NASKAH PUBLIKASI
ANALISA KOPING MEKANISME PADA LANSIA DI POSYANDU TANJUNG TERHADAP KESEHATAN PARU SAAT TERJADI BENCANA KABUT ASAP DI KOTA PONTIANAK TAHUN 2015
KARTIKA SARI NIM. I31112030
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2016
ANALISA KOPING MEKANISME PADA LANSIA DI POSYANDU TANJUNG TERHADAP KESEHATAN PARU SAAT TERJADI BENCANA KABUT ASAP DI KOTA PONTIANAK TAHUN 2015
Abstrak Latar belakang: Bencana kabut asap yang terjadi akibat dari kebakaran hutan dan lahan menimbulkan dampak kesehatan terutama terhadap kesehatan paru-paru pada kelompok rentan seperti lansia. Beberapa lansia ada yang mengalami sesak napas dan ada yang tidak. Perbedaan koping individu dalam menjaga kesehatan pada saat bencana mempengaruhi status kesehatan lansia. Tujuan: Untuk mengetahui koping mekanisme pada lansia di Posyandu Tanjung terhadap kesehatan paru saat terjadi bencana kabut asap. Metodologi Penelitian: Menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang dianalisis dengan menggunakan metode Collaizi. Penelitian pada 6 informan, usia antara 60-70 tahun. Hasil: Ditemukan analisis 8 tema yaitu: persepsi lansia terhadap bencana kabut asap di kota Pontianak tahun 2015, aktivitas lansia pada saat bencana kabut asap, dampak bencana kabut asap terhadap kesehatan paru yang dialami pada lansia, koping mekanisme yang digunakan lansia saat bencana kabut asap, ketidaknyamanan lansia dalam menggunakan alat perlindungan diri pada saat bencana kabut asap, cara lansia menjaga kesehatan paru, alasan lansia banyak beraktivitas di dalam rumah saat terjadi bencana kabut asap, dukungan keluarga terhadap lansia dalam menangani masalah pada saat bencana kabut asap. Kesimpulan: Pada lansia yang tinggal dengan keluarga cenderung menggunakan koping adaptif. Perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan paru terhadap lansia dan keluarga tentang koping yang baik pada gangguan sistem pernapasan. Kata kunci: Lansia, Mekanisme Koping, Kabut asap Referensi: 78 (2006-2015)
1
COPING MECHANISM ANALYSIS OF ELDERLY AT POSYANDU TANJUNG ON LUNGS HEALTH DURING 2015 SMOKE MIST DISASTER IN PONTIANAK CITY
Abstract Background: Smoke mist disaster caused by fires on land and forest can trigger health issue mainly lungs health of vulnerable groups such as the elderly. Some elderly experience shortness of breath while some others do not. Difference individual coping during the disaster affect elderly health status. Objective: To examine the coping mechanism of elderly at Posyandu Tanjung on lungs health during 2015 smoke mist disaster in Pontianak city. Methods: This study used a qualitative method with phenomenological approach that analysis was used with Collaizi method. The study was done to 6 informants, aged between 60-70 years old. Result: Eight themes was analysis found: elderly perception on 2015 smoke mist disaster in Pontianak city, elderly activity during smoke mist disaster, impact of smoke mist disaster on lungs health experienced by elderly, coping mechanism used by elderly during smoke mist disaster, elderly discomfort while utilizing universal precaution equipment during smoke mist disaster, the way elderly maintain their lungs health, the reason of elderly doing most of their activity in the house during smoke mist disaster, family support for elderly to maintain problems during smoke mist disaster. Conclusion: Elderly who live with family will likely to use adaptive coping. Nurses can provide education to the elderly and their family about health education good coping mechanism of respiration system problem. Keywords: Elderly, Coping Mechanism, Smoke Mist References: 78 (2006-2015)
2
PENDAHULUAN Kebakaran hutan dan lahan
beliau tidak melakukan apa-apa atau
(karhutla) yang terjadi di Indonesia
membiarkan saja. Lansia tersebut
dalam kurun waktu 18 tahun terakhir
merasakan bahwa masalah yang
dan setiap tahunnya di sebagian
dialami dianggap biasa saja. Pada
besar terjadi di pulau Sumatera dan
lansia
Kalimantan2. Kebakaran di Indonesia
dirinya tidak mengalami apa-apa,
pada tahun 2015 ini berbeda dari
kondisi
tahun-tahun
biasanya saat terjadi kabut asap.
sebelumnya,
karena
lain
mengatakan
baik-baik
Beliau
semakin banyak, wilayah terdampak
sehingga
makin luas, serta periodenya yang
bencana kabut asap dengan cara
semakin panjang yang dipengaruhi
menjaga menjaga pola makan dan
oleh musim kemarau dan gelombang
banyak mengkonsumsi air putih agar
pada
saat
1,2
. Salah satu dampak
bencana
kabut
menjaga
seperti
wilayah kebakaran hutan dan lahan
panas El Nino
bisa
saja
bahwa
terhindar
kesehatan
dari
dampak
kekebalan tubuh kita terjaga.
asap
Sistem
pernapasan
lansia
ditemukannya fenomena dari seorang
mengalami penurunan fungsi, otot
lanjut usia (lansia) yang mengalami
dada mengalami atropi, diameter
sesak napas. Pada saat itu kualitas
saluran napas mengalami pengecilan
udara bisa dikatakan sangat tidak
tidak seperti pada orang dewasa
sehat untuk dihirup, dimana kabut
sehat8. Jika ada rangsangan dari luar,
asap yang tebal berlangsung dari
misalnya
pagi hingga malam hari.
pembengkakan di saluran pernafasan
asap
akan
terjadi
Pada saat peneliti melakukan
dan pipanya mengecil yang akan
studi pendahuluan di wilayah kerja
memudahkan terjadinya sumbatan.
Posyandu
komunikasi
Napas lansia menjadi sesak dan jika
personal terhadap seorang lansia
ada lendir akan tambah sesak lagi.
didapatkan
mengalami
Infeksi pada saluran napas akibat
gangguan pernapasan sesak napas
kuman yang terbawa dalam kabut
padahal tidak memiliki riwayat sesak
asap juga bisa meningkatkan resiko
sebelumnya.
pneumonia atau radang paru. Kondisi
Tanjung, beliau
Pada
saat
kejadian 3
udara yang buruk akibat kabut asap
usaha menyesuaikan diri dengan
yang
stres, dengan memilih strategi yang
terjadi
bahkan
berminggu-minggu
berbulan-bulan
bisa
paling sesuai serta menuntut evaluasi
menurunkan fungsi paru. Lansia
yang berkesinambungan5. Penelitian
yang rentan terhadap infeksi dengan
mengenai mekanisme koping oleh
daya tahan tubuh yang menurun
Sanders,
terpapar dengan komponen asap
menunjukkan lansia menggunakan
yang terakumulasi di paru, makin
mekanisme koping berfokus emosi
memperburuk kondisi fungsi paru3.
melalui berdoa dalam mengatasi
Labott,
et
al.
(2010),
dalam
sakit pada penyakit kronis sel sabit6,
penelitian ini adalah dampak dari
penelitian Hill, Dziedzic, et al.
bencana kabut asap yang dirasakan
(2010) menunjukkan hasil berbeda
lansia
mengganggu
bahwa lansia menggunakan koping
kesehatannya khususnya kesehatan
pertahanan diri menghindar dalam
paru. Dikhawatirkan ke depannya
mengatasi
jika bencana kabut berulang lansia
osteoarthritis7.
Persoalan
penting
sangat
tidak mempersiapkan pencegahan
stres
akibat
Berdasarkan
penyakit
uraian
diatas,
untuk dirinya terhadap kesehatan
dapat disimpulkan bahwa terdapat
paru dan lingkungan sekitarnya.
perbedaan
Perlu strategi cara yang baik dalam
mengatasi
mengatasi permasalahan (problem
kesehatan lansia saat terjadi bencana
solving) kesehatan paru yang terjadi
kabut
sehingga lansia tidak terjadi kondisi
penelitian ini dengan mengeksplorasi
yang makin parah.
pengalaman
Koping (coping) pada individu untuk
menangani
menyeimbangkan situasi
yang
masalah emosi
cara
asap.
pendekatan
individu
masalah Perlu
dalam terhadap
dilakukan
hidup fenomenologi
dengan guna
dan
menggali lebih dalam tentang analisa
dalam
koping mekanisme pada lansia di
penuh
tekanan.
Posyandu
masalah
tersebut
kesehatan paru saat terjadi bencana
mencakup semua hal yang dipikirkan
kabut asap di Kota Pontianak tahun
atau
2015.
Penanganan dilakukan
seseorang
dalam 4
Tanjung
terhadap
validasi maka digabungkan dengan
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian
kualitatif
deskripsi data yang telah ada9.
dengan
pendekatan fenomenologi deskriptif.
HASIL PENELITIAN
Lokasi di wilayah kerja Posyandu
Tema 1. Presepsi Lansia terhadap Bencana Kabut Asap Di Kota Pontianak Tahun 2015
Lansia Tanjung Jalan Alianyang
“Bencana kabut asap bikin cuaca tidak enak dan rasanya pengap. Bencana kabut asap tahun 2015 kemaren tu dirase paling parahlah” (I.1) “Kalo kita evaluasi ya sebenarnya lebih parah yang tahun kemaren ini tahun 2015 dari pada sebelumnya.”(I.2) “Banyak menimbulkan penyakit, asma segale macam. Bencane kabut asap tahun 2015 lebeh parah dari pade tahun-tahun sebelumnye.”(I.3) “Disamping kabut asap yang tebal, saya pun jarang keluar ke rumah dan kalau keluar tu harus pakai masker, kalau tidak pakai masker memang terasa sesak di dada, kalau malam tu batuk, buat mata pedih, ade rasa demam, kabut asap kemaren lebih parah tahun mungkin 2015 ini lah” (I.4) “Kebakaran hutan kemren merusak lingkungan hidup, mengganggu pernapasan, hawanya bikin penyakit” (I.5) “Kebakaran hutan membayakan masyarakan, bise bikin sakit napas, sesak napas ke anak-anak same ortu. Bedenye kebakaran hutan dari tahun kemaren-kemaren sebelum 2015 tu biase jak asapnye yang tahun 2015 tu lebeh parah.” (I.6)
Asrama Pangeran Hidayat Kelurahan Sei. Bangkong Kec. Pontianak Kota Kalimantan
Barat.
Penelitian
dilaksanakan
tanggal
28
Maret
sampai 11 April 2016. Informan yang berpatisipasi dalam penelitian sebanyak 6 orang lansia dengan rentang usia 60-75 tahun.. Data
dikumpulkan
dengan
metode wawancara mendalam semi terstruktur
dengan
waktu
10-15
menit dan direkam dengan alat perekam.
Hasil
wawancara
di
transkripsikan kemudian dianalisis menggunakan metode Colaizzi yaitu menggambarkan diteliti, partisipan
fenomena
yang
mengumpulkan
deskripsi
terhadap
fenomena,
membaca semua deskripsi partisipan,
Presepsi
memunculkan setiap makna yang muncul
dari
setiap
lansia
terhadap
bencana kabut asap di kota Pontianak
pernyataan
tahun 2015 bahwa bencana kabut
signifikan, mengatur makna yang
asap dari kebakaran hutan dapat
muncul dalam bentuk kelompok
merusak lingkungan hidup selain itu
tema, menuliskan deskripsi yang
bencana kabut asap tahun 2015
sudah jenuh, kembali ke partisipan
dirasa paling parah dari pada tahun-
untuk validasi, jika ada data baru saat
tahun sebelumnya. Berbagai alasan 5
yang dianggap sangat mempengaruhi
serta karena cuaca pada saat bencana
kesehatan lansia, antara lain karena
dirasa
cuaca
sehingga lansia banyak melakukan
dan
hawanya
menimbulkan pernapasan
penyakit seperti
sampai gangguan
sesak
tebal
“Rasenye gak enak badan, hidung pengar…..hidung pengar, same demam 2 hari jak…. batuk 5 harilah, habis itu sembuh dah, same kadang-kadang ndak enak nafsu makan pas ndak enak badan tu…..demam dulu baru batuk, seminggulah kemaren sakit tuh pas bencana….batuk berdahak, sampai ade dahak yang keluar…..itubah rasanya pas bernafas, panas, gatel, pengen bersin terus rase debunya masuk hidung….selama kabut asap kemaren itulah, tapi ndak sampai pilek sama sesak.” (I.1) “Ya dari segi pernapasan memang agak terganggu….mungkin sesak napas gitu, batuk si gak soalnya saya pakai masker, cuman napas sepertinya tidak leluasa saja, flu saya tidak juga.” (I.2) “Saye ade kenak pilek, pilek biasa jak, batuk si ndak, pusing same gelap pandangan kite, terganggu la pandangan.” (I.3) “Mata pedih, batuk, biase demam….pilek jak saya.” (I.4) “Sesak napas, batuk pilek ndak berhenti, bersin ndak berhentihenti……batuk dulu pertama, satu-satu trus ilang, baru pilek… bersin-bersinnya tu ya kalau pas lagi batuk ikut bersin gitu……kate orang Pontianak mbah ni batuk 100 hari, suka atilah aku bilang …..kadang pusing, demam saya kayak gigil gitu.“(I.5) “Saye tu sampai sekarang ni ape sesak napas masih ade si…..kambuh…. sampai sekaranglah ni belom anok, sesaknye ilang datang, asal kerje berat tu kambuh die.” (I.6)
Tema 2. Aktivitas Lansia Saat Terjadi Bencana Kabut Asap yang Mempengaruhi Kesehatan Paru
“Seperti biasanya setiap hari jualan jamu tapi pas bencana hanya sekali dipagi hari biasanyakan 2 kali” (I.1) “Seperti biasa kerja, saya kan kerja di swasta di gudang seng, dan sore sudah pulang, malam istirahat dirumah”(I.2) “Aktivitas sih sering di dalam rumah jak kan, paling ngajar ngaji, kalo ada yang meninggal saye mandikan orang meninggal dah itu jak”(I.3) “Banyaknya aktivitas di rumah, jarang keluar di rumah, kalau udara tidak memungkinkan cuaca asapnya tebal saya ndag keluar, tapi kalau asapnya tidak terlalu tebal saya keluar.” (I.4) “Di rumah aja, gag kemana-mana, paling-paling dipanggil orang bantu masak” (I.5) “Kerje biase jak saye dari jam 8 sampai jam 12, di kantor vitran di belakang kantor polisi sebagai anggota jak,” (I.6)
pada
yang
Tema 3. Dampak Bencana Kabut Asap terhadap Kesehatan Paru yang dialami pada Lansia
napas,
mata.
lansia
asap
aktivitas hanya di dalam rumah.
gangguan penglihatan yaitu iritasi
Aktivitas
kabut
saat
terjadi bencana kabut asap adalah aktivitas seperti biasa sama seperti sebelum terjadi bencana kabut asap ada yang berdangan, kerja di gudang dan kerja di kantor selain itu lansia banyak di dalam rumah karena kesehariannya jarang keluar rumah
6
sakit pun ndak pernah parah-parah benar…kalau sekarang ni sakit-sakit masih bisa masak, saye pun ikut senam juga pas kabut tu di depan puskesmas Alianyang setiap hari Jumat.” (I.3) “Setiap hari Minggu tu ada ikut senam pernapasan tu senam asma…..kalau batuk saya minum obat jak, obat herbal, kalau sesak saya kasih remason…..beli obat di apotik, obat demam same obat mata, saye biase beli diapotik mandiri, sama minum jamu beras kencur.” (I.4) “Saya kan baru gabung dianggota di posyandu lansia tanjung, jdi pas bencana saya berobat ke puskesmas Alianyang……dikasik obat batuk warna kuning, sama obat pilek, dikasik vitamin…..Susu beruang, itukan mencuci paru-paru terus disarankan dengan dokter Bambang setelah jantung tu makan apa, hipermood…obat batuk, vitamin, apa lagi ya, ada 4 macam kalau ndak salah tu, obat batuk caer ade same pil juga ade, paracetamol dikasih juga saya…saya kasih paracetamol alhamdulillah langsung saya tidur jak, saya tu kalo sakit jarang kemana-mana, saya tidur jak, mau keluar pun ndak enak pas kabut tidur jak .” (I.5) “Perikse ke puskesmas, kate orang sana jantung pun ndag pape….. minum obat pil, macam kapsul tu, kalau obatnye habis pun dikasik dengan obat yang same dipuskesmas….minum jamu, biase 2 atau 3 kali jamu sesak napas, tapi kalau bibi jamu lewat saye beli, tapi pas bencane kurang minum bibinye ndak ade lewat…..Saye tu biase kalo kerjekan pakek sepeda tu, sekalian melatih napas gak, kan sehat gak.” (I.6)
Dampak dari bencana kabut asap terhadap kesehatan paru yang dialami pada lansia adalah gangguan pernapasan seperti batuk, flu, sesak napas, bersin karena debu dari hasil pembakaran dari kabut asap terhirup ke dalam hidung, selain itu dampak dari kabut asap mengakibatkan sesak napas pada informan yang memiliki riwayat sesak napas sebelumnya kambuh serta gangguan penglihatan yaitu mata perih akibat dari partikel kabut asap mengenai mata. Tema 4. Koping Mekanisme yang Digunakan pada Lansia Saat Terjadi Bencana Kabut Asap Tahun 2015
“Kalo batuk tu saye kasih olesin leher pakek minyak kampak jak sama minum jamu jualan saye minum beras kencur, kunir asem, same ade paitan juga, rebusan tu bah ndok…ade dapat obat dari puskesmas pas pengobatan rutin tu, dapat obat batuk, obat demam, sama multivitamin.” (I.1) “Ya berusaha untuk memakai masker, agar pernapasan kita lebih terjaga…..ya untuk melindungi dari kabut asap yang tebal itu…..ngecek juga masalah kesehatan, cek up kesehatan di Puskesmas…..ya berobat sendiri di puskesmas… minum jamu…..saya masih mampu berusaha sendiri……saya biasa melakukan sendiri, tidak ingin merepotkan keluarga saya itu orangnya dari muda terbiasa mandiri sejak bujangan dari sekolah, kuliah, biarpun gelar tidak saya gunakan. Dari muda saya senang sekali berolah raga senam sampai sekarang.” (I.2) “Makan obat dari puskesmas, minum jamu tetap 2 hari sekali, rutin ……saye
Koping
mekanisme
yang
digunakan pada lansia saat terjadi bencana kabut asap tahun 2015 adalah informan berpendapat kalau batuk diolesin menggunakan minyak kampak,
minum
jamu
dan
mengkonsumsi obat yang didapat dari
7
Puskesmas,
informan
ada
berpendapat
yang
menggunakan
hanya
pembagian
masker
menggunakan masker saat beraktivitas
diawal-awal
di luar rumah dan check up kesehatan
gratis, setelah itu tidak digunakan
di Puskesmas, informan berpendapat
lagi.
membeli obat di apotik dan mengikuti
menggunakan selendang atau sapu
senam asma.
tangan untuk menutup hidung ketika
Tema 5. Ketidaknyaman Lansia Dalam Menggunakan Alat Perlindungan Diri Pada Saat Bencana Kabut Asap
Informan
lebih
memilih
berada di luar rumah. Padahal pada saat terjadi bencana kabut asap sangat penting menggunakan alat
“Pakek selendang jualan jak tu….ndaklah ndak kepengen pakek masker, ade dikasik orang ndak mau saye makeknye, risih, malu juga, masak jualan pakek masker……Malu, hehhehe.” (I.1) “Ndak, ndak saya pakek, padahal dikasih juga maskernya…..ndak betah kalo saya harus pakai, risih saya, saya malah bakar sampah depan rumah pas kabut-kabut tu ndak papa, sekalian ngusir nyamuk, di suruh masuk sama anak pas kabut, saya biase jak, palingan pakek sapu tangan jak, ndak susah kalo ada percikan mulutpun tertutup, gitu jak kan ndak repot-repot.” (I.5) “Ndak ade, kace mate pun ndak makai saya, maseh jelas pula saye mandang ni, mate maseh normal pula tu, kalau malam maseh nampak …..ndak pakai masker saye…..dekat sini pun tempat kerje, ade si puskesmas makek, makek 2,3 hari jak habis itu tadak……kurang anoklah kurang ape kate orang tu, kurang bebas lah.” (I.6)
perlindungan diri seperti masker karena pada saat itu cuaca kabut asap tebal. Tema 6. Cara Lansia Menjaga Kesehatan Paru
“Minum air jak, karena minum air puteh tu mencegah penyakit paru, minum air putih setiap pagi bagus juga.”(I.1) “Kalo menurut saya sih gak punya pendapat yang akurat, kita ikuti saja saran dari petugas kesehatan diantaranya penggunaan masker, menjaga pola makan, banyak minum air putih, tambahan makan buah-buahan, suplemen/vitamin itu tdi.” (I.2) “Jangan terlalu banyak merokok, jangan konsumsi minuman keras, banyak-banyak minum air putih.” (I.3) “Ronsen kalau batuk ditemukan batuknye lama, kalau lansia diperhatikan, vitamin, susu.”(I.4) “Kalau kita pergi, ini ditutup, apalagi kalau malam, (sambil memegang baju)…….makanan juga dijaga.” (I.5) “Mencegahnye dengan minum obat ke ape, vitamin ke ape, makan buahbuahan gak, minum aer putih.” (I.6)
Ketidaknyaman lansia dalam
menggunakan alat perlindungan diri saat terjadi bencana kabut asap yaitu merasa risih atau tidak nyaman saat
Cara lansia dalam menjaga
menggunakan masker, malu untuk
kesehatan
memakainya, merasa napas tidak
paru
dengan
mengkonsumsi air putih, menjaga
leluasa saat menggunakan masker,
pola makan seperti konsumsi buah, 8
sesekali nengokin saya …..adelah, anak angkat bude jak, kalo ade ape-ape bilang jak ke anak, itu jak si.”(I.1) “Ye die berikan nasehat jak, nanti kaka belikan obat, mama istirahat jak,,, gitu,,,,” (I.3) “Ya anak saya bilang jangan keluar rumah, kurangi aktivitasnya, saya bilang kalo asapnya tebal, saya ndak keluar, kalo asapnya ndak terlalu tebal saya baru keluar….itulah saya bilang kalo sakit gak begitu lama sih, kalo habis minum obat sembuh, tapi ndak berkepanjangan, kitekan ndak banyak keluar rumah…Secara otomatislah mbak, kalau orang tua sakit, anak nyuruh kita minum obat, ngasih tau jage pola makan kayak ndak boleh makan yang pedas, jangan banyak minum es.” (I.4) “Ya berunding sama anak, bagaimana baiknya seperti berobatlah mak, periksakan, jaga pola makan mak, cabe ndak bole, es ndak bole, mbak Ros kalau saya minum es marah dia…..ya nasehat jak, biase sampai dibelikan obat berape macam, dibelikan obatpun ndak semboh-semboh saye bilang, jangan minum es mak, minum es ndak minum es jak saye batuk, minum sekali jak, hehe mbak Ros kan suka beli jus tuh……ya mbah Ros tulah, sampai saya dimandikan di dalam kamar, sikat gigi ape, siapin air hangat, sama cucu yang biasa mijitin saya, saya suruh dia beli obat juga...iya terutama jaga pola makan aja itu sih.” (I.5) “Pastilah same istri tu….ade istri yang ngerawat sampai sembuh, mane ade nak libatkan keluarge, keluarge pun dah jaoh-jaoh……biase anak Agus tu datang, tapi tetep istri lah yang ngerawat, belikan obat ape gitukan…panggil anak yang paling tue, biasenye istrinye datang ngerawat kite lah.” (I.6)
suplemen atau vitamin, susu, tidak merokok,
tidak
mengkonsumsi
minuman keras serta check up paru seperti
ronsen
ketika
ditemukan
batuk yang cukup lama diderita. Tema 7. Alasan Lansia Banyak Beraktivitas Di Dalam Rumah Saat Terjadi Bencana Kabut Asap
“Sayekan jarang keluar rumah, kalo mau keluar-keluar, baru saya pakai, saye pun seringnya di rumah gak…..karna saye jaga cucu sayekan.” (I.3) “Itulah disamping kabut asapnya tebal, saye pun jarang keluar rumah, ……Banyaknya aktivitas di rumah, jarang keluar rumah, kalau udara tidak memungkinkan cuaca asapnya tebal saya tidak keluar, tapi kalau asapnya tidak terlalu tebal saya keluar.” (I.4) “Ya di rumah aja, gak kemanamana…..Ya paling-paling dipanggil orang bantu masak.” (I.5)
Lansia banyak beraktivitas di
dalam rumah saat terjadi bencana kabut asap karena kesehariannya memang
jarang
keluar
rumah,
mengasuh cucu, dan cuaca pada saat itu kabut asapnya tebal. Sebagian informan
lainnya
yang
banyak
beraktivitas di luar rumah karena masih
ada
yang
bekerja
di
kantordanada yang berjualan. Tema 8. Dukungan Keluarga Terhadap Lansia Dalam Menangani Masalah Pada Saat Bencana Kabut Asap
Dukungan keluarga terhadap
“Biase ngasih duit jak sama nasehatin kayak ndak usah jualan dulu, soalnya lagi kabut, sama datang ke rumah
lansia dalam menangani masalah pada saat bencana kabut asap yaitu 9
orang terdekat informan seperti anak,
wilayah
yang
terdampak
cucu, istri selalu memberi nasehat
periodenya yang semakin panjang
kepada informan saat sakit ketika
yang dipengaruhi musim kemarau
terjadi bencana kabut asap, dengan
dan
merawat di rumah, membelikan obat,
gelombang
panas
menjaga pola makan, dan melarang
menyebabkan
asap
untuk keluar rumah karena cuaca
kebakaran hutan dan lahan terbang
kabut asap yang tebal.
sampai ke negara-negara tetangga.
PEMBAHASAN
Penanganan bencana dirasa cukup
Tema 1. Persepsi lansia terhadap bencana kabut asap di kota Pontianak tahun 2015 Hasil penelitian menunjukkan
lama
fenomena
luas,
el-Nino
sehingga
atau hingga
dari
hasil
mengandalkan
turunnya hujan untuk memadamkan api di setiap titik kebakaran.
bahwa persepsi informan terhadap
Menurut
peneliti
dari
bencana kabut asap di kota Pontianak
University
tahun
menganggap
Guido van der Werf, emisi karbon
bencana kabut asap lebih parah tahun
yang dihasilkan kebakaran hutan
2015 dibandingkan dengan tahun
Indonesia lebih dari cukup untuk
sebelum-sebelumnya dan hawa cuaca
memberikan dampak global10. Hasil
pada saat bencana kabut asap banyak
penelitian Internasional Columbia
menimbulkan
University,
2015
adalah
penyakit.
Dilihat
Amsterdam,
VU
Belanda,
kebakaran
hutan
respon dari beberapa informan yang
Indonesia termasuk satu dari dampak
mengalami dampak kesehatan saat
yang dihasilkan El Niño pada tahun
terjadi bencana kabut asap, seperti
ini.
gangguan pernapasan dan gangguan
situasi tahun 2015 serupa dengan
penglihatan.
tahun 1997 tercatat sebagai bencana
Kondisi bencana kabut asap
Ilmuwan
NASA
meyakini,
kabut asap paling parah dalam
pada tahun 2015 memang berbeda
sejarah,
dari tahun-tahun sebelumnya, karena
Singapura dan tenggara Sumatera
situasi dan kondisi pada saat itu
serupa dengan tahun 1997
kabut asapnya sangat tebal yang
Field, ilmuwan Columbia University
berlangsung hingga berbulan-bulan,
yang juga bekerja untuk NASA 10
dilihat
dari
kondisi 11
di
. Robert
bahwa
perkiraan
memprediksi
cuaca
kemarau
yang
bekerja
seperti
biasanya
untuk
panjang
memenuhi kebutuhan hidup sehari-
bertahan, ini membuat kabut asap
hari, namun intensitas waktu bekerja
2015 termasuk yang paling parah
berbeda dari hari biasanya. Pada
dalam sejarah11. Jurnal Internasional
lansia
Nature yang berjudul “The amount of
pedagang
carbon released from peat and forest
biasanya berjualan 2 kali sehari, pada
fires in Indonesia during 2015”
saat bencana kabut asap hanya sekali
menyebutkan bahwa kebakaran lahan
saja dalam sehari, karena sebagian
gambut pada tahun 2015 di Indonesia
besar
menyumbangkan
keliling
13-40%
emisi
yang
bekerja
jamu
waktu
keliling
lansia
terkena
sebagai yang
berdagang
paparan
asap.
global12.
Dibeberapa tempat kerja lansia di
Tema 2. Aktivitas lansia pada saat bencana kabut asap Dari hasil penelitian yang
kantor atau pabrik tidak merubah
diperoleh
bahwa
selama
jadwal kerja, dikarenakan karyawan bekerja di dalam ruangan dan tidak
terjadi
akan terpapar dengan asap.
bencana kabut asap aktivitas lansia masih
sama
seperti
biasa
Masih banyaknya lansia yang
saat
bekerja mungkin berkaitan dengan
sebelum terjadi bencana kabut asap.
masih banyak lansia yang berstatus
Ada beberapa lansia yang bekerja
sebagai kepala keluarga. Alasan
sebagai pedagang jamu keliling,
lansia masih bekerja, antara lain
karyawan di pabrik seng, guru ngaji
secara fisik dan mental lansia masih
serta panggilan untuk memandikan
mampu bekerja, desakan ekonomi,
jenazah, karyawan di kantor vitran
dan aktualisasi diri/emosi13. Idealnya
dan ada lansia yang hanya di rumah
lansia
saja tidak melakukan aktivitas di luar
pekerjaan
rumah saat terjadi bencana kabut
sesuai
dengan
kesejahteraan mereka juga masih
saat terjadi bencana kabut asap,
tetap mendapat perhatian. Dari aspek
karena posisi lansia sebagai kepala sehingga
yang
mempunyai
lansia yang tidak bekerja diharapkan
Alasan lansia masih bekerja
tangga
bekerja
kondisi fisik dan mental serta bagi
asap.
rumah
yang
ekonomi,
mereka 11
lansia
(>60
tahun)
dikelompokkan menjadi (1) lansia
Proses penuaan menyebabkan
yang produktif yaitu lansia yang
beberapa perubahan struktural dan
sehat baik dari aspek fisik, mental
fungsional pada toraks dan paru-
maupun sosial; dan (2) lansia yang
paru.
tidak produktif yaitu lansia yang
berkurang, sehingga secara normal
sehat secara fisik, tetapi tidak sehat
menahan toraks sedikit pada posisi
dari aspek mental dan sosial; atau
terkontraksi
sehat secara mental tetapi tidak sehat
penurunan kekuatan otot rangka pada
dari aspek fisik dan sosial; atau
toraks
lansia yang tidak sehat baik dari
dinding toraks lebih kaku dan otot
aspek fisik, mental maupun sosial14.
pernapasan menjadi lemah, maka
Tema 3. Dampak bencana kabut asap terhadap kesehatan paru yang dialami pada lansia Hasil penelitian menunjukkan
menyebabkan
bahwa informan saat terjadi bencana
klarifikasi dari kartilago kostal juga
kabut
dampak
terjadi.
kesehatan terhadap dirinya yaitu
kering,
gangguan pernapasan dan gangguan
pembuangan sekret dan menciptakan
penglihatan. Gangguan pernapasan
risiko
yang dialami lansia antara lain batuk,
pernapasan16.
bersin, flu, sesak napas, gangguan
Pajanan
asap
penglihatan
mengalami
dialami
untuk
dan
batuk
pegas
paru-paru
disertai
dengan
diafragma.
Karena
kemampuan efektif
lansia
menurun,
dekalsifikasi iga dan peningkatan Membran sehingga tinggi
mukosa
lebih
menghalangi
terhadap asap
infeksi akan
lansia
meningkatkan kemungkinan infeksi
antara lain pandangan gelap disertai
saluran napas oleh bakteri dan virus
sakit kepala dan mata pedih saat
akibat penekanan aktivitas makrofag
berada di luar rumah yang terpapar
sehingga timbul gejala pneumonia
asap, serta reaksi tubuh terhadap
dan komplikasi pernapasan lain1.
lingkungan
yang
Daya
lansia
mengalami
Tema 4. Koping mekanisme yang digunakan lansia saat bencana kabut asap Hasil penelitian menunjukkan
demam. Beberapa informan juga memiliki
riwayat
penyakit
paru
seperti TB dan riwayat penyakit
hampir semua informan saat terjadi
jantung. 12
bencana
kabut
asap
memiliki
otot pernafasan, menurunkan kadar
masalah terutama masalah kesehatan
serum IgE, karena IgE adalah faktor
yang
utama penyebab respon inflamasi
dialami
lansia.
Koping
mekanisme yang digunakan rata-rata
yang
menggunakan
penting dalam patofisiologi penyakit
adaptif,
koping
karena
mekanisme
lansia
selalu
memainkan
sebuah
peran
asma.
mengecek kesehatannya secara rutin
Penelitian I Ketut Darmayasa
di puskesmas atau posyandu lansia
(2010)
setiap bulannya untuk mendapatkan
senam asma tiga kali seminggu lebih
obat ataupun membeli obat di apotik,
baik daripada senam asma seminggu
selain itu tindakan tradisional yang
sekali
dilakukan
Kapasital
lansia
yaitu
dengan
yang menyatakan bahwa
terhadap Vital
peningkatan Paksa
(KVP),
mengkonsumsi jamu, serta olah raga
Volume Ekspirasi Paksa detik 1
seperti senam asma dan bersepeda.
(VEP 1) pada penderita asma18.
Beberapa
lansia
melakukan
Penelitian oleh Tortora, dan
senam asma untuk melatih otot
Derricson
pernapasannya, hal ini merupakan
sepeda statis dan senam asma sangat
koping mekanisme adaptif kategori
membantu
latihan keseimbangan dan aktivitas
frekuensi serangan asma, karena
konstruktif. Senam asma merupakan
dengan latihan tersebut dapat melatih
salah
pernafasan
seluruh otot pernafasan yang mampu
abdomen akan dapat meningkatkan
memperbaiki kondisi pasien asma19.
udara ekspirasi. Pernafasan abdomen
Keterkaitan
identik
muskuloskeletal dengan pernafasan
satu
teknik
dengan
diafragmatik
pernafasan
bermanfaat
meningkatkan
dan
untuk
(2009) untuk
latihan
mengurangi
antara
menyebabkan
menguatkan
bahwa
aliran
sistem udara
yang
masuk dan keluar paru menjadi
diafragma selama pernafasan untuk
efektif,
mencapai peningkatan tekanan intra
polos pada saluran pernafasan yang
abdominal17.
mengalami penyempitan sehingga
olahraga
Senam bagi
Asma
pasien
atau asma
melebarkan
membantu
diperlukan untuk memperkuat otot-
serabut
membersihkan
otot
saluran
pernafasan dari sekret karena dengan 13
latihan aerobik otot akan menerima
kesehatan lain merekomendasikan
suplai oksigen dan nutrisi yang
masker yang baik yaitu mampu
cukup19.
menyaring lebih dari 95% partikel >0,3μm dan biasanya diberi kode
Tema 5. Ketidaknyaman lansia dalam menggunakan alat perlindungan diri pada saat bencana kabut asap Dari pernyataan yang
R95, N95, atau P95. Alat bantu napas
bisa
penatalaksanaan
diungkapkan oleh beberapa informan
efektif,
tidak
mengurangi
menggunaakan
digunakan
alat
lain
antara
yang
lain
pajanan,
dengan termasuk
tinggal
pada saat bencana kabut asap adalah
mengurangi aktivitas, terutama pada
adanya perasaan risih, malu serta
individu yang sensitif20.
masker
membuat
bencana, kabut asap pada waktu itu tebal
sekali,
bahwa untuk menjaga kesehatan paru dengan membiasakan mengkonsumsi
rumah untuk menggunakan masker
air
sebagai alat perlindungan diri.
tidak mengkonsumsi minuman keras,
tetapi
susu,
efektivitasnya masih dipertanyakan.
atau
vitamin,
konsumsi buah-buahan.
Safety and Health (NIOSH) telah
Penelitian tentang konsumsi air
melakukan pengujian di Amerika
di Perancis terhadap 245 subjek yang
Serikat dan menetapkan beberapa
berumur >65 tahun menunjukkan
jenis masker yang mampu menyaring partikel
suplemen
menjaga pola makan yang baik serta
National Institute of Occuposional
99%
masker
perlindungan diri, tidak merokok,
masker karena relatif murah dan
dari
menggunakan
terdapat polusi udara sebagai alat
banyak digunakan adalah pemakaian
lebih
putih,
ketika berada di lingkungan yang
Saat ini cara pencegahan yang
disebarluaskan
dan
hampir semua informan mengatakan
sehingga
disarankan individu yang keluar
dapat
rumah,
Tema 6. Cara lansia menjaga kesehatan paru Hasil penelitian menunjukkan
napas tidak leluasa. Padahal pada sangat
dalam
lebih
perlindungan diri seperti masker
menggunakan
di
setelah
bahwa rata-rata konsumsi air yaitu
silika
1.105 ml per hari (EFSA 2010)21.
berukuran 0,5 μm. Beberapa badan 14
Hasil
penelitian
Amerika
menghirup asap rokok bagi perokok
menunjukkan bahwa konsumsi air
pasif. Di dalam tubuh, rokok dapat
putih
meningkatkan
yang
di
dianjurkan
kepada
skresi
mukus
di
kelompok wanita usia 25-42 tahun
saluran nafas dan memperlambat
sebesar >2 liter per hari 22. Penelitian
gerak sillia (bulu getar) yang terdapat
di Indonesia tentang rata-rata asupan
di dinding saluran nafas. Akibatnya
air pada penghuni panti werda
kemampuan
menunjukkan sebesar 1.000 ml per
mengeluarkan
hari23. Menurut Hardinsyah et al.
mucus menjadi berkurang, dinding
(2011), asupan air yang optimal pada
saluran nafas akan mengalami iritasi
lansia adalah 1–1,5 liter per hari,
dan meyebabkan gangguan dalam
sedangkan pada usia pertengahan
proses pengambilan udara untuk
dianjurkan
bernafas. Paru-paru tidak akan dapat
mengonsumsi
air
sebanyak 2 liter per hari24. Kebutuhan
sillia
untuk
benda
asing
dan
mengambil oksigen yang diperlukan
cairan
setiap
oleh tubuh secara maksimal dan
individu dipengaruhi oleh berbagai
kapasitas
faktor seperti usia, jenis kelamin,
mengalami penurunan27.
tingkat aktivitas, faktor lingkungan,
paru-paru
juga
akan
Dilihat dari kebiasan merokok
dan status gizi (normal, overweight,
pada
obesitas)25. Menurut Sawka et al.
memiliki riwayat penyakit TB dan
(2005), tubuh secara normal akan
harus menjalani pengobatan secara
kehilangan air melalui paru-paru
intensif
ketika
nafas,
setelah sembuh dari sakitnya. TB
melalui keringat, produksi kemih dan
(Tuberkulosis paru) adalah penyakit
saat buang air besar26. Kehilangan
menular langsung yang disebabkan
cairan tersebut harus diganti untuk
oleh kuman TB (Mycobacterium
menjaga agar kondisi dan fungsi
Tuberculosis). Sebagian besar kuman
cairan tubuh tidak terganggu.
TB menyerang paru tetapi juga
menghembuskan
Menjaga dengan
kesehatan
menghindari
beberapa
dan
informan
berhenti
yang
merokok
mengenai organ tubuh lainnya28.
paru
kebiasaan
merokok bagi perokok aktif dan 15
Faktor
yang
terjadinya
TB
mempengaruhi paru
antara
lain
kondisi sosial ekonomi, umur, jenis
meningkatkan
kelamin, status gizi dan kebiasaan
tubuh.
merokok. Rokok bukanlah penyebab
Ardiansyah (2013) dan Febrianti &
utama terjadinya penyakit TB paru,
Ariyana (2013) mendapatkan hasil
tetapi
bahwa buah jambu biji merah dan
kebiasaan
merokok
dapat
derajat
Penelitian
kesehatan
Febrianti
merusak mekanisme pertahanan paru
pepaya
dapat
sehingga
kerusakan
histopatologis
memudahkan
masuknya
kuman penyakit TB. Menjaga dengan
seminiferus
kesehatan
tidak
paru
&
memperbaiki
testis
tubulus
serta
mampu
meningkatkan jumlah spermatozoa
mengkonsumsi
mencit
yang
dipaparkan
asap
minuman yang beralkohol. Alkohol
rokok30,31. Febrianti dan Widayati
yang memiliki efek selain terhadap
(2014)
pemicunya
bisa
pemberian jus buah pepaya pada
resiko
mencit yang dipaparkan asap rokok
sirosis
mengakibatkan terjadinya
hati
seseorang
TB.
Penelitian
yang
menyebabkan
berupa
menunjukkan
systematic
review
bahwa
risiko
bahwa
struktur
pulmonya
kembali normal33.
dilakukan oleh Lonnorth et al (2008) yang
mendapatkan
Penelitian serta
Imam
Marianti
(2013)
Juwono
(2006)
&
terjadinya TB aktif meningkat pada
mendapatkan bahwa jus tomat juga
pasien yang mengonsumsi 40 g
mempunyai
alkohol atau lebih setiap harinya, dan
mencegah kerusakan pulmo dan
atau pada pasien dengan Alcohol Use
meningkatkan motilitas spermatozoa
Disorders (AUD)29.
mencit yang dipaparkan asap rokok
Menjaga
kesehatan
paru
efek
positif
untuk
karena aktivitas antioksidannya yang
dengan mengkonsumsi buah yang
tinggi34,35.
merupakan sumber bahan alami yang
bekerja dengan cara menghalangi
mengandung
oksidasi selular yang disebabkan
antioksidan dengan
berbagai tinggi.
senyawa
Dibandingkan
antioksidan
oleh
sintetis,
Senyawa
spesies
antioksidan
oksigen
reaktif.
Sebenarnya tubuh kita memiliki
antioksidan alami umumnya lebih
senyawa
aman untuk dikonsumsi dan dapat
endogen) untuk melawan kerusakan 16
antioksidan
(antioksidan
yang
ditimbulkan
oleh
spesies
menghabiskan waktunya di rumah
oksigen reaktif, tetapi kondisi saat ini
bersama keluarga. Hal ini dilakukan
dimana radikal bebas yang berasal
karena aktivitas lansia tidak sama
dari lingkungan seperti asap rokok,
dengan aktivitas lansia yang masih
polusi udara, obat-obatan dan lain-
mampu bekerja atau lansia yang
lain sangat banyak maka tubuh
sudah tidak mampu lagi beraktivitas
membutuhkan
berat di luar rumah. Lansia banyak
antioksidan
yang
didatangkan dari luar. Prinsip utama
menghabiskan
aktivitas
adalah
karena untuk menghindari efek dari
untuk
bahaya asap yang tebal pada saat
antioksidan
ketersediaan
elektron
menetralisir radikal bebas. Senyawa buah
adalah
di
rumah
bencana kabut asap berlangsung.
antioksidan yang paling berlimpah pada
waktu
Tindakan lansia dengan banyak
karotenoid,
beraktivitas
di
dalam
rumah
flavonoid, fenolik, betalain, vitamin
merupakan tindakan preventif yaitu
E, A,dan C 36.
tindakan pencegahan selama terjadi bencana
Tema 7. Alasan lansia banyak beraktivitas di dalam rumah saat terjadi bencana kabut asap Dari pernyataan yang
mengurangi
kebiasaan
jarang keluar rumah, mengasuh cucu di
rumah,
sehingga
di
tidak
ada
rumah
suatu
serta
anak,
Sebagian besar lansia yang lagi
masalah
di lingkungan keluarga seperti istri,
tidak keluar rumah. bekerja
yaitu
bencana kabut asap, orang terdekat
kabut asap yang tebal sehingga lansia
tidak
masalah,
kesehatan yang dialami pada saat
dikarenakan cuaca pada saat itu
sudah
yang
bahwa pada saat lansia mendapatkan
kegiatan
saja,
dampak
Tema 8. Dukungan keluarga terhadap lansia dalam menangani masalah pada saat bencana kabut asap Dari hasil penelitian diperoleh
rumah saat terjadi bencana kabut memang
dari
untuk
dihasilkan dari kebakaran hutan37.
lansia banyak beraktivitas di dalam karena
asap,
dihasilkan dari kabut asap yang
diungkapkan oleh informan bahwa
asap
kabut
cucu
turut
membantu
menyelesaikan masalah yang dialami
dan
oleh 17
lansia.
Bentuk
dukungan
keluarga
yang
diberikan
berupa
dukungan
nasihat, merawat ketika sakit dan
dukungan
membelikan
yang
obat.
Lansia
juga
instrumental emosional39.
baik
meminta nasihat dalam arti ingin
berpengaruh
diperhatikan kesehatannya, seperti
perkembangan
makan minum yang tidak baik
sebaliknya40.
dikonsumsi oleh lansia. Dukungan diperlukan masalah,
salah
menghadapi
sangat
(2010)
menghadapi
satunya penyakit
menyerang
salah
keluarga38.
Keluarga
Keluarga
akan
memberi
positif
bagi
lansia,
dan
Penelitian Hidayat dan Aisyah
keluarga
dalam
dan
tentang
hubungan
peran
keluarga dalam perawatan kesehatan
dalam
terhadap
status
kesehatan
lansia
yang
mendapatkan hasil bahwa terdapat
anggota
hubungan peran keluarga dalam
cenderung
perawatan kesehatan terhadap status
satu
terlibat dalam pembuatan keputusan
kesehatan lansia41.
atau proses terapeutik dalam setiap
KESIMPULAN
tahap sehat dan sakit para anggota
Penelitian
keluarga yang sakit.
kualitatif
ini
adalah
dengan
penelitian pendekatan
Keluarga merupakan support
fenomenologi. Penelitian dilakukan
system utama bagi lansia dalam
dengan wawancara mendalam (in
mempertahankan
kesehatannya.
depth Interview) terhadap 6 orang
Peranan keluarga dalam perawatan
informan. Ada delapan tema yang
lansia yaitu menjaga atau merawat
terkait, yaitu persepsi lansia terhadap
lansia,
dan
bencana kabut asap di kota Pontianak
mental,
tahun 2015, aktivitas lansia pada saat
sosial
bencana kabut asap, dampak bencana
ekonomi serta memberikan motivasi
kabut asap terhadap kesehatan paru
dan memfasilitasi kebutuhan spritual
pada
bagi lansia15.
lansia saat bencana kabut asap,
mempertahankan
meningkatkan mengantisipasi
status perubahan
Keluarga memiliki beberapa
lansia,
ketidaknyaman
koping
mekanisme
lansia
dalam
bentuk dukungan yaitu: dukungan
menggunakan alat perlindungan diri
informasi,
pada saat bencana kabut asap, cara
dukungan
penilaian, 18
lansia
menjaga
kesehatan
Jakarta Timur. Journal Makara Kesehatan, 6 (2) 9. Sanders, C. (2006), Application of Colaizzi Method: Interpretasion of an auditable Decision trail by a novice researcher, eContent manajement Pty Ltd. Contemporary Nurse, 14: 292-302 10. Van der Werf, GR, Peters, W, van Leeuwen, TT, Giglio, L: What Could Have Caused Pre-Industrial Biomass Burning Emissions To Exceed Current Rates?, CLIMATE OF THE PAST, 9, doi:10.5194/cp-9-289-2013, 2013. 11. Field, F. Pappenberger, A. Langner, S. Englhart, U. Weber, T. Stockdale, F. Siegert, J. W. Kaiser, and J. Moore, Seasonal Forecasting Of Fire In Kalimantan, Indonesia, Natural Hazards And Earth System Sciences, 15, 429-442. 12. Siegert F, Rieley JO, Boehm HD, Jaya A, Limin S.The Amount Of Carbon Released From Peat And Forest Fires In Indonesia During 2015. Jurnal Internasional Nature. 13. Wirakartakusumah, M. Djuhari, Hisar Sirait, dan Zainul Hidayat. 2006. Pelibatan Penduduk Usia Lanjut dalam Keluarga. Jakarta: Lembaga Demografi Fak. Ekonomi Universitas Indonesia. 14. Doewes M, 2006, Penuaan dan Kapasitas Kerja, WHO, Penerbit Buku Kedokteran. 15. Maryam, R. Siti, 2012. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika. 16. Lubis, A.J. 2006. Dukungan Sosial Pada Pasien Gagagl Ginjal Terminal yang Melakukan Terapi Hemodialisa http://library.usu.ac.id/download/fk/060 10311.pdf 17. Brunner, L dan Suddarth, D. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Ed.8) Vol 1. Jakarta: EGC. 18. Darmayasa, I Ketut. 2010. Senam Asma Tiga Kali Seminggu Lebih Meningkatkan Kapasitas Vital Paksa (Kvp) &Volume Ekspirasi Paksa Detik 1 (Vep 1) daripada Senam Asma Satu Kali Seminggu Pada Penderita Asma 19. Tortora, GJ., Derricson, B.H,. (2009). Principles Of Anatomy And Physiology Ed.12. Vol.1. John Wiley and Sons Inc, New York.
paru,
alasan lansia banyak beraktivitas di dalam rumah saat bencana kabut asap,
dan
dukungan
keluarga
terhadap lansia dalam menangani masalah pada saat bencana kabut asap. DAFTAR PUSTAKA 1. Faisal, F. Yunus, F. & Harahap F.
2. 3.
4.
5.
6.
7.
8.
(2012). Dampak Kabut Asap Kebakaran Hutan Pada Pernapasan halaman 3135. Jurnal CDK-189/vol. 39 no. 1 tahun 2012. BNPB. 2015. (www.bnpb.go.id) Stanley, Mickey dan Beare, Patricia Gauntlett. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. George E. Le, Patrick N. Breysse, Aidan McDermott, Sorina E. Eftim, Alison Geyh, Jesse D. Berman 5 and Frank C. Curriero. 2014. Canadian Forest Fires and the Effects of LongRange Transboundary Air Pollution on Hospitalizations among the Elderly. ISPRS International Journal of GeoInformation ISSN 2220-9964. Papalia, D.E., Old S.W., & Feldman R.D. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan) Edisi IX (Terjemahan oleh A.K Anwar). Edisi IX Cetakan 1. Jakarta: Kencana. Sander K.A., Labott S.M., Molokie R., Shelby S.R., & Desimone J. (2010) Pain, Coping, and Health Care Utilization in Younger and Older Adults with Sickle Cell Disease. Jounal Health Psychology, 15 (1), 131-7. Hill S., Dziedzic K.S., & Ong B.N. (2010). The Fuctional And Psychological Impact Of Hand Osteoarthritis. Chronic Illness Journal, 6 (2), 101-110 Nursasi A. Y., & Fitriyani p. (2002). Koping Lanjut Usia Terhadap Penurunan Fungsi Gerak Di Kelurahan Cipinang Muara Kecamatan Jatinegara
19
20. Englert N. Fina Particles And Human
Conference on Green World in Bussiness Technology. 32. Febrianti &Ardiansyah. 2013. Pengaruh Jus Buah Jambu Biji Merah terhadap Struktur Histopatologi Tubulus Seminiferus Mencit, Prosiding Seminar Nasional Biologi UNY 33. Febrianti, N. & Widayati, R.S. 2014, Pengaruh Jus Buah Pepaya (Carica papaya) terhadap Gambaran Histopatologik Pulmo Mencit (Mus musculus), Bioedukatika 2 (2) 34. Marianti, A, 2013, Aktivitas Antioksidan Jus Tomat pada Pencegahan Kerusakan Jaringan Paru-paru Mencit yang dipapar Asap Rokok, Biosaintifika, 1(1): 1-10 35. Imam, D. & Juwono. 2006. Pengaruh Pemberian Jus Buah Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) Terhadap Motilitas Spermatozoa Mencit Balb/c Jantan yang Diberi Paparan Asap Rokok. Karya Tulis Ilmiah. Fak. Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang. 36. Nurliyana dkk. 2010, Antioxidant Study of Pulps and Pelels of Dragon Fruit: A Comparative Study, International Food Research Journal 17:367-375 37. Yuni, Rahmi. 2015. Kebijakan Kesehatan Dalam Pengendalian Dampak Karhutla. Info Singkat Kajian Singkat terhadap Isu Aktual dan Strategis Vol. VII, No. 18/II/P3DI/September/2015. ISSN 2088-2351pb. 38. Keliat, Budi Anna. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC. 39. Friedman, M.M., Bowden, V.R., & Jones, E.G. (2006). Family Nursing: Research Theory & Practice. New Jersey: Prentice Hall. 40. Handayani, D., Wahyuni. (2012). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Lansia dalam mengikuti Posyandu Lansia Jetis Desa Krajan Kecamatan Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Stikes Volume 9 41. Hidayat & Aisyah, S. (2010). Hubungan Peran Keluarga dalam Perawatan Kesehatan Terhadap Status Kesehatan Lansia Diwilayah Kerja Puskesmas Mojo Kecamatan Gubeng Surabaya. Surabaya: Jurnal Ilmu Keperawatan UM
Health-A Rivew Of Epidemiological Studies. Toxicol Letters 2006; 149: 23542 21. [EFSA] European Food Safety Authority. 2010. Scientific Opinion On Dietary Reference Values For Water. EFSA Journal 8(3):14-59. 22. Paan A, Vasanti SM, Matthias BS, Joann EM, Water CW, Frank BH. 2012. Plan Water Intake And Risk Of Type 2 Diabetes In Young And Middle Aged Women. Am J Clin Nutr 95:1454-1460. 23. Siregar P, Susalit E, Wirawan R, Setiati S, Sarwono W. 2009. Optimal Water Intake For The Elderly: Prevention Of Hyponatremia. Mer J Indonesia 18(1):18-25. 24. Hardinsyah, Siregar P, Santoso BI, Pardede SO. 2011. Air Bagi Kesehatan. Jakarta: Centra Communications. 25. Popkin BM, Lawrence EA, George MB, Benjamin C, Balz F, Walter CW. 2006. A New Proposed Guidance System For Beverage Consumption In The United State. Am J Clin Nutr 83:529-542. 26. Sawka MN, Cheuvront SN, Carter R. 2005. Human Water Needs. Sport Science Exchange Journal 18(2):1-12. 27. Wibowo SD. 2013. Anatomi Fungsional Elementer & Penyakit yang Menyertainya. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. 28. Depkes RI. 2007. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia 2007, Jakarta. 29. Lonnroth K, Wiliams BG, Stadlin S, Jaramilo E, Dye C : Alcohol Use As A Risk Factor For Tuberculosis – a systematic review. BMC Public Health 2008, 8:289. 30. Rehm J, Samokhvalov AV, Neuman MG, Room R, Parry C, Lonnroth K, et all.: The Association Between Alcohol Use, Alcohol Use Disorders And Tuberculosis (TB) –A systematic review. BMC Public Health 2009, 9:450 31. Febrianti, N., & Ariyana, A.I.P. 2 014, Effects of Carica papaya (Caricaceae) Fruit Juice on the istopathological Image of Mice (Mus musculus) Testis Strain Swiss Exposed to Cigarette Smoke, Proceeding International
20