BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pada beberapa tahun terakhir ini, masalah penyalahgunaan narkoba meningkat luas, tidak hanya di kota besar namun juga di kota-kota kecil dan pedesaan di Indonesia. Hasil penelitian lembaga survei ada 4 juta lebih pengguna dan pecandu, hal ini masuk zona krisis. Ditresnarkoba mencatat kasus narkoba yang terjadi selama tahun 2014 sebanyak 4.986 kasus. Jumlah ini terbanyak bila dibandingkan dengan tindak pidana lain seperti pembunuhan, pencurian, maupun pemerkosaan (www.megapolitan.kompas.com). Berdasarkan hasil penelitian BNN bekerjasama dengan Puslitkes UI Tahun 2011 tentang Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia, diketahui bahwa angka prevalansi penyalahgunaan Narkoba di Indonesia telah mencapai 2,23% atau sekitar 4,2 juta orang dari total populasi penduduk (berusia 20-59 tahun). Tahun 2015 jumlah penyalahgunaan Narkoba diproyeksikan kurang lebih 2,8% atau setara dengan kurang lebih 5,1-5,6 juta jiwa dari populasi penduduk Indonesia. (www.bnn.go.id). Narkoba (narkotika, psikotropika dan zat/ bahan adiktif lainnya) sebagai bahan atau obat yang termasuk dalam kategori berbahaya atau dilarang digunakan, di produksi, diperjualbelikan dan diedarkan diluar ketentuan hukum. Menurut undangundang No. 22 Tahun 1997 narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman dan bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan 1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan, hal yang mirip juga berlaku pada psikotropika. Menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang psikotropika, psikotropika adalah zat obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Bahan adiktif lainnya adalah zat atau bahan lain bukan narkotika dan psikotropika yang berpengaruh pada kerja otak dan dapat menimbulkan ketergantungan. Penggunaan narkoba akan memberikan dampak sangat buruk bagi para pelakunya. National Institute of Drug Abuse menyebutkan terdapat beberapa penyakit yang mungkin timbul akibat penggunaan narkoba, diantaranya HIV, hepatitis, infeksi jantung, pembuluh darah, gangguan pernapasan, nyeri lambung, kelumpuhan otot, gagal ginjal, penyakit neurologis, kelainan mental, kanker, gangguan kehamilan dan pemasalahan kesehatan lainnya hingga kematian (BNN, 2010). Selain dampak yang telah disebutkan, penyalahgunaan narkoba juga memiliki dampak dalam kehidupan sosial serta timbul kerugian materi bagi pelakunya. Sebuah studi menyebutkan bahwa setidaknya ada sepuluh faktor yang memicu penggunaan narkoba, yaitu 1) rendahnya control terhadap tekanan dari adanya keinginan untuk mencari sensasi, 2) pengaruh keluarga, 3) difficulty temperament, 4) perilaku bermasalah sejak dini, 5) kegagalan dalam bidang akademis dan rendahnya komitmen terhadap pendidikan, 6) penolakan dari teman sebaya, 7) berteman dengan pengguna narkoba, 8) pengasingan dan pemberontakan, 9) sikap positif terhadap
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
pengguna narkoba dan keterlibatan yang terlalu dini pada penggunaan narkoba (Papalia Olds & Fieldman, 2004). Semakin banyak faktor pemicu yang ada pada individu dan semakin dini individu mulai menggunakan narkoba, maka akan semakin besar pula kemungkinan individu tersebut menyalahgunakan narkoba. Hawari (2006) mengemukakan bahwa ketergantungan zat/obat masuk ke dalam kategori penyakit kronis. Sebagaimana kondisi kronis, ketergantungan zat berpotensi untuk
kambuh
(relapse).
Herman,
dkk
(2011)
juga
berpendapat
bahwa
ketergantungan secara luas dianggap sebagai penyakit konis, dimana merupakan sesuatu yang berpotensi untuk kambuh. Studi kepustakaan menunjukan bahwa angka kekambuhan seorang pecandu narkoba cukup tinggi, yaitu 43,9% (Hawari, 2006). Meskipun begitu, bukan berarti seseorang yang mengalami ketergantungan terhadap Narkoba tidak dapat dipulihkan. Kecanduan atau ketergantungan zat adalah penyakit kronis tetapi dapat diobati. Penelitian menunjukan bahwa banyak pecandu yang dapat pulih kembali (Herman, dkk, 2011). Meskipun dapat pulih kembali, pemulihan seseorang ketergantungan narkoba tidaklah mudah. Pemulihan dari ketergantungan zat/ obat merupakan sebuah proses. Proses ini dimulai ketika pecandu menyadari bahwa mereka mengalami masalah karena penggunaannya dan mencapai akhir saat mereka dapat menjalani kehidupan yang bermakna dan nyaman tanpa pelu mengkonsumsi zat-zat tersebut. Hawari (2006) bahkan menyebut pemulihan ketergantungan zat/ obat sebagai proses dinamis seumur hidup dimana sering melibatkan stress dan tantangan dalam menuju kehidupan yang bebas narkoba. Dalam kaitannya dengan pemulihan, Gorski (1989)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
membahas mengenai konsep Developmental Model of Recovery, yaitu pandangan yang mengatakan bahwa pemulihan adiksi mengikuti pola tahapan tertentu dan pada setiap tahapan terdapat krisis spesifik yang harus dilalui. Kegaglan dalam mengatasi krisis pada tahapan tertentu akan menyebabkan kekambuhan atau relapse. Selain memiliki masalah relapse (kambuh), masih terdapat beberapa hal lain yang membuat pecandu seringkali sulit untuk dipulihkan. Pecandu biasanya melakukan pertahanan diri, memiliki kontrol emosi yang rendah, hubungan yang tidak memadai, serta perilaku merusak diri sendiri. Selain itu, mereka mengalami kesulitan dalam pengaturan emosi dan kepedulian diri dan juga memiliki kesulitan denggan attachment, baik dengan keluarga maupun hubungan lain (Hawari, 2006). Melihat berbagai tantangan tersebut diharapkan pecandu memiliki kekuatan untuk dapat menghadapi. Menurut Hawari (2006), keberhasilan seseorang dalam pemulihan ketergantungan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperi faktor predisposisi (misalnya karakteristik personal/kepribadian), faktor kontribusi (misalnya keluarga), dan faktor pencetus (seperti teman sebaya, lingkungan, dan narkoba itu sendiri). Salah satu karakteristik personal yang menurut peneliti dapat membantu para pecandu menghadapi berbagai tantangan yang sedang dihadapi adalah Resiliensi. Resiliensi merupakan kemampuan untuk bangkit dan terus melanjutkan hidup (Wagnild, 2009). Portzky, Wagnild, Bacquer & Audenaert (2010) memandang resiliensi sebagai karakteristik personal yang dapat meringankan dampak negatif dan mendorong adaptasi positif terhadap stress yang sedang dihadapi. Connors, Maisto & Zywiak (1996) menyebutkan bahwa keterampilan yang dibutuhkan untuk mendukung
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
pemulihan (recovery) dan menolak penggunaan zat/ obat tergantung pada pribadi seseorang yang merupakan paduan dari faktor kerentanan atau risiko, dan resiliensi yang mempengaruhi kemampuan individu untuk mengakses dan menggunakan sumber daya secara efektif. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa resiliensi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada diri seseorang untuk mendukung keberhasilannya dalam masa pemulihan. Oleh karena itu pada penelitian ini peneliti akan fokus membuat rancangan pogram peningkatan resiliensi melalui dukungan keluarga pada seorang pecandu narkoba. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat lebih memperkaya khasanah pengetahuan dan bermanfaat bagi pecandu, keluarga pecandu dan instansi terkait agar lebih memahami dan memberikan bantuan yang dibutuhkan oleh para pecandu narkoba dalam proses pemulihan pecandu narkoba. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana rancangan program peningkatan resiliensi melalui dukungan keluarga pada pecandu narkoba dewasa awal? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menaikan potensi resiliensi melalui dukungan keluarga pada pecandu narkoba, melalui program yang telah dibuat peneliti sesuai dengan teori dan karakteristik para subjek. 1.4 Manfaat Penilitian 1. Manfaat Teoritis
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan untuk ilmu Psikologi dalam mengetahui program intervensi yang terkait dengan proses pemulihan pecandu narkoba. Selain itu hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi literature bagi pecandu narkoba yang sedang menjalani masa pemulihan. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang bermanfaat kepada masyarakat khususnya bagi instansi atau kelompok sosial yang berkaitan langsung dengan masalah ketergantungan narkoba.
http://digilib.mercubuana.ac.id/