ANALISIS PENGARUH RASIO KECUKUPAN MODAL, AKTIVA PRODUKTIF, NIM, BOPO DAN LIKUIDITAS TERHADAP TINGKAT RETURN ON ASSET (Studi pada Bank Umum Konvensional Tahun 2006 – 2010) Wulan Suryandani Mahasiswi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Drs. Wisnu Mawardi, M.M. Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro
ABSTRACT The purpose of this study is to analyze the effects of Capital Adequacy, Produvtive Assets, Net Interest Margin (NIM), Operating cost to Operating Income (BOPO) and Loan to Deposit Ratio (LDR) toward Return On Asset (ROA) of conventional banks in Indonesia. Independent Variables in this research are CAR, NPL, NIM, BOPO and LDR. Whereas the dependent variable is ROA. The sample determining method is Purposive Sampling method. Samples in this research are all listed banks in Bursa Efek Indonesia (BEI) period of 2006-2010 which amounts to 19 banks. The analysis technique is using multiple regression technique. Based on the results of the classic assumption test show that the regression equation comply the normality assumption, and there are no multicolonierity, heteroskedasticity, and autocorelation problems. Analysis results of t-statisic test show that NPL, NIM, BOPO, and LDR partially have significant effect to ROA while CAR didn’t have significant effect. Then simultaneously, CAR, NPL, NIM, NOPO and LDR are proved have significant effect to ROA.
Keywords : ROA, CAR, NPL, NIM, BOPO, LDR
1
PENDAHULUAN Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu negara sebagai lembaga perantara keuangan. Bank menurut Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November tentang Perbankan:
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut Booklet Perbankan Tahun 2009, bank
merupakan lembaga
keuangan yang menjadi tempat bagi perusahaan, badan pemerintah dan swasta ataupun perorangan yang menyimpan dana-dananya. Kegiatan bank yang berupa penghimpunan dan penyaluran dana dapat memperlancar kegiatan perekonomian di sektor riil. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (defisit unit). Pada pertengahan tahun 1997 industri perbankan mengalami kemunduran total akibat terjadinya krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Kondisi ekonomi ini menyebabkan beberapa bank dilikuidasi, sebagian besar bank dinyatakan dalam keadaan “tidak sehat” serta menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan di Indonesia saat itu secara drastis. Pada Januari 1998 kantor cabang bank berkurang menjadi 6.295 dikarenakan krisis. (Mudrajad dan Suhardjono, 2002:26). Dalam melakukan kegiatan operasionalnya, bank memiliki tujuan utama yaitu mencapai tingkat profitabilitas yang maksimal. Profitabilitas merupakan kemampuan bank untuk menghasilkan/memperoleh laba secara efektif dan efisien. Profitabilitas yang digunakan adalah ROA karena dapat memperhitungkan kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan. Tingkat profitabilitas dengan
2
pendekatan ROA bertujuan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva yang dikuasainya untuk menghasilkan income. Sebuah bank akan dinilai baik apabila memiliki kinerja keuangan yang baik pula. Ada banyak cara untuk mengukur kinerja keuangan sebuah bank. Salah satunya adalah sudah ditentukan dalam Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007 yang dalam
penilaiannya
menggunakan
pendekatan
CAMELS
(Capital,
Asset,
Management, Earning, Liquidity, dan Sensitivity Market Risk). Ini merupakan alat ukur resmi yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk menghitung kesehatan Bank di Indonesia. Hasil
pengukuran
berdasarkan
rasio
tersebut
diterapkan
untuk menetukan tingkat kesehatan bank, yang dikategorikan sebagai berikut: sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat. Rasio tersebut dapat digunakan sebagai indikator keuangan yang dapat mengungkapkan kondisi keuangan suatu perusahaan maupun kinerja yang telah dicapai perusahaan untuk suatu periode tertentu. Berikut adalah tabel mengenai perkembangan rasio-rasio keuangan Bank Konvensional tahun 2006 – 2010 :
RASIO (%) ROA CAR NPL NIM BOPO LDR
Tabel 1.1 Rata-rata Rasio Keuangan Bank Konvensional (Dalam %) Tahun 2006-2010 2006
2007
2008
2009
2010
2,00% 22,64% 2,80% 6,50% 78,90% 66,95%
2,21% 21,26% 1,94% 6,73% 77,47% 72,01%
1,81% 17,95% 1,82% 6,61% 78,81% 78,09%
1,83% 18,52% 1,88% 6,36% 80,71% 73,02%
2,21% 17,25% 1,43% 6,52% 77,91% 75,20%
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia (SPI), BI ( diolah )
3
CAR disini merupakan proksi dari rasio kecukupan modal. CAR merupakan perbandingan antara ATMR dengan permodalan yang tersedia untuk memenuhi kewajiban tersebut. Terlihat di tabel 1.1 bahwa CAR dari tahun 2006-2010 mengalami kecenderungan yang menurun. Sedangkan ROA mulai tahun 2006-2010 mengalami perubahan yang fluktuatif. NPL yang merupakan proksi dari aktiva produktif. Dari tabel 1.1 terlihat bahwa NPL mengalami perubahan yang fluktuatif dari tahun 2006-2010. Dari tahun 2006-2008 NPL mengalami penurunan, tapi dari tahun
2008-2009 NPL meningkat sebesar 0,06%. Setelah itu pada tahun 2010
menurun kembali menjadi 1,43%. NIM yang merupakan rasio keuangan yang mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan net interest income atas pengelolaan besar aktiva produktif. Terlihat di tabel 1.1 bahwa NIM mengalami kenaikan dari tahun 2006-2007. Dan dari tahun 2007-2009 mengalami penurunan. Variabel selanjutnya adalah BOPO, rasio ini mencerminkan tingkat efisiensi perbankan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Berdasarkan tabel 1.1 BOPO mengalami perubahan yang fluktuatif dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006-2007 BOPO mengalami penurunan sebesar 1,43%. Kemudian dari tahun 2007-2009 BOPO mengalami kenaikan sebesar 1,34%., lalu sebesar 1,9%. Sedangkan mengalami penurunan lagi dari tahun 2009-2010 sebesar 2,8%. Variabel terakhir adalah LDR yang merupakn proksi dari rasio likuiditas. Rasio LDR dihitung dari perbandingan antara kredit dengan DPK yang dinyatakan dalam persentase. Berdasarkan tabel 1.1 LDR mengalami kenaikan dari tahun 2006-2008 mengalami kenaikan Menurut Sri Mintarti (2009), Fitri Nugraheni (2007) dan Febriyanti Dimaelita (2009), CAR berpengaruh positif tetapi menurut Harianto Respati (2008) CAR berpengaruh negatif. Menurut Harianto Respati (2008) dan Febriyanti Dimaelita (2009) LDR berpengaruh positif tetapi menurut Sri Mintarti (2009) LDR berpengaruh negatif. Menurut Sri Mintarti (2009) dan Febriyanti Dimaelita (2009), NPL berpengaruh positif tetapi menurut Fitri Nugraheni (2007) dan Harianto Respati (2008), NPL berpengaruh negatif.
4
TELAAH PUSTAKA Perbankan Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia, banca berarti tempat penukaran uang. Sedangkan menurut UndangUndang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank Konvensional Bank konvensional dapat didefinisikan seperti pada pengertian bank umum pada pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 dengan menghilangkan kalimat “dan atau berdasarkan prinsip syariah”, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank konvensional merupakan bank yang dalam operasionalnya menerapkan metode bunga, karena metode bunga sudah ada terlebih dahulu, menjadi kebiasaan dan telah dipakai secara meluas dibandingkan dengan metode bagi hasil. Profitabilitas Profitabilitas bank adalah kemampuan suatu bank untuk memperoleh laba yang dinyatakan dalam persentase, profitabilitas pada dasarnya adalah laba yang dinyatakan dalam persentase profit. Pada penelitian ini dalam pengukuran profitabilitas peneliti memilih pendekatan Return on Assets (ROA), karena dengan
5
menggunakan ROA memperhitungkan kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan. ROA (Return On Assets) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari total asset bank yang bersangkutan (SE BI No.6/ 23 /DPNP Jakarta, 31 Mei 2004). Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari sisi asset (Dendawijaya, 2005:120). Rasio Kecukupan Modal Kecukupan modal dalam penelitian ini diproksikan melalui capital adequacy ratio (CAR). CAR adalah rasio kecukupan modal bank atau merupakan kemampuan bank dalam permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian di dalam perkreditan atau dalam perdagangan surat-surat berharga. CAR menunjukkan seberapa besar modal bank telah memadai untuk menunjang kebutuhannya dan sebagai dasar untuk menilai prospek kelanjutan usaha bank bersangkutan (Dendawijaya, 2005:122). Sesuai dengan SE BI No. 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993 besarnya CAR yang harus dicapai oleh suatu bank minimal 8% sejak akhir tahun 1995, dan sejak akhir tahun 1997 CAR yang harus dicapai minimal 8%. Aktiva Produktif Berdasarkan Surat Keterangan Direksi Bank Indonesia No.26/22/KEP DIR tanggal 29 Mei 1993 tentang Kualitas Aktiva Produktif dan Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif, disebutkan bahwa penanaman dana bank pada aktiva produktif wajib sesuai dengan prinsip penanaman dana dan kesiapan bank dalam menanggung kemungkinan timbulnya risiko kerugian dalam penanaman dana tersebut. Penilaian kinerja keuangan perbankan dari aspek kualitas aktiva produktif diproksikan dengan non-performing loan (NPL). NPL merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank (SE Bank Indonesia No.3/30/DPNP). NPL dihitung berdasarkan perbandingan antara
6
jumlah kredit yang bermasalah dibandingkan dengan total kredit. Batas nonperforming loan yang ditetapkan oleh BI adalah sebesar 22,5%. Semakin besar nilai NPL mengindikasikan bahwa kinerja perbankan adalah semakin buruk (Fitri dan Dody, 2007). Net Interest Margin (NIM) Net Interest Margin NIM merupakan rasio keuangan yang mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan net interest income atas pengelolaan besar aktiva produktif. Rasio ini menggambarkan tingkat jumlah pendapatan bunga bersih yang diperoleh dengan menggunakan aktiva produktif yang digunakan oleh perusahaan (Wijaya, 2007). Dari besarnya rasio ini dapat dilihat bagaimana kemampuan bank dalam memaksimalkan pengelolaan terhadap aktiva yang bersifat produktif untuk melihat seberapa besar perolehan pendapatan bunga bersih yang diperoleh. Semakin tinggi rasio NIM maka meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola oleh bank sehingga manajemen perusahaan telah dianggap bekerja dengan baik, sehingga kemungkinan suatu bank berada dalam kondisi bermasalah semakin kecil dan profitabilitas perbankan tidak menurun. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil dan profitabilitas meningkat (Dendawijaya, 2005:121).
7
Likuiditas Simorangkir (2004) mendefinisikan likuiditas sebagai kemampuan bank untuk melunasi kewajiban-kewajiban yang segera dapat dicairkan atau yang sudah jatuh tempo. Secara lebih spesifik likuiditas adalah kesanggupan bank menyediakan alatalat guna pembayar kembali titipan yang jatuh tempo dan memberikan pinjaman (loan) kepada masyarakat yang memerlukan. Loan to Deposit Ratio (LDR), merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. LDR diukur dengan membandingkan total loans dengan total deposit dan equity (Kasmir, 2004:272). Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari LDR suatu bank adalah sekitar 85%. Namun batas toleransi berkisar antara 85%100% atau menurut Kasmir (2004:272), batas aman untuk LDR menurut peraturan pemerintah adalah maksimum 110 %. Pengaruh CAR terhadap ROA Berdasarkan ketentuan bank Indonesia, bank yang dinyatakan termasuk bank yang sehat harus memiliki CAR paling sedikit 8% dari ATMR. CAR merupakan penilaian terhadap aspek permodalan suatu bank untuk mengetahui kecukupan modal bank dalam mendukung kegiatan bank secara efisien. CAR yang tinggi mengindikasikan bahwa modal tidak didayagunakan dengan efektif sehingga aset yang ada menjadi besar. Sedangkan CAR yang relative rendah lebih riskan, tetapi menunjukkan bahwa manajemen telah mengoperasikan aktiva lancar secara efektif, sehingga akan berpengaruh pada laba perusahaan (Tony Wijaya, 2007). Jadi apabila CAR suatu perusahaan perbankan rendah maka ROA tinggi. Berdasarkan analisis dari teori yang ada dan temuan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut:
8
H1: CAR (Capital Adequacy Ratio) berpengaruh negatif terhadap ROA (Return on Asset) pada Bank Konvensional di Indonesia. Pengaruh NPL terhadap ROA NPL merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar, maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar (Mawardi, 2005). Berdasarkan analisis dari teori yang ada dan temuan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut: H2: NPL (Non-performing Loan) berpengaruh negatif terhadap ROA (Return on Asset) pada Bank Konvensional di Indonesia. Pengaruh NIM terhadap ROA Menurut Harianto (2008), NIM mempunyai pengaruh signifikan yang searah terhadap laba usaha perbankan. Rasio NIM menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan besarnya biaya bunga dan mengelola aktiva produktif. Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan jika NIM meningkat maka ROA perbankan juga meningkat. Berdasarkan analisis dari teori yang ada dan temuan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut: H3: NIM (Net Interest Margin) berpengaruh positif terhadap ROA (Return on Asset) pada Bank Konvensional di Indonesia.
9
Pengaruh BOPO terhadap ROA Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil dan profitabilitas meningkat (Dendawijaya, 2005:121). Berdasarkan penelitian Sri Mintarti (2009), BOPO mempunyai pengaruh negatif yang signifikan. Hal ini berarti BOPO meningkat dan ROA mengalami penurun. Berdasarkan analisis dari teori yang ada dan temuan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut: H4: BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) berpengaruh negatif terhadap ROA (Return on Asset) pada Bank Konvensional di Indonesia. Pengaruh LDR terhadap ROA LDR merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan (Wijaya, 2007). Semakin besar rasio LDR menunjukkan semakin besar jumlah kredit yang disalurkan oleh bank dengan begitu bunga pinjaman yang diperoleh oleh bank juga semakin banyak. Semakin banyaknya bungan pinjaman berpengaruh pada peningkatan ROA. Dengan meningkatnya ROA maka laba perusahaan juga akan meningkat. Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan jika LDR semakin besar maka ROA semakin besar, sehingga LDR memiliki hubungan positif terhadap ROA.
10
Berdasarkan analisis dari teori yang ada dan temuan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut: H5: LDR (Loan to Deposit Ratio) berpengaruh positif terhadap ROA (Return on Asset) pada Bank Konvensional di Indonesia.
Kerangka Pemikiran
CAR H1 (-) NPL H2 (-) NIM
H3 (+)
BOPO
H4 (-)
ROA
LDR H5 (-)
11
METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Notasi
Pengertian
Capital Adequacy Ratio (X1)
CAR
Rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung resiko.
Non Performing Loans (X2)
NPL
Rasio mengukur kredit bermasalah dari total kredit yang ada
Net Interest Margin (X3)
NIM
Rasio ini menggambarkan tingkat jumlah pendapatan bunga bersih yang diperoleh dengan menggunakan aktiva produktif yang dimiliki oleh bank
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (X4)
BOPO
Loan to Deposit Ratio (X5)
LDR
Return on Asset (Y)
ROA
Rumus
Rasio untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional Rasio mengukur seberapa besar dana bank dilepas ke perkreditan Rasio yang mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan.
12
Sumber
=
Dendawijaya (2005:123) ℎ
=
=
ℎ
−
=
SE Bank Indonesia No.3/30/DPNP
SE Bank Indonesia No. 3/30/DPNP
Dendawijaya (2005:121)
= =
ℎ
Kasmir (2004:272) ℎ
Dendawijaya (2005:120)
Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan di Indonesia yang tergolong Bank Konvensional pada tahun 2006–2010. Dari populasi tersebut, penelitian ini akan menggunakan sebagian bank untuk dijadikan sampel. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 19 bank konvensional di Indonesia. Hal ini terjadi dikarenakan hanya 19 bank tersebut yang memenuhi kriteria sampel. Sampel diambil dari tahun 2006–2010 karena pada tahun tersebut terjadi kesenjangan (fenomena gap). Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu laporan keuangan yang dibuat oleh bank dari tahun 2006–2010 secara berturut–turut dilaporkan ke Bank Indonesia dan dipublikasikan. Metode Analisis Metode yang dipakai untuk menganalisis variabel – variabel dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda, guna mengetahui arah, pengaruh, dan kekuatan hubungan dari variabel independen terhadap variabel – variabel dependen. Adapun model dasar dari regresi linier berganda dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
13
Y = a + b1X1+b2X2 + b3X3+b4X4+b5X5 +e dengan, Y
= Return on Asset (ROA)
a
= konstanta
b1–b5 = koefisien regresi, merupakan besarnya perubahan variabel akibat perubahan tiap – tiap unit variabel bebas. X1
= Capital Adequacy Ratio (CAR)
X2
= Non Performing Loan (NPL)
X3
= Net Interest Margin (NIM)
X4
= Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
X5
= Loan to Deposit Ratio (LDR)
e
= variabel residual
Uji Asumsi Klasik 1. Multikolinieritas Multikolinieritas adalah adanya suatu hubungan linier yang sempurna antara beberapa atau semua variabel independen. Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas (Ghozali, 2006:95). 2. Heteroskedastisitas Uji keterokesdastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedositas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedasitas (Ghozali, 2006:125).
14
3. Autokorelasi Uji Autikorelasi bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode (t-1) dalam model regresi. Jika terdapat korelasi maka model tersebut mengalami masalah autokorelasi. Model regresi yang baik adalah model yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan uji statistik Durbin – Watson (DW test) (Ghozali, 2005:90). 4. Normalitas Untuk mengetahui normalitas populasi suatu data dapat dilakukan dengan menggunakan analisis grafik. Pada analisis regresi ini, metode yang digunakan adalah grafik histogram dan normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal (Ghozali, 2006:147). Uji Hipotesis 1. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R²) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2006). Nilai R² mempunyai interval antara 0 sampai 1 (0 ≤ R² ≤ 1). Semakin besar R² (mendekati 1), semakin baik hasil untuk model regresi tersebut dan semakin mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel dependen. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabelvariabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2006).
15
2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Uji F dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh secara bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006). 3. Uji Parsial (Uji t) Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006).
16
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Statistik Deskriptif
Sumber: Data sekunder yang diolah
Dari tabel 4.2 di atas dapat diketahui statistik deskriptif dari masing–masing variable. 95 sampel yang diambil menunjukkan nilai ROA yang terkecil adalah 0% dan yang terbesar adalah 6% dengan rata–rata ROA bank konvensional di Indonesia selama tahun 2006 hingga tahun 2010 adalah 2,01% dan memiliki standart deviasi 1,21%. Nilai mean yang lebih besar dari nilai standar deviasi menunjukkan tidak adanya outlier dalam data (Sudarmanto, 2006). CAR paling rendah adalah 11% dan yang terbesar adalah 57%. Standar deviasi variable ini sebesar 8,18% dengan rata–rata CAR adalah 19,52%. Nilai mean yang lebih besar dari nilai standar deviasi menunjukkan tidak adanya outlier dalam data (Sudarmanto, 2006). NPL paling rendah adalah 0% dan yang terbesar adalah sebesar 7%. Standar deviasi variable NPL ini sebesar 1,54%. Rata–rata NPL selama periode 2006 sampai dengan periode 2010 adalah 1,98%. Nilai mean yang lebih besar dari nilai standar deviasi menunjukkan tidak adanya outlier dalam data (Sudarmanto, 2006). NIM paling rendah adalah 2% dan yang terbesar adalah sebesar 14%. Ratarata NIM selama periode tahun 2006 sampai dengan tahuin 2010 adalah 6,54%
17
dengan standar deviasi 2,61%. Nilai mean yang lebih besar dari nilai standar deviasi menunjukkan tidak adanya outlier dalam data (Sudarmanto, 2006). BOPO paling rendah adalah 40% dan yang terbesar adalah 100%. Standar deviasi variabel ini sebesar 15.87%. Rata–rata BOPO selama periode pengamatan adalah 78.76%. Nilai mean yang lebih besar dari nilai standar deviasi menunjukkan tidak adanya outlier dalam data (Sudarmanto, 2006). LDR paling rendah adalah 40% dan yang terbesar adalah sebesar 108%. Ratarata LDR selama periode tahun 2006 sampai dengan tahuin 2010 adalah 73,06% dengan standar deviasi 18,24%. Nilai mean yang lebih besar dari nilai standar deviasi menunjukkan tidak adanya outlier dalam data (Sudarmanto, 2006). Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas
Sumber: Data sekunder yang diolah
18
Data yang mendekati normal adalah jika titik–titiknya menyebar di sekitar garis diagonal. Berdasarkan Gambar 4.1 di atas dapat dilihat bahwa titik–titiknya menyebar di sekitar garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data bunga dalam penelitian ini memenuhi asumsi normalitas.
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan Grafik 4.1 di atas dapat disimpulkan bahwa grafik memiliki pola distribusi normal karena data observasi mengikuti arah garis grafik histogramnya.
19
2. Uji Multikolinieritas
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel uji multikolonieritas diatas dapat dilihat bahwa semua variabel independen memiliki nilai tolerance lebih dari 0.10 dan nilai VIF kurang dari 10 maka dapat diartikan bahwa variabel – variabel independen dalam penelitian ini tidak terjadi suatu multikolonieritas.
3. Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Data sekunder yang diolah
20
Dari grafik scatterplot hasil pengujian heteroskedastisitas di atas dapat dilihat bahwa titik–titik tersebut tidak memiliki pola tertentu dan menyebar di atas dan bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa data dalam penelitian ini bersifat heteroskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. 4. Uji Autokorelasi
Sumber: Data sekunder yang diolah
Nilai D-W menurut tabel 4.6 dengan tingkat signifikansi 5 % dan nilai n = 95 serta k = 5 diperoleh angka dl = 1,557 dan du = 1,778. Oleh karena itu, nilai D-W lebih besar dari du (1,778) dan kurang dari 4 – 1,778= 2,222 (4 – du), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi positif maupun autokorelasi negatif antar residual.
Uji Hipotesis 1. Koefisien Determinasi 2. 3.
Sumber: Data sekunder yang diolah
Dari hasil perhitungan koefisien determinasi pada Tabel 4.7, besarnya nilai adjusted R2 dalam model regresi adalah sebesar 0,622 atau 62,2%. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perbankan yang diproksikan sebagai ROA dipengaruhi oleh variabel independen yaitu CAR, NPL, NIM, BOPO dan LDR dapat diterangkan
21
oleh model persamaan ini adalah sebesar 62,2% sedangkan sisanya sebesar 37,8% dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar persamaan. 2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Sumber: Data sekunder yang diolah
Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa secara bersama-sama besar kecilnya variabel independen secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi F sebesar 0,000 yang mana nilai ini lebih kecil dari alpha 0,05. Kemudian nilai F hitung sebesar 31,888 adalah lebih besar dari nilai F tabel 2,310. Keadaan menyatakan bahwa variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. 3. Uji Parsial (Uji t)
Sumber: Data sekunder yang diolah
22
Berdasarkan tabel 4.7 tersebut maka persamaan garis regresi yang dihasilkan adalah sebagai berikut: Y = 0,030 - 0,007CAR – 0,242NPL + 0,333NIM – 0,018BOPO – 0,015LDR +e Persamaan di atas memiliki arti: Koefisien konstanta positif 0,030 menunjukkan bahwa tingkat ROA akan bernilai 0,030 apabila variabel CAR, NPL, NIM, BOPO, dan LDR masingmasing bernilai 0. Koefisien regresi CAR negatif 0,007 menunjukkan bahwa setiap kenaikan CAR sebesar 1% akan menurunkan ROA sebesar 0,007. Koefisien regresi NPL negatif 0,242 menunjukkan bahwa setiap kenaikan NPL sebesar 1% akan menurunkan ROA sebesar 0,242. Koefisien regresi NIM positif 0,333 menunjukkan bahwa setiap kenaikan NIM sebesar 1% akan menaikkan ROA sebesar 0,333. Koefisien regresi BOPO negatif 0,018 menunjukkan bahwa setiap kenaikan BOPO sebesar 1% akan menurunkan ROA sebesar 0,018. Koefisien regresi LDR negatif 0,015 menunjukkan bahwa setiap kenaikan LDR sebesar 1% akan menurunkan ROA sebesar 0,015. Uji t digunakan untuk mengetahui tingkat signifikansi koefisien regresi tiap variabel independen. Untuk mengetahui signifikansi variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial dapat dilakukan dengan membandingkan nilai thitung dengan t-tabel yang ditunjukkan oleh tabel berikut:
23
Hasil Pengujian Regresi Linear Berganda Secara Parsial Variabel
t hitung
sig.
t tabel
Keterangan
CAR
-0,730
0,467
-2,0150
H1 ditolak
NPL
-4,633
0,000
-2,0150
H2 diterima
NIM
8,845
0,000
2,0150
H3 diterima
BOPO
-3,272
0,002
-2,0150
H4 diterima
LDR
-2,713
0,008
-2,0150
H5 ditolak
Sumber: Data sekunder yang diolah
Pengaruh CAR terhadap ROA H1 menyatakan bahwa variabel CAR berpengaruh negatif terhadap ROA. Kriteria yang digunakan untuk menolak atau menerima hipotesis di atas adalah apabila t hitung lebih besar dari t tabel dan p-value lebih kecil dari alpha 5%. Hasil pengujian dengan menggunakan uji t menunjukkan bahwa pvalue CAR sebesar 0,4676 > 0.05 dan t hitung sebesar -0,730 < -2,0150 (t tabel) maka H1 ditolak dan H0 diterima, artinya CAR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA. Pengaruh NPL terhadap ROA H2 menyatakan bahwa variabel NPL berpengaruh negatif terhadap ROA. Kriteria yang digunakan untuk menolak atau menerima hipotesis di atas adalah apabila t hitung lebih besar dari t tabel dan p-value lebih kecil dari alpha 5%. Hasil pengujian dengan menggunakan uji t menunjukkan bahwa pvalue NPL sebesar 0,000 < 0.05 dan t hitung sebesar -4,633 > -2,0150 (t tabel) maka H2 diterima dan H0 ditolak, artinya NPL berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap ROA.
24
Pengaruh NIM terhadap ROA H3 menyatakan bahwa variabel NIM berpengaruh positif terhadap ROA. Kriteria yang digunakan untuk menolak atau menerima hipotesis di atas adalah apabila t hitung lebih besar dari t tabel dan p-value lebih kecil dari alpha 5%. Hasil pengujian dengan menggunakan uji t menunjukkan bahwa pvalue NIM sebesar 0,000 < 0.05 dan t hitung sebesar 8,845 > 2,0150 (t tabel) maka H3 diterima dan H0 ditolak, artinya NIM berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap ROA. Pengaruh BOPO terhadap ROA H4 menyatakan bahwa variabel BOPO berpengaruh negatif terhadap ROA. Kriteria yang digunakan untuk menolak atau menerima hipotesis di atas adalah apabila t hitung lebih besar dari t tabel dan p-value lebih kecil dari alpha 5%. Hasil pengujian dengan menggunakan uji t menunjukkan bahwa pvalue BOPO sebesar 0,002 < 0.05 dan t hitung sebesar -3,272 > -2,0150 (t tabel) maka H4 diterima dan H0 ditolak, artinya BOPO berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap ROA. Pengaruh LDR terhadap ROA H5 menyatakan bahwa variabel LDR berpengaruh positif terhadap ROA. Kriteria yang digunakan untuk menolak atau menerima hipotesis di atas adalah apabila t hitung lebih besar dari t tabel dan p-value lebih kecil dari alpha 5%. Hasil pengujian dengan menggunakan uji t menunjukkan bahwa pvalue LDR sebesar 0,008 < 0.05 dan t hitung sebesar -2,713 > -2,0150 (t tabel) maka H5 ditolak dan H0 diterima, artinya LDR berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap ROA. Pembahasan Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk–bentuk lainnya dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Oleh
25
karena itu kepercayaan masyarakat kepada bank harus senantiasa dijaga dan ditingkatkan. Salah satu upaya yang bias dilakukan oleh perbankan untuk menjaga kepercayaan masyarakat tersebut dengan senantiasa menjaga kinerja keuangan perbankan. Semakin baik kinerja keuangan perbankan maka tingkat kepercayaan masyarakat pada perbankan. Untuk menilai kinerja keuangan perbankan bias dilihat dari profitabilitas yang dihasilkan oleh perbankan itu sendiri. Semakin baik profitabilitas yang dihasilkan oleh perbankkan maka semakin baik pula kinerja keuangannya. Dalam penelitian ini profitabilas perbankan bias dilihat dari variabel ROA. Semakin tinggi ROA suatu perusahaan perbankan maka semakin tinggi pula profitabilitas perusahaan perbankan tersebut.
Sehingga
meningkatkan
kinerja
keuangan
yang
akan
berakibat
maningkatnnya kepercayaan masyarakat. CAR adalah kemampuan bank dalam permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian di dalam perkreditan atau dalam perdagangan surat–surat berharga (Dendawijaya, 2001). Berdasarkan hasil pengujian CAR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa kecukupan modal yang tercermin dalam CAR menunjukkan bahwa semakin tinggi CAR maka semakin rendah kinerja perbankan dari segi permodalan. Kecukupan modal yang digunakan untuk aktivitas operasionalnya menanggung aktiva berisiko. Sehingga CAR yang relatif rendah lebih riskan, tetapi menunjukkan bahwa manajemen perbankan telah mengoperasikan aktiva lancar secara efektif yang mampu meningkatkan keuntungan perusahaan. Jadi CAR yang terlalu besar perlu menjadi pertimbangan manajemen karena mengindikasikan bahwa modal sendiri tidak dioperasionalkan
secara
optimal
sehingga
beban
bank
meningkat
dengan
menanggung biaya dana yang besar. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Wijaya (2007) yang menunjukkan pengaruh negatif antara kecukupan modal dengan kinerja perbankan. Berdasarkan hasil analisis CAR tidak berpengaruh signifikan karena adanya peraturan Bank Indonesia tentang CAR Bank Umum minimal 8%. Kondisi ini
26
mengakibatkan bank cenderung menjaga CARnya tidak lebih dari 8% karena berarti idle fund atau pemborosan sebab modal utama bank adalah kepercayaan sedangkan CAR hanya dimaksudkan untuk menyesuaikan kondisi perbankan internasional sesuai BIS. Bank yang profitable tidak harus dengan CAR 8% yang penting ada kepercayaan masyarakat. CAR yang lebih dari 8% disebabkan adanya penambahan modal pemilik berupa fresh money untuk mengantisipasi perkembangan skala usaha yang berupa ekspansi kredit atau pinjaman diberikan (Mawardi, 2005). NPL merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Berdasarkan hasil pengujian NPL berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap ROA. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi NPL akan meningkatkan biaya cadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya yang berpengaruh negatif terhadap kinerja dan keuntungan bank, sehingga manajemen perlu menjaga agar jumlah NPL tidak membengkak karena pengukuran risiko sangat berhubungan dengan tingkat return yang akan diterima perusahaan perbankan. Hal ini terjadi karena peraturan Bank Indonesia tentang non performing loan mengatur bahwa setiap kenaikan outstanding pinjaman diberikan, harus dicover dengan cadangan aktiva produktif dengan cara mendebet rekening biaya cadangan aktiva produktif dan mengkredit rekening cadangan penghapusan aktiva produktif, sehingga setiap kenaikan outstanding pinjaman diberikan akan menambah biaya cadangan aktiva produktif yang pada akhirnya mempengaruhi ROA. Selain itu penurunan NPL mempunyai pengaruh yang baik karena kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil dan kinerja bank meningkat karena tingkat kredit macet (bad debt) turun. Hasil penelitian ini mendukung penelitian dari Mawardi (2005) yang menunjukkan bahwa NPL berpengaruh signifikan negatif terhadap perubahan laba dan kinerja bank. NIM merupakan rasio keuangan yang mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan net interest income atas pengelolaan besar aktiva produktif.
27
Berdasarkan hasil pengujian NIM berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap ROA. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi NIM maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola oleh bank sehingga manajemen perusahaan telah dianggap bekerja dengan baik sehingga profitabilitas perbankan tidak menurun. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Harianto (2008) yang menunjukkan bahwa NIM mempunyai pengaruh signifikan dan positif terhadap laba perbankan yang diproksikan dengan variabel ROA. Dari rasio NIM yang dihasilkan dari perusahaan perbankan menunjukkan adanya kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan besarnya biaya bunga dan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktif dalam menghasilkan bunga (earning assets) secara rata–rata yang dilakukan oleh manajemen bank mempunyai pengaruh terhadap ROA. BOPO merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya . Berdasarkan hasil pengujian BOPO berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap ROA. Dengan semakin meningkatnya BOPO berarti biaya operasi semakin besar, sehingga pada akhirnya ROA akan menurun. Jadi apabila ingin meningkatkkan ROA maka harus meningkatkan pendapatan dan menurunkan beban biaya operasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan validasi setiap biaya yang hendak dikeluarkan bank, apakah memang perlu dikerluarkan atau tidak (Mawardi, 2005). Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Mintarti (2007) yang menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap ROA. LDR merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menjaga likuiditasnya. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa LDR berpengaruh secara negative dan signifikan terhadap ROA. Artinya semakin baik rasio LDR pada perusahaan perbankan maka akan berdampak pada berkurangnya tingkat ROA pada bank tersebut. Rasio ini menunjukkan fungsi bank sebagai
28
lembaga intermediasi yang menghubungkan pihak surplus unit dengan deficit unit, tugas utama bank adalah menerima dana simpanan masyarakat dalam bentuk kredit. Berdasarkan hasil bukti empiris ternyata perbankan masih belum mampu menjalankan fungsi intermediasinya, terbukti dengan korelasi negative antara LDR dengan ROA mengidentifikasikan bahwa perbankan belum maksimal menyalurkan fasilitas kredit dan menanamkan DPK pada investasi selain kredit (surat berharga, penyertaan, penempatan pada bank lain). Karena pendapatan utama bank berasal dari kredit, dengan rendahnya penyaluran kredit, maka potensi bank akan membayar biaya dana dari masyarakat (DPK) dan hal ini sebagai salah satu factor yang menambah kerugian usaha bank. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Harianto (2007) yang menunjukkan bahwa LDR berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap ROA.
29
SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab IV, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu selama periode penelitian menunjukkan bahwa data penelitian telah memenuhi asumsi normalitas, tidak ada multikolinieritas, tidak terjadi autokorelasi dan tidak terdapat heterokedastisitas. 1. Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA pada bank konvensional di Indonesia, dengan demikian H1 ditolak dan H0 diterima. . Hasil penelitian menunjukkan bahwa kenaikan atau penurunan pada CAR tidak memiliki pengaruh pada naiknya ROA pada bank konvensional di Indonesia. 2. Variabel Non-Performing Loan (NPL) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA pada bank konvensional di Indonesia, dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak. Hasil penelitian ini sendiri menunjukkan bahwa penurunan pada variabel NPL akan mengakibatkan naiknya ROA pada bank konvensional di Indonesia. 3. Variabel Net Interest Margin (NIM) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap ROA pada bank konvensional di Indonesia, dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kenaikan pada variabel NIM akan menyebabkan naiknya ROA pada bank konvensional di Indonesia. 4. Variabel Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA pada bank konvensional di Indonesia, dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak. Hasil penelitian ini sendiri menunjukkan bahwa penurunan pada variabel BOPO akan mengakibatkan naiknya ROA pada bank konvensional di Indonesia.
30
5. Variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA pada bank konvensional di Indonesia, dengan demikian H1 ditolak dan H0 diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penurunan pada variabel LDR akan mengakibatkan naiknya ROA pada bank konvensional di Indonesia. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini masih terdapat keterbatasan–keterbatasan. Paparan keterbatasan–keterbatasan berikut ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan peneliti–peneliti selanjutnya agar mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik lagi. Kemampuan prediksi yang dilihat dari nilai adjusted R² square sebesar 62,2% berarti 37,8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar variabel yang diteliti. Penelitian ini menggunakan perusahaan perbankan konvensional tahun 20062010. Tetapi yang mempunyai laporan keuangan yang lengkap tahun 2006-2010 hanya ada 19 bank. Jadi bank yang menjadi sampel dan dijadikan penelitian hanya
19
bank.
Untuk
itu
dalam
penelitian
ini
tidak menggunakan
keseluruhan bank konvensional yang ada di Indonesia karena ketidaklengkapan laporan keuangan bank tahun 2006 sampai dengan 2010. Saran Berikut ini adalah saran–saran yang diberikan peneliti untuk peneliti–peneliti selanjutnya: 1. Berdasarkan hasil penelitian, bagi pihak manajemen bank diharapkan menjaga CAR minimal sebesar 8% sesuai dengan ketentuan dari BI. Walaupun CAR tidak berpengaruh pada tingkat profitabilitas perbankan, tetapi CAR mempengaruhi
tingkat
kepercayaan
masyarakat
terhadap
perusahaan
perbankan tersebut. Sehingga dengan kepercayaan masyarakat dapat meningkatkan jumlah dana pihak ketiga yang diterima oleh perbankan.
31
2. Non
Performing
Loan
(NPL)
berpengaruh
negatif
dan
signifikan
terhadap Return On Asset (ROA). Sehingga perlunya kehati-hatian pihak perbankan
dalam
menjalankan
usahanya.
Risiko
berupa
kesulitan
pengembalian kredit oleh debitur dalam jumlah yang cukup besar dapat mempengaruhi
kinerja
perbankan.
Terdapatnya
kredit
bermasalah
menyebabkan kredit yang disalurkan banyak yang tidak memberikan hasil. Oleh karena itu bank harus menggunakan prinsip
kehati-hatian dan
mengendalikan ekspansi dalam pemberian kredit. 3. Dengan melihat variabel Net Interest Margin (NIM) maka perusahaan perbankan diharapkan mampu meningkatkan besarnya Net Interest Margin (NIM), sehingga dengan meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank, maka kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Bagi pihak
investor,
Net Interest Margin
(NIM) dapat digunakan sebagai salah satu pedoman untuk menentukan strategi investasi. Semakin tinggi rasio NIM (Net Interest Margin) semakin tinggi pula kemampuan bank tersebut memperoleh pendapatan
bunga
bersihnya, sehingga banyak investor yang tertarik berinvestasi ke bank tersebut. 4. Berdasarkan
hasil
penelitian
ini,
variabel
Biaya
Operasi
terhadap
Pendapatan Operasi (BOPO) mempunyai pengaruh signifikan terhadap perolehan laba. Sesuai
dengan fungsinya sebagai pihak intermediasi,
efisiensi suatu bank sangat mempengaruhi besar kecilnya return yang akan didapat. Semakin efisien kegiatan operasi yang dilakukan bank tersebut, maka laba yang akan diperoleh bank tersebut semakin besar.
Kemudian
bagi investor, rasio ini perlu diperhatikan sebagai salah satu bahan pertimbangannya dalam menentukan strategi investasi. 5. Bagi
pihak
besarnya
manajemen,
diharapkan
perusahaan
mampu
menjaga
Loan To Deposit Ratio (LDR) antara 80%-110% sesuai
dengan standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
32
6. Penelitian
selanjutnya
dapat
memperpanjang
periode
pengamatan dan
menambah variabel–variabel lain yang mempengaruhi ROA yang tidak dimasukkan penulis dalam penelitian.
7. Pemilihan
sampel
sebaiknya
tidak
hanya
terbatas
pada
beberapa
perusahaan perbankan konvensional, melainkan dapat menggunakan seluruh perusahaan perbankan konvensional di Indonesia.
33
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani. Ali, Masyhud. 2004. Asset Liability Management. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Booklet Perbankan Indonesia. 2009. www.bi.go.id Dahlan, Siamat. 2001. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI. Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan. Edisi Kedua. Cetakan Kedua. Jakarta: Ghalia Indonesia. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hasibuan, Malayu. 2001. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara. Husnan, Suad. 1998. Manajemen Keuangan:Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Pendek). Yogyakarta: BPFE. Kasmir. 2004. Manajemen Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers. Laporan Pengawasan Perbankan, 2008. Laporan Pengawasan Perbankan, Jakarta.
Mawardi, Wisnu. 2005. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Bank Umum Di Indonesia (Studi Kasus Pada Bank Umum Dengan Total Asset Kurang Dari 1 Triliun). Jurnal Bisnis Strategi, Vol. 14, No. 1, Hal: 83-93, Juli 2005
34
Mintarti, Sri. Implikasi Proses Take-Over Bank Swasta Nasional Go Public Terhadap Tingkat Kesehatan dan Kinerja Bank. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 13, No. 2, Hal: 346-358, Mei 2009 Nugraheni, Fitri dan Dody Hapsoro. Pengaruh Rasio Keuangan CAMEL, Tingkat Inflasi, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Jakarta. Wahana, Vol. 10, No. 2, Hal: 63-80, Agustus 2007 Respati, Harianto dan Prayudo Eri Yandono. Tinjauan Tentang Variabel-variabel CAMEL Terhadap Laba Usaha Pada Bank Umum Swasta Nasional. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 12, No. 2, Hal: 283-295, Mei 2008 Siagian, Febriyanti Dimaelita dan Wahidin Yasin. 2009. Pengaruh Non Performing Loan (NPL), Tingkat Kecukupan Modal, Tingkat Likuiditas, dan Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Terhadap Tingkat Profitabilitas Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008. http://akuntansi.usu.ac.id/jurnal-akuntansi-49.html Simorangkir, O.P. 2004. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank. Bogor: Ghalia Indonesia. Sinungan, Muchdarsyah. 2000. Manajemen Dana Bank. Edisi Kedua. Jakarta: PT Bumi Aksara. Sudarmanto, R. Gunawan. 2005. Analisis Regresi Linear Berganda Dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu. Suhardjono, Mudrajad Kuncoro. 2002. Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE UGM. Wijaya, Tony. Kontribusi Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba Perbankan di Bursa Efek Surabaya. Modus, Vol. 19, No. 1, Hal: 20-34, 2007
35