1
NASKAH PUBLIKASI
METODE KONSENTRASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DALAM HATI
Oleh : RIA PUJI RAHAYU RINA MULYATI S.Psi,.Msi
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA YOGYAKARTA 2006
2
NASKAH PUBLIKASI
KONSENTRASI UNTUK MENINGKATKAN MEMBACA DALAM HATI
Telah disetujui Pada Tanggal
___________________
Dosen Pembimbing Utama
Rina Mulyati S.Psi,.M.si
3
Metode Konsentrasi Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Dalam Hati Ria Puji Rahayu Rina Mulyati
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh positif metode pelatihan konsentrasi untuk meningkatkan kemampuan membaca dalam hati Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah Ada pengaruh positif pelatihan konsentrasi dalam meningkatkan kemampuan membaca dalam hati. Subjek penelitian ini adalah siswa Sekolah Dasar, kelas tiga, inteligansi rata-rata dan kemampuan membaca dalam hati yang rendah. Adapun alat ukur yang digunakan berupa bahan bacaan dan tes tertulis berdasarkan Konsep kemampuan membaca dalam hati oleh Tarigan (1985) yakni aspek comprehension skills. Desain dalam penelitian ini adalah one group pre and posttest design. Data subjek dianalisis dengan menggunakan paired samples t test. Hasil analisis kuantitatif dengan menggunakan SPSS for windows versi12.0 menunjukkan ada pengaruh metode pelatihan konsentrasi untuk meningkatkan kemampuan membaca dalam hati, dengan p= 0.003; t= -19.000, maka hipotesis di terima
Kata kunci : Kemampuan membaca dalam hati, Metode konsentrasi
4
PENGANTAR Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu dan teknologi yang serba cepat menuntut untuk menyerap informasi-informasi baru, informasi di zaman modern ini bukan lagi bersumber dari lisan tetapi terutama bersumber dari tulisan sehingga membaca mutlak diperlukan untuk memperoleh informasi tersebut. Membaca sebagai salah satu cara untuk menambah dan meningkatkan ilmu pengetahuan, memperluas pandangan, memperkaya informasi dan merangsang munculnya ide-ide baru. Seperti yang dikemukakan oleh Gray dan Rogers (Mudjito,2001) bahwa dengan membaca seseorang dapat mengetahui hal – hal aktual yang terjadi di lingkungannya, memuaskan rasa ingin tahu dan meningkatkan minat pada sesuatu dengan lebih intensif. Beberapa penelitian lain berhasil menemukan mengenai manfaat lain dari membaca, yaitu bisa terhindar dari
penyakit
demensia,
penyakit
yang
merusak
jaringan
otak
yang
menyebabkan kepikunan (Hernowo,2003) Membaca adalah proses menginterpretasikan terhadap simbol-simbol verbal tertulis untuk memahami pesan yang dimaksud penulis.
Broughton
(dalam Tarigan, 1985) menyatakan, ada dua aspek yang terkait dalam kegiatan membaca yaitu, aspek keterampilan mekanis, dimana keterampilan ini mencakup pengenalan bentuk huruf, kata, kecepatan membaca yang relatif lambat, dan aspek kedua yaitu keterampilan pemahaman ( comprehension skills ) yang mencakup pemahaman signifikansi atau makna , pengertian sederhana, evaluasi isi cerita, dan kecepatan membaca yang fleksibel mudah disesuaikan dengan keadaan. Tarigan (1985) berpendapat bahwa pada keterampilan mekanis (mechanical skills) maka kegiatan membaca yang paling sesuai adalah
5
membaca nyaring (oral reading,aloud reading), sedangkan pada keterampilan pemahaman (comprehension skills)
kegiatan membaca yang sesuai adalah
membaca dalam hati (silent reading). Membaca dalam hati adalah membaca tanpa mengeluarkan suara dengan
tujuan utama adalah untuk memperoleh
informasi, sedangkan manfaat lainnya adalah untuk mengungkap kemampuan memahami isi bacaaan, dan meningkatkan kecepatan membaca. Carbo and Chomsky (Taylor,2002) menunjukkan hasil dari risetnya, dalam pengalaman membaca menemukan penggunaan membaca dalam hati tingkat pemahaman naratif pada siswa meningkat dibandingkan dengan penggunaan membaca dalam hati. Jika dilihat dari hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan jika anak kurang dapat menggunakan membaca dalam hati maka pemahaman akan suatu informasi ( membaca ) kurang dapat dikuasai. Manfaat lain membaca dalam hati yaitu kecepatan membaca. Menurut Idrus (1993) membaca adalah proses berpikir, sedangkan kemampuan berpikir seseorang
lebih cepat daripada kecepatan berbicara, maka jika membaca
dengan menyuarakan (aloud reading) mengakibatkan kecepatan membaca menjadi lambat. Mengingat manfaat membaca dengan membaca dalam hati cukup banyak, maka penting untuk diketahui faktor apa yang bisa mendukung efektivitas membaca dalam hati. Salah satu syarat yang dibutuhkan dalam membaca dalam hati adalah konsentrasi, dengan konsentrasi seseorang mampu dan mudah memfokuskan perhatian pada satu kegiatan saja. Membaca sendiri dalam dunia pendidikan merupakan salah satu kemampuan dasar akademik dasar ( academic basic competence ) disamping menulis dan berhitung yang harus dikuasai oleh setiap anak usia sekolah dasar.
6
Umumnya anak yang belajar di tingkat pendidikan sekolah dasar berusia 6 – 12 tahun, yang menurut Langeveld (Zulkifli,2001), masa ini disebut masa anak sekolah. Pada masa sekolah ini, kebutuhan intelektual anak berkembang dengan cepat. Mereka ingin memenuhi kebutuhan tersebut sehingga bantuan guru dan orang tua sangat diharapkan. Sabri (1993) menyatakan masa ini disebut juga periode kritis dalam dorongan berprestasi, karena pada masa inilah kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses atau sangat sukses dibentuk. Melihat banyaknya manfaat yang akan didapat jika anak memiliki kemampuan membaca, khususnya membaca dalam hati. Maka penting bagi anak untuk menguasai membaca dalam hati, tetapi tidak semua anak mempunyai kemampuan membaca dalam hati. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa kemampuan membaca dalam hati tidak berjalan baik dikarenakan siswa tidak mampu terfokus pada bahan bacaan. Hal ini juga diperkuat dengan keluhan seorang guru sekolah dasar bahwa anak-anak dalam membaca selalu terburu-buru untuk menyelesaikan bacaan dan hasilnya mereka tidak mampu menjawab pertanyaan bacaan yang diberikan. Pengalaman peneliti sebelumnya yakni keberadaan program membaca dalam hati tidak berjalan dengan baik dikarenakan peserta kurang atau tidak disertai konsentrasi dalam membaca dalam hati. Dengan prinsip membaca merupakan kemampuan maka dapat diasumsikan bahwa membaca dalam hati dapat dilatihkan, dan akan lebih baik jika dilatih terus menerus. Konsentrasi bukan merupakan bawaan, yang dapat diturunkan secara genetika. Menurut Idrus (1993), konsentrasi merupakan kemampuan yang dapat dilatih atau ditingkatkan, jadi jika seseorang sukar berkonsentrasi atau tidak dapat berkonsentrasi dengan waktu yang cukup
7
lama, maka dapat dilatih sehingga kemampuan berkonsentrasi menjadi kebiasaan. Karakter anak pada masa usia sekolah dasar, yaitu adanya dorongan untuk berprestasi dan intelektual yang berkembang cepat, maka diasumsikan membaca dalam hati ini akan lebih efektif jika digunakan pada anak usia sekolah dasar yang berada pada masa usia middle childhood, dibandingkan dengan anak-anak yang berada pada usia taman kanak-kanak. Pada masa usia kanakkanak masih berada pada keterampilan motorik dan menurut usia jenjang pembaca, usia taman kanak-kanak berada pada tahap belajar membaca sehingga sulit untuk diberikan membaca dalam hati, mereka masih memerlukan reading aloud dengan dibantu guru atau orang tua. Syarat untuk mampu melakukan membaca dalam hati salah satunya memerlukan konsentrasi, dan salah satu hal yang mendorong lancarnya atau suksesnya membaca dalam hati adalah konsentrasi. Konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan menyampingkan hal yang tidak berhubungan (Idrus, 1993), Menurut Idrus (1993) salah satu hal kebiasaan yang baik untuk membaca adalah berkonsentrasi penuh waktu sedang membaca. Sejalan dengan pendapat diatas Soedarso (2004) berpendapat apabila perhatian kita fokuskan pada bahan yang kita baca maka gagasan atau gambaran tentang isi bacaan akan nampak jelas mudah dipahami. Mengacu uraian diatas, jika anak mampu berkonsentrasi, maka diasumsikan anak akan dengan mudah dapat melakukan membaca dalam hati, namun asumsi ini perlu diuji, sehingga menurut peneliti perlu diadakannya penelitian mengenai “ metode konsentrasi untuk meningkatkan kemampuan membaca dalam hati “
8
TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Kemampuan Membaca Dalam Hati Membaca merupakan aktivitas yang berciri mengartikan simbol yang mempunyai arti bagi si pembaca ( www.encarta.com.2005), secara sederhana membaca didefinisikan sebagai proses mengambil makna dari bahasa tulis (Muktiono, 2003). Prinsip dari membaca adalah kemampuan, yakni keterampilan yang dimiliki tiap individu dan dapat ditingkatkan. Dengan prinsip tersebut maka membaca dalam hati mampu untuk dapat ditingkatkan (musselman.2005) Kemampuan membaca dalam hati merupakan salah satu bentuk dari kegiatan membaca di mana kegiatan membaca sendiri menurut pelaksanaannya terbagi dua yaitu membaca nyaring (aloud reading) dan membaca dalam hati (silent reading). Membaca dalam hati adalah membaca dengan tanpa mengeluarkan suara dan dilakukan tanpa gerakan bibir (Suyitno,1985). Kartika (2004) mendefinisikan membaca hati sebagai teknik atau cara membaca tanpa suara, dimana teknik ini lebih banyak menggunakan gerakan mata. Sedangkan Tarigan (1985) berpendapat kemampuan membaca dalam hati sebagai kegiatan membaca yang mempergunakan ingatan visual (visual memory) dalam hal ini yang aktif yaitu mata (penglihatan) dan ingatan
2. Jenis membaca dalam hati Membaca dalam hati terbagi menjadi dua, yaitu : A. Membaca ekstensif (Extensive reading). Membaca ekstensif atau membaca secara luas dalam arti objek yang dibaca meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin.
9
B.
Membaca intensif (intensive reading) Membaca intensif adalah studi seksama, telaah teliti. Membaca intensif
biasanya bahan bacaanya tidak lebih dari 500 kata.
3. Aspek Membaca dalam hati Tarigan (1985) mengemukakan membaca dalam hati terkait didalamnya adalah aspek keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills), Aspek ini mencakup : a. Memahami pengertian sederhana ( leksikal,gramartikal) b.
Memahami signifikansi atau makna
c.
Evaluasi ( isi atau bentuk )
d.
Kecepatan membaca
4. Aspek-aspek yang dibutuhkan untuk kegiatan membaca dalam hati A. Penglihatan yang tidak mengalami kerusakan. Mata
menerima
informasi
jauh
lebih
cepat
daripada
telinga
(Hernowo,2003). Soedarso (2004) menjelaskan kegiatan membaca dilakukan bersama-sama oleh mata dan otak, mata bekerja seperti kamera, yaitu memotret. Hasilnya film negatif selanjutnya otak memproses hasilnya yaitu gambar positif, ini berarti mata melihat dan otak menginterpretasikannya sehinggga si pembaca mampu memahami hasil penglihatannya. B. Konsentrasi Suyitno (1985) menyatakan membaca akan mendapatkan hasil yang diharapkan, jika ada konsentrasi atau perhatian terpusat. Hal ini sejalan dengan
10
pendapat Taylor (2002) Kunci lancarnya membaca dalam hati adalah konsentrasi.
5. Manfaat Membaca dalam hati a. Kemampuan mengkomprehensifkan bacaan b. Meningkatkan kecepatan membaca
6.
Pengertian Metode Konsentrasi Zuhairini,dkk (1993) mengemukakan, Metode berdasarkan asal katanya
terdiri dari kata metha dan logos. Metha berarti melalui atau melewati, sedangkan logos berarti jalan atau cara. Zein (1995) menyatakan metode dapat diartikan sebagai jalan yang ditempuh, maksudnya alat dari segala macam aktivitas untuk tercapainya hasil yang memuaskan. Bakker (1984) menjelaskan bahwa, metode adalah cara bertindak menurut sistem aturan tertentu guna terlaksananya kegiatan yang terarah dan pencapaian hasil yang optimal. Matlin (1994) mengatakan perhatian mengarah pada konsentrasi dimana perhatian merupakan proses pengamatan beberapa pesan sekaligus, dan mengambil satu pesan kemudian mengabaikan yang lainnya. Berarti perhatian melibatkan proses seleksi terhadap beberapa objek yang hadir, dan seseorang memilih satu objek, sementara objek yang lain diabaikan. Menurut Suharnan (2005) Perhatian dapat dibagi dua, yakni : 1. Perhatian terpilih (selective attention):
11
Perhatian yang terjadi pada waktu seseorang dihadapkan pada dua tugas atau lebih secara bersamaan waktu, Orang tersebut harus memusatkan perhatiannya pada satu tugas saja dan mengabaikan tugas yang lainnya 2. Perhatian terbagi ( Divided attention) Perhatian yang yang terjadi pada saat orang dihadapkan pada lebih dari satu sumber pesan atau sumber informasi yang saling berkompetisi, sehingga seseorang harus membagi perhatiannya satu persatu Konsentrasi pada kamus bahasa Inggris, yaitu concentrate yang berarti memusatkan, dan dalam kata benda (noun), yaitu concentration yang berarti pemusatan ( Hakim, 2003). Konsentrasi juga didefinisikan dengan memberikan perhatian penuh (full attention) terhadap suatu hal (Oxford Learner’s Pocket Dictionary, 1995). Dengan demikian, konsentrasi melibatkan atensi (attention) di dalam prosesnya. Konsentrasi
berdasarkan
asal
katanya
berarti
pemusatan,
pengumpulan, penghimpunan sesuatu pada suatu tempat atau suatu fokus (Surya, 2003). Sementara Sugiyanto (Jannah,2002) mengartikan konsentrasi sebagai kemampuan memusatkan pikiran/kemampuan mental dalam penyortiran atau menyaring informasi yang tidak dibutuhkan dan memusatkan perhatian hanya pada informasi yang dibutuhkan. Idrus (1993) menjelaskan konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan menyampingkan hal yang tidak berhubungan. Saradayrian (2004) mengartikan konsentrasi sebagai memfokuskan kesadaran pada satu objek tanpa mengalihkan sedikitpun perhatian ke sesuatu yang lain, Surya (2003) berpendapat bahwa konsentrasi merupakan pemusatan yang
12
hanya tertuju pada satu objek. Dalloway (Jannah,2004) menyatakan bahwa konsentrasi merupakan fokus perhatian. Lebih luas Hakim (2003) meyatakan konsentrasi merupakan suatu proses terfokusnya perhatian seseorang secara maksimal terhadap suatu objek kegiatan yang dilakukannya, dan proses utama dalam konsentrasi adalah menghadirkan pikiran ke dalam diri dan memfokuskan pikiran yang sudah hadir dalam diri kepada suatu objek. Soedarso (2004) berpendapat, untuk meningkatkan konsentrasi metode yang diberikan berisi dua kegiatan, yakni menghilangkan atau menjauhi hal-hal yang membuat pikiran
menjadi kusut dan memusatkan perhatian secara
sungguh-sungguh Dari pengertian-pengertian yang dikemukakan diatas maka metode konsentrasi adalah Sistem aturan untuk mencapai hasil yang optimal, dalam pemusatan pikiran dan perhatian pada satu objek dengan kegiatan menjauhi pikiran yang menjadi kusut dan pemusatan perhatian secara sungguh-sungguh. 7.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Soedarso (2004) mengungkapkan, daya konsentrasi dapat dipengaruhi
beberapa faktor, yakni : a. Minat Konsentrasi dapat disebabkan oleh minat, seseorang yang kurang konsentrasi dikarenakan kurangnya minat perhatian seseorang pada suatu objek. Dari minat terhadap suatu objek akan menimbulkan perhatian yang bersifat spontan, dalam arti seseorang akan mudah dan timbul konsentrasi secara otomatis. Seorang pelajar yang tidak berminat pada suatu bacaan akan
13
mengakibatkan kesulitan memahami isi bacaan, sehingga ini akan mendorong pelajar tersebut untuk memikirkan hal lain ataupun melamun. b. Keadaan Keadaan dan situasi dapat mempengaruhi daya konsentrasi, Ada orang yang memerlukan tempat tenang untuk berkonsentrasi, ada pula orang yang memerlukan alat bantu untuk menimbulkan konsentrasi, misalnya seseorang memerlukan bantuan radio untuk menimbulkan konsentrasi dalam membaca. Keadaan dan situasi cuaca yang kurang baik dan kurang nyamannya seseorang menghadapi suatu objek, dapat mengakibatkan konsentrasi menurun Cushman & Johnson (1995) berpendapat keadaan ketakutan, trauma dapat menjadi sumber sulitnya berkonsentrasi karena pengalaman tertekan tersebut akan kembali terulang saat ia mulai berkonsentrasi.
c. Kesiapan pada objek yang dihadapi Konsentrasi juga dipengaruhi oleh kesiapan seseorang pada objek yang dihadapi, ketidaksiapan seseorang berkonsentrasi dapat disebabkan kondisi gangguan kesehatan, atau keadaan emosional yang tidak dapat berkonsentrasi karena sedang memikirkan kesulitan yang dihadapi ataupun duka cita. Gangguan
kesehatan
betapapun
ringannya
dapat
menjadi
halangan
berkonsentrasi karena konsentrasi tidak dapat berjalan baik jika tubuh terasa sakit.
14
8. Perkembangan Anak Usia Sekolah Piaget (Hurlock,1998) usia 0 sampai 12 tahun merupakan masa yang penting bagi anak, dimana anak mengalami masa pertumbuhan
dan
perkembangan kognitif yang begitu cepat. Perkembangan kognitif pada anak sekolah menurut Piaget yaitu pada periode operational konkret dengan tahap usia 6-12 tahun. Para pendidik menyebut masa ini sebagai masa usia sekolah dasar, karena pada masa ini anak mengikuti pendidikan di Sekolah Dasar dengan harapan memperoleh dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang penting guna keberhasilan dan penyesuaian hidup di masa dewasa nanti. Sabri (1993) berpendapat masa ini disebut periode kritis dalam dorongan berprestasi, karena pada masa ini kebiasaan untuk mencapai sukses atau tidak sukses dibentuk. Zulkifli (2001) juga menyebutkan pada masa ini anak haus akan pengetahuan
dan pada masa ini intelektual anak berkembang
dengan cepat, mereka ingin memenuhi kebutuhan tersebut.
9.
Dinamika Kemampuan Konsentrasi dengan Membaca dalam hati Pesatnya kemajuan mesin cetak dihadapkan pada arus banjir informasi,
sehingga penyebaran informasi begitu cepat dan disebarkan. Fenomena ini menuntut orang untuk mendapatkan informasi baru dengan membaca. Kegiatan membaca yang terbesar dalam masyarakat adalah membaca dalam hati (Tarigan,1985), maka kemampuan membaca dalam hati mutlak dimiliki oleh setiap orang. Salah satu syarat pendukung lancarnya kegiatan membaca dalam hati adalah konsentrasi.
15
Konsentrasi dilakukan oleh individu untuk memilih jenis informasi yang tepat diantara sekian banyak informasi yang dapat diproses lebih lanjut. Salah satu kemampuan dasar yang paling penting dalam kegiatan belajar adalah kemampuan untuk memusatkan perhatian dan untuk membaca seorang anak harus
mempunyai
kemampuan
untuk
memusatkan
perhatiannya
(Abdurrahman,2003). Mussen (1988) menyatakan salah satu faktor kegagalan anak dalam berprestasi adalah ketidakmampuan anak untuk memusatkan perhatiannya. konsentrasi terfokus dalam belajar merupakan faktor utama yang penting untuk diajarkan kepada siswa agar siswa mampu mencapai kesuksesan belajar (Utami,2001). Pendorong lancarnya membaca dengan membaca dalam hati adalah konsentrasi. maka konsentrasi mutlak diperlukan dalam pelaksanaan membaca dalam hati, dengan konsentrasi pada membaca dalam hati maka pemahaman bacaan akan lebih mudah dipahami dan waktu yang digunakan untuk membaca semakin singkat (Taylor,2002). Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa konsentrasi mampu meningkatkan membaca dalam hati
HIPOTESIS Ada pengaruh positif pelatihan konsentrasi dalam meningkatkan membaca dengan membaca dalam hati
METODE PENELITIAN Identifikasi Variabel Penelitian Variable-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :
16
1. Variabel Tergantung
: Kemampuan membaca dalam hati
2. Variabel Bebas
: Metode konsentrasi
3. Variabel Kontrol
: Inteligensi
Definisi Operasional Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Kemampuan membaca dalam hati Adalah kemampuan membaca tanpa bersuara di mana dengan membaca tersebut subyek bisa memahami isi bacaan secara akurat dan komprehensif serta dilakukan dalam waktu yang relatif singkat. Tingkat membaca dalam hati akan diungkap dengan Skala membaca dalam hati yang disusun berdasarkan konsep membaca dalam hati yang dikemukan
oleh
Tarigan
(1985)
dengan
aspeknya
yaitu
Keterampilan
pemahaman (Comprehension skills). Semakin tinggi skor yang diperoleh subyek dari skala Membaca dalam hati
maka semakin akurat dan komprehensif
pemahaman subyek akan isi bacaan dan semakin singkat waktu yang diperlukan untuk membaca dalam hati, maka semakin tinggi pula membaca dalam hati yang dijalankan. Sebaliknya semakin rendah skor membaca dalam hati yang diperoleh menunjukkkan membaca dalam hati yang rendah.
2. Metode konsentrasi Adalah serangkaian upaya untuk meningkatkan kemampuan memusatkan pikiran dan perhatian pada satu objek dengan mengenyampingkan hal-hal yang tidak berhubungan. Kemampuan konsentrasi akan ditingkatkan dengan metode
17
pelatihan. Pelatihan konsentrasi menggunakan media permainan yaitu Puzzle, menghitung titik, menelusuri benang, stroop effect dan mendengar kata 3. Inteligensi
Adalah skor yang didapat dari tes CPM. Semakin tinggi skor yang diperoleh dalam menjawab pada soal CPM maka semakin tinggi pula tingkat Inteligensi Subjek. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi Sekolah Dasar kelas 3 SD, memiliki skor inteligensi rata-rata dan kemampuan membaca dalam hati yang rendah
D. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental, yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui efek yang ditimbulkan dari suatu perlakuan yang diberikan secara sengaja oleh peneliti (Latipun, 2004). Desain dalam penelitian ini adalah one group pre and posttest design yaitu desain eksperimen yang hanya menggunakan satu kelompok subjek (kasus tunggal) serta melakukan pengukuran sebelum dan sesudah pemberian perlakuan pada subjek (Latipun, 2004). Berikut rancangan eksperimen yang digunakan: Tabel 2 Rancangan Eksperimen Alat Eksperimen Pretest Perlakuan Postest Keterangan: Y1 : skor total pada pretest Y2 : skor total pada posttest
Kelompok Eksperimen Y1 X Y2
18
X: perlakuan Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan : 1. Pengumpulan Data 1.1. Pengumpulan data Membaca dalam hati Alat ukur membaca dalam hati ini diambil dari Buku Panduan Kelas III SOLUSI (Ringkasan Materi & Soal Evaluasi), yang sebelumnya peneliti telah mensurvei sekolah mengenai buku-buku yang dipakai, karena buku materi SOLUSI ini tidak dipakai oleh sekolah yang diteliti maka peneliti memakai Bacaan dari SOLUSI sebagai alat ukur. 1.2. Konsentrasi Konsentrasi anak akan dilatih dengan diberi pelatihan konsentrasi dengan dibagi 2 sesi : 1. Sesi 1
: Ice breaking
2. Sesi II
: Pelatihan Konsentrasi berupa puzzle, menghitung titik, benang
kusut, stroop effect dan mendengar kata
1.3.
Skala CPM
Taraf Kecerdasan berdasarkan Kategori CPM
E. Metode Analisis Data Metode analisis data penelitian ini adalah dengan paired samples t-Test. Variabel yang akan dianalisis adalah variabel skor pretest dengan skor posttest subjek. Perhitungan-perhitungan tersebut akan dilakukan dengan komputer
19
menggunakan program Software Statistical Product and Service Solution (SPSS) 12,0 for Windows.
HASIL PENELITIAN 1.
Deskripsi Responden Penelitian
Pemilihan subjek penelitian berdasarkan kriteria sebagai berikut, subjek merupakan siswa kelas tiga, memiliki tingkat intelegensi rata-rata. Pengambilan subjek berdasarkan ciri pertama yaitu subjek memiliki tingkat inteligensi rata-rata, maka responden total yang berjumlah 30 disaring berdasarkan tes Inteligensi, maka didapat 13 responden.
2.
Hasil Uji Statistik Deskriptif Berdasarkan deskripsi statistik data penelitian pada skala membaca
dalam hati dapat dilihat dalam tabel Tabel 1 Deskripsi Data Penelitian Variabel Min
Hipotetik Maks
Empirik µ
Skor Pre test 1 41 21 Skor Post test 1 41 21 Catatan : µ = rerata ; s = standar deviasi
s 6.67 6.67
Min 6 8
Maks
µ
30 33
20.80 21.70
Deskripsi data penelitian digunakan untuk membuat kategorisasi
s 6.59 5.86
membaca
dalam hati, yaitu : kategori rendah, sedang, dan tinggi. Kategori dibuat berdasarkan tiga kategori. Tabel 2 Penggolongan kemampuan membaca dalam hati Responden Kategori Rumus Nilai ? 28 Tinggi (µ + 1.0 s ) > X Sedang (µ - 0.1 s )= X < (µ + 1.0 s ) 14 ? X ? 28 Rendah X < (µ - 1.0 s ) < 14 Catatan : µ = rerata ; s = setiap satuan standar deviasi ? 1
20
Tabel 3 Deskripsi Kategori Responden Berdasarkan Hasil Pre Test Kategori Norma N Tinggi >28 5 14 ? X ? 28 21 Sedang Rendah < 14 4
Presentase 16.66 % 70 % 13.33
Berdasarkan Hasil Pre test, secara umum kategori membaca dalam hati pada responden kelas tiga berada di kategori sedang. Secara khusus perubahan kategori responden utama dalam penelitian sebelum dan setelah pelatihan dapat dilihat dalam tabel 12. Tabel 12 Deskripsi Perubahan Kategori Responden Utama Penelitian Sebelum dan Setelah Pelatihan Subjek Mean Pre-test Kategori Mean Post-test Kategori 1 7.00 Rendah 13.00 Sedang 2 12.00 Rendah 19.00 Sedang 3 11.00 Rendah 17.00 Sedang
3.
Uji Hipotesis Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada
perbedaan membaca dengan membaca dalam hati sebelum dan setelah pelatihan. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t. Uji perbedaan dilakukan dengan melihat selisih antara skor pre test dengan skor post test. Tabel 4 Hasil analisis skor Pre test dan Pos test Subyek Mean Mean Selisih Uji-t PrePostMean tes test 3 10 16.33 6.33 -19.000
Sig. (2-tailed)
Signifikansi
0.003
Signifikan
Berdasarkan tabel di atas, pada responden utama penelitian mengalami perubahan nilai mean sebelum mengikuti pelatihan sebasar 10 dan setelah mengikuti pelatihan sebesar 16.33. Uji hipotesis menunjukkan nilai t = -19.000
21
dengan nilai p = 0.003 (p < 0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa ada perbedaan antara selisih skor pre test dengan skor post test. Berdasarkan hasil analisis di atas, maka hipotesis penelitian yang berbunyi ada pengaruh kemampuan membaca dalam hati yang dijalankan sebelum siswa diberi pelatihan konsentrasi
dengan setelah diberi pelatihan
konsentrasi diterima.
PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa ada perbedaan membaca dalam hati antara sebelum dan setelah metode pelatihan konsentrasi. Artinya Metode konsentrasi terbukti dapat meningkatkan kemampuan membaca dalam hati B. Saran Bagi peneliti selanjutnya yang akan mengadakan penelitian mengenai konsentrasi dan membaca dalam hati, diharapkan untuk memperhatikan alat ukur yang digunakan, perlunya menambahi bentuk skala indikator Evaluasi dengan bahasa verbal guna mengungkap kemampuan Evaluasi Bacaaan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta. Rineka Cipta Azwar, S. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta. Pustaka Pelajar
Baker, A. 1984. Metode-Metode Filsafat. Jakarta. Ghalia Indonesia
Best, J.B. 1989. Cognitive Psychology Second Edition. West Publishing Company. St. Paul Cushman & Johnson. 2000. Trauma and Anxiety In Attention.//www. Yahoo.com. 27/07/2005
Dayan. 2005. Cara Membaca cepat. // http.SekolahIndonesia.Com/ 3 Agustus 2005 DePorter, B. & Hernacki, M. 2000. Quantum Learning: Unleasing the Genius in You. New York: A Dell Trade Paperback. Eysenck. 2000. Cognitive Psychology Fourth Edition.New York. Psychology Press Freed, J & Laurie, P. 2006. Anak-Anak yang Berotak Kanan Di Dunia Yang Berotak Kiri. Batam. Karisma publishing Group.
Gie, T. L. 2003. Efisiensi Untuk Meraih Sukses. Yogyakarta. Panduan
Hakim, T. 2003. Mengatasi Gangguan Konsentrasi. Jakarta. Puspa Swara.
Hernowo, 2003. Andaikan Buku itu Sepotong Pizza. Bandung. MLC
. 2003. Quantum Reading. Bandung. MLC
23
Iswara, D.P & Hartasujana S.A. 1996. Kebahasaan dan Membaca dalam Bahasa Indonesia. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jannah, M. 2004. Pelatihan Meditasi Otogenik untuk Meningkatkan Konsentrasi Pada Atlet Lari Jarak Pendek. Tesis (Tidak Diterbitkan). Yogyakrta. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Idrus, A.H. 1993. Kiat Sukses Belajar ( a key to study succesfully ). Pekalongan. CV. BAHAGIA. Jindrich, S. 2005. How to Help Children Learning:Saat Mendampingi Anak. Jogjakarta. Book Marks Kartika, E. 2004. Memacu Minat //wikipedia.org/12 Februari 2006
Membaca
Siswa
Sekolah
Dasar.
Latipun. 2002. Psikologi Eksperimen. Malang. Universitas Muhammadiyah Malang Matlin, M. W. 1994. Cognition. New York: Holt, Rinehart and Winston
Mussen, P,H. Conger,J.J. Kagan, J. 1988. Perkembangan dan Kepribadian Anak. Jakarta. Erlangga Prawirasumantri, , 1997. Sematik Bahasa Indonesia. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Santrock, W. 2002. Life Span Development ( Perkembangan Masa hidup) jilid 1. Jakarta. Erlangga Saradayrian, T.2004.The Power of Mind : Menguak Rahasia Kekuatan Pikiran Anda. Jakarta, Delphi Publisher
Slameto. 1995. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta. Rineka Cipta Soedarso. 2004. Speed reading: Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama Suharnan. 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya. Srikandi Surapranata, 2005.Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi kurikulum 2004.Bandung. PT Remaja Rosdakarya
24
Identitas Penulis
Nama
: Ria Puji Rahayu
Alamat
: Nganggruk, Jakal Km. 12
No. telepon
: 0813 284 19601