjana jalur profesi tidak jarang diasuh dan dikawal oleh peer yang dalam ikhwal ini adalah organisasi profesi, agar tetap dijaga mutu, harkat dan martabatnya oleh profesi yang mengawalnya. Inilah sesungguhnya yang disebut universitas. Saya usul agar para dosen dan pendidik di sebuah universitas berada di dalam koordinasi rektorat, sehingga cukup fleksibel untuk mendidik dan mengajar dari satu program studi ke program studi lain yang membutuhkannya. Tentu dibutuhkan rumah tempat mengembangkan keilmuannya sendiri; dalam sebuah departemen, laboratorium, atau bagian tertentu. Kita perlu menyempurnakan mitokondria universitas untuk menjalankan fungsi universitas dengan lebih baik lagi. Kita perlu membuat mental model untuk menyempurnakan
402
struktur (organisasi dan manajemen) universitas, seperti alam terkembang memberi pelajaran kepada kita semua. Sebagaimana mitokondria menjalankan fungsinya untuk menciptakan energi dalam bentuk struktur. Struktur ciptaanNYA. Daftar Pustaka 1.
2.
3.
4.
5. 6. 7.
Moeloek FA. Dokter Indonesia, sebagai: advokator, profesional, dan agent of change. Muktamar IDI XXV, Balikpapan, 7-11 Oktober 2003. Commision on Macroeconomics and Health Working Paper No. WG:10 (WHO). Globalization and Health: a framework for analysis and action, May 2001. Naisbitt J, Naisbitt N, Philips D. High tech, high touch: technology and our search for meaning. High Tech High Touch Inc, 1999. Moeloek FA. The five star doctors, sebagai the agent of change, Kuliah Umum: Memperingati 150 tahun Pendidikan Dokter di Indonesia Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2002. Parsons T. Social system and the evolution of action theory, the free press. London: Collier Macmillan Pub; 1977. Parsons T. Action theory and the human condition, the free press. London: Collier Macmillan Pub; 1978. Koentjaraningrat. Pengantar anthropologi, pokok-pokok etnologi II. Jakarta: Bineka Cipta; 1998.
SS
Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 9, September 2009