NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB AL-BARZANJI KARYA SYAIKH JA’FAR ALBARZANJI
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Islam Program Studi Pendidikan Agama Islam
Oleh MUHAMAD MUFID NIM 11107164
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2011
ii
SKRIPSI NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB AL-BARZANJI KARYA SYAIKH JA’FAR AL-BARZANJI
DISUSUN OLEH MUHAMAD MUFID NIM: 111 07 164
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 29 februari 2012 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam. Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
: Suwardi, M.Pd.
Sekretaris Penguji
: Drs. Djoko Sutopo
Penguji I
: Dra. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si.
Penguji II
: Dra. Urifatun Anis
Penguji III
: Drs. H. Miftahuddin, M.Ag.
Salatiga, …………………2012 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP.19580827 198303 1002
iii
DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
DEKLARASI
Bismillahirrahmanirrahim Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan. Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosyah skripsi. Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 9 februari 2012 Peneliti
MUHAMAD MUFID NIM. 111 07 164
iv
MOTTO
Hadapi apa yang ada di depanmu, Ambilah keputusan yang menurutmu itulah yang terbaik, Hadapi resiko dan tantangan yang menghadangmu, Maksimalkan usahamu untuk untuk menggapai hasil yang terbaik, Dan Bersyukurlah kepada Allah SWT atas apa yang diberikan kepadamu.
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
1. Ibu dan ayah tercinta yang tidak pernah lelah untuk memberikan motivasi dan do’anya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini dengan lancar tanpa ada hambatan yang begitu berat.
2. Kakak-kakakku yang senantiasa memberikan semangat dan do’anya sehingga penulis dapat menyelesaikan berbagai masalah selama menempuh studi.
3. Mapala MITAPASA STAIN Salatiga yang telah memberikan banyak pengalaman, serta menjadikan penulis lebih dewasa untuk menghadapi masalah. 4. Teman-teman yang selalu mendampingi, dan membantu dalam pembuatan
skirpsi ini.
vi
KATA PENGANTAR
َِْ اَِْ ا اِْ Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan nikmatNya kepada hambahambaNya. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. Semoga kita senantiasa diberi kemudahan untuk berittiba’ terhadap sunnah-sunnahnya. Motivasi penulis menyusun skripsi ini adalah untuk memberikan sumbang sih kepada seluruh insan, khususnya bagi para pembaca. Skripsi ini dapat penulis selesaikan berkat pertolongan Allah melalui berbagai pihak, karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Drs. Imam Sutomo, M.Ag, selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga 2. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M. Si, selaku ketua program studi PAI. 3. Bp. Drs. Miftahuddin, M.Ag selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan serta pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Ibu Dra. Nur Hasanah. M.si, selaku pembimbing akademik selama menempuh pendidikan di Jurusan Tarbiyah Progdi PAI di STAIN Salatiga. 5. Seluruh civitas akademik STAIN Salatiga
vii
6. Kedua orang tua (Ibu Khudaifah, Bapak Mundjamil), kakak (Nur Hayati, Ahmad Choeruddin, Misbachuddin) dan teman-temanku yang telah memberi support dan membesarkan hati penulis untuk menyelesaikan studi ini. 7. Sahabat- sahabatku, senasib, seperjuangan, (PAI E dan teman- teman di sekelilingku) yang telah banyak membantu serta mengisi hari- hari dengan canda, duka dan tawa. Penulis menyadari susunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya, dan para pembaca umumnya. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk skripsi ini. Salatiga, 9 februari 2012 Penulis
Muhamad Mufid 111 07 164
viii
ABSTRAK Mufid, Muhamad. 2012. Nilai – Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab AlBarzanji Karya Syaikh Ja’far Al- Barzanji. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. H. Miftahuddin, M.Ag. Kata Kunci: Nilai, Pendidikan Akhlak, Kitab Al-Barzanji. Penulisan skripsi ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research). Oleh karena itu guna mendapatkan data-data yang dibutuhkan, peneliti menelaah buku-buku kepustakaan yang relevan dengan judul skripsi ini. Penelitian sastra yang berobjek bahasa difokuskan pada penggunaan bahasa sebagai sarana komunikasi; penelitian sastra yang berobjek isi difokuskan pada nilai-nilai, manfaat atau kegunaan karya sastra dalam kehidupan manusia, sedangkan penelitian sastra yang berobjek estetis diarahkan pada kajian keberadaan karya sastra sebagai karya seni yang mengandung nilai kehidupan. Sehubungan dengan itu dilakukan penelitian moral dalam Kitab AlBarzanji dengan rumusan masalah (1)Bagaimanakah biografi intelektual Imam Al Barzanji, (2)Bagaimana nilai Pendidikan Akhlak yang terkandung dalam kitab berzanji, (3)Bagaimanakah relevansi nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab AlBarzanji, di kaitkan dengan konteks kekinian. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan memperoleh deskripsi tentang representasi nilai-nilai dalam Kitab AlBarzanji berupa (1)Mengetahui tentang biografi intelektual Imam Al Barzanji, (2) Memperoleh deskripsi tentang nilai Pendidikan Akhlak dalam kitab Al-Barzanji, (3)Memperoleh deskripsi relevansi nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab AlBarzanji, di kaitkan dengan konteks kekinian. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat kami menyimpulkan bahwa: (1)Syaikh Ja’far bin Hasan bin Abdul Karim bin Muhammad Al-Barzanji, Beliau adalah pengarang Kitab ‘Iqd Al Jawahir (kalung permata), atau sering disebut AlBarzanji, (2)Banyak nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam Kitab AlBarzanji antara lain: Nilai moral, Akhlak pergaulan, akhlak terhadap orang tua, kejujuran, kesederhanaan, dan lain-lain, (3)Pendidikan akhlak yang terkandung dalam Kitab Al-Barzanji masih sangat relevan dengan konteks pendidikan akhlak masa sekarang (kekinian), dan memang sangat penting untuk dikembangkan.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
DEKLARASI ..............................................................................................
ii
NOTA PEMBIMBING .................................................................................
iii
PENGESAHAN ...........................................................................................
iv
MOTTO .......................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ........................................................................................
vi
KATA PENGANTAR .................................................................................
vii
ABSTRAK ..................................................................................................
ix
DAFTAR ISI ...............................................................................................
x
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................
1
B. Rumusan Masalah ................................................................
4
C. Tujuan Penelitian ................................................................
4
D. Kegunaan Penelitian ............................................................
5
E. Metode Penelitian ................................................................
6
F. Penegasan Istilah .................................................................
7
G. Sistematika Penulisan ...........................................................
11
x
BAB II
BIOGRAFI INTELEKTUAL IMAM AL-BARZANJI A. Biografi Ja’far Al-Barzanji ..................................................
13
B. Situasi Keilmuan Islam Pada Masa Hidup Imam Al-
BAB III
Barzanji. ...............................................................................
15
C. Karya Pemikiran Syaikh Imam Al-Barzanji ........................
18
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB ALBARZANJI A. Tinjauan Teoritis Pendidikan Akhlak dan Barzanji .................
24
1. Pendidikan Akhlak ...........................................................
24
2. Tujuan Pendidikan Akhlak ...............................................
28
3. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak ..................................
29
4. Signifikansi Pendidikan Akhlak ........................................
31
B. Barzanji..................................................................................
32
C. Garis Besar Isi Kandungan Kitab Al-Barzanji ........................
37
D. Nilai Pendidikan Akhlak dalam Syair Al-Barzanji ..................
40
1. Pemilihan Guru dan Lingkungan Bagi Peserta Didik…….
40
2. Kejujuran Dalam Penyampaian. .......................................
41
3. Nilai Pendidikan Akhlak yang lain dalam Kitab Barzanji yaitu pendidikan yang dicontohkan oleh Siti Khodijah di dalam mencari pasangan hidup. .......................................
42
E. Nilai Moral Dalam Syair Al- Barzanji ...................................
43
1. Akhlak dalam pergaulan ...................................................
46
2. Akhlak terhadap anak .......................................................
49
3. Akhlak Kepada Allah SWT ..............................................
50
xi
BAB IV
4. Akhlak kepada Orang Tua ................................................
52
5. Akhlak kepada Profesi ......................................................
54
6. Akhlak untuk selalu bermusyawarah ................................
55
7. Akhlak terhadap orang yang telah mendholimi .................
58
8. Akhlak terhadap keluarga .................................................
60
9. Akhlak terhadap orang lemah dan para pemimpin.............
61
10. Akhlak dalam kemarahan .................................................
63
11. Akhlak dalam kesederhanaan ...........................................
65
RELEVANSI
NILAI-NILAI
PENDIDIKAN
AKHLAK
DALAM KITAB AL-BARZANJI, DIKAITKAN DALAM KONTEKS KEKINIAN
BAB V
1. Akhlak dalam pergaulan ...................................................
67
2. Akhlak terhadap anak .......................................................
68
3. Akhlak Kepada Allah SWT ..............................................
70
4. Akhlak kepada Orang Tua ................................................
72
5. Akhlak kepada Profesi ......................................................
74
6. Akhlak untuk selalu bermusyawarah ................................
76
7. Akhlak terhadap orang yang telah mendholimi .................
78
8. Akhlak terhadap keluarga .................................................
80
9. Akhlak terhadap orang lemah dan para pemimpin.............
82
10. Akhlak dalam kemarahan .................................................
84
11. Akhlak dalam kesederhanaan ...........................................
86
PENUTUP, SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan........................................................................... xii
88
B. Saran-saran ..........................................................................
90
C. Penutup.................................................................................
91
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah “Le, tole ora melu Barzanji ning masjid to?, konco-koncomu wis mangkat kabeh, wis cepetan mangkat..!!!( anakku, kok tidak ikut Berzanji di Masjid?, temen-temen kamu sudah berangkat semua, ayo cepat berangkat)?? Itulah perkataan para orang tua yang ada di Desa/ Dukuh ketika ada kegiatan Berzanjen. Kegiatan yang berisikan tentang pembacaan dan pelafalan tentang syair Al-Barzanji, tidak di sekitar kita atau di Negara Indonesia saja tetapi juga Negara Arab Timur Tengah. Di Indonesia khususnya orang-orang NU (Nahdhotul Ulama), membaca kitab ini dalam melakukan ritual Mauludiyah atau menyambut kelahiran Rasulullah SAW. Selain Mauludiyah, kitab tersebut juga sering dibaca ketika ada hajat anak lahir, hajat menantu, khitanan, masalah yang sulit terpecahkan dan musibah yang berlarut-larut. Yang tidak ada maksud lain yaitu untuk memohon berkah
Rasulullah SAW, berharap semoga terkabul semua apa yang
dihajatkan. Firman Allah SWT dalam QS. Al Ahzab: 56 yang berkaitan dengan perintah sholawat:
(#q=|¹ (#qãZtB#uä šú
ïÏ%©!$# $pkš‰r'¯»tƒ 4ÄcÓÉ<¨Z9$# ’n?tã tb q=|Á ム¼çmtGx6 Í´¯»n=tBur ©! $# ¨b Î) ÇÎÏÈ $¸J ŠÎ=ó¡ n@(#qßJ Ïk=y™ ur Ïmø‹n=tã
xiv
Artinya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! bersalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya” (Dept. Agama RI, 2009: 602). Rasa ingin tahu dari penulis, untuk lebih mendalami tentang kitab albarzanji, sejarah mencatat bahwa Kitab Al-Barzanji yang dikarang oleh Ja’far Al-Barzanji yang terlahir di daerah Barzinj (kurdistan) merupakan salah satu karya sastra yang sudah ratusan tahun dipakai oleh semua orang. Bagi yang faham dengan bahasa arab, tentu untaian kata-kata yang ada di dalam Al-Barzanji sangat indah dan memukau. Umumnya, mereka terkagum-kagum dengan sifat-sifat Rasulullah yang memang sulit ditiru, indah, menarik dan sangat mengharukan. Menurut Teeuw (1988:23), sastra berasal dari akar kata sas (sang sekerta) berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk, dan intruksi. Akhiran tra berarti alat, sarana. Jadi, secara leksikal sastra berarti kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik seperti silpasatra (buku petunjuk arsitektur), kamasatra (buku petunjuk percintaan) (Ratna, 2005: 4). Karya sastra memang selalu memberikan pesan atau amanah untuk berbuat baik, dan masyarakat
atau para
pembaca sastra tersebut diajak
untuk
mengagungkan nilai norma-norma moral. Sastra itu sendiri banyak sekali mengandung potensi-potensi yang terkandung di dalamnya antara lain adalah
xv
ajakan berbuat baik, motifasi dan nilai-nilainya dapat dirasakan manfaatnya oleh khalayak umum. Peristiwa sejarah Rasulullah itulah yang ditulis syekh Ja’far Al-Barzanji dalam kitab al-Barzanji. Begitu pula nilai-nilai luhur dari kepribadian Rasulullah menjadikan renungan bagi para pembaca disetiap bait alBarzanji. Keterkaitan Kitab al-Barzanji dengan pola disiplin dan pembiasaan yang berlatar
pada
suatu
komunitas
(masyarakat/ pemuda Nahdhatul
Ulama’) dengan orientasi nilai budaya dan nilai religiusitas anak, dan interaksi
antar mereka
pada
komunitas serta status identitasnya dengan
kualitasnya dengan kualitas akhlak yang mereka capai menjadi suatu kajian yang sangat menarik. Mengungkap nilai-nilai ahklak yang terkandung dalam kitab Al-Barzanji adalah tujuan utama penulis dalam skripsi ini. Dengan demikian, penulis ingin sekali mengkaji lebih jauh dengan sepengetahuan
penulis, yang nantinya di kembangkan dengan merujuk
refrensi-refrensi yang ada. Penelitian yang secara spesifik membahas tentang Al-Berzanji tersebut yang nantinya semoga bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca. Berdasarkan paparan di atas, penulis menganggap perlu untuk mengkaji secara lebih dalam tentang: “NILAI-
NILAI PENDIDIKAN AKHLAK, Tela’ah Atas Kitab Al-Barzanji Karya Syaikh Ja’far Al-Barzanji”.
xvi
B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini secara umum adalah bagaimana nilai-nilai pendidikan akhlak yang disampaikan oleh Imam Ja’far dalam Kitab Al-barzanji. Rumusan masalah tersebut , dirinci sebagai berikut: 1. Bagaimanakah biografi intelektual Imam Al Barzanji ? 2. Bagaimana nilai Pendidikan Akhlak yang terkandung dalam kitab berzanji ? 3. Bagaimanakah relevansi nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab AlBarzanji, di kaitkan dengan konteks kekinian ?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan nilai- nilai pendidikan akhlak yang digagas oleh Imam Ja’far yang tertuang dalam Kitab Al-Barzanji . Adapun tujuan umum tersebut, dirinci menjadi tujuan khusus sebagai berikut: 1. Mengetahui tentang biografi intelektual Imam Al Barzanji. 2. Memperoleh deskripsi tentang nilai Pendidikan Akhlak dalam kitab AlBarzanji. 3. Memperoleh deskripsi relevansi nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Al-Barzanji, di kaitkan dengan konteks kekinian. Ketiga tujuan penelitian itu yang nanti hasilnya semoga dapat bermanfaat bagi khalayak umum dan khususnya bagi penulis, sehingga dapat membuka wawasan serta pemikiran baru yang dapat menambah pengetahuan tentang isi
xvii
yang terkandung dalam kitab Al-Berzanji yang lebih mengacu pada nilai-nilai pendikan ahklak yang terkandung di dalamya.
D. Kegunaan Penelitian Adapun penelitian atau pembahasan terhadap masalah tersebut di atas mempunyai maksud agar berguna sebagai berikut : 1. Manfaat Akademis a. Pengamat Pendidikan Akhlak sebagai masukan yang berguna, manambah wawasan dan pengetahuan mereka tentang keterkaitan antara kitab al-Barzanji dengan pendidikan akhlak. b. Penelitian
ini
ada
relevansinya
dengan Ilmu
Agama
Islam
khususnya Program Studi Pendidikan Agama Islam, sehingga hasil pembahasannya tentang
berguna
menambah
leteratur atau bacaan
nilai-nilai pendidikan akhlak dalam seni sastra kitab al-
Barzanji. c. Penelitian ini semoga dapat memberikan kontribusi positif bagi para akademisi khususnya penulis untuk mengetahui lebih lanjut tentang keterkaitan seni sastra kitab Al-Barzanji dengan pendidikan akhlak. Dengan ini diharapkan dapat memperluas kepustakaan yang dapat menjadi referensi penelitian penelitian setelahnya.
xviii
2. Manfaat Praktis Memberikan kontribusi positif untuk dijadikan pertimbangan berfikir
dan
bertindak.
Secara
khusus
penelitian
ini
dapat
dipergunakan sebagai berikut: a. Diharapkan skripsi ini dijadikan bahan acuan bagi para remaja muslim yang cinta dengan Nabi Muhammad SAW dan senang dengan kegiatan berzanjen. b. Dengan penelitian ini nantinya dapat menjadi bahan pertimbangan untuk membina
dan
mengetahui
perkembangan
pendidikan
akhlak remaja muslim yang cinta akan seni Al-Barzanji. c. Dengan skripsi ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri. Amin.
E. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian skripsi ini adalah penelitian kualitatif, yaitu dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library Research). 2. Sumber Data. a. Data Primer diambil dari buku utamanya yaitu Kitab Majmu’ Maulud Syarafil Anaam
Wa Maulidul Barzanji Natsr dan Terjemah
Maulid Al- Barzanji. b. Data Sekunder yaitu diambil dari sumber-sumber yang lain dengan cara mencari, menganalisis buku-buku, internet dan informasi lainnya yang berhubungan dengan judul penelitian skripsi ini.
xix
3. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data pustaka yaitu membaca, mencatat serta mengolah bahan penelitian dari berbagai buku dan karya ilmiyah yang mendukung penelitian skripsi ini. Dengan mengutamakan data primer (Pokok). 4. Melihat obyek penelitian ini adalah buku-buku atau literature, jadi penelitian ini menggunakan teknik analisa kualitatif dengan cara deduktif dan induktif.
F. Penegasan Istilah Untuk memudahkan atau menjaga agar tidak terjadi kesalah fahaman serta langkah awal menyatukan persepsi terhadap pembahasan ini, maka perlu di berikan penegasan istilah dari judul berikut: 1. Nilai Nilai merupakan bentuk yang simbolik dan praktis yang ada dalam dunia umat manusia yang sekaligus membedakannya dengan mahkluk yang lain. Misalnya, Nilai baik buruk, adil sewenang-wenang, demokratis-otoriter, benar salah, dan lain-lain (ALAENA, 2000: 159). 2. Pendidikan Adapun para filosof barat, mereka memberikan definisi yang bervariasi tentang pendidikan antara lain: -
Mereka
berpendapat
bahwa
pendidikan
adalah
pembentukan individu melalui pembentukan jiwanya, xx
yaitu
dengan
membangkitkan
kecenderungan-
kecenderungan nya yang bermacam-macam. -
Sebagian lagi berpendapat bahwa pendidikan adalah usaha untuk membuat
seseorang menjadi unsur
kebahagiaan bagi dirinya dan orang lain. -
Ada lagi yang berpendapat bahwa pendidikan adalah semua yang dilakukan oleh kita dan oleh orang lain untuk kepentingan kita agar mencapai karakteristik yang sempurna (Mahmud, 2004: 22).
Menurut Noeng Muhadjir, sebagaimana dikutip oleh Wiji Suwarno (2006: 19) Istilah pendidikan berasal dari bahasa yunani, Paedagogi, yang mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah di antar seorang pelayan. Sedangkan pelayan yang mengantar dan menjemput di namakan Paedagogos. Dalam bahasa romawi, pendidikan diistilahkan dengan educate yang berarti mengeluarkan ssuatu yang berada di dalam. Dalam bahasa inggris, pendidikan di istilahkan to educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual. 3. Akhlak Yang di maksud dengan akhlak (moral) adalah sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau tingkah
laku
yang
membuat
Karakteristik-karakteristik
ini xxi
seseorang membentuk
menjadi
istimewa.
kerangka
psikologi
seseorang dan menbuatnya berperilaku sesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda-beda (Mahmud, 2004: 26-27). 4. Pendidikan Akhlak Pengertian Pendidikan Akhlak, pendidikan dilihat dari istilah bahasa Arab maka pendidikan mencakup berbagai pengertian, antara lain
tarbiyah,
tahzib,
ta’lim,
ta'dib,
siyasat, mawa’izh, 'ada
ta'awwud dan tadrib. Sedangkan untuk istilah tarbiyah, tahzib dan ta'dib sering dikonotasikan sebagai pendidikan. Ta'lim diartikan pengajaran, siyasat diartikan siasat, pemerintahan, politik atau pengaturan. Muwa'izh diartikan pengajaran atau peringan. ’Ada Ta'awwud diartikan pembiasaan dan tadrib diartikan pelatihan. Istilah di atas sering dipergunakan oleh beberapa ilmuwan sebagaimana Ibn Miskawaih dalam
bukunya
berjudul tahzibul
akhlak, Ibn Sina memberi judul salah satu bukunya kitab al siyasat, Ibn al-Jazzar al-Qairawani membuat judul
salah
satu
bukunya
berjudul siyasat al-shibyan wa tadribuhum, dan Burhan al-Islam alZarnuji memberikan judul salah satu karyanya Ta'lim al-Mula'allim tharik at-ta'alum. Perbedaan itu tidak menjadikan penghalang dan para ahli sendiri tidak mempersoalkan penggunaan istilah di atas. Karena, pada bertemu merupakan
dasarnya
dalam
semua
pandangan yang
suatu kesimpulan
suatu
proses xxii
awal,
bahwa
berbeda
itu
pendidikan
penyiapan generasi muda untuk
menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih baik (Afriantoni, 2007:32). 5. Kitab al-Barzanji Kitab al berzanji Al Barzanji Adalah sebutan lain dari kitab ilqd al-Jawahir (Kalung Permata), sebuah karya tulis seni sastra yang memuat kehidupan Nabi Muhammad SAW. Karya sastra ini di baca dalam berbagai upacara keagamaan di dunia Islam, sebagai bagian yang menonjol dalam kehidupan agama tradisional. Dengan membacanya diharapkan dapat meningkatkan keimanan dan kecintaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Dalam kitab ini, sejarah hidup Rasullullah SAW tergambar. Mulai dari silsilah keluarganya, kehidupannya semasa anak-anak, remaja, dan pemuda hingga diangkat menjadi nabi dan rasul. AlBarzanji juga mengisahkan sifat yang dimiliki Rasulullah dan perjuangannya dalam
menyiarkan Islam dan
menggambarkan
kepribadiannya yang agung untuk dijadikan teladan umat manusia (www.majalah alkisah.com). Jadi yang di maksud dengan judul skripsi ini adalah nilai-nilai atau ajaran tingkah laku terpuji yang di contohkan oleh Nabi Muhammad SAW, yang terkandung dalam kitab Al-Barzanji.
xxiii
H. Sistematika penulisan Untuk memberikan gambaran yang jelas dan menyeluruh sehingga pembaca nantinya dapat memahami tentang isi skripsi ini dengan mudah, penulis berusaha
memberikan
sistematika penulisan dengan penjelasan
secara garis besar. Skripsi ini terdiri dari enam bab yang masing-masing saling berkait yaitu sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN. Terdiri dari latar belakang masalah, definisi operasional, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, metode penulisan, sistematika penulisan BAB II BIOGRAFI INTELEKTUAL IMAM AL-BARZANJI. Pembahasan pada bab ini berisi tentang biografi intelektual tokoh AlBarzanji, yang meliputi: a. Biografi Ja’far Al-Barzanji. b. Situasi Keilmuan Islam Pada Masa Kehidupan Beliau c. Karya Pemikiran Syaikh Imam Al-barzanji BAB III NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB ALBARZANJI. Pada bab ini mengenai pendidikan akhlak dan berzanji, jika Tinjauan teoritis akhlak dan al-barzanji Ditinjau dari berbagai perspektif kajian maka keduanya memiliki cakupan yang luas. Namun pada kajian tentang pendidikan akhlak mencakup: pengertian, tujuan, ruang lingkup, dan
xxiv
signifikansinya. Selanjutnya menjelaskan nilai-nilai pendidikan akhlak apa saja yang ada dalam kitab Al-barzanji. BAB IV RELEVANSI NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB AL-BARZANJI, DI KAITKAN DENGAN KONTEKS KEKINIAN. Pada bab ini mmenjelaskan relevansi nilai-nilai pendidikan akhlak apa saja yang ada dalam kitab Al-barzanji yang di kaitkan dengan konteks kekinian BAB V PENUTUP, SIMPULAN DAN SARAN. Bab penutup, yang memuat kesimpulan penulis dari pembahasan skripsi ini, saran-saran dan kalimat penutup yang sekiranya dianggap penting dan daftar pustaka.
xxv
BAB II BIOGRAFI INTELEKTUAL JA’FAR AL-BARZANJI
A. Biografi Ja’far Al-Barzanji Sedikit mengulas siapa pengarang kitab Al-Barzanji? Pengarang kitab AlBarzanji adalah Sayyid Ja‘far bin Husin bin ‘Abdul Karim bin Muhammad bin Rasul Al-Barzanji, pengarang Maulid Barzanji, dia adalah seorang Ulama besar dan terkemuka
yang terkenal dengan ilmu serta amalnya, keutamaan dengan
keshalihannya. Syaikh ja’far bin Husain Al-Barzanji adalah keturunan Nabi SAW dari keluarga Sadah Al-Barzanji yang termasyhur, berasal dari Barzanj di Irak. Syaikh Ja’far Al-Barzanji Bin Husin bin abdul karim lahir di Madinah, Kamis Dzulhijjah 1126 H, belajar pada Atho’illah Al Azhar Abdul Wahab Al Antowi, dan meninggal dunia 4 Syakban 1177 H. Nama Kitab Al-Barzanji dinisbahkan kepada nama Syekh Ja’far Al-Barzanji atau yang dikenal dengan nama Syekh Al-Barzanji. Tujuan penyusunan Kitab Al-Barzanji adalah untuk menimbulkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW dan di dalam Kitab Al-Barzanji memuat silsilah nasab/ keturunan Nabi Muhammad SAW (Ensiklopedi Islam. 1987: 88). Syaikh Ja’far adalah pengarang kitab Maulid yang termasyhur dan terkenal dengan nama Mawlid al-Barzanji. Sebagian ulama menyatakan nama karangan nya tersebut sebagai
‘Iqd al-Jawhar fiMawlid an-Nabiyyil Azhar. Kitab Maulid
karangan beliau ini termasuk salah satu kitab Maulid yang paling populer dan paling luas tersebar ke pelosok negeri Arab dan Islam, baik di Timur maupun Barat (Abdusshomad, 2004:299). Bahkan banyak kalangan Arab dan non-Arab yang menghafalnya dan mereka membacanya dalam acara-acara (pertemuan-pertemuan) keagamaan yang sesuai.
xxvi
Kandungannya merupakan khulashah (ringkasan) sirah nabawiyyah yang meliputi kisah kelahiran beliau, pengutusannya sebagai rasul, hijrah, akhlaq, peperangan, hingga wafatnya.” (www.Majalah Al-Kisah.com. 2008: 2). Sayyid Ja’far Al-Barzanji juga seorang imam, guru besar di masjid nabawi serta merupakan satu diantara pembaharu islam di abad XII. (Murodi, 1988: 9). Nama al-Barzanji
dibangsakan kepada nama penulisnya, yang juga sebenarnya
diambil dari tempat asal keturunannya yakni daerah barzinj (kurdistan). Nama tersebut menjadi popular di dunia islam pada tahun 1920-an ketika Syeh Mahmud AlBarzanji memimpin pemberontakan nasional kurdi
terhadap
inggris yang pada
waktuitu menguasai Irak (Ensiklopedi Islam, 1987: 241). Kitab ‘Iqd al-Jawahir (kalung permata) yang lebih dikenal dengan sebutan al-Barjanzi. ditulis oleh Syeh Ja’far bin Hasan bin Abd al-Karim bin as-Sayyid Muhammad bin Abd ar-Rasul al-Barzanji ibn Abd ar-RASUL bin Abd as-Sayyid abd ar-Rasul bin Qolandri bin Husain bin Ali bin Abi Tholib ra. Beliau lahir di madinah tahun (1103-1180 H/1690-1766) M. Mufti Syafi’I Madinah
dan
khatib Masjid
Nabawi di Madinah, dimana seluruh hidupnya dipersembahkan untuk kota suci nabi ini (Azra, 2007:109). Karya tulisnya tentang maulid ada dua, yaitu yang dikenal di Indonesia dengan Maulid al-Barzaji Natsr dalam bentuk prosa-lirik, dan mulid al-Barzanji Nadzam dalam bentuk puisi (Sholikhin, 2009:49). Kitab al-Barzanji ditulis yaitu dengan tujuan untuk meningkatkan kecintaaan kita kepada Nabi
Muhammad
SAW
dan
agar
umat
Islam
meneladani
kepribadiannya, sehingga kita menjadi orang yang mampu memahami dan di harapkan bisa mencontoh sifat-sifat, prilaku, serta akhlak Beliau. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 21:
xxvii
ÇËÊÈ #ZŽÏVx. ©! $#tx.sŒur tÅz Fy $#tPöqu‹ø9$#ur ©! $#(#qã_ ötƒ tb %x. ` yJ Ïj9 ×puZ|¡ ym îouqó™ é&«! $#ÉA qß™ u‘ ’ÎûöN ä3 s9 tb %x. ô‰ s)©9
“Sungguh Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah” (Dept. Agama RI, 2009: 595).
B. Situasi Keilmuan Islam Pada Masa Kehidupan Beliau Pada masa Ja’far Al-Barzanji di pimpin seorang sultan yaitu Sultan Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi, dalam literatur sejarah Eropa dikenal dengan nama Saladin, seorang pemimpin yang pandai mengena hati rakyat jelata. Salahuddin memerintah para tahun 1174-1193 M atau 570-590 H pada Dinasti Bani Ayyub, katakanlah dia setingkat Gubernur. Meskipun Salahuddin bukan orang Arab melainkan berasal dari suku Kurdi, pusat kesultanannya berada di kota Qahirah (Kairo), Mesir, dan daerah kekuasaannya membentang dari Mesir sampai Suriah dan Semenanjung Arabia. Menurut Salahuddin, semangat juang umat Islam harus dihidupkan kembali dengan cara mempertebal kecintaan umat kepada Nabi mereka. Salahuddin mengimbau umat Islam di seluruh dunia agar hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang setiap tahun berlalu begitu saja tanpa diperingati, kini harus dirayakan secara massal. Sebenarnya hal itu bukan gagasan murni Salahuddin, melainkan usul dari iparnya, Muzaffaruddin Gekburi yang menjadi Atabeg (setingkat Bupati) di Irbil, Suriah Utara. Untuk mengimbangi maraknya peringatan Natal oleh umat Nasrani, Muzaffaruddin di istananya sering menyelenggarakan peringatan maulid nabi, cuma perayaannya bersifat lokal dan tidak setiap tahun. Adapun Salahuddin ingin agar perayaan maulid nabi menjadi tradisi bagi umat Islam di seluruh dunia dengan tujuan meningkatkan semangat juang, bukan sekadar perayaan ulang tahun biasa.
xxviii
Maulid Nabi atau hari kelahiran Nabi Muhammad saw pada mulanya diperingati untuk membangkitkan semangat umat Islam. Sebab waktu itu umat Islam sedang berjuang keras mempertahankan diri dari serangan tentara salib Eropa, yakni dari Prancis, Jerman, dan Inggris. Kita mengenal itu sebagai Perang Salib atau The Crusade. Pada tahun 1099 M tentara salib telah berhasil merebut Yerusalem dan menyulap Masjidil Aqsa menjadi gereja. Umat Islam saat itu kehilangan semangat perjuangan dan persaudaraan ukhuwah. Secara politis memang umat Islam terpecah-belah dalam banyak kerajaan dan kesultanan. Meskipun ada satu khalifah tetap satu dari Dinasti Bani Abbas di kota Baghdad sana, namun hanya sebagai lambang persatuan spiritual. Ketika Salahuddin meminta persetujuan dari Khalifah di Baghdad yakni AnNashir, ternyata Khalifah setuju. Maka pada musim ibadah haji bulan Dzulhijjah 579 H / 1183 M, Salahuddin sebagai penguasa Haramain (dua tanah suci, Mekah dan Madinah) mengeluarkan instruksi kepada seluruh jemaah haji, agar jika kembali ke kampung halaman masing-masing segera menyosialkan kepada masyarakat Islam di mana saja berada, bahwa mulai tahun 580 / 1184 M tanggal 12 Rabiul Awal dirayakan sebagai hari Maulid Nabi dengan berbagai kegiatan yang membangkitkan semangat umat Islam. Salah satu kegiatan yang di prakarsai oleh Sultan Salahuddin pada peringatan Maulid Nabi yang pertama kali adalah menyelenggarakan sayembara penulisan riwayat Nabi beserta puji-pujian bagi Nabi dengan bahasa yang seindah mungkin. Seluruh ulama dan sastrawan diundang untuk mengikuti kompetisi tersebut. Pemenang yang menjadi juara pertama adalah Syaikh Ja`far Al-Barzanji. Ternyata peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan Sultan Salahuddin itu membuahkan hasil yang positif. Semangat umat Islam menghadapi Perang Salib
xxix
bergelora kembali. Salahuddin berhasil menghimpun kekuatan, sehingga pada tahun 1187 (583 H) Yerusalem direbut oleh Salahuddin dari tangan bangsa Eropa, dan Masjidil
Aqsa
menjadi
masjid
kembali,
sampai
hari
ini
(http://adekunya.wordpress.comsejarah-al-barzanji).
C. Karya Pemikiran Syaikh Imam Al-barzanji Karangan-karangan Syaikh Imam Al-barzanji sangat banyak, di antaranya Syawahid al-Ghufran ‘ala Jaliy al-Ahzan fi Fadha-il Ramadhan, Mashabihul Ghurar ‘ala Jaliyyil Qadr, dan Taj al-Ibtihaj ‘ala Dhau’ al-Wahhaj fi al-Isra’ wa al-Mi‘raj. Syaikh Ja’far menulis manaqib yang menceritakan perjalanan hidup Sayyid Ja‘far AlBarzanji dalam kitabnya ar-Raudh al-‘Athar fi Manaqib as-Sayyid Ja‘far. Kembali kepada Sayyidi Ja‘far Al-Barzanji. Selain dipandang sebagai mufti, Sayyid Ja’far AlBarzanji menjadi khatib di Masjid Nabawi dan mengajar di dalam masjid yang mulia tersebut. Syaikh Ja’far terkenal bukan saja karena ilmu, akhlaq, dan taqwanya, tetapi juga karena karamah dan kemakbulan doanya. Penduduk Madinah sering meminta Syaikh Ja’far berdoa untuk mendatangkan hujan pada musim-musim kemarau. Diceritakan, suatu ketika di musim kemarau, saat Sayyid Ja’far Al-Barzanji u sedang menyampaikan khutbah Juma’tnya, seseorang meminta beliau beristisqa’ memohon hujan. Maka dalam khutbahnya itu beliau pun berdoa memohon hujan. Doanya terkabul dan hujan terus turun dengan lebatnya hingga seminggu, persis sebagaimana yang pernah terjadi pada zaman Rasulullah SAW dahulu. Selain kitab-kitab maulid tersebut, al-Barzanji juga menulis kitab risalah yang dinamakan Jaliyah al-Karbi bi Ashabi Sayyid al-Karbi wa al-Ajm (Murodi, 1988: 9). Selain itu Syekh Ja’far juga mengarang Kitab Manaqib Syaikh ‘Abdul
xxx
Qodir al-Jailani, dengan tujuan memperkenalkan substansi amalan, ajaran, dan fatwa
al-Jailani,
yang diperuntukkan
bagi
para
pengikut
dan
masyarakat
kebanyakan. Penulisan kitab tersebut didasarkan pada penuturan para ulama tarekat Qadariyyah, dengan semangat rasa cinta penulisnya untuk membeberkan keteladanan Syaikh ‘Abdul Qodir al-Jailani kepada masyarakat umum. Kesufian al-Barzanji nampak ketika ia ungkapkan bahwa penulisan manaqib juga dimaksudkan untuk mendapatkan turunnya keberkahan dari langit, dan mengundang pula turunnya kemurahan sang Hadrat al-‘Arsy (Allah SWT) (Sholikhin, 2009: 60). Beliau bukanlah calang-calang ulama pula, ketinggian ilmunya dapat dilihat dalam kitab-kitab karangannya yang bernilai tinggi, antaranya: "Hidaayatul Muriid li 'Aqiidati Ahlit Tauhiid", "Syarah al-'Aqaa-idul Kubra lis Sanusi", "Haasyiah 'ala Syarhish Shoghir lid- Dardiir", "Minhul Jaliil 'ala Mukhtashar Khaliil" dan "Hidaayatus
Saalik
ila
Aqrabil
Masaalik
fi
Furu`il
Fiqhil Maaliki". Ulama kita kelahiran Banten, Pulau Jawa, yang terkenal sebagai ulama dan penulis yang produktif dengan banyak karangannya. Sayyidul 'Ulama-il Hijaz, anNawawi ats-Tsani, Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantani al-Jawi ra. turut menulis syarah yang lathifah bagi "Mawlid al-Barzanji" dan karangannya itu dinamakannya "Madaarijush Shu`uud ila Iktisaa-il Buruud". Manakala, seorang keturunan Sayyid Ja'far al-Barzanji yang mempunyai nama yang sama dengan beliau, iaitu Sayyid Ja'far bin Sayyid Isma`il bin Sayyid Zainal 'Abidin bin Sayyid Muhammad al-Hadi bin Sayyid Zain yang merupakan suami dari satu-satunya anak Sayyid Ja'far al-Barzanji, telah juga menulis syarah bagi "Mawlid al-Barzanji" tersebut yang dinamakannya "alKawkabul Anwar 'ala 'Iqdil Jawhar fi Mawlidin Nabiyil Azhar".
xxxi
Allahu... Allah, dunia Islam kaya dengan khazanah keilmuan. Luas melaut ilmu para ulama kita. Cuma kail kita yang panjang sejengkal tak mampu menduga kedalaman lautan tersebut... Allahu...Allah. Oleh itu, janganlah jadi seumpama "katak di bawah tempurung" atau dalam shighah Mr. Sammy - "tempurung atas katak", hanya kenal sorang dua ulama terus menyerang dan menghukum orang lain yang tidak sefaham. Kepada yang merasakan Mufti Sayyid Ja'far al-Barzanji hanya seorang lelaki seperti dirinya atau beranggapan dia mufti, aku pun mufti, eloklah cari kitab-kitab tersebut dan kaji pribadi dan sejarah hidup Sayyid Ja'far al- Barzanji yang mawlid karangannya telah lumrah jadi bahan bacaan dan amalan umat ini. Lepas itu cari cermin tengok muka sendiri dan buat perbandingan. Selain dipandang sebagai mufti, Syaikh Ja’far juga menjadi khatib di Masjid Nabawi dan mengajar di dalam masjid yang mulia tersebut. Beliau terkenal bukan saja karena ilmu, akhlaq, dan taqwanya, tetapi juga karena karamah dan kemakbulan doanya. Penduduk Madinah sering meminta beliau berdoa untuk mendatangkan hujan pada musim-musim kemarau. Diceritakan, suatu ketika di musim kemarau, saat beliau sedang menyampaikan khutbah Juma’tnya, seseorang meminta beliau beristisqa’ memohon hujan. Maka dalam khutbahnya itu beliau pun berdoa memohon hujan. Doanya terkabul dan hujan terus turun dengan lebatnya hingga seminggu, persis sebagaimana yang pernah terjadi pada zaman Rasulullah SAW dahulu. Sayyidi Ja‘far Al-Barzanji wafat di Madinah dan dimakamkan di Jannatul Baqi‘ (www.Majalah Al-Kisah.com. 2008 :4 ) Sungguh besar jasa Syaikh Ja’far. Karangannya membawa umat islam ingat kepada Nabi SAW, membawa umat islam mengasihi beliau, membawa umat islam merindukannya. Setiap kali kitab Al-barzanji dibaca, shalawat dan salam dilatun-kan buat junjungan kita Nabi Muhammad SAW, selain itu juga tidak lupa mendoakan
xxxii
Sayyid Ja‘far, yang telah berjasa menyebarkan bagaimana pribadi dan sejarah kehidupan makhluk termulia di alam raya ini yaitu Nabi Muhammad SAW. Kegigihan beliau menuntut ilmu: Semasa kecilnya beliau telah belajar Al-Quran dari Syeikh Ismail Al-Yamani, dan belajar tajwid serta membaiki bacaan dengan Syeikh Yusof As-Su’iidi dan Syeikh Syamsuddin Al-Misri. Antara guru-guru beliau dalam ilmu agama dan syariat: - Syed Abdul Karim Haidar Al-Barzanji - Syeikh Yusuf Al-Kurdi- Syed Athiyatullah Al-Hindi. Syaikh Ja’far kemudian berhijrah dan menetap di Makkah selama lima tahun. Di sana beliau belajar kepada para `ulama terkenal, diantaranya: - Syeikh Athaallah ibn Ahmad Al-Azhari - Syeikh Abdul Wahab At-Thanthowi Al-Ahmadi - Syeikh Ahmad Al-Asybuli Syaikh Ja’far juga telah diijazahkan oleh sebagian ulama’, diantaranya: - Syeikh Muhammad At-Thoyib Al-Fasi - Syed Muhammad At-Thobari- Syeikh Muhammad ibn Hasan Al-A’jimi - Syed Musthofa Al-Bakri - Syeikh Abdullah As-Syubrawi Al-Misri Ilmu-ilmu yang dikuasai Syeikh Ja’far Al-Barzanji telah menguasai banyak cabang ilmu, antaranya: Shoraf, Nahu, Manthiq, Ma’ani, Bayan, Adab, Fiqh, Usul Fiqh, Faraidh, Hisab, Usuluddin, Hadis, Usul Hadis, Tafsir, Hikmah, Handasah, A’rudh, Kalam, Lughah, Sirah, Qiraat, Suluk, Tasawuf, Kutub Ahkam, Rijal, Mustholah. Karangan Syaikh Ja’far Al-Barzanji: - ﻏﺎﻓﻞ ﻣﺤﻤّﺪ اﻟﺸﯿﺦ ﺑﺈﺟﺎﺑﺔ اﻟﺒﺮاﻟﻌﺎﺟﻞ
xxxiii
- واﻟﺒﺸﺮ اﻟﻤﻼﺋﻚ ﺳﯿﺪ اﺻﺤﺎب ﺑﺄﺳﻤﺎء اﻟﻜﺪر ﺟﺎﻟﯿﺔ - اﻟﺒﺪرﯾﯿﻦ أﺳﻤﺎء ﻓﻰ واﻟﻌﺮب اﻟﻌﺠﻢ ﺳﯿﺪ ﺑﺄﺳﻤﺎء اﻟﻜﺮب ﺟﺎﻟﯿﺔ واﻷﺣﺪﯾﯿﻦ - اﻟﻘﺎدر ﻋﺒﺪ اﻟﺸﯿﺦ ﻣﻨﺎﻗﺐ ﻓﻰ اﻟﺪاﻧﻲ اﻟﺠﻨﻲ - اﻷﺷﻌﻞ ﻣﻦ ﻣﺤﻤّﺪ اﻟﺴﯿﺪ ﯾﺤﺪي ﻓﯿﻤﺎ اﻟﻤﻌﻄﺎر اﻟﺮوض - اﻟﺒﺮزﻧﺠﯿﺔ اﻷﺷﺮاف ﻣﻨﺎﻗﺐ ﻓﻰ اﻷﺗﺮﺟﯿﺔ اﻟﺸﻘﺎﺋﻖ - اﻟﻤﺸﺮﻗﯿﺔ اﻟﻤﻄﺎﻟﻊ ﻣﻦ اﻷﺳﻌﺪﯾﺔ اﻟﻄﻮاﻟﻊ - اﻟﺒﺪرﯾﯿﻦ اﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﻷﺳﻤﺎء اﻟﻌﺮﯾﻦ - رﻣﻀﺎن اﻟﺴﯿﺪ أﺟﻮﺑﺔ ﻋﻠﻰ اﻟﺮﺣﻤﺎن ﻓﺘﺢ - اﻟﺸﺮﯾﻒ اﻟﺴﺮع ﻧﺎﺋﺐ ﺑﺈﺟﺎﺑﺔ اﻟﻠﻄﯿﻒ اﻟﻔﯿﺾ - اﻟﺘﺎرﯾﺦ ﻓﻰ ﺟﻲ ﺟﺘﮫ ﻓﺘﺢ ﻓﻰ اﻟﻔﺮﺟﻲ اﻟﻨﻔﺢ - اﻟﻐﯿﺚ أﺑﻰ ﻟﺠﻮاب اﻟﻠﯿﺚ ﻧﮭﻮض - ( ﺻﻠﻌﻢ اﻷزھﺮ اﻟﻨﺒﻲ ﻣﻮﻟﺪ ﻓﻰ اﻟﺠﻮھﺮ ﻋﻘﺪkitab maulid yang dikenali dengan Maulid Barzanji) Syaikh Ja’far telah diiktirof dan mendapat kedudukan di sisi pembesar Makkah dan Madinah, serta para menteri Kerajaan Uthmaniah. Tersebarlah kemasyhuran dan kehebatan Syaikh Ja’far keseluruh pelosok dunia Islam, sehingga beliau dikenali oleh orang ramai. Karangan-karangan beliau telah diterima dan dipuji oleh para `ulama sezaman denganya sehingga tersebarnya tulisan beliau dikalangan penuntut ilmu. Sifat-sifat Syaikh Ja’far: Mempunyai akhlak yang terpuji, jiwa yang bersih, sangat pemaaf dan pengampun, zuhud, amat berpegang dengan Al-Quran dan Sunnah, wara’, banyak berzdikir, senantiasa bertafakkur, mendahului dalam membuat kebajikan bersedekah, dan sangat pemurah. Dari riwayat hidup Sayyid Ja’far Al-Barzanji di atas, jelaslah bahwa Ja’far AlBarzanji bukanlah calang-calang orang seperti yang didakwa oleh sebagian pihak. Bahkan beliau menjawat jawatan Mufti Madinah Munawwarah sekian lama yang
xxxiv
menunjukkan kepada kita ketinggian ilmu dan kesolehan Sayyid Ja’far Al-Barzanji (Khalifah, 1999: 211). Harapan penulis agar kita tidak terburu-buru mengutuk dan merendahkan para `ulama Islam. Walaupun tidak setuju pada sebagian perkara yang khilafiyah, janganlah terus menghantam dan membid`ahkan lawan. Selagi perkara tersebut ijtihadiah, contohnya dalam menghukumkan hadist atau beramal dengannya, sepatutnya kita mengikuti kaedah fiqh- Ijtihad dan tidak dapat membatalkan ijtihad yang lain.
xxxv
BAB III NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB AL-BARZANJI A. Tinjauan Teoritis Pendidikan Akhlak dan Barzanji Sebelum penulis mengkaji lebih jauh tentang nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab al-barzanji, penulis lebih dulu akan menjelaskan yaitu mengenai pendidikan akhlak dan berzanji, jika ditinjau dari berbagai perspektif kajian maka keduanya memiliki cakupan yang luas. Namun pada kajian tentang pendidikan akhlak mencakup; pengertian dan tujuan, ruang lingkup, dan signifikansinya. 1. Pendidikan Akhlak Pengertian Pendidikan Akhlak, pendidikan
dilihat
dari
istilah
bahasa Arab maka pendidikan mencakup berbagai pengertian, antara lain tarbiyah, tahzib, ta’lim, ta'dib, siyasat, mawa’izh, 'ada ta'awwud dan tadrib. Sedangkan untuk istilah tarbiyah, tahzib dan ta'dib sering dikonotasikan sebagai pendidikan. Ta'lim diartikan pengajaran, siyasat diartikan siasat, pemerintahan, politik atau pengaturan. Muwa'izh diartikan pengajaran atau peringan. ’Ada Ta'awwud diartikan pembiasaan dan tadrib diartikan pelatihan. Pendek kata, pendidikan telah didefinisikan oleh banyak kalangan sesuai dengan disiplin ilmu yang dipelajari, namun pada dasarnya semua pandangan yang berbeda itu bertemu dalam suatu kesimpulan awal, bahwa pendidikan merupakan suatu proses penyiapan generasi muda
xxxvi
untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efesien. Melihat pandangan di atas, maka kita perlu mengkaji kembali sejarah perkembangan pendidikan Islam pada masa Rasulullah SAW. Proses penanaman akidah dan pembiasaan perilaku sesuai dengan ketentuan Islam
kepada
kaum
Quraisy berlangsung
secara
bertahap
yang
membutuhkan kegigihan dan kesabaran. Kegigihan dan kesabaran Rasulullah yang ditransformasikan pada pembimbingan, pemberian motivasi, penanaman nilai, dan penciptaan kondisi yang lebih baik kemudian dapat merubah tatanan bangsa arab secara keseluruhan. Menurut hemat penulis apa yang dilakukan oleh Rasulullah telah masuk dalam wacana pandidikan di zaman sekarang. Berkenaan itu M.J. langeveld sebagaimana dikutip oleh (Kartono, 1992: 22) mengungkapkan bahwa pendidikan atau pedagogi adalah kegiatan membimbing anak manusia menuju pada kedewasaan dan kemandirian. Berkaca pada ulasan di atas dapat dirumuskan bahwa pendidikan adalah
sesuatu
yang secara bertahap ditanamkan ke dalam manusia.
“Akhlak", secara etimologis (lughatan) akhlak (Bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq (pencipta), Makhluk (yang diciptakan) dan khalq (penciptaan) (Ilyas, 2007:1).
xxxvii
Secara teraminologis (ishthilahan) Imam Ghazali mendefinisikan tentang akhlak sebagai berikut: “Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”( Ilyas, 2007:2). Akhlak sering dikaitkan dengan etika dan moral. Istilah “etika” punberasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti: tempat tinggal yang biasa; padang rumput, kandang; kebiasaan, adat; akhlak, watak;perasaan, sikap, cara berfikir. Dalam bentuk jamak (ta etha) artinya adalah: adat kebiasaan. Dan arti terakhir inilah menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah “etika” (Bertens, 1993: 4). Etika dan moral berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti yang sama; kebiasaan. Sedang budi pekerti dalam bahasa Indonesia merupakan kata majemuk dari kata budi dan pekerti.
Budi berasal dari bahasa
sansekerta yang berarti yang sadar, pekerti berasal dari bahasa Indonesia sendiri yang berarti kelakuan. Etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu system atau tata nilai suatu masyarakat tertentu. Etika lebih banyak di kaitkan dengan ilmu atau filsafat, karena itu yang menjadi standar baik dan buruk adalah akal manusia (Ramli dkk, 2004: 141). Sedangkan moral secara etimologi berasal dari bahasa latin mores kata jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan, susila. M aksud adat kebiasaan dalam hal ini adalah tindakan manusia yang sesuai ide-ide umum
xxxviii
yang diterima oleh masyarakat, mana yang baik dan wajar (Ramli dkk, 2004:141) Jadi dapat dikatakan moral adalah perilaku yang sesuai ukuran-ukuran tindakan yang oleh umum diterima meliputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu. Dari pemaparan di atas diperoleh beberapa titik temu bahwa antara akhlak, etika dan moral memiliki kesamaan dan perbedaan. Kesamaannya adalah
dalam menentukan
hukum atau nilai
perbuatan
manusia dilihat dari baik dan buruk, sementara perbedaannya terletak pada tolak ukurnya. Akhlak menilai dari ukuran ajaran al-Qur’an dan AlHadits, etika berkaca pada akal fikiran dan moral dengan ukuran terdapat kebiasaan yang umum di masyarakat. Akhlak
yang dimaksud
adalah
"pengetahuan menyangkut perilaku lahir dan batin manusia". Penjelasan
di
atas menggiring
pemahaman
bahwa
istilah
pendidikan akhlak dimaksud dalam penelitian ini adalah "proses kegiatan pendidikan yang disengaja untuk perilaku lahir dan batin manusia menuju arah yang lebih baik".
2.
Tujuan Pendidikan Akhlak Kata akhlak banyak ditemukan di dalam hadis-hadis Nabi Muhammad
SAW, dalam pembentukan akhlak yang mulia, Islam menetapkan bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam, sebagaimana hadist
xxxix
Nabi yang artinya berbunyi “Aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak (budi pekerti). Mengkaji sejarah perkembangan Islam pada masa Rosulullah SAW dan berkaca pada Hadits di atas maka didapatkan satu tujuan yaitu pencapaian kebahagian hidup umat manusia dalam kehidupannya. Perubahan dari kondisi masyarakat yang mengalami demoralisasi menuju ke arah masyarakat madani menunjukkan bahwa akhlak dapat dibentuk dengan jalan latihan atau proses Pendidikan. Di dalam UU No. 20/2003 tentang system pendidikan nasional, tercantum pengertian pendidikan : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktiif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara (Wiji Suwarno, 2006: 21-22). Mengingat pendidikan adalah sebuah proses
maka
tujuan utama
pendidikan akhlak islam adalah agar manusia berada dalam kebenaran dan seenantiasa berada dio jalan yang lurus, jalan yang telah digariskan oleh Allha SWT. Inilah yang akan menghantarkan manusia kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat ( Mahmud, 2004: 159). Dalam bukunya Dr. Moh. Roqib, M. Ag. Tujuan pendidikan secara umum adalah mewujudkan perubahan positif yang di harapkan ada pada peserta didik setelah menjalani proses pendidikan, baik perubahan pada xl
tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun pada kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya di mana subjek didik menjalani kehidupan. Tujuan pendidikan merupakan masalah inti dalam pendidikan dan saripatidari seluruh renungan pedagogik (Roqib, 2009: 25). Rumusan tujuan pendidikan dan akhlak di atas hakekatnya dapat dilakukan melalui membangun motivasi pribadi dan orang lain untuk mencontoh akhlak Nabi. Artinya, bahwa berbagai aktivitas kehidupannya selalu melakukan sesuatu dengan mengikuti akhlak nabi, baik dalam rangka pembentukan sebagai seorang pribadi maupun terhadap orang lain. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah terciptanya manusia yang beriman perilaku lahir dan batin yang seimbang (seperti Nabi), agar mendapatkan ridho dari Allah SWT dan kebahagiaan di dunia dan akhirat nanti. Amin. 3.
Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak Dalam istilah islam, kata yang menunjuk perilaku atau sikap fisik
seseorang ada beberapa. Yang paling masyhur adalah “Akhlak”, lalu ada pula “Adab”, juga “suluk”. Akhlak biasanya diartikan perilaku, adab maknanya etika, sedangkan suluk sama dengan akhlak, namun istilah ini lebih banyak dipakai oleh kalangan sufi, Sebagian ulama’, ketika berbicara tentang perilaku islam, ada yang tidak memisahkan antara berbagai istilah ini. Bagi mereka, akhlak adalah adab, juga etika. Muhammad Abdullah Draz dalam bukunya “Dustur AlAkhlak Fi Islam” menyatukan antara akhlak dengan adab. Maka wilayah xli
pembahasan akhlak dalam buku ini menyangkut seluruh perilaku dan etika manusia, baik kepada Allah Swt. Maupun kepada sesama (Ahmadi, 2004: 13). Menurut Akhmad Azhar Basyir sebagaimana dikutip oleh Mujiono dkk, 1998: 94) menyebutkan bahwa cakupan akhlak meliputi semua aspek kehidupan manusia
sesuai
dengan
kedudukannya
sebagai
makhluk
individu, makhluk sosial, khalifah di muka bumi serta sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. Dengan demikian Basyir merumuskan bahwa ruang lingkup akhlak sebagai berikut: a. Akhlak terhadap Allah SWT b. Akhlak terhadap Keluarga c. Akhlak terhadap Masyarakat d. Akhlak terhadap Makhluk lain. Apabila dipadukan, antara prinsip maqasid al Syari’ah dengan rumusan Akhmad Azhar Basyir
tentang
ruang
lingkup
akhlak maka
terlihat ada sala satu aspek yang tertinggal yaitu aspek pemeliharaan terhadap Harta. Akhlak
bagaimana
manusia
bersikap
terhadap
harta
sangat
diperlukan mengingat banyak manusia tergelincir pada lubang kesesatan dikarenakan oleh harta. 4. Signifikansi Pendidikan Akhlak
xlii
Pada saat ini kita menempati pada suatu ruang dimana informasi telah menemukan titik
yang paling tinggi
Reformasi yang sering diartikan
yaitu zaman reformasi.
salah oleh beberapa kalangan yaitu
kebebasan tanpa batas. Modernisasi tidak perlu dijauhi karena kesalahan terletak pada pelaku. Berlatar belakang pengalaman sejarah pada masa orde baru, trauma terhadap kehidupan yang penuh dengan tekanan, segala sesuatu harus tunduk pada penguasa, maka reformasi menjadi kekuatan bagi setiap individu untuk berani bersuara seolah-olah masa sekarang adalah masa untuk menunjukkan siapa yang paling kuat, paling pintar dan siapa yang paling berkuasa. Hegemoni media telah menunjukkan bahwa reformasi iptek belum dapat menghadirkan
sebuah
solusi
terhadap
permasalahan
yang
berkembang di masyarakat. Sebagaimana tegnologi multimedia, perubahan yang begitu cepat setelah
reformasi,
media
mampu
menghadirkan
informasi menjadi lebih mudah di dapat, kaya isi, tak terbatas raganya. Segalanya lebih mudah dan lebih enak untuk dinikmati. Namun dibalik itu semua menjadi jurang kehancuran bagi masyarakat yang sarat akan kekurangan. Kekurangan dalam bidang intelektual maupun kekurang dalam hal spiritual. Tatanan masyarakat, keluarga yang sebelumnya penuh dengan sarat norma sosial dan norma susila, menjelma menjadi masyarakat
,
keluarga dengan cara pandang hidup yang berbeda. Akhlak adalah sesuatu yang harus ada dalam proses pendidikan begitu pula pendidikan akhlak adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan xliii
dari pendidikan agama, maka pendek kata pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan
Islam. Mempelajarai
akhlak
setidaknya
dapat menjadikan
orang baik. Kemudian dapat berjuang di jalan Allah demi agama, bangsa, dan Negara. Berbudi pekerti yang mulia akan terhindar dari sifatsifat tercela dan berbahaya. Era millennium memerlukan manusia-manusia yang bermoral dan berakhlakul karimah tinggi demi manjaga keutuhan pamor kemanusiaan di bumi ini. Kehancuran akan datang apabila manusia tiada lagi bermoral dan tegaknya Negara sangat ditentukan oleh moral para pemimpin dan rakyat Negara tersebut. B. Barzanji Ajaran Islam memperlihatkan hukum pertimbangan antara yang subut (tetap) dan tatawwur (berkembang). Hukum ibadah mahdah adalah subut, tidak boleh ada inovasi dan pembaharuan, sedang hukum ibadah sosial atau muamalah kemasyarakatan adalah tatawwur, harus ada inovasi dan pembaharuan sesuai dengan perkembangan masyarakat. Sampai sekarang dunia Islam terbelah dua dalam menyikapi peringatan Maulid Nabi. Arab Saudi adalah pelopor negara yang tidak memperkenankan peringatan maulid nabi. Sedang negara Islam lainnya, seperti Maroko, Libya, Iran, dan Indonesia mewakili dunia muslim yang setiap tahun
memperingatinya (www.uin-alauddin.ac.id).
Memperingati
hari lahir nabi sangat lekat dengan kehidupan warga NU. Hari senin, 12 Rabi’ul Awal, sudah dihapal luar kepala oleh anak-anak warga NU. xliv
Acara Biasanya,
yang disuguhkan dalam
ada
yang mengirimkan
peringatan
itu amat
masakan-masakan
spesial
variatif. untuk
dikirimkan ke beberapa tetangga kanan dan kiri. Di dalam acara tersebut juga dibacakan tentang syair Barzanji atau diba’. Berzanji adalah buku sastra yang memuat sejarah biografi Nabi. Ia ditulis sesuai dengan setting sosial di masanya. Sebagai karya sastra kitab Barzanji perlu mendapatkan apresiasi (Abdul Fattah, 2008: 293- 294). Selanjutnya umat Islam Indonesia, tanggal 12 Rabi’ul Awal dipandang sangat penting, karena pada tanggal itulah Nabi Muhammad SAWdilahirkan. Selain itu karena pribadi Nabi Muhammad SAW sendiri yang dijadikan Tuhan sebagai pribadi yang menarik. Segi menariknya diantaranya sebagai berikut: a. Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi yang terakhir, penutup sekalian Nabi dan Rasul. Dalam Al-Qur’an QS.
Al-Ahzab
ayat 40
disebutkan:
ª! $# tb %x.ur 3z` ¿ÍhŠÎ;¨Y9$# zO s?$yz ur «! $# tA qß™ §‘ ` Å3 »s9ur öN ä3 Ï9%y` Íh‘ ` ÏiB 7‰ tn r& !$t/r& î‰ £J ptèC tb %x. $¨B ÇÍÉÈ $VJ ŠÎ=tã >äóÓx« Èe@ ä3 Î/ Artinya : “Muhammad itu bukanlah bapak dari seorang di antara kamu, tetapi dia adalah Utusan Allah dan penutup para nabi dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu” (Dept. Agama RI, 2009: 599). b. Nabi Muhammad SAW dijadikan Tuhan sebagai uswah hasanah atau teladan yang baik. Dalam Al-Qur’an QS. Al-Ahzab ayat 21 disebutkan :
xlv
tx.sŒur tÅz Fy $# tPöqu‹ø9$#ur ©! $# (#qã_ ötƒ tb %x. ` yJ Ïj9 ×puZ|¡ ym îouqó™ é& «! $# ÉA qß™ u‘ ’ÎûöN ä3 s9 tb %x. ‰ s)©9 ÇËÊÈ #ZŽÏVx. ©! $# Artinya : “Sungguh, Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah” (Dept. Agama RI, 2009: 595). c. Allah SWT dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi Muhammad, dan Allah memerintahkan umat manusia ikut bershalawat untuk Nabi Muhammad. Hal ini disebutkan di dalam kitab suci AlQur’an QS. Al-Ahzab: 56 yang Artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman !, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya (Dept. Agama RI, 2009: 602). Hikmah yang dapat diambil dari memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad
SAW
sangatlah
beraneka
ragam. Dalam
sejarah,
ternyata Nabi Muhammad SAW adalah tokoh yang berhasil dan memiliki pengaruh yang cukup luas. Keteladanan Nabi Muhammad SAW adalah air penyejuk bagi jiwa-jiwa yang gersang khususnya generasi muda yang sering kehilangan jati diri dalam mengimitasikan dirinya dengan orang lain. Pribadi Rasulullah merupakan teladan yang wajib diikuti dan ditiru. Kita mengetahui xlvi
bahwa seluruh aspek kehidupan beliau, yang dimulai dari kehidupan anak-anak, remaja, kehidupan rumah tangganya hingga kegiatannya di tengah-tengah masyarakatnya, merupakan teladan yang dapat kita ambil hikmahnya. Karena itu Allah mengingatkan kita dalam Al-Qur’an QS, Ali Imran: 31yang Artinya: “Katakanlah (Muhammad), jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan
mengapuni
dosa-
dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang” (Dept. Agama RI, 2009: 67). Ayat tersebut mengingatkan kalau kita (umat Islam) memang benarbenar mencintai Allah maka haruslah meneladani Nabi. Dengan kata lain orang yang
tidak mau
ber-uswah
atau meneladani Nabi
berarti
kecintaannya pada Allah masih dipertanyakan. Kemudian Untuk dapat meneladani Nabi kita harus mengenal dan mengetahui bagaimana perjalanan hidup Nabi. Sebab mana mungkin kitadapat mencontoh dan meneladani pribadi Nabi Muhammad SAW kalau kita sendiri “buta” terhadap sejarah kehidupan beliau. Maka dari itu umat Islamharus belajar mengenali kehidupan Nabi lewat buku-buku sejarah atau kitab-kitab tarikh. Diantara kitab-kitab yang berkembang adalah kitab berzanji, burdah, diba’i. Kitab-kitab tersebut kemudian dikenal sebagai pegangan kaum nahdiyin yang kemudian dijawantahkan dalam setiap kehidupan dalam bentuk kegiatan yang dikolaborasikan melalui sholawatan. Bershalawat adalah salah satu bukti kecintaan kita kepada Nabi Muhammad. Kenikmatan dalam membaca shalawat adalah ungkapan xlvii
kecintaan kepadanya. Karena itu menurut Nabi Muhammad, orang yang paling dekat dengan beliau pada hari kiamat adalah orang yang paling banyak membaca shalawat kepadanya; artinya, orang yang paling mencintainya. Dengan bersholawat, sebenarnya kita bukan hendak memberikan kebaikan kepada Nabi. Karena, seluruh kebaikan yang kita miliki justru berasal dari keberkahan Nabi. Ini seperti seorang penjaga kebun yang memberikan setangkai mawar kepada pemilik kebun pada hari raya. Padahal, mawar tersebut sebenarnya memang milik si pemilik kebun. Apakah si penjaga kebun telah memberikan sesuatu yang dimilikinya? Setiap buah kebaikan yang kita miliki sesungguhnya berasal dari tanaman rasul. Setangkai mawar yang kita bawa ke hadapan Rasul pada dasarnya berasal dari taman beliau. Karena itu, sholawat dan ucapan selamat yang dicurahkan tidak akan menambah kesempurnaan beliau. Manfaat sholawat serta salam pada dasarnya kembali kepada diri kita, yakni sebagai wahana untuk mendekatkan diri kepada beliau. Sehingga dengan itu kita bisa mencapai kesempurnaan diri. Keluhuran akhlak Nabi SAW telah mendorong umatnya untuk mengenang dan mengkaji kembali tentang kelahirannya, perjuangannya dan akhlaknya. Salah satu kegiatan umat Islam yang sering terdengar dan terlihat adalah pembacaan maulid al-Barjanzi Natsr yang disusun oleh JaÂ’far bin Hasan bin Abd al-Karim bin Muhammad al-Barjanji al-Kindi. Kitab ini merupakan sebuah karya tulis seni sastra yang memuat kehidupan Nabi Muhammad SAW. Kitab ini memuat riwayat kehidupan Nabi Muhammad xlviii
SAW, silsilah keturunannya, serta kehidupannya semasa kanak-kanak, remaja dan pemuda hingga ia diangkat menjadi Rasul. C. Garis Besar Isi Kandungan Kitab Al-Barzanji Kitab Al-Barzanji ditulis dengan tujuan untuk meningkatkan kecintaan kepada Rasulullah SAW dan meningkatkan gairah umat. Dalam kitab itu riwayat Nabi saw dilukiskan dengan bahasa yang indah dalam bentuk puisi dan prosa (nasr) dan kasidah yang sangat menarik. Secara garis besar, paparan Al-Barzanji dapat diringkas sebagai berikut: (1) Sislilah Nabi adalah: Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qusay bin Kitab bin Murrah bin Fihr bin Malik bin Nadar bin Nizar bin Maiad bin Adnan. (2) Pada masa kecil banyak kelihatan luar biasa pada dirinya. (3) Berniaga ke Syam (Suraih) ikut pamannya ketika masih berusia 12 tahun. (4) Menikah dengan Khadijah pada usia 25 tahun. (5) Diangkat menjadi Rasul pada usia 40 tahun, dan mulai menyiarkan agama sejak saat itu hingga umur 62 tahun. Rasulullah meninggal di Madinah setelah
dakwahnya
dianggap
telah
sempurna
oleh
Allah
SWT
(http://adekunya.wordpress.com sejarah-al-barzanji). Dalam Barzanji diceritakan bahwa kelahiran kekasih Allah ini ditandai dengan banyak peristiwa ajaib yang terjadi saat itu, sebagai genderang tentang kenabiannya dan pemberitahuan bahwa Nabi Muhammad adalah pilihan Allah. Saat Nabi Muhammad dilahirkan tangannya menyentuh lantai dan kepalanya mendongak ke arah langit, dalam riwayat yang lain dikisahkan Muhammad dilahirkan langsung bersujud, pada saat yang bersamaan itu pula istana Raja Kisrawiyah retak terguncang hingga empat belas berandanya terjatuh. Maka, Kerajaan Kisra pun porak poranda. Bahkan, dengan lahirnya Nabi Muhammad ke muka bumi mampu memadamkan api sesembahan Kerajaan Persi yang diyakini tak bisa dipadamkan oleh siapapun selama ribuan tahun.
xlix
Keagungan akhlaknya tergambarkan dalam setiap prilaku beliau sehari-hari. Sekitar umur tiga puluh lima tahun, beliau mampu mendamaikan beberapa kabilah dalam hal peletakan batu Hajar Aswad di Ka’bah. Di tengah masing-masing kabilah yang bersitegang mengaku dirinya yang berhak meletakkan Hajar Aswad, Rasulullah tampil justru tidak mengutamakan dirinya sendiri, melainkan bersikap akomodatif dengan meminta kepada setiap kabilah untuk memegang setiap ujung sorban yang ia letakan di atasnya Hajar Aswad. Keempat perwakilan kabilah itu pun lalu mengangkat sorban berisi Hajar Aswad, dan Rasulullah kemudian mengambilnya lalu meletakkannya di Ka’bah. Kisah lain yang juga bisa dijadikan teladan adalah pada suatu pengajian seorang sahabat datang terlambat, lalu ia tidak mendapati ruang kosong untuk duduk. Bahkan, ia minta kepada sahabat yang lain untuk menggeser tempat duduknya, namun tak ada satu pun yang mau. Di tengah kebingungannya,
Rasulullah
saw
memanggil
sahabat
tersebut
dan
memintanya duduk di sampingnya.. Tidak hanya itu, Rasul kemudian melipat sorbannya lalu memberikannya pada sahabat tersebut untuk dijadikan alas tempat duduk. Melihat keagungan akhlak Nabi Muhammad, sahabat tersebut dengan berlinangan air mata lalu menerima sorban tersebut namun tidak menjadikannya alas duduk, tetapi justru mencium sorban Nabi Muhammad saw tersebut (http://adekunya.wordpress.com sejarah-al-barzanji). Bacaan shalawat dan pujian kepada Rasulullah bergema saat kita membacakan Barzanji di acara peringatan maulid Nabi Mauhammad saw, Ya Nabi salâm ‘alaika, Ya Rasûl salâm ‘alaika, Ya Habîb salâm ‘alaika, ShalawatulLâh ‘alaik. (Wahai Nabi salam untukmu, Wahai Rasul salam untukmu, Wahai Kekasih salam untukmu, Shalawat Allah kepadamu). D. Nilai Pendidikan Akhlak dalam Syair Al-Barzanji 1. Pemilihan guru dan lingkungan bagi Peserta Didik. l
ُﺛُﻢَ اَرْﺿَﻌَﺘْﮫُ اﻟْﻔَﺘَﺎةُ ﺣَﻠِﯿْﻤَﺔُ اﻟﺴَﻌْﺪِﯾَﺔ
(Maulidul Barzanji Natsr: 84).
Artinya: “Kemudian, Beliu disusui oleh Halimah Sa’diyyah”. Aspek tersebut tergambar dalam syair al-Barzanji pada bab VII yang dilukiskan tentang kehidupan Rosulullah dalam asuhan ibunda Siti Aminah yang
kemudian
diserahkan dan di susui oleh Tsuwaibah, dan
selanjutnya diserahkan kepada
Khalimah Sa’diyah untuk mengasuh,
merawat dan mendidik Rasulullah SAW. Sudah menjadi kebiasaan di kalangan penduduk Makkah untuk menyerahkan pengasuhan bayinya yang baru lahir kepada wanita-wanita dari suku Badui yang akan membesarkan mereka beberapa tahun di padang pasir dan hal itu juga dilakukan oleh ibunda Rasulullah. Penduduk Makkah mempercayai bahwa lingkungan padang pasir yang keras akan membuat anak-anak mereka kuat dan tabah. Pendidikan yang diterima Rasulullah SAW di kalangan keluarga Khalimah selama
beberapa tahun mempunyai dampak dan pengaruh
yang signifikan, penanaman budi pekerti luhur yang ditanamkan oleh keluarga Sa’diyah menjadi modal Rasulullah bergaul dengan masyarakat Makkah, penguasaan dan pembiasaan tata bahasa arab murni yang didapat Rasulullah juga mempengaruhi jiwa dan keleluasaan Rasululah dalam berinteraksi. Selain itu dengan pemilihan lingkungan yang terpilih dan terjaga, maka pengaruh adat atau budaya masyarakat Makkah yang tiada terkendalikan dapat terhindar di awal perkembangan Rasulullah. 2. Kejujuran di dalam penyampaian.
ُ( وَﻋَﺮَﻓَﮫً اﻟﺮَاھِﺐُ ﺑُﺤَﯿْﺮَاﺑِﻤَﺎ ﺣَﺎزَاهُ ﻣِﻦْ وَﺻْﻒِ اﻟﻨُﺒُﻮَةِ وَﺣَﻮَاهMaulidul Barzanji Natsr: 86). Artinya: “Lalu pendeta Bukhaira mengenalinya dari tanda- tanda kenabian pada diri Beliau Saw”. li
Aspek nilai Kejujuran dalam penyampaian dalam kitab alBarzanji pada bab IX dijelaskan dengan penceritaan seorang pendeta kristen bernama Buahaira tentang tanda-tanda kenabian Rasulullah Saw. Perjalanan dagang Abu Tholib menuju ke Negara Syam telah menarik perhatian seorang pendeta. Ketertarikan tersebut disebabkan munculnya peristiwa-peristiwa aneh
yang
menyelimuti rombongan
Abu Tholib.
Tanda-tanda tersebut mengarah pada sosok manusia yang nantinya akan menjadi panutan agung bagi seluruh alam. “ Dan di antara dua tulang belikatnya ada tanda cap kenabian yang diliputi dengan cahaya terang” (Abu Ahmad Najieh, 2009: 59). Kejujuran pendeta Buhaira terkait kenabian Rasulullah adalah hal yang luar
biasa walaupun
bertentangan
dengan
pendeta
tesebut.
Selanjutnya pendeta itu menyuruh serta menjelaskan kepada Abu Tholib dan rombongan tersebut agar membawa Nabi Muhammad SAW ke makkah, karena dikhawatirkan ancaman orang-orang kafir yahudi (Abu Ahmad Najieh, 2009: 60), sehingga perjalanan dagang menuju syiria ditunda oleh Abu Tholib. Kejujuran itulah yang menjadi prinsip utama kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan. Hal ini selaras dengan firman Allah SWT dalam kitab suci al-Qur’an surat at-Taubah ayat 119 yang artinya: ”Wahai orang-orang yang beriman! bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar” (Dept. Agama RI, 2009: 276). 3. Nilai Pendidikan Akhlak dalam mencari pasangan hidup.
ُﻓَﺨَﻄَﺒَﺘْﮫُ ﻟِﻨَﻔْﺴِﮭَﺎ ﻟِﺘَﺸُﻢَ ﻣِﻦَ اﻟْﺎِﯾْﻤَﺎنِ ﺑِﮫِ ﻃِﯿْﺐَ رَﯾَﺎهُ )( ﻓَﺎَﺧْﺒَﺮَ ﺻَﻠَﻰ اﷲ ِوَﺳَﻠَﻢْ اَﻋْﻤَﺎﻣَﮫُ ﺑِﻤَﺎ دَﻋَﺘْﮫُ اِﻟَﯿْﮫِ ھَﺬِهِ اﻟْﺒَﺮَةُ اﻟْﺘَﻘِﯿَﮫْ ﻋَﻠَﯿْﮫ 89- 90). lii
(Maulidul Barzanji Natsr:
Artinya: “ Kemudian khadijah melamar dirinya, dengan maksud agar ia dapat merasakan bau iman dan kesegarannya”. “ Maka Beliau Saw. Memberitahukan maksud Khadijah kepada paman- pamannya untuk dimintai pertimbangan” (Abu Ahmad Najieh, 2009: 67) ketertarikan Khadijah terhadap Rasulullah SAW yang tidak diungkapkan secara langsung namun dia bermusyawarah dengan keluarga yang paling dekat yaitu paman Beliau. Ketika terjadi kesepakatan antara keluarga, khadijah melaksanakan niatnya untuk menjadikan Rasulullah sebagai pendamping hidupnya. Khadijah meminta salah satu keluarga untuk menyampaikan kepada Rasulullah yang kemudian Rasulullah juga menyampaikan kepada keluarga beliau yaitu paman Rasulullah Abu Tholib. . Nilai pendidikan akhlak yang dapat dipetik adalah seorang wanita boleh
mengajukan pilihan tentang pasangan hidupnya
yang
disukai dan mengajukan kepada pihak keluarga untuk dilakukan tindak lanjutnya. Dan juga ”nilai musyawarah” dalam mengambil keputusan sangatlah penting demi mendapatkan hasil yang paling sempurna. Nilai luhur diatas seyogyanya menjadi renungan bagi setiap manusia yang menginginkan hidup berumah tangga. Maka pantaslah apabila para ulama menambahkan ritual al-Barzanji dalam acara mantenan atau pernikahan, supaya manusia dapat mengambil hikmah terhadap perjalanan peristiwa sejarah Rasulullah yang penuh dengan akhlakul karimah. E. Nilai moral dalam Syair Al-Barzanji. Kejayaan seseorang terletak pada akhlaknya, akhlak yang baik selalu membuat
seseorang disekitarnya liii
menjadi tenang,
aman,
dan
terhindar dari perbuatan yang tercela. Seseorang yang berakhlak buruk menjadi sorotan bagi sesamanya, bagi keluarga, masyarakat dan negara. Sebagai contoh: tindakan melanggar norma-norma yang berlaku di kehidupan, tindakan dengan menampilkan sifat-sifat tercela serta tidak melaksanakan kewajiban yang seharusnya dikerjakan secara objektif, maka yang demikian ini akan menyebabkan kerusakan susunan sistem lingkungan. Allah juga menggambarkan kehidupan yang penuh dengan kemulyaan pada diri Rasulullah,
sejarah panjang
telah mencatat bahwa dengan
Akhlaknya, Beliau telah memenuhi kewajiban dan menunaikan amanah. Rasulullah SAW mengajak umat manusia untuk bertauhid dan menjauhkan umat dari syirik. Islam
telah
berhasil
Rasulullah
yang mengobarkan revolusi
membawa kemenangan gemilang, meski
tidak
menyandarkan kekuatan pada perlengkapan perang yang canggih meupun strategi
perang
yang
jitu.
Semua
kesuksesan perjuangan Rasulullah
tersebut lebih banyak ditopang oleh kearifan, keberanian, kesadaran, dan keadilan yang didorong oleh semangat menegakkan akhlakul karimah. Nilai Akhlak dalam kitab Al-Barzanji dimulai dengan kerendahan atau ketawadlu’an dari sang penyair. Syekh Ja’far ketika mengawali penulisan tentang syairnya dengan menundukkan diri kepada sang pencipta dengan pujian-pujian yang indah. Mengagungkan Rasulullah SAW sebagai Nabi akhir zaman yang selalu disebut tiap waktu tanpa henti oleh pengikutnya dengan sebutan sholawat. Berdo’a atas keluarga Rasulullah, sahabat-sahabatnya serta kaum muslimin yang selalu mengikuti ajarannya. liv
Pengakuan atas dirinya yang lemah dengan permohonan perlindungan dari kesesatan pada jalan kesalahan dan derap langkahnya. Kebesaran Syakh Ja’far sebagai imam, khatib dan guru besar di
masjid
Nabawi
serta
pengarang yang menerbitkan bermacam-macam buku tidaklah menjadikan pengarang bangga atas dirinya bahkan tiada menyebut sebaitpun tentang kebesaran Syekh Ja’far dalam sair kitab Al-Barzanji (Murodi, 1988: 9). Semua
itu
tergambar dari muqoddimah dan penutup kitab al-
Barzanji. Dalam muqoddimah disebutkan yang artinya: “Surga
dan
kenikmatannya itu bagi orang yang memohon rahmat kesejahteraan dan keberkahan atasnya (Nabi Muhammad) Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang” 1. Saya mulai menulis kitab (kisah maulid nabi) ini dengan nama Allah yang maha agung, seraya memohon limpahan berkah atas apa yang telah diberikanNya. 2. Dan juga saya memanjatkan puja dan puji, dengan pujian yang tak ada hentihentinya. 3. Dan seraya mempersembahkan sedalam-dalamnya rasa syukur yang baik. 4. Dan saya mengucapkan sholawat dan salam atas “Nur” (Muhammad) yang bersifat mendahului dan mengawali. 5. Nur yang senantiasa berpindah-pindah dari dahi ke dahi para leluhurnya, orang-orang yang tekemuka. 6. Dan saya mohon keridhaan Allah ta’ala, khusus bagi keluarga Nabi yang suci. 7. Dan semoga melimpah ruah pula kepada para
sahabatnya,
para
pengikutnya dan orang-orang yang mencintainya. 8. Dan saya memohon hidayah, agar kita semua dapat menempuh jalan yang sudah jelas dan terang. lv
9. Dan saya memohon perlindungan, agar terpelihara dari kesalahan-kesalahan dalam penulisan kisah ini. 10. Dan saya beberkan kisah mauled Nabi dengan cara yang elok dan indah. 11. Sambil merangkai untaian nasab mulia yang terasa manis bagi p[ara pendengarnya. 12. kemudian, saya memohon pertolongan kepada Allah, dengan segala daya dan kekuatan dari Allah Ta’ala. 13. Karena tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah (Abu Ahmad Najieh, 2009: 6-9). 1. Akhlak Dalam Pergaulan.
ِﺗَﺮَﻛُﻮااﻟﺴﱢﻔَﺎحَ ﻓَﻠَﻢْ ﯾُﺼِﺒْﮭُﻢْ ﻋَﺎرُهُ )*( ﻣِﻦْ ادَمٍ وَاِﻟﻰ اَﺑِﯿْﮫِ وَاُﻣﱢﮫ Artinya: “Mereka tinggalkan perzinaan, maka mereka senantiasa tidak tercela sejak Nabi Adam hingga ibu bapaknya” (Abu Ahmad Najieh, 2009: 17). Zina adalah salah satu dosa besar setelah kekafiran, dosa kesyirikan, dan pembunuhan terhadap jiwa, serta perbuatan keji yang paling besar. Allah Ta’ala mengharamkan dengan firman-Nya QS. al-Israa’ ayat 32 yang Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji. dan suatu jalan yang buruk” (Dept. Agama RI, 2009: 388). Begitu buruknya jalan tersebut, Allah SWT langsung menegur di dalam kitab suci Al-Qur’an dan memberikan sangsi di dunia melalui surat An-Nur ayat 2, yaitu perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap orang dari keduanya dengan seratus kali dera. Itu merupakan hukuman di dunia belum lagi siksa yang akan diterima ketika ajal telah datang kepada manusia (Jazairi, 2004:692).
lvi
Bait tersebut menjelaskan bahwa, pertama, meninggalkan perzinahan adalah tindakan yang sangat ditekan dalam ajaran Islam. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwasannya kondisi atau situasi masyarakat sebelum datangnya ajaran Nabi Muhammad SAW, masyarakat arab berada dalam masa kelam yaitu masa kemunduran dalam hal moralitas. Pada masa kondisi itu, keluarga Rasulullah mampu menjaga kesucian hidup sehingga kecacatan yang terjadi pada masyarakat arab tidak terjadi di keluarga Rasulullah SAW. Nilai hikmah yang dapat diambil adalah menjaga diri pribadi dari pergaulan yang tidak terpuji sebagaiman digambarkan dalam bait di atas tersebut. Menurut Serat Wuruk Respati banyak hal yang harus di perhatikan dalam pergaulan. Beliau juga mengajarkan agar dalam pergaulan jangan bertindak yang kurang pantas (Muslich dkk, 2006: 63). Kedua, Seorang Muslim menjadi terhormat dikarenakan sikap yang dilakukan pada kehidupannya dan itu semua merupakan proses hasil dari perbuatannya sendiri. Memanusiakan manusia itulah tujuan dari pendidikan akhlak dan tidak dipungkiri bahwa untuk menjaga utuhnya pergaulan atau persahabat diperlukan sikap tahu diri, sopan terhadap sekitar kita. Orang muslim menyakini bahwa saudara seagamanya mempunyai hak-hak dan etika-etika yang harus ia terapkan terhadapnya. Kemudian ia melaksanakannya kepada saudara seagamanya, karena ia berkewajiban bahwa itu adalah ibadah kepada Allah Ta’ala, dan upaya pendekatan kepada-Nya. Selain yang dicontohkan Rasulullah dalam bait di atas, ada beberapa akhlak yang harus diterapkan ketika dalam pergaulan, diantaranya adalah : lvii
a. Ia mengucapkan salam ketika bertemu dengan saudara kita, berjabat tangan dan menjawab salamnya. b. Jika ia bersin dan membaca Alhandulillah, maka jawablah dengan Yarhamukallah (mudah-mudahan Allah merahmatimu). Kemudian orang yang bersin berkata Yahdikumullah wa yuslihu balakum (semoga Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki hatimu). c. Menjenguk saudara yang sedang sakit dan mendoakan kesembuhan untuknya. d. Meyaksikan jenazah tetangganya jika ia meninggal dunia e. Membebaskan sumpah tetangganya jika ia bersumpah terhadap sesuatu dan ia tidak dilarang melakukannya, kemudian ia melakukan apa yang disumpahkan itu untuknya agar tetangganya tidak berdosa dalam sumpahnya. f. Menasehatinya jika ia meminta nasehat dalam suatu persoalan dengan menjelaskan apa yang ia pandang baik. g. Mencintai untuknya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri dan membenci untuknya apa yang ia benci untuk dirinya sendiri. h. Menolong dan tidak menelantarkannya kapan saja ia membutuhkan pertolongan dan dukungan. i. Tidak menimpakan keburukan kepadanya. j. Rendah hati dan tidak sombong kepadanya dan tidak menyuruh berdiri dari kursinya agar ia dapat duduk di atasnya. k. Tidak mendiamkannya lebih dari tiga hari. lviii
l. Tidak menggunjingnya, tidak menghinanya, tidak mencacinya, tidak melecehkannya, tidak menggelarinya dengan gelar yang tidak baik dan tidak
mengembangkan
pembicaraanya
untuk
merusaknya (Jazairi,
2004:151-168). 2. Akhlak terhadap Anak
ُﺳﺘُﺤْﻤَﺪُ ﻋُﻘْﺒَﺎه َ ُوَﺳَﻤﱢﯿْﮫِ اذا وَﺿَﻌْﺘِﮫِ ﻣُﺤَﻤﱠﺪًا ﻟِﺎَﻧﱠﮫ Artinya: “Apabila
engkau telah melahirkannya, berilah
ia nama
Muhammad karena kelak, ia akan terpuji” (Abu Ahmad Najieh, 2009: 24). Bait tersebut menjelaskan kepada kita bahwa pemberian nama yang baik kepada anak merupakan kewajiban orang tua. Anak akan bahagia apabila memiliki nama yang bagus sehingga dalam pergaulannya anak tidak merasa canggung dan tersisih dengan yang lainnya. Dalam agama Islam terdapat tuntunan dalam memberi nama anak, karena nama adalah lafal yang diberikan kepada suatu benda untuk membedakan dari yang lain. Sebuah hadist di riwayatkan oleh H.R Baihaqi tentang hak anak terhadap orang tuanya yang artinya: “Hak anak terhadap orang tuanya adalah agar orang
tuanya
membaguskan
namanya,
memperindah
tempatnya,
dan
memperrbaiki pendidikannya” (UKL STAIN: 23). Berkaca pada beberapa uraian di atas, tentu tradisi yang diadakan oleh beberapa umat Islam di Nusantara memiliki dasar yang kuat. Acara yang dimaksud adalah mauludiyah (acara syukuran akan kelahiran anak), khitanan yang diselingi dengan pembacaan al-Barzanji. Apabila dikaitkan dengan paparan di awal tentang pemilihan guru dan lingkungan yang baik, maka lix
pesan itulah yang ingin disampai oleh para ulama terdahulu dalam mewarnai acara maulidiyah atau khitanan. Pada acara maulidiyah seyogyanya para orang tua memperhatikan betul makna yang terkandung dalam kitab alBarzanji, diantaranya: a. Memberikan nama yang terbaik yang mengandung nilai akhlak yang nantinya menjadi kebanggaan bagi anak ketika dewasa kelak. b. Mendidik anak dengan akhlakul karimah c.
Mencarikan
tempat
belajar
(lingkungan)
yang
baik
yang
mendukung pertumbuhan anak. d. Mencarikan guru pembimbing yang berakhlakul karimah sehingga anak tumbuh dengan pendidikan yang bagus. 3. Akhlak kepada Allah SWT
اﺑِﺴْﻢِ اﷲِ اﻟﺮﱠ ﺣْﻤﻦِ اﻟﺮﱠ ﺣِﯿْﻢِ )( اَﺑْﺘَﺪِئُ اﻟْﺎِﻣْﻠَﺎءِ ﺑِﺎﺳْﻢِ اﻟﺬﱠاتِ اﻟْﻌَﻠِﯿﱠﺔْ ﻣُﺴْﺘَﺪِر ٌﻓَﯿْﺾَ اﻟْﺒَﺮَﻛَﺎتِ ﻋَﻠﻰ ﻣَﺎ اَﻧَﺎ ﻟَﮫ وَاَوْﻟًﺎهْ )( وَاُﺛَﻨﱢﻲْ ﺑِﺤَﻤْﺪِ ﻣﱠﻮَارِدُه ﺳَﺎﺋِﻐَﺔٌ ھَﻨِﱠﯿﺔ ُﻞ ﻣَﻄَﺎﯾَﺎه ِ ْ)( ﻣُﻤْﺘَﻄِﯿًﺎ ﻣﱢﻦَ اﻟﺸﱡﻜْﺮِ اﻟْﺠَﻤِﯿ Artinya: “Dengan menyebut nama Allah yang maha pemurah lagi maha penyayang”. “Saya mulai menulis kitab (kisah maulid nabi) ini dengan nama Allah yang maha agung, seraya memohon limpahan berkah atas apa yang telah diberikan-Nya”. “Dan juga saya memanjatkan puja dan puji, dengan pujian yang tak ada henti-hentinya”. “Dan seraya mempersembahkan sedalamdalamnya rasa syukur yang baik” (Abu Ahmad Najieh, 2009: 6).
lx
Orang muslim melihat dalam dirinya nikmat Allah Ta’ala yang tidak dapat dikalkulasikan dalam bentuk angka dari sejak ia berupa sperma di perut ibunya hingga ia menghadap Allah SWT. Oleh karena itu patutlah kita sebagai hamba untuk
selalu bersyukur disetiap permulaan amal.
Itulah yang ia
gambarkan dalam bait tersebut dengan ia bersyukur kepada-Nya atas nikmat-nikmat
tersebut
dengan
tulisannya
dengan
memuji-Nya
dan
menyanjung rasul-Nya karena dialah Dzat yang berhak mendapat sanjungan dan ia bersyukur dengan anggota dengan menggunakan dalam ketaatan kepadaNya. Ini etikanya terhadap Allah SWT sebab tidak bermoral mengingkari nikmat, menentang keutamaan Pemberi nikmat, memungkiri-Nya, memungkiri kebaikan-Nya dan memungkiri nikmat-nikmat-Nya. Konsep dasar iman adalah pembenaran hati terhadap apa yang didengar oleh telinga. Ada orang yang menyampaikan terhadap kita tentang sesuatu, kita mendengarnya, kalau hati membenarkanya maka kita berarti beriman. Iman adalah pembenaran hati bukan pembenaran akal, karna ada sesuatu yang menurut akal kita tidak dapat menjangkaunya tetapi hati kita membenarkanya maka itulah yang dinamakan beriman. Implikasi beriman adalah amal yang sholeh yaitu penjawantahan terhadap perilaku dhohir/fisik yang diarahkah kepada hal yang baik bukan terhadap hal yang dilarang oleh ajaran Islam. Yaitu segala apa yang dilakukan dikaitkan dengan Allah SWT diantaranya adalah memulai pekerjaan dengan menyebut nama Allah SWT. Nilai itulah yang perlu disadari oleh para muslimin ketika membaca dan mengamalkan syair Al-Barzanji bahwa segala sesuatu amal sholeh harus lxi
dikaitkan dengan Allah sebagai Dzat yang maha tinggi sehingga tidak menjadi hal atau amal yang tertolak, sebagaimana Rasulullah bersabda dalam salah satu hadistnya yang artinya: ”sesungguhnya setiap amalan itu dimulai dengan niat, dan segala amalan itu tergantung pada niatnya”. 4. Akhlak kepada Orang Tua
ِوَﻗَﺪِﻣَﺖْ ﻋَﻠَﯿْﮫِ ﯾَﻮْمَ ﺣُﻨَﯿْﻦٍ ﻓَﻘَﺎمَ اِﻟَﯿْﮭَﺎ وَاَﺧَﺬَﺗْﮫُ اﻟْﺎَرْﯾَﺤِﯿﱠﺔُ وَﺑَﺴَﻂَ ﻟَﮭَﺎ ﻣِﻦْ رِّدَاﺋِﮫ ُاﻟﺸﱠﺮِﯾْﻒِ ﺑِﺴَﺎطَ ﺑِﺮِّهِ وَﻧَﺪَاه Artinya : Dan ketika terjadi peristiwa perang Hunain, Halimah sempat berkunjung lagi kepada beliau. Kedatangan Halimah disambut oleh Beliau SAW dengan segala rasa hormat dan penuh gembira. Lalu Beliau SAW. Membentangkan tikar kambalnya yang bagus kepadanya (Abu Ahmad Najieh, 2009: 52). Islam mengajarkan kepada kaum muslimin tentang akhlak, orang muslim meyakini hak kedua orang tua terhadap dirinya. Kewajiban berbakti, taat, dan berbuat baik kepada keduanya. Tidak dipungkiri keberadaan kita sebagai muslim
karena
perantara
keduanya
dan
karena
kebaikan-kebaikannya
sehingga pantaslah setiap muslim berbakti dan berbuat baik kepada orang tuanya, baik ketika ia masih muda ataupun ketika orang tua pada masa uzur. Di dalam surat Al-Isro’, Allah SWT berfirman bahwa perintah berbakti kepada orang tua adalah wajib adanya, ketika orang tua berada pada naungan kita maka kewajiban kita adalah berkata baik dan tidak menghardiknya serta
lxii
mempergauli dengan pergaulan yang baik. Perintah ini ditegaskan setelah Allah SWT menyuruh hambanya beriman dan taat kepada Diri-Nya. Sungguh tidak ada alasan atau tidak ada dalil apapun dari anak untuk berbuat, berlaku yang bersifat melawan, menyakiti atau memurkai orang tuanya. Namun demikian bila pendapat atau faham mereka tidak sependapat dengan kita atau tidak sejalan dengan idiologi kita, bahkan menyalahi ilmu kita dan memangnya kurang atau tidak benar, bahkan tidak mungkin untuk dituruti karena melanggar agama. Maka ada baiknya kita mengalah, mundur teratur sambil membela diri dengan jawaban dan argumentasi yang kongkrit, singkat, mudah dimengerti oleh mereka sehingga nantinya mereka menyadari dan menginsafi bahkan merekalah yang akan keliru tanpa kecewa. Sekali-kali tidak usah kita bertengkar mulut apalagi berdebat secara membabi buta sambil tekan pinggang, tuding menuding dan lain-lain. Karena itulah tandanya kita yang telah berpendidikan dan tanda selaku anak yang sadarkan diri sebagai orang yang berilmu, berbudi tinggi, berjiwa besar, berhati suci, berakal mulia dan selaku muslim yang beriman dan beretika. Demikianlah nilai yang terkandung di dalam syair al-Barzanji yang patut kita pahami bersama bukan hanya sekedar menjadi bacaan saja tatapi lebih dari itu, menjadi rujukan untuk perubahan diri menjadi yang lebih baik. 5. Akhlak kepada Profesi.
ْوَﻟَﻤﱠﺎ ﺑَﻠَﻎَ ﺻَﻠﱠﻰ اﷲُ ﻋَﻠَﯿْﮫِ وَﺳَﻠﱠﻢْ ﺧَﻤْﺴًﺎ وَﻋِﺸْﺮِﯾْﻦَ ﺳَﻨَﺔً ﺳَﺎﻓَﺮَاِﻟﻰ ﺑُﺼْﺮى ﻓِﻲ ِﺗِﺠَﺎرَةٍ ﻟِﺨَﺪِﯾْﺠَﺔَ اﻟْﻔَﺘِﯿﱠﺔ lxiii
Artinya: “ketika Beliau SAW. Genap berusia dua puluh lima tahun, maka beliau pergi berdagang ke Negeri Syam, untuk memperdagangkan dagangan khodijah”(Abu Ahmad Najieh, 2009: ٦٢-٦١). Islam adalah agama kerja, artinya bahwa sebagai sebuah agama yang lengkap, islam meletakkan kerja sebagai suatu amal yang harus dilakukan oleh setiap orang muslim (Mujiono dkk, 2002:131), Allah telah menyediakan rizqi kepada seluruh mahluknya sebaimana difirmankan Allah SWT dalam kitab suci Al-Quran dalam surat Hud ayat 6 yang artinya : “Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh")” (Dept. Agama RI, 1984: 327). Firman Allah SWT dalam Q.S. Ar-Ra’d ayat 11 yang berbunyi:
3öN ÍkŦ àÿRr'Î/ $tB (#rçŽÉitóム4Ó®Lym BQ öqs)Î/ $tB çŽÉitóムŸw ©! $#žc
Î)
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri” (Dept.Agama RI, 2009: 337-338). Hal itu bisa diartikan bahwa walaupun Allah menyediakan rizqi bagi manusia dan segenap makhluk yang ada di dunia ini, manusia tetap harus mencarinya dan berikhtiyar. Rizqi tersebut akan didapatkannya apabila manusia berusaha yaitu melalui
jalan
bekerja
dan
berdo’a.
Itu
semua
telah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Hal ini sejalan dengan hadits nabi yang lxiv
diriwayatkan Bukhori dan Miqdam yang artinya ”Tidak ada harta dan makanan yang lebih baik bagi seseorang dari pada makan hasil kerjanya sendiri, sungguh nabiyullah Dawud makan dari hasil kerjanya sendiri. 6. Akhlak untuk selalu bermusyawarah.
ُﻓَﺨَﻄَﺒَﺘْﮫُ ﻟِﻨَﻔْﺴِﮭَﺎ ﻟِﺘَﺸُﻢﱠ ﻣِﻦَ اﻟْﺎِﯾْﻤَﺎنِ ﺑِﮫ ﻃِﯿْﺐَ رَﯾﱠﺎه ِﺴﺐٍ وَﻧَﺴَﺐٍ ﻛُﻞﱞ ﻣِﻦَ اﻟْﻘَﻮْم َ َﻓَﺮَﻏِﺒُﻮْا ﻓِﯿْﮭَﺎ ﻟِﻔَﻀْﻞٍ وَدِﯾْﻦٍ وَﺟَﻤَﺎلٍ وَﻣَﺎلٍ وَﺣ ُﯾَﮭْﻮَاه Artinya: “kemudian Khadijah melamar dirinya, dengan maksud ia dapat merasakan
bahu
iman
dan
kesegaranya”.
“Maka
beliau
saw.
Memberikantahukan maksud khadijah pada paman-pamanya untuk diminta keteranganya” (Abu Ahmad Najieh, 2009: 67-٦٨). Bait diatas menjelaskan tentang pentingnya bermusyawarah terkait dengan persoalan yang dihadapi oleh setiap manusia. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan orang lain. Selanjutnya terhadap fenomena zaman sekarang yaitu masalah pernikahan, perjodohan. Manusia sering lebih memilih ego dari pada musyawarah, hal ini dapat dibuktikan dengan maraknya perkawinan tanpa ada restu dari orang tua. Untuk itu dalam bait ini dicontohkan oleh Rasulullah SAW melalui kalimat diatas bahwa untuk memilih pasangan hidup diperlukan pemikiran dan masukan dari orang luar terutama masukan dari orang tua. Untuk kehidupan yang lebih luas diperlukan pemikiran yang panjang dan matang, oleh
lxv
karena itu musyawarah adalah solusi yang terbaik untuk menemukan titik yang baik. Musyawarah berasal dari kata syaur (sesuatu yang tampak jelas), secara semantis berarti menyimpulkan pendapat berdasarkan pandangan antar kelompok”. Musyawarah adalah penyelesaian masalah bersama. Musyawarah juga mengandung makna salah satu cara atau metode pengambilan keputusan secara demokratis. Secara teologis, musyawarah merupakan konsekuensi logis dari sikap tauhid dalam ajaran Islam yang menempatkan Allah SWT sebagai Yang Maha Mengetahui, Maha Sempurna, Maha Mutlak dan Maha Benar. Adapun manusia bersifat relatif, tidak sempurna dan terbatas. Karena itu dalam mengambil keputusan atau mencari kebenaran, manusia membutuhkan bantuan pemikiran dan informasi dari orang lain melalui musyawarah. Menilik sejarah musyawarah pada masa Rasulullah, sesungguhnya praktek musyawarah dalam pengambilan keputusan telah dikenal dan membudaya di masyarakat Arab sebelum masa kenabian Muhammad SAW. Setiap ada persoalah yang menyangkut orang banyak, maka mereka biasanya menghimpun para pemuka kabilah untuk bermusyawarah dan penyelesaiannya. Praktek Musyawarah ini terus dilestarikan dan dikembangkan oleh Islam dan dilaksanakan Rasulullah serta para sahabatnya (Dahlan, 2001:1263-1265). Sebagaimana dinyatakan Allah SWT dalam surat Az-Zumar ayat 18 yang artinya: ”(yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka Itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk
lxvi
Allah dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal sehat” (Dept. Agama RI, 2009: 661). Dalam surat lain QS Asy-Syura ayat 38 yang artinya: “dan (bagi) orangorang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan melaksanakan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka” (Dept. Agama RI, 2009: 699). Ayat diatas mengajak untuk memutuskan ketika menghadapi suatu masalah yaitu dengan bermusyawarah agar menghasilkan kemufakatan yang baik. 7. Akhlak terhadap orang yang talah mendholimi.
ِوَﺗَﻌَﺮﱠضَ ﻟَﮫ ﺳُﺮَاﻗَﺔُ ﻓَﺎﺑْﺘَﮭَﻞَ ﻓِﯿْﮫِ اِﻟﻰ اﷲِ وَدَﻋَﺎهُ )*( ﻓَﺴَﺎﺧَﺖْ ﻗَﻮَاﺋِﻢُ ﯾَﻌْﺒُﻮْﺑِﮫ ُﻓِﻲْ اﻟْﺎَرْضِ اﻟْﺼَﻠْﺒَﺔِ اﻟْﻘَﻮِﯾﱠﺔِ )*( وَﺳَﺎﻟَﮫُ اﻟْﺎَﻣَﺎنَ ﻓَﻤَﻨَﺤَﮫُ اِﯾﱠﺎه Artinya: “Akan tetapi, beliau ditengah jalan dihadang oleh Suraqah, maka berdoalah Beliau kepada Allah memohon perlindungan-Nya”. “Tibatiba,, keempat kaki kendaraan Suraqah terbenam kedalam bumi yang keras”. “Maka Suraqah minta ampun dan keselamatan kepada Nabi Muhammad saw. lantas Beliau saw. mengampuninya”(Abu Ahmad Najieh, 2009: 106). Di antara akhlak baik orang muslim adalah sabar dan pemaaf. Sabar adalah menahan diri terhadap apa yang dibencinya, atau menahan sesuatu yang dibencinya dengan ridha dan rela (Jazairi, 2004: 220). Pemaaf adalah melupakan atau merelakan apa yang sudah terjadi terhadap sesuatu yang lxvii
dibencinya. Rasulullah telah memberikan tauladan terhadap kita semua. Selaku umatnya kita dituntut untuk selalu berbuat baik terhadap sesama dan juga terhadap orang yang telah berbuat jahat, kemudia ia meminta maaf maka wajib bagi kita semua untuk memaafkannya. Allah swt berfirman dalam QS. AlKahfi ayat 28 yang berbunyi:
tb r߉ ƒÌムÄcÓÅ´ yèø9$#ur Ío4ry‰ tóø9$Î/ Næh/u‘ šc
qãã ô‰ tƒ tûïÏ%©!$# yì tB
y7 |¡ øÿtR ÷ŽÉ9ô¹ $#ur
$uZù=xÿøî r& ô` tB ôì ÏÜ è? Ÿw ur ($u‹÷R‘‰ 9$# Ío4quŠys ø9$# spoYƒÎ— ߉ ƒÌè? öN åk÷]tã x8 $uZøŠtã ߉ ÷ès? Ÿw ur (¼çmygô_ ur ÇËÑÈ $WÛ ãèù ¼çnãøBr&šc
%x.ur çm1uqyd yì t7¨?$#ur $tRÌø.ÏŒ ` tã ¼çmt7ù=s%
Artinya: “Dan Bersabarlah engkau (Muhammad) bersamaorang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaanNya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia; dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya Telah kami lalaikan dari mengingat kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya itu sudah melewati batas” (Dept. Agama RI. 2009: 406). Yakni bertahanlah kamu bersama mereka dan bersabarlah dalam menahan dirimu, jangan sampai jiwamu panik, lisanmu mengeluh dan anggota tubuhnya bergerak menampari pipi dan merobeki krah baju sendiri atau melakukan tindakan lainnya yang menyalahi citra kesabaran. Maksudnya menahan diri untuk masa mengerjakan sesuatu yang disukai oleh Allah atau menghindarkan diri dari melakukan sesuatu yang dibendi oleh-Nya. Dengan kata
lain,
sabar
adalah
bertahan lxviii
dalam
mengerjakan sesuatu
yang
diperintahkan oleh Allah SWT dan menahan diri dari mengerjakan sesuatu yang dilarang oleh-Nya. Sabar mempunyai beberapa tingkatan, sabar dalam menjalani ketaatan kepada Allah mempunyai tingkatan lebih tinggi dari pada sabar menahan diri dari
kedurhakaan.
Sabar
dalam
menahan
diri
terhadap
kedurhakaan
mempunyai kedudukan lebih tinggi daripada sabar terhadap takdir. Sabar dalam mengerjakan kewajiban merupakan jenis kesabaran yang paling tinggi, karena sesungguhnya mengerjakan kewajiban mempunyai kedudukan yang lebih tinggi di sisi Allah dari pada meninggalkan hal-hal yang dilarang; dan pahala meninggalkan larangan lebih besar dari pada pahala sabar menahan derita musibah. Demikian itu karena sabar dalam menjalani kewajiban dan sabar dalam menjauhi larangan, kedua-duanya merupakan amalan alternatif. Berbeda halnya dengan musibah yang menimpa diri, maka hal ini merupakan sesuatu yang tidak mengandung alternatif, dan tiada lain yang harus dilakukan oleh yang bersangkutan, kecuali menahan diri dan bersabar terhadapnya. Sehingga al-Ghazali menyebutkan bahwa sabar ibarat pertarungan antara motivasi negatif (syahwat) dan motivasi positif (agama). Setiap keduanya ingin mengalahkan yang lainnya, maka diperlukan kekuatan untuk dapat mengalahkan salah satu darinya yaitu motivasi negatif (syahwat). Pada saat itulah kesabaran memiliki andil yang cukup besar (Sholikin, 2009: 272- 275) 8. Akhlak Terhadap Keluarga
lxix
ُوَﻛَﺎنَ ﺻَﻠّﻰ اﷲ ﻋَﻠَﯿْﮫِ وَﺳَﻠّﻢْ ﺷَﺪِﯾْﺪَ اﻟْﺤَﯿَﺎءِ وَاﺗﱠﻮَاﺿُﻊِ ﯾَﺨْﺼِﻒُ ﻧَﻌْﻠَﮫ وَﯾَﺮْﻗَﻊ ٍﺛَﻮْﺑَﮫ وَﯾَﺤْﻠِﺐُ ﺷَﺎﺗَﮫُ وَﯾَﺴِﯿْﺮُ ﻓِﻲْ ﺧِﺪْﻣَﺔِ اَھْﻠِﮫ ﺑِﺴِﯿْﺮَةٍ ﺳَﺮِﯾﱠﺔ Artinya: “Beliau saw. adalah seorang yang sangat pemalu dan tawadlu’, mau memperbaiki teropahnya sendiri, dan mau menambal pakaiannya sendiri, mau memerah kambingnya dan mau membantu keperluan dalam rumah tangganya” (Abu Ahmad Najieh, 2009: 119- 120). Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang dapat dijadikan anak tangga pertama untuk mencapai kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Sebuah keluarga jika dikelola dengan baik berdasarkan syar’i akan dapat menempatkan anggota keluarga tersebut pada posisi terhormat dalam kehidupan bermasyarakat. Upaya pembinaan keluarga sakinah
diawali
dengan
pembentukan
pribadi
masing-masing.
Saling
pengertian dan tahu akan tugas dan kewajiban masing-masing individu dalamkeluarga. Tidak menggantungkan dan tidak menjadikan beban terhadap orang lain lebih lagi kepada keluarga sendiri. Rasulullah mencontohkan pribadi yang unggul dalam keluarga, menjadi orang yang dibutuhkan dan tidak manjadi beban dalan keluarganya. Itulah Akhlak dalam keluarga sebagaimana bait di atas tesebut. 9. Akhlak Terhadap Orang Lemah dan para Pemimpin
lxx
ُوَﯾُﺤِﺐﱡ اﻟْﻔُﻘَﺮَاءَ وَاﻟْﻤَﺴَﺎﻛِﯿْﻦَ وَﯾَﺠْﻠِﺲُ ﻣَﻌَﮭُﻢْ وَ َﯾﻌُﻮْدُ ﻣَﺮْﺿَﺎھُﻢْ وَﯾُﺸَﯿﱢﻊ ُﺟَﻨَﺎﺋِﺰَھُﻢْ وَﻟَﺎﯾَﺤْﻘِﺮُ ﻓَﻘِﯿْﺮًااَدْﻗَﻌَﮫُ اﻟْﻔَﻘْﺮُوَاَﺷْﻮَاهُ )*( وَﯾَﻘْﺒَﻞُ اﻟْﻤَﻌْﺬِرَةِ وَﻟَﺎﯾُﻘَﺎﺑِﻞ ِاَﺣَﺪًا ﺑِﻤَﺎ ﯾَﻜْﺮَهُ وَﯾَﻤْﺸِﻲْ ﻣَﻊَ اﻟْﺎَرْﻣِﻠَﺔِ وَذَوِى اﻟْﻌُﺒُﻮْدِﯾﱠﺔ Artinya: “Beliau menyukai orang fakir dan miskin, dan suka duduk bersama-sama mereka, mau meninjau orang yang sakit diantara mereka, mau mengantar jenazah mereka, dan tidak mau menghina orang fakir, betapapun miskin dan melaratnya orang itu”. “Beliau suka member maaf, dan tidak pernah membalas orang dengan yang tidak di sukai, dan mau berjalan dengan orang-orang yang lemah dan para budak belian”(Abu Ahmad Najieh, 2009: 120- 121).
ُﺎ ﯾُﺤِﺒﱡﮫوَﯾَﺘَﺈَﻟﱠﻒُ اَھْﻞَ اﻟﺸﱠﺮَفِ وَﯾُﻜْﺮِمُ اَھْﻞَ اﻟْﻔَﻀْﻞِ وَﯾَﻤْﺰَحُ وَﻟَﺎﯾَﻘُﻮْلُ اِﻻﱠ ﺣَﻘ ُاﷲُ ﺗَﻌَﺎﻟﻰ وَﯾَﺮْﺿَﺎه Artinya: Beliau menyukai orang yang mulia, menghormati orang yang utama, berenda gurau dengan sahabat-sahabatnya. Dan beliau tidak pernah berbicara melainkan yang benarr-benar saja, yang disukai Allah Ta’ala dan diridlai-Nya (Abu Ahmad Najieh, 2009: 124). Begitu besar kecintaan Rasulullah SAW terhadap kaum yang lemah, sehingga sebagian hidupnya selalu dicurahkan untuk mengangkat harkat dan martabat mereka.. kasih sayang adalah salah satu akhlak yang mulia, sebab sumber kasih sayang ialah jiwa yang bening dan hati yang bersih (Jazair, 2004: 237). lxxi
Selanjutnya dalam bait yang kedua di atas, dibicarakan tentang tata cara atau etika menghadapi orang yang lebih tinggi kedudukannya atau pemimpinnya. Tata cara itu antara lain ketika berbicara dengan mereka maka sikap yang perlu diperhatikan adalah sikap berhati-hati dari awal sampai akhir. Berbicara sesuai dengan kebenaran yang ada tidak menambahi dan tidak mengurangi. Sebagai bawahan tidak boleh lancang bicara, bergurau seperlunya dan tetap hormat kepada para pemimpin kita. Itulah makna yang tertanam pada bait di atas yang menjelaskan bahwa kita semua harus memperhatikan kaum yang lemah yang membutuhkan uluran tangan dari para dermawan tetap hormat dan menjaga kehormatan para pemimpin sesuai dengan syariah Islam. Adapun etika yang sudah disebutkan di dalam kitab al-Barzanji, selaku bawahan atau anggota atau menjadi anak buah, maka wajib mempunyai beberapa etika lain diantaranya : a. Wajib bersifat amanah- jujur dan lawan dari sifat ini adalah curang b. Jangan bersifat munafiq yaitu menjilat atau bermuka dua. c. Ikhlas karna Allah SWT, dengan niat yang baik. d. Sabar dan tabah (Husni, 2008: 88- 90). 10. Akhlak dalam kemarahan
ُوَﻟَﺎ ﯾَﮭَﺎبِ اﻟْﻤُﻠُﻮْكَ وَﯾَﻐْﻀَﺐُ ﻟِﻠﮫِ ﺗَﻌَﺎﻟﻰ وَﯾَﺮْﺿﻰ ﻟِﺮِﺿَﺎه
lxxii
Artinya: “Beliau tidak pernah merasa gentar menghadapi para raja. Beliau marah karena Allah, dan ridla juga karena-Nya” (Abu Ahmad Najieh, 2009: 121). Dijelaskan juga dalam sebuah hadist yang berbunyi:
ِﻋَﻦْ اَ ﺑِﻰ ھُﺮَﯾْﺮَةَ رَﺿِﻲَ اﷲُ ﻋَﻨْﮫُ اَن رَﺳُﻮْلُ اﷲِ ﺻَﻠﻰ اﷲُ ﻋَﻠَﯿْﮫ َ ﻟَﯿْﺲَ اﻟﺸَﺪِﯾْﺪُ ﺑِﺎﻟﺼِﺮْﻋَﺔِ اِﻧَﻤَﺎ اﻟﺸَﺪِﯾْﺪُ اﻟَﺬِى ﯾَﻤْﻠِﻚُ ﻧَﻔْﺴَﮫُ ﻋِﻨْﺪ: َوَﺳَﻠﻢْ ﻗَﺎل ِاﻟْﻐَﻀَﺐ Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad bersabda: ”Orang yang kuat bukan orang yang menang dalam perkelahian, melainkan orang yang kuat menahan diri ketika sedang marah” (Faisol: 2006: 32). Dapat disimpulkan bahwa mereka yang bisa menahan diri ketika sedang marah maka mereka adalah orang yang kuat, jadi harus tetap berusaha untuk menahan marah dengan berfikir kembali apakah yang dilakukan itu benar dan bermanfaat bagi diri dan bagi orang lain atau malah sebaliknya. Sifat marah di atas bukanlah yang dicontohkan oleh Rasulullah. Orang harus tetap berfikiran jernih dalam menghadapi setiap masalah dan situasi sebagaimana yang telah dicontohkan oleh sahabat Rasulullah SAW Ali bin Abi Thalib. Dalam suatu pertempuran melawan orang kafir, ia berhasil memojokkan lawannya dan lawan Ali tidak berkutik lagi. Ketika ali akan
mengayunkan
pedangnya lxxiii
kepada
lawannya,
tiba-tiba
lawannyameludahi Ali dan ludah itu mengenai wajah Ali. Kemarahan pun tiba-tiba memuncak tetapi Ali segera tersadar. Ia meninggalkan lawannya dan tidak jadi membunuh lawannya. Para sahabatpun heran dan bertanya “mengapa tak kau bunuh lawanmu tadi? Ali
menjawab,
“kalau ayunan
pedangku tadi kuteruskan, maka aku pasti telah membunuh lawanku karena kemarahanku akibat aku diludahi” pembunuhan yang demikian tidak akan mendapatkan ridho dari Allah SWT dan harus murni Karena alasan membela dan menegakkan kalimat Allah di muka bumi (Daulay, 2001: 14- 16). 11. Akhlak dalam Kesederhanaan
ُوَﯾَﺮْﻛَﺐُ اﻟْﺒَﻌِﯿْﺮَوَاﻟْﻔَﺮَسَ وَاﻟْﺒَﻐْﻠَﺔَ وَﺣِﻤَﺎرًاﺑَﻌْﺾَ اﻟْﻤُﻠُﻮْكِ اِﻟَﯿْﮫِ اَھْﺪَاه Artinya: “Mau berkendaraan unta, kuda, bighol, dan keledai dari hadiah sebagian raja-raja” (Abu Ahmad Najieh, 2009: 12١-12٢).
ِوَ ﯾَﻌْﺴِﺐُ ﻋَﻠﻰ ﺑَﻄْﻨِﮫِ اﻟْﺤَﺠَﺮَ ﻣِﻦَ اﻟْﺠُﻮْعِ وَﻗَﺪْ اُوْ ِﺗﻲَ ﻣَﻔَﺎﺗِﯿْﺢَ اﻟْﺨَﺰَاﺋِﻦ ِاﻟْﺎَرْﺿِﯿَﺔ Artinya: “Untuk menanggulangi rasa lapar, maka beliau acap kali membungkus batu dengan kain yang diikatkan pada perutnya. Padahal, kunci perbendaharaan
bumi
berada
ditangannya.
Dan
gunung-gunung
menawarkan diri untuk dijadikan gunung emas untuk keperluannya, tetapi ditolaknya” (Abu Ahmad Najieh, 2009: 122).
lxxiv
ِوَﻛَﺎنَ ﺻَﻠﻰ ﷲُ ﻋَﻠَﯿْﮫِ وَﺳَﻠَﻢْ ﯾَﻘِﻞُ اﻟﻠَﻐْﻮَوَﯾَﺒْﺪَاءُ ﻣِﻦْ ﻟَﻘِﯿَﮫُ ﺑِﺎﻟﺴَﻠَﺎم Artinya: “Beliau tidak suka bicara, melainkan seperlunya saja. Dan Beliau suka mulai memberi salam kepada orang yang dijumpainya. Beliau suka memperlamakan shalat dan mempersingkat khutbah jum’at” (Abu Ahmad Najieh, 2009: 123). Menurut Al-Ghazali sebagaimana dikutip oleh Aboebakar (1999: 204) menerangkan
bahwa
berakhlak
baik
atau
berakhlak
terpuji
adalah
menghilangkan semua adat-adat kebiasaan yang tercela yang sudah dirincikan oleh agama Islam serta menjauhkan diri dari padanya, sebagaimanan menjauhkan diri dari tiap najis dan kotoran, kemudian membiasakan adat kebiasaan yang baik, menggemarinya, melakukannya dan mencintainya Secara teori al-Ghazali telah memaparkan panjang lebar dalam kitabnya ihya ulumiddin yang diambil dari perjalanan pengalaman yang panjang. Rasulullah SAW pada masanya juga telah memberikan contoh yang kemudian menjadi rujukan bagi kaum muslimin di dunia sampai sekarang. Jadi kesederhanaan yang ditampilkan dalam cerminan keagungan
akhlak
beliau.
Sikap
kehidupan
rendah
diri,
merupakan menghargai
pemberian orang lain dan tidak mencelanya, itulah sikap yang selalu beliau tampilkan kepada siapa saja tanpa ada perbedaan. Harta bagi beliau merupakan hal yang sangat kecil walaupun kalau beliau meminta kepada Allah maka gunung, lautan dan daratan akan menjadi barang yang berharga.
lxxv
BAB IV RELEVANSI NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-BARZANJI DALAM KONTEK KEKINIAN
Akhlak merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan di dunia ini, dengan akhlak kita akan mendapatkan ridho dari Allah dan dengan akhlak kita bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik, dengan catatan berakhlakul karimah. Begitu juga sebaliknya ketika kita mempunyai akhlak yang tidak baik, maka kita juga tidak akan mendapatkan kehidupan yang baik dan apa yang kita lakukan pastinya tidak akan mendapatkan ridho dari Allah SWT. 1. Akhlak Dalam Pergaulan Pergaulan merupakan bagian penting dalam kehidupan seorang muslim. Dengan pergaulan itu kita bias mengekspresikan nilai-nilai agama kita, dengan pergaulan kita bisa menjalin persaudaraan, dan dengan pergaulan kita bisa menyebarkan nilai-nilai islam. Maka seorang muslim yang bergaul dan mengalami pahitnya pergaulan, dianggap lebih baik kualitasnya daripada seorang muslim yang tidak pernah bergaul hingga tidak ikut merasakan pahit getirnya perlakuan orang lain (Ahmadi, 2004: 172). Melihat pengertian diatas jelas bahwa kita bergaul yang mempunyai misi yaitu menjalin persaudaraan dan menyelipkan nilai-nilai islam di dalamnya, bukan malah sebaliknya, yang mana pergaulan pada masa sekarang lebih cenderung pada pergaulan yang bebas yaitu perzinaan yang dianggapnya suatu hal yang biasa. lxxvi
Melakukan perzinahan merupakan salah satu dosa besar setelah kekafiran, dosa kesyirikan, dan pembunuhan terhadap jiwa, serta perbuatan keji yang paling besar. Meninggalkan perzinahan adalah tindakan yang sangat
ditekan
dalam
ajaran
Islam. Sebagaimana
kita ketahui zaman
sekarang yang sudah marak dengan pergaulan bebas yang mana merusak akhlak seseorang. Kita lihat bersama bahwasannya kondisi atau situasi masyarakat pada saat ini diperlukannya pendidikan akhlak pergaulan yang baik, sehingga makna pergaulan tidak disalah artikan pergaulan bebas yang identik dengan hal-hal yang tidak baik. Jadi nilai hikmah yang dapat diambil adalah menjaga diri pribadi dari pergaulan yang tidak terpuji. 2. Akhlak terhadap Anak Anak merupakan anugerah yang terindah yang diberikan oleh Allah SWT, betapa banyak orang tua yang tidak beruntung mendapatkan seorang anak yang selalu di dambakan oleh pasangan suami istri. Oleh karena itu bersyukurlah orang-orang yang beruntung mendapatkan karunia seorang anak yang diberikan Allah SWT. Jadi anak yang diberikan oleh Allah SWT patut kita syukuri, seorang anak juga merupakan amanah yang harus di emban oleh orang tua dan harus di didik dan di perlakukan dengan sebaik-baiknya, seperti halnya pemberian nama. Pemberian nama yang baik kepada anak merupakan kewajiban orang tua. Anak akan bahagia apabila memiliki nama yang bagus sehingga dalam pergaulannya anak tidak merasa canggung dan tersisih dengan yang lxxvii
lainnya. Dalam agama Islam terdapat tuntunan dalam memberi nama anak, karena nama adalah lafal yang diberikan kepada suatu benda untuk membedakan dari yang lain. Sebuah hadist di riwayatkan oleh H.R Baihaqi tentang hak anak terhadap orang tuanya yang artinya: “ Hak anak terhadap orang tuanya adalah agar orang tuanya membaguskan namanya, memperindah tempatnya, dan memperbaiki pendidikannya” (UKL Stain: 23). Berkaca pada beberapa uraian di atas, tentu tradisi yang diadakan oleh beberapa umat Islam
memiliki dasar yang kuat. Acara yang dimaksud
adalah mauludiyah (acara syukuran akan kelahiran anak), khitanan yang diselingi dengan pembacaan al-Barzanji. Apabila dikaitkan dengan paparan di awal tentang pemilihan guru dan lingkungan yang baik, maka pesan itulah yang ingin disampai oleh para ulama terdahulu dalam mewarnai acara maulidiyah atau khitanan. Pada acara maulidiyah seyogyanya para orang tua memperhatikan betul makna yang terkandung dalam kitab al-Barzanji, diantaranya: a. Memberikan nama yang terbaik yang mengandung nilai akhlak yang nantinya menjadi kebanggaan bagi anak ketika dewasa kelak. b. Mendidik anak dengan akhlakul karimah c.
Mencarikan
tempat
belajar
(lingkungan)
yang
baik
yang
mendukung pertumbuhan anak. d. Mencarikan guru pembimbing yang berakhlakul karimah sehingga anak tumbuh dengan pendidikan yang bagus. lxxviii
Setiap orang tua berharap memiliki anak yang sholeh. Tidak pernah sedikitpun mereka berharap memiliki anak yang durhaka. Sebab anak yang salehlah yang bakal menjadi permata hati dan penyejuk mata, sedangkan anak durhaka laksana racun berbahaya yang pelan-pelan menggrogoti kebahagiaan mereka. Menurut para ulama’, protret anak saleh adalah seorang anak yang patuh terhadap perintah orang tuanya, menjauhi larangannya, senantiasa bertakwa kepada Allah, dan rajin mendoakan kedua orang tuanya. Rasulullah SAW bersabda: ”ketika anak cucu Adam wafat, semua amal kebaikannya terputus kecuali tiga hal, sedekah jariyah (yang kekal pahalanya), ilmu yang bermanfaat, dan anak yang saleh yang selalu mendoakan orang tuanya” (H.R. al-Bukhari) (Salamulloh, 2008: 87). 3. Akhlak kepada Allah SWT. Seorang muslim melihat dalam dirinya banyak nikmat, yaitu nikmat yang diberikan oleh Allah Ta’ala yang tidak dapat dikalkulasikan dalam bentuk angka dari sejak ia berupa sperma di perut ibunya hingga ia menghadap Allah SWT. Oleh karena itu patutlah kita sebagai hamba untuk selalu bersyukur disetiap permulaan amal. Ini etikanya terhadap Allah SWT sebab tidak bermoral ketika kita mengingkari nikmat, menentang keutamaan Pemberi nikmat, memungkiri-Nya, memungkiri kebaikan-Nya dan memungkiri nikmatnikmat-Nya. Allah SWT. Berfirman dalam surat Al- Baqoroh ayat 152 yang artinya:
lxxix
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku” (Imam Nawawi, 2004: 435). Jadi syukur merupakan salah satu akhlak seorang hamba kepada Allah SWT, apa-apa yang telah diberikan Allah SWT kepada kita, jadi kita sebagai seorang hamba hendaknya harus selalu bersyukur atasnikmat yang diberikan kepada kita, baik memalui lisan maupun dengan perbuatan kita. Hubungan hamba dengan Allah bersifat vertical (atas-bawah). Hamba berada “di bawah”, sementara Allah berada “di atas”. Atas dan bawah ini bukan pemahaman secara hakiki, akan tetapi lebih pada makna majasi. Dalam arti, hamba yang menyembah dan Allah yang di sembah. Hamba memiliki sejumlah kewajiban kepada tuhan-Nya, sementara Allah tidak memiliki kewajiban apapun kepada hamba-Nya. Allah memiliki sejumlah hak atas hamba, sementara hamba tidak punya hak apapun atas-Nya. Dibawah ini terdapat beberapa akhlak seorang hamba kepada Allah. Di antaranya adalah: a. Beribadah kepada Allah SWT. b. Cinta kepada Allah SWT. c. Mengesakan Allah SWT. d. Bersyukur kepada Allah SWT. e. Takut kepada Allah SWT (Salamulloh, 2008: 3). 4. Akhlak kepada Orang Tua Hadist yang berkaitan dengan akhlak kepada orang tua yang artinya: “ Bukhari Muslim meriwayatkan dari abu hurairah ra, ia berkata: “Seseorang lxxx
pernah datang kepada Rasulullah SAW, lalu berkata: “wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk aku pergauli dengan baik?’ Beliau menjawab: ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya: ‘lalu siapa lagi?’ Beliau menjawab: ‘Ibumu. ‘Orang tersebut bertanya: ‘lalu siapa lagi?’ Beliau menjawab: ‘Ibumu. ‘Orang tersebut bertanya: ‘lalu siapa lagi?’ Beliau menjawab:’ Bapakmu” (Imam Nawawi, 2006: 339). Dari hadist diatas dapat di simpulkan bahwa orang tua sangatlah tinggi kedudukannya, terutama orang yang paling besar jasanya terhadap anak yaitu Ibu dan yang selanjutnya Bapak di urutan keempat setelah Ibu. Dari jalur komunikasi yang bersifat horizontal, yaitu jalur hubungan manusia dengan manusia , maka kedua orang tua yaitu ibu dan bapak, menduduki tempat yang istimewa. Bahkan dalam tertib kepada siapa manusia harus berbakti, kiranya ibu dan bapak menduduki tempat kedua sesudah Tuhan dan Rasul-Nya. Karena itu dari kalangan manusia di bumi ini, tidak ada seorangpun yang dapat menyamai kedudukan ibu dan bapak yang sangat terhormat ini, apalagi mengalahkannya. Demikian
istimewa dan terhormat
kedudukn ibu dan bapak, sampai-sampai Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa:
(رِﺿَﻰ اﷲُ ﻓِﻰْ رِﺿَﻰ اﻟْﻮَاﻟِﺪَﯾْﻦِ وَﺳُﺨْﻂُ اﷲِ ﻓِﻰْ ﺳُﺨْﻂِ اﻟْﻮَاﻟِﺪَﯾْﻦِ )روه اﻟﺘﺮﻣﯿﺬى Artinya: “Keridlaan Allah terletak pada keridlaan ibu bapak dan kemurkaan Allah terletak pada kemurkaan ibu bapak” (Hadist Riwayat Tirmidzi).
lxxxi
Melihat hadist di atas bisa di simpulkan bahwa ketika orang tua tidak meridhoi apa yang kita lakukan atau perbuat maka Allah juga tidak akan meridhoi apa yang kita lakukan. Jadi amatlah penting kita selaku anak harus patuh terhadap kedua orang tua, sebab merekalah yang selalu ada buat kita, jasa mereka yang sangat besar. Dengan susah payah kita di kandung oleh ibu kita, di lahirkan, di dewasakan, dididik dan di penuhi segala kebutuhan kita. Dan apa yangdi lakukan oleh orang tua terhadap anaknya pastinya dengan rasa yang ikhlas serta kasih sayang yang tidak ada batasnya. Jadi pengertian di atas menunjukkan betapa besar dan agung jasa orang tua kepada anaknya, sehingga jasa kedua orang tua tersebut tidak akan bisa terbalas oleh kebaikan-kebaikan yang kita lakukan sebagaimanapun juga. Pendek kata, “birrul walidain” wajib kita lakukan yaitu berbuat baik atau berbakti kepada ibu bapak kita masing-masing, dan hal itu hendaknya dalam prioritas yang pertama daripada berbuat baik kepada lain-lain orang (di luar Nabi Muhammad SAW) (Tatapangarsa, 1980: 96). 5. Akhlak kepada Profesi Pekerjaan (profesi) merupakan sesuatu yang sangat penting untuk dilakukan, dimana kita di tuntut untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Jadi apapun pekerjaan atau profesi itu sebisa mungkin kita lakukan dengan teliti, cermat, dan sungguh-sungguh. Di sini akan sedikit mengulas sedikit tentang akhlak majikan dan pekerja, dimana majikan harus benar-benar memperhatikan hak dan kewajiban kepada pekerja dan begitupun pekerja juga harus memperhatikan hak dan lxxxii
kewajiban terhadap majikan. Jadi keduanya harus saling mengerti apa hak dan kewajiban masing-masing, sehingga nantinya hasil yang di dapat juga akan maksimal sesuai dengan yang di harapkan keduanya. A. Akhlak majikan kepada pekerja: 1. Memilih pekerja yang amanah 2. Menyayangi pekerja 3. Member teladan kepada pekerja 4. Memperlakukan pekerja sebagaimana majikan ingin diperlakukan 5. Tidak membebani pekerja dengan tanggung jawabyang tak sanggup dipikulnya 6. Bersegera membayar upah pekerja 7. Melindungi hak asasi pekerja B. Akhlak pekerja kepada majikan: 1. Menghormati majikan 2. Meminta petunjuk dan bimbingan kepada majikan 3. Bekerja dengan sebaik-baiknya 4. Menjaga amanah pekerjaan Pekerjaan adalah sebuah amanah. Oleh karena itu seorang pekerja harus menjaga amanah ini sebaik-baiknya. Dengan begitu ia akan menjadi hamba yang diridhoi Allah (Salamulloh, 2008: 210-233). Jadi ketika kita melakukan pekerjaan apapun dengan baik dalam artian bersungguh-sungguh maka hasilnya pun juga akan baik. Begitu pula sebaliknya
lxxxiii
ketika suatu pekerjaan itu dilakukan dengan kecurangan dalam artian tidak baik maka hasilnya pun juga akan tidak baik pula. Hal itu bisa diartikan bahwa walaupun Allah menyediakan rizqi bagi manusia dan segenap makhluk yang ada di dunia ini, manusia tetap harus mencarinya dan berikhtiyar. Rizqi tersebut akan didapatkannya apabila manusia berusaha yaitu melalui jalan bekerja dan berdo’a. Itu semua telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. 6. Akhlak untuk selalu bermusyawarah Banyak masalah yang harus kita hadapi dalam hidup ini, ada kalanya masalah tersebut dapat kita selesaikan sendiri dan ada juga masalah yang harus diselesaikan dengan bermusyawarah agar dapat menghasilkan solusi terbaik dari hasil kemufakatan bersama. Pentingnya bermusyawarah terkait dengan persoalan yang dihadapi oleh
setiap
manusia.
Manusia
adalah makhluk
sosial
yang
selalu
berinteraksi dengan orang lain. Selanjutnya terhadap fenomena zaman sekarang yaitu masalah pernikahan, perjodohan. Manusia sering lebih memilih ego dari pada musyawarah, hal ini dapat dibuktikan dengan maraknya perkawinan tanpa ada restu dari orang tua. Sebuah kisah yang dulu pernah di lakukan oleh Joko Ariyanto: “Dulu saya ingin menikah dengan wanita pilihan saya,tetapi dari pihak orang tua saya tidak memberikan restu. Berfikir panjang bagaimana caranya untuk mempertahankan agar saya tetap bisa menikah dengan wanita pilihan saya tersebut dan akhirnya saya memutuskan untuk melakukan hubungan lxxxiv
(khalayaknya suami istri), dan akhirnya wanita pilihan saya terbut hamil dua bulan. Melihat kondisi tersebut saya memberitahukan kepada orang tua dan dengan begitu terpaksa orang tua saya merestui hubungan saya, karena orang tua saya tidak menanggung malu yang berkelanjutan kepada tetangga dan akhirnya kami menikah dengan restu orang tua meskipun dengan sangat terpaksa” (Wawancara, 12 Desember 2011). Melihat kisah di atas dapat di simpulkan bahwa Joko tidak mau ambil pusing atau tidak mau membicarakan masalah tersebut terlebih dahulu (musyawarah), akan tetapi apa yang joko inginkan harus terpenuhi meskipun dengan jalan yang salah serta menanggung malu yang sangat besar. Untuk kehidupan yang lebih luas diperlukan pemikiran yang panjang dan matang, oleh karena itu Musyawarah adalah solusi yang terbaik untuk menemukan titik yang baik. Selain itu dengan musyawarah, banyak pengalaman yang kita dapatkan. Sehingga kita dapat belajar dari pengalaman orang lain. Musyawarah adalah penyelesaian masalah bersama. Musyawarah juga mengandung makna salah satu cara atau metode pengambilan keputusan secara demokratis. Secara teologis, musyawarah merupakan konsekuensi logis dari sikap tauhid dalam ajaran Islam yang menempatkan Allah SWT sebagai Yang Maha Mengetahui, Maha Sempurna, Maha Mutlak dan Maha Benar. Adapun manusia bersifat relatif, tidak sempurna dan terbatas. Karena itu
dalam
mengambil
keputusan
atau
lxxxv
mencari
kebenaran,
manusia
membutuhkan bantuan pemikiran dan informasi dari orang lain melalui musyawarah.
lxxxvi
7. Akhlak Terhadap Orang Yang telah Mendholimi Dari Anas bin Malik RA, berkata, “Rasulullah SAW Bersabda, ‘tolonglah saudaramu yang berbuat zhalim atau yang dizhalimi.’ Orang-orang berkata,’Wahai Rasulullah, kami menolong (orang) ini karena dizhalimi, lalu bagaimana kami menolongnya karena ia telah menzhalimi?’ Rasulullah menjawab,’ Berilah penghalang di atas kedua tangannya” (Diriwayatkan AlBukhary, Muslim dan At-Tirmidzy) (Ahmad Atha, 2002: 67). Dari
pengertian
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
kita
telah
diperintahkan oleh Rasulullah untuk menolong saudara kita yang di zhalimi ataupun yang medzalimi. Jadi apabila ada saudara kita yang mezhalimi orang lain kita harus membantu dengan memberi nasihat atau member kata-kata yang baik dan mampu menyadarkan saudara kita tersebut agar menyesali kesalahan yang telah di perbuatnya, sehingga tidak mengulagi perbuatan salah yang telah di lakukannya. Akan tetapi kenyataan yang ada di sekitar kita justru sebaliknya, jika ada orang lain yang mezhalimi kita atau temen kita, pasti sering terjadi kita tidak menolongnya atau menyadarkan orang tersebut bahwa yang dilakukan itu salah akan tetapi justru memusuhi atau membenci orang yang telah mezhalimi kita
tersebut, sehingga rasa benci terhadap orang yang telah menzhalimi
berlarut-larut. Di antara akhlak baik orang muslim adalah sabar dan pemaaf. Sabar adalah menahan diri terhadap apa yang dibencinya, atau menahan sesuatu yang dibencinya dengan ridha dan rela (Jazairi, 2004: 220). Pemaaf lxxxvii
adalah melupakan atau merelakan apa yang sudah terjadi terhadap sesuatu yang dibencinya. Rasulullah telah memberikan tauladan terhadap kita semua. Selaku umatnya kita dituntut untuk selalu berbuat baik terhadap sesama dan juga terhadap orang yang telah berbuat jahat, kemudia ia meminta maaf maka wajib bagi kita semua untuk memaafkannya. Yaitu bertahanlah kamu bersama mereka dan bersabarlah dalam menahan dirimu, jangan sampai jiwamu panik, lisanmu mengeluh dan anggota tubuhnya bergerak menampari pipi dan merobeki krah baju sendiri
atau melakukan tindakan lainnya yang menyalahi citra kesabaran.
Maksudnya menahan diri untuk masa mengerjakan sesuatu yang disukai oleh Allah atau menghindarkan diri dari melakukan sesuatu yang dibenci olehNya. Dengan kata lain, sabar adalah bertahan dalam mengerjakan sesuatu yang diperintahkan oleh Allah SWT dan menahan diri dari mengerjakan sesuatu yang dilarang oleh-Nya. Sabar
mempunyai beberapa tingkatan, sabar dalam menjalani
ketaatan kepada Allah mempunyai tingkatan lebih tinggi dari pada sabar menahan diri dari kedurhakaan.
Sabar
dalam menahan diri terhadap
kedurhakaan mempunyai kedudukan lebih tinggi daripada sabar terhadap takdir. Sabar dalam mengerjakan kewajiban merupakan jenis kesabaran yang paling tinggi, karena
sesungguhnya mengerjakan
kewajiban mempunyai
kedudukan yang lebih tinggi di sisi Allah dari pada meninggalkan hal-hal yang dilarang; dan pahala meninggalkan larangan lebih besar dari pada pahala sabar menahan derita musibah. Demikian itu karena sabar dalam menjalani lxxxviii
kewajiban dan sabar dalam menjauhi larangan, kedua-duanya merupakan amalan alternatif. Berbeda halnya dengan musibah yang menimpa diri, maka hal ini merupakan sesuatu yang tidak mengandung alternatif, dan tiada lain yang harus dilakukan oleh yang bersangkutan, kecuali menahan diri dan bersabar terhadapnya. Sehingga al-Ghazali menyebutkan bahwa sabar
ibarat pertarungan
antara motivasi negatif (syahwat) dan motivasi positif (agama). Setiap keduanya ingin mengalahkan yang lainnya, maka diperlukan kekuatan untuk
dapat mengalahkan
(syahwat). Pada
salah
satu darinya yaitu motivasi
negatif
saat itulah kesabaran memiliki andil yang cukup besar
(Sholikin, 2009: 272- 275). 8. Akhlak Terhadap Keluarga Kebaikan, rasa hormat dan perlakuan baik seorang muslim tidak terbatas hanya kepada orang tuanya, suami, istri dan anak-anaknya saja, tetapi meluas sampai kepada keluarganya; semuanya harus diperlakukan dengan baik (Muhammad Ali, 2004: 149). Jadi pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa kita juga harus berperilaku atau berakhlak baik terhadap seluruh keluarga. Yaitu dengan cara mempererat tali silaturahmi, agar hubungan dalam keluarga agar tetap terjaga dengan baik. Islam juga menganjurkan kepada kita semua untuk menjunjung tinggi tali silaturahmi.
lxxxix
Allah SWT juga telah memerintahkan kepada kita semua untuk menegakkan silaturahmi dan menanamkan perasaan yang kuat terhadap keluarga agar tetap terjalin dengan baik. Firman Allah dalam surat QS. An-Nisa’ ayat 1 yang berbunyi:
$pk÷]ÏB t, n=yz ur ;oy‰ Ïn ºur <§ øÿ¯R ` ÏiB /ä3 s)n=s{ “ Ï%©!$# ãN ä3 /u‘ (#qà)®?$# ⨠$¨Z9$# $pkš‰r'¯»tƒ
tb qä9uä!$|¡ s? “ Ï%©!$# ©! $# (#qà)¨?$#ur 4[ä!$|¡ ÎSur #ZŽÏWx. Zw %y` Í‘ $uKåk÷]ÏB £] t/ur $ygy_ ÷ry—
ÇÊÈ $Y6ŠÏ%u‘ öN ä3 ø‹n=tæ tb %x. ©! $# ¨b Î) 4tP%tn ö‘F{ $#ur ¾ÏmÎ/
Artinya: Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari diri yang satu(Adam), dan(Allah) menciptakan pasangannya(Hawa) dari (diri)nya; dan dari keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim(kekeluargaan).
Sesungguhnya
Allah
selalu
menjaga
dan
Mengawasi kamu (Dept. Agama RI, 2009: 99). Perlu diketahui bahwa kita tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain di sekitar kita, jadi ketika kita mengharapkan kebaikan dari orang lain maka kita harus berbuat baik kepada orang lain. Begitu juga sebaliknya ketika
xc
kita tidak pernah berbuat baik kepada orang lain maka kita pasti juga tidak akan mendapatkan perlakuan baik dari orang lain. Sebagaimana telah kita lihat, memegang teguh tali silaturahim akan membawa berkah bagi rizki dan kehidupan seseorang, meningkatkan kasih sayang Allah di dunia ini dan di akhirat kelak, dan membuat orang lain mencintai dan memuijinya. Sebaliknya memutuskan silaturahmi akan mengakibatkan
kesengsaraan
dan
kemurkaan-Nya, dan menjauhkan dari
bencana
kepadanya,
menyebabkan
surga di akhirat. Memutuskan tali
silaturahmi cukup menyengsarakan dan merugikan baginya, sebagaimana sabda nabi SAW yang artinya: “ seseorang yang memutuskan tali sillaturahim tidak akan masuk surga” (Muttafaq ‘alaih) (Muhammad Ali, 2004: 155). 9. Akhlak Terhadap Orang Lemah dan para Pemimpin Allah berfirman dalam surat An-Nisa’ ayat 59 yang berbunyi:
(óO ä3 ZÏB ÍöDF{ $#’Í<'ré&ur tA qß™ §9$#(#qãè‹ÏÛ r&ur ©! $#(#qãè‹ÏÛ r&(#þqãYtB#uä tûïÏ%©!$#$pkš‰r'¯»tƒ
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman , taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (Dept. Agama RI. 2009: ) Jadi perintah di atas dapat disimpulkan bahwa kita wajib menaati perintah Allah, Rasul dan Pemimpin. Jadi kita harus menghormati serta menaati perintah pemimpin selama apa yang di perintah kan kepada kita tidak dilarang oleh allah (perbuatan maksiat). Ketika pemimpin memerintahkan kepada kita untuk melakukan perbuatan maksiat, maka kita tidak wajib menaati apa yang di perintahkan oleh pemimpin. xci
Selanjutnya dalam tata cara atau etika menghadapi orang yang lebih tinggi kedudukannya atau pemimpinnya. Tata cara itu antara lain ketika berbicara dengan mereka maka sikap yang perlu diperhatikan adalah sikap berhati-hati dan sikap tawadhu’. Berbicara sesuai dengan kebenaran yang ada tidak menambahi dan tidak mengurangi. Sebagai bawahan tidak boleh lancang bicara, bergurau seperlunya dan tetap hormat kepada para pemimpin kita. Adapun etika yang sudah disebutkan di dalam kitab al-Barzanji, selaku bawahan atau anggota atau menjadi anak buah, maka wajib mempunyai beberapa etika lain diantaranya : a. Wajib bersifat; amanah-jujur dan lawan dari sifat ini adalah curang b. Jangan bersifat munafiq yaitu menjilat atau bermuka dua. c. Ikhlas karna Allah SWT, dengan niat yang baik. d. Sabar dan tabah (Husni, 2008: 88- 90). 10. Akhlak dalam kemarahan Setiap orang pasti pernah mengalami yang namanya marah, yang disebabkan oleh sesuatu hal yang kurang berkenan dihatinya. Itulah sifat yang ada pada diri manusia. Apabila sifat marah tidak dikontrol atau dikendalikan, pasti akan membahayakan bagi pelakunya dan juga membayakan bagi orang lain. Itulah kenapa kita harus bisa mengendalikan diri kita ketika sedang marah. Tiga hal termasuk akhlak keimanan yaitu, orang yang jika marah, kemarahannya tidak memasukkanya kedalam perkara batil, jika senang maka
xcii
kesenangannya tidak mengeluarkan dari kebenaran dan jika dia mampu dia tidak melakukan yang tidak semestinya. Maka wajib bagi setiap muslim menempatkan nafsu amarahnya terhadap apa yang dibolehkan oleh Allah Swt, tidak melampaui batas terhadap apa yang dilarang sehingga nafsu amarahnya tidak mengarah kepada kemaksiatan, kemunafikan apalagi sampai kepada kekafiran. Kita harus melatih diri kita agar tidak menjadi orang yang mudah marah dan menahan marah kita agar kemarahan kita tidak berlebihan. Di jelaskan juga dalam firman Allah SWT Surat Ali-Imran ayat 133134 yang berbunyi:
Nô ‰£ ãÏ &é ÚÞ ‘ö{F #$ur Nß ºqu»Jy ¡ 9$# $gyÊà ótã p>Y¨_y ru Nö 6à /nΑ§ ` BiÏ o;tÿÏóøtB ’4
ûtüùÏ$èy9ø$#ur áx ‹øót9ø#$ ûtüJÏ àÏ »6x 9ø#$ur äÏ#!Ž§Øœ 9#$ur äÏ#!Ž§£œ 9$# ’ûÎ bt q)àÿÏZƒã ûtï%Ï!©#$ ÇÊÌÌÈ ûtü)ÉG Jß =ùÏ9
ÇÊÌÍÈ úš
üÏZ¡Å só Jß 9ø$#= tÏä† !ª #$ur 3¨Ä $Y¨9#$`Ç ãt
“ Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”, “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”(Dept. Agama RI. 2009: 84). xciii
Orang yang bertakwa adalah mampu menahan marah dengan tidak melampiaskan kemarahan walaupun sebenarnya ia mampu melakukannya. Kata al-kazhimiin berarti penuh dan menutupnya dengan rapat, seperti wadah yang penuh dengan air, lalu ditutup rapat agar tidak tumpah. Ini mengisyaratkan bahwa perasaan marah, sakit hati, dan keinginan untuk menuntut balas masih ada, tapi perasaan itu tidak dituruti melainkan ditahan dan ditutup rapat agar tidak keluar perkataan dan tindakan yang tidak baik (Quraisy Shihab: 2000: 207). Hadits dibawah ini merupakan tentang keutaman menahan marah yang artinya: ”Orang yang kuat bukan orang yang menang dalam perkelahian, melainkan orang yang kuat menahan diri ketika sedang marah” (HR. Bukhari dan Muslim)(Faisol: 2006: 32). 11. Akhlak Dalam Kesederhanaan Firman Allah SWT dalam surat Al-Israa’ ayat 26-27 tentang kesederhanaan yang berbunyi:
¨b Î) ÇËÏÈ #·ƒÉ‹ ö7s? ö‘Éj‹ t7è? Ÿw ur È@ ‹Î6¡ 9$# tûøó$#ur tûüÅ3 ó¡ ÏJ ø9$#ur ¼çm¤)ym 4’n1öà)ø9$# #sŒ ÏN #uäur
ÇËÐÈ #Y‘qàÿx. ¾ÏmÎn/tÏ9 ß` »sÜ ø‹¤± 9$#tb %x.ur (ÈûüÏÜ »u‹¤± 9$#tb ºuq÷z Î)(#þqçR%x. tûïÍ‘Éj‹ t6ßJ ø9$#
Artinya: “Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu xciv
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros”. “Sesungguhnya orangorang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya” (Dept. Agama RI. 2009: 388). Islam menganjurkan agar kaum muslimin bergaul dengan orang lain. Mereka dengan mudah bisa dibedakan dari penampilanya, pakaiannya, perilakunya yang sopan dan tindakan-tindakannya yang baik, sehingga mereka menjadi teladan dan berguna bagi masyarakat (Al-Hasyim, 2004: 39). Seorang muslim harus mempunyai penampilan yang rapi serta bersih untuk menjaga kesehatannya, maka seorang muslim harus seimbang dalam makan dan minum, menghindari kerakusan dan tidak boleh berlebih-lebihan (pemborosan) yang nantinya dapat menimbulkan sifat sombong . dalam AlQur’an juga di katakan bahwa Allah
SWT tidak menyukai orang yang
berlebih-lebihan. Rasulullah SAW juga telah memberikan contoh untuk berpola hidup yang sederhana, meskipun sebetulnya Rasulullah SAW itu kaya. Kesederhanaan
yang
ditampilkan
Rasulullah
dalam
kehidupan
merupakan cerminan keagungan akhlak beliau. Sikap rendah diri, menghargai pemberian orang lain dan tidak mencelanya, itulah sikap yang selalu beliau tampilkan kepada siapa saja tanpa ada perbedaan. Harta bagi beliau merupakan hal yang sangat kecil walaupun kalau beliau meminta kepada Allah maka gunung, lautan dan daratan akan menjadi barang yang berharga. Jadi kesederhanaan yang di contohkan oleh Nabi Muhammad sangat penting untuk di terapkan dalam kehidupan sekarang. Banyak orang yang tidak puas atau bersyukur akan pemberian Allah SWT, rasa kurang itu selalu ada, xcv
mereka selalu memaksakan apa yang mereka inginkan, padahal mereka sebetulnya tidak mampu. Itulah yang terjadi pada masa sekarang.
xcvi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari rangkaian pembahasan dan beberapa uraian di atas, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1.
Nama lengkap Syaikh Ja’far Al-Barzanji adalah Sayyid Ja‘far bin
Husain bin ‘Abdul Karim bin Muhammad bin Rasul Al-Barzanji, karangan Beliau sangat banyak salah satunya adalah Kitab Al-Barzanji. Dia adalah seorang Ulama besar dan terkemuka yang terkenal dengan ilmu serta amalnya, keutamaan dengan keshalihannya. Syaikh ja’far bin Husain Al-Barzanji adalah keturunan Nabi SAW dari keluarga Sadah Al-Barzanji yang termasyhur, berasal dari Barzanj di Irak. Syaikh Ja’far Al-Barzanji Bin Husin bin abdul karim lahir di Madinah, Kamis Dzulhijjah 1126 H, belajar pada Atho’illah Al Azhar Abdul Wahab Al Antowi, dan meninggal dunia 4 Syakban 1177 H. Nama Kitab Al-Barzanji dinisbahkan kepada nama Syekh Ja’far Al-Barzanji atau yang dikenal dengan nama Syekh Al-Barzanji. Kitab al-Barzanji
ditulis yaitu dengan
kecintaaan kita kepada Nabi meneladani
tujuan
untuk
Muhammad SAW dan agar
meningkatkan umat
Islam
kepribadiannya, sehingga kita menjadi orang yang mampu
memahami dan di harapkan bisa mencontoh sifat-sifat, prilaku, serta akhlak Beliau dalam Kitab ‘Iqd al-Jawahir (Al-Barzanji). xcvii
2. Nilai-nilai pendidikan
akhlak
yang terkandung dalam kitab Al-
Barzanji yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah sebagai berikut: a. Pemilihan guru dan lingkungan bagi peserta didik. b. Kejujuran dalam penyampaian. c. Mencari pasangan hidup. d. Nilai-nilai Moral: 1. Akhlak dalam pergaulan. 2. Akhlak terhadap anak. 3. Akhlak kepada Allah SWT. 4. Akhlak kepada Orang tua. 5. Akhlak terhadap Profesi. 6. Akhlak untuk selalu bermusyawarah. 7. Akhlak terhadap orang yang telah mendholimi. 8. Akhlak terhadap keluarga. 9. Akhlak terhadap orang lemah dan para pemimpin. 10. Akhlak dalam kemarahan. 11. Akhlak dalam kesederhanaan.
3. Nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam kitab Al-Barzanji, karya Syaikh Ja’far masih sangat relevan dengan konteks pendidikan akhlak masa sekarang. Nilai-nilai luhur antara lain seperti : kejujuran, kesederhanaan, akhlak dalam pergaulan, birrul walidain (menghormati kedua orang tua), akhlak kepada
xcviii
Allah SWT, akhlak kepada yang lemah, dan lain-lain itu masih sangat dibutuhkan untuk pengembangan pendidikan akhlak pada masa kekinian (sekarang).
B. Saran-saran Perlu diketahui bahwa sekarang di Indonesia nama Syekh ja’far bin hasan bin abd al-karim sudah lama populer dikalangan Muslimin dengan karya monumentalnya
yaitu Kitab ‘Iqd
al-Jawahir (Al-Barzanji) dan Kitab
Manaqib Syaikh ‘Abdul Qodir al-Jailani. Nilai yang terkandung di dalam kedua kitab ini menunjukkan hal yang mulia bahwa bagi kaum akademisi sudah tentu menjadi sebuah khazanah keislaman yang perlu direspons secara positif melalui kegiatan-kegiatan ilmiah, salah satunya yakni meneliti aspek motivasi para pengikutnya dalam mengamalkan ajaran ataupun kegiatan spiritual keagamaan. Untuk itu, ada beberapa hal dari hasil penelitian ini yang patut untuk dijadikan saran-saran sebagai berikut : Pertama, penyajian bahasa dalam Kitab ‘Iqd al-Jawahir (kalung permata) yang lebih dikenal dengan sebutan al-Barjanzi khususnya dalam bahasan puisi yang banyak mengandung analogi yang kadangkala sulit untuk diakses langsung oleh masyarakat awam. Karenanya,
perlu
disederhanakan
melalui dua cara, yaitu ringkasan-ringkasan tematik (bentuk tulisan) dalam bahasa yang lugas dan singkat serta suguhan contoh yang riil sesuai dengan kodisi masyarakat pada masa sekarang ini. Kedua, mengembangkan pola pendidikan Akhlak bagi peserta didik dan masyarakat umum secara terpadu, sehingga terwujud suatu kondisi di mana xcix
tradisi "pengajaran" dan "pendidikan" bisa diterapkan secara nyata serta dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
C. Implikasi Penelitian Pada taraf yang lebih operasional, kesimpulan di atas membawa beberapa implikasi ke luar dari pokok pembahasan penelitian. Dari pembahasan tentang nilai-nilai pendidikan akhlak generasi muda menurut Syekh Ja’far bin Hasan bin Abd al-Karim di atas penulis menemukan beberapa implikasi positif dan implikasi negatif terutama untuk menjawab relevensi dengan kebutuhan masyarakat. 1. Pendidikan akhlak yang berfungsi untuk memperkokoh dayadaya positif yang natural di dalam diri manusia mengharuskan ada sistem pendidikan akhlak yang didasarkan pada perkembangan jiwa manusia secara integral. 2. Secara implisit diketemukan semangat penanaman nilai-nilai pendidikan akhlak yang berkiblat kepada satu arah yakni al-Qur'an dan Rasulullah sendiri sebagai kiblat akhlakul Karimah.. 3. Usaha mentransformasikan nilai-nilai dan membina kepribadian umat Islam ditinjau dari sudut pendidikan akhlak walaupun relatif sukses, namun memerlukan tindak lanjut atau kontribusi dari berbagai kalangan, khususnya para pencinta ilmu. Penjelasan yang lebih dalam tentang nilainilai yang terkandung dalam syair al-Barzanji perlu diungkapkan sehingga
c
para pengikut kitab al-Barzanji tidak hanya faham dalam dataran teknisi namun juga secara esensial nilai kitab al-Barzanji, 4. Dalam proses pembelajaran, aspek yang dikedepankan adalah bagaimana audiensnya dapat lebih menambah wawasan dan pemahaman terhadap ajaran agama Islam dan menambah ketaatan beragama dengan tidak mengabaikan disiplin ilmu lain. Dan juga bagi para pecinta seni al-Barzanji adalah sebagai bahan pertimbangan atau tantangan untuk dapat memajukan kesenian tradisional khususnya kegiatan maulidan, diba’an serta manaqiban. Sehubungan dengan implikasi di atas, dapat dikatakan bahwa implikasi dari nilai-nilai pendidikan akhlak Kitab ‘Iqd al-Jawahir (kalung permata) yang
lebih
dikenal dengan sebutan al-Barjanzi tidak hanya memberikan
kepuasan jiwa dalam mendendangkan syair
al-Barzanji,
tetapi
kemampuan "meneladankan" nilai-nilai positif kepada peserta didik.
ci
memiliki
Lampiran 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Muhamad Mufid
Tempat/Tanggal Lahir
: Kab. Semarang, 11 Maret 1990
Alamat
: Randuacir RT. 03 RW. 02 Argomulyo Kota Salatiga
Nama Ayah
: Mundjamil
Nama Ibu
: Khudaefah
Pendidikan
: - TK Tarbiyatul Banin 07 Randuacir - SD Negeri 01 Randuacir - MTs Ma’arif Payaman Magelang - MAF 1 Futuhiyyah Mranggen Demak - STAIN Salatiga, Progdi Pendidikan Agama Islam
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
cii